standar pelayanan publik.doc

Upload: yadnya1001

Post on 07-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    1/57

    • 1. STANDAR PELAYANAN PUBLIK DI DAERAH1

    oleh: Yogi S2 & M. Ikhsan3I. Pelayanan Publika.

    Pengertian Dalam konteks ke-Indonesia-an, penggunaan

    istilah pelayanan publik (publicservice) dianggap memiliki

    kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum

    ataupelayanan masyarakat. Oleh karenanya ketiga istilah

    tersebut dipergunakan secarainterchangeable, dan

    dianggap tidak memiliki perbedaan mendasar. Dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian

    pelayanan bahwa“pelayanan adalah suatu usaha untuk

    membantu menyiapkan (mengurus) apa yangdiperlukan

    orang lain. Sedangkan pengertian service dalam Oxford

    (2000) didefinisikansebagai “a system that provides

    something that the public needs, organized by

    thegovernment or a private company”. Oleh karenanya,

    pelayanan berfungsi sebagaisebuah sistem yang

    menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

    Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris

    (public), terdapatbeberapa pengertian, yang memiliki

    variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu

    umum,masyarakat, dan negara. Public dalam pengertian

    umum atau masyarakat dapat kitatemukan dalam istilah

    public offering (penawaran umum), public ownership

    (milikumum), dan public utility (perusahaan umum), public

    relations (hubungan masyarakat),public service (pelayanan

    masyarakat), public interest (kepentingan umum)

    dll.Sedangkan dalam pengertian negara salah satunya

    adalah public authorities (otoritasnegara), public building

    (bangunan negara), public revenue (penerimaan negara)

    danpublic sector (sektor negara) 4 . Dalam hal ini,

    pelayanan publik merujukkan istilahpublik lebih dekat pada

    pengertian masyarakat atau umum. Namun demikian

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    2/57

    pengertianpublik yang melekat pada pelayanan publik

    tidak sepenuhnya sama dan sebangundengan pengertian

    masyarakat. Nurcholish (2005: 178) memberikan

    pengertian publiksebagai sejumlah orang yang mempunyai

    kebersamaa berfikir, perasaan, harapan, sikapdan

    tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

    norma yang mereka miliki.1 Tulisan ini dimuat dalam salah

    satu Bab pada Handbook Manajemen Pemerintahan

    Daerah. terbitanPKKOD-LAN, 2006.2 Dosen Tetap STIA-

    LAN untuk mata kuliah Difusi Inovasi dalam Pemerintahan,

    dan Peneliti pada PusatKajian Administrasi Internasional3

    Dosen STIA-LAN untuk mata kuliah Keuangan Daerah dan

    Manajemen BUMN & BUMD4 Lihat lebih detail di Nurcholis

    (2005) hal. 175. -1-

    • 2. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara (Meneg PAN)Nomor

    63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan

    publik yaitu segalakegiatan pelayanan yang dilaksanakan

    oleh penyelenggara pelayanan publik sebagaiupaya

    pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun

    pelaksanaan ketentuanperaturan perundang-undangan.

    Selanjutnya dalam Oxford (2000) dijelaskan pengertian

    public service sebagai“a service such as transport or

    health care that a government or an officialorganization

    provides for people in general in a particular society”.

    Fungsi pelayanan publik adalah salah satu fungsi

    fundamental yang harusdiemban pemerintah baik di

    tingkat pusat maupun di daerah. Fungsi ini juga

    diembanoleh BUMN/BUMD dalam memberikan dan

    menyediakan layanan jasa dan atau barangpublik Dalam

    konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelaku pelayanan,

    yaitu penyedialayanan dan penerima layanan. Penyedia

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    3/57

    layanan atau service provider (Barata, 2003:11) adalah

    pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu

    kepada konsumen, baikberupa layanan dalam bentuk

    penyediaan da penyerahan barang (goods) atau jasa-

     jasa(services). Penerima layanan atau service receiver

    adalah pelanggan (customer) ataukonsumen (consumer)

    yang menerima layanan dari para penyedia layanan.

    Adapun berdasarkan status keterlibatannya dengan pihak

    yang melayani 5terdapat 2 (dua) golongan pelanggan ,

    yaitu:(a) pelanggan internal, yaitu orang-orang yang terlibat

    dalam proses penyediaan jasa atau proses produksi

    barang, sejak dari perencanaan, pencitaan jasa atau

    pembuatan barang, sampai dengan pemasaran barang,

    penjualan dan pengadministrasiannya. dan(b) pelanggan

    eksternal, yaitu semua orang yang berada di luar

    organisasi yang menerima layanan penyerahan barang

    atau jasa. Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda

    dengan pelayanan swasta. Namundemikian terdapat

    persamaan di antara keduanya, yaitu: a. keduanya

    berusaha memenuhi harapan pelanggan, dan

    mendapatkan kepercayaannya; b. Kepercayaan pelanggan

    adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.5

    Lihat lebih detail di Barata (2003). hal 11-13 -2-

    • 3. Sementara karakteristik khusus dari pelayanan

    publik yang membedakannyadari pelayanan swasta

    adalah: a. Sebagian besar layanan pemerintah berupa

     jasa, dan barang tak nyata. Misalnya perijinan, sertifikat,

    peraturan, informasi keamanan, ketertiban, kebersihan,

    transportasi dan lain sebagainya. b. Selalu terkait dengan

     jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk

    sebuah jalinan sistem pelayanan yang bersaka regional,

    atau bahkan nasional. Contonya dalam hal pelayanan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    4/57

    transportasi, pelayanan bis kota akan bergabung dengan

    pelayanan mikrolet, bajaj, ojek, taksi dan kereta api untuk

    membentuk sistem pelayanan angkutan umum di Jakarta.

    c. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari

    tatanan organisasi pemerintah yang cenderung birokratis.

    Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip utamakan

    pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal. Namun

    situasi nyata dalam hal hubungan antar lembaga

    pemerintahan sering memojokkan petugas pelayanan agar

    mendahulukan pelanggan internal. d. Efisiensi dan

    efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan

    peningkatan mutu pelayanan. Semakin tinggi mutu

    pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula

    kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan

    demikian akan semakin tinggi pula peran serta masyarakat

    dalam kegiatan pelayanan. e. Masyarakat secara

    keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tak

    langsung, yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya

    pengembangan pelayanan. Desakan untuk memperbaiki

    pelayanan oleh polisi bukan dilakukan oleh hanya

    pelanggan langsung (mereka yang pernah mengalami

    gangguan keamanan saja), akan tetapi juga oleh seluruh

    lapisan masyarakat. f. Tujuan akhir dari pelayanan publik

    adalah terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang

    berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.b.

    Ruang Lingkup Secara umum, pelayanan dapat berbentuk

    barang yang nyata (tangible), barangtidak nyata

    (intangible), dan juga dapat berupa jasa. Layanan barang

    tidak nyata danjasa adalah jenis layanan yang identik.

    Jenis-jenis pelayanan ini memiliki perbedaanmendasar,

    misalnya bahwa pelayanan barang sangat mudah diamati

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    5/57

    dan dinilaikualitasnya, sedangkan pelayanan jasa relatif

    lebih sulit untuk dinilai. Walaupun -3-

    • 4. demikian dalam prakteknya keduanya sulit untuk

    dipisahkan. Suatu pelayanan jasabiasanya diikuti dengan

    pelayanan barang, misalnya jasa pemasangan telepon

    berikutpesawat teleponnya, demikian pula sebaliknya

    pelayanan barang selalui diikuti denganpelayanan jasanya.

    Namun demikian, secara garis besar, pelayanan

    dibedakan menjadi 2 (dua) jenissaja, yaitu barang dan jasa. Berikut ini adalah karakteristik pelayanan dari

    Gronroos(1990) yang menjelaskan perbedaan antara

    pelayanan barang dan jasa. Tabel 1 Perbedaan

    Karakteristik antara Barang dan Jasa Barang Jasa

    Sesuatu yang berwujud Sesuatu yang tidak berwujud Satu

     jenis barang dapat berlaku untuk Satu bentuk pelayanan

    kepada seseorang banyak orang (homogen) belum tentu

    sesuai/sama dengan bentuk jasa pelayanan kepada orang

    lain (heterogen) Proses produksi dan distribusinya Proses

    produksi dan distribusi pelayanan terpisah dengan proses

    konsumsi berlangsung bersamaan pada saat dikonsumsi

    Berupa barang/benda Berupa proses/kegiatan Nilai

    utamanya dihasilkan di perusahaan Nilai utamanya

    dihasilkan dalam proses interaksi antara penjual dan

    pembeli. Pembeli pada umumnya tidak terlibat Pembeli

    terlibat dalam proses produksi dalam proses produksi

    Dapat disimpan sebagai persediaan Tidak dapat disimpan

    Dapat terjadi perpindahan kepemilikan Tidak ada

    perpindahan kepemilikanSumber: Gronroos (1990) Lebih

    lanjut Savas6 (1987) mengelompokkan jenis-jenis barang

    dan jasa yangdibutuhkan masyarakat dan individu ke

    dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan konsepexclusion

    dan consumption dalam hal pengelolaan penyedian

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    6/57

    pelayanan publik. Ciri dariexclusion akan melekat pada

    barang/jasa jika pengguna potensialnya dapat

    ditolakmenggunakannya kecuali kalau yang bersangkutan

    dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan

    penyedianya. Barang/jasa tersebut hanya dapat

    dipindahtangankan apabila terjadi kesepakatan antara

    pembeli dan pemasok. Sedangkan dari segiconsumption

    adalah bahwa barang konsumsi merupakan barang atau

     jasa yang dapatdipergunakan secara bersama-sama atau

    kolektif oleh banyak orang tanpa adapengurangan kualitas

    maupun kuantitasnya.6 LAN. (2003). hal 10 -4-

    • 5. Tabel 2 Pengelompokan Barang dan Jasa

    berdasarkan Ciri Dasar Exclusion dan Consumption

    Consumption Exclusion Konsumsi Konsumsi Individual

    Kolektif Mudah mencegah orang Barang semi Barang

    privat lain untuk ikut menikmati publik Sulit mencegah

    orang lain Barang semi Barang untuk ikut menikmati privat

    publik Sumber : Savas, (1987)a. Barang privat Barang dan

     jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat

    diperoleh oleh si pemakai tanpa persetujuan pemasoknya.

    Bentuk persetujuan biasanya dilakukan dengan penetapan

    dan negosiasi harga tertentu, serta transaksi pembelian.

    Contoh: makanan, pakaian.b. Barang semi privat Barang

    dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit

    mencegah siapapun untuk memperolehnya meskipun

    mereka tidak mau membayar, atau biasa disebut juga

    sebagai barang semiprivat. Contoh dari barang semiprivat

    ini adalah pembelian radio ketika dinyatakan, si pemilik

    tidak dapat mencegah orang lain untuk tidak ikut

    mendengarkan.c. Barang semi publik Barang dan jasa

     jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama,

    namun si pengguna harus membayar dan mereka yang

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    7/57

    tidak dapat/mau membayar dapat dengan mudah dicegah

    dari kemungkinan menikmati barang tersebut. Semakin

    sulit atau mahal mencegah seseorang konsumen potensial

    dari pemanfaatan toll goods semakin serupa barang

    tersebut dangan ciri barang publik (Collective Goods). Atau

    biasa disebut juga dengan barang semi publik. Misal: jalan

    Toll, Jembatan Timbangd. Barang publik Barang dan jasa

    ini umumnya digunakan secara bersama-sama dan tidak

    mungkin mencegah siapapun untuk menggunakannya,

    sehingga masyarakat (pengguna) -5-

    • 6. pada umumnya tidak bersedia membayar

    berapapun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang ini.

