strategi pemerintah daerah kabupaten …
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANGHARI
DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
MUKHAMAD ZAINAL ARIFIN
SIP. 162394
PEMBIMBING:
Dr. IRMAWATI SAGALA, S.I.P., M.S.I
TASNIM RAHMAN FITRA, S.Sy., M.H
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020 M / 1441 H
iii
MOTTO
الله ب يم سم ح الر حمه الر
ءآميف غ ت ٱبو راخ ءٱلارٱلدٱللهكات وسىتلوة ايوٱلد هم كبيص غ بتلوكيلإ ٱللههسحآأمهكس حٲو
رىٱلف ادسفٱل يهد س فمهٱلب ح يهلٱللنإ ض
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qishash: 77)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orangtua saya
Ibu dan ayah telah melalui banyak perjuangan dan rasa sakit
Tapi saya berjanji tidak akan membiarkan semua itu sia-sia
Saya ingin melakukan yang terbaik
Untuk setiap kepercayaan yang kalian berikan
Saya akan tumbuh untuk menjadi yang terbaik
Sudah empat setengah tahun menanti
Ini penantian yang sudah ditunggu-tunggu
Yaitu sebuah pencapaian akhir kuliah
Pencapaian ini adalah persembahan istimewa saya untuk ibu dan ayah.
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Strategi Pemerintah Kabupaten Batanghari Dalam
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan”. Kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari mengakibatkan permasalahan
lingkungan, hilangnya berbagai manfaat ekosistem dari hutan, dan potensi lain
yang terkandung di dalamnya termasuk keanekaragaman hayati. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi Pemerintah Kabupaten
Batanghari dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan,
kendala yang menghambat dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan
dan lahan, dan juga upaya yang sudah dilakukan oleh pihak yang terkait.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif tipe
pendekatan sosiologis empiris. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini ialah
strategi pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan
oleh Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Batanghari sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
mengatur dilihat dari upaya yang sudah dilakukan yaitu, pencegahan, pemadaman,
tindakan pasca kebakaran. Faktor penghambatnya ialah ketidaktahuan dan
kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan
yang ditimbulkan akibat pembukaan lahan dengan cara membakar. Kemudian
upaya yang dilakukan oleh BPBD adalah selalu memberikan pengarahan dan
sosialisasi kepada masyarakat.
Kata Kunci: BPBD, Kebakaran Hutan dan Lahan, Penanggulangan Bencana
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam rangka
menyelesaikan Studi Sarjana Satu (S1) pada Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya, dan berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph. D, sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag, M.H, sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Agus Salim, S. Th.I., M. A., M. IR., Bapak Dr. Ruslan Abdul
Gani, S.H, M.Hum., Ph, dan Bapak Dr. H. Ishaq, M.Hum, sebagai Wakil
Dekan I, II dan III di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
vii
4. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP., M. Si dan bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,
M.Hum, sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP. M.Si. MSHS dan bapak Tasnim Rahman Fitra,
S.Sy., M.H sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari
beserta anggota.
8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 2020
Penulis
Mukhamad Zainal Arifin
SIP. 162394
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .......................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 5
C. Batasan Masalah......................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
F. Kerangka Teori ........................................................................................ 7
G. Kerangka Konseptual ............................................................................ 20
H. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 21
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 23
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 24
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 25
D. Teknik Analisis Data ............................................................................. 27
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis ..................................................................................... 30
B. Demografi dan Keadaan Alam .............................................................. 31
C. Badan Penanggulangan Bencana Daerah .............................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
ix
A. Strategi Pemerintah Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran
Hutan Dan Lahan ................................................................................... 37
B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pencegahan Dan Pengendalian
Kebakaran Hutan Dan Lahan ............................................................... 62
C. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah ...................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 76
B. Saran ...................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Informan Penelitian………………………………………………..25
Tabel 2 Sarana dan Prasarana BPBD Kabupaten Batanghari ............................... 34
Tabel 3 Titik Karhutla Kabupaten Batanghari Tahun 2015-2019 ........................ 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Wilayah BPBD Kabupaten Batanghari ........................................ 29
Gambar 2 Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Batanghari .............................. 32
Gambar 3 Kegiatan Patroli ....................................................................................47
Gambar 4 Kegiatan Sosialisasi...............................................................................54
Gambar 5 Pemadaman Kebakaran.........................................................................57
Gambar 6 Penghijauan Hutan................................................................................60
Gambar 7 Akses Jalan ...........................................................................................64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Batanghari memiliki kekayaan alam yang masih alami dan asli
terdapat kekayaan flora yang belum dikelola secara maksimal, seperti kayu bulian,
kayu gaharu, dan hasil hutan lainnya seperti rotan, damar, dan madu kelulut.
Hamparan Hutan yang ada di Kabupaten Batanghari masih sangat luas. Dari
518.035 Ha luas Kabupaten Batanghari, 215.936 Ha di antaranya (41,68 persen)
adalah kawasan hutan, meliputi : Cagar Alam Durian Luncuk II seluas 41,37 Ha,
Tahura STS Sridadi 15,830 Ha, Kebun Raya Bukit Sari 315 Ha, Taman Nasional
Bukit Dua Belas seluas 43.331,89 Ha, Hutan Produksi Tetap di Kawasan Hutan
Serengam Hilir seluas 13.061 Ha, 1.800 Ha di antaranya dikelola oleh PT. Wana
Perintis, Tabir Kejasung 8.565 Ha, Pasir Mayang 76.736 Ha, 58.103 Ha dikelola
oleh PT. WKS dan 18.633 Ha dikelola oleh PT. Rimba Hutan Mas dan di
kawasan hutan Sungai Air Mato 8.713 Ha, 4.133 Ha di antaranya dikelola oleh
PT. Wana Kasita Nusantara. Selanjutnya Hutan Produksi Terbatas di kawasan
Hutan Sengkati Kehidupan seluas 10.739,3 Ha, 3.430 Ha di antaranya dikelola
oleh PT. WKS, dan kawasan hutan Sungai Jalan seluas 38.603,75 Ha yang
dikelola oleh PT. REKI. 1
Sumber daya hutan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia
yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Tujuan pengelolaan kehutanan
itu sendiri antara lain menjamin keberadaan hutan luasan yang cukup dan sebaran
1 https://www.batangharikab.go.id/bat/statis-20-bidangkehutanan.html. Diakses pada 03
November 2019, pukul 03:33 WIB.
2
yang proporsional, mengoptimalkan aneka fungsi hutan, meningkatkan daya
dukung daerah aliran sungai, meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
kapasitas dan keberadaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan
berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan
ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal dan menjamin
distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 2
Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu bencana yang sering
terjadi di Indonesia. Pada umumnya kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh
aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan untuk usaha perkebunan yang
berdampak negatif terhadap lingkungan dan perikehidupan manusia pada sektor
kesehatan, sosial dan ekonomi. Dampak yang menonjol dan dirasakan oleh
masyarakat adalah kabut asap yang sangat mengganggu kesehatan dan sistem
transportasi yang mempengaruhi perekonomian, baik lokal, regional, maupun
internasional.3
Kebakaran hutan juga menjadi bencana tahunan di Provinsi Jambi, di
mana Kabupaten Batanghari menjadi salah satu daerah yang mengalami
kebakaran hutan yang sangat parah. Sejak tahun 2016 sampai tahun 2019 kasus
kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus meluas. Berdasarkan data yang
dihimpun oleh BPBD Kabupaten Batanghari pada tahun 2016 terdapat sembilan
titik Karhutla dengan luas lahan terbakar mencapai 15,3 Ha. Pada tahun 2017
terdapat tujuh belas titik Karhutla dengan luas lahan terbakar mencapai 122,5 Ha.
2 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 164-165 3 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 47/Prementan/OT.140/4/2014
Tentang Brigade Dan Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Serta Pengendalian Kebakaran Lahan
Dan Kebun.
3
Sementara tahun 2018 jumlah Karhutla mencapai 45 titik dengan luas lahan
terbakar 477,97 Ha.4
Selama Agustus tahun 2019 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Batanghari mencatat ada 75 titik api yang tersebar di 7
kecamatan dengan luas lahan terbakar mencapai 189 Ha. Titik api yang terbanyak
yaitu di Kecamatan Bathin XXIV dan Kecamatan Muara Bulian. Dari data yang
terhimpun, Agustus ini paling banyak titik api yang ditemukan dibanding Juli lalu
yang mencapai 17 titik api dengan luas lahan terbakar 17,3 Ha. Dari Juli sampai
Agustus ada 92 titik api dengan luas lahan terbakar mencapai 206,3 Ha.
Memasuki September, setidaknya ada 52 titik api dengan luas lahan yang terbakar
mencapai 140,9 Ha. Adapun kasus kebakaran lahan terakhir yang sulit
dipadamkan yaitu di Kelurahan Muara Singoan, Simpang Kilangan, Muara Bulian
dan Tahura. Kebakaran tersebut sulit dipadamkan lantaran akses jalan menuju ke
lokasi tidak bisa dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua, dan sumber air
yang minim.5
Berdasarkan peraturan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
kehutanan apabila sosialisasi sudah dilakukan akan tetapi masyarakat masih
melakukan pembakaran hutan dan lahan sesuai aturan perundang-undangan
pelaku wajib dihukam dan kami harap kepada aparatur penegak hukum untuk
menindak lanjuti agar masyarakat kita ada efek jera dan kesadaran-kesadaran
yang timbul dari masyarakat agar bisa bekerjasama dengan pemerintah untuk
4 Hhtp://jambi.antaranews.com/nasional/berita/941049/tiga-tahun-terakhir-karhutla-di-
batanghari-meningkat. Diakses pada 27 Januari 2020, Pukul 14 : 05 WIB. 5 https://jambi.tribunnews.com/2019/08/25/189-hektare-lahan-di-kabupaten-batanghari-
terbakar-selama-agustus. diakses pada 03 November 2019, Pukul 03:00 WIB.
4
menjaga kelestarian hutan. Pada tahun 2019 ada 18 dari 22 palaku pembakaran
hutan di PT REKI ditetapkan sebagai tersangka. Mereka merupakan pendatang
baru dan mereka berasal dari Medan dan Riau adapun barang bukti yang
diamankan yaitu bibit tanaman kelapa sawit, mesin chainsaw, kayu bekas
terbakar, dan 4 buah derigen pelastik bekas isi BBM. Akibat kebakaran tersebut
kerugian negara mencapai angka 43 milyar.6
Kebakaran hutan di Kabupaten Batanghari telah menimbulkan kerugian
dan kerusakan lingkungan ekonomi, dan sosial yang berskala besar. Penyebab dari
kebakaran hutan ada dua, yakni; faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam,
seperti faktor musim, lahan gambut yang mudah terbakar serta kandungan mineral
yang tidak dapat dihindari. Sedangkan faktor manusia disebabkan tekanan jumlah
penduduk, kurangnya pemahaman atau arti penting hutan dan dampak dari
pembukaan lahan dengan cara membakar. Metode pembukaan lahan dengan cara
membakar banyak dilakukan karena anggap paling murah. Faktor ekonomi dan
tidak tersedianya teknologi yang memadai menjadi faktor pendorong terjadi
pembakaran hutan, meskipun dampak yang dihasilkan dari penerapan metode
tersebut tidak sebanding dengan hasilnya.7
Tingkat kebakaran hutan dan lahan telah mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2015. Namun, jumlah ini masih sangat besar dan
dampaknya menimbulkan banyak kerugian. Oleh karena itu, pemerintah setempat
hendaknya memberikan sanksi tegas kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan.
6 Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari. 7 Tuhulele Popi, Kebakaran Hutan di Indonesia dan Proses Penegakan Hukumnya
Sebagai Komitmen dalam Mengatasi Dampak Perubahan Iklim, Desember 2014, Vol.3 No.2,
hlm.126
5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “STRATEGI PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN BATANGHARI DALAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis kemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pencegahan dan
pengendalian kebakaran di Kabupaten Batanghari?
2. Apa kendala pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian
kebakaran di Kabupaten Batanghari?
3. Bagaimana upaya pemerintah kabupaten Batanghari mengatasi kendala
pencegahan dan pengendalian kebakaran?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak meluas dan tepat sasaran, serta mengingat waktu dan
dana juga dapat tercapainya kesesuaian judul yang diangkat tanpa menyalahi
sistematis penulisan karya ilmiah dan membatasi ruang lingkup penelitian serta
menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis memberikan batasan agar
tidak terjadi penyimpangan pembahasan dan tetap terfokus dalam pembahasan.
Penilis memberikan batasan masalah hanya fokus pada pemerintah dalam
pencegahan dan pengendalian kebakaran di Kabupaten Batanghari pada tahun
2019.
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui strategi pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian
kebakaran di Kabupaten Batanghari.
2. Ingin mengetahui kendala pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian
kebakaran di Kabupaten Batanghari.
3. Ingin mengetahui upaya pemerintah kabupaten Batanghari mengatasi
kendala pencegahan dan pengendalian kebakaran.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan bagi beberapa pihak di antaranya:
1. Untuk fakultas, penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan literatur pada fakultas syariah dan Jurusan Ilmu
Pemerintahan.
2. Untuk masyarakat, sebagai pengembangan ilmu pemerintahan yang
bermanfaat guna diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.
