skripsi lengkap ahmad alwy sfarm.pdf

86
UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK (Samanea saman) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Oleh AHMAD ALWY NIM. 70100108007 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2012

Upload: ahmad-alwy-baharuddin

Post on 29-Nov-2015

507 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Skripsi, luka bakar, ahmad alwy

TRANSCRIPT

UJI AKTIFITAS PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

EKSTRAK METANOL DAUN KAYU COLOK (Samanea saman)

DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi

Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Oleh

AHMAD ALWY

NIM. 70100108007

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2012

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di

kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat

oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya batal demi hukum.

Makassar, 24 Juli 2012

Penulis,

Ahmad Alwy NIM. 70100108007

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Pengruh Konsentrasi Etanol terhadap Penjerapan

Nifedipin pada Formula Ethosome” yang disusun oleh Rizal, NIM: 70100108073,

mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar,

telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian Sidang Skripsi yang diselenggarakan

pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2012 bertepatan dengan 4 Ramadhan 1433 H

dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.

Makassar, 24 Juli 2012 M

4 Ramadhan 1433 H

DEWAN PENGUJI:

Ketua : Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH., MH. Kes. (…...….)

Sekretaris : Drs. Wahyudin G, M.Ag. (………)

Pembimbing I : Isriany Ismail, S.Si., M.Si, Apt. (………)

Pembimbing II : Gemy Nastity Handayani, S.Si, M.Si., Apt. (………)

Penguji I : Surya Ningsi, S.Si., Apt. (………)

Penguji II : Drs. Dudung Abdullah, M.Ag. (………)

Diketahui oleh:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, M.PH., MH. Kes

NIP. 19530119 198110 1 001

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan

semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penulis, diantaranya

keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penulis menyerahkan diri dan menumpahkan

harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penulis mendapatkan limpahan

rahmat dari Allah swt.

Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga dan para

sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam. Agama yang diridhoi oleh

Allah swt.

Skripsi ini merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang

terealisasi dalam bentuk skripsi sebagai pedoman untuk menambah wawasan

keilmuan ke depannya. Penulis sangat menyadari bahwa apa yang terurai sangat

sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, namun bagi penulis penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral dan material dari semua pihak. Oleh

karena itu ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibundaku tercinta Hj. Maryam

Malik dan Ayahandaku Almarhum KH. Andi Baharuddin Zuhra BA yang

memberikan do’a, bimbingan, curahan kasih sayang, serta motivasinya yang

senantiasa mengiringi penulis dalam setiap langkah. Terima kasih pula kepada

kakakku Zuhriah S.Pt, M.Si, St Fakhirah,S.EI, Aswirah, S.Pd.I, Hamrah,S.Pd

dan Baso Hilmy,S.Pd.I serta keluarga besarku atas segala perhatian dan

dukungannya selama ini.

Terima kasih pula kepada Bapak/ Ibu :

1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT,MS., Rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar yang telah memberikan dukungan demi selesainya skripsi

ini.

2. Dr. dr. H. Rasjidin Abdullah, MPH.,MH.Kes., Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas dukungan dan arahannya.

3. Fatmawaty Mallapiang, SKM, MKes., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Alauddin Makassar atas segala arahan dan bimbingannya

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Wahyuddin G, M.Ag., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi.

5. Gemy Nastity Handayani S.Si., M.Si., Apt., Ketua Prodi Farmasi dan sebagai

pembimbing pertama dalam penyusunan skripsi ini yang telah banyak

berkontribusi besar dalam menyelesaikan skripsi.

6. Isriany Ismail, S.Si., M.Si., Apt., Pembimbing kedua atas segala arahan dan

bimbingannya yang meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membimbing

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Haeria S.Si., M.Si. Sekretaris Jurusan Farmasi sekaligus penguji kompetensi

yang senantiasa memberikan arahannya.

8. Dr. Abdullah, S.Ag, M.Ag., Penguji agama yang telah memberikan arahan

dan bimbingannya.

9. Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si, Apt. Selaku penasehat akademik yang

telah membimbing, memberikan saran dan mengarahkan dalam

penyempurnaan skripsi penulis.

10. Dosen dan seluruh staf Jurusan Farmasi atas curahan ilmu pengetahuan dan

segala bantuan yang diberikan kepada penulis sejak menempuh pendidikan

farmasi, melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku dan laboran, atas masukan dan bantuannya dalam

melaksanakan penelitian. Kakak-kakak mahasiswa Farmasi angkatan 05, 06,

07, teman-teman 08, adik-adik 09, 010, dan 011 atas bantuan dan

kerjasamanya selama penulis melaksanakan pendidikan.

Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar kiranya perjuangan

penulis dalam penyelesaian skripsi ini dapat menjadi amal saleh dan diberikan

pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangannya, namun besar harapan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk kebaikan Ummat.

Semoga Allah swt., selalu melindungi kita semua. Amin ya Rabbal A’lamin.

Makassar, 24 Juli 2012

Penulis,

Ahmad Alwy NIM. 70100108007

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

ABSTRAK ..................................................................................................... xi

ABSTRACT ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................................ 6

a. Epidermis ....................................................................................... 6

b. Dermis ........................................................................................... 8

c. Subkutis ......................................................................................... 8

B. Luka Bakar ......................................................................................... 9

a. Definisi Luka Bakar ....................................................................... 9

b. Derajat Luka Bakar ........................................................................ 10

c. Patofisiologi .................................................................................... 12

d. Proses Penyembuhan Luka Bakar ................................................... 13

e. Penyebab Infeksi Luka Bakar ......................................................... 14

f. Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar . 14

g. Penanggulangan Luka Bakar .......................................................... 15

C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman) ............................................ 16

a. Sistematika Tanaman Kayu Colok ................................................. 16

b. Morfologi Tanaman ....................................................................... 17

c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman ...................................... 19

D. Krim ..................................................................................................... 19

a. Emulgator ....................................................................................... 21

b. Pembuatan Emulsi .......................................................................... 25

E. Penyarian ........................................................................................... 26

a. Metode Penyarian .......................................................................... 26

b. Ekstraksi ......................................................................................... 27

c. Maserasi .......................................................................................... 27

F. Uraian Hewan Coba ........................................................................... 28

a. Klasifikasi Tikus Putih ................................................................... 28

b. Sifat-sifat ....................................................................................... 28

G. Islam dan Kesehatan .......................................................................... 29

a. Kedudukan Obat dalam Islam ........................................................ 30

b. Islam dan Teknologi Pengobatan ................................................... 31

c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam .......................................... 34

d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim .............................................. 35

e. Kedudukan Gizi sebagai Penunjang Pengobatan dalam Islam ........ 37

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 39

A. Alat dan Bahan ................................................................................... 39

B. Penyiapan Hewan Uji .......................................................................... 39

C. Metode Kerja ....................................................................................... 40

1. Penyiapan sampel .......................................................................... 40

2. Ekstraksi ........................................................................................ 40

3. Pembuatan sediaan krim ............................................................... 41

4. Pengujian efek penyembuhan luka bakar ..................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 45

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 45

B. Pembahasan ...................................................................................... 45

BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 52

A. Kesimpulan ........................................................................................ 52

B. Saran .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea

saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak ......................................... 41

2. Rata-rata Efek Penyembuhan Luka Bakar ......................................... 45

3. Perubahan Diameter Luka Bakar ....................................................... 56

4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar ................................................ 57

5. Efek Penyembuhan Luka Bakar ......................................................... 58

6. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai Penutupan Luka ...... 59

7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ................................................ 60

8. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Mulai

Penutupan Luka ................................................................................. 61

9. Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka Tertutup 100% ......... 62

10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel ................................................ 63

11. RAL, Hubungan antara Formula dan Kecepatan Luka

Tertutup 100% ................................................................................... 64

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman) .................. 53

2. Skema Kerja Pembuatan Krim ................................................................ 54

3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar ........................ 55

4. Foto Pohon dan Daun Kayu Colok (Samanea saman) ............................ 65

5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman)

dan Kontrol Negatif ................................................................................ 66

6. Foto Bioplacenton®

................................................................................. 66

7. Foto Alat Penginduksi Panas .................................................................. 67

8. Foto Tikus saat Dinduksi Pana ................................................................ 67

9. Foto Pengukuran Diameter Luka Bakar pada Tikus Putih ...................... 68

10. Foto Tikus Putih yang Lukanya dibalut dengan Kain Kasa Steril ........... 68

11. Foto Hari Pertama Luka Bakar pada Tikus Putih .................................... 69

12. Foto Luka Bakar pada Saat Mengalami Pembengkakan ........................ 69

13. Foto Luka Bakar pada Saat Luka Sembuh ............................................... 70

14. Foto Saat Bulu Kembali Tumbuh pada Tikus Putih ................................ 70

ABSTRAK

Nama Penulis : Ahmad Alwy

NIM : 70100108007

Judul Skripsi : Uji Aktifitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Metanol

Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk

Sediaan Krim

Telah dilakukan penelitian terhadap aktifitas penyembuhan luka bakar

ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim

yang diujikan pada tikus putih jantan. Tujuannya agar dapat mengetahui efek

penyembuhan luka bakar dari ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman).

Metode yang digunakan adalah ekstraksi sampel dengan cara maserasi dan

krim luka bakar dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 8%. Di samping itu

juga digunakan basis krim sebagai kontrol negatif dan Bioplacenton®

sebagai

kontrol positif, selanjutnya kulit punggung tikus putih jantan dilukai dengan

penginduksi panas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberi krim dengan

kandungan ekstrak 2% memberikan efek penyembuhan rata-rata pada hari ke 15,

krim dengan kandungan ekstrak 4% memberikan efek penyembuhan rata-rata

pada hari ke 14, sedangkan krim dengan kandungan ekstrak 8% memberikan efek

penyembuhan rata-rata pada hari ke 12.

Dari hasil uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) dapat disimpulkan bahwa krim yang memberikan efek

penyembuhan luka bakar paling baik adalah sediaan krim ekstrak metanol daun

kayu colok (Samanea saman) kandungan ekstrak 8%.

ABSTRACT

Author Name : Ahmad Alwy

NIM : 70100108007

Thesis title : Activity Test of Combustio Healing by Methanol Extract

of Kayu Colok Leaf (Samanea saman) in cream

preparations form

Researched on combustio healing activity of methanol extract of kayu

colok leaf (Samanea saman) in cream dosage forms are tested on white male rats.

