stimulasi listrik

6
PENGARUH IMPULSE STIMULASI LISTRIK DAN KONSENTRASI CaCl 2 TERHADAP SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR Citra Hasna Paramita, Eka Wulandari, Kusmayadi Suradi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran ABSTRACT This study aims to determine the interaction between impulse electrical stimulation with concentration of CaCl 2 on the physical properties of culled laying hens and knowing the concentration of CaCl 2 and what is the impulse number of laying hens get salvage meat with the best physical properties (tenderness, pH, water holding capacity and cooking lost). The research was conducted in a Livestock Products Processing Technology Laboratory Faculty of Animal Husbandry University Padjadjaran using a Completely Randomized Design with 3x3 Factorial pattern. The first factor consisted of three treatments giving impulse 25 (A1), impulse 50 (A2), and impulse 75 (A3) and the second factor consisted of three treatments concentration of CaCl 2 dosage 0,1 M (B1), 0,2 M (B2), and 0,3 M (B3), there was nine combinations that each treatment and repeated 3 times. Duncan Multiple Test distance use to find the difference between the treatment. The results showed no interaction between the electrical stimulation treatment with CaCl 2 concentration. The best physical properties result of culled laying hens was use of electrical stimulation 75 impulse on tenderness value (94,22 mm/g/10detik), pH (5,3), water holding capacity (62,87%), and cooking lost (37,23%) and the concentration of CaCl 2 0,3 M on tenderness value (89,63 mm/g/10detik), pH (5,3), water holding capacity (62,36%), and cooking lost (37,15%) on meat culled laying hens. Key words: Impulse, CaCl 2 , culled, physical characteristic. PENDAHULUAN Keempukan merupakan faktor palatabilitas paling penting yang mempengaruhi daya terima konsumen terhadap daging unggas. Salah satu faktor yang menentukan keempukan daging terjadi pada saat fase perubahan fisikokimiawi daging, diantaranya proses rigormortis yang berkaitan dengan kandungan ATP (Adinosine Triphosphate) otot, dengan habisnya ATP terjadi ikatan miofilamen aktin dan miofilamen myosin yang saling menindih dan terkunci bersama-sama membentuk ikatan aktomiosin yang permanen sehingga otot menjadi kaku dan tidak dapat digerakan, hal ini yang menyebabkan daging menjadi keras (Bate-Smith dan Bendall, 1949; Huxley, 1960 dalam Soeparno, 2009). Ayam petelur dimanfaatkan dagingnya apabila produksi telurnya sudah menurun dan diafkir, namun memiliki nilai keempukan yang rendah karena semakin tua umur ternak akan diikuti penurunan keempukan daging. Stimulasi listrik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keempukan daging, karena stimulasi listrik akan mempercepat proses glikolisis postmortem yang terjadi selama konversi otot menjadi daging, sehingga mempercepat laju penurunan pH serta mempercepat pelepasan enzim protease (Pearson dan Dutson, 1985). Stimulasi listrik dapat menyebabkan kerusakan serabut otot yang diikuti oleh proses pelepasan enzim lisosom. Kerusakan tersebut disebabkan adanya tekanan pada saat kontraksi serabut otot (Pearson dan Dutson, 1985). Enzim lisosom memiliki kemampuan untuk mendegradasi protein myofibril pada kondisi temperatur tinggi dan pH rendah, sehingga pelepasan enzim lisosom menyebabkan perombakan protein myofibril dan menghasilkan daging yang empuk (Hultin, 1985). Pengempukan daging dapat dilakukan dengan cara perendaman dengan larutan CaCl 2 , karena Ca akan mengaktivasi enzim proteolitik untuk mendegradasi protein jalur Z yang menyebabkan daging empuk. Pemecahan jalur Z oleh enzim proteolitik akan menyebabkan daging lebih empuk (Soeparno, 2009). Perendaman daging dalam larutan CaCl 2 sangat bermanfaat agar kandungan ion Ca 2+ bebas

Upload: salvian-setyo-part-ii

Post on 02-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

stimulasi listrik

TRANSCRIPT

  • PENGARUH IMPULSE STIMULASI LISTRIK DAN KONSENTRASI CaCl2 TERHADAP SIFAT FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR

    Citra Hasna Paramita, Eka Wulandari, Kusmayadi Suradi

    Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

    ABSTRACT

    This study aims to determine the interaction between impulse electrical stimulation with

    concentration of CaCl2 on the physical properties of culled laying hens and knowing the

    concentration of CaCl2 and what is the impulse number of laying hens get salvage meat with the

    best physical properties (tenderness, pH, water holding capacity and cooking lost). The research

    was conducted in a Livestock Products Processing Technology Laboratory Faculty of Animal

    Husbandry University Padjadjaran using a Completely Randomized Design with 3x3 Factorial

    pattern. The first factor consisted of three treatments giving impulse 25 (A1), impulse 50 (A2),

    and impulse 75 (A3) and the second factor consisted of three treatments concentration of CaCl2

    dosage 0,1 M (B1), 0,2 M (B2), and 0,3 M (B3), there was nine combinations that each

    treatment and repeated 3 times. Duncan Multiple Test distance use to find the difference

    between the treatment. The results showed no interaction between the electrical stimulation

    treatment with CaCl2 concentration. The best physical properties result of culled laying hens

    was use of electrical stimulation 75 impulse on tenderness value (94,22 mm/g/10detik), pH

    (5,3), water holding capacity (62,87%), and cooking lost (37,23%) and the concentration of

    CaCl2 0,3 M on tenderness value (89,63 mm/g/10detik), pH (5,3), water holding capacity

    (62,36%), and cooking lost (37,15%) on meat culled laying hens.

    Key words: Impulse, CaCl2, culled, physical characteristic.

    PENDAHULUAN

    Keempukan merupakan faktor

    palatabilitas paling penting yang

    mempengaruhi daya terima konsumen

    terhadap daging unggas. Salah satu faktor

    yang menentukan keempukan daging

    terjadi pada saat fase perubahan

    fisikokimiawi daging, diantaranya proses

    rigormortis yang berkaitan dengan

    kandungan ATP (Adinosine Triphosphate)

    otot, dengan habisnya ATP terjadi ikatan

    miofilamen aktin dan miofilamen myosin

    yang saling menindih dan terkunci

    bersama-sama membentuk ikatan

    aktomiosin yang permanen sehingga otot

    menjadi kaku dan tidak dapat digerakan, hal

    ini yang menyebabkan daging menjadi

    keras (Bate-Smith dan Bendall, 1949;

    Huxley, 1960 dalam Soeparno, 2009).

    Ayam petelur dimanfaatkan

    dagingnya apabila produksi telurnya sudah

    menurun dan diafkir, namun memiliki nilai

    keempukan yang rendah karena semakin

    tua umur ternak akan diikuti penurunan

    keempukan daging. Stimulasi listrik

    merupakan salah satu cara untuk

    meningkatkan keempukan daging, karena

    stimulasi listrik akan mempercepat proses

    glikolisis postmortem yang terjadi selama

    konversi otot menjadi daging, sehingga

    mempercepat laju penurunan pH serta

    mempercepat pelepasan enzim protease

    (Pearson dan Dutson, 1985).

    Stimulasi listrik dapat

    menyebabkan kerusakan serabut otot yang

    diikuti oleh proses pelepasan enzim

    lisosom. Kerusakan tersebut disebabkan

    adanya tekanan pada saat kontraksi serabut

    otot (Pearson dan Dutson, 1985). Enzim

    lisosom memiliki kemampuan untuk

    mendegradasi protein myofibril pada

    kondisi temperatur tinggi dan pH rendah,

    sehingga pelepasan enzim lisosom

    menyebabkan perombakan protein

    myofibril dan menghasilkan daging yang

    empuk (Hultin, 1985). Pengempukan daging dapat

    dilakukan dengan cara perendaman dengan

    larutan CaCl2, karena Ca akan mengaktivasi

    enzim proteolitik untuk mendegradasi

    protein jalur Z yang menyebabkan daging

    empuk. Pemecahan jalur Z oleh enzim

    proteolitik akan menyebabkan daging lebih

    empuk (Soeparno, 2009). Perendaman

    daging dalam larutan CaCl2 sangat

    bermanfaat agar kandungan ion Ca2+

    bebas

  • dalam daging tetap tersedia sehingga

    memperpanjang kerja proteinase dalam sel

    otot, dan kerja enzim protease ini akan

    membuat daging menjadi lebih empuk

    (Koohmaraie dkk., 1988).

