strategi pemasaran produk gadai syariah dalam...
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA
MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH
CABANG DEWI SARTIKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Faridatun Sa’adah
NIM : 104046101611
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 November 2008
Faridatun Sa’adah
STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA
MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH
CABANG DEWI SARTIKA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Faridatun Sa’adah
NIM : 104046101611
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdurrahman Dahlan, MA Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM
NIP: 150 234 496 NIP: 150 203 012
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH
DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN
SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 9 Desember 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (………………..)
NIP. 150 210 422
2. Sekretaris : Dr. H. Muh. Taufiki, M. Ag (………………..)
NIP. 150 290 159
3. Pembimbing I : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA (………………..)
NIP. 150 234 496
4. Pembimbing II : Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM (………………..)
NIP. 150 203 012
5. Penguji I : Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA (………………..)
NIP. 150 326 896
6. Penguji II : Gusniarti, MA (………………..)
NIP.
ABSTRAKSI
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik
Negara yang bergerak dalam bidang jasa keuangan non perbankan dengan kegiatan
usaha utama menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai.
Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak
memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah dalam pemberian
dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat
sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif.
Seperti kita ketahui, pengetahuan masyarakat tentang keberadaan pegadaian
syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru dan kantor
cabang syariahnya pun masih terbilang sedikit, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah
menunjukkan peningkatan yang pesat, sehingga penulis ingin mengetahui strategi
pemasaran apa yang digunakan oleh pegadaian syariah atas produk gadai syariah
sehingga tumbuh menjadi pesat dan dapat menarik minat nasabah dalam
menggunakan jasa tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran
yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam memasarkan
produk gadai syariah, dan apakah implementasi strategi pemasaran tersebut mampu
mempengaruhi perkembangan jumlah nasabah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika.
Data penelitian ini menggunakan data primer dari hasil wawancara dengan
Manajer Cabang Dewi Sartika serta menggunakan data sekunder dari literatur-
literatur kepustakaan, buku-buku, dan sumber lainnya yang relevan dengan skripsi
ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Ahmad Zainuddin selaku
Manajer Cabang Dewi Sartika, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pemasaran
yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah sebagai berikut:
1. Strategi Produk
2. Strategi Harga
3. Strategi Distribusi
4. Strategi Promosi
Implementasi strategi pemasaran yang dilakukan Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika ternyata mampu mempengaruhi perkembangan jumlah nasabah ini
terbukti dengan pencapaian target dan peningkatan omset dari usaha syariah serta
pertumbuhan jumlah nasabah dari tahun ke tahun yang semakin meningkat.
Kata Pengantar
��� ا�� �ن ا�� ا� ���
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, anugerah, dan cahaya ilmu-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “STRATEGI PEMASARAN PRODUK
GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA
PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA” ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW sebagai Rasul pembawa cahaya.
Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Bapak Drs. H. Burhanuddin Yusuf,
MM selaku dosen pembimbing yang banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan bimbingan yang berguna bagi penulis.
4. Bapak Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA dan Ibu Gusniarti, MA selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran yang
berguna bagi penulis.
5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmunya
yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan berlangsung.
6. Bapak Drs. Irianto selaku Manajer Komunikasi Perusahaan Perum Pegadaian.
Bapak Supriyono dan Ibu Neneng pada Perum Pegadaian Pusat yang telah
memberikan bantuan dan informasi yang berguna bagi penulis.
7. Manajer, Karyawan, dan Staf Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika yang
telah memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum beserta Staf yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
perpustakaan.
9. Kedua orang tua tercinta Bapak R. Kuswari dan Ibu Kusbangatun, S.Pd yang
telah memberikan cinta, kasih, dan dorongan baik moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakakku Briptu Farid Ma’ruf, SH dan adikku tercinta Fuad Ma’ruf Nur
terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
11. Serda Joko Priyono tercinta, terima kasih atas cinta, kasih sayang, perhatian,
dukungan, dan pengertiannya.
12. Ramadhan dan Aprilia yang telah mengisi hari-hari penulis.
13. Adik-adik, teman-teman, dan semua warga Desa Cikoneng, Kecamatan
Cilawu, Garut, Jawa Barat yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
kegiatan KKN.
14. Rekan-rekan Perbankan Syariah B angkatan 2004, sahabat-sahabat, dan
saudara-saudaraku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih
atas bantuan, motivasi dan dorongan yang bermanfaat bagi penulis.
Semoga bantuan dari semua pihak bernilai amal sholeh di sisi Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam.
Jakarta, 9 Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………… 9
D. Tinjauan Pustaka………………………………………….. 10
E. Kerangka Teori……………………………………………. 15
F. Kerangka Konsep…………………………………………. 18
G. Metode Penelitian…………………………………………. 19
H. Teknik Penulisan………………………………………….. 21
BAB II KONSEP UMUM STRATEGI PEMASARAN DAN GADAI
SYARIAH
A. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran………………………….. 24
2. Segmenting, Targeting, Positioning………………………. 29
3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)……………………… 37
B. Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)………………………….. 45
2. Landasan Hukum Gadai Syariah…………………………... 46
3. Rukun Gadai Syariah………………………………………. 48
4. Syarat Gadai Syariah………………………………………. 49
5. Persamaan dan Perbedaan antara
Gadai Syariah dan Gadai Konvensional…………………… 50
BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
CABANG DEWI SARTIKA
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan…………………………… 54
B. Visi dan Misi…………………………………………………... 57
C. Budaya Perusahaan……………………………………………. 59
D. Struktur Organisasi……………………………………………. 60
E. Produk-produk yang Dihasilkan………………………………. 61
BAB IV STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH
DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH
A. Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah …………………… 64
B. Implementasi Strategi Pemasaran Produk
Gadai Syariah dalam Upaya Menarik Minat Nasabah…………. 76
C. Pertumbuhan Jumlah Nasabah…………………………………. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 90
B. Saran…………………………………………………………….. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Perbedaan Teknis antara Gadai Syariah dan
Gadai Konvensional………………………………………….. 51
2. Tabel 2 Perbandingan Pembebanan Biaya di Pegadaian
Syariah dan Pegadaian Konvensional………………………… 52
3. Tabel 3 Tarif Ijarah dan Perhitungannya………………………………. 68
4. Tabel 4 Penggolongan Marhun-bih dan Biaya Administrasi…………… 69
5. Tabel 5 STL Emas Perhiasan…………………………………………… 70
6. Tabel 6 Perkembangan Uang Pinjaman/Omzet Usaha Syariah…………. 77
7. Tabel 7 Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan………………………….. 79
8. Tabel 8 Pertumbuhan Jumlah Nasabah…………………………………... 82
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Grafik Perkembangan Uang Pinjaman/Omzet……………… 77
2. Gambar 2 Grafik Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan………………. 81
3. Gambar 3 Grafik Pertumbuhan Jumlah Nasabah………………………. 84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk hidup, tidak akan bisa terlepas dari kegiatan-
kegiatan yang berorientasi pada aspek pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
(ekonomi).
Ilmu ekonomi lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan
kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dipelajari pemanfaatan suatu benda secara
efektif dan efisien, dipelajari pula bagaimana mengelola keuangan dengan baik.
Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu,
Islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan
termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Hal ini terlihat dengan
menggunakan prinsip syariah, karena diharapkan dengan menggunakan prinsip
syariah Islam dapat memberikan mashlahat bagi umat manusia dan salah satu
kelebihan dari lembaga keuangan syariah adalah tidak boleh meminta kelebihan
dari pokok pinjaman, karena hal yang demikian itu termasuk riba. Sebagaimana
kita ketahui bahwa riba didalam Islam itu sangatlah diharamkan.
Perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam di Indonesia dapat
dikategorikan cepat dan yang menjadi salah satu faktor tersebut adalah adanya
keyakinan pada masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu
mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.1
Namun hendaknya kita tidak mengabaikan salah satu lembaga lainnya di
tengah perkembangan lembaga keuangan ini. Lembaga keuangan itu adalah
pegadaian. Perum Pegadaian merupakan salah satu badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan
berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar
hukum gadai.2
Pegadaian merupakan tempat bagi konsumen untuk meminjam uang
dengan barang-barang pribadi konsumen sebagai jaminannya. Mengusung slogan
“ Mengatasi Masalah Tanpa Masalah “, Perum Pegadaian bahkan dinilai sebagai
ekonomi kerakyatan.3 Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat kelas
bawah pun bisa memanfaatkan jasa gadai dari perum pegadaian ini.
Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif
karena tidak memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah
dalam pemberian dana.4 Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai
ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya, baik
1 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002), h. 8.
2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah , (Yogyakarta: Ekonisia,
2003), h. 153.
3 “ Gadai Emas bank Syariah: Barang Aman, Uang di Tangan “, http:
//www.prospektif.com/ terkini/ artikel. Html?id=969, 1 November 2002.
4 Muhammad Firdaus NH, dkk, Mengatasi Masalah Dengan Pegadaian Syariah,
(Jakarta: Renaisan, 2005), h. 13.
produktif maupun konsumtif. Di samping itu proses pencairan dana yang
terbilang cepat dan mudah. Pada masa krisis Perum Pegadaian mendapat peluang
untuk semakin berperan dalam pembiayaan, khususnya untuk usaha kecil, dan
ternyata selama kurun waktu krisis ekonomi nasional tersebut, Perum Pegadaian
dapat menunjukkan kinerja yang memuaskan dan menjadi salah satu perusahaan
yang tidak begitu berpengaruh oleh krisis.5
Akan tetapi konsep operasional pegadaian pun juga menggunakan sistem
bunga yang memang sangat dilarang dalam syariah Islam. Praktek ini dapat
dilihat ketika nasabah yang meminjam uang yang menggadaikan barangnya
dibebankan untuk mengembalikan pokok pinjaman plus sewa modal (bunga).
Bunga di pegadaian dihitung per 15 hari, dan apabila ada keterlambatan maka
nasabah dibebankan untuk membayar bunga dua kali lipat, dan begitu seterusnya
per 15 hari.
Namun hal itu tidak perlu dikhawatirkan lagi, karena sekarang ini selain
terdapat pegadaian konvensional, beroperasi pula pegadaian syariah yang
memang didirikan oleh Perum Pegadaian. Pengembangan konsep syariah ini
merupakan upaya pegadaian untuk menghindari rente atau riba.
Keberadaan pegadaian syariah pada awalnya didorong oleh perkembangan
dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syariah. Di samping itu juga
dilandasi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya sebuah
pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.
5 Frianto Pandia, dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 69.
Implementasi operasional pegadaian syariah hampir mirip dengan
pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian
syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.
Nasabah dapat memperoleh dana yang diperlukan dalam waktu yang relatif cepat,
proses administrasi dan penaksiran hanya lebih kurang 15 menit, dan dana
pinjaman dapat diterima nasabah kurang dari 1 jam.
Meski baru seumur jagung, pertumbuhan pegadaian syariah ternyata bisa
mengimbangi industri perbankan Islam di Indonesia. Karena selain pegadaian
syariah, pemain dalam usaha ini adalah perbankan syariah yang menyediakan
layanan berupa gadai syariah atau yang biasa disebut rahn. Namun dalam
perjalanannya, pegadaian syariah tidak terlalu berpengaruh oleh beroperasinya
sistem gadai syariah dari perbankan syariah. Ini terbukti dengan pertumbuhan
yang signifikan dari segi omzet. Kenaikan tersebut adalah sebesar 123,84 % dari
Rp.19 miliar pada Desember 2003 menjadi Rp. 179,68 miliar pada Desember
2004.6 Minat masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian syariah cukup besar.
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang
digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan
seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yang memberlakukan
biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai
barang, bukan dari jumlah pinjaman.
6 “Pertumbuhan Pegadaian Syariah Memuaskan”, http://www.republika.co.id/koran
detail.asp?id=183268 & kat id 2=, 8 Januari 2005.
Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang apapun baik yang
berorientasi terhadap perolehan laba jangka panjang maupun perusahaan nirlaba
membutuhkan apa yang disebut dengan pemasaran. Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan melalui proses itu individu dan kelompok akan memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain.
Pada umumnya masyarakat tidak memahami pemasaran, mereka melihat
pemasaran sebagai sebuah penjualan. Padahal pemasaran ini mempunyai arti
lebih luas karena pemasaran adalah suatu proses yang teratur dan jelas untuk
memikirkan dan merencanakan pasar. Proses pemasaran dapat diterapkan tidak
sekedar pada barang dan jasa, tetapi juga pada segala sesuatu yang dapat
dipasarkan seperti ide, kejadian, organisasi, tempat dan kepribadian. Namun
penting untuk ditekankan bentuk pemasaran tidak dimulai dengan suatu produk
atau penawaran, tetapi dengan pencarian peluang pasar.7
Menurut M. Syakir Sula ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat
menjadi panduan bagi pemasar, yakni teistis (rabbaniyyah), etis (akhlaqiyyah),
realistis (al-waqi’iyyah), dan humanistis (insaniyyah). Inilah yang membedakan
sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Yang menarik
pemasaran syariah meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak. Selain itu, pemasaran syariah
7 Hendra, dkk, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1997), Jilid I, h. 18.
mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral di dalam pelaksanaannya.
Karena itu pemasaran syariah menjadi penting bagi para tenaga pemasaran untuk
melakukan penetrasi pasar.8
Strategi pemasaran antara konvensional dengan yang Islami tentulah
berbeda dalam prosesnya, akan tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu
bagaimana meningkatkan jumlah nasabah. Maju atau mundurnya perusahaan
dapat dilihat dari strategi pemasaran mereka yang berdampak pada meningkatnya
minat nasabah sehingga dapat meningkatkan jumlah nasabah dalam menggunakan
produk jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan, atau dengan kata lain, dapat
meningkatkan volume penjualan, sehingga pemasaran yang baik akan berdampak
signifikan terhadap pendapatan perusahaan.
Sehubungan dengan berkembangnya dunia pemasaran yang menimbulkan
makin tingginya tingkat persaingan antara perusahaan-perusahaan di Indonesia,
maka perusahaan-perusahaan tersebut semakin berusaha untuk memperkuat
strategi pemasarannya. Untuk dapat bertahan dalam dunia bisnis yang kondisi
persaingannya terus meningkat maka suatu perusahaan harus dituntut dapat
menguasai pasar dengan menggunakan produk yang telah dihasilkan.
Dewi Sartika adalah daerah yang terletak di Jakarta timur yang merupakan
daerah yang Islami karena dikelilingi oleh beberapa mesjid besar dan sekolah-
sekolah Islam. Oleh karena itu keberadaan Pegadaian Syariah sangat membantu
8 Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan,
2006), h. 28.
para masyarakat yang mayoritas muslim untuk dapat melakukan transaksi gadai
tanpa adanya unsur riba di dalamnya.
