sp2kp

15
1. SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional ) A. Pengertian SP2KP Salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan keperawatan adalah melalui SP2KP. SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan. Menurut Sitorus dan Yulia (2006), MPKP terdiri dari lima komponen yaitu, nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari MPKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan, sedangkan SP2KP mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan, serta pengembangan profesional diri. SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode

Upload: etika-prisma-karunianingrum

Post on 25-Oct-2015

602 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

SP2KP

TRANSCRIPT

Page 1: SP2KP

1. SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional )

A. Pengertian SP2KP

Salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan keperawatan adalah

melalui SP2KP. SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit

ruang rawat di rumah sakit. Komponennya terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem

pemberian asuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana

prasarana (logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan.

Menurut Sitorus dan Yulia (2006), MPKP terdiri dari lima komponen yaitu, nilai-

nilai profesional yang merupakan inti dari MPKP, hubungan antar profesional, metode

pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan

pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan, sedangkan SP2KP

mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik

keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan, serta pengembangan

profesional diri.

SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan

pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP

ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta

tenaga kesehatan lainnya.

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

(kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan

pada beberapa alasan sebagai berikut :

1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara

berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung

gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional.

2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab

dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat

primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.

3. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan terutama

dengan profesi lain.

Page 2: SP2KP

4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan

jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien

dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.

5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang

berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga

perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan membimbing

perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab

terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar

menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan

yang diberikan.

Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996),

secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model

Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak

klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas

harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien dirawat

di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan asuhan

keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan

akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk

tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA

agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

2. Pendekatan Manajemen

Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang jelas

antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah

seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan kemampuan

manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan

pemimpin yang efektif.

Page 3: SP2KP

3. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan

primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi

perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan

klien.

4. Hubungan professional

Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang

perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member

informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian

informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam penetapan

rencana tindakan medic.

5. Sistem kompensasi dan penghargaan

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan

yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan

bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA dalam satu tim yang dapat

ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail

asuhan keperawatan klien tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami

sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan

bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien

mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan PA selama

kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi

kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut .

Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang professional

antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga harus mampu membangun

kerjasama professional dengan tim kesehatan lainnya.

B. Peran Managerial dan Leadership

Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,

mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan sebagian

Page 4: SP2KP

tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-sama

dengan PA mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk

klien yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab

profesional seorang PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

sesuai dengan standar. Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien masuk

dan dievaluasi setiap hari.

PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan sebagian tindakan

keperawatan yang telah direncanakan pada PA. pembagian tanggung jawab terhadap klien

yang menjadi tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien dan

kemampuan PA dalam menerima pendelegasian.

Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP bertugas

mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan keperawatan pada

kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan standar yang ada. Bimbingan tersebut dapat dilaksanakan secara

langsung, misalnya mendampingi PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada klien atau

secara tidak langsung pada saat melakukan konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi

PA agar terus meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi atau bahan

bacaan yang diperlukan.

Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari peran

kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk mengatasi

konflik yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana sehingga

konflik bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu memberikan

asuhan keperawatan.

C. Komunikasi Tim Melalui Renpra, Konferensi, dan Ronde Keperawatan

Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan kerjasama

profesional tim antara PP-PA. Komunikasi tersebut dapat melalui ;renpra, konferensi, dan

ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.

Page 5: SP2KP

D. Komunikasi Tim Melalui Renpra

Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai :

1. Pedoman bagi PP-PA

2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu

pengetahuan

Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk perencanaan

asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan

renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan keperawatan yang

telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama

secara efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini

menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan

( biasanya ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit ).

Renpra seharusnya dibuat sesegera mungkin, paling lambat 1 kali 24 jam setelah

pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media komunikasi. Berdasarkan

ketentuan tugas dan tanggung jawab PP tidak sedang bertugas ( misalnya pada malam hari

atau hari libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan dapat melakukan pengkajian dasar

dan menentukan satu diagnosa keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar pasien.

Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka pengkajian dan renpra yang telah ada

harus divalidasi dan dilengkapi.

Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh semua

PA. Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-istilah

keperawatan yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP menuliskan

rencana tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output = pemasukan / pengeluaran )

tiap 24 jam".

Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor I/O,

contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan

keluarganya" , maka baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang sama

tentang tindakan yang akan dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan

kembali pada PA tentang apa yang disusunnya tersebut.

Page 6: SP2KP

Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih

dahulu harus memiliki kemampuan masing-masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan

pada PA adalah tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville dan McCuock,

2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA, PP tetap berkewajiban untuk tetap

memonitor dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh PA.

