strategi badan pengawas pemilu dalam …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STRATEGI BADAN PENGAWAS PEMILU DALAM PENGAWASAN
POLITIK UANG PADA PEMILIHAN SERENTAK 2019
DI KABUPATEN MAMUJU
Disusun dan Diusulkan Oleh
SAWAL SARIFUDDIN
Nomor Stambuk: 105640214515
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
STRATEGI BADAN PENGAWAS PEMILU DALAM PENGAWASAN
POLITIK UANG PADA PEMILIHAN SERENTAK 2019
DI KABUPATEN MAMUJU
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan
SAWAL SARIFUDDIN
Nomor Stambuk: 105640214515
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahi rahmanir rohim
Assalamu „alaikum warohmatullahi wabarakatuh
Segala syukur dan nikmat atas karunia Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Strategi Badan Pengawas Pengawas Pemilu Dalam
Pengawasan Politik Uang Pada Pemilihan Serentak 2019 Di Kabupaten Mamuju”
yang merupakan suatu syarat penyelesaian studi Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis tentunya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
yang disengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja, termasuk dalam penulisan
skripsi ini yang tentunya menemui hambatan, dan kesulitan sehingga untuk
menjadi lebih baik membutuhkan do‟a dan dukungan yang merupakan perantara
penulis dengan sang pencipta baik yang secara langsung maupun secara tidak
langsung.
Penghargaan dan rasa terima kasih tak terkira dan setinggi-tingginya
penulis haturkan kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Sarifuddin, Ibunda Nuraeni, kakanda Muh,
Subhan,.S.Pd, Adinda Mamnun Aluia Sarif yang selalu memberikan
dukungan dan kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do‟a yang tulus dan
ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga
menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis.
iii
2. Ibu Nuryanti Mustari, S.IP,. M.Si selaku pembimbing I atas dukungan dan
revisi yang selama ini diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi
ini dapat mencapai standar penulisan ilmiah untuk dipubliksan khalayak
publik.
3. Almarhum Ibu Nuraeni Aksa., selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan dukungan dan masukkan penulisan yang baik sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.
4. Bapak Rudi Hardi, S.So,. M.Si selaku Pembimbing II atas dukungan dan
revisi yang selama ini diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi
ini dapat mencapai standar penulisan ilmiah untuk dipubliksan khalayak
publik.
5. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
6. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Ibu Nuryanti Mustari S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang
berhubungan perkuliahan dan kegiatan akademik.
8. Bapak Muhajir selaku Dosen Pendamping.
9. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan
ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku
perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
iv
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu
penulis.
10. Kepada pemerintah Sulawesi barat khusunya kepada Pusat Pelayanan Satu
Pintu yang telah memberikan pelayanan yang kepada peneliti dalam
mengurus surat perizinan yang akan digunakan meneliti di lapangan.
11. Kepada seluruh keluarga besar sospol Universitas Muhammadiyah
Makassar, terutama kepada angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan; Fifin,
Rezky, Titin, Rahma, Try, Ririn, Egy, Akbar, Jaya, Sawal, Adi, Cevy,
Novi, Dina, Kak Sinar, Kak Indah, Iksan, Rahmat, Herul, Fitry, Kak
Iccang, Ika, Wulan, Ismi, Alam, Alfy, Sry, Arfan, Fandi, Willy, Ilham,
Nisa, Aril, dan teman-teman yang lain, yang tidak bisa saya sebutkan
semua namanya.
12. Kepada seluruh teman-teman KKP desa bontomarannu kecematan bonto
tiro kabupaten Bulukumba yanga terdiri dari Marwah, Isda, Fitri, Farida,
Feni, Jihad, Andi, Rifki
13. Kepada pengawai secretariat Bawaslu Kabupaten Mamuju yang telah
melayani dan mensupport penulis dalam melaksanakan penelitian,
Rudin,.SE. Faisal Jamaluddin. MM. Siti Mustika,.SE dan Yuhdin.SE
v
ABSTRAK
SAWAL SARIFUDDIN: Strategi Badan Pengawas Pemilu Dalam
Pengawasan Politik Uang Pada Pemilihan Serentak 2019 Di Kabupaten
Mamuju. (Dibimbing Oleh Nuryanti Mustari Dan Rudi).
Tujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi badan pengawas pemilu dalam pengawasan politik uang pada pemilihan serentak 2019 di kabupaten mamuju beserta faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan pengawasan politik uang. jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data mengunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan toeri Subarki dan Fitrianto bahwa pada pelaksanaan pengawasan politik uang pengawas pemilu mengunakan dua strategi pengawasan yang pertama strategi pencegahan dan strategi penindakan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan pencegahan politik uang dilakukan pertama menyampaikan peringatan dini kepada seluruh element yang terlibat dalam pemilihan umum. kedua melaksanakan sosialisi kepada masyarakat melalui dibentuknya forum warga, pemasangan baliho dan kalender yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik dan pendidikan politik masyarakat. Ketiga bawaslu telah berusaha mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut terlibat dalam mengawasi praktek politk uang menjelang pemilu. Pada penindakan politik uang akan memberikan efek jerah kepada setiap pelanggar pemilu dengan menjatuhakan hukum yang seberat-beratnya sehingga tindakan politik uang dapat diminimalisir. adapun faktor yang mendukung dalam pengawasan politik uang adalah adanya legitimasi lembaga ditingkat kabupaten kota sehingga adanya penguatan lembaga ditingkat kabupaten kota dan faktor yang menghambat dalam pengawasan politik uang adalah tingkat perekonimian masyarakat masih dibawah rata-rata sehingga tidak dapat dielekkan praktek politik uang akan menjarah kelingkungan sosial masyarakat.
Kata kunci. Bawaslu, pengawasan politik uang, pemilihan serentak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………………………………………………………………… i
Halaman Pengajuan Skripsi…………………………………………………… ii
Halaman Persetujuan ………………………………………………………… iii
Halaman Penerimaan Tim……………………………………………………… iv
Peryataan Keaslian Karya Ilmiah ……………………………………………… v
Kata Pengantar ……………………………………………………………….... vi
Abstrak ………………………………………………………………………… ix
Daftar Isi ……………………………………………………………………….. X
Daftar gambar………………………………………………………………….. xii
Daftar Tabel …………………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 6 D. Mafaat Penelitian ……………………………………………………….. 7
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Pengawasan ……………………………………………………. 8 B. Pemilihan Umum ……………………………………………………….. 12 C. Politik Uang ……………………………………………………………. 18 D. Kerangka Pikir …………………………………………………………. 27 E. Fokus Penelitian ……………………………………………………….. 29 F. Deskprisi Fokus Penelitian …………………………………………….. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian …………………………………………... 32 B. Jenis Dan Tipe Penelitian ………………………………………………. 32 C. Sumber Data ……………………………………………………………. 32 D. Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………………… 33 E. Informan Penelitian …………………………………………………….. 34 F. Tekhnik Analisis Data ………………………………………………….. 35 G. Keabsahan Data ………………………………………………………… 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………… 37 B. Gambaran Umum Bawaslu Mamuju …………………………………… 41
vii
C. Strategi Pengawasan Politik Uang Pada Pemilihan Serentak ………….. 60 D. Faktor Pendukung Dan Penghambat …………………………………… 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….110 B. Saran …………………………………………………………………. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 1.1 Struktur organisasi Bawaslu ………………………………………. 50
Bagan 1.2 Proses penindakan pelanggaran pemilu………………………………55
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan penelitian ………………………………………………..….34
Tabel 1.2 Data sosialisasi Bawaslu…………………………………………...….70
Tabel 1.3 Data pembagian kalender ke masyarakat………………………...……75
Tabel 1.4 Data partisipasi masyarakat…………………………………………...81
Table 1.3 Pelanggaran pemilu …………………………………………………...91
Table 1.4 Keluarga miskin di kab. Mumuju ……………………………..…… 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna dari pemilihan umum itu sendiri tidak bisa lepas dari konsep
demokrasi yang telah melatar belakangi terjadinya sistem pemilihan umum
dan pemilihan kepala daerah di berbagai wilayah otonomi indonesia dari
saban sampai meroke, sebagai mana dari makna dan pengertian demokrasi itu
sendiri adalah democracy is government of people, by the people, and for the
people yang dimana terjemahannya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.
Pemilihan umum merupakan suatu instrument atau alat dalam
mewujudkan kedaulatan rakyat dengan maksud untuk membentuk
pemerintahan yang sah, serta pemilihan umum juga menjadi sarana
masayarakat dalam mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan mereka
terhadap pemerintah (Tricahyon: 2009). Pemilihan umum dilaksanakan
sebagai wujud dari kedaulatan rakyat, untuk itu pemilu dilaksanakan secara
langsung, bebas, rahasia, umum, jujur dan adil untuk tercapainya demokrasi
yang telah menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan hak di depan hukum.
(Labolo dan Ilham :2017).
Tata cara penyelenggaraan pemilihan umum dilaksanakan secara
serentak telah diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang
pemilihan umum dan ini menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemilihan
DPR, DPRD, DPD dan Presiden bahwa pemilihan secara serentak
2
dilaksanakan berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia, dan adil. Dalam
penyelenggaraan pemilihan umum dilakukan secara demokratis untuk
menguatkan tata kelola pemerintahan yang efesien dan efektif dalam kerangka
dan konstruksi pemerintahan negara kesatuan republik indonesia yang
berdasarkan asas desentralisasi.
Undang-undang No 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum pada
pasal 280 ayat 1 huruf J setiap pelaksana, peserta dan tim kampanye pemilu
yang dengan sengaja menjanjinkan atau memberikan uang atau lainya sebagai
imbalan kepada peserta kampanye pemilu secara langsung tidak langsung
akan dipidanakan dengan penjara paling lama 2 tahun dan denda sebanyak Rp.
24.000.000 dan juga dalam pasal 278 ayat 2 menyatakan setiap pelaksana,
peserta, dan tim kampanye pemilu yang dengan sengaja pada masa tenang
tenang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainya kepada pemilih
secara langsung akan dipidana dengan penjara paling lama 4 tahun dan denda
paling banyak Rp. 48.000.000
Pemililihan umum yang telah dilaksanakan di indonesia dimulai dari
Era Orde Lama, Orde Baru sampai ke Masa Reformasi telah menyisahkan
sejarah yang kelam dalam dalam sistem pemillihan keterwakilan dan
langsung. Banyaknya patologi yang telah terjadi diantaranya adalah politik
uang, korupsi dan ijazah palsu, Praktik ini telah dilakukan oleh para penjilat
atau pegiat kursi kekuasaan politik di parlement dan eksekutif Didaerah
Maupun di Pusat. Praktik politik uang (money politic) telah menjadi
permasalahan utama dalam setiap perhelatan demokarasi secara lansung saat
3
ini, praktik ini akan menghasilkan pemimpin daerah yang tidak berkualitas
dalam kinerja, korup dan lain-lain.
Pemilihan serentak pertama kali diselengarakan di indonesia yang
menggabungkan dua sistem pemilihan antara pemilihan presiden dan
pemilihan legislatif. Pemilihan president adalah sebuah proses demokrasi
untuk memilih kepala negara dan kepala pemerintah sedangkan pemilihan
legislatif adalah sebuah proses demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan
menjadi wadah inspirasi rakyat dalam menyampaikan tuntutanya. Wakil
rakyat memiliki fungsi pada penyusunan anggaran, peraturan dan pegawasan.
Alasan dilaksanakannya pemilihan serentah adalah agar negara bisa
memangkas anggaran pemilihan umum. Namun di lain sisi. Penyelenggaran
pemilihan serentak akan menjadi pemicu meningkatnya praktik politik uang.
Cita-cita demokrasi itu sendiri adalah untuk memberikan
kesejahteraan rakyat, memperbaiki sistem pemerintahan Negara, pola
pemerintahan yang ideal, menciptakan pemimpin yang berkualitas,
menghindarkan Negara dengan sistem monarki (otoriter) dan memberikan
kesempatan kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan
kebijakan sebagaimana dalam teori chect and balance. Namun cita-cita
demokrasi ini akan sirnah ketika sistem rekrutmen politik diwarnai dengan
sistem politik uang dalam pencapaian kekuasaan politik. Bagaimanapun juga
politik uang (money politic) telah sudah menjadi rahasia umum dalam sistem
pemilihan umum dari orde lama sampai zaman reformasi. Namun dalam
4
penanggulanganya sangat sulit untuk diberantas, karena kasus ini telah
menjadi penyakit paten yang sulit untuk dipulihkan.
Politik Uang (Money politik) merupakan suatu proses tawar
menawar yang dilakukan oleh sesorang yang berkepentingan dengan yang
dipentingkan untuk mencapai tujuannya dengan mudah. Politik uang terjadi
karena si objek (masyarakat) tidak memiliki pengetahuan terhadap dampak
dari proses politik uang itu sendiri, proses ini akan menurunkan tingkat
kemapanan masyarakat dalam berdemokrasi khususnya pada saat
dilaksanakannya pesta pemilihan secara langsung. Proses tawar-menawar ini
sungguh tidak layak terjadi di lingkungan sosial masyarakat karena pada
eksistensinya proses ini sangat tidak mendidik dan memiliki dampak buruk
bagi masyarakat itu sendiri. Proses politik uang ini menunjukkan keadaan
dimana uang dapat membeli segalanya termaksuk membeli suara politik
rakyat untuk kekuasaan kursi politik di parlement.
Praktik politik uang selama ini terus berkembang di lingkungan
sosial masyarakat yang ada di berbagai didaerah. Praktik semacam telah
menghilangkan kesempatan warga negara yang memiliki kompontesi dan
kualitas untuk memimpin didaerah, politik uang tentunya akan memberikan
kesempatan para pemodal yang korup yang berkeinginan berkuasa didaerah
akan lebih mudah, dengan politik uang. Praktik semacam ini akan
menimbulkan dampak negatif utamanya adalah sulitnya mendapatkan
pemimpim yang berkualitas, terjadinya keteganan politik yang
berkepanjangan, serta akan terjadinya dinasti politik didaerah.
5
Penelitian yang dilakukan oleh fitria dengan judul “Fenomena Poltik
Uang Dalam Pilkada di Riu” menyatakan bahwa politik uang sangat rentang
terjadi di lingkarang demokrasi secara lansung. politik uang terjadi di
lingkarang partai politik, karena pada dasarnya si candidat membutuhkan
“perahu” dan perahunya itu adalah partai politik. Pada saat dilaksanakan
kampanye praktik politik uang sangat marak terjadinya, politik uang sangat
erat kaitanya dengan political buying yaitu pembelian suara politik dengan
uang. Money politic dikemas sekian rupa yang diantaranya adalah
memberikan janji-janji politik yang besar, pemberian sumbangan
pembangunan untuk masjid, pemberian mesin bagi para nelayan dan yang
terakhir adalah money politic itu sendiri.
Untuk mencegah terjadinya praktik politik uang dan isu sara yang
dilakukan oleh para calon legislatife dengan tujuan untuk mendapatkan
dukungan massive dari rakyat, maka dari itu Bawaslu Mamuju telah gempar
melaksanakan pengawasan politik uang dan apapun bentuknya yang dapat
menyalahi aturan pemilihan. Politik uang sangat rentang terjadi di sebabkan
pengetahuan masyarakat masih rendah tentang pengetahuan politik dan
masyarakat cenderung primisif terhadap politik uang. Oleh karena itu,
bawaslu selaku pihak pelaksana tugas pengawasan telah genjar malaksanakan
edukasi politik kepada masyarakat serta melaksanakan pengawasan kepada
para calon legislative untuk tidak melakukan tindakan perbuatan melawan
hukum. Politik uang akan sangat rentang terjadi dikarenakan pemilihan
presiden dan legislatife dilaksanakan secara bersamaan.
6
Politik uang (money politik) merupakan suatu permasalahan yang
bisa mencederai eksistensi demokrasi itu sendiri utamanya di indonesia. Untuk
menjamin hal tersebut dalam pegelaran pesta demokrasi di indonesia, untuk
itu dibentuk suatu lembaga independen yang bertujuan untuk melakukan
fungsi pengawasan pada setiap konstelasi pemilihan umum dan pemilukada di
indonesia di dalam negeri mapuan di luar negeri, yang bernama Lembaga
Badan Pengawas Pemilu atau biasa disebut bawaslu. Subarki dan Fitrianto
(2005) Secara kelembagaan pengawasan pemilu di bentuk berdasarkan
undang-undang No 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyt, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam isinya telah mengamatkan pembentukan sebuah
lembaga untuk melakukan fungsi pengawasan terhadapat pemilihan umum
yang bersifat adhoc yang secara fungsional terlepas dari sistem struktur komisi
pemilhan umum (KPU).
Tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh badan pengawasan
pemilihan umum (bawaslu) di mamuju adalah untuk memastikan pada
pencapaian pemilihan serentak yang demokratis jauh dari penyimpangan
apapun bentuknya.
Untuk itu berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas, maka
peneliti tertarik untuk mengankat sebuah judul penelitian “Strategi Badan
Pengawas Pemilu dalam Pengawasan Politik Uang Pada Pemilihan
serentak 2019 di Kabupaten Mamuju”
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
merumuskan masalah yang akan menjadi fokus point pada penelitian ini.
1. Bagaimana strategi Badan Pengawas Pemilu dalam pengawasan politik
uang pada pemilihan serentak 2019 di Kabupaten Mamuju?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat Bawaslu dalam penangulangan
politik uang pada pemilihan serentak 2019 di Kabupaten Mamuju?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis memberikan dua poin
tujuan penulisan yaitu:
1. Untuk mengetahui strategi Badan Pengawas Pemilu dalam pengawasan
Politik Uang pada pemilihan serentak 2019 di Kabupaten Mamuju
2. Untuk mengetahui faktor Pendukung dan Penghambat Bawaslu dalam
pengawasan politik uang pada pemilihan serentak di Kabupaten Mamuju
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran, informasi dan menjadi bahan referensi dalam ilmu
pemerintahan serta penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu khusunya dibidang strategi badan pengawas pemilu dalam
pengawasan politik uang pada pemilihan serentak 2019 di kabupaten
mamuju.
8
2. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi pejabat bawaslu mamuju, untuk dapat memaksimalkan
pengawasan dengan cara mengunakan pedekatan preventif dan represif
dalam melaksanakan pengawasan pemilu.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengawasan dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang
tersistematis oleh manajemen bisnis maupun pemerintah untuk
membandingkan kinerja standar, perencanaan, dan atau tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu apakah kinerja tersebut sejalan dengan standar
untuk dapat mengambil tindakan pemulihan yang telah diperlukan untuk
dapat melihat sumber daya manusia yang digunakan benar-benar efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan.
Menurut (R. Tery: dalam Baktiyasal dan Faridah: 2017) bahwa
pengawasan merupakan upaya untuk mendeterminasi perencanaan yang
bertujuan untuk memberikan evaluasi kinerja kepada prestasi pekerja
sehingga hasilnya sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut (Kertonegoro dalam Baktiyasal dan Faridah,
2017) menyatakan bahwa pengawasan merupakan suatu proses yang melalui
manajer yang berusaha memperoleh keyakinan bahwa kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaanya.
Sedangkan menurut (Sarwonto dalam Sutaryono, 2013) bahwa.
pengawasan merupakan serangkaian kegiatan yang terencana dengan
mengupayakan pada setiap pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan target
yang direncanakan.
10
2. Maksud Dan Tujuan Pengawasan
Tercapainya tujuan yang di inginkan oleh sebuah organisasi
merupakan tujuan dari fungsi pengawasan, dikarenakan setiap kegitan oleh
sebuah organisiasi selalu mempunyai tujuan tertentu. Bagaimana juga,
pengawasan hal mutlak yang diperlukan dalam pencapaian usaha kegiatan.
(Menurut Sitomorang dan Juhir dalam Sutaryono, 2013) megumukakan
bahwa maksud dari pengawasan adalah untuk:
a. Mengetahui jalan sebuah kegiatan, apakah kegitan tersebut lancer atau
tidak.
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para pegawai dan
berusaha mencarikan pemecahan solusi agar tidak terulang lagi
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.
c. Dapat mengidentifikasi apakah pengunaan anggaran yang telah
ditetapkan dalam rencana terarah pada sasarannya dan sesuai apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
d. Dapat mengidentifikasi pelaksanaan kerja sesuai dengan program
tentang apa yang ditetapkan dalam perencanaan atau tidak.
e. Dapat megidentifikasi hasil sebuah pekerjaan dan dapat dibandingkan
tentang perencanaan sebelumnya.
3. Pengawasan Pemilu
Praktik pengawasan pemilu indonesia telah menganut sistem
demokrasi yang memiliki sifat perbedaan dalam proses pengawasan pemilu,
ini sangat tergantung apa dan bagi siapa yang melakukanya, sejauh mana
11
kewenagang tersebut dimilikinya, dan cakupan dari seluruh pengawasannya.
