skripsi tata kelola kemitraan corporate social
TRANSCRIPT
SKRIPSI
TATA KELOLA KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT SEMEN TONASA DALAM PENYEDIAAN AIR
BERSIH DI DESA BIRING ERE TONASA II KABUPATEN PANGKEP
Disusun dan diusulkan oleh:
SRI FAJRIANI
Nomor Stambuk : 10561 04950 14
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
TATA KELOLA KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PT SEMEN TONASA DALAM PENYEDIAAN AIR
BERSIH DI DESA BIRING ERE TONASA II KABUPATEN PANGKEP
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelas Sarjana
Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan diajukan oleh
SRI FAJRIANI
Nomor Stambuk: 10561 04950 14
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iii
iv
iv
v
v
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangaPn di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Sri Fajriani
Nomor Induk : 10561 04950 14
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 27 Februari 2020
Yang Menyatakan,
Sri Fajriani
vi
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nyakepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT
Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biring Ere Tonasa II
Kabupaten Pangkep”. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi program Ilmu Administrasi Negara di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kepada Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak
Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II. Terima kasih atas segala
bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama
penyusunan skripsi ini. Dengan segala kesibukan masing-masing
dalam pekerjaan maupun pendidikan, masih bersedia untuk
membimbing dan menuntun penulis dalam meyusun skripsi ini.
Terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan yang penulis telah
lakukan.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
vii
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP selaku
Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orang tua penulis, Ibunda Hj. Johar, Ayahanda Jumaedi, kakak-
kakak penulis Mohammad Iqbal, S.Pd, M.Pd, Ayu Ashari, S.Ds, Dede
Rosmala, Amd.Keb Adik-adik tercinta Ananda, Hisyam, Tasya dan
seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas curahan kasih
sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanan materialnya
selam penulis menempuh studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Imu Administrasi Negara Universitas
Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar
7. Segenap Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
8. Teman –teman 2014 kelas D Program Studi Ilmu Administrasi Negara
yang sudah banyak membantu dan memberikan masukan oleh penulis.
9. Teruntuk sahabat penulis Andi Sulfiah, Wirda Al Mas’ud dan Hasmiati
terima kasih banyak atas dorongan semangat dan kebersamaan yang
tidak terlupakan.
viii
viii
10. Teman-teman seperjuangan Kuliah Kerja Profesi (KKP) Desa Bonto
Bulaeng Kecematan Bonto Tiro Kabupaten Bulukumba yang selalu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kepada seluruh karyawan PT. Semen Tonasa terima kasih telah
mengijikan penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis
selama penelitian.
12. Kepada kepala desa Biring Ere, Forum Mitra Amanah serta
Masyarakat terima kasih telah membantu penulis dalam melengkapi
tulisan penulis
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Rasa hormat dan terima kasih bagi semua pihak atas segala dukungan
dan doanya semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka
berikan kepada penulis, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna dikarenaan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kririk yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Makassar, 27 Februari 2020
Sri Fajriani
ix
ix
ABSTRAK
SRI FAJRIANI. 2019. Tata Kelola Kemitraan Corporate Social
Responsibility Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biring Ere Tonasa II
Kabupaten Pangkep. (Dibimbing Oleh Fatmawati Dan Abdi).
Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui tata kelola kemitraan
penyediaan air bersih di Desa Biring Ere Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitiaan menggunakan deskriptif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.
teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme kemitraan antara PT.
Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah Desa Biring Ere Kabupaten Pangkep
dalam penyediaan air bersih menunjukkan bahwa telah terlaksana namun pada
pemanfaatannya belum sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan teori hollow state yang dikemukakan Profan dan Millward
yaitu mekanisme, struktur, dan insentif. Peneliti menemukan bahwa mekanisme
dalam penyediaan air bersih yaitu melalui tahap pengusulan program, peninjaun
lapangan, kontrak dan kesepakatan, bantuan dana, pelaksanaan serta monitoring.
Sedangkan pada struktur PT. Semen Tonasa bertindak sebagai pemberi anggaran
dan Forum Mitra Amanah sebagai pengelola anggaran. Dan tidak ada pemberian
insentif yang diberikan oleh PT. Semen Tonasa kepada Forum Mitra Amanah
dalam penyediaan air bersih. Tetapi dengan adanya tata kelola kemitran ini
memberikan manfaat bagi masyarakat di Desa Biring Ere Kabupten Pangkep.
Kata kunci: Tata Kelola, Kemitraan, Air Bersih
x
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tata Kelola ........................................................................................... 11
B. Prinsip tata kelola yang baik ................................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Tata Kelola Perusahaan ...................................... 12
D. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik.............................................................. 13
E. Konsep Kemitraan ............................................................................... 15
F. Prinsip-Prinsip Kemitraan .................................................................... 16
G. Tujuan Kemitraan ................................................................................ 17
H. Model-Model Kemitraan...................................................................... 17
I. Indikator Keberhasilan Kemitraan ....................................................... 21
xi
xi
J. Corporate Social Responsibility .......................................................... 22
K. Manfaat Corporate Social Responsibility ............................................ 24
L. Dimensi Dan Indikator Corporate Social Responsibility .................... 27
M. Mempertahankan Keberlangsungan Program Corporate ................... 29
N. Pengertian Air Bersih ........................................................................... 29
O. Kerangka Pikir ..................................................................................... 30
P. Fokus Penelitian .................................................................................. 33
Q. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian .............................................................. 36
B. Jenis Dan Tipe Penelitian ..................................................................... 36
C. Sumber Data ........................................................................................ 37
D. Informan Penelitian .............................................................................. 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
G. Pengabsahan Data ............................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 41
B. Mekanisme Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT. Semen Tonasaa Dalam Penyediaan Air Bersih
di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep .............................. 51
C. Struktur Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih
di Desa Biring Ere Tonasa II KabupatenPangkep ............................... 73
D. Insentif Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih
di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep .............................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 84
B. Saran ................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Bagan Kerangka Pikir ...................................................................................... 35
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaadaan Sosisl Ekonomi Penduduk Desa Biring Ere ..................... 47
Table 2. Jumlah Penduduk Berdasaran Kelompok Umur Desa Biring Ere ..... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Situasi pembangunan saat ini, tanggungjawab perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada aspek keuntungan secara ekonomisnya saja. Namun peran
perusahaan yang menjadi perhatiaan terbesar dalam lingkungan masyarakat telah
ditingkatkan dengan adanya kepekaan dan kepeduliaan terhadap lingkungan dan
masalah etika. yaitu kondisi keuangan perusahaan menjadi mutu yang
direfleksikan, akan tetapi juga harus mengacuh pada aspek sosial dan
lingkungannya. Perusahaan tidak pula semata-mata hanya mengacu pada kegiatan
ekonomi untuk menghasilkan keuntungan demi kelangsungan usahanya, tetapi
juga bertanggungjawab terhadap sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya
adalah menggantungkan semata-mata kesehatan finansial tidak menjamin
perusahaan bisa tumbuh berkelanjutan.
Salah satu solusi yang dimaksud meningkatkan aspek sosial dan
lingkungan yaitu dengan meningkatkan perberdayaan dan pembangunan
masyarakat dengan memanfaatkan peran aktif pihak ketiga atau swasta ataupun
dengan bermitra dengan forum atau masyarakat sipil, melalui peran tata kelola
perusahaan yaitu CSR (Corporate Social Responsibility) misalnya dalam
penyediaan air bersih, yaitu lebih dikenal tanggung jawab sosial perusahaan atas
keberadaannya beroperasi pada sebuah wilayah.
Peraturan pemerintah No. 47 tahun 2002 tentang tanggungjawab sosial dan
lingkungan perseroaan terbatas, dimana tanggung jawab perusahaan adalah
2
melanjutkan komitmen sebagai bisnis untuk bersikap secara ethnic, bermoral dan
berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Dimana perusahaan juga harus
mengintegrasi antara kegiatan sosial dan masalah lingkungan, yang berhubungan
dengan operasi bisnis
Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting unuk
menunjang kehidupan makhluk hidup. Air sangat diperlukan oleh makhluk hidup
untuk bisa melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan.
Kenyataannya bahwa air sangat penting bagi kehidupan dikarenakan Separuh
bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air.
Masyarakat berhak mendapatkan penyediaan air bersih karena sangat
berpengaruh dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam memajukan
kesehatan lingkungan, yakni dalam menurunkan angka penderita penyakit,
khususnya yang berkaitan dengan air dan berperang dalam meningkatkan standart
atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penyedian air bersih untuk
masyarakat di indonesia masih di hadapkan pada beberapa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya.
Penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia beberapa tahun belakangan
ini terus mendapatkan porsi penting bagi top manajemen di berbagai perusahaan
di Indonesia. Yang dimana untuk meningkatkan kualitas penerapan tata kelola
perusahaan sangat penting dengan adanya kesadaran dan melalui perundang-
undangan dan peraturan serta ketentuan yang dibuat oleh regulator.Masing-
masing lembaga regulator tersebut memiliki beragam peraturan-peraturan,
pedoman-pedoman atau berbagai kajian tentang penerapan tata kelola
3
perusahaan.Rujukan paling mendasar atas pelaksanaan tata kelola perusahaan bagi
seluruh perusahaan (dalam konteks ini perseroan terbatas) tentu saja mengacu
kepada Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroaan terbatas.
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.
Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah
akuntabiltas dan tanggung jawab perusahaan CSR (Corporate Social
Responsibility), khususnya dalam penerapan dan mekanisme untuk memastikan
perilaku yang baik. Fokus utama lainnya adalah bagaimana untuk bisa
meningkatkan kemampuan ekonomi yang ditujukan pada sistem tata kelola
perusahaan untuk mengoptimalisasi dan mengembangkan hasil ekonomi, dengan
penekanan kuat pada kesejahtraan atau pendekatan kepada masyarakat.
Terminologi kerjasama (partnership) atau kemitraan, lazim digunakan
untuk menggambarkan sebuah jalinan kerja antara dua atau lebih
individu/organisasi untuk memproduksi suatu barang (goods) dalam memberikan
suatu pelayanan (kariem, 2003).
Kerangka kebijakan dalam sebuah kemitraan adalah bagian dari prinsip
ke-11 dari good governance, yaitu kemitraan dengan dunia usaha swasta dan
masyarakat (private and civil society partnership) menurut (Bappenas, 2007),
kemitraan harus di dasarkan pada kebutuhan riil.
Program kemitraan pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab
sosial kepada masyarakat. Secara umum, diwujudkan melalui upaya-upaya untuk
memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahtraan sosial dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga dan
4
memelihara kelestarian lingkungan. Dengan itu diperlukan kerjasama kolaboratif
masing-masing pihak diikat oleh adanya satu kepentingan bersama untuk mencari
solusi terhadap masalah atau isu tertentu, yang dirasakan oleh para pihak. Kemaun
untuk malakukan kerjasama muncul karena adanya keinginan untuk mencari
solusi terhadap masalah yang dirasakan bersama oleh suatu organisasi publik
dengan mitrannya dari sektor bisnis atau swasta. Keduannya merasa bahwa
masalah atau kepentingan tersebut dapat diselesaikan secara lebih mudah apabila
mereka secara bersama-sama bekerja untuk mencari solusi terhadap masalah
kepengtingan bersama tersebut.
Menggunakan konsep yang sederhana kerjasama antara organisasi publik
dengan swasta memiliki beberapa ciri, antara lain yaitu; kerjasama bersifat
sukarela, masing-masing pihak memiliki kedudukan yang serata, masing-masing
juga memiliki otonomi dan kekuasaan untuk mengambil keputusan secara
independen walaupun mereka sepakat untuk tunduk pada kesepakatan bersama,
dan para pihak yang bekerjasama memiliki tujuan yang bersifat transformasional
atau memiliki kenginan untuk meningkatkan kapasitas sistemik.
Konsep kemitraan antara organisasi publik dan swasta, mengeliminasi
kerjasama antara organisasi publik dan swasta yang semata-mata berbasis
kontraktual, dimana masing-masing pihak hanya melaksanakan kegiatan sesuai
dengan yang diatur dalam kontrak. Kerjasama yang dituntut dalam konsep
kemitraan antara organisasi publik dan swasta adalah kerjasama yang masing-
masing pihak memiliki kepedulian melebihi apa yang diatur dalam kontrak dalam
rangka mewujudkan tujuan dan nilai yang di yakni bersama. Motivasi untuk
5
bekerjasama lebih didorong oleh kenginan untuk mewujudkan tujuan bersama,
yang tanpa berkerjasama masing-masing pihak merasa tidak memiliki kapasitas
untuk mewujudkannya.
PT. Semen Tonasa adalah salah satu perusahaan BUMN yang
berkewajiban menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) di Sulawesi
Selatan salah satunya adalah dalam penyediaan air bersih. Perusahaan yang
berdiri tahun 1960 ini tercatat sebagai salah satu perusahaan yang eksis dan salah
satu produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang menduduki lahan
seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecematan Bungoro, Kabupaten Pangkep.
Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5,980,000 ton semen per tahun ini.
PT. Semen Tonasa menyadari bahwa keberhasilan harmonis, dinamis serta
saling menguntungkan dengan masyarakat oleh karenanya PT. Semen Tonasa
mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat.
Bagi PT. Semen Tonasa kelangsungan dan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan
tidak hanya didasarkan pada kekuatan finansial saja namun harus memperhatikan
dimensi sosial dan lingkungan hidup dimana PT. Semen Tonasa beropreasi.
Kaleidoskop CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa di bidang
kesehatan tahun 2016 Januari salah satunya memberikan bantuan air bersih
kepada 9 Desa/Kelurahan yang berada di sekitar lingkup PT. Semen Tonasa
sebanyak 9 unit dengan nilai Rp. 912,263,100. Dalam pelaksanaan PT. Semen
Tonasa melibatkan partisipasi masyarakat dan mitranya.
Forum Mitra Amanah merupakan syarat mutlak untuk dapat terus
mengakomodasikan aspirasi masyarakat desa melalui usulan program sesuai
6
dengan kebutuhan masyarakat desa. Dalam hal ini bermitra dengan perusahaan
yaitu PT. Semen Tonasa, dimana pengurus forum harus mampu mengikuti irama
kerja dan tuntutan perusahaan, khususnya terkait dengan program-program sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dalam wilayah lingkar perusahaan.
Forum Mitra Amanah salah satu forum lingkar desa PT. Semen Tonasa
yang mengakomodasikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dari perusahaan
terhadap berbagi Program CSR (Corporate Social Responsibility), baik itu
program infrastruktur maupun non infrastruktur maupun program community
development (comdev). Desa/Kelurahan lingkar PT. Semen Tonasat tersebut
adalah Desa Bulu Cindea, Desa Bowong Cindea, Kelurahan Samalewa, Kelurahan
Sapanang, Desa Biringere, Kelurahan Bontoa, Kelurahan Kalabbirang, Desa
Mangilu, Desa Bluu Tellue, Desa Taraweang, Desa Tabo-Tabo.