3. Untuk pemerintah daerah, diharapkan menjadi bahan masukan bagi semua
pihak khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Batanghari selaku pihak yang bertugas menanggulangi bencana
alam.
7
F. Kerangka Teori
Agar peneliti lebih terarah dan tepat sasaran, maka penulis menganggap
perlu menggunakan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna mendapatkan
konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:
1. Kinerja Pemerintah Daerah
a. Pengerian Kinerja Pemerintah Daerah
Istilah kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yaitu energi
manusia jika dikinetikakan atau dipekerjakan akan menghasilkan keluaran kerja.
Istilah lain yang sering dipergunakan untuk kinerja adalah performa, akan tetapi
istilah ini banyak digunakan untuk kinerja mesin. Dalam bahasa Inggris kata
padanan kinerja adalah performance.8
Menurut Lijan Poltak Sinambela, mengemukakan bahwa kinerja pegawai
didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan suatu keahlian
tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui
seberapa jauh kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya. Maka diperlukan penentuan kriteria yang jelas dan terukur, serta
ditetapkan secara bersama-sama untuk dijadikan sebagai acuan.9
Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam organisasi.
Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang telah dicapai oleh
suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi tidak dapat dilepaskan
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digunakan atau dijalankan oleh
8 Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 238. 9 Lijan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), hlm. 480.
8
pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan
organisasi tersebut.10
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika
individu atau kelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar
keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika
tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran maka kinerja pada
individu atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak
ukur keberhasilannya.11
Pemerintah atau Government dalam bahasa Indonesia berarti pengarahan
dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara,
negara bagian, atau kota dan pemerintah bisa juga berarti lembaga atau badan
yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara bagian, atau kota. Menurut
W.S Sayre pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi dari
negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya. Selanjutnya
menurut David Apter adalah satuan anggota yang paling umum yang memiliki
tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya dan
monopoli praktis yang menyangkut kekuasaan paksaannya.12
10
Ismail, Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja, (Jakarta: Kencana 2013), hlm.
212. 11
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2012), hlm. 95. 12
Ibnu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, (Refika Aditama, Jakarta, 2010),
hlm. 11.
9
Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Daerah
provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 1 Ayat
2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.13
b. Indikator Kinerja
Menurut Agus Dwiyanto terdapat lima indikator dalam mengukur kinerja
organisasi khususnya dalam birokrasi publik, di antaranya yaitu:14
1. Produktivitas, di mana indikator ini mengukur kinerja berdasarkan tingkat
efisiensi dan efektivitas kinerja pelayanan publik.
2. Kualitas layanan, di mana dengan melihat kualitas pelayan publik dalam
menjalankan suatu birokrasi, kepuasan masyarakat dapat menjadi salah
satu indikator pengukuran kinerja. Apabila masyarakat telah merasakan
kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan maka kualitas layanan
tersebut dapat dikatakan baik, namun apabila masyarakat belum puas
maka kualitas layanan kurang baik.
13
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 2 14
http:// ojs.unud.ac.id/index.php/citizen/article/view/14053. Diakses pada tanggal 28
Agustus 2020, pukul 13 : 12 WIB.
10
3. Responsivitas, di mana dengan indikator ini dapat mengukur kinerja
dengan melihat kemampuan birokrasi untuk mengetahui dan menangkap
kebutuhan publik. Hal ini dilihat dengan menyusun agenda dan prioritas
pelayanan serta penyusunan program maupun kegiatan yang berdasarkan
kebutuhan yang diperlukan masyarakat.
4. Responsibilitas, di mana indikator ini menjelaskan kesesuaian antara
pelaksanaan kinerja birokrasi publik dengan prinsip-prinsip administrasi
yang benar terhadap kebijakan birokrasi yang telah ditetapkan.
5. Akuntabilitas, di mana indikator ini dapat menunjukkan seberapa tingkat
kepatuhan kebijakan dan kinerja birokrasi publik pada pejabat politik yang
dipilih oleh rakyat.
Adanya indikator-indikator di atas maka kinerja organisasi khususnya
dalam memberikan pelayanan publik dapat diukur berdasarkan hasil pengukuran
kinerja selanjutnya dilakukan evaluasi kinerja untuk memberikan gambaran lebih
lanjut tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan maupun kegagalan
pelaksanaan suatu kegiatan dalam suatu organisasi. pelaksanaan evaluasi kinerja
ini dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan-perbandingan antara kinerja
nyata dengan kinerja yang direncanakan, kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun
sebelumnya, kinerja suatu organisasi dengan kinerja organisasi lain yang unggul
di bidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta. Dalam mengevaluasi kinerja
BPBD Kabupaten Batanghari akan lebih menggunakan perbandingan antara
kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. Selain itu juga menggunakan
perbandingan kinerja nyata dengan kinerja tahun sebelumnya.
11
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: lingkungan eksternal
organisasi, faktor internal organisasi, dan faktor pegawai. Adapun penjelasan nya
sebagai berikut:15
1. Lingkungan Eksternal Organisasi
Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi merupakan faktor yang tidak
dapat dikontrol oleh organisasi akan tetapi sangat mempengaruhi kinerja pegawai.
Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain adalah:
a. Faktor ekonomi mikro dan makro. Jika ekonomi makro dan mikro
memburuk dan inflasi meninggi yang berakibat barang dan jasa meningkat
sedangkan upah pegawai tetap, akan mempengaruhi nilai nominal upah
pegawai yang merosot daya belinya. Keadaan inilah yang menyebabkan
terjadinya perselisihan hubungan industrial setiap tahun berupa unjuk rasa
dan pemogokkan kerja.
b. Kehidupan politik. Kehidupan politik yang tidak stabil juga mempengaruhi
kinerja para pekerja. Di negara-negara yang kacau kehidupan politiknya
akan menimbulkan konflik politik yang mengganggu produktivitas tenaga
kerja. Akibatnya inflasi melangit dan produktivitas merosot drastis,
perusahaan bangkrut, dan buruh kehilangan pekerjaannya.
c. Kompetitor. Kompetitor merupakan faktor yang mempengaruhi
produktivitas suatu organisasi bisnis. Kompetitor mendorong perusahaan
untuk memperoduksi barang dan jasa lebih banyak dan lebih baik serta lebih
15
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 272.
12
murah untuk menciptakan keunggulan komperatif, keunggulan diferensial,
dan keunggulan kompetitif.
2. Faktor-faktor internal
a. Budaya organisasi. Tugas dari pada manajer SDM adalah menginternalisasi,
mencuci otak, dan mengajarkan melalui pelatihan isi budaya organisasi
kepada para pegawai sehingga mereka memahami dan menerapkannya,
sebagai panduan dalam memproduksi produk dan melayani para konsumen.
Manajer SDM juga mengawasi dan menegakkan pelaksanaan budaya
organisasi oleh para pegawai.
b. Iklim organisasi. Iklim organisasi merupakan persepsi para anggota
organisasi mengenai apa yang terjadi secara rutin dalam lingkungan internal
organisasi. Iklim organisasi sangat mempengaruhi sikap dan prilaku para
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya yang kemudian mempengaruhi
kinerja mereka. Oleh karena itu, tugas manajer adalah menciptakan suatu
iklim organisasi yang kondusif yang memungkinkan para pegawai dapat
melaksanakan tugasnya secara maksimal.
3. Faktor-faktor Pegawai
a. Etos Kerja. Etos kerja seorang individu dan suatu bangsa sangat
menentukan keberhasilan individu dan bangsa tersebut dalam mencapai
tujuannya. Para pegawai yang bertalenta yang menentukan keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya merupakan pegawai yang beretos
kerja tinggi.
13
b. Disiplin kerja. Salah satu perilaku pegawai yang mempengaruhi kinerjanya
adalah disiplin kerja. Perilaku disiplin pegawai adalah perilaku pegawai
yang memenuhi standar perilaku, kode etik, peraturan kerja, prosedur
operasi kerja yang ditetapkan oleh organisasi.
c. Kepuasan kerja adalah persepsi perasaan dan sikap orang mengenai
berbagai aspek dari pekerjaannya. Persepsi tersebut dapat positif yang
menimbulkan kepuasan kerja dan negatif yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja.
2. Manajemen Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut, dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, dan rekonstruksi bencana.
Secara umum, manajemen bencana bertujuan untuk mencegah dan membatasi
jumlah korban serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup, menghilangkan
kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban,
mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Ada lima komponen kesiagaan penanggulangan
bencana yaitu:
a. Kesiapan manajemen operasi penanggulangan bencana.
b. Kesiapan fasilitas penanggulangan bencana.
c. Kesiapan komunikasi penanggulangan bencana.
14
d. Kesiapan pertolongan darurat penanggulangan bencana.
e. Dokumentasi.
Suatu Kabupaten/Kota melakukan kesiapsiagaan bencana agar bisa
memastikan kondisi masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang
memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen bencana secara
terpadu.16
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi:17
a. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman
bencana.
b. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban ,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
c. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
16
Khambali, Manajemen Penanggulangan Bencana, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2017), hlm. 50-52. 17
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
15
d. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Strategi pengendalian kebakaran hutan menurut Saharjo merupakan semua
aktivitas untuk melindungi hutan dari kebakaran liar dan penggunaan api untuk
mencapai tujuan yang telah diteteapkan dalam pengelolaanhutan. Pengendalian
kebakaran hutan mencakup tiga komponen kegiatan yaitu:18
a. Pencegahan terjadinya kebakaran hutan
b. Pemadaman kebakaran hutan
c. Tindakan pasca bencana
3. Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
Adapun beberapa faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah:19
a. Penggunaan Api Dalam Persiapan Penggunaan Lahan
Masyarakat di sekitar kawasan hutan sering kali menggunakan api untuk
persiapan lahan, baik untuk membuat lahan pertanian maupun perkebunan seperti
sawit, karet, kopi, coklat. Salah satu faktor pendorong penggunaan api dalam
kegiatan pembukaan hutan atau lahan yaitu keterbatasan biaya yang relatif murah
dan dari segi waktu lebih cepat dengan hasil yang lebih memuaskan.
18 Adinugroho, W.C, dkk. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan, (Bogor: Wetlands
Internasional 2004). 19
Fachmi Rasyid, Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan, Jurnal Lingkar
Widyaiswara, (Edisi 1 No. 4, Oktober-Desember 2014, p. 47-59), hlm. 49-50
16
b. Adanya Kekecewaan Terhadap Sistem Pengelolaan Hutan
Berbagai konflik sosial sering kali terjadi di tengah-tengah masyarakat di
sekitar kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah konflik atas sistem
pengelolahan hutan dan tidak memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat.
Adanya rasa tidak puas masyarakat atas pengelolan hutan bisa memicu tindakan
anarkis tanpa memperhitungkan kaidah konservasi maupun hukum yang ada.
Minimnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan fungsi dan manfaat dari
hutan sangan berpengaruh terhadap tindakan mereka dalam mengelola hutan.
c. Pembalakan Liar atau Illegal Logging
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging lebih banyak menghasilkan
lahan-lahan kritis dengan tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi. Sering kali,
api yang tidak terkendali secara mudah merambat ke area hutan-hutan tersebut.
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging seringkali meninggalkan daun,
ranting, dan cabang yang semakin lama semakin bertambah dan menumpuk
jumlahnya di kawasan pembalakan hutan. Ketika musim kemarau tiba daun,
ranting, dan cabang tersebut akan mengering dan berpotensi terjadinya kebakaran
hutan.
d. Perambahan Hutan
Semakin banyaknya migrasi penduduk dalam kawasan hutan (perambahan
hutan) akan berdampak terjadinya kebakaran hutan. Semakin lama kebutuhan
hidup masyarakat akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah keluarga
dan semakin kompleksnya kebutuhan hidup. Hal tersebut membuat penduduk
17
untuk menambah luasan lahan garapan mereka agar hasil pertanian mereka dapat
mencukupi kebutuhan hidup.
e. Sebab Lain
Sebab-sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran adalah
faktor kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api. Kebiasaan yang
sering dilakukan masyarakat baik disengaja maupun tidak disengaja yaitu
membuang puntung rokok pada hutan dan lahan yang berisi dedaunan kering atau
di tempat yang berpotensi terjadinya kebakaran.
4. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
a. Kerugian yang ditimbulkan
Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai
isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadinya kebakaran besar
diberbagai belahan dunia pada tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas
25 juta hektar. Kebakaran hutan tahun 1997/98 mengakibatkan degradasi hutan
dan deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya
akibat pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat
kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi Karen perkiraan
dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya
yang terkait dengan emisi korban kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar.
Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003),
menunjukan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US
$ 2,84 milyar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai
dengan uang dan kerugian yangtidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut
18
mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu, kematian
pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya
yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata, transportasi.
b. Dampak pada keanekaragaman hayati
Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman
hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya
mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka
sehingga mudah tererosi, dan tidak tahan lagi menahan banjir. Karena itu setelah
hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai
daerah yang hutannya terbakar.
Hutan alam mungkin memerlukan ratusan tahun untuk berkembang
menjadi sistem yang rumit yang mengandung banyak sepesies yang saling
tergantung satu sama lain. Pada tegakan pohon-pohon yang ditanam murni,
lapisan permukaan tanah dan tumbuhan bawahnya diupayakan relatif bersih.
