skripsi yosa

Download skripsi Yosa

If you can't read please download the document

Upload: yonesyahardi

Post on 24-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi

    Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

    Indonesia II (Persero))

    SKRIPSI

    Muhammad Fikry Yonesyahardi

    0806342573

    FAKULTAS HUKUM

    PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

    DEPOK

    JULI 2012

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi

    Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

    Indonesia II (Persero))

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

    Muhammad Fikry Yonesyahardi

    0806342573

    FAKULTAS HUKUM

    PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

    KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI

    DEPOK

    JULI 2012

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • v

    KATA PENGANTAR

    Dalam hidup kita tidak dapat mengetahui apa yang direncanakan oleh

    Tuhan Yang Maha Esa. Kadang kita menyesali kejadian yang menimpa kita dan

    sulit untuk mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Ketika satu pintu tertutup,

    pintu lain terbuka. Namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup

    terlalu lama sehingga tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. Inilah yang

    banyak dialami orang-orang termasuk penulis hingga akhirnya penulis sadar

    bahwa inilah pintu yang telah dibukakan Allah SWT. Maka dengan penulisan

    karya tulis ini penulis berharap dengan ditutupnya pintu ini akan terbuka pintu-

    pintu lainnya.

    Dalam proses penyelesaian karya tulis ini penulis menemui banyak

    kesulitan. Namun dorongan dari keluarga dan rekan-rekan Penulis membuat

    penulis merasa termotivasi sehingga proses penulisan karya tulis ini pun dapat

    berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, izinkanlah Penulis mengucapkan

    terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan yang tidak terhingga

    kepada Penulis. Tuhan yang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang yang selalu

    memberikan yang terbaik untuk Penulis, dan selalu mengingatkan Penulis

    ketika Penulis menyimpang dari jalan-Nya.

    2. Ibunda Fazat Adibah Amin, perempuan nomor satu dalam hidup Penulis.

    Bunda yang penuh rasa kasih sayang dan selalu mendukung Penulis. Bunda

    yang sangat sabar menghadapi Penulis dan mengingatkan Penulis untuk

    selalu bersyukur. Bunda yang tidak henti-hentinya mendoakan Penulis.

    Though Ive made hurtful wrong choices, you silently watched over me from

    behind. Now I know the meaning of moms silent prayers. I love you Mom.

    3. Ayahanda Sholvasdi Syarief, pemimpin keluarga yang bijak. Ayah yang

    selalu menempatkan anak-anaknya sebagai prioritas utama. Ayah yang

    menjadi mentor hidup penulis. Ayah yang selalu memberikan yang terbaik

    untuk Penulis. Ayah adalah pemimpin yang memiliki etos kerja yang luar

    biasa dan sangat menjunjung kejujuran. Semoga suatu saat nanti Penulis

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • vi

    dapat mengikuti jejak Ayahanda. Terima kasih Papa sudah mempercayakan

    Ocha, I love you Dad.

    4. Adik tersayang Miratunnisa Duhati Hardiniziya, adik yang sangat Penulis

    sayangi. Rumah terasa sepi ketika dia tidak pulang dari Bandung. Adik yang

    sangat rajin dalam kegiatannya baik dalam maupun luar kampus. Adik yang

    selalu mendukung Penulis. Partner in crime terutama dalam membuat acara

    kejutan untuk kedua orang tua. Zie, amu itu rajin dan pintar, jadi berhentilah

    merasa tidak percaya diri.

    5. Para pembimbing Penulis, yaitu Bapak Ditha Wiradiputra, S.H, M.E atas

    semua waktu, nasihat, dan bimbingan yang berharga bagi Penulis sehingga

    Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

    6. Ibu Henny Marlyna S.H., M.H., MLI. selaku Pembimbing Akademis Penulis

    yang telah membimbing dan memberikan pengarahan terhadap penulis dalam

    melewati setiap semester, saya ucapkan terimakasih dan doa sebesar-besarnya

    kepada ibu.

    7. Terimakasih khusus Penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan

    Penulis: Adhindra Ario, Andara Annisa, Rasyad Andhika, Hulman Bona,

    Alfina Narang, Tantia Rahmadhina, Budi Widuro, Annisa Suci Ramadhani,

    Dito Ariotedjo, Aida Heksanto, Femalia I.K, Wuri Prastiti Rahajeng, Indra

    Prabowo, Lidzikri Caesar Dustira, Chentini Prameswari, M. Subuh rezki,

    yang telah menjadi kawan yang luar biasa bagi Penulis serta telah

    memberikan kebersamaan, keceriaan, dan semangat yang tidak henti-henti

    diberikan kepada Penulis. Penulis selalu merasa bersyukur dapat berkenalan

    dan menjadi bagian dari kalian semua.

    8. Semua teman-teman Penulis angkatan 2008 yang tidak bisa Penulis sebutkan

    satu per satu atas semua kehangatan, kebersamaan, dan keceriaan yang

    mewarnai hari-hari perkuliahan Penulis selama kurang lebih 4 tahun.

    9. Teman-teman dibawah bimbingan Bang Ditha yaitu Ohyong, Sondra, Mance

    dan Kristiono dan lainnya yang telah bersama-sama merasakan suka duka dan

    canda tawa selama masa bimbingan skripsi. Suka duka mengejar, menunggu,

    dan mencari pembimbing dan revisi, hingga daftar sidang. Terima kasih atas

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • vii

    doa dan semangat yang diberikan, dan akhirnya kerja keras kita terbayar

    teman-teman.

    10. Kepada setiap orang yang telah datang dalam kehidupan Penulis dan

    menjadikan hari-hari Penulis menjadi lebih bermakna dan berwarna.

    Terimakasih untuk semuanya.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Tentunya

    terselip banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Kendati demikian, besar harapan

    Penulis, semoga karya ini sedikit banyak dapat memberikan warna dalam

    khazanah ilmu pengetahuan, terutama di bidang Hukum Persaingan Usaha. Segala

    kekurangan adalah milik Penulis, dan segala kesempurnaan adalah milik Allah

    SWT.

    Depok, Juli 2012

    Muhammad Fikry Yonesyahardi

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • ix

    ABSTRAK

    Nama : Muhammad Fikry Yonesyahardi

    Program Studi : Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi

    Judul : Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

    Indonesia II (Persero))

    Skripsi ini membahas tentang kepelabuhan di Indonesia yang dahulu dilakukan

    secara monopoli oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai BUMN.

    Monopoli yang dilakukan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia ini

    diperbolehkan oleh undang-undang (monopoly by law) yang diatur dalam

    Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dan Undang-Undang

    Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak

    Sehat. Kemudian pada tahun 2008 lahirlah Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran yang membuat hilangnya status monopoli PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membahayakan sektor kepelabuhan,

    dikarenakan pentingnya sektor ini dan juga menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Oleh sebab itu perlu dianalisa dampak-dampak terhadap liberalisasi pelabuhan ini

    agar liberalisasi sektor pelabuhan tidak menjadi bumerang yang dapat merugikan

    negara dan rakyat. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dimana

    data penelitian ini sebagian besar dari studi kepustakaan. Hasil penelitian ini

    menyatakan bahwa liberalisasi pelabuhan memiliki dampak yang signifikan

    terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan dan persaingan usaha dalam bidang

    kepelabuhanan.

    Kata kunci:

    Hukum persaingan usaha, pelabuhan, pelayaran, BUMN.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • x

    ABSTRACT

    Name : Muhammad Fikry Yonesyahardi

    Study Program: Law ( Law on Economic Activities)

    Title : Competition Law Review Regarding Liberalization of the Port

    as an Implementation of Law Number 17 Year 2008 concerning

    Shipping (Case Study: Pelabuhan Indonesia II Limited Liability

    Company)

    This thesis discusses the port in Indonesia formerly monopolized by PT (Persero)

    Pelabuhan Indonesia as a state company. Monopoly by PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia is allowed by law (monopoly by law) is regulated in Law Number 21

    Year 1992 concerning Shipping and Law Number 5 Year 1999 concerning

    Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Competition. Later in the year

    2008 was born the Law No. 17 Year 2008 concerning Shipping which makes the

    loss of monopoly status PT (Persero) Port of Indonesia. This condition will greatly

    harm the port sector, due to the importance of this sector and also about the

    welfare of the majority. Therefore it is necessary to analyze the effects on the

    liberalization of port and to prevent this liberalization to becoming a boomerang

    that could harm the country and its people. This study uses a normative juridical

    studies where data is mostly from the literature study. The results suggest that the

    liberalization of the port has a significant impact on the implementation of port

    and port competition in the field.

