strategi pengembangan kawasan objek ...repository.ub.ac.id/7320/1/prihandini, intan...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI PANGI,
KECAMATAN BAKUNG, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN QSPM
SKRIPSI
Oleh :
INTAN SINJANG PRIHANDINI
NIM. 135080418113005
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI PANGI,
KECAMATAN BAKUNG, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN QSPM
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
INTAN SINJANG PRIHANDINI
NIM. 135080418113005
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
November, 2017
ii
iii
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI
PANGI, KECAMATAN BAKUNG, KABUPATEN BLITAR, JAWA
TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN QSPM
Nama Mahasiswa : INTAN SINJANG PRIHANDINI
NIM : 135080418113005
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing 1 : DR. IR. NUDDIN HARAHAB, MP
Pembimbing 2 : DR. IR. HARSUKO RINIWATI, MP
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji 1 : DR. IR. EDI SUSILO, MS
Dosen Penguji 2 : WAHYU HANDAYANI, S.PI,MP, MBA
Tanggal Ujian : 28 November 2017
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: Strategi
Pengembangan Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, Kecamatan Bakung,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur Dengan Menggunakan Metode SWOT dan QSPM
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Malang, November 2017
Mahasiswa
Intan Sinjang Prihandini 135080418113005
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Intan Sinjang Prihandini
NIM : 135080418113005
Tempat / Tgl Lahir : Blitar, 7 Juni 1995
Jurusan : Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Wlingi Blitar
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 S.D 2001 2007
2 S.L.T.P 2007 2010
3 S.L.T.A 2010 2013
4 Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya
2013 2017
5 Perguruan Tinggi (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
2013 2017
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala
akibatnya.
Malang, November 2016
Hormat kami
Intan Sinjang Prihandini
NIP.135080418113005
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia yang diberikan, pemilik segala ilmu dan kekuatan yang
tak terbatas, yang telah memberikan kami kekuatan, kesabaran, ketenangan,
dan karunia selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
tugas akhir ini. Dalam proses penulisan laporan magang ini, penulis banyak
mendapat dukungan dan bantuan dari pihak – pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah ikut menyumbangkan doa, pikiran, tenaga dan
inspirasi bagi penulis. Dengan segala ikhlas dan tulus, penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Yohanes Siswanto dan Ibu Fransiska P
beserta kedua saudara tercinta saya Guntur Melyndra P dan Moses Galuh
Wilianto yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan perhatiannya.
2. Bapak Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk menerima penulis berdiskusi dan membimbing
serta memberikan pengarahan sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi.
3. Ibu Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa menerima penulis untuk berdiskusi, memberikan kritik dan saran
yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik hingga akhir.
4. Kepala Pokdarwis yang sudah menerima dan membimbing dengan baik
sehingga menjadikan sebuah pengalaman baru bagi saya.
5. Elisafan Yosmarlino, Sylvi Anggraini, Iis Afriani, Vita S, dan teman-teman lain
yang sudah memberikan dukungan.
vii
Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada, maka penulis mengharapkan masukan
serta kritikan yang membangun. Namun dengan kekurangan tersebut penulis
berharap semoga laporan magang ini menjadi amal yang dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Malang, November 2017
Intan Sinjang Prihandini
135080418113005
viii
ABSTRAK
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI PANGI,
KECAMATAN BAKUNG, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN QSPM
(Intan Sinjang Prihandini, Nuddin Harahab2, dan Harsuko Riniwati
3)
Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil Kawasan Wisata Pantai Pangi, karakteristik wisatawan yang berkunjung, faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan dan strategi pengembangan yang tepat untuk Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi berdasarkan analisis SWOT dan QSPM. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang dilakukan kepada kepala pengelola dan incidental sampling digunakan kepada pengunjung yang kebetulan bertemu dan dirasa cocok sebagai responden. Sedangkan teknik penentuan jumlah sampel menggunakan Linier time function (LTF) didapatkan hasil sebesar 48 responden. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis Matriks EFE, Matriks IFE, Matriks IE, SWOT dan QSPM. Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis matriks IFE dan EFE, total skor bobot IFE sebesar 3,03 dan EFE sebesar 2,76 menempatkan Wisata Pantai Pangi berada pada kuadran I maka strategi yang digunakan adalah tumbuh dan membangun yaitu dengan menggunakan kekuatan yang ada di Pantai Pangi dan memanfaatkan peluang yang ada di luar Pantai Pangi. Selanjutnya hasil perhitungan QSPM menyatakan bahwa strategi peningkatan dan pengembangan objek wisata adalah strategi terpilih sebagai prioritas utama strategi pengembangan Kawasan Wisata Pantai Pangi dengan total nilai TAS sebesar 4,8. Bagi masyarakat sekitar diharapkan untuk mengetahui pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengelola pantai, Bagi pengelola dan pemerintah diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun, merumuskan kebijakan dan merealisasikan berbagai strategi pengembangan pariwisata, selanjutnya bagi penelitian selanjutnya disarankan meneliti terkait strategi pengembangan wisata sehingga pihak pengelola dan pemerintah dapat mengambil kebijakan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Wisata, Pantai Pangi
Abstract This research aims to know Pangi Beach Profile, Tourist characteristic, internal and external factor
that affected on tourist development strategy and also to know the exact strategy for tourist
development in Pangi Beach based on SWOT and QSPM analysis. This research method use both
qualitative and quantitative descriptive. This research used purposive sampling method addressed to
head of administrator and incidental sampling used to visitor that happen to be around and qualified
as respondents. Using linier time function to obtained 48 people as respondent. Data analysis in this
research used EFE, IFE, IE, SWOT Matrix and QSPM analysis. This research obtained that IFE
matrix score is 3,3 and EFE matrix score is 2,76 which place Pangi Beach Tourism in 1th quadrant,
Therefore Pangi Beach tourims development strategy is to grow and build take advantage of
opportunities from external factors outside the Pangi Beach. QSPM calculation result is state that the
chosen strategy for Pangi Beach Tourism is to apply escalation and development strategy as a priority
strategy with the total TAS core is 4,8. Is important for community around Pangi Beach to be fully
committed on beach management. For administrator and government, this research is hope to be a
consideration for arranging, formulate, and actualize variety of tourism development strategy. For the
further research is suggested to examine tourism development strategy so Pangi Beach administrator
and government can run a policy based on the previous research.
Keywords : Strategies, tourism development, Pangi beach.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul
“Strategi Pengembangan Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, Kecamatan
Tumpakkepuh, Kabupaten Blitar Dengan Menggunakan Metode SWOT Dan
QSPM”. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 September 2017 sampai 8
Oktober 2017. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan profil Kawasan
Wisata Pantai Pangi, karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kawasan
Wisata Pantai Pangi, faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi, dan strategi pengembangan
yang tepat untuk Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi berdasarkan analisis
SWOT dan QSPM.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dalam
hal penyusunan, oleh karena itu penulis menerima segala kritikan dan
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, November 2017
Intan Sinjang Prihandini
135080418113005
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ...i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ..iii
IDENTITAS TIM PENGUJI ................................................................................ ..iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... ..v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... ..vi
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... .vii
ASTRAK ............................................................................................................ ..ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ..x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ..xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... ..1
1.1 Latar Belakang................................................................................... ..1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. ..6
1.3 Tujuan................................................................................................ ..7
1.4 Kegunaan .......................................................................................... ..7
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. ..9
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... ..9
2.2 Pariwisata .......................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Pariwisata dan Objek Wisata ................................. 14
2.2.2 Jenis – Jenis Pariwisata ............................................................ 17
2.2.3 Bentuk Pariwisata .................................................................... 20
2.2.4 Wisatawan dan Karakteristik ..................................................... 21
2.2.5 Motivasi Perjalanan Wisata ...................................................... 26
2.2.6 Komponen Pariwisata ............................................................... 28
2.2.7 Potensi Pariwisata .................................................................... 33
2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata ................................................... 36
2.4 Kajian Strategis .................................................................................. 43
2.4.1 Tahap Input (Input Stage) ......................................................... 45
2.4.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ....................................... 47
2.4.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) .......................................... 51
2.5 Kerangka Berfikir ............................................................................... 52
3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 55
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 55
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................. 55
xi
3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 57
3.4.1 Observasi ................................................................................. 58
3.4.2 Wawancara ............................................................................... 59
3.4.3 Kuisioner .................................................................................. 59
3.4.4 Dokumen .................................................................................. 60
3.5 Populasi Dan Sampel ........................................................................ 61
3.6 Skala Pengukuran .............................................................................. 64
3.7 Metode Analisis Data ......................................................................... 66
3.7.1 Profil Kawasan Wisata Pantai Pangi ......................................... 66
3.7.2 Karakteristik Pengunjung Wisata Pantai Pangi ......................... 67
3.7.3 Analisa Data dalam Merumuskan Strategi
Pengembangan Wisata Pantai Pangi ....................................... 67
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................... 75
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis ......................................... 75
4.2 Keadaan Penduduk ........................................................................... 77
4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ........................................ 77
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 78
4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................. 79
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .................................... 80
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 81 5.1 Profil Kawasan Wisata Pantai Pangi .................................................. 81
5.5.1 Struktur Organisasi ................................................................... 83
5.5.2 Harga Tiket Masuk .................................................................... 86
5.5.3 Sarana dan Prasarana Wisata Pantai Pangi ............................. 86
5.2 Karakteristik Responden ................................................................... 96
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 96
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal ............................ .97
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................ .98
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..... .99
5.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................... 100
5.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ................ 101
5.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ...... 102
5.2.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi ....... 102
5.3 Pengelolaan Wisata Pantai Pangi .................................................... 103
5.4 Sikap Responden ............................................................................. 105
5.4.1 Sikap Responden Terhadap Keindahan ................................. 108
5.4.2 Sikap Responden Terhadap kebersihan ................................. 110
5.4.3 Sikap Responden Terhadap Kesenian dan budaya lokal ........ 112
5.4.4 Sikap Responden Terhadap Akses Jalan ............................... 113
5.4.5 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir ...... 115
5.4.6 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Warung .................. 117
5.4.7 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan fasilitas Tempat
Ibadah.. .................................................................................. 118
xii
5.4.8 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan toilet dan sumber air
bersih di Kawasan Objek Wisata ........................................... 120
5.4.9 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Penginapan ........... 121
5.4.10 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Jaringan
Telekomunikasi di Kawasan Objek Wisata ........................... 123
5.4.11 Sikap responden Tersedianya gazebo/ tempat teduh .......... 124
5.4.12 Sikap responden Terhadap Ketersediaan wahana bermain
anak-anak ............................................................................ 126
5.4.13 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Wahana Susur Muara
Sungai Menggunakan Perahu .............................................. 127
5.4.14 Sikap responden Terhadap Ketersediaan wisata cemoro sewu
............................................................................................. 129
5.4.15 Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata (Kerjasama
dengan pemerintah) ............................................................. 131
5.4.16 Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata (Media
Sosial) .................................................................................. 132
5.4.17 Sikap Responden Terhadap Harga Tiket Masuk .................. 134
5.4.18 Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Pengelola ....... 135
5.4.19 Sikap Responden Terhadap Terhadap Pelayanan dari
Masyarakat .......................................................................... 136
5.4.20 Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Masyarakat ..... 138
5.4.21 Sikap Responden Terhadap Kecenderungan Memilih Wisata
Alam ..................................................................................... 139
5.4.22 Sikap Responden Terhadap Kecenderungan berkunjung
kembali ................................................................................. 141
5.5 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal ............................... 142
5.5.1 Identifikasi Faktor Intenal ........................................................ 143
5.5.2 Identifikasi Faktor Eksternal .................................................... 147
5.6 Penentuan rating Faktor Internal dan Eksternal................................ 150
5.7 Matriks IFE dan EFE ........................................................................ 162
5.8 Strategi Pengelolaan yang Dilakukan untuk Pengembangan Wisata
Pantai Pangi..................................................................................... 165
5.8.1 Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .................... 165
5.8.2 Matrik IE ................................................................................. 169
5.8.3 Matriks QSPM ........................................................................ 170
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 174
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 174
6.2 Saran ................................................................................................ 177
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 179
LAMPIRAN ...................................................................................................... 182
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 12
Tabel 2. Draf Matrik SWOT menurut Rangkuti ................................................... 48
Tabel 3. Draf Matriks Internal Factor Evaluation (EFE) ...................................... 69
Tabel 4. Draf Matriks External Factor Evaluation (IFE) ...................................... 71
Tabel 5. Draf Matriks SWOT ............................................................................. 72
Tabel 6. Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) ...................................... 74
Tabel 7. Data Penduduk Berdasarkan Usia ....................................................... 77
Tabel 8. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan ................................. 78
Tabel 9. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................................. 79
Tabel 10. Data Penduduk Berdasarkan Agama ................................................. 80
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 97
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal ......................... .98
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... .99
Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 100
Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................... 100
Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ......................... 101
Tabel 17. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ............... 102
Tabel 18. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi ................ 103
Tabel 19. Tabulasi Sikap Responden ............................................................. 107
Tabel 20. Sikap Responden Terhadap Keindahan ........................................... 108
Tabel 21. Hasil Kuesioner Terkait Keindahan .................................................. 109
Tabel 22. Sikap Responden Terhadap Kebersihan .......................................... 110
Tabel 23. Hasil Kuesioner Terkait Kebersihan ................................................. 111
Tabel 24. Sikap Responden Terhadap Kesenian dan budaya lokal ................. 112
Tabel 25. Sikap Responden Terhadap Akses Jalan Menuju Pantai Pangi ....... 113
Tabel 26. Hasil Kuesioner Terkait Akses jalan Pantai Pangi ............................ 115
Tabel 27. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir ................ 115
Tabel 28. Sikap responden Terhadap Ketersediaan Warung ........................... 117
Tabel 29. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan fasilitas Tempat Ibadah.. 118
Tabel 30. Hasil Kuesioner Terkait fasilitas Tempat Ibadah ............................... 120
Tabel 31. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan toilet .............................. 120
Tabel 32. Sikap responden Terhadap Ketersediaan Penginapan .................... 122
xiv
Tabel 33. Sikap responden Terhadap Ketersediaan Jaringan Telekomonukasi
Di Kawasan Objek Wisata ................................................................. 123
Tabel 34. Sikap responden Tersedianya gazebo/ tempat teduh ...................... 124
Tabel 35. Sikap responden Tersedianya wahana anak-anak ........................... 126
Tabel 36. Sikap responden Ketersediaan Wahana Susur Muara Sungai ......... 128
Tabel 37. Sikap responden Ketersediaan wisata cemoro sewu ....................... 129
Tabel 38. Hasil Kuesioner Terkait wisata cemoro sewu ................................... 130
Tabel 39. Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata (Kerjasama dengan
Pemerintah) ...................................................................................... 131
Tabel 40. Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata (Media Sosial) . 132
Tabel 41. Hasil Kuesioner Terkait Promosi Objek Wisata (Media Sosial) ......... 133
Tabel 42 Sikap Responden Terhadap Harga Tiket Masuk ............................... 133
Tabel 43. Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Pengelola .................. 135
Tabel 44. Sikap Responden Terhadap Terhadap Pelayanan dari Masyarakat .
(Keramahan Masyarakat) .................................................................. 137
Tabel 45. Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Masyarakat (Masyarakat
Menyediakan Keperluan Wisatawan) ................................................ 138
Tabel 46 Sikap Responden Terhadap Kecenderungan Memilih Wisata Alam...139
Tabel 47. Sikap Responden Terhadap Kecenderungan berkunjung kembali…140
Tabel 48. Kriteria Kekuatan Kelemahan dan Peluang Ancaman ...................... 156
Tabel 49. Faktor Kekuatan ............................................................................... 157
Tabel 50. Faktor Kelemahan ............................................................................ 158
Tabel 51. Faktor Peluang ................................................................................. 160
Tabel 52. Faktor Ancaman ............................................................................... 161
Tabel 53. Matrik IFE ........................................................................................ 163
Tabel 54. Matrik EFE ....................................................................................... 164
Tabel 55. Matriks SWOT .................................................................................. 166
Tabel 56. Pengelompokan QSPM .................................................................... 170
Tabel 57. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) ............................ 172
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik kunjungan wisatawan mancanegara ke Jatim tahun 2015-
2017 ................................................................................................ 4
Gambar 2. Kerangka Analitis Perumusan Strategi pada penelitian .................... 45
Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal ................................................................. 50
Gambar 4. Kerangka Berfikir ............................................................................. 54
Gambar 5. Keindahan Wisata Pantai Pangi ....................................................... 83
Gambar 6. Struktur organisasi POKDARWIS ‘‘Sekar” ....................................... 84
Gambar 7. Tiket masuk Wisata Pantai Pangi ..................................................... 86
Gambar 8. Kondisi jalan ..................................................................................... 87
Gambar 9. Mushola ........................................................................................... 89
Gambar 10. Toilet/ Kamar Mandi ....................................................................... 90
Gambar 11. Penginapan .................................................................................... 90
Gambar 12. Lahan parkir ................................................................................... 91
Gambar 13. Warung makanan dan Minuman ................................................... 92
Gambar 14. Gazebo ......................................................................................... 92
Gambar 15. Tempat sampah ............................................................................. 93
Gambar 16. Wahana Menikmati Keindahan Pangi ............................................. 94
Gambar 17. Wahana Playround pada Wisata Pantai Pangi ............................... 94
Gambar 18. Wahana Wisata cemoro sewu pada Wisata Pantai Pangi ............. 95
Gambar 19. Wahana Susur sungai menggunakan perahu ................................. 95
Gambar 20. Matriks Grand Strategy ................................................................ 168
Gambar 21. Matriks IE .................................................................................... 169
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 182
Lampiran 2. Daftar Nama Responden .............................................................. 184
Lampiran 2. Dokumentasi ................................................................................ 185
xvii
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma pembangunan di banyak Negara kini lebih berorientasi kepada
pengembangan sektor-sektor jasa dan industri, termasuk didalamnya adalah
perkembangan industri pariwisata yang sangat pesat dan dapat memberikan
peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Dalam hal ini
Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki potensi Objek Wisata dan
Daya Tarik Wisata (OTDW) berupa keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
diantaranya sumber daya alam, baik di daratan maupun di perairan, keunikan
dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam,
peninggalan sejarah/budaya. Keseluruhan potensi objek wisata dan daya tarik
wisata tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan
sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan yang
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kepariwisataan
(Handayawati, 2010).
Hal tersebut senada dengan pernyataan Ilyas (2009), bahwa potensi alam
dan budaya yang besar dapat dijadikan modal dalam mengembangkan industri
pariwisata baik ditingkat nasional maupun daerah. Potensi yang dimiliki dapat
dikembangkan sebagai potensi pengembangan kegiatan perekonomian yang
dapat menghasilkan devisa negara, sehingga sektor kepariwisataan diharapkan
dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan kalisator untuk
mengembangkan sektor-sektor lain secara bertahap.
Menurut Undang-Undang No 10 tahun 2009 menjelaskan bahwa pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan pariwisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Berdasarkan pengertian tersebut, pariwisata memerlukan
2
berbagai macam layanan dari semua komponen. Untuk melayani keperluan
wisatawan inilah maka disediakan berbagai fasilitas pokok pariwisata, fasilitas
pelengkap, dan fasilitas penunjang pariwisata antara lain akomodasi, penyediaan
fasilitas makanan dan minuman (tempat makan), angkutan wisata, wisata tirta,
dan kawasan pariwisata.
Menurut Pitana (2005), suatu daerah tujuan wisata (destinasi wisata) adalah
sebuah susunan sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan kebutuhan wisata
adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karekteristik suatu tempat yang
akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang
melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi daya
tarik yang membuat seseorang rela melakukan perjalanan yang jauh dan
menghabiskan dana cukup besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik
yang besar agar para wisatawan mau menjadikan tempat tersebut sebagai
destinasi wisata. Suatu daerah dijadikan destinasi wisata dipengaruhi oleh
beberapa hal yang penting, seperti: menarik untuk clien, fasilitas-fasilitas dan
atraksi, lokasi geografis, jalur transportasi, stabilitas politik, lingkungan yang
sehat, dan tdak ada larangan/batasan pemerintah.
Selain itu, untuk mencapai keberhasilan target pariwisata suatu daerah
diperlukan ada usaha-usaha yang dilakukan dengan mengatur sistem pariwisata
yang memadai berupa promosi dan pengembangan potensi-potensi pariwisata
yang didukung dengan cara mendesaign produksi dan kegiatan-kegiatan yang
diadakan pemerintahan setempat (Fasial, 2006).
Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu.
Alasannya, karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan
daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis,
mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan
pariwisata spiritualisme. Dengan meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih
3
singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan maka
aktivitas kepariwisataan akan semakin meningkat (Yuwana, 2011)
Pada masa sekarang pariwisata di Indonesia telah berkembang dari wisata
massa (mass tourism) menjadi pola berwisata individu atau kelompok kecil, yang
lebih fleksibel dalam perjalanan berwisata dan wisatawan dapat berinteraksi lebih
tinggi dengan wisata alam dan budaya masyarakat, seiring pergeseran bentuk
pariwisata internasional pada awal dekade delapan puluhan (Demortoto Argyo,
2009). Pergeseran tersebut dilihat dari banyaknya wisatawan di Indonesia yang
mulau meminati pariwisata dengan memanfaatkan laut, pantai, hutan tropis,
sungai, hutan mangrove, danau dan bentuk-bentuk lahan lainnya.
Menurut Subandra (2008), memaparkan bahwa pembangunan pariwisata
harus dilakukan dengan prinsip berkelanjutan guna meningkatkan daya guna
daerah tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembangan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut, antara lain partisipasi, keikutsertaan para
pelaku (stakeholders), kepemilikan lokal, penggunaan sumberdaya secara
berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya
dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.
Keberadaan kawasan wisata alam sangat berpengaruh pada kondisi atau
keadaan masyarakat sekitar tempat tersebut. Kegiatan wisata alam dapat
meningkatkan perekonomian sektor informal, begitu juga dengan perekonomian
masyarakat sekitar kawasan wisata. Kegiatan rekreasi selain berdampak baik
untuk wisatawan juga akan berdampak bagi masyarakat di sekitar kawasan
wisata. Biasanya masyarakat akan memanfaatkan kegiatan wisata tersebut untuk
mencari nafkah. Berbagai profesi dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar
kawasan wisata seperti berdagang, bertani dan beternak (Muttaqin, 2011).
4
Perkembangan pariwisata di Jawa Timur saat ini semakin berkembang, hal ini
didukung data BPS Jawa Timur (2017), berdasarkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Timur bulan agustus 2017 sebesar
26.365 kunjungan, sedangkan dibanding bulan yang sama (agustus) 2016
sebesar 19.029 kunjungan, dan bulan agustus 2015 sebesar 18.311 kunjungan
sehingga data tersebut terlihat bahwa wisman mengalami peningkatan sebesar
7.336 kunjungan dari bulan agustus 2016 ke bulan agustus 2017. Grafik
wisatawan mancanegara ke Jawa Timur tahun 2015-2017 dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Grafik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Jawa Timur
(Sumber : BPS Jawa Timur Tahun 2015 - 2017) Meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke Jawa Timur perlu dilakukan usaha
pengembangan. Kabupaten Blitar khususnya sektor pariwisata merupakan salah
satu sektor yang strategis dan potensial untuk dikelola, dikembangkan, dan
dipasarkan, mengingat potensi obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Blitar
sangat beragam meliputi objek wisata air terjun, obyek wisata daerah pantai,
dataran rendah sampai daerah pegunungan, salah satunya Objek Wisata Pantai
Pangi.
5
Pantai Pangi merupakan destinasi wisata alam di Kabupaten Blitar, tepatnya
di Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar, Pantai ini
menonjolkan keindahan dan keasrian yang dijadikan tujuan wisata yang banyak
dipilih bagi masyarakat yang mulai bosan dengan “wisata modern”, dimana
dalam pengelolaannya wisata pantai ini dikelola oleh POKDARWIS berkerjasama
dengan KPH dibawah naungan perhutani. Pantai ini memiliki keindahan dan
keunikan tersendiri, dimana para pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan
Pantai yang masih alami dan mempesona. Hamparan pasir pantai putih dan
bersih serta warna air biru kehijauan menambah keindahan pantai, serta terdapat
pohon-pohon cemara sewu dengan daun-daun lebat dan rindang disekitar tepi
pantai, sehingga pantai ini terlihat asri dan sejuk. Selain itu juga terdapatnya
sungai yang bermuara di Pangi Pantai yang ditanami pohon-pohon mangrove
dan cemoro sewu.
