skripsidigilib.uinsby.ac.id/8696/55/c02205132 slamet riyadin.pdf · 2019. 7. 3. · surat perny a...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERBADAP SISTEM SEWA TANAH TEGALANYANGDIKELOLA.KELOMPOKTANI DI DESA PUTAT .KECAMATAN TANGGULANGIN
KABUPATENSIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Jcepada lnstitut Agama Islam Negeri Sunan Ampel S..,._baya
Untuk Memenuhi Salab Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana .Strata Satll
Ilmu Sy,riab
Slamet Riya · C02205132
Institut Agama &lam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah
Jurusan Muamalah
SURABAYA 2010
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
SURAT PERNY A TAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Semester
Jurusan
Fakultas
Alamat
: Slamet Riyadin
: C02205132
: IX
: Ml:lamalah
: Syariah
: Kuwung 004/009 Karangrcjo Kecamatan Gempol Kabupaten
Pasuruan
Dei:igan ini menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa skripsi yang
berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebijakan ke)ompok tani Di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo" adalah asli karya saya pribadi dan
bukan basil dati p/agiat, baik sebagian maupun seluruhnya.
Demikian pemyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya~ apabila pemyataan
ini tidak sesuai dengan fakta yang ada. maka saya bersedia dimintai
pertanggungjawaban sebagairnana peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surnha:va. 1. 2 Febntad 2010
$~lffil' w JOB80AAF037327077
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang dh.ulis oleh Slamet Riyadin Nim C02205132 ini 1elt1h
diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.
Surabaya. 14 Februari 2010 t>embimbing,
f'[ -:. Lr );'1,11t1t~ 1
Dra. Hj. St.Jlaliiah Candr wati, M.Ag NIP. 196006201989032001
II
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Slamet Riyadin ini telah dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel pada hari Selasa, tanggal 24 februari 2010, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ilmu Syariah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Sekretaris,
Dra. H". St. Dalilah Can rawati M.A NIP.1960062019890320 1
Nur Lailatul Mu afa'ah LC. M.A
Drs. H. Abu Azam al Hadi, M.A.g NIP.195808121991031001
Penguji ll,
Mugiyati, S. Ag.,MEI NIP.1971022661997032001
Surabaya, 10 Maret 2010
1l1
162006042002
Pembirnbing,
Dra. Hj. St. Dalilah Ca rawati, M.A NIP.196006201989032001
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
iv
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Sewa Tanah Tegalan Yang Dikelola Kelompok Tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo” ini adalah hasil penelitian lapangan dengan tujuan untuk untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji, yaitu: Bagaimana tata cara sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo? Dan Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sewa tanah tegalan yang dikelola oleh kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo?
Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data dari wawancara dan dokumentasi yang selanjutnya disusun secara deskriptif verifikatif analisis untuk menguji tata cara sistem sewa tanah tegalan berdasarkan norma-norma yang berlaku pada hukum Islam dengan pola pikir deduktif.
Dalam pelaksanaan sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, kelompok tani mendatangi kepala Desa guna mencari tanah untuk dijadikan sebagai lahan tegalan. Namun, setelah tanah dari kepala Desa kurang, maka Kepala Desa menyewa tanah warga sekitar. Apabila warga tidak bersedia menyewakan tanahnya maka Kepala Desa memberikan kebijakan, bahwa dalam pemakaian air yang biasa dipakai untuk irigasi oleh warga tidak diizinkan oleh kepala Desa, karena itu dengan terpaksa warga menyewakan tanahnya. Padahal, tanah merupakan bagian penting ekonomi pertanian di Desa Putat dan kalau lahan atau tanah tersebut disewakan maka warga merasa rugi. Jadi dalam praktek sewa – menyewa tanah di Desa Putat ada unsur ketidak relaan dari pemilik tanah.
Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa sistem sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo selama ini yang dilaksanakan belum sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Sebab, pelaksanaan sewa menyewa yang mereka laksanakan ada unsur pemaksaan. Padahal, dalam penjelasan hukum Islam, masalah sewa – menyewa masing – masing pihak harus melakukannya dengan rela, dengan kata lain tidak ada unsur pemaksaan. Dengan demikian, sistem sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang selama ini dilakukan belum sesuai dengan ketentuan sewa menyewa dalam Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Kajian Pustaka .......................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 10
F. Definisi Operasional .................................................................................. 11
G. Metode Penelitian ..................................................................................... 12
H. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 16
BAB II SEWA MENYEWA DALAM HUKUM ISLAM ................... 18
A. Sewa Menyewa dari Keabsahannya .............................................. 18
1. Pengertian Sewa Menyewa ........................ 18
2. Dasar Hukum Sewa Menyewa .................. 20
3. Rukun dan Syarat Sahnya Sewa Menyewa 23
B. Aspek-aspek Sewa Menyewa ......................................................... 26
BAB III SISTEM SEWA TANAH TEGALAN YANG DIKELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO....................................... 37
A. Gambaran Umum Desa Putat ......................................................... 37
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vi
1. Letak Geografis .............................................................................. 37
2. Struktur Organisasi Desa Putat ..................................................... 38
3. Keadaan Ekonomi .......................................................................... 39
4. Keadaan Sosial Keagamaan............................................................ 41
B. Sekilas Tentang Pengolahan Tanah di Desa Putat ....................... 41
1. Keadaan Tanah............................................
41
2. Status Tanah ...............................................
41
3. Pengolahan Tanah.......................................
42
C. Tata Cara Sewa Tanah Tegalan di Desa Putat .............................. 43
1. Pencarian Tanah Tegalan Kepada Penyewa 43
2. Proses Pembagian Sewa Menyewa Tanah Secara
Kaplingan .................................................... 46
3. Keterlambatan dalam Pembayaran Sewa Menyewa
53
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DIKELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULAIN KABUPATEN SIDOARJO.............................................. 56
A Tata Cara Sewa Tanah Tegalan yang Dikelolah
Kelompok Tani Dalam Desa Putut Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo ............................................................. 56
B. Analisa Hukum Islam Terhadap Tata Cara Sewa Tanah Tegalan di Desa Putut Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo ............................................................ 60
BAB V PENUTUP................................................................................................... 65
A. Kesimpulan ........................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian hukum Islam tentang mu’amalah secara garis besar terkait dengan
dua hal. Pertama mu’amalah yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang
pertalikan dengan materi dan inilah yang dinamakan dengan ekonomi.
Sedangkan yang kedua, mu’amalah yang terkait dengan pergaulan hidup yang
dipertalikan oleh kepentingan moral rasa kemanusiaan dan inilah yang
dinamakan sosial.1
Agama Islam memberikan petunjuk dan pedoman hidup dalam seluruh
segi hidup dan kehidupan manusia sangat luas. Hal ini berarti segala peraturan
dan norma hukum yang telah di tetapkan Islam meningkat setiap pemeluknya.
salah satu segi aturan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an adalah masalah
sewa menyewa yang pada surat al-Baqarah ayat 233:
اللَّهَ وَاتَّقُوا بِالْمَعْرُوفِ ءَاتَيْتُمْ مَا سَلَّمْتُمْ إِذَا عَلَيْكُمْ جُنَاحَ فَلَا أَوْلَادَآُمْ تَسْتَرْضِعُوا أَنْ دْتُمْأَرَ وَإِنْ∪⊃⊃⊅∩بَصِيرٌ تَعْمَلُونَ بِمَا اللَّهَ أَنَّ وَاعْلَمُوا
Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang lain , maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran menurut yang patut . Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.“ (Q.S al-Baqarah: 233) 2
1Abdul Zakki, Ekonomi dalam Perspektif Islam, hal.16. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, hal. 57.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Agama Islam, ekonomi dan sosial sangat erat hubungannya karena
pertalian antara kebutuhan kebendaan dan kebutuhan kebatinanya, juga antara
jasmani dan rohaninya, keduanya tidak dapat dipisahkan, saling berhubungan dan
saling berkaitan, sehingga dalam meninjau suatu persoalan dari sudut ekonomi,
kita juga tidak bisa melepaskannya dari sosialnya, oleh karena itu agama Islam
tidak memisahkan antara kebutuhan materi dan kebutuhan sosial atau persoalan
ekonomi dan persoalan sosial.
Tuhan memberikan naluri untuk memiliki harta kepada manusia supaya
dapat melangsungkan hidupnya, manusia dengan nalurinya diharapkan dapat
mempertahankan hidupnya secara turun–temurun, serta akal budinya manusia
dapat mengembangkan hidupnya. Oleh karenanya kebutuhan manusia semakin
hari semakin berkembang pula. Dalam kehidupan sehari-hari keinginan untuk
memiliki sesuatu barang mempunyai arti yang sangat penting bagi seseorang,
karena dengan memiliki barang tersebut seseorang dapat memenuhi
kebutuhannya secara wajar di dalam masyarakat, oleh karena setiap usaha
manusia dalam memperoleh harta kekayaan bukanya suatu yang fitri, akan tetapi
merupakan suatu keharusan.3
Meskipun demikian dalam memperoleh kekayaan itu Islam membiarkan
batasan-batasan khusus terhadap kepemilikan individual, akan tetapi, secara
umum Islam melindungi dan menghormati dasar-dasar kepemilikan dengan
3 Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, hal. 49-50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
aturan-aturan khusus dan silam menjadikan sebagai dasar bagi sistem
perekonomian.4 Ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang
prilaku manusia dalam hubungannya dengan kemanfaatan sumber-sumber
produktif untuk memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk
dikonsumsikan.5 Kegiatan ekonomi itu harus berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis
yang bertujuan menuntun agar manusia dapat berada di jalan yang lurus,
kegiatan ekonomi menurut pandangan Islam merupakan tuntunan dalam
kehidupan. Disamping itu, kegiatan ekonomi juga merupakan anjuran yang
memiliki dimensi ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-
Mulk, ayat 15:
∪∋⊆∩ ُ النُّشُور وَإِلَيْهِ زْقِهِرِ مِنْ وَكُلُوا مَنَاكِبِهَا فِي فَامْشُوا ذَلُولًا الْأَرْضَ لَكُمُ جَعَلَ الَّذِي هُوَ
Artinya: “Dalam yang menjadikan bumi mudah bagi kamu , maka berjalan di segala penjurunya dan makanlah kamu (kambali setelah) dibangkitkan.” (Q.S al-mulk: 15)6
Ayat di atas, jelas menunjukkan bahwa harta (kekayaan materi)
merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia, atau dapat
dikatakan bahwa Islam tidak menghendaki umatnya hidup dalam ketertinggalan
dan keterbelakangan dalam masalah ekonomi, akan tetapi Islam juga tidak
menghendaki umatnya menjadi mesin ekonomi yang melahirkan budaya
4 Yusuf Qardhawi,Teologi kemiskinan,:Doktrin Dasar dan Solusi Islam Atas Problem
Kemiskinan, hal. 57. 5 Manzer Katif, Ekonomi Islam:Telaah Analitik Terhadap Sistem Ekonomi Islam, hal. 2. 6 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, hal. 256.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
materialisme, kegiatan ekonomi Islam tidak semata-semata bersifat materi saja,
akan tetapi dari itu yakni kegiatan ekonomi harus mengandung nilai-nilai
ibadah7. Islam juga mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT
yang dipersiapkan untuk mampu mengembangkan amanatnya, memakmurkan
kehidupan di bumi dan diberi kedudukan terhomat sebagai halifah-nya di bumi.8
Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki berbagai kebutuhan
hidup, Allah telah menyediakan beraneka ragam benda yang dapat memenuhi
kebutuhannya, dalam menentukan kebutuhan yang beraneka ragam tersebut
tidak dapat diproduksi sendiri oleh individu. Dengan kata lain, manusia harus
berkerja sama dengan orang lain demi tercapainya kebutuhan tersebut, dengan
dilakukannya dalam suasana yang tentram.9
Pada sistem ekonomi Islam, al-Qur’an, al-Hadis menjadi landasan bagi
setiap kegiatan (kerangka kerja) yang dilakukan, dimana kedua kerangka kerja
yang dijabarkan oleh al-Qur’an dan al-Hadis tersebut dalam dua bagian : bagian
pertama, berkaitan dengan tujuan yang dicanangkan Islam kepada muslim,
sementara bagian yang kedua berkenan dengan seperangkat ukuran yang
digariskan oleh Islam untuk mencapai tujuan tersebut, kedermawan, kebajikan
dan kemakmuran demi keberhasilan di dunia dan akhirat.10
7 Suhrawardi K,Lubis, Hukum Ekonimi Islam, hal. 2-3. 8 Mazer Katif, Ekonomi Islam, hal.4. 9 Ibid., hal. 8. 10 M.Oemar Chapra,et al, Etika Ekonomi Politik: Elmen-elmen Strategis Pembangunan
Masyarakat Islam, hal. 83-85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Secara kodrat memang manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya
bantuan orang lain dalam arti hidup manusia merupakan himpunan atau kesatuan
yang hidup bersama dan menimbulkan hubungan timbal balik, karena manusia
itu termasuk makhluk sosial. Untuk mencampai kemajuan dan tujuan hidup,
sebagaimana dalam firman Allah surat an-Nisa’ ayat 29:
وَاْلعُدْوَان اْلأِثْمِ عَلَى تَعَاوَنُوْا وَلاَ وَالتَّقْوَى اْلبِرَّ عَلىَ وَتَعَاوَنُوْاArtinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S An Nisa’ ayat 29) 11
Aspek kerjasama dan hubungan timbal balik antara manusia dalam hal
sewa - menyewa sangat penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia. Mereka butuh rumah untuk bertempat tinggal, membutuhkan
binatang untuk kendaraan dan angkutan, dan membutuhkan tanah untuk
pertanian maupun tegalan.12
Di Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Sidoarjo Kecamatan Tanggulangin
Terdapat satu Desa bernama Putat. Desa tersebut mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani, mereka memanfaatkan lahan kering persawahan meraka untuk
menghasilkan tanaman garbis.
