sosialisasi perbedaan dan peran gender terhadap …

156
SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP SISWA/SISWI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR NAGROG CIAMPEA BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan OLEH : VIA OKTAVIANI 1112015000064 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: others

Post on 18-Apr-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP

SISWA/SISWI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR

NAGROG CIAMPEA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

VIA OKTAVIANI

1112015000064

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 3: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 4: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 5: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 6: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 7: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

i

ABSTRAK

Via Oktaviani “Sosialisasi Perbedaan dan Peran Gender terhadap

Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog”. Penelitian ini

mengenai cara guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender

terhadap siswa. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui sosialisasi perbedaan dan

peran gender terhadap siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif di mana

metode ini menggambarkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari fenomena

yang diteliti, untuk dapat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi

atau fenomena realitas yang mampu menjadi objek penelitian agar lebih

mendalam ke sasaran penelitian. Dalam pengumpulan data, teknik yang peneliti

gunakan dengan melakukan wawancara dan mengumpulkan dokumentasi.

Partisipan dalam penelitian ini adalah 7 dewan guru dan 1 kepala Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa dengan cara: melalui pengondisian situasi belajar,

penugasan kebersihan dan menyelipkan pengenalan gender disela-sela

pembelajaran. Meskipun guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender, akan

tetapi secara tidak disadari guru sudah mengajarkan perbedaan dan peran gender

tersebut dalam kegiatan sehari-hari dan materi pembelajaran .

Kata Kunci: Sosialisasi, Gender, Siswa

Page 8: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

ii

ABSTRACT

Via Oktaviani "The Socialization of Differences and the Role of

Gender against the Students of Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog". This research is about the teachers way in socialize differences and the

gender role of students. This research aims to find out how the teacher in

providing socialization about gender differences and roles to students in madrasah

ibtidaiyah mathlaul anwar nagrog. The research method used is a descriptive

qualitative method where this method describes how the actual situation of the

phenomenon studied, to be able to describe, summarize the various conditions,

situations or phenomena of reality that can be the object of research for more in-

depth to the target research. In data collection, the technique that researchers use

is by interviewing and collecting documentation. Participants in this research is 7

council of teachers and 1 head Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

The result of this research show that teachers socializing gender

differences and roles to students by means of: through conditioning situation

learning, cleanliness task and inserted the introduction of gender stated learning.

Although teachers do not understand gender differences and roles so that teachers

do not realize that learning about gender differences and roles is tangled indirectly

delivered to students in daily activities and learning materials.

Keywords: Socialization, Gender, Students

Page 9: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, serta memberikan taufik, hidayah,

dan inayah-Nya, sehingga penulis mendapatkan kekuatan, kemudahan, kesabaran

serta pemahaman hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sosialisasi

Perbedaan dan Peran Gender terhadap Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi suri teladan bagi

umatnya terutama dalam hal mendidik.

Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana

Pendidikan (S.Pd).

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa adanya

bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak baik itu secara individu

maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan ikhlas

dari pembimbing, untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah tulus dan ikhlas memberikan dan melayani penulis selama penulis

kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial serta sebagai Dosen Pembimbing (I) Skripsi, yang telah tulus dan ikhlas

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi serta

memberikan dan melayani penulis selama penulis kuliah di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 10: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

iv

5. Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik, yang telah tulus

memberikan masukan-masukan selama penulis menjalankan perkuliahan dan ilmu

yang sangat bermanfaat untuk penulis.

6. Ibu Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D., M.A. selaku Dosen Pembimbing (II) Skripsi,

yang tulus dan ikhlas untuk membimbing serta bersedia meluangkan waktu untuk

penulis dan memberikan banyak pelajaran dalam menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama masa

perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan

keberkahan dari Allah SWT.

8. Terkhusus untuk Mamah tercinta terkasih tersayang Hj.Mimin Mulyani yang telah

memberikan dukungan secara moril dan materil, arahan, motivasi dan selalu

memberikan do’a-do’a juga kasih sayang yang tiada hentinya, serta selalu siap

mendengarkan keluh dan kesah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Skripsi ini ku persembahkan untuk mamah, semoga mamah bangga dan selalu

berada dalam lindungan Allah SWT serta diberikan kesehatan juga umur panjang.

Amin

9. Kakak-kakak tercinta terkasih tersayang Deni Solahudin yang selalu memberikan

masukan dan dukungan secara moril dan materil selama penulis melaksanakan

perkuliahan hingga selesai, Fahmi Aminudin dan Fikri Abdillah, kakak-kakak ipar

terheboh Dera dan Sofa Agustina sekaligus calon kaka ipar Fitria Anggraeni,

terimakasih atas do’a-doa, dukungan, motivasi juga arahan yang membuat penulis

termotivasi untuk menyelesaikan skripsi. Serta keponakan-keponakan tersayang

Azzalea Qaereen dan Callysta Noura Khanza yang menjadi penghibur dan menjadi

obat disaat penulis merasa lelah sehingga dijadikan motivasi agar selalu menjadi

teladan bagi mereka, agar kelak mereka bisa menjadi penerus yang jauh lebih baik

dari penulis.

10. Fahmi Marshal Boy Muhammad, yang selalu bersedia meluangkan waktu menjadi

fasilitator penulis untuk mencari sumber-sumber dalam skripsi ini serta membantu

mendapatkan ide saat penulis tidak fokus, serta selalu menemani dan memberikan

dukungan juga do’a-do’a yang tiada henti.

11. Sahabat-sahabat Mercon’s Family Inayati Ma’rifah, Rahmawati Wulanndari, Lusy

Alfiah, Dekcut Hafidhah Nurkarimah, Windy Sartika Lestari, Nurlela, Nuraini dan

Page 11: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

v

Anna Nuryuliani. Terimakasih sudah menjadi sahabat-sahabat yang selalu memberi

support bahkan tidak pernah lelah untuk turut serta membantu skripsi penulis,

terimakasih untuk persahabatannya selama ini dari jaman masuk kuliah, organisasi

bahkan sampai saat ini dan yang akan datang tetap menjadi keluarga yang selalu

mengingatkan disaat salah dan selalu mendukung disaat jatuh.

12. Ketua Yayasan As Shufiah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog Ibu Hj.

Empi Supiah, A.Ma., terimakasih telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian di madrasah. Terimakasih juga kepada kepala madrasah Pak Wawan

Gunawan, S.Pd.I dan segenap dewan guru (partisipan) yang telah bersedia

meluangkan waktunya dan memberikan informasi yang penulis butuhkan sehingga

terciptalah skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Pak Syarif dan Bu Maila (Desty

rahmayanti, Dina Khairunnisa, Ida Aisyah, Faturrahman Asbahah, Fauziyyah

Nurrahma, Faizah Zulaiha dan M. Nur) terimakasih sudah menjadi tempat keluh

kesah penulis dengan landasan satu rasa - seperjuangan, saling memotivasi satu sama

lain, semoga diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk ke langkah selanjutnya. Amin

14. Segenap Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial terimakasih telah memberikan penulis pembelajaran dalam berorganisasi dan

memberikan warna yang sangat beragam selama penulis kuliah.

15. Segenap Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Cabang Ciputat

terimakasih telah memberikan pembelajaran dalam berorganisasi dan memberikan

arahan dan panutan agar selalu memberikan yang terbaik dalam melakukan kegiatan

apapun itu baik secara organisasi maupun dalam hal sosial.

16. Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd selaku dosen juga kakak yang selalu memberikan

dukungan serta motivasi, terimakasih telah bersedia mendengarkan keluh kesah

penulis. Semoga dilancarkan apapun yang sedang dilaksanakan dan apa yang ibu

cita-citakan dapat terwujud dan terlaksana, semoga selalu berada dalam lindungan

Allah SWT. Amin

17. Adik-adik juniorku yang paling cetar, cerewet dan tersegala-segalanya Zefi

Khomara, Ghilman Hanif, Dini Utami, Fauziah Karimah, Yayu Hardiyanti Isnin,

Gita Ciptaningtyas, Rizky Fauziah Ulfah, Ike Retno Septyastuti, Fatma Hanivah

(yang sempet naik gunung bareng), terimakasih atas dukungan, candaan dan

motivasi kalian yang membuat penulis bangkit untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

vi

Masih banyak lagi mohon maaf tidak bisa ditulis satu-satu tanpa mengurangi rasa

sayang dan ucapan terimakasih yang paling mendalam untuk semua.

18. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012

FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih untuk selama ini telah

memberikan arti dalam kehidupan perkuliahan mohon maaf tidak bisa disebutkan

satu persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan kita, tetap kompak selalu dan terus

jalin tali silaturrahmi.

19. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Harapan penulis semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-

besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya. Penulis

menyadari dalam penyusunan skripsi ini dirasakan dan ditemui berbagai macam

kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang

membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka.

Jakarta, 04 Oktober 2017

Penulis,

Via Oktaviani

Page 13: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN .................................................................................... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ .. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... ...... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... ..... 6

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... ..... 6

D. Perumusan Masalah ....................................................................... ..... 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ ..... 6

F. Manfaat Penelitian ......................................................................... ..... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik ........................................................................... ..... 8

1. Pengertian Sosialisasi ............................................................. ..... 8

a. Tujuan Sosialisasi .............................................................. ... 10

b. Agen Sosialisasi .................................................................. ... 10

c. Peran Guru ......................................................................... ... 12

d. Proses Pelaksanaan Sosialisasi .......................................... ... 14

2. Pengertian Gender .................................................................. ... 15

3. Perbedaan Gender dan Peran Gender ..................................... ... 17

a. Perbedaan Gender ................................................................ .... 17

Page 14: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

viii

b. Peran Gender ....................................................................... .... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ ... 19

C. Kerangka Berfikir ........................................................................... ... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ ... 26

B. Metode Penelitian ........................................................................... ... 27

C. Sumber Data dan Sampel Penelitian .............................................. ... 28

1. Sumber Data ........................................................................... ... 28

2. Sampel .................................................................................... .... 29

D. Instrumen Penelitian ...................................................................... ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. ... 30

1. Interview (Wawancara) ........................................................... .. 30

2. Dokumentasi ........................................................................... .. 31

F. Pemeriksaan keabsahan Data ......................................................... ... 31

1. Triangulasi .............................................................................. .. 32

2. Meningkatkan Ketekunan ....................................................... ... 32

3. Member check ......................................................................... ... 32

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... ... 33

1. Data Reduction (Reduksi Data) .............................................. ... 33

2. Penyajian ................................................................................. ... 33

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi ...................................... ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan ................................................................................... ... 34

B. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog . ... 34

a. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ... 34

b. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ... ... 35

c. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog ....................................................................................... .... 35

d. Data Guru ................................................................................. ... 36

e. Data Siswa ................................................................................ ... 36

Page 15: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

ix

C. Informasi Partisipan ...................................................................... ... 37

D. Paparan Hasil Penelitian ................................................................ ... 40

1. Guru mensosialisasikan perbedaan dan perbedaan gender

melalui situasi belajar ............................................................ ... 41

2. Guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender melalui

penugasan kebersihan ............................................................ ... 44

3. Guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai

perbedaan dan peran gender ................................................... .... 46

4. Guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender ................. ... 49

E. Diskusi ............................................................................................ ... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... ... 59

B. Saran ...................................................................................... ... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Gender dan Seks/Jenis Kelamin .......................... 18

Tabel 2.2 Penelitian Relevan ................................................................. 20

Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ...................... 22

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................... 26

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .............................................................. 42

Page 17: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .................................................................. 25

Page 18: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pendidikan Karakter ...................................................................... 50

Diagram 4.2 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online DS ................... 51

Diagram 4.3 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online RWR ............... 53

Diagram 4.4 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online AN ................... 54

Diagram 4.5 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online IN .................... 55

Diagram 4.6 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online LS .................... 56

Diagram 4.7 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online AM .................. 57

Diagram 4.8 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online AMA ............... 58

Diagram 4.9 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online VO .................... 59

Diagram 4.10 Perbandingan Uang Saku dengan Belanja Online WS ................... 60

Diagram 4.11 Pengeluaran Untuk Berbelanja Dalam Satu Bulan ......................... 61

Diagram 4.12 Perbandingan Belanja Online dan Uang Saku

Semua Partisipan ........................................................................... 62

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiaran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Page 19: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

xiii

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Informan Penelitian

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Pendahuluan

Lampiran 6 Transkip Wawancara Pendahuluan

Lampiran 7 Pedoman Wawancara

Lampiran 8 Transkrip Wawancara

Lampiran 9 Foto Hasil Wawancara dengan Partisipan

Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

Lampiran 11 Biografi Penulis

Page 20: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gender memiliki pengertian sebagai pembeda peran, fungsi dan tanggung

jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial

budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.1 Gender

diciptakan dan diperkuat melalui diskusi dan perilaku, saat individu menyatakan

suatu identitas gender dan mengumumkan pada yang lainnya.2 Pembagian peran

dan fungsi tersebut berdasarkan apa yang dianggap pantas dan tidak pantas

dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, yang diatur menurut nilai-nilai, norma,

adat istiadat dan kebiasaan dalam masyarakat.

Kata gender tidak asing didengar oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 90-

an hingga saat ini.3Masyarakat awam lebih mengenal tentang kesetaraan gender

yang didalamnya membahas kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan

laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia dalam

melakukan peran dan partisipasi kegiatan politik, ekonomi dan kegiatan lainnya

yang terjadi dalam lingkungannya.4 Namun faktanya isu dan persoalan gender

masih belum menjadi perhatian penting bagi seluruh kalangan masyarakat di

Indonesia. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam menolak

adanya wacana tersebut, karena dianggap isu gender tersebut berasal dari barat.5

Salah satu persoalan yang menjadi perbincangan dalam wacana gender bagi

1 Mufidah Ch, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial), (Malang: UIN-

Maliki Press, 2010), cet II, h. 5 2Herien Puspitawati,dkk., Glosarium (Keluarga, Gender, pendidikan dan Pembangunan).

(Bogor: PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor, 2012), h. 43 3 Umi Sumbulah,dkk., Spektrum Gender Kilasan Gender di Perguruan Tinggi, (Malang:UIN-

Malang Press, 2008), cet Pertama, h. 1 4Herien Puspitawati,dkk., Glosarium (Keluarga, Gender, pendidikan dan Pembangunan), h.

103 5 Umi Sumbulah,dkk., Spektrum Gender Kilasan Gender di Perguruan Tingg), h. 1

Page 21: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

2

masyarakat Islam adalah isu biasnya gender yang memiliki keterkaitan dengan

ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan.6

Seperti pemberitaan media Detik.com yang memberitakan mengenai

kesetaraan gender. Lembaga formal yang pada saat ini sudah mulai memasukkan

kurikulum berbasis gender disetiap mata pelajarannya atau yang disebut

Kurikulum Kesetaraan Gender (IKKG), yang membahas tentang perbedaan fisik

laki-laki dan perempuan, pasrtisipasi laki-laki dan perempuan, dan kesetaraan

laki-laki dan perempuan menghargai kemajemukan demokrasi. Masuknya

pemahaman kesetaraan gender didalam pendidikan pada dasarnya secara

perlahan akan mengarahkan kepada kesamaan perilaku siswa perempuan dan

laki-laki. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjelaskan bahwa

kesetaraan gender diajarkan apabila siswa tersebut baligh maka sifatnya akan

jauh dari syariat Islam. Sebab Islam memuliakan laki-laki dan perempuan

dengan hak dan kewajiban yang berbeda-beda sesuai dengan potensi pada

keduanya, yang akan berbenturan dengan hukum waris, kewajiban hak dalam

berkeluarga.7

Beranjak dari isu yang berkembang tersebut, harus diketahui bahwa gender

memiliki perbedaan dan perannya masing-masing agar dapat dengan mudah

disosialisasikan dengan baik dan benar kepada anak-anak yang pada dasarnya

masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan pada hal-hal yang positif dan

sesuai dengan peran gendernya masing-masing sejak dini. Proses sosialisasi

dapat dilakukan oleh sekolah sebagai agen sosialisasi dan fasilitator yang paling

utama dalam membentuk kepribadian anak. Anak-anak dikenal sebagai subyek

didik yang memiliki banyak kepribadian yang unik dalam setiap karakteristiknya

masing-masing dan dapat berubah-rubah dalam berperilaku karena pengaruh

6Anuar, “Bias Gender dalam Masyarakat Muslim: Antara Ajaran Islam dengan Tradisi

Tempatan”, Jurnal Fiqh, No 7, 2010, h. 50 7Detik.com, Kurikulum Gender dan Perubahan Masa Depan, 2009,

(https://news.detik.com), diakses pada tanggal 09 Maret 2017

Page 22: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

3

lingkungan sekitarnya dan membutuhkan pengarahan dalam menentukan

kepribadiannya.

Sebagai langkah awal, sebelumnya peneliti melakukan wawancara

pendahuluan kepada kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog yang bernama Bapak Wawan Gunawan, beliau memaparkan bahwa di

madrasah sosialisasi mengenai pengenalan perbedaan dan peran gender memang

tidak diperkenalkan dengan benar oleh para dewan guru mengingat pengenalan

gender dianggap tidak begitu penting disampaikan kepada siswa dan siswi, beliau

memberikan penjelasan mengenai perilaku siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog yang bersikap tidak sewajarnya dan tidak seharusnya

anak-anak lakukan jika mengingat jenis kelaminnya masing-masing dan

mengingat dari pengertian gender itu sendiri, sebagai contoh anak perempuan

melakukan perkelahian dengan anak laki-laki yang terjadi begitu sering di

madrasah, anak perempuan bermain sepak bola, dan anak laki-laki bermain

masak-masakan dengan anak perempuan pada saat jam istirahat berlangsung, di

daerah pedesaan hal tersebut tidaklah dianggap wajar di mana anak perempuan

akan dianggap tomboy dan sebaliknya anak laki-laki akan dianggap kemayu. Hal

ini terjadi karena tidak disosialisasikan secara lisan dan langsung oleh dewan

guru kepada anak-anak. Lalu, tidak adapula media-media yang ikut serta

mendukung dalam proses sosialisasi tentang gender di madrasah sehingga guru

tidak dapat dengan mudah menberikan pengertian kepada siswa seperti tidak

adanya poster-poster yang menggambarkan atau memperlihatkan tentang

perbedaan peran gender.8 Berdasarkan kurikulum yang peneliti baca ketika

mewawancarai pihak sekolah, jika diperhatikan dengan baik pengenalan

perbedaan dan peran gender ada pada materi yang disampaikan guru setiap

pembelajaran dengan cara menerapkan pembelajaran peran gender melalui media

utamanya yaitu kurikulum formal, yang berisi pada mata pelajarannya masing-

8 Hasil wawancara Bapak Wawan Gunawan kepala Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog, 10 Oktober 2016

Page 23: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

4

masing. Seperti Aqidah Akhlak, Fiqh, Al-Qur’an Hadits, PJOK, Kesenian, IPA

dan lain sebagainya.

Hal ini didukung dengan adanya pemberitaan tentang isu kesetaraan gender

mewarnai dunia pendidikan pada media Republika yang menyebutkan bahwa

dalam dunia pendidikan masih diwarnai disparitas9 gender, berdasarkan beberapa

aspek yaitu dalam buku teks yang dipakai sejumlah sekolah. Pendiri Sekolah

Cikal, Najeela Shihab dalam acara diskusi yang dilaksanakan oleh Education

Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) menyebutkan

bahwa salah satu buku yang digunakan oleh salah satu taman kanak-kanak (TK)

hanya menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang dominan laki-laki dibandingkan

perempuan dan sangat jarang menampilkan figur perempuan pada ilustrasi dalam

buku teks anak-anak.10

Berdasarkan pengalaman peneliti yang pernah mengajar selama 2 tahun di

madrasah tersebut, memperhatikan guru dalam mata pelajaran kesenian

memisahkan siswa dan siswi dengan masing-masing diberi materi pelajaran yang

berbeda. Siswi diminta mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan peralatan

rumah tangga seperti membuat kue sedangkan laki-laki diminta utuk membuat

alat musik menggunakan bambu, kemudian dalam pelajaran olahraga misalnya

siswa diminta untuk push up karena dianggap lebih sulit dilaksanakan dan sangat

menguras tenaga sedangkan siswi diminta untuk back up karena dianggap lebih

mudah dilaksanakan dan hanya sedikit menggunakan tenaga.

Selain itu peneliti melakukan wawancara pendahuluan kembali dengan

ketua yayasan Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ibu Hj. Empi

Supiah, beliau memberikan penjelasan berdasarkan ayat suci Al-Qur’an pada

surat Ali Imran:36 yang memiliki arti “dan anak laki-laki itu tidaklah sama

dengan anak perempuan.” Berdasarkan ayat tersebut sangat jelas bahwa peran

9 Disparitas adalah perbedaan atau jarak, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,

diakses pada tanggal 09 Maret 2017 10

Republika, Isu Kesetaraan Gender Warnai Pendidikan, 2016, (http://www.republika.co.id),

diakses pada tanggal 09 Maret 2017

Page 24: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

5

antara laki-laki dan perempuan berbeda, pada umumnya anak laki-laki memiliki

kepribadian yang bersifat jantan dan perempuan memiliki sifat lemah lembut.

Karena madrasah ini berada di desa yang tergolong menggunakan adat pemikiran

yang tradisional, dan masih menganggap bahwa seharusnya anak laki-laki tidak

boleh melakukan hal-hal yang bersifat kemayu seperti pekerjaan rumah tangga

mencuci baju, mencuci piring, masak dan permainan-permainan yang identik

dengan khas perempuan boneka, masak-masakan dan sebaliknya pun begitu

untuk anak perempuan seharusnya mengerjakan pekerjaan yang bersifat lemah

lembut dan tidak sewajarnya apabila perempuan mengerjakan atau melakukan

hal-hal yang bersifat keras, dalam dunia pendidikan memang penting bagi siswa

mengenal perbedaan dan peran gender agar siswa dapat melaksanakan kegiatan

sosial sebagaimana mestinya, dewan guru seharusnya memberikan pengarahan

kepada siswa untuk mempelajari perbedaan dan peran gender yang diberikan

oleh Allah swt. sebagai kodrat dan irodat pada diri seseorang dan diberikan pula

pengarahan mengenai tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan

perempuan untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan.11

Sesuai dengan uraian-uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana cara dewan guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender

kepada siswa dan siswi di madrasah ibtidaiyah mathlalul anwar nagrog sehingga

anak-anak dapat memahami perbedaan dan peran gendernya masing-masing,

agar tidak terjadi penyimpangan sosial disaat siswa dan siswi beranjak remaja.

Atas dasar itulah diambil penelitian dengan judul “Sosialisasi perbedaan dan

peran gender terhadap siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog”.

11

Hasil wawancara Ibu Hj. Empi Supiah ketua yayasan Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog, 10 Maret 2017

Page 25: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

6

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di

identifikasikan sebagai berikut :

1. Isu dan persoalan gender masih belum menjadi perhatian penting bagi seluruh

kalangan masyarakat di Indonesia.

2. Kurangnya sosialisasi perbedaan dan peran gender oleh dewan guru kepada

siswa-siswi di madrasah.

C. Batasan masalah

Dari identifikasi masalah tersebut peneliti memfokuskan masalah yang ada,

agar menjadikan penelitian lebih terarah mengingat adanya keterbatasan waktu,

keterbatasan kemampuan dan keterbatasan dana, serta untuk mempermudah

pembahasan skripsi ini, maka diperlukan adanya pembatasan masalah pada

penilitian ini, oleh karena itu penelitian ini dibatasi hanya dalam mendiskusikan

tentang: Sosialisasi perbedaan dan peran gender terhadap siswa Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimana guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap

siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana cara guru dapat memberikan pengetahuan baru

mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog.

Page 26: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

7

F. Manfaat penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik kegunan akademis

maupun kegunaan praktis:

1. Kegunaan Akademis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada

pihak sekolah dalam memperkenalkan hal penting seperti peran gender

kepada siswa dan siswi agar dapat berguna bagi kehidupan sosialnya.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman

ilmu dibidang sosial dan pendidikan, serta dapat menambah pengetahuan

mengenai kehidupan sosial.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua untuk membantu mensosialisasikan

peran gender kepada anak agar dapat diterapkan oleh anak bukan hanya

disekolah melainkan dilingkungan sosialnya juga.

b. Bagi Siswa

Kepada siswa diharapkan dapat menjalankan peranannya sesuai

dengan gendernya masing-masing agar tidak terjadi penyimpangan sosial

disaat beranjak remaja dan dewasa kelak.

Page 27: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan tentang definisi sosialisasi,

definisi gender, perbedaan dan peran gender serta penjelasan lainnya yang

terkait dengan hal-hal tesebut.

1. Pengertian Sosialiasi

Menurut Buehler dalam Elly, sosialisasi adalah proses yang

membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana

cara hidup, dan berpikir atas kelompoknya agar dapat berperan dan

berfungsi dalam kelompoknya.1

Pengertian lain yang didefinisikan oleh Zanden dalam Amin

menjelaskan bahwa sosialisasi sebagai proses seseorang berinteraksi

sosial sepanjang hidupnya yang didalam proses itu ia mempelajari

pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan perilaku yang penting supaya bisa

terlibat secara efektif dalam hidup bersmasyarakat.2 Kemudian Goslin

dalam Ihrom mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses belajar yang

dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan keterampilan, nilai-

nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam

kelompok masyarakatnya.3

Selain itu Durkheim dalam Rakhmat mendefinisikan sosialisasi

sebagai proses di mana seorang individu belajar dan menginternalisasi

norma dan nilai sepanjang hidupnya dalam masyarakat mana dia berada,

dan membangun identitas sosialnya. Proses sosialisasi kepada generasi

muda berupaya menghasilkan kondisi tertentu pada anak-anak, keadaan

1 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial,teori, aplikasi, dan pemecahan), (Jakarta: kencana Prenadamedia Group,

2011), cet Pertama, h. 155 2 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Pengantar Memahami Konsep-

Konsep Sosiologi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet Pertama, h. 73 3 Ihrom, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga , (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2004), h. 30

Page 28: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

9

moral, sosial, fisik, dan dewasa yang akan menghasilkan suatu tindakan

diarahkan untuk mempersiapkan ke arah tertentu.”4

Adapula pengertian menurut Soerjono Soekanto yang

mendefinisikan bahwa sosialisasi merupakan proses di mana anggota

masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai

masyarakat di mana ia menjadi anggota.5 Sosialisasi pun dapat diartikan

sebagai sebuah proses seseorang yang belajar cara berpikir dan bersikap

dalam budaya mereka.6

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan dengan sederhana

bahwa sosialisasi diartikan sebagai proses belajar bagi seseorang atau

sekelompok orang selama hidupnya untuk mengenali pola-pola hidup,

nilai-nilai dan norma sosial agar ia dapat berkembang menjadi pribadi

yang bisa diterima dengan baik oleh kelompoknya.