    Key words:

    Competition Law, port, shipping, BUMN.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... viii

    ABSTRAK .......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................................. 1

    1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 6

    1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 6

    1.4 Definisi Operasional................................................................................ 7

    1.5 Metode Penelitian.................................................................................... 9

    1.6 Kegunaan Teoritis dan Praktis. 11

    1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

    BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI MONOPOLI DAN

    PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PADA HUKUM

    PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA .......................................... 14

    2.1 Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha ............................................ 14

    2.1.1 Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat .......................................... 14

    2.1.2 Aspek Positif Monopoli ................................................................. 16

    2.1.3 Aspek Negatif Monopoli ................................................................ 17

    2.1.4 Karakteristik Monopoli .................................................................. 19

    2.1.5 Jenis Monopoli ............................................................................... 21

    2.1.6 Pengaturan Hukum Mengenai Monopoli ....................................... 25

    2.2 Monopoli Negara .................................................................................... 28

    2.3 Ketentuan Pengecualian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

    Tidak Sehat Terhadap Badan Usaha Milik Negara Menurut Undang-

    Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

    dan Persaingan Tidak Sehat .................................................................... 48

    BAB 3 ANALISA LIBERALISASI PELABUHAN SEBAGAI

    IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN

    2008 TENTANG PELAYARAN OLEH PT. (PERSERO)

    PELABUHAN INDONESIA II DI INDONESIA DITINJAU

    DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA ........................................... 52

    3.1 Tinjauan terhadap PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ......................... 52

    3.1.1 Sejarah Pendirian Pelabuhan Indonesia ......................................... 52

    3.1.2 Visi dan Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ....................... 54

    3.1.3 Kegiatan Usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ................... 55

    3.1.4 Anak Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ................. 57

    3.2 Pengaturan Kepelabuhan Indonesia ........................................................ 59

    3.2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ......... 59

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • xii

    3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang

    Kepelabuhan..61

    3.3 Pengaturan Persaingan dalam Bidang Kepelabuhan yang Tertuang

    dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ....... 62

    3.3.1 Isu-isu strategis Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran ........................................................................................ 62

    3.3.2 Faktor-faktor pemicu perlunya persaingan dalam bidang

    kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 tentang Pelayaran ....................................................... 73

    3.4 Pengaturan Bidang Kepelabuhan dalam Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 Tentang Pelayaran dikaitkan dengan Undang-Undang

    Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

    Persaingan Tidak Sehat ........................................................................... 79

    BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 88

    4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 88

    4.2 Saran ........................................................................................................ 91

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

    13.000 pulau dalam bentang 3.500 mil. Indonesia juga memiliki garis pantai

    terpanjang ke-empat di dunia dengan panjang lebih dari 95.181 kilometer.

    Indonesia adalah Negara maritim, dimana lautan Indonesia lebih luas

    dibandingkan daratannya. Kondisi geografi Indonesia ini kemudian menghasilkan

    pola pikir yang diperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa yakni sebuah

    pemikiran mengenai wawasan nusantara dimana di dalamnya laut memiliki fungsi

    sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Pemikiran mengenai wawasan nusantara ini

    dimulai dengan konsepsi nusantara (Archipelago concept).1 Konsepsi nusantara

    merupakan suatu konsepsi kewilayahan nasional, sedangkan wawasaan nusantara

    adalah wawasan nasional bangsa dan negara yang pada awalnya berkembang atas

    dasar konsepsi kewilayahan. Pada tahun 1957, yang dimulai dengan adanya

    Deklarasi Djoeanda yang dikeluarkan tanggal 13 Desember 1957. Dimana dalam

    naskah tersebut dinyatakan

    Segala perairan disekitar, di antara dan yang menghubungkan

    pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan

    Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau

    lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah

    daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian

    merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada

    dibawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia2

    Terlihat jelas fungsi laut dalam negara nusantara. Kemudian dari konsepsi

    nusantara ini dikembangkan menjadi wawasan nusantara yang memandang

    Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi tanah (darat), air (laut) dan

    1 Christo Yosafat, Tinjauan Yuridis Dampak Penerapan Asas Cabotage Dalam Undang-

    Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Terhadap Jasa Perhubungan Laut (Depok:

    Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010), hal. 1.

    2 Ibid.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    dirgantara (udara) di atasnya jelas tidak terpisahkan. Dengan usaha yang tidak

    sedikit Indonesia akhirnya mampu mengukuhkan asas negara kepulauan yang

    telah diakui dunia internasional tentang prinsip hukum negara kepulauan seperti

    yang tercantum dalam konvensi PBB ke-III tentang Hukum Laut 1982 (United

    Nation Canvention on the Law of the Sea), dimana Indonesia telah meratifikasi

    dengan Undang-undang No. 17 tahun 1985.3 Pandangan bangsa Indonesia yang

    berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya yang

    berbentuk kehidupan sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan

    hankam dalam satu ruang kehidupan yaitu seluas perairan dan pulau-pulau di

    dalamnya beserta udara di atasnya karena dipandang sebagai satu kesatuan yang

    tidak dapat dipisahkan satu sama lain termasuk kekayaan alam yang terkandung di

    dalamnya. Wawasan nusantara ini akan selalu menjiwai bangsa Indonesia baik

    dalam hidup dan kehidupan nasional meupun kehidupan internasional.

    Berdasarkan pandangan wawasan nusantara tersebut, bangsa Indonesia

    harus dapat memanfaatkan wilayah laut guna mempertahankan kelangsungan

    hidup dan mengembangkan kehidupannya. Dari sudut geografis Indonesia

    terbentang dari 94 Bujur Timur sampai dengan 141 Bujur Timur dan 6 Lintang

    Utara sampai dengan 11 Lintang Selatan mencapai luas 5,8 juta km2, Indonesia

    memiliki kekayaan sumber daya yang sangat besar terkandung di dalamnya.

    Berdasarkan kondisi geografi tersebut dapat dipahami bahwa luasnya

    wilayah laut Indonesia juga merupakan potensi kekuatan usaha kelautan yang

    dimiliki Indonesia dan harus dikelola oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya

    demi mencapai tujuannya yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia. Dari sisi

    kelautan ini, Indonesia dapat mengembangkan berbagai macam industri dan jasa,

    hal ini mencakup industri perikanan, pertambangan laut hingga pariwisata bahari.

    Dan untuk memaksimalkan potensi tersebut dibutuhkan infrastruktur yang dapat

    menunjang kegiatan usaha kelautan Indonesia. Infrastruktur yang paling penting

    dalam usaha kelautan adalah pelabuhan. Pelabuhan yang berkualitas dan

    berstandard dunia adalah cerminan kekuatan potensi sumber daya maritim sebuah

    negara. Indonesia sebagai negara yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan

    terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

    3 Deklarasi juanda,

    http://www.dephub.go.id/index2.php?module=deklarasi_juanda&act=list, diunduh 5 Maret 2012

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

    http://www.dephub.go.id/index2.php?module=deklarasi_juanda&act=list

  • 3

    Universitas Indonesia

    dunia. Sehingga peran pelabuhan menjadi sangat penting dalam mendukung

    pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah ini.

    Oleh karena itu pelabuhan merupakan faktor penting bagi pemerintah dalam

    menjalankan roda perekonomian negara. Peran dan fungsi pelabuhan menjadi

    sangat penting, pelabuhan menjadi pintu gerbang ekonomi dan penggerak

    perdagangan dalam rangka meningkatkan dan mempercepat aktivitas ekonom

    nasional.

    Berbagai kegiatan penyediaan dan pengusahaan pelabuhan dikelola oleh

    PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Kegiatan itu antara lain, perairan kolam

    pelabuhan untuk lalu lintas dan tempat kapal berlabuh. Pelayanan pemanduan dan

    penundaan kapal keluar masuk pelabuhan, olah kapal gerak didalam kolam serta

    jasa pemanduan dan penundaan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

    Menyediakan fasilitas untuk kapal bertambat serta melakukan bongkar muat

    barang dan hewan. Fasilitas pergudangan dan lapangan penumpukan. Terminal

    konvensional, terminal peti kemas, dan terminal curah untuk melayani bongkar

    muat komoditas sesuai dengan jenisnya. Terminal penumpang untuk melayani

    pelayanan embarkasi dan debarkasi penumpang melalui laut. Fasilitas listrik, air

    minum dan telepon untuk kapal dan umum di daerah lingkungan kerja pelabuhan.

    Lahan untuk industri, bangunan dan ruang kantor umum. Pendidikan dan

    pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan kepelabuhan. Disamping berbagai usaha

    tersebut, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memiliki peluang untuk

    mengembangkan kegiatan usaha lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang

    telah ada. Antara lain dibidang jasa informasi, pengelolaan cargo distributor

    centre, maupun inland container depot dan bidang lainnya, baik yang dikelola

    oleh perusahaan sendiri, maupun yang dilaksanakan oleh anak perusahaan

    ataupun melalui kerjasama usaha dengan pihak swasta.

    Melihat berbagai peranan perusahaan pelabuhan menjadikan perusahaan

    mempunyai peranan yang cukup sentral dalam meningkatkan pendapatan dan

    devisa negara serta untuk meningkatkan kesejahteraan kepada siapa saja yang

    terlibat dalam proses kegiatan niaga kepelabuhan. PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia merupakan salah satu Badan usaha milik Negara yang melaksanakan

    kegiatan di bidang pelayanan jasa kepelabuhan. Mempunyai pengaruh yang besar

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena selain membantu perekomian

    nasional, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memiliki usaha yang menyangkut

    hajat hidup orang banyak.

