strategi pembentukan budaya bersih di mts darul …
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMBENTUKAN BUDAYA BERSIH
DI MTs DARUL MUTTAQIEN PARUNG - BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
RIZKA CHOIRUNNISA
1112018200073
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ABSTRAK
Rizka Choirunnisa, 1112018200073. Strategi Pembentukan Budaya Bersih di
MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor, SKRIPSI, Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pembentukan Budaya
Bersih di MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor. Strategi merupakan suatu usaha
dalam merencanakan kegiatan jangka panjang dengan mengintegrasikan berbagai
sumber daya dan menghubungkan antara kekuatan dengan peluang organisasi
serta meminimalisir kelemahan organisasi dari ancaman yang timbul, baik dari
internal maupun eksternal organisasi dan menerapkan aksi dan alokasi sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Budaya bersih
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan mengajarkan tentang bagaimana bersikap dalam
menjaga dan merawat kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Jenis metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif, instrumen
pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen : observasi awal,
dokumentasi serta wawancara kepala madrasah, guru, petugas kebersihan dan
siswa MTs Darul Muttaqien. Setelah mendapatkan data yang diperlukan,
kemudian data dideskripsikan lalu dianalisis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa budaya
bersih yang ada di MTs Darul Muttaqien telah berjalan dengan baik. Strategi yang
digunakan MTs Darul Muttaqien dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat adalah melalui : keteladanan dan konsistensi pimpinan, kepala madasah dan
para guru, gerakan bersama warga madrasah, pembiasaan melalui kegiatan
kebersihan sehari-hari dan melalui pengawasan dari kepala madrasah dan guru.
Kata Kunci : Strategi, Budaya Bersih
ii
ABSTRACT
Rizka Choirunnisa, 1112018200073. Net Culture Formation Strategies in MTs
Darul Muttaqien Parung - Bogor, Thesis, Department of Educational
Management, Faculty of Science and Teaching of MT, State Islamic University
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016.
The aim of study to determine the Net Culture Formation Strategies in
MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor. The strategy is an attempt to plan long-
term activities to integrate various resources and connect between the forces of the
opportunities the organization and minimize the weaknesses of the organization
from emerging threats, both internal and external to the organization and
implement actions and allocation of resources needed to achieve the desired
objectives , Net culture is an activity undertaken by a group of people to create a
clean environment and teach about how to behave in keeping and taking care of
his own personal hygiene and environment.
This type of method is performed in this study is a qualitative study,
using descriptive analysis approach, the research data collection instruments used
instruments: the initial observation, documentation and interview headmaster,
teachers, janitors and students MTs Darul Muttaqien. After getting the necessary
data, then data is described and analyzed.
Results of research conducted by the authors showed that the net culture
in MTs Darul Muttaqien has gone well. The strategy used MTs Darul Muttaqien
in creating a clean and healthy environment is through: exemplary leadership and
consistency, madasah heads and teachers, along with the movement of citizens
madrasah, habituation through daily hygiene and through the supervision of the
headmaster and teachers.
Keywords: Strategy, Culture Net
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nyalah skripsi yang berjudul “Strategi Pembentukan Budaya Bersih di
MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor” dapat diselesaikan, walaupun banyak
kendala dalam penyelesaiannya. Selanjutnya shalawat serta salam semoga
terlimpah curah kepada junjungan alam, baginda Nabi Muhammad SAW. Nabi
akhirul zaman yang telah membawa umat dari jalan kegelapan menuju jalan ridha
Allah. Tak lupa juga salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada keluarganya,
para sahabat dan tabi’in serta seluruh umatnya hingga akhir zaman. Aamiin
Penulis menyadari sesungguhnya dalam penyelesaian skripsi ini tentu
masih banyak kelemahan kemampuan penulis dalam berfikir serta fasilitas yang
dimiliki oleh penulis, oleh karena itu tentu dari berbagai aspek dalam skripsi ini
masih banyak kekurangannya. Sungguhpun demikian, penulis telah berupaya
semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, yang dalam prosesnya tidak
sedikit cobaan, ujian serta hambatan yang dihadapi, namun Alhamdulillah atas
berbagai bantuan, bimbingan serta saran dari semua pihak memberikan
kemudahan bagi penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Terima kasih atas
segala bantuk dukungan bapak kepada penulis selama penulis menuntut
ilmu di fakultas.
iv
3. Ali Nurdin, M. Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik, yang telah
mendampingi dan membimbing penulis selama masa studi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Faridal Arkam, M. Pd dan Dr. Jejen
Musfah, M. Pd., terimakasih atas bimbingan, arahan dan waktu nya untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman serta pelayanan selama
penulis melaksanakan studi.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan serta layanan
baik selama studi maupun dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Guru, Staf dan Karyawan MTs Darul Muttaqien Bogor. Terutama
Bapak Abdullah Hudri, M. Pd., selaku Kepala Madrasah, Bapak Gipin
Gustopa, S. Pd. I ., Bapak Imron Wachidi, S. Pd., Ibu Yulianah dan Ibu
Dian Nurhidayah, selaku guru di Mts Darul Muttaqien, tidak lupa juga
kepada siswa-siswi kelas VII dan VIII MTs Darul Muttaqien Bogor.
8. Ayahanda tercinta Nahrowi dan Ibunda tersayang Rohimah, yang telah
menyayangi Ananda dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan
dan semangat yang disertai dengan pengorbanan, serta mendoakan Ananda
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Tak lupa Kakak ku, Novita Saridewi, LC dan Alim Gema Alamsyah, LC.,
terima kasih telah menjadi kakak terhebat dan telah menyayangi penulis
dengan sepenuh hati.
10. Teruntuk laki-laki yang selalu memberikan motivasi dan menemani
perjalanan penulis selama kuliah hingga saat ini. Terima kasih, M. Nurur
Rohman, S. TH. I.
11. Sahabat terbaik Iftah Nurdianah, Robiatul Adawiyah, Farhah Khalidah,
Fuji Islami, Ranti Trikandita, Zakiyatunnufus, , Mutya Deliantika, Syifa
Syarifah dan Febiyani Lestari yang sudah mau berbagi ilmu, ada di saat
v
susah maupun senang dan selalu menyemangati satu dan yang lain
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012 khususunya
Putri Mulyaningsih, Nurhilaliyah, Fitri Suprihatin, Zurqontunnajah, Denti
Rianti, Alprilia Rahmawati, Ika Oktaviani, yang telah berjuang bersama.
Kalian menjadi tempat berbagai cerita sedih dan senang dan kalian sudah
menjadi keluarga bagi penulis
13. Sahabat Praktik Kerja Manajemen Pendidikan (PKMP) yaitu Edwian
Ramadhan, Tien Meylanissholihat, Nurjannah, Nada Khaerotunnisa, dan
Uswatun Hasanah yang telah berjuang selama semester akhir serta
memberikan motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis berharap atas sema amal baik yang telah diberikan semua
pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga memberikan
tambahan pahala serta mendapat rahmat dan ridho-Nya Allah SWT. Aamiin.
Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Jakarta, 29 November 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ............................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................ ... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................... ... 8
C. Pembatasan Masalah ........................................................ 8
D. Perumusan Masalah.......................................................... 8
E. Tujuan Penelitian................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian............................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIK ............................................. 10
A. Konsep Strategi................................................................... 10
1. Pengertian Strategi........................................................ 10
B. Analisis SWOT ................................................................. 12
C. Budaya Bersih.................................................................... 14
1. Pengertian Budaya.......................................................... 14
2. Pengertian Bersih............................................................ 17
3. Pengertian Budaya Bersih ........................................... 18
vii
4. Strategi Pembentukan Budaya Bersih Sekolah.............. 18
D. Sekolah Peduli dan Berwawasan Lingkungan ................. 25
E. Manfaat Budaya Bersih........................................................ 34
F. Penelitian Relevan............................................................... 37
G. Kerangka Berfikir................................................................. 39
H. Pertanyaan penelitian........................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................. 42
B. Metode Penelitian............................................................... 42
C. Sumber Data....................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data................................................. 44
E. Pengecekan Keabsahan Data ............................................ 47
F. Teknik Analisis Data.......................................................... 48
G. Kisi-kisi Instrumen Wawancara......................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Muttaqien......... 53
1. Letak Geografis............................................................... 53
2. Kondisi Sosiologis............................................................ 53
3. Sejarah Singkat................................................................. 54
4. Profil MTs Darul Muttaqien............................................. 56
5. Visi dan Misi MTs Darul Muttaqien................................ 57
6. Tujuan MTs Darul Muttaqien.......................................... 58
7. Program MTs Darul Muttaqien....................................... 58
8. Data Siswa MTs Darul Muttaqien.................................. 58
B. Deskripsi dan Analisa Data.................................................. 59
1. Pembiasaan.................................................................... 60
a. Pengertian Bersih...................................................... 60
b. Program.................................................................... 61
c. Pengelolaan Sampah................................................. 65
viii
2. Keteladanan.................................................................... 68
a. Keteladanan Kepala Madrasah dan Guru................. 68
b. Kondisi Ruang Kerja Kepala Madrasah dan Guru... 70
c. Pengawasan............................................................... 72
3. Gerakan Bersama........................................................... 73
a. Kerjasama................................................................ 73
4. Lingkungan Fisik........................................................... 76
a. Kondisi Lahan........................................................ 76
b. Perlengkapan Kebersihan...................................... 77
5. Kekuatan dan Kelemahan MTs Darul Muttaqien........... 79
a. Kekuatan................................................................... 79
b. Kelemahan................................................................. 81
6. Ancaman dan Peluang MTs Darul Muttaqien............... 83
a. Ancaman................................................................... 83
b Peluang........................................................................ 84
7. Strategi Pembentukan Budaya Bersih Mts Darul Muttaqien85
C. Temuan Penelitian ............................................................ 86
BAB V PENUTUP ............................................................... 88
Kesimpulan............................................................................ 88
Saran...................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, Petugas Kebersihan dan Siswa
Lampiran 5 Hasil Pengamatan
Lampiran 6 Daftar Ceklis Dokumen
Lampiran 7 Pedoman Kebersihan
Lampiran 8 Data Guru Mts Darul Muttaqien
Lampiran 9 Data Jumlah Kelas MTs Darul Muttaqien
Lampiran 10 Tata Tertib Siswa MTs Darul Muttaqien
Lampiran 11 Poto Kegiatan Lingkungan Madrasah dan Asrama
Lampiran 12 Denah Lokasi Madrasah
Lampiran 13 Data Gedung dan Ruang Madrasah
Lampiran 14 Daftar Kelengkapan Alat-alat Kebersihan
Lampiran 15 Jadwal Piket Harian
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kebijakan Berwawasan Lingkungan............................... 26
Tabel 2.2 Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan................... 28
Tabel 2.3 Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif.................................. 30
Tabel 2.4 Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan......... 32
Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Skripsi............................................. 42
Tabel 3.2 Pedoman Observasi............................................................. 45
Tabel 3.3 Daftar Ceklis Dokumen...................................................... 46
Tabel 3.4 Instrumen Wawancara......................................................... 50
Tabel 4.1 Profil MTs Darul Muttaqien ............................................. 56
Tabel 4.2 Data Siswa MTs Darul Muttaqien 2016-2017.................. 59
xi
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Matrik Analisis SWOT.................................................... 13
Bagan 2.1 Strategi Pembentukan Budaya Bersih ............................. 39
Gambar 3.1 Analisis Data Kualitatif................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan lingkungan adalah sistem alam yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Dengan akal pikirannya manusia hidup di
bumi dan memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan dan melestarikan alam
dan isinya demi kepentingan bersama. Tuhan menjadikan manusia sebagai
khalifah atau pemimpin agar mampu menjalankan kewajibannya dalam
berhubungan dengan alam dan bertanggung jawab terhadap kelestarian
lingkungan.
Cara pandang dunia manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan
menempatkan manusia sebagai penguasa dan pusat dari tatanan alam
semesta. Hal ini menjadikan manusia secara bebas memanfaatkan
lingkungan bahkan melakukan eksploitasi tanpa memperhatikan pada
keseimbangan dan kelestarian lingkungan1. Minimnya wawasan dan rasa
cinta terhadap kelestarian alam mengakibatkan manusia menjadi penyebab
dari krisis-krisis lingkungan yang semakin banyak terjadi.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2009 pasal 1 ayat 2 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, yang menyatakan bahwa : perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum2. Upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pengendalian
terhadap lingkungan perlu adanya konsep yang jelas dan sistematis,
sehingga pada proses pelaksanaannya dapat dilakukan pengawasan yang
lebih baik serta hukum yang jelas.
1 Muhaimin, Membangun Kecerdasan Ekologis: Model Pendidikan untuk Meningkatkan
Kompetensi Ekologis, (Bandung: Alfabeta, 2015) hal. 2 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2.
2
Pada dunia pendidikan, pengetahuan tentang pendidikan lingkungan
hidup sudah menjadi bagian penting sekolah. Fakta mengenai kurangnya
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber dan media belajar, strategi yang
dikembangkan belum mengasah kemampuan berfikir kritis mengenai
permasalahan, metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran belum
mengembangkan investigasi sosial dengan melakukan penyelidikan secara
langsung permasalahn lingkungan hidup, kurang mengembangkan interaksi
kelompok dan lebih banyak menekankan pada pembelajaran yang bersifat
individual. Kurang mengembangkan kepercayaan dan kemandirian siswa,
dengan guru mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, penilaian tidak
berorientasi pada proses dan lebih mementingkan hasil pembelajaran,
penilaian kurang mengukur sikap/nilai, keterampila dan partisipasi
ekologis.3.
Menurut data diatas, permasalahan mengenai lingkungan hidup
terletak pada kurangnya implementasi dari wawasan dan pengetahuan
lingkungan hidup, sehingga menjadikan siswa pasif dalam menanggapi
permasalahan-permasalahan yang terjadi. Kurangnya kemampuan guru
dalam mengeksplorasi materi pembelajaran dan mengaitkannya dengan
fakta-fakta lingkungan hidup.
Permasalahan lainnya di lingkungan sekolah yang berkaitan dengan
kebersihan dan perawatan lingkungan saat ini sangat mudah dikenali dengan
cara melihat kondisi toilet, ruang kelas, musola, bahkan ruang kerja kepala
sekolah dan guru. toilet yang tidak bersih, ruangan kelas dan jendela
berdebu,dan ruangan guru yang tidak rapih dan penuh dengan dokumen
yang berdebu dan tidak perlu, adalah cermin gagalnya sekolah menerapkan
nilai-nilai baik4.
Masih banyak sekolah yang mengalami permasalahan terhadap
kebersihan lingkungan, mencerminkan bahwa kurangnya pembiasaan
3 Opcit. hal. 50-51
4 Jejen Musfah, Empat Sekolah-Satu Pemenang, tanggal post: 15 juni 2016, pukul. 06.11
(jejen.lec.uinjkt.ac.id) dilihat pada tanggal 8 September 2016, pukul 11.45 WIB
3
perilaku hidup bersih dari warganya. Lingkungan sekolah yang kotor
mengakibatkan terjadinya gangguan pada kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas, serta mengganggu pada kegiatan
pendidikan lainnya. Sehingga mengakibatkan tujuan sekolah sulit tercapai
dengan baik.
Dalam ajaran agama islam, manusia diperintahkan untuk selalu
menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Kebersihan
jasmani yang merupakan kebersihan fisik, meliputi kebersihan lingkungan
tempat tinggal, berpakaian dan kebersihan tubuh, sedangkan kebersihan
rohani meliputi kebersihan jiwa, akal dan hati. Islam menerangkan
bahwasanya kebersihan merupakan sebagian dari iman, hal ini dijelaskan
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad yang berbunyi sebagai berikut:
(النظا فة مه الإ يما ن )رواه احمد
Diterangkan pula dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 222 :
ابيه ان الله يحب ويحب المتطهريه التى
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan orang-orang yang menyucikan/memebersihkan diri (QS: Al-Baqarah
ayat 222)5 . Allah SWT memerintakan kepada hambanya untuk bertaubat
dan selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan badan dan lingkungan
dengan bersikap ramah-tamah terhadap alam semesta.
Supriatna yang dikutip oleh Muhaimin menyatakan secara kasat
mata, budaya malas bepergian dengan jalan kaki dan menggantinya dengan
kendaraan bermotor, bertebarannya sampah di lingkungan sekolah dan
kampus, beralih fungsinya toilet menjadi tempat buang tisu, puntung rokok,
pembungkus, dan lain-lain seperti dapat disaksikan di sebagian besar
5 Al-Quran. Surat Al-Baqarah ayat 222
4
sekolah menunjukkan bahwa kalangan terdidik tidak memiliki
kompetensi/kecerdasan ekologis6.
Orang yang memiliki pendidikan tinggi belum tentu memiliki
kemampuan dan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan
pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sekolah yang lingkungannya
sering terlihat kotor, penuh sampah, berdebu, bau dan lain sebagainya.
Banyak sarana dan prasarana yang tidak terawat dengan baik, sehingga
mengakibatkan banyak kerusakan.
Kebersihan sekolah adalah faktor penting yang harus dibenahi dan
diperhatikan. Namun, hingga saat ini masih banyak sekolah yang belum
memperhatikan kebersihan sekolahnya, kebanyakan sekolah lebih fokus
pada peningkatan metode pembelajaran, hal ini diakibatkan karena adanya
pengaruh politik pendidikan sehingga mengakibatkan perubahan kurikulum
yang tidak menentu. Sekolah lebih memperhatikan pada aspek kurikulum
tersebut karena berpengaruh langsung pada proses pembelajaran di kelas,
yang mengakibatkan kurangnya perhatian sekolah pada kebersihan
lingkungan.
Sekolah bersih adalah sekolah idaman setiap siswa, orang tua dan
masyarakat. Karena bersihnya suatu sekolah dapat mencerminkan bahwa
warga sekolah tersebut memiliki tingkat disiplin yang tinggi dalam hal
kebersihan. Kebersihan sekolah semata-mata bukan hanya menjadi
tanggung jawab petugas kebersihan saja, melainkan tanggung jawab seluruh
warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, karyawan maupun siswa. Karena
jika kebersihan dan keindahan sekolah hanya dibebankan kepada petugas
kebersihan saja, tidak akan menjadikan sekolah itu benar-benar bersih.
Tentunya semua orang tidak mengingikan sekolah mereka menjadi
tempat yang kotor dan kumuh serta penuh dengan sampah. Karena dampak
yang akan timbul nantinya akan memberikan pengaruh buruk bagi sekolah
dan warganya. Dengan kondisi lingkungan sekolah yang kotor dan buruk
6 Muhaimin, Membangun Kecerdasan Ekologis: Model Pendidikan untuk Meningkatkan
Kompetensi Ekologis, (Bandung: Alfabeta, 2015) hal. 146
5
juga akan membuat citra sekolah menjadi tidak baik di mata masyarakat,
sehingga para orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah
tersebut merasa tidak tertarik karena memiliki masalah kebersihan
lingkungan.
Untuk itu diperlukannya kerjasama antar komponen sekolah dalam
mewujudkan sekolah bersih dan indah, salah satunya dengan dibentuk
budaya bersih sekolah. Budaya bersih adalah sikap yang harus dimiliki oleh
setiap komponen sekolah agar selalu menjaga dan memelihara kebersihan
sekolah. Dengan memiliki budaya bersih setiap orang akan merasa
bertanggung jawab terhadap lingkungan kebersihan sekolah. Budaya bersih
di sekolah dapat dibentuk dan dibina melalui beberapa cara, seperti :
penanaman nilai-nilai kebersihan dan pembiasaan hidup bersih sehari-hari.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan kebersihan di sekolah, ada
baiknya sekolah mulai merancang beberapa strategi guna mendukung upaya
dalam membentuk budaya bersih di sekolah dan menanamkan nilai-nilai
kebersihan . Sehingga dengan adanya strategi, warga sekolah lebih mampu
bekerja sama dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
MTs Darul Mutaqien merupakan lembaga pendidikan yang berbasis
ke-Islaman yang terletak di daerah Jawa Barat lebih tepatnya di daerah
Parung-Bogor. Sebagai sebuah langkah dalam mencapai tujuan, tentunya
sekolah harus memiliki strategi dalam mewujudkan lingkungan yang bersih,
rapi dan sehat. Agar proses pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya
dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat memberikan substansi besar
terhadap tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Menurut hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan kepala
sekolah MTs Darul Muttaqien, kebersihan merupakan salah satu fokus
utama sekolah disamping fokus pada peningkatan keilmuan, pengembangan
wawasan dan keagamaan. Kegiatan kebersihan sekolah ini ditunjukkan
dengan adanya jadwal piket pada setiap kelas. Pihak yang bertanggung
jawab dalam mengontrol kebersihan kelas adalah wali kelas dibantu oleh
guru piket. Kebersihan kelas merupakan tanggung jawab siswa dan wali
6
kelas. Namun untuk kebersihan toilet, trotoar dan jalan raya sekolah masih
menjadi tanggung jawab petugas kebersihan.
Selain itu kurangnya sarana yang memadai untuk menunjang
wawasan siswa mengenai kebersihan, ditandai dengan belum adanya tempat
sampah yang sesuai dengan jenisnya (organik dan nonorganik). Sedangkan
pengelompokkan jenis sampah dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah.
Adanya budaya corat-coret yang dilakukan oleh siswa terhadap sarana
sekolah seperti : dinding, meja, kursi kelas menunjukkan bahwa budaya
bersih di kalangan siswa kurang efektif maka diperlukan adanya perbaikan
terhadap sarana belajar itu sendiri. Pengontrolan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dilakukan sesekali tanpa adanya jadwal secara berkala.
Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
merupakan tanggung jawab dan wewenang dari pihak pesantren dan pihak
Mts ditugaskan untuk menjaga dan memelihara sarana dan prasarana
sekolah yang telah disediakan. Namun untuk masalah yang terjadi terkait
dengan kebersihan dan sarana prasarana pihak MTs dapat langsung
melaporkannya kepada pihak pesantren, akan tetapi terkadang respon
pesantren kurang cepat dalam menanggapi keluhan pihak sekolah MTs.
Walaupun sering diberikan nasehat mengenai pentingnya menjaga
kebersihan sekolah dan telah diberlakukannya sanksi bagi para pelanggar,
namun masih ada siswa yang melanggar peraturan tersebut. Masih ada siswa
yang masih cuek melihat sampah berserakan, bahkan membuang sampah
tidak tepat pada tempatnya.
Masalah kebersihan lainnya bisa dilihat dari ruang guru, dimana para
guru kurang rapi dalam melakukan penataan mejanya serta belum adanya
tempat khusus area merokok bagi para guru laki-laki. Sehingga guru bebas
merokok diruangannya namun tetap diharamkan merokok di depan siswa.
Pengontrolan kebersihan lebih sering dilakukan oleh pimpinan pesantren,
7
karena beliau memiliki prinsip, bahwasanya kebersihan tidak perlu
dibicarakan namun dilaksanakan7.
Meskipun MTs Darul Muttaqien telah melaksanakan berbagai
kegiatan kebersihan di antaranya kegiatan operasi semut, jumat bersih
(jumsih), piket kelas, dan melalui beberapa kegiatan inilah lingkungan
sekolah terlihat bersih. Namun dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang
bersih, rapih, sehat dan asri tentunya sekolah mengalami beberapa hambatan
dan kesulitan dalam melaksanakan misinya tersebut. Dan setiap kegiatan
kebersihan yang dilakukan oleh sekolah belum dilakukannya perencanaan
baik, secara jangka pendek maupun jangka panjang. Semua kegiatan
kebersihan yang dilakukan hanya berdasarkan kegiatan rutinitas yang sudah
menjadi budaya sekolah. Kegiatan-kegiatan kebersihan yang dilakukan bisa
dikatakan hanya berjalan sesuai dengan kebutuhan yang ada pada saat itu
tanpa ada strategi ataupun rancangan khusus karena memang tidak ada
agenda khusus mengenai kegiatan kebersihan ini.
Faktor-faktor diatas merupakan bagian dari permasalahan yang
terdapat di sekolah, meskipun selama ini budaya bersih telah ada di
lingkungan sekolah namun tidak ada salahnya jika sekolah mulai merancang
rencana untuk kegiatan kebersihan dan budaya bersih yang lebih baik agar
lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan tingkat kesadaran siswa akan
kebersihan lingkungan dapat terus meningkat. Sehingga dapat menunjukkan
profesionalitas dalam penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun skripsi dengan
judul “Strategi Pembentukan Budaya Bersih di MTs Darul Muttaqien”.
7 Bapak Abdullah Hudri (Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien), Wawancara pada hari
Rabu, 3 Februari 2016, pukul 13.00 WIB
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat di identifikasi berbagai masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Belum efektifnya dampak dari keteladanan yang diberikan oleh
pimpinan pesantren dan kepala madrasah;
2. Kurangnya kesadaran santri dalam menjaga dan merawat kerapihan
dan kebersihan kelas;
3. Belum efektifnya pembiasaan pola hidup bersih yang ada di rumah;
4. Kurang optimalnyanya pemberian reward atau penghargaan terhadap
kelas terbersih, santri teladanan dan asrama terbersih.
5. Belum efektifnya pengawasan dari guru pada pelaksanaan kegiatan
kebersihan.
6. Kurang optimalnya pelatihan untuk guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran berbasis lingkungan.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi kajian yang terfokus pada
pembentukan budaya hidup bersih warga MTs Darul Muttaqien Parung –
Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
penulis merumuskan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana strategi
pembentukan budaya bersih di MTs Darul Muttaqien?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini
adalah untuk mendeskripskan strategi pembentukan budaya bersih di MTs
Darul Muttaqien Parung – Bogor.
F. Manfaat Penelitian
Bagi dunia pendidikan : Memberikan penjelasan secara teoritis
mengenai konsep budaya bersih sekolah
9
Bagi sekolah : Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah informasi mengenai strategi
pembentukan budaya bersih yang efektif
sebagai masukan bagi madrasah dalam
menciptakan budaya bersih.
Bagi penulis : Sebagai sarana penambah khazanah keilmuan
dan pengalaman serta dapat mengetahui tata
cara penelitian dan penulisan karya ilmiah
yang baik dan benar.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis pengertian
strategi adalah: taktik, ilmu menggunakan sumber daya manusia untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam berperang, rencana
langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dalam perang1.
Pada dasarnya istilah strategi biasa digunakan dalam dunia militer,
dalam hal ini diperlukan kecerdasan dan keterampilan khusus ketika
merencanakan, memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
tersebut untuk memenangkan perang. Selain itu strategi yang akan
digunakan dalam sebuah organisasi/perusahaan haruslah sesuai dengan
keadaan lingkungan, kondisi dan tujuan organisasi, agar strategi yang
digunakan dapat terlaksana dengan baik dan memberikan hasil yang
maksimal.
Menurut Iban Sofyan, “Strategi diartikan sebagai suatu rencana
kegiatan yang menyeluruh yang disusun secara sistematis dan bersifat
umum, karena itu dapat diketahui oleh setiap orang dalam perusahaan
maupun diluar perusahaan”2 dengan kata lain strategi adalah rancangan
kegiatan khusus yang dibentuk secara teratur dan melibatkan seluruh
aspek dalam organisasi terutama pada sumber daya manusianya (SDM)
dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi. Strategi di sini lebih
bersifat terbuka, sehingga strategi atau rencana yang telah dirumuskan
dapat diketahui oleh setiap orang baik di dalam maupun di luar suatu
organisasi.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 720.
2 Iban Sofyan, Manajemen Strategi (Teknik Penyusunan serta Penerapannya untuk
Pemerintah dan Usaha), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015) hal. 3
11
Menurut Chandler yang dikutip oleh Ismail Solihin,“strategi
merupakan: the determination of long-term goals of an enterprise and
the adoption of courses of action and the allocation of resources
necessary for carrying out these goals”, (Penentuan tujuan dan sasaran
jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan)3.
Strategi dalam pengertian ini merupakan penetapan sasaran dan tujuan
jangka panjang dan pengalokasian berbagai sumber daya yang
dibutuhkan guna mendukung proses pelaksaan dan pencapaian tujuan.
Strategi yang telah dibuat oleh sekolah merupakan gambaran
jangka panjang mengenai apa saja yang akan dicapai oleh sekolah
dalam jangka waktu tertentu, selain itu dalam strategi tersebut juga
dituliskan mengenai apa saja yang menjadi strategi umum dan juga
strategi khusus (operasional) sehingga setiap kegiatan yang dilakukan
oleh sekolah dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai hasil
yang maksimal.
Lain halnya dengan Glueck yang dikutip oleh Ety Rochaety,
mengemukakan strategi sebagai satu kesatuan rencana yang
kompherensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi
organisasi dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin
agar tujuan organisasi tercapai4. Dalam hal ini strategi merupakan peta
kekuatan dan kelemahan organisasi yang digunakan dalam mengatasi
ancaman dan memaksimalkan peluang dalam melakukan perkembangan
dan pencapain tujuan organisasi. Dengan lebih memperhatikan berbagai
macam faktor, baik internal maupun eksternal.
