sosialisasi kurikulum 2013
TRANSCRIPT
Jepang menjadi negara industriTerapung yang mengimport
bahan baku dari semua negara dan mengekportnyaMenjadi barang jadi
80 % tanah jepang pegunungan dengan potensi peternakan dan
perkebunannya yang rendah
Tidak mempunyai perkebunan coklat,Tapi terkenal sebagai pembuat coklat terbaik
Tidak mempunyai peternakan besar tapi memiliki Perusahaan susu (nestle) yang terkenal
Tidak mempunyai reputasi keamanan namunDisukai ivestor untuk meyimpan uangnya di bank
SWISS
INDONESIA NEGARA KEPULAUAN TERBESAR
17.504 PULAU7.870 PULAU MEMPUNYAI NAMA
9.634 PULAU BELUM MEMPUNYAI NAMA
Sumber Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004
PT. Indonesia Asahan Aluminium ( INALUM )Perusahaan Jepang di Kabupaten BatubaraPertambangan Aluminium.
Conoco Phillips/USAberoperasi di Indonesia lebih dari 40 tahun. produsen migas terbesar ketiga di Indonesia.
PISA 2012 PROGRAMME FORINTERNATIONAL SCHOOL ASSESMENT
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
RESULT IN FOCUS
• Programme for International Student Assessment atau PISA, adalah evaluasi sistem pendidikan negara-negara di dunia. PISA menilai kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika dan sains. Pada tahun 2009, PISA memperlihatkan rata-rata siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 dari 6 level. Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat 57, matematika di peringkat 61, dan sains di peringkat 60, dari 65 negara.
• Kemudian, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), studi internasional untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa SMP. TIMSS membagi penilaian dalam empat kategori, yaitu rendah, menengah, tinggi, dan lanjutan. Hasil penelitian TIMSS memperlihatkan 95% siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal hingga tingkat menengah atau intermediate.
• Riset berikutnya, Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) adalah studi internasional tentang literasi membaca (melek huruf) untuk siswa Sekolah Dasar. PIRLS diselenggarakan lima tahun sekali. Pada tahun 2011, PIRLS diikuti oleh 45 negara. Hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 dari 45 negara dalam literasi membaca.
Model soal TIMSS
TIMSS membagi soal-soalnya menjadi empat katagori: – Low mengukur kemampuan sampai level knowing– Intermediate mengukur kemampuan sampai level
applying – High mengukur kemampuan sampai level reasoning – Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning
with incomplete information
INDONESIA LEMAH BUKANKARENA KEKURANGAN SUMBER
DAYA ALAM
INDONESIA LEMAHKARENA SITEM PENDIDIKAN YANG HARUS
DIBENAHI
Mengapa Muncul Konsep DAP?• Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal menghasilkan
siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah kehidupan
• Alasan kegagalanya adalah :1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization)2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain (sosial,
emosi dan spiritual)3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit )4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain.5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara pasif6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
DAP
• Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah ( dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan.
*****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi mendidik anak)
Konsep DAP
• Memperlakuakan anak sebagai individu yang utuh
• Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills, dispositions dan feelings
Dianggap dapat mempertahankan
& bahkan meningkatkan
semangat anak-anak untuk
belajar.
Kegiatan DAP
• Berarti dan relevan dengan kehidupan anak• Belajar dengan menggunakan konsep bukan hafalan
(rote learning) dan menggunakan objek konkrit• Menimbulkan minat dan ketertarikan anak• Interactive teaching and cooperative learning• Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain• Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan• Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus
menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
Atmosfir DAP
• Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas, tidak sekedar menjadi pendengar pasif.
• Menghargai menerima dan memberi semangat pada anak
• Mencelupkan anak kedalam kegiatan• Memberikan kesempatan anak aktif,
berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
Kurikulum DAP
social
emotional
intelectusl
physical
Melibatkan pengalaman sosial, emosional, intelektual dan fisik
Jadwal waktu DAP
• Anak diberi waktu yang cukup untuk bereksplorasi
• DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif bermain, juga waktu untuk tenang, belajar, beristirahat secara seimbang.
