skripsi implementasi kebijakan asuransi usaha …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ASURANSI USAHA TANI
PADI (AUTP) DALAM MENGATASI GAGAL PANEN DI
KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE
Oleh:
SUPRIANDI
Nomor Induk Mahasiswa : 105611126516
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ASURANSI USAHA TANI
PADI (AUTP) DALAM MENGATASI GAGAL PANEN DI
KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun dan diajukan oleh:
SUPRIANDI
Nomor induk mahasiswa : 105611126516
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Supriandi
Nomor Induk Mahasiswa : 105611126516
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 21 Januari 2020
Yang Menyatakan,
Supriandi
iv
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikanskripsiyang berjudul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone”.
Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar
sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dari
penyusunan skripsi ini berkat bimbingan, bantuan, dan saran-saran dari beberapa
pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimah
kasih kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa mendo’akan, mendukung,
dan memberikan motivasi yang tiada henti kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Jaelan Usman, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Riskasari, S.
Sos.,M.APselaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas MuhammadiyahMakassar
v
4. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik
moril maupun materil.
5. Seluruh staf pengajar, baik dosen maupun asisten dosen, staf pegawai yang ada
di lingkup fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar
Seluruh pemerintah Kabupaten Bone khusunya para aparatur Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng, yang telah
banyak membantu kemudahan serta kelancaran dalam melakukan penyusunan
tugas akhir ini.
6. Teman- teman kelas seperjuangan Ilmu Administrasi Negara terimakasih
untuk segala cerita, kenangan dan kebersamaannya selama ini.
7. Seluruh mahasiswa fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 04 November 2020
Supriandi
vi
ABSTRAK
Supriandi, Jaelan Usman dan Riskasari.Implementasi Kebijakan Asuransi
Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan
Libureng Kabupaten Bone
Penelitian ini memiliki tujuan mendeskripsikan serta
menjelaskanImplementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam
Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan teknik pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara untuk mendeskripsikan serta menjelaskan
Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi
Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.Informan dari penelitian
ini meliputi Kepala PPK, PPL, Kelompok tani dan petani.Data yang diperoleh dari
hasil penelitian dikaji dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan
Libureng Kabupaten Bone: Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek (1)
komunikasi yakni bentuk sosialisasi sudah terlaksana dengan baik di 20 Desa yang
ada di kecamatan Libureng, (2) sumber daya, sumber daya telah memadai dari
segi sumber daya pelaksana, namun masih terbatas dari sumber daya dari segi
peserta AUTP, (3) disposisi para implementor sudah bekerja dengan baik
berdasarkan standar yang ada dalam pedoman AUTP , dan (4) struktur birokrasi
dalam segi struktur birokrasi tidak ada jabatan yang kosong dan telah terisi
sepenuhnya
Kata Kunci: Implementasi kebijakan, asuransi usaha tani padi, gagal panen
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... i
HALAMAN PENERIMAAN TIM……………………………………………...ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. .iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... .ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8
B. Pengertian Implementasi Kebijakan ...................................................... 13
C. Pengertian Asuransi ................................................................................. 18
D. Konsep Asuransi Usaha Tani Padi ......................................................... 20
E. Kerangka Pikir ......................................................................................... 24
F. Fokus Penelitian ....................................................................................... 26
G. Deskripsi Fokus ........................................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 28
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian ......................................................................... 28
C. Sumber Data ............................................................................................. 29
D. Informan Penelitian ................................................................................. 29
vii
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
F. Teknik Analisis data ................................................................................ 32
G. Pengabsahan Data .................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 35
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................... 35
B. Pembahasan Dan Hasil Penelitian .......................................................... 40
BAB VPENUTUP ................................................................................................ 73
A. Kesimpulan ............................................................................................... 73
B. Saran.......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Kelompok Tani Yang Terdaftar AUTP .................................. 3
Tabel 1.2 Daftar Petani Yang Pernah Menerima Bantuan AUTP……………4
Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................................ 30
Tabbel 4.1 Jumlah Desa ....................................................................................... 36
Tabel 4.2 Daftar Desa Yang Telah Masuk Pada Tahap survei Program
AUTP…………………………………………………………………………… 54
Tabel 4.3 Implementor Program AUTP di Kecamatan Libureng .................. 64
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Pelaksanaan AUTP .................................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka Pikir ............................................................................... 25
Gambar 4.1 Sketsa Peta Kecamatan Libureng ................................................. 35
Gambar 4.2 Struktur Organisasi ........................................................................ 39
Gambar4.3 mekanisme pelaksanaan AUTP ...................................................... 46
Gambar 4.4 Sosialisasi Program AUTP ............................................................. 56
Gambar 4.5 Proses Klaim AUTP ........................................................................ 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Asuransi Usaha Tani Padi dibentuk oleh Kementrian Pertanian atas
dasar Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani. Dalam regulasi tersebut Pasal 39 ayat 1 dan 2 menyatakan
bahwa sesuai dengan kewenanganya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah
memfasilitasi setiap petani menjadi peserta Asuransi. Salah satu bentuk fasilitas
tersebut adalah bantuan pembayaran premi, bantuan tersebut berasal dari APBN
dan APBD yang telah ditindak lanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri
Pertanian nomor 40 Tahun 2015 tentang Fasilitas Asuransi Pertanian.
Asuransi Usaha Tani sangatlah penting bagi para petani karena AUTP
bertujuan untuk melindungi para petani dari berbagai resiko dari usaha
taninya.Asuransi pertanian merupakan pengalihan resiko yang dapat memberikan
jaminan ganti rugi akibat kerugian usaha tani sehingga keberlangsungan usaha
tani dapat terjamin. Melalui asuransi usaha tani petani akan mendapatkan jaminan
terhadap kerusakan tanaman akibat kekeringan, banjir, serta serangan hama dan
penyakit tumbuhan,sehingga petani akan mendapatkan ganti rugi sebagai modal
kerja untuk keberlangsungan usaha lainnya, (www.pertanian.go.id).
Pelaksanaan Asuransi pertanian melibatkan berbagai pihak, adapun
mekanisme pelaksanaan AUTP (pedoman bantuan premi, 2019) yaitu Dinas
Pertanian di Provinsi akan mencatat calon petani maupun calon lokasi, selanjutnya
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, yang kemudian UPTD Kecamatan dengan PPL
2
akan melaksanakan sosialisasi serta pendaftaran dan pembayaran premi swadaya,
dari pihak UPTD Kecamatan akan memberikan data untuk calon peserta yang
akan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan pihak pelaksana
perusahaan asuransi yaitu PT jasindo, selanjutnya petani akan mendapatkan
sertifikat polis, kemudian pihak asuransi akan melaporkan kuitansi kepada dinas
pertanian Kabupaten/kota, selanjutnya pihak Asuransi akan menagih bantuan
premi kepada Kementan Ditjen PSP, dan Asuransi pelaksana akan mendapatkan
pembayaran bantuan premi asuransi dari Kementan Ditjen PSP.
Pendaftaran AUTP dilaksanakan satu bulan sebelum musim tanam akan
dimulai, kelompok tani akan didampingi oleh PPL dan UPTD Kecamatan mengisi
formulir sesuai dengan formulir yang telah disediakan. Premi AUTP untuk saat ini
3%, berdasarkan besar biaya input AUTP sebesar enam juta rupiah per hektar per
musim tanam. Bantuan pemerintah sebesar 80% sekitar 144 ribu rupiah per hektar
per musim tanam, dan petani membayar premi swadaya sebesar 20% atau sebesar
36 ribu rupiah per hektar per musim tanam, (www.pertanian.go.id).
Asuransi Usaha Tani Padi di Kecamatan Libureng dimulai pada Tahun
2018, untuk musim tanam Oktober 2018- Maret 2019.Program AUTP sudah 2
tahun dilaksanakan di kecamatan libureng, tentu program ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat di Kecamatan Libureng karena memiliki lahan sawah terluas di
Kabupaten Bone dengan luas 10.016 ha.(Data yang diambil saat observasi awal).
Adanya program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Libureng
diharapkan mampu membantu petani dengan menjadikan petani jadi mandiri yang
tidak hanya bergantung program-program yang bersifat bantuan sehingga program
3
AUTP juga mampu mewujudkan petani di Kecamatan Libureng menjadi mandiri.
Sehingga petani bisa melihat kesempatan peluang untuk membantu modal kerja
pada musim pertanaman berikutnya apabila terjadi resiko gagal panen atau resiko
lainya.
Tabel 1.1
Daftar kelompok Tani Yang Terdaftar AUTP Untuk Musim Tanam
Oktober 2018-Maret 2019
N0 Desa Nama Kelompok Tani Nama Ketua
kelompok Tani
Luas
Lahan
(ha)
Jumlah
premi (RP)
1 Bune
Patironge Amiruddin 25 900.000
Caloppeng Darwis 25 900.000
Sipatuo 2 H. Udding 25 900.000
Sipatuo 4 Halimun 25 900.000
Tawarae Tasbih 25 900.000
Sejahtera Hasbi 25 900.000
2 Poleonro
Sipamase mase Abd. Jafar 12 432.000
Siamasei Sapuddin 10 360.000
Lembah Harapan Arape 15 540.000
Uru Jumana 10 360.000
Mamminasae 1 Halim 13 468.000
Mamminasae 2 H.A. Rasultan 10 360.000
Kaluppang H. Baharuddin 10 360.000
Sipatokkong Mursalam 10 360.000
Mekar Basri 12 432.000
3 Mario
Batu Tokkong Harianto 17 612.000
Pada Elo A. Sulaeman 19 684.000
Mali Siparappe Suardi M 23 828.000
Ammateng Otae Abd. Hadi 21 756.000
Maroangin A. Ardi 22 792.000
Sipakatau A. Rustang 18 648.000
4
Duppa Mata A. Zakir 19 684.000
Allangirenge Suheli 25 900.000
Pammase Syarif H 17 612.000
Sipakaenre Nurdin 21 756.000
Jumlah 454 16.344000
Kelompok Tani yang terdaftar Asuransi Usaha Tani Padi untuk musim
tanam Oktober 2018- Maret 2019 yang terdiri dari 3 Desa dengan jumlah petani
sebanyak 316 petani yaitu, 1. Desa Bune dengan jumlah 6 kelompok, luas lahan
150 ha dan jumlah premi Rp. 5.400.000.2. Desa Poleonro dengan jumlah 9
kelompok tani, luas lahan 102 ha dan jumlah premi Rp. 3.512.000. 3. Desa Mario
dengan jumlah 10 kelompok tani, luas lahan 202 ha dan jumlah premi Rp.
6.436.000. Adapun jumlah keseluruhan lahan kelompok tani yang terdaftar di
AUTP dari 3 Desa dengan lahan 454 ha dengan jumlah premi Rp.
16.344.000.(Data yang diambil saat observasi awal).
Berikut data petani yang pernah mengalami gagal panen dan menerima
bantuan program AUTP:
Tabel 1.2
Daftar Petani Yang pernah Mengalami Gagal Panen dan menerima
bantuan AUTP di Kecamatan Libureng
No Nama Petani Desa Luas Lahan/ha Kelompok Tani
1 A. Nawir Bune 1.5 Sipatuo 2
2 H. A. Mappalewa Poleonro 1 Siamasei
3 Nuhung Poleonro 1.3 Kaluppang
5
4 H.M. Ali Poleonro 1 Kaluppang
5 Abd. Kadir Mario 1 Sipakaenre
6 Iskandaria Mario 1.5 Pammase
7 Sofyan Mario 1 Pammase
8 Abdul Jabbar Mario 1 Allangirengge
9 Amiruddin Mario 1.25 Sipakatau
10 A. Syamsuddin Mario 1 Maroanging
Permasalahan yang terjadi pada Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone adalah Kurangya sosialisasi dari pihak Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Kecamatan Libureng sehingga banyak kelompok tani tidak mengetahui
mekanisme pelaksanaan AUTP, banyaknya lahan kelompok tani yang tidak di
klaim oleh pihak BPP yang disebabkan lahan tersebut jauh dari area perairan.
(Data yang diambil saat observasi awal)
Dapat dilihat bahwa dari 20 desa yang terdapat di Kecamatan Libureng baru
3 desa yang tersentuh AUTP. Dengan adanya program Asuransi Usaha Tani Padi
yang sudah berjalan selama 2 tahun terakhir, dan tingkat kegagalan panen di
Kecamatan Libureng tinggi saat musim kemarau. Dari masalah tersebut layak
dikaji menggunakan teori Edward III.
Menurut Edward III terdapat empat variabel yang saling berkaitan dalam
menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Adapun model Edward
6
III terdiri dari 4 variabel yaitu, 1. Komunikasi; 2.Sumberdaya; 3.Disposisi;
4.Struktur birokrasi. (Agustino, 2012: 150).
Sesuai dengan permasalahan kurangnya sosialisasi BPP mengenai Program
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai “ Implemetasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi ( AUTP)
Dalam Mengatasi Gagal Panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka
peneliti mengambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana implementasi kebijakan
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan
Libureng Kabupaten Bone?.
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian yang telah diungkapkan ,
maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk menghasilkan gambaran
implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi
gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan kajian dan mengevaluasi Implementasi kebijakan
AsuransiUsaha Tani Padi dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan
Libureng Kabupaten Bone.
2. Memberikan masukan dan kontribusi pemikiran mengenai metode dalam
pelaksanaan kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi.
7
3. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti terkait
implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam
mengatasi gagal panen.
4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Asuransi Usaha Tani
Padi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penulisan penelitian ini mengambil tiga rujukan penelitian sebelumnya
sebagai pedoman bagi peneliti yang sangat berguna dan memiliki manfaat yang
begitu besar, adapun penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Penelitian oleh Nurisha Iqlyma (2019)
Nurisha Iqlyma adalah Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengambil jurusan Ilmu Administrasi
Negara.Penelitian yang dilakukan mengambil judul Implementasi Asuransi
Usaha Tani Padi Di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Pada Tahun 2019.
Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah PT Jasindo tidak evektif
dalam melakukan pengecekan pada lahan yang mengalami kerusakan, dan
sosialisasi mengenai program asuransi usaha tani belum optimal.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui jalanya program Asuransi Usaha
Tani di Kecamatan Ciruas Kabupaten serang.
Penelitian ini berguna memperbanyak ataupun memperluas khazanah ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan, serta diharapkan mampu memberikan
manfaat yang besar bagi perkembangan Ilmu administrasi Publik terutama
pada bidang pendidikan. Kesimpulan penelitian Nurisha Iqlyma yaitu:
a. Kepentingan bagi program asuransi usaha tani yaitu dalam bidang
pertanian sebagian besar usaha tani merupakan usaha pertanian berskala
9
kecil, yang kurang mampu memberikan perlindungan bagi usahanya
dengan mandiri. Serta dalam perkembangan dibidang usaha pertanian
dihadapkan resiko yang disebabkan oleh serangan organisme
penggangu tumbuhan dan bencana alam.
b. Program Asuransi Usaha Tani Padi ingin mencapai perubahan
pemikiran petani, yaitu petani yang semula jika mengalami gagal panen
atau mengalami kerusakan mereka meminjam ke rentenir.
c. Memberikan masukan kepada petani agar kedepanya petani dapat
mengikuti program asuransi usaha tani padi dengan kesadaran sendiri,
dalam memeberikan masukan tersebut pemerintah memberikan 50
hektar lahan sawah secara gratis bagi kecamatan ciruas yang dibiayai
oleh APBD setelah disubsidi 80% oleh APBN.
d. Yang membuat Program Asuransi Usaha Tani terhambat di Kecamatan
Ciruas Kabupaten Serang yaitu: 1) Bentuk pemikiran petani yang sulit
untuk diubah ketikan lahan pertanian mereka mengalami kerusakan,
petani masih meminjam modal untuk penanaman berikutnya. 2) Petani
masih melihat pengalaman sebelumnya yang telah terjadi, ketika PT
jasindo tidak ada kejelasan untuk melakukan pengecekana kelapangan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Nurisha Iqlyma dengan peneliti
terdapat pada rumusan masalah, dan teori yang di gunakan Nurisha Iqlyma
menggunakan teori Merilee S. Grindlee sedangkan peneliti mnggunakan
teori Edward III.
10
2. Penelitian oleh M. Bagus Prayuda (2017).
Penelitian yang dilakukan oleh M. Bagus Prayuda salah satu Mahasiswa
Universitas Lampung Prodi Ilmu Administrasi Negara dengan mengambil
judul, Implementasi Program Asuransi Usaha Tani Padi Provinsi lampung,
pada tahun 2017. Penelitian ini mengangkat permasalahan P3H pusat
dibubarkan sehingga mengakibatkan dana kegiatan dipangkas dan sangat
mempengaruhi program AUTP sehingga program ini tidak mencapai target.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan gambaran implementasi
kebijakan asuransi usaha tani padi di provinsi lampung, penelitian ini
menggunakan teori dari Edward III dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Manfaat penelitian
M. Bagus Prayuda yaitu: a. Manfaat teoritis, adapun manfaat teoritis dari
penelitian ini adalah memberikan kajian tentang kinerja implementasi
Kebijakan Asuransi Usaha Tani pada Provinsi Lampung.b. Manfaat Praktis,
manfaat Praktis dari penelitian ini yaitu untuk menyalurkan konstribusi
pemikiran metode dalam melaksanakan kebijakan asuransi usaha tani.
Adapun kesimpulan penelitian M. Bagus Prayuda yaitu:
a. Faktor Komunikasi, adanya ketua kelompok tani yang belum
mendapatkan sosialisasi, sehingga prosedur premi asuransi usaha tani
yang di berikan oleh pemerintah tidak di ketahui oleh kelompok tani
tersebut. Sehingga implementasi Asuransi Usaha Tani Padi Di Provinsi
Lampung belum tersalurkan dengan baik.
11
b. Faktor Sumber daya, Kuantitas agen marketing PT Jasindo kurang
memadai sehingga sumber daya belum memenuhi kapasitas untuk
menunjang berjalanya program asuransi usaha tani.
c. Faktor Disposisi Pelaksana, ditemukanya agen pelaksana yang pasif dan
secara umum tidak mendapatkan insentif sehingga dapat disimpulkan
pada aspek disposisi sikap agen belum terpenuhi hal tersebut
berpengaruh pada kemampuan para agen pelaksananya dalam
menyikapi maupun melaksanakan kebijakan asuransi usaha tani.
d. Faktor Struktur Birokrasi, Aspek struktur Birokrasi dapat disimpulkan
bahwa aspek birokrasi ini belum terpenuhidisebabkan agen pelaksana
ada yang tidak mendapatkan SOPs dan adapun yang mendapatkan
namun sukar untuk merealisasikan. Sehingga kinerja struktur birokrasi
belum bisa maksimal sesuai yang digariskan sebelumnya.
Perbedaan penelitian oleh M, Bagus Prayuda dan Peneliti adalah terdapat
pada fenomena masalahnya dimana pada penelitian Bagus Prayuda
fenomena masalahnya yaitu dibubarkannya P3H pusat sehingga
menimbulkan masalah permodalan untuk pelaksanaan kebijakan terhenti
dan target yang sudah ditentukan tidak tercapai, sedangkan peneliti
fenomena masalahnya yaitu kurangnya sosialisasi AUTP di Kecamatan
Libureng.
12
3. Penelitian oleh Osi Deka Saputri (2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Osi Deka Saputri, Mahasiswa Insitut Agama
Islam Negeri Tulungagung pada tahun 2019 Jurusan Ekonomi Syariah
mengambil Judul penelitian Penerapan Asuransi Usaha Tani Padi Dalam
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Petani Di Kabupateng Tulungagung.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dengan Tujuan
penelitan Osi Deka Saputri yaitu, untuk menjelaskan dan mengetahui
program AUTP dalam upaya meningkatkan kualitas petani di kanupaten
tulungagung, untuk mengetahui faktor yang menunjang dan faktor apa saja
yang menghambat AUTP dalam meningkatkan kesejahteraan petani
Tulungagung. Jenis penelitian ini yaitu menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan metode atau dengan pendekatan studi kasus.
Manfaat penelitian yang dilakukan oleh Osi Deka Saputri Yaitu:
a. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pada
dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk petani, agar dapat memberikan masukan mengenai
pelaksanaan AUTP serta hambatan yang dapat terjadi dalam
penerapan kebijakan tersebut.
2) Untuk Dinas pertaian Tulungagung, peneliti mengharapkan agara
memberi masukan kepada dinas pertanian dalam upaya
13
meningkatkan kesejahteraan petani. Khususnya penerapan program
Asuransi Usaha Tani Padi.
3) Untuk akademis, Peneliti mengharapkan dengan penelitian ini bisa
menambah pembendaharaan di perpustakan IAIN Tulungagung.
4) Bagi Peneliti Selanjutnya, peneliti mengharapkan penelitian ini
mampu memberikan informasi dan menambah penegetahuan untuk
melakukan penelitian yang sama.
Perbedaan Penelitian Osi deka Saputri dengan penelitan yang dilakukan
oleh peneliti yaitu pendekatan yang di lakukan pada jenis penelitian,
penelitian Osi Deka Saputri menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
metode pendekatan studi kasus sedangan peneliti menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.
B. Pengertian Implementasi Kebijakan
1. Definisi Implementasi Kebijakan
Impelementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia mengartikan
implementasi merupakan pelaksanaan atau penerapan, sedangkan pengertian
implementasi dalam artian umum merupakan suatu tindakan dalam
melaksanakan suatu program yang sudah di rencanakan dengan matang yang
disusun secara teliti, (https://alihamdan.id/implementasi/). Implementasi
berasal dari bahasa Inggris (to Implement) yang artinya mengimplementasikan.
Implementasi merupakan kegiatan yang telah di rencanakan dan sudah
dilakanakan dengan mengacu pada peraturan tertentu guna mencapai tujuan
yang sudah di rencanakan, (https://alihamdan.id/implementasi/)
14
Grindle (Mulyadi, 2015: 47) mendefinisikan implementasi sebagai proses
umum tindakan administratif yang mampu diteliti pada tingkat program
tertentu. Sedangkan menurut Ekawati (Taufik dan Israil, 2013: 136)
implementasi yaitu mencakup tindakan seseorang atau kelompok privat ataupun
publik yang langsung pada pencapaian tujuan dalam keputusan kebijakan yang
telah ditetapkan.
Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (Taufik dan Israil, 2013:
136) mendefinisikan implementasi sebagai tindakan yang dilakukan dalam
keputusan sebelumnya, tindakan ini mencakup usaha-usaha dalam mengubah
suatu keputusan menjadi sebuah tindakan-tindakan pada janga waktu tertentu,
serta dalam rangka melanjutkan aktivitas dalam mencapai perubahan besar
maupun kecil yang sudah ditetapkan oleh keputusan kebijakan yang dilakukan
oleh suatu organisasi publik yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya Gordon (Mulyadi, 2015: 24) mendefinisikan
implementasi merupakan kegiatan yang diarahkan untuk realisasi program.
Dari penjelasan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi
kebijakan tidak akan bisa dimulai sebelum semua tujuan dan sasaran kebijakan
yang sudah diidentifikasi ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi
Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok organisasi
untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan telah
ditetapkan.
15
2. Teori-Teori Implementasi Kebijakan
Adapun teori implementasi kebijakan dari beberapa ahli yaitu:
Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier, menurut Mazmanian dan
Sabatier (Subarsono, 2011: 94) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
suksesnya implementasi, yaitu: bentuk kebijakan atau undang-undang,
karakteristik dari sebuah masalah, dan faktor lingkungan.Model Implementasi
menurut Mazmanian dan paul Sabatier disebut dengan model kerangka analisis
implementasi. Dalam model tersebut mereka mengklasifikasikan proses
imlementasi kedalam tiga faktor yaitu: Pertama, Faktor Independen, yakni
mudah atau sulitnya masalah diatasi yang berkenaan dengan masalah teknis
pelaksanaan, teori, keragaman obyek, serta bentuk perubahan yang diinginkan.
Kedua, Faktor Intervening, merupakan kemampuan dalam menstrukturkan
proses implementasi dengan jelas dan konsisten, kesamaan hierarki diantara
lembaga pelaksana, serta kebijakan oleh lembaga pelaksana. Ketiga, Faktor
diluar kebijakan, yaitu faktor yang mempengaruhi proses implementasi
berkenaan dengan kondisi ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dari
konsituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, sikap konsisten dari pejabat
pelaksana dan kuliatas kepemimpinan.
Teori George C. Edward III berpendapat bahwa keberhasilan Implementasi
kebijakan di pengaruhi oleh empat faktor (Subarsono, 2011: 90-92). Yaitu:
a. Komunikasi, Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh seorang implementor, seorang implementor diwajibkan
mengetahui target fokus dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan
16
kepada kelompok sasaran, mengetahui apa yang harus dikerjakan,
sehingga mampu mengurangi bentuk penyimpangan dalam
implementasi kebijakan.
b. Sumber daya, jika implementor mengalami kekurangan sumber daya
walaupun isi semua kebijakan sudah disampaikan dengan jelas dan
konsisten oleh implementor, maka implementasi tidak akan berjalan
dengan efektif. Sumber daya tersebut biasanya berwujud kompetensi
implementor dan sumber daya finansial.
c. Disposisi, disposisi merupakan karakter yang dimiliki seorang
implementor seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki sifat yang baik maka keberhasilan implementasi
kebijakan pun tinggi, dan implementor mampu mengerjakan kebijakan
dengan efektif seperti yang diharapkan pembuat kebiajakan. Namun
sebaliknya jika implementor memiliki sikap yang bersebrangan dengan
pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan tidak bisa
berjalan sesuai yang diinginkan pembuat kebijakan.
d. Struktur Birokrasi, apabila struktur organisasi terlalu penjang maka
birokrasi akan mengalami prosedur yang rumit dan kompleks, oleh
karena itu struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard
Operating Procedure dan Fragmentasi.
Teori Merilee S. Grindlee, Kesuksesan Implementasi kebijakan oleh
Grindlee disebabkan oleh dua faktor (Subarsono, 2011: 93), yaitu:
17
a. Isi kebijakan (Content of Policy)
b. Lingkungan Implementasi (Context of Implementation)
Faktor tersebut melingkupi manfaat yang diperoleh target group, sejauh
mana kepentingan organisasi sasaran tercantum dalam isi sebuah kebijakan,
sejauh mana perubahan yang diinginkan isi kebijakan, apakah isis kebijakan
menyatakan implementornya dengan cermat dan apakah program yang
dilaksanakan didukung sumberdaya yang memadai.
Teori Jan Merse, Jans Merse (Yulianto, 2015: 70) mendefinisikan teori
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Informasi
b. Isi kebijakan
c. Dukungan masyarakat
d. Pembagian potensi
Jan Merse menegaskan bahwa partisipasi masyarakat (Dukungan
masyarakat) merupakan stake holder bagi pelaksanaan program.
Teori Marmic, Marmic (Yulianto, 2015: 70-71) mengemukakan bahwa
keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
a. Kemampuan Organisasi, Faktor ini menjelaskan implementasi
merupakan kemampuan melaksanakan tugas yang diberikan atau
dibebankan. Kemampuan organisasi terdiri dari tiga unsur yaitu, 1)
Kemampuan teknis, 2) Kemampuan menjalin hubungan dengan
organisasi lain, 3) meningkatkan SOP dalam memberikan pelayanan.
18
b. Informasi, kurangnya informasi yang diberikan oleh organisasi
pelaksana dengan objek kebijakan akan berdampak pada proses
implementasi.
c. Dukungan, suksesnya implementasi kebijakan, di pengaruhi oleh objek
kebijakan yang selalu patuh kepada pelaksana walaupun isi kebijakan
bertentangan dengan pendapat mereka.
d. Pembagian potensi, pembagian tanggung jawab yang kurang
disesuaikan dengan pembagian tugas seperti pembatasan yang tidak
jelas dan desentralisasi pelaksanaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Edward III, menurut
Edward yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan di pengaruhi
empat faktor yaitu, Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur
Organisasi.Alasan peneliti menggunakan teori Edward III karena teori ini cocok
untuk menyelesaikan rumusan masalah penelitian ini.
