skripsi pengadaan rumah negara kajian hukum pidana islam

100
1 PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN PERUMAHAN NEGARA KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: WISMOYO HARIRI NIM: 106045101517 KONSENTRASI PIDANA ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2011

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

1

PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN PERUMAHAN NEGARA

KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

WISMOYO HARIRI

NIM: 106045101517

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2011

Page 2: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

2

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang

lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 September 2011

Wismoyo Hariri

Page 3: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 7

D. Metode Penelitian ................................................................................. 8

E. Review Studi Terdahulu ....................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN BARANG MILIK

NEGARA MENURUT HUKUM POSITIF

A. Tinjauan Umum Tentang Perbendaharaan Negara ............................... 16

B. Pengadaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara .................... 30

BAB III PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG MILIK

NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

A. Sistem Pengadaan Rumah Negara ........................................................ 43

B. Pengertian Penyimpangan Dalam Pengadaan Rumah Negara ............. 49

Page 4: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

4

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYIMPANGAN DALAM

PENGADAAN RUMAH MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN HUKUM PIDANA POSITIF

A. Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan ...................................... 64

B. Modus Operandi .................................................................................. 69

C. Analisis Penyimpangan Terhadap Pengadaan Rumah Negara

Menurut Hukum Pidana

Islam……………………………………………..78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 90

B. Saran-Saran .......................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 92

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 94

Page 5: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara memiliki kekayaan tersendiri yang perolehannya didapatkan

dari dana APBN atau APBD yang disebut dengan Barang Milik Negara1 atau di

dalam Islam bisa disebut dengan asset publik,yang dalam hal pemanfaatannya ini

dapat dinikmati oleh mereka semua tanpa monopoli atau dieksploitasi secara

sepihak untuk kepentingan pribadi. BMN adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehannya secara sah2.

Pengadaan nya diperuntukkan dalam rangka memenuhi sarana dan prasarana

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Kementerian dan Lembaga Pemerintah.

Dalam hal pengadaan dan pengelolaan BMN tersebut Negara Republik

Indonesia telah menetapkan berbagai peraturan perihal tata cara pengadaan dan

pengelolaan BMN yang terbagi-bagi atas : tatacara pengadaan, pemanfaatan dan

penghapusannya.

Dalam implementasi pengadaan, pengelolaan, penggunaan dan pemanfaatan

BMN masih sering didapati penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan baik

oleh oknum panitian pengadaan, pengguna barang ataupun oleh kuasa pengguna

barang sehingga pada akhirnya menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan

1 Selanjutnya disebut dengan BMN

2 UU nomor 26 tahun pasal 1 ayat 1 tahun 2006

Page 6: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

6

pengadministrasian, kepemilikan dan penggunaannya sehingga menimbulkan

kerugian bagi Negara.

Penyimpangan adalah perilaku yang menyimpang dari kewajiban-kewajiban

normal suatu jabatan pemerintahan, karena kepentingan pribadi (keluarga

golongan, kawan akrab), demi mengejar status dan gengsi, atau melanggar

peraturan dengan jalan melakukan atau mencari pengaruh bagi kepentingan

pribadi atau kelompoknya3. Penyimpangan dimaksudkan pula sebagai perbuatan

dan atau perilaku dari orang, dan kelompok untuk melakukan penyelewengan

yang hal itu dimintakan legalisasi atau diusulkan diadakannya perubahan atas

ketentuan yang berlaku, sehingga untuk dikemudian hari yang demikian itu tidak

lagi merupakan suatu penyimpangan yang tidak sah4

Penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan dan pengelolaan barang

inventaris milik Negara menurut pengamatan penulis telah terjadi sejak mulai dari

saat perencanaan pengadaannya, penggunaannya, peruntukannya,

pemeliharaannya sampai dengan pelaksanaan penghapusan/pelelangannya.

Penyimpangan tersebut telah terjadi dala kurun waktu yang lama dari generasi ke

generasi dengan modus operandi yang beraneka ragam mulai dari mark up harga,

mengurangi kualitas, pemeliharaan dengan cara fiktif serta melaksanakan

3 J.S.Nye, Coruption and Politial Development a Cost Benefit Analysis, Harvard

University,1967

4Direktorat Perbendaharaan Departemen Keuangan Bimbingan Teknis Penyelesaian

Kerugian Negara, 2008

Page 7: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

7

penghapusan/pelelangan dengan harga murah.Berkenaan dengan hal ini,BPKP

menyatakan bahwa dari belanja barang dan jasa terjadi kebocoran rata-rata 30 %,

maka dari keuangan pemerintah pusat saja potensi kebocoran bisa mencapai

minimal 25 triliun Rupiah5,sedangkan menurut data lain yang berasal dari KPK

Lebih dari 40% kasus-kasus yang ditangani oleh KPK merupakan kasus

pengadaan barang dan jasa. “Tahun 2005-2009, KPK menangani 44 perkara

dengan kerugian negara sebesar Rp 689,195M atau rata-rata sekitar 35% dari total

nilai proyek.6 Sedangkan pada tahun 2010 ini menurut data yang di ungkapkan

Ketua Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), Agus

Raharjo awal Oktober mengatakan, 70 persen kasus yang ada di Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan pengadaan7.

Kasus penyimpangan yang berkaitan dengan perumahan menurut Indeks

Pembayaran Suap TI adalah berjumlah 11 % dari keseluruhan korupsi dalam

pengadaan barang dan jasa8

5 kebocoran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam http : //iprocwatch.org/

6 Johan Budi SP. “KPK dan LKPP Tandatangani Nota Kesepahaman Pemberantasan

Korupsi” . Artikel di akses pada 28 Maret 2011 dari http://www.kpk.go.id

7 Agus Martowardoyo. “Menkeu Akui Maraknya Korupsi dalam Pengadaan Barang dan

Jasa”, Artikel di akses pada 13 mei 2011 dari

http://hukumonline.com/berita/baca/lt4cf7563e8e446/menkeu-akui-maraknya-korupsi-di-

pengadaan-barang-dan-jasa-

8 Bribe Payers index, TI, 2002, lihat http://www.transparency.org/policy-

research/surveys_indices/bpi/complete_report_bpi_2002#size

Page 8: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

8

Penyimpangan tersebut bisa di kategorikan sebagai tindak pidana korupsi

karena merupakan jenis kegiatan melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara9

Terjadinya Penyimpangan tersebut sudah cukup lama terjadi. Hal ini berawal

dari kurang tegasnya lembaga-lembaga pemerintah dalam menegakkan peraturan

tentang tata cara pengadaan dan pengelolaan BMN. Belum diberlakukannya

sanksi hukum yang tegas bagi pelaku pelanggaran serta kurangnya pengetahuan

dari pejabat dan atau pegawai dalam memahami peraturan tentang tata cara

pengadaan dan pengelolaan BMN.

Selain itu penyimpangan BMN atau aset publik ini adalah lemahnya nilai-

nilai keimanan, merebaknya kebobrokan lintas dimensi moral,sosial,ekonomi dan

politik, serta tidak adanya penerapan hukum dan prinsip syariat Islam10

Di dalam hukum pidana positif, perilaku oknum pelaku penyimpangan

terhadap pengadaan dan pengelolaan BMN merupakan bentuk penyimpangan

yang masuk kedalam kategori kejahatan, karena pada dasarnya telah bertentangan

dengan kewajaran, moral dan prinsip umum masyarakan beradab. Kejahatan ini

dapat disebut dengan istilah white collar crime atau kejahatan kerah putih karena

menyinggung pula kejahatan

9 Undang-Undang No 31 pasal 2 ayat 1 tahun 1999

10 Husain Husaini Syahatah, Perlindungan Aset Publik Dalam Perspektif Islam, Jakarta,

Amzah,2005,h.18.

Page 9: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

9

Korporasi sebagai permufakatan jahat yang dilakukan oleh orang-orang jahat

untuk mencari keuntungan bagi korporasi mereka dengan melakukan tindakan-

tindakan seperti mempermainkan harga, memasang iklan yang memberikan

informasi dengan tidak benar dan sebagainya11

.

Di dalam Islam perlindungan BMN atau aset publik ini penguasa juga diserahi

tanggung jawab untuk melindungi dan mengelolanya melaluli penegakan sistem

dan prosedur-prosedur, dan pembangunan perangkat yang dibutuhkan.

Selain itu penyimpangan aset publik ini juga haram hukummnya karena

mengambil manfaat sendiri dengan cara yang tidak benar ataupun mencabut

kepemilikannya dari tangan publik dengan cara tidak benar, salah menggunakan

atau merusak kepemilikan.

Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi pada masalah

penyimpangan dalam pengadaan barang berupa sarana dan prasara kantor Rumah

Negara/rumah dinas. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki Negara dan

berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta

menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan atau pegawai negeri12

.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mengangkat

permasalahan penyimpangan dalam pengadaan Rumah Negara. dalam skripsi

dengan judul PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN PERUMAHAN

MILIK NEGARA KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM.

11

Mohammad Kemal Dermawan, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, UI, tanpa tahun.

12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138

Page 10: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

10

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis ingin mencoba

mencermati persoalan-persoalan di atas dengan merumuskan beberapa pertanyaan

sebagai berikut. Rumusan masalah ini akan penulis rinci menjadi beberapa

pertanyaan:

1. Apa saja bentuk penyimpangan terhadap pengadaan Rumah Negara ?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya peluang

penyimpangan terhadap pengelolaan Rumah Negara ?

3. Bagaimana pandangan Hukum Pidana Islam tentang pelaku

penyimpangan terhadap Rumah Negara ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan terhadap rumah Negara

seperti berupa penyalahgunaan jabatan atau wewenang dimana pejabat atau

pegawai negeri menggunakan jabatan atau kewenangannya dengan maksud

menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi dimana

perbuatannya tersebut merugikan keuangan Negara. Selain itu bentuk

penyimpangan ini juga berupa penggelembungan harga. Penyuapan,

pengadaan fiktif, nepotisme dan pemberian komisi terhadap panitia pengadaan

barang dan jasa

Page 11: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

11

b. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam

pengadaan rumah Negara ini disebabkan oleh kelalaian dan inkompetensi

pelaksanaan peserta pengadaan, selain itu tak jarang juga penyimpangan ini

juga merupakan tindakan yang disengaja pelaksana dan/atau peserta

pengadaan dalam rangka korupsi untuk menguntungkan diri sendiri, orang

lain atau korporasi. Dan juga untuk mengetahui pola penunjukkan langsung

dari pemerintah terhadap salah satu rekanan kerja dalam hal pengadaan

proyek, sehingga berdampak pada kebocoran karena sudah dilakukan mark up

terlebih dahulu saat menunjuk pemenang tersebut dengan tujuan wajib

memberikan kompensasi kepada lembaga yang menggolkan salah satu

rekanan itu

c. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Pidana Islam terhadap

penyimpangan dalam pengadaan Rumah Negara ini serta bagaimana cara

menanggulangi penyimpangan ini terutama terhadap pelakunya sehingga bisa

menimbulkan efek jera bagi pelaku dan memberi pelajaran bagi semua orang.

2. Manfaat Penelitian

1. Mampu memahami lebih dalam tentang pandangan Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana postif terhadap penyimpangan dalam

pengadaan rumah Negara

Page 12: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

12

2. Memberikan masukan selengkap-lengkapnya bagi institusi yang

dirugikan

3. Meningkatkan kualitas penulis dalam membuat karya tulis

D. METODE PENELITIAN

1. Metode Penelian :

Pendekatan penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris

sosiologis yaitu penelitian terhadap pengalaman yang terjadi dalam

masyarakat.

dimana yang menjadi sumber adalah kitab-kitab fiqh dan Undang-

Undang. Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif. Metode ini digunakan dalam rangka

memperoleh informasi dari narasumber yang berkualitas melalui wawancara

terarah untuk mendapatkan informasi akurat. Sementara metode penulisan

yang digunakan adalah deskriptif dimana penelitian ini menjelaskan secara

sistematis dan faktual mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta penyimpangan

dalam pengadaan Rumah negara, dan penelitian ini bertujan untuk

memberikan gambaran suatu gejala suatu masyarakat tertentu.13

Dengan

cara penulisan yang mengambarkan permasalahan yang didasari pada data-

data yang ada. Lazimnya sebuah karya tulis ilmiah dibahas secara

metodologis sesuai dengan konteks kajian dan data pendukungnya agar

13

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Gadjah Mada University Press, 2004,

h. 104.

Page 13: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

13

supaya memuaskan siapapun yang membacanya. Penulis memilih penelitian

lapangan sebagai metode dalam penelitian ini lalu dianalisia lebih lanjut.

2. Teknik Pengumpulan Data

a.Wawancara (interview), yaitu situasi peran antar pribadi bertatap

muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban

yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang responden.14

Wawancara dilakukan terhadap narasumber yang dipilih untuk memperoleh

beberapa hal mengenai tema yang diambil dalam skripsi ini.

b.Studi Kepustakaan, yaitu meliputi dari referensi kepustakaan,

baik berupa buku, majalah, surat kabar atau mengakses internet. Data-data

yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban

yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa

disebut editing

3. Sumber Data

a. Data primer, yaitu sumber data utama yang dapat dijadikan

jawaban terhadap masalah penelitian.15

Buku-buku yang berkaitan dengan

14

Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004, Cet. Ke-1, h. 82.

15 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.

158.

Page 14: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

14

bahan penulisan antara lain UU Nomor 6 Tahun 2006, UU Nomor 31

tahun 1999, Permenkeu Nomor 138 tahun 2010 dan buku-buku lain yang

berkaitan dengan pembahasan penulisan.

b. Data Sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini

yaitu kitab-kitab syarah hadis, artikel-artikel dan makalah-makalah yang

berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Teknik analisis

Data dan informasi hasil penilitian dianalisis dan diolah dengan cara

deskriptif analisis dimana data yang penulis dapatkan kemudian penulis

analisis sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan atas data yang

penulis peroleh kemudian diambil kesimpulan

E. Review Studi Terdahulu

Penulis melakukan review terdahulu sebelum menentukan judul proposal.

Dalam review skripsi terdahulu, penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya

dengan penyimpangan terhadap pengadaan barang dan jasa.

Di antaranya adalah :

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH

BERDASARKAN Keppres No.55 Tahun 1993

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52/PDT.G/2004/PN-LP)

Oleh : Juanda Panjaitan (020200037).

