skripsi pendidikan akhlak melalui manajemen qolbu di … · 2020. 2. 20. · institut agama islam...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI MANAJEMEN
QOLBU DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO
DESA SUKAJADI KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh:
Muhammad Arif Putranto
NPM. 1398991
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H/ 2018 M
ii
PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI MANAJEMEN
QOLBU DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO
DESA SUKAJADI KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat untuk
Memperoleh Gelar Strata satu (S1)
Oleh:
MUHAMMAD ARIF PUTRANTO
NPM. 1398991
Pembimbing I : Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd. Kons
Pembimbing II : Muhammad Ali, M.Pd.I.
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H/ 2018 M
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
Jln. Ki. Hajar Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo Kota Metro Lampung 34111
Telp. (0725) 41507, Fax. (0725) 47296 Email: [email protected] Website: www.iainmetro.ac.id
NOTA DINAS
Nomor :
Lampiran : 1 (Satu) Berkas
Perihal : Pengajuan Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
IAIN Metro
di -
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami adakan pemeriksaan dan pertimbangkan seperlunya,
maka Skripsi yang disusun oleh:
Nama : MUHAMMAD ARIF PUTRANTO
NPM : 1398991
Judul : PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI MANAJEMEN
QOLBU DI PONDOK PESANTREN WALI SONGO
DESA SUKAJADI KECAMATAN BUMIRATU
NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Sudah kami setujui dan dapat diajukan ke Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan untuk dimunaqosyahkan.
Demikian harapan kami dan atas penerimaannya, kami ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd. Kons
NIP. 19740607 199803 2 002
Metro, Desember 2017
Pembimbing II
Muhammad Ali,M.Pd.I
NIP.19780314200710 1 003
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
Jln. Ki. Hajar Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo Kota Metro Lampung 34111
Telp. (0725) 41507, Fax. (0725) 47296 Email: [email protected] Website: www.iainmetro.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Proposal : Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu Di Pondok
Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah
Nama : Muhammad Arif Putranto
NPM : 1398991
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
MENYETUJUI
Untuk dimunaqosyahkan dalam seminar munaqosyah Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu keguruan IAIN Metro.
NIP. 197803142007101003
Ketua Jurusan,
Muhammad Ali,M.Pd.I.
Pembimbing I
Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd. Kons
NIP. 19740607 199803 2 002
Metro, Desember 2017
Pembimbing II
Muhammad Ali,M.Pd.I.
NIP. 197803142007101003
v
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
Jln. Ki. Hajar Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo Kota Metro Lampung 34111
Telp. (0725) 41507, Fax. (0725) 47296 Email: [email protected] Website: www.iainmetro.ac.id
PENGESAHAN
No:
Skripsi dengan judul :PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI
MANAJEMEN QOLBU DI PONDOK
PESANTREN WALI SONGO DESA SUKAJADI
KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH, disusun
oleh MUHAMMAD ARIF PUTRANTO, NPM.
1398991, Jurusan: Pendidikan Agama Islam telah
diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan pada hari/tanggal:
TIM PENGUJI:
Moderator :
Penguji I :
Penguji II :
Sekretaris :
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dr. Akla, M.Pd
NIP. 196910082000032005
vi
ABSTRAK
Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok
Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah
Oleh:
MUHAMMAD ARIF PUTRANTO
Skripsi ini mengkaji tentang Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen
Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui aplikasi pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Wali Songo, (2)
untuk mengetahui faktor-faktor pendukung pendidikan akhlak melalui manajemen
qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo, dan (3) untuk mengetahui faktor-faktor
penghambat pendidikan akhlak melalui manajemem qolbu di Pondok Pesantren
Wali Songo.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat
deskriptif kualitatif. Sumber data di dalam penelitian ini adalah terbagi atas dua
yaitu data primer (data utama) dan data sukunder.Sumber data ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling, dengan menunjuk langsung informan
yang dapat memberikan informasi yang valid dan akurat menyangkut topik yang
sedang diteliti. Sedangkan metode pengumpulan data atau instrumen penelitian
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Setelah peneliti melakukan proses pengumpulan data, pengolahan, dan
analisis data maka ditemukan beberapa hasil penelitian yaitu bahwa Pendidikan
Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa
Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah yaitu
mengistilahkan dengan 7 B, diantaranya adalah: (1) Beribadah dengan benar, (2)
Berakhlak mulia, (3) Belajar tiada henti, (4) Bekerja keras dengan cerdas dan
ikhlas, (5) Bersahaja dalam hidup, (6) Bantu sesama, (7) Bersihkan hati selalu,
selanjutnya, Faktor pendukung dan penghambat pendidikan akhlak melalui
manajemen qolbu. Pendukung: Adanya kerjasama antara pihak madrasah dengan
orang tua peserta didik, Peserta didik tinggal di lingkungan pesantren,
Diadakannya buku-buku paket di perpustakaan, Lingkungan Pondok Pesantren
yang nyaman dan jauh dari keramaian. Penghambat: kurangnya pembina di
pondok Pesantren Wali Songo, Kurangnya kesepahaman antara Pembina,
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan implikasi dari hasil penelitian ini adalah mendorong para
Pembina dan orang tua untuk lebih aktif dalam mendidik, mengasuh, dan
mengawasi anak-anaknya terutama dalam mendidik atau menanamkan nilai-nilai
agama/moral sejak anak usia dini.
vii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MUHAMMAD ARIF PUTRANTO
NPM : 1398991
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya
kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Metro, 04 Desember 2017
Yang Menyatakan
MUHAMMAD ARIF PUTRANTO
NPM.1398991
viii
MOTTO
“Sesungguhnya seorang Mukmin dengan akhlaknya yang baik, akan mencapai
derajat orang yang shaum (puasa) di siang hari dan shalat di tengah malam.” 1
روا ما بأن فسهم ... ر ما بقوم حتى ي غي ...إن الله لا ي غي Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri. 2
1 (H.R Abu Dawud dan Ibnu Hibban)
2 (Q. S. Ar-Ra'du: 11)
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan rasa syukur dan memohon ridho kepada Allah
SWT, sholawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan
rasa bahagia telah kupersembahkan hasil skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat
dan cinta kasihku yang tulus kepada:
1. Ayahku Mulyono dan Ibuku Nanik Suhaini tersayang, yang senantiasa
mendoakan, memberi motivasi, dukungan dan semangat yang tulus kepadaku.
Semoga keletihan dan kelelahan dapat menambah cintanya Allah SWT kepada
Ayah dan Ibu.
2. Adik-adikku Ahmad Dwi Kurniawan dan Rizka Julia Salsabilla yang selalu
memberikan semangat.
3. Almamater IAIN Metro, tempatku melakukan studi, menimba Ilmu selama ini.
Semoga kelak Ilmu yang telah kudapat bermanfaat bagi orang banyak. Amin.
x
14.2KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan
Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Metro guna memperoleh gelar S.Pd.
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, penulis telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Enizar, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Hj. Akla, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Metro.
3. Bapak Muhammad Ali, M.Pd.I, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam sekaligus sebagai pembimbing II.
4. Ibu Dr. Hj. Ida Umami, M.Pd. Kons, Selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan, dan memberi bimbingan yang sangat
berharga dalam mengarahkan dan memberi motivasi.
5. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Bapak Kiyai Syaikhul
Ulum Syuhadak, S.Pd.I, selaku pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Desa
Sukajadi yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian di Pondok
Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi.
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang
telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
agama Islam.
Metro, Desember 2018
Penulis
Muhammad Arif Putranto
NPM: 1398991
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
NOTA DINAS ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ORISINALITAS PENELITIAN .......................................................... vii
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN .................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
1. Tujuan Penelitian ............................................................. 7
2. Manfaat Penelitian ........................................................... 8
D. Penelitian Relevan ................................................................. 9
xii
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 12
A. Pendidikan Akhlak ............................................................... 12
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ........................................ 12
2. Tujuan Pendidikan Akhlak .............................................. 17
3. Fungsi Akhlak ................................................................. 19
4. Pembagian Akhlak .......................................................... 22
5. Metode Pengajaran Pendidikan Akhlak .......................... 28
B. Manajemen Qolbu ................................................................ 31
1. Pengertian Manajemen Qolbu ......................................... 31
2. Konsep Manajemen Qolbu .............................................. 34
3. Manfaat Manajemen Qolbu ............................................. 37
C. Manajemen Qolbu dalam Pendidikan Akhlak ..................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 43
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................... 43
B. Sumber Data ...................................................................... 44
1. Primer.......................................................................... 44
2. Skunder ....................................................................... 45
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 46
1. Wawancara.................................................................. 46
2. Observasi .................................................................... 47
3. Dokumentasi ............................................................... 49
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data .................................... 50
E. Teknik Analisis Data ......................................................... 51
1. Reduksi Data ............................................................... 52
xiii
2. Penyajian Data ............................................................ 52
3. Penarikan Kesimpulan ................................................ 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 54
A Temuan Umum .................................................................. 54
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren......................... 54
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren ................................. 55
3. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................... 56
4. Keadaan Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren ...... 57
5. Keterangan keadaan Guru dan Karyawan .................. 58
6. Data Santri Madrasah Diniyah Wali Songo ................ 58
7. Struktur Kepengurusan ............................................... 60
8. Letak Geografis Pondok Pesantren Wali Songo ......... 61
9. Makna Logo Pondok Pesantren Wali Songo .............. 62
10. Kegiatan-kegiatan yang di Laksanakan ...................... 64
11. Hasil yang Pernah di Capai ......................................... 65
B Deskripsi Hasil Penelitian .................................................. 65
1. Aplikasi Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu
di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecam-
Atan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. 66
2. Faktor-faktor pendukung Pendidikan Akhlak Melalui
Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo
Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten
Lampung Tengah. ...................................................... 76
3. Faktor-faktor penghambat Pendidikan Akhlak Melalui
xiv
Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo
Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten
Lampung Tengah. ...................................................... 79
C Pembahasan .......................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 87
B. Saran ..................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kondisi Bangunan Madrasah Diniyah Wali Songo Sukajadi........ 56
2. Kondisi Sarana, Alat/Media Belajar Madasah Wali Songo.......... 57
3. Data Asatidz Pondok Pesantren Wali Songo................................. 57
4. Data Santri Madrasah Diniyah Wali Songo................................... 59
5. Struktur Kepengurusan.................................................................. 60
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Denah Lokasi Pondok Pesantren Wali Songo.................................. 61
2. Makna Filosofis Lambang Pondok Pesantren Wali Songo.............. 62
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Pra Survey .................................................................................. 90
2. Surat Balasan Pra Survey ............................................................................ 91
3. Surat Bimbingan........................................................................................... 92
4. Outline .......................................................................................................... 93
5. Alat Pengumpul Data (APD) ....................................................................... 97
6. Surat Keterangan Bebas Pustaka .................................................................. 106
7. Surat Izin Research ...................................................................................... 107
8. Surat Tugas .................................................................................................. 108
9. Surat Balasan Izin Research ......................................................................... 109
10. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ........................................................ 111
11. Surat Bebas Jurusan PAI ............................................................................ 125
12. Foto-foto Responden Penelitian ................................................................. 126
13. Riwayat Hidup ........................................................................................... 129
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai Agama yang sempurna, menjadi satu-satunya Agama
yang diridhoi oleh Allah SWT, kesempurnaan Agama Islam ini tercermin
pada setiap firman Allah dan sabda Rasulullah SAW yang tidak pernah
bertentangan dengan kebenaran, norma kesusilaan, dan Ilmu pengetahuan.
Bahkan dengan datangnya Islam, mampu merubah zaman jahiliyah
menuju zaman yang disinari oleh cahaya Islam, seperti yang terkandung
dalam ayat berikut:
Artinya :” Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al
kitab dan Al hikmah, dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.1
Menurut ayat di atas, dijelaskan bahwa manusia berpotensi untuk
tersesat dari kehidupan yang sebenarnya. Mereka hidup tanpa konsep yang
benar dan tanpa arah, sehingga Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk
mengantarkan manusia kepada petunjuk dan kehidupan yang terarah.
1 QS. Ali’ Imran (3): 164
2
Dalam Agama Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa,
hal ini berdasarkan kaidah bahwa Rasulullah SAW menempatkan
penyempurnaan akhlak sebagai misi pokok risalah Islam. Seperti dalam
hadits Rasulullah SAW bersabda :
م مكارم الأخلاق إنما بعثت لأتم
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”(Hr. Baihaqi).2
Berdasrkan hadits di atas dapat dipahami bahwa untuk mencapai
kesempurnaan akhlak (akhlakkul karimah) dibutuhkan adanya pembinaan.
Selain di dalam keluarga dalam pendidikan pesantren diperlukan. Sebab,
akhlak merupakan hasil usaha mendidik dan melatih dengan sungguh-
sungguh terhadap potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia. Jika
program pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, maka akan
menghasilkan orang-orang yang berakhlakul karimah, akhlakul karimah
merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah
daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Disinilah letak
peran dan fungsi lembaga pendidikan, salah satunya pondok pesantren.
Pondok Pesantren merupakan lembaga dan wahana pendidikan
agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji“ ilmu agama Islam.
Pondok Pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous)
2 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi,(Jakarta: Amzah, 2002), Cet: I, h.34.
3
Indonesia,3 sebab keberadaanya mulai dikenal di bumi Nusantara pada
periode abad ke 13 – 17 M, dan di Jawa pada abad ke 15 – 16 M.4
Pondok pesantren pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana
Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Magribi, yang wafat pada tanggal 12
Rabiul Awal 822 H, bertepatan dengan tanggal 8 April 1419 M.5 Menurut
Ronald Alan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik Ibrahim mendirikan
Pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam
di Jawa.6
Namun dapat dihitung bahwa sedikitnya pondok pesantren telah
ada sejak 300–400 tahun lampau. Usianya yang panjang ini kiranya sudah
cukup alasan untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi
milik budaya bangsa dalam bidang pendidikan, dan telah ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa,7 tradisi pondok pesantren paling tidak
memiliki lima elemen dasar, yakni pondok, masjid, santri, pengajaran
kitab-kitab Islam klasik dan kiai.8
Menurut Martin van Bruinessen, salah satu tradisi agung (great
tradition) di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam, yang
bertujuan untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang
terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu,9
3Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadiana, 1997), h. 3. 4 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), h. 6.
5 Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 70.
6 Ronald Alan Lukens Bull, A Peaceful Jihad: Javanese Education and Religion Identity
Construction, ( Michigan:Arizona State University, 1997), h. 70 7 Mastuhu. Dinamika, h. 7.
8 Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta:
LP3ES, 1982), h. 44. 9 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995),
h. 17.
4
Proses belajar mengajarnya dilakukan melalui struktur, metode dan
literatur tradisional, baik berupa pendidikan formal di sekolah atau
madrasah dengan jenjang yang bertingkat, ataupun pemberian pengajaran
dengan sistem halaqah dalam bentuk wetonan atau sorogan. Ciri utama
dari pengajaran tradisional ini adalah cara pemberian ajarannya yang
ditekankan pada penangkapan harfiah atas suatu kitab (teks) tertentu.10
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang
keberadaannya dituntut untuk dapat meningkatkan partisipasinya dalam
mewarnai pada pola kehidupan. Jika pendidikan dipandang sebagai proses,
maka proses tersebut akan berakhir pada pencapaian tujuan yang hendak
dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan adanya pondok
pesantren secara umum adalah adanya perubahan tingkah laku atau
perubahan akhlakul karimah dan tujuan secara khususnya adalah
tazkiyatun Nafs (menyucikan hati), pendekatan diri kepada Allah melalui
mujahadah. Pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal
yang terbentuk dalam pribadi seseorang.
Kegiatan yang diadakan pondok pesantren Wali Songo seperti,
membaca Qur’an dan maknanya, sholat tahajud secara berjama’ah,
memperoleh ilmu dari orang-orang soleh, puasa sunah seperti senin dan
kamis, dan dzikir setiap waktu, mujahadah hasbu’iyah, kegiatan ta’lim,
mujahadah rubu’iyah dan bimbingan hikmah yang diadakan pondok
pesantren yang melibatkan santri Pondok Pesantren. Namun, dengan
10
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 55.