Menurut pengamatan yang selama ini masyarakat Putat menggunakan
tanah persawahan yang kering untuk dijadikan sebagi tanah tegalan. Hal tersebut
11 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, hal. 52. 12 Hamza Yaqub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, hal. 87.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
dapat mendorong pada sebagian penduduk untuk bertani atau bertegal (menanam
garbis atau semangka), walaupun dengan cara menyewa.
Adapun ketentuan al Qur’an tentang sewa- menyewa terdapat dalam
surat Az-zuhruf, Ayat 32:
فَوْقَ بَعْضَهُمْ وَرَفَعْنَا الدُّنْيَا الْحَيَاةِ فِي مَعِيشَتَهُمْ بَيْنَهُمْ قَسَمْنَا نَحْنُ رَبِّكَ رَحْمَةَ يَقْسِمُونَ أَهُمْ
∪⊅⊃∩ يَجْمَعُون مِمَّا خَيْرٌ رَبِّكَ وَرَحْمَةُ سُخْرِيا بَعْضًا بَعْضُهُمْ لِيَتَّخِذَ دَرَجَاتٍ بَعْضٍ
Artinya : “Adapun mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu. kami telah menentukan antara mereka kehidupan mereka dalam hidup di dunia, dan kami telah meninggikan derjat, agar mereka dapat mempergunakan yang lain, dan rahmatmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Q.S Az-Zukhruf, 33)13
Dalam ayat tersebut diatas, Qatadah dan Ad-Doha’ berkomentar
hendaklah sebagian mereka atas sebagian yang lainnya saling memberikan
kemanfaatanya atau termasuk dalam urusan sewa menyewa.14
Dalam urusan sewa menyewa Nabi-pun telah menganjurkan kepada para sahabat
sebagaimana kata sahabat Said Abi Waqas yang artinya:
“Dari sa’ad, dia berkata : kami bisa mempersewakan tanah dengan tanaman tumbuh pada tepi sungai sungai, dan tanaman yang tumbuh di bawah air di tepinya, kemudian Rasulullah SAW melarang kami tentang itu dan mempersewakanya dengan emas atau perak.”15
13 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, hal. 32. 14 Ibnu Kastir,juz iv.hal. 127. 15 Imam Hafidz Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud Juz III, hal. 464.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Jadi jelas bahwa tanah persawahan atau tegalan telah membawa
konsekwensi keharusan untuk menggarap dan memanfaatkannya. Kewajiban
untuk memanfaatkan merupakan prinsip yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari
pemilik tanah. oleh karena itu jika si pemilik tidak sanggup menggarap sendiri,
syariat memperbolehkan menggunakan tenaga kerja orang lain dengan
memberikan upah. Ia boleh juga menyewakan tanah kepada orang lain.16
Dengan adanya aturan hukum tentang sewa-menyewa, yang termasuk
dalam al-Qur’an ditambah dengan penjalasan-penjelasan Rosulullah, maka
seluruh aspek sewa-menyewa ada aturan hukumnya. Dengan demikian setiap
orang beragama Islam dalam melakukan praktek sewa-menyewa berkewajiban
mentaati seluruh aturan hukum yang ada.
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa orang yang melaksanakan sewa-
menyewa tanah di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo
adalah mayoritas beragama Islam. Namun dalam sewa-menyewa tidak jarang
ditemukan terjadinya pertikaian antara pemilik tanah dan penyewa tanah.
Pertikaian tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain: faktor yang timbul
dari pemilik tanah, yaitu pemilik tanah menyewakan tanahnya kepada penyewa
atas dasar kepercayaan dan kekeluargaan dengan tanpa saksi, dan faktor yang
timbul karena adanya paksaan dari pihak-pihak yang terkait dalam penyewaan
tanah tersebut, sehingga terpaksa menyewakan tanahnya kepada kelompok tani.
16 Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, hal. 121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Meskipun hasilnya tidak sebanding jika lahan tersebut diolah oleh pemilik tanah
sendiri.
Dengan beberapa hal di atas, maka peneliti ingin mengetahui secara
mendalam tentang bagaimana tata cara sewa menyewa tanah tegalan yang
dilakukan kelompok tani Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kababupaten
Sidoarjo guna mendapatkan lahan untuk dijadikan sebagai lahan garapan bagi
kelompok mereka. Karena itu penulis tertarik untuk menelitinya lebih dalam
tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Sewa Tanah Tegalan yang
Dikelola Kelompok Tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Agar lebih terarah dan memperjelas pembahasannya dan lebih signifikan,
maka perlu adanya masalah atau permasalahan yang dibahas, antara lain:
1) Bagaimana tata cara sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa
Putat Kecamatan Tanggulangin Kababupaten Sidoarjo?
2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sewa tanah tegalan yang dikelola
oleh kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo?
C. Kajian Pustaka
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Mengetahui masalah sewa menyewa tanah tegalan dalam penelitian
sebelumnya telah di bahas oleh Muhammad Dhofir tahun 1985, dengan skripsi “
Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Sewa menyewa Tanah di Desa Belogo
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.” Penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Dhofir menyimpulkan bahwa:
Proses sewa menyewa tanah dilakukan oleh para petani yang beragama
Islam dengan cara mempengaruhi kepada penyewa dan langsung ditandatangani,
bila tidak sanggup maka diberikan kepada orang lain.
Praktek sewa menyewa tanah di Desa Belogo merupakan bentuk sewa
menyewa yang sudah diatur oleh pemerintah Desa sehingga tidak bertentangan
dengan hukum Islam.17
Selain itu ada juga skripsi yang ditulis oleh Huril Aini tahun 1998 yang
berjudul “Sewa menyewa Tanah di Desa Tanah Cemandi Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo” yang menyimpulkan: 1) Praktek sewa
menyewa tanah secara kaplingan didasarkan pada kebiasan adat, 2) Praktek sewa
menyewa tanah secara kaplingan diperbolehkan menurut hukum Islam karena
prakteknya tidak merugikan kedua belah pihak.18
17 Muhamad Dhofir, Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Sewa Menyewa Tanah di
Desa Belogo Kecamatan Manya Kabupaten Gersik, Skripsi, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negri Sunan Ampel, Surabaya, 1995.
18 Huril Aini, Sewa Menyewa Tanah di Desa Cemandi Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Skripsi, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 1998.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Dalam penelitian kali ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
sebagaimana yang dilakukan oleh Muhamad Dhofir dan Huril Aini karena
penelitian terdahulu meneliti tentang sewa menyewa akad dan transaksinya yang
dilakukan berdasarkan pada kebiasaan masyarakat setempat sehingga tidak ada
pihak yang dirugikan, dalam arti bahwa antaralain terjadi karena sudah menjadi
kebiasaan dalam masyarakat.
Berbeda dari pembahasan di atas, dalam kesempatan kali ini penulis akan
membahas tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sistem Sewa Tanah
Tegalan yang Dikelola kelompok Tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo” bahwa pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang
sistem sewa menyewa tanah tegalan yang dilakukan kelompok tani terhadap
warga Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Kemudian
penulis akan menganalisis dari segi hukum Islam sehingga dapat diketahui
kekuatan status hukumnya.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan bagaimana tata cara sewa menyewa tanah tegalan yang
dilakukan kelompok tani terhadap warga Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2. Untuk menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap sistem sewa tanah
tegalan yang di kelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo.
E. Kegunaan Penelitian
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sekurang-kurangnya
untuk dua aspek, yaitu:
1. Aspek Keilmuan (teoritis)
a. Dapat memberikan wawasan keilmuan kepada pembaca.
b. Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang.
2. Aspek Terapan (praktis)
a. Dapat digunakan sebagai anternatif pemecahan masalah yang timbul
sehubungan dengan prosedur atau tata cara sewa tanah tegalan yang
sesuai dengan ketentuan hukum Islam, terutama pada pelaksanaan
sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
b. Dapat dimanfaatkan sebagai pedoman masyarakat dalam pembinaan
kehidupan beragama khususnya sewa tanah tegalan yang dikelola
kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
F. Definisi Operasianal
Judul Skripsi adalah “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sewa Tanah
Tegalan yang Dikelola oleh Kelompok Tani di Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.”
Guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas, dan agar tidak terjadi
kesalah pahaman di dalam memahami arti dan maksud judul di atas, maka perlu
dijelaskan arti kata sebagai berikut:
1. Hukum Islam : Aturan-aturan hukum Islam yang membahas mengenai
hukum sewa menyewa tanah yang ber sumber al-Qur’an
dan al-hadits serta fiqh Muamalah.
2. Sistem Sewa : Tata cara sewa menyewa tanah tegalan oleh masyarakat
Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo.
3. Tegalan : Tanah pertanian kering.19
4. Kelompok Tani : Kumpulan para petani tegalan.
G. Metode Penelitian
19 Sajogyo, Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja, hal. xvii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam menghimpun
dan menganalisa data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang
dibahas terdiri dari:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
2. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis pada halaman yang
sebelumnya, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Tata cara sewa tanah tegalan.
2) Kebijakan kelompok tani terhadap sewa tanah di Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
3) Penyelesaian atas masalah terhadap keterlambatan sewa tanah tegalan.
3. Sumber data
Adapun sumber data dibedakan menjadi dua macam, yaitu meliputi:
a. Sumber primer, yaitu sumber data utama yang langsung digunakan
penulis dalam penelitian,20 yaitu meliputi:
20 Wahyu dan Muhammad Masduki, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, hal.59
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
1 Responden yaitu pemilik tanah yaitu: pak Musda’i, pak Jakob, pak
Karsono dan kelompok tani yaitu: pak Tawaf sebagai ketua
kelompok tani.
2 Informan yaitu perangkat Desa yaitu: pak Slamet sebagai lurah di
Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabuaten Sidoarjo.
3 Dokumen dari kelompok tani yang berupa lokasi yang digunakan,
kwitansi pembayaran, KTP dll.
b. Sumber sekunder yaitu sumber data utama yang diambil dari pustaka
antara lain:
1 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Juz 13, 1988.
2 Rachmat Syafe'i, Fiqih Muamalah, 2001.
3 Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian tersebut
digunakan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud memperoleh
keterangan. Percakapan itu dilakukan oleh pihak yaitu pewawancara
(yang mengajukan pertanyaan) serta yang diwawancarai (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan) tersebut.21
21 Lexy. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hal. 135
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Dalam penelitian ini penulis mengadakan tanya jawab kepada
pihak-pihak yang mengadakan sewa menyewa tanah tegalan di Desa
Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, diantaranya yaitu:
1. Kelompok tani
2. Pemilik tanah
3. Perangkat Desa Putat
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu berupa pengamatan, pencatatan serta
mempelajari bahan - bahan dokumen yang ada di kantor kelurahan Desa
Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang berupa lahan
yang dipakai, kwitansi, KTP, dll.
