strategi alokasi air dan antisipasi dampak ......2020/07/17 · berdasarkan peta prakiraan sifat...
TRANSCRIPT
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
STRATEGI ALOKASI AIR DAN ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DI
DAS BRANTAS
PROF. DR. IR. PITOJO TRI JUWONO, MT.,IPU.
Profesor Bidang Manajemen dan Rekayasa SDAFakultas Teknik Universitas Brawijaya
WEBINAR JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN#1
Jumat, 17 Juli 2020
OUTLINE
SISTEM ALOKASI AIR DAS BRANTAS
PENDAHULUAN
ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN
1
2
3
PERMASALAHAN UTAMA PENYEDIAAN AIR4
KESIMPULAN5
2
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
1PENDAHULUAN
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)
PENDAHULUAN
97,50%
2,50%
Air Laut Air Tawar
68,7%
0,4%
30,1%
0,8%
Air di Es & Gletser
Air Permukaan & Atmosfer
Air Tanah
Air di Lapisan Tanah Beku
SUMBER : World Water Assessment, 2006
DISTRIBUSI AIR DI DUNIA
5
POTENSI DAN KETERSEDIAAN SDA
6
Keterangan:
D : Domestik (Rumah Tangga)
M : Municipal (Perkotaan)
I : Industrial
Sumber:
Puslitbang SDA, 2012
Roadmap CC Water Sector, 2011
DMI (106 m3/th)
34,100 (19.5%)
PERTANIAN (106 m3/th)
141,000 (80.5 %)
DM
(106 m3/th)
6.400 (3,7%)
SUDAH DIMANFAATKAN
(106 m3/th)
175,100 (25.3%)
BELUM DIMANFAATKAN
(106 m3/th)
516,200 (74.7%)
INDUSTRIAL
(106 m3/th)
27.700 (15,8%)
AIR BAKU TERSEDIA (106 m3/th)
POTENSI DAPAT DIMANFAATKAN
3,906,500 691,300INDONESIA 3.906,500
SUMATERA 840,700
JAVA 164,000
KALIMANTAN 1,314,000
SULAWESI 299,200
BALI + NUSA
TENGGARA49,600
MALUKU 176,700
PAPUA 1,062,100
DISTRIBUSI
PEMANFAATAN AIR DI INDONESIA
7
Konsumsi Beras
2500 liter/1 kg
X
237.641.326 Jiwa (BPS, 2010)
Virtual Water - Nasi Jumlah Penduduk
2500X
Indonesia 139 kg / jiwa / tahun
Jepang 70 kg / jiwa / tahun
India 76 kg / jiwa / tahun
Thailand 104 kg / jiwa / tahun
Vietnam 170 kg / jiwa / tahun
China 95 kg / jiwa / tahun
82.59 milyar m3/tahun
Kebutuhan Air Indonesia
untuk Memenuhi Kebutuhan
Konsumsi Beras per tahun
Sumber: Kementerian PUPR
8
MENGAPA KEBUTUHAN AIR IRIGASIDI INDONESIA SANGAT TINGGI ?
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
7/17/2020
9
Sumber: Bappenas, 2010
KEBUTUHAN AIR SEMAKIN MENINGKATSEIRING PERTAMBAHAN PENDUDUK
Tahun 2030 di proyeksikan
kebutuhan airnya sangat tinggi
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
2SISTEM ALOKASI AIR DI DAS
BRANTAS
Definisi: suatu kegiatan pengaturan pemberian air yang didasarkan atas ketersediaan airberdasarkan kebutuhan air menurut jenis pemanfaatan, volume dan waktu tertentu yangdisesuaikan dengan hasil kesepakatan urutan prioritasnya.
Kelebihan Air
pada musim
penghujan,
namun saat
musim kemarau
kekurangan air
Keseimbangan Air
Banyaknya
Pemanfaat air
Rusaknya daerah
tangkapan airMenghindari
konflik sosial
ALOKASI AIR
11
ALOKASI AIR
Evolution of techniques for basin allocation planning: infrastructure development to demand management
Sumber: R. Speed, Li Y., T. Le Quesne, G. Pegram and Z. Zhiwei (2013) Basin Water Allocation Planning.