Namun disayangkan pada Objek Wisata Pantai Pangi ini pengelolaannya
masih belum maksimal, sedangkan potensi Wisata Pantai Pangi yang tinggi
sehingga perlu diupayakan peningkatan dan pengembangan Objek Wisata
Pantai Pangi seperti budaya dan kesenian lokal, peningkatan fasilitas (sarana
dan prasarana), penambahan wahana dijadikan daya tarik wisata dll. Dimana
pengelola objek wisata harus melihat pengunjung sebagai prioritas utama, dan
faktor yang menentukan eksistensi suatu objek wisata sehingga perlu
diupayakan pengembangan wisata yakni dengan menganalisis faktor–faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
objek wisata sehingga faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi.
Berdasarkan pada uraian diatas, maka penelitian dengan judul “Strategi
Pengembangan Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, Kecamatan Bakung,
6
Kabupaten Blitar, Jawa Timur dengan Menggunakan Metode SWOT dan QSPM”
menjadi penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk memudahkan dalam
menganalisa dan mengevaluasi masalah serta dapat lebih terarah dan lebih jelas
sehingga diperoleh adanya langkah-langkah pemecahan permasalahan yang
efektif untuk dilakukan, maka dari itu perlu dibuat suatu perumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka
dapat dirumuskan bahwa masalah pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil Kawasan Wisata Pantai Pangi, di Desa Tumpakkepuh,
Kabupaten Blitar?
2. Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata
Pantai Pangi, di Desa Tumpakkepuh, Kabupaten Blitar?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat berpengaruh dalam
pengembangan Kawasan Wisata Pantai Pangi, di Desa Tumpakkepuh,
Kabupaten Blitar?
4. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat untuk Kawasan Objek Wisata
Pantai Pangi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis uraikan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan profil Kawasan Wisata Pantai Pangi, di Desa
Tumpakkepuh, Kabupaten Blitar
2. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung di Kawasan
Wisata Pantai Pangi, di Desa Tumpakkepuh, Kabupaten Blitar.
7
3. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi.
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan yang tepat untuk Kawasan Objek
Wisata Pantai Pangi berdasarkan analisis SWOT dan QSPM.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi Pengelola Wisata Pantai Pangi
Hasil penelitian tentang strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi
menggunakan metode analisis SWOT dan QSPM diharapkan dapat
memberikan informasi bagi pengelola Wisata Pantai Pangi dalam
menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk meningkatkan jumlah
pengunjung wisata secara berkelanjutan sehingga mampu menjadi salah
satu obyek wisata dengan meningkatkan fasilitas, atraksi wisata, dll.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi kepada masyarakat untuk
memahami pentingnya keterlibatan/kontribusi masyarakat dalam suatu
proses pengembangan wisata dalam meningkat meningkatkan potensi wisata
sehingga juga berdampak pada peningkatan ekonomi, seperti dengan
menyediakan apa yang diperlukan pengujung diantaranya warung makanan
dan minuman.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman peneliti terhadap strategi pengembangan yang
tepat pada Objek Wisata Pantai Pangi menggunakan metode analisis SWOT
dan QSPM serta dapat dijadikan referensi untuk kebutuhan rujukan pustaka
8
penelitian lebih lanjut khususnya pada bidang studi yang berkaitan dengan
strategi pengembangan objek wisata.
4. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pemerintah sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk menyusun,
merumuskan, dan mengambil kebijakan terkait upaya pengembangan
obyek wisata sehingga berdampak dalam peningkatan jumlah pengunjung
seperti melakukan kerja sama dengan instansi-instansi terkait.
9
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang strategi pengembangan dengan menggunakan analisis
SWOT dan QSPM sudah banyak dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Reza (2009), Restu (2010), Richard (2013), dan Arman (2016).
Dari penelitian Reza (2009), diperoleh hasil bahwa matrik SWOT dilakukan
pencocokan kekuatan dan kelemahan Pantai Lombang dengan peluang dan
ancaman yang dihadapi. Dimana didapatkan strategi SO dengan pemberdayaan
potensi budaya dan pengembangan kegiatan ekonomi berbasis potensi wilayah,
strategi WO dengan perbaikan aksesibilitas dan perbaikan kualitas SDM UPTD
Pantai Lombang. Strategi ST dengan mempertahankan tingkat harga bersaing
dan terakhir strategi WT dengan pemberdayaan masyarakat lokal dan stategi
promosi.
Selanjutnya dilakukannya perhitungan analisis QSPM dengan melakukan
pemeringkatan terhadap strategi-strategi yang didasarkan pada nilai TAS dari
yang terbesar hingga yang terkecil, sehingga didapatkan strategi yang tepat
untuk pengembangan Pantai Lombang yaitu pengembangan ekonomi berbasis
potensi wilayah, khususnya pembentukan kelompok bisnis cemara udang. Hal ini
juga sesuai dengan hasil dari matrik IE dimana Pantai Lombang berada pada
posisi V yaitu menjaga dan mempertahankan dengan pilhan strategi antara
penetrasi pasar atau potensi wilayah maka strategi yang dihasilkan masuk dalam
strategi pengembangan.
Berdasarkan penelitian Restu (2010), dengan judul “Kajian Pengelolahan
Sumberdaya Alam danau Situgunung untuk pengembangan ekowisata, di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrano” didapatkan hasil bahwa penelitian ini
menghasilkan beberapa startegi dari analisa SWOT dan analisa prioritas QSPM
10
yaitu Prioritas I adalah mengoptimalkan pengembangan potensi sumber daya
alam dan lingkungan kawasan danau di dalam Taman Nasional pengembangan
kegiatan dan aktivitas wisata untuk menarik pengunjung melalui promosi secara
berkolaborasi,dimana alternatif strategi ini merupakan strategi SO. Prioritas II
adalah merintis paket ekowisata yang dipadukan dengan agrowisata bersama-
sama dengan masyarakat sekitar danau untuk menaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat sekitar, dimana prioritas tersebut merupakan alternatif strategi SO.
Prioritas III yaitu melakukan pengawasan untuk mempertahankan ekosistem
kawasan, dimana prioritas tersebut merupakan strategi alternatif WO. Prioritas IV
dengan mensosialisasikan prinsip-prinsip ekowisata kepada masyarakat sekitar,
dimana prioritas tersebut merupakan strategi ST yang menggunakan peluang
yang dimiliki dengan mengatasi ancaman yang dihadapi dan terakhir, prioritas V
dengan melakukan promosi dan publikasi dimana prioritas tersebut merupakan
alternatif strategi WT meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.
Berdasarkan penelitian dari Richard (2013), dengan judul penelitian “ strategi
perencanaan dan pengembangan Industri Pariwisata menggunakan Metode
SWOT dan QSPM (studi kasus Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon)”
didapatkan hasil bahwa strategi yang diperoleh berdasarkan analisa SWOT
diantaranya strategi SO dengan perluasan akses-akses dan peningkatan kualitas
pariwisata dan infrastruktur, strategi WO dengan peningkatan kualitas SDM,
strategi ST dengan peningkatan dan penguatan sistem manajemen dan terakhir
strategi WT dengan peningkatan kesejahteraan. Dari strategis yang didapat
dilakukan perhitungan analisis dengan menggunakan QSPM, didapatkan hasil
bahwa strategi yang digunakan adalah strategi pengembangan produk (product
development) yang merupakan strategi meningkatkan pengembangan produk
wisata Kecamatan Leitimur Selatan untuk memanfaatkan semua potensi yang
dimiliki.
11
Berdasarkan penelitian Arman (2016), didapatkan hasil bahwa matriks
Internal-Eksternal menempatkan posisi pariwisata Kabupaten Penawaran berada
pada sel V yaitu pada kondisi eksternal tinggi dan kondisi internal rata-rata yang
dapat dikelola dengan menggunakan strategi Hold and Maintain (pertahankan
dan pelihara), yaitu melaksanakan strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Dari hasil analisis terhadap matrik SWOT menghasilkan 5 (lima) alternatif
strategi pengembangan pariwisata yang kemudian diperingkatkan menggunakan
QSPM yaitu meningkatkan serta memperbaiki sistem dalam manajemen strategi
terutama dalam hal perencanaan dan penganggaran dana, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dibidang pariwisata dan optimalisasi pelaksanaan tugas
pembinaan kepariwisataan, menyediakan dan mengembangkan berbagai sarana
penunjang, peningkatan pelaksanaan kerjasama, keterpaduan antar instansi-
instansi terkait, dan mengembangkan potensi yang dimiliki objek wisata serta
meningkatkan promosi berbasis informasi guna mempromosikan produk-produk
potensi wisata yang belum banyak diketahui masyarakt luas. Berikut adalah tabel
penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1.
12
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Institusi
Judul
Th.
Metode Analisis
Hasil Penelitian
1. Mohamma
d Reza /
ITB
Analisis
Strategi
Pengemban
gan Pantai
Lombang
di
Kabupaten
Sumenep.
2009 -Penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif. -Alat analisis yang digunakan menggunakan analisis Matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM.
Hasil bahwa berdasarkan
hasil Analisis dan matrik
IFE, EFE, IE, SWOT, serta
perhitungan QSPM maka
strategi yang dirasa tepat
untuk pengembangan
pantai Lombang yaitu
pengembangan ekonomi
berbasis potensi wilayah,
khususnya pembentukan
kelompok bisnis cemara
udang. Hal ini juga sesuai
dengan hasil dari matrik IE
dimana Pantai Lombang
berada pada posisi V yaitu
menjaga dan
mempertahankan dengan
pilhan strategi antara
penetrasi pasar atau
potensi wilayah maka
strategi yang dihasilkann
masuk dalam strategi
pengembangan.
2. Restu
Rahayu
Bratadired
ja/ ITB
Kajian
Pengelolah
an
Sumberday
a Alam
Danau
Situgunung
Untuk
Pengemban
gan
Ekowisata
di Taman
Nasional
Gunung
Gede
Pangrango
2010 - Jenis
penelitian
kuantitatif
-Alat
analisis :
analisis
kesesuaian
wisata
(IKW) analis
daya
dukung
kawasan
(DDK), IFE,
EFE, IE,
SWOT, dan
QSPM.
Hasil SWOT dan QSPM
didapatkan strategi yang
menjadi prioritas utama
adalah mengoptimalkan
pengembangan potensi
sumberdaya alam dan
lingkungan kawasan
danau didalam Taman
nasional, pengembangan
kegiatan dan aktivitas
wisata, untuk menarik
pengunjung melalui
promosi secara
berkolaborasi
13
No Peneliti/ Institusi
Judul
Th.
Metode Analisis
Hasil Penelitian
3. Richard / Univ. Brawijaya
Strategi Perencanaan dan Pengembangan Industri Pariwisata Menggunakan Metode Swot Dan Qspm (Studi Kasus Kecamatan Leitimur Selatan Kota
Ambon)
2013 - Jenis
penelitian
kualitatif
dan
kuantitatif
-Alat
analisis
yang
digunakan
menggunak
an analisis
Matriks
EFE,
matriks IFE,
matriks IE,
matriks
SWOT dan
QSPM.
Brrdasarkan hasil SWOT
dan QSPM didapatkan
hasil bahwa strategi yang
digunakan adalah strategi
pengembangan produk
(product development)
yang merupakan strategi
meningkatkan
pengembangan produk
wisata kecamatan Leitimur
Selatan unuk
memanfaatkan semua
potensi yang dimiliki.
4. Arman
Maulan/
Univ.
Bandar
lampung
Penentuan
Prioritas
Strategi
Pariwisata
Dengan
Mengguna
kan
Metode
Quantitativ
e Strategic
Planning
Matrix
(Studi
pada
Pariwisata
Kabupaten
Pesawara
n)
2016 - Jenis
penelitian
kuantitatif
- Metode
analisis
yang
digunakan
menggunak
an analisis
Matrik EFE,
IFE, IE,
SWOT dan
QSPM.
Berdasarkan analisis
SWOT dan QSPM
didapatkan hasil bahwa
strategis yang digunakan
adalah dengan
meningkatkan serta
memperbaiki sistem
manajemen strategi
terutama dalam hal
perencanaan dan
penganggaran dana
pengembangan pariwisata
di kabupaten Pesawaran.
Dari beberapa contoh penelitian terdahulu pada Tabel 1, maka dapat
digambarkan beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan beberapa
penelitian terdahulu ini adalah penelitian yang fokus pada strategi
pengembangan pariwisata menggunakan analisis SWOT dan QSPM. Untuk
14
perbedaan yang terdapat pada masing – masing penelitian terdahulu diatas yaitu
penggunaan metode penelitian yang berbeda sesuai dengan kaitan pembahasan
variabel itu sendiri. Selanjutnya pada penelitian ini lebih dikembangkan penelitian
kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan mendiskripsikan profil Kawasan Wisata
Pantai Pangi, karakteristik wisatawan yang berkunjung, faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi
dan strategi pengembangan yang tepat untuk Kawasan Objek Wisata Pantai
Pangi.
2.2 Pariwisata
2.2.1 Pengertian Pariwisata dan Objek Wisata
Pariwisata merupakan segala suatu kegiatan wisata yang didukung dengan
fasilitas-fasilitas sarana dan prasarana serta layanan yang disediakan untuk
pengunjung maupun masyarakat sekitar agar dapat menikmati keindahan alam
yang disajikan. Menurut UU nomer 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang
menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Menurut Ilyas (2009), mengatakan bahwa Pariwisata yaitu suatu perjalanan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara waktu dari
suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan bukan mencari nafkah melainkan
semata-mata hanya menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi
keinginan/kebutuhan yang bermacam- macam.
Menurut Pitana (2005), mengatakan bahwa pariwisata berkembang karena
adanya gerakan/kemauan manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui
sebelumnya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau
untuk mendapat pengalaman perjalanan baru. Dengan demikian dapat dikatakan
15
bahwa wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi
hasrat ingin mengetahui sesuatu yang baru, dapat juga karena kepentingan yang
berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan
dan keperluan usaha lainnya.
Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seorang atau
lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
budaya, politik, kesehatan, maupun kepentingan lainnya seperti karena sekedar
ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk bekerja (Pendit, 2003).
Menurut Pitana (2005), pariwisata merupakan suatu konsep yang sangat
multidimensional, tidak bisa dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata
dipakai oleh praktisi dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen yang
secara umum disepakati didalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata
internasional), yaitu sebagai berikut:
1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar 2 atau lebih lokalitas.
2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan
merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya
bukanlah untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat
tujuan.
3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu
malam.
Berdasarkan pengertian tentang pariwisata yang telah diuraikan diatas,
secara umum pariwisata adalah suatu perjalanan seseorang atau sekelompok
orang untuk sementara waktu berpergian dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Dengan adanya pariwisata dapat mendatangkan pendapatan devisa negara,
16
peningkatan kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran
serta meningkatkan pendapatan dan standar hidup bagi masyarakat di daerah
wisata.
Objek wisata menjadi salah satu komponen yang penting dalam industri
pariwisata, dimana objek wisata merupakan bentukan dan fasilitas yang mampu
menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah atau tempat tertentu.
Menurut Adiwijoyo (2012) objek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu :
1. Objek Wisata Alam
Objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta memiliki
daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada
usaha budi daya.
2. Objek Wisata Sosial Budaya
Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai
objek dan daya tarik wisata tersendiri meliputi museum, peninggalan sejarah,
situs arkeologi, upacara adat, kerajinan dan seni pertunjukkan.
3. Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan
di Indonesia.
Suatu objek wisata harus memenuhi tiga persyaratan yoeti (2005) yaitu: Something to see, artinya di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik
khusus/berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain (pemandangan
alam, upacara adat, kesenian) yang dapat dilihar oleh wisatawan.
Something to do, artinya di daerah tujuan wisata tersedia fasilitas rekreasi
yang membuat wisatawan betah dan nyaman untuk tinggal lebih lama di
tempat itu (penginapan/hotel yang memadahi, kolam renang, sepeda air)
17
sehingga mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan
dirumah ataupun ditempat wisata lainnya.
Something to buy, artinya di daerah tujuan wisata tersedia fasilitas untuk
berbelanja souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.
2.2.2 Jenis Pariwisata
Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau
sebagai potensi yang perlu dikembangkan pada tujuan daerah wisata. Potensi ini
berpengaruh dengan motivasi wisatawan yang akan datang untuk berkunjung ke
lokasi objek wisata tersebut. Adapun berbagai jenis pariwisata menurut (Pandit,
2003) yaitu:
1. Wisata budaya merupakan perjalanan wisata ke tempat lain atau ke luar
negeri yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan mempeljari
keadaan rakyat, kebiasaan dan ada istiadat, cara hidup, budaya dan seni
masyarakat di lokasi yang dituju.
2. Wisata kesehatan dapat diartikan sebagai perjalanan seorang wisatawan
dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari
demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani.
3. Wisata olahraga adalah perjalanan yang ditujukan untuk berolahraga atau
sengaja mengambil bagian dalam kegiatan olahraga baik resmi maupun tidak
di suatu tempat.
4. Wisata komersial merupakan perjalanan dengan tujuan untuk mengunjungi
kegiatan-kegiatan komersial.
5. Wisata industri adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan
pelajar atau mahasiswa, ke suatu daerah atau kompleks perindustrian.
18
6. Wisata politik adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi
atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik baik di dalam
negeri maupun mancanegara.
7. Wisata konvensi adalah perjalanan ke satu wilayah dengan tujuan untuk
menghadiri kegiatan-kegiatan konvensi seperti rapat kerja, musyawarah
nasional, dan sebagainya.
8. Wisata sosial dapat dijelaskan sebagai pengorganisasian suatu perjalanan
murah serta mudah untuk member kesempatan kepada golongan masyarakat
ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.
Ada berbagai macam bentuk perjalanan wisata menurut Suwantoro (2004), bila
ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu:
Dari segi jumlahnya wisata dibedakan atas:
Individual tour (wisatawan perseorangan) yaitu suatu perjalanan wisata
yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri.
Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan wisata yang
dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan.
Group tour (wisata rombongan) yaitu perjalanan wisata yang dilakukan
bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang.
Dari segi kepengaturannya wisata dibedakan atas:
Pre-arranged tour (wisata berencana) yaitu suatu perjalanan wisata yang
telah diatur pada jauh hari sebelumnya.
Package tour (paket wisata) yaitu suatu produk perjalanan wisata yang
dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan.
Coach tour (wisata terpimpin) yaitu paket perjalanan eksklusif yang dijual
oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata.
19
Special arranged tour (wisata khusus) yaitu suatu perjalanan wisata yang
disusun secara khusus guna memenuhi permintaan wisatawan atau lebih
sesuai dengan kepentingan wisatawan.
Optional tour (wisata tambahan) yaitu suatu perjalanan wisata tambahan
diluar pengaturan yang telah disusun atas permintaan pelanggan.
Dari segi maksud dan tujuannya wisata dibedakan atas:
Holiday tour merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan dan
diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang senang dan menghibur
diri.
Familiarization tour merupakan suatu perjalanan yang dimaksudkan guna
mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan
pekerjaan.
Educational tour merupakan suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan
untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan
mengenai bidang kerja yang dikunjungi.
Scientific tour merupakan perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah
untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap suatu bidang
ilmu pengetahuan.
Pileimage tour yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan
ibadah keagamaan.
Special mission tour yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan
untuk mengisi kekosongan khusus.
Hunting tour yaitu kunjungan wisata untuk menyelenggarakan perburuan
binatang yang diijinkan sebagai hiburan.
Dari segi penyelenggaraannya wisata dibedakan atas:
Excursion (ekskursi) yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang
ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek.
20
Safari tour yaitu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus
dengan perlengkapan khusus yang tujuannya maupun objeknya bukan
merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.
Cruize tour yaitu suatu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal
pesia mengunjungi objek wisata.
Youth tour yaitu kunjungan wisata yang khusus diperuntukkan bagi para
remaja menurut umur yang ditetapkan.
Marine tour yaitu suatu kunjungan ke objek wisata khususnya untuk
menyaksikan keindahan panorama lautan, wreck-diving (menyelam)
dengan perlengkapan selam lengkap.
2.2.3 Bentuk Pariwisata
Menurut Pendit (2003), Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata ini dapat
diklasifikasikan bentuknya kedalam katagori diantaranya bentuk pariwisata
menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran,
menurut jumlah wisatawan, menurut jangka waktu, dan menurut alat angkut yang
digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut penjelasannya yaitu:
1. Bentuk Pariwisata Menurut Asal Wisatawan.
Wisatawan ada 2 macam yaitu wisatawan yang berasal dari dalam negeri
dan dari luar negeri. Apabila asalnya dari dalam negeri berarti sang
wisatawan tersebut hanya berpindah tempat sementara di dalam lingkungan
wilayah negerinya sendiri selama ia mengadakan perjalanan. Sedangkan
apabila berasal dari luar negeri berarti wisatawan tersebut tidak hanya
berpindah tempat sementara tetapi juga dalam waktu yang cukup lama.
2. Menurut Akibatnya Terhadap Neraca Pembayaran.
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing.
Pemasukan valuta asing ini berarti memberikan dampak positif terhadap
21
neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini
disebut dengan pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara
keluar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar
negerinya, disebut dengan pariwisata pasif.
3. Menurut Jumlah Wisatawan.
Kedatangan wisatawan diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang,
apakah wisatawan datang seorang diri atau datang dengan rombongan.
Maka muncullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.
4. Menurut Jangka Waktu.
Kedatangan wisatawan di suatu tempat ataupun negara diperhitungkan pula
menurut waktu lamanya ia tinggal ditempat atau negara yang bersangkutan.
Hal ini menimbulkan istilah jangka panjang dan pendek, dimana tergantung
kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk
mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksudkan.
5. Menurut Alat Angkut yang Digunakan
Dilihat dari segi penggunaan yang dipergunakan oleh wisatawan, maka
kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, periwisata laut, pariwisata
kereta api, pariwisata mobil dan tergantung dari apakah sang wisatawan tiba
dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api ataupun mobil.
2.2.4 Wisatawan dan Karakteristik
Menurut Suwantoro (2004), Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan suatu perjalanan wisata dengan waktu tinggalnya
sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara lain, jika waktu wisata kurang
dari 24 jam maka dapat disebut dengan pelancong. Selanjutnya seorang
dikatakan melakukan perjalanan wisata apabila perjalanan tersebut bersifat
sementara, dan tidak untuk bekerja
22
Sedangkan menurut UU No.10 Tahun 2009, pasal 1 tentang kepariwisataan,
pengertian wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut
pengertian ini bahwa semua orang yang melakukan perjalanan wisata
dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan
untuk menetap dan bukan untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi
Pengertian Wisatawan menurut Pendit (2003), dapat dibedakan lagi menjadi
dua yaitu:
1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah seseorang yang melakukan
perjalanan wisata di luar negerinya dan wisatawan di dalam negerinya.
2. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan di wilayah Indonesia di luar tempatnya berdomisili, dalam jangka
waktu sekurang-kurangnya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang
mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.
Menurut Pitana (2005), beberapa elemen yang dipakai sebagai patokan
untuk menentukan apakah seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan atau
tidak menurut standar internasional, yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan perjalanan wisatawan
adalah orang yang melakukan perjalanan selain untuk tujuan bisnis, walau
ada kalanya sebuah perjalanan bisnis juga dapat diikuti oleh kegiatan wisata.
2. Jarak perjalanan tempat asal
Ketika memperhitungkan jarak perjalanan, beberapa negara memakan jarak
total bolak-balik antara tempat tinggal dan tujuan wisata. Oleh karenanya,
perjalanan yang dilakukan seseorang, walau bukan untuk bisnis, tetapi
apabila kurang dari ketentuan yang ditetapkan, maka orang tersebut tidak
akan dihitung sebagai wisatawan.