5. Teknik mengelola data
Teknik mengelola data dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik pengeditan data dan pengorganisasian data.
Setelah penelitian usai atau dan telah terkumpul, maka diperlukan
sebuah pengelolaan data-data yang terkumpul dengan mengadakan beberapa
proses, antara lain:
a) Pengeditan data
Memeriksa kembali data yang diperoleh dari praktek sewa
menyewa tanah di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Sidoarjo terutama dari segi kelengkapan serta hal yang perlu dikoreksi
dari data yang telah dihimpun.
b) Pengorganisasian data
Untuk mendapatkan data-data yang jelas dan terorganisir dengan
baik, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut guna perumusan deskriptif.
6. Metode Analisis Data
Guna mempermudah penulis dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1) Deskriptif yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat yang menggambarkan jawaban terhadap apa yang
tercantum dalam rumusan masalah untuk dianalisis sesuai dengan data-
data yang berhubungan dengan masalah tersebut.
2) Verifikatif analisis yaitu menilai antara teori dengan fakta atau kenyataan,
setelah mengetahui gambaran sistem sewa tanah tegalan yang dikelola
kelompok tani di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo. Kemudian data tersebut akan dianalisis secara kritis dengan
menggunakan pola pikir deduktif yaitu mengemukakan data-data yang
bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Metode
ini digunakan untuk menganalisa data-data umum tentang tara cara sewa
tanah tegalan di Desa Putat, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus mengenai tata cara sewa tanah dalam pandangan hukum Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian, maka diperlukan adanya
sistematika pembahasan. Adapun penelitian ini penulis membagi dalam lima bab
yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama : Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi oprasional, penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua : Bab ini memuat mengenai sewa menyewa dalam perpektif
hukum Islam pada bab ini menjelaskan tentang pengertin
sewa menyewa, dasar hukum sewa menyewa, syarat dan
rukun sewa menyewa, serta aspek-aspek sewa menyewa.
Bab ketiga : Bab ini memuat tentang laporan hasil penelitian lapangan
yang berisi tentang pelaksanaan sewa menyewa tanah
tegalan di Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo.
Bab ke empat : Merupakan analisis tentang sistem sewa tanah tegalan yang
di kelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupten Sidoarjo.
Bab kelima : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
BAB II
SEWA MENYEWA DALAM HUKUM ISLAM
A. Sewa Menyewa dan Keabsahannya
1. Pengertian Sewa Menyewa
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan mu’amalah ialah
sewa menyewa, yang dalam fiqh Islam disebut “ijarah”. al-ijarah menurut
bahasa berarti “al-ajru” yang berarti al-iwadu (ganti) oleh sebab itu as-sawab
(pahala) dinamai ajru (upah).1
Sedangkan menurut istilah, al-ijarah ialah menyerahkan (memberikan)
manfaat benda kepada orang lain dengan suatu ganti pembayaran.2
Berdasarkan perngertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud sewa
menyewa adalah pengambilan manfaat suatu benda. Jadi dalam hal ini
bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan
terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari
benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat barang
seperti kendaraan, rumah, tanah juga dapat berupa karya pribadi seperti
pekerja.3
1 Abdul bin Nuh dan Oemar Bakriy, Kamus Arab-Indonesia-Inggris, hal. 11. 2 Masduha Abdurrahman, Pengantar dan Asas-asas Hukum Perdata Islam, hal. 97. 3 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, hal. 52.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Kelompok Hanafiyah mengartikan ijarah dengan akad yang berupa
pemilikan manfaat tertentu dari suatu benda yang diganti dengan pembayaran
dalam jumlah yang disepakati.4
Ulama madhab Maliki menjelaskan bahwa ijarah adalah dua kata yang
semakna dan searti, hanya saja mereka mengatur dalam pemberian nama dari
perjanjian atas manfaat manusia dan sebagian barang yang dipindahkan seperti
bekakas rumah tangga, pakaian dan bejana serta semisalnya dengan istilah
ijarah.5
Sedangkan mengenai perjanjian persewaan atas sebagai orang yang lain
seperti perahu dan binatang secara khusus dinamai dengan istilah “kira”
Meskipun keduanya termasuk barang yang dapat dipindahkan, yang dianggap
sama dengan perahu dan binatang ialah semua barang yang tetap seperti tanah,
bumi, rumah dan lainya.6 Demikian perjanjian sewa menyewa merupakan suatu
perjanjian yang berunsurkan adanya memilik faedah/ongkos sebagai pengganti
dari pihak lain. Sedangkan menurut lugot (bahasa), kata الاجارة yang berarti الارض
(pengganti pembayaran), الثواب (pahala) dan الاجر (upah)7, Menurut syara’ sewa
menyewa adalah memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan cara
penggantian dengan syarat-syarat tertentu.8
4 Helmi Karim,Fiqh Muamalah, hal. 29. 5 Muhamad Zuhaily, Fiqh Empat Madzhab Jilid IV, hal.170. 6 Ibid. hal. 180. 7 Abdul bin Nuh dan Oemar Bakriy, Kamus Arab Indonesia Inggris, hal. 11. 8 Muhamad Sarbini, Al-Iqna’ Jilid I, hal. 104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
2. Dasar Hukum Sewa Menyewa
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa sewa-menyewa
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, guna meringankan
salah satu pihak atau saling meringankan antara sesama, serta termasuk salah
satu bentuk kegiatan tolong menolong yang dianjurkan oleh agama.
Oleh karena itu ulama fiqih menyatakan bahwa dasar hukum
diperolehkan akad sewa-menyewa adalah al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ para
ulama.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa dasar hukum dari sewa-menyewa
diantaranya adalah:
a. Al-Qu’ran
1) Firman Allah SWT. Dalam Surat Az-Zukhruf, ayat 32:
óΟ èδr& tβθßϑÅ¡ø) tƒ |M uΗ ÷q u‘ y7 În/ u‘ 4 ß øt wΥ $oΨ ôϑ|¡s% Ν æηuΖ÷ t/ öΝ åκ tJt±ŠÏè̈Β ’ Îû Íο 4θuŠysø9 $# $u‹ ÷Ρ‘‰9 $# 4 $uΖ÷è sùu‘ uρ öΝ åκ |Õ÷èt/ s− öθsù <Ù÷èt/ ;M≈ y_u‘ yŠ x‹Ï‚−Gu‹ Ïj9 Ν åκÝÕ÷èt/ $VÒ÷èt/ $wƒ Ì÷‚ß™ 3 àM uΗ ÷q u‘ uρ
y7 În/ u‘ ×ö yz $£ϑÏiΒ tβθãèyϑøg s† ∩⊂⊄∪
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan, sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagain mereka dapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
mepergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Q.S Az-Zukhruf: 32)9
b) Firman Allah SWT. Dalam surat al-Baqarah, ayat 233:
÷βÎ) uρ öΝ ›?Š u‘ r& β r& (#þθ ãèÅÊ÷ tIó¡ n@ ö/ ä.y‰≈ s9 ÷ρ r& Ÿξsù yy$ uΖ ã_ ö/ ä3ø‹n= tæ # sŒÎ) Ν çFôϑ̄=y™ θè= uΚ÷è s? × !$̈Β
Λ ä ø‹s?# u Å∃ρ á÷è pR ùQ $$Î/ 3 (#θà) ¨? $# uρ ©! $# (# þθßϑ n=ôã$# uρ ¨β r& ©!$# $ oÿ Ï3 tβÅÁt/ ∩⊄⊂⊂∪
Artinya: “Dan jika dan jika ingin anakmu disusukan orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S al-Baqarah:233)10
c) Firman Allah SWT. Dalam surat Selain itu dijadikan dalam surat at-
Talaq ayat 6 yang berbunyi:
£ èδθ è?$t↔ sù £ èδu‘θã_é& ( ∩∉∪
Artinya: “Jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya.” (Q.S at-Thalaq)11
d) Firman Allah SWT. Dalam Surat al-Qashash ayat 26:
ôM s9$s% $yϑßγ1 y‰÷nÎ) ÏM t/ r'̄≈ tƒ çν öÉfø↔ tGó™ $# ( χÎ) uö yz Ç tΒ |Nö yfø↔ tGó™ $# ‘“Èθs) ø9 $#
ß ÏΒF{ $# ∩⊄∉∪
Artinya: “Salah seorang dari dua wanita itu berkata: “Wahai bapakku ambilah dia sebagai orang yang berkerja (pada kita), karena sesungguhnya
9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, hal. 706. 10 Ibid., hal. 57. 11 Departemen…, al Qur’an… , hal. 946.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
orang yang baik yang kamu ambil untuk berkerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.S al-Qashash: 26)12
b. As-Sunnah
Adapun as-Sunnah yang dijadikan sebagai dasar hukum
diperolehkannya akad sewa-menyewa adalah sebagai berikut: a.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Handhala bin Qais
sebagai berikut:
سَأَلْتُ بْنَ رَالفِعَ بْنِ حَدِيْجِ عَنْ كِرَاءِ اْلاَرْضِ : عَنْ حُنْظَلَةَ بْنِ فَيَسٍ اْلاَنْصَارِىْ قَالَعَلَى عَهْدِ النَّبِى , اِنَّماَ كاَنَ النَّاسُ يُؤْاجِرُوْنَ. لاَ بَأْسَ بِهِ: بِالذَّهَبِ والورق ؟ فَقَالَوَاَشْياَءَ مِنَ الزَّرْعِ , وَأَقْباَلُ الْجَدَاوِلِ, عَلَى الْماَدِياَناَتِ, صَلَى االلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَفَلِذَلِكَ . فَلَمْ يَكُوُنُ الِنّاَسِ كِرَاء اِلاَّ هَذاَ, وَيَهْلِكُ هَذَ, فَيَهْلِكُ هَداَ وَيَسْلَمُ هَدَ
) رواه المسلم. (هِفَلاَ بَأْسَ بِ. فَاَماَّ شَئٍ مَعْلُوْمَ مَضْمُوْنَ. زَجَرَ عَنْهُ
Artinya: “Dari Handhala bin Qais berkata: Saya bertanya kepada Rafi bin Khadij tentang menyewakan bumi dengan emas dan perak, maka ia berkata: Tidak apa-apa, adalah orang-orang di jaman Rasulullah saw menyewakan bumi dengan barang-barang yang tumbuh di perjalanan air dan yang tumbuh di pangkal-pangkal selokan dan dengan beberapa macam dari tumbuh-tumbuhan lalu binasa ini, selamat itu dan selamat itu dan binasa yang itu, sedangkan orang yang tidak melakukan penyewaan kecuali melakukan demikian, oleh karma itu kemudian dilarangnya, apapun sesuatu yang dimaklumi dan ditanggung, maka tidak apa-apa". (HR. Muslim)13
c. Ijma’
12 Ibid., hal. 547. 13 Imam Abi Khusain Muslim Bin Hajar Qosir Nisaburiy, Sahih Muslim, hal. 175.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Pada masa sahabat telah berijma bahwa ijarah dibolehkan
sebab bermanfaat bagi Umat Islam.14
3. Rukun dan Syarat Sewa Menyewa
Adapun rukun dan syarat ijarah adalah sebagai berikut: 15
1. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa
menyewa atau upah mengupah. Dalam hal upah mengupah, mu’jir
adalah orang yang memberikan upah, sedangkan musta’jir adalah
orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu. Dalam hal sewa
menyewa, mu’jir adalah orang yang menyewakan sesuatu, sedangkan
musta’jir adalah orang yang menyewa sesuatu. Disyaratkan kepada
mu’jir dan musta’jir adalah orang yang baligh, barakal, cakap
melakukan tasharruf (mengendalikan harta), dan saling meridhai.
2. Sigat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab kabul sewa
menyewa, misalnya: ” Aku sewakan tanah ini kepadamu setiap tahun
Rp. 800.000,-, maka musta`jir menjawab aku terima sewa tanah
tersebut dengan harga demikian.
