sosiologi pendidikan

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan adalah hubungan antar manusia dalam sekolah. 1 Manusia adalah merupakan makhluk sosial yangmemiliki naluri untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi manusia juga cenderung akan membentuk kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok yang terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk kehidupan yang nyata, karena peran kelompok dalam kehidupan sangatlah penting, individu dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian dalam kelompok. Dengan banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat besar kemungkinan untuk 1 Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 13 1

Upload: fikrierizaldy

Post on 09-Feb-2017

117 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam

upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang

mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,

masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara

mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok

pembahasan sosiologi pendidikan adalah hubungan antar manusia dalam

sekolah.1

Manusia adalah merupakan makhluk sosial yangmemiliki naluri untuk

berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi manusia juga

cenderung akan membentuk kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok yang

terbentuk di dalam masyarakat adalah merupakan bentuk kehidupan yang

nyata, karena peran kelompok dalam kehidupan sangatlah penting, individu

dapat menghabiskan waktunya dengan berkegiatan, berinteraksi dan

melakukan berbagai hal dengan menjadi bagian dalam kelompok. Dengan

banyaknya sejumlah kelompok yang terbentuk di masyarakat, maka sangat

besar kemungkinan untuk terjadinya interaksi antarkelompok satu dengan

yang lainnya. Banyak hal yang dapat terjadi pada interaksi antarkelompok

tersebut, dapat berupa interaksi yang positif ataupun negative.

Hubungan antar kelompok tentunya tidak secara tiba-tiba terbentuk,

melainkan melalui akumulasi dan beberapa hubungan sosial yang sebelumnya

sudah terbentuk. Jika dimengerti sikap, prilaku, dan gerakan sosial yang

muncul diantara dua kelompok yang saling berhubungan. Dalam hal ini, akan

dimengerti jika kita berada suatu kelompok. Mekanisme yang berjalan, sesuai

dengan dimensi dan pengaruh hubungan antar kelompok

Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di

sekolah. Kamanto Sunarto menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan

hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui

1 Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 13

1

tempaan pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah

yang timbul dalam hubungan antar kelompok2. Oleh karena itu, dalam

makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana pendidikan dan

hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencakup jenis-jenis kelompok

sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai kelompok sosial, dan hal-hal

lain yang relevan dengan pokok masalah di atas.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat

menentukan rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu : bagaimana

peranan pendidikan dan hubungan antar kelompok dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata

kuliah Sosiologi Pendidian, juga untuk mengetahui:

1. Pengertian pendidikan

2. Pengertian kelompok

3. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat

4. Pengaruh pendidikan terhadap status sosial individu dalam suatu kelompok

5. Sekolah sebagai suatu organisasi

6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah

7. Masalah-masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok di sekolah

8. Upaya pendidikan dalam mengatasi maslah yang muncul dalam

hubungan antar kelompok di sekolah.

BAB II2 Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hlm. 81

2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan

di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang

dilakukan oleh hampir semua irang dari lapisan masyarakat. Pendidikan

sebagai sesuatu yang penting memang tidak terlepas dari banyaknya pendapat

dan asumsi tentang arti dan definisi pendidikan yang sebenarnya. Pada artikel

kali ini saya bermaksud menuliskan pendapat para ahli mengenai pendidikan

yang tentunya berbeda beda tergantung pada persepsi masing masing.

Pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan

atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa agar ia amenjadi dewasa. Selanjutnya,

pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi

dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

1. Pengertian Pendidikan Secara Etimologi

Dalam ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses

mengubah sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembiasaan, pembelajaran,

pelatihan dan peneladanan, serta proses penanaman ilmu pengetahuan,

akhlak, dan nilai sosial budaya, ini dimaksudkan agar seseorang dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Sedangkan dalam kamus ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan adalah

segala usaha untuk membina kepribadian, mengembangkan pengetahuan,

dan kemampuan jasmaniah dan rohaniah agar mampu melaksanakan

tugas.4

3 Abdul syukur, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun), 24.4 Suparlan, Kamus istilah pekerjaan sosial (Bandung : Kanisius, 1990), 32.

3

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan

sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-

potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.5

Jadi pengertian pendidikan secara etimologi adalah usaha sadar

manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang

ada dalam diri seseorang meliputi jasmani maupun rohani agar menjadi

manusia yang kreatif, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

2. Pengertian Pendidikan Secara Terminologi

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah

usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan

juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri beserta

masyarakat.6

Untuk mengetahui Definisi dan Pengertian Pendidikan secara ilmiah,

maka baiknya kita menyimak beberapa pendapat para ahli tentang

pengertian dari Pendidikan ini:7

a. Menurut John Dewey;

Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,

hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan

orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja

dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial.

Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang

belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

b. Menurut H. Horne;

5 Fuad Hasan, Dasar-dasar kependidikan ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 1-2.6http://www.beritaterhangat.net/2014/06/definisi-dan-pengertian-pendidikan.html, diakses tanggal 07 Mei 2014, jam 15.007 Ibid.

4

penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang

telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada

Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional

dan kemanusiaan dari manusia.

c. Menurut Frederick J. Mc Donald;

Pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan

untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan

behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu

yang dilakukan oleh sesorang.

d. Menurut M.J. Langeveld;

Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap

pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak

merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu

berlangsung.

Jadi pengertian pendidikan secara terminologi adalah suatu proses

secara terus menerus yang meliputi berbagai kegiatan pembelajaran dengan

tujuan merubah tabiat manusia.

B. Pengertian Kelompok

Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai

suatukumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan

beriteraksi, di manadapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.

Beberapa defenisi kelompok:

1. Joseph S. Roucek.

Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara

mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat dipahami oleh para

anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.

2. Mayor Polak

Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada

antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah

struktur.

3. Wila Huky

5

Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau

lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok

menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang

saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa

menjadi bagian dari kelompok tersebut.

C. Kelompok-Kelompok Sosial dalam Masyarakat

Kelompok sosial terbentuk setelah di antara individu yang satu dan

individu yang lain bertemu. Pertemuan antarindividu yang menghasilkan

kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak,

komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi untuk mencapai

tujuan bersama, bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian, dan

konflik. Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yang harus

dipenuhi agar terbentuk kelompok sosial.

Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk.

Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan.

Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan

emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan

banyakya jumlah anggota kelompok. Abdul Syani membagi kelompok

sosial menjadi kelompok kekerabatan, kelompok primer dan kelompok

sekunder, gemeinschaft dan gessellschaft, kelompok formal dan

nonformal, dan membership group, dan reference group.8

Kamanto Sunarto secara ringkas menyebutkan berbagai klasifikasi

kelompok sosial dari beberapa pakar. Biersted membedakan empat jenis

kelompok sosial berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial di

antara anggota kelompok, dan kesadaran jenis; yaitu kelompok statistik,

kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.9

Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang yang saling

8 Syani, Abdul. 2007. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: BumiAksara. Hal. 1059 Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. hal. 137

6

berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva

merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai

bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk

menjalankan harapan peran. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep

kategori sosial. Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan

pada solidaritas mekanik, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas

organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri yang menandai masyarakat

yang masih sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk

solidaritas yang sangat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja

yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling tergantungan antar bagian.

Tonnies mengadakan pembedaan antara dua jenis kelompok, yang

dinamakan gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft digambarkan

sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif; suatu

keterikatan yang dibawa sejak lahir dan dibagi dalam tiga jenis:

gemeinschaft by blood, gemeinschaft of place, dan gemeinschaft of mind.

Gellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang yang

kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat

sementara dan semu. Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer.

Sebagai lawannya, sejumlah ahli sosiologi menciptakan kelompok

sekunder. Suatu klasifikasi lain, yaitu pembedaan antara kelompok dalam

dan kelompok luar, didasarkan pada pemikiran Summer. Summer

mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai

persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan

hubungan anatara kelompok dalam dan kelompok luar cenderung ditandai

kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan. Merton mengamati bahwa

kadang-kadang perilaku seseorang tidak mengacu pada kelompoknya yang

di dalamnya ia menjadi anggota, melainkan pada kelompok lain. Di kala

seseorang berubah kenggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani

perubahan orientasi. Proses ini oleh Merton kemudian diberi nama

sosialisasi antisipatoris. Persons memperkerkenalkan perangkat variabel

pola. Menurut Persons variabel pola merupakan seperangkat dilema

7

universal yang dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam

setiap situasi sosial. Suatu klasifikasi yang digali Geertz dari masyarakat

jawa ialah pembedaan antara subtradisi abangan, santri, dan pryayi.

Menurut Geertz pembagian masyarakat yang ditelitinya ke dalam tiga tipe

budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan di antara mereka.