    Pentingnya sektor pelabuhan di Indonesia ini membuat PT (Persero)

    Pelabuhan Indonesia memiliki perlakuan khusus oleh Pemerintah. Hal ini

    diperlukan untuk memenuhi tujuan yang diamanatkan oleh UUD 1945 dimana

    tertuang pada Pembukaan UUD 1945

    Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap

    bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

    memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

    bangsa...4

    Untuk mencapai tujuan tersebut, terhadap bidang-bidang penting negara

    harus dikuasai negara, sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 ayat (2) yang berbunyi

    Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai

    hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara5

    PT (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan perusahaan cabang produksi

    jasa kepelabuhan yang sangat penting bagi negara dan juga menguasai hajat hidup

    orang banyak, sehingga PT (Persero) Pelabuhan Indonesia haruslah dikuasai oleh

    negara. Kemudian sebagai perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak,

    PT (Persero) Pelabuhan Indonesia dalam hukum persaingan usaha mendapat

    pengecualian yang dituangkan dalam Pasal 51 Undang-Undang nomor 5 tahun

    1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang

    berbunyi

    Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan

    produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai

    hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang

    penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan

    4 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

    Pembukaan.

    5 Ibid, Pasal 33 ayat (2).

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan

    atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah6

    Negara memperbolehkan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia untuk

    melakukan monopoli di bidang usahanya yaitu bidang kepelabuhan. Hal ini demi

    menjamin sektor penting seperti pelabuhan akan dimanfaatkan sebesar-besarnya

    untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Namun dengan berlakunya undang-

    undang baru pelayaran, yaitu undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang

    Pelayaran. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai otoritas kepelabuhan

    Indonesia yang tunduk kepada undang-undang tersebut, kehilangan sebuah

    previlege yang dapat mengancam keberlangsungan kepelabuhan di Indonesia.

    Dalam undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran diatur mengenai

    penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara

    fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan

    swasta secara proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhan. Sebagai salah

    satu sektor penting, penghapusan monopoli PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

    menjadi sebuah ancaman dan kekhawatiran sendiri terhadap perekonomian

    negara.

    Isu strategis penghapusan monopoli yang terkandung dalam undang-

    undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran ini menjadi pembahasan

    tersendiri karena dengan diberlakukanya akan terdapat benturan peraturan yang

    telah berlaku sebelumnya dan atau diatasnya. Pemberlakuan undang-undang

    nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran akan mengarah kepada liberalisasi

    pelabuhan, hal ini tentu tidak sesuai dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Selain

    itu juga akan terjadi pelanggaran terhadap Pasal 51 undang-undang nomor 5 tahun

    1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, dimana PT

    (Persero) Pelabuhan Indonesia adalah sebuah BUMN dan diperbolehkan untuk

    melakukan praktek monopoli. Dengan tidak terpenuhinya ketentuan tersebut maka

    akan gagal pula semangat dari Pembukaan UUD 1945 untuk melindungi dan

    mensejahterakan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dengan ini penulis bermaksud

    6 Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

    Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No.

    3817, Pasal 51.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    untuk menyajikan suatu karya tulis atau penelitian hukum mengenai

    pemberlakuan undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dengan

    dampaknya ditinjau dari kacamata hukum persaingan usaha maupun ekonomi

    makro yang diberi judul, Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai

    Liberalisasi Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan Indonesia II

    (Persero)).

    1.2 Pokok Permasalahan

    Pokok permasalahan adalah salah satu hal yang penting dalam suatu

    penelitian. Oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini terlebih dahulu akan

    dimulai dengan merumuskan pokok-pokok yang menjadi masalah dan hendak

    diteliti. Berdasarkan uraian tersebut di atas, selanjutnya pada bagian ini akan

    dipaparkan beberapa pokok permasalahan yang akan dianalisa pada karya tulis ini.

    Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana pengaturan terhadap monopoli sektor pelabuhan oleh PT

    Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai BUMN dalam Undang-Undang

    Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

    Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran.

    2. Bagaimana dampak penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

    tentang Pelayaran terhadap sektor kepelabuhan Indonesia yang dikelola

    sepenuhnya oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).

    1.3 Tujuan Penulisan

    a. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari pembuatan skripsi ini adalah untuk memberikan

    gambaran mengenai pentingnya sektor kepelabuhan di Indonesia sehingga harus

    dapat selalu dilindungi oleh pemerintah dikarenakan bidang usaha ini menyangkut

    hajat hidup orang banyak. Di samping itu, akan diberikan gambaran mengenai

    dampak liberalisasi pelabuhan yang akan disajikan dalam bentuk studi dari segi

    hukum terutama hukum persaingan usaha dan juga perekonomian makro. Melalui

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    studi kepustakaan ilmiah pada tulisan ini, juga diharapkan adanya kontribusi yang

    dapat Penulis berikan di bidang pembahasan monopoli pada hukum persaingan

    usaha, dengan memberikan pengetahuan tentang pengaturan tentang anti

    monopoli di Indonesia dan pengecualiannya.

    b. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    1. Mendapatkan pengetahuan yang komrprehensif mengenai pengaturan

    tentang anti monopoli dan pengecualiannya yang diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

    Persaingan Tidak Sehat;

    2. Mendapatkan gambaran mengenai dampak liberalisai pelabuhan atas

    berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

    dilihat dari sisi hukum maupun ekonomi makro;

    3. Mendapatkan pengetahuan mengenai peraturan perundang-undangan di

    Indonesia yang mengatur masalah anti monopoli di Indonesia;

    1.4 Definisi Operasional

    1. Liberalisasi adalah proses (usaha) untuk menerapkan paham liberal di

    kehidupan (tata negara dan ekonomi).7

    2. Liberal adalah bersifat bebas; berpandangan bebas (luas dan terbuka)8

    3. Kepelabuhan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan

    fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban

    arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan

    keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta

    mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap

    memperhatikan tata ruang wilayah.9

    7 Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 19.04.

    8 Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 19.05.

    9 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

    No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849 , Pasal 1 butir 14.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

    Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php../Yosa2912/SKRIPSI/Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

  • 8

    Universitas Indonesia

    4. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan

    dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

    kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,

    naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal

    dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

    dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai

    tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.10

    5. Implementasi adalah pelaksanaan; penerapan.11

    6. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan

    atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu

    kelompok pelaku usaha.12

    7. Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

    lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau

    pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

    persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.13

    8. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh

    atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

    secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.14

    9. Perusahaan perseroan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan

    terbatas yang modalnya terbagi atas saham yang seluruh atau paling

    sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara

    Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.15

    10

    Ibid., Pasal 1 butir 16.

    11

    Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 22.39.

    12

    Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

    Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No.5 tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No. 3817 ,

    Pasal 1 butir 1.

    13

    Ibid., Pasal 1 butir 2.

    14

    Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No.19 tahun

    2003, LN No.70 Tahun 2003, TLN No. 4297, Pasal 1 butir 1.

    15

    Ibid., Pasal 1 butir 2.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

    ../Yosa2912/SKRIPSI/Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

  • 9

    Universitas Indonesia

    1.5 Metode Penelitian

    Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

    dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.16

    Suatu penelitian yang baik membutuhkan metodologi untuk mengarahkan

    penelitian ke arah yang benar secara sistematis dan kronologis, sesuai dengan

    tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Bentuk penelitian yang dilakukan dalam

    karya tulis ilmiah ini adalah penelitian yuridis normatif, data utama yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa bahan pustaka

    yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

    Bahan hukum primer merupakan dasar hukum bagi penulisan skripsi ini.

    Bahan hukum primer terdiri dari norma dasar, peraturan dasar, Ketetapan Majelis

    Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti

    Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah,

    Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, Yurisprudensi, Traktat, Konvensi

    Internasional, Peraturan dari zaman penjajahan hingga sekarang yang masih

    berlaku.17

    Semua bahan hukum primer yang berkaitan dengan topik dalam skripsi

    ini yaitu, Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi Pelabuhan

    Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

    (Studi Kasus : PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)).

    Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang isinya mempunyai

    kekuatan mengikat kepada masyarakat. Bahan hukum primer yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran. Selain itu, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

    Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang juga menjadi bahan hukum

    primer dalam penelitian ini. Kemudian Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

    tentang Badan Usaha Milik Negara. Serta Peraturan Pemerintah yang berkaitan

    seperti Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan dan

    Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

    Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

    16

    Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet. 3., (Jakarta: UI-Press, 1986),

    hlm. 42.

