stase jiwa -anxietas menyeluruh
TRANSCRIPT
aBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN
1. Defenisi Cemas
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah ganggun alam perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realistis (reality testing Ability), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan pribadi (spilliting personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal.
Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang
memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon
perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas
(Videbeck Sheila L, 2008, hal 307).
Kecemasan adalah emosi yang paling sering dialami, berupa kekhawatiran atau
rasa takut yang tidak dapat dihindari dari hal-hal yang berbahaya dan dapat
menimbulkan gejala-gejala atau respon tubuh.
Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan
komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara
klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok yaitu : Gangguan Cemas
(anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder / GAD),
Universitas Sumatera Utara
gangguan panik (panic disorder), gangguan phobic (Phobik disorder), dan gangguan
obsesif-komplusif (obsessive-complusive disorder).
Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut
maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita
dan pria 2 banding 1. Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan
menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang yang
kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang
yang tidak berkepribadian pencemas.
Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang dimulai dari
sejak usia bayi sampai usia 18 tahun dan tergantung dari pendidikan disekolah dan
pengaruh lingkungan dan pergaulan sosialnya serta pengalaman - pengalaman
kehidupan nya. Seseorang menjadi cemas terutama akibat proses imitasi dan
identifikasi dirinya terhadap orang tuanya, dari pada pengaruh keturunan (genetika).
2. Kepribadian Pencemas
a. Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang bersangkutan tidak
mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi orang-orang
tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan
menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau kepribadian
pencemas, yaitu antara lain : Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
Universitas Sumatera Utara
b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam panggung)
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
e. Tidak mudah mengalah “sering ngotot”
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
g. Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir yang
berlebihan terhadap penyakit
h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisir)
i. Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu
j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-ulang
k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris
3. Tingkat kecemasan
Peplau (1963) mengidentifikasi ansietas (cemas) dalam 4 tingkatan, setiap
tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan
individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat
kecemasan atau pun ansietas yaitu :
a. Cemas Ringan : cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Cemas sedang : cemas yang memungkinkan sesorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting.
c. Cemas berat : cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
Universitas Sumatera Utara
hal yang lain. Semua prilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan individu
memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Panik : Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
terror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik mengakibatkan
disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart & Sundent, 2000).
Pada tingkat ansietas ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi
belajar dan menyelesaikan masalah. Keterampilan kognitif mendominasi tingkat ansietas
ini.
Ketika individu mengalami ansietas berat dan panik, keterampilan bertahan
yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensive terjadi, dan keterampilan kognitif
menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat sulit berfikir dan
melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat,
mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iriabilitas dan kemarahan atau
menggunakan cara psikomotor emosional. Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-
tanda vital meningkat, pupil membesar, untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang
masuk, dan satu-satu nya proses kognifikan berfokus pada ketahanan individu tersebut.
Sisi negatif ansietas (kecemasan) atau sisi yang membahayakan ialah rasa
khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini
menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut dan individu melakukan fungsinya
Universitas Sumatera Utara
dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis
gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya,
melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu
sehingga mengakibat kan perilaku maladatif dan distabilitas emosional.
Tabel 2.1 Respon Fisik Kecemasan
No Tingkat ansietas
Respon fisik Respon kognitif Respon emosional
1 Ringan (1) Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin
Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal.
Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang
2 Sedang (2) Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi mulai keringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, suara berubah bergetar dann nada suara tinggi, sering berkemih, sakit kepala, dan pola tidur berubah, nyeri punggung,
Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, focus terhadap stimulasi meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan pemikiran.
Tidak nyaman, murah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira.
3 Berat (3) Ketegangan otot berat, hipervetilasi,
Lapang persepsi terbatas, proses
Sangat cemas, agitasi, takut,
Universitas Sumatera Utara
kontak bulu mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan sembarangan, rahang menegang, mengertak gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.
berfikir terpecah-pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperlihatkan ancaman, prekupasi dengan fikiran sendiri, egosentris
binggung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas,
4 Panik (4) Flight, fight (keinginan untk pergi selamanya), ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menuruun, tidak dapat tidur, hormone strees dan persepsi neurotransmitter bekurang, wajah menyeringai, terngganga.
Persepsi sangat sempit, fikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, focus pada fikiran sendirjadi,i, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, ilusi mungkin terjadi.
merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk,
B. BAYI PREMATUR
1. Defenisi Prematur
Universitas Sumatera Utara
Bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada usia gestasi sebelum 37 minggu atau
kurang (Obstetri Williams, 2006). Bayi prematur adalah bayi dengan berat badan lahir
< 2500 gram (bayi kecil). (Nikolaus T Miller, 2008).
