sosialisasi mengenai literasi digital dalam ......isbn 978-623-7482-47-5 proceeding senadimas...
TRANSCRIPT
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 346
SOSIALISASI MENGENAI LITERASI DIGITAL DALAM BIDANG
ENTREPREUNERSHIP KEBIDANAN BAGI BIDAN DI PRAKTEK
MANDIRI
Luh Ari Arini1, Luh Gede Kusuma Dewi2
1Program Studi D3 Kebidanan UNDIKSHA, 2Program Studi S1 Akuntansi UNDIKSHA
Email : [email protected]
ABSTRACT
In the era of industrial revolution 4.0, midwives are expected to have an entrepreneurial spirit in
developing potential skills and knowledge that midwives have. The Practice of Independent Midwives
(PMB) is one of the micro, small and medium enterprises (UMKM), which is a business that sells services
and runs in generating profits to cover operational activities and consumables and drugs used in midwifery
services. Therefore, to make it easier for midwives to run their business, they must use information
technology-based methods in terms of marketing services, service promotion techniques, patient medical
records, financial reports, tax reports, reports on medicines and consumables. This can be done as a
control in the progress of the business being carried out and control the quality of services that have been
provided. Based on the results of observations that have been made, there are still many PMBs who don't
know about the digitization system with new literacy. Based on this, a socialization on new literacy was
held, which was related to data literacy, technology and humanities and how to apply it to support the
midwife's business. Based on the results of the pre-test and post-test, there was an increase in the
knowledge of the midwives after attending seminars and workshops. Midwives who took part in this activity
felt considerable benefits and felt that they were helped to develop the independent practical business they
manage and wanted more intensive digitalization training the next time.
Keywords: Midwife’s practice, New literacy, Entrepreneurship in midwifery
ABSTRAK
Pada era revolusi industri 4.0 ini tenaga profesi bidan diharapkan memiliki jiwa entrepreunership dalam
mengembangkan potensi keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki bidan. Praktek Mandiri Bidan (PMB)
merupakan salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang merupakan usaha yang menjual
jasa dan berjalan dalam menghasilkan laba untuk menutupi kegiatan operasional dan bahan habis pakai
maupun obat-obatan yang digunakan dalam pelayanan kebidanan. Oleh karena itu untuk mempermudah
bidan menjalankan bisnisnya harus menggunakan metode yang berbasisikan teknologi informasi baik
dalam hal pemasaran jasa, teknik promosi layanan, catatan rekam medis pasien, laporan keuangan, laporan
pajak, laporan obat-obatan dan bahan habis pakai. Hal ini dapat dilakukan sebagai kontrol dalam kemajuan
usaha yang dijalankan dan kontrol kualitas pelayanan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil observasi
yang telah dilakukan masih banyak PMB yang kurang mengetahui tentang sistem digitalisasi dengan
literasi baru. Berdasarkan hal itu maka diadakan sosialisasi mengenai literasi baru yaitu menyangkut pada
literasi data, teknologi dan humanities dan cara aplikasinya untuk mendukung usaha bidan tersebut.
Berdasarkan hasil dari pre-test dan post-test menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan para Bidan
setelah mengikuti seminar dan workshop. Bidan yang mengikuti kegiatan ini merasakan manfaat yang
cukup besar dan merasa terbantu untuk pengembangan usaha praktek mandiri yang dikelolanya serta
menginginkan adanya pelatihan digitalisasi yang lebih intensif dikesempatan berikutnya.
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 347
Kata kunci: Praktek mandiri bidan, Literasi Baru, Entrepreunership kebidanan
PENDAHULUAN
Bidan adalah profesi kesehatan yang telah
lulus dalam pendidikan formal kebidanan dan
diatur dalam perundang-undangan (legislasi)
yaitu dengan mengikuti uji kompetensi bidan
dan mendapatkan sertifikat uji kompetensi
(ter-sertifikasi), kemudian teregistrasi sebagai
bidan dan mendapatkan surat tanda registrasi
bidan (STR). Bidan yang telah memiliki STR
dan bekerja dipelayanan kebidanan kurang
lebih selama 2 tahun, dapat membuka praktek
bidan secara mandiri setelah memiliki surat
ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktek bidan. Praktek mandiri Bidan atau
disingkat PMB syaratnya memiliki Surat Ijin
Praktek Bidan (SIPB) sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan telah menjalani
akreditasi serta peninjauan oleh dinas
kesehatan setempat, kemudian dicatat serta
diberi izin secara sah dan legal dinas
kesehatan terkait untuk menjalankan praktek
kebidanan secara mandiri. Bidan yang telah
memiliki ijin untuk memberikan pelayanan
kesehatan terutama pelayanan dibidang
kebidanan, diharapkan mampu melaksanakan
pelayanan yang terbaik dan optimal. Dalam
hal bidan berperan sebagai pemberi pelayanan
sekaligus pengelola suatu layanan jasa seperti
tempat praktek atau klinik kesehatan, dan
dianggap mampu mengelola segala sesuatu
tentang kliennya sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan sesuai dengan program
pemerintah untuk kemajuan pembangunan
terutama pada aspek kesehatan (Nurjasmi,
2015).