Dari beberapa pengertian mengenai strategi di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya strategi merupakan usaha dalam merencanakan
arah dan tujuan organisasi dan kemudian merumuskan langkah-langkah
yang dapat menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi dan dengan
3 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012) hal. 64
4 Eti Rochaety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara,2008) hal. 27-28
12
mengintegrasikan sumber daya dan kekuatan organisasi serta
menerapkan aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Langkah – langkah tersebut merupakan strategi organisasi dalam
bentuk tindakan dan tata cara yang harus dilakukan dalam kegiatan
organisasi untuk dapat menentukan lingkungan yang diinginkan dan
menyesuaikan lingkungan organisasi yang selalu berubah, strategi yang
dirumuskan dapat dijadikan pedoman organisasi dalam mencapai tujuan
baik jangka panjang maupun jangka pendek
B. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats)5.
Sedangkan analisis SWOT menurut Didin Kurniadin merupakan singkatan
dari Strengths (kekuatan) adalah kondisi internal positif yang memberikan
keuntungan. Weakness (kelemahan) adalah kondisi internal negatif yang
dapat merendahkan penilaian terhadap organisasi. Opprtunities ) peluang
adalah kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan organisasi.
Treaths (ancaman) adalah kondisi eksternal organisasi baik sekarang
maupun di masa mendatang yang tidak menuntungkan organisasi6.
Analisis-analisis yang menggunakan pendekatan SWOT adalah
suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan dalam upaya merumuskan
strategi apa yang diperlukan, karena SWOT menganalisis keadaan
organisasi sekarang dan sekaligus menghadirkan kemungkinan
5 https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
6 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet 1, h. 160
13
penginventarisasian alternatif-alternatif strategis yang menawarkan jaminan
terbaik bagi penciptaan suatu kreativitas nilai ke masa depan7.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara organisasi
menganalisis berbagai hal yang dapat mempengaruhi keempat faktor
tersebut dan menerapkannya dalam gambar matrik SWOT. Dalam
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada. Bagaimana
cara organisasi mengatasi kelemahan (weaknesses) yang ada, selanjutnya
bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru.
Gambar 2.1
Matrik Analisis SWOT8
Dalam dunia pendidikan analisis SWOT dapat digunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada internal madrasah juga
7 Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds), Manajemen Strategik Keorganisasian Publik,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 148 8 https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:SWOT_en.svg
14
mengidentifikasi berbagai peluang dan ancaman yang ada pada lingkungan
eksternal madrasah. Analisis SWOT merupakan salah satu pendekatan dari
manajemen strategik yang berbasis pada lingkungan. Hasil dari analisis
SWOT dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan pertimbangan bagi para
kepala madrasah dalam upaya pengambilan keputusan. Apabila kebijakan
dan keputusan yang dibuat itu efektif, maka akan memudahkan madrasah
dalam mencapai tujuannya.
C. Budaya Bersih
1. Pengertian Budaya
Berbagai pengertian budaya dikemukakan oleh beberapa ahli, yang
masing-masing memiliki pandangan yang berbeda-beda. Namun, jika
dipahami arti budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan
bahwa: “budaya” adalah akal budi, pikiran, sesuatu yang berkenaan
dengan hasil karya budi9.
Warsito mengemukakan bahwa kebudayaan berasal dari kata
cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa inggris) = tsaqafah (bahasa
arab), berasal dari perkataan latin colore yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam10
.
Apabila kita menyimak pendapat para pakar antropologi Melayu,
mereka sepakat bawa budaya berasal dari bahasa sangsekerta
buddhayah. Kata buddhayah adalah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti „budi‟ atau „akal‟. Secara etimologis, budaya berarti hal-hal yang
berkaitan dengan akal-budi.11
Kata “budaya” disini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja
dari “kebudayaan” dengan arti yang sama. Kata culture merupakan kata
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.160
10 Warsito, Antropologi Budaya, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015) hal. 49
11 Andre Ata Ujan, dkk. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan,
(Jakarta: PT Indeks, 2011) cet ke3, hal. 22-23
15
asing yang sama artinya dengan “kebudayaan”. Berasal dari kata Latin
colore yang berarti “mengolah, mengerjakan”, terutama mengolah tanah
atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala upaya
serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam” dan
menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar12
. Terdapat beberapa
tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa
dalam gen bersama kelahirannya (seperti makan, minum dan berjalan
dengan kedua kaki), juga menjadi tindakan berkebudayaan.
Kebudayaan (culture) adalah salah suatu komponen penting dalam
kehidupan masyarakat, khususnya dalam struktur sosial. Secara
sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup atau
dalam bahasa inggrisnya disebut ways of life. Cara hidup atau
pandangan hidup itu meliputi cara berpikir, cara berencana, dan cara
bertindak, disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna,
benar dan dipatuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan
bersama13
.
Menurut Frans Mardi Hartanto, “budaya dapat didefinisikan
sebagai totalitas dari keyakinan, sikap, pola perilaku, kelembagaan,
seni, tradisi, dan produk pikiran manusia yang menjadi karakteristik dari
suatu komunitas di dalam suatu lingkungan sosial”14
.
Kebudayaan adalah kepercayaan-kepercayaan dan praktik-praktik
dalam kehidupan baik individual maupun kolektif. Kebudayaan adalah
sistem kepercayaan serta praktik-praktik dengan mana sebuah
masyarakat memahami, mengatur dan membentuk kehidupan baik
individual maupun kolektif. Kebudayaan adalah cara manusia
12
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) hal.146 13
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2012)
hal.45 14
Frans Mardi Hartanto, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2009) hal. 70-171
16
memahami dan mengorganisasi kehidupannya. Kebudayaan mengatur
dan melegitimasi relasi antar manusia15
.
Dari beberapa pandangan mengenai budaya yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
pengertian budaya adalah upaya manusia dalam memahami, mengubah
dan mangatur hidupnya dengan cara berfikir, berencana dan bertindak
yang dianggap benar dan dipatuhi serta disepakati bersama oleh
anggota – anggota masyarakat.
Berkaitan dengan struktur dan tatanan hidup manusia, kebudayaan
juga terungkap melalui peraturan-peraturan dan norma-norma yang
mengatur berbagai kegiatan serta relasi sosial-tentang cara makan,
perkawinan, kehidupan bertetangga, bagaimana memperlakukan orang
tua dan anak-anak, suami-istri, dan lain sebagainya. Seperti yang telah
diketahui dalam kehidupan nyata, budaya dapat terlihat dari gambar,
simbol, ritual, adat istiadat, keyakinan, dan pola perilaku yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia pendidikan, budaya dapat terlihat ketika siswa
terbiasa dengan perilaku, sikap dan ucapan baik di sekolah, maka nilai-
nilai utama yang ditanamkan oleh sekolah bisa menjadi budaya bagi
mereka, yang tidak akan mudah hilang oleh terpaan budaya-budaya
negatif. Budaya utama tersebut akan menjadi modal berharga bagi
kehidupan siswa kelak. Karena, budaya luhur akan membawa pada kebe
rhasilan dan bahkan kebahagiaan.
Untuk itu perlu adanya penanaman budaya-budaya di sekolah,
asrama dan di rumah sebagai bekal utama siswa untuk masa depannya.
Kerena budaya baik yang ditanamkan sejak usia muda, akan menjadi
kan kebiasaan baik yang kekal bagi kehidupannya kelak.
15
Andre Ata Ujan, dkk. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan,
(Jakarta: PT Indeks, 2011) cet ke3, hal. 111-112
17
2. Pengertian Bersih
Pada dasarnya pengertian bersih merupakan hal yang relatif,
karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda mengenai
pengertian bersih itu sendiri sesuai dengan standar kebersihannya
masing-masing. Untuk itu penulis hanya mengartikan bersih
berdasarkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu bersih diartikan
bebas dari kotoran16
.
Pengertian bersih menurut penulis, adalah suatu keadaan
lingkungan yang tidak bau, tidak kotor, nyaman dilihat serta ditempati
dan bebas dari penyakit. Bersih dapat membuat manusia merasa nyaman
berlama-lama tinggal di lingkungan tersebut. Karena lingkungan yang
bersih mencerminkan adanya perilaku hidup bersih dan sehatl. Sehingga
orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut, dapat terbebas dari
segala macam penyakit dan menunjukkan sikap ramah-tamah terhadap
lingkungan tempat tinggalnya.
Pengetahuan tentang kebersihan, nilai, sikap dan perilaku hidup
bersih dari seseorang adalah hasil dari pendidikan, baik yang diterima
dari keluarga, lingkungan sekolah, atau dari lingkungan masyarakat
merupakan hal yang penting. Karena pengetahuan tidak hanya terbatas
pada materi dan teori akan tetapi sangat penting diterapkan pada
kehidupan sehari-hari. Agar dapat dipahami dan dirasakan langsung
manfaatnya.
Sekolah sebagai tempat untuk menimba ilmu serta mengamalkan
ilmu-ilmu menjadi tempat yang tepat dalam mengimplementasikan
budaya bersih yang diterapkan kepada seluruh warga sekolah terutama
siswa. Karena di sekolah, siswa dapat diajarkan bagaimana cara untuk
menjaga, merawat dan melestarikan lingkungan baik lingkungan
sekolah, asrama, rumah, dan dimanapun mereka berada serta menjaga
dan merawat badan dengan baik dan benar.
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 138
18
Di sekolah siswa diajarkan bagaimana cara menjaga kebersihan
dan dituntut untuk dapat mengikuti peraturan sekolah mengenai
kebersihan itu sendiri. Karena kebersihan lingkungan sekolah
merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah.
3. Pengertian Budaya Bersih
Pengertian budaya sebagai upaya manusia dalam memahami,
mengubah dan mangatur hidupnya dengan cara berfikir, berencana dan
bertindak yang dianggap benar dan disepakati serta dilaksanakan
bersama oleh anggota – anggota masyarakat dan pengertian bersih
sebagai suatu keadaan lingkungan yang tidak bau, tidak kotor, nyaman
dilihat serta ditempati dan bebas dari penyakit, dapat penulis simpulkan
bahwa budaya bersih adalah upaya sekelompok manusia dalam
bertindak, mengatur dan mengubah kebiasaan-kebiasaan dalam
hidupnya dalam membiasakan hidup bersih dan terwujudnya
lingkungan yang nyaman, tidak bau dan bebas dari penyakit.
Apabila seseorang telah merasakan manfaat besar dari budaya
bersih, maka orang itu akan mampu menerapkan budaya tersebut
dimana saja dan kapan saja, bahkan mampu membagikan pengalaman
dan pengetahuannya kepada orang lain. karena budaya hidup bersih
sungguh besar manfaatnya apabila kita telah mengetahui dan merasakan
sendiri.
4. Strategi Pembentukan Budaya Bersih Sekolah
Budaya hidup bersih pada dasarnya dapat dipraktikan dimana saja,
namun bagi seorang santri atau pelajar yang waktunya lebih banyak di
sekolah dan asrama, budaya bersih sangat efektif bila di terapkan
langsung dalam kegiatan di sekolah dan asrama. Karena proses sosial
sangat mempengaruhi pada perkembangan motivasi siswa dalam
melakukan suatu kegiatan di sekolah, seperti penanaman nilai-nilai
kebersihan melalui beberapa kegiatan yang dapat melibatkan seluruh
warga sekolah.
19
Budaya bersih perlu dibentuk, karena pada dasarnya suatu budaya
tidak akan pernah ada apabila tidak ada orang yang mau memulai dan
membiasakannya. Karena budaya ada, dari suatu kegiatan yang menjadi
kebiasaan sekelompok orang. Menurut Jejen Musfah beberapa strategi
pembentukan budaya bersih di sekolah atau madrasah17
, yaitu :
a. Berawal dari visi, dari cita-cita komunitas madrasah yang ingin
madrasahnya bersih, hijau dan indah. Demi terciptanya
lingkungan madrasah yang bersih, diawali dengan cita-cita dan
keinginan yang besar dari warga madrasahnya. Sehingga
dengan adanya visi yang jelas maka cara dan langkah-langkah
dalam mencapai visi dan cita-cita tersebut akan mudah tercapai
dengan baik.
b. Laksanakan program terkait kebersihan, penghijauan, dan
keindahan madrasah. Inilah misi madrasah. Cara yang kedua
dalam mewujudkan lingkungan madrasah yang bersih adalah
dengan dilaksanakannya misi dari visi yang telah dirumuskan
sebelumnya, yaitu dengan melaksanakan berbagai kegiatan
terkait dengan kebersihan madrasah. Peraturan dan kegiatan-
kegiatan yang telah madrasah tentukan tentunya wajib ditaati
dan dilaksanakan oleh seluruh warganya. Diantaranya
melaksanakan piket sesuai jadwal, membuang sampah pada
tempatnya, tidak mencorat-coret sarana dan prasarana
madrasah, menjaga kebersihan diri sendiri, dan lain
sebagainya.
c. Ketiga, kegiatan tersebut harus menjadi budaya bersih
madrasah, bahwa siapa pun dan kapan pun di madrasah sadar
berperilaku bersih, tanpa paksaan. Kebiasaan hidup bersih
tentunya harus menjadi prioritas setiap warga madrasah,
mengingat kebersihan adalah kebutuhan hidup manusia
17
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan,.Teori, Kebijakan dan Praktik, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015) hal. 231-232
20
terhadap lingkungannya. Untuk itu, kegiatan kebersihan
seharusnya dapat melahirkan kesadaran warga madrasah akan
pentingnya budaya hidup bersih. Sehigga dalam implementasi
hidup bersih sehari-hari warga tidak merasa terpaksa dalam
merawat dan menjaga kebersihan dirinya sendiri dan
lingkungannya.
d. Keempat, budaya bersih tegak jika kepala madrasah menjadi
penggerak utama dan pengawas. Peraturan dan kebijakan
terkait dengan kebersihan yang ada di madrasah tentunya tidak
terlepas dari pengaruh kepemimpinan dan pengawasan kepala
sekolah. Maka apabila keteladanan dari kepala sekolah sudah
baik, maka akan berpengaruh pada anggota-anggota di
bawahnya, seperti : para guru, karyawan dan santrinya.
e. Sediakan tempat sampah di setiap ruang kelas, ruang guru,
ruang kepala madrasah, ruang staf, dan lain sebagainya.
Tersedianya berbagai perlengkapan kebersihan menjadi faktor
penting madrasah dalam menciptakan budaya bersih. Karena
dengan adanya lingkungan fisik madrasah yang mendukung
dan tersedianya alat-alat kebersihan seperti : sapu, kain pel,
kemoceng, tempat sampah, pembersih kaca, pewangi dan lain
sebagainya dapat menunjang madrasah dalam mewujudkan
visi dan misi yang telah ditentukan.
Dari pendapat ahli diatas, terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh sekolah dalam membentuk budaya bersih di
lingkungannya. Diantaranya dengan membuat program yang terkait
dengan kebersihan, seperti piket kelas, jumat bersih, kerja bakti dan lain
sebagainya. Namun sebelum melaksanakan program tersebut, ada
baiknya program yang akan dilaksanakan mulai dirancang dengan baik
melalui beberapa strategi, diantaranya yaitu dengan menentukan visi
dan misi program, melakukan sosialisasi , pelaksanaan program,
21
melakukan pengawasan dan pengendalian dan berbagai cara lainnya
hingga adanya evaluasi kegiatan.
Dalam pelaksaanan program kegiatan perlu adanya strategi yang
sistematis, baik, jelas dan terperinci, agar pelaksanaan program dapat
berjalan dengan baik. karena tata cara pelaksaan program, tujuan,
manfaat dari program yang akan dilaksanakan sudah dijelaskan secara
terperinci sejak awal melalui beberapa strategi yang sudah dirancang.
Menurut Muhaimin hal yang dapat dilakukan sekolah dalam
pengembangan moral dan budaya hidup bersih, dilakukan melalui
beberapa cara berikut18
:
a. Pembiasaan (habit formation)
Membentuk sikap, perilaku, dan partisipasi yang
berwawasan lingkungan memerlukan pembiasaan. Pembiasaan
dilakukan di lingkungan sekolah seperti: menanam pohon,
menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sembarangan,
memilah sampah, mengelola dan mendaur ulang sampah, tidak
merusak lingkungan, memanfaatkan alam secara seimbang,
mengurangi pemakaian material alam, tidak menggunakan
plastik, penghijauan lingkungan dan sebagainya. Budaya-
budaya yang dikembangkan dengan pembiasaan ini membentuk
mentalitas ekologis siswa ke arah yang lebih baik.
Dengan adanya beberapa kegiatan sekolah terkait
kepedulian terhadap kebersihan, dapat membuat konsep awal
pada aspek kognisi siswa mengenai manfaat dan kegunaan dari
kegiatan yang sering dilakukannya di sekolah.
b. Keteladanan (role model)
Membentuk kebiasaan ekologis siswa, perlu adanya
keteladanan terutama dari orang dewasa di sekitar siswa.
keteladanan ini dilakukan bersama-sama oleh segenap warga
18
Muhaimin, Membangun Kecerdasan Ekologis: Model Pendidikan untuk Meningkatkan
Kompetensi Ekologis, (Bandung: Alfabeta, 2015) hal.106-107
22
sekolah terutama oleh kepala sekolah dan guru. keteladanan ini
dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana yang berhubungan
dengan pendidikan lingkungan.
Keteladanan yang biasanya dilihat oleh para siswa dari
sosok seorang kepala sekolah dan para guru, dilihat dari cara
berpakaian kepala sekolah dan para guru yang selalu terlihat
rapi dan bersih, juga terlihat dari ruang kerja kepala sekolah dan
guru yang juga selalu terlihat bersih dan rapi serta cara kepala
sekolah dan guru membuang sampah pada tempatnya.
c. Gerakan bersama
Gerakan bersama dalam membentuk pengetahuan, sikap
dan kebiasaan ekologis siswa akan efektif dengan gerakan
bersama dalam lingkungan sekolah secara terus-menerus.
Gerakan bersama ini dilakukan oleh semua komponen sekolah
dengan bersinergi dalam mencapai tujuan ecopedagogy.Selain
itu gerakan bersama akan efektif mengarahkan motivasi siswa
dalam membentuk mentalitas dan kesadaran ekologis siswa.
Suatu kegiatan yang di rancang dan dilakukan bersama-
sama akan terasa lebih mudah dalam pengerjaan dan
penyelesaiannya. Dari kebersamaan akan timbul adanya kerja
sama, solidaritas dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Sehingga
apabila ada yang lengah maka yang lain akan saling
mengingatkan dan menguatkan.
d. Lingkungan fisik sekolah
Lingkungan fisik sekolah yang sejuk, asri, bersih, dan dipenuhi
dengan tumbuhan hijau, taman sekolah, dan sebagainya
memberikan kenyamanan bagi siswa sekaligus menjadikan
motivasi bagi siswa dalam membentuk kesadaran lingkungan.
Terbentuknya budaya bersih sekolah akan sangat efektif apabila
didukung dengan adanya lingkungan fisik yang memadai,
23
seperti yang telah dijelaskan di atas. Sehingga siswa dapat
langsung praktik mengenai cara merawat lingkungan.
Untuk mewujudkan budaya bersih di sekolah, hal-hal yang dapat
dilakukan adalah dengan dilakukannya pembiasaan, contoh keteladanan,
gerakan bersama seluruh warga sekolah, dan menjaga lingkungan fisik
sekolah. Apabila keempat hal ini dilaksanakan oleh sekolah, maka
budaya bersih sekolah akan segera terwujud.
Pada tingkat pendidikan sekolah dasar, tentunya siswa telah
mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya perilaku hidup bersih
di lingkungan sekitar, untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam
memahami dan mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari di dalam
kelas, sekolah bertugas untuk mengimplementasikan pengetahuan
tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan positif yang memiliki nilai-nilai
manfaat dalam hal kebersihan. Seperti adanya pembiasaan perilaku
bersih, dengan tidak membiarkan sampah berserakan dan saling
mengingatkan antar teman untuk selalu menjaga kebersihan badan dan
lingkungan.
Dibantu oleh kepala sekolah dan para guru sebagai contoh teladan
yang perilaku hidup bersihnya dapat ditiru oleh siswa, memberikan
motivasi dan menjelaskan manfaat-manfaat dari adanya lingkungan
yang bersih. Maka apabila keempat hal diatas dapat diterapkan di
sekolah, maka akan terwujud sekolah yang bersih atau dikenal sebagai
Green School, yang merupakan sekolah favorite dan diminati banyak
masyarakat.
Dari kedua pandangan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pembentukan budaya bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu : adanya program yang mendukung dalam pembentukan budaya
berish sekolah, adanya contoh keteladanan oleh kepala sekolah dan
guru, kerjasama seluruh warga sekolah ditandai dengan dilakukannya
gerakan bersama, program yang berkenaan dengan kebersihan
lingkungan sekolah seperti, penghijauan dan pemeliharaan lingkungan
24
sekolah, dilakukannya pengawasan, serta adanya evaluasi program
kebersihan dan di dukung oleh lingkungan fisik yang memadai dalam
proses pembentukan budaya bersih ini.
Budaya bersih sekolah mempunyai peranan dalam membentuk
keterampilan siswa yang baik. Sekolah yang telah menerapkan dan
mempunyai budaya bersih yang baik, kompetensi pengetahuan
siswanya mengenai lingkungan bersih lebih baik dibandingkan sekolah
yang kurang menanamkan nilai-nilai budaya bersih di lingkungan
sekolahnya. Lingkungan fisik sekolah yang diwujudkan dengan green
school efektif mengembangkan budaya ecopedagogy, baik dalam
konteks akademik maupun non-akademik.
Lingkungan fisik sekolah yang sejuk, asri, bersih dan dipenuhi
dengan tumbuhan hijau dan taman sekolah memberikan kenyamanan
bagi siswa sekaligus menjadikan motivasi bagi siswa dalam membentuk
kesadaran lingkungan. Membentuk sikap, perilaku dan partisipasi yang
berwawasan lingkungan memerlukan pembiasaan.
Pembiasaan itu dapat dilakukan dari hal-hal sederhana di
lingkungan. Pembiasaan yang dilakukan di sekolah tersebut antara lain:
menanam pohon, menjaga kebersihan lingkungan dan toilet, tidak
membuang sampah sembarangan, melakukan pemilahan sampah,
melakukan daur ulang kertas, mengurangi pemakaian material alam,
melakukan penghematan listrik dan air, tidak merusak lingkungan,
memanfaatkan alam secara seimbang, mengurangi penggunaan plastik,
dan sebagainya.
Budaya-budaya yang dikembangkan dengan pembiasaan dapat
membentuk mentalitas ekologis siswa ke arah yang lebih baik. Hal
inilah yang tampak dalam hasil penelitian sekolah dengan konsep green
school, siswanya lebih memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan.
Kebiasaan hidup bersih di sekolah dimulai dengan datang ke
sekolah dengan tubuh yang bersih, pakaian dan alas kaki yang bersih
25
dan pantas, buang sampah di tempat sampah, BAK dan BAB di wc dan
setelah dipakai dibersihkan19
. Kebiasaan hidup bersih harus diajarkan
dan ditanamkan sedini mungkin, baik di lingkungan sekolah maupun
rumah sehingga secara berangsur-angsur akan menjadi bagian dari
perilaku hidup bersih, maka upaya pengelolaan hidup bersih dan
pembentukan budaya bersih sekolah menjadi lebih mudah.
Penanaman nilai-nilai kebersihan ini sangatlah penting diterapkan
di mana saja. Karena berdasarkan konsep ajaran islam mengajarkan
bahwa tugas manusia di bumi ini adalah sebagai pemimpin, yaitu
mampu memimpin diri sendiri dan orang lain serta mampu menahan diri
untuk merusak semua ciptaan-Nya dan mampu menjaga dan
melestarikan bumi tempat tinggal manusia.
D. Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
Panduan Adiwiyata dari Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
merupakan sebuah program kerjasama antara Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya
mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompertensi dasar dan standar
kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah, meningkatkan
efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan
pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi, menciptakan
kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih
nyaman dan kondusif, menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi
warga sekolah dan masyarakat sekitar, dan meningkatkan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui kegiatan
pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi
lingkungan di sekolah.
19
Aditya Purbantara, Survey Kebersihan Pribadi Siswa SDN dalam wilayah pedesaan dan
perkotaan di kabupaten semarang tahun ajaran 2012/2013, www.journal.unnes.ac.id.
Dipublikasikan Juni 2013. Dilihat pada hari Rabu, 14 September 2016, pukul 12.00 WIB
26
Sekolah peduli lingkungan atau yang biasa disebut sebagai sekolah
adiwiyata mempunyai pengertian sebagai tempat yang baik dan ideal
dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta
etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan
hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan
program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung
jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui
tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan20
. Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka
ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh
dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah21
;
1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan22
Uraian Komponen dan Standar tersebut di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Kebijakan Berwawasan Lingkungan
Standar Implementasi Keterangan
A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat kebijakan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
1. Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (dokumen 1) memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Visi, misi dan tujuan sekolah secara jelas mencerminkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, antara lain dengan mengeluarkan kebijakan terkait dengan : pelestarian fungsi lingkungan hidup, mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, peningkatan kualitas lingkungan hidup, dll.
2. Struktur kurikulum memuat muatan lokal, pengembangan diri terkait kebijakan
Lembar struktur kurikulum pada KTSP (dokumen 1) memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, misalnya ada mulok/
20
https://www.academia.edu/19346856/PANDUAN_SEKOLAH_ADIWIYATAMasariz?a
uto=download 21
Ibid 22
Ibid
27
hidup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
mata pelajaran Pendidkan LH atau ada materi upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pengembangan diri
3. Mulok PLH dilengkapi dengan Ketuntasan minimal belajar atau Ketuntasan minimal belajar indikator untuk integrasi
Ada Lembar penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (untuk mulok) atau Lembar penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal pada indikator (untuk Integrasi)
B. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Rencana kegiatan dan anggaran sekolah memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi :
Ada rencana kegiatan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan alokasi anggaran sekolah untuk :
1. Kesiswaan siswa; melaksananakan kegiatan
ekstrakurikuler bidang lingkungan
hidup
2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran
Pendidik/ guru; pengembangan
kurikulum dan kegiatan pembelajaran
Pendidikan LH
3. Peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan
Pendidik dan tenaga pendidik;
mengikuti seminar lingkungan hidup,
training lingkungan hidup, workshop
lingkungan hidup, pendidikan LH, dll
4. Tersedianya sarana dan prasarana
Sarana-prasarana terkait upaya
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup antara lain :
penyediaan air bersih, sarana
pengelolaan sampah (3R), saluran air
limbah/ drainase, penghijauan, green
house, hutan sekolah, kantin ramah
lingkungan, sarana hemat energi, dll
5. budaya dan lingkungan sekolah
Pembudayaan lingkungan; pola hidup
bersih, efisiensi pemanfaatan
sumberdaya, dll
6. peran serta masyarakat dan kemitraan
Pelibatan masyarakat sekitar dan
menjalin kemitraan dengan pihak
terkait.
7. peningkatan dan pengembangan mutu
Peningkatan dan pengembangan mutu
lingkungan sekolah antara lain;
manajemen pengelolaan sekolah
28
Tabel 2.2
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Standar Implementasi Keterangan
A. Tenag
a pendidik
memiliki
kompetensi
dalam
mengemban
gkan
kegiatan
pembelajara
n lingkungan
hidup
1. Menerapkan pendekatan,
strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik
secara aktif dalam
pembelajaran
(Pakem/belajar
aktif/partisipatif);
Metode pembelajaran yang dimaksud
adalah cara belajar aktif yang berfokus
pada peserta didik antara lain :
demonstrasi, diskusi, simulasi, bermain
peran, laboratorium, pengalaman
lapangan, brainstorming, dialog,
simposium, dll
2. Mengembangkan isu
lokal dan atau isu global
sebagai materi
pembelajaran LH sesuai
dengan jenjang
pendidikan;
Buku panduan/ringkasan materi
ajar/modul
isu lokal mencakup isu lingkungan
hidup yang ada di wilayah sekitar
sekolah, yang merupakan potensi
ketersedian sumberdaya alam dan
kearifan lingkungan terkait
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sedangkan isu
dampak antara lain; banjir, longsor,
kekeringan, pencemaran sampah,
pencemaran air/udara/tanah,
penggundulan hutan, kabut asap dan
kebakaran hutan, dll.
isu LH global mencakup isu
lingkungan hidup yang sudah diatur
dalam konvensi internasional, antara
lain : energy, ozon, perubahan iklim,
keanekaragaman hayati, bahan
berbahaya dan beracun, tumpahan
minyak di laut, dll.
3. Mengembangkan
indikator dan instrumen
penilaian pembelajaran
LH
Pembelajaran LH baik secara integrasi
maupun monolitik harus dilengkapi
dengan indikator penilaian tingkat
keberhasilan
(Kisi-kisi penilaian)
4. Menyusun rancangan
pembelajaran yang
lengkap, baik untuk
kegiatan di dalam kelas,
Rencana Program Pembelajaran
mencakup :
SMP & SMA/SMK: 3 RPP (di dalam
kelas, laboratorium, dan di luar kelas)
29
laboratorium, maupun di
luar kelas.
SD: 2 RPP (di dalam dan di luar
kelas)
5. Mengikutsertakan orang
tua peserta didik dan
masyarakat dalam
program pembelajaran
LH
Tenaga pendidik/ guru melakukan
pembelajaran LH melalui keterlibatan
masyarakat dengan materi antara lain;
penyediaan air bersih, sarana
pengelolaan sampah (3R), saluran air
limbah/ drainase, penghijauan, kantin
ramah lingkungan dan materi lainnya
sesuai kebutuhan masyarakat
6. Mengkomunikasikan
hasil-hasil inovasi
pembelajaran LH.