Secara umum praktik pengawasan pemilu yang dilaksanakan oleh badan
pengawas pemilu terdapat tiga tipologi yaitu (Subarki dan Fitrianto, 2015)
a. Electoral observation, tugas dari observer adalah hanya sebatas untuk
mengumpulkan segala informasi seputar pelaksanaan pemilu dan serta
memberikan kesimpulan atas terselenggaranya pelaksanaan pemilu
dengan adanya suatu penilaian terhadap proses penyelenggaraan pemilu.
Namun seorang observer tidak memiliki kewenangan untuk turut serta
dalam mengintervensi terhadap jalanya pemilu.
b. Electoral monitoring, pengawasan ini telah dilengkapi otoritas atau
legitimasi dalam pelaksanaan pengamatan terhadap pelaksanaan pemilu
serta memiliki kewenagan dalam mengintervensi proses pemilu jika
terdapat norma pemilu yang telah dilanggar.
c. Electoral supervisory, merupakan lembaga pengawas pemilu. Berbeda
halnya dengan observer dan pemantau pemilu, pengawasan pemilu lebih
memiliki tugas dan wewenang yang komleks dibanding dengan observer
dan pemantau pemilu. Dikarenakan pengawas pemilu adalah lembaga
yang resmi dibentuk oleh negara secara khusus yang dilengkapi dengan
tugas dan wewenang untuk melakukan fungsi pengawasan pemilu.
Pengawas pemilu tidak hanya kewenangan untuk untuk mengawasi
selutuh tahapan proses pemilu, namun juga telah dilengkapi dengan
kewenangan dalam menyatakan kesalahan dan keabsahan dari setiap
12
tahapan pemilu, dari sejak dimulainya persiapan hingga tahap proses
penetapan hasil.
Untuk menghasilkan pemilihan umum yang demokratis maka tidak
lepas fungsi pengawasan pada setiap proses penyelenggaraan pemilu.
(Suabrki dan Nugroho, 2015)
a. Strategi pencegahan
Strategi pencegahan merupakan suatu langkah upaya untuk
memberikan peringatan secara dini, sosialisasi dan pertisipasi kepada
peserta pemilu, masyarakat dan penyelenggara pemilu. Dalam strategi
pencegahan memuat unsur langkah-langkah penindakan yang dinamis
untuk mencegah sehingga tidak terjadinya pelanggaran pemilu yang
dinggap dapat menganggu integritas proses pemilu dan hasil pemilu.
Strategi pencegahan merupakan fokus utama yang diterapkan
oleh bawaslu dalam pengawasan menginggat strategi pencegahan
merupakan strategi yang ideal dalam menciptakan pemilu yang
demokraris. Pemilu demokratis akan menciptakan pemimpin yang
berdedikasi terhadapat amanah yang dipikulnya. Oleh karena itu,
strategi pencegahan merupakan strategi yang ideal dan realistis untuk
diterapkan pada penciptaan iklim demokratis.
pencegahan pelanggaran pemilu telah menjadi topic utama
bawaslu dalam pengawasan pemilu sebab kurang efektifnya model
penindakan pelanggaran pemilu menginggat bahwa masalah
penindakan pemilu memiliki tingkat kerumitan yang tinggi untuk
13
menyelesaikan setiap kasus pelanggaran pemilu. Pencegahan yang
memiliki asas efektifitas diyakini akan menjadi awal tercapainya
pemilihan yang demokratis.
b. Strategi Penindakan
Strategi penindakan merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk menegakkan hukum yang telah dilanggar tata aturanya dan tata
prosedurnya. Upaya penindakan meliputi penanganan pelanggaran yang
meliputi semua rangkaian dalam tahapan pemilu yaitu temuan, laporan
pelanggaran, mengumpulkan alat bukti, melakukan klarifikasi, analisis
untuk diteruskan kepada pihak istansi yang memiliki kewenagan untuk
memproses kasus pelanggaran pemilu.
Terdapat tiga fokus utama penindakan pelanggaran pemilu yang
dilakukan oleh bawaslu yaitu pindakan pelanggara pidana, kode etik
dan administrasi. Namun fokus utama dalam penelitian ini akan hanya
terfokus pada penindakan pelanggaran pidana praktek politik uang.
B. Pemilihan Umum
1. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan umum dalam pengertian menurut kamus besar Bahasa
indoenesia (KBBI) bahwa pemilihan umum adalah suatu proses, cara
pembuatan memilih yang dilakukan secara serentak seluruh rakyat dalam
suatu Negara. Pemilihan umum yang dilaksakan secara demokratis, menjadi
harapan bagi segenap rakyat agar terwujudnya pergantian pemimpin yang
14
adil, damai dan tertib, pemilihan umu juga sebagai sarana ruang politik
public dalam menyuarakan suara politiknya yang lebih luas.
Menurut (Labolo dan Ilham, 2017) bahwa pemilihan umum adalah
suatu sarana atau alat untuk mengukur sejauh mana kualitas demokrasi yang
negara telah terapakan, selain adanya berupa berbagai macam kebebasan
baik dalam beragama, berpendapat, pers, dan peramasaan di muka hukum.
Sama halnya yang dikemukan oleh (Budiajo Miriam, 2015) bahwa
pemilihan dianggap lambang, sekaligus sebagai tolak ukur, dari hasil
penerapan demokrasi. Hasil dari pemilihan umum yang diselenggarakan
dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan dalam berpendapat dan
kebebasan dalam berserikat, telah dianggap dapat mencerminkan akurat dari
partisipasi dan aspirasi masyarakat. Dengan demikian, dapat disadari bahwa
pemilihan umum merupakan bukan salah satunya tolak ukur dan yang perlu
dilengkapi dengan suatu pengukuran dari beberapa kegiantan lainya yang
bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi politik dalam kegaiatan partai
politik, lobby dan etc.
Dalam undang-undang dasar 1945 pada pasal 22E menyatakan
bahwa pemilihan umum merupakan suatu sarana bagi kedulatan rakyat
dalam menyuarakan aspirasi dan tuntutannya yang akan dilaksanakan secara
langsung, umum bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
Pengertian pemilihan umum secara konseptual menurut
(Tricahyono, 2009) menyatakan bahwa pemilihan umum merupakan
instrumen yang bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang
15
bermaksud untuk membentuk pemerintahan yang sah serta sebagai sarana
untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat. (Labolo dan
Ilham, 2017) menafsirkan serana mewujudkan kedaulatan rakyat yang
dimaksud adalah pemilu hendaknya dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil demi mewujudkan demokrasi yang
menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan hukum.
Parameter pemilu yang demokratis (democtratic electoral) ditandai
dengan adanya integritas proses penyelenggaraan pemilu dan integritas dari
hasil pemilu. Integritas dari hasil proses penyelenggaran pemilu akan
berhasil dicapai jika semua tahapan pemilu diselenggarakan menurut
perundang-undangan yang berlaku, seperti undang-undang pemilu dan
peraturan KPU, yang kesemuanya mengandung kepastian hukum, dimana
tidak ada kekosongan hukum atau kontradiksi ketentuan dalam satu
peraturan dengan peraturan lainnya, serta tidak mengandung multi tafsir.
Semua ketentuan, baik undang-undang pemilu maupun turunannya
di dalam peraturan KPU tidak boleh menyimpang dari asas jurdil. Adapu
pengertian luber jurdil sebagai berikut (Bawaslu dalam Rosyidin dan dkk:
2018)
a. Langsung, berarti pemilihan diharuskan memberikan suaranya secara
langsung dan tidak boleh diwakilkan.
b. Umum, berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga nagara
yang sudah memiliki hak mengunakan suara.
16
c. Bebas, berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
d. Rahasia, berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia,
hanya diketahui oleh pemilih itu sendiri.
e. Jujur, mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan
sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara
yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya, dan
setiap suara pemilihan memiliki nilai yang sama untuk menentukan
wakil rakyat yang akan terpilih.
f. Adil, adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan
pemilih, tanpa ada pegistimewaan atau deksriminasi terhadap atau
pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada
pemilih atau peserta pemilu, tetapi juga kepada penyelenggara
pemilu.
Signifikasi dari keberadaan lembaga badan pengawas pemilu, seperti
bawaslu, yang sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang
membawa angin akan segara tercapainya pemilihan yang jujur dan adil serta
untuk memastikan bahwa parameter pemilu yang demokratis baik dalam
proses maupun hasil pemilu, serta asas-asas pemilu tersebut dapat berjalan
dengan baik.
2. Fungsi Pemilihan Umum
Terdapat lima fungsi pemilihan umum yang dikemukakan oleh rose dan
mossawir dalam labolo dan ilham sebagai berikut:
17
a. Menentukan Pemerintahan Secara Langsung Maupun Tak Langsung
Sejarah telah membuktikan bahwa kekuasaan selain memiliki daya
Tarik dan pesona yang sangat besar bagi setiap orang teryata juga
mempunyai daya rusak yang besar. Daya rusak telah lama diungkapkan
dalam satu adigium ilmu politik, power tend to corrupt, obsolute power
tend to corrupt absolutely. Siapa pun tidak hanya akan mudah tergoda
untuk merebut kekuasaan, tetapi juga untuk mempertahankan kekuasaan
yang telah didapatnya. Begitu mempesonanya kekuasaan sehingga dalam
mempertahankannya harus melalui dengan perebutan dan kompetisi yang
ketat sehingga terkadang memakan korban jiwa.
Kerusakan besar kekuasaan dapat bersumber watak kekuasaan
yang menggoda dan mempesona. Oleh karena itu, setiap pemegang
kekuasaan dan pemburu kekuasaan akan sangat cenderung untuk
menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan utamanya. Maka
dari itu, kekuasaan harus di control dengan kekuasaan yang seimbang
agar tidak menimbulkan kehancuran pranata sosial dan sosial politik.
Oleh karena itu, dalam kehidupan politik modern yang sangat
demokratis, pemilu akan memiliki fungsi sebagai jalan terang dalam
pergantian kekuasaan serta perebutan kekuasaan yang dilakukan sesuai
dengan prinsip aturan, etika dan norma sehingga dalam menentukan
pergantian kekuasaan yang akan berkuasa bisa dilakukan dengan prinsip
damai, jujur dan beradab. Pemilihan tersebut dapat dilakukan secara
langsung (direct election) ataupun tidak langsung (indirect election)
18
b. Sebagai Wahana Umpan Balik Antara Pemilik Suara Dan Pemerintah
pemilu akan dijadikan sebagai bahan dalam memilih para pejabat
pemerintahan serta dapat juga dimanfaatkan sebagai ajang umpan balik
oleh masyarakat untuk pemerintah yang berkuasa. Ketika pemerintah
yang sedang berkuasa dianggap tidak menunjukkan kinerja yang baik
selama berkuasa, maka dalam proses pemilihan umum para pemilih akan
tidak memilih pejabat buruk dan akan menjadi hukuman berat bagi para
pejabat tersebut dengan tidak terpilinya dalam pemilihan umum, tetapi
sebaliknya jika pejabat publik tersebut menunjukkan kinerja yang baik
maka dalam proses pemilihan umum dia akan dipilih kembali untuk
melanjutkan kekuasaan politik dalam roda pemerintahan.
c. Barometer Dukungan Rakyat Terhadap Penguasa
Setelah proses perhitungan suara dan penetepan telah selesai
dilaksanakan maka akan diketahui kontestan pemenang pemilu. Dengan
hasil tersebut kita dapat mengetahui dan mengukur seberapa besar
dukungan masyarakat terhadap peserta pemilu yang terpilih. Pengukuran
tersebut dapat kita ketahui dengan perolehan hasil selisih suara apakah
tipis atau jauh. Jika data tersebut menunjukkan persentase selisih yang
tinggi dapat diketahui dukungan masyarakat juga tinggi.
d. Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik merupakan tahap seleksi beserta pengangkatan
seseorang atau kelompok untuk menjalankan sejumlah tugas dalam
politik pemerintahan. Dalam Rekrutmen politik sangat diperlukan karena
19
rekrutmen politik sangat esensial posisinya dalam sistem politik suatu
negara. Proses pelaksanaan rektutmen politik akan sangat menentukan
tentang siapa yang akan menahkodai negara dalam periode pemerintahan
berjalan melalui lembaga pemerintahan yang ada. Oleh karena itu, fungsi
rekrutmen politik sangat esensial dalam membentuk sistem politik kearah
yang lebih baik.
e. Alat Untuk Mempertajam Kepekaan Pemerintah Terhadap Tuntutan
Rakyat
Sebelum dilaksanakannya pemilu, tentu saja, setiap kandidat
politik akan saling berusaha satu sama lain untuk menawarkan tawaran
janji politik dalam setiap pengelaran kampanyenya. Dalam kampanye
tentunya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan
program kerjanya ketika ia terpilih yang ditungkan kedalam visi dan misi.
Selain itu, moment ini akan menjadi kesempatan yang tepat untuk
masyarkat untuk menyampaikan keluh kesahnya yang tertuang dalam
tuntutan-tuntutannya agar dilaksakan dan lebih baiknya pada masa ini
masyarakat dapat melakukan evaluasi yang besar-besaran pada kinerja
pemerintah apakah gagal atau tidak.
C. Politik Uang
1. Pengertian Politik Uang
Dalam kontestasi politik di indonesia dua hal yang tidak dipisahkan
yaitu antara politik dan uang kedua hal tersebut sangat berperan penting
dalam pencapaian kekuasaan dikursi legislatif dan eksekutif melalui
20
pemilihan umum. Dalam logika kajian ilmu ekonomi uang dimakanai
sebagai suatu alat tukar menukar yang diperuntukan atas barang dan jasa
dalam berbagai macam-macam perdagangan.
Makna dari uang merupakan sebagai suatu alat mengukur sumber
daya kekayaan yang dimiliki seorang. (komaruddin dalam Lukmajati, 2016).
Maka dari itu, uang hanya dipahami sebagai bentuk sumber daya menempel
pada diri individun. Uang tersebut nantinya akan digunakan dalam berbagai
tujuan tertentu yang berhubungan transaksi jual beli.
Dalam pandangan politik, makna uang memiliki kesamaan dalam
pandangan ekonomi bahwa uang merupakan suatu sumber daya yang
menempel disetiap individu yang memilikinya dan memilki kekuatan untuk
memberikan manfaat untuk mendapatkan kewenagan dan kekuasaan bagi
setiap pemegannya. Sehingga kita dapat simpulkan bahwa perbedaan antara
politik dan ekonomi (uang) hanya terletak pada pengunaanya. Dalam
presfektif ekonomi, uang digunakan sebagai media barter barang dan jasa.
Sedangkan dalam presfektif politik, kegunaan uang adalah sebagai media
untuk merebut, menjalangkan dan mempertahankan kekuasaan (lukmajati,
2016).
Dalam pandangan politik yang lebih spesifik sebagaimana yang
dikemukakan oleh (Alexander dalam lukmajati, 2016) bahwa uang adalah
salah satu alat dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. Oleh karena itu, jika
dipadukan antara politik dan uang menjadi politik uang (money politic).
Politik uang merupakan langkah yang ditempuh oleh peserta pemilu dengan
21
maksud dan bertujuan untuk bisa mempengaruhi pemilih dengan uang
sebagai bentuk imbalangnya. Imbalan dalam terdapat dua bentuk yaitu barang
dan jasa tertentu.
Sama halnya yang di kemukakan oleh (Johny Lomulus dalam
Ananingsih, 2016) bahwa politik uang merupakan tindakan kebijaksanaan
untuk memberikan sejumlah tunia uang kepada pemilih atau kepada pimpinan
partai politik yang bertujuan untuk agar dimasukkannya sebagai daftar peserta
pemilu secara defenitif serta masyarakat sebagai pemilih dapat memberikan
hak suaranya kepada peserta pemilu bersangkutan yang memberikan berupa
uang atau bantuan.
Begitupun yang dikemukakan oleh (Ismawan dalam Irwan, 2015)
bahwa politik uang merupakan langkah yang singkat yang ditempuh oleh
peserta pemilu untuk merubah pilihan pemilih dengan mengunakan imbalan
berupa barang dan jasa. Ada yang mangartikan bahwa politik uang
merupakan tindakan transaksi antara penjual dan pembeli untuk mencapai
kekuasaan politk. Tindakan ini dapat terjadi dalam jangkauan yang luas.
Mulai dari pemilihan tingkat, daerah dan desa atau dari pusat sampai desa.
Banyaknya politisi atau calon kepala daerah yang menjadikan kaum
papa sebagai target utama dalam operasi jual beli suara (vote buying) dengan
menawarkan uang atau yang berbentuk hadiah sebagai alat tukar utama dalam
pemilihan. hal Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyaknya politisi yang
melakukan kampanye hitam dalam pemilu yang bersifat memobilisasi melalui
pendekatan transaksional. Faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan
22
dan pendapatan mempengaruhi maraknya praktik jual beli suara dalam
pemilu. Selain itu, dalam dalam studi yang terkait dengan jual beli suara juga
sangat erat kaitanya dengan sikap toleran rakyat terhapadap praktik politik
uang (Muhtadi, 2013).
Dalam rangka memperoleh kekuasaan melalui pemilu, kampanye
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendulang suara
masyarakat sebanyak-banyaknya. Akan tetapi banyak faktor yang
mempengaruhi kampanye, seperti yang telah diungkapkan (Badoh dan
Husodo, 2009) terdapat empat faktor yang mempengaruhi kampanye dalam
pemilu, yakni kandidat, program kerja, isu kandidat, organisasi kampanye
(mesin politik) dan sumber daya (uang). Namun demikian, aspek penentu
berjalanya aktivitas politik. Tanpa uang aktivitas politik tidak akan berjalan
dan tidak akan bekerja, dengan kata lain uang merupakan modal penggerak
berjalanya aktivitas politik.
Uang merupakan modal dalam setiap masa kampanye pemilu dan
menjadi pendanaan bagi para kandidat untuk belanja kampanye atau
campaign finance. Dalam kampannye uang digunakan sebagai alat untuk
mendulang suara rakyat yang sebanyak-banyaknya dalam pemilu/pilkada,
(Lukmajati, 2016). Menurut (Ari Dwipayana, 2010) terdapat Sembilan jenis
pengeluaran dalam kampanye untuk memenangkan proses electoral yang
diantaranya:
a. Biaya tim sukses (tim kampanye)
b. Biaya survey dan konsultan politik
23
c. Biaya pengadaan atribut kampanye
d. Biaya untuk menyelenggarakan kampanye terbuka-terbuka termaksuk
memobilisasi massa
e. Biaya kampanye di media cetak dan elektronik
f. Biaya memberikan sumbangan ke kantong-kantong pemilih
g. Biaya untuk memberi suara (vote buying)
h. Biaya untuk membayar saksi dalam proses pemugutan suara
i. Biaya kampanye lain-lain.
Menurut (Gary Goodpaster dalam Anningsih: 2016) bahwa politik
uang merupakan bagain dari tindakan korupsi yang terjadi dalam proses
pemilihan umum. Pada dasarnya politik uang merupakan tindakan suap-
menyuap yang diperbuat oleh peserta pemilu yang bertujuan untuk meraut
keuntungan suara dalam pemilihan umum. Terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi hadirnya politik uang yaitu (Nugroho dan Rohmah, 2018).
a. Ekonomi masyarakat masih rendah
Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang cendrung masih rendah
dan belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. mereka akan
berkerja keras untuk memenuhinya demi kebahagaian hidup. Politik
uang akan tumbuh subur jika penghasilan masyarakat notabenya masih
dibawah rata-rata dari tingkat ukuran sejahtera yang dikeluarkan oleh
badan statistic nasional atau dikategorikan miskin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa uang akan datang sekan menjadi
raja yang mengatur tingkat sosiologis dan psikologis masyarakat untuk
24
taat dan patuh pada puan yang memberi uang untuk kehidupan ekonomi
mereka dalam beberapa periode perhari tanpa memikirkan akibat dari
politik uang tersebut.
b. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik.
Pengetahuan merupakan hal yang krusial di sisi demokrasi dalam
penerapan sistemnya. Pengetahuan yang baik akan memberikan
petunjuk menuju pencapian kejayaan demokrasi. Pemilihan umum
adalah salah satu sarana untuk mencapai demokrasi yang sebenarnya.
Tapi jika pengetahuan rendah dimiliki masih dimiliki masyarakat akan
menjadi awal kabar buruk sebab politik uang akan tumbuh subur di
pemilihan umum karena umunya masyarakat akan menganggap bahwa
politik uang adalah hal yang wajar saja untuk dilakukan.
c. Kebudayaan primitive
Budaya indonesia yang notabenya masih beranggapan bahwa
saling membantu dan memberi merupakan suatu perkara yang harus
diterima dengan baik. uang dalam pandangan budaya merupakan sarana
untuk saling membantu sama lain. Oleh karena itu, politik dijadikan
sebagai alat pemulus oleh caleg untuk mendapatkan suara banyak di
tempat pemungutan suara. Dalam pandangan budaya apabila seorang
memberikan sesuatu sudah menjadi kewajiban seorang yang diberi
untuk membalas jasa dari pemberi.
