skripsi ragam struktur kalimat tasybih dalam...
TRANSCRIPT
Skripsi
RAGAM STRUKTUR KALIMAT TASYBIH DALAM TERJEMAHAN
KITAB BALAGHOTUL HUKAMA
(Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra
Disusun oleh :
Khildah Shulhiyyah
1111024000012
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iv
PRAKATA
Segala puji bagi Allah swt, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Skripsi ini
akhirnya dapat terselesaikan. Shalawat serta salam terlimpah pada junjungan kita
Nabi Muhammad saw, sahabat dan semua pengikutnya hingga hari kemudian,
semoga kita mendapatkan pertolongan melalui beliau atas izin Allah swt di hari
tiada pertolongan dari siapapun.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana sastra di jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan
Humabiora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak. Peneliti sampaikan
semoga perhatian, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan dengan tukus ikhlas
mendapatkan balassan dari Allah SWT, amin.
Selanjutnya ucapan syukur dan hormat peneliti kepada:
1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora, kepada Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Ketua
Jurusan Tarjamah, dan kepada Rizqi Handayani, M.A, sebagai Sekretaris
Jurusan Tarjamah.
2. Ahmad Syatibi M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak masukan dan waktunya di tengah kesibukannya serta
kesabaran membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
3. Segenap Dosen Jurusan Tarjamah yang tidak peneliti sebutkan namanya
satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat saya. Terima kasih atas
ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu dan pengalaman
yang telah diajarkan, semoga menjadi amal bagi mereka semua dan
senantiasa membawa berkah dan manfaat bagi masa depan peneliti.
4. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi M.A sebagai penguji
sidang munaqosyah yang menyempatkan waktu dan kesempatannya dalam
membimbing dalam penelitian ini.
5. Dan tidak lupa kepada orang tua yang selalu mendoakan peneliti dalam
segala kegiatan.
Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi khasanah ilmu
pengetahuan, terutama bagi diri pribadi peneliti sendiri dan umumnya bagi
masyarakat umum. Akhir kata peniliti ucapkan mohon maaf akan kekurangan
skripsi yang ditulis dan terimakasih.
vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................ .... . i
PERNYATAAN ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... .. iii
PRAKATA .................................................................................................... .. ... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... ... ..vi
ABSTRAK ....................................................................................................... .. . ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan Rumusan Masalah ........................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. ....... 5
D. Tinjauan Pustaka........................................................................ ....... 5
E. Metodologi Penelitian................................................................ ....... 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................... .... 7
BAB II KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan..................................................................................... 9
1. Definisi Terjemahan ............................................................ ....... 9
2. Jenis-jenis Terjemahan ........................................................ ..... 11
3. Syarat-syarat penerjemah ......................................................... 17
B. Balaghah .......................................................................................... 19
1. Pengertian Balaghah ................................................................. 19
2. Cabang-cabang Balaghah ........................................................ 21
3. Tasybih .................................................................................... 23
vii
a. Konsep Tasybih .................................................................... 23
b. Rukun Tasybih ...................................................................... 24
c. Macam-macam Tasybih ....................................................... 24
1) BerdasarkanSudut Pandang Ada dan Tidaknya Adat ..... 26
a. Mursal ...................................................................... 26
b. Muakkad .................................................................. 26
2) Berdasarkan Sudut Pandang Ada dan Tidaknya dan Wajh
Syibh ............................................................................. 27
a. Mufashal ................................................................ ..27
b. Mujmal .................................................................... 27
3) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidak Adanya
Adat dan Wajh Syabh ........................................................ 27
4) Berdasarkan Bentuk Wajh Syabh .................................. 28
5) Tasybih Yang Keluar Dari Kebiasaan ........................... 29
BAB III TENTANG PENULIS
A. Sekilas tentang Kitab Balaghotul Hukama ...................................... 33
B. Riwayat Hidup Pengarang ............................................................... 33
C. Karya-karyanya .............................................................................. 36
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN TERJEMAHAN TASYBIH PADA
KITAB BALAGHOTUL HUKAMA
A. Temuan ........................................................................................... 37
viii
B. Pembahasan .................................................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...56
LAMPIRAN……………………………………………………………………...58
ix
ABSTRAK
RAGAM STRUKTUR KALIMAT TASYBIH DALAM TERJEMAHAN KITAB
BALAGHOTUL HUKAMA (Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih).
Khildah Shulhiyyah (1111024000012)
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis berapa jenis jumlah struktur kalimat tasybih yang terdapat pada terjemahan kitab balaghotul hukama dan bagaimana struktur kalimat tasybih. Untuk memecahkan masalah di atas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata bukan dengan angka-angka. Sumber data yang akan digunakan adalah terjemahan kitab balaghotul hukama karya Dr. Azhar Arsyad. Dari 147 terjemahan mahfudzat, peneliti menemukan 15 terjemahan yang mengandung struktur kalimat tasybih. Kemudian terjemahan mahfudzat terpilih dianalisis sesuai dengan teori ilmu bayan. Setelah diteliti peneliti menemukan beberapa kalimat tasybih yang sama pada beberapa terjemahan mahfudzat. Hasil analisis menjawab bahwa struktur kalimat tasybih yang terdapat dalam terjemahan kitab balaghotul hukama terdiri dari wajhu syabah, musyabbah, musyabbah bih dan adat tasybih. Kata kunci: Kalimat Tasybih, Kitab Balaghotul Hukama (Terjemahan), Balaghoh
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya peran sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan bahasa arab
memunculkan asimilasi dengan budaya-budaya sekitarnya serta tidak dapat
dielakkan dengan kontaminasi terhadap bahasa arab murni. Kondisi inilah
yang mendorong para ulama untuk mengembangkan ilmu-ilmu kebahasa
araban termasuk Balaghah.
Salah satu faktor berkembangnya bahasa arab adalah perpindahan lafal-
lafalnya dari satu makna ke makna lain, karena lafal dalam bahasa arab tidak
selalu menetap dalam satu makna, akan tetapi bergerak dan berubah. Hal ini
yang membuat bahasa arab kaya dan selalu bertambah kosakatanya.
Perpindahan lafal dari satu makna ke makna yang lain adalah tuntutan
keadaan dan sesuai dengan beberapa kebahasaan. Sepanjang sejarah, orang
arab telah terbiasa dengan perpindahan makna, mereka tidak hanya
menggunakan kalimat dengan satu makna, akan tetapi mereka menggunakan
makna-makna baru yang disesuaikan dengan kebutuhan diri dan zaman yang
mereka temui dalam kehidupan mereka. 1
Mengenal Balaghah berarti mengenal kehidupan bangsa Arab serta
mengetahui mutu peradaban dan kemajuan akal orang-orang arab yang
kemudian dilanjutkan oleh Islam. Karena balaghah adalah seni keindahan
1 Abdul Ghaffar Hamid Hilal, Ilm Al Dilalah al-Lughawiyah (Kairo, Jami’ah al-Azhar,
tt) h.15
2
bahasa Arab, sebagaimana juga bangsa lain yang mempunyai seni keindahan
dalam bahasa mereka.
Ilmu Balaghoh adalah ilmu yang mempelajari kefasihan berbicara yang
meliputi ilmu ma’ani, bayan dan badi’. Dalam konteks linguistik barat, ilmu
balaghah biasa diterjemahkan dengan retorika. Ilmu Balaghah bertujuan untuk
menyampaikan makna secara jelas dan sempurna ke dalam hati pembaca atau
pendengar. Ungkapan yang indah ialah ungkapan yang mampu menceritakan
kegembiraan yang dahsyat serta ketakutan yang dikemas dengan indah.
Keindahan inilah yang berasal dari pembicara yang mampu mengungkapkan
apa yang ada di dalam hati secara dalam dan sempurna. Seakan akan ada
makna yang melayang dan belum jelas. Keindahan bahasa dapat memberikan
pengaruh besar dalam penyampaian teks/kalam pada aneka bentuk/sighat
kebahasaan.
Salah satu cabang ilmu balaghoh adalah ilmu bayan. Ilmu bayan adalah
kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan suatu pesan dengan
berbagai macam cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain,
dalam menjelaskan segi penunjukan terhadap keadaan makna tersebut.2
Para ahli balaghah sepakat bahwa kajian ilmu bayan mencakup tiga hal,
yaitu Tasybih, Majaz dan Kinayah.Tasybih secara leksikal adalah
‘perumpamaan’. Sedangkan secara terminologis tasybih menyerupakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya kesamaan dalam satu atau
beberapa sifat denganmenggunakan adat. Suatu tasybih harus memenuhi
2 Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara Al Bayan dan Al Badi’, (Yogyakarta:
Teras,2007)h.1.