    17

    Sri Mamudji, et. Al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan

    Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 30.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan informasi

    atau hal-hal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta

    implementasinya. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah berupa skripsi, tesis, disertasi, literatur bacaan yang bersumber dari media

    cetak maupun elektronik serta buku-buku yang yang berhubungan dengan

    penelitian tersebut.18

    Buku-buku yang dipakai antara lain adalah sebagai berikut:

    Pengantar Hukum Persaingan Usaha, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks &

    Konteks, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Selain buku-buku

    yang telah disebutkan, terdapat kemungkinan bahwa penulis akan menggunakan

    sumber buku ataupun jurnal yang lain sepanjang memiliki relevansi yang baik

    serta dapat menjadi bahan referensi yang berkualitas guna mendukung

    pembahasan penelitian ini.

    Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

    maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya abstrak,

    almanak, bibliografi, buku pegangan, buku petunjuk, buku tahunan, ensiklopedia,

    ideks artikel, atau kamus. Dalam penelitian kamus yang digunakan utamanya

    adalah kamus hukum.

    Alat pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini adalah dengan studi

    dokumen dan wawancara, dimana studi dokumen merupakan alat pengumpulan

    data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content

    analysis.19

    Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

    ini, maka dapat diketahui bahwa jenis data yang dipakai adalah data sekunder

    yakni data yang berasal dari studi pustaka. Sifat analisis data pada penelitian ini

    adalah analisis secara kualitatif, yang mana terletak pada kumpulan info subyektif

    yang berasal dari peneliti dimana jenis data berbentuk kalimat, bukan data

    statistik. Penelitian yang dilakukan dalam menjawab pokok peramasalahan yang

    ada di sini adalah penelitian analitis-deskriptif. Penelitian analitis deskriptif

    merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seakurat

    mungkin keadaan atau gejala agar dapat memperjelas hipotesis guna memperkuat

    18 Ibid, hal. 31

    19

    Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet. 3., (Jakarta: UI-Press, 1986), hal.

    52.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    teori. Tipologi dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis-normatif.

    Penelitian tersebut berarti melihat hubungan antara ketentuan hukum yang ada

    dengan kenyataan yang sedang terjadi. Penelitian ini memberikan tinjauan yuridis

    mengenai bagaimana kegiatan usaha oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

    berlangsung berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.

    Setelah itu, penelitian ini akan memberikan pemahaman tentang liberalisasi

    pelabuhan berdasarkan Undang-undang Pelayaran, dengan memaparkan PT.

    Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai studi kasus.

    1.6 Kegunaan Teoritis dan Praktis

    Kegunaan Teoritis adalah agar pembaca dan penulis mengetahui mengenai

    bagaimana kegiatan usaha PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai otoritas

    pelabuhan di Indonesia. Pengaturan tentang anti monopoli yang berlaku di

    Indonesia. Penelitian ini juga akan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak yang

    ingin mendapatkan pemahaman mengenai Hukum Persaingan Usaha yang berlaku

    di Indonesia. Pengaturan mengenai pengecualian monopoli yang berlaku terhadap

    sektor-sektor penting di Indonesia khususnya sektor kepelabuhan. Selain itu,

    penelitian ini juga akan berguna secara teoritis dalam melengkapi ilmu

    pengetahuan yang telah ada dengan mempelajari pengaturan hukum nasional

    terhadap implementasi Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

    terhadap kegiatan usaha kepelabuhan di Indonesia. Studi kasus terhadap PT.

    Pelabuhan Indonesia II (Persero) yang nyata terjadi di dunia usaha yang disajikan

    dalam penelitian ini akan memberikan pemahaman yang mendalam serta

    komprehensif bagi pihak yang ingin mempelajari permasalahan yang dibahas.

    Adapun Kegunaan Praktis dari penelitian ini adalah agar pembaca, penulis,

    maupun pelaku usaha terkait mengetahui bagaimana kegiatan kepelabuhan di

    Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

    Pelayaran. Pembaca pun akan mengetahui bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia II

    (Persero) sebagai BUMN yang menguasai hajat hidup orang banyak mendapat

    perlakuan khusus oleh pemerintah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Secara

    praktis, penelitian ini juga berguna untuk menambah pengetahuan mengenai

    bagaimana kegiatan usaha pelabuhan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan dilaksanakan oleh PT. Pelabuhan Indonesia

    sebagai otoritas pelabuhan di Indonesia.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Agar memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah maka diperlukan suatu

    sistematika agar pembahasan menjadi terarah sehingga apa yang menjadi tujuan

    pembahasan dapat dijabarkan dengan jelas. Adapun sistematika penulisan yang

    penulis susun adalah sebagai berikut:

    Bab 1 : Pendahuluan

    Bab ini memuat tentang latar belakang yang berisi tentang situasi dan kondisi

    pada saat penelitian dilakukan, alasan mengapa penelitian dilakukan, dan hal-hal

    yang telah diketahui dan belum diketahui penulis berkaitan dengan judul

    penulisan ini. Bab I juga memuat pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

    penulisan ini, tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

    Bab 2 : Tinjauan Umum mengenai Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

    pada Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

    Pada bab ini akan dibahas mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

    pada hukum persaingan usaha pada umumnya yang dibagi menjadi beberapa sub

    bab yaitu : monopoli dan persaingan tidak sehat, aspek positif monopoli, aspek

    negatif monopoli, karakteristik monopoli, jenis monopoli, pengaturan hukum

    mengenai monopoli, monopoli negara, dan ketentuan pengecualian praktek

    monopoli dan persaingan usaha tidak sehat terhadap badan usaha milik negara

    menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

    Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

    Bab 3 : Analisa Liberalisasi Pelabuhan sebagai Implementasi Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia

    II di Indonesia Ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha

    Bab ini akan membahas mengenai sejarah pendirian PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia II, sejarah pelabuhan indonesia, visi dan misi PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia II, kegiatan usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, anak

    perusahaan dan afiliasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, pengaturan

    kepelabuhan indonesia, dan monopoli sektor kepelabuhan oleh PT (Persero)

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    Pelabuhan Indonesia II. Kemudian dijelaskan pula analisa terhadap pengaturan

    persaingan dalam bidang kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, isu-isu strategis Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Faktor-faktor pemicu perlunya

    persaingan dalam bidang kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan pengaturan bidang kepelabuhan

    dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dikaitkan

    dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

    Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

    Bab 4 : Penutup

    Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan bab

    pertama sampai dengan bab terakhir.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN UMUM MENGENAI MONOPOLI DAN PERSAINGAN

    USAHA TIDAK SEHAT PADA HUKUM PERSAINGAN USAHA DI

    INDONESIA

    2.1 Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha

    2.1.1 Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

    Persaingan dalam dunia usaha merupakan condition sine qua non (syarat

    mutlak) bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Persaingan dapat dibedakan atas

    persaingan sehat (fair competition) dan persaingan usaha tidak sehat (unfair

    competition). Persaingan tidak sehat pada akhirnya dapat mematikan persaingan,

    yang kemudian memunculkan monopoli. Dalam monopoli terdapat suatu pasar

    tanpa persaingan dan monopoli dapat pula diartikan sebagai penguasaan lebih dari

    50% pangsa pasar atas komoditi tertentu oleh satu atau gabungan beberapa

    perusahaan.20

    Secara etimologi, monopoli berasal dari bahasa Yunani, yakni monos

    yang berarti sendiri dan polein yang berarti penjual.21

    Dari akar kata tersebut,

    secara sederhana orang dapat mendapat pengertian monopoli sebagai kondisi

    dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa

    tertentu.

    Dalam Blacks Law Dictionary, monopoli diartikan sebagai berikut

    A privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or

    companies, consisting in exclusive right (or power) to carry on

    particular business or trade, manufacture a particular article, or

    control the sale of the whole supply of a particular commodity.

    Suatu keuntungan atau keunggulan yang tidak lazim yang dimiliki

    satu atau lebih orang atau perusahaan, termasuk suatu hak eksklusif

    atau kekuatan mutlak untuk menjalankan suatu bisnis atau

    20 Redjeki Hartono, Membudayakan Persaingan Sehat, Jurnal Hukum Bisnis Volume

    19 (Mei-Juni 2001): hal. 4.

    21

    Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal

    18.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    perdagangan, produksi suatu barang, atau memegang kontrol

    seluruh penjualan dan persediaan dari suatu komoditi.

    Dari pengertian di atas, Blacks Law Dictionary memberikan penekanan lebih

    pada adanya suatu hak istimewa (privilege) yang menghapuskan persaingan

    bebas, yang pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.