Money politic berkembang subur didukung oleh kecenderungan
masayarakat yang permisif, yang mengangap bahwa money politic
25
merupakan biaya ganti rugi karena pada saat hari pemilihan, mereka
tidak dapat pergi bekerja. Ataupun money politic dianggap sebuah
kesempatan untuk mendapatkan rejeki, ini berasal dari pemikiran bahwa
siapapun nanti yang terpilih tidak akan berpengaruh terhadap dirinya
dan kelompoknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa politik uang merupakan poses
pembelian suara politik yang dilakukan oleh pihak kepentingan tententu
dalam mencapai tujuan kekuasaan politiknya, serta perilaku ini telah
melawan atau bertentangan dengan peraturang perundang-undang yang
berlaku.
2. Bentuk Praktik Politik Uang Dalam Pemilu
Menurut (Schffert dan Schelder dalam Lukmajati: 2016) bahwa
politik uang sangat melibatkan dukungan dari pasar politik (electoral market)
disertai dengan si pembeli suara (vote buyer) dengan memberikan uang
ataupun barang dan jasa yang merupakan sebagai imblan tergantung apa yang
telah diinginkan oleh penjual suara (vote seller), serta penjual suara telah
menyerahkan suara politiknya sebagai balasan atas uang atau barang yang
telah diterimanya.
Menurut (Wahyudi Kumorotomo dalam Irwan, 2017) Politik Uang
merupakan sautu langkah strategis untuk berusaha mempengaruhi prilaku
pilihan mansyarakt dengan mengunakan imbalang berupa barang dan jasa.
Pada dasarnya terjadinya transaksi antara masyarakat dan peserta pemilu
bertujuan untuk agar peserta pemilu mendapatkan perolehan suara yang tinggi
26
sehingga dapat memenangkan kompetisi dalam pemilihan umum. Untuk itu
dapat diberikan penalaran bahwa bentuk politik uang terdapat dua bagaian
utama yaitu:
a. Berbentuk Uang
Uang merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh
masayarakat dalam melakukan transaksi berupa barang dan jasa, serta
menjadi acaun bagi masyrakat dalam melalkukan menuver penukarang
barang dan jasa. Uang menjadi alat yang urjen yang berguna bagi setiap
invidual dalam mengangkat status sosialnya, sekaligus digunakan dalam
mengadilikan wacana strategis yang menyangkut dengan kekuasaan dan
kepentingan politik. Karena pada dasarnya, politik adalah sebuah seni,
dimana seseorang dengan dapat mempengaruhi dan memaksakan
kehendak individu ataupun kelompok berpaling pihak pemberi saran,
termasuk uang (Nugraha dalam Irwan, 2015)
b. Berbentuk Fasilitas Umum
Gerakan pencitran dan mengambil daya Tarik masayarakat
merupakan hal yang tidak membawa manfaat bagi masayarakat secara
proporsional. Pada masa kampanye di mana lumbung suara harus
dikumpulakan untuk dapat duduk di kursi parlement ataupun di
pemerintahan daerah. Maka hal yang sudah tidak menjadi aneh ketika
banyaknya para kandidat saling berlomba-lomba untuk menyumbang
fasilitas umum yang berupa semen, pasir, besi, dan sebagainya yang
menunjang pembangunan. Para kandidat telah berusaha memanfaatkan
27
kesempatan untuk dapat menyelesaikan pembanguan yang belum
terselesaikan dari pemerintahan yang demisioner.
3. Strategi Politik Uang
Sterategi merupakan agenda yang disatukan, luas dan saling
berintraksi yang telah menyambung keunggulan strategis dengan hambatan
oleh lingkungan, yang disusun dengansebuah rancangan hanya untuk
memastikan bahwa tujuan utama itu dapat, dicapai dengan pelaksanaan
yang tetap oleh organisasi (Gluneck dan Jauch dalam Irawan, 2015)
a. Serangan Fajar
Serangan fajar merupakan sebutan yang digunakan dalam bungkusan
politik uang dengan tujuan memberi suara rakyat yang dilakukan oleh satu
ataupun beberapa orang dalam memenangkan pesta demokrasi untuk dapat
duduk di kursi sebagai pimpinan politik. Serangan fajar umumnya hanya
untuk ditujukan kepada kelompok masyarakat miskin atau menegah
kebawah dan hal ini terjadi menjelang pelaksanaan pemilu
umum/pemilukada. Bentuk politik uang yang telah dilakukan adalah
dengan cara membagi-bagikan uang menjelang hari pemugutan suara akan
dilaksanakan dengan harapan dan tujuan masyarakat dapat memilih
candidat calon kepala daerah tertentu.
b. Mobilisasi Massa
Mobilisasi massa merupakan salah satu bentuk barter ekonomi
yang relative sederhana. Peserta pemilu akan memberikan uang sebagai
barang untuk ditukarkan dengan hak suara. Pembelian suara juga
28
dikategorikan memberikan sesuatu pemilik hak suara berupa barang dan
jasa yang berujuan untuk peserta pemilu mendapatkan suara dukungan
dari masyarakat. Transaksi jual beli suara sering terjadi antara peserta
pemilu kepada pihak penyelenggara pemilu. Transaksi tersebut
dimasudkan sebagai bentuk balas budi atau intensif, yang kemudian
nantinya penyelenggara pemilu bisa memanipulasi hasil suara dari
pemilihan umum.
D. Kerangka Pikir
Pengawasan pemilu merupan hal yang esensial dalam menjamin
kualitas kehidupan demokrasi dan menjaga agar demokrasi senantiasa bekerja
dengan baik dalam sistem pergantian kekuasaan politik. Tujuan dari
pengawasan pemilu yaitu untuk mengawasi setiap tahapan pemilu agar tidak
tidak terjadi pelanggaran atau perbuatan melawan hukum yang dilakuakan
oleh para kandidat.
Bagaiamanpun juga, Pengawasan harus memenuhi kriteria yang terdiri
dari nilai efektif dan efesian dalam proses kinerja dilapangan. Untuk itu
dibutuhankan strategi pengawasan pencegahan dan penindakan. Kedua model
tersebut merupakan jalan efektif dalam mewujudkan pemilu demokratis sesuai
dengan asas luber dan jurdil.
Pengawasan yang dilaksankan bawaslu umumnya bersifat pengawasan
electoral observation dimana bawaslu dibekali kewenangan, tugas dan fungsi
yang bertujuan untuk mengawal seluruh penyelanggaraan pemilu (Subarki dan
Fitrianto: 2015). Bagaimanapun juga, Dalam kontekstasi pemilu tidak dapat
29
dipisahkan dengan praktik politik uang dapat, tidak dapat di sangkal bahwa
dalam proses politik, uang adalah pondasi utama dan jalan untuk mencapai
kekuasaan, kesemua ini dilakukan oleh pihak kandidat parlement.
Terjadinya politik uang dikarenakan politik uang merupakan salah
satu cara yang lebih efektif dibanding model kampanye (campaign) lain dalam
meraut suara rakyat dengan mudah, masyarakat di mamuju sangat permisif
terhadap poltik uang sehingga sangat mendukung terjadinya praktek politik
uang oleh kendidat pemilu serta mereka mengangap bahwa di pemilihan
umum kita mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan lebih uang dengan
mudah.
Oleh karena itu, untuk mencegah dan menjamin tidak akan terjadinya
pelanggaran dalam pemilihan umum maka dibutuhkan strategi pengawasan
yang efektif dalam melakukan fungsi pengawasan oleh Bawaslu. Menurut
(Subarki dan Nugroho,2015) terdapat dua pengawasan yang selama ini
dilakukan oleh bawaslu yaitu. Pertama, pengawasan pencegahan merupakan
pengawasan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
serta memberikan early warning atau teguran awal kepada pihak
penyelenggara dan peserta pemilu, tujuannya adalah agar dapat dapat
menimalisir terjadinya pelanggaran dalam setiap tahapan pemilu. Kedua,
pengawasan penindakan merupakan upaya penegakkan dan penanganan
hukum terhadap peserta pemilu yang diduga telah melanggar atauran tahapan
pemilu, fokus utama pada penanganan pelanggaran yang dilakukan oleh
Bawaslu adalah pelanggaran kode etik, administrasi dan pidana.
30
Dengan dilaksanakan strategi pengawasan pencegahan dan
penindakan oleh Bawaslu diharapkan praktik politik uang yang terjadi
pemilihan umum dapat di minimalisir atau dapat dihilangkan dalam tatanan
kehidupan demokrasi di kab. mamuju. Sehingga akan tercapinya pemilihan
umum yang berlandaskan luber jurdil yang selama ini telah menjadi cita-cita
bangsa indonesia dalam tatanan demokrasi.
Bagan Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian Pada penelitian ini telah mengfokuskan masalah terlebih dahulu agar
supaya tidak akan terjadi perluasan masalah. oleh karena itu, penelitian ini
Stategi Pengawasan
Pemilu
Pencegahan
Penindakan
Praktik Politik Uang
Pendukung Penghambat
Terwujudnya Pemilu Luber
jurdil
Strategi Badan Pengawas Pemilu Dalam Pengawasan
Politik Uang Pada Pemilihan serentak di kabupaten
Mamuju 2019
31
mengfokuskan untuk meneliti “Strategi Badan Pengawas Pemilu Dalam
Pengawasan Politik Uang Pada Pemilihan Serentak 2019 di Kabupaten
Mamuju”.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Strategi Pengawasan
a. Strategi Pencegahan merupakan upaya untuk menyampaikan peringatan
dini, sosialisasi dan partisipasi kepada peserta pemilu, masyarakat,
pemangku kepentingan dan penyelenggara pemilu
b. Strategi Penindakan merupakan upaya penegakkan dan penanganan
hukum terhadap peserta pemilu yang diduga telah melanggar atauran
tahapan pemilu, fokus utama pada penanganan pelanggaran yang
dilakukan oleh Bawaslu adalah pelanggaran kode etik, administrasi dan
pidana.
2. Pola Politik Uang Dalam Pemilu
a. Berbentuk Uang merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh
masayarakat dalam melakukan transaksi berupa barang dan jasa, serta
menjadi acaun bagi masyrakat dalam melakukan menuver penukarang
barang dan jasa. Uang menjadi alat yang urjen yang berguna bagi setiap
invidual dalam mengangkat status sosialnya, sekaligus digunakan
dalam mengadilikan wacana strategis yang menyangkut dengan
kekuasaan dan kepentingan politik.
32
b. Fasilitas umum Gerakan pencitran dan mengambil daya Tarik
masayarakat merupakan hal yang tidak membawa manfaat bagi
masayarakat secara proporsional. Pada masa kampanye di mana
lumbung suara harus dikumpulakan untuk dapat duduk di kursi
parlement ataupun di pemerintahan daerah.
4. Prinsip Pemilihan Umum
a. Langsung, pemilih memberikan suaranya secara lengsung
b. Umum, pemilihan umum diakui seluruh warga negara
c. Bebas, pemiliha bebas dalam menentukan pilihannya.
d. Rahasia, suara pemilih bersifat rahasia
e. Jujur, pemilihan umum dilaksanakan sesuai dengan atauran.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan yang berlokasi di
kantor Badan Pengawas Pemilu di kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat. Lokasi ini pilih karena tersebut sangat berpotensi terjadi praktik politik
uang dalam pemilihan serentak di banding dengan daerah lainya. Kabupaten
Mamuju dimasukan sebagai daerah rawan terjadinya praktik politik uang
sebab masayarkatnya cenderung phimistis terhadap politik uang.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang artinya data yang
dikumpulkan berasal dari hasil wawancara, obervasi secara langsung,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi dari
pihak kantor bawaslu.
2. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif
yaitu merupakan penelitian yang mengambarkan dengan jelas tentang
upaya yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu dalam pengawasan
Politik Uang.
C. Sumber Data
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan yang secara langsung di kantor bawaslu dan juga melakukan
wawancara langsung dengan pimpinan dan staf kantor yang berkaitan
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
34
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kantor bawaslu yang
berupa dokumen-dokumen dan buku literature serta laporan tertulis dari
pihak kantor yang memiliki hubungan dengan penulisan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data primer merupakan data yang diperoleh melalui
terjung langsung kelokasi penelitian (Field Research) untuk mencari data
yang lengkap dan sangat berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Hal
ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Metode Observasi Lapangan
Melakuakan pencatatan dan pengamatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang akan diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap objek
penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang akurat
mengenai hal-hal yang diteliti beserta untuk menegtahui apakah ada
relevansi antara jawaban reponden dengan kenyataan yang terjadi
dilapangan. Observasi ini akan dilakukan di Kantor Bawaslu dan
lingkungan kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Mamuju
b. Metode Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Tanya-
jawab secara langsung. Wawancara dilakukanuntuk memperoleh data
yang berguna untuk kelengkapan data-data yang diperoleh sebelumnya.
Wawancara akan dilaksanakan oleh peneliti dengan ketua Bawaslu dan
Masyarakat di Kabupaten Mamuju. Pihak informan tersebut telah
dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti.
35
c. Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mendatangi Kantor Bawaslu
provinsi di mamuju untuk memperoleh data tentang strategi Bawaslu
dalam pengawasan politik uang pemilihan serentak 2019 di Kab.
Mamuju
E. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam peneliti ini dilakukan dengan tekhnik
purposive samling, dimana penentuan atau pemilihan dilakukan dengan
sengaja yang berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan merujuk pada
tujuan penelitian.
Berdasarkan kriteria dan ketentuan diatas maka peneliti menentukan
informan penelitian sebagai berikut:
Tabel. 1.1 informan penelitian
No Nama Jabatan Inisial Jumlah
1 Rusdi, SE Ketua bawaslu dan kordiv. Sumber daya manusia dan informasi
RS 1
2 Faisal Jamalan. SH. MM Kordiv. Hukum Penaganan Dan Pelanggaran
FJ 1
3 Sitti Mustika, SE Kordiv, Pengawasan, Humas Dan Hubal
MK 1
5 Fitriani Masyarakat FT 1
6 Safaria Masyarakat SF 1
7 Syamsir Masyarkat SY 1
Jumlah 7
Sumber: dikembangkan dalam sumber informan penelitian, 2019
36
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data
yang diperoleh dari lapangan dari observer lapangan dan dari para informan.
Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data penelitian kualitatif, menurut
(Miles dan Huberman dalam Sugiyono: 2013)
1. Reduksi kata (data reduction) adalah kata adalah proses analisis yang
membaut sebuah tulisan menjadi lebih tegas dan lebih pendek dengan
membuang hal-hal yang tidak dibutuhkan sehingga kesimpulan penelitian
dapat diuraikan dengan mudah. Oleh karena itu laporan lapangan sebagai
instrument singkat dan tersusun rapi harus lebih sistematis sehingga
mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberikan sebuah gambaran
yang lebih jelas mengenai hasil dari sebuah pengamatan, dan juga
memberikan kemudahan peneliti untuk mencari kembali data yang
diperoleh apabila diperlukan.
2. Penyajian data (data display) adalah struktur informasi yang menekankan
dibautnya suatu kesimpulan penelitian. Data disajikan dalam bentuk
bagan, gambar dan tabel yang berguna untuk memudahkan penulis dalam
menyusun kesimpulan penelitian. Pada dasarnya, data tersebut memang
dirancang untuk memberikan gambaran informasi yang sistematis dan
mudah untuk dipahami.
3. Kesimpulan (conclution drawing) adalah hasil akhir dari reduksi data
serta penyajian data. Kesimpulan penelitian perlu diverivikasi agar
37
mantap dan sunguh benar-benar dapat untuk dipertanggung jawabkan
dari kebenaranya
G. Keabsahan Data
Penelitian metodologi kualitatif dalam pengabsahan data mengunakan
metode trigulasi, dimana metode ini adalah pengecekan akan kebenaran data
dengan mengunakan teknik pengumpulan data lainya serta pengecekan pada
waktu yang berbeda. Trigulasi terdiri dari tiga macam bagain yaitu antara lain:
1. Trigulasi sumber data Trigulasi sumber digunakan untuk menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai
sumber.
2. Trigulasi metode Dilakukan untuk menguji sumber data, memiliki tujuan
untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
3. Trigulasi waktu Trigulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan
data peneliti melakukan wawancara dengan informan dalam kondisi
wakru yang berbeda untuk dalam menetukan kredibilitas data.
38
BAB 1V
PEMBAHASAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Mamuju
Kabupaten Mamuju merupakan kabupaten yang terletak ditengah-
tengah Provinsi Sulawesi Barat serta daerah tersebut menjadi ibukota
provinsi. Meskipun dikategorikan sebagai ibukota provinsi dan kabupaten
tapi sampai saat ini, Mamuju bukanlah daerah yang memiliki otonom sendiri
dengan sistem pemerintahan wali kota, serta memiliki dewan perwakilan kota
sendiri tetapi masih menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju.
Terlepas dari itu sebelum ditetapkannya Mamuju sebagai ibu kota
pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2005, hendaknya perluh
ditelisik sejarah Mamuju sebelumnya. Mamuju telah memiliki sejarah historis
sendiri yang patut untuk diketahui oleh semua pihak kalangan masyarakat
tentang hari penetapan Mamuju sebagai kabupaten di Sulawesi Selatan telah
memakan waktu yang begitu panjang dan telah melibatkan beberpa tokoh
didaerah tersebut. Tujuan dilakukannya adalah untuk mengkaji tentang hari
yang lebih tepat lahirnya Kabupaten Mamuju. Hasil kajian tersebut telah
menghasilkan beberapa versi tentang yang tepat lahirnya Kabupaten Mamuju
sebagai kabupaten.
Dari permasalahan diatas diperlukanya titik temu argument tentang
hari jadi mamuju yang tepat. Oleh sebab itu, selaku pemerintah daerah
kabupaten kota berkerja sama dengan aliansi mahasiswa hipermaju dan
39
persukma untuk mengadakan seminar untuk menyatukan pendapat. Hasil
rapat tersebut telah membuahkan hasil kesepakatan tentang hari jadi Mamuju,
hasil kesepakatan dari seminar memiliki hasil yaitu hari jadi Mamuju
ditetapkan pada tahun 1540. Hasil kesepakatan trersebut kemudian ditindak
lanjuti oleh bupati dalam penyusunan rancangan peraturan daerah tentang hari
jadi Mamuju.
Setelah terlaksananya pemilu pada tahun 1999 dewan perwakilan
rakyat daerah Kabupaten Mamuju telah menerima raperda. Hasil raperda
tersebut tentunya telah melalui jalan pajang dengan dikumpulkanya para
budayawan, tokoh intelektual dan tokoh sejarah ini. Yang kemudian
dihadirkan kedalam sidang paripurna pada tanggal 9 agustus 1999 dengan
secara resmi raperda tentang hari Mamuju disahkan berubah menjadi
peraturan daerah Kabupaten Mamuju. Raperda tersebut merupakan no. 19
Agustus 1999 yang kemudian dituangkan kedalam undang-undang pada
tanggal 10 agustus 1999. Inti dari raperda tersebut telah menetapkan pada
Tanggal 14 Juli 1450 Sebagai Hari Jadi Mamuju.
Oleh karena itu, hasil dari raperda akan menghasilkan makna yang
lebih komprehensif serta menjadi simbol yang lebih bermoral tidak hanya
sebagai formalitas belaka akan tetapi bisa memberi makna yang bersimbol
tentang hakekat, harkat, citra baik dan serta mejadi jati diri yang kemudian
selanjutnya dijadikan sebagai wahana motivasi untuk masyarakat dalam
melestarikan nilai budaya dan sejarah Mamuju.
40
Terdapat sebuah uintaian kata nasehat yang memiliki nilai budaya dan
tradisi yang tinggi dalam masyarakat Mamuju yang berbunyi “Todiari Teppo
Dolu, Parallu Nikalai Sule Waktu Ia Te’e Laiyalai Mendiari Peppondoganna
Katuoatta’illan Era Laittingayoaianna”. Kata ini yang mejadi cikal bakal
berdirinya Mamuju serta menjadi sumber inspirasi yang diwariskan dalam
memajukan daerah Mamuju yang tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Ketika kita telisik kutipan yang di bahas di atas dengan sangat
eksplisit mengambarkan pokok pemikiran sehubungan dengan penetapan
waktu yang telah ditetapkan hari jadi Mamuju berserta dengan peristiwa
sejarah Kerajaan Mamuju yang telah ditetapkan bahwasanya kerajaan
Mamuju berasal dari tiga perpaduan kuri-kuri, managallang dan laggamoar.
2. Keadaan Geografis
Kabupaten Mamuju yang terletak pada garis lintang bujur selatan
10 39‟110-20 s5‟ 522” dan pada garis lintang bujur timur berada pada posisi
110 54‟ 47‟‟-130 5‟ 35‟‟. Ibukota Kabupaten Mamuju terletak di kecematan
Mamuju denga diapit tiga kabupaten. Disebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Majene, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mamasa,
sebelah selatang berbatasan dengan Kabuapten Mamuju Tengah dan
disebelah barat berbatasan dengan selat Makassar Sulawesi Selatan.