3
empat rukun wajib tasybih, yaitu musyabbah bih, musyabbah, wajhu syibh dan
adat tasybih. Wajhu syibh dan adat tasybih merupakan rukun tidak wajib
tasybih, karena bisa saja ada dan bisa saja tidak ada. Ungkapan tasybih
digunakan untuk menjelaskan kemungkinan adanya suatu hal pada
musyabbah, menjelaskan keadaan musyabbah menjelaskan kadar keadaan
musyabbah, menegaskan keadaan musyabbah dan memperindah atau
memperburuk musyabbah. 3
Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan
sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan tasybih, kita dapat menambah
ketinggian makna dan kejelasannya serta dapat membuat makna tampak lebih
indah. Contohnya, ungkapan ulama dalam perkataannya ketika melukiskan
orang yang sombong :
وال تكن كالدخان يعلو بنفسه
إىل طبقات اجلو وهو وضيع Artinya:
“Janganlah anda bagaikan asap membumbung tinggi dengan sendirinya Ke lapisan-lapisan udara padahal ia sendiri hina (tidak ada apa-apanya).
Tasybih lebih terlihat menarik jika keadaan musyabbah dan musyabbah bih
nya tidak jelas (implisit). Kita bisa menetapkan unsur musyabbah dan
musyabbah bih pada tasybih jenis ini setelah menelaah dan memahaminya
secara mendalam. Contoh:
نيا كماء أنزلناه من السمآء وضرب لھم مثل الحياة الدياح فاختلط به نبات األرض فأصبح ھشيما تذروه الر
3Mamat Zaenuddin, dan Yayan Nurbayan. Pengantar Ilmu Balaghah (Bandung: Refika
Aditama,2007)h.29
4
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur
karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang di terbangkan oleh angin”
Kata-kata pada syi’ir di atas pada lahirnya tidak berbentuk tasybih. Akan
tetapi jika di tela’ah secara teliti, rangkaian kata-kata tersebut mengandung
pengertian tasybih. Maksudnya adalah menyerupakan keadaan dunia dalam
kesuburannya dan kesegarannya sejak semula. Kemudian lenyaplah kebaikan
darinya secara evolusi yang terjadi pada akhirnya. Demikian itu diserupakan
dengan keadaan tumbuh-tumbuhan yang semakin baik disebabkan air, lalu
kesuburannya bertambah. Namun secara berangsurangsur menjadi kering, lalu
diterbangkan oleh angin. Akhirnya menjadi sesuatu yang tiada sama sekali.
Tasybih juga ada kaitannya dengan terjemahan. setiap penerjemah perlu
mempertimbangkan gaya bahasa dalam konteks penerjemahannya. namun
dalam penerjemahan buku-buku ilmiah, biasanya para penerjemah tidak
terlalu kesulitan sebab gaya bahasa yang digunakan pengarang sumbernya
formal dan informatif yang terkandung dalam buku itu dapat mudah dialihkan.
sebuah karya terjrmahan, sangat dibutuhkan ketelitian para penulis untuk
membuat kalimat yang baik dalam tulisannya, karena dengan itu kalimat
tersebut mudah dipahami oleh pembaca isi makna yang terkandung
didalamnya. Terdapat banyak kesalahan dalam tulisan kebahasaan terhdap
kitab terjemahan, dalam hal ini kesalahan berbahasa ilmiah, kesalahan huruf
dan tanda baca seringkali muncul. Bukan hanya semata-mata karena salah
ketik saja, kesalahan itu antara lain adalah salah tulis huruf atau salah tulis
5
kata. 4 Penyair atau penulis karya sastra dalam menyampaikan ide atau
pikirannya menggunakan gaya bahasa tertentu yang dapat memberi efek bagi
pembacanya maupun mendengarnya. 5
Dengan ini kita dapat menganalisis dan memahami jenis dan macam apa
tasybih yang terkandung dalam kalimat pada suatu syi’ir atau perkataan
lainnya. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Terjemahan Kitab
Balaghotul Hukama (studi analisis: Struktur Kalimat Tasybih)” karena belum
ada yang meneliti.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan diuraikan dalam penelitian berdasarkan
keterangan yang didapatakan dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada berapa jenis tasybih yang terdapat dalam kitab Balaghotul Hukama?
2. Bagaimana struktur kalimat tasybih dalam kitab Balaghotul Hukama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menambah
pemahaman tentang Tasybih:
1. Untuk mengetahui ragam jenis struktur kalimat tasybih dalam kitab
Balaghotul Hukama
2. Untuk mengetahui struktur kalimat tasybih yang terdapat dalam kitab
Balaghotul Hukama
4 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2006), h. 28 5 Umi Rukhiyatun, Tesis Gaya Bahasa Qasasal Hayawan Fi Al-Qu’ran (Analisis
Stilistika), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), h.2
6
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini peneliti telah menemukan beberapa penelitian tentang struktur
kalimat tasybih pada puisi dan novel. Di antaranya:
وجوه التشبيه في رواية "مراكب األحرار" لتنجيب الكيالني
Karya Ramdani Rasyid dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan objek
dalam suatu riwayat. Dan
قبانى في ديوان حبيبتى صور التشبيه في الشعر الحر "شؤن صغيرة" لنزار
Karya Muhammad Shodiqin dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
objek syair hur dan menemukan gambaran tasybih dalam syair tersebut.
Dari pernyataan di atas, peneliti akan menganalisis Terjemahan Kitab
Balaghotul Hukama karya Prof Dr. Azhar Arsyad Studi Analisis Struktur
Kalimat Tasybih karena belum ada yang melakukan.
E. Metodologi Penelitian
Adapun metodologi yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu
deskriptif-analisis. Dalam hal ini peneliti bermaksud memecahkan masalah
melalui pencarian data-data kepustakaan. Pustaka yang dimaksud itu, yang
mengulas objek permasalahan, yakni kitab balaghotul hukama dan alat analisis
yaitu teori ilmu bayan serta beberapa buku lainnya yang mendorong penelitian
ini hingga mencapai suatu kesimpulan.
Skripsi ini didasarkan atas temuan kepustakaan, dalam hal ini kitab
balaghotul hukama. Peneliti menganggap dalam kitab balaghotul hukama
terdapat struktur kalimat tasybih. Tentu untuk mengkaji objek penelitian ini,
diperlukan data, dimana data tersebut peneliti bagi ke dalam kategori primer
7
dan sekunder. Sumber primernya berupaterjemahan kitab balaghotul hukama.
Peneliti memulai penelitian ini dengan beberapa tahap. Yaitu dengan
mengumpulkan bahan yang menjadi objek penelitian, serta beberapa jenis
struktur tasybih yang ada dalam terjemahan kitab balaghotul hukama yang
menjadi pembahasan skripsi ini. Kemuadian, peneliti memaparkan pelbgai
permasalahan yang ada di objek permasalahan, dengan berdasarkan data-data
kepustakaan yang peneliti peroleh.
Langkah berikutnya, membahas permasalahan tersebut dengan
menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini, yakni teori ilmu bayan
sebagai alat analisis. Untuk mendukung penelitian ini penulis juga
memaparkan biografi Azhar Arsyad. Dari pelbagai hal tersebut, penulis
menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah diutarakan
sebelumnya.
Selain itu, penulis menggunakan pelbagai literatur yang membahas secara
langsung tentang struktur tasybih sebagai alat analisis maupun literatur sastra
yang tidak membahas secara langsung mengenai tasybih. Penulis pun
memakai buku-buku yang membahas aspek-aspek terjemahan dan buku yang
mengulas pelbagai problem yang ada dalam imu bayan.
Kemudian dalam penyusunan dan teknik penulisan skripsi, penulis
berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan ini menggunakan sistematika penulisan yang di dasarkan pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
8
Jakarta, 2014 yang terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I : Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Kerangka Teori yang berisi tentang penerjemahan, definisi dan
jenis-jenisnya serta syarat-syarat penerjemah, balaghah,definisi
dan tasybih.
BAB III : Korpus yang membahas biografi Prof. Dr. Azhar Arsyad M.A,
dan karya-karyanya.
BAB IV : Analisis kesesuaian terjemahan tasybih dalam kitab Balaghotul
Hukama, Temuan dan Pembahasan.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan
1. Defnisi Terjemahan
Penerjemahan merupakan sebuah kegiatan kompleks yang menuntut
kecermatan. 6 Seorang penerjemah tidak hanya dituntut menguasai bahasa
sumber dan bahasa target dengan baik, namun juga harus menguasai isi materi
yang diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus peka terhadap
berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan emosi agar dapat menerjemahkan
secara tepat.
Penejemahan menurut bahasa adalah penafsiran. Sedangkan menurut
istilah, penerjemahan adalah proses pemindahan atau penyalinan gagasan, ide,
pikiran, pesan atau informasi lainnya dalam suatu bahasa ke dalam bahasa ain.
Dalam Al-Mu’jam Al-Arabi al-Asasi li al-Natiqin bi Al-Arabiyah wa
Muta’alimiha, 7 penerjemahan adalah menerangkan, menjelaskan, dan
menafsirkan, yaitu mengalihkan ide, pesan, makna, dan maksud dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti terjemah yaitu menyalin
(memindahkan) dari suatu bahasa ke bahasa lain, atau mengalih bahasakan.