    Misal: jalan raya, taman Dari keempat pengelompokan

    barang tersebut, penyediaan jenis barang privatdan semi

    privat, dapat murni dilakukan oleh swasta. Sedangkan

    penyediaan barang semipublik dapat dilakukan baik oleh

    pemerintah maupun swasta. Khusus untuk

    penyediaanjenis barang publik haruslah oleh pemerintah.

    Selanjutnya Nurcholis (2005: 180) secara rinci membagi

    fungsi pelayananpublik ke dalam bidang-bidang sebagai

    berikut:a. Pendidikan.b. Kesehatan.c. Keagamaan.d.

    Lingkungan: tata kota, kebersihan, sampah, penerangan.e.

    Rekreasi: taman, teater, musium, turisme.f. Sosial.g.

    Perumahan.h. Pemakaman/krematorium.i. Registrasi

    penduduk: kelahiran, kematian.j. Air minum.k. Legalitas

    (hukum), seperti KTP, paspor, sertifikat, dll. Dalam Kep.

    Menpan No: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman

    UmumPenyelenggaraan Pelayanan Publik,

    pengelompokan pelayanan publik secara garis

    besaradalah sebagai berikut:1. Pelayanan administratif2.

    Pelayanan barang3. Pelayanan jasa Dari berbagai jenis

    pengelolaan pelayanan publik yang disediakan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    8/57

    olehpemerintah tersebut, timbul beberapa persoalan dalam

    hal penyediaan pelayananpublik. Persoalan-persoalan

    tersebut diidentifikasi Wright (dalam LAN, 2003:

    16)sebagai berikut:1. Kelemahan yang berasal dari sulitnya

    menentukan atau mengukur output maupun kualitas dari

    pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.2. Pelayanan

    yang diberikan pemerintah memiliki ketidakpastian tinggi

    dalam hal teknologi produksi sehingga hubungan antara

    output dan input tidak dapat ditentukan dengan jelas. -6-

    • 7. 3. Pelayanan pemerintah tidak mengenal

    “bottom line” artinya seburuk apapun kinerjanya, pelayanan

    pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut.4. Berbeda

    dengan mekanisme pasar yang memiliki kelemahan dalam

    memecahkan masalah eksternalities, organisasi pelayanan

    pemerintah menghadapi masalah berupa internalities.

    Artinya, organisasi pemerintah sangat sulit mencegah

    pengaruh nilai-nilai dan kepentingan para birokrat dari

    kepentingan umum masyarakat yang seharusnya

    dilayaninya. Di sisi lain, sektor swasta berperan dalam hal

    penyediaan barang dan jasa yangbersifat privat. Situasi

    persaingan selalu timbul dalam penyelenggaraan

    penyediaanbarang dan jasa oleh sektor swasta. Ada

    kalanya pemerintah juga menyediakan layananbarang

    privat. Untuk menghindari crowding out effect, dimana

    pemerintah lebihberperan sebagai kompetitor pemain

    pasar lainnya, perlu diatur secara jelas, manabarang dan

     jasa yang harus diserahkan ke swasta, mana yang dapat

    dikerjakan secarabersama-sama, dan mana ang murni

    dikerjakan oleh pemerintah.c. Paradigma Pelayanan

    Pelayanan publik adalah identik dengan representasi dari

    eksistensi birokrasipemerintahan, karena berkenaan

    langsung dengan salah satu fungsi pemerintah

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    9/57

    yaitumemberikan pelayanan. Oleh karenanya sebuah

    kualitas pelayanan publik merupakancerminan dari sebuah

    kualitas birokrasi pemerintah. Di masa lalu, paradigma

    pelayananpublik lebih memberi peran yang sangat besar

    kepada pemerintah sebagai sole provider.Peran pihak di

    luar pemerintah tidak pernah mendapat tempat atau

    termarjinalkan.Masyarakat dan dunia swasta hanya

    memiliki sedikit peran dalam penyelenggaraanpelayanan

    publik. Pada tahun 1990-an terjadi reformasi di sektor

    publik. Hal ini terjadi karenaterjadi kesalahan dalam

    memahami (mitos) upaya perbaikan kinerja

    pemerintah.Berkenaan dengan hal tersebut, Osborne &

    Plastrik (1996: 13) menjelaskan 5 mitos diseputar

    reformasi sektor publik, yaitu: 1. Mitos Liberal, bahwa

    pemerintah dapat diperbaiki melalui pembelanjaan yang

    lebih dan bekerja lebih banyak (spending more and doing

    more). Dalam kenyataannya, menganggarkan banyak

    uang kepada sistem yang disfuingsional tidak

    menghasilkan hasil yang signifikan. 2. Mitos Konservatif,

    bahwa pemerintah dapat diperbaiki melalui pembelanjaan

    yang dikurangi dan bekerja lebih sedikit (spending less and

    doing less). Dalam -7-

    • 8. kenyataannya, penghematan yang dilakukan

    pemerintah terhadap anggarannya tiak menolong kinerja

    pemerintah menjadi lebih baik. 3. Mitos Bisnis, bahwa

    pemerintah dapat diperbaiki melalu penyelenggaraan

    pemeritahan yang meniru teknik penyelenggaraan bisnis.

    Dalam kenyataannya, walaupun metafora bisnis dan teknik

    manajemen seringkali menolong, namun ada perbedaan

    kritis antara realitas sektor publik dan bisnis. 4. Mitos

    Pekerja, bahwa kinerja pegawai pemerintah dapat

    meningkat apabila mempunyai uang yang cukup. Dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    10/57

    kenyataannya kita harus mengubah cara sumber daya

    dimanfaatkan jika kita ingin mengubah hasil. 5. Mitos

    Rakyat, bahwa pemerintah dapat diperbaiki melalui

    perekrutan sumber daya manusia yang lebih baik. Dalam

    kenyataannya, masalahnya bukan terletak pada sumber

    daya, akan tetapi sistemlah yang menjebak mereka. Oleh

    karenanya berkenaan dengan reformasi di sektor publik,

    salah satu prinsippenting yang merubah paradigma

    pelayanan publik adalah prinsip streering rather

    thanrowing. Berkenaan dengan prinsip ini, pemerintah

    diharapkan untuk lebih berperansebagai pengarah

    daripada sekedar pengayuh. Fungsi pengayuh bisa

    dilakukan secaralebih efisien oleh pihak lain yang

    profesional. Prinsip ini menjelaskan bahwapemerintah

    tidak dapat secara terus menerus bekerja sendirian, dan

    harus mulaimengubah paradigma pelayanan agar tujuan

    dari penyelenggaraan pelayanan dapattercapai lebih baik

    lagi. Masih banyak prinsip-prinsip yang dikenalkan dalam

    konsep ini,namun intinya adalah semuanya mengubah

    cara pandang kita terhadap cara kerjapemerintahan.

    Semangat entrepreneurial government ini lebih didasarkan

    pada pengalamanyang terjadi dalam penyelenggaraan

    pemerintahan di Amerika Serikat. Konsep lainyang

    sebenarnya telah lebih dulu eksis dan memiliki kemiripan

    dengannya adalah NewPublic Management (NPM) yang

    dipelopori oleh Inggris dengan gerakan privatisasipada

    masa kepemimpinan Margaret Thatcher. Pada masa

    Thatcher, privatisasi untukpertama kalinya

    diselenggarakan terhadap perusahaan milik negara

    dengan tujuan untukmenyehatkan perusahaan negara.

    Gerakan ini menjadi tren di dunia manajemen

    BUMN.Banyak negara yang kemudian meniru pola

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    11/57

    privatisasi Inggris ini, termasuk juga NewZealand, dan

    menyebar ke seluruh dunia. Dengan paradigma baru di

    bidang pelayanan yang dilandasi oleh

    filosofientrepreneurial government dan new public

    management inilah maka cara pandangtradisional

    terhadap peran pemerintah dalam menyelenggarakan

    pelayanan publik -8-

    • 9. haruslah diubah. Osborne dan Plastrik (1996)

    menjelaskan 5 strategi penting untukmewujudkannya,yaitu: 1. Strategi inti: menciptakan kejelasan tujuan 2.

    Strategi konsekuensi: menciptakan konsekuensi untuk

    kinerja 3. Strategi pelanggan: menempatkan pelanggan di

    posisi penentu 4. Strategi pengendalian: memindahkan

    pengendalian dari puncak dan pusat 5. Strategi budaya:

    menciptakan budaya wira usaha Dalam perspektif lain,

    secara umum pergeseran paradigma pelayanan

    adalahpergeseran dari birokrasi yang “dilayani” menjadi

    birokrasi yang “melayani”. Fungsipelayanan yang diemban

    dan melekat pada birokrasi, tidak serta merta

    menempatkanwarga masyarakat sebagai kelompok pasif.

    Dalam hal ini partisipasi masyarakat dalampelayanan

    harus ditingkatkan, karena sejalan dengan misi

    pemberdayaan yang haruslebih diutamakan (empowering

    rather than serving). Pemberdayaan ini akan

    menuntunpada adanya peningkatan partisipasi warga

    masyarakat dalam pelayanan publik. Partisipasi

    masyarakat dalam pelayanan publik dikenal dengan

    konsep co-production. Konsep ini dikenal pertama kali dan

    dikembangkan sejak tahun 1980-an,ketika pakar

    administrasi publik dan politik urban membangun teori

    yang menjelaskankegiatan kolektif dan peran kritis dari

    keterlibatan warga masyarakat dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    12/57

    penyediaanpelayanan barang dan jasa. Pada dasarnya

    teori co-production mengkonseptualisasipemberian

    layanan baik sebagai sebuah penataan maupun proses, di

    mana pemerintahdan masyarakat membagi tanggung

     jawab (conjoint responsibility) dalam

    menyediakanpelayanan publik 7 . Sehingga di sini kita

    tidak lagi membedakan warga masyarakatsebagai

    pelanggan tradisional dengan pemerintah sebagai

    penyedia layanan. Keduapihak dapat bertindak sebagai

    bagian dari pemberi layanan. Secara singkat, teori co-

    production dalam pelayanan publik dapat dipahamidengan

    memahami konsep-konsep pelanggan dan produksi di

    sektor publik, yaituconsumer produser, regular producer

    dan co-production. Menurut Parks 8 consumerproducers

    adalah pihak yang berhubungan dengan produksi yang

    pada akhirnya akanmengkonsumsi akhir dari produk yang

    dibuatnya. Di sisi lain, regular producers adalahyang

    menyelenggarakan proses produksi, yang akan merubah

    output menjadipembayaran, yang pada akhirnya akan

    membelanjakannya untuk barang dasn jasalainnya. Dalam

    hal ini co-production memerlukan kedua pihak

    berkontribusi input pada7 Marschall. (2004). hal.2328

    Kiser. 1980. hal.2. -9-

    • 10. proses produksi untuk barang dan jasa

    tertentu. Dengan kata lain, dalam banyakpelayanan,

    proses produksi output dan outcome memerlukan

    partisipasi aktif daripenerima layanan barang dan jasa.