    Dalam perkembangannya, meskipun dimaksudkan untuk menggambarkan

    fakta yang kurang lebih sama, istilah monopoli sering dipakai orang untuk

    menunjuk tiga titik yang berbeda. Pertama, istilah monopoli dipakai untuk

    menggambarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan

    penawaran). Kedua, istilah monopoli juga sering dipergunakan untuk

    menggambarkan suatu posisi, yang dimaksudkan disini adalah posisi penjual yang

    memiliki penguasaan dan kontrol eksklusif atas barang atau jasa tertentu. Ketiga,

    istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan yang dipegang

    oleh penjual untuk menguasai penawaran, menentukan harga serta memanipulasi

    harga. Meskipun ada titik berat yang berbeda-beda dalam penggunaan istilah,

    monopoli secara umum menggambarkan fakta yang sama, yakni pemusatan

    kekuatan penawaran eksklusif pada pihak penjual dalam suatu pasar.22

    Definisi monopoli yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang

    Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak

    Sehat sebenarnya merupakan bagian dari pengertian posisi dominan, yaitu

    penguasaan pasar lebih dari 50% oleh pelaku usaha yang merujuk pada Pasal 25

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

    Persaingan Tidak Sehat. Hal ini dapat diartikan bahwa monopoli terdapat pada

    suatu pasar dimana terdapat salah satu pelaku usaha mempunyai pangsa pasar

    yang lebih tinggi daripada pelaku usaha lain pada pasar yang bersangkutan.23

    Berbeda dengan persaingan yang bersifat mendesentralisasikan kekuatan

    ekonomi, di dalam monopoli justru terkandung pengertian adanya pemusatan

    kekuatan. Monopoli selalu ditafsirkan sebagai kondisi yang negatif karena

    monopoli adalah keadaan yang tidak seimbangan antara penjual dan pembeli. Ini

    22 Ibid. hal. 19.

    23

    M. Udin Silalahi, Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal

    Hukum Persaingan Usaha, Vol. 1, No. Mei 2004, hal. 19.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    bisa dapat dianggap logis karena kondisi monopoli memungkinkan adanya

    penyalahgunaan oleh pemegang kekuasaan monopoli.24

    Walaupun demikian,

    monopoli tidak selalu dianggap sebagai kondisi yang negatif. Monopoli juga

    dapat kita lihat dari sisi positifnya.

    2.1.2 Aspek Positif Monopoli

    Bagi masyarakat luas dan kalangan pengusaha, monopoli secara konotatif

    terkesan sebagai sesuatu yang negatif mengingat keberadaannya yang seringkali

    dianggap merugikan kepentingan orang banyak. Persepsi-persepsi yang ada dalam

    masyarakat luas dan kalangan pengusaha mengenai monopoli25

    , telah menjadikan

    makna monopoli bergeser dari pengertiannya yang semula. Padahal,

    sesungguhnya tidak semua monopoli berdampak negatif. Aspek positif pun bisa

    dibawa pula oleh monopoli disamping aspek negatifnya yang lebih sering

    dikemukakan, diantaranya:

    Pertama, monopoli bisa memaksimalkan efisiensi pengelolaan sumber

    daya ekonomi tertentu. Apabila sumber daya alam minyak bumi dikelola oleh satu

    unit usaha tunggal yang besar, maka ada kemungkinan bahwa biaya-biaya tertentu

    akan bisa dihindari.26

    Kedua, monopoli bisa menjadi sarana untuk meningkatkan pelayanan

    terhadap konsumen dalam industri tertentu. Dalam bidang usaha pelayanan

    telekomunikasi, misalnya, para pengguna jasa bisa saling berhubungan tanpa

    kesulitan karena hubungan itu difasilitasi oleh satu perusahaan yang memiliki

    basis teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh semua konsumen.27

    24 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal

    19.

    25

    Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Persaingan Usaha, cetakan

    ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hal. 2.

    26

    Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

    hal. 18.

    27

    Ibid.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    Ketiga, monopoli bisa menghindarkan duplikasi fasilitas umum.

    Adakalanya bidang usaha tertentu akan lebih efisien bagi publik apabila dikelola

    hanya oleh salah satu perusahaan.28

    Keempat, dilihat dari sisi produsen, monopoli bisa menghindarkan biaya

    pariwara serta biaya diferensiensi. Jika terjadi persaingan, setiap perusahaan yang

    bersaingan akan saling mencoba merebut konsumen dengan banyak cara termasuk

    menyelenggarakan pariwara dan kecenderungan untuk membuat produk mereka

    bisa dibedakan dari produk perusahaan lain. Biaya-biaya seperti itu dapat

    dihindari apabila pasar tersebut adalah monopoli.29

    Kelima, dalam monopoli, biaya kontraktual (contractual cost) bisa

    dihindarkan karena peluang untuk bernegosiasi antar para pihak tidak terlampau

    besar seperti yang terjadi di pasar persaingan sempurna. Dalam pasar persaingan

    sempurna akan ada waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih keras dari

    masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan karena pihak-pihak tersebut

    memiliki kekuatan yang tidak jauh berbeda dalam posisi tawar menawar.30

    Keenam, monopoli bisa digunakan sebagai sarana untuk melindungi

    sumber daya tertentu yang penting bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang

    semata-mata bersifat profit-motive.31

    Akan tetapi, pada kenyataannya monopoli

    lebih sering dikonotasikan negatif karena keberadaannya yang seringkali

    menyebabkan distorsi pasar. Hal ini cukup logis karena dalam monopoli terbuka

    kemungkinan cukup besar bagi penyalahgunaan oleh pemegang kekuasaan

    monopoli mengingat terdapat keadaan yang tidak seimbang antara penjual dan

    pembeli.32

    2.1.3 Aspek Negatif Monopoli

    Monopoli cenderung tidak dijadikan sebagai pilihan dalam suatu kondisi

    pasar karena monopoli dapat menghambat alokasi sumber daya secara efisien.

    28 Ibid.

    29

    Ibid.

    30

    Ibid, hal. 20-21.

    31

    Ibid.

    32

    Ibid. hal. 19.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    Berbeda dengan persaingan yang cenderung lebih disukai karena dapat

    mendorong alokasi sumber daya secara efisien. Beberapa argumentasi yang

    digunakan sebagai alasan menolak monopoli adalah sebagai berikut:

    a. Monopoli membuat konsumen tidak mempunyai kebebasan memilih

    produk sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka. Jika penawaran

    sepenuhnya dikuasai oleh seorang produsen, secara praktis para konsumen

    tidak punya pilihan. Dengan kata lain, mau tidak mau ia harus

    menggunakan produk satu-satunya itu.

    b. Monopoli membuat posisi konsumen menjadi rentan dihadapan produsen.

    Ketika produsen menempati posisi sebagai pihak yang lebih dibutuhkan

    daripada konsumen, terbuka peluang besar bagi produsen untuk merugikan

    konsumen melalui penyalahgunaan posisi monopolistiknya. Hal ini dapat

    terjadi misalnya ketika, menetukan harga secara sepihak secara

    menyimpang dari biaya produksi riil.

    c. Monopoli juga berpotensi menghambat inovasi teknologi dan proses

    produksi. Dalam keadaan tidak ada pesaing, produsen kemudian tidak

    memiliki motivasi yang cukup besar untuk mencari dan mengembangkan

    teknologi dan proses produksi baru. Akibatnya, inovasi teknologi dan

    proses produksi akan mengalami stagnansi.33

    Selain itu akibat yang akan timbul bila pelaku-pelaku usaha bila diberikan

    hak monopoli, antar lain:

    a. Harga produk yang tinggi

    Karena tidak adanya kompetisi, maka harga produk akan tinggi. Ini

    akan mendorong timbulnya inflasi, sehingga merugikan masyarakat

    luas.

    b. Excess Profit

    Yaitu terdapat keuntungan di atas keuntungan produk normal karena

    suatu monopoli. Karena monopoli merupakan suatu pranata

    ketidakadilan.

    33 Ibid.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    c. Eksploitasi

    Monopoli dapat menyebabkan eksploitasi yang terjadi baik terhadap

    buruh dalam bentuk upah dan terlebih terhadap konsumen melalui

    harga produk.

    d. Pemborosan

    Karena perusahaan monopoli cenderung tidak beroperasi pada avarage

    cost yang minimum, menyebabkan ketidakmampuan perusahaan dan

    akhirnya cost tersebut akan ditanggung oleh konsumen.

    e. Entry Barrier

    Karena monopoli menguasai pangsa pasar yang besar maka

    perusahaan lain terhambat untuk bisa masuk ke bidang perusahaan

    tersebut dan dapat juga mematikan usaha kecil.34

    2.1.4 Karakteristik Monopoli

    Gambaran keadaan pasar persaingan sempurna dalam dunia nyata sangat

    sulit ditemui. Pasar yang paling sering kita jumpai adalah pasar struktur

    persaingan tidak sempurna. Jenis paling ekstrim dari persaingan tidak sempurna

    yang biasa ditemui adalah monopoli. Dalam bentuk yang paling mendasar,

    monopoli diartikan sebagai monopoli murni (pure monopoly) yang memiliki tiga

    (3) karakteristik utama35

    , sebagai berikut :

    (1) One seller occupies the entire market (suatu bentuk pasar dikatakan

    sebagai monopoli, adalah hanya terdapat satu pelaku usaha dalam

    pasar bersangkutan. Dalam hal ini, hanya terdapat satu pelaku usaha

    yang menyediakan seluruh persediaan barang/jasa dalam pasar

    bersangkutan.);

    (2) The sellers product is unique i.e., there are no close subtitute to

    which consumers can turn (pelaku usaha yang berada dalam

    kedudukan monopoli, yang selanjutnya disebut monopolis,

    memproduksi barang/jasa yang unik, dimana tidak ada barang/jasa

    34 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, (Bandung: Citra

    Aditya Bakti, 1994), hal. 177-178.

