spesifikasi umum,teknis &vol pajaran
DESCRIPTION
spesifikasi teknisTRANSCRIPT
87
BAB XIII. SPESIFIKASI UMUM
Bagian I : Spesifikasi Umum
Uraian Pekerjaan
Lokasi Proyek terletak di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur Indonesia. Pekerjaan-
pekerjaan yang terikat dengan kontrak adalah pekerjaan Pembangunan Jaringan
Irigasi. Ruang lingkup pekerjaannya meliputi pekerjaan Pembangunan saluran irigasi
dan bangunan pelengkapnya.
Gangguan Terhadap Masyarakat Setempat dan Lingkungan Sekitarnya
Umum
Kontraktor harus mengambil segala tindakan yang perlu untuk menghindari gangguan dan
kerusakan yang terjadi pada masyarakat setempat. Terutama sekali
Kontraktor harus menjamin tidak adanya kerusakan yang terjadi terhadap lahan
pertanian, padang rumput atau hutan kayu di luar wilayah kerjanya yang mana telah
mendapat persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk dikerjakan dan oleh
karena itu Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaannya jangan sampai menyebabkan
terjadinya banjir atau bahaya pencemaran.
Menurut Pasal ini, Kontraktor harus membatasi pergerakan kerja anak buahnya dan
juga peralatannya agar bekerja sesuai dengan ketentuan/aturan yang berlaku, termasuk
juga jalan menuju lokasi proyek yang sudah mendapat persetujuan dari Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dan diusahakan sekecil mungkin terjadi kerusakan pada tanaman dan
harta benda milik masyarakat dan berusaha keras mencegah terjadinya kerusakan pada
lahan pertanian. Bekas-bekas roda kendaraan harus dihilangkan dan kerusakan tanah
harus diperbaiki. Sebelum pekerjaan dapat diterima oleh Pemilik Pekerjaan, lahan tersebut
harus diperbaiki dan dapat dikembalikan lagi seperti kondisi aslinya.
Polusi Sumber Air
Kontraktor harus mengambil segala tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa tidak ada zat yang beracun, zat yang berbahaya atau zat-zat pencemar yang
mengalir ke anak sungai/saluran. Tempat pembuatan konstruksi dan kendaraan-
kendaraan lainnya hendaknya tidak membuang bahan bakar ke tanggul sungai/saluran,
dan truck-truck tangki bahan bakar tidak diijinkan melewati tanggul sungai/saluran tersebut.
88
Pengelolaan Pengaliran Air Irigasi
Umum
Kontraktor hendaknya tidak menghambat pengaliran air irigasi kepada pengguna air irigasi
yang ada atau menurunkannya sampai dibawah tingkat kebutuhan normal untuk
tanaman tumbuh berdasarkan perhitungan kebutuhan air untuk pola tanam pada tahun
tersebut, tanpa dicatat dan disaksikan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Jalan Menuju Lokasi Proyek
Umum
Kontraktor harus mematuhi semua batasan-batasan, hukum-hukum dan aturan-
aturan yang berkaitan dengan penggunaan rute angkutan umum dan harus
bertanggung jawab atas semua kerusakan yang disebabkan oleh
penyalahgunaan jalan umum tersebut. Kontraktor harus memperbaiki dan/atau
bilamana perlu memperlebar jalan-jalan yang ada, memperbaiki, memperkuat
jembatan-jembatan dengan penulangan layak untuk dipertimbangkan untuk memenuhi
kebutuhan angkutan atau untuk memenuhi kebutuhan Kontraktor demi kepentingan
pekerjaannya. Semua pekerjaan yang diusulkan oleh Kontraktor yang terkait dengan
masalah jalan dan jembatan harus dijadualkan sehingga tidak menggangu kelancaran lalu
lintas dan hak ini harus mendapatkan persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Pemilik Proyek tidak bertanggung jawab terhadap kondisi dan pemeliharaan jalan ke lokasi
proyek beserta dan bangunan-bangunannya yang digunakan oleh Kontraktor selama
masa pelaksanaan pekerjaan.
Semua pekerjaan yang dilaksanakan sepanjang jalan masuk agar sesuai dengan
kebutuhannya akan dikerjakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri, dan biaya tersebut
dianggap sudah termasuk dalam kedalam Harga Kontrak.
Kontraktor harus melaksanakan perbaikan-perbaikan dan penggantian bagi bangunan-
bangunan yang rusak akibat kelalaiannya sendiri. Perbaikan-perbaikan atau penggantian
semacam itu dibuat demi kepuasan Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Kontraktor harus memperbaiki kembali jalan raya, jalan desa dan jalan inspeksi yang rusak
akibat lalu-lintas kendaraan Kontraktor, setidak-tidaknya dapat dikembalikan lagi seperti
kondisi aslinya dan mendapatkan persetujuan Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Pembersihan Lumpur di Jalan Umum
Kontraktor dengan menggunakan perlengkapan peralatan pembersih roda kendaraan atau
sejenisnya mencegah lumpur atau kotoran-kotoran lainnya berjatuhan dari kendaraannya
pada saat melewati jalan-jalan umum, dan bilamana lumpur atau kotoran-kotoran tersebut
terlihat menumpuk di jalan umum maka harus segera dibuang/dibersihkan.
89
Gambar-Gambar Kontraktor Gambar-Gambar Kontraktor untuk
Pekerjaan Permanen
Umum
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor harus mengikuti format yang telah
disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan diajukan untuk mendapatkan persetujuan
dalam jangka waktu tidak kurang dari lima belas (15) hari kalender sebelum jadual
pelaksanaan untuk konstruksi atau fabrikasi atau dalam waktu lain seperti yang ditentukan
dalam kontrak.
Salinan gambar rangkap 3 (tiga) yang jelas dan mudah dibaca dari setiap gambar harus
diajukan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan disertai dengan formulir pengiriman
gambar. Dalam waktu lima (5) hari kerja setelah menerima salinan gambar-gambar tersebut,
Pemimpin Pelaksana Kegiatan akan mengembalikan satu salinan yang telah ditandatangani
dan ditandai/diberi catatan seperti berikut dibawah ini yang memerlukan tindakan lebih
lanjut yaitu :
“Setuju untuk dikonstruksi”: - pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan gambar-gambar yang telah mendapatkan persetujuan tersebut.
“Setuju untuk dikonstruksi dengan catatan”: - pekerjaan dapat dilaksanakan
kecuali pada bagian gambar yang ditandai/diberi catatan harus diperbaiki/dikoreksi
terlebih dahulu sebelum diajukan kembali untuk mendapatkan persetujuan.
“Dikembalikan untuk dikoreksi/diperbaiki”: - pekerjaan tidak boleh dikonstruksi
sebelum gambar-gambar tersebut dikoreksi/diperbaiki terlebih dahulu, dan
harus diajukan ulang untuk mendapatkan persetujuan sebelum dilanjutkan
dengan pelaksanaannya.
Setelah menerima gambar-gambar yang telah disetujui, Kontraktor tanpa menunda-
nunda waktu mengajukan salinan gambar rangkap empat (4 kepada Pemimpin
Pelaksana Kegiatan disertai dengan formulir pengiriman dari setiap gambar yang
tentunya sudah dikoreksi/diperbaiki. Semua gambar yang telah direvisi dan telah disetujui
harus disimpan di kantor lapangan Kontraktor dengan teratur dan rapi sehingga mudah
dalam mencarinya.
Bilamana, setelah adanya persetujuan, terjadi perubahan penting yang
membutuhkan persetujuan lebih lanjut, maka Kontraktor harus mengajukan kembali
salinan gambar rangkap tiga (3) kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan
persetujuannya.
90
Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan sebelum mendapat persetujuan dari Pemimpin
Pelaksana Kegiatan, maka segala resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Persetujuan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan atas gambar-gambar Kontraktor tidak akan
mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas kebenaran gambar-gambar tersebut (atau
sebagai kewajiban berdasarkan ketentuan dalam kontrak).
Kontraktor harus menjamin bahwa pengaturan seperti yang diperlihatkan dalam semua
gambar yang digunakan untuk penetapan lokasi dan pelaksanaan konstruksi pekerjaan,
harus terkait dengan tempat pembuatan konstruksinya berdasarkan ketentuan yang terdapat
dalam kontrak. Bilamana tempat pembuatan konstruksi tidak sesuai dengan apa yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar yang telah mendapat persetujuan Pemimpin Pelaksana
Kegiatan, berdasarkan atas dimensi, berat, terkait untuk kebutuhan operasi dan
pemeliharaan, atau oleh sebab lain, maka Kontraktor harus memberikan penjelasan kepada
Pemimpin Pelaksana Kegiatan sesuai dengan kondisi yang ada sebelum mengajukan
gambar-gambar tersebut untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings)
Kontraktor harus menggunakan gambar-gambar kontrak sebagai dasar untuk pembuatan
gambar-gambar konstruksi. Gambar-gambar tersebut harus mencatumkan setiap hal yang
diperlukan untuk pekerjaan permanen dan bilamana diaplikasikan maka gambar-gambar
tersebut harus memperlihatkan gambar-gambar potongan memanjang dan potongan
melintang keseluruhan bentuk konstruksi beton, termasuk penulangannya, detail
pembengkokan tulangan dan pemotongannya, denah perletakan dan daftar tulangan, tipe
bahan yang digunakan, klasifikasi tulangannya, posisinya dengan dimensi-dimensi yang
terperinci.
Gambar-gambar Kerja (Shop Drawings)
Gambar-gambar kerja harus dibuat oleh Kontraktor atau Suplier Bahan-bahan/Peralatan
yang memperlihatkan situasi, ukuran, jenis bahan, dll. dari setiap item-item yang penting
sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasinya.
Gambar-Gambar Dari Kontraktor untuk Pekerjaan Sementara
Umum
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor harus memperlihatkan detail-detail dari
pekerjaan sementara dan diajukan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan dalam jangka
waktu tidak kurang daripada lima belas (15) hari kalender sebelum jadual waktu yang
91
direncanakan untuk pekerjan konstruksi atau pembuatannya, atau dalam jangka waktu
lainnya yang telah ditentukan dalam Kontrak.
Gambar-gambar yang diajukan harus memperlihatkan, antara lain, yaitu lokasi-lokasi proyek
dan detail-detail yang berhubungan dengan semua komponen utama dari pekerjaan
sementara yang diusulkan Kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di lokasi
proyek atau lokasi lain yang ditunjuk. Termasuk didalamnya, akan tetapi tidak mutlak, yaitu
tempat pembuatan konstruksi di lapangan, kantor-kantor, gudang-gudang, gudang-gudang
lapangan, fasilitas perumahan, air minum, jaringan drainase, jaringan listrik dan jalan
masuk menuju lokasi proyek.
Sebanyak rangkap 3 (tiga) dari gambar-gambar tersebut harus diajukan kepada Pemimpin
Pelaksana Kegiatan. Bilamana Pemimpin Pelaksana Kegiatan sudah memberikan komentar
pada gambar-gambar tersebut maka Kontraktor harus memperbaikinya dalam jangka waktu
lima 5 (lima) hari. Ada atau tidak adanya komentar dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan,
tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan kontrak
sehubungan dalam hal kelayakan, stabilitas dan keamanan pekerjaan sementara tersebut.
Gambar-Gambar Pekerjaan Sementara Yang Dibiarkan Pada Posisinya.
Kontraktor harus mengajukan usulan bilamana akan menggabungkan pekerjaan sementara
kedalam pekerjaan permanen, untuk itu maka gambar-gambar yang dibuat dengan sangat
mendetail harus diserahkan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk diperiksa dan
disetujui dalam jangka waktu tidak kurang daripada lima belas (15) hari sebelum jadual
pelaksanaan kontruksinya.
Persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan terhadap gambar-gambar tersebu
merupakan petunjuk bahwa pekerjaan sementara dapat digabung dengan pekerjaan
permanen dengan syarat hanya apabila benar-benar dikonstruksi sesuai dengan gambar-
gambar yang telah disetujui. Persetujuan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan atas gambar-
gambar tersebut tidak akan menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab Kontraktor
berdasarkan ketentuan dalam kontrak berkenaan dalam hal kelayakan, stabilitas dan
keamanan pekerjaan untuk tujuan pelaksanaan pekerjaan sementara tersebut.
Gambar-gambar Purnalaksana ( As-Built Drawings)
Selama periode konstruksi, Kontraktor harus tetap memantau gambar-gambar pelaksanaan
untuk terus-menerus diperbaharui sesuai dengan item-item pekerjaan yang telah
diselesaikan. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan perubahan-perubahan yang telah
disetujui berdasarkan gambar-gambar Kontrak sehingga dapat menggambarkan dengan
tepat kondisi “ terbangun “’ (as-built) yang sebenarnya dari setiap item pekerjaan permanen.
92
Kumpulan daripada gambar-gambar purnalaksana yang telah selesai harus disiapkan
dalam sistem digital dengan menggunakan program AutoCAD (soft copy), kecuali jika ada
ditentukan lain oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, dan disiapkan juga gambar cetak tebal
(hard copy) dengan ukuran kertas A3. Bilamana hanya ada sedikit perbaikan/perubahan
pada gambar-gambar Kontrak, maka gambar-gambar tersebut dapat langsung berubah
status menjadi gambar-gambar purnalaksana setelah dilakukan koreksi dan ditandatangani
oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan Kontraktor atau wakilnya. Tetapi bilamana
perubahannya cukup banyak, maka Kontraktor harus, bilamana diperintahkan oleh
Pemimpin Pelaksana Kegiatan, mempersiapkan gambar-gambar purnalaksana yang baru.
Gambar-gambar purbalaksana yang telah diselesaikan akan menjadi milik Proyek.
Standar dan Pengujian
Spesifikasi Standar
Semua bahan-bahan , peralatan dan ketenagakerjaan harus memenuhi spesifikasi standar.
Seperti yang trlah ditetapka dalam Spesifikasi Kontrak. Apabila standar-standar untuk
ketenagakerjaan, bahan-bahan dan peralatan tidak ditetapkan dalam Spesifikasi Kontrak,
maka harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku saat ini. Standar dari
Inggris semacam British Standard Codes of Practice (selanjutnya disebut standar BS atau
CP) atau standar dari Amerika yaitu American Society for Testing and Materials Standard
(selanjutnya disebut standar ASTM) atas kebijaksanaan Pemimpin Pelaksana Kegiatan
mungkin dapat menggantikan standar yang belum tersedia atau seperti yang telah disetujui
didalam Kontrak.
Semua bahan-bahan dan ketenagakerjaan yang tidak ditetapkan disini atau tercakup dalam
standar yang telah disetujui, maka standar yang disetujui harus menggunakan spesifikasi
seperti yang digunakan dalam Pekerjaan Kelas I dan cocok untuk iklim di daerah proyek
tersebut.
Contoh dan Pengujiannya secara umum
Pengambilan contoh
Kontraktor harus menyiapkan, untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin Pelaksana
Kegiatan, semua benda-benda uji dari semua bahan-bahan konstruksi dan juga perincian
mengenai bahan-bahan buatan pabrik yang diperlukan untuk Pekerjaan Permanen ,
bilamana diperintahkan oleh pemilik proyek.
Semua benda-benda uji yang ditolak oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan harus dibuang dari
lokasi proyek. Semua benda-benda uji yang disetujui harus disimpan di lokasi proyek oleh
93
Kontraktor selama periode kontrak, dan setiap bahan-bahan konstruksi atau item-item
yang dibuat oleh pabrik yang kemudian dibawa ke lokasi proyek sehubungan dengan
pekerjaan permanen harus memiliki mutu setidak-tidaknya sama dengan mutu benda uji
yang telah disetujui.
Benda-benda uji yang diperlukan untuk pengujian-pengujian di laboratorium milik Pemimpin
Pelaksana Kegiatan, atau pada laboratorium lain yang ditunjuk, harus disediakan dan
dikirim oleh Kontraktor dalam tempat yang layak, pembungkus yang memadai dan dan
diberi label.
Pengujian
Kontraktor harus mencatat setiap pengujian yang dilaksanakannya sehubungan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi dan harus menyerahkan salinan-salinan hasil pengujian
tersebut kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan bilamana diperlukan.
Kontraktor harus menyediakan, memperbaiki dan memelihara/merawat peralatan yang
dimiliki oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan yang digunakan untuk pengujian-pengujian
seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.3: Bagian I (Pengujian-pengujian dan Peralatan
Pengujian), sesuai dengan yang diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengujian untuk tujuan kepentingannya sendiri
dengan menggunakan peralatan di laboratorium Pemimpin Pelaksana Kegiatan kecuali
atas izin khusud Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Mutu beton dan unsur pokok bahan konstruksi, termasuk tanah dan pekerjaan tanah, akan
dipantau melalui pengujian-pengujian terhadap yang dilakukan di laboratorium Pemimpin
Pelaksana Kegiatan atau laboratorium lain yang ditunjuk terhadap benda-benda uji yang
disediakan oleh Kontraktor atau yang diinginkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan seperti
yang dijelaskan secara rinci dalam spesifikasi ini. Secara khusus Pemimpin Pelaksana
Kegiatan atas keinginannya sendiri akan mengadakan pengujian beton dan pekerjaan tanah.
Pengujian-pengujian yang diperlukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan dapat
dilaksanakan di laboratorium Pemimpin Pelaksana Kegiatan atau di labororium yang
ditunjuk. Pengujian-pengujian yang dilaksanakan di laboratorium Pemimpin Pelaksana
Kegiatan akan dikerjakan dengan menggunakan peralatan Pemimpin Pelaksana Kegiatan
termasuk peralatan yang disediakan/dibeli atau yang diperbaiki berdasarkan kontrak dan
tidak ada pembayaran tambahan sehubungan dengan pelaksanaan pengujian-pengujian
tersebut. Bilamana diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor harus
mengadakan pengujian-pengujian di laboratorium lain yang ditunjuk. Jika pada suatu waktu
ada pengujian yang tidak dapat dilaksanakan di laboratorium Pemimpin Pelaksana Kegiatan
sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan laboratorium, maka pengujian akan
dilaksanakan di laboratorium lain yang telah disetujui atas biaya Kntraktor.
94
Tenaga Asisten untuk Pengambilan Benda Uji dan Pengujiannya
Kontraktor harus, bilamana diperlukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, menyediakan
tenaga bantu (asisten-asisten) yang mampu bertugas untuk pengawasan konstruksi
pekerjaan dan juga untuk melakukan pengambilan/pembuatan benda uji dan pengujiannya
untuk bahan-bahan dab pengerjaannya. Pemimpin Pelaksana Kegiatan akan
memberitahukan Kontraktor dalam hal persyaratan tenaga asisten ini yang setidak-tidaknya
1 (satu) hari sebelumnya. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemimpin Pelaksana
Kegiatan daftar para asisten yang diusulkan dan rincian mengenai kualifikasi dan
pengalaman kerjanya. Pemimpin Pelaksana Kegiatan dapat menolak beberapa atau semua
asisten yang diusulkan oleh Kontraktor.