Bayi yang sangat prematur (extremely prematur) adalah bayi dengan masa
gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup. Bayi pada derajat prematur sedang
(moderately prematur) 31-36 minggu kesanggupan hidup jauh lebih.
Borderleni prematur masa gestasi 37-38 minggu mempunyai sifat prematur dan
matur berat badan sama dengan matur tetapi sering timbul problematic sama yang
dihadapi bayi prematur (Sarwono, 2005).
2. Persalinan Prematur
Defenisi persalinan menurut WHO adalah lahirnya bayi sebelum kehamilan
berusia lengkap 37 minggu. Konsep prematuritas mencakup ketidak matangan biologis
janin untuk hidup diluar rahim ibunya. Maturitas adalah suatu proses peningkatan
tumbuh kembang janin sehingga sempurna dan dapat hidup di dunia luar (Firman F
Wirakusumah, 2009)
Persalinan prematur mempunyai penyebab multifaktorial dan bervariasi sesuai
usia kehamilan. Hal-hal penting penyebab persalinan prematur antara lain stress, infeksi
saluran genital ibu, dan infeksi sistematik, iskemi plasenta atau lesi vascular, dan
overdistensi uterus. Hal tersebut bila dilihat dari faktor pencetus dan mediatornya
mempunyai sebab berlainan tetapi semuanya menyebabkan hasil akhir yang sama yaitu
kontraksi uterus dan persalinan.
Universitas Sumatera Utara
Hewan percobaan sangat membantu dalam menjelaskan tentang penyebab
persalinan prematur dan sekuele neonatal karena prematuritas, terutama tentang infeksi
intra uterin. Penggunaan hewan percobaan tersebut akan membantu dalam
perkembangan penanganan yang rasional dan efektif serta strategi pencegahan
persalinan prematur (Budi Handono, 2009).
3. Pencegahan Persalinan Prematur
a. Pencegahan Primer
1). Faktor Ibu
a). Riwayat persalinan
Tidak semua faktor resiko pada ibu dapat ditanggulangi. Banyak nya faktor
resiko menyulitkan pencegahan, demikian pula kebanyakan faktor ibu sulit
ditanggulangi secara medis misalnya paritas, sosio-ekonomi, pekerjaan ibu dan
Karakteristik ibu.
b). Paritas
Ada kecendrungan peningkatan kejadian prematuritas dan berat lahir rendah
pada nullipara. Bagaimana paritas secara mekanisme biologis mempengraruhi kejadian
prematuritas belum diketahui. Pernah melahirkan bayi premature / berat badan lahir
rendah meningkat kan resiko 5-6 kali. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
Universitas Sumatera Utara
mengurangi faktor resiko lain, mengawasi tanda-tanda persalinan dan segera
mengatasinya.
c). Jarak antar kehamilan
Berbagai teori diajukan mengenai efek jarak antar kehamilan (jarak antara
persalinan terakhir dengan awal kehamilan berikutnya) dengan kejadian persalinan
preterm. Jarak antar kehamilan yang pendek mengurangi cadangan nutrisi ibu sehingga
akan menurunkan berat badan janin dan akan meningkatkan stress ibu sehingga
meningktkan resiko persalinan preterm.
d). Riwayat pernah persalinan prematur
Persalinan prematur dan riwayat lahir dengan berat badan rendah mempunyai
kecendrungan berulang dalam keluarga. Bloom dkk, selama 11 Tahun meneliti wanita
yang mempunyai riwayat prematuritas dan mendapatkan angka kejadian prematuritas
lebih tinggi dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat persalinan premature baik dengan
pecah ketuban atau tanpa pecah ketuban.
2). Faktor demografi
a). Faktor ras
Peran faktor ras dihubungkan dengan stress pola hidup atau adat istiadat,
persalinan prematur pada kulit hitam di amerika serikat jauh lebih atau dibandingkan
kulit putih.
b). Faktor usia
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme biologis peningkatan kejadian persalinan prematur pada ibu remaja
diterangkan sebagai berikut, peredaran darah menuju servik dan uterus pada remaja
umumnya belum sempurna dan hal ini menyebabkan pemberian nutrisi pada janin
genital menyebabkan infeksi meningkat yang akan menyebabkan persalinan prematur
meningkat. Peran hormonal gonad pada remaja juga dapat menyebabkan menstruasi
yang iraguler. Beberapa remaja hamil dapat menduga kehamilan muda dengan
perdarahan sebagai haid yang ireguler sehingga terlambat datang untuk pemeriksaan
kehamilan. Nutrisi remaja juga berperan karena remaja masih membutuhkan nutrisi yang
akan dibagi pada janinnya dibanding ibu dewasa yang tidak membutuhkan lagi nutrisi
untuk tumbuh.