Seperti kita ketahui, pengetahuan masyarakat tentang keberadaan
pegadaian syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru
dan kantor cabang syariahnya pun masih terbilang sedikit, tetapi pertumbuhan
pegadaian syariah menunjukkan peningkatan yang pesat, sehingga penulis ingin
mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh pegadaian syariah atas
produk gadai syariah sehingga tumbuh menjadi pesat dan dapat menarik minat
nasabah dalam menggunakan jasa tersebut. Dalam menarik minat nasabah
memang tidak hanya dipengaruhi oleh strategi pemasaran yang digunakan oleh
pegadaian syariah. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhinya seperti
kebutuhan nasabah yang mendesak yang memerlukan proses pencairan dana yang
cepat, nasabah yang menginginkan transaksi gadai tanpa adanya unsur ribawi
(bunga) di dalamnya, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat
dan dikaji melalui penelitian dengan topik strategi pemasaran, dan
menuangkannya ke dalam bentuk skripsi dengan judul “STRATEGI
PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK
MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI
SARTIKA”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokus dalam pembahasan skripsi ini, maka pembahasan
hanya dibatasi pada strategi pemasaran yang diterapkan Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika terhadap produk gadai syariah yang dimilikinya serta
pengaruhnya terhadap meningkatnya minat nasabah dalam menggunakan jasa
pegadaian syariah.
2. Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah karena pengetahuan
masyarakat tentang Pegadaian Syariah masih minim dan kantor cabang nya
pun masih sedikit, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan
perkembangan yang pesat. Maka penulis ingin mengetahui strategi pemasaran
apa yang digunakan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan
bagaimana implementasinya sehingga dapat menarik minat nasabah, dengan
mengajukan beberapa pertanyaan penelitian ( Research Question ) yaitu:
a. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika dalam menarik minat nasabah?
b. Apakah dengan implementasi strategi pemasaran produk gadai syariah
dapat meningkatkan jumlah nasabah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
C. Untuk mengetahui strategi apa yang digunakan oleh Pegadaian Syariah
cabang Dewi Sartika dalam melakukan pemasaran produk gadai syariah
yang dimilikinya.
D. Untuk mengetahui dan menjelaskan penerapan dari strategi pemasaran
produk gadai syariah yang diterapkan mampu mempengaruhi perkembangan
jumlah nasabah pada Pegadaian Syariah.
I. Manfaat Penelitian
Secara lebih spesifik manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
J. Bagi penulis, dapat menambah kontribusi keilmuan tentang pegadaian
syariah.
K. Bagi Pegadaian Syariah, dapat mengetahui strategi pemasaran yang baik
dan tepat guna serta tidak bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan
teori-teori yang ada juga dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk
lebih memajukan lagi industri gadai syariah tersebut..
L. Bagi akademisi, dapat menambah pengetahuan tentang Pegadaian Syariah
dan strategi pemasarannya.
M. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan tentang produk gadai
syariah dan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika.
D. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu)
Tema strategi pemasaran telah banyak dikaji dalam penelitian. Penelitian
tersebut antara lain:
E. Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan dalam Meningkatkan Pendapatan
Bank (Studi Kasus di BPRS Attaqwa Garuda Utama). Ditulis oleh : Siti
Muawiyah - Perbankan Syariah 2004
Pembahasan :
Dalam memasarkan produk pembiayaan, strategi yang digunakan
BPRS AGU tergabung dalam bauran pemasaran, yaitu: product, price, place,
dan promotion.
Dengan strategi pemasaran produk pembiayaan yang digunakan di
BPRS AGU mengalami peningkatan pada pendapatan yang diperoleh bank.
Peningkatan juga dapat dilihat dari dana yang diberikan untuk pembiayaan
yang menyebabkan pertumbuhan jumlah nasabah semakin meningkat.
F. Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume Pembiayaan pada
PT. Federal International Finance (FIF) Syariah. Ditulis oleh : Dedy
Akhmadi – Perbankan Syariah 2006
Pembahasan :
Strategi pemasaran pada FIF Syariah, agar dapat meningkatkan
volume pembiayaan adalah dengan cara membuat program pemasaran ke
dealer, and customer dan peningkatan manpower sebagai mesin penggerak
jalannya pemasaran. Dengan program pemasaran yang menyeluruh seperti ini,
saat ini FIF masih sebagai pionir dalam pembiayaan syariah khususnya
pembiayaan sepeda motor roda dua.
Dengan adanya program strategi pemasaran yang baru dari FIF
Syariah haruslah didukung dan diikuti oleh peningkatan SDM/ manpower
yang mengerti dan paham betul mengenai syariah itu sendiri, karena jangan
sampai strategi yang baik namun orang-orangnya tidak paham betul mengenai
syariah itu sendiri.
G. Konsep Rahn dan Aplikasinya dalam Lembaga Pegadaian Syariah. Ditulis
oleh : Tuti Alawiyah – Perbankan Syariah 2005
Pembahasan :
Rahn dalam Islam dilakukan dengan sukarela atas dasar tolong
menolong dan tidak untuk mencari keuntungan. Dalam Islam tidak dikenal
istilah “bunga uang”, dengan demikian transaksi rahn (gadai syariah) pemberi
gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya,
akan tetapi masih dimungkinkan bagi penerima gadai untuk memperoleh
imbalan berupa sewa tempat / jasa simpan marhun (barang jaminan).
Secara teknik praktek rahn yang dilakukan oleh pegadaian syariah
cabang Cinere merupakan suatu hal yang mempermudah nasabah dalam
mengatasi masalah keuangan yang mendesak, karena jasa ini memiliki waktu
proses yang relatif cepat dan mudah, tidak perlu membuka rekening dan cara-
cara lain yang memberatkan. Dengan hanya membawa barang-barang
berharga yang dimiliki, maka pada saat itu juga nasabah akan mendapatkan
pinjaman yang dibutuhkan, jangka waktu pinjaman atau sewa selama 120
hari. Jika masa jatuh tempo tiba dan nasabah belum melunasi pinjaman, maka
pinjaman dapat diperpanjang atau diangsur dengan biaya yang murah. Pihak
pegadaian tidak boleh memanfaatkan barang gadai walaupun seizin
pemiliknya. Biaya penitipan ditetapkan berdasarkan objek gadai, yaitu nilai
taksiran barang gadai, tidak berdasarkan jumlah pinjaman.
4. Analisa Pelaksanaan Gadai Syariah Dalam Hukum Islam. Ditulis oleh : Agus
Sholehuddin – Perbankan Syariah 2006
Pembahasan :
Pelaksanaan gadai pada Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi
Sartika meliputi proses pemberian pinjaman, pelunasan, perpanjangan, sampai
pada proses pelelangan barang jaminan apabila nasabah tidak sanggup atau
tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut pada waktu yang telah
ditentukan. Mengenai pelaksanaan pemberian pinjaman ketentuan bagi calon
nasabah persyaratannya hanya membawa barang gadaian (marhun) berupa
emas kemudian membawa identitas diri yang difoto copy. Mengenai besarnya
dana pinjaman yang diberikan kepada nasabah yaitu sebesar 90% dari jumlah
taksiran barang jaminan tersebut. Pada proses pelunasan nasabah bila jatuh
tempo, cara pelunasannya bisa dicicil atau dibayar sekaligus pada jumlah
yang telah ditetapkan. Pada proses perpanjangan waktu pinjaman dilakukan
bila nasabah pada waktu yang telah ditentukan (120 hari) tidak sanggup atau
tidak bisa melunasi pinjaman tersebut, maka ia bisa memperpanjang waktu
pinjaman dengan ketentuan ia membayar jasa ijarah terlebih dahulu, lalu
membuat akad baru untuk jangka waktu berikutnya. Mengenai dana pinjaman
nasabah bisa tetap atau menambah dana pinjamannya apabila taksiran pada
waktu akad kedua naik. Proses pelelangan dilakukan apabila nasabah pada
waktu yang ditetapkan tidak bisa melunasi pinjaman dan ia tidak mau
memperpanjang waktu pelunasan.
5. Pelaksanaan Akad Rahn dan Akad Ijarah di Pegadaian Syariah. Ditulis oleh:
Bagus Prasetyo T.W
Pembahasan:
Pelaksanaan akad rahn dilakukan dengan cara pihak pegadaian syariah
menahan barang bergerak yang bersifat ekonomis yang dapat dijaminkan
sebagai jaminan atas utang rahin. Rahin yang memanfaatkan pinjaman sampai
jangka waktu 120 hari. Jika masa jangka waktu habis dan Rahin belum dapat
melunasi pinjamannya, maka pinjaman dapat diperpanjang atau diangsur
dengan biaya murah. Apabila Rahin tidak dapat mengembalikan uang
pinjaman dan tidak memperpanjang akad gadai, maka pegadaian syariah akan
melakukan kegiatan pelelangan untuk menjual marhun tersebut dan
mengambil pelunasan uang pinjaman dari hasil penjualan marhun itu.
Sebelum dilakukan penjualan marhun, terlebih dahulu pihak pegadaian
syariah melakukan pemberitahuan kepada Rahin.
Untuk jasa simpan (Ijarah) dipungut biaya sewa tempat, pengamanan,
dan pemeliharaan marhun milik Rahin selama digadaikan. Besarnya jasa
simpan yang dipungut tergantung dari nilai taksiran marhun dan lamanya
barang disimpan atau lamanya pinjaman.
Keempat skripsi dan satu karya tulis ini membahas tentang strategi
pemasaran dan rahn. Skripsi pertama membahas strategi pemasaran produk
pembiayaan dalam meningkatkan pendapatan bank. Skripsi kedua membahas
strategi pemasaran dalam meningkatkan volume pembiayaan pada PT. federal
International Finance (FIF) Syariah. Skripsi ketiga membahas tentang konsep
rahn dan aplikasinya dalam lembaga pegadaian syariah. Skripsi keempat
membahas tentang analisa pelaksanaan gadai syariah dalam hukum Islam.
Satu karya tulis yang membahas tentang pelaksanaan akad rahn dan akad
ijarah di pegadaian syariah.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas strategi pemasaran
produk gadai syariah dalam upaya menarik minat nasabah karena strategi
pemasaran produk gadai syariah ini belum pernah dilakukan penelitian.
Seperti kita ketahui pengetahuan masyarakat tentang keberadaan pegadaian
syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru, tetapi
pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan peningkatan yang pesat
sehingga penulis ingin mengetahui strategi pemasaran yang digunakan
sehingga pertumbuhannya meningkat pesat atas produk gadai syariah dan
dapat menarik minat nasabah untuk menggunakan jasa tersebut.
H. Kerangka Teori
Strategi dalam kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu siasat perang: siasat
atau akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.9
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.10
Sedangkan
yang dimaksud dengan strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran,
kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan dari waktu ke waktu
Dalam strategi pemasaran terdapat strategi Acuan / Bauran pemasaran
(marketing mix) yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat komponen /
variabel pemasaran. Untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju maka
keempat unsur / variabel tersebut adalah:11
F. Strategi Produk, adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang
tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para
konsumennya dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan
share pasar.12
9 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka
Amani,1996), h. 462.
10 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 2.
11 Ibid., h.197-198.
12 Ibid., h.199.
G. Strategi Harga. Peranan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan
meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam share
pasar perusahaan, di samping untuk meningkatkan penjualan dan
keuntungan perusahaan. Dengan kata lain, penetapan harga
mempengaruhi kemampuan bersaing perusahaan dan kemampuan
perusahaan mempengaruhi konsumen.13
H. Strategi Distribusi. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan
penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan menyampaikan produk
sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat.14
I. Strategi Promosi. Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika
tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui
manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu,
perusahaan harus berusaha mempengaruhi para konsumen, untuk
menciptakan permintaan atas produk itu, kemudian dipelihara dan
dikembangkan. Usaha tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan
promosi.15
13 Ibid., h.223.
14 Ibid., h.233.
15 Ibid., h. 264.
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah:
jaminan hutang, gadaian16
, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: penahanan.17
Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Pasal 1150 yang berbunyi:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang
lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada
orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.18
Berdasarkan hukum Islam, pegadaian merupakan suatu tanggungan atas
utang yang dilakukan apabila pengutang gagal menunaikan kewajibannya dan
semua barang yang pantas sebagai barang dagangan dapat dijadikan sebagai
jaminan.19
Sistem gadai syariah adalah sistem penyaluran pinjaman secara gadai
yang didasarkan pada penerapan prinsip syariah Islam dalam transaksi ekonomi,
16 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Ed. II,
h. 542.
17 Ibid,. h. 231.
18 Kitab Undang-undang hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), Cet VIII, Ps.1150.
19 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004), Cet. III h. 88.
yaitu menghindari transaksi pinjam meminjam uang yang mengandung unsur
riba.20
Jadi, kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan
milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu,
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima
tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin)
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak
dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
I. Kerangka Konsep
Strategi pemasaran menurut Philip Kotler adalah terdiri dari strategi
spesifik untuk pasar sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran, dan tingkat
pengeluaran pemasaran. Dalam strategi spesifik untuk elemen bauran pemasaran
terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi.21
Strategi pemasaran syariah menurut Hermawan Kartajaya adalah:
Pertama, segmenting adalah seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluang-
peluang yang muncul di pasar. Kedua, targeting adalah strategi mengalokasikan
sumber daya perusahaan secara efektif, karena sumber daya yang dimiliki terbatas.
20 Perum Pegadaian, Keputusan Direksi Perum Pegadaian tentang Pemberlakuan
Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah, Kep. Dir Perum Pegadaian Nomor
06.A/UL.3.00.22.3/2003, Pasal 1 ayat (1)
21 Philip Kotler dan Gary Amrstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo,
1997), Jilid I, h. 54.
Ketiga, positioning adalah strategi yang menyangkut bagaimana membangun
kepercayaan, keyakinan, dan kompetisi bagi pelanggan.22
Jadi, pada dasarnya sama antara pemasaran syariah dan pemasaran
konvensional yaitu dengan menentukan segmen pasar (segmenting), menentukan
sasaran pasar (targeting), dan menentukan posisi pasar (positioning). Dan dalam
strategi pemasaran tersebut terdapat bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu
Product (Produk), Place (Distribusi), Price (Harga), dan Promotion (Promosi).
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library research dan field
research. Penelitian melalui penelitian pustaka (library research) adalah penelitian
yang dilakukan dengan menelaah berbagai macam literatur dan referensi-referensi
serta buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Sedangkan penelitian
lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
lapangan untuk melihat serta mengambil data-data secara langsung.
Kajian pada skripsi ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.23
Dengan menggunakan metode sebagai berikut:
J. Sumber Data
22 Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 165-172.
23 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2002), h. 3.
Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu:
K. Data primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari
sumbernya.24
Data primer penelitian adalah data yang diperoleh langsung dari
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Jakarta yaitu berupa data tentang
jumlah omzet/uang pinjaman, data jumlah nasabah dan data jumlah barang
jaminan.
L. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan,
buku-buku, antara lain Dasar-dasar Pemasaran, Prinsip-prinsip Pemasaran,
Marketing Syariah, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Dasar dan
Strategi Pemasaran Syariah, Metode Penelitian Kualitatif, dan sumber lainnya
yang relevan dengan skripsi ini. Atau dengan kata lain data sekunder adalah
informasi yang telah dikumpulkan pihak lain, jadi peneliti bertindak sebagai
pemakai data.25
M. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan dua macam
metode, yaitu:
24 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1993), h. 69.
25 Ibid.
N. Studi dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang ditunjukkan kepada
subyek penelitian.26
Studi ini dilakukan dengan cara melihat dokumen serta
arsip yang dijadikan objek penelitian.
O. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.27
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara
dengan Manajer Cabang Dewi Sartika.
P. Analisa Data
Berdasarkan metode penelitian di atas, penulisan skripsi ini bersifat deskriptif
analistis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu
masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan
penyingkapan fakta.28
Penelitian ini dilakukan dengan memaparkan strategi
pemasaran yang terdapat pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Jakarta
apa adanya. Kemudian menganalisis dengan mempergunakan metode di mana
implementasi strategi pemasaran pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Jakarta dari perspektif teori yang ada.
H. Teknik Penulisan
26 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula),
(Yogyakarta: UGM Press, 2004), h. 100. 27 Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
28 Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, h. 10.
Penulisan skripsi ini mengacu pada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007.
I. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dan memudahkan penulisan serta memperoleh gambaran
yang utuh, sehingga tidak melebar dan rancu. Penulis membuat sistematika sesuai
dengan masing-masing bab, maka penulis akan membagi pokok-pokok
permasalahan ke dalam lima bab, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan mengenai latar
belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, kerangka konsep, metode penelitian,
teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, bab ini berisi penjelasan mengenai teori-
teori yang digunakan sebagai landasan untuk pembahasan dan pemecahan
masalah antara lain akan diterangkan mengenai: pengertian strategi pemasaran,
segmenting, targeting, dan positioning, bauran pemasaran, pengertian rahn,
landasan hukum rahn, rukun rahn, syarat rahn, persamaan dan perbedaan rahn.
BAB III Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika, bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan dari
sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk yang
dihasilkan.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan
menguraikan , mendeskripsikan, dan menganalisis data dari strategi pemasaran
yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, implementasi dari
strategi pemasaran yang diterapkan dalam upaya menarik minat nasabah, dan
analisis terhadap pertumbuhan jumlah nasabah.
BAB V Penutup, merupakan bab dimana penulis akan
mengemukakan kesimpulan-kesimpulan dan berdasarkan kesimpulan tersebut
penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi
perusahaan di masa yang akan datang.
BAB II
KONSEP UMUM STRATEGI PEMASARAN DAN GADAI SYARIAH
A. STRATEGI PEMASARAN
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi dalam kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu siasat perang:
siasat atau akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah
direncanakan.29
Istilah strategi berasal dari kata Yunani, strategeta (stratos =
militer, dan ag = memimpin), artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang
jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering
diwarnai perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu
angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa
diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagi dan pengguna kekuatan
militer dan material pada daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu.30
Strategi adalah komprehensif atau orientasi tindakan jangka
pengalokasian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan. Strategi ini
29 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka
Amani,1996), h. 462.
.
30 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Press, 2001), cet. Ke 5 h. 3.
menunjukkan arah tujuan jangka panjang organisasi dan cara
pencapaiannya serta cara pengalokasian sumber daya. Atau lebih singkatnya
strategi adalah rencana jangka panjang suatu perusahaan untuk mencapai
tujuan.
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.31
William J. Stanton mendefinisikan pemasaran dalam dua
pengertian dasar yaitu:32
1. Dalam arti kemasyarakatan, pemasaran adalah setiap kegiatan tukar
menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan manusia.
2. Dalam arti bisnis, pemasaran adalah sebuah sistem dari kegiatan bisnis
yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan jasa serta barang-barang
pemuas keinginan pasar.
Konsep pemasaran berdasarkan definisi dari Philip Kotler adalah
suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk-produk yang bernilai dengan
pihak lain. Di dalamnya terdapat konsep yang ditawarkan seperti kebutuhan,
31 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2003), Edisi
kesembilan Jilid I, h. 6.
32 William J. Stanton, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 34.
keinginan dan permintaan, produk-produk (barang-barang, layanan, dan
ide), value atau nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi,
hubungan dan jaringan pasar dan para pemasar, serta prospek.33
Konsep tersebut memperlihatkan bahwa pemasaran merupakan
gabungan dari beragam aspek yang saling berkaitan satu sama lain untuk
menciptakan suatu aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan nilai
penjualan suatu produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
Menurut Kotler, dasar pemikiran pemasaran bermula dari
kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan manusia adalah ketidakadaan
beberapa kepuasan dasar. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan
yang spesifik. Permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.34
Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
produk yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu
kebutuhan dan keinginan. Produk atau penawaran dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu barang fisik, jasa, dan gagasan.
Konsep pemasaran merupakan kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
33 Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, h. 7.
34 Ibid., h. 7-8.
serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan pesaing.35
Jadi, pemasaran adalah suatu kegiatan ekonomi antara suatu pihak
dengan pihak lain yang di dalamnya terjadi proses penciptaan, penawaran,
dan pertukaran suatu produk demi memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
M. Syakir Sula mendefinisikan pemasaran syari’ah sebagai sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran,
dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalah (bisnis) dalam Islam.36
Syakir mengungkapkan definisi itu dengan merujuk pada definisi
yang disepakati pakar marketing dunia. Kemudian mendasarkan pada
kaidah fiqh dalam Islam, yaitu:37
#ن "! ��و��� إ� ��� ح�م ح�� أوأح� ح�ام!� ا�
Artinya: “Kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis
(syarat-syarat) yang mereka buat, kecuali kesepakatan (syarat) yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.
35 Philip Kotler, Marketing, (Jakarta: Erlangga, 1994) Jilid I h. 2
36 Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 26-27.
37 A. Dzajuli dan Nurol Aen, Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 53.
� م�ت ا,� ح+ ا� ان ی*ل) د��� "! %��ی. ا01� / ا�
Artinya: “Pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.
Sehingga menurut Syakir, kata kunci dalam definisi pemasaran
syariah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik proses penciptaan, proses
penawaran maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal
yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam.
Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip
muamalah tidak akan terjadi, maka bentuk transaksi apa pun dalam bisnis
dibolehkan dalam syariat Islam. Karena itu Allah mengingatkan agar
senantiasa menghindari perbuatan yang zalim dalam bisnis termasuk dalam
proses penciptaan, penawaran, dan proses perubahan nilai dalam
pemasaran.38
Jadi strategi pemasaran adalah logika pemasaran yang
dilaksanakan dengan harapan bahwa unit bisnis akan mencapai sasaran
pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar
sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran, dan tingkat
pengeluaran pemasaran.39
Atau dengan kata lain strategi pemasaran adalah
serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah
38 Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 27.
39 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 54.
kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses penciptaan,
penawaran, perubahan nilai, dan pertukaran produk antara suatu pihak
dengan pihak yang lainnya.
2. Segmenting, Targeting, dan Positioning
a. Segmentasi Pasar (Segmenting)
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok
pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah
laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran
terpisah.40
Dalam praktiknya segmentasi pasar terdiri dari segmentasi
pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial. Setiap segmen memiliki
variabel tertentu, namun pada dasarnya variabel yang digunakan tidak
jauh berbeda.
Variabel utama yang mungkin dipergunakan dalam segmentasi
pasar konsumen adalah:41
Segmentasi Geografik, yaitu membagi pasar
menjadi beberapa unit secara geografik atau membagi pasar berdasarkan
wilayah tertentu, seperti Negara, regional, kota, kabupaten, kecamatan,
atau lainnya. Segmentasi Demografik, yaitu membagi pasar berdasarkan
40 Ibid., h. 235.
41 Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 115-116.
kependudukan secara umum seperti, umur, jenis kelamin, ukuran
keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras, dan kebangsaan. Segmentasi
Psikografik, yaitu membagi pasar menjadi kelompok berbeda berdasarkan
pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian. Segmentasi
Tingkah Laku, yaitu mengelompokkan pembeli berdasarkan pada
pengetahuan, sikap, penggunaan, atau reaksi mereka terhadap suatu
produk. Segmentasi Manfaat, yaitu membagi pasar menjadi kelompok
menurut beraneka manfaat berbeda yang dicari konsumen dari produk.
Sedangkan variabel untuk melakukan segmentasi pasar
industrial adalah:42
Segmentasi berdasarkan demografik yaitu: jenis
industri, ukuran perusahaan, lokasi perusahaan, dan lainnya. Karakteristik
pengoperasian, yaitu: teknologi yang difokuskan, gaya hidup, status
pengguna, kepribadian, atau lainnya. Pendekatan pembeli, yaitu: sifat
hubungan yang ada, kriteria pembeli, atau lainnya. Karakteristik Personil
Industri, yaitu: kesamaan pembeli, kesetiaan, sikap terhadap resiko, atau
lainnya. Faktor situsional, seperti: urgensi, besarnya pesanan, atau
lainnya.
Segmentasi pasar perlu dilakukan oleh suatu perusahaan
karena di dalam suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda
kebutuhan dan keinginannya. Jadi, segmentasi pasar pada perusahaan
dibuat bertujuan untuk dapat mengungkap peluang segmen pasar sebuah
42 Ibid., h. 116-117.
perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui segmen pasar mana
yang paling efektif.
b. Menentukan Sasaran Pasar (Targeting)
Setelah perusahaan selesai melakukan segmentasi pasar, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran pasar. Menentukan sasaran
pasar, artinya mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih
salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar
sasaran dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen
kemudian memilih segmen sasaran yang diinginkan.43
Kegiatan menetapkan pasar sasaran adalah:44
Pertama, Evaluasi
Segmen Pasar, meliputi: ukuran dan pertumbuhan segmen seperti data
tentang usia nasabah, pendapatan, jenis kelamin, atau gaya hidup dari setiap
segmen. Struktural segmen yang menarik dilihat dari segi profitabilitas.
Kurang menarik jika terdapat pesaing yang kuat dan agresif. Perhatikan juga
ancaman dari produk pengganti (substitusi) misalnya dari lembaga keuangan
lainnya, untuk pinjaman seperti bank, kantor pos dan giro, leasing atau
money changer. Sasaran dan sumber daya perusahaan dengan
memperhatikan energi yang dimiliki perusahaan yaitu ketersediaan sumber
daya manusia termasuk keterampilan yang dimilikinya.
43 Ibid., h. 118-119.
44 Ibid., h. 119.
Kedua, Memilih Segmen. Memilih segmen adalah menentukan
satu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi perusahaan. Kemudian
menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani. Pemilihan
segmen dapat dilakukan dengan cara membagi pemasaran menjadi:45
Pemasaran tanpa pembedaan, melayani semua pasar dan tawaran pasar dalam
arti tidak ada perbedaan. Mencari apa yang sama dalam kebutuhan konsumen.
Biasanya untuk produk massal seperti tabungan untuk semua orang, baik usia,
pendapatan, maupun wilayah. Keuntungan pemasaran tanpa pembedaan
adalah hemat biaya
Pemasaran dengan pembedaan, strategi peliputan pasar dimana sebuah
perusahaan memutuskan untuk memilih beberapa segmen pasar dan
merancang barang yang berbeda untuk masing-masing segmen. Contohnya
Procter dan Gamble memperoleh pangsa pasar total yang lebih tinggi dengan
sebelas merk deterjen pencuci pakaian dibandingkan dengan hanya satu merk
deterjen saja. Strategi ini jelas memerlukan biaya yang lebih tinggi.46
Pemasaran terkonsentrasi, strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan
memutuskan untuk mencari pangsa pasar besar dalam satu atau beberapa sub
pasar. Pemasaran terkonsentrasi, khusus untuk sumber daya manusia yang
terbatas.
45 Kasmir, Pemasaran Bank.h. 119.
46 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 252.
Menentukan sasaran pasar dilakukan dengan cara mengevaluasi
segmen pasar, setelah dievaluasi kemuadian langkah selanjutnya yaitu
memilih segmen pasar berdasarkan apakah pemasaran perusahaan tersebut
cocok dengan pemasaran tanpa pembeda, pemasaran dengan pembeda, atau
pemasaran terkonsentrasi.
c. Menentukan Posisi Pasar (Positioning)
Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif
untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa diposisikan pada posisi yang
diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Kegiatan ini dilakukan setelah
menentukan segmen mana yang akan dimasuki dengan cara menentukan di
mana posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut.47
Memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar perlu
dilakukan dengan berbagai tahap agar hasil yang diharapkan optimal. Tahapan
dalam memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar sebagai
berikut:
Pertama, Identifikasi Keunggulan Kompetitif. Di dalam suatu
produk terdapat berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan produk
pesaing. Tujuan manajemen mengidentifikasikan keunggulan tersebut
sebanyak dan selengkap mungkin. Identifikasi keunggulan kompetitif yang
47 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 121.
mungkin memberikan nilai yang terbesar dengan cara mengadakan perbedaan,
yaitu:
- Diferensiasi produk
Sebuah perusahaan dapat mendiferensiasikan produk secara fisik.
Contohnya, beberapa perusahaan menawarkan produk dengan standar tinggi
yang hanya memungkinkan sedikit variasi.48
- Diferensiasi jasa
Beberapa perusahaan memperoleh keunggulan bersaing lewat
penyerahan yang cepat, nyaman, atau cermat. Contohnya, Bank One telah
membuka cabang di toserba dengan pelayanan lengkap untuk menyediakan
lokasi yang mudah dijangkau di hari Sabtu, Minggu, dan di sore hari pada
hari kerja.49
- Diferensiasi personil
Perusahaan dapat meraih keunggulan yang sangat bersaing lewat
mempekerjakan dan melatih orang yang lebih baik ketimbang yang bekerja
di perusahaan pesaing. Contohnya, Singapore Airlines menikmati reputasi
luar biasa karena keramahan pramugari dan pramugara.50
48 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 256.
49 Ibid.
50 Ibid., h. 257.
- Diferensiasi citra
Ketika pesaing menawarkan bentuk yang serupa, pembeli mungkin
menganggap berbeda berdasarkan pada citra perusahaan atau merek.