Pohon-pohon muda akan mendukung sebagian kecil spesies asli yang telah ada
sebelumnya. Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk
dapat dipanen dan tidak dapat digantikan dengan cepat, demikian jua
komunitasnya yang kompleks juga tidak mudah digantikan bila rusak.
Luas hutan hujan tropika di dunia hanya meliputi 7% dari luasan
permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50% total jenis yang ada di
seluruh dunia. Kenyataan ini menunjukan bahwa hutan hujan tropika merupakan
salah satu pusat keanekaragaman hayati terpenting di dunia. Laju kerusakan hutan
hujan tropika yang relatif cepat telah menyebabkan tipe hutan ini menjadi pusat
19
perhatian dunia internasional. Meskipun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas
bumi, tetapi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi meliputi: 10% dari total
jenis tumbuhan berbunga, 12% dari total jenis mamalia, 16% dari total jenis
reptilian, 17% dari total jenis burung, dan 25% dari total jenis ikan di seluruh
dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi pusat perhatian dunia
internasional dalam hal keanekaragaman hayatinya. 20
5. Peran Pemerintah Dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Selain melakukan pencegahan, pemerintah juga melakukan
penanggulangan melalui berbagai kegiatan anatara lain memberdayakan posko-
posko kebakaran hutan, serta melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang harus
dilakukan selama siaga I dan II. Dengan mobilitas semua sumber daya (manusia,
peralatan, dan dana) disemua tigkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan
maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan. Meningkatkan
koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat dan daerah. Meminta bantuan
luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan BOMBA dari
Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalbar; Bantuan pesawat
AT 130 dari Australia dan pesawar Hercules dari USA untuk kebakaran di
Lampung; Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya. 21
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. mengacu dari
20 Soemarsono dalam Popi Tuhulele, Kebakaran Hutan di Indonesia dan Proses
Penegakan Hukumnya Sebagai Komitmen dalam Mengatasi Perubahan Iklim, Jurnal Supremasi
Hukum, (vol. 3, No. 2, Desember 2014), hlm. 55-56. 21
Soemarsono dalam Popi Tuhulele, Kebakaran Hutan di Indonesia dan Proses
Penegakan Hukumnya Sebagai Komitmen dalam Mengatasi Perubahan Iklim, Jurnal Supremasi
Hukum, (vol. 3, No. 2, Desember 2014), hlm. 131.
20
peraturan diatas maka pemerintah daerah melakukan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan yaitu sebagai berikut: 22
a. Pencegahan
b. Pemadaman
c. Penanganan pasca kebakaran
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut
Saharjo antara lain:
a. Pencegahan terjadinya kebakaran
b. Pemadaman kebakaran hutan
c. Tindakan pasca kebakaran hutan.
G. Definisi Konseptual
1. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 23
2. Kebakaran Hutan dan Lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan
lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomi, ekologi, sosial, budaya, pendidikan, dan
kesehatan.
3. Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan adalah semua usaha, tindakan
atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
22
Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. 23
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
21
4. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah semua usaha
pemadaman, penanganan, penyelamatan, perawatan akibat dan dampak
kebakaran hutan dan lahan serta pemulihan lingkungan.
H. Tinjauan Pustaka
Di antara langkah penting penelitian dalam memulai aktifitas penelitian
adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran penelitian terdahulu yang
memiliki kaitan langsung dan tidak langsung dengan permasalahan. Penelitian
terdahulu antara lain:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Kailani (2016), yang berjudul
“Peranan Pemerintah Dalam Menanggulangi Pembakaran Lahan Perkebunan”
(Studi Kasus Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo) Metode dalam
penelitian ini yaitu kualitatif dengan bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini
yaitu peranan pemerintah kabupaten bungo dalam menangulangi pembakaran
lahan perkebunan. Peran pemerintah dalam menanggulangi kebakaran sudah
berjalan dengan baik dan memuaskan, hanya saja kurangnya personil
penanggulangan kebakaran menyebabkan termakannya waktu lebih lama dalam
menanggulangi kebakaran.24
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Syaifudin Arif (2015), yang
berjudul “Studi Analisis Penanggukangan Kebakaran di RSUD Dr. Ashari
Pemalang”. Metode dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan bersifat deskriptif.
Hasil dari penelitian ini yaitu: prosedur oprasional penengulangan kebakaran
dengan hasil keadaan cukup baik dikarenakan prosedur yang dimiliki rumah sakit
24
Kailani Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi dengan Judul Peranan Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi Pembakaran
Lahan Perkebunan
22
masih kurang tepat dengan peraturan (KEPMEN RI No. 11/KPTS/2000 tentang
manajemen penanggulangan kebakaran bangunan gedung). 25
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Eka Rahma Citra Lestari (2010),
yang berjudul “ Hubungan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau
Terhadap Kualitas Udara dan Risiko Kesehatan Masyarakat” Metode dalam
penelitian ini yaitu kualitatif dengan bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini
yaitu: konsentrasi parameter udara di kota Pekanbaru secara umum masih
tergolong baik, penerapan program secara terpadu meningkatkan koordinasi
antara pelaksana dan penanggung jawab serta masyarakat dalam bentuk
pemantauan lapangan sudah terlaksana dengan baik.26
Perbedaan dari beberapa penelitian di atas adalah objek dan tempat yang
diteliti, penelitian yang akan penulis lakukan fokus pada pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari.
Dengan demikian, meskipun diatas telah disebutkan adanya penelitian
dengan tema yang serupa dengan penelitian yang penulis lakukan, akan tetapi
mengingat subjek, objek, dan tempat penelitan yang berbeda, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi Pemerintah Daerah
Kabupaten Batanghari dalam Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan.
25
Syaifudin Arif Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang dengan Judul Srudi Analisis Penanggulangan Kebakaran 26
Eka Rahma Citra Lestari Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Indonesia
dengan Judul Hubungan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Terhadap Kualitas Udara
dan Risiko Kesehatan Masyarakat
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif
adalah metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami maknanya oleh
sejumlah orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses
penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, dengan mengajukan
pertanyaan penting dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari
para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang
khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk
penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang
terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pendekatan penelitian
yang bergaya induktif, berfokus pada makna individual, dan meneterjemahkan
kompleksitas suatu persoalan.27
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian lapangan yang
berlokasi di kabupaten Batanghari, kajian terhadap kebakaran hutan dan lahan.
Pentingnya jenis data karena diperoleh temuan di lapangan mengenai kaitan
masalah yang diangkat dalam judul ini.
27
Jhon W Cresswell, RASEARCH DESIGEN Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
dan Campuran Edisi Ke Empat, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2016), hlm. 4-5.
24
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu penelitian
yang menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dari sumber-sumber data yang terdiri
dari data primer dan data sekunder serta sumber data.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tanpa ada
perantara atau data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh yang
melakukan penelitian.28
Data primer yang penelitian maksud adalah informasi-
informasi yang diperoleh secara langsung yang dilakukan dengan wawancara.
Data primer ini juga disebut sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data yang bersangkutan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui perantara.29
Seperti buku, jurnal, undang-undang dan artikel yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
a. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana
data diperoleh. Sumber data dapat diperoleh dari tindakan, pengamatan, ataupun
data-data yang didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data dalam
28
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi : Syariah Press,2011),
hlm. 178. 29
Ibid, hlm. 34
25
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung dan artikel,
buku, dokumen dan sumber data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan:
a. Observasi
Observasi adalah rancangan yang sistematis, tentang apa yang diamati,
kapan dan di mana tempatnya. Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai cara yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Sutrisno hadi mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.30
Observasi dalam penelitian ini adalah cara untuk
mendapatkan data utama dari Strategi Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari
Dalam Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Sesuai dengan
objek penelitian maka, penulis memilih observasi non partisipatif yang mana
peneliti hanya mengamati bagaimana strategi pencegahan dan pengendalian
kebakaran hutan dan lahan.
b. Wawancara
Bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi
berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, serta gerak
dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke-19, (Bandung:
CV. Alfabeta, 2013), hlm. 145.
26
verbal. Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap pemahaman dan ide, tetapi
juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh
responden yang bersangkutan.31
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur. Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan
dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih secara
sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.32
Tabel 1
Data Informan Penelitian
Jabatan Jumlah
Kepala BPBD Kabupaten Batanghari 1 orang
Sekretaris BPBD Kabupaten Batanghari 1 orang
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan 1 orang
Kasi Kedaruratan dan Logistik 1 orang
Petugas Pemadaman 5 orang
Masyarakat 11 orang
c. Dokumentasi
Merupakan pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada objek
penelitian. Penulis meneliti dokumen yang terdiri dari dokumen primer yaitu
dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami peristiwa. Kemudian
dokumen sekunder yaitu laporan yang dibuat oleh orang lain yang tidak
31
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm. 119. 32
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm. 45.
27
mengalami peristiwa dalam bentuk dokumen. Dokumen yang dapat diteliti berupa
buku, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial
dan dokumen lainnya.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Bogdan menyatakan bahwa Analisis data adalah sebuah proses untuk
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. 33
Analisis data yang digunakan penulis ada beberapa tahap, yaitu:
a. Deskripsi, penulis akan memberikan gambaran yang berkaitan dengan
bidang yang akan diteliti.
b. Reduksi Data, penulis mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan
pengumpulan data yang berkaitan dengan bidang yang diteliti. Proses ini
berlangsung terus-menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke- 19, (Bandung:
CV, Alfabeta, 2013), hlm. 244.
28
c. Penyajian Data, dari data yang dikumpulkan dan direduksi kemudian
disajikan menjadi informasi, selanjutnya penulis menarik kesimpulan yang
meliputi berbagai jenis keterampilan.
d. Penarikan Kesimpulan, pada kesimpulan penulis akan memberikan
gambaran akhir mengenai apa yang diteliti.
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan sistematika penulisan ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab
terdiri dari beberapa sub-sub. Masing-masing bab membahas permasalahan-
permasalahan tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub-bab dengan bab
berikutnya. Adapun sistematika pembahasannya adalah mengenai asas penelitian
yang merangkumi pembahasan skripsi ini.
BAB I Pendahuluan, terdiri dari sub-sub sebagai berikut: latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan kerangka teori.
BAB II Metode Penelitian, penulis membahas mengenai metode
penelitian. Bab ini terdiri dari sub-bab sebagai berikut: pendekatan penelitian,
objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, dan sistematika penulisan.
BAB III Gambaran Lokasi Penelitian, penulis membahas mengenai
gambaran umum mengenai lokasi penelitian, bab ini terdiri dari sub=bab sebagai
berikut: letak geografis Kabupaten Batanghari, pemerintahan, penduduk, dan
pendidikan.
29
BAB IV Pembahasan, bab ini terdiri dari sub-bab sebagai beriku: Strategi
pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran di Kabupaten
Batanghari, dan Kendala pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian
kebakaran di Kabupaten Batanghari.
BAB V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, dan saran.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Kabupaten Batanghari
Kabupaten Batanghari terletak di bagian tengah Provinsi Jambi dengan
luas wilayah 5. 180,35 km2. Kabupaten Batanghari secara geografis terletak pada
posisi 10 15’ sampai dengan 2
02’ LS dan di antara 102
0 30’ sampai dengan 104
0
30’ BT. Wilayah administrasi Kabupaten Batanghari terdiri dari delapan
kecamatan yang meliputi tiga belas kelurahan dan sembilan puluh enam desa
dengan berbagai perbedaan perkembangan, potensi geografis, sumber daya alam,
sumber daya manusia. Dilihat dari aspek geografis, Kabupaten Batanghari
mempunyai letak yang strategis karena merupakan lalu lintas yang
menghubungkan kawasan barat sumatra.
Gambar 1
Peta Wilayah BPBD Kabupaten Batanghari
31
B. Demografi dan Keadaan Alam Kabupaten Batanghari
Persebaran penduduk di Kabupaten Batanghari relatif merata, secara
absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah relatif berimbang, namun karena
luas wilayah masing-masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan
penduduknya pun terlihat berbeda. Pada tahun 2018, Kecamatan Muara Bulian
memiliki jumlah penduduk 62.434 jiwa, Kecamatan Bajubang memiliki jumlah
penduduk 41.513 jiwa, Kecamatan Maro Sebo Ulu memiliki penduduk 33.835
jiwa, Kecamatan Pemayung memiliki penduduk 31.494 jiwa, Kecamatan Tembesi
memiliki penduduk 31.255 jiwa, Kecamatan Batin XXIV memiliki penduduk
28.159 jiwa, Kecamatan Mersam memiliki penduduk 27.524 jiwa, Kecamatan
Maro Sebo Ilir memiliki penduduk 13.752 jiwa. Penduduk daerah Kabupaten
Batanghari terdiri dari berbagai suku seperti : Melayu, Jawa, Sunda, Batak,
Minang, Cina, dan Suku-suku lain yang jumlahnya relatif kecil.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Batanghari berada pada daerah aliran
sungai (DAS) sungai batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang tahun
tergenang air. Kecamatan yang terletak didaerah hulu sungai Batanghari
cenderung lebih bergelombang dibandingkan daerah hilir nya. Daerah
bergelombang terdapat di Kecamtan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV,
Kecamatan Mersam dan Kecamatan Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muaro Tembesi,
Kecamatan Muaro Bulian Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung
memiliki topografi yang cenderung lebih datar/landai.