3). Faktor nutrisi ibu
Nutrisi yang tidak mencukupi diyakini dapat menganggu pertumbuhan janin.
Tercukupinya nutrisi janin tergantung dari banyak factor dan mekanisme regulasi antara
lain asupan nutrisi ibu, pasokan nutrisi ke uterus dan plasenta, transport nutrient melalui
plasenta, pengambilan nutrient oleh fetus, dan regulasi nutrient oleh fetus. Hubungan
nutrisi ibu dengan janin sudah jelas dan sering diteliti, dimulai dari perang duniake II
yang membuktikan bahwa gizi ibu yang buruk berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan janin.
Ibu dan janin dengan kurang gizi dapat mengalami stress dan berakhir dengan
persalinan prematur. Suplemen yang harus dikonsumsi ibu hamil agar mencegah
persalinan prematuritas sebagai berikut: suplemen zat besi, suplemen folat, suplement
Universitas Sumatera Utara
kalsium, suplemen magnesium dan zinc, supplement vitamin D, multivitamin, minyak
ikan (fish oil).
4). Faktor Antropometri
a). Kenaikan berat badan selama hamil
Pertambahan BB selama hamil mencerminkan kenaikan jaringan uterus,
plasenta, janin, cadangan lemak ibu, volume plasma ibu dan payudara. pertambahan BB
ibu yang adekuat menghambat terjadinya prematuritas, BBLR, PJT.
b). Tinggi ibu
Tinggi badan ibu merupakan determinan berat badan bayi, tidak berhubungan
dengan kejadian prematuritas.
5). Faktor lainnya
Faktor sosioekonomi, faktor kelelahan fisik, faktor stress, faktor koitus dapat
mengakibatkan persalinan prematur.
6). Faktor medik
Keadaan ibu, kondisi yang mempengaruhi kehamilan, serta infeksi.
Universitas Sumatera Utara
b. Pencegahan Sekunder
1). Deteksi dini persalinan prematur (Pendidikan, pertanda klinis)
2) Terapi (Istirahat, hidrasi, sedas, peranan progesteron, pengikatan servik,
pemberian antibiotik, inhibisi kontraksi. )
c. Pencegahan Tersier
1). Merujuk ibu
Rujukan perinatal bayi preterm terutama dengan usia <27 minggu kehamilan
pada pusat rujukan tersier menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas neonatal
secara bermakna.
2). Kortikosteroid
Pemberian kortikosrteroid antenatal pada ancaman persalinan prematur
dianjurkan untuk meningkatkan survival bayi prematur.
3) Terapi maternal
Pemberian oksigen pada ibu dan pemberian nutrient lewat cairan amnion atau tali
pusat merupakan intervensi yang telah dicoba di Negara maju, namun masih kurang
informasinya dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang kegunaannya.
4. Faktor penyebab ibu cemas memiliki bayi prematur
Universitas Sumatera Utara
a. Karakteristik klinis bayi prematur
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan
45cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lama nya
masa gestasi itu. kepala relative lebih besar dari pada badannya, kulitnya tipis,
transparan, lanugo banyak, lemak, subkutan kurang, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-
ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testiskulorum biasanya belum
sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit
banyak terlihat dan peristaltis usus pun dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan
teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan dan daun telinga belum
cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mama belum sempurna,
demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik.
Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dokubitus lateral, pergerakan
nya kurang dan masih lemah, bayi lebih banyak tidur dari pada bangun. Tangisnya
lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnu, otot masih
hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi, sendi lutut
dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan “tonic neck reclex”
biasanya lemah, reflek moro dapat positif. Reflek mengisap dan menelan belum
sempurna, demikian pula reflex batuk. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah,
aktifitas bertambah. Bila dalam waktu tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan
besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakanial. Seringkali terdapat edema
pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24 - 48 jam. Kulitnya tampak
mengkilat dan licin serta terdapat “pitting edema”.
Universitas Sumatera Utara
Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi edema ini sering kali
berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia
gravidarum. Frekuensi pernapasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari
pertama. Walaupun demikian bila pernapasan terus meningkat atau selalu diatas
60/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin
(sindrom gangguan pernapasan idiopatik) atau gangguan pernapasan. Dalam hal ini
penting sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks. Karakteristik ini lah yang
membuat ibu bayi sangati cemas (Rusepno hasan, 2005).
b. Kelemahan bayi Prematur
Bayi semakin kecil, kekuatanya untuk tetap hidup semakin lemah. Otak yang
belum matang mengarah pada buruknya gerakan dan latergis. Kesulitan melakukan
resusitasi.
