steven pemicu 3 indera
DESCRIPTION
5TRANSCRIPT
Pemicu 3 Indera
Steven
405100134
1
Anatomi telinga
2
Telinga Telinga tengah
Telinga luar
Telinga dalam
Auricula
Liang telinga (MAE)
Membran tympani
Tulang pendengaran
Cavum tympani
Tuba eustachius
Koklea
Canalis semisrcularis
Vestibula
Incus
Stapes
Maleus
3
4
5
Telinga Luar• Auricula (daun telinga)
– Terdiri dari tulang rawan dan kulit
– Terdapat konka, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobulus
– Daerah yang tidak terdapat tulang rawan disebut lobulus
6
Liang Telinga (MAE)
• Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S
• 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak
terdapat kelenjar minyak dan kelenjar serumen
• 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang (temporal) dan
sedikit kelenjar serumen
• Bagian tersempit liang teligah tengah (dekat gendang
telinga) isthmus meatus acustici externi
7
Membran Timpani
• Terdiri dari jaringan fibrosa elastis
• Bentuk bundar dan cekung dari luar
• Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo
8
Telinga Tengah
• Tulang-tulang Pendengaran
– Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes
– Merupakan tulang terkecil pada tubuh manusia
9
• Cavum Timpani
– Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang
Mastoid, sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah
dapat menjalar menjadi mastoiditis
• Tuba Eustachius
– Bermula dari ruang timpani ke arah bawah sampai
nasofaring
– Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa
nasofaring
Telinga Tengah
10
Telinga Dalam
• Koklea
– Skala vestibuli yang berhubungan dengan vestibular berisi perilimfe
– Skala timpani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perilimfe
– Skala media / duktus koklearis yang berisi endolimfe
– Dasar skala vestibuli disebut membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran
11
• Kanalis Semi Sirkularis
– Terdiri dari 3 duktus semisirkular, masing-masing berujung pada ampula
– Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan kupula
– Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal rotasi
• Vestibula
– Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung makula
– Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal posisi
12
13
Histologi
14
Struktur Histologi
Pinna Terdiri atas suatu lempeng yang tidak teratur di tulang rawanelastis, ditutupi secara ketat oleh kulit
MAE Epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit, terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa di dalam submokosa
Membran timpani Permukaan luarnya dilapisi epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi epitel selapis kuboid. Terdapat lapisan jaringan ikat kasar yang terdiri atas serat kolagen, elastin, dan fibroblas
Telinga tengah Dilapisi epitel selapis gepeng yang berada di atas lamina propria tipis, yang melekat erat pada periosteum di bawahnya
Maleus, inkus, stapes Memiliki sendi sinovial dan ditutupi epitel selapis gepeng
Sakulus, utrikulus Terdiri atas lembaran-lembaran tipis jaringan ikat yang dilapisi epitel selapis gepeng. Terdapat makula.
Duktus koklearis Terbagi menjadi : skala vestibuli, skala media, skala timpani. Terdapat organ corti yang mengandung sel-sel rambut.
15
Auricula (Pinna) Meatus auditorius eksternus Membran timpani
Tulang rawan elastis ygditutupi kulit.
• saluran dari permukaan –dalam os temporalis.dilapisi epitel berlapisskuamosa.
• 1/3 luar : tulang rawanelastis.
• 2/3 dalam : tulang temporalis.• Di lap. submukosa tdpt :
folikel rambut, kel.sebasea, kelenjar seruminosa(modifikasi kel.keringat, menghasilkan serumen –campuran lemak & lilin-.
• Bangunan oval 8x10mm ygmeneruskangelombang suara ketulang pendengaran ditelinga tengah.
Lapisannya :a) Permukaan luar – epitel
skuamosa.b) Jaringan ikat kasar
(serat kolagen, elastin, fibroblas). Serat radial & sirkumferensialu/mempertahankankekuatan membrantimpani.
c) Dalam – epitel selapiskuboid.
Bagiannya :a. Pars flasid (Shrapnell
membrane)b. Pars tensa 16
Telinga Tengah Telinga dalam
Dilapisi epitel selapis gepeng yang berada di atas lamina propria tipis, yang melekat erat pada periosteum dibawahnya.
Di dekat tuba auditorius dan bagiandalamnya, epitel selapis yang melapisitelinga tengah secara berangsurberubah menjadi epitel bertingkatsilindris bersilia
Terdiri dari 2 labirin.Labirin tulang terdiri atas sejumlahruangan di dalam pars petrosa tulangtemporal yang dihuni labirinmembranosa.
Duktus semisirkularis muncul dariutrikulus
Duktus koklearis terbentuk dari sakulus
Labirin tulang perilimf
Labirin membranosa endolimf
17
HISTOLOGI TELINGA
Organ of CortiKoklea
Spiral ganglion
crista of semicircular canal
18
Koklea
19
Organ of Corti
20
Spiral ganglion
21
crista of semicircular canal
22
FISIOLOGI
23
Mechanism of hearing:
24
Fisiologi Pendengaran
Fisiologi pendengaran
• Telinga luar dan tengah menyalurkan gelombang suara dariudara ke telinga dalam yang berisi cairan
• Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda :– Koklea (mempunyai reseptormengubah gelombang suara menjadi
impuls saraf
– Aparatus vestibularis keseimbangan
• pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara
• Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat danterdiri dari daerah – dareah bertekanan tinggi karenakompresi molekul - molekul udara yang berselang selingdengan dareah bertekanan rendah karena penjaranganmolekul tersebut
• Suara ditandai oleh nada, intensitas dan timbre
25
Mekanisme pendengaran
• Mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam.• Telinga luar (Pinna, meatus auditorius eksternus dan membrana timpani)
Pinna(mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar)
↓Masuk ke kanalis telinga (saluran telinga) terdapat rambut-rambut halus untuk menyaring
partikel-paartikel asing↓
Membrana timpani sebagai pintu masuk ke telinga tengah bergetar↓
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan telinga dalamdibantu oleh osikula (maleus,inkus,stapes)
↓Tekanan membrana timpani dan efek pengungkit dari osikuler
↓Mengenai jendela oval (pintu masuk koklea)
↓Pergerakkan cairan koklea
↓Getarana membrana basalis (terdapat organ corti)
↓Sel rambut organ corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf
↓Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius d lobus temporalis otak untuk presepsi suara
Air Condaction
26
Bone condaction
• berjalan melalui penghantar tulang getaran sumber suara menggetarkan tulang kepala menggetarkan perylimph pada skala vestibuli skala tympani penghantaran udara
• penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber
• kecepatan penghantaran suara terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30 – 20.000 siklus/detik
27
Transmisi Gelombang Suara
• Gelombang suara getaran membran timpani gerakan tulang2 telinga tengah getaran jendela oval gerakan cairan koklea
• Melalui 2 jalur :
– Melalui skala vestibuli helikotrema skala timpani jendela bundar bergetar
penghamburan energi (tidak ada persepsi suara)