Kualitas Guru DAP
• Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak• Mendengar dan memberikan respon terhadap pembicaraan
anak• Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan
sukses• Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati,
menerima dan memberikan rasa aman kepada anak• Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan
memperlakukan mereka secara hormat, serta memberikan disiplin yang patut
Prinsip Kerja Otak
Seluruh informasi masuk- Bermakna : diproses lebih lanjut
- Tidak bermakna maka tidak akan di proses
Ingatan jangka pendek
Ingatan Jangka panjang
Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll)
OTAK TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL
Respon
c. Otak selalu mencari arti / makna berdasarkan pengalaman
•Anak kaya dengan pengalaman yang bermakna
•Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak
•Pilih topik pembelajaran yang nyata dan dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
d. Otak lebih mudah memproses informasi dengan pola yang sudah dikenal
Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang sudah dikenalnya dan tidak terpisahPEMBELAJARAN HOLISTIK
Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang sudah di kenalMNEMONIC
f. Otak bekerja secara terbagi dan menyeluruh
Otak Kiri
logis
sistematis
analisis
linier
bahasa
Otak kanan
ritmik
kreatif
musik
menyeluruh
emosi
imajinasi
Menghafal sambil bernyanyi / bermain
g. Otak menerima informasi di dalam ataupun di luar fokus
• Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( Poster, Display, Musik )
h. Proses belajar dilakukan secara sadar maupun tidak sadar
• Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
j. Otak dapat memahami dan mengingat untuk selamanya
• Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang
• Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman / proses di dalam diri atau lingkungan.
k. Otak tidak bekerja dengan baik dalam keadaan tertekan namun
bekerja dengan baik saat di berikan tantangan.
Aplikasi konsep DAP sesuai dengan kerja otak
• Proses belajar harus menyenangkan• Memberikan pengalaman yang bermakna dan
relevan• Melibatkan aspek multi sensori manusia• Memberikan pengalaman unik dan menantang• Melibatkan peran aktif fisik• Memberikan hubungan antara pendidik & anak
yang menyenangkan dan dapat dipercaya.• Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
Agar anak dapat menjadi manusia yang ingin belajar
seumur hidup (lifelong learner) sehingga dapat berpikir secara
kritis, imajinatif, dapat mengungkap pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat
memberi alternatif solusi, menghargai perbedaan, dapat
bekerjasama dan memiliki kepedulian
Subyek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak
mudah mengerti akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri dan akhirnya lebih semangat untuk belajar.
Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia, sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecerdasan
dominan anak.
Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam
kehidupan nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja,
tetapi banyak faktor yang terkait yang perlu ditinjau.
Diharapkan dengan memasukan pendidikan karakter dalam sistem
belajar terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter bukan sekedar mengajarkan nilai-nilai moral yang
bersifat abstrak
• Perkembangan motorik, mental dan sosial anak berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang diberikan kepada anak juga harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan moral anak. Untuk mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang harus melalui tahapan tahapan moral dengan baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya akan berakibat fatal terhadap perkembangan moral berikutnya.
Perkembangan Moral Anak
• Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu:
1. Fase Bayi2.Fase 1 : Berfikir Egosentris3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase Bayi
Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan :• Kelekatan Psikologis antara orang tua dan
anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun))• Ekspresi Cinta• Responsif terhadap kebutuhan anak• Kebutuhan akan rasa aman• Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental• Keseimbangan antara cinta dan otoritas
• Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan kelekatan hubungan psikologis.
• Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah tempat yang aman dan menyenangkan.
Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self oriented morality )
• Usia sekitar 4 tahun• Sangat egois• Cenderung manipulatif (berkhayal)• Cenderung melanggar aturan• Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan• Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh tidak
konflik dengan kepentinganya• Ingin mandiri• **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak
berlanjut selamanya.