5
berbagai kegiatan tersebut masih ada santri yang belum berakhlakul
karimah.11
Menurut dewan pengajar dikalangan santri juga masih ada sifat
riya’ yaitu memperlihatkan amal kebaikan kepada orang lain dalam artian
pamer, dengan demikian batin seseorang dalam melaksanakan ibadah
tidak karena Allah melainkan karena manusia.12
Serta masih terlihatnya
sifat hasut seperti halnya benci kepada kenikmatan temannya. Contohnya
menginginkan kenikmatan harta benda yang dimiliki temannya hilang
dengan cara berbicara kepada seseorang dengan tidak sesuai dengan
kenyataan agar dia menjadi titik pusat perhatian.13
Secara umum, manusia memiliki tiga potensi penting. Potensi
pertama adalah potensi fisik, yang kedua potensi akal, inilah potensi ketiga
yang ada pada diri manusia yang tidak setiap orang mampu menjaga serta
mengembangkannya. Dialah yang dinamakan hati atau qolbu, hati inilah
potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia.
Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia,
orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia.
Ada sebuah syair :
“Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup
kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat
merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila
hati kian lapang, hidup susah tetap senang, walau kesulitan
menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit,
11
Bapak kepala pendidikan, wawancara, 25 September 2017. 12
Wawancara dengan dewan pengajar pondok pesantren Wali Songo, 25 September
2017. 13
Wawancara dengan santri Pondok Pesantren Wali Songo, 25 September 2017.
6
segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa
sakit.”14
Seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah
hendaknya terlebih dahulu mengosongkan dirinya dari akhlak yang tercela
(Takhollil). Dengan demikian perlu pembinaan akhlak untuk Tazkiyah
Nafs (penyucian jiwa dari penyakit hati) agar senantiasa mu’amalah dan
adab yang baik. Adapun manfaat dari penyucian jiwa dari penyakit hati
tersebut adalah: pertama mahabah kepada Allah adalah berupa
pelaksanaan hak-hakNya termasuk di dalamnya adalah jihad di jalanNya.
Kedua kepada Rosul yaitu menjalankan sunah-sunah yang di contohkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk lebih dekat kepada Allah. Ketiga
kepada manusia yaitu hablum minannas yang baik.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisasinya tauhid
ikhlas, sabar, syukur, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepadaNya, di
dalam hati. Dan terhindarkannya dari perbuatan penyakit hati karena nafsu
dan bujukan setan, sehingga jiwa menjadi tersucikan lalu hasil-hasilnya
nampak pada terkendalinya anggota badan sesuai dari perintah Allah
bahkan sampai makrifat (kedekatan seorang hamba kepada Allah) serta
dengan hubungan dengan sesama santri.
Berangkat dari fenomena yang ada di lingkungan pondok
pesantren, maka itulah yang melatar belakangi dan mendorong penulis
untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan pendidikan akhlak
melalui manajemen qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi
14
Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, Cet. 1. Jakarta:
Gema Insani, 2002., h. 26-30
7
kecamatan Bumiratu Nuban kabupaten Lampung Tengah sebagai usaha
untuk menjadikan santri-santrinya mempunyai akhlak yang baik.
B. Pertanyaan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas,
penulis berusaha merumuskan pokok-pokok permasalahan yang relevan
dengan judul skripsi ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi pendidikan akhlak melalui manajemen qolbu di
Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
2. Apasaja faktor-faktor pendukung pendidikan akhlak melalui
manajemen qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
3. Apasaja faktor-faktor penghambat pendidikan akhlak melalui
manajemen qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apikasi Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen
Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan
Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
b. Untuk mengetahui apasaja faktor-faktor pendukung Pendidikan
Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo
8
Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah.
c. Untuk mengetahui apasaja faktor-faktor penghambat Pendidikan
Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo
Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini merupakan sumbangsih pemikiran bagi pondok
pesantren dalam meningkatkan Akhlak para santri.
b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para santri di Pondok
Pesantren Wali Songo bisa memiliki akhlak yang baik.
c. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para santri di Pondok
Pesantren Wali Songo dapat terhindar dari penyebab rusaknya
akhlak.
d. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para santri di Pondok
Pesantren Wali Songo dapat mengelola qolbu supaya potensi positif
bisa berkembang maksimal.
D. Penelitian yang Relevan
Pondok Pesantren sebagai suatu sistem pendidikan yang tumbuh
dan berkembang, dijadikan tumpuan dan harapan untuk dijadikan metode
pendidikan sebagai variasi lain dan bahkan menjadi alternatif lain dalam
pengembangan para santri guna menjawab tantangan masa urbanisasi dan
pengembangan dewasa ini. Oleh karenanya pondok pesantren dengan
fungsinya berada di tengah-tengah kehidupan manusia dalam setiap
9
perkembangannya, dan dapat memberi dasar-dasar wawasan dalam
masalah pengetahuan baik dasar aqidah maupun dasar syari’ah. Islam
sebagai Agama rahmatan lil alamin menganjurkan umat manusia untuk
memahami ajaran-ajaran Islam secara tepat agar dapat dijabarkan dalam
kehidupan yang nyata.
Peranan Pondok Pesantren terhadap para santri dalam upaya
peningkatan pendidikan Agama Islam mempunyai posisi yang cukup
siknifikan, sebagai contoh peranan kegiatan pondok pesantren Nurul
Qodiri di Desa Lempuyang Bandar Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
Lampung Tengah, “pondok pesantren juga banyak melakukan
pengembangan dan inovasi-inovasi program di berbagai aspek yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan dan sumbangsih yang bermanfaat
bagi para santri, seperti program kegiatan majlis ta’lim dan manaqib,
kegiatan khotmilul Qur’an santri dan risma, kegiatan seni al-berjanji santri
dan risma, kegiatan musabaqah keterampilan santri (MKS), pekan olah
raga santri (POS).”15
Berdasarkan hasil penelitian relevan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa ternyata pada kenyataan dan kondisi realita yang ada
pondok pesantren memiliki peran yang sangat besar bagi setiap perubahan
dan perkembangan. Sebagai salah satu contoh yaitu hingga saat ini masih
sangat banyak majelis-majelis ta’lim dan jama’ah-jama’ah pengajian yang
keberadaan awalnya adalah dari upaya syiar yang dilakukan oleh santri
pondok pesantren. Pondok pesantren juga banyak melahirkan ide-ide
15
Wiwik Oktaviana, Peranan Kegiatan Pondok Pesantren terhadap perubahan akhlak
santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Wali Songo di Kampung Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah), (Metro: Koleksi Perpus IAIN, 2013), h. 42-43.
10
cerdas dan infiratif dalam setiap pemecahan sebuah permasalahan yang
terjadi. Dengan demikian Pondok pesantren mampu untuk bersinergi
dalam mewujudkan kehidupan yang madani dengan memiliki keluhuran
akhlak yang mulia.
Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, di Pondok Pesantren Nurul Qodiri memfokoskan pada
pengem- bangan dan inovasi-inovasi program di berbagai aspek yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi santri,
Pondok Pesantren Wali Songo, di Pondok Pesantren Wali Songo
memfokuskan pada pembinaan akhlak melalui manajemen Qolbu atau
mujahadah atau tazkiya’tu Nafsi (menyucikan hati) agar dapat mahabah
kepada Allah dan hablum’minanas.
Kesamaan penelitian relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, adapun kesamaan dalam penelitian yang peneliti akan
lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang kegiatan pondok pesantren
dalam perubahan akhlak santri.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Menurut McLeod, Pendidikan dalam bahasa inggris, education
(pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi
peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to
develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan1.
Menurut Poerbakawatja dan Harahap2 pendidikan adalah usaha
secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab, baik moril maupun spirituilnya. Orang
dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yamg atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru
sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala
asrama dan sebagainya.
Menurut Redja Mudyahardjo3 Definisi pendidikan dalam Undang-
undang RI nomor 14 tahun 2005 dinyatakan tersurat pada pasal 1, ayat (1),
" Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
1Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru, Cet. Ke-14 (Bandung,
PT. RemajaRosdakarya, 2008), h. 10. 2Ibid, h. 11
3Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 55
12
potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri dan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".4 dalam kamus besar
Bahasa Indonesia “ Pendidikan “ adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan5.
Selanjutnya pengertian Akhlak secara etimologis (arti bahasa)
berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti:
perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan.
Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem
perilaku yang dibuat6.
Adapun pengertian akhlak secara Terminologi, penulis kutipkan
dari berbagai pendapat, yaitu:
a. Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali yang dikutip Ali Abdul Halim
Mahmud
Akhlak adalah dua kata al-khalq 'fisik' dan al-khuluq 'akhlak' yang
sering dipakai bersamaan. Yang mana al-khalq adalah bentuk lahirnya,
dan al-khuluq adalah bentuk batinnya7.
b. Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani
Dalam bukunnya, at-Ta'rifat mendifinisikan akhlak adalah istilah
bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinnya terlahir
4Sisdiknas, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen, Cet. Ke-1 (n.p,
Wipress, 2006), h. 55 5Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
PT. Balai Pustaka , 2007 h. 263. 6 Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, h. 198.
7 Ali Abdul Halim Mahmud. Akhlak Mulia, Cet. Ke-1 (Jakarta: GemaInsani, 2004), h. 28
13
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan
merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang indah
dan baik menurut akal dan syari'at dengan mudah, maka sifat tersebut
dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir
perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang
buruk8.
c. Menurut Muhammad bin Ali al-Faaruqi at-Tahanawi
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawali
berpikir panjang, merenung dan memaksakan diri
d. Menurut Ibnu Maskawih dalam kitabnya " tanzib al-akhlak "
Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pikiran9
e. Menurut Al-Ghozali
Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada seseorang, yang
mendorong untuk melakukan suatu perbuatan yang mudah tanpa
membutuhkan sebuah pemikiran10
.
f. Dalam bukunya Wahid Ahmadi yang berjudul " Risalah Akhlak "11
Kata Akhlak secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-
la-qa, jika digabung (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita
pada kata Al-Khaliq yaitu Allah SWT. Dan kata makhluk, yatu seluruh
alam yang Allah ciptakan. Maka kata Akhlak tidak bisa dipisahkan dengan
8Ibid, h. 32
9 Ali Aziz, IlmuDakwah, Cet. Ke-1 ( Jakarta: Prenada Media, 2004 ), h. 118
10Ibid, h. 118
11 Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Pendidikan Muslim Modern, Cet. Ke-1 (Solo:
Era Intermedia, 2004 ), h. 13
14
Al-Khaliq (Allah) dan makhluk (hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku
yang muatannya "menghubungkan" antara hamba dengan Allah SWT,
sang Khaliq.
Para ahli juga mengemukakan makna Akhlak dengan berbagai
ungkapan yang menunjukkan arti akhlak itu sendiri antara lain:
1. Abdullah mengatakan bahwa:
Akhlak adalah kekuatan dalam kehendak yang mantap, yang mana
kekuatan dan kehendak itu berkombinasi dan bersama membawa kepada
kecenderungan pemilihan suatu kelompok yang benar (dalam hal akhlak
yang baik atau budu pekerti yang baik), pihak atau kelompok yang jahat
(dalam akhlak yang jahat).12
2. Ahmad Amin mengatakan bahwa:
Akhlak adalah “kebiasaan kehendak”. Ini berarti bahwa kehendak
itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak, dan
apabila membiasakan memberi maka kebiasaan memberi itu adalah akhlak
dermawan.13
3. Ibnu Maskawayih yang dikutip Ahmad Amin mengatakan bahwa:
akhlak yaitu keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih
dahulu.14
12
Rudding Emang dan Lomba Sultan, Akhlak Tasawuf (Ujung Pandang: Berkah Utari,
1995) h. 2. 13
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Cet. VI: Jakarta: Buan Bintang, 1993), h. 62. 14
Ibid, h. 62.
15
4. Imam Al-Gazali yang dikutip Abudin Nata mengatakan bahwa:
Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.15
5. Ibrahim Anis mengatakan bahwa:
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
6. Barnawie Umarie mengatakan pengertian akhlak sebagai berikut:
Asal kata akhlak adalah khilqun, yang berarti mengandung segi-
segi persesuian dengan kata Khaliq dan makhluk. Dari sinilah asal
perumusan ilmu akhlak yang memungkinkan timbulnya hubungan baik
antara makhluk dengan Khaliq, serta antara makhluk dengan
makhluknya.16
7. Al-Qurtuby mengatakan bahwa:
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya
disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.17
8. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mengatakan bahwa:
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia,
yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengn
cara yang disengaja.18
15
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , (Cet.II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 1. 16
Barnawie Umarie, Materi Akhlak, (Bandung:1978), h. 1. 17
Al-Qurtuby, Tafsir Al-Qurtuby, (Juz VIII; Daarusy Syaby. Qairo: 1913 M) h. 6709 18
Abu Bakar Jabir al-Jazairy, Minhaajul Muslim, (Madinah: 1396H/1979M) h.154
16
Dari beberapa definisi diatas, penulis menarik definisi lain bahwa
akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya.
Maka gerakan refleks, denyutan jantung dan kedipan mata tidak dapat
disebut akhlak, karena perbuatan tersebut tidak diperintah oleh unsur
kejiwaan. Dan dorongan yang melahirkan perbuatan manusia, pada
dasarnya bersumber di kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia,
yaitu:
a. Tabiat (pembawaan) yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi
oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (ghariza) dan
faktor warisan dan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.
Dorongan ini tersebut disebut oleh Manshur Ali Rajab dengan istilah “Al-
Khalqun fithriyah”
b. Akal fikiran yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan
manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkannya, merasakannya serta
merabanya. Alat kejiwaan ini, hanya dapat menilai sesuatu yang lahir
(yang nyata), dan dorongan ini disebutnya sebagai istilah “Al-Aqlu”
c. Hati nurani yaitu dorongan jiwa yang hanya dipengaruhi oleh faktor
intuitif (wijdaan). Alat kejiwaan ini, dapat menilai hal-hal yang sifatnya
abstrak (yang batin). Dorongan ini, disebutnya “Al-Bashiera”.Karena
dorongan ini mendapatkan keterangan (Ilham) dari Allah Swt.
2. Tujuan Pendidikan Akhlak
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
17
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”19
. Ini merupakan salah
satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang seharusnya menjadi
acuan bangsa Indonesia.
Fenomena yang kita saksikan bersama, pendidikan hingga kini
masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan sesuai dengan landasan
dan tujuan dari pendidikan itu. Membentuk manusia yang cerdas yang
diimbangi dengan nilai keimanan, ketaqwaan dan berbudi pekerti luhur,
belum dapat terwujud. Gejala kemerosotan nilai-nilai akhlak dan moral
dikalangan masyarakat sudah mulai luntur dan meresahkan. Sikap saling
tolong-menolong, kejujuran, keadilan dan kasih sayang tinggal slogan
belaka.
Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok
orang sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai,
termasuk juga dalam kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan akhlak.
Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan,
sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal. Akhlak manusia yang
ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pembinaan
yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia yang mencapai keseimbangan
yang sempurna kecuali apabila ia mendapatkan pendidikan dan pembinaan
akhlaknya secara baik.
19
Ary H. Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, (Jakarta : RinekaCipta, 1995), h.
163
18
Dalam dunia pendidikan, terbentuknya moral yang baik adalah
merupakan tujuan utama karena pendidikan merupakan proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-
pola tingkah laku tertentu pada anak didik atau seorang yang dididik.
Memperhatikan masalah-masalah pendidikan akhlak seperti juga
memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmi.Dan menghindari sifat-
sifat yang tercela.
Tujuan akhlak adalah untuk memperbaiki pribadi muslim sehingga
terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, adapun
perbaikan yang dimaksud di sini adalah: segala sesuatu yang sesuai
dengan apa yang diterangkan oleh Al-Qur'an surat Al-ahzab:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Al-Ahzab
21)20
.
Dari ayat di atas salah satu sumber suri tauladan adalah perilaku
Rosulullah SAW yang mana kehadiranNya di bumi adalah diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
20
Q.S Al-Ahzab Ayat 21
19
3. Fungsi Akhlak
Semua orang pasti merasa senang dengan perilaku yang baik.