    Menurut Cooper sebagaimana dikutip oleh McLaverty

    (2002: 15) menjelaskanbahwa partisipasi publik—terutama

    dalam proses pengambilan keputusan—adalahsarana

    untuk memenuhi hak dasar sebagai warga. Pada akhirnya

    tujuan dari partisipasipublik adalah untuk mendidik dan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    13/57

    memberdayakan warga. Sedangkan menurutMarschall

    (2004: 231), tujuan dari partisipasi publik adalah pada

    dasarnya untukmengkomunikasikan dan mempengaruhi

    proses pengambilan keputusan sebagaimanajuga

    membantu dalam pelaksanaan pelayanan. Heller dalam

    Rich (1995: 660) menjelaskan dua bentuk dasar

    partisipasi, yaitupartisipasi akar rumput (grass-root

    participation) yang mengacu pada organisasi dangerakan

    sosial yang didasarkan pada inisiatif warga yang memilih

    tujuan dan metodamereka sendiri, dan partisipasi mandat

    pemerintah (government-mandatedparticipation) yang

    melibatkan persyaratan hukum di mana akan ada

    kesempatan bagimasukan warga terhadap pengambilan

    keputusan (kebijakan) atau pelaksanaan sebuahlembaga.

    Secara sederhana Cooper (Lynch, 1983: 14-15)

    membedakan partisipasi kedalam partisipasi tidak

    langsung (indirect participation) dan partisipasi langsung

    (directparticipation). Partisipasi tidak langsung, misalnya,

    partisipasi dalam halpenyelenggaraan negara dengan

    memilih wakilnya untuk duduk di kursi parlemen.Sama

    halnya ketika menyuarakan pendapat untuk kepentingan

    penyelenggaraanpemerintah melalui media massa dan

    sebagainya. Sementara partisipasi langsung bisaberupa

    keterlibatan secara langsung warga dalam

    penyelenggaraan pemerintah, sepertimenjadi komisi

    penasihat, aktivitas dengar pendapat, keterlibatan di

    kelompok-kelompok kepentingan dan partisipasi dalam

    lembaga pemerintah yangmenyelenggarakan kegiatan

    pemberian pelayanan umum. Oleh karenanya

    penyelenggaraan pelayanan umum haruslah mendapat

    dukunganpartisipasi dari masyarakat. Konsep partisipasi

    masyarakat terhadap fungsi pelayananyang diberikan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    14/57

    pemerintah dapat berupa partisipasi dalam hal mentaati

    pemerintah,membangun kesadaran hukum, kepedulian

    terhadap peraturan yang berlaku, dan dapatjuga berupa

    dukungan nyata dengan membantu secara langsung

    proses penyelenggaraanpelayanan umum. - 10 -

    • 11. Gambar berikut menjelaskan konsep dasar

    peran pemerintah sebagai penyedialayanan umum dan

    peran warga masyarakat sebagai pengguna atau penerima

    layanansekaligus peran dalam membantupenyelenggaraan pelayanan publik (co-produser). Gambar

    1 Partisipasi dalam Pelayanan Publik Service Government

    co-producer Citizenry Participation Sumber: Suwarno,

    Yogi. (2005: 5). Dalam gambar di atas dikenal istilah co-

    produser, yang berarti penghasil jasaatau layanan. Co-

    produser ini adalah warga atau sebagian dari warga

    masyarakat yangterlibat dalam penyelenggaraan

    pemberian layanan umum, sebagai bentuk partisipasi.Ini

    berangkat dari konsep ko-produksi yang dijelaskan oleh

    Ostrom. Dalam definisinyaOstrom (1996: 86) menjelaskan

    bahwa “coproduction as the process through whichinputs

    used to produce a good or service are contributed by

    individuals who are not“in” the same organization“ , yaitu

    bahwa co-production adalah proses di mana inputyang

    digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa diberikan

    oleh individu yangbukan berasal dari organisasi yang

    sama. Keterlibatan warga dalam memproduksilayanan—

    yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah—adalah

    termasuk kegiatan ko-produksi dalam pelayanan umum.

    Sejalan dengan itu, Bjur dan Siegel dalam Lynch (1983:

    41) telah menelitibahwa kegiatan co-produksi sebenarnya

    dapat dirancang untuk melayani berbagai jenistujuan dari

    partisipasi warga. Hal ini menunjukkan hubungan yang

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    15/57

    kuat antarapartisipasi warga dengan kegiatan pelayanan

    umum. - 11 -

    • 12. Pentingnya peran aktif kedua belah pihak

    dalam menyelenggarakan pelayananpublik dapat

    dijelaskan dalam konteks partisipasi. Partisipasi publik

    berhubungan eratdengan kedua belah pihak; pemerintah

    dan masyarakat. Melalui sisi pemerintah, kitabisa melihat

    penerapan kebijakan dan pengunaan teknik-teknik

    manajemen dalampemberian pelayanan kepadamasyarakat sekaligus dalam rangka penegakkan

    peraturan,sedangkan pada sisi masyarakat adalah

    keterlibatan dalam berdisiplin dan menaatiaturan, serta

    dukungan langsung dalam proses pemberian pelayanan

    publik. Peran pada sisi pemerintah, penggunaan teknik-

    teknik manajerial dalampemberian pelayanan kepada

    masyarakat dilakukan dengan cara menyiapkan

    danmemanfaatkan seluruh sumber daya organisasi yang

    dimiliki untuk mencapai tujuan.Sedangkan peran pada sisi

    masyarakat adalah partisipasi aktif baik dalam hal

    ketaatan,maupun dukungan langsung dalam proses

    penyelenggaraan pelayanan publik.d. Kualitas Pelayanan

    Kualitas pelayanan telah menjadi salah satu isu penting

    dalam penyediaanlayanan publik di Indonesia. Kesan

    buruknya pelayanan publik selama ini selalumenjadi citra

    yang melekat pada institusi penyedia layanan di Indonesia.

    Selama inipelayanan publik selalu identik dengan

    kelambanan, ketidak adilan, dan biaya tinggi.Belum lagi

    dalam hal etika pelayanan di mana perilaku aparat

    penyedia layanan yangtidak ekspresif dan mencerminkan

     jiwa pelayanan yang baik. Kualitas pelayanan sendiri

    didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis

    yangberhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    16/57

    dan lingkungan yang memenuhi ataumelebihi harapan

    (Goetsch & Davis, 2002). Oleh karenanya kualitas

    pelayananberhubungan dengan pemenuhan harapan atau

    kebutuhan pelanggan. Penilaian terhadap kualitas

    pelayanan ini dapat dilihat dari beberapa sudutpandang

    yang berbeda (Evans & Lindsay, 1997), misalnya dari segi:

    1. Product Based, di mana kualitas pelayanan didefinisikan

    sebagai suatu fungsi yang spesifik, dengan variabel

    pengukuran yang berbeda terhadap karakteristik

    produknya. 2. User Based, di mana kualitas pelayanan

    adalah tingkatan kesesuaian pelayanan dengan yang

    diinginkan oleh pelanggan. 3. Value Based, berhubungan

    dengan kegunaan atau kepuasan atas harga. - 12 -

    • 13. Kualitas pelayanan ini dapat diketahui ketika

    dilakukan mengenai beberapa jeniskesenjangan yang

    berhubungan dengan harapan pelanggan, persepsi

    manajemen,kualitas pelayanan, penyediaan layanan,

    komunikasi eksternal, dan apa yang dirasakanoleh

    pelanggan. Secara mendetail, kesenjangan-kesenjangan

    tersebut dapat diidentifikasi padagambar berikut ini:

    Gambar 2 Model Kesenjangan dari Kualitas Pelayanan

    Marketing Research Orientation Upward Communication

    GAP 1 Levels of ManagementManagement Commitment to

    Service Quality Tangibles Goal Setting GAP 2 Task

    Standardization Reliability Perception of Feasibility GAP 5

    Teamwork (Service Quality) Responsiveness Employee-

    Job Fit Technology-Job Fit Perceived Control GAP 3

    Assurance Supervisory Control System Role Conflict

    Empathy Role AmbiguityHorizontal Communication GAP

    4Propensity to OverpromiseSumber: Delivering Quality

    Service, Zeithaml, et. al., (1990), hal.131 Penjelasan

    terhadap kelima kesenjangan tersebut adalah sebagai

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    17/57

    berikut:1. Kesenjangan antara harapan pelanggan

    (Expected Service) dengan persepsi manajemen

    (Management Perception of Customer Expectation). Hal ini

    terjadi disebabkan karena kurang dilakukannya survey

    akan kebutuhan pasar atau kurang dimanfaatkannya hasil

    penelitian secara tepat serta kurang terjadinya - 13 -

    • 14. interaksi antara penyedia pelayanan dan

    pelanggan. Penyebab lainnya adalah kurang terjadinya

    komunikasi antara pihak manajemen dengan petugaspenyedia pelayanan (customer contact personel), padahal

    dari merekalah paling banyak diperoleh informasi tentang

    hal-hal yang menjadi harapan pelanggan. Terakhir adalah

    faktor klasik dari terlalu banyaknya jenjang birokrasi dalam

    unit pelayanan juga merupakan salah satu faktor

    munculnya kesenjangan ini.2. Kesenjangan antara

    persepsi manajemen (Management Perception of

    Customer Expectation) dengan spesifikasi kualitas

    pelayanan (Service Quality Specification). Kesenjangan ini

    terjadi ketika komitmen manajemen kurang dalam

    mewujudkan kualitas pelayanan, serta kurang tepatnya

    persepsi manajemen terhadap kualitas pelayanan yang

    diinginkan pelanggan, demiian pula dengan tidak adanya

    standarisasi dalam penyediaan pelayanan, dan tidak

    adanya penetapan tujuan yang jelas dalam penyediaan

    pelayanan.3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas

    pelayanan (Service Quality Specification) dengan

    penyampaian pelayanan (Service Delivery). Kesenjangan

    ini terjadi karena muncul konflik peran dalam diri pegawai

    dalam hal keinginan untuk memenuhi harapan pelanggan

    dengan keinginan untuk memenuhi harapan pimpinan.

    Selain itu juga adalah teknoloi yang tidak sesuai dalam

    mendukung pelayanan, tidak ada evaluasi dan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    18/57

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    19/57

    customer complaints. Inti isi executive order tersebut di

    atas adalah adanya upaya identifikasi pelangganyang

    (harus) dilayani oleh instansi, mensurvei pelanggan untuk

    menentukan jenis dankualitas pelayanan yang mereka

    inginkan dan untuk menentukan tingkat

    kepuasanpelanggan dengan pelayanan yang sedang

    berjalan, termasuk standar pelayanan posserta mengukur

    hasil dengan yang terbaik, menyediakan berbagai pilihan

    sumber-sumber pelayanan kepada pelanggan dan sistem

    pengaduan yang mudah diakses, sertamenyediakan

    sarana untuk menampung dan menyelesaikan

    keluhan/pengaduan. Di Inggris juga diperkenalkan Service

    First the New Charter Programme, yangberisi 9 prinsip

    penyediaan pelayanan publik yang merupakan wujud dari

    visipemerintah yang dilaksanakan oleh setiap pegawai

    negeri. Prinsip-prinsip tersebutadalah : a. Menentukan

    standar pelayanan; b. Bersikap terbuka dan menyediakan

    informasi selengkap-lengkapnya; c. Berkonsultasi dan

    terlibat; d. Mendorong akses dan pilihan; e.

    Memperlakukan semua secara adil; f. Mengembalikan ke

     jalan yang benar ketika terjadi kesalahan; g.