Kabupaten Batanghari beriklim tropis dengan temperatur udara bekisaran
antara 20-30 derajat celcius. Hasil pengamatan dalam lima tahun terakhir
32
menunjukan bahwa jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisaran antara
2.264,6 – 2.976,4 MM dengan kelembaban antara 62,66 – 84,55 persen serta
penyiraman berkisar antara 89,3 – 133,9 persen.
C. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari
1. Sejarah Singkat
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan lembaga
pemerintahan non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana
di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/kota dengan berpedoman kepada
kebijakan yang di tetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). Sedangkan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Batanghari tidak terlepas dari banyak nya bencana yang
terjadi di Kabupaten Batanghari berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Batanghari Nomor 13 Tahun 2011 tentang susunan organisasi dan tata kerja
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari yang disahkan
pada tanggal 25 Agustus 2011 dan Peraturan Bupati Batanghari Nomor 74 Tahun
2011 tentang uraian tugas dan fungsi kepala pelaksana, sekretaris, kepala seksi,
dan kelompok jabatan fungsional pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah di
Kabupaten Batanghari.34
34
Kantor Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Batanghari
33
2. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Batanghari di dukung oleh struktur organisasi sebagai
berikut: 35
a) Kepala Pelaksana.
b) Unsur Pengarah.
c) Sekretaris.
d) Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
e) Kasi Kedaruratan dan Logistik.
f) Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
g) Kelompok jabatan fungsional.
Gambar 2
Struktur organisasi BPBD Kabupaten Batanghari
35
Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
34
3. Visi-misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan
cita dan citra yang ingin diwujudkan.Visi berkaitan dengan pandangan kedepan
menyangkut kemana Instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat
berkarya secara konsisten, tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Adapun
Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari adalah
“Waspada dari Tanggap Teradap Bencana”
Misi (Mission) adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan
pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak Stakeholders
dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran Instansi pemerintah
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari adalah : 36
a. Meningkatkan pemahaman dan perlindungan masyarakat dari ancaman
bencana.
b. Membangun sistim penanggulangan bencana.
c. Peningkatan informasi dan komunikasi yang akurat sesuai dengan kondisi
lapangan.
d. Peningkatan pemantauan pengendalian dan pengorganisasian terhadap
bencana.
36
Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
35
e. Terintegrasinya reabilitasi dan rekontruksi kawasan bencana secara
menyeluruh.
4. Sarana dan Pra sarana
Dalam menjalankan tugas dan fungsi nya Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari memberikan pelayanan semaksimal
mungkin yang didukung oleh sarana dan prasarana atau asset yang baik, asset atau
sarana prasarana digunakan untuk mendukung kegiatan oprasional pelaksanaan
tugas-tugas Badan penanggulangan Bencana Daerah. Adapun sarana dan
prasarana terdiri dari :37
Tabel 2
Sarana dan Prasarana Badan Penanggulangan Bencana
NO NAMA BARANG JUMLAH KEADAAN BARANG
1. Kendaraan Mobil 5 Bagus
2. Kendaraan Motor Trail 7 Bagus
3. Kantong Mayat 13 Bagus
4. Senter 10 Bagus
5. Velbet 9 Bagus
6. Solar Handic Lampu 15 Bagus
7. Tenda Kerucut 16 Bagus
8. Antena Moniting Kit 5 Bagus
9. Perahu Karet 4 Bagus
37
Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
36
10. Mesin Speed Boat 4 Bagus
11. Ht-Icom 7 Bagus
12. Tenda Regu 15 Bagus
13. Tenda Pleton 20 Bagus
14. Tenda Keluarga 16 Bagus
15. Mesin Genset 6 Bagus
16. Computer 6 Bagus
17. Camera 5 Bagus
18. Leptop dan Printer 10 Bagus
19. Meja Biro 17 Bagus
20. Sofa Kursi Tamu 4 Bagus
21. Lemari Arsif 6 Bagus
22. Kipas Angin 4 Bagus
23. Infokus 5 Bagus
24. Kursi Kerja Putar 15 Bagus
37
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIA
A. Strategi Pemerintah Kabupaten Batanghari Dalam Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Berdasarkan ketentuan, setiap Provinsi wajib membentuk BPBD Provinsi.
Adapun Kabupaten/kota dapat membentuk BPBD berdasar kriteria beban kerja,
kemampuan keuangan, serta kebutuhan. Apabila pemerintah daerah
Kabupaten/Kota tidak membentuk BPBD, maka penanganan penanggulangan
bencana diwadahi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BPBD merupakan lembaga pemerintah
non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Pemerintah Daerah memiliki kewenanganan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang ditetapkan sebagai berikut:38
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana sesuai
dengan tingkat kewenangan dan karakteristik wilayahnya.
2. Menentukan status dan tingkatan keadaan darurat bencana sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
3. Mengerahkan seluruh potensi/sumberdaya yang ada di wilayahnya untuk
mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana.
4. Menjalin kerjasama dengan daerah lain atau pihak-pihak lain guna mendukung
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
38
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
38
5. Mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai
sumber ancaman yang berisiko menimbulkan bencana.
6. Mencegah dan mengendalikan penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
yang melebihi kemampuan alam pada wilayah kewenangannya.
7. Mengangkat seorang komandan penanganan darurat bencana atas usul Kepala
BPBD.
8. Melakukan pengendalian atas pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa
uang dan/atau barang serta jasa lain (misalnya relawan) yang diperuntukkan
untuk penanggulangan bencana di wilayahnya, termasuk pemberian ijin
pengumpulan sumbangan di wilayahnya.
9. Menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur yang berkaitan dengan
penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayahnya.
10. Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD menyusun dan menetapkan
peraturan daerah dalam penanggulangan bencana.
Dalam pembentukannya BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:39
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi,
serta rekontruksi secara adil dan setara.
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.
39
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
39
4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah
setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana.
6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBD,
dan
7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Adapun fungsinya yaitu sebagai berikut:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efesien.
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, BPBD mempunyai
fungsi koordinasi, komando dan pelaksana, oleh karenanya hubungan kerja antara
BPBD dengan instansi atau lembaga terkait dapat dilakukan secara koordinasi,
komando dan pengendalian. BPBD memiliki koordinasi antara lain:40
1. Koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga dinas/badan secara horisontal
pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana, dilakukan
dalam bentuk:
a. Penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana.
b. Penyusunan perencanaan penanggulangan bencana.
c. Penentuan standar kebutuhan minimum.
40
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
40
d. Pembuatan prosedur tanggap darurat bencana.
e. Pengurangan resiko bencana.
f. Pembuatan peta rawan bencana.
g. Penyusunan anggaran penanggulangan bencana.
h. Penyediaan sumberdaya/logistik penanggulangan bencana.
i. Pendidikan dan pelatihan, penyelenggaraan gladi/simulasi penanggulangan
bencana.
2. Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan lembaga/organisasi dan pihak-pihak lain yang terkait sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Kerjasama yang melibatkan peran serta negara lain, lembaga internasional dan
lembaga asing nonpemerintah dilakukan melalui koordinasi BNPB sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Rapat koordinasi penanggulangan bencana dilakukan minimal 1 (satu) kali
dalam satu tahun dan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan:
a. Antara BPBD Kabupaten/Kota dan instansi terkait/organisasi/lembaga terkait
di tingkat Kabupaten/Kota.
b. Antara BPBD Provinsi dengan instansi/organisasi/lembaga terkait di tingkat
provinsi.
c. Antara BPBD Provinsi dengan BPBD Kabupaten/Kota.
BPBD memiliki fungsi komando antara lain:
41
1. Dalam hal status keadaan darurat bencana, Gubernur/Bupati/Walikota
menunjuk seorang komandan penanganan darurat bencana atas usulan Kepala
BPBD.
2. Komandan penanganan darurat bencana sebagaimana butir 1 mengendalikan
kegiatan operasional penanggulangan bencana dan bertanggung-jawab kepada
Kepala Daerah.
3. Komandan penanganan darurat bencana memiliki kewenangan komando
memerintahkan instansi/lembaga terkait meliputi:
a. Pengerahan sumber daya manusia.
b. Pengerahan peralatan.
c. Pengerahan logistik.
d. Penyelamatan.
4. Komandan penanganan darurat bencana berwenang mengaktifkan dan
meningkatkan pusat pengendalian operasi menjadi Pos Komando.
BPBD memiliki fungsi pengendalian antara lain:
1. Penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur menjadi sumber
ancaman bahaya bencana.
2. Penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang berpotensi yang secara
tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana.
3. Pengurasan sumberdaya alam yang melebihi daya dukungnya yang
menyebabkan ancaman timbulnya bencana.
4. Perencanaan dan penegakan rencana tata ruang wilayah dalam kaitan
penanggulangan bencana.
42
5. Kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh lembaga/organisasi
pemerintah dan non-pemerintah.
6. Penetapan kebijakan pembangunan yang berpotensi menimbulkan bencana.
7. Pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang dan/atau barang serta jasa
lainnya.
Berikut ini sebaran titik kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Batanghari terhitung dari tahun 2015-2019 adalah:41
Tabel 3
Titik Karhutla di Kabupaten Batanghari Tahun 2015-2019
No Tahun Jumlah Titik
Karhutla
Jumlah Luas
(HA)
1 2015 131 3.315
2 2016 9 15,3
3 2017 17 122,5
4 2018 45 477,97
5 2019 144 347,2
Dari tabel di atas bahwa kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Batanghari pada tahun 2015 mengalami kebakaran yang sangat parah yaitu
dengan jumlah mencapai 131 titik Karhutla dengan luas terbakar mencapai 3.315
Ha, pada tahun 2016 Karhutla di Kabupaten Batanghari mengalami penurunan
yaitu 9 titik Karhutla dengan luasan terbakar mencapai 15,3 Ha, pada tahun 2017
kebakaran hutan dan lahan mengalami kenaikan terdapat 17 titik Karhutla dengan
41
Dokumentasi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
43
luasan terbakar mencapai 122,5 Ha, pada tahun 2018 kembali mengalami
kenaikan terdapat 45 titik Karhutla dengan luasan terbakar 477,97, dan pada tahun
2019 mengalami kenaikan pada jumlah titik Karhutla mencapai 144 titik, dan
mengalami penurunan pada jumlah luasan terbakar yaitu 347,2. Terhitung dari
tahun 2016-2019 kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari mengalami
kenaikan dan penurunan akan tetapi tidak separah pada tahun 2015. Semua itu
tidak terlepas dari peranan dan strategi BPBD Kabupaten Batanghari dalam
Analisis pengendalian kebakaran hutan dapat ditinjau melalui tiga
komponen kegiatan yaitu:42
1. Pencegahan
Pencegahan kebakaran hutan merupakan kegiatan awal yang sangat
penting dalam pengendalian kebakaran dan merupakan pekerjaan yang harus
dilakukan secara terus-menerus. Pencegahan dan pengendalian bencana kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari merupakan tanggungjawab semua
pihak, yaitu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Keberhasilan pengendalian
kebakaran hutan dan lahan sangat tergantung dari peran serta para pihak terkait.
Dengan adanya pencegahan dan pengendalian diharapkan permasalahan yang di
akibatkan dapat teratasi.
Wawancara dengan Bapak Yahya Mulya, S. sos selaku Kasi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan beliau mengatakan:
“Pencegahan merupakan langkah awal bagi BPBD Kabupaten Batanghari
untuk meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari menimbulkan dampak yang
42
Adinugroho, W.C, dkk. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan, (Bogor: Wetlands
Internasional 2004).
44
sangat besar dari segi lingkungan, ekonomi, pendidikan, politik, dan
kesehatan semua itu adalah ulah manusia itu sendiri. Kami mengajak
masyarakat agar tidak membuka lahan atau bertani dengan cara dibakar
melalui penyebaran sejumlah brosur-brosur, sosialisasi, spanduk, atau
baliho.”43
Wawancara dengan Bapak Nazhar, S. Pd selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari menambahkan bahwa:
“Selain melakukan pencegahan dalam bentuk sosialisasi secara langsung
maupun dengan melakukan penyebaran brosur-brosur, spanduk, dan
baliho. BPBD juga melibatkan masyarakat seperti pembentukan
masyarakta peduli api dan penegakkan hukum secara tegas terhadap
pelanggar pembakaran hutan dan lahan.”44
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa pencegahan
kebakaran hutan dan lahan merupakan langkah awal yang sangat penting.
Kebakaran hutan dan lahan menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari
segi lingkungan, ekonomi, pendidikan, politik, dan kesehatan. Kebakaran yang
terjadi di Kabupaten Batanghari adalah perbuatan manusia itu sendiri. Untuk
meminimalisir terjadinya bencana BPBD Kabupaten Batanghari melakukan
pencegahan berupa sosialisasi langsung maupun dengan cara menyebarkan
brosur-brosur, spanduk, baliho, membentuk masyarakat peduli api, dan
menegakkan hukum secara tegas bagi pelaku pembakaran hutan dan lahan.
Adapun pencegahan yang sudah dilakukan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Batanghari adalah:
43
Wawancara bersama bapak Yahya Mulya selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. 44
Wawancara bersama bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten Batanghari.
