spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang an pada pengukuran serapan

Upload: dwi-gandini-rahayu-utami

Post on 21-Jul-2015

493 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak terdeteksi. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambhankan larutan orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat dilakukan sebelum penambahan orto-fenantrolin. Dalam penentuan kadar fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air. Pada percobaan, mula-mula diukur absoransi larutan standar (FeCl3) dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Larutan standar tersebut dimasukkan dalam lima tabung berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula, yakni pada konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Setelah absorbansi pada kelima larutan standar tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran absorbansi sampel air dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Pada percobaan yang telah dilakukan, diambil tiga sampel air berbeda dengan masing-masing sampel sebanyak 25ml, yakni air sungai, air PAM, dan air selokan. Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh data bahwa air sungai memiliki nilai absorbansi sebesar -0,026, air PAM memiliki nilai absorbansi sebesar -0,042, sedangkan air selokan memiliki nilai absorbansi sebesar 0,584. Dari data tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara konsentrasi dan transmitansi sehingga grafik yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0,094x + 0,125. Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air sumur. Dari persamaan agris tersebut y menyatakan absorbansi sampel, sedangkan x menyatakan kadar Fe yang dikandungnya. Melalui perhitungan diperoleh data kandungan besi pada ketiga sampel air yang telah diuji. G. Kesimpulan Melalui percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa sampel air sungai memiliki kadar besi sebesar -1,606. Sampel air PAM memiliki kadar besi sebesar 0,776. Sedangkan sampel air selokan, memiliki kadar besi sebesar 4,883.

TITRASI POTENSIOMETRI

I.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H3PO4 dalam larutan dengan menggunakan metode potensiometri. II. TINJAUAN PUSTAKA Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994). Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995). Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994). Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg,

sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO 4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990). Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995). Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990). Pembahasan Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H+ dan apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi potensiometri, dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H+ yang dilepaskan asam fosfat. Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3 titik kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan konsentrasi produk dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing pelepasan H+. H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O HPO42- + OH- PO43- + H2O Ka1 = Ka3 = H2PO4- + OH- HPO42- + H2O Ka2 = Nilai konsentrasi H2O sebenarnya merupakan nilai konsentrasi oksonium H3O+, dan pereaksinya adalah H2O. Akan tetapi, untuk menyederhanakan penulisan dan menghindari kesalahpahaman karena pereaksi yang digunakan merupakan NaOH,

maka penulisan reaksi kesetimbangan seperti yang telah dituliskan. Adanya 3 nilai kesetimbangan inilah yang membedakan perhitungan konsentrasi asam poliprotik seperti asam fosfat, dengan asam monoprotik dan asam diprotik. Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi sebagai berikut: H3PO4 + 3NaOH Na3PO4 + 3H2O Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam posfat, H3PO4 dengan titran berupa basa kuat, NaOH. Larutan NaOH merupakan golongan oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat. Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat dilakukan dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa (larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titk penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH larutan. Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat yang telah diencerkan adalah 2,63. Penambahan basa yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan meningkatkan pH hingga setelah 50 mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 2,79. Kenaikan pH akibat penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan. pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif terhadap ion H+ serta paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif pada pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan pengukuran voltase atau tegangan untuk membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan akibat penambahan basa. Hanya saja dalam percobaan ini tidak dilakukan. Dari grafik hubungan pH dengan volume penambahan titran nampak terjadi kenaikan kurva yang tidak berbeda jauh ketika titik ekivalen tercapai. Sebelum dan sesudah titik ekivalen tercapai, kurva kembali melandai. Pada penambahan NaOH mencapai 38 mL, terjadi kenaikan nilai pH yang cukup signifikan sehingga pada titik ini ditandai sebagai titik ekivalen pertama dengan pH yang tercatat sebesar 2,71. Kenaikan juga terjadi pada saat penambahan NaOH mencapai 46 mL, dengan pH sebesar 2,77. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi saat penambahan