    35

    Victor Purba, Analisa Ekonomi Dari Hukum (Modul 1), (Jakarta : Fakultas Hukum

    Universitas Indonesia, 2005), hal. 66.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    yang dapat menggantikan barang/jasa yang dihasilkan oleh monopolis.

    Oleh karena itu, monopolis tidak memiliki pesaing dalam pasar

    bersangkutan.);

    (3) Substantial barriers bar entry by other firms into the industry, and exit

    is difficult (adanya hambatan masuk (barrier of entry)36

    bagi pelaku

    usaha baru untuk masuk ke dalam pasar bersangkutan. Dengan adanya

    hambatan masuk yang diciptakan oleh monopolis, menyebabkan

    pelaku usaha baru sulit atau bahkan tidak mungkin masuk dalam pasar

    bersangkutan.)37

    Dari ketiga karakteristik tersebut, entry barrier adalah penyebab paling

    mendasar mengapa monopoli itu muncul. Entry Barrier bisa muncul dari beberapa

    hal, namun entry barrier yang paling potensial berupa legal constraints yang

    secara efektif dapat menghalangi perusahaan-perusahaan lain untuk dapat

    berusaha di pasar tersebut atau berupa adanya pemberian property right yang

    eksklusif bagi investor dari produk-produk baru sedangkan produk-produk baru

    tersebut tidak ada barang subtitusinya. Entry Barrier yang lain adalah tidak

    tersedianya bahan baku yang diperlukan atau tidak adanya saluran distribusi yang

    mengakibatkan sulitnya bagi pengusaha tersebut untuk dapat masuk ke pasar

    tersebut karena untuk masuk ke pasar tersebut biayanya sedemikian tinggi

    sehingga menimbulkan keengganan bagi pelaku usaha lain yang menjadi pesaing

    untuk masuk ke pasar.38

    Apabila adanya kemudahan masuk ke dalam pasar, menyebabkan

    penawaran atas barang/jasa menjadi meningkat dan akan meningkat pula jumlah

    pelaku usaha dalam pasar tersebut. Akibatnya kontrol monopolis terhadap harga

    36 William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

    Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 132.

    37

    Ibid., hal. 58

    38

    Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH., Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis Jurnal Hukum Bisnis

    Volume 10, 2000), hal. 13.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    tidak lagi dapat dilakukan dan pasar akan berubah menjadi pasar yang

    kompetitif.39

    Pada kenyataannya bentuk monopoli murni (pure monopoly) sangatlah

    jarang terjadi. Hal ini dikarenakan, adanya perkembangan ekonomi menyebabkan

    tidak selalu monopoli terjadi ketika hanya terdapat satu pelaku usaha saja di

    dalam pasar bersangkutan dan sangat sedikit produk yang tidak memiliki

    barang/jasa subtitusi. Sehingga, yang dihadapi dalam kenyataannya adalah

    struktur-struktur monopoli dimana pasar dikuasai oleh satu pelaku usaha, yang

    pangsa pasarnya jauh lebih besar daripada pangsa pasar pesaing atau kelompok

    pesaing lain dan pelaku usaha tersebut sanggup menguasai pasar bersangkutan.40

    2.1.5 Jenis Monopoli

    Monopoli dapat terjadi dalam setiap sistem ekonomi. Dalam sistem

    ekonomi kapitalisme dan liberalisme, dengan instrumen adanya kebebasan pasar,

    kebebasan keluar masuk tanpa larangan (restriction), serta informasi dan bentuk

    pasar yang atomistic monopolistic telah melahirkan monopoli sebagai anak

    kandungnya. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-

    perusahaan yang secara naluriah ingin mengalahkan pesaing-pesaingnya agar

    menjadi yang paling besar. Dalam sistem ekonomi sosialisme dan komunisme,

    monopoli juga terjadi dengan bentuk khas. Dengan nilai instrumental perencanaan

    ekonomi yang sentralistik monistik dan pemilikan faktor produksi secara kolektif,

    segalanya dimonopoli Negara dan diatur dari pusat.41

    Dalam sistem ekonomi Pancasila yang diterapkan di Indonesia,

    perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, sehingga

    menciptakan adanya bentuk monopoli yang berupa penguasaan sektor-sektor yang

    menguasai hajat hidup orang banyak.42

    Oleh karena itu, pada dasarnya monopoli

    39 David N. Hyman, Modern Economics: Analysis and Applications (St. Louis: Times

    Mirror/Mosby College Publishing, 1986), hal. 318.

    40

    Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan Praktik monopoli dan

    Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 19.

    41

    Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis: Persaingan Usaha (Jakarta:

    PT. Rajagrafindo Persada, 1999), hal. 3.

    42

    Ibid., hal. 4.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    merupakan suatu hal yang wajar. Monopoli sudah merupakan suatu konsekuensi

    logis atas pemilihan sistem-sistem ekonomi yang ada.

    Adanya monopoli pun dapat terjadi dalam berbagai jenis. Pada umumnya,

    pembagian jenis monopoli didasarkan pada bentuk dan cara yang dilakukan

    monopolis untuk menciptakan barriers to entry ke dalam pasar bersangkutan. Hal

    ini dikarenakan barriers to entry merupakan elemen yang paling penting untuk

    menjaga kedudukan monopoli (menjaga pelaku usaha baru potensial untuk tidak

    masuk ke dalam pasar). Beberapa jenis monopoli yang terjadi di dalam pasar

    berdasarkan barriers to entry yang diciptakan oleh monopolis, yaitu :

    a. Monopoli alami (natural monopoly)

    Jenis monopoli yang pertama adalah monopoli alami (natural monoply).

    Natural monopoly terjadi kalau economies of scale sangat mempersulit atau

    tidak memungkinkan sama sekali bagi pelaku usaha lain masuk ke pasar

    bersangkutan dan bersaing dengan monopolis. Dalam hal ini, natural monopoly

    dilakukan secara tidak sengaja dan muncul dari sifat alamiah penawaran.

    Sehingga, masuknya pelaku usaha baru sudah secara alamiah dihalangi.43

    Pada umumnya terdapat dua (2) kemungkinan natural monopoly ini

    terjadi. Pertama, adanya monopoli yang berada di tangan satu pelaku usaha

    merupakan pemecahan yang paling efisien daripada menciptakan persaingan di

    dalam pasar (lebih dari satu pelaku usaha).44

    Hal ini dikarenakan, biaya

    produksi akan jauh lebih murah apabila barang atau jasa tersebut diproduksi

    oleh satu pelaku usaha saja dalam jumlah yang besar daripada diproduksi oleh

    lebih dari satu pelaku usaha yang setiap pelaku usaha memproduksi dalam

    jumlah yang lebih kecil. Dalam hal ini, pelaku usaha baru tidak dapat menjual

    output dalam jumlah yang cukup untuk menikmati economies of scale.45

    Sehingga, pada akhirnya hanya ada satu pelaku usaha yang akan muncul dari

    43 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

    Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 40.

    44

    Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan Praktik monopoli dan

    Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 20.

    45

    William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

    Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 133.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    proses persaingan dan bertindak sebagai pelaku usaha tunggal di pasar

    bersangkutan.46

    Kedua, natural monopoly terjadi apabila hanya monopolis yang dapat

    melakukan usaha di pasar bersangkutan. Misalnya apabila biaya usaha

    (production cost) yang terlalu besar menyebabkan tidak ada pelaku usaha baru

    yang mampu untuk masuk dalam pasar bersangkutan; atau apabila hanya

    monopolis yang mengontrol seluruh sumber daya utama yang digunakan untuk

    memproduksi barang/jasa; atau dapat pula diperoleh dengan mempertahankan

    posisi tersebut melalui kemampuan prediksi dan naluri yang professional.47

    b. Monopoli berdasarkan undang-undang (monopoly by law)

    Jenis monopoli yang kedua adalah monopoli yang berdasarkan undang-

    undang (monopoly by law). Jenis monopoli seperti ini terjadi kalau pemerintah

    memberi izin kepada satu pelaku usaha tertentu untuk memonopoli suatu

    bidang usaha dan tindakan monopoli tersebut dilindungi oleh undang-undang.

    Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya disebut UUD

    1945) memberikan kemungkinan monopoli yang dilakukan oleh negara untuk

    menguasai bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

    serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.48

    Pemberian hak monopoli kepada Negara ditegaskan dalam Pasal 51 Undang-

    Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

    Persaingan Tidak Sehat.

    Monopoli yang diperoleh melalui undang-undang yang pertama adalah

    pemerintah melalui undang-undang memberikan hak istimewa dan yang kedua

    perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu terhadap pelaku usaha yang

    memenuhi syarat tertentu atas hasil riset dan inovasi yang dilakukan sebagai

    hasil pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.49

    Dengan

    adanya perlindungan ini, mendorong penemu untuk menginvestasikan waktu,

    46 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

    Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 40.