Menghadapi anak Fase 1• Memberikan arahan yang lembut namun tegas• Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan
dilarang dilakukan• Berikan pilihan dalam kegiatan• Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan
sering-sering.• Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang (konsepnya
sekarang)• Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak berperilaku• Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari prespektif
orang lain• Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain• Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
Fase 2.1
1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD)- Patuh tanpa syarat- Lebih mudah menurut dan kerjasama- Orang dewasa maha tahu- Suka mengadukan teman- Cenderung melanggar kalau tidak diawasi* ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan
penanaman adab dan akhlak tahap awal)
Cara menghadapi fase 2.1
• Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat secara otoritatif mengajarkan moral baik dan buruk karena anak masih tergantung dengan otoritas orang dewasa
• Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / guru• Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan• Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’• Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak boleh
dilakukan.
Fase 2.2
2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis)-Merasa punya hak seperti orang dewasa-Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai
ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan.-Konsep keadilan kaku (balas membalas)-Berperilaku baik agar disenangi-cenderung melanggar perintah-berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati-Kurang bisa melihat tindakan yang salah-Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
Menghadapi anak fase 2.2• Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam melakukan
sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja.• Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan
pengorbanan.• Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain• Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya karena
ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari hukuman• Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan dan
harapan-harapan anda• Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang
dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap sesama manusia
• Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli dengan orang lain
Fase 3
3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD)-Ingin penghargaan sosial-Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti
kamu mengharap orang lain memperlakukanmu.-Mengerti yang dibutuhkan orang lain-Bisa menerima otoritas orang tua-Bisa menerima tanggung jawab-Cenderung kurang Percaya diri-Mulai mempunyai Nurani.* (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Menghadapi Fase 3• Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi, turut serta
dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk menemukan identitas dirinya
• Membantu membangun konsep diri yang positif: - tidak membanding-bandingkan dengan temanya- berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan- Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik- Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya- Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain
• Mendiskusikan permasalahan moral• Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol tindakan
mereka- gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih- katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga peluang untuk memilih- berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik-jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif
Gunakan kontrol secara tidak langsung
Fase 4
• Usia 16-19 tahun• Ingin menjaga kelompoknya• Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem
sosial• Lebih mandiri, peer pressure menurun• Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif• Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial• Memahami pentingnya jadi warga negara yang
baik
Menghadapi Fase 4• Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati nuraninya
berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial
• Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial
• Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar rumah,pramuka ,camping dsb)
• Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
Fase 5
• Sebelum Usia 20• Moralitas tidak berpihak• Moral hati nurani, mempertahankan moral yang
menghargai HAM• Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara
obyektif• Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat
memberikan benefit kepada setiap anggotanya• Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian,
bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau sistemnya.
• Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4) sudah bagus, jarang orang dewasa yang mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan ini belum mencerminkankualitas moral tertinggi. Menurut Lickona orang yang mempunyai moral tertinggi adalah mereka yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak asasi manusia walaupun harus berseberangan dengan sistem sosialnya.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
RASIONAL KURIKULUM 2013
PPT - 1.1
• Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
• Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Standar Isi
Pendekatan Dalam Penyusunan SKL Pada KBK 2004 dan KTSP 2006
Mapel 1
SKL Mapel 1
SK-KD Mapel 1
Mapel 2
SKL Mapel 2
SK-KD Mapel 2
Mapel 3
SKL Mapel 3
SK-KD Mapel 3
Mapel n
SKL Mapel n
SK-KD Mapel n
....
....
....