Sosialisasi sebagai proses pembelajaran masyarakat menghantarkan

warganya masuk kedalam kebudayaan. Sosialisasi menjadi rangkaian

seperangkat kegiatan masyarakat ketika individu belajar dan mengajar

untuk memahirkan diri dalam peranan sosial sesuai dengan potensinya

masing-masing.

Berdasarkan prosesnya sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua

proses, yaitu: Pertama sosialisasi primer yaitu awal sosialisasi seorang

individu memasuki keanggotaan masyarakat, sosialisasi ini diawali oleh

sikap hormat-menghormati, tolong-menolong, toleransi, jujur, dan kasih

sayang. Kedua sosialisasi sekunder yaitu sosialisasi di luar lingkungan

keluarga yang merupakan kelanjutan dan perluasan sosialisasi primer.7

4 Rakhmat Hidayat, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014) Cet.1, h. 88-89 5 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial,teori, aplikasi, dan pemecahan)., h. 156 6 Herien Puspitawati, dkk, Glosarium (Keluarga, Gender, Pendidikan, dan Pembangunan),

(Bogor: PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor, 2012), h. 224 7 Muh. Nurdin, et.al., Mari Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Depok: Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional ,2008), h. 51

Page 29: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

10

a. Tujuan Sosialisasi

Menurut Cohen dalam Nurdin, sosialisasi memiliki beberapa

tujuan,8 yaitu:

a. Memberikan bekal keterampilan yang dibutuhkan bagi

individu pada masa kehidupannya kelak.

b. Memberikan bekal kemampuan untuk berkomunikasi secara

efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca,

menulis, dan berbicara.

c. Mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan

mawas diri yang tepat.

Dalam tujuan tersebut dapat diartikan bahwa sosialisasi

memiliki tujuan untuk seseorang dapat mempelajari dan menghayati

norma-norma kelompok dalam kesatuan kerja di mana ia berada

sehingga menjadikan dirinya sebagai seorang pribadi yang mudah

dalam berkomunikasi dan berperilaku sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh suatu kelompok.

b. Agen sosialisasi

Proses sosialisasi dapat terjadi karena adanya agen-agen

sosialisasi yang memiliki peran-peran tersendiri pada bagiannya

masing-masing. Agen sosialisasi yang dimaksud adalah keluarga,

sekolah, teman sebaya, media massa, agama, lingkungan tempat

tinggal, dan tempat kerja.9 Agen sosialisasi inilah yang berperan

aktif dan penting dalam membentuk kepribadian, pengetahuan,

sikap, nilai-nilai, dan norma yang ada pada diri seseorang sehingga

dapat berinteraksi dengan baik dalam masyarakat. Melalui proses

belajar seorang anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya

dengan baik, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi

8 Ibid,. h. 157

9 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 69

Page 30: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

11

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih

bayi hingga ke liang lahat nanti.10

Pada penelitian ini lebih terfokus kepada sekolah sebagai agen

sosialisasi paling utama dalam membentuk kepribadian anak.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan masa

peralihan antara dunia keluarga dan dunia kemasyarakatan, di

sekolah anak diasah kecerdasan dan keahliannya dalam menyerap

ilmu pengetahuan. Bukan hanya itu di sekolah, seorang anak didik

juga dibina untuk memiliki moralitas yang baik, dan memiliki

kepribadian yang baik dalam bermasyarakat.11

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan

berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk

masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara.12

Sekolah dalam arti luas didalamnya mencakup mulai dari Play

Group, TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan Perguruan Tinggi.

Sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga dan sekolah memiliki

perbedaan dalam penyampaiannya, menurut Dreeben dalam Damsar

beliau mengatakan seorang anak belajar kemandirian lebih intensif

di sekolah dibandingkan di tempat lain. Ketika di rumah seorang

anak dimungkinkan memperoleh bantuan anggota keluarga untuk

melaksanakan bermacam tugas dan pekerjaan, sedangkan di sekolah

sebagian tugas dan pekerjaan dilaksanakan secara mandiri yang

disertai dengan tanggung jawab.13

Biasanya guru memberikan tugas

dan pekerjaan kepada siswa dalam membentuk kemandiriannya dan

10

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2 11

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial,teori, aplikasi, dan pemecahan), h. 178 12

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

h. 47 13

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 73

Page 31: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

12

tanggung jawab pada pribadi anaknya, kerjasama hanya diberikan

apabila tidak memiliki unsur kecurangan.

Peranan sekolah bertugas untuk mendidik dan mengajar, serta

memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa

dari keluarganya. Dalam perkembangan kepribadian anak didik,

peranan sekolah dengan melalui kurikulum,14

antara lain sebagai

berikut:

1. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru

dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang

bukan guru (karyawan).

2. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.

3. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota

masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sekolah merupakan

tempat pembentukan kecerdasan, sikap dan minat sebagai bagian

dari pembentukan kepribadian pada diri seorang anak.

c. Peran Guru

Guru dalam melaksanakan peranannya yaitu sebagai pendidik,

pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta

didik yang dilandasi dengan keadaran, keyakinan, kedisiplinan, dan

tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh

positif terhadap perkembangan siswa baik secara fisik maupun

psikhis.15

Peran guru di sekolah sebagai agen sosialisasi yang paling

utama setelah keluarga sangatlah penting keberadaannya, tugas

mengajar yang dilimpahkan oleh orang tua karena tidak mampu lagi

memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap

tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.16

Karena dengan

14

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, h. 49 15

Hanifah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2012), cet Ketiga, h. 106 16

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya), h. 3-4

Page 32: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

13

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan

masyarakat maka bertambahlah tugas dan peranan seorang guru

dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak yang

membutuhkan pendidikan. Seperti bagan yang dijelaskan oleh Uri

Wahyuni dalam artikelnya bahwa peranan seorang guru dalam

membentuk karakter atau kepribadian siswa yang dipengaruhi oleh17

:

Bagan 2.1

Pendidikan Karakter

Menjelaskan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan oleh

guru kepada siswa dipengaruhi dengan diawali oleh mata pelajaran

apa yang diajarkan oleh guru, setelah itu pengembanga diri yang

guru sampaikan kepada siswa memberikan pengaruh yang positif

kepada siswa dalam mengembangkan kepribadiannya dalam

kehidupan sosial, kemudian budaya sekolah yang diciptakan oleh

masyarakat yang berada di lingkungan sekolah bertanggung jawab

pula dengan keberhasilannya pembentukkan karakter atau

kepribadian pada diri siswa.

Sebagai seorang guru yang memiliki peran untuk mempengaruhi

perkembangan kepribadian anak harus memberikan suasana sekolah

17

Uri Wahyuni, artikel Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa di SDN Jigudan

Triharjo Pandak Bantul, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Yogyakarta

PENDIDIKAN

KARAKTER

PENGEMBANGAN DIRI

MATA PELAJARAN

BUDAYA SEKOLAH

Page 33: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

14

yang nyaman, tenang dan aman sehingga anak dapat belajar dengan

mudah menyerap segala apa yang diajarkan oleh guru. Schmuck dan

Schmuk dalam Darmiyati menganjurkan dikembangkannya suasana

kelas yang positif dan memiliki karakteristik,18

yaitu:

1. Kegembiraan muncul di sekolah secara umum dan di kelas

secara khusus.

2. Komunikasi antarwarga sekolah bersifat terbuka dan

diwarnai dengan dialog secara akrab.

3. Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu

kelompok dipandang cocok untuk belajar.

4. Murid-murid saling memberikan pengaruh positif.

Suasana sekolah yang positif yang diciptakan oleh guru dengan

karakterististik tersebutlah yang memungkinkan anak-anak dapat

mengembangkan nilai-nilai, perkembangan kepribadian, dan

pembentukan karakter yang diperlukan dalam kehidupan sosial.

Guru yang berperan sebagai pendidik memiliki kewajiban untuk

melakukan reformasi kelas sehingga diberi otonomi untuk

melakukan inovasi dan perubahan di lingkungan kelasnya.19

Dengan

demikian guru dapat mengarahkan dan mengembangkan siswa

dalam aspek-aspek yang dinilai sebagai kontrol sosial dalam

masyarakat.

d. Proses Pelaksanaan Sosialisasi

Melalui proses sosialisasi, para anggota masyarakat belajar

mengetahui dan memahami perilaku mana yang diharuskan,

diperbolehkan, dianjurkan, dan tidak boleh dilakukan. Proses

sosialisasi dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang dapat

mengetahui dan memahami bagaimana mereka harus bertingkah laku

di lingkungan masyarakatnya, serta mengetahui dan menjalankan

18

Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan (Menemukan Kembali Pendidikan yang

Manusiawi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet Ketiga, h. 134 19

Hanifah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, h. 108

Page 34: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

15

hak-hak dan kewajibannya berdasarkan peranan yang dimiliki

olehnya masing-masing.

“Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota-anggota, warga

masyarakat baik secara sadar atau tidak secara sadar orang-

orang yang memiliki kewibawaan atas individu-individu yang

disosialisasikan seperti Ayah, ibu, kakak, dan orang-orang yang

berkedudukan sederajat dengan pihak yang disosialisasikan,

seperti guru, teman sebaya, teman bermain, teman sekelas dan

lain sebagainya.”20

Proses sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah atau guru

mempunyai peranan penting, yaitu proses membantu perkembangan

individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi

dengan baik di masyarakat, karena pada hakikatnya manusia itu

hidup dengan masyarakat.21

Dengan demikian, sosialisasi tidak hanya sekedar proses

menyebarluaskan informasi dalam rangka mempengaruhi seseorang

atau publik agar berbuat sesuatu, seperti mengajar, memaksa,

mengumumkan, memberikan doktrinasi saja, tetapi didalam proses

tersebut seseorang atau publik juga diberi kesempatan untuk

membangun dirinya, sebab sosialisasi tidak hanya sekedar memberi

tahu tentang sesuatu hal saja melainkan ia juga dijadikan sebagai

suatu proses pendewasaan dan pematangan kepribadian seseorang

individu maupun kelompok atau publik.

2. Pengertian Gender

Gender adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Inggris yang

bermakna “Jenis Kelamin”, dalam glosarium disebut sebagai seks dan

gender. Gender sendiri diartikan sebagai “suatu sifat yang melekat pada

laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial, kultural

atau hubungan sosial yang terkonstruksi antara perempuan dan laki-laki

20 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (pemahaman fakta dan gejala

permasalahan sosial,teori, aplikasi, dan pemecahan), (Jakarta: kencana Prenadamedia Group,

2011), cet Pertama, h. 158 21

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, h. 51

Page 35: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

16

yang bervariasi dan sangat bergantung pada faktor-faktor budaya, agama,

sejarah dan ekonomi.”22

Ada pengertian lain yang mendefinisikan tentang gender menurut

Grijns et al., gender didefinisikan sebagai “perbedaan sosial atas dasar

jenis kelamin, berbeda dengan istilah sex yang merupakan perbedaan

secara biologis”.23

Lips dalam Mufidah mengartikan ”gender sebagai harapan-

harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan.”24

Misalnya:

perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan.

Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri

dari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Misalnya ada

laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan

perkasa, perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke

waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.

Gender adalah pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab

antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial

budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.25

Gender menurut Jary dan Jary dalam Vina memiliki dua

pengertian. Pertama, kata gender biasa digunakan untuk mebedakan

antara laki-laki dan perempuan berdasarkan anatomi jenis kelamin.

Kedua, gender lebih diartikan ke dalam pembagian ‘masculine’ dan

‘feminine’ melalui atribut-atribut yang melekat secara sosial dan

psikologi sosial.26

Berbicara mengenai maskulinitas dan feminitas tentu saja tak bisa

lepas dari pembicaraan mengenai gender, di mana gender merupakan

22

Mufidah,Ch., Isu-isu Gender Kontemporer dalam hukum keluarga, (Malang: UIN-Maliki

Press, 2010), cet pertama, h. 3 23

Hikmah, et.al., Gender Dalam Rumah Tangga Masyarakat Nelayan Balai, (Jakarta :

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,2008 ), h. 5 24

Mufidah., Isu-isu Gender Kontemporer dalam hukum keluarga, (2010), h. 6 25

Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial), (Malang: UIN-

Maliki Press, 2010), cet II, h. 6 26

Vina Salviana D. Soedarwo, Modul 1 Sosiologi Gender, h. 1.5

Page 36: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

17

konstruksi sosial dan budaya. Konstruksi yang terus berjalan dari waktu

ke waktu yang menjadikan gender bersifat dinamis.27

Perbedaan maskulin dan feminism pun menggiring anggapan

umum bahwa karakteristik maskulin lekat dengan laki-laki, dan karakter

ini dikaitkan dengan tiga sifat khusus yaitu kuat, keras, beraroma

keringat. Secara sederhana laki-laki dilabeli sifat ‘macho’. Sementara itu,

karakteristik perempuan diidentikkaan dengan sifat yang lemah, lembut

dan beraroma wangi yang sekaligus dikaitkan dengan sifat seorang

‘putri’.

Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa gender

adalah perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan apabila

dilihat dari nilai dan tingkah laku, dan dapat menimbulkan sifat dan

perilaku pada diri seseorang yang akan berdampak positif pada

perkembangan anak jika peran orang tua atau pihak yang

mensosialisasikannya benar dalam memberikan pengarahan berdasarkan

apa yang harus dipelajari oleh anak.

3. Perbedaan Gender dan Peran Gender

Bagi masyarakat penting adanya untuk mengerti perbedaan gender

dan peran gender pada diri masing-masing individu. Perbedaan dan peran

tersebut dapat dikenal semenjak usia balita yang pada dasarnya masih

perlu dikenalkan oleh keluarga dan agen sosialisasi lainnya.

a. Perbedaan Gender

Perbedaan gender terjadi melalui proses yang sangat panjang,

dimulai dengan pembagian kerja secara seksual yang sudah

berlangsung ribuan tahun. Yang dimaksud adalah mengenai

pandangan yang sangat kuat tentang perempuan di rumah tangga dan

laki-laki di luar rumah dan hanya menguntungkan laki-laki saja.

Perbedaan secara fisik pun berpengaruh terhadap perbedaan secara

27

Purwo Santoso, dkk, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ISSN 1410-4946, Vol 8, No 1,

Juli 2004

Page 37: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

18

sosial dan kultural yang mengakibatkan adanya perbedaan

psikologis.28

Banyak teori psikologi yang mendukung teori gender

dan mengembangkan pendapat bahwa perbedaan perempuan dan

laki-laki memang secara kodrat berbeda serta mempunyai ciri-ciri

kepribadian yang berbeda.29

Gender berbeda halnya dengan jenis

kelamin atau seks, perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut

ini:

Tabel 2.130

Perbedaan Gender dan Seks/Jenis Kelamin

Gender Seks/Jenis Kelamin

Pembedaan peran, fungsi dan

tanggung jawab laki-laki dan

perempuan atas dasar konstruksi

sosial di masyarakat

Perbedaan biologis laki-laki

dan perempuan berikut

fungsi reproduksinya

Bentukan manusia, bersifat sosial,

dapat dilakukan oleh laki-laki dan

perempuanberdasarkan kebutuhan,

kesepakatan, kesempatan, dan

kepatutan budaya

Ciptaan tuhan bersifat

kodrat tidak dapat berubah

tidak dapat ditukar berlaku

sepanjang zaman dan

dimana saja

Peran sosial :

Publik : mencari nafkah, menjadi

pemimpin, pejabat, pegawai, dokter,

polisi, pedagang, dll

Domestik : memasak, menyapu,

mengatur rumah, merawat bayi,

mengasuh/mendidik anak, dll

Perempuan : Rahim, ovum,

ASI, menstruasi, hamil,

melahirkan, menyusui

Laki-laki : spermatozoa,

membuahi

28

Ibid., h. 1.7 29

Retno Suhapti, “Gender dan Permasalahannya”, Buletin Psikologi, No 1, ISSN : 0854-

7106, 1995, h. 44 30

Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial), (Malang:

UIN-Maliki Press, 2010), cet II, h. 6

Page 38: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

19

b. Peran Gender

Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada

permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki

oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Peran adalah suatu set perilaku yang saling berhubungan, hak-

hak, dan kewajiban seperti dikonseptualisasi oleh aktor dalam situasi

sosial. Suatu perilaku yang diharapkan dalam suatu status sosial

individu dan posisi sosial.31

Peran yang diharapkan sebagai suatu

kontrol sosial dalam melakukan kegiatan masyarakat agar bisa

berperilaku sesuai dengan status sosial individunya masing-masing.

Peran gender diartikan sebagai norma yang diterima

dihubungkan dengan sifat laki-laki atau perempuan dalam suatu

masyarakat tertentu, contohnya: anak laki-laki bermain mobil-

mobilan dan anak perempuan bermain boneka.32

Dengan demikian,

peran antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaannya dalam

segi fungsi dan status sosial sehingga dapat membedakan bagaimana

cara laki-laki dalam melakukan kegiatan sosialnya dan begitupula

dengan perempuan melakukan kegiatan sosialnya pada kehidupan

sehari-hari dalam bermasyarakat.

Berdasarkan definisi di atas peranan diatur oleh norma-norma

yang berlaku. Peranan yang dikenal pada diri seseorang harus

dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan., posisi

seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang

menentukan perilaku seseorang. Pola perilaku yang dilakukan dalam

kelompok merupakan karakteristik dari individu, perilaku dari setiap

individu yang merupakan hubungan sebab akibat dalam pranata

sosial.

31

Herien Puspitawati,dkk., Glosarium (Keluarga, Gender, pendidikan dan Pembangunan).

(Bogor: PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor, 2012), h. 186 32

Ibid., h. 187

Page 39: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

20

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian relevan adalah hasil kajian (review) dari laporan hasil-hasil

penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang

diajukan peneliti.33

Untuk menjadikan penelitian ini relevan, dan berbeda

dengan penelitian sebelumnya, dan juga mencegah adanya duplikasi

dibutuhkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya seperti skripsi dan

jurnal yang mungkin sesuai dengan penilitian ini. Berikut beberapa penelitian

yang relevan mengenai sosialisasi gender, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Penlitian Relevan

No.

Nama, Judul, Instansi Metode Penelitian Hasil

1. Doddy Kholistian

Arsyadani (2011), Peran

Guru dalam Sosialisasi

Kesetaraan Gender Pada

Siswa SD Negeri

Tirtoyoso 1 Semarang,

skripsi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri

Semarang, Semarang.34

Jenis: Kualitatif

Sumber: Wawancara

Lokasi: SD Negeri

Tirtoyoso 1 Semarang

Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan

bahwa guru sangat

berperan dalam

memperkenalkan

kesetaraan gender pada

siswa.

33

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK, 2014), h

58. 34

Doddy Kholistian Arsyadani, “Peran Guru dalam Sosialisasi Kesetaraan Gender pada

Siswa SD Negeri Tirtoyoso 1 Semarang”, Skripsi pada sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang, Semarang, 2011, h.28

Page 40: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

21

No.

Nama, Judul, Instansi Metode Penelitian Hasil

2. Maria Dewi Rahayu

(2009), Pola Asuh Anak di

Tinjau dari Aspek Relasi

Gender, skripsi Fakultas

Ekologi Manusia Institut

Pertanian.35

Jenis:Deskriptif

Analitis (kuantitatif

dan kualitatif)

Sumber: Angket dan

wawancara

Lokasi: Etnis Minang,

Jawa, dan Batak

Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan

bahwa pada aspek relasi

gender dalam keluarga,

terlihat bahwa sektor

produktif tidak hanya

milik laki-laki saja

melainkan perempuan

pun ikut dalam sektor

produktif.

3. Dewi dan Sri (2010),

Sosialisasi Gender oleh

Orang Tua dan Prasangka

Gender pada Remaja, E-

Journal Psikologi.36

Jenis: Kuantitatif

Sumber:Angket

(kuisoner)

Lokasi: 5 sekolah

tingkat SMU di daerah

umum dan 5 sekolah

tingkat SMU di daerah

DKI Jakarta

Dari hasil penelitian ini

yang menggunakan 200

sampel menemukan

hasil bahwa ibu sebagai

tokoh yang paling

sering mengajari cara

berprilaku sesuai

gender, sosialisasi

gender oleh orang tua

memiliki hubungan

yang signifikan baik

dengan prasangka

gender.

35

Maria Dewi Rahayu dengan skripsinya yang berjudul “Pola Asuh Anak di Tinjau dari

Aspek Relasi Gender (kasus pada keluarga etnis minang, jawa dan batak)”, skripsi pada sarjana

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2009. 36

Dewi Ashuro dan Sri Rochani, Jurnal dengan judul “Sosialisasi Gender oleh Orang Tua

dan Prasangka Gender pada Remaja”, E-Journal Psikologi Vol. 3, No 2, 2010, h. 143-144

Page 41: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

22

No.

Nama, Judul, Instansi Metode Penelitian Hasil

4. Uris Udau (2013),

Pemahaman Orang Tua

tentang Gender dalam

Menerapkan Pola Asuh

Kepada Anak Remaja di

Desa Long Payau, E-

Journal Sosiatri.37

Jenis: Kualitatif

Sumber: Wawancara

Lokasi: Desa Long

Payau

Dari hasil penelitian ini

menunjukan bahwa

secara keilmuan orang

tua belum memahami

perbedaan gender

dengan jenis kelamin,

pemahaman orang

tentang gender

bergantung pada

pengalaman dan budaya

setempat, tugas yang

diberikan kepada anak

remaja laki-laki dan

perempuan berdasarkan

jenis kelamin. Orang

tua memberikan

sosialisasi tentang tugas

mereka kepad anak-

anak dengan harapan

mereka belajar dan

mengerti, tentang tugas

yang akan mereka

kerjakan apabila

mereka dewasa.

37

Uris Udan, jurnal dengan judul “Pemahaman Orang Tua Tentang Gender dalam

Menerapkan Pola Asuh Kepada Anak Remaja”, E-Journal Sociatri Vol. 1, No 4, 2013, h. 80-81

Page 42: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

23

Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

diatas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan

No. Persamaan Perbedaan

1. Sama-sama membahas tentang sosialisasi

yang dilakukan oleh guru mengenai gender

pada tingkatan SD (Sekolah Dasar), dan

menggunakan jenis sumber data yang sama

yaitu wawancara dan menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian ini membahas

tentang kesetaraan gender,

dan lokasi penelitian di SD

Negeri 1 Tirtoyoso

2. Sama-sama membahas tentang pengenalan

gender kepada anak, dan mendapatkan

sumber data menggunakan wawancara.

Penelitian ini yang ditinjau

dari pola asuh oleh orang tua

dan membahas tentang relasi

gender yang sangat luas dalam

daerah, menggunakan metode

deskriptif analitis dan

berlokasi di daerah yang

sangat luas.

3. Sama-sama membahas sosialisasi gender

yang diperkenalkan kepada anak.

Penelitian ini dilakukan oleh

orang tua, menggunakan

metode penelitian kuantitatif,

Page 43: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

24

dan tempat pelaksanaan

penelitian berbeda tingkatan

yaitu SMA.

4. Sama-sama membahas tentang sosialisasi

perbedaan gender yang dilakukan kepada

anak-anak, menggunakan sumber data

wawancara, dan menggunakan metode

desktiptif kualitatif.

Sosialisasi dilakukan oleh

orang tua yang dilihat dalam

pola asuh kepada anak remaja,

lokasi penelitian dilakukan di

Desa Long Payau.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis.

Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis, rasional dan kritis

mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun

peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori.38

Berdasarkan

latar belakang tersebut peneliti ingin meniliti bagaimana sosialisasi perbedaan

dan peran gender yang dilakukan oleh dewan guru. Melalui proses sosialisasi

yang berasal dari dewan guru yang dapat memberikan pengetahuan baru serta

membentuk suatu perilaku dan sikap pada anak laki-laki dan anak perempuan.

Kemudian dapat membentuk faktor-faktor yang mempengaruhi peran anak

dalam berperilaku melalui peran lembaga sosial yaitu sekolah, keluarga dan

masyarakat yang disosialisasikan oleh dewan guru.

Dalam melakukan sosialisasi perbedaan dan peran gender oleh dewan

guru diharapkan memberikan perkembangan yang positif terhadap

pertumbuhan pada perilaku dan sikap pada anak Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog dan diharapkan hasil yang diperoleh dapat

memberikan manfaat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

38

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK, 2014),

h. 58.

Page 44: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

25

Kerangka berpikir pada penelitian “Sosialisasi Perbedaan dan Peran

Gender terhadap Siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog” dapat

digambarkan pada bagan berikut ini

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

--- mensosialisasikan

SOSIALISASI

KELUARGA TEMAN

SEBAYA

TEMPAT

KERJA

TEMPAT

TINGGAL

MEDIA

MASSA

SEKOLAH

PERAN

GURU

PERBEDAAN dan PERAN GENDER

SISWA dan SISWI

SD/MI

Page 45: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog yang berlokasi Jl. Raya Cikampak Kp. Nagrog RT

002/007 Cibuntu Ciampea, Bogor.

Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat dari tabel

berikut ini:

Tabel 3.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan

Waktu

Januari Februari Maret April Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penulisan

BAB I

Penulisan

BAB II

Penulisan

BAB III

Penyusunan

Instrumen

Penelitian

Uji Coba

Instrumen

Penelitian

Pengumpula

n Data

Page 46: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

27

Kegiatan

Waktu

Januari Februari Maret April Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Analisis

Data

Melaporkan

Bab IV dan

Bab V

Penyusunan

Laporan

Secara

Lengkap

Sidang

Munaqosah

Revisi

Skripsi

Pengumpula

n Skripsi

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif, Menurut Sugiyono:

“Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);

disebut juga sebagai metode etnographi, Karena pada awalnya metode

ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya,

disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif.”1

1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),

Cet-17, h. 8

Page 47: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

28

Metode yang menggambarkan bagaimana keadaan yang sebenarnya

dari fenomena yang diteliti, dengan menggunakan metode tersebut peneliti

bertujuan untuk dapat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,

situasi atau fenomena realitas yang mampu menjadi objek penelitian agar

lebih mendalam kesasaran penelitian. Penggunaan pendekatan ini

dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam

latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti.2

Dalam penelitian kualitatif desain penelitian bersifat sementara dan terus

berkembang sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Data yang diperoleh menggunakan metode kualitatif tersebut lebih

menekankan pada deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan

(bukan berupa angka-angka) dimana peneliti mempunyai hubungan

langsung dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang

dipelajari/diteliti tersebut yang dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana cara dewan guru dan orang tua dalam memberikan

sosialisasi perbedaan dan peran gender terhadap siswa di Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

C. Sumber Data dan Sampel Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan untuk melakukan penelitian ini

adalah sumber data primer dan sumber data sekunder: pada penelitian

ini sumber data primer adalah hasil dari pengumpulan informasi-

informasi yang dilakukan secara langsung melalui wawancara dengan

orang-orang yang bersangkutan dan memahami atas permasalahan yang

diajukan. Pengumpulan data primer dengan teknik wawancara bertujuan

guna memperoleh informasi mengenai masalah bagaimana cara

sosialisasi perbedaan dan peran gender terhadap siswa yang dilakukan

oleh dewan guru Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

2 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: 2014), h.61.

Page 48: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

29

Sumber data sekunder adalah data yang berupa berkas atau

dokumen sebagai data penunjang penelitian, diperoleh dari pihak-pihak

yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini, adapun data

berkas atau dokumen dalam penelitian ini berupa data mengenai

sosialisasi gender yang dilakukan, foto-foto yang didapat dari pihak

sekolah.

2. Sampel

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah 5 wali kelas dan 2

guru mata pelajaran serta 1 kepala sekolah di Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog. Pengambilan sumber data penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu.3 Dijelaskan pula oleh Arikunto purfosive

sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya.4 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang ingin peneliti tanyakan kepada

partisipan.

Partisipan penelitian yang menjadi narasumber penelitaian ini

adalah orang-orang yang mengerti tentang masalah sosialisasi

perbedaan dan peran gender, maka yang akan diwawancara adalah

dewan guru, kepala sekolah dan ketua yayasan yang terlibat langsung

dalam pelaksaan sosialisasi tersebut. Alasan peneliti mengambil

partisipan tersebut adalah mereka lebih mengetahui dan merasakan

langsung permasalahan tersebut, sehingga bisa didapatkan informasi

yang lebih naturalistik dan mendalam.

3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2015), Cet.22, h. 85. 4 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. 12, Ed.

Rev ,h. 97.

Page 49: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

30

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar wawancara

(interview). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri.5 Oleh sebab itu, peneliti sebagai

instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi terhadap

peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode

penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya.

Penelitian kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya. Pedoman wawancara yang digunakan

sebagai acuan dalam proses wawancara. Kemudian peneliti akan terjun

langsung kelapangan untuk melakukan pengumpulan data dan membuat

kesimpulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam dunia penelitian, data merupakan sebuah hal yang sangat penting

dan menjadi dasar keabsahan dan kekuatan sebuah penelitian, data

merupakan bahan mentah berkaitan dengan fakta yang terdapat di lapangan.

Adapun dalam pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi berbagai

cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti

memperhatikan dan mengikuti.6 Observasi adalah pengamatan

terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan

5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.222

6 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 131

Page 50: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

31

dalam penelitian.7 Dalam hal ini jenis observasi yang dilakukan

adalah jenis pengamat penuh atau the complete observer, peneliti

dengan bebas mengamati secara jelas subyeknya dari belakang

kaca, sedang subyeknya sama sekali tidak mengetahui apakah

mereka sedang diamati atau tidak.8 Penulis melakukan observasi

dengan mengenal lingkungan Madrasah Ibitidaiyah Mathlaul

Anwar Nagrog, mengamati perilaku siswa-siswi Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog, dan mengikuti kegiatan belajar

mengajar di kelas.

2. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,

atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi9. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur

dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dengan tujuan untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam hal ini

peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh partisipan10

. Kemudian penulis melakukan

wawancara kepada pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti,

yaitu kepada dewan guru dan orang tua siswa yang bersangkutan.

Tahap awal dalam wawancara ini dilakukan dengan melakukan

dialog dan menggali informasi secara umum terlebih dahulu

dengan key informan tentang keadaan di lapangan, yang kemudian

meruncing dan mengarah pada fokus penelitian dari tema yang

diangkat tersebut.

7 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2013), Cet. 5, h. 105 8 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), Cet. 1, h.146 9 Sugiyono, h.138

10 Sugiyono, h. 233

Page 51: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

32

3. Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

dari seseorang11

. Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode wawancara dalam penelitian ini. Hasil dari wawancara

akan lebih dipercaya apabila didukung oleh gambar berupa foto-

foto yang diambil oleh peneliti dengan responden pada saat

wawancara berlangsung.

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini

berupa data jumlah siswa dan siswi, jumlah dewan guru dan jumlah

orang tua siswa yang akan diteliti, dan dokumen lainnya yang

mendukung terhadap penelitian, kemudian foto-foto yang berkaitan

dengan perbedaan dan peran gender.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Teknik pemeriksaan

keabsahan data pada penelitian ini meliputi triangulasi dan meningkatkan

ketekunan.12

1. Triangulasi

Triangulasi yang akan dilakukan yaitu triangulasi sumber.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama

melalui sumber yang berbeda.13

Hal ini bertujuan untuk

membandingkan dan mengecek informasi yang diperoleh dengan

wawancara. Pada proses wawancara, peneliti memberikan

pertanyaan serupa kepada subjek penelitian. Hal tersebut

memberikan gambaran suatu proses yang dipahami masing-masing

subjek.

11

Ibid, Sugiyono, h. 240 12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.,h. 268. 13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.. h. 274.

Page 52: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

33

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam

secara pasti dan sistematis.14

Pengujian keabsahan data dengan

meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti

membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, sehingga

dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Hal tersebut

memudahkan peneliti agar dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data.15

Yaitu mendiskusikan kembali

dengan dewan guru dan orang tua siswa yang bersangkutan.

Namun, jika data yang diberikan kepada peneliti tidak disepakati,

maka peneliti perlu mengadakan diskusi kembali, sehingga adanya

kesepakatan antara peneliti dan pemberi data. Dengan demikian,

maka akan terwujud kepercayaan data penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat

dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.. h. 272. 15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h..h. 276.

Page 53: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

34

dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang

lain.16

Proses analisis data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Reduksi Data, kegiatan peneliti menyeleksi memilah-milah data

serta memberi kode, menentukan fokus pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

b. Menyajikan data, setelah data direduksi, peneliti menyajikan data

dalam penelitian kualitatif, display data ini dapat dilakukan dalam

grafik dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang diteliti, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Menyimpulkan data dan verifikasi, dalam analisis data kualitatif

menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan

verivikasi. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang

telah ada.17

Kesimpulan ini dibuktikan dengan cara menafsirkan

berdasarkan kategori yang ada sehingga dapat diketahui hubungan

kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada mahasiswa.

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 244. 17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.,h 252.

Page 54: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara, sebagai bentuk

pengumpulan data dan informasi-informasi dengan narasumber. Hasil

penelitian berasal dari analisis data dari wawancara. Partisipan yang menjadi

narasumber terdiri dari 7 guru dan 1 kepala sekolah.

Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana cara guru

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender terhadap siswa/siswi.

B. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

a. Sejarah singkat Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

Berawal dari desakan masyarakat kampung Nagrog kepada tokoh

masyarakat setempat, dimana masyarakat menginginkan adanya sekolah

dasar yang bernuansakan islami. Tokoh masyarakat setempat setuju dan

diberikanlah tanah wakaf oleh K.H Samirin sebagai tokoh masyarakat

yang dikenal memiliki tanah untuk dijadikan sekolah oleh masyarakat.

Pada zaman dahulu sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan yang

tinggi untuk masyarakat pedesaan dikarenakan setelah lulus sekolah dasar

banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, bahkan banyak

yang berhenti ditengah perjalanan belajar. Pada tahun 1968 didirikanlah

Madrasah yang diberikan nama Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog dibawah naungan Departemen Agama (DEPAG) dan berada pada

Yayasan As Sufiyah karena terletak di kampung Nagrog dan memiliki

harapan bahwa kampung tersebut dijadikan dan dikenal sebagai kampung

pendidikan oleh masyarakat luar kampung Nagrog.

Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog terletak di daerah

pedesaan bawah kaki gunung salak yang masih menganut kepada ajaran-

ajaran adat yang mereka percayai. Pada awalnya madrasah tersebut hanya

Page 55: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

36

memiliki 5 murid di tahun pertama dimulainya sekolah, lambat laun

madrasah tersebut semakin banyak mendapatkan murid, hingga saat ini

karena banyaknya sekolah-sekolah tingkat dasar maka semakin banyak

saingan dalam mencari siswa yang ingin sekolah di madrasah.

b. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog yaitu

sebagai lembaga pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama

(DEPAG). Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog ikut bertanggung

jawab mewujudkan pendidikan nasional, mencerdaskan kehidupan

bangsa, mempertinggi budi pekerti melalui akhlakul karimah agar dapat

menumbuhkan insan-insan kamil yang mempunyai ilmu pengetahuan,

serta iman dan taqwa, bertanggung jawab kepada dirinya, agama, bangsa

dan negara.

c. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog memiliki tanah seluas

360 m2

yang merupakan milik masyarakat kampung nagrog yang dikelola

oleh keluarga Yayasan As Sufiah dengan luas bangunan 250 m2.

Memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang guru, dan 1

toilet siswa.

Kondisi bangunan Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog tidak

memiliki banyak sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses

pembelajaran maupun dalam proses sosialisasi perbedaan dan peran

gender kepada siswa. Madrasah Ibtdaiyah Mathlaul Anwar Nagrog hanya

memiliki 1 ruang guru yang menyatu dengan ruang kepala madrasah,

kemudian hanya ada 1 toilet dan sangat kurang layak untuk digunakan

oleh siswa dan siswi bahkan tidak adanya toilet yang dikhususkan untuk

guru, dan ruang kelas yang tidak memiliki cukup sarana dan prasarana

untuk mendukung proses pembelajaran yang ada.

Page 56: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

37

d. Data Guru

Data guru Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog Tahun

Pelajaran 2016-2017. Terdapat delapan guru di Madrasah Ibtidaiyah

Mathlaul Anwar Nagrog yang salah satunya adalah sebagai kepala

sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti di madrasah tersebut dalam

administrasi memiliki kekurangan yang cukup disayangkan, karena di

madrasah tersebut tidak memiliki cukup guru untuk membantu

berlangsungnya administrasi di madrasah. Seperti halnya telah diketahui

bahwa hanya ada kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran saja,

tidak ada TU (Tata Usaha), wakil kepala madrasah bagian kurikulum,

wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dan lain sebagainya dalam

membantu proses administrasi di madrasah tersebut, selama ini semua

pekerjaan yang bersangkutan dengan hal-hal tersebut diambil alih oleh

kepala madrasah.

e. Data Siswa

Berdasarkan data Rombongan Belajar (ROMBEL) di Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog pada Tahun Ajaran 2015/2016, kelas 1

terdapat 5 siswa laki-laki dan 11 perempuan dengan bimbingan wali kelas

yang bernama Latifah dan menggunakan kurikulum 2013. Kelas 2

terdapat siswa 9 laki-laki dan 7 perempuan dengan bimbingan wali kelas

yang bernama Kholimatul Wildah dan menggunakan kurikulum 2013.

Kelas 3 terdapat siswa 9 laki-laki dan 11 perempuan dengan bimbingan

wali kelas yang bernama Komariah dan masih menggunakan kurikulum

2006 (KTSP). Kelas 4 terdapat siswa 14 laki-laki dan 10 perempuan

dengan bimbingan wali kelas yang bernama Lusy Citra Yureza dan

menggunakan kurikulum 2013, kelas 5 terdapat siswa 15 laki-laki dan 9

perempuan dengan bimbingan wali kelas yang bernama Jaenuddin dan

menggunakan kurikulum 2013, dan kelas 6 terdapat siswa 17 laki-laki dan

Page 57: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

38

6 perempuan dengan bimbingan wali kelas yang bernama Tuti Herawati

masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP).

Secara keseluruhan siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog yaitu 123 siswa, yang meliputi 69 siswa laki-laki dan 54 siswi

perempuan. Kurikulum yang digunakan di madrasah ini menggunakan 2

kurikulum yaitu kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 dikarenakan

ada beberapa hal yang dipertimbangkan oleh pihak madrasah sehingga

masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP).

C. Informasi Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan sebanyak 8 orang yang terdiri dari 7 guru

dan 1 kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog. Informasi

partisipan penelitian dijabarkan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat

memahami situasi dan hasil penelitian. Pada penelitian kualitatif kesimpulan

penilitan tidak bisa disamakan, oleh sebab itu siapa yang diwawancarai dan

kapan diwawancarai itu sangat penting karena setiap partisipan yang

diwawancarai akan memiliki kesimpulan yang berbeda meskipun partisipan di

wawancarai pada waktu yang sama, informasi partisipan yang telah peneliti

wawancarai sebagai berikut:

Partisipan WG adalah kepala sekolah dari Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul

Anwar Nagrog, partisipan WG berusia 39 tahun dan berjenis kelamin laki-

laki, bertempat tinggal di kampung Nagrog yang berjarak tidak jauh dari

madrasah, berstatus sudah menikah dan memiliki 2 orang anak yang berusia

11 tahun dan 5 tahun, partisipan WG sudah menjabat sebagai kepala sekolah

selama 3 tahun dan mengajar di madrasah selama 14 tahun selama 5 tahun

sebagai guru mata pelajaran dan wali kelas kemudian dipercaya sebagai

kepala sekolah pada tahun ke-6 hingga saat ini, selain menjabat sebagai

kepala sekolah partisipanpun mengajar pelajaran Matematika di kelas 4, 5 dan

6 dikarenakan kekurangan tenaga pengajar di madrasah.

Page 58: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

39

Partisipan WPD adalah guru mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Inggris

di kelas 3, 4 dan 6, partisipan WPD berusia 23 tahun dan berjenis kelamin

perempuan bertempat tinggal di kampung Cibuntu Ali Odah yang berjarak

cukup jauh sekitar 2,5 km untuk sampai di madrasah, berstatus lajang atau

belum menikah membuat partisipan berfikir untuk menjadi seorang guru

karena melatih diri untuk mendidik seorang anak pada saat sudah menikah,

partisipan WPD mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

selama 3 tahun. Partisipan mengajar 3 pelajaran dikarenakan kurangnya

tenaga pengajar di madrasah tersebut sehingga partisipan dengan terpaksa

harus mengajar diluar dari keahlian partisipan itu sendiri, partisipan WPD

masih menempuh pendidikan pada bidang Sarjana Ekonomi hingga saat ini.

Partisipan LCY adalah wali kelas 4 dan mengajar Bahasa Indonesia di

kelas 6, partisipan LCY berusia 23 tahun dan berjenis kelamin perempuan

berstatus lajang atau belum menikah, bertempat tinggal di kampung Cibuntu

Warung Nangka berjarak tidak begitu jauh dari madrasah sekitar 1 km

menggunakan kendaraan bermotor, partisipan sudah mengajar di Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 2 tahun. Pada awalnya partisipan

bukanlah seorang wali kelas, dikarenakan wali kelas sebelumnya

mengundurkan diri lalu dipilihlah partisipan sebagai pengganti wali kelas

selanjutnya, partisipan LCY masih menempuh pendidikan pada bidang

Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris.

Partisipan KW adalah wali kelas 2, partisipan KW berusia 45 tahun dan

berjenis kelamin perempuan yang bertempat tinggal di kampung Nagrog yang

berjarak dekat hanya berjalan kaki untuk sampai di madrasah, memiliki 3

orang anak 1 perempuan dan 2 orang laki-laki, partisipan KW sudah mengajar

di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 10 tahun. Partisipan

KW hanya menjadi wali kelas saja dan tidak dibebani mata pelajaran lain

selain kelas 2 hanya terfokus sebagai wali kelas.

Page 59: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

40

Partisipan J adalah guru mata pelajaran PKN, Fiqh dan Bahasa Sunda

tetapi pada tahun ajaran baru di semester 2 tahun 2016 partisipan J ditunjuk

menjadi wali kelas 5 menggantikan wali kelas yang mengundurkan diri di

madrasah, partisipan J berusia 59 tahun dan berjenis kelamin laki-laki

berstatus sudah menikah dan memiliki 3 orang anak kemudian bertempat

tinggal di kampung Cicadas 2 yang berjarak sekitar 3 km dari madrasah,

partisipan J sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

selama 31 tahun dengan mata pelajaran yang berbeda-beda setiap tahunnya

tergantung mata pelajaran apa yang dibutuhkan oleh pihak madrasah.

Partisipan K adalah wali kelas 3, partisipan K berusia 39 tahun dan

berjenis kelamin perempuan berstatus sudah menikah dan memiliki 4 orang

anak, bertempat tinggal di kampung Cibuntu Warung Nangka yang tidak

begitu jauh dari madrasah sekitar 1 km, partisipan K sudah mengajar di

Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 10 tahun, yang berawal

mengajar pelajaran Bahasa Arab dan Bahasa Sunda kemudian dipercaya untuk

menjadi wali kelas dan pada saat ini hanya terfokus pada tugasnya menjadi

wali kelas saja.

Partisipan TH adalah wali kelas 6, partisipan TH berusia 40 tahun dan

berjenis kelamin perempuan berstatus sudah menikah dan memiliki 2 orang

anak bertempat tinggal di kampung Nagrog yang berjarak tidak begitu jauh

dari madrasah hanya berjalan kaki untuk sampai di madrasah, partisipan TH

sudah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 15

tahun berawal menjadi guru mata pelajaran Bahasa Inggris kemudian tahun

selanjutnya hingga saat ini di percaya untuk menjadi wali kelas 6.

Partisipan L adalah wali kelas 1, partisipan L berusia 31 tahun dan

berjenis kelamin perempuan berstatus sudah menikah dan memiliki 1 orang

anak, bertempat tinggal di kampung Nagrog yang berjarak tidak jauh dari

madrasah hanya berjalan kaki untuk sampai di madrasah, partisipan L sudah

mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog selama 12 tahun

Page 60: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

41

pada awalnya menjadi guru mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia,

kemudian partisipan L dipercaya menjadi wali kelas setelah 2 tahun mengajar

di madrasah tersebut hingga saat ini.

Berdasarkan hasil data guru yang diperoleh dapat diketahui bahwa

sebagian besar guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog merupakan pribumi yang turut mengelola madrasah.

D. Paparan Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil

penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu

mendeskripsikan bagaimana cara guru mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender terhadap siswa/siswi.

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan jawaban partisipan pada saat

diwawancarai yang dilakukan oleh peneliti. Pada wawancara ini terdapat 15

(lima belas) pertanyaan untuk 8 (delapan) guru tentang cara guru

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender. Hasil wawancara lalu peneliti

buatkan transkip, kemudian transkip tersebut peneliti olah dengan cara

mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data. Data yang

direduksi adalah informasi yang tidak berhubungan dengan penelitian. Data

yang disajikan dibuat dalam bentuk-bentuk poin, berdasarkan pertanyaan

wawancara. Baru setelah itu peneliti dapat menyimpulkan secara deskriptif

dan juga penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian, dan bagaimana data

tersebut menjawab penelitian ini.

Untuk membuat paparan hasil lebih mudah dibaca dan dimengerti, maka

peneliti membagi pembahasan menjadi empat bagian, sesuai dengan tema

yang dibahas oleh partisipan, yaitu: (1) Guru mensosialisasikan perbedaan dan

peran gender melalui situasi belajar; (2) Guru mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender melalui penugasan kebersihan; (3) Guru tidak secara khusus

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada siswa; (4) Guru tidak

Page 61: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

42

mengerti perbedaan dan peran gender. Berikut penjelasan dari bagian-bagian

tersebut:

1. Guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender melalui situasi

belajar

Pengenalan mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa

yang dilakukan oleh guru, memang dirasakan tidak secara langsung

disampaikan oleh guru. Tetapi, disosialisasikan melalui situasi belajar

yang dikondisikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan WG sebagai Kepala

Sekolah pada saat diwawancarai, berikut pemaparannya:

“Untuk secara aplikasi kelas yah untuk mendukung apa peran gender

gitu yah ekhemm pertama kalau saya kalau saya ketika masuk kelas

sebagai pendidik mereka gitu yah maka ehmm tidak membedakan ini

laki-ini perempuan jelas seperti itu ya. Juga kemudian seperti

umpamanya pemilihan ketua kelas dan lain sebagainya saya biasakan

untuk laki-laki dijadikan pemimpin itupun menurut saya sudah

mendukung yang dinamakan pengenalan gender, dan kemudian

mungkin juga yaah dibedakan dalam hal penempatan kursi duduk yah

karena itu yang membedakan mereka perempuan dan laki-laki tidak

diperbolehkan duduk bersama.”1

Adapun hal serupa dijelaskan juga oleh partisipan WPD yang turut

serta mengatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh guru melalui

situasi belajar pada saat mengajar, berikut pemaparan WPD:

“(Hmmm) situasinya di kelas gitu ? ya mungkin dibuat seini mungkin

ya apa sekreativitas mungkin gitu biar anak tuh gacenderung apa sih

bosan apa gitu (he’eh), dari tempat duduknya yah kan disini mah

dibedakan yah anak laki-laki duduknya sama anak laki-laki gitu kan

yah kalau anak perempuan duduknya sama anak peremuan gitu yah

kaya gitu aja situasi belajar yang saya gunakan pada saat mengajar

mah selebihnya mengikuti alur aja (hehe).”2

1 Partisipan WG, Wawancara Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru 2 Partisipan WPD, Wawancara Guru Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar

Nagrog, Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru

Page 62: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

43

Sedangkan hal lain yang dituturkan oleh serentak partisipan LCY,

KW, J, K, TH, dan L juga yang turut mengatakan bahwa sosialisasi

pengenalan perbedaan dan peran gender terselipkan melalui situasi

belajar yang berlangsung secara tidak disadari oleh guru, berikut

pemaparannya pada saat diwawancarai:

“Situasinya? ketika belajar juga kan harus menciptakan situasi yang

menyenangkan kan yah, apalagi ketika harus menjelaskan gender dan

jenis kelamin mungkin situasinya ya harus menarik, situasi di kelas

sendiri saya pisahkan duduknya antara anak laki-laki dan anak

perempuan supaya mereka tau bahwa mereka berbeda.”3

“Palingan juga yah apa tuh namanya dalam duduk kali yaah dipisah,

anak laki-laki duduknya sama anak laki-laki lagi, kalau anak

perempuan duduknya sama anak perempuan, dan yang pasti yah teh

namanya anak kelas 2 mah harus bikin situasi yang menyenangkan

kaya misalkan sering nyanyi-nyanyi sama bikin permainan.”4

“Mungkin kalau dalam pelajaran Fiqih contohnya saya membedakan

pada saat siswa dan sisiwi saya ajarkan sholat dimana anak laki-laki

menjadi seorang imam dan memakai kain sarung dan peci atau bias

juga menggunakan gamis gitu. Kalau anak perempuan sebagai

makmum dan memakai mukena sebagai syarat sahnya solat seorang

wanita dimana harus menutup aurat gitu. Terus kalau kelas 6 juga kan

saya mengajar Fiqih mengenai perempuan memiliki kelebihan bisa

haid kalau anak laki-laki ya engga haid. Gitu-gitu aja sih yang saya

bedakan dalam situasi belajarnya di kelas, dan dari penempatan duduk

juga ini mah sudah dipastikan semua guru juga kan yah anak laki-laki

dan anak perempuan itu dipisahkan ga bolehlah namanya mereka itu

disatuin.”5

“Ya kaya tadi contohnya dalam hal pelajaran Aqidah akhlaq saya

ngasih contoh perempuan bagaimana dan laki-laki bagaimana (hmm)

kaya misalkan pelajaran olahraga saya pisahkan anak laki-laki dalam

3 Partisipan LCY, wawancara Wali Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru 4 Partisipan KW, Wawancara Wali Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 di Ruang Guru 5 Partisipan J, Wawancara Wali Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 29 April 2017 di Rumah Partisipan.