Tenaga pendidik menyampaian hasil
inovasi pembelajaran LH kepada warga
sekolah dan masyarakat sekitar sekolah
melalui ; Nara sumber, media elektronik,
media cetak, lingkungan alam sekitar,
dll
7. Mengkaitkan
pengetahuan konseptual
dan prosedural dalam
pemecahan masalah LH,
serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Tenaga pendidik melakukan proses
perubahan perilaku yang berbudaya
lingkungan melalui upaya peningkatan
pengetahuan, ketertarikan,
mengaplikasikan dan akhirnya
diharapkan menjadi suatu kebutuhan
dalam kehidupan.
A.
Peserta didik
melakukan
kegiatan
pembelajara
n tentang
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
hidup
1. Menghasilkan karya yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, pengendalian pencemaran dan kerusakan LH
Hasil pembelajaran dalam bentuk karya
siswa, Lembar Karya Siswa/ laporan
Kegiatan siswa, Laporan aksi nyata yang
terkait dengan LH antara lain : makalah,
Puisi/ Sajak, Artikel, Lagu, Laporan
Penelitian, gambar, seni tari, dll
2. Menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan masalah LH dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik melakukan proses
perubahan perilaku yang berbudaya
lingkungan melalui upaya peningkatan
pengetahuan, ketertarikan, dan
menindaklanjuti pembelajaran dari guru
dan akhirnya menjadi kebutuhan dalam
kehidupannya.
3. Mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan media.
Peserta didik menyampaikan hasil
inovasi pembelajaran LH kepada
masyarakat melalui ; Nara sumber,
media elektronik, media cetak,
lingkungan alam sekitar, dll
30
Tabel 2.3
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Standar Implementasi Keterangan
A. Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah
1. Memelihara dan
merawat gedung dan
lingkungan sekolah
oleh warga sekolah
Warga sekolah melakukan kegiatan
pemeliharaan gedung dan
lingkungan sekolah sekolah antara
lain; piket kebersihan kelas, Jumat
Bersih, lomba kebersihan kelas,
kegiatan pemeliharaan taman oleh
masing masing kelas, dll.
2. Memanfaatkan lahan
dan fasilitas sekolah
sesuai kaidah-kaidah
perlindungan dan
pengelolaan LH
(dampak yang
diakibatkan oleh
aktivitas sekolah)
Kegiatan warga sekolah yang
memanfaatkan lahan dan fasilitas
sekolah antara lain : disesuaikan
dengan penataan lahan, penataan
ruang bangunan dan penanaman
pohon serta penempatan sarana
pendukung lainnya (tempat parkir,
taman, dll)
3. Mengembangkan
kegiatan ekstra
kurikuler yang
sesuai dengan upaya
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
Melakukan kegiatan terkait dengan
upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup antara lain :
pengomposan, tanaman toga,
biopori, daur ulang, pertanian
organik, dll pada kegiatan
ekstrakurikuler seperti : pramuka,
Karya Ilmiah Remaja, dokter kecil,
Palang Merah Remaja, Pecinta
Alam, dll,
4. Adanya kreativitas
dan inovasi warga
sekolah dalam upaya
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
Upaya kreativitas dan inovasi
warga sekolah melakukan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup antara lain :
membuat buletin lingkungan,
melakukan pengamatan lingkungan,
melakukan kampanye lingkungan,
membuat publikasi di jejaring
sosial, seminar lingkungan hidup,
lomba-lomba lingkungan, dll
5. Mengikuti kegiatan
aksi lingkungan
hidup yang
Kegiatan lingkungan hidup yang
diprakarsai oleh pihak luar (instansi
pemerintah, pihak swasta dan
31
dilakukan oleh pihak
luar
lembaga swadaya masyarakat)
antara lain: penelitian lingkungan
hidup, lomba sekolah sehat (UKS),
lomba kebersihan sekolah, lomba
menggambar, lomba cipta lagu
lingkungan, seni tari lingkungan,
lomba debat/pidato/orasi bertema
lingkungan hidup dan aksi-aksi
lingkungan hidup lainnya. Kegiatan
ini diikuti oleh warga sekolah baik
secara kelompok maupun individu
B. Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
1. Memanfaatkan nara
sumber untuk
meningkatkan
pembelajaran
lingkungan hidup
Kegiatan yang dilakukan sekolah
dengan memanfaatkan pihak luar
antara lain : orang tua, alumni,
LSM, Media (pers), dunia usaha,
Konsultan, instansi pemerintah
daerah terkait, sekolah lain, dll
sebagai nara sumber dalam
pengembangan Pendidikan LH.
2. Mendapatkan
dukungan dari
kalangan yang
terkait dengan
sekolah (orang tua,
alumni, Media
(pers), dunia usaha,
pemerintah, LSM,
Perguruan tinggi,
sekolah lain) untuk
meningkatkan
upaya perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup di
sekolah
Mendapat dukungan untuk PPLH
misalnya : pelatihan yang terkait
PPLH, pengadaan sarana ramah
lingkungan, pembinaan dalam upaya
PPLH, dll
3. Meningkatkan peran
komite sekolah
dalam membangun
kemitraan untuk
pembelajaran
lingkungan hidup
dan upaya
perlindungan dan
pengelolaan
Mendorong komite Sekolah
melakukan kemitraan dalam rangka
peningkatan pembelajaran
lingkungan hidup
32
lingkungan hidup.
4. Menjadi nara sumber
dalam rangka
pembelajaran
lingkungan hidup
Sekolah menjadi nara sumber dalam
rangka pembelajaran lingkungan
hidup misalnya : bagi sekolah lain,
alumni, Media (pers), dunia usaha,
pemerintah, LSM, Perguruan tinggi,
dll
5. Memberi dukungan
untuk meningkatkan
upaya perlindungan
dan pengelolaan LH
Dukungan yang diberikan sekolah
misalnya : bimbingan teknis
pembuatan biopori, pengelolaan
sampah, pertanian organik, bio gas,
dll
Tabel 2.4
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Standar Implementasi Keterangan
A. Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan
1. Menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Sekolah menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi persoalan lingkungan sekolah, antara lain: sumur resapan, biopori, paving block, embung/ water trat, tempat sampah terpisah, tempat daur ulang, dll.
2. Menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan hidup di sekolah
Sekolah menyediakan sarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup, antara lain; komposter untuk pengomposan, penjernihan air sederhana, penghijauan, hutan sekolah, green house, toga/ kebun sekolah, kolam ikan, biopori, sumur resapan, dll)
B. Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah
1. Memelihara sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan
Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah yang ramah lingkungan hidup, antara lain:
Ruang memiliki pengaturan cahaya dan ventilasi udara secara alami.
Pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh dan penghijauan
33
lingkungan 2. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah
Pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sekolah antara lain; sarana air bersih, sarana WC/ jamban sekolah, sarana pengolah sampah (3R), saluran air limbah/ drainase,
3. Memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien
Penghematan penggunaan air, listrik, alat tulis kantor, dan bahan lainnya.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan
Upaya peningkatan kantin sehat dan ramah lingkungan dapat dicapai melalui antara lain:
Penempatan lokasi kantin yang memenuhi syarat kebersihan (tidak dekat dari WC/TPS).
Pemeriksaan berkala kualitas makanan kantin (pemeriksaan Penggunaan bahan baku, pewarna dan bahan pengawet).
Penggunaan kemasan yang ramah lingkungan hidup.
Pemberian pemahaman/penyuluhan kepada pedagang/pegawai kantin.
Penyediaan tempat sampah terpisah
Penyediaan tempat pencucian dan saluran pembuangan
Pengawasan makanan kantin melibatkan guru dan peserta didik
Himbauan makanan sehat dan ramah lingkungan
E. Manfaat Budaya Bersih Sekolah
Setiap sesuatu yang dikerjakan tentu memiliki manfaat, begitu pula
dengan dibentuknya budaya bersih di sekolah tentu mempunyai manfaat
yang sangat besar, baik bagi siswa, guru, kepala sekolah bahkan pada citra
sekolah itu sendiri. Muhaimin menyatakan pendapatnya mengenai beberapa
34
manfaat dari budaya bersih yang saling berhubungan dengan beberapa aspek
lainnya, yaitu sebagai berikut23
:
1. Berkorelasi positif dengan kelestarian lingkungan fisik sekolah
Sekolah berbudaya lingkungan membentuk lingkungan fisik sekolah
menjadi bersih, sehat, sejuk, dan asri. Kondisi fisik dalam sekolah
berbudaya lingkungan akan menyebabkan siswa betah dan senang
berada di sekolah yang berkontribusi pada peningkatan akademik dan
non-akademik sekolah secara keseluruhan.
Manfaat budaya bersih yang pertama akan berdampak pada
lingkungan sekolah yang akan terlihat lebih asri, lebih segar, sejuk dan
bersih. Hal ini menyebabkan orang-orang betah dan nyaman berlama-
lama berada di sekolah, dan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk
mewujudkan sekolah yang asri, diperlukan adanya gerakan penanaman
pohon bersama, sehingga sekolah terlihat lebih hijau karena ditanami
banyak pohon dan akan terlihat lebih rindang.
2. Berkorelasi positif dengan pengembangan karakter
Sekolah berbudaya lingkungan dapat membentuk dan
mengembangkan berbagai karakter siswa secara lebih positif. Hal yang
tampak dalam pengembangan sekolah berbudaya lingkungan karakter
yang terbentuk adalah: tanggung jawab, peduli lingkungan, memupuk
simpati dan empati terhadap semua bentuk kehidupan, kepedulian
sosial, kecerdasan emosional dan sosial, bekerja keras, disiplin, dan
sebagainya.
Selain bermanfaat bagi lingkungan fisik sekolah, ternyata budaya
bersih juga bermanfaat dalam membentuk karakter siswa yang cinta
akan lingkungan. Karena dalam upaya pembentukan budaya bersih ini,
siswa dituntut untuk mematuhi peraturan sekolah dan mengikuti
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan. Oleh sebab itu,
siswa akan lebih memahami dan merasakan langsung manfaat yang
23
Op. Cit., hal. 103-104
35
didapatkannya apabila ia menerapkan budaya hidup bersih dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Aditya Purbantara siswa perlu peduli pada kebersihan
pribadinya dan tujuan mempelajari pendidikan kebersihan pribadi24
,
ialah:
a. Meningkatkan pengetahuan peserta didik mengenai masalah
kebersihan dan hubungannya dengan kesehatan perseorangan,
kesehatan keluarga, dan kesehatan masyarakat. Dengan mengetahui
tujuan hidup bersih bagi diri sendiri, siswa akan lebih peduli
terhadap kesehatannya dan kebutuhannya akan hidup bersih. Maka
ia akan rajin merawat tubuhnya, dan peduli terhadap kesehatan
keluarganya serta kesehatan masyarakat di sekitarnya.
b. Mengubah sikap mental peserta didik ke arah positif yang akan
mendorong mereka agar sadar mencintai kebersihan, berbuat dan
berperilaku sesuai dengan prinsip hidup bersih dalam kehidupan
sehari-hari. Kebersihan pribadi akan memacu siswa untuk bisa
hidup bersih dan mengetahui berbagai kebutuhan pribadinya.
Sehingga ia akan mengetahui hal –hal apa saja yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kebersihan pribadinya. Dan akan
mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif.
c. Meningkatkan keterampilan peserta didik yang akan
memungkinkan mereka memiliki kemampuan untuk hidup bersih,
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kepentingan keluarga dan
lingkungannya. Kebutuhan akan hidup bersih tidak hanya
dibutuhkan oleh seseorang saja, melainkan membutuhkan dukungan
dan kerjasama dari semua orang. Karena baiknya kesadaran
mengenai kebersihan pribadi bisa dirasakan oleh semua orang, dan
selain pentingnya kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi
seseorang juga sangat perlu untuk diperhatikan.
24
Aditya Purbantara, Survey Kebersihan Pribadi Siswa SDN dalam wilayah pedesaan dan
perkotaan di kabupaten semarang tahun ajaran 2012/2013, www.journal.unnes.ac.id.
Dipublikasikan Juni 2013. Dilihat pada hari Rabu, 14 September 2016, pukul 12.00 WIB
36
3. Berkorelasi positif dengan citra sekolah
Sekolah merupakan cermin diri dari setiap penghuni atau
anggota/warga sekolah. Kondisi sekolah menunjukkan peradaban dan
kualitas sekolah tersebut. Sekolah berbudaya lingkungan, mampu
menciptakan kondisi yang membuat citra sekolah menjadi lebih positif
baik internal maupun eksternal.
Salah satu hal yang menjadi perhatian setiap sekolah adalah citra
atau nama baik sekolah. Sekolah yang bersih adalah sekolah yang
menjadi dambaan setiap orang, karena dengan kondisi lingkungan yang
bersih, asri, sejuk dan rapi masyarakat akan melihat bagaimana warga
sekolah mampu bekerja sama dalam mewujudkan sekolah yang indah
dan tercermin melalui budaya hidup bersih
4. Berkorelasi positif dengan kualitas akademik
Sekolah yang mempunyai kualitas akademik yang bagus identik
dengan sekolah yang mempunyai budaya lingkungan yang baik pula.
Budaya lingkungan dapat membentuk sekolah yang tidak hanya sehat,
tetapi juga pintar, dalam konteks membuat siswa menjadi betah belajar,
memacu motivasi belajar, sekaligus meningkatkan pengetahuan dengan
memanfaatkan berbagai hal dalam sarana dan prasarana akademik dari
sekolah yang berbudaya lingkungan.
Dalam kenyataannya budaya bersih memiliki banyak manfaat yang
akan menguntungkan oleh sekolah, beberapa diantaranya adalah: warga
sekolah merasa nyaman tinggal di lingkungan yang bersih, sehingga
tugas-tugas kependidikannya dapat dikerjakan dengan baik, menjadi
nilai tambah bagi citra sekolah, pembentukan karakter peduli
lingkungan dan kecerdasan ekologis santri dapat berkembang dengan
baik, karena didukung oleh tempat yang nyaman, indah, asri dan bersih,
meningkatnya kualitas akademik, dan lain sebagainya.
Sekolah yang memiliki budaya bersih yang baik dapat dilihat dari
siswa yang menerapkan pengetahuan dan nilai dimiliki dalam
37
lingkungan hidup dengan mengimplementasikan secara nyata melalui
keterampilan dan partisipasinya terhadap lingkungan.
F. Penelitian Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dari judul yang diajukan sebagai
judul skripsi, yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh Yunia Nur‟Aini dalam menyelesaikan S1
di Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Kultur Sekolah
Dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA 1 Jetis Bantul. Adapun
hasil penelitian sebagai berikut :
Peran kultur sekolah dalam membentuk karakter siswa sangat
penting. Karakter yang hendak dibangun tentunya yaitu tentang
peduli/cinta lingkungan di dalam pribadi siswa. Peran kultur
sekolah dalam membentuk karakter siswa antara lain melalui
kegiatan pembiasaan, yaitu dengan membiasakan siswa berperilaku
bersih, sehat dan peduli lingkungan. Proses pembiasaan ini
dilakukan secara terus menerus agar apa menjadi suatu kebiasaan
yang mendarah daging. Selain melalui pembiasaan, pembentukan
karakter dilakukan melalui kegiatan partisipatif yang melibatkan
siswa serta melalui PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) yang
terintegrasi dalam setiap mata pelajaran25
.
2. Jurnal yang ditulis oleh Amirul Mukminin Al-Anwari mahasiswa
IAIN Sulthan Thahah Saifuddin Jambi dengan judul Strategi
Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Adiwiyata
Mandiri . Adapun hasil penelitian dari dua sekolah sebagai berikut:
Strategi pembentukkan karakter peduli lingkungan di SDN
Tunjungsekar I Malang melalui budaya sekolah dilakukan melalui
kegiatan rutin, keteladanan kepala sekolah dan dewan guru,
kegiatan spontan, serta pengkondisian lingkungan.
25
Diakses melalui web
http://eprints.uny.ac.id/22028/10/10%20INI%20SKRIPSIKU%20BAB%201-V.pdf pada hari
Kamis, 15 September 2016 pukul 11.36 WIB
38
Strategi pembentukkan karakter peduli lingkungan di SDN
Tulungrejo 4 Batu melalui budaya sekolah dilakukan melalui
kegiatan rutin, keteladanan kepala sekolah dan dewan guru,
peraturan/disiplin, kegiatan spontan, serta pengkondisian
lingkungan 26
.
3. Skripsi yang ditulis oleh Devi Dwi Wahyuni dalam menyelesaikan
S1 di Institut Agama Islam Purwokerto dengan judul Pendidikan
Karakter melalui Penanaman Sikap Peduli Lingkungan pada Siswa
SMP Negeri 1 Rawalo Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas.
Adapun hasil penelitian sebagai berikut :
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian pembentukan
karakter melalui penanaman sikap peduli lingkungan pada siswa
SMP Negeri 1 Rawalo bahwa proses penanaman sikap peduli
lingkungan pada siswa dapat dilakukan dengan berbagai macam
metode, antara lain : metode keteladan, metode pengajaran, metode
pembiasaan. Dan yang terakhir kegiatan terprogram. Kegiatan ini
dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan jadwal yang telah
ditetapkan27
.
26
Diakses melalui web
https://www.academia.edu/12162160/STRATEGI_PEMBENTUKAN_KARAKTER_PEDULI_LI
NGKUNGAN_DI_SEKOLAH_ADIWIYATA_MANDIRI pada hari Kamis, 15 September 2016
pukul 11.46 WIB 27
Diakses melaui web
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/498/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_DAFTAR%20PUS
TAKA.pdf pada hari Kamis, 15 September 2016 pukul 11.31 WIB
39
G. Kerangka Berfikir
Bagan 2.1
Strategi Pembentukan Budaya Bersih
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
Input Output Proses
Kondisi nyata
1. Kurang optimalnya
kemampuan guru
dalam
mengembangkan
metode pembelajaran
PLH;
2. Kurang optimalnya
pemeliharaan alat-alat
kebersihan di kalangan
santri putra;
3. Kurang optimalnya
penggunaan lahan-
lahan kosong untuk
kepentingan madrasah
dan pesantren.
4. Kurang efektifnya
pembiasaan hidup
bersih yang ada di
rumah
5. Kurang optimalnya
pemberian reward
terhadap kelas dan
santri terbersih
6. Belum efektifnya
dampak keteladanan
dari kepala madrasah
dan bapak pimpinan
Masalah
Belum
maksimalnya
strategi atau
langkah-
langkah dalam
membentukan
budaya hidup
bersih.
Hasil
Terbentuknya
budaya hidup
bersih di MTs
Darul
Muttaqien.
Strategi
1. Penentuan visi,
misi, tujuan dan
kurikulum khusus
PLH dan analisis
lingkungan
madrasah dan
pesantren 2. Pengalokasian
RAKS untuk
program kegiatan
PLH. 3. Pelatihan untuk
guru dalam upaya
pengembangan
kurikulum dan
kegiatan metode
pembelajaran
PLH. 4. Pengawasan
intensif kegiatan
kebersihan.
40
Dari bagan di atas, tergambar bahwa MTs Darul Muttaqien sejak
awal berdiri sudah menerapkan kebersihan sebagai fokus utama
pesantren. Karena pada dasarnya MTs Darul Muttaqien berada dalam
naungan Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Namun selama
pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan dan masalah, seperti:
belum optimalnya pemeliharaan sarana dan alat-alat kebersihan, kurang
optimalnya kemampuan guru dalam mengembangkan metode
pembelajaran terkait dengan budaya hidup berdih atau yang lebih
dikenal dengan pendidikan lingkungan hidup, belum adanya penentuan
visi, misi, tujuan dan kurikulum khusus yang mengatur kebersihan itu
sendiri dan kurang optimalnya penggunaan lahan-lahan kosong yang
dimiliki pesantren untuk kepentingan pendidikan.
Adanya penerapan strategi pembentukan budaya bersih ini
diharapkan madrasah dapat membentuk budaya hidup bersih warga
madrasah menjadi lebih baik, dapat meningkatkan rasa kepedulian
warga madrasah terutama santri terhadap kelestarian dan keindahan
lingkungan, dan dapat menciptakan lingkungan madrasah dan pesantren
menjadi lebih bersih, rapi, nyaman dan hijau serta asri.
Membandingkan kondisi nyata madrasah dan hasil yang diingikan,
maka timbul permasalahan dalam upaya pembentukan budaya hidup
bersih, yaitu belum maksimalnya strategi atau langkah-langkah dalam
membentukan budaya hidup bersih.
Oleh karena itu, maka perlu diberikan solusi atau jalan keluar
terhadap permasalahan yang terjadi ini yaitu dengan penentuan visi,
misi, tujuan dan kurikulum khusus PLH, pengalokasian RAKS untuk
program kegiatan PLH, pelatihan untuk guru dalam upaya
pengembangan kurikulum dan kegiatan metode pembelajaran PLH,
pengawasan intensif kegiatan kebersihan, analisis lingkungan madrasah
dan pesantren.
Untuk itu melalui upaya pembentukan budaya bersih juga
diharapkan akan dapat meningkatkan citra madrasah, karena dengan
41
lingkungan yang bersih dan rapi mencerminkan warga madrasahnya
terbiasa hidup bersih dan sehat dan dengan lingkungan yang bersih,
dapat menjadikan masyarakat betah dan nyaman tinggal di area
madrasah dan pesantren. Untuk itu peneliti ingin mengetahui lebih
dalam lagi sejauh mana strategi pembentukan budaya bersih di MTs
Darul Muttaqien untuk meningkatkan kepedulian dan kualitas hidup
bersih warga madrasahnya
H. Pertanyaan Penelitian
Adapun beberapa kisi-kisi pertanyaan yang akan di ajukan pada kepala
sekolah, guru, petugas kebersihan dan siswa dalam kuisioner
wawancara diantaranya adalah :
1. Bagaimana pembiasaan hidup bersih dilakukan di area sekitar
sekolah dan asrama?
2. Bagaimana keteladanan dan perilaku bersih dari kepala sekolah dan
guru?
3. Bagaimana warga sekolah dan asrama menjaga kebersihan
lingkungannya?
4. Apakah lingkungan dan fasilitas pesantren mendukung dalam
pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah dan asrama?
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Muttaqien tepatnya di
Jalan Raya Parung No.47 Parung, Bogor – Jawa Barat 16330. Dan
waktu penelitian ini berlangsung dari bulan februari hingga desember
2016.
Tabel 3.1
Rencana Penyusunan Skripsi
NO KEGIATAN BULAN KET
2 10 11 12
1 Observasi Pendahuluan
2 Penyerahan Izin Penelitian
3 Wawancara dengan Kepala Sekolah
4 Wawancara dengan Guru dan Siswa
5 Penyusunan hasil laporan penelitian
B. Metode Penelitian
Pada penelitian dengan judul Strategi Pembentukan Budaya Bersih
di MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah
digunakan kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data bersifat
induktif dan hasil penelitian kualitatif adalah lebih menekankan pada
makna dari pada generalisasi1. Menurut Nana Syaodih, penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari sudut atau
1 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),
h.9
43
perspektif partisipan. Partisipan adalah orang yang diajak
berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran, persepsinya2.
Penelitian kualitatif berdasarkan pada kondisi objek yang alamiah
artinya peneliti harus apa adanya dalam menyajikan data, dan tidak
melakukan manipulasi terhadap kenyataan atau fenomena yang terjadi
di lapangan. Teknik pengolahan dan analisis data secara triangulasi
digunakan untuk menjamin validitas data yang terkumpul dalam
mengkaji berbagai perspektif maka seorang peneliti harus
menggabungkan beberapa teknik pengumpulan seperti observasi
langsung, wawancara mendalam dan pengumpulan dokumen-dokumen
yang dibutuhkan oleh peneliti.
C. Sumber Data
Suahrsimi Arikunto mengemukakan, sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dan mengklasifikasikan
sumber data menjadi 3 tingkatan huruf P dari bahasa inggris, yaitu :
Person sumber data berupa orang, Place sumber data berupa tempat dan
Paper sumber data berupa simbol3. Dalam penelitian ini sumber data
yang ingin penulis dapati adalah :
1. Person : bertemu, bertanya, dan berkonsultasi dengan seluruh warga
sekolah yang meliputi: kepala sekolah, petugas kebersihan, guru
dan siswa.
2. Place : tempat, lokasi, atau benda- benda yang terdapat di tempat
penelitian yakni lingkungan fisik sekolah. Meliputi: halaman
sekolah, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, koridor,
toilet, mesjid, dan lain-lain.
2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 94 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2013) hal, 172
44
3. Paper : berupa dokumen, buku-buku, laporan penemuan terdahulu.
Yakni beberapa sertifikat pernghargaan yang telah diraih sekolah
terkait dengan kebersihan sekolah.
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh warga sekolah
yang meliputi kepala sekolah, guru, petugas kebersihan dan siswa di
MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor tahun ajaran 2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini,
antara lain:
1. Interview atau Wawancara.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan tanya jawab4. Teknik wawancara ini digunakan
untuk memperoleh data mengenai strategi pembentukan budaya
bersih di MTs Darul Muttaqien.
Untuk itu sebelumnya penulis telah menyiapkan beberapa
pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak MTs Darul Muttaqien
untuk mendapatkan informasi dan data pendukung secara langsung
tentang strategi pembentukan budaya bersih sekolah. Dalam hal ini
penulis akan melakukan wawancara dengan :
a. Seorang kepala MTs Darul Muttaqien
b. Tiga orang petugas kebersihan madrasah
c. Tiga orang guru
d. Lima orang santri kelas VIII dan lima orang santri kelas IX
2. Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak
langsung, menggunakan teknik disebut dengan “pengamatan” atau
4 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006) hal, 85
45
“observation”5. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk
memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat
dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara,
interaksi subjek dengan penulis dan hal-hal yang dianggap relevan
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
Penulis melakukan observasi langsung di MTs Darul
Muttaqien Parung - Bogor. Dan berfokus pada kegiatan sehari –
hari warga madrasah yang dapat menunjukkan ada atau tidaknya
budaya bersih dan seperti apa strategi madrasah dalam membentuk
budaya bersih tersebut serta mengamati kebersihan lingkungan fisik
sekolah, yang meliputi kebersihan ruang kelas, ruang guru, ruang
kepala madrasah, toilet, halaman madrasah, koridor dan lain-lain.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Observasi
Variabel Dimensi Sub Dimensi
Strategi Pembentukan
Budaya Bersih di MTs
Darul Muttaqien
a. Komponen dan Standar
Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan.
b. Instruksi kerja
c. Tujuan kegiatan.
a. Melihat dari standar sekolah
peduli dan berbudaya
lingkungan.
b. Mengamati kegiatan sehari-
hari warga madrasah dalam
melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
a. Tersedianya sarana dan
prasarana madrasah
b. Tersedianya lahan untuk
pembangunan
berkelanjutan
a. Melihat kondisi sarana dan
prasarana madrasah untuk
dapat mengatasi
permasalahan lingkungan.
b. Melihat kondisi lahan dan
lingkungan fisik madrasah.
5 Ibid
46
3. Dokumentasi.
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik6. Dokumentasi
digunakan oleh penulis untuk mengetahui profil sekolah yang
meliputi (sejarah berdirinya sekolah, visi, misi, dan tujuan), keadaan
sumber daya kependidikan yang meliputi (guru, murid, sarana dan
prasarana) dan catatan prestasi sekolah.
Tabel 3. 3
Daftar Ceklis Studi Dokumentasi
No Dokumen Ada Tidak Ada Ket
1 Data Madrasah :
a. Profil madrasah
b. Sejarah madrasah
c. Visi, misi dan tujuan madrasah
d. Data Guru dan Karyawan
e. Data santri
2 Sarana dan prasarana madrasah:
a. Denah lokasi madrasah
b. Gedung dan ruang madrasah
c. Alat-alat kebersihan
3 Dokumen Kebersihan:
a. Lembar struktur kurikulum
b. Lembar KKM untuk mulok
c. Sertifikat penghargaan
d. Daftar program kebersihan
e. Jadwal piket harian
f. Daftar kelengkapan alat-alat
kebersihan
g. Pedoman kebersihan
h. Tata tertib
6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012) hal, 221
47
E. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi :
1. Uji krediabilitas
Pada uji krediabilitas peneliti melakukan pendekatan dengan kepala
madrasah, karyawan kebersihan (OB), guru-guru dan santri untuk
membentuk hubungan yang akrab, saling terbuka dan saling percaya
sehingga tidak ada informasi yang ditutupi dan disembunyikan.
Pengujian krediabilitas atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif memiliki bermacam-macam cara pengujian,
diantaranya sebagai berikut :
a. Triangulasi
Sugiono mengartikan triangulasi sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangluasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data dan waktu7. Setelah mengumpulkan berbagai
data dibutuhkan melalui hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi langkah selanjutnya peneliti me-recheck kembali
data-data tersebut agar data yang telah terkumpul valid dan
sesuai dengan data yang telah diberikan oleh informan.
b. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi berarti adany alat pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Alat-alat
pendukung yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif,
seperti kamera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan
untuk mendukung krediabilitas data yang telah ditemukan oleh
peneliti8. Alat pendukung yang digunakan peneliti selama waktu
penelitian adalah handphone untuk merekam suara hasil
wawancara dengan informan, memfoto berbagai kegiatan
7 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),
h. 306 8 Ibid, h. 308
48
kebersihan dan kondisi lingkungan madrasah dan buku catatan
untuk mencatat berbagai hal penting yang terjadi selama waktu
penelitian.