Mekanisme pengatur suhu nya tidak memadai. Suhu dibawah normal
(Hipotermia) terlihat pada sebagian bayi seprti ini dan bias fatal. Kadang-kadang ia juga
mengalami demam tinggi dan hipotermia.
Kurangnya koordinasi saat mengisap dan menelan menyebabkan muntah dan
tersedak. Kapasitas perutnya sedikit dan memiliki toleransi yang rendah terhadap
makanan. Bayi seperti ini umumnya mengalami gangguan pencernaan dan peregangan
perut karena buruknya tonus otot.
Karena enzim hatinya belum terlalu matang maka kadar bilirubin dalam
darahnya relative tinggi dan tetap tinggi selama beberapa waktu. Anda bias
mengenalinya dengan jelas jika bayi mengalami penyakit kuning fisiologis untuk
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang lama. Kadar bilirubin yang tinggi dalam darah juga sangat mungkin
menyebabkan kerusakan pada otak dibandingkan pada bayi yang sehat.
Bayi premature juga sering mengalami sejenis penyakit jantung bawaan yang
disebut patent duktus arteriosus. Bayi ini juga lebih cenderung mengalami dehidrasi dan
pembengkakan mata kaki (edema).
Karena berbagai alasan bayi rentan terhadap berbagai gangguan metabolisme
seperti hipoglikemi,yaitu kondisi dimana tingkat gula darah menurun. Bayi juga
cenderung mengalami defisiensi nutrisi seperti anemia. Ketahanan tubuhnya terhadap
infeksi juga rendah karena hati dan ginjalnya belum berfungsi sepenuhnya bayi ini juga
lebih rentan terhadap efek toksik dari obat-obatan, hal ini sangat dikhawatirkan oleh ibu
yng memiliki bayi prematur. (Guepte, 2004)
c. Penyakit bayi premature
Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada
beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat bayi prematur. hal ini disebabkan
oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk penyakit membrane
hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi prematur lebih tinggi
dibandingkan dengan dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberpa penyakit yang
ada hubungannya dengan prematuritas.
1). Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga penyakit membrane hialin karena pada stadium terakhir akan
terbentuk membrane hialin yang melapisi alveolus paru.
2). Pneumonia aspirasi
Universitas Sumatera Utara
Sering ditemukan pada premature, karena reflex menelan dan batuk belum
sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik
3). Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena
anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada
paru. Sayang sekali sering tidak mungkin membedakan dispnu yang disebabkan oleh
perdarahan otak ini dengan yang disebabkan oleh sindrom gangguan pernafasan
idiopatik. Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4). Fibroplasia retrorental.
Penyakit ini ditemukan terutama pada bayi prematur dan disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi
tinggi, akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi
bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang
selanjutnya akan disusul dengan proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.
Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badan nya kurang dari 2 kg
dan telah dapat oksigen dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 40 %). Stadium akut
penyakit ini dapat dilihat pada umur 3 - 6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena
retina.kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung
vena. Kumpulan darah baru ini tampak sebagai perdarahan. Penyakit ini berdampak
pada kematian yang membuat orang tua sangat khawatir. (Sarwono, 2007)
d. Penatalaksanaan bayi premature
Pemberian asi adalah hal yag paling penting karena :
1). Asi mempunyai keutungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbulin, zat kekebalan
tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligoskarida.
Universitas Sumatera Utara
2). Pengaturan suhu badan / thermoregulasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah / prematur membutuhkan suatu
termoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur
pembentukan atau pendistribusian panas.
Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan panas,
kehilangan panas pada bayi berat lahir rendah dapat disampaikan melalui empat cara
yaitu:
a). Konduksi yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan diatas permukaan yang
dingin. Seperti menidurkan bayi di timbangan yang dingin, tangan perawat yang
dingin atau stetoskop yang dingin.
b). Konveksi, yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara yang dingin bertiup disekitar
bayi. perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak diberikan oksigen
yang dingin.
c). Evaporasi, yaitu panas tubuh akan hilang dengan adanya penguapan cairan yang ada
dipermukaan tubuh bayi.
d). Radiasi, yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang dingin,
sehingga panas tubuh akan memancar kebenda-benda dingin disekitarnya.
5. Pencegahan hipotermi pada bayi prematur
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant atau warmer atau
inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan - tindakan umum yang
dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi antara lain :
1. Mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk atau kain yang
hangat.
