status ujian.docx

34
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA STATUS UJIAN Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol yang Merugikan dan Skizofrenia Paranoid OLEH : Lanira Zarima N. H1A 008 038 PEMBIMBING : dr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM 0

Upload: srie-cyutezz-aiy

Post on 30-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

STATUS UJIANGangguan Mental Perilaku Akibat PenggunaanAlkohol yang Merugikan dan Skizofrenia Paranoid

OLEH :Lanira Zarima N.H1A 008 038

PEMBIMBING :dr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB TAHUN 2014

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. MadeJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 52 tahunAgama: HinduSuku: BaliPendidikan: Tamat SMAPekerjaan: PNSStatus Pernikahan: MenikahAlamat: Desa Gegelang, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.Tanggal MRS: 7 Mei 2014 (pasien diantar oleh adik sepupunya)

Pasien dibawa oleh keluarganya ke Poliklinik Psikiatri RS Jiwa Provinsi NTB pada hari Selasa, 6 Mei 2014, pukul 10.45 WITA. Ini adalah pertama kalinya pasien dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB.

IDENTITAS KELUARGA PASIENNama Keluarga: Tn. I Nengah Andytha WedesmaraUmur: 38 tahunJenis kelamin: Laki-lakiHubungan: Adik sepupu pasienAlamat: Desa Gegelang, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.Agama: HinduSuku: BaliPendidikan: Tamat SMAPekerjaan : Wiraswasta Status : Menikah

II. RIWAYAT PSIKIATRIData diperoleh dari : Autoanamnesis pada tanggal 7-8 Mei 2014. Alloanamnesis dari adik sepupu, istri, dan anak pasien pada tanggal 7 Mei 2014.