Principles, procedures and approaches for basin allocation planning, UNESCO, Paris.
12
ALOKASI AIR
PerencanaanPerencanaan
PelaksanaanPengendalian
Pemantauan dan Evaluasi
Pengawasan
13
PENGELOLAAN ALOKASI AIR
Pengelolaan alokasi air rangkaian kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,evaluasi, pengendalian dan pengawasan. Rangkaian kegiatan tersebut membentuk suatu siklus sepertiterlihat pada bagan alir di bawah ini :
a. Pengumpulan Data
- Data Statis :
Kapasitas tamp.
Waduk, kapasitas
pengaliran sungai,
sistem sungai, titik
tinjau pengambilan air,
dll
- Data Dinamis: Data
Debit, data keb. Air
(RTTG dan Pertek),
Prakiraan Sifat hujan
(BMKG)
b. Analisis Data
- Validasi Data
- Perhitungan
Keandalan Debit
Ketersediaan Air
- Perhitungan
Kebutuhan Air
- Perhitungan
Kesimbangan Air
d. Penetapan
Dilakukan
Pembahasan untuk
disepakati di forum
TKPSDA,
sebelum disahkan
oleh pejabat yang
berwenang
14
1. Perencanaan
c.Pola Alokasi Air
- Draft Rencana
Tahunan Operasi
Waduk (TMA, Inflow,
Outfloww)
- RAAT (Rencana
Alokasi Air untuk
berbagai kebutuhan
dengan
mempertimbangkan
keseimbangan air
OperasionalisasiAlokasi Air
Prosedur Operasi
Standar (SOP)
Your Text Here
PenyiapanSumberdaya
(1) (2) (3)
Manual bagi pengelola sumberdayaair untuk pelaksanakan alokasi airyang memuat produr rinci yangharus dilakukan dalam setiapkondisi.
Penyusunan SOP Berdasarkan :
• Batas akseptabilitas pelayananair
• Batas akseptabilitas operasionalprasarana pengairan
• Kewenangan pengambilankeputusan pada berbagai kondisiyang tidak normal.
Pemeriksaan kesiapan prasaranapengairan
Pemeriksaan peralatanpemantauan termasuk kalibrasinya.
Pemeriksaan peralatan pendukung : Sarana komunikasi, telemetri,dll
Penyiapan Tenaga Kerja, diperlukan Pelatihan dan Knowledge sharing polaalokasi air dan SOP
Pengamatan debit pengambilan dan kondisi air yang meliputi: inflow, outflow, tinggi muka air dan kualitasair.
Pengamatan kondisi bangunanpengambilan air.
Pengaturan distribusi air disesuaikandengan pola alokasi air.
Pelaksanaan Penegakan Hukum terhadap pelanggaran pengambilanair.
15
2. Pelaksanaan Alokasi AirPelaksanaan alokasi air dilakukan oleh pengelola sumberdaya air berdasarkan pola alokasi air yang sudah ditetapkan.
16
3. Pemantauan Dan Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara periodik untuk mengetahui kesesuaianantarapelaksanaan alokasi air dengan pola yang telah ditetapkan.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian dengan pola maka dilakukananalisis terhadap sebab akibat untuk dirumuskan rencanapengendaliannya.
Evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi pelaksanaanalokasi air dan dilaksanakan:• secara periodik/berkala pada titik titik pantau utama.• secara insidentil dalam hal ditengarai adanya penyimpangan.
Pemantauan
Pengendalian dilakukan sebagai upaya
untuk mengurangi penyimpangan melalui
koreksi terhadap pelaksanaan dan atau
koreksi terhadap perencanaan.
(1)
Koreksi terhadap perencanaan dilakukanapabila terjadi penyimpangan yang berlebihan antara lain perubahan kondisicuaca, bencana alam, kebijakan.
(3)
Koreksi terhadap penyimpangannya masih
dalam batas toleransi yang diperbolehkan.