Sedangkan terjemahan berarti salinan bahasa ke bahasa lain. 8
6 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 223 7 Ali al-Qasimi, Al-Mu’jam Al-Arabi al-Asasi li al-Natiqin bi Al-Arabiyah wa
Muta’alimiha, (Larus: al-Munazamah al –Arabiyah li al-Tarbiyahal-Tsaqafah wa ‘Ulum, 1998), h. 196.
8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 1047.
10
Harimurti Kridalaksana mendefinisikan penerjemahan sebagai berikut:
Menerjemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran dengan, pertama-tama mengungkapkan maknanya dan
kedua mengungkapkan gaya bahasanya.9
Catford dan Newmark, seperti dikutip Machali, menggunakan pendekatan
kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan. Catford mendefinisikan
penerjemahan sebagai: “the replacement of textual material in one language
(SL) by equivalent textual material in another language (TL).” Mengganti
bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam
bahasa sasaran. Newmark juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas
lagi “rendering the meaning of text into another language in the way that the
author intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa
lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. 10
Berbeda dari Catford, Levy dalam bukunya Translation as A Decition
Process (dikutip dalam Holidaja, 1993:49) mengemukakan bahwa terjemahan
adalah suatu prose kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada
penerjemah dalam menghasilkan makna situasional. Lebih lanjut Levy
mengatakan sebagai suatu proses kreatif, terjemhan memberi peluang kepada
penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan
kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini,
seorang penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam
mengembangkan keterampilan dan kebiasaannya. Dia bebas untuk berkreasi
9 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia,1993), h. 215. 10 Rochayah Mahali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 77.
11
menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak
keluar dari konteks.
Adapun Larson menjelaskan definisi yang lebih operasional bahwa
menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi
komunikasi dan konteks budaya dari bahasa sumber. Kemudian menganalisis
teks tersebut untuk menemukan makna yang sama dan mengungkapkannya
dengan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan
konteks tersebut. 11
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan
secara umum, adalah memindahkan gagasan, ide atau pikiran dari satu bahasa
(disebut bahasa sumber atau bahasa asli atau source language atau al-Lughah
al-Manqul minha atau al-Lughah al-Matn) ke dalam bahasa lain (disebut
bahasa sasaran atau bahasa penerima atau target language atau al-Lughah al-
manqul ilaiha atau al-Lughah al-syarh.
2. Jenis-jenis Penerjemahan
Ada banyak tipe jenis penerjemahan bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Adapun jenis penerjemahan tersebut adalah:
a. Penerjemahan Kata Demi Kata
Penerjemahan kata demi kata adalah suatu tipe penerjemahan yang pada
dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata (Catford,1974:25). Dengan
kata lain penerjemahan kata demi kata adalah suatu penerjemahan yang hanya
memindahkan secara langsung isi teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
11 Milred L Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan
Antar Bahasa, (Jakarta: Arca,1991) cet. Ke 2 h. 262
12
secara kata demi kata tanpa mengadakan perubahan susunan kata bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran.
Hasil penerjemahan dengan menggunakan cara ini biasanya terasa kaku,
dan seringkali sukar di pahami maksudnya. Karena itu, penerjemahan ini
hanya bisa diterapkan dengan baik bila ada kesamaan struktur antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran. Apabila bhasa sumber dan bahasa sasaran tidak
ada kesamaan struktur, maka hasil enerjemahan dengan menggunakan cara ini
tidak akan memuaskan.
b. Penerjemahan Harfiah
Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah menczrikan
padanan konstruksi gramatikal teks sumber (Tsu) yang terdekat dalam Tsa.
Contoh dari penerjemahan harfiah ada pada al-qur’an surah al-isra’ ayat 29
yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an:
وال تجعل يدك مغلولة إلى عنقك وال تبسطھا كل البسط فتقعد ملوما محسورا
Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu
menjadi tercela dan menyesal.12
Terjemahan tersebut menggunakan metode ini, karena penerjemahannya
hanya mencari padanan konstruksi gramatikal, tetapi masih melepaskannya
dengan konteks.13
12Al-Qur’an Tiga Bahasa, (Depok:Al Huda Gema Insani,2010) 13 Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia, h. 31
13
c. Penerjemahan Setia
Penerjemahan setia mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual
walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber, kata-kata
yang bermuatan budaya diterjemahkan tetapi menyimpang dari struktur
gramatikal bahasa sasaran, artinya diupayakan untuk benar-benar setia sesuai
dengan maksud dan tujuan dari bahasa sumber sehingga kosakata kebudayaan
ditransfer dan urutannya tetap dipertahankan sebaik mungkin. Contoh dari
jenis penerjemahan ini terdapat dalam al-qur’an surat al-lahab ayat 4 dan 5:14
وامراته◌ محا لة احلطب 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
. يف جيدها حبل من مسد ٥ 5. Di lehernya ada tali yang disabut yang dipintal
Terjemahan tersebut menggunakan metode penerjemahan setia, karena
kita dapat melihat bahwa penerjemah berusaha untuk setia pada bahasa
sumber. Kesetian tersebut dapat dilihat karena berusaha mempertahankan
ungkapan metaforis yang terdapat dalam teks sumber, padahal ayat tersebut
dapat diterjemahkan cukup dengan:
4. Dan istrinya, penyebar fitnah
5. Di lehernya ada tali dari sabut
Dalam penerjemahan setia, penerjemah sebaiknya berusaha menjaga agar
gaya yang dipakai oleh penulis tidak banyak berubah dalam terjemahannya.
14Al-Qur’an Tiga Bahasa
14
d. Penerjemahan Semantik
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih
ditekankan pada unsur estetika teks sumber dan bersifat lebih fleksibel
sedangkan penerjemahan setia bersifat terikat dengan bahasa sumber.
Walaupun penerjemahan ini bersifat fleksibel, penerjemah harus mampu
memperhatikan makna selama masih dalam batas kewajaran.
Contoh:
هو أحضر األسنان 15
Jika diterjemahkan menggunakan metode semantik ini maka hasil
penerjemahannya adalah dia orang kampung. Hasil terjemahan tersebut
bersifat fungsional karena dapat dimengerti sekalipun tidak ada pemadanan
budaya, yaitu pemadanan dengan menggunakan idiom serupa dalam bahasa
sasaran. Dalam hal ini, penerjemah berusaha menghasilkan terjemahan yang
relatif sesuai dengan bahasa sasaran dan sesuai yang diharapkan oleh penulis
teks asli.
e. Penerjemahan Adaptasi
Penerjemahan adaptasi ini bentuk penerjemahan yang paling dekat dengan
bahasa sasaran dan berusaha mengubah tetapi tetap selaras dengan budaya
bahasa sumber. Biasanya penerjemahan ini digunakan untuk drama dan puisi,
karena biasanya unsur intrinstik dalam drama dan puisi tetap dipertahankan.
Adapun dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya diutamakan, sedangkan
15 M.Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: rosda, 2011),
h.139
15
contoh-contoh yang berkaitan dikurangi atau bisa sama sekali ditiadakan
hanya diberikan contoh jika sesuai dengan keperluan.
Contoh dalam bahasa inggris seperti pada klausa:
Teks Sumber : As white as snow
Teks Sasaran : Seputih kapas
Contoh dalam bahasa Arab16
عا شت بعيدة حيث ال تخطو قدم
علي النھر بأعند الينابيع
Dia hidup jauh dari jangkauan
Di atas gemericik air sungai yang terdengar jernih
Hasil penerjemahan di atas menggunakan penerjemahan adaptasi yang
mana penerjemah mengganti unsur-unsur budaya yang ada dalam Bsu dengan
unsur budaya yang mirip dan ada dalam Bsa karena unsur budaya Bsa lebih
akrab bagi pembaca. Karena jika tidak demikian hasil terjemahan tersebut
seperti berikut:
Dia hidup jauh sehingga kaki tidak bisa menjangkaunya
Pada mata air di bagian sungai paling atas
f. Penerjemahan Bebas
Metode ini merupakan penerjemahan dengan bebas tanpa melihat bentuk
aslinya sehingga hasil terjemahan menggunakan metode ini dapat lebih
panjang ataupun lebih pendek dari bentuk aslinya. Bentuk alur dan bentuk
kalimatnya sudah berubah sama sekali.
16 Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia, h. 33
16
Adapun dalam pencarian padanan pun cenderung berada pada tataran teks,
bukan kata, frasa, klausa atau kalimat. Sehingga akan tampak seperti
memparafrasa bahasa sumber.