    Memanfaatkan sumber daya secara efektif; - 15 -

    • 16. h. Inovatif dan memperbaiki; dan i.

    Bekerjasama dengan penyedia layanan lainnya. Di

    Indonesia, upaya untuk menetapkan standar pelayanan

    publik dalamkerangka peningkatan kualitas pelayanan

    publik sebenarnya telah lama dilakukan.Upaya tersebut

    antara lain ditunjukan dengan terbitnya berbagai kebijakan

    seperti: 1. Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman

    Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang

    Usaha, 2. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 tentang Pedoman

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    20/57

    Tatalaksana Pelayanan Umum. 3. Inpres No. 1 Tahun 1995

    tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan

    Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat. 4. Surat Edaran

    Menko Wasbangpan No. 56/Wasbangpan/6/98 tentang

    Langkah- langkah Nyata Memperbaiki Pelayanan

    Masyarakat. Instruksi Mendagri No. 20/1996; 5. Surat

    Edaran Menkowasbangpan No. 56/MK. Wasbangpan/6/98;

    Surat Menkowasbangpan No. 145/MK. Waspan/3/1999;

    hingga Surat Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD/1999,

    yang kesemuanya itu bermuara pada peningkatan kualitas

    pelayanan. 6. Kep. Menpan No 81/1993 tentang Pedoman

    Tatalaksana Pelayanan Umum 7. Surat Edaran Depdagri

    No. 100/757/OTDA tetang Pelaksanaan Kewenangan

    Wajib dan Standar Pelayanan Minimum, pada tahun 2002

    8. Kep. Menpan No: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang

    Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

    Namun sejauh ini standar pelayanan publik sebagaimana

    yang dimaksud masihlebih banyak berada pada tingkat

    konseptual, sedangkan implementasinya masih jauhdari

    harapan. Hal ini terbukti dari masih buruknya kualitas

    pelayanan yang diberikanoleh berbagai instansi

    pemerintah sebagai penyelenggara layanan publik.

    Adapun yang dimaksud dengan standar pelayanan (LAN,

    2003) adalah suatutolok ukur yang dipergunakan untuk

    acuan penilaian kualitas pelayanan sebagaikomitmen atau

     janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan

    untukmemberikan pelayanan yang berkualitas. Sedangkan

    yag dimaksud dengan pelayananberkualitas adalah

    pelayanan yang cepat, menyenangkan, tidak mengandung

    kesalahan,serta mengikuti proses dan prosedur yang telah

    ditetapkan terlebih dahulu. Jadi - 16 -

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    21/57

    • 17. pelayanan yang berkualitas tidak hanya

    ditentukan oleh pihak yang melayani, tetapijuga pihak yang

    ingin dipuaskan ataupun dipenuhi kebutuhannya. Manfaat

    yang dapat diperoleh dengan adanya standar pelayanan

    (LAN, 2003)antara lain adalah:1. memberikan jaminan

    kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan

    dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan,

    memberikan fokus pelayanan kepada

    pelanggan/masyarakat, menjadi alat komunikasi antara

    pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya

    meningkatkan pelayanan, menjadi alat untuk mengukur

    kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan

    evaluasi kinerja pelayanan.2. melakukan perbaikan kinerja

    pelayanan publik. Perbaikan kinerja pelayanan publik

    mutlak harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan

    bernegara pelayanan publik menyangkut aspek kehidupan

    yang sangat luas. Hal ini disebabkan tugas dan fungsi

    utama pemerintah adalah memberikan dan memfasilitasi

    berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh

    masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk

    pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam

    rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang

    pendidikan, kesehatan, utlilitas, sosial dan lainnya.3.

    meningkatkan mutu pelayanan. Adanya standar pelayanan

    dapat membantu unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk

    dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi

    masyarakat pelanggannya. Dalam standar pelayanan ini

    dapat terlihat dengan jelas dasar hukum, persyaratan

    pelayanan, prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya

    serta proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan

    memahami apa yang seharusnya mereka lakukan dalam

    memberikan pelayanan. Masyarakat sebagai pengguna

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    22/57

     jasa pelayanan juga dapat mengetahui dengan pasti hak

    dan kewajiban apa yang harus mereka dapatkan dan

    lakukan untuk mendapatkan suatu jasa pelayanan.

    Standar pelayanan juga dapat membantu meningkatkan

    transparansi dan akuntabilitas kinerja suatu unit

    pelayanan. Dengan demikian, masyarakat dapat terbantu

    dalam membuat suatu pengaduan ataupun tuntutan

    apabila tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan

    standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas,

    maka standar pelayanan menjadi faktor kunci dalamupaya

    meningkatkan kualitas pelayanan publik. Upaya

    penyediaan pelayanan yangberkualitas antara lain dapat

    dilakukan dengan memperhatikan ukuran-ukuran apa

    sajayang menjadi kriteria kinerja pelayanan. Menurut LAN

    (2003), kriteria-kriteriapelayanan tersebut antara lain: - 17 -

    • 18. a. Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara

    pelayanan dapat diselenggarakan secara mudah, lancar,

    cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

    dilaksanakan oleh pelanggan.b. Reliabilitas, meliputi

    konsistensi dari kinerja yang tetap dipertahankan dan

    menjaga saling ketergantungan antara pelanggan dengan

    pihak penyedia pelayanan, seperti menjaga keakuratan

    perhitungan keuangan, teliti dalam pencatatan data dan

    tepat waktu.c. Tanggungjawab dari para petugas

    pelayanan, yang meliputi pelayanan sesuai dengan urutan

    waktunya, menghubungi pelanggan secepatnya apabla

    terjadi sesuatu yang perlu segera diberitahukan.d.

    Kecakapan para petugas pelayanan, yaitu bahwa para

    petugas pelayanan menguasai keterampilan dan

    pengetahuan yang dibutuhkan.e. Pendekatan kepada

    pelanggan dan kemudahan kontak pelanggan dengan

    petugas. Petugas pelayanan harus mudah dihubungi oleh

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    23/57

    pelanggan, tidak hanya dengan pertemuan secara

    langsung, tetapi juga melalui telepon atau internet. Oleh

    karena itu, lokasi dari fasilitas dan operasi pelayanan juga

    harus diperhatikan.f. Keramahan, meliputi kesabaran,

    perhatian dan persahabatan dalam kontak antara petugas

    pelayanan dan pelanggan. Keramahan hanya diperlukan

     jika pelanggan termasuk dalam konsumen konkret.

    Sebaliknya, pihak penyedia layanan tidak perlu

    menerapkan keramahan yang berlebihan jika layanan yang

    diberikan tidak dikonsumsi para pelanggan melalui kontak

    langsung.g. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan bisa

    mengetahui seluruh informasi yang mereka butuhkan

    secara mudah dan gambling, meliputi informasi mengenai

    tata cara, persyaratan, waktu penyelesaian, biaya dan lain-

    lain.h. Komunikasi antara petugas dan pelanggan.

    Komunikasi yang baik dengan pelanggan adalah bahwa

    pelanggan tetap memperoleh informasi yang berhak

    diperolehnya dari penyedia pelayanan dalam bahasa yang

    mereka mengerti.i. Kredibilitas, meliputi adanya saling

    percaya antara pelanggan dan penyedia pelayanan,

    adanya usaha yang membuat penyedia pelayanan tetap

    layak dipercayai, adanya kejujuran kepada pelanggan dan

    kemampuan penyedia pelayanan untuk menjaga

    pelanggan tetap setia.j. Kejelasan dan kepastian, yaitu

    mengenai tata cara, rincian biaya layanan dan tata cara

    pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan

    tersebut. Hal ini - 18 -

    • 19. sangat penting karena pelanggan tidak boleh

    ragu-ragu terhadap pelayanan yang diberikan. k.

    Keamanan, yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan

    bebas pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko dan

    keragu-raguan. Jaminan keamanan yang perlu kita berikan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    24/57

    berupa keamanan fisik, finansial dan kepercayaan pada

    diri sendiri. l. Mengerti apa yang diharapkan pelanggan.

    Hal ini dapat dilakukan dengan berusaha mengerti apa

    saja yang dibutuhkan pelanggan. Mengerti apa yang

    diinginkan pelanggan sebenarnya tidaklah sukar. Dapat

    dimulai dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus

    yang diinginkan pelanggan dan memberikan perhatian

    secara personal. m. Kenyataan, meliputi bukti-bukti atau

    wujud nyata dari pelayanan, berupa fasilitas fisik, adanya

    petugas yang melayani pelanggan, peralatan yang

    digunakan dalam memberikan pelayanan, kartu pengenal

    dan fasilitas penunjang lainnya. n. Efisien, yaitu bahwa

    persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang

    berkaitan langsung dengan pencapai sasaran pelayanan

    dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara

    persyaratan dengan produk pelayanan. o. Ekonomis, yaitu

    agar pengenaan biaya pelayanan harus ditetapkan secara

    wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan

    kemampuan pelanggan untuk membayar. Penyusunan

    sebuah standar pelayanan minimal atau SPM di daerah

    mengikutiprinsip-prinsip antara lain: 1. diterapkan pada

    kewenangan wajib daerah dan kewenangan yang lain 2.

    ditetapkan pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh

    daerah kabupaten/kota 3. menjalin hak individu dan akses

    masyarakat mendapat pelayanan dasar dari pemerintah

    daerah 4. bersifat dinamis sesuai dengan perubahan

    kebutuhan nasional dan perkembangan kapasitas daerah

    5. berbeda dengan standar teknis yang merupakan faktor

    pendukung alat mengukur pencapaian SPM. Adapun

    langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah

    daerah dalammenyusun sebuah standar pelayanan adalah

    sebagaimana yang tergambar dalam baganberikut: - 19 -

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    25/57

    • 20. Gambar 3 Langkah Penyusunan Standar

    Pelayanan Identifikasi Perumusan Analisis • Jenis

    pelayanan • Proses & Prosedur Visi Mekanisme •

    Pelanggan • Sarana & Prasarana Pengaduan/ Misi •

    Harapan pelanggan • Waktu keluhan • Biaya Sumber:

    diolah dari LAN (2003)1. Identifikasi Jenis Pelayanan

    Kegiatan identifikasi ini dilakukan dengan menjawab

    pertanyaan sebagai berikut: • Pelayanan-pelayanan apa

    yang diselenggarakan sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsi, baik yang langsung diberikan kepada masyarakat,

    kepada instansi lainnya, maupun kepada unit lain secara

    internal dalam instansi? • Pelayanan apa yang sifatnya

    core (menjadi utama) dan sifatnya supporting

    (pendukung)? • Apa dasar hukum yang menjadi acuan?2.

    Identifikasi Pelanggan Kegiatan identifikasi dilakukan

    dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: • Siapa

    pelanggan atau pengguna pelayanan atau target

    pelayanan yang langsung merasakan hasil pelayanan? •

    Siapa pelanggan yang secara tidak langsung merasakan

    hasil pelayanan? • Dalam kaitan dengan pelayanan

    internal, siapa pelanggan internal yang dilayani? • Dalam

    kaitan dengan instansi lain, instansi mana yang menjadi

    pelanggan? Untuk memudahkan proses identifikasi

    tentang jenis pelayanan dan pelanggan dapat digunakan

    lembar kerja (worksheet) berikut ini:3. Identifikasi Harapan

    Pelanggan Kegiatannya adalah mengidentifikasi harapan

    pelanggan akan pelayanan yang - 20 -

    • 21. diberikan. Harapan pelanggan ini meliputi

    harapan terhadap kualitas, biaya dan waktu pelayanan.