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan
SK-KD: Standar Kompetensi (Strand/Bidang) dan Kompetensi Dasar 76
Tantangan Internal
• Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
• Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
77
78
STANDAR PENGELOLAANManajemen Berbasis Sekolah
STANDAR PEMBIAYAANBOS, Bantuan Siswa Miskin, BOPTN/Bidik Misi (di PT)
STANDAR SARANA-PRASARANARehab Gedung Sekolah, RKB, Penyediaan Lab dan Perpustakaan,
Penyediaan Buku
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKANPeningkatan Kualifikasi & Sertifikasi, Pembayaran Tunjangan Sertifikasi, Uji
Kompetensi dan Pengukuran Kinerja
STANDAR ISISTANDAR
KOMPETENSI LULUSAN
STANDAR (PROSES)PENILAIAN
STANDAR PROSES (PEMBELAJARAN)
PESE
RTA
DID
IK
LULU
SAN
KURIKULUM 2013
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
Perkembangan Penduduk Sebagai Modal
SDM Usia Produktif
(2020-2035) Melimpah
Kompeten
Tidak Kompeten
Beban Pembangunan
Modal Pembangunan
Transformasi Melalui
Pendidikan
Kurikulum PTK Sarpras Pendanaan Pengelolaan
79
Tantangan Eksternal
Tantangan Masa Depan• Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA• Masalah lingkungan hidup• Kemajuan teknologi informasi• Konvergensi ilmu dan teknologi• Ekonomi berbasis pengetahuan• Kebangkitan industri kreatif dan budaya• Pergeseran kekuatan ekonomi dunia• Pengaruh dan imbas teknosains• Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan• Materi TIMSS dan PISA
80
Tantangan Eksternal
Kompetensi Masa Depan• Kemampuan berkomunikasi• Kemampuan berpikir jernih dan kritis• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda • Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal• Memiliki minat luas dalam kehidupan • Memiliki kesiapan untuk bekerja • Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
81
Fenomena Negatif yang Mengemuka• Perkelahian pelajar• Narkoba• Korupsi• Plagiarisme • Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek.)• Gejolak masyarakat (social unrest)
Persepsi Masyarakat• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif• Beban siswa terlalu berat• Kurang bermuatan karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi• Neurologi• Psikologi• Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning
Tantangan Eksternal
82
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
KBK 2004KTSP 2006
KURIKULUM 2013
1. Penataan Pola Pikir dan Tata Kelola
2. Pendalaman dan Perluasan Materi
3. Penguatan Proses
4. Penyesuaian Beban
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL83
83
Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
84
Penyempurnaan Pola Pikir
1 Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa2 Satu Arah Interaktif3 Isolasi Lingkungan Jejaring4 Pasif Aktif-Menyelidiki5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata6 Pribadi Pembelajaran Berbasis Tim
7 Luas (semua materi diajarkan)
Perilaku Khas Memberdayakan Kaidah Keterikatan
8 Stimulasi Rasa Tunggal (beberapa panca indera)
Stimulasi ke Segala Penjuru (semua Panca indera)
9 Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai peralatan teknologi pendidikan)
10 Hubungan Satu Arah Kooperatif
Menuju
85
Penyempurnaan Pola Pikir (lanjutan)
11 Produksi Massa (siswa memperoleh dokumen yg
sama)
Kebutuhan Pelanggan (siswa mendapat dokumen sesuai dgn ketertarikan sesuai potensinya)
12 Usaha Sadar Tunggal (mengikuti cara yang
seragam)
Jamak (keberagaman inisiatif individu siswa)
13 Satu Ilmu Pengetahuan Bergeser (mempelajari satu
sisi pandang ilmu)
Pengetahuan Disiplin Jamak (pendekatan multidisiplin)
14 Kontrol Terpusat (kontrol oleh guru)
Otonomi dan Kepercayaan (siswa diberi tanggungjawab)
15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif)
16 Penyampaian Pengetahuan (pemindahan ilmu dari
guru ke siswa)
Pertukaran Pengetahuan (antara guru dan siswa, siswa dan siswa
lainnya)
Menuju
86
Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No
KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
87
Proses Karakteristik Penguatan
Pembelajaran
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran
Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu [discovery learning]
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif
Penilaian
Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi
Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran mendalam [bukan sekedar hafalan]
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa
Langkah Penguatan Proses
88
Pelaku Beban Penyelesaian
Guru
Menyusun SilabusDisediakan buku pegangan guru
Mencari buku yang sesuaiMengajar beberapa mata pelajaran dengan cara berbeda
Pendekatan tematik terpadu menggunakan satu buku untuk semua mata pelajaran sehingga dapat selaras dengan kemampuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
Mengajar banyak mata pelajaran
Menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran yang lain sehingga selara
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembahasan
Murid
Mempelajari banyak mapelMempelajarai mata pelajaran dengan cara berbedaMembeli buku Penyedian buku teks oleh
pemerintah/daerahMembeli lembar kerja siswa
Langkah Penyesuaian Beban Guru dan Murid SD
89
Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan
hard skills1
AttitudeSkillKnowledge
SD
SMP
SMA/K
PT
Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).90
90
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013