Kabupaten mamuju memilik luas wilayah 5.056,20 km2. Wilayah
kabupaten mamuju 10 kecematan. Mayoritas kecematan dikabupaten
mamuju memiliki bentuk topografi pengunungan dan lintasi oleh sungai
41
besar. Kecematan kalumpang adalah kecematan yang terletak dibelah timur
kabupaten mamuju yang memiliki luas wilayah paling luas dengan luas
wilayah mencapai 1.731,33 Km2 atau 35,30 persent dari total luas wilayh
kabupaten mamuju. Sedangkan kecematan yang memiliki luas wilayah yang
sempit adalah kecematan babalakang yang disebelah timur tenggara
kabupaten mamuju dengan luas wilayah hanya mencapai 21,85 km2 atau
045 persen dari total luas wilayah Kabupaten Mamuju.
Mengenai intensitas curah hujan tercatat rata-rata kecepatan hujan
pertahun mencapai 363,4 mm3 atau dikategorikan tinggi yang terjadi bulan
November sampai april sedangkan curah hujan dengan intesitas rendah
terjadi pada bulan agustus sampai September dengan rata-rata 81,3 mm3.
3. Visi-Misi Kabupaten Mamuju
Kabupaten Mamuju memilki lima visi-misi yang dituangkan
kedalam pada peercepatan pembangunan daerah.
a. Membangun sumber daya manusia yang berdaya saing, berkualitas,
berkepribadian baik dan berbudaya baik diwujudkan dengan beberapa
program unggulan yaitu, pemberian berupa bantuan beasiswa untuk
pelajar, perbaikan sarana dan prasarana penunjang pendidikan,
kesehatan dan menciptakan sekolah berdaya saing (unggulan).
b. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, modern dan terpercayah
(trusted) dengan prioritas program zero korupsi serta zero
penyalahgunaan kewenangan (abuse authority)
42
c. Menguatkan konektivitas antar wilayah yang berbasis keunggulan
dengan program prioritas membangun sarana dan prasarana yang baik.
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif yang berdaya saing tinggi
dengan program prioritas adalah membanguan pusat pertumbuhan
ekonomi dengan kawasan khusus.
e. Mengembangkan perbaikan di bindang lingkungan hidup untuk
pembangunan berkelanjutan melalui penataan ruang terbuka hijau.
B. Gambaran umum Badang Pengawas Pemilu (Bawaslu)
1. Sejarah singkat Badang Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Pada awalnya indonesia tidak memiliki lembaga yang khusus bertugas
mengawasi proses tahapan penyelenggaraan pemilu. Pemilu yang pertama
kali dilakukan di tahun 1955 belum dikenal lembaga pengawas pemilu.
Lembaga yang khusus melakukan Pengawasan Pemilu baru muncul di
indonensia pada pemilu 1982, yang disebut panitia pengawas pelaksanaan
pemilu (Panwaslak Pemilu). Selama pemilu era orde baru sejak tahun 1982
sampai pemilu 1997 Panwaslak selalu dibentuk untuk mengawal pemilu
sekaligus menjadi legitimasi orde baru bahwa pemilu yang dilaksanakan
merupakan Pemilu yang demokratis di bawah pengawasan Panwaslak.
Runtuhnya rezim orde baru tidak serta merta menunjukkan niat untuk
membubarkan Panwaslak, namun Panwaslak bertransformasi menjadi
Panwaslu pada tahun 1999. Dan kemudian, pada Pemilu 2004, 2009 dan 2014
berubah menjadi Bawaslu.
2. Bawaslu 2017
43
Perdebatan apakah Bawaslu harus diperkuat atau di bentuk sebagai
lembaga adhoc yang terjadi pada saat menjelang pemilu 2009 kembali
terulang pada saat menjelang pemilu 2014. Perdebatan tersebut tidak terlepas
dari kinerja bawaslu yang tidak efektif pada pemilu 2009. Sehingga upaya
penguatan yang dilakukan pada pemilu 2009, sekali lagi berujung pada
kegagalan. Menjelang Pemilu 2014, DPR membahas RUU penyelenggara
pemilu. Pada pembahasan tersebut lagi-lagi memunculkan dua kutub wacana
perihal status Bawaslu. Perdebatan yang terjadi dalam pansus RUU
penyelenggara pemilu mengerucut pada dua alternative yakni, Pertama:
kedudukan Bawaslu bukan subordinasi dari KPU, kedudukannya setara
dengan KPU. Kedudukan Bawaslu harus bersifat “permanen”. Kedudukan
bawaslu dianggap penting untuk diperkuat eksistensinya, karena dengan
menguatnya Bawaslu maka akan tercipta pengawasan yang melekat pada
penyelenggaraan pemilu.
Alternatif kedua: berpijak pada argumentasi bahwa kedudukan
Bawaslu adalah bagian dari KPU dan struktur Bawaslu tidak bersifat
“permanen” melainkan “ad hoc”. Pendapat tersebut merujuk pada UUD 1945
yang memang mengatur KPU sebagai penyelenggara pemilu, sedangkan
bawaslu adalah bagian yang integral dari penyelenggara pemilu, oleh sebab
itu tidak mugkin bagi bawaslu setara atau bahkan melampaui kewenangan
KPU yang pembentukannya telah diamanatkan oleh UUD 1945. Berikutnya
pansus yang mendukung 43ublic43e43na ini, juga menganggap membuat
Bawaslu menjadi lembaga permanen adalah yang tidak realistis karena
44
memiliki konsekuensi anggaran yang besar, di sisi lain kinerjanya terbukti
tidak maksimal dari Pemilu ke Pemilu.
Setelah perdebatan yang panjang dalam pansus RUU penyelenggara
pemilu, keputusan politik yang dihasilkan oleh pansus cukup mengejutkan.
Keputusan politik tersebut tidak saja telah berhasil mempertahankan bentuk
bawaslu yang permanen, lebih dari itu pansus RUU penyelenggara pemlu
semakin memperkuat kelembagaan Bawaslu. Upaya untuk memperkuat
bawaslu masuk pada babak selanjutnya, yakni setelah berhasil mejadi
lembaga yang bersifat permanen dan mandiri di tingkat nasional, pada pemilu
2014 Bawalu menjadi semakin kuat dengan diperkuatnya panwaslu provinsi
dan Panwalu Kabupaten yang pada awalnya bersifat ad hoc menjadi
permanen. Sehinga kedua Panwaslu tersebut berubah nama menjadi Bawaslu
Provinsi dan Kabupaten.
Dinamika kelembagaan pembentukan pengawas pemilu tingkat
Kabupaten/Kota telah menuai titik teran, dengan diterbitkanya undang-
undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum, dalam penjabaranya
telah mengutkan lembaga pengawasan pemilu dengan dibekali kewenangan
untuk menangani kasus sengketa pemilu serta telah menguatkan pengawasan
pemilu di tingkat kecematan bersifat ad hoc menjadi lembaga permanen
untuk melakukan fungsi pengawasan dan penindakan pelanggaran pemilu.
3. Visi-misi Bawaslu
a. Visi
45
Terwujudnya Bawaslu sebagai lembaga pengawal terpercaya dalam
penyelenggaraan pemilu yang demokratis, bermartabat dan berkualitas.
b. Misi
1. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat,
mandiri dan solid.
2. Mengembangkan pola metode pengawasan yang efektif dan efisien.
3. Memperkuat sistem 45ublic45 nasional dalam satu manajemen
pengawasan yang terstruktur, sistematis dan integratife berbasis
teknologi.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta
meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu
partisipatif.
5. Meningkatkan kepercayaan 45ublic atas kualitas kinerja pengawasan
berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa
secara tepat, akurat dan transparan.
6. Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan
pemilu baik bagi pihak dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
4. Tujuan Bawaslu
Berdasarkan visi-misi yang telah diuraikan diatas maka tujuan
bawaslu yaitu:
a. Meningkatkan solidaritas kerja sama structural organisasi, kualitas
sumber daya manusia yang baik. dan untuk meningkatkan budaya
manajemen efektifitas dan kualitas kelembagaan pengawasan pemilu.
46
b. Meningkatkan dan mengembangkan terhadap kualitas dan efektivitas
pada penyelenggaran pengawasan pemilu.
c. Mengefesiensi pencegahan untuk menguranggi terjadinya pelanggaran
dalam proses penyelenggaraan pemilu.
d. Meningkatkan sistem 46ublic46 nasional dalam satu kinerja
manajemen penyelenggaraan pengawasan yang sistematis, terstruktur,
dan integrative yang berbasis teknologi.
e. Meningkatkan pemahaman masyarakat, peserta pemilu dan pengawas
/penyelenggara pemilu tentang pelanggaran pemilu serta meningkatkan
partisipasi masyarkat dalam pengawasan pemilu.
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu.
g. Meningkatkan koordinasi dengan pihak yang terkait dalam
pengawasan pemilu.
h. Mengefektifkan pencegahan dan penindakan pelanggaran
penyelenggaraan pemilu.
i. Melaksankan penyelesaian sengketa pemilu dengan prinsip jujur dan
adil.
j. Meningkatkan kepercayaan peserta pemilu terhadap pengawasan
pemilu oleh pengawas pemilu.
k. Meningkatkan kualitas penanganan pelanggaran pemilu dengan penuh
prinsip professional.
l. Melakukan penyederhanaan terhadap prosedur penanganan
pelanggaran pemilu.
47
m. Meningkatkan dan mengembangkan mutu data informasi pengawasan
pemilu yang meliput: Pencegahan, penindakan dan penyelesaian
sengketa pemilu.
n. Meningkatkan mutu pengetahuan serta keterampilan dalam
pengawasan partisipatif oleh masyarakat.
5. Bawaslu kabupaten/kota bertugas
a. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kabupaten/kota
terhadap:
1. Pelanggaran pemilu
2. Sengketa proses pemilu.
b. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah
kabupaten kota, yang terdiri atas:
1. Pemuktahiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan
daftar pemilih tetap.
2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara
pencalonan anggota DPRD kabupaten/kota.
3. Penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota.
4. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye.
5. Pengadaan logstik pemilu dan pendistribusiannya.
6. Pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara di wilayah kerjanya.
7. Pengawasan seluruh proses perhitungan suara di wilayah kerjanya.
8. Pergerakan surat suara, berita acara perhitungan suara, da sertifikasi
hasil perhitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PKK.
48
9. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU kabupaten/kota
dari seluruh kecematan.
10. Pelaksanaan perhitungan dan pemungutan suara ulang, pemilu
lanjutan dan pemilu susulan.
11. Proses penetapan hasil pemilu anggota DPRD kabupaten/kota.
c. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kabupaten/kota.
d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam
kegiatan kampanye sebagaimana yang diatur dalam undang-undang.
e. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kabupaten/kota,
yang terdiri atas.
1. Putusan DKPP.
2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa pemilu.
3. Putusan/keputusan bawaslu, bawaslu provinsi dan bawaslu
kabupaten/kota.
4. Keputusan KPU, KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas
semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye.
f. Mengelola, memilihara dan merawat arsip serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu di wilayah
kabupaten/kota.
h. Mengevaluasi pengawasan pemilu di wilayah kabupaten/kota.
49
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
6. kewenangan Bawaslu Kabupaten/Kota
a. Menerima dan menindak lanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemilu.
b. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran pemilu di wilayah kabupaten/kota
serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajian kepada
pihak-pihak yang diatur didalam undang-undang.
c. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, memutus
penyelesaian sengketa proses pemilu di wilayah kabupaten/kota.
d. Merekomendasikan kepada pihak instansi yang bersangkutan mengenai
hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota terhadap netralitas semua
pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagimana
diatur dalam undang-undang.
e. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu
Kecematan setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi
apabila Panwaslu Kecematan berhalangan sementara akibat dikenai
sanksi atau akibat lainya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam
rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran pemilu dan sengketa
proses pemilu di wilayah kabupaten/kota.
50
g. Membentuk Panwaslu Kecematan dan mengangkat serta
memberhentikan anggota Panwaslu Kecematan dengan memperhatikan
masukan Bawaslu Provinsi.
h. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
7. Kewajiban Bawaslu Kabupaten/Kota
a. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
pengawas pemilu pada tingkatan bawahnya.
c. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada bawaslu provinsi
sesuai dengan tahapan pemilu secara periodik berdasarkan kebutuhan.
d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada bawaslu provinsi berkaitan
dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU kabupaten/Kota
yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu di
kabupaten/kota.
e. Mengawasi pemuktahiran dan pemiliharaan data pemilih secara
berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dengan
memperhatikan data kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. Mengembangkan pengawasan pemilu partisipatif.
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
51
8. Struktur Organisasi Bawaslu
Struktur organisasi bawaslu kabupaten mamuju menganut pada sistem
kelembagaan yang di atur dalam undang-undang No 16 tahun 2009 tentang
Uraian Tugas Sub Bagian Dilingkungan Kesekretariatan Badan Pengawas
Pemilihan Umum.
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Sekretariat Bawaslu Mamuju
ST MUSTIKAWATI,. Se
ANGGOTA
Kordiv. PHH
RUSDIN,. SPD
KETUA
KORDIV. SDM & O
FAISAL JUMLANG.SPd.MPD
ANGGOTA
Kordiv. HPP
PLENO
KEPALA SEKRETARIAT
MUH. YUHDING, SE
NIP: 19811102 2012121 005
Panwaslu kecematan
STAF PHH
Dedi kusmawati. SPd
Firman ST. SPd
Novalinda. SPd
STAFF SDM & O
Nurhadi Purnama. SH Wardiman. SH Padli Tirta Kencna P. SPd
Panwaslu Kelurahan/Desa
STAFF HPP
Tuti sulfiani. SPd
Megawati. SH
Dirta
BENDAHARA
ANDI MUH. ARDAM A. S.Sos
NIP: 19770826 20071 1 011
Pengawas TPS
52
Keterangan:
PHH: Pencegahan, Hubal dan Humas
SDM & O: Sumber Daya Manusia dan Organisasi
HPP: Hukum Penanganan dan Pelanggaran
9. Kelembagaan Bawaslu Kabupaten Mamuju.
Badan pengawas pemilihan umum memiliki lima structural organisasi
Dalam melaksanakan tugas pengawasan penindakan demi tercapainya
pemilihan umum yang jujur, bebas, rahasia, umum dan adil.
a. Koordinasi Devisi Sumber Daya Manusia Dan Organisasi
1. Bagian sumber daya manusia dan organisasi bertugas untuk menangani
persoalan data kelembagaan organisasi baik sumber daya manusia dan
prekrutan panwas kelurahan/desa dan TPS
2. Melaksanakan pegumpulan dan pengolahan data serta memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan pemilu.
3. Melaksakan hasil penilaian kerja terhadap staff yang ada di lingkungan
sub bidang tata usaha dan sumber daya manusia.
4. Menyiapkan materi dalam penyusunan rencana kegiatan pada bidang
tata usaha dan sumber daya manusia.
5. Melaksanakan pembinaan kinerja terhadap staff tata usaha dan sumber
daya manusia agar memiliki nilai produktifitas dalam melaksanakan
kinerja.
6. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh kepala sumber daya manusia
dan organisasi untuk memberikan surat tertulis maupun yang tidak
tertulis tentang tugasnya agar tercapainya kinerja organisasi.
53
b. Koordinasi Devisi Pencegahan, Hubal Dan Humas
1. Menghimpun serta mempelajari peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kebijakan teknis, buku petunjuk teknis dan mengimpun bahan-
bahan lainya yang berkaita dengan hubungan antar lembaga.
2. Menyiapkan bahan kerja sama dengan hubungan antar lembaga untuk
pengawasan yang berkaitan pengawasan partisipatif.
3. Menyiapakn semua bahan penguatan patrisipasi masyarakat dalam
pengawasan pemilu serentak.
4. Menyiapakan bahan untuk koordinasi anatar lembaga.
5. Melakukan pengawasan pada setiap tahapan dalam pemilu yang
berdasarkan perundang-undangan.
6. Melaksanakan suatu invertigasi dan klarifikasi pada setiap temuan
pengawas pemilu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7. Menyiapkan bahan yang terkait dengan hasil temuan pengawasan
pemilu.
8. Memeberikan nilai karyawan atas pertasi kinerjanya pada suff bagian
pengawasan pencegahan, humas dan hubal.
9. Melakukan investarisasi yang berkaitan dengan teknik pengawasan.
c. Koordinasi devisi hukum penanganan dan pelanggaran
1. Menyiapkan seluruh bahan yang berkiatan dengan rencana kinerja
kegiatan pada bidang hukum dan penanganan pelanggaran.
2. Memberikan arahkan kepada staff hukum dan penanganan
pelanggaran tentang pembagian tugas.
54
3. Melaksanakan pembinaan kinerja terhadap staff hukum dan
penanganan pelanggaran agar lebih produktif bekerja.
4. Melaksanakan pembagian tugas dalalm lingkungan staff hukum dan
penangan pelanggaran.
5. Melaksanakan pemeriksaan atas kinerja staff.
6. Melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undan pemilu kepada
masyarakat.
7. Melaksanakan kerjasama dengan bagian terkait dan kepada instansi
terkait dalam pelaksanaan kajian peraturang perudang-undangan.
8. Menyiapkan seluruh bahan penyelesaian sengketa pemilu dan
memberikan bantuan hukum kepada peserta pemilu.
9. Menerima laporan pelanggaran pemilu dari masyarkat dengan standar
prosedur hukum.
10. Melaksanakan regisrasi terhadap laporan pelanggaran pemilu.
11. Melaksankan koordinasi dengan pengawas pemilu kecematan dalam
menangani pelanggaran pemilu.
12. Melaksakan pengumpulan alat bukti serta keterangan tambahan
terhadap pelanggaran pemilu.
13. Melaksanakan klarifikasi, analisis dan rekapitulasi terhadap
pelanggaran pemilu di tingkat kabupaten.
14. Menyusun laporan pada pelaksanaan kegiatan dengan sumber data
yang ada dengan kegiatan yang telah sudah dilakukan sebelumnya dan
kemudian akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi atasan.
55
10. Bagan 1.2 Proses Penindakan Pelanggaran Pemilu
7 hari
PERISTIWA DUGAAN PELANGGARAN
MASYARAKAT PELAPOR
LAPORAN TEMUAN JAJARAN
PENGAWAS
PENGAWAS PEMILU
PELANGGARAN
ADMINISTRASI PIDANA KODE ETIK
KPU GAKUMDU DKKP
PLENO
MEMENUHI
UNSUR
TIDAK MEMENUHI
UNSUR
STATUS DIHENTIKAN DITERUSKAN KE
SENGKETA
BAWASLU/PTU
PENGADILAN NEGERI
PUTUSAN
56
Pada pada paragraph di atas telah dijelaskan bahwa jenis
pelanggaran pemilu terdapat tiga kategori yang terdiri, pertama adalah
tindak pelanggaran administrasi, kedua tindak pelanggaran pidana dan
ketiga adalah kode etik. Diselenggarakanya pemilu tidak bisa lepas
dari fungsi pengawasan itu sendiri, tujuan dari pengawasan tidak lain
untuk memastikan bahwa pada penyelenggaran pemilu akan berjalan
dengan baik dan demokratis, dalam hal ini Bawaslu adalah lembaga
yang dibentuk oleh negara untuk melaksanakan fungsi pengawasan.
Diketahui bahwa adanya pelenggaran pemilu disebabkan
proses pelaksanaan pemilu keluar dari koridor yang ditetapkan. Jika
pelanggaran pemilu tersebut terjadi dalam kejadian atau peristiwa dan
diketahui serta di proses oleh pihak pengawas pemilu beserta
jajaranya maka pelanggaran pemilu tersebut masukkanya adalah
temuan pelanggaran pemilu oleh Bawaslu, dan sebaliknya jika suatu
dugaan kejadian peristiwa pelanggaran dilapangan tidak ketahui oleh
pengawas pemilu melainkan masyarakat maka pelanggaran tersebut
masukkanya adalah laporan.
Dalam proses tindak lanjut pelanggaran pemilu yang terjadi
lapangan Bawaslu akan melaksanakan dua tahapan awal. Bahwa
laporan dugaan pemilu yang diterima/masuk ke Bawaslu terdapat dua
pintu utama pertama laporan dari masyarakat dan kedua pengawas
pemilu beserta jajarannya. Ketika berkas laporan ataupun temuan
sudah diterima oleh pihak pengawas pemilu. Setelah itu pengawas
57
pemilu hanya mempunyai batas waktu lima hari untuk melaksanakan
kajian tindak lanjutan terhadapat temuan dan laporan tersebut untuk
diteruskan. Oleh karena itu, Pengawas pemilu harus melakukan
pengumpulan alat bukti untuk melengkapi semua alat bukti yang
masih kurang. Serta pengawas pemilu melakukan klarifikasi tehadap
pihak terkait yang diantaranya adalah pihak pelapor, saksi, dan
terlapor.