Contoh:
The old came again last week17
Jika diterjemahkan dengan metode ini dapat diartikan menjadi:
(1) Wanita tua yang baik hati tersebut datang lagi minggu yang lalu
(2) Wanita tua bawel itu nongol lagi minggu yang lalu
Disini dapat dilihat perbedaan antara terjemahan yang (1) dan (2). Hasil
terjemahan (1) penerjemah menambahkan kata “yang baik hati” agar sesuai
dengan nuansa aslinya. Hasil terjemahan yang (2) penerjemah memasukan
kata “bawel” dan “nongol”, kedua kata tersebut agar sesuai dengan konteks
aslinya dan sesuai dengan pandangan penerjemah sendiri. Dan kata-kata
tersebut tidak terdapat kata atau istilah yang pasti yang dapat diterjemahkan
langsung melainkan hanya terdapat kata yang berkonotasi .
Contoh dalam bahasa arab:
صمة ألمانياااجلديد لع ه الوج
Pembaruan wilayah pemerintahan ibu kota baru (lama) Jerman-Berlin
g. Penerjemahan Idiomatik
Pada metode ini ungkapan idiomatik yang terdapat dalam bahasa sumber
diterjemahkan seperti ungkapan biasa bukan pada ungkapan idiomatik itu
sendiri karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak
17Lingua-bahasa.blogspot.com/2013/03/tingkat-kesetiaan-terjemahan-terjemahan.html?m=1
17
terdapat dalam bahasa sumber tetapi bisa digunakan dalam bahasa sasaran.
Sebuah idiom tidak mungkin diterjemahkan secara harfiah (kata demi kata).
Contoh:
زيد ال يضع عصا التـرحال Jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “Zaid tidak meletakkan tongkat
dalam perjalanan”. Namun bukan ini makna yang dimaksud oleh orang Arab.
Mereka mengatakan makna tersebut dengan makna “Zaid sering bepergian”.
h. Penerjemahan komunikatif
Pada metode ini, seorang penerjemah berusaha menghasilkan makna yang
sedemikian mudah dan secara tepat, sehingga pembaca langsung mengerti dan
memahami apa yang diterjemahkan. Metode ini memperhatikan pada prinsip
dalam berkomunikasi yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan.
Seperti contoh hubbu al ‘umm la: yamu:tu ‘abadan (kasih ibu sepanjang
jalan).
Berdasarkan beberapa metode di atas, metode G dan H biasanya
memenuhi tujuan utama penerjemahan yaitu ketepatan dan dan efisiensi suatu
teks. Metode D banyak digunakan dalam penerjemahan ekspresif, adapun
metode H banyak digunakan dalam teks informatif atau vokatif.18
3. Syarat-syarat Penerjemah
Untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah
harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan ini terkait dengan sejumlah
kopetensi yang harus dimilikinya, sehingga proses penerjemahan sebagai
18 https://muftiramadlani.wordpress.com/2010/12/25/%E2%80%98-lipia-jakarta/
18
dwitindak komunikasi yang kompleks ini dapat menghadirkan terjemahan
yang berterima. Kompleksitas permasalahan tidak sekedar berkenaan dengan
adanya dua sistem berbeda, tetapi juga berhubungan dengan adanya perbedaan
budaya yang melatari keduanya. Karena itu, seorang penerjemah tidak saja
memiliki kompetensi bahasa, tetapi juga kompetensi budaya. Dua kompetensi
ini saja belum cukup, penerjemah harus memiliki kompetensi transfer,
sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang berkualitas, tidak sekedar
akurat, tetapi juga terjemahan dihasilkan memenuhi aspek kejelasan dan
kewajaran.
Neubert (2000) menyebutkan lima kompetensi dasar yang harus dimiliki
seorang penerjemah. Pertama, kompetensi kebahasaan terkait dengan
penguasaan bahasa sumber dan bahasa target. Sebagai dwibahasawan,
penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik dua bahasa sekaligus.
Dengan begitu, penerjemah dapat melakukan analisis sintagmatik dengan
mengidentifikasi relasi setiap kata dalam kalimat. Dalam bahasa Arab dikenal
i’rab sebagai sarana untuk menganalisis وظيفة حنوية ‘fungsi sintaksis’ setiap
kata dalam kalimat. Kesalahan i’rab dapat menyebabkan kekeliruan dalam
penerjemahan sebuah kalimat. Kedua, kompetensi tekstual. Kompetensi ini terkait dengan kemampuan
penerjemah memahami isi pembicaraan. Perlu dilakukan analisis sintagmatik
untuk menghasilkan pemahaman tekstual. Pemahaman tekstual diperoleh
setelah penerjemah mengidentifikasi relasi antarkata dalam kalimat. Berkat
kompetensi tekstual, penerjemah dapat menyelami makna yang tertuang dalam
setiap ragam kalimat.
19
Ketiga, kompetensi materi. Pengetahuan penerjemah ihwal bidang ilmu
yang diterjemahkan turut menentukan kualitas hasil terjemahan. Tidak perlu
menjadi pakar di bidang ilmu tersebut. Tetapi paling tidak, harus bisa
memahami wacana beserta istilah-istilah teknis yang berhubungan dengannya.
Disinilah penerjemah perlu menjadi orang yang “tahu sedikit tentang banyak”.
Kompetensi materi ini harus ditunjang dengan kemampuan mendekati
karakter, penalaran dan retorika si penulis, sehingga konstruksi gagasannya
bisa di pahami dengan baik. Dengan begitu tidak akan “tersesat” dalam
memahami teks sumber.
Keempat, kompetensi kultural. Penciptaan sebuah teks tidak terlepas dari
budaya yang melatari penulisnya. Bahasa adalah budaya dan budaya
direalisasikan melalui bahasa. Kelima, kompetensi transfer. Menerjemahkan
berarti mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Tidak
semua orang, sekalipun dwibahasawan atau multibahasawan memiliki
kemampuan semacam ini. Penerjemah yang mumpuni sudah pasti memiliki
kompetensi transfer yang baik. Kompetensi ini berkenaan dengan persoalan
strategi penerjemahan, prosedur penerjemahan apa yang akan dipakai agar
menghasilkan terjemahan yang berkualitas.
B. Balaghah
1. Pengertian Balaghah
Secara etimologi berasal dari kata dasar “بلغ” , yang memiliki arti sama
dengan kata “ وصل” yaitu “sampai atau ujung”. Sedangkan secara terminologi
20
balaghah berarti sampainya maksud hati atau pikiran yang ingin diungkapkan
kepada lawan dialog, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
benar, jelas, berpengaruh terhadap rasa atau pikiran audiens lewat diksinya
yang tepat, dan juga cocok dengan situasi dan kondisi audiens. Dalam
ungkapan lain balaghah adalah kesesuaian ungkapan atau tulisan dengan
keharusan situasi atau realitas dialog, dimana kata dan kalimat yang digunakan
fasih (jelas), memuaskan, mempesona, bahkan menyihir audiens sehingga
maksud hati atau fikiran yang ingin diungkapkan kepada lawan dialog sampai
secara efektif. 19
Dalam kajian sastra, balaghah ini menjadi sifat dari kalam dan mutakallim,
sehingga lahirlah sebutan بليغ كالم dan م بليغمتكل . Menurut Abd al-Qadir
Husein (1984), balaghah dalam kalam adalah مطا بقة الكالم ملقتضى احلال
dalam arti bahwa kalam itu sesuai dengan situasi dan kondisi para pendengar
menuntut perubahan susunan kalam. Situasi dan kondisi yang menuntut kalam
ithnab tentu berbeda dengan situasi dan kondisi yang menuntut kalam ijaz.
Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda dengan berbicra kepada orang
dungu. Demikian juga dengan tuntutan fashal meninggalkan khitab washal,
tuntutan taqdim tidak sesuai dengan ta’khir, dan seterusnya bahwa untuk
setiap situasi dn kondisi ada kalam yang sesuai dengannya( .( لكل مقام مقال
Nilai balaghah setiap kalam bergantung kepada sejauh mana kalam itu
dapat memenuhi tuntutan situasi dan kondisi, setelah memperhatikan
fashahah-nya. kalam fashih adalah kalam yang secara nahwiyah tidak
dianggap menyalahi aturan yang mengakibatkan “ ضعف التأليف" (lemah
19 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Depok:Raja Grafindo
Persada), cet. 2 h. 136.
21
susunan) dan ta’qid (rumit). Dari aspek bahasa terbebas dari gharabah (asing)
dalam kata-katanya. Dan dalam aspek sharf menurut qiyas adalah “ األجل”.
Sedangkan secara dzauq terbebas dari tanafur(berat pengucapannya) baik
dalam satu kata, seperti kata “ ستشزراتم ” atau dalam beberapa kata, sekalipun
satuan kata-katanya tidak. bersifat tanafur. 20
2. Cabang-cabang Balghah
Balaghah mempunyai tiga cabang, yaitu Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan dan
Ilmu Badi’. Ketiganya mempunyai objek kajian yang saling melengkapi.