C. Pengertian Asuransi
1. Definisi Asuransi
Pengertian asuransi pada UU No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian,
asuransi adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dengan pemegang polis. Selain pengertian menurut undang-undang, ada
beberapa pengertian yang di kemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
Menurut Mark R. Greene (https://www.asuransiku.id) asuransi merupakan
organisasi ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengurangi berbagai resiko
dengan cara menggabungkan diri pada satumanejemen dan kelompok objek di
19
dalam lingkup yang lebih rinci. Sedangkan menurut William dan Haeins
(Danarti, 2011: 7) mendefinisikan asuransi berdasarka dua sudut pandang yaitu:
a. Asuransi merupakan pengaman apabila terjadi kerugian finansial yang
dilakukan oleh seorang penanggung, b. Asuransi merupakan persetujuan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menanggulangi
kerugian finansial
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian yang
mencakup semua sudut pandang diatas, yaitu: Asuransi merupakan perjanjian
yang dilakukan oleh pihak tertanggung dan penanggung yang bertujuan untuk
melindungi tertanggung dari berbagai resiko yang belum pasti.
2. Manfaat Asuransi
Adapun manfaat secara umum yang akan didapatkan dalam mengikuti
asuransi (Deny, 2016: 30-32), yaitu: a. Memberikan ketenangan, dengan
mengikuti asuransi resiko kerugian yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang
tidak terduga bisa diminimalisir dengan mudah sehingga memberikan
ketenangan bagi yang mengikuti asuransi, b. Sebagai investasi dan tabungan,
dengan mengikuti asuransi anda akan mendapatkan jaminan untuk pengembalian
investasi pada akhir kontrak, c. Membantu meminimalkan kerugian, dengan
mengikuti asuransi maka pihak penanggung akan membantu pihak tertanggung
untuk mengurangi kerugian akibat kejadian tertentu, d. Membantu mengatur
keuangan, adanya asuransi akan membantu mengurangi pengeluaran yang tidak
terduga karena penyedia layanan jasa asuransi akan menyediakan ganti rugi.
20
Sedangkan manfaat asuransi menurut UU No. 40 Tahun 2014 yaitu: a.
Memberikan penggantian kepada tertanggung karena adanya kerugian, biaya
yang timbul, kerusakan, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum
karena terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti, b. Memberikan pembayaran yang
didasarkan meninggalnya pihak yang tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan hidupnya tertanggung dengan ketetapan pada hasil pengelolaan dana.
D. Konsep Asuransi Usaha Tani Padi
1. Pengertian Asuransi Usaha Tani Padi
Asuransi Usaha Tani Padi merupakan bentuk perjanjian antara pihak petani
(Pihak tertanggung) dengan pihak perusahaan asuransi (Penanggung) untuk
mengikatkan diri dalam pertanggungan resiko dalam mengatasi kerugian yang
akan dialami.
Pemerintah telah mengupayakan perlindungan usaha tani dalam mengatasi
kerugian yang suatu saat akan dialami oleh petani. Seperti yang tercantum dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013, yang membahas mengenai perlindungan
dan pemberdayaan petani yang telah disahkan oleh pemerintah dengan
menerbitkan peraturan kementan No. 40 Tahun 2015 tentang fasilitas asuransi
pertanian.
Adapun mekanisme pelaksanaan AUTP (pedoman bantuan premi, 2019)
yaitu Dinas Pertanian di Provinsi akan mencatat calon petani maupun calon
lokasi, selanjutnya Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, yang kemudian UPTD
Kecamatan dengan PPL akan melaksanakan sosialisasi serta pendaftaran dan
pembayaran premi swadaya, dari pihak UPTD Kecamatan akan memberikan
21
data untuk calon peserta yang akan ditujukan pada Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan pihak pelaksana perusahaan asuransi yaitu PT jasindo,
selanjutnya petani akan mendapatkan sertifikat polis, kemudian pihak asuransi
akan melaporkan kuitansi kepada dinas pertanian Kabupaten/kota, selanjutnya
pihak Asuransi akan menagih bantuan premi kepada Kementan Ditjen PSP, dan
Asuransi pelaksana akan mendapatkan pembayaran bantuan premi asuransi dari
Kementan Ditjen PSP. Mekanisme pelaksanaan AUTP dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.1 Mekanisme Pelaksanaan AUTP
(Sumber Pedoman Bantuan Premi 2019)
DINAS PERTANIAN
PROVINSI
KEMENTAN
DITJEN PSP
DINAS PERTANIAN
KABUPATEN KOTA
UPTD KECAMATAN
DAN PPL
PT ASURANSI JASA
INDONESIA
(penanggung)
PETANI/KELOMPOK
TANI (tertanggung)
1).Sosialisasi dan Koordinasi
2)Sosalisasi
dan
Pendampingan
3) Sosialisasi
dan
Pendampingan
14)
Pembayaran
Bantuan Premi
11) Penetapan
Daftar
PesertaDefinitif
(Form 3)
13)Penagihan
Bantuan
Premi
4)Sosialisasi& Pendaftaran (Form 1)
7) Premi
Swadaya
12)Rekap Daftar
Peserta Definitif
(From 4)
9) Daftar Pserta
(Form 2) 8) Polis
Asuransi
10) Penyampaian Polis Asuransi
6)
Verifikasi
Kelayakan
Data
Peserta 5)
Penyampaian
Data Peserta
22
2. Maksud, Tujuan dan Sasaran AUTP
Maksud diselenggarakanya program asuransi usaha tani padi (AUTP) adalah
untuk melindungi dan mengganti kerugian ekonomi akibat gagal panen.
a. Tujuan AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi)
1) Membentengi petani apabila terjadi gagal panen akibat resiko
kekeringan,serangan OPT, dan banjir.
2) Mengalihkan kerugian akibat resiko kekeringan, banjir, dan
serangan OPT/hama melalui pertanggungan asuranji.
b. Manfaat yang akan Diperoleh Petani melalui AUTP
1) Petani akan memperoleh ganti rugi akibat resiko yang terjadi yang
dimaksudkan agar petani memiliki modal untuk penanaman
selanjutnya.
2) Meningkatkan aksebilitas petani akan sumber-sumber pembiayaan.
3) Petani akan didorong menggunakan input produksi sesuai dengan
anjuran usaha tani yang baik.
c. Sasaran penyelenggaraan AUTP
1) Petani akan terlindungi dari kerugian karena mendapatkan ganti
rugi apabila terjadi gagal panen akibat resiko kekeringan,
banjir,dan serangan OPT.
2) Kerugian petani akan teralihkan akibat resiko gagal panen melalui
bentuk pertanggungan asuransi.
23
3. Kriteria Peserta AUTP
a. Petani yang mempunyai lahan sawah dengan luas dua hektar, dan
melakukan usaha tanaman padi.
b. Petani yang menggarap lahan pertanian, namun tidak memiliki lahan
sendiri. Maksimal luas lahan yang digarap dua hektar.
c. Petani harus memiliki NIK.
4. Resiko Yang Di Jamin AUTP
AUTP membentengi para petani apabila kerusakan pada tanaman yang
diasuransikan disebabkan oleh kekeringan, banjir, dan serangan dari OPT.
a. Kekeringan, yaitu tanaman padi mengalami pertumbuhan yang tidak
optimal yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air selama
priode pertumbuhan.
b. Banjir, yaitu rusaknya tanaman padi akibat tergenang selama priode
pertumbuhan sehingga berdampak buruk pada tingkat produktifitas
tanaman.
c. OPT atau hama penggangu, yaitu diserangnya tanaman padi oleh hama
selama pertumbuhan sehingga tanaman menjadi rusak atau mati.
5. Harga Pertanggungan
Harga pertanggungan yaitu dasar yang menjadi perhitungan premi dan batan
maksimum ganti rugi, harga pertanggngan AUTP adalah sebesar RP.
6.000.000/hektar.
24
6. Premi AUTP
Premi Asuransi merupakan nilai uang yang harus dibayar oleh tertanggung
untung mendapatkan perlindungan dan jaminan, Total premi AUTP yaitu
sebesar RP.180.000/hektar permusim tanam.
Dan besaran bantuan premi dari pemerintah yaitu sebesar RP.144.00
0/hektar permusim tanam dan sisanya merupakan swadaya dari petani sebesar
RP.36.000/hektar permusim tanam.
7. Ganti Rugi
Petani akan mendapatkan ganti rugi apabila terjadi resiko kekeringan, banjir
dan serangan OPT. Sehingga tanaman padi yang dipertanggungkan mengalami
kerusakan, dengan kondisi persyaratan yaitu:
a. Umur padi telah melewati 10 hari atau seminggu lebih setelah ditanam
b. Umur padi telah melewati 30 hari atau sebulan setelah tebar
c. Besar kerusakan dan luas kerusakan pada setiap petak alami kurang
lebih 75%.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan alur pemikiran yang diambil dari suatu teori
yang relavan dengan fokus atau judul penelitian dalam upaya menjawab masalah-
masalah dalam rumusan masalah penelitian tersebut.
Asuransi usaha tani padi dibentuk oleh pemerintah agar petani mendapatkan
perlindungan dan untuk mengatasi kerugian akibat resiko ketidakpastian yang
disebabkan oleh perubahan iklim, maksud dan tujuan AUTP adalah untuk
melindungi petani.
25
Namun sejak AUTP dilaksanakan di Kecamatan Libureng tahun 2018,
masyarakat mengaku kurangnya sosialisasi AUTP sehingga pelaksanaan AUTP
belum bisa dikatakan berhasil. Pada tahun 2019 banyak lahan pertanian di
Kabupaten Bone mengalami gagal panen akibat kekeringan dan hama tanaman
terkhususnya di Kecamatan Libureng, dan itulah menjadi penyebab peneliti ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone”
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti menggunakan teori Edward III
untuk mengkaji lebih dalam untuk mencari jawaban ataupun menyelesaikan
masalah dalam penelitian ini.Dalam teori Edward III terdapat empat (4) faktor
yang mempengaruhi suksesnya imlementasi kebijakan. Yaitu Komunikasi,
Sumber daya, Disposisi, Struktur Birokrasi
`
Gambar 2.2Kerangka Pikir
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Komunikasi Sumber
daya Disposisi Struktur
Birokrasi
Keberhasilan Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone
26
F. Fokus Penelitian
Penetapan fokus penelitian merupakan hal terpenting dalam penelitian
kualitatif karena untuk memberikan batasan studi dan mengarahkan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti fokus pada Implementasi AUTP dengan faktor yang
terdapat dalam teori Edward III, yaitu:
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
G. Deskripsi Fokus
Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini perlu diperjelas dengan
dikemukakannya deskripsi fokus penelitian sebagai berikut:
1. Komunikasi dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana cara Dinas Pertanian
mengimplementasikan kebijakan serta melakukan sosialisasi Asuransi
Usaha Tani Padi (AUTP) kepada masyarakat khususnya para petani untuk
mencegah gagal panen.
2. Sumber daya, dalam hal ini jika Dinas Pertanian mengalami kekurangan
sumber daya alam maupun sumber daya manusia lainya walaupun isi semua
kebijakan sudah disampaikan dengan jelas kepada masyarakat, maka
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) tidak akan berjalan dengan efektif.
3. Disposisi, disposisi merupakan karakter yang dimiliki oleh Dinas Pertanian
seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila Dinas Pertanian
memiliki sifat yang baik maka keberhasilan implementasi Asuransi Usaha
27
Tani Padi (AUTP) akan terlaksana dengan baik, serta Dinas Pertanian
mampu melaksanakan kebijakan AUTP dengan efektif seperti yang
diharapkan. Namun sebaliknya jika Dinas Pertanian memiliki sikap yang
sebaliknya, maka proses implementasi AUTP tidak dapat berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
4. Struktur Birokrasi, apabila struktur organisasi dari Dinas Pertanian terlalu
penjang maka akan mengalami prosedur yang rumit dan kompleks yang
dapat mempersulit masyarakat khususnya para petani, oleh karena itu
struktur organisasi Dinas Pertanian sangat berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan AUTP.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Berdasarkan Judul Penelitian “ Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone” Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 September 2020-
07 November 2020 di Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kecamatan Libureng, BPP (Balai Penyuluh Pertanian).
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian maka untuk menghasilkan gambaran
Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi Dalam Mengatasi Gagal
Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone, maka penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan realita secara empirik
dibalik suatu gejala secara mendalam, rinci dan tandas dengan penjelasan detail
objek dan masalah penelitian ini berdasarkan fakta. Metode ini juga disebut
metode artistik, disebabkan karena dengan menggunakan metode kualitatif
teknik penelitian lebih bersifat seni dan disebut sebagai metode interpretive,
(Sugiyono,2014: 9).
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan fenomenologi
sebagaimana peneliti berusaha mengungkap suatu fakta dan realita yang
29
berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada lokus maupun fokus
penelitian yang tentunya berada di wilayah penelitian yaitu Kecamatan
Libureng.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng
Kabupaten Bone” menggunakan sumber data yang terdiri dari dua sumber yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data dari informan, informan akan diwawancarai
untuk mendapatkan data primer. Dimana data primer ini didapatkan dari peneliti
selama proses pengumpulan data dengan teknik wawancara secara mendalam
dan observasi terhadap Implementasi Asuransi Usaha Tani Padi Dinas Pertanian
Kecamatan Libureng Dalam Mengatasi Gagal Panen.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupaka data tertulis yang dapat digunakan sebagai
informasi pendukung dalam menganalisis data primer. Data ini berupa
dokumen-dokumen yang tertulis terkait dengan dibentuknya program AUTP.
