skripsi oleh irma yuliana 07c10407072repository.utu.ac.id/318/1/bab i_v.pdf · pengaruh dosis pupuk...
TRANSCRIPT
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN DOLOMITTERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
OLEH
IRMA YULIANA07C10407072
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN DOLOMITTERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
OLEH
IRMA YULIANA07C10407072
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Dolomitterhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Nama Mahasiswa : Irma YulianaN I M : 07C10407072Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Muhammad Jalil, S.P, M.PNIDN 0115068302
Khairuddin, SPNIDN 0122107703
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN 0128048202
Jasmi, S.P, M.ScNIDN 0127088002
Tanggal Lulus : 31 Juli 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman pangan yang
mendapatkan prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya
setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan
pangan, bahan baku industri dan pakan ternak. Produktivitas kacang tanah di
Indonesia baru mencapai 1,20 ton ha-1, jauh lebih rendah dibandingkan potensi
hasilnya yang dapat mencapai 2,5 ton ha-1. Kacang tanah bagi masyarakat
indonesia merupakan sumber protein nabati kedua terbesar setelah kedelai.
Namun, produksi kacang tanah di indonesia belum optimal karena teknik produksi
yang belum memadai dan minimnya penggunaan benih unggul. Dampaknya
kebutuhan dalam negeri yang meningkat tidak bisa dipenuhi sehingga volume
impor kacang tanah menjadi tinggi (Hadisumitro, 2002).
Peningkatan produksi kacang tanah dari tahun ke tahun terbukti belum
dapat memenuhi besarnya permintaan. Kebutuhan kacang tanah di Indonesia pada
tahun 2004 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi nasional baru mencapai
837.495 ton pada tahun 2004 (Anonymous, 2006). Rata-rata tingkat produktivitas
kacang tanah di Bali pada tahun 2004 sebesar 1,297 ton ha-1 biji kering dan untuk
kabupaten Buleleng produksi baru mencapai 1,03 ton ha-1, padahal disisi lain
potensi hasil dan varietas kacang tanah berkisar antara 1,5 - 2,5 ton ha-1 biji kering
(Anonymous, 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa produksi tersebut masih tergolong rendah, hal
ini disebabkan karena petani masih menggunakan varietas lokal. Produktivitas
yang rendah pada lahan kering umumnya juga disebabkan oleh tingkat kesuburan
2
tanah yang rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi kacang tanah pada lahan kering yaitu dilakukan penambahan bahan
organik, salah satu bahan organik yang dapat digunakan pupuk kandang sapi
(Hadisumitro, 2002).
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara dan tersedia bagi
tanaman. Pupuk organik terdiri dari keseluruhan bahan organik yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat maupun cair (Anonymous, 2011).
Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kacang tanah, maka perlu
usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Hal ini disebabkan pemupukan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.
Salah satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada tanaman dapat dilakukan
dengan cara pemberian bahan organik (Lingga dan Massono, 2001)
Pupuk kandang sapi sebagai salah satu bahan organik yang dapat diberikan
kedalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro,
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya pegang air, meningkatkan
kapasistas tukar kation dan memacu aktivitas mikroorganisme yang dapat
mempercepat proses dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman (Hadisumitro, 2002). Dosis anjuran pupuk kandang untuk
tanaman kacang tanah perhektar untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah 5-
10 ton ha-1 (AAK, 1989).
Selain penggunaan pupuk kandang dalam memperbaiki pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang tanah dapat dilakukan pengapuran antara lain
penggunaan dolomit. Dolomit merupakan bahan pengapur, Kegunaan kapur selain
meningkatkan pH tanah juga mengurangi keracunan Fe, Al, dan Mn. Kapur
3
banyak mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah,
sehingga ketersediaan hara meningkat, menekan keracunan terutama Al serta
memperbaiki pertumbuhan tanaman (Hardjowigeno, 2007).
Pengapuran merupakan salah satu teknologi pertanian untuk memperbaiki
sifat-sifat kimia tanah masam (Sanchez, 1976). Dengan pemberian kapur pada
tanah masam, maka diharapkan pH tanah mendekati netral, dan oleh karena itu,
pemberiannya kedalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan
unsur Ca, tetapi karena tanah terlalu masam dengan dosis 1-2,5 ton ha-1
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui dosis pupuk kandang dan dolomit yang tepat agar diperoleh
pertumbuhan dan produksi kacang tanah yang optimal.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan
dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah, serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang tanah.
2. Dosis dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan dolomit terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah
2.1.1 Sistematika
Berdasarkan Klasifikasi botani tanaman kacang tanah menurut AAK (1989)
antara lain:
Kingdom : plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Ordo : Polipetales
Family : Leguminose
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
2.1.2 Morfologi
a. Akar
Sistem perakaran kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar
primernya tidak tumbuh secara dominan, yang berkembang adalah akar serabut,
yang merupakan akar sekunder. Akar kacang tanah dapat tumbuh sedalam 40 cm.
Pada akar tumbuh bintil akar atau nodul (Askari, 2012)
b. Batang
Tipe pertumbuhan batang kacang tanah ada yang tegak, ada yang menjalar.
