status identitas karier remaja penghuni rumah …repository.usd.ac.id/30887/2/119114017_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
STATUS IDENTITAS KARIER REMAJA
PENGHUNI RUMAH PERLINDUNGAN ANAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Maria Margareta Eka Septiantari
NIM : 119114017
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah
(Lessing)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal
yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukai atau tidak
(Ernest Newman)
Usaha tidak akan mengkhianati hasil
(tulisan di ‘Ruang kerja’)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Untuk Bapak dan Ibu, Mas Andre dan seluruh keluarga serta sahabat
yang sudah mendukung dan mendoakan.
Para remaja yang berada di Rumah Pelindungan Anak
Yang menginspirasi dan mendorong penulis untuk menyelesaikan karya ini
Semoga karya ini bermanfaat bagi kalian
Rumah Perlindungan Anak Yayasan Hamba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STATUS IDENTITAS KARIER REMAJA
PENGHUNI RUMAH PERLINDUNGAN ANAK
Maria Margareta Eka Septiantari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana status identitas karier remaja penghuni rumah
perlindungan anak. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 remaja yang merupakan remaja penghuni rumah
perlindungan anak, yang terdiri dari 5 wanita dan 1 pria (usai 14-18 tahun). Pengambilan data dilakukan
dengan metode focus group discussion (FGD). Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi
kualitatif (AIK), menggunakan pendekatan deduktif, yakni analisis isi terarah. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak adalah status
identitas moratorium.
Kata kunci: identitas, status identitas karier, remaja penghuni rumah perlindungan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CAREER IDENTITY STATUS IN ADOLESCENT
WHO LIVE IN PROTECTION HOUSE
Maria Margareta Eka Septiantari
ABSTRACT
This study was aimed to discover how career identity status in adolescent who live in protection house.
Respondent in this study was 6 adolescent as resident ini protection house, there were 5 female and 1
male (age 14-18 years old). Researcher used focus group discussion (FGD) as a method for collect the
data and for data analysis used qualitative content analysis using deductive approach, especially
directed content analysis. The result was adolescent who live in protection house has a moratoriun
identity status.
Keyword: identity, career identity status, adolescent who live in protection house.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, atas limpahan berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga terselesainya
skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan pihak yang terus menerus memberikan
dukungan dan ide-ide yang dapat memperlancar skripsi ini. Untuk itu, dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus, terima kasih atas berkat dan penyertaan yang sudah diberikan
selama penulis berproses dengan karya tulisnya.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma dan segenap jajaran Dekanat.
3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M.App., Ph. D. selaku Kepala Program
Studi dan Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Agustinus Supratiknya. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan dukungan dari awal
penyusunan skripsi sehingga dapat selesai dengan baik serta mendapat
pengalaman bahwa proses menulis skripsi juga merupakan hal yang bermakna
bagi pengembangan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak Agustinus Guntoro, Ibu Caecilia Widiyastriyani tercinta, yang selalu
memberikan doa, kasih sayang dan motivasi yang tak pernah berhenti sampai
penulis selesai menyelesaikan skripsi ini.
6. Andreas Advenovianto, mas terkasih yang senantiasa memberikan dukungan,
semangat, doa yang tiada hentinya.
7. Romo B. Windiyatmoko MSF (Om Koko), yang selalu mendukung dan memberi
semangat. Terima kasih atas dukungannya Om.
8. Dosen Penguji Skripsi terima kasih atas ilmu, dukungan dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis sehingga memberikan hal positif bagi penulis.
9. Segenap staf administrasi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma; Mas Y.
Gandung Widyantoro terimakasih atas pelayanan, bantuan dan keramahan yang
diberikan.
10. Segenap Dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima
kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang Bapak dan Ibu berikan kepada
penulis.
11. Ibu Melani selaku Kepala Yayasan Hamba yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian disana.
12. Para partisipan. Terimakasih sudah bersedia berbagi kisah hidup, perasaan dan
sudah sangat terbuka untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
Semoga penelitian ini sunggu memberi manfaat bagi kalian.
13. “Anak-anak professor”: Ope, Reka, Rikjan, Vian, Citra dan adek-adek yang lain.
Terimakasih untuk kebersamaan dan bantuannya. Semangat selalu, teman-teman!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. My girls, Stefi, Retha, Gloria, Tia, Mege, sahabat seperjuangan sedari putih abu-
abu, sahabat yang mengerjakan skripsi bersamaan tapi selesainya berbeda-beda.
Terima kasih sudah memberikan warna dalam kehidupanku, mengerjakan skripsi
bersama, dan saling mendengarkan keluh kesah masing-masing.
15. Teman-teman “remaja hampir S.Psi.”: Acil, Retha, Vania. Terimakasih buat
kebersamaan selama kuliah, dan khususnya semangat kalian semua buat aku.
Terimakasih!
16. Teman-teman Gloria’s Dooom! Club. Thx gaes buat semangatnya, ngekek
recehnya.
17. Yang tercinta, terimakasih untuk selalu memberi semangat dan selalu sabar dalam
menghadapi semuanya.
18. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kara sempurna. Penulis
meminta maaf atas segala kesalahan dan kelalaian yang telah diperbuat, baik kata, sikap
maupun tulisan. Penulis menerima kristik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Yogyakarta, Juni 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 11
1. Manfaat Teoretis .............................................................................. 11
2. Manfaat Praktis ................................................................................ 11
3. Manfaat Kebijakan ........................................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12
A. Remaja Penghuni Rumah Perlindungan Anak ...................................... 12
B. Perkembangan Identitas Karier ............................................................. 17
C. Status Identitas ...................................................................................... 20
1. Identity Achivement .......................................................................... 24
2. Identity Moratorium ........................................................................ 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Identity Foreclosure ......................................................................... 26
4. Identity Diffusion .............................................................................. 27
D. Kerangka Konseptual ............................................................................ 28
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 31
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 31
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 32
C. Partisipan ............................................................................................... 33
D. Peran Peneliti......................................................................................... 35
E. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 36
1. Protokol Observasi ........................................................................... 37
2. Protokol FGD ................................................................................... 38
3. Perekaman Data ............................................................................... 40
F. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................ 40
G. Kredibilitas Data .................................................................................. 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 44
A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 44
B. Dinamika FGD ...................................................................................... 40
C. Hasil Penelitian ...................................................................................... 45
1. Identity Achivement ......................................................................... 48
2. Identity Moratorium ........................................................................ 48
3. Identity Foreclosure ......................................................................... 49
4. Identity Diffusion .............................................................................. 49
D. Pembahasan ........................................................................................... 50
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 53
Kesimpulan ................................................................................................ 53
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 53
C. Saran ..................................................................................................... 54
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................. 54
2. Bagi Partisipan Peneliti .................................................................... 54
3. Bagi Praktisi Psikologi .................................................................... 54
4. Bagi Pengasuh di Rumah Perlindungan Anak ................................. 54
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Umum Partisipan ....................................................................... 34
Tabel 2. Kategori Koding ................................................................................. 42
Tabel 3. Kerangka Analisis .............................................................................. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejumlah remaja dihadapkan pada pilihan harus berpisah dari keluarganya
karena berbagai alasan seperti yatim, piatu, yatim piatu atau karena sanak saudara tidak
mampu mengasuh dan membesarkan mereka karena faktor ekonomi. Data UNICEF
Indonesia memperkirakan (2008) terdapat 40.000-70.000 anak menjadi korban tindak
pidana perdagangan orang untuk tujuan eksploitasi seksual. Data demografik
kelompok penduduk menunjukkan jumlah yang cukup besar untuk penduduk usia anak
(0-19 tahun) mencapai 38,46% dari total jumlah penduduk Indonesia (Data Badan
Pusat Statistik, 2005). Anak memiliki hak untuk senantiasa hidup dalam lingkungan
yang terlindungi dari kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan kejahatan. Data
Direktorat Pelayanan Sosial Anak menyebutkan bahwa saat ini terdapat 15 RPSA yang
tersebar di 13 provinsi, 7 RSPA di kelola oleh Dinas Sosial Provinsi, 1 dikelola
masyarakat dan 7 RPSA dikelola oleh Kementrian Sosial. Meskipun demikian, 8 RPSA
yang dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi dan masyarakat tetap berada dalam
pembinaan Kementrian Sosial. Keberadaan RPSA menjadi alternatif pelayanan
rehabilitasi dan perlindungan sosial, yang selama ini hanya mengalami permasalahan
kesejahteraan sosial, yang selama ini hanya dikenal melalui panti asuhan (Renstra
Kementrian Sosial 2010-2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tempat alternatif bagi remaja yang harus berpisah dengan orang tuanya dan
sanak saudara adalah rumah perlindungan anak. Sebagai tanggung jawab Tempat
alternatif bagi remaja yang harus berpisah dengan orang tuanya dan sanak saudara
adalah rumah perlindungan anak. Sebagai tanggung jawab pemerintah dalam
penanganan anak yang membutuhkan perlindungan khusus, maka Departemen Sosial
Republik Indonesia mendirikan Rumah Perlindungan Sosial Anak atau yang disingkat
dengan RPSA. Departemen Sosial Republik Indonesia mendirikan Rumah
Perlindungan Sosial Anak (RPSA) bertujuan untuk memberikan penanganan yang
sistematis, terstruktur, terencana, dan terintegrasi dengan mengedepankan perspektif
korban dan kepentingan terbaik untuk anak. Rumah Perlindungan Sosial Anak
berperan sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam proses
perkembangannya. Kebanyakan orang mengira bahwa Rumah Perlindungan Sosial
Anak hanya ditempati oleh anak jalanan saja, namun pada kenyataannya Rumah
Perlindungan Sosial Anak tidak hanya dihuni oleh anak jalanan saja melainkan juga
ada anak terlantar, anak korban trafficking, anak dari keluarga kurang mampu, anak
yang menjadi korban tindak kekerasan, anak korban eksploitasi, dan anak yang terpisah
dari kedua orang tuanya.
Kebanyakan anak-anak yang ditempatkan di rumah perlindungan anak oleh
keluarganya mengalami kesulitan ekonomi sehingga menghambat pemenuhan
kebutuhan pendidikan anak. Dengan kata lain, kebanyakan rumah perlindungan anak
tidak memberikan ''pengasuhan'' sama sekali, melainkan hanya wadah untuk memenuhi
pendidikan dengan cara menjadi warga binaan di rumah perlindungan anak sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mereka lulus SMA/SMK. Secara eksplisit, hal ini tertera dalam pendekatan
pengasuhan, pelayanan yang diberikan, dan sumber daya yang diberikan oleh rumah
perlindungan anak.
