strategi guru dalam mengatasi bullying di min 1 …etheses.uinmataram.ac.id/1452/1/fairus safira...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI GURU DALAM MENGATASI BULLYING DI MIN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
FAIRUS SAFIRA NIM. 151.149.145
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2018
ii
STRATEGI GURU DALAM MENGATASI BULLYING DI MIN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
FAIRUS SAFIRA NIM. 151.149.154
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2018
iii
iv
vi
vii
MOTTO
ها يأ و ي ا نيهم ٱذل ن كوىوا خي
ءانيوا ل يسخر قوم نو قوم عس أ
ىفسكم ول ول تلهزوا أ ا نيهوذل ن كوذل خي
ول نساء نو نساء عس أ
ياازوا ولئك ٱ ي و بعد فسوو م ٱ ائس ٱ
ونو ذلم يت فأ
لذل لهون هم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.1
1 Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, PT. Alma’arif,Bandung,1987, Al-hujurat ayat 11
viii
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan skripsi ini teruntuk : Abi ku ( Usman Jawas ) dan Umi ku ( Mustika ) tercinta terima kasih atas kasih
sayang yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dalam setiap langkahku serta
tetesan keringat perjuangan, mendidik dengan penuh cinta tanpa mengenal lelah.
Kakakku ( Salwa Rizkilillah dan Abdulhaq Berlian Jawas ) dan Adikku Habib
Muhammad Riziq Jawas ) yang selalu menyayangiku dan mendoakan aku.
Sahabat terbaikku yang selalu ada untukku Raudhatul Jannah ( Odah ), Siti
Sumayya ( Mayya ), Miftahussa’adah ( Adah), Dewi Kartika, Aljinan Rahmah
dan sahabat seperjuangan Kelas D angakatan 2014 telah menjadi salah satu yang
mewarnai perjalanan hidupku serta menemaniku saat bimbingan dalam
memperoleh gelar sarjana.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan alam baginda nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatdan
para pengikutnya yang setia mengikuti beliau sampai akhir zaman.
Dengan selesainya skripsi penelitian tidak lepas dari dukungan serta
bimbingan dari banyak pihak yang telah yang dengan sabar membimbing peneliti.
Terima kasih ini peneliti sampaikan kepada.
1. Bapak Dr. Moh Iwan Fitriani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Jumrah,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan, sehingga skripsi ini selesai.
2. Bapak Dr. Ahmad Sulhan, M. Pd.I selaku Ketua Jurusan PGMI yang selalu
mendukung mahasiswanya sampai selesai.
3. Ibu Dr.Hj.Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram
4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah
member tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan member bimbingan
serta do’a untuk semua mahasiswa di UIN Mataram.
5. Bapak H.Marzuki, S.Pd selaku Kepala MIN 1 Mataram dan segenap guru
beserta staf dan siswa-siswi MIN 1 Mataram yang menjadi tempat meneliti
x
selama ini dan memberikan sambutan hangat kepada penulis selama meneliti
di MIN 1 Mataram.
6. Seluruh dosen di UIN Mataram selaku guru yang tak pernah henti
memberikan pelajaran kepada mahasiswanya
7. Kepada keluarga tercinta tanpa terkecuali yang telah menjadi motivasi
terbesar dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Kepada teman- teman seperjuangan kelas D PGMI angkatan 2014
9. Kepada Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihahak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
para pembaca pada umunya semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai
ibadah disisinya. Amin
Mataram, 6 Juli 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i HALAMAN JUDUL ................................................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. v PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................................... vi HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. viii KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii ABSTRAK ................................................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................................. 7 E. Telaah Pustaka .................................................................................. 8 F. Kerangka Teori ................................................................................. 11 G. Metode Penelitian ............................................................................. 37 H. Sistematika Pembahasan................................................................... 47
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .................................................... 49 A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................. 49 B. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 58 C. Bentuk-bentuk Bullying di MIN 1 Mataram ..................................... 59 D. Latar Belakang Terjadinya Bullying di MIN 1 Mataram ................. 63 E. Upaya Guru dalam Mengatasi Bullying di MIN 1 Mataram ............ 68
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 74 A. Bentuk- bentuk bullying yang terjadi di MIN 1 Mataram ................ 74 B. Latar belakang terjadinya bullying di MIN 1 Mataram .................... 76 C. Upaya guru dalam mengatasi bullying di MIN 1 Mataram .............. 79
xii
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 82 A. Kesimpulan ....................................................................................... 82 B. Saran .......................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 1 Mataram, 54 Tabel 2 Data siswa dan wali kelas min 1 kota Mataram, 57
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komponen dalam Analisis Data ( Interaktive model ), 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar observasi
Lampiran 2 Catatan lapangan penelitian
Lampiran 3 Pedoman wawancara
Lampiran 4 Transkrip wawancara guru
Lampiran 5 Transkrip wawancara kepala sekolah
Lampiran 6 Transkrip wawancara bidang kesiswaan
Lampiran 7 Transkrip wawancara orang tua siswa
Lampiran 8 Transkrip wawancara siswa
Lampiran 9 Foto dokumentasi
xvi
STRATEGI GURU DALAM MENGATASI BULLYING DI MIN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh :
Fairus Safira Nim 151.149.145
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk- bentuk bullying di MIN 1 Mataram, penyebab terjadinya bullying di MIN 1 Mataram, dan upaya guru dalam mengatasi bullying di MIN 1 Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dengan subjek penelitian adalah kepala sekolah ( H. Marzuki ), guru bidang kesiswaan ( Ahmad Azazi ), guru kelas III ( Kherun Nisak, guru kelas V ( Anik Sulistyowati ), siswa kelas III ( AP dan DP ) dan siswa kelas V ( G dan I ) . Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : observasi partisipatif, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Tehnik analisis dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Uji keabsahan data yang digunakan adalah perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dan trianggulasi sumber dan tehnik. Berdasarkan hasil penelitian, bullying yang terjadi di MIN 1 Mataram meliputi bullying fisik ( memukul, mendorong dan berkelahi ) dan bullying verbal ( mengejek, menggertak dan mengejek nama panggilan orang tua ), sementara itu penyebab siswa melakukan bullying di MIN 1 Mataram adalah karena faktor dari keluarga, faktor dari lingkungan pergaulan dan faktor dari tayangan televisi. Kemudian upaya yang digunakan guru di MIN 1 Mataram untuk mengatasi bullying adalah (1) memberikan hukuman, (2) memberikan himbauan/ nasehat, (3) melakukan pengawasan, (4) memberikan penghargaan dan (5) bekerjasama dengan orang tua atau memanggil orang tua ke madrasah.
Kata kunci : Strategi guru, Bullying
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006
yang menyatakan bahwa “Pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut “.1 Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tersebut, menegaskan
bahwa pendidikan dasar dijadikan sebagai pondasi bagi jenjang pendidikan
selanjutnya. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi untuk pendidikan
selanjutnya yang berperan dalam membentuk pondasi yang kokoh berkaitan
dengan kepribadian ataupun watak peserta didik, apabila pondasi dalam
meletakkan dasar-dasar pendidikan yang berdampak pada pembentukan
kepribadian serta watak anak tidak kuat, maka anak akan mudah terpengaruh
dengan hal-hal negatif.
Lingkungan pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dijadikan tempat untuk
melaksanakan semua proses pembelajaran secara optimal dan bermutu untuk
melahirkan siswa yang berkualitas. Pembelajaran di sekolah bertujuan untuk
1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006, hlm. 343
1
2
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dengan diarahkan oleh para
pendidik yang ada di sekolah. Pendidikan formal juga menjanjikan keamanan
dalam mendapatkan pendidikan, akan tetapi kenyataan yang ada memperlihatkan
tempat-tempat pendidikan formal juga merupakan tempat yang paling harus
diwaspadai dan diperhatikan, karena beberapa instansi pendidikan terkadang
terjadi kekerasan dan penindasan..
Akhir-akhir ini, berita mengenai kekerasan anak di sekolah semakin
meningkat. Media massa seperti televisi, radio, dan koran ramai membicarakan
masalah kekerasan anak di sekolah. Mulai dari tawuran antar pelajar,
perpeloncoan, genk antar siswa, bahkan kasus kekerasan fisik antar siswa dalam
satu sekolah. Penyebab kekerasan anak di sekolah kebanyakan datang dari teman
sebaya atau kakak tingkat yang melakukan intimidasi terhadap pihak yang lebih
lemah. Intimidasi yang dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang
lemah inilah yang disebut sebagai bullying.
Beberapa kasus bullying yang telah terjadi di Indonesia seperti yang
dikutip dari liputan 6.com, beredarnya rekaman video yang menjadi viral di media
sosial, dalam rekaman tersebut terjadi aksi brutal dimana sekelompok remaja
memukuli seorang siswa berseragam putih-putih, aksi tersebut juga menjadi
tontonan siswa lainnya. Pelaku bullying menjambak rambut korban, pelaku
lainnya memukul kepala dan bahu korban, setelah dianiaya korban dipaksa
3
mencium tangan dan kaki pelaku. Pelaku bullying tersebut adalah dua orang siswa
SD dan seorang siswi SMP, peristiwa tersebut terjadi pada bulan juli 2017.2
Kasus bullying lainnya yang dikutip dari tempo.co, salah satu siswa kelas
lima SDN Pakunden kota Kediri diduga mengalami infeksi otak dan sakit pada
kemaluannya setelah dianiaya tujuh temannya di halaman sekolah. Peristiwa
tersebut terjadi pada 18 Januari 2018, pada saat itu korban bersama teman-
temannya sedang bertanding sepak bola saat jam istirahat, secara tidak sengaja
korban melakukan gol bunuh diri yang memicu kemarahan teman-temannya dan
diluar dugaan mereka menghajar korban secara keroyokan dan beberapa kali
kemaluan korban ditendang dan diinjak.3
Bullying merupakan aksi negatif yang sering kali agresif dan manipulatif
di lakukan satu orang bahkan lebih terhadap orang lain selama kurun waktu
tertentu yang bermuatan fisik dan nonfisik. Hubungan pelaku dan korban bullying
biasanya merupakan hubungan sejawat atau teman sebaya, misalnya teman kelas,
antara kakak kelas dan adik kelas, antara senior dan junior. Bullying dapat
berbentuk fisik seperti pukulan, tendangan, tamparan, dorongan, serta serangan
fisik lainnya. Yang berbentuk nonfisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu verbal
dan nonverbal. Ejekan, panggilan dengan sebutan tertentu, ancaman, penyebaran
berita rahasia korban, perkataan yang memalukan tergolong aksi verbal. Ekspresi
2 Andy Haryanto, “Pelajar Pelaku Bullying di Thamrin City di Keluarkan dari Sekolah”, dalam http://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3026316/pelajar-pelaku-bullying-di-thamrin-city-dikeluarkan-dari-sekolah, diakses tanggal 22 Februari 2018, pukul 09.54
3 Tempo.co,“Siswa SD di Kediri Jadi Korban Bullying Alami Infeksi Otak”, dalam http://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1055133/siswa-sd-di-kediri-jadi-korban-bullying-alami-infeksi-otak, diakses tanggal 22 Februari 2018, pukul 10.06
4
wajah yang tidak menyenangkan dan bahasa tubuh yang mengancam merupakan
aksi nonverbal.4
Bullying adalah sebuah isu yang tidak semestinya dipandang sebelah
mata dan diremehkan, bahkan disangkal keberadaannya. Siswa-siswi yang
menjadi korban dari bullying akan mengahabiskan banyak waktu untuk
memikirkan berbagai cara untuk menghindari gangguan di sekolah sehingga
mereka hanya memiliki sedikit energi untuk belajar. Pelaku bullying juga akan
mengalami kesulitan dalam melakukan relasi sosial dan apabila prilaku ini terjadi
hingga mereka dewasa tentu saja akan menimbulkan dampak yang lebih luas.
Siswa-siswa yang menjadi penonton juga berpotensi untuk menjadi pelaku
bullying. Pemutusan rantai kekerasan membutuhkan kerja sama dari berbagai
elemen pendidikan yang meliputi guru, siswa, keluarga, sehingga bullying tidak
disikapi sebagai suatu tindakan wajar dan merupakan olok-olok biasa dan bukan
penyiksaan dengan dalih sebagai bagian dari proses tumbuh dewasa anak dan
bukannya agresi yang menimbulkan korban.5
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di MIN 1 Mataram pada tanggal
14 Februari 2018, terdapat berbagai kasus yang berkaitan dengan bullying di MIN
1 Mataram, diantaranya siswa mengganggu dan mengambil barang ( bola ) milik
temannya hingga membuat temannya menangis. Peneliti juga menemukan bentuk
4 Sucipto, “Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya”, Psikopedagogia , Vol. 1, Nomor 1,
Desember 2012, hlm. 1 5 Novan Ardy Wiyani,Save Our Children From School Bullying,(Yogyakarta:AR-RUZZ
MEDIA,2012),hlm.63
5
bullying secara verbal, seperti antara siswa saling mengejek satu sama lain dengan
memberi panggilan ejekan ( contohnya gendut, cengeng ). Hasil observasi peneliti
juga di perkuat dengan pernyataan dari salah satu guru yaitu ibu Khaerun Nisak
yang menyatakan bahwa :
Ada beberapa siswa yang sering mengganggu temannya, beberapa siswa yang rumahnya dekat dari sekolah, mereka mengganggu siswa yang berasal dari daerah lain, mereka melakukan hal tersebut, karena mereka merasa berani, karena sekolah dekat dengan rumahnya, sehingga mereka merasa berkuasa dan mengganggu siswa yang lain.6
Bullying bukanlah masalah yang harus di sepelekan, karena bullying akan
memberikan dampak untuk siswa yang menjadi korban bullying, seperti korban
menjadi depresi karena mengalami penindasan, menurunnya minat untuk untuk
mengerjakan tugas-tugas sekolah hingga korban akan memiliki rasa cemas
apabila berada di sekolah. Setiap sekolah harus mampu memberikan keamanan
bagi siswa maupun siswinya, peneliti juga menekankan perlu adanya strategi dari
guru-guru untuk mencegah terjadinya bullying di sekolah.
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “ Strategi guru dalam mengatasi bullying di MIN
1 Mataram”. Apabila bullying terjadi secara terus menerus dan tidak segera
diselesaikan maka akan menimbulkan masalah bagi dunia pendidikan, tujuan
pendidikan tidak akan tercapai karena anak mengalami hambatan dalam
mengaktualisasikan dirinya.
6 Hasil Observasi Awal peniliti pada tanggal 14 Februari 2018
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk bullying yang terjadi di MIN 1 Mataram ?
2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya bullying di MIN 1 Mataram ?
3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi bullying di MIN 1 Mataram ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
a) Mengetahui berbagai bentuk bullying yang terjadi di MIN 1 Mataram
b) Mengetahui penyebab terjadinya perilaku bullying di MIN 1 Mataram
c) Mengetahui upaya guru dalam mengatasi prilaku bullying di MIN 1
Mataram.
2. Manfaat penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini
bermanfaat:
a) Secara Teoretis
Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk
memperkaya dan menambah pengetahuan mengenai bullying serta
strategi-strategi yang dilakukan untuk mengatasi perilaku bullying.
b) Secara Praktis
1) Bagi Sekolah
7
a. Memberi gambaran mengenai perilaku bullying yang terjadi
pada siswa sekolah dasar sehingga pihak sekolah dapat
memberikan penanganan yang tepat.
b. Memberi masukan kepada sekolah dalam menciptakan
hubungan sosial yang dinamis serta harmonis di sekolah.
2) Bagi Guru
Dapat dipakai sebagai acuan guna menyusun cara- cara
penanganan serta pendekatan dalam kasus perilaku bullying agar
penanganan dan pendekatan dapat dilakukan secara terintegritasi
sesuai kenyataan di sekolah tersebut.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Melihat luasnya permasalahan yang terkait penyimpangan perilaku
pada siswa sekolah dasar, maka penelitian ini di fokuskan pada strategi guru
dalam mengatasi perilaku bullying.
2. Setting Penelitian
Lokasi penelitian diambil adalah MIN 1 Mataram, yang terletak di
lingkungan Karang Kateng, Jalan Airlangga Mataram.
8
E. Telaah Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka terhadap skripsi yang
berhubungan dengan judul pada proposal peneliti, ternyata terdapat beberapa
skripsi yang mempunyai kemiripan dengan proposal peneliti :
1. Monicka Putri Kusuma ( 10108241059 ) “Prilaku School Bullying pada
Sekolah Dasar Negeri Delegan 2, Dinginan, Sumberharjo, Prambanan,
Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitiannya bentuk bullying yang terjadi di SDN
Delegan 2 meliputi bullying fisik, lisan da psikologis, pelaku bullying
merupakan siswa yang memiliki kekuatan fisik ataupun sosial yang yang lebih
dibandingkan teman yang lain. Keluarga pelaku bullying menerapkan pola
asuh otoriter dan permisif, tayangan yang sering dinikmati oleh pelaku
didalamnya bnayak mengandung unsur-unsur kekerasan. Dan iklim sekolah
yang negatif, pihak sekolah mengabaikan bullying.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah mengkaji tentang perilaku bullying. Persamaan metodelogi penelitian
juga terdapat dalam teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini
adalah di Kota Yogyakarta, sedangkan lokasi penelitian yana akan di lakukan
peneliti berada di kota Mataram, NTB. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari
bidang kajiannya, jika penelitian yang sudah ada untuk mengetahui penyebab
9
munculnya perilaku bullying, sedangkan peneliti akan meneliti tentang
strategi guru dalam mengatasi perilaku bullying.
2. Bibit Darmalina ( 10108244121 ) “ Prilaku School Bullying di SDN Grindang,
Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil penelitiannya terdapat
beberapa temuan yaitu bentuk school bullying yang paling sering muncul
adalah pengucilan, mengancam, memarahi, memerintah, mengejek,
membentak, menunjuk-nunjuk dengan jari ke wajah, menyoraki, memaksa,
mendorong, memukul dengan tangan dan gagang sapu. Penyebab dari school
bullying adalah ketidakhadiran guru di dalam kelas, cara berfikir korban yang
lamban, kesulitan berbicara dan mendengar yang dialami korban, fisik korban
yang lemah, kurangnya kemampuan korban dalam bersosialisasi, minder,
perbedaan usia antara korban dan pelaku dan kebiasaan pelaku berbicara kasar
di rumah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah mengkaji tentang perilaku bullying. Perbedaan dalam penelitian ini
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada lokasi dan bidang
kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kota Yogyakarta, sedangkan
lokasi penelitian yana akan di lakukan peneliti berada di kota Mataram, NTB.
Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian yang
sudah ada untuk mengidentifikasi prilaku school bullying, sedangkan peneliti
akan meneliti tentang strategi guru dalam mengatasi perilaku bullying.
Perbedaan yang lain juga dapat dilihat dari tehnik pengumpulan data, peneliti
10
hanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan
penelitian terdahulu selain menggunaka observasi, wawancara, dokumentasi
juga menggunakan catatan lapangan dalam pengumpulan datanya.
3. Ricca novalia ( 12250012 ) “ Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial
Anak di Perkampungan Sosial Pingit, Yogyakarta. Hasil penelitiannya,
kondisi psikologis anak korban bullying akan mengalami trauma, rasa trauma
tersebut yang menyebabkan si anak korban bullying tidak ingin bertemu
dengan temannya yang telah membully dirinya, jika depresi berkepanjangan
maka mentalnya menjadi menurun dan rasa percaya dirinya akan hilang.
Dilihat dari dampak sosial korban bully menjadi tidak percaya diri dan
menutup diri dari lingkungan sosialnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah mengkaji tentang perilaku bullying. Dan persamaannya juga terdapat
pada tehnik pengumpulan data, yaitu sama-sama menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini
adalah di perkampungan Pingit, Yogyakarta, sedangkan lokasi penelitian yana
akan di lakukan peneliti berada di kota salah satu Madrasah di Mataram,
NTB. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika penelitian
yang sudah ada untuk mengetahui dampak bullying terhadap kondisi
11
psikososial anak, sedangkan peneliti akan meneliti tentang strategi guru dalam
mengatasi perilaku bullying.