    Kegiatan identifikasi dapat dilakukan dengan mengadakan

    survey kepada pelanggan ataupun dengan identifikasi

    internal yang dilakukan melalui penggalian informasi

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    26/57

    kepada pegawai yang terlibat langsung dalam kegiatan

    pelayanan.4. Perumusan Visi dan Misi Pelayanan a.

    Kegiatan merumuskan visi dapat dilakukan melalui

    langkah-langkah sebagai berikut: • Membentuk beberapa

    kelompok sebagai perwakilan seluruh staf yang ada dalam

    unit penyedia pelayanan; • Pimpinan menjelaskan

    harapan-harapan yang ingin dicapai oleh organisasi

    melalui pelayanan yang diberikan; • Kelompok bekerja

    secara mandiri merumuskan visi pelayanan. Kegiatan

    merumuskan harus melihat dan mempertimbangkan nilai-

    nilai yang berlaku pada lingkungan internal dan eksternal,

    yang meliputi kekuatan dan kelemahan internal unit

    penyedia pelayanan, peluang dan tantangan, serta

    harapan-harapan masyarakat pelanggan; • Rumusan visi

    pelayanan dari beberapa kelompok dipresentasikan

    bersama dan dipilih atau dimodifikasi/dirumuskan kembali

    menjadi visi pelayanan yang disepakati semua kelompok.

    b. Kegiatan merumuskan misi dapat dilakukan melalui

    langkah-langkah sebagai berikut: • Menggunakan

    kelompok yang sama ketika menyusun visi untuk

    menyusun misi pelayanan; • Memberi kepada kelompok

    tersebut untuk bekerja secara mandiri merumuskan misi

    pelayanan. Kegiatan merumuskan harus mencakup

    pelayanan yang akan diberikan dan ditawarkan kepada

    pelanggan internal dan eksternal; • Rumusan misi

    pelayanan dari beberapa kelompok dipresentasikan

    bersama dan dipilih atau dimodifikasi/dirumuskan kembali

    menjadi misi pelayanan yang disepakati semua

    kelompok.5. Analisis Proses dan Prosedur, Prasyarat,

    Sarana dan Prasarana, Waktu, dan Biaya Pelayanan. - 21 -

    • 22. a. Analisis Proses dan Prosedur Kegiatannya

    adalah mengidentifikasi keseluruhan aktivitas dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    27/57

    pemberian pelayanan mulai saat pelanggan datang

    sampai pada pelanggan selesai menerima pelayanan.

    Untuk menyusun proses dan prosedur pelayanan dapat

    dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: •

    Identifikasi langkah-langkah aktivitas dalam memberikan

    satu jenis pelayanan, mulai dari awal sampai dengan

    selesai pelayanan dilaksanakan. • Identifikasi dimulai dari

    aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan ketika akan

    mengajukan suatu jenis pelayanan tertentu kepada unit

    penyedia pelayanan. • Identifikasi aktivitas proses

    pengolahan pelayanan dimulai dari ketika petugas

    menerima pelanggan yang akan mengajukan pelayanan,

    sampai dengan aktivitas penyampaian produk pelayanan

    setelah selesai diproses oleh pihak unit penyedia

    pelayanan. • Jika terdapat lebih dari satu jenis pelayanan

    yang dilaksanakan, maka lakukan identifikasi langkah-

    langkah aktivitas untuk semua jenis pelayanan tersebut.

    Makin sedikit aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam

    rangka pelayanan, makin pendek prosedur yang dilalui,

    makin cepat pelayanan akan diberikan; • Membuat alur

    proses setiap aktivitas tersebut secara sekuens. Alur

    proses ini nantinya akan merupakan alur yang harus dilalui

    oleh seorang pelanggan dan alur untuk proses pengolahan

    pelayanan.b. Analisis Persyaratan Pelayanan Kegiatannya

    mengidentifikasi persyaratan yang dibutuhkan pada setiap

    tahapan aktivitas dalam pemberian pelayanan. Langkah

    mengidentifikasi persyaratan pelayanan sangat tergantung

    pada rumusan yang dihasilkan pada identifikasi proses

    dan prosedur. Hasil identifikasi diatas digunakan untuk

    menentukan persyaratan pada tiap-tiap aktivitas. Perlu

    dicermati bahwa persyaratan pelayanan tidak hanya

    berupa dokumen (surat-surat) tetapi termasuk pula

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    28/57

    persyaratan dalam bentuk barang maupun biaya.c.

    Analisis Sarana dan Prasarana Pelayanan Kegiatannya

    adalah mengidentifikasi sarana dan prasarana yang

    diperlukan - 22 -

    • 23. dalam memberikan pelayanan. Langkah

    mengidentifikasi sarana dan parasana dilakukan dengan

    melihat hasil analisis proses dan prosedur pelayanan

    diatas. Gunakan hasil identifikasi proses dan prosedur

    untuk dilanjutkan identifikasi sarana dan prasarana yangdiperlukan pada tiap-tiap aktivitas pemberian pelayanan.

    Tidak setiap aktivitas memerlukan sarana yang sama

    tergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan. d. Analisis

    Waktu dan Biaya Pelayanan Kegiatannya adalah

    menentukan waktu dan biaya pelayanan. Langkah

    menentukan waktu dan biaya pelayanan sangat tergantung

    pada hasil analisis proses dan prosedur yang harus

    dilakukan, hasil analisis sarana dan prasarana yang dimiliki

    oleh organisasi pelayanan serta hasil analisis harapan

    pelanggan. Hasil analisis digunakan sebelumnya untuk

    menentukan total waktu dan biaya pelayanan.6.

    Mekanisme pengaduan/keluhan Langkah dalam

    melakukan penyusunan mekanisme pengelolaan

    keluhan/pengaduan ini dapat ditempuh dengan menjawab

    pertanyaan sebagai berikut: • Sarana apa yang disediakan

    untuk menampung keluhan pelanggan (kotak surat,

    telepon bebas pulsa, unit khusus pengaduan dll)? •

    Prosedur apa yang harus dilalui oleh pengaduan untuk

    mendapatkan respon terhadap pengaduannya? Berapa

    lama respon akan diterima pelanggan? • Siapa yang

    berwenang mengambil keputusan dalam menangani

    pengaduan?b. Standar Pelayanan Publik di Daerah Dalam

    konteks pelayanan publik di daerah, kebijakan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    29/57

    desentralisasi danotonomi daerah ditujukan untuk

    meningkatkan kualitas penyelenggaraan

    pemerintahandaerah, kesejahteraan rakyat dan

    pemberdayaan masyarakat. Karena itu pemerintahdaerah

    harus menyediakan pelayanan publik yang sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat.Sesuai dengan pasal 10 ayat (3)

    UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah,pemerintah menyelenggarakan urusan

    pemerintahanan yang meliputi politik luar

    negeri,pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal

    nasional, serta agama. Pada ayat (5)dinyatakan pula

    bahwa pemerintah juga menyelenggarakan urusan

    pemerintahan diluar enam urusan pemerintahan tersebut.

    Pada pasal 11 dinyatakan bahwapenyelenggaraan urusan

    pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, -

    23 -

    • 24. akuntabilitas dan efisiensi dengan

    memperhatikan keserasian hubungan antar

    susunanpemerintahan. Eksternalitas adalah dampak yang

    timbul sebagai akibat dari penyelenggaraansuatu urusan

    pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan

    berdasarkan kriteriaeksternalitas ditentukan berdasarkan

    luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbulakibat

    penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

    Berdasarkan kriteria eksternalitasmaka semakin langsung

    dampak penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan

    kepadamasyarakat, maka urusan tersebut paling tepat

    untuk diselenggarakan oleh pemerintahdaerah

    kabupaten/kota. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban

    pemerintah, pemerintahan daerahpropinsi, dan

    pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam

    penyelenggaraan urusanpemerintahan tertentu kepada

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    30/57

    masyarakat. Penyelenggaraan urusan

    pemerintahanberdasarkan kriteria akuntabilitas ditentukan

    berdasarkan kedekatan suatu tingkatanpemerintahan

    dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang

    ditimbulkan olehpenyelenggaraan suatu urusan

    pemerintahan. Berdasarkan kriteria akuntabillitas

    makasemakin dekat pemberi layanan dan penggunanya,

    dan semakin banyak jumlahpengguna layanan maka

    layanan tersebut lebih tepat diselenggarakan oleh

    pemerintahandaerah kabupaten/kota. Efisiensi adalah

    tingkat daya guna tertinggi yang dapat diperoleh

    daripenyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

    Penyelenggaraan urusan pemerintahanberdasarkan

    kriteria efisiensi ditentukan berdasarkan perbandingan

    tingkat daya gunayang paling tinggi yang dapat diperoleh

    dari penyelenggaraan suatu urusanpemerintahan.

    Berdasarkan kriteria efisiensi maka penyelenggaraan

    urusan lebih tepatpada tingkat pemerintahan dimana

    terdapat perbandingan terbaik antara

    costpenyelenggaraan urusan dibandingkan dengan

    manfaat yang diperoleh denganpenyelenggaraan urusan.

    Penggunaan kriteria kriteria eksternalitas, akuntabilitas,

    danefisiensi dalam pembagian urusan pemerintahan antar

    tingkat pemerintahandilaksanakan secara kumulatif

    sebagai satu kesatuan. Urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan pemerintahan daerah,

    yangdiselenggarakan berdasarkan kriteria eksternalitas,

    akuntabilitas dan efisiensi terdiri dariurusan wajib dan

    urusan pilihan. Urusan wajib didefinisikan sebagai urusan

    daerahotonom yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh

    pemerintah. Hal ini berarti - 24 -

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    31/57

    • 25. pemerintah menetapkan urusan mana yang

    merupakan urusan dasar yang menjadiprioritas

    penyelenggaraan dan mana yang merupakan urusan

    pilihan. Urusan wajib yangmenjadi kewenangan

    pemerintahan daerah propinsi merupakan urusan dalam

    skalapropinsi, sedangkan urusan wajib yang menjadi

    kewenangan pemerintahan daerah untukkabupaten/kota

    merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota.

