spki-01

78
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifat Pendidikan adalah kompleks (menyeluruh), dinamis (bergerak), serta konstektual (berkesinambungan). Penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Sejalan dengan hal tersebut peningkatan kualitas pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan menuju ke peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani di Sekolah. Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola Di SMP Negeri 2 Rengasdengklok Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang | FKIP | PJKR

Upload: dan-kovaxic

Post on 28-Sep-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas proposal

TRANSCRIPT

36

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifat Pendidikan adalah kompleks (menyeluruh), dinamis (bergerak), serta konstektual (berkesinambungan). Penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Sejalan dengan hal tersebut peningkatan kualitas pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan menuju ke peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani di Sekolah.

Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya. Hubungan dari perkembangan tubuh, fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Dauer dan pangrazi (1989:1) mengemukakan bahwa :Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proposional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.Pendidikan jasmani merupakan salah satu ajaran yang penting kita pelajari karena mengandung istilah-istilah didalamnya. Misalnya pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan jasmani adalah tubuh atau badan atau fisik. Namun yang dimaksud jasmani disini bukan badan saja, tapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara rohani dan jasmani tidak dapat di pisah-pisahkan, jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan yang utuh, yang selalu berhubungan dan saling berpengaruh. Disekolah pendidikan jasmani sangatlah perlu, karena aspek didalamnya dapat menyehatkan tubuh kita dari berbagai unsur-unsur yang bisa merubah tata cara laku kita menjadi tidak sehat.

Pendidikan jasmani secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan sosial, keterampilan berpikir kritis, penalaran stabilitas nasional, dan lain sebagainya. Pada hakekatnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan bukan prestasi dalam cabang olahraga, akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan prestasi bagi siswa yang memiliki bakat dan kemampuan dalam cabang olahraga tertentu.Pendidikan jasmani di sekolah memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan anak akan bergerak, mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, dan merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Aktivitas jasmani ini salah satunya adalah materi sepak bola dalam mata pelajaran penjaskes di sekolah.

Mata pelajaran Penjaskes khususnya pembelajaran sepak bola merupakan materi ajar yang harus diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sepak bola. Proses pembelajarannya berbeda dengan pembelajaran pada umumnya, yang membedakannya ialah di dalam penjaskes pembelajarannya lebih banyak menekankan pada keterampilan gerak, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran terutama terhadap siswa yang kurang memiliki keterampilan gerak yang baik. Begitu juga dengan materi sepak bola khususnya dalam menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Menurut Surayin (1988: 61) teknik dasar dalam sepakbola dibagi menjadi dua, yaitu teknik badan (teknik tanpa bola) meliputi: cara lari dan merubah arah lari, cara melompat, gerak tipu badan dan teknik dasar dengan bola meliputi: menyepak bola, menggiring bola, menghentikan bola, melempar bola, menanduk bola, menangkap bola oleh penjaga gawang. Menurut Sucipto (2000: 17) ada beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki seorang pemain sepakbola adalah menendang (kicking), menghentikan (stoping), menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan ke dalam (throw-in), dan menjaga gawang (goal keeping). Dalam permainan sepakbola hampir semua teknik tersebut digunakan selama pertandingan walaupun kadang-kadang teknik tanpa bola atau gerakan tanpa bola memberikan andil yang cukup besar untuk membantu penyerangan dan pertahanan.Siswa harus memiliki keterampilan gerak yang baik dengan didukung teknik yang benar sehingga gerakan yang ditimbulkan sesuai dengan yang diinginkan. Teknik dasar menggiring bola yang dilakukan merupakan satu kesatuan tahapan yang akhirnya menjadi satu gerakan.Pengelolaan proses pembelajaran penjaskes dimulai dari seorang guru yang memberikan pengetahuan kepada siswa. Dalam hal ini seharusnya guru bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Mengingat dalam pembelajaran penjaskes adalah dalam bentuk keterampilan, jadi seorang guru dituntut mempunyai keterampilan yang baik. Andaipun dalam keseluruhan keterampilan ada yang tidak dikuasai, seharusnya keterampilan gerak tersebut tidak dilakukan, dikarenakan akan terjadi kesalah pahaman informasi terhadap siswa. Informasi tersebut yang berupa visual gerakan yang ditampilkan oleh guru. Untuk mensiasati hal ini guru bisa mengunakan media pembelajaran. Media pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran. Kreativitas dan inovasi seperti inilah yang harusnya dilakukan oleh seorang guru sehingga dapat mencapai proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta guru mampu memanfaatkan segala media pembelajaran untuk mendukung mutu pembelajaran di sekolah.Dari pengalaman yang dirasakan guru kurang maksimal dalam mencontohkan gerakan pada saat pembelajaran penjaskes di sekolah. Selain itu pada saat mengajar guru penjaskes belum pernah menggunakan media pembelajaran berupa media audio visual. Berdasarkan observasi yang dilakukan didapat informasi bahwa guru penjaskes di SMP Negeri 2 Rengasdengklok menyatakan dalam melakukan pembelajaran sepak bola khususnya pada teknik dasar menggiring bola kendala yang dihadapi oleh guru penjaskes ketika memberikan contoh gerakan tersebut kurang maksimal, selain itu juga selama mengajar guru penjaskes belum pernah menggunakan media belajar berupa audio visual, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa menjadi tidak maksimal. Penyampaian materi yang dilakukan selama ini dalam proses mengajar hanya mempraktikkan sendiri contoh gerakan yang akan dilakukan, selanjutnya siswa mengikuti atau mencontoh apa yang disampaikan. Hasil wawancara dengan beberapa siswa yang telah mengikuti pelajaran olahraga materi sepak bola menyatakan bahwa, menurut mereka materi sepak bola sebenarnya tidaklah sulit dari materi lainnya, namun dikarenakan penyampaian materi oleh guru kurang menarik dan terasa monoton membuat siswa merasa jenuh dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga apa yang diajarkan oleh guru tidak diserap dengan baik oleh siswa.Untuk itu pembelajaran penjaskes dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan sebuah media pembelajaran berupa media audio visual. Media audio visual adalah suatu alat yang dapat memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. Menurut Parwata (2008: 39):