The goal is to be aware of the healing effects of combustio from the methanol

extract of kayu colok leaf (Samanea saman).

The using method is the sample extraction with maceration and combustio

cream made in 3 concentrations are 2%, 4%, and 8%. In addition to the cream

base was also used as negative controls and Bioplacenton®

as a positive control,

then the back skin of male white rats injured by a hot conductor.

The results showed that the group given the extract cream containing 2%

show healing effect on average on day 15, the cream containing extracts of 4%

gives the average treatment effect on day 14, whereas the cream containing

extracts of 8% give the average healing effect on day 12.

From the results of statistical tests Completely Randomized Design (CRD)

and the Smallest Real Differences Test (LSD) can be concluded that the cream

that gives the effect of combustio healing is the best dosage of methanol extract

cream of kayu colok leaf (Samanea saman) extract content 8%.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi di mana

saja baik di rumah, tempat kerja, bahkan di jalan atau tempat-tempat lain.

Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas

bahkan bahan kimia, aliran listrik, dan lain-lain (Effendi, 1999: 1). Luka

bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman

luka bakar. Walaupun demikian beratnya luka bakar tergantung pada dalam,

luas, dan daerah luka (Syamsuhidayat, 1997: 72).

Luka bakar yang terjadi dapat menimbulkan kondisi kerusakan kulit

selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Penderita luka

bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda

dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, sayatan, dan lain-lain).

Hal ini disebabkan karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti

ditempati kuman dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati,

mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk waktu yang lama (mudah

terinfeksi dan terkena trauma), serta memerlukan jaringan untuk menutup

(Effendi, 1999: 4).

Pohon Colok (Samanea saman) merupakan tanaman yang oleh

masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan sering

digunakan batangnya sebagai kayu bakar. Di samping itu, getah yang

dikeluarkan dari hasil pembakaran kayu dipercaya dapat menghilangkan

bekas luka, serta daunnya biasa direndam dan air hasil rendamannya

dimandikan kepada bayi untuk menjaga kulit bayi dari penyakit kulit.

Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok

(Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac

glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang

memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam

proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai

pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka. Sedangkan

flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai antiseptik

(Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih, 2008: 2).

Salah satu penanganan luka bakar yaitu mencegah adanya

mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan beberapa

sediaan krim luka bakar mengandung bahan alam yang berefek antibakteri

seperti ekstrak daun nanas (Ananas comosus), ekstrak daun senduduk

(Melastoma malabathricum), ekstrak daun binahong (Anredera scandens)

(Pujilestari, 2007: 20; Simanjuntak, 2008: 19; Ardiyanto, 2009:2).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Raghavendra menunjukkan

bahwa ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) konsentrasi

0,002% dalam 106 CFU/ml mampu menghambat Escherichia coli dengan

zona hambat 8,87 mm, Staphylococcus aureus dengan zona hambat yaitu

18,37 mm, Pseudomonas aeruginosa dengan zona hambat 10,18 mm dan

zona hambat 9,75 mm pada Streptococcus faecalis (Raghavendra et al, 2008:

2)

Penggunaan esktrak daun kayu colok (Samanea saman) sebagai obat

luka bakar belum maksimal, karena penggunaannya yang kurang praktis jika

harus disiapkan dan dioleskan langsung dengan simplisia utuh atau

ekstraknya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu formula yang dapat

memudahkan penggunaannya seperti krim.

Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat

baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya

digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2008:

513). Tipe M/A merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci.

Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga

konsentrasi bahan obat akan naik dan mendorong penyerapannya ke jaringan

kulit. Pasien lebih memilih M/A karena penyebarannya lebih baik dan

penguapan airnya dapat mengurangi rasa panas di kulit. Krim A/M

mempunyai sifat lebih berminyak dan viskositasnya lebih besar daripada M/A

(Aulton, 1988: 1234).

Kemampuan ekstrak daun kayu colok (Samanea saman) dalam

menghambat mikroba bentuk ekstrak murni mungkin berbeda jika ekstrak

tersebut diformulasi dalam bentuk sediaan krim karena pengaruh basis. Oleh

karena itu, dilakukan penelitian tentang “Uji Aktifitas Penyembuhan Luka

Bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok (Samanea saman) dalam Bentuk

Sediaan Krim” dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak metanol daun

kayu colok (Samanea saman).

Allah swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Sajadah ayat 27 menjelaskan

bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia.

Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang diciptakan oleh Allah

tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai tambah ciptaan-

Nya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol daun kayu

colok (Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim?

2. Berapa konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea

saman) dalam bentuk sediaan krim yang memiliki aktifitas terhadap

penyembuhan luka bakar terbaik?

3. Bagaimana pandangan Islam tentang pemanfaatan tanaman untuk

pengobatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan formula sediaan krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu

colok (Samanea saman).

2. Mengetahui konsentrasi optimum ekstrak metanol daun kayu colok

(Samanea saman) yang memiliki aktifitas penyembuhan luka bakar yang

setara dengan sediaan luka bakar dengan merek dagang.

3. Mengetahui kedudukan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam

Islam untuk menunjang kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Pemanfaaan bahan alam sebagai alternatif pengobatan luka bakar. (praktis)

2. Mendapatkan formula krim luka bakar ekstrak metanol daun kayu colok

(Samanea saman). (praktis)

3. Meningkatkan penggunaan ekstrak tumbuhan untuk pengobatan. (teoritis)

4. Sebagai bahan referensi tanaman-tanaman obat yang bermanfaat dalam

Islam untuk menunjang kesehatan. (teoritis)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap

pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit berfungsi

sebagai sistem epitel pada tubuh untuk menjaga keluarnya substansi-substansi

penting dari dalam tubuh dan masuknya substansi-substansi asing ke dalam

tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia,

namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa

obat atau bahan yang berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau

efek toksik. Secara mikroskopik, kulit tersusun dari berbagai lapisan yang

berbeda-beda, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu lapisan epidermis,

lapisan dermis yang tersusun alas pembuluh darah dan pembuluh getah

bening dan lapisan jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang disebut

lapisan hypodermis (Sany, 2009: 4).

a. Epidermis

Sratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti

selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin. Stratum lusidum, selnya

pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak

yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan

tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel

sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum. Stratum granulosum,

stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut

terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam

sitoplasma dengan butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan

fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir

stratum granulosum.

Stratum spinosum/stratum akantosum, lapisan ini merupakan

lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8

lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah

mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal (banyak

sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-

selnya berduri.

Stratum basa/germinativum, disebut stratum basal karena sel-

selnya terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-

sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris

(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang

halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar

(palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang

disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis

merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas

ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada

epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit), dan epidermis

menonjol ke arah kerium (Syaifuddin, 2003: 25).

b. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan

epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan

dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai

patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan: bagian atas, pars papilaris (stratum

papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara

pars papikularis dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke

subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan

ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut: serabut kolagen, serabut

elastik, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai

tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan

kepada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan

retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan

memberikan kekuatan pada alas tersebut (Syaifuddin, 2003: 26).

c. Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan di

antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-

sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir,

sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus

adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga

pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).

Guna penikulus adiposus adalah sebagian shock breaker atau pegas

bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas

atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan

untuk kecantikan tubuh. Di bawah Subkutis terdapat selaput otot

kemudian baru terdapat otot (Syaifuddin, 2003: 26).

B. Luka Bakar

a) Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringan kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,

air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003: 4). Stratum

korneum diduga merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air.

Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil dan banyak

mengembang bila tercelup dalam air. Hal ini menjaga permukaan kulit

tetap halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang,

kulit akan menjadi kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid

bukan sebagai mantel penutup yang menolak air, tapi dapat membantu

menahan air agar tetap tinggal dalam kulit (Anief, 1997: 73).

Bila terjadi dehidrasi stratum korneum sampai kira-kira di bawah

10% air akan menimbulkan celah dan membuka jalan bagi substansi

iritan dan mikroorganisme masuk ke dalam kulit. Hilangnya stratum

korneum memberi jalan penguapan (evaporasi), kekurangan komponen

sel, dan terjadinya penetrasi substansi asing tanpa ada halangan (Anief,

1997: 74).

Berat ringan luka bakar, ditinjau dari kedalaman dan kerusakan

jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain penyebab

dan lama kontak.

1. Penyebab

Kerusakan jaringan disebabkan api lebih berat dibandingkan air

panas, kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid

(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.

Ledakan selain menimbulkan luka bakar, juga menyebabkan

kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Bahan kimia,

terutama menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi

jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang

menyebabkan gangguan proses penyembuhan (Moenadjat, 2003:

301).

2. Lama Kontak

Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas

dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,

semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi

(Moenadjat, 2003: 301).

b) Derajat Luka Bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan

oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh

tingginya suhu dan lamanya pejanan suhu tinggi (Syamsuhidayat, 1997:

82). Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga:

1) Luka Bakar Derajat Satu

Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis. Luka tampak

sebagai eritema, kemerahan, keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas

setempat misalnya tersengat sinar matahari. Luka bakar ini biasanya

sembuh dalam 5-7 hari dan sembuh tanpa bekas (Syamsuhidayat,

1997: 83).

2) Luka Bakar Derajat Dua

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi

inflamasi akut disertai proses eksudasi, dijumpai pula dasar luka

berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas

permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik

teriritasi (Moenadjat, 2003: 5).

a. Derajat Dua Dangkal (Superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dan dermis,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebacea masih utuh. Penyembuhan terjadi secara

spontan dalam waktu 10-14 hari (Moenadjat, 2003: 5).

b. Derajat Dua Dalam (Deep)

Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis,

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebacea sebagian kulit yang tersisa. Biasanya

penyembuhan terjadi dalam waktu satu bulan (Moenadjat,

2003: 5).