A. Keluhan Utama :Mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang diantar oleh keluarganya ke Poliklinik Psikiatri RS Jiwa Provinsi NTB dengan keluhan mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya dalam 4 hari terakhir. Ini merupakan pertama kalinya pasien MRS. Pasien marah-marah dan mengamuk di rumahnya karena merasa sedih setelah ditinggal pergi oleh istri, anak, dan cucunya. Pasien sangat merindukan dan ingin bertemu dengan keluarganya.Keluhan pasien dimulai sejak 6 bulan yang lalu. Pasien merasa bingung dan stress karena memikirkan berbagai permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya. Pasien merasa stress karena harus menanggung semua kebutuhan hidup istri, anak, dan cucunya sendirian, sementara mereka semua belum ada yang bekerja tetapi memiliki banyak tuntutan terhadap pasien. Pasien memiliki 1 orang istri, 6 orang anak, dan 1 orang cucu, yang sebelumnya tinggal bersama di rumahnya. Satu orang cucu tersebut berasal dari pernikahan anak perempuannya yang ketiga, namun sejak 3 tahun yang lalu telah bercerai dengan suaminya. Kemudian, 1 tahun belakangan ini anak perempuannya yang bernama Intan tersebut mulai memiliki pacar baru, sejak dia bekerja sebagai penari di suatu klub malam. Pasien tidak pernah setuju jika anaknya harus bekerja di klub malam karena hal tersebut akan mencemarkan nama baik keluarga. Pasien juga tidak suka melihat anaknya bersama dengan pacar barunya, karena sejak berpacaran, anaknya tidak pernah lagi pulang ke rumah dan justru tinggal bersama dengan pacarnya, padahal mereka belum resmi menikah. Pasien benar-benar merasa stress memikirkan perbuatan dan tingkah laku anak perempuannya yang bernama Intan tersebut. Sementara itu, dari pihak istri dan anak-anaknya yang lain, justru mendukung keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Intan tersebut. Oleh karena itu, pasien tidak pernah mau mendiskusikan permasalahan yang dipikirkannya ini dengan istrinya karena merasa tidak ada orang yang bisa diajak berbagi tentang apa yang dirasakan oleh pasien dan juga tidak ada yang mau mendukung pendapatnya.Pasien pun akhirnya memikirkan permasalahan keluarga tersebut sendirian dan memendam berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Hal ini membuat pasien sering marah dan meledak-ledak apabila ada suatu hal yang menyulut emosinya, walaupun itu hanya permasalahn kecil. Akibat emosi pasien yang labil, suka marah-marah dan mengamuk di rumahnya, akhirnya istri, anak, dan cucunya pun pergi meninggalkan rumah 3 bulan yang lalu. Hal inilah yang membuat pasien stress dan sedih, bahkan sering menangis karena merasa diabaikan dan tidak dianggap lagi oleh keluarganya. Pasien juga kadang terlihat berbicara sendiri dan menjadi lebih suka menyendiri.Apabila sedang marah dan mengamuk, pasien mengaku sering mendengar adanya suara bisikan di telinganya yang berkata Kemana? dan hal ini sangat mengganggu pasien. Pasien juga pernah melihat adanya bayangan asap, pepohonan, lampu-lampu taman yang menyala, atau ada orang yang berlari di sekitarnya, tetapi kemudian bayangan tersebut tiba-tiba menghilang. Lalu, pada saat malam hari, pasien tidak pernah bisa tidur karena memikirkan permasalahan keluarganya tersebut dan tiba-tiba terbangun, kemudian berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Saat ditanya, apakah pasien mengalami mimpi buruk, pasien mengaku tidak pernah bermimpi apapun. Apabila tidak bisa tidur, pasien akan pergi ke luar rumah dan keluyuran untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat.Pasien juga sering merasa sedih berkepanjangan dan akan menangis sepanjang hari bila telah memikirkan tentang permasalahan keluarganya, terutama cucu dan anak perempuannya. Pasien bahkan pernah memiliki keinginan untuk bunuh diri karena merasa sedih dan putus asa dengan semua permasalahan yang dihadapinya, namun pasien tidak pernah melakukan tindakan percobaan bunuh diri tersebut. Menurut keluarganya, pasien sering menyendiri dan hanya berdiam diri saja jika berada di rumah, kadang-kadang hanya melamun, serta tidak mau bergaul dengan tetangganya. Pasien merasa ada tetangganya yang berniat jahat kepadanya. Pasien mengatakan tetangganya tersebut berniat mengambil bahan bangunan milik pasien, karena saat ini pasien sedang membangun sebuah villa untuk beristirahat dan menghilangkan stress. Pasien juga merasa tetangganya tersebut sering membicarakan tentang keburukan dirinya dan keluarganya.Semenjak mengalami berbagai keluhan tersebut, pasien menjadi jarang bersosialisasi dengan tetangga dan warga di sekitar rumahnya. Pasien juga menjadi malas pergi bekerja dan sering tidak masuk kerja. Sebelumnya, pasien bekerja sebagai seorang penjaga keamanan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Mataram.Sebelumnya, pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan apapun untuk keluhannya ini. Pasien pernah beberapa kali mengajak istrinya untuk memeriksakan diri ke RS Jiwa Provinsi NTB, namun istrinya selalu menolak karena merasa suaminya baik-baik saja dan hanya stress karena memikirkan permasalahan keluarga sehingga sering marah-marah di rumah.Selama ini, sebelum muncul berbagai keluhan di atas, pasien tidak pernah mengalami trauma ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Namun, pasien memiliki riwayat pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :1) Riwayat Gangguan PsikiatriMenurut keluarganya, pasien sering marah-marah dan mengamuk sejak 13 tahun yang lalu. Pasien juga pernah memukul anak-anaknya dan menuduh hal-hal yang buruk pada anaknya. Keadaan pasien pun semakin memburuk sejak 4 tahun terakhir. Pasien menjadi sering berbicara sendiri, terkadang melamun, terkadang akan marah-marah dan mengamuk secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Pasien juga sering merasa curiga pada semua orang yang datang bertamu ke rumahnya. Pasien pernah menyekap dan menganiaya istrinya, serta hampir membakar rumahnya. Keluhan-keluhan pasien ini disebabkan karena pasien memikirkan masalah ekonomi yang dihadapi oleh keluarganya. Selama ini, pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan apapun, baik medis maupun non-medis, untuk mengatasi keluhannya tersebut.2) Riwayat Gangguan Medis dan Neurologis Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (+), sesak napas atau asma (-), cedera kepala (-), kejang (-), gangguan saraf dan otak (-).