23
3. Lamanya perjalanan
Umumnya definisi mengenai wisatawan mencakup perjalanan paling tidak 1
malam di suatu tempat yang menjadi tujuan perjalanan. Namun ada kalanya
persyaratan ini dikesampingkan pada kasus perjalanan wisata yang memang
didesain kurang dari 24 jam tetapi nyata berdampak pada kegiatan bisnis
pariwisata.
Menurut Karyono (1997), wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Wisatawan asing (Foreign Tourist) yakni orang asing yang melakukan
perjalanan wisata lalu datang memasuki negara lain yang bukan negara
tempat tinggalnya. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara.
b. Domestic Foreign Tourist adalah orang asing yang bertempat tinggal di
suatu negara karena tugas atau kepentingan dan melakukan perjalanan
wisata dinegara dimana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Jepang
mendapat cuti tahunan, tetapi tidak pulang ke Jepang karena melakukan
perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisata Nusantara) adalah seorang warga negara yang
melakukan perjalanan wisata tanpa melewati perbatasan negaranya atau
masih dalam batas wilayah negaranya sendiri.
d. Indigenous Foreign Tourist adalah warga negara suatu negara tertentu, yang
karena tugas di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan
perjalanan wisata diwilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara
Australia yang bertugas sebagai konsultan diperusahaan asing di Indonesia,
ketika liburan ia kembali ke Australia dan melakukan perjalanan wisata di
sana.
e. Transit Tourist adalah wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke
suatu negara yang terpaksa singgah bukan atas kemauannya sendiri.
24
f. Bussines Tourist adalah orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan
bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan
yang utama terselesaikan.
Menurut Kusherdyana (2011),Tipe-tipe perilaku konsumen pariwisata antara
lain:
1. Escape
Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau
kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2. Relaxation
Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk
escape diatas.
3. Play
Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan
kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari
berbagai urusan yang serius.
4. Strengthening Family Bond
Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks visiting,
friends and relatives. Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (group
tour)
5. Prestige
Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan
kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan
status atau social standing.
6. Social Interaction
Untuk melakukan interaksi social dengan teman sejawat, atau dengan
masyarakat lokal yang dikunjungi.
25
7. Romance
Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana
romantic atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.
8. Educational Opportunity
Keinginan melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain dan/atau daerah
lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong
dominan dalam pariwisata.
9. Self-Fulfilment
Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan
pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-Fulfilment
Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai
mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan
perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai
bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri.
Beragam perilaku, latar belakang dan karakteristik wisatawan pada suatu
objek menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu
produk wisata, Hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata
sehingga dalam menyediakan produk dan jasa dapat sesuai dengan minat dan
kebutuhan pengunjung.
Menurut Reza (2009), karakteristik pengunjung memberikan pengaruh yang
secara tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata. Perlu menjadi
pertimbangan bagi penyedia pariwisata sehingga dalam menyediakan produk
maupun jasa dapat sesuai dengan minat dan kebutuhan pengunjung. Adapun
karakteristik pengunjung meliputi:
1. Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan
2. Usia adalah umur responden pada saat survei
26
3. Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal responden
4. Tingkat pendidikan responden
5. Status pekerjaan responden
6. Pendapatan perbulan responden
Dengan demikian di simpulkan bahwa wisatawan merupakan orang-orang
yang melakukan perjalanan dengan beragam motif, minat, ekspektasi,
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya, baik dari individu maupun
kelompok masyarakat dengan berbagai jenis kalangan mulai dari wisatawan
domestik sampai wisatawan mancanegara.
2.2.5 Motivasi Perjalanan Wisata
Wisatawan mengadakan perjalanan wisata mempunyai macam motivasi dan
tujuan tertentu. Menurut Mahesa Krisna (2002), pada dasarnya seseorang
melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi tersebut
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation merupakan motivasi yang bersifat fisik
atau fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dll.
2. Cultural Motivation merupakan keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai
objek tinggalan budaya.
3. Social or interpersonal motivation merupakan motivasi yang bersifat sosial,
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (Prestice), melakukan ziarah,
pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.
27
4. Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seorang akan
bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan
kepuasan psikologi.
Menurut Foster (2002), faktor-faktor utama yang mempengaruhi perjalanan
wisata adalah sebagai berikut
a. Profil Wisatawan (Tourist Profile)
Profil wisatawan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
Karakteristik sosial ekonomi wisatawan (Sosio-economic characteristic)
yang meliputi umur, pendidikan dan tingkat pendapatan.
Karakteristik tingkah laku (behavioural Characteristic) yang meliputi
motivasi, sikap dan keinginan wisatawan.
b. Pengetahuan untuk melakukan perjalanan (travel awareness) yang meliputi
informasi tentang daerah tujuan wisata serta dengan ketersediaan fasilitas
dan pelayanannya.
c. Karakteristik perjalanan (trip features) yang meliputi jarak, waktu tinggal di
daerah tujuan, biaya dan waktu perjalanan.
d. Sumber daya dan karakteristik daerah tujuan (resources and characteristic of
destinataon) yang meliputi jenis atraksi, akomodasi, ketersediaan dan
kualitas fasilitas pelayanan, kondisi lingkungan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, manusia melakukan sesuatu perjalanan pasti ada
motivasinya, sehingga terbentuklah usaha manusia untuk mengadakan
perjalanan ini harus didukung berbagai hal antara lain :
a. Kemampuan biaya
Biaya merupakan faktor terpenting untuk mengadakan suatu perjalanan,
apakah itu untuk perjalanan biasa atau perjalanan wisata.
b. Faktor adanya waktu
28
Untuk mengadakan suatu perjalanan, maka diperlukan suatu waktu khusus
dengan pengertian dapat dimanfaatkan secara bebas serta dapat digunakan
untuk maksud yang telah dijadwalkan.
c. Hasrat untuk mengadakan perjalanan
Seseorang yang hendak melakukan perjalanan haruslah berbadan sehat
dengan pergertian, terkecuali orang sakit yang melakukan perjalanan untuk
mencari kesegaran jasmani dan rohani dengan cara melakukan perjalanan
yang bertitik tolak pada tujuan untuk berobat (Pitana, 2005).
2.2.6 Komponen Pariwisata
Dalam merencanakan kebijakan dan perencanaan pengembangan suatu
pariwisata, sangat penting untuk memahami dari perbedaan bentuk dan fisik dari
pengembangan pariwisata yang sesuai untuk suatu negara, kota, atau wilayah.
Untuk mendukung perencanaan pengembangan pariwisata diperlukan pencarian
data sebagai langkah awal dalam menganalisis perencanaan pariwisata
diperlukan komponen-komponen pariwisata yang disebutkan menurut Ahyani
(2011), komponen-komponen dasar dalam pariwisata adalah:
Home merupakan komponen pariwisata yang merupakan tempat tinggal
wisatawan, yang dapat mempengaruhi terjadinya kegiatan pariwisata.
Destination merupakan suatu komponen pariwisata yang merupakan tujuan
wisatawan untuk berpergian menikmati obyek wisata.
Trasportation merupakan komponen pariwisata yang merupakan pembawa
(carrier) wisatawan dari home ke destination dan sebaliknya.
Sedangkan menurut Pitana (2005), sistem pariwisata terdiri dari 7 (tujuh)
komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama dalam
kepariwisataan yang keterkaitan, ketergantungan dan keterpaduan, yaitu:
1. Sektor Pemasaran (the marketing sector)
29
Mencangkup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya,
kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran
maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata
tertentu,dll.
2. Sektor perhubungan (the carrier sector)
Mencangkup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang
beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal
wisatawan dengan tujuan wisatawan. Misalnya, perusahaan penerrbangan,
bus, penyewaan, mobil, kereta api, dan sebagainya.
3. Sektor akomodasi (the accommodation sector)
Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan
yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan
minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah tujuan
wisata dan tempat transit.
4. Sektor daya tarik/ aktraksi wisata (the attraction sector)
Berfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan.
Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan wisata tetapi dalam beberapa
kasus juga terletak pada daerah transit. Misalnya, taman budaya, hiburan,
even olahraga dan budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan
budaya, dan sebagainya. Jika suatu daerah wisata tidak memiliki
sumberdaya atau daya tarik wisata yang menarik, biasanya akan
dikompensasi dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain.
5. Sektor tour operator (the tour operator sector)
Mencangkup perusahaan penyelenggara paket wisata dan penyedia dari
paket wisata. Dimana perusahaan ini membuat dan mendesain paket
perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket,
atraksi wisata) dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga
30
tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen
dalam paketnya.
6. Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector)
Sektor ini mencangkup pendukung terselenggaranya suatu kegiatan wisata
baik di negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di
negara/tempat tujuan wisatawan. Misalnya, toko oleh-oleh, restoran, asuransi
perjalanan wisata, travel cek, bank dengan kartu kredit, dan sebagainya.
7. Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector)
Mencangkup tentang peran pemerintah selaku regulasi dan asosiasi di
bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik ditingkat lokal,
nasional dan internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan
fungsi manajerial membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam
industri pariwisata. Misalnya, ditingkat lokal dan nasional seperti Departemen
Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi Perhimpunan Hotel dan Restoran
(PHRI), dan sebaginya. Di tingkat regional dan internasioanl seperti world
tourism organization (WTO), Pasific Asia Travel Associantion (PATA), dan
sebagainya.
Sedangkan komponen pariwisata menurut Ilyas (2009) antara lain:
a. Atraksi
Atraksi wisata dapat diartikan segala sesuatu yang terdapat di daerah wisata
yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Sesuatu
yang dapat menarik wisatawan meliputi benda-benda tersedia di alam, hasil
ciptaan manusia dan tata cara hidup masyarakat.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan dengan tingkat kemudahan seorang
wisatawan mencapai suatu objek wisata. Aksesibilitas penting diperhatikan,
mengingat aspek tersebut bisa memberikan pengaruh yang besar bagi para
31
wisatawan. Fasilitas transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat erat
hubungannya dengan aksesibilitas, maksudnya frekuensi penggunaan
kendaraan yang dimiliki dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah
lebih dekat. Hal ini dapat mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih
meringankan biaya perjalanan. Aksesibilitas adalah kemudahan dalam
mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan
teknis, serta tersedianya saran transportasi ke tempat tujuan tersebut.
c. Fasilitas
Fasilitas wisata dapat diartikan suatu sarana dan prasarana yang harus
disediakan oleh pengelola untuk kebutuhan wisatawan.
Sarana Wisata
Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan,
baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak
tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan terbagi menjadi
tiga macam yang satu dengan lainnya saling melengkapi, yaitu:
1) Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure)
Sarana pokok adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya
sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan travellers lainnya. Sarana
pokok berfungsi menyedikan fasilitas pokok guna memberikan pelayanan bagi
kehadiran wisatawan, meliputi:
a) Biro perjalanan umum dan penyelengaraan tourgen perjalanan
b) Transportasi wisata
c) Akomodasi
d) Restoran
e) Objek wisata
f) Atraksi wisata (tourist attraction)
2) Sarana Pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)
32
Sarana pelengkap adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana
pokok yang ada, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama
tingal di tempat atau daerah yang dikunjungi. Dan yang termasuk dalam
sarana pelengkap kepariwisataan ialah Sky, lapangan golf (golf course),
lapangan tenis (tennis course), kolam renang (swimming pool), perahu,
hunting, dll.
3) Sarana Penunjang kepariwisataan
Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan
yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap
yang ada, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih
banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi, seperti: Klub
malam (night club), mandi uap (steambath), tempat perjudian daan hiburan
(casino and entertainment), toko souvenir (souvenirshop), bioskop dan opera
dll.
Prasarana Wisata
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian
dapat berjalan dengan lancar sehingga memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka yang termasuk dalam
prasarana kepariwisataan adalah:
1) Prasarana umum (general infrastructure), diantaranya:
a) Sistem penyediaan air bersih
b) Pembangkit tenaga listrik
c) Jaringan jalan raya dan jembatan
d) Pelabuhan udara (airport), pelabuhan laut, terminal, dan stasiun
e) Kapal penyeberangan, kereta api, dan lain-lain
f) Telekomunikasi
33
2) Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life), diantaranya:
a) Pusat perbelanjaan
b) Rumah sakit dan apotik
c) Bank
d) Kantor pos.
e) Administrator Officer
Prasarana wisata berfungsi untuk melengkapi sarana kepariwisataan yang
ada sehingga dapat memberikan pelayanan kepada pengunjung sebagaimana
mestinya.Tanpa adanya prasarana wisata, sukarlah bagi sarana-sarana
kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi
wisatawan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui
suatu komponen pariwisata maka arah pengembangan pembangunan pariwisata
bisa terarah dengan baik. Banyak sekali manfaat yang didapatkan jika
pembangunan pariwisata ini terarah sehingga dapat memancing minat
wisatawan untuk berkunjung.
2.2.7 Potensi Pariwisata
Menurut Demartoto (2009), pengertian potensi wisata adalah segala sesuatu
yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang–
orang mau atau berminat datang berkunjung ketempat tersebut sehingga
berguna untuk mengembangkan industri pariwisata didaerah tersebut. Selain itu,
menurut Sukardi (2004), juga mengemukakan pengertian yang sama mengenai
potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan
berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Jadi yang
dimaksud dengan potensi wisata berdasarkan pengertian diatas adalah segala
sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik objek wisata.
34
Potensi obyek wisata alam merupakan suatu kelayakan sumberdaya yang
terdiri dari unsur fisik lingkungan berupa flora, fauna, tanah, air, udara dan suatu
unsur dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai-nilai
tertentu berupa keindahan, keunikan, kelangkaan atau kekhasan, keragaman,
bentangan alam dan keutuhan (Handayawati, 2010).
Suatu tempat dijadikan suatu objek harus mempunyai potensi ekologis yang
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Potensi tersebut dapat berupa
kenampakan alami yang dimiliki oleh tempat tersebut, dalam hal ini stakeholder
yang bertanggungjawab terhadap objek wisata tersebut. Faktor-faktor lokasional
juga mempengaruhi pengembangan potensi objek wisata,seperti kondisi fisis,
aksebilitas, pemilikan, hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti
upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain unsur-unsur pokok yang harus
diperhatikan meliputi objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana wisata,
insfatuktur, dan masyarakat/ lingkungan (Sarwono, 2004). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi potensi wisata tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kondisi fisis
Aspek fisis dapat berpengaruh terhadap wisata berupa iklim, tanah, batuan,
morfologi, hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan objek wisata
Atraksi wisata merupakan segala sesuatau yang menjadi daya tarik bagi
orang yang berkunjung disuatu daerah tertentu, misalnya tari-tarian, nyanyian,
kesenian daerah, upacara adat, dan lain lain.
c. Aksebilitas
Aksebilitas berkaitan dengan suatu usaha pencapaian menuju ke tempat
wisata. Semakin mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat
wisatawan berkunjung.
35
d. Sarana dan prasarana wisata
Sarana wisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana
wisata ini berupa transportasi, biro perjalanan, hotel/penginapan, dan rumah
makan. Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan
yang beranekaragam berupa prasarana perhubungan,komunikasi, instalasi
listik, persediaan air minum, irigasi, sistem perbankan, dan pelayanan
kesehatan.
Menurut Adiwijoyo (2012), potensi kekayaan budaya suatu daerah juga patut
diperhitungkan dalam mengembangkan suatu daerah sebagai destinasi utama.
Keanekaragaman budaya dan kesenian telah dikenal masyarakat dunia,
termasuk keterbukaan dan keramahan masyarakat, serta kekayaan kuliner
dipercaya memberi andil besar bagi tumbuhnya minat masyarakat Indonesia
untuk datang berkunjung ke suatu daerah. Selain dari potensi alam dan budaya,
keberadaan infrastruktur aksesibilitas udara dan laut yang memadai mampu
menjadi pendukung pengembangan daerah sebagai destinasi wisata Indonesia.
Sarana dan prasarana pariwisata juga perlu mengalami peningkatan kapasitas
dan kualitas pelayanan yang memadai.
Berikut jenis-jenis potensi pariwisata dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Potensi wisata alam yaitu sesuatu yang ada hubungannya dengan alam
yang indah atau masalah atau atraksi lain seperti gua, dataran tinggi,
pegunungan, air terjun, batu, dan wisata alam lainnya seperti satwa liar,
sumber daya air, dan sumber daya lainnya.
b. Potensi wisata budaya yaitu sesuatu potensi yang ada hubungannya
dengan keunggulan budaya dan keunikan dari orang, baik buatan manusia
36
atau diwariskan. Di antara warisan budaya dari orang yang menjadi sumber
tempat wisata seperti; tarian, musi, adat istiadat, monumen bersejarah, dll.
c. Potensi buatan yaitu potensi pariwata berdasarkan pada penciptaan atau
teknologi inovasi manusia dibidang hiburan (bioskop, teater, museum, dan
pusat-usat hiburan lainnya); olahraga dan rekreasi, akomodasi, restoran,
hotel, dan fasilitas transportasi seperti agen perjalanan, operator tour, dan
pusat informasi wisata, dan lain lain (Pendit, 2003)
Kesimpulan berdasarkan pengertian diatas bahwa potensi pariwisata adalah
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan wisata khususnya objek wisata
yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan
unsur lingkungan yang merupakan idetitas objek wisata pada daerah tersebut
dan dikembangkan.
2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dijelaskan bahwa strategi
adalah cara atau kegiatan yang dilakukan oleh suatu individu atau organisasi
untuk melakukan kebijaksanaan tertentu mengunakan sumber daya yang ada.
Sedangkan pengembangan diartikan proses membuat sesuatu menjadi tumbuh
atau menjadi besar, maju dan lebih baik. Maka dapat diartikan bahwa strategi
pengembangan wisata adalah suatu cara atau kegiatan yang dilakukan oleh
suatu individu atau organisasi terkait untuk melakukan pengembangan kualitas
pada objek wisata dengan tujuan meningkatkan fungsi dan sarana yang lebih
besar dan meningkatkan unsur-unsur yang ada di dalam objek wisata menjadi
lebih baik dan berkelanjutan.
Menurut Widianto (2008) mengemukakan bahwa pariwisata pada dasarnya
adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
37
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan
tradisi lokal.
b. Meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan
secara merata kepada penduduk lokal.
c. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah
dengan daya serap tenaga kerja dan beriorentasi pada teknologi kooperatif.
d. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negative seminimal mungkin.
Dalam Undang-Undang tahun 2009 pasal 6 tentang pembangunan pariwisata
disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah bisa memperhatikan
keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan
manusia.
Menurut Widianto (2008), pengembangan pariwisata mencakup beberapa
aspek yang terkait yang dapat dilihat dari jangka waktunya. Aspek tersebut
antara lain :
1. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek strategi pengembangan pariwisata menitik beratkan
pada optimasi, terutama untuk :
a) Mempertajam dan meningkatkan citra pariwisata
b) Meningkatkan mutu tenaga kerja
c) Meningkatkan kemampuan pengelolaan
2. Jangka Menengah
Dalam jangka menengah strategi pengembangan pariwisata menitik beratkan
pada konsolidasi, terutama untuk :
a) Mengkonsolidasikan kemampuan pengelolaan
b) Mengembangkan dan diversifikasi obyek wisata
c) Memenfaatkan citra pariwisata Indonesia
38
3. Jangka Panjang
Dalam jangka panjang strategi pengembangan pariwisata menitikberatkan
pengembangan dan penyebaran, terutama dalam hal :
a) Pengembangan kemampuan pengelolaan
b) Pengembangan dan penyebaran produk dan jumlah tenaga kerja
c) Pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja
d) Pengembangan pariwisata baru
Sedangkan menurut Subandra (2008), terdapat enam tahapan dalam
pembangunan kegiatan pariwisata. Keenam tahapan tersebut adalah :
(1) Exploration (pertumbuhan spontan dan penjajakan)
Pada tahapan ini jumlah wisatawan masih relatif kecil. Mereka cenderung
dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih alami. Selain
jumlah wisatawan yang kecil juga keberadaan fasilitas yang masih kurang
serta terbatasnya kemudahan-kemudahan bagi wisatawan di objek wisata.
(2) Involvement (keterlibatan)
Pada tahapan ini inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan fasilitas bagi
wisatawan, kemudian promosi daerah wisata sudah terjalin serta dibantu
oleh keterlibatan pemerintah. Terjadi peningkatan jumlah wisatawan,
infrastruktur sudah mulai tumbuh.
(3) Development (pengembangan)
Jumlah wisatawan sudah mulai meningkat tajam, investor luar sudah mulai
datang untuk berpartisipasi. Bersamaan dengan meningkatnya popularitas
daerah wisata mulai terjadi pula kerusakan pada beberapa fasilitas.
Perencanaan dan kontrol pada tahapan ini sangat diperlukan selain untuk
memecahkan permasalahan yang ada serta peningkatan promosi.
39
(4) Consolidation (konsolidasi)
Tingkat pertumbuhan wisatawan sudah mulai menurun, walaupun jumlah
wisatawan yang datang masih cukup banyak, seringkali timbul monopoli oleh
salah satu investor.
(5) Stabilization (kestabilan)
Wisatawan yang datang pada saat puncak sudah tidak mampu lagi dilayani
oleh objek wisata. Oleh sebab itu diperlukan pemanfaatan bisnis serta
fasilitas pendukung untuk mempertahankan jumlah wisatawan yang datang
berkunjung. Objek wisata sudah mengalami masalah lingkungan, sosial, dan
ekonomi.
(6) Decline (penurunan kualitas) atau Rejuvenation (kelahiran baru)
Wisatawan merasa kehilangan objek wisata asli dan menjadi suatu daerah
wisata baru, daerah wisata tersebut sangat tergantung pada kunjungan akhir
pekan atau masa liburan. Masa stagnasi dalam pengelolaan daerah wisata
menyebabkan penurunan kualitas. Diperlukan inovasi baru dalam berbagai
bidang) promosi, konsep pengembangan, atraksi dll).
Daerah wisata haruslah memiliki nilai kompetisi yang tinggi untuk dapat
dikembangkan. Dalam kompetisi tersebut, pariwisata telah menjadi komponen
dalam pembangunan negara. Secara makro perkembangan pariwisata memiliki
kaitan tidak langsung dengan perubahan struktur ekonomi akibat pariwisata
Subandra (2008), memaparkan bahwa pembangunan pariwisata harus dilakukan
dengan prinsip berkelanjutan guna meningkatkan daya guna daerah tersebut
dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembangan berkelanjutan. Prinsip-prinsip
tersebut, antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholders),
kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi
tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan
evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.
40
Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi/mengontrol pembangunan pariwisata
dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi
sumberdaya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan
tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan
daya tarik wisata.
Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholders Involvement
Paara pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi
kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok
sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis, dan pihak-
pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima
dampak kegiatan pariwisata.
Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata dijadikan peluang dalam mencari lapangan
pekerjaan untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan,
seperti hotel, restoran, dan sebagainya. seharusnya dapat dikembangkan dan
dipelihara oleh masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan
bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan
akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan benar-benar dibutuhkan dalam
mewujudkannya kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages) antara
pelaku-pelaku bisnis dan masyarakat harus diupayakan dalam menunjang
kepemilikan lokal tersebut.
Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumberdaya dengan
berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari
penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara
41
berlebihan. Hal ini juga didukung dengan adanya keterkaitan lokal dalam
tahap perencanaan, pembangunan, dan pelaksanaan, sehingga pembagian
keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat
dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-
standar internasional.
Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya diwadahi dalam kegiatan pariwisata
agar tercipta kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat,
dan masyarakat setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata
budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap
perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran.
Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan, meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial, dan budaya. Pembangunan dan pengembangan
harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana
dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara regular, sehingga
didapatkan ditentukan penyesuaian atau perbaikan yang dibutuhkan. Skala
dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat
ditoleransi (limits of acceptable use).
Monitor dan Evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan
mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta
pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur
dampak pariwisata.