Tugas dan tanggung jawab bidan adalah
memberikan pelayanan khususnya pada ibu
dan anak secara holistik yang meliputi ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir, ibu
pascapersalinan dan menyusui, Keluarga
berencana/KB dan wanita dalam kesehatan
reproduksi sampai menopause. Dalam kode
etik profesi bidan menuntut bidan
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik
kapanpun dan dimanapun mereka membuka
praktek mandiri (Widyawati, 2018). Oleh
karena itu, bidan tidak hanya melayani
kesehatan ibu dan anak, namun masyarakat
secara umum seperti di desa-desa di daerah
Kabupaten Buleleng, masih banyak warga
yang berobat ke praktek mandiri bidan saat
jatuh sakit. Bidan Delima adalah sistem
standarisasi bagi profesi Bidan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan bidan di
PMB. Kegiatan Bidan Delima menekanan
pada kegiatan monitoring dan evaluasi,
sertakegiatan pembinaan dan pelatihan yang
berkesinambungan. Program ini
melambangkan pelayanan berkualitas dalam
pelayanan kesehatan pada ibu dan anak yang
yang meliputi kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana, yang berlandaskan kasih
sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan
yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan
kebidanan sesuai standar pelayanan prosedur
dan kode etik profesi. Bidan Delima memiliki
peran yang besar dalam pelayanan kesehatan.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menyebutkan
beberapa nilai-nilai yang harus dijunjung oleh
Bidan Delima, yaitu: 1). Kepatuhan pada
standar pelayanan, 2). Tumbuh Bersama-sama
diantara teman sejawat/ dalam tim, 3).
Keterbukaan, 4). Profesionalisme dan 5).
Kewirausahaan (Fadmiyanor et al., 2019).
Semangat dalam berwirausaha diharapkan
dapat mewarnai setiap pribadi anggota Bidan
Delima, sehingga selalu ada upaya untuk terus
maju dan tumbuh lebih baik daripada
sebelumnya. Berfokus pada poin kelima diatas,
yang menegaskan bahwa Bidan Delima
haruslah menjunjung dan menerapkan nilai
kewirausahaan sebagai upaya terus maju dan
tumbuh lebih baik. Hal ini menunjukkan
Profesi Bidan merupakan salah satu usaha
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 348
mikro kecil dan menengah (UMKM) yang
berjalan dalam menghasilkan laba untung
menutupi kegiatan operasional dan lainnya.
Oleh karena itu untuk mempermudah bidan
menjalankan bisnisnya harus menggunakan
metode yang berbasisikan teknologi informasi
atau digitalisasi baik dalam hal pemasaran
jasa, teknik promosi layanan, catatan rekam
medis pasien, laporan keuangan, laporan pajak,
laporan obat-obatan dan bahan habis pakai.
Hal ini dapat dilakukan sebagai kontrol dalam
kemajuan usaha yang dijalankan dan kontrol
kualitas pelayanan yang telah diberikan
(Nurjasmi, 2020).
Sesuai dengan Permenkes No 28 tahun 2017
dalam penyelenggaraan bidan mandiri
diperlukan syarat-syarat tertentu, misalnya
persyaratan akademik, Persyaratan
Penyelenggaraan dan Perizinan; Lokasi,
Sarana-Prasarana, dan Persyaratan Bangunan
Praktik; Hak dan Kewajiban Bidan Mandiri;
Administrasi dan Manajerial Bidan
Mandiri.Oleh karena itu secara reguler
Praktek mandiri bidan dengan sertifikasi bidan
delima harus dilakukan evaluasi dan
monitoring terkait dengan aturan permenkes
tentang pendirian PMB, sehingga dilakukan
akreditasi oleh lembaga atau dinas kesehatan
selaku tim Monev yang meliputi manejemen,
fasilitas dan pelayanan. Akreditasi tersebut
dilakukan untuk meninjau apakah praktek
tersebut masih layak untuk beroperasi sesuai
dengan kaidah dan persyaratan diatas, dan
tidak membahayakan pasien serta melakukan
tindakan pelayanan sesuai dengan standar
operasional prosedur dan wewenang bidan.
Pada era revolusi industri 4.0 bidan dituntut
untuk dapat mengetahui tentang literasi baru,
yang mana literasi lama seperti menulis dan
berhitung tidak lagi digunakan. Perkembangan
zaman di era ini menuntut setiap insan mampu
berubah kearah yang lebih baik dan berpikir
maju.literasi baru yang harus dikuasai bidan
terutama yang memiliki pelayanan mandiri
yaitu literasi data, literasi teknologi dan
humanities/humaniora. (Andreastuti, 2017).