F. Kerangka teori
1. Prilaku Bullying
a. Pengertian Bullying
Kekerasan merupakan suatu hal yang paling banyak ditakuti oleh
manusia. Baik kekerasan langsung maupun tidak langsung, baik kekerasan
verbal maupun non verbal. Bentuk kekerasan yang paling sering terjadi di
sekolah adalah bullying.
Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Berbeda dengan
Negara lain seperti Nowegia, Finlandia, dan Denmark yang menyebut
Bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal
dari bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob
adalah kelompok orang yang anonym dan berjumlah banyak serta terlibat
kekerasan. Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti
penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara
terminology menurut Tattum dalam Wiyani, bullying adalah “…the
willful, conscious desire to hurt another and put him/her under stress”.
Berdasarkan definisi tersebut, Tattum mengatakan bahwa dalam bullying
terdapat keinginan untuk menyakiti yang lain dan menempatkan seseorang
dibawah tekanan. Menurut Olweus dalam Wiyani mengatakan hal yang
12
serupa bahwa bullying adalah prilaku negatif yang mengakibatkan
seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi
berulang-ulang.7
Bullying itu tindakan yang disengaja oleh si pelaku pada
korbannya, bukan sebuah kelalaian, memang betul-betul disengaja.
Tindakan itu terjadi berulang-ulang. Bullying tidak pernah dilakukan
secara acak atau cuma sekali saja. 8 Bullying dapat didefinisikan sebagai
sebuah tindakan atau prilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke
waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya
dengan mudah.9
Selanjutnya menurut Ken Rigby dalam Lestari, Bullying adalah
sebuah hasrat untuk menyakiti orang lain. Aksi ini dilakukan secara
langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan senang.10
Dan selanjutnya menurut Sucipto, bullying merupakan serangkaian aksi
negatif yang sering kali agresif dan manipulative yang dilakukan oleh satu
atau lebih orang terhadap orang lain atau beberapa orang selama kurun
7Ibid., hlm.11-12. 8 Andri Priyatna,Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying,(Jakarts
: PT Elex Media Komputindo,2010), hlm. 2 9 Kathryn Geldard, Konseling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja Berisiko,(Yogyakarta :
PUSTAKA BELAJAR,2012),hlm.171 10 Windy Sartika Lestari, “ Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta
Didik”, Sosio Didaktika , Vol. 3, Nomor, 2, 2016, hlm. 2
13
waktu tertentu bermuatan kekerasan dan melibatkan kesempatan membuat
orang lain merasa tidak nyaman atau terganggu, sedangkan korban
biasanya juga menyadari bahwa aksi ini akan berulang menimpanya.11
Jadi dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Bullying merupakan suatu prilaku agresif yang bersifat negatif pada
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang-ulang
dan dengan sengaja untuk menyakiti orang lain baik secara fisik ataupun
mental karena adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan.
b. Bentuk-bentuk Bullying
Dalam konteks kekerasan di sekolah, Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio dalam Wiyani, mendefinisikan bullying sebagai prilaku agresif
yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok sisa yang
memilki kekuasaan terhadap siswa-siswa lain yang lebih lemah, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut. Mereka kemudian mengelompokkan
prilaku bullying kedalam lima kategori sebagai berikut :
1.) Kontak fisik langsung ( memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, menmgunci seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, memeras, dan merusak barang-barang milik
orang lain).
11 Sucipto, “Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya”, Psikopedagogia , Vol. 1, Nomor 1,
Desember 2012, hlm. 4
14
2.) Kontak verbal langsung ( mengancam, mempermalukan,
merendahkan, mengganggu, member panggilan [ name calling ],
sarkasme, merendahkan [ pudowns ], mencela / mengejek,
mengintimidasi, mamaki, dan menyebarkan gossip ).
3.) Prilaku nonverbal langsung ( melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang meremdahkan, mengejek, atau
mengancam biasanya disertai oleh fisik atau verbal ).
4.) Prilaku nonverbal tidak langsung ( mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan hingga retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, mengirim surat kaleng ).
5.) Pelecehan seksual ( kadang di kategorikan prilaku agresif fisik atau
verbal ).12
Bentuk-bentuk Bullying lain yang dilakukan oleh seorang atau
kelompok meliputi :
1.) Fisikal, seperti : memukul, menendang, mendorong, merusak benda-
benda milik korban termasuk tindakan pencurian, dan lain-lain.
2.) Verbal, seperti : mengolok-olok nama panggilan, melecehkan
penampilan, mengancam, menakut-nakuti, dan lain-lain.
12 Novan Ardy Wiyani,Save Our Children From School Bullying,(Yogyakarta:AR-RUZZ
MEDIA,2012),hlm.27
15
3.) Sosial, seperti : menyebar gosip, rumor, mempermalukan di depan
umum, dikucilkan dari pergaulan, atau menjebak seseorang sehingga
dia yang dituduh melakukan tindakan tersebut.
4.) Cyber atau elektronik, seperti : memperlakukan orang dengan
menyebar gossip di jejaring sosial internet ( misal, facebook atau
friendster ), menyebar foto pribadi tanpa izin pemiliknya di internet,
atau membongkar rahasia orang lain lewat internet atau SMS.13
Menurut yayasan Sejiwa dalam Lestari, bentuk-bentuk Bullying
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu :
1.) Bullying fisik, meliputi tindakan : menampar, menimpuk, menginjak
kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, serta
menghukum dengan berlari keliling lapangan atau push up.
2.) Bullying verbal, terdeteksi karena tertangkap oleh indera pendengaran,
seperti memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, memalukan di
depan umum, menuduh, menyebar gossip dan menyebar fitnah.
3.) Bullying mental atau psikologis, merupakan jenis bullying paling
berbahaya karena bullying bentuk ini langsung menyerang mental atau
psikologis korban, tidak tertangkap mata atau pendengaran, seperti
13 Andri Priyatna,Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah, dan Mengatasi
Bullying,(Jakarta : PT Elex Media Komputindo,2010), hlm. 3
16
memandang sinis, meneror lewat pesan atau sms, mempermalukan,
dan mencibir.14
Berdasarkan beberapa pendapat tentang bentuk-bentuk bullying
tersebut, maka disimpulkan bentuk-bentuk bullying terdiri dari, bullying
fisik,bullying secara verbal, bullying sosial, cyberbullying, dan bullying
mental atau psikologis.
c. Unsur-unsur Bullying
Prilaku bullying melibatkan tiga komponen yang saling
mempengaruhi yaitu pelaku, korban dan penonton, ketiganya memberi
andil dalam terwujudnya prilaku bullying.
1.) Bullies ( pelaku Bullying )
Menurut Rigby dalam Kustanti, menjelaskan ciri-ciri pelaku
bullying, pelaku umumnya memiliki kekuasaan diantara teman-
temannya sehingga korban tidak berani untuk melawan atau
menghindar, kebanyakan pelaku adalah korban bullying atau
kekerasan di rumah. Pola prilaku melakukan modeling terhadap yang
dilakukan orang tua yang diterimanya. Pelaku bullying memiliki
kepedulian yang rendah terhadap teman-temannya, sehingga tidak
peka dengan penderitaan yang dialami korban. Pelaku bullying
14Windy Sartika Lestari, “ Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta Didik”, Sosio Didaktika , Vol. 3, Nomor. 2, Tahun 2016, hlm. 2
17
kelihatan pandai meskipun sebenarnya memiliki hambatan dalam
permasalahan akademik. Hal ini dilakukan untuk menutupi self-esteem
nya yang buruk untuk dapat diakui oleh orang lain.15
Menurut Stephenson dan Smith dalam Zakiyah, tipe pelaku
bullying antara lain :
a.) Tipe percaya diri, secara fisik kuat, menikmati agresifitas, merasa
aman dan biasanya populer.
b.) Tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam
berkonsentrasi, kurang popular dan kurang merasa aman.
c.) Pada situasi tertentu pelaku bullying biasa menjadi korban
bullying.
Menurut Astuti dalam Zakiyah pelaku bullying biasanya
agresif baik secara verbal maupun fisikal, ingin popular, sering
membuat onar, mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam iri hati,
hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di sekolahnya.
Selain itu pelaku bullying juga menempatkan diri ditempat tertentu di
sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular di sekolahnya,
gerak geriknya sering kali dapat ditandai dengan sering berjalan di
15 Erin Ratna Kustanti, “Gambaran Bullying Pada Pelajar Di Kota Semarang “, Jurnal
Psikologi Undip , Vol. 14, Nomor.1, April 2015,hlm.30
18
depan, sengaja menambrak, berkata kasar, dan menyepelekan /
melecehkan.16
2.) Victim ( Korban Bullying )
Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulang
kali mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya naik dalam
bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau bahkan kekerasan
psikologis. Biasanya yang menjadi korban bullying pada kelompok
laki-laki adalah mereka yang lemah secara fisik dibandingkan dengan
kelompok sebayanya. Mereka yang menjadi korban bullying, menurut
penelitian adalah kebanyakan dari keluarga atau sekolah yang sangat
over protektif sehingga anak atau siswa tidak mengembangkan secara
maksimal kemampuan memecahkan masalah sendiri.17
Korban bullying yaitu murid yang sering menjadi target dari
prilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan
sedikit pertahan melawan penyerangnya. Menurut Rigby dalam
Kustanti, korban Bullying memilki karakteristik sebagai berikut :
a.) Korban umumnya secara fisik maupun sosial berada pada posisi
lemah. Hal ini menyebabkan korban tidak dapat melakukan
perlawanan atau mengindari perlakuan yang diterima.
16 Ela Zain Zakiyah,dkk, “ Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying“, Jurnal Penelitian Undip , Vol.4, Nomor.2, Juli 2017, hlm.326
17 Sucipto, “Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya”, Psikopedagogia , Vol. 1, Nomor 1, Desember 2012, hlm. 9
19
Ketidakmampuan korban untuk melawan atau menghindar menjadi
penguat bagi pelaku unuk terus dilakukan aksinya.
b.) Korban memiliki tingkat asertivitas yang rendah. Korban tidak
berani mengungkapkan ketidaksenangan atas tindakan yang telah
diterimanya dan cenderung menuruti semua keinginan pelaku.
c.) Korban mengalami penurunan prestasi di sekolah secara drastis.
Hal ini disebabkan korban tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar
karena dibayangi ketakutan akan tindakan yang akan diterimanya.
d.) Korban mengalami depresi bahkan pada tingkat yang akut
terdorong untuk melakukan bunuh diri.
e.) Korban biasanya akan menderita keluhan-keluhan fisik seperti
sakit perut, sulit tidur dan terlihat lesu.
f.) Korban akan menunjukkan sikap agresif ketika di rumah.
Ketidakmampuan mengekspresikan kemauannya di sekolah akan
ditumpahkan di rumah.18
Sedangkan menurut Coloroso dalam Zakiyah, menyatakan
korban bullying biasanya merupakan anak baru di suatu lingkungan,
anak termuda di sekolah, biasanya yang lebih kecil, terkadang
ketakutan, mungkin tidak terlindung, anak yang pernah mengalami
18 Erin Ratna Kustanti, “Gambaran Bullying Pada Pelajar Di Kota Semarang “, Jurnal
Psikologi Undip, Vol. 14, Nomor.1, April 2015,hlm.31
20
trauma atau pernah disakiti sebelumnya dan biasanya sangat peka,
menghindari teman sebaya untuk menghindari kesakitan yang lebih
parah, dan merasa sulit untuk meminta pertolongan. Selain itu juga
anak penurut, anak yang merasa cemas, kurang percaya diri, mudah
dipimpin dan anak yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau
meredam kemarahan orang lain, anak yang perilakunya dianggap
mengganggu orang lain, anak yang tidak mau berkelahi, lebih suka
menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak yang pemalu,
menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatian orang lain, penggugup dan peka. 19
3.) Penonton
Selain pelaku dan korban, menurut Rigby dalam Kustanti,
menjelaskan ciri-ciri saksi atau penonton dalam prilaku bullying:
a.) Penonton kurang memiliki asertivitas dan keberanian sehingga
tidak mau menghentikan perilaku bullying atau melapor pada
orang yang lebih dewasa. Penonton takut turut menjadi korban jika
menghentikan atau melapor. Penonton yang melaporkan akan
mendapatkan julukan sebagai informan pihak sekolah.
19 Ela Zain Zakiyah,dkk, “ Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying“,
Jurnal Penelitian & PPM, Vol.4, Nomor.2, Juli 2017, hlm.326
21
b.) Penonton juga dibayangi oleh perasaan takut jika tindakan bullying
itu akan menimpa dirinya di waktu lain. Hal ini juga berdampak
menurunnya minat untuk belajar.
c.) Penonton justru menjadi pendukung perilaku bullying terjadi.20
d. Penyebab Bullying
Menurut Andri Priyatna, tidak ada penyebab tunggal dari
Bullying. Banyak faktor yang terlibat dalam hal ini, baik itu faktor
pribadi anak itu sendiri, keluarga, lingkungan, bahkan sekolah, semua
turut mengambil peran. Semua faktor tersebut, baik yang bersifat
individu maupun kolektif, memberi kontribusi kepada seorang anak
sehingga akhirnya dia melakukan tindakan bullying.
1.) Faktor resiko dari keluarga untuk bullying :
a.) Kurangnya kehangatan dan tingkat kepedulian orang tua yang
rendah terhadap anaknya.
b.) Pola asuh orang tua yang terlalu permisif sehingga anak pun
bebas melakukan tindakan apa pun yang dia mau atau
sebaliknya.
c.) Pola asuh orang tua yang terlalu keras sehingga anak menjadi
akrab dengan suasana yang mengancam.
d.) Kurangnya pengawasan dari orang tua.
20 Erin Ratna Kustanti, “Gambaran…, hlm.31
22
e.) Sikap orang tua yang suka member contoh prilaku bullying,
baik disengaja ataupun tidak.
f.) Pengaruh dari prilaku-prilaku saudara-saudara kandung di
rumah.
2.) Faktor resiko dari pergaulan :
a.) Suka bergaul dengan anak yang biasa melakukan bullying.
b.) Bergaul dengan anak yang suka dengan tindak kekerasan.
c.) Anak agresi yang berasal dari status sosial tinggi dapat saja
menjadi pelaku bullying demi mendapatkan pengahargaan dari
kawan-kawan sepergaulannya, atau sebaliknya.
d.) Anak yang berasal dari status sosial yang rendah pun dapat saja
menjadi pelaku tindakan bullying demi mendapatkan
penghargaan dari kawan-kawan di lingkungannya.
3.) Faktor lain :
a.) Bullying akan tumbuh subur di sekolah, jika pihak sekolah
tidak menaruh perhatian pada tindakan tersebut.
b.) Banyaknya contoh prilaku bullying dari beragam media yang
biasa dikonsumsi anak seperti : televisi, film, ataupun video
game.
c.) Ikatan pergaulan antara anak yang salah arah sehingga mereka
menganggap bahwa anak lain yang mempunyai karakteristik
berbeda dari kelompoknya dianggap musuh yang mengancam.
23
d.) Pada sebagian anak remaja putri, agresi sosial terkadang
dijadikan alat untuk menghibur diri, terkadang juga digunakan
sebagai alat untuk mencari perhatian dari kawan-kawan yang
dianggap sebagai saingannya.21
Menurut Andrew Mellor, Rama Djuwita, dan Komarudin dalam
Lestari, mengatakan bullying terjadi akibat faktor lingkungan keluarga,
sekolah, media massa, budaya dan peer group.
1.) Faktor keluarga
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang
tua yang terlalu berlebihan dalam melindungi anaknya, membuat
mereka rentan terkena bullying. Pola hidup orang tua yang
berantakan, terjadinya perceraian orang tua, orang tua yang tidak
stabil perasaan dan pikirannya, orang tua yang saling mencaci
maki, menghina, bertengkar dihadapan anak-anaknya. Seorang
remaja yang tumbuh dalam keluarga yang menerapkan pola
komunikasi negatif seperti sarcasm ( sindiran tajam ) akan
cenderung meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya.22
2.) Faktor sekolah
21 Andri Priyatna,Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah, dan Mengatasi
Bullying,(Jakarta : PT Elex Media Komputindo,2010), hlm. 6-7 22 Windy Sartika Lestari, “ Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta
Didik”, Sosio didaktika, Vol. 3, Nomor, 2, Tahun 2016, hlm. 150
24
Menurut setiawati dalam Lestari, kecendrungan pihak
sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan
siswa yang menjadi pelaku bullying, semakin mendapat penguatan
terhadap prilaku tersebut. Selain itu, bullying dapat terjadi di
sekolah jika pengawasan dan bimbingan etika dari para guru
rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang sangat kaku, bimbingan
yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten. Dalam
penelitian oleh Adair, 79 % kasus bullying di sekolah tidak di
laporkan ke guru atau orang tua. Siswa cenderung untuk menutup-
nutupi hal ini dan menyelesaikannya dengan teman sepermainnya
di sekolah untuk mencerminkan kemandirian.23
3.) Media Massa
Saripah mengutip sebuah survey yang dilakukan Kompas
dalam Lestari, yang memperlihatkan bahwa 56,9 % anak meniru
adegan- adegan film yang di tontonnya, umumnya mereka meniru
gerakannya ( 64 % ) dan kata-katanya ( 43 % ). Hal ini dapat
menciptakan prilaku anak yang keras dan kasar yang selanjutnya
memicu terjadi bullying yanh dilakukan oleh anak-anak terhadap
teman-temannya di sekolah.
23 Ibid., hlm.150
25
4.) Faktor Budaya
Faktor kriminal budaya menjadi salah satu penyebab
munculnya prilaku bullying. Suasana politik yang kacau,
perekonomian yang tidak menentu, prasangka dan kriminisasi,
konflik dalam masyarakat, dan ethnosentrisme, hal ini dapat
mendorong anak-anak dan remaja menjadi seorang depresi, stress,
arogan dan kasar.
5.) Faktor Teman Sebaya
Menurut Benites dan Justica dalam Lestari, kelompok
teman sebaya ( genk ) yang memiliki masalah di sekolah akan
memberikan dampak yang buruk bagi teman-teman lainnya seperti
berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau sesama teman
dan membolos. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan
dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdong untuk
melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying hanya
untuk membuktikan kepada teman sebayanya agar di terima dalam
kelompok tersebut, walaupun sebenarnya mereka tidak nyaman
melakukan hal tersebut.24
24 Windy Sartika Lestari, “ Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta
Didik”, Sosio didaktika, Vol. 3, Nomor, 2, Tahun 2016, hlm. 150
26
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka disimpulkan
penyebab terjadinya bullying adalah berasal dari faktor keluarga,
pergaulan anak, faktor sekolah, media massa,dan faktor budaya.
2. Strategi Guru dalam mengatasi perilaku Bullying
Menurut Hamdani, “strategi dapat diartikan sebagai upaya
yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada
tujuan”.25 Peranan guru di sekolah adalah sebagai pegawai dalam
hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai
pendidik dalam hubungannya dengan siswa, sebagai pengatur disiplin,
dan sebagai pengganti orangtua. Seorang guru difungsikan untuk
mengendalikan, memimpin dan mengarahkan event ( waktu )
pengajaran. Guru disebut sebagai subyek ( pelaku, pemegang peranan
utama ) pengajaran. Oleh sebab itu ia menjadi pihak yang memiliki
tugas, tanggung jawab, dan inisiatif dalam pengajaran kondusif.
Sedangkan siswa sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut
keaktifannya dalam proses pengajaran. Siswa disebut obyek
pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada beberapa
arahan dan masukan dari obyek pertama ( guru ) selain kesediaan dan
25 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 2011 ), hlm. 18
27
kesiapan siswa itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses
pengajaran.26
Bullying akan senantiasa terjadi dan sering tidak mendapatkan
perhatian dari pada guru karena peristiwa ini dianggap hal biasa dan
wajar, namun jika diperhatikan lebih lanjut sebenarnya bullying sangat
banyak memberikan dampak negatif pada diri korban. Peran guru dan
pembimbing di sekolah sangat penting untuk meminimalisirnya agar
siswa-siswa di sekolah dapat berkembang dengan wajar dalam suasana
gembira tidak dengan ketakutan.