42
Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian besar pada kesempatan
mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat
lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus
menjamin akuntabilitas dan memastikan bahwa sumber-sumber yang ada
tidak di eksploitasi secara berlebihan.
Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-
program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat
dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational, dan profesional. Pelatihan
sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan.
Promosi
Pembangunan pariwisata juga meliputi promosi penggunaan lahan dan
kegiatan yang memperkuat identitas masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan
tersebut seharusnya bertujuan untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung.
Sehingga ditarik kesimpulan bahwa sebuah perencanaan pengembangan
kawasan pariwisata merupakan suatu proses awal yang vital untuk mencapai
sasaran pengembangan yang memiliki tujuan yang positif kearah kesejahtraan
dan keberlanjutan. Selain hal tersebut, konsep daya dukung suatu kawasan
pariwisata harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya eksploitasi atau
kerusakan oleh sebuah aktifitas pariwisata.
Banyak sekali manfaat yang bisa didapat jika pembangunan pariwisata ini
terarah dan bisa memancing minat wisatawan untuk berkunjung. Beberapa
manfaat dalam pembangunan pariwisata ini antara lain:
43
a. Manfaat Ekonomi
- Adanya penerimaan devisa atau pendapatan asli daerah (PAD)
- Adanya kesempatan untuk berwirausaha
- Terbukanya lapangan kerja
- Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
- Mendorong pembangunan daerah
b. Manfaat Sosial Budaya
- Pelestarian budaya dan adat istiadat
- Meningkatkan keceradasan masyarakat
- Mengurangi konflik sosial
c. Menfaat dalam Berbangsa dan Bernegara
- Mempererat persatuan
- Menumbuhkan rasa memiliki
- Memelihara hubungan baik internasional maupun nasional dalam
pengembangan pariwisata.
d. Manfaat Bagi Lingkungan
Arah pembangunan pariwisata agar dapat memenuhi keinginan wisatawan
seperti bersih, jauh dari polusi, santai, dan sejuk,akan memberikan upaya
dalam pengembangan untuk melestarikan lingkungan supaya hijau dan bersih
(Chaniago, 2010).
2.4 Kajian Strategis
Menurut David (2011), menyatakan bahwa untuk merumuskan suatu strategi
bisnis yang tepat dapat dilakukan dalam 3 tahapan. Tahapan–tahapan ini dapat
dipakai untuk semua jenis organisasi yaitu membantu perencanaan strategi
mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi yang tepat dan sesuai untuk
diterapkan dalam perusahaannya.
44
Menurut David (2011), Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri atas Matrik
Evaluasi Faktor Eksternal (External Faktor Evaluation-EFE), Matriks Evaluasi
Faktor Internal (Internal Faktor Evaluation-IFE) dan Matriks Profil Kompetitif
(Competitive Profile Matrix). Tahap 2 tahap pencocokan (matching stage),
berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan
memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama. Teknik-teknik tahap
dua meliputi: Matriks SWOT, Matriks Posisi Strategi dan Evaluasi Tindakan
(Strategic Posisition and Action Evalualtion-SPACE), Matriks Boston Consulting
Group (BCG), Matriks Internal-Eksternal (Internal-Eksternal-IE) dan Matriks
Strategi Besar (Grand Strategy Matrix). Tahap 3, tahap keputusan (decision
stage), melibatkan satu teknik saja, Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM). QSPM menggunakan informasi input dari tahap 1 untuk secara objektif
mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang diidentifikasi dalam tahap 2. QSPM
menunjukkan daya tarik relatif berbagai strategi alternatif dan dengan demikian
memberikan landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif.
Pada penelitian ini metode pengolahan data menggunakan beberapa alat
analitis untuk menganalisis data didalam kerangka analitis perumusan strategi
yang dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu tahap 1 yang merupakan tahap input
(input stage) menggunakan alat analitis yaitu Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
(EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), sedangkan tahap 2 yang
merupakan tahap pencocokan (Matching Stage) menggunakan alat analitis yaitu
Matriks SWOT dan Matriks Internal-Eksternal (IE), dan pada tahap 3 yang
merupakan tahap keputusan (Decision Stage) menggunakan alat analitis yaitu
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berikut adalah gambar kerangka
analitis perumusan strategi pada penelitian pada gambar 2.
45
Tahap 1 : Tahap Masukan
Matriks EFE Matriks IFE
Tahap 2 : Tahap Pencocokan
Matriks SWOT Matriks IE
Tahap 3 : Tahap Keputusan
Matriks QSPM
Gambar 2. Kerangka Analitis Perumusan Strategi Pada Penelitian 2.4.1 Tahap Input (input stage)
Menurut David (2011), alat-alat input mendorong para penyusun strategi
untuk mengukur subjektifitas selama tahap awal proses perumusan strategi.
Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi
relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan para penyusun strategi
untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternatif.
Penilaian intuitif yang baik dibutuhkan dalam menentukan bobot dan peringkat
yang tepat. Berikut alat – alat analisis yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu
matriks External Factor Evaluation (EFE) dan matriks Internal Faktor Evaluation
(IFE).
A. Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
Menurut David (2011), Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) merupakan
alat formulasi strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area fungsional bisnis dan memberikan dasar untuk
mengidntifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Penilaian
instuitif digunakan dalam pengembangan Matrik Evaluasi Faktor Internal,
sehingga tampilan tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa
teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman yang menyeluruh mengenai
faktor-faktor yang tercakup didalamnya lebih penting daripada angka-angka yang
ada.
46
Terlepas dari beberapa faktor yang dimasukan kedalam Matrik Evaluasi
Faktor Internal, skor bobot total berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah dam 4,0
sebagai titik tertinggi, dengan skor rata-rata 2,5. Skor total dibawah 2,5
mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang secara
signifikan berada di atas 2,5 mengidentifikasikan posisi internal yang kuat.Jumlah
faktor tidak mempengaruhi kisaran skor total karena bobot selalu berjumlah 1,0
(David, 2011).
B. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Menurut David (2011), bahwa Matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation)
memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan,
hukum, teknologi, dan kompetitif. Analisis lingkungan eksternal menekankan
pada identifikasi dan evaluasi tren serta kejadian yang berada diluar kendali dari
perusahaan. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan
sebuah daftar terbatas dari peluang yang dapat menguntungkan suatu
perusahaan dan ancaman yang dihindarinya. (David, 2011).
Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai
untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rata-
rata skor bobot total adalah 2,5. Skor bobot total sebesar 4,0 mengindikasikan
bahwa sebuah organisasi merespon secara sangat baik peluang dan ancaman
yang ada di industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif
mampu menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh
negatif potensial dari ancaman eksternal. Skor total sebesar 1,0 menandakan
bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau
menghindari ancaman yang muncul.
47
2.4.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Menurut David (2011), strategi seringkali didefinisikan sebagai pencocokan
yang dibuat suatu organisasi antara sumberdaya dan keterampilan internalnya
serta peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Tahap
Mencocokkan (matching) faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan
internal merupakan kunci untuk menciptakan strategi alternatif yang masuk akal.
Dalam penelitian ini digunakan model matriks SWOT dan Matriks Internal-
eksternal (IE).
A. Matriks SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis
situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006).
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis pengembangan
adalah matrika SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi Obyek Wisata Pantai Pangi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks analisis
SWOT menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau
tantangan yang dimiliki.Berikut draf matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.
48
Tabel 2. Draf Matrik SWOT IFE EFE
Strenght (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekutan internal
Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities (O)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor ancaman eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Threats (T)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dsn menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Apabila di dalam kajian terlihat
peluang peluang yang tersedia ternyata juga memiliki posisi internal yang kuat,
maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif.
b. Strategi ST
Strategi ST merupakan strategi dalam menggunakan yang dimiliki dalam
mengatasi ancaman. Strategi ini mempertemukan interaksi antara ancaman
atautantangan dari luar yang diidentifikasi untuk memperlunak ancaman atau
tantangan tersebut, dan sedapat mungkin merubahnya menjadi peluang bagi
pengembangan selanjutnya. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan
yangdimiliki untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Kotak ini merupakan kajian yang
menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada.
Peluang yang besar disini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor
49
untukmenangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk
memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan
keterbatasan potensi kawasan, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yanga ada.
d. Strategi WT
Merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang kan dihadapi Obyek
Wisata Pantai Pangi dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari
pertemuan antara ancaman dan tantangan dari luar dengan kelemahan yang
terdapat di dalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil
keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan sedikit
membenahi sumber daya internal yang ada. Strategi ini didasarkan pada
kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
B. Matriks Internal-eksternal (IE).
Menurut David (2011), Matriks Internal-Eksternal (Internal-External–IE Matrix)
memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan 9 sel dengan
menempatkan devivi-devisi organisasi dalam sebuah diagram sistematis. Matriks
IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan
skor bobot EFE total pada sumbu y. Ingat kembali bahwa setiap divisi dalam
suatu organisasi harus membuat matriks IFE dan EFE dalam kaitannya dengan
organisasi. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut
memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan. Pada sumbu x dari
matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal
yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0
adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampai
50
1,99 dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0
hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi
strategi yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
1. ketentuan untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai “tumbuh dan membangun” (grow and build). Strategi intensif
(penetrasi, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
integrative (integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integrasi horizontal)
bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik
melalui strategi “menjaga dan mempertahankan”(hold and maintain);
penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling
banyak digunakan dalam jenis divisi ini.
3. Ketentuan umum untuk divisi yang masuk sel VI, VIII, atau IX adalah panen
dan divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil mampu mencapai
portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam Matriks IE
(David, 2011). Berikut gambar Matriks Internal-Eksternal menurut David
(2011) pada gambar 3.
Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal (David, 2011)
51
2.5.3 Tahap keputusan (decision stage)
Menurut David (2011), analisis dan intuisi menjadi landasan bagi
pengambilan keputusan perumusan strategi. Teknik-teknik pencocokan yang
baru saja dibahas memaparkan berbagai alternatif strategi yang bisa ditempuh.
Strategi ini kemungkinan akan diusulkan oleh para manajer dan karyawan yang
berpartisipasi dalam analisis dan aktifitas pemilihan strategi. Setiap strategi
tambahan yang dihasilkan dari analisis-analisis pencocokan dapat didiskusikan
dan ditambahkan pada daftar pilihan alternatif yang masuk akal. Tahap
keputusan ini menggunakan Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM).
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Menurut Devid (2011), Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM),
menyusun 3 tahap dari kerangka analitis perumusan strategi. Teknik ini secara
objektif menentukan strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis
input dari tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis tahap 2 untuk secara
objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi
alternatif. Itu artinya, Matriks IFE, Matriks EFE, dan Matriks Profil Kompetitif yang
menyusun Tahap 1, ditambah dengan Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks
BCG, dan Matriks IE yang menyusun Tahap 2, menyediakan informasi yang
dibutuhkan untuk menyusun QSPM (Tahap 3). QSPM adalah alat yang
memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif
secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan
internal yang diidentifikasi sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analitis
perumusan yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.
Penggunaan Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah untuk
mengetahui dan menentukan daftar prioritas strategi mana yang tepat dan
terbaik untuk dilakukan terlebih dahulu secara objektif. Dalam pengembangan
wisata ini QSPM berperan dalam penentuan prioritas strategi berdasarkan
52
alternatif strategi terbaik dan tepat, strategi-strategi alternatif ini diperoleh dari
analisis EFE, IFE,SWOT, IE dan lalu di evaluasi dalam QSPM. Dari strategi-
strategi alternatif terbaik yang terpilih didalam QSPM kemudian diberi penilaian
untuk pembobotan strategi manakah yang tepat dan terbaik dalam
pengembangan Wisata Pantai Pangi.
2.5 Kerangka Berfikir
Paradigma pembangunan di banyak negara kini lebih berorientasi kepada
pengembangan sektor-sektor jasa dan industri, termasuk didalamnya adalah
perkembangan industri pariwisata yang sangat pesat dan dapat memberikan
peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Dalam hal ini
Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki potensi Objek Wisata dan
Daya Tarik Wisata (OTDW) berupa keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
diantaranya sumberdaya alam, baik didaratan maupun diperairan, keunikan dan
keaslian budaya-budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam,
peninggalan sejarah/budaya. Keseluruhan potensi objek wisata dan daya tarik
wisata tersebut merupakan sumberdaya ekonomi yang bernilai tinggi dan
pelestarian lingkungan yang mempunyai peranan yang sangat penting
pengembangan kepariwisataan.
Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perkembangan pariwisata
juga mempunyai tujuan yang luas yaitu meliputi aspek sosial budaya, politik,
hankamnas. Walaupun demikian, tujuan ekonomis lebih menonjol dibandingkan
tujuan lainnya. Dalam pengembangan pariwisata secara spesifik diharapkan
berperan penting untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong
pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan pembangunanan
nasional dan memberikan kontribusi dalam penerimaan negara yang dihasilkan
53
dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, meningkatkan kunjungan
wisatawan nusantara di dalam negeri.
Namun disayangkan pada Objek Wisata Pantai Pangi ini pengelolaannya
masih belum maksimal, sedangkan potensi Wisata Pantai Pangi yang tinggi
sehingga perlu diupayakan peningkatan dan pengembangan Objek Wisata
Pantai Pangi seperti budaya dan kesenian lokal, peningkatan fasilitas (sarana
dan prasarana), penambahan wahana dijadikan daya tarik wisata dll perlu
diupayakan pengembangan wisata yakni dengan menganalisis faktor–faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)
objek wisata sehingga faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi.
Dalam penelitian tentang strategi pengembangan Objek Wisata Pantai Pangi
diperlukan alat analisis yaitu matriks SWOT dan QSPM. Analisis SWOT terbagi
menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari obyek wisata,
dimana faktor eksternal digunakan untuk menganalis kekuatan dan kelemahan
perusahaan, sedangkan analisis faktor eksternal digunakan untuk melihat
peluang dan ancaman yang muncul dalam objek wisata tersebut.
Kemudian,ditemukan alternatif strategi-strategi dimasukkan ke dalam
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk penentuan prioritas pilihan
strategi terbaik dan tepat untuk dilakukan. Maka faktor-faktor tersebut dapat
dimasukkan kedalam kerangka berfikir agar menciptakan sebuah hipotesis untuk
strategi pengembangan. Untuk memudahkan dalam kegiatan penelitian, maka
peneliti menyusun sebuah kerangka pemikiran yang sistematis yang dimuat pada
Gambar 4.
54
Gambar 4. Kerangka Berfikir
55
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi,
Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 30 September 2017 sampai dengan 8
Oktober 2017. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada potensi Wisata Pantai Pangi
yang tinggi namun dalam pengelolaannya belum maksimal sehingga perlu
diupayakan pengembangan wisata Pantai Pangi yakni dengan menganalisis
faktor–faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang
dan ancaman) objek wisata sehingga faktor-faktor tersebut dapat dijadikan acuan
lebih lanjut dalam pengambilan keputusan strategi pengembangan Kawasan
Objek Wisata Pantai Pangi.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dan kuantiatif. Menurut
Sarwono (2006) menyatakan bahwa penilitian kualitatif didefinisikan sebagai
suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Selain itu menurut
Ningrum (2010), penelitian kualitatif merupakan merupakan metode penelitian
yang berhubungan dengan data yang berupa informasi secara deskriptif dan
karakteristik utamanya berasal dari latarbelakang/kenyataan dimasyarakat
dengan langkah pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Pada
penelitian ini yang termasuk dalam penelitian kualitatif diantaranya tentang profil
kawasan wisata Pantai Pangi, fasilitas dan wahana yang tersedia, hasil
wawancara dengan kepala Pangelola Pantai Pangi tentang pendapat mengenai
56
tempat wisata Pantai Pangi, observasi di lapang serta dokumentasi Kawasan
wisata Pantai Pangi, Kabupaten Blitar.
Menurut Bungin (2011), penelitian kuantitatif adalah metode untuk
mendiskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku guna mencapai validitas yang
tinggi dan mempunyai peluang kebenaran yang tinggi. Metode realitibilitas sendiri
memberi bobot, rangking atau skor. Selain itu menurut Sugiono (2011), metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitoan yang digunakan
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan menguji
hipotesis yang telah ada. Pada penelitian ini yang termasuk pada penelitian
kuantitatif yaitu hasil dari kuisioner dari pengunjung yang dijadikan responden
kemudian diolah dengan menggunakan analisis matriks IFE, matriks EFE,
matriks IE, analisis QSPM dan analisis QSPM guna mengetahui strategi yang
tepat pada Pantai Pangi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai, penelitian ini mengunakan sumber
data dua jenis, yaitu primer dan sekunder.
a. Data Primer
Menurut Sugiyono (2011), menjelaskan bahwa sumber data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Metode
wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh
data dengan metode wawancara dengan narasumber yang akan di wawancara.
Adapun data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data yang
diperoleh secara langsung dari hasil observasi dengan cara mengamati secara
visual, wawancara yang ditujukan kepada kepala pengelola Objek Wisata Pantai
57
Pangi sebagai nara sumber serta hasil kuisioner yang diberikan langsung
kepada pengunjung Pantai Pangi yang dijadikan sebagai responden. Data
primer yang ingin dikumpulkan antara lain: mengatahui kondisi lokasi
penelitian, fasilitas dan wahana yang tersedia, faktor-faktor pendukung dan
penghambat Pantai Pangi.
b. Data Sekunder
Menurut Andi Supangat (2010), bahwa data sekunder merupakan data yang
diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan)
objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari
objek secara individual (responden) maupun dari suatu instansi yaitu dengan
sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya
untuk keperluan penelitian dari para pengguna.
Hal tersebut sependapat dengan Sugiyono (2011), data sekunder adalah data
yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus
melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan
menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh
berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu
peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet.
Sehingga pada penelitian yang dilakukan ini data sekunder didapatkan dari
penelitian terdahulu tentang Analisis SWOT dan QSPM, keadaan umum lokasi
penelitian meliputi data letak geografis, data kependudukan, peta desa
didapatkan dari data BPS dan Kantor Desa setempat di Desa Tumpakkepuh,
Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
58
mendapatkan data. Hal tersebut sependapat dengan pernyataan Bungin (2011),
pengumpulan data adalah adalah bagian instrumen penelitian yang menentukan
berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan penggunaan metode
pengumpulan data atau metode pengumpulan data tidak digunakan semestinya,
berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini antara
lain: observasi, wawancara, kuisioner dan dokumentasi. Dimana teknik penelitian
tersebut saling berhubungan dan mendukung guna kelancaran proses penelitian.
Berikut penjelasan teknik pengumpulan data pada penelitian ini:
3.4.1 Observasi
Menurut pendapat Sarwono (2006), Kegiatan observasi meliputi: melakukan
pencacatan secara sistematik kejadian-kejadian, obyek-obyek yang dilihat dan
hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Hal ini senada dengan Sugiyono (2011), Observasi sebagai teknik pengumpulan
data mengacu pada tidak terbatasnya pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap subjek maupun objek yang diamati. Observasi dilakukan apabila proses
penelitian berkaitan dengan perilaku manusia di dalam proses kerja serta gejala
gejala alam dengan ketentuan responden yang diamati tidak terlalu besar .
Observasi yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan secara
langsung di daerah yang bersangkutan yaitu Kawasan Wisata Pantai Pangi.
Sasaran observasi atau pengamatan penelitian ini tentang profil Wisata Pantai
Pangi, identifikasi strategi pengembangan pengelola pariwisata Pantai Pangi dari
hasil observasi tersebut peneliti dapat mengelompokkan data berdasarkan yang
ada pada lokasi penelitian seperti keadaan lokasi penelitian, fasilitas utama dan
fasilitas penunjang pariwisata Pantai Pangi, strategi apa saja yang sudah
dilakukan.
59
3.4.2 Wawancara
Menurut Marzuki (2005) metode wawancara merupakan cara pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan
berlandaskan tujuan penelitian. Dalam interview (wawancara) selalu ada dua
pihak yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan.
Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama (primer);
pelengkap teknik pengumpulan lainnya; menguji hasil pengumpulan data lainnya.
Wawancara dapat dilakukan di kesempatan waktu pada saat penyebaran angket
atau di waktu khusus/situasi tertentu (Ginanjar, 2012).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan dua pihak, yaitu
narasumber dan pewawancara. Narasumber dalam penelitian ini ditujukan
kepada Kepala Pengelola mengenai Kawasan wisata Pantai Pangi sehingga
dengan itu dapat membantu dalam menentukan beberapa faktor internal maupun
eksternal di Objek Wisata Pantai Pangi.
3.4.3. Kuisioner
Menurut Sugiyono (2011) “Angket atau kuesioner merupakan suatu tehnik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”.
Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Reinse (2012), kuisioner adalah
metode atau cara pengumpulan data dengan menggunakan suatu daftar
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti dengan cara
menyebarkan kepada responden (orang-orang yang akan menjawab atau orang-
orang yang akan dimintai opini) dengan tujuan memperoleh informasi- invormasi
yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai
suatu masalah secara serentak.
60
Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah pengunjung/wisatawan
yang datang ke Pantai Pangi. Kuesioner diberikan secara langsung kepada
responden. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden berisi seputar
biodata responden, pernyataan yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal
maupun internal pada Objek Wisata Pantai Pangi serta kesan terakhir responden
(pendapat mengenai Objek Wisata Pantai Pangi). Pernyataan-pernyataan
tersebut dan kesan terakhir responden nantinya akan dijadikan sebuah sarana
untuk mendapatkan tanggapan atau opini dari wisatawan yang telah menikmati
Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi terhadap faktor-faktor tersebut.
3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam sebuah penelitian. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,dll. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).
Dokumentasi pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung penelitian,
sehingga peneliti dapat mendapatkan data dan mengolah data penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dilakukan berupa pengambilan
gambar kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, gambar lokasi penelitian,
gambar sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas di lokasi wisata, dan gambar-
gambar lain yang berkaitan dengan penelitian yang ada di Kawasan Wisata
Pantai Pangi Kemudian dokumentasi juga diperoleh dari arsip-arsip maupun
61
dokumen yang dimiliki oleh pengelola wisata. Gambar/foto yang didapat dari
teknik dokumentasi dapat dijadikan sebagai bukti dan lampiran pada proses
penelitian maupun penulisan laporan penelitian.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian
yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai,
peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi
sumber data penelitian (Bungin, 2001).
Sedangkan dalam peneltian kuantitatif menurut Sugiyono (2011), populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti
untuk dapat dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini
yaitu wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangi dan pengelola wisata Pantai
Pangi.
Menurut Reinse (2012), sampel adalah sebagian objek yang diambil dari
keseluruhan populasi yang diteliti yang mempunyai karakteristik dan dianggap
mewakili terhadap semua populasi dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel. Pengambilan sampel digunakan karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu dari peneliti untuk mengambil seluruh populasi. Sehingga pada penelitian
ini adalah dan Kepala Pengelola Pantai Pangi sebagai narasumber dan
pengunjung Pantai Pangi yang dijadikan sebagai responden.
Pada penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel secara
purposive sampling dan incidental sampling. Menurut sugiyono (2012), purposive
sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa
pertimbangan tertentu dengan tujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
representative. Sedangkan incidental sampling merupakan teknik penentuan
62
sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,bila dipandang orang yang
kebetulan cocok sebagai responden.
Dalam penelitian kuantitatif, pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling ditujukan kepada Kepala Pengelola Wisata Pantai Pangi melalui
wawancara, sedangkan untuk penelitian kuantitatif, metode pengambilan sampel
secara incidental sampling ditujukan kepada pengunjung Wisata Pantai Pangi
yang kebetulan bertemu dan dirasa cocok sebagai responden melalui kuisioner.