Contohnya, lengkung emas Mc. Donals.51
Kedua, Memilih Keunggulan Kompetitif yang Tepat. Setelah
diidentifikasikan keunggulan-keunggulan yang kompetitif, lalu langkah
selanjutnya adalah dipilih yang paling memberikan keunggulan yang paling
banyak. Pertimbangan pemilihan keunggulan kompetitif adalah berapa banyak
perbedaan yang dipromosikan. Banyak pemasar berpendapat bahwa
perusahaan harus secara agresif mempromosikan hanya satu manfaat kepada
pasar sasaran. Tokoh periklanan Rosser Reeves, misalnya, mengatakan
sebuah perusahaan harus mengembangkan Unique Selling Proposition (USP,
proposisi penjualan yang unik) untuk setiap merek dan tetap berpegang pada
proposisi itu. Setiap merek harus mengambil satu atribut dan menyatakan
dirinya sebagai “nomor satu” pada atribut tersebut. 52
Kemudian Perbedaan mana yang dipromosikan. Tidak semua
pembedaan merk itu berarti atau cukup bernilai. Tidak setiap perbedaan dapat
menjadi pembeda yang baik. Setiap perbedaan mempunyai potensi untuk
menimbulkan biaya bagi perusahaan dan manfaat bagi pelanggan. Suatu
perbedaan itu bernilai jika memenuhi kriteria berikut ini:
51
Ibid., h. 257-258.
52 Ibid., h. 258.
- Penting : Perbedaan memberikan suatu manfaat yang
sangat bernilai bagi pembeli sasaran.
- Khas : Perusahaan dapat menawarkan dengan cara
yang khas
- Terjangkau harganya : Pembeli dapat membayar perbedaan itu
- Dapat dikomunikasikan : Perbedaan itu dapat dikomunikasikan dan
dapat dilihat oleh pembeli.53
Ketiga, Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi yang Dipilih.
Posisi pasar yang telah di pilih sebaiknya diwujudkan, kemudian
dikomunikasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan termasuk pihak intern
perusahaan.54
Dalam menentukan posisi pasar, produk atau jasa suatu perusahaan
ditempatkan pada posisi yang banyak diinginkan oleh nasabah. Dalam
menentukan posisi pasar mengidentifikasi keunggulan produk yang dimiliki
merupakan langkah awal dalam menentukan posisi pasar dengan
menggunakan diferensiasi produk, jasa, personil, atau citra. Langkah
selanjutnya adalah memilih keunggulan kompetitif yang tepat dengan
pertimbangan berapa banyak perbedaan yang dipromosikan atau perbedaan
mana yang dipromosikan. Dan langkah terakhir dalam penentuan posisi pasar
adalah mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang di pilih.
53 Ibid., h. 259.
54 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 123.
3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam dunia pemasaran selalu terkait dengan yang dinamakan
marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix adalah deskripsi dari
suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
mempengaruhi penjualan.55
Kotler dan Armstrong mendefinisikan bauran pemasaran sebagai
perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan
oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar
sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang
banyak itu dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang
dikenal sebagai “empat P”: Product, Price, Place, dan Promotion (produk,
harga, distribusi, promosi).56
Empat P dalam marketing mix yaitu:
a. Product (produk)
Menurut Philip Kotler “Produk adalah sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk
digunakan, atau untuk dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan.”57
55 Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 22.
56 Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 48.
57 Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), Jilid I ed.
Ke-8 h. 346.
Dalam definisi secara luas produk meliputi objek secara fisik,
jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk
tadi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah
sesuatu yang memberikan manfaat baik dalam hal memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen. Produk
biasanya digunakan untuk dikonsumsi baik untuk kebutuhan rohani
maupun jasmani. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan akan produk,
maka konsumen harus mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya
Dalam perspektif syariah produksi merupakan sesuatu yang
penting. Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam arti yang
sangat luas. Tekanan Al-Qur’an diarahkan pada manfaat dari barang yang
diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan
dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi
untuk kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang-barang
mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia.58
Islam juga mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan
keberadaan produk tersebut. Islam melarang jual beli suatu produk yang
belum jelas (gharar) bagi pembeli. Pasalnya di sini berpotensi terjadinya
penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak.
58 Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 23.
Selain keberadaan suatu produk, Islam juga memerintahkan untuk
memperhatikan kualitas produk. Barang yang dijual harus terang dan jelas
kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan mudah memberi penilaian.59
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa produk dalam
perspektif syariah (fiqh muamalah) harus memenuhi standarisasi mutu dan
keberadaan barang. Fiqh muamalah tegas mengharamkan praktik jual beli
yang menipu dengan ketidakjelasan mutu dan keberadaan barang.
Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapat
respon yang positif. Bahkan cenderung mengalami kegagalan jauh lebih
besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasi agar produk
yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
peluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu. Khusus dengan
yang berkaitan dengan produk , strategi ini kita kenal dengan nama strategi
produk.60
Dalam strategi produk yang harus dilakukan untuk
mengembangkan suatu produk adalah:
- Penentuan logo dan moto. Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan
sedangkan moto merupakan serangkaian kata-kata yang berisi visi dan
misi.
59 Ibid.
60 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 141.
- Menciptakan merk. Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap
jasa harus memiliki nama. Tujuannya agar mudah dikenal dan diingat.
- Menciptakan kemasan. Kemasan merupakan pembungkus suatu produk.
Dalam hal ini kemasan lebih diartikan kepada pemberian pelayanan atau
jasa kepada para nasabah.61
Dalam strategi produk, perusahaan harus dapat melihat produk
apa yang lebih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli sehingga
perusahaan dapat memperoleh banyak nasabah. Selain itu kualitas dan
keberadaan produk juga harus diperhatikan sehingga tidak berpotensi
terjadi penipuan.
b. Price (harga)
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan
untuk memperoleh suatu produk.62
Dalam konsep Islam, penentuan harga
ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni bergantung pada kekuatan-
kekuatan permintaan dan penawaran. Dan pertemuan antara permintaan
dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela. Ini bermakna tidak
ada yang menganiaya dan dizalimi.
61 Ibid., h. 141-143.
62 Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, h. 48.
Dalam praktik fiqh muamalah, harga mengambil posisi tengah,
tidak berlebih-lebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti bahwa
dalam praktik fiqh muamalah harga mestinya harus proporsional.63
Tujuan penentuan harga secara umum adalah: Pertama, Untuk
Bertahan Hidup. Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi
persaingan yang tinggi. Dalam hal ini perusahaan menentukan harga
semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang dipasarkan laku
dipasaran.
Kedua, Untuk Memaksimalkan Laba. Tujuan harga ini dengan
mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan.
Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi.
Ketiga, Untuk Memperbesar Market Share. Penentuan harga
ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan jumlah nasabah
meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing beralih ke produk yang
ditawarkan.
Keempat, Mutu Produk. Tujuan dalam hal mutu produk adalah
untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki
kualitas yang tinggi dan biasanya harga ditentukan setinggi mungkin.
Kelima, Karena Pesaing. Dalam hal ini, penentuan harga
dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang
ditawarkan jangan melebihi harga pesaing.64
63 Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 24-25.
Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah strategi kedua
pada bauran pemasaran. Dimana perusahaan sebisa mungkin menawarkan
harga yang terendah sehingga lebih banyak menarik minat nasabah. Tetapi
dalam Islam harga haruslah proporsional tidak boleh terlalu tinggi tidak
boleh juga terlalu rendah.
c. Place (distribusi)
Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai setiap sarana
yang meningkatkan keberadaan atau kenikmatan suatu jasa yang menambah
penggunaannya atau pendapatan dari penggunaannya, baik dengan
mempertahankan pemakai yang ada, meningkatkan nilai kegunaannya
diantara pemakai yang ada ataupun menarik pemakai baru.65
Sarana-sarana
tersebut dapat berupa kantor pusat, kantor cabang, , dan lain-lain yang dapat
memudahkan nasabah untuk memperoleh manfaat dari jasa perusahaan
tersebut.
Distribusi termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk
tersedia bagi konsumen sasaran. Setiap perusahaan haruslah memiliki
pandangan saluran distribusi keseluruhan terhadap masalah distribusi dari
produknya ke pemakai akhir. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan
64 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 153-154.
65 Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), h. 269.
kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk
sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat.
Dalam kegiatan distribusinya perusahaan dapat memperhatikan,
pertama, kantor pusat pemasaran, yaitu departemen ekspornya atau divisi
yang membuat keputusan mengenai saluran distribusi dan elemen-elemen
bauran pemasaran lainnya. Kedua, mengenai jenis-jenis perantaranya, yaitu
agen, perusahaan perdagangan dalam hal ini adalah kantor cabang. Letak
kantor-kantor cabang yang mudah dijangkau oleh masyarakat dapat
mempermudah pendistribusian produk yang ditawarkan kepada nasabah.66
Dalam strategi distribusi tempat yang mudah dijangkau oleh
nasabah merupakan hal yang penting. Karena dapat menghemat waktu dan
biaya dalam menjangkau kantor atau perusahaan yang menawarkan suatu
produk yang dibutuhkan oleh nasabah.
d. Promotion (promosi)
Promosi merupakan kegiatan bauran pemasaran yang terakhir.
Promosi berarti aktivitas yang menkomunikasikan keunggulan produk dan
membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. 67
Kegiatan ini setiap
perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang
dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung.
66 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian), (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1993), Vol. II ed. Ke-7, h. 181.
67 Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, h. 49.
Dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya
saja dalam berpromosi tersebut mengedepankan faktor kejujuran dan
menjauhi penipuan. Disamping itu, metode yang dipakai dalam promosi
tidak bertentangan dengan syariah Islam.68
Secara garis besar ada tiga macam sarana promosi yang dapat
digunakan oleh perusahaan, yaitu:69
Pertama, Periklanan (Advertising). Merupakan promosi yang
dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang
dalam spanduk, brosur, koran, majalah, televisi, atau radio.
Kedua, Publisitas (publicity). Merupakan promosi yang dilakukan
untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah atau
nasabahnya melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau
sosial.
Ketiga, Penjualan Pribadi. Merupakan promosi yang dilakukan
melalui pribadi-pribadi karyawan setempat dalam melayani serta ikut
mempengaruhi nasabah.
Strategi promosi adalah sesuatu yang dapat memperkenalkan atau
mensosialisasikan produk yang ditawarkan suatu perusahaan melalui
berbagai macam media dan cara. Tetapi dalam mempromosikan suatu
produk harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi unsur penipuan.
68 Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 27.
69 Kasmir, Pemasaran Bank, h. 176-177.
B. GADAI SYARIAH
1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah:
jaminan hutang, gadaian70
, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya:
penahanan.71
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam
jaminan utang atau gadai.72
Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Pasal 1150 yang menyatakan bahwa:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan dari pada orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya
yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.73
70 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Ed. II, h.
542.
71 Ibid,. h. 231
72 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah , (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), cetakan ke-8, vol III h.
169.
73 Kitab Undang-undang hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R.
Tjitrosudibio, Ps.1150.
Gadai adalah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan
syara’ sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi
tanggungan itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.74
Sedang menurut Hasbi Ash Shiddieqy rahn adalah akad yang
objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh
bayaran dengan sempurna darinya.75
Jadi, kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan
milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu,
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima
tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin)
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak
dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
2. Landasan Hukum Rahn
a. Al-Qur’an
��� و�� �وا آ�ت�� ��هوإن آ��� �'ن ا$% &% $�#�"! ل ت
و: ت9�/"ا &ب978 ب�78 �-ـ5د ال�2ي اؤت/% ا$�ن�) ول-��, ا+ رب�)
74 Ahmad Azhar Basyir, Riba, Utang-Piutang, dan Gadai, (Bandung: Al-Ma’arif, 1983), h.
50.
75 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 86-
87.
ال=�>�دة & �) و$% ی�9�/>� ��ن�) ا<& & - وا+ ب/� ت8/"ن �
)٢٨٣: ٢:ال�#�ة(
Artinya:
Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan
(oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat (utangnya)
dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah SWT, Tuhannya. Dan janganlah
kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya,
sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Baqarah (2): 283)
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang
dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan)”. Dalam dunia
finansial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau
objek pegadaian.
b. Al-Hadits
اش��ى �� ا+ �-) و�C D��>� أن� ال���ا+ ر! =F�� %�
G ) $% ی>"دي�در (�وره Hأج �8$� ال)رى�Jال� Kروا( Artinya: “Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari
seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.(HR. Bukhari)76
76 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997), Jilid I, h. 753.
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan
juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pegangan, sehingga
tidak ada kekhawatiran bagi yang memberi piutang.
c. Ijtihad Ulama
Para ulama semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai
hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat,
yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti
paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujahid dan al-Dhahak. Sedangkan
jumhur (kebanyakan ulama) membolehkan gadai, baik dalam keadaan
bepergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadits di atas.77
Jadi secara
umum rahn boleh dilakukan, karena kegiatan tersebut pernah dilakukan
oleh Rasulullah SAW.
3. Rukun Rahn
Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi
rukun gadai syariah. Rukun rahn tersebut antara lain:78
Aqid, adalah pihak-pihak yang melakukan perjanjian (shigat). Aqid
terdiri dari dua pihak yaitu: pertama, rahin (yang menggadaikan), yaitu orang
77 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), Edisi 1 cet ke-2 h. 255.
78 Al-Alamah Abi Bakri Al-Mashur Bissayyiri Al-Bakri, Kitab Ia’Natut Tholibin, (Beirut:
Daarul Fikr , 2004), Juz 3 h. 66.
yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan
digadaikan. Kedua, murtahin (yang menerima gadai), yaitu orang, bank, atau
lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan
jaminan barang (gadai).
Marhun (barang yang digadaikan), yaitu barang yang digunakan rahin
untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.
Marhun bih (utang), yaitu sejumlah dana yang diberikan murtahin
kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
Sighat (Ijab dan Qabul), yaitu kesepakatan antara rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.
4. Syarat Rahn
Dalam menjalankan transaksi rahn harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:79
Syarat Aqid, baik rahin dan murtahin adalah harus ahli tabarru’ yaitu
orang yang berakal, tidak boleh anak kecil, gila, bodoh, dan orang yang
terpaksa. Serta tidak boleh seorang wali.
Marhun bih (utang) syaratnya adalah jumlah atas marhun bih tersebut
harus berdasarkan kesepakatan aqid.
Marhun (Barang) syaratnya adalah harus mendatangkan manfaat bagi
murtahin dan bukan barang pinjaman.
79 Ibid., h. 67.
Shigat (Ijab dan Qabul) syaratnya adalah shigat tidak boleh diselingi
dengan ucapan yang lain selain ijab dan qabul dan diam terlalu lama pada
waktu transaksi. Serta tidak boleh terikat oleh waktu.