– Skala vestibuli membrana basilaris pembengkokan sel2 rambut reseptor organ corti perubahan posisi membran tektorial perubahan potensial pembentukan potensial aksi perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara
28
2 Jalur Transmisi Suara
29
• Sel-sel rambut meghasilkan sinyal saraf jika rambut dipermukaannya secara mekanis mengalami perubahanbentuk karena gerakan cairan di telinga dalam
• Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di dalammembrana tektorial
• Transmisi gelombang tekanan melalui membranabasilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas-bawah atau bergetar secara sinkron sel-sel rambutbergerak naik-turunmembrana basilaris bergeserterhadap membrana tektorial sel-sel rambut terbukadan tertutup bergantian perubahan potensialdepolarisasi dan hiperpolarisasi
Transmisi Gelombang Suara
30
Gerakan Sel Rambut Potensial Aksi
31
• Perubahan bentuk mekanis rambut pembukaan danpenutupan saluran di sel reseptor perubahan potensialberjenjang perubahan kecepatan pembentukan potensialaksi yang merambat ke otak
• Depolarisasi sel rambut:Saat membrana basilaris bergeser ke atasmeningkatkankecepatan pengeluaran zat perantaramenaikkankecepatan potensial aksi di serat aferen
• Hiperpolarisasi sel rambut:Membrana basilaris bergerak ke bawahpenurunanpengeluaran zat perantara kecepatan potensial aksiberkurang
Transmisi Gelombang Suara
32
Diskriminasi Nada
• Diskriminasi nada adalah kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang
• Bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris
• Ujung membran (pendek & kaku) bergetar maximum pd nada frekuensi tinggi
• Daerah Helikotrema ( lebar & lentur) bergetar maximum pd nada frekuensi rendah
33
Membrana Basilaris Bergetar pada Frekuensi yg Berbeda
34
Korteks Pendengaran
• Setiap daerah di membrana basilaris berhubungandengan daerah tertentu di korteks pendengaran dalamlobus temporalis
• Neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu
• Neuron aferen menangkap sinyal auditorius dari selrambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius
• Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaranmelibatkan beberapa sinaps terutama sinaps di batangotak dan talamus
• Batang Otakmasukan pendengaran untrukkewaspadaan & arousal
• Talamusmenyortir & memancarkan sinyal ke atas35
Kelainan Telinga Luar
36
Kelainan Daun Telinga
Kongenital
Didapat
Fistula preaurikula
Microtia & atresia daun telinga
Telinga caplang (bats ear)
Hematoma
Perikondritis
Pseudokista
37
PREAURICULAR FISTULAFistula yg ditemukan di depan tragus atau di sekitarnya, sering terinfeksi
38
Fistula Preaurikular
• Epidemiologi– Sering pd suku di Asia & Afrika
– Kelainan herediter dominan
• Patofisiologi– Kelainan pembentukan daun telinga dlm masa embrio
– Gangguan embrional pd arkus brakial 1 & 2
39
Fistula Preaurikular
• Anamnesis
– Biasanya pasien dtg krn trjd obstruksi & infeksi fistula
– Keluhan berupa keluar cairan atau muara kemerahan dan nyeri di sekitarnya
• Pemeriksaan
– Tampak muara fistula bulat atau lonjong
– Dari muara fistula keluar sekret
– Sering trjd pioderma atau selulitis fasial
– Fistulografi
40
Fistula Preaurikular
• Penatalaksanaan
– Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan
– Jika terdapat abses berulang & pembentukan sekret kronis : operasi pengangkatan fistula
41
Microtia dan Atresia Liang Telinga
• Daun telinga pada microtia berbentuk lebih kecil dan tidaksempurna. Biasanya disertai dengan tidak terbentuknya liangtelinga dan kelainan tulang pendengaran
• Jarang disertai kelainan telinga dalam, karena Perkembanganembriologi yang berbeda antara telinga tengah dan telingadalam
• Epidemiologi : – Laki-laki > perempuan
– Lebih sering pada telinga kanan
– Telinga unilateral : telinga bilateral = 3 : 1
42
• Jika terdapat mikrotia bilateral, kemungkinan adanya:
– Sindroma kraniofasial (Sindroma Treacher Collins, Sindroma Nager)
• Etiologi :
– Belum diketahui
– Diduga faktor genetik, infeksi virus, intoksikasi bahan kimiadan obat teratogenik pada kehamilan muda
43
• Diagnosis :
– Melihat bentuk daun telinga yang tidak sempurna danliang telinga yang atresia
• Pemeriksaan :
Penunjang :
– Pemeriksaan fungsi pendengaran
– CT-Scan tulang temporal
• Tatalaksana :
– Operasimemperbaiki pendengaran dan sebagaikosmetik
44
• Pencegahan terhadap terlambatnya perkembanganberbahasa :
– Alat bantu dengar hantaran tulang sejak dini CT-Scan tampak koklea normal
– Operasi pembentukan liang telinga (dapat dikerjakan padaumur 5-7 tahun)
• Komplikasi dari operasi :
– Paresis N VIII
– Hilangnya pendegaran
– Restenosis
45
Telinga camplang / jebang
• Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol
• Fungsi pendengaran tidak terganggu
• Kadang menimbulkan masalah psikis
• Terapi :
– Operasi otoplasti
46
Hematoma
• Biasanya disebabkan oleh trauma
• Terdapat kumpulan darah di antaraperikondrium dan tulang rawan harusdikeluarkan secara steril guna mencegahperikondritis
47
Perikondritis Aurikula• Definisi
– Radang tulang rawan daun telinga,
terjadi bila trauma atau radang efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium & kartilago telinga luar
• Etiologi
– Infeksi Stafilokokus, Streptokokus, Pseudomonas aeruginosa
– Gigitan serangga
– Komplikasi pembedahan, hematoma, otitiseksterna, pseudokista
• Faktor predisposisi
– Luka bakar
– Aspirasi & insisi hematoma auris
– Diabetes mellitus
48
• Pemeriksaan fisik
– Aurikula merah, panas, bengkak, nyeri tekan
• Diagnosa banding
– Polikondritis berulang
– Erisipelas
• Penatalaksanaan
– Antibiotik parenteral & topikal
– Cairan di bawah perikondrium & nekrosis pembedahan
• Prognosis
– Pengobatan antibiotika gagal komplikasi
• Komplikasi
– Cauliflower ear
49
Pseudokista
• Benjolan di daun telinga yang disebabkan karena adanya kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
• Pasien datang o.k ada benjolan di daun telinga, tidak nyeri, dan tidak tau penyebabnya.
• Harus dikeluarkan dengan steril mencegah terjadinya perikondritis, lalu balut tekan dengan bantuan semen gips selama seminggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan kembali.
50
Kelainan Liang Telinga
Serumen
Benda asing
Otitis eksterna
Otomikosis
Herpes zoster otikus
Infeksi kronis liang telinga
Keratosis subkutan & koleteatoma eksterna
Otitis eksterna maligna
Akut
Difus
51
WAX/ SERUMEN
52
Kelainan liang telinga
Serumen Merupakan hasil poduksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu.Normalnya teletak di sepertiga luar liang telinga.Konsistensinya biasanya lunak, tetapi terkadang keringDipengaruhi oleh faktor usia, iklim, keturunan, dan lingkungan.Mempunyai efek proteksiPenumpukan serumen dapat menyebabkan Tuli konduktif Terapi : 1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas.2. Serumen yang keras dikeluarkan melalui pengait/kuret3. Apabila kedua cara di atas tidak berhasil maka : serumen dilunakkan
terlebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.4. Bila serumen sudah terlalu jauh terdorong ke liang telinga maka dilakukan
irigasi air hangat ( sesuai suhu tubuh )
53
Foreign Body in Ear54
BENDA ASING
• Bs berupa : benda mati atau hidup, binatang, komponen tumbuh2an atau mineral.