Page 15: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

15

Di dalam skripsi ini menerangkan pengadaan tanah untuk pembangunan

kepentingan umum,selain itu skripsi ini juga berisi tentang ganti rugi tanah, baik

untuk kepentingan umum maupun kepentingan swasta, serta sengketa antara

rakyat dengan Pemerintah atau rakyat dengan swasta dimana dalam pengadaan

tanah ini banyak menimbulkan ketidakadilan bagi rakyat karena ganti rugi yang

tidak sesuai dengan harga jual tanah.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN

PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI

Oleh : Abd Mannan (04370048)

Di dalam skripsi ini menerangkan tentang pandangan Hukum Pidana Islam

terhadap kejahatan korporasi serta bagaimana rumusan pertanggungjawaban

pidana menurut UU No 31 Tahun 1999.

Dari review yang saya berikan, jelas sekali perbedaannya dengan skripsi yang

saya teliti yaitu mengenai “PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN

PERUMAHAN MILIK NEGARA KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM”. Yang

menarik dari skripsi yang saya teliti adalah bagaimana pandangan Hukum Pidana

Islam terhadap pelaku perilaku menyimpang dalam hal pengadaan Rumah Negara

yang banyak menimbulkan kerugian besar bagi Negara, selain itu dalam skripsi

yang saya teliti ini nantinya akan dijelaskan sanksi apakah yang efektif untuk

membuat jera para pelaku dengan menggunakan Hukum Pidana Islam.

Page 16: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

16

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan penelitian ini, dimulai dari kata pengantar, daftar isi, dan dibagi

menjadi bab dan sub bab serta diakhiri dengan kesimpulan dan saran. untuk lebih

jelasnya pembagian bab-bab sebagai berikut :

BAB 1

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah mengapa dipilih judul

seperti tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

penyimpangan dalam pengelolaan barang milik negara milik negara terjadi dan

bagaimana bentuk serta faktor-faktor yang mendukung terjadinya tindakan

penyimpangan. Selanjutnya dirumuskan beberapa masalah penelitian dan konsep-

konsep yang digunakan. Ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam

melakukan penelitian agar pembahasan terhadap hasil penelitian tidak

menimbulkan penafsiran yang berbeda. Disamping itu juga dikemukakan tentang

tujuan penelitian yaitu selain untuk kegunaan yang bersifat praktis juga sebagai

ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dalam bab ini juga dikemukakan kerangka

teori sebagai rujukan dalam pembahasan secara analisis.Kerangka teori ini berupa

uraian teoritis dan pandangan para ahli khususnya tentang perilaku menyimpang

dan kejahatan serta usaha-usaha penanggulangannya. Selanjutnya konsep-konsep

ini dapat dipakai sebagai dasar dalam membahas penyimpangan yang terjadi

dalam pengelolaan barang milik negara milik negara. Dalam bab ini juga

Page 17: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

17

dikemukakan tentang metodologi yang dipakai dan digunakan dalam usaha

memperoleh data dilapangan. Dalam bab ini disajikan pula sistimatika penulisan

hasil penelitian yang terbagi dalam 5(lima) bab, yang masing-masing bab

disajikan uraian nya secara ringkas.

BAB II

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan demi terwujudnya tujuan

negara, maka diperlukan suatu Sistem Pengelolaan Hak dan Kewajiban Negara

yang bersifat terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu aspek yang

menunjang pelaksanaan perbendaharaan negara seperti yang telah disebutkan

diatas adalah pengelolaan barang milik negara, dimana memang telah menjadi

salah satu aspek pengaturan dalam Undang Undang Republik Indonesia tentang

Perbendaharaan Negara.

BAB III

Aturan dalam pengelolaan barang milik negara telah dirumuskan dan

diberlakukan oleh pemerintah Republik Indonesia, dimulai dari definisi,

tatakelola hingga penyimpangan-penyimpangan yang dapat dilakukan dan terjadi

dalam pengelolaan barang milik negara khususnya rumah negara. Penyimpangan

dalam pengadaan aset Negara bisa dikategorikan sebagai korupsi karena

merupakan jenis kegiatan yang melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara

Page 18: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

18

BAB IV

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tidak mampu mengakomodasi

pemberian sanksi terhadap pelanggar, karena kekuatan hukumnya jauh di bawah

undang-undang, apalagi Peraturan Presiden dapat setiap saat diperbaharui.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan pengeluaran belanja tertinggi

yang mencapai 60% (enam puluh persen) dari total anggaran belanja pemerintah.

Di samping menjadi pengeluaran tertinggi dalam belanja Negara, pengadaan

barang dan jasa ini juga menjadi yang tertinggi dalam hal kebocoran dana akibat

longgarnya ruang mark up. Modus utama angka kebocoran diakibatkan pola

penunjukkan langsung dari pemerintah terhadap salah satu rekanan kerja dalam

hal pengadaan proyek, sehingga berdampak pada kebocoran karena sudah

dilakukan mark up terlebih dahulu saat menunjuk pemenang tersebut dengan

tujuan wajib memberikan kompensasi kepada lembaga yang menggolkan salah

satu rekanan itu. Selain hal tersebut sebab terjadinya penyimpangan juga karena

kontroversi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, hal ini karena timbul

pertanyaan apakah BUMN terikat dengan Peraturan Presiden ini atau tidak,

karena BUMN sudah punya aturan tersendiri yang mengacu kepada Undang-

Undang No.19 Tahun 2003,yang kedudukannya lebih tinggi dari Peraturan

Presiden

BAB V

Penutup dan kesimpulan

Page 19: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN BARANG MILIK

NEGARA MENURUT HUKUM POSITIF

A. Tinjauan Umum Tentang Perbendaharaan Negara

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan demi

terwujudnya tujuan negara, maka diperlukan suatu Sistem Pengelolaan Hak

dan Kewajiban Negara yang bersifat terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan, selain itu juga untuk menjaga konsistensi efektifitas

tujuan pemeriksaan keuangan Negara dan efisiensi pengawasan pembangunan

secara keseluruhan guna mencegah kebocoran penggunaan uang Negara16

.

Dalam pelaksanaan program pengelolaan Hak dan Kewajiban Negara tersebut

dibutuhkan Hukum Administrasi Keuangan Negara yang mengatur tentang

Perbendaharaan Negara.

Pengertian Perbendaharaan Negara sendiri dapat ditemukan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara17

pada Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi “

Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban

16

Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara,(Jakarta:Sinar Grafika,2010), hal 1

17 Selanjutnya disebut dengan Undang-Undang tentang Perbendaharaan Negara

Page 20: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

20

keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang

ditetapkan dalam APBN dan APBD”.

Pengaturan atas perbendaharaan negara sendiri dimaksudkan agar

tercapainya tujuan negara melalui sistem pengelolaan keuangan negara yang

profesional, terbuka dan bertanggung jawab18

; dimana demi mencapai sistem

pengelolaan keuangan negara yang profesional, terbuka dan bertanggung

jawab, juga diperlukan penyempurnaan secara menyeluruh dalam sistem

perbendaharaan negara dan anggaran negara melalui proses perbaikan

penganggaran, modernisasi sistem pembayaran, optimalisasi pengelolaan kas,

peningkatan akuntabilitas penggunaan anggaran dan kekayaan negara, serta

peningkatan layanan publik, peningkatan kinerja, transparansi, dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Dalam hal ini Presiden selaku

Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian

intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Setiap kerugian

negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian

seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku dan sesuai dengan wilayah hukum yang bersangkutan,

18

Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara (Jakarta: Sinar Grafika,2010), h.4.

Page 21: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

21

dimana jika melanggar Hukum Administrasi Negara dan Hukum Pidana

masuk ke ranah Hukum Publik19

.

Perbendaharaan negara yang diatur dalam Undang-Undang tentang

Perbendaharaan Negara meliputi pelaksanaan pendapatan dan belanja negara,

pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan penerimaan dan

pengeluaran negara, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah,

pengelolaan kas, pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan

investasi dan barang milik negara/daerah, penyelenggaraan akuntansi dan

sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah, penyusunan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, penyelesaian kerugian

negara/daerah, pengelolaan Badan Layanan Umum, dan perumusan standar,

kebijakan, serta sistem serta prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan

keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD20.

Dalam perbendaharaan negara Menteri/pimpinan lembaga adalah

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang

dipimpinnya, sedangkan Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang

19

Theodorus M. Tuanakotta, Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak

Pidana Korupsi (Jakarta: Salemba Empat,2009), h.77.

20 C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Hukum Keuangan dan Perbendaharaan

Negara (Jakarta: PT. Pradnya Paramita,2008), h.139.

Page 22: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

22

dipimpinnya21

. Tahun anggaran untuk perbendaharaan negara sendiri meliputi

masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember

pada tiap tahunnya, dan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah. Pemerintah

Pusat juga dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah

Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan

yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN; selain itu

Pemerintah juga dapat melakukan invetasi jangka panjang untuk memperoleh

manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.

1. Tinjauan Umum Tentang Barang Milik Negara dan Reformasi di

Bidang Keuangan

Salah satu aspek yang menunjang pelaksanaan perbendaharaan negara

seperti yang telah disebutkan diatas adalah pengelolaan barang milik negara,

dimana memang telah menjadi salah satu aspek pengaturan dalam Undang

Undang Republik Indonesia tentang Perbendaharaan Negara.

Sebelum adanya reformasi di bidang keuangan, pengelolaan barang

milik negara digambarkan sebagai berikut, yaitu belum lengkapnya data

mengenai jumlah, nilai, kondisi dan status kepemilikannya. Dalam Pengadaan

barang/jasa sendiri terdapat banyak celah untuk melakukan praktek monopoli,

21

Ibid.,141

Page 23: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

23

dimulai dari tahap persiapan hingga pelaksanaan tender. Kerap kali

perencanaan kebutuhan akan pengadaan barang/jasa tidak sesuai dengan

kebutuhan, bahkan terdapat penetapan kebutuhan yang ternyata adalah fiktif,

serta pembagian paket pengadaan yang tidak sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Menurut Larto Untoro (Kepala Bagian Pengadaan ULP KPK)

terdapat 4 poin besar problem pengadaan, yaitu pasar pengadaan yang tidak

terbuka, kurangnya kapasitas manajemen, bad governance dan banyaknya

celah korupsi22

.

a. Pengaturan Mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara di Indonesia

Pengelolaan Barang Milik Negara sendiri diatur pada, dimana

Maksud dari reformasi di bidang keuangan dituangkan dalam aturan-aturan

tersebut diatas dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Tim Penertiban Barang Milik Negara/Daerah, dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 29/06/2010. Reformasi di bidang keuangan diatur tidak

hanya secara administratif, namun juga secara pola pemikiran yang lebih maju

dalam berpikir mengenai peningkatkan efisiensi, efektifitas dan nilai tambah

lainnya dalam pengelolaan barang milik negara.

22

Majalah Pengawasan Solusi, Nomor 2 volume 1, Pengawasan Terhadap Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (Kementrian Perindustrian: Jakarta, 2011)

Page 24: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

24

Untuk Pengelolaan BMN berupa Rumah Negara sendiri diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Pemukiman dan Perumahan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

40 tahun 1994 tentang Rumah Negara, Undang-Undang tentang

Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah23

tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2008 tentang Pengadaan Rumah Negara, dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 138 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Rumah Negara.

Aturan-aturan lain yang masih memiliki keterkaitan dengan Pengelolaan

Rumah Negara ini adalah Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang

merupakan perubahan dari Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Arah penertiban BMN menurut sendiri adalah bagaimana

pengelolaan aset negara di setiap pengguna barang menjadi lebih akuntabel

dan transparan, sehingga penggunaan dan pemanfaatan aset-aset negara

mampu dioptimalkan untuk menunjang fungsi pelayanan kepada masyarakat

atau stakeholder.

b. Pengertian Barang Milik Negara

23

Selanjutnya disebut dengan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara

Page 25: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

25

Pengertian utama dari Barang Milik Negara dapat ditemukan dalam

Ayat 10 Pasal 1 Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara yang

berbunyi sebagai berikut ”Barang Milik Negara adalah semua barang yang

dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lain yang

sah” dan untuk Pengertian dari Barang Milik Daerah juga terdapat dalam

Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 1 Ayat 11, yang

berbunyi ”Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lain yang sah”. sama

halnya untuk pengertian Barang Milik Negara pada Peraturan Pemerintah

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang merupakan peraturan

pelaksana dari Undang-Undang sendiri mengambil pengertian Barang Milik

Negara secara keseluruhan mengacu dari Induk Peraturannya. Dalam

penjelasan Peraturan Pemerintah juga disinggung bahwa ruang lingkup dari

barang milik negara/daerah disamping berasal dari pembelian atau perolehan

atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau daerah juga berasal

dari perolehan lainnya yang sah. Barang milik negara/daerah yang berasal dari

perolehan lainnya yang sah mencakup barang yang diperoleh dari hibah atau

sumbangan atau sejenisnya, diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian atau

kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang dan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; namun pengertian

Page 26: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

26

Barang Milik Negara dalam hal ini terbatas hanya pada barang milik negara

yang bersifat berwujud (tangible).24

Barang milik negara atau yang biasa disebut dengan aset negara/aset

publik juga memiliki pengertian kekayaan yang menjadi hak milik semua

orang atau segolongan manusia, dan hak pemanfaatannya dapat dinikmati oleh

mereka semua tanpa monopoli atau dieksploitasi secara sepihak untuk

kepentingan pribadi25

. Dengan kata lain,aset publik dapat dinikmati oleh

seluruh komponen masyarakat atau seluruh anggota kelompok tertentu ( yang

memilikinya ), tanpa ada penyempitan hak prerogatif pada satu individu.

Pengadaan aset Negara ini diperuntukkan untuk memenuhi sarana

dan prasarana yang menunjang tugas dan fungsi pokok Kementerian dan

Lembaga Pemerintahan agar dalam menjalankan tugas nya dapat berjalan

dengan efektif dan proporsional.

c. Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengaturan pengelolaan barang milik negara sesuai pada pasal 42

Undang-Undang tentang Perbendaharaan Negara adalah Menteri Keuangan

dengan Pengguna Barang Milik Negara tersebut adalah Menteri/Pimpinan

24

Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara

25 Husain Husain Syahatah, Perlindungan Aset Publik Dalam Perspektif Hukum Islam,

(Jakarta: Amzah, 2005), Cet pertama, h.6

Page 27: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

27

lembaga dan Kepala Kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga

adalah sebagai Kuasa Pengguna barang dalam lingkungan kantor yang

besangkutan. Pengelolaan barang milik negara sendiri dilakukan menurut asas

fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Pengelolaan barang milik negara menurut Pasal 3 Ayat 2 Peraturan

Pemerintah tentang Pengelolaan Barang mIlik Negara meliputi perencanaan

kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan pemindahtanganan,

penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Barang milik negara menurut Pasal 45 Undang-Undang tentang

Perbendaharaan Negara yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas

pemerintahana negara/daerah tidak dapat di pindah tangankan; sedangkan

untuk pemindah tanganan barang milik negara yang dapat dipindahtangankan

dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan

sebagai modal pemerintah setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Penghapusan barang milik negara/daerah meliputi penghapusan dari daftar

pengguna barang dan atau kuasa pengguna dalam hal barang tersebut sudah

tidak berada dalam penguasaan pengguna barang/kuasa pengguna barang;

serta dari daftar barang milik negara/daerah dalam hal barang tersebut sudah

Page 28: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

28

beralih kepemilikannya baik karena terjadi pemusnahan atau sebab lainnya.

Untuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan barang milik

negara/daerah adalah meliputi penjualan, tukar-menukar, hibah, dan

penyertaan modal pemerintah pusat/daerah.

d. Penggolongan Barang Milik Negara

Barang milik negara atau aset publik ini dibagi menjadi dua

jenis,yaitu26

:

1) Aset Publik yang dimiliki Negara dalam posisinya sebagai legal personality.

Pemerintah boleh mendayagunakan untuk kepentingan umum, dengan syarat

pendayagunaan harta tersebut sesuai dengan hukum-hukum syara’

Contoh aset publik jenis ini adalah zakat, harta rampasan perang,

jizyah (pajak nonmuslim), dan pajak. Aset-aset Negara harus memiliki

lembaga-lembaga pengelola yang resmi

2) Aset publik yang dimiliki secara khusus oleh segolongan anggota

masyarakat atau organisasi. Pemanfaatan aset ini dilakukan sesuai

kebutuhan. Pengelolaan aset jenis ini ditangani oleh pemerintah atau

sejumlah orang yang ditunjuk di bawah pengawasan Negara sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku.

26

Husain Husain Syahatah, Perlindungan Aset Publik Dalam Perspektif Hukum Islam,

Jakarta, Amzah, 2005, Cet pertama, h.7

Page 29: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

29

Contoh aset publik jenis ini adalah fasilitas umum, sumber daya alam, harta

wakaf, aset organisasi, aset sindikat profesi, aset klub, dan aset-aset sejenis

lainnya.

Aset Negara atau Barang Milik Negara memiliki variasi jenis yang

beragam, baik dalam bentuk, tujuan perolehannya, maupun masa manfaat

yang diharapkan. Dalam perlakuan akuntansi, Peraturan Pemerintah

Normor 24 tahun 2005 membagi BMN menjadi aset lancar,aset tak

berwujud, aset lainnya, dan aset bersejarah.

a) Aset lancar yaitu apabila BMN tersebut diadakan dengan tujuan segera

dipakai atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak

tanggal perolehan. BMN yang memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai

Persediaan. BMN ini dapat berupa barang atau perlengkapan yang

dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan

barang-barang yang diadakan yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau

diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan ini

mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk

digunakan, barang habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan

barang bekas pakai seperti komponen bekas. Persediaan dapat meliputi

barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang,

persediaan untuk tujuan strategis / berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan

baku, barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau

Page 30: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

30

diserahkan kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat. Persediaan untuk tujuan strategis/ berjaga-

jaga antara lain berupa cadangan energy (misalnya minyak) atau cadangan

pangan (misalnya beras).

b) Aset tetap yaitu BMN mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (duabelas)

bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal Kuasa

Pengguna Barang, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk

digunakan. Termasuk dalam kategori aset tetap adalah:

1) Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai asset tetap ialah tanah yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Tanah yang dimiliki atau

dikuasai oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah yang

digunakan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila

kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum

serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan

Republik Indonesia berada bersifat permanen.

2) Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan

bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya

signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam

Page 31: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

31

kondisi siap pakai. Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat

besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat

Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat

Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium, Alat Persenjataan,

Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat Produksi, Pengolahan,

dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat

Peraga, serta Unit Proses/produksi.

3) Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan

yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam

kategori Gedung dan Bangunan adalah BMN yang berupa Bangunan

Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu, serta Tugu Titik

Kontrol.

4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup Jalan, irigasi, dan jaringan

yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam

kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori asset ini adalah

Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan jaringan.

c) Aset Tetap Lainnya

Page 32: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

32

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat

dikelompokkan ke dalam Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan

Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan

untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi

Perpustakaan/Buku,Barang Bercorak Kesenian/Kebudaayaan/Olahraga,

Hewan, Ikan dan Tanaman.

e) Dikategorikan sebagai aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang

dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki

untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan

untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak

berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta

(copyright), paten, dan hak lainnya, dan hasil kajian/ penelitian yang

memberikan manfaat jangka panjang.

.

f) Dikategorikan Aset Bersejarah adalah bangunan bersejarah, monument,

tempat – tempat purbakala seperti candi, dan karya seni. Beberapa aset

tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,

lingkungan dan sejarah. Aset bersejarah tidak disajikan dalam neraca

namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan

Keuangan.

Page 33: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

33

B. PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

Pengadaan perumahan Negara yang termasuk dalam barang milik negara

ini pada dasarnya melibatkan dua pihak yaitu pihak pengguna Barang/Jasa dan

pihak penyedia Barang/Jasa, tentunya dengan keinginan/kepentingan yang

berbeda, bahkan bisa dikatakan bertentangan. Oleh karena itu agar mencapai

kesepakatan perlu adanya etika, norma dan prinsip yang harus disepakati dan

dipatuhi bersama.

Peraturan mengenai pengadaan barang/jasa diatur dalam Keppres no 80

tahun 2003 yang kemudian diperbahurui dengan Perpres no 54 tahun 2010,letak

perbedaan diantara Kepres no 80 tahun 2003 dibanding dengan Perpres no 54

tahun 2010 yang sangat mencolok adalah pada pembentukan Unit Layanan

Pengadaan, di mana pada Kepres no 80 tahun 2003 belum ditentukan

sedangkan pada Perpres no 54 tahun 2010 Unit Pelayanan Pengadaan adalah

Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Instansi.

Pengadaan Rumah Negara untuk memenuhi kebutuhan rumah Pegawai

Negeri selain dilaksanakan dengan cara pembangunan, pembelian, tukar

menukar dan tukar bangun dimungkinkan adanya hibah rumah dari badan

hukum, masyarakat dan perorangan. Rumah yang telah dihibahkan kepada

negara tersebut adalah menjadi kekayaan milik Negara27

.

27

Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1994 Tentang Rumah Negara

Page 34: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

34

Dalam pengadaan barang dan jasa yang berupa rumah Negara ini diatur

prinsip-prinsip yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak

diskriminatif, dan akuntabe dengan penjelasan sebagai berikut28

:

a) Efisien : yang dimaksud dengan prinsip efisien berarti pengadaan

barang dan jasa harus diusahkan dengan menggunakan dana dan daya terbatas

untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan

dapat dipertanggung jawabkan.

b) Efektif : Yang dimaksud dengan prinsip efektif bahwa dalam

pengadaan barang dan jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah

ditetapkan (sasaran yang ingin dicapai) dan dapat memberikan manfaat yang

tinggi dan sebenar-benarnya dengan sasaran yang dimaksud.

c) Persaingan Sehat : Maksudnya adalah diberinya kesempatan kepada

semua penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sesuai

dengan ketentuan untuk menawarkan barang dan jasanya, berdasarkan etika dan

norma pengadaan yang berlaku, dan tidak terjadi kecurangan dan praktik KKN

d) Terbuka : Memberikan semua informasi dan ketentuan mengenai

pengadaan barang dan jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata

cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang dan jasa, yang

28

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai

Permasalahannya (Jakarta: Sinar Grafika,2008),h.12.

Page 35: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

35

sifatnya terbuka kepada peserta penyedia barang dan jasa yang berminat, serta

bagi masyarakat luas pada umumnya.

e) Tidak Diskriminatif : Pemberian perlakuan yang sama kepada semua

calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan

jasa. Dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepadak pihak tertentu

dengan cara dan/atau alasan apapun

f) Akuntabilitas : Pertanggung jawaban pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa kepada para pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika,

norma dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam arti

bahwa pengadaan barang dan jasa harus mencapai sasaran baik secara fisik,

maupun keuangannya serta manfaat atas pengadaan tersebut terhadap tugas

umum pemerintahan dan/atau pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-

prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa.

Etika dalam hal pengadaan tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada pasal 6 butir a

sampai dengan h, yaitu sebagai berikut :

a) Melaksanakan tugas secara tertib,disertai tanggung jawab untuk mencapai

sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan

jasa.

b) Bekerja secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga

kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya

Page 36: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

36

dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan

barang dan jasa.

c) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk

mencegah dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat.

d) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan para pihak.

e) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak

terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang

dan jasa ( conflict of interest ).

f) Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan

Negara dalam pengadaan barang dan jasa.

g) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang (seperti kolusi)

dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.

h) Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk member

atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapa pun yang

dikeatahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa.

Selain etika dalam pengadaan barang dan jasa juga diatur norma dalam hal

pengadaan barang dan jasa yang bertujuan agar pengadaan barang dan jasa

dapat tercapai dengan baik. Suatu norma baru ada apabila terdapat lebih dari

Page 37: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

37

satu orang, karena norma pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku

seseorang terhadap orang lain atau terhadap lingkungannya29

.

Sebagaimana norma lain yang berlaku, norma pengadaan barang dan jasa

terdiri dari norma tertulis dan tidak tertulis. Norma tidak tertulis pada umumnya

adalah norma yang bersifat ideal, sedangkan norma tertulis pada umumnya

adalah norma yang bersifat operasional. Norma ideal pengadaan barang dan

jasa antara lain tersirat dalam pengertian tentang hakikat, filosofi, etika,

profesionalisme dalam bidang pengadaan barang dan jasa. Adapun norma

pengadaan barang dan jasa bersifat operasional pada umumnya telah

dirumuskan dan dtuangkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu berupa

undang-undang, peraturan, pedoman, petunjuk dan bentuk-bentuk statuter

lainnya30

.

1 Pengertian Rumah Negara

Pengertian Barang Milik Negara yang berupa rumah negara dapat ditemui

dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 1994 tentang Rumah Negara yaitu sebagai berikut “rumah negara

adalah bangunan yang dimiiki negara dan berfungsi sebagai tempat itnggal

atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan

tugas pejabat dan/atau pegawai negeri”. Begitu juga dengan pengertian rumah

29

Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-Dasar dan Pembentukannya,

(Jakarta Kanisius,1998).

30 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagi

Permasalahannya, (Jakarta : Sinar Grafika,2008), hal 11.

Page 38: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

38

negara yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa

Rumah Negara yang merupakan salah satu peraturan pelaksana dari Undang-

undang tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1994 tentang Rumah Negara; dimana dalam hal ini memiliki pengertian

yang sama dari induk peraturannya.

2 Penggolongan Rumah Negara

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah

Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah

Negara, Rumah Negara terbagi menjadi 3 golongan sebagai berikut :

a) Rumah Negara golongan I adalah Rumah Negara yang

dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya

harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya

terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan

tertentu tersebut.

b) Rumah Negara golongan II adalah Rumah Negara yang

mempunyai hubungan dengan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu

instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negari dan

apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara.

Page 39: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

39

c) Rumah Negara golongan III adalah Rumah Negara yang tidak

termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada

penghuninya.

3 Pengelolaan Rumah Negara

Pengelolaan rumah negara yang diatur dalam aturan-aturan tentang

rumah negara meliputi penetapan status, pendaftaran dan penghapusan; hal ini

diatur dalam Bab V Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

1994 tentang Rumah Negara; namun dalam penulisan hukum ini, penulis tidak

membatasi pembahasan masalah terbatas pada pengelolaan rumah negara saja

namun juga mencakup pengadaan rumah negara dalam hal penyimpangan yang

terjadi dalam pengadaan, pengelolaan dan pemanfaatan rumah negara.

Dalam pengelolaannya, Rumah negara hanya dapat dihuni oleh pejabat dan

atau pegawai negeri dimana untuk dapat menghuninya harus memiliki Surat

Izin Penghunian. Rumah negara wajib didaftarkan oleh pimpinan instansi yang

bersangkutan kepada Menteri Pekerjaan Umum. Pendaftaran Rumah Negara

dilakukan untuk :

1) Mengetahui secara tepat dan rinci jumlah aset Negara yang berupa rumah.

2) Menyusun program kebutuhan pembangunan Rumah Negara.

3) Mengetahui besarnya pemasukan keuangan kepada Negara dari hasil

sewa, penjualan, penghapusan dan pajak bumi dan bangunan.

Page 40: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

40

4) Menyusun standar biaya pemeliharaan dan perawatan.

a. Pengalihan Status dan Hak Atas Rumah Negara

Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya adalah rumah negara golongan

II menjadi rumah negara golongan I, dalam hal ini pengalihan status terjadi

antara pengguna barang; untuk alih status dari rumah negara golongan III

menjadi rumah negara golongan II atau sebaliknya terjadi antara pengguna

barang dan Pengguna barang berupa rumah negara; sedangkan untuk

pengalihan rumah negara golongan II menjadi golongan I hanya dapat

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah jabatan; namun terdapat pula

rumah negara golongan II yang tiak dapat dialihkan menjadi rumah golongan

III, yaitu sebagai berikut :

a) Rumah negara golongan II yang berfungsi sebagai mess.asrama

sipil dan ABRI;

b) Rumah negara golongan II yang berfungsi secara langsung

melayani atau terletak dalam suatu lingkungan kantor instansi, rumah

sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut dan

laboratorium/balai penelitian.31

Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah rumah negara

golongan III, kecuali rumah negara golongan III yang berada dalam

31

Ayat 3 Pasal 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah

Negara

Page 41: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

41

sengketa. Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan

permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

1) Pegawai Negeri :

a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) tahun;

b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli

rumah dari Negara berdasakan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2) Pensiunan Pegawai Negeri :

a. Menerima pensiunan dari Negara;

b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli

rumah dari Negara berdasar peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3) Janda/Duda Pegawai Negari :

a. Masih berhak menerima tunjangan pensiunan dari Negara,

yang :

Page 42: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

42

a) Almarhum suami/istrinya sekurang-kurangnya mempunyai

masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada Negara, atau

b) Masa kerja almarhum suaminya/istrinya ditambah

dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan menjadi

janda/duda berjumlah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)

tahun;

a. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

b. Almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan

jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Janda/Duda Pahlawan, yang suaminya/istrinya dinyatakan

sebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku :

a. Masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara;

b. Memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;

c. Almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan

jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengalihan hak atas rumah negara seperti disebut diatas menurut Pasal

18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994

tentang Rumah Negara dilakukan secara sewa beli dan untuk dapat

Page 43: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

43

menghuni rumah negara harus memiliki Surat Izin Penghunian yang

dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan. Penghuni rumah negara

wajib untuk membayar sewa rumah dan memelihara rumah serta

memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya, serta dilarang untuk

menyerahkan sebagaian atau seluruh rumah kepada pihak lain, mengubah

sebagian atau seluruh bentuk rumah, menggunakan rumah tidak sesuai

dengan fungsinya.32

b. Pemindahtanganan Rumah Negara

Pemindahtanganan BMN berupa Rumah Negara dilakukan dengan

mekanisme:

1)Penjualan;

2)Tukar menukar;

3)Hibah; atau

4)Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.