Ukuran sampel yang digunakan peneliti ditentukan dengan menggunakan
linear time function (LTF), dikarenakan peneliti belum mengetahui informasi
tentang banyaknya populasi Objek Wisata Pantai Pangi. Menurut pernyataan Ira
Safitri (2004), ketika peneliti belum mengetahui banyaknya populasi, maka dapat
menggunakan metode Liner Time Function (LTF) yang merupakan metode
penentuan banyaknya sampel yang diambil dengan menggunakan waktu
penelitian, periode harian dan waktu pengisian kuisioner. Pada penelitian ini,
lama waktu yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk mengumpulkan
data primer yaitu 4 hari selama 2 minggu yakni pada hari sabtu dan minggu (hari
sabtu dan minggu merupakan hari libur/akhir pekan) karena diharapkan dapat
mewakili sampel dari populasi yang menyeluruh dengan berbagai karakterisitik
pengunjung. Selain itu, diperkirakan waktu untuk mengumpulkan data dari
responden dalam 4 hari yaitu enam jam antara pukul 09.00-15.00 WIB, karena
merupakan waktu yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, dengan waktu
pengumpulan data masing-masing responden sekitar 23 menit. Rumus linier time
function dapat dituliskan sebagai berikut :
T = t0 + t1 . n
n = T – t0
t1
63
n = 1440 – 360
23
n = 48
Keterangan :
T = waktu penelitian 4 hari (1440 menit)
t0 = periode waktu harian 6 jam (360 menit)
t1 = waktu pengisian kuesioner (20 menit)
n = jumlah responden
Sehingga dari perhitungan penentuan sampel menggunakan rumus Liner
Time Function (LTF) didapatkan sebesar 48 responden yang artinya penelitian ini
akan melakukan teknik pengumpulan data kepada 48 pengunjung/ wisatawan
yang berkunjung di Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, Kabupaten Blitar guna
mendapatkan informasi dan pendapat tentang berbagai faktor yang berhubungan
dengan pengembangan objek wisata.
3.6 Skala Pengukuran
Menurut Sugiono (2011), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan
menghasilkan data kuantitatif. Dengan pengukuran skala ini, maka variabel yang
diukur dalam instrument dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih
akurat efisien dan komunatif.
Skala pengukuran sikap pada penelitian ini menggunakan skala likert
sebagai pengukuran besar kecilnya sikap atau pendapat dari responden yang
memberikan opini. Hal ini dikarenakan skala likert merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang ataupun
kelompok orang tentang fenomena sosial. Selain itu variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
64
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011). Dalam skala likert terdapat
pemberian skor agar perhitungan skala dapat dilakukan dengan benar. Berikut
adalah cara pemberian skor yang digunakan pada penelitian ini dan cara
penggunaan skala likert :
1. Pemberian skor 5 (lima) untuk jawaban sangat setuju
2. Pemberian skor 4 (empat) untuk jawaban setuju
3. Pemberian skor 3 (tiga) untuk jawaban ragu-ragu
4. Pemberian skor 2 (dua) untuk jawaban tidak setuju
5. Pemberian skor 1 (satu) untuk jawaban sangat tidak setuju
Setelah mendapatkan total skor yang didapat, maka dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Jumlah Total Skor
Jumlah Skor Ideal x 100%
Sehingga didapatkan hasil berupa % (persen) yang langsung dapat
dimasukkan ke skala ordinal agar mengetahui besar kecil nya sikap yang didapat
dan dapat di interpretasikan sebagai berikut
1. Kategori sangat lemah (sangat tidak setuju) apabila angka 0% - 20%
2. Kategori lemah (tidak setuju) apabila angka 21% - 40%
3. Kategori cukup (ragu-ragu) apabila angka 41% - 60%
4. Kategori kuat (setuju) apabila angka 61% - 80%
5. Kategori sangat kuat (sangat setuju) apabila angka 81% - 100%
0 20 40
0
60 80 100
%
65
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan cara atau teknik yang digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian dengan cara mengolah data yang sudah didapatkan
ketika penelitian (Rianse, 2012).
Pernyataan tersebut sependapat dengan Sugiyono (2011), Analisis data
penelitian merupakan bagian dari cara berfikir yang berkaitan dengan pengujian
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi. Proses mencari dan menyusun data-data secara sistematis
dilakukan dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, melakukan
sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari
serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang lain.
Pada penelitian ini, metode analisis data menggunakan analisis deskriptif
kualitatif meliputi profil kawasan wisata Pantai Pangi, karakteristik pengunjung
wisata dan sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis IFE, EFE, SWOT, IE,
dan QSPM). Yang dibedakan berdasarkan masing-masing tujuan. Metode
analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.7.1 Profil Kawasan Wisata Pantai Pangi
Profil Kawasan Wisata Pantai Pangi Blitar dianalisis dengan menggunakan
data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada kepala pengelola,
observasi, dan dokumentasi. Hal-hal yang dianalisis diantaranya: mengenai
profil dan gambaran umum wisata dan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh
Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi.
3.7.2 Karakteristik Pengunjung Wisata Pantai Pangi
Karakteristik pengunjung Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi dianalisis
dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan
kepada responden. Hal-hal yang dianalisis adalah mengenai jenis kelamin, usia,
66
pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, jumlah kunjungan, daerah asal, dan
sumber informasi.
3.7.3 Analisa Data Dalam Merumuskan Strategi Pengembangan Wisata
Pantai Pangi
Pada penelitian ini, metode analisis data dibantu dengan beberapa alat
analisis data yaitu pada tahap input menggunakan matriks IFE dan EFE, Pada
tahap pencocokan menggunakan Matriks SWOT dan matriks internal-eksternal
(IE), dan untuk pengambilan keputusan dibutuhkan Matriks QSPM untuk
menentukan strategi yang terbaik.
3.7.3.1 Tahap input (Input stage)
Input stage terdiri dari dua matrik dalam perumusan strategi, yaitu:
a. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Menurut Udaya (2013), faktor-faktor internal pada sebuah usaha terbagi
menjadi kekuatan dan kelemahan dalam sebuah usaha. Untuk mengidentifikasi
antara faktor kekuatan dan kelemahan bagi sebuah usaha adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan yang tersedia bagi sebuah usaha dan
memberikan keuntungan dibandingkan para pesaing dalam melayani kebutuhan
konsumen. Kekuatan berkaitan dengan keunggulan dari sumberdaya manusia
maupun berdasar sumberdaya lainnya. Untuk dapat mengenali faktor yang
mempengaruhi kinerja dari sebuah usaha. Contohnya pengembangan sebuah
produk yang lebih unggul merupakan kekuatan bagi beberapa perusahaan,
namun beberapa perusahaan menyebutkan kekuatan yang digunakan adalah
iklan dan sebagainya.
67
b. Faktor Kelemahan
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam kemampuan
maupun sumber daya dari suatu usaha dibandingkan dengan para pesaing,
selain itu, menciptakan kerugian dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dimisalkan kemampuan finansiil yang terbatas merupakan kelemahan yang
dimiliki oleh perusahaan yang melakukan pengembangan usaha.
Berikut ini merupakan langkah mengevaluasi faktor internal menurut David
(2011) yaitu:
1. Membuat daftar faktor- faktor internal utama secara spesifik, yaitu kekuatan
dan kelemahan yang mempengaruhi perusahaan.
2. Memberikan bobot pada setiap faktor mulai dari bobot 0,0 untuk yang sangat
tidak penting dan 1,0 untuk yang sangat penting. Bobot yang diberikan pada
suatu faktor menunjukkan keberhasilan suatu industri perusahaan. Jumlah
total seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor, dimana peringkat 1
(sangat lemah), peringkat 2 (lemah), peringkat 3 (kuat) dan peringkat 4
(sangat kuat).
4. Mengkalikan bobot dengan peringkat-peringkat pada masing-masing faktor
untuk mendapatkan skor bobot.
5. Menjumlahkan skor bobot rata-rata untuk setiap faktor untuk mendapatkan
skor bobot total untuk organisasi.
Terlepas dari beberapa faktor yang dimasukan kedalam Matrik Evaluasi
Faktor Internal, skor bobot total berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah dam 4,0
sebagai titik tertinggi, dengan skor rata-rata 2,5. Skor total dibawah 2,5
mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang secara
signifikan berada di atas 2,5 mengidentifikasikan posisi internal yang kuat.Jumlah
faktor tidak mempengaruhi kisaran skor total karena bobot selalu berjumlah 1,0 (
68
David, 2011). Berikut tabel draf Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Draf Tabel Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan
1 Faktor kekuatan
2
….
Kelemahan
1 Faktor kelemahan
2
…..
Total 1,0
Sumber : David (2011)
b. Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks External Factor Evaluation dilakukan untuk menganalisis faktor
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan yaitu berkaitan dengan
peluang dan ancaman. Menurut Udaya (2013), faktor eksternal yang
mempengaruhi sebuah usaha adalah:
a. Faktor Peluang
Situasi dimana suatu usaha beruntung dalam lingkungan usaha tersebut.
Kecenderungan yang terdapat di dalam lingkungan yang dapat dimanfaatkan
oleh suatu usaha adalah sebuah peluang. Perubahan pada peraturan
pemerintah, perubahan teknologi, menjalin hubungan baik antara produsen dan
konsumen adalah contoh peluang pada sebuah usaha.
b. Faktor Ancaman
Ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan/menyenangkan
pada sebuah lingkungan. Ancaman adalah rintangan utama terhadap posisi
perusahaan. Sebagai contoh masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang
69
tersendat, kekuatan tawar-menawar dari pemasok, perubahan teknologi serta
peraturan pemerintah yang tidak sesuai merupakan ancaman terhadap
keberhasilan dalam sebuah usaha. Berikut ini merupakan langkah mengevaluasi
faktor eksternal:
1. Membuat daftar faktor- faktor eksternal utama secara spesifik, yaitu peluang
dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan.
2. Memberikan bobot pada setiap faktor mulai dari bobot 0,0 untuk yang sangat
tidak penting dan 1,0 untuk yang sangat penting. Bobot yang diberikan pada
suatu faktor menunjukkan kepentingan relatif dari faktor itu untuk sukses
dalam industri yang ditekuni perusahaan. Jumlah total seluruh bobot harus
sama dengan 1,0.
3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor-faktor eksternal untuk
menunjukan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon
faktor tersebut,dimana nilai 4= respon sangat baik, 3= respon diatas rata-
rata, 2= respon rata-rata, dan 1= respon dibawah rata-rata.
4. Mengkalikan bobot dengan peringkat-peringkat pada masing-masing faktor
untuk mendapatkan skor bobot.
5. Menjumlahkan skor bobot rata-rata untuk setiap faktor untuk mendapatkan
skor bobot total untuk organisasi (David, 2011).
Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai
untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. rata-
rata skor bobot total adalah 2,5. Skor bobot total sebesar 4,0 mengindikasikan
bahwa sebuah organisasi merespons secara sangat baik peluang dan ancaman
yang ada di industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif
mampu menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh
negatif potensial dari ancaman eksternal. Skor total sebesar 1,0 menandakan
70
bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau
menghindari ancaman yang muncul (David, 2011). Berikut Tabel Draf Matriks
External Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Draf Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Peluang
1 Faktor Peluang
2
….
Ancaman
1 Faktor Ancaman
2
…..
Total 1,0
Sumber : David (2011) 3.7.3.2 Tahap pencocokan (Matching Stage)
Matching Stage merupakan perumusan strategi atau penggunaan formulasi
strategi dengan data yang didapat dari input stage. Pada penelitian ini matching
stage dilakukan dua hal, yaitu:
a. SWOT Matrix
Pada matriks SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats)
dilakukan pencocokan faktor eksternal dan internal utama yang telah dijabarkan
pada EFE dan IFE. Matriks SWOT ini menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO,
strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. Menurut David (2011) terdapat 8
langkah dalam membentuk sebuah Matriks SWOT, yaitu:
1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan
2. Buat daftar ancaman-ancaman utama eksternal perusahaan
3. Buat kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan
71
4. Buat kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
pada sel Strategi SO
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya
pada sel Strategi WO
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya
pada sel Strategi ST
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya
pada sel Strategi WT. Berikut Tabel Draf matriks SWOT ditampilkan pada
Tabel 5
Tabel 5. Draf Tabel Matriks SWOT
SW OT
Kekuatan (S):
Faktor pengaruh
Kelemahan (W) -Faktor pengaruh
Peluang (O)
Faktor pengaruh
Strategi SO: Strategi WO:
Ancaman (T)
Faktor pengaruh
Strategi ST: Strategi WT:
Sumber : David (2011) b. Internal-External (IE) Matrix
Mencocokan faktor ekternal dan internal yang ada pada tahap input ke dalam
Internal-External (IE) Matrix untuk memposisikan perusahaan diantara 9 sel yang
menentukan strategi bersaing perusahaan. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda, yaitu
sebagai berikut:
1. ketentuan untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai “tumbuh dan membangun” (grow and build). Strategi intensif
(penetrasi, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
72
integrative (integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integrasi horizontal)
bisa menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik
melalui strategi “menjaga dan mempertahankan”, penetrasi pasar, dan
pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak digunakan
dalam jenis divisi ini.
3. Ketentuan umum untuk divisi yang masuk sel VI, VIII, atau IX adalah panen
dan divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil mampu mencapai
portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam Matriks IE.
3.7.3.3 Tahap keputusan (Decision Stage)
Penggunaan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitatif Strategic
Planning Matrix) adalah untuk mengetahui dan menentukan daftar prioritas
strategi mana yang tepat dan terbaik untuk dilakukan terlebih dahulu secara
objektif. Sehingga digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik
yang paling cocok dengan lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki oleh
suatu perusahaan Alternatif strategi tersebut merupakan hasil eliminasi dari
SWOT dan IE matriks. Untuk menyusun QSPM dilakukan beberapa langkah
seperti berikut:
1. Membuat daftar peluang dan ancaman (faktor eksternal) dan kekuatan dan
kelemahan (faktor internal) perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM.
Informasi ini diperoleh dari matriks EFE dan Matriks IFE.
2. Memberikan bobot pada setiap faktor-faktor eksternal dan internal sesuai
dengan tingkat kepentingan. Bobot yang diberikan sama dengan bobot pada
Matriks EFE dan Matriks IFE.
3. Meletakkan alternatif strategi di bagian atas matriks.
73
4. Menentukan skor daya Tarik (Attractive Scores-AS) pada setiap strategi di
masing-masing faktor. Skor tersebut mulai dengan 4= daya Tarik inggi,
3=daya tarik sedang, 2=daya tarik rendah, dan 1=tidak mempunyai daya
tarik.
5. Mengalikan bobot dengan AS untuk menentukan total daya Tarik (Total
Attractive Score-TAS) untuk setiap faktor.
6. Menjumlahkan TAS pada setiap alternatif strategi. Nilai TAS yang tertinggi
menunjukan bahwa strategi tersebut merupakan strategi terbaik untuk
diprioritaskan. Berikut Tabel Draf penyusunan Quantitatif Strategic Planning
Matrix (QSPM) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Draf Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM)
Strategi 1 Strategi 2
Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS
Peluang:
1 Faktor berpengaruh
2 ……
Ancaman
1 Faktor berpengaruh
2 ……
1,0
Kekuatan
1 Faktor berpengaruh
2 ……
Kelemahan
1 Faktor berpengaruh
2 ……
1,0
Total TAS keseluruhan faktor
Jumlah TAS 1
Jumlah TAS 2
Sumber : David (2011)
74
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis
Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Timur yang
secara geografis Kabupaten Blitar berada disebelah Selatan Khatulistiwa,
terletak pada 111°25’ – 112°20’ Bujur Timur dan 7°57’-8°9’51’’ Lintang Selatan,
selain itu berada di Barat daya Ibukota Propinsi Jawa Timur – Surabaya dengan
jarak kurang lebih 160 km. Adapun batas–batas wilayah adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang
- Sebelah Timur : Kabupaten Malang
- Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
- Sebelah Barat : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri
(BPS, 2016).
Kabupaten Blitar memiliki luas wilayah 1.588.79 km2 dengan tata guna tanah
terinci sebagai sawah, pekarangan, perkebunan, tambak, tegal, hutan, kolam
ikan dan lain-lain. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Blitar pada tahun 2016
mencapai 1.268.194 jiwa, terdiri dari penduduk perempuan 637.419 jiwa dan laki
– laki 630.7754 jiwa. Secara administrasi Pemerintah Kabupaten Blitar terbagi
menjadi 22 kecamatan, 220 desa, 28 kelurahan, 759 dusun/rukun warga(RW)
dan sebanyak 6.978 rukun tetangga (RT). Rata-rata curah hujan tahunan
Kabupaten Blitar sebesar 1.478,8 mm dengan curah hujan tertinggi 2.618,2 mm
pertahun dan terendah 1.024,7 pertahun. Sedangkan rata-rata suhu adalah 18-
30°C (BPS, 2016).
Kecamatan Bakung merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang membagi
batas wilayah administrasi Kabupaten Blitar dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut: sebelah barat Kabupaten Tulungagung, sebelah utara Kecamatan
Kademangan dan Kabupaten Blitar, sebelah timur Kecamatan Wonotirto dan
75
Kabupaten Blitar, dan sebelah selatan Samudera Indonesia. Adapun luas
wilayah Kecamatan Bakung sebesar 111,24 km yang terbagi menjadi 11 desa
yakni meliputi: Desa Tumpakkepuh, Desa Sidomulyo, Desa Bululawang, Desa
Tumpakoyot, Desa Plandirejo, Desa Pulerejo, Desa Ngrejo, Desa Lorejo, Desa
Kedungbanteng, Desa Sumberdadi dan Desa Bakung (BPS, 2016).
Desa Tumpakkepuh ini memiliki luas wilayah sebesar 1.256 ha, tergolong
dataran rendah dengan ketinggian 62 m diatas permukaan laut (Mdpl) dan suhu
rata-rata Desa Tumpakkepuh 36-38 0C. Adapun batas-batas DesaTumpakkepuh
secara administratif adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara : Desa Pasiraman
- Sebelah selatan : Samudera Hindia
- Sebelah timur : Desa Kaligrenjeng
- Sebelah barat : Desa Sidomulyo (DesaTumpakkepuh, 2016)
Desa Tumpakkepuh merupakan daerah pegunungan yang mempunyai
potensi sumberdaya alam yang cukup besar terutama di sektor pertanian,
perikanan dan pariwisata. Desa Tumpakkepuh memiliki jumlah penduduk
sebesar 3.506 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.784 jiwa atau
50,89% dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.722 jiwa atau 49,11% dari
jumlah penduduk secara keseluruhan (DesaTumpakkepuh, 2016)
Secara administratif Desa Tumpakkepuh terdiri 3 dusun yaitu Dusun
Wotgalih, Dusun Krajan, dan Dusun Kepuh, 5 rukun warga (RW), dan 20 rukun
tetangga (RT). Jarak tempuh Desa Tumpakkepuh ke ibukota kecamatan yaitu
Bakung 10 km dengan lama tempuh 25 menit, Jarak tempuh ke ibukota
kabupaten yaitu Blitar 40 km dengan lama tempuh 1 jam, dan jarak tempuh ke
ibukota provinsi yaitu Jawa Timur 197 km dengan lama tempuh 5 jam (Desa
Tumpakkepuh, 2016). Berikut letak lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran
2.
76
4.2 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan Desa Tumpakkepuh pada tahun 2016 yang
didapat dari Kantor Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung, penduduk desa
berjumlah sebesar 3.506 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.784
jiwa atau 50,89% dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.722 jiwa atau
49,11% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Sehingga berdasarkan jumlah
penduduk tersebut menunjukan komposisi penduduk laki-laki didaerah Desa
Tumpakkepuh hampir sama dengan penduduk perempuan.
Penduduk Desa Tumpakkepuh mayoritas merupakan etnik jawa asli yang
bermukim secara turun temurun, sehingga komunikasi antar penduduk dilakukan
dalam bahasa jawa dan dalam komunikasi formal dengan warga etnik non-jawa
digunakan bahasa Indonesia.
4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Persentase jumlah penduduk Desa Tumpakkepuh berdasarkan tingkat usia
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Penduduk Berdasarkan usia
No Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0-1 tahun 59 1,68
2 1-5 tahun 152 4,33
3 6-10 tahun 189 5,39
4 11-20 tahun 436 12,43
5 21-30 tahun 542 15,46
6 31-40 tahun 625 17,84
7 41-50 tahun 565 16,11
8 >50 tahun 938 26,76
Jumlah 3.506 100
Sumber: Desa Tumpakepuh, 2016.
Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa penduduk kelompok usia 50 diatas
tahun adalah kelompok usia yang paling banyak di Desa Tumpakkepuh sebesar
938 jiwa pada persentase 26,76%. Sedangkan untuk kelompok usia yang paling
77
sedikit di Desa Tumpakkepuh adalah kelompok usia 0-1 tahun dengan jumlah 59
jiwa atau sebanyak 1,68% dari total jumlah penduduk Desa TumpakKepuh.
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Desa Tumpakkepuh sudah cukup
peduli dan mengerti arti pentingnya pendidikan. Hal tersebut dapat dijelakan
pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Belum Sekolah 211 6,02
2 Tidak Tamat SD 276 7,88
3 Tamat SD/Sederajat 1.301 37,12
4. Tamat SLTP/ Sederajat 983 28,03
4 Tamat SLTA/Sederajat 685 19,54
5 Tamat Akademi/Sederajat 29 0,83
6 Buta Huruf 21 0,6
Jumlah 3.506 100
Sumber: Desa Tumpakkepuh, 2016.
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Tumpakkepuh
sudah tergolong mempunyai pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini terbukti
dengan banyaknya masyarakat menjalankan progam pemerintah belajar 12
tahun yaitu belajar tingkat SD, SLTP/Sederajat dan dilanjutkan pada tingkat
SLTA/Sederajat. Dimana penduduk tamat SD mencapai 1.303 jiwa pada
persentase 37,12%, jumlah tersebut memiliki persentase tertinggi dibandingkan
tingkat pendidikan lainnya. Selanjutnya tamat SLTP/Sederajat sebesar 983 jiwa
pada persentase 28,03%, jumlah tersebut memiliki persentase kedua dan
tamatan SLTA/Sederajat sebesar 685 jiwa pada persentase 19,54%.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi dalam
proses pengembangan wisata. Apabila suatu daerah memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi, maka daerah tersebut akan dapat berkembang dikarenakan tingkat
pendidikan mereka tinggi dan mampu mengelola daerah mereka sendiri.
78
4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Tumpakkepuh terdapat
bermacam-macam pekerjaan/profesi. Adapun data penduduk berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Petani 1.952 55,68
2 Buruh Tani 148 4,22
3 Nelayan 31 0,88
3 Sopir/buruh jasa transportasi 96 2,73
4 Buruh bangunan 54 1,54
5 Pembantu Rumah Tangga 76 2,17
6 Guru Swasta 9 0,26
3 Pegawai Negeri Sipil 32 0,91
5 Industri Kecil gerabah 28 0,79
6 Peternak 47 1,34
7 Dokter/Bidan Swasta 3 0,08
8 pekerja di sektor jasa 5 0,14
9 Tukang batu/kayu 42 1,19
10 Pensiunan PNS/ABRI 7 0,20
11 Lain-lain 976 27,87
Jumlah 3.506 100
Sumber :Desa Tumpakkepuh, 2016.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi
penduduk DesaTumpakkepuh memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani
sebesar 1.952 orang atau 55,68%. Berdasarkan hasil wawancara Kepala Desa
Tumpakkepuh bahwa tingginya nilai mata pencaharian di sektor pertanian di
desa ini karena pekerjaan tersebut merupakan kebiasaan secara turun-temurun
bagi penduduk Desa Tumpakkepuh. Sebagian besar kawasan ini didomisili oleh
tanaman tegalan, hutan dan semak belukar. Tanaman yang dikembangkan
adalah ketela pohon,tebu, jagung dan jati. Selain petani, juga banyak dari
masyarakat mempunyai pekerjaan sebagai pedagang, PNS, Peternak, buruh tani
79
dan lain sebagainya. Dengan adanya Objek Wisata Pantai Pangi ini masyarakat
bisa menambah pendapatan dengan cara membuka warung makan disekitar
lokasi wisata.
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Jumlah penduduk Desa Tumpakkepuh berdasarkan agama dapat dilihat
pada tabel 10.
