strategi menumbuhkan semangat kewirausahaan...
TRANSCRIPT
STRATEGI MENUMBUHKAN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN
SANTRI MELALUI USAHA PEMBUATAN ROTI DAN TEMPE DI
PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
Nurlaila
NIM : 1112054000027
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1440 H/2019 M
ABSTRAK
NURLAILA
STRATEGI MENUMBUHKAN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN
SANTRI MELALUI USAHA PEMBUATAN ROTI DAN TEMPE DI
PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH
Santri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Agama Islam
yaitu ulama-ulama yang dahulu menjadi santri dan menempuh pendidikan di
pesantren. menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi para santri
merupakan permasalahan kemandirian dalam kehidupan di pondok pesantren
yang sangat berpengaruh pada mental santri. Bagaimanapun, santri dituntut
untuk hidup mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari nantinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui 1. Bagaimana strategi
menumbuhkan semangat kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti
dan tempe di pondok pesantren Madinatunnajah 2. Apa hasil yang di
dapatkan dari pencapaian strategi tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui
pengamatan langsung, observasi, dan wawancara terhadap responden atau
informan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pondok pesantren
Madinatunnajah mempu menciptakan generasi santri yang mandiri dalam
berwirausaha.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang sungguh menjadi sumber
pengetahuan penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Strategi
Menumbuhkan Semangat Kewirausahaan Santri Melalui Usaha Pembuatan
Roti dan Tempe di Pondok Pesantren Madinatunnajah”. Skripsi ini diajukan
kepada Program sastra 1 Jurusan Pegembangan Masayarakat Islam, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, hingga para sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi menunjukan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi
penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik
kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut
andil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan.
3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam sekaligus dosen penasehat Akademik atas
segala ilmu dan bimbingan yang diberikan selama masa studi di
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
4. Bapak M. Hudri, M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam sekaligus dosen pembimbing, terimakasih
banyak bapak telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan
seluruh Civitas Akademik yang terlah memberi wawasan
keilmuan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan
di UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan PerpustakaanFakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ayahanda tersayang Abdul ghoni (Alm) dan Ibunda tercinta
Armiati (Almarhumah). Keberhasilanku menyelesaikan skripsi ini
adalah bukti nyata bahwa satu lagi doa mama baba yang
dikabulkan oleh Allah untuk kesuksesan anakmu. Terimakasih
yang tak terhingga atas segala dukungan, doa dan kasih
sayangnya. Hadiah ini Ela persembahkan untuk mama baba.
8. Ustadz lingga serta rekan-rekan pondok Pesantren
Madinatunnajah yang telah memberi izin dan informasi. Semoga
kepemimpinan kalian di berkahi Allah SWT. Aamiin...
9. Untuk adik ku Muhammad Ihsan yang selalu mensupport.
10. Arianne Sarah dan Diya Ur-Rahman sahabat yang tiada henti-
hentinya selalu kasih semangat.
11. Untuk teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam 2012, juga kepada kakak serta adik kelas
semua yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis
12. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terimakasih
penulis
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penulis yang masih
perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsiini
Jakarta, 30 Januari 2019
Nurlaila
1112054000027
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................. 8
C. Rumusan Masalah............................................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 9
E. Metodologi Penelitian......................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka................................................................. 18
G. Sistematika Penulisan........................................................ 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Strategi............................................................. 21
B. Kewirausahaan................................................................... 23
C. Pelatihan............................................................................. 24
D. Cara Pembuatan Roti......................................................... 28
E. Cara Pembuatan Tempe..................................................... 29
F. Pengertian Pondok Pesantren............................................ 31
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
A. Gambaran Umum Pesantren Madinatunnajah
1. Letak Geografis.......................................................... 36
2. Sejarah Singkat.......................................................... 36
B. Visi, Misi dan Tujuan...................................................... 37
C. Keadaan Santri................................................................ 38
D. Nama-nama santri yang mengikuti pelatihan.................. 39
E. Struktur Kurikulum.......................................................... 40
F. Struktur Organisasi Pengurus.......................................... 42
G. Manfaat Organisasi.......................................................... 43
H. Sarana dan Fasilitas........................................................... 43
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Strategi Menumbuhkan Semangat Kewirausahaan Santri........... 45
B. Apa Hasil dari pencapaian Strategi Kewirausahaan.................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 50
B. Saran.......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan masalah sosial
yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di
negara berkembang. Kemisikinan memang telah lama ada sejak
dahulu kala dan masih hadir hingga saat ini, bahkan semakin
meningkat sejalan dan krisis multidimensial yang di hadapi oleh
bangsa Indonesia. Karena kemiskinan adalah multidimensi,
masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada tingkat individu
(seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada tingkat
kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah). Maka
dari itu memberdayakan masyarakat miskin menuntut upaya
menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka meningkatkan
kualitas hidupnya. Kemiskinan biasanya terjadi karena individu tidak
mampu memberdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya secara mandiri.
Kemisinan yang di derita oleh masyarakat menjadi survive dalam
menjalani hidup dan mampu mencapai apa yang mereka inginkan.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang pasti bagi
sebgaian negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan
melemahkan banyak sistem, menyebabkan banyak permasalahan
lainnya yang jauh lebih kompleks. Kesadaran bahwa kekuatan
terbesar negara ini adalah pemudanya. Peran pemuda untuk membuat
pendidikan karakter lebih optimal haruslah terlebih dahulu dimulai
dari diri sendiri. Memperkaya dirinya dengan ilmu, bergerak maju ke
arah kualitas hidup yang lebih baik dan bermartabat, menetapkan
prinsip-prinsip dasar sebagai nilai yang ideal dalam menetapkan cita-
2
cita, memilih strategi serta mampu menggali dan membangkitkan apa
yang terbaik yang ada didalam dirinya, barulah dia memberikan
dampak bagi yang lain. Prinsip dasar tersebut akan menumbuhkan
dimensi moral dan spiritual pada pelaksanaan tugas dan kewajiban
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Para pemuda harus
memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk membangun bangsa
melalui bidang keilmuan yang dimiliki.
Dalam strategi pembangunan yang mengutamakan 3 (tiga) hal
penting yang mesti dilakukan.1 Pertama, harus ada keberpihakan
kepada rakyat. Pembangunan harus ditunjukan langsung kepada yang
memerlukan. Dengan kata lain, program yang dirancang harus
menyentuh masyarakat dan mengatasi masalah mereka sesuai dengan
kebutuhan mereka. Kedua, program-program tersebut harus
mengikutsertakan dan dilaksanakan sendiri oleh rakyat. Tujuannya
agar bantuan yang diberikan kepada rakyat benar-benar efektif dan
menyentuh kebutuhan mereka, karena sesuai dengan kehendak dan
kemampuan serta membantu untuk memperkuat dan
mempertanggung jawabkan upaya peningkatan ekonomi yang merasa
membutuhkannya. Ketiga, pembangunan dengan strategi ini harus
lebih mengutamakan pendekatan kelompok, karena dari segi
penggunaan sumber daya bisa efesien.
Pendekatan ketiga ini pada gilirannya akan memperkuat
kemitraan dan kebersamaan baik dalam hal kesetiakawanan, maupun
dalam neghadapi era keterbukaan ekonomi. Masyarakat merupakan
suatu golongan yang terbuka untuk seluruh anak manusia tanpa
memandang jenis, atau warna kulit atau bahkan bahasa bahkan juga
1 Azwir Dainy Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuasa
Madani, 2001),h. 94
3
tidak memandang agama dari keyakinan atau aqidah. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala :
كم عند ا هلليا يها ا لنا س ا نا خاقنكم من زكر و ا نثى و جعانكم شعو با وقبا لئل لثعا ر فو ا ن ا كر م
ا تفكم ا ن هلل عايم خبير
Artinya : Hai seluruh manusia, sesungguhnya telah kami
ciptakan dari seorang pria dan seorang wanita, lalu kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
berhubungan dangan baik, sesungguhnya orang yang paling mulia
pada sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu,
sesungguhnya Allah maha mengetahui, maha teliti (QS. Al-
Hujarat:13)
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tidak
terlepas dari pengaruh modernisasi. Pondok pesantrenpun
mengajarkan bidang-bidang ilmu umum yang meliputi pendidikan
pancasila, bahasa inggris, bahasa Indonesia, matematika dan bidang
ituntutan mu lainnya. Selain itu, pondok pesantren juga melengkapi
kemampuan santrinya dengan pemberian bekal kewirausahaan. Hal
ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab dari pondok pesantren
dalam memenuhi tantangan atas tuntutan kemajuan zaman di era
globalisasi ini. Dengan pemberian ilmu agama, ilmu umum dan bekal
kewirausahaan tentunya kompetensi santri menjadi semakin lengkap.
Harapan untuk diterima di dunia kerja tentu tidaklah keliru,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerjapun sangat
terbatas dan tidak berbanding linier. Oleh sesab itu semua pihak
harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi
kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan intitusi pendidikan.
Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka
pengangguran sedangkan pengangguran adalah salah satu
4
permaslahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara
Indonesia termasuk di daerah pelosok-pelosok nusantra.
Salah satu solusinya adalah dengan mencetak lulusan lembaga
pendidikan yang memiliki potensi untuk mengembangkan
keterampilannya menjadi usaha mandiri. Selain menjadi solusi bagi
dirinya, serigkali usaha mandiri mendatangkan barkah bagi orang lain
yang direkrut sebagai karyawan ataupun buruh pada usaha yang
dirintisnya. Dalam rangka penciptaan dan pengembangan wirausaha
yang tangguh (baik wirausaha baru maupun yang berawal dari
wirausaha yang sudah ada) tidak dapat dilakukan tanpa kajian dan
petimbangan yang matang. Startegi dan program yang dijadikan
tanpa kajian yang matang tidak akan menghaislkan hasil yang
optimal.
Salah satu pola penciptaan wirausaha baru yang tangguh
dapat dilakukan pada tataran penciptaan iklim yang mampu
menanamk dilakukan budaya wirausaha. Pola lain untuk penciptaan
wirausaha baru, juga dapat dilakukan melalui pendidikan formal
maupun nonformal melalui penanaman jiwa dan semngat
kewirausahaan sehingga akan lahir wirausaha-wirausaha baru yang
handal dan tangguh, sehingga mampu menciptakan peluang kerja
baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakat. dalam realitas
hubungan sosial yang berbasis nilai keagamaan.
Nilai keagamaan ini menjadi basis kedekatan pesantren
dengan masyarakat. Hubungan kedekatan pesantren dan masyarakat
dibangun melalui kedekatan psikologis dan ideologis.
Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakan dan
diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran
dasar Islam. Pesantren memenuhi kreteia yang disebut dalam konsep
5
pembangunan, yaitu membangun kemandirian, mentalitas,
kelestarian, kelembagaan dan etika. Pesantren seperti sebuah ruang
bebas pendidikan yang mempunyai karakter nilai, yaitu nilai
keagamaan , sedangkan norma yang dimilki yaitu norma masyarakat
serta berciri mandiri yaitu tanpa uluran tangan lembaga luar.
Pesantren terdiri dari pengasuh (kyai) santri (murid) dan pengurus
(santri yang ikut membantu kyai dalam mengajar atau biasa
dikatakan badal).
Biasanya ketiga unsur tersebut erat sekali hubungannya,
sehingga memperlancar aktifitas yang ada di pesantren itu sendiri.
Seorang santri dapat belajar agama dengan baik dan teratur sesuai
dengan aturan-aturan yang ada. Para pengurus disamping itu juga ikut
belajar dan memperlancar ilmunya dengan membantu mengajar
sebagai manifestasi dari bagian ilmu yang ia terima dari seorang kyai.
Pondok pesantren Madinatunnajah Jombang merupakan pondok
pesantren bersifat modern yang memberikan pengetahuan umum dan
bekal kewirausahaan di samping pengajaran agama islam yang
diterapkan dalam kurikulumnya. Kewirausahaan di pondok pesantren
ini salah satunya terwujud dalam kegiatan pelatihan pembuatan roti
dan tempe.
Pelatihan pembuatan roti dan tempe merupakan bagian dari
kegiatan santri yang diberikan pondok pesantren, pelatihan tersebut
bertujuan agar kelak mereka menjadi seorang teladan bagi
masyakarat sekitarnya nanti. Teladan tidak hanya merupakan lulusan
pondok pesantren yang identik dengan pendakwah, namun juga
teladan dalam kegiatan perekonomian dengan mengantongi bekal
kewirausahaan yang mereka miliki.
6
Madinah Bakery Pesantren Madinatunnajah sejah awal 2010
mendirikan Madinah Bakeri sebagai wadah keterampilan tataboga
bagi para santrinya baik laki-laki maupun perempuan. Kegiatan yang
dinamai Tempat Pendidikan Ketemapilan Usaha (TPKU)
Madinatunnajah ini merupakan upaya dan misi dari Pesantren
Mdinatunnajah untuk menciptakan santri mandiri. “Jangan sampai
mereka kbih keluar dari pesantren ini hanya mampu menjadi
pendakwah. Tetapi juga mampu berwirausaha, setidaknya
memberikan pendidikan wirausaha bagi masyarakat,” (ungkap
Ramadhous), Direktur Perguruan Tinggi Madinatunnajah kepada
Bogasari Selasa 31 Agustus 2010”.
Beranjak dari pemikiran itulah pondok pesantren
Madinatunnajah mulai menjejaki pendidikan wirausaha bagi para
santrinya. Saat yang bersamaan kementrian koperasi dan UMKM
membuka program bantuan pendidikan dan pondok pesantren
Madinatunnajah berhasil lolos seleksi. Mereka menjatuhkan pilihan
pada pendidikan keterampilan bidang tata boga. Bantuan senilai
kurang lebih Rp. 200 juta dari Kemenkop dan UMKM itu kemudian
digunakan untuk membeli peralatan bakery dan mendirikan prasarana
pelatihan.
Tujuan lainnya dengan pemberian kewirausahaan ini adalah
untuk meningkatkan keahlian hidup yang dimiliki para santri. dengan
keahlian hidup yang dimiliki tersebut, mereka sudah siap saat
memasuki dunia kerja. Jadi, santri diharapkan tidak hanya bergantung
pada instansi tertentu untuk mendapatkan pekerjaan, namun juga
dapat membuka lapangan pekerjaan sendiri. dengan membuka
lapangan pekerjaan sendiri, tentuya akan membuka peluang kerja.
Hal ini tentu saja dapat menyerap pengangguran yang ada di
7
masyarakat. aplikasinya adalah melalui penyampaian ajaran agama
yang mengajak untuk bekerja keras. Sebagimana firman Allah SWT:
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri ..... (Qs. Al-Ra’d: 11)
Realita yang peneliti temui dilapangan pondok pesantren
Madinatunnajah mengalami kesulitan terkait dengan pemberian bekal
kewirausahaan yang ada. Masalah tersebut berasal dari pondok
pesantren sendiri, sulitnya pondok pesantren dalam mengatur waktu
untuk memberikan bekal kewirausahaan bagi para santrinya.
Mengingat begitu banyak kegiatan keagamaan yang ada di pondok
pesantren serta kurikulum yang begitu padat, sementara waktu yang
tersedia begitu terbatas. Pondok pesantren dituntut untuk memberikan
ilmu umum, ilmu agama serta pemebrian bekal kewirausahaan.
Mengelola konsep apapun tentang pesantren sebenarnya
bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih dahulu harus diingat
adanya kenyataan bahwa tidak ada konsep yang mutlak rasional, dan
paling afdhol diterapkan di pesantren, baik karena sejarah
pertumbuhannya yang unik maupun karena tertinggalnya pesantren
dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lain dalam melakukan
kegiatan-kegiatan teknis, pesantren belum mampu mengelolah,
apalagi dalam melaksanakan konsep yang disusun berdasarkan
pertimbagan rasional. Bagaimanapun sistematis dan metodisnya
sebuah konsep, setidaknya untuk generasi kini, semua konsep yang
8
demikian akan menghadapi hambatan-hambatan luar biasa dalam
pelaksanaanya.2
Dalam pelaksanaannya, manfaat program terwujud apabila
strategi program mampu dijalankan dengan baik oleh pelaksana
program maupun sarana program. Strategi program merupakan tahap
yang paling krusial karena seberapa baiknya konsep suatu program
jika tidak ada strategi yang dijalankan dengan baik maka tujuan
program tidak akan tercapai.
Pondok pesantren Madinatunnajah Jombang sebagai sebuah
lembaga pondok pesantren yang berusaha memberikan pelatihan
pada santri dan tentu untuk mencapai tujuan tersebut merupakan
pondok pesantren yang khas dan penting untuk diteliti. Dari uraian di
atas penulis tertarik lebih jauh untuk meneliti strategi apa yang
dipakai oleh pondok pesantren Madinatunnajah upaya menumbuhkan
kewirausahaan santri dengan judul “Srategi Menumbuhkan Semangat
Kewirausahaan Santri Melalui Usaha Pembuatan Roti dan Tempe di
Pondok Pesantren Madinatunnajah”
B. Batasan Masalah
Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang masalah
bahwa begitu banyaknya kegiatan santri yang dilakukan pondok
pesantren, maka penulis memfokuskan pada Strategi menumbuhkan
semangat kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan
tempe saja agar dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis,
terarah, jelas dan fokus.
2 A. Halim Suhartini, Manajemen Pesantren (Yogyakarta : PT. Pelangi Aksara.
2005)h. 67-68
9
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi menumbuhkan semangat kewirausahaan
santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe di pondok
pesantren madinatunnajah?
2. Apa hasil yang didapatkan dari pencapaian strategi tersebut?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap masalah tentu
mempunyai tujuan tertentu. Penelitian dengan judul strategi
menumbuhkan semangat kewirausahaan santri melalui usaha
pembuatan roti dan tempe di pondok pesantren madinatunnajah
mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana strategi menumbuhkan
semangat kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan
roti dan tempe di pondok pesantren madinatunnajah
b. Untuk mengetahui pencapaian dari strategi menumbuhkan
semangat kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan
roti dan tempe di pondok pesantren madinatunnajah
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi ilmu-ilmu
kemasyarakatan, lingkungan dan dapat dijadikan referensi
maupun rujukan dalam kajian strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe di
pondok pesantren madinatunnajah
10
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan,
kreativitas, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis secara
langsung di lapangan. Bagi masyarakat, penelitian ini
memberikan sumbangan pengetahuan dan motivasi tentang
pentingnya kewirausahaan.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif dalam kondisi sewajarnya untuk
dirumuskan menjadi generelisasi yang dapat diterima oleh akal sehat
manusia.3 Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitain misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khususnya alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.4 Dalam penelitian ini penulis
berupaya mendeskrpsikan atau melihat fenomena tentang strategi
menumbuhkan semangat kewirausahaan santri melalui usaha
pembuatan roti dan tempe di pondok pesantren madinatunnajah dan
berusaha menggambarkan dengan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam, tinjauan pustaka, dan pengamatan di lapangan
yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Penulis ingin melihat
proses yang terjadi dalam strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe di
pondok pesantren madinatunnajah.
3 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah mada
University Press, 1992) Cet. 1 h. 3 4 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 6
11
3. Macam dan Sumber Data
Adapun macam data pada penelitian ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-
kata dan tindakan. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil wawancara dengan responden
di lapangan serta hasil observasi pada subjek penelitian, yaitu
data berasal dari Pimpinan, Ustadz dan Santri Pondok
Pesantren Madinatunnajah.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah berupa catatan atau dokumen
yang diambil dari berbagai leterature, internet atau tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sehubung dengan penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.5 Obervasi atau
pengamatan adalah metode pengumpulan yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan baru
dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian
apabila memilki kriteria yaitu : pengamatan digunakan dalam
penelitian dan telah direncanakan secara serius, pengamatan
harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
5 Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2000)h. 54
12
ditetapkan, serta pengamatan dicatat secara sistematik dan
dihubungkan dengan proporsisi umum dan bahkan dipaparkan
sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.6
Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh data
peneliti mengunjungi dan meninjau lokasi penelitian yaitu
Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang, sambil
mengamati dan mencatat kejadian yang sedang berlangsung
dalam kegiatan kewirausahaan santri di lokasi penelitian.
Sehingga dapat terlihat dampak dari kegiatan yang diberikan
Pondok Pesantren Madinatunnajah kepada
santriawan/santriwati.
Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan
peneliti menggunakan beberapa alat bantu, antara lain
handphone yang sudah dilengkapi kamera, buku tulis dan
pulpen. Alat bantu kamera digunakan oleh peneliti untuk
merekam kejadian dalam bentuk gambar dan membantu
mengingat apa yang dilihat pada saat observasi. Sehingga
peneliti hanya terfokus pada pengamatan yang membutuhkan
penglihatan. Buku tulis dan pulpen membantu peneliti dalam
mencatat kejadian pada objek peneliti.
b. Wawancara
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) waancara, dimana
pewawancara dan informan terlihat dalam kehidupan sosial
6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2008), h.115
13
yang relatif lama. Dengan demikian wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.7
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Ustadz
Lingga Selaku Penanggung Jawab Pondok Pesantren
Madinatunnajah. Peneliti mengadakan Tanya jawab
berkenaan dengan strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri pondok pesantren Madinatunnajah.
c. Studi kasus
Studi dokumentasi mencari data yang tertulis, baik
berupa buku, jurnal atau tulisan.8 Dokumentasi adalah
pengumpulan bahan tertulis ataupun film yang memiliki sifat
alamiah, sesuai dengan konteks dan berada dalam konteks
sehinga dapat digunakan sebagai bukti untuk pengujian.9
Dalam hal ini untuk memperoleh kelengkapan data peneliti
meminta langsung kepada penanggung jawab pondok
pesantren Madinatunnajah.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu menelaah seluruh daya yang bersedia
dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh dari lapangan
melalui wawancara, pengamatan dokumetasi pribadi, dokumen
resmi dan foto. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan
bekerja menggunakan data, mengorganisasi data, memilah-
milihnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan
7 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, h.108 8 Imam Supragayo dan Tobroni , Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 34 9 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 216-217
14
kepada orang lain.10 Dalam menganalisis data hasil peneliti
menjelaskan catatan hasil temuan lapangan dan setelah itu
disimpulkan.
6. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan,
yaitu derajat kepercayaan, keterahlian, kebergantungan, dan
kepastian.11
Dalam penelitian penulis menggunakan pertama kriterium
derajat kepercayaan. Berfungsi sebagai melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai, dan menunjukan derajat kepercayan hasil-hasil
penemuan dengan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan
ganda yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan beberapa kali kunjungan ke Lembaga Pendidikan
Islam Pondok Pesantren Madinatunnajah untuk melakukan
wawancara, observasi langsung saat berjalannya pelatihan,
meminta dokumentasi Pondok Pesantren Madinatunnajah dalam
proses kegiatan di dalam pesantren. Kedua, triangulasi yakni
teknik keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Membandingkan apa yang dikaitkan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
10 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h.247-248 11 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h.324-331
15
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
7. Instrumen dan Alat bantu
Intrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini
tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian.12
8. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan pemilihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling, bertujuan dimana
informan dipilih berdasrkan pertimbangan tertentu dan dianggap
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Peneliti menggali dari
pihak-pihak yang terlibat dalam strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe di
pondok pesantren madinatunnajah.
9. Nama-nama peserta (santri) yang mengikuti pelatihan
Tabel Nama-nama Peserta Pelatihan
No Nama Kelas
1. Akmalu Ramadlan
2 Aliyah
12 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) h. 168
16
2. Fauzan Novriandi
2 Aliyah
3. Irham Hujatul Kamil
3 Aliyah
4. MuhammadFarhan Fatullah
2 Aliyah
5. Miftahur Rosyidi
3 Aliyah
6. M. Sulpi
3 Aliyah
7. Ayu Nur Assyifa
3 Aliyah
8. Elsiani
3 Aliyah
9. Najfi Ahla Multazam
2 Aliyah
10. Riyadil Jannah
3 Aliyah
11. Rizqa Nuur Ikhsan
3 Aliyah
12. Syiva Nur Fauziah
3 Aliyah
13. Ulfa Nurul Aini
3 Aliyah
14. Wilda
3 Aliyah
15. Adnan Shoheh Soebahagia
2 Aliyah
16. Frans Maulana Al-Fath
2 Aliyah
17. Husni Mubarok
2 Aliyah
18. Luthfi Awaluddin Linuwih 3 Aliyah
17
19. M. Amar Khaerudin
3 Aliyah
20 Muhammad Farhan Fatullah
3 Aliyah
21. Miftahur Rosyidi
3 Aliyah
22. M. Agung Aulia
3 Aliyah
23. Muhamad Rohim
3 Aliyah
24. Muhammad Fitra Mafaiz
3 Aliyah
25. Muhammad Hurry
3 Aliyah
26. Muhammad Rais Habibi
3 Aliyah
27. Muhammad Yazid Nur Rochman
3 Aliyah
28. Nirwan Dwi Putra
3 Aliyah
30. Rizky Aulia
3 Aliyah
31. Wirachman Yusuf
3 Aliyah
32. Afifah Nabilah Zulfikar
3 Aliyah
33. Aisyah Nur Inayah
3 Aliyah
34. Evi Tamimi
3 Aliyah
35. Febi Nur Ayu Monika
3 Aliyah
18
36. Feny Melinda Musdar
3 Aliyah
37. Kiki Rahmawati
3 Aliyah
38. Monica Sari
3 Aliyah
39. Ranistina Pangestu
3 Aliyah
40. Sephia Zamrud Nirmala
3 Aliyah
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulan 2016
10. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai 19 Oktober 2016 sampai
19 April 2017 . Dengan catatatan peneliti ini akan berakhir jika
data-data yang diperlukan dalam penelitian telah rampung dan
dirasa cukup. Sedangkan hal-hal yang lainnya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl.
Jombang-BSD No. 97 Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan.
Alasan peneliti melakukan di daerah tersebut karena kebanyakan
pondok pesantren hanya mengajarkan/memberikan tentang ilmu
agama saja tanpa mengajarkan tentang pelatihan/kewirausahaan
bagi para santrinya.
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini sudah banyak peneliti yang meneliti
pemberdayaan masyarakat dalam lembaga, yayasan dan sebagainya.
Akan tetapi fokus kajiannya berbeda namun subjeknya sama yaitu
masyarakat (santri)
19
I. Judul skripsi : Strategi Pemberdayaan Santri Melalui
Pengembangan Life Skill di pondok pesantren Nurul Ummah
Kotagede Yogyakarta
Penulis : Chosinatul Choriyah
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Isi pokok : Skipsi ini berisikan tentang pemberdayaan para
santri yang dilakukan oleh pondok pesantren Nurul Ummah
dalam Pembangunan Life Skill
II. Judul skripsi : Strategi Pemberdayaan Masyakarat Berbasis
Pondok Pesantren ASWAJA Lintang Songo Sitomulyo,
Bantul.
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Isi pokok : Bagaimana cara mengembangkan kewirausahaan
bagi para santri melalui kelompok dan dukungan kerjasama
dari pihak lain sebagai penguat adanya kewirausahaan atau
pelatiahan para santri tersebut.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Merupakan bagian dari pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik penentuan
informan, teknik analisa data, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Akan memaparkan mengenai tujuan teoritis, pengertian
strategi, pengertian kewirausahaan, pengertian pelatihan, cara
pembuatan roti, cara pembuatan tempe dan pengertian pondok
pesantren
20
BAB III : Akan memaparkan mengenai visi dan misi sejarah singkat
pondok pesantren, kurikulum pondok pesantren, struktur pengurusan
organisasi
BAB IV : Akan memaparkan mengenai hasil temuan lapangan yang
meenganalisa hasil penelitian mengenai strategi menumbukan
semangat kewirausahaan santri melalui pelatihan pembuatan roti dan
tempe .
BAB V : Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh
dan akan dijelaskan secara konkrit yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi para santri itu sendiri.
21
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategos”
(stratus: militer dan Ag : memimpin) yang berarti “generalship” atau
sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat
rencana untuk memenangkan perang, konsep ini relevan dengan
situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana
jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang.13
Pada awalnya konsep strategi (strategy) didefinisikan sebagai
berbagai cara mendapatkan tujuan (ways to achieve ends). Konsep
generic ini terutama sesuai dengan perkembangan awal penggunaan
konsep startegi yang digunakan dalam dunia militer. Strategi dalam
dunia militer adalah berbagai cara yang digunakan oleh panglima
perang untuk mengalahkan muuh dalam memenangkan pertempuran
(war). Sedangkan cara yang digunakan oleh pasukam untuk
memenangkan pertempuran (battle)disebut dengan istilah taktik.14
Definisi strategi yang diberikan oleh para ahli beragam, berikut ini
beberapa definisi strategi dari beberapa ahli:
Menurut Alfred Chandler strategi adalah “the determination
of long-term goals on enterprise and the adoption of courses of action
and the allocation of resources necessary for carrying out these goals
(penentuan tujuan jangka panjang organisasi dan adopsi
13 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management :Back to Basic
Approach, (Jakarta: PT Gravindo Utama, 2003),h.19 14 Ismail Solihin, Analisa Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi,
(Jkaarta :PT Gunung Agung, 1998)Cet, Ke-2, h.17
22
tindakan dan alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan tersebut). sedangkan menurut Kenneth
Andrews merumuskan startegi sebagai “ the pattern of objectives,
purposes goals, and the major policies and plans for achieving these
goals stated in such a way as to define what business the company is
in or should be in and the kind of company it is or shoulds be”15(pola
tujuan, tujuan dan kebijakan utama dan rencana untuk
mencapai tujuan ini dinyatakan dalam cara tertentu untuk
menentukan apa bisnis organisasi ini atau harus dalam dan jenis
organisasi itu adalah atau seharusnya).
Menurut Sondang Siagan, strategi adalah cara yang tebaik
untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai
dengan tuntutan perubahan lingkungan.16 Menurut Prof. Dr. A.M.
Kardiman, startegi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka
panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta
pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumberdaya-
sumberdaya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. jadi
strategi menyangkut soal pengaturan jangka panjang tidak
kalah bersaing.17
Menurut Prof Drs. Onang Uchana Efendi, MA, stretegi pada
hakekatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk
mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan
arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik
15 Ibid, h.25 16 Sondang Siagan, Analisa Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta:PT Gunung Agung,1998), Cet, Ke-2, h.17 17 A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT Pronhalindo), h. 58
23
operasionalnya.18 Menurut Steiner dan Minner, stratgei adalah
penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran orgnisasi, dengan
mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
startegi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implmentasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama
organisasi akan tercapai.19
Sedangkan strategi dalam kamus besar Bahas Indonesia
adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.20 Stategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu
tujuan akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja,
melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya.21
B. Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Erman adalah semangat, sikap,
prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarahkan pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja dengan meningkatkan efesien dalam rangka
memberi pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar.22 Hirrich dan Franky Slamet menjalankan
kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dan
18 Onang, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h.32 19 George Steiner dan Jhon Minner, Manajemen Strategik, ( Jakarta:Erlangga),
h.20. 20 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h.
859 21 Onang Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, (Bandung,: Rosda, 2007),h. 32 22 Erman Suherman, Desain pembelajaran Kewirausahaan (Bandung : Alfabeta,
2010), h.6
24
memiliki nilai dengan mengorbankan waktu dan tenaga.23 Gunawan
Sumodiningrat berpendapat bahwa kewirauahaan adalah segala
kegiatan ekonomi dan upaya mayarakat untuk memenuhi usaha
pedagang modal dan pelayanan jasa sebagai bentuk mata pencaharian
dengan modal yang dikembangkan.24
Dari beberapa definisi diatas, inti kewirauahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui berfikir kreatif dan inovatif untuk menunjang kebutuhan
masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.
C. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan wahana untuk membangun sumber daya
manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.