Setelah dilakukanya pengumpulan alat-bukti dan klarifikasi
dengan segerah pihak pengawas pemilu akan melakukan putusan
terhadap pelanggaran tersebut. Apakah pelangaran tersebut memenuhi
unsur-unsur pelanggaran pemilu atau tidak. Akan Tetapi jika
pelangaran tersebut tidak memenuhi unsur pelanggaran maka akan
dihentikan di peroses dengan status diberhentikan. Namun apabila
laporan dan temuan yang diterima oleh Bawaslu memenuhi unsur-
unsur pelangaran dari hasil kajian, maka laporan dan temuan akan
ditentukan apakah pelanggaran pemilu tersebut masuk kadalam
kategori tindak pidana, etik atau administrasi.
Apabali dalam penetapan pelanggaran (temuan/laporan)
ditetapkan sebagai pelanggaran tindak pidana pemilu oleh Bawaslu.
Maka kasus pelanggaran tersebut akan diteruskan kepada pihak yang
berwajib dalam hal ini kepada pihak kepolisian kabupaten/kota untuk
melanjutkan kasus pelanggaran hasil rekomendasi Bawaslu untuk
dilanjutkan ke tingkat kejaksaan Dengan rentang waktu yang berikan
58
adalah selama 14 hari. Dan selajuntnya pihak kejaksaan akan
diberikan rentang waktu selama tujuh hari untuk menindaklajuti
temuan pelanggaran yang diteruskan pihak kepolisian untuk kemudian
dilimpahkan ke pihak pengadilan untuk diberikan putusan.
Laporan dugaan pelanggaran pemilu dapat disampaikan oleh
warga negara indonesia yang memiliki hak pilih, peserta pemilu dan
pemantau pemilu. Dalam UU 07 tahun 2017 tentang penanganan
pelanggaran pemilu bahwa laporan dugaan pelanggaran pemilu paling
tidak disampaikan kepada pengawas pemilu paling lama tujuh hari
sejak diketauinya terjadinya pelanggaran pemilu. Pihak pelapor
hendaknya melampirkan semua persyaratan yang dibutuhkan oleh
Bawaslu sehingga dapat melakukan tindak lanjut laporan yang
dilaporkan oleh masyarakat.
Dalam kasus dugaan pelanggaran pemilu harus terlebih dahulu
dilakukannya pengumpulan alat bukti atas semua dugaan pelanggaran
pemilu yang telah terjadi. Dan kemudia Setelah semua bukti-bukti
telah terkumpul baru kemudian Bawaslu melakukan pengkajian
terhadap bukti tersebut untuk dipetakan bukti tersebut arahnya kemana
apakah masuk kedalam ketegori tindak pidana, administrasi atau kode
etik hasil tersebut yang akan ditindak sesuai dengan regulasi yang
telah sudah ditetapkan.
Sesuai ketentuan dalam undang-undang No 7 Tahun 2017 pada
pasal 10 menyatakan bahwa dugaan pelanggaran laporan tindak
59
pidana pemilu harus memenuhi dua unsur syarat formil dan syarat
materil untuk dilakukan pembahasan digakumdu untuk kemudian
ditindaklanjuti. Berikut ketentuan syarat formil dan materil harus
dipenuhi oleh pihak pelapor.
a. Syarat formil
1. Identitas pelapor/pihak yang berhak melaporkan
2. Pihak terlapor
3. Waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan paling lama tujuh
hari sejak diktehuinya terjadinya dana tau ditemukannya
pelanggaran pemilu.
4. Kesesuian tanda tangan dalam formulir laporan dugaan
pelanggaran dengan kartu tanda penduduk elektronik ataupun
kartu indentitas laporan lain.
b. Syarat materil
1. Peristiwa dan uraian kejadian
2. Tempat peristiwa kejadian
3. Saksi yang mengetahui peristiwa tersebut
4. Bukti.
Panitia pengawas pemilu Provinsi, Kabupaten/Kota. Pengawas
kecamatan sampai Pengawas Kelurahan/Desa. Dalam jangka waktu
tiga hari diberikan waktu melakukan klarifikasi atas bukti yang telah
diterima dari pihak pelapor dan mencatat semua alat bukti pendukung
yang kemudian dilakukan penentuan atas pelanggaran pemilu. Apabila
60
dalam kajian laporan dugaaan pelanggaran oleh masyarakat tidak
terpenuhi unsur materil dan materil maka pengawas harus
memberitahukan kepada pihak pelapor untuk melengkapi laporan
tersebut dalam jangka waktu tiga hari sejak laporan masuk, jika dalam
tiga hari pihak pelapor tidak dapat menyertakan semua bukti
pendukung maka pengawas pemilu tidak akan meregistrasi laporan
tersebut sebagai dugaan pelanggaran pemilu.
Akan Tetapi jika dalam kajian terpenuhinya bukti materil dan
formil serta akan kebenaranya kebenaranya. Maka dari itu, pengawas
pemilu berkewajiban untuk menindak lanjuti laporan dugaan
pelanggaran dengan jangka waktu diberikan selama 3 (tiga) hari
setelah laporan masuk.
C. Strategi Pengawasan Money Politik Pemilihan Serentak 2019
1. Strategi Pencegahan
Strategi pencegahan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
memberikan peringatan secara dini (early warning) kepada penyelenggara
pemilu, peserta pemilu dan masyarakat, Sosialisasi dan mendorong
partisipasi masyarakat untuk terlibat pada pengawasan pemilu.
Dalam strategi pencegahan memuat unsur langkah-langkah dan
penindakan yang dinamis untuk mencegah secara agar tidak terjadinya
pelanggaran pemilu yang dianggap dapat menggangu integritas proses
pemilu dan terhadap hasil pemilu. Strategi pencegahan merupakan fukus
utama yang telah dilakukan Bawaslu menginggat strategi pencegahan
61
merupakan strategi yang ideal dalam menciptakan pemilu yang
demokratis. Pemilu yang demokratis akan menciptakan pemimpin yang
berdedikasi tinggi terhadap negara. Oleh karena itu, strategi pencegahan
lebih realistis untuk difungsikan dalam menciptakan iklim demokrasi yang
adil dan jujur.
Idealitas dari pencegahan pelanggaran pemilu menjadi fokus utama
dikarenakan kurang efektifnya model penindakan dalam proses pemilu
menginggat bahwa masalah penindakan memiliki tingkat kerumitan tinggi
dalam menyelasikan setiap perkara pemilu oleh peserta pemilu. Dengan
dilakukannya pencegahan yang efektif diyakini bahwa akan menjadi awal
berjalanya pemilu yang demokraris (Junaidi dalam Haradison,2016).
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas sangat relevant
apa yang telah dilaksanakan secretariat bawaslu kabupaten mamuju dalam
mencegah serta menekan terjadinya pelanggaran pemilihan serentak pada
tahun 2019. Dalam hal ini Peranan Bawaslu sangat esensial dalam
mengawasi agar pemilu dapat terlaksana dan berjalan dengan baik jauh
dari bentuk pelanggaran yang dapat merusak sistem demokrasi itu sendiri.
a. Peringatan dini
Peringatan dini merupakan suatu usaha pemberian peringatan
lebih awal kepada selutuh element yang terlibat dalam pemilihan
umum untuk menaati seluruh rambu peraturan hukum yang berlaku.
Tujuan peringatan dini yaitu untuk mencegah terjadinya pelanggaran
62
pemilu yang di lingkungan penyelanggara pemilu KPU, peserta pemilu
dan masayarakat.
Berdasarkan hasil wawanacara yang dengan RS yang juga
bertindak sebagai kepala koordinasi devisi sumber daya manusia dan
organisasi menyatakan tentang bagaimana peran Bawaslu dalam
mengawal pemilu yang demokratis jauh dari bentuk pelanggaran.
“Sejak terbentuk bawaslu sebagai suatu badan pada agustus
2018 tahun lalu yang dimana sebelumnya adalah lembaga ad hoc bawaslu diberi peran dan harapan yang begitu besar terkait dalam pengawalan proses demokrasi ini jadi secara konkrit peran bawaslu dalam mengawal pesta demokrasi kita di indonesia itu tertuang dalam fungsi dan wewenangnya, tugas dan fungsi bawaslu itu tentunya dalam hal pengawasan yang terdiri dari fungsi pencegahan, penindakan dan penyelesaian sengketa, inilah garis besar bawaslu dalam mengawal pemilu yang demokratis” (RS, juni 12 2019).
Dari keterangan diatas telah diketahui Bawaslu merupakan
sebuah lembaga yang memiliki kewenangan dalam mengawasi seluruh
tahapan pemilu dan Bawaslu menjadi ganda terdepan untuk
menciptakan pemilu yang demokrais. Dengan adanya perubahan status
lembaga pengawasan dari panwaslu manjadi Bawaslu ditingkat
kabupaten telah mengalami perubahan yang begitu secara signifikan
dalam hal pengawasan pemilu di tingkat kabupaten. Transformasi
perubahan lembaga tersebut telah meningkatkan profesionalisme
kinerja Bawaslu dalam pengawasan pemilu.
Lebih lanjut kepala koordinasi devisi pencegahan, humal dan
humas menambahkan tentang bagaimana peranan Bawaslu dalam
menciptakan iklim demokrasi yang sehat.
63
“Peran bawaslu sangat aktif dengan cara bekerja sama dengan unit kegiatan masyarakat (UKT),bersosialisasi kemasyarakat, para pemilih pemula dan mengembangkan pemilu yang partisipatif, didevisi pencegahan atau devisi pengawasan salah satu langkah kongkrit yang dilaksankan dalam melaksanakan pengawasan kepada pihak penyelenggara peserta pemilu adalah dengan dibentuknya forum warga, forum warga ini kami gagas dengan dibentuknya post kamling dan kemudian kami melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama” (MK,
tanggal 20 juni 2019)
Berdasarkan hasil wawancaa kedua informan di atas dapat
diketahui bahwa peran Bawaslu sangat besar untuk mencegah
terjadinya pelanggaran pemilu dengan dibekalinya kewenangan yang
besar menjadikan Bawaslu sebagai lembaga yang independent untuk
memastikan bahwa proses pemilu akan berjalan dengan baik sesuai
dengan koridor hukum. Selain itu, Banyak hal yang telah dilaksanakan
Bawaslu Kabupaten Mamuju untuk menjaga integritas pemilihan
serentak 2019 diantaranya adalah dengan membentuk forum warga
dengan harapan bahwa forum warga dapat memberikan edukasi politik
kepada warga tentang pentingnya Pemilihan Umum yang jujur dan adil
sehingga masyarakat dapat menyadari bahwa Pemilu yang berintegritas
akan memberikan sumbangsih yang besar pada pembangunan daerah.
Dalam hal pengawasan pemilu sangat diperlukan strategi yang
komprehensif yang mudah dipahami untuk diaplikasikan Bawaslu, oleh
karena itu kepala hukum penanganan pelanggaran memberikan
penjelasan yang sangat kompleks tentang tupoksi Bawaslu dalam
mejalangkan tugas pengawasan dilapangan. Bagimana pun juga
Bawaslu membutuhkan arah teori yang komprenhensif yang bertujuan
64
memberikan petunjuk pada proses penyelenggaraan pemilu yang
konstitusional.
“tugas bawaslu yang tertuang dalam peraturan perundang-undang terdapat tiga pokok yang harus dilaksanan yaitu CAT (Cegah Awasi Tindak) jika ini dijalankan pemilu akan berjalan secara demokratis di negara ini khusunya di kabupaten mamuju jika pun tidak berjalan dengan baik kami akan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menambal demokrasi yang bocor”. (FJ, 15 juni 2019)
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukan di atas dapat
diketahui bahwa benang merah peran Bawaslu dalam pengawasan
pemilu yang demokratis. Hasil wawancara tersebut telah menghasilkan
kesimpulan bahwa peran Bawaslu sangat esensial untuk menjamin
penyelenggaran pemilu agar dapat berjalan berjalan dengan baik.
dengan di kuatkannya kewenanangan melalui transformasi lembaga
telah memberikan posisi kuat secara kelembagan untuk mengawasi
seluruh tahapan pemilu tanpa adanya intervensi dari lembaga lain.
Tugas Bawaslu yang tertuang dalam undang-undang terdapat
tiga pokok yaitu cegah, awasi dan tindak. Landasan Yuridis inilah yang
menjadi sumber utama Bawaslu dalam membentuk forum warga
dengan harpan dapat memberikan dampak positif melalui edukasi
politik yang secara berkesinambungan. Tentunya edukasi politik ke
masyarakat pada proses pemilihan serentak akan mendorong
terciptanya generasi pemilih cerdas untuk tidak terlibat dalam politik
praktis dan melaporkan kepada pihak yang berwajib jika melihat
dengan kasat mata pelanggaran pemilu yang terjadi.
65
Bawaslu telah melakukan pengawasan persuatif kepada
seluruh element yang terlibat dalam pemilihan serentak. Oleh karena
itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih persuatif untuk mengawasi
seluruh tapahan pemilu agar tidak terjadi pelanggaran berupa politik
uang. Sebagaimana diketahui bahwa Politik uang (money politic)
merupakan salah langkah efektif dalam merubah pilihan politik
(political choise) masyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas mengenai peran Bawaslu Jadi
dapat disumpulkan bahwa Bawaslu memiliki tugas penting untuk
melerai atau mengatasi secara dini aksi politik uang atau mencegah aksi
politik uang yang terjadi di lingkungan penyelenggara pemilu dan
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara oleh MK mengenai strategi
yang ditempuh untuk memberikan peringatan dini kepada peserta
pemilu dalam keterangannya beliau menyatakan bahwa.
“Kami di Bawaslu memberikan peringatan dini kepada kepada pihak penyelenggara agar tidak mereka tidak terlibat dalam politik praktis, tidak memihak kepada pihak tertentu dan bekerja secara public dalam menjalangkan profesi. Peringatan dini kami sampaikan jika terdapat indiksi pelanggaran pemilu di lingkungan KPU dengan tujuan
mereka dapat melek akan hukum yang berlaku.” (MK, 14 juni 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan MK diatas dapat ketahui
bahwa Bawaslu telah melakukan penyampaian peringatan dini kepada
pihak penyelenggara pemilu dengan tujuan KPU sebagai penyelenggara
dapat terbebas dari politik praktis apalagi menerima uang dari pihak
tertentu untuk dapat memanipulasi hasil pemilu.
66
Hasil wawancara dengan FJ, mengenai Peringatan Dini kepada
peserta pemilu untuk tidak melakukan tindakan politik uang dalam
keterangannya beliau menyatakan bahwa.
“Kami menyampaikan peringatan dini kepada peserta pemilu untuk tidak melakukan tindakan politik uang kepada masyarakat, kami juga sampikan tentang tata aturan pelaksanaan pemilu dan sanskinya
jika melanggar, kami juga meminta kerja samanya peserta pemilu untuk patut kepada aturan pemilu, kami ajak dia untuk bersaing dengan cara yang sehat bukan dengan politik uang. Jika terdapat tindakan politik uang di ketahui oleh bawaslu maka Bawaslu tindak akan segan-segan untuk menindaknya”. (FJ, 14 juni 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan FJ diatas dapat diketaui
bahwa Bawaslu memberikan peringatan dini kepada peserta pemilu
untuk tidak melakukan tindakan politik uang kepada masyarakat
tindakan itu bisa berupa sumbangan fasilistas untuk di bidang
keagamaan, olahraga dan pertanian. Pada peringatan dini memuat tata
aturan pemilu yang disampaikan kepada peserta pemilu untuk bersaing
dalam pemilihan umum dengan jujur dan adil tanpa tanpa mengunakan
alat berupa uang untuk menuju kursi parlement.
Hasil wawancara dengan RS menganai peringatan dini kepada
masyarakat untuk tidak terlibat pada tindakan politik uang dalam
keterangannya beliau menyatakan bahwa.
“Salah satu langka yang kami tempuh pada penyampaian peringatan dini kepada masyarakat adalah dengan cara melakukan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melawan aksi politik uang pada masa kampanye berlangsung. Kami menyurati seluruh kepada desa/kelurahan untuk menyampaikan kepada masyaraktnya aturan
67
pemilu terutama pada pasal 523 ayat 2 dan 3. Dalam pasal tersebut memuat akibat dari tindakan politik uang.” (RS, 15 Juni 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan FJ dapat ketahui bahwa
Bawaslu menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat dengan
mengunakan arternatif surat pemberitahuan yang memuat tentang
aturan pemilu kepada pemerintah desa untuk menyampaikanya kepada
masyarakat tentang tata aturan yang berlaku serta akibat buruk yang
diperoleh jika melakukan tindakan pelanggaran politik uang.
Berdasarkan hasil keterangan diatas disimpulkan bahwa
Bawaslu Kabupaten Mamuju sudah melaksanakan prinsip peringatan
awal (early warning) kepada pihak Penyelenaggara Pemilu dalam hal
ini KPU, peserta pemilu dan masyarakat. Hal ini bertujuan dilakukan
agar supaya setiap element yang telibat sebelum dilakukanya
pelanggaran politik uang sudah lebih awal diberitahukan oleh Bawaslu
melalui peringatan dini tentang sanksi dan hukuman bila melanggar
aturan hukum yang berlaku atau yang ada. Pada penyelenggaraan
pemilu jika setiap element yang terlibat dalam pemilihan umum paham
akan produk hukum serta memiliki presfektif hukum yang baik. dapat
dipastikan bahwa dalam imlementasi peraturang perundang-undang
bukalah suatu hal yang sulit untuk dijalangkan melainkan suatu hal
yang lumrah untuk diimplementasikan.
b. Sosialisasi
Sosialisasi pemilu merupakan suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh Bawaslu untuk memberikan pendidikan dan
68
pemahaman terhadap nilai-nilai, norma dan aturan pemilu. Proses
penyampaian dapat berupa diskusi publik, pendidikan di sekolah,
pemasangan baliho dan kalender untuk dipajang dirumah.
Politik uang sangat membutuhkan perhatian besar untuk
dicegah dilingkungan masyarakat yang notabenya masih minim akan
pengetahuan tentang pemilu. Untuk itu Bawaslu menyadari bahwa
pentingnya sosialisi pemilihan serentak kemasyrakat secara dini
sehingga masyarakat dapat mengatahui segala bentuk jenis pelanggara
pemilu yang harus di hentikan atau diberantas. Politik uang adalah satu
bentuk kejahatan demokrasi dengan memberikan uang sebagai bentuk
apreasiasi peserta pemilu ke masyarakat.
Politik uang dikategorikan sebagai tindakan kejahatan
dikarenakan tindakan tersebut telah menghalalkan segalam macam cara
untuk memperoleh kekuasaan politik di pemeritahan meskipun tindakan
tersebut telah melanggar aturan pemilu. Maka dari itu diperlukan
langkah strategis untuk melerai praktek politik uang di seluruh element
yang terlibat dalam pemilihan.
1. Sosialisasi Tatap Muka
Bentuk sosialisasi tatap muka adalah bentuk penyampaian tugas,
kewenangan, dan kewajiban pengawas pemilu dalam pemilihan
umum.
69
Berdasarkan hasil wawancara dengan FJ mengenai langkah
Strategis Bawaslu dalam melaksanakan sosialisasi kepublik tentang
bahaya dari tindakan money politik.
“Hampir seluruh peserta pemilu mengharapkan mereka terpilih dengan mudah hal ini terjadi karena dorongan masyarakat, itulah kemudian mengapa kami melakukan pencegahan kemarin sampai ke perbatasan palopo utara “salomakki” dan diperbatasan mamasa di desa
bela yang kita harus tempuh dengan jarak jauh. Dengan tujuan untuk menyentuh masyarakat disana dengan pola pikirnya yang kita mau rubah bankan kita genjar melakukan sosialisasi dengan para pemilih pemula dengan menjelaskan dampak 69ublic69e tindakan politik uang. Ini semua membantu untuk pencegahan pelanggaran politik uang tapi kita juga tidak lalai untuk mengawasi peserta pemilu dan kegiatan ini sangat disambut baik dengan para peserta pemilu (FJ, 21 Juni 2019).
Berdasarkan peryataan informan di atas diketahui bahwa upaya
pencegahan terjadinya politik uang dilakukan dengan cara melakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Upaya tersebut telah dilaksankan dengan
semaksimal mungkin dalam menyampaikan edukasi politik (political
education) kepada seluruh warga masyarakat dan pemilih pemuda agar
mereka memiliki kesadaran politik yang tinggi tentang akibat buruk
dari kesalahan pilihan politik yang telah diperbuat dengan memilih
peserta pemilu dengan melawan aturan hukum yang berlaku yaitu
dengan membeli suara rakyat demi mendapatkan suara yang banyak
(the action of money politics).