Dengan berbagai macam manusia di dunia di dalam dirinya pasti ada sifat
kejelekan dan kebaikan, bahkan oleh orang jahat sekalipun. Tapi iman dan
taqwa adalah sumber dari semua kebaikan. Yakni kebaikan yang hakiki
bukan kebaikan yang palsu. Orang akan sangat senang jika hidupnya
berdampingan dengan orang-orang yang beriman. Namun sesungguhnya
kenikmatan hidup bukan hanya dinikmati oleh mereka yang hidup
bersamanya. Pelakunya sendiri akan merasakan kenikmatan yang sama,
bahkan lebih mendalam.
Menurut Wahid Ahmadi21
akhlak memiliki manfaat dan perannya
tersendiri dalam kehidupan orang muslim, baik bagi orang lain maupun
bagi dirinya sendiri, juga bagi masyarakat luas. Di sini akan diuraikan
tentang manfaat dari akhlak:
a. Akhlak bukti nyata keimanan
Iman dan taqwa adalah masalah hati, jadi bagaimana proses
ketaqwaan seseorang sulit untuk dijelaskan dan diungkapkan. Dan
seseorang tidak bisa memaksakan ketaqwaan kepada orang lain.
Sebagaimana Allah SWT berfirman kepada Nabi SAW,
21
Wahid Ahmadi, RisalahAkhlak, h. 22-40
20
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk (Al-Qashash: 56)"22
b. Akhlak hiasan untuk orang yang beriman
Secara materi manusia hanyalah seonggok tulang dan daging yang
dibungkus kulit. Kaki dan tangannya bisa digerakkan secara leluasa, bisa
berjalan, bisa memegang, sekali waktu bahkan memukul. Manusia
memiliki mata yang bisa dikatupkan dan di buka untuk melihat, memiliki
mulut untuk mengeluarkan bunyi dan telinga untuk mendengar.
Subhanallah sungguh tubuh manusia diciptakan Allah SWT terasa
mencerminkan kesempurnaan sebuah penciptaan yang sangat berbeda
dengan makhluk lainnya, seperti binatang apalagi tumbuhan. Sebagaimana
firman Allah SWT.
"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya (At-Tin:4)"23
Rangkaian tubuh manusia yang sempurna itu, antara yang satu
dengan yang lain beda pada tingkat keserasiannya. Semua manusia
diciptakan berbeda-beda ada yang cantik ada yang jelek atau yang lainnya.
Tapi, semua itu tidak ada artinya jika hatinya tanpa dihiasi dengan akhlak
yang baik.
c. Akhlak amalan yang paling berat timbangannya
Banyak berbagai macam amalan yang dilakukan orang beriman.
Dalam rangka bermunajat kepada Allah SWT ia sholat wajib lima waktu.
22
Q.S Al-Qashash: Ayat 56 23
Q.S At-Tin Ayat 4
21
Kurang puas dengan amalan wajib maka shalat sunah pun dilakukan,
bersedekah kepada fakir miskin, menjalankan ibadah puasa dan banyak
lagi amalan-amalan yang dilakukan orang-orang beriman. Namun perlu
diketahui bahwa salah satu amal manusia yang paling mulia di hadapan
Allah dan paling berat timbangannya adalah akhlak.
d. Akhlak mulia simbol segenap kebaikan
Kebaikan itu ada berbagai macam warna dan bentuk. Ada kebaikan
yang berbiaya mahal, namun ada pula yang bahkan tanpa biaya. Kebaikan
tidak hanya dilakukan karena ingin dipuji atau melihatkan harta yang dia
punya. Karena harta yang kita miliki hanya titipan Allah semata. Maka
kita harus pintar-pintar untuk membelanjakannya.
e. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang diidam-
idamkan
Banyak atau sering kita menjumpai senyum yang ternyata hanya
basa-basi. Sering juga kita melihat orang membantu sekedar untuk
mendapatkan simpati orang lain. Inilah yang sering membuat kehidupan
masyarakat penuh dengan rasa curiga, emosi, mudah tersulut, sikap
individualitas, acuh tak acuh, bahkan antar tetangga tidak saling mengenal.
Watak-watak inilah yang membuat kehidupan masyarakat tidak terwarnai
dengan semangat persaudaraan dan kebersamaan.
Apabila dalam masyarakat diisi dengan senyum ramah tamah yang
tulus, sapa hangat tetangga, ulur tangan, empati, mengucapkan salam,
berbaik sangka, maka masyarakat ini pasti akan menuai berkah dalam
kehidupannya. Dengan perilaku terpuji inilah maka hubungan antar
22
individu di tengah masyarakat akan terjalin baik. Dengan ini pula maka
beragam watak negative yang hendak menghancurkan pilar-pilar
masyarakat tidak mendapatkan tempat, sedangkan pahala Allah di akhirat
nanti berupa surga telah menanti.
f. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkannya islam
Jika kita bertanya kepada seseorang mengapa dia beribadah? maka
jawabannya pasti beragam. Ada yang menjawab, untuk memenuhi
perintah Allah, untuk menentramkan jiwa, untuk membangun kepribadian
dan membersihkan jiwa. Jawaban itu benar semua, namun jawaban
terakhirlah yang menunjukkan kematangan penghayatan, sehingga ia bisa
merasakan bahwa ibadah memang bukan sembarang memenuhi
kewajiban, namun lebih dari itu adalah media untuk mengolah dan
mengasah jiwa. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung
(Al-Qalam: 4)24
4. Pembagian Akhlak
Adapun pembagian dan jenis akhlak yang diungkapkan oleh
Ulama’ menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat Nabi dan
orang-orang siddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan
dan orang-orang yang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua
macam jenis. Antara lain adalah:
24
Q.S Al-Qalam Ayat 4
23
a. Akhlak baik atau terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) yaitu perbuatan baik
terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
b. Akhlak buruk atau tercela (Al-Ahlakul Madzmumah) yaitu perbuatan
buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Pembahasan ini, penulis membatasi hanya meninjau akhlak baik
dan buruk terhadap Tuhan, akhlak baik dan buruk terhdap manusia dan
tidak sampai membahas akhlak baik dan buruk terhadap makhluk di luar
manusia. Hal yang dimaksudkan adalah:
1) Akhlak yang Baik
Akhlak yang baik mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,
namun penulis hanya mengetengahkan beberapa hal saja yaitu:25
a) Sabar artinya bersikap tabah, tidak lekas putus asa dalam menghadapi
cobaan, dan terus berjuang sambil memperbaiki diri. Sabar diperlukan
dalam berinteraksi dengan Allah dan sesama manusia, serta menghadapi
musibah. Sabar dalam berhubungan dengan Allah misalnya dengan sabar
dalam melakukan ibadah (salat, puasa, haji). Ibadah-ibadah tersebut
memerlukan gerakan waktu, bahkan penderitaan. Demikian pula dalam
berdoa dan memohon pertolongan Allah perlu kesabaran.
Firman Allah :
25
Nur Khalisah Latuconsinah, Aqidah Akhlak Kontemporer, Cet: I (Makassar: Alauddin
University Press, 2014), h. 129
24
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-
orang yang sabar.26
b) Rajin juga akan menjadi salah satu daya tarik dalam berhubungan
dengan manusia, karena orang rajin disukai oleh orang lain lebih-lebih
dalam bekerja, orang yang rajin akan disayang oleh orang yang
mempekerjakannya.
c) Teliti, sikap teliti sangat dibutuhkan dalam segala aktivitas yang
dilakukan manusia. Orang yang teliti akan menghindar dari kekeliruan,
dan ini sanngat diperlukan lebih-lebih dalam pekerjaan yang rumit,
misalnya dalam menimbang, meneliti dan memutuskan perkara.
d) Hemat, artinya perhitungan dari segi kegunaannya dan daya yang
dimilikinya serta segala sesuatu sebelum dikeluarkan. Dapat menghemat
uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
e) Ikhlas (Al-Ikhlas) yaitu salah satu sikap yang terpuji, karena dalam
melakukan pekerjaannya ia semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah
Swt, dan sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya, ia akan tetap
bekerja keras. Keihklasan dalam beribadat menjadi syarat menentukan
bagi diterimanya amal ibadah oleh Allah Swt. Al Qur’an mengajarkan
agar ibadah termasuk shalat, haji, perjuangan hidup dan kematian yang
dialaminya karena Allah semata-mata. Allah berfirman :
26
QS al-Baqarah/2:153.
25
Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.27
f) Jujur, dalam bahasa Arab disebut sidik, artinya benar yaitu ucapan dan
perbuatannya sesuai dengan isi hatinya, lawan dari sikap jujur adalah dusta
atau Kizb. Kejujuran yang dimiliki seseorang sangat diperlukan terutama
dalam hubungannya dengan seseorang yang diserahi tugas dan amanah.
Firman Allah :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan
memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu.28
g) Pemaaf, sikap lainnya yang terpuji dalam hubungannya dengan orang
lain adalah sikap pemaaf, sebagai lawan dari sikap dendam. Orang yang
pemaaf baiasanya disukai Allah dan disukai manusia, dan termasuk salah
satu ciri orang yang bertaqwa.
Allah berfirman :
27
QS al-An’am/6:162. 28
QS al-Ahzab/33:70-71.
26
Artinya : (yaitu) orang yang berinfak, baik diwaktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat
kebaikan.29
2) Akhlak yang Buruk
Akhlak yang buruk. Akhlaq tersebut berupa; dusta, dzalim,
takabbur, putus asa,.30
a) Dusta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak benar
perkataannya.31
Dusta atau bohong adalah pernyataan (perkataan dan
perbuatan) tentang suatu hal yang tidak sesuai dengan keaadaan yang
sesungguhnya.
b) Dzalim, berarti berbuat aniaya tidak adil dalam memutuskan perkara.
Keputusannya tidak didasarkan pada kebenaran akan tetapi dapat
menguntungkan pihak-pihak tertentu.
c) Takabur, merasa dan mengaku dirinya lebih (muliah, pandai, cakap dan
lain sebagainya). Perasaan lebih karena melihat dirinya pada waktunya
bukan pada waktu yang lalu dan akan yang akan datang.
d) Putus Asa, hilang harapan hidup atau ketidak mampuan seseorang
menaggung derita atas musibah dan kesedihan
29
QS al-Imran/3:134. 30
Didiek Ahmadi Supardie, Pengantar Studi Islam (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 226.
31
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Media
Pustaka Phoenix, 2009), h. 201.
27
e) Pengecut, sifat ini selalu membuat orang ragu sebelum memulai
mengerjakan sesuatu, ia mearasa tidak mampu atau kadang berbuat atau
berjuang.
5. Metode Pengajaran Pendidikan Akhlak
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang
dibimbing. Oleh karena itu metode mengajar yang baik dalam metode
yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar.
Adapun yang dimaksud dengan metode mengajar akhlak ialah
suatu cara menyampaikan materi pendidikan akhlak dari seorang guru
kepada siswa dengan memiliki satu atau beberapa metode mengajar sesuai
dengan topik pokok bahasan.
Sedangkan yang dimaksud pengajaran akhlak berarti pengajaran
tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya
(tingkah lakunya). Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar
berakhlak baik. Pengajaran akhlak merupakan salah satu bagian dari
pengajaran agama, karena itu patokan penilaiannya adalah ajaran agama.
Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan seseorang pada
diri sendiri seperti sabar, wara’, dan sebagainya. Juga perbuatan yang
hubungan dengan orang lain seperti pemurah, penyantun, penyayang,
28
benar, berani, jujur, patuh, disiplin dan sebagainya. Disamping itu juga
membahas sifat-sifat terpuji dan tercela menurut ajaran agama. Sehingga
pengajaran materi ini harus menggunakan metode yang tepat agar ruang
lingkup dan tujuannya dapat tercapai maksimal.
Adapun metode-metode mengajar akhlak adalah sebagai berikut :
Menurut Hamka metode pengajaran akhlak ialah:32
a. Metode Alami
Sebagai berkat anugrah Allah, manusia diciptakan telah dilengkapi
dengan akal, syahwat dan nafsu amarah. Semua anugrah tersebut berjalan
sesuai dengan hajat hidup manusia yang diperlukan adanya keseimbangan.
Metode alam ini adalah suatu metode dimana akhlak yang baik
diperoleh bukan melalui pendidikan, pengalaman atau latihan, tetapi
diperoleh melalui insting atau naluri.
Sebagaimana Firman Allah :
(03: الروم.... )فطرت الله التى فطر الناس عليها....
Artinya :“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitroh itu”).33
Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik,
seperti halnya berakhlak yang baik. Sebab bila dia berbuat jahat,
sebenarnya sangat bertentangan dan tidak dikehendaki oleh jiwa (hati)
yang mengandung fitroh tadi.
32
Hamka, Metode Pengajaran Akhlak, Thoha,.(1999) h. 127-129 33
(QS. Ar Rum : 30)
29
Meskipun demikian metode ini tidak dapat diharapkan secara pasti
tanpa adanya metode atau faktor lain yang mendukung seperti pendidikan,
pengalaman, latihan dan lain sebagainya. Tetapi paling tidak metode alami
ini jika dipelihara dan dipertahankan akan melakukan akhlak yang baik
sesuai fitrah dan suara hati manusia. Metode ini cukup efektif untuk
menanamkan kebaikan pada anak, karena pada dasarnya manusia
mempunyai potensi untuk berbuat kebaikan tinggal bagaimana memelihara
dan menjaganya.
b. Metode Mujahadah dan Riadhah
Orang yang ingin dirinya menjadi penyantun, maka jalannya dengan
membiasakan bersedekah. Sehingga menjadi tabiat yang mudah
mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi.mujahadah atau perjuangan
yang dilakukan guru menghasilkan kebiasaam-kebiasaan baik memang
pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia berniat sunguh-
sungguh pasti menjadi suatu kebiasaan. Metode ini sangat tepat untuk
mengajarkan tingkah laku dan berbuat baik lainnya, agar anak didik
mempunyai kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi akhlak baginya,
walaupun dengan usaha yang keras dan melalui perjuangan yang sungguh-
sungguh. Oleh karena itu guru harus memberikan bimbingan yang
kontinyu kepada anak didiknya, agar tujuan pengajaran akhlak ini dapat
tercapai secara optimal dengan melaksanakan program-program
pengajaran yang telah ditetapakan.
30
c. Metode Teladan
Akhlak yang baik tidak hanya diperoleh melalui mujahadah, latihan
atau riadhah dan diperoleh secara alami berdasarkan fitrah / alami, akan
tetapi juga bisa diperoleh melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau
meniru orang yang dekat dengannya. Oleh karena itu dianjurkan untuk
bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.
Pergaulan sebagai salah satu bentuk komunikasi manusia, memang
sangat berpengaruh dan akan memberikan pengalaman-pengalaman yang
bermacam-macam. Metode teladan ini memberikan pengalaman kesan
atau pengaruh atas tingkah laku perbuatan manusia. Sebagaimana
dikatakan Hamka, bahwa “alat dakwah yang sangat utama adalah
akhlak”. Budi yang nyata dapat dilihat pada tingkah laku sehari-hari, maka
meneladani Nabi adalah cita-cita tertinggi dalam kehidupan muslim.
Metode ini sangat efektif untuk pengajaran akhlak, maka seyogyanya
guru menjadi ikutan utama bagi murid-murid dalam segala hal, misalnya
kelembutan dan kasih sayang banyak senyum dan ceria, lemah lembut
dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laku
sesuai misi yang diembannya. Jadi metode ini harus diterapkan seorang
guru jika tujuan pengajaran hendak dicapai. Tanpa guru yang memberi
contoh, tujuan pengajaran sulit dicapai.
Selain metode-metode di atas masih banyak metode-metode lain
yang cocok untuk pengajaran akhlak, misalnya metode tidak langsung,
yaitu cara tertentu yang bersifat pencegahan, penekanan terhadap hal-hal
31
yang merugikan pendidikan akhlak, antara lain ; koreksi dan pengawasan,
larangan serta hukuman, ini semua tergantung guru dalam mengemas
materi pengajaran akhlak dan menerapkan metode-metode yang ada baik
sendiri-sendiri atau gabungan.