Koreksi pelaksanaan dilakukan melalui
tindakan koreksi dan pencegahan. Tindakan
koreksi atas sarana dan prasarana (termasuk
SOP) untuk mengurangi/menghilangkan
penyimpangan yang terjadi. Diperlukan
tindakan pencegahan.
.
(2)
Koreksi dimaksud dengan menghitungkembali pola alokasi air denganmemasukkan asumsi dan kebijakan baruyang disusun melalui mekanismeperencanaan sebagaimana diuraikan diatas.
(4)
17
4. Pengendalian
Pengecekan alokasiair di lapangan
Pengecekan tingkatPemerataan pembagian air
18
5. Pengawasan
Agar pelaksanaan pengalokasian air berjalan efektif dan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan, diperlukan suatu pengawasan yang dilakukan oleh Dinas yang membidangi sumber daya air
1. UU RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
2. UU No. 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan Daerah
3. Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber
Air dan Bangunan Pengairan
4. Permen PUPR No. 01/PRT/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air
5. Permen PUPR No. 28/PRT/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan
Garis Sempadan Danau
6. Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai
7. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi.
8. SNI 6728.1;2015, Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam, Bagian I:
Sumber Daya Air
9. Surat Edaran – Direktur Jenderal Sumber Daya Air No.04/SE/D/2012 tentang
Alokasi Air
19
DASAR HUKUM DI INDONESIA
Ketersediaan Air Permintaan AirKeseimbangan
Prinsip Waduk Tahunan dan Waduk Harian :
LWL
HWL
HWL = Muka Air Tinggi
LWL-1 = Muka Air Rendah operasional (kondisi normal)
LWL-2 = Muka Air Rendah emergency (kondisi kekeringan)
T1 = Pengisian T2 = Pengosongan
Waduk Tahunan : T1 + T2 = Satu Tahun
Waduk Harian : T1 + T2 = Satu Hari
20
KONSEP POLA OPERASI WADUK DAN ALOKASI AIR
21
MEKANISME PENYUSUNAN POLA ALOKASI AIR
Data Hidrologi(Ketersediaan Air)
Data Pemakaian(Kebutuhan Air)
Penyiapan KonsepRencana Alokasi
Air Tahunan
Pembahasandengan Berbagai
Sektor
PengesahanRencana Alokasi
Air Tahunan
PenerapanRencana Alokasi
Air Tahunan
Pelaporan danEvaluasi
Deviasi?
Revisi RencanaAlokasi Air Tahunan
OPERATOR = PJT-1
OPERATOR = PJT-1
Tim KoordinasiPengelolaan
Sumberdaya Air (TKPSDA)
Tidak
Ya
Balai & BalaiBesar
National Public Type of RBO
UPT DaerahProvincial Public
Type of RBO
Perum Jasa Tirta
Corporate Type of RBO
Koordinasi antar Institusi lingkup wilayah sungai
Hubungan antara lembaga dan instansi di wilayah sungai diwadahi
melalui Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) yang
berfungsi sebagai hub/ penghubung untuk regulator, pengembang,
operator dan pengguna.
Collecting Data
(Data Hidrologi, Data Teknis Bangunan Keairan,
RTTG, Prakiraan Sifat Hujan, Kapasitas Tamp.
Waduk, dll)
Debit Andalan Dengan
Pertimbangan Prakiraan Sifat Hujan
Urutan simulasi
1. Pengaturan air irigasi (k) atau pengurangan luas tanam, dan atau
2. Pengurangan alokasi untuk Industri s/d 30%
3. Qk-PDAM s/d – 10%
4. Penambahan debit outflow sutami (jika memungkinakan dengan
pertimbangan keamanan bendungan).
5. Penambahan Suplesi Tiudan Kanal
sehingga didapat kondisi : Keseimbangan Air
Debit
Tersedia
Analisis Q pemanfaatan dari
Hulu hingga Hilir Brantas,
Serta Simulasi Waduk
(Qtersedia – Qirg (rttg) – Q rki)
Qtersedia < Qkeb
OK
Ya
Tidak
22
ALUR PRIORITAS PENYUSUNAN RTOW DAN RAAT
1. Debit aktual tertinggi pada
irigasi di WS Brantas yaitu
pada tahun 2017 sebesar
3120,48 m3/detik.