Tanggung Jawab Terhadap Pengambilan contoh dan Pengujiannya
Berkenaan dengan benda uji, pengujian dan biaya-biaya yang termasuk di dalamnya, yang
mungkin tidak terdapat pada bagian terdahulu, menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai
dengan ketentuan dalam syarat-syarat kontrak.
Pengujian-pengujian dan Peralatan Pengujian
Pengujian-pengujian berikut akan dilaksanakan di laboratorium Pemimpin Pelaksana
Kegiatan atau di laboratorium lain yang ditunjuk berdasarkan kontrak atau yang
diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Benda-benda uji untuk pengujian-pengujian
tersebut harus disediakan oleh Kontraktor. Peralatan untuk pengujian ini bila perlu harus
diperbaiki oleh Kontraktor, atau menyiapkan untuk laboratorium Pemimpin Pelaksana
Kegiatan seperti yang dibutukan atau diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Kontraktor harus merawat peralatan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan perintah
Pemimpin Pelaksana Kegiatan selama periode kontrak.
Pengujian Tanah dan Pengujian Pekerjaan Tanah (angka di dalam tanda kurung mengacu
pada pengujian-pengujian seperti yang ditentukan dalam BS atau standar ASTM):
Penentuan Kadar Air (BS 1377: Bagian 2: 1990: Pasal 3); (ASTM: D 2216-80).
Penentuan Batas-batas Atterberg:(BS 1377: Bagian 2: 1990: Pasal 4 and 5);(ASTM:
D 423 - 66; ASTM: D424 – 59).
Penentuan Distribusi Kekasaran Butir (Penyaringan Secara Basah/Kering): (BS 1377:
Bagian 2: 1990: Pasal 9.2/9.3);(ASTM: D422 - 63).
Pengujian Kepadatan Standar Proctor: (BS 1377 : Bagian 4: 1990: Pasal 3);
(ASTM D698 - 78: 2.49 kg rammer dan 305 mm drop).
Pengujian Berat Isi Kering Tanah di lapangan:
Metode Penggantian Pasir:(BS 1377: Bagian 9: 1990: Pasal 2.1 atau Pasal 2.2);
(ASTM D 1556 - 64).
95
Metode Pemotongan Inti : (BS 1377: Bagian 9: 1990: Pasal 2.4).
Pengujian Beton (bagian dan nomor pasal mengacu pada pengujian atau prosedur-
prosedur seperti yang ditetapkan dalam BS atau standar ASTM) :
Pengujian-pengujian kadar air agregat untuk penentuan perbandingan air dan semen:
(ASTM: C 566 - 78).
Pengujian slump: (BS 1881: Bagian 102); (ASTM: C 143 - 78).
Pengujian faktor pemadatan: (BS 1881: Bagian 103).
Pembuatan dan pengujian perawatan benda uji kubus: (BS 1881: Bagian 108 and
111); (ASTM: C192-81; C31-69).
Pengujian pemadatan benda uji kubus: (BS 1881: Bagian 115 dan 116); (ASTM: C39-
81).
Pengujian Semen (bagian dan nomor pasal mengacu pada pengujian-pengujian yang
mengacu pada BS atau standar ASTM):
Pengujian kuat tekan (benda uji kubus untuk adukan semen): (BS 4550: Bagian 3:
Bagian Pasal 3.4).
Pengaruh ketidakjernihan bahan organik dalam agregat halus untuk mengetahui
kekuatan adukan: (ASTM: C87-69).
Pengujian Agregat Halus dan Kasar (bagian dan nomor paragraf mengacu pada
pengujian-pengujian pada BS atau standar ASTM):
Indeks kepipihan: (BS 812: Subbagian 105.1).
Indeks kelonjongan: (BS 812: Bagian 1: Para. 7.4).
Ukuran partikel dan gradasinya: (BS 812: Bagian 103); (ASTM: C 136 - 82).
Kadar endapan oleh pengujian di lapangan: (BS 812: Bagian 1: Para. 7.2); (ASTM:
C117-80).
Angka kepadatan agregat: (BS 812: Bagian 3: Para. 6).
Angka kehancuran agregat: (BS 812: Bagian 3: Para. 7).
Angka kehalusan 10 persen: (BS 812: Bagian 3: Para. 8).
Kadar zat sulfat yang mudah larut - (lihat buku acuan nomor (2) di bawah ini)
Kadar klorida: (BS 812: Bagian 4).
Pengujian Air :
Total zat padat yang tidak larut dan sifat penghantaran listrik
Kadar sulfat: (BS 1377: Bagian 3: 1990: Subbagian 5).
Kadar klorida: (BS 812, Bagian 4).
96
Buku acuan untuk pengujian di atas:
Agricultural Handbook Nr. 60, Chapter 6, Section 22, United States Department of
Agriculture, February 1954.
Laboratory Testing in Soil Mechanics, T.M. Akroyd, published by Soil Mechanics Ltd., p
35.
Program Konstruksi dan Laporan-laporannya
Program Konstruksi dan Metode Yang Dipakai:
Program-program konstruksi yang harus dibuat oleh Kontraktor sesuai dengan Pasal 17
dalam Syarat-syarat Kontrak dan ditampilkan dalam bentuk diagram batang (bar chart),
tabel atau bentuk lainnya yang telah disetujui dan membagi pekerjaan-pekerjaan tersebut
dalam berbagai jenis kegiatan.
Untuk setiap kegiatan pokok harus memperlihatkan :
Tanggal mulai paling awal
Tanggal mulai paling lambat
Lamanya kegiatan
Waktu cadangan (Floating time).
Sumber-sumber tenaga kerja, lokasi pembuatan bahan konstruksi dan
penempatan bahan-bahan
Kegiatan-kegiatan yang diperlihatkan dalam program konstruksi disamping meliputi
pekerjaan permanen dan pekerjaan sementara, juga pengadaan serta pengiriman bahan-
bahan konstruksi dan peralatan ke lokasi proyek. Hari libur umum dan hari libur keagamaan
harus dimasukkan juga dalam program ini.
Selain pembuatan program tersebut diatas, Kontraktor juga harus membuat metode yang
akan digunakan untuk pekerjaan saluran tanah, pekerjaan lining saluran, pengujian dan
pepengelolaan pengaliran air irigasi dan semua yang diperlukan dalam Spesifikasi.
Laporan Kemajuan Pekerjaan (Laporan Bulanan):
Paling lambat sebelum tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya atau pada tanggal yang lain
berdasarkan permintaan Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor harus menyerahkan
5 (lima ) salinan laporan kemajuan pekerjaan bulanan dalam suatu format laporan yang
sudah disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan yang didalamnya memuat secara
secara detail kemajuan-kemajuan pekerjaan selama bulan sebelumnya.
Laporan tersebut harus memuat informasi-informasi sebagai berikut:
97
Total persentase aktual dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai dengan akhir
bulan pelaporan dibandingkan dengan total persentase pekerjaan yang terjadual
untuk diselesaikan pada saat sekarang sesuai dengan Pasal 17, disertai dengan
komentar yang tepat terhadap hasil kemajuan pekerjaan tersebut.
Persentase aktual dari setiap item pekerjaan utama yang telah diselesaikan
dibandingkan dengan persentase pekerjaan tersebut sesuai dengan jadul kegiatan
yang sudah direncanakan, disertai dengan komentar yang tepat terhadap kemajuan
pekerjaan tersebut.
Jadual kegiatan yang akan dimulai dalam jangka waktu dua (2) bulan berturut-turut
dengan perkiraan tanggal mulai dan tanggal selesai kegiatan.
Daftar tenaga kerja setempat yang digunakan selama periode pelaporan.
Daftar tempat pembuatan konstruksi, peralatan dan bahan konstruksi di lokasi proyek
yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan dilengkapi dengan tanggal mulai dan
tanggal selesai penggunaannya.
Total kuantitas pekerjaan yang tergabung dalam Pekerjaan Permanen adalah item-
item pekerjaan seperti berikut ini :
o Pekerjaan Beton
o Pekerjaan Tanah
o Pekerjaan-pekerjaan lainnya
o Item-item pokok Pekerjaan Sementara yang dilaksanakan selama periode
pelaporan.
o Daftar total pembayaran yang diterima sampai saat ini dan daftar laporan
kemajuan berita acara pembayaran yang sudah diajukan tapi belum dibayar.
o Hal-hal lain yang telah ditetapkan berdasarkan kontrak, atau adanya pernyataan
berkenaan dengan hal-hal timbul dalam penyelesaian pekerjaan selama periode
pelaporan.
Jadual Kegiatan Bulanan
Kontraktor harus membuat jadual kegiatan bulanan dalam bentuk diagram batang (bar
chart) setiap akhir bulan yang menggambarkan pekerjaan yang telah diselesaikan. Jadual
tersebut harus berisi, tetapi tidak mutlak, item-item pekerjaan seperti berikut: pekerjaan
tanah, pekerjaan beton, dan kegiatan-kegiatan yang lain berkenaan dengan penyelesaian
pekerjaan. Jadual tersebut juga harus memperlihatkan rentang waktu dari mulai hingga
98
akhir kegiatan dengan mencantumkan besarnya volume pekerjaan yang dapat diselesaikan.
Jadual tersebut harus diajukan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan pada hari ketiga dari
setiap bulannya untuk dibahas dan diperiksa.
Rapat-rapat Kemajuan Pekerjaan
Rapat kemajuan pekerjaan antara para staf utama dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan
Kontraktor harus diadakan sekali setiap bulan atau lebih, bila diperlukan, pada waktu yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Tujuan dari rapat ini adalah untuk membicarakan
kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, pekerjaan yang diusulkan untuk
dilaksanakan bulan mendatang dan masalah-masalah lain yang mempunyai hubungan
langsung dalam kegiatan-kegiatan pekerjaan.
Foto-foto Kemajuan Pekerjaan
Kontraktor harus menyiapkan bagi kepentingan Pemimpin Pelaksana Kegiatan foto-foto
berwarna (dengan ukuran tidak kurang dari 8 cm x 12 cm) dari setiap pekerjan yang
memperlihatkan kemajuan pelaksanaanya pada lokasi-lokasi yang ditetapkan oleh
Pemimpin Pelaksana Kegiatan selama periode kontrak. Foto-foto tersebut harus dibuat
pada saat mulai dan selesainya setiap komponen pekerjaan pokok, atau pada waktu yang
lain seperti yang ditentukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Foto-foto yang disiapkan
untuk Pemimpin Pelaksana Kegiatan tersebut dicetak rangkap 2 (dua) dan harus dilampirkan
dalam Laporan Kemajuan Pekerjaan Bulanan. Dari setiap foto harus ditulis penjelasan yang
singkat dan tanggal pengambilannya.
Biaya pembuatan foto-foto tersebut tidak akan dibayarkan tersendiri dan dianggap sudah
termasuk dalam Harga Satuan (Unit Price) untuk berbagai item dalam Daftar kuantitas dan
Harga. Negatif dari foto-foto tersebut akan menjadi milik Proyek dan tidak diizinkan cetakan
foto-foto tersebut diberikan kepada orang lain (beberapa orang atau semua orang) kecuali
ada persetujuan dari Pemilik Proyek.
Bahan–bahan dan Tempat Pembuatan Konstruksi yang harus disediakan oleh
Kontraktor
Umum
Kontraktor harus menyediakan semua tempat pembuatan konstruksi dan bahan- bahan
konstruksi yang diperlukan bagi penyelesaian pekerjaan-pekerjaan, kecuali ditentukan lain
dalam kontrak. Kecuali jika ditentukan lain, semua tempat pembuatan dan bahan konstruksi
yang akan menghasilkan pekerjaan-pekerjaan harus dalam kondisi baru dan memenuhi
standar yang sudah ditentukan dalam Spesifikasi.
99
Bilamana Kontraktor mengusulkan tempat pembuatan konstruksi dan bahan konstruksi yang
tidak memenuhi standar seperti tersebut di atas, maka Kontraktor harus memberitahukan
kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan usulannya tersebut dan harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk penggunaan standar-standar
lainnya.
Tempat-tempat Pembuatan Konstruksi
Kontraktor harus menyediakan tempat-tempat pembuatan konstruksi dalam jumlah yang
cukup untuk penyelesaian pekerjaan. Pemimpin Pelaksana Kegiatan berdasarkan
pertimbangan kepentingan penyelesaian pekerjaan berkenaan dengan kontrak,
menginstruksikan Kontraktor untuk memenyediakan tempat pembuatan konstruksi tambahan
dan peralatan lainnya lengkap dengan suku cadangnya. Kontraktor harus menyediakan
suku cadang tersebut dalam jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pelaksanaan
pekerjaan.
Bahan- Bahan Pengganti
Kontraktor harus berusaha semaksimal mungkin untuk pengadaan bahan- bahan konstruksi
seperti yang telah ditetapkan dalam kontrak, tetapi bilamana bahan- bahan konstruksi
tersebut tidak dapat disediakan dengan alasan diluar kemampuan Kontraktor, maka
penggunaan bahan- bahan pengganti dapat dilakukan, dengan ketentuan bahwa tidak ada
penggunaan bahan-bahan pengganti tanpa adanya persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Harga Satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga tidak boleh
dirubah bilamana terjadi peningkatan harga antara penggunaan bahan- bahan konstruksi
yang sudah ditetapkan dengan bahan- bahan pengganti yang dapat disediakan.
Pemeriksaan Tempat Pembuatan Konstruksi dan Bahan- bahan konstruksi
Lokasi pembuatan konstruksi dan bahan- bahan konstruksi yang disediakan oleh Kontraktor
akan diadakan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak yaitu pada salah satu
atau beberapa lokasi, seperti yang ditentukan oleh Pemilik Proyek sebagai berikut :
Lokasi untuk produksi atau perakitannya;
Lokasi untuk pengangkutan hasil produksi;
Lokasi dilapangan pekerjaan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemilik Proyek setiap informasi yang berkenaan
dengan tempat pembuatan konstruksi dan bahan-bahan konstruksi yang diperlukan oleh
Pemilik Proyek untuk tujuan pemeriksaan tersebut, dan hal ini tidak akan mengurangi
tanggung jawab Kontraktor untuk menyediakan tempat pembuatan konstruksi dan bahan-
bahannya sesuai dengan ketentuan Spesifikasi.
100
Spesifikasi-spesifikasi, Brosur-brosur dan Data-data yang harus disediakan oleh
Kontraktor
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan
persetujuannya atas tiga (3) set spesifikasi yang lengkap, brosur-brosur, papan nama proyek
dan data-data mengenai bahan- bahan konstruksi, peralatan dan tempat pembuatan
konstruksi yang akan dimasukkan kedalam Kontrak sesegera mungkin setelah menerima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan sebelum pemesanan bahan-bahan konstruksi,
peralatan atau tempat pembuatan konstruksi. Persetujuan atas Spesifikasi, brosur-brosur,
papan nama proyek, dan data-data tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
berkenaan dengan kontrak.
Bilamana diminta oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan salinan (copy) atas setiap pemesanan yang akan
ditempatkan di lokasi proyek.
Survey dan Pengukuran Pekerjaan
Titik-titik Tetap (Bench Marks)
Elevasi-elevasi seperti yang diperlihatkan dalam gambar-gambar mengacu pada suatu
jaringan titik tetap yang ditentukan terdahulu dalam wilayah kerja proyek sehubungan
dengan rencana adanya proyek tersebut. Dalam kontrak ini, Pemimpin Pelaksana Kegiatan
beranggapan bahwa nilai titik-titik datum harus menjadi suatu titik tetap acuan sebelum
memulai pekerjaan.
Titik-titik tetap dan titik-titik referensi seperti yang diperlihatkan dalam gambar-gambar
digunakan oleh Kontraktor untuk referensi. Sebelum menggunakan titik-titik tetap dan titik-
titik referensi, atau titik-titik tetap lainnya untuk pemasangan bowplank suatu pekerjaa,
maka Kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan suatu pengecekan (survey ulang) dan
juga untuk meyakinkan pihaknya sendiri akan keakuratan elevasi-elevasi titik-titik tetap atau
titik-titik referensi. Pemilik Proyek tidak bertanggung jawab terhadap keakuratan elevasi titik-
titik tetap dan titik-titik referensi tersebut.
Kontraktor harus menentukan titik-titik tetap tambahan untuk kemudahan pihaknya sendiri
sehubungan dengan adanya ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Tidak diperbolehkan memindahkan suatu ketinggian ke tempat lain dengan jarak
lebih dari 0,50 (nol koma lima) Km tanpa diikatkan ke salah satu titik tetap (bench
mark); dan
Apabila sudah ada jaringan irigasi tersier yang dibangun, maka kerapatan titik-titik
tetap untuk setiap blok tersier tidak boleh kurang dari 1 (satu) titik tetap untuk setiap
15 (lima belas) Ha.
101
Setiap titik tetap yang telah ditentukan harus diberi nomor sesuai dengan perencanaan dan
harus ditempatkan pada suatu lokasi yang disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemimpin
Pelaksana Kegiatan salinan peta-peta dan catatan-catatan dalam format yang telah disetujui
pemakaiannya yang memperlihatkan detail lokasi dan elevasi dari setiap titik tetap yang
digunakan atau yang ditentukan oleh Kontraktor. Elevasi-elevasi yang dipindahkan harus
mempunyai keakuratan 5 (k)0,5 mm, di mana k adalah panjang jalur pengukuran dalam
satuan kilometer.
Elevasi-elevasi Permukaan Tanah Asli untuk Pengukuran
Elevasi permukaan tanah asli yang diperlihatkan dalam gambar-gambar harus dianggap
benar berdasarkan ketentuan dalam Kontrak. Jika Kontraktor meragukan kebenaran elevasi
permukaan tanah asli tersebut, maka Kontraktor harus, setidak-tidaknya dalam (15) hari
sebelum memulai pekerjaan, mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada Pemimpin
Pelaksana Kegiatan untuk mengadakan survey ulang atas elevasi-elevasi permukaan tanah
asli tersebut.
Pada umumnya sebelum memulai pekerjaan tanah, Kontraktor harus melakukan survey
ulang yang disaksikan oleh wakil dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan
elevasi permukaan tanah asli dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan, yaitu dengan
menggunakan titik-titik tetap atau titik-titik referensi yang telah disetujui oleh Pemimpin
Pelaksana Kegiatan. Elevasi permukaan tanah asli hasil survey ulang harus mendapat
persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Pengukuran volume terhadap pekerjaan
yang telah diselesaikan harus dihitung berdasarkan elevasi-elevasi permukaan tanah asli
yang sudah mendapat persetujuan.