Menurut Weber dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu

sistem jabatan yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang oleh

Weber mengandung sejumlah prinsip. Prinsip tersebut hanya dijumpai pada

birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang tidak akan kita jumpai

dalam masyarakat.

D. Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu

Kelompok

Status dalam bahasa indonesia sama artinya dengan “posisi” atau

“kedudukan”. Tetapai maknanya jelas berbeda. Status berhubungan dengan

stratifikasi sosial, sedangkan posisi berhubungan dengan situasi (tempat,

situasi lain, dan situasi diri sendiri). Menurut Raphh Linton (dalam Ary

Gunawan) kemungkinan seseorang dalam memperoleh status ada dua

macam:10

1. Ascribed status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh

seorang anggota masyarakat. Misanya dalam sistem kasta, seorang

anak sudra, langsung saja sejak lahir ia berstatus sudra. Seorang anak

raja langsung menjadi bangsawan.

2. Achieved status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha

yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan dengan usaha yang

disengaja,seperti sarjana untuk kelulusan S1, magister untuk lulusan

S2, dan doktoruntuk lulusan S3, dan seterusnya. Mayor Polak

mennambahkan assigned status, yaitu status yang diberikan kepada

seseorang karena jasanya. Misalnya seseorang mendapat status putera

mahkota karena berjasa menyembuhkan sang raja dari sakitnya yang

parah. Atau seorang yang berjasa karena dapat menghalau dan 10 H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 42

8

mengamankan negeri dari kejahatan yang mengancam kesejahteraan

negara. Selanjutnya Mayor Polak menyataan bahwa status ialah

kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat.

Status mempunyai dua aspek:

a. Aspek stabil (structural), yakni yang bersifat hirarki (berjenjang)

yang mengandung perbandingan tinggi/rendah secara relatif

terhadap status-statuslain.

b. Aspek dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang berkaitan

dengan sosial yang berkaitan dengan suatu status tertentu, yang

diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu.

Ralph Linton menjelaskan bahwa status memiliki dua arti:

1. Dalam pengertian abstrak (berhubungan dengan individu yang

mendudukinya), status adalah suatu posisi dalam pola tertentu.

2. Dilihat dari arti lainnya (tanpa dihubungkan dengan individu yang

mendudukinya), secara sederhana status itu dapat dikatakan sebagai

kumpulan hak-hak dan kewajiban.

Pendidikan yang baik dipercaya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bagi individu atau keluarga, pendidikan dipercaya sebagai jalan yang paling

relevan untuk meningkatkan derajat kehidupan keluarga sehingga berlaku

common sense  bahwa pendidikan dapat mempercepat terjadinya vertical

social movement, yaitu perpindahan seseorang dari strata sosial yang lebih

rendah ke strata yang lebih tinggi.

Status sosial memang sesuatu yang sangat penting. Berbagai cara

dilakukan manusia untuk meningkatkan status sosial mereka. Melalui

pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya

sehingga status sosialnya berubah. Dari tiga jalur pendidikan yaitu mulai dari

pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal,yang lebih

menjanjikan dalam meningkatkan status sosial adalah jalur pendidikan formal

dan nonformal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan

selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah/sertifikat tertentu.

9

Pengetahuan dan ketrampilan yang didapat seseorang melalui pendidikan

di sekolah dapat mempertinggi kemampuan (kesanggupan) pemasaran di dunia

ekonomi, yang akan mengantarkannya pada posisi kelas tinggi. Sehingga,

untuk mencapai posisi – posisi tertentu, diperlukan pendidikan tertentu. Oleh

karena itu, maka dasar dari kelompok status tersebut adalah faktor ekonomi

dan pendidikan.11

Kriteria utama dari status pribadi seseorang adalah pekerjaan atau mata

pencaharian yang bersangkutan.  Stratifikasi yang didasarkan pada pekerjaan

atau mata pencaharian, terutama berasal dari kemajuan yang dicapai secara

pribadi. Tetapi Parsons mengakui, bahwa status yang tinggi itu juga bisa

didasarkan pada warisan atau kelahiran.12

Bagaimanapun anak yang di didik di lembaga persekolahan, pada

akhirnya akan kembali dan menjadi warga masyarakat. Berkenaan dengan ini

mereka memerlukan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Untuk terjun

kedunia kerja, seseorang dituntut memerlukan kesiapan tertentu yang

diperlukan oleh lapangan kerja bersangkutan. Kesiapan tersebut meliputi

pengetahuan, skill dan sikap. Fungsi penyiapan bagi kepentingan dunia kerja,

dalam kenyataannya tidak terlepas dari perhatian lembaga pendidikan

persekolahan.

Dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa pendidikan

merupakan saluran mobilitas sosial. Jadi pendidikan dapat menentukan

status seorang individu dalam suatu kelompok. Status yang diperoleh

merupakan jenis achieved status. Masyarakat atau kelompok akan

memposisikan individu tersebut sesuai tingkatan pendidikannya. Misalnya

untuk masyarakat pedesaan, lulusan SMA biasa merupakan jenjang teratas

di kalangan mereka karena kebanyakan mereka tidak sekolah. Orang

tersebut biasanya dijadikan sebagai penasihat untuk urusan-urusan tertentu.

Hal yang berbeda jika tamatan SMA tersebut dalam komunitas orang

11 Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”, Jakarta : Rajawali, hal. 25212 Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher, hal. 29

10

kota yang kebanyakan mereka telah mengenyam pendidikan hingga

jenjang perguruan tinggi. Status tamatan SMA terasa sangat rendah.

Meskipun tidak dapat dipungkiri, jenjang pendidikan belum dapat

mewakili kearifan dan keilmuan seseorang. Tetapi paling tidak, jenjang

pendidikan dapat menjadi ciri individu yang satu dengan yang lain untuk

kemudian menempatkan status mereka dalam suatu kelompok atau

masyarakat.

E. Sekolah sebagai Suatu Organisasi

Secara umum organisasi dapat didefenisikan sebagai kelompok

manusia yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan

yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Organisasi merupakan

unit sosial yang dengan sengaja dibentuk dan dibentuk kembali untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sekolah dengan sengaja diciptakan dalam

arti bahwa pada saat tertentu telah diambil suatu keputusan untuk

mendirikan sebuah sekolah guna memudahkan pegajaran sejumlah mata

pelajaran yang beraneka ragam. Sekolah juga dibentuk kembali, dalam

arti bahwa setiap orang-orang berhubungan satu sama lain dalam konteks

sekolah; ada yang mengajar, ada yang bersusah payah untuk belajar,

dan ada yang membersihkan ruangan, menyedikan makanan atau

melakukan berbagai kegiatan sekolah.13

Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal. Davis (dalam

Robinshon) mengungkapkan sekolah sebagai suatu organisasi: “Meskpun

sekolah merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi ita semua,

semua college-college bagi orang banyak, kemampuan kita untuk

menjelaskan dan menggeneralisasikan cara kerjanya dengan cara yang

agak mendalam masih dibatasi oleh kekurangan-kekurangan dalam analisa

organisasi itu sendiri oleh kelangkaan telaah empiris yang layak dalam

bidang pendidikan”14

13 Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 23714 Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan -Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali. Hal. 238

11

Berlangsungnya terus ketiadaan suatu teori yang koheren dan dapat

diterima secara umum mengenai sekolah sebagai organiasi mungkin

merupakan petunjuk bahwa dalam hal ini kita hanya berhadapan dengan

suatu khayalan sosiologi belaka. Kompleksitas lembaga-lembaga

pendidikan adalah demikian rupa sehingga tidak ada teori umum yang dapat

menggagmbarkan nuansa dan kekhasan lembaga-lembaga yang unik tanpa

menimbulkan kesan dangkal dan sepele. Yang telah dikembangakan

adalah berbagai cara memandang sekolah, perspektifperspektif yang

menerangi beberapa aspek dan mengaburkan aspek lainnya.

Seperti akan kita lihat, yang terbaik dibangun sekitar telaah khusus,

pembahasan-pembahasan mengenai lembaga-lembaga yang spesifik, dan

dengan itu diusahakan untuk menghubungkan biografi dan struktur

dengan suatu konteks historis.

F. Struktur Hubungan antar Kelompok di Sekolah

Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan

dan hubungan –hubungan soaial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa

struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktur social pada orang dewasa

lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya

telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari

system social dalam masyarakat.

Pada umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang

guru di suatu sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai

misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid

hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid

yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi

menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid

bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja.

Salah satu aspek yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah

memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Biasanya sekolah

terlalu fokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Program

pendidkan antar murid, antar golongan ini bergantung pada sruktur sosial

12

murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas di kalangan mereka

mempengaruhi hubngan kelompok-kelompok itu. Kebanyakan negara

mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang

berbedabeda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan

golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan

ekonomi.