Untuk pemindahtanganan rumah negara dengan mekanisme penjualan

hanya berlaku untuk rumah negara golongan III, sedangkan untuk

mekanisme tukar-menukar dan hibah hanya dapat dilakukan terhadap

rumah negara golongan I dan II. Mekanisme tukar menukar, hibah dan

penyertaan modal dapat diterapkan pada rumah negara golongan III

setelah status dari rumah negara tersebut dialihkan menjadi golongan II.

32

Pasal 10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara

Page 44: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

44

c. Penghapusan Rumah Negara

Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain karena :

1)Tidak layak huni;

2)Terkena rencana tata ruang;

3)Terkena bencana;

4)Dialihkan haknya kepada penghuni.

Penghapusan BMN berupa Rumah Negara dilakukan berdasarkan keputusan

Penghapusan BMN yang diterbitkan oleh Pengguna Barang,

PenggunaBarang Rumah Negara Golongan III atau Pengelola Barang.

Penghapusan rumah negara dilakukan berdasarkan keputusan Penghapusan

BMN yang diterbitkan oleh Pengguna Barang, Pengguna Barang Rumah

Negara Golongan III atau Pengelola Barang; hal ini meliputi :

1) Penghapusan BMN berupa Rumah Negara Golongan I dan Rumah

Negara Golongan II dari Daftar Barang Pengguna/Kuasa Penguna pada

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;

2) Penghapusan BMN berupa Rumah Negara Golongan III dari Daftar

Barang Pengguna/Kuasa Penguna pada Pengguna Barang/Kuasa

Pengguna Barang Rumah Negara Golongan III; atau

3) Penghapusan BMN berupa Rumah Negara dari Daftar BMN pada

Pengelola Barang.

Page 45: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

45

Hal-hal tersebut diatas mengenai penghapusan rumah negara

merupakan tindak lanjut dari penyerahan kepada Pengelola Barang,

penetapan status Rumah Negara Golongan III, alih status penggunaan

kepada Pengguna Barang lain, alih fungsi menjadi bangunan kantor,

pemindahtanganan, atau sebab-sebab lain yang secara normal dapat

diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, antara lain terkena

bencana alam atau terkena dampak dari terjadinya force majeure.33

33 Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 138/PMK.06/2010 tentang Pengelolaan Baraang Milik

Negara Berupa Rumah Negara

Page 46: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

46

BAB III

PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG MILIK

NEGARA BERUPA RUMAH NEGARA

A. Sistem Pengadaan Rumah Negara

Pengaturan terhadap Pengadaan Barang dan Jasa termasuk didalamnya

tentang pengadaan rumah negara telah diatur dalam Keputusan Presiden No 80

Tahun 2003 dan terakhir dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun

2010. Dalam Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 peluang terjadinya

penyimpangan dalam pengadaan barang milik negara cukup terbuka. Hal ini

disebabkan antara lain:

1. Dalam hal perencanaan pengadaan barang/jasa, tanggung jawab antara

KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)/ Pimpinan unit Kerja dan PPK (Pejabat

Pembuat Komitmen) penaggung jawab penggadaan barang belum diatur

dengan jelas.

2. Pejabat yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dualisme antara

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Pejabat Pengadaan.

3. Pelelangan lebih banyak ditentukan oleh Pengguna barang ( bukan oleh

tim)

4. Dokumen lelang besifat manual.

Page 47: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

47

5. Kurang obyektif dalam penetapan ranking penilian pemenang

6. Masih terjadinya persiangan yang tidak sehat antara sesama penyedia

barang dan jasa

7. Tingkat kompromi antara kontraktor dengan pejabat pengadaan yang

toleran sehingga mengakibatkan timbulnya KKN.34

Sedangkan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010

sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003, peluang

penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa menjadi sulit bahkan cenderaung

kecil kemungkinannya. Secara prinsip disajikan matrik perbedaan antara

Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 dengan Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 sebagai berikut:

MATRIKS PERBEDAAN KEPRES 80 TAHUN 2003 DENGAN PEPRES

54 TAHUN 2010

KEPRES 80 TAHUN 2003 PERPRES 54 TAHUN 2010

1 Pembagian Tanggung Jawab PA/KPA,

PPK, Pejabat/ Panitia belum diatur

dengan jelas.

1 PA / KPA, Pejabat Pembuat Komitmen

dan ULP / Pejabat Pengadaan teruarai

jelas tugas dan tanggung jawabnya

2 Jenis Pengadaan Terdiri Atas :

a. Barang

b. Jasa Pemborongan

c. Jasa Konsultan

d. Jasa Lainnya

2 Jenis Pengadaan Terdiri Atas :

a. Barang

b. Jasa Konstruksi

c. Jasa Konsultan

d. Jasa Lainnya

3 Media Pengumuman :

a. Surat Kabar Lokal

b. Surat Kabar Nasional

3 Media Pengumuman :

a. Website

b. Papan Pengumuman

34

Sosialisasi Pengadaan Barang/Jasa Oleh LKPP Kepada Para Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Seluruh Kementerian/Lembaga Tingkat

Pusat, Jakarta 5-6 April 2011

Page 48: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

48

c. Surat Kabar (jika diperlukan)

4 Perangkat Pengadaan :

a. PA / KPA

b. PPK

c. Panitia / Pejabat Pengadaan

4 Perangkat Pengadaan :

a. PA/KPA

b. PPK

c. ULP / Pejabat Pengadaan

d. Tim Penerima Barang

e. Anwizjer (jika diperlukan)

5 Paket Pelelangan ;

a. Sampai dengan Rp 50 jt

dilakukan Penunjukan Langsung

b. Rp 50 jt – Rp100 Jt dilakukan

Pemilihan Langsung

c. Di atas Rp100 jt dilakukan Lelang

Umum

5 Paket Lelang

A. Jasa Pemborongan :

1. Sampai dengan Rp 100 jt dilakukan

penunjukan langsung /

Pengadaan Langsung

2. Rp 100 jt – 200 Jt dilakukan

Pemilihan Langsung

3. Di atas Rp 200 Jt dilakukan Lelang

Umum

B. Jasa Konsultansi

1. Sampai dengan Rp 50 jt dilakukan

Seleksi langsung

2. Rp 50 jt – 100 Jt dilakukan Seleksi

Terbatas

3. Di atas Rp 200 Jt dilakukan Seleksi

Umum

6 Paket Pelelangan ;

a. Sampai dengan Rp 50 jt dilakukan

Penunjukan Langsung

b. Rp 50 jt – Rp100 Jt dilakukan

Pemilihan Langsung

c. Di atas Rp100 jt dilakukan Lelang

Umum

6 Paket Lelang

A. Jasa Pemborongan :

1. Sampai dengan Rp 100 jt dilakukan

penunjukan langsung /

Pengadaan Langsung

2. Rp 100 jt – 200 Jt dilakukan

Pemilihan Langsung

3. Di atas Rp 200 Jt dilakukan Lelang

Umum

B. Jasa Konsultansi

1. Sampai dengan Rp 50 jt dilakukan

Seleksi langsung

2. Rp 50 jt – 100 Jt dilakukan Seleksi

Terbatas

3. Di atas Rp 200 Jt dilakukan Seleksi

Page 49: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

49

Umum

7 Sanggahan belum diatur 7 Jika terjadi sanggahan banding, maka

penyedia jasa harus memberikan jaminan

sebesar 2 perseribu dari nilai HPS

8 Pengadaan dilaksanakan secara manual 8 Pengadaan secara elektronik :

a. e-procurement

b. LPSE

c. e-tendering

d. e-purchasing

9 Paket Nilai Pekerjaan :

a. 0 s/d 1 milyar rupiah ………….

Nilai Paket Kecil

b. Diatas 1 Milyar Rupiah ………

Nilaia Paket Non Kecil

9 Paket Nilai Pekerjaan :

a. 0 s/d 2,5 milyar rupiah ………….

Nilai Paket Kecil

b. Diatas 2,5 Milyar Rupiah ………

Nilaia Paket Non Kecil

Sumber : Diolah dari buku petunjuk Pangadaan Barang/jasa sesuai Peraturan

Presiden Nomor 54 tahun 2010

Dengan mengacu kepada hal-hal tersebut di atas, maka terhadap kasus-kasus

penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan rumah negara dapat diktegorikan

ke dalam jenis penyimpangan secara perdata dan pidana dengan pendekatan

perspektif hukum pidana islam.

Sedangkan peyimpangan dalam pengadaan rumah negara bila ditinjau dari

aspek hukum pidana pelakunya adalah oknum pejabat pengelola rumah negara/

Panitia Pengadaan barang dan jasa pada berbagai unit lembaga pemerintahan baik

pusat, maupun daerah dan oknum penghuni rumah negara serta rekanan/penyedia

barang dan jasa/kontraktor. Data yang penulis peroleh secara under cover atas

tindak lanjut hasil temuan Tim Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2010

dan hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan ( BPKP) triwulan 1

tahun 2011 serta Tim dari Kelembagaan Q untuk Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Page 50: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

50

(PIAC) pada 61 unit lembaga birokrasi pemerintahan X, Y, Z dan seterusnya

(pusat/daerah), terbukti bahwa urutan kerugian negara sebagai akibat

penyimpangan dalam pengadaan rumah negara yang telah dan sedang diproses di

pengadilan diperoleh data sebagai berikut :

No. Lembaga Jumlah

Pelanggaran

Jenis

Pelanggaran Nilai Kerugian

(Rupiah) Keterangan

1 Kementerian 12 Mark Up

harga dan

korupsi

876.418.716,- Telah Diputus

Pengadilan dengan

oknum yang terlibat:

Panitia Pengadaan,

Pejabat Pengadaan,

dan Rekanan

Pengadaan Barang/

Jasa

2 Lembaga Non

Kementerian

7 Korupsi dan

fiktif

718.750.000,- Telah Diputus

Pengadilan dengan

oknum yang terlibat:

Panitia Pengadaan,

Pejabat Pengadaan,

dan Rekanan

Pengadaan Barang/

Jasa

3 Pemda

Tingkat I

9 Mark Up

harga

904.237.415,- Telah Diputus

Pengadilan dengan

oknum yang terlibat:

Pejabat dan Rekanan

4 Pemda

Tingkat II

19 Korupsi dan

Suap

646.784.332,- Telah Diputus

Pengadilan dengan

oknum yang terlibat:

Anggota Legislatif,

Oknum Penegak

Hukum, dan Oknum

Pemda

5 Gabungan

Lembaga

14 Mark Up,

Gratifikasi,

964.241.670,- Telah diputus

pengadilan dengan

Page 51: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

51

lintas sektor suap dan

korupsi

oknum yang terlibat

:Lembaga riset,

penegak hukum,

pejabat antar instansi

dan rekanan.

Sumber : BPK,BPKP, KPK diolah Tim Reformasi Birokrasi

Kementerian X

Sedangkan yang masih dalam proses persidangan terdapat 87 kasus dengan

indikasi tersangka pelanggaran tindak pidana korupsi, gratifikasi dan tuntutan

ganti rugi (TGR) untuk disetorkan/dikembalikan ke negara. Temuan pemeriksaan

manajemen aset oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berkaitan dengan

permasalahan administrasi atau pencatatan, dan bukti yang sah atas aset yang

dikuasai, dari pemeriksaan di 19 departemen/lembaga negara dengan nilai aset

sebesar Rp 109,33 triliun, ditemukan penyimpangan pengelolaan manajemen aset

mencapai Rp 19,27 triliun dari cakupan pemeriksaan Rp 55,09 triliun. Sedangkan

berdasarkan pemeriksaan di 52 Pemerintah Daerah Tingkat 1 dengan nilai aset Rp

54,07 triliun, ditemukan penyimpangan pengelolaan aset sebesar Rp 18,48 triliun

dari cakupan pemeriksaan Rp 46,68 triliun. Menurut anggota Keuangan Negara I

BPK, Bapak Imran, kurang tertibnya pencatatan dan penguasaan hak atas tanah,

dapat berdampak pada ketidakwajaran penyajian nilai aset dalam laporan

keuangan, rawan terhadap penyalahgunaan, hingga pengakuan hak oleh pihak

Page 52: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

52

lain. "Sengketa itu bahkan dapat merugikan negara atau daerah di kemudian

hari”.35

B. Pengertian Penyimpangan Dalam Pengadaan Rumah Negara

1.Pengertian Penyimpangan

Secara primer penyimpangan adalah perilaku yang menyimpang dari

kewajiban-kewajiban normal suatu jabatan pemerintahan, karena kepentingan

pribadi (keluarga, golongan, kawan akrab), demi mengejar status dan gengsi,

melanggar peraturan dengan jalan melakukan atau mencari pengaruh bagi

kepentingan pribadi atau kelompoknya36

.

Penyimpangan dimaksudkan pula sebagai perbuatan dan atau perilaku dari

orang dan kelompok untuk melakukan penyelewengan yang hal itu dimintakan

legalisasi atau diusulkan diadakannya perubahan atas ketentuan yang berlaku,

sehingga untuk dikemudian hari yang demikian itu tidak lagi merupakan suatu

penyimpangan yang tidak sah37

.

35

Paparan Audit Ketua Badan Perwakilan Keuangan Atas Audit BPK Tahun 2010 di

Depan Anggota DPR RI, Maret 2011

36 J.S.Nye, Corruption and Political Development a Cost Benefit Analysis, Harvard

University,1967

37 Bimbingan Teknis Penyelesaian Keuangan Negara, Badan Akuntansi Keuangan Negara

(BAKUN), 1996

Page 53: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

53

Penyimpangan sekunder adalah suatu perilaku yang dapat menunjukkan

kepada pelanggaran-pelanggaran yang serius, berulang-ulang, diorganisir dan

diintregrasikan sebagai bagian dari citra pribadi si pelaku. Hal yang mendasar

yang turut mengembangkan keadaan itu adalah penilaian negatif masyarakat

terhadap si pelaku. Ketika keadaan itu dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap

kesejahteraannya maka masyarakat akan memberikan dorongan kepada

pelanggar hukum dalam bentuk kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan

sebab-sebab tingkah lakunya.