PPT - 1.2
92
Elemen Perubahan
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Proses
Standar Isi Standar Penilaian
Elemen Perubahan
93
Elemen Perubahan
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMKKompetensi
LulusanAdanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Kedudukan mata
pelajaran (ISI)
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan (ISI)
Kompetensi dikembangkan melalui:Tematik
Integratif dalam semua mata
pelajaran
Mata pelajaran
Mata pelajaran Vokasinal
94
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMK
Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu)(ISI)
• Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya)
• Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6
• Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
• TIK menjadi media semua matapelajaran
• Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler
• Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10
• Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
• Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan
• Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa
• Jumlah jam bertambah 1 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran
• Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian)
• Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif
• produktif disesuaikan dengan trend perkembangan di Industri
Elemen Perubahan
95
Elemen Perubahan
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMK
Proses pembelajar-an
• Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
• Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar.• Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
• Tematik dan terpadu
• IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu
• Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya
• Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri
96
ElemenDeskripsi
SD SMP SMA SMK
Penilaian hasil belajar
• Penilaian berbasis kompetensi• Pergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja], menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]
• Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
• Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL • Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian
Ekstrakurikuler • Pramuka (wajib)• UKS• PMR• Bahasa Inggris
• Pramuka (wajib)
• OSIS• UKS• PMR• Dll
• Pramuka (wajib)
• OSIS• UKS• PMR• Dll
• Pramuka (wajib)• OSIS• UKS• PMR• Dll
Elemen Perubahan
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket
Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan]
Semua Jenjang
Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
Semua Jenjang
Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lain
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain [sikap dan keterampilan berbahasa}
SD
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda
Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama [saintifik] melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
Semua Jenjang
Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah [separated curriculum]
Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain [cross curriculum atau integrated curriculum]
SD
Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya
SD
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
97
KTSP 2006 Kurikulum 2013 KetTematik untuk kelas I – III [belum integratif]
Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD
TIK adalah mata pelajaran sendiri
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
SMP
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
SMP/ SMA/SMK
Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat
SMA/SMK
SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
SMA/SMK
Penjurusan di SMK sangat detil [sampai keahlian]
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang studi], didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman
SMA/SMK
Perbedaan Esensial Kurikulum 2013
98
Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada siswa
Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
2
Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberitahu tentang materi yang harus dihafal [siswa diberi tahu].
Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar [siswa mencari tahu]
3Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian
Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio.
99
Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Sosial
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1Materi disajikan terpisah menjadi Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.
2 Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar
Menggunakan Geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh.
3Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya
100
Perubahan pada Ilmu Pengetahuan Alam
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1 Materi disajikan terpisah antara Fisika, Kimia, dan Biologi
Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Fisika, Kimia, Biologi
2 Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar
Menggunakan Biologi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan fenomena alam terkait dengan benda beserta interaksi diantara benda-benda tersebut. Tujuannya adalah menekankan pentingnya interaksi biologi, fisika, kimia dan kombinasinya dalam membentuk ikatan yang stabil.