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling
menentukan informan penelitian yang dilakukan. Alasan peneliti memakai teknik
purposive sampling dalam penelitian ini agar data yang diperoleh nantinya bisa
lebih reperesentatif, karena penentuan informan berdasarkan tujuan dan
30
pertimbangan tertentu yang berhubungan dengan permasalahan peneliti,
(Sugiyono, 2014: 122)
Adapun informan yang direncanakan peneliti yaitu: Kepala BPP, PPL,
Ketua Kelompok Tani dan Masyarakat Libureng.
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Informan Nama Informan Inisial Jumlah
1 Kepala PPK Harding HD 1
2
PPL
M. Rusdi
Haslinda
Suriani
MI
HA
SR
8
Sutriani. SP SI
Sukmawati. SP SW
Andi Rustan AR
Cuddin Abbas CA
Andi syamsir AS
3
Ketua Kelompok
Tani
Amiruddin
Abdul Jafar
Harianto
AN
AJ
HO
8
Usman UN
Andi patta AP
Udding UG
Andi Nurdin R AR
Abbas AS
31
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penyusunan
proposal yaitu dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara.
1. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati gejala-gejala
yang diselidiki di lokasi penelitian Balai penyuluh Pertanian (BPP). Hasil
observasi ini sangat membantu dalam proses penelitian ini karena penulis dapat
mengetahui mengenai implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi
(AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten
Bone.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan proses
tanya jawab dengan informan agar mendapat informasi lebih mendalam.
Maksud dari mengadakan wawancara antara lain: Mengkonstrukskan orang,
kejadian, kegiatan, lembaga suatu organisasi, motivasi, tuntutan dan lain- lain.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dari
informan terkait dengan fokus penelitian, sehingga sasaran yang akan di
wawancarai adalah pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang
dijadikan sumberdata. Proses wawancara dilakukan secara terstruktur, yaitu
peneliti memberikan batasan pertanyaan terhadap informan dengan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis, sehingga proses
wawancara tidak menyimpang dari fokus penelitian.
3. Dokumentasi
32
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana data diperoleh
dari barang-barang tertulis, buku, yang berkaitan dengan penelitian, agar
peneliti mendapat data yang jelas, sehingga dapat diuji dan digunakan dalam
proses penelitian berlangsung. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan
sumber-sumber data tertulis sebagai penguat suatu datayang didapatkan yang
sumbernya dari informan.Cara ini adalah teknik mengumpulkan data dengan
media dokumentasi, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen, gambar,
sebagai pelengkap data tertulis yang diperoleh melalui wawancara.
F. Teknik Analisis data
Teknik analisis data merupakan langkah terpenting dalam memperoleh
temuan-temuan hasil dari penelitian.Analisis data merupakan langkah selanjutnya
untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data didapatkan,
dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk memberi kesimpulan
masalah atau persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.Model
analisis data yang di gunakan yaitu, model analisis interaktif.Model ini memiliki 3
komponen utama. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246-252)
ketiga komponen tersebut yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah komponen pertama dalam menganalisis data yang
memperpendek, mempertegas, membuang hal yang tidak penting, membuat
fokus dan mengatur data menjadi lebih baik sehingga simpulan peneliti mampu
dilakukan. Peneliti memfokuskan pada hal yang dianggap penting oleh peneliti,
tujuanya agar mudah memahami suatu data yang peneliti kumpulkan
33
sebelumnya, dari data yang ditemukan di tempat penelitian/lapangan yang
kemudian disatukan dan dipilah berdasarkan pengelompokan yang sinkron dari
aspek suatu masalah yang diamati dalam penelitian
2. Sajian Data
Sajian data merupakan kesimpulan informasi yang sistematis dan logis dan
mudah untuk dipahami.Hasil dari reduksi data disusun dan disajikan dalam
bentuk teks narasi deskriptif.Peneliti melakukan pengumpulan data yang telah
melalui reduksi untuk menggambarkan kejadian yang terjadi di lokasi
penelitian.Catatan-catatan penting di lapangan kemudian disajikan dalam
bentuk teks deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam awal penelitian, peneliti harus mulai mengerti apa maksud dari hal-
hal yang ia temui dengan mencatat berbagai proporsi dan peratutan-peraturan
sehingga dalam penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.Tahap ini
merupakan tahap terakhir dalam menganalisis data. Peneliti menguji
keabsahanya melalui validitas internalyaitu aspek kebenaran.Penarikan
kesimpulan merupakan tahap mencari arti, makna dan menjelaskan kemudian
disatukan agar mudah dipahami sesuai tujuan penelitian.
G. Pengabsahan Data
Pengabsahan data merupakan batasan yang berkaitan dengan suatu
kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur.
Dalam Penelitian Kualitatif, agar data dapat dipertanggung jawabkan sebagai
bentuk penelitian ilmiah maka perlu dilakukan pengujian keabsahan data. Salah
34
satu caranya adalah Teknik Triangulasi. Adapun bentuk triangulasi (Sugiyono,
2014: 273-274) yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa
sumber untuk menguji kredibilitas data
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik yaitu cara mengecek keabsahan data dengan mengecek
data kepada sumber yang sama dengan cara yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas suatu data, misalnya ketika kita
mewancarai informan yang masih segar dipagi hari dengan kondisi masih segar
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Maka untuk
menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dan
observasi untuk melakukan pengecekan kredibilitas data dengan teknik lain
dalam waktu dan situasi yang berbeda.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 4.1
Sketsa Peta Kecamatan Libureng ( BPS Kecamatan Libureng)
Kecamatan Libureng adalah salah satu kecamatan yang terletak pada
bagianselatan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang memiliki jarak sekitar 110
km dari ibukota kabupaten. Kecamatan Libureng memiliki luas daerah dengan
besar 344,25 ha, yang juga merpakan daerah kedua kecamatan yang terbesar yang
ada dikabupaten Bone setelah kecamatan Bontocani. Letak astronomis terletak
pada posisi 4º36- 5º06’ Lintang Selatan dan 119º42’-120º40’ Bujur Timur dan
batas wilayah berikut ini:
36
Sebelah Utara : berbatasan langsung dengan Kecamatan Ponre.
Sebelah Timur: berbatasan langsungdengan Kecamatan Patimpeng.
Sebelah Selatan : berbatasan langsung dengan Kecamatan Kahu.
Berdasarkan cacatan badan klimatologi, rata-rata suhu Kecamatan Libureng
umumnya sekitar 28,5ºC serta suhu minimum 25,6ºC dan dengan suhu maksimum
28ºC. Kecamatan Libureng memilki iklim tropis serta mempunyai 2 musim yakni
musim kemarau serta musim hujan,Kecamatan Libureng memiliki 20 desa sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Desa
(Sumber BPS Kabupaten Bone)
No. Desa Luas
1. Desa Labuseng 10,25
2. Desa Polewali 19,68
3. Desa Wanuawaru 19,00
4. Desa Mario 14,55
5. Desa Swadaya 7,00
6. Desa Bune 24,00
7. Desa Mat. Bulu 15,23
8. Desa Mat. Deceng 11,45
9. Desa Mat. Walie 16,23
10. Desa Tompo Bulu 20,00
37
11. Desa Mallinrung 38,35
12. Desa Tana Batue 21,00
13. Desa Ponre-Ponre 11,50
14. Desa Pitumpidange 20,29
15. Desa Binuang 16,56
16. Desa Poleonro 16,85
17. Desa Baringeng 22,10
18. Desa Ceppaga 25,00
19. Desa Tappale 4,96
20. Desa Suwa 10,25
a. Demografi
Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik bahwa jumlah penduduk yang
ada di Kecamatan Libureng sebanyak 30.200 jiwa, dengan pola penyebaran
penduduk yang ada diKecamatan Libureng cukup tersebar merata di masing-
masingdesa, ini disebabkan oleh letak geografis, di Kecamatan Libureng
merupakan wilayah bagian selatan yang ada di kabupaten Bone atau sebutan lain
Bone selatan. Masyarakat dari Kecamatan Libureng berpemukiman sepanjang
kota kecamatan, yang berada didaratan rendah, daratan tinggi serta dipegunungan
38
Sumber utama atau mata pencarian penduduk ialah pertanian, peternakan
serta pedagang hal ini dilatarbelakangi dari sumber daya alam yang tersediaserta
letak geografis yang rata-rata merupakan wilayah pertanian serta pelosok.
b.Visi dan Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kecamatan Libureng/BPP.
1) Visi
Mewujudkan penyuluhan pertanian yang tangguh, kreatif serta dinamis
dalam memberdayakan dan mendirikan petani dalam meningkatkan
pendapatan serta keserjahteraan.
2) Misi
i. Mengembangkan sumberdaya manusia serta lembaga penyuluhan
yang berkualitas.
ii. Menambah kualitas proses penyelenggaraan penyuluhan.
iii. Menambah fungsi kontrol dalam proses pelaksanaan penyuluhan.
iv. Menekankan partisipasi yang aktif para pelaku utama, usaha serta
pemerintah khususnya daerah dalam proses pelaksanaan penyuluhan.
v. Menambah kerjasama secara teknis dan melakukan mitra kerjasama
dalam proses pelaksanaan penyuluhan.
vi. Melakukan penerapan teknologi dalam upaya pelaksanaan
penyuluhan.
39
vii. Memberdayakan masyarkat untuk melestarikan fungsi serta manfaat
sumberdaya alam dalam meningkatkan kesejahteraan.
c. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kecamatan Libureng/ BPP.
Berikut ini merupakan struktur organiasi yang ada di Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan/ BPP Kecamatan Libureng:
Gambar 4.2 Struktur Organisasi BPP Kecamatan Libureng
Kepala PPK
Harding, SP
Ketatausahaan
M. Yunus
Petugas Cyber
Rahmaningsi
Urusan Program
Cuddin Abbas
Urusan SDM
Hj. Haerawati
Urusan Supervisi
A.M. Yunus. ST
Wilayah Binaan PPL
40
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) bertujuan agar dapat menekan atau
mengurangi resiko dari kegagalan usaha tani terutama padi. Objek dari adanya
program ini diharapakan agar dapat memberikan pelindungan usaha tani akibat
kerugian karena banjir, akibat kekeringan, dan juga serangan dari hama penyakit
tumbuhan. Akibat dari resiko yang begitu tinggi yang tidak pasti dalam hal
berusaha tani yang mengakibatkan kerugian dengan jumlah yang sangat besar
membuat produksi padi menurun.
Program ini merupakan pogaram yang berorientasi pada pertanian
mempunyai suatu makna penting dalam usaha mensejahterakan petani melalui
cara mengurangi sedikit beban petani karena gagal panen yang dialami dan juga
menekankan para petani agar memanfaatkan pemasukan produksi yang telah
disarankan. Strategi ini merupakan suatu strategi komunikasi yang dilakukan agar
dapat mendukung penerapa program selama di lapangan dalam pelaksanan
Program Asuans Usaha Tani berlandaskan pada Peratura Menteri Pertanian No.
40 tahun 2015 mengenai Fasilitas Asuransi Pertanian serta penerapan Asuransi
Usaha Tani Padi bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan dan berjalan
dengan baik, dengan adanya penetapan program Asuransi Usaha Tani
Padi,diharapkan dapat disosialisasikan dengan masyarakat khususnya petani
sehingga para petani paham dan mengetahui maksud dan tujuan di terapkannya
program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
“Dilakukan pertemuan untuk di adakan penyuluhan sekabupaten Bone
untuk memberikan sosialisasi mengenai pemberitahuan seluruh jadwal
41
penyuluhan yang ada di kecamatan – kecamatan termasuk kecamatan
Libureng”. (wawancara kepala PPK, 24 September 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui adanya pola
penyebaran sosialisasi atau informasi tentang program Asuransi Usaha Tani Padi
yang dilakukan para penyuluh yang sebelumnya terlebih dahulu mengadakan
sosialisasi dengan para kelompok tani, yang sebelumnya para penyuluh telah
memperoleh informasi tentang program AUTP yang kemudengan para dian di
perluas lagi melalui pertemuan atau perkumpulan rutin dengan para ketua
kelompok tani yang ada di Kecamatan Libureng serta pihak – pihak lain yang
paham akan program AUTP ini.
Berikut ini wawancara yang dilakukan bersama ketua kelompok tani AN
wilayah binaan Ceppage yang mengatakan bahwa:
“Dari begitu banyak kelompok tani yang ada di Kecamatan Libureng,
kelompok tani di wilayah binaan Ceppage ikut serta dalam pelaksanaan
sosialisasi yang kemudian apa yang diperoleh pada saat sosialisasi akan
disampaikan kepada para anggota kelompok”.(Wawancara 24 September
2020)
Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan ini dapat memudahkan proses
penyebarluasan informasi tentang program AUTP sebagai ketua kelompok tani
sangat berperan penting mengenai semua bentuk informasi dari pemerintah yang
nantinya akan disampaikan kembali kepada anggota kelompok masing – masing.
Munculnya program Asuransi Usaha Tani Padi diharapkan dapat membantu
para petani dalam memberikan modal utama tanam untuk musim berikutnya serta
mendorong pemerintah dalam meningkatkan swasembada pangan. Peningkatan
banjir serta kekeringan dan hama penyakit tanaman yang muncul karena
42
ketidakpastian iklim yang selalu berubah – ubah mengakibatkan penurunan
produksi tani padi, karenanya perlu menjadi suatu pertimbangan pemerintah untuk
mengambil suatu keputusan agar bisa melindungi para petani. Terjadinya
penurunan produksi tani padi bukan hanya disebabkan perubahan iklim yang tidak
menentu akan tetapi juga disebabkan oleh hama penyakit tanaman yang bukan
saja dapat merugikan secara ekonomi melainkan juga berdampak buruk bagi
lingkungan.
Berikut ini merupakan kategori yang dikatakan gagal panen yang juga
dijamin oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian
(2016):
a. Banjir, termasuk tergenangnya semua lahan pertanian dalam masa
pertumbuhan yang dialami tanaman dalam kurun waktu tertentu, yang
dapat menurunkan produktivitas tanaman.
b. Kekeringan, yang di maksud ialah tidak tersedianya air yang memadai
untuk tanaman dalam masa pertumbuhan yang dialami tanaman
sehingga dapat menyebabkan tanaman tidak bertumbuh secara optimal,
dan dapat menurunkan produksi tanaman.
c. Organisme Pengganggu Tanaman, merupakan suatu organisme yang
bisa merusak tanaman bahkan mengakibatkan kematian, yang
didalamnya termasuk:
1) Hama Tanaman, yaitu: Walang sangit, Keong mas, Ulat, tikus,serta
Wereng batang coklat dan juga Penggerek batang.