Karena itu, kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja
terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam,
berat pada abad ini. berkaitan dengan hal tersebut merupakan salah
satu cara untuk memberdayakan masyarakat.
Pelatihan akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu
adalah untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan
keterampilan atau masing-masing kadar kemampuannya. Secara
umum pelatihan adalah proses untuk mengubah sikap dan tingkah
laku, untuk memenuhi tujuan organisasi. Proses berlangsung secara
terus menerus baik resmi maupun tidak resmi. Proses pelatihan resmi
adalah program pelatihan yang dikoordinasikan secara khusus dan
terarah, baik dikelas maupun di tempat kerja, sedangkan yang tidak
23 Franky Slamet, Dasar-dasar Kewirausahaan: Teori dan Praktik (Jkaarta: PT.
Indeks, 2014), h. 5 24 Gunawan Sumodiningrat, Zakat & Kewiraushaan (Jakarta: CED, 2005), h. 37
25
resmi adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku yang dilakukan
sambil bekerja dengan pengarahan dan contoh dari atasannya atau
ahlinya.25
Penggunaan istilah pelatihan (training) berdasarkan pendapat
Andrew F. Sikula adalah bahwa pelatih (training) adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis
dan terorganisir dimana para peserta mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dan tujuan terbatas.26
Menurut Dr. Oemar Hamalik melihat dari segi operasional,
pelatihan diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian
tindakan (upaya) yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk
kepribadian kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
professional kepelatihannya dalam satuan waktu yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja pesarta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkakan efektifitas dan produktifitas
dalam suatu organisasi.27
Begitu juga menurut Veithzal Rivai, bahwa pelataihan adalah
sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar system
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan
metode yang lebih mengutamakan praktik dan teori.
Pelatihan secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja dimasa mendatang.
25 Tandjung Mursanto, Sistem Manajemen Semseta (Jakarta: Dunia Bulan Bintang,
1995)h. 132-133 26 Anwar Prabu Mangjunegara. Manajemen Sumber Daya Perusahaan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2001) Cet. Ke-3. h.44 27 Oemar Hamalik, Pembangunan Sumber Daya Manusia Manjemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Trepadu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005)h.10
26
Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep pelatihan lebih
lanjut, yaitu:
a. Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah
laku peserta untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan
berkaitan dengan keahlian dan kemampuan peserta untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini. pelatihan memiliki orientasi
saat ini dan membantu peserta untuk mencapai keahlian dan
kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan
pekerjaaanya.
b. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk
memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk
memperoleh pkerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan
kemampuan, sikap, dan pengetahuan.28
2. Manfaat Pelatihan
Banyak manfaat yang bisa didapat dalam melakukan
pelatihan baik untuk peserta pelatihan, maupun penyelenggara
peletihan. Setidaknya ada tujuh manfaat yang dapat diambil melalui
penyelenggara program pelatihan, diantaranya adalah :
a. Peningkatan produktivitas organisasi sebagai keseluruhan
antara lain karena tidak terjadinya pemborosan, karena
kecermatan melaksanakan tugas, tumbuh suburnya kerjasama
antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan kegiatan
yang berbeda-beda dan bahkan spesialistik, meningkatnya
tekad mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarmya
koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai sutau
kesatuan yang bulat dan utuh.
28 Veithzal Rivai, Maajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori
ke Praktek (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.226
27
b. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan
bawahan antara lain karena adanya pendelegasian wewenang,
interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara
teknikal maupun intelektual, saling menghargai dan adanya
kesempatan bagi bawahan untuk berpikir dan bertindak secara
inovatif
c. Terjadinya proses pengambilan yang lebih cepat dan tepat
karena melibatkan para pegawai yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan oprasioanl dan tidak
sekedar diperintahkan oleh manajer.
d. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam
organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi.
e. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan
gaya menejerial yang parsitifatif
f. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada
gilirannya memperluas proses perumusan kebijaksanaan
organisasi operasionalnya.
g. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya
adalah tumbuh suburnya rasa persatuan dan suasana
kekeluargaan di kalangan para anggota organisasi.
3. Metode Pelatihan
Metode Pelatihan yang akan dilakukan pada saat pelatihan
berlangsung yaitu dengan menggunakan :
Tabel Metode Pelatihan Pesantren Madinatunnjah
No METODE PELATIHAN
1 Metode ceramah,dimanpara santri mendengarkan
pemaparan dari instruktur mengenai materi yang telah
diberikan.
28
2 Diskusi, dimana para santri (peserta) mendiskusikan
materi yang telah diterima di dalam kelompok masing-
masing yang dibimbing oleh instruktur
3 Prektek, para santri (peserta) mempraktekan ilmu yang di
dapat dari pelatihan ini benar-benar menghasilkan manfaat
bagi para pesarta masing-masing
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
Table diatas menjelaskan bahwa ada tiga metode yang
diberikan dipondok pesantren Madinatunnajah Jombang yaitu :
metode ceramah, diskusi dan praktek.
D. Cara Pembuatan Roti
1. Bahan-bahan pembuatan roti
a) Tepung terigu
b) Ragi
c) Kuning telur
d) Gula pasir
e) Susu cair
f) Air putih dingin
2. Cara pembuatan
a) Pisahkan kuning telur
b) Campur terigu dengan ragi di dalam wadah
c) Tambahkan gula pasir sesuai selera agar roti memiliki rasa
d) Kemudian campurkan kuning telur ke dalam tepung terigu
agar roti menjadi empuk
e) Lalu tambahkan margarine ke dalam adonan roti
29
f) Campur susu dengan air dingin agar adonan menjadi aklis
dengan cara mengaduknya secara perlahan hingga lama
kelamaan adonan berubah menjadi kalis
g) Terakhir tutup adonan dengan kain basah kurang lebih selam
1 jam
g) Margarine
E. Cara Pembuatan Tempe
1. Peralatan yang dibutuhkan
a) Baskom
b) Saringan
c) Dandang
d) Kipas kayu
e) Sotel kayu
f) Tampah
2. Bahan-bahan
a) Kacang kedelai
b) Ragi tempe atau baikan murni Rhizopus sp
c) Kantong plastic, atau daun pisang
3. Cara pembuatan
a) Biji kedelai dicuci dengan bersih
b) Kemudian direbus selama 2-3 jam
c) Setelah itu direndam kedalam drum selama satu hari
d) Pengupasan kulit ari dimasukan ke dalam mesin setelah dicuci
bersih
e) Keping-keping kedelai dicuci bersih
f) Peragihan pada keping kedelai yang telahg didingikan dengan
merata
30
g) Kedelai yang telah dicampur ragi direbus dengan plasik dan
disimpan selama 1-2 hari hingga menghasilkan tempe.29
Tahapan Pembuatan Tempe
Penyortiran
Pencucian
Perebusan
Pengelupasan Kulit
Perendaman
Perebusan II Pendinginan
Proses penyortiran bertujuan untuk memmeproleh tempe yang
berkualitas, yaitu memilih biji kedelai yang bagus dan padat dan
berisi. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang
melekat maupun tercampur di dalam biji kedelai. Perebusan
bertujuan untuk melunakan biji kedelai dan memudahkan dalam
pengelupasan kulit.
29 Hasil wawancara dengan Mang Rokani 06 Mei 2017
31
Perendaman bertujuan untuk melunakan biji dan mencegah
pertumbuhan bakteri pembusukan selama fermentasi. Salah satu
faktor yang penting dalam perubahan selama perendaman adalah
terbebasnya senyawa-senyawa isoflavon dalam bentuk bebas proses
perendaman kedelai juga bertujuan untuk hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar
diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau
asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri
lactobactillus asam laktat dan pengemasan ini ternyata juga
bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-
bakteri beracun.
F. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Sebelum tahun 60-an pusat-pusat pendidikan pesantren di
Jawa dan Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok
barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang
disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bamboo. Atau
barangkali berasal dari kata Arab funduq yang berarti hotel atau
asrama.30
Sedangkan perkataan pesantren berasal dari kata santri,
dengan awalan “pe” didepan dan akhiran “an” yang mempunyai arti
tempat tinggal para santri. sedangkan asal-usul kata santri dalam
pandangan Nurcholis madjid dapat dilihat dari dua pendapat.
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa santri berasal dari
perkataan santri sebuah kata yang berasal dari sansakerta yang
30 Zamakhasari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES,1985), h. 18
32
artinya melek hurup. Disisi lain, Zaamakhsyri Dhofier berpendapat
kata santri dalam bahasa india yang berarti orang yang tahu buku-
buku agama hindu, atau seseorang sarjana ahli kitab suci agama
hindu atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci, ataupun
buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata cantrik yang berarti
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu
pergi menetap. Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan
sebutan pondok pesantren, pondok pesantren berasal dari bahasa
Arab funduq, yang berarti hotel, asrama atau tempat tinggal
sementara.31
Pengertian terminology pesantren diatas mengidentifikasikan
bahwa secara cultural pesantren lahir dari budaya Indonesia. Dari
sinilah barangkali Nurcholis Madjid berpendapat, secara historis
pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, akan tetapi
makna keaslian Indonesia. Sebab memang cikal bakal lembaga
pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Bhuda dan islam
tinggal meneruskan, melestarikan dan mengislamkan.32
Sedangkan menurut KH. Imam Zakhasyi, mengatakan bahwa
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan kyai
sebagai tokoh utamanya dan masjid sebagai pusat lembaganya. Istilah
pesantren disebut dengan surau didaerah Minangkabau, pondok di
Jawa Barat dan rangkong Aceh.33
31 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, ibid., h.25 32 Ibid, Nurcolis Madjid,.h. 25 33 Imam Zakhasyi, Peranan dan Pengembangan Pondok Pesantren di Indonesia,
(Materi Penataran Wartawan Agama di Pondok Pesantren Moder nGontor), 13 Juni
1974,.h. 67
33
Pendidikan yang diberikan di pondok pesantren adalah
pendidikan agama dan akhlaq. Sejalan dengan itu, panggilan yang
mendorong kyai mengajarkan pengetahuan agamanya kepada santri
adalah rasa wajib berbakti kepada Allah SWT, begitu pula halnya
dorongan yang menggerakkan hati para santri dalam menuntut
ilmu.34
Fenomena lain dari pondok pesantren yang menjadi cirri
kepribadiannya, adalah jiwanya yaitu ruh yang mendasari dan
meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh segenap keluarga
pondok. Ruh tersebut dirumuskan oleh Imam Zakhasyi dengan “
Panca Jiwa Pondok” berupa : 1. Keikhlasan 2. Kesederhanaan 3.
Persaudaraan 4. Menolong diri sendiri dan 5. Kebebasan.
Pondok pesantren sebagai lembaga taqquh fiddien yang
mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran, serta
pelestarian islam. Dari segi kemasyarakatan menjalankan
pemeliharaan dan pendidikan mental.