B. Manajemen Qolbu
1. Pengertian Manajemen Qolbu
Manajemen Qolbu berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
qolbu, yang mana manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan
dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta
sumber-sumber lainya, menggunakan metode-metode yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumya34
. Di dalam
kamus besar Bahasa Indonesia “manajemen“ adalah penggunaan
sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran35
.
Manajemen Qolbu terdiri dari dua kata, yaitu Manajemen dan
Qolbu. Menurut Suryanto Ismail,36
Manajemen adalah suatu hal penting
yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh
aspek kehidupan manusia layaknya darah dalam raga. Juga telah
dimengerti bahwa dengan manajemen, manusia mampu mengenali
kemampuannya berikut kelebihan dan kekurangannya sendiri. Manajemen
menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan. Manajemen telah memungkinkan kita untuk mengurangi
34
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, h. 16. 35
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: PT. Balai Pustaka , 2007, h. 81 36
Suryanto Ismail, Manajemen dan Qolbu, 2002.,h. 13
32
hambatan-hambatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Manajemen
juga memberikan prediksi dan imajinasi agar dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan yang serba cepat.
Sedangkan di dalam Al-Qur’an telah diberikan stimulasi mengenai
manajemen, sebagaimana dalam Firman-Nya.
“ Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi
Alloh dan lebih dapat menguatkan persaksiat dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu, (tulislah muamalahmu itu) kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya” 37
Dalam ayat tersebut, disebutkan arti sebagai berikut : Pertama,
Idaaroh adalah keadaan timbal balik, berusaha supaya menetapi peraturan
yang ada. Kedua, Idarah atau manajemen ialah menjadi sesuatu berjalan
37
(Al Baqoroh : 282 )
33
الأمور ) persoalan atau pendapat ,(الشيء تعاطاه ) saling mengisi (الشيء جعله يدور )
أ ي والر ). Menurut Jawahir yang mengutip buku Rooidut Tullab bahwa
Idaroh adalah perkumpulan Syarikat Madrasah, Yayasan, Sarana atau
perlengkapan untuk menyelesaikan segala urusan untuk mencapai hasil
atau meningkatkan produktivitas38
. Adapun koordinator Dakwah Islam
DKI merumuskan pengertian Idarah adalah perencanaan dan pengendalian
segala sesuatu secara tepat guna.39
Sedangkan makna dasar kata qalb ialah membalik, kembali, pergi
maju mundur, berubah, naik turun. Hati mempunyai sifat yang selalu
berubah karena hati adalah tempat dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran
dan kesalahan. Hati adalah tempat di mana Tuhan mengungkapkan diri-
Nya sendiri kepada manusia40
. Sedangkan pengertian “Qolbu atau hati
“Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Qalb (hati) adalah organ badan
yang berwarna kemerah-merahan di bagian atas rongga perut, gunanya
untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan
empedu41
.
Berpijak dari uraian makna Manajemen dan Qalbu di atas maka
dapat diperjelas bahwa definisi Manajeman Qalbu adalah suatu proses
kegiatan yang diterapkan oleh individu untuk mengelola, reconditioning
dan mengatur hati sehingga dapat mencapai kesempurnaan manusiawi
(insan kamil) dan berusaha merealisasikan kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akherat.
38
Tanthawi, Perencanaan dan Pengendalian, h. 48 39
Ibid., h. 50 40
Abu Sangkan, BerguruKepada Allah, h. 68 41
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 392
34
2. Konsep Manajemen Qolbu
Sebenarnya Manajemen Qolbu bukanlah hal baru dalam Islam.
Konsep ini hanyalah sebuah format dakwah yang bersumber dari Al
Qur’an dan Al Hadits. Hanya inti pembahasannya lebih diperdalam pada
masalah pengelolaan hati atau Qolbu.
Kebersihan hati merujuk pada kebugaran dan kesehatan hati secara
menyeluruh. Jika hati menerima semua sifat yang menariknya tanpa
melihat sebab dan akibatnya, maka aspek eksistensi lahiriah adalah akrab
dengan dorongan-dorongan ego, seks, kekayaan dan kekuasaan.
Menurut para Sufi obat pertama yang terpenting adalah zikir,
mengingat Tuhan. Zikir adalah bentuk kehadiran hati dalam memohon
kepada Tuhan. Selanjutnya melakukan kontempalasi dari kitab-kitab dan
perkataan orang-orang suci. Mengosongkan perut karena bila perut kita
terlalu kenyang maka hati kita akan keras dan mengerjakan sholat sebelum
terbitnya matahari. Akhirnya dengan cara itu dapat bersahabat dengan
orang-orang yang memiliki kesadaran dan dapat memulihkan keimanan
dan kesehatan di hati.
Dan untuk menuju hati yang bersih maka dapat dipahami melalui 4
aktivitas atau tahapan primer, yaitu:
a. Membebaskan diri dari hal-hal yang menghalangi pembentukan
(kepribadian) yang utuh dan sehat.
b. Membebaskan diri dari menjadi budak daya tarik dunia.
c. Mengangkat tabir yang paling halus dan sifat mementingkan diri.
35
d. memusatkan diri dan semua atensia pada realitas cinta Illahiah.42
Dari tahapan itu, kita dapat memusatkan diri dan perhatian kita di
hadapan realitas Illahi, kita bukan hanya menjadi satu dengan diri kita tapi
kita akan melihat diri kita menyatu dengan sumber kehidupan. Hati yang
sadar akan bersedia menerima perbuatan yang salah yang ada pada dirinya
dan mau berbuat baik untuk memperbaikinnya, dan dengan ketenangan
jiwa hidup akan bahagia, maka dari itu menurut Gulam Reza Sutani43
, ada
beberapa macam perbuatan untuk sebuah ketenangan jiwa, diantaranya:
Ikhlas, Bijaksana, Sopan santun, Rendah hati, Sabar, Tawakal, Ridha,
Syukur, Jujur, Harga diri, Menepati janji, Prasangka baik, Pemaaf,
Toleran, Wara', Takwa, Zuhud, Semangat.
Adapun upaya lain yang dapat dilakukan untuk membersihkan hati
antara lain44
: (1) Mengendalikan hati dengan hawa nafsu yang selalu
menyelimuti hati, (2) Menjaga potensi hati dengan akhlak-akhlak yang
mulia, (3) Menata keikhlasan hati
Realisasi kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk
introspeksi (penilaian) diri dengan tekad untuk memperbaiki diri.
Penilaian diri dimulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga.
Setelah lingkungan keluarga, penilaian diri diperluas ke saudara-saudara
terdekat dan kemudian orang-orang di sekitar kita. Yakinlah bahwa
semakin diri dapat dibuat terbuka, dapat menerima kritikan dengan
keikhlasan, Insya Allah perkembangan kemampuan diri akan semakin
42
KabirHelminski, Hati yang Bermakrifat, Cet. Ke-1 (Jakarta: PustakaHidayah, 2002 ), h.
92-93 43
Gulam Reza Sultani, Hati yang Bersih, Cet. Ke-3 (Jakarta: Zahra, 2006 ), h. 23-303 44
Abdullah Gymnastiar, 7 B, h. 113-127
36
baik. Menurut Aa' Gym dalam bukunya Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu45
, manajemen untuk meraih beningnya hati diantaranya
adalah:
1) Mengenal Allah; Ma'rifatullah sebagai landasan hidup, Rosulullah
sebagai panutan, meraih hidayah Allah, Zikir : kunci ketenangan hati,
tobat nasuha, dzikrul maut.
2) Akhlak Mulia; Hati aset berharga, menata keikhlasan hati, menjadi
insan penyabar, menjaga pandangan, melatih hidup bersih, paksa diri
berbuat taat, menyikapi ujian
3) Keluarga Sakinah; Membangun pendidikan dari keluarga, peran wanita
dalam keluarga, memuliakan orang tua, berharganya sikap lembut suami,
akhlak kepada pembantu, meminimalkan konflik dalam keluarga, menata
kehidupan bertetanga.
Sedangkan untuk meraih sukses untuk pembersihan hati Abdullah
Gymnastiar46
mengistilahkan dengan 7 B, diantaranya adalah: (1)
Beribadah dengan benar, (2) Berakhlak mulia, (3) Belajar tiada henti, (4)
Bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas, (5) Bersahaja dalam hidup, (6)
Bantu sesama, (7) Bersihkan hati selalu
Konsep Manajemen Qalbu memiliki nilai praktis yang ditilik dari
tiga segi. Pertama, manusia memiliki potensi yang berupa jasad, akal dan
Qalbu. Jasad atau fisik menjalankan sebuah keputusan yang merupakan
produk akal-akal pikiran mampu mengefektifkan tindakan seseorang, dan
Qalbu membuat sesuatu yang diwujudkan fisik dan akal menjadi berharga.
45
Ibid, 1- 120 46
Ibid, 8-109
37
Sehingga dengan hal yang bersih maka potensi jasad dan akal akan
terkendali dengan baik.
3. Manfaat Manajemen Qalbu
Dalam Islam, kesuksesan tidak hanya dilihat dari aspek duniawi,
tetapi juga dari aspek ukhrawi, barangsiapa yang mengejar dunia selama
masa hidupnya, maka ia hanya akan mendapatkan dunia saja, dan barang
siapa yang beramal untuk akhirat maka akan mendapatkan keduannya
yakni dunia dan akhirat.
Berpijak pada konsep Manajemen Qalbu di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen Qalbu dapat memberi manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Di dalam konsep Manajemen Qalbu, setiap
keinginan, perasaan atau dorongan apapun yang keluar dari dalam diri
seseorang akan tersaring niatnya sehingga melahirkan suatu kebaikan dan
kemuliaan serta penuh dengan manfaat. Tidak hanya bagi kehidupan
dunia, tetapi juga untuk kehidupan akhirat kelak. Lebih dari itu, dengan
pengelolaan hati yang baik, maka seseorang juga dapat merespons segala
bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya, baik itu positif maupun
negative secara propesional. Respons yang terkelola dengan sangat baik
ini akan membuat reaksi yang dikeluarkannya menjadi positif dan jauh
dari hal-hal mudharat. Dengan kata lain, setiap aktivitas lahir dan batinnya
telah tersaring sedemikian rupa oleh proses Manajemen Qalbu.
Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia, siapapun,
dimanapun dan pada masa kapanpun. Tidak ada manusia yang tidak ingin
38
bahagia, maka banyak jalan yang ditempuh-nya untuk meraih
kebahagiaan. Namun sesungguhnya kunci dari ketentraman hidup adalah
dengan pengendalian hati, karena tidak ada penderitaan dalam hidup ini,
kecuali orang yang membuat dirinya sendiri menderita. Tidak ada
kesulitan sebesar dan seberat apapun di dunia ini, kecuali hasil dari buah
pikiran sendiri.
Dengan hati yang bersih manusia akan bisa merasakan
kebahagiaan dan keindahan hidup yang hakiki. Karena suasana kehidupan
dengan bening hati akan selalu mengkonsulkan segala aktivitas hidupnya
dengan indera perasaan (kebenaran) dan suara hati nuraninya. Tidak bisa
dipungkiri, kadang kala manusia selalu diliputi oleh perasaan iri, dengki,
hasad dan lain-lain terhadap sesamanya. Penyakit hati itulah penyebab
kotornya hati kita. Dan kekotoran hati kita yang membuat dunia luas yang
kita tempati ini serasa sempit menghimpit. Seakan tidak ada lagi
kebahagiaan di hati ini.
C. Manajemen Qolbu dalam Pendidikan Akhlak
Secara umum, manusia memiliki tiga potensi penting. Potensi
pertama adalah potensi fisik, yang kedua potensi akal, inilah potensi ketiga
yang ada pada diri manusia yang tidak setiap orang mampu menjaga serta
mengembangkannya. Dialah yang dinamakan hati atau qolbu, hati inilah
potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia.
Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia,
orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia.
Ada sebuah syair :
39
“Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup
kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat
merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila
hati kian lapang, hidup susah tetap senang, walau kesulitan
menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit,
segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa
sakit.”47
Hati kian bersih, tentu akan nikmat sekali menjalani hidup ini.
Kalau hati kita ini bersih dan sehat, pikiran pun bisa menjadi cerdas.
Mengapa? Karena tidak ada waktu untuk berpikir licik, dengki, atau
keinginan untuk menjatuhkan orang lain. Sebab kalu tidak hati-hati benar
maka hidup akan terasa melelahkan. Sekali saja kita tidak suka kepada
seseorang, maka lambat laun kebencian itu akan memakan waktu,
produktivitas, dan memakan kebahagiaan kita. Kita akan lelah memikirkan
orang yang kita benci.
Karenanya bila hati bersih, pikiran bisa menjadi jernih. Tidak ada
waktu buat iri, semua input akan masuk dengan mudah, karena tidak ada
ruang untuk meremehkan siapapun. Akibatnya kita akan memiliki akses
data yang sangat tinggi, akses informasi yang benar-benar melimpah,
akses ilmu yang benar-benar meluas, ujungnya akan mampu mengambil
ide-ide yang cemerlang dan gagasan-gagasan yang jitu.
Berbeda dengan orang yang sombong, dia akan merasa bahwa
dirinyalah yang paling tau semua hal. Akibatnya, dia tidak pernah mau
mendengar masukan dari orang lain. Padahal, setiap orang tentu memiliki
47
Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, Cet. 1. Jakarta:
Gema Insani, 2002., h. 26-30
40
kelemahan. Dan, untuk memperbaiki kelemahan itulah, kita membutuhkan
koreksi dan masukan dari orang lain.
Dengan kebersihan hati, insya Allah, otak akan lebih cerdas, ide
lebih brilian, gagasan lebih cemerlang dan memiliki akhlak yang baik.
Orang yang bersih hati itu punya kemempuan berfikir lebih cepat daripada
orang lain. Namun orang yang kotor hatinya, Cuma akan berjalan di
tempat. Dia akan sibuk memikirkan kekurangan orang lain, yang ada
dalam pikirannya hanyalah kejelekan orang lain. Hatinya akan menjadi
sempit.
Coba perhatikan, jika ada ular atau kerbau di lapangan yang sangat
luas, tentunya relatif tidak akan menjadi masalah. Apalagi lapangannya
teramat sangat luas, sebab ruang untuk bergerak jauh lebih leluasa. Tapi
apabila kita sedang di kamar mandi, lalu muncul seekor tikus saja, pasti
akan menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik, atau malah
ketakutan. Artinya, bagi orang-orang yang berhati sempit, perkara kecil
saja bisa menjadi masalah besar, apalagi perkara yang benar-benar besar.
Jika hati bersih maka wajah pun akan memancarkan kecerahan dan
penuh keramahan. Bukankah Nabi Muhammad SAW. Juga demikian?
Beliau tidak pernah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan
tersenyum cerah. Senyum yang penuh keikhlasan memang sangat bernilai
besar, karena selain menjadi sedekah juga akan menyehatkan tubuh.
Bahkan, menurut pendapat para ahli, senyum itu hanya menggunakan 17
otot, sedangkan cemberut 32 otot, makannya orang yang sering cemberut
akan mengalami kelelahan otot.
41
Dalam berbicara pun harus berhati-hati, sebab tak jarang melalui
tutur kata, akan terlihat drajat seseorang. Sebab mulut ini ibarat teko yang
mengeluarkan isinya. Jika di dalamnya berisi kopi, tentu yang keluar juga
kopi, tapi jika isinya air yang bening pasti akan keluar air yang bening.
Orang yang berkualitas itu, jika berbicara ada struktur dan cirinya. Kalau
dia berbicara maka yang keluar adalah ide, gagasan, hikmah, solusi, ilmu
dan zikir, sehingga pembicaraannya senantiasa bermanfaat. Kalau bunyi
itu efektif. Semakin banyak omongan sia-sia, maka semakin turun kualitas
orang itu. Padahal, ciri-ciri kualitas keislaman seseorang itu dilihat
bagaimana kesanggupan menahan diri dari sesuatu yang sia-sia. Kalau kita
senantiasa berusaha mengendalikan hati, detak jantung normal, akhlak
baik, wajah cerah, lisan enak, dan badan sehat. Lebih dari itu, bergaul
dengan siapa pun akan menyenangkan.