2. Uji depenabilitas
Uji depenabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Dalam melakukan penelitian harus
mengikuti proses yang sistematis, apabila peneliti tidak mengikuti
proses tetapi bisa memberikan data maka perlu diuji
depenabilitasnya. Pengujian depenabilitas dilakukan oleh
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian mulai dari menentukan fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan9.
3. Uji konfimabilitas
Dalam penelitian kualitatif uji konfirmabilitas disebut dengan uji
obyektivitas. Penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian
telah disepakati banyak orang. Menguji konfirmabilitas berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.10
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
telah terkumpul dari berbagai sumber yang diproses dari data kegiatan
wawancara, pengamatan lokasi, serta dokumentasi. Kemudian data yang
terkumpul dianalisis, diinterpretasikan dan disimpulkan ke dalam
bahasa yang lebih mudah dipahami, logis dan sesuai dengan penelitian
yang dibahas.
Data hasil wawancara yang telah terkumpul, kemudian
dikonfirmasikan dengan keadaan sebenarnya melalui kegiatan
pengamatan langsung (observasi) dan sedapat mungkin dibuktikan
dengan dokumen yang diperoleh oleh penulis. Sehingga dapat diperoleh
9 Ibid, h. 310
10 Ibid, h. 311
49
kesimpulan. Dalam pengolahan data ini, penulis menggunakan teknik
sebagai berikut :
1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya11
.
Dalam kegiatan mereduksi data ini, peneliti memilih data-data
pokok dan penting dan membuang data yang dianggap tidak
penting, sehingga data yang diperoleh lebih jelas.
2. Penyajian data, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya12
. Data yang
telah peniliti peroleh diuraikan dalam bentuk narasi, sehingga data
diharapkan akan tersaji secara sistematis dan mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada13
. Setelah ditarik kesimpulan, maka dilakukan verifikasi agar
data yang didapatkan benar apa adanya baik dari deskripsi atau
objek gambar yang kurang jelas menjadi jelas.
Gambar 3.1
Analisis Data Kualitatif14
11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&A
(Bandung: Alfabeta, 2006) cet. 1, hal, 277 12
Ibid, hal. 280 13
Ibid, hal. 283-284 14
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&A
(Bandung: Alfabeta, 2006)
50
G. Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Untuk mendapatkan data-data primer, maka diperlukan pembuatan
kisi-kisi instrument yang terkait dengan “Strategi Pembentukan Budaya
Bersih di MTs Darul Muttaqien Parung-Bogor”. Adapun kisi-kisi
istrumen sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Strategi Pembentukan Budaya Bersih di
MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor.
No Variabel Aspek Variabel Indikator
1
Strategi
pembentukan
budaya bersih
Kurikulum dan kebijakan
pengelolaan lingkungan
madrasah.
Visi, misi dan tujuan
madrasah.
Lembar struktur
kurikulum.
Lembar penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal
(KKM) pada mulok.
Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah
(RKAS).
Perancangan alokasi
anggaran sekolah untuk :
kesiswaan, kurikulum dan
kegiatan pembelajaran,
peningkatan kapasitas
pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan
prasarana, budaya dan
lingkungan, peran serta
masyarakat dan kemitraan,
peningkatan dan
pengembangan mutu.
Kompetensi guru dalam
mengembangkan
kegiatan pembelajaran
lingkungan hidup
Penerapan pendekatan,
strategi, metode, dan
teknik pembelajaran,
seperti: demonstrasi,
diskusi, simulasi, bermain
peran.
Pengembangan isu lokal
dan atau isu global
sebagai materi PLH.
Pengembangan indikator
dan instrumen penilaian
PLH
Susunan rancangan
pembelajaran
Keterlibatan orang tua
santri dan masyarakat.
51
Santri melakukan
kegiatan pembelajaran
tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup.
Santri dapat menghasilkan
karya, seperti : makalah,
puisi, artikel, laporan
penelitian.
Menerapkan PLH yang
diperoleh untuk
memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-
hari.
Melaksanakan kegiatan
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup yang terencana
bagi warga sekolah
Piket kebersihan kelas,
Jumat Bersih, lomba
kebersihan kelas, kegiatan
pemeliharaan taman oleh
masing masing kelas
Kegiatan yang
memanfaatkan lahan dan
fasilitas sekolah antara lain
: disesuaikan dengan
penataan lahan, penataan
ruang bangunan dan
penanaman pohon serta
penempatan sarana
pendukung lainnya (tempat
parkir, taman, dll)
Melakukan kegiatan:
pengomposan, tanaman
toga, biopori, daur ulang,
pertanian organik, dll pada
kegiatan ekstrakurikuler
seperti : pramuka, Karya
Ilmiah Remaja, dokter
kecil, Palang Merah
Remaja, Pecinta Alam
Buletin lingkungan,
pengamatan dan kampanye
lingkungan, seminar
lingkungan hidup, lomba-
lomba lingkungan.
Penelitian lingkungan
hidup, lomba sekolah sehat
(UKS), lomba kebersihan
sekolah,
A. Menjalin kemitraan atau
kerjasama dalam rangka
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup dengan berbagai
pihak (masyarakat,
pemerintah, swasta,
media, sekolah lain).
Kerjasama dengan pihak
luar antara lain : orang
tua, alumni, LSM, Media
(pers), dunia usaha,
Konsultan, instansi
pemerintah daerah terkait.
Pelatihan terkait PPLH,
pengadaan sarana ramah
52
lingkungan, pembinaan
dalam upaya PPLH.
Ketersediaan sarana
prasarana pendukung
yang ramah lingkungan
Tersedianya sarana dan
prasarana, seperti: sumur
resapan, biopori, paving
block, embung/ water trat,
tempat sampah terpisah,
tempat daur ulang,
Tersedianya sarana
pendukung, antara lain;
komposter untuk
pengomposan, penjernihan
air sederhana, penghijauan,
hutan sekolah, green
house, kebun sekolah,
kolam ikan.
Peningkatan kualitas
pengelolaan dan
pemanfaatan sarana dan
prasarana yang ramah
lingkungan
Setiap ruangan memiliki
pengaturan cahaya dan
ventilasi udara secara
alami.
Pemeliharaan dan
pengaturan pohon peneduh
dan penghijauan
Kondisi sarana air bersih,
sarana WC/ jamban
sekolah, sarana pengolah
sampah (3R).
Penghematan penggunaan
air, listrik, alat tulis kantor.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Darul Muttaqien Parung
1. Letak Geografis
MTs Darul Muttaqien Parung adalah lembaga pendidikan di bawah
naungan Kementrian Agama Republik Indonesia, dengan alamat Jl.
Raya Parung Bogor KM 41 Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Adapun batas-batas wilayah
MTs Darul Muttaqien Parung sebagai berikut1 :
Sebelah Utara : perbatasan dengan Desa Pemagar Sari
Kecamatan Parung
Sebelah Timur : perbatasan dengan Desa Kalisuren Kecamatan
Tajur Halang
Sebelah Selatan : perbatasan dengan Desa Japang
Sebelah Barat : perbatasan dengan desa Iwul
Melihat data di atas, MTs Darul Muttaqien Parung cukup kondusif
untuk mengadakan kegiatan pembelajaran, karena jauh dari keramaian,
lokasi madrasah terletak ditengah perbatasan antar Desa Jampang dan
Desa Pemagar Sari, sehingga mudah dijangkau oleh siswa dari segala
penjuru. Dengan dekatnya dari pemukiman penduduk diharapkan
adanya kerjasama yang baik yang dapat memberi dukungan dalam
masyarakat di luar sekolah secara langsung.
2. Kondisi Sosiologis
MTs Darul Muttaqien berada di lingkungan islamis yaitu dalam
lingkungan pondok pesantren yang sangat cocok bagi masyarakat untuk
menitipkan anaknya untuk belajar di MTs Darul Muttaqien Parung.
Untuk itu kondisi ini menjadikan salah satu kekuatan yang dapat
1 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor
54
mendorong kemajuan besar dalam mengembangkan pendidikan yang
berbasis Islam2.
3. Sejarah Singkat
MTs Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai
lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988.
Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan
pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad
Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara
kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama
Pondok Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang
luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 12 ha. Niat pemberian tanah
wakaf sebagaimana pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar
didirikan lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar,
baik dari segi kualitas pendidikannya, pelayanan maupun manajemen
pengelolaannya. Niat ini muncul sebagai rasa keprihatinan dan
keterpanggilan melihat kenyataan lulusan pesantren belum memiliki
kualitas yang standar, masih jauh dari harapan.
Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul
Muttaqien, diantaranya adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI),
KH. Rosyad Nurdin (MUI Jawa Barat), KH. TB. Hasan Basri (BKSPPI
Bogor) dan KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Pesantren Darunnajah
Jakarta). Sebab dari tahun 1980 H. Mohamad Nahar telah melakukan
berbagai konsultasi dengan tokoh-tokoh diatas yang pada akhirnya
tahun1988 berdirilah Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan KH.
Mad Rodja Sukarta diberi amanah untuk menjadi pimpinan.
Dari rangkaian sejarah berdirinya, maka awalnya Darul Muttaqien
berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun
berdasarkan pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait
2 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor
55
dengan kemandirian dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah
Yayasan Darul Muttaqien pada tanggal 29 Januari 1992, dengan H.
Mohamad Nahar sebagai ketua.
Terkait dengan pengunduran diri H. Mohamad Nahar, maka
berdasarkan rapat anggota yayasan M. Lutfi Nahar, SE resmi menjadi
ketua yayasan yang baru menggantikan ketua lama terhitung sejak
tanggal 27 Oktober 2002 sampai sekarang.
Semenjak tahun pendidikan 2015-2016 MTs Darul Muttaqien
mendapatkan status akreditasi madrasah kategori A (Amat Baik). Status
ini terus dipertahankan sampai 5 tahun berikutnya, yaitu tahun 2010-
2011 dan berlanjut ditingkatkan menjadi lebih baik pada tahun 2015-
2016 dengan nilai akreditasi 94 dengan nomor SK akreditasi madrasah :
02.00/11/BAP-SM/SK/X/2015. Adapun Nomor Statistik Madrasah MTs
Darul Muttaqien yaitu: 121.2.32.01.0071 dan NPSN dengan nomor :
20277598.
Perkembangan dan perjalanan MTs Darul Muttaqien dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan yang tetap terus berupaya
mengevaluasi dan meningkatan kualitas pendidikan sesuai delapan
standar nasional pendidikan3
3 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor
56
4. Profil MTs Darul Muttaqien
Untuk menambah pengetahuan mengenai madrasah yang sedang
penulis terliti. Berikut penulis tampilkan profil MTs Darul Muttaqien
pada tabel dibawah ini4 :
Tabel 4.1
Profil MTs Darul Muttaqien
Nama Madrasah MTs Darul Muttaqien
Nama Kepala Madrasah Abdullah Hudri, S.S, M.Pd
Status Kepegawaian Guru Tetap Yayasan
No SK 23/Sekr-PPDM/VII/2003
Tanggal SK 1 Juli 2003
NSS Lama 21.2.32.03.21.142
NSS Baru 121.2.32.01.0071
Alamat Jl. Raya Parung Bogor KM 41 Jabon
Mekar Parung Bogor 16330
Status Madrasah Swasta
Status Akreditasi Terakreditasi A
No SK 02.00/11/BAP-SM/SK/X/2015
Tanggal Akreditasi 13 Oktober 2015
Jumlah Bangunan 40 Lokal
Jumlah Rombel 29 Rombel
Status Tanah Wakaf / Yayasan
Luas Tanah 160000 m2
Luas Bangunan 11.959 m2
Luas Halaman 204 m2
Luas Lap. Upacara 200 m2
Luas Lap. Olahraga 200 m2
Luas Kebun 500 m²
4 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor
57
5. VISI Dan MISI MTs Darul Muttaqien
“Menjadi Madrasah Tsanawiyah berstandar nasional yang mampu
mencetak generasi Islami yang berprestasi5”
Kata Kunci Visi
Standar Nasional Pendidikan
Generasi Islami
Generasi Berprestasi
Standar Nasional Pendidikan
Memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan
Mengembangkan Manajemen Berbasis Madrasah
Generasi Islami
Memiliki Aqidah Shohihah, dan mengamalkan syari’at Islam
secara benar dan konsisten
Memiliki budaya yang Islami
Generasi yang Berprestasi
Mampu bersaing dengan lulusan yang sederajat untuk
melanjutkan/diterima di jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Mampu berpikir aktif, kreatif, inovatif, mandiri, dan terampil
memecahkan masalah
Memiliki keterampilan atau kecakapan non akademis sesuai
dengan minat dan Bakatnya
MISI MTs DARUL MUTTAQIEN
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional
b. Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah
c. Menumbuhkembangkan perilaku siswa yang berlandaskan
aqidah dan syari’at Islam
d. Menciptakan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang
Islami
5 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien 2016-2017
58
e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan efektif
f. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan
PAIKEM/CTL
g. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan
kebutuhan, minat dan bakat siswa
6. Tujuan MTs Darul Muttaqien
Berikut Tujuan Utama Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien6:
a. Menanamkan Aqidah shohihah dan Akhlaq karimah
b. Meningkatkan intelektualitas
c. Membentuk sikap mandiri
d. Mengembangkan keterampilan hidup
7. Program MTs Darul Muttaqien
Berikut Program MTs Darul Muttaqien7 :
a. Pelaksanaan KBM yang efektik, kreatif dan menyenangkan
b. Pembinaan aqidah, ibadah dan akhlaq secara intensif
c. Penciptaan suasana Islami dilingkungan madrasah
d. Pengembangan intelektualitas
e. Peningkatan motivasi belajar dan prestasi
f. Pengembangan kurikulum
g. Pengembangan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris
h. Pengembangan kemandirian dan keterampilan hidup
8. Data Siswa Mts Darul Muttaqien 2016-2017
Data siswa MTS Darul Muttaqien pada tahun pelajaran 2016/2017
berjumlah 833 orang yang terbagi kepada 29 (Dua Puluh Sembilan)
rombongan belajar yaitu kelas VIIA – VIIL, VIIIA – VIIIH, dan IXA – IXI8.
Dengan rincian sebagai berikut:
6 Sumber data pokok Darul Muttaqien Parung - Bogor
7 Sumber data pokok MTs Darul Muttaqien Parung - Bogor
8 Data Tata Usaha MTs Darul Muttaqien Tahun 2016 - 2017
59
Tabel 4.1
Data siswa MTs Darul Muttaqien 2016-2017
Jenis kelamin Kelas
Jumlah VII VIII IX
Laki-laki 198 144 140 482
Perempuan 150 82 119 351
Jumlah 348 226 259 833
B. Deskripsi dan Analisa Data
Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
berhubungan langsung dengan masyarakat, sudah menjadi kewajiban bagi
MTs Darul Muttaqien untuk menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungannya agar kegiatan kependidikan dapat terlaksana dengan baik
dan nyaman dengan kondisi lingkungan yang bersih, sehat dan asri. Dalam
mewujudkan lingkungan sekolah dan asrama yang bersih, rapi dan sehat
tentu memerlukan adanya strategi dan perencanaan yang akan mencapai
terbentuknya budaya yang diinginkan. Namun jika tidak ada strategi yang
digunakan dan kebiasaan hanya dilakukan seperti air mengalir yang
mengikuti arus maka bisa dikatakan ada faktor lain yang terlebih dahulu
melampaui strategi yang akan digunakan dalam pembentukan budaya
bersih.
Lingkungan di MTs Darul Muttaqien memiliki keadaan yang berbeda
dengan madrasah yang lain. MTs Darul Muttaqien memahami bahwa
intervensi lingkungan bersih sangat berperan besar dalam proses
pendidikan. Melalui pemikiran dan pemahaman tersebut, budaya positif
yang ada akan melahirkan pembiasaan-pembiasaan yang menciptakan
perilaku, nilai-nilai sosial dan moral, serta komitmen yang dijalankan oleh
seluruh warga madrasah. Berikut adalah hasil wawancara dari penelitian
tentang strategi pembentukan budaya bersih di MTs Darul Muttaqien:
60
1. Pembiasaan
a. Pengertian bersih
Perilaku hidup bersih dapat tercermin dari keadaan lingkungan
yang tidak kotor, tidak bau dan terlihat rapi. Mengenai pengertian
bersih, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda.
Karena kebersihan itu sendiri merupakan hal yang abstrak dan
relatif, sehingga semua orang bebas mengartikan bersih menurut
pendapatnya masing-masing. Persepsi bersih menurut kepala
madrasah MTs Darul Muttaqien Parung Bapak Abdullah Hudri
menyatakan pendapatnya bahwa “bersih itu bebas dari kotoran,
tidak tercemar dan hidup sehat”9. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat kepala madrasah, pendapat Ustad Gipin mengenai hakikat
kebersihan adalah :
Bersih itu nyaman, wangi, harum, tidak mengganggu yang
lain. jika ingin belajar lingkungannya nyaman, saat mau
dipakai juga nyaman. Biasanya kalau sudah tidak nyaman di
asrama, itu disebabkan tong sampah belum dicuci dan baunya
sudah tercium, maka perlu segera dibersihkan. Sehingga jika
ada tamu yang datang berkunjung pun merasa nyaman dengan
lingkungan yang bersih10
.
Untuk lebih meningkatkan konsentrasi dan fokus santri
dalam belajar , baik di sekolah maupun di asrama kebersihan
lingkungan sangat penting diperhatikan. Karena kebersihan
mencerminkan seorang muslim yang beriman dengan cara menjaga
dan memelihara sumber daya alam yang ada. Sebagaimana
pendapat Ustazah Yulianah mengenai hakikat bersih yaitu :
Bersih merupakan sebagian dari iman, sebagai muslim
kita harus menjaga kebersihan karena seseorang dapat dinilai
dari tingkat keimanannya melalui kesadaran atau kepekaan
9 Hasil wawancara dengan Ustad Abdullah Hudri pada hari minggu, 16 oktober 2016
pukul 08.30 WIB 10
Hasil wawancara dengan Ustad Gipin Gustopa pada hari Minggu, 30 Oktober 2016
pukul 08.41 WIB
61
terhadap kebersihan. Seperti kata-kata yang tergambar dalam
mahfudzat santri kelas 7, yaitu11
:
النظا فة مه الإ يما ن
Sedangkan hakikat bersih menurut bapak Krisyanto selaku
petugas kebersihan di MTs Darul Muttaqien, menyatakan bahwa :
Bersih adalah bebas dari kotoran, tidak bernoda. Karena kebersihan
adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya
dari segala yang kotor dan keji12
. Hakikat bersih menurut Ustad
Imron selaku guru di MTs Darul Muttaqien adalah “secara fisik,
bersih berarti bersih dari kotoran yang ada di badan dan bersih dari
kotoran di lingkungan sekitar. Sedangkan bersih dalam konteks
nonfisik berarti bersih hati dan rohani”13
.
Bersih merupakan suatu keadaan yang tidak kotor, tidak bau,
tidak bernoda, tidak bernajis, dan bebas dari penyakit. Suatu tempat
bisa dikatakan bersih apabila keadaannya nyaman saat digunakan,
wangi, asri dan memiliki udara yang segar. Bersih dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu : bersih fisik yang
berarti dapat dilihat secara kasat mata, seperti kebersihan tubuh dan
lingkungan sekitar. Sedangkan bersih non-fisik adalah kebersihan
yang tidak bisa dilihat secara kasat mata namun dapat dirasakan
oleh individu, seperti kebersihan hati, jiwa dan rohani.
b. Program
Budaya bersih di MTs Darul Muttaqien dibiasakan melalui
beberapa program kegiatan, seperti: kegiatan rutin yang biasanya
dilakukan pada setiap hari, setiap minggu , kegiatan tahunan dan
11
Hasil wawancara dengan Ustazah Yulianah. Hari Sabtu 30 Oktober 2016, Pukul 09.20
WIB di ruang kepala madrasah MA 12
Hasil wawancara dengan Bapak Krisyanto. Hari Sabtu 15 Oktober 2016, Pukul 09.30
WIB di ruang kepala madrasah MTs 13
Hasil wawancara dengan Ustad Imron. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 09.45
WIB di ruang kepala madrasah MTs
62
kegiatan penghijauan. Namun dalam pelaksanaan semua kegiatan
kebersihan masih memerlukan pengarahan, pengawasan, bimbingan
dan konsistensi khususnya bagi santri. Di setiap tempat yang ada di
kawasan MTs Darul Muttaqien maupun pesantren sudah ada
penanggung jawab yang bertugas membersihkan tempatnya masing-
masing. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Kepala MTs
Darul Muttaqien bahwa:
Sebenarnya setiap area yang ada di lingkungan MTs
Darul Muttaqien sudah terdapat penanggung jawab tempatnya
masing-masing. Seperti ruang kelas, koridor, asrama dan
kerapihan tata lingkungannya merupakan tanggung jawab
santri, kebersihan ruang kerja guru merupakan tanggung jawab
dari masing-masing guru tersebut, dan petugas kebesihan
hanya membantu membersihkan ruangan pada pagi hari
dengan disapu dan dipel, dan kebersihan halaman sekolah
serta toilet juga menjadi tanggung jawab petugas kebersihan
(OB)14
.
Untuk kegiatan piket di dalam kelas biasanya terdiri dari 4
sampai 5 orang santri, sedangkan untuk piket kamar asrama
biasanya terdiri dari 2 orang15
. Seminggu sekali kegiatan bersih-
bersih itu ada tanziful amm, untuk kebersihan kelas dan asrama ada
jadwal piketnya. Kemudian biasanya ada penilaian kebersihan
setiap bulan dan penilaian ini dinilai oleh bagian OPDM
(Organisasi Pelajar Darul Muttaqien) setiap bulannya, dan program
yang biasanya dilakukan pada peringatan hari raya muharram
(kegiatan tahunan), pada kegiatan ini santri disebar untuk
membersihkan mesjid-mesjid di sekitar pesantren16
.
Dalam pelaksanaan kegiatan kebersihan memang tidak selalu
dapat berjalan lancar, terkadang masih ada hambatan-hambatan
yang muncul dari berbagai aspek. Seperti kegiatan piket santri di
14
Hasil wawancara dengan Ustad Abdullah Hudri, pada hari minggu, 16 Oktober 2016,
pukul 08.30 WIB 15
Op.cit. Ustadzah Yulianah 16
Hasil wawancara dengan Ustad Gipin Gustopa, pada hari minggu tanggal 30 Oktober
2016 pukul 08.20 WIB di ruang Kepala Madrasah MA Darul Muttaqien
63
dalam kelas maupun di lingkungan asrama yang masih perlu
diawasi, diberi arahan dan dibimbing. Khususnya anak kelas 1 MTs
yang masih perlu menyesuaikan dengan lingkungan baru, sehingga
membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan, hingga mereka dapat
benar-benar mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
asrama dan madrasah17
.
Kegiatan kebersihan dilakukan oleh masing-masing individu
sesuai dengan tanggung jawabnya dalam menjaga lingkungan agar
tetap bersih. Seperti piket harian di kelas dan asrama, piket
mingguan seperti tanziful-amm yang dilaksanakan pada hari jumat,
dan kegiatan tahunan yaitu dengan membersihkan mesjid dan
mushola yang ada di sekitar daerah Jabon. Dalam pelaksanaannya
santri tetap harus diawasi, diingatkan dan diberi arahan agar
kegiatan dapat berjalan dengan baik dan meraih hasil yang
maksimal. Karena mayoritas kegiatan kebersihan di lakukan oleh
santri.
Kegiatan kebersihan yang menunjang dalam pelestarian
lingkungan madrasah adalah penghijauan seperti penanaman pohon
di lingkungan madrasah dan asrama. Penghijauan merupakan salah
satu upaya madrasah dalam membentuk budaya bersih di MTs
Darul Muttaqien, karena dengan kegiatan penghijauan ini madrasah
melakukan perawatan dan perbaikan terhadap tanaman-tanaman
yang rusak. Sehingga lingkungan madrasah tetap asri, hijau dan
nyaman ditinggali. Dari hasil wawancara dengan Ustad Hudri
sebagai Kepala MTs Darul Muttaqien beliau menyatakan :
Program penghijauan berada dibawah naungan
pesantren. Kegiatan penghijauan setiap tahun ada, karena
pesantren memiliki banyak lahan dan bibit (buah-buahan dan
tanaman). Karena pimpinan pesantren adalah orang yang
sangat menyukai tanaman dan lingkungan. Namun program
tidak peruntukkan untuk santri, dan kegiatan penghijauan
hanya dilakukan oleh karyawan pesantren. Bisa dikatakan
17
Ibid. Ustad Gipin Gustopa
64
bahwa program penghijauan merupakan program pesantren
dan waktu pelaksanaannya tidak tetap, hanya dilaksanakan
pada saat-saat tertentu dan menyesuaikan kebutuhan. Karena
hampir tidak ada lahan pesantren yang tidak ditanami
tumbuhan18
Dari hasil wawancara dengan Ustad Gipin selaku guru dan
wali asrama, peneliti menemukan sedikit perbedaan mengenai
program penghijauan yang ada di MTs Darul Muttaqien, beliau
menerangkan bahwa:
Program penghijauan dilakukan pada tahun 2003
dengan dilakukannya penanaman pohon jati di sekitar
lingkungan pesantren. Namun, untuk sekarang ini kegiatan
penghijauan dilakukan pada tanaman atau pohon yang sudah
rusak saja19
. Program penghijauan masuk ke dalam program
organisasi yaitu OPDM (Organisasi Pelajar Darul Muttaqien)
dan pernah dilaksanakan pada tahun 2014. Dalam kegiatannya
dilakukan penanaman pohon di lingkungan dalam pesantren ,
bakti sosial dan bersih-bersih mesjid yang ada di wilayah
warga20
.
Menurut pernyataan Ustad Imron tentang program penghijauan
yang ada di pesantren adalah sebagai berikut :
Program penghijauan di pesantren tetunya ada. Karena
hampir setiap lahan kosong yang ada di lingkungan pesantren,
pasti ditanami pohon-pohon atau tanaman. Ada bagian khusus
pesantren yang menangani kegiatan penghijauan yaitu
manajemen RTP. Bagian dari manajemen yang khusus
mengatur pemeliharaan lingkungan yang ada di kawasan
pesantren. Mulai dari kebersihannya, tata ruang
penghijauannya dan pemeliharaan lingkungan. Namun, untuk
pelaksaan kegiatan penghijauan itu sendiri biasanya
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya21
.
Program penghijauan merupakan salah satu program
pesantren yang dilaksanakan oleh bagian Organisasi Pelajar Darul
18
Hasil wawancara dengan Ustad Abdullah Hudri, pada hari minggu, 16 Oktober 2016,
pukul 08.33WIB 19
Op.cit. Ustad Gipin Gustopa 20
Hasil wawancara dengan Ustazah Dian pada hari Sabtu 30 Oktober 2016, Pukul 09.20
WIB di ruang kepala madrasah MA 21
Hasil wawancara dengan Ustad Imron. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 09.47
WIB di ruang kepala madrasah MTs
65
Muttaqien (OPDM). Namun, terkadang kegiatan penghijauan di
sekitar kawasan pesantren dilakukan oleh karyawan pesantren.
Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Rosyid selaku petugas
kebersihan di Mts Darul Muttaqien, bahwa “program penghijauan
memang selalu ada. Pada kegiatan ini dilakukan perawatan terhadap
pepohonan dan tanaman yang rusak. Namun biasanya waktu
pelaksanaan kegiatan ini tidak terjadwal”22
.
Dalam beberapa tahun ini kegiatan penghijauan hanya
dilakukan pada tanaman atau pohon-pohon yang sudah rusak, yang
memerlukan perbaikan dan penanaman kembali dengan bibit dan
tanaman baru dan juga kegiatan ini disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Meskipun dalam kegiatan penghijauan santri tidak
dilibatkan langsung dalam proses pelaksanaannya, namun kegiatan
ini menjadi salah satu kekuatan pesantren dalam menjaga
kebersihan lingkungan dan membudidayakan hidup bersih. Budaya
bersih di MTs Darul Muttaqien dan pesantren dibiasakan melalui
kegiatan kebersihan seperti : piket harian, piket mingguan (tanziful-
amm) pada hari jumat, kegiatan tahunan pada saat tahun baru
muharram dan didukung dengan adanya kegiatan penghijauan
terhadap lingkungan sekitar madrasah dan pesantren.
c. Pengelolaan Sampah
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan warga madrasah dan
pesantren, perlu dikelola dan dimusnahkan untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, kebersihan lingkungan, estetika
kehidupan dan untuk memulihkan sumber daya alam. Dalam
kegiatannya sampah dikelola dan dimusnahkan dengan
menyesuaikan pada jenis sampah tersebut. Sampah organik
biasanya dapat didaur ulang menjadi pupuk atau lain-lain.
sedangkan sampah non-organik dapat dimusnahkan dengan cara
22
Hasil wawancara dengan Bapak Rosyid. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 10.50
WIB di ruang kepala madrasah MTs
66
dibakar atau ditimbun dalam tanah. MTs dan Pesantren Darul
Muttaqien memiliki cara sendiri dan tempat khsuus dalam
pengelolaan dan pemusnahan sampah. Sebagaimana informasi yang
peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ustad Hudri
menyatakan sebagai berikut :
Tempat pembuangan dan pemusnahan sampah terletak di
luar pesantren. Pemisahan sampah organik dan non-organik
dilakukan saat sampah telah dibawa oleh karyawan kebersihan
yang berada di bawah naungan RTP (rumah tangga pesantren)
bagian yang mengurus sarpras, unit-unit usaha, kebersihan,
mengelola sampah dan lain sebagainya. Biasanya sampah
diangkut 3x dalam sehari, yaitu pada saat pukul 06.00 pagi,
pukul 13.00-14.00 siang dan setelah isya sekitar pukul 19.00
malam. Setelah diangkut, sampah dibawa ke tempat
penghancuran sampah (tower) yang tempatnya berada di luar
dari pesantren23
.