3. Ujrah (harga sewa), disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua
belah pihak, baik dalam sewa menyewa ataupun upah mengupah.
4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan, disyaratkan
pada barang yang disewa dengan beberapa syarat, berikut ini:
14 Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, hal. 124. 15 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Hal. 117-118.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
a. Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa menyewa dapat
dimanfaatkan kegunaannya.
b. Hendaklah benda yang menjadi objek akada sewa menyewa dapat
diserahkan kepada penyewa.
c. Manfaat dari benda yang disewakan adalah perkara yang mubah
(boleh) menurut syara` bukan hal yang dilarang (diharamkan).
d. Benda yang disewakan disyaratkan kekal ain (zat)-nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.
Sedangkan dalam fiqh Islam bahwa sewa menyewa dibagi menjadi tiga
bagian,16 yaitu:
a) Aqidani
Aqidani yaitu dua orang yang melakukan akad. Dalam hal ini orang
yang menyewakan (mu’jir) dan orang menyewa (musta’jir).
Adapun syarat aqidani adalah kedua belah pihak yang melakukan
akad yaitu dewasa dan tidak ada paksaan yang tidak dibenarkan menurut
agama Islam. Sehubungan dengan syarat kedewasaan maka ulama
Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa tidak sah akadnya anak-
anak, meskipun mereka telah dapat membedakan yang baik dan yang
buruk. Sedangkan yang tidak adanya unsur paksaan, maka apabilah salah
16 Muhamad Syarbini, Al-Iqna’ jilid I, hal. 98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
satu pihak dipaksa menyewakan barangnya, maka sewa menyewa tidak
sah.17
Syarat kedewasaan adalah merupakan hal sangat rasional karena
orang dewasa yang mampu melakukan akad dengan sempurna. Demikian
syarat tidak adanya unsur paksaan karena akan menghindarkan dari dua
belah pihak dan akibat-akibat buruk lainnya. Dalam melaksanakan
transaksi sewa menyewa harus dilakukan suka sama suka antara kedua
belah pihak.
b) Ma’qud Alaih
Ma’qud Alaih yaitu manfaat dan pembayaran (uang) sewa menyewa
yang menjadi obyek sewa menyewa.
c) Ijab Qabul
Akad sewa menyewa dinyatakan sah dengan ijab qabul. Akad
menurut bahasa adalah ikatan dan persetujuan.18 Sedangkan pengertian
akad menurut istilah adalah merupakan ungkapan kata-kata antara
pemilik tanah dengan penyewa yang bertujuan untuk membuktikan
kesepakatan antara pihak yang menyewakan tanah pertaniannya dengan
pihak penyewa. Perjanjian sewa menyewa yang berlangsung antar hamba
Allah adalah persoalan yang berdasarkan pada kerelaan jiwa yang tidak
17 Hamzah Ya’qub, Kode Etika Dagang Menurut Islam, hal. 321. 18 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 12, hal. 49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
diketahui lantaran tersembunyi. Karena itu syariat menetapkan,
ucapkanlah yang menjadi ungkapan apa yang terdapat didalam jiwa.
Sewa menyewa berlangsung dengan ijab dan qabul. Pengertian dari
Ijab adalah ungkapan yang keluar terlebih dahulu dari dan salah satu dan
pihak. Dan qabul, yang kedua. Dan ijab qabul tidak ada kepastian
menggunakan kata-kata khusus, karena ketentuan hukumnya ada dalam
akad dengan bertujuan dan mana bukan dengan kata-kata itu sendiri.
Diperlukan adanya saling rida (rela), direalisasikan dalam bentuk
mengambil dan member atau cara lain yang dapat menunjukan keridlaan
dan berdasarkan mkna pemilik dan memperlikan, seperti ucapan pemilik
tanah: Aku sewakan, aku berikan, aku milikkan, atau ini menjadi milikmu
dan ucapan penyewa: Aku sewa, aku ambil, aku terima, aku rela, atau
ambillah apa harganya dan sebaginya19
Unsur terpenting untuk diperhatikan yaitu kedua belah pihak
cakap bertindak yaitu punya kemampuan untuk dapat membedakan
yang baik dan yang buruk (berakal). Imam As-Syafi’I dan Hambali
menambakan suatu syrat lagi, yaitu dewasa (balig). Perjanjian sewa
menyewa dilakukan oleh orang yang belum dewasa menurut mereka
19 Afzalu Rahman,Dokrin Ekonomi Islam jilid 2,hal.180
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
adalah tidak sah, walaupun mereka sudah berkemampuan untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (berakal).20
B. Aspek-aspek Sewa Menyewa
Dilihat dari segi obyeknya sewa menyewa (ijarah) dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu ijarah yang bersifat manfaat dan ijarah yang bersifat
pekerjaan (jasa).21
a. Sewa-menyewa (ijarah) yang bersifat manfaat. Umpamanya, sewa-
menyewa tanah untuk pertanian , rumah, toko, kendaraan, pakaian dan
perhiasan .
b. Sewa-menyewa (ijarah) yang bersifat pekerjaan (jasa), ialah dengan
cara memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Ijarah semacam ini menurut ulama fiqih hukumnya boleh apabila jenis
pekerjaan itu jelas, seperti buruh banggunan, tukang jahit, dan tukang
sepatu.
Sewa-menyewa (ijarah) seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti
mengabdi seorang pembantu rumah tangga, tuang kebun dan satpam. Dan ada
20 Chairuman Pasaribu,Hukum Perjanjian Dalam Islam, hal.53 21 Ali Hasan, Transaksi Dalam Islam, hal. 236.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
juga yang bersifat serikat, seperti mengabdi buruh pabrik, buruh banggunan
dan lain sebagainya.
Dalam praktiknya sewa-menyewa juga mempunyai beberapa bentuk
diantaranya:
a. Bentuk Sewa Menyewa yang diperbolehkan dalam Islam
Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk berusaha
buat dirinya, tidak hanya tidur semata maupun berdiam diri saja tanpa
berusaha. Allah memerintahkan kepada manusia untuk bertebaran
atau berjalan dipermukaan bumi sambil bekerja dan berusaha. Dalam
berusaha dan bekerja, Islam memberikan kebebasan kepada manusia
untuk bekerja seperti: jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam serta
wirausaha dan lain sebagainya namun harus dihindari dari usaha batil,
sebagaimana firman Allah dalam Surat an-Nisa’ ayat 29 :
يَأَيُّهاَ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا لاَتَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَطِيْلِ
Artinya: “Hai orang-orang yang berman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.”22
Apabila seorang muslim memiliki tanah produktif, dia harus
memanfaatkan tanah tersebut, Islam sama sekali tidak menyukai
dikosongkan tanah prokduktif, sebab hal itu berarti menghilangkan
22Departemen RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hal.371
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
nikmat dan menyia-niyakan harta. Berusaha dan bekerja dalam
bentuk sewa menyewa tanah garapan di jaman Nabi s,a.w sudah
menjadi kebiasaan bagi para sahabat pada waktu itu, Nabi s.a.w
memperbolehkan sewa menyewa tanah apabila masing-masing pihak
tidak merasa dirugikan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sewa
menyewa tanah garapan yang diperbolehkan dalam Islam adalah:
a. Tanah yang disewakan adalah tanah produktif
b. Sewa menyewa tanah pertanian tersebut dengan ganti
pembayaran yang jelas, misalnya dengan mata uang, emas, perak.
c. Benda yang disewakan harus diketahui jelas.
Sedangkan sistem pengolahan tanah pertanian itu diperoleh
sebagaimana kesempakatan kerja sama antara pemilik tanah,
diantaranya:
1. Bebas dari tindakan yang tidak adil dan dalim dari pemilik tanah.
2. Tidak ada kecemasan akan timbulnya persengketan dan
perselisian antara kedua belah pihak.
3. Hak kedua belah pihak (khususnya penyewa) tidak terancam.23
b. Bentuk Sewa Menyewa Tanah yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam
23 Afzalur Rahman,Doktrin Ekonomi Islam, hal.293
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Ada suatu muzara’ah yang sudah biasa di zaman Nabi, tetapi
oleh beliau dilarang karena terdapat unsur penipuan dan kesamaran
yang berakibat pada persengketaan dan pertentangan.
Banyak para sahabat yang memberikan persyaratan kepada
orang yang mengerjakan tanahnya, yaitu dengan ditentukan tanah dan
sewanya dari hasil tanah baik yang berupa takaran atau timbalan,
sedangkan sisa dari pada hasil itu untuk yang mengerjakan atau masih
dibagi lagi. Maka tidak layak kalau di satu pihak mendapat bagian
tertentu sedang pihak yang lain tidak, padahal suatu tanah terkadang
tidak menghasilkan lebih dari yang ditentukan. Oleh karena
seharusnya masing-masing pihak mengambil bagiannya itu dari hasil
tanah dengan perbandingan yang disetujui bersama, jika hasilnya
banyak maka kedua pihak akan ikut merasakan, jika hasilnya sedikit
kedua pihak akan mendapatkan bagian yang sedikit pula.
Segolongan kecil fuqaha yang melarang persewaan tanah
dikemukakan oleh Thawus dan Abu Bakar bin Abdul Rahman, para
fuqaha tersebut berpendapat bahwa dilarangnya persewaan tanah itu
lantaran adanya kesamaran di dalamnya, demikian itu karena
dimungkinkan bahwa tanaman tersebut akan tertimpa bencana atau
kerusakan lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
Hal tersebut berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Rafi’
sebagai berikut:
فَيَقُولُ أَرْضَهُ يُكْرِي أَحَدُنَا وَكَانَ حَقْلًا الْمَدِينَةِ أَهْلِ أَكْثَرَ كُنَّا قَالَ عَنْهُ اللَّهُ رَضِيَ رَافِعٍ عَنْ
عَلَيْهِ هُاللَّ صَلَّى النَّبِيُّ فَنَهَاهُمْ ذِهِ تُخْرِجْ وَلَمْ ذِهِ أَخْرَجَتْ فَرُبَّمَا لَكَ وَهَذِهِ لِي الْقِطْعَةُ هَذِهِ
وَسَلَّمَArtinya : “Dari Rafi’ RA berkata: Kami adalah ahli madinah yang paling banyak landasannya. Lalu ia berkata: Salah seorang dari kami menyewakan tanahnya dan berkata: Bagian ini untukku dan bagian ini untukmu, boleh jadi bagian ini mengeluarkan hasil, sedang bagian yang lain tidak mengeluarkan hasil.Karena itu Nabi melarang mereka.(HR Bukhori)24
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa
sewa-menyewa tanah garapan yang tidak diperbolehkan dalam Islam
adalah:
a. Benda yang disewakan tidak dimaklumkan dan ditanggung
b. Bentuk pembayaran tanah yang tidak berkentetuan
Pada dasarnya perjanjian sewa menyewa adalah merupakan
perjanjian yang lazim, dimana masing-masing pihak yang terkait dalam
perjanjian, karena sewa-menyewa termasuk perjanjian timbal-balik
(pertukaran). Bahkan jika salah satu pihak meninggal dunia, perjanjian
sewa-menyewa tersebut masi ada. Sebab kedudukan orang yang
meninggal duni tersebut dapat digantikan oleh ahli waris.25
24 Imam Abi Abdillah Mohammad Bin Ismail Bin Ibrahim, Sahih Bukhari , hal. 66 25 Suhrawadi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, hal. 148
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Mengenai masalah ini ulama fiqih berpendapat. Menurut Mazhab
Hanafi, perjanjian sewa-menyewa tersebut menjadi batal dengan
meninggal dunia salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Sedangkan
menurut jumhur ulama, perjanjian sewa-menyewa tersebut tidak menjadi
batal dengan meninggalnya salah satu pihak yang melakukan
perjanjian. 26 Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya
pembatalan perjanjian sewa-menyewa oleh salah satu pihak jika ada
alasan yang kuat untuk itu.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan batalnya perjanjian
sewa-menyewa antara lain adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya aib/cacat pada barang sewaan
Maksudnya, apabila terjadi kerusakan pada barang yang
menjadi obyek sewaan ketika barang tersebut berada di tangan
penyewa (musta’jir), yang mana kerusakan itu disebabkan kelalain
penyewa itu sendiri.Dalam hal ini pihak yang menyewakan (mu’jir)
dapat meminta pembatalan atas perjanjian sewa-menyewa tersebut.
b. Rusaknya barang yang disewakan
Yaitu ketika barang yang menjadi obyek sewa-menyewa
mengalami kerusakan, sebab dengan kerusakanya atau musnah,
sehingga tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan apa yang
26 Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalah), hal.236
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
diperjanjikan. Misalnya yang menjadi obyek sewa-menyewa adalah
rumah, kemudian rumah yang diperjanjikan tersebut terbakar.
c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur alaih)
Maksudnya barang yang menjadi sebab terjadinya hubungan
sewa-menyewa mengalami kerusakan, sebab dengan rusaknya atau
musnanya barang maka akad tidak mungkin terpenuhi lagi, missal
perjanjian sewa-menyewa karya, untuk menjahit bakal celana,
kemudian bakal celana itu mengalami kerusakan, maka perjanjian
sewa-menyewa karya itu berakhir.
d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan.