volume NaOH mencapai 49 mL dengan pH yang terukur sebesar 2,79. Titik ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan laju penguraian reaktan. Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai titik kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan, grafik pH/V dengan volum titran, grafik hubungan 2pH/V2 dengan volume titran. Maka dapat dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 38 mL dengan pH 2,71 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,9498. 10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,07.10-4 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan volume NaOH sebanyak 46 mL dengan pH 2,77 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,6982.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 46,51 M. sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 49 mL dengan pH 2,79 dengan konsentrasi [H+] sebesar 1,6218.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,4797. 106 M. Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH, DpH/DV dan D2pH/(DV)2. Titik ekuivalen ditunjukkan oleh grafik yang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam fosfat dapat dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi, dengan kurva naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik tersebut memiliki puncak dan penurunan pH yang sangat drastis pada saat penambahan larutan NaOH. VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah: 1. Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan elektroda pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. 2. Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik dimana asam ini dapat melepaskan tiga buah proton dalam bentuk ion H+ sehingga memiliki tiga nilai tetapan kesetimbangan (Ka). 3. Titik ekivalen titrasi terjadi saat penambahan 38 mL NaOH pada pH 2,71, penambahan 46 mL NaOH pada pH 2,77, dan penambahan 49 mL NaOH dengan pH 2,79. 4. Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan.

5. Berdasarkan hasil perhitungan: [H3PO4] = 5,07.10-4 M, [HPO42-] = 5,4797. 106 M. DAFTAR PUSTAKA

[H2PO4-] = 46,51 M, dan

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta.

Prinsip Percobaan Potensiometri adalah cabang ilmu kimia elektroanalisis yangmempelajari pengukuran perubahan potensial dari elektroda untukm e n g e t a h u i k o n s e n t r a s i d a r i s u a t u l a r u t a n . R e a k s i y a n g t e r j a d i d a l am potensiometri adalah penambahan atau pengurangan iond e n g a n j e n i s e l e k t r o d a n y a . P o t e n s i a l r e a k s i d i h i t u n g d e n g a n menambahkan sedikit demi sedikit volume titran secara berturut -turut (Khopkar 1990). Ion yang dapat dititrasi dan potensial diukuruntuk mengetahui titik ekivalen titrasi. Hal ini diterapkan terhadaps e m u a j e n i s r e a k s i y a n g s e s u a i u n t u k a n a l i s a t i t r a m e t r i k (Underwood 1998). Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak adaindikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnyadalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendekdan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator(Rivai 1995).P o t e n s i o m e t r i d i b a g i m e n j a d i p o t e n s i o m e t r i l a n g s u n g d a n tidak langsung atau titrasi potensiometri (Christian 1994). Metodel a n g s u n g b e r d a s a r k a n p a d a p e r b a n d i n g a n a n t a r a p o t e n s i a l y a n g t erjadi saat elektroda indikator dicelupkan pada larutan uji potensialdengan ketika elektroda dicelupkan pada larutan standar analat.P e r c o b a a n i n i m e n g g u n a k a n t i p e t i t r a s i p o t e n s i o m e t r i . D a l a m metode titrasi potensiometri, potensial diukur setelah penambahant i a p t e t e s b e r u r u t a n d a r i t i t r a n , d a n p e m b a c a a n p o t e n s i a l y a n g diperoleh dijadikan grafik bersama volume titran untuk memperolehkurva titrasi. Titik ekuivalen dari reaksi dapat ditentukan dengan melihatk u r v a t i t r a s i . T e r d a p a t t i g a c a r a p e m b u a t a n k u r v a t i t r a s i , y a i t u kurva hubungan potensial terhadap volume, kurva turunan pertamap o t e n s i a l t e r h a d a p v o l u m e d a n k u r v a t u r u n a n k e d u a p o t e nsialterhadap volume. Pada kurva turunan pertama, titik ekui valen