Tabel 10. Data Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Islam 3.498 99,71
2 Kristen 8 0,29
3 Katolik 0 0
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
6 Kong Hu Cu 0 0
Jumlah 3.506 100
Sumber: Desa Tumpakkepuh, 2016.
Berdasarkan pada tabel 10, dapat dilihat bahwa mayoritas agama penduduk
Desa Tumpakkepuh adalah agama islam dengan presentase 99,71% dari total
penduduk Desa Tumpakkepuh atau sebanyak 3.498 jiwa. Selanjutnya terdapat
juga masyarakat yang menganut agama kristen yaitu sebesar 8 jiwa dengan
persentase 0,29%.
80
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Kawasan Wisata Pantai Pangi
Pantai Pangi merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten
Blitar, tepatnya masuk dalam Wilayah Desa Tumpakepuh, Kecamatan Bakung,
Blitar. Wisata Pantai Pangi ini memiliki banyak keindahan dan keunikan
tersendiri, dimana para pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan pantai
yang masih alami dan mempesona, hamparan pasir pantai putih dan bersih serta
warna air biru kehijauan menambah keindahan pantai.
Pantai ini berbentuk menyerupai cekungan yang menjorok kedaratan dan
dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi yang alami. Tebing-tebing ini berguna untuk
memecah ganasnya ombak dari samudra Hindia sehingga ombak di Kawasan
Pantai Pangi kecil dan tidak sebesar pantai-pantai selatan yang lainnya.
Tak hanya itu, keadaan sekitar tepian pantai juga tak kalah menariknya.
Pasalnya di tepian Pantai Pangi ini banyak ditanami dengan pohon-pohon
cemoro yang teduh dan rindang sehingga membuat suasana di Pantai Pangi ini
menjadi terasa lebih asri. Keunikan yang lainnya adalah terdapatnya sungai yang
bermuara di Pantai Pangi. Muara sungai ini menyerupai sebuah telaga dengan
air payau/tawar berair tenang dan jernih serta memiliki kedalaman yang
bervariasi, sehingga tidak heran apabila Pantai Pangi ini sering dijadikan
camping ground oleh para pengunjung. Selain itu, biasanya muara sungai ini
digunakan oleh beberapa pengunjung untuk berendam membersihkan badan
dari pasir pantai setelah bermain atau berenang di pantai.
Kawasan Wisata Pantai Pangi mulai diresmikan pada tahun 2014 dan
dikelola oleh POKDARWIS “Sekar” berkerja sama dengan Kesatuan Pengelola
hutan (KPH) yang merupakan dibawah naungan Perhutani, dimana selaku
81
pemilik kawasan "Wisata Pantai Pangi” dengan sistem bagi hasil. Mekanisme
pembagian hasil antara pengelola dan KPH, sesuai adanya dengan perjanjian
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. KPH Blitar selaku pemilik lahan
hanya bertindak sebagai pengawas pengelola, pengembangan, dan peninjauan
lapangan. Pihak POKDARWIS diberi kewenangan untuk mengelola berbagai
sarana, prasarana, serta berbagai hal lain yang terkait dengan kegiatan wisata
yang terdapat pada kawasan tersebut.
Dalam hal ini, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) didirikan pada tahun
2012, dimana anggota POKDARWIS ini terbentuk atas dasar tujuan yang sama
yaitu kesadaran yang tumbuh pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
destinasi pariwisata yaitu Desa Tumpakkepuh untuk ikut serta berperan aktif
dalam pengembangan potensi pariwisata setempat. Dimana Kepala Desa/ Lurah
dan kelompok masyarakat tersebut bermusyawarah membentuk organisasi
POKDARWIS.
Anggota POKDARWIS terdiri dari berbagai usia antara usia 26-64 tahun dan
berbagai profesi dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani,
dimana kebanyakan anggota POKDARWIS menjadikan pekerjaan mengelola
Kawasan Wisata Pantai Pangi sebagai profesi kedua. Pada awal diresmikan
Kawasan Wisata Pantai Pangi ini menggunakan modal sendiri berupa iuran
antara anggota kelompok POKDARWIS “Sekar” untuk mengelola objek wisata ini
supaya memiliki nilai unggul dibandingkan objek wisata lainnya seperti menanam
pohon cemoro laut, perbaikan sebagian akses jalan menuju Pantai Pangi,
pembangunan beberapa fasilitas tempat peristirahatan (Gazebo), toilet,
musholla,dll. Berikut adalah foto pengelola Wisata Pantai Pangi dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Untuk menikmati keindahan dan keasrian Pantai Pangi, kita membayar
Rp.8.000,- untuk tiket masuk, Rp.2.000,- untuk parkir motor dan Rp.4.000,- dan
82
untuk parkir mobil. Hingga saat ini telah banyak dukungan dan bantuan yang
diberikan kepada POKDARWIS ‘‘Sekar” untuk pengembangkan pada Wisata
Pantai Pangi, seperti bantuan dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dalam
membentuk perbaikan akses jalan menuju lokasi objek wisata berupa jalan
makadam/bebatuan kecil, dan toilet sebanyak 3 unit. Selain itu, bantuan dari
Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kab. Blitar berupa wahana
permainan anak-anak seperti ayunan, jungkat-jungkit dll serta pohon cemoro laut
dan mangrove. Berikut adalah gambaran Objek Wisata Pantai Pangi dapat dilihat
pada gambar 6.
Gambar 5. Wisata Pantai Pangi
5.1.1 Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pihak pengelola Wisata
Pantai Pangi, maka diketahui jika Wisata Pantai Pangi dikelola oleh Bapak
Bagyo. Adapun pembagian divisi dan tugas yang terdapat pada Kelompok Sadar
Wisata (POKDARWIS) ‘‘Sekar” bertujuan untuk lebih memudahkan dalam
pengelolaan Wisata Pantai Pangi. Struktur organisasi POKDARWIS ‘‘Sekar
dapat dilihat pada gambar 6.
83
Gambar 6. Struktur Organisasi POKDARWIS ‘‘Sekar”
Berdasarkan pada gambar 6, dapat dilihat jika adanya pembagian divisi
atau jabatan di Wisata Pantai Pangi. Berikut penjelasan dari jabatan-jabatan
yang ada beserta fungsinya :
1. Penasehat dipimpin oleh Sutoyo selaku Kepala Desa Tumpakkepuh. Kepala
Desa bertugas untuk bertanggungjawabnya atas lembaga POKDARWIS
“Sekar” sebagai pengelola Wisata Pantai Pangi. Kepala Desa juga berfungsi
untuk mengambil keputusan dan menentukan peraturan yang ditetapkan
bersama POKDARWIS “Sekar”.
2. Ketua/kepala dipimpin oleh Bagyo, Dimana ketua umum bertugas sebagai
penanggungjawab terhadap seluruh kegiatan POKDARWIS “Sekar”.
Melakukan fungsi manajemen kepada seluruh kegiatan serta menjalin
hubungan dengan lembaga desa lainnya dan lembaga luar desa.
3. Wakil Ketua dipimpin oleh Didik R, yang bertugas sebagai perwakilan dari
ketua umum jika berhalangan. Selain itu, tugas dari wakil ketua juga ikut
serta membantu ketua umum dalam merumuskan segala penyelenggaraan
kegiatan dan kebijakan POKDARWIS “Sekar”.
84
4. Sekretaris dijabat oleh Titik Widjayanti yang bertugas untuk segala urusan
administrasi dan surat menyurat yang melibatkan POKDARWIS “Sekar” dan
Kawasan Wisata Pantai Pangi.
5. Bendahara dipegang oleh Husni P, bertugas untuk mengatur keuangan dari
mulai pendapatan hingga pengeluaran yang berhubungan dengan Wisata
Pantai Pangi.
6. Seksi Ketertiban dan Keamanan dipimpin oleh Slamet R, seksi ini yang
bertanggung jawab bagi terciptanya kondisi aman dan tertib di Kawasan
Wisata Pantai Pangi.
7. Seksi Kebersihan dan Keindahan dipimpin oleh Prayitno, seksi ini yang
bertanggung jawab bagi terciptanya kondisi bersih dan indah di Kawasan
Wisata Pantai Pangi.
8. Seksi Daya Tarik Wisata dan Kenangan dipimpin oleh Siswono, seksi ini
yang bertanggung jawab untuk mengembangkan berbagai potensi sumber
daya wisata dan kekhasan/keunikan sebagai daya tarik dan unsur kenangan
setempat.
9. Seksi Hubungan Masyarakat dipimpin oleh Darmanto K, bertugas sebagai
penerima kontak wisatawan, hubungan internal, penawaran kerjasama,
promosi, pengelola akun media sosial mendelegasikan perwakilan lembaga,
dan melayani lembaga luar yang ingin melakukan kegiatan di dalam
Kawasan Pantai Pangi.
10. Seksi Pengembangan Usaha dipimpin oleh Sutik, seksi ini bertugas unti
menjalin kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam
pengembangan usaha POKDARWIS “Sekar”.
85
5.1.2 Harga TIket Masuk
Wisata Pantai Pangi menetapkan biaya yang harus dikeluarkan pengunjung
untuk menikmati keindahan wisata ini sebesar Rp.8.000,-/orang. Selain itu, biaya
parkir kendaraan motor sebesar Rp.2000,- dan kendaraan mobil Rp.4000,-.
Berikut adalah gambar tiket masuk Wisata Pantai Pangi dapat dillihat pada
gambar 7.
Gambar 7. Tiket Masuk Wisata Pantai Pangi
5.1.3 Sarana dan Prasarana Wisata Pantai Pangi
Wisata Pantai pangi merupakan kawasan wisata yang memiliki banyak
keindahan dan keunikan tersendiri, dimana para pengunjung akan disuguhi oleh
pemandangan pantai yang masih alami dan mempesona. Hamparan pasir pantai
berwarna putih dan bersih serta warna air yang biru kehijauan menambah
keindahan pantai. Selain tempat wisata, tentu perlu adanya fasilitas-fasilitas
untuk menarik wisatawan, karena fasilitas dapat menunjang kunjungan wisata
para wisatawan dan sebagai tolak ukur kepuasan dari wisatawan. Selain itu
biasanya terdapat wahana pada objek wisata berfungsi untuk membuat tempat
wisata tersebut lebih menarik.
86
a. Prasarana
Adapun prasarana pada Wisata Pantai Pangi antara lain:
1. Aksesbilitas
Prasarana jalan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
sebuah wisata. Hal tersebut dikarenakan mempengaruhi kelancaran sebagai
akses perjalanan. Dengan kondisi jalan yang baik, pengadaan wisata akan
mudah untuk dikunjungi dan pengunjung juga akan lebih senang apabila jalan
tersebut mudah untuk dilalui. Akses menuju Wisata Pantai Pangi masih belum
mendukung, hal ini dikarenakan akses jalan menuju wisata tersebut masih sulit
di lalui yaitu berupa makadam dan sedikitnya jalan yang beraspal serta banyak
jalan berlubang dan jalan terjal menuju Pantai Pangi. Selain itu, minimnya
transportasi menuju lokasi wisata yang terletak di dalam desa, hal tersebut
sedikit mempersulit bagi pengunjung yang datang dari luar kota tanpa
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, mobil pribadi. Berikut adalah
gambar kondisi jalan menuju Pantai Pangi dapat dillihat pada gambar 8.
Gambar 8. Kondisi Jalan
2. Air
Kondisi Air di Kawasan wisata Pantai Pangi jernih dan dingin, hal ini
dikarenakan Pantai Pangi ini dialiri oleh sungai yang mengalir dari Objek Wisata
87
Goa Mbultuk sehingga bisa digunakan untuk mandi, dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya sehingga menambah kenyaman para pengunjung.
3. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi Wisata Pantai Pangi masih belum mendukung. Hal
ini dikarenakan kondisi signal/jaringan masih sulit sehingga komunikasi kurang
berjalan lancar. Dimana sistem komunikasi berperan penting dalam kelancaran
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, hal ini dikarenakan dengan
sistem komunikasi yang lancar dengan didukung sinyal yang bagus membuat
para pengunjung lebih nyaman untuk berwisata.
b. Sarana
Selain prasarana, sarana merupakan bagian penting untuk menunjang
berjalannya dalam suatu kegiatan kepariwisataan Wisata Pantai Pangi guna
meningkatkan daya tarik pengunjung. Adapun sarana yang terdapat pada Pantai
Pangi antara lain:
Pintu Portal
Pintu portal yang terdapat di wisata Pantai pangi berfungsi sebagai tempat
keluar masuknya kendaraan pengunjung. Pada ini terdapat juga loket untuk
tempat menarik restribusi/tiket masuk objek wisata Pantai Pangi. Secara umum
bangunan ini berupa portal dengan pos jaga, yang mana setiap harinya terdapat
2 orang petugas pada pintu masuk keluar lokasi wisata tersebut.
Mushola
Adanya tempat ibadah di Pantai Pangi ini memudahkan wisatawan untuk
melakukan ibadah sholat. Kondisi mushola yang ada di Obyek Wisata Pantai
Pangi bersih dan rapi, dan ketersediaan air untuk wudhu atau mandi mencukupi
karena memiliki sumber air bersih, sehingga pengunjung yang akan melakukan
ibadah merasa nyaman dengan melihat kondisi tempat ibadah tersebut. Hal
88
tersebut merupakan harapan dari pengelola, dimana dengan adanya tempat
ibadah dapat memudahkan pengunjung pantai agar dapat melaksanakan ibadah
tanpa harus kuatir mencari tempat ibadah yang lokasinya jauh. Berikut adalah
gambar mushola pada Wisata Pantai Pangi dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Musholla
Toilet atau Kamar Mandi
Setiap lokasi wisata hendaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana
bagi kenyamanan pengunjung. Kamar mandi umum atau toilet yang terdapat di
Objek Wisata Pantai Pangi ini berjumlah 11 unit. 8 kamar mandi yang terletak di
bagian tengah dan dalam tempat wisata sehingga memudahkan wisatawan yang
ingin mandi atau sekedar buang air untuk mencapai kesana ditambah dengan
satu kamar mandi yang terletak di sebelah mushola, 2 kamar mandi didekat
parkiran. Toilet ini biasa digunakan pengunjung pantai untuk membuang air kecil
dan juga untuk membersihkan diri apabila sehabis bermain pasir di sekitar bibir
pantai. Berikut adalah gambar salah satu toilet pada Wisata Pantai Pangi dapat
dilihat pada gambar 10.
89
Gambar 10. Toilet/ Kamar Mandi
Penginapan
Selain wisata sehari, pentingnya penginapan untuk para pengunjung yang
ingin bersinggah dan bermalam pengunjung yang ingin menghabiskan satu hari
penuh di Kawasan Pantai Pangi dan tidur dengan suasana alam di sekitar
penginapan. Berikut adalah gambar salah satu penginapan di sekitar Wisata
Pantai Pangi dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Penginapan
Lahan Parkir
Lahan parkir kendaraan yang terletak di bagian depan tempat wisata Pantai
Pangi, dimana digunakan untuk lahan parkir motor dan lahan parkir mobil. Lahan
Parkir yang dimiliki Objek Wisata Pantai Pangi ini terbilang cukup luas. Adanya
90
fasilitas ini membuat pengunjung yang membawa kendaraan pribadi menjadi
nyaman dan merasa aman. Berikut adalah gambar lahan parkir pada Wisata
Pantai Pangi dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Lahan Parkir
Warung makanan dan Minuman
Untuk melengkapi kenyamanan dan pemenuhan kebutuhan para
pengunjung pantai, tersedia pula warung-warung makanan dan minuman yang
berupa kios-kios kecil yang terbuat dari anyaman bambu atau semi permanen
bagi wisatawan yang ingin mengisi perut mereka setelah atau sebelum
melakukan wisata. Warung makan ini menjual berbagai macam makanan antara
lain: mie instan, snack, soto, bakso, makanan laut (makanan seafood) dan lain
sebagainya. Adanya warung ini memudahkan pengunjung untuk menikmati
santapan ikan laut yang masih segar dan harga pada menu makanan laut pun
relatif murah sekitar Rp.25.000,- sudah dapat menikmati hidangan laut.
Sedangkan minuman yang disediakan antara lain: es teh, es jeruk, kopi,
minuman instan, es degan, dan lain sebagainya. Berikut adalah gambar salah
satu warung makanan dan minuman pada Wisata Pantai Pangi dapat dilihat
pada gambar 13.
91
Gambar 13. Warung makanan dan Minuman
Gazebo
Gazebo dijadikan fasilitas menunjang untuk area bersantai sekaligus tempat
berteduh dari sengatan matahari secara langsung. Kondisi tempat berteduh yang
ada di Pantai Pangi ini sudah memberikan kenyamanan karena disekitar gazebo
terdapat banyak pepohonan sehingga memberikan suasana sejuk dan
pengunjung dapat leluasa bercengkerama bersama keluarga atau rekan
kunjungannya. Kawasan Wisata Pantai Pangi ini menyediakan Gazebo dengan
sebanyak 4 unit yang dapat menampung kurang lebih 6 (enam) orang. Berikut
adalah gambar salah satu gazebo pada Wisata Pantai Pangi dapat dilihat pada
gambar 14.
Gambar 14. Gazebo
92
Tempat Sampah
Tempat sampah merupakan fasilitas penting dalam lokasi wisata untuk
menjaga lokasi wisata agar tetap bersih. JIka tempat sampah tersedia memadahi
dan tata letak yang tepat maka pengunjung tidak akan membuang sampah
sembarangan. Tempat sampah yang tersedia di Kawasan Pantai Pangi ini sudah
tersedia 10 (sepuluh) buah. Berikut adalah gambar salah satu tempat sampah
pada Wisata Pantai Pangi dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Tempat Sampah
Wahana
Wahana juga dapat mendukung dalam pengembangan wisata, dimana
membuat tempat wisata tersebut menjadi lebih menarik. Beberapa wahana yang
ditawarkan oleh Kawasan Wisata Pantai Pangi antara lain :
a. Wahana Menikmati Keindahan Pantai
Kawasan Wisata Pantai Pangi menyediakan wahana menikmati keindahan
pantai berupa tempat duduk-duduk di tepi pantai, dimana pengunjung dapat
memanfaatkan tempat duduk tersebut untuk keperluan beristirahat serta
menikmati keindahan Pantai Pangi yang sejuk dan alami. Berikut adalah
gambar salah satu tempat duduk pada Wisata Pantai Pangi yang dijadikan
sebagai wahana menikmati keindahan pantai dapat dilihat pada gambar 16.
93
Gambar 16. Wahana Menikmati Pantai
b. Playground Anak Anak
Pantai pangi menyediakan wahana tempat bermain seperti ayunan, jungkat-
jungkit, prosotan, dan lain-lain. Pihak pengelola mengharapkan dengan adanya
wahana tersebut Pantai Pangi ini memberikan kenyamanan bukan hanya untuk
kalangan dewasa namun juga untuk anak-anak sehingga cocok digunakan untuk
berlibur bersama keluarga. Berikut adalah gambar wahana playround pada
Wisata Pantai Pangi dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Wahana Playround Pada Wisata Pantai Pangi
c. Wisata Cemoro Sewu
Keadaan sekitar tepian pantai juga tak kalah menariknya, dimana Wisata
Pantai pangi ini menyediakan wisata cemoro sewu dengan daun-daun lebat dan
rindang disekitar tepi pantai, sehingga pantai ini terlihat asri dan sejuk. Selain itu,
Pantai ini menyajikan sebuah pemandangan pantai yang jarang ditemui di
94
daerah lain serta dijadikan spots baground untuk berfoto-foto. Wisata Cemoro
Sewu dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Pantai Pangi.
Berikut adalah gambar wahana wisata cemoro sewu pada Wisata Pantai Pangi
dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18. Wahana Wisata Cemoro Sewu Pada Wisata Pantai Pangi
d. Susur Muara Sungai Menggunakan Perahu.
Wisata Pantai pangi menyediakan wahana perahu kecil untuk menyusuri
keindahan muara sungai yang bermuara di Pantai Pangi. Dimana dengan
membayar Rp.5.000,- per orang untuk sekali jalan, kita dapat melihat indahnya
kehidupan satwa di sekitar muara sungai, aliran air yang tenang dan jernih, serta
tanaman-tanaman mangrove di sekitar tepi sungai, dll. Berikut adalah gambar
wahana susur muara sungai menggunakan perahu pada Wisata Pantai Pangi
dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19. Wahana Susur Muara Sungai Menggunakan Perahu
95
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yaitu menguraikan deskripsi identitas responden
menurut sampel penelitian yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan dengan
deskripsi karakteristik responden adalah memberikan gambaran yang menjadi
sampel dalam penelitian ini (Padjalangi, 2012).
Profil deskripsi karakteristik responden Pantai Pangi berdasarkan gambaran
umum dalam pengukuran jumlah sampel menggunakan rumus linier time
function dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling. Dari perhitungan tersebut didapatkan 48 responden/pengunjung
yang mampu mewakili semua pengunjung dan menggambarkan kondisi yang
sebenarnya wisata Pantai Pangi. Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan selama 2 minggu yakni pada hari sabtu dan minggu. Kedua hari
tersebut jumlah pengunjung cukup banyak dikarenakan hari tersebut merupakan
hari libur/akhir pekan. Karakteristik wisatawan pada penelitian ini adalah
berdasarkan jenis kelamin, daerah asal, usia, tingkat pendidikan terakhir,
pekerjaan, rata-rata pendapatan per bulan, jumlah kunjungan dan sumber
informasi. Berdasarkan kuisioner yang disebar diperoleh karakteristik responden
sebagai berikut :
5.2.1 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik yang berperan penting
dalam menentukan suatu keputusan. Laki-laki dan perempuan memiliki tujuan
yang berbeda, salah satunya dalam menentukan suatu tempat berkunjung.
Berikut ini karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 11.
96
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 25 52,08
2 Perempuan 23 47,92
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 11, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
didapatkan hasil bahwa pengunjung yang mendominasi yaitu pengunjung yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang atau 52,08% yang berjenis kelamin
laki-laki, sedangkan sebanyak 23 orang atau 47,92% yang berjenis kelamin
perempuan. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengunjung Objek Wisata
Pantai Pangi laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang tidak jauh
berbeda atau hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa Objek Wisata
Pantai Pangi tidak hanya dikunjungi laki-laki saja namun perempuan juga dapat
berkunjung ke wisata tersebut dikarenakan pengelola Objek Wisata Pantai Pangi
tidak membedakan jenis kelamin setiap pengunjungnya.
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal
Daerah asal menjadi salah satu bagian penting dari karakteristik responden,
hal ini dikarenakan setiap wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangi berasal
dari daerah yang berbeda-beda. Semakin jauh daerah asal wisatawan dengan
daerah wisata maka akan semakin memberi rasa penasaran terhadap wisata
tersebut. Karakteristik responden berdasarkan daerah asal diperoleh dari
pengisian alamat yang dicantumkan pada lembar kuesioner. Berikut ini
karakteristik responden berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada tabel 12.
97
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal
No Daerah asal Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Jumlah Dalam Kabupaten 22 45,83
2 Luar Kabupaten
- Malang 3 6,25 - Kediri 4 8,33 - Surabaya 5 10,42 - Trenggalek 2 4,17 - Sidoarjo 2 4,17 - Tulungagung 9 18,75
- Gresik 1 2,08
Jumlah Luar Kabupaten 26 54,17
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 12, karakteristik responden berdasarkan daerah asal
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden yang berkunjung ke Pantai
Pangi berasal dari luar kabupaten yaitu sebanyak 26 orang pada persentase
54,17%, diantaranya responden berasal dari Malang, Kediri, Surabaya,
Trenggalek, Sidoarjo, Tulungagung, dan Gresik. Sedangkan persentase
responden yang berkunjung ke Pantai Pangi berasal dari dalam kabupaten yaitu
sebanyak 45,83%. Sebaran daerah asal responden menunjukkan bahwa
wisatawan tidak hanya ditujukan bagi wisatawan asal Kabupaten Blitar saja
namun dapat dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Blitar.