Sektor swasta dalam hal ini sebagai pihak pengembang atau pelaksana
seringkali sulit tumbuh karena mengalami hambatan, seperti sulitnya memperoleh
berbagai bentuk izin dan kemudahan lainnya. Indikator minimal yang diperlukan
adalah pemahaman aparat pemerintah tentang pola-pola kemitraan, lingkungan
yang kondusif bagi masyarakat yang kurang mampu untuk berkarya, sedangkan
perangkat pendukung indikatornya adalah peraturan-peraturan dan pedoman yang
mendorong kemitraan pemerintah, dunia usaha, swasta, masyarakat, peraturan
yang berpihak pada masyarakat yang kurang mampu serta adanya program-
program pemberdayaan. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya peran PT. Semen
Tonasa dalam menemukan solusi yang dapat dilakukan yakni dengan adanya
kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam mengurai permasalahan yang terjadi.
7
Penyediaan air bersih secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat
kesehatan masyarakat yang dimana erat kaitannya dengan kualitas pembangunan
manusia yang membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun,
pengelolaan sumber daya air saat ini yang menjadi perhatiaan yang buruk
mengakibatkan tidak meratanya penyebaran air. Tentu saja berdampak pada
kemampuan masyarakat menengah ke bawah untuk menikmati pelayanan air
bersih. Pada kenyataannya sekarang masyarakat menengah ke bawah di Desa
Biring Ere tidak mempunyai akses terhadap air bersih. Bahkan masyarakat
menengah ke bawah harus membayar jauh lebih mahal guna mendapatkan air
bersih tersebut sehingga banyak yang dari mereka tidak sanggup membayar, harus
menggunakan air yang tidak bersih. Dan disamping itu daerah yang ada di sekitar
PT. Semen Tonasa khususnya desa Biring Ere juga kesulitan memperoleh air
bersih dikarenakan topografi daerah tersebut, sehingga membutuhkan sistem
infrastruktur pasokan air bersih untuk memungkinkan masyarakat sekitar agar
dapat mengakses air bersih.
Tata kelola kemitraan khususnya dalam pelaksanan CSR (Corporate
Social Responsibility) PT. Semen Tonasa belum mampu membantu
menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi masyarakat, karena pengelolahan di
lapangan menghadapi masalah dan kendala, seperti program tidak sinergis dengan
harapan masyarakat, program belum menyentuh persoalan utama masyarakat.
dilatarbelakangi karena kurangnya perencanaan, pengawalan sampai pada tahap
evaluasi yang terkesan normatif.
8
Dalam penerapan tata kelola, dukungan infrastruktur dan soft struktur juga
memiliki peran yang penting dalam rangka memberikan kejelasan fungsi, hak,
kewajiban dan tanggung jawab serta kejelasan sistem yang digunakan secara
akuntabel untuk meningkatkan keberhasilan usaha dalam upaya meningkatkan
nilai perusahan jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder.
Melihat hal tersebut PT. Semen Tonasa berkomitmen untuk melakukan
kegiatan kemitraan dengan forum mitra amanah dalam pelaksanaan CSR
(Corporate Social Responsibility) secara berkelanjutan di bidang kesehatan
khususnya dalam penyediaan air bersih agar masyarakat yang ada disekitar
beroprasinya PT. Semen Tonasa dapat meningkatkan kesehatan masyarakat,
terutama masyarakat menengah ke bawah, meningkatkan dan memberdayakan
masyarakat dalam pembangunan sarana air bersih dan kesehatan lingkungan dan
meningkatkan efesiensi waktu dan efektifitas pemanfaatan air bersih. Secara
kuantitaf nilai ekonomis yang diperoleh oleh PT. Semen Tonasa berkurang namun
dampaknya dirasakan bagi masyarakat di sektor beroprasinya PT. Semen Tonasa
dan mampu agar meningkatkan perekonomian serta mensejahtrakan bagi
masyarakat khususnya yang ada di wilayah PT. Semen Tonasa.
Setelah mengkaji berbagai uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Tata Kelola Kemitraan Corporate Social
Responsibility PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep”.
9
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?
2. Bagaimana struktur tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?
3. Bagaimana insentif tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme tata kelola kemitraan CSR (Corporate
Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di
Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.
2. Untuk mengetahui struktur tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.
3. Untuk mengetahui insentif tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa
Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.
10
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat memeberikan tambahan pengetahuan
akademis terutama bagi jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar tentang tata kelola
kemitraan pelakasanaan Corporate Social Responsibility.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
PT. Semen Tonasa dan Organisasi Publik dalam tata kelola kemitraan
Corporate Social Responsibility lainnya, dalam memperbaiki dan
menyempurnakan konsep kemitraan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility bidang kesehatan.
32
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Teori
A.1. Tata Kelola
A.1.1. Pengertiaan Tata Kelola
Suatu tata kelola adalah sebagiamana mengubah kebiasaan dalam
pengambilan keputusan oleh karena itu pengambilan keputusan harus
mengacu kepada prinsip-prinsip tata kelola. Pada abad ke-19 Woodrow
Wilson (2002) mendefinisikan tata kelola sebagai sebuah pemerintah yang
benar dan berhasil melaksanakan suatu kebijakan dengan memperhatikan
tingkat efesiensi dan dengan mengeluarkan biaya dan tenaga kerja yang paling
sedikit, meskipun sudah lama dikembangkan tata kelola mendapat perhatian
yang cukup besar dari kalangan pembuat kebijakan.
Jogiyanto Abdullah (2011) menjelaskan bahwa tata kelola adalah suatu
proses yang dilakukan oleh suatu organisasi atau masyarakat untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Forum For Corporate GovernanceIn Indonesia (2000) mendefinisikan
bahwa tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan masalah akuntabilitas dan tanggungjawab para pemegang
kepentingan baik dari dalam maupun dari luar yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan pihak kreditur,
pemerintah, karyawan maupun masyarakat.
12
Gunasi, T. (2003) menyatakan esensi tata kelola perusahaan adalah
peningkatan kinerja perusahaan manajeman dengan adanya pengarahan yang
bersifat akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan
aturan yang berlaku
A.1.2. Prinsip Tata Kelola Yang Baik
Menurut KNKG (2006) secara umum terdapat lima prinsip tata kelola
yang disingkat dengan TARIF:
a. Transparan (transparency), penyediaan informasi, material dan relavan
yang mudah dipahami.
b. Akuntabilitas (accountability), sistem kerja atau kinerja yang harus
dipertanggungjawabkan secara transparan.
c. Pertanggungjawaban (responsibility), pedoman yang berisi peraturan
perundang-undangan yang harus dipatuhi serta dilaksanakan dengan
tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
d. Kemandirian (independency), suatu keaadaan pengelolaan yang dimana
program harus terlaksana secara professional dikelola tanpa benturan
kepentingan, pengaruh dan tekanan dari pahak lain.
e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), adanya perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang dapat memenuhi hak-hak para
stakeholder dalam keadilan dan kesetaraan.
13
A.1.3. Tujuan Dan Manfaat Tata Kelola Perusahaan
Daniri (2006) berpendapat bahwa ada lima macam tujuan utama dari
tata kelola perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Dapat melindungi segala hak dan kepentingan pemegang saham
b. Dapat melindungi para anggota stakeholders dan non pemegang saham
dalam mendapatkan haknya
c. Meningkatkan nilai perusahaan
d. Dengan adanya efesiensi dan evektifitas dapat meningkatkan kinerja dewan
pengurus
e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen
senior perusahaan
A.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebehasilan Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik
Mengacu pada pendapat Daniri (2005) ada dua faktor yang memegang
peranan terhadap keberhasilan tersebut yaitu:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang dapat muncul dari luar
perusahaan sehingga dapat memeberikan pengaruh keberhasilan pada
sistem tata kelola perusahaan yang baik. Faktor tersebut diantaranya
adalah:
1. Terdapat supremasi hukum yang efektif dan konsisten yang mampu
menjamin jalannya tata kelola yang baik.
14
2. Adanya dukungan pelaksanaan dari sektor publik/ lembaga
pemerintahan
3. Terdapat contoh pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan tepat
yang dapat menjadi standar pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
efektif dan professional. Dengan kata lain, semacam acuan, sehingga
sistem tata nilai sosial dapat terbangun dan mendukung penerapan tata
kelola perusahaan di kalangan masyarakat.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang
mengatur keberhasilan pemegang dan pelaksanaan praktik tata perusahaan
yang baik. Yaitu sebagai berikut:
1. Adanya budaya perusahaan yang mendukung penerapan tata kelola
perusahaan pada sistem mekanisme kerja manajemen dalam
perushaan.
2. Terdapat berbagai pedoman peraturan serta kebijakan yang
dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai tata kelola
perusahaan.
3. Adanya manajeman pengawasan yang mengatur segala resiko
perusahaan yang didasarkan pada kaidah-kaidah standar tata kelola
perusahaan.
4. Terdapat sistem audit (pemerikasaan) yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
15
5. Tersedianya informasi di kalangan publik sehingga publik mampu
memahami segala hal yang menyangkut setiap gerak dan langkah
manajemen dalam perusahaan dari waktu ke waktu.
A.2. Kemitraan
A.2.1. Konsep Kemitraan
Menurut Sulistiyani (2004) secara etimologis partnership, berasal dari
kata partner. Yaitu “pasangan, jodoh, sekutu, atau kampanyon”. Sedangkan
Partnership yaitu persekutuan atau perkongsian. sehingga kemitraan adalah
suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu
ikatan kerjasama atau bisnis, sebuah perusahaan atau gabungan yang dimiliki
bersama oleh badan hukum atau swasta, atas dasar kesepakatan dan rasa
saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas bidang tertentu,
atau tujuan sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.
Sedangkan menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz (2002),
kemitraan juga termasuk partnership merupakan afiliasi dari dua atau lebih
perusahaan dengan tujuan bersama, yaitu saling membantu dalam mencapai
tujuan bersama.
Kemitraan dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama
dengan berbagai pihak, baik secara kelompok maupun individual, menurut
Notoatmodja (2003), kemitraan merupakan kerjasama formal yang dilakukan
antara individu, kelompok, organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
16
Adapun menurut Tugimin (2004), kerjasama adalah usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pihak secara bersama-sama dengan
penuh tanggungjawab untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada
dikerjakan secara individu.
Hafsa (2000) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu yang saling
membutuhkan untuk meraih keuntungan bersama dalam kegiatan yang telah
ditentukan bersama.
Berdasarkan pengertian diatas, maka kemitraan dapat terbentuk
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Ada dua pihak atau lebih.
1) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan.
2) Ada kesepakatan.
3) Saling membutuhkan
A.2.2. Prinsip-Prinsip Kemitraan
Kemitraan memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Wibisono
(2007) berpendapat bahwa tiga rumus penting tersebut antara lain:
1. Kesetaraan atau Keseimbangan (Equity)
Hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling
percaya. Bukan mengenai kekuasaan melainkan di dalamnya terdapat
penghargaan kewajiban dan ikatan yang diberikan, untuk menghindari
perilaku antagonisme sehingga harus dibangun rasa saling percaya.
17
2. Transparansi
Untuk menghindari rasa saling curiga antar sesama mitra diperlukan
keterbukaan, untuk menjalin kerjasama antara mitra kerja. Meliputi
transparansi pengelolaan informasi dan transparansi pengelolaan keuangan.
3. Saling menguntungkan
Adanya kerjasama yang dilakukan dengan baik sehingga dapat
memberikan pengaruh dan manfaat yang baik untuk semua pihak yang
terlibat dalam proses kemitraan.
A.2.3. Tujuan Kemitraan
Kemitraan bertujuan untuk saling menguntungkan agar mitra usaha
dapat memperoleh nilai-nilai baru dalam melakukan usaha sehingga para
mitra dapat memperluas wawasan, kreatifitas dan mampu mengambil resiko
terhadap perencanaan kerja yang telah direncanakan.
Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang
lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra,
dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang dirugikan atau merugikan. Untuk
mendapatkan keseimbangan dan konsistensi antara satu dengan lain, maka
para mitra harus menguntungkan serta memperbesar manfaat (Sulistiyani,
2014).
Kemitraan dapat dilakukan oleh beberapa pihak baik perorangan
maupun badan hukum atau kelompok. Pihak yang bermitra tersebut memiliki
status yang setara dan saling melengkapi dan menutupi masalah masing-
18
masing pihak yang salang bermitra, memiliki kesamaan misi atau visi yang
berbeda tetapi saling melengkapi secara fungsional dengan
mempertimbangkan masalah yang ada.
A.2.4. Model-model Tata Kelola Kemitraan
1. Mekanisme Tata Kelola Kemitraan
Tata kelola yang baik merupakan suatu rangkaian mekanisme atau
sistem yang mengendalikan dan mengarahkan sesuai dengan harapan para
pemangku kepentingan (Stakeholders)sebagai dasar peningkatan kinerja
(Monks, 2003). Mekanisme tata kelola merupakan suatu sistem yang
diterapkan oleh perusahan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kinerja
jangka panjang namun tetap memperhatikan kepentingan lingkungan sekitar
lainnya sebab mekanisme tata kelola ini mempengaruhi penetapan dan
pencapaian tujuan dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia.
Berdasarkan pada pedoman good corporate governance indonesia (GCG)
mekanisme tata kelola merupakan suatu tata hubungan diantara menajemen
perseorangan, direksi, pemodal, masyarakat dan intitusi lainnya yang
dijalankan sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Susilo dan Simarmata, 2007). Dalam pelaksanaan mekanisme tata
kelola berdasarkan pada aturan yang berlaku terbagi atas lima prinsip utama
yang terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut:
19
1. Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanankan proses
pengembalian keputusan dan menyampaikan informasi material yang
relevan mengenai perusahan kepada masyarakat secara akurat dan tepat
waktu.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan mengenai fungsi pelaksanaan dan
pertanggungjawaban serta pengawasan sehingga pelaksanaan mekanisme
tata kelola dilaksanankan secara efektif dan efisien.
3. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban merupakan kesesuaian pengelolaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku termaksud peraturan dan
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Kemandirian
Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana kebijiakan mekanisme
tata kelola dilaksanakan secara profesioanal tanpa benturan kepentingan
dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Berbeda dengan pendapat Profan dan Millward (1994) mengatakan
bahwa penyelenggaraan mekanisme tata kelola menggunakan konsep hollow
state yaitu pekerjaan pemerintah lebih banyak dikontrakkan (contracting out)
kepada pihak kedua sehingga pihak pertama hanya akan menangani urusan
20
yang essential sajasehingga dalam konsep hollow stateini akan memberikan
perbedaan pada umumnya yaitu mekanisme birokrasi, dimana dalam konsep
ini mempunyai sedikit order/perintah serta mekanisme kontrol. Terdapat
banyak potensi fleksibilitas untuk mengubah yang ada.
Mekanisme tata kelola yang dimaksud adalah bantuan dana, kesepakatan
serta kontrak, yang berdasarkan pada otoritas dan sanksi. Ketika pihak
pertama sanggup menjadi inti agensi dalam mengontrol mekanisme
kemitraan, maka proses dalam kemitraan tersebut dapat dilihat dari perspektif
Hollow State bersifat terintegrasi atau tidak terfragmentasi, dimana efektivitas
kerjasama dapat dicapai dengan baik. Sebaliknya ketiga mekanisme dalam
proses kemitraan/kerjasama terpisah, dan tidak terlihatnya peran pemerintah
sebagai inti agensi, maka mekanisme dalam proses tersebut terfragmentasi
(Profan dan Millward,1994).