Audio visual merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai gerak yang diinformasikan. Dengan menggunakan media audio visual akan dapat membantu siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas. Penggunaan media audio visual memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya yaitu, tampilan gerak yang ditampilkan bisa diulang berulang kali tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak dan dapat memotivasi siswa sehingga bersemangat untuk terus mengikuti proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang disampaikan menjadi jelas. Kerugiannya yaitu, dalam proses menampilkan video gerak siswa terhambat karena hanya duduk dan untuk penyediaan media audio visual membutuhkan waktu, tenaga, dana, dan keterampilan khusus, perlu pemeliharaan dan perbaikan, perlu ruangan dan tempat yang aman dan layak. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti juga akan mengadopsi model pembelajaran kooperatif untuk dilakukan sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran penjaskes yang akan dilakukan di SMP Negeri 2 Rengasdengklok.Media audio visual disebut juga dengan media video. Asra, Darmawan & Riana (2007: 5-9) menjelaskan bahwa :

Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi, sound slide. Begitu juga menurut Sanjaya (2008: 172) media audio visual, yaitu Jenis media yang selai mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Media video atau audio visual bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar dan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan pesan sehingga tujuan pembelajaran menjadi terarah dan jelas.Dalam penelitian ini media audio visual yang digunakan berupa video compact disc (VCD). Menurut Arsyad (2004: 36) :

Video compact disc atau compact disc video adalah sistem penyimpanan dan rekaman video dimana signal audio visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetic. Astuti (dalam Triansyah, 2012: 13) menyatakan bahwa :

Media Video Compact Disc mempunyai dua perangkat, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Adapun perangkat keras dari video compact disc adalah player atau alat yang memproses perangkat lunak ke dalam tampilan gambar. Sedangkan perangkat lunak adalah berupa kepingan disc, yang berisi data atau rekaman. Selain player dan kepingan disc, terdapat alat yang membantu fungsi kedua perangkat tersebut dalam menampilkan gambar, alat tersebut berupa televisi. Tampilan-tampilan video yang disajikan VCD baik sekali untuk menambah pengalaman langsung bagi siswa dalam belajar gerak tahap demi tahap. Oleh karena itu media video ini sangat membantu dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa media audio visual atau media video adalah berupa video compact disc, merupakan media yang ditampilkan di layar monitor dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak. Dengan media audio visual atau video ini dapat membantu guru penjaskes dalam penyampaian materi gerak dasar dan dapat menarik minat siswa untuk belajar.Di dalam permainan sepak bola ada keterampilan yang mendasar dan merupakan gerak dasar yang paling dominan dilakukan yaitu menggiring bola karena gerakan tersebut selalu dilakukan selama 2x45 menit permainan. Sepak bola dalam penelitian ini adalah permainan yang dimainkan di lapangan terbuka. Teknik dasar yang dipelajari ialah menggiring bola.Teknik menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang sering digunakan dalam permainan sepakbola. Menurut Surayin (1988: 63) menggiring bola dapat diartikan sebagai mengulingkan bola di tanah sambil berlari. Sedangkan menurut Sukatamsi (2003: 3.3) menggiring bola diartikan dengan gerakan lari menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terusmenerus di atas tanah. Tujuan menggiring bola menurut Sukatamsi (2003: 6.62) adalah untuk melewati lawan, mencari kesempatan memberikan umpan kepada teman dengan cepat, menguasai atau menahan bola agar tetap dalam penguasaan. Menggiring bola tidak hanya membawa bola menyusur tanah dan lurus ke depan, melainkan menghadapi lawan yang jaraknya cukup dekat dan rapat. Hal ini menuntut seorang pemain untuk memiliki keterampilan menggiring bola dengan baik.Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran sepakbola tersebut melalui media, nantinya akan berdampak peningkatan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari sejumlah materi, diadakan evaluaisi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapian tujuan pembelajaran yang telah di tentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jengjang yang lebih tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang di capai telah di tentukan sebelumnya,anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di tentukan sebelum proses belajar berlangsung.Dengan melihat pentingnya penggunaan media audio visual yang bisa mendukung proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar tentang penguasaan suatu keterampilan gerak khususnya teknik dasar menggiring bola, maka penulis mencoba meneliti Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Menggiring Bola Pada Pembelajaran Sepakbola Di SMP Negeri 2 Rengasdengklok.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH1. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas, dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian sebagai berikut :a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada hasil belajar menggiring bola dengan menggunakan media audio visual dan non audio visual dalam pembelajaran sepakbola.b. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Rengasdengklok.

c. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Rengasdengklok.

d. Sampel yang digunakan adalah siswa yang mengikuti Ektrakulikuler sepakbola kelas VIII SMP Negeri 2 Rengasdengklok, sebanyak 22 orang.

e. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah Apakah berpengaruh secara signifikan penggunaan media audio visual terhadap hasil belajar menendang bola dalam permainan sepakbola ?C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dijelaskan di atas, setiap penelitian harus didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah berpengaruh secara signifikan penggunaan media audio visual terhadap hasil belajar menggiring bola dalam permainan sepakbola.D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis merasa yakin bahwa masalah diatas penting untuk diteliti terutama dari segi manfaatnya, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan bermain sepakbola bagi siswa. Maka manfaat penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut :1. Secara Teoritis Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti mengenai Pengaruh Media Audio Visual Terhadap hasil belajar Menggiring Bola Dalam Pembelajaran Sepakbola di SMP Negeri 2 Rengasdengklok.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan perkembangan bagi guru penjas dalam menerapkan pembelajaran khususnya sepakbola.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MEDIA PEMBELAJARAN1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media pembelajaran berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti tengah perantara atau pengantar. Media Adalah perantara atau pengantar pesan dari penerima pesan.

Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila di pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar imformasi atau sumber dan penerima. Jadi, televise, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya media komunikasi. Apabila media ini membawa pesan-pesan atau imformasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud- maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam letuheru memberi batasan media sebagai semua bentukperantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. (Arsyad, 2011: 3)Menurut asnawir, media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong kemampuan proses belajar pada dirinya. (Asnawir, 2002:11)Adapun menurut Association Of Education And Communication Tecnology (AECT) memberikan batasan mengenai media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk pesan atau imformasi.

Perkembagan selanjutnya Martin Briggs memberikan batasan mengenai media pembelajaran yaitu mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. (Muhaimin, 2004:91)

Menurut Yudhi Munandi (2008: 7) mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, Arsyad (2011:6-7) ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa di kenal sebagai hardware (perangkat keras yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal softwere ( perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan oleh siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan di gunakan dalam komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat di gunakan secara missal (misalnya: radio , televisi),kelompok besar dan kelompok kecil (misallnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya Modul, computer, radio, tape/kaset, video recorder).

7. Sikap, perbuatan,organisasi, strategi, dan , manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2006:19) mengemukakan manfaat dan fungsi media pembelajaran, yaitu sebgai berikut:

Fungsi dari media pembelajaran untuk tujuan intruksi dimana imformasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak maupun mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Selain itu fungsi media pembelajaran juga sebagai alat bantu pembelajaran, yang ikut mempengaruhi situasi tau kondisi dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah di ciptakan dan diresmikan oleh guru.

Manfaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut:

Pembelajaran lebih bisa menarik, media dapat asosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keinginan menyebabkan siswa tertawa dan berfikir, yang kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki aspek motifasi dan meningkatkan minat. Lama waktu pembelajaran dapat di singkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengetarakan pesan-pesan atau isi pembelajaran dalam jumlah yang cukup banyak kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

Kualitas elajar di tingkatkan bila mana integrasi kata atau gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan demgan cara terorganisasi dengan baik Spesifik dan jelas.3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah suatu alat yang dapat memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. Menurut Parwata (2008: 39):

Audio visual merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai gerak yang diinformasikan. Dengan menggunakan media audio visual akan dapat membantu siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas. Penggunaan media audio visual memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya yaitu, tampilan gerak yang ditampilkan bisa diulang berulang kali tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak dan dapat memotivasi siswa sehingga bersemangat untuk terus mengikuti proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang disampaikan menjadi jelas. Kerugiannya yaitu, dalam proses menampilkan video gerak siswa terhambat karena hanya duduk dan untuk penyediaan media audio visual membutuhkan waktu, tenaga, dana, dan keterampilan khusus, perlu pemeliharaan dan perbaikan, perlu ruangan dan tempat yang aman dan layak. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti juga akan mengadopsi model pembelajaran kooperatif untuk dilakukan sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran penjaskes yang akan dilakukan di SMP Negeri 2 Rengasdengklok.Media audio visual disebut juga dengan media video. Asra, Darmawan & Riana (2007: 5-9) menjelaskan bahwa :

Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi, sound slide. Begitu juga menurut Sanjaya (2008: 172) media audio visual, yaitu Jenis media yang selai mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Media video atau audio visual bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar dan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan pesan sehingga tujuan pembelajaran menjadi terarah dan jelas.Dalam penelitian ini media audio visual yang digunakan berupa video compact disc (VCD). Menurut Arsyad (2004: 36) :

Video compact disc atau compact disc video adalah sistem penyimpanan dan rekaman video dimana signal audio visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetic. Astuti (dalam Triansyah, 2012: 13) menyatakan bahwa :

Media Video Compact Disc mempunyai dua perangkat, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Adapun perangkat keras dari video compact disc adalah player atau alat yang memproses perangkat lunak ke dalam tampilan gambar. Sedangkan perangkat lunak adalah berupa kepingan disc, yang berisi data atau rekaman. Selain player dan kepingan disc, terdapat alat yang membantu fungsi kedua perangkat tersebut dalam menampilkan gambar, alat tersebut berupa televisi. Tampilan-tampilan video yang disajikan VCD baik sekali untuk menambah pengalaman langsung bagi siswa dalam belajar gerak tahap demi tahap. Oleh karena itu media video ini sangat membantu dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa media audio visual atau media video adalah berupa video compact disc, merupakan media yang ditampilkan di layar monitor dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak.4. Peranan Media Ajar Dalam Proses Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

a. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

b. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlahlangkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

c. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam KBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa.

Menurut Djamarah dalam Adri (2005), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenisB. HASIL BELAJARHasil belajar merupakan sarana yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Sudjana (2004: 22) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya Dimyati dan Mudjino (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tidak mengajar.

Berdasarkan taksonomi Bloom (dalam Sudjana, 2004: 22-23) membagi hasil belajar kedalam tiga arah ranah yang perlu dikuasai (dipelajari),yakni kognitif,efektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan (mengingat, menghafal) pemahaman (menginterpresentasikan), aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), Evaluasi (membandingkan nialai-nilai,ide,metode dan sebagainya). Ranah selanjutya adalah ranah efektifyang bekaitan dengan sikap. Afektif terdiri dari yaitu pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu),merespon (Aktif berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu), pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). Sedangkan ranah terakhir adalah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari lima tingkatan: peniru (meniru gerak), penggunaan (Zenggunakan konsep untuk melakukan gerak), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar ).

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan untuk dimiliki siswa yang diperoleh setelah ia menerima suatu pengetahuan melalui proses belajar mengajar dan mengakibatkan perubahan pada diri siswa tersebut baik dalam ranah kognitif, efektif maupun psikomotor.C. PERMAINAN SEPAKBOLA

Sepakbola adalah permainan bola besar yang dimainkan secara beregu, satu regu berjumlah sebelas orang. Sepakbola dimainkan di lapangan rumput dengan dua gawang, pada dua sisi lebarnya dijaga masing-masing oleh seorang penjaga gawang. Kedua regu selain menjaga gawang, saling berebut bola untuk dimasukkan ke dalam gawang lawannya. Sukatamsi (2003: 1.3) mendefinisikan secara jelas sebagai berikut: Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penaga gawang. Permainan boleh dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan (tangan). hampir semua permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya.Sepakbola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya lebih kurang berbanding tiga dengan empat, panjang 90 m sampai 120 m dan lebar 45 m sampai 90 m. Pada kedua garis batas lebar lapangan di tengah-tengahnya masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling berhadap-hadapan. Dalam permainan digunakan sebuah bola yang bagian luarnya dibuat dari kulit. Masing-masing regu menempati separoh lapangan dan berdiri saling berhadap-hadapan. Permainan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh dua orang penjaga garis, tujuan dari masing-masing regu atau kesebelasan adalah berusaha menguausai bola dan memasukkan ke dalam gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan babak kedua diberi waktu istirahat, dan setelah istirahat kemudian dilakukan pertukaran tempat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu yang paling banyak mencetak gol dalam waktu 2 x 45 menit akan menjadi regu yang memenangkan pertandingan. Menurut Muhajir (2005: 2) :

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola kian-kemari yang diperebutkan olah para pemain dengan tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola.Menurut Surayin (1988: 59), pada dasarnya sepakbola adalah