Berkaitan dengan penggunaan dan pemusnahan sampah
berbahan plastik, yang merupakan salah satu jenis sampah yang
proses pemusnahannya sulit dilakukan. Karena plastik mengandung
bahan kimia yang tidak mudah hancur dan sulit untuk dibakar.
Namun penggunanaan plastik di MTs Darul Muttaqien dan di
kawasan pesantren masih dibebaskan. Karena pihak madrasah lebih
menekankan pada perilaku hidup bersih santri dengan cara
membuang sampah pada tempatnya. Hal ini diterangkan oleh kepala
madrasah MTs Darul Muttaqien, sebagai berikut:
Sejauh ini hanya sebatas pengelolaan sampah dan untuk
penggunaannya tidak ada batasan-batasan. Untuk sekarang
yang penting santri bisa buang sampah pada tempatnya.
Setelah itu sampah-sampahnya dibakar, dan prosesnya
pembakarannya ada di tempat khusuus pembakaran yang ada
di luar pesantren24
Kegiatan pemilahan terhadap sampah organik dan non-organik
dilakukan oleh karyawan RTP di tempat khusus pembakaran
23
Wawancara dengan Ustad Abdullah Hudri, pada hari minggu, 16 Oktober 2016, pukul
08.46 WIB 24
Ibid. Ustad Abdullah Hudri
67
sampah. Pihak madrasah dan khususnya Bapak pimpinan pesantren
yaitu KH Mad rodja, lebih menekankan agar santri mampu dan
terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Karena belum tersedia
tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah tersebut. Sehingga
sampah jenis organik maupun non-organik bercampur dalam tempat
sampah yang berukuran besar.
Telah tersedianya tempat khusus pembakaran sampah yang
jaraknya terpisah dengan area pesantren, ini merupakan salah satu
strategi dalam meminimalisir penumpukkan sampah yang
berkapasitas besar bagi ukuran pesantren. Karena sampah
dihasilkan dari kegiatan warga madrasah dan pesantren dalam
kehidupan sehari-hari dan harus segera dikelola dan dimusnahkan
agar tidak berdampak pada keindahan dan kebersihan lingkungan
dan terhadar dari berbagai penyakit.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Rosyid,
beliau menyatakan bahwa “biasanya sampah dibuang di tempat
pembuangan sampah akhir yang berada di tanah wakaf. Biasanya
sampah yang masih bisa didaur ulang dikumpulkan kembali, seperti
: botol plastik, dan sampah biasa langsung dibakar”25
. Tidak
berbeda jauh dari pendapat Bapak Rosyid, Ustad Imron menyatakan
pendapatnya tentang pengelolaan sampah, yaitu “Sampai saat ini
pengelolaan sampah organik dan non-organik ada di tempat
pembuangan akhir. Pemisahan terhadap sampah yang bisa didaur
ulang dan tidak bisa didaur ulang juga dilakukan oleh petugas
bagian RTP. Sedangkan cara akhir dari pemusnahan sampah itu
sendiri yaitu dengan cara di bakar26
.
Sebelum membakar sampah yang ada, biasanya petugas bagian
RTP melakukan pemilahan sampa terhadap sampah organik dan
25
Hasil wawancara dengan Bapak Rosyid. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 09.55
WIB di ruang kepala madrasah MTs 26
Hasil wawancara dengan Ustad Imron Wachidi. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul
09.35 WIB di ruang kepala madrasah MTs
68
non-organik. Pemilahan sampah dilakukan untuk memisahkan
sampah yang masih bisa didaur ulang, seperti botol plastik dan
kaleng minuman. Untuk sampah berjenis organik, pemrosesannya
baru dilakukan oleh pesantren untuk memanfaatkan sampah
tersebut menjadi pupuk.
2. Keteladanan
a. Keteladanan Kepala Madrasah dan Guru
Keteladanan merupakan salah satu unsur penting dalam
pembentukan budaya bersih. Karena biasanya anak-anak akan
mudah mengikuti dan mencontoh orang yang lebih dewasa darinya.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala MTs Darul Muttaqien,
keteladanan yang beliau ajarkan yaitu dengan:
Membersihkan sendiri area yang kotor. Apabila sedang
berjalan dengan anak-anak dan melihat ada sampah yang
jaraknya dekat, maka harus segera diambil dan dibuang pada
tempatnya. Tapi jika banyak, maka perlu dibersihkan bareng-
bareng. Penanaman nilai-nilai bahwa apa yang mereka
tinggali, tempati, yang menjadi tanggung jawab mereka,
mereka harus perhatikan kebersihannya.27
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan Ustazah
Yulianah, beliau menyatakan bahwa “terkadang anak-anak itu tidak
hanya mendengarkan kata-kata dari gurunya, akan tetapi mereka
juga perlu bukti berupa tindakan dari seorang guru. Seperti pungut
sampah dijalan, mereka seringkali tidak peka maka kita perlu
ajarkan. Karena memang dari pimpinan mencontohkannya seperti
itu28
. Dari hasil wawancara dengan Ustad Gipin, beliau menyatakan
bahwa “praktek adalah hal yang lebih menyentuh ke anak. Dengan
cara gurunya memberikan contoh baik dengan berpakaian bersih
dan tidak buang sampah sembarangan29
.
27
Ibid. Ustad Imron Wachidi,. 28
Hasil wawancara dengan Ustadzah Yulianah pada hari Sabtu 30 Oktober 2016, Pukul
09.37 WIB di ruang kepala madrasah MA 29
Hasil wawancara dengan Ustad Gipin Gutopa, pada hari minggu tanggal 30 Oktober
2016 pukul 08.20 WIB di ruang Kepala Madrasah MA Darul Muttaqien
69
Hasil wawancara peneliti dengan Ustad Imron, beliau
menyatakan bahwa cara kepala madrasah dalam memberikan
contoh teladanbagi para guru, karyawan dan santri dengan cara
“diberi pengarahan, di kontrol, dan ditindak. Biasanya kepala
madrasah memberikan arahan pada saat rapat guru dengan selalu
mengingatkan tentang hal kebersihan. Melakukan pengawasan dan
pengontrolan oleh guru yang bersangkutan, seperti guru piket dan
wali kelas terhadap kegiatan piket dan kegiatan kebersihan lainnya.
Terakhir adalah menindak bagi para pelanggar kebersihan, dengan
pemberian hukuman yang sesuai. Kepala madrasah adalah orang
yang selalu memberikan contoh teladan bagi para guru, karyawan
dan santri”30
.
Keteladanan kepala madrasah dan guru-guru berasal dari
ajaran dan arahan dari bapak pimpinan yang sifatnya spontanitas.
Karena sudah tertanam di hati para pendidik tentang pesan yang
selalui disampaikan oleh bapak pimpinan, yaitu KH. Mad Rodja.
Hal ini diungkapkan oleh Ustad Hudri tentang upaya terbentuknya
budaya bersih di MTs Darul Muttaqien yang paling ampuh itu
adalah :
Keteladanan dan konsistensi. Keteladanan yang berasal
dari pimpinan yang tertinggi (KH Mad Rodja) yang sangat
berpengaruh, karena bapak pimpinan merupakan orang yang
sangat peduli terhadap kebersihan. Beliau lebih sensitif
terhadap permasalahan kebersihan lingkungan. Dari pimpinan
inilah terdapat kekuatan visi, tekad yang kuat dan perhatian
lebih terhadap kebersihan dan dijalankan selama bertahun-
tahun, sehingga berimbas kepada pimpinan-pimpinan di level
keduanya. Strategi pertama yaitu adanya keinginan yang kuat
bapak pimpinan secara real, dan yang kedua adalah
keteladanan dari pimpinan-pimpinan dan yang ketiga lebih
kepada hal-hal yang bersifat teknis seperti pembuatan SOP,
tata tertib dan lain-lain31
.
30
Hasil wawancara dengan Ustad Imron Wachidi. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul
09.46 WIB di ruang kepala madrasah MTs 31
Hasil wawancara dengan Ustad Abdullah Hudri pada hari minggu, 30 oktober 2016
pukul 10.05 WIB
70
Tidak berbeda jauh dari pendapat Ustad Hudri, selaku guru di
MTs Darul Muttaqien Ustad ImronWachidi menerangkan bahwa:
Bapak pimpinan banyak memberikan arahan tentang
kebersihan melalui forum-forum kegiatan pesantren. Dengan
menyampaikan arahan kepada divisi-divisi dibawahnya, dari
masing-masing divisi menyampaikan kepada kepala bagian,
dari kepala bagian menyampaikan kepada staf-stafnya dan dari
stafnya menyampaikan kepada pengurus pelajar santri
(OPDM) baru ke anggotanya hingga turun temurun. Namun
dalam implementasi kehidupan sehari-hari beliau sangat intens
terhadap masalah lingkungan. Terkadang kalau melihat ada
sampah beliau ambil sendiri sampah tersebut dan membuang
pada tempatnya. Karena bapak pimpinan adalah orang yang
sangat menanamkan nilai-nilai kebersihan32
Keteladanan dan konsistensi dari bapak pimpinan, kepala
madrasah dan para guru ini yang memberikan pengaruh besar
terhadap santri dalam upaya pembentukan budaya dan lingkungan
bersih di MTs Darul Muttaqien Parung. Keteladanan bapak
pimpinan, kepala madasah dan guru yang memberikan teladan
degan praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Konsistensi
bapak pimpinan terhadap kebersihan yang dilakukan secara terus
menerus selama bertahun-tahun. Sehingga baik warga madrasah
maupun pesatren dapat terbiasa dengan hidup bersih dan senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan dirinya sendiri.
b. Kondisi Ruang Kerja Kepala Sekolah dan Guru
Kondisi lingkungan kerja yang bersih, nyaman dan kondusif
dapat meningkatkan konsentrasi kerja dan kegiatan pendidikan
lainnya berjalan dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh kepala
madrasah MTs Darul Muttaqien bahwasanya “pengaruh dari
lingkungan yang bersih menjadikan lebih bersemangat, lebih
nyaman, lebih siap dan lebih maksimal dalam mengajar”33
.
32
Hasil wawancara dengan Ustad Imron Wachidi. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul
09.43 WIB di ruang kepala madrasah MTs 33
Ibid. Ustad Abdullah Hudri
71
Penanggung jawab kebersihan ruang kerja Kepala MTs Darul
Muttaqien pada pagi hari adalah petugas kebersihan (OB). Namun
untuk menjaga supaya tetap bersih kepala sekolah melakukan
bersih-bersih secara mandiri. Berikut hasil wawancara dengan
Ustad Hudri tentang bagaimana cara beliau menjaga dan merawat
ruang kerjanya agar nyaman saat digunakan:
Saya termasuk orang yang tidak nyaman dengan
keadaan dan lingkungan yang kotor. Untuk itu apabila ada
tempat yang kotor di ruangan, saya akan segera bersihkan
sendiri tanpa harus memanggil OB. Karena semua itu memang
bersifat naluriah dan memang menjadi tanggung jawab
masing-masing orang. Karena setiap individu pasti memiliki
tanggung jawab dengan diri sendiri dan lingkungan, maka
tanggung jawab tersebut harus segera di lakukan.34
Berbeda dengan konsisi ruang kantor guru di MTs Darul
Muttaqien yang bisa dikatakan overload, karena kapasitas guru dan
luas ruangan tidak seimbang. Sehingga menimbulkan beberapa
kendala dalam upaya pemeliharaan kebersihan ruang kerja guru.
Pada pagi hari ruang kerja guru disapu dan dipel oleh
karyawan kebersihan (OB). Namun karena jumlah kapasitas guru
dan ruangan tidak seimbang, maka terjadi ketidakrapihan dalam tata
letak ruang kantor. Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala
madrasah MTs Darul Muttaqien bahwa :
Kondisi ruang guru yang belum layak, karena kapasitas
guru dalam satu ruangan itu terbilang overload, yang
menyebabkan ketidakrapihan”. Hal inilah yang membuat ustad
gipin berpendapat bahwa “yang paling penting dalam ruang
kerja guru ada yang sabar menjaga kebersihan. Kalau dari
tanggung jawab guru masing-masing cukup dengan merapikan
barang-barang keperluannya saja35
Tidak berbeda jauh dari pendapat Ustad Gipin. Terkait dengan
pemeliharaan kebersihan di ruang kantor guru, Ustazah Yulianah
34
Ibid. Ustad Abdullah Hudri 35
Op.cit. Ustad Gipin Gustopa
72
menerangkan bahwa untuk ruang kerja guru ada OB yang
membersihkan lantai setiap harinya. Namun, walaupun karyawan
kebersihan sudah membersihkan ruangan pada pagi hari,
pemeliharaan terhadap kebersihan ruangan merupakan tanggung
jawab semua guru. Dengan kondisi ruang kerja yang bersih, rapi
dan nyaman akan dapat meningkatkan kinerja guru. Pengaruh dari
ruang kerja yang kotor terhadap kegiatan kependidikan yaitu
kegiatan belajar menjadi tidak nyaman, risih dan tidak fokus36
.
Kondisi ruang kerja yang bersih akan meningkatkan
konsentrasi dan fokus guru dalam mengajar dan melakukan
kegiatan kependidikan lainnya. Dampak negatif dari kondisi
ruangan yang kotor adalah kegiatan yang dilakukan menjadi tidak
fokus, tidak nyaman dan memungkinkan timbulnya penyakit.
Penanggung jawab dari setiap ruangan adalah individu yang
menggunakan ruangan tersebut yang akan digunakan untuk
berbagai kegiatan, seperti belajar, mengajar dan lain sebagainya.
c. Pengawasan
Untuk mencapai hasil optimal, setiap kegiatan yang melibatkan
santri sebaiknya dilakukan pengawasan dan pengontrolan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ustad Hudri tentang pengawasan
dan pengontrolan kebersihan, yaitu:
Untuk pengontrolan dan pengawasan kegiatan
kebersihan di MTs Darul Muttaqien dilakukan secara berlapis.
Dimulai pengawasan dari kepala madrasah kepada waka
(wakil kepala madrasah), dan masing-masing waka menjadi
penanggung jawab satu gedung, pengawasan dari waka ke
guru piket, dari guru piket ke guru kelas dan terakhir
pengawasan guru kelas terhadap kegiatan piket santri.
Biasanya kepala madrasah dan bagian waka memberikan
instruksi kepada guru-guru apabila kondisi ruang kelas masih
36
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Yulianah, pada hari Sabtu 30 Oktober 2016, Pukul
09.40 WIB di ruang kepala madrasah MA
73
kotor, maka diminta untuk membersihnnya terlebih dahulu
sebelum dimulai kegiatan KBM37
.
Pengontrolan biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum
masuk kelas. Penanggung jawab kebersihan ruang kelas adalah
santri yang mendapat jadwal piket. Kegiatan piket dilakukan
sebelum pukul 06.45 Wib, karena KBM dimulai pukul 06.50 Wib.
Guru piket dan wali kelas yang mengontrol kondisi ruangan
sebelum dimulai kegiatan KBM. Tujuannya agar ruang kelas yang
akan digunakan untuk kegiatan belajar dapat bersih, rapi dan
nyaman saat digunakan. Sehingga santri bisa lebih fokus dalam
belajar dan KBM dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil
yang optimal.
Pernyataan Bapak Rosyid selaku OB di MTs Darul Muttaqien
tentang pengawasan dari kepala madrasah khususnya sangat
mencontohkan nilai-nilai kebersihan kepada para karyawan.,
dengan menegur OB yang bermalas-malasan dalam melakukan
tugasnya dan memberikan teguran pada OB yang kurang disiplin
dalam bekerja.
3. Gerakan Bersama
a. Kerjasama
Kerjasama warga MTs Darul Muttaqien dilakukan dengan
adanya kesadaran masing-masing individu terhadap kebersihan,
baik lingkungan madrasah maupun asrama. Kesadaran terhadap
tanggung jawab masing-masing individu diterangkan oleh Ustad
Hudri, bahwa :
Setiap tempat atau area yang ada di lingkungan
pesantren Darul Muttaqien termasuk MTs Darul Muttaqien
dan asrama santri, sudah ada penanggung jawab
kebersihannya. Karena di pesantren Darul Muttaqien ini tidak
ada lahan yang tidak ada penanggung jawabnya. Seperti OB
37
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri pada hari minggu, 30 oktober 2016
pukul 10.23 WIB
74
yang bertugas di wilayah-wilayah sekolah, dan untuk daerah
umum seperti jalan dan lapangan, yang bertanggung jawab itu
bagian RTP (Rumas Tangga Pesantren) adalah karyawan
pesantren . Hitungannya satu orang OB memegang dua
gedung yang dikontrol pada bagian depan, belakang dan
samping gedung38
Adanya penanggung jawab setiap tempat di pesantren Darul
Muttaqien ini menjadi salah satu strategi pesantren dalam
melakukan pemeliharaan dan pembiasaan berperilaku dan hidup
bersih. Karena dengan memberikan tanggung jawab terhadap
masing-masing individu, khususnya santri dapat menjadikan
tanggung jawab itu sebagai proses pembiasaan mereka dalam
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Setiap warga
pesantren tentunya saling bekerjasama menjaga lingkungannya.
Seperti guru yang banyak memberikan arahan, contoh teladan, dan
bimbingan kepada santrinya.
Tidak jauh berbeda dari pendapat Ustad Hudri, menurut
pendapat Ustadzah Yulianah sebagai berikut :
Dengan adanya kontroling dari guru masalah kebersihan itu
merupakan bentuk kerjasama warga sekolah dalam
membentuk budaya hidup bersih. Biasanya divisi pendidikan
juga keliling sekolah untuk mengecek kebersihan lingkungan
sekolah. Wakasek bidang pendidikan juga keliling untuk
mengontrol kebersihan kelas. Sedangkan untuk wilayah
halaman dan jalanan yang ada di sekitar madrasah yang
membersihkan itu OB, namun untuk menjaga agar tetap bersih
adalah tanggung jawab santri39
Dengan diadakannya kegiatan kebersihan yang dilakukan oleh
seluruh warga pesantren, seperti kegiatan tahunan (muharram) dan
Tanziful amm. Karena pada kegiatan ini bagian OPDM, wali kelas
dan wali asrama ikut mengarahkan, membimbing, mengontrol dan
38
Ibid. Ustad Abdullah Hudri 39
Op.cit. Ustadzah Yuliana
75
mengawasi kegiatan40
. Kegiatan ini yang dapat membangun
kerjasama antar warga pesantren dalam upaya pembentukan budaya
bersih melalui pembiasaan hidup bersih sehari-hari dengan cara
bekerja sama. Karena dilakukan oleh seluruh komponen pesantren
melalui gerakan bersama untuk membersihkan daerah-daerah yang
kotor. Gerakan bersama yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
ini yang menjadi salah satu strategi madrasah dalam pembentukan
budaya bersih.
Dalam pelaksanaan kegiatan kebersihan, peran guru lebih
kepada pengontrolan dan pengawasan. Kegiatan bersih-bersih
dilakukan oleh seluruh santri dengan diarahkan dan dibimbing oleh
guru masing-masing41
. Kegiatan kebersihan yang ada di pesantren
Darul Muttaqien dilakukan dengan adanya kerjasama antar
komponen pesantren dan kesadaran dari individu masing-masing
dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Peran guru sangat besar
dalam kelancaran kegiatan kebersihan, karena jika santri dibiarkan
melakukan kegiatan sendiri tanpa ada arahan dan bimbingan tentu
mereka akan bingung dan menjadi tidak terarah. Untuk itu santri
perlu diberikan arahan dan bimbingan oleh guru-guru agar
pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar.
Menurut Ustad Imron, terciptanya lingkungan yang bersih
dipengaruhi oleh beberapa faktor dibawah ini:
Faktor utama berasal dari sumber daya manusia (SDM)
sebagai pelaku dari kegiatannya. Pola perilaku bersih,
pengarahan dari guru, bagaimana pengelolaan sampah
diturunkan melalui kegiatan piket sehari-hari. Seperti piket
kelas dan piket asrama yang semuanya saling terlibat sehingga
berkaitan dengan saling menjaga dan mengingatkan.
Karyawan kebersihan yang biasanya bertugas untuk
melakukan finishing mulai dari pengangkutan sampah,
pemilahan, penertiban, pembakaran semua itu dilakukan oleh
karyawan. Jadi yang bertanggung jawab terhadap kebersihan
40
Hasil Wawacara dengan Ustad Gipin Gutopa, pada hari minggu tanggal 30 Oktober
2016 pukul 08.34 WIB di ruang Kepala Madrasah MA Darul Muttaqien 41
Op.cit. Ustad Abdullah Hudri
76
adalah semua warga yang ada di lingkugan madrasah dan
pesantren, karena semua punya tanggung jawabnya masing-
masing. Bahkan sampai guru-guru pun kalau berjalan dan
melihat ada sampah dan belum ada yang melihat sampah
tersebut, maka akan diambil sendiri dan dibersihkan sendiri.
Secara moril semuanya melakukan dan untuk kebijakannya
siapapun yang melihat tempat itu kotor maka akan segera
dibersihkan. Bahkan jika kondisi kelas belum bersih dan
belum memungkinkan untuk memulai KBM maka kegiatan
akan ditunda42
.
Adanya kerjasama dan kesadaran dari seluruh komponen
madrasah merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk
budaya bersih di MTs Darul Muttaqien. Karena setiap individu
memiliki dan menyadari akan tanggung jawabnya masing-masing.
maka untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri
akan mudah dibentuk melalui kegiatan sehari-hari dan penanaman
nilai-nilai kebersihan. Menurut hasil wawancara peneliti dengan
Bapak Rosyid, “sebenarnya OB hanya melakukan perintah dan
tugas. Namun untuk pemeliharaannya seluruh warga madrasah ikut
terlibat. Meskipun terkadang masih ada beberapa santri yang perlu
diingatkan, karena masih kurang peduli terhadap kebersihan43
.
Adanya pengarahan dan pengawasan bagi santri dalam menjaga
lingkungan sangat perlu dilakukan, agar santri terbiasa dengan
perilaku hidup bersih dan senantiasa mencintai dan menjaga
lingkungannya.
4. Lingkungan Fisik
a. Kondisi Lahan
MTs Darul Muttaqien memiliki lokasi yang cukup strategis,
dapat dijangkau dengan mudah, sehingga orang mudah untuk
menemukan lokasi MTs Darul Muttaqien. Dapat dikatakan strategis
42
Hasil wawancara dengan Ustad Imron Wachidi. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul
09.43 WIB di ruang kepala madrasah MTs 43
Hasil wawancara dengan Bapak Rosyid. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 10.05
WIB di ruang kepala madrasah MTs
77
karena lokasi madrasah tidak langsung berhadapan dengan jalan
raya, sehingga kondisi madrasah tetap kondusif. Selain itu luas
wilayah pesantren Darul Muttaqien mencapai 12 ha,
menggambarkan bahwa pesantren memiliki lahan yang luas.
Sebagian besar bangunan yang ada di pesantren Darul Muttaqien
berbentuk memanjang dan jarang sekali ada bangunan bertingkat,
hal ini merupakan salah satu strategi pesantren agar memudahkan
dalam pemeliharaan dan mudah untuk di bersihkan. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ustad Hudri bahwa:
Pesantren masih memiliki banyak space lahan, kondisi
bangunan masih bisa menunjang terhadap pola kebersihan,
karena bangunan tidak bertingkat. Walaupun ada bangunan
bertingkat dua itu merupakan bantuan dari pemerintah dalam
bentuk bangunan. Karena akan menyulitkan untuk
membersihkan bangunan yang bertingkat. Hal ini termasuk
dalam salah satu peluang pesantren dan dimanfaatkan untuk
menjaga kebersihan dan kerapihan setiap bangunan yang
ada44
.
Dengan tersedianya lahan yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan, lingkungan sekitar madrasah juga banyak
ditanami berbagai macam tumbuhan. Seperti pohon jati, pohon
manga dan lain-lain. banyaknya pohon yang ada di sekitar madrasah
dan asrama yang membuat area menjadi asri, rindang, sejuk dan
nyaman. Didukung dengan jarang ada bangunan yang tidak
bertingkat, hal ini menjadikan madrasah dan pesantren lebih mudah
dibersihkan.
b. Perlengkapan Kebersihan
Dalam upaya membentuk budaya bersih di lingkungan
pesantren khsususnya madrasah, perlu didukung dengan tersedianya
sarana dan prasarana serta alat-alat yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan. Untuk itu pihak madrasah baiknnya telah
menyiapkan beberapa alat kebersihan yang diperlukan untuk
44
Ibid. Ustad Abdullah Hudri
78
membiasakan santri hidup dan berperilaku bersih dan menunjang
kegiatan kebersihan agar berjalan dengan baik. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Ustad Hudri bahwa :
Sebenarnya alat-alat kebersihan kelas dan asrama
sudah menunjang menurut standar. Karena dikelas sudah
tersedia sapu, pengki dan alat pel. Untuk penyediaan alat-alat
dalam kelas memang kurang lengkap dan belum maksimal
Namun, untuk perlengkapan kebersihan khusus OB itu sudah
lengkap dan sudah menunjang dalam pembentukan budaya
bersih. Hanya masalah perawatan alat-alat kebersihan yang
masih kurang diperhatikan oleh anak-anak santri. Dalam
mengatasi masalah pemeliharaan dan perawatan terhadap
perlengkapan kebersihan, untuk itu pihak madrasah melakukan
kebijakan dengan membagikan alat-alat kebersihan yang
biasanya dibagikan hanya satu kali dalam setahun, untuk tahun
ini bertambah menjadi dua kali dalam setahun. Namun, jika
masih ada kerusakan atau kehilangan dibebankan pada uang
kas kelas untuk membeli peralatan kebersihan dibimbing oleh
wali kelas45
.
Perlengkapan kebersihan di MTs Darul Muttaqien pada
dasarnya sudah menunjang dalam melakukan kegiatan piket di
dalam kelas, hanya saja kurangnya perawatan dan pemeliharaan
perlengkapan kebersihan di putra menjadi salah satu kendala yang
menyebabkan alat-alat perlu sering diganti akibat kehilangan dan
kerusakan. Menurut Bapak Rosyid perlengkapan kebersihan di Mts
Darul Muttaqien dapat dikatakan sudah menunjang, dibuktikan
dengan banyaknya tempat pembuangan sampah dan pengambilan
sampah yang sudah terjdwal pada pagi, siang dan sore hari46
.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan Ustad Imron, beliau
menerangkan bahwa:
Perlengkapan kebersihan di MTs Darul Muttaqien sudah
menunjang dalam kegiatan kebersihan. Dengan tersedianya
tempat sampah, tempat pembuangan akhir sampah, alat
pengangkut sampah, alat-alat kebersihan sampai saat ini sudah
memenuhi. Karena alat-alat kebersihan baik di asrama maupun
45
Ibid. Ustad Abdullah Hudri 46
Hasil wawancara dengan Bapak Rosyid. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul 10.15
WIB di ruang kepala madrasah MTs
79
dikelas selalu ada. Dengan tersedianya banyak tempat sampah
yang hampir ada di setiap halaman ruangan. Sehingga semua
orang tidak akan merasa kesulitan untuk membuang sampah.
Karena memang sudah tersedia di berbagai tempat. Untuk
perawatan terhadap alat-alat kebersihan terdapat beberapa
kendala, namun sampai sejauh ini tetap terpelihara47
.
Telah tersedianya banyak tempat, adanya tempat pembuangan
sampah yang ada di tanah wakaf, adanya kegiatan pengelolaan
sampah, alat pengangkut sampah dan alat-alat kebersihan baik
untuk santri atau OB di MTs Darul Muttaqien dapat dikatakan
sudah menunjang. Karena alat-alat yang diperlukan sudah tersedia
dengan baik, sehingga sangat membantu dalam pemeliharaan
lingkungan dan pembentukan budaya hidup bersih sehari-hari.