Pemberian dorongan kepada pelanggar hukum ini, kemudian dihayati melalui

serangkaian interaksi yang mengarah pada penyimpangan sekunder. Selanjutnya

suatu yang terjadi dalam masyarakat yang disebabkan oleh adanya penilaian

mengenai tindakan tersebut dan melembagakan ukuran-ukuran penekanannya

terhadap si pelanggar hukum seringkali muncul dalam suatu siklus umpan balik

yang semakin menimbulkan penyimpangan dan pemberian cap (labeling).

2. Bentuk Penyimpangan Secara Pidana Dalam Pengadaan Rumah

Negara

Untuk penyimpangan secara pidana dalam pengadaan rumah negara dapat

berupa penggelapan, penipuan, tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan

jabatan atau wewenang serta pemalsuan.

Penyimpangan dalam pengadaan aset Negara bisa dikategorikan sebagai

korupsi karena merupakan jenis kegiatan yang melawan hukum melakukan

Page 54: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

54

perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara38

.

a. Jenis-Jenis Tindak Pidana Dalam Pengadaan Rumah Negara

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk penyimpangan secara

pidana dalam pengelolaan rumah negara dapat berupa penggelapan, pencurian,

penipuan, tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan jabatan atau wewenang

serta pemalsuan. Untuk dapat mengetahui akar dari setiap jenis tindak pidana

yang kerap terjadi dalam pengelolaan rumah negara, maka jenis tindak pidana

dalam pengelolaan rumah negara haruslah dibahas satu demi persatu sebagai

berikut.

1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penggelapan

Tindak pidana penggelapan diatur dalam BAB XXIV pasal 372 sampai

dengan pasal 377 KUHP. Dalam aturan ini yang dimaksud dengan penggelapan

adalah sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang,

yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan yang ada padanya

bukan karena kejahatan, dipidana karena penggelapan, dengan pidana penjara

selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ratus

rupiah.”

38

Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 pasal 2 ayat ( 1 )

Page 55: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

55

Dalam aturan ini hampir sama dengan pencurian, hanya saja dalam

penggelapan barang yang diambil sudah berada dalam penguasaan si pelaku

dengan cara yang sah.

2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penipuan

Penipuan diatur dalam BAB XXV KUHP yaitu dalam pasal 378 hingga 395.

Dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai penipuan ini dibedakan menjadi

penipuan biasa, penipuan dengan pemberatan dan penipuan ringan. Untuk induk

dari pasal yang mengatur mengenai penipuan sendiri terdapat dalam pasal 378

KUHP yang berbunyi sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan dirinya atau orang lain

dengan melawan hukum, baik dengan memakai nama palsu atau peri keadaan

yang palsu, baik dengan tipu muslihat, maupun dengan rangkaian kebohongan,

membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang atau supaya membuat

utang atau menghapuskan piutang, dipidana karena penipuan dengan pidana

penjara selama-lamanya empat tahun.”

Unsur yang terdapat dalam pasal ini adalah orang yang membujuk orang lain

untuk memberikan suatu barang, membuatutang, meniadakan suatu piutang

dengan melawan hukum dengan :

a. Tipu-muslihat;

b. Rangkaian kebohongan;

Page 56: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

56

c. Nama palsu;

d. Peri keadaan palsu;

Membujuk disini adalah menanamkan pengaruh demikian rupa terhadap

orang, sehingga orang yang dipengaruhinya mau berbuat sesuatusesuai dengan

kehendaknya, padahal apabila orang itu mengetahui duduk soal yang sebenarnya,

orang tersebut tidak akan mau melakukan perbuatan tersebut. Mengenai cara

memberikan barang tidak harus diserahkan kepada terdakwa sendiri dan tidak

harus diserahkan oleh korban sendiri, namun bisa melalui orang lain.

Menguntungkan diri sendiri dengan melawan hukum berarti menguntungkan diri

sendiri dengan tiada hak. Tipu muslihat berarti suatu hal yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang dirancang sedemikian hingga membuat orang lain percaya,,

dimana hal ini setali dengan rangkaian kebohongan yang merupakan susunan

cerita bohong yang saling menutupi satu sama lain. Peri keadaan palsu sendiri

adalah suatu kebohongan mengenai suatu keadaan, dengan contoh suatu

pengakuan jabatan yang sebenarnya tidak melekat pada si pelaku.

3. Tinjauan Umum tentang Pemberian suap dan gratifikasi

Tindak Pidana penyuapan diatur dalam KUHP pasal 209,210,418,419 dan

420.

Adapun ketentuan pasal 209 adalah sebagai berikut

Page 57: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

57

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

pidana denda paling banyak empar ratus lima puluh ribu rupiah

1) Barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat

dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya

2) Barang siapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau

berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan

atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Ciri delik suap adalah39

:

1. Peran aktif antara penyuap dengan pejabat

2. Terdapat deal/kesepakatan dua pihak mengenai besaran nilai suap yang akan

ditransaksikan dan cara penyerahannya.

Sedangkan untuk gratifikasi diatur dalam pasal 11 UU No 20 tahun 2011

“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama

5(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

rupiah), pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima hadiah atau

janji pdahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan

39

R. Dyatmiko Soemodihardjo, Mencegah dan Memberantas Korupsi, Mencermati

Dinamikanya Di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2008),hal 67.

Page 58: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

58

jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji

tersebut ada hubungan dengan jabatannya”

Ciri delik gratifikasi adalah40

:

1. Tidak ada peran aktif dari pegawai negeri atau penyelenggara Negara

2. Tidak ada tekanan pada pemberian suap

3. Tidak ada deal/termasuk transaksi dan penyerahannya, serta

4. Pemberian kepada pegawai negeri atau pejabat Negara tanpa adanya

perencanaan/tidak terduga

4. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penyalahgunaan Jabatan dan

Korupsi

Tindak pidana ini diatur dalam BAB XXVIII tentang Kejahatan Yang

Dilakukan dalam Jabatan. Dalam Bab ini banyak terdapat pasal-pasal yang dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana dalam pengelolaan rumah negara, antara lain

pada pasal 418, dan 419. Untuk tindak pidana ini erat kaitannya dengan tindak

pidana korupsi karena hal-hal yang telah diatur dalam pasal 418 dan 419 BAB

XXVIII KUHP juga diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.41

40

Firman Wijaya, Delik Penyalahgunaan Jabatan dan Suap Dalam Praktek, (Jakarta:

Penaku,2011),hal.50 41

Selanjutnya disebut dengan Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

Page 59: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

59

Korupsi sendiri diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, Penjelasan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan

Nepotisme, United Nations Convention Against Corruption, 2003, dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United

Nations Convention Against Corruption, 2003.

Tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdapat dalam Pasal 2 Ayat 1 yang

berbunyi sebagai berikut :

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.

Page 60: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

60

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-

(satu milyar rupiah).”

Penyimpangan dalam pengadaan rumah negara sangat rentan dengan praktik

kejahatan dalam jabatan dan tindak pidana korupsi, seperti yang diatur dalam

Pasal 3 Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang

berbunyi sebagai berikut :

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendriri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama

20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).”

Serta pasal 13 Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang berbunyi sebagai berikut :

“Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan

mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada

jabatan atau kedudukan tersebut, dipidan dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh

juta rupiah).”

Page 61: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

61

b. Korupsi Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam

“Fikih “Jinayat”” terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan “Jinayat”. Pengertian

“fikih” secara bahasa berasal dari lafal “faqiha, yafqahu fiqhan”, yang berarti

mengerti, paham. Pengertian “fikih” secara istilah yang dikemukakan Abdul

Wahab Khallaf adalah :

����� �� ��� � ������� � ���� ���� � � � � �� �� ���� � ! "#$� ������%$���� . � ����� � � ' � �$��� � ������� � ���� ����� � � � (� �� �) ! *������%$��

Artinya : “Fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ praktis

yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci, Atau fikih adalah himpunan

hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil

yang terperinci.”42

Adapun ““Jinayat”” menurut bahasa adalah :

+,�- � ".��/ � � * 01�2 3 �� � "�45 ��

Artinya : “Nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk

dan apa yang diusahakan.”

Pengertian “Jinayat” secara istilah fuqaha sebagaimana yang

dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah :

���� � ��، �� ا ء و �� ا ���� �� ���� � ا ��� م ! �+* (�) أو !� ل أو %$� ذا�"

Artinya : “Jinayat” adalah suatu istilah untuk perbuatan yang

dilarang oleh syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau

42

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Al Fiqh, (Ad Dar Al Kuwaitiyah, 1986), cet VIII, hal.11.

Page 62: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

62

lainnya43

. Jika digabungkan maka pengertian “Fikih Jinayat” adalah

ilmu tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan

yang dilarang dan hukumannya, yang diambil dari dalil-dalil yang

terperinci.

Bentuk-bentuk korupsi sebagaimana definisi diatas dapat dijumpai

ungkapannya dalam berbagai kasus yang terangkum dalam beberapa konsep-

konsep normatif dan fiqih, beberapa istilah-istilah tersebut adalah :

a) Ghulul

Secara leksikal ghulul dimaknai dengan “akhdzu al-syai wa dassahu fi

mata’ih” ( mengambil sesuatu dan menyembunyikan dalam hartanya )44

. Pada

mulanya ghulul merupakan istilah bagi penggelapan harta rampasan perang

sebelum dbagikan. Oleh karena itu, Ibn Hajar al-Asqalani mendefinisikannya

dengan “al-khiyanah fi al-maghnam” ( pengkhianatan pada harta rampasan

perang )45

. Tindak kejahatan ini disebut dalam QS Ali ‘Imran [3] : 161

= وه آ;.: !� (�) آ� 8��9 7 ا�$6�! ��م %� �45 3�ت 0�+� و!1 �0� أن ��.* آ�ن و!� �<+�4ن

١٦١: ٣/�4�ان ال ) )

43

Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, Juz 1, (Beirut : Dar Al Kitab Al ‘Araby,

tanpa tahun). Hal.67. 44

Muhammad Rawwas Qal’aji dan Hamid Shadiq Qunaibi, Mu’jam Lughat al-fuqaha’, (

Beirut Dar al-Nafis,1985 ), h.334. 45

Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, ( Kairo: Dar Diwan al-

Turats, tt ), h.177

Page 63: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

63

Artinya : “Dan tidaklah mungkin seorang Nabi berkhianat dalam

urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat, maka ia akan

datang pada hari kiamat membawa apa yang dikhianatinya. Kemudian setiap

jiwa akan diberi pembalasan sesuai dengan apa yang ia kerjakan, dan tak

seorang pnn akan” diperlakukan secara lalim. ( QS Ali ‘Imran/3: 161 )

b) Risywah

Kata risywah secara leksikal mengacu pada kata rasya-yarysu-risywatan

yang bermakna al-ju’l yang berarti upah, hadiah, pemberian atau komisi.

Sedangkan riywah secara terminologis adalah tindakan memberikan harta dan

yang sejenis untuk membatalkan hak milik pihak lain atau mendapatkan atas

hak milik pihak lain46

. Pengertian tersebut sesuai dengan pengertian para

ulama, di antaranya al-Shan’ani dalam Subul al-Salam yang memahami korupsi

sebagai “upaya memperoleh sesuatu dengan mempersembahkan sesuatu”47

.

Kejahatan ini disebut dalam hadits Nabi :

EFا����* : و�1 �5�7ن رK* اJ�� H ��ل ��1 ر��ل اH ا��ا�* وا�4�G9* وا��4L�$5 *G4� يNا�

Artinya : Tsauban berkata : Rasullullah melaknat penyuap, penerima

suap dan perantara ( yaitu orang yang menghubungkan keduanya48

.

c)Khiyanah

46

Rawwas Qal’aji, h.233.

47 Al-Shan’ani, Subul al-Salam, ( Beirut : Dar al-Shadr,tt.), XIV,h.322

48 HR. Ahmad dalam bab Musnad Anshar radhiyallahu ‘anhum

Page 64: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

64

Khiyanat (khianat) secara umum berarti tidak menepati janji. Dalam QS al-

Anfal [8]: 27 dikemukakan tentang larangan mengkhianati Allah dan Rasul-

Nya :

�� �L�1 أ�N��ا ا�!O = ا�)�P9 J+ل ا���� و�P9(�ا وا�Q9�)�!أ R)9�+�4ن وأ

( ��)S٢٧: ٨/ل ا )

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu

mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan jangan pula kamu berkhianat

terhadap amanat yang diberikan kepadamu sedangkan kamu mengetahuinya.(

QS al-Anfal/8:27)

Khianat juga merupakan sesuatu yang melekat pada ghulul sebab orang yang

melakukan ghulul berarti berkhianat. Sebagaimana penjelasan berikut ini :

Mengkorupsi sesuatu berarti menyembunyikan sesuatu itu ke dalam hartanya

dan menyembunyikannya, kemudian dia mengkhianati sahabatnya dalam

(harta) itu49

d) Mukabarah dan ghasab

Ghasab adalah mengambil sesuatu dari tangan seseorang dengan jalan

kekerasan (paksa)50

.

Sedangkan pengertian Mukabarah sangat umum, meliputi eksploitasi secara

tidak sah atas benda dan manusia. Dengan pengertian ini maka ghasab termasuk

di dalamnya karena merupakan tindakan menguasai atau mengeksploitasi milik

49

M.Shadiq Khan, Nail al-Maram min Tafsir Ayat al-Ahkam, 1929,h.99

50 Pencarian lewat internet www.google.com kata pencarian : Pengertian Ghasab Artikel di

akses pada 14 April 2011

Page 65: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

65

pihak lain berdasarkan kekuatan dan kekuasaan. Kejahatan ini disinggung

dalam QS al-Kahfi [18]: 79 :

67�6/8* �8�8.���6� 976� :;�8<6=6> ?�@A8.9�� B�> 67 C�8�@�8D 8E�/�8�8��� @F8G�6 6> C�84��$H��� �H6� I�.@%6J K�84��$8- LMC/ CN,O9=8D PQ��H �,!3�8<8*

( R� ��/TU :WX )

Artinya : Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin

yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusak bahtera itu, karena di

hadapan mereka ada raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

( QS al-Kahfi/18:79 )

e) Sariqah

Sariqah adalah tindakan mengambil harta pihak lain secara sembunyi-

sembunyi tanpa ada pemberian amanat atasnya. Kejahatan ini disinggung dalam

QS al-Maidah [5] : 38 :

1W! =�Q) �.;اء �45 آXY �4L�Z���ا أ[��� وا�;\�رق وا�;\�ر� $Q X�X� J+وا� J+ا�

( ٣٨: ٥/ZFة ا��4 )

Artinya : Laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan

keduanya sebagai balasan bagi keduanya dan siksaan dari Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.( QS al-Maidah/5:38)

f) Inthikhab

Page 66: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

66

Inthikab atau merampas dan menjambret juga termasuk salah satu jenis

penyimpangan terhadap pengadaan aset Negara karena jika dilihat dari

hakikatnya sebagai pemindahan hak yang bertentangan dengan hukum.