Bantuan Staf bagi Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk Pekerjaan Survey
Kontraktor harus bekerjasama dengan Pemimpin Pelaksana Kegiatan dalam pengecekan
pemasangan bowplank dan juga dalam survey-survey pengukuran kemajuan pekerjaan
sehubungan untuk tujuan pembayaran. Kontraktor harus memberikan bantuan terhadap
semua yang dibutuhkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, dan bilamana perlu semata-
mata untuk Pemimpin Pelaksana Kegiatan, dan harus menyediakan dalam jumlah yang
cukup : patok-patok kayu, patok-patok yang panjang (jalon), pengukur kemiringan, macam-
macam tiang, cetakan-cetakan, profil-profil dan segala kebutuhan lainnya yang diperlukan
untuk pengecekan pemasangan bowplank dan pengukuran volume pekerjaan.
Sebelum memulai pekerjaan, harus diadakan pemeriksaan bersama, juga survey ulang
untuk pengecekan pemasangan bowplank dan pengukuran volume pekerjaan.
102
Biaya untuk upah tenaga kerja dan pengadaan bahan- bahan konstruksi yang diperlukan
oleh Permimpin Pelaksana Kegiatan untuk tujuan-tujuan tersebut diatas, harus ditanggung
oleh Kontraktor. Tidak ada pembayaran yang akan diberikan kepada Kontraktor terhadap
pelaksanaan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan sub-pasal ini, semua biayanya
dianggap sudah termasuk dalam Harga Satuan atas berbagai item-item kegiatan seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pekerjaan Sementara
Umum
Kontraktor harus bertanggung jawab atas perencanaan, spesifikasi, penyelesaian pekerjaan
dan pembongkaran semua Pekerjaan Sementara yang berkenaan dengan efisiensi
penyelesaian pekerjaan. Detail dari semua Pekerjaan Sementara yang akan dilaksanakan
oleh Kontraktor di lokasi proyek harus terlebih dahulu diajukan kepada Pemimpin Pelaksana
Kegiatan untuk mendapatkan persetujuannya sesuai dengan prosedur pada Pasal 5.2:
Bagian I (Gambar-gambar milik Kontraktor untuk Pekerjaan Sementara).
Bilamana Kontraktor bermaksud untuk menempatkan beberapa Pekerjaan Sementara di luar
batas-batas daerah kerjanya seperti yang diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka
usulan semacam itu bersifat pilihan, semua biaya yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan tersebut, termasuk biaya perijinan pelaksanaan, sewa tanah atau semacamnya,
semuanya harus ditanggung oleh Kontraktor dan harus dianggap sudah termasuk dalam
item-item kegiatan seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Bila ada
penundaan atau keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal tersebut diatas, maka tidak
akan mengurangi kewajiban Kontraktor untuk memenuhi persyaratan Kontrak. Tidak ada
penambahan waktu terhadap keterlambatan yang disebabkan oleh hal-hal seperti tersebut
diatas.
Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan seperti yang diperlihatkan dalam gambar-gambar adalah berupa lahan
atau areal yang digunakan untuk penyelesaian pekerjaan dan telah ada jaminan dari Pemilik
Proyek kepada Kontraktor bahwa tidak ada biaya ganti rugi untuk pembebasan tanahnya.
Kontraktor sedapat mungkin menempatkan Pekerjaan Sementaranya di lahan atau areal
seperti tersebut diatas dan ditandainya dalam gambar atau seperti yang ditetapkan oleh
Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Kantor Kontraktor, Perumahan Staf, Gudang, Bengkel, Barak Pekerja, dll.
Kontraktor harus menyediakan, memelihara, mengoperasikan dan membongkar semua
bangunan-bangunan sementara pada waktu semua pekerjaan telah selesai dilaksanakan,
103
seperti : kantor lapangan milik Kontraktor, perumahan staf, gudang, bengkel, barak pekerja
dan bangunan-bangunan sementara lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan,
dimana lokasi-lokasinya akan ditentukan oleh Pemilik Proyek. Kontraktor harus mengajukan
perencanaan lokasi dan hal-hal yang umum dari bangunan-bangunan yang ditentukan
tersebut kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan persetujuannya dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. Konstruksi bangunan tersebut tidak boleh dilaksanakan
sampai usulannya disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Perumahan staf Kontraktor dan barak pekerja (base camp) harus dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas yang penting seperti : sistim drainase, penerangan, jalan-jalan, jalan-jalan setapak,
tempat parkir, pagar, sanitasi, dapur untuk memasak, peralatan pencegah kebakaran dan
unit pemadam kebakaran.
Kontraktor harus membangun fasilitas penyediaan air minum yang layak untuk kantor
kontraktor, perumahan stafnya, barak pekerjanya, bengkel,dan tempat-tempat pekerjaan
lainnya di lokasi proyek. Kontraktor harus mengatur sendiri penyediaan listrik bagi kantor
kontraktor, perumahan stafnya, barak pekerjanya, bengkel dan gudang-gudang.
Pagar Sementara
Bilamana diperlukan, Kontraktor atas biayanya sendiri, harus membuat dan memasang
pagar sementara yang memadai dan telah disetujui untuk menutup wilayah kerja proyek
dimana pekerjaan-pekerjaan akan dilaksanakan dan semua wilayah proyek yang mungkin
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti ketentuan berdasarkan syarat-syarat
Kontrak bagi kepentingan Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Bilamana terdapat pagar
sementara yang dipasang sepanjang sisi jalan umum, jalan kereta api, dan sebagainya,
maka harus dibuat dari bahan dengan jenis seperti yang telah disyaratkan oleh instansi
terkait sehingga mendapatkan persetujuan.
Jalan Masuk Sementara
Kontraktor harus membuat, memelihara dan selanjutnya membongkar jalan-jalan masuk
sementara yang menuju lokasi proyek, termasuk juga drainase dan fasilitas-fasilitas lainnya
yang diperlukan untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan.
Tidak kurang dari 15 (lima belas) hari sebelum Kontraktor bermaksud untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan jalan-jalan masuk sementara, maka Kontraktor harus mengajukan
kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan suatu detai program
konstruksi pekerjaan jalan-jalan masuk sementara, dimana didalamnya memuat :
Perencanaan jalan-jalan masuk sementara, termasuk jaringan drainase jalan dan
fasilitas-fasilitas penyeberangan lainnya yang memotong jaringan drainase tersebut;
Metode kerja dan jadual pelaksanaan jalan-jalan masuk sementara.
104
Kontraktor tidak boleh memulai konstruksi pekerjaan jalan-jalan masuk sementara sampai
mendapat persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Bagaimanapun, persetujuan
tersebut tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas tugas-tugasnya atau
pertanggungjawabannya berdasarkan Kontrak.
Kontraktor harus membuat jalan-jalan masuk sementara sesuai dengan gambar-gambar dan
program konstruksi yang telah disetujui. Kontraktor atas biayanya sendiri harus bertanggung
jawab terhadap kerusakan-kerusakan jalan-jalan masuk, termasuk jalan-jalan yang telah ada
di sekitar rute-rute jalan-jalan masuk sementara tersebut yang disebabkan oleh lalu lintas
peralatan berat atau truk-truk yang digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaian
pekerjaan. Pada waktu semua pekerjaan telah selesai dilaksanakan, jalan-jalan masuk
sementara tersebut harus dibongkar/dibersihkan dan ditinggalkan dalam kondisi yang
mendekati aslinya sehingg diperoleh persetujuan dari Pemilik Proyek.
Pekerjaan-pekerjaan Untuk Membebaskan Air
Pembuangan air yang digunakan selama penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung jawab
Kontraktor atas biayanya sendiri.
Kontraktor harus menyiapkan dan memelihara bangunan pengelak(cofferdam), saluran-
saluran, saluran pembuang dan saluran pengelak sementara ( temporary diversion
channel) dan pekerjaan-pekerjaan pengeringan, dan harus menyediakan, memasang dan
mengoperasikan dan memelihara semua pompa-pompa yang diperlukan dan peralatan yang
lain untuk membuang air dari bermacam bagian pekerjaan dan untuk menjaga pondasi-
pondasinya juga bagian-bagian lain dari pekerjaan tersebut agar bebas dari air seperti yang
disyaratkan untuk sebuah pelaksanaan konstruksi yang benar. Kontraktor harus
bertanggung jawab dan harus memperbaiki dengan biayanya sendiri atas kerusakan-
kerusakan yang disebabkan oleh banjir, kegagalan dalam pekerjaan pengeringan
(dewatering) atau dalam pekerjaan pengamanan.
Dalam pekerjaan pengeringan harus digunakan cara agar dapat dicegah terjadinya
kehilangan partikel-partikel halus dari dinding, dasar atau dari pondasi saluran, sehingga
tetap terpeliharanya stabilitas kemiringan galian, dan menghasilkan pelaksanaan konstruksi
yang bebas dari genangan air, dan juga akan menghasilkan dasar saluran, dinding saluran
dan pondasinya kondisinya cukup kering dan dengan demikian dapat dilaksanakan
pekerjaan pemadatan bahan- bahan tibunan yang telah ditempatkan di dalam saluran.
Kontraktor harus melakukan pengukuran yang memadai untuk mengontrol rembesan air
kedalam saluran, pondasi-pondasi saluran dan dimanapun, untuk menghindari genangan air.
Setelah semua tujuan yang diinginkan tercapai, maka semua fasilitas-fisilitas sementara
untuk pekerjaan pengeringan harus dibongkar atau diratakan/dibersihkan agar dapat terlihat
105
saluran yang telah dibuat tersebut dan juga tidak mengganggu jalannya pengoperasian
saluran-saluran tersebut dan bangunan-bangunan pelengkapnya atau terhadap pengaliran
alam lainnya.
Metode yang dipakai oleh Kontraktor untuk pembebasan/pembuangan air harus mendapat
persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Perlindungan Pekerjaan
Kontraktor harus melindungi pekerjaan-pekerjaan, dengan cara-cara yang seharusnya dan
dengan pertimbangan yang menurut Kontraktor penting untuk dilakukan, yaitu perlindungan
dari kerusakan akibat hujan, limpasan air permukaan, banjir, aliran yang masuk, limpasan
air dari terusan-terusan alam, saluran-saluran irigasi dan sungai, infiltrasi air dari lapisan
tanah bagian bawah dan akibat kegagalan pekerjaan perlindungan sungai atau kejadian
semacamnya yang mungkin terjadi di areal proyek. Kontraktor harus merencanakan dan
menjadualkan pengerjaannya untuk memperkecil bahaya atas kerusakan semacam itu.
Setiap kerusakan terhadap pekerjaan, atau keterlambatan terhadap pengerjaannya yang
diakibatkan oleh kejadian-kejadian semacam itu, apakah kelalaian tersebut dianggap
membahayakan atau tidak, maka Kontraktor harus memperbaikinya dan tidak ada tuntutan
berkenaan dengan pembayaran tambahan atau penambahan waktu.
Pekerjaan Bangunan Pengelak Sementara
Kontraktor harus membuat bangunan pengelak sementara pada bangunan-bangunan
seperti : jembatan, siphon, gorong-gorong, dan lain sebagainya seperti yang dibutuhkan
untuk melindungi bangunan-bangunan tersebut dan atas biayanya sendiri. Bangunan
pengelak (cofferdam) dan saluran pengelaknya (diversion channel) harus dibuat agar selama
pelaksanaan konstruksi air sungai atau banjir dapat dengan aman dialirkan ke hilir tanpa
mengakibatkan air meluap atau merusakkan bangunan pengelak sementara, yang secara
keseluruhan merupakan bagian dari pekerjaan permanen.
Tidak kurang dari lima belas (15) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan
pengelak sementara, Kontraktor harus mengajukan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan
untuk mendapatkan persetujuannya mengenai detail perencanaan dan program konstruksi
yang meliputi :
Detail perencanaan bangunan pengelak (cofferdam) dan bahan-bahan konstruksinya;
Metode kerja dan jadual waktu pelaksanaan untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan
pengelak sementara.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pekerjaan bangunan pengelak sementara hingga
diperoleh persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Bagaimanapun, persetujuan
106
semacam itu, tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor berdasarkan kontrak.
Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan bangunan pengelak sementara tersebut sesuai
dengan gambar-gambar dan program konstruksi yang telah disetujui. Pada waktu
pelaksanaan pekerjaan permanen telah selesai, maka bangunan pengelak sementara
tersebut harus dibongkar/dibersihkan dari lapangan pekerjaan sampai mendapat persetujuan
dari Pemimpin Pelaksana kegiatan.
Pemeliharan Pengaliran Air di Saluran
Kontraktor tidak boleh terlibat kegiatan irigasi selama penyelesaian pekerjaan-pekerjaan.
Pemimpin Pelaksana Kegiatan, bilamana perlu dapat memerintahkan Kontraktor untuk
membuat bangunan pengelak sementara, atau yang lainnya, pekerjaan-pekerjaan pada
saluran-saluran irigasi yang ada sehingga dapat memenuhi Pasal ini.
Kontraktor harus, bilamana dibutuhkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, mengajukan
programnya untuk pemeliharaan pengaliran air irigasi untuk memperoleh persetujuan dari
Pemimpin Pelaksana Kegiatan. Setelah program tersebut telah disetujui atau dimodifikasi
seperti yang diminta oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, maka pekerjaan semacam
bangunan pengelak sementara, atau yang lainnya, dapat dilaksanakan sesuai dengan
program yang telah disetujui.
Biaya untuk upah tenaga kerja, bahan-bahan konstruksi dan pengadaan lainnya yang
diperlukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk tujuan-tujuan seperti yang telah
dijelaskan diatas harus ditanggung oleh Kontraktor. Tidak ada pembayaran untuk biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam memenuhi persyaratan-persyaratan atas sub-
Pasal ini, biayanya harus dianggap sudah termasuk dalam Harga Satuan item-item
berbagai macam pekerjaan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pengendalian Keamanan dan Kesehatan
Umum
Semua hal yang menyangkut pengendalian keamanan dan kesehatan sangat diperlukan
dalam penyelesaian pekerjaan, tetapi tidak mutlak, seperti : penyelenggaraan sanitasi,
pembersihan lokasi-lokasi proyek, kontrol bahan peledak dan bahan bakar, pemagaran
sementara lokasi proyek, tindakan pengendalian keamanan dan pencegahan dari bahaya
kebakaran, harus diselenggarakan dan dikelola Kontraktor atas biayanya sendiri.
Kontraktor berdasarkan caranya sendiri bertanggung jawab atas semua pengendalian
keamanan dan kesehatan, dan harus mengajukan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan
untuk mendapat persetujuan mengenai organisasi dan peraturan-peraturannya untuk tujuan-
tujuan tersebut diatas. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk memenuhi ketentuan dari
107
Pasal ini dan semua biaya harus dianggap sudah termasuk dan tercakup dalam Harga
Kontrak.
Sistem Pengendalian Keamanan
Kontraktor harus menentukan sistim pengendalian keamanan dan organisasinya untuk
menunjang kelancaran pekerjaan dan mengajukannya kepada Pemimpin Pelaksana
Kegiatan untuk mendapat persetujuan. Sistim pengendalian keamanan tersebut harus
memiliki kapasitas peralatan yang memadai, begitu juga dengan fasilitas dan personilnya
harus mampu untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan dan kerusakan bagi personil dan
harta benda miliknya.
Sistim pengendalian keamanan harus dilaksanakan sesuai dengan program yang telah
disetujui dan dibuat berdasarkan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
Pemimpin Pelaksana Kegiatan atau wakilnya mempunyai hak untuk memerintahkan
Kontraktor melaksanakan sistem tersebut dari waktu ke waktu, bilamana hal ini dianggap
penting berdasarkan pendapat Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Penyelenggaraan Sanitasi
Kontraktor harus menjaga agar lokasi pekerjaan tetap dalam keadaan bersih dan sehat, dan
harus menyelenggarakan dan mengelola sanitasi (penjagaan kesehatan dan kebersihan)
dengan sebaik-baiknya untuk tenaga kerja yang digunakan dalam penyelesaian
pekerjannya pada tempat-tempat seperti yang disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan
dan atau oleh pemerintah setempat dan atau oleh instansi lain yang terkait, dan untuk
semua orang yang terlibat dalam proyek ini diwajibkan melaksanakan program
sanitasi dengan sebaik-baiknya.
Kontraktor harus menempatkan papan pengumuman dan papan tanda peringatan lainnya,
bilamana hal ini dianggap perlu, untuk menjaga agar lokasi proyek tetap bersih.
Bahan Peledak dan Bahan Bakar
Kontraktor harus mengatur masalah transportasi, penyimpanan dan pengelolaan bahan
peledak dan bahan bakar dengan cara yang aman untuk melindungi kepentingan umum
sesuai dengan hukum dan peraturan-peraturan keamanan yang berlaku.
Pengaturan mengenai pengisian kembali bahan-bahan bakar pada tempat-tempat
pembuatan konstruksi (bengkel-bengkel) dan kendaraan-kendaraan harus berdasarkan
persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Kontraktor harus mendapatkan segala macam perizinan yang diperlukan, dan harus
membayar semua pengeluaran dan ongkos-ongkos sehubungan dengan pemindahan
bahan-bahan peledak dan bahan-bahan bakar dari suatu tempat ke tempat yang lain
108
termasuk penyimpanannya, dan harus memenuhi semua syarat-syarat yang diperlukan
untuk mendapatkan persetujuan pihak berwenang terkait dari Pemerintah Indonesia.
Kontraktor harus menyediakan dan memasang suatu sistim peringatan keamanan yang
efisien yang dapat memberikan rasa aman bagi semua orang bilamana bahan-bahan
peledak tersebut diledakkan. Kontraktor harus menjamin, bahwa sebelum pelaksanaan
peledakan, lokasi peledakan tersebut harus cukup jauh dengan pemukiman penduduk,
bebas dari pejalan kaki dan lalu-lintas kendaraan. Kontraktor harus memberi tanda bendera
pada setiap jalan masuk ke lokasi peledakan tersebut dan menghentikan lalu-lintas dari luar
yang akan masuk ke wilayah tersebut, sampai bendera tanda “semua aman ” dikibarkan.