    Penyelenggaraanurusan pemerintahan yang bersifat wajib,

    baik untuk pemerintahan propinsi maupununtuk

    pemerintahan kabupaten dan kota sebagaimana

    disebutkan di atas harusberpedoman pada Standar

    Pelayanan Minimal (SPM). Urusan yang bersifat pilihan

    adalah urusan-urusan yang dapat dipilih

    untukdiselenggarakan oleh pemerintahan daerah

    berdasarkan kriteria pembagian urusanpemerintahan

    sebagaimana disebutkan di atas. Urusan yang bersifat

    pilihan tersebutmeliputi urusan pemerintahan yang secara

    nyata ada dan berpotensi untukmeningkatkan

    kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

    kekhasan, dan potensiunggulan daerah yang

    bersangkutan. Dalam penyelenggaraan urusan pilihan

    tersebut,pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan

    daerah kabupaten/kota dapat memilihbagian urusan

    pemerintahan pada bidang-bidang tertentu seperti

    pertanian, kelautan,pertambangan dan energi, kebutanan

    dan perkebunan, perindustrian dan

    perdagangan,perkoperasian, kesehatan, pendidikan,

    ketenagakerjaan, dan berbagai bidang lainnya. Adanya

    pembagian urusan pemerintahan memberi petunjuk bahwa

    terdapaturusan-urusan pemerintahan tertentu yang

    penyelenggaraannya dibagi-bagi antarapemerintah,

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    32/57

    pemerintahan daerah propinsi, dan pemerintahan daerah

    kabupaten/kota.Dengan demikian penyelenggaraan urusan

    pemerintahan tersebut melibatkanpemerintah,

    pemerintahan daerah propinsi dan pemerintahan daerah

    kabupaten/kotasecara bersama-sama. Pembagian dalam

    penyelenggaraan urusan pemerintahan

    tersebutmerupakan pelaksanaan hubungan kewenangan

    antara pemerintah dan pemerintahandaerah propinsi,

    kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah yang

    saling terkait,tergantung dan sinergis sebagai satu sistem

    pemerintahan. Sesuai dengan deskripsi di atas, UU No. 32

    Tahun 2004 mengamanatkanbahwa penyelenggaraan

    urusan pemerintahan yang bersifat wajib dilaksanakan

    denganberpedoman pada Standar Pelayanan Minimal

    (SPM) yang dilaksanakan secarabertahap. Hingga saat ini

    pemerintah sedang menyusun RPP tentang

    PedomanPenyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan

    Minimal. Bila sudah diterapkan, makaSPM akan dijabarkan

    oleh masing-masing kementrian/lembaga terkait untuk

    menyusun - 25 -

    • 26. SPM masing-masing. Standar pelayanan

    minimal didefinisikan sebagai tolok ukuruntuk mengukur

    kinerja penyelenggaraan urusan wajib daerah yang

    berkaitan denganpelayanan dasar kepada masyarakat.

    Dalam pelaksanaannya, SPM menganut beberpaprinsip,

    yakni:1. SPM merupakan standar yang dikenakan pada

    urusan wajib, sedangkan untuk urusan lainnya pemerintah

    daerah boleh menetapkan standar sendiri sesuai dengan

    kondisi daerah masing-masing.2. SPM berlaku secara

    nasional, yang berarti harus diberlakukan di seluruh

    daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota di seluruh

    Indonesia.3. SPM harus dapat menjamin akses

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    33/57

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    34/57

    dan masyarakat sebagai konsumen pelayananitu sendiri.

    Bagi pemerintah daerah suatu SPM dapat dijadikan

    sebagai tolok ukur - 26 -

    • 27. (benchmark) dalam penentuan biaya yang

    diperlukan untuk menyediakan pelayanantertentu.

    Sedangkan bagi masyarakat SPM akan menjadi acuan

    dalam menilai kinerjapelayanan publik, yakni kualitas dan

    kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakanoleh

    pemerintah daerah. Penerapan SPM akan memilikimanfaat sebagai berikut:1. Dengan SPM akan lebih

    terjamin penyediaan pelayanan publik yang disediakan

    oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.2. SPM akan

    bermanfaat untuk menentukan Standar Analisis Biaya

    (SAB) yang sangat dibutuhkan pemerintah daerah untuk

    menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk

    menyediakan suatu pelayanan publik.3. SPM akan menjadi

    landasan dalam penentuan perimbangan keuangan yang

    lebih adil dan transparan (baik DAU maupun DAK).4. SPM

    akan dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran

    kinerja dan membantu pemerintah daerah dalam

    melakukan alokasi anggaran yang lebih berimbang.5. SPM

    akan dapat membantu penilaian kinerja (LPJ) Kepala

    Daerah secara lebih akurat dan terukur sehingga

    mengurangi kesewenang-wenangan dalam menilai kinerja

    pemerintah daerah.6. SPM akan dapat menjadi alat untuk

    meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada

    masyarakat, karena masyarakat akan dapat melihat

    keterkaitan antara pembiayaan dengan pelayanan publik

    yang dapat disediakan pemerintah daerah.7. SPM akan

    menjadi argumen dalam melakukan rasionalisasai

    kelembagaan pemerintah daerah, kualifikasi pegawai,

    serta korelasinya dengan pelayanan masyarakat. Dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    35/57

    penyelenggaraannya, SPM dibuat berdasarkan sejumlah

    peraturanperundang-undangan, yakni:1. UU No. 32 Tahun

    2004 tentang Pemerintahan Daerah;2. UU No. 33 Tahun

    2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

    Pusat dan Pemerintahan Daerah;3. PP No. 25 Tahun 2000

    tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

    Provinsi Sebagai Daerah Otonom;4. PP No. 104 Tahun

    2000 tentang Dana Perimbangan;5. PP No. 108 Tahun

    2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Keuangan

    Daerah; - 27 -

    • 28. 6. PP No. 20 Tahun 2001 mengenai

    Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah;7. PP No. 56 Tahun 2001 mengenai

    Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan8.

    PP No. 65 Tahun 2005 mengenai Pedoman Penyusunan

    dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Sesuai

    dengan PP No. 65 Tahun 2005 pasal 5 ayat (1),

    penyusunan SPM olehmasing-masing Menteri/Pimpinan

    LPND dilakukan melalui konsultasi yangdikoordinasi oleh

    Menteri Dalam Negeri. Konsultasi tersebut dilakukan

    dengan timkonsultasi yang terdiri dari unsur-unsur

    Departemen Dalam Negeri, Kementrian

    NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

    Bappenas, Departemen Keuangan,Kementrian Negara

    Pemberdayaan Aparatur Negara, dengan

    melibatkanMenteri/Pimpinan LPND terkait, yang dibentuk

    dengan Kepmendagri. Hasil konsultasitersebut dikeluarkan

    oleh masing-masing departemen/LPND sebagai Peraturan

    Menteriyang bersangkutan. Sebelum PP No. 65 Tahun

    2005 dikeluarkan, untuk mengatasi kelangkaanperaturan

    perundangan mengenai SPM, sedangkan SPM harus

    sudah dilaksanakan,dikeluarkan Surat Edaran Menteri

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    36/57

    Dalam Negeri No. 100/756/OTDA Tahun 2002tentang

    Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan

    Minimal. BerdasarkanSE Mendagri tersebut, beberapa

    departemen telah mengeluarkan Pedoman

    StandarPelayanan Minimal. Pedoman tersebut digunakan

    untuk menjabarkan SPM ke dalamaturan yang lebih

    spesifik, seperti penjabaran definisi operasional, cara

    perhitunganpencapaian kinerja, rumus indikator, sumber

    data, target, maupun langkah-langkahkegiatan yang harus

    dilakukan. Kondisi pelayanan publik yang diberikan oleh

    pemerintah daerah di Indonesiasaat ini sangat beragam

    dari satu daerah ke daerah lainnya, baik dari segi

    kuantitasmaupun kualitasnya. Misalnya, dalam hal

    penyediaan Puskesmas di setiap Kecamatansebagai

    standar pelayanan minimal di bidang kesehatan masih

    belum dapat dipenuhioleh banyak pemerintah daerah.

    Demikian pula dengan dengan pelayanan di bidanglainnya,

    seperti pelayanan KTP, akses jalan dari kecamatan ke

    ibukota Kabupaten, dansebagainya masih berada dalam

    kondisi di bawah standar pelayanan minimal

    yangditetapkan oleh pemerintah pusat (departemen

    terkait). Selain itu, tingkat kesiapan - 28 -

    • 29. masing-masing departemen dalam

    memberikan acuan mengenai standar pelayananminimal

    untuk diterapkan di daerah juga cukup beragam. Dari

    sebanyak 11 (sebelas)sektor yang dalam UU ditetapkan

    untuk didesentralisasikan kewenangannya kepemerintah

    daerah, baru Departemen Kesehatan dan Departemen

    Pendidikan Nasionalyang telah siap melaksanakannya

    dengan menyediakan acuan SPM yang ditetapkan,yakni

    dengan SK Menteri Kesehatan No. 1457/2003 dan SK

    Menteri PendidikanNasional No. 1299/V/2004. Hingga saat

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    37/57

    ini terdapat 10 (sepuluh) departemen terkaityang telah

    mengeluarkan acuan SPM untuk diterapkan ke seluruh

    daerah di Indonesia.Namun penerapan di daerah masih

    belum seragam/sama, karena pemerintah

    daerahmenginterpretasikannya secara berbeda sesuai

    dengan kondisi masing-masing. Hal inikarena terdapat

    berbagai kendala dalam pelaksanaan SPM. Kegagalan

    dalam mengatasikendala-kendala tersebut mengakibatkan

    ketidakakuratan pengukuran, sehingga SPMtidak akan

    mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Kendala-

    kendala tersebut antaralain adalah sebagai berikut:1. Data

    yang tidak akurat dan dapat dipercaya, sedangkan data

    BPS yang ada, bila dapat dipercaya, terlambat beberapa

    tahun.2. Data keuangan tidak disajikan dalam bentuk yang

    dapat dianalisa dengan baik.3. Data statistik yang ada

    seringkali tidak sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.

    Misalnya, data BPS yang tersedia adalah jumlah penduduk

    usia 0-14 tahun, sedangkan jenis data yang dibutuhkan

    adalah jumlah penduduk usia 7-16 tahun.4. Kurangnya

    kemampuan staf pemerintah daerah untuk mengumpulkan

    dan mengelolola data secara sistematis.5. Kurangnya

    kemampuan staf pemerintah daerah untuk melakukan

    analisa dan perencanaan strategis.6. Indikator-indikator

    SPM yang ada tidak mencerminkan problem sebenarnya

    yang terjadi di daerah/desa; dan7. Dalam mengevaluasi

    pelaksanaan SPM, satuan kerja perangkat daerah tidak

    menjelaskan kondisi yang ada secara objektif. Misalnya,

    bila dinas melakukan evaluasi, hasil evaluasi bias untuk

    kepentingan dinas. Sedangkan Bawasda maupun

    Bappeda tidak dapat melakukan evaluasi karena

    kemampuan teknikal yang rendah. - 29 -

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    38/57

    • 30. Kendala-kendala tersebut sangat

    mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraanSPM.

    Beberapa alternatif cara yang dapat dilakukan untuk

    mengatasi kendala-kendalatersebut antara lain adalah:1.

    Dinas kesehatan memperbaiki sistem pendataan dan

    pelaporan sektor kesehatan.2. BPS memperbaiki sistem

    pendataannya dengan membentuk sistem informasi

    pupulasi.3. Melakukan survey untuk mengetahui tingkat

    kepuasan masyarakat atas pelayanan publik yang

    berdasarkan SPM. Survey tersebut dilakukan setiap tahun

    sekali.4. Evaluasi atas penyelenggaraan SPM hendaknya

    dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari Bappeda,

    Bagian Penyusunan Program, dan Bawasda, serta auditor

    independen untuk kasus-kasus tertentu. Pemerintah

    Propinsi juga harus melakukan evaluasi terhadap

    penyelenggaraan SPM di Kabupaten/Kota di wilayahnya.III.

    Dinamika dan Problematika Pelayanan Publik Pada Era

    Otonomi Daerah Sudah sejak lama banyak kesan buruk

    yang disandang aparat pemerintah (sektorpublik) dalam

    hal pelayanan. Hal ini antara lain dapat diindikasikan dari

    besarnya danayang digunakan untuk membiayai aparatur

    pemerintah, namun hal itu ternyata tidakdiimbangi dengan

    kualitas pelayanan kepada masyarakat yang maksimal.