    47

    Ibid.

    48

    Ibid.

    49

    Ibid., hal. 41.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    tenaga dan uang untuk menemukan produk dan mengembangkan produk atau

    menanggung biaya pengembangan produk baru, dan mengubah penemuan

    menjadi produk yang bisa dipasarkan.50

    c. Monopoli yang diperoleh melalui lisensi dengan menggunakan mekanisme

    kekuasaan (monopoly by license)

    Berdasarkan prinsip ekonomi, hal yang wajar apabila pelaku usaha

    menginginkan keuntungan yang sebesar-bessarnya dengan pengorbanan

    (modal dan biaya usaha) yang seminimal mungkin dalam menjalankan

    usahanya. Namun dengan adanya pesaing-pesaing baru, menyebabkan

    berkurangnya keuntungan yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, pelaku

    usaha akan cenderung melakukan tindakan-tindakan anti persaingan dalam

    menjalankan usahanya dengan menciptakan barrier to entry bagi pelaku usaha

    baru.51

    Barrier to entry yang diciptakan oleh pelaku usaha, baik untuk

    mendapatkan kedudukan monopoli maupun untuk mempertahankan kedudukan

    monopolinya, seringkali dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur yang

    dilakukan secara sendiri atau bekerja sama dengan para pelaku usaha lainnya.

    Bentuk monopoli seperti ini sangat menghambat persaingan dan menyimpang

    dari struktur pasar yang ada karena menyebabkan terjadinya pembentukan

    pasar, pembagian pasar, dan penyalahgunaan kekuatan pasar (market power)

    untuk menyingkirkan para pesaingnya keluar dari pasar. Setelah para pesaing

    tersingkir dari pasar maka dengan sesukanya monopolis melakukan kontrol

    atas harga.52

    50 William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

    Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 132.

    51

    Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

    Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal 41.

    52

    Ibid., hal. 44.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    2.1.6 Pengaturan Hukum Mengenai Monopoli

    Monopoli seringkali dianggap sebagai struktur pasar yang tidak efisien.53

    Monopolis membatasi output-nya (memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit

    dibandingkan dengan jumlah output yang seharusnya diproduksi dalam pasar

    kompetitif) dan mengenakan harga yang tinggi bagi konsumen tanpa takut akan

    kehilangan konsumennya.54

    Jumlah output yang lebih sedikit ini disebabkan

    karena apabila monopolis menambah jumlah output-nya satu unit saja maka hal

    tersebut akan mengurangi keuntungan yang ia dapat. Oleh karena itu, monopolis

    tidak akan menaikkan jumlah output-nya dan hak tersebut menyebabkan alokasi

    terhadap sumber daya akan menjadi tidak efisien.

    Pasal 17 Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

    Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat melarang kegiatan monopoli tersebut. Pasal

    17 tersebut menyatakan sebagai berikut :

    (1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi

    dan atau pemasaran barang atau jasa yang dapat

    mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

    persaingan usaha tidak sehat.

    (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan

    penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau

    jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:

    a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

    substitusinya; atau

    b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke

    dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;

    atau

    53 J. Baumol dan Alan S. Blinder, Mircoeconomics: Principles and Policy (Orlando: The

    Dryde Press, 1997), hal. 263.

    54

    William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

    Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal 139.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai

    lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis

    barang atau jasa tertentu.55

    Dari isi pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa tidak semua monopoli

    dilarang. Monopoli dilarang apabila mengakibatkan terjadinya praktek dan atau

    persaingan usaha tidak sehat. Kondisi dimana monopoli yang dilarang adalah

    kondisi yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

    usaha tidak sehat sebenarnya berlebihan. Dengan mengacu pada definisi yang

    terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan

    Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, sesungguhnya cukup disyaratkan

    bahwa monopoli yang dilarang adalah yang mengakibatkan praktek monopoli.56

    Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran yang dapat mengakibatkan

    monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat tersebut dapat terjadi antara lain

    dengan cara (tetapi bukan satu-satunya cara) apa yang dapat kita sebut sebagai

    presumsi monopoli.57

    Presumsi monopoli tersebut menyatakan bahwa oleh hukum

    dianggap telah terjadi suatu monopoli dan atau persaingan tidak sehat, kecuali

    dapat dibuktikan sebaliknya, dalam hal terpenuhinya salah satu dari kreteria

    berikut ini:

    (1) Produk yang bersangkutan belum ada substitusinya;

    (2) Pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha produk

    yang sama;

    (3) Pelaku usaha lain tersebut adalah pelaku usaha yang mempunyai

    kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar yang bersangkutan;

    55 Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat, Nomor 5 Tahun 1999, LN. No. 33 TLN. No. 3817. Pasal 17.

    56

    Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

    hal. 88.

    57

    Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat (Bandung:

    PT. Citra aditya Bakti, 1999), hal. 76.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    (4) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha telah menguasai lebih

    dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar dari satu jenis produk

    tertentu.58

    Baik persaingan maupun monopoli memiliki aspek-aspek positif dan

    negatif. Aspek positif dan negatif tersebut sebagian besar akan ditentukan oleh

    tujuan yang diletakkan. Artinya, baik persaingan maupun monopoli dapat

    dikatakan positif apabila didorang oleh tujuan yang positif pula. Misalnya,

    monopoli yang ditujukan untuk melindungi sumber daya yang vital dari

    eksploitasi banyak pihak yang semata-mata ingin mendapatkan keuntungan bisa

    dianggap sebagai monopoli yang baik. Sebaliknya, persaingan buta yang

    dilakukan tanpa memperhatikan lagi pertimbangan-pertimbangan ekonomi,

    melainkan sekedar dilandasi oleh kehendak mematikan pesaing adalah persaingan

    yang tidak baik.59

    Untuk itu, tepat kalau dikatakan monopoli lebih merupakan

    suatu instrumen daripada tujuan akhir.60

    Dengan memandang monopoli sebagai satu instrumen, satu hal yang

    relevan bagi suatu ekonomi adalah mengatur bagaimana instrumen itu digunakan.

    Atau dengan kata lain, bagaimana monopoli diatur sehingga bisa menonjolkan

    aspek-aspek positifnya. Ketika berbicara tentang pengaturan, berarti pemikiran

    kita mulai memasuki domain hukum. Walaupun hukum bukan merupakan satu-

    satunya instrumen yang memiliki kekuatan mengatur, secara luas dipahami bahwa

    hukum adalah sarana pengatur yang memiliki kekuatan pemaksa yang memadai.

    Dalam bidang usaha dikenal ada etika usaha yang menjadi code of conduct.

    Meskipun demikian, kekuatan yang mendorong ditaatinya etika semacam itu lebih

    terletak pada moralitas yang sering terkalahkan oleh kepentingan-kepentigan lain

    yang dianggap lebih signifikan. Berbeda dari etika yang lebih banyak dimotori

    oleh moralitas, hukum didorong oleh daya paksa yang lebih konkret berupa

    58 Ibid., hal. 77.

    59

    Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

    hal. 23.

    60

    Kwik Kian Gie, Analisis Ekonomi Politik Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia & STIE

    IBII, 1995), hal. 10.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    sanksi. Dengan begitu, kekuatan yang memaksa orang untuk menaati hukum

    bukan sekedar moralitas, melainkan juga sanksi.61

    Jadi pada dasarnya, tidak selalu monopoli bertujuan buruk, hal ini

    terutama karena pada sektor-sektor strategis masih diperlukan adanya monopoli

    sebagai suatu jalan untuk melindungi kepentingan yang lebih besar seperti

    mensejahterakan rakyat. Baik berdampak positif maupun negatif, monopoli tetap

    memerlukan pengaturan hukum. Peraturan hukum tersebut ditujukan agar tetap

    menjaga adanya produksi yang efisien dan alokasi sumber daya yang efisien. Di

    Indonesia, pengaturan hukum terhadap monopoli dilakukan dengan menggunakan

    pendekatan Kinerja Perilaku -- Struktur.62

    Pendekatan ini menganalisis

    berjalannya suatu proses pasar dengan mengetahui bahwa terdapat

    hubungan/interaksi antara struktur (structure)63

    , perilaku (conduct)64

    , dan kinerja

    (performance)65

    dari pasar tersebut.

    Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dimana

    konsumen berharap adanya kinerja pasar yang memberikan kesejahteraan kepada

    mereka yang diperoleh jika perilaku pasar dari usaha pelaku usaha dan struktur

    pasar mendukung kinerja pasar tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut akan

    berpengaruh pada proses alokasi sumber daya ekonomi dan alokasi hasil produksi

    kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Ketiga unsur tersebut juga dapat

    dipengaruhi oleh kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Begitu pula

    kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah juga dipengaruhi ketiga unsur tersebut.