Lokasi-lokasi gudang bahan-bahan peledak harus disetujui oleh Pemimpin Pelaksana
Kegiatan. Tangki bensin yang diletakkan di atas tanah dan tanki penyimpanan gas LPG tidak
boleh ditempatkan dalam radius kurang dari 100 meter dari barak pekerja atau bangunan-
bangunan lainnya di lokasi proyek tersebut. Kontraktor tidak boleh menggunakan sembarang
bahan-bahan peledak tanpa adanya persetujuan tertulis dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Persetujuan dari Pemimpin Pelaksana Kegiatan tidak akan mengurangi tanggung jawab
Kontraktor atas semua pekerjaan peledakan tersebut.
Perlindungan terhadap Bahaya Kebakaran
Kontraktor harus megambil segala tindakan untuk menghindari terjadinya kebakaran di
lokasi proyek dan menyediakan apa yang menjadi pertimbangan Pemimpin Pelaksana
Kegiatan yaitu peralatan yang cocok dan memadai untuk mencegah kebakaran yang siap
pakai di semua bangunan-bangunan, gedung-gedung dan pekerjan-pekerjaan yang sedang
dalam pelaksanaan , termasuk lokasi perumahan staf, barak pekerja dan bangunan-
bangunan pelengkap lainnya. Kontraktor harus menjaga peralatan semacam itu dan
peralatan tambahan untuk mencegah kebakaran yang mungkin diperlukan, dalam kondisi
yang baik sampai semua pelaksanaan pekerjan-pekerjaan selesai dan dapat diterima oleh
Pemilik Proyek.
Kontraktor harus berusaha sekuat tenaga memadamkan api bilamana terjadi kebakaran di
lokasi proyek, dari manapun api tersebut berasal. Sehubungan dengan hal itu, maka
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan
dilapangan, termasuk peralatan dan tenaga kerja dari sub-kontraktornya.
Penyelidikan Lapisan Tanah Bagian Bawah
Umum
Bilamana ditentukan atau diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor
harus mengadakan penelitian dan pengambilan benda-benda uji dari bahan- bahan
109
konstruksi dan air yang berhubungan dengan pekerjaan tanah dan bangunan-bangunan.
Investigasi dilakukan dengan cara membuat lubang dengan sistem pengeboran atau sumur-
sumur percobaan. Lokasi penyelidikan, metode penelitian dan pengambilan benda-benda uji
akan ditentukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan berdasarkan kasus-perkasus.
Kontraktor harus menugaskan staf yang berpengalaman dalam penelitian lapangan untuk
menangani pekerjaan lapangan ini.
Khususnya bilamana diperintahkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor harus
mengambil benda-benda uji yang berasal dari pondasi bangunan-bangunan saluran yang
besar untuk menganalisa kadar gipsum, kadar sulfat dan nilai pH-nya dan dari pondasi
gedung-gedung untuk menentukan derajat perluasan kadar bahan-bahan kimia tersebut.
Peralatan
Kontraktor, bilamana diperintahkan, harus menyediakan semua peralatan dalam tempo 72
jam yang akan digunakan untuk penelitian hingga penyelesaian seluruh pekerjaan atau
hingga jangka waktu yang yang telah disetujui Pemimpin Pelaksana Kegiatan, dengan jenis
peralatan sebagai berikut :
Bor berdiameter 150 mm, panjang 10 m dengan gagang yang dapat diperpanjang
dan kekang bor (spare auger bit) untuk bornya. Lubang
bor dibuat tidak lebih dari 5 m dalamnya, umumnya diperlukan untuk pemboran
dengan hingga kedalaman 5 m. Kedalaman lubang bor diukur dari permukaan tanah
asli, atau dari dasar lubang bor atau dari hasil penggalian tanah, seperti yang
ditetapkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Peralatan pengujian permeabilitas lapangan sesuai dengan Des. E.19 of the US
Bureau of Reclamation Earth Manual, 1974.
Peralatan pengambilan contoh untuk membawa benda-benda uji tanah terganggu
dan tak terganggu, dan benda-benda uji untuk pengecekan air.
Kotak-kotak tempat penyimpanan benda-benda uji.
Metode Pekerjaan
Kontraktor harus melaksanakan penelitian sesuai dengan ketentua BS 5930 dan BS 1377,
atau berdasarkan Standard Indonesia yang relevan. Semua kotak-kotak yang berisi benda-
benda uji harus diberi label dengan tulisan yang jelas dan tidak mudah dihapus dan
dilengkapi dengan nomor referensi, nomor sumue percobaan dan kedalaman pengambilan
benda-benda uji tersebut. Benda-benda uji tersebut harus dibawa ke laboratorium Pemimpin
110
Pelaksana Kegiatan, atau laboratorium lain yang ditunjuk, selambat-lambatnya tidak lebih
dari 24 jam setelah pengambilan benda-benda uji tersebut.
Catatan-catatan
Kontraktor harus membuat catatan yang mendetail di lapangan setiap melaksanakan
penelitian dilapangan dengan menggunakan formulir-formulir yang telah disetujui oleh
Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk semua penelitian lapisan tanah bagian bawah yang
dilakukannya. Catatan-catatan tersebut berisi penjelasan dari bahan- bahan konstruksi yang
diketemukan sesuai dengan kedalamannya. Salinan dari setiap catatan harus diserahkan
kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan dengan batas waktu tidak boleh lebih dari 1 (satu)
hari setelah pencatatannya. Penjelasan pada catatan ini harus sesuai dengan ketentuan
dari BS 5930.
Setiap catatan harus memperlihatkan elevasi permukaan tanah pada saat permulaan
penelitian yang mengacu pada elevasi datum berkenaan dengan Pasal 9.1: Bagian I (Titik-
titik tetap). Harus dicatat juga elevasi muka air yang pertama kali ditemui, elevasi-elevasi
muka air lainnya yang relevan, kedalaman di mana benda-benda uji tersebut diambil, dan
kondisi alamiahnya dan jumlah referensi benda-benda uji.
Pada tahap penyelesaian setiap penelitian, Kontraktor harus membuat dan mengajukan
lima salinan hasil penelitian tersebut dalam suatu formulir yang telah disetujui oleh
Pemimpin Pelaksana Kegiatan, termasuk hasil-hasil dari pengujian-pengujian yang dilakukan
di laboratorium Pemimpin Pelaksana Kegiatan atau laboratorium-laboratorium lainnya yang
ditunjuk.
Sumur-sumur Percobaan
Bilamana diperlukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor harus melakukan
penyelidikan tanah yaitu dengan pengujian sumur-sumur percobaan dengan kedalaman
dan waktu seperti yang ditentukan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Sumur-sumur percobaan tersebut harus digali seperti yang ditentukan oleh Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dan harus tetap terbuka berdasarkan petunjuk Pemimpin Pelaksana
Kegiatan. Dalam periode tersebut diperlukan tindakan-tindakan keamanan yang cukup
memadai agar sumur-sumur tersebut bebas dari genangan air.
Mobilisasi, Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Pembersihan Akhir
Mobilisasi dan Pekerjaan Persiapan
Biaya-biaya mobilisasi dan pekerjaan persiapan dimaksudkan untuk mengganti biaya
operasional Kontraktor, termasuk didalamnya tetapi tidak mutlak, seperti kebutuhan untuk
perpindahan staf, peralatan, pengeluaran tambahan ke lokasi proyek, pembuatan kantor-
111
kantor, tempat pembuatan peralatan konstruksi, fasilitas-fasilitas lainnya di lokasi proyek,
juga termasuk biaya mobilisasinya dan untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang biaya
operasionalnya harus ditanggung Kontraktor, atau biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh
Kontraktor untuk kegiatan pendahuluan pekerjaan dan untuk pembayaran hal-hal lain yang
tidak disebutkan dalam kontrak.
Semua fasilitas-fasilitas yang dibuat, atau dibawa ke lokasi proyek, harus dianggap sudah
menjadi ketentuan-ketentuan dari paragraf ini, kecuali kalau ada ketentuan khusus dari
Pemimpin Pelaksana Kegiatan yang menetapkan rincian hal-hal lain secara terulis.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk kecukupan, keefesienan , penggunaan,
perlindungan, pemeliharaan, perbaikan, dan perawatan dari semua fasilitas. Fasilitas-
fasilitas tersebut yang termasuk dalam paragraf ini tidak boleh dibongkar atau dipindahkan
dari lokasi proyek tanpa adanya persetujuan tertulis dari Pemimpin Pelaksana kegiatan
sebelum pekerjannya dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak.
Pekerjaan Pembersihan Akhir
Bilamana pekerjaan berdasarkan kontrak sudah selesai dikerjakan, Kontraktor harus
membongkar dari lapangan semua fasilitas, termasuk : tempat pembuatan untuk pekerjaan
konstruksi (bengkel) , dan peralatan yang bukan merupakan bagian dari pekerjaan-
pekerjaan permanen. Lokasi proyek harus dibersihkan dari semua sampah, bahan- bahan
konstruksi yang tidak berguna dan fasilitas-fasiltas sementara dari jenis apapun dan harus
ditinggalkan dalam kondisi yang rapih dan bersih.
Pembongkaran
Umum
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan konstruksi untuk
pelaksanaan pembongkaran keseluruhan maupun sebagian bangunan-bangunan, seperti
yang ditentukan dalam gambar-gambar dan sesuai dengan petunjuk dari Pemimpin
Pelaksana Kegiatan.
Pembongkaran harus termasuk hal-hal sebagai berikut:
Pembongkaran bangunan-bangunan untuk dibuang semuanya;
Pembongkaran lining beton untuk dibuang semuanya;
Pembongkaran bronjong/pelindung tanggul sungai untuk dibuang semuanya;
Pembongkaran secara hati-hati bagian dari suatu bangunan tanpa merusak bagian lain
bangunan tersebut yang akan menopang sebagian dari bangunan yang baru;
Perlindungan terhadap bangunan-bangunan atau bagian-bagian dari bangunan yang
sama dari kerusakan selama pelaksanaan pembongkaran;
112
Pengumpulan bahan-bahan buangan/bahan- bahan konstruksi yang tak terpakai lagi
ketempat pembuangan atau seperti yang telah ditetapkan oleh Pemimpin Pelaksana
Kegiatan;
Pembongkaran pintu-pintu air dan peralatan lainnya, pembersihan dan
penyimpanannya ke gudang PU atau gudang lain seperti yang ditunjuk oleh Pemimpin
Pelaksana Kegiatan;
Semua bahan- bahan konstruksi, pintu-pintu air dan peralatan yang dipindahkan
sehubungan dengan pekerjaan-pekerjaan pembongkaran dan tidak diperlukan lagi untuk
pekerjaan-pekerjaan permanen, harus dipindahkan ke tempat yang lain sejauh 20 ( dua
puluh) kilometer atau seperti yang ditetapkan oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan.
Pembongkaran pekerjaan pasangan batu dan pekerjaan beton pada bangunan-bangunan
yang sudah ada yang sebagian harus disisakan, harus dilakukan dengan tenaga manusia
dengan menggunakan palu yang besar dan pahat besi sampai mencapai garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang diinstruksikan oleh Pemimpin
Pelaksana Kegiatan. Setiap kerusakan yang ditimbulkan terhadap pekerjaan tersebut
selama pekerjaan pembongkaran harus diperbaiki atau diganti atas biaya dari Kontraktor.
Pengukuran awal pada semua bagian-bagian dari bangunan utama yang akan dibongkar,
termasuk bangunan-bangunan di saluran primer dan bangunan di saluran sekunder,
bangunan-bangunan sadap tersier, tetapi tidak temasuk jaringan tersier dan bangunan-
bangunan kecil yang lainnya, akan dilakukan pencatatan sebagaimana mestinya.
Pembayaran untuk pembongkaran pekerjaan beton, pasangan batu dan pintu-pintu air
menggunakan harga satuan yang tertuang
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga-harga tersebut sudah termasuk dalam
biaya dari seluruh pekerjaan yang dijelaskan dalam Pasal ini. Pembayaran untuk
pembongkaran bangunan-bangunan yang kecil harus dianggap sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan pembersihan lokasi, dan harga tersebut sudah termasuk biaya untuk
semua pekerjaan seperti yang diuraikan dalam Pasal ini.
113
BAB XIV. SPESIFIKASI TEKNIS
Rencana umum pelaksanaan pekerjaan
Rencana umum dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Saluran Pembuang
Pajaran akan disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal ini akan merupakan
tahap-tahap penyelesaian suatu item pekerjaan yang akan mewujudkan prestasi pekerjaan
secara berkala mulai dari kegiatan–kegiatan awal/persiapan dan lain-lain. Pengadaan alat
berat , pengadaan bahan-bahan dan tenaga kerja secara efesien akan dapat menghasilkan
volume kerja yang sesuai, disamping memudahkan dalam pengaturan kerja dilapangan dan
akan menciptakan kualitas kerja yang baik dan waktu penyelesaian yang ideal sesuai
rencana.
Pengukuran Saluran
Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran dilapangan sebelum mulai pelaksanaan
pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai semua
dilaksanakan atau akhir pekerjaan finishing.
Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus Disyahkan
oleh Direksi Pekerjaan, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan
dipergunakan sebagai dasir perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan.
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan melakukan
pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan. Semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus Disyahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dipergunakan sebagai dasar acuan
guna mempersiapkan gambar purna bangun (As Built Drawing).
Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Direksi Pekerjaan
sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa, dan
Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya
sebagai chek berkala atau stick proof, misalnya kedalaman pondasi, batas pembebasan
tanah dan lain sebagainya.
Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data dan
perhitungan hasil pengukuran yang sudah Disyahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan Pembersihan Bangunan Lama
Sebelum dilaksanakan pekerjaan pembangunan konstruksi maka pihak penyedia jasa harus
melakukan pekerjaan pembersihan bangunan lama yang ada. Sebagian besar bangunan
lama ini dalam kondisi rusak. Untuk itu tubuh bendung lama, pasangan lama dan konstruksi
lama lainnya harus di angkat dan dibersihkan dari lokasi yang akan dibangun.
114
Pihak penyedia jasa diharapkan mampu melaksanakan pembersihan bangunan lama ini
dengan menggunakan beberapa metode yang dimiliki oleh penyedia jasa.
Bangunan lama yang kondisinya rusak ini nantinya akan digantikan dengan bangunan baru
yang telah direncanakan oleh konsultan perencana yang ditunjuk oleh pihak dinas.
Pekerjaan Tanah
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah meliputi semua pekerjaan sebagai berikut :
1. Pengupasan dan pembersihan
2. Galian terbuka termasuk parit
3. Timbunan, pembuatan lantai kerja dan pekerjaan permukaan
4. Galian bahan-bahan yang berguna maupun yang dibuang
5. Pekerjaan galian dan timbunan, seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
Rencana Kontraktor yang menerangkan mengenai pelaksanaan pekerjaan galian atau
timbunan untuk setiap macam kegiatan, misalnya pekerjaan pada Saluran Pengelak (Box
culvert), Bendungan Utama, Bangunan Pelimpah, Bangunan Pengambilan, Jalan Masuk
dan Jalan Hantar, harus diserahkan pada Direksi 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum
kegiatan di atas dilaksanakan.
Harga satuan untuk semua macam pekerjaan galian, timbunan, pembuatan lantai kerja dan
pekerjaan permulaan dicantumkan dalam Rencana Biaya Pekerjaan (BOQ).
Sifat-sifat Lapisan Tanah
Kontraktor harus menguasai, berdasarkan semua data yang tersedia yang berkaitan dengan
pekerjaan tanah dan sifat-sifat lapisan tanah serta bahan-bahan yang akan digali dan
digunakan sebagai bahan timbunan, hal-hal sebagai berikut :
- Situasi umum ditempat pekerjaan;
- Hambatan/permasalahan yang ada ditempat itu;
- Aliran air sungai;
- Permukaan tanah;
- Kemungkinan terjadinya banjir;
- Kewajiban-kewajibannya untuk pembelokan aliran dan pengamanan air;
- Kerikil dan batu;
- Muka air tanah dan air sungai, batuan lepas atau batuan masif;
- Pohon-pohon, semak-semak, kayu dan kotoran;
- Rintangan dari bermacam-macam jenis dan material alami dalam bentuk apapun.
Harga satuan di dalam Daftar Kuantitas dan Harga harus mencerminkan perkiraan
Kontrakor.
115
Dimensi, Batas dan Ketinggian Pekerjaan-pekerjaan Tanah
Semua pekerjaan tanah harus dilaksanakan menurut dimensi, batas dan ketinggian
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau seperti ukuran dan ketinggian lain
sebagaimana ditentukan oleh Direksi. Dimensi dan batas yang berdasarkan pada atau yang
berhubungan dengan permukaan tanah, harus ditunjukkan kepada Direksi sebelum dimulai
pekerjaan tanah di suatu lokasi.
Untuk keperluan spesifikasi tersebut, penentuan ketinggian permukaan tanah asli harus
mengikuti permukaan tanah atau permukaan dasar sungai sebelum memulai pekerjaan
tanah, sesuai dengan yang tercantum pada Pasal 5 dalam Spesifikasi Umum.
Kontraktor harus melengkapi dan bertanggung jawab penuh untuk penetapan posisi
pekerjaan-pekerjaan dan menetapkan dalam jumlah yang memadai titik-titik tetap dan titik-
titik ikat. Survai yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor digambarkan pada Pasal 5 dalam
Spesifikasi Umum.
Metode Penggalian
Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan galian dalam kondisi jenis
material apapun yang mungkin akan dihadapi dan dengan suatu metode-metode atau
gabungan dari beberapa metode yang menurut pertimbangan Kontraktor yang paling cocok
berdasarkan pada batasan-batasan yang ada.
Kontraktor harus memberi pertimbangan pada permasalahan-permasalahan yang
disebutkan pada Sub Pasal 2.1.1 (sifat-sifat lapisan tanah) dan jalan masuk yang menuju ke
lokasi pembuangan tanah, lokasi penimbunan dan lokasi “stock pile” dan semua faktor-faktor
lainnya yang berkaitan.
Sejauh dapat dilaksanakan jalan masuk dan jalan angkut harus dibatasi pada jalan-jalan
pelayanan ketempat kerja atau rute-rute lainnya yang telah disetujui oleh Direksi, untuk
membatasi seminimal mungkin gangguan terhadap penduduk di sekitar pekerjaan.
Pengangkutan Material Hasil Galian
Pengangkutan material-material hasil galian ke tempat timbunan tanggul, urugan kembali,
“stock pile” atau pembuangan kelebihan material ataupun material yang tidak memenuhi
syarat harus dilaksanakan sesuai dengan jadual pelaksanaan yang telah disetujui Direksi.
Kontraktor harus mengangkut material melalui rute yang terdekat antara tempat penggalian
dan tempat penimbunan atau tempat pembuangan material untuk membatasi seminimal
mungkin gangguan terhadap penduduk di sekitar lokasi kerja.