Menurut Cohn, Canter dan Limber dalam Santrock ada
beberapa upaya untuk mengurangi bullying di sekolah, diantaranya :
a) Menunjuk sebaya yang lebih tua sebagai pemantau dan melerai
ketika mereka melihat hal tersebut terjadi.
b) Menetapkan aturan dan sanksi sekolah terhadap bullying dan
mengumumkannya di seluruh lingkungan sekolah.
c) Membentuk kelompok persahabatan bagi remaja yang sering
mengalami bullying oleh sebaya.
d) Memasukkan pesan program anti bullying ke dalam tempat
ibadah, sekolah, dan konteks lainnya dimana remaja terlibat
dalam kegiatan masyarakat.
26 Felinda Arini Putri dan Totok Suyanto, “ Strategi Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying
Di SMP Negeri 1 Mojokerto”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 1, Nomor. 4, 2016, hlm. 3
28
e) Mendorong orang tua untuk menguatkan perilaku positif anak
mereka dan meneladankan interaksi interpersonal yang
semestinya.
f) Mengidentifikasi bully dan korban sejak dini dan
menggunakan pelatihan keterampilan sosial untuk
memperbaiki perilaku mereka.27
Menurut Felinda Arini Putri dan Totok Suyanto dalam
penelitian yang dilakukan, berikut beberapa upaya guru dalam
mengatasi perilaku bullying :
a) Mengatahui akar permasalahan terjadinya bullying
Dalam mengatasi perilaku bullying, guru mencari akar
permasalahan dengan cara bertanya seputar alasan siswa
melakukan bullying. Langkah ini dilakukan agar guru dapat
mengetahui alasan apa melatarbelakangi siswa melakukan
bullying ketemannya, serta mengetahui mengapa siswa yang
menjadi korban bullying terus menerus di bully oleh temannya,
dan mengetahui bentuk bullying seperti apa yang dilakukan
guna menentukan langkah apa yang selanjutnya dilakukan oleh
guru dalam mengatasi perilaku bullying yang terjadi.
b) Memberikan hukuman ( punishment )
27 John W.Santrock, Perkembangan Anak, ( Jakarta : Erlangga, 2007 ), hlm. 214
29
Hukuman ( punishment ) merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi prilaku bullying.
Bentuk hukuman diberikan kepada anak disesuai dengan
bentuk perilaku bullying yang dilakukan. Hukuman atau
punishment sebagai upaya peningkatan kedisiplinan diri,
memotivasi belajar dan perbaikan prilaku. Pemberian
punishment tidak sebatas pada menjatuhkan hukuman pada
siswa karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran,
melainkan juga untuk peningkatan kedisiplinan siswa,
memotivasi belajar dan perbaikan perilaku ( moralitas ) siswa.
Hukuman ( punishment ) yang diberikan juga bertujuan agar
pelaku bullying merasa jera sehingga dia tidak melakukan
perilaku bullying secara terus menerus.
Hukuman ( punishment ) yang di terapkan diantaranya
pengurangan di penilaian sikap, guru memerintahkan kepada
siswa pelaku bullying untuk membuat surat pernyataan ditulis
dan berjanji untuk tidak melakukan perilaku bullying lagi, jika
pada saat jam pelajaran terdapat siswa yang melakukan
bullying maka guru tidak di memperbolehkan siswa tersebut
mengikuti pelajaran, memberikan konsekuensi berupa surat
peringatan kedua setelah diberikannya surat peringatan
30
pertama, dan memberikan poin dengan menyesuaikan jumlah
perilaku bullying yang dilakukan.
c) Membuat kelompok Belajar
Kelompok belajar merupakan salah satu strategi belajar
dengan cara berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan
suatu tugas yang dirasa perlu di kerjakan secara bersama-sama.
Metode ini juga digunakan oleh guru untuk mengurangi
bullying dan mengatasi perilaku bullying yang dilakukan oleh
siswa.
Kelompok belajar bertujuan untuk melatih dan
membentuk suatu kepribadian siswa serta menjalin
kebersamaan antara teman, karena dengan cara seperti ini
siswa yang menjadi pelaku bullying di kelas dan siswa yang
sering mendapat perlakuan bullying di kelas dijadikan satu
kelompok belajar agar dapat saling bertukar-tukar pengetahuan
serta dapat menjalin hubungan yang baik antar teman. Bagi
siswa yang sudah terlibat bullying, maka sesuai proses
penyelesaian perlu dilakukan dengan penyaluran minat dan
bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan di
kelas maupun di luar kelas. Penyesuain diri siswa dengan
lingkungan sosial serta pengembangan diri dalam
mengembangkan potensi positifnya melalui pembentukan
31
kelompok belajar perlu di lakukan dalam langkah pengentasan
masalah bullying.
d) Memberikan himbuan kepada siswa yang melakukan bullying
dan siswa lainnya yang berpotensi menjadi pelaku bullying
Memberikan himbauan/nasehat kepada siswa yang
melakukan bullying serta siswa lainnya yang berpotensi
sebagai pelaku bullying merupakan strategi untuk
menghindarkan siswa dari perilaku bullying. Strategi ini
dilakukan guna memberikan informasi yang mendalam tentang
bullying. Dengan demikian memberikan pemahaman serta
himbauan untuk menghindari perilaku bullying, diharapkan
intensitas perilaku bullyingnya akan berkurang. Melalui
sosialisasi ini juga dijelaskan terkait dengan aturan dan sanksi
yang diberikan kepada setiap siswa yang melakukan bullying.
Himbauan yang diberikan kepada siswa bertujuan
untuk menyadarkan semua siswa di sekolah bahwa tindakan
bullying dalam bentuk apapun harus dihindari guna
menciptakan suasana aman dan nyaman di sekolah serta
menciptakan suasana yang kondusif pada saat jam pelajaran
berlangsung.28
28 Felinda Arini Putri dan Totok Suyanto, “ Strategi…, hlm. 3-6
32
Berdasarkan beberapa pernyataan Felinda Arini Putri
dan Totok Suyanto tersebut dapat disimpulkan, seorang guru
terlebih dahulu harus mengetahui akar dari permasalahan
terjadinya bullying agar guru dapat menentukan tindakan yang
akan dilakukan dalam mengatasi bullying. Hukuman yang
diberikan kepada siswa yang melakukan bullying pun bukan
hanya sebatas diberikan karena melakukan kesalahan, akan
tetapi dengan tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan,
motivasi belajar dan perbaikan perilaku siswa tersebut.
Membentuk kelompok belajar dan memberikan himbauan atau
nasihat tentang bullying juga di percaya dapat mengurangi
intensitas terjadinya bullying.
Selanjutnya strategi yang dapat di lakukan oleh guru
dalam mengatasi bullying dalam penelitian yang di lakukan
oleh Felinda Arini Putri dan Totok Suyanto, sebagai berikut :
e) Memberikan beberapa layanan dari BK kepada siswa korban
bullying dan pelaku bullying.
Dalam rangka menanggulangi bullying di sekolah,
perlu ada upaya-upaya bimbingan konseling yang terintegritas.
Pelaksanaan pemberian bimbingan konseling kepada siswa
sebagai pelaku dan korban bullying. Guru-guru dan staf
sekolah juga bias memberikan konseling individual yang
33
diberikan kepada individu ( siswa ), sebagai upaya dalam
mengubah sikap dan perilaku siswa melalui penyajian
informasi yang teliti, atau menekankan dorongan untuk
berfungsinya kemampuan-kemampuan kognitif.
f) Memberikan penghargaan ( Rewarding )
Pemberian reward kepada siswa pelaku bullying
merupakan bentuk penghargaan guru untuk siswa pelaku
bullying karena siswa tersebut mampu merubah sikapnya dari
siswa yang sering membully teman hingga berubah menjadi
siswa yang dapat mengahargai kekurangan temannya.
Penghargaan yang diberikan bentuknya macam-macam
diantaranya yaitu menaikkan nilai sikap maupun nilai
pelajarannya, memberikan apresiasi, dan memberikan barang.
Guru semata-mata tidak langsung memberikan penghargaan,
tetapi terlebih dahulu memantau begaimana perilaku siswa.
g) Memberikan program “ Stop Bullying “
Salah satu program untuk mencegah maupun menekan
terjadinya bullying yakni program stop bullying. Dengan
membuaat program stop bullying stop bullying yang bertujuan
untuk menyadarkan ke semua orang di sekolah bahwa tindakan
bullying dalam bentuk apapun tidak dapat di tolerir. Program
34
ini bentuknya yaitu guru menyisipkan materi tentang stop
bullying pada setiap pertemuan orang tua siswa baik pada saat
rapat atau pada saat pengambilan rapot siswa. Materi yang
disisipkan pada saat pertemuan orang tua yakni mengurangi
untuk menonton siaran televisi, karena acara dan penampilan
yang disiarkan di televisi ikut membentuk pribadi masyarakat
terutama siswa yang mengaksesnya.
Program “stop bullying “ di gagas untuk memberi
pengetahuan kepada semua elemen sekolah baik kepala
sekolah, guru, siswa maupun wali siswa. Semua guru
mempunyai cara dalam menjalankan program tersebut, terlebih
lagi dilakukan kerjasama yang serius antara guru, wali siswa,
dan semua siswa. Kerjasama yang baik tujuannya untuk
menyadarkan siswa akan bahaya bullying.
h) Melakukan Pengawasan ( Monitoring )
Pengawasan ( monitoring ) dilakukan oleh guru untuk
memperhatikan setiap perilaku yang dilakukan oleh siswa baik
yang pernah menjadi pelaku bullying maupun siswa lainnya.
Pengawasan ( monitoring ) di berlakukan oleh guru secara
terus menerus agar dapat memantau perilaku siswa dengan
maksimal supaya setiap siswa dapat terhindar dari
kemungkinan melakukan bully atau sebagai korban bully.
35
Dengan adanya pengawasan ( monitoring ) yang dilakukan di
dalam sekolah kepada siswa pelaku bullying bekerja sama
dengan semua komponen sekolah yang bertujuan agar
kekerasan ( bullying ) dalam bentuk apapun dan sekecil apapun
dapat diselesaikan secara tuntas.29
Selanjutnya menurut sucipto di dalam jurnalnya,
mengemukakan beberapa strategi untuk menghadapi bullying
di sekolah, diantaranya :
a) Ajarkan siswa untuk menyembunyikan kemarahan atau
kesedihannya. Bila ia tampak bereaksi si bullying akan
senang.
b) Ajarkan anak berani memandang mata si bullying.
c) Ajarkan anak berdiri tegak, kepala ditegakkan dalam
menghadapi bullying.
d) Tidak berjalan sendirian.
e) Tetap tenang dalam situasi apapun.
f) Bila dalam bahaya segera menyingkir.30
Adapun upaya preventif dan kuratif yang dapat di lakukan oleh guru
agar bullying tidak terjadi adalah sebagai berikut :
29 Ibid., hlm. 6-9 30 Sucipto, “Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya”, Psikopedagogia, Vol. 1, Nomor 1,
Desember 2012, hlm. 11
36
1. Upaya Preventif
a. Guru kelas harus mengenal dan memahami karakteristik setiap peserta
didik berdasarkan usia, jenis kelamin, latar belakang keluarga, serta
pola perilaku siswa selama belajar di sekolah, sehingga ketika ada
peserta didik yang mengalami masalah, guru dapat memberikan
penanganan yang tepat yang sesuai dengan karakter peserta didiknya.
b. Guru harus memberlakukan peserta didik secara adil, tidak
membedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
sehingga guru tidak akan dianggap memihak pada siapa pun.
c. Guru harus memberikan keteladanan kepada peserta didik, karena
seorang guru merupakan contoh teladan dari peserta didiknya yang
diguguh dan ditiru. Contoh teladan yang bisa di berikan seperti tidak
berkata kasar, disiplin, berkata jujur dan ketika guru menangani
masalah antar siswa, guru harus berusaha untuk tidak menggunakan
kekerasan, tetapi guru harus menjalin komunikasi bersama siswa,
dengan cara tersebut dapat merubah cara berfikir dan pola perilaku
siswa.31
2. Upaya Kuratif
a. Guru mendekatkan diri dengan peserta didik, hal ini dimaksudkan agar
guru lebih mengetahui tentang peserta didiknya, seperti kebiasaan
31 Arina Mufrihah, “ Perundungan Reaktif di Sekolah Dasar dan Intervensi Berbasis Nuansa
Sekolah”, Jurnal Psikologi, Vol 43, Nomor 2, 2016, hlm. 147-148
37
siswa ketika berada di rumah, latar belakang keluarga siswa, dan
perilaku orang tua siswa ketika di rumah.
b. Guru harus menjalin kerja sama dengan orang tua siswa untuk
membentuk prilaku yang baik dari peserta didik. Guru membicarakan
setiap masalah yang di hadapi siswa pada orang tuanya, karena
pengawasan guru hanya terbatas di lingkungan sekolah saja dan hanya
melihat perkembangan siswa ketika berada di sekolah selebihnya
kembali pada perhatian orang tua terhadap anaknya di lingkungan
keluarga, karena orang tua berperan dan bertanggung jawab dalam
mengawasi setiap perkembangan anaknya. 32
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,
pendekatan ini dipilih karena penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan
fakta kejadian dengan penjelasan yang sebenarnya. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Ahmadi, menyatakan pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif : ucapan atau tulisan dan
perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan
ini langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar itu secara
keseluruhan; subjek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu,
32 Ibid., hlm. 149
38
tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, tetapi
di pandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.33
Sementara itu jenis penelitian pada penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian studi kasus, menurut Bogdan & Biklen dalam
Ahmadi menyatakan studi kasus adalah suatu kajian yang rinci tentang suatu
latar, atau subjek tunggal, atau satu penyimpanan dokumen, atau suatu
peristiwa tertentu.34 Alasan peneliti memilih studi kasus karena studi kasus
memberikan deskripsi yang padat yang penting bagi evaluasi ( penelitian )
naturalistik.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan hal yang sangat penting
dilakukan oleh peneliti, karena peneliti berperan sebagai instrumen kunci dan
sekaligus sebagai pengumpul data dari subjek yang diteliti juga menambah
pengetahuan dan wawasan penulis terhadap apa yang dibahas dan untuk
memperoleh dari objek penelitian tersebut. Oleh karena itu peneliti di dalam
mengadakan penelitian terjun ke lapangan atau bertemu langsung dengan
subjek, jawaban-jawaban atau informasi yang didapatkan selanjutnya dicatat
sebagai bahan dan isi dalam penulisan skripsi ini, kehadiran peneliti semata-
mata untuk mendapatkan data yang akurat dan sewajarnya. Bentuk
33 Rulam Ahmadi,Metodologi Penelitian Kualitatif,( Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA,2014 ),
hlm. 15 34 Ibid.,hlm. 69
39
keterlibatan langsung karena peneliti adalah instrumen kunci. Selama hadir
sebagai peneliti di lapangan, peneliti berusaha mencari data sebanyak-
banyaknya sesuai dengan data yang diperlukan dengan menggunakan metode
yang telah dipersiapkan, seperti metode observasi, interview, dan
dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen kunci disini mempunyai peran yang
sangat penting.
Dengan kehadiran peneliti dan keterlibatannya langsung dilokasi
penelitian, maka peneliti mengetahui kejadian-kejadian yang ada di tempat
tersebut.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian diambil adalah MIN 1 Mataram, yang terletak di
lingkungan Karang Kateng, Jalan Airlangga Mataram. Adapun alasan peneliti
melakukan penelitian di MIN 1 Mataram adalah peneliti tertarik terhadap
strategi yang gunaka oleh guru dalam mengatasi bullying, karena pada saat
peneliti melakukan observasi awal, peneliti melihat salah seorang guru sedang
mengatasi bullying, untuk itu peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang
Strategi Guru dalam Mengatasi Bullying di MIN 1 Mataram.
4. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek penelitian atau
informan, atau subjek dari mana data di peroleh. Untuk memperoleh data
40
sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti. Perlunya sumber data
yang akan memberikan informasi diantaranya :
a) Guru di MIN 1 Mataram, yang merupakan subjek utama. Dalam penelitian
ini guru adalah orang yang dianggap mengetahui perilaku siswanya di
dalam sekolah. Peneliti melakukan wawancara kepada guru tentang
bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi di sekolah serta wawancara
tentang strategi-strategi guru dalam mengatasi perilaku bullying di MIN 1
Mataram.
b) Siswa di MIN 1 Mataram, peneliti melakukan observasi pada siswa-siswa
yang dianggap menjadi pelaku, korban maupun penonton dan kemudian
melakukan wawancara kepada siswa yang bersangkutan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam
suatu peneltian karena suatu kaharusan bagi seorang peneliti untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tekhnik atau metode pengumpulan data yang sesuai dengan
pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
41
harus dikumpulkan dalam penelitian.35 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan observasi partisipatif. Observasi partisipatif merupakaan
seperangkat strategi untuk mendapatkan satu keakraban yang dekat dan
mendalam dengan satu kelompok individu dan prilaku mereka melalui
satu keterlibatan yang intensif dengan orang di lingkungan alamiah
mereka36. Peneliti menggunakan pedoman observasi untuk
menggumpulkan data mengenai bentuk-bentuk bullying dan strategi guru
dalam mengatasi bullying, adapun pedoman observasi tertera pada
lampiran.
b) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara ( interviewer
) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara ( interviewee ) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 37
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui 35 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung : ALFABETA, 2014 ), hlm. 105
36 Ibid,. hlm. 117 37 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2014 ), hlm.186
42
dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh.38 Wawancara dalam
penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi
informasi secara holistic dan jelas dari informan.39
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai guru-guru dan siswa
yang menjadi pelaku bullying. Berikut pedoman wawancara yang peneliti
akan gunakan pada saat penelitian. Adapun kisi-kisi dan instrument
wawancara tertera pada lampiran.
c) Dokumentasi
Studi dokumen dalam penelitian kualtitatif merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi
yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto maupun video.
38 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung : ALFABETA, 2014 ), hlm. 133 39Ibid., hlm. 130
43
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis yaitu model interaktif
Miles dan Huberman.
Gambar 1. Komponen dalam analisis data ( Interaktive model )40
a) Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggumpulkan data menggunakan
tiga cara, yaitu melakukan observasi partisipatif, wawancara terstruktur
dan studi dokumentasi.
b) Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
40 Sugiyono, Metode Penelitian ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif da R&D ), ( Bandung :
ALFABETA, 2008 ), hlm. 431
44
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjtunya, dan mencarinya bila di
perlukan.41
c) Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa di lakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flawchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini, Miles and Huberman dalam Sugiyono
menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
d) Penarikan dan Pengujian Kesimpulan
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengatakan
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
41 Ibid.,
45
sehingga di teliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.42
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk meyakinkan bahwa data hasil penelitian yang di peroleh
dilokasi penelitian benar-benar dapat dipercaya maka penelitian ini
menggunakan beberapa tehnik pemeriksaan data sehingga data diperoleh lebih
terjamin dan dapat dipercaya.
a. Perpanjangan pengamatan
Peneliti mesti memperpanjang pengamatan karena kalau hanya
datang sekali sulit untuk memperoleh link dan chemistry dengan
informan. Perpanjangan pengamatan memungkinkan terjadinya hubungan
antara peneliti dengan narasumber menjadi akrab ( tidak ada jarak lagi ),
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi dan peneliti dapat memperoleh data secara lengkap.43
Peneliti mengadakan perpanjangan waktu dilokasi penelitian dan
mengadakan observasi lebih giat dan mendalam terhadap obyek yang ada.