Universitas Sumatera Utara
2. Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering (bayi dibungkus
kain hangat dan kepalanya diberi topi ).
3. Meletakkan bayi diruangan dengan suhu ruangan tidak kurang dari 250c.
4. Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi.
5. Menganti kain, popok, selimu, handuk, bedong yang basah dengan yang bersih dan
hangat. Ibu bayi prematur khususnya primi belum dapat merawat bayi prematur
dengan baik, ini akan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi ibu. (Maryuni,
Nurhayani, 2004)
6. Pentingnya mengunjungi bayi prematur yang dirawat di RS.
Kebahagiaan seorang ibu adalah ketika ia melahirkan anaknya setelah
mengndung lebih dari Sembilan bulan. Kadang, belum sampai masanya, sang bayi sudah
lahir dalam kondisi prematur tentu saja hal itu akan membuat cemas sang bunda. Selain
karena beresiko tinggi sang bayi juga biasanya akan masuk inkubator.
Kasih sayang dan sentuhan ibu ternyata dapat mengurangi tingkat stress dan rasa
sakit yang diakibatkan tindakan medis pada sang bayi. hal ini disebutkan dalam
peneliian oleh McGill university, kanada riset tersebut menyebutkan jika kontak kulit
antara ibu dan bayinya biasa mempercepat proses perkembangan bayi.
Bayi prematur yang drawat di inkubator rumah sakit biasanya harus melewati tes
darah dengan tusukan jarum lewat tumit kaki untuk mengecek kadar gula darah, tentu
saja rasa sakit akan mendera sang bayi, maka sentuhan dan pelukan ibu inilah yang akan
meredakan kesakitan dan ketegangan bayi.
Untuk penelitian ini tim dari McGill university menganalisis beberapa hal
ekspresi wajah, rata-rata detak jantung, dan kadar oksigen dalam darah diukur untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui tingkat rasa sakit yang dialami bayi yang sering disentuh dan dipeluk oleh
ibunya.
Hasilnya rasa sakit setelah 90 detik pada bayi yang mengalami kontak dengan
ibu lebih rendah dari pada bayi - bayi yang tidak disentuh orang tuanya. Karena itu
dianjurkan agar ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang dirawat di RS lebih sering
mengunjungi dan memberikn sentuhan serta pelukan. ( Team Andriewongso, 2008).
C. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan sesorang (over
behaviour)
Karena dari pengalaman dan penelitian karena perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers dalam buku Notoadmojo tahun 2007 mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), alam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awarness (Kesadaran), 2. Interest (merasa tertarik), 3. Evaluation (menimbang-
nimbang), 4. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba. 5. Adoption, dimana
subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :
a) Tahu (know)
Universitas Sumatera Utara
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang teah dipelajari sebelumnya.
oleh sebaba itu ”tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajarinya adalah menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comperhension)
Suatu kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
orang yang telah paham suatu materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi disini dapat diartikan pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya.
d) Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen- komponen. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata-kata
kerja dapat : menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e) Sintesis (sinthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk
yang baru. Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan
sebagainya.
f) Evaluasi (evaluation)
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan kemampuan untuk justfikasi atau penilaian suatu materi atau
objek. Misalnya dapat membandingkan anak kurang gizi dengan anak yang cukup gizi.
D. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses belajar agar suatu proses belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan sipiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang
dikembangkan.
Pendidikan terbagi atas :
1. Pendidikan anak usia dini
Pendidikan yang ditujukan saat anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam
tahun yang dilakukan mulai dari pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
a. Pendidikan dasar
Jenjang pendididkan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah yang melandasi
jenjang pendidikan menegah.
b. Pendidikan menegah
Jenjang pendidikan lanjutan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun.
c. Pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup program diploma,
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan,
terbagi atas :
1) Pendidikan formal
Jenjang pendidikan yang jelas mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai
pendidikan tinggi.
2) Pendidikan non formal
Pendidikan keaksaraan dasar, pemberantasan buta aksara, program paket A dan
B. pendidikan non formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
3) Pendidikan informal
Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.
E. Paritas
Paritas adalah pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, abortus, perslinan
prematur, dan persalinan aterm serta anak yang hidup, Pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, semakin sering seseorang
mengalaminya semakin tinggi pengalaman orang tersebut. Paritas terdiri dari :
1. Primipara : Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.
2. Multipara : Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali dimana
persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
3. Glandemultipara : Wanita yang pernah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali
(Manuaba, 2002 hal 158).
Universitas Sumatera Utara