sosial media dan uu ite
DESCRIPTION
SOSIAL MEDIA DAN UU ITETRANSCRIPT
1 | P a g e
Implementasi Sosial Media Dan Regulasi Cyber Di Indonesia
Tugas Rekayasa Internet
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Elektro
Telematika – CIO 2014
Nama : Salman Akbar | NRP : 2214206711
Abstrak
Dokumen ini merupakan Tugas Mata Kuliah Rekayasa Internet yang merupakan ringkasan beberapa
isu penting penggunaan sosial media yang tidak terkontrol dan lemahnya penerapan undang-undang
ITE di Indonesia.
2 | P a g e
Pendahuluan
Jaman sekarang siapa yang tidak kenal facebook, twitter, tumblr, dan berbagai media sosial lainnya. Dengan semakin mudahnya akses internet dan meningkatnya pengguna internet di Indonesia, pengguna situs jejaring sosial tersebut semakin meningkat.
Penggunanya tidak hanya orang dewasa saja. Bahkan siswa Sekolah Dasar pun saat ini sudah memiliki akun situs jejaring sosial. Dan satu pengguna minimal memiliki satu akun. Artinya, ada kemungkinan satu orang bisa memiliki lebih dari satu akun pada satu jenis media sosial, minimal satu akun pada jenis media sosial yang berbeda, atau kombinasi dari keduanya. Saat ini tak jarang satu orang bisa aktif dengan berbagai akun contohnya, Facebook, Twitter, Instagram, Blog, LINE, WhatsApp, KakaoTalk, Google+, Youtube dan lain lain. Untuk di Indonesia saja, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), sebanyak 63 juta orang di Indonesia adalah pengguna internet dan 95 persen di antaranya adalah pengguna situs jejaring sosial.
Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah pengguna Facebook terbanyak di dunia yaitu sejumlah 65 juta pengguna aktif dan peringkat ke-5 sebagai negara dengan pengguna Twitter terbanyak di dunia yaitu sejumlah 19,5 juta pengguna aktif. Selain Facebook dan Twitter, masyarakat Indonesia juga menggunakan Blog, Tumblr, Path, Instagram, LINE, dan jejaring sosial lainnya.
Menurut data statistik, pengguna aktif jejaring sosial rela menghabiskan waktu sebanyak total 3 jam dalam sehari untuk berinteraksi di jejaring sosial. Artinya, setiap pengguna mampu menghabiskan sebanyak 21 jam dalam seminggu berinteraksi di situs jejaring sosial, sedangkan faktanya, pelajar hanya menghabiskan waktu rata-rata sebanyak 3 jam dalam seminggu untuk belajar intens. Hal ini tentu ironis mengingat pelajar lebih memprioritaskan update status ketimbang belajar.
I. Penggunaan Media Sosial Yang Tidak Terkontrol
Seiring perkembangan jaman dan gaya hidup digital masyarakat Indonesia saat ini telah menimbulkan beberapa hal negatif antara lain :
1. Menjadi Tempat Untuk Melakukan Penipuan
Bebasnya pengguna media sosial yang membuat siapapun dapat mengakses dan menggunakannya. Hal ini merupakan sebuah peluang besar bagi para penjahat cyber untuk melakukan tindakan kejahatannya. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya pengawasan di dalam dunia maya, khususnya media sosial. Namun belakangan ini para penegak hukum mulai sadar akan bahaya kejahatan cyber yang semakin marak, maka dibentuklah sebuah undang undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Undang undang ini dibuat untuk mencegah terjadinya kejahatan cyber terutama dalam media sosial.
3 | P a g e
2. Perdagangan Manusia
Lemahnya pengawasan di dunia maya menyebabkan berbagai macam kejahatan di dunia nyata berbondong bondong migrasi ke dunia maya. Hal itu menyebabkan para penjahat itu merasa transaksi di dunia maya aman dari pantauan penegak hukum. Perdagangan manusia atau human trafficking di dunia maya biasa diawali dengan penculikan. Penculikan tersebut biasa terjadi pada remaja yang mudah percaya terhadap kenalan di dunia maya. Selain itu kejahat human trafficking di dunia maya sangat sedikit meninggalkan jejak, sehingga sulit untuk diungkap kasusnya.
3. Permasalahan Data Pribadi
Ketika kita akan membuat suatu akun media sosial, kita diharuskan memasukan beberapa data data pribadi kita. Walaupun penyedia layanan media sosial berjanji tidak akan menyebarkan akun pribadi penggunanya, hal itu itu sepenuhnya dijamin. Kebocoran data data pribadi penggunanya bisa saja bocor melalui kecerebohon si penggunanya itu sendiri. Akibat dari tersebarnya data pribadi penggunanya dapat menyebabkan penyalahgunaan data tersebut oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hal itu juga telah disadari oleh penyedia media sosial, mereka pun sudah menyediakan fitur fitur untuk memaksimalkan perlindungan data pribadi penggunanya. Tetapi para pengguna masih banyak yang belum memanfaatkan fitur perlindungan yang sudah di sediakan tersebut.