3) Luka Bakar Derajat Tiga

Kerusakan meliputi kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau

organ yang lebih dalam. Tidak ada kaji elemen epitel hidup yang

tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, karena itu

untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit

tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih

rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan

tidak terasa nyeri (Syamsuhidayat,1997: 83).

c) Patofisiologi

Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada

epidermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan

lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka

bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan

kematian sel-sel (Effendi, 1999: 5). Luka bakar dapat mengakibatkan

syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpejankan suhu tinggi rusak dan

permeabilitas tinggi sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga

dapat terjadi anemia, meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem,

menimbulkan gelembung berisi cairan (bula) dengan membawa serta

elektrolit sehingga volume cairan intravaskuler berkurang. Kerusakan

kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena

penguapan yang berlebihan (Syamsuhidayat, 1997: 83).

Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi

pada kulit yang mati. Kontaminasi kulit yang mati tersebut merupakan

medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal

dianjurkan (Syamsuhidayat, 1997: 83).

d) Proses Penyembuhan Luka Bakar

Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase yaitu fase

inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan

kembali jaringan (Simanjuntak, 2008: 35):

1) Fase Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari

kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan

pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan

vasokontriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi) dan

reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karena trombosit yang keluar

dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin

yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.

Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin

yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi

cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat

menyebabkan pembengkakan.

2) Fase Proliferasi

Fase profliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol

adalah proses proliferasi fibrolas. Fase ini berlangsung dari akhir fase

inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat

kolagen yang mepertautkan tepi luka.

3) Fase Penyudahan

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari

penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan perupaan kembali

jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan

dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh

berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena

proses penyembuhan.

e) Penyebab Infeksi Pada Luka Bakar

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bakar

yaitu Streptococcus atau Stafilococcus serta mikroorganisme gram

negatif. Mikroorganisme tersebut terdapat pada folikel rambut dan

kelenjar keringat yang akan membentuk koloni-koloni pada luka bakar

yang belum memperoleh pengobatan awal dengan antibiotika topikal

(Moenadjat, 2003: 322).

f) Faktor yang Berpengaruh dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar

Faktor yang berpengaruh pada proses penyembuhan luka bakar,

baik pengaruh positif maupun negatif sehingga luka dihadapkan pada

kemungkinan mengalami penyembuhan spontan. Faktor internal seperti

usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolisme

khususnya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses

penyembuhan. Faktor eksternal lebih ditekankan pada perlakuan terhadap

luka, dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan proses

penyembuhan berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan

penatalaksanaan yang tidak tepat akan terjadi konversi luka bakar derajat

II dangkal menjadi II dalam, luka bakar derajat II dalam menjadi derajat

III dan seterusnya, atau bahkan kematian jaringan (Moenadjat, 2003:

325).

g) Penanggulangan Luka Bakar

a. Terapi Non Obat

Penanganan pada terapi ini dilakukan dengan memberikan

kompres dingin menggunakan es atau direndam dalam air dingin. Hal

ini harus dilakukan setelah kejadian. Pakaian dibuka kecuali yang

melekat pada luka bakar. Luka bakar derajat I tidak memerlukan

pembalutan atau pengobatan. Rasa sakit dapat dikurangi dengan

pemberian emolient seperti vaselin. Luka bakar derajat II dapat diberi

kompres dengan larutan garam pekat dan dapat diberikan pembalut.

Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa harus segera

ditangani, sebaiknya dibawa ke Rumah sakit. Kepada korban

kebakaran tingkat III ini pasien biasanya diberikan oksigen melalui

sungkup muka (masker) untuk menghadapi efek dari karbon

monooksida (Rahman, 2010: 18).

b. Terapi Obat

Luka bakar yang dapat diobati sendiri yaitu luka bakar ringan

dengan tidak mengenai bagian tubuh yang penting. Misalnya daerah

leher, muka dan genitel. Prinsip penanganan utama adalah

mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan

memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan

menutup permukaan luka. Obat yang digunakan adalah yang

mengandung Neomicyn sulfat, placenta extra, atau yang mengandung

Perak sulfadiazin. Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup.

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan

membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya

dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup. Sediaan Antiseptik

yang biasa digunakan adalah rivanol, alkohol, yodium, dan

sebagainya. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS

(Anti Tetanic Serum) dan atau toksoid. Analgesik diberikan apabila

penderita kesakitan (Suratman, 1996: 2; Rahman, 2010: 19).

C. Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)

a. Sistematika Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)

Kedudukan kayu colok (Samanea saman) dalam taksonomi :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Samanea

Spesies : Samanea saman

Kayu Colok (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh

asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah

diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai

beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East

Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis

dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba),

Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis). Di

beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree

(Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (Nuroniah, 2010: 4).

Di Indonesia umumnya jenis ini dikenal dengan nama trembesi,

dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan

(Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah).

b. Morfologi Tanaman

Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko,

Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis

dan subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas,

termasuk diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan

rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Kayu Colok dapat

bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, suhu 20°-

38°C dimana suhu maksimal saat musim kering 24°-38°C dan suhu

minimal saat musim basah 18°-20°C. Pertumbuhan optimum pada kondisi

basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat

beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di

berbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4)

meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini

memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah

tergenang air dalam waktu pendek (Staples, 2006: 5).

Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter

setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m.

Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran

horisontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di

tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya

bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil.

Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk

umbel (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam

dua warna (putih di bagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang

berserbuk. Ratusan kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi

kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan

dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga perkelompok yang

dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan, dan setelah tua akan

segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji yang

berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji

memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu

kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara

mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka.

Dalam satu kilogram terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan

kering pada suhu 0°-3°C dalam kotak tertutup (Staples, 2006: 6).

c. Kandungan Kimia dan Khasiat Tanaman

Dari hasil analisis fitokimia diperoleh data bahwa kayu colok

(Samanea saman) mengandung tanin, flavonoid, saponin, steroid, cardiac

glycosides dan terpenoid. Saponin merupakan salah satu senyawa yang

memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam

proses penyembuhan luka. Saponin juga mempunyai kemampuan sebagai

pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka.

Sedangkan flavonoid yang merupakan golongan fenol berperan sebagai

antiseptik (Prasad et al, 2008: 1; Raghavendra et al, 2008: 2; Septiningsih,

2008: 2).

D. Krim

Emulsi yang dikenal dengan istilah lotion atau krim, merupakan

bentuk sediaan yang paling sering digunakan. Krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut terdispersi ke

dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan

untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi yang relatif cair

diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari

emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih dianjurkan

untuk penggunaan kosmetika atau estetika (Anonim, 1995: 6).

Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamika tidak

stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu

sama lain. Di mana cairan yang satu terdispersi ke dalam cairan yang lain dan

untuk memantapkannya ditambahkan emulgator (Voight, 1995: 398).

Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi, dapat dibedakan

antara emulsi cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak

ikan, emulsi parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi terdiri dari

dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainnya, di mana yang satu

menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil. Fase hidrofil umumnya

adalah air atau suatu cairan yang dapat bercampur dengan air, sedangkan fase

lipofil adalah minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak. Ada dua

kemungkinan yang dapat terjadi, apakah fase hidrofil yang terdispersi ke

dalam lipofil ataukah fase lipofil yang terdispersi ke dalam fase hidrofil

(Voight, 1995: 399).

Pada formulasi krim ada dua tipe emulsi yang digunakan yaitu minyak

dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Pemilihan basis didasarkan

atas tujuan penggunaannya dan jenis bahannya yang akan digunakan

(Lachman, 1994: 1030).

Faktor-faktor yang menentukan apakah akan terbentuk emulsi A/M

atau M/A tergantung pada dua sifat kritis yaitu terbentuknya butir tetes dan

terbentuknya rintangan antarmuka. Bila emulgator hanya dapat larut atau

lebih suka air (sabun, natrium, tween) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A.

Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun

kalsium, span) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A (Anief, 1999: 27).

Pada formulasi krim masing-masing basis, memiliki keuntungan pada

penghantaran obat. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah M/A yang

dikenal dengan ‘krim’. Basis vanishing cream termasuk golongan ini.

Vanishing cream diberi istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan

digosokkan pada kulit, hanya sedikit atau atau tidak terlihat bukti nyata

tentang adanya krim sebelumnya. Hilangnya krim ini dari kulit dan pakaian

dipermudah oleh minyak dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat

digunakan pada kulit dengan luka yang basah. Karena bahan pembawa

minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka

tersebut. Pembawa jenis vanishing cream merupakan contoh yang mewakili

emulsi M/A, sedangkan basis serap umumnya A/M (Lachman, 1994: 1030).

a. Emulgator

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi

tegangan antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan

terdispersi dalam lapisan kuat yang mencegah koalesensi dan pemisahan

fase terdisperso (Parrot, 1974: 313).

1. Pembagian Emulgator

Berdasarkan struktur kimianya, emulgator diklasifikasikan

menjadi (Gennaro, 1990: 300. Liebermen, 1988: 1091) :

a) Emulgator Alam

1. Emulgator alam yang membentuk film multimolekuler,

misalnya akasia dan gelatin.

2. Emulgator alam yang membentuk film monomolekuler,

misalnya lesitin, kolesterol.

3. Emulgator yang membentuk film berupa artikel padat

misalnya bentonit dan vegum.

b) Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film

monomolekuler. Kelompok bahan aktif permukaan ini

dibagi menjadi anionik, kationik, dan nonionik. Tergantung

dari muatan yang dimiliki oleh surfaktan.

1. Anionik

Surfaktan ini memiliki muatan negatif. Contoh

bahannya yaitu kalium, natrium, dan garam ammonium

dari asam laurat dan asam oleat yang larut dalam air dan

merupakan bahan pengemulsi M/A yang baik. Bahan ini

mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan

mengiritasi saluran cerna sehingga dibatasi

penggunaannya hanya untuk bagian luar.

2. Kationik

Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak

pada kation yang bermuatan positif. pH dari sediaan

emulsi dengan pengemulsi kationik yaitu antara 4-8.

Rentang pH juga menguntungkan karena masuk ke

dalam pH normal kulit. Contohnya senyawa ammonium

kuartener.

3. Nonionik

Surfaktan yang sangat luas penggunaannya sebagai

bahan pengemulsi karena memiliki kesinambungan

hidrofilik dan lipofilik dalam molekulnya. Tidak seperti

tipe anionik dan kationik, emulgator non ionik tidak

dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit.

Contoh yang paling banyak digunakan adalah gliseril,

ester asam lemak sorbitan (span) dan turunan

polioksietilennya (tween).