43
2) Penyakit Tanaman, yaitu: Busuk batang, Kerdil rumput, Kresek,
Tungro, Bercak coklat, Kerdil hampa, dan Blast.
Program Asuransi Usaha Tani Padi memberikan begitu banyak manfaat
kepada para petani diantaranya:
a. Melindungi para petani secara fiansial akibat kerugian dari gagal panen,
b. Meningkatkan kurva petani dari sisi lembaga pembiayaan agar
memperoleh kredit petani,
c. Mengendalikan penghasilan petani dikarenakan tersedianya tanggungan
kerugian yang dilakukan perusahaan asuransi apabila terjadi kerugian
karena gagal panen,
d. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan melakukan metode cocok
tanam dengan benar yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
asuransi tani.
Selanjutnya manfaat yang dirasakan pemerintah karena adanya program
Asuransi Usaha Tani Padi ialah:
a. Mengamankan APBN akibat kerugian bencana alam yang ada di
pertanian karena telah ditanggung oleh perusahaan asuransi.
b. Menurunkan dana alokasi karena bencana alam.
c. Terjadinya kepastian dana yang terdapat dalam APBN, yaitu setara
dengan bantuan dari perusahaan asuransi.
44
d. Mengurangi kemiskinan pada bidang pertanian dalam kurun waktu yang
panjang.
e. Meningkatkan produktivitas pertanian skala nasional dalam kurun waktu
panjang yang dapat mengurangi impor.
Kriteria pelaksanaan program Asuransi Usaha Tani Padi yaitu petani yang
mempunyai lahan pertanian atau persawahan serta memiliki usaha tanam padi
dengan luas lahan 2 hektar per pendaftaran, untuk lokasi yang mendapatkan
AUTP yatu persawahan yan memilik irigasi baik irigasi sederhana, lahan rawa.
Sedangka ganti rugi yang dijamikan ialah jika terjadi banjir atau kekeringan atau
serangan hama penyakit tanaman sehingga menimbulkan kerusakan tanaman
denga melihat persyaratan yang belaku yaitu: padi telah bermur 10 hari sesudah
melakukan tanam, padi telah melewati umur30 hari sesudah melakukan sistem
tebar, dan juga kerusakan yang dialami mencapai target ≥75%.
Adapun proses pembayaran klaim AUTP ialah sebagai berikut:
a. Pembayaran atas klaim yang diajukan akibat gagal panen diukur sesua
dengan tingkat kerusakan yang terjadi.
b. Pembayaran klaim dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak surat persetujuan pembayaran klaim.
c. Pembayaran klaim dilaksanakan melalui pemindah bukuan ke rekening
aktif kelompok Tani Tertanggung.
45
Selanjutnya Ketentuan klaim, jika terjadi risiko terhadap tanaman yang
diasuransikan, kerusakan tanaman atau gagal panen dapat diklaim. Klaim AUTP
akan diproses jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tertanggung menyampaikan pemberitahuan kejadian kerusakan kepada
petugas (PPL/POPT) tentang indikasi terjadinya kerusakan (banjir,
kekeringan, dan OPT).
b. Petugas (PPL/POPT) bersama-sama dengan tertanggung mengisi form 6
selambat lambatnya enam hari kerja melalui aplikasi SIAP.
c. Tertanggung tidak diperkenangkan menghilangkan bukti kerusakan
tanaman sebelum petugas asuransi dan penilai kerugian melakukan
pemeriksaan. Tertanggung dapat melakukan penanaman kembali disertai
bukti foto open camerakerusakan dengan menyertakan titik kordinat
yang disebabkan eradikasi (Pemusnahan).
d. Saran pengendalian diberikan oleh PPL/POPT dan asuransi pelaksana
dalam upaya menghindari kerusakan yang lebih luas.
e. Tertanggung mengambil langkah-langkah pengendalian yang dianggap
perlu bersama-sama dengan petugas dinas pertanian setempat untuk
menghindari kerusakan tanaman yang lebih luas.
f. Jika kerusakan tanaman tidak dapat dikendalikan lagi, PPL/POPT
bersama petugas penilai kerugian yang ditunjuk oleh perusahaan asuransi
pelaksana, melakukan pemeriksaan dan perhitungan kerusakan.
g. Berita acara hasil pemeriksaan kerusakan diisi oleh tertanggung dengan
melampirkan bukti kerusakan ditandatangani oleh tertanggung, POPT,
46
dan petugas dari asuransi pelaksana, serta diketahui oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
Harga pertanggungjawaban atau asuransi ganti rugi kerusakan yang dialami
petani adalah Rp. 6.00.000, per hektar atau per musim tanam. Sedangkan untuk
premi asuransi usaha tani yaitu besaran jumlah uang yang yang dibayarkan
sebagai bentuk biaya dalam memperoleh perlindungan asuransi. Jadi jumlah
premi asuransi yaitu Rp. 180.00 per hektar atau per musim tanam. Apabila luas
lahan pertanian yang memiliki asuransi lebih atau bahkan kurang dari 1 hektar
maka besarnya ganti rugi dengan pehitungan yang proposional. Asuransi
diberlakukan selama satu musim tanam dan dalam kurun waktu tanggungan mulai
dari tanggal tanam smpai berakhir tanggal panen.
Berikut ini alur pelaksanaan AUTP yang melibatkan banyak instansi:
Gambar 4.3 Mekanisme Pelaksanaan AUTP
Dinas Pertanian
Provinsi
KEMENTAN Ditjen
PSP
PT. Asuransi Jasa
Indonesia
Dinas Pertanian
Kabupaten/kota
UPTD Kecamatan
dan PPL
Petani/Kelompok
tani
47
Tahap Pelaksanaan Program AUTP dilakukan dengan beberapa tahapan
secara urut sebagai berikut:
a. Tahap Pendafaran AUTP
Menurut pedoman umum pelaksanaan program AUTP yang dterbitkan
oleh Kementrian Pertanian, lahan sawah yang dapat didaftarkan ialah
sawah yang umur tanaman padi berusia kurang lebih 10 hari. Proses
pendaftaran oleh setiap kelompok tani yaitu ketua kelompok tani
mendatangi petani secara personal dan menanyakan kesediaan petani
untuk ikut serta dalam pendaftaran program AUTP dan meminta iuran
dana sesuai lahan yang terdampak bencana. Setelah mengumpulkan data
anggota kelompok tani, ketua kelompok tani melakukan pendaftaran
kepada tim teknis program AUTP tingkat kecamatan dan memberikan
rekapitulasi data anggota kepada BPP kecamatan.
b. Tahap Survei Lokasi
Pada tahap survei lokasi ini dilakukan oleh tim teknis AUTP Kecamatan
dan petugas penyuluh pertanian. Kawasan yang dilakukan survei adalah
lahan sawah irigasi teknis dan semi teknis yang diairi tanggul besar.
Setelah dilakukan survei lokasi yang didaftarkan AUTP, petugas asuransi
bersama penyuluh pertanian dan tim teknis AUTP melakukan penilaian
terhadap kelayakan lokasi yang didaftarkan.
c. Tahap Pembayaran Premi Asuransi
Tahap pembayaran yang dilakukan oleh setiap kelompok tani yang
menjadi objek penelitian cenderung memiliki tahapan yang sama yaitu
48
membayar dengan cara tunai kepada Kepala Dinas Pertanian Kecamatan
kemudian Dinas Pertanian Kecamatan akan membayarkan premi
kelompok tani kepada PT. Jasindo dan akan mendapatkan bukti
pembayaran.
d. Penerbitan Polis Asuransi
Penerbitan polis asuransi dilakukan setelah kelompok tani membayar
premi sesuai dengan lahan yang diasuransikan kepada pihak pelaksana
asuransi. Kelompok tani akan mendapatkan polis asuransi sesuai dengan
kesepakatan yang tertulis dan adanya keterikatan antara pihak
tertanggung dan penanggung. Polis asuransi akan dikeluarkan dan
diserahkan langsung kepada kelompok tani yang memenuhi persyaratan
sehingga anggota kelompok tidak mengetahui terkait polis asuransi.
e. Pembayaran Klaim
Pembayaran klaim AUTP pada kelompok tani yang mengalami gagal
panen akibat salah satu faktor yang sudah ditetapkan dibayar saat semua
kelompok tani sudah mengisi berkas hasil berita acara dari tim pemeriksa
kerusakan. Pada seluruh kelompok tani proses pembayaran klaim
dilakukan antara 7-13 hari kerja sejak berita acara hasil pemeriksaan
kerusakan dilaporkan. Nominal klaim AUTP yang dibayarkan pada
kelompok tani sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam
pedoman umum AUTP yaitu dengan tingkat kerusakan yang terjadi
kurang lebih 75% pada setiap luas petak dalam satu hamparan
49
Program Asuransi Usaha Tani Padi muncul karena dilatarbelakangi oleh
kebutuhan petani yang berkurang akibat gagal panen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari kepala PPK HD berikut ini:
“ Persoalan Asuransi Usaha Tani Padi memberikan begitu banyak manfaat
untuk para petani, sebenarnya kebijakan atau program ini dibentuk agar
dapat membantu petani jika mengalami gagal panen, jadi apabila para petani
mengalami gagal panen memperoleh ganti rugi akibat kerusakan sehingga
mendapatkan modal untuk menanam kembali di lahan yang telah rusak
sebelumnya.” (Wawancara 24 September 2020)
Artinya, dalam proses penerapan program ini telah berjalan cukup baik
khususnya dibidang pertanian, dimana program ini dapat membantu petani dalam
mengatasi gagal panen yang bisa meminimalisir resiko kerugian yang dialami dan
dapat mengasuransikan kepada pihak ke tiga yaitu perusahaan asuransi untuk
dapat menjamin tetap berlangsungnya usaha pertaniannya.
Mekanisme pendaftaran AUTP dengan melalui aplikasi SIAP yag dimana:
a. Tanaman atau padi yang bisa didaftarkan untuk jadi peserta umur padi
maksimal 30 hari sesudah melakukan tanam, untuk penilaian kelayakan
akan dinilai langsung oleh pihak asuransi.
b. Para kelompok tani bisa didampingi petugas dari pertanian untuk teknis
pengisian formulir .
c. Bantuan ganti rugi swadaya dikirim secara langsung ke rekening
penanggung serta menyetor bukti pembayaran ke perusahaan asuransi.
d. Perusahan asuransi menyeahkan hasil bukti asli polis ke kelompok tani
dengan perantara Dinas Pertanian Kabupaten.
50
e. Penyerahan bukti yang dimaksud diatas paling lama 14 hari setelah form
pendaftaran diserahkan.
f. UPTD terkait penyuluhan Kecamatan melakukan rekapitulasi atau
penyusuna para peserta asuransi.
g. Dinas Pertanian Kabupaten melakukan daftar peserta AUTP dengan cara
mengecek hasil bukti pembayaran ganti rugi (premi) sebesar 20%.
h. Setelah itu, dilakukan penyampaian untuk menetapkan DPD secara
berperiode per bulandengan Dinas Pertanian.
i. Dinas pertanian melakukan rekapitulasi DPD setiap masing-masiing
Kabupaten, serta menyalurkannnya atau menyebarluaskan kepada Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian
Manfaat yang diberikan dari adanya Asuransi Usaha Tani Padi dapat
membantu petani dalam mengganti atau mengurangi kerugian akibat gagal panen
yang dialami dengan memberikan modal yang dapat dipergunakan dalam
bertanam selanjutnya, dapat membantu petani dalam mengelola hasil produksi
pertanian khususnya padi.
Pernyataan lain diungkapkan oleh petani IF yang belum merasakan atau
mengalami gagal panen, ini disebabkan oleh bukti yang harus diajukan telah tiada
karena beliau telah membersihkan lahan pertaniannya disebabkan oleh lamanya
proses pengecekan yang dilakukan Dinas tekait. Berikut ini hasil wawancara
dengan Kelompok TaniAJ:
51
“ Saya pribadi tidak merasakan adanya manfaat dari program ini, saya
pernah mengalami gagal panen pada saat mengikuti program tersebut, akan
tetapi saya tidak sempat memperoleh ganti rugi disebabkan saya terlebih
dahulu membersihkannya kembali karena petugas yang terlalu lama datang
untuk mengecek lahan yang rusak.”(Wawancara 24 September 2020)
Pernyataan lain dikatakan oleh petani BN yang pernah mendapatkan atau
merasakan manfaat dari adanya program ini dengan memperoleh uang atau modal
untuk ganti rugi dari perusahaan asuransi, akan tetapi modal yang diberikan dirasa
belum cukup untuk dapat menutupi kerugian lahan pertanian yan mengalami
gagal panen. Berikut ini adalah wawancara dengan Kelompok Tani yang pernah
memperoleh bantuan asuransi usaha tani padi:
“program ini dapat membantu dan saya merasakan manfaatnya karena ikut
serta program ini , akan tetapi saya belum bisa merasakan sepenuhnya
meskipun kerusakan lahan sering saya alami dan sering terjadi, ini
disebabkan kerusakan lahan yang dialami tidak mencapai 75% dimana
manfat dari adanya asuransi usaha tani padi belum bisa dirasakan
sepenuhnya.”(Wawancara 24 September 2020)
Pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manfaat dari adanya penerapan
Program Asuransi Usaha Tani Padi yang ada di Kecamatan Libureng, para petani
yang ikut serta dalam program ini mengatakan bahwa belum merasakan atau
belum memperoleh manfaatnya disebabkan karena gagal panen yang dialami tidak
mencapai 75% , meskipun para petani mendapatkan gagal panen melebihi target
yang ditetapkan masih saja belum memperoleh manfaatnya disebabkan oleh
lamanya petugas yang bertugas melakukan pengecekan lahan pertanian yang
mengalami kerusakan sehingga petani mengarit atau membersihkan lahan
pertanian yang mengalami kerusakan tersebut yang mengakibatkan hilangnya
barang bukti yang dimiliki petani.