ditunjukkan saat titik perubahan dari kurva turun minimum menujuk u r v a n a i k a t a u p a d a t i t i k m i n i m u m k u r v a . P a d a k u r v a t u r u n a n kedua, titik ekuivalen ditunjukkan oleh titik maksimum kurva. Nilaititik ekuivalen akan sama untuk setiap kurva. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan berlatih mempraktekkan analisis potensiometri. Pembahasan P o t e n s i o m e t r i a d a l a h s a l a h s a t u m e t o d e p e n e n t u a n konsentrasi zat melalui pengukuran nilai potensial. Nilai potensialy a n g d i u k u r s e t i a p p e n a m b a h a n v o l u m e t i t r a n t e r t e n t u a k a n diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalent i t r a s i n y a . V o l u m e p a d a t i t i k e k u i v a l e n t i t r a s i t e r s e b u t a d a l a h volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator karena denganp e n g u k u r a n p o t e n s i a l l a r u t a n s u d a h b i s a d i d a p a t k a n t i t i k ekuivalennya dari kurva (Underwoo d 1 9 9 8 ) . T i t i k a k h i r t i t r a s i diharapkan mendekati titik ekivalen sehingga data yang dihasilkandianggap memiliki kesalahan yang kecil.Percobaan pertama yaitu standardisasi NaOH dengan larutanasam oksalat baku 0.1 N. Penentuan konsentrasi NaOH dihitung darivolume NaOH yang terpakai saat titik ekuivalen pada kurva titrasi.Nilai potensial setiap penambahan NaOH pada asam oksalat diukurdan diturunkan untuk mendapat kurva titrasi. Nilai potensial yangterukur semakin menurun seiring dengan penambahan titran. Hali n i k a r e n a s e m a k i n b a n y a k t i t r a n d i t a m b a h k a n , s e m a k i n sedikit jumlah ion yang ada pada larutan karena ion tersebut ber e a k s i dengan ion dari titran menjadi senyawa bermuatan total nol yaituH2O. Setelah terjadi kesetimbangan, terbentuk garam (COONa)2danH2O. Hasil titik ekuivalen yang didapat dari kurva turunan pertamadan kedua menunjukkan nilai penggunaan volume NaOH sebesar 9mL. Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan, didapatkonsentrasi NaOH sebesar 0.11 N.P a d a p e r c o b a a n p e n e n t u a n k o n s e n t r a s i H C l , d i g u n a k a n k e m b a l i N a O H y a n g t e l a h d i s t a n d a r d i s a s i s e b a g a i t i t r a n . Konsentrasi titran sudah dihitung pada percobaan sebelumnya yaitu0.11 N. Larutan HCl yang telah diencerkan menjadi 100 mL dititrasidengan NaOH 0.11 N untuk diketahui konsentrasi HCl nya. Sepertip a d a s t a n d a r d i s a s i , n i l a i p o t e n s i a l y a n g t e r b a c a s e m a k i n l amasemakin turun karena sebab yang sama. Setelah diplotkan p adakurva titrasi, didapatkan nilai titik ekuivalen pada penggunaa nN a O H s e b a n y a k 9 . 1 0 m L . S e t e l a h v o l u m e N a O H d i t e n t u k a n , dihitung konsentrasi HCl dan didapatkan hasil 0.10 N. Nilai volumeN a O H p a d a t i t i k e k u i v a l e n i n i h a m p i r s a m a d e n g a n n i l a i p a d a standardisasi, hal ini menunjukkan bahwa percobaan sudah cukupteliti.Kuva yang didapatkan dari pengolahan data hasil percobaanm e m i l i k i b e n t u k y a n g k u r a n g j e l a s d i b a c a . H a