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat LainPasien adalah seorang perokok aktif sejak duduk di bangku SMA sampai sekarang. Dalam sehari, pasien bisa menghabiskan 3 bungkus rokok. Namun, sejak 2 bulan yang lalu, pasien mulai mengurangi kebiasaannya merokok karena sering mengalami batuk dan terkadang sesak napas. Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol sejak berumur 22 tahun sampai sekarang. Pasien biasanya mengkonsumsi minuman beralkohol sebanyak 2 botol per hari. Pasien terakhir mengkonsumsi minuman beralkohol 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku mengkonsumsi alkohol tersebut untuk menghilangkan stress dan menenangkan pikirannya. Namun menurut istrinya, pasien justru memiliki emosi yang labil, sering marah-marah, dan mengamuk di rumahnya.Pasien juga pernah menggunakan zat psikoaktif sejak duduk di bangku SMA sampai dengan tahun 2008. Pasien hanya pernah menggunakan ganja dengan cara dimasukkan dalam lintingan rokok, kemudian menghisapnya. Pasien pernah dipenjara pada tahun 2005 karena penggunaan obat-obatan terlarang tersebut. Pasien ditangkap oleh pihak kepolisian karena ditemukan adanya shabu-shabu yang tersimpan di rumahnya. Saat itu, pasien dipenjara selama 1,5 tahun, walaupun pada pemeriksaan urin didapatkan hasil negatif. Pasien tidak pernah mendapatkan rehabilitasi atas penggunaan obat-obatan terlarang tersebut.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi :1) Masa Prenatal dan PerinatalPasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, dimana pasien merupakan anak laki-laki satu-satunya. Pasien dan keluarganya tidak ingat dan tidak mengetahui secara rinci mengenai masa prenatal dan perinatal pasien.2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya, pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup dan sangat dimanja oleh kedua orang tua. Riwayat masa kanak-kanak secara rinci tidak dapat digali karena istri pasien tidak mengetahuinya.

3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman seusianya cukup baik, mempunyai prestasi sekolah yang cukup baik dan tidak pernah tinggal kelas. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya serta saudaranya cukup baik, walaupun memiliki banyak saudara. Pasien selalu dimanjakan oleh keluarganya dan semua keinginannya selalu dipenuhi.4) Masa Kanak Akhir dan RemajaSelama SMP dan SMA, pasien dapat bergaul dengan baik, memiliki cukup banyak teman sebaya dan memiliki beberapa teman akrab. Namun, saat SMA pasien mulai merokok dan juga mencoba menggunakan obat-obatan terlarang berupa ganja. Pasien melakukan itu karena rasa ingin tahunya. 5) Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien menyelesaikan sekolah SD sampai SMA tepat waktu dengan prestasi yang cukup baik, dimana pasien tidak pernah tinggal kelas. Setelah tamat SMA, pasien mulai mencari pekerjaan dan tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat kuliah.b. Riwayat PekerjaanPasien saat ini bekerja sebagai seorang penjaga keamanan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Mataram. Selain itu, pasien sebelumnya juga pernah bekerja di bengkel dan mebel sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan keluarga. c. Riwayat Perkawinan Pasien sudah menikah sebanyak 1 kali, hanya memiliki 1 orang istri dan 6 orang anak, serta 1 orang cucu. Pasien menikah saat berusia 22 tahun dan masih bertahan hingga saat ini.d. Riwayat AgamaPasien beragama Hindu, pendidikan agama didapatkan dari orang tua dan guru. Selama ini, pasien jarang beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya.