Ilmu Ma’ani adalah dasar-dasar dan kaidah yang menjelaskan pola kalimat
berbahasa arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang
dikehendaki penutur. Tujuan ilmu ma’ani adalah menghindari kesalahan
dalam pemaknaan yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan
tutur.21Dari terminologi ilmu ma’ani yang ingin menyelaraskan konteks dan
teks, maka objek kajiannya berkisar pada pola kalimat berbahasa arab dilihat
dari pernyataan makna dasar (ashly) bukan tab’iy yang dikehendaki oleh
penutur. Menurut as-Sakkaki, yang dikehendaki oleh pembaca model ma’ani
bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada “makna”
yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam ma’ani
adalah pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur dengan pemahaman
yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom. Adapun objek kajian ilmu
ma’ani meliputi Kalam Khabar, Kalam Insya, Qasr, washal, fashal, Ijaz,
20 Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika
Aditama), 2007, h. 6 21 Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 39-40.
22
Ithnab dan Musawah.
Ilmu Bayan secara etimologi berarti penyingkapan, penjelasan dan keterangan.
Sedangkan secara terminologi, ilmu bayan berarti dasar dan kaidah-kaidah
yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan bermacam-
macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan rasionalitas semantis
dari makna tersebut.22
Dari pengertian ilmu bayan yang berisi macam-macam metode untuk
menyampaikan makna, objek kajiannya pun berkisar pada berbagai corak gaya
bahasa yang merupakan metode penyampaian makna yang meliputi Tasybih,
Majaz dan Kinayah.
Al Badi’ secara etimologi adalah kreasi yang dicipta tidak seperti ilustrasi
yang telah ada. Secara terminologi, Ilmu Badi’ adalah ilmu yang mempelajari
beberapa model keindahan stilistika, ornamen perhiasan kalimat yang
menjadikan kalimat indah dan bagus, menyandangi kalimat dengan
kesantunan dan keindahan sesuai dengan situasi dan kondisi.23
Secara garis besar ilmu badi’ mempunyai dua obyek kajian, yaitu
Muhassinat Lafhziyyah ( jinas, iqtibas dan saja’) dan Muhassinat
Ma’nawiyyah (tauriyah, tibaq, muqabalah,husn al-ta’lil, ta’kid al-madh, bima
yusybih al-dzamm dan uslub al-hakim).
22 Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 212 23 Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Beirut: Dar al Fikri), 1994, h. 308
23
3. Tasybih
a. Konsep Tasybih
Tasybih secara bahasa artinya menyerupakan.24 Dalam istilah balaghah,
التشبيه هو إ حلاق أمر بأمر بأداة التشبيه جلامع بينهما25“yaitu menyamakan suatu hal dengan hal lain dengan menggunakan
pernagkat (sarana) tasybih untuk mengumpulkan keduanya.”
Secara etimologis tasybih berarti at –tamtsil (penyerupaan). Sedangkan secara
terminologis adalah menyerupakan antara dua perkara atau lebih yang
memiliki kesamaan sifat (satu atau lebih) dengan suatu alat karena ada tujuan
yang dikehendaki oleh pembicara.26
Contoh:
هاب وضوءه والمرء إال كاالش
يـواىف متام الشهر مث يغيب “Tiadalah seseorang itu kecuali seperti bulan dan cahayanya,
Ia menempati sebulan penuh kemudian menghilang”
ا فاقضوامآريكم عجاالإمن
أعماركم سفر من األسفار “Selesaikanlah hajat-hajat kalian dengan segera
Sesunnguhnya usia kalian, (laksana) bepergian dari beberapa bepergian”
أحمد الھاشمي, جواھر البالغة: في المعاني و البيان و البديع, (بيروت: دار الفكر, 1991 م),ص. 247 . 24 فضل حسن عباس, البالغة و فنونھا وافنانھا (االردات: دارالفرقان للنشر والتوزيع, 1987),ص. 17. 2526 Ahmad al-Hasyimiy, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’aniy wa al-Bayan wa al-Badi’,
(Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah,1960), h. 246.
24
يف طلعة البدر شيء من حماسنه
ها وللقضيب نصيب من تـثـنـيـ
“Dalam terbitnya bulan purnama terdapat suatu dari kebaikan-kebaikannya
Dan bagi sbuah batang ada bagian dari kelenturanya” Dari contoh di atas sudah dapat dimengerti bahwa unsur penting tasybih
adalah penyerupaan. Yaitu penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Dengan demikian, apabila dijumpai struktur kalimat berisi penyerupaan
seperti contoh di atas, maka struktur kalimat tersebut dapat dipastikan sebagai
tasybih.
b. Rukun Tasybih
Rukun tasybih ada empat27, yaitu:
1. Yang diserupakan (مشبه). Musyabbah adalah sesuatu yang diserupakan. Dalam sebuah kalimat tasybih,
musyabbah dapat ditelusuri dengan bertanya, “sesuatu apakah yang
diserupakan?”. Maka jawabannya dipastikan menunjukkan sebagai
musyabbah.
Contoh:
“Ilmu seperti samudera dalam segi luas”
Pertanyaannya dalam rangka menelusuri musyabbah adalah “apakah yang
diserupakan dalam kalimat di atas?” jawabannya: “ilmu”.
Dengan demikian “ilmu” disebut musyabbah karena “ilmu” merupakan
محمد عبد المنعم خفاجي و عبد العزيز شرف, نحو بالغة جديدة, (القاھرة: مكتبة غريب, د.ت.), ص. 144. 27
25
sesuatu yang diserupakan.
2. Unsur yang diserupakan dengannya ( به مشبه ) Musyabbah bih adalah sesuatu yang diserupakan dengannya.
Contoh:
“Ilmu seperti samudera dalam segi luas”
Pertanyaannya dalam menelusuri musyabbah bih adalah “ilmu diserupakan
dengan apa?” jawabannya: “samudera”.
Dengan demikian “samudera” disebut musyabbah bih karena “samudera”
merupakan sesuatu yang diserupakan dengannya.
3. Kata yang mengandung arti serupa (أداة) Yaitu suatu lafaz yang menunjukkan adanya persamaan (antara dua hal
atau lebih), serta mendekatkan musyabbah pada musyabbah bih dalam
sifatnya. 28
Atau bisa dikatakan sarana atau perangkat untuk menyamakan. Sedangkan
adat tasybih ada tiga macam. Pertama, huruf, yaitu الكف , dan كأن, kedua
isim, yaitu مماثل, مشابة, مثل, حنو dan ketiga fi’il, yaitu يضارع, يشابه, مياثل, dan
ىحياك .
4. Unsur sifat yang menjadi aspek kesamaan antara unsur satu ( مشبه) dengan
unsur dua.
Yaitu makna atau sifat yang dimiliki oleh musyabbah dan musyabbah bih
atau bentuk kesamaan sifat yang disamakan antara musyabbah dan musyabbah
28 H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara Al-Bayan dan Al-Badi’, h. 13.
26
bih. Atau bisa dikatakan alasan yang disamakan.
علي كا ألسد يف اجلرءة
“Ali laksana harimau dalam keberaniannya”
sebagai adat الكف menjadi musyabbah bih, huruf األسد ,sebagai musyabbah علي
tasybih dan الجرءة في wajhu syibh.
c. Macam-macam Tasybih
Cara pengungkapan suatu ide dngan menggunakan model tasybih bisa
diungkapkan melalui bermacam-macam bentuk. Bentuk-bentuk pengungkapan
tersebut menunjukkan jenis dari tasybih. Pembagian tasybih bisa dilihat dari
berbagai sisi, seperti adat, wajh, bentuk wajh dan urutannya.
1) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidaknya Adat Tasybih
a) Mursal
Mursal adalah kalimat tasybih yang adatnya disebut.
المرسل ھو ما ذكر فيه األداة
Apabila menjumpai sebuah kalimat tasybih dan adat tasybihnya disebut, maka
tasybih tersebut dinamakan tasybih Mursal.
Contoh:
دق احب في الص الكتاب مثل الص
Buku bagaikan teman dalam segi jujur
b) Muakkad
Muakkad adalah tasybih yang adatnya tidak disebut didalamnya.
د ھو ما حذف منه األداة الم ؤك
Muakkad adalah tasybih yang adatnya dibuang
27
Dengan demikian, apabila menjumpai kalimat tasybih namun tidak terdapat
adat tasybih didalamnya, maka tasybih tersebut dinamakan tasybh muakkad.
Contoh:
كتاب صاحب في الصدق
“Buku adalah teman dalam segi jujur”
2) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidaknya Wajh Syabh
a. Mufashal
Mufashal adalah tasybih yang wajh syabah nya disebutkan rangkaiannya.
ما ذكر فيه وجه الشبه
Contoh:
ر حسنا وكالمه كالد
“Perkataannya bagaikan mutiara dalam segi kebaikannya”
b. Mujmal
Mujmal adalah tasybih yang tidak disebutkan wajhu syabah nya.
امجمل ھو ما حذف منه الوجه
Contoh:
ر وكالمه كالد
Perkataannya bagaikan mutiara
3) Berdasarkan sudut pandang Ada Atau Tidak Adanya Adat dan Wajh
Syabh
a. Tasybih Baligh
Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajh syabh nya.