Dari batang utama timbul cabang primer yang masing-masing dapat membentuk
5
cabang-cababng sekunder. Tipe tegak umumnya bercabang 3-6 cabang primer,
yang diikuti oleh cabang sekunder, tersier, dan ranting (Askari, 2012)
c. Daun
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas 4 anak daun,
dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun bertugas mendapatkan
cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Pada masa akhir pertumbuhan, daun mulai
gugur dari bagian bawah tanaman (Suprapto, 1990).
d. Bunga
Bunga kacang tanah berwarna kuning orange mucul pada setiap ketiak
daun, mempunyai tangkai panjang yang berwarna putih. Mahkota bunga berwarna
kuning, pangkal bunga bergaris-garis merah atau merah tua (AAK, 1989).
e. Polong
Buah kacang tanah disebut polong setelah terjadinya pembuahan atau
bakal buah dan disebut juga dengan ginofora. Polong kacang tanah sangat
bervariasi ukurannya antara 1 cm x 0,5 cm dan 6 cm x 1,5 cm. Setiap polong
kacang tanah dapat berisi antara 1 biji – 5 biji (AAK, 1989).
f. Biji
Biji kacang tanah berbeda-beda, ada yang besar, sedang dan kecil
ukurannya. Warna kulit biji juga bermacam-macam, ada yang putih, merah
kesumba dan ungu tergantung juga pada varietas yang tertentu (Suprapto, 1990).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah
2.2.1 Iklim
Secara umum tanaman kacang tanah dapat tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi kurang dari 1500 meter dari pemukaan laut (mdpl), dan
6
pada saat musim kemarau maupun musim penghujan, tapi dengan curah hujan
yang baik untuk tanaman kacang tanah sekitar 500-3000 mm/tahun (Anonymous,
2012).
Suhu rata-rata yang optimal terhadap pertumbuhan kacang tanah berkisar
antara 25 – 350C , untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu antara 65-70 %.
(AAK, 1989).
2.2.2 Tanah
Keadaan tanah yang baik untuk tanaman kacang tanah adalah lempung,
lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki bahan organic tinggi
agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Dengan keasaman
tanah (pH) 6,0 - 6,5. Apabila pH tanah kurang dari 5,5 maka harus melakukan
pengapuran, jika tidak akan menghasilkan produksi yang sedikit atau tidak
optimum (Anonymous, 2001)
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk organik merupakan pupuk lengkap yang mengandung unsur hara
makro dan unsur hara mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Walaupun demikian,
pupuk organik lebih unggul dibandingkan dengan pupuk anorganik. Antara lain:
dapat memperbaiki struktur tanah, menggemburkan tanah, menaikan daya serap
terhadap air, meningkatkan kondisi kehidupan di dalam tanah (Jasad renik
pengurai) dan memberikan sumber makanan bagi tanaman (Musmanar, 2006).
Pupuk organik merupakan salah satu pendukung terwujudnya pertanian
organik. Secara umum pertanian organik dibagi menjadi dua yaitu pertanian
dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pertanian organik merupakan
pola pertanian yang bebas dari penggunaan bahan-bahan kimia, mulai dari
7
perlakuan benih, penggunaan pupuk, pestisida dan perlakuan hasil. Sedangkan
pengertian pertanian dalam arti luas adalah pendekatan pertanian berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan melalui pemupukan berimbang dan penentuan
ambang batas pengendalian organisme pengganggu tanaman (Sine, 2005).
Dosis anjuran pupuk kandang untuk tanaman kacang tanah adalah 5-10 ton
perhektar untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang optimal (AAK, 1989).
2.4 Dolomit
Dolomit merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas
lahan, yang selanjutnya dapat meningkatkan produksi pertanian pengapuran
merupakan salah satu metode untuk memperbaiki kornposisi dan sifat-sifat kimia
tanah masam (Sanchez, 1976).
Dolomit umumnya mengendap dan meluas penyebarannya. Dolomit
terdapat dimana-mana, demikian juga di Indonesia, karena dolomit merupakan
sumber Ca dan bahan pengapuran yang paling murah dibandingkan sumber yang
lain Pengapuran berfungsi untuk memperbaiki pH tanah sehingga ketersediaan
hara meningkat dan juga menekan keracunan terutama Al serta meinperbaiki
pertumbuhan dan mendapatkan hasil yang optimal (Leiwakabessy dan Sutandi,
2004).
Kegunaan Dolomit selain meningkatkan pH tanah juga mengurangi
keracunan Fe, Al, dan Mn. Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi
pemberiarinya ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan
unsur Ca, tetapi karena tanah terlalu masam (Hardjowigeno, 2007).
Pengapuran dilakukan pada saat tidak turun hujan dan keadaan tanah
cukup kering. Pengapuran tidak akan tampak seketika, akan tetapi akan terlihat
8
pada hasil tanaman, apabila tanah kekurangan kapuir akan dapat diketahui secara
langsung pada polong-polong kacang tanah kurang berisi ( biji tidak penuh).