Kemajuan dibidang digital membawa banyak
sekali manfaat bagi suatu profesi. Begitu pula
dengan PMB, diharapkan tidak menutup diri
dari perkembangan teknologi walaupun
praktek pelayanan kesehatannya berada di
desa-desa. Pengaplikasian teknologi oleh
bidan praktek mandiri dalam pencatatan
kegiatan operasionalnya akan sangat
membantu efektifitas dan efesiensi
operasional jasa pelayanan kesehatan yang
diberikan. Salah satu yang bisa diterapkan
adalah menggunakan sistem informasi digital
adalah aplikasi pencatatan keuangan, laporan
pajak, barang dan obat-obatan, catatan rekam
medis pasien, promosi layanan yang berbasis
desktop dan android (Jaya et al., 2019).
Hasil wawancara dan observasi secara random
kepada PMB yang terdapat di Kecamatan
Sukasada menunjukkan bahwa masih banyak
dari bidan tersebut yang tidak melakukan
pencatatan dan laporan keuangan, serta masih
melakukan pencatatan laporan rekam medis
pasien secara manual. Hal ini berimbas pada
kurangnya kontrol terhadap dana pribadi yang
digunakan sebagai modal usaha membeli
obat-obatan, bahan habis pakai untuk layanan
bagi masyarakat yang berobat. Selain itu, para
bidan ini tidak memperhitungkan biaya-biaya
lain yang keluar saat memberikan layanan
kesehatan. Kontrol keuangan dan operasional
usaha yang lemah dikhawatirkan tidak dapat
memajukan usaha praktek mandiri bidan.
Pencatatan rekam medis pasien yang
dilakukan secara manual juga akan sangat
memberatkan bidan, terjadi penumpukan
berkas, resiko hilang dan terjadi kesalahan
data-data kesehatan pasien akan lebih besar
(Jaya et al., 2019). Berkaitan dengan sistem
digital melalui teknologi informasi, para bidan
juga menginginkan bisa mempromosikan
layanannya lebih luas tidak terbatas
dilingkungannya saja.
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 349
Data yang diperoleh dari organisasi profesi
bidan (Ikatan Bidan Indonesia/IBI) di
Kabupaten Buleleng Tahun 2018, diketahui
terdapat anggota bidan mencapai 700 orang,
namun yang mampu mendapatkan pengakuan
sebagai Bidan Delima baru sekitar 62 orang.
Pengakuan sebagai Bidan Delima tentunya
melalui proses seperti lulus uji kompetensi,
pelayanan berkualitas dan prima, pemenuhan
sarana dan prasarana sesuai standar. Akan
tetapi walaupun belum menyandang predikat
sebagai Bidan Delima, seorang bidan terutama
yang Bidan Praktek Mandiri haruslah
menjalankan prinsip kewirausahaan demi
perkembangan karirnya yang lebih baik.
Berdasarkan keadaan tersebut maka pelaksana
pengabdian pada masyarakat ini tertarik untuk
melakukan pengabdian dikalangan bidan
khususnya yang memiliki usaha praktek
mandiri, dengan memberikan pengetahuan
dasar melalui seminar dan workshop
mengenai literasi baru berbasis digitalisasi
dalam berwirausaha untuk menjawab
tantangan bidan di era revolusi industri 4.0 ini.
METODE
Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
pertama adalah melakukan pendekatan dengan
bidan praktek mandiri yang berada di
Kecamatan Sukasada melalui permintaan
resmi kepada ketua ikatan bidan ndonesia (IBI)
cabang Buleleng. Pada tahap awal ini akan
disampaikan tujuan diadakan penyuluhan ini
dan manfaat yang bisa didapat oleh peserta.
Tahap berikutnya adalah persiapan bahan
penyuluhan dengan menyusun modul
mengenai literasi baru. Oleh karena kondisi
pandemi covid-19 dan membatasi kontak
langsung dan mencegah timbulnya kluster
baru sehingga koordinasi pada bidan di PMB
di Kecamatan Sukasada berdasarkan
persetujuan dari ketua IBI, dilakukan secara
daring/ online. Hasil koordinasi tersebut yaitu
teknik seminar dan workshop menggunakan
media/ platform google meet, evaluasi dan
monitoring melalui whatsapps group dan
google form, persyaratan peserta melampirkan
KTP dan NPWP untuk pemberian kuota
internet, pembuatan akun aplikasi keuangan
dan pajak, jadwal kegiatan dilaksanakan
dalam 2 hari berturut-turut.