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah apa yang menjadi
tujuan dalam perjanjian sewa-menyewa tersebut telah tercapai, atau
masa perjanjian sewa-menyewa telah berakhir sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
Pandangan Mazhab Hanafi menambahkan bahwa adanya uzur
juga merupakan salah satu penyebab putus atau berakhirnya
perjanjian sewa-menyewa, sekalipun uzur tersebut datangnya dari
salah satu pihak27
27 Choirum Pasaribu, Hukum Perjnjian Dalam Islam, hal.58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Adapun yang dimaksud uzur disini adalah suatu halangan
sehingga menyebabkan perjanjian sewa-menyewa tersebut tidak
mungkin dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, seperti halnya
tanah yang menjadi obyek sewa-menyewa disitu oleh aparat negara
karena suatu sebab tertentu, maka perjanjian sewa-menyewa tersebut
dapat dibatalkan atau berakhir.
Sedangkan menurut pendapat jumhur, uzur yang dapat
membatalkan perjanjian sewa-menyewa adalah apabila obyek sewa-
menyewa tersebut mengandung cacat atau hilangnya manfaat dari
barang yang dipersewakan, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
Salah satunya menurut Imam Abu Hanifah ada lima hal yang
menyebabkan batal (fasah)nya sewa-menyewa yaitu:28
a. Salah satu pihak punya khiyar syarat, seperti halnya dalam
sewa-menyewa manfaat, misalnya apabila seseorang menyewa
sebuah rumah atau lainya, khiyar selama tiga hari. Baginya
bisa membatalkan akad sebelum waktunya habis dengan
syarat orang yang memiliki rumah mengetahuinya, akan tetapi
apabila orang yang memiliki barang itu tidak mengetahuinya
terhadap fasahnya, maka tidak menjadi fasah.
28 Abdurrahman Al-Jaziry, al-fiqh ‘Ala Mazahib Al-Arba’ah jilid III, hal.263
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
b. Adanya khiyar ruyat, misalnya apabila seseorang menyewa
tanah untuk ditanami, kemudian orang tersebut melihat tanah
yang lainya, maka baginya punya hak untuk membatalkan.
c. Adanya khiyar aib, misalnya seseorang yang menyewa rumah
atau kendaraan atau yang lainya, yang menyebabkan mudharat
untuk dipakai atau ditempati dan rumah atau kendaraan
tersebut terdapat cacat atau aib seperti robohnya rumah pada
bagian jendelanya, maka swa-menyewa tersebut akad batal.
Aib ini berlaku pada tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a) Aib timbul pada barang yang disewakan, tanpa pengaruh
pada manfaat secara mutlak seperti apabila seseorng
menyewa rumah kemudian jendelahnya roboh atau ada
yang rusak yang tidak mebahayakan pada kemanfaatan
dan manfaat rumah itu pun berkurang untuk ditempati,
tidak bisa dimanfaatkan.
b) Aib berpengaruh pada manfaat secara keseluruhan,
sehingga pihak pengelola tidak bisa mengambil manfaat
pada benda yang ia sewa untuk tujuan penyewaan barang
tersebut pada waktunya. Misalnya apabila seseorang
menyewa rumah kemudian rumah itu roboh. Hukum pada
aib ini bahwasanya semua itu menjadikan gugur pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
waktu pohonnya rumah tersebut, tetapi akad itu tidak
batal kecuali apabila yang menyewakan itu
membatalkannya.29
c) Aib tersebut berpengaruh sebagian manfaat, sehingga
mengurangi manfaat namun tidak menghabiskanya seperti
apabila seseorang menyewa kendaraan kemudian ada yang
rusak salah satu alat kendaraan tersebut.
Fasah disebabkan adanya aib adalah karena menolak
kemudaratan, bukan karena aibnya barang melainkan:
d. Terdapat uzur bagi pemilik barang yang terpaksa menjual
barang yang disewakanya. Seperti seseorang yang
memiliki barang mempunyai hutang dan tidak punya harta
untuk membayar hutangnya selain menjual barang yang
disewakan tersebut, maka fasahlah sewa-menyewa itu.
e. Akibat meninggalnya salah satu pihak dengan syarat akad
itu untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain, kecuali
dalam keadaan darurat seperti penyewa meninggal di suatu
tempat yang tidak ada hakim (qadi)
f. Ulama madzhab Hanafi menambahkan: Manakala
perjanjian sewa-menyewa telah berakhir, penyewa harus
29 Ibid, hal.264
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
mengangkat tanganya, tidak ada kepastian untuk
mengembalikan atau menyerahkan seperti barang titipan,
karena ia merupakan akad yang tidak menuntut adanya
perjanjian, sehingga tidak mesti mengembalikan dan
menyerah terimakanya.30
Pendapat Mazhab Hanafi diatas dapat diterima, sebab dengan
berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian sewa-
menyewa maka dengan sendirinya perjanjian sewa-menyewa yang
telah diikat sebelumnya telah berakhir. Dengan terlewatinya jangka
waktu yang diperjanjikan, secara otomatis hak untuk menikmati
kemanfaatan atas benda itu kembali kepada pihak pemilik (yang
menyewakan).31
30 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, hal.30 31 Suhrawadi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam, hal.151
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
BAB III
SISTEM SEWA TANAH TEGALAN YANG DIKELOLA OLEH
KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN
TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO
A. Gambaran Umum Desa Putat
Untuk mengetahui lebih jauh gambaran tentang obyek penelitian berikut
ini akan dipaparkan tentang keadaan Desa Putat Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo
1. Letak Geografis
Desa Putat adalah merupakan salah satu dari Desa wilayah
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang masuk wilayah daerah
tingkat satu Jawa Timur.
Desa ini terletak di sebelah timur Kecamatan Tanggulangin, jarak Desa
Putat dengan Kecamatan Tanggulangin, sedangkan dari ibu Kota Kabupaten
adalah sekitar 16 Km dan kurang lebih 45 Km dari Kota Surabaya.
Daerah yang membatasi Desa Putat adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Balongdowo
2. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Kalidawir
3. Sebelah Barat dibatasi oleh Desa Ngaban
4. Sebelah Timur dibatasi oleh Desa Kedungbanteng
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Desa Putat mempunyai area tanah seluas 104,820 Ha. Adapun untuk lebih
jelas dapat kita liht dalam tabel berikut ini:
Tabel. 1
Rincian Luas Desa Putat
No. Rincian Jumlah 1 Perumahan / Pemukiman 18 Ha
2 Sawa / tanah 77 Ha 3 Jalan 1,072 Ha 4 Lain-lain 1.109 Ha
Jumlah 104,820 Ha
Sebagaimana wilayah Indonesia yang beriklim Tropis, maka demikian juga
iklim yang ada di wilayah Desa Putat, yang terdiri dari dua musim: Musim rendeng
atau penghujan dan Musim ketigo atau kemarau. Musim rendeng biasanya terjadi
pada bulan November sampai bulan Mei, sedangkan musim kemarau terjadi pada
bulan Juni sampai Oktober.
2. Struktur Organisasi Desa Putat
Secara Struktural Desa Putat dipimpin oleh seorang kepala Desa
(kades) yang dipilih dengan cara pemilih umum.
Kepala Desa dipilih secara umum bebas oleh rakyat. Dalam melaksanakan
tugasnya, Seorang kepala Desa di bantu oleh beberapa orang staf. Untuk susunan
kelembangan organisasi Desa dapat diketahui berikut di bawah ini:
a. Kepala Desa (kades)
b. Sekretaris Desa (sekdes)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
c. Kepala Urusan Pemerintah
d. Kepala Urusan Ekonomi dan Pembagunan
e. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat
f. Kepala Urusan Umum
g. Kepala Urusan Keuangan
Untuk mengetahui struktur organisasi pemerintahan Desa Putat, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel. 2 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA PUTAT
KECAMATAN SEDATI
3. Keadaan Ekonomi
Penduduk Desa Putat berjumlah 3.055 jiwa, dengan rincian sebagai
berikut1:
1) Laki-laki 1.539 jiwa
1 Data profil Desa Putat.
KASUN
Kepala Desa
Sekretaris
BPD
KASUN
Sek. Kem.Sek. Tran.Sek. Pemb Sek. Pel. Sek Pem.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
2) Perempuan 1.516 jiwa
Desa Putat merupakan wilayah dengan tanah yang memiliki
kesuburan tanah oleh sebab itu mendorong masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah tersebut. Untuk selanjutnya mengenai mata pencaharian
penduduk Desa tersebut, dapat dilihat dalam tabel ini:
Tabel. 3
Mata Pencaharian Penduduk
No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa 1 Karyawan 50 2 Dagang 15 3 Tani 265 4 Pegawai Negeri 4 5 Guru 5 6 Pensiun 1 7 Dokter - 8 Tukang Jahit 6 9 ABRI/POLRI 2
10 Jasa 2 11 Bidan 1 Jumlah 536
Tabel. 4
Bidang Pengembangan Pendidikan Penduduk
No. Pendidikan Jumlah 1 TK 1 2 SDN 2 3 SMP 2 4 SMU 1 5 TPQ 1 Jumlah 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
4. Keadaan Sosial Keagamaan
Penduduk Desa putat 100% beragama Islam, mereka sangat taat
dalam menjalankan agamanya. Mereka senantiasa mendapat
penerangan/cerama-cerama tentang agama Islam pada cara pengajian rutin
yang diadakan setiap tiga hari sekali, satu minggu sekali, kadang-kadang dua
minggu sekali dengan mengambil tempat dimasjid, rumah-rumah, di
langgar/mushalla.
Untuk meningkatkan syi’ar agama Islam juga dalam menjalankan
ibadah, di Desa Putat juga dilengkapi dengan sarana ibadah sebagai berikut:
Tabel. 5
Komposisi Sarana Ibadah
No. Sarana ibadah Jumlah 1 Masjid 1 2 Mushola/langgar 3
B. Sekilas Tentang Tanah di Desa Putat
1. Keadaan Tanah
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tanah adalah suatu lahan
yang sengaja diola sebagai lahan pertanian yang sesuai untuk memperoleh
penghasilan.
2. Status Tanah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Ditinjau dari pembagian di Desa maka tanah dibedakan menjadi dua
golongan tanah, yaitu:
a) Tanah gogolan, yaitu tanah dan berikan pemerintah untuk aparat Desa,
sebagai gaji di lingkingan peDesaan.
b) Tanah hak milik, yaitu tanah tanah yang di miliki oleh penduduk Desa dan
sudah bersertifikat untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.
3. Pengolahan Tanah
Ditinjau dari segi sistem pengolahan tanah, maka dua macam, yaitu:
a. Tradisional adalah pengolahan tanah pertanian yang bersifat sederhana
dengan cara tradisional yang telah diturunkan para orang tua terdahulu,
dimana padi dapat hidup dan tumbuh dari makanan yang dihasilkan oleh
kesuburan alami tanah tanah, dan ini bisa didapatkan dengan cara
meringankan tanah dan pemberian pupuk hijau.
b. Upsus adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemerintah setempat
untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil pendapatan petani
tradisional. Adapun cara-caranya sebagai berikut:
1) Para petani tradisional diusahakan agar meminta bibit kepada petani
semi intensif dengan meminta segala penjelasan bagaimana cara
meningkatkan budidanya padi di tanah dengan cara yang benar.