• Anak : kcg hijau, manik, mainan, karet penghapus, terkadang baterai.
• Dewasa : kapas cotton bud, potongan korek api, patahan pensil, kadang serangga kcl spt kecoa, semutatau nyamuk.
55
TANDA & GEJALA
• Rasa tidak enak di telinga
• Tersumbat
• Pendengaran terganggu
• Nyeri akan timbul
PEMERIKSAAN
• Pada inspeksi telinga dengan atau tanpa corong telinga akan tampak benda asing tersebut.
56
Tata Laksana:Pengeluaran
• Hati2 ! trauma membran timpani atau struktur telinga tengah.
• Binatang yg msh hidup hrs dimatikan dgn memasukkan tampon basah lalu teteskan cairan (mis, lar. Rivanol atau anastesi lokal) +- 10 mnt binatang mati keluarkan dgn pinset atau irigasi.
• Baterai : # blh dibasahi efek korosif.• Benda asing besar : tarik dgn pengait serumen.• Benda asing kecil : ambil dgn cunam atau pengait.
57
OTITIS EXTERNA
adalah radang pada canalis auditoriuseksterna, termasuk permukaan dari
membran tymphani. Bisa menyerang semua usia
58
Etiologi
• Sering:
– Pseudomonas aeruginosa
– Staphylococcus aureus
• Jarang
– Proteus sp,
– Staphylococcus epidermidis,
– Diphtheroids
– Escherichia coli
59
Faktor Predisposisi
- Benda Asing- CAE panjang & sempit- Alergi Obat
Kelembaban suhu↑Oklusi Apopilosebaseus
ProliferasiBakteri
-pH tinggiAlkali-Trauma
Otitis Eksterna
Kelainan Kulit :-Dermatitis-Psoriasis-DM-Immunocompromissed
Serumen
60
Klasifikasi Otitis Eksterna
• Menurut etiologinya dibagi atas:
Kelompok Infektif
Kelompok Reaktif
Bakterial Viral Fungal
- OE lokal (furunkel)- OE difus- OE necrotizing/ malignant
- Herpes zoster Oticus- OE Heamorrhagica
- Otomycosis
OE eczematous OE seborrhoeic Neurodermatitis
61
Klasifikasi Otitis Eksterna
• OE akut lokal(furunculosis)
• OE akut difus( swimmer’s ear)
OE kronik
OE invasive (necrotizing /malignant)
Menurut perjalanan penyakitnya dibagi atas:
62
OE Akut Lokal/ sirkumskripta(furunkel/bisul)
Gejala:
• Demam (-)
• Nyeri hebat
bila pinna
digerakkan/ saat
buka mulut
• Edema lokal
• Gangguan
pendengaran
Terdapat sumbatan pilosebacea & adanya infeksi S.aureus / S.albus pada 1/3 lateral CAE
Pemeriksaan:
• Inspeksi dan palpasi
-Pembengkakan tragus
dengan batas tegas, nyeri
hebat pada 1/3 luar CAE
• Otoskop :
-Kulit pada CAE tampak
merah, bengkak dan terisi
debris.
-Membran timpani normal.
63
OE Akut Lokal/ sirkumskripta(furunkel/bisul)
Diagnosis Banding:• Benda Asing diCAE
KOMPLIKASI:• Jarang• Abses bisa meluas ke area pre & infra auricular• Perichondritis• Recurrent furuncles• Necrotizing OE – superinfeksipseudomonas
64
Tata Laksana
Tanpa Abses :
• Bersihkan liang telinga
• Analgesik : pethidine
• Local heat :
- Covered hot water bottle,electricpad, atau dengan short wave diathermy
• Antiseptik : Asam Asetat 2-5% dalamalkohol 2% atau tampon ichtammoldengan glycerin (ganti tiap 2 hari)
• Antibiotik lokal : neomisin, polimiksinB, bacitrasin
Ada abses :
• aspirasi steril
Dinding furunkel tebal : incisi +drainase
• AB sistemik (gejala sistemik, infeksi lokal hebat,multiple furuncle) : penicillin atau flucloxacillin
65
OE Akut Diffuse (swimmer’s otitis)
Gejala:• tgtg stadium,• demam ±• pruritus, • otalgia, • otorrhea,• aural fullness,• hearing loss
• 2/3 dalam CAE inflamasi difus• Bisa melibatkan auricula, kadang membran tymphani (myringitis)
Pemeriksaan:• kulit CAE hiperemis, sempit, edema batas tdk jelas (difus),• furunkel (-)• sangat nyeri• kadang ada sekret purulen, bau busuk, lendir (-)
*lanjut -- limfadenopati regional unilateral
Faktor predisposisi:• trauma lokal• invasi bakteri patogen: Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis, Escherichia coli dll...• sekunder karena OMA dan OMSK
66
OE Akut Difus
Preinflammatory Acute inflammatory (mild, moderate, severe)
Chronic inflammatory
Preinflammatory stage• Gejala :
•Gatal•Rasa penuh di telinga
•Tanda : edema ringan
Mild to Moderate• Bakteri ↑↑ edema progresif • Gejala : gatal ↑ dan nyeri• Tanda : edema bertambah, eritema, debris di liang telinga, cairan
Severe•Gejala : nyeri hebat, bertambah pada pergerakan telinga / rahang•Tanda :-Obliterasi lumen-Sekret purulen-Edema jaringan sktr (periauricular)
67
Komplikasi
• Abses
• Cellulitis
• Perichondritis
• Necrotizing OE
68
Acute (diffuse)Otitisexterna
1. Clean external canal2. Avoid water3. Decrease Humidity4. No digital manipulation
PreinflammatoryConsider steroid cream or drop
Mild moderateAntibiotics/steroidantibiotic,aseptic,oracidid drop or powder
Severe1.Antibiotics-impregnated wick2.Analgesics
Remove / reinspect EAC in 24-72hours
Is EAC still obstructed?
NoAntibiotic / steroid
drop for 1 week
YesOral antibiotics
69
AOE profilaksis
• Tidak untuk semua orang, jk AOE berulang atau sering terpajan air
• Jaga kebersihan telinga
• Keringkan telinga setelah berenang
• Solution of ½ alcohol & ½ vinegar (MT intak)
• H2O &vinegar
70
OE kronik (COE)
• Lanjutan OE akut, bila:
– Gejala menetap > 4 minggu atau
– berulang > 4x/ tahun
Gejala :
•irritate,
•pruritus,
•otorrhea
•nyeri (-)
Tanda :
•CAE menyempit karena
sikatrik
•Kulit kering & hipertrofi
•Mucopurulent otorrhea
Tata Laksana:
•Sama seperti AOE
•Atasi gangguan kulit
•Operasi canalplasty
untuk perbaiki dan
perbesar CAE
71
OE Necrotizing / Malignant (NEO)
• E/: Pseudomonas aeruginosa
• Terjadi ulserasi dan osteitis pada dasar CAE.