Adapun alur kegiatan ini yaitu: 1). Seminar
mengenai tantangan bidan di era revolusi
industri 4.0 termasuk cara promosi layanan
melalui media dan 2). Seminar mengenai
dasar-dasar kewirausahaan untuk PMB pada
hari pertama, 3) Workshop mengenai
pencatatan keuangan operasional PMB dan
demonstrasi pembuatan website bidan pada
hari kedua. Pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat dengan skim pengembangan
IPTEKS yang mengambil tema seminar dan
workshop Bidan di Praktek Mandiri untuk
meningkatkan literasi baru secara digital
dalam bidang Entrepreunership kebidanan di
era Revolusi industri 4.0. Kegiatan ini
dilaksanakan secara daring/ online melalui
video conference dengan menyepakati waktu
bersama peserta dan narasumber sebelumnya.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2
sampai dengan 6 Agustus 2020 melalui di
Google meet dan di Whatsapp group.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pandemi Covid-19 mulai memasuki kawasan
Indonesia pada bulan Maret 2020. Hal ini
membawa kesiagaan Pemerintah Daerah dan
berbagai instansi pemerintahan termasuk
Universitas Pendidikan Ganesha. Sehingga
mayoritas kegiatan masyarakat kampus
dilaksanakan dari rumah (work from home).
Mitra dalam kegiatan pengabdian pada
masyarakat yang telah disusun pada proposal
sebelumnya merupakan para Bidan Praktek
Mandiri yang berada di Puskesmas Sukasada I
dan Puskesmas Sukasada II. Para Bidan
adalah tenaga medis yang merupakan garda
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 350
terdepan dalam menghadapi pandemi
Covid-19. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, kesiagaan dan protocol Covid-19
oleh para Bidan di Puskesmas tersebut, tidak
memungkinkan adanya seminar dan workshop
secara langsung melalui tatap muka. Oleh
karena itu seminar dan workshop dilakukan
secara daring melalui Google Meet dan
monitoring evaluasi menggunakan Whatsapp
Group, merupakan solusi yang tepat saat ini.
Pelaksanaan webinar dan pendampingan
disusun secara terencana mengikuti jadwal
kesiapan para bidan, sehingga tidak
mengganggu kegiatan utama mereka dalam
memberikan pelayanan kesehatan di
Puskesmas ataupun praktek pribadi para
Bidan.
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat
tahun ini mengambil tema Seminar dan
workshop bagi Bidan di Praktek Mandiri
untuk meningkatkan literasi baru secara
digital dalam bidang Entrepreunership
kebidanan di era Revolusi industri 4.0. Surat
ijin pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat telah disampaikan melalui Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) cabang Buleleng.
Pengurus IBI cabang Buleleng membantu tim
pengabdian menyebarkan formulir
pendaftaran peserta pengabdian melalui link
yang sudah disusun oleh Tim. Dikarenakan
kondisi pandemi yang belum kondusif, dan
besarnya peran para bidan dalam unit kerjanya
masing-masing, maka didapatkan 13 orang
bidan yang antusias dan bersedia untuk
mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 6
Agustus 2020 melalui pelatihan melalui
webinar di Google meet dan pendampingan di
Whatsapp group. Narasumber dalam kegiatan
ini terdiri dari 3 (tiga) orang dosen yang
merupakan tim dari pengabdian kepada
masyarakat yaitu, Luh Gede Kusuma Dewi,
S.E., M.Si; Luh Ari Arini, S.ST., M.Biomed;
Putu Riesty Masdiantini, S.E, M.Si; dan
dibantu Ni Luh Asri Savitri, S.E., M.Si
sebagai moderator.
Sebelum menyampaikan materi pelatihan
melalui webinar, para peserta diberikan waktu
untuk mengerjakan pretest. Pretest ini
berisikan daftar pertanyaan mengenai
beberapa materi yang akan diberikan, meliputi
pengetahuan mengenai kebidanan di era
revolusi industri 4.0; Pajak Penghasilan Bagi
Bidan: Seri PPH Profesi; dan Peningkatan
Literasi Keuangan Bidan Melalui Aplikasi
Keuangan LAMIKRO. Kegiatan dilanjutkan
dengan pemaparan materi seminar,
keseluruhan peserta mengikuti kegiatan
dengan baik, walaupun terjadi beberapa
kendala koneksi internet yang buruk sehingga
mengakibatkan beberapa peserta harus
berulang kali keluar-masuk Google meet.
Setelah kegiatan dilanjutkan dengan post-test
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan
yang didapatkan melalui seminar ini. Materi
yang dipaparkan oleh Luh Ari Arini, S.ST.,
M.Biomed dengan topik pengetahuan
mengenai tuntutan profesi kebidanan di era
revolusi industri 4.0. Sebelum pemberian
materi, dilakukan pre-test. Sasaran sebagian
besar mengetahui dan menjawab sesuai
dengan pamahaman dan tindakan dalam
pelayanan kebidanan yang telah dilakukan
sehari-hari dalam praktek mandiri yakni
terkait dengan tugas bidan yang profesional,
wewenang bidan, pemberian pelayanan
kebidanan sesuai dengan undang-undang
kesehatan dan aturan menteri kesehatan.
Selalu mengikuti kebijakan pemerintah dan
mengupdate ilmu pengetahuan sesuai dengan
peraturan menteri kesehatan terutama yang
berkaitan dengan pemberian asuhan
kebidanan, yang berfokus pada ibu dan anak
dan peningkatan derajat kesehatan ibu dan
anak serta kesehatan reproduksi wanita dan
keluarga berencana.