2) Hasil dari panen nantinya dikembalikan atau di jual kembali kepada
meraka denga harga pasaran. Usaha ini semata meringankan petani
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
tanah sebab bibit yang dipinjam keuanganya di bayar pada musim
panen.
Adapun pengelolaan tanah yang banyak dipakai oleh maysarakat
Desa putat sekarang adalah tipe tradisional dan tipe hasil panen.2
C. Tata Cara Sewa Tanah Tegalan di Desa Putat
1. Pencarian Tanah Tegalan Kepada Penyewa
Kelompok tani mencari tanah untuk dijadikan sebagai lahan tegalan.
Kemudian kelompok tani itu mendatangi kepala Desa Putat. Kemudian
kepala Desa menawarkan kepada masyarakat yang mempunyai tanah tersebut
untuk menyewakan tanahnya kepada kelompok tani. Penawaran itu
dilakukan dengan cara antara lain:
a. Pengaruh pemilik tanah kepada penyewa
Pemilik tanah itu menawarkan kepada penyewa bahwa harga sewa
tanah yang akan disewakan itu harganya lebih murah dari biasanya, cara
penggarapannya juga lebih muda, dan yang paling penting adalah
penghasiannya (pada waktu panen).
Adapun cara pemilik tanah mempengaruhi kepada calon penyewa
adalah sebagai berikut:
1. Pemilik tanah mendatangi calon penyewa
Suasana di Desa putat bersifat gotong royong dan tolong menolong,
sehingga kerukunan di Desa tersebut sangat nampak sekali. 2 Wawan Cara dengan Bpk H.Abdul Aziz, tanggal 25 juli 2009
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Hal tersebut tercemin sebagaimana pemilik tanah mau
mendatangi kerumah calon penyewa untuk menawarkan tanahnya.
Dalam mempengaruhi calon penyewa, pemilik tanah bersikap lemah
lembut, tidak memakasa dan dirundingkan dengan cara kekeluargaan.
Apablia calon penyewa tadi benar-benar mau untuk menyewa
tanahnya, baru langka berikutnya pemilik tanah dan penyewa
berunding ke Kepala Desa.
2. Pemilik tanah menyuruh seseorang untuk mencari calon penyewa.
Apabila pemilik tanah tidak mampu mencari sendiri calon penyewa,
maka dia menyuruh orang lain. Pemilik tanah akan memberikan
imbalan kepada orang yang disuruh tadi, bila dia berhasil memperoleh
calon penyewa.
Jadi dalam melaksanakan segala perjanjian yang berkaitan
hukum, warga Desa tersebut selau menjalankan dengan semangat
kerukunan. Hal tersebut membuktikan, bahwa seseorang yang
berusaha tidak hanya mementingkan dirinya sendiri tetapi juga
memperhatikan kepentingan orang lain.
Untuk menunjang peningkatan pelestarian dan pemanfaatan tanah
bagi masyarakat peDesaan para petani tersebut selalu mengelolah dengan
baik. Adapun bagi para petani yang mempunyai tanah yang luas, tapi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
tidak mempunyai keahlian (skill) dalam bidang itu, maka dia menyurh
orang lain untuk menggarap/mengelolah.
Dengan kenyataan tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa hal-
hal yang mempengaruhi dalam terjadinya sewa tanah adalah:
a. Faktor pola berfikir masyarakat Desa yang telah menujukkan
kemajuan untuk selalu memanfaatkan tanahnya, agar tidak sia-sia
begitu saja.
b. Faktor skill (keahlian) yang masi kurang dimiliki oleh pemilik
tanah dalam perencanaan, pengelolahan, serta pemanfaatan lahan
perikatan.
c. Faktor ekonomi yang masiguna untuk mencukupi kebutuhan yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan.
d. Faktor lingkungan yang sangat bagi masayrakat peDesaan untuk
meningkatkan dan memangfaatkan lahan perikanan.
3. Pengaruh mempengaruhi penyewa kepada pemilik tanah
Hidup bertani merupakan ciri khas bagi masyarakat peDesaan.
Maka dari itu, buruh tani yang tidak mempunyai tanah sendiri,
mereka menyewakan kepada para petani tanah yang mempunyai
lahan yang luas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Untuk mendapatkan sewaan dari pihak pemilik tanah, para
penyewa mempunyai cara tersendiri untuk mempengaruhi kepada
pemilik tanah. Diantara cara mempengaruhi tersebut adalah:
a. Penyewa mendatangi pemilik tanah di rumahnya
Mengingat akan pentingnya tanah pertanian bagi masyarakat,
maka bagi para prtanian tanah yang tidak memiliki tanah sendiri,
maka berusaha mendapatkan sewaan dari orang lain. Untuk
mendapatkan sewaan dari pemilik tanah tanah. Hal tersebut
dirundingkan dengan jalan musyawara penuh kekeluargaan. Dengan
demikian penyewa bisa menggunakan apa yang menjadi kebutuhan
mereka dan pemikil tanah tanah bisa memahami maksud
kedatangan calon penyewa.
b. Penyewa menyewakan tanah kepada pemilik tanah dengn
harga yang lebih tinggi dari harga biasanya.
c. Dalam menyewakan tanahnya, kadangkalah pemilik tanah
menyewakan dengan jalan lelang. Hal tersebut dilakukan oleh
pihak pemilik tanah, dikarnakan banyak calon penyewa yang
ingin menyewakan tanah kepadanya. Walaupun demikian, calon
penyewa yang benar-benar ingin mendapatkan sewa tanah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
tanah tersebut, merek mau membayar harga sewa yang lebih
tinggi dari harga biasanya.3
2. Proses Pembagian Sewa Menyewa Tanah Tegalan
a. Tawar menawar harga antara pemilik tanah dengan penyewa
Sistem sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo secara umum dapat
digambarkan, bahwa untuk menawar harga sewa tanah kepada calon
penyewa, maka pemilik tanah menggunakan harga yang berlaku bagi
masyarakat tersebut. Adapun tanah yang dibutuhkan untuk sewa tanah di
Desa Putat, yaitu + 45 hektar, dari 45 hektar tanah tersebut di dapat dari
warga Desa Putat yang di sewa kelompok tani. Kemudian Kelompok tani
membuat kaplingan dengan ukuran 0,9 Hektar. Untuk membagi siapa yang
berhak atau menempati tanah tersebut dibagi dengan cara undian yang
dilakukan oleh kelompok tani. Sedangkan bagi orang yang ingin mengikuti
undian harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh kelompok tani.4
Adapun syara-syaratnya:
1. Menjadi kelompok tani
2. Membayar administrasi sebesar Rp. 100.000,-
3. Peserta 50 orang
3 Wawan Cara Kpd Bpk H. Yasan, tanggal 20 juli 2009 4 Wawancara dengan Bapak H. Tawaf (Kelompok Tani), tanggal 18 Desember 2009
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
4. Mematuhi ketentuan-ketentuan oleh kelompok tani, bagi yang sudah
mendapat undian harus diterima walaupun lahannya jauh dari irigasi.
5. Harga sewa setiap kapling Rp. 800.000,-
Namun kemudian, dari 45 hektar itu dibagi 50 orang peserta undian,
perkaplingan dengan ukuran 0,9 hektar. Praktis jika 45 hektar tanah di bagi
50 orang peserta, masing – masing peserta mendapatkan 0,9 hektar tanah
maka, tanah tersebut kurang. Setelah tanah dari kepala Desa kurang,
kemudian kepala Desa menyewa tanah warga sekitar. Apabila warga tidak
bersedia menyewakan tanahnya maka kepala Desa memberikan kebijakan,
bahwa dalam pemakaian air yang biasa dipakai untuk irigasi oleh warga
tidak di izinkan oleh kepala Desa maka dengan terpaksa pemilik tanah
menyewakan tanahnya.
Adapun diantara warga masyarakat yang tidak setuju apabila tanah
mereka disewa oleh kelompok tani untuk dijadikan sebagai tanah tegalan,
yaitu: Pak wardi, Bu Asih, Pak Jakob, Pak Musda`i, Pak Karsono, Pak Umar
dan Pak Saman.
Pendapat Pak Tawaf dibenarkan oleh Umar, salah satu petani di Desa
Putat. Menurut Umar, masyarakat tidak rela menyewakan tanahnya dengan
alasan bahwa masyarakat menganggap penghasilan yang didapat lebih besar
dikelola sendiri daripada disewakan.5
5 Wawancara dengan Bapak Umar (Petani), tanggal 18 Desember 2009
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
b. Akad
Akad adalah merupakan ungkapan kata-kata antara pemilik tanah
dengan penyewa yang bertujuan untuk membuktikan kesepakatan antara
pihak yang menyewakan tanah dan pihak penyewa. Bila praktek sewa
menyewa tanah secara kaplingan itu benar-benar terjadi, maka pemilik
tanah berkata kepada sipenyewa menurut bahasa yng berlaku di daerah
tersebut.
Bentuk ungkapan akad sewa menyewa tanah secara kaplingan tersebut
dapat menulis, contoh “Saya sewakan tanah milik saya ini kepadamu
selama satu tahun dengan harga 800 ribu”, ketika pemilik tanah
menyerahkan kepada penyewa dengan ungkapan sebagaimana tersebut
diatas, maka sipenyewapun juga mengungkapkan rasa terima (Qabul)
kepada pihak pemilik tanah.
Dalam urusan akad yakni serah terima yang berkenaan dengan sewa
menyewa tanah secara kaplingan ini, kepada Desa beserta aparatnya juga
turut adil untuk menyaksikan jalanya akad. Dalam akad ini kepada Desa
beserta RT dan RW serta saksi yang terdiri dari orang dan bukti dokumen
tertulis (segel).
Jadi bila pemilik tanah dan calon penyewa melakukan akad sewa
menyewa tidak boleh bertindak secara sembunyi-sembunyi atau pribadi,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
akan tetapi harus dilaksanakan oleh pihak kepala Desa dan aparatnya. Hal
tersebut bertujuan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan .
c. Pembayaran Sewa menyewa
Diatas tadi sudah menulis ungkapan, apabila kedua belah pihak sepakat
untuk melangsungkan paraktek sewa-menyewa tanah, maka keduanya
harus mengungkapkan serah terima (ijab qobul). Ketua RT dan RW ikut
berperan dalam urusan tersebut, dikarnakan dia merupakan organisasi
masyarakat yang diakui dan dibina untuk melestarikan nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia.
Pada waku si penyewa membayar harga sewanya yang telah disepakati
bersama dan disaksikan bukti pembayaran itu ditulis di atas kertas bukti
pembayaran (kwitansi), baik mengenai harga sewanya maupun masa
sewanya. Dengan demikian terciptalah kelancaran tugas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan. Kepala Desa dan perangkatnya
melindungi ketentraman warganya dan masyarakatpun merasa dilindungi
dan diperhatikan oleh pemimpinya.
Sikap dan suasana di Desa Putat tersebut mencerminkan, bahwa
kehidupan masyarakat ditaati serta dijiwai asas hukum adat sebagai dasar
kekuasaan umum dan asas permusyarakatan.
Bagi masyarakat petani, tanah merupakan sumber harta kehidupan yang
teramat penting. Oleh sebab itu dalam urusan tanah, Pemerintah desa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
selalu berusaha untuk menerbitkan dan membuat aturan-aturan yang sangat
ketat, agar masyarakat tetap terpelihara. Secara dinamis dan sehat baik
dimasa sekarang maupun mendatang. Praktek sewa menyewa tanah secara
kaplingan di Desa Putat merupakan mu’amalah yang sering dilakukan.
Namun dalam prakteknya tidak sedikit perselisihan terjadi antara pemilik
tanah dengan penyewa.
a) Pemilik tanah
1. Pemilik tanah menyewakan tanahnya kepada penyewa atas dasar
kepercayaan dan kekeluargaan deangan tanpa sepengetahuan kepala
Desa dan saksi praktek sewa menyewa seperti ini biasanya dilakukan
oleh para petani tanah di Desa Putat yang terbatas pada kalangan
keluarga atau teman dekat saja. Mereka melakukan akad perjanjian
sewa menyewa secara kekeluargaan dan saling percaya tanpa
membawa masalah perjanjian sewa menyewa ini kepada Kepala Desa,
biasanya perjanjian sewa menyewa seperti ini lama waktu sewanya
tidak lebih 1 tahun terhitung dari tanggal pelaksanaan perjanjian.