116
Pembuangan Bahan Hasil Galian
Bahan galian yang tidak memenuhi syarat atau kelebihan material hasil galian dibuang
dilokasi kaki tanggul luar kecuali ditentukan lain atas perintah dari Direksi. Kontraktor harus
merapikan dan meratakan permukaan timbunan tanah buangan yang tidak beraturan pada
profil, pada ketinggian dan permukaan yang disetujui oleh Direksi. Lokasi timbunan tanggul
yang sudah jadi tidak boleh dipakai untuk penimbunan sementara hasil galian kecuali
disetujui Direksi secara tertulis. Kontraktor juga harus memelihara aliran air yang diakibatkan
oleh longsoran puncak-puncak timbunan/gundukan tanah.
Galian Tanah Biasa Langsung Untuk Timbunan/Dibuang
Pekerjaan galian tanah biasa yang harus dilaksanakan di bantaran sungai berupa
pendalaman, pelebaran dan pembentukan profil dari sungai yang ada. Pekerjaan galian
harus dilaksanakan oleh Kontraktor sesuai dengan batas-batas, permukaan dan dimensi
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi.
Jarak angkut untuk material hasil galian baik yang digunakan untuk timbunan atau yang
harus dibuang, dengan cara apapun, harus didefinisikan sebagai jarak antara pusat berat
dari tempat galian dan pusat berat dari tempat pembuangan atau tempat penimbunan
melalui jalan kerja terdekat yang dapat dilalui dan disetujui sebelumnya oleh Direksi.
Untuk jarak angkut yang melebihi dari yang disebutkan di atas, jika diperlukan, akan
dihitung berdasarkan atas analisa harga satuan dari Kontraktor yang digunakan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga dengan menyesuaikan jarak angkut yang diperlukan.
Pembayaran untuk galian tanah yang terdiri dari berbagai jenis material, dengan kedalaman
diatas atau dibawah air, harus dilakukan berdasarkan harga satuan per meter kubik yang
dimaksud di dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan harus dianggap termasuk konpensasi
untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material-material, peralatan, alat bantu dan
sebagainya, untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan teknik pelaksanaan terbaik dan
sepenuhnya sesuai semua persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini.
Pelaksanaan Pekerjaan
Lingkup pekerjaan tanah meliputi, pekerjaan galian pondasi bangunan, galian rencana
konstruksi dan galian sedimen yang berada dilokasi pekerjaan. Apabila ada sebagian atau
seluruh material tanah hasil galian akan dipergunakan sebagai bahan timbunan tanah
tanggul atau timbunan kembali dibelakang pondasi bangunan atau pondasi bangunan, maka
material tanah yang akan dipakai sebagai bahan timbunan tersebut harus dipisahkan dan
bahan material galian tanah lainya yang tidak terpakai, sebelum diangkut kelokasi
penimbunan.
117
Jika bahan material tanah hasil galian tersebut atas pengarahan Direksi pekerjaan tidak
akan dipergunakan, maka bahan material tanah hasil galian harus diangkut dan dibuang
kelokasi pembuangan atau lokasi penimbunan yang diperlukan. Pada lokasi pembuangan
bahan material tanah hasil galian yang dibuang, harus diratakan lapis demi lapis secara rapi,
tidak boleh ditimbun menjadi satu gundukan tanah, dan tidak boleh mengakibatkan dampak
negatif pada lingkungan disekitarnya. Apabila hasil galian berupa batu maka harus ditata
dengan rapi dan sebisa mungkin tidak mengganggu selama pelaksanaan pekerjaan.
Lokasi areal tempat penimbuangan bahan material tanah hasil galian, habis dipersiapkan
dan menjadi beban tanggung jawab Penyedia Jasa, dan untuk penentuan lokasinya harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi pekerjaan.
Pelaksanaan pekerjaan galian tanah harus sesuai dan mengikuti garis batas galian yang
tergambar dalam garrbar pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
Apabila Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan galian tanah tidak mengikuti garis batas
galian seperti yang tertera dalam gambar pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh
Pengguna Jasa, maka Penyedia Jasa harus bertanggungg jawab sepenuhnya terhadap
kesalahan yang telah dilakukannya, dan kelebihan volume galian tanah tersebut tidak dapat
dibayar oleh Pengguna Jasa.
Perhitungan dan Pembayaran
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (Unit) m3.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, " Overhead " dan
keuntungan Penyedia Jasa.
Toleransi Untuk Pekerjaan Perapian
Permukaan-permukaan yang digali harus dirapikan sampai pada batas-batas permukaan
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar atau sampai pada batas-batas permukaan lain
yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Tampang lintang pekerjaan galian yang sudah selesai
dilaksanakan harus memenuhi toleransi berikut :
a. Kelebihan kedalaman galian pada saluran/palung 500 mm;
b. Kekurangan kedalaman galian pada saluran/palung 0 mm;
c. Kelebihan lebar galian pada saluran/palung 500 mm;
d. Kekurangan lebar galian pada saluran/palung 0 mm.
118
Pekerjaan Timbunan Tanah Dipadatkan
Ketentuan Umum
Pekerjaan dalam klosul ini haruslah meliputi pekerjaan melengkapi sarana-sarana dan
pemilihan bahan/material yang diperlukan penggonggokan (stockpiling) dan pencampuran
(bila perlu), transportasi, menuangkan, menebarkan, pembasahan atau pengeringan,
memadatkan, pembentukan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya demi untuk
memenuhi garis-garis dan angka/keterangan seperti yang terlihat dalam gambar konstruksi
atau sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Direksi pekerjaan.
Persyaratan Bahan/Material
Bahan-bahan timbunan haruslah diambil dari hasil galian saluran, hasil galian bangunan
konstruksi atau dari tempat pengambilan bahan timbunan yang ditentukan oleh Direksi
pekerjaan. Bahan Timbunan harus tidak boleh mengandung putung-putung potongan-
potongan (kayo dsb.), serabut, rerumputan, akar-akaran, lempengan-lempengan, bongkahan
dan barang-barang organik. Tanah liat atau bahan-bahan lainya harus dihancurkan dipukul-
pukul dan tidak diperkenankan terkumpulnya barang-barang tersebut pada kaki-kaki lereng
samping konstruksi timbunan. Diameter maksimum butiran adalah 5 cm. Bahan timbunan
tanah harus disetujui oleh Direksi pekerjaan.
Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan kelonggaran kebutuhan bahan timbunan
yang disebabkan oleh konsolidasi dan setlement (proses memadat dan yang proses
penurunan) yang tidak tersangka, walaupun pemadatan telah dispesifikasikan ataupun tidak,
sehingga bidang-bidang timbunan jadi, tinggi rendah, lebar dan dimensi tidak boleh kurang
dari pada tinggi rendah dan dimensi-dimensi yang dillhat dalam gambar kontsruksi.
Metode Kerja
Pertama kali sebelum mulai pekerjaan timbunan, Penyedia Jasa haruslah melaksanakan
suatu seri test yang meliputi test laboratorium untuk mengetahui kadai air optimum (OMC),
padat kering maksimum (yd) serta test lapangan (trial test) untuk menentukan kondisi
optimum kepadatan timbunan dan jumlah minimum lintasan tiap type peralatan yang
dipergunakan untuk pemadatan timbunan tiap jenis/type bahan timbunan, sehingga
memenuhi persyaratan/spesifikasi, pelaksanaan seri test ini dibawah pengawasan langsung
dan dapat diterima oleh Direksi pekerjaan. Biaya untuk pelaksanaan test tersebut harus
sudah termasuk didalam " Overhead " pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaan timbunan tidak boleh dilaksanakan, bila menurut pendapat Direksi
pekerjaan bahwa hasil pekerjaan timbunan yang memenuhi persyaratar tidak akan
119
tercapai sehubungan dengan keadaan hujan lebat atau keadaan lain yang tidak
layak.
Pekerjaan timbunan haruslah dilaksanakan mendatar/horisontal, melipiti seluruh lebar
bidang timbun, dengan ketebalan yang seragam tidak lebih dari 30 m ketebalan
setelah proses pemadatan. Pekerjaan menyiapkan lapisan timbun haruslah dilakukan
sedemikian rupa hingga bila dipadatkan dapat tercampur baik, dapat diperoleh tingkat
padat kering praktis lebih tinggi dan tingkat kedap air (impermeability) serta stabiiitas
tanah timbunan padat terbaik. Bila ada permukaan suatu lapisan tanah timbunan atau
bidang kontak samping yang terlalu kering atau halus untuk dapat menyatu secara
baik dengan lapisan tanah. timbunan selanjutnya, maka permukaan lapisan tanah
tersebut harus dibasahi dan dikasarkan dengan cara yang disetujui sebelum
meletakkan lapisan timbunan berikutnya, untuk memperoleh sambungan yang dapat
diterima.
Tingkat basah tanah timbunan (kadar lengas) haruslah dikendaikan dengan cara
menjemur ataupun membasahi dengan alat semprot.
Bahan timbunan yang derajat kebasehannya melebihi derajat ketasanan yang
dipersyaratkan, tidak boleh dimasukkan/diletakkan di daerah timbunan tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan sampai bahan tersebut cukup kering dilokasi
onggokan (stockpile).
Bahan timbunan haruslah dipadatkan sehingga tercapai tingkat kepadatan tidak
kurang dari 90 % tingkat padat kering maksimum (90 % yd max).
Pembasahan yang dapat dilakukan sesuai dengan yang diterapkan Direksi Pekerjaan
haruslah dilakukan ditempat onggokan bahan timbunan (site of stockpiles) namun
apabila diperlukan pembasahan tambahan secara semprotan dapat dilakukan pada
waktu proses pemadatan. Bila tingkat kebasahan berada diluar ketentuan, maka
operasi pekerjaan timbunan harus tidak boleh dilakukan sampai bahan timbunan -
timbunan harus tidak boleh dilakukan sampai bahan timbunan dibasahi atau
dibiarkan kering sehingga memenuhi derajat kebasahan yang ditentukan, kecuali bila
ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Masing-masing lapisan tanah timbunan haruslah dipadatkan secara seragam dengan
menggunakan type penggilas (Rollers) dan atau stamping roller untuk lokasi-lokasi yang
sempit yang telah disetujui. Penggilasan/pemadatan harus dilakukan secara arah
memanjang sepaniang daerah timbunan dan secara unium mulai dari tepi luar kemudian
bergerak melebar ke arah tengah sedemikian hingga setiap bagian tanah timbunan
memperoleh perlakuan pemadatan yang sama.
120
Penyiapan Pormukaan Tanah Dasar timbunan
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan timbunan diatas tanah dasar timbunan
sebelum tanah dasar tersebut dibuka/dibersihkan, dikupas dengan baik, dipersiapken dan
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana dijumpai tanah yang tak dikehendaki atau
yang tak cocok untuk tanah pondasi seperti tanah organik dan tanah lembek sekali,
Penyedia Jasa haruslah mengadakan penggantian/perbaikan bagi tanah tersebut yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelurn melanjutkan pekerjaan timbunan. Tanah dasar
pondasi asli/tak terganggu yang tak mempunyai tingkat kepadatan yang sesuai dengan
tingkat kepadatan tanah timbunan harus dibasahi atau dikeringkan dan dipadatkan dengan
alat pemadat atau harus diambil dan diganti atau harus diperbaiki dengan cara khusus
seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Uji Kepadatan Timbunan
Untuk memastikan keseragaman kapasitas daya dukung dari timbunan yang telah
diselesaikan Penyedia Jasa akan mengadakan uji kepadatan tanah guna menunjukkan
kestabilan dengan cara pengukuran derajat padat kering untuk tiap-tiap 500 m satulah
proses pemadatan sesuai dengan standard JIS A7214 atau ASTM dengan metode
PENGGANTIAN PASIR (Sand Cone).
Perhitungan dan Pembayaran
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (unit) m3.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan. Biaya test laboratorium,
termasuk pembuatan laporan, bahan bantu dan peraiatan test laboratorium, "Overhead" dan
keuntungan Penyedia jasa.
Pekerjaan Pasangan
Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam lingkup pekerjaan batu antara lain :
Pemasangan batu ikat dengan campuran spesi 1 PC - 4 Pasir.
Plesteran dengan campuran spesi 1 PC : 3 Pasir.
Siaran dengan campuran spesi 1 PC : 2 Pasir.
121
Bahan Material
a. Bahan Material Batu
Material batu harus berupa batu pecah, berdiameter rata- rata 15 - 25 cm, keras, kuat,
tahan terhadap perubahan cuaca dan bahan kimia. Batu kapur dan batu cadas tidak
boleh dipergunakan. Permukaan tahan batuan harus bersih, tidak mengandung bahan
organik, tidak terbungkus tanah atau lumpur atau lumut. Apabila satuan volume material
bahan batu mengandung lumpur, maka material batu harus di cuci terlebih dahulu
sampai kandungan lumpur yang ada pada satuan volume bahan material batu tersebut
bersih dan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Materiai batu harus mempunyai minimum 2 (dua) bidang sisi yang permukaannya kasar,
agar ada ikatan bidang geser yang kuat antara satu batu dengan yang lain jika tidak
mempergunakan ikatan spesi, atau untuk bidang kontak ikatan spesi yang kuat antara
satu batu dengan yang lainnya jika pasangan batu memakai ikatan spesi. Bahan
material batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm, hanya boleh dipergunakan
sebagai batuan pengisi atau batuan pengunci di sela- sela bahan material batuan
utama/pokok. Bila terdapat batu utuh, bulat atau blondos, maka material batu harus
dibelah aahulu sehingga minimum mempunyai 2 (dua) bidang sisi yang kasar untuk
ikatan antara bahan material batu spesinya.
b. Bahan Material Pasir atau Agregat Halus
Bahan material pasir yang dipakai, adalah pasir pasang atau pasir beton (untuk
campuran beton) yang tidak boleh mengandung bahan kimia atau organik, harus keras,
tahan terhadap perubahan cuaca dan kandungan lumpur dalam satuan volume bahan
material harus < 3 %. Apabila kandungan lumpur atau bahan lainnya dalam satuan
volume bahan material > 3 %, maka satuan volume bahan material pasir harus dicuci
teriebih dahulu sampai kandungan lumpur yang ada didalam satuan volume bahan
menjadi < 3 %. Bahan material pasir yang akan dipakai sebagai campuran spesi, pada
saat akan dipakai harus pada kondisi SSD atau "Siturated Surface Dry", guna
mendapatkan campuran spesi yang baik.
c. Bahan Material Semen
Bahan material semen yang dipakai adalah jenis Portland atau yang ada dipasaran
harus memenuhi standard yang dikeluarkan pabrik. Bahan material semen yang
penyimpanannya telah berumur lebih dari 3 bulan tidak boleh pakai. Bahan material
semen yang telah menperas karena pengaruh cuaca, air atau bahan-bahan organik
lainnya juga tidak boleh pakai. Apabila Penyedia Jasa akan menyimpan stock bahan
122
material semen di gudang lapangan Tempat penyimpanan harus kering atau terbebas
dari pengaruh air, alas tempat penyimpanan minimum 30 cm diatas permukaan tanah
guna menghindari kelembaban udara dan tinggi tumpukan semen dalam tempat
penyimpanan maksimum 3.0 meter.
Urutan penggunaan bahan material semen yang tersimpan di gudang lapangan, harus
sesuai dengan urutan awal penyimpanan.
d. Bahan Material Air
Bahan material air yang dipergunakan sebagai bahan pencarnpur,spesi, harus air yang
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, bahan organik ataupun bahan kimia.
Pasangan Batu Belah dengan Spesi 1 PC : 4 Pasir
1. Pelaksanaan Pekerjaan
Sebagai pengikat satu batu dengan batu lainnya, dipergunakan spesi yang merupakan
adukan semen, pasir dan air. Perbandingan campuran spesi adalah 1 bagian semen : 4
bagian pasir pasang yang diaduk secara rata dengan air, agar adukan spesi bisa
homogen, Penyedia Jasa diwajibkan memakai mixer. Waktu pengadukan carnpuran
semen, pasir dan air dengan memakai molen tidak boleh lebih dari 10 menit, untuk
menghindari terjadinya ikatan awal antara semen dan Pasir didalam mixer. Tebal lapisan
spesi pada permukaan batuan minimum 1,5 cm agar bisa terjadi ikatan yang kuat antara
satu batuan dengan lainnya.
Untuk bangunan dengan pasangan batu yang tingginya lebih dari 1 meter, seperti
dinding penahan tanah, pelindung tebing dan lain sebagainya, tinggi pengerjaan
pasangan batu tidak boleh lebih dari 1 meter. Penghentian pelaksanaan pekerjaan
pasangan, tidak boleh di buat rata, melainkan harus dibuat sistem bertangga agar
sambungan pasangan lama dengan pasangan berikut diatasnya bisa terjadi satu ikatan
yang kuat.
Sebelum meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama, permukaan pasangan lama
harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran dan setelah permukaan pasangan
lama disiram dengan air semen sebagai bahan pengikat. Bidang permukaan pasangan
batu yang nampak dari luar, permukaan pasangan batu harus dibuat rata dalam satu
bidang.
123
2. Perhitungan dan Pembayaran.
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (unit) m3.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, biaya test
laboratorium termasuk pembuatan laporan, "Overhead" dan keuntungan Penyedia Jasa
pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaan Plesteran Spesi dengan 1 PC : 3 Pasir
a. Pelaksanaan Pekerjaan
Campuran spesi plesteran terdiri dari 1 bagian portland semen : 3 bagian pasir pasang
yang diaduk secara merata dengan air, dan agar adukan spesi bisa homogen, Penyedia
Jasa diwajibkan memakai mixer.
Permukaan bangunan yang akan diplester seperti pasangan batu, pasangan batu bata
pasangan beton dan lain-lain harus dibersihkan dari segala kotoran dan dibuat agak
kasar agar ada ikatan yang kuat antara permukaan bangunan dengan spesi plesteran.
Permukaan plesteran harus dibuat rata bidang, dan permukaannya dilapisi dengan
adukan semen dan air agar bisa halus sempurna. Untuk menghindari retak-retak rambut
pada permukaan plesteran yang sudah jadi harus dibasani dengan air selama minimum
7 (tujuh) hari berturut-turut.
b. Perhitungan dan Pembayaran
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitunakan dalam satuan (unit) m3.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, "Overhead" dan
keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaan Siaran Spesi dengan 1 PC : 2 Pasir
a. Pelaksanaan Pekerjaan
Spesi pekejaan siaran berupa campuran adukan 1 bagian portland semen : 2 bagian
pasir halus dan air secukupnya diaduk sampai merata.
Siaran pada celah-celah pasangan batu, harus betul-betul padat, cekung kedalam, halus
permukaannya dan untuk menghindari retak-retak rambut, pada permukaannya harus
dibasahi air selama 7 (tujuh) hari berturut-turut.