• Faktor predisposisi:
- orang tua
- diabetes mellitus – intolerans glukosa,mikroangiopati, pH serumen ↑
- immunocompromised
72
Klinis
Jar granulasi dinding post CAE, parese n. VII, IX – XI, nyeri hebat
Stadium:
I. Soft tissue & kartilago
II. Erosi tulang temporal
III. Ekstensi ke intrakranial
73
OE necrotizing/Malignant (NEO)
Infeksi awal berupa:- cellulitis pada CAE - OE persisten, tapi lebih sering muncul mendadak
dgn gejala infeksi CAE minimal- libatkan saraf kranial (VII-XI)Gejala:- pruritus, otalgia persisten (>4mg), purulent
otorrhea- gejala disfungsi saraf kranial seperti disfagia,
suara serak, paralisis wajah dll
74
OE Necrotizing / Malignant (NEO) Diagnosis
• Inspeksi :
tanda2 infeksi pada CAE dan jaringan periauricular
• Otoscopy :
– ulserasi pada dasar CAE,
– jaringan granulasi pada dasar osseocartilaginousjunction,
– tampak tulang kecoklatan,
– sekret purulen
75
Komplikasi
• Otitis media
• Mastoiditis
• Osteomyelitis
• Meningitis
• Defisit saraf kranialis
76
Tatalaksana
• Bersihkan CAE, debridemen
• Kontrol DM dan immunodeficiencies
• CT-scan : deteksi perluasan
• Antibiotik dosis tinggi IV selama 6-8mg:aminoglycosides dengan ticarcillin atau azlocillin
Suatu study : oral ciprofloxacin (750 mg,2x/hr slm6 -12mg) efektif dalam pengobatan 90% pasiendengan NOE.
77
Herpes Zooster Oticus78
Herpes Zoster Otikus
79
Herpes Zoster OtikusPenyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster
• Patofisiologi– Virus ini menyerang salah satu atau lebih dermatom saraf kranial.
Dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiksservikalis bagian atas.
– Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsay Hunt
• Gejala klinis– Tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka sekitar liang
telinga, otalgia dan terkadang disertai paralisis otot wajah
• Komplikasi– Pada keadaan berat ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural
• Penatalaksanaan– Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes zoster
80
Herpes Zoster Oticus
• VZV
• Menyerang 1 atau lebih dermatom saraf kranial
• Dpt mengenai saraf trigeminus,ganglon genikulatum,radiks serviklis bagian atasSyndrom Ramsay Hunt
81
Gejala :
Awal nyeri / rasa terbakar di telinga
(unilateral) tanpa tanda
kelainan, sakit kepala, demam
3-7hr vesikel2 pada sekitar pinna dan
CAE
Diikuti hearing loss, vestibular
complaints (vertigo,
dysequilibrium), juga facial nerve
palsy
82
Tatalaksana
• Antiviral acyclovir, valacyclovir atau
famcyclovir
• Corticosteroids facial nerve palsy +
• Antiseptic solution lesi lokal
83
KELAINAN TELINGA TENGAH
84
Otitis Media
• Definisi
peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
• Pembagian:– Otitis media supuratif
• Otitis media supuratif akut/ otitis media akut (OMA)
• Otitis media supuratif kronik
– Otitis media non supuratif/ otitis media serosa• Otitis media serosa akut (barotrauma/ aerotitis)
• Otitis media serosa kronik
– Otitis media spesifik, spt otitis media sifilitika/ tuberkulosa
– Otitis media adhesiva
85
Otitis Media Akut• Definisi
Peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba.
• Pada anak-anak semakin seringnya terserang ISPA kemungkinanterjadi otitis media akut >>.
• E/: bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas : streptokokus,stafilokokus dan hemofilus influenza.
86
Manifestasi KlinisStadium
Oklusi Tuba Eustachius
Stadium Hiperemis
Stadium Supurasi
Stadium Perforasi
Stadium Resolusi
Gambaran retraksi membran timpani; kadang
berwarna normal/ pucat; sukar dibedakan dgn otitis
media serosa.
Membran timpani hiperemis & edema; sekret sukar
terlihat/ masih bersifat serosa.
MT menonjol ke luar; eksudat purulen di kavum
timpani; pasien sgt sakit; nadi & suhu ↑; nyeri
hebat.
Ruptur MT; nanah keluar mengalir; pasien menjadi
tenang, suhu badan ↓, tidur nyenyak.
Bila MT utuh, perlahan normal kembali. Bila
perforasi, sekret ber<< & mengering.
87
88
Tata LaksanaStadium
Oklusi Tuba Eustachius
Stadium Hiperemis
Stadium Supurasi
Stadium Perforasi
Stadium Resolusi
•Buka kembali tuba eustachius.
•Beri tetes hidung HCl efedrin 0,5% (u/ anak< 12
thn) atau 1% (u/ anak > 12 thn/ dewasa).
•Antibiotik
•Antibiotik (penicilin, eritromisin)
•Obat tetes hidung
•Analgesik
•Miringotomi
Miringotomi
•Obat cuci telinga H2O2 3% 3-5 hari
•Antibiotik adekuat s/d 3 mgg
•Sekret akan hilang & perforasi nutup dlm 7-10 hr
•Bila MT tidak normal kembali, lanjutkan antibiotik
s/d 3 mgg.
•Bila tetap, mungkin telah tjd Mastoiditis89
OTITIS MEDIA SEROUS
akumulasi cairan di telinga tengah90
EPIDEMIOLOGI
• dapat terjadi pada umurberapapun tapi sangatumum di kalangananak-anak
• Otitis media sekretorisangat umum dikalangan anak usia 3 bulan sampai 3 tahun.
ETIOLOGI
• Infeksi telinga sebelumnyaadalah penyebab yang paling umum.
• Beberapa akibat daripenyakit lain, cth : gastroesophageal.
• Alergi menyebabkan tabungeustachius (yang menghubungkan telingatengah dan bagian belakanghidung) terblokir.
• Pembesaran adenoid.
91
Infeksi telinga sebelumnyaCairan yang terakumulasi di belakang gendang telinga
selama infeksi akut
Otitis media akut yang belum sepenuhnya dibersihkanatau
tabung estachius terblokir(yang menghubungkan telinga tengah dan bagian belakang hidung)
Otitis media sekretori
Patofisiologi
92
TANDA & GEJALA
• Rasa sakit & penuhpada telinga yang menjalar ke leher.
• Infeksi telinga yang berulang.
• Pendengaran berkurang& tinnitus.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan fisikgendang telinga.
• Tympanometry u/ mengukur tekanan ditelinga luar dan telingatengah.
• Otoskop akustik ataureflektometri.
93
Tata Laksana
• Sembuh dg sendirinya
• Jika tidak membaik setelah 3 bulan (kronis), operasi dapat dilakukan– Myringotomy– Tympanocentesis.
• Antibiotik dan dekongestan, seperti phenylephrine, efedrin, dan histamin (pada orang dengan alergi) dapat digunakan untuk mengurangi kemacetan hidung.
94
95
Komplikasi
• Pendengaran dapat terganggu mempengaruhi pemahaman berbicara, pengembangan bahasa, pembelajaran, dan perilaku.