45
a. Memonitoring Daerah Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Dalam menghadapi kemarau panjang dan potensi-potensi terjadinya
kebakaran hutan dan lahan satuan tugas (satgas) Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari melakukan monitoring daerah rawan
bencana kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kabupaten Batanghari yaitu di
kecamatan Bajubang, Batin XXIV, Pemayung, Maro Sebo Ulu. Dalam
menghadapi kemarau panjang dan kebakaran hutan dan lahan dengan tujuan untuk
mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, koordinasi, dan himbauan kepada
warga sekitar daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan.
Wawancara dengan Bapak Syamral SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari beliau
mengatakan:
“Ingat bahwa Kabupaten Batanghari tutupan hutan nya masih 90 persen
oleh karena itu potensi kebakaran hutan dan lahan sangat besar maka
sangat diperlukannya monitoring daerah-daerah rawan kebakaran hutan
dan lahan dengan tujuan mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan
lahan, dan memberikan himbauan kepada warga setempat yang daerah nya
rawan kebakaran hutan dan lahan.” 45
Berdasarkan wawancara Bapak Makmum, S.Pd.i beliau menambahkan:
“Kami selaku penanggungjawab penanggulangan kebakaran di Kabupaten
Batanghari melakukan pemantaun atau monitoring daerah rawan bencana
kebakaran dengan cara memberikan himbauan kepada warga setempat
agar tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan. dengan adanya
himbauan tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi-potensi terjadinya
Karhutla dan ini terbukti dimana setiap tahunnya kebakaran hutan dan
lahan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.” 46
45
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari. 46
Wawancara bersama bapak Makmum selaku Kasi Kedaruratan dan Logistik.
46
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa BPBD
Kabupaten Batanghari telah melakukan tugas nya dengan baik yaitu dengan
melakukan monitoring daerah rawan kebakaran hutan dan lahan dengan cara
memberikan himbauan kepada warga setempat agar tidak membuka lahan dengan
cara bakar. Dengan adanya himbauan tersebut diharapkan dapat mengurangi
potensi terjadinya Karhutla dan terbukti pada setiap tahunnya kebakaran yang
terjadi di Kabupaten Batanghari mengalami penurunan.
b. Melakukan Patroli Rutin
Patroli hutan sangat penting untuk menjaga keamanan hutan, terutama dari
kemungkinan kebakaran hutan dan penebangan liar. Kebakaran hutan yang marak
terjadi menuntut patroli dan pengawasan hutan harus dilakukan lebih rutin dan
lebih ketat lagi. Terutama jika musim kemarau panjang tiba, patroli hutan harus
lebih sering dilakukan.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yahya Mulya selaku Kasi
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Kabupaten Batanghari
mengatakan:
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
melakukan deteksi dini Karhutla di daerah-daerah rawan Karhutla melalui
patroli di lapangan. Ada empat Kecamatan yang rawan Karhutla yaitu
Kecamatan Bajubang, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan Pemayung,
Kecamatan Maro Sebo Ulu. Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan
dan lahan di keempat kecamatan tersebut para petugas patroli melakukan
sosialisasi ke desa-desa dan perusahaan kebun kelapa sawit agar tidak
melakukan pembakaran dalam pembersihan maupun pembukaan lahan.”47
47
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
47
Bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Batanghari menambahkan bahwa:
“Untuk kegiatan patroli terpadu BPBD Kabupaten Batanghari bekerja
sama dengan tim terpadu Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api.
Dalam kegiatan patroli tersebut selain melakukan pemantauan titik api dan
sosialisasi dilakukan juga sebaran maklumat tentang larangan Karhutla,
melakukan himbauan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan
dengan cara membakar, dan melakukan pemasangan spanduk larangan
membakar hutan dan lahan. dengan dilakukannya patroli terpadu ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan khusus
nya di wilayah Kabupaten Batanghari, dan diharapkan masyarakat juga
berperan serta dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan Lahan.” 48
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa BPBD Kabupaten
Batanghari telah melakukan patroli dengan bekerjasama dengan tim terpadu
Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api untuk melakukan pantauan titik api
dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Patroli dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran hutan dan lahan serta menimbulkan peran serta masyarakat
dalam pencegahaan kebakaran hutan dan lahan.
Wawancara dengan Bapak Nazhar S. Pd selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari mengatakan:
“Tim patroli terpadu BPBD bekerjasama dengan Manggala Agni Muara
Bulian yang berjumlah tiga orang melakukan kegiatan patroli di Kelurahan
Bajubang Kecamatan Bajubang. Adapun kegiatan patroli tersebut yaitu
sosialisasi dan pendekatan dengan masyarakat, monitoring areal bekas
terbakar dan pengecekan sumber air.”
Wawancara dengan masyarakat yang bernama Bapak Junaidi:
“Untuk kegiatan patroli yang dilakukan oleh BPBD yang bekerja sama
dengan pihak terkait dalam penanggulangan bencana kebakaran mendapat
48
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris BPBD Kabupaten Batanghari.
48
respon positif dari masyarakat setempat, kegiatan patroli yang dilakukan
yaitu seperti sosialisasi, pengecekan sumber air, dan monitoring bekas
kebakaran. Selain itu patroli yang dilakukan juga bisa menambah wawasan
bagi masyarakat akan efek negetif dari Karhutla dan kegiatan patroli ini
juga diharapkan dapat menjalin kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat agar tidak adanya pembakaran dalam pembukaan lahan.”49
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa BPBD Kabupaten
Batanghari bekerjasama dengan Manggala Agni Muara Bulian yang berjumlah
tiga orang untuk melakukan kegiatan patroli di Kelurahan Bajubang yaitu berupa
sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, monitoring areal bekas terbakar,
dan pengecekan sumber air. Patroli yang dilakukan pun mendapat respon positif
dari masyarakat. Kegiatan patroli sangat menambah wawasan kepada masyarakat
dan juga dapat menjalin kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam
meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Gambar 3
Kegiatan Patroli
49 Wawancara bersama masyarakat bapak Junaidi.
49
c. Mendeteksi Kebakaran Hutan dan Lahan Sedini Mungkin
Meski sudah dilakukan tindakan pencegahan melalui monitoring daerah
rawan kebakaran dan patroli, hutan masih berpeluang untuk terbakar. Oleh karena
itu tim penjaga hutan, masyarakat, dan perusahaan harus selalu berkordinasi untuk
memaksimalkan langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta harus
cermat dan cepat tanggap dalam mendeteksi munculnya titik api.
Adapun langkah-langkah yang di lakukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari untuk mendeteksi kebakaran hutan dan lahan,
anatara lain:50
1. Mendirikan menara pengawasan yang memiliki jarak pandang jauh,
teropong, alat deteksi, dan alat komunikasi.
2. Membangun pos jaga di kawasan hutan dan kawasan perbatasan dengan
penduduk atau lahan usaha.
3. Melakukan analisis data dari penerbangan, satelit, dan data cuaca pada
area kawasan hutan.
Wawancara dengan Bapak Hendri selaku Petugas Pemadaman Kebakaran
mengatakan:
50
Dokumentasi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari.
50
“Kami selaku petugas pemadaman menghimbau bahwa perusahaan harus
melengkapi sarana pemadaman salah satunya dengan menyediakan alat
pemadam api ringan (Apar) untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran
dini. Sehingga saat terjadi kebakaran pihak perusahaan bisa melakukan
pemadaman sedini mungkin sehingga kobaran api tidak membesar sambil
menunggu kedatangan petugas pemadaman.”51
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa petugas pemadaman
menghimbau prusahaan agar melengkapi peralatan pemadam api ringan (Apar)
agar dapat melakukan pemadaman sedini mungkin dan mengantisipasi agar
kobaran api tidak membesar saat terjadinya kebakaran.
d. Pendekatan Kepada Masyarakat (sosialisasi)
Masyarakat merupakan komponen penting dalam permasalahan
pembukaan hutan dan lahan dengan cara membakar. Untuk mencegah kebakaran
hutan dan lahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari
melakukan pendekatan melalui komunikasi kepada masyarakat jauh lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan senjata. Untuk itu semua petugas yang
diterjunkan ke lapangan sebaiknya dibekali dengan kemampuan ilmu komunikasi
yang komprehensif.
Wawancaran dengan Bapak Syamral SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah mengatakan:
“Selama ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Batanghari selalu gencar melakukan sosialisasi Undang-undang yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat serta
memberikan pelatihan penanggulangan kebakaran di Desa atau
Kecamatan.” 52
51
Wawancara dengan bapak Hendri selaku Petugas Pemadam Kebakaran. 52
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari.
51
Wawancara dengan Bapak Yahya mulia S.sos beliau menambahkan:
“kita memang selalu melakukan sosialisasi baik secara langsung maupun
dengan cara menyebar browsure, spanduk, baleho. Kita juga melakukan
pelatihan penanggulangan bencana, membuat titik-titik penampungan air,
dan membentuk masyarakat peduli api. Dengan adanya pelatihan dan
pembentukan masyarakat peduli api kebakaran hutan dapat dicegah sedini
mungkin.” 53
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa BPBD telah
mensosialisasikan undang-undang yang berkaitan dengan bahaya kebakaran hutan
dan lahan. Adapun kegiatan sosialisasi yang dilakukan yaitu dengan cara terjun
langsung ke masyarakat seperti melakukan pelatihan penanggulangan bencana,
pembuatan titik-titik penampungan air, menyebarkan brosur, spanduk, dan baleho.
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan BPBD di Kecamatan Bajubang Desa
Bungku. Sosialisasi yang dilakukan pun mendapat respon yang positif dan
antusias dari masyarakat setempat.
Wawancara dengan Bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari:
”Meskipun kegiatan sosialisasi sempat tertunda beberapa jam namun
masyarakat sangat antusias menunggu kegiatan ini. Sosialisasi ini
bertujuan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian hutan
dan memberikan pengetahuan kepada warga tentang dampak buruk
kebakaran hutan dan lahan serta menjalin kerjasama dengan masyarakat
agar tidak melakukan pembakaran dalam pembukaan lahan. Selain itu
kami juga memberikan teknik-teknik mencegah dan memadamkan
kebakaran hutan, membuat titik-titik penampungan air, dan membentuk
masyarakat peduli api (MPA). ”54
53
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. 54
Wawancara dengan Bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten Batanghari.
52
Wawancara dengan masyarakat yang bernama Bapak Sutono:
”Sebagai masyarakat kami sangat berterimakasih kepada pemerintah
karena dengan adanya acara ini kami bisa mengetahui dampak buruk dari
pembakaran hutan dan lahan.”55
Wawancara dengan masyarakat yang bernama Bapak Suwito:
“Kegiatan sosialisasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak lagi membuka lahan
dengan cara membakar.” 56
Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat yang bernama Bapak
Sumar
“Sosialisasi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
sangat bermanfaat agar masyarakat memiliki kesadaran akan bahayanya
kebakaran hutan dan lahan yang sebagian besar disebabkan oleh perbuatan
manusia yang membuka lahan dengan cara dibakar. Dengan adanya
pembentukan masyarakat peduli api, pembuatan titik-titik penampungan
air, dan meberikan pelatihan teknik mencegah dan memadamkan
kebakaran hutan dan lahan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang biasanya terjadi
saat musim kemarau.” 57
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa sosialisasi yang
BPBD Kabupaten Batanghari sangat bermanfaat dan mendapat respon positif dan
antusias dari masyarakat setempat. Dengan adanya pembentukan masyarakat
peduli api, pembuatan titik-titik penampungan air, dan memberikan pelatihan
dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap pengendalian kebakaran
hutan dan lahan.
55
Wawancara dengan masyarakat bapak Sutono. 56
Wawancara bersama warga setempat bapak Suwito. 57
Wawancara bersama warga setempat bapak Sumar.
53
Sosialisasi yang dilakukan oleh Satgas BPBD Kabupaten Batanghari di
Kecamatan Pemayung Desa Kubu Kandang pada hari Selasa 03 September 2019
yang dihadiri oleh dua personil TRC BPBD, tiga TNI, dan satu masyarakat peduli
api. Adapun hasil yang dicapai dari sosialisasi yaitu:
1. TNI, BPBD, dan MPA menghimbau kepada warga masyarakat untuk tidak
membuka hutan dan lahan dengan cara membakar.
2. Menyampaikan sanksi pidana terhadap pelaku perorangan maupun kelompok
yang sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan.
3. Mengecek daerah-daerah yang berkemungkinan rawan Karhutla dengan
menggunakan dua unit sepeda motor.58
Berdasarkan kegiatan sosialisasi di atas penulis menyimpulkan bahwa
Satgas BPBD yang dihadiri oleh dua personil TRC BPBD, tiga TNI, satu MPA
menghimbau kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar,
menyampaikan sanksi pidana terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan, dan
mengecek daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
Selain melakukan sosialisasi pemerintah juga memberikan solusi yaitu
dengan cara melakukan pelatihan kepada masyarakat untuk membuka lahan
dengan cara tidak dibakar. Pelatihan dilakukan di Desa Terentang Baru
Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari.
Wawancara dengan Bapak Syamral selaku Sekretaris BPBD Kabupaten
Batanghari:
”Beberapa materi diberikan kepada warga mencakup dampak, bahaya, dan
kerugian dari pembakaran hutan dan lahan serta solusi agar tidak
58
Laporan Dokumentasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari.
54
membuka lahan dengan cara membakar. Pelatihan pembukaan lahan tanpa
bakar diberikan dengan cara mempraktekkan pembuatan cuka kayu.