Hati adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan.
Kita tidak bisa mengatur dan menata hati, kecuali dengan memohon
pertolongan Allah agar Dia selalu menjaga hati kita. Hati adalah pangkal
kehidupan. Jika Allah memberi kita hati yang bening, kita akan mendapat
banyak keuntungan dan bisa menjadi apa saja sesuai dengan keinginan.
Bisnis menjadi lancar dan sukses, menjadi pemimpin yang dicintai, suami
yang dihormati, ayah yang disegani, menjadi apapun bisa terwujud jika
akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah qolbun salim, yaitu
hati yang selamat, selamat dari segala kezaliman.48
48
Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, h. 30
42
Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan
baik antara hamba dan Allah SWT (hablumminallah) dan antar sesama
(hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan
atau terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi, membutuhkan proses panjang.
Yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak,
moral atau etika yang ditawarkan oleh Barat, namun banyak juga
kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia
yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.
Sementara pendidikan akhlak yang mulia yang ditawarkan oleh
Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya.
Mengapa? Karena berasal langsung dari Al Khalik Allah SWT, yang
disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW, dengan Al Qur’an dan
Sunnah kepada umatnya. Rasulullah SAW sebagai Uswah, Qudwah dan
manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah “Pendidikan” langsung dari
Allah melalui Malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil
mencetak para sahabat menjadi sosok-sosok manusia yang memiliki Izzah
di hadapan umat lain dan akhlak mulia di hadapan Allah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha
mengungkap fenomena secara holistik dengan cara mendeskripsikannya
melalui bahasa non-numerik dalam konteks dan paradigma alamiah.1
Proses dan makna (persepektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori lebih dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya
membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistik dan rumit.2 Adapun sifat penelitian yang
dilakukan Peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif.
“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling
dasar, ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia, penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas,
1 P3M, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Metro: STAIN Jurai Siwo, 2013), h. 21
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 6
44
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan
fenomena lain”.3
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan atau
melukiskan realita yang ada di masyarakat. Melalui jenis dan sifat
penelitian deskriptif kualitatif tersebut, maka Peneliti berupaya
mendeskripsikan atau menjelaskan data-data secara menyeluruh dan
mendalam. Sehingga dapat menghasilkan suatu wacana yang utuh
terhadap pendidikan akhlaq melalui manajemen qolbu di pondok pesantren
wali songo desa sukajadi kecamatan bumiratu nuban kabupaten lampung
tengah.
B. Sumber Data
Penelitian yang telah Peneliti laksanakan yaitu tentang pendidikan
akhlak melalui manajemen qolbu, dan penelitian ini dilakukan pada
lembaga pendidikan Islam non formal di Pondok Pesantren Wali Songo
desa Sukajadi kecamatan Bumiratu Nuban kabupaten Lampung Tengah.
Peneliti telah memperolah data melalui obyek penelitian di lokasi tersebut
dan menggunakan beberapa alat pengumpul data.
Sumber data yang Peneliti gunakan adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.4
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2011),
h. 72 4 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 376
45
Sumber primer yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku pristiwa
itu sendiri dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui pristiwa
tersebut. Contohnya dokumen asli, relief, dan benda-benda peninggalan
masyarakat zaman lampau.5 Data primer ini diperoleh dari para asatidz
Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban
Kabupaten Lampung Tengah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat Peneliti simpulkan bahwa sumber
data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh Peneliti dengan
menggunakan alat pengambilan data langsung pada sumber informasi yang
dicari dan sumber data primer didapat dari pengumpulan dokumen Pesantren
dan dewan guru asatidz pondok pesantren Wali Songo.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.6
Sumber sekunder yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang
mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber
sekunder ini dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui
peristiwa yang dibahas dan dari buku atau catatan yang berkaitan dengan
peristiwa.7
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari para santri pondok
pesantren Wali Songo dan dokumen mengenai sejarah berdirinya Pondok
Pesantren Wali Songo, letak geografis, visi dan misi, tujuan, struktur
kepengurusan, keadaan asatidz, dan santri Pondok Pesantren Wali Songo.
Dari beberapa pendapat di atas dapat Peneliti simpulkan bahwa sumber
data sekunder adalah data yang tidak didapat secara langsung oleh Peneliti
5 Sukardi, MetodologiPenelitian Pendidikan, h. 85
6 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, h. 376
7 Sukardi, MetodologiPenelitian Pendidikan, h. 85
46
dari subjek penelitian dan sumber data sekunder didapat dari
mengumpulkan data pondok pesantren yang asli, visi dan misi pesantren,
catatan harian departemen pendidikan pesantren dan catatan harian guru
atau pengajar.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
metode yang sesuai dengan data yang telah dihimpun. Metode
pengumpulan data yang utama digunakan adalah wawancara, sedangkan
metode pengumpulan data observasi dan dokumentasi adalah sebagai
metode pengumpulan data penunjang. Akan tetapi semua metode
pengumpulan data tersebut bersifat saling melengkapi antara metode satu
dengan metode yang lain. Berikut ini adalah metode pengumpulan data
yang diguanakan oleh Peneliti.
1. Wawancara
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang sejauh
mana peran guru/asatidz dalam pendidikan akhlak terhadap para santri
pondok pesantren wali songo. Wawancara / Interview adalah “pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.8
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
8 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 384
47
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9
Berdasarkan penjelasan di atas wawancara adalah metode
pengumpulan data yang digunakan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari orang yang telah diwawancarai, dengan cara melakukan
tanya jawab sehingga dapat diperoleh informasi lebih akurat. wawancara
dilakukan oleh para asatidz yang dinilai belum sepenuhnya para santri
bisa menerima pendidikan atau metode pendidikan yang digunakan
muddaris tersebut. Dan dari departemen pendidikan pesantren tentang
para santri yang belum mampu menerapkan prilaku baik (akhlakul
karimah) terhadap guru atau orang yang lebih tua dan sesama santri.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat Peneliti melakukan
wawancara dengan Asatidz pondok pesantren Wali Songo desa Sukajadi
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara
ini dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan dari
wawancara ini untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
pendidikan apa saja yang dilakukan para guru dalam meningkatkan
akhlak bersama para santri.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.10
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 186 10
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158
48
Setelah Peneliti mengobservasi proses kegiatan belajar mengajar di
pondok pesantren Wali Songo, Peneliti melihat ada kesenjangan antara
yang diajarkan dan dicontohkan dengan praktek penerapan di lapangan.
Salah satu contohnya, Menurut dewan pengajar dikalangan santri juga
masih ada sifat riya’ yaitu memperlihatkan amal kebaikan kepada orang
lain dalam artian pamer, dengan demikian batin seseorang dalam
melaksanakan ibadah tidak karena Allah melainkan karena manusia. Serta
masih terlihatnya sifat hasut seperti halnya benci kepada kenikmatan
temannya. Contohnya menginginkan kenikmatan harta benda yang
dimiliki temannya hilang dengan cara berbicara kepada seseorang dengan
tidak sesuai dengan kenyataan agar dia menjadi titik pusat perhatian.
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data
itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat
jauh dapat diobservasi dengan jelas.”11
Jadi metode observasi yang dimaksud di sini adalah suatu cara yang
digunakan oleh Peneliti dalam memperolah data yang dibutuhkan dalam
penelitian dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap fenomena-fenomena yang tampak pada objek penelitian.
Sanafiah faisal mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-
terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan
observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).12
11
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 377 12
Ibid.
49
Dari jenis observasi di atas maka observasi yang Peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah observasi terus terang.
Peneliti dalam mengumpulkan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas
Peneliti. Tetapi dalam suatu saat Peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.”13
Dari beberapa penjelasan di atas Peneliti dapat simpulkan yaitu
observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai kejadian-kejadian yang ada di lapangan. Observasi dilakukan
untuk melihat kejadian yang sebenrnya terjadi di lapangan, Peneliti
melakukan observasi di pondok pesantren Wali Songo melihat tentang
proses belajar, teknik pembelajaran atau metode yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumen adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam
bentuk teks atau artefak.14
Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan
mempelajari catatan-catatan mengenai data priibadi responden.15
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa metode dokumentasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian dengan
cara mencatat beberapa masalah yang sudah di dokumentasikan oleh guru
atau Asatidz. Metode dokumentasi digunakan Peneliti dengan tujuan
13
Ibid., h. 379-380 14
Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), h. 131 15
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 112
50
mendokumentasikan yang dilihat oleh Peneliti yang terjadi di lapangan
selama proses peneletian.
D. Teknik Penjaminaan Keabsahan Data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.16
Bila Peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya Peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.17
Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi dimanfaatkan sebagai
pengecekan keabsahan data yang Peneliti temukan dari hasil wawancara
dengan beberapa informan lainnya dan kemudian Peneliti
mengkonfirmasikan dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
penelitian serta hasil pengamatan Peneliti di lapangan sehingga kemurnian
dan keabsahan data terjamin.18
Triangulasi pada penelitian ini, Peneliti gunakan sebagai pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya Peneliti melakukan
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012)
h. 241. 17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 330. 18
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),
(Jakarta: GP. Press, 2009), h. 230-231.
51
pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan Asatidz, dan
santri pondok pesantren Wali Songo desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian Peneliti telaah lagi
dengan hasil pengamatan yang Peneliti lakukan selama masa Penelitian
untuk mengetahui bagaimanakah pendidikan akhlak yang di gunakan oleh
para Asatidz terhadap pemahaman para santri.
Setelah ketiga tersebut di atas terlaksana, maka data-data yang
dibutuhkan terkumpul. Peneliti diharapkan untuk mengorganisasi dan
mensistematisasi data agar siap disajikan bahan analisis.
E. Teknis Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul
dengan baik, selanjutnya data tersebut akan dianalisis oleh Peneliti dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. “ Dalam penelitian ilmiah,
dikenal ada dua macam analisis data, yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan
analisis deskriptif kualitatif.”19
Analisis Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.20
Sedangkan secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuat pencandraan (deskriptif) mengenai situasi-
situasi atau kejadian. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat
pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”21
19
Muh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang: UIN-Maliki Press,
2010), h. 196 20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 11 21
Sumadi Surya Brata, metodologi penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.
75-76
52
Dalam analisis deskriptif kualitatif, biasanya bersifat penilaian, analisis
verbal non angka, untuk menjelaskan makna lebih jauh dari yang nampak
oleh panca indra. Analisis deskriptif kualitatif ada yang digunakan untuk
memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan tolak ukur
yang telah ditentukan.”22
Dari data yang sudah diperoleh kemudian di diterangkan dalam
bentuk kata-kata, dan gambar kemudian dideskripsikan sehingga dapat
memberikan kejelasan kenyataan realitas. Maka analisis data yang
dilakukan melalui beberapa tahapan:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti, merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah Peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
Disini data yang direduksi adalah mengenai yang terkumpul, baik dari
hasil penelitian lapangan atau kepustakaan dibuat sebuah rangkuman.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun yang akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, serta
merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah di fahami
tersebut. Selain itu melalui penyajian data, maka data dapat
terorganisasikan sehingga akan semakin mudah difahami.
22
Muh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang: UIN-Maliki Press,
2010), h. 196
53
Sajian data tersebut dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai
dengan kebutuhan Peneliti tentang pendidikan akhlak melalui manajemen
qolbu di pondok pesantren Wali Songo. Ini artinya data yang telah
dirangkum tadi kemudian dipilih, sekiranya data mana yang diperlukan
untuk penulisan laporan penelitian.
3. Conclusion Drawing / Verification (Kesimpulan)
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang diperoleh ketika
penelitian di lapangan.
Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari
keseluruhan proses tahapan analisis sehingga keseluruhan permasalahan
mengenai pendidikan akhlak melalui manajemen qolbu di pondok
pesantren wali songo. dapat terjawab sesuai dengan data dan
permasalahannya.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa yang dimaksud dengan analisis
deskriptif kualitatif adalah suatu analisis data yang digunakan dalam suatu
penelitian kualitatif lapangan. Analisis deskriptif bertujuan untuk
mengumpulkan, gambar, kata-kata dan bukan angka-angka, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap yang telah diteliti.
Sehingga dapat memberikan predikat kepada variabel yang diteliti.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Wali Songo adalah salah satu Pondok Pesantren
dari ribuan Pondok Pesantren yang terdapat di Indonesia yang berdiri
pada tahun 1987, yang dirintis dan didirikan oleh Almarhum KH.
Maulana Imam Syuhadak, di Desa Sukajadi Dusun Sukarahayu
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah, merupakan
salah satu pesantren yang mengalami transformasi perubahan, yang
dulunya masih menggunakan metode pembelajaran yang klasik atau
biasa disebut sebagai pesantren salaf kini bertransformasi dari segi sistem
pengurusan dan sistem menejemen nya.
Pondok ini berkembang cukup pesat, yang mana dalam kurun
waktu tujuh tahun sampai dengan sepuluh tahun dapat mendirikan
pendidikan formal yang di mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah sekitar tahun 1991 yang saat itu mempunyai tiga lokal untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar, sedangkan pada tahun 1998
Madrasah Aliyah dapat berdiri dengan berbagai macam kekuranganya.
Yaitu belum punya lokal sendiri. Namun berkat kegigihan pendiri
Pondok Pesantren Wali Songo, sehiggga madrasah tersebut hingga saat
ini tetap berjalan bahkan saat ini madrasah tersebut butuh pengembangan
dalam bidang infrastruktur.
55
Pada tahun 2002 pernah ada POKJAR (Kelompok Belajar), namun
ditarik kembali kepusat yaitu STAI Ma’arif Merto Lampung atau
sekarang lebih dikenal dengan IAIM Ma’arif NU. Pondok Pesantren
Wali Songo yang paling pokok diharapkan adalah dapat dijadikan
sebagai center of excellence atau pusat kegiatan pendidikan dan
pengkajian masalah keagamaan.
Beriringan dengan berkembangnya zaman maka menjadi lebih
modren, hanya metode pembelajaran nya yang masih menggunakan
metode salaf, selain itu sudah bertransformasi menggunakan sistem yang
lebih moderen daripada menggunakan sitem klasik atau salaf. Dari sebab
itu Pesantren Wali Songo berusaha menciptakan Santri yang berakhlakul
karimah, berwawasan masa depan, bertanggung jawab terhadap generasi
muda lulusan pesantren, sehingga walaupun mengenyam pendidikan di
pesantren, mereka tidak ketinggalan zaman, dapat beradaptasi dan
diterima oleh masyarakat tradisional atau modern, meskipun ciri khas
pesantren tradisionalnya masih dipertahankan.
2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesanten Wali Songo
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan islam yang mrncetak kader-kader
pemimpin yang berkualitas dalam keilmuan, berakhlak mulia,
kompetitif, profesional dan berjiwa pesantren, serta menjadi tempat
beibadah yang berlandaskan ahli sunah wal jama’ah.
56
b. Misi
1) Menghasilkan Santri-Santri yang akhlakul karimah, beriman dan
bertakwa kepada allah SWT.
2) Mendidik dan mengembangkan generasi muslim berbadan sehat,
berpengetahuan luas, memiliki kemandirian, dan berdaya saing
serta berkhidmat pada masyarakat.
3) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara
seimbang menuju terbentuknya ulama intelek di era globalisasi.