Page 67: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

67

BAB IV

ANALISA TERHADAP PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN

RUMAH MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA

POSITIF NEGARA

A. Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Pengadaan Rumah Milik

Negara

Terhadap kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan rumah

negara dapat dikategorikan ke dalam jenis penyimpangan secara perdata dan

pidana. Penyimpangan secara perdata yang kerap terjadi, pada umumnya berupa

perselisihan mengenai hak penguasaan, penggunaan dan kepemilikan dari rumah

negara oleh pejabat yang sudah tidak berhak menempati rumah negara karena

pensiun, meninggal ataupun hal lainnya seperti ahli waris masih menempati,

keluarga dari pejabat atau pegawai negeri yang sebelumnya menempati rumah

negara atau merasa berhak untuk memiliki rumah negara sebagai penghargaan dari

negara atas jasa-jasa yang telah dilakukan pada saat dinas. Penyimpangan secara

perdata dalam pengadaan rumah negara ini mengakibatkan kerugian bagi negara,

dikarenakan para penghuni rumah negara tersebut nyata-nyata tidak membayar

sewa atas penempatan rumah dimaksud melalui kas negara. Sedangkan

peyimpangan dalam pengadaan rumah negara bila ditinjau dari aspek hukum

pidana pelakunya adalah oknum pejabat pengelola rumah negara/ Panitia

Pengadaan barang dan jasa pada berbagai unit lembaga pemerintahan baik pusat,

Page 68: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

68

maupun daerah dan oknum penghuni rumah negara serta rekanan/penyedia barang

dan jasa/kontraktor. Hal ini disebabkan oleh kelalaian dan inkompetensi

pelaksanaan serta peserta pengadaan. Namun tak jarang penyimpangan ini juga

merupakan tindakan yang disengaja pelaksana dan/atau peserta pengadaan dalam

rangka kolusi dan korupsi51

.

Modus korupsi dalam pengadaan sebagaimana dimaksud meliputi

penggelembungan harga (mark-up), perbuatan curang, penyuapan, penggelapan,

pengadaan fiktif, pemberian komisi, penyalahgunaan wewenang, nepotisme, dan

pemalsuan52

.Menurut indeks pembayaran suap TI, Kasus penyimpangan yang

berkaitan dengan perumahan adalah berjumlah 11 % dari keseluruhan korupsi

dalam pengadaan barang dan jasa53

. Data BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

tahun 2010 juga mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi paling banyak

mencuat pada proyek pengadaan. Hal itu terutama disebabkan proses pengadaan

barang/jasa tidak dilakukan melalui mekanisme lelang terbuka (tender),

melainkan dengan penunjukan langsung. Padahal melalui penunjukan langsung,

pelaksanaan proyek dapat menimbulkan konsekuensi pelanggaran hukum.

Dari sisi persaingan usaha sebagaimana telah diatur UU No. 5 tahun 1999,

penunjukan langsung menutup peluang terjadinya kompetisi berkualitas. Oleh

51

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai

Permasalahannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 125

52 Ibid, 125

53 Transparency International Indonesia, Buku Panduan Mencegah Korupsi dalam

Pengadaan Barang dan Jasa, hal. 109.

Page 69: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

69

karena itu, para pelakunya dapat dikategorikan melanggar persaingan usaha yang

sehat. Pentingnya lelang terbuka karena diasumsikan adanya kontestansi akan

mendorong tercapainya efektivitas dan efisiensi anggaran belanja. Negara

diuntungkan karena memperoleh barang/jasa yang bagus dengan nilai proyek

yang kompetitif. Penunjukan langsung juga dapat dianggap melanggar Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di Instansi

Pemerintah, selain itu penunjukan langsung rawan penyimpangan karena

mayoritas dilakukan bukan atas dasar profesionalisme dan integritas, tetapi

berdasarkan adanya faktor kedekatan, seperti hubungan kekeluargaan antara

pemimpin lembaga dan pegawai yang bersangkutan, atau pemilihan itu karena

pegawai menyanggupi untuk memenuhi beban yang diberikan kepadanya sebagai

pimpro atau penitia pengadaan barang/jasa54

. Terutama jika syarat-syarat

penunjukan langsungnya tidak terpenuhi. Disamping itu, pelanggaran terhadap

Peraturan Presiden tersebut akan semakin nyata jika dalam praktik penunjukan

langsung, negara dirugikan karena penggelembungan harga. Apalagi jika

ditemukan unsur penyuapan dan bid rigging, yakni pemberian uang pelicin oleh

peserta lelang kepada panitia lelang. Meskipun demikian, penunjukan langsung

tetap bisa dilakukan asal semua syarat wajib yang tertera dalam Peraturan

Presiden tersebut dipenuhi, termasuk pemenuhan prinsip-prinsip efektif dan

54

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 120

Page 70: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

70

efisien. Oleh karenanya, mengacu kepada Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2003,

dapat diberikan catatan khusus bahwa penunjukan langsung tidak berarti selalu

dianggap salah atau melanggar hukum. Hal ini penting diperhatikan mengingat

persepsi publik yang terbangun, jika ada proyek penunjukan langsung, berarti

telah terjadi korupsi. Penunjukan langsung dapat menjadi persoalan dalam ranah

pidana khusus (korupsi) seandainya pejabat publik yang melakukannya memiliki

motif korupsi. Indikasinya dapat dilihat pada penetapan nilai proyek yang tidak

wajar, rekayasa alasan penunjukan langsung, rencana lelang yang sudah

diarahkan, penentuan jadwal lelang yang tidak realistik dan lain sebagainya. Nilai

proyek yang berlipat ganda besarnya dibandingkan harga normal menunjukan

bukti kuat bahwa telah terjadinya korupsi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa

selisih harga proyek dengan harga pasar merupakan ongkos korupsi yang harus

dibayar. Tanpa penggelembungan harga, rekanan sulit memperbesar keuntungan

karena sudah menjadi hal jamak jika 30 hingga 40 persen nilai kontrak harus

dibagi-bagikan untuk panitia proyek dan pejabat yang bertanggungjawab.

Sehingga untuk meminimalisir kejadian ini perlu digalakkan sistem e-

procurement dan e-announcement55

Terdapat beberapa hal yang bisa menjelaskan kerapnya penyimpangan terjadi

dalam proses pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah. Saat ini, secara

berjenjang, Pengadaan pengadaan dikendalikan oleh Pimpinan Proyek, badan

55

Vincentia Hanni, Ruwet, Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dalam

http://www.kpk.go.id diakses tanggal 20 Agustus 2011

Page 71: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

71

pelaksana yang sifatnya “ad-hoc” dan memiliki posisi tawar rendah. Kondisi ini

akan sangat menyulitkan adanya panitia lelang yang kredibel, mandiri dan

objektif dalam menilai proses pelelangan karena mereka sendiri adalah kelompok

yang rentan atas tekanan internal dan eksternal.

Buruknya performance panitia pengadaan juga diakibatkan oleh tiadanya

mekanisme insentif bagi yang memiliki prestasi, khususnya para panitia lelang

yang secara sungguh-sungguh telah mempraktikkan proses pelelangan yang

efektif dan efisien; atau sudah tertanamnya pemikiran di kalangan panitia

pengadaan bahwa melakukan korupsi jauh lebih menguntungkan bagi panitia

lelang dan pejabat yang bertanggungjawab daripada insentif56

.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tidak mampu mengakomodasi

pemberian sanksi terhadap pelanggar, karena kekuatan hukumnya jauh di bawah

undang-undang, apalagi Peraturan Presiden dapat setiap saat diperbaharui.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan pengeluaran belanja tertinggi

yang mencapai 60% (enam puluh persen) dari total anggaran belanja pemerintah.

Di samping menjadi pengeluaran tertinggi dalam belanja Negara, pengadaan

barang dan jasa ini juga menjadi yang tertinggi dalam hal kebocoran dana akibat

longgarnya ruang mark up sehingga menimbulkan kerugian kuangan

56

Pencarian lewat internet www.google.com kata pencaharian : Sisi Lemah Pengadaan

Barang dan Jasa, artikel di akses pada 18 April 2011

Page 72: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

72

Negara/perekonomian Negara dan masyarakat57

. Modus utama angka kebocoran

diakibatkan pola penunjukkan langsung dari pemerintah terhadap salah satu

rekanan kerja dalam hal pengadaan proyek, sehingga berdampak pada kebocoran

karena sudah dilakukan mark up terlebih dahulu saat menunjuk pemenang

tersebut dengan tujuan wajib memberikan kompensasi kepada lembaga yang

menggolkan salah satu rekanan itu. Selain hal tersebut sebab terjadinya

penyimpangan juga karena kontroversi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010, hal ini karena timbul pertanyaan apakah BUMN terikat dengan Peraturan

Presiden ini atau tidak, karena BUMN sudah punya aturan tersendiri yang

mengacu kepada Undang-Undang No.19 Tahun 2003,yang kedudukannya lebih

tinggi dari Peraturan Presiden.

B. Modus Operandi

1. Perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh para pengelola pengadaan barang

inventaris milik negara, dilakukan sudah membudaya, karena sudah menjadi

kebiasaan bahwa pada setiap organisasi pemerintah pasti terdapat penyimpangan

dalam pemanfaatan barang inventaris milik negara. Misalnya dalam bentuk

merubah fungsi penggunaan dari untuk kepentingan kantor menjadi untuk

kepentingan pribadi dengan pelakunya adalah aparat/pejabat yang bertanggung

jawab terhadap pengelolaan barang inventaris milik negara. Kejadian ini sudah

berlangsung lama yaitu dari generasi ke generasi, pejabat lama ke pejabat baru.

57

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai

Permasalahannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 7

Page 73: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

73

2. Perilaku penyimpangan sudah merupakan peristiwa yang terjadi sudah lama

sehingga sudah ada transmisi kebudayaan dalam melakukan penyimpangan. Jadi

siapapun yang ditugaskan sebagai pengelola barang inventaris pasti dia akan

melakukan hal yang sama.

3. Penyimpangan dilakukan dengan cara yang sistimatis dan dalam melakukan

tindakan penyimpangan modus yang dilakukan mulai pada tahap perencanaan,

pejabat pengadaan barang bekerjasama dengan perusahaan jasa konsultan

perencana sudah melakukan perhitungan-perhitungan menggelembungkan/mark

up mulai dari volume pekerjaan, jenis-jenis barang yang akan dikerjakan dan

harga-harga yang melebihi taksiran harga pasar serta mengurangi kualitas dari

material yang akan digunakan, sehingga nilai pekerjaan pengadaan rumah negara

menjadi mahal.

4. Dalam hal pelaksanaan pelelangan, penyimpangan dilakukan dengan cara,

Panitia pengadaan bekerjasama dengan pejabat pengadaan, perusahaan konsultan

dan perusahaan kontraktor melakukan pelelangan melalui cara tidak transparan,

misalnya perusahaan kontraktor yang ikut lelang sudah dikondisikan sebelumnya

dengan cara memilih kontraktor yang bisa diajak kolusi dan dapat menyetorkan

sejumlah uang dengan dalih untuk biaya operasional kantor non kedinasan.

5. Dalam penetapan kontraktor yang akan dipilih sebagai pemenang, kontraktor

melakukan negosiasi dengan pejabat lelang agar beberapa jenis barang dikurangi

pekerjaannya atau ditambah dengan mengubah gambar perencana bangunan

Page 74: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

74

sehingga harga bisa turun namun nilai kontrak tetap, dan atau harga dinaikkan

melalui adendum sebagai pekerjaan tambah kurang. Terhadap nilai harga yang

disesuaikan tersebut, uang disetorkan kepada pejabat pengadaan, pejabat lelang

dan beberapa pejabat lainnya yang terkait dengan pekerjaan tersebut58

.

C. Sanksi Dalam Penyimpangan Terhadap Pengadaan Rumah Negara menurut

Hukum Pidana Positif

1. Sanksi Penyimpangan Pengadaan Rumah Negara Menurut Hukum Pidana

positif

Penyimpangan dalam kategori tindak pidana yang dilakukan dalam

Pengadaan rumah negara adalah penggelapan, pencurian, penipuan, tindak pidana

korupsi dan penyalahgunaan jabatan atau wewenang serta pemalsuan. Modus

operandi penggelapan dalam Pengadaan rumah negara dibarengi dengan tindak

pidana pemalsuan yang praktiknya dengan cara menjual rumah milik negara yang

ditempati oleh pejabat atau pegawai negeri kepada pihak lain tanpa adanya

persetujuan dari pengelola barang serta memalsukan surat-surat kepemilikan

rumah tersebut. Tindak pidana seperti kasus ini, dapat dijatuhi sanksi pidana

berupa hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun atau denda sebanyak-

banyaknya Rp.900,- (sembilan ratus rupiah); namun dalam pasal 374 KUHP

disebutkan bahwa penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang

58

Muhdori, Penyimpangan Dalam Pengelolaan Barang Inventaris Milik Negara Dalam

Suatu Unit Kerja Birokrasi Pemerintahan, Sebagai Bentuk White Collar Crime (Studi Kasus

Departemen “X”), (Depok: UI.2003), hal.73.

Page 75: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

75

itu karena jabatannya sendiri atau karena pekerjaannya atau karena mendapat upah

uang, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun.

Untuk tindak pidana pemalsuan yang diatur pada pasal 263 pasal 1 dan 2 yang

berbunyi sebagai berikut ;

“(1) Barangsiapa membikin surat palsu atau memalsukan surat yang dapat

menerbitkan suatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan dari

utangatau yang dapat menjadi bukti dari sesuatu hal dengan maksud untuk

memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah surat itu

asli dan tidak dipalsukan, jikalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan

kerugian, maka karena memalsukan surat dipidana dengan pidana penjara

selama-lamanya 6 (enam ) tahun.

(2) Dipidana dengan pidana penjara semacam itu juga, barangsiapa dengan

sengaja memakai surat palsu atau surat yang dipalsukan, seolah-olah surat itu

asli dan tidak dipalsukan, kalau pemakaian surat itu mendatangkan kerugian.”