    Stimulasi listrik dapat mempercepat

    proses glikolisis pada daging sehingga

    mempercepat penurunan pH. Penurunan pH

    diikuti dengan pelapasan enzim protease,

    enzim protease membutuhkan ion kalsium

    (Ca2+

    ) untuk menunjang aktivitasnya dalam

    mendegradasi pita Z sehingga kombinasi

    stimulasi listrik dengan perendaman CaCl2 akan meningkatkan keempukan daging,

    sehingga perlu dilakukan penelitian tentang

    pengaruh impulse stimulasi listrik dan

    konsentrasi CaCl2 terhadap sifat fisik

    daging ayam petelur afkir.

    MATERI DAN METODE

    Materi dan Bahan Penelitian

    Materi yang digunakan adalah

    ayam petelur afkir jenis Hyline Brown umur

    20 bulan sebanyak 27 ekor. Bahan dan

    peralatan yang digunakan adalah buffer 7

    dan 4, CaCl2, kertas Whatman No.41,

    stimulator listrik tegangan 100 V,

    penetrometer, timer, motrar, pH meter,

    oven, eksikator, dan plat kaca.

    Rancangan Percobaan

    Penelitian dilaksanakan secara

    eksperimen di laboratorium menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

    pola Faktorial 3x3, faktor pertama terdiri

    dari 3 perlakuan pemberian impulse yaitu

    impulse 25 (A1), impulse 50 (A2), dan

    impulse 75 (A3), serta faktor kedua yaitu

    perendaman konsentrasi CaCl2 0,1M (B1), 0,2 M (B2), dan 0,3 M (B3), sehingga

    terdapat 9 kombinasi perlakuan yang

    masing-masing dilakukan pengulangan

    sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh

    dianalisis dengan menggunakan Sidik

    Ragam dan untuk mengetahui perbedaan

    antar perlakuan dilakukan Uji Jarak

    Berganda Duncan (Gasperz, 2006).

    Prosedur Penelitian

    Penelitian melalui beberapa

    tahapan, sebagai berikut :

    1. Penyiapan Karkas, dengan tahapan

    sebagai berikut : Pemuasaan,

    Penyembelihan, Bleeding, Scalding,

    Defeathering, Evisceras

    2. Penggantungan.

    3. Pemberian Stimulasi Listrik (Savell

    dkk., 1977).

    a. Alat stimulasi listrik diset agar

    dapat mengalirkan listrik

    sebesar 100 V selama 1 detik

    dan istirahat selama 1 detik

    dengan jumlah impulse yang

    telah ditentukan yaitu impulse

    25 (A1), impulse 50 (A2), dan

    impulse 75 (A3). impulse 25

    (A1), impulse 50 (A2), dan

    impulse 75 (A3).

    b. Elektroda jepit yang bermuatan

    positif diletakan pada bagian

    paha ayam petelur dan

    elektroda jepit negatif diletakan

    pada ujung tulang leher.

    4. Perecahan Karkas (retail cut)

    5. Perendaman bagian paha ayam

    petelur pada larutan CaCl2 selama 1

    jam, yaitu sebanyak 250 gram untuk

    setiap satuan percobaan (27 satuan

    percobaan) dengan tingkat

    konsentrasi yaitu konsentrasi 0,1 M

    (B1), konsentrasi 0,2 M (B2), dan

    konsentrasi 0,3 M (B3).

    6. Pengambilan daging paha ayam

    petelur untuk pengujian pH,

    keempukan, daya ikat air, dan susut

    masak.

    Variabel yang diukur:

    1. Pengukuran pH Daging (Modifikasi Suwedo, 1994)

    2. Uji Keempukan Daging (Modifikasi Muchtadi dan

    Sugiyono, 1992) Keempukan (mm/detik/gram) =

    3. Uji Daya Ikat Air (Hamn ,1972

    dalam Soeparno, 2009)

    mgH2O =

    Kadar Air (%bb) =

    DIA = 100% 300

    OmgH - Ka

    2

    detik 10

    pengukuran rata-rata

    8,0 - 0,0948

    )(cmBasah Area 2

    100% W1- W2

    W3- W2

  • 4. Uji Susut Masak ( Soeparno, 2009)

    % Susut Masak =

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Keempukan

    Hasil analisis menunjukkan bahwa

    tidak terdapat interaksi antar perlakuan

    stimulasi listrik dengan perendaman

    konsentrasi CaCl2 terhadap nilai

    keempukan daging ayam petelur afkir,

    namun perlakuan stimulasi listrik maupun

    perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

    nyata (P

  • Derajat Keasaman (pH)