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai Syariah dan Gadai
Konvensional
Persamaan antara gadai syariah dan gadai konvensional adalah jangka
waktu jatuh tempo yaitu sama-sama 120 hari. Jika setelah 120 hari si
peminjam tidak dapat membayar hutangnya, maka barang jaminan akan dijual
atau dilelang. Tetapi nasabah diberi waktu tambahan selama 2 hari karena
sebelum dilelang dibuat dahulu panitia lelang. Pada saat hari pelelangan,
nasabah masih diberi kesempatan dan tambahan waktu selama 2 jam jika
ingin menebus barang jaminannya. Jika tidak ditebus maka barang jaminan
tersebut dilelang. Uang pelelangan tersebut digunakan untuk membayar
hutang rahin. Jika hasil lelang tersebut mengalami kelebihan akan
dikembalikan oleh nasabah, tetapi apabila uang kelebihan tersebut tidak
diambil dalam waktu satu tahun, maka uang kelebihan tersebut akan
dimasukkan ke dalam dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sadaqah) pegadaian
syariah, sedangkan pada pegadaian konvensional uang kelebihan yang tidak
diambil akan menjadi milik pegadaian. Dan apabila dari hasil lelang tersebut
ternyata kurang untuk membayar hutang, maka nasabah diharuskan
membayar sisa hutangnya.80
Sedangkan perbedaan mendasar antara gadai
syariah dan gadai konvensional adalah dalam pengenaan biayanya. Gadai
konvensional memungut biaya dalam bentuk bunga yang bersifat akumulatif
dan berlipat ganda. Sedangkan pada gadai syariah tidak berbentuk bunga,
tetapi berupa biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.
Singkatnya, biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya sekali dikenakan.81
Untuk lebih jelasnya perbedaan teknis antara gadai syariah dan gadai
konvensional akan disajikan pada tabel di bawah ini.82
Tabel 1
No Gadai Syariah Gadai Konvensional
1 Biaya administrasi berdasarkan
golongan barang
Biaya administrasi berupa
prosentase yang didasarkan pada
golongan barang
2 1 hari dihitung 10 hari 1 hari dihitung 15 hari
3 Uang pinjaman (marhun bih)
90% dari nilai taksiran
Uang pinjaman (UP) untuk Gol A
92 %, dan Gol BCD 88-86 %
4 Jasa simpanan dihitung dengan :
Konstanta x taksiran
Sewa modal dihitung dengan :
Prosentase x Uang pinjaman
80 Wawancara dengan Supriyono selaku staf Perum Pegadaian, Jakarta, 29 Agustus 2008. 81 “Perbedaan Gadai dengan Rahn” diakses pada tanggal 28 Agustus 2008 dari
www.pnm.co.id/content.asp?id=524&mid=54-23-
82 Firdaus, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, h. 51.
5 Kelebihan uang hasil dari
penjualan barang yang tidak
diambil oleh nasabah, diserahkan
kepada Lembaga ZIS
Kelebihan uang hasil lelang
barang yang tidak diambil oleh
nasabah menjadi milik Pegadaian
Berikut disajikan tabel perbandingan pembebanan biaya-biaya di
pegadaian syariah dan pegadaian konvensional.
Misal: barang jaminan berupa emas 22 karat seberat 60 gram dengan taksiran
Rp. 10.000.000,00
Tabel 2
Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
Besar Pinjaman 90 % x Rp.10.000.000 =
Rp.9.000.000
85 % x Rp.10.000.000 =
Rp.8.500.000
Biaya Administrasi Rp. 25.000 0,75 % x Rp. 8.500.000 =
Rp. 63.750
Biaya Selama 4 bulan Rp.10.000.000 x Rp.80 x 12
10.000
= Rp. 960.000
1,25% x 8 x Rp.8.500.000
= Rp. 850.000
Total Biaya yang
Harus Dibayar
Rp. 9.000.000 + Rp. 960.000
= Rp. 9.960.000
Rp.8.500.000+Rp.850.000
= Rp. 9.350.000
Dari perhitungan di atas, maka perhitungan di Pegadaian Syariah
sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 25 tentang Rahn yaitu besar biaya pemeliharaan
dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.83
Untuk total biaya yang harus dibayar di Pegadaian Syariah memang lebih besar
dibandingkan Pegadaian Konvensional, karena tidak semua yang halal itu lebih
murah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rahn lebih adil
karena hanya sekali membayar biaya sebagai jasa simpan barang yang digadaikan,
sedangkan gadai konvensional jika pokok pinjaman dan bunga (sewa modal) belum
dilunasi, maka bunga akan terus berjalan dan berkembang dan ini adalah termasuk
riba yang sudah jelas diharamkan.
83 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545.
BAB III
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA
A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai untuk
pertama kalinya. Hadir di Indonesia pada abad ke-17 yang dibawa dan
dikembangkan oleh maskapai perdagangan dari negeri Belanda yaitu V.O.C
(Vereenigde Oost Indische Compagnie). Dalam rangka memperlancar kegiatan
perekonomiannya, pada tanggal 20 Agustus 1746 V.O.C melalui surat keputusan
Gubernur Jenderal Van Imhoff didirikanlah pegadaian yang bernama Bank van
Leening. Lembaga tersebut merupakan lembaga kredit yang memberikan
pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha
pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan
peraturan-peraturan yang mengaturnya.84
Pada masa selanjutnya, pegadaian mengalami beberapa kali perubahan
bentuk badan hukum, yaitu pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian
diubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian, dan pada tahun 1990
Perusahaan
84 Pirgong Matua, Sejarah Singkat Perum Pegadaian, (Jakarta: Perum Pegadaian, 2003), h.1.
Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 10 tahun 1990 tanggal 10
April 1990.85
Seiring dengan dikeluarkannya fatwa DSN-MUI tentang haramnya riba
maka Perum Pegadaian meresponnya dengan mendirikan Unit Layanan Gadai
Syariah (ULGS) sebagai diversifikasi produk gadai. Hal tersebut bukan semata-
mata respon terhadap fatwa DSN-MUI, melainkan dalam rangka membentengi
pegadaian sendiri terhadap persaingan dari perbankan syariah. Perbankan syariah
pun telah gencar meluncurkan produk serupa berkat pertolongan dari Undang-
undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah, yang isinya menyatakan
perbankan syariah boleh mendirikan usaha rahn (gadai).86
Bank Muamalat Indonesia dalam mengembangkan usahanya mencoba
untuk membuat produk gadai syariah, namun karena tidak mempunyai sumber
daya manusia dan peralatan yang cukup memadai, kemuadian Bank Muamalat
Indonesia mengajak Perum Pegadaian untuk bekerja sama mendirikan Pegadaian
Syariah. Tawaran tersebut mendapat tanggapan yang positif dari Perum Pegadaian
yang juga sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.
Pada tahun 2002 nota kesepakatan kerja sama dibuat antara Perum
Pegadaian dengan Bank Muamalat Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2002
penandatanganan kerja sama dilakukan dengan Nomor 446/Sp 300.233/2002 dan
85 Ibid., h.3.
86 Perum Pegadaian, Manual Operasional Gadai Syariah, (Jakarta: Perum Pegadaian, 2003)
015/BMI/PKS/XII/2002. Bank Muamalat Indonesia menandatangani kerja sama
dengan Perum Pegadaian untuk tambahan modal, dengan bentuk pembiayaan
musyarakah sejumlah Rp. 40.000.000.000,-. Kemudian pada tanggal 14 Januari
2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama Unit Layanan Gadai
Syariah (ULGS) dan operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian Nomor :
06.A/UL.3.00.22.3/2003 tentang pemberlakuan Manual Operasional Unit Layanan
Gadai Syariah.87
Pada tahun 2008 kontrak kerja sama dengan Bank Muamalat Indonesia
dihentikan. Uang modal yang dipinjam dalam bentuk pembiayaan musyarakah
telah dikembalikan. Kini Perum Pegadaian bekerja sama dengan Bank Syariah
Mandiri dengan tambahan modal yang diberikan sebesar kurang lebih Rp.
50.000.000.000. Bank Syariah Mandiri menawarkan harga yang lebih miring
sehingga pemotongan tarif ijarah dapat dilakukan.88
Pembentukan pegadaian syariah ini juga berdasarkan pada fatwa DSN
No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN No.26/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn emas. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem
administrasi modern, yaitu azas rasionalitas, efisiensi, dan efektifitas yang
diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi pegadaian syariah itu sendiri
dijalankan oleh Kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah / ULGS sebagai unit
organisasi dibawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. Namun, baru
87 Pegadaian Syariah, Manual Operasional ULGS, Jakarta.
88 Wawancara dengan Ahmad Zainuddin selaku Manajer Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika, Jakarta, 12 September 2008.
pada awal tahun 2004 Perum Pegadaian memisahkan Pegadaian Syariah kedalam
divisi tersendiri yaitu Divisi Usaha Syariah serta menjadikan setiap cabangnya
sebagai binaan Kantor Wilayah (Kanwil) Perum Pegadaian. Selain itu, Perum
Pegadaian juga telah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sendiri yang
berguna untuk memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap kehalalan
produk yang diluncurkan.89
Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta pada tanggal 14
Januari 2003 dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Cabang Dewi
Sartika, yang terletak di Jalan. Dewi Sartika No.129A Jakarta Timur. Bulan
Januari 2003 menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar,
Semarang, dan Yogyakarta, di tahun yang sama hingga September 2003 4 kantor
cabang pegadaian di Aceh dikonversi menjadi pegadaian syariah. Istilah ULGS
kemudian berubah menjadi Cabang Pegadaian Syariah (CPS).90
Saat ini sudah ada
10 CPS dibawah binaan kanwilut (Kantor Wilayah Utama) Jakarta, yaitu CPS
Dewi Sartika, CPS Cinere, CPS Pondok Aren, CPS Margonda, CPS Bogor Baru,
CPS Kramat Raya, CPS Cipinang Elok, CPS Islamic Centre, CPS Kepandean, dan
CPS Kebon Jati.
B. Visi dan Misi
Visi Pegadaian: “Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan
modern, dinamis, inovatif dengan usaha utama gadai”.
89 Ibid.
90 Ibid.
Dari visi pegadaian di atas dapat dijelaskan artinya sebagai berikut:
Modern, dilihat dari kondisi, sarana dan prasarana sistem kerja.
Sebagaimana halnya sebuah perkantoran yang modern. Modern juga diartikan
mampu menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
modern atau mampu memberi solusi bagi masalah ekonomi masyarakat yang
hidup di zaman modern seperti sekarang ini.
Dinamis, dicerminkan dari sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam hal
kecepatan pelayanan dan kemampuan menyesuaikan diri dengan perusahaan yang
tertumpu pada peningkatan keterampilan, sikap yang lebih komunikatif, efisien,
dan integritas yang tinggi. Dinamis juga berarti harus semakin mampu merespon
dengan cepat kebutuhan konsumen baik internal maupun eksternal.
Inovatif, tercermin dari kemampuan perusahaan dalam menyempurnakan
produk yang sudah ada dana menciptakan berbagai macam produk-produk baru
yang menguntungkan. Selain itu, sistem dan prosedur harus selalu diperbaiki dan
disempurnakan. Oleh karenanya, dimasa depan pegadaian diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang solid.
Misi Pegadaian: “Ikut membantu program pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah, melalui
kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang
menguntungkan”.91
91 Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah, h. I.E.1
C. Budaya Perusahaan
Pegadaian syariah di dalam tindakan operasionalnya sehari-hari
mempunyai budaya perusahaan yang diaktualisasikan ke dalam bentuk simbol atau
maskot si INTAN yang bermakna:
Inovatif : Penuh gagasan (kreatif), aktif, dan menyukai tantangan.
Nilai moral tinggi : Taqwa, jujur, berbudi luhur, dan royal.
Terampil : Menguasai pekerjaan, tanggap, cepat, dan akurat.
Adi layanan : Sopan, ramah, berkepribadian dan simpatik.
Nuansa citra : Berorientasi bisnis, mengutamakan kepuasan pelanggan
untuk selalu berusaha mengembangkan diri.
Makna yang terkandung dalam maskot si INTAN adalah:
Kepala yang berbentuk berlian memberi makna bahwa pegadaian
mengenal batu intan sudah puluhan tahun. Intan tidak lebih dari sebuah bongkahan
batu yang diciptakan alam dari sebuah proses yang memakan waktu ratusan tahun
lamanya. Kekerasannya menjadikan ia tidak dapat tergores dari benda lain. Tetapi ia
juga dapat dibentuk menjadi batu yang sangat cemerlang (brilliant).
Dengan kecemerlangan itulah, kemudian ia disebut berlian. Karakteristik
batu intan itudiharapkan terdapat juga di dalam setiap insan pegadaian. Sikap tubuh
dengan tangan terbuka dan wajah tersenyummemberi makna sikap seorang pelayan
yang selalu siap memberikan pelayanan prima kepada siapa saja. Sedangkan rompi
warna hijau memberikan makna keteduhan sebagai insan pegadaian.
C. Struktur Organisasi
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika yang terletak di Jalan. Dewi
Sartika No.129A Jakarta Timur merupakan tingkatan kantor cabang kelas III
yang masih dibina oleh Kantor Wilayah Perum Pegadaian sesuai dengan tempat
kedudukan kantor cabang tersebut. Struktur organisasi Kantor Cabang Pegadaian
Syariah adalah sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian No.
1095/SDM.200322/2004, tanggal 28 April 2004, antara lain:92
Manajer Cabang, bertugas mengelola operasional cabang yaitu
menyalurkan uang pinjaman (Qardh) secara hukum gadai yang didasarkan pada
penerapan prinsip syariat Islam. Disamping itu, Pimpinan Cabang juga
melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh manajemen serta
mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain.
Penaksir, bertugas menaksir marhun (barang jaminan) untuk
menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
rangka mewujudkan petetapan taksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra
baik perusahaan.
Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran
serta pembukuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan operasional Kantor Cabang.
Pemegang Gudang, bertugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun selain barang kantong
92 Ibid.
sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka ketertiban dan keamanan
serta keutuhan marhun.
Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan
menerima, menyimpan, merawat, mengeluarkan, dan mengadministrasikannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mengamankan serta menjaga
keutuhan barang milik rahin (Penggadai)
Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam
lingkungan kantor dan sekitarnya.
Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung
ruang kerja, mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menunjang
kelancaran tugas administrasi dan tugas operasional Kantor Cabang.
D. Produk-produk yang Dihasilkan
1. Ar-Rahn (Gadai Syariah)
Usaha pokok dari kegiatan Pegadaian Syariah adalah menyalurkan
Marhun bih dalam jumlah skala kecil dengan jaminan harta bergerak maupun
tidak bergerak atas dasar hukum gadai Islam. Hal ini sesuai dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, tanggal 26
Juni 2002,93
dan No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, tanggal 28
Maret 2002.94
Dimana Rahin menyerahkan harta bergerak/tidak bergerak
sebagai jaminan sekaligus memberi kuasa kepada pegadaian syariah untuk
93 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545.
94 Ibid., h. 559.
menjual/melelang (secara syariah) jika setelah jatuh tempo rahin tidak
mampu/bersedia melunasinya. Hasil lelang digunakan untuk melunasi
pinjaman pokok ditambah jasa simpan dan biaya lelang. Kelebihannya
diserahkan kepada rahin, sedangkan kalau kurang menjadi resiko pegadaian.