96
Otitis Media Kronik
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah otitismedia yang berlangsung lebih 2 bulan karena
infeksi bakteri piogenik dan ditandai olehperforasi membran timpani dan pengeluaran
sekret.
Konsistensinya bisa encer atau kental.
Warnanya bisa kuning atau berupa nanah. 97
• Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :– Perforasi sentral (sub total)
• Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membrantimpani.
– Perforasi marginal. • Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sulkus timpanikum.
– Perforasi atik. • Letak perforasi di pars flaksida membran timpani,
berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
98
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakankelanjutan dari otitis media supuratif sub akutdan otitis media supuratif akut (OMA). Hal inidisebabkan oleh :
• Terapi →Terapi lambat diberikan atau terapi tidakadekuat.
• Kuman→ Virulensi kuman tinggi.• Pertahanan →Daya tahan tubuh rendah akibat
gizi kurang.• Higiene → Higienitas yang buruk.
99
Klasifikasi
• Jenis otitis media supuratif kronik (OMSK), yaitu :– Otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna /
mukosa / aman.
– Otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna / tulang / bahaya.
– Otitis media supuratif kronik (OMSK) aktif. Sekretkeluar dari kavum timpani.
– Otitis media supuratif kronik (OMSK) tenang. Kavum timpani basah atau kering.
100
ETIOLOGI
• Lingkungan
• Genetik
• Otitis media sebelumnya
• Infeksi
• Infeksi saluran nafas atas
• Autoimun
• Alergi
• Gangguan fungsi tuba eustachius
PATOFISIOLOGI
• belum diketahui secaralengkap, tetapi dalamhal ini merupakanstadium kronis dari otitismedia akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikutidengan keluarnya sekretyang terus menerus.
101
TANDA & GEJALA
• Telinga Berair(Otorrhoe)
• Gangguan Pendengaran
• Otalgia (Nyeri Telinga)
• Vertigo
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Audiometri
• Proyeksi Schuller
• Proyeksi Mayer atauOwen,
• Proyeksi Stenver
• Proyeksi Chause III
• Bakteriologi
102
Penatalaksanaan
• Prinsip pengobatan OMSK adalah :
– Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
– Pemberian antibiotika :
• topikal antibiotik ( antimikroba)
• sistemik.
• Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi.
103
Medikamentosa
• Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitismedia supuratif kronik (OMSK) benigna, yaitu :– Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama
3-5 hari.
– Obat tetes telinga, mengandung antibiotik & kortikosteroidsetelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikanselama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Jugahindari pemberiannya pada otitis media supuratif kronikOMSK tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetestelinga bersifat ototoksik.
– Obat antibiotik. • oral golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil tes
resistensi obat kita terima.
• Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi resistensi ampisilin.104
Pembedahan
• Pembedahan OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipebenigna atau maligna:– Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)– Mastoidektomi radikal– Mastoidektomi radikal dengan modifikasi– Miringoplasti– Timpanoplasti– Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach
tympanoplasty)
• Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secarapermanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaranyang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
105
Komplikasi
• A. Komplikasi ditelingatengah :– Perforasi persisten
– Erosi tulang pendengaran
– Paralisis nervus fasial
• C. Komplikasi ekstradural– Abses ekstradural
– Trombosis sinus lateralis
– Petrositis
• B. Komplikasi telingadalam– Fistel labirin
– Labirinitis supuratif
– Tuli saraf ( sensorineural)
• D. Komplikasi ke susunan saraf pusat– Meningitis
– Abses otak
– Hidrosefalus otitis
106
BEZOLD ABSES
107
• Komplikasi dari OMSK
• Pada tahun 1881 Frederich Bezold (1824-1908) melaporkan adanya pus yang keluar dari sisi medial prosesus mastoid yang terinfeksi dan membentuk abses jaringan leher dalam. abses ini kemudian dikenal dengan mastoiditis Bezold.
• Destruksi terjadi pada bagian tulang yang tipis pada insisura mastoid (insisura digastrika)→ pus mengalir di sepanjang m. digastrikus ke arah dagu, mengisi ruang retromaksilla dan berjalan di sepanjang perjalanan arteri oksipital. Bila tidak diobati, maka akan terjadi perluasan ke m.sternokleidomastoideus, m.trapezius, dan m.splenius
108
Gejala / tanda :
• Pembengkakan di leher, nyeri tekan, kepalamiring ke bgn yg sakit
• Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri leher, benjolan di leher, nyeri postaurikuler, otalgia, otorrhea, atau gangguan pendengaran
109
etiologi
• Pneumokokus adalah organisme penyebab abses Bezold.
• Klebsiella sebagai organisme penyebab abses Bezold, pada pasien dengan riwayat otore selama 20 tahun.
• Jika merupakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman yang ditemukan sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza, sedangkan jika merupakan komplikasi dari mastoiditis subakut dan kronis, kuman penyebab Staphylococcus aureus dan gram negatif seperti E. Coli,Proteus dan Pseudomonas
110
p.penunjang
• CT scan membantu deteksi awal abses yang secara klinis belum terlihat. CT scan dapat menentukan komplikasi dini, menunjukkan adanya kolesteatom di kavum mastoid, dan menggambarkan secara cermat daerah leher yang terkena. CT scan juga membantu ahli bedah dalam merencanakan pendekatan operasi.
• Kultur bakteri dari secret telinga dan abses di leher harus dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
111
penatalaksanaan
• Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa dan operatif.
• Bila diagnosis abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum luas harus diberikan.
• Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan diberikan secepatnya tanpamenunggu hasil kultur pus
• Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik. Kombinasi penisilin dengan metronidazole merupakan terapi primer standar
112
• operasi dini umumnya dianjurkan untuk evakuasi abses dengan drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan secara bersamaan.
• Pendapat lain operasi dini untuk drainase pus dari leher, kemudian direncanakan operasi untuk penyakit telinga yang mendasarinya pada saat yang lebih tepat dimana inflamasi telah berkurang.
113
Tympanosclerosis
• Tympanosclerosis adalah suatu kondisi di mana terdapat kalsifikasi jaringan di telinga tengah yg jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran.
• Tympanosclerosis dapat diklasifikasikan sebagai:
– Myringosclerosis - hanya melibatkan membran timpani
– Intratympanic tympanosclerosis – mempengaruhi bagian telinga tengah lain: the ossicular chain, atau yg lebih jarang mastoid cavity
114
Patofisiologi Tympanosclerosis
• Terdapat deposit kalsifikasi pd membran timpani, ossicular chain, tympanic cavity dan mastoid
• Diperkirakan merupakan hasil dari inflamasi persisten dan biasanya berhubungan dgn infeksi kronik telinga tengah
• Terdapat proliferasi fibroblast → penumpukan serat kolagen dlm jumlah yg byk → hyaline mass formation → penumpukan kalsium
115
Etiologi Tympanosclerosis
• Etiologi masih belum jelas, mungkin disebabkan suatu bentuk jaringan parut yang terkait dengan peradangan kronis telinga tengah
• Faktor penyebab dan yg berkaitan :
– Chronic otitis media
– Grommet (tympanostomy tube) insertion
– Systemic slerosis
– Carotid atheroma atau atherosclerosis
– cholesteatoma
116
Tanda & Gejala Tympanosclerosis
• Karakteristik chalky white patches padaeardrum
• Pd bbrp kasus , tuli konduktif
117
Pemeriksaan Penunjang Tympanosclerosis
• Otoscopic examination
• Pure tone audiometry - defines extent and type of hearing loss
• Tympanometry - the tympanogram result can be affected by tympanosclerosis
• CT - may help with diagnosis of disease within the middle ear cavity
118
Tympanosclerosis
Diagnosa Banding
• Auditory canal obstruction due to wax or debris
• Otosclerosis
• Tympanic perforation
• Chronic otitis media (chronic suppurative otitis media and otitis media with effusion or 'glue ear')
• Cholesteatoma
• Glomus tumours (rare)
Manajemen
• Hearing aids
• Surgery
119
MIRINGITIS BULOSA/INFEKSIOSA
120
DEFINISI• Miringitis Infeksiosa adalah suatu peradangan
pada gendang telinga.