Page 63: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

44

pemanasan Push-Up terus perempuan Sit-Up, terus misalkan anak-

anak saya biarkan untuk berinovasi sendiri dalam belajar. Kemudian

tempat duduk di kelas dipisahkan antara anak laki-laki dan anak

perempuan dilarang untuk duduk sama-sama, dan juga saya

membiasakan namanya laki-laki itu dijadikan sebagai ketua kelas agar

dibiasakan tanggung jawab laki-laki itu besar menjadi seorang

pemimpin.”6

“(hmm) Dari mulai duduk aja saya udah membedakan antara laki-laki

dengan perempuan agar mereka faham bahwa mereka itu memiliki

perbedaan. Saya lebih sering memberikan tugas kepada anak

perempuan untuk menulis atau mendikte pelajaran karena biasanya

anak perempuan itu lebih rajin dibandingkan dengan anak laki-laki

seperti itu aja udah membedakan antara anak laki-laki dan perempuan

itu berbeda kan yah.”7

“(mikir) (hmm) Kalau saya di kelas menciptakan situasi belajar pasti

harus sangat menyenagkan yaah, anak kelas 1 masih susah kalau kita

ajak serius untuk belajar pasti harus pinter-pinter menyelingkan

permainan atau nyanyi-nyanyi supaya tidak jenuh, nah palingan saya

suka ngasih permain di kelas dibedain anak laki-laki grupnya sama

laki-laki kalau perempuan grupnya sama perempuan lagi. Kalaun

nyanyi-nyanyi mah bareng-bareng aja teh.”8

Dari beberapa pemaparan di atas, menunjukkan bahwa guru

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender melalui situasi belajar yang

bervariasi seperti halnya melalui situasi penempatan tempat duduk yang

dipisahkan antara siswa laki-laki dengan siswi perempuan yang tidak

diperkenankan untuk duduk bersama. Kemudian, disosialisasikan melalui

penyelipan materi dipelajaran seperti pelajaran Aqidah Akhlaq dan Fiqih

yang membahas mengenai kewajiban dan tugas peran laki-laki dan

perempuan yang dirasakan oleh guru sebagai proses sosialisasi pengenalan

6 Partisipan K, Wawancara Wali Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 April 2017 di Rumah Partisipan. 7 Partisipan TH, Wawancara Wali Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 di Rumah Partisipan. 8 Partisipan L, Wawancara Wali Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

Jum’at 28 April 2017 di Rumah Partisipan.

Page 64: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

45

mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa, jadi pengenalan

perbedaan dan peran gender yang dilakukan secara tidak disadari

terselipkan melalui situasi belajar yang diciptakan sendiri oleh masing-

masing partisipan.

2. Guru mensosialisasikan perbedaan dan peran gender melalui

penugasan kebersihan

Kebersihan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh setiap

manusia sebagai makhluk hidup, seperti halnya yang dilakukan oleh guru-

guru di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog yang menganggap

bahwa kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

oleh guru maupun siswa siswi yang berada di lingkungan madrasah. Pada

awalnya guru mengajarkan mengenai kebersihan lingkungan yang perlu

dilakukan oleh siswa seperti selalu memperhatikan kebersihan kelas dan

halaman sekolah yang dianggap pula sebagai proses sosialisasi mengenai

pengenalan perbedaan dan peran gender kepada siswa. Sebagai contoh,

siswa laki-laki bertugas untuk mengangkat bangku dan meja atau

memindahkan barang-barang berat seperti lemari yang ada didalam kelas,

sementara siswi perempuan bertugas untuk menyapu dan mengepel lantai.

Seperti halnya yang dipaparkan langsung oleh partisipan LCY selaku

wali kelas 4 pada saat diwawancarai, berikut pemaparannya :

“Kalau saya sih yaah, cara membedakannya dalam melakukan tugas

kebersihan di sekolah maupun di kelas kalau anak laki-laki ngangkatin

bangku juga buang sampah ke tempat pembuangan sampah,

sedangkan anak perempuan ya nyapu dan ngepel ruangan kelas, terus

lagi dalam seragam aja berbeda kan yah kalau anak laki-laki mah ga

pake kerudung kalau anak perempuan mah pake kerudung gitu. Secara

khususnya mah ga ada ya dikasih tau ke anaknya gitu mah ga ada

sama aja semuanya juga.”9

9 Partisipan LCY,.

Page 65: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

46

Hal serupapun dikatakan oleh partisipan lain yaitu partisipan KW, J

dan juga TH yang juga bertugas sebagai Wali Kelas di madrasah turut

mengatakan bahwa kebersihan melalui pembagian tugas sebagai proses

sosialisasi pengenalan perbedaan dan peran gender kepada siswa yang

dilakukan oleh guru, berikut pemaparannya :

“Mungkin pembedaan yang dilakukan biasanya pada saat

melaksanakan sholat perempuan sudah kita ajarkan untuk menjadi

makmum dan laki-laki kita ajarkan untuk menjadi imam disini ada

pembelajaran bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda, seragampun

berbeda laki-laki menggunakan celana panjang dan perempuan

menggunakan rok dan kerudung, penugasan untuk kebersihan juga

dibedakan kalau siswa laki-laki itu biasanya disuruh ngangkatin

bangku pada saat piket pulang sekolah juga ngebuang sampah gitu

sedangkan siswi perempuannya disuruh nyapu ngepel karena kita

liatnya dari fisik laki-laki dan perempuan itu berbeda.”10

“Saya membedakan anak laki-laki dan perempuan seperti tadi ya kalau

dalam pelajaran mah, terus contohnya kalau lagi piket misalnya anak

laki-laki mah saya suruh ngangkatin meja kalau anak perempuan

nyapu dan ngepel kan udah ngebedain tuh tugasnya laki-laki yang

berat dan anak perempuan mah yang lebih ringan. Kadang-kadang

juga anak laki-laki suka ngebantuin nyapu anak perempuan juga suka

ngebantuin ngangkatin meja. (hehehe) ya mengalir ajalah ga pernah

dikhususin atau dibedain banget kalau saya mah.”11

“(hmmm) Kalau saya membedakannya dengan memberikan tugas

yang berbeda ya antara laki-laki sama perempuan, piket laki-laki

ngurusinnya beresin bangku dan beresin meja karena itu semua kan

berat yah, terus juga laki-laki saya suruh untuk membuang sampah-

sampah yang sudah dikumpulkan oleh anak perempuan, kalau

perempuan nyapu dan ngepel lantai karena biasanya namanya

perempuan dari segi kebersihan itu sangat rapih dan bersih, dan kalau

pelajaran penjas juga anak laki-laki saya suruh untuk lari keliling

lapangan 10x putaran tapi kalau anak perempuan saya suruh hanya 6x

putaran dan saya jelaskan bahwa laki-laki memiliki kekuatan yang

lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan yang cenderung

memiliki kelemahan sendiri.”12

10

Partisipan KW,. 11

Partisipan J,. 12

Partisipan TH,.

Page 66: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

47

Sebagai kesimpulan yang dapat kita pahami bahwa guru mengganggap

penugasan dalam kebersihan atau yang biasa disebut piket di lingkungan

madrasah itu sangat penting diajarkan kepada siswa karena di madrasah

sendiri tidak memiliki petugas kebersihan khusus untuk membersihkan

madrasah seperti Office Boy atau Cleaning Service. Segala sesuatu

kebersihan atau hal-hal lainnya dilakukan oleh guru atau siswa, seperti

halnya tugas membersihkan kelas yang diwajibkan dan diajarkan kepada

siswa oleh guru sudah dibagikan peran dan tugasnya masing-masing

sesuai dengan gender siswa. Sebagai contoh siswa laki-laki diberikan

tugas untuk mengangkat bangku dan membuang sampah karena dianggap

pekerjaan yang memerlukan tenaga yang cukup kuat dan menguras

tenaga sedangkan siswi perempuan diberikan tugas untuk menyapu lantai

kelas dan menyapu lingkungan sekolah seperti lapangan, mengepel lantai

dan membersihkan debu-debu karena perempuan dianggap memiliki

tingkat kebersihan yang berbeda dengan laki-laki.

3. Guru tidak memberikan sosialisasi khusus mengenai perbedaan dan

peran gender

Tidak adanya perbedaan atau sosialisasi secara khusus yang dilakukan

oleh guru kepada siswa menjadikan salah satu faktor utama alasan siswa

belum begitu memahami apa yag dimaksud dengan gender, bagaimana

cara membedakan peran gender, serta seperti apa perilaku gender yang

seharusnya sesuai dengan jenis kelamin mereka masing-masing, dan ada

pula beberapa siswa yang berperilaku diluar gendernya masing-masing.

Seperti halnya yang dilakukan oleh anak perempuan berkelahi dengan

anak laki-laki, kemudian anak perempuan memalak temannya dan merasa

bahwa dia lebih kuat dibandingkan teman laki-lakinya dan juga

melakukan bully terhadap temannya masing-masing baik dilakukan oleh

anak laki-laki maupun anak perempuan. Pengenalan gender kepada siswa

Page 67: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

48

dianggap penting oleh guru tetapi sosialisasi yang dilakukan tidak

terlaksana dengan baik, hingga gurupun tidak menyadari yang mereka

ajarkan ternyata terselipkan pembelajaran mengenai pengenalan gender

kepada siswa.

Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan WG sebagai kepala

sekolah pada saat diwawancarai, berikut pemaparannya:

“Kalau untuk mensosialisasikan gender itu sendiri sebetulnya

belum yah. Tetapi kita selalu berusaha untuk menjadi yang lebih

baik lagi, mungkin dengan adanya penelitian seperti ini kan

dijadikan acuan untuk sekolah hmm untuk memperhatikan lagi

mengenai pengenalan gender gitu yah. Karena selama ini kita lebih

terfokus kepada hal yang namanya bully gitu, dikhawatirkan

namanya anak-anak mah ya suka aja bercandanya keterlaluan mau

itu anak laki-laki apa perempuan sama aja.”13

Hal menarik lainnya yang dipaparkan oleh partisipan LCY, bahkan

ia mengatakan bahwa baru mengetahui apa itu gender pada saat

diwawancarai oleh peneliti, berikut pemaparan LCY:

“Belum yah, karena di IPA itu juga hanya jenis kelamin aja karena

gender itu juga saya baru tahu sekarang makanya kaget oh ternyata

gender dan jenis kelamin itu berbeda, mungkin dengan adanya

penelitian begini jadi perhatian tersendiri untuk kedepannya dalam

memperkenalkan gender dan jenis kelamin.. Secara khususnya mah

ga ada ya dikasih tau ke anaknya gitu mah ga ada sama aja

semuanya juga.”14

Beberapa partisipan seperti WPD, KW, J, K, dan TH juga

mengatakan bahwa belum ada sosialisasi secara khusus mengenai

perbedaan peran gender kepada siswa yang dilakukan oleh pihak

madrasah, berikut pemaparannya pada saat diwawancarai:

“Belum ada (hahaha). Disini tuh sama sekali tidak mendukung gitu,

(haha). Justru kalau kita punya kreativitas sendiri aja belum

didukung malahan tidak didukung. Jadi, guru-gurunya juga ga ada

13

Partisipan WG,. 14

Partisipan LCY,.

Page 68: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

49

yang sosialisasiin secara khusus gitu loh ke anak-anak tentang

peran-peran mereka bagaimana, kalaupun ada kayanya itu mah

emang ngalir aja kayanya guru-gurunya aja semuanya ga ada yang

ngerti deh (hehe).”15

“Kayanya sama aja engga ada sosialisasi khusus gitu yahh yang

dilakukan oleh sekolah gitu untuk gender mah. Ya ngajar kaya

biasa aja gitu yah (hehe).”16

“Kalau saya liat yah mengenai gender serpetinya ga ada yang kita

sosialisasikan secara khusus. Tapi, ya mungkin ada guru kali ya

yang ngerti gender dia memberikan pengarahan khusus gitu. Setau

saya sih ga ada ya sama aja semuanya juga.”17

“Saya liat di sekolah ini belum ada usaha sendiri mengenai

pengenalan gender kepada siswa, palingan juga guru-gurunya

menyelipkan di pelajarannya masing-masing yang mereka ajarkan

ya walaupun sebenarnya ga semua guru faham kalau yang mereka

sampaikan ternyata mengenai gender gitu (hehehe).”18

“(hmm) Mungkin ya kalau dari pihak guru mah melakukan

sosialisasinya secara ga disadari aja yaah, dari metode

pengajarannya mungkin kan udah membedakan antara anak laki-

laki sama anak perempuan. Kalau dari pihak sekolah mah mungkin

belum ada sosialisasi khusus (hehehe) pernah ada sosialisasi itu

tentang bully neng soalnya disini bully itu sering terjadi yang

dilakuin sama anak perempuan atau laki-laki.”19

Dari beberapa pemaparan partisipan di atas menunjukkan bahwa

guru atau pihak sekolah tidak pernah mensosialisasikan secara khusus

tentang pemahaman peran gender pada siswa, yang sangat diperhatikan

pada saat ini yaitu mengenai sosialisasi bully yang sering terjadi oleh

siswa di madrasah bahkan hal tersebut dilakukan oleh siswi perempuan,

sebelum adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah hal

15

Partisipan WPD,. 16

Partisipan KW,. 17

Partisipan J,. 18

Partisipan K,. 19

Partisipan TH,.

Page 69: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

50

tersebut dianggap sebagai masalah utama yang harus diselesaikan oleh

pihak sekolah karena mengakibatkan siswa berperilaku tidak sesuai

dengan peran gendernya masing-masing.

4. Guru tidak mengerti perbedaan dan peran gender

Kurangnya pengetahuan guru tentang perbedaan dan peran gender

menjadikan tidak adanya sosalisasi kepada siswa, sehingga siswa tidak

mempunyai pengetahuan lebih tentang perbedaan dan peran gender.

Seperti yang dikatakan langsung oleh partisipan LCY, berikut

pemaparannya :

“Maksudnya buat anak-anak? baru tau juga ya gender sama jenis

kelamin itu berbeda gitu, ternyata gender itu berarti tanggung

jawabnya yaah peran penting untuk si laki-laki dan si perempuan.

(Eeeehmm) ya mungkin kalau laki-laki mah umum ya maksudnya

mereka harus tanggung jawab dan laki-laki itu tanggung jawabnya

besar untuk perempuan mungkin apa ya perempuan itu? Hanya

mampu menerima kali yah (hahaha). Makanya saya kaget juga

kalau ternyata gender dan jenis kelamin berbeda, gender lebih

fungsi laki-laki dan perempuan sedangkan jenis kelamin itu ternyata

vagina dan penis yah.”20

Hal serupa disampaikan pula oleh partisipan WPD, KW, J, mereka

mengatakan bahwa benar baru mengetahui bahwa gender dan jenis

kelamin itu berbeda, berikut pemaparannya:

“Jadi gini (hmm) saya aja baru paham gitu kalau gender sama jenis

kelamin itu beda (hehe) ya mungkin apa yang saya pahami tentang

gender disini bagaimana siswa dan gurunya itu mengetahui gitu

(hmm) perannya itu lebih jelas maksudnya siswa tuh terhadap guru

bagaimana, dan guru kepada murid harus bagaimana gitu,

berdasarkan fungsinya masing-masing lah gitu.”21

“(hmmm) Gimana yah (hehe) ternyata gender itu beda yah sama

jenis kelamin. Jadi, kaayanya ini apa (hmm) laki-laki sama

perempuan gitu yah, ya beda sih karakternya gitu yah kalau

20

Partisipan LCY,. 21

Partisipan WPD,.

Page 70: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

51

perempuan mungkin agak apa penurut gitu yah, kalau laki-laki

biasanya kalau kita suruh ini itu yah agak susah ada yang nurut ada

yang engga gitu. Kalau anak laki-laki gitu yah berani gitu yah

misalnya tanggung jawabnya juga kan beda kan yah. Kalau anak

perempuan mah lebih ke keibuan kali yah sikapnya.”22

“Jujur aja ya neng saya aja baru tau kalau emang namanya gender

sama jenis kelamin itu beda (hehehe). Yang saya pahami dari

pengertian gender itu tadi ternyata mengenai peran, tanggung jawab

gitu, sifat sama fungsinya antara laki-laki sama perempuan itu

berbeda, ya mungkin lebih kepada itunya kali. Kalau peran laki-laki

biasanya mah ya dikenalnya orang yang bertanggung jawab

terhadap perempuan, gagah dan berani, kemudian perannya adalah

untuk mencari nafkah dan sebagai pemimpin atau imam. Kalau

peran perempuan mah ya itu dikenalnya tugasnya mengasuh anak,

mendidik anak, dan memiliki sifat yang lemah lembut gitu.”23

Tidak hanya itu partisipan K, TH dan L juga mengatakan hal yang

serupa berikut pemaparannya:

“Yang saya pahami tentang gender tadi ternyata berbeda sama jenis

kelamin, gender yang saya pahami disini (mikir) kayanya tentang

bagaimana seseorang bersikap, seseorang melakukan hal yang

sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang yang tidak melakukan

hal yang menyimpang dari apa yang sudah ditakdirkan tuhan

kepada dia. Peran laki-laki harus berani, tanggung jawab dan tidak

bersikap seperti halnya perempuanyang kemayu yang lemah lembut

dalam berbicara dan tugasnya menjadi istri yang (hmmm) mendidik

anak di rumah, memasak dan lain-lainnya.”24

“(hehe) Saya takut salah juga nih yah tapi saya coba jawab yah

mudah-mudahan aja bener (hehe). Gender yang saya pahami

mungkin mengenai tentang peran, fungsi dan tanggung jawabnya

seseorang baik itu untuk laki-laki maupun perempuan dan itu

memiliki fungsi dan peranannya masing-masing yang berbeda gitu

yah. Jika laki-laki memiliki peran sebagai seorang imam atau

pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk bekerja memberikan

nafkah kepada keluarga, memiliki sikap atau sifat yang berani dan

22

Partisipan KW,. 23

Partisipan J,. 24 Partisipan K,.

Page 71: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

52

maskulin atau gagah. Sedangkan perempuan memiliki peran

sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-

anaknya dalam keluarga, memasak dan membersihkan rumah, sikap

dan sifatnya lemah lembut dan kemayu.”25

“(hmmm) Gender yah (hehe) saya baru faham gender dengan jenis

kelamin itu beda, (hmm) gender yang saya fahami disini ternyata

sebagai pembeda antara tugas dan fungsinya laki-laki dan

perempuan yang ini bukan hanya untuk anak-anak bahkan untuk

orang dewasa sekalipun. Peran laki-laki sebagai pemimpin dan

perempuan sebagai makmum. Tugasnya pun berbeda jika laki-laki

dianjurkan untuk mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah

tangga, sifatnyapun berbeda kalau laki-laki gagah berani dan

perempuan lemah lembut dan memiliki keayuan dalam bersikap.”26

Kesimpulan dari beberapa pemaparan partisipan di atas

menunjukkan bahwa sebagian besar guru mengatakan tidak mengetahui

apa itu perbedaan peran gender, dengan tidak mengetahui apa itu

perbedaannya secara otomatis mereka tidak akan bisa mensosialisasikan

kepada siswa-siswinya secara benar dan baik. Walaupun jika diperhatikan

dari hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebenarnya

guru telah menyampaikan pengenalan secara tidak disadari, mereka

mengetahui gender dan jenis kelamin itu memiliki persamaan, sedangkan

pada hakikatnya gender dengan jenis kelamin sangatlah berbeda.

E. Diskusi

Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun

hasil penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang

digunakan sudah dijelaskan pada Bab 2 Kajian Teori, namun beberapa lainnya

peneliti cari setelah data lapangan terkumpul. Hal ini sesuai dengan prinsip

penggunaan teori pada penelitian kualitatif.

25

Partisipan TH,. 26

Partisipan L,.

Page 72: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

53

Partisipan WG sebagai kepala sekolah mengatakan bahwa sosialisasi

yang dilakukan pada saat mengajar yaitu melalui sistuasi yang diciptakan

sendiri oleh masing-masing guru seperti membedakan pemilihan ketua ketua

kelas dibiasakan laki-laki yang menjaadi pemimpin, dan tempat duduk yang

dipisahkan tidak diperbolehkan untuk duduk bersama, partisipan WPD juga

mengatakan bahwa sosialisasi yang dilakukan melalui situasi belajar yang

diciptakan oleh guru seperti penempatan duduk siswa yang dipisahkan antara

siswa dan siswi karena itupun termasuk sosialisasi mengenai perbedaan dan

peran gender. Hal ini sesuai dengan teori sosialisasi menurut Emile Durkheim

yang mengatakan bahwa :

“Proses dimana seorang individu belajar dan menginternalisasi norma

dan nilai sepanjang hidupnya dalam masyarakat mana dia berada, dan

membangun identitas sosialnya. Proses sosialisasi kepada generasi

muda berupaya menghasilkan kondisi tertentu pada anak-anak,

keadaan moral, sosial, fisik, dan dewasa yang akan menghasilkan

suatu tindakan diarahkan untuk mempersiapkan ke arah tertentu.”27

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan partisipan LCY, KW, J, K

dan TH yang turut serta mengatakan bahwa sosialisasi perbedaan dan peran

gender yang diperkenalkan kepada siswa melalui situasi belajar yang guru

siapkan sebelum memulai pelajaran seperti halnya memisahkan tempat duduk

siswa dan siswi yang dianggap mudah untuk disosialisasikan. Kemudian, hal

lain diperkuat oleh partisipan J situasi belajar yang dilakukan yaitu dengan

memberikan perbedaan dalam materi mengenai melaksanakan sholat sebagai

laki-laki dan perempuan dimana peran dan tugas laki-laki dan perempuan itu

berbeda atau bisa dikatakan pengenalan gender secara tidak disadari. Hal lain

pun dikatakan oleh partisipan K situasi belajar yang dilakukan untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender melalui materi pembelajaran

yang diberikan kepada siswa seperti materi olahraga yang berat dilakukan

27

Rakhmat Hidayat, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014) Cet.1, h. 88-89

Page 73: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

54

oleh laki-laki dan yang ringan dilakukan oleh perempuan dan tanggung jawab

laki-laki sebagai ketua kelas yang memberikan kesan bahwa laki-laki adalah

seorang pemimpin, dan partisipan L turut mengatakan dalam melakukan

sosialisasi perbedaan dan peran gender yang dilakukan oleh guru kepada

siswa melalui situasi belajar yang diciptkan oleh guru seperti halnya

melakukan kegiatan pembeda pada saat mengajar dan menyelingkan

permainan-permainan ataupun bernyanyi yang dipisahkan anggota

kelompoknya laki-laki dan perempuan. Kemudian diperkuat oleh teori

sosialisasi dari Hasbullah yang mengatakan bahwa :

“Proses sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah atau guru mempunyai

peranan penting, yaitu proses membantu perkembangan individu

menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik

di masyarakat, karena pada hakikatnya manusia itu hidup dengan

masyarakat.28

Situasi belajar yang diciptakan oleh guru sangat berpengaruh untuk

perkenalan perbedaan dan peran gender kepada siswa, yang dianggap sebagai

suatu proses yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam

bersikap dan berperilaku. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh guru

membuat siswa menjadi mengerti dan memahami bahwa mereka memiliki

perbedaan dalam segi jenis kelamin.

Partisipan LCY mengatakan untuk membedakan peran laki-laki dan

perempuan pada saat memberikan tugas kebersihan madrasah yang biasa

dilakukan oleh para siswa seusai jam pelajaran berakhir yaitu dengan cara

memberikan tugas pada anak laki-laki menaikkan bangku keatas meja agar

mempermudah anak perempuan dalam menyapu dan mengepel lantai kelas

dan lingkungan madrasah lainnya. Hal tersebut sesuai dengan teori gender

menurut Mufidah yang mengatakan bahwa :

28

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 51

Page 74: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

55

“Gender adalah pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara

perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya

dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.”29

Hal itu diperkuat oleh partisipan KW, J dan TH yang dianggap dalam

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada siswa yaitu dengan

cara membedakan tugas dalam hal kebersihan yang dilakukan oleh siswa dan

siswi sebagai contoh siswa menaikkan bangku yang dianggap pekerjaan berat

jika dilakukan oleh siswi, kemudian membuang sampah dilakukan oleh siswa

dan tugas untuk menyapu dan mengepel lantai merupakan pekerjaan siswi

yang dianggap lebih mudah dan ringan. Hal tersebut sesuai dengan teori

gender yang memiliki dua pengertian menurut Jary yang mengatakan bahwa :

“Pertama, kata gender biasa digunakan untuk mebedakan antara laki-

laki dan perempuan berdasarkan anatomi jenis kelamin. Kedua, gender

lebih diartikan ke dalam pembagian ‘masculine’ dan ‘feminine’

melalui atribut-atribut yang melekat secara sosial dan psikologi

sosial.”30

Gender yang dikenal sebagai pembeda antara fungsi, tugas, tanggung

jawab dan peran laki-laki maupun perempuan diperkenalkan secara tidak

langsung oleh guru yang membuat siswa mempelajari dan memahami sendiri

mengenai perbedaan yang berada dalam diri mereka. Semua orang tua dan

guru tentunya mengharapkan anak atau siswa dapat berperilaku sesuai dengan

peran gendernya masing-masing agar tidak ada penyimpangan kepribadian

pada diri mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Hilary M. Lips dalam buku

yang ditulis Mufidah yaitu Isu-Isu Gender Kontemporer dalam Hukum

Keluarga, mengatakan bahwa “gender sebagai harapan-harapan budaya

terhadap laki-laki dan perempuan.”31 Harapan yang menginginkan setiap laki-

laki dan perempuan memiliki kepribadian dan perilaku sesuai dengan nilai

29

Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial), (Malang: UIN-

Maliki Press, 2010), cet II, h. 6 30

Vina Salviana D. Soedarwo, Modul 1 Sosiologi Gender, h. 1.5 31

Mufidah., Isu-isu Gender Kontemporer dalam hukum keluarga, (2010), h. 6

Page 75: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

56

dan norma yang berlaku tidak ada penyimpangan perilaku yang terjadi pada

diri laki-laki maupun perempuan, seperti halnya perempuan memilki sifat

lemah lembut dan laki-laki memiliki sifat yang jantan.