Pada kenyataannya setiap remaja pasti berharap dapat diasuh dan dibesarkan
dalam suatu keluarga yang memiliki orang tua lengkap sebagai pengasuh utama yang
menyediakan berbagai sarana dan dukungan bagi perkembangannya. Proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan identitas dirinya, sangat
tergantung pada orang tua. Orang tua jugalah yang pertama kali memberi fasilitas,
termasuk kesempatan kepada anak untuk menanamkan fungsi dan peran dalam
keluarga dan konteks kehidupan yang lebih luas. Orang tua menjadi sumber inspirasi
dan informasi, figure tokoh identifikasi anak, sehingga sikap dan perilaku orang tua
akan memberi pengaruh pembentukan sikap dan perilaku anak. Tingkat identifikasi
pada orangtuanya sejak masa kanak-kanak hingga mencapai masa remaja, sangat
berperan memberikan arah pembentukan identits diri remaja; sebab orang tua adalah
lingkungan pertama dan utama bagi anak. Semua sikap dan perilaku orang tua menjadi
sumber identifikasi bagi anak, dan selanjutnya menjadi bagian dari komponen
pembentuk identitas dirinya.
Pendampingan serta mengarahkan individu pada pencapaian tugas
perkembangan, untuk menjadi individu yang berkembang secara baik dalam
menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di dalam diri dan lingkungan. Ketika
individu tersebut mulai memasuki masa remaja yang merupakan masa atau periode
peralihan yang dialami individu dari masa kanak-kanak, dimana pada masa ini banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
terjadi perubahan pada diri individu baik dalam hal fisik, keadaan emosi dan minat
individu (Harlock, 1994).
Remaja menghadapi tantangan untuk menemukan siapa mereka di masa ini, apa
peran mereka dan bagaimanakah dirinya, tujuan apakah yang hendak diraihnya.
Perkembangan identitas selama masa remaja tidak berarti bahwa identitas akan stabil
hingga akhir hidup. Individu mengembangkan identitas yang memiliki sifat fleksibel
dan adaptif, terbuka terhadap perubahan yang berlangsung di dalam masyarakat dalam
relasi dan karier (Santrock, 2002). Mereka dihadapkan pada berbagai peran, mulai dari
peran pekerjaan hingga peran dalam relasi romantik. Erikson juga mengatakan bahwa
seorang remaja yang belum dapat melewati krisis identitas, dirinya merasa cemas akan
kehidupan dan relasinya, tidak memiliki pandangan hidup ke depan dan cenderung
tidak memiliki hubungan yang hangat dengan sosialnya.
Menurut Marcia (1993) pembentukan identitas diri merupakan suatu proses
penggabungan antara pengalaman, kepercayaan, dan identifikasi yang dimiliki pada
masa kanak-kanak menjadi kesatuan yang unik yang akan memberikan perasaan
keterkaitan dengan masa lalu maupun arah bagi masa yang akan datang. Marcia (1993)
menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan melalui status
identitas berdasarkan ada tidaknya eksplorasi (krisis) dan komitmen. Marcia
menggunakan eksplorasi dan komitmen yang diterapkan pada pilihan pekerjaan, agama
dan ideologi politik, untuk mengklasifikasikan individu menurut keempat status
identitas ini. Eksplorasi atau juga yang disebut krisis merupakan periode berusaha atau
aktif bertanya untuk mencapai sebuah keputusan mengenai tujuan yang hendak dicapai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Sedangkan komitmen mengacu pada membuat
dan menerima keputusan mengenai pemikiran, kepercayaan, nilai dan tujuan yang
didasarkan pada sebuah perspektif baru dan berguna bagi masa depan.
Pencarian identitas, menghasilkan empat kemungkinan status identitas yaitu;
(1) identity achievement, yakni kondisi remaja yang telah mengalami masa krisis dan
berkomitmen terhadap pekerjaan dan ideologi. Dia telah secara serius
mempertimbangkan beberapa pilihan pekerjaan dan telah membuat keputusan atas
dirinya sendiri, walaupun pilihan utamanya mungkin merupakan variasi dari keinginan
orang tua. Ideologi achievement dicapai ketika remaja mengevaluasi kembali
kepercayaan masa lalu dan mencapai sebuah resolusi yang membuat dia bebas untuk
bertindak; (2) identity moratorium, yakni kondisi remaja dalam masa krisis dengan
komitmen yang agak kabur. Digambarkan sebagai remaja yang menyibukkan dirinya.
Meskipun keinginan orang tuanya masih penting bagi dirinya, dia mencoba
berkompromi dengan tuntutan dari masyarakat dan kemampuannya sendiri; (3) identity
foreclosure, yakni kondisi remaja tidak mengalami krisis, namun mengungkapkan
komitmen. Remaja pada status identitas ini menjadi sosok yang telah dipersiapkan
orang lain atau yang diinginkannya menjadi seperti anak kecil. Remaja akan merasa
terancam jika orang tua tidak berperan dalam kehidupannya; (4) identity diffusion,
yakni kondisi remaja yang mungkin atau tidak mungkin mengalami krisis. Ciri khasnya
adalah kurangnya komitmen. Dia juga tidak memutuskan sebuah pekerjaan dan juga
tidak mengkhawatirkannya, dia juga tidak tertarik pada masalah ideologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena subjek penelitian adalah anak
remaja yang tinggal di rumah perlindungan anak tanpa orang tua. Pada kenyataannya
faktor penting yang memengaruhi pencarian identitas remaja adalah keluarga
khususnya orang tua yang memiliki banyak pengaruh bagi pekembangan remaja dalam
pencarian status identitas karier. Peran orang tua bisa dilakukan dengan memberikan
contoh, menemukan dan mengenali bakat serta potensi anak. Orang tua juga bisa
membantu anak mengenali kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya. Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman
tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai,
pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain di sekitarnya.
Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang disekitarnya. Di
masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orang tua hanyalah
mengarahkan bukan menentukan anak. Maka mengungkapkan status identitas karier
remaja penghuni panti asuhan menjadi penting untuk dapat memperoleh gambaran
pada tahap perkembangan karier di usianya dan pencapaian status identitas.
Tinjauan terhadap pustaka tentang tema sejenis belum ada. Tetapi ada beberapa
penelitian dengan menunjukkan sejumlah kondisi dan fakta sebagai berikut. Beberapa
penelitian tentang status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak
yang ada di Indonesia belum banyak, umumnya meneliti status identitas yang berkaitan
dengan variabel lain dan konteks penelitian berada di panti asuhan. Penelitian yang
terkait dengan status identitas karier yang dilakukan oleh Novita Sari, Trasono dan
Elisa Kurnia Dewi (2016). Menurut penelitian yang dilakukan status identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berpengaruh terhadap orientasi masa depan area pekerjaan, yaitu terdapat pengaruh
yang signifikan dari status identitas terhadap orientasi masa depan area pekerjaan.
Namun dari empat status identitas hanya tiga identitas yang memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap orientasi masa depan area pekerjaan, yaitu identity
achievement, identity moratorium dan identity diffusion. Sedangkan identity
foreclosure tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efikasi diri keputusan
karier, tetapi memiliki hubungan signifikan terhadap orientasi masa depan pekerjaan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan analisis data korelasional,
dengan subjek sebanyak 586 mahasiswa fakultas psikologi UIN Bandung semester 1-
4.
Penelitian lain tentang status identitas karier remaja yaitu, yang dilakukan oleh
Dian Ratna Sawitri (2009) dikaitkan dengan efikasi diri keputusan karier terhadap
keraguan mengambil keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama di Universitas
Diponegoro. Subjek dalam penelitian adalah 389 mahasiswa tahun pertama, alat ukur
dalam penelitian ini adalah skala keraguan mengambil keputsan karier, skala status
identitas dan skala efikasi diri keputusan karier, yang masing-masing dimodifikasi dari
Career Decision Making Difficulties Quesionnaire, Extended Objective Measure of
Ego Identity Status 2, dan Career Decision Self-Efficancy Scale Short Form. Hasil dari
penelitian ini status identitas achievement dan diffusion yang memiliki pengaruh
langsung yang bermakna terhadap efikasi diri keputusan karier, sedangkan status
identitas moratorium dan foreclosure menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap efikasi diri keputusan karier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penelitian Vondracek et al. (1995) dengan subjek 407 siswa kelas 1 SMP
sampai 3 SMA yang menggolongkan tiap individu dalam status identitas, menunjukkan
bahwa individu dengan status identitas achievement memiliki keraguan mengambil
keputuasn karier yang lebih rendah daripada individu dengan status identitas
moratorium, foreclosure maupun diffusion. Penelitian ini menemukan fakta di luar
dugaan bahwa partisipan foreclosure ketika dibandingkan dengan kelompok lain yang
belum berkomitmen, tidak menunjukkan perbedaan dalam tingkat keraguan
mengambil keputusan, padahal kelompok foreclosure diharapkan memiliki tingkat
keraguan mengambil keputusan yang lebih rendah daripada moratorium dan diffusion.
Penelitian Wallace-Broscious, Serafica, dan Osipow (1994) menunjukkan hasil senada.
Status identitas achievement berhubungan negatif, sedangkan status identitas
moratorium, foreclosure, dan diffusion, berhubungan positif dengan keraguan
mengambil keputusan karier.
Sementara penelitian Guerra dan Braungart-Rieker (1999) yang dilakukan
kepada 169 mahasiswa S1 semakin menguatkan hubungan positif antara status
identitas moratorium dan diffusion dengan keraguan mengambil keputusan karier,
tanpa melaporkan hubungan status identitas achievement dan foreclosure dengan
keraguan mengambil keputusan karier. Penelitian Lucas (1997) menunjukkan semakin
tinggi identifikasi individu pada status identitas achievement, semakin tinggi efikasi
diri keputusan kariernya, sedangkan semakin tinggi identifikasi individu pada status
identitas moratorium semakin rendahnya efikasi diri keputusan kariernya. Penelitian
Nauta dan Khan (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi identifikasi individu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
status identitas foreclosure dan moratorium, semakin rendah efikasi diri keputusan
kariernya, sedangkan semakin tinggi identifikasi individu pada status identitas
achievement, semakin tinggi efikasi diri keputusan kariernya.
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, penulis menemukan beberapa
defisiensi. Dari segi konsep, penelitian mengenai status identitas karier remaja
penghuni rumah perlindungan anak masih sangat sedikit dan tidak menggunakan
konsep perkembangan karier remaja. Sedangkan penelitian lain lebih berkaitan dengan
keputusan karier dan keraguan mengambil keputusan karier. Selain itu, dari segi
variabel sebagian besar penelitian diatas mengaitkan dengan variabel lain. Dari segi
metode, penelitian terdahulu lebih banyak menggunakan metode kuantitatif sehingga
kurang dapat mengungkapkan proses dan dinamika status identitas karier remaja
penghuni rumah perlindungan anak.