Tidak hanya itu, Bawaslu juga telah melakukan koordinasi
politik dengan peserta pemilu untuk tidak melakukan tindakan yang
dapat menganggu stabilitas politik dan tetap menjaga nama baik sistem
70
demokrasi yang sedang kita anut. Pelanggaran pemilu akan
memberikan dampak yang sangat besar kepercayaan 70ublic (public
trust) terdapat demokrasi. Dalam ha ini Bawaslu sebagai lambaga yang
memiliki tugas untuk mengawasi seluruh tahapan pemilu agar
pemilihan umum berjalan dengan baik jauh dari pelanggaran politik
uang atau sejenisnya.
Tabel 1.2 data sosialisasi Bawaslu tentang politik uang dan politisasi sara
No Lokasi Tanggal Nama kegiatan Sasaran
1 Sampaga 02 /12/ 2018 Tolak politik uang dan politisasi sara.
ASN dan masyarakat
2 Kalumpang 15/12/2018 Tolak politik uang dan politisasi sara.
Masyarakat
3 Mamuju 23/12/2018 Aturan tahapan pemilu
Penyelanggara pemilu dan ASN
4 Tappalang 02/01/2019 Tolak Politik uang dan sara.
Masyarakat
5 Tommo 14/01/2019 tolak politik uang dan sara
Masyarakat
6 Kalumpang 29/01/2019 tolak politik uang dan sara
Masyarakat
7 Kalukku 20/02/2019-04/03/2019
tolak politik uang dan sara
Masyarakat
8 Simboro dan kepulauan
04/02/2019 tolak politik uang dan sara
Masyarakat
Sumber. Data di olah dari laporan bawaslu 2019
2. Sosialisasi Undang-Undang No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan
Umum
Salah satu cara yang efektif untuk menghentikan aksi politik
uang adalah memberikan pemahan yang baik kepada masyarakat akan
aturan pemilu berlaku. Salah satu alternative yang baik adalah dengan
71
memilih jalan yang inovatif untuk menyentuh masyarakat dengan jalan
persuatif.
Hasil wawancara dengan RS mengenai langkah yang inovatif
yang dilakukan untuk menyampaikan aturan pemilu beserta sanksinya
dalam keterangannya beliau menyatakan bahwa:
“Kami membagikan kelender berupa poster kemasyarakat dengan gratis untuk dipasang dirumanhya didalam poster itu kami camtumkan tata aturan pemilu beserta sanksinya apabila dilanggar. Dalam poster itu banyak menjelaskan tentang larangan politik uang beserta sanksinya jika ikut serta dalam aksi politik uang dan akan ditindak oleh bawaslu untuk diproses.” (RS 15 juni 2019).
Berdasarkan keterangan informan diatas dapat diketahui bahwa
upaya sosialisasi dengan membagikan berupa poster merupakan jalan
yang ditempuh oleh Bawaslu untuk merealisasikan kesadaran
masyarakat dalam peserta demokrasi. Setidaknya poster tersebut dapat
memberikan dampak di lingkungan masyarakat untuk tidak terlibat
dalam aksi politik uang yang di dilakukan oleh peserta pemilu. lihat
gambar 2.1 dilampiran.
Lebih lanjut, MK juga menyampaikan hal yang serupa
mengenai kinerja pengawasan yang dilakukan Bawaslu dalam
memberikan edukasi politik kepada warga yang masih minim akan
pengetahuan politik.
“Kami membentuk forum warga kemudian kami melibatkan
tokoh adat, tokoh agama di forum warga kami menjelaskan bahwa pengawasan itu bawaslu bekerj sama dengan sentra Gakumdu Na bapak ibu yang melakukan pelanggaran pasti akan diperoses dan yang paling penting adalah bahwa kita memilih dengan pilihan kita bukan dengan
72
berdasarkan uang dan mari kita mengawal dan mengawasi proses demokrasi ini dengan sejuju-jujurnya” (MK, 15 juni 2019).
Pelaksanaan pemilu akan lebih terkesan jika kalua pemilu itu
dijalankan dengan baik oleh seluruh pihak yang terkait. Oleh karena itu,
pelaksanaan pengawasan pencegahan harus dilaksanakan dengan
seoptimal mungkin demi pencapaian tujuan pemilu yang jujur dan adil
tidak diselimuti dengan pelanggaran. Maka dari itu, bawaslu hadir
untuk mencapai tujuan tersebut. Selaku ketua umum menambahkan
penjelasan ke peneliti tentang langka strategis yang dilakukan Bawaslu
dalam pencegahan pelanggaran pemilu, khususnya politik uang.
“Didalam undang-undang nomor 7 tahun 2017 bahwa KPU dan Bawaslu satuan kesatuan fungsi penyelenggara pemilu jadi kami ini KPU dan Bawaslu yang disebut dalam ketentuan umum dalam undang-undang, secara spesifik bawaslu dalam kerjanya dalam proses pengawasan yang meliputi pencegahan, penindakan dan penyelewengan kepada teman-tamen KPU sebagai penyelenggara pemilu kami bawaslu selalu hadir dalam pengawasan seluruh tahapan pemilu, jadi kami punya prinsip pengawasan melekat di semua tahapan pemilu. Yang pertama yang harus kita sepakati yang tertuang dalam regulasi politik itu adalah sesuatu perbuatan yang dilarang dalam undang-undang dan sangat jelas dalam pasal per pasalt. Terkait dengan bagaimana mencegah praktik uang oleh peserta pemilu ke masyarakat terkait dengan pengawasan pencegahan itu kami juga jalan untuk mengawasi tentang sikap dan prilaku peserta pemilu, terkait dengan money politics ini kita dalam konteks pesmilu ini yang serentak, kita dibawaslu memiliki langkah-langkah strategis untuk menekan angka money politics ini walaupun kita menyadar bahwa masih ada beberapa yang terlewatkan karena memang kondisi geografisnya yang tidak mendukung dan persoalaan ekonomi. salah satu langkah strategis yang bawaslu lakukan adalah langsung ke objek yang kita mau benahi betul-betul objek tersebut adalah masyarakat menyurat kepada masyarakat dan patrol politik uang bersama dengan pihak kepolisian. kami memberikan edukasi politik kepada mereka dengan harapan besar
73
bahwa masyarakat dapat menjadi agent perubahan dalam menolak politik uang (RS, 22 Juni 2019).
Berdasarkan peryataan yang dikemukan ketiga informan dapat
ditarik kesimpulan tentang bagimana langkah konkrit yang
dilaksanakan Bawaslu dalam menjalankan tugas negara mengenai
pengawasan seluruh tahapan pemilu dengan terkhusus pada
pengawasan pencegahan politik uang adalah adanya kolaborasi politik
antara bawaslu dengan lembaga penegakkan dan peradilan negara atau
disebut dengan sentra (Gakumdu) dalam memberikan edukasi politik
kepada setiap warga negara dengan harapan bahwa upaya tersebut
membuahkan hasil yang baik dalam meningkatkan kesadaran masyarkat
terhadap esensial demokrasi itu sendiri. Tujuan kerja sama tersebut agar
terciptanya dan tercapainya pengawasan yang lebih efektif dan efesien
kepada seluruh element yang terlibat dalam pemilu dibandingkan
pengawasan satu lembaga.
Tabel. 1.3 Data Sosialisasi Aturan Pelanggaran Politik Uang
No Lokasi Jumlah Tujuan Sasaran
1 Sampaga 800 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
2 Tommo 400 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
3 Mamuju 1000 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan staff kelurahan
4 Kalumpang 600 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
74
5 Kalukku 700 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan staff kelurahan
6 Tappalang Dan
tappalang barat
700 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
7 K. babalakang 100 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
8 Bonehau 300 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan aparat desa
9 Simboro dan Kepulauan
700 Sosialisasi pidana pemilu (politik uang)
Pengawas, masyarakat dan staff kelurahan
Jumlah 5.300
Sumber. Data di olah dari bawaslu 2019
3. Sosialisasi melalui media sosial (whatsApp)
bentuk sosialisasi ini berupaya memanfaatkan teknologi sebagai
media kominikasi yang efektif pada penyampaian peraturan pemilihan
umum, tahapan pelaksanaan pemilu yang demokratis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MK mengenai bentuk
sosialisasi pemilu ke masyarakat melalui media sosial.
“Kami membentuk sebuah group media sosial di whatsaap untuk menyampaikan aturan pemilu, sanksinya dan larangan politik uang. kami membentuk group karena kami menganggap bahwa media ini sangat membantu kami dalam mensukseskan pemilu 2019. Masyarakat merespon baik dibentuknya group ini. kami bentuk group ini ada dikecematan dan kabupaten” (MK 5 agustus 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahaui adalah
pengunaan media sosial memberikan sumbangsih yang besar
terselenggaranya sosialisasi aturan pemilihan umum dengan
mempertimbangkan sebaran informasi lebih cepat dan menyeluruh
75
kelapisan masyarakat mulai dari perkotaan sampai kepedesaan. Group
yang dibentuk kabuapaten hanya diperuntukan kepada tokoh
masyarakat yang dianggap memberikan pengaruh yang cukup kuat
masyarakat sekitarnya sedangkan group ditingkat kecematan
digunakan untuk menghimpun aduan masyarakat ketika adanya
pelanggaran politik uang yang mereka ketahui.
Secara Garis besar upaya yang dilakukan Bawaslu dalam
pencegahan money politics adalah dengan berupaya merubah mind-set
masyarakat atau merubah pola pikir masyarakat untuk terlibat
langsung dalam menghadapi kacung-kacung politik perusak
demokrasi. Berbekalkan modal ini penyelanggaraan pemilu yang adil
dan jujur (luber jurdil) tidak akan hanya menjadi mimpi belaka tetapi
akan teriliasasi dengan baik yang nantinya akan tertuang dalam
sejarah perpolitikan indonesia melalui penguatan akar rumput
(masyarakat)
c. Partisipasi
Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
sistem perpolitikan indonesia, yang berperan sentral dalam sistem
politik. Dalam hal ini masyarakat mejadi agen perubahan pada
pemberantasan pelanggaran pemilu sehingga dapat tercapainya
pemilihan yang demokratis. Penyelanggaraan pemilu akan bernilai
jika pihak stockholder dan masyarakat saling berkerja sama pada
pengawasan pemilu serentak, karena tidak dapat dipungkiri tanpa
76
keterlibatan masyarakat bawaslu akan sangat kesulitan dalam
melakukan pengawasan praktek politik uang di masyarakat.
Salah satu langkah yang paling efektif dalam mencegah
tindakan politik uang adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat dilaksakan lebih awal sebelum pemungutan suara
dilangsungkan. Masyarakat dilibatkan dalam Upaya pencegahan dini
politk uang. upaya ini dinilai sangat efektif dalam meningkatkan
kredibilitas demokrasi. Politik uang dalam ranah teori menurut
(Wahyudi dalam Fitria, 2017) membagi kedalam dua bagian. yang
pertama adalah politik uang dalam bentuk barang dan kedua politik
yang dalam bentuk uang.
Dengan fokus utama dalam pencegahan politik uang adalah
langkah kongrit untuk mengfilter peserta pemilu agar tidak melakukan
tindakan perbuatan hukum dengan cara membangun citra yang baik di
masyarakat melalui sumbangan berupa barang dan jasa. meskipun,
Tindakan tersebut terpuji dalam presfektive agama akan tetapi dalam
presfektive hukum perbuatan tersebut tidak perbolehkan untuk
dilakukan. Bagaimana pun juga, Model kampanye ini klasik untuk
diterapkan dalam menyentuh rasa empati masyarakat akan tapi model
kampanye ini sangat besar pengaruhnya kepada kelompok pemilih
agamis.
Oleh sebab itu, tindakan ini harus dicegah sedini mungkin
sebelum tindakan ini tersentuh ke masyarakat. Berdasarkan hasil
77
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan RS tentang
pencegahan praktik politik uang dengan mendorong partisipasi public
beliau menyatakan bahwa:
“Kami melakukan himbauan melalui pemasangan spanduk di seluruh wilayah kabupaten mamuju yang berisikan konten ajakan kepada masyarakat untuk tidak mau menerima jasa dan barang dari peserta pemilu dan kosekuensi dari money politik kami telah sampaikan melalui spanduk dan kalender yang berisikan ancaman hukum pidana jika ikut dalam praktek politik praktis dalam hal ini money politik. Semua ini dilakukan dengan harapan bahwa masyarakat dapat membaca dan memahami ancamanan dari produk hukum yang sifatnya memaksa. serta kami juga selalu mengunjunggi pemerintah desa beserta aparatnya dan pengawasa tempat pemungutan suara TPS untuk ikut turut membantu Bawaslu dalam melakukan kampanye say no to money politic yang kurang lebihnya artinya katakan tidak pada politik uang, inilah semua upaya kami lakukan dalam mencegah terjadinya praktik money politik (RS, 24 juni 2019)”.
Berdasarkan peryataan di atas dapat dijabarkan bahwa upaya
yang dilakukan bawaslu dalam mencegah praktik politik uang ini telah
dituangkan kedalam spanduk dan kelender yang tentunya berisikan
konten edukasi politik kepada masyarakat agar senatiasa masyarakat
memiliki kesadaran untuk terlibat aktif dalam pengawasan
pelanggaran pemilu. Begaimana pun juga, keterlibatan aparat
pemerintah desa memiliki peran andil untuk menciptakan pemilu yang
demokratis serta Tak dapat dielakan keterlibatan aparat pemeritah
desa menjadi katalisator dan menjadi kunci utama kemana arah
demokrasi pada pemilihan serentak 2019.
Seperti yang diketahui bahwa jabatan politik pemerintah
kepala desa merupakan salah satunya pemerintahan yang memiliki
78
keterkaitan langsung kepada masyarakat dan pemerintahan desa
benteng utama dalam penguatan demokrasi di indonesia. Oleh karena
itu, bawaslu selaku lembaga yang memiliki tugas dan fungsi yang
besar terhadap pengawasan pemilu di indonesa. Bawaslu telah
berupaya untuk menguatkan, meminimalisir dan memaksimalkan
pencegahan politik uang dengan cara mendorong partisipasi
masyarakat dan kepala desa dalam pengawasan politik uang.
Tujuan dari partisipasi ini tentunya bertujuan untuk penciptaan
pemilihan yang lebih demokratis dari yang sebelumnya dan akan
menjadi katalisator perwujudan dari demokrasi itu sendiri.
Pengawasan yang efektif adalah pengawasan yang dilakukan dengan
melibatkan semua unsur yang terlibat dalam pemilihan umum karena
pada esensinya konsolidasi demokrasi akan terwujud jika akar rumput
memiliki tujuan yang sama dalam pencapaian pemilihan yang
demokratis.
Hal yang sama yang telah diungkapkan oleh FJ tentang upaya
bawaslu untuk mendorong partisipasi public dalam pengawasan
politik uang beliau menyatakan bahwa.
“Pencegahan yang kami lakukan harus ada partisipasi masyarakat karena bawaslu itu hanya ada tiga ditingkat kabupaten tiga di kecematan satu di desa dan satu di TPS ini adalah jajaran kami di bawaslu tidak mungkin lah kami bisa melihat semua tentang apa yang terjadi disudut-sudut ruang wilayah kabupaten mamuju oleh karena itu kami kemarin meminta kepada masyarakat tolong atas partisipasi masyarakat dikembangkan jika ada pelanggaran kami hanya butuh informasi awal. misalnya pak ada transaksi di sini, ada bagi-bagi minyak di sini, ada yang bagi-bagi beras di sini, ada yang
79
menyumbang semen di mesjid disini dan ada yang bawa uang disini itulah yang kami butuhkan informasi awal dari masyarakat melalui apalikasi Go-Bawaslu. Ini lah yang pertama kami lakukan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pemilihan umum” (FJ, 23 juni 2019).
Dari peryataan yang diatas dapat ditelisik bahwa upaya dini
yang dilaksakana Bawaslu adalah dengan mengupayakan masyarakat
untuk terlibat lansung dalam proses pengawasan pencegahan melalui
aplikasi yang diterbitkan Bawaslu RI. Tidak hanya itu, berupaya untuk
memberikan pemahaman kepada tentang pentingnya partisipasi politik
untuk terlibat aktif dalam pengimplementasian undang-undang dengan
menanamkan moral yang baik. serta berusaha meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk dapat menjadi bagian dalam pengawasan
pencegahan politik uang pada pemilu serentak. Karena pada dasarnya
jika politik uang sudah disentuh oleh masyarakat tidak akan mungkin
tercapainya pemilihan yang adil dan jujur dan akan melahirkan
pemerintahan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Hal yang sama diutarakan oleh MK tentang upaya Bawaslu
dalam meminimalisir terjadinya politik uang yang dilaksakan secara
dini.
“Kalua tindakannya kami melakukan patroli jauh-juah hari dengan hadir langsung ditengah-tengah masyarakat untuk memantau pelaksanaan kampanye. Serta kami juga menyampaikan di forum warga bahwa politik uang dalam bentuk nominal harus di berantas dan dicegah, serta yang namanya sumbangan berupa semen untuk rumah ibadah, alat-alat olahraga untuk team sepak bola, Pupuk untuk petani kami sampaikan bahwa ini semua bentuk politik uang dan
80
masyarakatnya jangan sampai terlena itu yang kami jelaskan dalam forum warga begitu juga ketika kami melakukan diskusi dengan para pemilih pemula bahwa tolong sampaikan jadilah jaringan kami untuk menyampaikan kebeberapa uang atau setidaknya kekeuaga mu bawa politik uang itu bukan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk uang” (MK, 12 juni).
Berdasarkan peryaataan di atas dapat di simpulkan bahwa
dalam mencegah politik uang sedini mungkin bawaslu menghimpun
masyarakat dan pemilih pemula dalam satu wadah sebagai bentuk
gerekan menolak politik uang. Dengan gerakan ini masyarakat akan
diberikan edukasi politik yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadarannya dan keikutsertaannya dalam menolak tindakan politik
uang. serta diharapkan dapat menjadi agen perubahan dan mitra
bawaslu dalam menciptakan iklim demokrasi yang damai, jujur dana
adil.
Berdasarkan peryataan yang diutarakan informan diatas maka
dapat ditarik benang merah tentang pelaksanaan pencegahanan politik
uang, bawaslu telah mendorong partisipasi dengan cara melakukan
sosialisasi kepada masyarakat baik secara langsung mapuan tidak
langsung. upaya yang tidak langsung yang dimaksud adalah dengan
melakukan kampanye anti politik uang dengan cara menuangkannya
kedalam bentuk spanduk dan kalender yang berisikan ajakan untuk
menolak politik uang dan berisikan ancaman pidana penjara bagi siapa
saja yang terlibat dalam politik praktis. Melakukan koordinasi
pemerintahan desa setempat sebagai upaya untuk meminimalisir
81
terjadinya politik uang yang massif dikalangan masyarakat. serta
dapat mereka dapat menjadi katalisator media untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat.
Meningkatkan partipisasi masyarakat adalah kunci utama
suksesnya pemilihan umum. oleh karena itu, Bawaslu berupaya untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pemilih pemula melalui
forum warga. Dengan tujuan agar supaya masyarakat memiliki niat
untuk mau menjadi mitra kerja sama Bawaslu dalam memberantas
politik uang yang dimulai pada masa kampanye maupun hari
menjelang pemilihan suara.
Table. 1. 4 data partisipasi masyarakat pada pelaporan temuan
pelanggaran pemilu dilapangan
No
Nama kasus
Pelapor
Masyarakat Panwas
1. Pidana 4 3
2 Etik 2 4
3 Adminitrasi 10 14
4 Netralitas ASN 9 14
Jumlah 25 62
Sumber. Data diolah dari informasi bawaslu 2019
Jika kita menelisik parsipasi masyarakat di atas Bila dicermari
bahwa partisipasi masyarakat sangat singnifikan pada pengawasan
pemilu bukan hanya pada politik uang masyarakat terlibat tetapi juga
82
kepada pelanggaran lainya. Jika kita mengukur partispasi masyarakat
mamuju masih perluh ditingkatkan lagi mengingat jumlah laporan
pengawas justru lebih banyak dari masyarakat. Tetapi dalam ukuran
partisipasi pada pemilihan umum terbilang baik.
Dari beberapa pendekatan pencegahan politik uang di atas telah
menerankan bahwa politik pada pelaksanaan pengawasan politik uang
keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan beserta dengan
profesonalisme pengawas pemilu itu sendir. Namun dalam
pelaksanaan pengawasan politik uang oleh bawaslu dinilai tidak
mencerminkan nilai-nilai profesioanalisme yang digaungkan bawaslu
yaitu bawaslu hadir sebagi lembaga independent dalam menegakkan
pemilu yang demokratis. Terdapat tiga paradoks yang terjadi di
internal bawaslu yang disimpulakn penilis melalui hasil observasi
lapangan.
a. Konflik Internal Bawaslu
Sudah bukan rahasia biasa dalam sebuah lembaga terdapat
kelompk kepentingan yang berkeinginan untuk membuat koalisi
sehingga kekuatanya besar dan berpengaruh dalam pembuatan
kebijakan. Di internal Bawaslu sebagai mana pengamatan penulis
konflik internal terjadi antara atasan dan bawahan, hal ini terjadi
karena perbedaan cara pandang berfikir dalam memecahkan
persoalan yang menyangkut roda kepemimpinan panwascam yang
diselenggarakan Bawaslu.