52
Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Khususnya Kecamatan Libureng
didalam membuat kebijakan selalu mepertimbangkan target atau sasaran yang ngn
dicapai dari diterapkannya kebijakan tersebut. Melalui program atau kebijakan ini
diharapkan dapat mendatangkan atau menciptakan perubahan seperti yang
diharapkan seperti pola fikir petani yang dapat berubah yang sering melakukan
pinjaman kepada rentenir untuk menutupi kerugian yang dialami. Apabila petani
melakukan pinjaman kepada tengkulak, petani tidak mempunyai upaya untuk
menjual hasil panen karena harga jual terlalu ditekan oleh para tengkulak, dimana
disisi lain pinjaman kepada rentenir memiliki suku bunga yang sangat tinggi.
Petani yang mendaftarkan diri asuransi usaha tani padi, memiliki harapan
agar ada perubahan setelah melakukan pendaftaran diri dalam program ini dapat
memperoleh ganti rugi kerusakan jika mengalami kerusakan lahan, sebab ada para
petani yang tidak mempunyai usaha lain. Akan tetapi setelah mendaftarkan diri
kedalam program ini para petani banyak tidak merasakan perubahan karena target
yang ditetapkan minimal 75%, sedangkan di Kecamatan Libureng kerusakan yang
dialami banyak tidak mencapai 75% sehingga tidak dapat dikatakan mengalami
kerusakan. Adapun petani yang pernah memperoleh bantuan kerugian, tidak
sepenuhnya diberikan akibatnya tidak dapat menutupi kerugian yang dialami.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi
Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah teori yang
dikemukakan oleh George C. Edwards III.Menurut pandangan Edward III ada
53
empat faktor yang mempengaruhi kebijakan publik yaitu faktor komunikasi,
sumber daya, dsiposisi, dan struktur birokrasi.
Pengaruh keempat faktor ini pada implementasi kebijakan Asuransi Usaha
Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatn Libureng
Kabupaten Bone adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
Komunikasi yaitu proses dalam menyampaikan pesan yang melibatkan
orang banyak, karena komunikasi orang dapat berusaha untuk saling mengenal.
Komunikas sendiri tidak hanya seputar antara individu dengan kelompok,
individu dengan individu, maupun kelompk dengan kelompok akan tetapi
komunikasi dapat dimanfaatkan oleh segala macam kalangan, contohnya
organisasi yang akan mensejahterakan masyarakat pada umumnya. Komunikasi
yang baik akan sangat memerlukan suatu strategi dalam berkomunikasi yang
kemudian akan menimbulkan timbal balik atau respon yang diharapkan.
Seperti komunikasi yang diungkapkan oleh Effendy (Wahab, 2015)
bahwa suatu strategi dalam berkomunikasi adalah suatu gabungan antara
perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi, keduanya dimanfatkan
didalam pencapaian tujuan. Sedangkan untuk peyuluhan dapat memberikan
perencanaan komunikasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk pencapaian
tujuan.
Dalam wawancara mengenai hambatan sosialisasi AUTP yang dilakukan
peneliti dengan PPK HD mengatakan bahwa:
54
“Sosialisasi AUTP sudah menyeluruh ke 20 desa yang ada di Kecamatan
Libureng, namun baru 3 desa yang keseluruhan kelompok taninya terdaftar
ataupun sudah memasuki tahap klaim dari pihak asuransi, sisanya untuk
tahun 2020 beberapa desa sudah memasuki tahap survei untuk pendaftaran
asuransi usaha tani pada” (Wawancara 24 September 2020).
Pernyataan serupa juga dikatakan oleh SI selaku PPL yang mengatakan
bahwa:
“Program AUTP ini telah disosialisasikan ke 20 Desa yang ada di
Kecamatan Libureng, akan tetapi baru 3 desa yang baru terdaftar kelompok
taninya dalam Program AUTP sisanya masih dalam tahap survai”.
(Wawancara 25 September 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa untuk
beberapa desa yang belum terdaftar program AUTP untuk saat ini telah memasuki
tahap survei untuk pendaftaran calon peserta AUTP, sehingga hanya 3 desa saja
untuk saat ini yang telah terdaftar program AUTP. Berikut daftar kelompok tani
yang masih masuk dalam tahap survei:
Tabel 4.2
Daftar Kelompok Tani Yang Masuk Pada Tahap Survei
No Desa/Kelurahan Kelompok Tani Nama Ketua Luas
Lahan
(Ha)
1 Ponre-Ponre Jawi-Jawi Usman 4
Bila-Bilae Jamaluddin 3.5
Mabbulosipeppa Achmad 7.5
Mattirowalie Syamsuddin 17
Bina Tani Amiruddin 19.75
Mattumpare Darwis 3.75
Jumlah 65.5
2 Tappale Allangkarasenge A. Patta 4
Pao-Paoe Albar 1.5
Sipurennu II Mallira 1
Benteng Tenggae A. Sudirman 12.5
Assarajange II Sofyan 18
55
Laele Mardaus 3
Siapkainge II Muh. Yunus 0.5
Mario Rilau I M. Umar 5.5
Mario Rilau II Udding 6.5
Assarajange I Muh. Saing 4
Mattirowalie Muhsin 4
Jumlah 60.5
3 Tana Batu Sipurennu Abd. Jabbar 7.5
Jumlah 7.5
4 Polewali Menre Sibalie Harianto 17.5
Sipamase-Mase Nasir 2
Sipakatuo Baharuddin 1
Sipakaenre Lukman 4
Jumlah 24,5
5 Pitumpidange Matekko II A. Nurdin R 3
Bulu-Bulue H.A. Mappelawa 1
Samaenre II Akmal 1
Jumlah 5
6 Wanua Waru Spakainge Abbas 4.5
Malampekke’e A. arfinas 10
Panaungeng Agus 1.5
Jumlah 16
7 Mattirowalie Masempodalle Baharuddin 2.25
Pada idi Baharuddin 2
Mattirodeceng Suyuti 3.25
Bina Muda A. Suyuti 2.5
Jumlah 10
8 Mallinrung Sipakaenre I Abd kadir 4.5
Mekar Kamaruddin 1.5
Jumlah 6
Guna memastikan hasil wawancara maka peneliti melakukan observasi.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan, BPP melakukan sosialisasi di kantor BPP
yang dihadiri seluruh ketua Kelompok Tani, PPL, PPK, yang dilakukan pada
tanggal 1 Oktober 2020 Pukul 10.00- selesai. Hasil dari sosialisasi itu selanjutnya
diharapkan agar setiap ketua kelompok tani dan PPL yang mendampingi
menyampaikan hasil sosialisasi tersebut kepada seluruh anggota kelompok tani.
56
Gambar 4.4 Sosialisasi Program AUTP
Komunikasi juga mempunyai tujuan lain yaitu memberikan suatu
informasi memberikan arahan atau ajakan, serta dapat merubah suatu perilaku,
cara pandang masyarakat umum yang sesuai dengan tujuan program yang telah
disosialisasikan. Penjelasan ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
PPL SI yang mengatakan:
“komunikasi dilakukan agar dapat memudahkan para petani dalam
memahami dibentuknya AUTP agar swasembada pangan yang diharapkan
pemerintah daerah dapat berjalan dan tidak terlepas dari partisipasi yang
dibutuhkan dari masyarakat dimana asuransi ini bisa membantu para petani
dalam mengatasi gagal panen yang dialami dengan resiko kerusakan 70-
75% yang nantinya akan mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi
yang dapat sedikit mensejahterakan para petani.”
(Wawancara 25 September 2020)
Melihat pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek utama
dari adanya program AUTP adalah para petani yang telah bergabung dengan
kelompk tani yang ada di Desa masing- masing, khalayak menjadi sesuatu yang
penting dalam yang digunakan untuk mengetahui siapa saja yang akan menerima
informasi dari adanya sosialisasi Program AUTP. Kelompok tani sendiri dibentuk
57
dengan tujuan agar dapat memudahkan proses pelaksanaan program dari
Pemerintah Daerah misalnya bantuan pupuk bersubsidi, sosialisasi penyuluhan
tentang pertanian serta program- program lainnya. Beberapa program kebijakan
tentang pertanian, kelompok tani menjadi salah satu keharusan agar dapat
menajadi peserta dari salah satu program bantuan bagi para petani.
Kemudian penulis melakukan wawancara mengenai sosialisasi AUTP yang
dilakukan PPL Kepada ketua kelompok tani AN mengatakan bahwa:
“Pihak PPL pada proses sosialisasi awal AUTP telah berjalan dengan baik,
dimana PPL memberikan penjelasan mendetail mengenai maksud dan
tujuan dari program AUTP, sehingga kami selaku kelompok tani bisa
memahami dengan baik maksud dan tujuan dari program AUTP.”
(wawancara 26 september 2020).
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa proses sosialisasi awal
yang dilakukan oleh pihak PPL telah berjalan dengan baik.Menjadi pertimbangan
utama dalam sebuah komunikasi adalah dalam menyampaikan sebuah informasi
atau pesan terlebih dahulu mengetahui siapa saja yang nantinya akan memperoleh
informasi, ini karena khalayak merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam
komunikasi. Masyarakat akan sadar dengan sendirinya jika bisa mendapatkan
sebuah komunikasi berupa informasi lengkap tentang Program AUTP, dalam
menyampaika informasi harus memperhatikan dari sisi usia, pendidikan serta
situasi dan kondisiyang ada di lingkungan sekitar.
Pernyataan ini didukung oleh PPL SR yang mengatakan:
“ dalam memahami khalayak berdasarkan karakteristk yang dimiliki petani
itu sangatlah beragam, misalkan dilihat dari sisi usia, jenjang pendidikan,
dan pengalamannya dalam bertani sangatlah beragam. Jika para petani
mengalami gagal panen, mereka akan sangat kesulitan dalam mendaptkan
modal kembali untuk bertanam di musim berikutnya. Untuk persoalan
58
sosialisasi sebenarnya telah berusaha meyampaikannya dengan sebaik
mungkin, akan tetapi pemikiran petani kita maklumi denga cara mereka
yang kurang memahami hukum”(Wawancara 25 September 2020).
Berdasarka hasil wawancara tersebut dapat dilihat penyuluh dalam
memahami khalayak telah berusaha dalam memahami dan juga mengenal para
petani berdasarkan latar belakang pendidikan, usia, keadaan ekonomi, maupun
keadaan individu setempat. Masyarakat khsusnya petani didalam memahami suatu
informasi dari penyuluh terkadang terjadi kendala sulitnya mengerti informasi yag
disampaikan, ini dapat berdampak pada komunikasi yang bertolak belakang yang
mengakibatkan komunikasi tidak berjalan dengan baik.
Lebih lanjut dalam mengenal khalayak bisa dilakukan dengan cara
pendekatan bersama kelompok melalui pertemuan rutin. Kegiatan ini dilakukan
oleh pemberi pesan kepada penerima pesan pada saat diadakannya pertemuan
rutinmaupun temu di lapangan. Pertemuan yang dilakukan kelompok tani secara
rutin adalah salah satu kegiatan tempat berkumpulnya para kelompok tani dan
juga dihadiri oleh penyuluh yang menjadi pihak penanggugjawab dalam
penyampaian informasi, diskusi juga dilakukan agar dapat membantu masyarakat
kususnya petani dalam berfikir, dalam hal ini petani daat mengutarakan
pendapatnya secara individu maupun bersama-sama tenang permasalahan yang
mereka rasakan.
Selanjutnya ketika telah memahami khalayak yaitu melakukan peyusunan
pesan yang nantinya akan disampaikan pada saat sosialisasi. Proses penyusunan
pesan sangat penting dilakukan sebab tidak semua orang bisa mengerti,
memahami informasi yang sedang disampaikan pada saat proses sosialisasi.
59
Berikut ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan PPL SW yang
mengatakan:
“penyuluh biasanya sebelum mengadakan penyuluhan menyediakan
lembaran penyuluhan berupa materi yang akan disampaikan pada saat
proses sosialisasi tentang program AUTP.”
(Wawancara 25 September 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa Penyuluh
dalam menyampaikan pesan berupa informasi didalamya mengenai manfaat yang
dirasakan dari adanya program, cara pendaftaran sampai pada proses ganti rugi
sudah sangat detail agar seluruh petani bisa memahami program AUTP.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maka dapat
disimpulkan bahwa pada indikator komunikasi sudah sejalan dengan teori yang di
kemukakan oleh purwanto dan sulistyastuti (2015) bahwa tujuan pemberian
informasi adalah agar kelompok sasaran dapat memahami kebijakan yang akan
diimplementasikan sehingga mereka tidak hanya menerima berbagai program
yang akan dilaksanakan oleh pemerintah tetapi turut berpartisipasi aktif dalam
upaya mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan.
2. Sumber Daya
Proses penerapan kebijakan haruslah didukung dengan sumber daya
pelaksana yang memadai agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan.
Keberhasilan dari suatu pelaksanaan pogram bergantung dari bagaimana
memanfatkan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia, maupun
sumberdaya lainnya.
60
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
sumber daya manusia yang ada di kantor Balai penyuluh Pertanian (BPP) sudah
memadai dan anggaran yang diberikan oleh Kementrian Pertanian dalam
membiayai AUTP terbilang cukup baik sehingga mampu mencukupi dan
menutupi kebutuhan dana program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Untuk memastikan hasil Obervasi, maka peneliti melakukan wawancara
terhadap informan mengenai sumber daya.Berikut ini hasil wawancara dengan
kepala PPK HD yang mengatakan:
“ Anggaran program ini berasal dari pemerintah pusat dari Kementrian
Pertanian dalam membiayai program AUTP. Bantuan gratis yang ada
dibiayai oleh anggarn APBD. Akan tetapi hal ini dibatasi per orang bisa
melakukan pendaftaran dengan luas lahan 0,5 hektar. Kecamatan juga
diberikan bantuan gratis akan tetapi sedikit berbeda bergantung pada
apresiasi masing-masing kecamatan, maksimal 198 hektar per kecamatan.