Berdasarkan defisiensi tersebut, maka peneliti secara khusus akan
menggambarkan bagaimana status identitas karier remaja penghuni rumah
perlindungan anak tanpa dikaitkan dengan variabel lain. Dari segi metode, penelitian
ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) yaitu metode penelitian untuk
menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klasifikasi sistematik
berupa pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon,
dalam Supratiknya, 2015). Prosedur pengambilan data yang akan dilakukan dengan
menggunakan focus group discussion (FGD), karena FGD bertujuan untuk
mempromosikan atau mendorong pengungkapan diri di kalangan para partisipan
(Freeman, 2006, dalam Supratiknya, 2015). Proses diskusi dalam kelompok akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
membantu para partisipan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi pandangan-
pandangan dan sikap-sikapnya secara lebih efisien, serta mendorong dan memudahkan
partisipan yang merasa kesulitan mengungkapkan diri untuk tetap berpartisipasi
(Supratiknya, 2015). Selain itu, dengan FGD, peneliti dan partisipan dapat saling
berinteraksi dan saling mengajukan pertanyaan untuk memperoleh data mengenai
status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak. Dari segi lokasi,
penelitian ini akan dilaksanakan di Indonesia secara khusus wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja perempuan maupun laki-laki
dengan rentang usia 12-21 tahun. Dengan demikian, peneliti berharap peneitian ini
akan memberikan sumbangan baru dalam penelitian yang terkait dengan status
identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak
Yayasan Hamba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengungkap status identitas karier remaja
penghuni rumah perlindungan anak. Melalui focus group discussion (FGD), para
subjek yang berusia 12-21 tahun diharapkan dapat mengungkapkan apa status identitas
karier remaja yang tinggal di rumah perlindungan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberi sumbangan yang berarti
bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan mengenai
status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pendamping remaja (orang tua, rumah perlindungan anak dan pengasuh),
dapat memberi saran terkait dengan pembentukan identitas diri khususnya
remaja yang sedang membentuk status identitas karier remaja penghuni rumah
perlindungan anak.
b. Bagi remaja, diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi mengenai status
identitas karier yang sedang dialami para remaja khususnya remaja penghuni
rumah perlindungan anak.
c. Bagi dinas sosial, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
saran terkait dengan status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini, penulis pertama-tama akan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan remaja penghuni rumah perlindungan anak, terkait dengan
perkembangan identitas kariernya dan bagaimana karakteristiknya. Lalu mengenai
status identitas penghuni rumah perlindungan anak khususnya sebagaimana
dimaksud dalam penelitian ini. Pada bagian terakhir, penulis akan menyampaikan
kerangka konseptual penelitian ini.
A. Remaja Penghuni Rumah Perlindungan Anak
Dalam lampiran Peraturan Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender
dan Anak, terdapat pengertian Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA). Rumah
Perlindungan Sosial Anak yaitu rumah perlindungan anak yang berupa rumah
perlindungan, pusat trauma, pusat pemulihan bagi anak-anak tindak kekerasan atau
perlakuan salah, anak yang membutuhkan perlindungan karena jiwa raganya
terancam akibat terlibat sebagai saksi dalam kegiatan terlarang, anak mengalami
eksploitasi fisik, psikis, ekonomi, dan seksual, anak korban konflik bersenjata,
anak korban kerusuhan, korban bencana, serta anak yang terpisah. Departemen
Sosial Republik Indonesia mendirikan Rumah Perlindungan Anak (RPSA)
bertujuan untuk memberikan penanganan yang sistematis, terstruktur, terencana
dan terintegrasi dengan mengedepankan perspektif korban dan kepentingan terbaik
untuk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Rumah perlindungan sosial anak sebagai tempat pemusatan sementara yang
bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan
pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Rumah
perlindungan sosial anak merupakan proses non formal yang memberikan suasana
pusat resosialisasi anak-anak yang perlu perlindungan khusus terhadap system nilai
dan norma di masyarakat. Tujuan dibentuknya rumah perlindungan sosial anak
adalah resosialisasi yaitu membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan memberikan pendidikan
dini untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga
menjadi masyarakat yang produktif (Buku Profil dari Yayasan Is Shofa Rumah
Perlindungan Sosial Anak pelangi). Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
sangat dibutuhkan keberadaannya, oleh masyarakat sejalan dengan semakin
kompleknya dan meningkatnya masalah anak yang memerlukan perlindungan
khusus.
Pekerja sosial di lembaga-lembaga Layanan Perlindungan Anak memiliki
tanggungjawab untuk mengatasi efek dari penganiayaan, menerapkan respon
layanan yang akan menjaga anak-anak dan remaja aman dari penyalahgunaan dan
penelantaran, serta bekerjasama dengan keluarga untuk mencegah kemungkinan
terjadinya penganiayaan di masa yang akan datang (Depanfilis & Salus 2003,
Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia US, 1988).
Remaja yang tinggal di rumah perlindungan merupakan anak-anak yang
ditolak, merasa ditolak oleh keluarga, masyarakat atau lingkungan. Remaja
penghuni rumah perlindungan tentu saja kurang atau bahkan tidak mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pengajaran atau bimbingan dari orang tua, sedangkan ibu dan bapak pengasuh yang
dianggap sebagai pengganti orang tua sepertinya tidak bisa diharapkan untuk
memberikan pengajaran dan bimbingan secara mendalam. Pengasuh mengakui
bahwa anak asuh kurang mendapatkan perhatian karena perbandingan antara
jumlah pengasuh dengan anak asuh yang sangat jauh berbeda sehingga pengasuh
kurang bisa memberikan perhatian yang mendalam terhadap anak asuhnya.
Akibat sangat sedikitnya perhatian yang diberikan oleh ibu dan bapak asuh,
maka penilaian remaja terhadap dirinya sendiri cenderung lebih banyak dipengaruhi
oleh pergaulan teman. Semua ini disebabkan karena hampir setiap remaja
melakukan kegiatan bersama-sama. Pengaruh teman sebaya juga memberikan
gambaran dengan saling berbagi informasi dan cerita yang menarik dari minatnya
masing-masing. Dalam hal ini teman sebaya mengambil peran dalam
perkembangan diri mereka sendiri, sehingga antar teman sebaya tumbuh rasa saling
percaya terhadap dirinya dan memiliki rasa saling dihargai.
Pada tahap perkembangannya masa remaja ini merupakan masa yang tidak
bisa terlupakan sepanjang sejarah fase perkembangan setiap individu. Remaja
sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” dimana proses ini merupakan
transisi dari kehidupan yang cenderung labil, pribadi yang tumbuh pada masa
remaja. Menurut Stanley Hall (dalam Papalia, 2008) proses ini disebut sebagai
badai (strom) dan topan (stress) dalam kehidupan perasaan dan emosi remaja awal
yang dilanda pergolakan, sehingga memengaruhi pola pikir dan pola sikap dari
dalam jiwa remaja itu sendiri. Dalam hal ini remaja masih belum mampu menguasai
secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Remaja diartikan sabagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.
Dalam kebanyakan budaya, usia remaja dimuai pada sekitar 10 sampai 13 tahun
dan berakhir kira-kira usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2003). Perubahan-
perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang
berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis. Pada mulanya, tanda-tanda
perubahan fisik dari masa remaja terjadi dalam konteks pubertas (Desmita, 2008).
Perkembangan psikososial adalah perkembangan pemahaman diri dan identitas.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan kompleks
yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang dari kehidupan individu.
Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan
remaja karena merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar
kepribadian remaja. Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam
keluarga juga berpengaruh bagi remaja. Pola asuh orang tua sangat besar
pengaruhnya bagi remaja. Dinamika dan hubungan-hubungan antar anggota
keluarga juga memainkan peranan yang cukup penting bagi remaja (Soetjiningsih,
2007). Ketika anak memasuki usia remaja di mana sangat membutuhkan kebebasan
dan mereka sering meninggalkan rumah, orang tua harus dapat melakukan
penyesuaian terhadap keadaan tersebut. Remaja membutuhkan dukungan yang
berbeda dari masa sebelumnya karena pada saat itu remaja sedang mencari
kebebasan daam mengeksporasi diri sehingga dengan sendirinya ketertarikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dengan orantua berkurang. Dukungan orang tua sangat bermanfaat dan berpengaruh
bagi perkembangan remaja.
Tetapi tidak semua remaja dapat diasuh oleh orang tua kandung mereka, ada
beberapa remaja dihadapkan pada pilihan harus berpisah dari keluarganya karena
berbagai alasan seperti yatim, piatu, yatim piatu atau karena sanak saudara tidak
mampu mengasuh dan membesarkan mereka karena faktor ekonomi. Maka dari itu
salah satu tempat alternatif bagi remaja yang harus berpisah dengan orang tuanya
dan sanak saudara adalah rumah perlindungan anak.
Rumah Perlindungan Anak Yayasan Hamba yang berada di Yogyakarta
salah satu rumah perlindungan yang menampung anak-anak dari keluarga
termajinalkan, yang orang tuanya tidak memiliki tempat tinggal melainkan ala
kadarnya dari bahan tak layak di daerah kumuh. Ada juga anak-anak asuh yang
termasuk dalam kategori tidak dikehendaki oleh keluarga besarnya oleh satu dan
lain sebab, misalnya anak yang dilahirkan remaja perempuan dengan reterdasi
mental yang pergaulannya lepas dari pengawasan. Ada juga anak-anak yang kedua
orang tuanya berpisah dan kemudian pergi menitipkan anak-anak mereka di
Yayasan Hamba tanpa sekali pun mampu menjenguk sang anak. Yayasan Hamba
memiliki misi yaitu melayani anak-anak yang ditolak atau merasa ditolak oleh
keluarga dan atau masyarakat di lingkungan dan atau dalam kesendirian dengan
memupuk rasa solidaritas terhadap mereka, serta membimbing mereka ke arah ke
mandirian dalam rangka pembangunan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
B. Perkembangan Identitas Karier
Perkembangan karier dimulai pada masa kecil dan terjadi sepanjang masa
hidup manusia. Tugas masa remaja termasuk belajar tentang dunia kerja melalui
pengalaman kerja orang lain dan mencocokkan diri dengan dunia kerja yang sesuai
dengan minatnya untuk membentuk identitas karier. Ini terbentuk karena setiap
individu memiliki kebutuhan untuk bekerja yang dikenal sebagai Identitas
Vokasional atau lebih sering disebut dengan Identitas Karier. Perkembangan
identitas karier adalah proses yang terdiri dari eksplorasi dan komitmen (Skorikov
& Vondracek, 2007). Individu tidak hanya mencapai identitas mereka tapi juga
membuat komitmen dan kemudian harus melanjutkan mengeksplorasi untuk
mempertahankan komitmennya. Perkembangan identitas adalah hasil dari
perkembangan eksplorasi karier, komitmen karier dan mempertimbangkan kembali
alternatif pilihan karier yang sudah dipilih (Erik J. Profeli & Vondarcek, 2012).