e. Riwayat PsikoseksualPendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan tentang pendidikan seksual didapatkan dari teman-temannya, majalah dan televisi. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual pertama kali setelah menikah di usia 22 tahun. f. Aktivitas SosialPasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya, sering mengikuti beberapa kegiatan yang pernah diadakan di lingkungan rumahnya. Pergaulan dengan tetangganya cukup baik. Pasien adalah orang yang supel dan mudah bergaul sehingga mempunyai cukup banyak teman. Namun, semenjak sering marah-marah dan mengamuk, pasien menjadi lebih banyak menyendiri dan berdiam diri di rumah, serta jarang bersosialisasi dengan para tetangganya. g. Riwayat Pelanggaran HukumPasien pernah dipenjara pada tahun 2005 selama 1,5 tahun karena terlibat kasus penggunaan obat-obatan terlarang. Pasien tertangkap tangan menyimpan sabu-sabu ketika pihak kepolisian menggeledah rumahnya. Namun, saat dilakukan pemeriksaan urin untuk tes narkoba, didapatkan hasil negatif.

E. Riwayat Keluarga :Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak laki-laki satu-satunya. Sewaktu lahir sampai dengan sekarang, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, dan kebutuhan pasien cukup terpenuhi. Hubungan pasien dengan orang tua dan saudaranya yang lain cukup baik. Menurut istrinya, terdapat anggota keluarga inti pasien yang mengalami gangguan jiwa, yaitu ayah kandung pasien. Genogram Keluarga

A. B. C. D. E. KeteranganLaki-lakiPerempuanMengalami Gangguan JiwaTelah Bercerai

F. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi Saat Ini :Saat ini pasien hanya tinggal berdua dengan anak pertamanya, setelah istri dan anak-anaknya yang lain pergi meninggalkan rumah 3 bulan yang lalu. Sementara itu, anak perempuannya (anak ketiga) sudah tinggal berpisah dengan keluarganya sejak 1 tahun belakangan ini. Ayah dan ibu kandung pasien sudah meninggal dunia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan ekonomi keluarga ditanggung bersama oleh pasien dan anak-anaknya yang sudah bekerja.

G. Persepsi dan Harapan Keluarga :Menurut istrinya, keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga pasien dapat menjalani hidupnya dengan baik. Keluarga tidak mengerti dengan baik mengenai penyakit pasien. Menurut istrinya, pasien memang mudah marah, memiliki sifat yang temperamental, dan sering mengamuk secara tiba-tiba sehingga membuat anak dan istrinya ketakutan bila berada di dekat pasien. Oleh karena itu, istri dan anaknya pergi meninggalkan rumah, namun sebenarnya mereka semua sangat menyayangi pasien.E. Persepsi dan Harapan Pasien :Pasien memiliki keinginan untuk segera sembuh. Pasien juga sangat ingin berkumpul kembali bersama dengan seluruh keluarganya dan tetap melanjutkan pekerjaannya untuk meringankan beban keluarga.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALBerdasarkan pemeriksaan tanggal 7 Mei 2014.A. Deskripsi Umum1) PenampilanPasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan diri baik, baju bersih, menggunakan alas kaki, perawakan sedang, ekspresi wajah tampak tenang.2) KesadaranCompos Mentis, yaitu suatu derajat optimal dari kesigapan mental pasien dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Pasien mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi secara memadai.3) Aktivitas PsikomotorSaat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir namun sering-kali perhatiaannya teralih jika ada orang lain yang lewat dan terkadang pasien akan merasa sedih dan menangis apabila sedang membicarakan tentang istrinya. 4) Sikap terhadap PemeriksaKooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik. 5) Pembicaraan Cara berbicara spontan, lancar, volume suara sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.