Kaitannya dengan peningkatan keabsahan data adalah dengan
perpanjangan waktu dilokasi sehingga dapat menguji kebenaran informasi
42 Ibid., hlm. 438 43 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
ALFABETA, 2014 ), hlm. 169
46
yang telah diperkenalkan dengan baik yang berasal dari diri sendiri
maupun dari responden.
b. Peningkatan ketekunan/ kegigihan
Ketekunan pengamatan tentu menjadi keharusan dalam penelitian
ini, dengan meningkatakan ketekunan/ kegigihan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka akan diperoleh kepastian data dan urutan peristiwa secara
pasti dan sistematis. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-
ciri yang sangat relavan dengan persoalan atau isi yang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.44
c. Triangulasi
Karena yang dicari adalah kata-kata, maka tidak mustahil ada kata-
kata yang keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan
kenyataan sesungguhnya. Hal ini bisa di pengaruhi oleh kredibilitas
informannya, waktu pengungkapan, kondisi yang dialami dan sebagainya.
Maka peneliti perlu melakukan triangulasi yaitu pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. 45
44 Ibid., 45 Ibid., hlm. 170
47
1) Triangulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan
mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama
lain. Peneliti perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran
data dari beragam sumber.46
2) Triangulasi Tehnik
Triangulasi tehnik adalah penggunaan beragam tehnik
pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji
kredibilitas data triangulasi tehnik yaitu mengecek data kepada sumber
yang sama dengan tehnik yang berbeda.47
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi nantinya, maka peneliti
membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian,
Kerangka Teori dan Metode Penelitian.
BAB II : Bab ini berisi tentang paparan data dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti.
46 Ibid., 47 Ibid., hlm. 171
48
BAB III : Bab ini berisi tentang pembahasan yang berkaitan dengan rumusan
masalah sebagai hasil dari analisis yang dilakukan oleh peneliti.
BAB IV : Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
49
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di MIN 1 Mataram, dimana yang diteliti tentang
Strategi Guru dalam Mengatasi Bullying, oleh karena itu untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang obyek penelitian, peneliti akan mendeskripsikan
tentang data-data yang peneliti dapatkan dilapangan.
1. Profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Punia Mataram adalah lembaga
pendidikan Agama Islam setingkat SD yang berada dibawah naungan
Kementerian Agama. Pada tanggal 1 Agustus 1981 MIN Punia Mataram
adalah merupakan lembaga pendidikan yang dibangun dengan swadaya
masyarakat Punia Karang Kateng Kelurahan Mataram Barat Kecamatan
Mataram yang diberi nama Madrasah Diniyah “Darul Arqom”. Kemudian
pada tahun pelajaran 1993/1994 Madrasah Ibtidaiyah “ Darul Arqam ”. Punia
Karang Kateng diubah statusnya dari swasta menjadi negeri dengan nama
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Punia Mataram, yaitu pada tanggal 24 April
1993.
Berdasarkan Keputusan Kementerian Agama Republik Indonesia
Nomor : 668 Tahun 2016 tentang Perubahan nama Madrasah Aliyah Negeri,
49
50
Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri, Maka MIN Punia
Mataram diubah namanya menjadi MIN 1 Kota Mataram. MIN 1 Mataram
memiliki luas bangunan 544,5 m2 dan luas tanah 455,5 m2 jadi total
keseluruhan 1000 m2 .
a. Kepala sekolah
Kepala sekolah bertugas dan berkewajiban sebagai pendidik,
manager, pengelola, admistrasi, pengayom, pembimbing, penyusun
rencana pelajaran dan program skolah serta membina dan melaksanakan
kerjasama/hubungan dengan masyarakat.
b. Wakil sekolah
Komponen ini bertugas membantu kepala sekolah dalam hal
pengelolaan dan melaksanakan kurikulun di MIN 1 Mataram. Wakil kepala
sekolah bertugas dalam urusan sarana dan prasarana yang bertugas
membantu kepala sekolah dalam mengelolah sekolah yang berhubungan
dengan sarana dan prasarana. Selain itu juga wakil kepala sekolah
mengurus masalah kesiswaan yang membantu kepala untuk melaksanakan
tugasnya menyangkut masalah-masalah kelancaranpelaksanaan pendidikan.
c. Guru dan tenaga pendidikan
Adapun menjadi tugas guru sebagai pendidik adalah : mendidik,
mengajar, membimbing siswa, yaitu mengarahkan siswa bagaimana
menjadi siswa baik dan bertanggung jawab.
51
d. Kepala tata usaha
Kepala tata usaha melaksanakan dalam bidang admistrasi sekolah
yang di bantu oleh stafnya.48
2. Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram terletak di jantung kota
Mataram, tepatnya di Jalan Airlangga Mataram dengan batas wilayah sebagai
berikut :
a. Sebelah timur di batasi oleh kebun.
b. Sebelah barat di batasi oleh perumahan penduduk.
c. Sebelah utara di batasi oleh jalan dan peumahan penduduk.
d. Sebelah selatan di batasi oleh PKBM “ Gumi Paer”
Hasil observasi ternyata MIN Punia Mataram ini merupakan salah
satu Madrasah yang letaknya berada di sebuah kampung padat penduduk dan
dekat dengan keramaian seperti pasar, sepermarket dan tempat-tempat lain.49
48 Profil MIN 1 Mataram, Dokumentasi, Mataram, 5 Juni 2018. 49 Letak Geografis MIN 1 Mataram, Observasi, MIN 1 Mataram, 23 Mei 2018
52
3. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 mataram
a. Visi
Terwujudnya anak didik yang berkualitas, beriman dan berbudaya.
b. Misi
1) Menumbuh kembangkan semangat belajar dan keinginan untuk
mencapai prestasi yang tinggi dengan menciptakan proses
pembelajaran yang bermutu diimbangii dengan pasilitas yang
memadai.
2) Menumbuh kembangkan lingkungan dan perilaku religius sehingga
siswa dapat mengamalkan dan menghayati agama secara nyata.
3) Memotivasi dan membimbing siswa untuk lebih mengenal dan
mengetahui potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal
memiliki keterampilan dan budaya yang tinggi.
4. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
a. Tujuan Umum
1). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis (fungsional)
tenaga pendidik dan kependidikan, sehingga mampu meningkatkan
kinerja/profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada
siswa-siswi .
2). Mengembangkan Sistem Informasi Ketenagaan berbasis tehnologi,
sehingga Informasi ketenagaan dapat diakses semua pihak.
53
3). Menambah fasilitas bangunan fisik dan fasilitas pendukung,
sehingga dapat berfungsi lebih maksimal.
b. Tujuan Khusus
1). Meningkatkan SDM/Mutu Tenaga Pendidik dan Kependidikan
melalui Program Study lanjutan dan diklat dalam upaya
memberikan pelayanan terhadap program yang dikembangkan.
2). Menambah fasilitas bangunan fisik dan alat peraga yang
dibutuhkan dalam membantu proses kegiatan belajar-mengajar.
5. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Disamping faktor Pegawai, guru dan murid, faktor sarana dan
prasarana juga tidak kalah pentingnya dalam menunjang proses kegiatan
belajar mengajar, sebab sarana merupakan wadah untuk dilaksanakan proses
belajar mengajar dan alat pelajaran juga merupakan faktor penunjang dalam
membantu pelaksanaan proses belajar mengajar. Tanpa sarana dan prasarana
yang memadai, proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan secara
maksimal. Maka dalam hal ini di butuhkan media atau alat pembelajaran yang
cukup.
Mengenai sarana berupa gedung MIN Punia Mataram ini dibangun
diatas tanah seluas 10 are (1.000) M2 yang terdiri dari :
54
Tabel 1 Keadaan Sarana dan Prasarana MIN 1 Mataram50
No Gedung / Barang Jumlah Keterangan
1 Bangunan : Ruang Kepala Madrasah Ruang Tata Usaha Ruang Guru Ruang Perpustakaan Ruang Belajar Kantin Madrasah Mushalla Kamar Mandi/WC Ruang Dokter Kecil
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 8 buah 1 buah 1 buah 7 buah 1 buah
2 Alat-alat Peraga : Globe Peta Indonesia Peta Dunia Rangka Manusia Mini Lain – lain
4 buah 1 buah 2 buah 3 buah 14 buah
3 Alat – alat Olah Raga : Bola Volly Bola Kaki Pimpong Lain – lain
1 buah 1 buah 2 buah 6 buah
4 Keadaan Meabelair : Meja siswa Kursi siswa Meja Kursi Guru Papan Tulis Almari Rak Buku Papan Absen Kursi Tamu Lain – lain
170 buah 339 buah 22 stel 9 buah 7 buah 4 buah 6 buah 1 stel
2 s
Sumber : data sarana dan prasarana, dokumentasi MIN 1 Mataram
50 Data sarana dan prasarana, Dokumentasi, MIN 1 Mataram, 5 Juni 2018.
55
6. Keadaan Pegawai (Tenaga Tata Usaha) Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Mataram
Pegawai adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
administrasi dan Ketata Usahaan di MIN 1 Mataram. Pegawai / TU
bertanggung jawab untuk melaksanakan pembayaran gaji hingga honor para
guru, baik guru Negeri maupun guru honorer yang bertugas di MIN Punia
Mataram . MIN 1 Mataram terdapat 1 orang bendahara rutin, 3 orang staf TU,
1 orang satpam dan 1 orang penjaga madrasah.
7. Keadaan Guru (Tenaga Pengajar) Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Mataram.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Guru berkewajiban untuk mendidik, mengajar materi
pelajaran serta mengarahkan siswa kearah pencapaian tujuan pengajaran yang
telah dicanangkan. guru yang ada di MIN Punia Mataram masih dianggap
atau dikatakan pada ukuran Ideal / Rasio, 1 (satu) guru berbanding 20 (dua
puluh) siswa ( 1:20 ). Yang dibina sementara di MIN 1 Mataram, jumlah
gurunya 17 orang dan siswa 339 orang dan masing-masing guru mengajar
mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya, walau ada beberapa guru yang
memegang mata pelajaran yang bukan bidangnaya. Maka kepala Madrasah
memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan penataran
yang menunjang peroses kegiatan belajar mengajar.
56
8. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Dalam proses belajar mengajar siswa menduduki peranan yang sangat
penting karena siswa merupakan salah satu tolak ukur atau tegaknya proses
belajar mengajar. bahwa minat masyarakat untuk memasukkan putra putrinya
ke MIN 1 Mataram, setiap tahun meningkat, begitu juga dengan siswa-siswi
motivasinya cukup besar untuk masuk ke Madrasah ini. Mengenai prestasi
belajar anak sesudah masuk di MIN 1 Mataram kadang-kadang berprestasi
naik, kadang turun, setiap tahun tidak sama peningkatan prestasi yang
dimiliki oleh anak didik hal ini disebabkan karena faktor siswa, seperti: cara
belajar, kesehatan dan lain-lain. Disamping proses belajar mengajar yang
dilaksanakan setiap hari dari hari Senin s/d Sabtu di MIN 1 Mataram juga
mengadakan Program Pengembangan Diri atau kegiatan Ekstra Kurikuler
(Ekskul) yang kegiatannya di laksanakan 1 (satu) kali dalam seminggu.
57
Tabel 2 Data Siswa Dan Wali Kelas Min 1 Kota Mataram
Tahun Pelajaran 2017/201851
NO KELAS WALI KELAS
MURID L/P JML JML TOTAL
L JML P
1
1/A Muhabah, S.Pd L 15 P 21 36
108 1/B Asiah, S.Pd L 16 P 20 36
1/C Baiq Muaini, S.Pd.I L 16 P 20 36
1
2/A Zakiatun Patni, S.Pd.I L 18 P 19 37
110 2/B Ernawati S.Pd.I L 16 P 21 37
2/C Maknun, S.Pd L 18 P 18 36
3
3/A Wahdiah, S.Pd.I L 18 P 16 34
102 3/B Khaerun Nisak, S.Pd.I L 15 P 19 34
3/C Darsono, S.Pd L 16 P 18 34
4
4/A Muksanah, S.Pd L 15 P 19 34
99 4/B Mizra'ah, S.Pd.I L 14 P 20 34
4/C Lalu Haeruman, S.Pd.I L 17 P 14 31
5 5/A Anik Sulistyowati, S.Pd L 20 P 20 40
81 5/B H. Ahmad Azazi, S.Pd L 21 P 20 41
6 6/A Hj. Saenah, S.Pd.I L 13 P 10 23
47 6/B H. M. Irwan Ali Wardaini, M
M.Pd L 16 P 8 24
264 283 547 547
51 Data siswa dan wali kelas, Dokumentasi, MIN 1 Mataram, 5 Juni 2018
58
B. Deskripsi Subjek Penelitian
1. Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Subjek penelitian ini adalah guru kelas III dan guru kelas V, kepala
madrasah dan guru bidang kesiswaan. Guru kelas III bernama ibu Khaerun
Nisak lahir pada 15 April 1984, mulai bertugas di MIN 1 Mataram pada tahun
2017 dan berstatus pegawai negeri. Subjek selanjutnya adalah guru kelas V
bernama ibu Anik Sulistyowati lahir pada 07 November 1971, mulai bertugas
pada tahun 2006 dan berstatus pegawai negeri.
Selanjutnya adalah kepala madrasah bernama bapak H. Marzuki, lahir
pada 31 Desember 1968, mulai menjabat sebagai kepala madrasah sejak 16
September 2013 sampai sekarang dan berstatus pegawai negeri. Subjek
terakhir adalah guru bidang kesiswaan yang bernama bapak Ahmad Azazi,
lahir pada 23 Januari 1970, mulai bertugas pada tahun 2005 dan berstatus
pegawai negeri.
2. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Mataram
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III dan kelas V. Siswa kelas
III yang menjadi subjek penelitian adalah siswa berinisial AP dan DP yang
menjadi pelaku bullying. AP lahir pada 23 april 2009, berdasarkan pernyataan
wali kelas AP pernah tinggal di kelas II, secara akademis, dia tertinggal
dengan teman-temannya yang lain karena dia sering tidak memperhatikan
bahkan sering mengganggu temannya ketika mengikuti pembelajaran, tidak
59
heran banyak materi pelajaran yang tidak dikuasainya. Selanjutnya siswa
berinisial DP lahir pada 5 juli 2010, menurut wali kelasnya DP sering kali
mengganggu dan menakut-nakuti temannya pada saat pembelajaran, sampai
saat ini DP masih belum bisa membaca padahal sudah duduk di kelas III.
Subjek selanjutnya siswa kelas V yang berinisial G dan I . G lahir pada
16 maret 2008, G sering mengganggu dan mengejek teman perempuannya,
dia melakukan hal tersebut dengan merasa senang. Selanjutnya siswa yang
berinisial I berjenis kelamin perempuan lahir pada 19 september 2008, postur
tubuh I lebih besar dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, di sering
menggertak temannya karena dia merasa lebih besar dibandingkan dengan
temannya yang lain.
C. Bentuk –bentuk bullying fisik dan bullying verbal di MIN 1 Mataram
Pada saat peniliti melakukan observasi dikelas III C peneliti melihat ada
siswa yang sering mengganggu temannya pada saat jam istirahat, tidak jarang
ada yang saling memukul. Dalam kelas III C ada dua orang siswa sebagai pelaku
bullying, dua orang siswa tersebut beriinisial AP dan DP. Dari hasil observasi
yang peneliti lakukan AP sering kali datang terlambat ke sekolah, di dalam kelas
AP duduk di bagian paling belakang, dan pada saat pembelajaran berlangsung
siswa tersebut terus mengganggu temannya dan tidak fokus pada guru yang
mengajar di depan kelas, tidak jarang pada saat guru bertanya AP tidak bisa
60
menjawab. Saat jam istirahat pun AP bermain dengan kelas VI yang juga
memiliki prilaku buruk . 52
Kemudian selanjutnya peneliti melakukan observasi pada pelaku bullying
yang berinisial DP. Saat guru mengajar didepan kelas, DP tidak memperhatikan
penjelasan gurunya dan terus mengganggu teman sebangkunya, terkadang DP
membuat kapal-kapalan dari kertas kemudian melemparkannya ke teman-
temannya, apabila DP merasa jengkel dengan temannya dia langsung memukul
temannya.53 Pada saat peneliti melakukan wawancara kepada DP mengakui
ketika DP jengkel dengan temannya maka DP akan memukulnya.
Hasil observasi yang peneliti lakukan di dukung dengan pernyataan dari
wali kelas III C yaitu ibu Kherun Nisak. Menurut ibu Kherun Nisak perilaku
bully yang di lakukan oleh AP dan DP dianggap terlalu berlebihan, seperti
pernyataan yang diberikan pada saat peneliti melakukan wawancara dengan ibu
Khaerun Nisak, sebagai berikut :
Pernah terjadi bully didalam kelas yang saya anggap yang dilakukan terlalu keras, mungkin yang lain menganggap sesuatu yang wajar, tapi menurut saya bully yang di lakukan terlalu berlebihan. Ada dua anak yang melakukan bully yaitu DP dan AP.54
Selanjutnya peneliti melakukan observasi di kelas VA, dalam kelas VA
ada salah satu siswa yang berinisial G yang menjadi pelaku bullying. Pada saat
pembelajaran berlangsung G memperhatikan guru yang mengajar di depan kelas,
52 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, 12 Mei 2018 53 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, 12 Mei 2018 54 Khaerun Nisak, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Jum’at, 11 Mei 2018
61
akan tetapi pada saat guru meninggalkan kelas G suka menganggu teman
kelasnya, dan tidak jarang G kedapatan oleh guru kelas pada saat menganggu
temannya dan pada saat jam istirahat pun G pernah kedapatan sedang memukul
teman ataupun menganggu adik kelasnya.55
Hasil observasi peneliti diperkuat dengan pernyataan dari wali kelas VA
ibu Anik Sulistyowati pada saat peneliti melakukan wawancara dan
menanyakan tentang bullying fisik yang sering terjadi di sekolah dan di dalam
kelas, ibu Anik mengatakan : “berkelahi dan memukul, biasanya dalam kelas
saling memukul tangan”.56
Adapun pernyataan yang diberikan oleh bapak kepala sekolah tentang
bullying fisik yang sering terjadi di sekolah adalah sebagai berikut : “Ada
semacam perlakuan dari kelompok anak yang merasa dirinya lebih besar,
kadang-kadang sering menyakiti kepada adik-adik kelasnya. Bullying fisik yang
sering terjadi seperti memukul atau berkelahi.” 57
Selanjutnya siswa kelas III yang berinisial AP suka mengejek temannya,
seperti mengatakan “bodoh” kepada teman-temannya, begitupun dengan DP ia
sangat senang menakut-nakuti teman kelasnya menggunakan mainan ular atau
laba-laba yang terbuat dari karet.58 Pada saat peneliti melakukan wawancara
55 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, Rabu, 30 Mei 2018 56 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Senin 28 Mei 2018 57 Marzuki, Wawancara, Ruang Kepala Sekolah MIN 1 Matarm, Senin, 7 Mei 2018 58 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, Senin, 7 Mei 2018
62
dengan AP , menanyakan tentang apabila ada temannya yang berpenampilan
aneh AP mengatakan “ iya saya ejek “.59
Berdasarkan wawancara dengan wali kelas III C, ibu Khaerun Nisak pada
saat peneliti menanyakan tentang apakah ada siswa yang menunjukkan gerakan-
gerakan tubuh yang bersifat mengintimidasi siswa lain seperti mengancam atau
menakut-nakuti temannya ibu Kherun Nisak mengatakan “kalau mengancam
tidak ada, hanya menakut-nakuti saja.”60
Kemudian peneliti melakukan observasi di kelas VA, peneliti melihat ada
beberapa siswa yang suka mengejek nama orangtua temannya, salah satunya
adalah G. Siswa yang berinisial G ini sangat senang mengejek teman
perempuannya, G melakukan hal tersebut dengan rasa senang.61 Selanjutnya
peneliti melakukan observasi pada pelaku bullying yang berinisial I, I memiliki
tubuh yang besar jika dibandingkan dengan teman-teman perempuannya, I
memiliki watak yang keras, I tidak segan-segan untuk membentak teman-
temannya apabila tidak sependapat dengan I.62 Hasil observasi peneliti diperkuat
dengan pernyataan dari wali kelas VA ibu Anik Sulistyowati, pada saat peneliti
menanyakan apakah ada siswa yang mengejek temannya, ibu Anik Sulistyowati
mengatakan “iya ada, biasanya saling mengejek memanggil nama orangtua.”63
59 AP, Wawancara, Ruang kelas III MIN 1 Mataram, Sabtu 12 Mei 2018 60 Khaerun Nisak, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Jum’at 11 mei 2018 61 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, Rabu 9 Mei 2018 62 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, MIN 1 Mataram, Rabu 9 Mei 2018 63 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang Kelas V MIN 1 Mataram, Senin 28 Mei 2018
63
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan bapak kepala sekolah,
peneliti menanyakan apakah pernah mendengar ada siswa yang mengejek
temannya, kemudian bapak kepala sekolah menjawab “ iya ada semacam
gertakan-gertakan”.64 Pernyataan dari bapak kepala sekolah juga di perkuat
dengan pernyataan dari bapak Ahmad Azazi selaku guru bidang kesiswaan, saat
peneliti menanyakan apakah ada siswa yang suka mengejek temannya atau suka
menakut-nakuti sampai mengancam temannya, kemudian bapak Ahmad Azazi
menjawab “ kalau saling ejek satu sama lain kadang-kadang terjadi, menakut-
nakuti juga ada, tapi tidak sampai mengancam temannya.”65
Jadi berdasarkan hasil penelitian, bentuk-bentuk bullying fisik yang
sering terjadi di MIN 1 Mataram adalah memukul, mendorong dan berkelahi,
sedangkan bullying verbal yang terjadi di MIN 1 Mataram adalah mengejek,
menggertak dan mengejek nama panggilan orang tua.