    Hasil analisis menunjukkan bahwa

    perlakuan stimulasi listrik maupun

    perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

    nyata (P

  • Peningkatan penggunaan konsentrasi

    CaCl2 akan meningkatkan konsentrasi Ca2+

    dalam daging yang akan meningkatkan

    kerja enzim proteolitik dalam mendegradasi

    pita Z yang akan meningkatkan keempukan

    daging, keempukan mempunyai hubungan

    erat dengan pH dan daya ikat air. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Bendall (1960),

    bahwa penurunan pH akan meningkatkan

    kontraksi aktimiosin dan menurunkan daya

    ikat air. Etherington (1984), menyatakan

    bahwa hidrolisis protein oleh enzim

    proteolitik seperti katepsin menyebabkan

    banyak kehilangan air terikat, karena

    kemampuan mengikat air oleh protein

    semakin menurun seiring menurunnya

    kadar protein. Hidrolisis protein

    menyebabkan banyak kehilangan air dan

    protein, sehingga serat-serat otot menjadi

    terbuka dan ikatan peptida yang lepas

    akibat hidrolisis protein daging.

    Susut Masak

    Hasil analisis menunjukkan bahwa

    perlakuan stimulasi listrik maupun

    perendaman konsentrasi CaCl2 berpengaruh

    nyata (P

  • Gasperz, V. 2006. Teknik Analisis dalam

    Penelitian Percobaan. Edisi

    Pertama. Tarsito : Bandung.

    Hamm, R. 1975. Water Holding

    Capacity of Meat dalam D.J.A.

    Cole; R.A. Lawrie (Editor). Meat.

    London: Butterworths.

    Hamm, R. 1975. Water Holding Capacity

    of Meat dalam D.J.A. Cole; R.A.

    Lawrie (Editor). Meat. London:

    Butterworths

    Hinner, R.L., and O.G. Hankins. 1950.

    The Tenderness of Beef in

    Relation to Different Muscle an

    Age in Animal. Journal Animal

    Science. 9:347-353

    Hultin, H.O. 1985 Characteristic of

    Muscle Tissue dalam Fennema

    ,Owen R (Editor). Food

    Chemistry. Second Edition. New

    York: Marcel Dekker. Inc. Hal

    748-768

    Kendall, T.L,., Koohmaraie, J.R. Arbona,

    S.E. Williams, and L.L. Young.

    1993. Effects of pH ionic

    Strength on Bovine M-calpain

    and Calpastatin Activity. Journal

    Animal Science. 71:96-104

    Koohmaraie, M., A.S. Babiker, A.L.

    Schroder, R.A. Merkel, and T.R.

    Dutson. 1988. Acceleration of

    Postmortem Tenderization in

    Ovine Carcases Through

    Activation of Ca2+

    Dependent

    Protease. Journal Food Science.

    53: 1639.

    Miller, A.R. 1958. Meat Hygine. Lea and

    Febiger. Philadelpia. 319-320

    Muchtadi, T.R., dan Sugiyono. 1992.

    Petunjuk Laboratorium: Ilmu

    Pengetahuan Bahan Pangan.

    Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan. Direktorat Jendral

    Pendidikan Tinggi Pusat Antar

    Universitas Pangan dan Gizi.

    Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Pearson, A.M and T.R Dutson. 1985.

    Scientific Basis for Electrical

    Stimulation dalam Pearson, A.M.,

    Dutson, T.R (Editor), Advance in

    Meat Research, Vol 1, Electrical

    Stimulation. The Avi Publishing

    Company Inc. Connecticut.

    Prussa, J. Kenneth, Camber IV. E.,

    Bower. J.A., Huningham.F. Na.

    D. Dayton. 1981. Thiamin

    Contain, Texture, and Sensory

    Evaluation of Postmortem Papain

    Injective Chicken. Journal of

    Food Science 46:1684-1686

    Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi

    Daging. Cetakan Kedua. UGM

    Press : Yogyakarta.

    Soewedo, H. 1994. Teori dan Prosedur

    Pengujian Mutu Susu dan Hasil

    Olahannya Cetakan ke-2.

    Penerbit Liberty. Yogyakarta .

    Savell, J.W., G.C. Smith, T.R, Dutson,

    Z.L. Carpenter and D.A. Suter.

    1977. Effect of Electrical

    Stimulation on Palatability of

    Beef, Lamb and Goat Meat.

    Journal Food Science 42.702.

    Winarno, F.G..1992. Kimia Pangan dan

    Gizi. Gramedia Pustaka Utama.

    Jakarta.