Kemudian tidak hanya itu partisipan WG sebagai kepala sekolah

mengatakan kalau untuk mensosialisasikan gender secara khusus itu belum

ada pada saat ini, beliau mengatakan lebih terfokus kepada bully yang kerap

terjadi di madrasah dan dilakukan oleh siswa dan siswi, hal serupapun

diperkuat dengan pernyataan guru lainnya seperti LCY, WPD, KW, J, K dan

TH yang mengatakan bahwa tidak ada sosialisasi secara khusus yang

diberikan kepada siswa dan siswi mengenai apa itu peran gender. Ada pula hal

lain diperkuat oleh partisipan WPD yang mengatakan bahwa pihak sekolah

tidak mendukung dalam sarana dan prasarana yang dibutuhkan guru untuk

memberikan sosialisasi mengenai perbedaan dan peran gender pada jenis

kelamin laki-laki dan perempuan, apabila kita sebagai guru harus mempunyai

kreativitas lebih agar bias memberikan materi tambahan yang dibutuhkan oleh

siswa. Bahkan, partisipan K dan TH turut mengatakan bahwa secara tidak

disadari guru hanya menyelipkan disela-sela pelajaran saja tidak ada

sosialisasi khusus untuk gender sendiri yang dilakukan atau diperintahkan

oleh pihak madrasah.

Hal ini sesuai dengan teori interaksi simbolik yang dikemukakan oleh

George Herbert Mead yang mengatakan bahwa “perilaku seseorang

dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula

perilaku orang tersebut.”32

Simbol yang dimaksud adalah sosialisasi yang

dilakukan oleh guru terselipkan melalui pembelajaran yang diajarkan kepada

siswa termasuk dalam hal berperilaku yang seharusnya dilakukan oleh laki-

laki dan perempuan yang direspon oleh siswa dalam perilakunya sehari-hari.

Hal ini diperkuat oleh Dadi Ahmadi yang memberikan pandangan bahwa teori

32

Dadi Ahmadi, Jurnal dengan judul “Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar)”, E-Journal

Mediator, Vol.9, No.2, 2008, h. 307

Page 76: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

57

simbolik lebih menonjolkan mengenai perilaku komunikasi antar manusia

dalam konteks yang sangat luas dan bervariasi.33

Sehingga guru memberikan

sosialisasi mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa secara tidak

langsung dengan meggunakan interaksi simbolik yang dirasakan tetapi tidak

secara khusus diperkenalkan kepada siswa. Dalam hal ini seorang guru

melakukan sosialisasi peran dan perbedaan gender secara tidak langsung. Jadi

tidak ada sosialisasi secara mendalam mengenai peran dan perbedaan gender

tersebut.

Sedangkan sebagian besar partisipan mengatakan bahwa tidak

mengetahui perbedaan peran gender itu sendiri, bagaimana mereka bisa

mensosialisasikan kepada siswa dan siswinya apabila mereka sebagai guru

tidak mengetahui konsep dari peran gender itu sendiri, sebagian besar guru

menganggap bahwa gender merupakan kata lain daripada jenis kelamin. Pada

hakikatnya bahwa gender merupakan peran, tugas dan tanggung jawab

seseorang yang bisa saja berubah jika sosialisasi yang diberikan tidak sesuai

dengan apa yang seharusnya mereka dapatkan, kemudian jenis kelamin

merupakan kodrat yang sudah ada pada laki-laki dan perempuan yaitu penis

dan vagina yang sudah melekat dan tidak bisa dirubah, seperti halnya yang

dikatakan oleh partisipan LCY bahwa beliau baru mengetahui gender dengan

jenis kelamin itu berbeda. Adapun hal lain diperkuat oleh partisipan WPD,

KW, J, K, TH dan L yang memberikan pemaparan bahwa baru mengetahui

perbedaan dan peran gender berbeda dengan jenis kelamin setelah

diadakannya penelitian ini. Seharusnya seorang guru memiliki kemampuan

dalam penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

sosial, kultural, emosional dan intelektual.34

Dimana seorang guru harus bisa

memberikan pengetahuan bukan hanya materi pembelajaran saja melainkan

33

Ibid., h. 313 34

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Penilaian kinerja guru, (Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidikan Nasional), h. 4

Page 77: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

58

pengetahuan-pengetahuan lain yang dapat membentuk kepribadian siswa

dalam kehidupan sosialnya sehari-hari seperti pengenalan perbedaan dan

peran gender antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak terjadi

penyimpangan sosial. Hal ini sesuai dengan teori kompetensi menurut Drexel

yang mengatakan bahwa:

“Seseorang yang memiliki kompetensi yaitu selalu berorientasi pada

hasil, memperhatikan prosedur dalam mengidentifikasi dan menilai hasil

proses pembelajaran, memiliki pengalaman, memiliki pengetahuan

formal dan informal serta berperilaku terhadap kemajuan.”35

Kompetensi seorang guru sangatlah dibutuhkan dalam proses

pembentukan kepribadian siswa karena proses pembelajaran yang diajarkan

oleh guru kepada siswa sangat diperhatikan betul oleh siswa disetiap harinya.

Oleh sebab itu, kemampuan yang dibutuhkan oleh guru bukan hanya dalam

bidang ilmu yang diajarkannya saja melainkan kemampuan-kemampuan lain

dalam pengetahuan yang tidak hanya semata di dalam kelas diajarkan tetapi

diajarkan pula pada saat di luar kelas seperti halnya gender.36

Dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh

Doddy Kholistian Arsyadani37 yang berjudul Peran Guru dalam Sosialisasi

Kesetaraan Gender pada Siswa SD Negeri Tirtoyoso 1 Semarang. Pada

penilitian tersebut menjelaskan mengenai kesetaraan gender yang

diperkenalkan oleh guru kepada siswa. Sosialisasi gender yang dilakukan guru

SD Negeri Tirtoyoso 1 Semarang memberikan hasil yang positif karena

dengan adanya sosialisasi kesetaraan gender, siswa lebih mengerti apa yang

dimaksud dengan gender dan kesetaraan gender. Dampak dari sosialisasi yang

diberikan oleh guru, meliputi: (1) Siswa tidak lagi salah mengerti tentang

35

Muh. Ilyas Ismail, Jurnal dengan judul “Kinerja dan Kompetensi Guru dalam

Pembelajaran”, E- Journal Lentera Pendidikan, Vol. 12, No. 1, 2010, h. 55 36

Ibid., h. 55-56 37

Doddy Kholistian Arsyadani, Ringkasan Skripsi, Peran Guru dalam Sosialisasi Kesetaraan

Gender pada Siswa SD Negeri Tirtoyoso 1 Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang, Semarang: 2011

Page 78: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

59

adanya gender. (2) Guru tidak hanya memberikan teori tentang kesetaraan

gender saja tetapi juga mengajarkan kepada siswa untuk mengaplikasikan

teori tersebut ke dalam kehidupan nyata karena dengan pengaplikasian teori

maka kepribadian siswa dapat terbentuk dengan baik sesuai dengan tujuan

awal diberikannya materi tentang gender. (3) Adanya sosialisasi kesetaraan

gender maka tidak lagi terjadi bias gender pada siswa SD Negeri Tirtoyoso 1

Semarang.

Sedangkan penelitian ini lebih terfokus kepada pengenalan perbedaan

dan peran gender kepada siswa yang dilakukan oleh guru. Penelitian ini tidak

secara khusus membahas mengenai kesetaraan gender yang memiliki ruang

lingkup yang sangat besar pengaruhnya kepada pribadi siswa dalam bertindak

dan berperilaku. Pada dasarnya penelitian ini hanya membahas bagaimana

cara guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada siswa,

dimana guru memperkenalkan peran, tugas, tanggung jawab dan fungsi laki-

laki maupun perempuan saja sehingga kesetaraan gender tidak masuk kedalam

pembahasan yang disosialisasikan oleh guru.

Page 79: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab I di jelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah ingin

mengetahui bagaimana cara guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan

peran gender kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog.

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori sosialisasi oleh Durkheim

dalam buku Rakhmat,1 yang menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan

proses dimana seseorang belajar mengenai nilai dan norma dalam kehidupan

masyarakat demi membangun suatu kondisi sosial yang sesuai dengan

keadaan yang ada dalam lingkungannya. Kemudian teori sosialisasi lain yang

dikemukakan oleh Hasbullah2 yang berpendapat bahwa proses sosialisasi

yang dilakukan oleh sekolah atau guru mempunyai peranan yang sangat

penting, karena turut membantu dalam perkembangan seseorang agar menjadi

makhluk sosial yang mudah beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya.

Selanjutnya menggunakan teori gender menurut Mufidah3 yang berpendapat

bahwa gender sebagai pembeda dalam peran, fungsi dan tanggung jawab

antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan karena adanya konstruksi

sosial budaya dan dapat berubah kapan saja seiring berkembangnya zaman.

Kemudian terdapat teori gender lain yang dikemukakan oleh Jary dalam

modul 1 sosiologi gender oleh Vina4 yang memiliki pandangan bahwa gender

memiliki arti sebagai pembeda dalam berperan untuk laki-laki dan perempuan

dalam kehidupan psikologis dan sosialnya. Selanjutya teori interaksi simbolik

1 Rakhmat Hidayat, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014) Cet.1, h. 88-89 2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.

51 3 Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial), (Malang: UIN-

Maliki Press, 2010), cet II, h. 6 4 Vina Salviana D. Soedarwo, Modul 1 Sosiologi Gender, h. 1.5

Page 80: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

61

oleh Mead dalam jurnal Dadi5 yang berpendapat bahwa perilaku seseorang

dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain dengan kata lain

bahwa simbol yang disampaikan memiliki harapan dapat dimengerti dan

dapat merubah perilaku seseorang yang dituju. Terakhir adalah teori

kompetensi oleh Drexel dalam jurnal Ilyas6 yang memberikan pandangan

bahwa seseorang yang memiliki kompetensi dapat berorientasi dengan hasil

yang ia dapatkan dan selalu memperhatikan segala sesuatu yang terdapat

dalam pengetahuan sebagai proses pembelajaran demi kemajuan yang ingin

dicapai. Sehingga dalam hal ini kompetensi pada guru sangat dibutuhkan

dalam proses sosialisasi mengenai pengenalan perbedaan dan peran gender

kepada siswa agar terhindarnya penyimpangan kepribadian gender, guru yang

profesional dituntut memiliki pengetahuan bukan hanya pada bidang

keilmuannya saja tetapi pengetahuan lain yang dianggap perlu diperkenalkan

kepada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan ingin mengetahui

bagaimana cara guru dalam memberikan sosialisasi perbedaan dan peran

gender kepada siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog,

peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana peneliti berusaha

menguraikan temuan hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata atau

kalimat dalam suatu struktur yang logis, serta menjelaskan konsep-konsep

dalam hubungan yang satu dengan lainnya. Peneliti memilih pendekatan

kualitatif karena dapat mempresentasikan karakteristik penelitian secara jelas,

dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna

sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

Dari data yang sudah dipaparkan, maka peneliti menyimpulkan bahwa

sosialisasi mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog sangatlah penting disosialisasikan oleh

5 Dadi Ahmadi, Jurnal dengan judul “Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar)”, E-Journal

Mediator, Vol.9, No.2, 2008, h. 307 6 Muh. Ilyas Ismail, Jurnal dengan judul “Kinerja dan Kompetensi Guru dalam

Pembelajaran”, E-Journal Lentera Pendidikan, Vol. 12, No. 1, 2010, h. 55

Page 81: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

62

guru, dimana 8 partisipan yang diwawancarai menganggap bahwa pengenalan

gender kepada siswa dirasakan sangat penting sehingga siswa dapat

berperilaku sesuai dengan peran gender jika dilihat berdasarkan jenis

kelaminnya. Cara sosialisasi pengenalan perbedaan dan peran gender yang

dilakukan oleh guru tidak secara langsung atau secara khusus diperkenalkan

kepada siswa tetapi secara tidak disadari terselipkan pada situasi belajar yang

dikondisikan dan diciptakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung, seperti kondisi yang diciptakan dalam penempatan duduk anak

laki-laki dan anak perempuan dipisahkan, dan materi-materi pelajaran yang

membahas tentang kewajiban dan tanggung jawab seorang laki-laki dan

perempuan. Kemudian, sebagian partisipan menyebutkan bahwa pengenalan

gender lain yang dilakukan melalui penugasan kebersihan yang diajarkan guru

kepada siswa dalam kegiatan piket di dalam kelas maupun di luar kelas seperti

contoh anak perempuan diajarkan untuk menyapu dan mengepel karena

dianggap sebagai tugas dan peran yang sewajarnya dilakukan oleh

perempuan, sedangkan anak laki-laki menaikkan bangku keatas meja dan

membuang sampah karena dianggap bahwa laki-laki memilki kekuatan yang

berbeda dengan perempuan.

Selanjutnya, guru baru mengetahui bahwa gender dengan jenis

kelamin itu berbeda dan memiliki arti yang berbeda, sehingga guru tidak akan

memberikan sosialisasi perbedaan dan peran gender kepada siswa secara baik

dan benar jika gurupun belum memahami arti dari kata gender itu sendiri.

Dalam hal ini peran seorang guru sangatlah dianggap penting setelah keluarga

dalam pembentukan kepribadian siswa agar tidak terjadi penyimpangan sosial

seperti penyimpangan gender yang kerap terjadi di masyarakat.

Page 82: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

63

B. Implikasi

Pada umumnya, hasil sebuah penelitian atau karya ilmiah mempunyai

implikasi atau akibat yang ditimbulkan dari adanya penelitian tersebut.

Implikasi dari adanya penelitian ini adalah membantu mengingatkan kepada

madrasah bahwa penting memberikan sosialisasi mengenai perbedaan dan

peran gender terhadap siswa dan siswi agar terhindar dari penyimpangan

kepribadian dalam kehidupan sosial di lingkungan masyarakat, sehingga tidak

terjadi penyimpangan gender yang kerap terjadi di masyarakat.

C. Saran

Dari kesimpulan tersebut, maka peneliti mengemukakan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Perlu ditingkatkan kembali mengenai sosialisasi pengenalan perbedaan

dan peran gender kepada siswa, karena hal tersebut sangatlah penting

untuk pengembangan kepribadian siswa agar tidak mengalami

penyimpangan dalam berperilaku dan sesuai dengan peran gendernya

masing-masing.

2. Bagi Partisipan

Diharapkan untuk partisipan dapat memberikan sosialisasi dan

mengajarkan mengenai perbedaan dan peran gender kepada siswa dengan

baik dan benar, selain itu mencari tahu lebih banyak lagi mengenai gender

dalam pengenalan kepada siswa, sehingga siswa dapat berperilaku sesuai

dengan peran gendernya masing-masing dan tidak ada lagi siswa yang

berperilaku diluar dari peran dan tugas mereka sebagai laki-laki dan

perempuan.

3. Bagi Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua dapat turut serta membantu dalam

memberikan pengajaran kepada siswa mengenai tugas dan peran sebagai

laki-laki dan perempuan. Sehingga dapat memberikan pemahaman lain

Page 83: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

64

yang diterima oleh siswa dan menyadarkan kepada diri siswa bahwa

mereka memiliki perbedaan dan peran tugas juga tanggung jawab yang

seharusnya ada dalam diri mereka dan dapat tertanam dari mulai mereka

kecil hingga dewasa nanti.

4. Bagi Siswa

Diharapkan kepada siswa setelah mendapatkan sosialisasi mengenai

perbedaan dan peran gender dapat merubah perilaku mereka dan

berperilaku sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya masing-

masing sesuai dengan jenis kelamin mereka agar tidak terjadi

penyimpangan atau kata lain seperti Bully yang kerap terjadi di madrasah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan adanya penelitian selanjutnya dari pihak

lainnya, kemudian hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dalam melakukan penelitian mengenai segala sesuatu yang

membahas tentang perbedaan gender dan peran gender kepada siswa.

Page 84: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ch, Mufidah, Bingkai Sosial Gender (Islam, Strukturasi & Konstruksi Sosial),

(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), cet II

Ch, Mufidah, Isu-isu Gender Kontemporer dalam hukum keluarga, (Malang: UIN-

Maliki Press, 2010)

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011)

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), Cet. 1

Hanifah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2012), cet Ketiga

Hidayat, Rakhmat, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2014) Cet.1

Hikmah, et.al., Gender Dalam Rumah Tangga Masyarakat Nelayan Balai, (Jakarta :

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,2008)

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,

(Jakarta: Erlangga, 2009)

Ihrom, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga , (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2004)

Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Pengantar Memahami

Konsep-Konsep Sosiologi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet Pertama

Nurdin, Muh, et.al., Mari Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Depok: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2008)

Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: FITK, 2014)

Puspitawati, Herien ,dkk., Glosarium (Keluarga, Gender, pendidikan dan

Pembangunan). (Bogor: PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana

Bogor, 2012)

Page 85: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Sadiman, Arief S., Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)

Satori, Djam’an, dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2013), Cet. 5

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (pemahaman fakta dan

gejala permasalahan sosial,teori, aplikasi, dan pemecahan), (Jakarta: kencana

Prenadamedia Group, 2011), cet Pertama

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), Cet.17

Sumbullah, Umi,dkk., Spektrum Gender Kilasan Gender di Perguruan Tinggi,

(Malang:UIN-Malang Press, 2008), cet Pertama

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. 12,

Edisi Revisi

Zuchdi, Darmiyati, Humanisasi Pendidikan (Menemukan Kembali Pendidikan yang

Manusiawi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet Ketiga

Sripsi, artikel dan Jurnal:

Ahmadi, Dadi, Jurnal dengan judul “Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar)”, E-Journal

Mediator, Vol.9, No.2, 2008

Anuar, “Bias Gender dalam Masyarakat Muslim: Antara Ajaran Islam dengan Tradisi

Tempatan”, Jurnal Fiqh, No 7, 2010

Arsyadani, Doddy Kholistian, “Peran Guru dalam Sosialisasi Kesetaraan Gender pada

Siswa SD Negeri Tirtoyoso 1 Semarang”, Skripsi pada sarjana Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011

Ashuro, Dewi dan Sri Rochani, Jurnal dengan judul “Sosialisasi Gender oleh Orang Tua dan

Prasangka Gender pada Remaja”, E-Journal Psikologi Vol. 3, No 2, 2010

Ilyas, Muh. Ilyas, Jurnal dengan judul “Kinerja dan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran”,

E- Journal Lentera Pendidikan, Vol. 12, No. 1, 2010

Page 86: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Rahayu, Maria Dewi, “Pola Asuh Anak di Tinjau dari Aspek Relasi Gender (kasus pada

keluarga etnis minang, jawa dan batak)”, skripsi pada sarjana Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2009

Suhapti, Retno, “Gender dan Permasalahannya”, Buletin Psikologi, No 1, ISSN : 0854-7106,

1995

Soedarwo, Vina Salviana D., Modul 1 Sosiologi Gender

Udan,Uris, “Pemahaman Orang Tua Tentang Gender dalam Menerapkan Pola Asuh Kepada

Anak Remaja”, E-Journal Sociatri Vol. 1, No 4, 2013

Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah, Penilaian kinerja guru, (Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional)

Wahyuni, Uri, artikel Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa di SDN Jigudan

Triharjo Pandak Bantul, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

Website:

Detik.com, Kurikulum Gender dan Perubahan Masa Depan, 2009,

(https://news.detik.com), diakses pada tanggal 09 Maret 2017

Disparitas adalah perbedaan atau jarak, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,

diakses pada tanggal 09 Maret 2017

Republika, Isu Kesetaraan Gender Warnai Pendidikan, 2016, (http://www.republika.co.id),

diakses pada tanggal 09 Maret 2017

Page 87: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI,

SURAT PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN, SURAT

KETERANGAN TELAH

MELAKUKAN PENELITIAN, SURAT

PERNYATAAN BERSEDIA

MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Page 88: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 89: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 90: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 91: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

PEDOMAN WAWANCARA DAN

HASIL WAWANCARA

Page 92: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

PEDOMAN WAWANCARA PENDAHULUAN

1. Bagaimana siswa dan siswi dalam berperilaku di madrasah ?

2. Apakah peran guru sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa ?

3. Apakah dewan guru di madrasah telah mengerti mengenai gender ?

4. Apakah siswa mengerti tentang gender ?

5. Apakah ada materi pembelajaran yang diajarkan mengenai gender ?

6. Adakah hal yang dilakukan oleh pihak madrasah dalam mendukung tentang

pengenalan gender kepada siswa ?

7. Bagaimana menurut bapak atau ibu sikap siswa yang mengerti mengenai

gender ?

8. Metode pembelajaran seperti apa yang dianjurkan oleh madrasah kepada guru

dalam memberikan informasi pengenalan gender ?

9. Apakah siswa dalam berperilaku ada yang memberikan sikap tidak sesuai

dengan peran gendernya ?

10. Apakah pengenalan gender dirasa penting untuk siswa ?

Page 93: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan :

Jenis Kelamin :

Usia :

Jabatan :

Lama Mengajar :

Keterangan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Lusi sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak atau Ibu ajarkan ?

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

3. Bagaimana Bapak dan Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki

?

4. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak atau Ibu ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

7. Bagaimana Bapak atau Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

8. Menurut Bapak atau Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran

gender, dan apa yang Bapak atau Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan

peran gender ?

9. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender

?

Page 94: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Page 95: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Windiana Puspita Dewi, S.E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Jabatan : Guru

Lama Mengajar : 2014-Sekarang

Keterangan

Ibu Windi : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Windi sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak atau Ibu ajarkan ?

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

3. Bagaimana Bapak dan Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki

?

4. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak atau Ibu ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

7. Bagaimana Bapak atau Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

8. Menurut Bapak atau Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran

gender, dan apa yang Bapak atau Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan

peran gender ?

Page 96: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

9. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender

?

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Page 97: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Kholimatul Wildah, S.Ag

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 tahun

Jabatan : Wali Kelas 2

Lama Mengajar : 2008-Sekarang

Keterangan

Ibu Idah : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Idah sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak atau Ibu ajarkan ?

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

3. Bagaimana Bapak dan Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki

?

4. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak atau Ibu ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

7. Bagaimana Bapak atau Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

8. Menurut Bapak atau Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran

gender, dan apa yang Bapak atau Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan

peran gender ?

Page 98: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

9. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender

?

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Page 99: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Wawan Gunawan, S.Pd

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 39 tahun

Jabatan : Kepala Sekolah

Lama Mengajar : 2015-Sekarang

Keterangan

Pak Wawan : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Pak Wawan sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak atau Ibu ajarkan ?

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

3. Bagaimana Bapak dan Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki

?

4. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak atau Ibu ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

7. Bagaimana Bapak atau Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Page 100: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

8. Menurut Bapak atau Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran

gender, dan apa yang Bapak atau Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan

peran gender ?

9. Bagaimana menurut Bapak atau Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender

?

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Page 101: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Lusi Citra Yureza, S.Pd

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 Tahun

Jabatan : Wali Kelas 4

Lama Mengajar : 2 Tahun

Tanggal Wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Sekolah

Keterangan

Ibu Lusi : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Lusi sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Lusi : Ya kalau wali kelas mah semua mata pelajaran tapi kalau ngajar biasa

mah bahasa Indonesia di kelas 6.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau di kelas 4 yah ? kalau di kelas 4 sih sesama teman mereka sopan

sama guru juga baik, tapi namanya juga anak ada kadang perilaku yang kurang baik ada

aja sih namanya anak mah kan proses yaah, proses mereka belajar gitu. Tapi, (ekhem)

sejauh ini sih kalau sama saya mah engga, engga kalau sama guru mah engga ada yang

ngelawanlah ibaratnya. Kalau sama murid eh sama anak sih namanya juga anaklah ada

aja yang suka berantemdan lain sebagainya.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Ibu Lusi : Maksudnya buat anak-anak? baru tau juga ya gender sama jenis

kelamin itu berbeda gitu, ternyata gender itu berarti tanggung jawabnya yaah peran

penting untuk si laki-laki dan si perempuan. (Eeeehmm) ya mungkin kalau laki-laki mah

Page 102: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

umum ya maksudnya mereka harus tanggung jawab dan laki-laki itu tanggung jawabnya

besar untuk perempuan mungkin apa ya perempuan itu? Hanya mampu menerima kali

yah (hahaha). Makanya saya kaget juga kalau ternyata gender dan jenis kelamin berbeda,

gender lebih fungsi laki-laki dan perempuan sedangkan jenis kelamin itu ternyata vagina

dan penis yah.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Lusi : Penting ya, kalau menurut saya mah. Tapi, kalau (ekhemm)

pentingnya mah pertama harus jelaskan dulu jenis kelamin kali yah, kalau membedakan

gender itu agak sedikit sulit buat anak menerimanya agak sulit lah anak-anak mah

otaknya belum kesampean lah ibaratnya apalagi anak kelas 4 mungkin kelas 5 sama kelas

6 mah mampulah yah karena mereka mah sudah dewasa sekarang mah ya. Kan

dewasanya anak sekarang mah kan ga terpaku sama usia sekolah SD atau SMP, SD aja

sekarang mah udah banyak yang dewasa sebelum waktunya bahkan melewati gurunya

hahaha. Kalau buat saya mah ehmm mungkin menjelaskan gender agak sedikit sulit lah,

untuk jenis kelamin sih mudah karena ini loh perempuan dan laki-laki, kalau menjelaskan

gender agak sedikit susah (he’eh) tapi kalau ada medianya mah yah mudah.

5. Bagaimana menurut Ibu peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender

kepada siswa ?

Jawab Ibu Lusi : Perannya? yaa penting lah biar mereka paham bahwa tugas laki-laki

tuh ini ini ini, mungkin kalau dalam agama mungkin (ehmmm) laki-laki itu wajibnya

solat jumat gitu kali ya, perannya kan gender itu kan laki-laki itu yah ke masjid gitu yah.

Mungkin kalau perempuan di rumah tanggung jawabnya gitu kali ya.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau gender itu ke IPA ya biasanya ke jenis kelamin itu IPA kali ya ?

kalau IPA kan biasanya harus menggunakan media pra (sssttt) apa alat peraga. (ehmmm)

mungkin lebih baik menggunakan alat peraga biar jelas gitu bahwa ini teh laki-laki dan

ini perempuan dan gendernya ini kerjanya eh apa sihhh tugasnya ini ini ini itu lebih ke

IPA harus pake alat peraga lah.