Contoh:
28
أنت شمس أنت بدر أنت فوق نور
“Engkau matahari, engkau bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya”
Al-Muraqisy menyatakan:
عنم ف ك األ اف ر ط أ و ر يـ ن ان د ه و ج و ال و ك س م ر ش الن
“ baunya yang semerbak itu bak bunga kasturi, wajah-wajah yang berkilauan bak dinar (uang logam), dan ujung-ujung telapak tangan merah bak pacar”
Artinya, bau semerbaknya seseorang diserupakan dengan minyak kasturi,
menyerupakan wajah-wajah mereka dengan muka uang dinar, dan
menyerupakan ruas ujung jari dengan pacar yang biasa dipakai untuk
mewarnai kuku. Tasybih ini termasuk jenis tasybih baligh.karena, dibuang
adat tasybih dan wajh syabhnya. Hal ini disebabkan penyair bermaksud untuk
berlebihan dalam menganggap bahwa musyabbah adalah musyabbah bih itu
sendiri. Oleh karena itu, ia tidak menggunakan adat tasybih yang memberi
kesan bahwa musyabbah lebih lemah daripada musyabbah bih dalam wajh
syabh, disamping tidak menggunakan wajh syabh yang memaksa kedua pihak
dalam satu sifat atau lebih dan tidak pada sifat yang lain.
Tasybih seperti ini disebut tasybih baligh, yaitu merupakan slah satu sarana
pengungkapan balaghah dan arena kompetisi yang leluasa bagi para penyair
dan penulis.29
4) Berdasarkan Bentuk Wajh Syabh
a. Tasybih Tamtsil
29 Ali Al Jarim dan Mustafa Amin, Al-Balaghatul Waadhihah, (Jakarta: RP Press, 2007),
h. 30.
29
Tasybih tamtsil yaitu:
عة من متعدد به صورة متنز ما كان وجه الش
“Tasybih yang waذjh syabh nya berupa gambaran yang diambil dari hal yang
berbilang”30
Contoh:
ھر ثم يغيب ھاب وضوءه يوافي تمام الش وما المرء إال كالش
“Tidaklah seseorang itu, kecuali seperti bulan dan cahayanya
Ia menempati sebulan penuh, kemudian menghilang”
Pada bait di atas, wajh syabh nya adalah “cepatnya binasa” ( سرعةالفناء).
Penyair mengambilnya dari keadaan-keadaan cahaya bulan yang cukup
berbilang. Sebab kemunculan pertama bulan sabit ( ھالال), kemudian menjadi
bulan purnama (بدرا), lalu berkurang, dan selanjutnya lenyap.
b. Tasybih Ghairu Tamtsil
Tasybih ghairu tamtsil yaitu:
عة من متعدد به فيه صورة متنز ما لم يكن وجه الش
“Tasybih yang wajh syabh nya tidak berupa gambaran yang diambil dari hal
yang berbilang”31
Contoh:
ال تطلبن بالة رتبة قلم البليغ بغير خط مغزل
30 Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’ (Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya,1994) cet, ke-1 h30
31 Sayid Ahmad al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi’ (Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya,1994)cet, ke-1 h31
30
“Janganlah anda mencari pangkat, dengan alat (kemampuan) yang anda
miliki
Pena sastrawan tanpa tulisan, laksana alat pemintal”
Wajh syabh nya adalah “sedikitnya faedah” ( قلةالفائدة) dan macam itu tidak
diambil dari hal yang berbilang.
5) Tasybih Yang Keluar Dari Kebiasaan
a. Tasybih Dhimny
Tasybih dhimny adalah tasybih yang kedua tharafnya tidak dirangkai
dalam bentuk tasybih yang sudah kita kenal atau tanpa adat tasybih, hanya
saja keduanya berdampingan dalam susunan kalimat.
Contoh:
ال تنكري عطل الكرمي من الغىن
فالسيل حرب للمكان العاىل“Jangan kau ingkari bila orang yang dermawan tiada memiliki kekayaan,
sebab banjir itu adalah musuh bagi tempat yang tinggi.”
Seorang penyair atau penulis dalam berpramasastra adakalanya memakai
ungkapan tasybih bukan dalam bentuknya yang kita kenal. Hal ini dilakukan
untuk merangsang daya fikir untuk menegakkan kembali dalil di atas hukum
yang dikehendaki pada musyabbah, dan karena senang menyamarkan tasybih,
sebab tasybih yang unik dan samar itu lebih baligh mengena pada jiwa. Pada
contoh di atas Abu Tammam berkata pada seorang gadis “jangan kau ingkari
ketidakmampuan seorang dermawan dalam hal kekayaan karena itu bukanlah
suatu hal mengherankan, sebab puncak-puncak gunung yang merupakan
31
tempat tertinggi itu tidak dapat digenangi air banjir”.
pada contoh tadi penyair secara implisit menyamakan seorang dermawan yang
tidak memiliki kekayaan bagaikan puncak gunung yang tinggi yang tidak
pernah dilanda banjir, dengan tidak menyatakan penyerupaan itu melainkan
dengan kalimat tersendiri yang mencakup makna tersebut dalam bentuk bukti.
Karena kita tidak akan menemukan adat tasybih, namun demikian jika kita
merasakannya dengan hati maka kita akan memahami bahwa ungkapan itu
mengandung perbandingan sebagaimana dimaksud dalam tasybih yang
sempurna.
Lebih jauh tasybih dhimny adalah tasybih yang tersamar, dalam arti
ungkapannya memang tidak secara eksplisit berbentuk perbandingan, namun
bernuansa perbandingan. Dalam bahasa arab umumnya tasybih dari dua
preposisi, preposisi pertama merupakan topiknya dan preposisi kedua
merupakan analoginya.
b. Tasybih Maqlub
Tasybih Maqlub adalah suatu jenis tasybih yang posisi musyabbah-nya
dijadikan musyabbah bih, sehingga yang seharusnya musyabbah dijadikan
musyabbah bih, dan yang seharusnya musyabbah bih menjadi musyabbah
dengan anggapan wajh syabh pada musyabbah lebih kuat.32
Contoh:
فة حني ميتد وبدا الصباح كأن غرته وجه ح اخلليـ "Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah kholifah ketika menerima
32 Mamat Zaenuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Bayan (Bandung: Zein Al
Bayan, 2006) h . 39.
32
pujian"
Pada syi’ir ini terangnya fajar diibaratkan dengan wajah khalifah, Padahal
seharusnya sebaliknya. Pada tasybih yang biasa, wajah khalifah disamakan
dengan fajar yang menyingsing. Pembalikan posisi antara musyabbah dan
musyabbah bih pada tasybih maqlub dilakukan untuk memberi gambaran
bahwa kecerahan wajah kholifah sangat kuat.
33
BAB III
GAMBARAN TENTANG TERJEMAHAN
KITAB BALAGHOTUL HUKAMA
A. Sekilas Tentang Kitab Balaghotul Hukama ( Retorika Kaum Bijak )
Retorika kaum bijak adalah buku yang ditulis oleh Dr. Azhar Arsyad MA,
rektor UIN Alaudin Makassar. Buku ini berisi tentang kata-kata bijak atau
Mahfudzat yang biasa dipakai oleh para santri di pondok pesantren. Bahan
yang sebagian besarnya diambil dari pelajaran Mahfudzat di pesantren-
pesantren, dari Diwanul Imam al-Syafi’i serta dari buku susunan Lewis C.
henry dalam bukunya Best Quatitations for All Occasions.
B. Riwayat Hidup Pengarang
Azhar Arsyad, lahir di Toli-Toli pada tanggal 3 Juni 1952. Melanjutkan
Sekolah Rakyat (SD) di Wani di Donggala dan di Toli Toli. Setelah tamat
Pondok Modern Gontor, tahun 1972, ia memperoleh gelar B. A (1976). dan
Doktorandus pada Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin
(tahun 1979). Memperdalam masalah akademik di University of Minnesota,
Amerika Serikat pada musim panas 1984. Setelah itu, mengikuti kuliah Studi
Komunikasi Antar-Budaya pada Jurusan Antropologi di Portland State
University pada Musim Gugur 1984 dan memperoleh sertifikat di bidang
TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) dari Georgetown
University, Washington D.C. pada Musim Panas 1985. Meraih gelar Master of
Arts dalam bidang Linguistik dari State University of New York pada bulan
34
Desember 1985 (beasiswa Fulbright). Terakhir meraih gelar Doktor dari UIN
Syahid, Ciputat 1999.
Pada Musim Gugur 1990, kembali ke Amerika mengikuti training dalam
bidang Administrasi dan Manajemen Perguruan Tinggi di University of
Kentucky. Pada tahun 1992-1993, mendapat kehormatan untuk mengikuti
Mid-Career Profesional Training di bidang Manajemen Perguruan Tinggi
selama satu tahun di Boston University, USA. Terakhir, mengikuti workshop
dan penerjemah di bidang Manajemen Stratejik pejabat eselon I di McGill
University, Montreal, Canada tahun 1996.