ini mungkindisebabkan oleh kesalahan yang terjadi s e l a m a p e r c o b a a n . Kesalahan yang mungkin terjadi adal a h k e s a l a h a n t i t r a s i , y a i t u keterbatasan penglihatan membaca buret. Kesalahan lain mungkinterletak pada alat pengukur potensial dan pengoperasiannya. II.Kesimpulan Penentuan titik ekuvalen dan titik akhir titrasi p a d a potensiometri tidak menggunakan indikator karena bisa langsungdidapatkan dari kurva titrasi penurunan pertama dan kedua nilaip o t e n s i a l . P a d a s t a n d a r d i s a s i N a O H m e n g g u n a k a n p r i n s i p potensiometer, didapatkan volume Na OH terpakai pada titikekuivalen yaitu 9 mL. Setelah perhit u n g a n , d i d a p a t k a n n i l a i konsentrasi NaOH adalah 0.11 N. Pada pengukuran konsentrasi HCl,volume NaOH pada titik ekuivalen yaitu 9.10 mL dan didapatkann i l a i k o n s e n t r a s i H C l s e b e s a r 0 . 1 0 N . K e d u a n i l a i v o l u m e N a O H sangat berdekatan sehingga percobaan bisa dikatakan cukup teliti.K e s a l a h a n y a n g b i s a t e r j a d i d a l a m p e r c o b a a n i n i s e h i n g g a menimbulkan kekurang akuratan hasil adalah kesalahan titrasi dankesalahan pada potensiometer. III.Daftar Pustaka Christian, G.D. 1994. Analytical Chemistry, 5 th edition . N e w Y o r k : John Wiley & SonsDay R.A dan Underwood A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisike-6 . Jakarta: ErlanggaKhopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : UI Press

.

Sedangkan elektroda indikator ( indicator electrode ) adalah elektrodayang

potensialnya tergantung pada konsentra si zat yang sedang diselidi ki.Elektroda ini merupakan pasangan

dari elektroda p embanding dan terbagidalam dua kelompok, yaitu :1. Elektroda lo gamElektroda logam terbagi

dalam empat kelompok diantaranyaelek troda jenis pertama, elektroda jenis kedua, elektroda

jenis ketiga, da nelektroda untuk jenis sistem redoks.2. Elektr oda membranE lektroda memb ran digunakan

untuk menunju kkan ion tertent u.Elektroda ini biasanya disebut dengan elektroda selektif ion (ionicselective

electrode, ISE). Elektroda digunakan untuk penentuan pH denganmenguk ur perbedaan potensial

antara larutan pembanding yangkeasamann ya tetap dan larutan yang dianalisis. Elektroda membran

dibagimenjadi empat kelompok, yaitu :a) Elektroda m embran kacab) Elektroda mem bran cairanc) E

lektroda padata nd) Elektroda p enunjuk gasDal am titrasi potensiometri titik akhir dideteksi dengan

menetapkanvol ume pada saat t erjadi perubahan pote nsial yang relati f besar ketikadi tambahkan titr an. Berbagai re

aksi titrasi dap at diikuti deng an pengukuran potensiometri, reaksi meliputi penambahan atau pengurang an beberapa io

n yangsesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sedikitvolume titran secara

kontinue. Salah satu reaksi yang dapat diterjadi pada titrasipotensio metri adalah reaksi netralisasi, yait

u reaksi asam basa. Sed angkan titranpada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat

yaitu NaOH dan HCl.Pada percobaan di laboratorium, elektrodaelektroda acuan lebihpraktis dig unakan untuk

mengukur pote nsialpotensial dari s etengah sel lain nya.Elektroda acuan yang umum digunakan

adalah elektroda kalomel. Potensial dapatdiketahui melalui persam aan

redoks sederhan a yaitu:Hg2+

+ 2e HgMenuru t persamaan Nerst, potensial dinyatakan sebagai berikut :2

[]+

=22

1log20592,0 Hg E E

......................... ............ (1)Kare na Hg22+

terlibat dalam kesetimbangan lain . Hg2

Cl

2

(garamyang sedikit larut) sehingga dapat ditulis sebuah konstanta hasil kali kelarutan( Ksp)

[]222

+

=Cl Hg Ksp

[][]222

+

=Cl KspHg ......................... .................(2)Su bstitusi dari persamaan 2 ke

1 menghasilkan :