D. Latar Belakang Terjadinya Bullying di MIN 1 Mataram
Peneliti melakukan observasi ke lingkungan tempat tinggal siswa-siswi
MIN 1 Mataram, terutama siswa- siswi yang menjadi pelaku bullying. AP
memiliki rumah yang dekat dengan lokasi MIN 1 Mataram, setelah pulang
sekolah AP mengganti seragam sekolah dan kemudian bermain bersama teman-
temannya, AP bermain dengan teman sebayanya akan tetapi AP juga bermain
dengan kakak kelasnya yang juga bersekolah di MIN 1 Mataram. Pada saat AP
64 Marzuki, Wawancara, Ruang Kepala sekolah MIN 1 Mataram, Senin 7 Mei 2018 65 Ahmad Azazi, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Rabu 9 Mei 2018
64
bermain bersama teman-temannya, AP suka mendorong-dorong kepala temannya,
AP melakukan hal tersebut berulang-ulang kali.66
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan orang tua AP untuk
mengetahui kegiatan sehari-hari AP setelah pulang sekolah. Peneliti menanyakan
apakah pernah membantu atau menamani AP saat mengerjakan PR, jawaban dari
orang tua AP adalah sebagai berikut : “iya kadang-kadang, soalnya AP punya
adik yang masih kecil jadi saya lebih banyak mengurus adik kecilnya”. 67
Kemudian peneliti menanyakan pada saat AP melakukan kesalahan, apa
yang dilakukan, kemudian orang tua AP menjawab “langsung saya marahi,
supaya dia tahu apa salahnya”. 68 Selanjutnya peneliti menanyakan apa film yang
suka ditonton AP saat di rumah, orang tua AP menjawab “biasanya dia suka
nonton film yang di SCTV itu, Anak Langit”.69
Pernyataan dari orang tua AP didukung dengan pernyataan dari AP, pada
saat peneliti menanyakan ketika AP tidak melakukan perintah dari orang tua, apa
yang di lakukan orang tua AP, kemudian AP menjawab “di marahi dan
dipukul”.70 Kemudian peneliti menanyakan apa film yang suka di tonton ketika di
rumah, kemudian AP menjawab “film anak langit, soalnya si Al jago berantem”.71
66 Bentuk-bentuk bullying, Observasi, Punia, Sabtu 21 Juli 2018 67 Orang tua AP, Wawancara, Punia, Sabtu 21 Juli 2018 68 Orang tua AP, Wawancara, Punia, Sabtu 21 Juli 2018 69 Orang Tua AP, Wawancara, Punia, Sabtu 21 Juli 2018 70 AP, Wawancara, Ruang kelas III MIN 1 Mataram, Sabtu 12 Mei 2018 71 Ap, Wawancara, Ruang kelas III MIN 1 Mataram, Sabtu 12 Mei 2018
65
Kemudian peneliti melakukan observasi ke lingkungan tempat tinggal DP
yaitu di kekalek, rumah DP berada jauh dari sekolah, ketika pulang sekolah DP
berjalan kaki menuju rumah. Setelah pulang sekolah DP langsung bermain
dengan teman-teman lingkungan sekitarnya, salah satu teman DP adalah anak
SMP yang usianya jauh lebih tua dibandingkan dengan usia DP.72 Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan orang tua DP. Peneliti menanyakan
apakah sering melakukan makan bersama ketika di rumah, dan orang tua DP
menjawab “jarang bisa makan bersama, soalnya saya biasa kerja sampai malam,
jadi jarang bisa makan bersama”.73 Kemudian peneliti menanyakan apakah sering
membantu atau menemani DP saat mengerjakan PR, lalu orang tua DP menjawab
“iya kadang-kadang”.74Selanjutnya peneliti menanyakan tayangan televisi yang
suka di tonton oleh DP kemudian, orang tua DP menjawab “biasanya di suka
nonton Upin Ipin, film-film anak kecil itu, sama film Anak Langit dia suka
tonton”.75
Hasil observasi dan pernyataan dari orang tua DP didukung dengan
pernyataan dari DP pada saat peneliti melakukan wawancara dan menanyakan,
pada saat di rumah biasa bermain dengan siapa, lalu DP menjawab “dengan anak
SMP”.76 Kemudian peneliti menanyakan tayangan televisi yang suka ditonton
ketika dirumah, dan DP menjawab “ Upin Ipin dan Anak Langit “, lalu peneliti
72 Latar belakang terjadi bullying, Observasi, Kekalek, Senin, 23 Juli 2018 73Orang tua DP, Wawancara, Kekalek, Senin 23 Juli 2018 74 Orang tua DP, Wawancara, Kekalek, Senin 23 Juli 2018 75 Orang tua DP, Wawancara, Kekalek, Senin 23 Juli 2018 76 DP, Wawancara, Ruang kelas III MIN 1 Mataram, Sabtu 12 Mei 2018
66
melanjutkan wawancara dan menanyakan apakah DP suka meniru adegan dari
tayangan televisi yang di tonton, kemudian DP menjawab “ Iya”.77
Kemudian hari berikutnya peneliti melakukan observasi ke lingkungan
tempat tinggal salah satu siswa yaitu siswa berinisial G, lokasi rumah G jauh dari
sekolah , G tinggal di labu api, dan G selalu di antar jemput menuju ke sekolah
oleh orang tua G. Setelah pulang sekolah G tidak langsung bermain dengan
teman-temannya, ketika sore hari G biasa bermain dengan teman-teman sekitar
rumah dan bermain bersama adiknya. G terlihat lebih pendiam ketika berada
dirumah. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan orang tua G dan
menanyakan apakah sering membantu atau menemani G saat mengerjakan PR
ketika di rumah, lalu orang tua G menjawab “ kalau kita tidak sibuk, kita berusaha
mendampingi “.78 Selanjutnya peneliti menanyakan pada saat G melakukan
kesalahan, apa yang orang tua G lakukan, kemudian orang tua G menjawab
“dimarahi, kalau kesalahan yang dibuat sangat keterlaluan biasanya dipukuli,
karena anak tidak boleh dimanja-manja, kita lakukan hal tersebut agar dia tau
kesalahan yang dilakukan dan tidak mengulanginya kembali “. 79 Kemudian
peneliti menanyakan tayangan televisi yang disukai oleh G, dan orang tua G
menjawab, “film Anak Langit biasanya kita nonton bersama dirumah”.80
77 DP, Wawancara, Ruang kelas III MIN 1 Mataram, Sabtu 12 Mei 2018 78 Orang tua G, Wawancara, Labuapi, Selasa 24 Mei 2018 79 Orang tua G, Wawancara, Labuapi, Selasa 24 Mei 2018 80 Orang tua G, Wawancara, Labuapi, Selasa 24 Mei 2018
67
Pernyataan dari orang tua G didukung oleh pernyataan dari G pada saat
peneliti melakukan wawancara dan menanyakan saat G tidak melakukan perintah
dari orang tua, apa yang di lakukan oleh orang tua G, lalu G menjawab “ biasanya
dipukul pakai rotan “.81 Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dan
menanyakan tayangan televisi yang disukai oleh G, kemudian G menjawab “ anak
langit saya suka karena ada boy nya”.82
Penelitian berikutnya, peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah
salah satu siswa yang berinisial I, lokasi rumah I berada di Karang Pule, ketika
berada di rumah I terlihat jarang bermain dengan teman-temannya. Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan orang tua I , dan menayakan pada saat I
melakukan kesalahan, apa yang orang tua I lakukan, kemudian I menjawab “iya
kita marahi”.83 Kemudian peneliti menanyakan apakah pernah mendengar I
berkata kasar ketika dirumah, lalu orang tua I menjawab “jarang saya dengar,
hanya sering marah-marah aja, marahin adiknya gitu “84 Pernyataan dari orang tua
I di dukung dengan pernyataan I pada saat peneliti melakukan wawancara dan
menanyakan, ketika I tidak melakukan perintah dari orang tua, apa yang
dilakukan oleh orang tua I, kemudia I menjawab “ di marahi, gak dikasih uang
jajan ke sekolah biasanya “.85 Kemudian peneliti menanyakan apakah pernah
81 G , Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Selasa 29 Mei 2018 82 G , Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Selasa 29 Mei 2018 83 Orang tua I, Wawancara, Karang Pule, Rabu 25 Juli 2018 84 Orang tua I, Wawancara, Karang Pule, Rabu 25 Juli 2018 85 I , Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Selasa 29 Mei 2018
68
melihat atau menyaksikan pertengkaran di rumah, kemudian I menjawab “ iya
sering lebih dari 3 kali “. 86
Jadi berdasarkan paparan data tersebut, latar belakang terjadinya bullying
di sekolah adalah faktor lingkungan keluarga, orang tua yang kurang
memperhatikan anaknya, anak sering mendapat perlakuaan kasar dari orang tua
dan anak terbiasa melihat terjadinya kekerasan atau perkelahian ketika berada di
rumah. Faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan pergaulan, anak-anak
bermain dengan teman yang tidak sebaya, usia teman bermain jauh lebih tua
dibandingkan usia anak, dan pada saat bermain selalu berbuat kekerasan. Dan
faktor terakhir adalah faktor tayangan televisi dari hasil wawancara, pelaku
bullying senang menonton film Anak Langit yang mengandung unsur percintaan
dan kekerasan dan tidak sesuai untuk di tonton pada usia anak-anak.
E. Upaya guru dalam mengatasi bullying di MIN 1 Mataram
Strategi guru adalah bagaimana cara yang dilakukan oleh guru dalam
mengatasi bullying di madrasah. Strategi guru digunakan sebagai tolak ukur dari
keberhasilan guru dalam mengatasi bullying di MIN 1 Mataram. Peneliti
melakukan observasi mengenai strategi guru dalam mengatasi bullying, salah satu
nya adalah guru memberikan hukuman, ketika ada siswa yang memukul
temannya atau mengganggu teman-temannya pada saat proses belajar mengajar
maka guru akan memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Selain itu peneliti
86 I , Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Selasa 29 Mei 2018
69
melihat guru-guru di MIN 1 Mataram selalu memberikan berupa nasehat-nasehat
kepada siswa- siswi setelah kegiatan membaca doa bersama di lapangan ataupun
masing-masing guru memberikan himbauan pada saat pembelajaran agar siswa-
siswi menghindari perbuatan buruk .87
Observasi peneliti didukung dengan pernyataan dari salah satu guru yaitu
ibu Anik, pada saat peneliti melakukan wawancara dan menanyakan apa yang ibu
lakukan ketika ada siswa yang melakukan bullying kepada teman-temannya,
kemudian ibu Anik mengatakan: “ Dari awal semester kita sudah membuat
perjanjian dalam kelas, apabila ada yang memukul temannya maka akan
menerima hukuman begitupun apabila ada yang mengolok-olok atau mengejek
temannya “.88
Begitu juga pernyataan dari guru bidang kesiswaan, pada saat peneliti
menanyakan bagaiamana upaya guru dalam mengatasi bullying, bapak Ahmad
Azazi menjawab “apabila ada siswa yang melakukan bully, maka kita memanggil
siswa tersebut, kita berikan hukuman. Kemudian menesehati dan menyadarkan
anak agar tidak melakukan bullying lagi.”89
Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan G siswa kelas VA,
peneliti menanyakan pada saat G melanggar peraturan sekolah, apa yang guru
87 Strategi guru mengatasi bullying, Observasi, MIN 1 Matara, Selasa 22 Mei 2018 88 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Senin 28 mei 2018 89 Ahmad Azazi, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Rabu 9 Mei 2018
70
lakukan, kemudian G menjawab “ dihukum, biasanya disuruh berdiri di pojokan
kelas “.90
Guru-guru di MIN 1 Mataram selalu memberikan himbauan atau nasehat
kepada siswa di MIN 1 Mataram untuk menghindari terjadinya bullying di
sekolah, berikut pemaparan dari ibu Khaerun Nisak wali kelas III C “biasanya
kita memberikan siraman-siraman rohani, dan menesehati anak-anak. kalau
himbauan atau nasehat kita selalu berikan dan mengarahkan untuk kembali
berperilaku baik.”91
Selanjutnya pemaparan yang diberikan oleh wali kelas VA ibu Anik,
selain menggunakan hukuman, biasanya ibu Anik menyelipkan tentang dampak
dan akibat apabila melakukan bullying pada saat pelajaran PKN atau budi pekerti,
seperti pernyataanya berikut ini :
Biasanya kita selipkan pada pelajaran PKN atau budi pekerti untuk memberitahukan untung dan rugi serta akibat apabila melakukan hal tersebut. Kita memberitahukan pada mereka, bahwa mereka saudara jadi mereka dalam kelas itu sama dengan saudaranya.92
Pengawasan tetap dilakukan oleh guru-guru di MIN 1 Mataram, untuk
melihat perkembangan setiap prilaku siswa baik itu yang menjadi pelaku
bulying ataupun tidak. Berikut pernyataan dari bidang kesiswaan pada saat
peneliti melakukan wawancara :
Untuk mengevaluasinya kita tetap melakukan pengawasan, apabila masih mengulang maka kami memanggil lagi siswa tersebut dan
90 G , Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Selasa 29 Mei 2018 91 Khaerun Nisak, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Jum’at 11 mei 2018 92 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Senin, 28 Mei 2018
71
menanyakan apa yang diinginkan oleh anak agar tidak melakukan bullying lagi.93
Selanjutnya pada saat peneliti melakukan wawancara dengan ibu
Kherun Nisak wali kelas III C, pada saat peneliti menanyakan tetap
melakukan pengawasan kepada siswa pelaku bullying, kemudian ibu Khaerun
Nisak menjawab “ Insyaallah tetap di awasi “.94
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan ibu Anik
Sulistyowati wali kelas VA, pada saat peneliti menanyakan pertanyaan yang
sama, ibu Anik sulistyowati, mengatakan “ Iya, kita tetap melakukan
pengawasan”. 95
Untuk mengapresiasi siswa yang mampu merubah sikapnya menjadi
lebih baik, maka guru-guru memberikan penghargaan, penghargaan yang
diberikan masih hanya sebatas pujian saja belum penghargaan yang berupa
barang, seperti yang dikatakan oleh ibu Khaerun Nisak, pada saat peneliti
menanyakan tentang apakah pernah memberikan penghargaan kepada siswa
yang bisa sikapnya menjadi lebih baik, kemudian ibu Khaerun Nisak
menjawab, “Pernah saya memberikan penghargaan pada salah satu siswa
yaitu “MS” karena bisa merubah sikapnya, tetapi penghargaannya hanya
memberikan pujian langsung di depan teman- temannya”. 96
93 Ahmad Azazi, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Rabu, 9 mei 2018 94 Khaerun Nisak, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Jum’at 11 Mei 2018 95 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Senin, 28 Mei 2018 96 Khaerun Nisak, Wawancara, Ruang Guru MIN 1 Mataram, Jum’at 11 mei 2018
72
Begitupun yang dikatakan oleh wali kelas VA, juga memberikan
penghargaan kepada siswanya, seperti yang dikatakan berikut ini, “Sejauh ini
penghargaan yang diberikan masih memberikan pujian saja, belum
memerikan hadiah yang nyata.97
Bekerjasama dengan orangtua siswa diperlukan untuk mencari solusi
atau jalan keluar dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa, apabila
ada siswa yang melanggar peraturan dan melakukan tindakan bullying, maka
pihak sekolah akan memanggil orang tua siswa ke sekolah. Seperti pernyataan
yang diberikan oleh bapak kepala madrasah berikut ini :
Pada saat wali murid menyerahkan anaknya untuk bersekolah ke madrasah ini, kami sudah membuat surat perjanjian dan pernyataan bahwa akan patuh dan tunduk terhadap peraturan madrasah yang ada, jadi apabila ada yang melanggar peraturan maka kami akan memanggil orang tua siswa yang melanggar peraturan.98
Begitu pun pernyataan yang diberikan oleh ibu Anik Sulistyowati wali
kelas VA, pada saat peneliti menanyakan apa yang dilakukan apabila ada
siswa yang melakukan bullying, berikut pernyataan yang diberikan oleh Anik
Sulistyowati.
Untuk strateginya maka kita harus bekerjasama dengan orang tua, sayangnya kalau orang tua di panggil ke sekolah meraka sudah bernegatif thinking padahal sebenarnya kita saling sharing, saling cari solusi, mungkin orang tua merasa putra-putrinya sudah besar, sudah cukup di didik di rumah sehingga kalau ada panggilan dari sekolah sudah benegatif duluan, padahal anak-anak yang kelihatan diam di rumah kadang melampiskan ketika di sekolah. Mungkin untuk harapan
97 Anik Sulistyowati, Wawancara, Senin, 28 mei 2018 98 Marzuki, Wawancara, Ruang Kepala Sekolah MIN 1 Mataram, Senin, 7 Mei 2018
73
kedepannya, orangtua bisa lebih terbuka untuk sharing dan mencari solusi.99
Jadi berdasarkan paparan data tersebut, upaya guru dalam mengatasi
bullying di MIN 1 mataram adalah dengan memberikan hukuman, guru-guru
selalu memberikan himbauan ataupun nasehat baik ketika setelah kegiatan
baca doa bersama ataupun pada saat pembelajaran didalam kelas. Untuk
mengevaluasi dari perkembangan perilaku anak guru tetap melakukan
pengawasan untuk melihat perubahan tingkah laku siswa. Kepada siswa yang
mampu merubah perilakunya dari buruk menjadi lebih baik, guru-guru
memberikan penghargaan berupa pujian-pujian kepada siswa. Selain itu guru
juga melibatkan orang tua siswa untuk bekerja sama dan mencari solusi
bersama untuk menangani masalah yang di hadapi siswa.
99 Anik Sulistyowati, Wawancara, Ruang kelas V MIN 1 Mataram, Senin, 28 Mei 2018
74
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bentuk- bentuk bullying di MIN 1 Mataram
Setiap lembaga pendidikan pasti pernah mengalami masalah-masalah
selama berada di lingkungan sekolah, salah satunya adalah masalah bullying.
Bullying merupakan masalah yang tidak harus disepelekan akan tetapi masih
banyak guru yang menganggap bahwa bullying merupakan sebuah tindakan yang
wajar dan merupakan sesuatu yang normal dalam perkembangan siswa.
Setiap perilaku agresif, apapun bentuknya pasti memiliki dampak buruk
bagi korbannya. Korban bullying akan mengalami berbagai macam gangguan
yang meliputi rasa tidak nyaman, takut, rendah diri, penyesuaian sosial yang
buruk di mana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah,
menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena mengalami
kesulitan untuk berkonstrasi dalam belajar.