B. Alam Perasaan dan Emosi1) Mood: hipotimik2) Afek: menyempit3) Keserasian: serasi

C. Gangguan PersepsiHalusinasi auditorik (+) dan halusinasi visual (+). Pasien sering mendengar adanya suara bisikan di telinganya yang berkata Kemana?. Pasien juga pernah melihat adanya bayangan asap, pepohonan, lampu-lampu taman yang menyala, atau ada orang yang berlari di sekitarnya, tetapi kemudian bayangan itu tiba-tiba menghilang.D. Fungsi Intelektual1) Taraf Pendidikan Pengetahuan dan KecerdasanPasien menempuh pendidikan sampai di tingkat SMA dan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya.2) Orientasi Orang kesan baik. Pasien mengetahui dokter yang memeriksanya, perawat dan beberapa pasien lainnya yang berada di bangsal. Pasien juga mengetahui bahwa adik sepupunya yang membawanya ke RS Jiwa ini. Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di Bangsal Perawatan RS Jiwa Provinsi NTB. Waktu kesan baik. Pasien dapat mengetahui hari, tanggal, bulan, dan tahun saat dilakukan wawancara dan saat itu adalah siang hari.3) Daya Konsentrasi dan Perhatian Cukup baik. Pasien mampu mengurangi angka 100 dengan 5 secara berurutan dan pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik namun perhatiannya kadang teralih jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya.4) Daya Ingat Daya ingat jangka panjang (remote memory) cukup baik. Pasien dapat menceritakan tentang beberapa peristiwa pada masa SMA, pasien masih mengingat anggota keluarganya dan pekerjaan yang dilakukannya saat ini, serta beberapa peristiwa penting dalam kehidupannya. Daya ingat masa lalu belum lama (recent past memory) cukup baik.Pasien dapat mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam beberapa bulan terakhir, seperti saat istri dan anak pasien meninggalkan rumah 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengingat kejadian yang terjadi beberapa hari terakhir sebelum dirawat, saat pasien mengamuk di rumahnya dan kemudian adik sepupunya membawanya ke RS Jiwa Provinsi NTB. Daya ingat jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan dan makan malamnya kemarin malam. Daya ingat segera (immediate/recall memory) baik. Pasien dapat menyebutkan kembali 5 buah benda yang disebutkan oleh pemeriksa.5) Kemampuan Membaca dan MenulisKesan baik, pasien dapat membaca dengan baik dan lancar buku yang diberikan. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan namanya dan beberapa kalimat.6) Kemampuan VisuospasialKesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh pemeriksa.7) Pikiran AbstrakCukup baik. Pasien dapat mengetahui persamaan dari beberapa benda, misalnya jeruk, pisang, apel, dan rambutan termasuk kelompok buah-buahan. Pasien juga dapat menyebutkan perbedaan antara sepeda motor dan mobil.8) Intelegensi dan Kemampuan InformasiCukup baik, pasien mengetahui nama Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini. Pasien juga dapat menyebutkan nama ibu kota dari beberapa kabupaten yang ada di NTB.

E. Proses Pikir1) Arus Pikiran: sirkumstansial2) Isi Pikiran: waham curiga (+)3) Bentuk Pikiran: non-realistik

F. Pengendalian ImpulsSelama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik. Namun, pasien memiliki riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS Jiwa Provinsi NTB, yaitu sering marah-marah dan cepat tersinggung.

G. Daya Nilai1) Daya Nilai Sosial Cukup baik. Pasien menyadari bahwa beberapa tindakannya melanggar hukum dan norma perilaku di dalam masyarakat. Contohnya, konsumsi alkohol dan penggunaan ganja dapat menyebabkan perubahan sifat dan perilaku pada pasien. Pasien menjadi sering mengamuk, marah dan cepat tersinggung sehingga menyebabkan keluarganya meninggalkan dirinya. 2) Uji Daya NilaiKurang baik. Saat ditanya oleh pemeriksa apakah yang akan dilakukan oleh pasien jika menemukan dompet di jalan, pasien menjawab akan mengambil uang yang ada di dalam dompet itu dan merasa tidak perlu untuk mengembalikannya.3) Penilaian Daya Realita (RTA) RTA terganggu, dengan adanya ide-ide waham curiga dan halusinasi.

H. TilikanTilikan Derajat 3. Pasien mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan dan membutuhkan pengobatan, tetapi menyalahkan orang lain, faktor dari luar, atau faktor organik sebagai penyebabnya.