5. Kekuatan dan Kelemahan
a. Kekuatan
Dari hasil wawancara dengan Ustad Hudri, kekuatan yang
dimiliki pesantren dalam pembentukan budaya bersih dan
pembiasaan perilaku hidup bersih ini adalah dengan:
Pesantren masih memiliki banyak space lahan, kondisi
bangunan masih bisa menunjang terhadap pola kebersihan,
karena bangunan tidak bertingkat, walaupun ada bangunan
bertingkat dua itu merupakan bantuan dari pemerintah dalam
bentuk bangunan. Karena pada pengelolaan terhadap
kebersihannya bangunan bertingkat akan menyulitkan untuk
dibersihkan. Hal ini termasuk dalam salah satu kekuatan
pesantren yang dimanfaatkan untuk menjaga kebersihan dan
kerapihan setiap bangunan yang ada. Beberapa waktu bapak
pimpinan memperluas area pesantren dengan membeli lahan
atau tanah yang ada di sekitar wilayah Jabon, bapak pimpinan
berharap agar lingkungan pesantren tetap terlihat asri. Banyak
wali santri yang membantu dengan cara pesantren menyusun
beberapa proposal yang diajukan untuk pengadaan sesuatu
yang dapat menunjang kebersihan, seperti: bantuan sarpras
untuk menjaga alat-alat menjaga kebersihan kelas (lemari),
pembersihan selokan, pemberian besi-besi penjaga agar santri
47
Hasil wawancara dengan Ustad Imron Wachidi. Hari Sabtu 19 November 2016, Pukul
10.11 WIB di ruang kepala madrasah MTs
80
aman dan tidak terjatuh ke dalam selokan. Adanya seminar
kebersihan, disiplin, kesehatan yang diadakan setiap tahun
dengan waktu yang fluktuatif (tidak tetap)48
Keteladanan dari para guru, pimpinan dan konsistensi
para penegak disiplin itu sendiri. Apabila ada yang kotor maka
akan diberi sanksi bagi para pelanggar kebersihan, juga adanya
konsistensi dalam pemberian arahan, keteladanan, dan
kepedulian guru dalam menjaga kebersihan. Konsistensi para
pengelola madrasah untuk mengarahkan guru dan santri untuk
tetap bersih sangat berpengaruh pada guru dan santri49
Banyaknya space lahan yang dimiliki oleh pesantren menjadi
kekuatan pesantren dalam melakukan upaya pembentukan budaya
bersih yang lebih efektif. Karena dengan banyaknya lahan yang
masih kosong, dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti
melakukan penanaman pohon-pohon yang dapat menjadikan
lingkungan pesantren menjadi lebih asri dan terhindar dari banjir
dan musibah alam lainnya dan bisa dimanfaatkan untuk
pembangunan berkelanjutan.
Kekuatan dalam pembentukan dan pembiasaan budaya bersih
di MTs Darul Muttaqien berasal dari keteladanan yang kuat dari
bapak pimpinan, kepala madrasah dan guru. Selain kuat dalam
memberikan keteladanan para pendidik ini pun bersifat konsisten
dalam memberikan arahan dan nasihat kepada santrinya. Selain itu,
MTs Darul Muttaqien juga pernah menjuarai lomba sekolah bersih
tingkat provinsi se-Jawa Barat pada tahun 2013, hal ini mendukung
budaya hidup bersih memang sudah ada di Mts Darul Muttaqien
dan area pesantren Darul Muttaqien Parung – Bogor dan lomba-
lomba kebersihan juga sering diadakan oleh pihak pengurus santri
yaitu OPDM (Organisasi Pelajar Darul Muttaqien) untuk menilai
kebersihan kelas, kebersihan lingkungan asrama dan lemari santri
yang diadakan pada 3 bulan sekali. Terkadang pihak pesantren juga
48
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri, hari minggu, 30 oktober 2016 pukul
10.42 WIB di ruang kepala madrasah MA Darul Muttaqien 49
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri, hari minggu, 30 oktober 2016 pukul
10.45 WIB di ruang kepala madrasah MA Darul Muttaqien
81
mengadakan seminar terkait dengan kebersihan, kesehatan, dan lain
sebagainya. Kegiatan ini biasa dilakukan setahun 2 kali setiap
perayaan hari raya islam.
b. Kelemahan
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Ustad Hudri,
kelemahan madrasah dalam pembentukan dan pembiasaan budaya
bersih sebagai berikut:
Apabila dilihat dari tingkat kepedulian santri putra dalam
melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat kebersihan yang ada di
kelas itu masih lemah, sehingga seringkali kondisi kelas kotor
karena tidak ada alat-alat kebersihannya dan mengganggu pada
kegiatan KBM. Belum layaknya ruang guru putra, karena dalam
suatu ruangan dengan kapasitas guru yang berlebihan sehingga
menyebabkan ketidaksesuaian antara luas ruangan dan jumlah
kapasitas guru menjadikan ruang guru kurang rapi. Termasuk
diruang makan guru putra, karena ruangannya belum mencukupi
dan kurang memadai. Berbeda dengan ruang makan guru putri yang
sejauh ini sudah terfasilitasi dengan baik. kelemahan kebersihan
lainnya terjadi pada setiap saat momen wali santri datang
menjenguk, tingkat kebersihan pesantren menjadi berkurang.
Karena banyak wali santri yang tidak sama pola kebersihannya.
Namun pihak pesantren dan madrasah tetap membiasakan anak-
anak untuk peduli terhadap kebersihan lingkungannya, dengan
bertanggung jawab terhadap sampah yang ada di sekitarnya50
Kelemahan madrasah dalam membentuk budaya bersih berada
pada kurangnya kesadaran santri dalam merawat dan menjaga alat-
alat kebersihan yang menyebabkan kelas menjadi kotor, karena
tidak ada alat-alat untuk membersihkannya. Alat-alat kebersihan
yang sering hilang dan rusak, karena kurangnya perawatan dari
santri. Kelamahan lainnya terletak pada masih banyaknya wali
santri yang membuang sampah sembarangan saat menjenguk anak-
anaknya, hal ini menjadikan lingkungan pesantren seperti area
masjid dan lapangan serta jalan umum pesantren manjadi kotor
karena terdapat banyak sampah, namun disamping itu pesantren
50
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri pada hari minggu, 30 oktober 2016
pukul 10.05 WIB
82
telah menerapkan disiplin bagi santrinya agar bertanggung jawab
terhadap sampah-sampah yang ditinggalkan.
Ketidaksesuaian antara luas ruang kerja dan jumlah guru yang
ada, hal ini menyebabkan kondisi ruangan kurang rapi dan kurang
kondusif. Walaupun pesantren memiliki banyak space lahan yang
luas untuk melakukan pembangunan terhadap ruang guru yang
overload, namun untuk melakukan pembangunan itu sendiri
memerlukan waktu yang tidak singkat dan biaya yang tidak sedikit,
sehingga perlu adanya perencanaan yang matang untuk melakukan
pembangunan tersebut. Pihak madrasah dan pesantren telah
melakukan beberapa upaya dalam mengatasi kelemahan tersebut,
berikut pernyataan Ustad Hudri:
Upaya yang dilakukan oleh madrasah dalam mengatasi
kelemahan yaitu dengan melakukan konsultasi dengan bagian
pesantren dan mengajukan beberapa proposal sarana dan
prasarana, seperti: rumah makan guru yang terpisah dari
sekolah dan pembuatan ruang khusus merokok untuk guru
laki-laki. Namun memang keinginan yang diajukan tidak bisa
langsung diadakan, karena proses pengadaannya memerlukan
waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pembagian alat-alat
kebersihan yang biasanya dibagikan hanya satu kali dalam
setahun, untuk tahun ini bertambah menjadi dua kali dalam
setahun. Namun, jika masih ada kerusakan atau kehilangan
dibebankan pada uang kas kelas untuk membeli peralatan
kebersihan dibimbing oleh wali kelas51
.
Berbagai upaya telah dilakukan pihak madrasah kepada bagian
pusat pesantren, dengan mengajukan beberapa proposal untuk
pengadaan sarana dan prasana. Namun, jika pengadaan sarana
prasarana yang cukup besar, itu membutuhkan waktu yang tidak
sebentar dan proses pelaksanaannya pun tidak instan. Hal ini
dikarenakan perlu adanya kesesuaian tempat, waktu dan juga dana
yang mencukup dalam pengadaaan yang diajukan tersebut.
51
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri, hari minggu, 30 oktober 2016 pukul
10.52 WIB di ruang kepala madrasah MA Darul Muttaqien
83
6. Ancaman dan Peluang MTs Darul Muttaqien
a. Ancaman
Berbagai ancaman bagi madrasah dan pesantren yang dapat
mempengaruhi dalam membentuk budaya hidup bersih bagi warga
madrasah dan pesantren dapat diidentifikasi melalui studi
pendahuluan mengenai ancaman dan peluang madrasah. Berikut
informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ustad
Hudri :
Salah satu ancaman yang terjadi terletak pada masalah
keterlibatan bisnis warga sekitar terhadap pesantren. Pihak
pesantren telah membangun lahan khusus untuk warga-warga
yang ingin berjualan, dengan sistem bagi hasil. Namun
permasalahan yang terjadi disebabkan warga merasa hasil
pendapatannya kurang menguntungkan, karena ditempatkan di
area khusus yang telah disiapkan oleh pihak pesantren yang
disebut MM (mini market) jika dibandingkan berjualan bebas
di area pesantren, termasuk area sekitar asrama dan sekolah52
.
Ancaman yang berasal dari warga sekitar pesantren yang ingin
berjualan di area bebas pesantren seperti pada area lapangan dan
arama santri, dimana hal tersebut dapat menyebabkan lingkungan
pesantren menjadi tidak kondusif, kotor dan berkurangnya tingkat
kedisiplinan santri serta kurangnya pemeliharaan terhadap
pengelolaan kebersihan pada lingkungan pesantren. Bahkan
terdapat dalam salah satu peraturannya, pesantren melarang bagi
semua warganya berjalan di area lahan yang ada tanamannya baik
itu tanaman hias atau rumput. Hal ini sebagai bentuk rasa
kepedulian warga pesantren dan madrasah terhadap makhluk hidup
lainnya juga untuk menjaga kelestarian dan kesuburan tanaman,
sehingga meminimalisir terjadinya kerusakan pada tanaman-
tanaman yang ada di sekitar pesantren dan madrasah53
.
52
Hasil wawancara dengan Bapak Abdullah Hudri pada hari minggu, 30 oktober 2016
pukul 10.05 WIB 53
Hasil pengamatan kerjasama warga sekolah dalam memelihara lingkungan di MTs
Darul Muttaqien-Parung
84
b. Peluang
Berdasarkan dari kekuatan yang dimiliki oleh madrasah dan
pesantren Darul Muttaqien, dapat diidentifikasi peluang yang dapat
membantu pesantren dalam mengembangkan madrasahnya, karena
pihak pesantren memiliki space lahan yang sangat luas, sehingga
dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pesantren dan menjadikan lingkungan
pesantren MTs Darul Muttaqien lebih asri dan hijau. Lahan yang
luas apabila ditanami dengan berbagai macam tanaman dan
pepohonan, hal ini dapat mencegah musibah banjir di area pesantren
dan daerah sekitar pesantren, disebabkan pohon dan tanaman
banyak menyerap air dari dalam tanah.
Selain itu, peluang yang dapat dilakukan oleh pihak pesantren
berdasarkan dari analisis kekuatannya, dapat dilihat dari banyaknya
bantuan yang diberikan wali santri yang bekerja pada lembaga-
lembaga pemerintahan daerah, dimana hal ini dapat menguntung
pihak pesantren dalam upaya melakukan pengembangan sarana dan
prasarana. Seperti bantuan dalam bentuk material maupun non-
material, hal ini dapat membantu pesantren dalam menjalin
hubungan dengan mitra yang dapat membantu dalam pembangunan
berkelanjutan. .
Peluang yang ada dimanfaatkan dengan baik-baiknya oleh
pihak pesantren, guna menunjang dalam upaya pembangunan
berkelanjutan terhadap sarana dan prasarana pesantren, serta dapat
meningkatkan keamanaan bagi santri-santri. Sehingga pada saat
melakukan kegiatan santri lebih aman dan upaya pembentukan
budaya positif dapat dilakukan secara maksimal.
85
7. Strategi Pembentukan Budaya Bersih MTs Darul Muttaqien
Pembentukan budaya bersih merupakan kegiatan yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh setiap sekolah dalam upaya
peningkatan mutu dan menunjang pada kegiatan kependidikan lainnya,
sehingga madrasah dapat mendayagunakan lingkungan secara efektif
dan efisien demi tercapainya hasil yang diinginkan. Dalam
pembentukan budaya bersih, terdapat beberapa langkah yang menjadi
faktor penting dalam membentuk budaya.
Beberapa upaya yang dilakukan madrasah dalam membentuk
budaya bersih di MTs Darul Muttaqien antara lain :
a. Penerapan Disiplin Kebersihan
Adanya disiplin bagi seluruh santri MTs Darul Muttaqien
sangat penting untuk ditegakkan agar terciptanya suasana dan iklim
sekolah yang kondusif. Untuk itu Ustad Abdullah Hudri selaku
kepala madrasah menetapkan disiplin kebersihan di MTs Darul
Muttaqien yang tertulis jelas di dalam tata tertib siswa di dalam
kelas, yang isinya antara lain:
1. Menjaga 5 K
a. Kebersihan
b. Ketertiban
c. Keindahan
d. Keamanan dan
e. Kenyamanan
2. Melaksanakan piket dengan baik
3. Menjaga dan memelihara perlengkapan kelas
4. Tidak mencorat-coret dinding, meja, kaca dan kursi kelas54
b. Keteladanan dan konsistensi dari bapak pimpinan, kepala madrasah
dan guru.
c. Kerjasama antar komponen madrasah. Seperti kepala madrasah yang
selalu memberi arahan dan mengingatkan guru-guru untuk selalu
54
Data Tata Tertib Siswa di dalam Kelas MTs Darul Muttaqien
86
menjaga kebersihan. Sehingga guru dapat mengajarkan nilai-nilai
kebersihan dan mengarahkan santri untuk lebih peduli terhadap
kebersihan diri sendiri dan lingkungannya.
d. Kerjasama pihak pesantren dengan mitra luar, seperti : wali santri
yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintahan.
e. Lingkungan fisik yang mendukung dan tersedianya perlengkapan
kebersihan. Luasnya space lahan yang masih kosong dan
pemeliharaan terhadap alat-alat kebersihan yang digunakan.
Lingkungan yang bersih, asri, rapi dan nyaman dapat diwujudkan
melalui beberapa langkah-langkah yang saling berkesinambungan satu
sama lain. Perilaku dan budaya hidup bersih tidak akan ada jika tidak
dibiasakan melalui kegiatan sehari-hari dan tidak akan tercipta jika tidak
ada kerjasama antar komponen yang terlibat. Faktor terpenting adalah,
ada penggerak utama yang bisa dijadikan contoh teladan untuk seluruh
warga madrasah dan pesantren dalam perhatian dan kosnsietensinya
terhadap kebersihan. Lingkungan tidak akan menjadi bersih apabila
perlengkapan atau alat-alat untuk membersihkannya tidak ada. Dan
adanya peraturan serta sanksi hukum bagi pelanggar merupakan faktor
pendukung terciptanya budaya bersih di madrasah dan lingkungan
pesantren.
C. Temuan Penelitian
Dari hasil analisis dan deskripsi data di atas mengenai Strategi
pembentukan Budaya Bersih di MTs Darul Muttaqien, penulis
menemukan beberapa hasil penelitian antara lain :
1. Tidak adanya Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang
khusus untuk mendukung dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Seperti untuk siswa; melaksananakan kegiatan
ekstrakurikuler bidang lingkungan hidup. Sedangkan bagi Pendidik/
guru diperlukannya pelatihan terhadap pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup itu sendiri.
87
2. Kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif dalam pembelajaran PLH, seperti : cara belajar aktif yang
berfokus pada peserta didik antara lain : demonstrasi, diskusi, simulasi,
bermain peran, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming,
dialog, simposium, dan lain-lain. 3. Kurang optimalnya pemeliharaan terhadap alat-alat kebersihan yang
ada di dalam kelas putra. Hal ini dikarenakan santri putra sering
menjadikan sapu dan kain pel untuk bermain, sehingga menyebabkan
alat-alat kebersihan menjadi patah dan tidak bisa digunakan kembali
serta penyimpanan alat-alat kebersihan yang kurang rapi yang
menyebabkan alat-alat kebersihan menjadi rusak, yang menyebabkan
kelas menjadi kotor disebabkan tidak ada alat-alat kebersihannya.
Sehingga kegiatan belajar-mengajar (KBM) menjadi terganggu dan
kurang kondusif.
4. Dari keempat komponen dasar dan standar sekolah peduli dan
berwawasan lingkungan, sedikitnya terdapat dua point yang belum
direalisasikan oleh madrasah dan pesantren Darul Muttaqien hal
tersebut adalah komponen pada standar kebijakan berwawasan
lingkungan dan pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan. Dalam
praktiknya, kebijakan madrasah dan materi belajar terkait dengan
pendidikan lingkungan hidup belum maksimal, karena sistem pada
MTs Darul Muttaqien mengikuti sistem pesantren maka materi belajar
yang diberikan pun lebih banyak materi keagamaan.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dijabarkan sebelumnya, penulis dapat
mengambil kesimpulan tentang Strategi Pembentukan Budaya Bersih di
MTs Darul Muttaqien Parung – Bogor sudah cukup baik, dimana
prosedur pelaksanaannya meliputi : keteladanan dan konsistensi, gerakan
bersama seluruh warga madrasah, kegiatan kebersihan, pengawasan,
kerjasama dengan pihak lain (mitra), adanya kegiatan seminar atau
workshop terkait kebersihan, dan tersedianya lingkungan fisik yang
mendukung. Hampir seluruh kegiatan kebersihan di MTs Darul Muttaqien
sudah dilaksanakan sesuai dengan komponen dan standar dari panduan
adiwiyata sekolah peduli berbudaya lingkungan yang merupakan program
kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam komponen dan standar dari sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan ini, terdapat empat komponen dan standar sekolah adiwiyata.
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, MTs Darul Muttaqien hanya
memenuhi dua dari empat komponen tersebut yaitu: terletak pada
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana
pendukung ramah lingkungan. Sedangkan pada dua komponen lainnya,
MTs Darul Muttaqien belum mengimplementasikan komponen tersebut,
yaitu : kebijakan berwawasan lingkungan dan pelaksanaan kurikulum
berbasis lingkungan. Budaya hidup bersih yang ada di MTs Darul
Muttaqien sangat dipengaruhi dari keteladanan dan konsistensi serta
pengawasan dari bapak pimpinan pesantren, yaitu : KH. Mad Rodja, dan
sikapnya ini diikuti dan banyak ditiru oleh para kepala madrasah dan
guru-guru, didukung pula dengan adanya pengawasan kebersihan, adanya
kegiatan partisipatif, seperti: adanya piket kelas, piket mingguan dan piket
tahunan dan penghijauan, adanya seminar atau workshop terkiat dengan
89
kebersihan dan pendidikan lingkungan hidup bersih, dan didukung
dengan adanya banyaknya lahan yang dimiliki oleh pihak pesantren,
menjadikan kawasan madrasah dan pesantren ini menjadi asri dan hijau.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, maka penulis dapat
memberikan saran kepada MTs Darul Muttaqien dalam pembentukan
budaya bersih, yakni sebagai berikut :
1. Dalam upaya pembentukan budaya bersih, sebaiknya madrasah
menjadikan pendidikan lingkungan hidup sebagai salah satu kurikulum
pesantren. Dengan merencakan visi, misi dan tujuan yang jelas yang
dapat mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
penerapan budaya hidup bersih. Sebaiknya kepala madrasah mulai
memberikan kebijakan, seperti: menjaga dan merawat kelestarian
tanaman, memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya dan
tidak boros dan lain sebagainya.
2. Kepala madrasah hendaknya memberikan pelatihan-pelatihan terkait
dengan pendidikan lingkungan hidup kepada para guru, agar guru
dapat memahami tentang PLH itu sendiri dan dapat
mengembangkannya ke dalam mata pelajaran yang diberikan baik di
dalam maupun di luar kelas serta guru mampu menerapkannya ke
dalam strategi, metode dan pendekatan pembelajaran kepada santri.
Dengan melakukan demonstasi, bermain peran, diskusi, studi kasus,
dan lain sebagainya 3. Sebaiknya pihak pesantren mulai melakukan perbaikan dan pemugaran
terhadap bangunan-bangunan yang harus diperbaiki, misalnya seperti
ruang guru yang jumlah kapasitas guru dan luas ruangan tidak sesuai.
Hal ini menyebabkan banyak hambatan pada guru dalam menjaga
kerapian ruang kerjanya sendiri, dengan memanfaatkan banyaknya
space lahan yang dimiliki pesantren.
4. Sebaiknya wali kelas lebih teliti dalam mengawasi santri putra dalam
hal perawatan dan pemeliharaan alat-alat kebersihan. Dengan
90
mengontrol dan mengawasi pada saat kegiatan piket berlangsung, dan
bekerja sama dengan guru piket untuk mengawasi santri putra apabila
saat jam pelajaran ada guru yang tidak hadir.
5. Sebaiknya pihak pesantren memberikan pengertian terkait dengan
kebersihan lingkungan terhadap wali santri yang datang menjenguk,
atau dengan menempel peraturan terkait kebersihan pada tempat-
tempat yang biasa menjadi tempat menjenguk santri. Agar wali santri
yang datang dapat membaca dan mengerti aturan tersebut.
6. Membicarakan secara baik-baik dengan warga sekitar pesantren yang
berdagang di area kantin, agar lebih menerima peraturan yang telah
ditetapkan oleh pesantren.
91
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Afiff, Faisal dan Ismeth Abdullah (eds), Manajemen Strategik Keorganisasian Publik,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2010)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta :
PT Rineka Cipta, 2013
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
Kurniadin, Didin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)
Mardi Hartanto, Frans. Paradigma Baru Manajemen Indonesia. Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2009.
Muhaimin, Membangun Kecerdasan Ekologis: Model Pendidikan untuk
Meningkatkan Kompetensi Ekologis. Bandung: Alfabeta, 2015.
Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan dan Praktik. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015
Rochaety, Ety, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Sofyan, Iban. Manajemen Strategi (Teknik Penyusunan serta Penerapannya untuk
Pemerintah dan Usaha). Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga, 2012.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
dan R&A. Bandung: Alfabeta, Cet. I, 2006.
Syani, Abdul. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
92
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press.
Ujan, Andre Ata, dkk. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam
Perbedaan. Jakarta: PT Indeks, 2011.
Warsito, Antropologi Budaya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.
AL- QUR’AN
Al-Quran. Surat Al-Baqarah, ayat : 222
SKIRPSI
Devi Dwi Wahyuni, Pendidikan Karakter melalui Penanaman Sikap Peduli
Lingkungan pada Siswa SMP Negeri 1 Rawalo Kecamatan Rawalo
Kabupaten Banyumas, skripsi di Institut Agama Islam Purwokerto. 2016
Yunia Nur’Aini, Kultur Sekolah Dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA 1
Jetis Bantul, skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta. 2013
JURNAL
Aditya Purbantara, Survey Kebersihan Pribadi Siswa SDN dalam wilayah
pedesaan dan perkotaan di kabupaten semarang tahun ajaran 2012/2013,
www.journal.unnes.ac.id
Amirul Mukminin Al-Anwari, Strategi Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan
di Sekolah Adiwiyata Mandiri, jurnal di IAIN Sulthan Thahah Saifuddin
Jambi. 2014
Jejen Musfah, Empat Sekolah-Satu Pemenang, tanggal post: 15 juni 2016, pukul.
06.11 (jejen.lec.uinjkt.ac.id)
https://www.academia.edu/12162160/STRATEGI_PEMBENTUKAN_KARAKTER_PEDULI_LI
NGKUNGAN_DI_SEKOLAH_ADIWIYATA_MANDIRI
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
UNDANG-UNDANG
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Lampiran Foto
Gedung Sekolah MTs Darul Muttaqien
Ruang Kelas dan Laboratorium
Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Guru
Kamar Mandi MTs Darul Muttaqien
Alat Kebersihan Petugas Kebersihan
Lingkungan Asrama
Kegiatan Bersih-bersih Santri
TATA TERTIB SISWA MTs DARUL MUTTAQIEN
I. Tata Tertib Siswa terhadap Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
1. Menjaga sopan santun dan berprilaku baik terhadap pendidik dan tenaga
kependidikan
2. Taat dan patuh kepada pendidik dan tenaga kependidikan
3. Mengikuti rangkaian kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan baik
4. Menerima dengan ikhlas perbaikan, saran dan nasehat dari pendidik dan
tenaga kependidikan
II. Tata Tertib Siswa di dalam Kelas
1. Menjaga 5 K
a. Kebersihan
b. Ketertiban
c. Keindahan
d. Keamanan dan
e. Kenyamanan
2. Melaksanakan piket dengan baik
3. Menjaga dan memelihara perlengkapan kelas
4. Tidak mencorat-coret dinding, meja, kaca dan kursi kelas
III. Tata Tertib Umum Siswa
1. Hadir di kelas tepat waktu
2. Berseragam resmi dan rapi sesuai dengan ketentuan pesantren
3. Berpenampilan rapi dan sopan
4. Siswa membawa perlengkapan belajar
5. Siswa tidak diperkenankan keluar kelas selama jam pelajaran berlangsung
6. Siswa tidak diperkenankan menemui tamu selama jam pelajaran
berlangsung
7. Siswa yang tidak masuk kelas wajib meminta izin tertulis dari Wali
Kelas/Wali Asrama (Tasrih)
8. Siswa tidak diperkenankan membawa alat-alat elektronik
IV. Pelanggaran dan Sangsi
A. Pelanggaran
1. Pelanggaran Ringan
a. Terlambat atau tidak mengikuti upacara tanpa alas an yang jelas
b. Membuang sampah atau meludah di sembarang tempat
c. Menaruh barang atau peralatan pribadi atau milik sekolah tidak
pada tempatnya
d. Menggunakan barang bukan milik sendiri tanpa seizin pemiliknya
e. Mengucapkan kalimat/kata-kata atau aksi kotor, bercanda melewati
batas
f. Makan dan minum di dalam ruang kelas
g. Berpenampilan tidak rapi dan sopan (berambut panjang bagi putra,
berpakaian kotor, berpakaian tidak kekecilan, dan berkuku
panjang)
h. Membuat keributan di dalam kelas
i. Memakai seragam sekolah/accessories yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah
j. Tidak membawa perlengkapan peralatan belajar
k. Terlambat datang ke kelas
l. Tidak melaksanakan instruksi pendidik dan tenaga kependidikan
m. Tidak melaksanakan tugas piket
n. Tidak berbahasa resmi
o. Masuk ruangan kelas/kantor tanpa izin dan salam
2. Pelanggaran Sedang
a. Membawa barang elektronik yang tidak diperkenankan
b. Keluar masuk kelas selain pintu
c. Menempelkan/menuliskan sesuatu tidak pada tempatnya
d. Memindahkan dan mengubah alat sekolah tanpa izin
e. Menggunakan fasilitas sekolah tanpa izin
f. Tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas selama 2 hari berturut-
turut
g. Menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya
h. Berada di asrama ketika berlangsungnya KBM kecuali sakit
i. Meninggalkan pelajaran dengan sikap yang tidak terpuji
j. Mengotori/merusak peralatan atau inventaris sekolah
k. Memalsukan tanda tangan dan atau menyalahgunakan stempel
l. Melindungi teman yang berbuat salah
m. Melakukan sesuatu yang dapat merusak nama baik sekolah
n. Berbohong atau membuat pernyataan palsu
3. Pelanggaran Berat
a. Berdua-duaan bukan dengan mahromnya baik di dalam maupun di luar
kelas
b. Menyontek/memberi contekan ketika ulangan
c. Berkelahi dan atau menantang perkelahian dengan pihak manapun
d. Memfitnah, menipu dan menghasut seseorang atau kelompok
e. Mencuri atau mengambil barang milik orang lain
f. Menghina atau merendahkan martabat sesama teman, pendidik, tenaga
kependidikan dan pimpinan pesantren
g. Bersikap mengganggu atau mengancam baik secara lisan, gerakan dan
tulisan
h. Mengubah, merusak, memalsukan raport atau dokumen lain
B. Sangsi
1. Pelanggaran Ringan
a) Teguran ditempat
b) Sanksi ditempat
c) Sanksi administrasi
2. Pelanggaran Sedang
a) Teguran ditempat
b) Sangki ditempat sesuai dengan tingkat pelanggaran
c) Bakti sosial (life skill)
d) Pemberitahuan kepada wali kelas untuk dibina lebih lanjut
e) Sanksi akan ditentukan dalam sidang tertutup
3. Pelanggaran Berat
a) membuat surat pernyataan dan diberitahukan kepada orang tua
b) pemberitahuan kepada orang tua
c) pemanggilan orang tua
d) skorsing
e) hukuman akan ditentukan dalam sidang terbuka
Data Kependidikan dan Non Kependidikan
MTs Darul Muttaqien Tahun Pelajaran 2016 / 2017
No Nama Pendidik
an
Jurusa
n
M
Mulai
Tugas
Jabat
an
S
Status
Kepega
waian
Tugas
Mengajar Kls
1 Abdullah Hudri,
S. S, M.Pd S2
Sastra
Arab
1 Juli
2003
Kepal
a
sekola
h
GTY Bahasa
Arab 9
2 Abdul Hasan, M.Pd S2
Pendid
ikan
Islam
1 Juli
1997
Wakil
kamad GTY Qurdis 9
3 H. Sunardi, S. Ag S1 Agama 1 Juli
1989 Guru GTY
Akidah
Ahlak 7
4 H. Turkamun,
S. Ag S1 Agama
1 Juli
1993 Guru GTY Qurdis 8
5 Rina Mufidah
Hidayah, S. Pd S1
Pendid
ikan
1 Juli
1994 Guru GTY
Matematik
a 9
6 Siti Nurjalilah,
S. HI S1 Hukum
1 Juli
1995 Guru GTY Fikih 7
7 Sa’diyah, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
1996 Guru GTY
Akidah
Ahlak 8
8 Imron Rosadi, SE S1 Ekono
mi
1 Juli
1993 Guru GTY IPS 9
9 Heri Hasary,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
1997
Wakil
kamad GTY Akidah 9
10 Eko Susanto, S. H S1 Pendid 1 Juli Guru GTY IPS 8
ikan 2013
11 H.Ahmad Hidayat,
Lc S1 Agama
1 Juli
2004 Guru GTY
Bahasa
Arab 8
12 Ummi Syukriyah,
S. Pd. S1
Pendid
ikan
1 Juli
2005 Guru GTY
Bahasa
Indonesia 9
13 Endang Sri Utami,
S. P S1
Perika
nan
1 Juli
2005 Guru GTY IPA 9
14 Lina Budiana, ST,
M.Pd S2 Teknik
1 Juli
2007 Guru GTY TIK 8
15 Samuji, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
1997 Guru GTY Penjaskes 8
16 Budi Sulistyono,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
1997 Guru GTY
Bahasa
Arab 7
17 Marjulianto, S. Pd. S1 Pendid
ikan
1 Juli
1994 Guru GTY IPA 7
18 Misbahun, S. Pd. S1 Pendid
ikan
1 Juli
2002 Guru GTY IPA 7
19 Darojat, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
2005
Wakil
kamad GTY TIK 7
20 Aos Abdul Gaos,
S.E., M. Ud., M. A S2 Agama
1 Juli
2004 Guru GTY
Bahasa
Inggris 7
21 Komarudin, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
1997 Guru GTY Fikih 8
22 Siti Tahwilah,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY Mutholaah 8
23 Salim RD, S. Sos. I S1 Sosial 1 Juli
1997 Guru GTY SKI 8
24 Iwan Bagja, S1 Social 1 Juli Guru GTY Fikih 9
S. Sos. I 1997
25 Eka Irmawati,
S. Sos. I S1 Social
1 Juli
2013 Guru GTY BK 7/8
26 Nur Azizah,
S. Pd S1
Pendid
ikan
1 Juli
2012 Guru GTY
Bahasa
Inggris 9
27 Eko Prasetyo,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2012 Guru GTY Tajwid 8
28 Triyadi Noviyanto,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2012 Guru GTY
Bahasa
Arab 8
29
Nur Laela, S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY
Bahasa
Arab
7 &
9
30 Yusrita, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY
Bahasa
Inggris 7
31 Maria Ulfah, S. Pd S1 Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY IPS 8
32 TB. Badra Soleh,
S. Ag S1 Agama
1 Juli
2013 Guru GTY SKI 7
33 Maisaroh, S. Pd S1 Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY IPS
7 &
8
34 Sandra Dewi, S. Pd S1 Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY IPA
8 &
9
35 Gipin Gustofa,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY SKI 9
36 Siti Hajar, S. Pd S1 Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY
matematik
a 7
37 Imron Wachidi,
S. Pd S1
Pendid
ikan
1 Juli
2001 Guru GTY
Bahasa
Inggris 8
38 Sukiman, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
1992 Guru GTY PKN 7
39 Abdullah Khotib
Nadhori, S. H.I S1 Hukum
1 Juli
2012 Guru GTY SBK 9
40 M. Mukhlis, S. S S1 Sastra
Arab
1 Juli
2011 Guru GTY PLH 8
41 Iis Sumiyati, S. Pd. I S1 Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY Qurdis 7
42 Devia Kusmawati
Afrina, S. Si S1
Scienc
e
1 Juli
2014 Guru GTY MTK 8&9
43 Wiwiyanti S1 - 1 Juli
2013 Guru GTY
B.Indonesi
a 7
44 Farah Ramadhan, S.
Sos. S1
Komun
ikasi
1 Juli
2013 Guru GTY MTK 7&8
45 Dede Hafsah,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY
Bahasa
Indonesia 7&8
46 Nia Aulia, S.Pd S1 Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY MTK 7
47 Ririn Meliani,
S. Pd. S1
Pendid
ikan
1 Juli
2013 Guru GTY
Bahasa
Indonesia 7&8
48 Qathrunnada,
S. Pd. S1
Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY
Bahasa
Indonesia 7&9
49 Eri Apriliyasari,
S. Pd. I S1
Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY IPS 7&8
50 Fahad Aminudin, S.
Fil. I S1 Filsafat
1 Juli
2011 Guru GTY
TIK/Penja
s 7&9
51 Miftah Fadli, S. Pd. S1 Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY Penjas 7&9
52 Nola Febriyanti,
S. Pd. S1
Pendid
ikan
1 Juli
2014 Guru GTY IPA 7&8
53 Dewi Primadona, S.
S. S1
Sastra
Arab
1 Juli
2009 Guru GTY PLH 7&9
54 Asep Sofyan, S. HI S1 Hukum 1 Juli Guru GTY PKn
55 Tarjo, S.Kom S1 Kompu
ter
1 Juli
2010
Kepal
a TU PTY TU
56 Narwati S1 Sains 1 Juli
2009
Benda
hara
TU
PTY TU
57 Riri Umriah MA IPS 1 Juli
2012
Staf
TU PTY TU
58 Lilis Nurjannah MA IPS 1 Juli
2013
Staf
TU PTY TU
59 Tarjo MA IPS 1 Juli
2011
Staf
TU PTY TU
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Ust. Abdullah Hudri, S. S, M. Pd (Kepala Sekolah MTs)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Minggu, 16 Oktober 2016 Pukul 08.30
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Menurut Bapak, apakah sesungguhnya hakikat dari bersih?
N : Bersih itu bebas dari kotoran, tidak tercemar dan hidup sehat
P : Apa manfaat dari linkungan bersih terhadap kegiatan kependidikan ?
N : Pendidikan akhlak yang baik bagi siswa, teladan bagi masyarakat, citra yang
baik bagi lembaga. Secara pribadi lebih bersemangat, lebih nyaman, lebih siap dan
lebih maksimal dalam mengajar
P : Apa yang Bapak ketahui tentang budaya hidup bersih?
N : Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada kita untuk selalu bersih dari hadast
dan mencintai kebersihan.
Budaya hidup bersih tidak semata-mata fisik, tapi juga metafisik yaitu keimanan
seseorang. Jadi budaya hidup bersih merupakan cerminan keimanan seseorang.
P : Apa saja kegiatan kebersihan yang ada di sekolah dan asrama? Bagaimana
pelaksanaanya?
N : Piket harian, kontrol harian, jumat bersih dan kamis bersih
Masalah kebersihan bentuknya berlapis, yang terpenting memastikan semua
kegiatan melalui kontrol akhir. Apabila ada tempat yang masih kotor, maka kepala
sekolah atau guru piket akan memanggil penanggung jawab tempat tersebut.
Karena disini tidak ada lahan yang tidak ada penanggung jawab kebersihannya.
P : Apakah ada kegiatan penghijauan di sekolah?
N : Ada, namun kegiatannya dibawah naungan pesantren. Kegiatan penghijauan
setiap tahun ada, karena pesantren memiliki banyak lahan dan bibit (buah-buahan
dan tanaman). Pimpinan pesantren adalah orang yang sangat menyukai tanaman
dan lingkungan. Namun program tidak peruntukkan untuk santri, dan kegiatan
penghijauan dilakukan oleh karyawan pesantren dan bisa dikatakan bahwa
program penghijauan merupakan program pesantren. Waktu pelaksanaannya tidak
tetap, hanya dilaksanakan pada saat-saat tertentu dan menyesuaikan kebutuhan.
Karena hampir tidak ada lahan pesantren yang tidak ditanami tumbuhan
P : Bagaimana cara sekolah dan asrama mengelola sampah?
N : Pemisahan sampah organik dan non-organik dilakukan pada saat sampah telah
dibawa oleh karyawan kebersihan yang berada di bawah naungan RTP (rumah
tangga pesantren) merupakan bagian yang mengurus sarpras, unit-unti usaha,
kebersihan, mengelola sampah dan lain sebagainya. Proses pengangkutan sampah
dilakukan 3x dalam sehari, yaitu pada saat pukul 06.00 pagi, pukul 13.00-14.00 siang
dan setelah isya sekitar pukul 19.00 malam. Setelah diangkut, sampah dibawa ke
tempat penghancuran sampah (tower) yang tempatnya berada di luar dari pesantren.
P : Apakah ada peraturan tertulis dan nontertulis terkait dengan kebersihan?
N : Peraturan kebersihan hanya bersifat umum saja, karena bapak pimpinan tidak
terlalu peduli dengan aturan-aturan tertulis. Beliau mellihat hal semacam itu mudah
dibuat, yang terpenting itu bagaimana pelaksanaan dilapangannya harus dikerjakan
dan konsisten dan terus menerus bersihnya. Hal itulah yang selalu ditekankan oleh
bapak pimpinan, sehingga sedikit banyak mempengaruhi bagi para guru dan siswa.
Namun, peraturan tertulis tetap ada seperti ada di tata tertib kelas, dan lain-lain
P : Bagaimana penggunaan plastik di sekitar sekolah dan asrama?
N : Sampai sejauh ini Belum ada proyeksi terhadap pengurangan pada penggunaan
plastik
P : Bagaimana kepala sekolah memberikan contoh teladan bagi para santrinya?
N : Apabila masih bisa saya bersihkan sendiri, maka akan saya bersihkan. Apabila
saya jalan dengan anak-anak dan melihat ada sampah yang berada dekat dengan
saya, maka saya ambil satu atau dua. Tapi jika banyak, kita bersihkan bareng-
bareng. Penanaman nilai-nilai bahwa apa yang mereka tinggali, tempati, yang
menjadi tanggung jawab mereka, mereka harus perhatikan kebersihannya.
P : Bagaimana cara kepala sekolah menjaga kebersihan ruang kerjanya?
N : Biasanya setiap pagi ruangan dibersihkan oleh OB dengan disapu dan dipel,
namun untuk menjaga tetap bersih, bersifat mandiri saja. Karena saya termasuk
orang yang cukup rapi di administrasi untuk masalah berkas dan yang lainnya. Dan
karena tidak betah kalo kotor, apabila kotor maka akan saya bersihkan sendiri. kita
punya tanggung jawab kebersihan dengan diri kita, dengan lingkungan kita dan
dengan ruangan kita, maka lakukan saja.
P : Apakah pengawasan kebersihan di sekolah berjalan efektif?
N : Pasti efektif. Pengawasannya dilakukan dari kepala madrasah ke waka (wakil
kepala madrasah) , dan masing-masing waka menjadi penannggung jawab satu
gedung, dan dari waka ke guru piket, dari guru piket ke guru kelas dan terakhir ke
santri. Biasanya kami memberikan instruksi kepada guru-guru apabila kondisi ruang
kelas masih kotor maka diminta untuk membersihnnya terlebih dahulu sebelum
dimulai kegiata KBM.
Pengontrolan dilakukan pada pagi hari sebelum masuk kelas dan penanggung
jawabnya adalah guru piket dan santri yang mendapat jadwal piket.
Untuk memastikan bersih, pengawasan harus tetap ada. Keefektifan pengawasan
kebersihan anak-anak saya pikir cukup tinggi, sekitar 60%-70%. Terlebih lagi di
luar pengawasan lebih kepada kemandirian siswa itu sendiri.
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah dan asrama?
N : Penanggung jawab kebersihan masing-masing tempat itu pasti ada. Karena di
pesantren Darul Muttaqien ini tidak ada lahan yang tidak ada penanggung jawabnya.
Seperti OB yang bertugas di wilayah-wilayah sekolah, dan untuk daerah umum
seperti jalan dan lapangan, yang bertanggung jawab itu bagian RTP (Rumas Tangga
Pesantren) yang merupakan karyawan pesantren . Hitungannya satu orang OB
memegang dua gedung yang dikontrol bagian depan, belakang dan samping.
.
P : Bagaimana pesantren dan masyarakat bekerjasama dalam menjaga kebersihan
lingkungan?
N : Dengan menjaga komunikasi dan pergaulan. Khususnya guru-guru dengan
warga sekitar, lebih khususnya guru-guru yang tinggal bertetangga dengan warga..
Dengan menjalin hubungan yang baik antara guru dan warga. Karena apabila
hubungan keduanya baik, maka warga akan mampu menghargai dan menjaga
lingkungan. Karena bapak pimpinan lebih menghindari konflik dengan warga sekitar,
maka apabila ada warga yang mengotori maka pihak pesantrenlah yang akan
membersihkannya. Untuk santri tidak dibebani untuk menjaga hubungan dengan
warga sekitar, karena lingkungannya berada cukup jauh dari area tempat tinggal
warga.
P : Apakah ada kegiatan kebersihan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah dan asrama?
N : Biasanya dilakukan pada setiap hari jumat. Namun dalam pelaksanaannya, peran
guru lebih kepada pengontrolan pada saat pelaksanaan kegiatan kebersihan.
Kegiatan bersih-bersih dilakukan oleh seluruh santri dengan diarahkan dan dikontrol
oleh guru masing-masing.
Pada hari kamis siang kegiatan kebersihan dilakukan oleh dilakukan oleh OB dan TU
untuk membersihkan ruang-ruang kantor.
P : Bagaimana cara kepala sekolah dan guru saling bekerjasama dalam merawat lingkungan
dan memelihara sarana dan prasarana sekolah?
N : Dengan saling mengingatkan, karena saya mengganggap guru-guru sebagai
rekan. Apabila ada kebersihan yang harus dilakukan bersama, yah kita bersihkan
semua. Caranya dengan pemberian instruksi-instruksi pada saat rapat guru dan
meminta kepada guru-guru untuk bertanggung jawab terhadap penggunaan sarpras
dan diharapkan bisa menjaganya. Seperti:guru boleh meminjam sarana sekolah,
seperti media namun pada saat pengembalian harus dalam keadaan baik seperti
penerimaan.
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi OB dan siswa
dalam menjaga kebersihan?
N : Sebenarnya sudah menunjang dalam standar. Karena dikelas minimal ada sapu,
pengki dan alat pel. Memang belum maksimal. Namun, untuk standar minimal kelas
saya pikir sudah menunjang. Hanya masalah perawatan alat-alat kebersihan yang
masih kurang diperhatikan.
P : Adakah strategi khusus dalam membentuk budaya bersih bagi santri dan guru?
N : Strategi yang paling ampuh itu adalah keteladanan dan konsistensi
Keteladanan itu dari pimpinan yang tertinggi yang sangat berpengaruh, karena
pimpinan merupakan orang yang sangat peduli terhadap kebersihan. Beliau lebih
sensitif terhadap permasalahan kebersihan lingkungan. dari pimpinan inilah terdapat
kekuatan visi, tekad, kecenderungan dan perhatian lebihnya dan dijalankan selama
bertahun-tahun, sehingga berimbas kepada pimpinan-pimpinan di level keduanya.
Adanya keinginan yang kuat dari bapak pimpinan secara real dan keteladanan dari
pimpinan-pimpinan dan yang ketiga lebih kepada hal-hal yang bersifat teknis seperti
pembuatan SOP.
P : Apakah lingkungan fisik sekolah dan asrama sudah menunjang dalam pembentukan
budaya bersih?
N : Saya pikir sudah cukup menunjang walaupun belum pada tataran ideal.
P : Apa saja kekuatan sekolah dalam pembentukan budaya bersih?
N : Kekuatan kita untuk menjaga kebersihan ini salah satunya adalah keteladanan
dari para guru, pimpinan dan konsistensi para penegak disiplin itu sendiri. apabila
ada yang kotor maka akan diberi sanksi bagi para pelanggar keberisihan, adanya
konsistensi dalam pemberian arahan, keteladanan, dan pemberian sanksi bagi
pelanggar-pelanggar kebersihan dan kepedulian guru dalam menjaga kebersihan.
Tingkat konsistensi pengelola madrasah untuk mengarahkan guru dan santri untuk
tetap bersih sekitar 50% pengaruhnya.
P : Apa saja kelemahan sekolah dalam pembentukan budaya bersih?
N : Dilihat dari segi sarana dan prasarana di putra, kemampuan putra dalam
menjaga barang-barang kebersihan kelas itu masih lemah, sehingga seringkali
kondisi kelas kotor karena memang tidak ada alat-alatnya.
Ruang guru yang belum layak, karena kapasitas guru dalam satu ruangan itu
terbilang overload, yang menyebabkan ketidakrapihan. Dan termasuk di ruang
makan guru putra, karena belum mencukupi dan kurang memadai. Namun ruang
makan guru putri alhamdulillah sudah terfasilitasi dengan baik.
P : Bagaimana sekolah mengatasi kelemahan tersebut?
N : Melakukan konsultasi dengan bagian pesantren, dengan mengajukan beberapa
pengadaan sarana dan prasarana seperti: rumah makan guru yang terpisah dari
sekolah, pembuatan ruang khusus merokok untuk guru laki-laki. Biasanya
pembagian alat-alat kebersihan dibagikan satu kali dalam setahun, namun sekarang
dibagikan dua kali dalam setahun. Akan tetapi santri diberikan arahan untuk
menggunakan uang kas kelas, apabila terjadi kehilangan dan kerusakan alat-alat
kebersihan dibimbing oleh wali kelas masing-masing.
P : Apa saja peluang sekolah dalam pembentukan budaya bersih?
N : Pertama, pesantren masih memiliki banyak space lahan. Kondisi bangunan masih
bisa menunjang terhadap pola kebersihan, karena jarang sekali ada bangunan yang
bertingkat atau menumpuk-numpuk. Bangunan bertingkat ada, karena itu merupakan
bantuan dari pemerintah dalam bentuk bangunan. Pengaruhnya terhadap kebersihan,
karena akan menyulitkan untuk membersihkannya. Yang kedua adalah kebijakan
bapak pimpinan untuk memperluas area pesantren, harapannya agar tetap terlihat
lingkungan tetap asri.
Banyak wali santri yang membantu memberikan peluang dalam bentuk proposal yang
bisa diajukan untuk pengadaan sesuatu yang dapat menunjang kebersihan, seperti:
bantuan sarpras untuk menyimpan alat-alat kebersihan kelas (lemari), pembersihan
selokan, pemberian besi-besi penjaga agar santri aman dan tidak terjatuh ke dalam
selokan. Dengan sering diadakannya seminar kebersihan, disiplin, kesehatan yang
diadakan setiap tahun dengan waktu yang tidak tetap.
P : Apa saja ancaman sekolah dalam pembentukan budaya bersih?
N : Masalah keterlibatan bisnis warga sekitar terhadap pesantren, pihak pesantren
telah membuatkan lahan untuk warga-warga yang ingin berjualan seperti kantin,
dengan bagi hasil untungnya. Dan permasalahan terjadi karena warga merasa hasil
pendapatannya kurang menguntungkan, karena ditempatkan disuatu area khusus
seperti pada area MM (mini market) jika dibandingkan berjualan bebas di area
pesantren.
Setiap momen wali santri datang menjenguk, tingkat kebersihan menjadi berkurang.
Karena banyak wali santri yang tidak sama pola kebersihannya. Membiasakan anak-
anak untuk peka terhadap kebersihan lingkungannya.
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari?
N : Untuk tataran guru menurut saya sudah, walaupun tidak semua. Sekitar 90%
mayoritas sudah cukup konsen terhadap kebersihan.
Namun untuk siswa sendiri yang masih dalam proses pendewasaan dan masih perlu
dibimbing. Namun dalam praktik kegiatan sehari-hari bisa diatas 75%
P : Apakah setiap ruangan telah tersedia tempat sampah?
N : Tempat sampah tersedia di luar ruangan, minimal setiap 2 kelas terdapat 1
tempat sampah besar
P : Bagaimana penggunaan air?
N : Saya pikir tidak boros, karena dibagian RTP itu ada yang bertanggung jawab
masalah pengairan. Dan kami juga idak pernah sampai kehabisan air juga tidak
pernah membiarkan air terus mengalir tanpa ada pemakainya
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Bapak pimpinan pesantren. KH. Mad Rodja
Ciputat, 7 November 2016
Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien
Abdullah Hudri, S.S, M.Pd
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Ust. Gipin Gustopa, S. Pd.I (Guru B. Arab, Tafsir dan Wali Asrama)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Minggu, 30 Oktober 2016 pukul 08.41 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Apakah hakikat dari bersih?
N : Bersih itu nyaman, wangi, harum, tidak mengganggu yang lain. jika ingin belajar
lingkungannya nyaman, saat mau dipakai juga nyaman. Kalau sudah tidak nyaman di
asrama biasanya karena tong sampah belum dicuci dan baunya sudah tercium, maka
perlu segera dibersihkan. Sehingga jika ada tamu yang datang berkunjung pun merasa
nyaman dengan lingkungan yang bersih.
P : Apa saja manfaat dari hidup bersih dalam pengaruhnya dalam proses pendidikan?
N : Sangat banyak. Karena kalau dalam sebuah mahfudzot kelas 1 dikatakan annadzo
fatu minal iman, kata-kata untuk bekal hidup anak-anak di pesantren.
Seperti jika kamar mandinya kotor, maka akan berpengaruh pada pakaian. Sehingga
menjadikan tidak sah sholatnya apabila ada kotoran menempel di pakaian. Jika asrama
tidak bersih belajarnya jadi terganggu dan tidak nyaman.
P : Apa saja kegiatan kebersihan yang ada di sekolah dan asrama?
N : Seminggu sekali ada tanziful amm. Untuk kebersihan kelas dan asrama ada jadwal
piketnya. Kemudian biasanya ada penilaian kebersihan kamar dan kelas setiap
bulanyang dilakukan oleh bagian OPDM. Adapun program yang biasanya dilakukan
pada peringatan hari raya muharram (kegiatan tahunan). Pada kegiatan ini santri
disebar untuk membersihkan mesjid-mesjid sekitar wilayah jabon.
P : Bagaimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kebersihan?
N : Hambatan yang terjadi pada saat kegiatan berlangsung, seperti jika ada yang sakit
maka kegiatan bersih-bersih hanya dilakukan oleh satu atau dua orang sehingga waktu
memulai kegiatan KBM menjadi terlambat.
P : Apakah ada kegiatan penghijauan di sekolah?
N : Ada. Tepatnya pada tahun 2003. Seperti penanaman pohon jati di sekitar
lingkungan pesantren. Sekarang ini kegiatan penghijauan dilakukan pada tanaman
atau pohon yang sudah rusak.
P : Apakah warga sekolah bisa menjaga kebersihan lingkungannya?
N : Anak-anak masih perlu diarahan. Selama para guru selalu menerapkan insya Allah
anak-anak juga bisa . karena manusia sifatnya berbeda-beda terkadang masih ada
sebagian guru yang cuek terhadap kebersihan juga ada yang rajin dan perhatian sekali
dengan kebersihan. Itu semua tergantung dari dari kesadaran diri masing-masing .
Tapi selama ini alhamdulillah mudah diarahkan dan saling mengingatkan dan insya
Allah semuanya perduli terhadap kebersihan.
P : Apakah ada peraturan tertulis dan nontertulis terkait dengan kebersihan?
N : Di asrama ada tata tertib kebersihan dan biasanya ada banner juga di
asrama,tepatnya di gedung palestina serta ada juga di buku orientasi santri
P : Bagaimana penggunaan plastik di sekitar sekolah dan asrama?
N : Sejauh ini hanya sebatas pengelolaan sampahnya saja dan untuk penggunaannya
tidak ada batasan-batasan. Selama ini yang penting santri bisa buang sampah pada
tempatnya. Setelah itu sampah-sampahnya dibakar, dan prosesnya pembakarannya
ada di tempat khusuus pembakaran yang ada di luar pesantren.
P : Bagaimana penggunaan air ?
N : Ketika kegiatan tanziful amm, semua jalanan disiram dan disikat. Selokan disikat
semua lumut-lumutnya, menurut saya anak-anak santri masih boros dalam
menggunakan air jika tidak diingatkan. Karena anak-anak santri masih perlu
pengawasan dan bimbingan.
P : Bagaimana cara guru menjadi contoh teladan bagi santri-santrinya?
N : Praktek yang lebih menyentuh ke anak. Gurunya memberikan contoh baik dengan
berpakaian bersih dan tidak buang sampah sembarangan.
P : Bagaimana cara guru menjaga kebersihan ruang kerjanya?
N : Yang paling penting dalam ruang kerja guru ada yang sabar menjaga kebersihan.
Kalau dari guru masing-masing cukup merapikan barangnya keperluannya saja.
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah dan asrama?
N : Santri. Sebenarnya ketika santri tidak ada maka yang melakukan bersih-bersih
adalah karyawan office boy (OB). Tapi jika ada santri di kelas berarti tanggung jawab
kebersihan kelas itu menjadi tanggung jawab santri dari awal masuk kelas sampai
pulang. Ada juga bulis asrama untuk menjaga kebersihan dan keamanannya. Santri
menjadi penanggung jawab seluruhnya. Terutama pada kegiatan kebersihan mingguan
yang disebut tanziful-amm pada hari jumat pagi.
P : Apakah ada kegiatan kebersihan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah dan asrama?
N : Kegiatan tahunan (muharram) dan Tanziful amm. Pada kegiatan ini bagian
OPDM, wali kelas dan wali asrama ikut mengawasi kegiatan.
P : Bagaimana cara kepala sekolah dan guru saling bekerjasama dalam merawat lingkungan
dan memelihara sarana dan prasarana sekolah?
N : Guru disini memang sudah paham pesantren ini harus bersih. Jadi secara spontan
dengan bekerjasama membersihkan tempat yang kotor. Misalnya ada yang kotor, kita
langsung ambil sapu dan langsung bersihkan yang kotor. Namun, pemeliharaan sarana
dan prasarana memang agak kurang.
P : Apakah lingkungan fisik sekolah dan asrama sudah menunjang dalam pembentukan
budaya bersih?
N : Setiap hari jika ada yang terlambat masuk kelas atau ke mesjid, hukumannya
membersihkan sampah sekitar lingkungan.
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Bapak pimpinan. Dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti seperti
“sampah itu gak bakalan jalan sendiri, kalau bukan kita yang membuangnya” itulah
kata-kata yang sering beliau ucapkan kepada guru dan santri. Beliau selalu
memperhartikan hal-hal kecil yang berkaitan dengan kebersihan, apalagi hal yang
besar dan sudah jelas kelihatan dengan mata, itulah kenapa pondok ini selalu bersih,
karena dari pimpinannya sangat tegas dalam kebersihan.
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari?
N : Untuk selama ini sudah cukup baik. Karena jika diingatkan langsung bergerak.
P : Bagaimana guru mengajarkan nilai-nilai kebersihan kepada para santrinya?
N : Dikuatkan dari mudabbir (pengurusnya) yang praktik secara langsung. Dan
diajarkan secara praktik langsung bersama-sama menjaga kebersihan.
Ciputat, 10 November 2016
Guru MTs Darul Muttaqien
Gipin Gustopa, S. Pd.I
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Ust. Imron Wachidi, S. Pd (Guru Bahasa Inggris)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 19 November 2016 pukul 09.47 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Apakah hakikat dari bersih?
N : Hakikat bersih secara fisik berarti bersih badan dan bersih lingkungan sekitar.
Sedangkan bersih dalam konteks nonfisik berarti bersih hati dan rohani.
P : Apa saja pengaruh lingkungan bersih terhadap proses pendidikan?
N : Pengaruh lingkungan bersih terhadap proses pendidikan diantaranya belajar
menjadi nyaman dan enak serta meningkatkan konsentrasi santri dalam belajar.
P : Apakah ada kegiatan penghijauan di sekolah?
N : Ada. Karena di setiap lahan kosong yang ada di lingkungan pesantren, pasti
ditanami pohon-pohon atau tanaman. Ada bagian khusus pesantren yang menangani
kegiatan penghijauan yaitu manajemen RTP. Bagian dari manajemen yang khusus
mengatur pemeliharaan lingkungan yang ada di kawasan pesantren. Mulai dari
kebersihannya, tata ruang penghijauannya dan pemeliharaan lingkungan. Namun,
untuk pelaksaan kegiatan penghijauan itu sendiri biasanya disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhannya.
P : Bagaimana cara sekolah dalam menciptakan lingkungan yang bersih?
N : Dengan menyusun penanggung jawab dan pelaksana kebersihan, seperti : guru
piket, petugas kebersihan (OB) dan santri piket kelas dan asrama. Menyediakan
fasilitas kamar mandi yang cukup dan menyediakan tempat sampah yang cukup.
P : Bagaimana penggunaan plastik di sekitar sekolah dan asrama?
N : Plastik mencoba menekan untuk meminimalisir penggunaan plastik contoh
dengan penggunaan alat makan guru dan santri dengan alat yang berbahan keramik
dan stainless. Sehingga menghindarkan dari penggunaan plastik.
P : Bagaimana cara guru menjadi contoh teladan bagi santri-santrinya?
N : Sudah menjadi icon dalam agama islam, yang menyatakan bahwa kebersihan itu
adalah sebagian dari iman. Sehingga penerapannya bukan hanya sekedar slogan.
Karena sudah menjadi dalil, maka yang diperlukan adalah kegiatan yang nyata di
lapangannya. Kalau memang ada sampah, dibersihkan. Kalau belum rapi, dirapikan.
Khususnya pada saat sebelum KBM dimulai. Jika kelas masih dalam keadaan kotor,
maka perlu dibersihkan terlebih dahulu hingga kondisinya menjadi bersih dan siap
serta nyaman saat digunakan.