Metode pembukaan lahan tanpa bakar untuk di awal memang susah dan
lebih mahal dibandingkan dengan cara dibakar namun dalam jangka
panjang sangat bermanfaat dan menguntungkan. Cuka kayu sendiri
memiliki manfaat untuk pengentalan getah karet, campuran bahan
pembersih kandang, membersihkan bau limbah dll. Kegiatan ini
diharapkan memberikan alternatif solusi bagi masyarakat untuk mengolah
biomassa yang ada di lahan.59
Wawancara dengan masyarakat yang bernama Bapak Kusno:
“Masyarakat sangat terbantu dengan adanya pelatihan dari pemerintah,
kita jadi mengetahui bahwa ada cara baru untuk pembukaan lahan selain
dengan cara dibakar walaupun untuk pembiayaan lebih mahal namun
untuk jangka panjang akan sangat bermanfaat dan menguntungkan.”60
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan selain melakukan
sosialisasi pemerintah juga memberikan solusi berupa pelatihan pembukaan lahan
tanpa bakar dengan memberikan praktek-praktek pembuatan cuka kayu. Cuka
kayu memiliki manfaat sebagai pengentalan getah karet, campuran bahan
pembersih kandang, membersihkan bau limbah. Dengan adanya pelatihan ini
masyarakat sangat terbantu dan bisa mengetahui bahwa ada cara yang lebih efektif
dari pada pembukaan lahan dengan cara dibakar. Untuk pembiayaan memang
lebih mahal namun untuk jangka panjang akan sangat bermanfaat dan
menguntungkan.
59
Wawancara dengan Bapak Syamral selaku Sekretaris BPBD Kabupaten Batanghari. 60
Wawancara bersama masyarakat bapak Kusno.
55
Gambar 4
Kegiatan Sosialisasi
2. Melakukan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan
Tindakan pemadaman harus secepat mungkin harus dilakukan jika terjadi
kebakaran hutan dan lahan. Keterlibatan masyarakat, instansi, dinas terkiat dalam
tindakan pemadaman sangat diperlukan mengingat dalam menjalankan
pemadaman dibutuhkan SDM yang cukup banyak. Keberadaan Tim Pemadam
Kebakaran (Fire Brigade) sangat membantu dalam tindakan pemadaman dan
pagar betis pertama dalam penindakan pengendalian kebakaran, yang selanjutnya
56
melakukan koordinasi dengan Satuan Pelaksana Pengendali Kebakaran Hutan dan
Lahan (Satlakdalkarhutla) dan Satuan Tugas Penanggulangan Bencana dan
Pengungsi (Satgas PBP).
Wawancara dengan Bapak Syamral SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah beliau mengatakan:
“untuk pemadaman sendiri kita masih secara manual, biasanya para
relawan dan satuan gabungan dikerahkan untuk memadamkan dengan cara
menyiram titik api dengan air yang disambungkan dengan selang panjang.
Upaya pemadaman dilaksanakan secara terus-menerus sampai dapat
dikuasai dan dipadamkan dengan tuntas. Setiap perkembangan yang terjadi
selama pemadaman harus dilaporkan ke posko pengendalian kebakaran
hutan dan lahan, setelah api padam tetap dilakukan pengawasan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kebakaran kembali.” 61
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa pemadaman yang
dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana menggunakan cara manual
dengan cara terjun ke lokasi kebakaran dan melakukan penyiraman titik api
menggunakan air yang disambungkan menggunakan selang panjang.
Wawancara dengan Bapak Nazhar S. Pd selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari mengatakan:
“BPBD Kabupaten Batanghari menemukan tiga titik Karhutla di
Kecamatan Mersam yaitu di Desa Sengkati Mudo, Dusun Pucat Kaki, dan
Desa Benteng Rendah. Proses pemadaman ketiga titik tersebut
berlangsung sejak 17 Oktober 2019 sampai dengan 21 Oktober 2019 api
baru bisa dikendalikan.”62
Bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan Dan Kesiapsiagaan BPBD
Kabupaten Batanghari menambahkan:
61 Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah. 62
Wawancara bersama Bapak Nazhar selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
57
“Petugas mengalami kesulitan melakukan pemadaman melalui jalur darat.
Sehingga kita meminta bantuan kepada Tim BPBD Provinsi Jambi yaitu
dua helikopter water bombing untuk melakukan pemadaman melalui jalur
udara. Proses penyiraman lokasi kebakaran melalui jalur darat maupun
udara berlangsung sebanyak 30 kali dengan perkiraan menghabiskan
sekitar 110 ribu liter air.”63
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa ada tiga titik
Karhutla di Kecamatan Mersam yaitu di Desa Sengkati Mudo, Dusun Pucat Kaki,
dan Desa Benteng Rendah. Proses pemadaman dilakukan sejak tanggal 17
Oktober sampai 21 Oktober api baru bisa dikendalikan. Proses pemadaman
dilakukan melalui jalur darat dan jalur udara dengan meminta bantuan kepada Tim
BPBD Provinsi Jambi yaitu berupa dua unit helikopter water bombing dan
penyiraman lokasi kebakaran berlangsung sebanyak 30 kali dengan perkiraan
menghabiskan 110 ribu liter air.
Wawancara dengan masyarakat bernama Bapak Bambang:
“Ketika terjadi kebakaran hutan disekitaran perkampungan kami melapor
kepada satuan tugas bahwa telah terjadi kebakaran hutan. Sambil
menunggu kedatangan petugas pemadaman kami sebisa mungkin untuk
memadamkan api menggunakan alat seadanya agar api tidak semakin
membesar. Setelah petugas pemadaman sampai ke lokasi kita saling
bekerjasama untuk melakukan pemadaman dengan cara menyiram titik api
dengan air yang disambungkan dengan selang panjang pada mobil tangki
air.”64
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa kerjasama antara
warga dan petugas pemadaman telah terjalin dengan baik hal ini terbukti ketika
terjadi kebakaran warga segera melaporkan kejadian kepada para petugas
63
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. 64
Wawancara bersama masyarakat bapak Bambang.
58
pemadaman dan melakukan pemadaman-pemadaman kecil menggunakan alat
seadanya sambil menunggu kedatangan para petugas pemadaman. Ketika petugas
sampai di lokasi warga pun ikut membantu pemadaman dengan cara menyiram
titik kebakaran dengan air yang disambungkan menggunakan selang panjang pada
mobil tangki air.
Setelah pelaksanaan pemadaman selesai langkah selanjutnya adalah
melakukan mopping up (pendinginan). kegiatan mopping up merupakan kegiatan
akhir dalam proses pelaksanaan pemadaman untuk memastikan bahwa bara api
benar-benar padam.
Gambar 5
Pemadaman Kebakaran
3. Pasca Kebakaran
Penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan adalah semua usaha,
tindakan, atau kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan evaluasi, serta
koordinasi dalam rangka menangani lokasi setelah terjadi kebakaran hutan dan
59
lahan. Penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan dilakukan melalui kegiatan
yaitu: 65
a. Pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket)
Pengumpulan bahan keterangan (pulbuket) dilakukan melalui pengecekan
lapangan pada areal yang terbakar dengan menggunakan data titik panas yang
terpantau, pengumpulan contoh tanah, tumbuhan, dan bukit-bukit di areal
kebakaran.
b. Identifikasi
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui penyebab kebakaran, luas
kebakaran, tipe vegetasi yang terbakar, pengaruh terhadap lingkungan dan
ekosistem.
c. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau kegiatan
pengendalian kebakaran yang telah dilakukan dan perkembangan areal bekas
kebakaran.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan dalam ranka merehabilitasi kawasan bekas
kebakaran dengan mempertimbangkan rekomendasi dan atau masukan
bedasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil identifikasi.
e. Penegakan hukum
Penegakan hukum dilakukan dalam rangka upaya proses penindakan
hukum dibidang kebakaran hutan dengan diawali kegiatan pengumpulan
65
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 12/Menhut-11/2009
60
bahan dan keterangan yang berkitan dengan terjadinya pelanggaran sebagai
bahan penyidikan.
Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Batanghari sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam menanggulangi bencana dan
sesudah bencana. Sehingga dibutuhkannya rehabilitasi dan rekontruksi pasca
sesudah terjadi kebakaran huran dan lahan, karena dampak kebakaran dapat
merusak ekosistem, musnanya flora dan fauna yang tumbuh dan hidup dihutan,
muncul nya kabut asap yang menyebabkan penyakit saluran pernafasan, dan
pisiologis masyarakat yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan.
Wawancara dengan Bapak Syamral SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah beliau mengatakan:
“Setelah terjadinya kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) melakukan rehabilitasi dan pendataan kerusakan, kerugian yang
ditimbulkan akibat kebakaran dan membuat laporan kepada Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sesuai dengan kenyataan yang
terjadi.” 66
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa pemerintah yang
bertanggungjawab yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan melakukan tugas dan
fungsinya dengan baik dan semaksimal mungkin adapun yang dilakukan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yaitu melakukan rehabilitasi,
pendataan kerusakan yang diakibatkan kebakaran hutan dan lahan serta
memulihkan seluruh aspek layanan yang tidak berjalan yang diakibatkan oleh
66
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
61
kebakaran dapat berjalan kembali, dan membuat laporan kepada Badan Nasional
Penanggulangan Bencana sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
Kegiatan pemulihan atau penghijauan hutan dilakukan di Desa Pompa Air
Kecamatan Bajubang dan di Hutan Harapan. Program penghijauan yang
dilakukan juga sebagai langkah untuk memelihara kelestarian lingkungan karena
pohon memiliki manfaat yang besar bagi lingkungan. Untuk penghijauan di Desa
Pompa Air ada 300 bibit pohon jenis buah-buahan seperti mangga, jambu, dan
manggis, selain berguna untuk penghijauan buah nya bisa dimanfaatkan
masyarakat. Untuk memulihkan kawasan Hutan Harapan manajemen PT REKI
menyiapkan 39.000 bibit pohon yang ditanamkan di kawasan bekas terbakar.
Berbagai jenis bibit pohon yang disiapkan terdiri dari pohon bulian, gaharu,
jelutung, keruing, meranti sapat, merawan, merbau, dan pohon durian. 67
Gambar 6
Penghijauan Hutan
67
http://m.liputan6.com/regional/read/4202606/mengikuti-generasi-kiwari-memulihkan-
hutan-di-jambi.
62
B. Kendala Yang Di Hadapi Pemerintah Dalam Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Kinerja BPBD Kabupaten Batanghari dalam penanggulangan bencana
kebakaran hutan dan lahan masih belum optimal dilakukan karena masih terdapat
kendala. Bedasarkan dari wawancara yang dilakukan oleh penulis mengenai
kendala yang di hadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam
mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari adapun
kendalanya yaitu:
1. Minimnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Sosialisasi Bahaya Kebakaran
Hutan dan Lahan.
Sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) tentang bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat
Kabupaten Batanghari tidak serta merta dapat diterima masyarakat dengan mudah.
Diperlukan peran serta tokoh masyarakat, pemuda, dan agama untuk aktif
berperan membangkitkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan dampak
dan kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan. Minimnya
pemahaman masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan merupakan
kendala yang sangat tampak yang dihadapi oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) untuk meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan lahan disaat
musim kemarau.
Wawancara dengan bapak Syamral, SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah sebagai berikut:
63
“Minimnya kesadaran masyarakat terhadap pembukaan lahan dengan cara
dibakar akan menimbulkan kerugian-kerugian yang sangat besar,” 68
Wawancara dengan Bapak Yahya Mulia, S.sos selaku Kasi Pencegahan
dan Kesiapsiagaan menambahkan:
“Memang sangat dibutuhkan kesadaran dari masyarakat setempat agar
tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar yang akan
menimbulkan kebarakan yang berskala besar, mengingat beberapa tempat
di Kabupaten Batanghari memiliki lahan gambut dangkal kalau sudah
berurusan dengan gambut itu susah betul untuk dipadamkan bagian atas
sudah dipadamkan yang bawah masih terdapat api yang menyala itulah
masalah jika lahan gambut sudah terbakar.”69
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa kesadaran
dari masyarakat terhadap cara pembukaan lahan dengan cara dibakar masih
rendah, karena masyarakat beranggapan bahwa dengan cara membakar dalam
pembukaan lahan lebih mudah, cepat, dan murah.
Wawancara dengan masyarakat yang bernama Bapak Khairul Riyadi:
“Memang betul kebanyakan masyarakat kita belum memiliki kesadaran
terhadap apa yang telah disosialisasikan dan mereka tetap saja membuka
lahan dengan cara dibakar.”70
Wawancara dengan masyarakat Bapak Nardi menambahkan:
“Kebanyakan dari masyarakat kita ini belum mengerti bahkan tidak
memperdulikan dampak buruk yang ditimbulkan akibat pembakaran hutan
dan lahan mereka berpikir bahwa tidak ada yang mengetahui jika
melakukan pembukaan lahan di dalam hutan dengan cara dibakar, dan
lebih irit dana. 71
68
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari. 69
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan kesiapsiagaan. 70
Wawancara bersama masyarakat bapak Khairul Riyadi. 71
Wawancara bersama masyarakat bapak Nardi.