2. Mekanisme Emulgator

Berdasarkan mekanisme kerjanya, emulgator dibagi menjadi

beberapa bagian yaitu (Gennaro, 1990: 300) :

a) Adsorbsi Momonolekuler

Surfaktan atau amfibil menurunkan tegangan antarmuka

karena teradsorbsi pada antarmuka minyak air membentuk film

monomolekuler. Film ini membungkus tetes terdispersi dengan

suatu lapisan tunggal yang seragam berfungsi mencegah

bergabungnya tetesan. Idealnya film ini harus fleksibel sehingga

membentuk kembali jika pecah atau terganggu.

b) Adsorbsi Multimolekuler

Koloid hidrofil terhidrasi dapat dianggap sebagai bahan

aktif permukaan karena terdapat pada antarmuka minyak air tetapi

berbeda dengan surfaktan sintetik. Koloid hidrofil tidak

menyebabkan penurunan tegangan antarmuka yang nyata tetapi

membentuk film multimolekuler pada antarmuka tetesan. Aksi

sebagai emulgator terutama disebabkan oleh film yang

dibentuknya kuat sehingga mencegah koalesensi. Film

multimolekuler ini bersifat hidrofilik sehingga cenderung

membentuk minyak dalam air.

c) Adsorbsi Partikel Padat

Partikel padat yang dibagi halus yang terbasahi oleh

minyak dan air dapat bertindak sebagai emulgator membentuk

suatu film partikel halus di sekeliling tetes terdispersi pada

antarmuka sehingga mencegah koalesensi.

3. Sistem Keseimbangan Hidrofilik-Lipofilik

Hydrofhilic-Lyphophilic Balance adalah harga yang harus

dimiliki oleh sebuah emulgator sehingga pertemuan antara fase lipofil

dengan air dapat menghasilkan emulsi dengan tingkat dispersitas dan

stabilitas yang optimal (Voight, 1995: 407).

Suatu emulgator dengan HLB tinggi adalah lebih mudah larut

dalam air dan akan membentuk tipe emulsi M/A. Sebaliknya surfaktan

dengan HLB rendah akan membentuk tipe emulsi A/M serta lebih

mudah larut dalam minyak (Anief, 1999: 30).

Emulgator sering dikombinasikan untuk menggunakan emulsi

yang lebih baik yaitu emulgator dengan keseimbangan hidrofilik dan

lipofilik yang diinginkan, melainkan kestabilan dan sifat kohesi dari

lapisan antarmuka serta mempengaruhi konsistensi dan penampakan

emulsi (Gennaro, 1990: 300).

Emulgator dengan nilai HLB di bawah 7 umumnya

menghasilkan emulsi air dalam minyak (A/M), sedangkan emulgator

dengan nilai HLB di atas 7 umumnya menghasilkan emulsi minyak

dalam air (M/A). Tetapi sistem HLB tidak memberikan indikasi

tentang konsentrasi yang digunakan. Sebagai aturan, emulgator

dengan konsentrasi 2% adalah jumlah yang cukup dalam suatu

formula walaupun konsentrasi yang lebih kecil dapat memberikan

hasil yang lebih baik. Jika konsentrasi emulgator lebih dari 5% maka

emulgator akan menjadi bagian utama dari formula dan hal ini

bukanlah tujuan dari penggunaan emulgator (Martin, 1971: 34).

b. Pembuatan Emulsi

Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan

pengemulsi. Agar berguna dalam preparat farmasi. Zat pengemulsi

mempunyai kualitas tertentu. Dalam sediaan krim, pengemulsi dapat

bersifat anionik, kationik, dan nonionik. Dalam ukuran kecil, preparat

pengemulsi dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh

ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah metode kontinental,

metode inggris, dan metode botol. Dalam metode pertama, zat pengemulsi

dicampur dengan minyak sebelum penambahan air. Metode kedua, zat

pengemulsi ditambahkan ke dalam air (dimana zat pengemulsi tersebut

larut) agar membentuk mucilage, kemudian perlahan-lahan minyak

dicampurkan untuk membentuk emulsi. Metode botol digunakan untuk

minyak-minyak yang kurang kental dan merupakan variasi dari metode

pertama dan kedua (Ansel, 2008: 379).

E. Penyarian

a. Metode Penyarian

Penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula

berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan

zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan

bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan

dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka makin halus

serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya.

Cairan pelarut dalm proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang

baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif,

dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari

senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian

besar senyawa kandungan yang diinginkan dalam hal ekstrak total, maka

cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder

yang terkandung (Septiningsih, 2008: 24).

b. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan

berbeda demikan pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode

ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun

hewan lebih larut dalam pelarut organik. Proses ekstraksinya zat aktif

dalam tanaman adalah : pelarut organik akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan

berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi

keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel

(Fachruddin, 2001: 19).

c. Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung

komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung bengosin, trias dan lilin.

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan simplisia

yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian

ke dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan

penyari, ditutup, kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada

temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.

Setelah 5 hari, disaring ke dalam wadah penampung kemudian ampasnya

diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk

kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Sari

yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari

cahaya selama 2 hari, endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan (Fachruddin, 2001: 20).

F. Uraian Hewan Coba

a. Klasifikasi Tikus Putih (Agus, 2008: 3)

Kingdom : Animalia

Filium : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rudentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus novergicus

b. Sifat-sifat

Tikus atau rat (Rattus novergicus) telah diketahui sifat-sifatnya

dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat

dan cocok untuk berbagai macam penelitian di laboratorium ataupun

sebagai hewan kesayangan. Tikus putih yang berasal dari Asia Tengah

dan tidak ada hubungannya dengan Norwegia seperti yang diduga dari

namanya. Seperti halnya mencit, terdapat tikus germ free, gnotobiotik dan

spesifik pathogen free di samping yang biasa (conventional).

Tikus terutama yang muda memiliki jaringan lemak berwarna

cokelat di bagian leher sampai scapula yang jumlahnya berkurang setelah

14 dewasa. Tikus dapat dikandang bersama dalam satu kelompok besar

yang terdiri dari jantan dan betina dari berbagai tingkat tanpa terjadinya

perkelahian yang berarti. Tikus dapar hidup lebih dari tiga tahun dan

produktif untuk berkembangbiak selama lebih dari sembilan bulan atau

sampai usia satu tahun (Nurliah, 2010: 13).

G. Islam dan Kesehatan

Allah swt. menciptakan makhluk-Nya dengan memberikan cobaan dan

ujian, lalu menuntut konsekuensi kesenangan, yaitu bersyukur dan

konsekuensi kesusahan, yaitu sabar. Semua ini bisa terjadi dengan Allah

membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia

kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa

musibah, penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi manusia

dan semua itu pasti menimpa mereka (Yazid, 2011). Hal ini untuk

mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk melihat siapa

yang paling baik amalnya.

Hal tersebut sesuai firman Allah swt. Q.S. Al Mulk (67) ; 2 :

Terjemahnya :

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di

antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi

Maha Pengampun.

Penyakit merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada

hamba-Nya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang

telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmah-Nya. Ketahuilah, Allah tidak

menetapkan sesuatu, baik berupa takdir kauni (takdir yang pasti berlaku di

alam semesta ini) atau syar’i, melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang

amat besar, sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia. Berbagai

cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan, semua itu mempunyai

manfaat dan hikmah yang sangat banyak.

a. Kedudukan Obat dalam Islam

Obat atau syifa merupakan zat yang berfungsi untuk memberikan

suplemen bagi tubuh untuk meregenerasi sel yang rusak dan

menyembuhkan penyakit. Perkembangan zaman juga meningkatkan

jumlah penyakit yang menyerang manusia. Penyakit tertentu ada yang

sudah diketahui obatnya dan ada pula yang belum diketahui. Namun,

Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melewati batas

kemampuan mereka. Setiap penyakit pasti ada obatnya, seperti sabda

Rasulullah Saw Islam sangat menganjurkan untuk memperhatikan tentang

pengobatan baik itu dari segi keharusan berobat dan hukum bahan-bahan

yang digunakan dalam berobat. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi

Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair,

dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda :

.

Artinya :

Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah

mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin

Allah Azza wa jalla. [HR. Muslim].

Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan manusia

tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang dialami manusia terdiri dari

penyakit rohani dan penyakit jasmani (Faiz, 1991: 324). Penyakit jasmani

sering muncul karena dipicu faktor penyakit rohani seperti berlebih-

lebihan dalam makanan atau malas mengkonsumsi zat-zat gizi seperti

vitamin dan sebagainya.

b. Islam dan Teknologi Pengobatan

Islam memandang ilmu pengetahuan dan tehnologi pengobatan

sebagai cabang dari ilmu pengetahuan untuk memahami secara ilmiah dari

cara pengobatan dengan memperhatikan bagaimana cara seseorang untuk

merancang suatu obat yang lebih baik digunakan bagi manusia dengan

meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Pengetahuan semacam ini

merupakan karunia yang sangat besar dari Allah swt., sehingga kita harus

terus berusaha untuk menggali ilmu-ilmu pengobatan. Hal ini disebutkan

dalam Firman Allah swt. dalam surah Al Baqarah (2) : 269

Terjemahnya :

Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam

tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-

Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar

Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang

yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran..

Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa dia akan

memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maksudnya

ialah bahwa Allah mengaruniakan hikmah kebijaksanaan serta ilmu

pengetahuan kepada siapa-siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-

Nya, sehingga dengan ilmu dan dengan hikmah itu ia dapat membedakan

antara yang benar dan yang salah, antara was-was setan dan ilham dari

Allah swt.

Alat untuk memperoleh hikmah itu ialah akal yang sehat dan

cerdas, yang dapat mengenal sesuatu berdasarkan dalil-dalil dan bukti-

bukti, dan dapat mengetahui sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya.

Dan barang siapa yang telah mencapai hikmah dan pengetahuan yang

demikian itu berarti dia telah dapat membedakan antara janji Allah dan

bisikan setan. Lalu dipercayainya janji Allah dan dibuangnya bisikan setan

itu.

Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa siapa yang telah

memperoleh hikmah dan pengetahuan semacam itu, berarti ia telah

memperoleh kebaikan yang banyak, yaitu kebaikan di dunia ini dan

kebaikan di akhirat kelak. Ia tidak mau menerima bisikan-bisikan jahat

dari setan bahkan ia menggunakan segenap pancaindra, akal dan

pengetahuannya untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang batil,

mana yang petunjuk Allah dan mana yang bujukan setan. Kemudian ia

berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.

Pada akhir ayat ini Allah swt. memuji orang-orang yang berakal

dan mau berpikir. Mereka inilah yang selalu ingat dan waspada serta dapat

mengetahui apa-apa yang bermanfaat serta dapat membawanya kepada

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Al-Darda ra, bahwa

Rasulullah Saw pernah bersabda:

Artinya:

Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya, dan dan Dia

telah menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi

rawatlah dirimu sendiri dengan menggunakan obat-obatan

sekuatmu, tetapi jangan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas

dilarang" (HR. Abu Dawud).

Al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman untuk melakukan

berbagai pengobatan, agar tidak keluar dari syariat Islam. Terapi

pengobatan dan doa tidak dapat dipisahkan, kesembuhan yang sebenarnya

hanya berasal dari-Nya. Namun, doa saja tentu tidak cukup tetapi harus

ada upaya pengobatan, misalnya pengobatan tradisional ataupun secara

pengobatan medis. Doa dan pengobatan fisik perlu disinergikan, karena

keduanya saling mendukung satu sama lain. Berkaitan dengan hal ini,

Aisyah rahimahullah ta'ala meriwayatkan: "Ketika Rasulullah menderita

sakit, dia membaca surat Mu'awwidzatain dalam hatinya dan

meniupkannya ke bagian-bagian yang sakit. Ketika penyakitnya semakin

parah, aku membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan memukulkan

secara perlahan pada bagian yang sakit tersebut melalui tangannya sendiri

dengan harapan mendapat hidayat-Nya" (HR. Abu Dawud). Tetapi, bukan

berarti semua penyakit yang mendapat pengobatan dari Rasulullah. Dia

juga amat konsekuen untuk menyerahkan sesuatu pekerjaan kepada

ahlinya.

c. Penyembuhan Luka Bakar dalam Islam

Dalam Islam, dikenal beberapa cara pengobatan untuk

menyembuhkan penyakit. Diantaranya, penyembuhan dengan air, bekam,

do’a, dan obat-obat tradisional. Manusia dapat hidup tanpa obat-obatan.

Akan tetapi, tidak seorang pun yang bisa hidup tanpa air. Karena lebih dari

setengah (57 %) tubuh kita berupa air. Apabila semua orang dapat

menggunakan air dengan sebaik-baiknya, maka jumlah penyakit dan

kematian dapat dihindari. Salah satu penyakit yang bisa diobati dengan air

yaitu Luka bakar, dengan cara merendam luka bakar dalam air dingin

(Yazid, 2011). Hal ini untuk memberikan rasa dingin pada luka bakar.

Di samping itu, bahan-bahan tradisional juga bisa digunakan

sebagai obat. Karena memang sudah turun-temurun digunakan oleh

masyarakat dan biasa dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangga.

Misalnya kunyit, temulawak, daun sirih, kayu manis, cengkeh, buah

mengkudu dan lain sebagainya (Yazid, 2011). Bahan-bahan seperti ini

mudah ditanam sebagai tanaman obat keluarga yang memang dipersiapkan

untuk anggota keluarga.

d. Peristiwa Pembakaran Nabi Ibrahim

Allah berfirman dalam Surah Al-Anbiyaa ayat 68-70 :

Terjemahnya :

"Mereka berkata : Bakarlah dia dan belalah tuhan-tuhan kamu

jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman : Hai

api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.

Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami

menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi."

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengungkapkan tafsir

ayat tersebut bahwa Kaum Nabi Ibrahim yang sangat terpojok dan marah

mendiskusikan sikap yang mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim.

Akhirnya, sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok,

mereka sepakat untuk menghabisi Nabi Ibrahim. Karena itu, mereka

berkata kumpulkanlah bahan bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar

mungkin, kemudian Bakarlah dia, yakni Nabi Ibrahim, dengan

pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah tuhan-tuhan kamu jika

kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah

kamu segera melakukan pembakaran itu. Maka, mereka berbondong-

bondong mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan

melemparkan Nabi Ibrahim.

Allah swt. yang selalu menyertai hamba-hambanya yang taat

menyelamatkan Nabi Ibrahim. Secara langsung dinyatakan bahwa Kami

Berfirman : Wahai Api jadi dinginlah engkau, dingin dalam batas tertentu

dan dalam waktu yang sama hendaklah engkau menjadi keselamatan bagi

Ibrahim sehingga engkau tidak membahayakannya, yakni api tidak

membakarnya dan dingin pun tidak menyengatnya.

Dengan pembakaran itu, mereka hendak berbuat makar terhadap

Ibrahim, yakni membunuh dan menghabisi ajaran-ajarannya, maka kami

menjadikan mereka orang-orang yang palin merugi. Rugi karena usaha

mereka gagal serta rugi karena mendapat murka Allah swt. atas ulah

tersebut.

Manusia, atau alat yang digunakan, seperti obat-obat bagi

kesembuhan atau senjata untuk kemenangan semuanya hanyalah

perantara. Sehingga pada akhirnya seperti kata einstein, “Apa yang terjadi

semuanya diwujudkan oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat lagi maha

mengetahui,” atau dalam Al-Qur’an diistilahkan “Allah maha perkasa lagi

maha mengetahui” (Quraish Shihab, 2000: 83-87).

e. Kedudukan Gizi sebagai penunjang pengobatan dalam Islam

Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama Islam bertujuan

untuk memelihara lima hal pokok, yaitu : agama, jiwa, akal, kehormatan

(keturunan), dan kesehatan. Gizi dalam hal ini mempunyai peranan sangat

besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Gizi

seimbang sangat dibutuhkan oleh tubuh dengan cara memperhatikan pola

makan. Di dalam Al quran kata-kata akala (makan) banyak terdapat ayat-

ayatnya dan juga terdapat 27 kali ayat yang memerintahkan untuk makan.

Begitu pun dengan penderita luka bakar, nutrisi juga harus cukup

untuk menunjang penyembuhan luka. Karena karena beberapa faktor yang

berperan dalam penyembuhan luka bakar antara lain gizi, usia, jenis

kelamin dan kelainan sistemik (Nugroho, 2012: 30). Islam sangat

menganjurkan agar memperhatikan pola makan ideal untuk hidup sehat.

Makanan yang dikonsumsi sangat menekankan pada sifat halal

(boleh) dan Thayyib (baik atau bergizi). Rangkaian kedua sifat ini

menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang

memenuhi kedua syarat tersebut. Firman Allah swt. yang menyebutkan

tentang makanan yang halal lagi baik di dalam Q.S. Al Maidah (5) :88

Terjemahnya:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang

kamu beriman kepada-Nya.

Ummat Islam diharuskan untuk memilih makanan yang bergizi

berupa karbohidrat, lemak, vitamin maupun mineral serta yang halal.

Sebab dari makanan bergizi ini manusia dapat melakukan aktivitas. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa gizi merupakan tangga pertama guna

mencapai kesehatan dan kesejahteraan. (Quraish Shihab, 1994: 286). Dua

hal terakhir ini merupakan kewajiban ummat manusia untuk memilihara

dan mencapainya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1) Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan antara lain adalah alat-alat gelas (pyrex®),

bejana maserasi (duralex®), blender (maspion®), cawan porselin, jangka

sorong (tricle brand®), penginduksi panas, rotavafor (heidolf

®), timbangan

analitik (precisa®).

2) Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah daun kayu colok (Samanea saman)

diperoleh dan dikumpulkan dari Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo.

Hewan uji yang digunakan yaitu tikus putih jantan (Rattus novergicus).

Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, asam stearat, cetyl

alkohol, gliserin, parafin cair, adeps lanae, metil paraben, propil paraben,

span 60, tween 60, dan air suling.

B. Penyiapan Hewan Uji

Sebelum percobaan dimulai, semua hewan coba diadaptasikan pada

lingkungan percobaan selama tujuh hari. Hewan coba yang digunakan adalah

tikus putih jantan (Rattus novergicus) dengan bobot badan berkisar antara

200-250 g sebanyak 15 ekor. Selama masa adaptasi, hewan coba diberi

makan dengan pakan standar dan minum.

C. Metode Kerja

1) Penyiapan Sampel

a. Pengambilan Sampel

Sampel daun kayu colok (Samanea saman) diperoleh di

Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Pengambilan

sampel dilakukan pada pagi hari. Daun yang diambil mulai dari daun

pucuk hingga daun kelima dari pucuk yang tidak rusak dan tidak

berjamur.

b. Pengolahan Sampel

Daun kayu colok (Samanea saman) yang telah diambil, dicuci

hingga bersih dengan air mengalir dan dikeringkan dalam ruangan

tanpa terkena sinar matahari langsung, kemudian dipotong-potong

kecil dan diblender hingga diperoleh serbuk simplisia.

2) Ekstraksi

Simplisia daun kayu colok (Samanea saman) ditimbang sebanyak

300 g dimasukkan dalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan

metanol hingga simplisia terendam. Wadah maserasi ditutup dan

disimpan selama 24 jam di tempat yang terlindung dari sinar matahari

langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya disaring, dipisahkan antara

ampas dan filtratnya. Ampas diekstraksi kembali dengan metanol yang

baru dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan selama 3 x 24 jam.

Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan

cairan penyarinya sampai diperoleh ekstrak metanol kental. Selanjutnya

ekstrak dibebas metanolkan.

3) Pembuatan Sediaan Krim

a. Rancangan Formula

Tabel 1 : Rancangan Formula Krim Daun Kayu Colok (Samanea

saman) dengan variasi konsentrasi ekstrak

Keterangan :

Formula A : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 2%.

Formula B : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 4%.

Formula C : Formula krim dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 8%.

Formula D : Formula krim tanpa mengandung ekstrak.