Ketiga proses ini dapat digunakan untuk memahami status identitas remaja dalam
membantu mengidentifikasi apa yang harus dilakukan untuk mendorong
perkembangan identitas karier.
Eksplorasi karier melibatkan eksplorasi diri dan dunia kerja untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang gambaran karier yang potensial dan
yang sesuai dengan minatnya. Pada eksplorasi karier remaja dituntut untuk dapat
mencari dan belajar tentang karier dan sejauh mana pilihan mereka sesuai atau tidak
sesuai. Eksplorasi karier berasal dari pencarian identitas dalam berbagai minat, nilai
dan tujuan hidup yang berkaitan dengan pilihan karier remaja yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Komitmen karier adalah sebuah proses yang dimulai dari anak-anak hingga
dewasa yang mengarah pada apa yang akan dilakukan sesorang pada masa dewasa.
Komitmen karier umumnya memiliki dua komponen yaitu menentukan karier dan
mengidentifikasinya. Komitmen karier melibatkan pilihan dan kemudian
mencocokkan dengan pilihan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan keputusannya
dalam berpikir dan pilihannya terhadap perilaku seseorang yang berkitan dengan
karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, usai dan kelas sosial. Anak-anak
cenderung mengidentifikasi pilihan karier mereka dengan orang-orang dari jenis
kelamin dan kelas sosial yang lebih menarik bagi mereka seperti atlet, model,
bintang film dan lain-lain. Sedangkan remaja umunya menunjukkan peningkatan
kepastian karier dari waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan penyesuaian diri,
kematangan karier, ketekunan dalam mengejar sarjana dan hasil akademis yang
baik. Waktu ideal untuk menentukan komitmen karier tergantung pada seseorang
yang telah menentukan pilihan kariernya cukup jelas dan ini berbeda untuk setiap
individu. Dengan kata lain, hal ini sulit untuk mengatakan bahwa setiap individu
berada pada satu periode yang sempurna untuk memilih karier.
Mengidentifikasi kembali pilihan karier terhadap komitmen yang sudah
dipilih merupakan upaya untuk membandingkan alternatif yang ada untuk
menentukan pilihan karier atau bahkan mengubah pilihannya. Hal ini juga terjadi
ketika seseorang telah mengalami keraguan dalam dirinya yang sering muncul dari
membuat keputusan yang sudah dipilih. Mengidentifikasi kembali pilihan karier
diyakini sebagai proses kritis dalam perkembangan identitas sejak masa remaja dan
seterusnya dan kemungkinan akan muncul setelah komitmen sementara dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Proses mempertimbangankan ulang dapat benar-benar menghasilkan komitmen
yang lebih sesuai dalam jangka yang panjang sejauh setiap individu berhati-hati
dalam membuat pilihan karier. Sisi positif dalam membertimbangkan ulang pilihan
karier yaitu dapat melihat beberapa alternatif yang mungkin akan sering muncul
dengan berjalannya waktu. Tetapi hal ini juga memiliki sisi negatif yaitu
mempertimbangkan ulang pilihan karier dapat memicu keraguan dalam diri
berkarier. Keraguan diri dalam berkarier dapat menimbulkan kecenderungan untuk
mempertanyakan apakah seseorang dapat mencapai pilihan karier yang sesuai.
Yang paling ekstrim, keraguan dalam diri juga dapat mengnyebabkan
ketidakpastian dalam karier yang berkelanjutan dan berkurangnya semangat untuk
memilih kembali karier. Mengidentifikasi kembali pilihan karier baik atau tidaknya
tergantung kepada ciri-ciri keraguan dalam setiap individu dan sejauh mana mereka
mendomiasi pikiran, perilaku dan bagaimana hubungan seseorang dengan dunia
kerja. Sebagai konsekuensinya, identitas karier bisa menjadi lebih dinamis. Tujuan
untuk mencapai identitas karier untuk mempertahankan identitas karier yang mudah
disesuaikan dan fleksibel sebagai bagian dari konsekuensi mengidentifikasi ulang
pilihan karier yang sedang berlangsung.
Ketiga proses identitas muncul pada masa kanak-kanak menjadi lebih nyata
dan saling mempengaruhi satu sama lain dan akan menjadi lebih dinamis dan
kompleks sepanjang masa remaja. Konsep status identitas digunakan untuk
menghubungkan ketiga proses mengenai perkembangan identitas karier. Sebagai
contoh individu yang berada pada status identity achievement ditandai dengan telah
mengeksplor karier secara luas dan mendalam, kemudian berkomitmen untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berkarier. Dan individu pada status ini juga sedikit melakukan identifikasi ulang
pada pilihan kariernya. Sedangkan identity diffusion kurangnya eksplorasi dan
komitmen dan cukup banyak melakukan identifikasi ulang pada pilihan kariernya.
C. Status Identitas
Menurut Marcia identitas karier terbentuk pada masa remaja. Marcia (1993)
mengatakan identitas karier merupakan salah satu penilaian terhadap kemampuan
diri dalam melakukan eksplorasi dan pengambilan keputusan dalam pilihan
pekerjaan. Marcia mendeskripskan bahwa remaja yang telah mampu menilai
kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih serta
membuat komitmen terhadap pilihan pendidikan dan pekerjaan dikatakan sebagai
remaja yang telah mencapai identitas dalam bidang karier. Untuk menentukan
pilihannya, remaja memerlukan berbagai informasi, dan merealisasikan
pengetahuannya dalam membuat keputusan yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Menurut Marcia (1993) pembentukan identitas termasuk identitas
karier remaja ditandai dengan ada tidaknya usaha eksplorasi menyangkut berbagai
alternatif karier kemudian menjadi komitmen yang mantap terhadap suatu pilihan
karier berdasarkan pertimbangan yang matang. Proses pencapaian status identitas
yang diawali dengan masa eksplorasi dimulai pada masa remaja.
Proses pembentukan identitas diri, dapat dilihat melalui elemen-elemen
pembentuk identitas diri, yaitu mencari informasi dan pemahaman yang mendalam,
usaha itu disebut sebagai eksplorasi; serta upaya untuk melaksanakan pilihan atas
alternatif yang telah di buat tersebut, hal ini disebut sebagai komitmen. Elemen
eksplorasi sebagai salah satu unsur pembentukan identitas diri remaja, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
melihat secara detail proses eksplorasi itu sendiri, maka perlu diuraikan menjadi
indikator-indikator yang lebih operasional. Untuk melihat dan menilai proses
ekplorasi yang dilakukan oleh remaja mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1.)
penguasaan pengetahuan, mendeskripsikan bahwa seseorang banyak memiliki
pengetahuan tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan berbagai alternatif yang
berguna bagi pembentukan identitas diri. Individu bersangkutan menggali banyak
pengetahuan dari berbagai sumber-sumber dan media sehingga berpengaruh luas.
Remaja menguasai informasi dengan segala kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. 2.) kegiatan yang diarahkan untuk memperoleh informasi, kegiatan yang
dilakukannya, dapat diketahui arah informasi yang dicari, sehingga remaja benar-
benar menguasai jenis dan macam pengetahuan yang beragam. 3.)
mempertimbangkan alternatif elemen identitas yang ada, dengan melihat kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Sehingga suatu alternatif dipilih atas dasar
pertimbangan yang lengkap dan matang. Pada saat membuat pilihan, remaja
mengetahui ahwa remaja memang harus memilih alternatif tersebut. 4.) suasana
emosi, yang senang, bangga, dan bersemangat pada saat menggali informasi yang
dibutuhkan untuk menyusun identitas dirinya. Bahkan remaja tergugah perasaannya
ketika membicarakan atau berdiskusi tentang berbagai alternatif yang berkitan
dengan arah pembentukan identitas dirinya. Remaja juga merasa bangga jika
menyaksikan orang lain juga memiliki kecenderungan yang sama. 5.) keinginan
untuk membuat keputusan secara dini, seorang remaja telah cukup informasi dan
pertimbangan masng-masing alternatif, maka remaja akan dengan cepat membuat
keputusan. Keputusan dimaksud tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
individu harus harus belajar membuat keputusan dengan cepat menurut definisi.
(Marcia, 1993).
Komitmen didefinisikan sebagai sesuatu sikap yang cenderung menetap dan
memberikan kesetiaan terhadap alternatif yang telah dipilih dan diyakini sebagai
paling baik dan berguna bagi masa depannya. Komitmen adalah kondisi psikologis
yang mengindikasikan adanya pemberian perhatian secara serius terhadap alternatif
pilihan kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat komitmen remaja dalam
rangka proses pembentukan identitas diri meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1.)
penguasaan pengetahuan, menunjuk pada seberapa banyak remaja memiliki
pengetahuan tentang alternatif yang telah dipilihnya. Baik menyangkut kelebihan
dan kekuranannya. Seseorang menguasai informasi tentang pilihannya secara baik,
berarti memiliki komitmen tinggi 2.) kegiatan yang diarahkan untuk melaksanakan
elemen identitas yang telah dipilih, sesorang memiliki komitmen cukup tinggi,
apabila menunjukkan aktivitas yang cukup, dan diarahkan untuk melaksanakan
elemen identitas yang dipilihnya. Sehingga apa yang telah menjadi pilihannya,
selalu dicoba untuk dapat melaksanakan dengan baik, dan diusahakan dapat
menjadi kenyataan. 3.) suasana emosi, rasa senang, gembira, bangga dan
bersemangat yang tumbuh dalam kondisi positif berkitan dengan alternatif
pilihannya. Sebaliknya juga timbul rasa sedih, kecewa dalam kondisi negatif
berkitan dengan alternatif pilihannya itu. Sehingga suasana emosinya berkembang
secara dinamis sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung sehubungan
dengan setiap perubahan yang terjadi pada alternatif yang dipilih. 4.) identifikasi
pada orang yang dianggap tepat, seberapa jauh sesorang yang bersangkutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
melakukan identifikasi diri kepada salah satu atau beberapa tokoh yang memiliki
keberhasilan dalam bidang yang sama dengan alternatif pilihannya. Dalam hal ini
remaja mengidentifikasi diri pada seseorang yang telah nyata, memiliki prestasi
dalam bidang yang sesuai dengan alternatif yang dipilih. 5.) proyeksi diri kemasa
depan, remaja dapat memberikan gambaran tentang dirinya dimasa depan itu seperti
apa, meliputi kompetensi, prestasi dan berbagai hal yang berkitan dengan
implementasi konkrit dan alternatif pilihan. 6.) daya tahan terhadap goncangan
yang terjadi, seorang remaja memiliki tingkat komitmen yang tinggi adalah apabila
yang bersangkutan menunjukkan kemampuan untuk bertahab pada alternatif
pilihannya; walaupun mendapat goncangan dan gangguan seberat atau sebesar
apapun yang akan mengoyahkan pilihannya. Bahkan sekalipun ancaman itu
menyangkut prospek masa depan yang berkaitan dengan alternatif yang telah
dipilih (Marcia, 1993).
