smk3

28
Laporan Praktikum Proses Manufaktur I Program Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut: a. Kelelahan (fatigue) b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition) c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre- cause) adalah kurangnya training d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda- benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek Laboratorium Proses Produksi 1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Upload: nikitha-ashardika-putri

Post on 03-Aug-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan

saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian

(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

a. Kelelahan (fatigue)

b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working

condition)

c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai

penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training

d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri

Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan

terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat

pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus

listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila

pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan kerja pada

prioritas pertama.

Dengan menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja

dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada implementasi fisik, maka

perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau bidang dengan

tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari

menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan

penerapan di lapangan.

Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang efektif dan

efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung

proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.

Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta

membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja

bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 2: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB II

LANDASAN HUKUM

2.1 Landasan Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan peraturan

pelaksanaannya yaitu :

Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. KEP-155/MEN/84.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan

Ahli Keselamatan Kerja.

Undang-undang No. 3 tahun 1951

Tentang Pernyataan Berlakunya UU Pengawasan Perburuhan Tahun 1948

Dari RI Untuk seluruh Indonesia. Pengawasan perburuhan antara lain

diadakan guna mengawasi berlakunya UU dan Peraturan Perundangan

Perburuhan pada khususnya. Menteri yang diserahi urusan perburuhan

atau pegawai yang ditunjuk olehnya akan menetapkan pegawai-pegawai

mana yang diberi kewajiban untuk menjalankan pengawasan perburuhan.

Undang-undang No. 21 Tahun 2003

tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Labour Inspection

in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan

Ketenagakerjaan Di Industri dan Perdagangan).

1 Sistem pengawasan ketenagakerjaan harus diterapkan di semua tempat

kerja berdasarkan perundang-undangan.

2 Sistem pengawasannya dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 3: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja :

1 Syarat-syarat Keselamatan Kerja berisi lebih dari 50% syarat-syarat

Kesehatan Kerja. Dirjen Binwasnaker melakukan pengawasan umum

terhadap UU ini. Pegawai Pengawas dan Ahli K3 ditugaskan

menjalankan pengawasan Langsung thd ditaatinya UU ini dan

membantu pelaksanaannya.

2 Pemeriksaan Kesehatan TK dilakukan oleh Dokter yang mempunyai

kualifikasi dan kompetensi khusus (dokter pemeriksa kesehatan tenaga

kerja).

3 Kebijakan Nasional menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja

shg terjamin pelaksanaannya secara seragam dan serasi bagi seluruh

Indonesia.

Kepmendagri No. 130-67 Tahun 2002 Pasal 86

(1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas:

a Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

b Moral dan Kesusilaan

c Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

(2)Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan

dan kesehatan kerja.

(3)Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Penjelasan Pasal 86 :

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk

memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan

para pekerja / buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit

akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan dan rehabilitasi.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 4: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Pasal 87 :

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan.

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

PP. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Kewenangan Pemerintah di bidang

Ketenagakerjaan adalah seperti pada Pasal 2 ayat 3 yaitu :

a Penetapan kebijakan hubungan industrial, perlindungan pekerja dan

jamsos pekerja.

b Penetapan standar keselamatan kerja, kesehatan kerja, hygiene

perusahaan, lingkungan kerja dan ergonomi.

c Penetapan pedoman Penentuan kebutuhan fisik minimum.

Kepmendagri No. 130-67 tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan

Kabupaten dan Kota.