Azhar Arsyad beberapa kali memenuhi undangan baik secara pribadi
maupun atas nama pemerintah Indonesia untuk membawakan makalah pada
seminar-seminar dan konferensi internasional antara lain di International
Islamic University, Kuala Lumpur (1987), University Sains, Penang, Malaysia
(1988), Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat (1993),
KAIS (Korean Association of Islamic Studies), Seoul, Korea Selatan (1994),
McGill University, Montreal, Canada (1996), Universitas Kebangsaan
Malaysia tahun 2001, Konfrensi Janadriyah di Riyadh, Saudi Arabia atas
undangan Kerajaan Saudi (2003), Department of Political Science, School of
Social and Cultural Studies,University of Western Australia, Perth (2003), al-
Azhar University, dan Universitas Cairo, Mesir (2003), Alul-Bait Foundation,
kota Qum, Perpustakaan Ali Ridza di Masyhad, dan Tehran, Republik Islam
Iran (2003). Melakukan Participatory and Planning Meeting di Mc.Gill
University Canada. Tanggal 3 s/d 5 Oktober 2004 diminta oleh The Istanbul
Foundation for Science and Culture untuk membawakan makalah pada
Symposium Internasional di hotel Kaya Ramada, Istanbul, Turki dengan judul
35
paper “Musahamatul al-Tarbiyah alDiniyah fi al-Tafahum wa ishlahi
alDunyaa al-Mumazzaq, dan memotori serta menggagas dua konferensi
Internasional yang diikuti oleh beberapa Negara di Makassar “ Islam and
World Peace” tahun 2001 dan “ Islam, the West, and the Rest” tahun 2005.
Memenuhi undangan DAAD untuk mengadakan penjajakan kerjasama dengan
Beberapa Perguruan Tinggi di Bonn, Frankfurt, dan Hamburg, Jerman,
Perancis, dan Belanda mulai tanggal 5 Maret s/d 15 Maret 2005, Melakukan
Professional Development ke beberapa perguruan tinggi di Johansburg, Cape
Town, dan Pretoria, Afrika Selatan mendampingi Wapres, mengadakan MOU
antara International Peace University, South Africa dan UIN Alauddin 26-27
September 2005. Terakhir kembali diundang oleh pemerintah Jerman untuk
melakukan jejaring di Berlin dan kota kota lainnya di Jerman November 2006
Di bidang profesi dan sosial kemasyarakatan, beliau berperan
diantaranya sebagai dewan pakar ICMI pusat dan pengawas Ikatan Sarjana
Manajemen Pendidikan Indonesia.
Sejak awal tahun 1997 menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Alauddin Makassar, dan awal Juli 2002 menjabat sebagai Rektor IAIN
Alauddin Makassar dan terpilih kembali menjadi Rektor UIN Alauddin 2006-
2010. Juga sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VIII se Sulawesi, Maluku,
dan Papua. Sejak Oktober 2003 Azhar Arsyad dianugrahi Professor (Guru
Besar penuh) dalam Ilmu Manajemen dengan pangkat Pembina Utama (Gol.
IV/e).33
33http://azhararsyad.uin-alauddin.ac.id/?hal=2
36
C. Kaya-karyanya
Karya-karya yang pernah ditulis oleh Dr. Azhar Arsyad adalah:
1. Menguasai Kata KerJa Populer Dan Preposisi Bahasa Arab.
2. Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya.
3. Bacaan Bahasa Arab Kontemporer.
4. Media Pembelajaran.
5. Pokok-pokok Pengetahuan Manajemen Praktis Bagi Pimpinan Dan
Eksekutif.
6. Retorika Kaum Bijak.
37
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN TERJEMAHAN TASYBIH PADA KITAB
BALAGHOTUL HUKAMA
A. Temuan
Berdasarkan sumber data yang diteliti, peneliti menemukan 15 terjemahan
kalimat yang mengandung unsur tasybih pada kitab Balaghotul Hukama.
B. Analisis Struktur Kalimat Tasybih dalam Kitab Balaghotul Hukama
(Studi Analisis: Struktur Kalimat Tasybih).
Pada bab ini, peneliti akan menganalisa kesesuaian terjemahan
kalimat tasybih pada kitab Balaghotul Hukama. Tasybih yang dijumpai:
مله شب على ه النـفس كالطفل إن تـ . 1
فطم حب الرضاع وإن تـفطمه يـنـ
”Nafsu bagaikan bayi bila anda biarkan terbiasa dengan kesenangan menyusu terus-terusan”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
38
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Nafsu
Musyabbah bih : Gambaran Bayi
Wajhu syabah : Gambaran Kesenangan
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, bahwa struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufasssal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
ر كالصرب مر يف الص . 2 مذاقته بـ “kesabaran itu bagaikan jadam, pahit rasanya”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih, tasybih ini disebut
Tasybih Ghair Maqlub. Karena, wajhu syabah nya lebih kuat pada
musyabbah bih apabila dibanding dengan wajhu syabah yang ada pada
musyabbah.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
39
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah disebut atau tidak, maka
struktur kalimat tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena
tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini adalah rincian pembuktian sebagai tasybih ghair maqlub:
Musyabbah : Kesabaran
Musyabbah bih : Jadam
Wajhu syabah : Pahit
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, bahwa struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
ghair maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan
kaedah penerjemahan struktur kalimat tasybih.
تواضع تكن كالنجم الح لناظر . 3اء على صفحات
رفيع وهو امل
“Rendah hatilah laksana bintang yang kelihatan rendah bagi yang melihatnya
Pada permukaan air padahal ia sendiri tinggi di atas sana”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
a. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih, tasybih ini disebut
Tasybih Ghairu Tamtsil. Karena, wajhu syabah yang merupakan unsur
40
kesamaan itu bukan merupakan gambaran dan tidak diambil dari
musyabbah dan musyabbah bih yang berbilang.
b. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
c. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini adalah rincian pembuktian sebagai tasybih ghairu tamtsil:
Musyabbah : Rendah Hati
Musyabbah bih : Bintang
Wajhu syabah : Tinggi
Adat : Laksana
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih ghairu
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
بنـفسه وال تكن كالدخان يـعلو . 4
إىل طبـقات اجلو وهو وضيع
“Janganlah anda bagaikan asap membumbung tinggi dengan sendirinya
Ke lapisan-lapisan udara padahal ia sendiri hina (tidak ada apa-apanya)”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
41
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
musyabbah bih yang mufrod, tasybih ini disebut Tasybih Ghairu Tamtsil.
Karena, wajhu syabah yang merupakan unsur kesamaan itu bukan
merupakan gambaran dan tidak diambil dari musyabbah dan musyabbah
bih yang berbilang.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. . Karena tasybih mufassal adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih ghairu tamtsil:
Musyabbah : Engkau
Musyabbah bih : Asap
Wajhu Syabah : Hina
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih ghairu
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
يك ليك البعيد ويـبعد عل وإياك ومصادقة الكذاب فإنه كالسراب يـقرب ع . 5 القريب
“Hindarilah berteman dengan pembohong karena ia bagaikan fatamorgana
mendekatkan bagimu yang jauh dan menjauhkan yang dekat”
42
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Pembohong
Musyabbah bih : Gambaran Fatamorgana
Wajhu syabah : Menjauh dan Mendekat
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
إن ذ الحاجة إن لم يغترب . 6
43
عن حماه مثل طير في قفص
“sesungguhnya orang yang butuh bila tidak mau bergerak keluar
Dari tempatnya, ia laksana burung dalam sangkar”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu مثل.
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbahbdan
Musyabbah bih yang berbilang, tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil,
karena musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran
atau keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran orang yang butuh
Musyabbah bih : Gambaran Burung dalam sangkar
Wajhu syabah : Gambaran Bergerak
Adat : Laksana
Dengan demikian, bahwa struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
44
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
تـنافـر ودهاالقلوب إذا إن . 7 شبه الزجاجة كسرها ال يشعب
“Sesungguhnya hati bila kasih sayangnya berantakan Laksana kaca bila pecah tak dapat dipadukan”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu شبه. Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang Wajhu syabah diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Hati Yang Galau
Musyabbah bih : Gambaran Pecah
45
Wajhu syabah : Gambaran Sesuatu Yang Berantakan
Adat : Laksana
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah Tasybih
Tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
وت يف أمر حق . 8ري فطعم امل
وت يف أمر عظيم◌ كطعم امل
"Rasa kematian pada masalah sepele
Seperti rasa kematian pada masalah besar”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
musyabbah bih nya yang berbilang, tasybih ini merupakan tasybih tamtsil.
Karena tasybih yang wajhu syabah nya meerupakan gambaran yang
diambil dari musyabbah dan musyabbah bih yang berbilang.