Perjanjian yang didasarkan atas kepercayaan yang tampa
membuat bukti-bukti otentik akan bisa menimbulkan persengketan
dan perselisihan di kemudian hari. Hal ini terjadi karena kelalaian
maupun keingkaran akad perjanjian yang telah dibuat oleh kedua
belah pihak, namun karena perjanjian sewa menyewa tersebut di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
dasarkan atas dasar kekeluargaan, maka cara penyelesainyapun dapat
diselesaikan dengan jalan kekeluargaan.
2. Adanya gugatan dari pihak ke-3 terhadap tanah yang disewakan .
Hal ini disebabkan karena pemilik hak tanah tersebut berada
pada beberapa orang yakni, pihak 1 (orang menyewakan)
menyewakan tanah kepada pihak 2 (penyewa) 3 (pihak tanah yang
lain), padahal pihak ke 2 dan ke 3 dengan mempunyai hak pemilik
tanah yang disewakan, sehingga secara pihak 1 memperolehkan
keuntungan dengan mengorbankan pihak 3.
3. Selama habis masa sewa tanah, pemilik tanah menjual tanahnya
pada orang lain sehingga penyewa harus menghentikan masa sewa.
Pemilik tanah menjual tanahnya yang masi dalam masa sewa karena:
a. Kebutuan yang tak terganda dari pemilik tanah sehingga
harus menjual tanah
b. Terkena gusuran (landasan) yang mengharuskan pemilik
tanah menjual.
4. Dalam hal ini pemilik tanah secara pihak membatalkan perjanjian
sewa menyewa tanah dengan ganti rugi pembayaran kepada penyewa
deangan harga yang disesuaikan pada waktu akad perjanjian itu
dilakukan dari sinilah biasanya timbulnya perselisihan antara pemilik
tanah dan penyewa, Karena penyewa yang sebenarnya harus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
menyelesaikan masa sewanya harus menghentikan masa sewa tanah
dengan ganit rugi yang lebih tinggi dari harga sewa di waktu akad
sewa menyewa.
b) Dari Penyewa
1) Ketidak sesuaian antara akad perjanjian denagan praktek pengelolah
tanah sesuai.
Dalam akad perjanjian sewa tanah, pemilik tanah
mengisyaratkan kepada penyewa untuk mengelolah tanah sewanya
dengan sebaik-baiknya, apa dengan pemupukan, pengolahan tanah,
penaburan benih dan lain-lain, sehingga tanah selalu terjaga
kelestariannya dan bisa memperoleh manfaat yang sebenarnya
terkadang penyewa memungkiri akad perjanjian yang telah dibuat
bersama dengan pemilik tanah.
2) Untuk memperoleh manfaat hasil tanah yang sebanyak-banyaknya
penyewa menebarkan benih yang jumlahnya sangat banyak tampa
diimbangi dengan pengolahan tanah, sehingga tanah menjadi rusak.
3) Penyewa menelantarkan tanah, sehingga tanah menjadi kosong
(istilah tanah yang tak terawat). Hal ini karena penyewa sudah
merasa putus asa mengelolah dan memupuk serta menebar benih pada
area tanah namun hasilnya selalu gagal.
3. Keterlambatan dalam Pembayaran Sewa Menyewa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
a. sewa-menyewa tanah secara tebasan, maka penyewa berkewajiban
membayar harga sewa tanah kepada pemilik secara kontan pada waktu
akad perjanjian dilakukan, bila pembayaran belum dilakukan maka
perjanjian sewa menyewa tanah itu belum terjadi.
b. Pembayaran sewa-menyewa tanah secara setoran maka penyewa
berkewajiban membayar harga sewa tanah kepada pemilik tanah secara
berjangka dalam tiap tahun sesuai dengan lamanya waktu sewa-menyewa
tanah. Pada sewa tanah secara setoran inilah terkadang memicu
perselisihan antara pemilik tanah yang sangat rendah dibandingkan dengan
sewa tanah, maupun karena kelalaian penyewa.
c. Penyewa menggantikan tanah sewa kepada orang lain tanpa sepengetahuan
pemilik tanah. Rasa kekeluargaan dan gotong royong yang mewarnai
kehidupan masyarakat petani tanah di Desa Putat mencerminkan
suasana masyarakat petani tanah yang suka gotong royong dan tolong
menolong. Bagi masyarakat petani tanah merupakan sumber kehidupan
yang teramat penting , dan tidak semua petani tanah yang memiliki tanah
sendiri, bagi masyarakat yang tidak memiliki tanah sendiri biasanya
mereka memperoleh dengan cara sewa-menyewa dari pemilik tanah.
Dalam perjanjian sewa-menyewa tanah, pemilik menyewakan
tanahnya kepada penyewa untuk dimanfaatkan sehingga atau memperoleh
hasil panen yang baik, namun dalam prakteknya terkadang penyewa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
sebelum memanfaatkan tanah sewanya, penyewa menggantikan tanah
sewanya kepada orang lain dengan tanpa sepengetahuan pemilik tanah
dengan ganti pembayaran yang lebih tinggi, sehingga secara sepihak
penyewa memperoleh keuntungan. Apabila dalam praktek sewa-menyewa
tersebut terjadi perselisihan antara pemilik tanah dengan penyewa, maka
penyelesaian masalah dilakukan secara kekeluargaan, jika belum bisa
menyelesaikanya, maka kepala Desalah yang mendamaikannya sesuai
dengan tugasnya:
1) Melaksanakan tertib administrasi pemerintahan di tingkat dan sesuai
dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.
2) Melaksanakan pembangunan dan pembinaan masyarakat.
3) Bertanggung jawab atas jalannya penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanan pembangunan dan pembinaan masyarakat Desa yang
bersangkutan.
4) Melaksanakan keputusan-keputusan Desa sesuai dengan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5) Menyelesaikan perselisian yang terjadi di Desa yang bersangkutan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku (peraturan mentri dalam
negeri No,4 tahun 1984 tentang hak wewenang dan kewajiban kepala
Desa, pada bab III pasal 4).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Adapun bentuk tindakan Kepala Desa beserta aparat dalam
menyelesaikan pertikaian antara pemiik tanah dengan penyewa di Desa
Putat adalah: 1) Kepala Desa mengundang 2 belah pihak yang berkaitan
untuk datang ke kantor kelurahan Desa. Kepala Desa bertindak secara
tegas untuk mencari duduk permasalahanya yang menyebabkan terjadinya
perselisihan. Dengan demikian Kepala Desa mengetahui siapa yang benar
dan siapa yang salah. 2) Setelah diketahui siapa yang benar dan siapa yang
salah, maka Kepala Desa menyuruh orang yang bersalah untuk
memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH
TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI
DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN
SIDOARJO
A. Tata Cara Sewa Tanah Tegalan Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo
Di dalam akad sewa menyewa ijab dan qabul adalah rukun dari sah dan
tidaknya perjanjian sewa menyewa tersebut. Hukum akad itu sendiri adalah
bermacam-macam menurut makna dan macam akadnya.
Berdasarkan wawancara penyusun dengan penyewa tanah tegalan serta
kelompok tani yang melakukan praktek sewa menyewa tanah dengan sistem
undian di Desa Putat mengenai lafad-lafad yang dipergunakan, tidak ada lafad
khusus yang dipergunakan, sepanjang dari lafad tersebut dapat difahami makna
dan maksudnya oleh penyewa dan pemilik bangunan atau yang menyewakan
walaupun lafad-lafad tersebut tidak menggunakan kata-kata sewa menyewa.1
1 Observasi pada masyarakat Desa putat tangggal 27 Nopember 2002
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Contohnya dengan menggunakan kata-kata sebagai berikut: misalnya dari
pemilik bangunan “Aku sewakan taah ku sekian, dengan harga sekian, tunai”. Dan
Penyewa menjawab: “Aku terima dengan harga sekian tunai”.
Meskipun lafad di atas menggunakan kata jual namun pada hakekatnya adalah
sewa menyewa.
Mengenai ijab dan qabul yang dilakukan dengan cara demikian itu
diperbolehkan. Sebab mengenai ucapan ijab dan qabul tidak ada hukum yang
mengatur dengan menggunakan kata-kata khusus, karena ketentuan hukum ada
pada akad dengan makna dan tujuan, bukan pada kata-katanya.
Dan bentuk (sigat) akad itu dapat dilakukan secara lisan, tulisan maupun
isyarat yang memberi pengertian dengan jelas tentang adanya ijab dan qabul dan
dapat juga dengan perbuatan yang telah menjadi kebiasaan di dalam pelaksanaan
ijab dan qabul.2
Pada umumnya masyarakat Desa Putat dalam melakukan sewa menyewa
bangunan dengan sistem gabungan, biasanya didahului dengan ijab dan qabul,
mengenai bentuk sigat akad yang sering dipergunakan ialah secara lisan (kata-
kata) dan tulisan.
2 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Mu’amalah, hlm. 49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Suatu akad dikatakan rusak apabila dilakukan oleh orang-orang yang
memenuhi syarat-syarat kecakapan terhadap obyek yang dapat menerima hukum
akad. Tetapi padanya terdapat hal-hal yang dilarang oleh syara’.3
Selanjutnya yang dimaksud dengan cacat pada akad yaitu hal-hal yang
merusak terjadinya akad, misalnya tidak terpenuhinya unsur suka rela antara
pihak-pihak yang bersangkutan, adanya unsur paksaan, kekeliruan dan penipuan.
Jadi akad sewa menyewa itu harus dilakukan sesuai dengan rukun dan
syaratnya untuk menghindari madarat yang dapat merugikan salah satu pihak. Hal
ini merupakan salah satu pencerminan dari prinsip hukum Islam khususnya
mengenai mu’amalah yang dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindarkan dari madarat dalam hidup bermasyarakat.4
Analisis, sebagaimana telah dibicarakan pada bab II pada sub bab Hukum
sewa menyewa, bahwa hukum sewa menyewa bangunan sarang walet merupakan
suatu akad yang diperbolehkan oleh hukum Islam. Sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip keadilan, tidak akan menimbulkan persengketaan dikemudian hari,
dan hak-hak kedua belah pihak dapat terpenuhi.
Adapun mengenai hal-hal yang diperbolehkan di dalam sewa menyewa tanah
tagalan adalah sewa menyewa yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang jelas,
misalnya pembayaran sewanya dengan sesuatu yang jelas seperti dengan uang
tunai, emas atau perak.
3 Ibid. hlm. 74. 4 Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqhiyah, hlm. 85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Mengenai hal-hal yang dilarang di dalam sewa menyewa tanah tegalan adalah
sewa menyewa tanah yang tidak mempunyai ketentuan yang jelas misalnya
pembayaran sewanya dengan sesuatu yang belum pasti berhasil dan tidaknya
misalnya panen garbis tersebut cuma sedikit.
Adapun di dalam sewa menyewa tanah tegalan dengan undian yang terjadi di
Desa putat ketentuan-ketentuannya sebagaimana yang telah dibicarakan pada bab
III di dalam sub bab akad dalam sewa menyewa tnah tegalan di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran sewanya adalah dengan uang tunai yang dibayarkan di muka
2. Perhitungan batas waktu sewa menyewanya adalah tiga kali panen dihitung
sekali sewa dan ditentukan oleh batasan waktu 1 tahun.
3. Mengenai pembayaran pajak tanah yang disetorkan kepada Pemerintah
selama masa sewa berlangsung yang menanggung adalah penyewa kalau di
dalam perjanjian yang akan menanggung bebas pajak adalah pemilik tanah
sendirilah yang akan menanggung beban pajak tanahnya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga sewa peroyod kalau harga sewanya
tinggi atau di atas harga rata-rata maka yang menanggung adalah pemilik
tanah .
4. Di dalam sewa menyewa tanah tegalan yang terdapat adanya unsur yang
disebut dengan istilah undian yaitu mengenai penetuan tempat atau lahan
bagi penggarap tanah tegalan di perbolehkan asal demi kemaslahatan umat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
Ketentuan –ketentuan tersebut di atas diadakan atas dasar adat kebiasaan
masyarakat setempat.