Menurut Heddy Shri Ahimasa Putra dalam Wiyani, kekerasan yang paling
banyak dialami oleh anak adalah kekerasan fisik dalam banyak bentuk dan
variasinya. Lokasi kekerasan yang dialami anak sebagian besar di rumah,
kemudian di sekolah, dan di tempat umum.100
100 Novan Ardy Wiyani,Save Our Children From School Bullying,(Yogyakarta:AR-RUZZ
MEDIA,2012 ),hlm.17
74
75
Begitu pula bentuk-bentuk bullying yang sering terjadi di MIN 1
Mataram. Berdasarkan hasil penelitian salah satu bullying yang sering terjadi
adalah bullying fisik yang merupakan jenis bullying yang kasat mata, siapa
pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying
terhadap korbannya. Bullying fisik yang sering terjadi di MIN 1 Mataram
berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti adalah memukul,
mendorong bahkan berkelahi, pelaku melakukan hal tersebut karena pelaku
merasa kesal kepada korban.
Selain bullying fisik ada juga bullying verbal, bullying verbal juga
jenis bullying yang terdeteksi karena bisa tertangkap oleh indra pendengaran
kita, menurut Amy Huneck dalam Wiyani mengungkapkan “bahwa 10-60%
siswa di Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan,
pemukulan, tendangan ataupun dorongan sedikitnya sekali dalam
seminggu”.101 Bullying verbal yang terjadi di MIN 1 Mataram berdasarkan
penelitian adalah mengejek, menggertak dan mengejek nama panggilan orang
tua. Siswa melakukan bullying melakukan bullying verbal karena merasa
senang jika melakukan hal tersebut.
Jadi bentuk-bentuk bullying yang terjadi di MIN 1 Mataram adalah :
1. Bullying fisik ( memukul, mendorong dan berkelahi ) 2. Bullying verbal ( mengejek, menggertak dan mengejek nama
panggilan orang tua )
101 Ibid.,hlm. 18
76
B. Latar Belakang Terjadinya bullying di MIN 1 Mataram
Tidak ada penyebab tunggal dari bullying diantara anak-anak. Banyak
faktor yang terlibat di dalamnya, seperti faktor individu, keluarga, teman-teman,
sekolah, dan lingkungan tempat tinggal, semua itu dapat menempatkan anak pada
resiko terlibat bullying baik menjadi pelaku maupun korban bullying.
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan dan
mendewasakan anak, di dalamnya anak mendapat pendidikan pertama kali, oleh
karena itu keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak,
keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan
keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif bagi perkembangan anak.
Menurut Andri Priyatna, anak-anak yang menjadi pelaku bullying
kebanyakan adalah anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan rasa
nyaman dalam keluarganya, anak yang mendapat kekerasan yang ditunjukkan
oleh orang tua akan tercermin dalam perilaku agresif anak dan prilaku
menyimpang anak lainnya. Pelaku dan korban bullying adalah anak yang telah
biasa mengalami penganiayaan oleh salah satu atau kedua orang tua mereka di
rumah.102
Sangatlah penting bagi orang tua untuk selalu mencari yang terbaik dalam
pengasuhan anak, semua orang tua seharusnya melakukan pengasuhan yang
wajar, tidak terlalu ketat ataupun sebaliknya tidak terlalu longgar. Memperhatikan
102 Andri Priyatna,Let’s End Bullying : Memahami, Mencegah, dan Mengatasi
Bullying,(Jakarts : PT Elex Media Komputindo,2010), hlm. 101-103
77
lingkungan bermain anak juga sangat penting, orang tua bertanggung jawab
dalam menyediakan lingkungan yang dapat membuat interaksi pertemanan yang
positif antara anak.
Latar belakang pelaku bullying di MIN 1 Mataram melakukan bullying
kepada teman-temannya adalah karena faktor keluarga Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan para pelaku bullying, rata-rata siswa yang menjadi
pelaku bullying karena mendapat perlakuan kasar dari orang tua ketika berada di
rumah, kurang memperhatikan anaknya karena terlalu sibuk bekerja dan akibat
perceraian orang tua anak menjadi kurang perhatian, selanjutnya karena anak di
berlakukan secara tidak adil ketika berada di rumah, orang tua suka
membandingkan anak dengan saudara-saudaranya yang lain yang menyebabkan
anak merasa kesal sehingga melampiaskan kekesalannya ketika berada di sekolah.
Selain dari faktor keluarga, faktor pergaulan siswa juga dapat menjadi
salah satu penyebab siswa melakukan bullying. Anak-anak yang bergaul atau
berinteraksi dalam sekolah maupun dengan teman sekitar rumah kadang kala
terdorong untuk melakukan bullying. Apabila anak-anak berteman dengan
temannya yang memiliki sifat buruk, maka anak tersebut juga akan memiliki sifat
buruk. Dari hasil observasi dan wawancara, pelaku bullying di MIN 1 Mataram
memang senang bermain dengan kakak kelasnya yang juga memiliki sifat buruk
dan bahkan ada pelaku bullying yang ketika berada di rumah bermain dengan
anak SMP bukan dengan anak seusianya, hal tersebut akan berpengaruh pada
kepribadian anak yang akan menyebabkan anak akan berkembang tidak sesuai
78
dengan usianya, maka intensitas untuk melakukan bullying sangat besar karena
menganggap dirinya lebih besar dibandingkan dengan temanya yang lain.
Mendampingi anak ketika menonton televisi juga sangat penting, memilih
tontonan yang sesuai dengan usia anak, karena anak cenderung meniru apa yang
dilihat. Tayangan televisi merupakan salah satu faktor anak melakukan bullying,
seperti yang diungkapkan oleh Abdul Rahman Assegaf dalam Wiyani berikut ini :
Kekerasan dalam pendidikan juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media massa, khususnya TV sebagai media massa berbasis audio visual yang mampu memberikan efek dramatisasi visual sangat kuat bagi pemirsanya.103
Tayangan televisi juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
terjadi nya bullying di sekolah, karena pada usia anak-anak SD/MI lebih cendrung
untuk menirukan apa yang lihat atau yang di tonton. Tayangan televisi yang tidak
mendidik akan berpengaruh buruk pada kepribadian anak, untuk itu ketika berada
di rumah sebaiknya orangtua harus ikut mendampingi anak ketika menonton
televisi.
Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa yang menjadi pelaku bullying
di MIN 1 Mataram sangat suka menonton televisi, rata-rata siswa menyukai film
“Anak Langit”, film yang tidak semestinya untuk ditonton pada usia anak SD/MI
karena film tersebut mengandung unsur percintaan dan kekerasan.
Jadi, beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya bullying di MIN 1
Mataram adalah :
103 Novan Ardy Wiyani,Save Our Children From School Bullying,(Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA,2012 ),hlm.21
79
1. Faktor resiko keluarga. 2. Faktor pergaulan. 3. Faktor tayangan televisi.
C. Upaya Guru Dalam Mengatasi Bullying di MIN 1 Mataram
Strategi yang dilakukan oleh guru tujuannya yaitu guna mencapai
pembelajaran yang kondusif dan merubah perilaku siswa kearah yang lebih baik
lagi dan dikehendaki. Beberapa strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi
bullying harus dijalankan secara serius kepada siswa dan tentunya tepat sasaran.
Menurut Andri Priyatna, guru harus membuka diri untuk menerima
keluhan atau laporan dari semua siswanya seputar bullying, setelah itu guru harus
menindaklanjuti langkah-langkah apa yang akan diambil untuk
menyelesaikannya. Guru juga harus memberikan penghargaan kepada siswa yang
berjasa menolong kawan yang mengalami bullying, kemudian melibatkan orang
tua dalam proses pencegahan bullying agar orang tua mendapatkan jaminan
bahwa anak mereka memang terjammin keamanannya dan keselamatan dari
sekolahnya, sehingga mereka dapat belajar dengan nyaman dan optimal.104
Dari hasil observasi dan wawancara ada beberapa strategi yang di lakukan
oleh guru MIN 1 Mataram dalam mengatasi bullying, diantaranya yaitu :
1. Memberikan Hukuman
Memberikan hukuman kepada siswa pelaku bullying mampu
mendisiplinkan siswa pelaku bulling serta siswa pelaku bullying merasa jera,
104 Andri Priyatna, “Let’s End Bullyin…, hlm. 55-56
80
untuk siswa lainnya yang berpotensi menjadi pelaku bullying dapat
menghindari bullying.
2. Memberikan himbauan/ nasehat
Strategi ini dilakukan guna memberikan informasi yang mendalam
tentang bullying, dengan memberikan pemahaman serta himbauan untuk
menghindari bullying, diharapkan intensitas bullying akan berkurang.
Himbauan/ nasehat biasanya dilakukan pada saat pembelajaran dalam kelas,
menyelipkan disela-sela pelajaran berlangsung memberitahukan dampak
apabila melakukan bullying.
3. Melakukan pengawasan
Guru-guru di MIN1 Mataram tetap melakukan pengawasan baik
kepada pelaku bullying maupun kepada siswa lainnya. Dengan melakukan
pengawasan maka bagi para siswa pelaku bullying idak akan melakukan
bullying lagi, sedangkan bagi para siswa lainnya sebagai aturan disiplin untuk
mencegah agar tidak melakukan perilaku yang demikian.
4. Memberikan penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa pelaku bullying merupakan
bentuk penghargaan guru untuk siswa pelaku bullying karena mampu
merubah sikapnya dari siswa yang sering membully teman hingga berubah
menjadi siswa yang memiliki kepribadian positif. Pemberian penghargaan
81
merupakan penguatan positif yang diberikan guru ke siswa dengan berbagai
bentuk.
5. Bekerjasama dengan orang tua atau memanggil orang tua ke madrasah
Bekerjasama dengan orang tua siswa dianggap sangat dibutuhkan
untuk menangani masalah bullying yang terjadi pada siswa, karena orang tua
sangat berperan dalam perkembangan kepribadian anak dan menjadi
pendidikan awal anak ketika berada di rumah. Guru dengan orang tua bekerja
sama untuk memecahkan masalah ataupun mencari solusi bersama untuk
menangani masalah yang dihadapi siswa.
Jadi, beberapa strategi guru dalam mengatasi bullying di MIN 1
Mataram adalah :
1. Memberikan hukuman 2. Memberikan himbauan / nasehat 3. Melakukan pengawasan 4. Memberikan penghargaan 5. Bekerjasama dengan orang tua atau memanggil orang tua siswa ke
madrasah.
82
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bentuk- bentuk bullying yang terjadi meliputi bullying fisik ( memukul,
mendorong dan berkelahi) dan bullying verbal ( mengejek, menggertak
dan mengejek nama panggilan orang tua )
2. Penyebab terjadinya bullying sangat besar di pengaruhi oleh faktor
keluarga seperti korban perceraian orang tua ( broken home), orang tua
yang tidak berpendidikan, kurang mendapat perhatian orang tua, dan
sudah terbiasa mendapat perlakuan kasar dari orang tua. Penyebab lain
yang membuat siswa melakukan bullying adalah lingkungan pergaulan
yang buruk dan tayangan televisi yang tidak mendidik.
3. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi bullying diantaranya,
yaitu (a) memberikan hukuman, (b) memberikan himbauan / nasehat, (c)
melakukan pengawasan, (d) memberikan penghargaan, dan (e)
bekerjasama dengan orang tua atau memanggil orang tua siswa ke
madrasah.
82
83
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka berikut akan diutarakan
beberapa pemikiran sebagai masukan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
MIN 1 Mataram untuk mencegah terjadinya bullying.
1. Bagi sekolah dan guru
Pihak sekolah terutama guru kelas ada baiknya meningkatkan
pemahaman mengenai bullying sehingga dapat mengetahui. Mencegah
dan menangani bullying secara dini.
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan
menghargai dan menghormati kekurangan ataupun kelebihan yang
dimiliki oleh orang lain agar terhindar dari bullying.
3. Bagi orang tua
a. Disarankan untuk bekerja sama dengan pihak sekolah dalam mendidik
anaknya, untuk menghasilkan pendidikan yang lebih baik dan
bermutu.
b. Para orang tua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi
anak serta menciptakan hubungan yang hangat antar anggota keluarga.
84
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. Metodologi Penelitian kualitatif. Yogyakarta : AR-RUZ MEDIA,2016
Darmalina,Bibit. “ Perilaku School Bullying di SDN Grindang, Hargomulyo,
Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta”. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014
Geldard, Kathryn. Konseling Remaja Intervensi Praktis Bagi Remaja
Berisiko. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR,2012 Hamdani. Startegi Belajar Mengajar. Bandung : CV.PUSTAKA SETIA,
2011 Kustanti, Erin Ratna. “ Gambaran Bullying Pada Pelajar di Kota Semarang”.
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 14, Nomor 1, April 2015 Kusuma, Monicka Putri. “Prilaku School Bullying pada Sekolah Dasar Negeri
Delegan 2. Dinginan, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta”. Skripsi , Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2014
Lestari, Windy Sartika. “ Analisis Faktor – Faktor Penyebab Bullying di
Kalangan Peserta Didik “. Sosio Didaktika, Vol. 3, Nomor 2, 2016 Moleong, Lexy J. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung : PT. REMAJA
ROSDAKARYA, 2014
Mufrihah, Arina . “Perundungan Reaktif di Sekolah Dasar dan Intervensi
Berbasis Nuansa Sekolah”. Jurnal Psikologi, Vol 43, Nomor 2, 2016,
Novalia, Ricca. “ Dampak Bullying Terhadap Kondisi Psikososial Anak di Perkampungan Sosial Pingit”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006
Priyatna, Andri. Let’s End Bullying.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2010
85
Putri, Felinda Arini dan Totok Suyanto. “ Strategi Guru Dalam Mengatasi Prilaku Bullying di SMP Negeri 1 Mojokerto”.Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 1, Nomor 04, 2016
Santrock, John W. Perkembangan Anak.Jakarta : Erlangga,2007
Sucipto. “ Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya”.Psikopedagogia, Vol. 1, Nomor. 1, Juni 2012
Satori, Djam’an dan Aan Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung
: Alfabeta, 2014 Sugiyono. Metode Penelitian ( pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R& D).
Bandung: Alfabeta, 2008 Wiyani, Novan Ardy. Save Our Children From School Bullying .Yogyakarta :
AR-RUZZ MEDIA, 2012 Zakiyah, Ela Zain. Dkk. “Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM, Vol. 4, Nomor. 2, Juli 2017
Haryanto, Andy. “Pelajar Pelaku Bullying di Thamrin City di Keluarkan dari Sekolah”, dalam http://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3026316/pelajar-pelaku-bullying-di-thamrin-city-dikeluarkan-dari-sekolah, diakses tanggal 22 Februari 2018, pukul 09.54
Tempo.co,“Siswa SD di Kediri Jadi Korban Bullying Alami Infeksi Otak”,
dalam http://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1055133/siswa-sd-di-kediri-jadi-korban-bullying-alami-infeksi-otak, diakses tanggal 22 Februari 2018, pukul 10.06
86
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi
No Rumusan
Masalah Indikator
Jawaban
Ya
Tidak
1.
Bentuk-
bentuk
bullying di
MIN 1
Mataram
1.Fisikal - Memukul
- Mendorong
- Menendang
- Merusak benda-
benda milik
korban
- Mencuri
√
√
√
√
2. Verbal - Mengancam
- Melecehkan
penampilan
- Mengolok-olok
nama panggilan
- Menakut-nakuti
√
√
√
√
3. Sosial - Menyebar gossip
dan rumor
- Mempermalukan
depan umum
√
√
- Dikucilkan dari
pergaulan
√
4. Cyber atau
Elektronik
- Mempermalukan
orang dengan
menyebar gossip
di Internet
- Menyebar foto
pribadi tanpa izin
pemiliknya di
internet
- Membongkar
rahasia orang
lain lewat
internet atau
SMS.
√
√
√
2 Strategi
guru dalam
mengatasi
bullying
- Mengetahui akar permasalahan
terjadinya bullying
- Memberikan hukuman
- Membuat kelompok belajar
- Memberikan himbauan kepada
siswa yang melakukan bullying dan
√
√
√
√
siswa lainnya yang berpotensi
menjadi pelaku bullying.
- Memberikan beberapa layanan dari
BK kepada siswa korban bullying
dan pelaku bullying.
- Memberikan penghargaan kepada
siswa yang mampu merubah
sikapnya dari sering membully
hingga dapat menghargai temannya.
- Melakukan pengawasan
- Memberikan program “stop
bullying “
√
√
√
√
Lampiran 2. Catatan Lapangan Penelitian
No Hari/Tanggal
Kegiatan Deskripsi kegiatan
1. Kamis, 3 Mei 2018
Peneliti datang ke MIN 1 Mataram
untuk memasukkan surat izin penelitian
dan bertemu bapak H. Marzuki selaku
kepala sekolah.
2. Jum’at, 4 Mei 2018 Peneliti mendapat konfirmasi izin
penelitian dari MIN 1 Mataram.
3. Sabtu, 5 Mei 2018 Peneliti ke lapangan untuk melakukan
penelitian serta melakukan observasi.
4. Senin, 7 Mei 2018
Peneliti datang ke lapangan untuk
menemui informan yaitu bapak H.
Marzuki selaku kepala sekolah untuk
melakukan wawancara serta melakukan
observasi.
5. Rabu, 9 Mei 2018
Peneliti datang ke lapangan untuk
menemui bapak Ahmad Azazi selaku
kepala bidang kesiswaan untuk
melakukan wawancara.
6. Jum’at, 11 Mei 2018
Peneliti datang kelapangan untuk
observasi, dan menemui ibu Khaerun
Nisak wali kelas III C untuk melakukan
wawancara.
7. Sabtu, 12 Mei 2018
Peneliti datang ke lapangan untuk
melakukan observasi dan wawancara
dengan siswa kelas III C.
8. Senin, 21 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
9. Selasa, 22 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
10. Rabu, 23 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
11. Kamis, 24 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
12. Jum’at, 25 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
13. Sabtu, 26 Mei 2018 Peneliti datang kelapangan untuk
melakukan observasi
14. Senin, 28 Mei 2018 Peneliti ke lapangan untuk menemui
ibu Anik Sulistyowati wali kelas V A
untuk melakukan wawancara.
15. Rabu, 30 Mei 2018
Peneliti ke lapangan untuk melakukan
observasi dan wawancara dengan siswa
kelas V.
16. Jum’at, 1 Juni 2018
Peneliti datang ke lapangan untuk
meminta dokumentasi berupa data
sekolah.
17. Selasa, 5 Juni 2018
Peneliti datang ke sekolah untuk
meminta surat keterangan telah
melakukan penelitian.
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
A. Wawancara dengan kepala sekolah
1. Bullying fisik seperti apa saja yang terjadi di sekolah ?
2. Apakah bapak pernah mendengar ada siswa yang mengejek temannya ?
3. Apakah bapak pernah mendengar ada siswa yang bergosip atau menyebar
gossip tentang temannya ?
4. Apakah bapak pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada
temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau
media sosial ?
5. Apa yang bapak lakukan jika ada siswa yang melanggar peraturan sekolah
atau siswa yang yang melakukan bullying ?
6. Bagaimana bentuk kerjasama antara bapak kepala sekolah dengan wali kelas
dalam menangani bullying ?
7. Apakah di sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
B. Wawancara dengan guru bidang kesiswaan
1. Bullying fisik seperti apa yang sering terjadi di sekolah ?
2. Apakah ada siswa yang suka mengejek temannya, atau yang suka menakut-
nakuti sampai mengancam temannya?
3. Apakah bapak/ ibu pernah mendengar siswa bergosip atau menyebar gossip
temannya ?
4. Apakah bapak/ ibu pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada
temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau
media social ?
5. Bagaimana upaya bapak/ ibu dalam menangani kasus bullying ?
6. Selain menggunakan hukuman, apakah bapak/ibu menggunakan strategi lain
untuk menurunkan intensitas bullying ?
7. Apakah bapak/ ibu tetap melakukan pengawasan terhadap siswa yang
melakukan bullying ?