Berdasarkan uraian diatas mekanisme tata kelola adalah suatu rangkaian
proses pengarahan, pengelolaan dan pengontrolan yang dilakukan agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memperhatikan
pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pihak pertama
dan kesepakatan pada surat perjajian kerjasama pihak pertama dan pihak
kedua sebagai tanggungjawab sosial dan lingkungan sekitarnya.
2. Struktrur Tata Kelola Kemitraan
Struktur tata kelola kemitraan ditetapkan untuk memastikan agar
penerapan tata kelola kemitraan dapat berjalan dengan efektif melalui
21
pembagian peran, tugas dan tanggungjawab secara jelas sejalan dengan
ketentuan undang-undang perseroan terbatas No. 40 Tahun 2007 tentang
struktur tata kelola kemitraan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) atau stakeholder, Dewan Komisaris dan Direksi sebagai infrastruktur
pendukung dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya dibawah dewan
komisariat telah dibentuk Komite Dewan Komisariat dan Sekertaris dewan
Komisariat. Demikian juga dibawah Direksi telah dibentuk unit kerja yang
bertanggungjawab dalam implementasi tata kelola kemitraan serta mitra kerja
dari Komite Dewan Komisariat.
Berdasarkan pada struktur yang dibentuk untuk mengetahui peran
penting dalam penerapan tata kelola kemitraan dan menjalankan fungsi, tugas
dan tanggungjawab untuk kepentingan bersama. Rapat Umum Pemengang
Saham (RUSP) merupakan organ perseroan yang memiliki wewenang yang
tidak dilimpahkan kepada Dewan Komisariat dan Direksi dimana Direksi
memiliki tanggungjawab penuh atas tata kelola kemitraan sesuai dengan
amanah yang diberikan maka Dewan Komisariat akan bertanggungjawab
dengan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola kemitraan
yang dilakukan oleh Direksi sehingga dapat melakukan penasihatan maka
Dewan Komisariat dan Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUSP pada
akhirnya Dewan Komisarian dan Direksi akan bertanggungjawab langsung
pada RUSP namun RSUP tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas,
22
fungsi dan wewenang Dewan Komisarian dan Direksi sesuai dengan anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan.
3. Insentif Tata Kelola Kemitraan
Pengertian insentif berdasarkan perspektif ini, merupakan hal-hal yang
diberikan oleh pihak pemberi kerja atau pihak pertama kepada pihak kedua
dalam proses kemitraan yang dilakukan agar program kerjasama tersebut
dapat berlangsung dengan efektif. Efektifitas suatu kemitraan juga sangat
dipengaruhi oleh insentif yang terintegrasi teori ini mengemukakan bahwa
pendanaan yang baik menunjukkan performa atau kinerja yang lebih baik di
bandingkan sistem pendanaan yang minim. Sistem yang stabil, meskipun di
desain secara minim atau pendanaan tidak cukup mengizinkan individu atau
lembaga yang terdapat didalamnya sanggup memecahkan suatu masalah dan
menyetujui pembagian kerja dalam sistem tersebut.
Stabilitas memberikan keyakinan bahwa kerjasama akan memiliki hasil
yang baik karena bertindak seperti barang hak milik yang jelas untuk investor
yang berarti bahwa jika mereka berinvestasi untuk jangka panjang akan
berpeluang untuk memperoleh keuntungan, tidak menempatkan sistem
pelayanan untuk tawaran setiap tiga tahun adalah cara untuk mencegah
perilaku individu yang mungkin rasional dalam jangka pendek tetapi secara
kolektif akan merusak dalam jangka panjang. Hal tersebut menawarkan
insentif kepada provider untuk mengklarifikasi masalah tindakan kolektif
menjadi milik mereka (Tenri, 2004).
23
Menurut Sulistiyani (2004) model-model kemitraan dapat dibedakan
menjadi:
1. Pseudo partnership (kemitraan semu)
Kemitraan semu adalah sebuah persekutuan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih.Namuntidak sesungguhnya melakukan kerjasama secara
seimbang antara satu dengan yang lainnya. Bukan suatu pihak belum
tentu memahami secara benar akan makna suatu persekutuan yang
dilakukan dan untuk semua tujuan telah disepakati bersama.
2. Mutualism partnership (kemitraan mutualistik)
Kemitraan mutualistik, kerjasama pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya, yang menyadari akan adanya aspek penting dalam melakukan
kemitraan yaitu saling memberikan manfaat yang lebih sehingga dapat
mencapai tujuan yang optimal. Manfaat yang saling silang antara pihak
yang berkerjasama dapat diperoleh sehingga memudahkan untuk
mewujudkan visi dan misi, dan sekaligus saling menguntungkan satu
dengan yang lainnya.
3. Conjugation partnership (kemitraan melalui peleburan dan
pengembangan)
Kemitraan konjugasi merupakan kemitraan yang dianologikan dari
kehidupan “paramicium” dua paramicium malakukan konjugasi untuk
mendapatkan energi kemudian terpisah satu sama lain, dan selanjutnya
dapat melakukan pembelahan diri, bertolah dari analogi tersebut maka
24
organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang
memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan
organisasi dapat melakukan kemitraan dengan model ini.
A.2.5. Indikator Keberhasilan Kemitraan
Dalam proses implementasinya, pelaksanaan kemitraan yang dilakukan
harus didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra, dalam hal ini harus
dijalankan secara ideal untuk mendapatkan hasil yang baik. Menurut Wibisono
(2007), hal yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun
komunitas/masyarakat dalam bermitra dapat mengarah pada tiga pola,
diantaranya:
1. Pola Kemitraan Kontra Produktif
Fokus pada pola ini yaitu mengejar profit sebesar-besarnya, yang dimana
Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri jika perusahaan berpijak pada
pola konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan mitra yang
terkait. Semantara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau
masyarakat hanya sekedar pemanis belaka.
2. Pola Kemitraan Semiproduktif
Pola kemitraan ini bersifat jangka pendek yang mengedepankan aspek
kearifan yang dimana pemerintah, komunitas atau masyarakat dianggap
sebagai objek dan masalah diluar perusahaan.Sehinggapada pola ini lebih
mementingkan kepentingan perusahaan.
25
3. Pola Kemitraan Produktif
Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam pradigma
mommont interest.Yang dimana perusahaan dengan mitranya memberikan
keuntungan masing-masing dalam proses kerja. Sehingga mempunyai
kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, Bahkan bisa menjadi mitra
dilibatkan pada hubungan resourced based partnership, dimana mitra
diberi kesempatan menjadi bagian dari shereholders.
A.3. Corporate Social Responsibility
A.3.1. Pengertian Corporate Social Responsibility
Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility (CSR)
berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai corporate
social responsibility atau social responsibility of corporation. Kata
corporation atau perusahaan telah dipakai dalam bahasa indonesia yang
diartikan sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar. Dilihat dari asal
kataya, “perusahaan” berasal dari bahasa Latin “cospus/corpora” yang berarti
badan. Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan
suatu badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum, namun
dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan. (Isa dan Buryra
2007).
Menurut Achda (2006), Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta
26
terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada
masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibilty (CSR), muncul sebagai
akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap
perusahaan adalah mancapai keuntungan semaksimal mungkin tanpa
memperdulikan kesejahtraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholders
perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang
akan datang. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahaan untuk
memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan
operasinya mencari keuntungan.
Lusa (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial secara lebih
sederhana dapat diartikan sebagi timbal balik perushaan kepada masyakarat
dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntugan atas
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam proses pengambilan
keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan
lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.
Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral
suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya
27
yang kerena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi
perusahaan (Nursahid, 2006).
Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Socal Responsibility
juga memberikan definisi corporate social responsibility (CRS). Meskipun
pedoman corporate social responsibility (CSR) standar internasional ini baru
akan ditetapkan tahun 2010, draf pedoman ini bisa dijadikan rujukan. Menurut
ISO 26000, corporate social responsibility (CSR) adalah tanggung jawab
sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahtraan masyarakat. Mempertimbangkan harapan
pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-
norma perilaku internsional, serta terintegrasi dalam organisasi secara
menyeluruh.
A.3.2. Manfaat Corporate Social Responsibility
Keuntungan melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR)
menurut Suhandri M. Putri (Untung, 2008) ada 10 keuntungan yang dapat
diperoleh yaitu sebagi berikut:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan
perbuatan destrktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya
kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif
perusahaan.
28
2. Layak mendapatkan social licence to operate. Masyarakat sekitar adalah
komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari
perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki
perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada perusahaan adalah
keleluasan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut.
3. Merekduksi resiko bisnis perusahaan. Mengelola resiko di tengah
kompleksnya permasalahn perusahaan merupakan hal yang esensial untuk
suksenya usaha.
4. Melebarkan akses sumber daya. Track records yang baik dalam
pengelolaan Corporate Social Responsibility merupakan keunggulan
bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju
sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju Market. Investasi yang ditanamkan untuk
program. Corporate Social Resonsibility ini dapat menjadi tiket bagi
perusahan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk didalamnya
memupuk loyalitas konsumen dan menebus pangsa pasar baru.
6. Mereduksi biaya. Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan
dengan Corporate Social Responsibility. Misalnya mendaur ulang limbah
pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi,
juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi
lingkungan.
29
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder. Implementasi Corporate
Social Rsponsibility akan membantu manambah ferkuensi komunikasi
dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah terus.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang melaksanakan
Corporate Social Responsibility umumnya akan meringankan beban
pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya beranggung jawab terhadap
kesejahtraan lingkungan dan masyarakat.
9. Meningkatkan semangat dan priduktivitas karyawan. Image perusahaan
yang baik di mata stakeholder dan kontribusi positif yang diberikan
perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan
kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan
mereka sehingga meningktkan motivasi kerja mereka
10. Peluang mendapatkan penghargaan banyaknya atau reward yang diberikan
kepada pelaku Corporate Social Responsibility sekarang, akan menambah
kas bagi perusahaan untuk mendapatkan award.
Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6
(enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu sebagai berikut:
1. Mengurangi resiko dan tuduhan tehadap perlakuan tidak pantas yang
diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social
Responsibility (CSR) secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas
dari komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan.
30
2. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berfungsi sebagai pelindung
dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan
suatu krisis.
3. Keterlibatan dan kebanggan karyawan. Karyawam akan merasa bangga
bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara
konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan
kesejahtraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
4. Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan secara konsisten akan
mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan
para stakeholdersnya.
5. Meningkatkan penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang
dihasilkan oleh perusahan yang secara konsisten menjalankan Corporate
Social Responsibility (CSR) sehingga memiliki reputasi yang baik.
6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan
khusus lainnya.
A.3.3. Dimensi dan Indikator Corporate Social Responsibility
Menurut Mazurkiewicz (2004) perbedaan persepsi dari konsep-konsep
diantara sektor swasta, pemerintah, dan organisasi masyarakat berdasarkan
perspektif tersebut CSR yaitu:
1. Sebuah perusahaan yang menjalankan usahanya secara bertanggung
jawab dalam hubungan dengan kepentingan stakeholders internal
(pemegang saham, karyawan, pelanggan dan pemasok).
31
2. Peran bisnis dalam hubungan dengan negara, lokal dan nasional, serta
lembaga-lembaga antar negara atau standart.
3. Kinerja bisnis yang bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat di
mana ia beroprasi dan komunikasi global.
Perspektif pertama meliputi tata kelola perusahaan yang baik, tanggung
jawab produk, kondisi kerja, hak pekerja, pelatihan dan pendidikan. Kedua
yaitu meliputi kepatuhan perusahaan dengan peraturan yang relavan, dan
tanggung jawab perusahaan sebagai wajib pajak, memastikan bahwa negara
dapat berfungsi secara efektif. Perspekti ketiga yaitu multi-layered (berbagai
lapisan) dan bisa melibatkan hubungan perusahaan dengan orang-orang dan
lingkungan di masyarakat di mana ia beroprasi, dan orang-orang untuk yang
eksport.
Sedangkan menurut Girvy Kavei (Wibisono 2007) ada 3 area corporate
social responsibility CSR yang harus diperhatikan oleh perusahaan:
1. Ditempat kerja, yatu seperti aspek keselamatn dan kesehatan kerja,
pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham.
2. Dikomunitas, antara lain dengan memberikan beasiswa dan pemberdayaan
ekonomi.
3. Dilingkungan, misalnya pelestarian lingkungan dan proses produksi yang
ramah lingkungan.
32
A.3.4. Mempertahankan Keberlangsungan Program Corporate Social
Responsibility
Radyati (2008) menjelaskan kiat-kiat yang diberikan oleh peserta untuk
tetap dapat mempertahankan keberlangsungan program corporate social
responsibility (CSR) yang telah diterepkan oleh perusahaan, diantaranya:
1. Jangan memberikan uang kepada komunitas, tetapi beri mereka bekal
pengetahuan melalui palatihan-palatihan.
2. Melatih kader-kader penerus kegiatan CSR, yang disebut dengan duplikasi
kader-kader kepemimpinan atau cloning kader. Kepemimpinan informal
diciptakan, dapat berasal dari dalam perushaan (karyawan), atau dari luar,
seperti tokoh pemuda atau tokoh masyarakat. Misalnya unilever, mereka
mendidik kader yang disebut dengan “Environmental Carde”
3. Program CSR yang sudah berhasil dapat dijadikan proyek percontohan
untuk diterapkan didaerah lain, tetapi harus disesuaikan dengan kearifan
lokal pada daerah tersebut. Hal ini disebabkan karakteristik masyarakat
disuatu daerah belum tentu sama dengan daerah lan.
A.4. Air Bersih
A.4.1. Pengertian air bersih
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/ MENKES/ SK/ XI/ 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industry terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitas memenuhi
33
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan sistem peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dapat diminum dan dimasak.
Sumber-sumber air yang berada di sekitar pemukiman baik itu air alam,
maupun setelah mengalami proses pengelolahan terlebih dahulu, dalam
memenuhin kebutuhan air bersih manusia dapat dimanfaatkan. Menurut
Sugiharto (1987) tempat sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Air hujan, air angkasa dan wujud lainnya dapat berupa salju
2. Air pemukiman, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa air
sungai, air danau, air laut
3. Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke
permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-pori dan
akar tanaman.
Di Indonesia, sebagai besar masyarakat (khususnya di daerah pedesaan)
menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Mereka
menggunakan sarana sumur galian untuk mengambil air tanah.Sumur galian
merupakan sarana air bersih yang paling sederhana dan sudah lama dikenal
masyarakat.