3 Materi ilmu bumi dan anta-riksa masih belum memadai [sebagian dibahas di IPS]
Diperkaya dengan materi ilmu bumi dan antariksa sesuai dengan standar internasional
4 Materi kurang mendalam dan cenderung hafalan
Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional
5 Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata kajian
Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya
101
Perubahan pada Matematika
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1 Langsung masuk ke materi abstrak Mulai dari pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan
2Banyak rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan permasalahan (hanya bisa menggunakan)
Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa mnggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya)
3Permasalahan matematika selalu diasosiasikan dengan [direduksi menjadi] angka
Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka [gambar, grafik, pola, dsb]
4 Tidak membiasakan siswa untuk berfikir kritis [hanya mekanistis]
Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan
5 Metode penyelesaian masalah yang tidak terstruktur Membiasakan siswa berfikir algoritmis
6 Data dan statistik dikenalkan di kelas IX saja
Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan standar internasional
7 Matematika adalah eksak Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan
102
Perubahan pada Bahasa Indonesia/InggrisNo Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1Materi yang diajarkan ditekankan pada tatabahasa/struktur bahasa
Materi yang dijarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan
2Siswa tidak dibiasakan membaca dan memahami makna teks yang disajikan
Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri
3Siswa tidak dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif
Siswa dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks
4Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan teks yang sesuai dengan kebutuhan
Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana)
5Kurang menekankan pada pentingnya ekspresi dan spontanitas dalam berbahasa
Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan
103
Perubahan pada Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran
No Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1Materi disajikan berdasarkan empat pilar dengan pembahasan yang terpisah-pisah
Materi disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam pembentukan karakter bangsa
2Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan
Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab (taat norma, asas, dan aturan)
3Tidak ada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik
Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang baik
4Pancasila dan Kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus dihafal
Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian.
104
PROSES PEMBELAJARAN
PROSES PENILAIAN
Kemampuan kreativitas diperoleh melalui: Observing [mengamati] Questioning [menanya] Associating [menalar] Experimenting [mencoba] Networking [Membentuk jejaring]
Proses yang Mendukung Kreativitas
Pendekatan saintifik dan kontekstual
penilaian berbasis portofolio pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi jawaban nyeleneh, menilai proses pengerjaannya bukan hanya
hasilnya, penilaian spontanitas/ekspresif, dll
Penilaian Otentik
105
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
PPT - 2.2-1
Kriteria
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
107
Kriteria (lanjutan)
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
108
109
Sikap(Tahu Mengapa)
Keterampilan(Tahu Bagaimana)
Pengetahuan(Tahu Apa)
PeoduktifInovatifKreatifAfektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Langkah-Langkah Pembelajaran
• Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
• Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
• Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
• Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
110
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
• Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
• Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
111
Langkah-Langkah Pembelajaran (lanjutan)
112
Langkah-Langkah Pembelajaran
Observing(mengamati)
Questioning(menanya)
Associating(menalar)
Experimen-ting
(mencoba)
Networking(membentuk
Jejaring)
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
PPT 2.3
A. Definisi1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang
bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
114
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
115
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan)
5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
116
9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
117
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan)
13. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
15. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
16. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. 118
B. Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 (lanjutan)
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik
pula.
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
119
4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan)
120
7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
121
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan)
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta desain pembelajaran.2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
122
C. Penilaian Autentik dan Pembelajaran Autentik (lanjutan)
D. Jenis-jenis Penilaian Autentik
1. Penilaian Kinerja2. Penilaian Proyek3. Penilaian Portofolio4. Penilaian Tertulis
123
1. Penilaian KinerjaPenilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:1. Daftar cek (checklist). 2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).3. Skala penilaian (rating scale). 4. Memori atau ingatan (memory approach).
124
2. Penilaian ProyekPenilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek: 1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
125
3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
126
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio
yang akan dibuat. 3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.127
3. Portofolio (lanjutan)
4. Penilaian Tertulis
• Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
128