    2.2 Monopoli Negara

    Negara mempunyai beberapa cara untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah

    satunya dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah usaha untuk

    61 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

    hal. 23.

    62

    Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat (Bandung:

    PT. Citra aditya Bakti, 1999), hal. 25.

    63

    Legowo, Persaingan Usaha dan pengambilan Keputusan Manajerial (Jakarta: UI

    Depok, 1996), hal. 27.

    64

    Ibid., hal. 28.

    65

    Ibid.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    mencapai suatu perubahan ke arah yang jauh lebih baik dengan berbagai bentuk

    perbaikan di dalam segala bidang kehidupan bangsa dengan tujuan memakmurkan

    rakyatnya. Indonesia salah satu Negara yang sedang berkembang juga

    melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan termasuk ekonomi

    dengan tujuan agar Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan

    makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 yang

    merupakan konstitusi Negara Republik Indonesia, mengatur segala aspek

    kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya adalah

    masalah perekonomian. Pada amandemen konstitusi, bidang ekonomi secara tegas

    dan jelas dimasukkan beberapa ayat tambahan yang menunjukkan peran Negara

    yang semakin kuat, khususnya dalam Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur

    mengenai peran Negara dalam menguasai komoditas-komoditas utama yang

    menyangkut kepentingan rakyat.

    Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan

    usaha untuk mensejahterakan rakyat dan pada dasarnya sejalan denga UUD 1945

    Pasal 33 ayat (1) sampai dengan ayat (4) yang menyebutkan bahwa:

    (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

    atas asas kekeluargaan.

    (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang

    menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

    (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

    dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat.

    (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas

    demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

    berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

    dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

    nasional.66

    Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan

    oleh konstitusi dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada di masyarakat.

    66 Gunarto Suhardi, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, (Yogyakarta:

    Universitas Atma Jaya, 2002), hal. 12.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    Pasal 33 UUD 1945 itu adalah sendi utama bagi politik perekonomian dan politik

    sosial Republik Indonesia.67

    Sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia yaitu sistem ekonomi

    Pancasila, menurut Gunawan Sumodiningrat ekonomi Pancasila itu sendiri dapat

    disamakan dengan ekonomi campuran. Sistem ekonomi campuran pada dasarnya

    merupakan perpaduan antara sistem ekonomi sosialis yang bercirikan

    komunalistik dengan sistem ekonomi liberal yang mendukung kapitalistik. Sistem

    ekonomi campuran mencoba untuk menghilangkan ciri-ciri negatif sistem

    liberalisme dan sosialisme.68

    Sistem ekonomi campuran mewajibkan pemerintah dan swasta untuk

    saling bekerja berdampingan. Pemerintah tetap memegang peranan penting

    terhadap kegiatan ekonomi yang menguasai hajat hidup dan kepentingan orang

    banyak. Karena hal itu merupakan amanat dari UUD 1945. Interaksi para pelaku

    ekonomi terjadi di dalam pasar dengan campur tangan pemerintah melalui

    berbagai kebijakan. Kebijakan tersebut merupakan bentuk dan intervensi

    pemerintah terhadap pasar, agar pengalokasian sumber-sumber produksi secara

    lebih terarah, efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah untuk

    menjamin kepentingan masyarakat secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai

    keadilan sosial dan menciptakan demokrasi ekonomi yang tercantum dalam

    Undang-Undang Dasar 1945.

    Dari sudut pandang lain, Sri Rejeki Hartono berpendapat bahwa asas

    campur tangan Negara terhadap kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari tiga

    asas penting yang dibutuhkan dalam rangka pembinaan cita-cita hukum dari asas-

    asas hukum nasional ditinjau dari aspek hukum Dagang dan Ekonomi.69

    Menurut

    pendapatnya, mengingat bahwa tujuan dasar kegiatan ekonomi adalah untuk

    mencapai keuntungan dan untuk mencapai sasaran tersebut pelaku usaha akan

    terdorong untuk melakukan penyimpangan bahkan kecurangan yang dapat

    merugikan pihak tertentu, kegiatan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat

    67 Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, (Jakarta: Idayu, 1981), hal. 36.

    68

    Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Persaingan Usaha, cetakan

    ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hal. 4.

    69

    Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

    Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 35.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    membutuhkan campur tangan negara agar menjaga keseimbangan kepentingan

    semua pihak dalam masyarakat, melindungi kepentingan produsen dan konsumen,

    sekaligus melindungi kepentingan negara dan kepentingan umum terhadap

    kepentingan perusahaan atau pribadi.

    Negara melalui Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa cabang-

    cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

    banyak dikuasai oleh Negara. Berdasarkan penjelasan Pasal 33 UUD 1945, alasan

    mengapa penguasaan oleh Negara tersebut diperlukan adalah perekonomian

    berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi, yang berarti kemakmuran bagi semua

    orang. Melalui penjelasan ini cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara

    dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara. Karena

    apabila tidak, hanya orang-orang berkuasa yang akan bisa menikmati produksi-

    produksi penting ini dan rakyat akan banyak yang tertindas, oleh karena itu hanya

    perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan

    perseorangan.

    Hal prinsip dalam Ekonomi Pancasila adalah adanya kekuasaan tunggal

    yaitu Negara yang merepresentasikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan untuk

    menguasai dan mengatur perekonomian, yang menyangkut kepentingan hajat

    hidup orang banyak. Negara berkepentingan menjamin rakyatnya bebas dari

    tindakan sewenang-wenang oleh suatu pihak yang semata-mata bertujuan hanya

    untuk mengeksploitasi rakyat secara ekonomi. Penguasaan kegiatan ekonomi yang

    menyangkut hajat hidup orang banyak oleh negara perlu diberikan definisi yang

    jelas sehingga tidak menimbulkan multi-tafsir dan tidak berdampak pada

    terganggunya mekanisme pasar yang sehat. Untuk menghindari hal itu maka

    diperlukan aturan untuk memandu tindakan monopoli dan pemusatan kegiatan

    produksi dan distribusi sebagai refleksi hak menguasai Negara dalam

    perekonomian agar dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan kerugian bagi pihak

    manapun yaitu dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

    Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.70

    70 Adi Wibowo, Analisa Yuridis Tentang Monopoli Negara atas Pengelolaan air Bersih

    Di Wilayah DKI Jakarta Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha (Tesis Program Pasca Sarjana

    Hukum Universitas Indonesia, Depok: Juli 2008), hal. 31.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    Terdapat perbedaan antara konsep monopoli Negara dengan konsep

    monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha swasta. Monopoli yang dilakukan

    oleh swasta muncul sebagai akibat perilaku pasar sedangkan monopoli Negara

    muncul sebagai akibat pengaturan (melalui regulasi atau undang-undang yang

    mengaturnya) dan tugas yang diembannya. Selain itu, berbeda dengan monopoli

    swasta yang bertujuan untuk memperbesar keuntungan dan memperluas wilayah

    pemasaran, monopoli Negara bertujuan untuk memberikan layanan sebagaimana

    tugas dan peran Negara kepada rakyatnya.71

    Konsep monopoli Negara adalah

    untuk pelayanan bagi masyarakatnya tetapi bukan berarti tidak dapat menarik

    keuntungan atau Negara menjadi merugi. Yang diutamakan adalah kepentingan

    rakyat, diharapkan dengan memperoleh keuntungan yang cukup dapat memajukan

    fasilitas pelayanan yang ditujukan untuk rakyat sebagai konsumen. Seperti yang

    tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi Semua cabang-cabang

    produksi penting yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh

    Negara untuk sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.72

    Ketentuan pasal

    tersebut dimaksudkan untuk melindungi rakyat dari potensi timbulnya

    ketidakadilan dan penindasan secara ekonomi oleh golongan tertentu yang

    menguasai ekonomi. Dengan demikian UUD 1945 sejak awal memang telah

    mengistruksikan adanya proteksi terhadap bidang-bidang perekonomian tertentu.

    Perlindungan terhadap bidang-bidang perekonomian tertentu ini bertujuan untuk

    menjaga rakyat banyak dari ketidakadilan akibat motif-motif ekonomi dan motif

    lainnya.73

    Karena fungsi Negara adalah antara lain untuk melindungi, melayani

    dan memakmurkan rakyat. Dalam konteks ekonomi campuran, Friedman

    menguraikan empat fungsi Negara, yaitu :

    1. Negara sebagai penyedia (provider) dalam kapasitas tersebut dilaksanakan

    upaya untuk memenuhi standar minimal yang diperlukan masyarakat

    71 Tadjuddin Noer Said, Monopoli Negara Dalam Perspektif Kebijakan Persaingan,

    http://www.kppu.go.id, diakses 20 April 2012 pukul 19.31.

    72

    Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33.

    73

    Sulaiman Hartono, Analisa Tentang Monopoli Oleh Negara Di Bidang

    Ketenangalistrikan (Tesis Program Pasca Sarjana Hukum Universitas Indonesia, Depok: 2006),

    hal. 16-17.

    Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

    http://www.kppu.go.id/