Nama Bahan

Formula Krim (%)

Formula

A

Formula

B

Formula

C

Formula

D

Ekstrak Metanol

daun kayu colok 2 4 8 -

Cetyl alkohol 5 5 5 5

Asam stearat 10 10 10 10

Gliserin 15 15 15 15

Parafin cair 10 10 10 10

Adeps lanae 5 5 5 5

Span 60

Tween 60 5 5 5 5

Profil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

Metil paraben 0,05 0,05 0,05 0,05

Air suling sampai 100 100 100 100

b. Pembuatan Sediaan

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Fase minyak

dibuat dengan melebur berturut-turut asam stearat, cetyl alkohol,

adeps lanae, parafin cair, span 60. Kemudian ditambahkan profil

paraben, kemudian suhu dipertahankan pada suhu 70°C. Fase air

dibuat dengan melarutkan metil paraben dalam air pada suhu 90°C

dan ditambahkan gliserin. Kemudian ditambahkan tween 60,

dipertahankan pada suhu 70°C. Krim dibuat dengan mencampurkan

fase minyak ke dalam fase air sambil diaduk dengan pengaduk

elektrik selama 3 menit dan ditambahkan ekstrak metanol daun kayu

colok (Samanea saman), kemudian didiamkan selama 20 menit, lalu

diaduk kembali sampai terbentuk krim yang homogen.

4) Pengujian efek penyembuhan luka bakar

Pengujian efek penyembuhan luka bakar dilakukan terhadap krim

masing-masing konsentrasi ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea

saman) dengan menggunakan hewan percobaan tikus putih (Rattus

novergicus) jenis kelamin jantan.

a. Pembagian kelompok hewan coba

Hewan uji berjumlah 15 ekor, dibagi dalam 5 kelompok yang

masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Kemudian terhadap tiap

kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:

a) Kelompok I : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi

panas, suhu 80°C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula A.

b) Kelompok II : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi

panas, suhu 80°C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula B.

c) Kelompok III : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi

panas, suhu 80°C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula C.

d) Kelompok IV : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi

panas, suhu 80°C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim formula D.

e) Kelompok V : Tikus diinduksi dengan alat penginduksi

panas, suhu 80°C selama 5 menit.

Kemudian diberi krim pembanding

Bioplacenton®.

b. Pengujian efek penyembuhan luka bakar

Tikus dianestesi dengan eter kemudian dicukur bagian

punggungnya. Kulit diinduksi dengan alat penginduksi panas dengan

suhu 80°C selama 5 menit, luka yang terjadi diukur diameternya,

kemudian dihitung diameter rata-ratanya.

Luka yang terjadi diolesi dengan 3 gram sediaan uji setiap 24

jam, kemudian ditutup dengan kain kasa, dibuka, diameter luka

diukur kemudian ditutup kembali dengan kain kasa dilakukan sampai

luka sembuh, dicatat hari mulai menutup luka (berakhirnya inflamasi)

dan hari luka tertutup 100%.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Penelitian

Efek penyembuhan luka bakar Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok

(Samanea saman) pada beberapa konsentrasi dengan pengamatan hari mulai

menutup luka hingga luka tertutup 100% disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Efek penyembuhan luka bakar

Konsentrasi Rata-rata Hari ke-n

Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100%

A

Ekstrak 2% 6,6 15,6

B

Ekstrak 4% 4,6 14,3

C

Ekstrak 8% 3 12,3

D

Kontrol Basis 7,3 18,3

E

Bioplacenton® 3,3 11,3

E. Pembahasan

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan

yang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang tinggi

misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan sebagainya (Simanjuntak,

2008, 32). Gejala yang ditimbulkan berupa panas dan adanya kemerahan.

Prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar atau

menurunkan inflamasi, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa

sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Untuk

menurunkan inflamasi dibutuhkan bahan yang berfungsi sebagai adstringen

atau dapat menciutkan pori, di samping itu juga diperlukan anti mikroba

untuk mencegah infeksi, serta bahan yang merangsang pembentukan kolagen

(Simanjuntak, 2008: 54).

Daun kayu colok (Samanea saman) secara empiris digunakan oleh

masyarakat untuk mengobati luka bakar. Pada penelitian ini, Ekstrak metanol

daun kayu colok (Samanea saman) diformulasikan menjadi sediaan krim luka

bakar karena bentuk sediaan ini mudah digunakan dan penyebarannya di kulit

lebih cepat. Tipe krim yang dibuat adalah tipe minyak dalam air yang

merupakan tipe krim yang baik, karena mudah dicuci dan memberikan rasa

dingin. Apabila dioleskan pada kulit akan mengalami penguapan sehingga

konsentrasi bahan obat akan naik dan meningkatkan waktu kontak dengan

kulit untuk memberikan efek (Aulton, 1988: 1234).

Bahan yang digunakan dalam pembuatan krim adalah cetyl alkohol

yang berfungsi sebagai peningkat stabilitas emulsi atau pembentuk massa,

asam stearat sebagai pengemulsi, gliserin sebagai humektan, parafin cair

sebagai fase minyak, serta adeps lanae sebagai peningkat konsistensi. Fase

minyak dipilih dari jenis minyak mineral agar tidak terabsorbsi oleh kulit

karena sediaan ini tidak diharapkan terabsorbsi ke dalam kulit. Gologan

minyak mineral tidak diserap kulit, melainkan menempel seperti plastik tipis

pada permukaan epidermis (Tessa, 2006: 31).

Sebagai emulgator, digunakan span 60 dalam fase minyak dan tween 60

sebagai fase air. Hal ini bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka

minyak / air. Tween dan span merupakan surfaktan yang memiliki sifat relatif

hidrofil/ lipofil, dan gabungan dua emulgator ini diharapkan dapat

membentuk emulsi yang stabil serta menjaga fase minyak dan air. Adapun

pengawet yang digunakan adalah kombinasi metil paraben dan profil paraben.

Kombinasi kedua pengawet ini diharapkan dapat memberi hasil yang sangat

baik sehingga penggunaannya direkomendasikan.

Penelitian efek penyembuhan luka bakar ekstrak metanol kayu colok

(Samanea saman) dalam bentuk sediaan krim diujikan pada tikus putih

(Rattus novergicus) yang telah diinduksi dengan logam panas. Induksi ini

menghasilkan luka bakar derajat I dengan luas luka <15% luas tubuh. Luka

bakar tipe I ini merupakan luka bakar yang termasuk golongan ringan dan

penangannya tidak perlu dilaksanakan di Rumah Sakit (Nugroho, 2012: 12).

Pada penelitian ini digunakan basis krim sebagai kontrol negatif. Hal ini

dilakukan untuk memastikan bahwa yang memberikan efek penyembuhan

luka bakar adalah ekstrak daun kayu colok. Di samping itu, juga digunakan

Bioplacenton® sebagai kontrol positif agar dapat mengetahui kesetaraan

efektifitas krim dalam menentukan konsentrasi optimum ekstrak.

Bioplacenton® mengandung placenta extract dan neomycin sulfate

sulfate. Kombinasi ini merupakan bagian dari perawatan luka yang sangat

efektif. Placenta extract sebagai "biogenic stimulator" memegang peranan

penting dalam mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka.

Sedangkan neomycin sulfate bekerja sebagai antibiotik yang mampu

membunuh beragam jenis kuman dengan daya kerja yang tidak terganggu

oleh nanah. Selain memberikan rasa sejuk, Bioplacenton® juga aman

digunakan dan mudah didapat. Daun kayu colok (Samanea saman) juga

mengandung saponin yang berfungsi memacu pembentukan kolagen, dan

tanin yang berfungsi menurunkan inflamasi, serta kandungan berupa polifenol

yang berefek antimikroba yang dapat mencegah infeksi oleh mikroorganisme.

Dari hasil pengamatan diperoleh data perubahan diameter luka bakar

dengan menghitung rata-rata perubahan diameter luka bakar dengan interval

waktu pengukuran setiap 24 jam.

Proses penyembuhan luka bakar dibagi dalam tiga fase yaitu fase

inflamasi, fase proliferasi, dan fase penyudahan. (Simanjuntak, 2008, 54).

Fase inflamasi segera terjadi setelah kulit terinduksi panas, hal ini terlihat

dengan membesarnya diameter luka, terjadi reaksi kemerahan, dan adanya

akumulasi cairan. Awal dari fase penyembuhan luka bakar dengan

karakteristik peradangan yaitu; rubor (kemerahan yang menyertai

peradangan, terjadi akibat peningkatan aliran darah ke daerah yang

meradang), kalor (panas yang menyertai peradangan yang timbul akibat

peningkatan aliran darah), turgor (pembengkakan daerah yang meradang,

terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein-protein

plasma masuk ke ruang interstisium), dan dolor (nyeri peradangan akibat

peregangan saraf karena pembengkakan dan rangsangan ujung-ujung saraf

oleh mediator-mediator peradangan) (Nurliah, 2010: 29).

Awal menutupnya luka atau berakhirnya fase inflamasi pada

penggunaan masing-masing formula menunjukkan perbedaan waktu (hari).

Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL)

hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka (Tabel 8) di mana

Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti terdapat

perbedaan waktu berakhirnya inflamasi dari penggunaan masing-masing

formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) waktu berakhirnya inflamasi

menunjukkan bahwa krim C (konsentrasi ekstrak 8%) awal penyembuhan

lukanya (berakhirnya inflamasi) tidak berbeda dengan krim E

(Bioplacenton®

). Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan

perbedaan sangat nyata dengan krim E maupun krim C. Hal ini berarti krim

dengan konsentrasi ekstrak 8% mengandung bahan yang mampu menurunkan

inflamasi lebih cepat dibanding dengan krim yang mengandung ekstrak

metanol kayu colok (Samanea saman) konsentrasi 2%, 4%, dan kontrol basis.

Di samping komposisi krim yang mampu menurunkan inflamasi dengan

mendinginkan, ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) juga

mengandung bahan yang berperan dalam mempercepat sembuhnya inflamasi

yaitu tanin. Moh Anief mengatakan bahwa Tanin berfungsi sebagai

adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras

kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu

menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka

(Simanjuntak, 2008, 54).

Sedangkan untuk luka tertutup 100% atau fase penyudahan pada

penggunaan masing-masing formula juga menunjukkan perbedaan waktu

(hari). Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik Rancangan Acak Lengkap

(RAL) hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup 100% (Tabel 11)

di mana Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 5% dan 1%, ini berarti

terdapat perbedaan waktu penyembuhan luka 100% dari penggunaan masing-

masing formula. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) penyembuhan luka

100% menunjukkan bahwa Bioplacenton® waktu penyembuhan lukanya (luka

tertutup 100%) berbeda nyata dengan krim C (konsentrasi ekstrak 8%).