8. Apakah bapak/ ibu mengetahui dengan jelas mengapa siswa melakukan
bullying ?
9. Apakah sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
C. Wawancara dengan Guru
1. Bullying fisik seperti apa saja yang terjadi di sekolah ?
2. Pada saat bapak/ ibu melakukan pembelajaran dalam kelas, apakah ada siswa
yang mengganggu dan memukul temannya ?
3. Pada saat bapak/ ibu mengajar, apakah ada siswa yang mengejek temannya ?
4. Apakah siswa tersebut sering menunjukkan gerakan-gerakan tubuh yang
bersifat mengintimidasi siswa lain seperti mengancam atau menakut-nakuti
temannya ?
5. Pada saat di dalam kelas, apakah bapak/ibu pernah mendengar siswa bergosip
atau menyebar gossip tentang temannya?
6. Apakah bapak/ ibu pernah mendengar atau melihat siswa mempermalukan
temannya di depan umum ?
7. Apakah bapak/ ibu pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada
temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau
media sosial ?
8. Menurut sepengetahuan bapak/ Ibu, bagaimana latar belakang keluarga siswa
tersebut?
9. Bagaimana hubungan siswa tersebut dengan orang tuanya ?
10. Apakah disekolah siswa tersebut bermain dengan teman yang juga berprilaku
buruk ?
11. Apa yang bapak/ ibu lakukan jika siswa melanggar peraturan sekolah ?
12. Apakah kebanyakan siswa telah membawa handphone kesekolah ? pernahkah
bapak/ ibu melakukan razia handphone milik siswa ?
13. Apakah bapak/ ibu mengetahui dengan jelas apa yang terjadi dengan siswa
anda ?
14. Apa yang bapak/ibu lakukan ketika siswa melakukan perilaku bullying ?
15. Selain menggunakan hukuman, apakah bapak/ ibu menggunakan strategi lain
untuk menurunkan intensitas bullying di kelas ?
16. Apakah anda pernah melakukan himbauan/ nasehat kepada siswa di sekolah
khususnya tentang bullying ?
17. Bagaimana layanan yang diberikan oleh BK untuk kasus bullying ?
18. Apakah bapak/ ibu pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa
merubah sikapnya menjadi lebih baik ?
19. Apakah bapak/ ibu melakukan pengawasan kepada siswa pelaku bullying?
20. Apakah di sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
D. Wawancara dengan siswa
1. Apabila kamu merasa jengkel dengan temanmu, apa yang kamu lakukan?
Apakah kamu memukul temanmu ?
2. Apabila ada temanmu yang berpenampilan aneh menurutmu, apakah kamu
mengejeknya atau kamu tidak menghiraukannya ?
3. Apakah kamu pernah menyebar gossip tentang temanmu ?
4. Apabila ada temanmu yang tidak sependapat denganmu, apakah kamu tidak
ingin bermain dengannya ?
5. Apakah kamu memiliki social media ? apakah kamu pernah menyebar foto
temanmu tanpa sepengetahuan temanmu ?
6. Pernahkah kamu menyaksikan pertengkaran atau kekerasan dirumahmu?
7. Pada saat kamu tidak melakukan perintah dari orang tua mu, apakah orang tua
mu melakukan kekerasan kepadamu ?
8. Dengan siapa biasanya kamu bermain di rumahmu ? apakah temanmu
bermain seumuran denganmu ?
9. Bagaimana perlakuan guru ketika kamu melanggar peraturan yang ada ?
10. Tayangan televisi apa yang sering kamu tonton ketika dirumah ?
11. Apakah kamu sering menirukan/ memperagakan tindakan yang dilakukan
oleh tokoh pada tayangan televisi yang kamu tonton ?
E. Wawancara dengan Orang Tua
1. Apakah bapak/ibu sering melakukan makan bersama ketika dirumah ?
2. Apakah bapak/ibu sering mendampingi / membantu anak dalam mengerjakan
PR ?
3. Ketika anak anda melakukan kesalahan, apa yang secara spontan yang anda
lakukan ?
4. Apa yang biasa dilakukan anak sehabis pulang sekolah ?
5. Pernahkah anda pernah mendengar anak anda berkata kasar? Kalau pernah
apa yang anda lakukan ?
6. Apakah di rumah anak diberikan suatu tanggung jawab seperti membersihkan
tempat tidur sebelum sekolah ?
7. Acara televisi apa saja yang biasa anak anda tonton ?
8. Apakah anda memfasilitasi anak anda berupa handphone ?
9. Apakah anda mengetahui teman-teman bermain anak anda ketika dirumah?
Jika iya, biasanya bermain dengan siapa saja ?
10. Apa saja yang anak anda lakukan bersama teman-temannya ?
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Guru
Wawancara : ( W )
Nama : Khaerun Nisak ( KN )
Tempat : Ruang Guru
Hari/tanggal : Jum’at, 11 Mei 2018
1. Peneliti : Bullying fisik seperti apa saja yang terjadi di sekolah ? Informance : Bullying fisik yang sering terjadi biasanya saling memukul,
namanya juga anak-anak, berkelahinya masih tingkat anak-anak tidak berlebihan.
2. Peneliti : Pada saat bapak/ ibu melakukan pembelajaran dalam kelas, apakah ada siswa yang mengganggu dan memukul temannya ?
Informance : Biasanya dalam kelas hanya saling memukul tapi tidak berlebihan.
3. Peneliti : Pada saat bapak/ ibu mengajar, apakah ada siswa yang mengejek temannya ?
Informance : Tidak ada, bisa dibilang tidak ada kalau yang saling mengejek di dalam kelas
4. Peneliti : Apakah siswa tersebut sering menunjukkan gerakan-gerakan tubuh yang bersifat mengintimidasi siswa lain seperti mengancam atau menakut-nakuti temannya ?
Informance : kalau mengancam tidak ada, hanya menakut-nakuti saja. 5. Peneliti : Pada saat di dalam kelas, apakah bapak/ibu pernah
mendengar siswa bergosip atau menyebar gossip tentang temannya?
Informance : kalau saling gossip tidak ada, karena dari awal ibu masuk ke kelas III C, ibu menanamkan pada mereka, bahwa mereka adalah saudara satu dengan yang lainnya.
6. Peneliti :Apakah bapak/ ibu pernah mendengar atau melihat siswa mempermalukan temannya di depan umum ?
Informance : tidak pernah 7. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah melihat siswa melakukan
cyberbullying kepada temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau media sosial ?
Informance : tidak pernah juga.
8. Peneliti : Menurut sepengetahuan bapak/ Ibu, bagaimana latar belakang keluarga siswa tersebut?
Informance : rata-rata yang bermasalah disini latar belakang keluarganya a). broken home ( perceraian orang tua ) b). orang tua yang idak berpendidikan, ada juga yang orang
tuanya tidak berpendidikan tapi anaknya berakhlak baik c). orang tua yang berpendidikan tapi tidak perhatian dengan
anaknya. 9. Peneliti : Bagaimana hubungan siswa tersebut dengan orang tuanya ?
Informance : Ada siswa yang memiliki orangtua yang terlalu sibuk mencari nafkah, terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai melupakan dan tidak memperhatikan anaknya.
10. Peneliti : Apakah disekolah siswa tersebut bermain dengan teman
yang juga berprilaku buruk ?
Informance : Iya, karena anak-anak ini suka ikut-ikutan, kalau ada temannya main kelewatan, maka juga ikut main kelewatan
11. Peneliti : Apa yang bapak/ ibu lakukan jika siswa melanggar peraturan sekolah ?
Informance : Apabila ada siswa yang melanggar peraturan, kita mulai dengan memberikan peringatan, peringatan 1, 2 dan 3, seandainya masih melanggar kita melakukan tindak lanjut yaitu melibatkan bidang kesiswaan.
12. Peneliti : Apakah kebanyakan siswa telah membawa handphone kesekolah ? pernahkah bapak/ ibu melakukan razia handphone milik siswa ?
Informance : iya, akan tetapi mereka menggunakan Hp pada saat pulang sekolah untuk menelepon orang tuanya, tidak menggunakannya pada saat di dalam kelas.
13. Peneliti : Apakah bapak/ ibu mengetahui dengan jelas apa yang terjadi dengan siswa anda ?
Informance : Iya, ketika ada siswa yang bermasalah saya berusaha mencari tahu latar belakang dia melakukan hal tersebut. Pernah terjadi bully didalam kelas yang saya anggap yang dilakukan terlalu keras, mungkin yang lain menganggap sesuatu yang wajar, tapi menurut saya bully yang di lakukan terlalu berlebihan. Ada dua anak yang melakukan bully yaitu “DP” dan “AP”, mereka melakukan bully sangat keterlaluan balik lagi ke latar belakang keluarganya, mereka memiliki
latar belakang keluarga yang sama, “AP” bapaknya terlalu sibuk kerja, dan memiliki banyak anak, sehingga ibunya juga karena terlalu banyak anak, jadi tidak bisa fokus pada “AP”. Begitupun dengan “DP” orang tuanya kurang perhatian kepada “DP” karena terlalu sibuk bekerja dan orangtuanya memiliki banyak anak.
14. Peneliti :Apa yang bapak/ibu lakukan ketika siswa melakukan perilaku bullying ?
Informance :Kalau kita tetap menggunakan peringatan-peringatan kemudian bekerja sama dengan bidang kesiswaan
15. Peneliti :Selain menggunakan hukuman, apakah bapak/ ibu menggunakan strategi lain untuk menurunkan intensitas bullying di kelas ?
Informance :Biasanya kita memberikan siraman-siraman rohani, dan menesehati anak-anak
16. Peneliti : Apakah anda pernah melakukan himbauan/ nasehat kepada siswa di sekolah khususnya tentang bullying ?
Informance :Iya kalau himbauan atau nasehat kita selalu berikan dan mengarahkan untuk kembali berprilaku baik.
17. Peneliti :Bagaimana layanan yang diberikan oleh BK untuk kasus bullying ?
Informance : biasanya kami bekerjasama dengan bidang kesiswaan untuk menindak lanjuti masalah yang dihadapi anak-anak dan bidang kesiswaan akan memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk mencari solusi bersama
18. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa merubah sikapnya menjadi lebih baik ?
Informance : iya pernah saya memberikan penghargaan pada salah satu siswa yaitu “MS” karena bisa merubah sikapnya, tetapi penghargaannya hanya memberikan pujian langsung di depan teman- temannya
19. Peneliti : Apakah bapak/ ibu melakukan pengawasan kepada siswa pelaku bullying?
Informance : iya insyaallah tetap di awasi.
20. Peneliti : Apakah di sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
Informance : secara khusus belum, tapi lebih kepada nengajarkan anak-anak tentang adab atau perbaikan adab
Transkrip wawancara dengan guru
Wawancara : ( W )
Nama : Anik Sulistyowati ( AS )
Tempat : Ruang kelas VA
Hari/tanggal : Senin, 28 Mei 2018
1. Peneliti : Bullying fisik seperti apa saja yang terjadi di sekolah ? Informance : berkelahi, memukul
2. Peneliti : Pada saat bapak/ ibu melakukan pembelajaran dalam kelas, apakah ada siswa yang mengganggu dan memukul temannya ?
Informance : saling memukul tangan biasanya 3. Peneliti : Pada saat bapak/ ibu mengajar, apakah ada siswa yang
mengejek temannya ? Informance : iya ada, biasanya saling mengejek memanggil nama orangtua
4. Peneliti : Apakah siswa tersebut sering menunjukkan gerakan-gerakan tubuh yang bersifat mengintimidasi siswa lain seperti mengancam atau menakut-nakuti temannya ?
Informance : ada beberapa siswa yang suka menaku-nakuti temannya 5. Peneliti : Pada saat di dalam kelas, apakah bapak/ibu pernah
mendengar siswa bergosip atau menyebar gossip tentang temannya?
Informance : tidak pernah 6. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah mendengar atau melihat siswa
mempermalukan temannya di depan umum ? Informance :tidak pernah
7. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau media sosial ?
Informance : tidak, karena kebetulan mereka tidak berteman dengan saya di sosial media
8. Peneliti : Menurut sepengetahuan bapak/ Ibu, bagaimana latar belakang keluarga siswa tersebut?
Informance : hampir 85 % saya mengetahui latar belakang keluarga siswa saya dan bermasalah biasanya tidak mendapat perhatian dari orang tuanya
9. Peneliti : Bagaimana hubungan siswa tersebut dengan orang tuanya ? Informance : Orang tuanya terlalu sibuk bekerja dari siang sampai malam
sehingga kurang memperhatikan anaknya dan juga orangtuanya suka membanding-bandingkan antara si adek dan si kakak, atau dengan saudaranya yang lain yang berprestasi dibandingkan dia
10. Peneliti : Apakah disekolah siswa tersebut bermain dengan teman yang juga berprilaku buruk ?
Informance : iya kadang-kadang, tapi sebenarnya si anak kurang terbuka dengan teman- temannya
11. Peneliti : Apa yang bapak/ ibu lakukan jika siswa melanggar peraturan sekolah ?
Informance : dari awal semester kita sudah membuat perjanjian dalam kelas, apabila ada yang meumukul temannya maka akan menerima hukuman begitupun apabila ada yang mengolok-olok atau mengejek temannya.
12. Peneliti : Apakah kebanyakan siswa telah membawa handphone kesekolah ? pernahkah bapak/ ibu melakukan razia handphone milik siswa ?
Informance : iya, ada beberapa tapi mereka menggunakannya untuk menelpon orang tuanya ketika pulang.
13. Peneliti : Apakah bapak/ ibu mengetahui dengan jelas apa yang terjadi dengan siswa anda ?
Informance : iya mengetahui, karena saya selalu mencari tahu masalah siswa saya.
14. Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan ketika siswa melakukan perilaku bullying ?
Informance : sebenarnya bully itu kalau saya lihat memang banyak berawal dari keadaan dirumah, jadi dirumah si anak ini merasa tidak puas atau mencari sesuatu yang tidak ada di rumah, maka meraka akan lampiaskan di sekolah. Untuk strateginya maka kita harus bekerjasama dengan orang tua, sayangnya kalau orang tua di panggil ke sekolah meraka sudah bernegatif thinking padahal sebenarnya kita saling sharing, saling cari solusi, mungkin orang tua merasa putra-putrinya sudah besar, sudah cukup di didik di rumah sehingga kalau ada panggilan dari sekolah sudah benegatif duluan, padahal anak-anak yang kelihatan diam dirumah kadang
melampiskan ketika di sekolah. Mungkin untuk harapan kedepannya, orangtua bisa lebih terbuka untuk sharing dan mencari solusi. Dari bebrerapa wali murid yang saya panggil ke sekolah, ternyata orang tua dari si anak terlalu sibuk kerja dan kerja tanpa memperhatikan apa yang diinginkan oleh si anak. Dari beberapa kasus memang ada ketidakadilan di rumah, dibandingkan dengan adeknya yang lebih berprestasi, sehingga anak ini kelihatan dirumah pendiam, tapi setelah di sekolah dia suka berkelahi atau mengejek temannya yang lain sebagai ungkapan kekesalan dia dirumah. Tapi respon orang tua siswa yang satu ini sangat baik, orang tua menyadari bahwa ada ketidakadilan perlakuan terhadap anak. Alhamdulillah kurang lebih 3 minggu sudah ada perubahan, tapi si anak ini masih belum bisa terbuka, setealh kira-kira 3 bulan baru sianak ini bisa terbuka dan sikapnya lebih hangat keteman-temannya tidak lagi sinis.
15. Peneliti : Selain menggunakan hukuman, apakah bapak/ ibu menggunakan strategi lain untuk menurunkan intensitas bullying di kelas ?
Informance :biasanya kita selipkan pada pelajaran PKN atau budi pekerti untuk memberitahukan untung dan rugi serta akibat apabila melakukan hal tersebut.
16. Peneliti : Apakah anda pernah melakukan himbauan/ nasehat kepada siswa di sekolah khususnya tentang bullying ?
Informance :iya, kita memberitahukan pada mereka, bahwa mereka saudara jadi mereka dalam kelas itu sama dengan saudaranya
17. Peneliti : Bagaimana layanan yang diberikan oleh BK untuk kasus bullying ?
Informance : Biasa bidang kesiswaan akan membantu kita untuk menesehati anak-anak yang bermasalah, apabila masalah yang dihadapi terlalu berat maka akan memanggil orang tua siswa ke sekolah
18. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang bisa merubah sikapnya menjadi lebih baik ?
Informance : sejauh ini penghargaan yang diberikan masih memberikan pujian saja, belum memerikan hadiah yang nyata.
19. Peneliti : Apakah bapak/ ibu melakukan pengawasan kepada siswa pelaku bullying?
Informance : iya, kita tetap melakukan pengawasan
20. Peneliti : Apakah di sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
Informance : belum, hanya memberitahukan dan menesehati anak-anak.
Lampiran 5. Transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara : ( W )
Nama : H. Marzuki ( M )
Tempat : Ruang Kepala Madrasah
Hari/tanggal :Senin, 7 Mei 2018
1. Peneliti : Bullying fisik seperti apa saja yang terjadi di sekolah ? Informance : saya yakin setiap lembaga pendidikan, bullying itu pasti
terjadi, karena anak-anak ini berangkat dari lingkungan yang berbeda-beda, ada yang lingkungannya sedikit keras, ataupun dari lingkungan yang biasa saja, biasanya bullying yang sering dirasakan oleh anak-anak, yaitu ada semacam perlakuan dari kelompok anak yang merasa dirinya lebih besar, kadang-kadang sering menyakiti kepada adik-adik kelasnya, tetapi kami dari pihak madrasah mengantisipasi dengan adanya aturan-aturan sehingga tindakan yang mengarah ke sesuatu yang tidak baik itu bisa kita tekan. Bullying fisik yang sering terjadi seperti memukul atau berkelahi.
2. Peneliti : Apakah bapak pernah mendengar ada siswa yang mengejek temannya ?
Informance : iya ada semacam ejekan-ejekan dan gertakan-gertakan. 3. Peneliti :Apakah bapak pernah mendengar ada siswa yang bergosip
atau menyebar gossip tentang temannya ? Informance : tidak pernah
4. Peneliti : Apakah bapak pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau media sosial ?
Informance : sama, saya juga tidak pernah melihat siswa melakukan hal tersebut
5. Peneliti : Apa yang bapak lakukan jika ada siswa yang melanggar peraturan sekolah atau siswa yang yang melakukan bullying ?
Informance : pada saat wali murid menyerahkan anaknya untuk bersekolah ke madrasah ini, kami sudah membuat surat perjanjian dan pernyataan bahwa akan patuh dan tunduk terhadap peraturan madrasah yang ada, jadi apabila ada yang melanggar peraturan
maka kami akan memanggil orang tua siswa yang melanggar peraturan.
6. Peneliti : Bagaimana bentuk kerjasama antara bapak kepala sekolah dengan wali kelas dalam menangani bullying ?
Informance : kami dari pihak lembaga selalu menghimbau kepada wali kelas sebagai garda terdepan di masing-masing kelas binaannya, bahwa apapun laporan dari anak-anak sekecil apapun laporan itu harus tetap di tanggapi karena anak-anak merasa bahawa bapak/ibu guru disekolah merupakan orang tua kedua mereka selain orang tua mereka dirumah, jadi dengan adanya laporan-laporan tersebut maka bisa di tindak lanjuti, seperti wali kelas memanggil kedua belah ihak yang bermasalah untuk mendamaikannya.
7. Peneliti : Apakah di sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
Informance : secara aturan tertulis kami belum menggunakan program stop bully tapi secara aturan tidak tertulis kami sudah melakukannya.
Lampiran 6. Transkrip wawancara dengan bidang kesiswaan
Wawancara : ( W )
Nama : H. Ahmad Azazi ( AA )
Tempat : Ruang Guru
Hari/tanggal :Rabu, 9 Mei 2018
1. Peneliti : bullying fisik seperti apa yang sering terjadi di sekolah ? Informance :biasanya anak-anak suka mengganggu dan memukul
temannya.
