strategi pembinaan kerukunan umat beragama
DESCRIPTION
Dimodifikasi dari materi dalam Kurikulum Diklat Penggerak kerukunan Umat Beragama Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan KeagamaanTRANSCRIPT
Strategi Pembinaan KerukunanUmat Beragama
Materi 2
DIKLAT SUBSTANTIF
PENGGERAK KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
DI WILAYAH KERJA
Widyaiswara Muda
Balai Diklat Kegamaan Bandung
Firman Nugraha
Memahamai landasan kerukunan di Indonesia
Strategi implementasi pembinaan kerukunan di Indonesia
Pemberdayaan FKUB
Tujuan
Landasan Kerukunan
Materi Pokok I Pluralisme
Multikulturalisme
PLURALISME:
John Hicks: Pluralisme, anggapan bahwa kebenaranmerupakan hal kolektif diantara semua agama
Oxford Dictionary: The Principle that These different groups can live together in peace in one society.
Ali Rabbani: Pluralisme sebagai kehidupan bersamasecara rukun dan tetap dalam keyakinan kebenaranmasing-masing.
PLURALISME –MULTIKULTURALISME?
MULTIKULTURALISME
Rob Reich, multikulturalisme deskriptif dan normatif.
Multikulturalisme deskriptif, kenyataan sosial yang mencerminkan adanya kemajemukan.
Multikulturalisme normatif berkaitan dengan dasar-dasar moral, yaitu adanya ikatan moral dari parawarga dalam lingkup negara/bangsa untukmelakukan sesuatu yang menjadi kesepakatanbersama.
H. M. Atho’ Muzhar:
Gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dantindakan, oleh masyarakat su-atu negara, yang majemukdari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namunmempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangatkebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggaanuntuk mempertahankan kemajemukan tersebut.
Multikulturalisme mendorong untuk:
Membagi pergerakan budaya menjadi dua.
ruang publik yang terbuka bagi seluruh etnis/kelompok/umatuntuk mengekspresikan dirinya dalam suatu tatanan budayabersama.
ruang privat, yang digunakan oleh masing-masingetnis/kelompok/umat mengekspresikan budayanya secaraleluasa.
Mengembangkan kebanggaan sebagai satu bangsa dan satunegara.
Menghargai dan menghormati hak-hak sipil, termasuk hak-hakkelompok minoritas.
Kesatuan dlm Keragaman:
Terbentuknya Wadah Integratif
Eksistensi Ciri Lokal
Terwujudnya Kontrak Sosial
Dukungan Antar Kelompok
Tumbuhnya Format Kearifan Sosial
Adanya Alternatif Integratif
MEMBANGUN SEMANGAT MULTIKULTUR
Kerjasama dlm Kemajemukan
Kesadaran Interdependensi
Terbentuknya Wadah Paguyuban
Terbentuknya org Profesi
Unit-unit Pemerintahan Desa
Aktivitas Kenegaraan
Model dan StrategiKerukunan
Materi Pokok IIPancasila di Indonesia
Laicite di Francis
MENCARI MODEL KERUKUNAN
PANCASILA
Model of living togetherness in Indonesia
Bukan negara agama sekaligus bukan negarasekuler
LAICITE
Francis Sekuler, memisahkanagama dan negara
Negara tidak mengakuiapapun bentuk agama
Negara menjaga kebebasanberagama dan berfikir
Melidungi setiap pemelukbukan dasar metafisik, melainkan memelihara hakindividu.
Indonesia
Agama menjadi wilayahpublik
Pengakuan agama diaturundang-undang
Negara turut membiayaiacara keagaman danpebangunan saranaagama termasuk aturanperibadatan
Francis
Agama merupakanprivate area
Atheis diakui
Netral terhadap agama dan keuangannya
UUD 1945 (Pasal 28E memberi penegasan, bahwa: (1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilihpendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilihkewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara danmeninggalkannya, serta berhak kembali”; dan (2) “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikirandan sikap, dan hati nuraninya)
UU No.1/pnps/ Tahun 1965 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang melalui ketentuan Undang-Undang No.5 Tahun 1969 no 39 tahun 1999 ttg HAM
UU no 23 tahun 2006 ttg adminduk
UU no 7 tahun 2012 ttg penanganan konflik sosial
Intervensi Negara thd PemelukanAgama
Diantaranya:
Penetapan Presiden no 1 tahun 1965 ttg pencegahanpenyalahgunaan dan/atau penodaan agama
Keputusan Jaksa Agung RI nomor Kep-108/J.A/5/1984 tentangpembentukan Tim Koordinasi Pengawasan Aliran KepercayaanMasyarakat
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negerinomor 8 dan 9 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepaladaerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunanumat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umatberagama dan pendirian rumah ibadah
Pemerintahdan pembinaan kerukunan
Memberdayakan institusi keagamaan
Membimbing umat beragama
Melayani dan memudahkan urusan ibadah penganut agama
Tidak mencampuri urusan dogma/aqidah sesuatu agama
Melindungi agama dari penodaan
Mendorong dialog dan kerjasama antar majlis dan org keagamaan
Mengembangkan wawasan multikultural
Fungsionalisasi local wisdom
Melakukan mediasi pada anggota masy yang dilanda konflik
Strategi
Pemberdayaan FKUB
Materi Pokok III
Forum Kerukunan Umat Beragama adalah wadah para pemuka agama yang bertujuan untuk memelihara kerukunan umat beragama di daerah,
Perlu pedoman organisasi dan tata kerja yang ditetapkan pada masing-masing daerah sesuai dengan tingkatannya.