Sedangkan krim yang lainnya (A, B, dan D) menunjukkan perbedaan sangat

nyata dengan krim E. Hal ini berarti krim dengan konsentrasi ekstrak 8%

mengandung bahan yang mampu merangsang pembentukan kolagen lebih

cepat dibanding dengan krim ekstrak 2% dan 4% meski tidak seperti dengan

Bioplacenton®. Ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman)

mengandung bahan yang berperan dalam pembentukan kolagen yaitu

saponin. Saponin memiliki peranan penting dalam fase ini karena merupakan

senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang

berperan dalam proses penyembuhan luka (Ardiyanto, 2009: 2).

Di samping itu, ekstrak metanol daun kayu colok juga mengandung

antiseptik yang berpengaruh untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami

infeksi yang berat (Simanjuntak, 2008, 35).

Secara keseluruhan, efek penyembuhan luka bakar yang optimum

diberikan oleh sediaan krim dengan kandungan ekstrak metanol daun kayu

colok (Samanea saman) sebesar 8% dengan efek penurunan inflamasi (awal

penyembuhan) yang setara Bioplacenton® dan memberi penyembuhan luka

hampir setara dengan Bioplacenton®.

Penelitian ini mengingatkan kita tentang adanya tanda-tanda kekuasaan

Allah dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang memang penuh dengan tanda-

tanda yang menunjukkan keagungan dan keperkasaan-Nya.

BAB V

PENUTUP

F. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Formula krim ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) dapat

menurunkan inflamasi serta menyembuhkan luka bakar derajat I.

2. Efek penyembuhan luka bakar terbaik diberikan oleh sediaan krim yang

mengandung ekstrak metanol daun kayu colok (Samanea saman) sebesar

8%.

3. Islam mengajarkan bahwa tanaman diciptakan oleh Allah swt. untuk

dipetik pelajaran di dalamnya seperti pemanfaatannya sebagai obat.

G. Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menguji

stabilitas sediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya 2005. Departemen Agama RI, Bandung : CV.

Penerbit J-ART.

Agus, Gutama. 2008. Penggunaan Mencit dan Tikus sebagai Hewan Model

Penelitian. Fakultas Peternakan, Institu Pertanian Bogor. Bogor.

Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit, 29-39,

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anief, Moh. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Ansel, C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Ardiyanto, Dedi. 2009. Uji Aktifitas Krim Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design.

Medical Division of Pearson Professional. New York.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat dan

Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Effendi, C., 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Fachruddin, H. 2001. Analisis Fitokimia Tumbuhan. Fakultas Farmasi.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Faiz, Muhammad 1991. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad. Gema

Insani Press. Jakarta.

Gennaro AR Lund, Walter. 1990. Remington Pharmaceutical Sciences,

eighteenthnedition, Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company.

Nuroniah, Hani. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea saman) Sebagai

Pohon Peneduh. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor

Lachman L. Libermen HA & Kaning JL. 1994. Theory and Practice of Industrial

Pharmacy. Easton Pennysylvania: Mack Publishing Company.

Liebermen, HA., Lachman L., Schwariz. 1988. Pharmaceutical Dosage Form:

Dispersi System. Volume I. Marcel Dekker,Inc. New York.

Martin Eric L. 1971. Dispensing of Medication 7th

Edition. Mack Publishing

Company. Easton. Pennysylvania.

Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta.

MT, Nurliah. 2010. Efek Penyembuhan Salep Luka Bakar Ekstrak Daun Jambu

Mete (Anacardium occidentale) Dalam Bentuk Sediaan Salep yang

diujikan pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus). Skripsi sarjana.

Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi. Universitas Islam Negeri

Alauddin. Makassar.

Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap tentang luka bakar dan artritis reumatoid.

Nuha Medika, Yogyakarta.

Parrot, Eugena. 1974. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company.

University of Lowa. Lowa City. Lowa.

Prasad,R.Naveen, et al. 2008. Preliminary phytochemicalscreening and

antimicrobial activity of Samanea saman. Journal of Medicinal Plants

Research Vol 2 (10) pp 268-270.

Pujilestari, Rini. 2007. Efek Penyembuhan Luka Bakar Krim Ekstrak Etanolik

Daun Nanas (Ananas comosus) pada Kulit Punggung Kelinci Jantan New

Zealand. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Raghavendra, MP., S. Satish dan KA. Raveesha. 2008. In vitro antibacterial

potential of alkaloids of Samanea saman (Jacq.) Merr. Against

Xanthomonas and human pathogenic bacteria. World Journal of

Agricultual Science 4 (1): 100-105.

Rahman, Hardianti. 2010. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Luka

Bakar dari Ekstrak Etanol Daun Jambu Mete (Anacardium occidentae).

Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin. Makassar.

Sany, US. 2009. Efek Penambahan Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap

Penetrasi Perkutan Gel Piroksicam Secara In Vitro. Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Septiningsih, Erna, 2008. Efek Penyembuhan luka bakar ekstrak etanol 70% daun

pepaya (Carica papaya) dalam sediaan gel pada kulit punggung kelinci

(new zealand). Skripsi sarjana. Fakultas Farmasi Universitas

Muhammadiyah. Surakarta.

Shihab, M. Quraish 1994. Membumikan Al-Qur’an fungsi dan peran wahyu

dalam kehidupan masyarakat. Mizan. Bandung.

Shihab, M. Quraish 2000. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

qur’an. Lentera Hati. Jakarta.

Simanjuntak, Megawati R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak

Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum) serta Pengujian

Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi sarjana,

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Staples, GW., CR. Elevitch. 2006. Samanea saman trembesi), ver. 2.1. In: C.R.

Elevitch (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent

Agriculture Resources (PAR), Hōlualoa, Hawai‘i.

Suratman. 1996. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam Bentuk Salep, Krim, dan Jelli.

Cermin Dunia Kedokteran. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika,

Universitas Padjajaran. Bandung.

Syaifuddin, AMK,H. Drs. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa

Keperawatan. Edisi 3, Buku kedokteran. Jakarta.

Syamsuhidayat, R., dan Jong, W.D., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, 77, 81-85,

EGC Press, Yogyakarta.

Tessa, Thomas. 2006. Facelift 10 Menit Tunda Proses Penuaan dengan Cara

Alami. Erlangga. Jakarta

Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2011. Pentingnya Penyembuhan dengan AL-

Qur’an dan As.Sunah (http://www.al manhaj.or.id / content / 2416 / slash /

O. Diakses 15 Desember 2011).

Lampiran 1. Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)

Diekstraksi secara maserasi

dengan pelarut metanol

Diuapkan

Dibebas metanolkan

Gambar 1. Skema Kerja Ekstraksi Daun Kayu Colok (Samanea saman)

300g sampel daun kayu

colok (Samanea saman)

Ekstrak

metanol

Ampas

Ekstrak

metanol kental

Ekstrak kental

Lampiran 2. Pembuatan Krim

Dilebur bersama

Dipertahankan suhu 700C

Fase minyak + fase air

Ditambahkan ekstrak daun

kayu colok (Samanea saman)

Diaduk sampai homogen

Gambar 2. Skema Kerja Pembuatan Krim

Bahan ditimbang sesuai perhitungan

Fase minyak (asam stearat, cetyl

alkohol, parafin cair dan adeps lanae)

Fase air (metil paraben dilarutkan

dalam air panas, gliserin)

Span 60 Tween 60

Propil paraben

Sediaan krim

Corpus emulsi

Lampiran 3. Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Kulit tikus diinduksi dengan alat penginduksi panas

Diolesi dan ditutup kain

kasa, diukur diameternya.

Diameter luka diukur setiap hari

Gambar 3. Skema Kerja Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Kelompok A

Kelompok C

Kelompok B

Kelompok D

Kelompok E

Perubahan Diameter Luka

Anastesi Tikus (eter)

Luka Bakar

Diameter Luka Bakar

Lampiran 4. Tabel 3. Perubahan Diameter Luka Bakar H

ari

Ke

-

A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton®

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2,85 2,9 2,84 2,79 2,81 2,76 2,75 2,71 2,83 2,98 2,84 2,87 2,82 2,73 2,79

2 2,92 3,1 3,01 2,84 2,89 2,87 2,79 2,78 2,91 3,12 3,21 3,14 2,85 2,81 2,87

3 3,05 3,18 3,12 2,89 2,94 2,91 2,61 2,62 2,72 3,21 3,29 3,25 2,79 2,75 2,71

4 3,09 3,24 3,21 2,73 2,82 2,83 2,48 2,46 2,37 3,26 3,27 3,16 2,62 2,64 2,62

5 2,97 3,12 3,09 2,68 2,73 2,74 2,37 2,29 2,18 3,19 3,17 3,09 2,47 2,41 2,39

6 2,82 2,92 2,93 2,29 2,33 2,38 2,13 2,08 1,92 3,08 3,01 2,98 2,18 2,16 2,07

7 2,63 2,79 2,82 1,98 2,25 2,13 1,74 1,82 1,73 2,89 2,93 2,76 1,69 1,73 1,78

8 2,21 2,47 2,63 1,67 1,92 1,86 1,49 1,52 1,52 2,76 2,73 2,58 1,38 1,32 1,35

9 1,87 2,06 2,47 1,44 1,64 1,57 1,18 1,21 1,37 2,54 2,59 2,43 1,05 0,92 0,87

10 1,69 1,89 1,98 1,38 1,47 1,21 0,86 0,84 1,06 2,37 2,46 2,29 0,73 0,38 0,42

11 1,53 1,74 1,71 1,28 1,31 0,98 0,56 0,37 0,82 2,18 2,25 2,08 0,41 0 0

12 1,18 1,46 1,43 0,91 1,26 0,67 0 0 0,39 1,92 2,07 1,76 0 0 0

13 0,89 1,12 1,18 0,59 0,87 0,39 0 0 0 1,61 1,82 1,62 0 0 0

14 0,47 0,63 0,74 0 0,46 0 0 0 0 1,27 1,66 1,34 0 0 0

15 0 0,39 0,42 0 0 0 0 0 0 0,98 1,27 1,17 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,63 0,94 0,87 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,32 0,67 0,39 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampiran 5. Tabel 4. Persentase Penyembuhan Luka Bakar H

ari

Ke- A Ekstrak 2% B Ekstrak 4% C Ekstrak 8% D Kontrol Basis E Bioplacenton®

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 -4,9 -14,3 -12,3 -3,6 -5,7 -8,1 -2,9 -5,2 -5,7 -9,6 -27,8 -19,7 -2,1 -5,9 -5,8