2. Peneliti : apakah ada siswa yang suka mengejek temannya, atau yang suka menakut-nakuti sampai mengancam temannya?
Informance : kalau saling ejek satu sama lain, ya kadang-kadang terjadi, menakut-nakuti juga ada, tapi tidak sampai mengancam temannya.
3. Peneliti : apakah bapak/ ibu pernah mendengar siswa bergosip atau menyebar gossip temannya ?
Informance : iya kadang-kadang saya pernah mendengar siswa yang bergosip
4. Peneliti : Apakah bapak/ ibu pernah melihat siswa melakukan cyberbullying kepada temannya, seperti mempermalukan dan menyebar gossip di internet atau media social ?
Informance : kebetulan saya tidak pernah melihat ada siswa yang melakukan hal tersebut.
5. Peneliti : bagaimana upaya bapak/ ibu dalam menangani kasus bullying ?.
Informance : apabila ada siswa yang melakukan bully, maka kita memanggil siswa tersebut, kita beri hukuman, kemudian menesehati dan menyadarkan anak agar tidak melakukan bullying lagi, kita beritahukan sesuai dengan pelajaran akidah akhlaq yang di pelajari, bagaimana seharusnya akhlak kepada sesama teman.
6. Peneliti : Selain menggunakan hukuman, apakah bapak/ibu menggunakan strategi lain untuk menurunkan intensitas bullying ?
Informance : Selain dengan hukuman kita bisa menggunakan denda, denda maksudnya disini menggunakan denda yang positif, seperti menulis al-qur’an, membaca bacaan sholat atau menyuruh anak-anak menghafal ayat-ayat al-qur’an.
7. Peneliti : apakah bapak/ ibu tetap melakukan pengawasan terhadap siswa yang melakukan bullying ?
Informance : iya, untuk mengevaluasinya kita tetap melakukan pengawasan, apabila masih mengulang maka kami memanggil lagi siswa tersebut dan menanyakan apa yang diinginkan oleh anak agar tidak melakukan bullying lagi.
8. Peneliti : apakah bapak/ ibu mengetahui dengan jelas mengapa siswa melakukan bullying ?
Informance : iya, biasanya anak-anak membawa kebiasaan dari rumah dan lingkungan bermainnya, ada siswa yang lingkungannya baik maka dia juga akan baik, ada siswa yang lingkungannya buruk, dia sering bermain dengan anak-anak SMP maka prilakunya juga tidak sebagaiaman mestinya, perilakunya juga akan mengikuti akan SMP.
9. Peneliti : apakah sekolah ini sudah menggunakan program stop bullying ?
Informance : untuk secara langsung program stop bullying belum kita lakukan, tapi pada saat pembagian rapot atau acara undangan wali murid tetap di sampaikan oleh bapak kepala madrasah dan wali kelas masing-masing di dalam kelas untuk melakukan tindakan-tindakan yang menjurus ke arah tindakan bully
Lampiran 7 : Transkrip Wawancara dengan Orang Tua
Nama : Orang tua DP
Hari / Tanggal : Senin, 23 Juli 2018
Tempat : Kekalek
1. Peneliti : Apakah bapak/ibu sering melakukan makan bersama ketika dirumah ?
Informance : jarang bisa makan bersama, soalnya saya biasa kerja sampai malam, jadi jarang bisa makan bersama
2. Peneliti :Apakah bapak/ibu sering mendampingi / membantu anak dalam mengerjakan PR ?
Informance : iya kadang-kadang
3. Peneliti : Ketika anak anda melakukan kesalahan, apa yang secara spontan yang anda lakukan ?
Informance : saya marah sambil saya ingatkan untuk tidak mengulang kesalahannya.
4. Peneliti : Apa yang biasa dilakukan anak sehabis pulang sekolah ? Informance :setelah pulang sekolah, biasanya dia makan lebih dulu
kemudian langsung pergi main sama teman-temannya.
5. Peneliti : Pernahkah anda pernah mendengar anak anda berkata kasar? Kalau pernah apa yang anda lakukan ?
Informance : iya pernah sih tapi langsung saya marahi.
6. Peneliti : Apakah di rumah anak diberikan suatu tanggung jawab seperti membersihkan tempat tidur sebelum sekolah ?
Informance : tidak
7. Peneliti : Acara televisi apa saja yang biasa anak anda tonton ? Informance : biasanya di suka nonton Upin Ipin, film-film anak kecil itu,
sama film Anak Langit dia suka tonton
8. Peneliti : Apakah anda memfasilitasi anak anda berupa handphone ? Informance : Tidak
9. Peneliti : Apakah anda mengetahui teman-teman bermain anak anda ketika dirumah? Jika iya, biasanya bermain dengan siapa saja ?
Informance :iya tahu, biasanya main sama anak-anak tetangga
10. Peneliti : Apa saja yang anak anda lakukan bersama teman-temannya ? Informance : iya main-main saja, main-main stick
Transkrip Wawancara dengan Orang Tua
Nama : Orang tua AP
Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Juli 2018
Tempat : Punia
1. Peneliti : Apakah bapak/ibu sering melakukan makan bersama ketika dirumah ?
Informance : iya biasanya makan bersama 2. Peneliti : Apakah bapak/ibu sering mendampingi / membantu anak
dalam mengerjakan PR ? Informance : iya kadang-kadang, soalnya AP punya adik yang masih kecil
jadi saya lebih banyak mengurus adik kecilnya
3. Peneliti : Ketika anak anda melakukan kesalahan, apa yang secara spontan yang anda lakukan ?
Informance : langsung saya marahi, supaya dia tahu apa salahnya
4. Peneliti : Apa yang biasa dilakukan anak sehabis pulang sekolah ? Informance : saya menyuruhnya makan siang dulu, kemudian tidur siang,
tapi biasanya dia langsung main-main sama teman-temannya.
5. Peneliti :Pernahkah anda pernah mendengar anak anda berkata kasar? Kalau pernah apa yang anda lakukan ?
Informance : jarang ya kalo saya dengar, tapi seandainya saya mendengar dia berkata kasar pasti langsung saya marahi.
6. Peneliti :Apakah di rumah anak diberikan suatu tanggung jawab seperti membersihkan tempat tidur sebelum sekolah ?
Informance : kalau sekarang belum, nanti mungkin setelah kelas 5 atau 6 saya beri tanggung jawab seperti itu.
7. Peneliti : Acara televisi apa saja yang biasa anak anda tonton ? Informance : biasanya dia suka nonton film yang di SCTV itu, Anak
Langit.
8. Peneliti : Apakah anda memfasilitasi anak anda berupa handphone ? Informance : Tidak
9. Peneliti : Apakah anda mengetahui teman-teman bermain anak anda ketika dirumah? Jika iya, biasanya bermain dengan siapa saja ?
Informance :iya tahu, biasanya ada sama teman satu sekolah juga kebetulan tetanggaan, tapi dia kelas 6
10. Peneliti : Apa aja yang anak anda lakukan bersama teman-temannya ? Informance : Main kelereng biasanya
Transkrip Wawancara dengan Orang Tua
Nama : Orang tua G
Hari / Tanggal : Selasa, 24 Juli 2018
Tempat : Labuapi
1. Peneliti : Apakah bapak/ibu sering melakukan makan bersama ketika dirumah ?
Informance : iya 2. Peneliti :Apakah bapak/ibu sering mendampingi / membantu anak
dalam mengerjakan PR ? Informance : kalau kita tidak sibuk, kita berusaha untuk memdampingi
3. Peneliti : Ketika anak anda melakukan kesalahan, apa yang secara spontan yang anda lakukan ?
Informance : dimarahi, kalau kesalahan yang dibuat sangat keterlaluan biasanya dipukuli, karena anak tidak boleh dimanja-manja, kita lakukan hal tersebut agar dia tau kesalahan yang dilakukan dan tidak mengulanginya kembali.
4. Peneliti : Apa yang biasa dilakukan anak sehabis pulang sekolah ? Informance : biasanya setelah makan, dia langsung tidur siang.
5. Peneliti : Pernahkah anda pernah mendengar anak anda berkata kasar? Kalau pernah apa yang anda lakukan ?
Informance : tidak pernah
6. Peneliti : Apakah di rumah anak diberikan suatu tanggung jawab seperti membersihkan tempat tidur sebelum sekolah ?
Informance : iya dia harus membersihkan tempat tidurnya sebelum berangkat sekolah.
7. Peneliti : Acara televisi apa saja yang biasa anak anda tonton ? Informance : film Anak Langit biasanya kita nonton bersama dirumah
8. Peneliti : Apakah anda memfasilitasi anak anda berupa handphone ? Informance : Tidak
9. Peneliti : Apakah anda mengetahui teman-teman bermain anak anda ketika dirumah? Jika iya, biasanya bermain dengan siapa saja ?
Informance :iya tahu, biasanya dia main sama adiknya, sama anak-anak tetangga
10. Peneliti : Apa saja yang anak anda lakukan bersama teman-temannya ? Informance : main-main
Transkrip Wawancara dengan Orang Tua
Nama : Orang tua I
Hari / Tanggal : Rabu, 25 Juli 2018
Tempat : Karang Pule
1. Peneliti : Apakah bapak/ibu sering melakukan makan bersama ketika dirumah ?
Informance : iya kita selalu makan bersama 2. Peneliti :Apakah bapak/ibu sering mendampingi / membantu anak
dalam mengerjakan PR ? Informance : iya kadang-kadang kita bantu
3. Peneliti : Ketika anak anda melakukan kesalahan, apa yang secara spontan yang anda lakukan ?
Informance : iya kita marahi
4. Peneliti : Apa yang biasa dilakukan anak sehabis pulang sekolah ? Informance : kalau dia terlalu capek biasanya dia langsung tidur
5. Peneliti : Pernahkah anda pernah mendengar anak anda berkata kasar? Kalau pernah apa yang anda lakukan ?
Informance : jarang saya dengar, hanya sering marah-marah aja, marahin adiknya gitu
6. Peneliti : Apakah di rumah anak diberikan suatu tanggung jawab seperti membersihkan tempat tidur sebelum sekolah ?
Informance : iya kita beri tanggung jawab seperti itu, apalagi dia perempuan harus di biasakan dari sekarang.
7. Peneliti : Acara televisi apa saja yang biasa anak anda tonton ? Informance : biasanya dia suka nonton film Cinta yang hilang, kita nonton
sama-sama sih biasanya.
8. Peneliti : Apakah anda memfasilitasi anak anda berupa handphone ? Informance : Tidak
9. Peneliti : Apakah anda mengetahui teman-teman bermain anak anda ketika dirumah? Jika iya, biasanya bermain dengan siapa saja ?
Informance :iya tahu, tapi dia jarang keluar rumah sih
10. Peneliti : Apa saja yang anak anda lakukan bersama teman-temannya ? Informance : main-main atau belajar bersama.
Lampiran 8. Transkrip wawancara dengan siswa
Wawancara : ( W )
Nama : “AP” ( III C )
Tempat : Ruang kelas
Hari/tanggal : Sabtu, 12 Mei 2018
1. Peneliti : Apabila kamu merasa jengkel dengan temanmu, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu memukul temanmu ?
Informance : Iya 2. Peneliti : Apabila ada temanmu yang berpenampilan aneh menurutmu,
apakah kamu mengejeknya atau kamu tidak menghiraukannya ?
Informance : Iya saya ejek 3. Peneliti : Apakah kamu pernah menyebar gossip tentang temanmu ? Informance : Tidak 4. Peneliti :Apabila ada temanmu yang tidak sependapat denganmu,
apakah kamu tidak ingin bermain dengannya ? Informance : Iya, tidak mau bermain lagi 5. Peneliti : Apakah kamu memiliki social media ? apakah kamu pernah
menyebar foto temanmu tanpa sepengetahuan temanmu ? Informance : tidak punya facebook
6. Peneliti : Pernahkah kamu menyaksikan pertengkaran atau kekerasan dirumahmu?
Informance : iya sering 7. Peneliti :Pada saat kamu tidak melakukan perintah dari orang tua mu,
apakah orang tua mu melakukan kekerasan kepadamu ? Informance :di marahi dan dipukul 8. Peneliti : Dengan siapa biasanya kamu bermain di rumahmu ? apakah
temanmu bermain seumuran denganmu ? Informance : sama kakak kelas 6, kita satu game mobile legend 9. Peneliti : Bagaimana perlakuan guru ketika kamu melanggar peraturan
yang ada ? Informance : di marahi, dijewer 10. Peneliti :Tayangan televisi apa yang sering kamu tonton ketika
dirumah ? Informance : film anak langit, soalnya si Al jago berantem
11. Peneliti : Apakah kamu sering menirukan/ memperagakan tindakan yang dilakukan oleh tokoh pada tayangan televisi yang kamu tonton ?
Informnace : Iya
Transkrip wawancara dengan siswa
Wawancara : ( W )
Nama : DP ( III C )
Tempat : Ruang Kelas
Hari/tanggal : Sabtu, 12 Mei 2018
1. Peneliti : Apabila kamu merasa jengkel dengan temanmu, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu memukul temanmu ?
Informance : iya saya pukul 2. Peneliti : Apabila ada temanmu yang berpenampilan aneh menurutmu,
apakah kamu mengejeknya atau kamu tidak menghiraukannya ?
Informance : tidak 3. Peneliti : Apakah kamu pernah menyebar gossip tentang temanmu ? Informance : tidak 4. Peneliti :Apabila ada temanmu yang tidak sependapat denganmu,
apakah kamu tidak ingin bermain dengannya ? Informance : iya 5. Peneliti : Apakah kamu memiliki social media ? apakah kamu pernah
menyebar foto temanmu tanpa sepengetahuan temanmu ? Informance : tidak
6. Peneliti : Pernahkah kamu menyaksikan pertengkaran atau kekerasan dirumahmu?
Informance : iya pernah 7. Peneliti :Pada saat kamu tidak melakukan perintah dari orang tua mu,
apakah orang tua mu melakukan kekerasan kepadamu ? Informance :tidak 8. Peneliti : Dengan siapa biasanya kamu bermain di rumahmu ? apakah
temanmu bermain seumuran denganmu ? Informance : dengan anak SMP 9. Peneliti : Bagaimana perlakuan guru ketika kamu melanggar peraturan
yang ada ? Informance : iya dihukum 10. Peneliti :Tayangan televisi apa yang sering kamu tonton ketika
dirumah ? Informance : Upin Ipin dan Anak Langit
11. Peneliti : Apakah kamu sering menirukan/ memperagakan tindakan yang dilakukan oleh tokoh pada tayangan televisi yang kamu tonton ?
Informnace : iya
Transkrip wawancara dengan siswa
Wawancara : ( W )
Nama : G ( VA )
Tempat : ruang kelas
Hari/tanggal : Selasa, 29 Mei 2018
1. Peneliti : Apabila kamu merasa jengkel dengan temanmu, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu memukul temanmu ?
Informance : Iya 2. Peneliti : Apabila ada temanmu yang berpenampilan aneh menurutmu,
apakah kamu mengejeknya atau kamu tidak menghiraukannya ?
Informance : Ejek 3. Peneliti : Apakah kamu pernah menyebar gossip tentang temanmu ? Informance : tidak 4. Peneliti :Apabila ada temanmu yang tidak sependapat denganmu,
apakah kamu tidak ingin bermain dengannya ? Informance : iya 5. Peneliti :Apakah kamu memiliki sosial media ? apakah kamu pernah
menyebar foto temanmu tanpa sepengetahuan temanmu ? Informance : punya facebook tapi tidak pernah sebar-sebar foto teman
6. Peneliti : Pernahkah kamu menyaksikan pertengkaran atau kekerasan dirumahmu?
Informance : iya, sering lihat orang tua berantem. 7. Peneliti :Pada saat kamu tidak melakukan perintah dari orang tua mu,
apakah orang tua mu melakukan kekerasan kepadamu ? Informance : biasanya dipukul pakai rotan 8. Peneliti : Dengan siapa biasanya kamu bermain di rumahmu ? apakah
temanmu bermain seumuran denganmu ? Informance : bermain dengan teman-teman seumuran. 9. Peneliti : Bagaimana perlakuan guru ketika kamu melanggar peraturan
yang ada ? Informance : dihukum, biasanya disuruh berdiri di pojokan kelas. 10. Peneliti :Tayangan televisi apa yang sering kamu tonton ketika
dirumah ? Informance : Anak langit saya suka karena ada boy nya
11. Peneliti : Apakah kamu sering menirukan/ memperagakan tindakan yang dilakukan oleh tokoh pada tayangan televisi yang kamu tonton ?
Informnace : tidak
Transkrip wawancara dengan siswa
Wawancara : ( W )
Nama : I ( V A )
Tempat : ruang kelas
Hari/tanggal : Selasa, 29 Mei 2018
1. Peneliti : Apabila kamu merasa jengkel dengan temanmu, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu memukul temanmu ?
Informance : tidak 2. Peneliti : Apabila ada temanmu yang berpenampilan aneh menurutmu,
apakah kamu mengejeknya atau kamu tidak menghiraukannya ?
Informance : iya 3. Peneliti : Apakah kamu pernah menyebar gossip tentang temanmu ? Informance : iya 4. Peneliti :Apabila ada temanmu yang tidak sependapat denganmu,
apakah kamu tidak ingin bermain dengannya ? Informance : iya 5. Peneliti : Apakah kamu memiliki social media ? apakah kamu pernah
menyebar foto temanmu tanpa sepengetahuan temanmu ? Informance : punya facebook dan instagram, tapi gak pernah sebar foto-
foto 6. Peneliti : Pernahkah kamu menyaksikan pertengkaran atau kekerasan
dirumahmu? Informance : iya sering, lebih dari 3 kali lah 7. Peneliti :Pada saat kamu tidak melakukan perintah dari orang tua mu,
apakah orang tua mu melakukan kekerasan kepadamu ? Informance : di marahi, gak di kasih uang jajan untuk ke sekolah biasanya 8. Peneliti : Dengan siapa biasanya kamu bermain di rumahmu ? apakah
temanmu bermain seumuran denganmu ? Informance : tidak pernah main, dirumah saja 9. Peneliti : Bagaimana perlakuan guru ketika kamu melanggar peraturan
yang ada ? Informance : dihukum dan dimarah
10. Peneliti :Tayangan televisi apa yang sering kamu tonton ketika dirumah ?
Informance :film cinta yang hilang 11. Peneliti : Apakah kamu sering menirukan/ memperagakan tindakan
yang dilakukan oleh tokoh pada tayangan televisi yang kamu tonton ?
Informnace : tidak
Lampiran 9. Foto dokumentasi
Salah satu tindakan yang di lakukan oleh pelaku bullying
Salah satu korban bullying
Wawancara dengan wali kelas III C
Wawancara dengan wali kelas VA
Wawancara dengan bapak kepala Madrasah
Wawancara dengan siswa
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : FAIRUS SAPIRAH TEMPAT, TANGGAL LAHIR : TALIWANG, 06 DESEMBER 1995 ALAMAT : TALIWANG, KSB NIM : 151.149.145 NO.HP : 087863715472 STATUS : LAJANG JENIS KELAMIN : PEREMPUAN AGAMA : ISLAM KEWARGANEGARAAN : INDONESIA NO.TELP KELUARGA :
AYAH : 081909008441 IBU : 081909076469
STATUS KELUARGA : ANAK KANDUNG NAMA ORANG TUA :
AYAH : USMAN JAWAS IBU MUSTIKA
PEKERJAAN ORANG TUA : AYAH : PNS IBU : WIRASWASTA
TAHUN MASUK KULIAH : 2014 TAHUN LULUS/YUDISIUM : 2018 JUDUL SKRIPSI : STRATEGI GURU DALAM MENGATASI
BULLYING DI MIN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
RIWAYAT PENDIDIKAN : 2001-2002 TK DHARMA WANITA TALIWANG 2002-2008 SDN 4 TALIWANG - TALIWANG 2008-2011 SMPN 1 TALIWANG - TALIWANG 2011-2014 SMAN 1 TALIWANG - IPA TALIWANG 2014-2018 UIN MATARAM - PGMI MATARAM