2. Produksi listrik di WS
Brantas terbesar yaitu pada
Bendungan Sutami dengan
produksi tertinggi tahun
2016 sebesar 616.908.000
kWh.
3. Total layanan air baku
untuk produksi air baku
industri di WS Brantas
tahun 2015 s/d 2019
sebesar 900.010.000 m3.
4. Total layanan air baku
untuk produksi air baku
PDAM di WS Brantas
tahun 2015 s/d 2019
sebesar 1.937.520.000 m3.
23
DATA HISTORIS LAYANAN AIR PADA DAS BRANTAS
RKIRKI
RKI
RKI
D.I. Besuk, Kd Kudi,
Pengkol 534 Ha
BENDUNG
LENGKONG BARUBENDUNG
MENTURUS
BENDUNG
JATIMLEREK
BEND. SELOREJO
BEND. MRICAN
WD. BENING
D.I. Bening
8.752 Ha D.I. Jatimlerek
1.812 HaD.I. Menturus
3.632 Ha
D.I. Delta Brantas
17.942 Ha
D.I. Jatikulon
638 Ha (619)
D.I. Siman
23.060 Ha
(23.456)D.I. Mrican Kiri
12.729 Ha
D.I. Lodagung
12.217 Ha
D.I. Paingan
551 Ha (1.012)
D.I. Blader ,
Kluwih, Gelang
1.701 Ha
WD. SENGGURUH
WD. SUTAMI & LAHOR
WD.
WLINGI
BENDUNG
LODOYO
BENDUNG
SEGAWE
WD. WONOREJO
PLTA
T.AGUNG SELATAN
BENDUNG
TIUDAN
8
3 2 1
65
4
7
9
D.I. Mrican Kanan
17.612 Ha
RKI
24
SKEMA ALOKASI AIR DAS BRANTAS
KRITERIA PJT I
KRITERIA BMKG
0 10090 11085 115
Normal
Atas NormalBawah Normal
0 5040302010 1009080706035 65
Normal
Normal Basah Normal Kering
KeringBasah
% thd Curah Hujan
Rata-Rata 30 thn Terakhir
% Probabilitas
Keandalan Debit
1. BMKG (Berdasarkan Prediksi Sifat Hujan)
a. Normal : Antara 85% s/d 115% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir)
b. Di Atas Normal : > 115% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir)
c. Di Bawah Normal : < 85% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir)
2. PERUM JASA TIRTA I (Berdasarkan Keandalan Debit)
Berdasarkan debit andalan yang dihitung berdasarkan data debit historis (bukan curah hujan),
namun diidentikkan dengan kriteria BMKG, sbb:
a. Normal : Antara 35% s/d 65%
b. Basah (Atas Normal) : < 35%
c. Kering (Bawah normal) : > 65%
25
DASAR PENENTUAN PROSENTASE KEANDALAN
DEBIT UNTUK RAAT DAS BRANTAS OLEH PJT I
Hulu DAS Brantas memasuki musim penghujan pada November
Dasarian II, sedangkan Tengah-Hilir DAS Brantas memasuki
musim penghujan pada November Dasarian III
26
PRAKIRAAN AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020
BERDASARKAN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG)
27
PRAKIRAAN CURAH HUJAN DESEMBER 2019
BERDASARKAN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG)
Berdasarkan Peta Prakiraan Sifat Hujan MH 2019/2020, di WS Brantas Sifat Hujannya yaitu Normal.
Debit Andalan yang digunakan yaitu antara 45-65% dengan mempertimbangkan nilai rata-rata debit.
Debit Andalan 45% digunakan sebagai adjustment pada bulan Januari dan Februari 2020 yang merupakan puncak musim hujan.