Page 103: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Jawab Ibu Lusi : Situasinya? ketika belajar juga kan harus menciptakan situasi yang

menyenangkan kan yah, apalagi ketika harus menjelaskan gender dan jenis kelamin

mungkin situasinya ya harus menarik, situasi di kelas sendiri saya pisahkan duduknya

antara anak laki-laki dan anak perempuan supaya mereka tau bahwa mereka memiliki

perbedaan dalam jenis kelamin mereka.

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Lusi : Sikap seperti apa yahh, (ehmmm) ya mungkin sikap dimana laki-laki

yang berprilaku seperti anak perempuan nah sebaliknya tuh anak perempuan juga

berperilaku seperti anak laki-laki dibilang tomboy kali yah, kalau laki-laki mah kemayu

gitu. Kalau memang ada siswa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender

sebaiknya sebagai seorang guru yah biasanya saya mah di kelas suka manggil anaknya

buat diajak diskusi dan saya jelaskan apalagi kan tau sendiri yah kalau anak kelas 4 mah

haduh anak perempuan aja ga mau kalah sama anak laki-laki ya gitu weh pokoknya mah

diajak sharing suruh minta maaf.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau menghargai dimana mereka paham sendiri artinya mereka

mampu memahami, mengetahui oh ini loh peran laki-laki. Jadi, mereka kalau sudah tau

berarti mereka akan menjalankan kalau buat laki-laki tapi kalau untuk perempuan sama

untuk menjalankan juga mungkin kodratnya laki-laki kalau gender yaaa itu mengetahui

tugas laki-laki tuh kalau dalam anak kecil dalam agama hukum agama gitu mungkin

mereka dengan solat jumat itu, kalau mereka paham ya mereka mungkin melakukan ya

itu dengan solat jumat dan tugas laki-laki yang lain lah yang harus dilakukan laki-laki

gitu. Kalau anak perempuannya mah ya mereka menjalankan kodratnya misalkan yaah

masak, bersih-bersih rumah.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Lusi : Belum yah, karena di IPA itu juga hanya jenis kelamin aja karena

gender itu juga saya baru tahu sekarang makanya kaget oh ternyata gender dan jenis

Page 104: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

kelamin itu berbeda, mungkin dengan adanya penelitian begini jadi perhatian tersendiri

untuk kedepannya dalam memperkenalkan gender dan jenis kelamin.

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau boleh jujur sih yaah sebenarnya tidak memadai (hehehe).

Jangankan untuk peran gender sama jenis kelamin untuk mata pelajaran yang lain pun

tidak, sepintar-pintarnya guru lah, lihat sendiri lah bagaimana situasi disekolah untuk

medianya aja engga disiapin yaah mau gimana lagi ya namanya sekolahan di kampung

segini aja udah alhamdulillah masih bisa dapet rezeki disini hahaha.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau disini kan ada yang namanya solat dhuha kalau pagi yah, peran

gender mereka sudah tahu ketika perempuan harus membawa mukena berbeda mereka

sudah paham sih sejatinya ketika mereka lahirpun mereka sudah paham bahwa peran saya

laki-laki ketika saya solat saya harus menggunakan kopiah (peci) tidak menggunakan

kerudung atau perlengkapan perempuan, tidak hanya di sekolah mereka di rumah pun

dikenalkan peran laki-laki dan peran perempuan, misalnya kalau di rumah anak

perempuan membantu memasak ibu kalau laki-laki mungkin lebih kepada membantu

ayah. Tapi, kalau di sekolah ya ada aja sih namanya anak-anak kan berbaur yah dalam

bermain mau anak laki-laki ataupun anak perempuan mainnya sama-sama jadi kadang-

kadang berkelahi itu sudah sangat hal yang lumrah terjadi di sekolah karena tidak mau

mengalah. Ada juga anak perempuan disini yang bermasalah sering sekali memalak

teman-temannya, berkelahi sama anak laki-laki dan jarang sekali masuk, malah

kebalikannya ada anak laki-laki disini yang bersikap seperti perempuan maunya itu yah

mengerjakan pekerjaan anak perempuan kalau piket aja maunya nyapu ga mau ngangkat

bangku (hahaha).

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Lusi : Sebagai seorang guru tugas kita adalah yang pertama tentunya itu

menegur anaknya, tapi bukan di depan umum yah, biasanya saya mah manggil anaknya

tapi emang susah anaknya dikasih taunya sudah diperingatkan juga masih melakukan hal

tersebut lagi.

Page 105: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Lusi : Kalau saya sih yaah, cara membedakannya dalam melakukan tugas

kebersihan di sekolah maupun di kelas kalau anak laki-laki ngangkatin bangku juga

buang sampah ke tempat pembuangan sampah, sedangkan anak perempuan ya nyapu dan

ngepel ruangan kelas, terus lagi dalam seragam aja berbeda kan yah kalau anak laki-laki

mah ga pake kerudung kalau anak perempuan mah pake kerudung gitu. Secara khususnya

mah ga ada ya dikasih tau ke anaknya gitu mah ga ada sama aja semuanya juga.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Lusi : Mereka sedikit demi sedikit sebenarnya memahami peranan mereka

masing-masing sesuai dengan jenis kelaminnya tanpa harus guru menyampaikan

pengertian dari gender yah, soalnya yang namanya masih anak-anak pemikiran mereka

masih belum nyampe gitu kalau dijelasin tentang gender. Sejauh ini mah anak sih paham

kalau laki-laki sama perempuan itu jelas berbeda.

Page 106: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Windiana Puspita Dewi, S.E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 Tahun

Jabatan : Guru Mata Pelajaran

Lama Mengajar : 3 Tahun

Tanggal Wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Sekolah

Keterangan

Ibu Windi : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Windi sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Windi : Saya disini ngajar mata pelajaran IPA, IPS sama bahasa inggris.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Windi : (hmmm) sebenenarnya sih sikapnya sudah sedikit ehmm

menunjukan yah dimana peran dia sebagai siswa, sebagai murid sama guru gitu, (hmmm)

mungkin (hmmm) yang membedakan itu ya dari peran dan fungsinya mungkin banyak

mereka belum paham ya apa itu gender (hmm) kan selama ini kita kan yang kita ketahui

itu kan tentang jenis kelamin yah. Jadi, sampai saat ini tuh mereka belum sadar gitu

mengenai perbedaan itu gender itu bagaimana.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Ibu Windi : Jadi gini (hmm) saya aja baru paham gitu kalau gender sama jenis

kelamin itu beda (hehe) ya mungkin apa yang saya pahami tentang gender disini

bagaimana siswa dan gurunya itu mengetahui gitu (hmm) perannya itu lebih jelas

Page 107: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

maksudnya siswa tuh terhadap guru bagaimana, dan guru kepada murid harus bagaimana

gitu, berdasarkan fungsinya masing-masing lah gitu.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Windi : Sangat penting sekali yah, karena mereka (hmmm) harus tau lah

(hmmm) jadi ga gimana yahh dalam ini nih di lingkungan sekolah itu mereka harus

punya (hmmm) punya inilah kesadaran diri gitu yah, tidak harus maksudnya (hmmm)

dalam cara mereka belajar pun, kan biasanya di kelas itu kan mereka suka seenaknya gitu

aja kan yah pada guru. Nah, kita tuh harus memperkenalkan yaah lebih dalam lagi gitu ke

anak biar mereka sadar gitu.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Ibu Windi : Berarti (hmm) kita yaa (hmmm) harus menjelaskan supaya mereka

tahu, terus hmm peran kita terhadap mereka harus menjelaskan lebih dalam lagi, terus

kita juga harus mencontohkan ya pribadi kita sendiri gitu kepada murid biar mereka

paham gitu.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Windi : Iya sih sebenarnya udah (hmm) udah saya apa dari dari kelas 3

sebenarnya kan ini (hmm) pengenalan jenis kelamin yah hmm kan pertama dari masa ini

(hmm) apa sih bayi iya terus ke masa (ehh) anak-anak terus ke remaja, dewasa baru tua

kan yah gitu. Ya mereka udah paham lah gitu yah (hmm) udah saya apa sih (hmmm)

langsung praktekan di kelas, udah paham sih kalau masalah tentang itu mah. Kalau dalam

metode pembelajaran mah seperti biasa yah sama aja menggunakan metode ceramah

cuman yah kadang-kadang saya suka selipkan permainan-permainan yang dilakukan oleh

anak-anak gitu dan tentunya saya kategorikan anak laki-laki dan anak perempuan

dipisahkan khawatir anak laki-laki dan anak perempuan berkelahi.

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Jawab Ibu Windi : (Hmmm) situasinya di kelas gitu ? ya mungkin dibuat seini mungkin

ya apa sekreativitas mungkin gitu biar anak tuh gacenderung apa sih bosan apa gitu

Page 108: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

(he’eh), dari tempat duduknya yah kan disini mah dibedakan yah anak laki-laki duduknya

sama anak laki-laki gitu kan yah kalau anak perempuan duduknya sama anak peremuan

gitu yah kaya gitu aja situasi belajar yang saya gunakan pada saat mengajar mah

selebihnya mengikuti alur aja (hehe).

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Windi : Mungkin mereka suka yahh dari siswa sendiri yah apa asal mereka

tuh mau cewe mau cowo. Misalkan cowo mereka tuh tiba-tiba apa sih mereka berantem

sama cewe gitu. (Hmm) terus ini apa suka ga tau apa ga tau tempat gitu. Anak ya

biasanya ga tau menempatkan diri pada posisinya gitu, mereka tuh kadang cenderung

engga mau liat perbedaan aja gitu semau dia gitu. Sikap saya sih mungkin kalau ada

anak yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender yaah lebih ke sikap private

personality gitu yah hmm kita ngobrol secara langsung gitu berdua yah secara halus gitu

lah yah, diingatkan gitu yah, dijelasin bagaimana baiknya gitu, ditegur secara baik-baik

aja.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Windi : Kalau laki-laki (hmm) ya mungkin yah dia lebih bertanggung jawab

gitu yah (hmm) harus bisa melindungi teman sekelasnya juga gitu ya buat yang

perempuan engga dia tuh harus membuat situasi seperti kekeluargaan gitu. Yang pasti sih

yah harus lebih bertanggung jawab kali yaah (hmm) kalau anak laki-laki mah, kalau anak

perempuan kan harus di rumah gitu kan yah engga boleh yang namanya berantem kaya

gitu-gitu aja sih kayanya.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Windi : Belum ada (hahaha). Disini tuh sama sekali tidak mendukung gitu,

(haha). Justru kalau kita punya kreativitas sendiri aja belum didukung malahan tidak

didukung. Jadi, guru-gurunya juga ga ada yang sosialisasiin secara khusus gitu loh ke

anak-anak tentang peran-peran mereka bagaimana,kalaupun ada kayanya itu mah emang

ngalir aja kayanya guru-gurunya aja semuanya ga ada yang ngerti deh (hehe).

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Page 109: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Windi : Sama sekali tidak ada yang ngedukung sarana dan prasarananya.

Untuk mengajar aja ga ada alat peraganya, situasi di sekolahnya juga ga ada kata

ngedukung dari mulai kelas , toilet terus sama peralatan yang lainnya di sekolah ini mah

masih jauh ketinggalan deh.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Windi : Mungkin mereka hmm tau apa. Misalkan nih ya contoh di kelas

hmm misalkan laki-laki hmm mereka harus sadar diri misalkan pas piket dia tuh

bagiannya ngangkat-ngangkatin bangku kaya gitu, kalau perempuan berarti nyapu gitu,

buang sampah kaya gitu paling.

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Windi : Yah itu tadi saya mah mendingan manggil aja deh anaknya biar saya

ceramahin gitu yah hmm kan biar lebih enak juga yaah ngomongnya kalau cuman sama

anak yang bermasalah itu aja. Ada tuh yang sekarang di kelas 4 anak perempuan dia suka

malak teman-temannya jangankan anak perempuan anak laki-laki aja dia berani gitu

malak. Ya kembali lagi kepada tugas guru yaah hmmm harus bisa mengarahkan kea rah

yang lebih benar gitu.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Windi : Pertama hmm ya kalau di dalam kelas yaa kan penempatan tempat

duduk kan yah udah berbeda, terus tugas di misalkan tugas kelompoknya juga kan yah

saya bisa membedakan gitu misalkan lagi olahraga kan kaya laki-laki push up gitu kalau

perempuan kan sit up gitu, paling ngebedainnya kaya begitu.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Windi : Jadi kan kebetulan saya kan ini mengajar kelas 3,kelas 4 dan kelas 6.

Mungkin hmm ya dari ketiga kelas itu berbeda-beda kan yah, mungkin kalau kelas 3 mah

yah masih ke kanak-kanakan banget masih susah gitu dibilanginnyakadang iya-iya gitu

kadang pasti kaya gitu lagi kan, kalau kelas 6 lebih mengerti gitu kan kelas 4 juga ngerti

lah dikit-dikit mah, itu juga kalau udah dijelasin ya masalah gender, sejauh ini kan guru-

gurunya aja baru tau kayanya yah hahaha.

Page 110: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Kholimatul Wildah, S.Ag

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 Tahun

Jabatan : Wali Kelas 2

Lama Mengajar : 10 Tahun

Tanggal wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Sekolah

Keterangan

Ibu Idah : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Idah sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Idah : Kalau wali kelas mah yaah semua pelajaran yahh, karena gurunya kan

engga ada lagi gitu yah.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Idah : Kalau anak-anak kelas 2 gitu yah, yang kelas 2 dulu aja gitu yah yang

saya ngajar gitu yah. Itu beda-beda sih ya namanya juga anak-anak kan yah, lagi usia-usia

gitu mah kan sukanya main-main, belajarnya sukanya sambil main gitu, makanya belajar

mah belajar serius-serius gitu. Kalau mau sambil main ya main gitu sambil nyanyi-nyayi

soalnya kan beda-beda tea kan ya anaknya ada yang aktif, ada yang pendiem juga gitu,

gitu aja deh.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Ibu Idah : (hmmm) gimana yah (hehe) ternyata gender itu beda yah sama jenis

kelamin. Jadi, kaayanya ini apa (hmm) laki-laki sama perempuan gitu yah, ya beda sih

karakternya gitu yah kalau perempuan mungkin agak apa penurut gitu yah, kalau laki-laki

Page 111: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

biasanya kalau kita suruh ini itu yah agak susah ada yang nurut ada yang engga gitu.

Kalau anak laki-laki gitu yah berani gitu yah misalnya tanggung jawabnya juga kan beda

kan yah. Kalau anak perempuan mah lebih ke keibuan kali yah sikapnya.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Idah : kalau dibilang engga penting juga yah, kalau dibilang penting

mungkin sesuai seusianya aja kali yah. Kan di kelas 2 juga ada pelajaran apa tuh IPA

tentang dari apa bayi sampai tua itu udah dipelajari gitu. Oh kali masih bayi seperti ini,

usia ini usia ini gitu, sedikit demi sedikit gitu memperkenalkannya gitu.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Ibu Idah : mungkin di ini aja kali yah sama yah disangkut pautkan sambil belajar

gitu, sambil kitanya ngajarin anak sambil kitanya juga belajar juga memahami anak gitu

aja kali yah.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Idah : Metodenya mah sama aja yah kalau belajar mah ceramah, sambil

menyelipkan main-main, terus nyanyi-nyanyi gitu dan disama ratakan antara laki-laki

sama perempuan engga ada sih yang namanya dibeda-bedain mah dalam hal permainan

ataupun apa yaah di kelas gitu deh pokoknya mah, tapi saya pisahkan pada saat olahraga

anak laki-laki dan anak perempuan dalam segi penugasan praktek olahraga yang

perempuan mah biasanya yang ringan-ringan aja kalau laki-laki baru agak sedikit

menguras tenaga gitu.

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Jawab Ibu Idah : Palingan juga yah apa tuh namanya dalam duduk kali yaah dipisahkan

pastinya kalau di kelas anak laki-laki duduknya sama anak laki-laki lagi, kalau anak

perempuan duduknya sama anak perempuan kan itu juga sama aja cara sosialisasi yang

gampanglah dilakukan oleh guru (hehehe).

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Page 112: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Idah : Mungkin yah yang namanya anak-anak mah suka aja tuh ngbully

teman-temannya, ngata-ngatain nama orang tua terus itu tuh dilakuinnya yah sama anak

perempuan juga anak laki-laki gitu yah dan akhirnya mereka berantem gitu. Kalau

misalnya ada yang engga ngehargain gitu yah dipanggil aja, ditegur secara halus yak an

ya namanya anak-anak mah mentalnya masih labil kan yah, ditegur didepan umum pasti

langsung mentalnya turun gitu.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Idah : Hmmm ya berarti ini ya sikap kita sebagai seorang guru harus bisa

memberikan contoh gitu ya sama anak didik kita gitu yah sikap seorang perempuan

bagaimana gitu, dan juga sikap seorang laki-laki bagaimana gitu yah. Bagaimana sikap

murid ke guru sebaliknya gitu ya dari guru ke murid gitu, saling sayang saling

menghargai gitu.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Idah : Kayanya sama aja engga ada sosialisasi khusus gitu yahh yang

dilakukan oleh sekolah gitu untuk gender mah. Ya ngajar kaya biasa aja gitu yah hehehe.

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Idah : Engga ada juga yah, itu mungkin masih kurang lah kelemahan di

sekolah ini. Jadi, ya gimana yah susah juga yah hehe, kalau kita bahasnya sarana

prasarana sekolah di kampung mah yaah begini ada toilet aja masih bersyukur gitu.

Hehehe.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Idah : Sama aja sih yaah, paling kalau main-main yah anak laki-laki mainnya

sama anak laki-laki, anak perempuan sama anak perempuan gitu yah, yaa tapi namanya

juga anak-anak kadang mainnya bareng-bareng terus ya ga bisa dikontrol juga gitu kalau

istirahat mah ya pada ngabring aja gitu, tau-tau ada yang nangis aja berantem sama

temannya.

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Idah : Mungkin sama saya diarahkan, dikasih nasehat gitu yah, emang kan

mungkin anak suka banyak lihat televis kali yah. Kan ada juga yang apa eehmm

Page 113: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

permainan laki-laki perempuan mereka sama-sama memainkan gitu yah. Ya saya mah

cuman bisa mengarahkan aja kasih nasehat gitu. Apalagi itu kan di kelas 4 ada tuh yang

anak perempuan ya suka malak katanya mah ya saya denger gitu, berantem mulu sama

anak laki-laki jadi kebawa teman-temannya juga kaya gitu tomboy banget deh pokoknya,

ya kit amah cuman bisa mengarahkan aja kan yah.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Idah : Mungkin pembedaan yang dilakukan biasanya pada saat

melaksanakan solat perempuan sudah kita ajarkan untuk menjadi makmum dan laki-laki

kita ajarkan untuk menjadi imam disini ada pembelajaran bahwa laki-laki dan perempuan

itu berbeda pada solat dhuha pagi hari sama-sama dilapangan, seragampun berbeda laki-

laki menggunakan celana panjang dan perempuan menggunakan rok dan kerudung,

penugasan untuk kebersihan juga dibedakan kalau siswa laki-laki itu biasanya disuruh

ngangkatin bangku pada saat piket pulang sekolah juga ngebuang sampah gitu sedangkan

siswi perempuannya disuruh nyapu ngepel karena kita liatnya dari fisik laki-laki dan

perempuan itu berbeda.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Idah : Kalau anak-anak beda yah ada yag nurut ada juga yang engga. Ada

juga yang dikasih nasehat berubah secara perlahan. Ada juga yang hari itu dikasih

nasehat hari itu begitu lai gitu. Kalau gender mah ya agak susah juga yah ngasih taunya

harus gimana yaah hehehe. Soalnya mereka mainnya ngebaur aja.

Page 114: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Wawan Gunawan, S.Pd.I

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 39 Tahun

Jabatan : Kepala Sekolah

Lama Mengajar : 14 Tahun

Tanggal Wawancara : 28 April 2018

Tempat Wawancara : Sekolah

Keterangan

Pak Wawan : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Pak Wawan sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak ajarkan ?

Jawab Pak Wawan : Saya disini selain menjadi Kepala Sekolah, saya juga mengajar

Matematika di kelas 4, kelas 5 dan kelas 6.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Pak Wawan : Seperti halnya anak-anak yah, artinya mereka berinteraksi,

kemudian mereka berbaur, bermain, belajar. Sedangkan, interaksinya adalah interaksi

normal anak-anak saja yah gitu. Kemudian, dengan guru saya melihat juga anak-anak

tidak ada batasan yang kalau dulu jaman dulu sekolah itu anak-anak menganggap guru itu

seram kemudian takut gitu. Kalau disini saya melihat saya tidak ada image seperti itu yah

terhadap semua guru gitu, artinya mereka rileks-rileks aja gitu.

3. Bagaimana Bapak memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Page 115: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Pak Wawan : Gender yah, menarik tentang gender karena (hmm) memang

sekarang itu perkembangan sosial gitu yah sudah mengarah kepada persamaan antara

laki-laki dan perempuan gitu yah. Hanya sekedar biologis hanya sekedar jenis kelamin

memang itu sudah menjadi kodratnya dari tuhan dan bersifat tetap artinya sampai

kapanpun ketika seseorang diciptakan sebagai laki-laki yaah laki-laki gitu, walaupun dia

umpamanya berubah fungsi atau berubah gaya kan tetap statusnya laki-laki. Seperti,

umpamanya waria-waria juga kalau jenis keamin mah laki-laki. Kemudian, memang

kalau bicara gender yah bukan hanya kepada jenis kelamin tetapi kepada fungsi yah,

tanggung jawab, peran, posisi dia terutama memposisikan perempuan dan laki-laki di

strata sosial di masyarakat gitu dan ini memang bisa diterapkan diawali dari pendidikan

kita bagaimana menerapkan peran dan fungsi tanggung jawab laki-laki dan perempuan.

4. Bagaimana menurut Bapak sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Pak Wawan : Oh penting itu penting sekali, terutama ekhmmm yang menjadi ke

khawatiran adalah masih adanya apa namanya sikap, masih adanya sikap masih adanya

stigma bahwa laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan gitu, yang akhirnya

kemudian yang dikhawatirkan adalah bully gitu kan karena laki-laki merasa lebih kuat

daripada perempuan, kemudian ada juga pelecehan dan sebagainya. Bahkan, kalau disini

secara jelas kita pernah sosialisasi langsung ke setiap kelas bahkan kita tempel kita buat

juga apa namanya ehmmm balihonya bahwa tidak diperkenankan untuk melakukan

tindakan-tindakan bully. Karena diantaranya memang itu merupakan bagian sosialisasi

kita terhadap peran laki-laki dan peran perempuan supaya tidak terjadi terutama sekali

merasa gagah laki-laki terhadap perempuan yang akhirnya ehmm menimbulkan bully dan

lain-lain gitu.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Pak Wawan : Disini kita sebenarnya memang sudah sering kita intruksikan yah

bahkan ekhemm saya sih mengharapkan kepada setiap guru memang ehmm apa namanya

terlibat langsung yah terlibat langsung bahwa mereka harus menanamkan kepada tiap-

tiap kelas menanamkan kesadaran bahwa laki-laki dan perempuan itu memiliki hak yang

sama. Kita selalu tekankan itu kepada teman-teman guru terutama sekali kembali kepada

Page 116: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

kontrol kita yaitu pernah juga terjadi disini seperti kasus umpamanya apa namanya

perempuan itu kadang-kadang masih dikasari gitu yah, karena mungkin mereka masih ke

kanak-kanakan mereka gitu yah karena mereka masih menganggap hal yang biasa gitu

yah, tetapi disini kita mengingatkan betul bahwa ketika dari kecil mereka merasa laki-laki

lebih gagah daripada perempuan maka mungkin ketika besar akan seperti itu. Maka

kepada setiap wali kelas kita menginstruksikan bahwa harus ada sosialisasi, harus ada

bahkan teguran langsung. Kita pernah panggil orang tua yang anaknya berbuat kasar

terhadap temannya dan ini dilakukan oleh anak perempuan.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Wawan : Kalau matematika sebenarnya tidak secara langsung yah karena

tidak terkait dengan pelajaran secara gender yah, tetapi memang paling tidak ekhemm

untuk matematika yah kita sama sajalah. Artinya kita untuk soal anak laki-laki dan

perempuan kita samakan, kemudian untuk tugas juga seperti itu. Mungkin lebih kepada

fungsinya yah artinya lebih kepada tugas mereka bahwa mereka sama saja sih yaah.

7. Bagaimana Bapak menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Jawab Pak Wawan : Untuk secara aplikasi kelas yah untuk mendukung apa peran

gender gitu yah ekhemm pertama kalau saya kalau saya ketika masuk kelas sebagai

pendidik mereka gitu yah maka (ehmm) tidak membedakan ini laki-ini perempuan jelas

seperti itu ya. Juga kemudian seperti umpamanya pemilihan ketua kelas dan lain

sebagainya saya biasakan untuk laki-laki dijadikan pemimpin itupun menurut saya sudah

mendukung yang dinamakan pengenalan gender, dan kemudian mungkin juga yaah

dibedakan dalam hal penempatan kursi duduk yah karena itu yang membedakan mereka

perempuan dan laki-laki tidak diperbolehkan duduk bersama.

8. Menurut Bapak sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender,

dan apa yang Bapak lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Wawan : Contoh kongkrit ya menurut saya ini terjadi bukan hanya di

sekolah ini aja tetapi di sekolah lain pun sama yaitu bully itu. Ini masalah yang serius

tetapi kadang-kadang dianggap hal yang biasa gitu. Kaya bercanda keras begitu mungkin

ini dianggap biasa karena anak-anak gitu tetapi buat kami disini itu tidak gitu, kami

Page 117: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

sangat memperingatkan betul ketika ekhemm katakanlah bercandanya terlalu keras atau

memperolok orang tua ini kita intruksikan sekali bahwa hal itu tidak boleh dilakukan

gitu. Jika ada anak yang tidak menghargai perbedaan gender itu pertama yaah kita

sosialisasikan terlebih dahulu kemudian kalaupun memang terjadi ehmmm apa namanya

pembiasan gender maka kita sudah sering panggil anaknya dan orang tuanya. Bahkan jika

ada siswa yang memang tidak bisa diberitahu setelah dipanggil orang tuanya masih sama

saja gitu langsung dikeluarkan saja.