IV. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Internus : Keadaan: baik Kesadaran : compos mentis Status Gizi : BMI normal, BB = 68 kg dan TB = 172 cm Tanda Vital TD: 150/90 mmHg Nadi: 84 x/menit RR: 20 x/menit Suhu: afebris Kepala/Leher: dalam batas normal Thorax: cor/pulmo dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal Extremitas: atas dan bawah dalam batas normalB. Status Neurologis : Tanda Rangsang Meningeal: negatif Tanda Efek Ekstrapiramidal Tremor tangan : negatif Akatisia : negatif Bradikinesia : negatif Cara berjalan : normal Keseimbangan: baik Rigiditas : negatif Motorik : baik Sensorik : baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNATelah diperiksa seorang laki-laki berusia 52 tahun, agama Hindu, suku Bali, saat ini pekerjaan PNS, status belum menikah, datang dengan keluhan mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya dalam 4 hari terakhir. Ini merupakan pertama kalinya pasien MRS. Pasien marah-marah dan mengamuk di rumahnya karena merasa sedih setelah ditinggal pergi oleh istri, anak, dan cucunya. Keluhan pasien dimulai sejak 6 bulan yang lalu. Pasien merasa bingung dan stress karena memikirkan berbagai permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya. Pasien merasa stress karena harus menanggung semua kebutuhan hidup istri, anak, dan cucunya sendirian, sementara mereka semua belum ada yang bekerja tetapi memiliki banyak tuntutan terhadap pasien. Ditambah lagi dengan kelakuan anak perempuannya yang bernama Intan, yang 1 tahun belakangan ini mulai memiliki pacar baru setelah bercerai dengan suaminya, sejak dia bekerja sebagai penari di suatu klub malam. Pasien tidak pernah setuju jika anaknya harus bekerja di klub malam dan tidak suka melihat anaknya bersama dengan pacar barunya, karena sejak berpacaran, anaknya tidak pernah lagi pulang ke rumah dan justru tinggal bersama dengan pacarnya, padahal mereka belum resmi menikah. Pasien hanya memikirkan permasalahan keluarga tersebut sendirian sehingga membuat pasien sering marah dan meledak-ledak apabila ada suatu hal yang menyulut emosinya, walaupun itu hanya permasalahn kecil. Akibat emosi pasien yang labil, suka marah-marah dan mengamuk di rumahnya, akhirnya istri, anak, dan cucunya pun pergi meninggalkan rumah 3 bulan yang lalu. Hal inilah yang membuat pasien stress dan sedih, bahkan sering menangis karena merasa diabaikan dan tidak dianggap lagi oleh keluarganya. Pasien juga kadang terlihat berbicara sendiri dan menjadi lebih suka menyendiri, kadang-kadang hanya melamun, serta tidak mau bergaul dengan tetangganya. Pasien juga merasa curiga ada tetangganya yang membicarakan berbagai hal buruk tentang dirinya dan keluarganya, bahkan berniat jahat kepadanya.Apabila sedang marah dan mengamuk, pasien mengaku sering mendengar adanya suara bisikan di telinganya yang berkata Kemana? dan hal ini sangat mengganggu pasien. Pasien juga pernah melihat adanya bayangan asap, pepohonan, lampu-lampu taman yang menyala, atau ada orang yang berlari di sekitarnya, tetapi kemudian bayangan tersebut tiba-tiba menghilang. Lalu, pada saat malam hari, pasien tidak pernah bisa tidur karena memikirkan permasalahan keluarganya tersebut dan tiba-tiba terbangun, kemudian berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Saat ditanya, apakah pasien mengalami mimpi buruk, pasien mengaku tidak pernah bermimpi apapun. Apabila tidak bisa tidur, pasien akan pergi ke luar rumah dan keluyuran untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat.Pasien juga sering merasa sedih berkepanjangan dan akan menangis sepanjang hari bila telah memikirkan tentang permasalahan keluarganya, terutama cucu dan anak perempuannya. Pasien bahkan pernah memiliki keinginan untuk bunuh diri karena merasa sedih dan putus asa dengan semua permasalahan yang dihadapinya, namun pasien tidak pernah melakukan tindakan percobaan bunuh diri tersebut. Semenjak mengalami berbagai keluhan tersebut, pasien menjadi jarang bersosialisasi dengan tetangga dan warga di sekitar rumahnya. Pasien juga menjadi malas pergi bekerja dan sering tidak masuk kerja. Sebelumnya, pasien bekerja sebagai seorang penjaga keamanan di Lembaga Permasyarakatan (LP) Mataram.Sebelumnya, pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan apapun untuk keluhannya ini. Pasien pernah beberapa kali mengajak istrinya untuk memeriksakan diri ke RS Jiwa Provinsi NTB, namun istrinya selalu menolak karena merasa suaminya baik-baik saja dan hanya stress karena memikirkan permasalahan keluarga sehingga sering marah-marah di rumah.Selama ini, sebelum muncul berbagai keluhan di atas, pasien tidak pernah mengalami trauma ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Namun, pasien memiliki riwayat pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku. Pasien memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa, yaitu ayah kandungnya.Pada pemeriksaan status mental didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan sesuai dengan usianya, perawatan diri baik, status gizi cukup. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan, psikomotor tenang, perhatiannya sesekali mudah teralih bila ada orang yang lewat. Mood masih hipotimik, afek menyempit dengan kesan serasi. Terdapat halusinasi visual dan auditorik. Proses pikir sirkumstansial, isi pikiran terdapat ide-ide mirip waham curiga. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat, dan waktu terkesan baik. Daya ingat cukup baik. Konsentrasi/perhatian dan kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan baik. Daya nilai sosial baik, uji daya nilai kurang baik, RTA terganggu, tilikan derajat 3. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan peningkatan tekanan darah, yaitu 150/90 mmHg, sedangkan pada pemeriksaan neurologis didapatkan hasil dalam batas normal.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL Aksis I: F10.1 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol yang MerugikanF20.0 Skizofrenia Paranoid Aksis II: F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Aksis III: I10 Hipertensi Esensial Aksis IV: Masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan Sosial Aksis V: GAF HLPY 70-61 dan GAF Current 50-41