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia seseorang dapat mempengaruhi sikap atau tindakan dalam
menentukan pengalaman hidupnya, salah satunya dalam berwisata. Usia
seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang secara fisik,
yang memungkinkan terjadinya pertimbangan bagi seseorang tersebut dalam
berwisata. Pada penelitian ini responden dipilih mulai dari usia 15 karena pada
usia tersebut dianggap bahwa responden sudah dapat memahami apapun yang
disampaikan oleh peneliti. Adapun karakteristik responden berdasarkan usia
dapat dilihat pada tabel 13.
98
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 15-25 tahun 37 77,08
2 26-35 tahun 5 10,42
3 37-47 tahun 4 8,33 4 >48 tahun 2 4,17
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017.
Berdasarkan tabel 13, karakteristik responden berdasarkan Usia didapatkan
hasil bahwa responden yang berkunjung didominasi oleh mereka yang
berusia 15-25 tahun dengan persentase 77,08% karena pada hari kerja
maupun hari libur pengunjung dengan usia 15-25 tahun tidak terikat dengan
berbagai waktu, sedangkan minoritas responden berada pada kelompok usia
diatas 48 tahun dengan persentase 4,17% karena beberapa kesibukan atau
lebih suka berwisata ketempat yang lebih sesuai. Sebaran kelompok umur
responden menunjukkan bahwa Wisata Pantai Pangi merupakan wisata yang
dapat dinikmati oleh semua usia karena suasana tempat wisata yang alami serta
sarana dan prasarana yang yang tersedia untuk semua kalangan.
5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan wisatawan selaku responden merupakan salah satu
karakteristik yang penting dalam melihat pola pikir seseorang karena dapat
memberikan pengetahuan tentang apa yang akan ditentukan. Adapun
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel
14.
Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 0 0
2 SMP 2 4,17
3 SMA 17 35,41
4 Diploma/Akademi/Sarjana 29 60,42
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
99
Berdasarkan tabel 14, karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan didapatkan hasil bahwa mayoritas (95%) responden memiliki
pendidikan terakhir SMA dan Diploma/Akademi/Sarjana, sedangkan minoritas
(5%) berpendidikan terakhir SD dan SMP sehingga dapat digambarkan bahwa
wisatawan yang berkunjung ke wisata Pantai Pangi sudah peduli terhadap
pendidikan dan banyak diminati dari segala golongan.
5.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi tujuan
wisata karena tujuan wisata juga berhubungan dengan pendapatan dari
pengunjung. Pengunjung akan menyesuaikan tujuan wisata sesuai dengan
pendapatannya. Berikut ini merupakan hasil kuisioner karakteristik responden
berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Ibu Rumah tangga 3 6,25
2 Pelajar dan Mahasiswa
27 56,25
3 PNS 2 4,17
4 Wiraswasta 4 8,33
5 Lainnya 12 25
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 15, karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
didapatkan hasil bahwa responden yang berkunjung ke Pantai Pangi sebagian
besar berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 27 orang (56,25%)
karena pelajar ataupun mahasiswa mempunyai waktu luang lebih banyak untuk
melakukan kunjungan, hal ini dikarenakan tidak terikatnya dengan berbagai
waktu bagi mereka untuk menghilangkan kepenatan setelah aktivitas disekolah.
Sedangkan sisanya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 3 orang
(6,25%), PNS sebanyak 2 orang (4,17%), Wiraswasta sebanyak 4 orang (8,335),
100
dan terakhir berprofesi lainnya sebanyak 12 orang (25%) juga melakukan
kunjungan dikarenakan anak-anak mereka juga ikut berlibur dan sejenak
melepas lelah setelah berbagai aktivitas di rumah. Sehingga menjadi tujuan
wisata bagi pengunjung dengan berbagai jenis pekerjaan.
5.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Tingkat pendapatan seseorang merupakan karakteristik yang mendukung
untuk mengetahui dan menentukan perilaku seseorang dalam melakukan
tindakan. Berikut ini merupakan hasil kuisioner karakteristik responden
berdasarkan pendapatan perbulan dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No. Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < Rp.500.000 24 50
2 Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 18 37,51
3 Rp.3.000.000 – Rp.4.000.000 4 8,33
4 > Rp.5.000.000 2 4,16
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 15, karakteristik responden berdasarkan pendapatan
perbulan didapatkan hasil bahwa mayoritas wisatawan memiliki pendapatan per
bulan sebesar < Rp.500.000 yaitu sebanyak 24 orang pada persentase 50%
karena responden sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa yang hanya
mendapatkan uang saku dari orang tua mereka sehingga pendapatan mereka
disisihkan untuk berlibur ke tempat wisata Pantai Pangi. Sedangkan minoritas
pendapatan perbulan sebesar >Rp.5000.000 sebanyak 2 orang 4,16%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pantai Pangi ini dapat dikunjungi oleh
segala golongan pendapatan baik pendapatan kecil maupun besar.
101
5.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah kunjungan
Jumlah kunjungan yang menjadi salah satu karakteristik responden dipilih
untuk mengetahui berapa banyak wisatawan yang merasa puas menikmati
pemandangan dan keindahan alam di Kawasan Wisata Pantai Pangi sehingga
menimbulkan keputusan wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali.
Berikut ini merupakan hasil kuisioner karakteristik responden berdasarkan jumlah
kunjungan dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan
No. Jumlah Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1 kali 29 60,42
2 2 kali 13 27,08
3 3 kali 5 10,42
4 > 5 kali 1 2,08
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 17, karakteristik responden berdasarkan jumlah
kunjungan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden Pantai Pangi
melakukan kunjungan sebanyak 1 kali yatu sebesar 60,42%. Hal ini disebabkan
karena Kawasan Wisata Pantai Pangi merupakan tempat wisata yang tergolong
baru. Selain itu, terdapat pula wisatawan yang melakukan kunjungan lebih dari 1
kali dikarenakan keindahan Objek wisata Pantai Pangi itu sendiri dan potensi-
potensi lain yang dimiliki.
5.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Setiap orang memiliki sumber informasi wisata yang berbeda dari wisatawan
lainnya, Sumber informasi merupakan karakteristik yang tepat diteliti karena
menentukan antusias seseorang untuk berkunjung. Berikut ini merupakan hasil
kuisioner karakteristik responden berdasarkan sumber Informasi dapat dilihat
pada tabel 18.
102
Tabel 18. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi
No. Sumber Informasi Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Keluarga 4 8,33
2 Teman 28 58,33
3 Tetangga 0 0
4 Internet 13 27,09
5 Lainnya 3 6,25
Jumlah 48 100 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 18, karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengetahui wisata Pantai
pangi dari teman yaitu sebanyak 28 orang pada persentase 58,33%. Selain itu
juga didapatkan informasi dari internet sebanyak 13 orang pada persentase
27,09%, dari keluarga 4 orang pada persentase 8,33%, dan dari lainya sebanyak
3 orang pada persentase 6,25%. Hal ini menunjukkan bahwa informasi dari teman,
internet, keluarga,dan lainnya sangat efektif yang dapat meningkatkan angka
kunjungan ke Wisata Pantai Pangi.
5.3 Pengelolaan Wisata Pantai Pangi, Kabupaten Blitar
Pengelolaan yang dilakukan oleh POKDARWIS Wisata Pantai Pangi yaitu
dikelompokkan menjadi 4 (empat) fungsi diantaranya perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating) dan pengawasan
(controlling). Berikut adalah penjabaran dari pengelolaan Wisata Pantai Pangi :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan pemilihan sekumpulan dari berapa keputusan yang
akan dilakukan, bagaimana, kapan, dan oleh siapa. Perencanaan yang lebih baik
dapat dicapai dengan mempertimbangkan waktu yang akan datang dimana suatu
perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan dan dilaksanakan (Arif, 2008).
Perencanaan pengembangan obyek wisata merupakan hal yang sangat
penting demi meningkatnya kualitas obyek wisata tersebut. Namun dalam
103
perencanaan Obyek Wisata Pantai Pangi ini dalam konsep pikiran seseorang
yaitu Bapak Bagyo selaku kepala POKDARWIS, dimana perencanaan tersebut
belum tertuang dalam bentuk dokumentasi atau belum dimusyarahkan dengan
anggota POKDARWIS lainnya. Perencanaan pengembangan diantaranya
pembangunan gapura pintu masuk, pemasangan baliho, spanduk di tempat-
tempat obyek wisata, penambahan gazebo untuk memberikan kenyamanan
pengunjung dan penambahan wahana menambah daya tarik wisatawan yang
berkunjung ke Pantai Pangi.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengertian pengorganisasian/organizing adalah membagi suatu kegiatan
besar menjadi suatu kegiatan-kegiatan kecil dengan membagi dalam setiap
tugas agar tercapainya suatu tujuan dengan lebih mudah (Arif, 2008).
Wisata Pantai Pangi ini dikelola oleh Bapak Bagyo selaku Kepala Pengelola
POKDARWIS ‘‘Sekar” dimana memiliki tugas mengawasi, mengelola serta
mengontrol seluruh kinerja bawahannya, antara lain:
Penjaga tiket:
Mengawasi petugas penjaga tiket dibantu oleh 2 orang yang bertugas
memberi tiket dan mengontrol pengunjung yang datang. Jam kerja petugas
Wisata Pantai Pangi yaitu jam 08.00-16.00 WIB.
Keamanan
Memberikan arahan dan masukan kepada petugas parkir yang bertugas
mengamankan kendaraan pengunjung selain itu juga membantu mengamankan
area wisata yaitu guna untuk mengantisipasi atau mencegah kasus kejahatan di
Kawasan Wisata Pantai Pangi.
c. Pergerakan (Actuating)
Pelaksanaan bagian dari manajemen yang berfungsi menjalankan segala
kegiatan guna tercapainya tujuan yang sudah direncakanan di awal, dan tujuan
104
tidak akan tercapai kalau tidak ada pelaksanaan, oleh karena itu pelaksanaan
sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan tersebut (Arif, 2008)
Upaya yang dapat meningkatkan kinerja tenaga kerja bisa dilakukan dengan
melakukan pendekatan-pendekatan dan perkumpulan dalam Kelompok Sadar
Wisata sehingga terjalin komunikasi yang baik antar keduanya. Dengan demikian
tenaga kerja merasa nyaman dan tidak tertekan dalam melakukan pekerjaannya.
Selain itu juga masyarakat sekitar diberikan izin pada masyarakat sekitar Pantai
Pangi untuk membuka usaha di area wisata dengan catatan asli penduduk
sekitar bukan pendatang.
d. Pengawasan (Controlling).
Pengawasan bagian dari manajemen yang berfungsi untuk mengawasi,
mengevaluasi, memantau pelaksanaan kegiatan apa yang sudah sesuai dengan
rencana awal yang ditentukan. Mekanisme yang dilakukan adalah dengan
membandingkan hasil yang dicapai dengan target yang ingin dicapai (Arif, 2008).
Pengawasan pada Objek Wisata Pantai Pangi dengan memperhatikan kinerja
tenaga lapang dari segi kebersihan, keamanan di area wisata dan lain-lain.
5.4. Sikap Responden
Penentu sikap responden Objek Wisata Pantai Pangi dengan menggunakan
metode incidental sampling. Dimana responden Wisata Pantai Pangi mereka
yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan dirasa cocok sebagai responden
melalui kuisioner. Ketika peneliti melakukan penelitian, tidak ditemukan
wisatawan asing yang berkunjung ke Pantai Pangi. Oleh karena tergolong dalam
Domestic tourist yang artinya orang yang melakukan perjalanan wisata dalam
batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan.
Tahap pengolahan menggunakan rumus Linier Time Function (LTF) dengan
mengambil sampel yang didasarkan kendala waktu penelitian sehingga pada
105
metode incidental sampling didapatkan hasil 48 sampel pengunjung.
Pengambilan sampel diambil pada hari libur yaitu sabtu dan minggu dengan
pertimbangan hari libur merupakan waktu yang sangat tepat untuk pengambilan
sampel penelitian serta memudahkan peneliti. Sikap responden akan dibahas
pada penelitian ini didasarkan pada 22 pernyataan yang digunakan sebagai
objek dan akumulasi kuesioner, sehingga berdasarkan tipe skala pengukuran
diolah dengan menggunakan Skala Likert dengan mengakumulasi skor untuk
mendapatkan kesimpulan data interval sejauh mana tanggapan responden
mengenai Objek Wisata Pantai Pangi.
Hasil tabulasi sikap responden dari 22 pernyataan rata-rata terletak pada
kategori kuat dan sangat kuat. Artinya pada kategori kuat, reponden setuju
dengan pernyataan tersebut, dengan kriteria interpretasi skor 61% - 80% dan
untuk kategori sangat kuat, reponden sangat setuju dengan pernyataan tersebut,
dengan kriteria interpretasi skor skor 81% - 100%. Sikap responden tersebut dan
hasil wawancara dengan kepala pengelola dijadikan penentuan dalam
menentukan kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman pada matrik IFE dan
EFE. Tabulasi sikap responden dapat dilihat pada tabel 19.
106
Tabel 19. Tabulasi sikap responden dapat dilihat pada tabel 19.
No. Pernyataan SS (%)
S (%)
TS (%)
STS (%)
Jumlah Skor total
ideal
Persentase Skor
Ordinal Keterangan
1 Keindahan 38 60 2 0 208 86,7 sangat kuat 2 Kebersihan 6 19 63 13 117 50,4 cukup 3 Adanya Kesenian dan
budaya lokal 8 71 21 0 176 73,3 Kuat 4 Jalan sulit dilalui 65 132 4 0 201 83,8 sangat kuat 5 Tersedianya parkir 19 81 0 0 201 83,8 sangat kuat 6 Tersedianya warung 27 140 0 0 205 85,4 sangat kuat 7 Tersedianya mushola 17 75 8 0 192 80 Kuat 8 Tersedianya toilet 10 85 4 0 193 80,4 Kuat 9 Tersedianya
penginapan 10 116 18 8 153 63,3 Kuat 10 Jaringan telekomunikasi
kurang memadahi 13 79 8 0 190 79,2 Kuat 11 Tersedianya Gazebo 19 67 15 0 187 77,9 Kuat 12 Wahana playground 8 79 13 0 184 76,6 Kuat 13 Wahana susur muara
sungai 18 60 16 2 179 74,6 Kuat 14 Wahana cemoro sewu 25 71 4 0 200 83,3 sangat kuat 15 Promosi (kerjasama
dengan pemerintah) 19 69 8 4 187 77,9 Kuat 16 Promosi media sosial 23 73 4 0 199 82,9 sangat kuat 17 Tiket masuk terjangkau 4 71 25 0 170 65,8 Kuat 18 Keramanan pengelola 17 71 8 4 186 77,5 Kuat 19 Keramahan masyarakat 8 79 13 0 184 76,7 Kuat 20 Masyarakat
menyediakan keperluan wisatawan 13 67 17 4 176 73,3 Kuat
21 Kecenderungan memilih wisata alam 23 71 6 0 197 82,1 sangat kuat
22 Kecenderungan berkunjung kembali 17 63 15 6 177 73,8 Kuat
Sumber : Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berikut adalah penjabaran dari pernyataan-pernyataan tanggapan (sikap)
responden terhadap Objek Wisata Pantai Pangi diantaranya :
5.4.1 Sikap Responden Terhadap Keindahan
Sikap responden terhadap keindahan alam yang asri menjadikan daya tarik
wisata dapat dilihat pada tabel 20.
107
Tabel 20. Sikap Responden Terhadap Keindahan
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Skor Responden Persentase (%)
1. Keindahan alam yang asri menjadikan daya tarik wisata
Sangat Setuju (SS) 18 38 90
Setuju (S) 29 60 116
Tidak Setuju (TS) 1 2 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah
48 100 208
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 19, dilihat bahwa sebagian responden setuju dengan
pernyataan keindahan alam yang asri menjadikan daya tarik untuk berwisata.
Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
18 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 18 x 5 = 90
29 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 29 x 4 = 116
1 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 1 x 2 = 2
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 208
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 208. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 208/240 x 100% = 86,7%
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
keindahan alam yang asri menjadikan daya tarik wisata didapat hasil dalam
kategori sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa keindahan Objek Wisata
Pantai Pangi memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berwisata.
Perhitungan tabulasi tersebut menghasilkan sikap sangat positif, artinya pola
108
sikap responden (pengunjung) mengindikasi sangat positif didasarkan pada
aspek konatif yaitu berhubungan dengan kecenderungan berbuat sesuatu atau
berpendapat sesuai dengan kenyataan tersebut dan terdapat hubungan orientasi
searah sikap antara sikap sangat positif dengan keindahan Objek Wisata Pantai
Pangi. Berikut hasil kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden
terhadap Pantai Pangi, dimana 12 responden dari 48 responden memberi
jawaban yang terkait dengan keindahan Pantai Pangi, dapat dilihat pada tabel
21.
Tabel 21. Hasil Kuesioner Terkait Keindahan
No Nama Alamat Pendapat Terkait Keindahan Wisata
Pantai Pangi
1. Ika Septyani Malang - Tempat yang nyaman dan indah,
banyak spots untuk berfoto, bagus
untuk berkunjung dengan pasangan
atau keluarga
2. Dola Kediri - Pantai yang asri, pasir yang bersih
3. Denianto Blitar - Keindahan Pantainya tidak
terkalahkan
4. Indah Lutfi Tulungagung - Pantai Pangi memiliki daya tarik
tersendiri dengan kealamiah yang
masih terjaga dengan baik, dengan
pemandangan yang indah, sejuk dan
nyaman untuk santai bareng
dikeluarga, pacar maupun teman dan
sanak saudara
5. Sylvi Sidoarjo - Keindahan masih terjaga, nyaman
untuk bersantai dan dijadikan spots
untuk berfoto
6. M. Mahmud Blitar - Tempatnya masih asri dan memiliki
pasir putih
7. Ferdiansyah Blitar - Indahnya Pantai Pangi, seru untuk
berliburan, ombaknya tidak terlalu
besar, aman untuk berenang bermain
air disana
8. Hana Arisa Blitar - Bagus, indah,menarik dikunjungi,
nyaman untuk bersantai
9. Zahratus S Tulungagung - Indahnya Pantai pangi
10. Danang H. Tulungagung - Pemandangan yang indah, nyaman
untuk dikunjungi lagi
11. Yuni S. Blitar - Pantainya indah dan sejuk
12. Pukah Blitar - Pantainya ndah, cocok untuk refresing
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
109
Dari tabel hasil koesioner terkait keindahan disimpulkan bahwa responden
setuju dengan pernyataan keindahan alam yang asri. Keindahan yang asri
dijadikan keunggulan bagi objek wisata tersebut guna menarik minat pengunjung
datang berlibur ke Pantai Pangi.
5.4.2 Sikap Responden Terhadap Kebersihan
Sikap responden terhadap kebersihan kawasan objek wisata dapat dilihat
pada tabel 22.
Tabel 22. Sikap Responden Terhadap Kebersihan
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
2 Objek wisata terjaga kebersihannya
Sangat Setuju (SS)
3 6 15
Setuju (S) 9 19 36
Tidak Setuju (TS) 30 63 60
Sangat Tidak Setuju (STS)
6 13 6
Jumlah 48 100 117
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Hasil data dianalisis dengan menghitung data jawaban rata - rata berdasar
skoring tiap responden (pengunjung wisata). Berdasar skoring yang telah
ditetapkan sebagai berikut :
3 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 3 x 5 = 15
9 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 9 x 4 = 36
30 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 30 x 2= 60
6 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 6 x 1= 46
Jumlah Total Skor = 117
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 117. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 117/240 x 100% = 50,4%
masuk dalam kategori “cukup”. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan kawasan
110
wisata Pantai Pangi masih belum terjaga. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat
skala ordinal dibawah ini
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
kebersihan kawasan objek wisata mempengaruhi daya tarik pengunjung.
Perhitungan tabulasi tersebut menghasilkan sikap cukup negatif, artinya pola
sikap responden (pengunjung) mengindikasi negatif didasarkan pada aspek
konatif yaitu kecenderungan menilai suatu objek wisata dengan melihat
kenyataan kondisi kebersihan lingkungan. Berikut hasil kuisioner mengenai
pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi, dimana 2 responden
dari 48 responden memberi jawaban yang terkait dengan kebersihan Pantai
Pangi, dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. Hasil Kuesioner Terkait Kebersihan
No Nama Alamat Pendapat terkait kebersihan
Pantai Pangi
1. Jati Febrianto
Blitar Pantainya indah, mempesona, namun disayangkan banyaknya sampah berserakan di tepi pantai
2. Febry Blitar Pantainya masih alami, tidak terlalu kotor cocok untuk ngecamp disini, namun perlu ditingkatkan kebersihannya.
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
Dari tabel hasil koesioner terkait kebersihan Pantai Pangi disimpulkan bahwa
kondisi kebersihan Kawasan Pantai Pangi belum terjaga. Dengan kondisi
kebersihan yang kurang terjaga, membuat ketidanyamanan pengunjung
sehingga akan berpengaruh terhadap minat pengujung untuk berkunjung ke
Pantai Pangi.
111
5.4.3 Sikap Responden Terhadap Kesenian Dan Budaya Lokal
Sikap responden terhadap kesenian dan budaya lokal dapat dilihat pada
tabel 24.
Tabel 24. Sikap Responden Terhadap Kesenian dan budaya lokal
No
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
3 Adanya kesenian dan budaya lokal
Sangat Setuju (SS) 4 8 20
Setuju (S) 34 71 136
Tidak Setuju (TS) 10 21 20 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 176 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 24, dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju
dengan pernyataan adanya kesenian dan budaya lokal pada Objek Wisata
Pantai Pangi. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
4 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 4x 5 = 20
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 34 x 4 = 136
10 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 10 x 2= 20
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 176
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 176. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 176/240 x 100% =
73,3%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
adanya kesenian dan budaya lokal pada Objek Wisata Pantai Pangi didapat hasil
dalam kategori masuk dalam kategori “kuat”. Hal ini menunjukkan bahwa
112
adanya kesenian dan budaya lokal pada Objek Wisata Pantai Pangi. Perhitungan
tabulasi tersebut menghasilkan sikap positif, artinya pola sikap responden
(pengunjung) mengindikasi positif didasarkan pada aspek konatif yaitu
berhubungan dengan kecenderungan berbuat sesuatu atau berpendapat sesuai
dengan kenyataan tersebut dan terdapat hubungan orientasi searah sikap antara
sikap positif dengan adanya kesenian dan budaya lokal pada Objek Wisata
Pantai Pangi. Dimana tidak adanya responden yang berpendapat mengenai
kesan terakhir responden terkait dengan kesenian dan budaya lokal.
5.4.4. Sikap Responden Terhadap Akses Jalan
Sikap responden terhadap akses jalan menuju objek wisata dapat dilihat
pada tabel 25.
Tabel 25. Sikap Responden Terhadap Akses Jalan
No
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
4 Jalan menuju objek wisata sulit dilalui
Sangat Setuju (SS) 13 27 65
Setuju (S) 33 69 132
Tidak Setuju (TS) 2 4 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 201 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 25, dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju
dengan pernyataan jalan menuju objek wisata sulit dilalui. Dari data diatas, dapat
ditentukan total skor dengan perhitungan:
0 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 13 x 5 = 65
0 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 33 x 4 = 132
35 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 2 x 2 = 4
13 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 201
113
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 201. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 201/240 x 100% = 83,8%
masuk dalam kategori “sangat kuat”. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala
ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
jalan menuju ke objek wisata Pantai Pangi dapat dilalui dengan mudah, Peneliti
mendapati hasil tabulasi masuk ke dalam kategori sangat kuat. Terbukti dari
hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara sikap pengunjung
menyatakan sangat positif terhadap akses jalan. Artinya sikap sangat positif
tersebut didasarkan pada aspek konatif yaitu kecenderungan menilai suatu objek
wisata dengan melihat kenyataan kondisi jalan, terdapat orientasi hubungan yang
searah antara sikap sangat positif pengunjung dengan kondisi akses jalan.
Dimana berdasarkan kenyataan lapang bahwa kondisi akses jalan yang sulit
untuk dilalui, banyak jalan berlubang dan jalan terjal menuju Pantai Pangi.
Berikut hasil kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden terhadap
Pantai Pangi, dimana 4 responden dari 48 responden memberi jawaban yang
terkait dengan akses jalan Pantai Pangi, dapat dilihat pada tabel 26.