B. Kerangka Pikir
PT. Semen Tonasa sebagai salah satu pemangku kepentingan, dimana
masyarakat sekitar merupakan bagian dari perseroan yang menjadi indikator
sekaligus pihak yang mendapat multiflier effect dari perkembangan bisnis PT. Semen
Tonasa salah satunya adalah Desa Biringere Kecematan Bungoro Kabupaten
34
Pangkep. PT. Semen Tonasa turut bertanggung jawab dan mendorong kemajuan
masyarakat atau mengurangi dampak operasi, kelestarian lingkungan dan dukungan
energi.
Tata kelola perusahaan merupakan proses penting yang mengatur dalam
pengelolaan biaya dan keuntungan yang didapatkan pada kegiatan bisnis dengan
stakeholders baik secara internal maupun eksternal. dimana bantuan yang diberikan
tidak menutup kemungkinan diberikan untuk mengembangkan usaha yang
dikembangkan,tapi konsepnya luas dan tidak bersifat statis dan pasif, tetapi
merupakan hak dan kewajiban yang dimilki bersama.
Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) yaitu mengenai program
peningkatan kesejahtraan masyarakat misalnya di bidang kesehatan, pembangunan
masyarakat serta pembinaan wilayah yang secara berkesinambungan tersebut ternyata
membawa dampak yang cukup signifikan. Dalam mengeimplementasikan suatu
program kerja kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) dalam peneyediaan
air bersih, masing-masing pihak dituntut memiliki kepedulian melebihi apa yang
sudah disepakati bersama didalam kontrak dalam rangka mewujudkan tujuan dan
nilai yang diyakini bersama.
Kemitraan pemerintah dan swasta merupakan program strategis yang penting
dilakukan sebab tidak mungkin seluruh permasalahan pembangunanmasyarakat dapat
diselesaikan oleh pemerintah daerah sendiri.Olehkarena itu perlu dikembang-kan
kemitraan antara pemerintah dengan berbagai pihak, baik sektor swasta ataupun
sektor ketiga melalui skema kemitraan pemerintah daerah.
35
Menurut Provan dan Mildward (1994) dalam konsep hollow state yaitu dalam
penyelenggaraan pelayanan publik melibatkan intensitas pihak ketiga pelaksanaan
program-program pembangunan dari pemerintah, Dalam konsep ini ada 3 hal utama
yang menjadi fokus dalam hubungan kemitraan antara pemerintah dan swasta: (1)
Mekanisme, (2) Struktur dan (3) Insentif.
Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka pikir sebagai berikut:
C. Fokus Penelititian
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka
penelitian ini difokuskan pada tata kelola kemitraan salah satu program corporate
social responsibility (CSR) bidang kesehatan dalam penyediaan air sebagai upaya
membentuk citra perusahaan PT. Semen Tonasa.
Penyediaan Air Bersih
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer/
1405/MENKES/SK/XI/2002
Insentif
Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT Semen Tonasa Dalam
Penyediaan Air Bersih Di Desa Biringere
Mekanisme
Struktur
36
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Tata kelola atau yang lebih dikenal dengan sebutan good governance, adalah
segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dimana dalam konsep kemitraan
merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu
tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing. Pada
konsep hollow state, ada tiga hal utama yang menjadi fokus dalam hubungan
kemitraan:
1. Mekanisme
Mekaniasme yang terdapat dalam Hollow State yang membedakan dengan
konsep kemitraan lainnya pada umumnya, dimana Hollow State memiliki
sedikit order/perintah dan mekanisme kontrol. Terdapat banyak potensi
fleksibilitas untuk mengubah dan mengadaptasi sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Mekanisme yang dimaksud di dalamnya seperti bantuan dana,
kontrak dan kesepakatan, dan tidak berdasarkan semata-mata pada otoritas
dan sanksi dari pihak pemberi kerja. Ketika pihak pemberi kerja mampu
menjadi inti agency dalam mengontrol mekanisme kemitraan maka proses
kemitraan tersebut dilihat dari perspektif Hollow State bersifat terintegrasi
dimana efektifitas kerjasama bisa dicapai dengan baik.
37
2. Struktur
Tipe struktur dalam teori konsep Hollow State berfokus pada suatu kemitraan
yang dilakukan pihak pertama kepada pihak kedua. pembahasan struktur
dalam Hollow State tidak ada pemahaman konvesional mengenai struktur
organisasi/kerja pada suatu kemitraan, melainkan membahas tentang peran
aktor dan tugas aktor-aktor yang terlibat pada kegiatan kerjasama. Tipe
struktur dalam teori Hollow State menyatakan bahwa struktur akan efektif
ketika jaringan-jaringan aktor-aktor terintegrasi dimana hanya ketika integrasi
ini tersentralisasikan melalui satu inti agensi. Struktur ini menfasilitasi
terciptanya integrasi dan koordinasi dan relatif lebih efesien.
3. Insentif
Pengertian insentif berdasarkan berdasarkan perspektif ini merupakan hal-hal
yang diberikan oleh pihak pemberi kerja kepada pihak kedua dalam proses
kemitraan yang dilakukan agar program kerjasama tersebut dapat berlangsung
dengan efektif. Efektifitas suatu kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh
inentif yang terintegrasi. Teori ini mengemukakan bahwa pendanaan yang
baik menunjukkan performa atau kinerja yang lebih baik dibandingkan sistem
pendanaan yang minim. Ketika tingkat kewajaran dari pendanaan
dikombinasikan dengan desain kemitraan yang sesuai stabilitas hubungan
pihak pertama dengan pihak kedua juga berpengaruh. Sistem yang stabil,
meskipun di desain secara minim atau pendanaan tidak cukup, mengizinkan
38
individu atau lembaga yang terdapat didalamnya mampu untuk memecahkan
masalah dan menyepakati pembagian kerjasama sistem tersebut.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lokasi Desa Biringere Kecematan Bungoro Kabupaten
Pangkep dan PT. Semen Tonasa. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April
sampai Juni 2019, dengan dasar untuk mengetahui tata kelola kemitraan CSR
(Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di
Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.
B. Jenis dan Tipe penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu
berupa tulisan atau kata-kata lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati guna mendapat data-data yang diperlukan.
b. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah fenomenologi dimana
peneliti berusaha mengungkap atau menjelaskan apapun yang terjadi
dilapangan, atau fenomena-fenomena pengalaman yang terjadi yang bersifat
rasional yang dilandasi dengan kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu atau informan yang terkait.
39
40
A. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan.Dataprimer
maksudnya adalah pengamatan yang bersifat partisipatoris artinya dengan
wawancara bersama mitra CSR (Corporate Social Responsibility) PT.
Semen Tonasa yaitu Forum Mitra Amanah dan staff dari PT. Semen Tonasa
tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari
berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berkaitan dengan
apa yang akan diteliti oleh peneliti.
D. Informan Penelitian
Dalam penulisan kualitatif, informant dipilih secara purposive.informant
dipilih yang memiliki power atau jabatan tinggi pada objek yang akan diteliti oleh
peneliti. Informan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Nama Jabatan Jumlah
Ir. H. Ilyas HM Kepala Biro CSR 1
Mursalam Ketua umum forum mitra amanah 1
Nurmiati Bendahara Forum Mitra Amanah 1
Andi. Alan S. Ago Kepala Desa Biring Ere 1
Masyarakat Masyarakat 2
41
E. Teknik pengumpulan data
a. Teknik Wawancara
Adanya pertemuan antara pihak satu dengan pihak lannya, dengan
melakukan tanya jawab untuk bertukar informasi dan ide, sehingga dapat
memberikan masukan untuk mengisi data yang sudah disiapkan oleh
peneliti.
b. Teknik Observasi
Observasi (pengamatan) sebagai teknik pengumpulan data, mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang lain.
Suatu kegiatan yang tidak terbatas, tetapi juga mengarah pada objek-objek
alam yang lain. Dalam teknik observasi, peneliti terlibat dalam kegiatan
sehari-hari sehingga peneliti bisa mendapakan sumber data yang akan
sedang diamati.
c. Study Dokumentasi
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya momumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentu tulisan misalnya berkas mengenai
hal yang terkait atau catatan harian, sejarah kehidupan, biografi. Dokumen
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
F. Teknik analisis data
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2014) merumuskan tiga teknik analisis
data dan peneliti menggunakan teknik analisis data menurut Miles and Huberman
dalam Sugiono yaitu:
42
a. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, atau melihat hal-hal yang pokok pada
suatu penelitian, sehingga data yang direduksi dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Data Display
Penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan teks
naratif, bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Sehingga dapat memudahkan penyajian data yang akan
dilakukan, berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Conculasion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kuantitaf adalah penerikan kesimpulan
dan verifikasi. Dilakukan verifikasi karena kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti tentang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
G. Pengasahan data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan
valid, maka dari itu peneliti menggunakan metode triangulasi menurut Patton
dalam Sulstiany (1999) yaitu:
43
a. Triangulasi Data
Berisi dokumen, arsip, hasil wawancara, dan hasil observasi yang memiliki
sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Dalam hal ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat yang dapat
memberikan masukan terhadap hasil penelitian yang akan diamati untuk
menghasilkan data.
c. Triangulasi Teori
Menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk melengkapi penelitian
yang diteliti oleh peneliti sehingga dapat memasuki syarat penelitian.
d. Triangulsi Metode
Dalam penelitian ini, peneliti melakukakn metode wawancara pada objek
yang akan diteliti yang dibarengi dengan metode observasi pada saat
melakukan wawancara.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Wilayah penelitian merupakan hal yang diperlukan untuk memberikan
pendalaman dan pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.
Berikut gambaran mengenai Kabupaten Pangkep, Desa Biringere, PT. Semen Tonasa
dan Forum Mitra Amanah.
A.1. Gambaran umum Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan)
Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terletak di bagian
barat dari Provinsi Sulawesi Selatan, dengan Ibukota Pangkajene sebagai pusat
pelayanan wilayah bagi Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan)
dengan luas wilayah 1.112,29 km² atau 111.229 Ha dan mempunyai ketinggian
tempat rata-rata 8 meter diatas permukaan laut. Secara geografis Kabupaten
Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terletak diantara 4°40´ LS sampai 8°00´
LS diantara 110° BT sampai dengan 119°48´67´ BT. Dimana Kabupaten
Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terdiri dari 9 Kecematan terletak pada
wilayah daratan dan 4 Kecematan terletak di wilayah Kepulauan.
Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan
Kepulauan) adalah:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru
b) Sebalah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
c) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros
44
45
d) Sebelah barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan
Maduran, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali, Kabupaten Pangkep
(Pangkajene dan Kepulauan) merupakan Kabupaten yang sturuktur
wilayahnya terdiri dari atas 2 bagian utama yang membantuk kabupaten ini
yaitu:
1. Wilayah daratan
Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkep
(Pangkajene dan Kepulauan) ditandai dengan alam wilayah dari daerah
daratan rendah sampai pegunungan, dimana potensi nya cukup besar
yang ditandai dengan terdapatmya seumber daya alam berupa hasil
tambang, seperti batu bara, marmer dan semen.
2. Wilayah kepulauan
Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan
Kepulauan) merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah
yang sangat urgen untuk dibahas, dan memiliki potensi wilayah yang
sangat besar untuk dikembangkan secara optimal, untuk mendukung
perkembangan wilayah Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan
Kepulauan) yaitu: Kecematan Liukang Tupabiring, Kecematan
Liukang Tupabiring Utara, Kecematan Liukang Kalmas dang
Kecematan Liukang Tangaya.
46
A.2. Gambaran umum Desa Biringere
A.2.1 Letak dan Luas Wilayah
Berdasarkan data monografi desa Biringere yang luas wilayahnya
923,767 km² ini berbatasan dengan Desa Mangilu di sebelah Utara dan
Timurnya, dengan Kelurahan Bontoa di sebalah Selatannya, dan dengan Desa
Taraweang di sebelah Baratnya. Masyarakat desa Biringere berpenuturan
Bugis dan Makassar, terdiri dari empat kampung yanitu Borong Untia,
Palattae, Balang dan Biring Ere. Desa Birig Ere terletak 11 km ke arah Timur
dari Kecematan Bungoro. Desa yang terdiri dari 2 Dusun dan 1 kompleks
perumahan Karyawan PT. Semen Tonasa. Desa Biring Ere mempunyai luas
wilayah seluas 923,767 M2 dengan ketinggian atas permukaan laut 100 M.
adapun batas-batas wilayah Desa Biring Ere sebagai berikut:
Sebelah utara dengan Kampung Sela Desa Mangilu
Sebelah utara dengan Kampung Bontoa, Kecematan Minasate’ne
Sebelah timur dengan Kampung Siloro Desa Mangilu
Sebelah barat dengan sungai Pangkajene dan desa taraweang
Kecematan Labakkang.
A.2.2 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
1. Jumlah penuduk
Desa Biring Ere mempunyai jumlah penduduk 3.759 jiwa yang tersebar
dalam 2 wilayah dusun, 1 kompleks perumahan karyawan PT. Semen
47
Tonasa, 7 RK, 17 RT dengan perinciaan verdsarkan jenis kelamin dari warga
sebagai berikut :
Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki 1887
Perempuan 1872
Jumlah 3759
Sumber data : Kantor Desa Biring Ere
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah penduduk produktif di Desa Biring Ere adalah sebanyak 854 jiwa
yaitu 17 sampai 56 tahun sedangkan jumlah non produktif adalah sebesar
381 jiwa. Sehingga yang termasuk kategori penduduk yang produktif
termasuk dengan kategori angkatan kerja.
Table 2. jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
No Umur Jumlah
1 00-03 Tahun 236
2 >03-05 Tahun 229
3 >05-06 Tahun 176
4 >06-12 Tahun 643
5 >12-15 Tahun 301
6 >15-18 Tahun 311
7 >18-60 Tahun 1737
8 >60 Tahun 127
Jumlah 3759
Sumber : Data Desa Biring Ere tahun 2014
48
3. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
suatu desa di suatu wilayah. Untuk mendukung pembangunan yang sedang
berjalan, maka tersedianya sarana dan prasarana di berbagai bidang sangat
dibutuhkan. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Biring Ere
adalah sebagai berikut:
1. Sarana pemerintahan
Desa Biring Ere memiliki datu kantor desa
2. Sarana pendidikan
Desa Biring Ere memiliki satu gedung taman kanak0kanakn dan dua
gedung sekolah dasar
3. Sarana kesehatan
Terdapat satu buah poskesdes
4. Sarana ibadah
Terdapat 2 mesjid dan satu gereja
5. Sarana transportasi
Sarana pembangunan desa biring ere cukup memadai, dimana semua
pemukiman dijangkau jalan yang terdiri atas aspal pengerassan dan
rintisan. Terdapat lima jalan desa dan satu jalan kecematan
6. Sarana olahraga
Memiliki dua buah lapangan sepak bola dan satu buah lapangan volli
49
A.3. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Semen Tonasa merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang
didirikan berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Perwakilan Rakyat
Sementara (MPRS) Republik Indoesia No.II/MPRS/1960, mengenai pola
umum pembangunan nasional Sementara Berencana Tahapan 1961-1969
tentang proyek bidang industri Golongan A1 1953 bidang No.54.
PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di kawasan timur
Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di desa Biringere,
Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep, sekitar 68 km dari kota Makassar.
Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 tonsemen pertahun
yang mempunyai 4 unit pabrik yaitu, Pabrik Tonasa I, Pabrik II, Pabrik III,
Pabrik IV.
a) Pabrik Semen Tonasa unit I
Pabrik semen tonasa unit I dirikan berdasarkan Tap MPRS RI
No.II/MPRS/1960 pada tanggal 5 Desember 1960 tentang pola
pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan 1961-1969.Pabrik
yang berlokasi di desa Tonasa Kec. Balocci Kab. Pangkep (Pangkajene
dan Kepulauan) ini sejak tahun 1984 dihentikan operasinya atas
pertimbangan ekonomisnya.
b) Pabrik Semen Tonasa unit II
Pabrik semen tonasa II yang berlokasi di Desa Biringere Kec. Bungoro
Kab. Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan), sekitar 23 km dari lokasi
50
pabrik unit I yang didirikan berdasarkan persetujuan BAPPENAS
No.023/XL-LC/B.V/76 dan No.268/D.I/IX/76 pada tanggal 2 September
1976.
c) Pabrik Semen Tonasa unit III
Pabrik semen tonasa III yang berlokasi sama dengan pabrik Semen Tonasa
II, di bangun berdasarkan persetujuan BAPPENAS No.32/exc-lc/b.v/1981
dan No.2177/WK/10/1981 pada tanggal 30 oktober 1981.
d) Pabrik Semen Tonasa IV
Pabrik Semen Tonasa IV didirikan SK Menteri Perindustrian
No.182/MPP.IX/1990, tanggal 2 Oktober 1990 dan SK Menteri Keuangan
RI No.s.1549/MK 013/1999 tanggal 29 November 1990, Pabrik Semen
Tonasa ini berlokasi yang sama dengan Tonasa II,III,IV.
1) Visi PT Semen Tonasa
”Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia dengan tingkat
efisiensi tinggi”.
2) Misi PT Semen Tonasa
a. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders.
b. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen
dengan kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tapat waktu.
c. Senantiasa berupaya melakukan improvement di segala bidang,
guna meningkatkan daya saing di pasar.
51
d. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan
motivasi karyawan untuk bekerja secara profesional.
A.4. Visi CSR PT Semen Tonasa
Menjadi produsen persemenan di tingkat internasional yang senantiasa
meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dan lingkungan.
A.5. Tujuan CSR PT Semen Tonasa
Meningkatkan reputasi dan kredibilitas semen tonasa melalui kegiatan
TJSL (tanggung jawab sosial dan lingkungan) yang terintegrasi dengan
strategi bisnis.
A.6. Strategi CSR PT Semen Tonasa
Prioritas di wilayah terkena dampak, mengatasi dampak operasi, fokus
pada program konservasi energi yang mendukung ketahanan pangan, saling
memberikan manfaat dan berkelanjutan, sosialisasi dan publikasi yang
efektif.
A.7. Inisiatif CSR PT Semen Tonasa
Terkait stategi bisnis, pemberdayaan masyarakat melalui kesehatan,
pendidikan dan kewirausahaan (termasuk pola pikir, perilaku, pelatihan
keterampilan, mengurangi emisi debu dan karbo) dilaksanakan secara tuntas.
A.8. Struktur Organisasi CSR PT.Semen Tonasa
1. Fasilitator (Ir. H. Ilyas HM)
2. Koordinator (ABD. Kadir.F, SE)
3. Ketua (Enos, SE)
52
4. Sekretaris (Akhmad Salahuddin)
5. Bendahara (Suradi)
6. Anggota
A.9.Forum Mitra Amanah
Forum Mitra Amanah adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat
yang ada di Desa Birng Ere yang berfungsi sebagai penyambung aspirasi
masyarakat ke PT. Semen Tonasa terhadap dampak yang ditimbulkan
perusahaan.
Visi Forum Mitra Amanah:
1) Forum ini bertujuan untuk membangun tatanana perekonomian
masyarakat, tatanan sosial masyarakat dana tatanan lingkungan
masyarakat Desa Biring Ere terhadap dampak yang ditimbulkan
perusahaan, baik yang ditimbulkan oleh PT. Semen Tonasa, maupun
perusahaan lainnya.
2) Forum ini berfungsi membangun dan mengembangkkan potensi
ekonomi masyarakat, sosial dan lingkungannya.
3) Forum ini berperan untuk mengadvokasi dan menyalurkan aspirasi
masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan perusahaan.
Misi Forum Mitra Amanah:
1) Usaha ekonomi;
2) Usaha pertanian tanaman pangan dan holtikultura;
3) Usaha peternakan, perindustrian dan perdagangan;
53
4) Usaha simpan pinjam dan perkreditan;
5) Usaha pendidikan, penelitian dan pengembangan;
6) Usaha-usaha lain yang tidak bertentagaan dengan per undang-
undangan dan peraturan lainnya.
Struktur Forum Mitra Amanah Desa Biring Ere:
1) Koordinator (Mursalam)
2) Bendahara (Hj.Nurmiati)
3) Sekretaris (Basri)
4) Pokja Sosial
Koordinator (Rustam)
Anggota
5) Pokja Ekonomi
Koordinator (Abd. Sahid)
Anggota
6) Pokja Lingkungan
Koordinator (Hj. Hartati)
Anggota
7) Pokja Infrastruktur
Koordinator (Mansyur)
Anggota.
54
B.1.1 Mekanisme Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT.
Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biringere Tonasa II
Kabupaten Pangkep
Pada bagain ini peneliti menjelaskan tentang bagaimana mekanisme dalam
penyediaan air bersih yang dilakukan oleh pihak pertama yaitu PT. Semen Tonasa
kepada pihak kedua yaitu Forum Mita Amanah yang merupakan suatu bagian
interaksi sistem yang secara keseluruhan untuk mengahsilkan fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuannya.
Ketika pemerintah mampu menjadi inti agency dalam mengotrol mekanisme
tata kelola kemitraan maka proses kemitraan tersebut dilihat dari perspektif Hollow
State bersifat terintegrasi atau tidak terfragmentasi, dimana efektivitas kerjasama bisa
dicapai dengan baik. Sebaliknya ketika mekanisme tata kelola kemitraan terpisah-
pisah, dan tidak terlihatnya peran pihak pertama sebagai inti agency, maka
mekanisme tersebut terfragmentasi. Yang akan diklasifiksikan sebagai berikut:
1. Usulan program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam hal ini
Forum Mitra Amanah ke PT. Semen Tonasa
Usulan program CSR (Corporate Social Responsibilit) merupakan salah
satu dasar untuk melaksanakan pekerjaan dalam hal ini penyediaan air bersih.
Tujuan dari pada usulan ini adalah untuk menghindari terjadinya kegiatan
yang sama baik waktu maupun bentuk kegiatan antar lembaga, dan tujuan
lainnya agar dapat melaksanakan kegiatannya dan di klasifikasikan atau
dikelompokkan mana kegiatan yang sifatnya umum atau lebih terarah.
55
Pelaksanaan pembangunan penyediaan air bersih di Desa Biring Ere
dilaksanakan oleh pihak kedua yaitu Forum Mitra Amanah sesuai dengan
Surat Keputusan (SK) Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Komisi Pengurusan
Forum Mitra Amanah Desa Biring Ere yang selanjutnya disebut sebagai pihak
kedua yang telah setuju dan sepakat untuk mengikat diri dalam suatu
perjanjian dan ketentuan serta syarat-syarat dalam penyediaan air bersih.
Berikut ini pendapat I selaku Supervisor CSR(Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa tentang usulan program CSR(Corporate
Social Responsibility) dalam penyediaan air bersih ini adalah:
“Usulan program CSR (Corporate Social Responsibility) oleh Forum
Mitra Amanah ke PT. Semen Tonasa merupakan salah satu bentuk
mekanisme partisipasi mayarakat yang dilimpahkan ke Forum Mitra
Amanah dalam halnya penyediaan air bersih, usulan ini disampaikan
dalam pertemuan kedua pihak yang akan bermitra yaitu PT. Semen
Tonasa dan Forum Mitra Amanah” (Hasil wawancara oleh I pada hari
Jumat tanggal 31 Mei 2019 pukul 08:00)
Menurut informan I selaku Supervisor CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa mengungkapkan bahwa usulan program
CSR (Corporate Social Responsibility) dalam penyediaan air bersih
merupakan salah satu bentuk mekanisme partisipasi masyarakat untuk
mendapatkan penyediaan air bersih khusus nya bagi masyarakat yang kurang
mampu.
Berikut pendapat M selaku ketua Forum Mitrah Amanah dalam
penyediaan air bersih di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep:
56
“Kami Forum Mitra Amanah melakukan usulan program CSR dalam
penyediaan air bersih sebagai pendukung pembangunan sarana
prasarana yang akan datang atau kedepan untuk membantu masyarakat
desa mendapatkan penyediaan bersih” Hasil wawancara I pada hari
Minggu tanggal 09 Juni pukul 17:00 )
Menurut informan M selaku Ketua Forum Mitra Amanah
mengungkapkan bahwa mengetahui perhal kerjasama program penyediaan air
bersih ini karena sebelumnya Forum Mitra Amanah dengan Mitranya
melakukan pertemuan untuk membicarakan perjanjian kontrak yang akan
dijalankan untuk melaksanakan program penyediaan air bersih sehingga dapat
berjalan dengan baik.
Ditambahkan oleh A Kepala Desa Biring Ere mengatakan bahwa:
“usulan program ini dibicarakan bersama Forum Mitra Amanah serta
masyarakat tentang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa saat ini
salah satu dalam penyediaan air bersih, setelah di usulka maka
diteruskan ke CSR PT. Semen Tonasa” Hasil wawancara oleh A selaku
Kepala Desa Biring Ere pada ari Minggu tanggal 9 Juni pukul 15.30)
Selanjutnya ditambah oleh informan J selaku Masyarakat penerima
program penyediaan air bersih:
“Disini kita sebagai perwakilan dari masyarakat dipanggil duduk
bersama untuk mengeluarkan aspirasi apa yang dibutuhkan di Desa
yaitu salah satunya dalam penyediaan air bersih.”(Hasil wawancara
oleh J pada hari Minggu tanggal 9 Juni pukul 15:00)
Sama halnya yang di katakan D selaku masyarakat penerima program
penyediaan air bersih:
“Masyarakat hanya dipanggil mendengarkan apa yang menjadi
kesepakatan bersama apa yang menjadi usulan dalam program CSR.”
(hasil wawancara oleh D pada hari minggu tanggal 09 juni pukul
16.00)
57
Dari pendapat informan menjelaskan bahwa Aparat Desa dan
masyarakat melakukan pertemuan dengan Forum Mitra Amanah
membicarakan usulan program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam
penyediaan air bersih sebagai pendukung pembangunan sarana prasarana,
karena masyarakat berhak mendapatkan penyediaan air bersih karena sangat
berpengaruh dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
memajukan kesehatan lingkungan, yakni dalam menurunkan angka penderita
penyakit, khususnya yang berkaitan dengan air dan berperang dalam
meningkatkan standart atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Setlah usulan
program telah dibuat maka usulan program CSR (Corporate Social
Responsibility) diteruskan ke PT. Semen Tonasa. Setelah usulan di setuju oleh
pihak pertama maka pihak pertama mengutus LCO dari pihak pertama ke
lapangan untuk meninjau bagaimana kondisi Desa yang akan mendapatkan
penyediaan air bersih.
2. Peninjauan Lapangan
Pada tahap ini dimana tenaga ahli turun langasung ke lapangan dan
membantu para atasan langsung dalam penilain mereka tentang apa saja yang
dibutuhkan dan bagiaman kondisi di lapangan mengenai program yang akan
dijalankan.
Menurut I selaku Supervisor CSR (Corporate Social Responsibility) PT.
Semen Tonasa berpendapat bahwa:
58
“Sebelum memberikan batuan dan ke pihak kedua maka dilakukan
terlebih dahulu penijauan lapangan untuk mengatahui apa yang
dibutuhkan di Desa.” Hasil wawancara oleh I pada hari jumat 31 Mei
2019 pukul 08:00)
Pernyataan selanjutnya dipaparkan oleh M selaku Ketua Forum Mitra
Amanah yaitu:
“Peninjaun lapangan sangat diperlukan dalam hal ini kerena untuk
mengetahui kondisi lapangan yang akan mendapatkan penyediaan air
bersih, peninjaun lapangan di lakukan oleh pihak pertama yang
bertindak sebagai pemberi anggran.” (Hasil wawancara oleh I pada hari
Minggu 9 Juni 2019 pukul 17:00 )
Ditambahkan oleh informan S selaku Kepala Desa Biring Ere
berpendapat bahwa:
“Peninjauan lapangan langsung dilakukan oleh pihak pertama yaitu
LCO yang di utus langsung oleh PT. Semen Tonasa.” (Hasil wawancara
oleh S pada hari Kamis tanggal 13 Juni pukul 13:30)
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan
peninjauan lapangan dilakukan oleh LCO bentukan langsung PT. Semen
Tonasa. LCO bertugas turun langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi
lapangan yang akan mendapatkan penyediaan air bersih, setelah melakukan
penijuan lapangan maka kembali diteruskan oleh PT. Semen Tonasa untuk
mendapatkan persetujuan pelaksanaan dan pemberiaan bantuan dana.
3. Kontrak dan Kesepakatan
Pada bagain ini peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan tata kelola
kemitraan PT. Semen Tonasa dengan Forum Mitra Amanah dalam penyediaan
air bersih di bidang kontrak dan kesepkatan. Di dalam kontrak akan tersebar
59
kesepakatan-kesepakatan dalam proses kerja sama seperti kesepakatan tanggal
pelaksanaan, waktu dan lokasi, pembagian kerja dan lainnya. Jadi, bisa
dikatakan hampir seluruh kontak isinya adalah kesepakatan-kesepakatan, dari
yang umum sampai kesepakatan khusus, dan kesepakatan khusus ini
umumnya merinci ke kesepakatan utama. Karena kesepakatan merupakan
syarat sahnya kontrak, maka ada pasal yang mengikat pada kesepakatan
masing-masing pihak yang bekerja sama tentang objek utama kontak. PT.
Semen Tonasa melakukan kerjasamaa dengan Forum Mitra Amanah yang
ditandai dengan adanya suratperjanjian kerjasama (SPK) pelaksanaan
pekerjaan pembangunan sarana air bersih SK Direksi No.69/KPTS/HK.02.-
2012 tentang Pengesahan Blue Print TJSL Tonasa (CSR) dan Program
Tematik.kerjasama ini berlangsung selama 90 hari kelender terhitung dari
tanggal masuknya dana termin/tahap pertama di rekening pihak kedua.
Selanjutnya secara singkat pembangunan penyediaan air bersih
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Pihak kedua berkewajiban dan bertanggung jawab penuh terhadap proses
pelaksanaan dan hasil pembangunan sarana air bersih baikkuantitas
maupun kualitas dengan tetap mengacu kepada panduan pelaksanaan dan
panduan teknis.
2. Pihak kedua menjamin dana yang diberikan pihak pertama hanya akan
digunakan untuk keperluan program pembangunan sarana air bersih yang
dimaksud.