Tujuan dari bantuan gratis ini adalah sebagai pemacu agar para petani mau
mendaftarkan diri.(Wawancara 24 September 2020).
Hal serupa yang diungkapkan oleh PPL HA mengenai sumber daya
anggaran yang mengatakan bahwa:
“Terkait anggaran yang dipergunakan sudah mampu mencukupi untuk
menutupi kebutuhan dana yang ada selama proses AUPT berjalan. sumber
dana yaitu menggunakan dana APBN dan APBD” (Wawancara 25
September 2020)
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor terpenting didalam
melaksanakan suatu kebijakan. Dalam proses pelaksanaannya Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng, sumber
daya manusia yang ada telah memadai, ini dikarenakan tingkat pendidikan yang
cukup baik. Berikut ini hasil wawancara dengan kepala PPK HD yang
mengatakan:
61
“dari sumber daya manusia mereka telah cukup mengerti, karena AUTP
tersedia semusim sekali, untuk sumber daya manusia dari penyuluh sudah
cukup. Akan tetapi untuk sumber daya yang ada di perusahaan asuransi
perlu ditambah, agar lebih memudahkan dalam menindaklanjuti proses
pelayanan, seringkali petugas POPT kewalahan, disebabkan para petani
yang tidak sabar sehingga lahan pertanian yang rusak mereka olah kembali
sendiri.”(Wawancara 24 September 2020)
Pernyataan serupa yang diungkapkan oleh PPL SI mengenai sumber daya
manusia yang mengatakan:
”sumber daya manusia dari penyuluh sudah cukup, tetapi perlu adanya
tambahan untuk sumber daya yang ada diperusahaan asuransi, karena
sumberdaya manusia merupakan faktor dalam menunjang keberhasilan dari
suatu program”.
(Wawancara 25 September 2020)
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa masih kurangnya Sumber Daya
Manusia yang dimiliki oleh pihak perusahaan asuransi, yang dapat menyebabkan
kurang responnya terhadap kerusakan lahan yang dialami para petani, sedangkan
petani kurang sabar dalam menunggu penindaklanjutan dari pihak terkait karena
para petani mengejar waktu tanam musim selanjutnya.
Dalam wawancara mengenai manfaat dari program AUTP yang dilakukan
peneliti dengan kelompok tani AS mengatakan bahwa:
“dengan adanya program AUTP kami selaku petani merasa sangat terbantu
karena dengan program tersebut kami para petani tidak perlu khawatir lagi
apabila terjadi gagal panen”. (wawancara 26 september 2020).
Pernyataan tersebut didukung hasil wawancara ketua kelompok tani UN
yang anggotanya pernah mengalami gagal panen, mengatakan bahwa:
“saya sudah melihat buktinya, salah satu anggota kelompok tani kami
pernah mengalami gagal panen dan betul-betul program ini sangat
bermanfaat, anggota kami diberikan bantuan untuk modal tanam berikutnya
sehinga banyak orang termotivasi untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti
AUTP”. (Wawancara tanggal 26 september 2020).
62
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa program
AUTP memang sangat membantu para petani, sebab para petani tidak akan
merasa khawatir bila terjadi gagal panen, karena dengan adanya program tersebut
maka para petani jika mengalami gagal panen tetap mendapatkan pendapatan dari
asuransi usaha tani padi.
Sumber daya yang diperlukan dalam program AUTP ini yaitu berupa dana
atau anggaran, yang tidak lain anggaran ini digunakan dalam membiayai premi
yang perlu dibayarkan. Sumber daya lainnya seperti sumber daya manusia yang
ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan
Libureng yaitu terdiri dari penyuluh, petugas POPT, Dinas Pertanian serta
perusahaan asuransi.
Dalam wawancara ketua PPK HD mengenai pembayaran premi oleh petani
yang terdaftar AUTP mengatakan bahwa:
“petani yang terdaftar AUTP dalam 2 tahun ini dalam proses pembayaran
premi AUTP ke pihak PT. Jasindo sangat lancar bahkan petani biasanya
yang mendatangi kantor BPP untuk membayar premi yang selanjutnya
pihak BPP yang membayarkanya ke pihak Asuransi”. (wawancara 24
September 2020).
Pernyataan tersebut didukung hasil wawancara bersama ketua kelompk tani
UG yang mengatakan bahwa:
“anggota kelompok tani kami apabila musim panen tiba selalu membayar
premi sebesar Rp. 36.000, agar saat musim tanam jika lahan kami
mengalami kerusakan atau gagal panen kami mendapatkan pertanggungan”.
(Wawancara 26 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
pembayaran premi yang harus dibayar oleh petani yang terdaftar AUTP tidak ada
63
masalah sehingga anggaran untuk program AUTP sudah memadai. Salah satu
yang menjadi penunjang dalam melaksanakan sebuah kebijakan adalah
tersedianya sumber daya yang memadai seperti halnya yang dijelaskan oleh
winarno (2014), yakni yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses
implementasi adalah sumber daya yang tersedia. Kebijakan menuntut tersedianya
sumberdaya yang memadai.Dalam hal ini ditemukan bahwa dukungan Pemerintah
sudah maksimal dalam pengimplementasian AUTP.
Suatu kebijakan tentunya bukan hanya memerlukan sumber daya manusia
saja, namun membutuhkan sumber daya lainnya seperti sumber daya finansial
juga perlu diperhatikan dalam melaksanakan program kebijakan, jika para
pelaksana kebijakan secara sumber daya finansial kurang dalam pengelolaannya,
maka akan menimbulkan permasalahan dalam menerapkan suatu kebijakan.
Proses pengambilan suatu keputusan yang diambil para implementor yaitu
petugas POPT dan juga penyuluh jika para petani tidak berminat mendaftarkan
diri kedalam program AUTP mereka selalu berusaha melakukan sebuah
pendekatan secara rutin. Kemudian jika petani mendapatkan kerusakan lahan
pertanian cukup berat dan tidak mengikuti program AUTP, maka pihak penyuluh
dapat melaporkan ke petugas agar dapat memberikan saran untuk dibantu, jika
permasalahan cukup berat petugas POPT akan melaporkan ke koordinator POPT
jika memiliki Cadangan Benih Daerah petani yang mendapatkan kerusakan lahan
akan memperoleh ganti rugi benih untuk ditanam kembali dilahan yang rusak.
64
3. Disposisi
Lingkungan yang berada dalam suatu kebijakan yang akan diterapkan
sangat berpengaruh bagi keberhasilan dari sebuah kebijakan. Para pelaksana
dalam menerapkan suatu kebijakan AUTP di Kecamatan Libureng Kabupaten
Bone yang ikut andil dalam program pertama ialah penyuluh bertugas sebagai
salah satu media dalam mendaftarkan petani ke perusahaan asuransi.
Disposisi merupakan karakter yang dimiliki seorang implementor seperti
kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis.Apabila implementor memiliki sifat
yang baik maka keberhasilan implementasi kebijakan pun tinggi, dan implementor
mampu mengerjakan kebijakan dengan efektif seperti yang diharapkan pembuat
kebijakan. Namun sebaliknya jika implementor memiliki sikap yang bersebrangan
dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan tidak bisa
berjalan sesuai yang diinginkan pembuat kebijakan. Berikut dapat dilihat
Implementor program AUTP:
Tabel 4.3
Implementor Program AUTP di Kecamatan Libureng
No Nama Status Pegawai Jabatan Wilayah Binaan
1 Harding, SP PNS PPK Kec. Libureng/MT. Bulu
2 A. Bastian, SP PNS POPT Kec. Kahu/Kec Libureng
3 A. M. Yunus THL PPL Ceppaga
4 Syamsir THL PPL Tompobulu/Baringeng
5 Abd Rahman THL PPL Laburasseng
6 Sutriani, SP THL PPL Tanabatue
65
7 Suriani THL PPL Bune
8 Suriani Spt THL PPL Mattirowalie
9 Cuddin Abbas THL PPL Mattiro Deceng/Poleonro
10 Haslinda, SP THL PPL Ponre-Ponre
11 Sukmawati THL PPL Polewali/ Suwa
12 M. Rusdi THL PPL Binuang
13 HJ. Haerawati THL PPL Tappale
14 Rosmini THL PPL Wanuawaru
15 M. Tawowi SP THL PPL Mario
16 A. Syamsir THL PPL Mallinrung
17 A. Rustan THL PPL Pitumpidange
18 Juama, SP THL PPL Swadaya
Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa para implementor dari
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan
Libureng telah bekerja dengan baik berdasarkan aturan dan standar yang
ditetapkan yang ada dalam pedoman AUTP. Menurut para petani sikap
implementor program AUTP meliputi penyuluhan, dan petugas POPT selalu baik,
ini disebabkan selalu adanya perkumpulan apabila musim tanam tiba. Namun
disisi lain dari pihak perusahaan asuransi belum berjalan dengan baik karena
dalam melakukan penaganan selalu terlambat yang mengakibatkan jika ada
kerusakan lahan para petani turu langsung membersihkan lahan yang rusak dan
kemudian melakukan penanaman ulang. Berikut ini hasil wawancara dengan
kelompok taniUG yang mengatakan:
66
“ Saya pribadi berpendapat bahwa sikap pelaksana sudah sangat baik,
karena para penyuluh yang ditunjuk selalu melakukan perkumpulan rutin
bagi tiap - tiap kelompok tani.”(Wawancara 26 September 2020)
Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada AN Ketua
Kelompok Tani mengenai disposisi beliau mengatakan:
“ Kalau saya lihat sikap para pelaksana sudah cukup bagus dalam
melaksanakan program AUTP. Mereka juga sangat memahami program
tersebut dan apa yang harus mereka lakukan mereka juga mengerti
kebutuhan para petani. Dan mereka juga rajin melakukan penyuluhan dan
bersosialisasi kepada petani disini” (Wawancara 26 September 2020)
Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa sikap implementor
dalam melaksanakan program telah berjalan dengan baik dimana para penyuluh
selalu melakukan perukmpulan rutin dengan kelompok tani pada saat musim
tanam talah tiba. Hal ini dapat sedikit membantu para petani dalam memahami
program AUTP yang dimana bertujuan untuk sedikit mengurangi kerugian yang
dialami petani pada saat gagal panen.
Dalam wawancara mengenai pengawasan program AUTP yang dilakukan
peneliti dengan PPK HD mengatakan bahwa:
“proses pengawasan yang dilakukan yakni dengan melaksanakan rapat
koordinasi setiap hari kamis, dimana rapat tersebut membahas mengenai
kendala yang terjadi dilapangan sehingga bisa dicarikan solusi di dalam
rapat tersebut” (wawancara 24 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pada proses
pengawasan program AUTP Pimpinan Penyuluh Kecamatan melaksanakan rapat
rutin di hari kamis yang mana rapat tersebut membahas mengenai semua kendala
yang terjadi dilapangan , sehingga Pimpinan Penyuluh Kecamatan beserta dengan
67
Penyuluh Pertanian Lapangan dapat bekerja sama dalam proses pengambilan
tindakan lanjut untuk kendala yang ada dilapangan.
Pihak PPL AS juga menambahkan pendapat mengenai hambatan yang
terjadi dilapangan kepada peneliti yang mengatakan bahwa :
“kendala yang kami hadapi dilapangan yakni adanya beberapa lahan
pertanian jauh dari sumber perairan sehingga tidak bisa di klaim oleh
pihak asuransi maka lahan tersebut tidak dapat terdaftar di AUTP”
(wawancara 25 september).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kendala
yang pihak PPL alami yakni terdapat beberapa lahan pertanian yang jaraknya
cukup jauh dengan sumber perairan sehingga pihak asuransi tidak dapat
mengklaim sehingga lahan tersebut dan tidak dapat terdaftar AUTP.
Sikap implementor dalam melaksanakan suatu kebijakan yang tidak kalah
penting yaitu sikap kepatuhan serta respon yang ditunjukan para implementor,
melihat bahwa suatu kebijakan yang akan diterapkan selalu melibatkan beberapa
aktor yang ikut didalamnya untuk tercapainya suatu tujuan yang di inginkan.
Penyuluh yang ditunjuk selau melakukan pendampingan dalam setiap program
AUTP di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone ini dikarenakan penyuluhlah yang
akan mendaftarkan para petani ikut serta dalam Asuransi Usaha Tani Padi.
Seperti yang diungkapkan oleh HD selaku kepala PPK mengenai sikap
implementor dalam melaksanakan kebijakan AUTP yang menyatakan bahwa:
“para PPL telah ditugaskan untuk selalu melakukan pendekatan kepada para
petani dan selalu melakukan pendampingan baik sosialisasi maupun
pertemuan rutin agar petani mengetahui betul mekanisme pelaksanaan
68
AUTP agar petani bisa terdaftar dalam program AUTP” (Wawancara 24
September 2020).
Pernyataan tersebut didukung oleh wawancara dengan kelompok tani AJ
yang mengatakan bahwa:
“Sikap PPL sudah sangat baik, PPL yang bertugas di Desa kami selalu
melakukan pendampingan dan melaksanakan pertemuan rutin dengan
kelompok tani sehingga kami bisa mengerti dengan baik apa itu AUTP”
(Wawancara tanggal 26 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap
implementor dalam melaksanakan program AUTP sudah sangat baik, dapat dilihat
dari keseriusan PPL melakukan pendekatan dan pertemuan rutin agar petani
mampu memahami dengan jelas maksud dan tujuan maupun mekanisme program
AUTP.
Mekanisme didalam menerapkan program AUTP berjalan dengan baik,
karena para petani apabila mengalami kerusakan akibat gagal panen, petani bisa
langsung menghubungi pihak terdekat lebih dahulu yaitu ketua kelompok. Setelah
itu, ketua kelompok bisa langsung mengubungi perusahaan asuransi atau kantor
dinas terkait dalam kasus ini melibatkan penyuluh serta petugas POPT agar dapat
memberikan saran mengenai kerusakan jika masih dapat ditangani, namu jika
gagal panen petugas POPT akan menghubungi perusahaan asuransi, setelah itu
pihak asuransi akan melakukan pengecekan kerusakan yang dialami.