Gadai Syariah merupakan produk dengan menggunakan sistem
penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan sistem
syariah Islam. Nasabah tidak dikenai bunga pinjaman ataupun sewa modal
atas pinjaman yang diberikan. Nasabah dikenakan biaya administrasi dan jasa
simpan yang dipungut dengan alasan agunan yang diserahkan nasabah wajib
disimpan, dirawat, dan diasuransikan.Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
sementara hanya menerima barang jaminan berupa emas/perhiasan. Hutang
dapat diangsur sesuai kemampuan dan masa simpan dapat diperpanjang
dengan membayar jasa simpan dan bea administrasi.95
2. ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil)
Pegadaian Syariah merupakan suatu institusi yang mengelola usaha
gadai, tetapi lebih luas dari itu menjadi institusi yang mengelola usaha
pembiayaan mikro kecil berbasis sistem syariah. Sebagai langkah awal untuk
mengimplementasikan gagasan ini, maka skim pembiayaan dengan sistem Ar-
Rahn, kini mulai dicoba untuk dikembangkan dengan konsep pelunasan
pinjaman secara angsuran baik dengan cara gadai (menahan agunan) maupun
fidusia (hanya dokumen kepemilikan barang yang ditahan).
95 Perum Pegadaian, Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta.
Ar-Rahn untuk usaha mikro kecil, selanjutnya disebut skim ARRUM
adalah skim pemberian pembiayaan berprinsip syariah bagi para pengusaha
mikro dan kecil untuk keperluan usaha yang didasarkan atas kelayakan usaha.
Surat Edaran (SE) No. 14/US.200/2008 tentang Penyaluran Pembiayan
ARRUM. Tujuan diluncurkannya pembiayaan Arum disamping sebagai
sebuah upaya diversifikasi produk di Pegadaian Syariah juga dengan maksud
meningkatkan pemberdayaan para pengusaha mikro dan kecil yang
membutuhkan pembiayaan modal kerja atau investasi secara syariah.
Pembiayaan diberikan dalam jangka waktu tertentu dengan pengembalian
pinjaman dilakukan secara angsuran dengan menggunakan konstruksi
penjaminan secara gadai maupun fidusia. Skim ARRUM ini merupakan
pinjaman kepada individual pengusaha mikro kecil.96
96 Perum Pegadaian, Manual Operasional Arum, Jakarta
BAB IV
STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA
MENARIK MINAT NASABAH
A. Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah
Perum Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dalam bidang jasa keuangan non perbankan dengan kegiatan usaha
utama menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai.
Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena
tidak memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah dalam
pemberian dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai
ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya baik
produktif maupun konsumtif.
Ar-Rahn (gadai syariah) merupakan salah satu produk unggulan dari
pegadaian syariah. Ar-Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan
dana bagi masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan
agunan berupa emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor. Namun
demikian, setiap usaha yang dilakukan oleh pegadaian syariah untuk
memasarkan produknya dengan apa yang direncanakan merupakan bagian dari
strategi pemasaran. Salah satu hal yang paling mendasar dan sangat diperlukan
dalam strategi pemasaran adalah bagaimana cara dan upaya untuk menarik
minat nasabah sekaligus mempertahankan nasabah tersebut agar tetap
setia dan loyal.
Oleh karena itu didalam menyusun rencana pemasaran produk gadai
syariah, pegadaian syariah menempatkan pengenalan produk terhadap calon
nasabah pada urutan pertama guna memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada nasabah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menentukan terlebih dahulu
segmen pasar yang akan dituju. Setelah menentukan segmen pasar yang dituju,
maka tahap selanjutnya pegadaian syariah memilih pasar sasaran yang ingin
dipenuhi kebutuhannya. Pemilihan pasar sasaran produk gadai syariah adalah
kepada nasabah potensial, diantaranya adalah nasabah yang memerlukan dana
cepat untuk kebutuhan perdagangan, pendidikan, pertanian, perumahan,
kesehatan, dan konsumsi.
Untuk mencapai pasar sasaran tersebut strategi pemasaran produk
gadai syariah yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
meliputi empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu:
1. Strategi dalam Bidang Produk
Strategi produk yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika dalam upaya menarik minat nasabah adalah dengan cara
sebagai berikut:
a. Pengembangan produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn untuk Usaha
Mikro Kecil). ARRUM adalah skim pembiayaan berprinsip syariah
Islam bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan
pengembangan usaha dengan sistem pengembalian secara angsuran
dan agunan BPKB motor/mobil. Dengan batas minimum Rp. 5 juta
dengan kelipatan 100 ribu. Dan batas maksimal Rp. 50 juta dengan
kelipatan 100 ribu. Pembayaran ijaroh dibayar dengan cara diangsur
bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok pembiayaan yang
jumlahnya tetap setiap bulannya. Tujuan ARRUM di samping sebuah
diversifikasi produk dari Pegadaian Syariah juga dengan maksud
meningkatkan pemberdayaan para pengusaha mikro dan kecil yang
membutuhkan pembiayaan modal kerja atau investasi secara syariah.
97
b. Pengoptimalan taksiran, ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan
segi taksiran emas disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar Setempat),
keakuratan timbangan secara teratur dicek, alat uji berlian dan alat
taksiran dicek secara teratur pula.98
Dengan strategi produk yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika diharapkan dapat menarik minat nasabah. Karena
nasabah saat ini dapat memilih produk yang lebih dibutuhkan oleh nasabah
karena saat ini Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika telah memiliki lebih
dari satu produk. Salah satunya adalah produk ARRUM sebagai
pengembangan dari produk Gadai Syariah (ARRAHN) yang merupakan
97 Wawancara dengan Ahmad Zainuddin selaku Manajer Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika, Jakarta, 12 September 2008.
98 Ibid.
produk unggulan dari Pegadaian Syariah. Tetapi strategi produk yang
mengembangkan produk ARRAHN menjadi ARRUM kurang berhasil
karena beberapa kendala diantaranya adalah biaya kredit angsuran fidusia
lebih tinggi, sumber daya manusia terbatas, dan ada survei kepada nasabah
yang memerlukan waktu yang cukup lama sehingga produk ini kurang
berhasil di pasaran.
Untuk pengoptimalan taksiran nasabah tidak perlu khawatir
dengan taksiran barang yang dimiliki. Karena untuk sementara di Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika barang yang dapat digunakan sebagai jaminan
hanya berupa emas/perhiasan dan handphone maka nilai taksiran
disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar Setempat) dan alat uji dan alat
taksiran secara berkala dicek keakuratannya sehingga nasabah tidak perlu
khawatir terhadap nilai taksiran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah.
Pengoptimalan taksiran yang dilakukan Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika berhasil ini terbukti dengan meningkatnya omzet tiap tahunnya.99
2. Strategi dalam Bidang Harga
Penetapan strategi harga produk gadai syariah pada Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika dengan cara memotong tarif ijarah dari Rp.85
(Delapan Puluh Lima Rupiah) menjadi Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah) per
sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan taksiran barang
99 Ibid.
jaminan sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah). Untuk biaya
administrasi sesuai dengan penggolongan marhun bih, dan pinjaman ditaksir
hingga 90% dari nilai taksiran.100
Biaya Ijarah meliputi biaya pemakaian ruang dan pemeliharaan
marhun, menurut SE No.18/US.1.00/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Surat Keputusan Direksi No.08/US.1.00/2008 tentang Penetapan Kembali
Tarif Ijarah dan Diskon Ijarah.
Tabel 3
Tarif Ijarah dan Perhitungannya:
No Jenis Marhun Tarif Ijarah Perhitungan Tarif
1 Emas, berlian Rp.80 Taksiran/Rp.10.000 x Rp.80 x JW/10
2 Elektronik Rp.85 Taksiran/Rp.10.000 x Rp.85 x JW/10
3 Kendaraan
Bermotor
Rp.90 Taksiran/Rp.10.000 x Rp.90 x JW/10
Keterangan:
- Tarif Ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhun.
- Tarif Ijarah dihitung dengan kelipatan 10 hari, 1 hari dihitung 10 hari.
- Jangka waktu 120 hari.
- Tarif Ijarah dan biaya administrasi sewaktu-waktu dapat berubah.
100 Wawancara dengan Ahmad Zainuddin
Menurut SE. No. 19/US.100/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan SK
07/US.1.00/2008 Perihal Penggolongan Marhun Bih dan Tarif Biaya
Administrasi pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah.
Tabel 4
Penggolongan Marhun-bih (Uang Pinjaman) dan Biaya Administrasi
Gol Plafon Marhun-bih (Rp) Biaya Adm
A 20.000 - 150.000 1.000
B 151.000 - 500.000 5.000
C 501.000 - 1.000.000 8.000
D 1.005.000 - 5.000.000 16.000
E 5.010.000 - 10.000.000 25.000
F 10.050.000 - 20.000.000 40.000
G 20.100.000 - 50.000.000 50.000
H 50.100.000 - 200.000.000 60.000
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Menurut SE No. 04/UI.100211/2008 tanggal 16 Januari 2008 tentang
standar taksiran emas. Berikut ini disajikan tabel STL Emas Perhiasan.
Tabel 5
Tabel STL Emas Perhiasan
HPP Rp. 224.000
Jumlah Karat Harga Emas Per gram
24 Rp. 219.520
23 Rp. 210.373
22 Rp. 201.227
21 Rp. 192.080
20 Rp. 182.933
19 Rp. 173.787
18 Rp. 164.640
17 Rp. 155.493
16 Rp. 146.347
15 Rp. 137.200
14 Rp. 128.053
12 Rp. 109.760
10 Rp. 91.467
8 Rp. 73.173
6 Rp. 54.880
Sumber : Perum Pegadaian, 2008
Tabel di atas merupakan taksiran harga emas yang ditetapkan oleh
Perum Pegadaian dari rapat Direksi dari harga rata-rata tiga bulan yang
disesuaikan dari Harga Pasar Pusat. Dari emas 6 karat sampai 24 karat.
Harga ini juga berlaku pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.101
Dalam menentukan besarnya pinjaman yang dapat diperoleh rahin
maka dapat dihitung dari nilai marhun yang ditaksir dan pinjaman sebesar
90 % dari nilai taksiran dan harga disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar
Setempat), kemudian dilihat marhun tersebut termasuk dalam golongan
marhun-bih yang mana sehingga dapat ditentukan berapa besar biaya
administrasi yang harus dibayar oleh rahin. Terakhir dihitung tarif Ijarah
yang harus dibayar oleh rahin sesuai dengan jenis marhun yang dimiliki.
Jika marhun berupa emas, berlian maka tarif ijarah yang dikenakan
sebesar Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah), untuk marhun yang berupa
elektronik maka tarif ijarah yang dikenakan sebesar Rp.85 (Delapan Puluh
Lima Rupiah), sedangkan untuk marhun yang berupa kendaraan bermotor
tarif ijarah yang dikenakan sebesar Rp.90 (Sembilan Puluh Rupiah). Strategi
harga yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah
memotong tarif ijarah untuk emas, berlian dari Rp.85 menjadi Rp.80, untuk
barang-barang elektronik pemotongan tarif ijarah dari Rp.90 menjadi Rp.85,
sedangkan untuk kendaraan bermotor pemotongan tarif ijarah dari Rp.95
menjadi Rp.90. Dengan pemotongan tarif ijarah diharapkan dapat menarik
minat nasabah dalam menggunakan produk Gadai Syariah pada Pegadaian
Syariah.
101 Ibid.
Berikut disajikan contoh perhitungannya:
Missal: Barang jaminan berupa emas 22 karat seberat 50 gram dengan
taksiran Rp. 10.000.000.
Marhun bih : 90 % x Rp. 10.000.000 = Rp. 9.000.000
Biaya Administrasi : Marhun bih termasuk dalam Golongan E maka
biaya administrasinya sebesar Rp. 25.000
Biaya selama 4 bulan : taksiran / Rp.10.000 x Rp.80 x JW/10
10.000.000 / 10.000 x 80 x 120 / 10 = Rp. 960.000
Total biaya yang harus dibayar =Rp.9.000.000 + Rp.960.000 =Rp.9.960.000
Dari perhitungan di atas, maka perhitungan di Pegadaian
Syariah sudah sesuai dengan fatwa DSN No. 25 tentang Rahn yang
berbunyi besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman102
. Adapun pengenaan tarif ijarah 1
hari dihitung 10 hari dikarenakan apabila digunakan tarif perhitungan 1 hari
dihitung 1 hari juga, maka hal ini mempengaruhi operasional pegadaian
syariah yang akan mengakibatkan kerugian. Memang hal ini dirasakan
merugikan para pengguna jasa layanan pegadaian syariah tapi sebelum para
pihak melakukan akad, rahin diawal kesepakatan sudah diberitahukan hal
tersebut.
102 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545.
3. Strategi dalam Bidang Distribusi
Mengenai saluran distribusi Pegadaian Syariah sedang membuka
UPC (Unit Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh nasabah
yang membutuhkan dana cepat untuk kebutuhan produktif maupun
konsumtif.
Strategi distribusi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika adalah dengan membuka UPC kecil dan diharapkan nasabah
yang bertempat tinggal jauh dari kota besar yang membutuhkan dana cepat
dan berdasarkan syariah dapat menikmati layanan dari produk gadai syariah
ini. Selain itu dengan dibukanya UPC-UPC kecil dapat menghemat waktu
dan biaya para nasabah. Pada Pegadaian Syariah dana pinjaman tersebut
digunakan dalam berbagai kebutuhan seperti, perdagangan, pendidikan,
pertanian, perumahan, kesehatan, dan konsumsi. Sehingga saat nasabah
memerlukan dana yang mendesak dan cepat Pegadaian Syariah dapat
menjadi solusi utama dan terbaik dibandingkan dengan meminjam kepada
rentenir yang hanya dapat membuat hidup semakin sulit.
Dalam strategi distribusi tidak ada kerja sama yang dilakukan oleh
Pegadaian Syariah dengan Bank Syariah Mandiri. Kerja sama yang
dilakukan dengan Bank Syariah Mandiri hanya sebagai penambah modal.
4. Strategi dalam Bidang Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika dalam memasarkan produk gadai syariah adalah dengan cara:103
Pertama, melalui Periklanan (Advertising), yaitu promosi yang
dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang
dalam iklan majalah, spanduk, brosur, leaflet, souvenir seperti, payung,
celengan, kalender, kalkulator, dan lain-lain.
Kedua, melalui Publisitas (Publicity), yaitu promosi dengan yang
dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah
atau nasabahnya melalui kegiatan amal yaitu pada ulang tahun Perum
Pegadaian mengadakan sunatan masal yang dananya diambil dari uang
kelebihan yang tidak diambil dalam jangka waktu satu tahun.
Ketiga, melalui Penjualan Pribadi (Personal Selling), yaitu
promosi ini dilakukan oleh karyawan pegadaian syariah setempat dalam
melayani serta ikut mempengaruhi nasabah, mensosialisasikan produk gadai
syariah kepada ibu-ibu pengajian dengan mendatangi majelis pengajian ibu-
ibu.