60
3. Pihak kedua didampingi konsultan teknis dan LCO/CDO berkewajiban
menyiapkan, berkewajiban memerikas dan meneliti rincian teknis dan
rincian anggaran biaya (RAB) pembangunan sarana air bersih disesuaikan
dengan ketersediaan dan harga sumber daya bahan, alat dantenaga kerja
di lokasi pembangunan sarana air bersih,dan memastikan bahwa seluruh
anggraan yang disediakan sesuai dengan SPK (Surat Perjanjian Kerja).
4. Pihak kedua berkewajiban dan bertanggung jawab atas penggunaan dana
pertanggungjawaban keuangan pembangunan sesuai dengan tata cara
pengelolaan keuangan negara.
5. Pihak kedua melakukan konsultsi dan koordinasi dengan konsultasn CSR
lapangan/(atau konsultan CSR yang ditunjuk pihak pertama) dan tim
konsultan teknis. Yang ditunjuk oleh konsultan lapangan/(atau konsultan
CSR yang ditunjuk oleh piak pertama).
6. Pihak kedua berkewajiban membayar hak-hak konsultan teknis secara
tepat waktu sejumlah biaya yang telah tertuang dalam RAB sesuai
kemajuan yang dilaksnakan/diselesaikan.
PT. Semen Tonasa melakukan kerjasama dengan Forum Mitra
Amanah yang saling menguntungkan dengan menggunakan bentuk kemitraan
sharing cost. Masing-masing pihak terikat satu sama lain dan menimbulkan
hak dan kewajiban diantara para pihak yang membuat perjanjian, sedangkan
dalam praktiknya bukan hanya orang perorangan saja yang membuat
kontrak/perjanjian, tetapi seluruh anggota yang bermitra dalam perjanjian itu.
61
Berikut ini pendapat I selaku Supervisor CSR(Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa tentang kontrak yang disepakati dalam
kemitraan dalam penyediaan air bersih ini adalah:
“Kami selaku pihak pertama dalam hal ini pastinya ada kontrak yang
berlaku dalam program penyediaan air bersih ini kami terikat kontrak
dengan forum yang bermitra, masing-masing ada perjanjan yang
berlaku dalam menjalankan program ini. Seperti kontrak terkait, biaya
pelaksanaan dan waktu pelaksanaan program penyediaan air bersih
terikat di dalam kontrak.”(Hasil wawancara oleh I pada hari Jumat
tanggal 31 Mei 2019 pukul 08:00)
Menurut informan I selaku Supervisor CSR (Corporate Social
Responsibility) PT Semen Tonasa mengungkapkan bahwa PT Semen Tonasa
pastinya mengetahui perihal perjanjian kerjasama program ini karena PT
Semen Tonasa sebagai penyediaan anggaran dalam program penyediaan air
bersih.
Jangka waktu pelaksanaan pembangunan penyediaan air bersih sampai
selesai 100% ditetapkan selama 90 (sembilan puluh) hari kelender, terhitung
dari tanggal masuknya dana termin/tahap pertama di rekening pihak kedua
yaitu Forum Mitra Amanah.
Berikut pendapat M selaku ketua Forum Mitrah Amanah mitra PT.
Semen Tonasa tentang kontrak yang berlaku dalam penyediaan air bersih di
Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep:
“Kontrak yang dijalankan Forum Mitrah Amanah adalah perjanjiaan
sebelum dan setelah pembangunan program penyediaan air bersih yaitu
sebelum pembangunan yaitu Forum berperan sebagai pengelola dana
yang diberikan dan setelah pembangunan membantu masyarakat untuk
melakukan pemeliharaan terhadap apa yang sudah disediakan, apabila
62
ada kerusakan kecil maka masyarakat yang turun tangan untuk
memperbaiki kerusakan yang terjadi. PT. Semen Tonasa tidak
mempunyai tanggungan lagi terhadap pemeliharaan selanjutnya karena
masyarakat di Desa Biring Ere dituntut untuk menjadi mandiri.”(Hasil
wawancara I pada hari Minggu tanggal 09 Juni pukul 17:00 )
Menurut informan M selaku Ketua Forum Mitra Amanah
mengungkapkan bahwa mengetahui perhal kerjasama program penyediaan air
bersih ini karene sebelumnya Forum Mitra Amanah dengan Mitranya
melakukan pertemuan untuk membicarakan perjanjian kontrak yang akan
dijalankan untuk melaksanakan program penyediaan air bersih sehingga dapat
berjalan dengan baik.
Dalam kontrak yang berlaku Forum Mitra Amanah sebagai pengelola
dana yang dimana berkewajiban melaksanakan dan bertanggungjawab penuh
terhadap pelaksanaan penyediaan air bersih tersebut, dengan biaya
Rp.95.915.000 (Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu
Rupiah). dengan rincian kegiatan sebagaimana tertuang dalam rekapitulasi
rencana anggaran biaya hasil kesepakatan. Hal serupa diungkapkan oleh N
selaku Bendahara Forum Mitra Amanah yaitu:
“Kontrak kemitraan ini pada penyediaan air bersih jelas adanya PT.
Semen Tonasa sebagai penyedia anggaran, Forum Mitra Amanah
sebagai pengelolaan anggaran dalam penyediaan air bersih dan
masyarakat sebagai pemelihara. Yang dimana Forum Mitra Amanah
atau pihak kedua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam
penyediaan air bersih ini. Kontrak kemitraan ini memiliki niat yang
sama dalam mewujudkan ketersediaan penyediaan air bersih bagi
masyarakat. Program penyediaan air bersih ini di inisiasi oleh
masyarakat di desa biring ere kemudian diteruskan ke Forum yang
tergabung beberapa aliansi masyarakat yang ada di desa biring ere
63
setelah merupakan kerjasama dengan PT. Semen Tonasa.”(Hasil
wawancara oleh N pada hari Senin tanggal 10 Juni pukul 10:15)
Hasil wawancara informan atas nama N selaku Bendahara Forum Mitra
Amanah memberikan penjelasan secara lengkap tentang perjanjiaan/kontrak
yang disepakati bersama sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
melaksanakan program penyediaan air bersih.
Forum Mitra Amanah berkewajiban dan bertanggung jawab penuh
terhadap proses pelaksanaan dan hasil pembangunan penyedian air bersih baik
kuantitas maupun kualitas dengan tetap mengacu kepada panduan
pelaksanaan dan panduan teknis. Dan menjamin bahwa dana yang diberikan
pihak pertama hanya akan digunakan untuk keperluan program penyediaan air
bersih yang dimaksud.
Forum mitra amanah didampingi konsultan teknis dan LCO
berkewajiban menyiapkan, dan berkewajiban memerikasa dan meneliti rincian
rangcangan teknis dan rincian anggaran biaya penyedian air bersih
disesuaikan dengan ketersediaan dan harga sumber daya bahan, alat dan
tenaga ahli di lokasi dan memastikan bahwa seluruh anggaran yang
disediakan sesuai dengan surat perjanjian kerjasama yang sudah disepakati
bersama. Ditambahkan oleh A Kepala Desa Biring Ere mengatakan bahwa:
“Semua yang menjadi kesepakatan dalam progama penyediaan air
bersih ini pihak yang terlibat semuanya di kumpulkan untuk mendengar
isi dari kesepakatan yang telah di buat dalam pemyediaan air bersih
supaya tidak ada kesalapahaman dalam pembanguanan penyadiaan air
bersih”(Hasil wawancara oleh A selaku Kepala Desa Biring Ere pada
ari Minggu tanggal 9 Juni pukul 15.30)
64
Selanjutnya ditambah oleh informan J selaku Masyarakat penerima
program penyediaan air bersih:
“Disini kita sebagai perwakilan dari masyarakat dipanggil duduk
bersama dengan PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah untuk
mendengarkan atau memberikan masukan dalam pelaksanaan program
penyediaan air bersih.Sehinggakita juga mengetahui perjanjian kontrak
yang disepakati Bersama.”(Hasil wawancara oleh J pada hari Minggu
tanggal 9 Juni pukul 15:00)
Sama halnya yang di katakan D selaku masyarakat penerima program
penyediaan air bersih:
“Masyarakat hanya dipanggil mendengarkan apa yang menjadi
kesepakatan bersama adalam program penyediaan air bersih ini’ (hasil
wawancara oleh D pada hari minggu tanggal 09 juni pukul 16.00)
Dari pendapat informan menjelaskan bahwa masyarakat mengetahui
masalah kontrak yang disepakati oleh PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra
Amanah. Berdasarkan surat perjanjian kerjasama dalam penyediaan air bersih
di Desa Biring Ere bahwa ada dasar-dasar untuk melaksanakan pekerjaan
pelaksanaan penyediaan air bersih yang dilakasanakan oleh pihak kedua,
sesuai dengan Permen BUMN No. 05./MBU/2007 tentang PKBL. SK
DIREKSI No. 69/ KPTS/HK.02-2012 tentang pengesahan BLUEprintTJSL
Tonasa (CSR) dan program tematik dan usulan Program CSR Forum Desa/
Kelurahan Lingkar (dalam hal ini Forum CSR FITRAH Desa Biringere
Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep).
65
4. Bantuan Dana
Pada bagian ini peneliti menjelaskan pelaksanaan mekanisa tata kelola
kemitraan dalam penyediaan air bersih bantuan dana. Tata kelola kemitraan
penyediaan air bersih di desa Biring Ere dalam hal ini PT. Semen Tonasa
bermitra dengan Forum Mitra Amanah untuk penyediaan air bersih khususnya
bagi masyarakat di Desa Biring Ere yang harus membayar untuk mendapatkan
air bersih.
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan,
dikeluarkan berdasarkan apa yang yang diinginkan atau apa yang dibutuhkan
oleh masing-masing pihak yang berkerja sama melalui persetujuan atau
kesepakatan pihak yang satu dengan pihak lain yang saling bekerja sama
dalam jangka waktu tertentu.
Skema pembiayaan tata kelola kemitraan dalam penyediaan air bersih di
Desa Biring Ere yaitu Forum Mitra Amanah membuat rincian anggaran yang
langsung diawasi oleh pengawas teknik lapangan atau LCO bentukan
langsung PT. Semen Tonasa, untuk diteruskan ke PT. Semen Tonasa, setelah
pembiayan telah disetujui oleh PT. Semen Tonasa maka dikembalikan ke
LCO untuk diteruskan ke Forum Mitra Amanah. Biaya yang diberikan PT.
Semen Tonasa ke Forum Mitra Amanah yang bertindak sebagai pengelola
anggaran dalam tata kelola kemitraan dalam penyediaan air bersih yaitu
66
Rp.95.915.000 (Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu
Rupiah).
Menurut I selaku Supervisor CSR (Corporate Social Responsibility) PT.
Semen Tonasa berpendapat bahwa:
“Tata Kelola Kemitraan yang dilakukan dalam program CSR (Corporate
Social Responsibility) merupakan suatu bentuk kerja sama sosial yang
dimana kita mendengarkan aspirasi masyarakat yang kemudian
membuat forum yang tergabung dari masyarakat sekitar yang ada di
desa itu yang dinamakan forum mitra amanah (FITRAH). Setelah sudah
ditemukan titik temu apa yang diingikan oleh masyarakat diteruskanlah
ke PT. Semen Tonasa, disini bukan PT. Semen Tonasa yang turun
langsung tapi kita ada yang namanya LCO yang akan menangani semua
apa yang terjadi dilapangan. Setalah LCO sudah menyampaikan ke PT
Semen Tonasa, PT Semen Tonasa akan mengkalkulasikan semua dana
yang dibutuhkan dalam penyediaan air bersih setelah PT. Semen Tonasa
menyetujui anggaran yang diusulkan oleh Forum selanjutnya di
kembalikan lagi ke LCO untuk diteruskan ke Forum untuk melakukan
program penyediaan air bersih ini.”(Hasil wawancara oleh I pada hari
jumat 31 Mei 2019 pukul 08:00)
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas dengan supervisor CSR
(Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa dijelaskan bahwa tata
kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa
dalam penyediaan air bersih mengetahui tentang pembiayaan pada program
CSR (Corporate Social Responsibility) dalam penyediaan air bersih yang
dimana PT. Semen Tonasa bertindak sebagai penyedia anggaran pembiayaan
sedangkan Forum Mitra Amanah sebagai pengelola anggaran yang di awasi
langsung oleh pengawas teknik lapangan atau LCO yang merupakan bentukan
dari PT. Semen Tonasa.
67
Pernyataan yang sama dipaparkan oleh M selaku Ketua Forum Mitra
Amanah yaitu:
“Semua pembiayaan dalam penyediaan air bersih ini ditanggung sama
PT. Semen Tonasa yaitu berkisar Rp.95.915.000 (Sembilan Puluh Lima
Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Rupiah)., setelah anggarannya
sudah tersedia PT. Semen Tonasa menyerahkan kepada kami Forum
Mitrah Amanah lewat LCO yang ditunjuk langsung oleh PT. Semen
Tonasa. Setalah Anggaran sudah tersedia kita akan mengelolah
anggaran yang diberikan ini membuat penyediaan air bersih ini, kita
sebagai forum disini yang tergabung dari masyarakat hanya sebagai
pengelola dana dan pemelihara jika ada kerusakan selanjutnya seperti
mesin maka masyarakat lah yang akan berpartisipasi mengeumpulkan
uang untuk mengganti mesin yang rusak.” (Hasil wawancara oleh I
pada hari Minggu 9 Juni 2019 pukul 17:00 )
Berdasarkan pernyataan M selaku Ketua Forum Mitrah Amanah (Fitrah)
bahwa pembiayaan awal kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility)
PT. Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih berdasarkan pada Sharing
Cost yaitu pembiayaan masih di tanggung oleh pihak pertama yaitu PT.
Semen Tonasa yang dimana total biaya yang dikeluarkan yaitu Rp.95.915.000
(Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Rupiah). dan
apabila ada kerusakan kecil yang terjadi maka akan ditanggung oleh Forum
dan masyarakat.
Sedangkan menurut N selaku Bendahara Forum mitrah Amanah
berpendapat bahwa:
“Pembiayaan dalam tata kelola kemitraan dalam penyediaan air bersih
ini pada tahap awal pembangunan sampai selesai ditanggung oleh PT.
Semen Tonasa setelah pembangunan selesai jikalau ada kerusakan kecil
masyarakat yang akan mengumpulkan dana untuk memperbaikan
kerusakan yang ada.” (Hasil wawancara oleh N pada hari Senin
tanggal 10 Juni 2019 pukul 10:15)
68
Berdasarkan hasil wawancara dengan N selaku bendahara Forum Mitrah
Amanah bahwa semua pembiayan dalam penyediaan air bersih ditanggung
oleh pihak pertama yang bertindak sebagai penyedia angaran
Ditambahkan oleh informan S selaku Kepala Desa Biring Ere
berpendapat bahwa:
“Pembiayaan dalam penyediaan air bersih di Desa Biring Ere semua
dalam tahap pembagunan awal sampai selesai ditanggung oleh PT.