9. Bagaimana menurut Bapak sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Wawan : Sikap yang saling melihat, saling tahu posisi masing-masing gitu

peran masing-masing gitu. Artinya ketika tadi laki-laki juga tidak harus merasa lebih kuat

daripada perempuan, perempuan juga memang harus juga memahami kodratnya sebagai

perempuan gitu.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Pak Wawan : Kalau untuk mensosialisasikan gender itu sendiri sebetulnya belum

yah. Tetapi kita selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi, mungkin dengan

adanya penelitian seperti ini kan dijadikan acuan untuk sekolah hmm untuk

memperhatikan lagi mengenai pengenalan gender gitu yah. Karena selama ini kita lebih

terfokus kepada hal yang namanya bully gitu, dikhawatirkan namanya anak-anak mah ya

suka aja bercandanya keterlaluan mau itu anak laki-laki apa perempuan sama aja.

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Wawan : (mikir) Belum ada dan masih jauh. Kalau berkaitan dengan sarpras

belum, mungkin yang masih bisa kita lakukan adalah dengan adanya tindakan-tindakan

persuasive aja dulu yah, sosialisasi misalnya begitu. Kemudian, yang paling penting

adalah perlakuan sekolah yah, perlakuan-perlakuan guru terhadap anak untuk

mendukungnya perbedaan gender gitu.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Pak Wawan : Untuk sebagian siswa mungkin ada yang berprilaku seenaknya

mereka. Artinya dimana mereka masih mencari jati mereka sendiri, mereka masih anak-

anak dan berprilaku sesuai dengan umur mereka. Mereka bermain dengan teman-

Page 118: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

temannya dan ujung-ujungnya berkelahi itu sudah biasa mungkin karena mereka kita

bebaskan untuk berteman dengan siapa saja mau laki-laki mau perempuan ya itu terserah

mereka. Beda halnya sama apa yang dilakukan di kelas kalau disuruh piket mereka

langsung mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan.

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Pak Wawan : Kasus yang pernah terjadi yah yang sudah dilakukan pihak sekolah

itu, maksudnya yang dikerjakan pihak sekolah itu memanggil siswanya terlebih dahulu

untuk diberikan pengertian dan arahan. Kemudian, jika tidak dilakukan dengan benar

oleh siswa kami panggil orang tuanya atau wali dari siswa yang bertanggung jawab

dengan siswa tersebut. Bahkan, kami tidak segan-segan untuk mengeluarkan siswa

tersebut jika memang artinya dia tidak megikuti apa yang sudah diajarkan dan diarahkan

oleh pihak sekolah.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Pak Wawan : Memang, mungkin ini yah artinya karena mereka masih kecil-kecil

ditingkat dasar kadang-kadang sosok keibuan itu lebih mereka dapati seperti halnya di

rumah, artinya mungkin siswa perempuan itu lebih cenderung dekat kepada dekat ke guru

perempuan juga gitu, siswa laki-laki juga memang banyak juga yang dekat dengan guru

perempuan dikarenakan memang guru-guru disini mayoritas adalah perempuan dan

memang mungkin karena anak-anak lebih senang nersama guru perempuan. Kemudian,

guru-guru pun saya lihat memang sangat perduli dengan siswanya. Kemudian, pada saat

solat yang namanya perempuan menggunakan mukena dan laki-laki menggunakan peci

dan kain sarung dan dibiasakan namanya laki-laki adalah imam dan perempuan sebagai

makmum.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Pak Wawan : Alhamdulillah mudah-mudahan akan ada perubahan dan selalu

akan dibuat perubahan untuk anak-anak bisa menjadi yang lebih baik lagi, apalagi setelah

dengan adanya kasus-kasus yang terjadi di sekolah ini dimana anak perempuan berani

memalak temannya, kemudian juga anak laki-laki dan perempuan berkelahi dengan

Page 119: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

sedemikian rupa. Pihak sekolah akan selalu berusaha memberikan pengarahan yang

positif agar siswa bisa berprilaku sesuai dengan perannya masing-masing.

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Jaenuddin, S.Pd

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 59 tahun

Jabatan : Wali Kelas 5

Lama Mengajar : 31 tahun

Tanggal Wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

Keterangan

Pak Jejen : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Pak Jejen sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Bapak ajarkan ?

Jawab Pak Jejen : Saya di sekolah ini mengajar mata pelajaran PKN, Fikih dan Bahasa

Sunda. Tapi, saya sekarang sedang ditunjuk sebagai wali kelas kelas 5 dikarenakan

gurunya berhenti.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Pak Jejen : Saya melihat bahwa siswa dan siswi di sekolah ini memiliki perilaku

yang baik terhadap guru-gurunya maksudnya mereka sopan-sopan dan menghargai

gurunya, kalau untuk ke sesama teman mereka baik juga yah tapi tau sendirilah namanya

Page 120: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

anak-anak mah suka ada aja yang berantem mah, mau itu anak perempuan atau anak laki-

laki. Tapi, selebihnya mah baik ko neng batas wajar yang masih bisa ditoleransi sama

saya mah.

3. Bagaimana Bapak memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Pak Jejen : Jujur aja ya neng saya aja baru tau kalau emang namanya gender

sama jenis kelamin itu beda (hehehe). Yang saya pahami dari pengertian gender itu tadi

ternyata mengenai peran, tanggung jawab gitu, sifat sama fungsinya antara laki-laki sama

perempuan itu berbeda, ya mungkin lebih kepada itunya kali. Kalau peran laki-laki

biasanya mah ya dikenalnya orang yang bertanggung jawab terhadap perempuan, gagah

dan berani, kemudian perannya adalah untuk mencari nafkah dan sebagai pemimpin atau

imam. Kalau peran perempuan mah ya itu dikenalnya tugasnya mengasuh anak, mendidik

anak, dan memiliki sifat yang lemah lembut gitu.

4. Bagaimana menurut Bapak sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Pak Jejen : Sangat penting sekali itu, supaya siswa dan siswi bisa berprilaku

sesuai dengan perannya masing-masing. Apalagi yah namanya anak-anak tingkat MI mah

ya neng masih butuh arahan dari guru, jadi benar-benar harus diajarkan dari sekarang

mengenai gender.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Pak Jejen : (mikir) Peran guru sangatlah dibutuhkan dalam membentuk

kepribadian dalam diri siswa apalagi dalam tingkat sekolah dasar, yah walaupun namanya

anak-anak kita kasih penjelasan mengenai gender ga akan pada ngerti sih, tapi setidaknya

kita memberikan arahan dimana peran dan fungsi laki-laki dan perempuan seperti apa.

Sejauh ini mungkin guru-guru di sekolah ini melakukan hal tersebut tanpa disadari karena

memang belum faham dengan arti gender itu. Jadi, ya sangat penting itu sosialisasi

tentang gender.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak ajarkan kepada siswa untuk

mensosialisasikan perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Jejen : Berhubung saya mengajar pelajaran Fiqih sebenarnya dalam agama

juga sudah sangat jelas ya mengenai kodratnya laki-laki dan perempuan itu sangatlah

Page 121: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

berbeda, metode yang saya ajarkan pada saat mengajar seperti biasa saja ceramah dan

lain sebagainya, kalau dalam fiqih saya mengajarkan perbedaan dalam kewajiban antara

laki-laki dan perempuan itu pun termasuk dari sosialisasi gender juga kan yah.

7. Bagaimana Bapak menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Jawab Pak Jejen : Mungkin kalau dalam pelajaran Fiqih contohnya saya membedakan

pada saat siswa dan sisiwi saya ajarkan sholat dimana anak laki-laki menjadi seorang

imam dan memakai kain sarung dan peci atau bias juga menggunakan gamis gitu. Kalau

anak perempuan sebagai makmum dan memakai mukena sebagai syarat sahnya solat

seorang wanita dimana harus menutup aurat gitu. Terus kalau kelas 6 juga kan saya

mengajar Fiqih mengenai perempuan memiliki kelebihan bisa haid kalau anak laki-laki

ya engga haid. Gitu-gitu aja sih yang saya bedakan dalam situasi belajarnya di kelas, dan

dari penempatan duduk juga ini mah sudah dipastikan semua guru juga kan yah anak

laki-laki dan anak perempuan itu dipisahkan ga bolehlah namanya mereka itu disatuin.

8. Menurut Bapak sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender,

dan apa yang Bapak lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Jejen : Kalau menurut saya mah sikap yang tidak menghargaigender itu

seseorang itu tidak mengikuti kodratnya masing-masing. Maksudnya, laki-laki bersikap

seperti anak perempuan dan kebalikannya anak perempuan yang berprilaku seperti anak

laki-laki tomboy kali yah dibilangnya. Saya mah langsung panggil anaknya kalau ada

yang kaya gitu, bisa-bisa dia bersikap seperti selama hidupnya, dia sekolah untuk

diajarkan dan saya di sekolah tugasnya untuk mengajarkan.

9. Bagaimana menurut Bapak sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Jejen : (mikir) anak laki-laki yang menghargai peran perempuan maksudnya

kalau anak perempuan kan harus diberikan kasih saying, ga boleh yang namanya

dikasarin. Terus anak perempuan juga menghargai laki-laki sebagai imam atau pemimpin

artinya anak perempuan harus mengikuti jalan laki-laki jika memang benar.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Page 122: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Pak Jejen : Kalau saya liat yah mengenai gender serpetinya ga ada yang kita

sosialisasikan secara khusus. Tapi, ya mungkin ada guru kali ya yang ngerti gender dia

memberikan pengarahan khusus gitu. Setau saya sih ga ada ya sama aja semuanya juga.

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Pak Jejen: (mikir) (hehehe) Belum ada sarana dan prasarana di sekolah yang

mendukung sosialisasi gender ya neng, bisa diliat sendiri sekolahnya gimana, namanya

juga sekolah swasta di kampung ya kaya gini, bantuan dari pemerintah aja jarang ada

bahkan hampir ga ada neng. Toilet ya cuman 1 idealnya kan 2 ya neng anak laki-laki

sama anak perempuan dipisah gitu, terus dari fasilitas lainnya juga yang namanya

olahraga kan idealnya dipisah alat-alatnya antara laki-laki sama perempuan. Yaah, masih

jauh deh pokoknya untuk menuju kata ideal dalam mensosialisasikan gender yang

sebenarnya ini sangat penting yah dalam mendidik siswa dan siswi.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Pak Jejen : Saya liat untuk siswa dan siswi di sekolah ini sudah ada yang

mengerti perannya masing-masing. Tapi, ada siswi yang saya dengar dia itu suka malak

teman-temannya mau anak laki-laki juga perempuan dia palakin dan yang saya kaget juga

dia anak kelas 4 berani malak anak kelas 5 dan kelas 6. Terus saya juga sering dengar

kalau anak perempuan dan anak laki-laki berantem yang namanya anak-anak mah kan

sering tuh ya bercanda-bercanda yang ujung-ujungnya ngatain nama orang tua temannya

terus akhirnya berantem sampai nangis. Setau saya juga di sekolah ini setiap tahunnya

dari dulu pasti ada siswa yang berprilaku seperti anak perempuan ga tauitu kenapa bisa

kaya gitu terus pasti jadi bahan ledekan teman-temannya di kelas maupun di luar kelas.

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Pak Jejen : Kalau anak yang suka malak itu dipanggil langsung orang tuanya,

tapi katanya ah orang tuanya ga pernah datang. Nah, yang suka berantem mah dipanggil

aja sama gurunya atau wali kelasnya masing-masing terus diberikan arahan supaya

mereka berdamai (hehehe) ya kaya gitu aja neng biasanaya mah namanya juga anak-anak

lah banyak tingkah lakunya.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Page 123: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Pak Jejen : Saya membedakan anak laki-laki dan perempuan seperti tadi ya

kalau dalam pelajaran mah, terus contohnya kalau lagi piket dikelas saya selalu nungguin

sepulang sekolah soalnya suka pada kabur anak-anak mah susah diajak bersih-bersihnya

(hehe) misalnya anak laki-laki mah saya suruh ngangkatin meja kalau anak perempuan

nyapu dan ngepel kan udah ngebedain tuh tugasnya laki-laki yang berat dan anak

perempuan mah yang lebih ringan. Kadang-kadang juga anak laki-laki suka ngebantuin

nyapu anak perempuan juga suka ngebantuin ngangkatin meja. (hehehe) ya mengalir

ajalah ga pernah dikhususin atau dibedain banget kalau saya mah.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Pak Jejen : Yaah yang ngerti mah ngerti yang engga mah engga. Namanya anak-

anak mah masih bener-bener butuh pengarahan saya takut juga kalau nanti anak-anak

disini terjadi penyimpangan sosial maksudnya ya anak laki-laki jadi kaya cewe gitu terus

anak cewe kaya anak laki-laki. Saya mah berharap ada perubahan kedepaannya di

sekolah juga memberikan fasilitas yang cukup untuk gurunya memberikan pengarahan

kepada siswa nantinya.

Page 124: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Komariah, S.Pd.I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 39 tahun

Jabatan : Wali Kelas 3

Lama Mengajar : 10 tahun

Tanggal Wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

Keterangan

Ibu Kokom : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Kokom sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Kokom : Saya ngajar semua pelajaran soalnya saya wali kelas jadi harus

bisa semuanya (hehe).

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Kokom : Kalau saya liat mah di sekolah ini anak-anaknya bersikap biasa aja

sih ke guru mah pada baik-baik, pada sopan-sopan yaa namanya anak-anak mah pada

nyari perhatian aja kalau ke guru mah biasa gitu. Kalau sama temen-temennya mah ya

namanya juga anak-anak pas main yaudah main sama-sama, bareng-bareng ngebaur aja

semuanya pada baik sih sama aja gitu.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Ibu Kokom : Yang saya pahami tentang gender tadi ternyata berbeda sama jenis

kelamin, gender yang saya pahami disini (mikir) kayanya tentang bagaimana seseorang

bersikap, seseorang melakukan hal yang sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang yang

Page 125: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

tidak melakukan hal yang menyimpang dari apa yang sudah ditakdirkan tuhan kepada

dia. Peran laki-laki harus berani, tanggung jawab dan tidak bersikap seperti halnya

perempuanyang kemayu yang lemah lembut dalam berbicara dan tugasnya menjadi istri

yang (hmmm) mendidik anak di rumah, memasak dan lain-lainnya.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Kokom : Sangat sangat penting ya menurut saya mensosialisasikan gender

itu, saya takut sebagai seorang guru saya gagal mendidik anak-anak dan malah mereka

menjadi menyimpang gitu, maksudnya (hmmm) laki-laki menjadi seperti anak

perempuan yang kemayu dan anak perempuan tomboy. Haduh saya ga bisa ngebayangin

lulusan madrasah dia menjadi banci pas keluar dari sekolah, kan namanya madrasah ini

paling awal untuk anak belajar yah apalagi kalau di kampung mah jarang yang awalnya

sekolah TK dulu gitu. Jadi, ya pokoknya sangat penting sekali deh namanya sosialisasi

gender mah.

5. Bagaimana menurut Ibu peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender

kepada siswa ?

Jawab Ibu Kokom : (hmmm) guru sebagai seorang pendidik sebelumnya harus tau dulu

perbedaan sama peran gender itu gimana, yaa saya sendiri aja baru faham (hehe) setelah

itu guru sampaikan kepada siswa dan siswinya supaya bisa mengerti siswanya kalau

gurunya ngerti juga.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Kokom : Sebenernya mah kalau pas ngajar ya saya kan wali kelas semua

pelajaran jadinya saya ngajarinnya sama aja dalam metode ceramah, dalam pelajaran

agama sebenernya sudah dijelaskan bahwa peran laki-laki dan perempuan berbeda kaya

misalnya dipelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah akhlaq juga tuh kan mengenai akhlaq

seseorang gitu dalam melakukan sesuatu yang mengajarkan juga bahwa laki-laki dan

perempuan itu memiliki perbedaan yang sangat jauh berbeda.

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Page 126: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Kokom : Ya kaya tadi contohnya dalam hal pelajaran Aqidah akhlaq saya

ngasih contoh perempuan bagaimana dan laki-laki bagaimana (hmm) kaya misalkan

pelajaran olahraga saya pisahkan anak laki-laki dalam pemanasan Push-Up terus

perempuan Sit-Up, terus misalkan anak-anak saya biarkan untuk berinovasi sendiri dalam

belajar. Kemudian tempat duduk di kelas dipisahkan antara anak laki-laki dan anak

perempuan dilarang untuk duduk sama-sama, dan juga saya membiasakan namanya laki-

laki itu dijadikan sebagai ketua kelas agar dibiasakan tanggung jawab laki-laki itu besar

menjadi seorang pemimpin.

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Kokom : (hmmm) sikapnya yaa? Kaya misalnya seorang laki-laki yang

bersikap seperti perempuan ya kaya banci gitu lah ya, terus perempuan yang bersikap

seperti laki-laki tomboy gitu dari mulai bajunya, rambutnya dibuat seperti laki-laki.

Apalagi kan pernah terjadi juga kan tuh kasus yang LGBT sangat disayangkan akhir

jaman seperti itu. Ada tuh anak kelas 4 yang bersikap kaya anak laki-laki dia sering

banget berantem sama anak laki-laki terus dia suka malakin juga, guru-guru disini pasti

langsung menegur anaknya manggil aja gitu diajak ngomong bareng-bareng.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Kokom : (mikir) (hmmm) sikap yang menghargai gender dia mengerti akan

peran dan fungsinya dia sebagai makhluk hidup, tidak menyalahi aturan dalam kehidupan

gitu (hehe) laki-laki menghargai funsi dan tugas perempuan dan sebaliknya perempuan

menghargai tugas dan fungsinya laki-laki.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Kokom : Saya liat di sekolah ini belum ada usaha sendiri mengenai

pengenalan gender kepada siswa, palingan juga guru-gurunya menyelipkan di

pelajarannya masing-masing yang mereka ajarkan ya walaupun sebenarnya ga semua

guru faham kalau yang mereka sampaikan ternyata mengenai gender gitu (hehehe).

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Page 127: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Kokom : (mikir) (hehehe) sarana dan prasarana di sekolah amat sangat jauh

dari kata sempurna, jangankan untuk mensosialisasikan gender untuk hal-hal yang

lainnya aja engga gitu. Guru aja kalau mau ngajar yam au pake alat peraga apapun ya

modal sendiri ga pernah dikasih dari sekolah (hehehe) toilet aja udah jelek banget,

bangkunya aja jelek-jelek. Ya pokoknya jauh deh dari kata sempurna.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Kokom : Kalau di kelas saya baik-baik anaknya. Ya namanya anak mah

bertengkar wajar di sekolah ini mah ya the banyaknya berantem itu anak laki-laki sama

perempuan Karena saling adu ngomong, (hmm) ngatain orang tua tuh paling sering

haduh sampai pusing saya kalau udah pada berantem sampe jenggut-jenggutan anak laki-

laki, pernah anak perempuan kerudungnya sampe sobek (hehehe).

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Kokom : Saya mah langsung panggil anaknya, langsung saya tegur anaknya.

Abisnya kalau ga kaya gitu ga bakalan ngerti anak mah. Ya kadang-kadang juga saya

suka jelasin kalau hal seperti itu ga boleh dilakuin sama anak-anak dan dewasa juga.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Kokom : (hmm) saya ngebedainnya dari mereka duduk aja udah saya pisahin

kalau anak laki-laki ya sama anak laki-laki terus anak perempuan sama anak perempuan.

Terus lagi olahraga juga dibedain barisannya biar tertib aja gitu soalnya kebanyakan anak

laki-laki itu kan jail ya awalnya bercanda ujung-ujungnya berantem makanya saya

pisahkan antara anak laki-laki sama anak perempuan.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Kokom : Ada aja sih yang udah pada ngerti perannya mereka sebagai

seorang laki-laki dan perempuan. Jadi, mereka namanya anak-anak mah masih banyak

banget yang berubah-rubah tadinya begini terus begini. Asalkan gurunya aja jangan

pernah Lelah gitu untuk terus megajarkan kepada siswanya.

Page 128: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Tuti Herawati, Sos.I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 40 Tahun

Jabatan : Wali Kelas 6

Lama Mengajar : 15 Tahun

Tanggal wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

Keterangan

Ibu Tuti : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Tuti sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Tuti : Saya ngajar semua pelajaran neng (hehe) soalnya kan wali kelas yah,

tapi ada juga yang dibantuin sama guru-guru mata pelajaran yang lain juga neng.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Tuti : Kalau anak kelas 6 mah karena udah mulai pada mau remaja kali ya

pada bersikap sopan-sopan sama gurunya udah pada ngerti yang harus dilakuin gitu,

kalau sama temennya juga pada baik-baik aja ga ada yang aneh-aneh banget gitu.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Jawab Ibu Tuti : (hehe) saya takut salah juga nih yah tapi saya coba jawab yah mudah-

mudahan aja bener (hehe). Gender yang saya pahami mungkin mengenai tentang peran,

fungsi dan tanggung jawabnya seseorang baik itu untuk laki-laki maupun perempuan dan

itu memiliki fungsi dan peranannya masing-masing yang berbeda gitu yah. Jika laki-laki

memiliki peran sebagai seorang imam, dan juga memiliki tanggung jawab untuk bekerja

Page 129: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

memberikan nafkah kepada keluarga, memiliki sikap atau sifat yang berani dan maskulin

atau gagah. Sedangkan perempuan memiliki peran sebagai seorang yang bertanggung

jawab dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga, memasak dan membersihkan

rumah, sikap dan sifatnya lemah lembut dan kemayu.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Tuti : Amat sangat penting itu, agar anak terbiasa dalam bersikap yang sesuai

dengan gendernya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan mereka dan tidak terjadi

penyimpangan kedepannya, dan ini sangat penting diperkenalkan pada anak dari mulai

kecil hingga besar dan harus mendapatkan bimbingan dari guru pastinya apalagi ditingkat

sekolah dasar seperti ini.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Ibu Tuti : Peran guru itu sangatlah berpengaruh setelah keluarga, dimana anak-

anak belajar dalam mencari jati diri mereka dan mengikuti apa yang disampaikan oleh

gurunya. Memberikan pengarahan mengenai gender sangatlah dibutuhkan supaya anak

tidak menyimpang dalam berprilaku agar anak laki-laki tidak memiliki sifat seperti

perempuan arti kata dia menjadi banci kali yah (hehe) dan sebaliknya perempuan tidak

menjadi tomboy.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Tuti : (mikir) metode pembelajaran yang saya sampaikan biasanya sama aja

kaya biasa ya dengan ceramah memberikan pengarahan kepada siswa, terus saya biasa

memberikan tugas yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan artinya jika anak

perempuan yang menulis anak laki-laki yang mencari bahannya. Ya seperti itu aja sih

seringnya mah ya ceramah aja mereka udah pada ngerti apa yang saya sampaikan, kan

say amah ngajarnya anak kelas 6 yang udah pada mulai remaja pemikirannya. Apalagi

anak-anak jaman sekarang mah ya baru gede segitu aja udah kenal sama lawan jenis

artnya mereka pacar-pacaran gitu (hehehe).

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Page 130: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Tuti : (hmm) dari mulai duduk aja saya udah membedakan antara laki-laki

dengan perempuan agar mereka faham bahwa mereka itu memiliki perbedaan. Saya lebih

sering memberikan tugas kepada anak perempuan untuk menulis atau mendikte pelajaran

karena biasanya anak perempuan itu lebih rajin dibandingkan dengan anak laki-laki

seperti itu aja udah membedakan antara anak laki-laki dan perempuan itu berbeda kan

yah.

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Tuti : menurut saya sikap yang tidak menghargai gender itu kalau orang yang

seenaknya aja gitu dalam berprilaku, kaya misalkan yah anak laki-laki berantem sama

perempuan aja kan udah ga bener, terus anak laki-laki main permainan perempuan aja

juga udah ga bener belum lagi kalau anak perempuan yang bersikap kaya anak laki-laki

saya udah pusing deh kalau ada yang begitu. Saya langsung panggil anaknya untuk saya

beri arahan yah, guru tugasnya kan memberikan pengarahan memberikan pengajaran jadi

harus benar-benar di didik gitu supaya ga ada siswa yang tidak menghargai gender.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Tuti : (mikir) (hmmm) menurut saya mah yah sikap yang menghargai gender

itu dimana seseorang berprilaku sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.

(hmmm) artinya orang tersebut tidak keluar dari jalur yang sudah menjadi kodratnya,

laki-laki menjadi imam perempuan, dan perempuan menjadi makmum laki-laki seperti itu

tidak merasa laki-laki paling gagah dan waita paling lemah. (hmmm) ya seperti itu

menurut saya mah.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Tuti : (hmm) mungkin ya kalau dari pihak guru mah melakukan

sosialisasinya secara ga disadari aja yaah, dari metode pengajarannya mungkin kan udah

membedakan antara anak laki-laki sama anak perempuan. Kalau dari pihak sekolah mah

mungkin belum ada sosialisasi khusus (hehehe) pernah ada sosialisasi itu tentang bully

neng soalnya disini bully itu sering terjadi yang dilakuin sama anak perempuan atau laki-

laki.