124
b. Perhitungan dan Pembayaran.
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (unit) m3.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang pakai, peralatan yang dipergunakan, "Overhead" dan
keuntungan Penyedia Jasa pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaan Beton
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan seperti yang tercantum pada spesifikasi dan
seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis. Semua
pekerjaan beton dilaksanakan pada waktu ada Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
Konstruksi.
Sebelum pemasangan instalasi atau alat apa saja yang dipakai untuk pemrosesan,
pengerjaan, pengangkutan, penyimpanan dan penentuan proporsi material beton,
pencampuran dan pengangkutan serta penempatan beton dan mortar, Penyedia Jasa
(Kontraktor) harus menyerahkan flow chart, gambar dan penjelasan tertulis agar ada
perencanaan yang baik dalam memproduksi dan menempatkan beton dan mortar yang
terkait dengan pekerjaan dalam spesifikasi ini.
Bila dalam spesifikasi ini memerlukan tipe peralatan khusus yang harus dipakai atau
prosedur tertentu yang harus diikuti, maka Penyedia Jasa (Kontraktor) dilarang menentukan
kebutuhan peralatan tersebut, kecuali Penyedia Jasa (Kontraktor) bisa menunjukkan bahwa
hasil yang diperoleh dengan pemakaian peralatan dengan alternatif tersebut sama
sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi.
Beton harus diproduksi, diangkut, diletakkan, dikeringkan, diselesaikan dan diuji oleh
Penyedia Jasa (Kontraktor) sesuai dengan yang tercantum dalam spesifikasi atau sesuai
dengan persetujuan dari Direksi Teknis.
Beton adalah campuran antara semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air
secukupnya.
Adapun perbandingan bahan campuran tersebut akan ditentukan sesuai dengan mutu beton
yang akan dihasilkan.
Campuran beton yang dihasilkan oleh perusahaan pencampur beton (ready mixed) yang
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan spesifikasi ini dapat pula diterima dengan adanya
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas Konstruksi.
125
Bahan/Material
1. Umum
(1). Semua bahan beton yang akan dipergunakan haruslah bahan-bahan yang
memenuhi persyaratan PBI 1971.
(2). Sebelum mulai pekerjaan beton, terlebih dahulu Penyedia Jasa (Kontraktor) harus
memberikan contoh dari bahan-bahan pekerjaan beton yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
Penyedia Jasa (Kontraktor) dilarang dan tidak diperbolehkan memesan bahan-
bahan beton atau mendatangkan bahan-bahan beton di dalam jumlah besar
sebelum Direksi Teknis memberikan persetujuan terlebih dahulu untuk setiap
macam atau jenis bahan yang akan dipakai.
(3). Direksi Teknis akan menyimpan contoh-contoh bahan beton yang telah disetujui
sebagai standar (patokan), dimana contoh tersebut akan digunakan sebagai
bahan pemeriksa pada saat adanya penerimaan bahan-bahan beton.
Penyedia Jasa (Kontraktor) dilarang untuk mengadakan penyimpangan dari
pengiriman bahan yang tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui tersebut,
kecuali telah ada persetujuan terlebih dahulu dari pihak Direksi Teknis.
(4). Setiap macam bahan beton yang tidak disetujui dan tidak diterima oleh Direksi
Teknis, Penyedia Jasa (Kontraktor) harus secepatnya mengeluarkan atau
memindahkan bahan-bahan beton tersebut dari lokasi proyek atas beban atau
biaya Penyedia Jasa (Kontraktor) sendiri.
2. Semen ( PC )
(1). Semen yang dipakai pada pekerjaan ini berkualitas sama dengan portland cement
seperti yang disebutkan pada PBI 1971 atau seperti standard JIS R 5210 atau
yang disarankan ASTM C-150 dan atau yang disarankan oleh Direksi Teknis.
(2). Sebelum pemesanan semen, Penyedia Jasa (Kontraktor) harus memberitahukan
kepada Direksi Teknis mengenai semen yang akan dibeli. Semen harus dikirimkan
ke lokasi disertai dengan mutu pabrik dan sertifikat pengujiannya yang harus
diserahkan kepada Direksi Teknis.
(3). Semen yang akan dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang telah disetujui
oleh Direksi Teknis, serta harus dikirimkan ke lokasi proyek dengan cara
pembungkusan yang baik atau dalam kantong yang masih benar-benar tertutup
rapat atau dapat pula dikirimkan dengan menggunakan container dari pabrik yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis.
(4). Semen harus disimpan dalam gudang penyimpanan yang benar-benar tahan
cuaca dengan aturan-aturan yang cukup untuk mencegah absorpsi cairan,
126
ditambahkan disini fasilitas penyimpanan harus mengacu persetujuan dari Direksi
Teknis dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan akses yang
mudah untuk pemeriksaan dan identifikasi dari setiap pengiriman semen.
(5). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus melengkapi serta mendirikan tempat yang
sesuai untuk tempat penyimpanan semen yang benar-benar harus kering,
mempunyai ventilasi yang baik, terlindung dari pengaruh cuaca serta cukup untuk
menyimpan dan menimbun semen dalam jumlah yang besar. Lantai dari gudang
penyimpanan semen paling sedikit harus 30 cm di atas tanah atau setidak-
tidaknya di atas genangan air yang mungkin akan terjadi di atas tanah tersebut.
(6). Semen harus dipergunakan secepat mungkin setelah pengiriman dan apabila
terdapat semen yang sudah lembab atau menggumpal yang menurut Direksi
Teknis sudah tidak bisa dipakai lagi dikarenakan pengaruh kelembaban udara
atau hal lain akan ditolak dan harus secepatnya dikeluarkan dari lokasi proyek
atas biaya Penyedia Jasa (Kontraktor).
3. Bahan Pembantu (Bahan Kimia)
(1). Pemakaian bahan kimia pembantu kecuali yang disebut dalam gambar atau
spesifikasi harus seijin tertulis dari Direksi.
(2). Apabila Penyedia Jasa (Kontraktor) akan menggunakan bahan pembantu (bahan
kimia), maka Penyedia Jasa (Kontraktor) harus mengajukan permohonan tertulis
lebih dahulu dengan disertai alasan-alasan dan bukti-bukti manfaat yang telah
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan hasil-hasil
percobaannya.
(3). Penggunaanya harus sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik dan selama
bahan-bahan pembantu ini digunakan maka harus diadakan pengawasan yang
cermat.
(4). Pemakaian bahan pembantu tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume
semen dalam adukan.
(5). Penggunaan bahan pengeras (Hardeener) pada lantai beton harus sesuai dengan
petunjuk pemakaian dari pabrik yang memproduksi bahan tersebut.
4. Agregat Halus (Pasir)
(1). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyediakan agregat halus (pasir) untuk beton
dari berbagai sumber yang disetujui sesuai dengan spesifikasi atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis.
(2). Agregat halus hendaknya mempunyai ukuran yang seragam (uniform) dan
moisture content yang tetap.
127
(3). Agregat halus disini dimaksudkan untuk memberi istilah agregat dengan partikel
maksimum 5 mm.
(4). Agregat halus terdiri dari pecahan batuan bersih, keras, padat, tahan lama dan
tidak dicat dengan gradasi memadai dan harus bebas kotoran, debu, lempung
atau zat organik lain atau material lain yang tidak diperlukan.
(5). Kadar air agregat halus yang digunakan dapat bervariasi tidak lebih dari 1,0 %
dari total air yang ada pada agregat halus dalam waktu 1 jam dan tidak boleh
bervariasi melebihi 3,0 % dalam waktu kerja 1 shift.
(6). Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bentuknya baik, yang dimaksud
disini adalah partikel yang mempunyai dimensi / ukuran maksimum tidak lebih
besar dari 3 kali ukuran minimum.
(7). Agregat halus seperti yang sudah digolongkan harus dipilih dengan tepat dan
harus sesuai dengan batas-batas di bawah ini tetapi bisa bervariasi bila ada
saran dari Direksi Teknis.
Tabel 4.1 Ukuran Ayakan dan Prosentase Berat Material
Ukura
n
ayaka
n
(mm)
Prosentase untuk berat material
yang lewat pada masing-masing
ayakan
10,00
5,00
2,50
1,20
0,60
0,30
0,15
100
90 – 100
80 – 100
50 – 90
25 – 65
10 – 35
2 - 10
(8). Prosentase zat yang merugikan pada agregat halus tidak melebihi nilai berikut :
Tabel 4.2 Daftar Zat yang Merugikan Agregat Halus
Uraian Prosent
ase
Berat
Gumpalan lempung
Material yang lewat saringan 0,088
mm
Material yang tertinggal pada
saringan 0,297 mm dan terapung
di cairan yang mempunyai berat
jenis 1,95
1,0
3,0 *)
0,5
128
* Bila material lebih halus dari pada saringan berukuran 0,088 mm, terdiri dari
debu batuan yang bebas dari lempung atau pasir, prosentase ini bisa
ditingkatkan menjadi 5,0.
Besarnya prosentase benda-benda yang mengganggu seperti yang dibawa ke
mixer tidak boleh melampaui 3 % beratnya atau 5 % pada material seperti *).
Agregat halus mungkin ditolak bila mengeluarkan warna lebih gelap daripada
standard di pengujian colorimetric untuk kotoran-kotoran organic seperti yang
dipersyaratkan pada JIS A 1105.
Hilangnya agregat halus karena 5 siklus pengujian sodium sulfat tidak boleh
melebihi 10 %.
5. Agregat Kasar (Batu Pecah)
(1). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyediakan agregat kasar (batu pecah)
untuk beton dari berbagai sumber yang disetujui sesuai dengan spesifikasi atau
sesuai petunjuk Direksi Teknis.
(2). Agregat kasar hendaknya mempunyai ukuran yang seragam (uniform) dan
moisture content yang tetap.
(3). Agregat kasar disini dimaksudkan untuk agregat yang ukuran minimum
nominalnya 5 mm dan digradasikan mulai dari 5 mm sampai ukuran terbesar
seperti yang diperlukan dalam pekerjaan beton.
(4). Agregat kasar harus bersih, keras, baru, tidak lapuk, berbentuk baik, padat, tidak
dicat, fragmen batuan yang tahan lama dan bebas dari jumlah partikel-partikel
yang panjang atau datar yang jumlahnya tidak disetujui, zat-zat organik atau
material lain yang mengganggu.
(5). Gradasi agregat kasar (prosentase untuk berat material yang lewat pada masing-
masing ayakan) harus seperti di bawah ini :
Tabel 4.3 Gradasi Agregat Kasar
Ukuran Ayakan (mm)
Prosentase untuk berat material yang lewat pada masing-masing ayakan
Ukuran Agregat Kasar (mm)
80 – 40 40 – 20 20 – 5
100 80 60 50 40 30 25 20 15
100 100 – 90 70 – 45
– 15 – 0
– –
5 – 0 –
– – –
100 100 – 90
– 55 – 20 15 – 0
–
– – – – – –
100 100 – 90
–
129
10 5
2,5
– – –
5 – 0 – –
55 – 20 10 – 0 5 – 0
Selanjutnya proporsi agregat kasar di dalam campuran beton adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Proporsi Agregat Kasar dalam Campuran Beton
Ukuran Maximum
Agregat Kasar
(mm)
Gradasi (Prosentase Berat)
80–40 mm 40–20 mm 20–10 mm 10–5 mm
80
40
20
40 – 20
–
–
40 – 20
55 – 40
–
25 – 15
35 – 30
70 – 30
15 – 10
25 – 15
45 – 20
(6). Banyaknya zat yang merugikan pada agregat kasar tidak boleh melampaui
batas-batas yang tertera berikut :
Tabel 4.5 Daftar Zat yang Merugikan Agregat Kasar
Uraian Persentasi Berat
Gumpalan lempung Partikel halus Material yang lewat saringan 0,088 mm Material yang terapung di cairan yang
mempunyai berat jenis 2,0
0,25 5,00
1,00*)
0,5
* Bila material lebih halus dari saringan 0,088 mm terdiri dari debu batuan yang
bebas dari lempung, prosentase ini bisa ditingkatkan menjadi 1,5.
Besar prosentase berat zat yang merugikan dalam berbagai ukuran, tidak boleh
melampaui 5 % dari berat benda tersebut.
(7). Agregat kasar ditolak bilamana :
- Bagian yang hilang melampaui 10 % berat pada 100 putaran, atau 40 %
berat pada 500 putaran dengan pengujian abrasi Los Angeles.
- Berat yang hilang lebih dari 12% berat, bila diuji dengan sodium sulfat 5 kali
untuk mengetahui kekerasannya.
- Prosentase berat partikel yang bentuknya kurang memadai lebih dari 60 %.
Partikel dianggap kurang baik bila dimensi maksimumnya lebih dari 3 kali
dimensi minimumnya.
6. Air
(1). Air yang dipakai untuk beton, pencucian agregat dan untuk pembasahan beton harus
betul-betul bersih dan bebas dari lumpur, zat-zat organik, alkali, garam, asam dan
kotoran yang lain.
130
(2). Fasilitas penyimpanan air yang memadai harus disediakan selama pelaksanaan
pekerjaan beton. Metode pengiriman dan penyimpanan air harus mengacu pada
saran dari Direksi Teknis.
(3). Jika diperlukan oleh Direksi Teknis, air harus diuji dengan standard pengujian yang
disetujui.
Biaya untuk pengujian air tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
(Kontraktor).
Campuran Beton
1. Komposisi
Beton harus terdiri dari semen, air, agregat halus, agregat kasar semuanya dicampur dan
diaduk sampai mencapai ketetapan yang tepat.
2. Perbandingan Campuran Beton dan Klasifikasi Beton
(1). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus melaksanakan pengujian untuk menentukan
disain campuran dari beton (concrete design mix) di bawah pengawasan dari
Direksi Teknis di laboratorium sedemikian rupa untuk menjamin seluruh beton
yang diletakkan dalam berbagai macam struktur yang berkaitan dengan pekerjaan
harus memenuhi persyaratan dari spesifikasi.
(2). Data dari perbandingan campuran harus disiapkan dan diusulkan oleh Penyedia
Jasa (Kontraktor) untuk mendapatkan beton yang memiliki faktor air semen (water-
cement ratio), pengerjaan yang cocok, ketahanan, penyusutan yang rendah dan
kekuatan desain yang dibutuhkan dengan kandungan semen minimal dan
sejumlah agregat halus.
(3). Perbandingan campuran beton akan diseleksi Direksi Teknis dari data yang akan
dikonfirmasikan melalui pengujian campuran yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa (Kontraktor) dengan cara yang telah ditentukan ini.
(4). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan campuran diatas, Direksi Teknis
akan memberitahu Penyedia Jasa (Kontraktor) bahwa perbandingan campuran
untuk beton yang akan digunakan dalam berbagai macam bagian pekerjaan.
(5). Penentuan dari perbandingan campuran oleh Direksi Teknis tidak membebaskan
Penyedia Jasa (Kontraktor) dari tanggung jawabnya untuk memproduksi dan
meletakkan beton sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Sebelum
mencampur beton untuk struktur apapun atau untuk bagian apapun, Penyedia
Jasa (Kontraktor) harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa beton yang dicampur
dengan perbandingan yang ditentukan oleh Direksi Teknis akan mengijinkan
131
Penyedia Jasa (Kontraktor) untuk memproduksi dan meletakkan beton sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
(6). Pemenuhan dari syarat kekuatan tekan beton, persyaratannya harus berdasar
pada uji kuat tekan yang dilaksanakan dengan kubus beton (15 x 15 x 15) cm
saat umur beton mencapai 28 hari.
(7). Campuran beton harus diklasifikasikan menjadi beberapa klas dan aplikasi dari
setiap campuran beton pada struktur harus dibuat dalam prinsip-prinsip dibawah
ini :
- Mutu beton K-225, digunakan untuk kolom, balok, balok kantilever, plat lantai dan
tangga, poer pondasi, sloof.
- Mutu beton K-175, digunakan untuk pondasi strauss, kolom dan sloof praktis,
balok praktis, plat atap (kanopi) dan bangunan lainnya (lihat gambar).
- Beton dengan campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil, digunakan untuk beton isi, lantai
kerja, beton rabat.
3. Kandungan Air dan Slump
Jumlah dari air yang digunakan dalam beton harus diatur oleh Direksi Teknis dengan
batas yang disahkan olehnya untuk faktor air semen yang dibutuhkan untuk menjamin
konsistensi yang benar dari beton, perlu dipertimbangkan kadar kelembaban dan
gradasi dari agregat yang dimasukkan ke dalam mixer.
Penambahan dari air untuk mengimbangi kekakuan dari beton sebelum pengecoran
tidak diperbolehkan.
Pengecekan dari slump harus diambil secara kontinyu. Direksi Teknis akan menentukan
slump yang dapat diterima untuk masing-masing kelas dari beton dan Penyedia Jasa
(Kontraktor) harus mengacu terhadap hal itu.
4. Ready Mix
(1). Penggunaan ready mix (beton pabrik) diijinkan dengan campuran sesuai dengan
yang telah ditentukan.
(2). Persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton dengan ready mix sama dengan
persyaratan apabila campuran beton dibuat sendiri.
Campuran Percobaan
1. Sebelum dimulainya pekerjaan beton yang permanen, Penyedia Jasa (Kontraktor)
harus melaksanakan campuran untuk percobaan untuk setiap kelas beton seperti
yang disyaratkan di bawah pengawasan Direksi Teknis. Percobaan campuran
132
beton harus berlangsung terus sampai menghasilkan beton sesuai dengan
spesifikasi.
2. Campuran percobaan beton harus dibuat dari 3 (tiga) campuran yang sama dan
dari setiap campuran akan diambil 6 (enam) buah kubus beton. 3 (tiga) buah
diantaranya akan di test pada umur 7 (tujuh) hari dan 3 (tiga) buah selebihnya
pada umur 28 (dua puluh delapan) hari.
Test pada umur 7 hari akan dipergunakan untuk menentukan kekuatan beton
diantara umur 7 hari sampai 28 hari untuk memastikan kemungkinan daripada
beton yang telah dikerjakan.
Faktor pemadatan dan slump dari masing-masing ketiga campuran tersebut akan
dipakai pula sebagai perbandingan.
3. Target kekuatan kubus untuk umur 28 hari yang dibuat dari campuran percobaan
yang dibuat untuk mutu beton tertentu harus mencapai 1,45 dari kekuatan beton
karakteristik.
Rata-rata dari hasil ketiga kubus yang berumur 28 hari dari masing-masing
campuran tidak boleh lebih kecil dari 1,15 dari kekuatan beton karakteristik.