Dari visi misi diatas tentulah pondok pesantren wali songo memiliki
tujuan mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah dan
berdaya saing di masyarakat dengan berlandaskan keilmuan yang
teoritis dan sistematis sehingga bisa di jadikan seorang pemimpin
yang berilmu berjiwa kompetitif, profesional dan berjiwa pesantren
serta dapat berhidmat pada masyarakat.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana
a) Kondisi Bangunan Madrasah Diniyah Wali Songo Sukajadi
Tabel 4.1
Bangunan Madrasah Wali Songo
No Nama Bangunan Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
ringan
Rusak
berat
1. Ruang kelas belajar 13 12 1 -
2. Ruang perpustakaan 1 1 - -
3 Ruang Kepala Madin 1 - - -
4 Ruang Guru 1 1 - -
57
5 Gudang 1 - 1 -
6 Tempat Parkir 1 1 - -
7 WC, kamar mandi 1 1 - -
8
b) Kondisi Sarana, Alat/Media Belajar Madasah Wali Songo
Tabel 4.2
Kondisi Sarana Madrasah Wali Songo
No Nama Jumlah
Kondisi
Baik Rusak
ringan
Rusak
berat
1. Kitab yang dikaji Santri
2. Kitab pegangan asatidz
3. Buku Bacaan /Perpus
7. Mesin Printer
8. Komputer
11. Lemari 1 1 - -
12. Rak Buku 1 1 - -
13. Papan Mading 5 4 1 -
14. Meja Guru di kelas 13 13 - -
15. Meja Santri 40 40 - -
16. Kursi Santri 40 40 - -
17 Papan Tulis 13 12 1 -
4. Data Asatidz Pondok Pesantren Wali Songo
Tabel 4.3
Kondisi Guru dan Struktur Madrasah Diniyah
No Keterangan Jumlah
1 Kepala Madrasah 1
58
2 Waka Kurikulum 1
3 Waka KeSantrian 1
4 Sekertaris 1 dan 2 2
5 Pengawas Kelas Ulya dan Takhasus 1
6 Pengawas Kelas Wustho 1
7 Pengawas Kelas Ula 2
8 Wali Kelas Wustho 2
9 Wali Kelas Ula 11
10 Wa Wali Kelas Isti’dat 1
11 Pengawas Syawir dan Bahtsul Masa’il 1
12 Bagian Sarana dan Prasarana Pesantren 2
13 Bagian Perpustakaan 2
14 Guru/Asatidz 25
5. Keterangan Keadaan Guru dan Karyawan
Jumlah tenaga pengajar di Madrasah Diniyah Wali Songo
Sukajadi sebanyak 25 Asatidz dan 1 kepala, 2 waka, 2 sekertaris,4
pengawas kelas, 14 wali kelas,1 pengawas bahtsul masa’il, 2 bagian
sarana dan prasarana, dan 2 bagian perpustakaan. Adapun keadaan
pendidik di Madrasah Diniyah Wali Songo sebanyak 25 orang sebagai
berikut: S1 sebanyak 15 orang, S.Pd.I 7 orang, S.Pd 3 orang, S.Sy 2
orang, SE 1 orang, SE.Sy 1 orang, SH dan SE 1 orang. Sedangkan yang
berlanjut di jenjang S2 sebanyak 4 orang, M.Pd.I 2 orang, M.Sy 1 orang,
M.M 1 orang.
6. Data Santri Madrasah Diniyah Wali Songo
Pondok Pesantren Wali Songo memiliki Santri ± 700 Santri lebih
akan tetapi dari sekian jumlah Santri yang ada terdapat beberapa Santri
yang sudah selsai dalam pendidikan madrasah diniyah dan menempati
posisi pengurus asrama dan pengurus pondok serta pengurus ranting
pesantren. Dari sekian jumlah Santri yang ada hanya 582 Santri yang
59
masih wajib menempuh pendidikan di Madrasah Diniyah Wali Songo,
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Santri yang Wajib Diniyah
NO KELAS
PUTRA
PUTRI JUMLAH
1 Isti’dat 24 33 57
2 Ula awal a,b,c,d 81 80 161
3
Ula tsani a,b,c,d 37 81 118
4
Ula tsalis a,b,c,d 40 53 93
5
Wustho awal 31 30 61
6
Wustho tsani 25 31 55
7
Wustho tsalis 11 26 37
8 Jumlah 582
7. Struktur Kepengurusan
Struktur organisasi Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampng Tengah tahun ajaran
2016-2018 ini berisikan daftar skema yang terdiri dari penasehat pondok
pesanten, pengasuh pondok pesantren, dewan kehormatan pondok
pesantren, ketua pondok pesantren, waka bidang akademik dan sarana
prasarana pondok pesantren, sekertaris dan bendahara pondok pesantren,
serta departemen-departemen yang bertanggung jawab di bawah naungan
Pondok Pesantren Wali Songo. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur
60
oraganisasi dan kepengurusan Pondok Pesantren Wali Songo Sukajadi
Bumiratu Nuban Lam-Teng adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN
WALI SONGO SUKAJADI BUMIRATU NUBAN LAMPUNG TENGAH
KETUA PPWS
YULIANTO I
DEWAN KEHORMATAN
I
Departemen Kamtib
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
WAKA BID. AKADEMIK
MIFTAHUL AMIN I Departemen Pendidikan
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
Departemen Pembangunan
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
WAKA BID. SARANA
SYAMSUDIN I Departemen Penerangan
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
Departemen Postel
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
SEKERTARIS
ALI FAUZI I
Departemen Kesehatan
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
Departemen Kebersihan
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
BENDAHARA
M. ALI FADHOL I
Departemen Transportasi
I
KETUA PPWS
YULIANTO I
PENGASUH PPWS KIYAI SYAIKHUL ULUM S.Pd.I
PENASEHAT PPWS
NYAI HJ. UMI SALAMAH
61
8. Letak Gegrafis Pondok Pesantren Wali Songo
Gambar 4.2
Denah Lokasi Pondok Pesantren Wali Songo
Pondok Pesantren Wali Songo terletak di Desa Sukajadi, dusun 04
Suka Rahayu, RT 08, Kecamatan. Bumiratu Nuban, Kabupaten. Lapung
Tengah kode pos 34161.
Keterangan:
JLN. Wali Songo
JLN
.
Wa
li
Son
go
wat
es
KANTOR PUTRA
PAUD WALI SONGO
ASR
AM
A
SUN
AN
AM
PEL
ASR
AM
A SU
NA
N
KU
DU
S U : UTARA B : BARAT
T :TIMUR
S : SELATAN
BL : BARAT LAUT TL : TIMUR LAUT
BD : BARAT DAYA TG : TENGGARA
Garis biru adalah pagar
pondok pesantren
NDALEM KIYAI
AULA PUTRA ASRAMA S. BONANG
ASR
AM
A SU
NA
N
DER
AJA
T
ASR
AM
A SU
NA
N M
UR
IA
ASR
AM
A SU
NA
N
KA
LI JOG
O
ASR
AM
A SU
NA
N G
IRI
KANTIN PUTRA
DAPUR
UMUM PESANTREN
KANTIN PUTRA
KANTOR PUTRI
MAKAM PENDIRI
PPWS
ASRAMA S.
GUNUNGJATI
AULA PUTRI
ASR
AM
A SU
NA
N G
ERSIK
KANTIN PUTRI
L3. ASRAMA AMINAH
RAWA DAN UNIT PELATIHAN BUDIDAYA IKAN PONDOK PESANTREN
L2. ASRAMA
KHODIJAH
L1. ASRAMA FATIMAH
KANTIN PUTRI
62
9. Makna Logo Pondok Pesantren Wali Songo
Gambar 4.3
Logo Pondok Pesantren Wali Songo
MAKNA FILOSOFIS
LAMBANG PON-PES WALI SONGO
1. BINTANG
- 5 bintang terletak diatas dengan 1 bintang berukuran besar berada ditengah
melambangkan Nabi Muhammad SAW beserta 4 sahabat utama yang
menjadi khulafaur rasyidin yaitu : Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin
Khattahab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
- 4 bintang terletak disamping kanan dan kiri melambangkan 4 imam
madzhab yaitu : Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Imam Hambali.
- Jumlah keseluruhan bintang sebanyak 9 buah melambangkan wali songo
yang merupakan penyebar agama Islam di tanah jawa.
2. KITAB
4 buah kitab melambangkan Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan Qiyas yang
merupakan sumber hukum dalam agama Islam.
63
3. PENA (QOLAM)
2 buah pena dengan bentuk yang berbeda, 1 pena dengan bentuk
tradisional melambangkan ilmu pengetahuan agama dan 1 pena lainnya
dengan bentuk modern melambangkan ilmu pengetahuan umum yang
keduanya merupakan jenis pendidikan yang terdapat di Pondok Pesantren
Wali Songo dengan arah orientasi dapat terciptanya keseimbangan dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
4. TINTA
Tinta melambangkan sebuah harapan menjadikan Pondok Pesantren Wali
Songo sebagai salah satu samudera (sumber) ilmu pengetahuan.
5. PADI DAN KAPAS
Padi dan kapas dengan bentuk tangkai saling menyimpul melambangkan
kesuburan dan kemakmuran.
6. PITA
2 buah pita terletak diatas dan dibawah bertuliskan Pondok Pesantren Wali
Songo melambangkan sebuah semangat dalam upaya memperjuangkan
tegaknya agama Allah SWT.
7. PERISAI
Bentuk luar lambang seperti perisai melambangkan pertahanan guna
membentengi generasi muda muslim dengan bekal keimanan dan ilmu
pengetahuan
8. WARNA HIJAU
Warna dasar hijau melambangkan kesejukan dan keteduhan dalam
menyampaikan ajaran agama Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.
64
10. Kegiatan yang di laksanakan oleh Pondok Pesantren Wali Songo.
Pondok Pesantren Wali Songo mengadakan beberapa kegiatan yang di
laksanakan. Antara lain sebagai berikut:
a) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Yayasan Pondok Pesantren Wali Songo telah di aktenotariskan
pada tahun 1992, dengan nomor notaris : 201 / 30 / XII / 1992. Memiliki
berbagai lembaga pendidikan formal dan non formal.
Lembaga formal antara lain:
a) Madrasah Ibtidaiyah (MI).
b) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
c) Madrasah Aliyah (MA)
Lembaga nonformal antara lain:
a) Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA) Tarbiyatul Aulad.
b) Ula Awal
c) Ula Tsani
d) Ula Tsalits
e) Wustho Awal
f) Wustho Tsani
g) Wustho Tsalits
h) Takhasus
b) Kegiatan mingguan dan bulanan Pondok Pesantren Wali Songo:
a) Kegiatan rutin muhadhoroh
b) Diba’iyah Al-Barzanji, yasin dan tahlil.
c) Qira’atul Qur’an
65
d) Pengajian rutin minggu legi
c) Kegiatan tahunan Pondok Pesantren Wali Songo antara lain:
a) Pengajian akbar dan manaqib kubro.
b) Musabaqoh Ketrampilan Santri (MKS).
c) Ziarah Wali Songo.
11. Hasil yang pernah di capai oleh Pondok Pesantren Wali Songo.
Adapun hasil-hasil yang pernah di capai oleh Pondok Pesantren Wali
Songo antara lain sebagai berikut:
1. Pernah menjuarai Lomba Cepat Tepat (LCT) tahun 2009 se Provinsi
Lampung peringkat ke-2.
2. Juara I Lomba Cepat Tepat (LCT) tingkat Kabupaten pada tahun 2010.
3. Juara I Loba Qira’atul Qur’an pada tahun 2010.
4. Juara I Loba Qira’atul Qur’an tingkat Kabupaten, pada tahun 2009.
5. Juara I lomba Hadroh Simtuth Durar pada tahun 2011.
6. Juara I lomba MTQ se-Provinsi Lampung pada tahun 2012.
B. Temuan khusus
Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis dengan
melalkukan wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai pendidikan
akhlak melalui manajemen qolbu di pondok pesantren wali songo desa
sukajadi kecamatan bumiratu nuban kabupaten lampung tengah. Penulis akan
memaparkan gambaran mengenai pendidikan akhlak di pondok pesantren
wali songo sebagai berikut :
66
1. Aplikasi Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu
Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita
harus melihat kepada kata arab karena ajaran islam itu diturunkan dalam
bahasa tersebut.
Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh pengasuh pondok
pesantren wali songo:
“Jadi gini mas, Kata “Pendidikan” yang umumnya kita gunakan sekarang,
dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”.
Sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah “Tarbiyah
Islamiyah”. Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi
Muhammad.”
Seperti yang ditambahkan oleh Asatidz:
“Menurut saya, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju
terbentuknya kepribadian utama. Dalam Undang-Undang juga menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.”
Pendidikan adalah sebuah aktifitas yang memiliki maksud tertentu,
yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Sedangkan
akhlak menurut ibnu maskawaih adalah suatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui
pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari
tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang.
Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan,
kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan,
meskipun pada awalnya anak didik atau santri menolak atau terpaksa
67
melakukan perbuatan/ akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan,
secara terus-menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sebagaimana dikutip Muhammad Rabbi
Muhammad Jauhari memberikan definisi akhlak sebagai “suatu ungkapan
tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam-macam
tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih
dahulu”.
A. Kondisi Obyektif Akhlak Santri di Pondok Pesantren Wali Songo
Keadaan Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan
Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah, adalah sesuai dengan
ketentuan atau peraturan yang berlaku disetiap pesantren, untuk tinggal di
asrama agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dengan baik sesuai
dengan apa yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Asatidz:
”Para peserta didik (santri) berasal dari berbagai desa di Kabupaten Lampung
Tengah bahkan adapula yang berasal dari luar daerah yang dihimpun dalam
satu tempat atau asrama yang sudah disiapkan oleh pihak pesantren, yang
menyatukan mereka dalam suatu asrama bertujuan untuk menciptakan
ukhuwah islamiyah, sehingga tidak ada perbedaan antara orang kaya dan
miskin. Disamping itu maka ditempatkan dalam satu asrama untuk membantu
memperlancar proses belajar mengajar dan latihan-latihan secara intensif.”
Kondisi obyektif peserta didik (santri), baik dalam bertutur kata
ataupun bertingkah laku, kebiasaan-kebiasaan tersebut ada yang mengarah
kepada perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral, adapula yang tidak
sesuai, dalam hal ini diperkuat oleh pernyataan salah satu santri yang
bermukim di asrama sunan gunung jati yang bernama taufiq sidiq yang
menyatakan bahwa:
68
“Iya kak, santri disini dalam bertutur kata atau bertingkah laku ada yang
mengarah kepada perbuatan yang baik, adapula yang tidak baik padahal di
pondok sudah mempunyai peraturan yang harus ditaati.”
Dan juga peserta didik (santri) dalam keseharian di pondok
diharapakan belajar dengan baik dan mematuhi peraturan yang ada di pondok
dan madrasah, namun realitasnya masih ada Peserta didik (santri) terkadang
melanggar peraturan yang ada.
Bentuk-bentuk pelanggaran peserta didik (santri) di Pondok:
1. Tidak berpakaian rapih.
Dari beberapa peserta didik (santri) terkadang di temukan masih ada
yang tidak berpakaian rapih, mengeluarkan bajunya serta tidak memakai
atribut peserta didik (santri) lainnya. Hal ini diperkuat dengan wawancara
dengan salah satu santri yang menyatakan bahwa:
“Iya mas, kadang-kadang masih ada beberapa santri yang tidak berpakaian
rapi, kadang-kadang pas keluar di lingkungan pondok nggak memakai peci,
padahal memakai peci saat keluar lingkungan pondok diwajibkan.”
2. Pulang ke asrama pada saat jam pelajaran.
Seperti yang diungkapkan oleh asatidz:
“Santri yang pulang bukan pada waktunya yang tidak memiliki alasan yang
tepat dan tidak meminta izin pada guru/wali kelasnya di Madrasah ini
terkadang kita dapati siswa melakukan hal itu, tetapi saya sebagai guru
pembina menilai bahwa siswa tersebut perlu lebih ditingkatkan pembinaannya
dalam hal perilaku yang terkadang melanggar tata tertib madrasah.”
3. Membawa Handphone ke Pondok.
Handphone merupakan alat komunikasi dan informasi yang lumrah
digunakan di masyarakat. Handphone merupakan alat komunikasi yang
69
hampir semua orang memilikinya. Dalam lingkungan pondok pesantren,
peserta didik (santri) tidak di perbolehkan membawa handphone.
Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Handphone dapat mengganggu Aktivitas belajar santri Sehingga Pondok
Pesantren Wali Songo melarang peserta didik (santri) untuk membawa
handphone kedalam lingkungan pondok dan sekolah. Tetapi masih juga
terkadang kita dapati Peserta didik membawa handpone ke sekolah, sehingga
bila pendidik menemukan handphone yang dibawa peserta didik ke sekolah
akan disita sementara waktu. sebagaimana yang tercantum dalam tata tertib
Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi.”
4. Merokok dalam lingkungan sekolah
Diantara sekian banyak peserta didik (santri) di Pondok Pesantren
Wali Songo terkadang didapati peserta didik (santri) merokok di dalam
lingkungan sekolah, merokok dalam lingkungan sekolah adalah pelanggaran
dan akan mendapatkan sanksi. Sebagaimana hasil wawancara dengan asatisz:
“Santri terkadang didapati merokok di asrama dan di sekitar lingkungan
pondok, santri merokok dalam keadaan sembunyi-sembunyi tapi bila dilihat
oleh pendidik atau pembina maka mereka di panggil bahkan akan diberikan
sanksi sebagai pembelajaran baginya dan teman-temannya.”
B. Bentuk Upaya Pendidikan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren Wali
Songo
Pembinaan bagi manusia adalah salah satu upaya untuk menjauhkan
dirinya dari apa saja yang akan memberikan kerugian dalam kehidupan ini.
Hampir semua pendidikan di setiap sekolah mengajarkan dan memberikan
pembinaan tentang moral siswanya, serta berusaha memperbaiki yang kurang
dan mengurangi yang dianggap berlebihan dalam hal pengembangan
keterampilan hidup didalam lingkungan sekolah.
70
Berkaitan dengan pembina pondok/guru, hal ini merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara pembina dan orang yang mau
dibina, karena pembina pondok mempunyai kewajiban yang penting untuk
mengajarkan tata cara pembinaan akhlak yang baik dan benar, sesuai yang
diajarkan oleh Rasulullah. Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Tidak bisa dipungkiri, bahwa semua aspek pembinaan akhlak yang diajarkan
oleh guru, hal itu akan mendapat sedikit halangan rintangan atau kesulitan
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebelumnya. Untuk menjelaskan
seperti apa penerapan metode atau cara yang diberikan oleh guru. Menyikapi
berbagai persoalan yang terjadi pada generasi muda. khususnya para pelajar
sehingga mereka terhindar dari bentuk penyimpangan moral, maka Pondok
Pesantren Wali Songo sebagai salah satu lembaga pendidikan di Kabupaten
Lampung Tengah, telah melakukan berbagai bentuk atau cara pembinaan
akhlak terhadap peserta didik (santri)nya.”
Adapun upaya pembinaan akhlak peserta didik (santri) antara lain:
1. Melalui Ceramah dan Dialog
Metode ini termasuk cara dalam melakukan pembinaan akhlak
terhadap Peserta didik (santri) Pondok Pesantren Wali Songo dimana
digunakan untuk menyampaikan materi-materi baik itu pelajaran di sekolah
maupun materi ceramah rohani (Kepesantrenan) baik antara salat Maghrib dan
Isya, dan setelah salat subuh. Sebagaimana yang diungkapkan asatidz:
“Metode ceramah ini sangat membantu dan memotivasi para peserta didik
(santri) untuk bisa tampil memberanikan diri dalam menyalurkan bakat
meraka dalam hal ini peserta didik (santri) dapat berceramah, berkhutbah serta
dapat berbicara di forum-forum ilmiah. Metode ceramah dan dialog sangat
membantu para peserta didik untuk lebih teliti dalam meningkatkan
pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam sehingga mereka lebih
mengetahui hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.”
Metode ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam pembinaan
akhlak peserta didik (santri) sehingga para peserta didik (santri) lebih
memahami ajaran agamanya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
71
2. Melalui Pembiasaan
Seperti yang diungkapkan oleh asatisz:
“Metode ini merupakan salah satu cara yang sangat efektif terutama dalam
pembinaan akhlak terhadap peserta didik (santri) Pondok Pesantren Wali
Songo. Salah satu bentuk Pembiasaan yang di lakukan oleh setiap guru
sebelum memulai aktivitas proses belajar mengajar adalah pada saat masuk
kelas peserta didik (santri) harus mengucapkan salam kepada gurunya dan
membaca doa sebelum belajar dengan saksama.”
Dalam kehidupan sehar-hari banyak kebiasaan yang berlangsung, baik
dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku, kebiasaan-kebiasaan tersebut ada
yang mengarah kepada perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral,
adapula yang tidak sesuai.
Dengan motode pembiasaan, sangat membantu bagi perkembangan
jiwa siswa dan pembiasaan yang dilakukan sejak dini memiliki pengaruh yang
sangat kuat dalam melakukan berbagai bentuk pelanggaran atau
penyimpangan terhadap nilai-nilai ajaran agama.
3. Melalui Keteladanan
Dalam dunia pendidikan seorang pendidik adalah sosok yang memiliki
tanggung jawab besar terhadap peserta didiknya, artinya dia harus mampu
membangun lingkungan sekolah sebagai wadah untuk menciptakan peserta
didik (santri) yang berakhlakul karimah. Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Salah satu tata tertib yang diberlakukan di Pondok Pesantren Wali Songo
yakni, sebelum masuk ruangan para peserta didik diharapkan berpakaian rapi
serta tidak boleh berambut gondrong bagi peserta didik (santri) laki-laki, bagi
peserta didik yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi.”
Selanjutnya ditambahkan oleh kepala pengurus pondok Bapak Ust. Yulianto
menyatakan bahwa:
72
“Bukan hanya Peserta didik (santri), tetapi para staf pengajar pun dituntut
menjalankan aturan tersebut, artinya adanya persamaan antara siswa dengan
guru sehingga terjadi keharmonisan yang baik, dan ini merupakan salah satu
bentuk keteladanan utamanya dalam pembinaan akhlak Peserta didik (santri).”
Pendidik laksana seorang da’i artinya sebelum dia memerintahkan
untuk melaksanakan sesuatu terlebih dahulu dia harus melaksanakannya.
Begitupula seharusnya figur seorang pendidik. Namun demikian akhlak yang
baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran atas intruksi saja, akan
tetapi memerlukan praktek yang nyata.
Senada dengan yang disampaikan oleh kepala kepesantrenan Pondok
Pesantren Wali Songo dalam upaya pembinaan akhlak peserta didik (santri)
antara lain:
a. Penerapan kedisiplinan terhadap siswa maupun pengajar itu sendiri, baik
dalam proses belajar mengajar berlangsung maupun dalam tataran pergaulan
di luar jam formal agar menjadi kebiasaan.
b. Aktif mengadakan kegiatan keagamaan pada setiap hari seperti pengajian
antara magrib dengan isya dan setelah shalat subuh dan hari-hari besar Islam
yang tak terlepas pada siraman-siraman rohani dari berbagai kyai dan ustadz.
c. Mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan dari masjid ke masjid dengan
jadwal yang telah ditentukan, seperti zikir, kultum, dan lain sebagainya, yang
mana dilakukan oleh peserta didik (santri) Tim Safari Raudatul Jannah.
4. Melalui Kegiatan Ektrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler termasuk salah satu wadah dalam membina
peserta didik (santri) agar berperilaku baik, serta tempat menyalurkan segala
kreativitas dan potensi yang ada dalam diri para peserta didik (santri) sehingga
mereka mampu berpotensi dan dapat terhindar dari segala hal-hal yang
bersifat negatif.
73
Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru pembina, yakni bapak
Sahabuddin, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Wali Songo dengan Lembaga OSIS dan kegiatan ini adalah kegiatan rutin
dilaksanakan tiap tahun, antara lain :
a. Kegiatan perkemahan pramuka dan PMR merupakan kegiatan ekstra yang
mana kegiatan ini diikuti dan diperlombakan oleh seluruh sekolah se-
Kabupaten Lampung Tengah dan bagi yang berprestasi akan dikirim ketingkat
provinsi untuk mewakili kabupaten setempat.
b. Kegiatan porseni, kegiatan ini dilaksanakan setiap akhir semester, porseni
ini diperlombakan dalam dua bidang:
1) Bidang olahraga yakni : sepakbola, takraw, tenis meja, volley dan lain-lain
2) Bidang keagamaan dan hiburan antara lain : penyelenggaraan jenazah,
khutbah atau ceramah, tadarrus dan seni baca Al-qur’an.
c. Pelatihan Da’I dan LDK, kegiatan ini dilaksanakan oleh para peserta didik
dan pengurus OSIS untuk peserta didik baru dimana dilaksanakan pada
orientasi siswa (MOS).
Melalui Kegiatan ini sangat membantu dalam memberikan motivasi
dan dorongan kepada peserta didik (santri) untuk bisa mengembangkan
bakatnya sehingga potensi-potensi yang dimiliki peserta didik (santri) dapat
tersalurkan kearah yang lebih baik dalam artian dapat memberikan nilai-nilai
positif baik bagi peserta didik (santri) itu tersendiri maupun bagi lingkungan
masyarakat.
Namun demikian masih banyak lagi kegiatan-kagiatan yang cukup
membantu dalam proses pembinaan akhlak di lingkungan pondok, melakukan
kunjungan-kunjungan ilmiah (Study Tour ) serta pemanfaatan majalah dinding
(mading).
74
5. Melalui Pembinaan Keluarga
Keluarga memiliki peranan penting terhadap proses pembinaan akhlak.
Pembinaan akhlak yang diberikan kepada orang tua terhadap anaknya sangat
penting, artinya dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, bertakwa
kepada Allah, sehingga mereka mampu dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan asatidz pondok pesantren wali songo:
“Keluarga merupakan sebuah institusi pendididan yang sangat efektif bagi
anak dalam upaya pendidikan akhlak. Mengingat orang tualah yang paling
dekat terhadap anak. Dengan demikian, orang tua amat besar pengaruhnya
dalam membentuk anak menjadi orang baik atau buruk dan keteladanan ini
pula merupakan salah satu upaya dalam mengatasi penyimpangan moral pada
anak.”
Walaupun demikian, pembinaan akhlak merupakan kewajiban dan
tanggung jawab bersama baik itu orang tua, pendidik maupun tokoh-tokoh
agama yang berada di tengah-tengah masyarakat. Sebagai orang yang
beriman, maka sepantasnya kita selalu menyerukan kebenaran dan mencegah
kemungkaran di muka bumi ini, sebab ditangan merekalah segala bentuk
tumpuan harapan cita-cita perjuangan bangsa menciptakan manusia yang
seutuhnya yang berakhlakul karimah.
6. Metode Nasehat
Nasehat adalah salah satu langkah dalam membina akhlak peserta
didik di Pondok Pesantren Wali Songo bila peserta didik (santri) terlihat ada
kelakuannya yang kurang baik maka pendidik akan segera menasehati siswa
tersebut.Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ust. Muhammad Yusuf :
75
“siswa bila terlihat melakukan hal yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah
maka guru segera memanggil siswa tersebut kemudian menasehati dengan
cara yang bijak, tapi bila siswa tersebut masih di dapati maka akan di berikan
hukuman.”
2. Faktor Pendukung dalam Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen
Qolbu
Asatidz dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik dan
pembimbing, tugas madrasah serta dalam mengatasi akhlak santri juga
mengalami faktor-faktor pendukung dan penghambat, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Kurikulum pondok pesantren
Pendidikan agama tidak hanya sekedar mengajarkan
ajaran agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan
komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Seperti
yang diungkapkan asatidz:
“Bahwasannya pendidikan akhlak di pesantren memerlukan
pendekatan pengajaran yang berbeda dari pendekatan subjek
pelajaran lain. Karena disamping mencapai penguasaan juga
menanamkan komitmen, maka metode yang digunakan dalam
dalam pengajaran pendidikan agama harus mendapatkan
perhatian yang seksama dari pendidik agama karena memiliki
pengaruh yang sangat berarti atas keberhasilannya.”
2) Minat belajar Santri
Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Dalam sebuah proses pembelajaran dapat dikatakan mudah jika
yang bersangkutan memiliki minat belajar yang tinggi, karena
minat belajar adalah modal utama untuk memperoleh hasil yang
maksimal dalam pembelajaran.”
76
3) Tenaga pengajar
Sebagimana yang diungkapkan oleh asatidz:
“Dalam sebuah pesantren hubungan kyai dan Santri sangatlah
erat. Misalkan dalam pembelajaran akhlak, seorang kyai akan
disebut dengan kyai jika ia telah benar-benar mendalami dan
memahami pendidikan akhlak dan mengamalkannya dengan
kesungguhan dan keikhlasan. Dan di mata para Santri akhlak
akan dijadikan pedoman berpikir dan tingkah laku apabila
telah dikaji di hadapan kyainya.”
Dari sinilah yang kemudian sangat dibutuhkan keaktifan dalam
proses berlangsungnya pembelajaran dari keduanya (kyai dan
Santri), agar tujuan dari pendidikan akhlak tercapai.
4) Sarana pendidikan di pesantren
Cikal bakal pesantren berawal dari pengajian di langgar
atau surau, yang telah difungsikan sebagai pusat pendidikannya.
Sarana dan prasarana yang sederhana tersebut kemudian
berkembang dengan didirikannya asrama (pondok).
Perkembangan selanjutnya dibangun sebuah madrasah, yang
pengajarannya berlangsung di dalam kelas, dengan menggunakan
bangku, meja, dan papan tulis, untuk mencapai hasil
pendidikan yang maksimal. Setidaknya proses pendidikan tetap
berjalan karena ada guru, Santri, tempat berlangsungnya
pendidikan, materi dan metode pembelajaran.
Seperti yang diungkapkan oleh asatidz:
“ Menurut saya yaaa, sarana merupakan fasilitas pendukung yang
sangat berpengaruh agar terlaksananya kegiatan pembentukan
akhlak peserta didik (santri). Hal ini berkaitan dengan apa yang
akan di sampaikan seorang guru/asatidz kepada santri mengenai
bagaimana bersikap dan berprilaku sesuai ajaran agama Islam.”
77
Selanjutnya diperkuat oleh santri:
“Ya kak, para asatidz berusaha memberikan sarana kepada santri,
agar dalam proses belajar mengajar tidak terhambat dikarenakan
kurangnya sarana yang ada di pondok.”
b. Faktor Eksternal
Selain ada faktor pendukung secara innternal dalam pendidikan akhlak
ada juga faktor pendukung secara eksternal yakni diantaranya:
1) Keterbukaan Santri dengan guru
Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Santri dalam proses pembelajaran berlagsung hendaknya selalu
terbuka agar guru dapat mengetahui kelemahan dan kesulitan
Santri dalam memahami materi dan agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.”
2) Ligkungan belajar
Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Selain guru yang memahami materi pembelajaran lingkugan
belajar tidak kalah penting dalam mempengaruhi proses belajar,
karna lingkungan yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang
baik pula. Karna lingkugan akan mempengaruhi fokus Santri
dalam belajar dan akan mempengaruhi hasil belajar nya maka dari
itu lingkungan belajar yang baik diperlukan dalam proses belajar
mengajar.”
3) Motivasi Santri
Seperti yang diungkapkan asatidz:
“Motivasi Santri adalah modal utama Santri dalam belajar karna
Santri akan mudah memahmi atau suka dalam belajar jika di
dalam dirinya sudah ada motivasi yang mendukungnya untuk
lebih semangat lagi dalam belajar sehingga dalam proses belajar
mengajar motivasi santri sangat dibutuhkan.”
78
3. Faktor Penghambat dalam pendidikan Akhlak Melalui Manajemen
Qolbu
Faktor penghambat yang dihadapi asatidz dalam mengatasi akhlak
santri pondok pesantren wali songo antara lain:
Seperti yang diungkapkan oleh Asatidz:
“Menurut pendapat saya ya mas, faktor penghambat dalam proses
pendidikan akhlak adalah kurang semangat nya Santri dalam belajar dan
kurang minatnya Santri dalam mempelajari akhlak sehingga dalam
prakteknya proses pembelajaran akhlak yang dilakukan bisa dikatakan
belum mecapai tujuan yang maksimal dikarnakan faktor internal Santri itu
sendiri, terlihat dari sikap dan respon mereka ketika dalam proses belajar
megajar, mereka yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi akan aktif
dalam belajar namun mereka yang percaya dirinya kurang akan takut
untuk mengamalkannya.”1
Selanjutnya ditambahkan oleh kepala pengurus pondok pesantren wali
songo yang menyatakan bahwa:
“Sebagian santri ada yang sulit dinasehati mas, padahal asatidz selalu
memberikan nasehat-nasehat namun setelah dinasehati hanya sebagai
kiasan saja dipandang santri, sehingga ini yang menjadi hambatan guru
dalam mengatasi akhlak santri.”
Dalam hal ini diperkuat oleh santri:
“Sebagian santri begitu kak, sulit untuk dinasehati, disaat asatisz memberi
nasehat iya paham setelah itu lupa lagi dan membuat kesalahan lagi.
Asatidz selalu mengingatkan tapi sebagian santri mengabaikan hanya
sebagai senda gurau saja, padahal tata tertib pondok ada di setiap asrama-
asrama namun hanya sebagai hiasan dinding.”
C. Pembahasan
Setelah ditemukan data yang diinginkan baik dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi, maka Peneliti menganalisa temuan hasil
1 W.02/F/A.1.3/O.3
79
penelitian tentang Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok
Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten
Lampung Tengah.
Dijelaskan dalam teknik analisis data penelitian, Peneliti
menggunakan analisa deskriptif kualitatif (pemaparan) baik data itu diperoleh
Peneliti melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari pihak-pihak
yang mengetahui tentang data-data yang dibutuhkan oleh Peneliti. Adapun
data-datanya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Wali Songo
Ketika Peneliti melakukan observasi dalam proses pembelajaran, guru
pada awal pembelajaran memberikan salam pembuka, mengisi daftar hadir
Santri dan menanyakan kondisi Santri hari itu, setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, selain itu pada saat menyampaikan
materi guru menanyakan materi yang telah lalu dengan tujuan Santri dapat
mengingat materi yang telah lalu.
Ketika Peneliti melakukan observasi, Peneliti menemukan upaya yang
dilakukan Asatidz dalam menyampaikan materi berjalan cukup baik. Hal ini
terlihat ketika Asatidz memberikan pertanyaan materi minggu lalu Santri
nampak mudah menjawab dan terlihat senang dalam mengikuti pelajaran,
meski tidak mengesampingkan Santri-santri yang enggan untuk menjawab.
Menurut hasil risert yang dilakukan Peneliti pada tgl 30 November 2017
Santri yang enggan unntuk berapresiasi dalam belajar adalah salah satu
kelemahan dari metode yang digunakan, oleh karna itu dari pengamatan yang
Peneliti lakukan guru menggunakan pendekatan individu atau pendekatan
80
persuasi, pendekatan tersebut ditujukan kepada Santri yang kurang aktif atau
bisa dikatakan sulit untuk memahami materi yang di berikan.2
Seperti yang dinyatakan oleh Asatidz pondok pesantren wali songo:
“Metode yang digunakan dalam pengajaran Akhlak di kelas ula tsalis
Madarash Diniyah Wali Songo adalah menggunakan metode ceramah dan
dialog, metode ceramah ini sangat membantu dan memotivasi para peserta
didik (santri) untuk bisa tampil memberanikan diri dalam menyalurkan bakat
mereka dalam hal ini peserta didik (santri) dapat berceramah, berkhutbah
serta dapat berbicara di forum-forum ilmiah.”3
Metode ceramah dan dialog sangat membantu para peserta didik untuk
lebih teliti dalam meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran agama
Islam sehingga mereka lebih mengetahui hal-hal yang bertentangan dengan
ajaran Islam.
Seperti yang dinyatakan juga oleh salah satu santri yang bernama
Sofyan Sauribahwa:
“Iya kak, Metode ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam
pembinaan akhlak peserta didik (santri) sehingga para peserta didik (santri)
lebih memahami ajaran agamanya dan mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.”4
Selain metode tersebut masih banyak metode-metode lain yang
digunakan pendidik yaitu metode pembiasaan, keteladanan, kegiatan
ekstrakulikuler, pembinaan keluarga, dan metode nasehat.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan Santri harus
selalu diciptakan dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang
tepat. Dalam proses interaksi belajar mengajar diperlukan untuk
menumbuhkan rasa ketertarikan Santri terhadap pembelajaran, guru harus
memiliki cara agar Santri tidak malas dalam mengikuti proses pembelajaran.
2 Hasil Observasi pada tanggal 30 November 2017
3 W.02/F/A.1.4/O.4
4 W.03/F/S.1.1/O.1
81
Upaya selanjutnya, guru melakukan pendekatan individual kepada
Santri untuk mengetahui karakter dari masing-masing Santri, karena setiap
Santri mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing seorang guru
harus mengetahui karakter dari masing-masing Santrinya dan kemudian guru
bisa menentukan dan menggunakan strategi apa yang cocok untuk Santrinya.
Tugas guru adalah menyatukan kelemahan dan kelebihan Santrinya agar
menjadi satu pemahaman yang bisa diikuti oleh semuanya.
Upaya guru selanjutnya adalah mengadakan evaluasi ataupun
memberikan tugas, tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai ketercapaian
tujuan belajar, metode dan cara belajar Santri, sebagai sasaran untuk
mengetahui apa yang telah dipelajari oleh Santri. Selain itu evaluasi juga
bertujuan untuk memotivasi belajar Santri. Karena dengan diadakannya
evaluasi pasti kaitannya dengan nilai yang akan diperoleh oleh Santri, jadi
Santri akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Berdasarkan hasil wawancara, guru mengadakan evaluasi setelah tiga
kali pertemuan dan memberikan tugas setelah penyampaian materi baru
selesai. Manfaat dari evaluasi adalah sebagai alat untuk mengetahui apakah
Santri telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah
diberikan oleh guru. Selain itu untuk mengetahui kelemahan Santri dalam
melakukan kegiatan belajar juga untuk mengevaluasi metode yang digunakan
sudah baik atau masih kurang baik sehingga guru dapat memperbaiki pada
pertemuannya di bulan depan.
Dapat disimpulkan bahwa baik tidak nya hasil belajar khusus nya
pembelajaran akhlak tidak lepas dari metode yang sesuai dengan tingakat
82
pemahaman Santri oleh karna itu dalam prakteknya di Madrasah Diniyah
Wali Songo menggunakan metode ceramah dan dialog meski demikian dalam
penggunaan metode ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan-kelemahan
dalam kelemahan ini tentu menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Selain ada faktor penghambat ada juga faktor pendukung dalam
proses pembelajaran yang terjadi, diantara faktor penghambat dan pendukung
ini adalah:
2. Faktor Pendukung dalam Pendidikan Akhlak
Sarana dan prasarana yang ada di Madrasah merupakan faktor
pendukung dalam peningkatan motivasi belajar Santri. Berdasarkan hasil
wawancara dan observasi, terlihat pihak Madrasah mempunyai sarana
pembelajaran yang cukup memadai, terlihat dari sarana yang ada di dalam
kelas seperti meja, kursi, papan tulis, dan lain-lain.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran, dapat dikatakan bahwa sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Terdapat keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana. Pertama kelengkapan sarana dan prasarana dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar, dengan ketersedian
sarana yang lengkap memungkinkan guru meemiliki berbagai pilihan yang
dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajarnya, dengan demikian
ketersediaan ini dapat meningkatkan gairah mengajar Santri. Selain itu
kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada
83
Santri untuk belajar, setiap Santri pada dasarnya memiliki gaya belajar yang
berbeda. Kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan Santri
menentukan pilihan dalam belajar.
Pendukung lainnya adalah lingkungan belajar yang kondusif, terlihat
dari kebersihan dan tempat pembangunan gedung Madrasah yang terletak di
pinggir pemukinan warga dan tidak terlalu jauh dengan jalan raya, sehingga
ketika akan menuju sekolah tidak khawatir melewati jalan yang sepi ataupun
melewati jalan yang rusak. Kebersihan lingkungan Madrasah pun selalu
dijaga dengan adanya peraturan bahwa Santri tidak boleh membawa makanan
masuk ke dalam lingkungan Madrasah, itu dilakukan agar lingkungan
Madrasah tetap bersih dan nyaman dalam ketika proses pembelajaran
berlangsung.
Dan selain sarana prasarana dan lingkungan belajar yang kondusif ada
pula faktor pendukung yakni faktor orang tua, yang dalam peran nya orang
tua sangat penting dalam mempegaruhi hasil belajar, karna dukungan orang
tua sangat dibutuhkan Santri karna sebagai dukungan orang tua juga biasanya
menjadi motivasi Santri untuk mencapai sebuah keberhasilan, oleh karna itu
orang tua termasuk faktor pendukung dalam proses belajar mengajar.
3. Faktor Penghambat dalam Pendidikan Akhlak
Selain adanya faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang
mempengaruhi dalam proses belajar Akhlak di Madrasah Diniyah Wali
Songo Sukajadi. Faktor tersebut adalah faktor psikologis yang ada di dalam
diri Santri itu sendiri, seperti perbedaan kemampuan Santri dalam menerima
84
pelajaran, karakter Santri yang berbeda-beda, minat dan kesiapan Santri
dalam penerimaan Santripun berbeda.
Dari hasil observasi yang dilakukan, upaya guru dalam menghadapi
kendala tersebut adalah dengan melakukan pendekatan individual, dengan
dilakukan pendekatan diharapkan guru dapat mengetahui proses belajar yang
Santri inginkan dan memberikan solusi kepada mereka ketika mereka
mempunyai suatu masalah. Guru tidak bosan-bosannya memberikan motivasi
kepada Santrinya agar mereka semangat belajar. Karena waktu Santri di
rumah dan di asrama lebih banyak dibandingkan dengan di madrasah
diharapkan orangtua juga memberikan pengawasan dan memberikan motivasi
kepada anaknya tetang pentingnya belajar.
Seorang anak akan mudah untuk berprestasi dalam pendidikannya jika
mendapatkan bantuan dan dorongan dari orangtua. Bantuan dan dorongan itu
tidak sekedar membantu mengerjakan PR, bukan hanya memenuhi kebutuhan
materi saja, namun yang lebih penting adalah cara menciptakan kondisi yang
kondusif sehingga anak akan merasa nyaman dan anak terdorong untuk
berprestasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan penelitian
kualitatif melalui reduksi dan penyajian data maka penelitian tentang
Pendidikan Akhlak Melalui Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali
Songo Desa Sukajadi Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah dapat disimpulan bahwa:
1. Kondisi obyektif peserta didik (santri), baik dalam bertutur kata ataupun
bertingkah laku, kebiasaan-kebiasaan tersebut ada yang mengarah kepada
perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral, adapula yang tidak sesuai,
dan juga peserta didik dalam keseharian di pondok diharapakan belajar
dengan baik dan mematuhi peraturan yang ada di pondok dan madrasah,
namun realitasnya masih ada peserta didik terkadang melanggar peraturan
yang ada seperti :
a. Tidak berpakaian rapih
b. Pulang ke asrama pada saat jam pelajaran
c. Membawa HP ke pondok
d. Membawa rokok atau merokok
2. Aplikasi Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Wali Songo sebagai
barikut:
a. Metode ceramah dan dialog
b. Metode pembiasaan
86
c. Metode keteladanan
d. Metode kegiatan ekstrakurikuler
e. Metode keluarga
f. Metode nasehat
3. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Akhlak Melalui
Manajemen Qolbu di Pondok Pesantren Wali Songo Desa Sukajadi
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung:
1) Adanya kerjasama antara pihak madrasah dengan orang tua peserta
didik.
2) Peserta didik tinggal di lingkungan pesantren, jadi keadaan peserta
didik lebih terkontrol.
3) Diadakannya buku-buku paket di perpustakaan, buku-buku
kepesantrenan sehingga memudahkan peserta didik dalam memperoleh
buku dengan cara meminjam.
4) Lingkungan pondok pesantren yang nyaman dan jauh dari keramaian,
sehingga peserta didik nyaman untuk belajar.
b. Faktor Penghambat
1) Masih kurangnya pembina di pondok Pesantren Wali Songo.
2) Kurangnya kesepahaman pendapat antara guru dan pembina begitu pula
pembina yang satu dengan pembina yang lainnya.
3) Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
87
4) Masih adanya peserta didik (santri) yang tidak mondok atau tinggal di
pesantren.
B. Saran
Kepada pihak pembina Pondok Pesantren Wali Songo, seluruh
civitasnya dan juga keluarga peserta didik bahwa melihat adanya beberapa
permasalahan dalam upaya pendidikan akhlak di Pondok Pesantren Wali
Songo agar lebih memperhatikan dan meningkatkan pengawasan terhadap
peserta didik dan anak-anak mereka, karena mereka generasi pelanjut pada
masa-masa yang akan datang, dan juga dihimbau kepada seluruh peserta didik
agar dapat lebih menghormati guru dan orang tua, lebih selektif dalam
memilih teman agar tidak terbawa pengaruh buruk dari teman. Dan lebih
disiplin di lingkungan pondok dan madrasah.
Kepada rekan-rekan akademisi, semoga hasil dari penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan tentang upaya pendidikan Akhlak peserta didik
yang sesuai dengan ajaran Islam, sunnah Rasulullah, mudah-mudahan dapat
di contoh dan diaplikasikan.
Kepada semua yang membaca hasil penelitian ini, sebelumnya penulis
berterimah kasih, semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang upaya pendidikan akhlak peserta didik yang sesuai dengan
ajaran Islam dan sunnah Rasulullah sehingga tidak salah dalam mebina
akhlak anak-anak kita kelak.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Noor Salimi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2004.
Ahmadi, Wahid, Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern, Solo: Era
Intermedia, 2004
Anwar, Moch dan Anwar Abubakar, Sullamut Taufiq, Terjemahan Syekh Imam
Nawawi Banten, Bandung: PT. Trigenda Karya, 2003
Anwar, Rosihin, dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: CV.Pustaka Setia,
2004
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006
Aziz, Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. raja Grafindo
Persada, 2008
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit
Jumanatul 'Ali-Art J-ART , 2004
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002
Gunawan, Ary H., Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,
1995
Gymnastiar, Abdullah, Meraih bening hati dengan manajemen Qolbu, Jakarta:
Gema Insani, 2004
......., Bangkit Manajemen Qolbu untuk Meraih Sukses, Bandung, Khas MQ, 2005
Hadi, Sutrisno. Metode Research 1, Yogyakarta: Andi Offset, 1992
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Hasan, Syamsul, dan Aswadi, Menyelam ke Samudera Ma'rifat dan Hakikat,
Surabaya: Amelia, 2006
89
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001
Helminski, Kabir, Hati yang Bermakrifat, Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002
Mahmud, Ali Abdul Halim . Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007
Mudyahardjo, Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan , Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2006
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: PT. Balai Pustaka , 2007
Sangkan, Abu. Berguru Kepada Allah, Jakarta: Yayasan Sholat Khusyu’, 2006
Saud, Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009
Shihab, M. Quraish , Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 2000
Sisdiknas, Undang-Undang RI nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen, n.p
wipress, 2006
Sultani, Gulam Reza, Hati yang Bersih, Jakarta: Zahra, 2006
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2008
Tafsir Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004
Nata, Abuddin Akhlak Tasawuf , Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Cet.VI: Jakarta: Buang Bintang,1993)
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Arif Putranto dilahirkan di Desa
Tanjung Anom Kec. Terusan Nunyai Kab.
Lampung Tengah, anak pertama dari pasangan
Bapak Mulyono dan Ibu Nanik Suhaini.
Pendidikan dasar penulis di tempuh di SD Negeri 1 Terusan Nunyai
tahun 2007, kemudian melanjutkan Sekolah di SMP N 1 Terusan Nunyai,
dan selesai pada tahun 2010. Sedangkan pendidikan madrasah aliyah di
Wali Songo Sukajadi Bumiratu Nuban Lam-Teng, dan selesai pada tahun
2013, kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN Metro Jurusan Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) sejak
tahun 2013 hingga saat ini.