Page 131: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Tuti : (mikir) kalau kita ngbahasnya sarana prasarana yah sebenernnya di

sekolah ini masih belum sempurna (hmm) ga sempurna malah yah, dari segi bangunan

masih jauh toilet aja liat sendiri aja neng kaya gimana (hehe), mungkin untuk bangku

sekolah kali yah udah ngedukung sosialisasi gender kan salnya dibedain laki-laki sama

perempuan. Untuk alat peraga yang mendukung juga belum ada maklum lah neng

namanya sekolah di kampung mah, segini aja alhamdulillah ada bantuan bangunan ya

semoga kedepannya ditingkatkan lagi sarana dan prasarananya, dari segi alat olahraga

juga kita disamakan antara laki-laki sama perempuan.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Tuti : (hmmm) kalau di sekolah mah saya liat untuk kelas 6 anak-anak

berprilaku udah berdasarkan gendernya masing-masing, mungkin ya karna itu tadi

mereka udah memasuki maa remaja yang udah memiliki rasa malu kepada lawan

jenisnya, dan untuk tanggung jawabnya mereka udah mengerti dan udah faham sama apa

yang (hmmm) mereka lakuin gitu. Ya kalau kelas-kelas yang lain mah ada aja lah yang

namanya lawan jenis berantem namanya juga anak-anak dikasih tau beberapa kali juga

masih aja dilakuin (hehehe).

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Tuti : Dari pihak sekolah menganjurkan untuk setiap guru memanggil setiap

siswa yang memang jika mereka memiliki kasus di sekolah ini, (hmmm) entah itu dia

mau melakukan bully, berantem atau juga mereka memiliki penyimpangan kepribadian

kali yah (hehehe) misalkan itu ada siswi yang seperi laki-laki ya kita panggil dan kita beri

pengarahan, dan jika tidak ada perubahan dengan memanggil anaknya ya kita panggil

orang tuanya.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Tuti : (hmmm) kalau saya membedakannya dengan memberikan tugas yang

berbeda ya antara laki-laki sama perempuan, dalam urusan piket aja deh saya sudah

bedain mungkin semua guru juga disini seperti itu yah laki-laki ngurusinnya beresin

bangku dan beresin meja karena itu semua kan berat yah, terus juga laki-laki saya suruh

Page 132: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

untuk membuang sampah-sampah yang sudah dikumpulkan oleh anak perempuan, kalau

perempuan nyapu dan ngepel lantai karena biasanya namanya perempuan dari segi

kebersihan itu sangat rapih dan bersih, dan kalau pelajaran penjas juga anak laki-laki saya

suruh untuk lari keliling lapangan 10x putaran tapi kalau anak perempuan saya suruh

hanya 6x putaran dan saya jelaskan bahwa laki-laki memiliki kekuatan yang lebih kuat

dibandingkan dengan anak perempuan yang cenderung memiliki kelemahan sendiri.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Tuti : (hmm) kalau anak kelas 6 mah Alhamdulillah yah udah pada ngerti lah

yang namanya mereka itu beda laki-laki sama perempuan jadi saya ga harus bekerja keras

lebih ekstra gitu (hehe) soalnya udah pada remaja udah pada ngerti sendiri (hehe).

Page 133: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

TRANSKIP WAWANCARA

Identitas Informan

Nama Partisipan : Latifah, S.Pd.I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 31 Tahun

Jabatan : Wali Kelas 1

Lama Mengajar : 12 Tahun

Tanggal wawancara : 28 April 2017

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

Keterangan

Ibu Ipah : Partisipan

Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta kesediaan partisipan yang

bernama Ibu Ipah sebagai informan telah bersedia dan setuju memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Sebelum diwawancarai, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan wawancara.

Pertanyaan Inti

1. Mata pelajaran apa yang Ibu ajarkan ?

Jawab Ibu Ipah : Saya kebetulan wali kelas kelas 1 yah jadi saya mengajar semua

pelajaran, kan memang wali kelas untuk tingkat dasar dianjurkan untuk bisa semua

pelajaran apalagi berbasis kurikulum 2013.

2. Bagaimana sikap dan perilaku siswa (terhadap teman sekolah, teman sebaya, guru) di

sekolah ini ?

Jawab Ibu Ipah : (hehehe) kalau anak kelas 1 itu sangat-sangat aktif yah anak-anaknya,

sangat energic, sangat mencari perhatian lebih dari gurunya, kalau keteman-temannya ya

namanya juga anak baru masuk ke dunia pendidikan karena disini kan kampong banyak

yang engga sekolah TK dulu awalnya langsung masuk aja gitu ke MI jadi baru mengenal

yang namanya bermain dan mengenal teman mereka, anak mah ada aja kelakuannya

kadang-kadang berkelahi teruus ga lama kemudian baikan atau mereka bermain ya sama-

sama, gitu aja sih ya yang namanya anak-anak mah.

3. Bagaimana Ibu memahami peran gender? Apa peran perempuan dan laki-laki ?

Page 134: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Ipah : (hmmm) gender yah (hehe) saya baru faham gender dengan jenis

kelamin itu beda, (hmm) gender yang saya fahami disini ternyata sebagai pembeda antara

tugas dan fungsinya laki-laki dan perempuan yang ini bukan hanya untuk anak-anak

bahkan untuk orang dewasa juga. Peran laki-laki sebagai pemimpin dan perempuan

sebagai pengikut seorang laki-laki. Tugasnya pun berbeda jika laki-laki dianjurkan untuk

mencari nafkah dan perempuan mengurus rumah tangga, sifatnyapun berbeda kalau laki-

laki gagah berani dan perempuan lemah lembut dan memiliki keayuan dalam bersikap.

4. Bagaimana menurut Ibu sebagai guru tentang pentingnya mensosialisasikan perbedaan

dan peran gender kepada siswa di sekolah ?

Jawab Ibu Ipah : Saya fikir itu sangat penting sekali, siswa dan siswi itu pada dasarnya

sangat mendengarkan sekali apa yang disampaikan oleh gurunya. Apalagi saya mengajar

anak kelas 1 yang masih awal sekali mereka mengenal pengajaran jika mereka

sebelumnya tidak sekolah TK dulu yah, dan ini sangat dibutuhkan oleh guru

menyampaikan bahwa peran laki-laki dan perempuan itu berbeda.

5. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan perbedaan dan peran gender kepada

siswa ?

Jawab Ibu Ipah : (hmmm) sangat berpengaruh sekali yah namanya guru mendidik siswa

dan siswinya, apalagi pengenalan gender menurut saya itu sangat penting banget supaya

anak tidak menyimpang dari apa yang sudah ditakdirkan untuk dirinya.

6. Metode pembelajaran seperti apa yang Ibu ajarkan kepada siswa untuk mensosialisasikan

perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Ipah : (mikir) metode saya mah kalau ngajar sama aja sih kayanya ya yang

pasti ceramah, (hmm) saya juga sering menyuruh anak-anak menggambar sesuai dengan

apa yang mereka inginkan tapi biasanya saya suka kasih tema kalau anak laki-laki saya

suruh bikin gambar robot-robotan, kalau anak perempuan saya suruh bikin gambar bunga

atau rumah, dan kalau disuruh bebas gambarnya biasanya anak laki-laki mah suka

gambar hewan kalau perempuan pasti bunga jadi udah pada ngerti gitu kesukaan mereka

masing-masing.

7. Bagaimana Ibu menciptakan situasi belajar yang mendukung sosialisasi perbedaan dan

peran gender ?

Page 135: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Ipah : (mikir) (hmm) kalau saya di kelas menciptakan situasi belajar pasti

harus sangat menyenagkan yaah, anak kelas 1 masih susah kalau kita ajak serius untuk

belajar pasti harus pinter-pinter menyelingkan permainan atau nyanyi-nyanyi supaya

tidak jenuh. Nah palingan saya suka ngasih permain di kelas dibedain anak laki-laki

grupnya sama laki-laki kalau perempuan grupnya sama perempuan lagi. Kalaun nanyi-

nyanyi mah bareng-bareng aja teh.

8. Menurut Ibu sikap seperti apa yang tidak menghargai perbedaan dan peran gender, dan

apa yang Ibu lakukan jika siswa tidak menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Ipah : (hmmm) menurut saya yang tidak menghargai gender itu kalau orang

tersebut ternyata untuk laki-lakinya kaya perempuan dan yang perempuannya kaya laki-

laki, dan berubah peran dan fungsi perempuan ingin menjadi imamnya laki-laki dan laki-

laki bersikap seperti budaknya perempuan. Jika ada siswa seperti itu tentu saja saya akan

arahkan untuk dia bisa berubah dan bisa menghargai sesama manusia dan berprilaku

sesuai dengan tugas dan fungsinya mereka masing-masing dalam kehidupan mereka.

9. Bagaimana menurut Ibu sikap yang menghargai perbedaan dan peran gender ?

Jawab Ibu Ipah : (mikir) menurut saya mah ya sikap yang menghargai gender itu

dimana orang tersebut berprilaku sesuai dengan jenis kelaminnya atau kodratnya lah.

Peran dan fungsinya udah diatur sedemikian rupa oleh Allah yang mungkin saat ini

dikenal itu tadi gender.

10. Bagaimana usaha dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan perbedaan dan peran

gender ?

Jawab Ibu Ipah : (ekhemm) kalau usaha dari sekolah sejauh ini saya liat baru sampai

pada penanganan bully yang dilakukan oleh siswa, disetiap sudut sekolah ada baliho mini

yang dibuat untuk mengingatkan tentang bully. Menurut saya itupun termasuk usaha dari

pihak sekolah untuk sosialisasi gender yah soalnya yang ngelakuin bully itu perempuan

sama laki-laki kan itu ga dibolehin juga. Terus ngebedain juga dari segi seragamnya

kalau anak laki-laki ga pake kerudung mereka memakai celana dan baju lengan pendek,

kalau anak perempuan memakai kerudung dan memakai rok juga baju lengan panjang.

11. Bagaimana situasi dan sarana prasarana di sekolah dalam mendukung sosialisasi

perbedaan dan peran gender ?

Page 136: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab Ibu Ipah : (mikir) (hehe) sarana dan prasarana di sekolah ini masih sangat kurang

yah teh untuk mendukung peran dan perbedaan gender mah, kalau yang bisa kita liat jelas

mah dari toilet aja cuman ada 1 dan bisa dibilang kurang layak untuk anak-anak (hehe),

palingan ya kalau ruangan kelas dikasih pembeda sendiri yaitu tempat duduknya

dipisahkan, untuk situasinya mah sama aja lah namanya anak-anak negbaur aja kalau

udah istirahat mah tapi banyak juga yah yang anak perempuan emang ga mau main sama

anak laki-laki.

12. Bagaimana siswa di sekolah berperilaku sesuai dengan peran gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Ipah : (hehehe) duh tau sendiri teh kalau anak kelas 1 kaya gimana (hehe) ya

mereka belajar dan bermain ya semau mereka, paling saya hanya mendampingi mereka

agar mereka ga berantem gitu. Karena seringnya mereka main-main ujung-ujungan

berantem teh (hehehe). Ya masih sedikit dulit lah ngajar anak kelas 1 mah masih harus

banyak yang dibimbing dan dibantu untuk proses pembelajarannya.

13. Bagaimana jika ada siswa yang tidak berperilaku sesuai dengan gendernya ?

Jawab Ibu Ipah : (hmmm) pasti tindakan yang paling pertama itu memanggil anaknya

yah teh, saya ga pernah menegur anak di depan teman-temannya karna saya piker itu

akan membuat mental anak down, saya panggil anaknya dan saya berikan nasehat-

nasehat bahwa yang dia lakukan itu tidak baik dan tidak boleh.

14. Bagaimana cara guru dalam membedakan peran siswa laki-laki dan siswa perempuan

sesuai dengan gendernya masing-masing ?

Jawab Ibu Ipah : (mikir) (hehe) kalau saya sih yah ngebedain anak itu ya dari mulai

mereka masuk kelas karena kalau kelas 1 sebelum masuk kelas mereka baris dulu nih teh

di luar kelas, terus mereka ikrar madrasah yang dipimpin oleh laki-laki. (hmm) setelah

masuk kelas mereka saya arahkan untuk duduk tidak sebangku dengan lawan jenisnya,

terus kalau pelajaran olahraga juga saya bedakan antara barisan laki-laki dan perempuan

dan tetep yah teh yang mimpin barisan itu laki-laki. Yaah kaya gitu-gitu aja say amah teh.

15. Bagaimana keadaan siswa di sekolah setelah mendapatkan sosialisasi perbedaan dan

peran gender?

Jawab Ibu Ipah : (mikir) kelas 1 itu masih butuh banget yaah yang namanya perhatian

ekstra dari guru, yaa namanya anak kelas 1 mah teh setiap harinya masih berubah-rubah

Page 137: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

jangan setiap hari masih hitungan detik aja langsung beda lagi (hehe) jadi bener-bener

harus dikasih pengarahan terus.

Page 138: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

WAWANCARA PENDAHULUAN

Narasumber : Wawan Gunawan, S.Pd.I

Jabatan : Kepala Madrasah

Tanggal Wawancara : 10 Oktober 2016

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

1. Bagaimana siswa dan siswi dalam berperilaku di madrasah ?

Jawaban: Ya seperti biasa yang namanya anak-anak mah berperilaku kaya

anak-anak biasa main bareng-bareng pada saat istirahat laki-laki sama

perempuan berbaur aja di luar kelas ataupun di dalam kelas.

2. Apakah peran guru sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa ?

Jawab: Sangat berpengaruh ya, kalau namanya anak-anak masih dalam tahap

meniru dan belajar dalam kehidupan sehari-harinya. Selain keluarga di rumah

gurulah yang memberikan pengaruh besar terhadap perilaku siswa.

3. Apakah dewan guru di madrasah telah mengerti mengenai gender ?

Jawab: Sepertinya jika kita tanyakan satu-satu dewan guru disini belum

semua paham mengenai gender.

4. Apakah siswa mengerti tentang gender ?

Jawab: Gurunya aja kalau ditanya mengenai gender belum paham betul

kayanya siswa apalagi ya ga akan mengerti yang namanya gender itu apa.

5. Apakah ada materi pembelajaran yang diajarkan mengenai gender ?

Jawab: Kalau kita perhatikan secara seksama mengenai materi yang diajarkan

oleh guru tentunya pasti ada, tapi disini guru-gurunya masig belum

memahami apa itu gender sehingga kita belum bisa menyimpulkan ada atau

tidaknya.

6. Adakah hal yang dilakukan oleh pihak madrasah dalam mendukung tentang

pengenalan gender kepada siswa ?

Page 139: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Jawab: Belum ada hal-hal yang kita lakukan dari pihak sekolah untuk

mendukung yang namanya pengenalan gender kepada siswa. Tidak adanya

media-media yang dibuat atau dikhususkan oleh pihak sekolah untuk

berlangsungnya proses pembelajaran yang mengenalkan gender secara

khusus. Sarana dan prasarananya aja masih sangat kurang ya bisa dikatakan

sangat-sangat tidak mendukung jika memang ingin memisahkan dan

memperkenalkan gender kepada siswa.

7. Bagaimana menurut bapak sikap siswa yang mengerti mengenai gender ?

Jawab: Pastinya dia akan berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya

masing-masing yah kalau anak perempuan ya pastinya punya sifat yang lemah

lembut kalau laki-laki ya bersifat tegas.

8. Metode pembelajaran seperti apa yang dianjurkan oleh madrasah kepada guru

dalam memberikan informasi pengenalan gender ?

Jawab: Sekolah ini membebaskan gurunya dalam memberikan metode

pembelajaran yang ingin disampaikan, tapi kebanyakan guru disini tidak

pernah memakai metode pembelajaran khusus karena disini saya rasakan dan

memang betul keadaannya seperti ini tidak ada sarana dan prasarananya yang

mendukung untuk proses guru mengajar menggunakan metode yang lain

selain ceramah.

9. Apakah siswa dalam berperilaku ada yang memberikan sikap tidak sesuai

dengan peran gendernya ?

Jawab: Ada lumayan banyak siswa dan siswi yang bersikap tidak sewajarnya

dan tidak seharusnya anak-anak lakukan jika mengingat jenis kelaminnya

masing-masing dan mengingat dari pengertian gender itu sendiri, sebagai

contoh anak perempuan melakukan perkelahian dengan anak laki-laki yang

terjadi begitu sering di madrasah, anak perempuan bermain sepak bola, dan

anak laki-laki bermain masak-masakan dengan anak perempuan pada saat jam

istirahat berlangsung, di daerah pedesaan hal tersebut tidaklah dianggap wajar

Page 140: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

dimana anak perempuan akan dianggap tomboy dan sebaliknya anak laki-laki

akan dianggap kemayu.

10. Apakah pengenalan gender dirasa penting untuk siswa ?

Jawab: Sebenarnya penting sekali ya, tapi untuk sementara ini sih ya menurut

saya dan dewan guru memperkenalan gender tidak begitu penting karena

disini banyak sekali kekurangan selain guru yang tidak paham dan belum

mengerti adapula kekuranan lain seperti sarana dan prasarananya sehingga

guru pun akan mengalami kebingungan pada saat kita perkenalkan apa itu

gender kepada siswa ya gurunya aja ga ngerti gitu.

Page 141: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

WAWANCARA PENDAHULUAN

Narasumber : Hj. Empi Supiah, A.Ma

Jabatan : Ketua Yayasan

Tanggal Wawancara : 10 Oktober 2016

Tempat Wawancara : Rumah Partisipan

1. Bagaimana siswa dan siswi dalam berperilaku di madrasah ?

Jawab: Yang saya dengar dan saya perhatikan mengenai perilaku siswa dan

siswi di sekolah banyak sekali aneka ragamnya ada yang pendiam, sangat

aktif dan bahkan terlalu aktif sekali. Tapi, namanya anak-anak pasti ada saja

tingkah lakunya yang membuat guru-gurunya harus bekerja ekstra untuk

mendidik siswa, seperti halnya siswa sering berkelahi dengan temannya

sendiri mau laki-laki ataupun perempuan sama saja. Disinilah tugas guru

supaya dapat mengajarkan siswa berperilaku sesuai dengan apa yang ada

dalam masyarakat.

2. Apakah peran guru sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa ?

Jawab: Ya tentunya sangat berpengaruh atuh, guru itu adalah orang tua kedua

untuk siswa selain keluarganya di rumah. Segala sesuatu yang diajarkan oleh

guru kepada siswa pasti akan selalu diperhatikan dan akan selalu didengar dan

tentunya itu yang akan membentuk perilaku siswa dalam bermasyarakat.

3. Apakah dewan guru di madrasah telah mengerti mengenai gender ?

Jawab: Sepertinya guru di sekolah belum memahami tentang gender karena

memang dari pihak sekolahpun tidak memberikan pembekalan pengetahuan

secara khusus mengenai gender memperkenalkannyapun saya rasa belum

pernah. Jadi pada saat guru ditanya dan tidak mengerti saya memakluminya

karena memang dari pihak sekolah tidak pernah memberikan workshop

Page 142: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

ataupun seminar yang membahas tentang gender atau menyinggung mengenai

gender. Mungkin jika memang ada yang tau mengenai gender pasti guru itu

belajar sendiri pada saat kuliah kali ya.

4. Apakah siswa mengerti tentang gender ?

Jawab: Seejauh ini sepertinya siswa di sekolah belum tau tentang gender ya

yang saya bilang tadi kalau nanya gurunya aja belum tentu dia akan tau

apalagi siswanya akan tau darimana kalau gurunya tidak mengajarkan.

5. Apakah ada materi pembelajaran yang diajarkan mengenai gender ?

Jawab: Mungkin ada ya, tapi saya juga tidak pernah memperhatikan betul

mengenai itu. Tapi sepertinya memang ada hanya guru tidak benar-benar

mengajarkan secara langsung hanya tersirat.

6. Adakah hal yang dilakukan oleh pihak madrasah dalam mendukung tentang

pengenalan gender kepada siswa ?

Jawab: Belum ada yang kami lakukan secara maksimal untuk hal tersebut.

Karena posisinya kita berada di daerah perkampungan yang memang masih

banyak membutuhkan bantuan dalam menambah sarana dan prasarana di

sekolah supaya bisa dikatakan layak untuk memberikan pembelajaran kepada

siswa. Mungkin nanti akan diperhatikan untuk diadakan yang namanya

seminar-seminar atau sarana dan prasarana lain yang dapat mendukung proses

pengenalan gender itu sendiri.

7. Bagaimana menurut ibu sikap siswa yang mengerti mengenai gender ?

Jawab: Sudah di jelaskan juga yah berdasarkan ayat suci Al-Qur’an pada surat

Ali Imran:36 yang artinya “dan anak laki-laki itu tidaklah sama dengan anak

perempuan.” Berdasarkan ayat tersebut sangat jelas bahwa peran antara laki-

laki dan perempuan berbeda, pada umumnya anak laki-laki memiliki

kepribadian yang bersifat jantan dan perempuan memiliki sifat lemah lembut.

Karena madrasah ini berada di desa yang tergolong menggunakan adat

pemikiran yang tradisional, dan masih menganggap bahwa seharusnya anak

laki-laki tidak boleh melakukan hal-hal yang bersifat kemayu seperti

Page 143: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

pekerjaan rumah tangga mencuci baju, mencuci piring, masak dan permainan-

permainan yang identik dengan khas perempuan boneka, masak-masakan dan

sebaliknya pun begitu untuk anak perempuan seharusnya mengerjakan

pekerjaan yang bersifat lemah lembut dan tidak sewajarnya apabila

perempuan mengerjakan atau melakukan hal-hal yang bersifat keras, dalam

dunia pendidikan memang penting bagi siswa mengenal perbedaan dan peran

gender agar siswa dapat melaksanakan kegiatan sosial sebagaimana mestinya.

8. Metode pembelajaran seperti apa yang dianjurkan oleh madrasah kepada guru

dalam memberikan informasi pengenalan gender ?

Jawab: Kami membebaskan guru dalam memberikan metode pembelajaran

kepada siswa tidak pernah mematok guru untuk memberikan metode-metode

secara khusus karena memang kita sadari bahwa kita dari pihak sekolah masih

banyak sekali kekurangannya dalam memberikan fasilitas untuk

berlangsungnya pembelajaran.

9. Apakah siswa dalam berperilaku ada yang memberikan sikap tidak sesuai

dengan peran gendernya ?

Jawab: Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari kepala sekolah ada

sepertinya. Banyak sekali kejadian-kejadian siswa dan siswi itu bertengkar,

bahkan ada pula informasi yang katanya anak perempuan sering sekali

memalak anak laki-laki dan itu sudah ditegur pun masih saja anak itu begitu.

Saya rasa hal ini sangat lumrah ya terjadi di sekolah-sekolah lain namanya

juga anak-anak belum tau jati dirinya seperti apa dan masih banyak meniru

perilaku orang yang dia lihat.

10. Apakah pengenalan gender dirasa penting untuk siswa ?

Jawab: Sangat penting sekali itu dalam dunia pendidikan apalagi tahapnya

kita ini sekolah dasar ya anak-anak mungkin ada yang tidak sekolah TK

sebelumnya jadi langsung masuk SD aja dan memang baru belajar dan

mengenal jati dirinya di sekolah. Dewan guru seharusnya memberikan

pengarahan kepada siswa untuk mempelajari perbedaan dan peran gender

Page 144: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

yang diberikan oleh Allah swt. sebagai kodrat dan irodat pada diri seseorang

dan diberikan pula pengarahan mengenai tanggung jawab yang berbeda antara

laki-laki dan perempuan untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan.

Page 145: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

DOKUMENTASI, LEMBAR UJI

REFERENSI, DAN BIODATA

PENULIS

Page 146: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

LAMPIRAN DOKUMENTASI

WAWANCARA

WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH WAWANCARA DENGAN BU LATIFAH

IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR NAGROG DI RUMAH PARTISIPAN

PAK WAWAN GUNAWAN, S.Pd.I DI MADRASAH

WAWANCARA DENGAN IBI KHOLIMATUL WILDAH WAWANCARA DENGAN IBU TUTI

Page 147: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

SITUASI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR NAGROG

SITUASI PIKET MEMBERSIHKAN KELAS OLEH SISWA DAN SISWI

SITUASI BERMAIN SISWA DAN SISWI DI LINGKUNGAN MADRASAH

SITUASI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Page 148: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

SITUASI LINGKUNGAN (BANGUNAN DAN

HALAMAN) MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR NAGROG

SITUASI RUANG KEPALA

MADRASAH DAN KANTOR GURU

SITUASI TOILET SISWA DAN SISWI

MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLAUL ANWAR NAGROG

Page 149: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 150: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 151: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 152: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 153: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 154: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 155: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

Scanned by CamScanner

Page 156: SOSIALISASI PERBEDAAN DAN PERAN GENDER TERHADAP …

BIODATA PENULIS

VIA OKTAVIANI, lahir di Bogor, 06 Oktober 1994,

putri bungsu Ibu Hj.Mimin Mulyani, S.Pd.I dari 4

bersaudara, yang beralamat tinggal di kampung

Nagrog RT.002/RW.007 desa Cibuntu kecamatan

Ciampea kabupaten Bogor. Perempuan berdarah

sunda-betawi ini telah menempuh pendidikan di TK Thoriqotussa’adah (1999-2000),

kemudian penulis melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog

(2000-2006), selanjutnya meneruskan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Swasta

Nurul Ummah (2006-2009), dan melanjutkan kembali pendidikan di Madrasah

Aliyah Swasta Nurul Ummah (2009-2012). Setelah lulus Madrasah Aliyah, penulis

melanjutkan pedidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan jurusan Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial konsentrasi Sosiologi-

Antropologi angakatan 2012 melalui jalur SPMB Mandiri. Selama kuliah, penulis

aktif mengikuti organisasi Ekstra maupun Intra kampus seperti Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat sebagai anggota biasa pada tahun

2013, kemudian aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan IPS

sebagai anggota Divisi Seni dan Olahraga (SENIORA) periode 2013-2014 dan

setelah itu pada periode 2015 dipercaya untuk menjadi Bendahara Umum Himpunan

Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS.

Skripsi yang berjudul “Sosialisasi Perbedaan dan Peran Gender terhadap

Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Nagrog” ini di bawah

bimbingan Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Maila

Dinia Husni Rahiem, Ph.D., M.A sebagai Dosen Pembimbing II.