PENYEBAB• Infeksi virus atau bakteri.
GEJALA• Pada gendang telinga ditemukan lepuhan-
lepuhan berisi cairan (vesikel).• Nyeri timbul secara tiba-tiba dan berlangsung
selama 24-48 jam.• Jika disertai demam dan hilangnya pendengaran
kemungkinan penyebabnya adalah infeksi bakteri.121
DIAGNOSA
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop
PENGOBATAN
• Infeksi diatasi dengan antibiotik.
• Untuk mengurangi nyeri diberikan obat pereda nyeri atau dilakukan pemecahan vesikel.
122
MASTOIDITIS
• Tanda & gejala:– Demam
– Nyeri
– Ggn pendengaran
– Membrana tympani menonjol
– Dinding posterior kanalis menggantung
– Pembengkakkan post-auricula
– Nyeri tekan mastoid
123
MASTOIDITIS
• Pemeriksaan radiologis: opasifikasi sel-sel udaramastoid oleh cairan danhilangnya trabekulasinormal dari sel tsb.
• Faktor predisposisi: pasien imunosupresi, otitis media akut yang lama tidak ditangani
• Terapi: miringotomy yang cukup lebar, antibiotikyang sesuai IV
124
KOLESTEATOMA
125
126
• Pada kolesteatoma ditemukan erosi di daerahposteroinferior pada liang telinga.
• Terjadi otore dan nyeri tumpul menahun karenainvasi kolesteatoma ke tulang yang menimbulkanperiosteitis.
• Pendengaran dan membran timpani biasanyanormal.
• Kolesteatoma lebih sering ditemukan hanya padasatu telinga dan lebih sering pada usia tua.
127
Penatalaksanaan
• Tujuan : mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang.
• Bila kolesteatoma masih kecil kolesteatoma danjaringan nekrotik diangkat sampai bersih lalu diberiantibiotik topikal secara berkala.
• Pemberian obat tetes telinga dari campuran alkoholatau gliserin dalam H2O2 3% 3x seminggu.
• Bila sudah terjadi destruksi pada tulang perludilakukan operasi kolesteatoma dan tulang yang nekrotik bisa diangkat dengan sempurna.
128
Indikasi operasi
• Destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah
• Erosi tulang pendengaran
• Kelumpuhan saraf fasialis
• Terjadi fistel labirin atau otore yang berkepanjangan
129
Keratosis obturans Kolesteatom
eksterna
Umur Dewasa muda Tua
Peny. Terkait Sinusitis
bronkiektasi
-
Nyeri akut/berat Kronis/nyeri
tumpul
Ggg
pendengaran
Konduktif / sedang - / ringanbilateral
Sisi telinga bilateral unilateral
Erosi tulang sirkumferensial terlokalisi
Kulit telinga utuh ulserasi
Osteonekrosis - Bisa ada
Otorea jarang sering130
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
131
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Definisi:
– Perforasi: lubang
– Membran timpani: gendang telinga
• Hilangnya sebagian jaringan dari membrane timpani yang menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani.
132
ETIOLOGI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Infeksi akut pada telinga tengah
• Trauma fisik dari telinga, yang tersering adalah pukulan yang keras kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat memecahkan atau merobek membran timpani.
• Beberapa trauma yang lain adalah, perubahan tekanan pada telinga yang berubah secara mendadak, pada contohnya sering pada penyelam, yang didahului dengan gangguan pada saluran telinga dan mulut, peradangan ataupun infeksi.
133
GEJALA KLINIS PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Gejala klinis yang timbul pada perforasi membran timpani adalah:
– Penurunan pendengaran
– Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga atau bersin
– Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus
– Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam, nyeri, telinga berdenging)
– Hilangnya fungsi pendengaran (test pendengaran), hal ini menentukan apakah penderita membutuhkan alat bantuan pendengaran atau tidak.
134
PEMERIKSAAN PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah:
– Otoskopi
– Timpanometri
– Test pendengaran (Audiologi) (Swabach, Webber, dan Rinne)
135
NORMAL
136
137
PENGOBATAN PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Terapi pengobatan pada perforasi membran timpani ditujukan untuk mengendalikan infeksi pada telinga tengah.
• Penggunaan anti bacterial (Antibiotik oral atau tetes telinga) sebaiknya digunakan jika hasil kultur dan resistensi sudah didapatkan.
• Penyumbatan pada lubang baik dengan lemak atau bahan sintetis yang tidak menimbulkan reaksi tubuh penerima (timpanoplasty).
– Pengobatan ini memiliki tingkat keberhasilan 80 hingga 90 % tergantung dari besarnya perforasi maupun komplikasi yang timbul.
• Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri yang timbul
138
PROGNOSIS PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
• Adanya perforasi atau robekan pada membran timpani menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 bulan.
• Hilangnya fungsi pendengaran biasanya untuk sementara waktu.
139
FACIAL PALSY
140
Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer
• Kelumpuhan nervus fasialis (N.VII) adalah kelumpuhan otot-otot wajah, sehingga wajah pasien tampak tidak simetris pada waktu berbicara maupun berekspresi
• Hanya merupakan gejala sehingga harus dicari penyebabnya dan derajat kelumpuhannya untuk menentukan terapi dan prognosis
141
Etiologi
• Kongenital
• Infeksi (infeksi telinga tengah & infeksi intrakranial)
• Tumor (intrakranial & ekstrakranial)
• Trauma kepala
• Gangguan pembuluh darah (trombosis arteri karotis, arteri maksilaris, dan arteri serebri media)
• Idiopatik (bell’s palsy)
142
Patogenesis & Patologi
• Hingga kini belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler. Pada BP terjadi iskemi primer n. fasialis yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis. Sebab vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain : infeksi virus, proses imunologik dll. Iskemi primer yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder dengan akibat gangguan fungsi n. fasialis .Terjepit-nya n. fasialis di daerah foramen stilomastoideus pada BP ber- sifat akut oleh karena foramen stilomastoideus merupakan Neuron Lesion bangunan tulang keras.
• Perubahan patologik yang ditemukan pada n. fasialis sbb. :
1)Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali udem
2)Terdapat demielinisasi atau degenerasi mielin.