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi dilokasi penelitian Implementasi
Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di
Kecamatan Libureng Kabupaten Bone pada disposisi implementor.Ke semua
implementor menjadi faktor penentu program AUTP ini berjalan sesuai yang
69
diinginkan atau tidak. Karena merekalah yang melaksanakan dan mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan program AUTP. Semakin implementor tersebut
memberi respon yang baik semakin efektiflah program AUTP ini ketika
dijalankan. Berdasarkan hal diatas Wayan (2015), variabel ini tigal hal penting,
yaitu respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi
kemauanya untuk melaksanakan kebijakan, kondisi yang merupakan pemahaman
implementor terhadap kebijakan, serta intensitas disposisi implementor yang
merupakan preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
4. Struktur Birokrasi
Apabila struktur organisasi terlalu panjang maka birokrasi akan mengalami
prosedur yang rumit dan kompleks, oleh karena itu struktur organisasi sangat
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan.Jika struktur organisasi dari Dinas
Pertanian terlalu penjang maka akan mengalami prosedur yang rumit dan
kompleks yang dapat mempersulit masyarakat khususnya para petani, oleh
karena itu struktur organisasi Dinas Pertanian sangat berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan AUTP.
Berdasarkan hasil observasi dapat dilihat bahwa carayang telah dibuat oleh
Dinas terkait yaitu dengan merampingkan struktur birokasi agar tidak teralu
berbelit-belit dan memudahkan para petani dalam melakukan klaim pada Dinas
terkait. Dalam proses pelaksanaannya Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng untuk struktur birokrasi tidak
adanya jabatan yang kosong dan telah terisi sepenuhnya.
70
Untuk memastikan hasil observasi penulis melakukan wawancara mengenai
struktur organisasi di kantor BPP dengan PPK HD selaku Pimpinan penyuluh
kecamatanyang mengatakan bahwa:
“bahwa seluruh struktur organisasi di kantor BPP telah terisi semua baik
dari penyuluh maupun posisi pegawai lainya, namun kekuranganya adalah
kurangnya pegawai negeri sipil di kantor BPP” (Wawancara 24 September
2020).
Pernyataan serupa diungkapkan oleh SW selaku PPL yang mengatakan
bahwa:
“Seluruh jabatan yang ditugaskan untuk menjadi PPL telah terisi
sepenuhnyadan tidak ada satupun kekosongan jabatan, akan tetapi di
kantor BPP masih kekurangan Pegawai Negeri Sipil” (Wawancara 25
September 2020).
Berdasarakan hasil wawancara tersebut dapat di ketahui bahwa struktur
birokrasi yang ada dikantor BPP telah terisi semua namun masih ada kendala
yaitu kurangnya pegawai negeri sipil di kantor BPP.
Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan CA selaku PPLpada
kantor BPP tentang pembagian wilayah binaan mengatakan bahwa:
“pada pembagian wilayah binaan untuk PPL sudah terbagi sesuai dengan
struktur organisasi yang ada karena setiap PPL sudah memiliki wilayah
binaan masing-masing disetiap Desa sehingga tidak ada PPL yang
memiliki 2 wilayah binaan ataupun dalam strtuktur organisasi dalam
wilayah binaan sudah terpenuhi” (Wawancara 25 September 2020).
Pernyataan serupa diungkapkan oleh AS selaku PPL yang mengatakan
bahwa:
“Dalam setiap Desa atau Kelurahan telah memiliki PPL dalam setiap
wilayah binaanya, jadi tidak ada lagi Desa atau Kelurahan yang
kekurangan PPL” (wawancara 25 September 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa terkait struktur
birokrasi yang ada dikantor BPP sudah terbagi sesuai dengan struktur organisasi
71
yang ada dan setiap PPL sudah memiliki wilayah binaan masing-masing disetiap
Desa sehingga tidak ada PPL yang memiliki 2 wilayah binaan.
Adapun wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu ketua
kelompok tani yaitu AR yang menanyakan pelaksanaan tugas PPL sebagai
implementor AUTP mengatkan bahwa :
“Pihak PPL selalu mendampingi para petani dalam melakukan pelayanan
seperti pendaftaran untuk program AUTP di kecamatan Labureng kabupaten
Bone”. (wawancara 26 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa PPL yang
bertugas sebagai implementor pelaksana program AUTP telah melaksanakan
tugasnya dengan baik, dimana pihak PPL selalu melakukan pendampingan
terhadap kelompok tani dalam pendaftaran program AUTP hingga pada tahap
survai dan klaim.
Tingkat kepatuhan dari para pelaksana serta respon yang ditunjukan sangat
mendukung dan bisa diterima oleh masyarakat terutama petani. Hal ini dapat
dilihat ketika para implementor program AUTP yang ada di Kecamatan Libureng
telah melaksanakan tugas sesuai `dengan prosedur yang tedapat dalam program
AUTP. Mengenai respon yang ditunjukan dari petugas pelaksana sangatlah
mendukung, kehadiran program AUTP sangat membantu para petani untuk
mengurangi biaya mengelola lahan hingga panen tiba.
Adapun mekanisme pemberian klaim AUTP kepada petani yang mengalami
gagal panen melibatkan beberapa instansisebagai berikut:
72
Gambar 4.5 Proses Klaim AUTP
Dinas
Pertanian
Provinsi
Dinas
Pertanian
Kab/Kota
POPT-PHP
dan PPL
KEMENTAN
DITJEN PSP
Asuransi
Pelaksana
Petani/kelompok
Tani ( Tertanggung)
Petugas Pemeriksa
Kerusakan
Lahan
Terserang
1.pemberitahuan
serangan
5.pelaporan
6. Pelaporan
7. Pelaporan
2. pemberitahuan
Kerusakan
3.Pemeriksaan
Kerusakan
4.Persetujuan
dan Pembayaran
3.Pemeriksaan
Kerusakan
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan yang ada di lapangan tentang Implementasi Program
Asuransi Usaha Tani di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Komunikasi
Petugas yang melakukan penyuluhan terkait Program AUTP telah
berusaha dengan baik dalam memahami dan juga mengenal para petani
berdasarkan latar belakang pendidikan, usia, keadaan ekonomi, maupun
keadaan individu setempat. Masyarakat khususnya petani didalam memahami
suatu informasi dari penyuluh terkadang terjadi kendala sulitnya mengerti
informasi yag disampaikan, ini dapat berdampak pada komunikasi yang
bertolak belakang yang mengakibatkan komunikasi tidak berjalan dengan
baik. Akan tetapi dalam hal ini petugas penyuluh selalu berusaha untuk
memberikan sebuah pemahaman kepada petani tentang pogram
AUTP.Bahkan sosialisasi AUTP sudah terlaksana dengan baik di 20 Desa
yang ada di Kecamatan Libureng.
2. Sumber Daya
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor terpenting didalam
melaksanakan program AUTP. Proses penerapan kebijakan haruslah
didukung dengan sumber daya pelaksana yang memadai agar dapat berjalan
74
sesuai yang diinginkan. Keberhasilan dari suatu pelaksanaan pogram
bergantung dari bagaimana memanfatkan sumber daya yang tersedia, baik
sumber daya manusia, maupun sumberdaya lainnya.Dalam proses
pelaksanaan AUTPDinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kecamatan Libureng/ BPP sumber daya telah memadai dari segi
sumber daya pelaksana, namun masih terbatas dari segi SDM peserta program
AUTP. Hal ini berdampak pada masih terbatasnya jumlah Desa yang
bersyarat, dari 20 Desa yang ada di Kecamatan Libureng baru 3 Desa yang
kelompok taninya terdaftar program AUTP.
3. Disposisi
Para implementor dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan/ BPP Kecamatan Libureng telah bekerja dengan baik
berdasarkan aturan dan standar yang ditetapkan yang ada dalam pedoman
AUTP. Sikap para implementor program AUTP meliputi penyuluhan, dan
petugas POPT secara profesional. Adanya perkumpulan apabila musim tanam
tiba, bahkan pihak BPP selalu mengadakan rapat rutin untuk membahas
berbagai permasalahan dan solusi program AUTP. Selain itu POPT, PPL dan
PT.Jasindo secara provisional dalam proses survei sampai penetapan atau
tahap klaim atas kelompok tani yang bersyarat mengikuti program AUTP.
4. Struktur Birokrasi
Strategi yang telah dibuat oleh Dinas terkait yaitu dengan
merampingkan struktur birokrasi agar tidak teralu berbelit-belit dan
memudahkan para petani dalam melakukan klaim pada Dinas terkait. Dalam
75
proses pelaksanaan AUTPDinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan/ BPP Kecamatan Libureng untuk struktur birokrasi tidak adanya
jabatan yang kosong dan telah terisi sepenuhnya.
B. Saran
1. Diharapkan para petugas dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng dan juga pihak
perusahaan Asuransi agar lebih memberikan kepastian kepada para petani
yang mengalami kerusakan lahan akibat gagal panen agar petani tidak
menunggu lebih lama.
2. Pemerintah setempat bersama dengan perusahaan asuransi leih
memberikan sosialisasi yang dapat dimengerti dan dipahami oleh petani,
tidak hanya ajakan untuk mendaftarkan diri di program AUTP, akan tetapi
lebih memberikan pemahaman agar petani mengikuti program tersebut
dengan kesadaran dirinya sendiri.
76
DAFTAR PUSTAKA
Alihamdan.2017. Pengertian Implementasi secara Umum Dan Menurut Ahli
terlengkap. Diperoleh dari https://alihamdan.id/implementasi/
Asuransiku.id. 2016.Pengertian Asuransi. Dalam
https://www.asuransiku.id.Diakses Pada Tanggal 26 Januari 2020.
Bone.go.id. 2016.Potensi Pertanian Tanaman Pangan, Dan Perkebunan Di
Kabupaten Bone. Dalam https://bone.go.id/2016/11/01.Diakses Pada
Tanggal 27 Januari 2020.
BPS Kabupaten Bone . 2017. Kecamatan Libureng Dalam Angka 2017. Dalam
https://bonekab.bps.go.id.Diakses Pada tanggal 27 Januari 2020.
Danarti. 2011. Jurus Pintar Asuransi Agar Anda Tenang, Aman Dan Nyaman,
Jakarta: G-Medis.
Fajar.co.id.Watampone. 2019.Petani Bone Gagal Panen, Ini Penyebabnya. Dalam
https://fajar.co.id/2019/08/26/petani-bone-gagal-panen-ini-
penyebabnya/.Diakses Pada Tanggal 26 Januari 2020.
Guntara, Deny. 2016. Asuransi Dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang
Mengaturnya.Jurnal Justisi Ilmu Hukum, Volume 1, No 1. Halaman 30-
32.
Iqlmya, Nurisha. 2019. Implementasi asuransi Usaha Tani Padi Di Kecamatan
Ciruas Kabupaten serang. Skripsi. Serang: Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.(2020). Asuransi Usaha Tani Padi,
Solusi Kegagalan Panen.Dalam www.pertanian.go.id.Diakses Pada
Tanggal 12 Maret 2020.
Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.220/B01/2016 Tentang Pedoman
Bantuan Premi AUTP.
Mulyadi, Deddy. 2015. Study Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik, Bandung:
Alfabeta.
Pedoman Bantuan Premi 2019.
Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Pementan/SR.230/7/2015 Tentang Fasilitas
Asuransi Pertanian.
Prayuda, M. Bagus. 2017. Implementasi Program Asuransi Usaha Tani Padi
Provinsi Lampung.Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.
77
Saputri, Osi Deka. 2019. Penerapan Asuransi Usaha Tani Padi Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Petani Di Kabupaten Tulungagung.
Skripsi. Tulungagung: IAIN Tulungagung.
Subarsono, AG. 2011. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2014. Metode Peneleitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taufik, Mhd. Dan Isril. 2013. Implementasi Peraturan Daerah Badan
Permusyarawatan Desa. Jurnal Kebijakan Publik, Volume 4, Nomor 2,
Halaman 136.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Perasuransian
Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses Edisi Revisi.
Yokyakarta: Media Pressindo.
Yulianto. 2015. Formulasi Dan Implementasi Kebijakan Publik. Gorontalo: UNG
Press Gorontalo.
78
79
Lampiran 1
Gambar 7.1
Surat Izin Penelitian
80
Lampiran 2
Gambar 7.2
Surat Rekomendasi
81
Lampiran 3
Gambar 7.3
Surat Telah Melakukan Penelitian
82
Lampiran 4
1. Gambar 7.4
Wawancara bersama Kepala PPK (24 September 2020)
83
2. Gambar 7.5
Wawancara bersama PPL (25 September 2020)
84
85
86
3. Gambar 7.6
Wawancara bersama Ketua Kelompok Tani (26 September 2020)
87
88
89
4. Gambar 7. 7
Pertemuan bersama PPL dan kelompok tani (Kamis 1 Oktober 2020)
90
91
5. Gambar 7.8 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No 40/Permentan/SR.230/7/2015
92
93
94
RIWAYAT HIDUP
SUPRIANDI, lahir pada 1 September 1998 di Desa Cenrana
Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan
Puta kedua dari pasangan Bapak Saparuddin dan Ibu
Mahpia. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Taman
Kanak-Kanak IDHATA Cenrana di Deca Cenrana, kemudian
melanjutkan kejenjang Sekolah Dasar di SD INP 12/79 Carima pada tahun 2004
dan selesai pada tahun 2010. Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP NEGERI 1 KAHU pada tahun 2013, dan Pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA NEGERI 1 KAHU pada tahun 2016. Setelah
menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai
salah satu mahasiswa di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Pada tahun 2021,
penulis berhasil mendapatkan gelar S1 Program Ilmu Administrasi Negara dengan
Judul Skripsi “ Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone” Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah dan dapat menjadi referensi
bagi peneliti selanjutnya terkhusus di Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Unismuh Makassar.