    Bahkansebaliknya, kualitas pelayanan yang diberikan

    instansi pemerintah dapat dinilai sangatburuk. Padahal

    masyarakat telah bersedia mengorbankan (sacrifice)

    sebagian sumberdayanya untuk negara dengan membayar

    berbagai macam pungutan, baik pajak, retibusidan

    sebagainya. Sudah sewajarnya jika masyarakat

    mengharapkan kepuasan(satisfaction) yang maksimal atas

    pelayanan yang diberikan oleh negara. Namun apayang

    diperoleh masyarakat adalah buruknya kualitas pelayanan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    39/57

    instansi pemerintah.Salah satu keluhan masyarakat yang

    sering terungkapkan adalah lambatnya waktupelayanan

    dan tidak jelasnya prosedur dan biaya pelayanan.

    Ungkapan-ungkapan yangberkembang selama ini, seperti

    “kalau bisa dilakukan besok kenapa harus

    sekarang?“kalau bisa dipersulit kenapa harus

    dipermudah?” menunjukkan bahwa budayapelayanan pada

    instansi pemerintahan masih belum berorientasi pada

    kepuasanmasyarakat selaku pelanggannya. Hal yang

    demikian bukan saja mengakibatkanpemborosan

    sumberdaya tetapi juga kualitas jasa yang dihasilkan

    menjadi sangat buruk. - 30 -

    • 31. Sektor publik (pemerintahan) pada dasarnya

    adalah perusahaan yangmenghasilkan produk berupa jasa

    pelayanan publik, baik pelayanan yang bersifatlangsung

    dinikmati oleh masyarakat maupun pelayanan yang

    dinikmati masyarakatsecara tidak langsung. Namun

    demikian, pemerintah tidak bermaksud

    mengambilkeuntungan dari operasionalnya. Salah satu

    prinsip dalam pelaksanaan tugas instansipemerintah

    adalah transparansi dan pertanggungjawaban kepada

    publik atas apa yangtelah dilakukan. Hal ini sesuai dengan

    prinsip tata kelola pemerintahan yang baik

    (goodgovernance), yang terdiri dari tiga prinsip utama,

    yaitu transparansi, partisipasi danakuntabilitas. Namun

    demikian tampaknya pemerintah belum sepenuhnya

    mampumenerapkan ketiga pilar utama tersebut dalam

    pelayanan. Dengan kondisi demikian,seandainya negara

    sebagai penyedia layanan harus bersaing dengan swasta

    denganproduk pelayanan yang sama, dapat diperkirakan

    bahwa secara perlahan namun pastinegara akan bangkrut

    karena biaya produksi sangat tinggi, sedang pendapatan

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    40/57

    akanberkurang drastis akibat ditinggalkan oleh para

    pelanggan yang tidak puas denganpelayanan yang

    diberikan. Bergulirnya era reformasi sebagai dampak krisis

    multidimensi yang melandanegara kita telah melahirkan

    tuntutan perubahan yang juga bersifat

    multidimensional.Krisis multidimensi tersebut berpengaruh

    terhadap kemampuan negara dalam aspekkeuangan.

    Pada sisi lain kompleksitas pelayanan publik yang

    dibutuhkan masyarakatbaik secara kuantitatif maupun

    kualitatif meningkat secara tajam tanpa diimbangidengan

    peningkatan keuangan daerah untuk membiayainya.

    Akibatnya pelayananpublik menjadi terbengkalai seperti

    rusaknya sarana dan prasarana transportasi,

    saluranirigasi, pendidikan serta kesehatan baik secara

    kualitatif maupun kuantitatif. Menurunnya kinerja ekonomi

    secara keseluruhan akan sangat berpengaruhterhadap

    penerimaan daerah baik yang berasal dari Pendapatan

    Asli Daerah (PAD)maupun yang berasal dari Pusat dalam

    bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) maupunDana Alokasi

    Khusus (DAK). Kondisi tersebut memunculkan kebutuhan

    yang sangatmendesak bagi sektor publik di daerah

    (Pemda) untuk melibatkan sektor swasta danmasyarakat

    dalam pemenuhan pelayanan publik yang meningkat

    dalam kondisikeuangan daerah yang terpuruk. Hal ini

    seiring dengan argumen Osborne dan Gableryang

    menganjurkan pemerintah untuk lebih berperan dalam

    mengendalikan (steering)dibandingkan menangani

    langsung (rowing). Dalam hal ini, pemerintah harus

    mampumenjadi katalisator bagi keterlibatan pihak swasta

    dan masyarakat untuk ikut - 31 -

    • 32. berpartisipasi dalam menyediakan pelayanan

    publik. Implementasi pelibatan swasta danmasyarakat

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    41/57

    dalam pelayanan publik kemudian mendapatkan legitimasi

    denganpenerapan otonomi daerah. Salah satu perubahan

    signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan

    pascakrisis multidimensi adalah penerapan otonomi

    daerah dengan lahirnya UU No. 22Tahun 1999 yang

    diamandemen dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang

    PemerintahanDaerah dan UU No. 25 Tahun 1999 yang

    diamandemen dengan UU No. 33 Tahun 2004tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Daerah. Penerapandemokratisasi pemerintahan melalui

    otonomi daerah membawa perubahan mendasardalam

    penyelenggaraan pemerintahan daerah, yakni

    berkurangnya secara signifikanpatronasi dan kooptasi

    pusat terhadap daerah. Dengan diterapkannya otonomi

    daerah,daerah memiliki diskresi yang sangat tinggi --

    bahkan oleh berbagai pihak seringdikatakan “kebablasan”

    -- dalam berbagai aspek pemerintahan daerah, yaitu

    diskresidalam aspek kewenangan atau urusan

    pemerintahan, diskresi dalam aspek kelembagaandan

    personil, serta diskresi dalam aspek pengelolaan

    keuangan daerah. Pada era reformasi yang bersendikan

    demokratisasi, pemerintah daerah dituntutuntuk mampu

    menggalang partisipasi, mengedepankan transparansi dan

    akuntabilitasdalam penyelenggaraan pemerintahan

    daerah. Esensi dari “good governance” sebagaiproses

    pelibatan sektor publik, swasta dan masyarakat

    menemukan bentuknya dalammenangani persoalan-

    persoalan publik yang tidak mungkin lagi ditangani oleh

    Pemda.Melalui mekanisme good governance kemudian

    terjadi proses “co-guiding, co-steeringdan co-managing”

    dari ketiga stakeholders utama yaitu Pemda, sektor swasta

    danmasyarakat. Ketiga aktor akan terlibat baik dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    42/57

    perencanaan, pelaksanaan danPengawasan dalam

    manajemen pemerintahan daerah. Dengan cara tersebut

    akanterbentuk “sense of belongingness” dari masyarakat

    atas kebijakan-kebijakan publik dilingkungannya. Pada

    dasarnya kebijakan desentralisasi melalui pemberian

    otonomi kepadamasyarakat daerah ditujukan, agar

    masyarakat mampu mengorganisir dirinyasedemikian rupa

    dalam menyelenggarakan rumah tangga daerahnya

    untukmeningkatkan kesejahteraan atau kemakmuran

    warga daerah tersebut. Untuk tujuan itumaka Pemda harus

    mampu menyediakan pelayanan-pelayanan publik (public

    service)yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

    bersangkutan. Oleh karenanya - 32 -

    • 33. diperlukan adanya analisis kebutuhkan

    masyarakat untuk mengidentifikasi pelayanan-pelayanan

    apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dearah yang

    bersangkutan. Secara akademik, terdapat dua jenis

    kebutuhan masyarakat. Pertama,masyarakat

    membutuhkan penyediaan pelayanan untuk memenuhi

    kebutuhan pokok(basic services) seperti air, kesehatan,

    pendidikan, transportasi, kebersihan lingkungan,pasar,

    terminal, dan sebagainya. Kedua, masyarakat

    membutuhkan pelayanan yangterkait dengan

    pengembangan sektor unggulan (core competency) yang

    ada di daerahtersebut. Dengan demikian maka isi otonomi

    daerah harus terkait dengan kebutuhanmasyarakat yaitu,

    kewenangan yang memungkinkan daerah menyediakan

    pelayanankebutuhan pokok dan pelayanan yang

    memungkinkan daerah mengembangkan sektorunggulan.

    Dan betapapun luasnya otonomi, maka otonomi daerah

    harus diwujudkandalam bentuk pelayanan yang sesuai

    kebutuhan masyarakat. Dilihat dari jenis output yang

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    43/57

    dihasilkan Pemda, maka hasil akhir pelayananPemda

    adalah tersedianya barang dan jasa (public good and

    public regulation). Publicgood tercermin dari diadakannya

    barang-barang untuk memenuhi kebutuhan publikseperti

     jalan, jembatan, rumah sakit, sekolah, irigasi, pasar,

    terminal dsb. Sedangkanpublic regulation akan terwujud

    dalam bentuk mewajibkan penduduk untuk memilikikartu

    tanda penduduk (KTP), Akta Kelahiran, Akta Perkawinan,

    IMB, HO (bila akanmembuka usaha) dan bentuk-bentuk

    pengaturan lainnya yang pada dasarnya ditujukanuntuk

    menciptakan ketentraman dan ketertiban dalam

    masyarakat. Untuk itu setiappemda seharusnya memiliki

    agenda pelayanan yang jelas, jenis-jenis pelayanan

    publikapa yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan

    masyarkat, bagaimanamemberikannya, siapa yang perlu

    dilibatkan, dan sebagainya. Dalam penyusunanagenda

    pelayanan tersebut, keterlibatan masyarakat dan swasta

    menjadi suatu kebutuhanyang tak terhindarkan, kalau kita

    mau menghasilkan Pemda yang berorientasi

    padapenciptaan kesejahteraan serta kemakmuran

    rakyatnya. Hal ini sejalan denganperingatan terkenal yang

    diberikan oleh Lord Acton bahwa “power tends of corrupt

    andabsolute power will corrupt absolutely”. Setelah

    berjalan selama lebih kurang lima tahun, terdapat begitu

    banyakfenomena menarik dibidang pelayanan yang

    dilakukan Pemda dalam pelaksanaandesentralisasi dan

    otonomi daerah di Indonesia. Pertama, kisah

    menyedihkan, dimanabanyak daerah yang belum mampu

    meningkatkan pelayanan publiknya pada eradesentralisasi.

    Bahkan, banyak daerah yang pimpinannya sampai saat ini

    masih - 33 -

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    44/57

    • 34. berurusan dengan pengadilan karena kasus-

    kasus korupsi dalam penyalahgunaan dana-dana public

    yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan

    pelayanan kepadamasyarakat. Kedua, pada saat yang

    sama di daerah-daerah lain terdapat pula kisah

    yangmenggembirakan, dimana terdapat kisah mengenai

    kerja keras para pemimpin daerahdalam mengoptimalkan

    dana APBD yang terbatas untuk memberikan pelayanan

    publiksecara optimal bagi masyarakatnya. Kedua kondisi

    yang bertentangan tersebutmenunjukkan bahwa terdapat

    berbagai variabel yang mempengaruhi

    pelaksanaandesentralisasi tersebut, namun salah satu

    yang kelihatannya paling penting adalahpolitical will dari

    pemimpin daerah untuk menggunakan kewenangannya

    bagipeningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Substansi

    dari pelaksanaan desentralisasi adalah pemberian

    kewenangan kepadadaerah untuk secara aktif

    mengupayakan peningkatan kesejahteraan bagi

    masyarakatnyaberdasarkan aspirasi dan potensi lokal.