Beberapa sasaran mengetahui dengan jelas
peran-perannya sebagai bidan namun ada
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 351
sebagian kecil yang hanya mengetahui
perannya sebagai pemberi pelayanan
kebidanan, padahal bidan yang memiliki
praktek mandiri tidak hanya bertindak digarda
terdepan sebagai pemberi pelayanan atau
asuhan kebidanan namun bisa bertindak
sebagai pengelola suatu perusahaan pribadi
karena didalamnya mempekerjakan orang lain
baik dari junior maupun rekan sejawat untuk
bekerja sama atau kolaborasi, selain itu bidan
di praktek mandiri juga bertindak sebagai
pemberi motivasi/konseling kepada
masyarakat atau pasiennya, sebagai penggerak
dan pemberdayaan masyarakat seperti
pembentukan desa siaga, posyandu dan
sebagainya, sebagai pendidik atau fasilitator
klinik bagi mahasiswa dari berbagai institusi
kebidanan yang dijadikan sebagai lahan
praktek, dan bisa sebagai peneliti yaitu dengan
hasil temua-temuan kasus di masyarakat
khususnya pada wanita serta pemecahannya
bisa digunakan untuk bahan atau hasil riset.
Setengah dari sasaran mengetahui mengenai
revolusi industri 4.0 dengan pemahaman yang
beragam namun intinya adalah mengenai
suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan
menggabungkan digitalisasi/teknologi dan
konvensional jadi sesuai dengan literasi baru
yang menyangkut literasi digital/ big data,
aplikasi teknologi dan humanities, namun
sebagian lagi sama sekali belum
mengetahuinya.
Menurut sasaran cara bidan bertahan di era
revolusi industri ini adalah bekerja sesuai
dengan standar oprasional prosedur baku yang
dikeluarkan menkes, melakukan
inovasi-inovasi terhadap pelayanan kebidanan,
mengikuti pelatihan/ seminar/ workshop
sesuai kompetensinya dan pelatihan IT,
pemanfaatan teknologi secara terus menerus,
selalu mengupdate ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki dalam kegiatan kegiatan
informal dan nonformal. Setelah pemaparan
materi, dilanjutkan dengan post-test. Dari
pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda
mengenai materi yang telah disampaikan,
sebagian besar sasaran dapat menjawab
dengan benar seperti pengelompokan tenaga
kesehatan berdasarkan UU tenaga kesehatan,
UU kebidanan No 4 tahun 2019, pelayanan
kebidanan dan tugas dan wewenang bidan,
namun beberapa sasaran saja yang tidak dapat
menjawab dengan benar seperti literasi utama
untuk menghadapi era revolusi industri 4.0
dan keterampilan utama yang dibutuhkan
untuk menghadapi era di tahun 2020 ini.
Hasil dari pertanyaan terkait pendapat bidan
mengenai pelaksanaan pelayanan kebidanan
ditahun ini, sebagian mengatakan bahwa
bidan saat ini telah memberikan asuhan
kebidanan/pelayanan yang sudah sesuai
dengan tuntutan di era revolusi industri namun
penguasaan teknologi belum begitu baik
begitu juga yang belum melaksanakan sesuai
dengan tuntutan karena disamping SDM juga
berkaitan dengan beberapa daerah yang
sinyalnya tidak begitu baik. Namun mayoritas
bidan telah siap untuk menghadapi era
revolusi industri ini dan sangat semangat
untuk menambah pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan informasi teknologi serta
digitalisasi. Karena mayoritas bidan masih
melakukan pencatatan dan pelaporan/rekam
medis pasien secara manual dan sebagian lagi
telah menggunakan sistem komputerisasi
namun belum tersimpan dengan baik dan
aman. Sehingga dari kegiatan workshop telah
diajarkan oleh narasumber kepada para bidan,
bagaimana melakukan pendataan dan
pelaporan yang baik menggunakan sistem
digital dan teknologi informasi seperti
informasi pasien, catatan riwayat kesehatan,
aktivitas pasien yang berkunjung, berkas
pemeriksaan dan lain-lain, namun dalam
pembuatan aplikasi harus dilakukan oleh ahli
dibidang teknologi informasi dan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Jadi
tim pengabdi hanya memberikan informasi
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 352
dan pengetahuan mengenai sistem digital
rekam medis serta cara aplikasinya, untuk
pembuatan aplikasinya sendiri akan
disusulkan pada kegiatan hibah berikutnya
dengan pendanaan yang lebih besar sehingga
dapat diberikan secara gratis bagi bidan
khususnya di PMB.