Semen Tonasa selaku pihak pertama.”(Hasil wawancara oleh S pada
hari Kamis tanggal 13 Juni pukul 13:30)
Dari pernyataan S menjelaskan bahwa biaya yang dikeluarka
ditanggung oleh pihak pertama kemudaian diteruskan ke Forum sebagai
mitranya.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan
seperti PT. Semen Tonasa, Koordinator Forum Mitrah Amanah, Aparat Desa
Biring Ere. berdasarkan pada Sharing cost. Artinya, pembiayaan ditanggung
bersama oleh pihak pertama dan masyarakatsebagai pengguna.
Pada awal pelaksanaan program penyediaan air bersih di Desa Biring
Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh
pihak pertama yaitu PT. Semen Tonasa jika ada kerusakan kecil yang terjadi
pada saat selesainya pembangunan dalam penyediaan air bersih ditanggung
Forum dan masyarakat sebagai pemelihara dan penerima penyedian air bersih.
Namun, biaya bahan dan material serta gaji tukang ditanggung
sepenuhnya oleh PT. Semen Tonasa, Forum Mitrah Amanah hanya mengelola
anggaran yang diberikan oeh PT. Semen Tonasa, sedangkan pengawasan
69
dilakukan oleh LCO yang merupakan bentukan dari PT. Semen Tonasa.
Masyarakat sebagai penerima air bersih hanya menanggung jika ada
kerusakan kecil yang terjadi pembangunan selesai dan masyarakat juga
sebagai pemeliharan.
Biaya pembangunan pada penyediaan air bersih di Desa Biring Ere
membutuhkan dana yang besar, besaran dana berkisar Rp.95.915.000
(Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Rupiah). apabila
ada kerusakan kecil selanjutnya setelah terselesaikannya pembangunan
penyedian air bersih maka biayanya dibebakankan oleh masyarakat.
Sebagai penyedia anggaran, PT. Semen Tonasa hanya menanggung
biaya-biaya terkait material dan peralatan pembangunan seperti pipa,selang,
kerangka bak beserta baknya, katup atau keran, dan pompa air, serta biaya gaji
tukang. Biaya yang sifatnya operasional pascakonstruksi ditanggung oleh
pengguna/user.
Dengan adanya kemitraan berdasarkan Sharing Cost, PT. Semen Tonasa
dan mitra yaitu Forum Mitrah Amanah dan masyarakat mendapatkan masing-
masing keuntungan. Keuntungan dari PT. Semen Tonasa yaitu selain visi dan
misi yang sama dengan Forum Mitra Amanah dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat terealisasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari
Forum Mitra Amanah yaitu visi dan misi dalam menciptakan energi alternatif
bagi masyarakat terlaksana dengan baik, masyarakat mendapatkan air bersih
serta berkontribusi terhadap kesehatan.
70
5. Pelaksanaan dan Monitoring
Pelaksanaa merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Pelaksanaan yang aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang
telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-
alat yang dibutuhkam, siapa yang melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu
proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setalah program atau kebijaksanaan
ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis
maupun operasional atau kebijaksnaan menjadi kenyataan guna mencapai
sasaran dari program yang ditetapkan semula.
Sedangkan monitoring kegiatan yang dilakukan untuk mengecek
penampilan dari aktivitas yang sedang dikerjakan. Monitoring adalah bagian
dari kegiatan pengawasan, dalam pengawasan ada aktivitas memantau
(monitoring). Pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk
memeriksa apakah program yang telah berjalan itu sesuai dengan sasaran atau
sesuai dengan tujuan dari program.
Menurut I selaku Supervisor CSR (Corporate Social Responsibility) PT.
Semen Tonasa berpendapat bahwa:
“Pelaksanaan dan monotoring dilakukan berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati sebelumnya. Mengenai kapan dan jangka waktu
pelaksanaannya. Khususnya dalam monitoring dilakukan langsung oleh
71
pihak dari kita PT. Semen Tonasa untuk mengetahui bagaimana dan apa
saja kendala dalam program penyediaan air bersih ini” Hasil wawancara
oleh I pada hari jumat 31 Mei 2019 pukul 08:00)
Pernyataan yang sama dipaparkan oleh M selaku Ketua Forum Mitra
Amanah yaitu:
“Pelaksanaan dalam penyediaan air bersih dilakukan secara bersama
yaitu pihak pertama sebagai penyedia anggaran sedangkan kami pihak
kedua sebagai pengelola dan pelaksana dilapangan yang langsung di
monitoring oleh pihak pertama agar apa yang menjadi kendala di
lapangan akan di berikan arahan oleh pihak pertama PT. Semen Tonasa
yaitu berkisar RP. 100.000.000, setelah.” (Hasil wawancara oleh I pada
hari Minggu 9 Juni 2019 pukul 17:00 )
Ditambahkan oleh informan S selaku Kepala Desa Biring Ere
berpendapat bahwa:
“Penyediaan air bersih dilaksanakan sesuai dengan kesepatan yang telah
disepakati bersama sebelumnya, yang didampingi langsung oleh pihak
pertama yang bertugas untuk memonitoring pelaksanaan pembangunan
penyediaan air.”(Hasil wawancara oleh S pada hari Kamis tanggal 13
Juni pukul 13:30.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan
seperti PT. Semen Tonasa, Koordinator Forum Mitrah Amanah, Aparat Desa
Biring Ere. Pelaksnaan pembanguna penyediaan air bersih harus dilaksnakan
oleh pihak kedua yaitu Forum Mitra Amanah berdsarakan SK Direksi No.
69/KPTS/HK.02-2012 tentang Pengesahan Blue Print TJSL Tonasa
(CSR)DAN Program Tematik, serta Usulan Program CSR Forum
Desa/Kelurahan Lingkar (Dalam hal ini Forum Mitra Amanah Desa Birng Ere
Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep).
72
Forum Mitra Amanah berkewajiban melaksanakan dan
bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan penyediaan air bersih tersebut,
dengan biasa sebesar Rp.95.915.000 (Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan
Ratus Lima Belas Ribu Rupiah). Jangka waktu pelaksanaan sampai selesai
100% ditetapkan selama 90 (Sembilan Puluh) hari kelender, terhitung dari
tanggal masuknya dana termin/ tahap pertama di rekening pihak kedua. Dan
lokasi pembangunan penyediaan air bersih berlokasi di Desa Biring Ere
Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep, yang terdiri dari 3 titik
pembangunan yaitu dusun Balang, Dusun Biring Ere dan Dusun Borong
Untia.
Pihak kedua berkewajiban melakukan konsultasi dan koordinasi dengan
konsultan teknis atau LCO yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
membantu terselenggaranya seluruh program penyediaan air bersih, menjadi
nara sumber tentang mekanisme pelaksanaan pembangunan penyediaan air
bersih serta melakukan kontrol terhadap kelancaran pelaksanaan memastikan
keterlaksanaan program sesuai dnegan mekaniasme pelaksanaan dan dokumen
perjanjian yang telah disepakti sebelumnya.dan memberikan saran dan
pemecahan masalah yang dihadapi dilapangan.
73
B. Struktur tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT
Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II
Kabupaten Pangkep?
Pada bagian ini peneliti menjelaskan tentang bagaimana peran dan
tugas pihak pertama dan pihak kedua yaitu PT.Semen Tonasa dalam hal ini
adalah Dapertemen CSR dengan Forum Mitra Amanah dalam tata kelola
kemitraan dalam penyediaan air bersih. Struktur yang baik adalah Sebuah
susunan atau hubungan berbagai komponen atau unit-unit kerja dalam sebuah
organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dan di inginkan.
Dalam struktur PT. Semen Tonasa Dapertemen CSR dengan Forum
Mitra Amanah menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lainnya dan bagaimana hubungan aktivitas dan
fungsi terbatas. Dalam struktur tersebut yang baik harus menjelaskan
hubungan dan wewenang pihak pertama dan pihak kedua sehingga ada
pertanggungjawaban dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan adanya
struktur organisasi maka kita bisa melihat pembagian kerja dan bagaimana
fungsi atau kegiatan yang berbeda bisa dikoordinasikan dengan baik. Selain
itu, dengan adanya struktur tersebut maka kita bisa mengetahui beberapa
spesialisasi dari sebuah pekerjaan, saluran perintah, maupun penyampaian
laporan.
74
Dalam struktur tersebut Struktur Organisasi PT. Semen Tonasa terdiri dari:
1. Fasilitator ialah sebagai seseorang yang melakukan fasilitas, yakni
membantu mengelola suatu proses pertukaran informasi antara PT. Semen
Tonasa dan Forum Mitra Amanah dalam suatu kelompok kerja.
2. Koordinator dalam penyediaan air bersih bertugas sebagai
memberikan arahan atau solusi jika ada kesalahan atau permasalahan yang
terjadi dalam penyediaan air bersih, mengetahui apa yang dikerjakan orang-
orang yang terlibat, memastikan bahwa setiap orang yang terlibat memiliki
pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang diterima masing-masing serta
bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.
3. Ketua disini mengkoordinasikan dan mengorganisasikan seluruh
penyelenggaran dalam program kerja penyediaan air bersih dan
mempertanggungjawabkan secara internal.
4. Sekretaris bertugas sebagai pelayan kepala, meyiapkan, menerima,
memeriksa atau mengingatkan kepemimpinannya akan kewajiban atau
perjanjian resminya dan melakukan banyak kewajiban lainnya terkait untuk
meningkatkan efektifitas kepemimpinan.
5. Bendahara adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayar, menatausahakn dan mempertanggungjawabkan uang atau
keperluan belanja serta anggaran yang disedikan oleh PT. Semen Tonasa
khususnya dalam penyediaan air bersih ini serta
75
6. Anggota, yang terlibat dalam penyediaan air bersih membantu untuk
tercapainya pembangunan penyediaan air bersih di Desa Biring Ere
Berdasarkan dari pernyataan yang diperkuat oleh I selaku Supervisor CSR
(Corporate Social Responsibility)PT Semen Tonasa yaitu:
“Kami dari Dapertemen CSR PT. Semen Tonasa sebagai penyedia
anggran pada program CSR (Corporate Social Responsibility)
penyedian air bersih sangat mendukung untuk menjalankan penyediaan
air bersih ini. Untuk membantu masyrakat sekitar desa Biring ere
mengatasi kesulitan memperoleh air bersih.”(hasil wawancara I pada
hari jumat tanggal 31 Mei 2019 pukul 08:00)
Dari pernyataan I menjelaskan bahwa program CSR (Corporate Social
Responsibility)dalam penyediaan air bersih semua biaya pembangunan
ditanggung oleh PT. Seman Tonasa untuk membangun 3 unit penyediaan
bersih, semuanya biasa terealisasikan atas dasar musyawarah bersama
masyarakat desa Biring ere.
Dapertemen CSR PT. Semen Tonasa adalah pihak pertama atau eleman
pertama dalam program penyediaan air bersih di desa Biring Ere. Dukungan
aktif dari PT. Semen Tonasa merupakan faktor utama pada keberhasilan
penyediaan air bersih di Desa Biring Ere. Berdasakan data yang diperoleh dari
berbagi informan peran Dapertemen CSR PT. Semen Tonasa dalam
penyedian air bersih adalah:
1) Penyedia Anggaran
Pembangunan program penyedian air bersih membutuhan dana
berkisar Rp. Rp.95.915.000 (Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan
76
Ratus Lima Belas Ribu Rupiah). tergantung berapa titik yang akan
dibanguni penyedian air bersih. PT. Semen Tonasa sebagai penyedia
anggran selanjutnya di serahkan oleh Forum Mitra Amanah sebagai
pengelola anggaran dan masyarakat sebagai pemelihara. Ketika ada
kerusakan setalah pembangunan penyedian air bersih maka Forum
Mitra Amanah dan Masyarakat yang mengumpulkan dana untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi.
Sebagai penyedia anggran Dapertemen CSR PT. Semen Tonasa
hanya sebagai penyadia anggaran, serta biaya-biaya terkait material
dan peralatan pembangunan penyedian air bersih. Biaya yang sifatnya
operasional pascakonstruksi ditanggung oleh pengguna/user.
2) Penentu Calon Pengguna dan Calon Lokasi
Pengguna/user adalah masyarakat yang kurang mampu atau
masyarakt yang kesulitan mendapakan air bersih yang ditunjuk
langsung oleh PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah.
Sedangkan calon lokasi adalah lahan yang dimiliki oleh PT. Semen
Tonasa sendiri.
Berikut ini pendapat M selaku Ketua Forum Mitra Amanah yaitu:
“Pelaksanaan program CSR dalam penyediaan air bersih disini kita
Asebagai forum hanya sebagai pengelola anggran dan
pemelihara.”(Hasil wawancara M pada hari minggu tanggal 9 juni
2019 pukul 17:00)
77
Berdasarkan pernyataan M selaku Ketua Forum Mitra Amanah yaitu
Forum Mitra Amanah sebagai pihak kedua untuk mengelola semua anggaran
yang diberikan PT. Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih.
Dalam hal ini struktur organisasi Forum Mitra Amanah, yaitu:
1. Ketua bertugas untuk membuat dan mengesahakan seluruh program-
program kerja, keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijkan yang bersifat
strategis melalui kesepakatan dalam forum. Serta bertanggungjawab dalam
mengkoordinasikan seluruh penyelenggaran program kerja.
2. Wakil ketua Forum mengkoordinakasiakan dan mewakili kepentingan
organisasi di seluruh bidang, mewakili ketua apabila berhalangan untuk setiap
aktivitas dalam roda organisasi.
3. Sekretaris, bersama ketua menangdatangani surat masuk dan keluar
pengurus, bersama ketua dan bendahara merupakan tim kerja keuangan,
bertanggungjawab setiap aktifitas yang dikerjakan.
4. Bendahara, membantu dan mengesahkan keputusan dan kebijakan
bersama-sama ketua dalam hal keuangan dan kekayaan forum untuk
mengelolan anggaran yang diberikan oleh mitra yang terkait.
5. Bidang usahan kesejahtaraan sosial, menyelenggarakan segala ktivitas
usaha kesejahtraan sosial yang terkait dengan pelaksanaan fungsi-fungsi KT
dalam pelaksanaan bantuan pelayanan dan rehabilitas sosial khususnya kepada
78
para penyandang masalah kesejahtraan sosial, mulai dari perencanaan hingga
laporan.
6. Bidang kelompok usaha bersama, merumuskan dan mengusulkan
segala peraturan organisasi tentang sistem dan mekanisme pelaksanaan
program kerja bidang kelompok usaha bersama sesuai dengan visi dan misi
organisasi untuk menjadi kebijakan organisasi.
7. Bidang lingkungan hidup, merumuskan dan mengusulkan segala
peraturan organisasi tentang sistem dan mekanisme pelaksanaan program
kerja bidang lingkungan hidup sesuai dengan visi misi organisasi untuk
menjadi kebijakan organisasi.
8. Bidang hubungan masyarakat dan kerjasama kemitraan, merumuskan
dan mengusulkan segala peraturan organisasi tentang sistem dan mekanisme
pelaksanaan program kerja bidang hubungan masyrakat dan kerjasama
kemitraan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Mandata dan
menginventarisir aktivitas hubungan masyarakat dan kerjasama kemitraan
yang sudah ada untuk diteliti dan dikaji menjadi bahan pengembangan lebih
lanjut, serta membanguan hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak lain
untuk mengembangkan aktivitas hubungan masyarakat dan kerjasama
kemitraan khususnya bagi warga KT maupun masyarakat pada umumnya.