Dalam pasal 264 KUHP juga dijelaskan bahwa pidana penjara selama-

lamanya 8 (delapan) tahun dapat diberikan apabila pemalsuan dilakukan terhadap

surat pembukti resmi (akte otentik), surat utang atau surat tanda utang dari suatu

negara, sero, talon dan surat kredit yang diedarkan. Penyimpangan ini juga dapat

dimasukkan kedalam kategori tindak pidana penipuan, karena mengandung unsur

adanya tipu muslihat, rangkaian kebohongan, dan peri keadaan palsu yang dapat

mempengaruhi orang lain untuk membuat utang dengan melawan hukum karena

Page 76: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

76

telah diatur dalam huruf a ayat 2 pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Rumah

Negara bahwa penghuni rumah negara dilarang menyerahkan sebagian atau

seluruh rumah kepada pihak lain.

a. Sanksi Untuk Tindak Pidana Menghancurkan atau Merusakkan Barang

Tindak pidana ini biasa dilakukan oleh pejabat atau pegawai negeri, ahli waris

dan pensiunan pejabat atau pegawai negeri dalam bentuk merubah bentuk dari

rumah negara agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingannya, seperti

menambahkan kamar, membuat ruangan untuk berdagang, dimana hal ini dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal ini juga tidak sesuai dengan

hurf b ayat 1 pasal 10 Peraturan Pemerintah tentang Rumah Negara yang mengatur

bahwa penghuni rumah negara wajib memelihara dan memanfaatkan rumah sesuai

dengan fungsinya. Serta diatur pula pada huruf b dan c ayat 2 pasal 10 Peraturan

Pemerintah tentang Rumah Negara yang mengatur bahwa penghuni rumah negara

dilarang mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah dan menggunakan rumah

tidak sesuai dengan fungsinya.

Selain sanksi administrasi berupa pencabutan izin menghuni, dapat juga

dikenakan sanksi pidana yang berupa penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun

untuk tindak pidana menghancurkan atau merusakkan gedung pada pasal 410

KUHP.

Page 77: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

77

b. Sanksi Untuk Tindak Pidana Penyalahgunaan Jabatan dan Korupsi

Dalam Pengadaan rumah negara, kejahatan dalam penggunaan jabatan yang

biasa dilakukan adalah terdapat dalam Pasal 416, 417, 418, 419, 420, 423, 424

dan 425 KUHP. Dalam tindak pidana ini berkaitan pula dengan tindak pidana

korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahunn 2009 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Penyimpangan dalam Pengadaan rumah

negara dapat dimasukkan ke dalam tindak pidana korupsi karena memenuhi unsur

dari rumusan tindak pidana korupsi yaitu secara hukum telah memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara. Begitu pula dengan korupsi yang dilakukan

dengan penyalahgunaan wewenang yang unsur-unsurnya dapat dimasukkan ke

dalam penyimpangan dalam Pengadaan rumah negara yaitu bertujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi dengan

menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

suatu jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian

negara59

. Korupsi dalam Pengadaan rumah negara ini dapat dilakukan sejak dari

pengadaan hingga penghapusan rumah negara tersebut, dan dilakukan secara

bersama-sama oleh para pegawai negeri dengan vendor dan pihak lain.

Dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, diatur

bahwa sanksi yang diberikan adalah pidana penjara seumur hidup atau sekurang-

59

Firman Wijaya, Delik Penyalahgunaan Jabatan dan Suap Dalam Praktek, (Jakarta:

Penaku,2011), hal.19.

Page 78: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

78

kurangnya 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling

sedikti Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), dimana bila tindak pidana korupsi ini

dilakukan dalam keadaan bencana dapat dijatuhkan pidana mati. Sedangkan untuk

tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang dalam

Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dapat dikenakan

pidana penjara sejurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 20 (dua

puluh) tahun dan denda sekurang-kurangnya Rp. 50.000.0000,- (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), sedangkan

korupsi dengan penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan tanah negara dalam

KUHP diatur dalam pasal 424 dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya

6 (enam) tahun.

Dalam KUHP pasal 416 diatur sanksi untuk pegawai negeri yang dengan

sengaja memalsukan buku atau daftar yang semata-mata digunakan untuk

pemeriksaan tata usaha, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

selama-lamanya 20 (dua puluh) tahun, dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp.

30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah), dimana hal ini diatur pula pada pasal 9

undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang dapat diberikan

sanksi penjara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 5 (lima)

tahun dan denda sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

dan paling banyak Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Page 79: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

79

Dalam KUHP pasal 417 juga diatur tentang tindak pidana korupsi yang

berupa perusakkan dan atau penghancuran tanda bukti bagi kuasa yang berhak,

seperti akte-akte, surat-surat atau daftar-daftar secara langsung maupun tidak

langsung yang disimpan karena jabatannya, hal ini dikenakan sanksi pidana

penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 (dua puluh) tahun, dan/atau denda

sebanyak-banyaknya Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah), dimana hal ini diatur pula

dalam pasal 10 undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang

dapat diberikan sanksi penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-

lamanya 7 (tujuh) tahun dan denda sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,- (seratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta

rupiah).

Dalam KUHP pasal 418 juga diatur tentang tindak pidana korupsi yang

berupa menerima hadiah karena jabatannya, pemberian suap atau janji yang

dimaksud dalam rumusan pasal 418 harus dilandasi:

1. Pengetahuan ataupun kepatuhan dapat menduga dari pegawai negeri

yang bersangkutan bahwa pemberian atau janji ada hubungannya dengan sesuatu

yang kek uasaan atau suatu kewenangan yang ia miliki karena jabatannya

Page 80: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

80

2. Oleh anggapan orang yang memberikan pemberian atau janji ada

hubungannya dengan kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh penerima

pemberian atau janji karena jabatannya60

.

Ketentuan Pasal 418 KUHP ini, jika dilihat dari perumusannya,

merupakan delik formal di mana perbuatan dianggap selesai saat pelaku, yakni

pejabat tersebut, telah menerima pemberian atau janji61

hal ini dikenakan sanksi pidana penjara seumur hidup atau selama-lamanya

20 (dua puluh) tahun, dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp.30.000.000.000,-

(tiga puluh juta rupiah), dimana hal ini diatur pula dalam pasal 11 undang-undang

tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang dapat diberikan sanksi penjara

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda

sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Untuk pasal 419, 420, 423 dan 425 dikenakan sanksi dalam pasal 12 undang-

undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang dapat diberikan sanksi

pidana penjara seumur hidup atau sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling sedikti Rp. 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

60

Lamintang dan Samosir, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru,1990),

hal.182

61 Firman Wijaya, ibid, hal 39

Page 81: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

81

Selain sanksi pidana yang telah ditetapkan diatas, dapat juga dikenakan sanksi

pidana tambahan berupa :

A) perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau

barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak

pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana

korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang

tersebut;

B) pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama

dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

C) penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)

tahun;

Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan

seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

Pemerintah kepada terpidana.

Salah satu kasus korupsi dalam pengadaan Rumah Negara ini terjadi di

daerah Cirebon dengan putusan No. 1682 K/Pid/2005 dimana Kepala PT.Djakarta

Loyd cabang Cirebon ini merugikan perekonomian Negara karena memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau korporasi sebesar Rp.25.440.000 (dua puluh lima

juta empat ratus empat puluh ribu rupiah), dimana ia mengajukan permohonan

rehap rumah dinas sebesar Rp.30.000.000 (tiga puluh juta rupiah) namun pada

pelaksanaan biaya yang dihabiskan dalam rehap rumah dinas ini hanya sebesar

Page 82: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

82

Rp.11.000.000 (sebelas juta rupiah) sehingga Negara dirugikan sebesar

Rp.19.000.000 (Sembilan belas juta rupiah). Kemudian terdakwa membeli mebeler

menggunakan dana PT.Djakarta Loyd sebesar Rp.4.000.000 (empat juta rupiah)

untuk pembelian kursi tamu dan meja makan,namun yang ada di rumah dinas

hanya kursi tamu saja sedangkan meja makan dsimpan di rumah pribadi

terdakwa,sehingga Negara dirugikan sebesar Rp.1.900.000 (satu juta sembilan

ratus ribu rupiah),selain itu terdakwa juga melakukan mark up dana untuk

melakukan perbaikan pagar rumah dinas berupa teralis besi dengan nota

pembayaran sebesar Rp.3.800.000 (tiga juta delapan ratus ribu rupiah), namun

pada kenyataannya dana yang dihabiskan hanya Rp.1.060.000 (satu juta enam

puluh ribu rupiah) sehingga Negara dirugikan sebesar Rp.2.740.000 (dua juta tujuh

ratus empat puluh ribu rupiah), dan terakhir terdakwa juga mengajukan untuk

membeli gordin seharga Rp.1800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) namun

kenyataannya gordin tersebut tidak dipasang di rumah dinas sehingga Negara

dirugikan sebesar Rp.1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah). Perbuatan

terdakwa tersebut di atas diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001

Tentang Perubahan atas Undang-Undang RI No.31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 64 KUHPidana.

Page 83: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

83

D. Analisis Penyimpangan Terhadap Pengadaan Rumah Negara menurut

Hukum Pidana Islam

Penyimpangan dalam pengadaan rumah Negara menurut Hukum Pidana

Islam dikategorikan sebagai jarimah ta’zir karena benturan terhadap kepentingan

pengadaan tidak mungkin dikriminalisasi dengan hudud dan juga qisas/diyat.

Ta’zir itu sendiri adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa

yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’, sedangkan untuk uqubah

(hukuman) ditetapkan oleh pemerintah yang berdasarkan kepada nash dan tujuan

hukumannya tersebut demi terealisasinya kemaslahatan umat.

Dilihat dari dampak akibat perbuatan korupsi,ternyata sangat berbahaya

bagi kelangsungan hidup suatu bangsa, selain menyebabkan kemiskinan karena

adanya ketidakadilan dan kezaliman, korupsi merupakan wujud kerusakan moral

atau akhlak yang sudah mencapai puncak kebobrokannya. Oleh karena itu, untuk

menghambat dan memberantasnya diperlukan tindakan sangat tegas, menghukum

para pelaku dengan sanksi yang seberat-beratnya.

Untuk penerapan sanksi bagi pelaku tindak pidana korupsi Penerapannya

sepenuhnya diserahkan kepada Hakim (Penguasa), dengan kewenangan yang

dimilikinya, ia dapat menetapkan hukuman yang sesuai dengan kadar kejahatan

dan keadaan pelakunya, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum Islam

dalam menjatuhkan hukuman, yaitu :

Page 84: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

84

1. Tujuan penjatuhan hukuman, yaitu menjaga dan memelihara kepentingan

umum

2. Efektifitas hukuman dalam menghadapi korupsi tanpa harus merendahkan

kemanusiaan kepadanya

3. Sepadan dengan kejahatan, sehingga terasa adil

4. Tanpa pilih kasih, semua sama kedudukannya di depan hukum

Di dalam UU No 39 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 pasal 2

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Kemudian pasal 3 UU No 39 Tahun 1999

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

Page 85: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

85

dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling

banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Jika kita melihat rumusan diatas tersebut maka unsur jarimah ta’zir tercantum

dalam rumusan tersebut yaitu Khiyanat (khianat) yang secara umum berarti tidak

menepati janji. Dalam QS al-Anfal [8]: 27 dikemukakan tentang larangan

mengkhianati Allah dan Rasul-Nya :

�� �L�1 أ�N��ا ا�!O = ا�)�P9 J+ل ا���� و�P9(�ا وا�Q9�)�!أ R)9�+�4ن وأ

( ��)S٢٧: ٨/ل ا )

Khianat juga merupakan sesuatu yang melekat pada ghulul sebab orang yang

melakukan ghulul berarti berkhianat. Sebagaimana penjelasan berikut ini :

Mengkorupsi sesuatu berarti menyembunyikan sesuatu itu ke dalam hartanya dan

menyembunyikannya, kemudian dia mengkhianati sahabatnya dalam (harta) itu

Sedangkan untuk uqubahnya terdapat dalam hadits berikut :

Siapa saja yang mengambil barang orang lain (mencuri), maka dia harus mengganti

dua kali lipat nilai barang yang telah dia ambil dan dia harus diberi hukuman (HR

al-Nasa’i. Kitab sariq. No 4872) dan juga hukuman penjara diambil berdasarkan

hadits ‘Amr b. Syarid dari bapaknya dari Rasullullah, beliau bersabda : Dari Nabi:

orang kaya yang mengulur waktu membayar hutang tanpa ada uzur adalah zalim,

maka halal harga dirinya dan hukumannya adalah penjara.

dimana pelaku tindak pidana korupsi di hukum dengan pidana penjara dan

denda bahkan bisa sampai hukuman mati jika sampai keadaan tertentu yang

Page 86: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

86

maksudnya adalah jika membahayakan kemaslahatan umat dan nilai kejahatannya

sudah sangat berat.

Untuk pidana denda ulama masih berbeda pendapat, ada yang memposisikan

nya sebagai hukuman pokok dan hukuman tambahan. Penerapan sanksi tersebut

tampaknya dikenakan dalam jarimah yang berkaitan dengan ketamakan seseorang.

Di samping itu, ulama juga membolehkan penerapan sanksi ta’zir berupa penyitaan

uang dengan jalan rampasan bagi pelaku tindak pidana korupsi yang bertujuan

memperkaya diri sendiri, mengakibatkan kerugian Negara, dan memperburuk

perekonomian masyarakat.

Seorang Hakim dapat mempertimbangkan dan menganalisa berat dan

ringanya perbuatan yang dilakukan oleh pelaku korupsi. Kejahatan yang telah

ditetapkan sanksi hukumnya oleh nash, seorang Hakim tidak punya pilihan lain

kecuali menerapkannya. Meskipun sanksi hukum bagi pelaku korupsi tidak dijelaskan

dalam nash secara tegas, namun perampasan dan pengkhiatan dapat diqiyaskan

sebagai penggelapan dan korupsi.

Korupsi bisa dikategorikan dengan konsep ghulul (penggelapan) dan risywah

(penyuapan), sehingga cara untuk menindak pelaku tindak pidana korupsi adalah

menjalankan sanksi ta’zir dari yang terberat (hukuman mati) hingga yang teringan

(penjara) sesuai dengan berat dan ringannya tindakan dan dampak yang dilakukan.