[]KspCl E E

=

log20592,0

Dikarenakan E

0

dan Ksp adalah konstanta, terlihat bahwakonsentr asi dari Cl-

. Pada umumn ya larutan terse

but dijenuhkan dengan KCl.E lektrodanya dengan demikian disebut elektroda kalomel jenuh

atau SCE danpotensiat elektroda tunggalnya adalah +0,2458 V pada 25o

C.Elektroda gelas

merupakan elektroda penunjuk pH. Elektroda initerdiri dari s uatu bola gelas yang didalam nya berisi HCl

dengan konsen trasitertentu, sebagai elektroda pembanding dipakai elektroda AgAgCl dan

elektrodakalom el. Elektroda g elas dapat ditulis se bagai berikut: e lektroda pemba nding;larutan dengan pH

tertentu; gelas; larutan dengan pH tidak diketahui. Sel yangdisusun dengan elektroda kalomel dapat

ditulis sebagai berikut: Ag, AgCl; larutandengan pH tertentu; gelas, larutan pH tidak

diketahui, KCl: Hg2

Cl2

, Hg. Dari selini maka yang berubahubah hanya pH

larutan. Sehingga E sel hanya bergantungpada pH larutan:E sel = EoSCE

+ RT/nF Ln H+

Pada 25o

C, E sel = EoSCE

+ 0,0592 pH3

Dalam hal ini E

SCE

termasuk elektroda kalomel, elektroda larutan, dan pH tertentudengan dinding gelas, denagn larutan

dengan pH yang tidak diketahui dan E Ag-AgCl elektroda gelas. Dapat dipakai dalam larutan yang berupa

oksidator kuat,dapat dipakai dalam larutab bukan buffer dapat dipakai dengan larutan yang hanyasedikit

punya gelas tertentu d apat diukur pH larutan dengan internal 0 9 bahkan0 12.Kesukaran yang timbul

adalah tekanan gelas dari gelas yang besar,hingga tidak dapat dipakai potensiometri biasa. Untuk itu

perlu dipakaipotensi ometri tabung vakum. Selain cara kurva dan penambahan st andar, halpenti ng lainnya dari

elektroda terte ntu bagi analisi s secara kuanti tatif adalahseb agai penunjuk titik akhir titrasi. Apabila elektroda

tersebut digunakan sebagaipenunju k elektroda selama di dala m larutan selama berlangsungny

a titrasi, makacara anali sis itu disebut d engan titrasi po tensiometri, dig unakannya elek trodatertentu karena tidak

semua elektroda dapat digunakan sebagai indikator titik akhir titrasi. Pada dasarnya titrasi

potensiometri adalah suatu titrasi dimana titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan menggunakan

indikator, melainkan ditentukandeng an mengukur p erubahan poten sial elektroda a tau perubahan pH larutansela

ma titrasi berlangsung. Beberapa reaksi yang dapat ditetapkan secarapotensio metri adalah reaksi

penetralan, redoks, pengendapan, dan reaksikompleks ometri. Sebagai contohnya adalah titrasi

asam basa denganmenggu nakan elektroda yang peka terhadap perubahan pH, misalnya elektrodamemb

ran kaca yang sensitif terhadap ion H+

.Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan

menetapkanvol ume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketikaditambah kan titran. Pene

ntuan titik akhir titrasi dengan cara potensiometri a kanmemberikan hasil yang lebih teliti daripada

dengan menggunakan indikator. Padaumumnya, titrasi dengan menggunakan indikator tergantung pada

pengamatan danketelitian seseorang dalam mengamati perubahan yang terjadi. Denganmenggu

nakan titrasi potensiometri pengamatan titik akhir titrasi tidak digangguoleh perubahan warna larutan

dan kekeruhan. Pada dasarnya tujuan dari titrasipotensio metri adalah untuk menentukan letak titik

ekivalen. Dalam menentukantiti k ekivalen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain, yaituturunan pertama E / V atau Ph / V vs volume titran (Vx

), kemudian darigrafik yang

diperoleh dicari harga maksimum atau minimumnya. Cara lainnyaadalah dari turunan

keduanya, yaitu 2

E / V2

atau 2

pH /V2

vs volume titran4