Permainan beregu yang dimainkan masing-masing sebelas orang pemain, termasuk penjaga gawang. Sepakbola dimainkan di lapangan berumput yang berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar dan panjang lapangan berbanding 3 dan 4. Permainan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua orang pengawas garis. Tujuan masing-masing regu memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya.Menurut Soedjono (1985: 16) Sepakbola adalah suatu permainan beregu, oleh karena itu kerjasama regu merupakan tuntutan permainan sepakbola yang harus dipenuhi oleh setiap kesebelasan yang menginginkan kemenangan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa sepakbola merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, termasuk penjaga gawang. Setiap regu berusaha memasukkan bola ke gawang lawan dalam permainan yang berlangsung 2 x 45 menit. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lawan lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika dibanding dengan lawannya .1. Keterampilan Menggiring Bola

Ketika mulai akan mempersiapkan diri untuk bertanding sepak bola, keterampilan utama yang akan membuatmu terpacu dan merasa puas adalah kemampuan untuk melakukan dribbling menggunakan kakimu. Dribbling dalam permainan sepak bola di definisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan. Hal ini di perkuat oleh: EDY Sih Mitrano dan Slamet (2010:73) menggiring bola merupakan salah satu tehnik dengan bola dalam permainan ini. Agar kalian dapat menggiring bola dengan baik, maka posisi kaki menjadi panutannya. Posisi langkah kaki harus sesuai dengan posisi kaki yang ingin digunakan untuk menggiring bola. Di teruskan oleh Sri wahyuni dkk (2010:115), menggiring bola merupakan gerakan lari sambil mendorong bola dengan kaki agar bola bergulir di atas tanah, manfaat menggiring bola adalah untuk melewati rintangan dari lawan, agar dioperkan pada temannya, untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan. Lebih lanjut, Tugimin dan Supriyanto (2010:8), menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan. Bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Tujuannya untuk mendekati jarak kesasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Di bawah ini akan di jelaskan mengenai posisi tubuh saat menggiring bola dengan menggunakan kaki bagian dalam.Selanjutnya menurut Luxbacher (2011:48) bahwa, kemampuan untuk mengalahkan lawan dalam dribble pada situasi satu lawan satu, khsusnya di dalam sepertiga daerah serang dan kemampuan untuk menghadapi lawan yang mencoba merebut bola merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan individu dan tim.

Sebaliknya, metode yang paling alami saat menggiring bola dengan cepat adalah menggunakan bagian samping luar kura-kura kaki anda. Julurkan kaki yang akan menendang ke bawah dan ke arah dalam pada saat menendang bola. Jangan gunakan inside-offood untuk mendorong bola ke depan karena anda tidak akan dapat mempertahankan gerakan berlari yang lancer dan nyaman.

Lebih Lanjut Danny Mielke (2007: 2) menambahkan bahawa : Menggiring bola adalah keterampilan dasar dalam permainan sepak bola kerena semua pemain harus mampu menguasai bola saat bergerak, berdiri atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Ketika pemain telah menguasai menguasai kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat besar. Dalam menggiring bola menurut Danny Mielke (2007: 2) bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan antara lain : 1) Giring bola dekat kaki, 2) Giring bola dengan sisi luar bagian depan kaki sementara pinggul tetap mengarah lurus ke depan, 3) Pemain berlatih mengubah arah giringan, menambah atau mengurangi kecepatan dalam menggiring bola dan sewaktuwaktu menghentikan bola. Pada hakikatnya menggiring bola (dribbling) dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni : 1) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam, 2) Menggiring bola dengan kaki bagian luar, 3) Menggiring bola dengan punggung kaki (Danny Mielke; 2007: 8-9)Hal ini di amini oleh Suwandhana, 2011 (unduh tanggal 10 Juli 2013) Menggiring bola (dribbling) diartikan gerakan lari yang menggunakan kaki mendorong bola agar bergulir terus menerus di atas tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat-saat yang menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Tujuan menggiring bola antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Semua tipe dribble yang baik terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut mencakup perubahan kecepatan dan arah yang mendadak, gerakan tipuan tubuh dan kaki, dan control bola yang rapat, apa pun tipe yang anda gunakan, pastikan anda menggunakan komponen komponen ini dalam tahnik anda (Lucbacher (2011;48-49).1. Persiapan

a. Postur tubuh tegap

b. Bola berada di dekat kaki

c. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik.