Dalam hal ini peran keluarga dan orang tua sangat berpengaruh terhadap
proses pembentukan status identitas (Purwadi, 2004). Orang tua menjadi sumber
inspirasi dan informasi, figure tokoh identifikasi anak sehingga sikap dan perilaku
orang tua akan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku anak.
Keluarga merupakan “jaringan sosial” anak, merupakan lingkungan pertama anak
dan orang-orang yang penting selama tahun formatif awal (Hurlock, 1989). Proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan status identitas dirinya
sangat bergantung pada orang tua. Orang tua juga yang pertama menjadi fasilitas
bagi anak, termasuk mengekspresikan gagasan, pikiran anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Marcia, 1966 mendefinisikan 4 model status identitas, yaitu (1) Identity
Achivement, (2) Identity moratorium, (3) Identity Foreclosure, (4) Identity
Diffusion sebagai berikut:
1. Identity achievement
Identity Achivement adalah status identitas dari seseorang yang telah
menyelesaikan periode eksplorasi (krisis) dan telah membuat komitmen dalam
pilihan karier. Ciri-ciri orang yang memiliki status identitas ini adalah mantap,
mampu memberikan alasan untuk pilihan mereka dalam kariernya, mampu
menggambarkan bagaimana komitmen tersebut dapat dipilih, mampu menghadapi
stress, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri, peka terhadap harapan
lingkungan. Atau dengan kata lain mereka membuat komitmen tentang pilihan ini
berdasarkan self constructed yaitu identitas yang ditemukan ini bukanlah identitas
yang terakhir, tetapi mereka akan berusaha memodifikasinya terus menerus sesuai
dengan pengalaman mereka dan setelah remaja memahami pilihan karier yang
realistik, maka dia harus membuat pilihan dan berperilaku sesuai dengan karier,
dengan kata lain pada status identity achievement, remaja melakukan proses
eksporasi terhadap berbagai pilihan pekerjaan, kemudian membuat komitmen untuk
memilih salah satu jenis karier. Jadi ada eksplorasi dan komitmen.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan Identity Achivement
memiliki indikator sebagai berikut:
a. Mampu membuat pilihan karier dengan mantap dan mampu memberikan
alasan untuk pilihan kariernya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Mampu memberikan alasan untuk kariernya.
c. Mampu menghadapi stress.
d. Mampu bertahan dari pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga diri.
2. Identity Moratorium
Seorang yang memiliki status Identity Moratorium adalah seseorang yang
sekarang ini tengah mengalami krisis. Mereka belum membuat komitmen tetapi
mereka sekarang sedang berjuang secara aktif untuk mencapainya. Ciri-ciri orang
dengan status Identity Mortorium adalah mereka memiliki kemampuan untuk
berfikir secara jernih dalam kondisi stress dan tahan terhadap pengaruh lingkungan
yang dapat mengubah harga dirinya.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan Identity Moratorium
memiliki indikator sebagai berikut:
a. Belum mempunyai komitmen pada area tertentu tapi berjuang secara aktif untuk
mencapainya.
b. Berada dalam masa krisis menentukan komitmen atau pilihan.
c. Individu berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi menyatukan
pendapat lingkungan (orang tua, teman, dan lain-lain) dengan potensi yang
dimilikinya.
3. Identity Foreclosure
Identity Foreclosure, status dari orang-orang yang telah membuat suatu
komitmen tanpa pemikiran atau pertimbangan yang matang. Komitmen ini dibuat
tanpa melalui krisis (exploration). Mereka telah memilih suatu pekerjaan tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pemilihan ini dibuat terlalu awal (tanpa pertimbangan dan keputusan sendiri).
Pilihan karier tersebut lebih ditentukan oleh orang tua daripada oleh mereka sendiri.
Misalnya memutuskan untuk menjadi seorang dokter bedah karena ayah dan
kakeknya adalah seorang dokter bedah. Mereka membuat keputusan tanpa
mengetahui apa akibatnya di masa yang akan datang.
Menurut Marcia, orang-orang yang tergolong foreclosure memiliki
hubungan yang lebih dekat dengan orang tuanya. Kedekatan dengan orang tua atau
keluarganya ini termasuk dalam hal membuat suatu keputusan yang penting bagi
hidupnya. Masa kanak-kanak sampai remaja dilalui dengan lancar dan dengan
sedikit konflik. Hal inilah yang menyebabkan krisis identitas tidak muncul.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Identity Foreclosure
memiliki indikator sebagai berikut:
a. Sudah memiliki komitmen pada karier berdasarkan keputusan yang ada tanpa
pemikiran yang matang.
b. Belum pernah mengalami tahap krisis dalam menentukan pilihan kariernya.
c. Orang tua otoriter, sehingga individu tidak mampu membuat pilihan pada
kariernya.
d. Individu tidak mampu mengeksplorasi potensi atau kemampuan yang
dimilikinya.
4. Identity Diffusion
Identity Diffusion tidak mengalami tahap krisis dan tidak pula membuat
suatu komitmen. Hal ini mungkin terjadi karena mereka belum memasuki tahap
krisis ataupun karena mereka seakan-akan menjauh dari pencarian identitas. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
itu, Identity diffusion mengalami kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa
dalam hidupnya. Maksudnya individu tidak mampu membuat pilihan terhadap
berbagai alternatif pilihan karier. Pada status identitas ini, remaja tidak melakukan
ekslorasi dengan serius, tidak mempunyai pilihan-pilihan yang akan
dipertimbangkan dengan serius. Sehingga remaja tersebut tidak melakukan
komitmen. Jadi bisa dikatakan tidak melakukan eksplorasi dan komitmen.
Menurut Marcia diketahui bahwa orang dengan status identitas ini memiliki
jarak dengan orang tua mereka. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam
perkembangan psikososial yang pertama yaitu Basic Trust. Ciri-ciri orang yang
memiliki Identity Diffusion adalah sulit berfikir di bawah tekanan dan mengikuti
harapan-harapan lingkungan (dengan kata lain mudah terpengaruh).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, Identity Diffusion
mempunyai indikator sebagai berikut:
a. Belum mampu membuat komitment.
b. Mudah putus asa.
c. Cenderung kompulsif.
d. Memiliki jarak dengan orang tuanya (baik fisik dan psikis).
e. Mengalami isolasi sosial.
f. Tidak memiliki minat teradap pekerjaan.
g. Sulit berpikir di bawah tekanan.
h. Individu mudah terpengaruh lingkungan berhubungan dengan harga dirinya.
Dengan demikian pengertian Status identitas dalam penelitian adalah suatu
keadaan dimana seseorang mampu membuat pilihan dalam pilihan kariernya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mempunyai komitmen yang baik terhadap area kehidupan tersebut, mampu
menghadapi stress saat memiliki permasalahan dalam hidup, selalu dapat berproses
kearah yang lebih positif, serta mampu bertahan dari pengaruh negatif lingkungan.
D. Kerangka Konseptual
Remaja pada masa perkembangannya sedang mencari identitas mereka
begitu juga remaja penghuni rumah perlindungan. Keluarga mempunyai pengaruh
yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena merupakan lingkungan sosial
pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja termasuk dalam proses
pencarian identitas karier. Perkembangan identitas adalah hasil dari perkembangan
eksplorasi karier, komitmen karier dan mempertimbangkan kembali alternatif
pilihan karier yang sudah dipilih. Ketiga proses ini dapat digunakan untuk
memahami status identitas remaja dalam membantu mengidentifikasi apa yang
harus dilakukan untuk mendorong perkembangan identitas karier dan menghasilkan
4 model status identitas, yaitu (1) Identity Achivement, (2) Identity moratorium, (3)
Identity Foreclosure, (4) Identity Diffusion.
Penelitian ini secara khusus akan berfokus pada remaja yang tinggal di
rumah perlindungan anak. Dalam masa remaja dengan usia 12-21 tahun sedang
menghadapi tantangan untuk menemukan siapa mereka di masa ini, apa peran
mereka dan bagaimanakah dirinya, tujuan apakah yang hendak diraihnya. Pada
kenyataannya faktor penting yang mempengaruhi pencarian identitas remaja adalah
keluarga khususnya orang tua yang memiliki banyak pengaruh bagi perkembangan
remaja dalam pencarian status identitas. Pembentukan identitas diri dapat
digambarkan melalui status identitas berdasarkan ada tidaknya eksplorasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
komitmen dan mengidentifikasi kembali karier yang telah dipilih. Status identitas
ada tiga hal yang diungkap meliputi pilihan pekerjaan, agama dan ideologi politik.
Dalam penelitian ini akan berfokus pada pilihan karier/ pekerjaan. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat mengungkap status identitas karier remaja penghuni
rumah perlindungan, dan hal ini menjadi penting untuk memperoleh gambaran pada
tahap perkembangan kariernya. Sehingga pada akhirnya remaja yang berada di
rumah perlindungan diharapkan dapat mengetahui perkembangan kariernya dilihat
dari status identitasnya.
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Identitas
Karier Remaja
Status
Identitas
Identity Diffusion
Identity
Foreclosure
Identity Moratorium
Identity Achivement
Remaja
Penghuni
rumah
perlindung
anak
Komitmen
Eksplorasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mencoba menggali makna menurut para partisipan, sehingga
peneliti harus terjun langsung ke dalam lingkungan atau suasana alamiah partisipan
untuk mengambil berbagai macam data, baik melalui wawancara, observasi
maupun dokumen-dokumen. Penelitian kualitatif mencoba untuk mencari
gambaran menyeluruh dari isu yang diteiti, sehingga bisa saja pelaksanaan
penelitian ini lebih luas dari rencana penelitian yang telah disusun sebelumnya
(Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015).