Kewenangan Bidang Ketenagakerjaan khususnya perlindungan tenaga

kerja : 

1. Bimbingan pencegahan kecelakaan kerja

2. Bimbingan kesehatan kerja

3. Bimbingan pembentukan P2K3

4. Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja

5. Pemeriksaan Kecelakaan kerja

6. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Ahli K3

7. Pemberdayaan pelaksaan kegiatan PJK3

8. Pelaksanaan Penerapan SMK3

9. Pemberian ijin Pengesahan Sertifikat K3

10. Penyidikan Pelanggaran Norma K3

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 5: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB III

KECELAKAAN KERJA

3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Berikut adalah faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja. Secara umum

kecelakaan kerja disebabkan oleh bebarapa faktor di bawah ini :

1. Penyebab Langsung ( Immediate   Causes)

Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya

bisa dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:

A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan

berbahaya dari dari manusia yang dalam bbrp hal dapat dilatar

belakangi antara lain:

1. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect)

2. Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom)

3. Sikap dan tingkak laku yang tidak aman

4. Pengetahuan.

B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang

akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:

1. Mesin, peralatan, bahan.

2. Lingkungan

3. Proses pekerjaan

4. Sifat pekerjaan

5. Cara kerja

2. Penyebab Dasar (Basic causes).

Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu

A. Faktor manusia/personal (personal factor)

Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi

Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill.

Stres.

Motivasi yang tidak cukup/salah

B. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)

Faktor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 6: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Faktor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst

Faktor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga.

Ergonomi dan psikososial.

Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan

(fatigue)

2. Kondisi tempat

kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe

working condition)

3. Kurangnya

penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya

(pre-cause) adalah kurangnya training

4. Karakteristik

pekerjaan itu sendiri.

5. Hubungan

antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasan

yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan

kerja (paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-

cycle repetitive work), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan

“pemanasan prosedural”, beban kerja (workload), dan lamanya sebuah

pekerjaan dilakukan (workhours) adalah beberapa karakteristik

pekerjaan yang dimaksud.

6. Penyebab-

penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam

sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).

3.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fungsi dari Kesehatan kerja:

1. Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya

kesehatan di tempat kerja.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 7: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

2. Memberikan saran terhadap perencanaan  dan pengorganisasian dan

praktek kerja termasuk desain tempat kerja.

3. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang

kesehatan kerja dan APD.

4. Memantau  kesehatan para pekerja.

5. Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami

sakit/kecelakaan kerja.

6. Mengelola P3K dan tindakan darurat

Fungsi dari Keselamatan kerja :

1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat

membahayakan keselamatan para pekerja.

2. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program

3. Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan

lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian

bahaya

4. Ukur, periksa kembali  keefektifitas pengendalian bahaya dan

program pengendalian bahaya

3.3 Alat Pendukung

Alat pelindung diri merupakan peralatan pelindung yang digunakan

oleh seorang praktikan/pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi

lingkungan.

1. Perlindungan Kepala, Mata dan Wajah

Perlindungan kepala (Safety Helmet)

a. Kelas A 

Dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan

melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt. 

b. Kelas B 

Dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan

melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.

c. Kelas C 

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 8: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Dirancang untukmelindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi

tidak melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari

bahan korosif volt.

d. Bump Cap

Terbuat dari plastik untuk melindungi kepala dari tabrakan

dengan benda yang menonjol.

Gambar 1.1 Safety Helmet

Sumber: Putra (2010)

Pelindung mata (Safety Glasses) 

Secara umum perlindungan mata terdiri dari : 

a. Kacamata pelindung

Gambar 1.2 Kacamata Pelindung

Sumber: Anonim (2011)

b. Goggle

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 9: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.3 Goggle

Sumber: Anonim (2011)

Perlindungan wajah

a. Face shield

Gambar 1.4 Face Shield

Sumber: Anonim (2011)

Digunakan pada operasi peleburan logam,percikan bahan kimia,

atau partikel yang melayang.

b. Welding Helmets (topeng las)

Gambar 1.5 Topeng Las

Sumber: Anonim (2011)

Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring

cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama

operasi pengelasan. 

2. Perlindungan Pernafasan

Masker

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 10: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.6 Masker

Sumber: Putra (2010)

Masker digunakan untuk melindungi hidung dari kontaminasi gas

yang berbahaya dan penyaring udara yang dihirup saat bekerja di

tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). 