Penggunaan dosis yang di anjurkan setiap 1 hektar memerlukan kapur sebanyak 1
– 2,5 ton ha-1 (AAK, 1989)
2.5. Peran Unsur Hara Bagi Tanaman
2.5.1. Peran Unsur Hara Makro
Peranan unsur nitrogen (N) bagi tanaman guna untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan juga berfungsi untuk sintesa asam
amino dan protein dalam tanaman selain itu juga merangsang pertumbuhan
vegetatif serta merupakan pembentukan klorofil yang mempengaruhi zat hijau
daun. Jenis pupuk ini didominasi oleh unsur nitrogen (N), yang disuplai oleh urea
adanya unsur lain yang terdapat didalamnya lebih bersifat sebagai pengikat
(Denidi, 2007).
Peran Unsur Phospat berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman dan juga merangsang pembungaan dan pembuahan.
Selain itu juga merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel. (Anonymous, 2010). Phospat merupakan
hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik :
Phospat diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor
tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman.
Phospat juga merupakan komponen esensial yang bersama-sama memerankan
bagian penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi
dalam tanaman. Phospat juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat.
(Denidi, 2007).
9
Peran Unsur kalium (K) Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan
hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air yang disuplai oleh KCl atau
kalium sulfat (KNO3). Kalium juga meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman
terhadap penyakit (Denidi, 2007).
2.5.2. Peran Unsur Hara Mikro
Peranan unsur mangan (Mn) bagi tanaman dalam proses pertumbuhan
tanaman sebagai aktivator untuk beberapa metabolis dan menaikkan peranan
secara langsung dalam proses fotosintesis. Serta juga dapat mempercepat
perkembangan dalam pemasakan buah dan meningkatkan ketersediaan P dan Ca
(Anonymous, 2010).
Peranan unsur Boron (B) bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
berfungsi sebagai meningkatkan reaksi-reaksi metabolisme dalam worofit dan
karbohidrat. Selain itu juga unsur boron berfungsi sebagai pembentukkan tepung
sari, biji, pertumbuhan wada tepung sari serta membentuk komplek gula yang
berasosiasi/berhubungan dengan translokasi gula dalam pembentukan protein
(Denidi, 2007).
Peranan unsur klorida (Ci) berfungsi sebagai reaksi pemecah air secara
kimia dengan adanya sinar matahari dan aktivitas beberapa enzim dalam
transportasi beberapa kation seperti K, Ca dan Mg. Klorida juga berperan pentin g
bagi tanaman sebagai pengatur aktivitas stomata yang selanjutnya dapat
mengendalikan kehilangan air dan cekraman air, serta dapat mempertahankan
turgor (Anonymous, 2010).
10
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya
(P4S) Lembah Sabil, di Desa Peunaga Cut Ujong Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat dari tanggal 01 Mei sampai 24 Agustus 2012.
3.2. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih
Benih kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang
tanah varietas kelinci sebanyak 1,5 kg.
b. Pupuk
Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran sapi yang sudah
terdekomposisi dengan sempurna. Pupuk kandang diambil di Desa Peunaga
Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dan pupuk kimia
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP-36 dan KCl.
c. Kapur
Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit.
d. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah pestisida anorganik
berupa Decis 25 Ec.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu,
parang, hand spayer, meteran, ember, timbangan, pamplet nama, tali, alat tulis
dan lain-lain.
11
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3x4 dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti adalah dosis pupuk kandang dan dolomit.
Faktor dosis pupuk kandang (P) terdiri atas 3 taraf, yaitu:
P1 = 5 ton ha-1 (0,72 kg plot-1)
P2 = 10 ton ha-1 (1,44 kg plot-1)
P3 = 15 ton ha-1 (2,16 kg plot-1)
Faktor dosis dolomit (K) terdiri atas 4 taraf, yaitu:
K0 = 0 ton ha-1 (0 kg plot-1)
K1 = 1 ton ha-1 (0,144 kg plot-1)
K2 = 2 ton ha-1 (0,288 kg plot-1)
K3 = 2,5 ton ha-1 (0,360 kg plot-1)
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan dan
terdapat 36 unit satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kandang danDolomit.
No Kombinasi PerlakuanDosis Pupuk Kandang
(kg plot-1)Dosis Dolomit
(kg plot-1)1234
P1 K0
P1 K1P1 K2P1 K3
0,720,720,720,72
00,1440,2880,360
5678
P2 K0P2 K1P2 K2P2 K3
1,441,441,441,44
00,1440,2880,360
9101112
P3 K0P3 K1P3 K2P3 K3
2,162,162,162,16
00,1440,2880,360
12
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Pj + Kk + (PK)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk taraf ke-j, faktor dosis
dolomit taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
Pj = pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-j ( j = 1,2 dan 3)
Kk = Pengaruh faktor dosis dolomit ke-k ( k = 1,2,3 dan 4)
(PK)jk = Interaksi faktor dosis pupuk kandang dan dosis dolomit pada taraf
dosis pupuk kandang ke-j, dan taraf dosis dolomit ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis pupuk kandang
taraf ke-j, faktor dosis dolomit taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dengan
persamaan sebagai berikut:
BNT0,05= t0,05 dbgr
gKT )2(
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
t0,05 (dbg) = Nilai baku t pada taraf 5 % derajat bebas galat
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
13
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang
diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm.
2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan setalah pengolahan tanah kedua dengan luas plot
berukuran 120 cm x 120 cm.