2. Komponen Pesantren
Pondok, Masjid, Santri, Kitab-kitab islam klasik dan Kyai
merupakan lima komponen (elemen) dasar dari tradisi pesantren. ini
berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang
sehingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya
menjadi pesantren. berikut ini akan dijelaskan satu persatu mengenai
komponen-komponen pesantren yaitu:
a) Pondok
Pondok atau asrama bagi para santri merupakan cirri khas
tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem
pendidikan tradisional dimasjid-masjid yang berkembang
34 Ibid, h,43
34
dikebanyakan wilayah islam negara-negara lain. Bahkan sistem
asrama inipun yang membedakan pesantren dengan sistem surau
didaerah minangkabau.
b) Masjid
Masjid merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan
dengan pesantren dan sudah dianggap sebagai tempat yang paling
tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat
lima waktu, khutbah dan sholat jum’at dan juga pengajaran kitab-
kitab klasik. Lembaga-lembaga pesantren di jawa memelihara
terus tradisi ini.
c) Pengajian kitab-kitab klasik
Pada masa lalu, pengajian kitab-kitab islam klasik,
terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham
syafi’iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang
diberikan dalam lingkungan pesantren. tujuan utamanya dari
pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama, untuk
mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan agama.
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang biasa dianjurkan dipesantren
dapat digolongkan kedalam delapan kelompok yaitu: 1. Nahwu
dan Shorof 2. Fiqih 3. Ushul Fiqh 4. Hadits 5. Tafsir 6. Tauhid 7.
Tasawuf dan Etika 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan
Balaqoh.
d) Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan
orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa diesbut kyai
bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam
pesantren tersebut mempelajari kitab-kitab islam klasik. Santri
tergolong pada dua kelompok yaitu: Pertama, Santri Mukmin
35
yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan
menetap dalam kelompok pesantren. Kedua, Santri Kalong yaitu
murid-murid yang berasal dari desa-desa disekeliling pesantren
biasanya tidak menetap dipesantren.
e) Kyai
Kyai merupakan komponen yang paling esensial dari
suatu pesantren. ia bahkan merupakan seringkali sebagai
pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu
pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi
kyainya. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa Jawa
dipakai untuk tiga jenis gelar berbeda yaitu :1. Gelar kehormatan
bagi barang-barang yang dianggap keramat 2. Gelar kehormatan
bagi orang-orang tua pada umumnya 3. Gelar yang diberikan oleh
masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau
menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab klasik pada
santrinya.
Perlu ditekankan disini bahwa ahli-ahli ilmu pengetahuan
Islam dikalangan umat islam disebut ulama. Di jawa barat mereka
menganggap ajengan. Di jawa timur dan tengah, ulama yang
memimpin sutau pesantren disebut kyai.
36
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah
1) Letak Geografis
Pondok pesantren Madinatunnajah terletak di Jl. Jombang
BSD No. 97 Jombang Raya Lele Kec. Ciputat Kota Tanerang Selatan
Banten 15414. Pondok pesantren Madinatunnajah terletak kurang
lebih 11 km dari Kampung Utan Ciputat Kota Tangerang. Adapun
batas-batas pesantren Madinatunnajah yaitu :
a) Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
b) Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk
c) Sebelah selatan berbatasan dengan jalanraya
d) Sebelah barat berbatasan deengan rumah penduduk
Pondok pesantren Madinatunnajah yang dipinggir desa ini
dengan lahan yang luas memberikan keuntungan yang sangat besar
bagi pendidikan yaitu santri dapat belajar dengan tenang dan
konsentrasi dalam mendalami ilmu. Posisi masjid dan bangunan
rumah kyai ada ditengah pesantren sehingga mudah untuk
mengadakan kegiatan pendidikan.35
B. Sejarah Singkat
Pondok pesantren Madinatunnajah didirikan pada tanggal 14
Februari 1997 oleh Almukaromah Drs. Mahrus Amin sebagai ketua
Yayasan pendidikan dan Wakaf Islamiyah Annajah (YPWIA),
dibangun atas lahan milik pribadinya seluas 2 hektar (sekarang
berkembang menjadi dua setengah hektar) terletak di Jombang
Tangerang Selatan. Kemudian diresmikan oleh KH. Shoiman.
35 Ustadz Fajar, Wawancara pada Tanggal 22 Oktober 2016
37
Pendiri pondok pesantren Drs. Mahrus Amin bercita-cita
untuk mendirikan 1000 (seribu) pesantren di Indonesia sesuai yang
diamanatkan oleh KH Imam Zarkasyi pendiri pondok pesantren
Modern Gontor. Maka ketika mendapat kesempatan untuk berdoa di
dalam ka’bah beliau memohon agar diberikan kemampuan untuk
mewujudkan cita-citanya tersebut melalui Darunnajah sebagai
lambang perjuangan Rasulullah SAW di makkah dan
Madinatunnajah sebagai lambang di Madinah.
Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren
Madinatunnajah di setiap daerah diharapkan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat di Indonesia, dengan
memberikan kesempatan pendidikan kepada anak-anak bangsa dan
memberikan beasiswa untuk yatim dan dhuafa serta kader-kader
daerah.
Proses pendidikan dan pengajaran di pesantren
Madinatunnajah berlangsung selama dua puluh empat jam, baik di
dalam dan di luar kelas, agar terbentuk karakter kepemimpinan,
mental dan kecakapan hidup life skill pada diri setiap santri yang
berasal dari seluruh nusantara dan luar negeri.36
C. Visi-misi dan Tujuan
a) Visi Pesantren
Menjadi pesantren yang unggul, kompetitif dan peduli
dalam menyiapkan kader-kader pimpinan umat dan bangsa
yang beriman, berkarakter, berpengetahuan luas, kreatif dan
inovatif.
36 Wawancara pribadi dengan Ustadz Fajar pada tanggal 22 Oktober 2016
38
b) Misi Pesantren
- Menyelenggarakan kegiatan pesantren pendidikan yang
beriorentasi pada pengembangan ilmu pengetahuan agama
dan umum sebagai bekal dakwah di masyarakat
- Melakukan kaderisasi dan menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dalam diri setiap santri
- Memberikan pelatihan leadership dan wirausaha untuk
mengembangkan kreatifitas, inovasi dan jiwa kompetensi
santri dalam dunia modern.
c) Tujuan Pesantren
Tujuan umum pondok pesantren Madinatunnajah
adalah membina warga agar berkpribadian muslim sesuai
dengan ajaran-ajaran agama islam dan menanamkan rasa
keagamaan tersebut pada semua aspek kehidupannya serta
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, bangsa dan negara.
D. Keadaan Siswa (Santri)
Jumlah santri Tarbiayatul al-mualimin al-islamiyah (TMII)
Jumlah Santri Tahun Pelajaran 2015-2016
No Jenjang Pendidikan L P Jumlah
1 Madrasah Diniyah 64 52 116
2 Raudhatul Athfal 35 38 73
3 Madrasah Ibtidayah 87 88 175
4 Madrasah
Tsanawiyah
108 105 213
5 Madrasah Aliyah 82 50 132
6 Ma’ad Aly 36 11 47
Sumber data diperoleh dariLaporan Bulanan 2016
39
Jumlah santri pada umumnya mengalami peningkatan pada
setiap tahun, hal ini tidak terlepas dengan peran dukungan dan
kepercayaan masyarakat kepada pesantren. menurut hasil wswancara
dengan penganggung jawab pondok pesantren jumlah santri pada
setiap tahun selalu meningkat, dikarenakan ada beberapa faktor yang
mendukung seperti (alumni) pesantren dan kegiatan ektrakulikuler
seperti khitanan missal, pemeriksaan umum dan majelis ta’lim serta
kegiatan keagamaan lainnya sehingga bermanfaat dan bisa memberi
kontribusi masyarakat.
E. Jumlah Santri Pelatihan
Jumlah santri yang mengikuti pelatihan roti
No. Nama Santri
1. Akmalu Ramadhan
2. Fauzan Novriandi
3. Irham Kamil
4. M. Farhan Fathullah
5. Mihtahur Rasyidi
6. M. Sulpi
7. Ayu Nur As-syifa
8. Elsiani
9. Najfi Ahla
10. Riyadil Jannah
11. Rizka Nur Ikhsan
12. Syifa Nur. F
13. Ulfa Nurul Aini
14 Wilda
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
40
Jumlah santri yang mengikuti pelatihan tempe
No. Nama Santri
1. Adnan Sholeh .S
2. Frans Maulana
3. Husni Mubarok
4. Lurtfi Awaludin
5. Muhammad Amar . K
6. M. Farhan
7. Agung Aulia
8. M. Rohim
9. M. Fitra Mafaiz
10. M. Hurry
11. Rais Habibi
12. Yazid Nurrohman
13. Nirwan Dwi Putra
14. Ricky Aulia
15. Wirachman Yusuf
16. Afifah Nabilah.Z
17. Aisyah Inayah
18. Efi Tamimi
19. Kiki Rahmawati
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
F. Kurikulum pondok Pesantren Madinatunnajah
Kurikulum yang digunakan pondok pesantren
Madinatunnajah adalah perpaduan antara kurikulum pendidikan
pesantren dengan kurikulum pemerintah, sehingga lulusannya dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik di dalam
maupun diluar negeri. Perlu diketahui bahwa TMI pondok pesantren
41
Madinatunnajah adalah jenjang pendidikan selama enam tahun yaitu
I, II, daan III SMA dengan menggunakan kurikulum yang
berkaloborasi sesuai dengan nama TMI mendidik santrinya untuk
mampu memimpin dan mampu berdakwah dengan harapan ketika
kembali ke daerah masing-masing dengan konsep Islam.37
G. Kegiatan Pondok Pesantren Madinatunnajah
A. Tabel Program Kegiatan Harian
04.00-05.30 Bangun pagi, shalat malam, jama’ah subuh,
tadarus al-qur’an dan pengajian kitab serta ta’lim
05.30-06.15 Mengulangi pelajaran, berita radio, olahraga dan
mandi
06.15-06-45 Sarapan pagi dan persiapan belajar dikelas
06.45-13-30 Belajar dikalas dan jama’ah zuhur
13.30-15.00 Makan siang, istirahat dan kursus keterampilan
15.00-16.00 Organisasi santri, kursus dan olahraga
17.00-18.00 Mandi dan persiapan kemasjid
18.00-19.15 Jama’ah magrib, tadarusan dan pengajian kitab
19.15-20-45 Jama’ah shalat isya dan pemberian kosa kata
bahasa arab dan bahasa inggris
20.45-21.30 Makan malam
21.30-22.00 Belajar dan istirahat malam
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
37 Wawancara Pribadi dengan Penanggung Jawab Pondok Pesantren
Madinatunnajah pada Tanggal 20 Oktober 2016
42
B. Tabel Program Kegiatan Mingguan
Sabtu Kebersihan umum. Muhadatsah
Ahad Pengajian kaum ibu (masyarakat) latihan
berpidato, diskusi (tingkat aliyah)
Senin
Puasa sunnah (dianjurkan) msuyawarah
organisasi santri madinatunnajah
Selasa Muhadatsah, musyawarah gugus depan
pramuka
Rabu Latihan berpidato, latihan pramuka
Jum’at Pengajian/ceramah dari pimpinan pesantren,
latihan silat, keterampilan seni budaya dan
aktivitas diri
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
C. Program Kegiatan Bulanan
Aneka lomba, laporan pengurus organiasi santri dan gudep
kepada pimpinan pondok pesantren (bulanan), perkenalan, ‘arysy
(porseka) dan jamran (awal tahun pelajaran), rihlah ilmiyah (study
tour) dan rekreasi, pergantian pengurus, laporan umum dan
musyawarah kerja organisasi santri dan gudep pramuka, leadership
dan kepempinan.