Desain penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK), yaitu
penafsiran secara subjektif dari isi data yang berupa teks dengan proses klasifikasi
sistematik berupa coding atau pengkodean dan pengidentifikasian berbagai tema
dan pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan memahami status identitas
karier remaja penghuni rumah perlindungan anak. Metode pengambilan data dalam
penelitian ini adalah focus group discussion (FGD), dengan beberapa pertanyaan
yang bersifat terbuka dan eksploratorik untuk memberikan kesempatan terjadinya
diskusi antar partisipan.
Analisis data diawali dengan mentranskripsikan data lisan atau rekaman elektronik
menjadi teks tertulis atau dokumen. Selanjutnya, dengan analisis isi kualitatif
(AIK), teks atau kata-kata tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang kaya tentang fenomena yang
diteliti (Supratiknya, 2015).
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus untuk melihat status identitas karier remaja penghuni
rumah perlindungan anak. Penelitian ini akan mengungkap bagaimana identitas
karier remaja disana dilihat dari status identitas milik Marcia. Marcia mengatakan
identitas karier merupakan salah satu penilaian terhadap kemampuan diri dalam
melakukan eksplorasi dan pengambilan keputusan atau berkomitmen dalam pilihan
pekerjaan. Sedangkan menurut Vondracek individu tidak hanya mencapai identitas
mereka tetapi juga membuat komitmen dan kemudian harus melanjutkan
mengeksplorasi untuk mempertahannkan komitmennya.
Remaja dalam penelitian ini masuk dalam masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif
dan sosial-emosional. Usia remaja dimulai padasekita 10 sampai 13 tahun dan
berkahir kira-kira usia 18 sampai 22 tahun.
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 6 remaja Rumah Perlindungan Anak
Yayasan Hamba Yogyakarta yang terdiri dari 3 anak kelas 7 SMP, 1 anak kelas 8
SMP, 1 anak kelas 10 SMK, dan 1 anak kelas 11 SMK (usia 14-18 tahun).
Pemilihan partisipan dilakukan atas dasar rekomendasi dari kepala yayasan.
Kriteria yang digunakan untuk memilih partisipan adalah remaja SMP dan SMK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang tinggal di Rumah Perlindungan Anak, entah karena yatim, piatu, atau yatim
piatu dan lain sebagainya.
Beberapa data tentang para partisipan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Data Umum Partisipan
Kode Kelas
(Usia) Jenis Kelamin
Asal Sekolah
P1 7 SMP
(14th)
L SMP Kanisius Pakem
P2 7 SMP
(15th)
P SMP YAPI
P3 7 SMP
(16th )
P SMP YAPI
P4 8 SMP
(16th)
P SMP YAPI
P5 10 SMK
(17 th)
P SMK (tata rias)
P6 11 SMK
(17th)
P SMK Karya Arini
D. Peran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen. Peneliti berperan
untuk menangkap suara subjek dan mengolahnya. Dalam proses FGD, peneliti
berperan sebagai fasilitator, artinya peneliti hanya memainkan peran pinggiran
karena yang lebih penting dalam pengambilan data adalah interaksi antara para
partisipan (Supratiknya, 2015).
Peneliti tidak memiliki kaitan apapun dengan lokasi penelitian maupun para
partisipan. Peneliti memilih Rumah Perlindungan Anak Yayasan Hamba sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lokasi penelitian karena ada informasi dari seorang yang sudah pernah beberapa
kali live in bahwa ada beberapa remaja tinggal disana. Peneliti telah berbincang
dengan kepala yayasan mengenani kemungkinan dilakukannya penelitian ini di
lokasi tersebut. Lalu peneliti meminta izin kepada kepala yayasan dan memberikan
informed consent. Jika kepala yayasan mengizinkan anak asuhnya terlibat dalam
penelitian ini, maka peneliti melakukan rapport sebelum akhirnya melakukan
pengambilan data dengan focus group discussion (FGD).
Potensi paling buruk yang bisa terjadi dari penelitian ini adalah munculnya
hal-hal yang dapat menyinggung satu sama lain atau perasaan-perasaan lain yang
dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri. Selain itu, bisa saja kepala
yayasan tidak mengizinkan anak asuhnya menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Untuk mengatasi munculnya hal-hal yang dapat menyinggung dalam diri
partisipan, peneliti telah memberikan informed consent sebelum penelitian ini
dimulai. Dalam informed consent disebutkan bawa pada akhir pertemuan peneliti
akan berusaha menghilangkan perasaan tidak nyaman itu, jika ada, dan akan
mengembalikan keadaan anak seperti semula (proses debriefing). Proses debriefing
dilakukan dengan relaksasi dan dengan berbincang santai. Diawal pertemuan,
partisipan juga diminta menggambarkan perasaan dengan mood meter. Kemudian
untuk peneliti dan partisipan makan snack ringan dan berbincang bersama. Akan
tetapi jika keadaan tidak memungkinkan, maka peneliti akan menghentikan proses
pengambilan data dan menanyakan kembali kesediaan anak dan kepala yayasan
untuk melanjutkan pengambilan data di lain waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Melalui penelitian ini, diharapkan kepala yayasan dan staf pengasuh dapat
semakin memahami identitas karier remaja sehingga dapat menetukan identitas
kariernya dengan lebih tepat. Isu sensitif yang mungkin muncul terkait etika adalah
terbongkarnya identitas partisipan. Untuk menanggulangi hal itu, semua data
mengenai identitas partisipan akan diminimalisir, peneliti akan menggunakan insial
atau P1, P2, dan seterusnya.
E. Metode Pengambilan Data
Focus group discussion (FGD) adalah sebuah jenis diskusi kelompok antara
sejumlah kecil partisipan dan dipandu oleh seorang fasilitator. Para anggota
kelompok diharapkan dapat berbicara secara bebas dan spontan tentang topik
tertentu yang disampaikan fasilitator (Supratiknya, 2015). FGD bertujuan untuk
mendorong pengungkapan diri di kalangan para partisipan (Freeman, 2006 dalam
Supratiknya, 2015). Proses yang terjadi di dalam kelompok diharapkan dapat
membantu para partisipan mengeksplorasi dan mengklarifikasi pandangan dan
sikapnya secara lebih efisien. Maka, interaksi antara para partisipan serta interaksi
antara partisipan dengan fasilitator menjadi kunci penting dalam FGD. Peneliti
berperan sebagai fasilitator, artinya peneliti hanya memainkan peran pinggiran
karena lebih penting dalam pengambilan data adalah interaksi antara para partisipan
(Supratiknya, 2015).
Kekuatan FGD sebagai pengambilan data adalah FGD lebih efisien dan
memungkinkan para partisipan untuk saling berbagi pengalaman sehingga dapat
diperoleh cakupan status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
anak. Sedangkan kelemahan FGD adalah ada kemungkinan beberapa anak yang
akan mendominasi diskusi tersebut.
Sebelum FGD dilakukan, ada beberapa instrumen perekaman data yang
dipersiapkan untuk mendukung FGD:
1. Protokol Observasi
Instrumen ini terdiri dari tiga bagian yang mencakup informasi demografik
partisipan dan pelaksanaan observasi, catatan deskriptif hasil observasi, dan catatan
reflektif peneliti (Supratiknya, 2015). Instrument ini digunakan untuk
mengidentifikasi reaksi-reaksi para partisipan yang mendukung sumber data
primer, yakni FGD.
2. Protokol FGD
Peneliti membuat catatan-catatan tulis tangan sekaligus menggunakan perekaman
audio dan video agar seluruh proses dalam FGD dapat terekam dengan baik.
Pertanyaan pembuka:
1. Kita perkenalan dulu ya, silahkan sebut nama dan kelas berapa.
Pertanyaan pendahuluan:
1. Kalau ada waktu luang biasanya melakukan apa?
2. Apa hobi kalian?
3. Kapan saja kamu melakukan hobimu?
4. Seberapa sering kamu melakukan hobimu?
5. Pada kondisi atau situasi apa kamu melakukan hobimu itu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pertanyaan transisi:
1. Apa yang ada dipikiranmu kalau mendengar kata pekerjaan?
2. Lalu menurutmu, pekerjaan itu apa?
3. Apakah kamu sudah punya gambaran atau bayangan atau keinginan tentang
pekerjaan yang ingin dijalani?
4. Apa yang membuatmu tertarik pada pekerjaan itu?
5. Apakah ada orang yang mendorong atau mengarahkan pada pekerjaan itu?
6. Apa yang membuatmu memilih pekerjaan itu?
Pertanyaan kunci:
1. Coba ceritakan apa yang menarik dari pekerjaan itu bagimu!
2. Apa saja yang kamu ketahui tentang pekerjaan itu?
3. Apakah ada pemikiran untuk memilih pekerjaan lain?
4. Kalau ada pekerjaan lain apa yang menarik minatmu?
5. Bagaimana caramu untuk memilih satu dari sekian pekerjaan itu?
6. Kira-kira apa yang memotivasimu untuk mantap memilih pekerjaan itu?
7. Apakah bisa konsisten dengan pekerjaan tersebut?
Pertanyaan penutup:
1. Apakah masih ada yang ingin diceritakan tentang minat dan pilihan pekerjaan
kedepan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Perekaman Data
Data utama dalam penelitian ini berupa verbatim hasil FGD. Data tambahan
berupa hasil observasi juga digunakan untuk memperkaya hasil temuan. Hasil
observasi bermanfaat pula sebagai alat validasi data, artinya sebagai bukti bahwa
ucapan para partisipan itu asli dan keluar dari diri mereka. Selain itu, data observasi
juga digunakan untuk mengidentifikasi reaksi para partisipan, terutama reaksi
negatif yang muncul sehingga dapat dilakukan debriefing pada akhir pertemuan.
Peneliti merekam proses FGD dengan perekaman audio dan video sebagai materi
primer.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK),
yakni sebuah metode untuk menganalisis peran-peran komunikasi, baik tertulis,
lisan maupun visual (Supratiknya, 2015). Dalam AIK, dilakukan klasifikasi atau
penyaringan terhadap teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang
mewakili aneka isi tertentu. Tujuan akhir AIK adalah memperoleh pengetahuan dan
pemahaman berupa konsep atau kategori tentang fenomena yang sedang diteliti
(Hsieh & Shannon, 2005; Elo & Kyngas, 2008, dalam Supratiknya, 2015).
Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif, yakni analisis isi
terarah. Transkrip FGD akan dibaca dan dikoding mengguakan kode yang sudah
ada, yakni mana yang menunjukkan proses identitas karier dan berada pada kategori
status identitas. Jika ada data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kode-kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tersebut, maka peneliti membaca ulang dan jika perlu menambahkan kode baru.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk koding:
a. Definisi eksplorasi karier: suatu periode perkembangan identitas dimana
individu berusaha melakukan eksplorasi terhadap berbagai alternatif yang
bermakna.
b. Definisi komitmen karier: sebuah proses yang mengarah pada apa yang akan
dilakukan seseorang.
c. Definisi status identity achievement: remaja yang telah mengatasi krisis identitas
dan sudah membuat komitmen.
d. Definisi status identity moratorium:remaja yang berada dipertengahan krisis
namun belum memiliki komitmen yang jelas terhadap identitas kariernya.
e. Definisi status identity foreclosure: remaja yang telah membuat komitmen
namun tidak mengalami krisis.
f. Definisi status identity diffusion: remaja yang belum pernah mengalami krisis
ataupun membuat komitmen apapun.
Pembagian kategori koding penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 2
Kategori Koding
Komitmen
Eksplorasi
Sudah Belum
Sudah Identity achievement
Contoh pertanyaan di
bidang pekerjaan:
bagaimana anda
menyerah pergi-
________jika sesuatu
yang lebih baik datang?
Jawab: ya saya mungkin
meragukannya. Saya
tidak dapat melihat
sesuatu yang baik bagi
saya.
Identity moratorium
Contoh pertanyaan di
bidang pekerjaan:
bagaimana anda menyerah
pergi________jika sesuatu
yang lebih baik datang?
Jawab: saya kira jika saya
tahu pasti saya bisa
menjawabnya dengan lebih
baik.
Belum Identity foreclosure
Contoh pertanyaan di
bidang pekerjaan:
bagaimana anda
menyerah pergi-
________jika sesuatu
yang lebih baik datang?
Jawab: tidak sangat
bersedia. Itulah yang
selalu ingin saya lakukan.
Orang-orang yang senang
dengan itu dan saya juga.
Identity diffusion
Contoh pertanyaan di
bidang pekerjaan:
bagaimana anda menyerah
pergi________jika sesuatu
yang lebih baik datang?
Jawab: oh tentu saja. Jika
ada sesuatu yang baik data,
saya akan berubah begitu
saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
G. Kredibilitas Data
Untuk memastikan bahwa penelitian ini mengandung informasi yang dapat
dipercaya atau kredibel, peneliti melakukan beberapa cara. Pertama, peneliti
melakukan thick description atau deskripsi mendalam mengenai apa saja yang
ditemukan dalam dalam proses pengambilan data, serta melakukan refleksi untuk
menganalisis bias yang mungkin dibawa peneliti dalam proses pengambilan
maupun analisis data. Selain itu, peneliti melakukan peer debriefing atau review
oleh sejawat, yakni meminta beberapa rekan untuk mengajukan pertanyaan kritis
tentang penelitian ini (Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015).
Penelitian ini menggunakan dua strategi untuk mengujii konsistensi hasil
penelitian. Stategi yang pertama adalah peneliti membandingkan data dengan kode-
kode yang telah dirumuskan. Pada strategi yang kedua, peneliti meminta bantuan
pada teman sejawat dengan cara memberikan transkrip hasil FGD dan memberikan
katergori koding untuk memastikan keakuratan laporannya, sehingga dapat
memperteguh keakuratan laporan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pergeseran makna kode-kode yang mungkin terjadi selama proses transkripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini diadakan selama bulan April 2018. Pertemuan pertama untuk
perkenalan dan rapport dengan para partisipan diadakan dua kali pada Senin, 9
April 2018 dan Rabu, 11 April 2018 di teras Rumah Perlindungan Anak Yayasan
Hamba Yogyakarta. Sedangkan proses pengambilan data melalui focus group
discussion (FGD) diadakan satu kali yakni Sabtu, 14 April 2018 mulai pukul 13.30
di ruang playgroup Rumah Perlindungan Anak Yayasan Hamba Yogyakarta.
B. Dinamika FGD
Secara umum, proses FGD berjalan dengan cukup baik dan lancar. Sebagian
besar partisipan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan terjadi diskusi satu
sama lain. Sejak awal, para partisipan aktif bicara tentang berbagai hal, baik tentang
proses FGD maupun topik lain. Pada awal FGD dimulai, 1 orang partisipan merasa
sedih, 1 partisipan merasa biasa saja, dan 4 orang partisipan merasa senang. Hal ini
terlihat dari mood-mater awal yang diisi partisipan. Pada saat FGD berlangsung,
secara keseluruhan para pertisipan dapat memahami pertanyaan yang diajukan dan
saling berdiskusi. Hal ini dipengaruhi dengan suasana hati yang senang. Tetapi hal
ini berbeda dengan P5 cenderung diam dan hanya sesekali bergurau dengan P7. Hal
ini dikarenakan partisipan sedang tidak enak badan dan merasa pusing. Selain itu
pada saat FGD sempat P4 meminta ijin sebentar untuk pulang kerumahnya untuk
berganti pembalut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Partisipan yang paling sering merespon pertanyaan yang diajukan adalah
P1, P3, dan P6, baik dengan melontarkan jawaban yang sesungguhnya ataupun
komentar tentang pertanyaan yang diajukan. Secara umum, para partisipan mampu
menjawab hanya saja harus diberi contoh terlebih dahulu atau menjelaskan kembali
apa maksud dari pertanyaan tersebut. Meski demikian, di akhir FGD sebagain besar
partisipan mengaku merasa senang.
Dalam FGD penelitian ini, reaksi spontan partisipan yang menyertai
munculnya jawaban dengan malu-malu, ada juga yang menjawab lantang dan lain-
lain. Selain itu para partisipan juga memberikan pandangan yang berbeda dan
memberi informasi kepada partisipan, misalnya ketika P6 lebih mengetahui akan
berbagai sekolah kejuruan yang lain, maka tak segan-segan dia menceritakannya
dan membagikan informasi yang dia tau kepada partisipan yang lain.
C. Hasil Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan
mengeksplorasi bagaimana status identitas karier remaja penghuni rumah
perlindungan anak. Temuan-temuan yang menjawab pertanyaan kemudian
dikumpulkan menurut kategori-kategori yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
Dalam melakukan analisis, peneliti melakukan beberapa yakni sebuah
metode untuk menganalisis peran-peran komunikasi, baik tertulis, lisan maupun
visual (Supratiknya, 2015). Melakukan klasifikasi atau penyaringan terhadap teks
atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang mewakili aneka isi tertentu untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman berupa konsep atau kategori tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
fenomena yang sedang diteliti (Hsieh & Shannon, 2005; Elo & Kyngas, 2008,
dalam Supratiknya, 2015). Transkrip FGD akan dibaca dan dikoding mengguakan
kode yang sudah ada, yakni mana yang menunjukkan proses identitas karier dan
berada pada kategori status identitas.
Berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan peneliti seperti yang
diuraikan diatas, maka dihasilkan kerangka analisis status identitas karier remaja
penghuni rumah perlindungan anak seperti yang disajikan di tabel 3:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3
Kerangka analisis
Tema Status identitas karier remaja penghuni rumah perlindungan anak masuk dalam
kategori identity moratorium
Kategori Identity
Achivement
Identity
Moratorium Identity
Foreclosure
Identity Diffusion
Eksplorasi -Tidak muncul
dalam
penelitian.
-Berada dalam
masa krisis
menentukan
komitmen atau
pilihan.
(Pengen
menjadi
perias,
polwan,
animator,
hacker, punya
restoran, hotel
dan punya
buat masak
masak sendiri,
buka butik).
-Tidak muncul
dalam penelitian.
-Tidak muncul
dalam penelitian.
Komitmen -Tidak muncul
dalam
penelitian.
-Belum
mempunyai
komitmen
pada area
tertentu tapi
berjuang
secara aktif
untuk
mencapainya.
-Tidak muncul
dalam penelitian.
-Tidak muncul
dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1. Identity Achievement
Dari hasil FGD, para partisipan tidak ada menyampaikan bahwa mereka
sudah melakukan proses eksplorasi terhadap berbagai pilihan pekerjaan dan juga
belum membuat komitmen untuk memilih salah satu jenis pekerjaan.
2. Identity Moratorium
Remaja yang sedang mengalami eksplorasi. Mereka belum membuat
komitmen
tetapi sedang berjuang secara aktif untuk mencapainya. Dari hasil FGD, para
partisipan menyampaikan bahwa mereka sudah banyak melakukan proses
eksplorasi. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam kutipan berikut:
P5, “aku pengen jadi perias”. P2 pun menanggapai “aku pengen jadi polwan
mba”. Sedangkan P1 mengatakan “kalau saya, jujur ada 2. Jadi animator dan
hacker”. Lalu P3 menambahkan “kalau aku pengen punya restoran sendiri, punya
hotel sama punya buat masak-masak sendiri”. P4 menambahkan “pengen buka
butik”
Para partisipan menghabiskan waktunya untuk mengeksplor apa yang
mereka sukai. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam kutipan berikut:
P1, “kalau yang hacker aku baru kemaren mau coba, tapi kalau yang animasi
udah banyak sih yang aku gambar”. P3, “ya kalau ada kemauan aja sih, kalau lagi
bener-bener gak ada kerjaan dari pada cuma tidur dikamar, bantu-bantu di dapur
masak”. Sedangkan P4 menanggapi “ya gak sering mbak. Kalau pas ada
ekstakulikuler aja”. P6 mengatakan “kalau busana ya lumayan sering mbak”.
Selain itu, para partisipan belum mampu membuat komitmen terhadap
pilihan karier mereka. Terlihat dari jawaban mereka sebagai berikut:
P2 mengatakan “gak bisa mba”. Hal ini didukung oleh P3 “iya aku gak bisa
karena masih tertarik sama hal yang lain, tetapi tetap berkaitan sama yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
suka”. Tetapi berbeda dengan P5 mengatakan “harus bisa”. Dan P1 menanggapi
“bisa mba”.
3. Identity Foreclosure
Dari hasil FGD, para partisipan tidak ada menyampaikan bahwa mereka
sudah membuat komitmen mereka pada salah satu jenis pilihan karier.
4. Identity Diffusion
Dari hasil FGD, para partisipan tidak ada menyampaikan bahwa mereka
tidak mengalami krisis dan tidak pula membuat suatu komitmen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
D. Pembahasan
Hasil penelitian membuktikan bahwa semua partisipan memiliki persamaan
status identitas karier yaitu identity moratorium, yakni dimana remaja yang sedang
mengalami eksplorasi. Mereka belum membuat komitmen tetapi sedang berjuang
secara aktif untuk mencapainya. Para pertisipan belum membuat komitmen apapun
terhadap pekerjaan di masa yang akan datang.