5. Pornografi
Kebebasan berekspresi di dunia maya terutama media sosial dapat memberikan keuntungan bagi pengguanya untuk mempromosikan kelebihan dirinya. Tidak dipungkiri juga banyak juga pengguna yang menyalahgunakannya untuk menyebar luaskan konten konten berisi pornografi. Hal ini terjadi karena kebebasan yang tidak terkontrol. Walaupun di negara negara barat perbuatan ini tidak melanggar hukum, tetapi berbeda dengan di negara kita yang menggunakan budaya timur. Dimana tindakan tersebut merupakan suatu pelanggaran hukum.
6. Konten Penghinaan, Sara dan Provokatif
Di berbagai situs jejaring sosial melarang para pengguna untuk memuat konten yang berbau SARA dan Provokatif. Namun demikian konten-konten seperti ini justru mewabah dimedia sosial ini merupakan konten yang mengandung atau memuat hal-hal yang memojokkan, menjelek-jelekkan suatu Suku, Agama, dan Ras. Atau bisa juga memprovokasi orang lain agar meninggalkan suatu Agama dan berpindah ke Agama lainnya. Baik berupa konten video, foto, cerita, artikel, dan lain-lain yang bersifat provokatif dapat dibagikan dengan mudah ke pengguna media sosial di Indonesia.
II. Kebijakan Dan Regulasi
Sepanjang tahun 2013 ada 1.621 aduan yang masuk ke aduan konten negatif dengan rincian, Januari 375 aduan, Pebruari (274), Maret (288), April (2615), Mei (197),
4 | P a g e
Juni (222), Juli (237), Agustus (149), September (165), Oktober (217), November (497) dan Desember ada 496 aduan.
Klasifikasi aduan terbanyak sepanjang tahun 2013 yakni pornografi sebanyak 1.390 aduan, diikuti situs negatif 797 aduan, dinormalisasi 261 aduan, tidak terdapat dalam DB sebanyak 217 aduan, media sosial 161 aduan, penipuan 148 aduan, SARA 118 aduan, perjudian 91 aduan, dan pertanyaan sebanyak 32 aduan. Sisanya terdiri dari lain-lain aduan yang jumlahnya antara 30 aduan ke bawah.
Pemerintah dianggap kurang gencar dalam mensosialisasikan UU ITE dan kurang melakukan pencegahan terhadap penyebaran konten negatif di media sosial, hal ini dapat di lihat dengan banyaknya konten-konten negatif yang bersebaran di internet dan media sosial. Pada dasarnya Pemerintah Indonesia telah membuat UU ITE untuk mengcover masalah-masalah konten negatif tersebut namun demikian pada penerapannya regulasi ini justru terlihat tidak berdaya menghadapi gempuran media sosial internasional seperti Facebook, Twitter, Youtube dan lain lain.
III. Fakta
Trend Teknologi dan Media Sosial yang lebih populer dan berasal dari negara luar mengakibatkan masyarakat lebih menyukai layanan tersebut. Pemerintah Indonesia Secara Teknis sulit melakukan filtering dan intervensi terhadap konten-konten negatif yang bertebaran dan di media sosial yang berasal dari luar negeri.
IV. Saran Dan Kesimpulan
Pemerintah diharapkan lebih aktif dan gencar melakukan sosialisasi Undang-Undang ITE
Pemerintah diharapkan dapat melakukan intervensi pada layanan jejaring sosial seperti facebook, twitter dan youtube untuk mengurangi konten-konten negatif.
Masyarakat pengguna layanan jejaring sosial diharapkan dapat lebih bijaksana dalam beraktivitas pada jejaring sosial
Referensi
1. http://icca.co.id/social-media-overdosis/
2. http://inet.detik.com/read/2014/10/30/190534/2734882/1169/uu-ite-masih-kurang-sosialisasi
3. http://news.okezone.com/read/2014/09/07/526/1035348/marak-penghinaan-di-media-
sosial-pemerintah-kurang-sosialisasikan-uu-ite
4. http://id.techinasia.com/pengguna-aktif-twitter-di-indonesia-hampir-mencapai-angka-20-
juta/
5. http://maulana-ysf.blogspot.com/2012/09/sisi-negatif-dan-positif-media-sosial.html
6. http://majalahict.com/berita-3887-kementerian-kominfo-terima-1621-aduan-konten-
negatif-sepanjang-2013.html