3. Aplikasi Pupuk Kandang
Aplikasi pupuk kandang diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, pupuk
kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai yang dicobakan per
plot, kemudian diaduk hingga pupuk kandang tercampur dengan tanah.
4. Aplikasi Kapur Dolomit
Aplikasi dolomit diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, dolomit
diberikan 15 hari sebelum tanam dengan dosis yang sesuai perlakuan, kemudian
dicangkul sehingga dolomit tercampur rata dengan tanah.
5. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan
Urea 50 kg ha-1 (7,2 g plot-1), SP-36 75 kg ha-1 (10,8 g plot-1) dan KCl 75 kg ha-1
(10,8 g plot-1). Aplikasi pupuk dasar ditebar pada permukaan tanah, lalu tanah
diolah/dicangkul agar tercampur rata dengan tanah.
6. Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah
varietas kelinci. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan biji
yang baik untuk digunakan sebagai benih.
7. Penanaman
14
Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam dengan
jarak tanam 20 cm x 30 cm, lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal)
sedalam 3 cm. Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan
pada sore hari dengan 24 tanaman per unit perlakuan/plot.
8. Pemeliharaan
a. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kacang tanah dilakukan pada umur 3
minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu
setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pembubunan.
Pembumbunan dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan
tangan atau kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak
perakaran tanaman.
b. Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 25
Ec dengan konsentrasi 0,5 ml/l air, diaplikasi pada umur 65 HST.
9. Pemanenan
Pemanenan dilakukan ketika daun sudah mulai menguning dan gugur ,
panen dilakukan pada umur 89 HST.
3.5. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik
tumbuh. Pengukurun dilakukan pada 8 tanaman sampel saat umur 15, 30 dan
45 HST.
15
2. Jumlah Genofor Gagal
Jumlah genofor gagal dihitung setelah dilakukan pemanenan. Genofor
yang dihitung adalah genofor yang tidak menghasilkan polong.
3. Persentase Polong Bernas
Persentase polong bernas dihitung setelah dilakukan pemanenan. Polong
bernas dihitung pada polong yang berisi,.
4. Persentase Polong Hampa
Persentase polong hampa dihitung setelah dilakukan pemanenan. Polong
hampa dihitung pada polong yang tidak berisi.
5. Berat 1000 Biji kering
Pengamatan berat 1000 biji kering dilakukan dengan menimbang 1000 biji
yang sudah dipilih secara acak dari setiap plot percobaan dengan menggunakan
timbangan analitik dalam satuan gram.
6. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Pengamatan berat biji kering per plot netto dilakukan dengan cara
menimbang seluruh polong dari tanaman yang ada dalam plot netto dengan
menggunakan timbangan analitik dalam satuan gram.
7. Produksi Per Hektar (ton)
Pengamatan produksi per hektar dilakukan dengan cara mengkonversikan
data berat polong kering per plot netto kedalam hektar dalam satuan ton.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase
polong hampa, jumlah genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat polong kering
per plot netto dan produksi per hektar.
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30
dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah umur 15, 30 dan 45 HST pada
berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis PupukKandang Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)Simbol kg plot-1 15 HST 30 HST 45 HST
P1 0,72 8,41 16,87 44,87P2 1,44 8,24 17,36 45,10P3 2,16 8,59 16,32 46,41
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman kacang tanah tertinggi umur 15 dan 45
HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada
umur 30 HST tanaman kacang tanah tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang
1,44 kg plot-1 (P2) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 15 dan 45 HST tanaman
tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) sedangkan pada
17
umur 30 HST tanaman tertinggi cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk kandang
1,44 kg plot-1 (P1). Hal ini karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tersedia dalam kondisi yang seimbang sehingga dapat memicu
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rinsema (1993) yang
bahwa, untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih baik suplai hara yang
dibutuhkan oleh tanaman harus cukup tersedia dalam jumlah yang optimal dan
seimbang.
Hakim et al. (1986) menambahkan bahwa pemberian pupuk kandang pada
tanah akan meningkatkan mikroorganisme dan struktur tanah akan lebih baik juga
mengakibatkan perkembangan perakaran dengan baik dan semakin luas bidang
penyerapan terhadap unsur hara. Kelancaran proses penyerapan unsur hara oleh
tanaman terutama tergantung dari persediaan air tanah yang berhubungan erat dengan
kapasitas tanah menahan air.
4.1.2. Jumlah Genofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah genofor gagal.
Rata-rata jumlah genofor gagal pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Genofor Gagal pada Berbagai Dosis Pupuk KandangDosis Pupuk Kandang
Jumlah Genofor GagalSimbol kg plot-1
P1 0,72 9.92P2 1,44 9.44P3 2,16 10.10
18
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah genofor gagal kacang tanah
terbanyak dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1
menghasilkan jumlah genofor gagal yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lain. Hak ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tidak tercukupi dalam keadaan yang berimbang serta faktor lingkungan
yang tidak mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowogeno (2007)
yang menyatakan bahwa unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik
berperan dalam pembentukan bunga dan buah. Selain itu unsur hara berperan
dalam menentukan kematangan buah dan juga berfungsi dalam pembelahan sel
dan perkembangan jaringan.