3)Terdapat degenerasi akson
4)Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya kompresi atau strangulasi terhadap n. fasialis
143
Manifestasi klinis
• Berdasarkan topografi letak lesi :
– Gejala kelumpuhan intratemporal tergantung dari letak lesi, dapat ditemukan kelumpuhan otot-otot wajah/muka, lagoftalmus, ada/tidaknya air mata pada sisi lesi, gangguan pengecapan, hiperakusis, gejala neurologis pada lesi nuklear
– Gejala kelumpuhan ekstratemporal biasanya karena gangguan pada kelenjar parotis, seperti trauma, radang dan tumor
144
Diagnosis banding
• Penyakit kongenital • sindrom Mobius
• Infeksi sindrom • Ramsay-Hunt
• Herpes zoster oticus
• Trauma tulang temporal
• Lesi vaskular• Aneurisma
• Trombosis
• Neoplasma• Neuroma akustik
• Meningioma145
Pemeriksaan Penunjang
• Tujuannya untuk menentukan lesi dan menentukan derajat kelumpuhannya, apakah harus dirujuk kerumah sakit
• Dilakukan pemeriksaan :– Pemeriksaan fungsi motor
– Pemeriksaan Gustometer
– Tes Schirmer
– Pemeriksaan eksitabilitas saraf kiri dan kanan
– Pemeriksaan refleks stapedius
– Pemeriksaan audivestibular
– Radiologi
– elektromiografi
146
Penatalaksanaan
• Bila gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih baik, terapi dirujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan memakai obat-obatan anti edema/kortikosteroid, vasodilator dan neurotonik serta fisioterapi
• Bila gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total, harus segera dilakukan tindakan operatif dengan teknik dekompresi N.VII transmastoid
147
Penatalaksanaan1) Istirahat terutama pada keadaan akut
2) Medikamentosa
Prednison : pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus BP yang secara elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu
3) Fisioterapi
Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi.
4) Operasi
Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intrakranial
• Tindakan operatif dilakukan apabila :
– tidak terdapat penyembuhan spontan
– tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison
148
KEGANASAN PADA KEPALA DANLEHER
149
Karsinoma Nasofaring
• Keganasan KL yang tebanyak di Indonesia
• Dominan pada Ras Mongolid
• Hampir pasti disebabkan oleh EBV, tapi banyak faktor lain(jenis kelamin,genetik,rasial,kebiasaan hidup,dll)
• Banyak pada laki-laki (faktor genetik,pekerjaanmkebiasaan hidup,dll)
150
Gejala
• Gejala Nasofaring
– Epistaksis ringan
– Sumbatan hidung
Sering gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh
Atau tumor tida tampak karena masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor)
151
• Gejala Leher
– Metastasis ke leher dalam bentuk benjolan
• Gejala Telinga
– Gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat dengan Tuba Eustachius (Fosa Rosenmuller)
– Tinitus
– Rasa tidak nyaman di telinga
– Otalgia
152
• Gejala Mata dan Saraf
– Penjalaran melalui foramen laserum mengenai N III, IV, VI, dan V diplopiake dokter
– Neuralgia Trigeminal
– Lbh lnjt mengenai N IX,X,XI,XII jika menjalar melalu foramen jugulare sindrom jackson
– Bila mengenai saraf otaksindrom unilateral
– Destruksi tulang tengkorak prognosis buruk
153
Diagnosis
• CT scan kepala dan leher
• Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan Iga anti VCA utk infeksi EBV untuk prognosis
• Diagnosis pasti dengan melakukan biopsi nasofaring
154
Histopatologi
• WHO: 3 bentuk Karsinoma Nasofaring:
– Karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi)
– Karsinoma tidak berkeratinisasi
– Karsinoma tidak berdiferensiasi(limfoepitelioma,sel transisional,sel spindle,sel clear,anaplastik,dll)
Sering di dapatkan kombinasi dari ketiga jenis karsinoma diatas
155
Stadium (sistem TNM menurut UICC 2002)
• T:Tumor Primer
• T0=Tidak tampak tumor
• T1=Tumor terbatas pada nasofaring
• T2=Tumor meluas ke jaringan lunak
– T2a= perluasan ke orofaring dan / atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring
– T2b=disertai perluasan ke parafaring
156
• T3= tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasal
• T4= tumor dengan perluasan intrkaranial dan / atauterdapat keterlibatan saraf kranial,fossa infratemporal,hipofaring,orbita, atau ruang mastikator
157
• N : Pembesaran KGB regional
• NX= pembesaran KGB tidak dapat dinilai
• N0= tidak ada pembesaran
• N1= metastase KGB unilateral,dengan ukuran terbesar </= 6cm,dia atas fossa supraklavikula
• N2= metastase KGB bilateral,dengan ukuran terbesar </= 6cm,dia atas fossa supraklavikula
• N3= metastase KGB bilateral,dengan ukuran >6cm,atau terletak di dalam fossa supraklavikula
158
• M : Metastase Jauh
• Mx= Metastase jauh tidak dapat dinilai
• M0= Tidak ada metastase jauh
• M1= terdapat metastase jauh
159
Stadium 0 T1S N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIa T2a N0 M0
Stadium IIb T1T2aT2b
N1N1
N0,N1
M0M0M0
Stadium III T1T2a,T2b
T3
N2N2N2
M0M0M0
Stadium IVa T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IVb Semua T N3 M0
Stadium IVc Semua T Semua N M1
160
Penatalaksanaan
• Stadium I :Radioterapi
• Stadium II&III :Kemoradiasi
• Stadium IV dgn N<6cm: Kemoradiasi
• Stadium IV denganN>6cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan dengan kemoradiasi
161
• Pembedahan diseksi leher radikal dilakukan apabila benjolan dileher tdk menghilang pd penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran,tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologik,serta tdk ditemukan metastasis jauh
162
Perawatan Paliatif
• Setelah radiasi mulut kering krn kerusakan kelenjar liur mayor dan minor,,,dianjurkan makan banyak kuah,membawa minuman kemanapun,memakan dan mengunyah yang rasa asam utk merangsang air liur
• Tumor tetap ada/kambug/metastasis pengobatan simtomatis utk meningkatkan kualitas hidup
163
Follow up
• Punya resiko rekuren follow up jangka panjang
• Paling sering rekuren ,5 tahun
• 5-15% rekuren antara 5-10 tahun
• Pasian KNF perlu di follow up setidaknya 10 tauhn post terapi
164
CYSTIC ACOUSTIC NEUROMA
165
Acoustic Neuroma
• Dikenal juga sebagai : Vestibular Schwannoma (VS)
• Definisi : Tumor sel schwann superior & inferior dari nervus vestibular (nervus cranial VIII)
• Asalnya di medial IAC (Internal Auditory Canal)atau di lateral CPA (CerebelloPontine Angle)