3 -14,5 -20,2 -20,7 -7,3 -9,4 -11,2 9,9 6,5 7,6 -16 -34,2 -28,2 2,1 -1,4 5,6

4 -17,6 -24,8 -27,8 4,2 -0,7 -5,1 18,6 17,6 29,8 -19,7 -32,6 -21,2 13,6 6,4 11,8

5 -8,6 -15,7 -18,4 11,3 5,6 1,4 25,7 28,5 40,6 -14,6 -24,6 -15,9 23,2 22 26,6

6 2,09 -1,3 -6,4 32,6 31,2 25,6 40 41 53,9 -6,8 -12,3 -7,8 40,2 37,4 44,9

7 14,8 7,44 1,4 49,6 35,8 40,4 59,9 54,9 62,6 5,9 -6,4 7,5 64 59,8 59,3

8 39,8 27,4 14,2 64,1 53,3 54,5 70,6 68,5 71,1 14,2 7,5 19,1 76 76,6 76,5

9 56,9 49,5 24,3 73,3 65,9 67,6 81,5 80 76,5 27,3 16,8 28,3 86,1 88,6 90,2

10 64,8 57,5 51,3 75,5 72,6 80,7 90,2 90,3 85,9 36,7 24,9 36,3 93,3 98 97,7

11 71,1 64 63,7 78,9 78,2 87,3 95,8 98,1 91,6 46,4 37,2 47,4 97,8 100 100

12 82,8 74,6 74,6 89,3 79,8 94,1 100 100 98,1 58,4 46,8 62,3 100 100 100

13 90,2 85 82,7 95,5 90,4 98 100 100 100 70,8 58,9 68,1 100 100 100

14 97,2 95,2 93,2 100 97,3 100 100 100 100 81,8 65,8 78,2 100 100 100

15 100 98,1 97,8 100 100 100 100 100 100 89,1 80 83,3 100 100 100

16 100 100 100 100 100 100 100 100 100 95,5 89 90,8 100 100 100

17 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98,8 94,4 98,1 100 100 100

18 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98,3 100 100 100 100

19 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

20 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan : Awal mulai menutup luka, berakhirnya fase inflamasi

Luka Tertutup 100%, luka sembuh

Lampiran 6. Tabel 5. Efek Penyembuhan Luka Bakar

Konsentrasi Replikasi Hari ke-n

Mulai Menutup Luka Luka Tertutup 100%

A

Ekstrak 2%

1 6 15

2 7 16

3 7 16

B

Ekstrak 4%

1 4 14

2 5 15

3 5 14

C

Ekstrak 8%

1 3 12

2 3 12

3 3 13

D

Kontrol Basis

1 7 18

2 8 19

3 7 18

E

Bioplacenton®

1 3 12

2 4 11

3 3 11

Lampiran 6. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan

penutupan luka

Tabel 6. Hubungan antara formula dan kecepatan penutupan luka

Perlakuan

Hari Ke-n mulai menutup luka

Jumlah Rata-rata Replikasi

1 2 3

A Ekstrak 2%

6 7 7 20 6,66

B Ekstrak 4%

4 5 5 14 4,66

C Ekstrak 8%

3 3 3 9 3,00

D Kontrol Basis

7 8 7 22 7,33

E

Bioplacenton® 3 4 3 10 3,33

Jumlah 23 27 25 75

Perhitungan Anova

Faktor Korelasi :

: 375

JK Total : ((6)2+(7)

2+(7)

2+(4)

2+(5)

2+(5)

2+(3)

2+(3)

2+(3)

2+(7)

2+(8)

2+(7)

2+

(3)2+(4)

2+(3)

2 ) - FK

: 423 - 375

: 48

JK Perlakuan : ((20)2+(14)2+(9)2+(22)2+(10)2 - FK

3

: (1261) - 375

3

: 420,33 – 375

: 45,33

JK Galat : JK Total – JK Perlakuan

: 48 – 45,33

: 2,67

Tabel 7. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Derajat

Bebas

(db)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F-

Hitung

F-Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 45,33 4 11,3325 42,44** 3,478 5,994

Galat 2,67 10 0,267

Total 48 14

F (0,05; 4,10) = 3,478 F (0,01; 4,10) = 5,994

Koefisien Keseragaman : x 100%

x 100%

5

: 0,516 x 100% : 10,334 % 5

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05

LSD = t (0,05) ; 10

= 1,812

= 1,812 x 0,4219

= 0,764

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01

LSD = t (0,01) ; 10

= 2,763

= 2,763 x 0,4219

= 1,165

Tabel 8. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan mulai

penutupan luka

Perlakuan C E B A D

Rata-rata 3,00 3,33 4,66 6,66 7,33

C

Ekstrak 8% 3,00 0

E

Bioplacenton® 3,33 0,33

Ns 0

B

Ekstrak 4% 4,66 1,66** 1,33** 0

A

Ekstrak 2% 6,66 3,66** 3,33** 2,00** 0

D

Kontrol Basis 7,33 4,33** 4,00** 2,67** 0,67

Ns 0

BNT 0,05 = 0,764 BNT 0,01 = 1,165

Keterangan * = Signifikan (Berbeda nyata)

** = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata)

Ns = Non Signifikan

Lampiran 7. Perhitungan RAL, Hubungan antara formula dan kecepatan

luka tertutup 100%

Tabel 9. Hubungan antara formula dan luka tertutup 100%

Perlakuan

Hari Ke-n luka tertutup 100%

Jumlah Rata-rata Replikasi

1 2 3

A Ekstrak 2%

15 16 16 47 15,66

B Ekstrak 4%

14 15 14 43 14,33

C Ekstrak 8%

12 12 13 37 12,33

D Kontrol Basis

18 19 18 55 18,33

E

Bioplacenton® 12 11 11 34 11,33

Jumlah 71 73 72 216

Perhitungan Anova

Faktor Korelasi :

: 3110,4

JK Total : ((15)2+(16)

2+(16)

2+(14)

2+(15)

2+(14)

2+(12)

2+(12)

2+(13)

2+(18)

2

+(19)2+(18)

2+(12)

2+(11)

2+(11)

2) - FK

: 3206 - 3110,4

: 95,6

JK Perlakuan : ((47)2+(43)2+(37)2+(55)2+(34)2 - FK

3

: (9608) – 3110,4

3

: 3202,66 – 3110,4

: 92,26

JK Galat : JK Total – JK Perlakuan

: 95,6 – 92,26

: 3,34

Tabel 10. Analisis Ragam dengan Nilai F Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Derajat

Bebas

(db)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F-

Hitung

F-Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 92,26 4 23,065 69,05** 3,478 5,994

Galat 3,34 10 0,334

Total 95,6 14

F (0,05; 4,10) = 3,478 F (0,01; 4,10) = 5,994

Koefisien Keseragaman : x 100%

x 100%

14,4

: 0,516 x 100% : 4,013 % 14,4

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,05

LSD = t (0,05) ; 10

= 1,812

= 1,812 x 0,4718

= 0,854

Perhitungan Nilai LSD/ BNT 0,01

LSD = t (0,01) ; 10

= 2,763

= 2,763 x 0,4718

= 1,303

Tabel 11. RAL, BNT Hubungan antara formula dan kecepatan luka tertutup

100%

Perlakuan E C B A D

Rata-rata 11,33 12,33 14,33 15,66 18,33

E

Bioplacenton®

11,33 0

C

Ekstrak 8% 12,33 1,00* 0

B

Ekstrak 4% 14,33 3,00** 2,00** 0

A

Ekstrak 2% 15,66 4,33** 3,33** 1,33** 0

D

Kontrol Basis 18,33 7,00** 6,00** 4,00** 2,67** 0

BNT 0,05 = 0,854 BNT 0,01 = 1,303

Keterangan * = Signifikan (Berbeda nyata)

** = Sangat Signifikan (Sangat berbeda nyata)

Ns = Non Signifikan

Lampiran 8. Gambar Tanaman Kayu Colok (Samanea saman)

Gambar 4. Foto Pohon (A) dan Daun (B) Kayu Colok (Samanea saman)

B

A

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Foto Sediaan Krim Ekstrak Metanol Daun Kayu Colok

(Samanea saman) (A, B, dan C) serta Kontrol Negatif (D)

Gambar 6. Foto Bioplacenton®, Kontrol Positif (E)

A

C

B

D

E

Gambar 7. Foto Alat Penginduksi Panas

Gambar 8. Foto Tikus saat diinduksi panas

Gambar 9. Foto Pengukuran diameter luka bakar pada tikus putih

Gambar 10. Foto tikus putih yang lukanya dibalut dengan kain kasa steril

Gambar 11. Foto hari pertama luka bakar pada tikus putih

Gambar 12. Foto luka bakar pada saat mengalami pembengkakan

Gambar 13. Foto luka bakar pada saat luka sembuh

Gambar 14. Foto saat bulu kembali tumbuh pada tikus putih

BIOGRAFI

Ahmad Alwy, lahir di Menge Belawa

Kabupaten Wajo pada hari Jum’at, 8 Juni

1990. Bungsu dari 7 bersaudara ini memulai

pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah

As’adiyah No. 1 Belawa, kemudian

melanjutkan pendidikan tingkat menengah di

Madrasah Tsanawiyah As’adiyah Putera 1

Pusat Sengkang pada tahun 2002 dan tamat

pada tahun 2005.

Setelah itu kembali ke kampung halamanya

untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah

Aliyah Negeri Wajo, lulus pada tahun 2008.

Sekarang penulis melanjutkan pengembaran intelektualnya di Jurusan Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

Makassar.

Alwy, demikian penulis biasa dipanggil oleh teman-temannya. Lahir dari

pertemuan dua insan bernama Hj. Maryam Malik dan H. Baharuddin Zuhra, hidup

dalam keluarga sederhana dan hadir sebagai anak yang selalu berusaha untuk bisa

memberikan yang terbaik kepada orang-orang terdekatnya terutama kedua orang

tuanya.