2. Pelaksanaan

a. Fokuskan perhatian pada bola

b. Tending bola pada permukaan instep atau outside instep sepenuhnyac. Dorong bola kedepanbeberapa kaki

3. Follow-through

a. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik

b. Bergerak mendekati bola

c. Dorong bola ke depan

Gambar 1 : Teknik Menggiring Bola Luxbacher dalam Meutuah, 2012Teknik menggiring bola kaki ada beberapa macam cara melakukannya, yaitu menggiring bola dengan rapat dalam ruang yang terbatas dan enggiring bola dengan cepat dalam ruang yang terbuka serta teknik melindungi bola dari lawan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Teknik Menggiring Bola Dengan Kontrol Yang Rapat

Gambar 2 :Teknik Menggiring Bola Dengan Kontrol Yang Rapat

Luxbacher dalam Meutuah, 2012

Teknik pelaksanaan menggiring bola dengan kontrol yang rapat menurut Luxbacher dalam Meutuah, 2012 (di unduh tanggal 10 Juli 2013), adalah : Anda harus mengontrol bola dengan rapat dalam situasi di mana lawan-lawan memenuhi ruang gerak anda. Bayangkan bola terikat oleh benang pendek dengan jari anda. Bola tidak boleh bergerak lebih jauh dari benang tersebut. Lakukan beberapa perubahan kecepatan dan arah yang cepat disertai dengan gerak tipu tubuh dan kaki terhadap lawan yang tidak seimbang dan ciptakan ruang tambahan untuk menggiring dan melakukan manuver dengan bola. b) Teknik Menggiring Bola Kaki Dengan Cepat

Gambar 3 : Teknik Menggiring Bola Kaki Dengan Cepat

Luxbacher dalam Meutuah, 2012Teknik pelaksanaan menggiring bola dengan cepat menurut Luxbacher dalam Meutuah, 2012 (di unduh tanggal 10 Juli 2013) adalah : Anda melakukan operan di daerah yang terbuka antara pemain tengah dan belakang lawan. Atau anda mendapat diri anda berada dalam situasi yang menguntungkan di belakang pertahanan lawan. Dalam situasi tersebut anda harus mampu mendribble bola dengan kecepatan penuh. Jangan biarkan bola rapat dengan kaki anda, sebaliknya dorong bola beberapa kaki di depan anda ke arah terbuka, berlari dengan cepat ke arah tersebut.c) Teknik Melindungi Bola

Gambar 4 : Teknik Melindungi BolaTeknik Melindungi Bola menurut Luxbacher dalam Meutuah, 2012 yaitu : Tempatkan tubuh anda menyamping, sedikit membungkuk, da kontrol bola dengan kaki yang terjauh dengan posisi lawan. Dalam keadaan membungkuk Anda melebarkan jarak kedua kaki dan menciptakan jarak yang lebih jauh antara awan dengan bola. Gunakan gerak tipu tubuh dan kaki, dan perubahan kecepatan yang mendadak untuk membuat lawan kehilangan keseimbangan.D. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK SMP

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami identity diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2002:13) yaitu antara umur 12 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.a. Pertumbuhan fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.b. Cara Berpikir Kausalitas

Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata pantang. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.c. Emosi Yang Meluap-luap

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.d. Perkembangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan social dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dan sebagainya. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.E. HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013:64) bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberiak baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Kusnandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian sebagai berikut : Jika menggunaan media audio visual, akankah mempengaruhi hasil belajar keterampilan menggiring bola dalam permainan sepak bola siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rengasdengklok.BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2009:6) menyatakan metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan. Metode penelitian yang digunakan adalah pre exsperimental design dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design .Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih karena penelitian ini ditujukanuntuk menguji teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka danmelakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Penelitian One Group Pretest Posttest DesignTabel 3.1

Tes Awal (Pretest)Perlakuan (Treatment)Tes Akhir (Posttest)

O1XO2

Keterangan:

O1 : Tes sebelum perlakuan diberikan (pretest)

X : Pemberian perlakuan yaitu penggunaan media audio visual O2 : Tes sesudah perlakuan diberikan (posttest)B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-test dan Post-test group, dimana pengambilan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen (Arikunto, 2006 : 85). Bagan rancangan penellitian digambarkan

sebagai berikut: Tabel 3.2Desain Penelitian

KelompokPre-test kemampuan

menggiring bolaPerlakuanPost-test kemampuan menggiring bola

EksperimenO1XO2

Keterangan :

Keterangan:

01 = Pre-test

X = Pembelajaran audio visual menggiring bola

02 = Post-testRancangan tersebut, yaitu: 1) Pemberian Pre-test. Pre-test diberikan sebelum perlakuan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan menggiring bola siswa sebelum perlakuan. 2) Perlakukan. Perlakuan berupa penggunaan media audio visual menggiring bola 3) Pemberian Post-test. Post-test dilakukan setelah kelompok di beri perlakuan.C. POPULASI DAN SAMPEL

Tempat penelitiannya di SMPN 2 Rengasdengklok yang berlokasi di Desa Kalangsari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun pelajaran 2014/2015.1. POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 2 Rengasdengklok yang berlokasi di Desa Kalangsari Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang Tahun pelajaran 2014/2015.2. SAMPEL

sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini yaitu mempunyai ciri-ciri dan sifat yang ada dalam populasi. Sehingga sampel tersebut dianggap mewakili populasi nya. Adapun karakteristik dari sampel tersebut diantaranya Usia Kelas VIII , dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dan untuk menentukan sampelnya yaitu berdasarkan rekomendasi dari guru. Dengan merekomendasikannya kelas yang akan menjadi kelas eksperimen. D. DEFINISI OPERASIONAL 1. Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penaga gawang. Permainan boleh dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan (tangan). hampir semua permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya Sukatamsi (2003: 1.3)2. Media apabila dapat dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Gerlach & Ely ( 1971) dalam Azhari Arsyad (2013;3) Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebihh khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.3. Audio visual merupakan media yang efektif dalam penyampaian informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai gerak yang diinformasikan Parwata (2008: 39).

4. Menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan. Bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Tujuannya untuk mendekati jarak kesasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. Tugimin dan Supriyanto (2010:8)5. Hasil belajar adalah kemampuan untuk dimiliki siswa yang diperoleh setelah ia menerima suatu pengetahuan melalui proses belajar mengajar dan mengakibatkan perubahan pada diri siswa tersebut baik dalam ranah kognitif, efektif maupun psikomotor. 6. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain.

Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami identity diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2002:13) yaitu antara umur 12 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.F. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan proses penting yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan sebuah sumber penelitian sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan oleh peneliti. Teknik pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Nurhasan (2007:22) menjelaskan tes dan pengukuran adalah bagian integral dalam proses evaluasi dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan pengukuran merupakan salah satu teknik dalam evaluasi, khususnya dalam proses pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data merupakan suatu proses pengukuran. Ciri khas dari hasil pengukuran yak ni dinyatakan dalam skor kuantitatif yang dapat diolah secara statistik. Melalui pengukuran kita akan memperoleh informasi yang obyektif sehingga kita dapat menentukan kemampuan atau prestasi seseorang. Tes dan pengukuran dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar meggiring bola yang dilaksanakan dua kali yaitu pre-test dan post-test. Hasil tes dicatat dalam satuan detik.. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Uji Pra syarat Analisis untuk mengetahui uji normalitas, uji homogenitas dan uji T. Arikunto (2006 : 86) menyatakan, untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post test one group design, maka rumusnya adalah:

Dengan keterangan :

Md : mean dari perbedaan pre test dengan post test xd : deviasi masing-masing subjek (d Md )

x2d : jumlah kuadrat deviasi

N : subjek pada sampel

d.b. : ditentukan dengan N-12. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data. Arikunto (2006:149), menjelaskan pengertian instrument sebagai berikut: Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Berkaitan dengan penelitian ini, dengan menggunakan:Tes yang digunakan adalah menggiring bola yang terdiri dari a) Panitia yang terdiri dari 2 personil, yaitu 1) Panitia, bertugas : Pemanggil sampel, Mengecek kesiapan sampel, dan Pengambil gambar. 2) Pemberi Aba-Aba, bertugas : Mempersiapkan sampel, Membariskan sampel sesuai absen kelas, Mempersiapkan peralatan tes, dan Pemberi aba-aba. 3) Pencatatat Skor, bertugas :

mencatat hasil waktu menggiring bola, dan mengambil gambar. b) Alat dan perlengkapan penelitian adalah faktor penting yang sangat membantu kelancaran pelaksanaan penelitian dan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Alat dan perlengkapan tersebut terdiri dari: peluit, cone, roll meter, stopwatch, bola kaki, serta alat tulis. c) Petunjuk Pelaksanaan Tes: 1) siswa dipersiapkan terlebih dahulu di lapangan, 2) siswa dipanggil sesuai dengan absen kelas, 3) tiap peserta diberi kesempatan satu kali untuk melakukan tes menggiring bola, 4) pengukuran dimulai dari garis start dan kembali ke garis start atau finish.

5) hasil waktu selama menggiring bola di catat petugas.Tabel Kisi-kisi Teknik Menggiring Bola

NoIndikator

1. persiapan2. Pelaksanaan3.Follow-hrough

a. Postur tubuh tegap

b. Bola berada di dekat kaki

c. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik.a.Fokuskan perhatian pada bola

b. Tending bola pada permukaan instep atau outside instep sepenuhnya

c. Dorong bola kedepan beberapa kakia. Kepala tegak untuk melihat lapangan dengan baik