Murid-murid di sekolah sering menunjukkan perbedaan asal

kesukuan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan

perbedaan-perbedaan itu mungkin timbul golongan minoritas di kalangan

murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata.

Menurut penulis, kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan

berdasarkan.

1. Status sosial orang tua murid

Status sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa

tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak

pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang se-level. Hal ini

dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar sekolah.

Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada

jumahnyapun sangat sedikit.

2. Hobi/minat/kegemaran

Kesamaan hobi mendorong timbulnya rasa kebersamaan

diantara mereka. Anak-anak yang suka olahraga sepak bola cenderung

intensif bergaul dengan teman seklub mereka. Biasanya di sekolah

terdapat beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler seperti KIR

(Kelompok Ilmiah Remaja), Rohis, kelompok seni, pramuka, PMR,

dan keolahragaan. Masing-masing membentuk ikatan emosianal

diantara anggotanya.

3. Intelektualitas

Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan

tingkatan intelektualitas mereka, meskipun in tidak dominan. Orang

pintar karena biasanya suka membaca lebih sering berada di

13

pepustakaan daripada di kantin. Kehidupan mereka di sekolah benar-

benar padat dengan kegiatan akademis.

4. Jenjang kelas

Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan yang

sering terjadi di sekolah. Biasanya anak kelas tiga yang merasa lebih tua

sering berbuat sesuka hati kepada adik kelasnya. Anak-anak kelas satu

karena takut dengan seniornya lebih nyaman bergaul dengan teman-

teman satu tingkatnya. Hal ini menyebabkan pergaulan mereka menjadi

terkotak-kotak dan kurang harmonis.

5. Agama

Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama.

Kegiatan perayaan dan peribadatan agama yang mereka anut sering

mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun

demikian ini bukanlah faktor dominan di kalangan anak sekolahan.

6. Asal daerah

Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi

terbentuknya kelompok di sekolah, namun bukan juga merupakan faktor

dominan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa di skolah

tersebut berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan kehidupan

kampus yang nuansa kedaerahannya sangat kental, di sekolah biasanya

murid cenderung lebih menaruh minat pada mood dan hobi

ketimbang regionalitas.

G. Masalah-Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di

Sekolah

Sebagai sebuah komunitas sosial sekolah juga tidak akan luput dari

masalah dalam hubungan antar kelompok. Masalah tersebut antara lain

adalah gap atau kesenjangan antar kelompok. Stigma kelompok minoritas

sering muncul dipermukaan, dimana kelompok dalam kuantitas yang

sedikit cenderung diabaikan baik secara fisik maupun kebijakan.

Kecemburuan dan persaingan tidak sehat antar kelompok juga dapat

memicu timbulnya masalah antar kelompok di sekolah. Istilah gang

14

menjadi trend anak sekolah saat ini. Gang adalah representasi dari

keakuan siswa dalam lingkungan pergaulannya di sekolah. Ikatan

psikologis-emosional sering menyebabkan terjadinya perkelahian antar

pelajar meskipun hanya karena persolanan sepele. Hal ini dapat

dimaklumi dari tinjauan psikologis dimana perkembangan peserta didik

dimasa itu merupakan babak pencarian jati diri sehingga cenderung tidak

stabil, emosional, dan mau menang sendiri.

Penggunaan pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas

didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok.

Anggapan dasar yang dipakai ialah bahwa (1) kegiatan siswa di sekolah

berlangsung dalam suatu kelompok tertentu, dan (2) kelas adalah suatu sistem

sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.

Penggunaan pendekatan proses kelompok menekankan pentingnya ciri-ciri

kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling hubungan antar siswa

yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini peranan guru yang

paling utama ialah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan

antar siswa, semangat produktivitas dan orientasi pada tujuan dari kelompok

kelas ini. Demikianlah, tugas pertama guru ialah mengembangkan keeratan

hubungan antar anggota kelompok kelas. Dalam hal ini ditekankan perlunya

guru meningkatkan daya tarik dan ikatan kelompok bagi anggota-anggotanya

dengan jalan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengembangkan

komunikasi yang tepat antar anggota kelompok. Tugas kedua ialah membantu

siswa mengembangkan aturan atau norma-norma kelompok yang produktif

dan menyenangkan. Hal ini mencakup, misalnya pengembangan aturan

bekerja yang dapat diterima oleh semua anggota. Sekali kelompok yang

kompak dan produktif terbentuk, selanjutnya adalah tugas guru untuk

mempertahankan kesatuan dan norma-norma kelompok itu.

Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian

pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah

laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa

seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu,

15

namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana

individu itu menjadi anggotanya.

H. Upaya Pendidikan dalam Mengatasi Masalah yang Muncul dalam

Hubungan antar Kelompok di Sekolah.

Dalam sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi

kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu bisa saja terjadi

antara murid kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Siswa dari

daerah yang satu dengan yang lainnya, banyak motif yang dapat memicu

hal ini, terlebih lagi jika ada golongan minoritas. Ada beberapa upaya

yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi masalah yang

muncul dalam hubungan antar kelompok. Diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.

Guru dapat memberikan informasi tentang hakikat dan perbedaan

rasial dan kultural dengan menekankan bahwa perbedaan-perbedaan di

kalangan manusia bukanlah disebabkan oelh pembawaan biologis,

melainkan karena dipelajari dari lingkungan kebudayaan masing-masing.

Informasi semacam ini juga dapat diperoleh dalam pelajaran biologi dan

ilmu-ilmu sosial.

2. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok.

Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok itu sangat

berpengaruh terhadap kelompok lainnya. Orang arab, yahudi, dan india

meberikan sumbangan yang berarti bagi seuruh masyarakat dunia. Hal

yang sama juga dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang

berusaha meraih kemerdekaan di tanah air ini, sumbangan mereka

merupakan salah satu sebab merdekanya Indonesia.

3. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Nilai toleransi ini sangat

penting. Jika mereka mempunyai sikap toleran maka mereka dapat

mempengaruhi sikap murid-murid lain ke arah toleransi yang lebih

besar. Guru dapat memobilisasi tenaga-tenaga ini untuk memupuk

sikap yang sehat dikalangan murid-murid.

16

4. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan

atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan. Jika mereka

dapat saling berkunjung dan menghadiri kegiatan atau upacara dalam

keluarga masing-masing, maka diharapkan lahirnya saling pengertian

yang lebih mendalam dan toleransi yang lebih besar.

5. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. Peristiwa yang

terjadi dalam masyarakat dapat dimainkan dalam kelas dalam bentuk

sosiodrama dengan menyuruh golongan mayoritas memainkan peranan

golongan minoritas. Tujuannya adalah agar lebih memahami perasaan

golongan minoritaa dan dapat mengidentifikasi diri dengan keadaan

mereka.

6. Menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler bisa

melibatkan banyak orang dengan berbagai latar belakang murid yang

berbeda. Keseringan komunikasi dan kerjasama diantara mereka

menumbuhkan kebersamaan yang mendalam. Hal ini dapat menceah

sekaligus meredam masalah-masalah seputar gap antara kelompok sosial.

BAB III

PENUTUP

Dari penjelasan sebagaimana pembahasan masalah di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan dari penulisan makalah ini, yaitu :

1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam

memanusiakan manusia.

17

2. Kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih

yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia

merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.

3. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini

sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang

memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional

yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya

jumlah anggota kelompok.

4. Status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam

masyarakat. Pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial, jadi

pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu

kelompok. Dimana status individu dalam suatu kelompok tergantug sejauh

mana kearifan dan kedalaman individu tersebut memaknai keilmuannya.

5. Organisasi merupakan kelompok manusia yang berkumpul dalam suatu wadah

yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan

itu. Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal.

6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah dipengaruhi oleh

homogenitas individu-individu yang ada di dalamnya. Semakin banyak

kesamaan yang ada semakin sederhana pula struktruk yang akan terbentuk.

7. Masalah yang sering terjadi dalam hubungan antar kelompok di sekolah

adalah tersisihnya kelompok minoritas, persaingan tidak sehat, gang, dan

kecemburuan.

8. Upaya pendidikan dalam mengatasi masalah yang timbul dalam

hubungan antar kelompok di sekolah adalah dengan cara : Pemberian

informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya.

Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok.

Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Membuka kesempatan

seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara siswa.

Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. dan menggalakkan

kegiatan ekstrakurikuler

18

DAFTAR PUSTAKA

Farida Hanum, 2011, “Sosiologi Pendidikan”, Yogyakarta : Kanwa Publisher

H. Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

19

M. Hernki, James. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Nasution, S. . 1994. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara

Robinshon, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan - Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Syani, Abdul. 2007. Sosiologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Soerdjono Soekanto, 1983, “Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat”, Jakarta : Rajawali

Tirtarahardja, Umar, & La Sulo,S.L.. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

20