Kongres FKUB II se-Indonesia sepakat untuk melakukan penyempurnaan rumusan keputusan kongres I FKUB se-Indonesia di Cipanas tahun 2007, rakornas FKUB se-Indonesia di Bandung tanggal 6-8 Agustus 2008 dan lokakarya FKUB se-Indonesia di Bogor Maret tahun 2009.
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
FKUB kabupaten/kota memberikan Saran dan Pendapat dalam merumuskan kebijakan umum pembangunan, pemeliharaan dan pemberdayaan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan kepada Bupati/Walikota.
Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan majelis-majelis agama.
Melakukan dialog antar umat beragama untuk memelihara kerukunan sesuai dengan tingkatannya.
Menampung aspirasi di kalangan umat beragama yang berkaitan dengan pemeliharaan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat.
Menyalurkan aspirasi umat beragama kepada Pemerintah Daerah dan Pusat Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan
kerukunan. Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan perselisihan yang berkaitan
dengan kerukunan umat beragama. Memberikan Rekomendasi Pendirian Rumah Ibadat dan pertimbangan izin
tempat ibadat sementara
Fungsi FKUB kabupaten/kota
Struktur FKUB Provinsi, Kabupaten, Kota, terdiri dari : Dewan Penasehat, Pengurus dan anggota,
Pengurus dipilih berdasarkan musyawarah mufakat oleh anggota FKUB,
Anggota merupakan wakil pemuka agama yang mewakili majelis-majelis agama,
Pengurus dan anggota dikukuhkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai tingkatannya
STRUKTUR ORGANISASI
Teknik Penyusunan StrukturOrganisasi
Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang danjumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang.
Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kotasebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkanperbandingan jumlah pemeluk agama setempat denganketerwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang adadi provinsi dan kabupaten/kota.
FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakilketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Dewan Penasehat berfungsi sebagai fasilitator dan mitra pengurus KUB dalam membangun, memelihara dan memberdayakan kerukunan umat beragama
Dewan Penasehat bertanggung jawab untuk penyediaan anggaran bagi kelangsungan program kerja FKUB serta menjadi fasilitator bagi FKUB agar dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.
Dewan Penasehat mengadakan rapat dengan Pengurus FKUB sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan.
Ketua Dewan Penasehat dapat melimpahkan pelaksanaan tugasnya kepada wakil ketua Dewan Penasehat.
DEWAN PENASIHAT
Dewan Penasehat FKUB Provinsi sebagaimana dimaksud pasal 7 ditetapkan oleh Gubernur dengan susunan keanggotaan :
Ketua adalah Wakil Gubernur;
Wakil Ketua adalah Kakanwil Kementerian Agama;
Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau sebutan lainnya dimasing-masing Provinsi;
Anggota Dewan Penasehat adalah Pimpinan Instansi terkait
DEWAN PENASIHAT PROPINSI
STRATEGI PENINGKATAN DAN PEMBERDAYAAN FKUB
Teknik Penyusunan Struktur Organisasi
Rencana Program
Penyelenggaraan Kegiatan
Teknik Kerja sama antar Lembaga
Strategi Dialog
Strategi Tampung Aspirasi
Strategi Penyaluran Aspirasi
Strategi Sosialisasi
Terimakasih
Semoga Berhasil
Andreas Anangguru Yewangoe (2009) Agama dan kerukunan. Jakarta: BPKGunung Mulia
Bashori A. Hakim (2008) Merajut Kerukunan Umat Beragama Melalui DialogPengembangan Wawasan Multikultural. Jakarta: Puslitbang KehidupanBeragama
Muhamad Ridwan Lubis (2006) Meretas wawasan dan praksis kerukunanumat beragama di Indonesia dalam bingkai masyarakat multikultural. Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama
Olah Herbert Schumann (2003) Agama dalam dialog: pencerahan,pendamaian, dan masa depan. Jakarta : BPK Gunung Mulia
---------- (2006) Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Weinata Sairin (2006) Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunanberbangsa: butir-butir pemikiran. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Buku terkait