83
Konflik terjadi antara pengawas tingkat kecematan dan
kabupaten, pada pelaksanan pemilihan ketua Panwascam di seluruh
Kabupaten Mamuju yang diselenggarakan Bawaslu Kabupaten.
Perbedaan letak pilihan yang diajukan bawaslu dan penawascam
dalam menetapkan kepemimpinan Panwascam merupakan awal
mula konflik internal Bawaslu terjadi. Sehingga harmonisasi antara
Panwascam dan Bawaslu tidak terjalin dengan baik. jadi dapat
disimpulkan bahwa Pengawasan pemilu oleh Bawaslu terbilang tidak
tercapai dengan baik.
b. Keterlibatan Politik Praktis
Bawaslu adalah benteng pemilihan umum yang melindungi
demokrasi dari ancaman dan kecaman yang berkeinginan
menjadikan demokrasi sebagai pintu masuknya ke kerajan kekuasaan
melalui cara-cara yang tidak bisa ditolerir atau menyimpan dari
aturan yang berlaku. Namun apa jadi ketika lembaga yang dibentuk
negara atas dasar kontitusi tidak mengindakan tugas yang
dipikulnya.
Salah satu permasalahan pengawasan pemilu di kabupaten
mamuju adalah keterlibatan pihak internal pengawas ke dalam
politik praktis, mereka telah menetapkan pilihannya dengan
mengakomodir massa untuk memilih salah satu pasangan calon
tertentu. Dari anggapan diatas merupakan Hasil observasi peneliti
dilapangan selama melaksanakan penelitian.
84
4. Strategi Penindakan
Strategi Penindakan merupakan suatu tindakan penegakkan
hukum bagi siapa saja yang melanggar tata aturan dan prosedur
penyelanggaran pemilu. Upaya penindakan meliputi penanganan
pelanggaran yang meliputi semua rangkaian dalam tahapan pemilu
yaitu temuan, laporan pelanggaran, mengumpulkan alat bukti,
melakukan klarifikasi, analisis untuk diteruskan kepada pihak istansi
yang memiliki kewenangan untuk memproses kasus pelanggaran
pemilu.
Terdapat tiga fokus utama penindakan pelanggaran pemilu yang
dilakukan oleh bawaslu yaitu pindakan pelanggara pidana, kode etik
dan administrasi. Namun fokus utama dalam penelitian ini akan hanya
terfokus pada penindakan pelanggaran pidana praktek politik uang.
a. Penegakan hukum (law enforcement)
Harus dipahami bahwa penegakan hukum pemilu merupakan
suatu instrument yang dapat menciptakan pemilihan yang demokratis.
Dalam penanganan penindakan pemilu haru memenuhi prinsip efisien
dan efektif sehingga akan menjadi jaminan pemilhan yang jujur dan
adil.
Dalam penanganan pelanggaran pemilu politik uang bawaslu
adalah pihak yang memiliki kewenangan dan sebagai pintu masuk
demokrasi yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan
penindakan lanjut pada setiap tahapan Pemilihan Umum yang
85
terjadinya pelanggaran pemilu. Bawaslu memiliki dua tahapan alur
penindakan yaitu penindakan temuan pelanggaran dan laporan
pelanggaran dari masyarakat.
Politik uang merupakan suatu tindakan pidana yang
membutuhkan tindakan yang tegas dalam menyelesaikannya. Politik
uang dapat dengan mudah merubah pilihan masyarakat untuk memilih
pemimpin lima tahuan kedepan dan tak dapat dipungkiri bahwa politik
uang sudah menjadi rahasia umum dalam perhelatan demokrasi di
seruluh dunia. Oleh karena itu, tindakan politik uang harus bisa
menimbulkan efek jerah bagi siapapun yang beranih melakukan
perbuatan tersebut.
Berdasarakan hasil wawancara dengan RS mengenai strategi
penindakan politik uang beliu menyatakan bahwa:
“Politik uang dalam peraturan perundang-undangan termasuk kategori tindakan pidana pelanggaran pemilu, ketika terjadinya pelanggaran pidana politik uang baik itu temuan mapun laporan maka pintu masuknya adalah sentra gakumdu di sentra Gakumdu kami bahas, kalua misalnya diduga pelanggaran pidana, hasil forum dari sentra gamundu kemudian menyatakan apakah ini tindakan pidana maka itu akan ditindak lanjuti melalui proses peradilan dikejaksaan, terkait dengan konsekuensi terkait dengan pelanggaranya jika pelanggaranya tertruktur, sistematis dan massif maka peserta pemilu
akan didiskualifikasi dari pemilu.” (RS. 15 juni 2019).
Berdasarkan keterangan RS di atas diketahui bahwa Bawaslu
dalam menindak pelanggaran politik uang baik itu berupa temuan dan
laporan dilakukan terlebih dahulu dilakukan klarifikasi melalui sebuah
proses kajian mendalam untuk memberikan kesimpulan bahwa apakah
86
pelanggaran tersebut tergolong pelanggaran berat atau tidak. Apabali
pelanggaran memiliki unsur terstruktur dan sistematis peserta pemilu
akan mendapatkan konsekuensi yang berat dari putusan pengadilan
yang nantinya akan didiskualifikasi dari peserta pemilu.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh FJ mengenai proses
penindakan politik uang beliau menyatakan bahwa:
“Politik uang masuk kategori tindak pidana pemilu bahkan itu diatur dalam undang-undang No 07 tahun 2017, jadi setiap temuan yang kita dapat dan laporan dari masrakat kita peroleh, kami memprosesnya terlebih dahulu di bawaslu bersama dengan teman-teman di sentra gakumdu. Hasil dari analisis kajian tersebut kami akan tindak lanjuti ke tahap yang berkitunya. Dan satu lagi ketika tindakan pidana politik uang tersebut terbukti terstruktur dan sistematis peserta pemilu akan sangat berpotensi didiskualifikasi dari peserta pemilu”
(FJ. 24 Juni 2019).
Berdasarkan keterangan FJ diatas dapat diketahui bahwa
tindak pidana politik uang sudah mempunyai dasar hukum yang
tertuang dalam undang-undang. Dengan dasar hukum tersebut
Bawaslu akan memiliki kewenagan yang tidak dapat diintervensi diri
pihak mana pun. Oleh sebab itu, Bawaslu memerlukan analisis
bersama dengan sentra gakumdu untuk menetapkan arah kebijakan
hukum yang sedang di proses. Jika terbukti calon peserta pemilu atau
pun penyelanggara pemilu melakukan pelanggaran politik uang, kasus
tersebut akan diteruskan ke pihak kejaksaan untuk diberikan putusan
hukum.
87
Menindak pelanggaran politik uang bukanlah suatu perkara
yang mudah ditemui dilapangan. Tindakan tersebut memerlukan usaha
yang keras untuk melerai aksi politik uang yang terjadi di seluruh
element yang terlibat dalam pemilihan serentak. Berdasarkan hasil
wawancara dengan MK tentang penindakan pelanggaran politik uang
beliu mengatakan bahwa.
“Mengingatkan kepada seluruh element yang terlibat dalam pemilihan dengan melalui pendekatan persuasive yang baik. kami memberitahukan tentang aturan pemilu yang tidak boleh dilanggar dan ketika dilanggar akan ada sanksi yang berat diperoleh. kami menyurati peserta pemilu dan pemangku kepentingan jika ada temuan dan laporan terdapat indikasi aksi poitik uang di masyarakat. Inilah yang pertama kami lakukan untuk melerai praktek politik uang”. (MK. 25 juni 2019)
Berdasarkan peryataan informan di atas dapat diketahui bahwa
penindakan politik uang dimuali melalui pendekatan persuasive
kepada seluruh element yang terlibat dalam pemilihan. Upaya tersebut
dilakukan sebagai bentuk strategi dalam memberikan teguran halus
lebih awal mengenai peraturan perundang-undangan kepada KPU,
peserta pemilu, pemerintah dan masyarakat agar aturan tidak
dilanggar.
Hal sama juga telah diungkapkan oleh RS mengenai
penindakan pelanggaran politik uang beliu mengatakan bahwa:
Yang kami lakukan pertama ialah mengingatkan kepada peserta pemilu, KPU dan pemerintah untuk tidak melakukan tindakan politik uang melalui surat ataupun dengan melakukan kunjungan. Dan juga Kami langsung menindak dengan tegas setiap pelanggaran pemilu jika terdapat indikasi awal adanya pelanggaran pemilu
88
contohnya itu money politic atau politik uang. Kami di Bawaslu akan memastikan bahwa semua kasus politik uang akan diperoses sebagimana mestinya meskipun itu tokoh yang berpengaruh melakukanya di Kabupaten Mamuju.” (RS. 16 juni 2019).
Berdasarkan peryataan informan diatas maka dapat diketahui
bahwa dalam penindakan politik uang Bawaslu telah melakukan usaha
dengan baik dengan mengingatkan kepada seluruh element yang
terlibat dalam pemilihan umum. Tindakan tersebut dilaksakan sebagai
bentuk upaya dalam menindak secara dini dugaan indikasi awal
pelanggaran politik uang. Bawaslu juga memastikan bahwa semua
bentuk pelanggaran pemilu akan diperoses dengan tegas tanpa
memandang status sosialnya. Yang kemudian Kasus dugaan
pelanggaran akan dikaji dan hasil dari kajian nantinya akan ditindak
lanjuti oleh pihak yang memiliki kewenangan untuk diberikan
putusan.
Pada Penegakan hukum (law enforcement) akan menciptakan
iklim demokrasi yang sehat. Pemberian efek jerah merupakan hal
esensial untuk dilaksanakan di mana kewenangan yang melekat di
bawaslu sudah dijamin oleh perundang-undang. Maka dari itu,
menciptakan efek jerah bagi peserta pemilu dan penyelanggara pemilu
adalah hal yang mutlak untuk dilaksanakan agar dapat menciptakan
iklim demokrasi sehat dengan tidak ada lagi yang memiliki niat
melanggar aturan pemilu khusunya pada praktek politik uang.
89
Berdasarkan hasil wawancara dengan FJ mengenai penindakan
penegakan pelanggaran dan pemberian efek jerah bagi pelanggar
pemilu yang terbukti melakukan politik uang beliau menyatakan
bahwa:
“Harapan kami mengenai penanganan pindakan pelanggaran politik ini dapat menjadi pelajaran dan efek jerah kepada semua pihak apakah itu kepada penyelenggara pemilu ataupun peserta pemilu dan masyarakat. Dalam proses penindakan pelanggaran ini membutuhkan beberapa tahap yang harus kami penuhi diantranya adalah mengumpulkan alat bukti dan kemudian kami bahas bersama dengan teman-teman di gakumdu. Hasil dari kajian tersebut kami kemudian kami teruskan ke pihak pengadilan untuk diberikan putusan.” (RS. 25
juni 2019) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa
penanganan pelanggaran politik uang diharapkan dapat memberikan
efek jerah bagi siapun yang telah melakukannya. Melalui
pengumpulan alat bukti pelanggaran akan dilakukan pengkajian
dengan analisis bersam dengan teman-teman dengan kepolisian.
Hasil dari analisis tersebut kemuadian dipetakan apakah
tergolong kedalam tipe pelanggaran administrasi, etika dan pidana.
Apabila tindakan pelanggaran tergolong kedalam tindakan pidana
akan diteruskan keranah hukum di pengadilan. Berdasarkan
kesimpulan awal diatas bahwasanya politik uang merupakan tindak
pidana pemilu.
Hal yang sama yang diungkapkan oleh FJ mengenai
penindakan penanganan pelanggaran dan pemberian efek jerah bagi
90
pelanggar pemilu yang terbukti melakukan politik uang beliau
menyatakan bahwa:
“Banyak hal sudah kami lakukan untuk menindak pelanggaran pemilu, banyak ASN dan penyelenggara yang sudah kami tangani. Tapi kalua mengenai politik uang masyarakat kurang terlibat langsung. Perlu diketahui bahwa pintu masuk laporan ke bawaslu itu terdiri dari dua pintu yang pertama temuan dan laporan dari masyarakt Dan dari 65 kasus yang kami tangani hanya terdapat 9 dari laporan mansyarakt. beberapa kusus yang kami tangani sudah dilimpahkan ke pengadilan, harapannya tindakan ini dapat menjadi efek jerah bagi mereka dan yang lain juga untuk tidak melanggar aturan pemilu” (23
juni 2019).
Berdasarkan keterangan informan diatas dapat diketahui bahwa
dalam Penindakan Bawaslu berusaha memberikan efek jerah terhadap
hukum bagi setiap element untuk tidak memiliki keberanian
melanggar aturan tata pemilu. Namun terdapat kendala yang dihadapi
bawaslu untuk mereleasiasikan penindakan hukum khusunya politik
uang hal ini disebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam
melaporkan kegitan praktek politik uang dilingkunganya.
1. Data pelanggaran pemilu
Data Penidakan pelangaran Pemilu Kabupaten Mamuju akan
disajikan dalam skema penindakan diatas telah memperlihatkan proses
penyelidikan dengan memetakan perkara penanganan pelanggaran
pemilu. Berbagai Upaya yang dilaksanakan dalam melereasiasikan
perintah perundang-undangan. Namun banyak tidaknya pelanggaran
pemilu yang berhasil ditindak hingga ke jalur hukum serta
91
memberikan efek jerah peserta pemilu, bukan berarti dapat dijadikan
suatu penilaian suksesnya pengawasan penindakan pemilu.
Peran Bawalu Kabupaten Mamuju dalam pelaksanaan
penindakan pelanggara pemilu adalam melaksakan pengkajian dan
mengeluarkan dan memberikan rekomendasi dari segala jenis macam
pelanggaran baik itu temuan dari pengawas pemilu, laporan dari
masyarakat dan laporan dari peserta pemilu. Hasil dari kajian laporan
tersebut akan limpahkan kepada pihak yang memiliki kewenangan
untuk diberikan putusan. Adapaun dari hasil kajian tersebut ada
bersifat tidak dapat tindak lanjuti karena berbagai alasan dan ada yang
ditindak lanjuti karena berbagai alasan perundang-undangan.
Tabel dibawah ini akan disajikan data penindakan pelanggaran
pemilu yang meliputi temuan dan laporan dari masyarakat. Pada table
Table dibawah ini akan memberikan sedikit gambaran dan ukuran
kinerja bawaslu pada pelaksaanan pengawasan penindakan pada
pemilihan serentak khusunya penindakan politik uang.
Tabel 1.5 Data penindakan pelanggaran politik uang Kab. mamuju
No Temuan/Laporan Jumlah Kasus Yang Ditindak Lanjuti
Status Kasus
1 Temuan 3 3 sidik oleh pengawas
Selesai
2 Laporan 4 3 kasus ditutup demi hukum
1 berhenti
Jumlah 7 6 1
Sumber: data diolah dari laporan bawaslu kab. Mamuju, 2019
92
Pada tabel 1.1 telah disajikan dugaan pelanggaran pidana pemilu
baik yang berhasil ditindak lanjuti dan kasus yang masih dalam tahapan
proses penyidikan oleh Bawaslu Kabupaten Mamuju. Dilihat dari tabel
diatas telah menunjukkan kasus yang ditangani Bawaslu pada pelanggaran
pidana berjumlah 7 kasus. Tiga kasus dinyatakan selesai demi hukum yang
ditemukan oleh panwas pemilu sehingga syarat formil dan materil tidak
terlalu mengikat sedangkan 4 kasus diterima oleh Bawaslu atas laporan
masyarakat tiga kasus diantarannya dinyatakan selesai demi hukum dan
satu kasus lainya masih dalam tahap proses pengumpulan data
pelanggaran dari pihak pelapor untuk terlapor.
Tabel diatas telah menunjukan kasus yang berhasil ditindaklanjuti
dan tahap proses oleh Bawaslu kab. Mamuju dikategorikan baik. satu
diantara tujuh kasus yang masih dalam tahap proses pengumpulan data-
data pelanggaran. Secara kualitas dan kuantitas kinerja Bawaslu tergolong
baik pada penyelesaian kasus dugaan pelanggaran pemilu. Dalam
penyelesaian kasus pelanggaran pemilu tentunya akan sangat diharapkan
bisa memberikan efek jerah bagi peserta pemilu, masyarakat, kelompok
kepentingan dan lain-lain.
Pada deskripsi skema diatas dalam menindak pelanggaran pemilu
terdapat dua syarat yang harus dipenuhi jika pelanggaran yang diterima
oleh bawslu berupa laporan dari masyarakt, syarat yang harus dipenuhi
adalah Formil dan Materil dan apabila kasus pelanggaran pemilu yang
diterima oleh Bawaslu berupa temuan syarat Formil dan Materil tidak
93
mengikat untuk dipenuhi. Berdasarkan data diatas menunjukkan kasus 4
kasus pelangaran berasal dari laporan masyarakat. Tiga kasus berhasil
tuntas dan satu kasus diberhentikan karena tidak dapat dilampirkan alat
bukti materil. Tentunya ini suatu keberhasilan Bawaslu dalam menindak
pelanggaran pemilu yang bersumber dari masyarakat untuk diteruskan
pengadilan.
Pada kasus di atas putusan pengadilan telah menjatuhkan hukuman
penjara kepada pelaku politik uang. pelaku tersebut berasal dari tim
pemenangan salah satu peserta pemilu dari partai tertentu. 2 pelaku
dijatuhkan hukuman penjara karena telah terbukti melakukan praktik
politik uang sistematis, terstruktur dan massif dan di keluarkanya dari
peserta pemilu serentak 2019 Sedangkan empat lainya hanya dijatuhkan
denda sebesar 45.000.000 sesuai dengan UU No 7 Tahun 2017 karena
tindakanya hanya spontan dilakuakan atau tidak termasuk dalam kategori
sistematis, terstruktur dan massif.
D. Faktor Pendukung dan penghambat Pengawasan Pemilu
1. Faktor pendukung
a. Legitimasi lembaga
Dalam pengawasan pemilu diperlukan suatu sistem yang dapat
memberikan dukungan baik dari segi internal maupun eksternal dalam
organisasi pengawasan sebuah organisasi. Pengawasan efektif akan
94
memberikan sumbangsih pada penciptaan tujuan organisasi dalam hal
pengawasan. Serta adanya legitimasi organisasi untuk berdiri dalam
jangka waktu lama.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan RS tentang apa
yang faktor pendukung Bawaslu dalam pengawasan politik uang pada
pemilihan serentak dalam keteranganya beliau menyatakan bahwa.
“Penguatan organisasi bawaslu ditingkat kabupaten menjadi permanet yang sebelumnya merupakan sebuah lembaga ad-hoc. Hal ini telah memberikan dampak psikologis teman-teman dibawaslu. Serta pengakuan lembaga bawaslu secara decato dan yuridis sudah diakui oleh negara dan masyarakat. Maka dari itu, kami akan bebas menyusun strategi pengawasan penindakan dan pencegahan yang akan kami lakukan untuk jangka waktu panjang.” (RS. 25 juni 2019)
Berdasarkan hasil keterangan informan diatas dapat diketahui
bahwa adanya penguatan lembaga pengawasan bawaslu menjadi
pertamen yang sebelumnya ad-hoc telah memberikan dampak pada
perubahan psikologis bagi jajaran pengawai Bawaslu untuk menyusun
rencana kerja Strategis dalam pengawasan pemilu di Kabupaten
Mamuju.
b. Masyarakat yang melek hukum
Dalam Pengawasan pemilu masyarakat merupakan sentral dari
demokrasi dengan keterlibaan masyarakat dalam pengawasan dapat
dipastikan bahwa pemilu akan terlaksana dengan baik. dalam hal ini
masyarakat mulai ikut serta pada pengawasan politik uang sebab
95
mereka sudah memilki pengetahuan yang mumpuni akan dampak
negatif politik uang.
Beradasarkan hasil wawancar dengan MK mengenai faktor
pendukung Bawaslu dalam pengawasan politik uang dalam
keterangannya beliau menyatakan bahwa.