79
Sedangkan menurut A yang merupakan Kepala Desa Biring Ere yang
terlibat dalam Forum Mitra Amanah ini adalah:
“Disini saya selaku kepala desa dan orang yang terlibat di dalam
Forum hanya sebagai pengawas dalam pelaksanaan penyadiaan air
bersih ini, jelas Forum Mitra Amanah sebagai pengelola anggaran
yang dimana diberikan langsung oleh PT. Semen Tonasa.” (hasil
wawancara pada hari kamis tanggal 13 juni pukul 13:15)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, A salaku Kepala Desa Biring ere
mengungkapkan bahwa struktur pelaksanaan CSR (Corporate Social
Responsibility) dalam penyediaan air bersih berjalan dengan baik.
Forum Mitra Amanah adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat
desa Biringere melalui musyawarah bersama yang tergabung dari berbagai
elemen yang ada di desa biring ere, lembaga sosial yang dibentuk oleh
masyarakat yang berfokus pada peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa
Biring ere.
Dalam program CSR penyediaan air bersih Forum Mitra Amanah
hanya sebagai pengelola anggaran yang dimana anggarannya berasal dari PT.
Semen Tonasa.Program penyediaan air bersih sendiri di buat oleh masyarakat
yang tergabung di dalam Forum, ketika program yang buat sudah
terencanakan selanjutnya diteruskan oleh pengawas lapangan yang di tunjuk
langsung oleh PT. Semen Tonasa untuk merealisasikan program tersebut.
Berikut pendapat J selaku Masyarakat penerima penyediaan air bersih
adalah:
80
“Setahu saya kita sebagai masyarakat hanya sebagai pemelihara saja,
masyarakat disini sangat bersyukur mendapatkan penyediaan air bersih
sebab kita terlindungi dari penyakit yang dapat menyerang dari air, dan
juga air bersih ini dapat digunkan untuk keperluan sehari-
hari.Aopabila ada kerusakan kecil seperti pipa penyaluran bocor
masyarakatlah yang berkontribusi untuk mengganti pipa yang bocor
tersebut.”(Hasil wawancara pada hari minggu tanggal 9 juni 2019
pukul 15:00)
Penjelasan informan J diatas selaku masyarakat umum yang
mendapatkan penyaluran penyediaan air bersih yang berada di Desa Biring
Ere Tonasa II Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep menngemukakan
bahwa pelaksanaanya sudah tersturktur dengan baik semua mitra yang
terlibat juga melaksanakan tugasnya dengan baik. Sehingga tata kelola
program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam penyediaan air bersih
ini terealisasikan dengan baik dan apa yang menjadi keluhan masyarakat
selama ini terjawabkan.
Masyarakat hanya sebagai pemelihara dalam pogram CSR penyediaan
air bersih di Desa Biring Ere, jika ada terjadi kerusakan kecil setalah pasca
pembangunan, misalnya pipa yang digunakan bocor maka yang
menanggung biaya kerusakan adalah masyarakat yang menerima penyediaan
air berish.Biaya nya didapatkan dari uang yang dikumpulkan oleh
masyarakat itu sendiri yang menerima penyediaan air bersih. Sedangkan
apabila terjadi kerusakan besar masyarakat tidak menanggu biaya kerusakan
seperti mesin bor penyediaan air bersih rusak, maka menanggu biaya belum
81
jelas, sebab Forum Mitra Amanah harus melakukan pengadaan untuk proses
pembaikan.
C. Insentif tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility)
PTSemen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II
Kabupaten Pangkep?
Insentif berdasarkan Provan dan Mildward (1994) dalam konsep hollow state
perspektif ini merupakan hal-hal yang diberikan oleh pihak pemberi kerja kepada
pihak kedua dalam proses kemitraan yang dilakukan agar program kerjasama
tersebut dapat berlangsung dengan efektif. Efektifitas suatu kemitraan juga sangat
dipengaruhi oleh inentif yang terintegrasi. Teori ini mengemukakan bahwa
pendanaan yang baik menunjukkan performa atau kinerja yang lebih baik
dibandingkan sistem pendanaan yang minim. Ketika tingkat kewajaran dari
pendanaan dikombinasikan dengan desain kemitraan yang sesuai stabilitas
hubungan pihak pertama dengan pihak kedua juga berpengaruh. Sistem yang
stabil, meskipun di desain secara minim atau pendanaan tidak cukup,
mengizinkan individu atau lembaga yang terdapat didalamnya mampu untuk
memecahkan masalah dan menyepakati pembagian kerjasama sistem tersebut.
Tetapi pada kenyataannya Disini PT. Semen Tonasa hanya memberikan
bantuan awal berupa anggaran dana yang kesemua meliputi pembangunan dari
awal sampai akhir. Setalah pembangunan selesai PT. Semen Tonasa tidak
mempunyai peran aktif lagi atau tidak memberikan biaya tambahan jika terjadi
82
kerusakan pada penyediaaan air bersih tersebut. Disini cuma Masyarakat lah yang
kembali berperan aktif untuk menyediakan anggaran yang dikumpulkan dari
masyarakat penerima air bersih kemudian di berikan kepada Forum Mitra
Amanah sebagai biaya tambahan atau biaya pemelihraan jika ada kerusakan yang
terjadi setalah pasca pembangunan.
Untuk menjelaskan data tersebut peneliti melakukan wawancara dengan I
selaku Supervisor CSR PT. Semen Tonasa
“kita tidak memberikan biaya tambahan atau insentif setalah pasca
pembangunan karena semua anggran yang diberikan sudah meliputi
semua, yang kita ketahui disini biaya tambahan akan diberikan atau
dikumpulkan dari masyaralat itu sendiri yang menerima penyediaan air
bersih.” (Hail wawancara I pada hari jumat tanggal 31 Mei 2019 pukul
08:00)
Selanjutnya ditambahan oleh M selaku Ketua Forum Mitra Amanah
mengemukakan bahwa:
“PT. Semen Tonasa hanya menyediakan anggaran awal tidak
memberikan insentif dalam hal pembangunan yang di lakukan karena
semua anggaran yang diberikan sudah memiliki rinciaan masing-
masing. Kalau berbicara mengenai insentif atau biaya tambahan kita
hanya memungut dari masyarakat, itu digunakan jika ada kerusakan
yang terjadi setalah pasca pembangunan penyediaan air bersih
ini.”(Hasil wawancara M pada hari minggu tanggal 9 juni 2019 pukul
17:00)
Dari hasil wawancara diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
PT. Semen Tonasa tidak memberikan insentif dalam pembanguan penyediaan
air bersih, karena dana yang berikan dari awal semua sudah meliputi hal-hal
apa saja yang diperlukan dalam pembangunan penyediaan air bersih. Di sini
sebaliknya masyarakat lah yang memberikan biaya tambahan yang di
83
kumpulkan dari masyaraat yang menerima penyediaan air bersih, biaya
tersebut digunkan jika ada keruskan yang terjadi setalah pasca pembangunan
penyediaan air bersih di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang
diperoleh pada bab sebelumnya maka kesimpulan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mekanisme tata kelola kemitraan PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra
Amanah pada program CSR dalam penyediaan air bersih yaitu adanya a)
usulan dari Forum Mitra Amanah ke PT. Semen Tonasa melalui program
CSR dalam penyediaan air bersih. b). Peninjauan lapangan dilakukan oleh
pihak pertama yaitu PT. Semen Tonasa. c). pemberiaan bantuan dana, PT.
Semen bertindak sebagai pemberi dana anggaran sedangkan Forum Mitra
Amanah sebagai pengelola anggaran. d). Pelaksanaan dan Monitoring,
pelaksanaan penyediaan air berish dilakukan oleh pihak kedua yaitu
Forum Mitra Amanah sampai selesai selama 90 hari kelender di Desa
Biring Ere sedangkan Monitoring dilakukan oleh pihak kedua yaitu LCO
bentukan dari PT. Semen Tonasa untuk melakukan kontrol terhadap
kelancaran pelaksanaan pembangunan penyediaan air bersih dan
memastikan keterlaksanaan program sesuai dengan panduan mekanisme
pelaksanaan.
84
85
2. Dalam struktur tata kelola kemitraan CSR PT. Semen Tonasa dan Forum
Mitra Amanah di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep adalah
sutau susunan yang dibentuk atau aktor yang terlibat dalam kemitraan
ialah PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah. PT. Semen Tonasa
bertugas sebagai penyedia anggaran dalam program penyediaan air
bersih, melakukan kontrol terhadap kelancaran pelaksanaan
pembangaunan air bersih dan memastikan keterlaksanaan program sesuai
dengan panduan serta memberikan saran dan pemecahan masalah yang
dihadapi dilapangan. sedangkan Forum Mitra Amanah bertugas sebagai
pengelola anggran dana yang diberikan oleh PT. Semen Tonasa dan
menjamin bahwa dana yang diberikan pihak pertama hanya akan
digunakan untuk keperluan program penyediaan air bersih serta
berkewajiban memeriksa dan meneliti rincian anggaran biaya penyediaan
air bersih disesuaikan dengan ketersediaan dan hagra sumber daya bahan,
alat dan tenaga kejra di lokasi pembangunan penyediaan air bersih dan
memastikan bahwa seluruh anggaran yang disediakan sesuai dengan surat
perjanjian kerja saya yang sudah disepakati.
3. Insentif tata kelola kemitraan CSR PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra
Amanah yaitu pemberiaan biaya tambahan yang dapat digunakan apabila
terjadi kerusakan kecil setelah pasca pembangunan, tetapi pada
kenyataannya tidak adanya biaya tambahan yang diberikan untuk
86
memperbaiki kerusakan yang terjadi setalah pasca pembangunan, biaya
tambahan hanya dikumpulkan dari masing-masing masyarakat yang
menerima penyediaan air bersih.
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, maka dari itu penulis
merekomendasikan saran-saran mengenai tata kelola kemittraan CSR PT.
Semen Tonasa dan Forum Mitra Amananah berserta masyarakat dalam
penyediaan air bersih di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep yaitu
sebagai berikut:
1. PT. Semen Tonasa diharapkan akan selalu menjadi inti agensi dalam
pelakasanaan program. Dukungan ini paling dibutuhkan oleh masyarakat
penerima air bersih. Dukungan PT. Semen Tonasa dalam hal pemberian
dana agar program penyediaan air bersih dapat berjalan dengan baik. Dan
Forum Mitra Amanah diharapkan tetap berfungsi membantu masyarakat
untuk mengelola anggaran yang diberikan oleh PT. Semen Tonasa.
2. Forum Mitra Amanah diharapkan dalam pengelolaan dana yang diberikan
dikelola dengan baik sehingga tidak ada kekurangan pada saat melakukan
pembangunan penyediaan air bersih.
3. Masyarakat harus dapat selalu menjaga atau memeilihara penyediaan air
bersih yang disediakan agar masyarakat yang menerima air bersih dapat
meningkatkan taraf hidupnya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mas Daniri. 2005. Good Corporate Governance: Konsep Dan Penerapannya
Dalam Konteks Indoesia. Ray Indonesia: Jakarta.
Annual. 2017. Laporan tahun 2016 PT. Semen Tonasa.
http://sementonasa.co.id>68-685csrtonasa.html. Diakses 09/02/2018.
Bappenas.2007. Laporan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia.
UNNES: Jakarta.
Dwiyanto, Agus. 2011. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, Dan
Kolaboratif Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Fitroh. 2009. Penilaian tingkat kemampuan teknologi informasi pada sistem
informasi manajemen akademik. Yogyakarta: seminar nasional aplikasi teknologi
informasi.
Hafsah, Muhammad Jafar. 2002. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Jogiyanto. 2011. Sistem Tata Kelola Teknologi Informasi. Andi: Yogyakarta.
Kariem. 2003. Prinsip Kemitraan. Genta Press: Yogyakarta.
Kadir, Nurhayati. 2012. Penerapan Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan
(PKBL) PT. Semen Tonasa (Studi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Desa
Biringere Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
http://etd.repository-ugm.ac.id. Diakses 26/04/2018
La’orte, 2002.Tata Kelola Sebagai Sebuah Pemerintah Yang Benar. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Louis E Boone, David L Kurtz. 2002. Pengantar Bisnis. Erlangga: Jakarta.
Menteri Kesehatan Reublik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industry
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya
Media: Yogyakarta.
Sulistiany.(1999). Skripsi. Depok: fakultas psikologi universitas Indonesia.
87
88
Sugiyono, 2014.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press: Jakarta.
Syukur, Abdullah. 1987. Study Implementasi Latar Nelakang Konsep Pendekatan dan
Relevansinya Dlam Pembangunan. Persadi. Ujung Pandang. Hal 40.
Rahmatullah. 2014 .Kemitraan CSR Antara Pemerintah, Perusahaan, Dan
LSM.Samudra Buku: Yogyakarta.
Tugimin. 2004. Kewarganegaraan. CV Grahadi: Surakarta.
Tenri, Yanti. 2004. Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pembangunan Bandara
Swadaya Sangia Nibandera Kabupaten Kolaka Sulawesi
Tenggara.Https://media.neliti.com>publications. Diakses tanggal 3 Mei 2018,
13:45 Pm.
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroaan terbatas.
Profan, Keith G. and Milward H. Briton. 1994. Governing The Hollow State (Jurnal
Yanti Tenri. Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Dalam Pembangunan Bandara
Swadaya Sangia Nibandera Kabupaten Kolaka).
Https://media.neliti.com>publications. Diakses tanggal 3 Mei 2018, 13:41 Pm,.
364/J Part 10 April 2000.
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2002 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan
Lingkungan Perseroan Terbatas
Wibisiono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep Dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing:
Gresik.
89
LAMPIRAN
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
Dokumentasi Isi Lembar Penelitian
Gambar penyediaan air bersih di Desa
Biring Ere Dusun Balang
102
Gambar penyediaan air bersih di Desa
Biring Ere, Dusun Biring Ere
103
Gambar penyediaan air bersih di Desa
Biring Ere, Dusun Borong Utia
104
Dokumentasi Wawancara
Wawancara ketua Forum Mitra Amanah
105
Wawancara Kepala Biro CSR (Corporate Social Responsibility)
PT. Semen Tonasa
106
RIWAYAT HIDUP
Sri Fajriani, dilahirkan di Desa Biring Ere Tonasa II
Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep, pada tanggal
03ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Jumaedi dan
Johar. Pada tahun 2002 penulis memasuki sekolah dasar di
SDN 35 Tonasa II dan lulus pada tahun 2008, kemudia penulis
melajutkan pendidikan ke SMPS Semen Tonasa II dan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1
Bungoro dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan
ke Program Studu Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam
rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara penulis melakukan penelitian dengan judul “Tata
Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT Semen Tonasa Dalam
Penyediaan Air Bersih Di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep” yang
dibimbing oleh Ibu Dr. Hj Fatmawati, M.Si dan Bapak Dr. Abdi, M.Pd.