64
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa kurangnya wawasan
dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya Karhutla dan dampak dari Karhutla
sangat besar dan mereka berpikir jika melakukan pembukaan lahan menggunakan
metode pembakaran di dalam hutan tidak akan ada orang yang mengetahui dan
lebih hemat biaya.
2. Keterbatasan Air Dan Akses Jalan
Saat musim kemarau sumber-sumber mata air dan air dari sungai
Batanghari mengalami penyusutan dan juga akses jalan yang tidak bisa dilewati
oleh kendaraan sehingga membuat satuan tugas (satgas) kesulitan dalam
menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Batanghari.
wawancara dengan Bapak Syamral, SE. Mengatakan:
“Pada saat kita memonitoring dengan melihat kondisi cuaca yang memang
dalam kondisi kemarau ketika ada potensi-potensi atau kebakaran-
kebakaran kecil susah kita kendalikan karena lokasi kebakaran jauh dari
pinggir sungai dan ketersediaan air tidak ada, memang untuk menuju ke
daerah-daerah yang terjadi kebakaran apalagi di seberang memang tidak
bisa di prediksi karena ketika kita membawa motor atau mobil tidak
adanya jalan yang bisa dilewati inilah yang membuat petugas-petugas
kesulitan di dalam pemadaman.” 72
Wawancara dengan masyarakat Bapak Heru Sutrisno:
“Memang betul satuan tugas pemadam kebakaran mengalami kesulitan
dalam melakukan pemadaman dikarenakan kekurangan air dan akses jalan
yang rusak.”73
72
Wawancara bersama bapak Syamral selakuSekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari. 73
Wawancara bersama masyarakat bapak Heru Sutrisno.
65
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa pemadaman
sulit dilakukan karena saat musim kemarau ketersediaan air sangat terbatas dan
juga akses jalan yang sangat sulit dilalui oleh kendaraan bermotor atau mobil.
Wawancara dengan Bapak Herman selaku Petugas Pemadaman Kebakaran
mengatakan:
“Hampir setiap akses jalan menuju Kecamatan di Kabupaten Batanghari
rusak sehingga menghambat petugas cepat sampai lokasi. Misalnya
Kecamatan Pemayung, jalannya sangat rusak parah sehingga saat
perjalanan menuju lokasi kebakaran memerlukan waktu kurang lebih satu
jam dan ketika petugas sudah sampai lokasi ternyata api sudah padam.”74
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa hampir setiap akses
jalan di Kabupaten Batanghari menuju Kecamatan rusak sehingga sangat
menghambat petugas dalam pemadaman kebakaran.
Gambar 7
Akses Jalan
3. Kurangnya Peralatan
Peralatan penanggulangan bencana yang tersedia di lokasi harus dapat
digunakan dalam keadaan situasi darurat oleh petugas bencana. Pada saat situasi
darurat banyak peralatan yang diperlukan, seperti peralatan angkutan
(transportasi) untuk evakuasi korban baik di darat (truk), perairan (perahu karet),
74
Wawancara bersama bapak Herman selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
66
maupun udara (helicopter). Demikian pula peralatan lain, misalnya peralatan
telekominikasi, generator listrik, peralatan penyelamatan, peraratan teksi dini,
bulldozer, forklift, dan lain-lain. Bantuan peralatan tersebut harus dapat diperoleh
dengan cepat, tepat waktu, tepat lokasi, tepat sasaran, tepat jumlah, dan dapat
berfungsi.
Dalam penanggulangan bencana banyak kendala yang dihadapi oleh
petugas terhadap peralatan seperti tidak dapat digunakan, tidak berkualitas (cepat
rusak), bahkan tidak memiliki informasi tentang dimana tempat peralatan bencana
yang kondisi layak pakai dan mudah didapat. Ketika satuan tugas akan
diberangkatkan ke lokasi sering kali tidak memiliki informasi tentang tempat
dimana peralatan mudah didapat, sehingga lambat dalam melakukan tindakan
yang pasti dan tepat.
Kegiatan inventarisasi peralatan penanggulangan bencana pada hakekatnya
merupakan pengumpulan data peralatan penanggulangan bencana yang sudah
tersedia atau dimiliki oleh kementrian, lembaga dan instansi yang mempunyai
tanggungjawab dalam penanggulangan bencana. Kegiatan inventarisasi
dilaksanakan pada pemerintah pusat (kementerian, lembaga, dan instansi terkait),
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota), dunia usaha dan masyarakat. Data
peralatan penanggulangan bencana akan memiliki kontribusi yang besar bagi
kesiapsiagaan, tanngap darurat, dan pasca bencana di setiap daerah rawan bencana
jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Pada saat ini belum semua daerah memiliki
peralatan penanggulangan bencana yang memadai dan lengkap, serta belum
67
memiliki data dan informasi yang menerangkan daerah mana yang sudah siap dan
daerah mana yang belum siap dalam hal peralatan penanggulangan bencana.
Peralatan penanggulangan bencana yang ada di Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari pada tahun 2019 bisa dikatakan
kurang memadai dan perlu adanya penambahan peralatan penanggulangan
bencana, karena peralatan penanggulangan bencana sangat dibutuhkan oleh
petugas saat terjadi bencana kebakaram, dengan adanya peralatan yang
mendukung dapat mempermudah petugas sesuai dengan fungsinya untuk
melakukan penanggulangan bencana kebakaran.
Wawancara dengan bapak Yahya Mulia, S.sos selaku Kasi Pencegahaan
dan Kesiapsiagaan:
“saat ini peralatan yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten
Batanghari sangat bagus, tetapi peralatan penanggulangan bencana masih
belum memadai sehingga diperlukannya penambahan peralatan
penanggulangan bencana, agar petugas dapat menanggulangi bencana
dengan semaksimal mungkin.”75
Dari wawancara di atas menjelaskan bahwa Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari masih kekurangan peralatan
untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Bencana kebakaran hutan dan lahan sering kali muncul saat musim kemarau, dan
juga kebakaran yang terjadi tidak dapat diperediksi sehingga diperlukan peralatan
yang sangat memadai dan tepat fungsi agar penanggulangan bencana kebakaran
bisa diatasi dengan cepat dan tuntas.
Wawancara dengan Bapak Syamral SE beliau mengatakan :
75
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
68
“Untuk mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan Satuan Tugas
(satgas) mengalami kesulitan dikarenakan peralatan yang masih kurang
seperti selang panjang, dan juga mobil tangki. Dengan demikian
diharapkan pemerintah Kabupaten Batanghari bisa menambahkan
peralatan sehingga petugas bencana dapat melakukan tugasnya dengan
cepat dan tepat.” 76
Wawancara dengan Masyarakat Bapak Dedi Sucipto:
“Ya, petugas dan para relawan mengalami kesulitan dikarenakan peralatan
yang kurang sehingga menghambat dalam pemadaman kebakaran.”77
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpilkan bahwa peralatan
penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan masih sangat kurang seperti
selang panjang dan mobil tangki air. Setidaknya selang yang harus dibutuhkan
minimal lima puluh buah nantinya selang tersebut bisa disambung untuk
menjangkau lokasi yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, disetiap regu
harusnya memiliki satu unit mobil tangki sedangkan mobil tangki yang ada di
BPBD Kabupaten Batanghari hanya memiliki satu unit mobil tangki. Diharapkan
Pemerintah Kabupaten Batanghari mencari solusi serta jalan keluar atas minimnya
peralatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Wawancara dengan Bapak Amir Hamzah selaku Petugas Pemadam
Kebakaran beliau menambahkan:
“Saat ini kami hanya memiliki tiga unit armada damkar untuk menangani
kebakaran di delapan kecamatan. Sehingga pihak kami kesulitan dalam
mengatasi kebakaran idealnya, setiap delapan kecamatan yang ada di
Kabupaten Batanghari harus memiliki satu unit armada damkar.78
76
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari. 77
Wawancara bersama masyarakat bapak Dedi Sucipto. 78
Wawancara bersama Bapak Amir Hamzah selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
69
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa petugas
mengalami kesulitan dalam melakukan pemadaman kebakaran dikarenakan
kekurangan armada damkar. Kabupaten Batanghari sendiri hanya memiliki tiga
unit armada damkar sementara Kecamatan yang ada di Kabupaten Batanghari ada
delapan kecamatan. Sehingga dibutuhkan penambahan armada damkar setidaknya
setiap Kecamatan memiliki satu unit armada damkar.
4. Prosedur Pemanfaatan Pembiayaan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menanggulangi
bencana kebakaran hutan dan lahan memiliki pelaksana yang berbeda tugasnya
yaitu terdiri dari bidang pencegahan dan kesiapsiagaan, bidang kedaluratan dan
logistik, dan bidang rehabilitasi dan rekontruksi memiliki pemasukan atau
pendanaan.
Wawancara dengan bapak syamral, SE selaku sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah mengatakan:
“Karena kita masih berkutat di nomenklatur sehingga menghambat dalam
pemanfaatan pembiayaan banyak sekali aturan yang mengatur sehingga
kita terbelit dengan aturan itu sendiri beribu aturan yang dibuat untuk
menjerat leher pelaksananya bukannya menyederhanakan aturan supaya
lebih sederhana dalam pemanfaatan kalau masalah tindakan korupsi dan
tidak korupsi kan bisa diukur dari pemanfaatan uang yang kita buat dan
untuk pembiayaan itu sendiri Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Batanghari yaitu bersumber dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Kabupaten Batanghari.” 79
79
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari.
70
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa
pemanfaatan pembiayaan masih terbelit dengan aturan yang sangat rumit sehingga
menyulitkan pelaksana untuk memanfaatkan dana yang ada.
5. Masih Kurangnya Jumlah Personil Dalam Menanggulangi Bencana Kebakaran
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari masih
kekurangan jumlah personil sehingga dalam penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan belum bisa optimal untuk menjalankan tufoksi dari anggota-angota tersebut.
Wawancara dengan Bapak Nur Hidayat selaku Petugas Pemadaman:
“Kita masih kekurangan personil pemadam kebakaran di mana ketika
terjadi bencana kebakaran di lain tempat atau berjauhan kita sangat
kewalahan untuk memadamkan api.”80
Wawancara dengan masyarakat Bapak Kandar:
“Memang para petugas pemadam mengalami kesulitan karena kurangnya
personil jika dibandingkan dengan luasnya daerah Kabupaten Batanghari
yang mana masih banyak hutan apabila terjadi kebakaran maka para
petugas sangat kewalahan dalam melakukan pemadaman.”81
Hal ini sesuai wawancara dengan Bapak Syamral SE selaku sekretaris
Badan Penanggulangan Bencana Daerah yaitu:
“Dengan petugas pemadaman yang berjumlah 60 orang itu sebenarnya
masih kurang jika kita bagikan dengan delapan Kecamatan. Untuk satu
kecamatan setidaknya ada sekitar 15 petugas untuk menjangkau daerah-
daerah yang berpotensi mengalami kebakaran.” 82
80
Wawancara dengan bapak Nur Hidayat selaku Petugas Pemadam Kebakaran. 81
Wawancara dengan masyarakat bapak Kandar. 82
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari.
71
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa jumlah
petugas pemadaman yang berjumlah 60 orang masih sangat kurang untuk
melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. dikarenakan disetiap
Kecamatan dibutuhkan 15 orang petugas pemadaman. Setidaknya dibutuhkan 120
petugas pemadaman dibagi dengan delapan Kecamatan untuk melengkapi
penjagaan disetiap Kecamatan yang berjumlah 15 petugas.
C. Upaya Yang Di Lakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dari wawancara yang dilakukan penulis di Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari adapun upaya-upaya untuk
mengatasi beberapa kendala yaitu:
1. Penambahan Peralatan Penanggulangan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batanghari terus
melakukan berbagai upaya dalam memaksimalkan sumber daya yang ada untuk
melakukan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan. Para petugas
masih sangat kesulitan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan
dikarenakan kurang nya peralatan penanggulangan bencana kebaran hutan dan
lahan kondisi ini akan berdampak buruk, maka Badan Penanggulangan Bencana
Daerah masih membutuhkan penambahan peralatan penanggulangan bencana.
Wawancara dengan Bapak Makmun, S.Pd.i selaku Kasi Kedaruratan dan
Logistik mengatakan:
“Dengan adanya penambahan peralatan penanggulangan bencana dapat
mempermudah Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam
penanggulangan bencana kebakaran dan dengan penambahan peralatan
72
dapat mempercepat pemadaman dan mengurangi resiko-resiko yang
diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan.” 83
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa bencana
kebakaran hutan dan lahan tidak dapat diprediksi maka sangat diperlukannya
peralatan penanggulangan bencana kebakaran yang memadai untuk
mempercepat pemadaman, dan mengurangi resiko-resiko yang tidak di inginkan.
Wawancara dengan Bapak Syamral SE Selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana beliau mengatakan:
“Mengingat bencana kebakaran hutan terjadi setiap tahun di Kabupaten
Batanghari, kita berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari
mencari solusi serta jalan keluar atas kekurangan peralatan seperti
penambahan di bidang fasilitas sarana dan prasarana agar tidak
menyebabkan lambatnya pergerakan anggota Badan Penanggulangan
Bencana Daerah dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan. Pada
tahun 2020 kami sudah mengajukan penambahan peralatan
penanggulangan bencana kepada BNPB dan pemerintah daerah yaitu 7
mobil tangki, 1 eksavator mini, 50 selang, dan pengajuan pembuatan
tempat penyimpanan peralatan.”84
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa BPBD
Kabupaten Batanghari sudah mengusulkan penambahan peralatan seperti 7 mobil
tangki, 1 eksavator kecil, 50 selang, dan pengajuan pembuatan tempat
penyimpanan peralatan. Dengan adanya pengajuan penambahan peralatan ini
diharapkan bisa menutupi kendala yang selama ini terjadi dilapangan dan agar
tugas dan fungsi dari BPBD dapat berjalan dengan baik.