Pada keadaan luar biasa seperti pandemi
covid-19 ini diperlukan suatu tindakan bidan
dalam meningkatkan usahanya dan bangkit
kembali, memiliki inovasi dalam pelayanan
kebidanan dengan cara-cara yang lebih mudah
dan efektif dilakukan saat ini. Bidan harus
mempromosikan layanan-layanan baru yang
ditawarkan oleh PMBnya dengan
menggunakan media digital seperti Website,
selain itu cara ini juga dapat mempermudah
bagi pasien untuk melakukan kontrak waktu
pada bidan dan mengisi daftar antrian serta
jadwal persalinan pasien (Nurjasmi, 2020;
Nurchyanti, 2018). Hal ini untuk mendukung
program pemerintah mengenai prosedur
layanan kebidanan saat situasi pandemi
covid-19 (Kemenkes RI, 2020). Sehingga
dalam workshop telah diajarkan mengenai
pembuatan website gratis bagi bidan dan
aplikasinya. Materi yang digunakan ini
merupakan materi yang telah dijelaskan oleh
dr. Ahmad Ridwan dalam webinar nasional
yang diselenggarakan oleh IBI tahun 2020
mengenai ‘best practice sharing”. Bidan
disarankan untuk selalu memposting dan
mengisi website secara rutin untuk promosi
kesehatan, peningkatan layanan dengan
pemberian konseling gratis melalui media
online, pemasaran jasa yang diberikan seperti
layanan akupressur, teknik relaksasi, baby spa,
kelas hamil, yoga hamil, hipnobirthing, kelas
nifas dsb).
Pemateri oleh Narasumber berikutnya yaitu
Putu Riesty Masdiantini, S.E, M.Si yang
memberikan materi mengenai Pajak
Penghasilan Bagi Bidan: Seri PPH Profesi.
Sebelum materi dimulai terlebih dahulu
peserta diberikan waktu untuk mengisi
formulir pre-test. Pre-test mengenai materi
Perpajakan merupakan salah satu tes yang
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta Pengabdian Masyarakat
terhada pmateri yang akan disampaikan. Pada
pre-test ini terdapat 4 buah soal pilihan ganda,
yang mana tiap soal memiliki bobot 25 poin.
Dari 4 buah soal, terdapat 2 buah soal umum
terkait pengetahuan perpajakan serta 2 soal
lagi khusus mengenai materi yang akan
disampaikan yaitu pajak penghasilan (PPh).
Terdapat 13 orang peserta yang menjawab pre
test ini. Ada pun hasil dari pre test ini, nilai
rata-rata yang diperoleh peserta adalah sebesar
46,1. Berdasarkan hasil pre test tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan
awal peserta masih belum maksimal terkait
Perpajakan. Oleh karena itu sangat penting
untuk memberikan sosialisasi terkait
Perpajakan untuk menambah pengetahuan
peserta.
Setelah pre-test, kegiatan dilanjutkan pada
pemaparan materi. Pajak Penghasilan adalah
pajak atas penghasilan yg diterima wajib
pajak. Khusus untuk profesi Bidan,
dikategorikan Bidan dengan pekerjaan bebas,
bidan dengan usaha diluar profesi dan bidan
yang memperoleh penghasilan dari pemberi
kerja. Untuk bidan dengan pekerjaan bebas
contohnya ketika Bidan membuka klinik
pribadi, menghitung sendiri pph terutang
dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, sebesar 29% (10 ibu kota
provinsi), 28% (ibu kota provinsi lainnya),
dan 27% (daerah lainnya). Untuk bidan
dengan usaha diluar profesi, contohnya
membuka apotek, dikenakan tariff 0,5% dari
omzet. Untuk bidan yang memperoleh
penghasilan dari pemberi kerja, akan dipotong
oleh pemberi kerja dan diberikan bukti potong.
Untuk kewajiban pelaporan menyampaikan
SPT Tahunan paling lambat 3 bulan setelah
akhir tahun pajak (Endang, 2017).
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 353
Hasil Post-test mengenai materi Perpajakan
merupakan salah satu bentuk evaluasi akhir
yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta Pengabdian Masyarakat
terhadap materi yang sudah disampaikan.
Pada post test ini terdapat 4 buah soal pilihan
ganda, yang mana tiap soal memiliki bobot 25
poin. Keempat buah soal, tersebut adalah
mengenai materi yang telah disampaikan yaitu
pajak penghasilan (PPh), baik perhitungan
maupun pelaporan. Terdapat 9 orang peserta
yang menjawab post test ini. Adapun hasil
dari post testini, nilai rata-rata yang diperoleh
peserta adalah sebesar 61,5. Berdasarkan hasil
post test tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat pengetahuan peserta masih
belum maksimal terkait aspek Perpajakan.
Namun jika dibandingkan hasil pre test
sebelumnya, nilai rata-rata yang diperoleh
peserta sudah mengalami peningkatan, jumlah
peserta yang menjawab pertanyaan dengan
benar juga sudah semakin meningkat. Oleh
karena itu sangat penting untuk memberikan
sosialisasi, pelatihan maupun pendampingan
secara berkelanjutan terkait aspek Perpajakan
untuk menambah pengetahuan peserta sebagai
Wajib Pajak. Diharapkan dengan adanya
kegiatan tersebut, peserta akan semakin
memahami mengenai Perpajakan, khususnya
terkait PPh untuk profesi, yaitu sebagai Bidan,
baik Bidan dengan pekerjaan bebas, bidan
dengan usaha diluar profesi dan bidan yang
memperoleh penghasilan dari pemberi kerja.