• Menyebabkan displacement, distorsi, dan kompresi CPA
166
Acoustic Neuroma
• Neurofibromatosis Tipe 2 mempredisposisi terjadinya schwannoma vestibularis
• Schwannoma N. VIII biasanya timbul dari divisi vestibular dari saraf
• Schwannoma vestibular melebarkan MAI• Krn sistem vestibular beradaptasi thdp kerusakan perlahan
N. VIII penderita schwannoma vestibularis kehilangan pendengaran unilateral progresif dibandingkan ggn vestibular
• Schwannoma yg besar dpt menekan cerebellum, pons atau nervus kranialis
• Biasanya tidak ganas• Tumor dieksisi konservasi pendengaran
167
Gejala & Tanda
• Hearing loss
• Tinitus & disequilibrium
• Disfungsi N. facialis
• Diplopia
• Disfagia
168
Komplikasi
• Obstruksi Hidrocpehalus akibat penutupan ventrikel ke 4
• Mual & Muntah akibat TIK yg meningkat
• Bila VS terus berlanjut dan tanpa diobati kematian
169
Polip Nasi
• Massa lunak, abu-abu, bertangkai, permukaan licin
• Faktor predisposisi– Radang : hidung, sinus
• Patogenesis– Mukosa oedema
– Cairan interselluler masuk mukosa membesar, polipoid gaya berat, massa turun ke kavum nasi bertangkai
170
171
Selanjutnya :hipersekresi kelenjar
vasodilatasi pembuluh darah
Oedem stroma
Perubahan lapisan sub mukosa
Pemeriksaan: Konka hipertropi
Konka hiperemis
Test adrenalin tak ada reaksi
Terapi : Hentikan pemakaian
Kortikosteroid tapering off172
Lokasi Seluruh mukosa hidung
Terbanyak meatus medius di kompleksosteomeatal
Mikroskopis
Epitel pseudostratified columnair silia
Sel-sel udem
Terdapat: eosinofil, limfosit, netrofil
Vaskularisasi minim
Saraf (-)
173
Gejala
– Nasal obstruksi makin berat
– Hiposmia, anosmia
– Cephalgia
– Rhinorrhoe
– Pendengaran menurun
Pemeriksaan
– Tampak massa di kavum nasi
– Kadang2 di rongga mulut disebut Polyp Choana
174
Perbedaan polip dibanding konka
• Konsistensi
• Warna
• Tangkai
• Permukaan
• Sensitifitas
• Vaskularisasi
• Reaksi adrenalin
175
Terapi
– Massa kecil
• Kortikosteroid dosis tinggi 1 minggu
• Kortikosteroid topikal
• Kombinasi
• Anti alergi
– Massa besar operasi
176
Tortikolis
A. DEFINISITortikolis adalah suatu kondisi yang menyebabkan leher secara tidak disadarimiring ke satu sisi karena kontraksi otot leher. Telinga akan miring kearah otot yang mengalami kontraksi dan dagu akanmenghadap ke arah yang berlawanan. Tortikolis berasal dari bahasa latin, tortus yang berarti miring dan collum yang berarti leher.
177
B. ETIOLOGIPada Anak-Anak1. Kelainan lokalis
o Kelainan kongenital, seperti pseudotumor pada bayi, hipertropi atau tidak adanya otot cervikal, spina bifida, hernivertebra, dan sindroma Arnold-Chiario Kelainan Otolaryngologi, seperti disfungsi vertibular, otitismedia, adenitis cervikal, faringitis, abses retrofaring, danmastoiditiso Refluks esofaguso Tumor spinal cordo Trauma seperti trauma lahir, dislokasi atau frakturcervikal, dan fraktur claviculao Artritis rheumatoid juvenil
178
2. Kelainan karena kompensasio Strabismus dengan paresis nervous cranial ke 4o Nystagmus congenitalo Tumor fosa posterior
3. Penyebab Sentralo Distonia, meliputi distonia torsi, distoniayang di induksi obat-obatan (drug-induced dystonia), dan palsy
179
Pada Orang Dewasa1. Kelainan lokalis
o Wryneck akut : merupakan tipe tortikolis yang paling sering dan terjadi pada malam hari tanpa provokasi, dapathilang sendiri, dan gejalanya menghilang dalam 1 – 2 minggu.o Tortikolis spina cervical : dapat disebabkan karena fraktur, dislokasi, subluksasi, infeksi, spondilosis, tumor, jaringankeloid, atau kelemahan ligament pada regio atlantoaxialo Tortikolis inflamasi : proses peradangan seperti miositis, limfadenitis, atau tuberculosis bisa menyebabkankerusakan ototo Tortikolis infeksi : bisa terjadi dari infeksi disekitarjaringan lunak (soft tissue), seperti abses nasofaring, absesretrofaring, adenitis cervical, tonsillitis, mastoiditis, dansinusitis. Tortikolis juga dapat terjadi karena infeksi luka.
180
2. Kelainan karena kompensasio Memiringkan kepala untuk menekan suatutremor yang bersumber dari kepalao Memiringkan kepala untukmengkompensasikan penglihatan ganda karenapalsy otot ocular.
3. Penyebab Sentralo Tortikolis spasmodic idiopatik, terjadi lebihsering pada wanita dan biasanya terjadi usia 30 –60 tahuno Distonia, seperti distonia torsi, distonia tardivegeneralis, penyakit Wilson, terapi L-dopa, dandistonia yang berhungan dengan obat-obatneuroleptik
181
DIAGNOSIS BANDING2o Fraktur Cervical 1o Fraktur Cervical 2o Cedera medulla spinal cervicalis padaolahragao Abses Peritonsilero Abses Retrofaringo Hematome Spinalo Toksisitas obat neuroleptik
182
Medikamentosa:Obat pilihan (drugs of choice) untuk tortikolisantara lain analgetik (NSAIDs, acetaminophen, apium), benzodiazepine, antikolinergik, daninjeksi intramuscular local toxin botulinum(BOTOX). Obat pilihan untuk reaksi distonik karenaobat-obatan antara lain diphenhydramine, benztropine, dan benzodiazepine.
183
ADENOMA PLEOMORFIK
• Adenoma Pleomorfik adalah tumor Kelenjarsaliva jinak,tumbuh lambat, berupa nodulkecil, tidak nyeri, keras. (Dorland, 2002)
184
Etiologi
Etiologi ?• Diduga berhubungan dengan:
– 1. keterlibatan lingkungan– 2. faktor genetik
• Simian Virus 40 didugamempengaruhiperkembangan Adenoma Pleomorfik.
• B-catenin berperan pada perkembanganAdenomaPleomorfik dalam perubahan ke arahkeganasandan pengaturan fungsi-fungsi fisiologis.
185
Gambaran Klinis
Gambaran Klinis Adenoma Pleomorfik:
• 1. massa tumor tunggal
• 2. keras
• 3. bulat
• 4. mobile (kecuali di palatum)
• 5. pertumbuhan lambat
• 6. tanpa rasa sakit
• 7. nodul tunggal
186
DD
• 1. Adenoid Cystic Carsinoma
• 2. Epithelial-Myoepithelial Carcnoma
• 3. Tumor Warthin
• 4. Lymphoma
• 5. Myoepithelioma
• 6. Sarcoidosis
• 7. Sjorgen’s Syndrome
187
Pentalaksaan
• Parotidektomi
188
Warthin's tumor
• Tumor jinak kelenjar saliva (parotid)
189
Etiologi
• Etiologi tidak diketahui.
• Perokok memiliki kemungkinan menderitawarthin’s tumor 8x kali lebih besar.
190
Tanda & Gejala
• Pembengkakan kelenjar ludah
• Nyeri pada rahang bawah
• Facial nerve paralysis
• Tinitus
• Gangguan pendengaran
• Nyeri telinga
191
Penatalaksanaan
• Cryosurgery
• Electrocautery
• Laparoscopic surgery (Keyhole surgery)
• Laser surgery
• Microsurgery
192