Page 87: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

87

Dalam jarimah korupsi ada tiga unsur yang dapat dijadikan pertimbangan

hakim dalam menentukan jenis hukumannya, yaitu:

1. Perampasan harta orang lain

2. Pengkhianatan atau penyalahgunaan wewenang

3. Kerja sama dalam kejahatan

Ketiga unsur tersebut jelas dilarang dalam syariat Islam. Selain pertimbangan

tersebut,diikutsertakan pertimbangan akal sehat, keyakinan dan rasa keadilan hakim

yang berdasar pada rasa keadilan masyarakat untuk menentukan jenis hukuman bagi

koruptor.

beberapa pertimbangan yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan sanksi

hukuman,yaitu :

1. Besar kecilnya kerugian material yang diakibatkan sehingga sanksi

pelaku tindak kejahatan yang menyebabkan kerugian material kecil

mesti lebih ringan daripada yang menyebabkan kerugian material besar.

2. Besar kecilnya kerugian sosial yang diakibatkan sehingga sanksi pelaku

tindak kejahatan ini yang menyebabkan kerugian sosial kecil mesti lebih

ringan dibanding dengan yang menyebabkan kerugian sosial besar.

Page 88: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

88

3. Frekuensi tindakan kejahatan sehingga sanksi pelaku tindak kejahatan

korupsi yang baru mesti lebih ringan daripada yang berulang-ulang

Sementara itu, ta’zir dalam tindak pidana korupsi dapat diklasifikasikan

sesuai dengan berat dan ringannya cara atau akibat yang ditimbulkan, di antaranya:

1. Memecat dari jabatannya. Hal ini bisa diberlakukan kepada pelaku yang

memangku jabatan public, baik yang diberi gaji atau jabatan yang

sifatnya sukarela

2. Hukuman berupa harta (denda) dan hukuman fisik

3. Penjara. Pemenjaraan ini bertujuan untuk memberi pelajaran bagi

pelaku,lama hukuman penjara dilihat dari akibat dan dampak yang

diakibatkan oleh perbuatan pelaku, jika melanggar kemaslahatan umat

maka bisa di penjara sampai dengan seumur hidup

4. Hukuman Mati. Kadang-kadang bentuk hukuman ta’zir bisa berbentuk

hukuman mati. Hukuman ini diberlakukan bila kemaslahatan benar-benar

menghendakinya karena para pelaku tidak jera mengulangi dan

melakukan tindak kriminal sehingga aparat sudah merasa putus asa

terhadap perbuatannya.

Page 89: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

89

Hukuman untuk pelaku tindak pidana tersebut itu tertuang dalam QS al-ma’idah

[5]:33,yaitu :

976� �Y��8�6> ?Z@<(� B�> 67@ 8�@�8D8* ,"6� ,-8<8* 8"[6��� 67 ,�?<�8A,D 8D�N[6�� \3�8]8 �8�[8G?_ 8� �@ 6$@4,D @*6� K a�O @� @�,�C�, @<6�8* @�?�D�b@D6� 8c[6d6#,e @*6� � ,.[6�8%,D @*6� � C�[8�6#,D

���f8� Pg�6N8� �'8��Oh� B�> @�,�6�8* �8�@G[,b�� B�> Pi@]�O @�,�6� 8Q��6j ?Z@<(� ( ��� 'bk/l :mm )

Artinya : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah

dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh

atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau

dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu

penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang

besar”.( QS al-Ma’idah/5:33 )

Selain itu para pelaku tindak pidana penyimpangan dalam pengadaan

perumahan milik Negara yang bisa dikategorikan dengan tindak pidana korupsi juga

dapat dikenai sanksi sebagai berikut62

:

1. Dikucilkan karena memakan harta korupsi yang sama saja dengan memakan

barang haram ( al-suht )

@*6� @�,�84@�8� @�C @��6> 8n*\3�8 97?o6> �F@A[,���� 67 C��[6/6� ?g�N6 9��� 67 ,��[8�8- @�,�@48� @Z?�@�6�8F@�6 8� 97?_8* �Ip@�82 8n*[,�,q8D @6�6> @�,�@48� @Z?�@�,e 97?_8*

8E�d��9#,�9�� [,��A,D 8"[6��� [67?_ �r@��#9��?� @�,�84@�8� @�C @��6>

Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita

bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang

62

ibid, hal 136.

Page 90: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

90

kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara

mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka

maka mereka tidak akan memberi mudarat kepadamu sedikit pun. Dan jika

kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara

mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”.(

QS al-Ma’idah [5]:42)

2. Tidak diterima kesaksiannya, seperti kesaksian dalam pembuktian hukum di

pengadilan, kesaksian dalam itsbat (penetapan) awal Ramadhan/Syawal, dan

lain-lain. Kesaksian seorang pengkhianat tidak diterima, sementara pelaku

korupsi adalah orang yang telah berkhianat. Hal ini ditegaskan dalam hadits

berikut :

6� ,s8e ,t �8�2 8� C' �8O 0?�k 8* 6� �8O ��84�k

Artinya : “Tidak diperbolehkan kesaksian laki-laki dan perempuan yang

berkhianat”. (HR Abu Da’ud, al-Tirmidzi, dan Ibn Majah)63

.

Dalam hadis lain Bukhari menyatakan bahwa seorang pejabat yang tidak jujur

tidak akan memperoleh bau surga. Dengan Hadis sebagai berikut64

:

u�v �w� ?x@ ,-8< @� ,",�@���8- �Iy@D�b8� 8QCz1b8A, uHG�� ?M�#@�8 @8� w� "��� ��-*u�v u?.H4�� C�@���8- w� "��� �8�6d@A8D @�6�6> I�H���8< \w� ,{�8� @�8�@-6� [email protected]� @� �8 Cx@ C#8D ��-*

@b?s8D @�6� L��� K�8A@��%84?� ��H48s9�� C�8A�k�8<)i<�} {�*<( “Dari Ma’qil RA, katanya: saya akan menceritakan kepada engkau

hadis yang saya dengar dari Rasulullah SAW, dan saya telah mendengar

beliau bersabda: “Seseorang yang telah ditugaskan Tuhan memerintahi

rakyat, kalau dia tidak memimpin rakyat itu dengan jujur, niscaya dia tiada

akan memperoleh bau surga.” (H.R. Bukhari).

63

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah,( Dar Ihya al-Turas al-Arabi, 1975 ) juz II h.792

64 Zainuddin., Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, h. 144.

Page 91: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

91

Itulah nas-nas syar'iyyah yang menjelaskan tentang hukuman tentang

tindak pidana korupsi,walaupun tidak secara jelas menjelaskan tentang hukuman

untuk pelaku tindak pidana korupsi namun dengan mengetahui unsur-unsur dari

penyimpangan tersebut bisa ditarik nas-nas syar’iyyah tersebut untuk menjatuhkan

hukuman kepada pelaku tindak pidana korupsi.

Page 92: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan rangkaian yang penulis uraikan di bab-bab sebelumnya maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyimpangan dalam pengadaan rumah negara berupa penyalahgunaan

jabatan atau wewenang dimana pejabat atau pegawai negeri menggunakan

jabatan atau kewenangannya dengan maksud menguntungkan diri

sendiri,orang lain atau suatu korporasi dimana perbuatannya tersebut

merugikan keuangan negara. Selain itu bentuk penyimpangan ini juga

berupa penggelembungan harga, penyuapan, pengadaan fiktif, nepotisme

dan pemberian komisi terhadap panitia pengadaan barang dan jasa.

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam pengadaan rumah

negara ini disebabkan oleh kelalaian dan inkompetensi pelaksanaan peserta

pengadaan, namun tak jarang juga penyimpangan ini juga merupakan

tindakan yang disengaja pelaksana dan/atau peserta pengadaan dalam rangka

korupsi, selain itu diakibatkan juga oleh pola penunjukkan langsung dari

pemerintah terhadap salah satu rekanan kerja dalam hal pengadaan proyek,

sehingga berdampak pada kebocoran karena sudah dilakukan mark up

terlebih dahulu saat menunjuk pemenang tersebut dengan tujuan wajib

Page 93: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

93

memberikan kompensasi kepada lembaga yang menggolkan salah satu

rekanan itu

3. Tujuan utama syari‟at Islam (maqashid al-syari‟ah) ialah menjaga dan

melindungi kemanusiaan. Perlindungan ini dirumuskan oleh para ulama

dalam 5 tujuan (al-maqashid al-khamsah), yakni perlindungan terhadap

agama (hifzh al-din), perlindungan terhadap jiwa (hifzh al-nafs),

perlindungan terhadap akal (hifzh al-aql), perlindungan terhadap keturunan

(hifzh al-nasl), dan perlindungan terhadap harta (hifzh al-mal). Tindakan

korupsi jelas merupakan perlawanan terhadap tujuan kelima; hifzh al-mal,

dan juga melanggar kemaslahatan umum sehingga sudah sepatutnya apabila

pelaku tindak pidana ini mendapatkan sanksi hukuman yang berat. Di dalam

Hukum Pidana Islam pelaku tindak pidana ini dapat diancam dengan

hukuman ta’zir dimana hukumannya ditetapkan oleh pemerintah, jika

melihat dari dampak yang diakibatkan dari penyimpangan ini maka menurut

Hukum Pidana Islam sang pelaku tindak pidana dapat dikenai hukuman yang

berat sampai dengan hukuman mati karena melanggar kemaslahatan umum

dan merupakan ancaman bagi tujuan syariat.

B. Saran – Saran

Setelah adanya kesimpulan dari penelitian langsung ini, maka untuk bahan

evaluasi akan dipaparkan beberapa saran antara lain :

Page 94: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

94

1. Pemerintahan yang baik sebagai platform dasar program anti-korupsi di bidang

pengadaan perumahan Negara,sehingga berorientasi pada prinsip Good

Procurement Governance yang berbasis pada asas keterbukaan, akuntabilitas

publik, partisipasi masyarakat dan supremasi hukum

2. Pengkajian ulang rencana anggaran pengadaan melalui program pengawasan

melekat dan pengawasan masyarakat yang diperkuat dengan peraturan undang-

undang.

3. Dilakukan pengkajian ulang dengan melakukan program keterbukaan yang

memungkinkan masyarakat member masukan terhadap rencana pengadaan itu

4. Keanggotaan panitian pengadaan seharusnya disusun secara berhati-hati dan

tidak asal tunjuk, perlu dipilih dari orang-orang yang “bersih” tanpa “cacat”,

berpengalaman di bidang pengadaan, menguasai pengetahuan tentang prosedur

dan teknis pengadaan

5. Audit dalam pengadaan perumahan Negara, hal ini bertujuan untuk mengurangi

resiko dalam penyimpangan terhadap pengadaan seperti mark up dana dalam

spesifikasi pengadaan rumah Negara yang dapat menimbulkan kerugian besar

bagi Negara.

6. Pengawasan yang ketat untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyimpangan, pemborosan dan kegagalan, serta agar pengadaan dilaksanakan

secara efektif, efisien, hemat dan tertib

Page 95: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

95

7. Sanksi yang berat bagi para pelaku penyimpangan sehingga menimbulkan efek

jera yang sangat luas bagi para pelaku penyimpangan, salah satunya bisa

diterapkan sanksi berdasarkan hukum pidana Islam untuk kasus penyimpangan

ini, seperti dengan di potong tangan, penyaliban ataupun di bunuh, dan

eksekusinya tersebut dilakukan di depan masyarakat luas sehingga bisa menjadi

contoh bagi yang lain jika melakukan yang serupa

Page 96: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

96

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Zainuddin, 2007, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta

Al-Shan’ani, Subul al-Salam, Dar al-Shadr,Beirut

Amiruddin, 2010, Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Genta Publishing,

Yogyakarta

Audah, Abdul Qadir, At Tasyri’ Al Jina’iy Al Islamiy, Juz 1, Dar Al Kitab Al ‘

Araby, Beirut.

Badan Akuntansi Keuangan Negara, 1996, Bimbingan Teknis Penyelesaian Kerugian

Negara, Bakun

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 1990, Sixth Edition, West

Publishing CO.

Fuad, Mahsun, 2005, Hukum Islam Indonesia, Lkis Pelangi Aksara, Yogyakarta.

Hamzah, Andi, 2004, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta

Hartanti, Evi. 2006, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta

Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, Dar Diwan al-

Turats, Kairo

Indrati, Maria Farida, 1998, Ilmu Perundang-undangan, Dasar-Dasar dan

Pembentukannya, Kanisius, Jakarta.

Page 97: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

97

Irdamisraini, Hukum Islam. Vol. VIII, 2008, Universitas Islam Negeri Suska, Riau

Kemal Dermawan, Mohammad, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Khallaf, Abdul Wahab, 1986, Ilmu Ushul Al Fiqh, Ad Dar Al Kuwaitiyah.

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, 1987, Rineka Cipta, Jakarta

Muhammad Rawwas Qal’aji dan Hamid Shadiq Qunaibi, 1985 Mu’jam Lughat al-

fuqaha’, Dar al-Nafis, Beirut

M.Shadiq Khan, 1929, Nail al-Maram min Tafsir Ayat al-Ahkam

Muslich, Ahmad Wardi, 2005, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta

Muslich, Ahmad Wardi,2006, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar

Grafika, Jakarta

Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, 2010, Koruptor itu kafir: Telaah fiqih Korupsi

Muhammadiyan dan Nahdlatur Ulama,Mizan, Jakarta.

Nye, Joseph Samuel, 1967, Coruption and political Development a cost benefit

analysis, Harvard University.

Prof. Dr. Poernomo, Bambang, S.H, 1992, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia

Indonesia, Yogyakarta.

Rosyada, Dede, 1992, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Lembaga Studi Islam dan

Kemasyarakatan, Jakarta

Page 98: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

98

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas

Indonesia, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2008, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagi

Permasalahannya, Sinar Grafika, Jakarta

Sutherland, Edwin H. and Cressey, Donald, , 1992, Principles of Criminology. 11th

ed. Lanham, Md.: AltaMira Press.

Syahatah, Husain, 2005, Perlindungan Aset Publik Dalam Perspektif Hukum Islam, J

akarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta

Transparency International,2006, Mencegah Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan

Jasa, Transparency International Indonesia, Jakarta

Peraturan Perundang-undangan

Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Page 99: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

99

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Pemukiman dan

Perumahan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

milik Negara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1994 tentang Rumah

Negara;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan atau Jasa Pemerintah;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun tentang Pengadaan Barang

dan atau Jasa Pemerintah;

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 138/PMK.06/2010 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara Berupa Rumah Negara

Page 100: skripsi pengadaan rumah negara kajian Hukum Pidana Islam

100

Website

Pencarian lewat internet www.google.com kata pencarian : Pengertian Ghasab

Artikel di akses pada 14 April 2011

Pencarian lewat internet www.google.com kata pencaharian : Sisi Lemah Pengadaan

Barang dan Jasa, artikel di akses pada 18 April 2011