H. Struktur Organisasi
Susunan organiasi merupakan elemen yang paling penting
untuk mencapai tujuan bersama. Di mana dalam struktur itu ada
sebuah mekanisme kepengurusan yang disusun atau dibangun secara
teratur untuk mencapai tujuan bersama. Karena aspek ini akan
menjadi dasar dari bagian dan mekanisme tugas dan tanggung jawab
43
para pengurus yang terlibat, selanjutnya akan berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas program
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Madinatunnajah
Pimpinan Ketua Umum Sekertaris
Ka. Pendidikan dasar Ka. TPQ Ka. RA
Ka. MI Ka. Tahfidz Ka. TMII
I. Manfaat Organisasi bagi Santri
Manfaat organisasi bagi santri adalah mengajarkan
kepemimpinan kepada santri agar kelak ketika mereka kembali ke
daerah asalnya dapat memimpin ummat serta melatih tanggung jawab
kepada santri bahwa segala sesuatu yang ada dalam sebuah
kepemimpinan harus dipertanggung jawabkan baik kepada pimpinan
pesantren maupun dihadapan Allah SWT. Selama ada kesungguhan
dan keikhlasan serta didasari dengan tanggung jawab maka sebuah
kepemimpinan akan berjalan sesuai dengan program kerja yang telah
ditentukan, walupun kadang terdapat sedikit hambatan.
J. Sarana dan Prasarana Pondok
Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Madinatunnaajah
44
No. Agenda Jumlah
1. Masjid 1 unit
2. Asrama santri putra 4 gedung
3. Asrama santri putri 4 gedung
4. Kamar mandi putra 18 unit
5. Kamar mandi putri 54 unit
6. Tempat jemuran putra 3 unit
7. Tempat jemuran putri 3 unit
8. Kantor 8 unit
9. Ruang belajar 8 gedung
10. Sarana olahraga 8 unit
11. Ruang pimpinan 1 unit
12. Tempat pelatihan santri (roti) 1 gedung
13. Lab. Computer 1 unit
14. Lab. Bahasa 1 unit
15. Perpustakaan 1 unit
16. Tempat pelatihan santri (tempe) 1 gedung
17. Kantin santri 4 unit
18. Minimarket 1 unit
19. Laundry 2 unit
20. Ruang kesehatan 1 unit
21. Lahan parkir 3 unit
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016
45
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Dalam melakukam penelitian terkait strategi menumbuhkan
semangat kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan
tempe di pondok pesantren Madinatunnajah peneliti melakukan
pengamatan terhadap kegiatan pelatihan tersebut. Pelatihan ini
diberikan kepada para santri khususnya kelas 3 aliyah. Ada banyak
sekali program-program keterampilam di pondok pesantren tetapi
peneliti hanya memfokuskan pada dua program saja yaitu pelatihan
pembuatan roti dan tempe.
Pelatihan merupakan aspek penting untuk menunjang
keberfungsian para santri. Pelatihan dianggap salah satu bentuk
pemberdayaan karena dalam pelatihan membuat individu (santri)
mampu membentuk masa depan sesuai keinginan mereka sendiri.
seperti yang diungkapkan Isbandi Rukminto Aji mengatakan bahwa
pemberdayaan adalah sesuatu yang membahas bagaimana individu,
kelompok maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan atau membentuk masa depan
sesuai keinginan mereka masing-masing.38
Demi mencapai keinginan mereka maka peneliti melakukan
wawancara steategi kewirausahaan sebagai berikut : Bagaimana cara
menumbuhan semangat kewirausahaan santri melalui pembuatan roti
dan tempe yang dilakukan oleh para santri Madinatunnajah dan apa
hasil dari startegi menumbuhkan semangat kewirausahaan santri
melalui usaha pembuatan roti dan tempe.
38 Isbandi Rukminto Aji, Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas,.h.54
46
Kehadiran pondok pesantren Madinatunnajah Jombang yang
memadukan pendidikan agama islam dengan pendidikan umum
termasuk pendidikan kewirausahaan telah menjawab tantangan
zaman dalam memasuki era globalisasi ini yang penuh dengan
persaingan. Unsur-unsur pokok yang terdapat pada pondok pesantren
Madinatunnajah ini adalah kyai, ustadz asrama putra, asrama putri,
wartel, dll.39Kita sadari bahwa kecendrungan untuk mengembangkan
pengetahuan non agama di pesantren merupakan kebutuhan nyata
yang harus di hadapi bagi para lulusan pondok pesantren
Madinatunnajah di masa yang akan datang.
Tujuan pengembangan pesantren adalah mengintegritaskan
pengetahuan agama dan non agama sehingga lulusannya menjadi
manusia yang mampu memandang jauh ke depan sekaligus memiliki
kemampuan praktis. Sebagai kosekuensinya maka pengelola pondok
pesantren memoderisir sistem pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan arah pergerakan masyarakat modern dengan harapan dapat
memenuhi dan menyeimbangkan kebutuhan hidup bagi para santri
dan alumninya dengan berbagai macam pelatihan-pelatihan yang ada
dipondok pesantren Madinatunnajah.
Adapun yang menjadi sasaran utama pada setiap pelatihan
yang diberikan pondok pesantren Madinatunnajah adalah para santri
khususnya kelas III Aliyah serta santri senior. Disamping itu pula
pihak pelaksana merekrut orang-orang yang ada disekitar pesantren
diantaranya.
1. Para pemuda yang tidak melanjutkan sekolah berasal dari
keluarga tidak mampu, baik yang sudah menikah maupun
39 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Lingga, Jombang 15 Desember 2017
47
yang belum menikah dengan latar belakang pendidikan
SD, SLTP, SLTA
2. Alumni pondok pesantren beraal dari desa sekitar yang
tidak mampu dan masih pengangguran
3. Anak asuh pesantren yang didalamnya termasuk dari
mitra usaha pondok pesantren.
Merancang adanya strategi program kewirausahaan
merupakan kegiatan yang harus dilakukan. Berikut ini rancangan
program kewirausahaan di pondok pesantren Madinatunnajah.
Pertama, penyelenggaraan dalam hal ini yang menjadi penyelenggara
melakukan pelatihan-pelatihan adalah koperasi pondok pesantren
Madinatunnajah dengan identitas.40 Sedangkan pelatih dan pemberi
materi pihak dari luar sesuai dengan kebutuhan yang dilakukan.
Kedua, yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pelatihan
kewirausahaan antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Terwujudnya kemandirian santri, pemuda dan alumni
serta anak asuh pesantren peserta pelatihan dalam
berwirausaha
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang dapat dimanfaatkan untuk
berwirausaha guna meningkatkan penghasilan
yang layak untuk kehidupan pesarta pelatihan
dimasa sekarang dan yang akan datang
b. Meningkatkan motivasi dan etos kerja yang tinggi
untuk terus belajar dan berprestasi agar hidup
40 Data KOMPONTREN Madinatunnajah Jombang
48
sejahtera untuk dirinya sendiri atau anggota
keluarga dan masyarakat sekitar.
c. Meningkatkan kesadaran yang tinggi untuk terus
belajar dan berprestasi agar hidup sejahtera untuk
dirinya atau anggota keluarga dan masyarakat.
d. Meningkatkan peran lembaga kepemudaan dalam
penaggulangan pengangguran.
e. Mendorong terbentuknya kelompok usaha yang
dikelola pemuda dan sesuai dengan potensi sumber
daya lokal, beriorentasi bisnis.
f. Mendorong munculnya kegiatan usaha yang dapat
dijadikan tempat belajar.
g. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan terhadap
peserta pelatihan khususnya para santri dan
menggali potensi wirausaha.
Adapun proses yang diterapkan dalam melakukan pelatihan
kewirasuahaan apabila dipresentasikan 30% berbentuk teori dan 70%
berbentuk praktek yang kemudian hampir keseluruhan dari pihak
pelatih dari mitra pondok pesantren Madinatunnajah Jombang.
Sedangkan pencapaian strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe bentuk
upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren Madinatunnajah
Jombang salah satunya ialah dengan menaggulangi permasalahan
kemiskinan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Adapun
bentuk upaya nya ialah dengan membekali para santri dengan
pendidikan dan keahlian hidup yang nantinya dapat dimanfaatkan
ilmu dan keterampilannya dalam rangka mengembangkan ekonomi
serta ilmu keterampilan sekaligus juga dapat mengurangi angka
49
pengengguran. Berdarkan hasil wawancara yang penulis lakukan
kepada para santri, seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan
berkata:
“dengan menekuni pelatihan yang ada di pondok pesantren
saya terbantu dari segi ekonomi dan juga keterampilan”41
“manfaatnya si sekarang saya udah punya penghasilan
sendiri. punya pekerjaan dang a kerja serabutan lagi. Kalo
kerja serabutan kan kalo lagi ada ya ada kalo lagi engga ada
kan nganggur. 42
“Sekarang saya udah bisa bantu ekonomi keluarga, udah bisa
beli apa-apa sendiri. udah bisa mandiri gaperlu minta uang
kepada orang tua43
Dengan adanya program pelatihan di pondok pesantren
menjadikan para santri memilki keahlian hidup yang telah dibekali
oleh pondok pesantren Madinatunnajah dalam rangka
mengembangkan perekonomian mereka. Kegiatan pelatihan
pembuatan roti dan tempe membuka peluang bagi sektor atau pihak
lain untuk meningkatkan aktivitasnya. Adanya lapangan pekerjaan
bagi para pekerja. dan pengusaha pembuatan roti dan tempe
mendaparkan laba.