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
46
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Rasa kematian Pada Masalah Sepele
Musyabbah bih : Gambaran Kematian Pada Masalah Besar
Wajhu syabah : Gambaran Masalah
Adat : Seperti
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
ر . 9 ماكنه يف أ ى كالتـرب ملقوالتبـ العود يف أرضه نـوع من اخلطب و
“Timah bagaikan tanah bila terletak di tempatnya
Kayu cendana bila menetap di tanahnya hanya semacam kayu bakar”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang pandang musyabbah dan musyabbah bih nya, tasybih
ini merupakan tasybih maqlub. Karena wajhu syabah nya lebih kuat pada
musyabbah apabila dibanding dengan wajhu syabah yang ada pada
musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
47
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih maqlub:
Musyabbah : Timah
Musyabbah bih : Tanah
Wajhu syabah : Kayu Bakar
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
maqlub, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
يـلقاك حيلف أنه بك واثق . 10 وإذا تـورى عنك فـهو العقرب
“Ia temui anda seraya bersumpah setia pada anda
Bila membelakang dari anda ia bagaikan kalajengking”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Pada hal ini, adat
tasybih nya tidak disebut.
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang musyabbah dan musyabbah bih tasybih ini merupakan
tasybih baligh. Karena, tidak disebutkan adat dan wajhu syabah nya.
Berikut rincian pembuktian sebagai tasybih baligh:
Musyabbah : Dia
48
Musyabbah bih : Kalajengking
Wajhu Syabah : Tak Disebut
Adat : Tak Disebut
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
baligh, tasybih muakkad dan tasybih mujmal.. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
إن مل تـقطعه قطعك الوقت كالسيف . 11
“Waktu bagaikan pedang, bila kamu tak memotongnya dia memotongmu"
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih tasybih yang berbilang ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Waktu
Musyabbah bih : Gambaran Pedang
49
Wajhu syabah : Gambaran Tajam
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih tamtsil
dan tasybih mursal. Dan telah sesuai dengan kaedah penerjemahan struktur
kalimat tasybih.
مثر عمل كالشجر بال بال العلم . 12 “Ilmu tiada amalan bagaikan pohon tidak berbuah”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Ilmu
Musyabbah bih : Gambaran Pohon
50
Wajhu syabah : Gambaran Buah
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
التـعلم يف الصغر كالنـقش على احلجر . 13 “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Belajar
Musyabbah bih : Gambaran Mengukir
51
Wajhu syabah : Gambaran Atas Batu
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih
رء كاهلال . 14اامل يغيب ل وضوءه يـوايف متام الشهر مث إمن
“Sesungguhnya manusia itu bagaikan bulan tsabit beserta cahayanya, bila
genap sebulan ia tenggelam dan menghilang”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
Musyabbah bih yang berbilang tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil, karena
musyabbah sebagi sesuatu yang diserupakan merupakan gambaran atau
keadaan. Demikian juga hal nya dengan musyabbah bih.
2. struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
52
Berikut ini rincian pembuktian sebagai tasybih tamtsil:
Musyabbah : Gambar Manusia
Musyabbah bih : Gambar Cahaya Bulan
Wajhu syabah : Gambaran Tenggelam
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
لوال العلم لكان الناس كالبـهائم . 15 “Seandainya tiada berilmu niscaya manusia itu seperti binatang.”
Struktur kalimat ini disebut struktur kalimat tasybih. Sebab
mengandung penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hal ini ditandai
dengan adat tasybih didalamnya yaitu ك .
Dengan demikian analisis selanjutnya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang wajhu syabah yang diambil dari musyabbah dan
musyabbah bih yang berbilang, tasybih ini disebut Tasybih Tamtsil.
Karena, musyabbah sebagai sesuatu yang diserupakan merupakan
gambaran atau keadaan.
2. Struktur kalimat tasybih di atas apabila ditinjau dari sudut pandang adat,
maka kalimat tasybih tersebut dinamakan Tasybih Mursal. Sebab, tasybih
mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
3. Dan jika ditinjau dari sudut pandang wajhu syabah, maka struktur kalimat
tasybih di atas dinamakan Tasybih Mufassal. Karena tasybih mufassal
53
adalah tasybih yang disebut wajhu syabah nya.
Berikut ini rincian pembuktian sebagai taybih tamtsil:
Musyabbah : Gambaran Manusia
Musyabbah bih : Gambaran Binatang
Wajhu syabah : Gambaran Tidak Berilmu
Adat : Bagaikan
Dengan demikian, struktur kalimat tasybih di atas adalah tasybih
tamtsil, tasybih mursal dan tasybih mufassal. Dan telah sesuai dengan kaedah
penerjemahan struktur kalimat tasybih.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada 3 istilah ilmiah dalam ilmu Bayan, yakni :
Al-Fashahah ( Tampak dan Jelas )
Al-Balaghah ( Sampai dengan indah dan jelas )
Al-Ushlub ( Cara atau metode yang tersusun)
2. Ada 5 aspek keindahan bahasa dalam ilmu Bayan, yakni:
Al-Tasybih (perbandingan atau penyerupaan)
Al-Hakiki (makna yang sebenarnya)
Al-Mazaji (makna kiyasan)
Al-Kinayah (kata atau kalimat sindiran)
Pengaruh ilmu Bayan (dalam retorika bahasa)
3. Tasybih ialah perbandingan atau perumpamaan kata dengan kata lain.
4. Rukun tasybih :
• Musyabah, yaitu sesuatu yang hendak diserupakan.
• Musyabah bih, sesuatu yang diserupai, kedua unsur ini disebut
Thorafai Tasybih (kedua pihak yang diserupakan).
• Wajh al-Syibh, yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu.
• Adat al-Tasybih, yaitu huruf.
5. Tujuan tasybih :
• Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
55
• Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
• Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
• Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
• Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
• Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
6. Macam-macam tasybih :
• Tasybih mursal
• Tasybih Muakkad
• Tasybih mujmal
• Tasybih mufashal
• Tasybih baligh
• Tasybih tamtsil
• Tasybih dhimni
B. Saran
Setiap orang akan merasa kesulitan apabila menggunakan bahasa yang
bukan bahasa ibunya.Kendala untuk mengerti ilmu balaghah atau bahasan
mengenai sastra akan lebih sulit dimengerti apabila tidak mempunyai dasar
pengetahuan awal. Peneliti menyarankan untuk mempelajari ilmu nahwu dan
morfologi arab dengan baik agar lebih mudah menyerap, terutama ilmu
balaghah yang dianggap sulit itu akan lenyap dengan sendirinya.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, F. H. (1982). Al Balaghoh wa Fununiha wa Afnaniha. Al Ardat: Daarul
Furqon Linnasyri wa At Tauzi'.
Alfarisi, M. Z. (2011). Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Rosda.
Ali Al Jarim dan Mustofa Amin . (2011). Terjemahan Al Balaghatul Wadhihah. Bandung: Sinar Baru Algen Sindo\.
Al-Qasimi, A. (1998). Al Mu'jam Al Arabi Al Asasi Li Alnathiqin Bi Al Arabiyah wa Muta'alimiha. Larus: al-Munazamah al-Arabiyah Li Al Tarbiyah Tsaqafah wa Ulum.
Dr. Mamat Zaenudin M.A. dan Dr. Yayan Nurbayan M.Ag. (2007). Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: Refika Aditama.
Hasyimi, A. a. (1991). Jawahir Al Balaghah Fi Al Ma'ani wa Al Bayan wa Al Badi' . Beirut: Daarul Fikr.
Hasyimi, A. A. (1994). Jawahir Al Balaghah. Beirut: Daar Al Fikri.
Hasyimi, S. A. (1994). Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Bayan dan Ilmu Badi'. Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya.
Hidayatullah, M. S. (2010). Tarjim Al An: CAra Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Pamulang: Ikara.
Hilal, A. G. (n.d.). Ilm Al Dilalah Al Lughawiyah. Kairo: Jami'ah Al-Azhar.
http://azhararsyad.uin-alauddin.ac.id/?hal=2. (n.d.).
Idris, M. (2007). Ilmu Balaghah Antara Al Bayan dan Al Badi'. Yogyakarta: Teras.
Kamil, S. (2012). Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Depok: Grafindo Persada.
Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Kushartanti dkk. (2007). Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
57
Larson, M. L. (1991). PEnerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Arca.
Mahali, R. (2000). Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo.
Muhammad Abdul Mun'im dan Abdul Aziz Syarif. (n.d.). Nahwu Balaghoh Jadidah. Kairo: Maktabah Ghariib.
Rukhiyatun, U. (n.d.). Tesis Gaya Bahasa Qososal Hayawan fii Al-QUr'an (Analisis Stilistika) . Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Sugihastuti. (2006). Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Hasil Unduhan
https://muftiramadlani.wordpress.com/2010/12/25/%E2%80%98-lipia-jakarta/. (2010, 12 25). Retrieved from muftiramdlani.wordpress.com.
Lingua-Bahasa.blogspot.com/2013/03/tingkat-kesetiaanterjemaham-terjemahan.html?m=I. (2013, 03 03). Retrieved from Lingua-Bahasa.blogspot.com.