Materi terakhir disampaikan Luh Gede
Kusuma Dewi, S.E., M.Si. Sebelum
pemaparan materi, beberapa pertanyaan
sebagai pre-test diberikan kepada peserta
pelatihan. Pertanyaan pre-test merupakan
pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan
peserta pelatihan. Pertanyaan pertama
menanyakan mengenai penggolongan aset.
69,2% menjawab benar bahwa yang termasuk
aset adalah gedung praktek. 23,1% menjawab
tarif jasa dan 7,7% menjawab asisten bidan.
Yang mana jawaban ini bukan jawaban yang
tepat, dikarenakan tarif jasa termasuk kedalah
komponen perhitungan pendapatan yang
tercatat di laporan laba rugi. Sedangkan
asisten bidan merupakan tenaga kerja yang
pencatatan bebannya sebagai pengurang dari
pendapatan jasa, untuk mengetahui laba usaha.
Pertanyaan kedua mencari tahu bagaimana
pemahaman para peserta tentang konsep
hutang. Mayoritas peserta dapat menjelaskan
dengan bahasanya sendiri konsep hutang.
Deskripsi singkat yang mereka ungkapkan
menunjukkan bahwa mereka telah cukup
memahami apa itu hutang. Walaupun ada
beberapa orang yang masih belum mampu
mendeskripsikan apa itu hutang (Dewi et al.,
2020).
Pertanyaan yang menanyakan tentang
penggolongan piutang usaha. 61,5% peserta
menjawab yang termasuk piutang adalah gaji
asisten yang belum dibayarkan. Ini merupakan
jawaban yang tidak tepat, karena gaji asisten
yang belum dibayar merupakan bagian dari
hutang gaji. 38,5% peserta telah menjawab
dengan benar bahwa yang termasuk piutang
adalah jasa yang belum dibayarkan oleh
pasien. Pertanyaan terakhir mempertanyakan
penggunaan aplikasi keuangan digital. Apakah
para peserta pelatihan pernah menggunakan
aplikasi keuangan digital dalam mencatat
laporan keuangan, 100% dari peserta
pelatihan menyebutkan bahwa mereka tidak
pernah menggunakan aplikasi keuangan
digital dalam mencatat laporan keuangan
dalam usaha jasa kesehatan PMB (Herawati et
a;., 2015 & Safitri, 2017). Hal ini sesuai
dengan informasi awal disaat tim melakukan
survey terhadap mengenai pencatatan
transaksi keuangan yang belum optimal (Dewi
et al., 2020).
Pada kegiatan seminar dan workshop ini, ada
beberapa pesan yang diberikan oleh sasaran
yang berprofesi sebagai bidan kepada junior
atau mahasiswa kebidanan adalah selalu
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 354
meningkatkan kompetensinya tidak hanya dari
segi bidang ilmu kebidanan tetapi juga dari
sektor bidang ilmu lainnya dan penting juga
dapat menguasaai teknologi, melakukan
update-update ilmu kebidanan sesuai standar
dan UU kesehatan yang berlaku, lebih kritis
dan kreatif, membuat inovasi-inovasi dalam
pelayanan kebidanan (kebidanan
komplementer yang berbasis bukti ilmiah)
dengan tetap memperhatikan sisi kemanusian,
kenyamanan dan keamanan dari pasien
tersebut. Para lulusan kebidanan diharapkan
selain memiliki skill dan pengetahuan yang
baik juga harus menjungjung etika dan norma
kesopanan terlebih dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
Secara umum kegiatan berjalan dengan baik
dan lancar. Antusiasme peserta mengikuti
pendampingan disela-sela kesibukannya
sebagai garda terdepan penanggulangan
Covid-19 pantas diberikan pujian. Beberapa
bidan memiliki kendala, akan tetapi dapat
diatasi dengan baik. Kegiatan ini cukup
membantu peningkatan pengetahuan dasar
mengenai aplikasi keuangan usaha jasa, rekam
medis digital, promosi kesehatan melalui
media serta termasuk juga digital marketing/
pemasaran jasa. Akan tetapi pendampingan
yang lebih intensif dirasakan perlu diterapkan
pada kesempatan berikutnya. Pelaksanaan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat
berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Antusias peserta dalam kegiatan yang
dilakukan dapat diamati melalui proses
diskusi dan antusiasme peserta untuk
mengikuti pelatihan ini. Praktek mandiri bidan
sebagai penyedia layanan jasa kesehatan
haruslah mengembangkan jiwa
kewirausahaannya dan turut bersedia terus
belajar dan meng-update pengetahuan dan
keterampilannya di bidang teknologi. Hal ini
dilakukan agar usaha jasa yang digeluti
mampu bersaing di era globalisasi dewasa ini.