41 Wawancara pribadi dengan Abdullah, Alumni Pondok Pesantren
Madinatunnajah, 11 September 2017, pukul 10.00 42 Wawancara Pribadi dengan Ali, Alumni Pondok Pesantren Madinatnnnajah, 09
September 2017, Pukul 13.00 43 Wawancara Pribadi dengan Rifki, Alumni Pondok Pesantren Madinatunnajah, 05
September 2017, Pukul 15.00
50
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan pada bab VI peneliti menarik
kesimpulan bahwa strategi menumbuhkan semangat kewirausahaan
santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe di pondok pesantren
Madinatunnajah : dalam strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pertama,
penyelenggaraan dalam hal ini yang menjadi penyelenggara
melakukan pelatihan-pelatihan adalah koperasi pondok pesantren
Madinatunnajah. Kedua, pelaksanaan kewirausahaan terdiri dat dua
tujuan yaitu umum dan khusus.
Sedangkan pencapaian strategi menumbuhkan semangat
kewirausahaan santri melalui usaha pembuatan roti dan tempe bentuk
upaya yang dilakukan oleh pondok pesantren Madinatunnajah salah
satunya dengan menaggulangi permasalahan kemiskinan yang
berbeda di tengah-tengah masyarakat.
B.Saran
Dari berbagai informasi yang didapatkan dari hasil penelitian,
terdapat beberapa catatan bagi peneliti yang mana hal tersebut
menjadi dasar peneliti untuk memberikan masukan dan ulasan untuk
memajukan pelatihan kewiraushaan yang diberikan kepada santri.
peneliti berharap saran yang diberikan dapat dijadikan bahan
pertimbangan. Pelatihan kewirausahaan yang diberikan pondok
pesantren agar dapat ditingkatkan dan dikembangkan sehingga
menjadi usaha yang berskala besar. Serta menjaga kebersihan
lingkungan menjadi pertimbangan yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Aji Rukminto Isbandi. Pemberdayaan Pembangunan
Masyarakat dan Interverensi Komunitas
Al Rahayu. Observasi. Manajemen Humas dan Komunikasi.
Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2002
Amstrong Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Gramedia.1997
Bahasa Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Kota. 2007
Dainy Azwir. Stretegi Membangun Ekonomi Rakyat. Jakarta :
Nuasa Madani. 2001
Depdiknas Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Kota. 2002
Data Kopontren Madinatunnajah Jombang
Efenndy Uchajana Onang, Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda
Karya. 2007
Hamalik Oemar. Pengembangan Daya Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.2005
Kasiran Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
UIN Maliki Press. 2008
Lupioadi Rambat. Enterpeurenship From Minset to
Strategy. Jakarta: Lembaga Peenerbit Fak.Ekonomi. 2007
Mursanto Tandjung. Sistem Manajemen Semesta.
Jakarta: Dunia Bulan Bintang. 1995
Moleong lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Remaja Rosda Karya. 2001
Nawawi Hadari. Metodologi penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.1991
Narkubo Cholid. Metodologi Penelitian. Jakarta :
Bumi Aksara. 1999
Onang. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Jakarta :
PT Pronhalindo
Prabu Anwar. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.2001
Sumber Wawancara
Sumber Wawancara dengan Ustadz Fajar pada tanggal
22 Oktober 2016
Sumber Wawancara dengan Mang Rokani pada
Tanggal 06 Mei 2016
Sumber Wawancara dengan Bang Deni pada Tanggal
27 November 2016
Sumber Wawancara dengan Ustadz Lingga pada
Tanggal 15 Desember 2017
Sumber Wawancara dengan Ustadz Syaiful pada Tanggal 08
Januari 2017
Catatan Lapangan : 1
Hari / Tanggal : Jum’at 27 November 2016
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Ini hari pertama saya datang ke pesantren Madinatunnajah
jombang, maksud kedatangan saya kepondok ingin bertemu dengan
pimpinan pondok pesantren Madinatunnajah karena ingin melakukan
penelitian dipesantren tersebut. tetapi kebetulan ketika saya datang ke
pesantren pimpinan pondok sedang berada diluar (uruan) akhirnya
saya bertemu dengan bang deni selaku ketua pembuatan roti. Saya
meminta izin dengannya untuk melakukan penelitian skripsi ini di
pondok Madinatunnajah Jombang. Kedatangan saya di pondok sangat
diterima dengan baik oleh Bang Deni. Dalam obrolan kamipun bang
Deni menjekaskan bahwa program-program pelatihan yang dilakukan
oleh pondok pesantren Madinatunnajah memamg diberikan untuk
para santri ssalah satunya yaitu program pelatihan pembuatan roti
yang saat ini sedang dijalankan.
Catatan Lapangan : 2
Hari / Tanggal : Senin, 08 Januari 2017
Waktu : 11.05 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Pada hari ke-2 saya melakukan kunjungan ke pondok
pesantren Madinatunnajah Jombang. dalam kunjungan saya kali ini
saya belum juga bertemu dengan pimpinan pondok pesantren akan
tetapi saya bertemu dengan Ustadz Syaiful selaku sekertaris pondok
pesantren Madinatunnajah. Pada pertemuan saya dengan Ustadz
Syaiful bermaksud mengkroscek apa yang bang Deni sampaikan
kemarin mengenai program pelatihan yang ada di pesantren. dalam
pertemuan dengan Ustadz Syaiful saya pun menjelaksan kembali
maksud dan tujuan saya datang ke pondok pesantren.
Catatan Lapangan : 3
Hari/Tanggal : Senin 12 November 2017
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Hari ini, pertama kalinya saya bertemu dengan para santri
pondok pesantren Madinatunnajah yang mengikuti program pelatihan
roti dan tempe. dalam observasi kali ini diketahui bahwa materi yang
digunakan dimulai dari modul pertama yaitu dengan metode ceramah
di mana para santri (peserta pelatihan) mendengarkan pemaparan dari
infrastruktur mengenai materi yang telah diberikan. Kedua, diskusi
dimana para santri mendiskusikan materi yang telah diterima di
dalam kelompok masing-masing yang dibimbing oleh instrastruktur.
Terakhir, metode praktek dimana para santri memperaktekkan ilmu
yang di dapat dari pelatihan kewirausahaan tersebut dimana santri
benar-benar merasakan manfaat bagi para santri masing-masing
Ketika saya sedang melakukan observasi para santripun mengetahui
bahwa saya sedang melakukan penelitian terkait program pelatihan
kewirausahaan pembuatan roti dan tempe .sayapun memperkenalkan
diri didepan para santri dan fasilitator program agar saya bisa
diterima dengan baik untuk ikut bergabung dalam mengikuti program
pelatihan kewirausahaan.
Catatan Lapangan : 4
Hari/Tanggal : Sabtu 17 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Dalam kunjungan kali ini saya melakukan observasi
mengenai pelatihan kewirausahaan bagi para santri. tepat jam 10.00
WIB para santri sudah mulai berdatangan memenuhi ruangan
pelatihan. Proses penyampaian ilmu tentang pelatihan pembuatan roti
dan tempe di fasilitatori bang Deni dengan pndekatan bahasa sehari-
hari yang mudah dimengerti.
Catatan Lapangan : 5
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2017
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Hari ini kegiatan pelatihan pembuatan roti dan tempe
dimentori oleh bang Deni selaku pelopor pembuatan roti dan Mang
Rokani selaku pelopor pembuatan tempe. Dalam observasi yang saya
amati beliau memaparkan bahwa dalam berwirausaha harus ada visi-
misi yang jelas karena itu salah satu yang dapat mempengaruhi
faktor berwirausaha.
Catatan Lapangan : 6
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2017
Waktu : 09.50 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Madinatunnajah
Hasil dari observasi ditemukan bahwa dari beberapa program
pelatihan yang saya dpapatkan diketahui bahwa penelitian yang santri
jalankan saat ini merupakan program kewirausahaan untuk bekal
mereka nantinya bahkan ketika mereka sudah lulus mereka sudah
mempunyai jiwa dalam berwirausaha.
HASIL WAWANCARA DENGAN
USTADZ LINGGA
PENANGGUNG JAWAB PONDOK PESANTREN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan Straregi ?
USTADZ LINGGA : Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaan dalam kurun waktu tertentu.
2. PEWAWANCARA : Kenapa santri yang tinggal di pondok diberikan
pelatihan kewiraushaan?
USTADZ LINGGA : Karena pondok pesantren Madinatunnajah
ingin menciptakan santri yang mandiri dan memiliki bekal jiwa usaha
kelak ketika meraka sudah keluar dari pondok pesantren.
3. PEWAWANCARA : Bagaimaa proses dari awal hingga akhir proses
program pelatihan kewirausahan?
USTADZ LINGGA : Proses awal yang pertama perlu kita lihat itu
bekal para pesertanya, dan melihat kebutuhan pesantren yang perlu
mengembangkan potensi usaha dan menggali sumber dana yang
merupakan salah satu bagian sangat penting yang perlu
dikembangkan.
4. PEWAWANCARA : Sejauh mana bekal kewirausahaan pondok
pesantren sendiri yang diberikan bagi para santri?
USTADZ LINGGA : Sampai saat ini menurut pengamatan saya
sendiri, banyak sekali mengalami perubahan yang signifikan, dari
yang serba ketergantungan kepada orang tua dan orang-orang
disekeliling kita, kini mulai membentuk pribadi yang lebih baik.
Mampu menghilangkan ketergantungan dan mulai berkiprah dengan
diri sendiri.
5. PEWAWANCARA : Apa tujuan utama dari dibentuknya pelatihan
pembuatan roti dan tempe?
USTADZ LINGGA : Tujuan utamanya tentu untuk mengembangkan
kreatifitas dan jiwa kompetisi para santri dalam dunia yang semakin
modern sekaramg ini.
6. PEWAWANCARA : Seberapa pentingkah pondok pesantren
memberikan bekal kewirausahaan bagi para santrinya?
USTADZ LINGGA : Tentu sangat penting. Dengan diberikannya
bekal kewirausahaan bagi para santri tetunya menjadikan santri
memiliki kemampuan berwirausaha nantinya.
7. PEWAWANCARA : Siapa saja yang mengikuti program pelatihan?
USTADZ LINGGA : yang mengikuti pelatihan tentunya para santri
putra maupun santri putri tetapi yang paling diutamakan kelas 3
Aliyah.
HASIL WAWANCARA DENGAN
BANG DENI
PELOPOR PELATIHAN PEMBUATAN ROTI
1.PEWAWANCARA : Sudah berapa lama kaka kerja dipondok
pesantren?
BANG DENI : Saya disini sudah lumayan lama sih, setelah lulus dari
pondok pesantren ini saya langsung mengabdi gitu sih lebih tepatnya.
2.Materi apa saja yag diberikan dalam pelatihan pembuatan roti?
BANG DENI : Materi yang digunakan dalam penelitian ini saya
menggunakan materi workshop dimana para santri bisa lebih
mendalami materi teori dan praktek dalam pelatihan pembuatan roti
yang saya ajarkan.