2. Pembuatan Penampungan Air (Embung Air).
83
Wawancara bersama bapak Makmum selaku Kasi Kedaruratan dan Logistik. 84
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari.
73
Pada saat musim kemarau pemerintah mengalami kesulitan dalam
melakukan pemadaman dikarenakan kesulitan menumukan sumber air. Maka
dibutuhkannya pembangunan penampungan air.
Wawancara dengan Bapak Nur Kholis selaku Petugas Pemadam
Kebakaran:
“Mayoritas kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Batanghari terjadi
di wilayah perkebunan milik perusahaan. Maka harus ada intruksi kepada
perusahaan-perusanaan agar adanya pembangunan embung air.”85
Wawancara dengan Bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari menambahkan:
“Kami meminta pihak perusahaan perkebunan untuk membangun embung
air di areal perkebunannya masing-masing. Setiap satu embung air
minimal bisa menampung 5.000 liter air, dengan rincian jika areal
perkebunan perusahaan memiliki luas 200 Ha maka yang perlu dibangun
harus lima embung air.86
Dari wawancara di atas maka penulis menyimpulkan mayoritas kebakaran
yang terjadi di Kabupaten Batanghari terjadi di wilayah perkebunan milik
perusahaan. Maka pihak perusahaan harus membangun embung air yang bisa
menampung air minimal 5.000 liter, jika areal perkebunan perusahaan memiliki
luas 200 Ha maka diperlukannya lima embung air yang harus dibangun. Upaya ini
dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan pada saat musim kemarau.
85
Wawancara dengan bapak Nur Kholis selaku Petugas Pemadam Kebakaran. 86
Wawancara dengan bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten Batanghari.
74
3. Penambahan Jumlah Personil.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari
masih kekurangan jumlah personil, akibatnya BPBD Kabupaten Batanghari masih
kurang optimal dalam menjalankan Tupoksi nya.
Wawancara dengan Bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten
Batanghari:
“Iya saat ini kami kekurang personil di mana jumlah personil saat ini
hanya 60 orang. Usulan sudah kami sampaikan kepada Bupati namun
belum ada jawaban terkait usulan penambahan personil tersebut, Kami
berharap usulan penambahan personil bisa diterima. Masalahnya dalam
penanganan bencana kebakaran hutan kendalanya sangat dirasakan karena
kekurangan personil.”87
4. Menegakkan Hukum dan Denda Semaksimal Mungkin Bagi Pelaku
Pembakaran Hutan dan Lahan
Bedasarkan peraturan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan adalah pelaku pembakaran hutan dikenakan sanksi kurungan 15 tahun
dan denda maksimal Rp.5 miliar. Dengan adanya hukuman terhadap pelaku
pembakaran hutan dan lahan diharapkan akan ada efek jera dan kesadaran dari
masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.88
Wawancara dengan Bapak Syamral SE selaku Sekretaris Badan
Penanggulangan Bencana Daerah mengatakan:
“Jikalau sosialisasi sudah dilakukan akan tetapi masyarakat masih
melakukan pembakaran hutan dan lahan sesuai aturan perundang-
undangan pelaku wajib dihukam dan kami harap kepada aparatur penegak
hukum untuk menindak lanjuti agar masyarakat kita ada efek jera dan
kesadaran-kesadaran yang timbul dari masyarakat agar bisa bekerjasama
87
Wawancara dengan bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten Batanghari. 88
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999.
75
dengan pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan. Pada tahun 2019 ada
18 dari 22 palaku pembakaran hutan di PT REKI ditetapkan sebagai
tersangka. Mereka merupakan pendatang baru dan mereka berasal dari
Medan dan Riau adapun barang bukti yang diamankan yaitu bibit tanaman
kelapa sawit, mesin chainsaw, kayu bekas terbakar, dan 4 buah derigen
pelastik bekas isi BBM. Akibat kebakaran tersebut kerugian negara
mencapai angka 43 milyar.”89
Berdasarkan wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa sesuai
dengan peraturan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Jika
sosialisasi sudah dilakukan dan masyarakat masih membuka lahan dengan cara
dibakar maka akan ditindak lanjut yaitu dikenakan sanksi 15 tahun penjara dan
denda maksimal 5 miliyar. Ada 18 dari 22 pelaku pembakaran hutan dinyatakan
tersangka mereka merupakan pendatang baru dan berasar dari Medan dan Riau
dengan ditemukannya barang bukti berupa bibit tanaman kelapa sawit, mesin
chainsaw, kayu bekas terbakar, dan 4 buah derigen pelastik bekas isi BBM.
Akibat kebakaran tersebut kerugian negara mencapai angka 43 milyar. Dengan
diberlakukannya sanksi tersebut akan membuat masyarakat jera dan tidak akan
melakukan pembukaan lahan menggunakan cara bakar.
89
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Batanghari.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah penulis uraiankan pada bab-
bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Batanghari, dilihat dari beberapa aspek diatas maka dapat disimpulkan
bahwa strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah
baik, hal tersebut terlihat dari upaya yang telah dilakukan oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah yakni melakukan pencegahan,
melakukan pemadaman, dan melakukan penanganan pasca bencana.
2. Kendala yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan meliputi,
pertama minimnya pemahaman masyarakat terhadap bahaya kebakaran
hutan dan lahan, kedua keterbatasan air dan akses jalan, ketiga kurangnya
peralatan, keempat prosedur pemanfaatan pembiayaan, kelima kurangnya
personil jumlah personil, sehingga mengakibatkan terhambatnya
penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.
3. Upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi yakni, pertama penambahan peralatan,
kedua pembuatan penampungan air, ketiga penambahan jumlah personil,
keempat menegakkan hukuman dan denda bagi pelaku pembakaran hutan
dan lahan, sehingga dapat mempermudah Badan Penanggulangan Bencana
77
Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari dalam pencegahan dan
pengendalian bencana kebakaran hutan dan lahan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti bedasarkan hasil penelitian
dilapangan yaitu:
1. Sarana dan prasarana dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan dan
lahan harus ditambah dan dilengkapi serta sumber daya manusia harus
ditingkatkan kompetensinya. Sehingga dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan dapat berjalan dengan
semaksimal mungkin.
2. Pemerintah harus menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan
koordinatnya masing-masing dan harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan.
3. Dalam perencanaan strategi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) diharapkan keikut sertaan masyarakat, selalu melakuakan
sosialisasi secara rutin sehingga membuat masyarakat sadar akan
pentingnya hutan bagi kelestarian mahkluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Literatur/Buku
Adinugroho, W.C, dkk. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan, (Bogor:
Wetlands Internasional 2004).
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafik, 2002.
Fahmi Amrusi, Hukum Pemerintah Daerah, Nusamedia, Bandung, 2012.
Fachmi Rasyid, Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan, Jurbal Lingkar
Widyaiswara, Edisi 1 No. 4, Oktober-Desember 2014.
G. Setya Nugraha, R. Maulana F, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya.
Ibnu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Refika Aditama, Jakarta,
2010.
Ismail, Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja, (Jakarta: Kencana
2013).
khambali, Manajemen Penanggulangan Bencana, Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2017.
Lijan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2017).
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2012).
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah cetakan ke 3, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Syariah
Press,2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cet ke-19,
Bandung: Cv. Alfabeta, 2013.
Takdir Rahmadi,Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2013.
Tuhulele Popi, Kebakaran Hutan di Indonesia dan Proses Penegakan Hukumnya
Sebagai Komitmen dalam Mengatasi Dampak Perubahan Iklim, Desember
2014.
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015).
2. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 47/Prementan/OT.140/4/2014
Tentang Brigade Dan Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Serta
Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 12/ Menhut-11/ 2009 Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan.
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 12/Menhut-11/2009
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Undang-undang No 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan,
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberataan
Perusakan Hutan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
3. Lain-Lain
https://www.batangharikab.go.id/bat/statis-20-bidangkehutanan.html. diakses
pada 03 November 2019, Pukul 03:33 WIB.
Hhtp://jambi.antaranews.com/nasional/berita/941049/tiga-tahun-terakhir-karhutla-
di-batanghari-meningkat. Diakses pada 27 Januari 2020, Pukul 14 : 05
WIB.
https://jambi.tribunnews.com/2019/08/25/189-hektare-lahan-di-kabupaten-
batanghari-terbakar-selama-agustus. diakses pada 03 November 2019,
Pukul 03:00 WIB.
Hhtp://jambi.antaranews.com/nasional/berita/941049/tiga-tahun-terakhir-karhutla-
di-batanghari-meningkat. Diakses pada 27 Januari 2020, Pukul 14 : 05
WIB.
http:// ojs.unud.ac.id/index.php/citizen/article/view/14053. Diakses pada tanggal
28 Agustus 2020, pukul 13 : 12 WIB.
http:// ojs.unud.ac.id/index.php/citizen/article/view/14053. Diakses pada tanggal
28 Agustus 2020, pukul 13 : 12 WIB.
Kailani Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi dengan Judul Peranan Pemerintah Daerah dalam
Menanggulangi Pembakaran Lahan Perkebunan.
Syaifudin Arif Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Semarang dengan Judul Srudi Analisis Penanggulangan
Kebakaran.
Eka Rahma Citra Lestari Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Universitas
Indonesia dengan Judul Hubungan Kebakaran Hutan dan Lahan di
Provinsi Riau Terhadap Kualitas Udara dan Risiko Kesehatan Masyarakat.
Tri Wahyuni, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kebijakan publik, Jambi:
Skripsi: 2012.
Wawancara bersama bapak Nazhar selaku Kepala BPBD Kabupaten Batanghari.
Wawancara bersama bapak Syamral selaku Sekretaris Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
Wawancara bersama bapak Yahya Mulia selaku Kasi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan.
Wawancara bersama bapak Makmum selaku Kasi Kedaruratan dan Logistik.
Wawancara bersama bapak Hendri selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
Wawancara bersama bapak Herman selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
Wawancara bersama Amri Hamzah selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
Wawancara bersama bapak Nur Hidayat selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
Wawancara bersama bapak Nur Kholis selaku Petugas Pemadam Kebakaran.
Wawancara bersama bapak suwito (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Sumar (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Junaidi (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Sutono (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Kusno (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Bambang (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Khairul Riyadi (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Heru Sutrisno (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Nardi (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Dedi Sucipto (masyarakat).
Wawancara bersama bapak Kandar (masyarakat).
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Mukhamad Zainal Arifin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Penerokan,15 Februari 1997
Alamat : Desa Penerokan Km 41 Rt 02, Kecamatan
Bajubang, Provinsi Jambi.
No. Telp/HP : 0857-7641-6412
Nama Ayah : Suntoro
Nama Ibu : Nurbiyati
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN 77 Desa Penerokan, 2004-2010
SMP/MTs, Tahun Lulus : SMPN 08 Desa Penerokan, 2010-2013
SMA/MA, Tahun Lulus : SMA Islam Al-Arief Sebapo, 2013-2016
Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Foto penelitian
Wawancara dengan Bapak Syamral Sekretaris BPBD
Wawancara dengan Bapak Syamral Sekretaris BPBD
Wawancara dengan Bapak Syamral Sekretaris BPBD
Wawancara dengan Bapak Sumar masyarakat setempat
Wawancara dengan Bapak Suwito masyarakat setempat
Sosialisasi BPBD dan POLRES Batanghari di Desa Bungku.
sosialisasi BPBD Kabupaten Batanghari di Desa Bungku.
Patroli BPBD Kabupaten Batanghari
Pemadaman di Kecamatan Mersam
Sosialisasi di Kelurahan Bajubang
Monitoring areal bekas kebakaran di Kelurahan Bajubang
Pengecekan sumber air di Kelurahan Bajubang
Sosialisasi di Kecamatan Pemayung Desa Kubu Kandang
Lampiran 2. Data informan penelitian.
No Nama Pekerjaan Umur
1. Nazhar Kepala BPBD
50
2. Syamral Sekretaris BPBD
47
3. Yahya Mulya Kasi Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
44
4. Makmum Kasi Kedaruratan dan
Logistik
51
5. Herman Petugas Pemadam
Kebakaran
44
6.
Amri
Hamzah
Petugas Pemadam
Kebakaran
33
7. Hendri Petugas Pemadam
Kebakaran
35
8. Nur Hidayat Petugas Pemadam
Kebakaran
44
9. Nur kholis Petugas Pemadam
Kebakaran
37
10 Sumar Masyarakat
56
11 Suwito Masyarakat
52
12 Junaidi Masyarakat
40
13 Sutono Masyarakat
53
14 Kusno Masyarakat
42
15 Bambang Masyarakat
35
16
Khairul
Riyadi Masyarakat
45
17 Nardi Masyarakat
39
18 Heru Sutrisno Masyarakat
58
19 Kandar Masyarakat
55
20 Dedi sucipto Masyarakat
32