28
PRAKIRAAN SIFAT HUJAN 2019/2020
29
RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK (RTOW) DAN
RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN (RAAT) MUSIM HUJAN
2019/2020 DAN MUSIM KEMARAU 2020
KONDISI NORMAL
WADUK SUTAMI
30
RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK (RTOW)
DAN RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN (RAAT)
MUSIM HUJAN 2019/2020 DAN
MUSIM KEMARAU 2020
KONDISI NORMAL
WADUK SELOREJO
Waduk Sutami-Lahor
memiliki ketersediaan
volume air untuk musim
kemarau 2020 sebesar
142.152.815,71 m3,
Sebagai Waduk Penyangga
Utama di WS Brantas
Waduk Sutami Lahor
memasok kebutuhan
alokasi air sampai hilir WS
Brantas
31
FORECASTING PENYEDIAAN AIR MUSIM KEMARAU TAHUN 2020
Waduk Selorejo memiliki
ketersediaan volume air
untuk musim kemarau 2020
sebesar 31.141.814,15 m3.
32
FORECASTING PENYEDIAAN AIR MUSIM KEMARAU TAHUN 2020
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Debit
(m
3/dt)
Bulan
Inflow Sutami
IF 2015 IF 2016 IF 2017 IF 2018 IF 2019
33
POTENSI KEKERINGAN
Kondisi aktual selama tahun 2015-2019, data hidrometri Bendungan Sutami tahun 2016 menunjukkan inflow cukup
tinggi yang disebabkan curah hujan tinggi sepanjang tahun (kondisi Normal hingga La Nina lemah), sementara untuk
tahun-tahun lainnya lebih mengarah pada kondisi normal hingga el Nino lemah.
Defisit Air Lahan:
• Umumnya sedang (kuning) dan kurang (merah).
• September-Oktober:November wilayah defisit KATmasih meluas.
• Wilayah Defisit mulai meluruh/berkurang di Desember, seiring
masuknya musim hujan.
Analisis: Tingkat Ketersediaan Air bagi Tanaman
Bulan Juli 2019
SEPT
OKT
NOV
Prediksi:
34
DAMPAK KEKERINGAN 2019: MELUASNYA DEFISIT AIR LAHAN
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
3ANTISIPASI DAMPAK
KEKERINGAN
Memperhatikan prakiraan awal musim kering dari BMKG
Monitoring muka air waduk dan ketersediaan pada sumber air
Pengaturan alokasi air
Efisiensi penggunaan air
Meminimalkan kebocoran air pada saluran
Pencegahan terjadinya pengambilan air secara illegal
Kaji ulang pola tanam dan tata tanam
MODIFIKASI CUACA, jika kondisi sangat kritis (sesuai Penjelasan Pasal 29 Ayat
(2) huruf d UU No. 17 Th. 2019 tentang Sumber Daya Air)
LANGKAH ANTISIPASI
DALAM MENGHADAPI DAMPAK KEKERINGAN
37
TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC)
TMC adalah suatu bentuk upaya
intervensi manusia untuk
memodifikasi cuaca dengan tujuan
untuk meningkatkan intensitas
curah hujan atau mempercepat
proses hujan di suatu tempat.
Partikel higroskopik (garam NaCl
berbentuk powder dalam ukuran
orde mikron) dibawa dengan
pesawat dan ditambahkan
langsung ke dalam awan jenis
Cummulus (awan berpotensi
hujan).