3.PEWAWANCARA : Bagaimana metode pelatihan yang kaka
terapkan disini?
BANG DENI : Metode yang diberikan kepada para santri itu seperti
metode ceramah, diskusi dan praktek.
4.PEWAWANCARA : Apa hambatan yang kaka alami ketika
memberikan pelatihan kepada para santri dipondok??
BANG DENI : Alhamdulillah hambatannya sih untuk sekarang
belum ada, semoga kedepannya juga lancar-lancar saja.
5.PEWAWANCARA : Apa harapan kaka kedepan mengenai
pelatihan yang diberikan pondok pesantren?
BANG DENI : Harapan kedepannya tentu semoga para santri lulusan
Madinatunnajah bisa berperan aktif dalam berwirausaha didaerahnya
masing-masing.
HASIL WAWANCARA DENGAN
MANG ROKANI
PELOPOR PELATIHAN PEMBUATAN TEMPE
1. PEWAWANCARA : Sudah berapa lama bapak bekerja dipondok
pesantren Madinatnnajah?
MANG ROKANI :Sudah lama sekali kurang lebih 15 tahunan lah
neng
2. PEWAWANCARA : Materi apa saja yang diberikan dalam pelatihan
pembuatan tempe?
MANG ROKANI : Sebenarnya kalau mengenai materi yang
digunakan sama saja kaya apa yang diberikan dipelatihan pembuatan
roti, pesantren menggunakan materi workshop
3. PEWAWANCARA : Bagaimana metode pelatihan yang bapak
terapkan disini?
MANG ROKANI : Metodemya yang diberikan pada pelatihan
pembuatan tempe yang pertama saya menggunakan metode ceramah
dimana para santri mendengarkan pemaran yang saya jelaskan
mengenai materi yang telah diberikan, yang kedua diskusi dimana
para santri mendiskusikan materi yang telah diterima dan yang
terakhir metode praktek dimana para santri mempraktekkan langsung
ilmu yang sudah didapat benar-benar menghasilkan manfaat bagi
para peserta masing-masing yang mengikuti pelatihan tersebut.
4. PEWAWANCARA : Apa hambatan yang bapak alami ketika
memberikan pelatihan kepada santri?
MANG ROKANI : Hambatannya ya namanya anak-anak kadang
agak susah diaturnya itu aja sih
5. PEWAWANCARA : Apa harapan bapak kedepan mengenai
pelatihan yang diberikan pondok pesantren?
MANG ROKANI : Kedepannya, semoga para santri Madinatunnajah
menjadi santri yang berguna bagi masyarakat disekitarnya dengan
bekal yang sudah mereka miliki.
HASIL WAWANCARA DENGAN
AKMALU RAMADLAN
SANTRI KELAS III ALIYAH
1.PEWAWANCARA :Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan roti dipondok pesantren?
AKMALU : Ya pasti seneng banget dong kak, dengan adanya
pelatihan dipondok kan yang tadinya kita gabsia apa-apa menjadi
bisa kak
2.PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan roti di pondok pesantren?
AKMALU : Banyak kak, salah satunya dengan adanya pelatihan
pembuatan roti disini tentunya menambah ilmu pengetahuan
tentunya.
3.PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan roti?
AKMALU :Tentunya dampak yang positif dong kak
4.PEWAWANCARA : Apakendala kamu dalam mengikutui
pelatihan pembuatan roti?
AKMALU : Enggaada sih.. lancar-lancar aja kak, kalau baru-baru
memang ia agak sedikit bingung
5.PEWAWANCARA : Apa harapan kamu mengikuti pelatihan ini
dan setelah lulus?
AKMALU :Harapannya, dengan pengetahuan dan pelatihan ini
khususnya saya pribadi semoga bisa menjadi bekal untuk diri saya
dengan membuaka lapangan kerja sendiri.
HASIL WAWANCARA DENGAN
FAUZAN NOVRIANDI
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan roti dipondok pesantren?
FAUZAN : Wah yang pasti seneng banget, kapan lagi yakan
diajarkan membuat roti seperti ini
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan roti di pondok pesantren?
FAUZAN : Jadi nambah wawasan aja kak
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan roti?
FAUZAN: Dampaknya baik sekali kak
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikutui pelatihan
pembuatan roti?
FAUZANKendalanya apa yaa.. saya sih engga ada, gak tau kalau
yang lain
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu mengikuti pelatihan ini dan
setelah lulus?
FAUZAN : Bisa buka usaha sendiri dirumah kak hehe
HASIL WAWANCARA DENGAN
IRHAM HUJATUL KAMIL
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan roti dipondok pesantren?
IRHAM : Responnya sangat baik
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan roti di pondok pesantren?
IRHAM: Dengan adanya pelatihan seperti ini tentunya dapat
membantu kepercayaan diri bagi saya pribadi sih kak dengan potensi
yang saya miliki
3. PEWAWANCARA: Bagaimana dampak perubahan yang adik sendiri
rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan roti?
IRHAM : Dampaknya sangat baik, dengan pelatihan tersebut
tentunya dapat menciptakan citra kewirausahaan yang baik
kedepannya.
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikutui pelatihan
pembuatan roti?
IRHAM : Engga ada kak
PEWAWANCARA : Apa harapan kamu mengikuti pelatihan ini dan
setelah lulus?
IRHAM : Mau buka usaha sendiri dan punya pegawai nantinya
HASIL WAWANCARA DENGAN
MUHAMMAD FARHAN FATULLAH
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan roti dipondok pesantren?
FARHAN : Sangat senang sekali kak kami bisa diberikan pelatihan
seperti ini dipondok
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan roti di pondok pesantren?
FARHAN :Dapat menambah pengetahuan dari pelatihan pembuatan
roti tersebut kak
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan roti?
FARHAN : Banyak kak, jadi menambah pengetahuan dalam
wirausaha
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikutui pelatihan
pembuatan roti?
FARHAN : Selama saya mengikuti pelatihan sih belum ada.
5. PEWAWANCARA: Apa harapan kamu mengikuti pelatihan ini dan
setelah lulus?
FARHAN : Maunya nanti sih setelah lulus punya usaha sendiri
HASIL WAWANCARA DENGAN
MIFTAHUR ROSYIDI
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan roti dipondok pesantren?
MIFTA : Responnya sangat baik
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan roti di pondok pesantren?
MIFTA :Ya gitu, tentang bagaimana cara mengelola roti khusunya
yang dapat menambah nilai jual.
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan roti?
MIFTA :Dampaknya yang pasti positif sekali kak
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikutui pelatihan
pembuatan roti?
MIFTA :Alhamdulillah engga ada kak
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu mengikuti pelatihan ini dan
setelah lulus?
MIFTA : Pengennya sih buka usaha sendiri gitu.
HASIL WAWANCARA DENGAN
M. SULPI
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
SULPI :Responnya ya kak? Apa ya... seneng aja sih kak karena yang
kita tau kan pesantren hanya mengajarkan ilmu agama saja ya, tetapi
kalo disini kita diajarkan kewiraushaan juga dengan diadakannya
pelatihan pembuatan tempe ini.
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
SULPI : Yang didapatkan tentunya jadi menambah pengetahuan dan
jadi tambah akrab sama temen-teman
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan
tempe?
4. SULPI : Dampaknya tentu sangat positif dong kak menurut saya
pribadi mungkin bahkan yang lainnya juga.
5. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
SULPI : Waktu baru-baru sih iya mengalami kesulitan, tapi lama
kelamaan terbiasa juga sih kak
PEWAWANCARA : Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan
ini dan setelah lulus?
SULPI : Harapan kedepannya, maunyasih nanti punya usaha
sendirikan lumayan tuh penghasilannya buat tambah-tambahan kak
hehe
HASIL WAWANCARA DENGAN
AYU NUR ASSYIFA
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
AYU : Senang kak
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
AYU : Jadi menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara
pembuatan tempe dan bagaimana cara mengelolanya
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan
tempe?
AYU : Dampaknya sangat positif kak
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
AYU : Engga ada kendala apa-apa kok kak.. lancar-lancar saja
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan
ini dan setelah lulus?
AYU : Harapan kedepannya setelah mengikuti pelatihan ini yah
semoga dapat berguna nantinya di masyarakat maupun berguna bagi
diri saya pribadi khususnya.
HASIL WAWANCARA DENGAN
ELSIANI
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
ELSI : Responnya baik kak
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
ELSI : Jadi bertambah wawasan ajah
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan
tempe?
ELSI : Tentu sangat positif dan jadi tambah percaya diri tentunya
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
ELSI : Engga ada, paling dulu pas awal baru diadakannya pelatihan
masih kagok
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan
ini dan setelah lulus?
ELSI : Harapan kedepannya ingin buka usaha sendiri
HASIL WAWANCARA DENGAN
NAJFI AHLA MULTAZAM
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
NAJMI : Yang pasti seneng dong kak
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
NAJMI : Jadi menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara
pembuatan tempe dan jadi termotivasi juga untuk berwirausaha
nantinya.
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan
tempe?
NAJMI : Dampaknya sangat positif sekali karena dengan diberikan
program tersebut kita jadi punya skill untuk berwirausaha kak
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
NAJMI: Untuk kendala mah engga adasih kak
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan
ini dan setelah lulus?
NAJMI : Ingin punya usaha sendiri dengan menerapkan pelatihan
yang sudah pondok ajarkan.
HASIL WAWANCARA DENGAN
RIYADIL JANNAH
SANTRI KELAS III ALIYAH
1. PEWAWANCARA : Bagaimana respon adik terhadap pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
JANNAH : Responnya yang pasti sih baik kak
2. PEWAWANCARA : Apa saja yang adik dapatkan dari pelatihan
pembuatan tempe di pondok pesantren?
JANNAH : Banyak jadi nambah ilmu pengetahuan terus jadi engga
bosen juga dengan diadakannya pelatihan seperti ini kak
3. PEWAWANCARA : Bagaimana dampak perubahan yang adik
sendiri rasakan setelah mengikuti program pelatihan pembuatan
tempe?
JANNAH : Dampaknya positif, jadi tambah semangat untuk
berwirausaha
4. PEWAWANCARA : Apa kendala kamu dalam mengikuti pelatihan
pembuatan tempe?
JANNAH : Engga ada kendala apa-apa
5. PEWAWANCARA : Apa harapan kamu setelah mengikuti pelatihan
ini dan setelah lullus
JANNAH : Ingin membuka lapangan kerja sendiri dan mengajak
orang-orang yang belum mempunyai pekerjan untuk ikut gabung
dengan usaha yang saya jalankan.
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang
Aula Pondok Pesantren Madinatunnajah
Masjid Pondok Pesantren Madinatunnajah
Cara Pembuatan Roti
Cara Pembutan Tempe