Dari uraian-uraian di atas menurut penilaian penyusun bahwa akad di dalam
sewa menyewa tanah tegalan yang di kelola oleh kelompok tani yang terjadi di Desa
Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo adalah sah. Karena telah
memenuhi rukun dan syarat akad. Misalnya di dahului dengan akad atau ijab dan
qabul atas dasar suka sama suka dan masing-masing memperoleh keuntungan yang
mereka inginkan. Adapun mengenai ketentuan-ketentuan yang ada di dalam akad
sewa tanah tegalan yang didasarkan pada adat kebiasaan masyarakat tersebut, tidak
bertentangan dengan rukun dan syarat akad menurut hukum Islam, sebagaimana
yang telah di bahas pada bab sebelumnya.
B. Analisis Hukum Islam terhadap Sistem Sewa Tanah Tegalan Desa Putat
Kecamatan Tanggulain Kabupaten Sidoarjo
Keabsahan sahnya sewa menyewa tanah harus berlandaskan pada kerelaan
kedua belah pihak sehingga tidak ada yang merasa dirugikan pada saat terjadinya
sewa tanah tegalan.
Akad sewa menyewa dinyatakan sah dengan Ijab Qabul. Akad menurut
bahasa adalah ikatan dan persetujuan. 5 Sedangkan pengertian akad menurut
istilah adalah merupakan ungkapan kata-kata antara pemilik tanah dengan
5 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 13, hal.49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
penyewa yang bertujuan untuk membuktikan kesepakatan antara pihak yang
menyewakan tanah pertaniannya dengan pihak penyewa. Perjanjian sewa
menyewa yang berlangsung antar hamba Allah adalah persoalan yang
berdasarkan pada kerelaan jiwa yang tidak diketahui lantaran tersembunyi.
Karena itu syariat menetapkan, ucapkanlah yang menjadi ungkapan apa yang
terdapat didalam jiwa.
Sewa menyewa berlangsung dengan ijab dan qabul. Pengertian dari ijab
adalah ungkapan yang keluar terlebih dahulu dari dan salah satu dan pihak. Dan
qabul, yang kedua. Dan ijab qabul tidak ada kepastian menggunakan kata-kata
khusus, karena ketentuan hukumnya ada dalam akad dengan bertujuan dan mana
bukan dengan kata-kata itu sendiri.
Diperlukan adanya saling rida (rela), direalisasikan dalam bentuk
mengambil dan member atau cara lain yang dapat menunjukan keridlaan dan
berdasarkan mkna pemilik dan memperlikan, seperti ucapan pemilik tanah: Aku
sewakan, aku berikan, aku milikkan, atau ini menjadi milikmu dan ucapan
penyewa: Aku sewa, aku ambil, aku terima, aku rela, atau ambillah apa harganya
dan sebaginya.
Subyek sewa menyewa tanah tegalan di sini adalah pihak-pihak (orang)
yang terlibat dalam pelaksanaaan akad sewa menyewa tersebut, yang secara
umum di sebut pihak penyewa dan pihak yang menyewakan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
Akad sewa menyewa dipandang sah apabila para pihak yang melakukan
akad atau subyek akad memenuhi syarat dan mempunyai kecakapan di dalam
melakukan perbuatan hukum.
Kecakapan melakukan tindakan hukum ada yang sempurna dan ada yang
tak sempurna, sesuai dengan tahapan usia manusia, yang terdiri dari masa kanak-
kanak sebelum balig, dan masa balig sampai ia meninggal dunia, selain tahapan
hidup manusia, faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu mengenai keadaan yang
tengah dialami manusia di dalam hidupnya seperti keadaan sehat akal, sakit
ingatan, amat dungu, di taruh di bawah pengampuan dan sebagainya. Hal-hal
tersebut akan mempengaruhi sempurna dan tidaknya seseorang untuk melakukan
tindakan hukum.6
Seseorang yang mempunyai kecakapan tak sempurna hanya dibenarkan
melakukan tindakan-tindakan hukum yang mendatangkan keuntungan saja dan
tidak mengandung resiko, anak-anak dalam masa tamyiz sampai usia balig
dipandang telah mempunyai kecakapan hukum tak sempurna untuk melakukan
perbuatan hukum. Akibat dari tindakan-tindakan hukum yang dilakukan dapat
mendatangkan dua kemungkinan, mungkin mendatangkan keuntungan dan
mungkin mengakibatkan kerugian, dan dapat dibenarkan melakukan tindakan
hukum setelah mendapat ijin dari walinya.
6 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Fiqh Mu’amalah. hlm. 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Orang yang sudah balig dipandang telah mempunyai pertimbangan akal
yang sempurna, oleh karena itu ia dipandang telah mempunyai kecakapan
sempurna untuk melakukan perbuatan hukum, dan ia dapat melakukan tindakan-
tindakan hukum tanpa adanya ijin dari orang lain.
Untuk kriteria kecakapan sempurna seseorang yaitu orang yang telah
mempunyai kemampuan untuk menerima beban, baik kemampuan untuk
menerima hak maupun kewajiban, yaitu kepantasan seseorang untuk diberi hak
dan kewajiban maupun kemampuan untuk berbuat, maksudnya yaitu kepantasan
seseorang untuk dipandang sah perkataan dan perbuatannya melakukan tindakan
hukum.7
Dalam kecakapan sempurna yang dimiliki orang yang telah balig itu
ditekankan pada adanya pertimbangan akal yang sempurna, bukan pada usia saja.
Oleh karena itu dapat dipertimbangkan kembali ketentuan mengenai kecakapan
ini, sebab ada kemungkinan dalam lingkungan masyarakat tertentu banyak orang
yang telah mencapai umur balig, tetapi belum cukup sempurna pertimbangan
akalnya.8
Menurut Abu Hanifah yang dikutip oleh Hasbi as-Shiddieqy, apabila belum
nyata tanda-tanda sampai umur balig, maka ditetapkan sampai umur 17 tahun
bagi gadis, dan umur 18 tahun bagi jejaka. Menurut Dr. yusuf musa yang dikutip
oleh Hasbi ash-Shiddieqy juga, beliau berpendapat sampai umur 21 tahun, karena
7 Muhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam, hlm. 165. 8 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Mu’amalah, hlm. 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
pemuda sebelum itu biasanya pada periode belajar jadi kurang mempunyai
pengalaman hidup. Dalam pada itu untuk beberapa urusan tertentu dapat
diserahkan pada yang berumur 18 tahun.9
Untuk dapat terjadinya suatu tindakan hukum atau akad yang mempunyai
akibat hukum, maka orang yang melakukannya harus cakap melakukan tindakan-
tindakan hukum dan mempunyai kekuasaan asli atas nama dirinya sendiri/sebagai
wali atas diri orang lain.10
Sebagaimana diuraikan pada bab III dalam sub bab Akad dalam sewa
menyewa tanah tegalan yang di kelola kelompok tani di Desa Putat Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, Bahwa subyek akadnya adalah kelompok tani
dan pemilik tanah. Adapun mengenai persyaratan sah dan tidaknya di dalam
sewa menyewa tanah tegalan yang di kelola kelompok tani tidak ada ketentuan
peraturan secara pasti yang tertulis namun dari segi kondisi mental mereka yang
melakukan perjanjian, telah memenuhi kriteria yang sah menurut syara’ untuk
melakukan perbuatan hukum diantaranya yaitu telah baligh, sehat akalnya, dapat
bertindak atas kemauan diri sendiri, tapi pada kenyataannya sewa yang di
lakaukan masih ada keterpakasaan dari satu pihak untuk menyewakan tanahnya.
Maka dari uraian tersebut di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa
hukum sewa tanah tegalan yang di kelola kelompok tani di Desa Putat
9 T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, II, hal. 241. 10 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Muamalat, hlm. 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, menurut hukum Islam adalah
belum memenuhi syarat sah sewa meyewa.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
BAB V PENUTUP DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penyajian dan menganalisa data sesuai dengan fokus penelitian,
maka penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa:
1. Pelaksanaan sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, kelompok tani mendatangi
kepala Desa mencari tanah untuk dijadikan sebagai lahan tegalan. Namun,
setelah tanah dari kepala Desa kurang, Kepala Desa menyewa tanah warga
sekitar. Apabila warga tidak bersedia menyewakan tanahnya maka kepala
Desa memberikan kebijakan, bahwa dalam pemakaian air yang biasa dipakai
untuk irigasi oleh warga tidak diizinkan oleh kepala Desa maka dengan
terpaksa warga menyewakan tanahnya. Padahal, tanah merupakan bagian
penting ekonomi pertanian di Desa Putat kenapa karena kalau lahan atau
tanah tersebut disewakan maka warga merasa rugi. Jadi dalam praktek sewa
– menyewa tanah di Desa Putat ada unsur ketidak relaan.
2. Berkaitan dengan sistem sewa tanah tegalan yang dikelola kelompok tani di
Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo belum sah menurut
hukum Islam sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-Nisā’ ayat 29,
karena dilaksanakan tidak berdasarkan kerelaan antara salah satu pihak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Dalam hal ini, ketentuan syarat sahnya sewa – menyewa dalam hukum Islam
yaitu adanya masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian sewa
menyewa, artinya dalam perjanjian sewa menyewa itu tidak ada unsur
pemaksaan.
B. Saran
Melalui penulisan skripsi ini, penulis memberikan saran, antara lain:
Diharapkan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Putat
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo semaksimal mungkin untuk
menyosialisasikan tentang syarat sahnya sewa – menyewa yang berdasar
fiqih Islam.
Dan kepada mahasiswa, peneliti, dan lain sebagainya, hasil penelitian
ini bisa dijadikan rujukan sementara, untuk kemudian dikembangkan dengan
penelitian - penelitian yang lebih mendalam, sehingga berguna, baik bagi
pengembangan keilmuan fiqh Islam, maupun bagi kesejahteraan masyarakat,
terutama masyarakat Desa Putat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abddurrahman al jaziri, Madzahibul Arbaah jilid III, Semarang: asy-Syafah, 1994. Abdul Zakki, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2002. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam jilid 2, Yogyakarta: Bakti Wakaf, 1985. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalah), Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2000. Asjmuni, A. Rahman, Kaidah-kaidah Fiqhiyah, Jakarta: Bulan bintang, 1976. Azhar, Ahmad Basyir, Asas-asas Fiqh Mu’amalah, edisi revisi Jogjakarta: UII,
1993. ___________, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE, 1987. ___________, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam, Yogyakarta:
UUI, 2000. Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika,
1994. Cholid N. dan Abdul Achmad, Metodologi Penelitian, Jakarta: al-Kautsar:tt. Chapra, M. Oemar, et al, Etika Ekonomi Politik:Elmen-elmen Strategis
Pembangunan Masyarakat Islam, Surabaya: Risalah Gusti: 1997. Hamzah Ya’qub, Kode Etika Dagang Menurut Islam, Bandung: CV.
Diponegoro,1992. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, cet. V, Jakarta: Bulan bintang,
1975. Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Huril Aini, Sewa Menyewa Tanah di Desa Cemandi Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo. Skripsi, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 1998.
Manzer Katif, Ekonomi Islam:Telaah Analitik Terhadap Sistem Ekonomi Islam,
terj. Mahmud Husein, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Muhamad Dhofir, Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Sewa Menyewa Tanah di Desa Belogo Kecamatan Manya Kabupaten Gersik, Skripsi, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negri Sunan Ampel, Surabaya, 1995.
Muhammad Syarbini, al-Iqna’ jilid I, Semarang, Putra Semarang t.t. Muhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam, cet. X,
Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986. Nisaburiy, Abi Husain Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusayriy, Sahih Muslim, Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994. Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: tt. Sajogyo, Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah jus XIII, Beirut: Dar al-Fikr, 1996. Sulaiman Abi Daud, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996. Suhrawardi K,Lubis,Hukum Ekonimi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Wahyu dan Muhammad Masduki, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, Jakarta:
Bulan Bintang, 2003. Yusuf Qardhawi, Teologi kemiskinan, :Doktrin Dasar Dan Solusi Islam Atas
Problem Kemiskinan, terj. Ah. Maimun Syamsuddin, Yogyakarta: Mitra Pustaka: 2002.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung : Diponegoro, 2004