3. Perlindungan Tangan

a. Sarung Tangan Metal Mesh

Gambar 1.7 Sarung Tangan Metal Mesh

Sumber: Anonim (2011)

Sarung metal masih tahan terhadap ujung yang lancip.

b. Sarung tangan Kulit

Gambar 1.8 Sarung Tangan Kulit

Sumber: Anonim (2011)

Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan melindungi

tangan dari  permukaan kasar.

c. Sarung tangan Vinyl dan Neoprene 

Gambar 1.9 Sarung Tangan Vynil dan Neoprene

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 11: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Sumber: Anonim (2011)

d. Sarung tangan Padded Cloth 

Gambar 1.10 Sarung Tangan Padded Cloth

Sumber: Anonim (2011)

Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas,

kotoran dan Vibrasi.

e. Sarung tangan Heat Resistant

Gambar 1.11 Sarung Tangan Heat Resistant

Sumber: Anonim (2011)

Mencegah terkena panas dan api.

f. Sarung tangan karet 

Gambar 1.12 Sarung Tangan Karet

Sumber: Anonim (2011)

Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet

merupakan isolator (bukan penghantar listrik).

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 12: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

g. Sarung tangan Latex Disposable 

Gambar 1.13 Sarung Tangan Latex Disposible

Sumber: Anonim (2011)

Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini

hanya untuk sekali pakai.

h. Sarung Tangan Lead Lined 

Gambar 1.14 Sarung Tangan Lead Lined

Sumber: Anonim (2011)

Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi. 

4. Perlindungan Kaki

Hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada kaki salah

satunya adalah akibat bahan kimia. Cairan seperti asam, basa, dan

logan cair dapat menetes ke kaki dan sepatu. Bahan berbahaya

tersebut dapat menyebabkan luka bakar akibat bahan kimia dan

panas. Banyak jenis jenis sepatu keselamatan dan diantaranya

adalah:

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 13: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

a. Sepatu Latex/Karet 

Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra

pada permukaan licin.

Gambar 1.15 Sepatu Latex

Sumber: Putra (2010)

b. Sepatu Buthyl 

Gambar 1.16 Sepatu Buthyl

Sumber: Putra (2010)

Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde,

alkohol, asam, garam, dan basa.

c. Sepatu Vinyl 

Gambar 1.17 Sepatu Vinyl

Sumber: Putra (2010)

Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan

darah. 

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 14: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

d. Sepatu Nitrile 

Gambar 1.18 Sepatu Nitrile

Sumber: Anonim (2011)

Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

5. Perlindungan Telinga

Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk

praktikan yang bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari

gesekan benda-benda keras ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin. 

Alat Pelindung yang digunakan untuk kondisi seperti ini antara lain:

a. Ear Phone, sistem kerja alat Ear phone ini yaitu meredam suara.

Gambar 1.19 Ear Phone

Sumber: Anonim (2011)

b. Sumbat Telinga (Ear plugs) 

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 15: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.20 Ear plugs

Sumber: Anonim (2011)

Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi Daya

atenuasi (daya lindung): 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk

bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.

c. Tutup Telinga (Ear muff ) 

Gambar 1.21 Ear muff

Sumber: Putra (2010)

Frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)Untuk

frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat

dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga

dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,

karena hantaran suara melalui tulang masih ada. 

6. Perlindungan Badan

a. Jas Laboratorium 

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas

laboratorium:

kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam

kondisi tidak terpasang dan ukuran jas laboratorium pas

dengan ukuran badan pemakainya. 

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 16: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari

tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit

pemakainya. Jika jas laboratorium sudah terkontaminasi

oleh tumpahan bahan kimia, jas harus segera dilepas.

Gambar 1.22 Jas Laboratorium

Sumber: Anonim (2011)

b. Apron

Gambar 1.23 Apron

Sumber: Anonim (2011)

Apron digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang

bersifat korosif dan mengiritasi. Terbuat dari plastik atau karet.

c. Jumpsuits 

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 17: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Gambar 1.24 Jumpsuits

Sumber: Anonim (2011)

Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini

direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi

(mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat

karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak).

d. Tali Keselamatan (safety belt)

Gambar 1.25 Tali Keselamatan

Sumber: Putra (2010)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat

transportasi ataupun peralatan lain yang serupa

(mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain).