Untuk itu kegiatan pengabdian pada
masyarakat agar ditindaklanjuti dengan
kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan
datang dengan memperluas kajian materi
tentang pengelolaan usaha dan keuangan
berbasis teknologi.
Gambar 1. Pemberian materi seminar secara daring
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 355
Gambar 2. Kegiatan workshop
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 356
Gambar 3. Kegiatan evaluasi dan monitoring melalui group WA
SIMPULAN
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kali
ini yang mengambil tema Seminar dan
workshop bagi Bidan di Praktek Mandiri
untuk meningkatkan literasi baru secara
digital dalam bidang Entrepreunership
kebidanan di era Revolusi industri 4.0.
Kegiatan ini telah berjalan dengan baik
walaupun tata caranya harus berubah menjadi
webinar karena kendala kondisi pandemi saat
ini. Antusias peserta dalam kegiatan yang
dilakukan dapat diamati melalui proses
diskusi dan keseriusan peserta dalam
mengikuti seminar dan workshop. Peserta
seluruhnya mengatakan sangat terbantu
dengan adanya kegiatan ini dan sangat
bermanfaat untuk pengembangan keilmuan
serta karirnya termasuk layanan kesehatan di
PMB. Dengan kegiatan ini bidan dapat
meningkatkan pamahaman, pengetahuan dan
menggunakan sarana teknologi informasi
dalam sistem digitalisasi secara tepat guna
untuk menunjang pelayanan kesehatan
maupun kebidanan yang diberikan.
DAFTAR RUJUKAN
Andreastuti, Linda. (2017). Sistem Informasi
Klinik Bersalin Bidan Wahyu
Jatiningsih. Klaten. Skripsi.
Universitas Widya Dharma
Dewi, L.K., Arini, L.A., Masdiantini, P.R.
2020. Pelatihan dasar dan aplikasi
keuangan untuk meningkatkan
literasi keuangan di praktek
mandiri bidan kecamatan
Sukasada. Laporan program P2M
penerapan IPTEKS Undiksha.
Endang, Purwanti. 2017. Analisis
Pengetahuan Laporan
Keuangan Pada Umkm
Industri Konveksi Di Salatiga.
Among Makarti, Vol. 11, 20.
Fadmiyanor, I., Hevrialni, R., Amalia, F. 2019.
Hubungan Pelayanan Bidan Delima
Terhadap Kepuasan Pasien Di Bidan
ISBN 978-623-7482-47-5
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 357
Praktik Mandiri Kota Pekanbaru.
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 7,
Nomor 2.
Herawati, dkk. (2015). Pelatihan Financial
Planning Bagi Remaja di Kota
Singaraja. Laporan Akhir
Program P2M Penerapan
IPTEKS UNDIKSHA.
Ikatan Bidan Indonesia Cabang Buleleng.
2020. Data bidan se Kabupaten
Buleleng. Pengurus Cabang dan
kordinator wilayah IBI
Jaya, Ahmad., Rodianto, Akbar (2019). Sistem
Informasi Pencatatan Dan
Laporan Pada Praktek Mandiri
Bidan (PMB) “Fitri Alatif”
Berbasis Dekstop. Journal
Tambora; Vol 3. No. 3.
Kemenkes RI, 2020. Panduan pelayanan ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir di era pandemi
covid-19. Germas. Di unduh pada
6 Agustus 2020.
Nurjasmi, E. Ketua Pengurus pusat Ikatan
Bidan Indonesia. 2020. Situasi
Pelayanan Kebidanan Pada Masa
Pandemi Covid – 19 Dan Memasuki
Era New-Normal. USAID Jalin.
IBI.or.id diunduh 6 agustus 2020.
Nurjasmi, E. Ketua Pengurus pusat Ikatan
Bidan Indonesia. 2020. Tantangan
tenaga profesi bidan dalam
menghadapi era revolusi industri 4.0.
Ibi.or.id. diunduh 6 agustus 2020.
Nurchyanti, 2019. Sistem Pendataan Jadwal
Pasien Melahirkan Normal Berbasis
Web Pada Bidan Praktek. Naskah
Publikasi. Univ Teknologi
Surabaya.
Pengurus Ikatan Bidan Indonesia. 2015. Bidan
Delima. Ibi.or.id diunduh 01
Januari 2015.
Permenkes No 28 tahun 2017. Izin dan
penyelenggaraan praktek bidan.
Di unduh pada 6 Agustus 2020.
Safitri, Reni Wahyu., Nurhadi, Zulkarnain.
(2017). Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program
Desa Siaga Aktif Inklusi
Keuangan. Jurnal Penidikan
Nonformal. Vol 12 No. 2
September 2017.
Widyawati. 2018. Kinerja Bidan dalam
Memberikan Pelayanan Antenatal
Care dan Faktor yang
Mempengaruhi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Vol 7(1);
15-24.