    Dengan demikian keberhasilan suatu daerahdalam

    menjalankan otonomi daerah dapat dilihat dari indikator

    sejauhmanakeberhasilan pemerintah daerah (bersama

    DPRD dan masyarakatnya) dalammeningkatkan

    kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bentuk

    pelayanan yangdiberikan bagi pemenuhan kebutuhan

    dasar (basic needs) masyarakat seperti

    pendidikan,kesehatan, infrastruktur, pengurangan angka

    kemiskinan, dan sebagainya secaraberkesinambungan.

    Dalam kerangka inilah diperlukan political will dari Kepala

    Daerahuntuk mengoptimalkan alokasi belanja publik pada

    kegiatan-kegiatan yang secaralangsung terkait dengan

    upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakatnya

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    45/57

    secaraberkesinambungan yang disertai dengan

    peningkatan kapasitas pemerintahan daerah(khususnya

    kelembagaan pemerintahan daerah) dalam memberikan

    pelayanan publicyang berkualitas. Kisah sedih mengenai

    pelayanan publik di era otonomi daerah

    kelihatannyamemang menjadi suatu ironi. Hingga saat ini

    pelayanan publik yang berkualitas sebagaidampak dari

    desentralisasi pemerintahan kelihatannya masih jauh dari

    harapan.Jangankan pelayanan publik yang lebih cepat,

    lebih murah dan lebih baik (faster,cheaper, and better),

    standar pelayanan publik yang ada saja seringkali tidak

    mampudipertahankan keberadaannya. Sebaliknya, di

    bidang pelayanan publik, biaya ekstra ataupungutan liar

    merupakan gambaran sehari-hari yang umum terlihat pada

    kantor-kantorpelayanan masyarakat. Masyarakat dapat

    melihat dengan kasat mata dan merasakanpraktik korupsi

    yang semakin marak dan meluas. Lihat saja pada saat

    masyarakat - 34 -

    • 35. mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu

    Keluarga (KK), Akte Kelahiran, IzinMendirikan Bangunan

    (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), sertifikat

    tanah,dan sebagainya. Laporan dan pengaduan pun

    banyak mengalir dari masyarakat. Melaluisurvei yang

    dilakukan oleh Lembaga Studi Pembangunan Kebijakan

    dan Masyarakatpada tahun 1999/2000, ditemukan bahwa

    terdapat 4 (empat) sektor pelayanan publikyang memungut

    biaya tidak resmi yaitu sektor perumahan, industri dan

    perdagangan,kependudukan dan pertanahan. Dalam

    sektor-sektor tersebut, antara 56–70 persenpegawainya

    dituding menerima suap oleh para responden yang

    merupakan rekankerjanya sendiri. Namun sayangnya

    berbagai praktik korupsi yang dilakukan oleh

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    46/57

    aparatpelayanan publik seringkali tidak ditindaklanjuti

    dengan pemberian sanksi bagi oknumpelakunya. Kinerja

    pelayanan umum oleh birokrasi pemerintah daerah selama

    era otonomidaerah yang masih banyak yang belum

    mengalami perubahan berarti juga dicatat olehAmiruddin

    (2002). Pada penelitiannya di 9 (sembilan) kota di

    Indonesia, Amiruddin(2002) mencatat beberapa sektor

    layanan publik yang bermasalah menurut

    warga,diantaranya air minum yang belum layak untuk

    diminum, listrik masih sering padam,pemasangan telepon

    baru butuh waktu yang lama dan biaya besar, kontainer

    yangkurang sehingga sampah berserakan, prosedur

    pembuatan KTP berbelit-belit danbiayanya mahal,

    angkutan kota yang tidak layak dan tarifnya yang tidak

    pasti,puskesmas yang belum optimal dan adanya

    diskriminasi di rumah sakit, biaya sekolahyang mahal

    namun guru masih kurang banyak dan kurang berkualitas,

    dan pedagangkaki lima yang menjamur dimana-mana.

    Kondisi rendahnya kinerja pelayanan pemdatersebut tentu

    saja disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya

    karena cakupanwilayah pelayanan yang sangat luas,

    banyaknya jenis pelayanan yang harus

    disediakan,terbatasnya dana bagi penyediaan pelayanan

    umum, kurangnya supervisi maupunketiadaan pedoman

    dari pemerintah, serta beragamnya kondisi sosial ekonomi,

    budaya,pendidikan, dan sebagainya dari para pengguna

    pelayanan umum sendiri. Kondisidemikian kemudian

    menyebabkan munculnya persepsi yang berbeda dari

    penggunalayanan terhadap pelayanan yang diterimanya.

    YLKI (1999) sebelumnya telah mencatatbeberapa hal yang

    menjadi kendala mengapa pelayanan umum yang baik

    sulitdirealisasikan, yakni tidak adanya standar pelayanan,

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    47/57

    kondisi sosial budaya masyarakat,rendahnya kesadaran

    konsumen layanan, peraturan pemerintah, dan

    ketidaksiapanaparat pemerintah sebagai penyedia

    pelayanan umum menghadapi tuntutan masyarakat. - 35 -

    • 36. Dalam konteks itu, kata kunci dari upaya untuk

    mengatasi kegagalan menujukeberhasilan adalah inovasi

    dan atau perubahan. Hal ini sesuai dengan jargon, we

    haveto change, if we don’t change we die. Pemerintah

    daerah mesti memiliki kemampuanuntuk melakukaninovasi dan perubahan guna menjalankan fungsinya

    secara lebih baik.Terkait dengan itu, penggerak utama

    (driving force) dari inovasi dan perubahan tersebutadalah

    kemauan politik (political will) dari kepala daerah sebagai

    mesin penggeraksistem kerja birokrasi pemerintahan di

    daerah untuk melakukan upaya-upaya inovasidan

    perubahan secara riil menuju kearah yang lebih baik.

    Kepala daerah yang memilikipolitical will akan membuka

    ruang yang luas dan terbuka bagi dilakukannya inovasi

    danperubahan dalam pengelolaan sumber daya

    pemerintahan dan pembangunan daerahsedemikian rupa

    untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

    akuntabel,transparan dan bertanggungjawab, serta

    pelayanan masyarakat yang cepat, murah, baik,dan

    mampu memenuhi kebutuhan riil masyarakat. Inovasi bagi

    pemerintah daerah merupakan suatu keharusan

    gunamengimplementasikan substansi desentralisasi, yaitu

    mengupayakan peningkatankesejahteraan bagi

    masyarakatnya berdasarkan aspirasi dan potensi lokal

    sertapengentasan kemiskinan secara berkesinambungan.

    Kisah menyenangkan daripelaksanaan otonomi daerah

     justru diperolah dari penerapan inovasi dan

    perubahanyang dilakukan pemerintahan daerah.

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    48/57

    Pengalaman inovasi pemerintahan yang

    berhasildiantaranya dapat dilihat dari apa yang dilakukan

    oleh Prefektur Oita di Jepang yangmelakukan inovasi

    program pembangunan daerah pada tahun 1979 melalui

    gerakan OneVillage One Product (OVOP). Gerakan OVOP

    terbukti mampu mengubah Oita yangsebelumnya

    terbelakang secara ekonomi menjadi sebuah daerah yang

    sukses secaraekonomi (CCLAD, 2000). Untuk kasus

    Indonesia, telah banyak daerah yang melakukaninovasi

    program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

    Misalnya, KabupatenJembrana dalam peningkatan

    pelayanan publik dan perekonomian daerah,

    KabupatenBanjarnegara melalui Pembenahan Manajemen

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Banjarnegara,

    Kabupaten Deliserdang melalui pembentukan LEPP-M3

    sebagai upayapemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir,

    Kabupaten Gianyar melalui programGianyar Sejahtera

    (Tifa, 2004), maupun Kabupaten Sumba Timur melalui

    pelatihanaparatur pemerintah desa (Apkasi, 2003 dalam

    Tifa, 2004). Pengalaman menarik yang dapat dijadikan

    pelajaran penting untuk dikaji dalamkasus inovasi

    pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan

    kesejahteraan - 36 -

    • 37. masyarakat (diantaranya melalui pelayanan)

    adalah Kabupaten Jembrana. Pemerintahkabupaten

    Jembrana memiliki pengalaman dalam mendesain dan

    melaksanakanprogram inovasi pemerintahan yang terbukti

    sukses sehingga mampu meningkatkankesejahteraan

    masyarakatnya secara signifikan. Hasil studi yang

    dilakukan PPKSDFISIP UI dan Yayasan TIFA (2004)

    menemukan bahwa dalam kurun waktu 3-4

    tahun,Kabupaten Jembrana dapat mengurangi persentase

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    49/57

    keluarga miskin sebesar 44% (Tahun2001 19,4%

    berkurang menjadi hanya 10,9% pada tahun 2003).

    Prestasi lainya adalahkematian bayi per seribu lahir hidup

    pada tahun 2001 sebesar 15,25% berkurangmenjadi

    8,39% atau berkurang 45 %. Tingkat drop out (DO) siswa

    Sekolah Dasar (SD)pada tahun 2001 mencapai 0,08%

    menjadi 0,02% pada tahun 2003 atau berkurang 75 %.

    Hasil kajian di atas mencatat bahwa ada banyak faktor

    yang menyebabkankabupaten Jembrana sukses dalam

    melakukan inovasi pemerintahan. Pada bidangpendidikan,

    yang dilakukan oleh pemda Kabupaten Jembrana adalah

    membebaskansemua SPP bagi seluruh sekolah negeri

    (SD, SLTP, SMU/SMK) serta pemberianbeasiswa bagi

    siswa sekolah swasta. Sedangkan pada bidang kesehatan,

    pemdaKabupaten Jembrana mengeluarkan Jaminan

    Kesehatan Jembrana (JKJ) dalam bentukasuransi yang

    diperoleh bagi setiap warga yang memiliki KTP. Dengan

    demikianpenduduk kabupaten Jembrana bebas biaya obat

    dan dokter serta bebas biaya rumahsakit bagi warga

    miskin. Sedangkan pada bidang ekonomi pemda

    memprogramkan danatalangan untuk menjaga harga hasil

    panen serta dana bergulir bagi kelompok tani.Padahal

    APBD Jembrana hanya Rp193,1 miliar pada tahun 2003

    dengan PAD hanyaRp9,2 miliar. Bandingkan misalnya

    dengan Kota Makassar yang mencapai Rp500miliar

    ataupun daerah lain yang lebih besar dari itu. Daerah lain

    seperti Enrekang juga sudah mulai akan

    mengimplementasikanprogram inovasi dalam hal

    pengentasan kemiskinan dengan merumuskan indikator

    lokalkemiskinan dan pemasaran hasil pertanian (Corner

    Makassar dan Yayasan TIFA, 2005).Indikator lokal

    kemiskinan adalah merupakan upaya pemda dalam

  • 8/18/2019 standar pelayanan publik.doc

    50/57

    menyusun data untukkepentingan poverty targeting yang

    tidak bisa didapatkan dengan mengandalkan datayang ada

    pada BPS dan BKKBN. Dengan adanya indikator lokal ini

    maka data orangmiskin menjadi lebih akurat serta dapat

    didesain program yang tepat berdasarkankebutuhan dari

    masyarakat miskin. Sedangkan program inovasi yang

    akandiimplentasikan Pemda Enrekang dalam bidang

    pertanian adalah penangangan secaramapping dalam

    proses pertanian mulai dari input, permodalan dan output.

    Pada - 37 -

    • 38. permodalan akan dibentuk lembaga penjamin

    untuk memberikan kemudahan dandukungan modal bagi

    petani serta dalam