Perbedaan status identitas dari para pertisipan ini berdasarkan dari
eksplorasi/ krisis dan komitmen. Seperti yang dijelaskan oleh James Marcia (1966),
hal-hal yang ada pada eksplorasi dan komitmen remaja digunakan untuk
mengklasifikasi seorang individu berdasarkan salah satu dari empat status identitas.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia. Partisipan
dalam penelitian ini memiliki renatang usia dari 14 tahun sampai 17 tahun.
Penelitian Damon & Hart (1998) menemukan bahwa remaja berusia 14 tahun
hingga 16 tahun tidak hanya bisa mendeteksi ketidakkonsistenan yang terjadi di
antara berbagai macam peran-perannya, tetapi juga lebih mengalami kesulitan
dalam menghadapi kontradiksi ini dibandingkan remaja yang lebih muda (11 tahun
hingga 12 tahun) dan yang lebih tua (17 tahun hingga 18 tahun).
Menurut Santrock (2012) identity moratorium adalah individu yang sedang
dalam pertengahan krisis dan belum menentukan komitmennya. Menurut Marcia
(1993) pada identity moratorium seseorang harus terlihat dan harus dengan aktif
mengeksplorasi alternatif-alternatif yang berhubungan dengan tujuannya sampai
menemukan komitmen dalam bidang pekerjaan yang diinginkan. Peneliti berasumsi
para partisipan masuk dalam identity moratorium karena identitas pekerjaan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
masa depan memerlukan komitmen untuk menentukan pilihan dan penyusunan
perencanaan yang matang. Sehingga remaja yang berada dalam identity
moratorium sudah bisa melalui tahap eksplorasi meskipun belum bisa membuat
komitmen.
Dalam pencapaian status identitas karier remaja penghuni rumah
perlindungan anak, peran orang tua tidak banyak mempengaruhi dalam pencapaian
status identitasnya. Pencapaian satus identitas karier lebih dipengaruhi oleh dirinya
sendiri, informasi yang mereka cari sendiri dan teman-teman mereka.
Papalia (2008), mengungkapkan bahwa di dalam sekolah, anak-anak akan
memiliki peluang atas berbagai informasi, belajar dan menguasai keterampilan
yang baru, menajamkan keterampilan yang sudah ada, berpartisipasi dalam
berbagai aktifitas, mengeksplorasi pilihan pekerjaan, serta tempat berkumpul
bersama teman. Remaja mampu memiliki status identitas yang baik jika memiliki
komitmen yang kuat dalam komponen identitas karier, identitas agama dan identitas
orientasi seksual. Pembentukan identitas lebih memperhatikan tiga komponen di
atas, namun tidak melupakan komponenn identitas lainnya. Perkembangan status
identitas harus seimbang pada masing-masing komponen yang membentuknya.
Identitas karier pada remaja bukan hanya berhubungan dengan pekerjaan,
namun juga berhubungan dengan komitmen dalam menempuh pendidikan. Rmaja
bisa membentuk identitas karier yang baik ketika mampu memilih pekerjaan atau
tempat pendidikan yang memungkinkan dia mengeksplorasi diri, bukan hanyya
sekedar mengikuti pilihan orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hal ini juga sesuai dengan perkembangan identitas karier menurut Skorikov
& Vondracek, 2007 dimana tugas masa remaja termasuk belajar tantang dunia kerja
melalui pengalaman kerja orang lain dan mencocokkan diri dengan dunia kerja
yang sesuai dengan minatnya untuk membentuk identitas karier. Dalam tahap ini
menurut teori pekembangan karier remaja masuk dalam fase eksplorasi karier yang
melibatkan eksplorasi diri dan dunia kerja untuk memperoleh pemahaman yang
baik tentang gambaran karier yang potensial dan yang sesuai dengan minatnya.
Pada eksplorasi karier remaja dituntut untuk dapat mencari dan belajar tentang
karier dan sejauh mana pilihan mereka sesuai atau tidak sesuai. Eksplorasi karier
berasal dari pencarian identitas dalam berbagai minat, niai dan tujuan hidup yang
berkaitan dengan pilihan karier remaja yang sesuai (Erik J. Profeli & Vondracek,
2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan dari
penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami status identitas
karier remaja peghuni rumah perlindungan anak. Beberapa kesimpulan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Remaja penghuni rumah perlindungan anak memiliki status identitas karier yang
sama yaitu identity moratorium.
2. Pencapaian status identitas ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
usia perkembangan remaja tersebut.
3. Fase perkembangan identitas karier remaja menurut Skorikov & Vondracek,
2007 berada pada fase eksplorasi.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menyadari terdapat keterbatasan dalam
penelitian. Keterbatasan penelitian ini adalah subjek yang kurang bervariasi. Selain
itu dalam penelitian ini juga kurang mendalam karena tidak menemukan proses dan
dinamika selama penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat meneliti lebih lanjut pada domain lainnya. Selain itu, dapat
melakukan penelitian denan subjek yang berbeda dan subjek yang lebih
bervariasi, dengan jumlah remaja laki-laki dan remaja perempuan yang
seimbang.
2. Bagi Partisipan Penelitian
Melalui penelitian ini partisipan mampu mengenali status identitas.
Mengenali status identitas merupakan modal yang baik bagi seseorang untuk
semakin mengenali diri dan mengenali aktivitas yang harus dilakukan.
Seseorang yang berada dalam identity moratorium berarti telah mengalami
eksplorasi/ krisis namun belum membuat komitmen sehingga individu perlu
membuat komitmen atas krisis yang dialami.
3. Bagi Praktisi Psikologi
Pendampingan untuk remaja khususnya remaja yang berada di rumah
perlindungan anak pada umumnya perlu ditingkatkan. Sebaiknya melakukan
konseling, diskusi atau training, atau hal lain bagi remaja yang dibutuhkan di
dalam rumah perlindungan anak.
4. Bagi Pengasuh di Rumah Perlindungan Anak
Diharapkan para pengasuh dapat berdiskusi secara langsung dengan para
partisipan berkaitan dengan minatnya sekarang demi menentukan kariernya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mendatang. Selain itu, bagi para pengasuh diharapkan supaya dapat mempersiapkan
para partisipan untuk menentukan pilihan kariernya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
DAFTAR ACUAN
Astuti, Mulia., Murni, Ruaida., Suhendi, Ahmad. (2013) Kebijakan kesejahteraan
dan perlindungan anak. studi kasus: Evaluasi program kesejahteraan sosial
anak (pksa) di provinsi dki jakarta, di. yogyakarta dan provinsi aceh;
Jakarta. P3KS Press.
Bappenas and UNICEF (2012): Laporan gabungan: Pemetaan sistem perlindungan
anak di 6 provinsi di indonesia: aceh, jawa timur, jawa tengah, sulawesi
selatan, sulawesi barat, dan nusa tenggara timur. Jakarta: Bappenas
(National Develompent Planning Agency) and UNICEF
BPS-Statictics Indonesia (2011): National socio-economic survey (Susenas) 2010.
Jakarta: BPS
Batubara J. RL. (2010). Adolescent development [perkembangan remaja]. Sari
Pediatri, 12(1), 21-29.
Damon, W., and Hart, D. (1988). Self-Understanding in childhood and
adolescence Cambridge University Press, New York.
Desmita. (2008). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Erikson, E.H (1989). Identitas dan siklus hidup manusia; Bunga Rampai 1.
Penterjemah, Agus Cremers. Jakarta: PT. Gramedia.
Faridatunnisa A. (2010). Gambaran status identitas remaja putri lesbi. Jurnal
Psikologi, 8(2), 82-93.
Guerra, A. L., & Braungart-Rieker, J. M. (1999). Predicting career indecision in
college students: The roles of identity formation and parental relationship
factors. The Career Development Quarterly, 47(3), 255-266.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kementrian Kesehatan RI, 2010. Tentang rencana strategis kementrian kesehatan
Tahun 2010-2014. Jakarta.
Lucas, M. (1997). Identity development, career development, and psychological
separation from parents; Similarities and differences between men and
women. Journal of Conseling Psychology, 44,123-132.
Marcia, J. E. (1966). Development and validation of ego-identity status. Journal of
Personality and Social Psychology, 3(5), 551-558.
Marcia, J. E (1980). Identity in Adolescents. In J Adelson (Ed), Handbook of
Adolescents Psychology. (pp.15-187). New York, NY: Wiley.
Marcia, J. E. (1993). Ego Identity. A handbook for psychological research. New
York: Springer.
Nauta, M. M., & Kahn, J. H. (2007). Identity status, consistency and differentiation
of interests, and career decision self-efficacy. Journal of Career
Assessment, 15, 55-65.
Nurdin Widodo, dkk. (2011). Evaluasi program perlindungan anak melalui rumah
perlindungan sosial anak (RPSA); Jakarta. P3KS Press.
Nuzulia A. R. (2011). Hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan
penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Psikoslamka, Jurnal Psikologi
Islam (JPI), 8(2), 231-246.
Papalia, D.E. (2008) Human development (10th ed). New York: McGrawHil.
Porfeli, E., & Skorikov, V. B. (2010). Specific and diversive career exploration
during late adolescence. Journal of Career Assessment, 18, 46–58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Purwadi. (2004). Proses pembentukan identitas diri remaja. Humanitas: Indonesian
Psychologycal Journal, 1(1) 43-52.
Sari N., Tarsono & Elisa K. (2016). Pengaruh status identitas terhadap orientasi
masa depan area pekerjaan. Psymathic, Journal Ilmiah Psikologi, 3(1), 121-
138.
Santrock, J.W. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup. Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence, perkembangan remaja. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sawitri, D.R. (2009). Pengaruh status identitas dan efikasi diri keputusan karier
pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi
Undip, 5(2), 122-134.
Soetjiningsih. 2007.Tumbuh kembang anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran.
Skorkiov, V. B.,&Vondracek, F.W. (2007). Vocational identity. In V.
Skorikov&W. Patton (Eds.), Career development in childhood and
adolescence (pp. 143–168). Rotterdam, The Netherlands: Sense Publishers.
Stringer K. J. & Kerpelman Jennifer L. (2010). Career identity development in
college students: decision making, parental support, and work experience.
Identity: An International Journal of Theory and Research, 10, 181-200.
Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya
Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Vondracek Fred W., Schulenberg J., Skorikov V., Gilleespie Laura K., Wahlmeim
C. (2016). The relationship of identity status to career indecision during
adolescence. Journal of Adolescence, 18, 17-29.
Waterman, A, S. (1988). Identity status theory and Erikson’s theory communalities
and differences. Development Review, 8, 185-208.
Wallace-Broscious, A., Serafica, F. C., & Osipow, S. H. (1994). Adolescent career
development: Relationships to self-concept and identity status. Journal of
Research on Adolescence, 4(1), 127-149.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI