strategi pemberdayaan mantan buruh migran wanita …etheses.uinmataram.ac.id/707/1/baiq ihtiar...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI PEMBERDAYAAN MANTAN BURUH MIGRAN WANITA
(Studi Kasus di Perkumpulan Panca KarsaMataram)
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Negeri Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Baiq Ihtiar Nalara Mandalika
NIM. 15.3.13.3.026
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
ii
MATARAM
2018
STRATEGI PEMBERDAYAAN MANTAN BURUH MIGRAN WANITA
(Studi Kasus di Perkumpulan Panca Karsa Mataram)
Oleh
Baiq Ihtiar Nalara Mandalika
NIM. 15.3.13.3.026
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2018
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Bermanfaat Bagi Manusia
Lainnya”
(HR. Ahmad, Thabrani)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk penulis dalam mengerjakan
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia penulis haturkan rasa
syukur dan terimakasih penulis kepada:
1. Untuk kedua orangtuaku, aku bangga bisa diberi kesempatan hidup bersama
kalian dalam suatu ikatan keluarga.
2. Untuk keluarga besarku yaitu keluarga besarku yang selalu menjadi wadah
untuk berbagi ceria, cerita, dan kebahagian serta sumber informasi dan
inspirasi. Betapa bahagianya bisa menjadi salah satu bagian dari kalian.
Terima kasih atas segenap cinta, kasih sayang, semangat, nasihat,juga kritikan
yang tiada henti terngiang selama ini. Kalianlah tempatku pulang di kala aku
kebingungan.
3. Terima kasih untuk dosen-dosenku, terutama dosen pembimbingyang tak
pernah lelah dan selalu sabar memberikan bimbingan dan arahan kepadaku.
4. Untuk para sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani
disetiap hariku. Terutama sahabat-sahabat seangkatanku 13 Generation
(TWL) dan PMI B yang senantiasa menemani perjuanganku, tiada hari yang
indah tanpa kalian semua, terima kasih.
ix
5. Terimakasih kepada saudara terbaikku Diya shima, Mutiah Zahra, Baiq Suci
Febri, Yunita Fatmawati, Rizkiya Mardotillah, Maliyana wahidah, Lalu
Kamarudin dan Sahiburrahman.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
wata’ala atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Mantan Buruh
Migran Wanita (Studi Kasus Di Perkumpulan Panca Karsa Mataram)”
Penelitian skripsi ini adalah upaya penulis memenuhi salah satu syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram.
Sholawat serta salam senantiasa tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW. Karena bilaulah yang menghantarkan kita semua dari
jalan yang berliku-liku menuju jalan yang lurus sehingga kita dapat menimbang mana
yang baik dan benar.Sehingga kita sebagai umatnya sudah sepatutnya senantiasa
berselawat kepada beliau agar kita mendapat syafaatnya di akhirat nanti.Amin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan, dorongan
semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada:
x
1. Dr. Suprapto. M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Habib Alwi, M.Si.
selaku dosen pembimbing II sekaligus Bapak Ketua Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam yang memberikan bimbingan, motivasi,
dan korekasi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah
kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih
matang dan cepat selesai.
2. Dr. Faizah, MA dan Irfan, MA. Sebagai penguji yang telah memberikan
saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. H. SUbhan Abdullah, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram dan seluruh stafnya yang
telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.
4. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Negeri Mataram (UIN)
Mataram yang telah meberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan
member bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus
tanpa pernah selesai.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis menekuni berbagai
mata kuliah dari awal hingga akhir studi di Universitas Islam Negeri
Mataram.
6. Seluruh staf akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Mataram yang telah telah membantu dan melayani penulis
dengan baik.
xi
7. Bapak Syamsudin selaku pimpinan Perkumpulan Panca Karsa Mataram
atas kewenangannya memberikan izin kepada peneliti dalam melakukan
kegiatan penelitian serta waktunya kepada peneliti selama tahap
pengumpulan data yaitu wawancara.
8. Ibu Endang susilowati selaku Koordinator program pemberdayaan Mantan
buruh migrant di Perkumpulan Panca Karsa Mataram dalam meluangkan
waktunya kepada peneliti dalam proses penngumpulan data yaitu
wawancara.
9. Ibu Hartutik Susilawati selaku pelaksana program untuk buruh migrant di
Perkumpulan Panca Karsa Mataram dalam menyempatkan waktunya
kepada peneliti selama melakukan kegitan proses pengumpulan data yaitu
wawancara.
10. Ibu Zahratun selaku koordinator ekonomi kerakyatan di Perkumpulan
Panca Karsa Mataram yang selal sabar dan ramah dalam memberikan
informasi dan bimbingan kepada peneliti selama proses penelitian
berlangsung.
11. Ibu Wiwin dan Nur selaku Pelaksana DESBUMI yang menyempatkan
waktunya kepada peneliti selama melakukan kegitan proses pengumpulan
data yaitu wawancara.
12. Ibu Hartawati, Aprianti selaku mantan buruh migran wanita yang
menyempatkan waktunya kepada peneliti selama melakukan kegitan
proses pengumpulan data yaitu wawancara.
xii
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada peneliti dari berbagai pihak
tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.Semoga skripsi ini dapat diterima dan
dapat menjadi sebagai bahan informasi bagi para akademisi bidang sosial dan bidang
ilmu lainnya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat berbagai
kekurangan dan kelemahan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis.Sehubungan dengan hal tersebut, penelitimengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.Dan semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada umumnya.Semoga kita
selalu mendapat rahmat dan karunia Allah SWT.Amin ya robbal ‘alamin.
Mataram, Januari 2017
Penyusun
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 6
C. Tujuan penelitian…………………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 8
F. Telaah Pustaka .................................................................................. 8
G. Kerangka Teoritik ............................................................................. 12
1. Strategi ........................................................................................ 12
2. Pemberdayaan………………………………………………….. 14
xiv
a. Pengertian pembeerdayaan.................................................... 14
b. Pendekatan Pemberdayaan .................................................... 16
c. Model atau bentuk Pemberdayaan…………………………. 17
d. Tujuan pemberdayaan……………………………………… 18
e. Prinsip pemberdayaan……………………………………… 19
f. Strategi pemberdayaan…………………………………….. 20
3. Pengertian Buruh Migran ............................................................ 21
H. Metode Penelitian.............................................................................. 24
1. Pendekatan Penelitan .................................................................. 24
2. Kehadiran Peneliti ....................................................................... 25
3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 25
4. Sumber Data ................................................................................ 25
5. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 26
6. Analisis Data ............................................................................... 31
7. Validitas Data .............................................................................. 33
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ............................................. 36
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 36
1. Letak Geografis Perkumpulan Panca Karsa Mataram ............... 36
2. Sejarah Singkat Berdirinya Perkumpulan Panca Karsa Mataram 36
3. Keadaan dan jumlah anggota ...................................................... 38
4. Jumlah pelaksana program…………….................................... .. 40
5. Sarana dan prasarana……………….. ......................................... 42
6. Struktur Organisasi Perkumpulan Panca Karsa Mataram ........... 42
7. Visi dan Misi Perkumpulan Panca Karsa Mataram ................... 44
8. Nilai-nilai prinsip yang dianut .................................................... 45
9. Ruang lingkup kegiatan............................................................... 46
B. Bentuk –bentuk pemberdayaan mantan buruh migrant wanita oleh
Perkumpulan Panca Karsa Mataram ................................................. 49
xv
C. Strategi Perkumpulan Panca Karsa Dalam Pemberdayaan Mantan
Buruh Migran. ................................................................................... 53
D. Kendala-kendala Perkumpulan Panca karsa Dalam Pemberdayaan
Mantan buruh migran wanita ............................................................ 58
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 62
A. Bentuk pemberdayaan mantan buruh migran wanita oleh
perkumpulan Panca karsa Mataram .................................................. 62
B. Strategi pemberdayaan mantan buruh migrant wanita Oleh
Perkumpulan Panca Karsa Mataram ................................................. 68
C. Kendala-kendala dalam pemberdayaan mantan buruh migran wanita
oleh perkumpulan Panca Karsa Mataram. ........................................ 71
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 75
A. Simpulan ........................................................................................... 74
B. Saran .................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 79
xvi
DAFTAR TABEL
Table 1 Daftar Batas desa,36.
Table 2 Jumlah Mantan Buruh Migran Yang Sedang di Berdayakan oleh
Perkumpulan Panca Karsa mataram,39.
Tabel 3 Pelaksana program Perkumpulan Panca Karsa mataram,41.
Table 4 keadaan jumlah Sarana dan Prasarana perkumpulan Panca Karsa
Mataram,42.
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi perkumpulan panca karsa Mataram,43.
Gambar2 Alur Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita Oleh
Perkumpulan panca Karsa Mataram,56.
xviii
ABSTRAK
Strategi Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita Studi kasus Di
Perkumpulan Panca Karsa Mataram
Oleh
Baiq Ihtiar Nalara Mandalika
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bentuk program pemberdayaan
mantan buruh miigran wanita yang telah diterapkan Perkumpulan Panca Karsa (PKK)
Mataram, strategi Perkumpulan Panca Karsa (PKK) Mataram dalam memberdayakan
mantan buruh migrant wanita dan kendala-kendala Perkumpulan Panca Karsa (PKK)
Mataram dalam memberdayakan mantan buruh migran wanita.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualtatif dengan mengumpulkan data
melalui proses wawancara dengan ketua Perkumpulan Panca Karsa (PKK) Mataram,
pelaksana program buruh migran Perkumpulan Panca Karsa (PKK) Mataram,
pelaksana Desbumi setiap desa, koordinator ekonomi kerakyatan dan koordinator
advokasi buruh migran serta mantan buruh migrant wanita. Selain itu, data yang
diperoleh bersifat keterangan-keteranga, informasi, dokumentasi, dan tidak berupa
angka. Adapun bentuk program pemberdayan mantan buruh migran wanita oleh
Panca Karsa Mataram a)pelatihan menjahit,b)pelatihan membuat tas, c) pelatihan
membuat abon, d)pelatihan membuat karpet, e)pembentukan kelompok pengelola
dana semi koprasi. Adapun strategi pemberdayaan mantan buruh migrant wanita oleh
Panca karsa Mataram menggunakan aras mezzo dimana pemberdayaan dilakukan
terhadap sekelompok klien dan kerjasama. Adapun kendala dalam pemberdayaan
mantan buruh migrant wanita oleh Panca Karsa mataram a) kurangnya tenaga ahli, b)
kurangnya anggaran dana dan dukungan pemerintah, c)pola pikir masyarakat,
d)keterbatasan waktu, e)taraf pendidikan rendah.
Kata kunci: Strategi, Pemberdayaan, Mantan buruh migran wanita
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Kemiskinan yang ada ditengahmasyarakat dilatarbelakangi dengan berbagai
macam faktor, sesuai dengan wilayah dan keadaan yang mengitari suatu kelompok
masyarakat tersebut. Diantara faktor-faktor penyebab kemiskinan secara umum
adalah rendahnya kapabilitas dan sumber daya alam bagi proses produksi primer,
adanya keterbatasan penguasaan faktor produksi pertanian, khususnya lahan usaha,
keterbatasan lapangan kerja dan lapangan usaha, keterbatasan alternatif pilihan
teknologi budidaya untuk komoditi pertanian yang ekonomis, keterbatasan info,
pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi usaha dan kesempatan, kebijakan
pemerintah yang lebih menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang berdampak
buruk terhadap masyarakat miskin, belum berfungsinya ke Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat miskin.
Keterbatasan lapangan pekerjaan didalam negri bagi masyarakat miskin yang
kebanyakan memiliki tingkat pendidikan rendah membuat banyak orang lebih tergiur
mencari pekerjaan keluar negri,selain lapangan pekerjaan yang lebih banyak
perbedaan upah minimum masyarakat (UMR) karna nilai mata uang (KURS) yang
lebih tinggi menjadikan bekerja diluar negri tetap menjadi pesona di kalangan
masyarakat terlebih masyarakat miskin dengan pendidikan rendah, karna tuntutan
hidup yang terus meningkat menjadi alasan beberapa orang lebih memilih menjadi
2
buruh migran demi mencukupi kehidupan mereka karna penghasilan yang didapatkan
lebih banyak karna pengaruh perbedaan mata uang, karna ini pula menjadikan
beberapa negara tetap menjadi pesona bagi muruh migrant terutama wanita
diantaranya; Malaysia, Taiwan, Hongkong, Saudi Arabia, dan beberapa negara
lainnya.
Buruh migran yang baru pulang kebanyakan dari mereka menggunakan uang
hasil bekerja selama menjadi buruh migran untuk membeli barang yang tidak
produktif seperti rumah, sepeda motor, hal-hal yang tidak dapat menunjang usaha
sehingga ketika uang habis tidak digunakan untuk modal usaha itu yang membuat
mereka pergi miskin pulang miskin karna tidakmampu memberdayakan dirinya
sendiri.
Dan ketidakberdayaan adalah keadaan dari masyarakat yang hidup serba
kekurangan, keterbelakangan, dan ketertinggalan yang terjadi bukan karena
dikehendaki manusia. Lalu ada beberapa permasalahan dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat, diantaranya; Pertama, seseorang termasuk tidak berdaya,
kalau ia miskin, bisa dilihat dari tingkat income tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum, karena terlalu besarnya jumlah anggota keluarga atau
karena rendahnya produktifitas, menganggur setengsh menganggur, rendahnya
pendidikan dan terbatasnya skill serta rendahnya tingakt kesehatan gizi dan itu turun
temurun kepada generasi berikutnya. Kedua, Upaya utk mengurangi masyarakat
miskin yang tidak berdaya akan semakin sulit karena penduduk miskin yang tersisa
adalah yang paling rendah kemampuannya untuk dapat menolong diri.
3
Nusa Tenggara Barat (NTB), sebuah provinsi yang terletak diwilayah Indonesia
bagian timur, merupakan wilayah yang tidak terlalu membanggakan. Provinsi ini
terkategorikan sebagai salah satu dari sepuluh provinsi termiskin
diIndonesia.Kategori ini diakui atau tidak, memang bisa dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari.1
Berbagai pemberdayaan yang dilakukan diantaranya adalah bantuan sosial,
modal usaha, dan perbaikan infrastruktur diberbagai wilayah di NTB. Pengentasan
kemiskinan tidak lagi berbentuk bantuan lepas tetapi terpola, yakni bukan hanya
pemberian bantuan dari rumah ke rumah, melainkan menyasar komunitas miskin atau
kelompok marginal yang tinggi aspek kemiskinannya, seperti nelayan dan
kemiskinan di kalangan warga pendatang ke perkotaan.
Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama pembangunan, ini
terkait dengan teori sumber daya manusia yang memandang mutu penduduk sebagai
kunci utama pembangunan.2
Menurut Ihromi, perempuan dalam keluarga berpenghasilan rendah memiliki
potensi yang terbatas untuk meningkatkan derajat kesehatan diri dan keluarganya,
disebabkan kemiskinan, dan sering menyita waktunya untuk mencari penghasilan
tambahan yang mengalami kesulitan karena pendidikan terbatas, dan situasi makin
memburuk bila perempuan itu merupakan kepala keluarga.3
1Atun Wardatun, Perempuan NTB Mendunia, Siapa Takut?(Mataram: Alam Tara Institute, 2011), h. 43
2Anwar,Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 3
3Anwar, manajemen pemberdayaan perempuan (bandung:alfabeta,2007),h.3
4
Pada sisi yang lain, sebagaimana provinsi NTB yang dikenal sebagai pemasok
TKI/TKW, menjadi permasalahan yang serius pula. Banyaknya minat untuk memilih
menjadi buruh migran menjadi fenomena modern di kalangan masyarakat kita. Dapat
ditemukan hampir di setiap desa ada yang bekerja sebagai buruh migran, bahkan di
desa tertentu para perempuan dewasa sangat jarang dijumpai dikarenakan mereka
pergi mencari nafkah sebagai buruh migran. Fenomena ini terjadi lebih banyak di
kabupaten Lombok Tengah dan Sumbawa Barat.4 Tak heran lagi jika dalam satu
rumah, anak tinggal bersama ibunya saja atau ayahnya saja.
Disisi yang berbeda, keterpurukan ekonomi, kemiskinan, ketidakberdayaan, lagi-
lagi menjadi alasan memaksa perempuan untuk berjuang meneruskan hidupnya
survive5.Perjuangan perempuan menargetkan daya jangkau yang lebih jauh terutama
konteks NTB yang nasib perempuannya masih menjadi ratapan. Membangkitkan
kesadaran perempuan untuk maju dan mengisi ruang dan kesempatan terhadap akses,
partisipasi, kontrol, dan manfaat untuk perempuan adalah agenda besar. Agenda ini
adalah juga agenda kemanusiaan universal dan menjadi tanggung jawab bersama,
simultan, integratif, dan berkesinambungan.6
Tidak sedikit yang bernasib mujur, kerja di luar negri pulang dengan membawa
uang yang cukup, namun banyak lagi yang pulang menanggung derita yang dalam.
Dari duka pelecehan seksual hingga duka kematian rata-rata mereka pergi miskin
4Ratna Mulhimmah, “Perempuan dalam Belitan Problem Ketenagakerjaan”, Jurnal Qawwam,
Vol. 4, No.2, 2010, h. 114 5Ibid,h. 115
6Atun Wardatun, Perempuan NTB Mendunia, Siapa Takut?(Mataram: Alam Tara Institute, 2011), h. 12
5
pulang miskin, tidak terkecuali mereka yang berhasil mengumpulkan hasil yang
lumayan, karena uang habis dalam sekejap untuk hal-hal yang komsumtif: bangun
rumah, dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya sedikit sekali yang mampu
mengelola uang mereka menjadi kegiatan yang produktif.
Berdasarkan observasi awal, Dalam kaitannyaperkumpulan Panca Karsa
Mataram sebaga organisasi non profit yang bergerak dibidang pengembangan
swadaya masyarakat, khususnya bagi kaum wanita, yang banyak mengurus tentang
masalah pekerja migrant lintas Negara berupa terjadinya deportasi tenaga kerja
Indonesia (TKI), ketelantaran diluar negeri, berbagai tindak kekerasan, exploitasi,
telah menimbulkan persoalan nasional, bilateral, dan internasional yang rumit.
Masalah-masalah tersebut timbul tidak diperkirakan sebelumnya oleh siapapun, baik
oleh lembaga bahkan Negara yang sudah terorganisir atau tidak terorganisir akan
mengakibatkan korban mengalami gangguan fisik, psikologis, dan sosial sebagai
dampak dari pengalaman traumatis yang dialami.7
Selain dari kasus saat mereka berada diLuar Negri ada juga masalah yang tidak
kalah penting yang dihadapi para mantan buruh migran yaitu masalah mengelola hasil
bekerja selama menjadi buruh migran fenomena pergi miskin pulang miskin inilah
yang membuat panca karsa mulai membentuk program pemberdayaan juga untuk
mantan buruh migran terutama mantan burh migran wanita.
Berdasarkan uraian observasi awal di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
hal yang terkait tentang peran sebuah lembaga dalam pemberdayaan mantan buruh
7Observasi, 20-01-2017
6
migrantwanita yang tersusun dalam judul penelitian: “Strategi Pemberdayaan Mantan
Buruh Migrant Wanita Studi Kasus Perkumpulan Panca Karsa Mataram”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang tersebut diatas, pokok-pokok permasalahan
yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Bentuk Program Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita
Yang Telah Diterapkan Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Mataram?
2. Bagaimana Strategi Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Mataram Dalam
Memberdayakan Mantan Buruh Migran Wanita ?
3. Apa Saja Kendala-Kendala Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Mataram Dalam
Memberdayakan Mantan Buruh MigranWanita ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui bentuk program yang telah dijalankan Perkumpulan Panca-
karsa (PPK) Mataram dalam memberdayakan mantan buruh migran wanita.
2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan perkumpulan panca karsa (PPK)
Mataram dalam memberdayakan mantan buruhmigran wanita.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Perkumpulan Panca Karsa (PPK)
Mataram dalam memberdayakan mantan buruh migrant.
7
D. Manfaat Penelitian
1) Teoritis
Adapun manfaat secara teoritis, hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagibanyak kalangan masyarakat luas, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
bagaimana konsep pemberdayaan bagi perempuan dalam hal menurunkan
kesenjangan yang terjadi dari faktor sosial budaya masyarakat kita.Serta memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai tatacara pembinaan mantan buruh migran,
serta diharapkan dapat memberikan konstribusi atau masukan bagi ilmu pengetahuan,
khususnya patologi sosial dan dasar-dasar pengembangan masyarakat.
2) Praktis
Adapun manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai bahan acuan untuk merumuskan
kebijakan-kebijakan dalam pemberdayaan perempuan. Sementara bagi kalangan
peneliti dan akademisi, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi tambahan
untuk melakukan studi-studi kritis terkait bagaimana konsep manajemen
pemberdayaan bagi perempuan lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Perkumpulan Panca Karsa Mataram yang
berlokasi diDesa Bagek Polak Kecamatan Labu Api Lombok Barat, yang dimana
lokasi ini dapat ditempuh dengan waktu sepuluh menit dari kota Mataram dan dapat
ditempuh dengan waktu satu jam dari bandara Internasional Lombok.Dimana
Perkumpulan Panca Karsa Mataram adalah sebuah organisasi swasta non profit, yang
8
bergerak dibidang pengembangan swadaya masyarakat, khususnya bagi kaum wanita
dan anak-anak.
F. Telaah Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis
lakukan, yang menjadi telaah pustaka dalam penelitian yang penulis lakukan ini
adalah sebagai berikut:
Wahab Wahabi, fenomena istri sebagai buruh migran dan kasus perceraian (Di
Desa simpar Kecamatan Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang)dalam
penelitiannya peneliti terdahulu meneliti tentang, faktor faktor apa saja yang
mendorong fenomena munculnya istri sebagai buruh migran , dampak istri sebagai
buruh migran bagi keluarga yang ditinggalkan, dan tinjauan hukum islam terhadap
fenomena istri sebagai buruh migran. fenomena istri sebagai buruh migran sudah
menjadi profesi tetap di desa terkait hal ini didorong oleh tuntutan ekonomi keluarga,
pekerjaan suami yang tidak tetap, fenomena ini menyebabkan tidak mungkin
terjadinya hubungan sering, mereka dengan keluarga (suami dan anak) maka dari itu
dalam memenuhi kebutuhan nafkah ekonomi keluarganya tidak dilakukan secara
langsung. Adapun hasil kerja sebagai istri, sebagai istri buruh migran desa simpar
digunakan sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, berfoya-
foyansuami dan memenuhi tempat tinggal bagi keluarganya.8
8 Wahab wahabi, fenomena istri sebagai buruh migran dan kasus perceraian(skripsi,UIN Malik
Ibrahim,Malang 2009)
9
Adapun persamaan Peneliti terdahulu dengan Peneliti yang sekarang adalah
sama-sama meneliti tentang buruh migran wanita. Perbedaannya Peneliti terdahulu
dengan Peneliti sekarang adalah pada fokus penelitian, Peneliti sekarang meneliti
tentang pemberdayaan ada mantan buruh migran wanita yang dilakukan oleh lembaga
Panca Karsa Mataram sedangkan Peneliti terdahulu meneliti tentang faktor-faktor
seseorang menjadi buru migran wanita.
Abdurrasid,Strategi lembaga PPK dalam menanggulangi anak korban exploitasi
di desa suka makmur kecamatan gerung Lobar. Dalam skripsinya Abdurrasid
mengadakan penelitian pada lembaga yang sama dengan tempat atau lembaga yang
akan saya teliti nantinya, tapi dalam konteks penelitian yang berbeda, Abdurrasid
meneliti tentang strategi PPK dalam menanggulangi anak korban exploitasi,
sedangkan peneliti disini akan meneliti subyek berbeda, peneliti akan meneliti tentang
analisis kebutuhan mantan buruh migran wanita di PPK Mataram dalam penguatan
ekonomi.9
Dalam penelitiannya Peneliti terdahulu meneliti tentang Bagaimana strategi PPk
dalam menanggulangi anak korban exploitasi , Apa saja bentuk kekerasan yang di
alami anak korban exploitasi, Kendala-kendala apa saja yang di alami PPK selama
menanggulangi masalah anak korban exploitasi.
Dari hasil penelitian dapat ditemukan jawaban dalam menanggulangi anak
korban exploitasi PPK memiliki beberapa strategi yaitu pemberian pendidikan pada
Abdurrasid,Strategi lembaga PPK dalam menanggulangi anak korban exploitasi di desa suka
makmur kecamatan gerung Lobar (skripsi.IAIN Mataram,2015)
10
anak sejak usia dini hingga batas wajib belajar dan pemberian kereatifitas dan
keterampilan pada anak. Lalu bentuk kekerasanyang pernah di alami anak-anak
korban exploitasi yaitu kekerasan fisik dan seksual.Dan terakhir kendala-kendala
lembaga PPK dalam menanggulangi anak korban exploitasi yaitu pada kendala
tempat pembinaan, serta pola pikir masyarakat yng masih lebih mementingkan
penghasilan dari pada pendidikan dan kondisi cuaca yang tak menentu.
Oleh karena itulah maka penelitian yang kami lakukan sangatlah perlu
mengingat banyaknya penelitian yang dilakukan hanya pada bagaimana pola
pengembangan yang dilakukan pada sektor internal saja dengan menyampingkan
bagaiman pola manajemen pada lembaga tersebut.
Adapun persamaan antara Peneliti terdahulu dan Peneliti sekarang sama-sama
meneliti tentang peranan sebuah organisasi (Perkumpulan Panca Karsa Mataram)
dalam pemberdayaan sebagai organisasi yang konsen dalam membantu masyarakat
menangani masalahnya dalam bidang Buruh Migran dan korban exploitasi.
Adapun perbedaan Peneliti terdahulu dengan Peneliti sekarang adalah, Peneliti
dahulu meneliti tentang strategi panca karsa dalam pemberdayaan korban exploitasi,
sedangkan Peneliti sekarang meneliti tentang strategi Panca Karsa dalam
pemberdayaan mantan buruh migran oleh panca karsa mataram.
Harjono, “model pemberdayaan pusat kegiatan belajar masyarakat dalam
pengelolaan program pendidikan kesetaraan berbasis life skill &kewirausahaan”.
Adapun focus penelitian yang diangkat adalah faktor pendukungdan penghambat
11
model pemberdayaan, serta peluang dan tantangan pengelolaan pendidikan kesetaraan
berbasis life skill & kewirausahaan.
Penelitian tersebut hanya mengenai bagaimana ide terhadap pola pengembangan
dari sebuah Pemberdayaan yang dilakukan peneliti yang bersifat pada pemecahan
masalah internal karena membahas tentang model pemberdayaan atas program yang
akan dilaksanakan .
Adapun persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama sama
meneliti tentang pemberdayaan masyarakat apa saja pendukung dan kendala dalam
pemberdayan masyarakat yang dilakukan.
Adapun perbedaannya dadalah objek penelitian yang berbeda , peneliti terdahulu
melakukan penelitian terhadap pemberdayaan masyarakat luas yang perlu
mendapatkan pemberdayaan seperti masyarakat miskin dan kurang berpendidikan
sehuingga tidak memeiliki kemampuan untuk memberdayajkan dirinya sendiri,
penilitian yang akan dilakukan sekarang lebih kepada pemberdayaan masyarakat
mantan buruh migrant yang tak mampu memberdayajkan dirinya sendiri setalah
pulang dari tempat bekerjanya diluar negri.10
10
Harjono, “model pemberdayaan pusat kegiatan belajar masyarakat dalam pengelolaan
program pendidikan kesetaraan berbasis Life Skill & Kewirausaan”(skripsi, Universitas
Semarang,2007)
12
G. Kerangka Teoritik
1. Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Menurut Stephani K Marrus, strategi
didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.11
Adapula pendapat secara
khusus yang mengatakan, Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian,
strategi hamper selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dengan
apa yang terjadi.12
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan
yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan
strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan
tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan
strategi, yaitu:
11
Husein Umar, strategic management in action, (Jakarta, gramedia pustaka,2001),h31 12
Ibid
13
1) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di
masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang
dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
2) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi
oleh perusahaan dalam menjalankan misinya:
a. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors)
dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
b. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai
alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
c. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan jangka panjang.13
2. Pemberdayaan
a. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
yangmenjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya.Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan.Pemberdayaan artinya membuat
sesuatu menjadiberdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan.
13
Hariadi , 2005
14
Pemberdayaan dalambahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment
dalam bahasa Inggris.14
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompoklemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan.15
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merrian
Websterdalam Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian:
1. To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan.
2. Togive power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan.16
Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok
lemah.17
Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik
dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam
membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,
pekerjaan;
b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan
aspirasi dan keinginannya;
14
Risyanti Riza dan H. Roesmidi, Pemberdayaan Masyarakat (Sumedang: Alqaprint
Jatinangor, 2006) 15
Edi suharto,Ph.D CSR dan COMDEV investasi kreatif perusahaan di era
globalisasi(Bandung:Alfabeta,2010) 16
Ibid 17
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama,
2010), h. 59
15
c. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan
dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan;
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi
pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan,
kesehatan;
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal,
dan kemasyarakatan.
f. Aktifitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa;
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan
anak, pendidikan, dan sosialisasi.
b. PendekatanPemberdayaan
Pendekatan pemberdayaan adalah pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang
dapat disingkat lima P yaitu: Pemungkinan, Penguatan, perlindungan Penyokong
dan pemeliharaan.18
1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambat.
18
Suharto, (1997) h.218-219
16
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikimasyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan,melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok-kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang antar yang kuat dengan yang lemah, dan
mencegah terjadinya exploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis deskriminasi
dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan
harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan
dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang mempunyai kesempatan
berusaha.
c. Model atau Bentuk Pemberdayaan
17
Model atau bentuk dalam poemberdayaan akan menyesuaikan dengan modal
pemberdayaan yang dilakukan pelaku pemberdayaan,19
ada banyak contoh model
atau bentuk pemberdayaan masyarakat, setiap bentuk pemberdayaan memiliki
orientasi atau tujuan tertentu
1. Bantuan Sosial, pemberdayaan yang berorientasi pemberian bantuan yang
bersifat langsung (uang ataupun alat).
2. Pengembangan Kapasitas dan Aksesbilitas, pemberdayaan yang bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas teknis tertentu dan membuka akses bagi
kelompok yang terekslusi.
3. Pengorganisasian Masyarakat, pengembangan dan pelembagaan kesadaran
dan praktik kerjasama dalam suatu bidang yang bersifat khusus untuk
tujuan tertentu.
d. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekutan atau kemampuan dalam
berbagai hal.
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam
arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan , bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.
19 Kesi Widjajanti,2011,Jurnal Ekonomi Pembangunan volum 12,Universitas Negri Semarang,
Semarang, h.19
18
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatanya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan.
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.20
4. Membentuk individu dabn masyarakat menjadi mandiri, meliputi
kemandirian berfikir, bertindakdan mengendalikan apa yang mereka
lakukan.
5. Memiliki daya kemampuan , dimana daya kemampuan yang dimaksud
adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan efektif serta sumber
daya lainnya yang bersifat fisik atau material.
e. PrinsipPemberdayaan
Pelaksanaan pendekatan pemberdayaan berpijak pada pedoman prinsip
pekerjaan sosial.21
terdapat beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif
pekerja sosial.22
1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja sosial dan
masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.
20
Edi Suharto, , Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama,
2010), h. 58
21
Ibid hal 68 22
Suharto, 1997 hal.216-217
19
2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai actor atau subjek
yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-
kesempatan.
3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang
dapat mempengaruhi perubahan.
4. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khususnya
pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat.
5. Solusi-solusi yang berasal dari kompetensi khusus, harus beragam dan
menghargai keberagamaan yang berasal dari factor-faktor yang berada pada
situasi masalah tersebut.
6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting
bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan
mengendalikan seseorang.
7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri:
tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.
8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karna
pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.aan melibatkan
akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan
sumber-sumber tersebut secara efektif.
9. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif;
peemasalahan selalu memiliki beragam solusi.
20
10. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan
ekonomi secara paralel.23
f. StrategiPemberdayaan
Strategi pemberdayaan pada dasarnya mempunyai tiga arah yaitu:
1. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat
2. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan
pembangunan yang mengembangkan peran serta masyarakat.
3. Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur social ekonomi,
budaya dan politik yang bersumber pada partisipasi masyarakat.
Strategi pemberdayaan memiliki sifat dasaratau cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mudah diterimadan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana
dan pengelola atau acceptable
2. Dapat dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan atau accountable
3. Memberikan pendapat yang memadai dan mendidik masyarakat untuk
mengelola kegiatan secara ekonimis atau profitable, hasilnya dapat
dilestarikan oleh masyarakat sendiri sehingga menciptakan pemupukan
modal dalam wadah lembaga sosial ekonomi setempat atau sustainable.
23
Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan rakyat hal. 68-69
21
4. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan
dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas atau
replicable.24
Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara
kolektif. Menurutnya tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses
pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu. Dalam beberapa situasi,
strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada
gilirannya strategi inipun tetap berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti
mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain dari luar dirinya. Dalam
konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan dalam tiga aras atau
matra pemberdayaan yaitu:
1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-
tugas kehidupannya.
2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien
pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
24
Ibid hal. 66-67
22
keterampilan dalam sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapinya.
3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga strategi system besar, karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.
Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.25
3. Buruh Migran
Kurangnya lapangan pekerjaan sering menjadi alasan banyaknya masyarakat
Indonesia bekerja keluar negri, bekerja keluar negri sering diidentikkan dengan
para tenaga kerja yang bekerja serabutan diluar negri, apakah arti sebenarnya dari
tenaga kerja yang bekerja keluar negri atau yang disebut buruh migran.
Menurut Suharso dan Ana retnoningsih buruh adalah seorang yang bekerja
dapat upah (buruh pabrik, buruh tambang, buruh pelabuhan).26
Lalu menurut
A.Siti Soetami buruh adalah barang siapa yang bekerja pada majikan dengan
menerima upah,27
namun sesungguhnya peristilahan tersebut mempunyai arti
yang samayaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan upah
sebagai imbalannya.28
25
Ibid hal. 66-67 26
Suharso,Ana Retnoningsih,2012,kamus besar bahasa indonesiaedisi Lux,widya
karya,semarang,h.96 27
A.Soetami,2007 pengantar tatahukum Indonesia edisi revisi,PT Refika Aditama,Bandung 28
Daran Prints, 1994, Hukum ketenagakerjaan, PT. Citra Aditya Bakkti,Bandung,h.22
23
Definisi buruh migran atau pekerjamigrant itu sangat luas meskipun lebih
sering diartikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Luar
Negeri.Arti umumnya adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah
kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja. Guna
keperluan bekerja tersebut, pekerja migran akan menetap ditempat bekerja
tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Terdapat dua tipe pekerja migran, yaitu pekerja migran internal dan pekerja
migran internasional.Pekerja migran internal adalah pekerja yang bermigrasi
dalam kawasan satu negara.Contoh yang paling sering dan mudah dipahami
adalah urbanisasi dan transmigrasi.
Pekerja migran internasional itu adalah perseorangan yang bermigrasi ke luar
negeri untuk keperluan bekerja.Dengan Definisi tersebut, maka pekerja
diKedutaan Indonesia diNegara Asing adalah buruh migran atau pekerja migran.
Badan Nasional penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia
(BNP2TKI) menempatkan 148.285 TKI kesejumlah negara tujuan penempatan
sepanjang Januari - Agustus 2017.Para TKI tersebut tersebar di kawasan Asia
Pasifik, Amerika, Timur Tengah, dan Eropa.
Servulus Boboriti menjelaskan, penempatan TKI ke luar negeri di bagi dalam
dua sektor yaitu formal dan informal. Sebagaimana data yang ada, dari total
18.285 TKI yang sudah ditempatkan, jumlah TKI yang bekerja di bidang formal
mencapai 83.943 orang. Sedangkan TKI yang bekerja dibidang informal
sebanyak 64.342 orang.Dilihat dari latar belakang pendidikan para TKI yang
24
bekerja di luar negeri masih didominasi lulusan SD dan SMP dengan besaran
persentase mencapai 65%.Selebihnya beragam mulai dari tingkat SLTA hingga
perguruan tinggi.
Dari sisi gender, tenaga kerja dari Indonesia mayoritas perempuan
yaitusebanyak 93.641 perempuan.Persentase ini jauh lebih banyak dari sisi
gender disbanding laki-laki berjumlah 54.644 orang. Adapun pusat data
BNP2TKI mencatat sebanyak 5 daerah sumber TKI terbesar, yaitu Jawa Barat
sebanyak 31.027 orang, Jawa Tengah sebanyak 29.394 orang, Jawa Timur
27.381 orang, Nusa Tenggara Barat 23.859 orang, Sumatra Utara 11.952 orang.
Berdasarkan kabubaten/Kota yaitu tertinggi Kabupaten Lombok Timur 10.621
orang, Indramayu 10.390 orang, Lombok Tengah 6.917 orang, Cirebon 6.408
orang, dan Cilacap 5.448 orang.
BNP2TKI juga mencatat negara-negara yang menjadi tempat persebaran TKI
diluar negri dari 26 negara yang paling banyak terdapat TKI, tercatat beberapa
negara terbesar untuk penempatan TKI yaitu Malaysia, Taiwan, Hongkong,
Singapore, Saudi Arabia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, United Arab
Emirates.29
29
Liutan6.com,Jakarta (28/9/2017)
25
H. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan usaha mencari hubungan antar variabel untuk
menjelaskan suatu fenomena sosial.30
Didalam menjelaskan fenomena tersebut,
penelitian kualitatif selalu menekankan pada tiga aspek penting.Pertama, pada unit
analisis mikro di mana satuan yang diteliti dibatasi sedemikian rupa sehingga lebih
dapat dijelaskan secara terinci.Pembatasan ini memungkinkan penelitian
mendapatkan hasil yang mendalam.Kedua, penelitianbersifat holistik dalam arti
melihat obyek yang diteliti secara menyeluruh di dalam satu kesatuan. Suatu
fenomena di sini dilihat sebagai suatu keseluruhan (wholeness) dari sebuah proses
sosial budaya. Ketiga, penelitian kualitatif cenderung menekankan perbandingan
sebagai salah satu kekuatan karenaperbandingan ini juga yang membuat penelitian
kualitatif dapat menekankan proses dan dapat menegaskan konteks sosial dimana
suatu gejala itu muncul.31
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yang dimana
metode kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma,
strategi, dan implementasi model secara kualitatif, sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
30
Muhadjir,Noeng,2000,Metode penelitian kwalitatif,Yogyakarta,rake sarasin 31
Muhadjir,Noeng,2000,Metode penelitian kualitatif,Yogyakarta,Rake Sarasin
26
perilaku yang diamati.32
Karena data dan informasi yang peneliti kumpulkan lebih
banyak bersifat keterangan-keterangan atau penjelasan yang bukan berbentuk angka.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati dengan cermat
terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka
peneliti terjun langsung ke lapangan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini
berperan sebagai instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam kehidupan
subyek dalam waktu penelitian yang sudah ditetapkan peneliti untuk memperoleh
data sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Peneliti hadir sebagai pewawancara
atau pengumpul data tanpa mempengaruhi kehidupan subyek .33
jadi kehadiran
peneliti sebagai kunci dari penelitian ini.
3. Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang valid, akurat serta meyakinkan
yang berkaitan dengan Strategi perkumpulan Panca Karsa Mataram dalam
Pemberdayaan Mantan Buruh Migran diLombok,seorang ahli mengatakan bahwa
sumber data adalah subyek darimana data diambil atau diperoleh.34
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),
32
Bodgan dan taylor, (1995:5) 33
Moleong Lexi, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 82. 34
Suharsimi, Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 129
27
sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada.
Data primer dalam hal ini adalah data yang diperoleh dari kelompok
fokus/kelompok kepentingan atau data hasil wawancara penelitian yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari, seperti
para pendamping desa, pegawai atau staf perkumpulan Panca Karsa Mataram.
Serta dinas dan lembaga terkait dinas tenaga kerja dan transmigrasi seperti Badan
Nasional penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia(BNP2TKI), balai
pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (BNP3TKI), dan
Dinas Imigrasi.
Data sekunderdalam hal ini adalahdata yang diperoleh melalui pihak lain atau
sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat
kajian, atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian,
begitu pula dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dengan jenis
penelitian kualitatif, yang dimana metode kualitatif adah penelitian yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh wawasan tentang topik tertentu. Tehnik yang
28
digunakan pada metode kualitatif pada umumnya yaitu metode wawancara dan
observasi, fokus penelitian kualitatif adalah explorasi.Hal ini digunakan untuk
memperoleh pengalaman tentang hal yang mendasari, opini, dan motivasi.
Beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan secara sistematis.
Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat diulangi
kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk
ditafsirkan secara ilmiah.Secara umum observasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Observasi Partisipan
Adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer (peneliti) yang
secara langsung ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang
akan diobservasi.
2. Observasi Non Partisipan
Merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan
orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat.35
Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini peneliti menggunakan
observasi partisipan, karena peneliti akan mengambil data dalam Teknik
observasi ini antara lain:
a. Data tentang pelaksanaan program-program Perkumpulan Panca Karsa
dalam Pemberdayaan mantan buruh migran.
35
Margono, Ibid., h. 161-162
29
b. Lokasi pendampingan mantan buruh migran wanita
c. Strategi Perkumpulan Panca Karsa dalam memberdayakan mantan
buruh migran wanita.
d. Bentuk-bentuk kebutuhan mantan buruh migrant.
e. Kendala yang dihadapi Perkumpulan Panca Karsa dalam pemberdayaan
b. Wawancara
Tehnik wawancara atau interview merupakan cara untuk pengumpulan data
dengan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematis dan berdasarkan
pada tujuan penelitian, dengan kata lain wawancara adalah kegiatan
mendapatkan informasi secara langsung dengan memudahkan pertanyaan
kepada responden. Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai
dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta hindari
pertanyaan mnultiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building
raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan
control emosi negatife.36
Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur dan tidak terstruktur,dan dapat dilakukan dengan tatap
muka,maupun menggunakan telepon.37
1. Wawancara terstruktur
Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
36
Bungin,B,2007, penelitian kualitatif, Pranada Media Group, Jakarta 37
Sugiyono,2010, metodelogi penelitian pendidikan pendekatan
kualitatif,kuantitatif,Bandung,Alfabeta
30
apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa instrument
sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan
alat bantu seperti tap recorder, gambar, brosure dan amterial lain yang dapat
membantu dalam wawancara.38
2. Wawancara semistruktur
Wawancara semistruktur pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstuktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang di ajak
wawancara diminta pendapatnya, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.39
3. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara
yang dilakukan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.40
Sedangkan data-data yang diperlukan adalah terkait dengan fokus penelitian
yakni:
a. Pelaksanaan program-program dari perkumpulan Panca Karsa Mataram.
38
Sugiyono, 2006: h.318-140 39
Rickysukandar,blogspot.co.id/2011/03/teknik wawancara.html 40
Sugiyono,2006, h.138-140
31
b. Indikator Pencapaian atas program-program yang telah dilaksanakan oleh
Perkumpulan Panca Karsa Mataram.
c. Problematika pelaksanaan program-program dari Perkumpulan Panca
Karsa Mataram.
d. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi problematika pelaksanaan
program-program dari Perkumpulan Panca Karsa Mataram.
Adapun pihak-pihak yang akan diwawancarai adalah
a. Pimpinan Perkumpulan Panca Karsa Matararam
b. Koordinator program dan Pelaksana program (pegawai Panca karsa)
c. Pelaksana Desbumi desa terkait
d. Mantan Buruh migran wanita
Dalam penelitan ini peneliti menggunkan teknik wawancara terstruktur
karna wawancara terstruktur sesuai dengan praktek yang dibutuhkan oleh
peneliti.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya.41
41
Suharsimi, Op cit., h. 231
32
Jadi dapat dipahami bahwa metode dokumentasi merupakan metode yang
penting dalam penelitian ini, sebab data-data tertulis sangat menunjang dalam
menganalisis data.Data yang akan diambil memlalui tehnik ini yaitu:
1. Gambaran umum Perkumpulan Pancata yang Karsa Mataram.
2. Dokumen atau arsip yang berkaitan dengan pelaksanaan program
pemberdayaan Mantan buruh migrant oleh Perkumpulan Panca Karsa
Mataram.
3. Dokumen atau arsip BNP2TKI yang berkaitan dengan mantan buruh
migrant.
4. Struktur organisasi Perkumpulan Panca Karsa
5. Jadwal kegiatan
Adapun informan yang terkait dengan penelitian diatas yang akan
diwawancarai diantaranya:
a. Kepala pengurus Panca Karsa Mataram
b. Pegawai Panca Karsa Mataram
c. Pegawai Tata usaha BNP2TKI Nusa Tenggara Barat
d. Kepala BNP2TKI Nusa Tenggara Barat
e. Beberapa mantan buruh migran binaan Panca Karsa Mataram.
5. Analisis Data
Data yang telah peneliti kumpulkan selama mengadakan penelitian perlu
diolah dan dianalisis dengan penuh ketelitian, keuletan dan secara cermat
sehingga mendapatkan suatu kesimpulan tentang obyek-obyek penelitian yang
33
baik. Menurut Nazir “Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu
urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk
dibaca”. 42
Berdasarkan definisi tersebut, analisis data dapat dikatakan sebagai suatu
cara untuk mengolah dan memaparkan data secara terorganisir dan sistematis.
Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan aturan-aturan yang
ada sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam data ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih mengacu pada pengungkapan
data sesuai dengan realita dan tidak menggunakan data statistik. 43
Dengan demikian, analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis secara Interaktif dari Mile dan Huberman.44
Teknik analisis
ini terdiri dari tiga komponen yaitu, pertama reduksi data (data reduction),
dalam proses mereduksi data memiliki beberapa tahapan yaitu, sebagai berikut:
1. Tahap editing, pengelompokan, dan meringakas data.
2. Peniliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai
beberapa hal, termasuk berkenaan dengan aktivitas serta proses sehingga
peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola
data.
Komponen Kedua penyajian data (data display), melibatkan langkah-
langkah mengorganisasikan data.Sehingga dalam hubungan ini data yang tersaji
42
Nazir, Muh, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h.358 43
Ibid, h. 360 44
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: PT LKiS Aksara, 2007), h. 104.
34
berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-
kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.Komponen terakhir, yakni
penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying), peneliti
mengimplentasikan prinsif induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data
yang ada dan kecenderungan dari display data yang telah dibuat.Peneliti harus
menyelesaikan analisis seluruh data yang ada agar kesimpulan final dapat
dirumuskan secara tepat.
3. Validitas Data
Validitas data adalah suatu yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk
membuktikan data yang diperoleh dengan keadaan yang sesungguhnya dan
kredibilitas data itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan pertanyaan yang sebenarnya. Hal ini perlu dilakukan
dalam upaya untuk memenuhi informasi yang dikemukakan oleh penulis
sehingga mengandung nilai kebenaran.
Usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan dengan
beberapa Teknik di antaranya:45
a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data,
keikutsertaan hanya dilakukan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini
dengan melakukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada hasil penelitian.
45
Moleong, h.25-29
35
Dalam penelitian ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan data sesuai dengan jadwal penelitian yang telah ditentukan.
Tetapi jika data yang dibutuhkan masih dirasakan belum cukup maka
peneliti akan memperpanjang waktu penelitian agar data yang dikumpulkan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud "menentukan ciri-ciri dan
unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan daripada hal-hal tersebut dengan
rinci.
Pengamatan sangat dibutuhkan dalam pendekatan penelitian kualitatif
dengan tujuan untuk menghindari data yang tidak benar yang diperoleh dari
informan yang bisa jadi obyek akan menutup diri terhadap fakta yang
sebenarnya. Oleh karena itu ketekunan peneliti dalam mengamati sangat
dituntut lebih serius.
c. Trianggulasi (Gabungan)
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lebih di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode.
Adapun jenis triangulasi tersebut adalah:
36
1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali kepercayaan suatu informasi yang diperoleh pada waktu yang
cukup dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif.
2. Triangulasi dengan metode wawancara berarti suatu metode dengan
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penilaian beberapa
sumber data dengan metode yang sama
37
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambar Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Desa Bagek Polak adalah salah satu Desa diKecamatan Labu Api Lombok
Barat Nusa Tenggara Barat, letak desa yang dekat dengan kota madya bisa ditempuh
dalam waktu sepuluh menit membuat desa ini sudah memiliki akses tempuh yang
mudah dan bagus, serta harga tanah yang masih lumayan terjangkau membuat desa
bagik polak banyak diminati para pengusaha property untuk pembuatan perumahan
siap huni serta perkantoran dan gudang salah satunya adalah kantor utama
Perkumpulan Panca Karsa Mataram.
Lokasi geografis desa bagik polak bisa digambarkan sebagai berikut:46
Tabel 1
Batas Desa
No Batas Desa /Kelurahan
1 Sebelah Utara Desa Jereneng
2 Sebelah Selatan Desa Rumak
3 Sebelah timur Desa Datar
4 Sebelah Barat Desa Jerneng
46 Arsip, Dokumen Perkumpulan Panca Karsa Lombok Barat.
38
1. Sejarah singkat perkumpulan panca karsa mataram
Perkumpulan panca karsa mataram adalah sebuah organisasi swasta non profit
yang bergerak dibidang swadaya masyarakat, khusus bagi kaum perempuan.Saat
didirikan pada pada tanggal 22 maret 1998, badan hokum organisasi ini adalah
yayasan.Kini organisasi ini telah berubah menjadi perkumpulan panca karsa sejak
tanggal 21 desember 2002 melalui rapat umum anggota.Rapat Umum Anggota ini
salah satunya, menetapkan perubahan bentuk organisasi dari yayasan menjadi
perkumpulan terbatas.Perubahan bentuk organisasi ini membawa konsekwensi
perubahan struktur organisasi dan pembenahan manajmen agar lebih efektif untuk
menjalankan mandat sosialnya.Perkumpulan ini disahkan dengan akta notaries
No.11/2003.
Dalam menjalankan mandate sosialnya Panca Karsa melihat bahwa perempuan
dan anak yang merupakan separuh dari pendudukdunia mengalami berbagai bentuk
diskriminasi dan pengabaian yang berakibat pada kekerasan baik secara fisik, psikis,
ekonomi, politik, budaya dan seksual. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal yang
terjadi di masyarakat diantaranya adalah budaya patriarkhi.
Sebagai upaya untuk mencegah dan menangani persoalan perempuan dan anak
di atas, maka Panca Karsa melakukan berbagai kegiatan yang menyangkut buruh
migrant Indonesia khususnya wanita. Keterdesakan untuk mencari penghidupan yang
layak bagi keluarganya, namun tidak bisa dipungkiri sebagian dari mereka yang
menjadi buruh migrant Indonesia mengalami berbagai persoalan structural maupun
penipuan, eksploetasi, kekerasan baik yang menyangkut penganiayaan sampai pada
39
pelecehan seksual, tidak hanya masalah yang timbul saat mereka sedang menjadi
buruh migrant, saat mereka menjadi calon dan mantan buruh migrant pun menjadi
perhatian Panca Karsa. Begitu juga dengan pendidikan anak-anak baik
formalmaupun informal seperti PAUD, wajib belajar Sembilan tahun, pendidikan
komunitas serta menciptakan ruang kreatifitas anak dan melakukan advokasi
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum atau korban kekerasan.
Perkumpulan Panca Karsa yang memiliki komitmen terhadap upaya
perlindungan perempuan dan anak maka penting maka penting dibuat kebijakan yang
mengikat secara eksternal dan internal.Yang termasuk dalam pihak internal adalah
anggota atau staf pelaksana program.Sedangkan yang termasuk pihak eksternal
adalah mitra kerja seperti kader, wartawan, swasta, serta stakeholder lainnya.
Oleh karna itu untuk memperkuat kekuatan besar dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan bagi buruh migrant, perempuan dan anak, perkumpulan Panca Karsa
melakukan upaya untuk mengorganisir, mengadvokasi buruh migrant, perempuan dan
anak, mendorong desa untuk melahirkan Perdes bagi buruh migrant dan Perda agar
bisa melindungi hak mereka, agar mereka mampu memperkuat barisan untuk
melakukan perubahan terhadap kebijakan yang berpihak kepada mereka.47
2. Keadaan dan jumlah anggota
Menurut ketua Perkumpulan Panca Karsa di desa Bagik Polak Syamsudin
selama ini sudah banyak mantan buruh migrant yang telah dibina dan diberdayakan
oleh Panca Karsa, dimana anggota bisa saja berkurang dan bertambah dalam setiap
47 Arsip, Dokumen Perkumpulan Panca Karsa Lombok Barat.
40
bulannya, pemberdayaan ini berada di beberapa desa yang di koordinasi oleh
DESBUMI dan PBMI desa masing-masing.48
Adapun jumlah anggota pembinan pada setiap desa tahun 2016 ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2
Jumlah Anggota Mantan Buruh Migran Yang di Berdayakan
Berdasarkan Desa Asal
No Nama Desa Jumlah Anggota
1 Desa Darek Lombok Tengah 37 orang
2 Desa Nnyerot Lombok Tengah 27 orang
3 Keluruhan Gerunung Lombok Tengah 60 orang
4 Desa Pringgarata Lombok Tengah -
5 Desa Gamel Lombok Tengah -
Adapun data data Buruh migrant Indonesia saat ini periode tahun 2017 yaitu:
Badan Nasional penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia
(BNP2TKI) menempatkan 148.285 TKI kesejumlah negara tujuan penempatan
sepanjang Januari - Agustus 2017.Para TKI tersebut tersebar di kawasan Asia Pasifik,
Amerika, Timur Tengah, dan Eropa.
Servulus Boboriti menjelaskan, penempatan TKI ke luar negeri di bagi dalam
dua sektor yaitu formal dan informal. Sebagaimana data yang ada, dari total 18.285
TKI yang sudah ditempatkan, jumlah TKI yang bekerja di bidang formal mencapai
48 Arsip , dokumen Desbumi 2017
41
83.943 orang. Sedangkan TKI yang bekerja dibidang informal sebanyak 64.342
orang.Dilihat dari latar belakang pendidikan para TKI yang bekerja di luar negeri
masih didominasi lulusan SD dan SMP dengan besaran persentase mencapai
65%.Selebihnya beragam mulai dari tingkat SLTA hingga perguruan tinggi.
Dari sisi gender, tenaga kerja dari Indonesia mayoritas perempuan
yaitusebanyak 93.641 perempuan.Persentase ini jauh lebih banyak dari sisi gender
disbanding laki-laki berjumlah 54.644 orang. Adapun pusat data BNP2TKI mencatat
sebanyak 5 daerah sumber TKI terbesar, yaitu Jawa Barat sebanyak 31.027 orang,
Jawa Tengah sebanyak 29.394 orang, Jawa Timur 27.381 orang, Nusa Tenggara
Barat 23.859 orang, Sumatra Utara 11.952 orang. Berdasarkan kabubaten/Kota yaitu
tertinggi Kabupaten Lombok Timur 10.621 orang, Indramayu 10.390 orang, Lombok
Tengah 6.917 orang, Cirebon 6.408 orang, dan Cilacap 5.448 orang.
BNP2TKI juga mencatat negara-negara yang menjadi tempat persebaran TKI
diluar negri dari 26 negara yang paling banyak terdapat TKI, tercatat beberapa negara
terbesar untuk penempatan TKI yaitu Malaysia, Taiwan, Hongkong, Singapore, Saudi
Arabia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, United Arab Emirates.49
49 Arsip BNP2TKI
42
3. Jumlah pelaksana program di Panca Karsa Mataram
Adapun jumlah pelaksana program di Perkumpulan Panca Karsa sesuai dengan
bidangnya yaitu 14 orang di antaranya:50
Tabel 3
Pelaksana Program di Perkumpulan Panca Karsa Mataram 2017 No NAMA ALAMAT PENDIDIKAN POSISI/JABATAN WILAYAH
DAMPINGAN
INSTUTISIONAL
SUPPORT
1 BAIQ.HALAWATI JLN GUNUNG BATUR
NO 08 BTN PENGSONG INDAH-LABUAPI
HP-081805793490
S1 PERTANIAN PENANGGUNG
JAWAB PROGRAM UMUM PPK
2 NURMINEP JLN DR.SUTOMO
KARANG BARU
MATARAM
HP-087765007761
D3 AKUNTANSI Bag. KEUANGAN
3 ERNAWATI Kamasan Monjok Mataram
Hp-08765382550
SMEA Kasir
PROGRAM MAMPU
1 ENDANG
SUSILOWATI
Jln.Danau Poso no.v BTN
Pagutan Permai Mataram hp-0818360252
S1 HUKUM KOORDINATOR
ADVOKASI KEBIJAKAN/KOOR
DINATOR
PROGRAM
LOMBOK
TENGAH
2 HARTUTIK
SUSILAWATI
Jln Gunung Merapi GG
Merdeka VII No 126 dsn
agung baru mataram Hp-087803677708
D3 AKUNTANSI PELAKSANA
PROGRAM
LOMBOK
TENGAH
3 APRILINA UTARIYANI
Labuhan Haji –Lombok Timur hp-08175733774
S1 HUKUM PELAKSANA PROGRAM
LOMBOK TENGAH
4 AKHMAD ZARKI Desa merembu Lombok Barat hp-087865121387
SMTA PELAKSANA PROGRAM
PROGRAM ANAK
1 SAMSUDIN Jln mutiara pv/VII BTN Belencong Gunung Sari
Hp- 08175702934
S1 SOSIAL PELAKSANA PROGRAM KERJA
TERBURUK
LOMBOK BARAT
2 BAIQ. FITRIATUN W BTN Sandik, Gunung Sari
Hp- 081803611833
S1 Pendidikan Pelaksana program
kerja terburuk
3 LALU. M EDI
SUTRADA
DesaSesela Kec.Gunung
Sari hp-081803693999
S1 ELEKTRO Pelaksana program
pekerja anak terburuk
4 AZWAR ANNAS Jln. Langko Mataram p-
081907815522
S1 Pendidikan Pelaksana Program
Pekerja Anak
terburuk
50 Arsip, Dokumen perkumpulan Panca Karsa Mataram
43
PROGRAM
EKONOMI
KERAKYATAN &
TENUN ALAM
1 ZAHRATUN Kamasan Kota Mataram hp-
0817367438
S1 HUKUM KOORDINATOR
EKONOMI KERAKYATAN
2 MASNIM Desa Gemel Praya hp- 081936789321
SMTA Pelaksana Program
3 ERNAWATI Desa Ungga Kec. Praya Barat Dayahp-
087865068551
SMTA Pelaksana Program
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Berikut penulis paparkan beberapahal yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang ada di Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Mataram:
Tabel 4
Keadaan dan Jumlah Sarana dan Prasarana di Perkumpulan Panca
Karsa
No Ruangan Jumlah Lokal
1 Ruang Tamu 1 Lokal
2 Ruang tata Usaha 1 Lokal
3 Ruang Pimpinan 1 Lokal
4 Ruang Diskusi dan Pegawai 1 Lokal
5 Musholla 1 Lokal
6 Dapur 1 Lokal
7 Kamar mandi/WC 2 Lokal
8 Perpustakaan 1 Lokal
5. Struktur Organisasi perkumpulan Panca Karsa Mataram
Sebagai salah satu lembaga atau organisasi, struktur kepengurusan menjadi
penting artinya, sehingga bisa mengetahui mekanisme kerja. Untuk itu Perkumpulan
44
Panca Karsa Mataram memiliki struktur kepengurusan sebagaimana terlihat di
gambar bawah ini
RUA (RAPAT UMUM ANGGOTA)
DEWAN PENGURUS
KETUA
SEKERTARIS
ANGOOTA
DIREKTUR EKSEKUTIF
DEVISI KELEMBAGAAN
KEUANGAN
KASIR
PERPUSTAKAAN
JENITOR
DEVISI ADVOKASI
KEBIJAKAN
DEVISI
PENGORGANISASIAN
DEVISI EKONOMI
KERAKYATAN
COMMUNITY ORGANIZER
MASYARAKAT DAMPINGAN
45
6. Visi dan Misi Perkumpulan Panca Karsa Mataram
Visi
Terwujudnya tatanan social yang menghargai hak asasi manusia, kesetaraan
gender dan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak dimana dalam situasi
tersebut rakyat secara terorganisir mampu memperjuangkan hak-haknya baik
hak sipil politik dan ekonomi, social budaya.
Misi
Dalam upayanya mendorong terjadinya perubahan sistem sosial yang adil bagi
rakyat sesuai visi diatas dan terlebih secara khusus bagi Buruh Migran
Indonesia dan perempuan, Perkumpulan Panca Karsa akan menempuh beberapa
cara yang ditetapkan sebagai misi organisasi , yakni:
1. Kampanye publik dan advokasi kebijakan bagi perlindung Buruh Migran
Indonesia dan penolakan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
melalui:
a. Membangun sistem pendokumentasian jumlah buruh migran Indonesia,
calon Buruh Migran Indonesia, Buruh Migran yang pergi dan yang
pulang, serta persoalan-persoalan yang dihadapi Buruh Migran
Indonesia baik yang ada di dalam negri maupun yang di luar negri.
b.Penyebaran informasi dan advokasi tentang hak asasi manusia, hak sipil
dan politik, hak ekonomi, sosial budaya serta CEDAW
c. Membangun jaringan di tingkat lokal, nasional dan internasional.
46
d. Mendampingi dan menindak lanjuti kasus-kasus yang dialami Buruh
Migran Indonesia dan perempuan yang beraktivitas di perekonomian
kerakyatan.
2. Melakukan penguatan kelompok basis agar memahami dan mampu
memperjuangkan hak-haknya serta bersikap kritis untuk menolak segala
bentuk kekerasan terhadap perempuan, melalui:
a. Melakukan pendidikan kritis bagi rakyat khususnya BMI dan
perempuan yang beraktivitas di perekonomian kerakyatan.
b. Memperjuangkan dan memperkuat posisi perempuan untuk melawan
segala bentuk ketidak adilan dan kekerasan terhadap perempuan.
3. Menggalang dan memperluas keanggotaan perkumpulan untuk
melaksanakan visi dan misi perkumpulan.51
7. Nilai-Nilai atau Prinsip yang dianut
1. Kesetaraan
2. Keberpihakan kepada mereka yang tertindas
3. Keterbukaan, kerjasama
4. Fleksibel
5. Teguh pada pendirian
6. Jujur
7. Berkemampuan dan menghargai keberagamaan.52
51 Profile Perkumpulan Panca karsa Mataram
47
8. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Devisi Pengorganisasian
a. Pelatihan kader pengorganisasian
b. Pelatihan ansos berperspektif gender
c. Pelatihan penyadaran HAM dan kekerasan terhadap perempuan
d. Pelatihan konseling terhadap korban kekerasan
e. Pelatihan penyadaran kebijakan perekonomian yang tidak adil terhadap
perekonomian rakyat
f. Study banding
g. Perempuan-perempuan rutin tingkat kelompok BMI , anak-anak, orangtua
anak
h. Pendidikan formal dan informal bagi BMI, perempuan, anak-anak, tokoh
agama, masyarakat dan stakeholder lainnya
i. Penyebaran informasi dan konsultasi bagi BMI, perempuan dan anak
j. Diskusi, dialog lintaspemerintah, swasta dan masyarakat
k. Merekam tingkat mobilitas Buruh Migran Indonesia
l. Menginisasi, memfasilitasi legalitas formal kelompok dampingan dalam
bentuk “kopwan”
m. Pendampingan
2. Devisi Advokasi Kebijakan
a. Pertemuan-pertemuan kesepakatan agenda strategi advokasi
52 Profile Perkumpulan panca karsa Mataram
48
b. Pelatihan tehnik dan strategi advokasi
c. Pelatihan penyadaran anti kekerasan terhadap perempuan
d. Pelatihan advokasi bagi Bruh Migran Indonesia
e. Talk show, publikasi
f. Mengkritiki kebijakan yang terkait dengan: perekonomian, Buruh migrant,
trafficking, perlindungan anak, KDRT yang tidak adil terhadap BMI,
perempuan dan anak
g. Menginisiasi lahirnya beberapa kebijakan di tingkat kab/kota, provinsi
h. Hearing ke eksekutif dan legislative
i. Penanganan kasus
j. Pendidikan bagi LSM, pers dan masyarakat
k. Publikasi terhadap persoalan BMI, perempuan dan anak
l. Dialog, seminar lintas birokrat, swasta, masyarakat/BMI, perempuan dan
anak
m. Investigasi kasus dari tingkat lokal, regional maupun internasional
n. Advokasi, lobby kebijakan Negara dan memperkuat jaringan kerja dalam
maupun luar negri.53
3. Devisi kelembagaan dan personalia
a. Pendidikan bagi staf untuk peningkatan sumber daya manusia
b. Peningkatan kesejahteraan dan kesehatan staf
c. Pengembangan wawasan staf
53 Arsip, Dokumen Perkumpulan panca karsa mataram
49
d. Pengembangan perpustakaan bagi staf maupun pihak lain 54
4. Devisi ekonomi kerakyatan
a. Pendirian dan penguatan organisasi ekonomi di tingkat basis
b. Pendidikan bagi masyarakat untuk peningkatan usaha dan akses kontrol
terhadap sumber daya
c. Peningkatan wawasan terhadap anggota organisasi basis
d. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam proses-proses perencanaan dan
penganggaran
e. Memfasilitasi tumbuhnya wirausaha baru khususnya perempuan pedesaan
f. Pendidikan lifeskill bagi masyarakat
g. Pendampingan .55
5. Jadwal kegiatan 6 bulan
54 Arsip, Dokumen Perkumpulan Panca karsa Mataram 55 Arsip, Dokumen Perkumpulan Panca karsa Mataram
50
B. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Mantan Buruh Migran wanita oleh
Perkumpulan Panca karsa Mataram
Proses pemberdayaan mantan buruh migrant wanita di Perkumpulan Panca
Karsa meliputi Data DESBUMI (Desa Peduli Buruh Migran) dan PBMI (Pemerhati
Buruh Migran Indonesia) di desa terkait, yang dikoordanisakan dengan kantor desa
dan Perkumpulan Panca Karsa, selanjutnya diteliti berdasarkan potensi desa terkait,
lalu diberi pendampingan melalui DESBUMI dan PBMI desa,pendidikandan
pembentukan kelompok, lembaga Perkumpulan Panca Karsa bekerja sama dengan
berbagai pihak terkait dalam memberdayakan mantan buruh migrant salah satu
contoh panti sosial wanita dalam pelatihan softskill bagi mantan buruh migrant
wanita. Adapun beberapa pelatihan yang pernah diberikan kepada mantan buruh
migran berdasarkan wawancara dengan Pelaksana Program buruh Migran Hartutik
Susilawati.
“Dalam memberdayakan mantan buruh migrant wanita, kami dari panca karsa
melihat potensi alam, potensi diri, dari masyarakat yang akan kami bina, sementara
ini pemberdayaan yang telah kami lakukan masih berupa pelatihan pengembangan
diri atau lifeskill. contoh cara membuat tas, pernah juga menjahit, membuat bros dan
merajut, membuat abon ikan dan tahu tempe, peletihan-pelatihan ini kami tujukan
agar mereka bisa menggunakannya sebagai lading mencari nafkah selama mereka
51
tidak pergi lagi keluar negri untuk membiayai hidup sehari-hari atau setidaknya
mereka bisa membuat untuk kebutuhan diri sendiri”56
a. Membuat abon ikan gabus
Menurut hasil wawancara denga salah satu pelaksana Program Dari Panca
Karsa Mataram:
“Pelatihan membuat abon ikan dilakukan di desa darek kecamatan praya barat
daya dengan melihat potensi hasil alam di desa darek sendiri ada beberapa
bendungan yang bisa menghasilkan ikan gabus secara bebas, orang-orang bebas
menangkap dan mengambilnya sehingga dimanfaatkan sebagai sarana
pemberdayaan pada mantan buruh migrant, mereka diajarkan cara mengolah dan
mengemas ikan gabus menjadi abon dan kerupuk, hasil ini sudah beberapa kali
ditampilkan pada acara daerah dan sudah mulai dipasarkan disekitaran desa dan
kota praya, tujuuan program ini agar mantan buruh migran wanita memiliki
kegiatan dan bisa menghasilkan tambahan penghasilan selama mereka tidak
menjadi buruh migran”57
Adapun ungkapan yang sama diungkapkan oleh seorang mantan buruh migran
Aprianti:
“kami bisa membeli ikan gabus pada warga dengan harga murah, bisa hanya
20.000 untuk satu ember atau untuk seekor ikan gabus berukuran 7kg,Beberapa
alat yang diberikan kepada mantan buruh migran alat pres daging ikan, alat kemas
plastik dan beberapa alat penunjang serta dibantu dalam cara pengemasan
pemasaran, kami awalnya menerima pesanan dari para warga lalu mulai
dipasarkan atau dititipkan di kios warga. Kami mengerjakannya secara bersamaan
tidak dikerjakan oleh perorangan, dan kami mengerjakannya disalah satu rumah
yang telah disepakati bersama dan kami kerjakan bersama”58
56
Wawancara dengan hartutik susilawati (pelaksana program Buruh migran Perkumpulan Panca Karsa Mataram).20 November 2017 57
Wawancara dengan NurulPelaksana DESBUMI desa Darek 21 november 2017 58
Wawancara dengan Aprianti mantan buruh migran desa darek 21 november 2017
52
b. Membuat Tas
Menurut zahratun Koordinator ekonomi kerakyatan panca karsa Mataram:
“dalam pemberdayaan mereka diajarkan cara membuat tas dari tali kur dan
benang rajut serta cara membuat bros dari kain planel dan rajut, pemberdayaan
ini dilatarbelakangi tidak adanya pekerjaan yang bisa dilakukan mantan buruh
migran wanita untuk menambah penghasilan selama mereka tidak menjadi
buruh migrant lagi, tujuannya agar bisa menjadi ladang usaha untuk tambahan
pendapatan”59
Adapun wawancara yang sama diungkapkan oleh Pelaksana DESBUMI Desa
Nyerotatas nama Wiwin:
“Memuat tas ini bertujuan untukmemberikan sebuah kreatifitas kepada mantan
buruh migrant yang nantinya bernilai jual untuk membantu perekonomian
mereka, pelatihan ini bekerjasama dengn guru pengajar khusus untuk mereka,
husus untuk desa nyerot pelatihan ini dilakukan bergiliran dirumah warga karna
salah satu pelaksana DESBUMI nyerot adalah guru dalam pelatihan membuat
tas ini. Dalam pelatihan peserta diberikan beberapa alat bantu seperti: tali kur,
pensil tenun, benang rajut, lem, gunting dan beberapa alat lainnya”60
c. Membuat keset
Menurut pernyataan salah satu pegawai panca karsa mataram zahratun
koordinasi ekonomi kerakyatan:
“Pelatihan membuat keset ini juga bertujuan sama dengan pelatihan pembuatan
tas, jika tidak dapat dipasarkan setidaknya mereka dapat membuat untuk dirinya
sendiri, pelatihan inipun dilakukan oleh tenaga ahli yang disewakan oleh panca
karsa yang dibayarkan dari anggaran desbumi yang diberikan desa. Dalam
pelatihan ini mereka diajarkan cara membuat dengan bahan hemat yakni kain
bekas bahan jaitan yang sering dibuang dan tidak dipakai lagi”61
59
Wawancara Dengan Zahratun Koordinator ekonomi kerakyatan Panca KarsaMataram 20 November 2017 60 Wanwancara dengan pelaksana Desbumi Desa Nyerot 21 November 2017 61 Wawancara dengan Zahratun Koordinasi ekonomi kerakyatan 20 november 2017
53
Adapun pernyataan yang sama diungkapkan oleh seorang mantan buruh
migran Hartawati yang mengikuti pelatihan pemberdayaan ini:
“pelatihan membuat keset ini pernah di ajarkan secara kelompok, kami semua
diberitahukan terlebih dahulu lalu mengikuti pelatihan, kami diajarkan
membuat keset dari bahan ramah lingkungan,seperti kain bekas jahit yang
sudah tidak dipakai lagi. Jadi kita tidak perlu membeli keset lagi karna sudah
bias membuat sendiri, ya kalau da pesanan lebih alhamdulillah”62
d. Pelatihan menjahit
Menurut Endang susilowati salah satu koordinator Program untuk Buruh
Migran Perkumpulan Panca Karsa Mataram:
“Pelatihan menjahit ini pernah dilakukan sekali pada tahun 2016, dimana panca
karsa berkolaborasi dengan Panti sosial Karya Wanita (PSKW) Mataram,
dalam pelatihan ini mantan buruh migran diberikan pembelajaran dalam
menjahit serta alat alat yg dibutuhkan untuk menjahit satu orang mendapatkan
satu alat, dimana pelatihan ini dilatarbelakangi oleh mantan buruh migran yang
diberdayakan adalah mantan buruh migran wanitasaja sehingga perlu untuk
mereka memiliki keahlian yang bisa mereka kerjakan dirumah tanpa harus
bekerja meninggalkan keluarga dan bertujuan agar mereka dapat mandiri,
menciptakan lapangan kerja sendiri dengan skill yang dimiliki. Beberapa alat
yang diberikan sebagai penunjang kerja adalah: satu buah mesin jahit, benang,
gunting, alat meteran, polpen, buku, penggaris dan beberapa alat penunjang
lainnya”63
Ungkapan serupa diungkapkan juga oleh seorang mantan buruh migran asal
Kelurahan Gerunung ika:
“saat pelatihan menjahit kami dilatih mulai dari cara menggunting,
menggambar pola membuat lubang kancing, lalu kami dibagikan satu alat jahit
62 Wawancara dengan Hartawati mantan buruh migran asal desa nyerot 21 November 2017 63 Wawancara dengan Endang Susilowato Koordinator Program Buruh Migran Perkumpulan Panca Karsa Mataram 21 November 2017
54
dan keperluan lainnya seperti gunting, alat meteran, buku, polpen dan banyak
lagi dengan ini saya bisa membuka tempat jahit dirumah karna sudah memiliki
alat, tidak perlu lagi bekerja meninggalkan anak dan suami”
e. Pembentukan Kelompok Pengelola Dana Semi Koprasi
Kelompok pengelola dana semi koprasi ini dibentuk dari mantan-mantan buruh
migrant mengapa semi koprasi karna belum berbadan hukum koprasi, tapi
memiliki sistem kerja seperti koprasi simpan pimjam, pernyataan ini sesuaif
bersama dengan pernyataan salah seorang Koordinator program Perkumpulan
Panca Karsa Mataram Zahratun:
“kami berinisiatif bersama pelaksana DESBUMI dan mantan buruh migran,
membentuk koprasi simpan pinjam dimana mereka yang mengumpulkan
mereka pula yang menggunakan, tapi kelompok pengelola dana ini belum bisa
resmi dinyatakan koprasi karna belum berbadan hukum koprasi, tapi kelompok
ini sudah berhasil mengumpulkan dana yang bisa dikatakan lumayan banyak,
Desa Darek sekitar Rp.13.000.000,00 lalu Desa Nyerot sebanyak
Rp.14.000.000,00 dan perolehan jumlah yang paling banyak adalah Kelurahan
Gerunung Rp.26.000.000,00, dana ini juga kadang digunakan untuk tambahan
dana pelatihan bagi mantan buruh migran dan bagi mereka (anggota) yang
membutuhkan.64
64 Wawancara dengan Zahratun 20 November 2017
55
f. Pembuatan tempe dan tahu
Menurut zahratun dan hartutik susilawati pelaksana program dan koordinator
program Panca Karsa Mataram, pelatihan membuat tempe pernah dilakukan di
desa gamel kecamatan Jonggat Lombok tengah
“Pembuatan tempedan tahu ini dilakukan di desa gamel kecamatan jonggat
praya barat, pelatihan ini lokasinya dilakukan di gemel melihat dari potensi
desa, dimana petani banyak menanam kedelai sehingga lebih memudahkan
dalam pembelian bahan dasar dan lokasi desa yang sudah maju, karna lokasi
pasar tradisonal yang berada didesa lain, karna desa gemel sendiri adalah hasil
pemekaran dari desa nyerot, sehingga dianggap strategis agar bisa memenuhi
permintaan masyarakat akan kebutuhan tempe dan tahu yang dijadikan bahan
makan sehari hari oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan ini diberikan
langsung alat penunjang dalam pembuatan tempe dan tahu seperti mesin
pembuatan dan lainnya”65
C. Strategi Panca Karsa Dalam Pemberdayaan Mantan Buruh Migran
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan para responden dilapangan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, yaitu tentang bagaimana strategi
lembaga Perkumpulan Panca Karsa dalam memberdayakan mantan buruh migrant
wanita, ada beberapa langkah dalam strategi pemberdayaan mantan buruh migrant
yang dilakukan oleh Panca Karsa Mataram diantaranya yaitu :
“Lembaga yang sudah lima tahun terakhir sangat konsisten pada pembelaan pada
buruh migran, perempuan dan anak, khususnya pada buruh migran wanita, lembaga
ini mendorong untuk membuat peraturan pemerintah untuk perlindungan buruh
65 Wawancara Dengan Zahratun dan Hartutik Susilawati Pegawai Panca Karsa Mataram 20 November 2017
56
migran, memberikan sosialisasi pendidikan,pemberdayaan bagi buruh migran dan
keluarga, penyadaran kepada buruh migran akan hak hak mereka sebagai buruh
migran, agar mereka bisa bekerja dengan layak, terhindar dari eksploitasi dan
kekerasan lainnya. dalam mewujudkannya panca Karsa mendorong lahirnya Desa
peduli Buruh Migran Indonesia atau DESBUMI yang membentuk Undang-Undang
tentang perlindungan Buruh Migran dan sebagai sarana sosialisasi untuk masyarakat
untuk mengkampanyekan perlindungan buruh migran, di desa terdapat organisasi
Pemerhati Buruh Migran Indonesia atau PBMI yang mencakup Mantan Buruh migran
disetiap dusun, untuk memberdayakan mantan buruh migran panca Karsa memiliki
beberapa strategi pemberdayaan diantaranya pembentukan DESBUMI dan PBMI lalu
pelatihan lifeskill dan pembentukan kelompok dan kerjasama”66
1. Pembentukan DESBUMI dan PBMI
Pembentuk DESBUMI adalah Pembentukan Desa Peduli Buruh Migran
Indonesia, Pembentukan DESBUMI memiliki tujuan khusus pembentukan nya,
yaitu untuk melindungi nasib para buruh migran Indonesia yang banyak diantara
mereka nasibnya hingga kini sangat memperihatinkan, contohnya kekerasan,
kemiskinan, penipuan dan banyak lagi, lalu untuk pelaksanaan kerja yang
menyeluruh didalam DESBUMI juga didirikan kelompok PBMI yaitu kelompok
Pemerhati Buruh Migran Indonesia anggotanya pun berasal dari mantan buruh
migran yang berasal dari setiap dusun atau RT dari Desa atau kelurahan tersebut.
keduanya terbentuk dari dorongan dari Perkumpulan Panca karsa mataranm
kepada Desa atau Kelurahan yang memang sudah menjadi target Perkumpulan
66 Wawancara dengan Syamsudin21 November 2017
57
Panca Karsa. Pernyataan ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan salah satu
respoden yaitu pimpinan Panca Karsa Mataram yaitu:
“pembentukan DESBUMI menjadi salah satu strategi dalam pemberdayaan
Mantan Buruh migran dikatakan begitu Karna DESBUMI ini menjadi salah satu
wadah kita (PPK) dalam menyalurkan Informasi kepada masyarakat khususnya
mantan buruh migran wanita, dan selaku pelaksana lapangan untuk program-
program yang yang dilakukan Perkumpulan Panca Karsa serta Desa terkait
Untuk pemberdayaan mantan buruh migran wanita. Lalu pembentukan PBMI
diharapkan agar apapun berita, acara yang terkait Mantan buruh migran wanita
dapat tersalurkan kepada seluruh Masyarakat di desa terkait, sehingga
anggotaPBMI sendiri berasal dari para mantan buruh migran wanita baik dipilih
maupun mencalonkan diri sendiri dan harus berasal dari dusun yang berbeda,
tugas PBMI juga adalah menjadi pemberi dan pengantar informasi dasar terkait
buruh migran Wanita kepa da DESBUMI ataupun Desa dan Perkumpulan Panca
Karsa Mataram”
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh seorang mantan buruh migran
sekaligus anggota PBMI Hartawati:
“kami sebagai anggota PBMI mengetuai teman-teman mantan buruh migran saat
ada kegiatan seperti pelatihan atau sosialisasi, kami juga yang mendampingi
parawarga yang hendak mendaftar untuk kerja di luar negri sekalian membantu
dan berbagi pengalaman agar mereka mendaftar secara resmi”
2. Pelatihan Lifeskill
Lifeskill adalah keterampilan hidup yang diperoleh melalui latihan atau
pengalaman dan melalui belajar, pelatihan lifeskill menjadi salah satu strategi
dalam pemberdayaan mantan buruh migran wanita yang dilakukan oleh
58
Perkumpulan Panca Karsa Mataram pernyataan ini dikuatkan oleh pernyatan
pimpinan Perkumpulan Panca karsa Mataram Syamsudin:
“banyaknya para mantan buruh migrant wanita yang hanya menjadi pengasuh
dan asisten rumah tangga atau pembantu, membuat membuat mereka tidak
memiliki kemampuan lain yang memiliki nilai jual selain tenaga mereka, dan
banyak diantara mereka yang juga pulang membaw derita tanpa sempat bekerja
dengan layak, fenomena ini yang mendorong kami melakukan pemberdayaan
dengan pelatihan lifeskill agar mereka memiliki kemampuan atau keahlian yang
memiliki nilai jual, untuk membantu perekonomian mereka yang bisa dikatakan
gagal atau tidak berhasil menjadi buruh migran. Sehingga mantan buruh migran
wanita memiliki usaha sampingan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup
”
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Endang susilowati selaku Koordinator
program untuk buruh migran:
“pelatihan lifeskill sangan penting untuk diajarkan kepada mantan buruh migran
wanita, mengingat mereka semua adalah wanita yang hakikat dan kodratnya
merawat keluarga mereka dirumah tanpa harus bekerja meninggalkan rumah untk
waktu yang lama, sehingga kami melatih mereka kemampuan yang bernilai
usaha dapat berguna bagi mereka jika ingin memulai usaha rumahan, usaha yang
bisa mereka lakukan dirumah tanpa harus bekerja jauh dan meninggalkan
keluarga lagi”
3. Pembentukan organisasi dan kerjasama
Dalam pemberdayaan kerjasama menjadi salah satu faktor terpenting utnuk
keberlangsungan pemberdayaan, karna tanpa kerjasama yang baik sesuatu hal
apapun tidak bisa terlaksana dengan baik, inilah yang disadari betul oleh
Perkumpulan Panca Karsa sehingga menjadikannya salah satu strategi dalam
pemberdayaanya, pernyataan ini diungkapkap oleh pelaksana program hartutik
Susilawati dan Zahratun:
59
“dalam pemberdayaan mantan buruh migran wanita kita membentuk kelompok-
kelompok salah satunya PBMI yaitu pemerhati buruh migrant Indonesia, ada
juga kelompok pengelola dana semi koprasi yang bertujuan untuk memudahkan
para mantan buruh migran wanita dalam melakukan peminjaman modal ataupun
saat anggota membutuhkan dana”
Syamsudin juga menyatakan bahwa:
“Perkumpulan Panca Karsa dengan Mantan Buruh Migran Wanita yang di
berdayakan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan cara
melakukan kerjasama antara Perkumpulan Panca Karsa dan warga mantan buruh
migran wanita, desa dan beberapa steakholder dalam menentukan pemberdayaan
yang akan dilaksanakan dan Panca Karsa memberikan bimbingan, masukan mengenai
pemberdayaan yang akan dilaksanakan melalui rapat bersama dengan warga
Kelurahan atau desa. Pemerintah Kelurahan atau desa dan warga saling bekerjasama,
saling berpendapat dalam menyusun, merencanakan, menentukan pemberdayaan
yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, keinginan
masyarakat dan dalam pelaksanaannya Panca Karsa memberikan pengawasan
terhadap pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.” 67
Ungkapan serupa juga di ucapkan oleh Endang Susilowati sebagai Koordinator
Program Buruh migran Perkumpulan Panca Karsa Mataram sebagai berikut:
“ Dalam memberdayakan Mantan buruh migran wanita kami selaku organisasi yang
merasa bertanggung jawab untuk itu, selalu ingin membantu mensejahterakan mereka
(mantan buruh migrant wanita) apalagi mereka yang pulang karna masalah seperti
kekerasan atau penipuan dan masalah lainnya yang membuat mereka jera untuk pergi
atau membuat mereka tidak memiliki uang remiten(hasil selama bekerja) untuk
dibawa pulang sebagai modal usaha,kami berusaha membantu mereka dengan
memberdayakan mereka dengan mengajarkan keahlian-keahlian secara berkelompok
67 Wawancara dengan syamsudin (kepala Perkumpulan Panca karsa Mataram), 21 November 2017
60
yang nantinya bisa dijadikan ladang usaha untuk menambah penghasilan, kami juga
berkoordinasi dengan desa atau kelurahan serta pelaksana dilapangan dalam bentuk
pemberdayaan yang akan kami laksanakan. Serta membantu mereka membuat
kelompok untuk pengelola dana bergulir sistem kerja seperti koprasisimpan pinjam,
mereka yang mengumpulkan mereka juga yang memakai. Dalam pemberdayaan kami
berkoordinasi dengan pelaksana DESBUMI dan kepala desa atau penanggung jawab
DESBUMI lalu informasi akan disebarkan oleh PBMI di desa kepada masyarakat
khususnya Mantan buruh migran wanita dan keluarga buruh migran”68
Pernyataan itu juga dibenarkan oleh Kepala desa Nyerot Sahim. Sp beserta Sekdes
Saleh yang mengatakan:
“Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita dalam menjalankan program
pemberdayaan pasti sudah melewati rapat bulanan antara Perkumpulan Panca Karsa,
Aparat desa, Pelaksana DESBUMI, dan perwakilan masyarakat, yang biasanya
dilaksanakan di kantor Panca Karsa Mataram di Desa Bagik Polak Lombok Barat,
pemberdayaan akan mengacu kepada potensi yang dapat dikembangkan baik dilihat
dari potensi alam, dan potensi para buruh migran yang akan diberdayakan, karna
walaupun sudah ada peraturan yang melindungi mereka sebelum dan saat menjadi
buruh migrant, tetap belum mampu membuat mereka hidup sejahtera setelah pulang
ketanah air diakibatkan banyak faktor yang salah satunya penggunaan uang hasil
bekerja yang tidak efisien dengan pembelian barang yang konsumtif”69
GAMBAR ALUR PEMBERDAYAAN MANTAN BURUH MIGRAN
PERKUMPULAN PANCA KARSA MATARAM
68 Wawancara dengan ending susilowati 21 November 2017 69 Wawancara dengan Sahim Sp Kepala desa Nyerot 24 November 2017
61
strategi pemberdayaan mantan buruh migran yang di lakukan oleh Perkumpulan
Panca Karsa, ada beberapa strategi yang dilakukan Panca Karsa untuk mencapai misi
organisasi dalam perlindungan Buruh Migran Indonesia, serta pemberdayaan mantan
buruh migran wanita. Sebagaimana yang diungkapkan juga oleh salah seorang
pelaksana Proram Perkumpulan Panca Karsa Mataram Hartutik susilawati:
“pemberdayaan terhadap mantan buruh migran wanita sudah gencar kami lakukan,
yang melatar belakangi pemberdayaan ini salah satunya adalah fenomena pergi
miskin pulang miskin, tidak mampunya mereka dalam mengolah dana remiten(hasil
selama bekerja) serta beberapa faktor masalah lainnya seperti uang hasil selama
bekerja digunakan untuk membeli barang yang konsumtif, diselewengkan oleh
keluarga dan yang paling rentan adalah uang yang mereka kirimkan diguakan oleh
suami sebagai dana menikah lagi, atau bahkan banyak diantara mereka yang tak
PERKUMPULAN PANCA KARSA
KANTOR DESA/ KELURAHAN STEAKHOLDER
MASYARAKAT
PBMI
DESBUMI
62
mampu mengirim uang karna ditipu oleh PJTKI dan bahkan majikan, sehingga sudah
menjadi kewajiban bagi kami untuk membantu mereka keluar dari keterpurukan
dengan cara menggali potensi diri mereka melalui (1). Pelatihan-pelatihan penguatan
kapasitas diri (lifeskill), (2). Bantuan langsung seperti pemberian bantuan alat jahit
setelah diajarkan cara menjahit, (3), pembentukan kelompok koprasi guna membantu
mereka jika terjadi kesulitan dan membutuhkan pinjaman dana.”70
C. Kendala Kendala Panca Karsa Dalam Pemberdayaan Manta Buruh Migran
Wanita
Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pemberdayaan mantan buruh migran,
baik kendala dari dalam diri panca karsa sendiri dan kebdala luar yang menyebabkan
pemberdayaan tidsak efektif,dan masih berusaha dibenahi oleh Panca Karsa dan terus
memperjuangkan hak-hak calon buruh migran, buruh migran, mantan buruh migran
beserta keluarga mereka, menurut wawancara dengan beberapa pegawai panca karsa
dan pelaksana Lapangan yaitu Pelaksana DESBUMI serta mantan buruh migran
sebagai pihak yang mendapatkan pemberdayaan,beberapa diantara kendala di
lapangan dan dikantor adalah:
a. Tenaga ahli dan pegawai
Menurut syamsudin sebagai Ketua Perkumpulan panca karsa mataram
“Tenaga ahli menjadi salah satu kendala dalam memberdayakan mantan buruh
migrant, tidak adanya tenaga ahli yang dimiliki oleh panca karsa dalam bidang-
bidang yang menjadi fokus Panca Karsa dalam pemberdayaan Mantan Buruh
migrant, tidak adanya pegawai husus dalam menangani hal ini membuat panca
70 Wawancara dengan Hartutik susilawati pelaksana Program Buruh Migran PPK 20 November 2017
63
karsa harus mengontrak tenaga ahli untuk mengajarkan para mantan buruh
migrant”71
b. Anggaran dana
“Anggaran dana dalam pemberdayaan ini berasal dari anggaran dana DESBUMI
masing-maing desa dan Perkumpulan Panca Karsa, walaupun digabungkan
anggarannya tidak besar, anggaran dana bagi DESBUMI di desa adalah sisa-sisa
pangkasan anggaran yang program lain, karna belum ada anggaran husus untuk itu
dari pihak yang lebih atas untuk kabupaten Lombok Tengah sendiri. Serta menjadi
kendala untuk perluasan wilayah pemberdayaan”72
c. Pola pikir masyarakat
Menurut wawancara dengan endang susilowati sebagai salah satu Koordinator
Program:
“Pola pikir masyarakat menjadi salah satu faktor kendala dalam pemberdayaan ini,
para mantan buruh migrant dan keluarga masih cendrung takut untuk memulai
usaha sendiri, karna tidak menginginkan kerugian, mereka lebih memilih
menggunakan tenaganya dibawah orang lain atau menjadi pekerja daripada
menjadi pelaku usaha, inilah yang menyebabkan anggota yang dibina etiap
bulannya sering berubah dan tidak tetap, banyak diantara mereka memilih kembali
menjadi buruh migrant daripada menjalankan usaha sendiri”73
d. Keterbatasan waktu bagi pembimbingan dan mengutamakan penghasilan
Menurut salah satu pelaksana DESBUMI Wiwin, dsn pelaksana Program Hartutik
Susilawati:
“Waktu bimbingan dirasakan kurang efektif karna dilakukan hanya beberapa kali,
seperti workshop pelatihan, tidak dapat dilakukian setiap hari, setiap pelatihan
dilakukan secara singkat yaitu pelatihan singkan untuk menambah life skill para
mantan buruh migrant dan keluarga buruh migrant.Tuntutan hidup yang semakin
71 Wawancara dengan Syamsudin Ketua Perkumpulan Panca Karsa Mataram 21 November 2017 72ibid 73 Wawancara dengan Endang susilowati 21 november 2017
64
hari semakin banyak saja, membuat mereka lebih mementingkan penghasilan
daripada kemandirian,banyak diantara mereka lebih memilih kembali menjadi
buruh migrant daripada diam didesa sendiri dan menjalankan usaha sendiri.”74
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang pelaksana DESBUMI Wiwin
“waktu belajar atau pelatihan terbatas tidak efektif untuk peserta pelatihan, serta
mereka menganggap pelatihan skill tidak bisa menghasilkan uang yang banyak
seperti saat mereka menjadi buruh migran”75
e. Kurangnya dukungan pemerintah
Menurut beberapa pegawai Perkumpulan Panca Karsa sebut saja Hartutik
susilawati dan Zahratun
“Selama ini dukungan pemerintah sangatlah kurang, kurangnya perhatian dari
pemerintah dapat kita lihat dari lamanya pengesahan PERDA tentang
perlindungan buruh migrant , tidak ada pengecualian untuk mereka seperti dalam
pembentukan koprasi mereka tidak bisa mendapatkan badan hukum yang sah
karna syarat dana awal yang ditetapkan pemerintah sangat tinggi untuk
mengesahkan suatu kelompok koprasi yaitu Rp.35.000.000.76
f. Pendidikan rendah
Menurut syamsudin dan baiq herawati selaku Ketua Perkumpulan Panca karsa:
Pendidikan rendah menjadi saalah satu kendala dalam pemberdayaan 80% dari
mereka hannya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar, tingkat pendidikan
yang rendah dan banyak diantara mereka tidak bisa baca tulis, membuat
pemberdayaan hanya dapat berupa softskill seperti yang telah dilakukan selama
ini, belum dapat berupa pendidikan atau pelatihan yang lebih tinggi misalkan
pelatihan penggunaan computer agar mereka dapat disalurkan bekerja untuk
perusahaan di sekitar Nusa Tenggara Barat”77
74 Wawancara dengan hartutik susilowati 20 november 2017 75 Wawancara dengan Wiwin pelaksana DESBUMI nyerot 21 november 2017 76 Wawancara dengan Hartutik dan Zahratun 20 november 2017 77 Wawancara dengan Syamsudin dan Bq Halawati 21 november 2017
65
g. Pemasaran
Menurut salah seorang mantan buruh migrant Hartawati:
“setelah kami membuat apa yang diajarkan kami hanya bisa memasarkan
diwilayah kami saja, belum ada yang mau bekerjasama buat memasarkan di
wilayah lain”78
Hal serupa juga diungkapkan oleh Aprianti seorang mantan buruh migran:
“kami tidak bisa memasarkan produk yang kami buat, kami hanya bisa
membuat untuk diri sendiri dan kalau ada yang memesannya, belum bisa di jual
di kota-kota atau di buat masal misalkan karpet atau bros”79
78 Wawancara dengan hartawati mantan buruh migrant 21 November 2017 79 Wawancara dengan aprianti mantan buruh migrant 21 November 2017
66
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bentuk Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita Oleh Perkumpulan
Panca Karsa Mataram
Setiap tugas yang menjadi tanggung jawab pelaksana pemberdayan adalah,
mengkomunikasikan inovasi, dalam rangka mengubah prilaku masyarakat
penerima manfaat agar tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi demi
tercapainya perbaikan mutu hidupnya.Dalam hubungan iniu, perlu diingat bahwa
penerima manfaat pemberdayaan masyarakat sangatlah beragam.Baik beragam
mengenai karakteristik individunya, beragam lingkungan fisik dan sosialnya,
beragam pula kebutuhan-kebutuhannya, motivasi serta tujuan yang diinginkan.
Dengan kemudian, tepatlah jika Kang dan Song menyimpulkan tentang tidak
adanya satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap
kegiatan pemberdayaan masyarakat.Bahkan menurutnya dalam banyak kasus,
kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan dengan menerapkan
beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melngkapi.Karna itu, di
dalam setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, setiap pelaksana harus
memahami dan mampu memilih metode pemberdayaan masyarakat yang paling
67
baik sebagai suatu “cara yang terpilih” untuk tercapainya tujuan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakannya.80
Sesuai dengan pernyataan diatas ada beberapa Bentuk pemberdayaan mantan
buruh migran wanita oleh Perkumpulan Panca Karsa Mataram dilakukan untuk
kelompok, bentuk-bentuk pemberdayaan seperti bantuan langsung kepada para
buruh migran wanita, pengembangan kapasitas diri melalui pelatihan-pelatihan
pengembangan kemampuan dasar atau lifeskilserta pengorganisasian masyarakat
dengan terbentuknya PBMI dan kelompok pengelola dana semi koprasi, bentuk
pemberdayaan yang dilakukan oleh Perkumpulan Panca karsa sudah sesuai
dengan bentuk-bentuk pemberdayaan yang disebutkan oleh beberapa ahli yaitu:
1. Bentuk pemberdayaan secara bantuan sosial adalah, pemberdayaan yang
berorientasi pada pemberian bantuan secara langsung seperti bantuan
langsung tunai berupa uang atau bantuan langsung berupa alat-alat, seperti
yang di ungkapkan oleh beberapa sumber dalam penelelitian salah satunya
Endang susilowati koordinator program buruh Migran:
“Pelatihan menjahit ini pernah dilakukan sekali pada tahun 2016, dimana
panca karsa berkolaborasi dengan Panti sosial Karya Wanita (PSKW)
Mataram, dalam pelatihan ini mantan buruh migran diberikan pembelajaran
dalam menjahit serta alat alat yg dibutuhkan untuk menjahit satu orang
mendapatkan satu alat, dimana pelatihan ini dilatarbelakangi oleh mantan
80 Totok mardikanto,2012 pemberdayaan masyarakat dalam perspektif kebijakan
public,bandung,alfabeta hal.197
68
buruh migran yang diberdayakan adalah mantan buruh migran wanita saja
sehingga perlu untuk mereka memiliki keahlian yang bisa mereka kerjakan
dirumah tanpa harus bekerja meninggalkan keluarga dan bertujuan agar
mereka dapat mandiri, menciptakan lapangan kerja sendiri dengan skill yang
dimiliki. Beberapa alat yang diberikan sebagai penunjang kerja adalah: satu
buah mesin jahit, benang, gunting, alat meteran, polpen, buku, penggaris dan
beberapa alat penunjang lainnya begitupun dengan pelatihan yang lain setiap
ada pelatihan mereka juga langsung kita berikan alat penunjangnya”81
Dari hasil wawancara di atas kita dapat mengetahui bentuk pemberdayaan
secara bantuan sosial yang dilakukan oleh Panca Karsa Mataram meliputi 1).
Pelatihan membuat abon ikan gabus, 2).Pelatihan membuat keset dan bros, 3).
Pelatihan membuat tas, 4). Pelatihan menjahit, 5). Pelatihan pembuatan tempe
dan tahu
2. Bentuk pemberdayaan dengan pengembangan kapasitas dimana
pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas teknis dan pada
hakekatnya penguatan kapasitas (capacity building) orang agar dapat tumbuh
dan berkembang sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan pada
gilirannya memberdayakan masyarakat.82
Bentuk pemberdayaan secara pengembangan kapasitas ini menjadi salah satu
bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Perkumpulan panca Karsa
81 Wawancara dengan Endang Susilowato Koordinator Program Buruh Migran Perkumpulan Panca Karsa Mataram 21 November 2017 82 Milly mildawati dalam wawancara dengan academia.edu 2013
69
mataram terhadap pemberdayaan mantan buruh migran wanita, pernyataan ini
dikuatkan oleh hasil wawancara dengan syamsudin selaku kepala
Perkumpulan Panca Karsa Mataram:
untuk memberdayakan mantan buruh migran panca Karsa memiliki beberapa
strategi pemberdayaan salah satunya pelatihan lifeskill untuk mantan buruh
migran wanita agar memiliki usaha sampingan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup 83
pernyataan ini dikuatkan juga oleh pernyataan salah satu koordinator Program
pemberdayaan Endang susilowati yang menyatakan:
“ Dalam memberdayakan Mantan buruh migran wanita kami selaku organisasi
yang merasa bertanggung jawab untuk itu, selalu ingin membantu
mensejahterakan mereka (mantan buruh migrant wanita) apalagi mereka yang
pulang karna masalah seperti kekerasan atau penipuan dan masalah lainnya
yang membuat mereka jera untuk pergi atau membuat mereka tidak memiliki
uang remiten(hasil selama bekerja) untuk dibawa pulang sebagai modal usaha,
kami berusaha membantu mereka dengan memberdayakan mereka dengan
mengajarkan keahlian-keahlian secara berkelompok yang nantinya bisa
dijadikan ladang usaha untuk menambah penghasilan, kami juga
berkoordinasi dengan desa atau kelurahan serta pelaksana dilapangan dalam
bentuk pemberdayaan yang akan kami laksanakan. Serta membantu mereka
membuat kelompok untuk pengelola dana bergulir sistem kerja seperti koprasi
simpan pinjam, mereka yang mengumpulkan mereka juga yang memakai.
Dalam pemberdayaan kami berkoordinasi dengan pelaksana DESBUMI dan
kepala desa atau penanggung jawab DESBUMI lalu informasi akan
83 Wawancara dengan Syamsudi 21 November 2017
70
disebarkan oleh PBMI di desa kepada masyarakat khususnya Mantan buruh
migran wanita dan keluarga buruh migran”84
Dari hasil wawancara di atas diketahui pemberdayaan dengan bentuk
pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh Perkumpulan Panca Karsa
Mataram yakni meliputi Pelatihan-pelatihan Lifeskill seperti 1).Pelatihan
pembuatan abon ikan gabus 2).Pelatihan membuat keset, 3).Pelatihan
menjahit, 4). Pelatihan membua tas, 5). Pelatihan membuat temped an tahu.
B. Strategi Pemberdayaan Mantan Buruh Migran Wanita Oleh Perkumpulan
Panca Karsa Mataram
Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan proses
dimanamasyarakat diberikan kepercayaan agar dapat menentukan proses
pembangunan yang dibutuhkan mereka sendiri, sementarapemerintah dan
lembaga lainmempunyai peran sebataspendukung dan memfasilitasi.Pendekatan
pemberdayaanmasyarakat ini akan mengantarmasyarakat dalam berproses
untukmampu menganalisa masalah danpeluang yang ada serta mencari
jalankeluar sesuai sumberdaya yangmereka miliki. Memberdayakanmasyarakat
adalah untukmeningkatkan harkat dan martabatlapisan masyarakat yang
dalamkondisi sekarang tidak mampu untukmelepaskan diri dari
perangkapkemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
adalah memampukan danmemandirikan masyarakat.85
84 Wawancara dengan ending susilowati 21 November 2017 85 Rasyad dan Suparna 2003 pengenmbangan dan pemberdayaan Masyarakat, Universitas Negri Malang hal.44
71
Maka dari itu perlu adanyastrategi pemberdayaan masyarakat, strategi
yangdigunakan dalam pendekatan pemberdayaan yang berpusat pada
rakyat.Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat
untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal yang ditempuh melalui
kesanggupanmelakukan kontrol internal atassumber daya materi dan
nonmaterialyang penting melalui redistribusimodal atau kepemilikan.86
dilihat
dari bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Perkumpulan Panca Karsa
Mataram dapat digolongkan kedalam strategi pemberdayaan secara berkelompok
dimana klien yang diberdayakan bukannlah perorangan atau individual. Strategi
pemberdayaan Aras Mezzo adalah Pemberdayaan yang dilakukan terhadap
sekelompok klien pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dalam sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapinya.87
Aras mezzo dibutuhkan strategi dengan cara pendidikan pemberdayaan,
dinamika kelompok kerjasama kelompok, memecahkan masalah
pemberdayaan.88
yang dapat dijelaskan sebagai berikut berdasarkan hasil
penelitian: Pendidikan pemberdayaan yang dilakukan Panca Karsa selama ini
86
Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Edisi Revisi). Bandung:Humaniora Utama Press
(HUP)Penerbit Buku Pendidikan hal.14 87
Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan rakyat hal. 68-69 88 Suprijatna, Tjahja. 2000, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, Rineka Cipta. Jakarta
72
memberikan tujuan untuk memberikan kesadaran, pengetahuan dan keahlian
pada masyarakat mantan buruh migran wanita pada waktu dilaksanakan
kumpulan warga tiap bulan baik itu tingkat RT-RW dan juga pada saat
perkumpulan tingkat Kelurahan. Salah satu pendidikan pemberdayaan yang telah
dilakukan antara lain pendidikan pembuatan Abon ikan gabus, yaitu pendidikan
pembuatan abon ikan gabus yang di dimana dilaksanakan oleh mantan Buruh
migran wanita secara berkelompok. Pernyataan ini didukung oleh wawancara
dengan Salah seorang mantan buruh migran Aprianti yang berasal dari Desa
Darek:
“Kami mengerjakannya secara bersamaan tidak dikerjakan oleh
perorangan, dan kami mengerjakannya disalah satu rumah yang telah disepakati
bersama dan kami kerjakan bersama”89
Hasil wawancara dengan Ketua Perkumpulan panca karsa Syamsudin
juda dapat menguatkan Pendapat bahwa Panca Karsa dalam pemberdayaan
mantan buruh migran wanita menggunakan strategi pemberdayaan yakni
asas Mezzo sebagaimana yang pernah di ungkapkannya:
“Perkumpulan Panca Karsa dengan Mantan Buruh Migran Wanita yang di
berdayakan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan cara
melakukan kerjasama antara Perkumpulan Panca Karsa dan warga mantan buruh
migran wanita dalam menentukan pemberdayaan yang akan dilaksanakan dan
Panca Karsa memberikan bimbingan, masukan mengenai pemberdayaan yang
akan dilaksanakan melalui rapat bersama dengan warga Kelurahan atau desa.
Pemerintah Kelurahan atau desa dan warga saling berkerjasama, saling
berpendapat dalam menyusun, merencanakan, menentukan pemberdayaan yang
akan dilaksanakan yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan, keinginan
89 Wawancara dengan Aprianti 21 November 2017
73
masyarakatdan dalam pelaksanaannya Panca Karsa memberikan pengawasan
terhadap pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.”90
Berdasarkan semua yang telah disampaikan diatas, selanjutya disini penulis
menyampaikan beberapa strategi pemberdayaan yang dilakukan pada
Perkumpulan Panca Karsa Mataram, yang diantaranya adalah:
1. Pembentukan DESBUMI dan PBMI
Seperti yang disampaikan pada pemaparan data DESBUMI adalah
singkatan dari Desa Peduli Buruh Migran Indonesia, Pembentukan
DESBUMI memiliki tujuan khusus dalam pembentukannya, yaitu untuk
melindungi nasib para buruh migran Indonesia yang banyak diantara
mereka nasibnya hingga kini sangat memperihatinkan.
Pembentukan DESBUMI ini menurut penulis agar semua mantan
buruh disana lebih terperhatikan, mengapa hal ini diperlukan, karena
seperti analisa penulis bahwa keadaan mereka masih memperhatikan.
Masih adanya kekerasan, penipuan dan kemiskinan yang dialami para
mantan buruh migran ini membuat pementukan DESBUMI sebagai upaya
memberdayakan mereka, baik dari segi financial mereka atau kemampuan
mereka, melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang ada.
Selain DESBUMI dibentuk juga PBMI, yaitu kelompok Pemerhati
Buruh Migran Indonesia anggotanya pun berasal dari mantan buruh migran
90 Wawancara dengan Syamsudin 21 November 2017
74
yang berasal dari setiap dusun atau RT dari Desa atau kelurahan tersebut.
keduanya terbentuk dari dorongan dari Perkumpulan Panca karsa mataranm
kepada Desa atau Kelurahan yang memang sudah menjadi target
Perkumpulan Panca Karsa.
DESBUMI ini menjadi salah satu wadah dalam menyalurkan
Informasi kepada masyarakat khususnya mantan buruh migran wanita, dan
selaku pelaksana lapangan untuk program-program yang yang dilakukan
Perkumpulan Panca Karsa serta Desa terkait Untuk pemberdayaan mantan
buruh migran wanita. Lalu pembentukan PBMI diharapkan agar apapun
berita, acara yang terkait Mantan buruh migran wanita dapat tersalurkan
kepada seluruh Masyarakat di desa terkait.
2. Pelatihan Lifeskill
Lifeskill adalah keterampilan hidup yang diperoleh melalui latihan
atau pengalaman dan melalui belajar. 91
Pelatihan lifeskill menjadi salah
satu strategi dalam pemberdayaan mantan buruh migran wanita yang
dilakukan oleh Perkumpulan Panca Karsa Mataram.Pemberian latihan
lifeskill diharapkan agar mereka mampu memiliki keterampilan dan
menambah ilmu para mantan buruh migran ini sebagaibekal mereka
nantinya.
91Dr. Anwar, M.Pd, pendidikan kecakapan hidup, alfabeta hal.22
75
Pelatihan lifeskill sangan penting untuk diajarkan kepada mantan
buruh migran, karena seperti yang penulis analisa bahwa hampir semuanya
adalah wanita.Seperti yang disampaikan pemberian pelatihan untuk
menunjang keterampilan mereka dan diharapkan mereka dapat membuka
peluang usaha dirumah atau sekitar wilayah mereka.
3. Pengorganisasian Masyarakat dan kerjasama
strategi pemberdayaan ini bertujuan untuk menciptakan Pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat (PPM) atau community organization or
comunity development (COCD) merupakan perencanaan,
pengorganisasian, atau proyek dan atau pengembangan berbagai aktivitas
pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang tujuan utamanya
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat. Sebagai
suatu kegiatan kolektif, melibatkan beberapa aktor, seperti pekerja sosial,
masyarakat setempat, lembaga donor, serta instansi terkait yang saling
bekerja sama mulai dari perancangan, pelaksanaan, samapai evaluasi
terhadap program atau proyek tersebut.92
Menurut hasil wawancara diatas dapat diketahui pemberdayan melalui
pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Perkumpulan Panca
Karsa Mataram dengan membentuk kelompok pengelola dana semi
koprasi.
92 Isnawati,
76
Diungkapkan juga pengertian Organisasi sosial oleh beberapa ahli
serta tujuan pembentukannya diantaranya: Community Organization adalah
suatu proses untuk memelihara keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan
sosial dengan sumber-sumber kesejahteraan sosial dari suatu masyarakat
tertentu atau suatu bidang kegiatan tertentu (Arthur Dunham,)
Community Work adalah suatu proses membantu masyarakat untuk
memperbaiki masyarakatnya melalui kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama (Alan Twevetrees)
Masyarakat dalam konteks pengembangan dan pengorganisasian,
diartikan sebagai sebuah „tempat bersama‟ yakni sebuah wilayah geografi
yang sama (Mayo), misalnya RT,RW,kampung di pedesaan, perumahan di
perkotaan.
Menurut Murray G. Ross, PPM adalah suatu proses ketika suatu
masayarakat berusaha menentukan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-
tujuannya, mengatur atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan
hasrat untuk memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari dalam
ataupun dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan
sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya ini, dan dalam
pelaksanaan keseluruhannya, memperluas dan mengembangkan sikap-
sikap dan prakti-praktik kooperatif dan kolaboratif di dalam masyarakat
77
Sebagaimana teori diatas dikuatkan dengan hasil wawancara dengan pak
syamsudin:
“Perkumpulan Panca Karsa dengan Mantan Buruh Migran Wanita yang di
berdayakan dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat yaitu dengan cara
melakukan kerjasama antara Perkumpulan Panca Karsa dan warga mantan
buruh migran wanita dalam menentukan pemberdayaan yang akan
dilaksanakan dan Panca Karsa memberikan bimbingan, masukan mengenai
pemberdayaan yang akan dilaksanakan melalui rapat bersama dengan warga
Kelurahan atau desa. Pemerintah Kelurahan atau desa dan warga saling
bekerjasama, saling berpendapat dalam menyusun, merencanakan,
menentukan pemberdayaan yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan
kondisi, kebutuhan, keinginan masyarakat dan dalam pelaksanaannya Panca
Karsa memberikan pengawasan terhadap pemberdayaan masyarakat yang
sedang dilaksanakan.” 93
B. Kendala-kendala Dalam Pemberdayaan Mantan Buruh Migrant Wanita
Oleh Perkumpulan Panca Karsa Mataram
Pemberdayaan yang dilakukan oleh panca karsa sudah dapat
membuahkan hasil tapi tidak seluruh mantan buruh migrant bisa diberdayaakan
oleh Panca Karsa banyak kendala yang dihadapi oleh Panca Karsa yaitu kendala
dari internal Panca Karsa dan Eksternal yaitu masyarakat yang dibina.
Pengertian kendala adalahhalangan atau rintangan.kendala memiliki arti
yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.
Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu kendala yang
93 Wawancara dengan syamsudin (kepala Perkumpulan Panca karsa Mataram), 21 November 2017
78
mengganggu pekerjaan tersebut. kendala merupakan keadaan yang dapat
menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap
manusia selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri
manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia.94
Kendala cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal
yang dikerjakan oleh seseorang.Dalam melakukan kegiatan seringkali ada
beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan
dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya.Hal itu
merupakan rangkaian hambatan yang dialami seseorang dalam belajar.hambatan
belajar adalah suatu hal atau peristiwa yang ikut menyebabkan suatu keadaan
yang menghambat dalam mengaplikasikannya pada saat proses pembelajaran
berlangsung.95
Hasil dari sebuah prestasi tidak terlepas dari hambatan yang ada pada
kedua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Djoko Pekik
Irianto, yaitu:
a. Faktor internal, merupakan pendukung utama tercapainya prestasi olahraga
sebab faktor ini memberikan dorongan yang lebih stabil dan kuat yang
muncul dari dalam diri olahragawan.
b. Faktor eksternal, merupakan penguat yang berpengaruh terhadap kualitas
latihan yang selanjutnya.
94Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385) 95
Rochman Natawijaya,dalam Sutriyanto konsep dasar, 2009
79
1. Kendala Internal
Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pemberdayaan mantan buruh
migrant ini.Kendala internal berasal dari dalam Panca Karsa sendiri,
diantaranya:
a) Tenaga ahli dan pegawai
Tenaga ahli dan pegwai disini dapat penulis katakan sebagai kendala karena
jumlahnya yang sedikit.Kekurangan SDM pada Panca Karsa yang dapat
memantau langsung berjalannya proses Pemberdayaan membuat jalannya
pemberdayaan menjadi terkendala yang juga membuat kurangnya ide
kreatif dalam pemberdayaan yang dapat membuat mantan buruh migran
tidak memilih menjadi buruh migran kembali. Serta kurangnya tenaga ahli
yang dapat membantu panca karsa dalam memberdayakan para mantan
buruh migran, kekurangan dana juga menjadi kendala dalam panca karsa
meluaskan daerah pemberdayaan.
b) Anggaran dana
Anggaran atau dana yang sangat minim pada Perkumpulan Panca Karsa ini
secara tidak langsung juga mempengaruhi jalannya pemberdayaan yang
dilakukan. Seperti yang penulis sampaikan bahwa walaupun dana atau
anggaran ini dikumpulkan namun jumlahnya masih sangat jauh untuk
mencukupi jalannya proses pemberdayaan ini. Begitupun anggaran yang
diberikan kepada kelompok DESBUMI merupakan sisa-sisa dari anggaran
80
program lain. Oleh karena itu belum adanya anggara dana khusus
mengakibatkan kendala yang membuat proses pemberdayaan terganggu.
c) Terbatasnya waktu bimbingan
Dalam waktu bimbingan yang diberikan kepada mereka masih sangat
terbatas dan juga bisa dikatakan sangat kurang karena dalam proses
pemberian bantuan terjadi cuma beberapakali maksudnya tidak dilakukan
setiap hari. Pada saat pelatihan waktunya sangat singkat.Pelatihan-pelatihan
seperti lifeskill dan softskill hanya sebentar saja sehingga penyerapan ilmu
yang sudah disampaikan dalam bimbingan belum bisa maksimal. Sementara
seperti yang penulis sampaikan bahwa tuntutan hidup makin besar membuat
mereka yang menerima bimbingan menginginkan bimbingan singkat yang
nantinya akan mampu memberikan penghasilan pada penerapannya. Hal ini
yang membuat mereka hanya mengutamakan penghasilan dibandingkan
mengutamakan ilmu dari bimbingan yang didapat.
d) Pemasaran
Hasil dari pemberian pelayanan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh
perkumpulan panca karsa ini sudah dapat menghasil suatu produk-produk
yang nantinya dapat dipasarkan untuk menunjang kehidupan ekonomi
mereka.
Namun yang terjadi selanjutnya adalah kendala pada saat pemasaran,
disebabkan oleh belum adanya pihak yang dapat dijadikan sebagai partner
untuk kerjasama untuk memasarkan produk-produk hasil
81
pemberdayaan.Produk hasil pemberdayaan hanya dapat dipasarkan hanya
disekitar rumah-rumah mereka, belum ada yang mampu memasarkan hasil
produksi mereka sampai ke kota-kota atau pasar yang lebih besarsehingga
harga jualnya masih rendah.
2. Kendala eksternal
Yang berasal dari luar Panca karsa banyak sekali kendala yang dihadapi
oleh Perkumpulan Panca Karsa dalam memberdayakan mantan buruh migran
dari
a) Kurangnya dukungan pemerintah
Kurangnya dukungan pemerintahdalam membantu menyokong
peraturan perlindungan terhadap buruh migran indonesia, tidak adanya
dukungan dalam pemberdayaan mereka, menimbulkan banyak masalah,
salah satunya kurang percaya masyarakat yang dibina untuk membuka
usaha.
b) Pola pikir masyarakat
Pola pikir masyarakat juga masih mementingkan hasil daripada
kemandirian untuknya, pola fikir masyarakat atau mindset masyarakat
menjadi kendala besar dalam pemberdayaan mantan buruh migran,
dimana mereka memiliki pola fikir bahwa menjadi pelaku usaha lebih
banyak resiko dan susah untuk membuat mereka menyokong kebutuhan
82
hidup, lebih baik menjadi tenaga kerja yang hanya tinggal menunggu
gaji tanpa harus memikirkan modal kembali untung atau rugi.
c) Taraf pendidikan yang rendah
Pendidikan yang rendah juga menjadi salah satu kendala dalam
pemberdayaan mantan buruh migran wanita karena banyak diantara
mereka tidak bisa baca tulis.Pemberdayaan untuk mereka dirasa sangat
kuang dapat berjalan dengan maksimal, hal ini membuat pemberdayaan
yang banyak diberikan kepada mereka hanya berupa pelatihan softskill
seperti yang telah dilakukian selama ini. Kegiatan pemberdayaan yang
dirasa penting untuk mereka sebenarnya dapat berupa pelatihan atau
pemberian pendidikan non formal semisal pelatihan atau pendidikan
komputer yang nantinya akan dapat memberikan peluang yang lebih
beasa bagi mereka untuk mendapat atau mencari pekerjaan disekitaran
wilayahnya.
83
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
peneliti dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk –bentuk pemberdayaan mantanburuh migrant wanita yang dilakukan
oleh Perkumpulan Panca Karsa diantaranya berupa pelatihan lifeskill untuk
menunjang kehidupan mereka.
a) Pelatihan pembuatan Tahu Tempe
b) Pelatihan menjahit
c) Pelatihan membuat keset dan tas
d) Pelatihan pengolahan ikan gabus menjadi abon
e) Pembentukan kelompok pengelola dana semi koprasi
2. Strategi pemberdayaan mantan buruh migran wanita oleh Perkumpulan Panca
Karsa Mataram yaitu:
a) Pembentukan DESBUMI yaitu (Desa peduli Buruh Migran Indonesia)
b) Pembentukan organisasi PBMI (Pemerhati Buruh Migran Indonesia)
c) Pelatihan Lifeskill sebagai Wadah penguatan kapasitas mantan buruh
migran wanita.
d) Pembentukan Organisasi dan kerjasama yang melibatkan objek
pemberdayaan, dengan melibatkan objek pemberdayaan aktif dalam
84
memberdayakan itu lebih efisien karna ada feedback dari masyarakat
yang akan diberdayakan
3. Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh perkumpulan Panca Karsa
dalam pemberdayaan Mantan Buruh Migran wanita yaitu:
a) Kurangnya tenaga ahli
b) Kurangnya anggaran dana
c) Kurangnya dukungan pemerintah
d) Pola pikir masyarakat yang belum brani men jadi pelaku usaha
e) Masih lebih memetingkan hasil daripada ilmu dan kemandirian
f) Keterbatasan waktu bagi pembimbing/pelatih
g) Taraf pendidikan rendah
h) Kurangnya steakholder guna kerjasama yang memudahkan pemasaran
produk
B. Saran-saran
Strategi dan bentuk-bentuk pemberdayaan pada buruh migrant wanita oleh
Perkumpulan Panca Karsa mataram memang sudhah bagus sekali, walaupun
demikian masih banyak yang harus menjadi pembelajaran untuk perkumpulan
Panca Karsa dalam pemberdayaan yang lebih menyeluruh, dan meningkatkan
minat masyarakat dalam pembinaan, berikut beberapa hal yang dapat menjadi
saran yaitu:
1. Perlunya diadakan sosialisasi lebih dikalangan pemerintah guna mencari
steakholder untuk memasarkan hasil pelatihan yang diajarkan, agar mereka
85
memiliki lahan usaha juga, karna akan percuma jika hanya diajarkan saja tapi
tidak ada tempat untuk dipasarkan.
2. Dalam menghadapi kendala yang ada Perkumpulan Panca Karsa mataram
harus lebih kreatif dalam memecahkannya, seperti halnya menumbuhkan minat
belajar mereka
3. Selain itu pendataan terhadap anggota harus rutin dan terkendali, mengingat
tidak adanya data tetap dari anggota yang mengikuti pemberdayaan dikarenakan
anggota yang tidak tetap selalu berubah ubah .
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrasid.2015. Strategi Lembaga PPK Dalam Menanggulangi Anak Korban
Exploitasi Di Desa Suka Makmur Kecamatan Gerung Lobar. Skripsi IAIN
Mataram : Mataram.
Ana Sabhana Azmy. 2009. Negara Dan Buruh Migran Perempuan. Tesis Universitas
Indonesia : Jakarta.
Anwar. 2007.Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Alfabeta : Bandung.
A.Soetami. 2007.Pengantar TatahukumIndonesia Edisi Revisi. PT Refika Aditama :
Bandung.
Atun Wardatun. 2011. Perempuan Mendunia, Siapa Takut?.Alam Tara Institute :
Mataram.
Bungin, B. 2007.Penelitian Kualitatif. Pranada Media Group : Jakarta.
Daran Prints. 1994. Hukum Ketenagakerjaan. PT. Citra Aditya Bakkti : Bandung.
Edi suharto,Ph.D. 2010. CSR dan COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan Di
Era Globalisasi.Alfabeta : Bandung.
Edi Suharto, Ph.D. 2014.“Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat” . PT.
Refika Aditama : Bandung.
Husein umar.2001.Strategic In Action. Gramedia Pustaka: Jakarta.
Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Edisi Revisi).
Bandung:Humaniora Utama Press (HUP)Penerbit Buku Pendidikan
Kesi Widjajanti. 2011. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volum 12,Universitas Negri
Semarang : Semarang.
Moleong,Lexi. 2005.Metodelogi Penelitian Kualitatif .Remaja Rosdakarya : Bandung.
Muhadjir, Noeng. 2000.Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin : Yogyakarta.
Nazir, Muh. 1983. Metode Penelitian.Ghalia Indonesia :Jakarta.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif . PT LKiS Aksara : Yogyakarta.
Ratna Mulhumah. 2010. Wanita Dalam Belitan Problem Ketenagakerjaan. Jurnal
Qawwan,vo.4 no.2.
87
Risyanti Riza dan H. Roesmidi. 2006.Pemberdayaan Masyarakat. Alqaprint
Jatinangor : Sumedang.
Rr. Suhartini,Halim Imam,khambali(eds).2005. Model-Model Pemberdayaan
Masyarakat.pustaka pesantren : Yogyakarta.
Rasyad dan Suparna 2003 pengenmbangan dan pemberdayaan Masyarakat,
Universitas Negri Malang
Suharsimi, Arikunto. 2006. Metodologi Penelitian Suatu pendekatan Praktik.Rineka
Cipta :Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kualitatif,Kuantitatif Dan R&B. Alfabeta : Bandung.
Suprijatna, Tjahja. 2000, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, Rineka Cipta.
Jakarta.
Wahab Wahabi. 2009.Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran Dan Kasus
Perceraian.Skripsi UIN Malik Ibrahim : Malang.
88
89
90
91
92