P : Bagaimana cara kepala sekolah dan guru saling bekerjasama dalam merawat lingkungan
dan memelihara sarana dan prasarana sekolah?
N : Dengan diberi pengarahan, di kontrol, dan ditindak. Biasanya kepala madrasah
memberikan arahan pada saat rapat guru dengan selalu mengingatkan tentang hal
kebersihan. Melakukan pengawasan dan pengontrolan oleh guru yang bersangkutan,
seperti guru piket dan wali kelas terhadap kegiatan piket dan kegiatan kebersihan
lainnya. Terakhir adalah menindak bagi para pelanggar kebersihan, dengan
pemberian hukuman yang sesuai. Kepala madrasah adalah orang yang selalu
memberikan contoh teladan bagi para guru, karyawan dan santri.
P : Apakah lingkungan fisik sekolah dan asrama sudah menunjang dalam pembentukan
budaya bersih?.
N : Sudah. Tersedianya tempat sampah, tempat pembuangan akhir sampah, alat
pengangkut sampah, alat-alat kebersihannya, sampai saat ini sudah memenuhi.
Karena alat-alat kebersihan baik di asrama maupun dikelas selalu ada. Dengan
tersedianya banyak tempat sampah yang hampir ada di setiap halaman ruangan.
Sehingga semua orang tidak akan merasa kesulitan untuk membuang sampah.
Karena memang sudah tersedia di berbagai tempat. Untuk perawatan terhadap alat-
alat kebersihan terdapat beberapa kendala, namun sampai sejauh ini tetap
terpelihara.
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Bapak pimpinan pesantren. Beliau banyak memberikan arahan melalui forum-
forum kegiatan pesantren. Dengan menyampaikan arahan kepada divisi-divisi
dibawahnya, dari masing-masing divisi menyampaikan kepada kepala bagian, dari
kepala bagian menyampaikan kepada staf-stafnya dan dari stafnya menyampaikan
kepada pengurus pelajar santri (OPDM) baru ke anggotanya hingga turun
temurun.Namun dalam implementasi kehidupan sehari-hari beliau sangat intens
terhadap masalah lingkungan. Terkadang kalau melihat ada sampah beliau ambil
sendiri sampah tersebut dan membuang pada tempatnya. Karena bapak pimpinan
adalah orang yang sangat menanamkan nilai-nilai kebersihan.
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari?
N : Insya Allah sampai saat ini sudah bisa menanamkan nilai-nilai kebersihan. Sudah
sangat baik jika dilihat dari kenyataan di lapangan. Walaupun masih ada santri yang
terlihat masih cuek terhadap kebersihan, namun jumlah santri yang kurang peduli
sangatlah kecil. Kebanyakan dari mereka sudah bisa menanamkan nilai-nilai
kebersihan dan didukung dari arahan yang sering diberikan oleh guru.
P : Faktor apa saja yang memengaruhi lingkungan bersih di madrasah dan pesantren?
N : Faktor utama berasal dari sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaku dari
kegiatannya. Pola perilaku bersih, pengarahan dari guru, bagaimana pengelolaan
sampah diturunkan melalui kegiatan piket sehari-hari. Seperti piket kelas dan piket
asrama yang semuanya saling terlibat sehingga berkaitan dengan saling menjaga
dan mengingatkan. Karyawan kebersihan yang biasanya bertugas untuk melakukan
finishing mulai dari pengangkutan sampah, pemilahan, penertiban, pembakaran
semua itu dilakukan oleh karyawan. Jadi yang bertanggung jawab terhadap
kebersihan adalah semua warga yang ada di lingkugan madrasah dan pesantren,
karena semua punya tanggung jawabnya masing-masing. Bahkan sampai guru-guru
pun kalau berjalan dan melihat ada sampah dan belum ada yang melihat sampah
tersebut, maka akan diambil sendiri dan dibersihkan sendiri. Secara moril semuanya
melakukan dan untuk kebijakannya siapapun yang melihat tempat itu kotor maka
akan segera dibersihkan. Bahkan jika kondisi kelas belum bersih dan belum
memungkinkan untuk memulai KBM maka kegiatan akan ditunda.
P : Bagaimana kerjasama masyarakat dan pesantren dalam memelihara kebersihan
lingkungan?
N : Untuk terjun langsung dalam kegiatan bersih-bersih mereka tidak terlibat. Namun
karena masyarakat sudah paham dan tau bagaimana proses kebersihan di pesantren,
kebanyakan dari mereka menghargai pesantren dengan tidak membuang sampah
sembarangan. Berdasarkan semua itu pesantren memfasilitasi masyarakat sekitar
dengan membuatkan bak sampah yang diletakkan di daerah jalan warga yang
berhubungan langsung dengan jalan pesantren, sehingga mempengaruhi kebersihan
lingkungan pesantren.
Ciputat, 26 November 2016
Guru MTs Darul Muttaqien
Imron
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Ustz. Yuliana (Guru Bahasa Arab)
Ustz. Dian Nurhidayah (Guru Muhadtsah)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien
Waktu : Minggu, 16 Oktober 2016 Pukul 11.00
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Menurut Ibu, apakah sesungguhnya hakikat bersih itu?
N : Bersih merupakan sebagian dari iman, sebagai muslim kita harus menjaga
kebersihan karena seseorang dapat dinilai dari tingkat keimanannya melalui kesadaran
atau kepekaan terhadap kebersihan.
النظا فة مه الإ يما ن
Kebersihan itu sebagian dari iman. Bersih itu indah, enak dipandang, nyaman, jika
suatu lingkungan kita bersih maka kita akan hidup sehat.
P : Apa saja manfaat dari lingkungan sekolah yang bersih dan pengaruhnya terhadap
kegiatan kependidikan?
N : Manfaat dari lingkungan sekolah yang bersih adalah terhindar dari penyakit-
penyakit, dapat menghirup udara segar dan bersih, dan lingkungan sekolah nyaman dan
indah dipandang
Pengaruhnya terhadap kegiatan kependidikan, jika lingkungan tidak bersih atau kotor
dan bau sampah kegiatan belajar menjadi tidak nyaman, risih dan tidak fokus.
Sebelum saya mulai mengajar pada saat masuk kelas dan kondisi kelas dalam keadaan
kotor maka saya minta petugas piket kelas untuk membersihkannya, masing-masing
sampah dibersihkan dulu baru saya bisa ngajar, karena kalau seperti itu tidak betah
melihatnya dan mungkin karena sudah biasa bersih ketika melihat hal-hal yang kotor
maka menjadi tidak nyaman.Penerapan nilai-nilai kebersihan pada santri kelas 7
memang harus sering diingatkan, diarahkan terus. Cara mengajarkannya, selain
diingatkan juga selalu diawasi.
P : Apa yang ibu ketahui tentang budaya hidup bersih ?
N : Budaya hidup bersih yakni dengan cara membuang sampah pada tempatnya, sering
membersihkan tempat-tempat yang kotor dan menjaga kebersihan lingkungan.
P : Faktor apa saja yang dapat memengaruhi lingkungan bersih ?
N : faktor-faktor yang dapat memengaruhi lingkungan bersih di sekolah dari kesadaran
guru-guru dan murid dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah, adanya kemauan
untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan
P : Apa saja kegiatan kebersihan yang ada di sekolah dan asrama?
N : Piket asrama dan piket kelas sudah setiap hari ada jadwalnya sekitar 4 sampai 5
orang piket kelas dan 2 orang piket asrama.
P : Bagaimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kebersihan?
N : Alhamdulillah. Karena santri sudah sering diingatkan maka hanya perlu diarahkan
saja pada saat kegiatan piket dan kegiatan kebersihan lainnya.
P : Apakah ada kegiatan penghijauan di sekolah?
N : Program penghijauan masuk ke dalam program organisasi yaitu OPDM (Organisasi
Pelajar Darul Muttaqien) dan pernah dilaksanakan pada tahun 2014. Dalam kegiatanya
dilakukan penanaman pohon di lingkungan dalam pesantren , bakti sosial dan bersih-
bersih mesjid yang ada di wilayah warga.
P : Apakah warga sekolah dan asrama peduli terhadap kebersihan sekolah dan asrama?
N : kepedulian itu adalah kesadaran pribadi masing-masing. Biasanya kami hanya
mengingatkan mereka langsung kerjakan tapi perlu diingatkan terus. Dan menurut saya
tingkat kepedulian warga sekolah sekitar 90%
P : Apakah ada peraturan tertulis dan nontertulis terkait dengan kebersihan?
N : Jika yang bersifat teknis seperti melihat sampah di jalan itu tidak ada peraturannya,
tapi terkadang mereka (santri) sudah berinisiatif sendiri untuk mengambil sampah
tersebut dan membuang pada tempatnya.
Peraturan tertulis hanya pada slogan-selogan yang ada di ruang pengasuhan. Akan
tetapi di area pesantren khsusunya sekolah belum ada slogan-slogan kebersihan.
P : Bagaimana penggunaan plastik di sekitar sekolah dan asrama?
N : Untuk saat ini belum ada batasan dalam penggunaan plastik baik di area sekolah
maupun asrama.
P : Bagaimana penggunaan air ?
N : Penggunaan air berbatas waktu. Air hanya dinyalakan pada saat-saat santri berada
di asrama. Untuk kebutuhan mandi, wudhu dan lain sebagainya.
P : Bagaimana cara guru menjadi contoh teladan bagi santri-santrinya?
N : Terkadang anak-anak itu tidak hanya mendengarkan kata-kata dari gurunya, akan
tetapi mereka juga perlu bukti berupa tindakan dari seorang guru. Seperti pungut
sampah dijalan, mereka seringkali tidak peka maka kita perlu ajarkan. Karena memang
dari pimpinan mencontohkannya seperti itu.
P : Bagaimana cara guru menjaga kebersihan ruang kerjanya?
N : Untuk ruang kerja guru ada OB yang membersihan lantai setiap harinya.
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah dan asrama?
N : Semuanya. Dengan adanya kontroling dari guru masalah kebersihan. Biasanya
divisi pendidikan juga keliling sekolah untuk mengecek kebersihan lingkungan sekolah.
Wakasek bidang pendidikan juga keliling untuk mengontrol kebersihan kelas.untuk
halaman dan jalanan yang membersihkan itu OB, namun untuk menjaga agar tetap
bersih adalah tanggung jawab santri.
P : Apakah ada kegiatan kebersihan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah dan asrama?
N : Sampai saat ini kegiatan bersih-bersih hanya melibatkan guru dan siswa.
P : Bagaimana cara kepala sekolah dan guru saling bekerjasama dalam merawat lingkungan
dan memelihara sarana dan prasarana sekolah?
N : Kita kerjasama dengan pengingatan kembali. Karena sudah terpatri dengan acuan
pimpinan, jadi kita langsung bergerak antara satu sama lain. guru-guru juga peka
dengan slaing mengingatkan. Kepala madrasah sering mengingatkan ketika rapat-rapat,
terutama pada saat rapat mingguan beliau selalu mengarahkan tentang kebersihan.
P : Apakah lingkungan fisik sekolah dan asrama sudah menunjang dalam pembentukan
budaya bersih?
N : Insya Allah sudah. Sejauh ini yang saya lihat lingkungan disini memang bersih dan
mendukung dalam kegiatan kebersihan .
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Pimpinan pondok. Ustad rodja itu selalu mengingatkan dan karena beliau memang
lebih mengedepankan kebersihan, karena kebersihan merupakan sebagian iman kita.
“Kenapa orang-orang non muslim saja bisa bersih seperti itu, mengapa kita sebagai
mulsim tidak bisa” seperti itu kata-kata yang beliau sering ucapkan.
Caranya beliau selalu mengingatkan dan praktik langsung. Kadang ketika beliau sedang
lewat naik motor, tiba-tiba berhenti ternyata beliau lihat sampah. Walaupun sampah itu
sangat kecil. Jadi para guru juga mempraktikkan ke anak-anak juga sama dengan
beliau. Setiap ada momen, beliau selalu mengingatkan kebersihan, karena kebersihan
menjadi salah satu poin penting pesantren.
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari?
N : Sudah bisa. Walaupun terkadang harus diingatkan kembali. Namun jika untuk
kebersihan dirinya sendiri sudah bisa, hanya terkadang anak masih kurang peduli jika
melihat temannya membuang sampah sembarangan atau melihat lingkungan sekitarnya
kotor.
Ciputat, 10 Oktober 2016
Guru Mts Darul Muttaqien
Yulianah dan Dian Nurhidayah
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Krisyanto (Petugas Kebersihan MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 09.30 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Menuru bapak, apakah sesungguhnya hakikat dari bersih?
N : Bersih adalah bebas dari kotoran, tidak bernoda. Karena kebersihan adalah
upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan
keji.
P : Apa saja manfaat dari lingkungan yang bersih?
N : Membuat lingkungan menjadi enak dan nikmat dipandang, kualitas udara yang
lebih baik, lingkungan yang jauh dari berbagai penyakit, kepuasan tersendiri bagi
warga lingkungan tersebut, kesehatan lingkunga yang terjaga dengan baik dan
mempermudah tugas dari tenaga kebersihan.
P : Apa yang bapak ketahui tentang budaya hidup bersih ?
N : Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai upaya
untuk menjaga kebersihan
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi petugas
kebersihan (OB) dalam menjaga kebersihan?
N : Sudah, tersedianya alat kebersihan seperti: sapu, tong sampah, kain pel, pengki
dan lain sebagainya
P : Bagaimana kepala sekolah menanamkan nilai-nilai kebersihan kepada para bawahannya?
N : Mengevaluasi hasil kerja dari petugas kebersihan
P : Bagaimana cara sekolah dan asrama dalam mengelola sampah yang ada?
N : Membakar sampah pada tempat pembakaran sampah
P : Apakah warga sekolah dan asrama peduli terhadap kebersihan lingkungannya?
N : Ya, seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori jalan ataupun
lingkungan lainnya.
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa
Ciputat, 17 Oktober 2016
Petugas Kebersihan
Krisyanto
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Rosyid (Petugas Kebersihan MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 10.37 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Menuru bapak, apakah sesungguhnya hakikat dari bersih?
N : Hakekatnya bersih itu adalah sebagian dari iman, dan kebersihan adalah pangkal
dari kesehatan
P : Apa saja manfaat dari lingkungan yang bersih?
N : Lingkungan dan kelas terasa lebih nyaman, terhindar dari penyakit, belajar lebih
tenang, dan memperlancar kerja otak siswa
P : Apakah ada program penghijauan? Bagaimana pelaksanaannya?
N : Selalu ada. Dengan melakukan perawatan terhadap pepohonan dan tanaman.
Biasanya waktu pelaksanaan tidak terjadwal.
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi petugas
kebersihan (OB) dalam menjaga kebersihan?
N : Sudah menunjang. Dibuktikan dengan banyaknya tempat pembuangan sampah
(tong sampah. Dan pengambilan sampah sudah terjdwal pada pagi, siang dan sore
hari.
P : Bagaimana kepala sekolah menanamkan nilai-nilai kebersihan kepada para bawahannya?
N : Kepala madrasah sangat mencontohkan nilai-nilai kebersihan kepada para guru,
karyawan dan santrinya. Dengan menegur OB yang bermalas-malasan dalam
melakukan tugasnya.
P : Bagaimana cara sekolah dan asrama dalam mengelola sampah yang ada?
N : Dibuang di tempat pembuangan sampah akhir yang berada di tanah wakaf.
Biasanya dikumpulkan sampah yang masih bisa didaur ulang kembali, seperti : botol
plastik, dan sampah biasa langsung dibakar.
P : Kapan karyawan kebersihan (OB) membersihkan lingkungan madrasah ?
N : Setiap hari dari sabtu sampai kamis. Karena libur pada hari jumat. Dilakukan
pada pukul 05.30- 15.00 WIB dan juga ada jeda waktu istirahatnya. Jika santri
sedang istirahat biasanya OB mengontrol kebersihan dengan keliling kelas dan
sekitar madrasah. Biasanya OB membersihkan halaman, yang banyak ditanami
pohon-pohon karena biasanya banyak daun berjatuhan dan membersihkan kamar
mandi madrasah.
P : Faktor apa yang mempengaruhi terhadap kebersihan lingkungan madrasah ?
N : OB hanya melakukan perintah dan tugas. Namun untuk pemeliharaannya seluruh
warga madrasah ikut terlibat. Meskipun masih ada beberapa santri yang perlu
diingatkan, karena masih kurang peduli terhadap kebersihan.
P : Apakah ada kegiatan kebersihan yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah dan asrama?
N : Biasanya dilakukan pada kegiatan Jumsih atau Jumat bersih. Melakukan kegiatan
bersih-bersih bersama dengan guru dan santri.
P : Apakah warga madrasah dan asrama peduli terhadap kebersihan lingkungannya?
N : Ya, warga asrama dan madrasah peduli kebersihan lingkungan. Seperti
membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori jalan ataupun lingkungan
lainnya. Karena mengikuti kebiasaan yang ada di madrasah dan pesantren. Karena
kebersihan disini adalah nomor 1 yang sangat diperhatikan.
P : Siapakah penggerak utama kebersihan?
N : Pimpinan pondok pesantren Darul Muttaqien
Ciputat, 17 Oktober 2016
Petugas Kebersihan
Rosyid
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Rais Tamir (Santri Kelas 2 MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 09.30 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Apa yang kamu ketahui tentang hidup bersih?
N : Hidup bersih itu membuat kita hidup senang dan betah di suatu tempat serta
terhindar dari segala penyakit.
P : Apakah nyaman tinggal di lingkungan yang bersih?
N : Sangat nyaman, karena dengan lingkungan bersih kita jarang terkena penyakit
P : Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang bersih, rapi dan asri?
N :Dengan memasang aturan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan
menyadarkan diri kita bahwa hidup sehat itu baik. dengan memperhatikan
lingkungan dan menatanya
P : Apakah kepala sekolah dan guru sudah menjadi contoh teladan yang baik ?
N :Sudah, karena jika atasannya saja kotor atau tidak memberikan contoh yang
teladan maka siswanya pun tidak akan menjaga kebersihannya
P : Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sampah berserakan di halaman sekolah atau
asrama?
N : menghukum orang yang merusak lingkungan dan membersihkannya
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah?
N : Semua warga sekolah
P : Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan bersama oleh seluruh warga sekolah?
N : Ada, yaitu tanzif fil’am
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi santri dalam
menjaga kebersihah?
N : Sudah
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari ?
N : Belum maksimal, dalam arti ada yang sudah dan ada yang belum.
Ciputat, 27 Oktober 2016
Santri kelas 2c MTs Darul Muttaqien
Rais Tamir
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Daffa Febrian (Santri Kelas 3 MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 10.00 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
Apa yang kamu ketahui tentang hidup bersih?
N : Hidup dengan kebudayaan yang bersih, seperti lingkungan yang bersih sehingga
tidak terjadi banyak penyakit dan hidup bersih itu suka membersihkan yang
kotor.
P : Apakah nyaman tinggal di lingkungan yang bersih?
N : Tentunya nyaman, karena tinggal di lingkungan yang bersih juga bisa membuat
tubuh semakin sehat.
P : Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang bersih, rapi dan asri?
N : Didasari dari diri masing-masing dan bergotong royong serta adanya kemauan
untuk hidup bersih, rapi dan asri tanpa ada sifat egoisme.
Dengan membeli investasi kebersihan sepert : sapu, pel, superpel dan lain-lain.
didukung pula dari adanya peraturan-peraturan agar siswa dapat
mewujudkannya.
P : Apakah kepala sekolah dan guru sudah menjadi contoh teladan yang baik ?
N : Sudah, karenanya pula kita dapat memahami kebersihan
P : Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sampah berserakan di halaman sekolah atau
asrama?
N : Membersihkannya agar terlihat rapi, asri dan bersih
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah?
N : Siswa dan guru juga terlibat dalam tanggung jawab terhadap kebersihan sekolah
P : Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan bersama oleh seluruh warga sekolah?
N : Ada, setiap hari jum’at untuk melakukan kegiatan pembersihan umum
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi santri dalam
menjaga kebersihah?
N : Sudah cukup memfasilitasi
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari ?
N : Sudah, walaupun masih ada yang belum menanamkannya
P : Siapakah penggerak utama dalam membudidayakan hidup bersih di sekolah?
N : Kepala sekolah dan para guru serta adanya inisiatif masing-masing dari siswa
Ciputat, 20 Oktober 2016
Santri kelas 3 MTs Darul Muttaqien
Daffa Febrian
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Maulvi Nizar (Santri Kelas 3 MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 08.00 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Apa yang kamu ketahui tentang hidup bersih?
N : Hidup bersih itu membuat kita hidup senang dan betah di suatu tempat serta
terhindar dari segala penyakit.
P : Apakah nyaman tinggal di lingkungan yang bersih?
N : Sangat nyaman, karena dengan lingkungan bersih kita jarang terkena penyakit
P : Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang bersih, rapi dan asri?
N :Dengan memasang aturan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan
menyadarkan diri kita bahwa hidup sehat itu baik. dengan memperhatikan
lingkungan dan menatanya
P : Apakah kepala sekolah dan guru sudah menjadi contoh teladan yang baik ?
N :Sudah, karena jika atasannya saja kotor atau tidak memberikan contoh yang
teladan maka siswanya pun tidak akan menjaga kebersihannya
P : Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sampah berserakan di halaman sekolah atau
asrama?
N : menghukum orang yang merusak lingkungan dan membersihkannya
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah?
N : Semua warga sekolah
P : Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan bersama oleh seluruh warga sekolah?
N : Ada, yaitu tanzif fil’am
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi santri dalam
menjaga kebersihah?
N : Sudah
P : Apakah warga MTs Darul Muttaqien sudah menanamkan nilai-nilai kebersihan dalam
kehidupan sehari-hari ?
N : Belum maksimal, dalam arti ada yang sudah dan ada yang belum.
Ciputat, 27 Oktober 2016
Santri kelas 3b MTs Darul Muttaqien
Maulvi Nizar
Transkip Wawancara
Peneliti : Rizka Choirunnisa
Nara Sumber : Arya Herdian (Santri Kelas 3 MTs Darul Muttaqien)
Tempat : Ruang Kepala Sekolah MA Darul Muttaqien
Waktu : Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 09.15 WIB
P : Peneliti
N : Nara Sumber
P : Apa yang kamu ketahui tentang hidup bersih?
N : Hidup yang sehat, dan bersih adalah sebagian dari iman.
P : Apakah nyaman tinggal di lingkungan yang bersih?
N : Nyaman, karena terhindari dari penyakit.
P : Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang bersih, rapi dan asri?
N : Menjaganya dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan reboisasi
di tanah gundul. Karena dulu disini ada tanah gundul dan sekarang sudah
ditanami berbagai macam tumbuhan dna tidak menumpuk sampah.
P : Apa saja kegiatan kebersihan yang ada di sekolah dan asrama?
N :Di asrama, biasanya membersihkan kamar sebelum berangkat ke sekolah dan
mesjid. Di madrasah ada piket kelas, dan tanziful amm pada hari jumat pagi untuk
membersihkan asrama, lingkungan pesantren dan mesjid. Pada tanggal 1 muharram
biasanya dilakukan kegiatan bersih-bersih mesjid sekitar area Jabon
P : Apakah kepala sekolah dan guru sudah menjadi contoh teladan yang baik ?
N :Sudah. Seperti Ustad Hasan yang mengajarkan untuk disiplin masuk kelas.
Meghukum santri yang terlambat masuk kelas, dan beliau sering mengingatkan
santrinya untuk disiplin.
P : Apa yang akan kamu lakukan jika melihat sampah berserakan di halaman sekolah atau
asrama?
N : Dipungutin sampah-sampah yang berserakan itu, dan menyuruh teman-teman
untuk keluar ruangan karena ingin dibersihkan. Mengingatkan kepada petugas
piket untuk melakukan tugasnya
P : Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah?
N : Semua warga yang ada di Pesantren Darul Muttaqien
P : Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan bersama oleh seluruh warga sekolah?
N : ada, seperti bersih-bersih asrama, lingkungan pesantren dan mesjid.
P : Apakah alat-alat kebersihan sekolah dan asrama sudah menunjang bagi santri dalam
menjaga kebersihah?
N :Sudah menunjang, karena setiap kali ingin digunakan alat-alatnya sudah tersedia.
Ciputat, 27 Oktober 2016
Santri kelas 3b MTs Darul Muttaqien
Arya Herdian
DENAH LOKASI MADRASAH DARUL MUTTAQIEN
PEDOMAN KEBERSIHAN MADRASAH
1. Memulai tugas jam 05.00 WIB dan sebelun jam 06.30 WIB semua gedung dan
lingkungan madrasah dalam keadaan bersih
a. Pembagian Tugas Kebersihan :
NO PETUGAS TEMPAT Pekerjaanya KET
1 Krisyanto
1. Ruang Rapat Tata Usaha
2. Kantor TU MTs & MA
3. Tempat Parkir
4. Jalanan sampai kedung rusunawa
5. Toilet Guru
Kerapihan
ruangan, bebas
dari kramat
(sarang laba-
laba), kaca dan
ventilasi angin
Putra
2 Marwi
1. Kantor Waka
2. Ruang Makan Guru
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Guru 2
5. Teras gedung Makkah
6. Lingkungan Gedung Makkah
Kerapihan
ruangan, bebas
dari kramat
(sarang laba-
laba), kaca dan
ventilasi angin
Putra
3 Badrutamam
1. Ruang kepala MTS & MA
2. Teras Gedung Mesir
3. Gedung Jedah
4. Teras Gedung Jedah
5. Toilet Siswa yg depan Jedah
sebelah kanan
agar
memperhatikan
kebersihan
lingkungan
sekitarnya
Putra
4 Dayat
1. Teras dan lingkungan Gedung
Yaman
2. Toilet Siswa depan Jedah sebelah
Kiri
agar
memperhatikan
kebersihan
lingkungan
sekitarnya
Putra
5 Rasyid
1. Mandinah
2. Leb. PAI
3. Kamar Mandi PAI
4. Halaman Leb. PAI
5. Toilet Siswa yang lama
Khusus di lab.
PAI : Kerapihan
ruangan, bebas
dari kramat
(sarang laba-
Putra
laba), kaca dan
ventilasi angin
6 Rohim/Idris
1. Kantor TU Putri
2. Gedung Khodijah
3. Lingkungan Gedung Khodijah
4. Toilet TU Pi
Kerapihan
ruangan, bebas
dari kramat
(sarang laba-
laba), kaca dan
ventilasi angin
(khusus di
Kantor)
Putri
7 Didi
1. Gedung Aisha
2. Lingkungan Gedung Aisha
3. Toilet Pi Gedung Aisha
agar
memperhatikan
kebersihan
lingkungan
sekitarnya
Putri
8 Salik
1. Gedung Safiyya & Zaenab
2. Lingkungan Gedung Safiyya &
Zaenab
3. Gedung Safiyya & Zaenab
4. Lingkungan Gedung Safiyya &
Zaenab
5. Toilet Pi Gedung Safiyya
agar
memperhatikan
kebersihan
lingkungan
sekitarnya
Putri
b. Membersihkan semua inventaris Kantor (meja, kursi dan lemari)
c. Melaksanakan jadwal piket (mengambil makan pagi dan siang, nyuci piring dan snack
)
d. Mengecek dan membersikan gedung dan lingkungan madrasah yang menjadi
tanggung jawabnya
e. Membersihkan ventilasi, plapon, kaca jendela dan bak mandi setiap seminggu sekali
(kamis siang)
2. Jam 06.30 WIB semua pekaerja kantor sudah berpakaian rapih (berkemeja/batik atau
berseragam) tidak dibenarkan bercelana jins pada waktu kerja
3. Menjaga peralatan rumah tangga madrasah
a. Melakukan pengecekan setiap saat
b. Setiap ada kerusakan dan kehilangan segera melapor ke Bagian Sarpras atau kepala TU
4. Menyiapkan perlengkapan rapat (seperti : ruangan, meja kursi dan konsumsi)
a. Menyediakan meja kursi sesuai kebutuhan
b. Ruangan harus rapih, bersih dan harum
c. Merapihkan kembali ruangan setelah selesai rapat
5. Membantu kelancaran kerja kantor seperti memphoto copy dokumen dll
6. Membuka dan mengunci pintu madrasah (Pagi : 06.00, Sore : 16.00)
7. Melaporkan kejadian-kejadian penting kepada bagian Sarpras atau kepala TU
8. Menyediakan makanan dan minuman untuk tamu madrasah.
9. Tidak membawa inventaris madrasah keluar lingkungan madrasah tanpa izin.
10. Memberitahukan kepada Kepala Madrasah atau Kepala Tata Usaha apabila berhalangan
masuk.
11. Jam 16.00, semua kantor dan sekolah sudah dalam keadaan rapi dan bersih :
a. Peralatan makan
b. Ruangan Kelas, Guru dan PKM
c. Kantor TU dan Kantor Kepala Madrasah.
12. Roling pembagian tugas dilakukan setiap enam bulan sekali awal semester 1 dan 2
Daftar Kelengkapan Alat-Alat Kebersihan Madrasah
No Nama Barang Jumlah
1 Sampu Ijuk 10
2 Sampu Lidi 10
3 Alat Pel 8
4 Pengki 8
5 Kored/Cangkul Kecil 5
6 Ember 8
7 Kanebo 6
8 Clein/Semprotan Kaca 6
9 Kemoceng 10
10 Sapu Panjang/Pembersih langit-langit 5
11 Vakum Cliner 2