VII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik : Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, yaitu ayah kandung pasien.B. Psikologis dan Perilaku : Pasien mudah tersinggung, suka marah-marah dan mengamuk. Pasien memiliki gangguan kepribadian emosional tak stabil. Adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham curiga. RTA terganggu Tilikan derajat 3C. Lingkungan dan Sosioekonomi :Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien, terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Pasien juga hanya tinggal bersama anak pertamanya sedangkan anggota keluarga yang lain telah meninggalkan rumah pasien karena tidak tahan dengan perilaku pasien. Pasien masih merasa curiga terhadap orang lain dan memiliki sifat yang temperamental serta mudah tersinggung sehingga membuat pasien menarik diri dari lingkungannya.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAANA. Psikofarmaka : Risperidone tablet 2 x 2 mg Trihexylphenidyl tablet 2 x 2 mg Captopril tablet2 x 12,5 mgB. Psikoterapi dan Psikoedukasi : Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif, yaitu dengan pendekatan bimbingan dan menunjukkan empati. Edukasi terhadap pasien : Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang diderita, dari gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan, dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa. Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur. Memberi edukasi pada pasien mengenai hendaya pada dirinya agar pasien dapat menerima keadaannya. Memberi penjelasan pada pasien mengenai kemampuan yang dimiliki agar pasien dapat memaksimalkan kemampuan dirinya. Edukasi kepada keluarga : Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan. Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur. IX. PROGNOSISHal yang meringankan prognosis :1. Keluarga cukup mendukung kesembuhan pasien2. Fungsi kognitif pasien masih baik3. Ini merupakan episode pertama4. Faktor pencetus jelasHal yang memperburuk prognosis :1. Insight derajat 32. Pasien memiliki gangguan kepribadian emosional tak stabil.3. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa.4. Adanya riwayat keluarga (ayah kandung pasien) yang mengalami gangguan jiwa.Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah : 1. Qua ad vitam: bonam2. Qua ad functionam: dubia ad bonam3. Qua ad sanationam: dubia ad bonam