b. Bergerak mendekati bola

c. Dorong bola ke depan

KRITERIA PENILAIAN HASIL BELAJAR Nilai Proses

a. Skor 4

Sikap Badan

: Berdiri dengan posisi tubuh seimbang Sikap kaki

: kaki mendorong bola tidak terlalu kencang Gerakan bola

: bola dekat dengan kaki. Sikap Kepala

: Kepala Tegak ke depan b. Skor 3

Sikap Badan

: Berdiri dengan posisi tubuh seimbang

Sikap kaki

: kaki mendorong bola tidak terlalu kencang Gerakan bola

: bola tidak terlalu dekat dengan kaki. Sikap Kepala

: Kepala menunduk ke bawah c. Skor 2 Sikap Badan

: Berdiri dengan posisi tubuh bungkuk

Sikap kaki

: kaki mendorong bola kencang Gerakan bola

: bola jauh dengan kaki. Sikap Kepala

: Kepala menunduk ke bawah d. Skor 1 Sikap Badan

: Berdiri dengan posisi tubuh bungkuk

Sikap kaki

: kaki menendang bola Gerakan bola

: bola jauh dengan kaki. Sikap Kepala

: Kepala menunduk ke arah bolaG. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Uji Instrumen Penelitiana. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument ( Arikunto : 211 ). Validitas yang digunakan penelitian ini adalah validitas butir. Untuk mengukur criteria valid tidaknya tiap butir soal,penulis menggunakan korelasi Product Moment Pearson, apabila rhitung> rtabel, maka butir soal dikatakan valid. Harga rtabel dapat diperoleh terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus df = n -2 pada taraf signifikan 5%. Adapun rumus Product Moment Pearson dinyatakan sebagai berikut:

rxy = Keterangan :

rxy: koefisien korelasi yang menyatakan korelasi

N: banyak siswa

x: skor item

y : skor total

xy: hasil perkalian dari skor item dan skor total

x: hasil kuadrat dari skor item

y: hasil kuadrat dari skor total

: hasil kuadrat dari total jumlah skor item

: hasil kuadrat dari total jumlah skor total

b. Reabilitas

Reabilitas atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu ( Ruseffendi : 158 ). Suatu alat evaluasi atau tes disebut reliable, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten,atau stabil produktif dan dapat dipercaya tingkat ketelitiannya.

Pengujian reabilitas ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu:

r11 = ( )(1 - )

dengan

=

Keterangan :

r11: reabilitas yang dicari

n: banyaknya butir pernyataan yang valid

: jumlah varians skor tiap-tiap item

: varians total

c. Uji Analisis Data

1) Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari dua sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas digunakan uji Chi-Squre Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:a) Menentukan hipotesis

H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

a) Menentukan rata-rata

b) Menetukan Standar Deviasi

c) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi

a) Rumus banyak kelas interval: (aturan struges)

K = 1 + 3,3 log (n) ; dengan n banyak subjek

b) Rentang (R) = skor terbesar skor terkecil

c) Panjang kelas = d) Cari X2hitung dengan rumus e) Cari X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (k) 3 dan

taraf kepercayaan 95% dan taraf signifikansi = 0,05

f) Kriteria pengujian

Terima H0 jika X2hitung X2tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (subjek berdistribusi normal)

Tolak H0 jika X2hitung>X2tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (subjek tidak berdistribusi normal)

2) Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, dilakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas), yakni seragam tidaknya varians populasi yang diambil dari populasi yang sama. Pengujian menggunakan uji Fisher pada taraf signifikan = 0,05. Adapun langkah-langkahnya

a. HipotesisH0 : 12 = 22H1 : 12 22

b. Cari Fhitung dengan rumus:

F = c. Tetapkan taraf signifikan ()

d. Hitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = F()e. Tentukan kriterian pengujian H0, yaitu:

Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika Fhitung Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

3) Uji HipotesisSesuai dengan desain yang telah dikemukakan di depan dengan menggunakan desain perlakuan ulang (one group pre and posttest design), maka model analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (treatmen) pengunaan media audio visual. Data yang telah diperoleh kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan baik dalam sisi yang sempit maupun sisi yang luas. Sisi yang sempit, hanya dibahas pada masalah penelitian yang akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut, sedang sisi yang luas interpretasinya tidak hanya menjelaskan hasil dari penelitian, tetapi juga melakukan infrensi atau generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut (Soekidjo, 2010: 180).Data yang diuji dalam penelitian ini adalah data pretest dan posttest yakni perbedaan hasil data pretest dan posttest subyek. Sebelum data tersebut dianalisis untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu harus diuji normalitas dan homogenitasnya terlebih dahulu. Kemudian hasil pretest dan post-test tersebut akan diuji menggunakan uji Wilcoxon (Wilcoxon signed rank test), Sehingga dapat diketahui bahwa adanya perbedaan pada subyek sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa penggunaan media audio visual. Apabila hasil uji analisis data tersebut menunjukkan perbedaan, maka dapat diketahui bahwa pengunaan media audio visual ini berpengaruh terhadap hasil belajar mengiring bola . Untuk menguji hipotesis dapat digunakan rumus Z, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n1 = Jumlah data positif

n2 = Jumlah data negatifDAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Trisna Rahayu, Ega. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: AlfabetaSucipto. Dkk. 2000. Sepak Bola. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai

Julfikli, Isti, Hery. 2013. Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Menendang Bola Di SMA Negeri 1 Pemangkat. Skripsi. Kalimantan Barat

Usman, Husaini & Setiady, Akbar Purnomo. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola Di SMP Negeri 2 Rengasdengklok

Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang | FKIP | PJKR