Jumlah22 November –
12 Desember 2019
Hari Kegiatan 20 hari
Sorti 24 sorti
Jam Terbang 30 jam 10 menit
Bahan Semai (NaCl)
Terpakai24.000 kg
Progres Pekerjaan (%) 100,244 %
38
REKAP JALUR PENERBANGAN PENYEMAIAN AWAN22 November – 12 DESEMBER 2019
Daerah Tangkapan AirLuas
(km2)
Pengamatan
HujanJumlah Hari Hujan rata-rata
harian (mm)
Akumulasi
Hujan (mm)
Volume
Hujan
(juta m3)
Seluruh Lokasi
Penyemaian
2166.4Selama periode
TMC 21 4.50 94.49 204.70
Hari Penyemaian 18 4.03 72.60 157.28
Waduk Sengguruh 1691.4Selama periode
TMC21 5.06 106.30 179.80
Hari Penyemaian 18 4.42 79.59 134.63
Waduk Sutami 2008.5Selama periode
TMC21 4.65 97.72 196.27
Hari Penyemaian 18 4.12 74.13 148.89
Waduk Lahor 157.8Selama periode
TMC21 3.40 71.34 11.26
Hari Penyemaian 18 3.78 68.04 10.74
39
ANALISIS CURAH HUJAN POS HUJAN
Tren hujan harian rerata wilayah
pos hujan periode 17 November
– 17 Desember 2019
Tren hujan rerata wilayah
bulanan pos hujan
Periode TMC 22 November – 12 Desember 201940
ANALISIS CURAH HUJAN POS HUJAN
Tren debit rata-rata harian PDA Gadang pada periode TMC
Tren debit rata-rata harian PDA Tawangrejeni pada periode TMC41
ANALISIS DEBIT POS DUGA AIR
Tren debit rata-rata
bulanan PDA Gadang
Tren debit rata-rata
bulanan PDA Tawangrejeni
42
ANALISIS DEBIT POS DUGA AIR
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
4PERMASALAHAN UTAMA
PENYEDIAAN AIR
Versi Tayang
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation44
LU
AS
DIKUASAI NEGARA
(70%)
BUMN DAN SWASTA (10%)
PERSEORANGAN(16%)
PETANI KECIL (4%)PETANI TAK
BERTANAH
Luas di bawah kurva menggambarkan prosentase kepemilikan
32% Pertanian
34% Perkebunan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
APL Kawasan Hutan
NON PERTANIAN PERSAWAHAN
PERTANIAN TANAH KERING PERKEBUNAN
HUTAN LAIN-LAIN
Kelajuan deforestasiIndonesia pada 2005-
2010 adalah 107%terhadap 2000-2005
PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN
45
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAS BRANTAS HULU
46
Metode pertanian tidak ramah lahan
Degradasi lahan pada hutan lindung
Perladangan terbuka pada kawasan kritis
Pengolahan yang percepat degradasi
47
SEDIMENTASI WADUK
48
SEDIMENTASI WADUK SENGGURUH
49
SEDIMENTASI WADUK SELOREJO
50
SEDIMENTASI WADUK WLINGI
Pengerukan Waduk Sengguruh Pengerukan Waduk Sutami
Pengerukan Waduk Wlingi Pengerukan Waduk Selorejo
51
KEGIATAN OPERASI & PEMELIHARAAN (OP)
WADUK DAS BRANTAS
Hauling Spoilbank Dempok 3 Hauling Spoilbank BHauling Spoilbank Dempok 1
Hauling Spoilbank Sumberpetung 2A
52
KEGIATAN OPERASI & PEMELIHARAAN (OP)
WADUK DAS BRANTAS
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
DEGRADASI KUALITAS AIR
Sungai-sungai di Pulau Jawa banyak yang tercemar
Sumber: Kementerian PUPR
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
5KESIMPULAN
BUMN Pengelola Sumber Daya Air
Indonesian Water Corporation
Versi Tayang
KESIMPULAN
55
Secara global permasalahan akses terhadap sumber daya air masih belum tercapai sesuai dengan target yang dicanangkan dalam Sustainable Development Goals(SDGs), utamanya butir ke-2 dan ke-6.
Jaminan alokasi untuk semua pemanfaat harus diberikan secara fair dan transfaranmulai proses perencanaan sampai pengawasan karena suplai air yang semakin berkurang dan kebutuhan yang makin meningkat
Kekeringan berdampak signifikan utamanya pada penyediaan air bersih dan air pertanian yang mengancam ketahanan air dan ketahanan pangan nasional. Upaya mitigasi dan adaptasi kekeringan yang intensitasnya makin meningkat akibat perubahan iklim dengan teknologi modifikasi cuaca perlu dilakukan.
Indonesia masih menghadapi tantangan yang berat terkait keberlanjutan penyediaan sumber daya air dan tingkat pelayanan akan air, diakibatkan peningkatan kebutuhan air, kerusakan Daerah Aliran Sungai, degradasi kualitas air, daya rusak air, dan tren perubahan iklim.
TERIMA KASIH
56