Apabila campuran-campuran percobaan memberikan hasil yang sangat minimum
sekali, Penyedia Jasa (Kontraktor) sehubungan dengan hal tersebut di atas harus
memberikan keterangan-keterangan yang lengkap, termasuk dari hasil kekuatan
beton, tingkatan dari masing-maisng jenis batuan, tingkatan yang dicampur, slump
dan faktor pemadatan kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan.
4. Apabila ada perubahan mengenai jenis semen atau jenis batuan yang dipakai atau
apabila karena sesuatu sebab terpaksa diusulkan adanya perubahan dari pada
campuran atau komposisi beton, pemeriksaan pendahuluan daripada kubus-kubus
harus diulangi lagi dan harus mendapatkan keputusan serta persetujuan dari pada
Direksi Teknis sebelum campuran / komposisi beton yang baru itu dipergunakan.
5. Campuran percobaan akan dibuat oleh sub Penyedia Jasa (sub Kontraktor)
penyedia bahan beton jadi (ready mix), tentang perbandingan campuran yang
akan digunakan dan rencana slump yang digunakan. Penyedia Jasa (Kontraktor)
wajib mengirimkan keterangan campuran kepada Direksi Teknis sebagai dasar
campuran yang akan digunakan oleh ready mix.
6. Hasil campuran percobaan paling lambat 5 hari sebelum pelaksanaan
pengecoran, diserahkan kepada Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
Konstruksi, sebagai kelengkapan permohonan ijin pengecoran.
133
Bekisting
1. Umum
(1). Bila diperlukan atau sesuai saran Direksi Teknis, bekisting harus dipakai untuk
membentuk beton sesuai dengan yang diinginkan. Bila diperlukan bekisting harus
disanggah dengan kayu penyanggah.
(2). Penyedia Jasa harus menentukan dan mempertimbangkan unsur efisiensi dan
keselamatan dalam pemilihan tipe bekisting dan kayu penyanggah yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(3). Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar perencanaannya kepada Direksi
Teknis untuk disetujui sebelum membuat bekistingnya.
(4). Sebelum memulai pembuatan bekisting yang diperlukan untuk membentuk
permukaan beton yang sesuai, Penyedia Jasa harus menyerahkan usulan tentang
metode konstruksi bekisting untuk mendapatkan tipe permukaan akhir yang
ditentukan.
2. Bahan / Material
(1). Semua material yang dipakai untuk bekisting bahan kayu harus lebih dulu disetujui
Direksi Teknis. Kayu harus bagus dan lurus, bebas dari penyimpangan,
bengkokan dan kekeroposan, serta lebar dan tebalnya harus sama dan halus.
(2). Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI pasal 5.1.
(3). Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan
tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum 12 mm.
(4). Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong,
penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada
saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
(5). Penyangga struktur lantai (balok, lantai, dll) dapat digunakan kayu dengan ukuran
minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan papan
kelas III antara tanah dan penyangga (perancah). Sebagai perancah dapat
digunakan scafolding baja.
(6). Sebelum pemakaian ulang papan bekisting harus dibersihkan, lubang-lubang
harus disumbat dan bila perlu dipermukaan dilapisi lagi.
3. Pemasangan Bekisting
(1). Semua bagian dari bekisting atau acuan atau cetakan pembentuk beton harus
direncanakan dan dilaksanakan sebaik mungkin dan sesuai dengan ketentuan
Direksi Teknis. Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai dengan
ukuran yang ditentukan dalam gambar.
134
(2). Bekisting harus dipasang sedemikian rupa sehingga tanda-tanda sambungan
pada permukaan beton ada dalam alinyemen horizontal dan vertikal dan
sambungan antara permukaan harus halus. Bagian-bagian tepi dan sudut-sudut
beton yang terlihat terus harus dihaluskan seperti yang terlihat pada gambar atau
yang disarankan oleh Direksi Teknis.
(3). Semua bagian dari bekisting harus kaku dan kokoh serta harus di lengkapi pula
dengan ikatan-ikatan silang dan penguat lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar
supaya tidak terjadi adanya perubahan bentuk sewaktu dilakukannya pekerjaan
pengecoran, pemadatan dan penggetaran beton.
Bekisting yang dibuat dari kayu atau plywood harus benar-benar dibuat sebaik
mungkin serta dari kayu yang tahan cuaca. Semua sambungan harus benar-benar
cukup terkait dan rapat untuk menghindari adanya kebocoran beton.
(4). Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus betul-betul bersih dan semua
sisa potongan kayu-kayu kecil, debu bekas gergaji, sisa mortar yang kering dan
zat pengotor yang lain atau air yang berlebihan harus dihilangkan dari bekisting.
(5). Untuk menghindari melekatnya beton pada bekisting maka lapisan minyak yang
tipis sekali atau bahan lainnya yang telah disetujui oleh Direksi Teknis bisa
dipergunakan untuk disapukan pada permukaan bagian dalam dari bekisting
sebelum bekisting tersebut dipasang dan dilakukan pekerjaan pengecoran.
Dalam hal ini harus dijaga pula besi tulangan beton tidak boleh sama sekali
terkena lapisan minyak tadi ataupun lapisan penutup lainnya yang dapat
mempengaruhi daya lekat beton terhadap besi.
(6). Bekisting yang mana telah ditinggal untuk periode tertentu mengakibatkan kering,
harus dilakukan perbaikan permukaan sesuai arahan Direksi Teknis.
Bila bekisting untuk permukaan yang menerus ditempatkan pada pengangkatan
berikutnya, harus dilakukan dengan hati-hati sekali agar penempatan bekisting
persis di atas permukaan seluruhnya untuk mencegah kebocoran mortar dari
beton dan menjaga alinyemen permukaan yang baik.
(7). Diperbolehkan pula untuk mempergunakan pengikat besi atau besi pengisi sela
pada bagian dalam dari beton, tetapi hal tersebut harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis. Setiap bagian dari pengikat besi atau besi
pengisi celah tersebut yang nantinya akan tertanam pada beton paling sedikit 50
mm dari muka luar beton.
Setiap lubang pada permukaan beton yang disebabkan karena hal tersebut harus
diisi segera dengan baik dan bersih pada saat pembongkaran bekisting dengan
spesi semen atau hasil adukan yang sama dengan adukan yang ada.
135
(8). Bekisting yang dipakai lebih dari satu kali, kondisinya harus dijaga dan harus
betul-betul bersih untuk dipakai lagi. Bekisting untuk permukaan dinding bagian
luar harus betul-betul bersih yaitu dengan menyemprot kayu dengan air.
(9). Sebelum beton ditempatkan, harus diperhatikan bahwa semua bekisting ada pada
alinyemen yang baik, sehingga semua penyanggah bekisting pada kondisi yang
bagus dan kokoh.
(10). Bekisting untuk kolom
- Bekisting kolom dapat dibuat utuh untuk satu kolom atau dengan cara
pengecoran bertahap.
- Bekisting kolom harus tegak lurus ke atas dengan pemeriksaan menggunakan
unting-unting atau theodolith.
- Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan kaso 5/7
antara sesama bekisting.
- Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang
pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar tulangan tidak melekat
pada bekisting.
(11). Bekisting untuk balok dan plat
- Perancah balok/plat di pasang apabila tanah landasan telah dipadatkan, agar
pada saat dibebani pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi penurunan.
- Kaki perancah dilandasi dengan papan kelas III, sehingga menjadikan beban
merata pada tanah dasar perancah.
- Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
- Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok / plat dapat
dilaksanakan.
- Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima beban lebih
berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang dari concrete pump unit,
maka konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.
Untuk menghindari ini, Penyedia Jasa (Kontraktor) dapat membuat lokasi
penuangan menurut zone-zone yang ditetapkan di luar bagian yang dicor,
sehingga dalam waktu istirahat dapat memindahkan slang concrete pump unit ke
lokasi penuangan yang dimaksud.
4. Pembongkaran Bekisting
(1). Bekisting tidak boleh diangkat apabila beton belum mengeras dan cukup kuat
untuk menanggung beban dengan aman ditambah beban konstruksi yang akan
didukungnya. Bekisting diangkat bila sudah disetujui Direksi Teknis.
136
(2). Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah pengecoran dapat dilakukan
pembongkaran bekisting, tetapi hal ini tidak diharuskan.
Penyedia Jasa (Kontraktor) dapat melakukan penundaan pembongkaran bekisting
sampai mencapai kekuatan beton mencukupi.
Dalam hal ini Penyedia Jasa (Kontraktor) harus bertanggung jawab penuh apabila
sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton yang disebabkan oleh adanya
pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup umur ataupun
pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.
(3). Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada pelat/balok tergantung
harus dibiarkan pada tempatnya paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah waktu
pengecoran. Pelat/balok beton yang tergantung harus disangga penuh paling
sedikit dalam waktu 14 hari setelah pengecoran beton.
(4). Apabila terjadi ataupun terdapat adanya lubang seperti keropos ataupun hal-hal
lain pada beton setelah dibongkarnya bekisting maka Direksi Teknis harus segera
diberitahu lebih dahulu akan hal tersebut. Tidak diperbolehkan untuk memperbaiki
atau melakukan hal-hal lainnya kecuali telah mendapat persetujuan dan ijin dari
Direksi Teknis terlebih dahulu.
(5). Setelah terselesaikannya semua pekerjaan struktur, maka semua bekisting atau
cetakan pembentuk beton serta penyangga-penyangga lainnya harus dibongkar
semuanya dengan mengingat semua persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya. Akan tetapi hal tersebut harus mendapatkan pengarahan serta
persetujuan dari Direksi Teknis terlebih dahulu.
Besi Tulangan
1. Umum
(1). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyediakan dan memasang semua besi
tulangan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
(2). Pengiriman besi tulangan harus dijadwalkan agar Penyedia Jasa (Kontraktor)
mempunyai waktu yang cukup untuk memulai pekerjaan pemotongan,
pembengkokan dan pemasangan besi tulangan untuk suatu konstruksi sebelum
jadwal pengecoran beton dilaksanakan.
(3). Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyiapkan seluruh detail dari gambar
pembesian.
Gambar-gambar ini harus mencakup gambar letak besi tulangan, gambar
pembengkokan besi tulangan, daftar tulangan dan gambar besi tulangan lainnya
yang mungkin diperlukan untuk mendukung peletakan besi tulangan.
137
Gambar-gambar tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis.
Detail konstruksi untuk pembesian dan pembengkokan besi tulangan harus
disiapkan oleh Penyedia Jasa (Kontraktor) dan diserahkan pada Direksi Teknis
untuk disetujui. Detail tersebut harus berdasarkan pada data akhir yang ada dalam
gambar konstruksi.
2. Persyaratan Bahan
(1). Semua besi tulangan harus menggunakan besi tulangan yang dibuat oleh pabrik
yang telah disetujui oleh Direksi Teknis dan harus sesuai dengan JIS G 3112 atau
ASTM A 15-16 atau standard yang sejenis yang disetujui oleh Direksi Teknis.
(2). Semua besi tulangan harus bebas dan bersih dari karat, olie, gemuk, cat dan lain
sebagainya atau hal lain yang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat besi
tulangan terhadap beton.
Apabila diperlukan maka Direksi Teknis akan memerintahkan untuk menyikat dan
membersihkan besi tulangan dengan sikat kawat sebelum dipergunakan.
(3). Semua besi tulangan yang diperguanakan harus mempunyai mutu sebagai
berikut:
Kode : BJTP 24
Kode D : BJTD 40
dimana :
= tulangan polos
D = tulangan ulir
(4). Apabila besi tulangan kualitasnya diragukan oleh Direksi Teknis, maka Penyedia
Jasa (Kontraktor) harus memeriksakan ke Lembaga Penerbitan Bahan yang diakui
atas biaya Penyedia Jasa (Kontraktor).
(5). Ukuran besi tulangan harus sesuai seperti yang tercantum dalam gambar,
demikian juga jenis besi tulangan (tulangan polos atau tulangan ulir).
(6). Penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis
oleh Direksi Teknis dan Konsultan Perencana Konstruksi.
Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak
boleh kurang dari besi tulangan yang tersebut dalam gambar dan perhitungan
(7). Besi tulangan yang ada di lapangan harus disimpan atau diletakkan di bawah
penutup yang kedap air dan harus terangkat dari permukaan tanah atau genangan
air tanah yang ada serta harus dilindungi dari segala terjadinya karat.
138
3. Pembengkokan Besi Tulangan
(1). Semua besi tulangan yang akan dipakai harus dibengkokkan atau dibentuk sesuai
bentuk dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar serta diletakkan dan diikat
dengan tepat pada posisi yang ditunjukkan pada gambar, sehingga selimut beton
yang telah ditetapkan pada spesifikasi atau yang telah ditunjukkan dalam gambar
akan selalu tetap terpelihara dan terpenuhi.
Besi tulangan tersebut dapat dibengkokkan dan dibentuk dengan mesin
pembengkok yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan kembali untuk kedua
kalinya, dimana hal tersebut akan mengakibatkan rusaknya besi tulangan tersebut.
Adapun besi tulangan yang terbelit atau dibengkokkan dan tidak sesuai dengan
gambar tidak diperkenankan untuk dipakai.
(2). Harus benar-benar diperhatikan di dalam pembentukan besi tulangan dengan
beberapa bengkokan, bahwa jumlah panjang yang dibutuhkan setelah dilakukan
pembengkokan harus benar-benar tepat sesuai seperti yang tertera pada gambar
dan setelah besi tulangan tersebut terpasang pada posisinya tidak akan ada lagi
terjadinya pembengkokan atau terlilitnya besi tulangan yang dimaksud.
(3). Dimana dibutuhkan adanya bengkokan yang berbentuk lengkungan atau
belokkan, maka hal tersebut dapat dibentuk dengan cara memakai pen-pen
keliling dan pen-pen tersebut harus mempunyai diameter 4 (empat) kali diameter
besi tulangan yang dibentuk atau dibengkokkan tersebut.
4. Pemasangan Besi Tulangan
(1). Besi tulangan harus ditempatkan seperti tertera pada gambar atau sesuai dengan
saran Direksi Teknis.
Jarak antara tulangan dan permukaan beton serta detail kait, bengkokan, overlap
dan angker, semuanya harus sesuai dengan standard yang tertera pada gambar.
(2). Sebelum besi tulangan ditempatkan, permukaan besi tulangan dan permukaan
sengkang harus bersih dari karat, kotoran, minyak atau zat-zat lain yang menurut
Direksi Teknis harus dibersihkan dari karat atau kotoran lain sebelum diisi beton.
Bila perlu sesuai arahan Direksi Teknis besi tulangan yang telah dipasang
sebelumnya dan terkena matahari harus dibersihkan dari karat dan reruntuhan lain
sebelum ditutupi dengan beton.
(3). Besi tulangan yang telah dibentuk tersebut harus dipasang tepat pada posisinya
seperti yang ditunjukkan pada gambar, sama sekali lepas atau tidak menempel
pada bekisting dengan cara menyanggah dengan penyanggah beton yang dibuat
sesuai dengan tebal selimut beton yang diinginkan atau dengan mempergunakan
139
penggantung besi apabila dibutuhkan dengan cara mengikat satu dengan yang
lainnya pada persilangan diameter tidak kurang dari 1,6 mm serta dengan
membengkokkan akhiran dari kawat pengikat baja tersebut ke arah dalam badan
beton. Besi sengkang untuk balok atau kolom harus diletakkan tepat pada
posisinya dengan cara dilas atau dengan cara mengikat dengan kawat baja pada
besi tulangan utama.
Pengelasan tersebut harus disaksikan oleh Direksi Teknis.
Penyanggah beton yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan beton pada
spesifikasi ini.
Penyanggah besi tidak diperkenankan dipakai karena akan keluar dari permukaan
beton nantinya, demikian juga penyanggah yang terbuat dari kayu ataupun batu
pecahan dari batu kali atau koral tidak diperkenankan untuk dipakai.
(4). Penyanggah beton yang dipakai untuk mendapatkan selimut beton yang
dikehendaki terhadap besi tulangan harus paling tidak mempunyai kekuatan yang
sama dengan mutu beton yang akan dicor pada daerah tersebut, serta dibuat
sekecil mungkin sehingga praktis untuk dipergunakan pada semua tempat.
Penyanggah beton tersebut harus diikatkan dengan kuat pada besi tulangan
sehingga apabila dilakukan pengecoran dengan penggetaran beton, penyanggah
beton tersebut tidak mudah untuk terlepas.
Sebelum digunakan maka penyanggah beton tersebut harus direndam air untuk
waktu yang cukup lama.
(5). Sebelum dan selama dilakukannya pengecoran beton, maka pemasangan atau
tukang besi tulangan yang berwenang harus hadir pada saat tersebut untuk
memeriksa dan membetulkan bagian-bagian besi tulangan yang masih perlu
diperbaiki.
(6). Besi tulangan yang sebagian ada di bagian luar atau keluar dari permukaan beton
yang dimaksudkan sebagai besi sambungan konstruksi tidak diperkenankan untuk
dibengkokkan atau dirubah posisinya pada saat pengecoran beton sedang
berlangsung, kecuali sudah ada ijin dari Direksi Teknis.
(7). Sebelum diadakan atau dilakukan pengecoran maka besi-besi tulangan yang akan
dicor harus dibersihkan terlebih dahulu dari semua atau sebagian beton yang
terdahulu atau sebelumnya.
(8). Sebelum dilakukan pengecoran, maka Penyedia Jasa (Kontraktor) wajib
memberitahukan kepada Direksi Teknis dan Konsultan pengawas Konstruksi
untuk mengadakan pemeriksaan pembesian.
140
Penyedia Jasa (Kontraktor) harus bertanggung jawab atas ketelitian pemotongan,
pembengkokkan dan penempatan pembesian. Pembesian harus diperiksa ukuran,
bentuk, panjang, lokasi sambungan, posisi dan banyaknya sesudah ditempatkan.
Penyedia Jasa (Kontraktor) tidak diperkenankan untuk melakukan pengecoran
beton sebelum ada persetujuan dan ijin tertulis dari Direksi Teknis bahwa besi
tulangan yang terpasang sesuai dengan gambar serta memenuhi persyaratan
spesifikasi.
4.7. Peralatan Kerja dan Pengujian
1. Yang disebut dengan peralatan kerja adalah :
(1). Mesin pengaduk (beton molen) apabila membuat campuran sendiri
(2). Mesin penggetar (vibrator)
(3). Takaran bahan-bahan beton
(4). Alat pengangkut adukan
2. Yang disebut dengan peralatan pengujian adalah :
(1). Slump test (kerucut abrams)
(2). Cetakan cetak kubus beton yang terbuat dari besi
3. Jalan kerja yaitu jalan diatas besi tulangan, agar dalam pelaksanaan pengecoran
tidak terjadi kerusakan besi tulangan, terutama tulangan plat, tempat berdiri orang
atau jalan bagi gerobak pengangkut adukan beton.