“Salah satu kesukuran kami sebagian masyarakat sudah ada yang mulai melek hukum walaupun persentasenya masih lebih jauh dibanding yang melek/mengerti hukum, jadi sebagian masyarakt ikut dalam pengawasan politik uang dan mereka melaporkan kepada kami jika melihat dan menduga adanya politik uang dilingkungannya. Sehingga kami dapat langsung kelokasi untuk memastikan apakah ada atau tidanya pelanggaran.” (MK. 24 juni 2019)
Berdasarkan keterangan informan diatas dapat diketahui bahwa
kepedulian atau kemelekan akan hukum pada masyarakat akan
memberikan sumbangsih yang besar pada pengawasan politik uang
selama masa kampanye pemilu. Tindakan Politik uang akan berkurang
dalam lingkuangan masyarakt disebabkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan pemilu akan menahan gelombang politik uang. Hal ini
akan sangat membantu pihak pengawasan pemilu dalam hal ini
Bawaslu untuk mendeteksi potensi daerah yang rawan politik uang dan
dapat dengan segerah menindaknya.
c. Terbangunya Komunikasi yang baik
Komunikasi merupakan interaksi antara dua orang untuk saling
bertukar pikiran untuk menyampaikan sebuah ide gagasan dan
informasi. Komunikasi bertujuan untuk membangun relasi yang baik
96
antara atasan-bawahan, instansi pemerintahan dan perusahaan sehingga
Visi-Misi dapat dicapai dengan mudah.
Berdasarkan hasil wawancara FJ mengenai faktor pendukung
Bawaslu dalam pengawasan politik uang dalam keterangannya beliau
menyatakan bahwa.
“kami di Bawaslu mulai tingkat kabupaten sampai pengawasan desa komunikasi baik dan itu berjalan terus. Jalinan silaturahmi terus berjalan untuk meningkatkan keeratan dalam kinerja pengawasan. Dan serta kami juga memiliki hubungan baik dengan media untuk bekerja sama dalam hal publikasi kinerja pengawasan kami di lapangan.” (FJ.
23 juni 2019). Berdasarkan hasil keterangan informan diatas dapat diketahui
bahwa Bawaslu memiliki komunikasi yang baik sampai dengan
jajaranya ditingkat desa. Tujuan dari komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan adalah untuk meningkatkan motivasi dalam
melaksanakan kinerja dilapangan sehingga akan dapat tercapianya
pencapaian pengawasan organisasi. Serta Bawaslu memiliki hubungan
baik dengan berbagi media baik media televise dan cetak untuk
melakukan publikasi kemasyakat agar mereka dapat mengetahui situasi
dan kondisi pengawasan pemilu saat ini.
2. Faktor penghambat pengawasan pemilu serentak
Terjadinya transaksi uang dengan tujuan politik prakti antara
masyarakat dan calon peserta pemilu disebabkan masyarakat cenderung
permisif terhadap barang yang memiliki nilai transaksional yaitu uang dan
97
barang jasa. Politik uang berkembang subur dikalangan masyarakat
khusunya di daerah Kabupaten Mamuju. hal ini disebabkan keadaan
sosial-ekonomi dan kebudayaan yang memaksa dan menuntun dirinya
untuk terlibat dalam proses transaksional politik yang melanggar aturan
hukum pemilu. Terdapat tiga point penyebab terjadinya politik uang di
kalangan masyarakat yaitu.
a. Tingkat perekonomian masyarakat yang Rendah
Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang cendrung masih
rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
mereka akan berkerja keras untuk memenuhinya demi kebahagaian
hidup. Politik uang akan tumbuh subur jika penghasilan masyarakat
notabenya masih di bawah rata-rata dari tingkat ukuran sejahtera
yang dikeluarkan oleh badan statistik nasional atau dikategorikan
miskin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa uang akan datang sekan
menjadi raja yang mengatur tingkat sosiologis dan psikologis
masyarakat untuk taat dan patuh pada puan yang memberi uang
untuk kehidupan ekonomi mereka dalam beberapa periode perhari.
Berikut dibawah ini akan disajikan tabel tingkat kemiskinan
masyarakat Kab. Mamuju
Tabel 1.6 Klarifikasi Jumlah Keluarga Miskin Di Kab. Mamuju
No Kecematan Pra-
Sejahtera
Keluarga Sejahtera Jumlah
I II
98
1 Kalumpang 1725 647 150 2522
2 Kalukku 2343 6531 2923 11797
3 Tappalang 508 2432 1282 4222
4 Tappalang Barat 449 1892 628 2969
5 Mamuju 1336 6017 2487 9883
6 Tommo 687 3160 1815 5662
7 Sampaga 479 2797 1131 4407
8 Papalang 614 3243 1660 5517
9 Bonehau 1099 813 413 2325
10 Simboro 716 3799 1569 6084
11 K. Babalakang 59 205 79 343
Jumlah 10 015 31 536 14 130 55 681
Sumber: badan pusat statistic 2018
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah
keluarga pra sejahtera masih terpaut tinggi sehingga Mamuju masih
dikategorikan sebagai daerah belum sejahtera. Maka tingkat
kemiskinan dapat memberikan pengaruh pada tangkat kualitas
demokrasi. Masyarakat yang masih memiliki tingkat pendapan
rendah uang akan dijadikan sebagai barang yang esensial untuk
dipenuhi.
Berdasarkan data diatas kemiskinan merupakan salah satu
penghambat bawaslu dalam mengawasi peredaran aksi politik uang.
perilaku politik uang sangat didukung dengan keadaan sosial-
99
ekonomi masyarakat suatu daerah. tentunnya politik uang akan
menjarah kekehidupan masyarakat setempat tanpa pengawasan dari
masyarakat itu sendir lebih-lebih pengawasan dari pihak pengawas.
Pada kasus ini peneliti akan meminta keterangan kepada pihak
Bawaslu sebagai bahan pembanding apakah tingkat kemiskinan
menghambat pengawasan politik uang dilapangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan RS Mengenai apa
faktor utama penghambat dalam pengawasan poltik uang beliau
menyatakan bahwa.
“Terkait dengan penangulangan politik uang kita menyadari
memang bahwa tingkat perekonomian masyarkat itu masih rendah dan kami pernah melakukan diskusi publik terkai dengan politik uang kami mengundang semua media hasil dari diskusi itu ketika ada persoalan money politic sudah menjadi kebutuhan mereka, ketiak orang butuh diberikan pemahaman orang itu pun susah untuk menerimanya” (rs. 27 juni 2019).
Berdasarkan keterangan informan diatas dapat diketahui
bahwa kondisi ekonomi akan cenderung mendorong masyarakat
menerima politik uang dari calon untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya sehari-hari dan akan sangat susah mereka disusupi dan
diberikan edukasi politik jika kondisinya ekonomi masih di bawah
rata-rata dari tingkat kesejahteraan.
Berdasarkan hasil wawacara peneliti dengan masyarakat
dengan inisial FT dan SF mengenai politik uang apakah faktor
kemiskinan dapat mempengaruhi mereka untuk menerima praktek
100
politik uang dari calon peserta pemilu Beliua dalam keteranganya
mengatakan bahwa:
“Meskipun bawaslu pernah mengundang saya dalam acara sosialisasi pemilu cerdas yang bernamakan forum warga, saya hanya memperhatikan dan menjimak apa yang telah diutarakan sehungan dengan teori, tapi dalam aplikasinya dilapangan saya tidak bisa menerapkanya, ya itu kondisi ekonomi perluh dipenuhi dengan
terpaksa saya tidak bisa menolak pemberian uang dari caleg” (FT, 01 juli 2019).
Hal yang sama juga telah diungkapkan oleh SF tentang
praktek politik uang dalam keteranganya beliau mengatakan bahwa.
“Saya menerima uang dari caleg, karena saya sangat butuh untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saya pekerjaan saya tidak dapat menutupi semua kebutuhan keluarga saya sehari-hari. Oleh karena itu, dimusim politik ini menjadi kesempatan saya untuk mendapatkan sepesar uang dari caleg untuk tambah-tambah baiya pembeli dapur. Dan Toh ketika dia sudah duduk enak di DPR dia tidak melihat kebawah dan memperhatikan nasib kita lagi”
Dengan keterangan informan diatas dapat diketahui bahwa
faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap terjadinaya politik uang
dikalangan masyarakat menengah ke bawah. Pendidikan politik akan
menjadi sia-sia dalam aplikasinya jika kebutuhan primer masyarakat
belum bisa dipenuhi dengan baik. Saling menguntungkan adalah kata
bijak dalam sistem politik. dengan kata lain, prakterk politik uang
dikalangan masyarakt tak akan bisa terelakkan sepanjang kondisi
sosial-ekonomi masyarakat terpaut masih dibawah rata-rata.
b. Pengetahuan politik Masyarakat Masih Rendah
101
Pengetahuan merupakan hal yang krusial di sisi demokrasi
dalam penerapan sistemnya. Pengetahuan yang baik akan
memberikan petunjuk menuju pencapian kejayaan demokrasi.
Pemilihan umum adalah salah satu sarana untuk mencapai demokrasi
yang sebenarnya. Tapi jika pengetahuan rendah dimiliki masih
dimiliki masyarakat akan menjadi awal kabar buruk sebab politik
uang akan tumbuh subur di pemilihan umum karena umunya
masyarakat akan menganggap bahwa politik uang adalah hal yang
wajar saja untuk dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MK Mengenai apa
faktor penghambat dalam pengawasan poltik uang dalam
keterangannya beliau menyatakan bahwa.
“Salah satu hambatan utama dalam pengawasan politik uang adalah kurangnya partisipasi masyarakat pada tinkat tindakatan pencegahan dilapangan. Hal ini disebabkan rendanya pengetahuan masyarakat khusunya dibidang politik. Jadi ketika adanya tindakan politik dipangan masyarakat akan menganggap hal itu wajar-wajar saja dan itu baik” (MK, 25 juni 2019).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat.
masyarakat akan cendrung permisif serta mengabaikan praktek
politik uang yang telah terjadi dilapangan dan akan menganggapnya
suatu hal yang biasa saja dan wajar-wajar saja tanpa yang
menyebabkan tidak adanya partisipasi untuk mencegah.
102
Berdasarkan hasil wawancara dengan SY seputar politik
uang pada pemilihan serentak dalam keterangannya beliau
menyatakan bahwa:
“Sering sekali kalua H-2 caleg datang kerumah membagi-bagi uang sebagai bentuk doanya katanya. Minta dukunganya di bidik suara nanti, saya terima itu uang karena memang butuh ka juga dan itu rejeki yang harus diterima. Kalua mengenai dampaknya saya juga kurang tau mengenai hal itu. Tapi yang pastinya kesempatan
yang tidak boleh ditinggalkan”. (SY 26 juni 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
rendanhya pengetahuan masyarakat khusnya tentang politik akan
menjadikan praktek politik uang berkembang dimasyarakat.
Mendorong pemilu yang berasaskan pada uang untuk mendorong
parsipasi masyarakat dalam memilih pemimpin dalam lima tahun
kedepan.
c. Budaya Masyarakat masih Primitiv
Budaya indonesia yang notabennya masih beranggapan
saling membantu dan memberi merupakan suatu perkara yang harus
diterima dengan baik. uang dalam presfektif budaya merupakan
sarana untuk membantu satu sama lain. oleh karena itu, politik uang
dijadikan sebagai alat pemulus oleh para Caleg untuk menampung
suara di tempat pemungutan suara. Dalam pandangan budaya apabila
seorang memberikan sesuatu sudah menjadi kewajiban orang yang
diberi untuk membalas jasa dari pemberi.
103
Berdasarkan hasil wawancara dengan HR mengenai budaya
masyarakat dalam politik uang dalam keteranganya beliau
menyatakan bahwa.
“Budaya masyarakat di mamuju masih sangat melekat dalam benak masyarakat, saling membantu adalah suatu hal yang lumrah dikeseharian masyarakat. Misalnya jika ada caleg yang masuk kesuatu daerah mereka akan welcome untuk menerimanya dan ketika mereka diberikan sesuatu barang berharga pasti mereka akan membalasanya dengan jalan memilihnya dibidik suara” (HR. 23 juni 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
budaya memiliki peran besar terjadinya praktek politik uang
dilakangan masyarakat. Mengingat budaya sangat melekat dalam diri
masyarakat sehingga setiap pemberian berupa barang dan jasa
masyarakat akan membalasnya dengan memilinya dibidik suara. Ini
lah menjadi tantangan Bawaslu sendiri pada pengawasan politik
uang yang sudah menjamur dalam diri masyarakat yang masih
permisif dengan uang.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Strategi pengawasan politik uang
1. Strategi Pencegahan
Bawaslu dalam pengawasan politik uang telah melaksakan tiga
kegiatan. Pertama. Bawaslu menyampaikan peringatan dini kepada
seluruh element yang terlibat dalam pemilihan serentak agar tidak
melakukan pelanggaran politik uang (money politic). Kedua. Bawaslu
melakukan sosialisai kepada masyarakat, kepada pemangku kepentingan
mengenai tata aturan pemilu yang berlaku beserta dengan sanksinya.
Ketiga. Bawaslu telah berusaha mendorong partispasi masyarakat
diseluruh wilayah Kabupten Mamuju untuk dapat berperan aktif dalam
pengawasan politik uang
2. Strategi Penindakan
Pertama, Penegakan hukum Bawaslu telah mengingatkan secara
tegas kepada peserta pemilu, masyarakat, penyelenggara pemilu dan
pemangku kepentingan mengenai aturan dan sanksi jika terdapat indikasi
awal adanya dugaan pelanggaran politik uang dan juga Bawaslu dengan
tegas memberikan sanksi tegas kepada peserta pemilu jika terbukti
melakukan pelanggaran berupa dikeluarkannya dari peserta pemilu.
Putusan akan diberikan tentunya melalui proses hukum disentra gakumdu.
105
b. Faktor pendukung dan penghambat pengawasan politik uang
1. Faktor Pendukung
Pertama, Legitimasi lembaga Perubahan status badan lembaga dari
bawaslu yang semula bersifat ad hoc menjadi sembuah lembaga telah
memberikan dampak perubahan nyata dalam pengawasa pemilu. Kedua,
Masyarakat melek hukum Perubahan sikap masyarakat terhadap politik
uang akan membantu Bawaslu dalam mengatasi, mengawasi dan
mencegah politik uang. ketiga Dalam Pelaksanaan pengawasan Bawaslu
telah membangun komunikasi yang baik bersama dengan jajarannya dank
e kemedia massa.
2. Faktor Penghambat
Pertama, Tingkat perekonomian masyarakat yang Rendah. Praktek
politik uang tak terelakkan terjadi sepanjang tindak sosial-ekonimi
masyarakat masih terpaut di bawah standar kesejahteraan. Kedua,
Pengatahuan masyarakat masih rendah. Masyarakat menganggap bahwa
politik uang merupakan hal yang wajar-wajar saja dan praktek itu bukan
menjadi masalah dalam pemilihan umum. Ketiga, Budaya permisif
masyarakat. masih tertanamnya sifat masyarakat tolong menolong jika
mereka diberikan sesuatu barang berharga.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas dan Setelah
kita menyelami lebih dalam pada hasil penelitian, kata pencegahan
106
merujuk pada suatu langkah atau upaya antisipasi agar tidak terjadi
pelanggaran sedangkan kata penindakan sangat berhubungan kepada
upaya pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelangar sehingga dapat
memberikan efek jerah bagi pelangar maupun kepada peserta pemilu
lainya.
1. Membentuk dan meningkatkan keberanian dan komitmen pengawas
yang kuat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dan
penindakan dini terhadap politik uang.
2. Mencegah politik uang bukanlah hal yang mudah untuk dituntaskan,
oleh karena itu perlu dibangun rasa kebencian terhadap praktik politik
uang. strategi ini merupakan langkah ideal untuk melerai aksi politik
uang di lingkungan sosial masyarakat. Perlunya dibangun pemahaman
kemasyarakat bahwa hukum tidak memandang status sosial, ekonimi
dan politik atau kelas berdasi yang kebal hukum yang menyebabkan
masyarakat apatis terhadap praktek politik uang. maka dari itu
perlunya dibangun kemitraan yang lebih baik antara Bawaslu,
masyarakat, pers, kampus dan para alim ulama.
3. Meningkatkan pendidikan masyarakat agar lebih mampu memahami
peraturan yang ada serta penanaman budaya malu melakukan
pelanggaran hukum.
4. Membentuk kepribadian komponen bangsa yang lebih pancasilais,
nasionaslis dan agamais sehingga tidak mudah terpapar pengaruh
politk uang.
107
5. Harus membentuk kesamaan presfektive dan langkah antara pengawas
dan pemerintah dalam mencegah budaya politik uang.
6. Perlu adanya kriminalisasi politik uang beserta ancaman berat terhadap
politik uang yang memberikan dampak psikologis bagi pelanggar dan
masyarakat sehingga dapat memunculkan efek jerah untuk tidak
melakukan hal serupa.
7. Memantapkan penerapan hukum menyangkut kasus politik uang
melalui peningkatan keterpaduan kerja antara penegak hukum,
peningkatan penguasaan kemampuan hukum, keterampilan teknis,
peningkatan integritas moral dan melengkapi semua alat-alat yang
dibutuhkan dalam penindakan hukum.
108
DAFTAR PUSTAKA
Anningsih. 2016. Tantangan Dalam Penanganan Dugaan Praktik Politik Uang Pada Pilkada Serentak 2017. Journal Hukum No. 1
Budiarjo Miriam. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta Baktiyasal dan faridah. 2017. Pengaruh pengawasan kerja dan disiplin kerja
terhadap produktivitas karyawan (kasus bagian PT. mitra agung swadaya (MAS) kecematan kalayang kabupaten Indragiri hulu). Journal Fisip
Tricahyono.2009. Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional Dan
Lokal. In trans publishing. Malang Labolo dan Ilham. 2017. Partai Politik Dan Sistem Pemilihan Umum Di
Indonesia Teori, Konsep, Dan Isu Sterategis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Labolo muhadam. 2014. Memahami ilmu pemerintahan suatu kajian, teori,
konsep, dan pengembangannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Lukmajati. 2016. Praktek Politik Uang Dalam Pemilu Legislative 2014 (Studi
Kasus Di Kabupaten Blora). Journal Politik Vol. 7 No.1 Muhtadi. 2013. Politik Uang Dan Dinamika Electoral Di Indonesia: Sebuah
Kajian Awal Interaksi “Party-ID” dan Patron-Klien. Journal Fisip Vol. 10 No. 1
Nugroho dan Rohmah. 2018. Bantuan dana pembangunan rumah ibadah: salah satu praktik “money politic” dalam konteks tindak pidana pemilu prespektif hukum pidana dan syariat islam. Journal hukum. Vol. 4 No. 2
Rosyidin dan Dkk. 2018. Pentingnya Pengawasan Partisipatif Dalam Mengawal
Pemilihan Umum Yang Demokratis. Journal fisip. Vol. 3 Subarki dan Fitrianto. 2015. Transformasi Bawaslu Dan Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengawasan Pemilu. Kemitraan Partnership. Jakarta Subarki dan Nugroho.2015. Studi Desain Tentang Kelembagaan Pemilu Yang
Efektif. Jakarta. Kemitraan
109
Sutaryono.2013. Pengawasan Inspektorat Wilayah Dalam Penyelenggaran Pemerintahan Di Kabupaten Kutai Timur. Journal ilmu pemerintahan vo.1 no1.
Sugiyoni. 2013. Metode Penelitian Kuantatif Dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung. Irawan.2015. Studi Tentang Politik Uang (Money Politics) Dalam Pemilu
Legislatif Tahun 2014 (Studi Kasus Dikelurahan Sempaja Di Kelurahan Sempaja Selatan). Journal Fisip Vol. 3 No.4
Utari. 2016. Pencegahan Politik Uang Dan Penyelenggaraan Pilkada Yang
Berkualitas: Sebuah Revitalisasi Ideologi. Journal Hukum Vol.2 No.1
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Undang-undang nomor 12 tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyt, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
110
L
A
P
I
R
A
N
111
Foto penulis dengan Rusdin selaku Ketua Bawaslu dan coordinator sumber
daya manusia dan informasi
Foto bersama penulis dengan Faisal Jumalan selaku kepala coordinator hukum
penanganan pelanggaran
112
Foto bersama penulis dengan Siti Mustika selaku kepala coordinator
pengawasan humas dan hubal
Foto bersama penulis dengan Fitri selaku informan dari masyarakat
113
Foto bersama penulis dengan syamsir informan dari masyarakat
Spanduk sosialisasi tolak politik uang kalender yang berisi hukum pidana pemilu
114
115
116
117
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap peneliti adalah Sawal Sarifuddin
dilahirkan di desa losso pada tanggal 22 april 1996 dari
pasangan suami istri Bapak Sarifuddin dan Ibu Nuraeni.
Peneliti adalah anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini
peneliti tinggal di antang blok 10 jalan biola 18 20J
kelurahan antang kecematan manggala kota makassar.
Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Losso pada
Tahun 2003 hingga Tahun 2009. Pada tahun yang sama peneliti melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sampaga dan tamat pada
Tahun 2012. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sampaga
dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun yang sama peneliti telah melanjutkan
pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar)
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan program studi Ilmu
Pemerintahan yang Insyah Allah pada Tahun 2019 ini akan membawa Peneliti
dalam mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1).