Strategi promosi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika melalui periklanan baik majalah, brosur, leaflet atau media
lainnya yang banyak dilihat oleh masyarakat diharapkan dapat menarik
minat nasabah untuk menggunakan poduk gadai syariah yang ditawarkan
pegadaian syariah dengan memberitahukan manfaat atau keuntungan yang
103 Wawancara dengan Ahmad Zainuddin
dapat diperoleh dari produk yang dikeluarkan oleh pegadaian syariah. Kerja
sama yang dilakukan Perum Pegadaian dengan PT. KAI juga merupakan
media dalam memasarkan dan mensosialisasikan produk gadai syariah ini
dengan para penumpang kereta api.104
Promosi yang dilakukan dengan publisitas melalui kegiatan amal
yang dilakukan, masyarakat diharapkan dapat melihat bahwa pegadaian
syariah peduli akan masyarakat yang kurang mampu, sehingga dapat
mengurangi beban masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan melalui
kegiatan amal tersebut. Dalam mengadakan sunatan massal Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika bekerja sama dengan Perum Pegadaian Pusat
karena letaknya yang tidak terlalu jauh, sehingga uang kelebihan penjualan
yang tidak diambil oleh nasabah Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
dapat digunakan untuk kegiatan amal tersebut. Sedangkan untuk penjualan
pribadi pegadaian syariah melakukannya melalui pribadi karyawan dan staf
pegadaian syariah tersebut dalam mensosialisasikan produk gadai syariah
yang ditawarkan dengan mendatangi majelis pengajian ibu-ibu salah
satunya. Ini sangat bagus karena mengingat kebanyakan nasabah dari
pegadaian syariah adalah kaum ibu yang menjadi manajer keuangan
keluarga. Saat membutuhkan dana cepat untuk keperluan produktif maupun
konsumtif maka para ibu dapat menggadaikan barang yang bernilai
ekonomis untuk memperoleh dana cepat, mudah, dan sesuai syariah.
104 Ibid.
Dengan strategi promosi yang dilakukan diharapkan dapat menarik minat
nasabah untuk menggunakan produk gadai syariah yang ditawarkan.105
Jadi kesimpulannya, strategi pemasaran yang dilakukan oleh
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika ada empat yaitu strategi dalam
bidang produk, harga, distribusi, dan promosi. Keempat strategi pemasaran
ini diatur dalam Pedoman Operasional Gadai Syariah yang berlaku umum
tetapi tergantung kondisi cabang yang berbeda-beda. Yang terkait dalam
strategi pemasaran ini adalah dewan direksi perum pegadaian yang
membuat strategi pemasaran secara umum dan seluruh pegawai pegadaian
syariah bertanggung jawab dalam melakukan pemasaran atas produk gadai
syariah tersebut. Untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang diterapkan di
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika maka diadakan evaluasi setiap
bulannya. Dan dilihat jika salah satu strategi ada yang tidak mengenai
sasaran dan target maka strategi tersebut dirubah dan dicari strategi baru.
B. Implementasi Strategi Pemasaran dalam Upaya Menarik Minat Nasabah
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika dengan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan
strategi promosi ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan
pencapaian target omzet dan peningkatan omzet usaha syariah serta
meningkatnya barang jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi
105 Ibid
Sartika. Berikut ini disajikan tabel dan grafik perkembangan uang pinjaman
atau omzet Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Tabel 6
Perkembangan uang pinjaman/omzet usaha syariah
Tahun 2007 dan 2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
Uraian Jan-Jun2007 Jul-Des 2007 Jan-Jun 2008
UP Syariah 19.751 23.949 33.100
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Jan-
Jun
2007
Jul-Des
2007
Jan-
Jun
2008
omzet usaha syariah
Gambar 1
Dari tabel dan grafik di atas, maka dengan implementasi strategi
pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
dengan 4P yaitu Strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi
promosi ternyata mampu menarik minat nasabah, ini terbukti dengan
peningkatan jumlah uang pinjaman/omzet sebesar 21,25 % pada periode
Januari-Juni 2007 ke periode Juli-Desember 2007 yakni dari Rp.
19.751.000.000 menjadi Rp. 23.949.000.000 dan peningkatan sebesar 38,2%
pada periode Juli-Desember 2007 ke periode Januari-Juni 2008 yakni dari Rp.
23.949.000.000 menjadi Rp. 33.100.000.000. Serta peningkatan omzet sebesar
67,5 % pada periode Januari-Juni 2008 yakni Rp. 33.100.000.000 dibandingkan
periode sama tahun 2007, yakni sebesar Rp. 19.751.000.000.
Peningkatan omzet pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
selain karena faktor strategi pemasaran yang digunakan dapat pula terjadi
karena musim pendaftaran ulang siswa sekolah sebagai salah satu pemicu utama
meningkatnya omzet rahn, karena para ibu banyak yang membutuhkan uang
secara cepat untuk dapat mendaftar ulang bagi mereka yang memiliki anak yang
masih bersekolah dan mereka memilih untuk menggadaikan barang-barang
yang mereka miliki. Peningkatan omzet juga terjadi pada musim lebaran. Pada
saat menjelang lebaran masyarakat yang pulang kampung lebih memilih
menggadaikan barang-barang berharga mereka sebagai langkah untuk
memperoleh keamanan terhadap barang-barang yang ditinggalkan saat mereka
pulang kampung.106
Berikut disajikan tabel dan grafik pertumbuhan jumlah barang jaminan
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Per catur wulan Tahun 2005-2008.
106 Ahmad Zainuddin, “Omzet Pegadaian Syariah Cawang” artikel diakses pada 28 Agustus
2008 dari Republika Online, http://www.republika.co.id.
Tabel 7
Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Per catur wulan Tahun 2005-2008
Pertumbuhan
Tahun
Jumlah Unit (+/-) (%)
Jan 2005
Jun 2005
Des 2005
Jan 2006
Jun 2006
Des 2006
Jan 2007
Jun 2007
Des 2007
Jan 2008
Jun 2008
871
1.115
1.375
1.260
1.624
1.720
1.747
1.810
1.842
2.291
2.333
-
244
260
(115)
364
96
27
63
32
449
42
-
28 %
23,3 %
(8,4 %)
28,9 %
5,9 %
1,6 %
3,6 %
1,8 %
24,4 %
1,8 %
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Cara perhitungan:
1. Peningkatan dari Januari 2005 ke Juni 2005
1.115 – 871 x 100% = 28 %
871
2. Peningkatan dari Juni 2005 ke Desember 2005
1.375 – 1.115 x 100% = 23,3 %
1.115
3. Penurunan dari Desember 2005 ke Januari 2006
1.260 – 1.375 x 100% = -8,4 %
1.375
4. Peningkatan dari Januari 2006 ke Juni 2006
1.624 – 1.260 x 100% = 28,9 %
1.260
5. Peningkatan dari Juni 2006 ke Desember 2006
1.720 – 1.624 x 100% = 5,9 %
1.624
6. Peningkatan dari Desember 2006 ke Januari 2007
1.747 – 1.720 x 100% = 1,6 %
1.720
7. Peningkatan dari Januari 2007 ke Juni 2007
1.810 – 1.747 x 100% = 3,6 %
1.747
8. Peningkatan dari Juni 2007 ke Desember 2007
1.842 – 1.810 x 100% = 1,8 %
1.810
9. Peningkatan dari Desember 2007 ke Januari 2008
2.291 – 1.842 x 100% = 24,4 %
1.842
10. Peningkatan dari Januari 2008 ke Juni 2008
2.333 – 2.291 x 100% = 1,8 %
2.291
0
500
1000
1500
2000
2500
Jan
2005
Des
2005
Jun
2006
Jan
2007
Des
2007
Jun
2008
Jumlah BarangJaminan
Gambar 2
Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan jumlah barang jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang
Dewi Sartika pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 terus meningkat.
Peningkatan terjadi mulai dari 1,6 % pada periode Desember 2006 sampai
dengan yang terbesar peningkatannya mencapai 28,9 % yaitu pada periode Juni
2006, sedangkan penurunan jumlah barang jaminan terjadi pada bulan Januari
2006 yaitu sebesar 8,4 %.
C. Analisa Pertumbuhan Jumlah Nasabah
Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan jumlah nasabah produk
gadai syariah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dapat dilihat dari
tabel dan grafik berikut ini.
Tabel 8
Pertumbuhan Jumlah Nasabah
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Per catur wulan Tahun 2005-2008
Pertumbuhan
Tahun
Jumlah
Nasabah (+/-) (%)
Jan 2005
Jun 2005
Des 2005
Jan 2006
Jun 2006
Des 2006
Jan 2007
Jun 2007
Des 2007
Jan 2008
Jun 2008
618
778
948
900
1.131
1.177
1.216
1.246
1.261
1.505
1.491
-
160
170
(48)
231
46
39
30
15
244
(14)
-
25,8 %
21,8 %
(5,06 %)
25,7 %
4,06 %
3,3 %
2,5 %
1,2 %
19,3 %
(9,3 %)
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Cara perhitungan:
1. Peningkatan dari Januari 2005 ke Juni 2005
778 – 618 x 100% = 25,8 %
618
2. Peningkatan dari Juni 2005 ke Desember 2005
948 – 778 x 100% = 21,8 %
778
3. Penurunan dari Desember 2005 ke Januari 2006
900 – 948 x 100% = -5,06 %
948
4. Peningkatan dari Januari 2006 ke Juni 2006
1.131 – 900 x 100% = 25,7 %
900
5. Peningkatan dari Juni 2006 ke Desember 2006
1.177 – 1.131 x 100% = 4,06 %
1.131
6. Peningkatan dari Desember 2006 ke Januari 2007
1.216 – 1.177 x 100% = 3,3 %
1.177
7. Peningkatan dari Januari 2007 ke Juni 2007
1.246 – 1.216 x 100% = 2,5 %
1.216
8. Peningkatan dari Juni 2007 ke Desember 2007
1.261 – 1.246 x 100% = 1,2 %
1.246
9. Peningkatan dari Desember 2007 ke Januari 2008
1.505 – 1.261 x 100% = 19,3 %
1.261
10. Penurunan dari Januari 2008 ke Juni 2008
1.491 – 1.505 x 100% = -9,3 %
1.505
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Jan
2005
Des
2005
Jun
2006
Jan
2007
Des
2007
Jun
2008
Jumlah nasabah
Gambar 3
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, maka pertumbuhan jumlah nasabah
produk gadai syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun ada
sedikit penurunan pada bulan Januari 2006 dan Juni 2008. Peningkatan yang terjadi
pada bulan Januari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan Desember 2005 cukup pesat,
tetapi pada bulan Januari 2006 jumlah nasabah mengalami penurunan sebesar 5,06 %.
Kemudian pada Juni 2006 sampai dengan Januari 2008 terus mengalami peningkatan.
Namun, pada Juni 2008 mengalami penurunan sebesar 9,3 %.
Peningkatan jumlah nasabah ini disebabkan karena kesadaran masyarakat atas
pegadaian yang berbasis syariah semakin meningkat karena dirasa lebih adil,
transparan, jujur, dan biaya lebih miring dari pegadaian konvensional.
Penurunan yang terjadi pada bulan Januari 2006 dan Juni 2008 menandakan
bahwa masih terdapat kendala dalam mensosialisasikan produk gadai syariah
tersebut. Kendala yang dihadapi disebabkan oleh kurangnya sumber dana untuk
mensosialisasikan produk tersebut, sehingga promosi yang dilakukan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika dirasa masih kurang. Sebab lain karena kurangnya
pemahaman sebagian masyarakat mengenai produk gadai syariah yang non ribawi.
Sebagai lembaga keuangan non bank pegadaian syariah harus terus berupaya
untuk menyediakan produk dan jasa yang lengkap dengan mengembangkan produk-
produk yang ada. Untuk mencapai sasaran tersebut Pegadaian Syariah bertekad untuk
menyediakan layanan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan peraturan pemerintah
serta tuntunan syariah.
Hal ini dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan nasabah dan
menawarkan produk serta layanan yang beragam dengan lebih menekankan pada
pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil. Selanjutnya dalam memasarkan produk
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika lebih mengutamakan pada pemeliharaan
hubungan baik dengan para nasabah agar tetap setia dan loyal.
D. Analisis SWOT Pegadaian Syariah
1. Kekuatan (Strengths)
- Pegadaian sebagai market leader
Ini berati pegadaian diuntungkan dengan keadaan tersebut. Hal
tersebut dikarenakan pegadaian menguasai tingkat dominasi terhadap pasar
dan pesaingnya. Pegadaian sebagai pemain pertama di Indonesia, dapat juga
dikatakan sebagai penguasa pasar untuk saat ini karena lebih dulu dikenal
oleh masyarakat luas sebagai lembaga keuangan non bank dengan sistem
utamanya gadai. Ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki pegadaian
ditengah persaingan lembaga keuangan saat ini.
- Persyaratan administrasi yang mudah
Salah satu kelebihan dari pegadaian adalah dalam aplikasi rahn,
nasabah cukup membawa kartu identitas KTP/SIM/Paspor dan menyerahkan
barang jaminan yang bernilai ekonomis maka nasabah sudah dapat meminjam
uang di Pegadaian. Sedangkan di bank-bank syariah yang membuka layanan
gadai nasabah diharuskan membuka rekening di bank tersebut, sehingga
waktu terbuang untuk membuka rekening.
- Jenis barang jaminan yang lebih unggul
Walaupun emas merupakan mayoritas barang jaminan di pegadaian
syariah untuk saat ini (80-90 %dari total barang jaminan) namun bukan berarti
nasabah yang memiliki agunan seperti berlian, elektronik, dan kendaraan
bermotor tidak bias mendapatkan pinjaman.
Ini merupakan salah satu keunggulan pegadaian syariah karena bank
syariah hanya ingin menerima emas dengan minimal 16 karat saja walaupun
emas tersebut disertai berlian, ini dikarenakan bank syariah belum mempunyai
tenaga kerja yang handal dalam menaksir berlian.
- Persentase uang pinjaman terhadap taksiran lebih besar
Setelah dilakukan taksiran terhadap agunan maka langkah selanjutnya
adalah menentukan jumlah pinjaman yang bias diterima. Pegadaian syariah
mematok angka 90 % dari nilai taksiran sedangkan competitor lainnya hanya
berani pada level 80 % pada jumlah karat dan berat agunan yang sama. Ini
berarti pegadaian syariah dapat mamberikan uang pinjaman yang lebih tinggi
dari bank syariah.
- Jaringan outlet yang luas
Pegadaian syariah sedang membuka UPC kecil sehingga mempunyai
jangkauan terluas hingga kecamatan. Pada Desember 2006 pegadaian syariah
telah membuka 40 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
2. Kelemahan (Weaknesses)
- Tempat penyimpanan tidak terlalu besar
Pegadaian syariah mempunyai ketidakmerataan dalam hal luasnya
tempat penyimpanan, penyimpanan pada kantor cabang tidak semua memiliki
kapasitas besar. Itu artinya tidak semua kantor cabang dapat menerima barang
jaminan yang berukuran besar seperti kendaraan. Jadi nasabah yang ingin
menggadaikan kendaraannya harus mencari kantor cabang yang mempunyai
kapasitas besar dalam hal tempat penyimpanan barang jaminan.
- SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim tentang pegadaian syariah
Maju atau mundurnya suatu perusahaan tersebut berasal dari
bagaimana kualitas SDM nya. Jikalau SDM nya memiliki kualitas yang baik,
maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kondisi
yang baik pula.
Sebagai perusahaan baru yang membuka layanan jasa gadai syariah,
pegadaian syariah masih berada pada tahap pertumbuhan. Wajar jika SDM
mengambil dari pegadaian konvensional yang diberikan pelatihan kilat untuk
menjadi karyawan pegadaian syariah. Namun jikalau hal tersebut tidak
dimanajemen dengan sangat baik, nantinya dapat menjadi boomerang bagi
pegadaian syariah itu sendiri.
3. Peluang (Opportunities)
- Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim
Ini merupakan sebuah peluang yang baik bagi pegadaian syariah.
Karena masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang menginginkan
transaksi gadai dengan tanpa riba. Karena seperti kita ketahui menurut Fatwa
MUI yang mengharamkan bunga dan bunga sama dengan riba. Sehingga
masyarakat muslim Indonesia akan mencari transaksi yang halal dan tanpa
riba.
- Belum ada pesaing yang mengimbangi
Sampai saat ini belum ada pesaing yang mengimbangi pegadaian
syariah baik dalam hal pelayanan, mutu dan kualitas jasa taksiran. Karena
pihak pegadaian syariah menyediakan penaksir-penaksir handal yang
dikhususkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
- Semakin banyak masyarakat yang menginginkan transaksi cepat dan praktis
Pegadaian syariah memberikan pelayanan terbaik hanya dengan
menyerahkan foto copy identitas dan membawa barang jaminan yang bernilai
ekonomis, maka dalam waktu kurang lebih 15 menit barang jaminan tersebut
ditaksir. Dan kurang dari satu jam uang pinjaman sudah dapat dicairkan.
Transaksi cepat dan praktis inilah yang menjadikan peluang bagi pegadaian
syariah yang diinginkan oleh masyarakat.
4. Tantangan (Threats)
- Banyak bank syariah yang membuka layanan jasa gadai syariah
Tidak dapat dipungkiri lagi, bisnis layanan jasa gadai syariah
merupakan bisnis yang tergolong low risk dan dapat memberikan keuntungan
yang cukup menjanjikan.
Hal tersebut sudah dibaca dengan cepat ole bank syariah di Indonesia.
Terbukti BNI Syariah, Bank Jabar Syariah, dan Bank Riau Syariahsudah
mengeluarkan produk gadai syariah. Tentu ini merupakan tantangan bagi
pegadaian syariah untuk terus bersaing dengan mereka.
- Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa keberadaan pegadaian
syariah hanya diperuntukkan bagi umat Islam
Pemikiran tersebut sebenarnya salah, karena di pegadaian syariah non
muslim juga boleh dan dapat menikmati layanan gadai syariah ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab
sebelumnya mengenai Strategi Pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika terhadap produk Gadai Syariah, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
• Strategi pemasaran produk gadai syariah yang dilakukan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika meliputi empat variabel dalam bauran
pemasaran, yaitu: Pertama dengan strategi produk, dengan cara
pengembangan produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro
Kecil) dan pengoptimalan taksiran. Kedua, dengan strategi harga, yaitu
dengan memotong tarif ijarah dari Rp.85 menjadi Rp.80 setiap Rp.10.000
nilai taksiran. Ketiga, dengan strategi distribusi, yaitu dilakukan dengan cara
membuka UPC (Unit Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh
nasabah. Keempat, dengan strategi promosi, yaitu dilakukan dengan cara
periklanan, berupa leaflet, brosur, spanduk, souvenir. Publisitas, dengan
mengadakan kegiatan amal berupa sunatan masal pada ulang tahun
pegadaian. Dan melalui penjualan pribadi dengan cara sosialisasi dengan
• ibu-ibu pengajian dan melalui pribadi karyawan untuk mempromosikan
produk tersebut.
• Implementasi strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika ternyata mampu menarik minat nasabah, ini terbukti
dengan peningkatan jumlah uang pinjaman/omset dan jumlah barang
jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Peningkatan omzet Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah sebesar
21,25 % pada periode Januari-Juni 2007 ke periode Juli-Desember 2007
yakni dari Rp. 19.751.000.000 menjadi Rp. 23.949.000.000 dan peningkatan
sebesar 38,2% pada periode Juli-Desember 2007 ke periode Januari-Juni
2008 yakni dari Rp. 23.949.000.000 menjadi Rp. 33.100.000.000. Serta
peningkatan omzet sebesar 67,5 % pada periode Januari-Juni 2008 yakni
Rp. 33.100.000.000 dibandingkan periode sama tahun 2007, yakni sebesar
Rp. 19.751.000000.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk
memberikan saran bahwa hendaknya Pegadaian Syariah semakin aktif untuk
meningkatkan inovasi dalam kegiatan pemasaran, baik promosi dan sosialisasi,
karena kegiatan pemasaran terbukti mampu meningkatkan jumlah nasabah.
Namun jika dilihat dari persentase peningkatan jumlah nasabah dari tahun ke
tahun dirasakan masih belum berhasil secara maksimal. Oleh karena itu perlu
diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas promosi dan sosialisasi secara
terus menerus untuk mengetahui seberapa efektif keberhasilan strategi
pemasaran yang dilakukan, mengatasi berbagai kendala yang timbul dan
sebagai bahan acuan perencanaan kegiatan promosi dan sosialisasi di masa
mendatang.
Kemampuan Sumber Daya Manusia perlu lebih ditingkatkan lagi baik
melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan serta penyeleksian calon
karyawan baru dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas
kerja pegadaian syariah.
Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang
diberikan oleh para nasabah sebagai upaya untuk membangun hubungan
kekerabatan silaturahmi antara pegadaian syariah dengan para nasabahnya. Hal
ini akan menciptakan kesan positif sekaligus bagian dari sosialisasi
pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka
Amani. 1996.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet, 2002.
Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
Basyir, Ahmad Azhar. Riba, Utang-Piutang, dan Gadai. Bandung: Al-Ma’arif, 1983.
Al-Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997.
Dzajuli, A dan Aen, Nurol, Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000.
Firdaus NH, Muhammad. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah. Jakarta:
Renaisan, 2005.
-------. Cara Mudah Memahami Akad-akad Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005.
-------. Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005.
Furchan, Ali. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional,
1992.
“ Gadai Emas Bank Syariah: Barang Aman, Uang di Tangan”,
http://www.prospektif.com/terkini/artikel.Html?id=969, 1 November 2002.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Fiqh Muamalat). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Hendra, Teguh dan Ronny. A Rusli. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1997.
Kamil, Ahmad dan Fauzan, M. Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2007.
Kartajaya, Hermawan dan Sula, M. Syakir. Syariah Marketing. Bandung: Mizan,
2006.
Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2004.
Kotler, Philip. Marketing. Jakarta: Erlangga, 2004.
---------. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian). Jakarta: FEUI, 1993.
Kotler dan Amstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2003.
---------. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2001.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Penerjemah R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Paramita, Cet. VIII, Pasal 1150, 1976.
Al-Mashur Bissayyiri Al-Bakri, Al-Alamah Abi Bakri. Kitab Ia’Natut Tholibin,
Beirut: Daarul Fikr, 2004. Juz 3.
Matua, Pirgong. Sejarah Singkat Perum Pegadaian. Jakarta: Perum Pegadaian, 2003.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2002.
Munawwir, A. W. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan dalam Islam. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004.
Pandia, Frianto, dkk. Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pegadaian Syariah. Manual Operasional ULGS. Jakarta.
“Perbedaan Gadai dengan Rahn” diakses pada 28 Agustus 2008 dari
www.pnm.co.id/content.asp?id=524&mid=54-23-
“Pertumbuhan Pegadaian Syariah Memuaskan”, http://www.republika.co.id/koran
detail.asp?id=183268&kat id2=, 8 Januari 2005.
Perum Pegadaian. Keputusan Direksi Perum Pegadaian tentang Pemberlakuan
Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah, Kep. Dir Perum Pegadaian
Nomor. 06.A/UL.3.00.22.3/2003 Ps 1 ayat (1).
--------. Manual Operasional Gadai Syariah. Jakarta: Perum Pegadaian, 2003.
--------. Manual Operasional Arrum.
--------. Pedoman Operasional Gadai Syariah.
Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Stanton, William J. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2004.
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula).
Yogyakarta: UGM Press, 2004.
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Sumarni, Murti. Marketing Perbankan. Yogyakarta: Liberty, 1997.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Press, 2001.
Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Wawancara dengan Ahmad Zainuddin. Jakarta. 12 September 2008.
Wawancara dengan Supriyono, Jakarta. 29 Agustus 2008.
Zainuddin, Ahmad.. “Omzet Pegadaian Syariah Cawang” artikel diakses pada 28
Agustus 2008 dari Republika Online, http://www.republika.co.id.
Hasil Wawancara pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Responden : Bapak. Ahmad Zainuddin
Jabatan : Manajer Cabang
Tanggal : 02 Agustus 2008
1. Penulis : Kapan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika berdiri dan
bagaimana perkembangannya?
Responden : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika berdiri pada tanggal
14 Januari 2003. Perkembangannya Alhamdulillah semakin
meningkat ini bisa dilihat dari peningkatan omset dari tahun ke
tahun, laporan pinjaman yang diberikan, jumlah bank jaminan,
dan data jumlah nasabah yang semakin meningkat karena
kesadaran masyarakat atas pegadaian yang berbasis syariah
semakin meningkat karena dirasa lebih adil, transparan, jujur,
dan biaya lebih miring dari pegadaian konvensional.
2. Penulis : Produk apa saja yang terdapat pada Pegadaian Syariah
Cabang Dewi Sartika?
Responden : Produk yang utama adalah Gadai Syariah (Rahn) dan ARRUM
(Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil) yang baru saja
diluncurkan pada bulan April 2008.
3. Penulis : Apa itu produk Gadai Syariah (Rahn)?
Responden : Gadai Syariah (Rahn) adalah skim pinjaman untuk memenuhi
kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai yang
sesuai syariah Islam dengan agunan berupa emas, berlian,
elektronik, dan kendaraan bermotor.
3. Penulis : Pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika apakah semua
jenis agunan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan?
Responden : Untuk sementara pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
hanya menerima agunan berupa emas dan handphone saja.
4. Penulis : Akad apakah yang digunakan dalam pelaksanaannya pada
produk gadai syariah?
Responden : Ada dua akad yang digunakan dalam pelaksanaan gadai
syariah ini, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Akad rahn itu
sendiri adalah akad antara rahin dan murtahin atas perjanjian
gadai tersebut dimana rahin menggadaikan barangnya kepada
murtahin untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan akad ijarah
digunakan untuk menyewa tempat barang milik rahin yang
digadaikan tersebut.
5. Penulis : Bagaimana cara perhitungan pada produk gadai syariah?
Responden : Tarif ijarah barang jaminan dikenakan biaya hanya sebesar
Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah) per sepuluh hari masa
penyimpanan untuk setiap kelipatan taksiran barang jaminan
sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah). Untuk biaya
administrasi sesuai dengan penggolongan marhun bih, dan
pinjaman ditaksir hingga 90% dari nilai taksiran.
6. Penulis : Siapa saja yang dapat menjadi nasabah dan keuntungan apa
yang diperoleh?
Responden : Siapa saja boleh menjadi nasabah termasuk non muslim yang
penting mempunyai identitas diri seperti KTP/SIM.
Keuntungan yang dapat diperoleh:
1. Meningkatkan daya guna barang bergerak anda
2. Prosedur dan syarat mudah serta proses cepat
3. Tarif kompetitif
4. Jangka waktu fleksibel
5. Dijamin asuransi
6. 100% sumber pendanaan dari Bank Syariah Mandiri dan
operasional dibawah pengawasan Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
7. Penulis : Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam memasarkan
produk gadai syariah?
Responden : Pertama dengan strategi produk, dengan cara pengembangan
produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil)
dan pengoptimalan taksiran. Kedua, dengan strategi harga,
yaitu dengan memotong tarif ijarah dari Rp.85 menjadi Rp.80
setiap Rp.10.000 nilai taksiran. Ketiga, dengan strategi
distribusi, yaitu dilakukan dengan cara membuka UPC (Unit
Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh nasabah.
Keempat, dengan strategi promosi, yaitu dilakukan dengan cara
periklanan, berupa iklan, brosur, spanduk, souvenir. Publisitas,
dengan mengadakan kegiatan amal berupa sunatan masal pada
ulang tahun pegadaian. Dan melalui penjualan pribadi dengan
cara sosialisasi dengan ibu-ibu pengajian dan melalui pribadi
karyawan untuk mempromosikan produk tersebut.
8. Penulis : Apakah ada tim khusus dalam memasarkan produk gadai
syariah ini?
Responden : Tidak ada tim khusus dalam memasarkannya. Pemasaran
dilakukan dibawah naungan Divisi Syariah dan OPP
(Operasional Pemasaran Pusat) Kanwil.
9. Penulis : Alat atau media apa yang digunakan dalam memasarkan
produk gadai syariah ini?
Responden : Radio dengan mengadakan talkshow pada radio Dakta Fm.
Mengikuti pameran-pameran dan melalui media iklan di
televisi. Kemudian bekerja sama dengan PT. KAI dengan
memasang neon box di stasiun dan iklan pada televisi dalam
kereta api eksekutif.
10. Penulis : Dengan strategi yang digunakan, apakah ada pengaruh atau
dampak yang timbul bagi peningkatan dan penurunan jumlah
nasabah?
Responden : Ada, terbukti dengan peningkatan uang pinjaman/omzet dan
peningkatan jumlah barang jaminan yang dimiliki Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika.
11. Penulis : Bagaimana jumlah nasabah sekarang?
Responden : Jumlah nasabah saat ini meningkat dari 1.261 orang pada
Desember 2007 menjadi 1.505 orang pada Januari 2008. tetapi
terjadi penurunan pada Juni 2008 menjadi 1.491 orang.
12. Penulis : Bagaimana perkembangan strategi pemasaran yang
digunakan? Apakah terdapat kendala?
Responden : Kendalanya hanya pada sumber dana dalam memasarkan
produk Pegadaian Syariah.
13. Penulis : Apakah strategi yang digunakan tersebut masih relevan
digunakan untuk masa sekarang ini?
Responden : Masih, namun harus ada penyempurnaan lagi.
Jakarta, 02 Agustus 2008
Ahmad Zainuddin
Manajer Cabang Dewi Sartika