Jalan kerja terbuat dari papan meranti 2/20, dibuat sedemikian rupa tidak
menempel tulangan sehingga tulangan yang telah terpasang tidak rusak terinjak.
Pelaksanaan Pengecoran dengan Cara Manual
1. Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 Pasal 6.1 s/d 6.6.
2. Takaran Campuran Beton
(1). Semua bahan-bahan dari pada beton haruslah diukur dengan timbangan, kecuali
air yang diukur dengan volume.
Setiap takaran dari pada agregat halus atau kasar akan diukur tersendiri dengan
mesin penimbang yang telah disetujui, mempunyai ketepatan yang baik dengan
koefisien kurang dari 1 %.
Volume dari pada penakaran diperbolehkan setelah ada persetujuan dari Direksi
Teknis.
141
(2). Alat-alat yang dipergunakan untuk menimbang semua bahan-bahan dan
mengukur tambahan air serta metoda dari pada penetapan atau keputusan
kelembaban yang dikandung harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis
sebelum adukan beton tersebut di cor pada satu tempat.
(3). Ketetapan dari pada penimbang yang dipergunakan harus diperiksa atau diteliti
seperti yang disyaratkan oleh Direksi Teknis untuk dikalibrasi.
Pemeriksaan tersebut harus diketahui oleh Direksi Teknis. Alat tersebut harus
selalu disediakan oleh Penyedia Jasa (Kontraktor) dan harus tersedia dilokasi
kerja selama proyek berjalan.
(4). Pelaksanaan penakaran campuran beton dapat dilakukan dengan menggunakan
kotak-kotak takaran yang sama volumenya, yang merupakan volume yang sama
dengan atau kelipatan satu zak semen.
Hal ini akan diatur dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis.
(5). Jumlah air yang harus ditambahkan di dalam campuran harus disesuaikan dengan
air yang terkandung dalam masing-masing jenis agregat.
3. Pengadukan Campuran Beton
(1). Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk
beton (beton molen) yang bekerja baik.
(2). Beton harus dicampur sedekat mungkin dengan tempat penimbunan di dalam tipe
dan kapasitas mesin pencampur yang telah disetujui oleh Direksi Teknis serta
dipakai menurut kecepatan yang disarankan pabrik pembuatnya.
(3). Pencampuran beton yang dilakukan dengan tangan sama sekali tidak
diperbolehkan, kecuali sebelumnya Direksi Teknis memberikan persetujuan
terlebih dahulu.
(4). Pencampuran tersebut akan menentukan kesamaan distribusi dari bahan-bahan
menjamin kepadatannya, setiap butir akan dilapisi dengan spasi atau adukan dan
harus mampu menghasilkan beton yang homogen dan padat tanpa kelebihan air.
(5). Mesin pengaduk tersebut harus dilengkapi dengan alat pemindah dan penuang air
dan sebuah bak penampungan air yang cukup serta sebuah alat untuk mengukur
secara tepat dan secara otomatis mengontrol jumlah air yang dipergunakan pada
sebuah alat penakar.
Alat ini harus mampu untuk memberikan jumlah air yang dibutuhkan dengan
koefisien kurang dari 1 % dengan pengiriman yang sama dan alat tersebut harus
mampu menyesuaikan secara cepat disebabkan dengan adanya kandungan air
yang ada di dalam setiap jenis agregat atau untuk membetulkan variasi dari pada
slump beton.
142
(6). Pengisian pada mesin pencampur harus pula diatur, bahwa semua unsur
termasuk air akan memasuki mesin tersebut sesuai dengan perbandingannya dan
tidak ada salah satupun yang terpisah.
(7). Campuran pertama dari bahan-bahan beton yang dimasukkan ke dalam mesin
pencampur akan terdiri dari semen, pasir, agregat halus dan kasar serta air
dimana hal tersebut dimaksudkan untuk pelapis pertama dari pada bagian dalam
mesin pengaduk, sehingga tidak akan mengurangi jumlah adukan atau spasi yang
ada di dalam campuran beton nantinya.
(8). Semua mesin pencampur tersebut harus dijaga benar-benar keadaannya selama
periode pelaksanaan dari pada kontrak dan apabila ada diantaranya yang
mengalami kerusakan atau tidak bisa digunakan sama sekali agar secepatnya
dikeluarkan dari lokasi.
(9). Mesin-mesin pencampur tersebut harus benar-benar kosong semuanya sebelum
menerima bahan-bahan campuran beton agar campuran beton mendapatkan hasil
yang baik.
Dan apabila mesin pencampur tersebut tidak dipergunakan lagi lebih dari 30 menit
atau pada akhir pekerjaan atau setelah selesainya waktu kerja, harus pula
dibersihkan dan dicuci.
(10). Pengangkut, penakar dan pencampur beton harus dibersihkan benar-benar
sebelum pencampuran beton dikerjakan.
(11). Pencampuran harus dilakukan terus menerus dalam waktu kurang dari 2 menit
setelah semua bahan-bahan termasuk air dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
sebelum adukan campuran tersebut dikeluarkan.
(12). Mencampur atau mengaduk kembali beton atau spasi / adukan yang telah
mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan sama sekali. Dimana
disebabkan karena adanya penundaan diluar mesin pengaduk, maka adukan
tersebut lebih baik masih tetap berada di dalam mesin pengaduk serta
pengadukan diteruskan sampai batas maksimum 10 menit.
4. Pengangkutan Campuran Beton
Pengangkutan beton dari beton molen sampai tempat cetakan harus hati-hati dapat
dipergunakan ember, talang atau kereta dorong, sedemikian rupa sehingga adukan
yang sudah homogen tidak berubah / terjadi pemisahan bahan.
5. Penuangan Adukan Beton pada Bekisting
(1). Pengecoran dari beton belum diperbolehkan untuk dimulai sebelum adanya
pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas
143
Konstruksi mengenai bekisting, penulangan, dan sebagainya dimana beton
tersebut akan dituangkan.
(2). Adukan/campuran beton yang ada di dalam mesin pengaduk harus dikeluarkan
terus menerus dan diangkut ke tempat pengecoran tanpa memisah-misahkan
unsur-unsurnya.
(3). Untuk campuran beton yang diaduk di lapangan, semua campuran/adukan beton
harus sudah dicor ditempatnya dalam waktu maksimum 30 menit setelah adukan
selesai.
(4). Beton tidak boleh dituangkan dari ketinggian lebih dari 1,50 m, tetapi dalam posisi
tertentu yang dibutuhkan di dalam pekerjaannya, beton harus diratakan dari
timbunan tertinggi dan itu harus dikerjakan untuk mencegah terpisahnya unsur-
unsur beton serta untuk meyakinkan tidak adanya arus dari pada beton yang
terputus. Keseluruhan sistem pekerjaan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi Teknis terlebih dahulu.
(5). Pengecoran beton pada suatu bagian atau unit pekerjaan harus dikerjakan secara
terus menerus atau setelah tercapainya bagian struktural yang diperkenankan.
(6). Beton, bekisting atau penulangan yang ada tidak boleh diganggu dengan cara
apapun kurang lebih selama 48 jam setelah pengecoran dilakukan tanpa ijin dari
Direksi Teknis.
(7). Pengecoran beton harus dilakukan siang hari dan pengecoran dari pada sebagian
pekerjaan tidak boleh dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada waktu siang
hari terkecuali ijin untuk bekerja malam (lembur) telah diijinkan oleh Direksi Teknis
dan Konsultan Pengawas Konstruksi.
Ijin seperti itu tidak akan diberikan kalau Penyedia Jasa (Kontraktor) tidak atau
belum menyediakan sistem penerangan yang mencukupi yang telah disetujui oleh
Direksi Teknis.
(8). Catatan lengkap yang terperinci mengenai tanggal, jam dan keadaan dari pada
pengecoran setiap bagian pekerjaan harus dibuat dan ditanda tangani oleh Direksi
Teknis dan disimpan dan ini harus selalu tersedia sewaktu-waktu ada
pemeriksaan dari Direksi Teknis.
Ready Mix
1. Penggunaan ready mix pada pengecoran, Penyedia Jasa (Kontraktor) wajib
memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan penunjang sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton.
144
2. Sarana transportasi adukan beton adalah truk dengan bobot > 10 ton, maka
Penyedia Jasa (Kontraktor) harus memperhatikan kemampuan jalan masuk ke
lokasi pengecoran agar tidak terjadi kemacetan akibat terperosoknya truk
pengangkut, apabila perlu dilakukan perbaikan kemampuan dukung jalan.
3. Perletakkan Concrete Pump Unit
(1). Penyedia Jasa (Kontraktor) dapat meletakkan concrete pump unit (unit
pompa beton) pada tempat yang mudah dicapai oleh truk pengangkut.
(2). Juga harus diperhatikan lokasi truk pengangkut untuk menunggu penuangan
adukan ke dalam concrete pump unit, agar tidak terjadi kemacetan di jalan
umum.
4. Waktu Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pasti, apakah dengan
menggunakan waktu kerja biasa dengan memperhitungkan lokasi pemutusan
pengecoran atau pengecoran diselesaikan secara keseluruhan dengan
memperhitungkan :
(1). Jumlah tenaga kerja setiap shift
(2). Peralatan penerangan untuk kerja malam hari
(3). Peralatan penunjang pengecoran
(4). Kontinuitas datang adukan beton dari pabrik
Pemadatan dan Penggunaan Alat Penggetar (Vibrator)
1. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil,
adukan beton yang dituangkan pada cetakan harus dipadatkan dan merata
dengan menggunakan mesin penggetar (vibrator).
2. Pemadatan pada kolom
(1). Pada pengecoran kolom yang tinggi, maka setiap hari pengecoran tidak
boleh lebih tinggi dari 2 meter, sehingga mudah digunakan vibrator.
Apabila tidak dapat digunakan vibrator biasa dapat digunakan moulding
vibrator dengan tetap menjaga sumbu tegak kolom tetap vertikal.
(2). Apabila dalam keadaan khusus, kolom tinggi sulit dilakukan pemadatan
dengan vibrator maka kolom yang dicor, dipadatkan dengan memukul-mukul
bekisting dengan palu kayu sampai terdengar seluruh bagian yang dicor
terisi penuh dan padat.
3. Pemadatan pada plat / balok
145
(1). Alat penggetar pada pengecoran plat / balok harus digunakan berdiri 90
derajat, hanya dalam keadaan khusus dipergunakan bersudut 45 derajat dan
tidak diperkenankan menyentuh tulangan.
(2). Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat
mulai mengkilap sekitar ujung penggetar atau kurang lebih 30 detik.
Selimut Beton
Yang dimaksud dengan selimut beton adalah jarak minimum yang terdapat antara
permukaan dari setiap besi tulangan termasuk begel terhadap permukaan beton yang
terkecil atau terdekat untuk setiap bagian dari masing-masing pekerjaan beton.
Pada situasi dan kondisi tertentu maka Direksi Teknis berhak untuk merubah ketebalan dari
selimut beton yang ada.
Adapun ketebalan selimut beton minimum yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Ketebalan Selimut Beton
Kondisi Minimal
(mm)
1. Seluruh beton yang berhubungan langsung dengan tanah.
2. Pondasi, poer pondasi, balok pondasi.
3. Balok, kolom yang berhubungan atau terkena langsung
dengan cuaca.
4. Balok, kolom yang tidak berhubungan atau tidak terkena
langsung dengan cuaca.
5. Pelat yang berhubungan / terkena langsung dengan
cuaca.
6. Pelat yang tidak berhubungan atau tidak terkena langsung
dengan cuaca.
50
50
50
40
40
25
Pengujian Slump
1. Pengujian slump dilakukan pada waktu pemeriksaan oleh Direksi Teknis dan
Konsultan Pengawas Konstruksi, sebelum pengecoran dilaksanakan, berdasarkan
referensi dari hasil campuran percobaan.
2. Pengujian slump, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada pasal-pasal dalam
PBI 1971.
3. Apabila takaran air telah ditentukan berdasarkan pengujian slump, maka penakar
tersebut harus digunakan selama pelaksanaan pengecoran.
4. Apabila takaran air adalah ember, maka pada muka air yang telah ditentukan,
dibuat lubang sehingga tinggi air tetap seperti yang dikehendaki.
146
5. Peralatan pengujian slump harus tersedia di lapangan dimana sewaktu-waktu
Direksi Teknis dapat melakukan pengujian slump sesuai dengan hasil pencampuran
bahan yang ada di lapangan.
6. Beton adukan yang tidak memenuhi syarat slump tersebut tidak boleh dicor ke
dalam cetakan.
Pembuatan Benda Uji
1. Selama pelaksanaan pengecoran berlangsung, Penyedia Jasa (Kontraktor)
diwajibkan membuat benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm atau dengan cetakan benda
uji yang lain sesuai dengan yang dimaksud dalam PBI 1971, terbuat dari bahan plat
besi dengan tebal yang cukup, sehingga waktu dipadatkan tidak berubah
bentuknya.
2. Pelaksanaan pembuatan benda uji, hendaknya dilakukan oleh Pelaksana Ahli atau
dalam hal ini Penyedia Jasa (Kontraktor) dapat menghubungi pihak laboratorium
konstruksi beton dalam hal pengambilan beton untuk pembuatan benda uji.
3. Pengambilan untuk benda uji harus dilakukan secara acak dengan persetujuan
Direksi sehingga lantai yang ditest dapat mewakili mutu konstruksi beton yang
dimaksud.
4. Benda-benda uji dapat diambil dari beton yang dicor pada setiap bagian dari
pekerjaan yang bersifat struktural, antara lain : pondasi, balok induk, balok anak,
kolom, plat dan bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
5. Jumlah benda uji, berdasarkan pada volume total yang dikerjakan, berpedoman
pada volume total rencana yang diajukan oleh Penyedia Jasa (Kontraktor).
6. Pada pelaksanaan pengecoran beton, minimal harus dibuat 1 benda uji untuk setiap
volume 5 m3, dengan maksud dalam waktu yang singkat dapat terkumpul 20 benda
uji.
7. Benda uji merupakan cerminan pengecoran sesuai kondisi lapangan asal mewakili
bagian-bagian struktur yang dicor beton.
8. Dalam satu adukan (satu adukan molen) hanya dapat diambil satu buah benda uji.
9. Pengambilan benda-benda uji harus diambil dari adukan yang diperkirakan akan
mewakili bagian yang dicor.
10. Pengisian campuran ke dalam cetakan dilakukan menjadi 3 (tiga) lapisan dengan
tebal yang sama.
Pada tiap lapisan dipadatkan dengan besi diameter 16 mm sebanyak 10 tusukan
dengan merata.
11. Setiap benda uji diberi tanda bagian yang dicor dan tanggal pembuatan.
147
12. Apabila konstruksi yang telah dicor tidak dilakukan perendaman maka benda uji
tersebut tidak boleh direndam.
13. Benda-benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang aman dan
harus terhindar dari getaran-getaran.
14. Untuk mendapatkan gambar tentang mutu beton yang dilaksanakan, benda-benda
uji tersebut dapat dilakukan test di laboratorium pada umur relatif muda, setidak-
tidaknya 7 (tujuh) hari setelah dicetak dengan memperhatikan Pasal 4.1 ayat (4) PBI
1971 dan hasil test tersebut dapat dijadikan dasar mempertimbangkan apakah perlu
diadakan perubahan dalam campuran beton.
Evaluasi
1. Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin, agar bila terjadi mutu
beton yang jelek, segera dilakukan langkah-langkah perbaikan.
2. Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dapat dilakukan dengan rumus-
rumus statistik dengan berpedoman pada PBI 1971 Pasal 4.7.
3. Apabila mengalami kesulitan di dalam menentukan standart deviasi rencana (Sr)
seperti tercantum dalam Pasal 4.5 ayat 3, maka hasil standart deviasi dan
campuran percobaan bisa dipergunakan, dengan menggunakan angka yang lebih
besar dari data yang ada.
Penghentian Pengecoran dan Perlindungan
1. Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang telah disetujui
oleh Direksi Teknis di dalam pola rencana pengecoran.
2. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-tenda/plastik
secukupnya sehingga jalannya pengecoran tetap lancar.
Perawatan Beton
1. Pada konstruksi beton yang baru dicor harus dijaga terhadap pengaruh-pengaruh
getaran dan sebagainya yang akan dapat mempengaruhi proses pengikatan beton.
2. Permukaan beton harus dijaga dari pengeringan yang terlalu cepat dan/atau tidak
merata dengan cara disiram air atau ditutup karung goni yang dibasahi selama 14
(empat belas) hari.
148
BAB XV. VOLUME PEKERJAAN
Volume pekerjaan ini adalah hasil dari perhitungan dan analisa design yang ada. Adapun
volume pekerjaan adalah sebagaimana yang terlampir berikut ini :
NO. URAIAN PEKERJAAN KODE SAT. VOLUME JUMLAH HARGA
I PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Pengukuran Saluran - LS 1,000 Rp -
Sub Total I Rp -
II PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah Biasa Sedalam s.d. 2 m T.06b bh 304,638 Rp -
2 Timbunan Tanah atau Urugan Tanah Kembali T.14a M3 20,470 Rp -
Sub Total II Rp -
III PEKERJAAN PASANGAN
1 Mortar Tipe N (Mutu PP Tertentu Setara dengan Campuran 1 PC : 4 PP) P.01c M3 213,140 Rp -
2 Siaran dengan Mortar Jenis PC-PP Tipe M (Mutu PP Tertentu Setara dengan Campuran 1 PC : 2 PP)
P.03a M2 430,564 Rp -
3 Plesteran Tebal 1,5 cm, dengan Mortar Jenis PC-PP Tipe S (Mutu PP Tertentu Setara dengan Campuran 1 PC : 3 PP)
P.04e M2 212,596 Rp -
Sub Total III Rp -
IV PEKERJAAN BETON
2 Bekisting untuk Permukaan Beton Biasa dengan Multiflex 12 mm atau 18 mm (tanpa perancah)
B.21 M2 4,000 Rp -
3 Beton Mutu, f’c = 7,4 MPa (K100), Slump (12±2) cm, w/c = 0,87 (Menggunakan Molen)
B.02b M3 91,498 Rp -
Sub Total IV Rp -
V PEKERJAAN LAIN-LAIN
1 Nomenklatur - LS 1,000 Rp -
Sub Total V Rp -
JUMLAH SUB TOTAL (I+II+III+IV+V) Rp -
PEMBULATAN Rp -