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 18: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB IV

5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

1.4 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

5R dikenal sebagai salah satu budaya kerja dari negara Jepang yang sudah

melegenda. 5R berasal dari 5 kata dalam bahasa Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso,

Seiketsu, dan Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, 5S itu diterjemahkan sebagai 5R,

Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

Banyak perusahaan sudah mengadopsi budaya kerja 5R ini. Secara tidak

disadari, 5R akan membentuk suatu budaya kerja yang sangat bermanfaat. Bahkan

5R mampu digunakan sabagai salah satu tools untuk meningkatkan laba

perusahaan.

Penjelasam masing-masing 5R yaitu:

Ringkas: yaitu kegiatan memisah-misahkan segala sesuatu yang

dibutuhkan, kurang dibutuhkan dan membuang yang tidak dibutuhkan

dari tempat kerja.

Rapi: yaitu mengatur dan menempatkan tata letak segala peralatan dan

perlengkapan kerja sesuai dengan fungsinya sehingga segalanya selalu

siap apabila sewaktu waktu dibutuhkan.

Resik: yaitu kegiatan membersihkan dan menyingkirkan segala sesuatu

yang tidak pada tempatnya sehingga kondisi tempat kerja menjadi

menyenangkan dan enak dipandang.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 19: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

Rawat: yaitu kegiatan mempertahankan dan memelihara kondisi yang

telah dicapai 3R sebelumnya sehingga tercipta suatu standarisasi kerja

dalam system pengendalian untuk menjaga terus kondisi baik tersebut.

Rajin: yaitu kegiatan membentuk atau membina suatu kebiasaan kerja

yang baik untuk dilaksanakan secara terus menerus sehingga menjadi

ciri atau sifat dan sikap dari semua karyawan dan karyawati dalam

Perusahaan.

Pelaksanaan Program 5R yang baik diharapkan dapat mencapai hasil kerja sebagai

berikut :

Terjaganya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Terciptanya tempat / lingkungan kerja yang bersih dan teratur.

Tercapainya kwalitas dan kwantitas produksi.

Terlaksananya efektivitas dan efisiensi kerja yang diharapkan.

Terawatnya barang inventaris, mesin dan infrastruktur.

Terciptanya disiplin kerja karyawan dan karyawati

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 20: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

BAB V

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

1.5 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api portable

yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran,

selain itu pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah

mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini,

peletakan APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu sehingga

memudahkan didalam penggunaannya.

Berikut tempat yang direkomendasikan untuk diletakkannya APAR :

1. Diletakkan pada jalur jalan keluar.

2. Dekat dengan pintu dan diberi label yang mudah dibaca serta terlihat

dengan dengan jelas.

3. Cukup dekat dengan daerah yang berbahaya.

4. Bila diletakkan pada gantungan (hanger), tinggi handle (pegangan) dari

lantai = 120 cm

5. Pada gedung bertingkat usahakan posisi diletakkannya APAR adalah

pada posisi yang sama, diletakkan pada sudut-sudut gang (koridor) atau

dekat pintu tangga.

Proses terjadinya api/kebakaran diakibatkan oleh bersatunya tiga unsur :

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Page 21: SMK3

Laporan Praktikum Proses Manufaktur IProgram Studi Teknik Industri Semester Ganjil 2012/2013

1. Bahan bakar

Benda yang mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar,

kayu, plastik dan sebagainya.

2. Oksigen (O2)

Tersedia di udara

3. Sumber Panas

Seperti energi elektron (listrik statis ataupun dinamis), sinar matahari,

reaksi kimia, dan perubahan kimia.

Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Apabila sudah

terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya oksigen dalam

kebakaran tersebut.

Laboratorium Proses Produksi 1Teknik Mesin Universitas Brawijaya