X. DISKUSI DAN PEMBAHASANBerdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis otak. Oleh karena itu, kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif belum bisa disingkirkan. Oleh karena itu, diagnosis pada Aksis I mencakup 2 hal. Yang pertama adalah F10.1 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol yang Merugikan).Penggunaan yang merugikan (harmful use) menunjukkan adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, baik secara fisik dan atau mental. Pola penggunaan yang merugikan sering dikecam oleh pihak lain dan seringkali disertai dengan berbagai konsekuensi sosial yang tidak diinginkan, dimana terdapat hendaya psikososial sebagai dampaknya. Pada penggunaan yang merugikan, tidak menunjukkan adanya sindrom ketergantungan, gangguan psikotik, atau bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan penggunaan obat atau alkohol.Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami gejala psikotik yang muncul selama lebih dari 6 bulan dan pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya waham curiga, halusinasi auditorik dan visual, serta terdapat pula gangguan pada penilaian realitas dan tilikan, maka berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis yang kedua untuk Aksis I adalah F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan mood berupa kesedihan yang mendalam atau kegembiraaan yang berlebihan sehingga kemungkinan adanya gangguan afektif juga dapat disingkirkan (F30-39).Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis menunjukkan bahwa pasien memiliki emosi yang tidak stabil sejak lama sehingga diagnosis untuk Aksis II adalah F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil. Pada pasien ini juga ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, yaitu tekanan darah pasien 150/90 mmHg sehingga diagnosis untuk Aksis III adalah I10 Hipertensi Esensial.Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya masalah Keluarga, Ekonomi dan Lingkungan Sosial. Keluarga memiliki pengetahuan yang kurang terhadap gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan, terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Pasien juga hanya tinggal bersama anak pertamanya karena anggota keluarga yang lain (istri dan anaknya) telah meninggalkan rumah pasien karena tidak tahan dengan perilaku pasien. Pasien masih merasa curiga terhadap orang lain dan memiliki sifat yang temperamental sehingga membuat pasien menarik diri dari lingkungannya. Keadaan ekonomi keluarga pasien yang pas-pasan juga menjadi pemicu kondisi stress pada pasien. Ketiga masalah ini dapat dijadikan sebagai hal yang dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien.Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level Past Year) 70-61, GAF Scale Pada Saat Ini (Current) adalah 50-41, gejala berat dan disabilitas berat dalam beberapa fungsi.Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada pasien ini, dipilih obat antipsikotik golongan atipikal (Risperidone) karena pasien baru pertama kali mendapatkan obat antipsikotik. Obat golongan atipikal efektif digunakan pada pasien ini karena bermanfaat untuk gejala positif dan negatif. Selain itu, antipsikotik golongan atipikal juga memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih minimal dibandingkan dengan antipsikotik golongan tipikal. Cara kerja antipsikotik golongan atipikal adalah memblok reseptor dopamin (dopamine D2 receptor antagonist) dan serotonin (serotonin 5HT2 receptor antagonist). Walaupun efek samping ekstrapiramidal pada penggunaan obat antipsikotik golongan atipikal minimal, namun respon dari tiap individu berbeda-beda sehingga tetap perlu diberikan obat golongan antikolinergik, yaitu Trihexyphenydil HCl untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal yang mungkin timbul.Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.

XI. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN

4 hari sebelum MRS : marah-marah, mengamuk dan merusak barang di rumahnya, ingin memukul anaknya.6 bulan sebelum MRS : waham curiga (+), halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+), sering marah-marah dan mudah tersinggung.Gambar : Riwayat Perjalanan Gangguan Jiwa Pada Pasien

Tabel : Riwayat Perjalanan Gangguan Jiwa Pada Pasien

Pencetus :Masalah ekonomi dan dukungan keluarga

Gejala : Sering marah-marah Mudah tersinggung Mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumahnya. Ingin memukul anaknya Terkadang merasa sedih karena merasa ditinggalkan oleh keluarganya. Memiliki halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham curiga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.2. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan and Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 6. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone Elsevier.

21