4.1.3. Berat 1000 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat 1000 biji kering.
Rata-rata berat 1000 biji kering pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Berat 1000 Biji Kering(g)Simbol kg plot-1
P1 0,72 467,46P2 1,44 462,20P3 2,16 463,94
Tabel 4 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering kacang tanah yang
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
19
Dari berbagai dosis pupuk kandang yang dicobakan berat 1000 biji kering
terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1, hal ini menunjukkan
bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia dalam keadaan
berimbang baik unsur hara makro dan mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat
Franklin at al. (1992) terpenuhinya unsur hara pada proses fisiologis dalam
rangka menyusun organ struktural buah dapat lebih dipacu. Ketersediaan unsur
hara yang cukup saat berkembangnya buah serta faktor penunjang mekanisme dari
hasil fotosintesis yang ditranslokasi lebih cepat dari daun kepembentukan buah
dan dapat meningkatnya hasil produksi.
4.1.4. Berat Biji kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per plot
netto. Rata-rata berat biji kering per plot netto pada berbagai dosis pupuk kandang
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Berat Biji Kering Per Plot Netto(g)Simbol kg plot-1
P1 0,72 67.66P2 1,44 63.23P3 2,16 64.05
Tabel 5 menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto kacang tanah
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai dosis pupuk kandang yang dicobakan berat biji kering per
plot netto terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1, hal ini
menunjukkan bahwa pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh
20
tanaman tersedia dalam keadaan yang berimbang akan tetapi faktor lingkungan
yang tidak mendukung sehingga translokasi karbohidrat tidak berjalan dengan
lancar. Parman (2007) menyatakan unsur hara makro dan mikro yang terkandung
dalam pupuk organik menghasilkan pengaruh yang komplek terhadap
pembentukan produksi karbohidrat. Kalium berperan dalam mengaktifkan enzim
yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta laju
proses fotosinresa terpanuhi.
4.1.5. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata
produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk kandang dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata produksi Per Hektar Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Produksi Per Hektar(ton)Simbol kg plot-1
P1 0,72 1.40P2 1,44 1.31P3 2,16 1.28
Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi per hektar kacang tanah tertinggi
dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hal ini menunjukkan pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tidak tersedia dalam keadaan seimbang dan faktor lingkungan tidak
mendukung sehingga laju fotosintesis dalam pembentukan karbohidrat tidak
sempurna. Baharuddin (1989) dalam Idris (2008) menyatakan bahwa apabila
21
semakin tingginya serapan hara oleh tanaman menyebabkan proses metabolisme
semakin baik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman serta berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, transfer energi,
penyusun protein sehingga menjamin lebih baiknya proses metabolisme dalam
tanaman seperti proses transportasi dan alokasi fotosintesis dalam pembentukkan
protein dan lemak.
4.2. Pengaruh Dosis Dolomit
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 30 dan 45 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur 15 HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, jumlah
genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat polong kering per plot netto dan
produksi per hektar.
4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST
namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST. Rata-rata
tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan
45 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 7.
22
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis DolomitUmur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Dolomit Tinggi Tanaman ( cm )Simbol kg plot-1 15 HST 30 HST 45 HST
K0 0 (kontrol) 8,82 18,09 b 47,14 b
K1 0,144 8,42 14,90 a 42,14 a
K2 0,288 8,07 16,27 ab 44,56 ab
K3 0,360 8,35 18,13 b 47,67 bBNT0,05 - 2,26 3,83
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNT 0,05).
Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kacang tanah tertinggi umur
15 HST dijumpai pada dosis dolomit 0 kg plot-1 (K0) meskipun secara statistik
menumjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
pada umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis dolomit 0,360 kg plot-1 (K3) yang
berbeda nyata dengan dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) namun tidak nyata
dengan dosis dolomit 0 kg plot-1 (K0) dan 0,288 kg plot-1 (K2).
Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis
dolomit umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit Umur15, 30 dan 45 HST
8,82 8,42 8,07 8,35
18,0914,9 16,27 18,13
47,1442,14
44,5647,67
0
10
20
30
40
50
60
0 0,144 0,288 0,360
Tin
ggi T
anam
an (c
m)
Dosis Dolomit (kg/plot)
15 HST
30 HST
45 HST
23
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari berbagai dosis dolomit yang
dicobakan tanaman tertinggi ditunjukkan pada dosis dolomit 0,360 kg plot-1.
Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut kapur dolomit telah
mampu menetralkan pH tanah yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman
sehingga berpengaruh pada peubah yang diamati. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hakim et al., (1986), bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH
tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg,
dan P kurang tersedia sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang
beracun sangat tinggi.
4.2.2. Jumlah Genofor Gagal
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah genofor gagal.Rata-rata jumlah
genofor gagal pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Genofor Gagal Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Dolomit
Dosis DolomitJumlah Genofor Gagal
Simbol kg plot-1
K0 0 (kontrol) 10.08K1 0,144 10.15K2 0,288 8.93K3 0,360 10.11
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah genofor gagal tanaman kacang tanah
terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ginofor gagal terbanyak
dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 hal ini diduga pada dosis tersebut
unsur hara yang dibutuhkan belum mencukupi untuk menghasilkan polong bernas
24
yang tinggi. Soepardi (1983) menyatakan bahwa salah satu sifat umum dari unsur
mikro adalah diperlukan dalam jumlah sedikit dan bersifat meracun bila dijumpai
dalam jumlah banyak. Akibat keracunan Cu terhadap pertumbuhan tanaman
adalah terjadinya kerusakan sistem perakaran. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
akar terhambat. Alloway (1995) menjelaskan bahwa penyerapan unsur logam oleh
akar tanaman dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Penyerapan secara
pasif melalui difusi ion dari larutan tanah ke lapisan endodermis akar, sedangkan
penyerapan secara aktif terjadi dengan melawan gradien konsentrasi sehingga
dibutuhkan energi metabolisme.
4.2.3. Berat 1000 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat 1000 biji kering. Rata-rata
berat 1000 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat 1000 Biji Kering(g)Simbol kg plot-1
K0 0 (kontrol) 452,26K1 0,144 452,42K2 0,288 489,16K3 0,360 464,30
Tabel 9 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering tanaman kacang tanah
terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 0,288 kg plot-1 (K2) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering tertinggi
dijumpai dosis dolomit 0,288 kg plot-1, hal ini diduga pada dosis tersebut tanaman
25
beradaptasi dan menganalisir terhadap pemberian dolomit. Hal ini sesuai pendapat
Buckman dan Brady (1982) yang menjelaskan bahwa pengapuran pada tanah
masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab akan menggiatkan kehidupan
jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Absorpsi
unsur-unsur Mo, P, dan Mg akan meningkat dengan adanya pengapuran pada
tanah masam dan pada waktu yang bersamaan akan menurunkan dengan nyata
konsentrasi Fe, AI, dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat mencapai
konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.
4.2.4. Berat Biji Kering Per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per plot netto.
Rata-rata berat biji kering per plot netto pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Berat Polong Per Ha Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat Biji Kering per Plot Netto(g)Simbol kg plot-1
K0 0 (kontrol) 64.91K1 0,144 65.00K2 0,288 66.00K3 0,360 64.01
Tabel 10 menunjukkan bahwa berat polong kering tanaman kacang tanah
tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 0,288 kg plot-1 (K2) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dolomi pada dosis
tersebut tidak dapat menyediakan unsur hara makro dan hanya sedikit unsur hara
esensial yang tersedia. Tisdale dan Nelson (1975) menyebutkan bahwa unsur Cu
26
dalam tanah dipengaruhi oleh KTK, tekstur, bahan organik dan pH tanah. Makin
halus tanah, maka makin banyak total Cu dalam tanah. Ketersediaan Cu yang
rendah pada pH yang tinggi mencerminkan penurunan pembebasan Cu dari
pelarutan mineral, peningkatan pengkompleksan Cu oleh bahan organik tanah,
jerapan oleh permukaan komponen inorganik tanah dan pemampatan oleh
hidroksida dan oksida tanah.
4.2.5. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi
per hektar kacang tanah pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Dolomit
Dosis Dolomit Produksi per Hektar(ton)Simbol kg plot-1
K0 0 (kontrol) 1.31K1 0,144 1.35K2 0,288 1.32K3 0,360 1.33
Tabel 11 menunjukkan bahwa produksi per hektar tanaman kacang tanah
tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) meskipun secara
statistik tidak menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai dosis dolomit yang dicobakan produksi per hektar tertinggi
dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1, hal ini diduga pada dosis tersebut
telah mampu meningkatkan pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
sehingga tanaman dapat berproduksi lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Leiwakabessy dan Sutandi (2004) yang bahwa
27
pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan meningkatkan ketersediaan hara
esensial, serta menurunnya aktivitas Al, Fe dan Mn yang bersifat racun.
Dolomit juga berpengaruh baik pada agregasi partikel tanah dan aerasi.
Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih meningkatkan granulasi dan
memperkokoh ikatan antar partikel tanah. Pengapuran telah menyebabkan
perubaban reaksi kimia, keadaan fisik dan keadaan mikroba tanah yang
menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk
meningkatkan serapan hara sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaian
terhadap lingkungan (Anonymous, 1991).
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang
dan dolomit terhadap persentase polong bernas dan persentase polong hampa.
4.3.1. Presentase Polong Bernas
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8) menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan dolomit berpengaruh nyata
terhadap persentase polong bernas . Rata-rata persentase polong bernas pada
berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat
pada Tabel 12.
28
Tabel 12. Rata-rata Persentase Polong Bernas Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit
Dosis PupukKandang (kg plot-1)
Dosis Dolomit (kg plot-1)BNT0,050
(K0)0,144(K1)
0,288(K2)
0,360(K3)
P10,72
62,04 de 58,53 bc 60,36 cd 61,65 de
0,96
(77,84) (72,72) (75,50) (77,05)
P2 1,4463,35 f 61,16 d 60,54 cd 57,58 b(79,83) (76,71) (75,80) (71,22)
P3 2,1655,53 a 59,91 c 62,18 e 60,24 cd(67,96) (74,74) (77,96) (75,26)
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNT 0,05).
- ( ) Data sebelum transformasi arsin √×Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi dijumpai
pada dosis pupuk kandang 1,44 kg plot-1 (P2) dengan dosis dolomit 0 kg plot (K0)
yaitu sebesar 79,83 % yang berbeda nyata dengan kombinasi dengan perlakuan
lain. Hubungan antara persentase polong bernas tanaman kacang tanah pada
berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Presentase Polong Bernas Tanaman Kacang Tanah pada DosisPupuk Kandang dan Dolomit
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari berbagai kombinasi
perlakuan dosis pupuk kandang dan dolomit persentase polong bernas tertinggi
77,84
72,72
75,5077,05
79,83
76,7175,80
71,2267,96
74,74
77,96
75,26
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
K0 K1 K2 K3
Pers
enta
se P
olon
g Be
rnas
(%)
Dosis Pupuk Kandang (kg plot-1)
P1
P2
P3
29
ditunjukkan dosis pupuk kandang 1,44 kg plot-1 (P2) dengan dosis dolomit 0 kg
plot (K0) yaitu sebesar 79,83 %, hal ini menunjukkan bahwa pada kombinasi ini
kebutuhan hara dan kondisi tanah telah mampu meningkatkan banyaknya jumlah
polong bernas. Soepardi (1983) berpendapat bahwa pada kondisi alkalin, ion
bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat mengganggu
serapan normal unsur lain, terutama unsur P yang penting dalam pembentukan
bunga pada tanaman kacang tanah, kemudian kandungan hara yang rendah pada
pupuk kandang juga ikut berperan menyebabkan persentase bunga menjadi
polong pada tanaman kacang tanah menjadi rendah.
Menurut Ifansya (2003) pemberian kapur berupa dolomit dapat
meningkatkan pH tanah karena OH- akan menetralkan H+ dalam larutan tanah.
Ifansya (2003) menambahkan bahwa pengapuran berpengaruh baik terhadap
agregasi partikel tanah, aerasi, dan perkolasi. Humus yang berinteraksi dengan
kapur akan lebih meningkatkan granulasi dan memperkokoh ikatan antarpartikel
tanah.
Pengapuran turut membebaskan unsur fosfat (yang diperlukan dalam
pembentukan biji) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman Dosis pupuk kandang
4 ton/ha dengan dosis kapur 0.8 ton/ha memberikan jumlah polong bernas
terbanyak diantara semua perlakuan (Widiayati, 1986).
Ifansya (2003) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang
mampu memperbaiki kondisi tanah dan menambah unsur hara dalam tanah,
walaupun pada umumnya pupuk organik mempunyai kandungan hara makro N, P
dan K yang rendah tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup dan sangat
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. semakin tinggi pemberian dalam
30
pemupukan, maka bukan semakin baik hasil yang diperoleh dari tanaman, karena
tanaman memerlukan pemupukan yang efesien.
Tisdale et al., (1975) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara dalam
bahan organik bervariasi dan berimplikasi terhadap serapan hara dalam
pembentukan biji di dalam polong. Dalam pembentukan polong bernas tanaman
memerlukan unsur kalium (K) yang akan membantu perkembangan akar,
pembentukan karbohidrat (pati), pembukaan stomata, proses fisiologis dalam
tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur lain dan
mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan. Nitrogen diserap pada waktu
tumbuh aktif tetapi tidak selalu pada tingkat kebutuhan yang sama.
4.3.2. Presentase Polong Hampa
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 10) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang dan dolomit berpengaruh nyata terhadap persentase polong
hampa. Rata-rata persentase polong hampa pada berbagai dosis pupuk kandang
dan dolomit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Persentase Polong Hampa Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit
Dosis Pupuk Kandang(kg plot-1)
Dosis Dolomit (kg plot-1)BNT0,050
(K0)0,144(K1)
0,288(K2)
0,360(K3)
P1 0,7227,97 bc 31,47 e 29,64 b 28,35 bc
0,96
(22,16) (27,28) (24,50) (22,95)
P2 1,4426,65 a 28,84 c 29,46 cd 32,42 ef(20,17) (23,29) (24,20) (28,78)
P3 2,1634,47 f 30,09 d 27,82 b 29,76 cd(32,04) (25,26) (22,04) (24,74)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama padakolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNT 0,05).( ) Data sebelum transformasi arsin √×
31
Tabel 14. menunjukkan bahwa persentase polong hampa tertinggi
dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) dengan dosis dolomit 0 kg
plot-1 (K0) yaitu sebesar 32,04 % yang berbeda nyata dengan kombinasi dengan
perlakuan lain. Hubungan antara persentase polong hampa tanaman kacang tanah
pada berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase Polong Hampa Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Pupuk Kandang dan Dolomit
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya interaksi antara penambahan
pupuk kandang dan kapur akan mengurangi banyaknya jumlah polong hampass.
Pengapuran juga dapat menyediakan sejumlah unsur hara yang diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman termasuk perkembangan daun dan pembentukan polong.
Untuk tanah yang bereaksi masam, satu-satunya cara untuk meningkatkan
pH tanah adalah menambahkan kapur dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanah
itu sendiri. Ketika dosis kapur dolomit rendah dan tidak sesuai dengan ketentuan
maka tanah dalam kondisi tidak netral dan masih sedikit masam, sehingga
menyebabkan tanaman kesulitan menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam
22,16
27,28
24,50
22,95
20,17
23,2924,20
28,78
32,04
25,26
22,04
24,74
15,0
17,5
20,0
22,5
25,0
27,5
30,0
32,5
35,0
K0 K1 K2 K3
Per
sent
ase
Pol
ong
Ham
pa (%
)
Dosis Pupuk Kandang (kg plot-1)
P1
P2
P3
32
tanah dan hasil produksi tanaman tidak produktif. Adrianus (2012), menjelaskan
pengapuran adalah usaha yang dilakukan untuk menurunkan konsentrasi ion
hidrogen dalam tanah sehingga dapat mengurangi kemasaman tanah dan
meniadakan keracunan Al.
Dolomit pengaruh pH dalam menganalisir Al yang bersifat racun dan
kemungkinan dapat mematikan tanaman. Selain pengaruh langsung pada tanah,
kapur dolomit juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara tidak
langsung, terutama untuk jenis tanaman yang kurang toleran terhadap Al atau
terhadap kemasaman tanah yang tinggi.
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dosispupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 15, 30
dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, jumlah
genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat biji kering perplot dan produksi
per hektar. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah terbaik dijumpai
pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1.
2. Dosisdolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45
HST. Namun berpengaruh tidak nyataterhadap tinggi tanaman 15,
HST,persentasepolong bernas, persentase polong hampa, jumlah genofor
gagal, berat 1000 biji kering, berat biji kering perplot dan produksi per hektar.
Pertumbuhandan produksi tanaman kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis
dolomit0,288 kg plot-1.
3. Terdapat interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandangdan dolomit
terhadap persentase polong bernas dan persentase polong hampa.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang berbagaidosis pupuk kandang
dan dosis dolomit terhadap berbagai varietas tanaman kacang tanahdan tanaman
lainnya, sehingga diperoleh dosis pupuk kandang dan dolomit yang optimal untuk
menjaga kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman.
34
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Yokyakarta.
Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas ubi jalar (Ipomoea batatasL.) pada tinggi petakan yang berbeda, dalam J. Agricola. 2012. No 1. Hal49 – 69.
Alloway, B.J. 1995. Soil processes and the behaviour of heavy metals. p. 11-37. inB.J. Alloway (ed.): Heavy Metals in Soils. 2nd ed. Blackie Academic andProfessional, Glasgow.
Anonymous. 2012. Bercocok Tanam Kacang Tanah.http://wordpress.com/akademik/tanaman-kacang-tanah/
__________. 2011. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, “ sinar tani.”Agustus 2011.
__________. 2001. Dinas pertanian dan Kehutanan. Budidaya Kacang Tanah(Arachis hypogea L.).http://www.warintekjogja.com/November 2010.
__________. 1991. Teknik Pembuatan Tanaman Kayu Merah (Plerocarpusindicus WiIld). Direktorat Jenderal. Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan.Jakarta.
Askari. 2012. Budidaya Kacang Tanahhttp://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/kacang-tanah/diakses tanggal10/02/2012.
Buckman, H.O. dan N.C.Brady. 1982. Ilmu Tanah. Te.jemahan. Bharata KaryaAksara. Jakarta
Denidi. 2007. Peran Unsur Hara Pada Tanamanhttp://old.denidi.com/2007/11/fungsi-unsur-hara-makro-n-p-k.html. diakses 20/10/2010.
Frankklin, Pearce, and Mitchell, 1992. Ecophysiology of Photosinthesis. Springerverlag Berlin Heidelberg. Germany
Hadisumitro, L.M. 2002. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya
Hakim, Nurhayati; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis, S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.ADiha; Go ban Hong dan H.H. bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah,Universitas Lampung. Hal. 325-327
Hardjowigeno, M. 2007. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.220 hlm
35
Idris A. R. Pengaruh Dosis Bahan Organik Dan Pupuk N, P, K Terhadap SerapanHara Dan Produksi Tanaman Jagung Dan Ubi Jalar Di Inceptisol Ternate2008
Leiwakabessy, F.M., A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan Tanah. JurusanTanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Lingga, P. Marsono. 2001. Penunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta.
Musmanar, E. I., 2006. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi, Jakarta:Penebar Swadaya.
Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertubuhandan produksi kentang (Solanum tuberosum L.), dalam Buletin Anatomidan Fisiologi . 2007. Vol. XV. No. 2. Hal. 21-31
Sanchez, D. A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. JohnWiley and Sons, Inc. New York.
Sine, H. M. 2005. “Pengaruh Pemberian Dosis Dolomit dan Dosis PupukKandang Sapi terhadap Sifat Fisik, Kimia Tanab danHasil Kacang Tanah(Arachis hypogaea L.) di Lahan Kering”. Dalam (tesis). Denpasar:Univcrsitas Udayana.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu-ilmu tanah, Faperta IPB.Bogor.
Suprapto. 1990. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tisdale, L.M. and F. R. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. McMillanPubl. Co. inc., New York.
Widiayati. 1986. pengaruh sisa kapur dan pupuk kandang terhadap bintil akardalam tanaman kedelai (Gliycine max) pada latosol. tesis, program pascasajana, institut pertanian bogor. bogor.