E. Komunikasi Tim Oleh Konferensi

Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk membahas kondisi

pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya merupakan

kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif

dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan

efektif jika PP telah membuat renpra dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan

dalam konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang

rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.

F. Komunikasi tim melalui Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan ronde

keperawatan yang dilakukan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan

dalam tim adalah agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang diberikan.

G. Kerjasama dengan Tim Lain

Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf laboratorium

dll. Peran PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut adalah :

1. Mengkolaborasikan.

2. Mengkomunikasikan.

3. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

4. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat pendidikan

dalam pengalamannya.

PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang terkait

dengan perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan

lain, sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu perkembangan pasien

Page 7: SP2KP

selama dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan

lain tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada

tim kesehatan yang lain, misalnya melalui ronde antar professional.

Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan

komunikasi langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim kesehatan

dapat juga terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut dibuat oleh PP

tetapi sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim kesehatan bahwa dokumentasi yang

ada juga dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.

Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain, seorang

PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan berkomunikasi, misalnya

memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau menggurui

atau bahkan menyalahkan orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari profesi lain,

merupakan kemampuan yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP

dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.

Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang terkait

dengan pengobatan dan perawatan pasien, misalnya dokter menjadwalkan pasien untuk di

rontgen dada dan di USGabdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari yang sama, maka

seorang PP harus mampu mengkoordinasikan semua kegiatan tersebut agar tidak melelahkan

dan membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam hal ini perawat dapat

menjadwal ulang semua kegiatan tadi.

H. Tantangan yang Dihadapi dalam Dinamika Tim PP-PA dan Tenaga Kesehatan Lainnya.

Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau tantangan yang

dapat dialami dalam membina kerjasama profesional dalam kelompok dan antar profesi.

tersebut diantaranya adalah :

1. PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya, misalnya tidak mampu

membuat renpra, atau memberikan pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan

kemampuan PA tersebut.

2. PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA tidak mampu melakukan tindakan

yang sesuai dengan tugas yang telah didelegasikan oleh PP.

Page 8: SP2KP

3. Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai keberadaan profesi keperawatan.

4. Adanya friksi diantara sesama PA.

Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai dinamika yang terjadi

dalam kelompok. Menghadapi tantangan tersebut seluruh pihak yang terkait dalam

komunikasi perawat pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care

Manajer) , kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA sendiri harus melakukan evaluasi

dan mencari alternatif penyelesaiannya.

I. Peran dan Tangguna Jawab Perawat Sesuai dengan Jabatannya

1. Peran Kepala Ruangan ( KARU)

a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan ronde keperawatan

kepada pasien yang dirawat.

b. Memimpin sharing pagi.

c. Memimpin operan.

d. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pagi hari.

e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian

Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.

f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.

g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung

jawabnya.

h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

2. Peran Ketua Tim ( KATIM )

Tugas utama KATIM adalah mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh

Tim keperawatan di bawah koordinasinya.

a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di

bawah koordinasinya pada saat Pre Croference

b. Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk

pasiennya.

Page 9: SP2KP

c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat PP

d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah koordinasinya

pada saat Post Conference.

3. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)

Tugas utama PJ Shift adalah menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam

dan hari libur.

a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam

b. Memastikan PP melaksanakna follow up pasien tanggung jawabnya

c. Memastikan seluruh PA Melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat PP

d. Mengatasi permasalahan yang terjadi di ruang perawatan

e. Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan.

4. Perawat Pelaksana (PP) dan Perawat Asosiet (PA) :

Tugas utamanya adalah mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang

menjadi tanggung jawabnya, merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien.

a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan oleh PA.

b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

Page 10: SP2KP

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DEPKES RI. (2009). Modul Sistem pemberian

Pelayanan Keperawatan Profesional. Jakarta: Departemen Kesehatan

Kusnanto.2004. Pengantar Praktik dan Keperawatan Profesional, EGC : Jakarta.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan Profesional

Edisi 2. Jakarta: Salemba  Medika

Sitorus, R., 2012. The effect of implementing professional nursing practice model on quality of

nursing care in the hospital in Indonesia, Journal of Education and Practice Vol 3. No

15,www.iiste.org/journal/index.php /JEP diakses 22 Oktober 2013 jam 5.49 WIB

Sitorus dan Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: penataan

struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat: panduan

implementasi. Jakarta: EGC

Waty, N. L., 2010. Analisa pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat Murai I

dan Murai II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, http://ejournal.unri.ac.id diakses 22

Oktober 2013