114
Tabel 26. Hasil Kuesioner Terkait Akses jalan Pantai Pangi
No Nama Alamat Pendapat terkait Akses Jalan
Pantai Pangi
1. Dika Dendi Blitar Masih belum banyak dikunjungi oleh masyarakat, indah pantainya tapi sayangnya jalannya menegangkan, banyak jalan yang rusak
2. Ulum Huda Malang Pantai yang asri, pasir yang bersih. cukup sulit utk sampai disini jika menggunakan mobil
3. Vebby Masita
Tulungagung Exsplore blitar, keren untuk dikunjungi, medan nya euy bikin greget
4. Rizky K Surabaya Kondisi jalan menegangkan tapi terbayarkan dengan keindahan pantai
Sumber : Data Primer (diolah), 2017 Dari tabel hasil koesioner terkait akses jalan menuju Pantai Pangi disimpulkan
bahwa kondisi akses jalan menuju Kawasan Pantai Pangi belum memadahi. Hal
ini didukung jawaban responden diatas kondisi jalan menegangkan dan banyak
jalan yang rusak. Sehingga dengan kondisi jalan yang rusak akan mempengaruhi
minat pengunjung.
5.4.5 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Tempat Parkir
Sikap responden terhadap ketersediaan fasilitas tempat parkir dapat dilihat pada
tabel 27.
Tabel 27. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Tempat Parkir
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
5 Objek wisata menyediakan fasilitas parkir
Sangat Setuju (SS) 9 19 45
Setuju (S) 39 81 156
Tidak Setuju (TS) 0 0 0 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 201 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 27, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan Objek wisata menyediakan fasilitas parkir bagi kendaraan
pengunjung. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
9 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 9 x 5 = 45
115
39 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 39 x 4 = 156
0 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 0 x 2 = 0
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 201
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 201. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 201/240 x 100% =
83,8%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
Objek wisata Pantai Pangi menyediakan fasilitas parkir bagi kendaraan
pengunjung didapat hasil dalam kategori sangat kuat. Hal ini menunjukkan
bahwa tempat parkir di kawasan objek wisata Pantai Pangi sudah memadai.
Dalam kategori tersebut, mengindikasi sikap sangat positif terhadap fasilitas
parkir yang berpengaruh pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut
didasarkan pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman
wisatawan baik individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan
suatu objek. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara
sikap pengunjung menyatakan sangat positif terhadap fasilitas tempat parkir di
kawasan Objek Wisata Pantai Pangi yang cukup luas. Sehingga membuat
pengunjung merasa nyaman dan aman. Dimana tidak adanya responden yang
berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait dengan fasilitas tempat
parkir.
116
5.4.6 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Warung Makanan dan
Minuman
Sikap responden terhadap ketersediaan warung makanan dan minuman
dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Sikap responden Terhadap Ketersediaan Warung
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
6 Tersedia warung makanan dan minuman
Sangat Setuju (SS) 13 27 65
Setuju (S) 35 73 140
Tidak Setuju (TS) 0 0 0 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 205 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 28, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan tersedianya warung makanan dan minuman. Dari data
diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
13 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 13 x 5 = 65
35 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 35 x 4 = 140
0 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 0 x 2 = 0
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 205
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 205. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 205/240 x 100% =
85,4%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
117
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
ketersediaan warung makanan dan minuman di kawasan objek wisata Pantai
Pangi didapat hasil dalam kategori sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
tersedianya warung makanan dan minuman. Dalam kategori tersebut,
mengindikasi sikap sangat positif terhadap tersedianya warung makanan dan
minum di Kawasan Wisata Pantai Pangi yang berpengaruh pada kepuasan
pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek kognitif yaitu
berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun kelompok
bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Sehingga dengan adanya
warung makan dan minuman, pengunjung dapat dengan mudah untuk membeli
makanan dan minuman yang diinginkan. Dimana tidak adanya responden yang
berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait dengan kesediaan
warung makanan dan minuman.
5.4.7 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Tempat Ibadah
Sikap responden terhadap ketersediaan tempat ibadah dapat dilihat pada
tabel 29.
Tabel 29. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Tempat Ibadah
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
7 Objek wisata menyediakan fasilitas Tempat Ibadah
Sangat Setuju (SS) 8 17 40
Setuju (S) 36 75 144
Tidak Setuju (TS) 4 8 8 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 192 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 29, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju dengan
pernyataan Objek wisata menyediakan fasilitas tempat ibadah. Dari data diatas,
dapat ditentukan total skor dengan perhitungan
8 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 8 x 5 = 40
118
36 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 36 x 4 = 144
4 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 4 x 2 = 8
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 192
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 192. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 192/240 x 100% = 80,0%
masuk dalam kategori “kuat”. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas tempat
ibadah di Kawasan Objek wisata sudah memadai. Untuk lebih jelasnya, dapat
melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Dalam kategori tersebut, mengindikasi sikap positif terhadap fasilitas tempat
ibadah yang berpengaruh pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut
didasarkan pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman
wisatawan baik individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan
suatu objek, terbukti dari hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara
sikap pengunjung menyatakan sikap positif terhadap fasilitas tempat ibadah,
sehingga dengan adanya tempat ibadah bagi yang beragama islam, pengunjung
tidak perlu jauh-jauh mencari tempat ibadah. Berikut hasil kuisioner mengenai
pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi, dimana 2 responden
dari 48 responden memberi jawaban yang terkait dengan fasilitas tempat ibadah,
dapat dilahat pada tabel 30.
119
Tabel 30. Hasil Kuesioner Terkait fasilitas Tempat Ibadah
No Nama Alamat Pendapat Terkait Fasilitas Tempat Ibadah
1. Haminah Nglegok Termasuk pantai yang menarik untuk dikunjungi, fasilitasnya sudah mendukung, sudah tersedia mushola tapi perlu diperbaiki
2. Tyas Blitar Pantai sejuk, rindang, dan tersedia sarana sholat dan kamar mandi
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
Dari tabel hasil koesioner terkait fasilitas tempat ibadah disimpulkan bahwa
sudah adanya fasilitas tempat ibadah di Kawasan Pantai Pangi namun perlunya
perbaikan guna menambah kenyamanan pengunjung yang berkunjung ke Pantai
Pangi.
5.4.8 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Toilet dan Sumber Air
Bersih Di Kawasan Objek Wisata
Sikap responden terhadap Ketersediaan toilet dan sumber air bersih (air
tawar) dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Toilet dan Sumber Air Bersih
No. Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Responden Persentase (%) Skor
8 Tersedianya toilet dan sumber air bersih (air tawar)
Sangat Setuju (SS) 5 10 25
Setuju (S) 41 85 164
Tidak Setuju (TS) 2 4 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 193 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 31, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju dengan
pernyataan tersedianya toilet dan sumber air bersih (air tawar). Dari data diatas,
dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
5 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 5 x 5 = 25
41 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 41 x 4 = 164
2 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 2 x 2 = 4
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
120
Jumlah Total Skor = 193
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 193. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 193/240 x 100% = 80,4%
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
tersedianya toilet dan sumber air bersih (air tawar) di kawasan objek wisata
Pantai Pangi. Peneliti mendapati hasil tabulasi masuk ke dalam kategori kuat.
Dalam kategori tersebut, mengindikasi sikap positif terhadap tersedianya toilet
dan air bersih di Kawasan Wisata Pantai Pangi yang berpengaruh pada
kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek kognitif
yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun
kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Dengan
ketersediaan toilet dan sumber air bersih (air tawar) di Kawasan Objek Wisata
Pantai Pangi, memudahkan pengunjung membilas diri setelah bermain air pantai
ataupun mandi dan membuang air kecil. Dimana tidak adanya responden yang
berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait dengan fasilitas toilet
dan sumber air bersih.
5.4.9 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Penginapan
Sikap responden terhadap ketersediaan penginapan/hotel dapat dilihat pada
tabel 32.
121
Tabel 32. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Penginapan/hotel
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
9 Tersedianya Penginapan/hotel
Sangat Setuju (SS) 2 4 10
Setuju (S) 29 60 116
Tidak Setuju (TS) 9 19 18 Sangat Tidak Setuju (STS) 8 17 8
Jumlah 48 100 152 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 32, dapat dilihat bahwa sebagian responden setuju
dengan pernyataan ketersediaan penginapan/hotel. Dari data diatas, dapat
ditentukan total skor dengan perhitungan:
0 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 2 x 5 = 10
3 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 29 x 4 = 116
31 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 9 x 2 = 18
14 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 8 x 1= 18
Jumlah Total Skor = 152
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 152. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 152/240 x 100% = 63,3
%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
tersedianya penginapan/hotel di dekat objek wisata Pantai Pangi, Peneliti
mendapati hasil tabulasi masuk ke dalam kategori kuat. Dalam kategori tersebut,
mengindikasi sikap positif terhadap tersedianya penginapan/hotel yang
berpengaruh pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan
122
pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik
individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek.
Dengan adanya penginapan/hotel didekat Pantai Pangi, pengunjung yang ingin
bermalam beberapa hari dengan tujuan berlibur di Pantai Pangi tidak
kebingungan. Dimana tidak adanya responden yang berpendapat mengenai
kesan terakhir responden terkait dengan fasilitas penginapan/hotel.
5.4.10 Sikap responden Terhadap Ketersediaan Jaringan Telekomunikasi di
Kawasan Objek Wisata
Sikap responden terhadap ketersediaan jaringan telekomunikasi di kawasan
objek wisata dapat dilihat pada tabel 33.
Tabel 33. Tabel Sikap Responden Terhadap Ketersediaan jaringan Komunikasi
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
10 Jaringan telekomunikasi kurang terjangkau
Sangat Setuju (SS) 6 13 30
Setuju (S) 38 79 152
Tidak Setuju (TS) 4 8 8 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 190 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 33, dapat dilihat bahwa mayoritas responden setuju
dengan pernyataan diatas. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan
perhitungan:
2 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 6 x 5 = 30
6 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 38 x 4 = 152
23 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 4 x 2 = 8
17 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 190
123
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 190. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 190/240 x 100% = 79,2
% masuk dalam kategori “kuat”. Hal ini menunjukkan jaringan telekomunikasi
tidak mendukung di Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangi. Untuk lebih jelasnya,
dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menarik garis besar antara sikap
pengunjung menyatakan positif terhadap jaringan tekomunikasi berpengaruh
pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek
kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun
kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Dengan sistem
komunikasi yang lancar dengan didukung sinyal yang bagus membuat para
pengunjung lebih nyaman untuk berwisata. Dimana tidak adanya responden
yang berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait pernyataan
jaringan tekomunikasi.
5.4.11 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Gazebo/Tempat Berteduh
Sikap responden terhadap ketersediaan gazebo/tempat berteduh diarea
wisata dapat dilihat pada tabel 34.
Tabel 34. Sikap responden terhadap ketersediaan gazebo/tempat berteduh
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
11 Tersedianya gazebo/tempat teduh di area wisata
Sangat Setuju (SS) 9 19 45 Setuju (S) 32 67 128 Tidak Setuju (TS) 7 15 14 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 187 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
124
Berdasarkan tabel 34, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan tersedianya gazebo/tempat teduh. Dari data diatas, dapat
ditentukan total skor dengan perhitungan:
9 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 9 x 5 = 45
32 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 32 x 4 = 128
7 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 7 x 2 = 14
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 187
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 187. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 187/240 x 100% =
77,9%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Pantai pangi menyediakan
gazebo/tempat teduh. Dalam kategori tersebut, mengindikasi sikap positif
terhadap tersedianya gazebo/tempat teduh di kawasan wisata berpengaruh pada
kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek kognitif
yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun
kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Sehingga dengan
adanya gazebo/tempat teduh diharapkan pengunjung lebih nyaman dan
menikmati objek wisata. Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil
kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi,
dimana 1 responden dari 48 responden memberi jawaban yang terkait dengan
fasiitas gazebo/tempat teduh yaitu responden bernama Dany Prasetyo berasal
dari Sukodono, Sidoarjo.
125
[Pantainya bagus, ombak tidak terlalu besar, sudah ada banyak tempat makan, ada tempat istirahatnya seperti gazebo juga] 5.4.12 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Wahana Bermain Anak-
Anak
Sikap responden terhadap ketersediaan wahana bermain anak-anak dapat
dilihat pada tabel 35.
Tabel 35. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Wahana Bermain Anak- Anak
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Responden Persentase (%) Skor
12 Tersedianya wahana bermain
anak –anak
Sangat Setuju (SS) 4 8 20
Setuju (S) 38 79 152
Tidak Setuju (TS) 6 13 12
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 184 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 35, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan tersedianya wahana bermain anak-anak di kawasan wisata.
Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
4 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 4 x 5 = 20
38 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 38 x 4 = 152
6 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 6 x 2 = 12
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 184
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 184. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 184/240 x 100% =
76,6%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
126
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
ketersediaan wahana bermain anak-anak di kawasan objek wisata Pantai Pangi
didapat hasil dalam kategori kuat. Hal ini mengindikasi sikap positif terhadap
tersedianya wahana bermain anak-anak di kawasan wisata Pantai Pangi yang
berpengaruh pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan
pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik
individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek.
Terbukti dari hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara sikap
pengunjung menyatakan positif terhadap tersedianya wahana bermain anak-
anak, sehingga dengan adanya wahana bermain anak-anak juga mempengaruhi
daya tarik objek wisata tersebut. Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil
kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi,
dimana 1 responden dari 48 responden memberi jawaban yang terkait wahana
bermain anak-anak yaitu responden bernama Siti Munawaroh asal dari
Trenggalek.
[Pantainya indah, cocok untuk dijadikan liburan, adanya wahana bermain untuk anak -anak juga disini, jadinya anak anak tidak bosan disini] 5.4.13 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Wahana Susur Muara
Sungai Menggunakan Perahu
Sikap responden terhadap ketersediaan wahana susur muara sungai
menggunakan perahu dapat dilihat pada tabel 36.
127
Tabel 36. Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Wahana Susur Muara Sungai Menggunakan Perahu
No. Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Responden Persentase (%) Skor
13 Tersedianya wahana susur muara sungai menggunakan
perahu
Sangat Setuju (SS) 9 18 45
Setuju (S) 29 60 116
Tidak Setuju (TS) 8 17 16 Sangat Tidak Setuju (STS) 2 4 2
Jumlah 48 100 179 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 36, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan tersedianya wahana susur muara sungai menggunakan
perahu. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
9 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 9 x 5 = 45
29 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 29 x 4 = 116
8 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 8 x 2 = 16
2 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 2 x 1= 2
Jumlah Total Skor = 179
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 179. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 179/240 x 100% =
74,6%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
ketersediaan wahana susur muara sungai menggunakan perahu didapat hasil
dalam kategori kuat. Hal ini mengindikasi sikap positif tersedianya wahana susur
muara sungai menggunakan perahu di kawasan wisata Pantai Pangi yang mana
berpengaruh pada kepuasan pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan
128
pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik
individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek.
Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil kuisioner mengenai
pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi, dimana 1 responden
dari 48 responden memberi jawaban yang terkait dengan wahana susur muara
sungai yaitu responden bernama responden bernama Ahmad Irfan.
[Selain untuk refresing dan berlibur, pantai ini keren untuk dijadikan spots fotografi yang menarik seperti menyusuri sungai menggunakan perahu yang jarang ada dipantai lain].
5.4.14 Sikap Responden Terhadap Ketersediaan Wisata Cemoro Sewu
Sikap responden terhadap ketersediaan wisata cemoro dapat dilihat pada
tabel 37.
Tabel 37. Sikap Responden Terhadap Wisata Cemoro Sewu
No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
14 Objek wisata memiliki wisata cemoro sewu
Sangat Setuju (SS) 12 25 60
Setuju (S) 34 71 136
Tidak Setuju (TS) 2 4 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 200 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 37, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan diatas. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan
perhitungan:
12 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 12 x 5 = 60
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 34 x 4 = 136
2 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 2 x 2 = 4
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 200
129
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 200. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 179/240 x 100% = 83,3
%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
objek wisata memiliki wisata cemoro sewu, didapat hasil dalam kategori sangat
kuat. Hal ini mengindikasi sikap sangat positif, artinya sikap tersebut didasarkan
pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik
individu maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek.
Berikut hasil kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden terhadap
Pantai Pangi, dimana 2 responden dari 48 responden memberi jawaban yang
terkait dengan wisata cemoro sewu dapat dilahat pada tabel 38.
Tabel 38. Hasil Kuesioner Terkait Wisata Cemoro Sewu
No Nama Alamat Pendapat Terkait
Wisata Cemoro Sewu
1. Siti Prayudi Blitar Pantainya teduh, sejuk, rindang banyak pohon-pohon cemaranya
2. Siti Ifani Tulungagung Nyaman, anginnya semilir, tenang, dikelilingi banyak pohon-pohon disini
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
Dari tabel hasil koesioner terkait wahana wisata cemoro sewu disimpulkan
bahwa terdapat wahana wisata cemoro sewu di Kawasan Wisata Pantai Pangi,
membuat suasana pantai menjadi teduh, sejuk dan nyaman. Dengan itu dapat
dijadikan kekuatan Wisata Pantai dalam meningkatkan minat kunjungan.
130
5.4.15 Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata Pantai Pangi
(Kerjasama dengan Pemerintah)
Sikap responden terhadap promosi dengan kerjasama dengan pemerintah
dapat dilihat pada tabel 39.
Tabel 39. Sikap Responden Terhadap Promosi (Kerjasama dengan Pemerintah)
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
15 Dalam melakukan promosi bekerjasama dengan pemerintah
Sangat Setuju (SS) 9 19 45
Setuju (S) 33 69 132
Tidak Setuju (TS) 4 8 8
Sangat Tidak Setuju (STS)
2 4 2
Jumlah 48 100 187
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 39, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan dalam melakukan promosi bekerjasama dengan pemerintah.
Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
9 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 9 x 5 = 45
33 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 33 x 4 = 132
4 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 4 x 2= 8
2 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 2 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 187
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 187. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 187/240 x 100% =
77,9%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
131
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
dalam melakukan promosi bekerjasama dengan pemerintah, didapat hasil dalam
kategori kuat. Hal ini mengindikasi sikap positif, artinya sikap tersebut didasarkan
pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pemikiran atau persepsi terhadap
objek (partisipasi pemerintah). Terbukti dari hasil pengamatan peneliti menarik
garis besar antara sikap pengunjung menyatakan positif terhadap promosi Objek
Wisata Pantai Pangi bekerjasama dengan pemerintah. Dimana tidak adanya
responden yang berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait dengan
promosi Objek Wisata Pantai Pangi bekerjasama dengan pemerintah.
5.4.16 Sikap Responden Terhadap Promosi Objek Wisata Pantai Pangi
(Media Sosial)
Sikap responden terhadap promosi melalui media sosial dapat dilihat pada
tabel 40.
Tabel 40. Sikap Responden Terhadap Promosi (Media Sosial)
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Skor Responden Persentase (%)
16 Promosi objek wisata melalui media sosial
Sangat Setuju (SS) 11 23 55
Setuju (S) 35 73 140
Tidak Setuju (TS) 2 4 4 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 199 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 40, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju dengan
pernyataan promosi objek wisata melalui media sosial. Dari data diatas, dapat
ditentukan total skor dengan perhitungan:
11 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 11 x 5 = 55
35 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 35 x 4 = 140
2 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 2 x 2= 4
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
132
Jumlah Total Skor = 199
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 199. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 199/240 x 100% =
82,9%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
dalam melakukan promosi objek wisata melalui media sosial, didapat hasil dalam
kategori sangat kuat. Hal ini mengindikasi sikap sangat positif, artinya sikap
tersebut didasarkan pada aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pemikiran
atau persepsi terhadap objek (media sosial). Terbukti dari hasil pengamatan
peneliti menarik garis besar antara sikap pengunjung menyatakan sangat positif
terhadap promosi objek wisata melalui media sosial, sehingga Objek Wisata
Pantai Pangi tidak hanya dikenal oleh wisatawan domestik namun dikenal oleh
wisatawan mancanegara juga. Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil
kuisioner mengenai pendapat/kesan terakhir responden terhadap Pantai Pangi,
dimana 3 responden dari 48 responden memberi jawaban yang terkait dengan
promosi objek wisata melalui media sosial dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hasil Kuesioner Terkait Promosi Objek Wisata (Media Sosial)
No Nama Alamat Pendapat mengenai Wisata
Pantai Pangi
1. Bagus Dwi Ngantang Belum pernah ke Pantai pangi yang menjadi spots foto instragramable
2. Septiani Tulungagung Pantai yang asri, keren, Sedang up
dimedia sosial 3. Wilujeng H. Tulungagung Pasirnya bagus berwarna putih, explore
blitar lagi booming di IG, pengen refresing, Pantainya bagus dan bikin gagal move on
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
133
Yang mana pengunjung mengetahui informasi tentang Objek Wisata Pantai
Pangi dari membaca blog-blog dan media sosial Instagram, facebook dari
pengunjung yang pernah kesana dan membuat review tentang tempat wisata
tersebut.
5.4.17 Sikap Responden Terhadap Harga Tiket Masuk
Sikap responden terhadap harga tiket masuk dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Sikap Responden Terhadap Harga Tiket Masuk
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Skor Responden Persentase (%)
17 Harga Tiket masuk Terjangkau
Sangat Setuju (SS) 2 4 10
Setuju (S) 30 63 120
Tidak Setuju (TS) 12 25 24 Sangat Tidak Setuju (STS) 4 8 4
Jumlah 48 100 158
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Hasil data dianalisis dengan menghitung data jawaban rata - rata berdasar
skoring tiap responden (pengunjung wisata). Berdasar skoring yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
2 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 2 x 5 = 10
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 30 x 4 = 120
12 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 12 x 2= 24
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 4 x 1= 4
Jumlah Total Skor = 158
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 158. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 158/240 x 100% =
65,8%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
134
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
harga tiket masuk terjangkau, didapat hasil dalam kategori kuat. Hal ini
mengindikasi sikap positif, artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek kognitif
yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun
kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Dimana tidak
adanya responden yang berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait
dengan harga tiket yaitu responden bernama Eliyawati asal Klemunan Blitar.
[Pantai Pangi merupakan Objek Wisata Pantai yang menarik dengan harga tiket yang terjangkau untuk semua kalangan]
5.4.18 Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Pengelola (Keramahan)
Sikap responden terhadap pelayanan dari pengelola pada pengunjung dapat
dilihat pada tabel 43.
Tabel 43. Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Pengelola (Keramahan)
No Pernyataan Jawaban
Jumlah Total
Responden Persentase (%) Skor
18 Pengelola bersikap ramah
terhadap wisatawan
Sangat Setuju (SS) 8 17 40
Setuju (S) 34 71 136
Tidak Setuju (TS) 4 8 8 Sangat Tidak Setuju (STS) 2 4 2
Jumlah 48 100 186
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 43, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan Pengelola bersikap ramah terhadap wisatawan yang
berkunjung. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
8 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 8 x 5 = 40
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 34 x 4 = 136
4 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 4 x 2= 8
135
3 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 2 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 186
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 186. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 186/240 x 100% =
77,5%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
Pengelola bersikap ramah terhadap wisatawan, didapat hasil dalam kategori
kuat. Hal ini mengindikasi sikap positif, artinya sikap tersebut didasarkan pada
aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu
maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Terbukti
dari hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara sikap pengunjung
menyatakan positif terhadap keramahan pengelola kepada wisatawan yang
berkunjung ke Objek Wisata Pantai Pangi, dimana keramahan pengelola
merupakan salah satu pelayanan yang harus diberikan agar pengunjung merasa
nyaman. Dimana tidak adanya responden yang berpendapat mengenai kesan
terakhir responden terkait dengan pengelola bersikap ramah terhadap
wisatawan.
5.4.19 Sikap Responden Terhadap Sikap Responden Terhadap Pelayanan
dari Masyarakat (Keramahan Masyarakat)
Sikap responden terhadap pelayanan dari masyarakat pada pengunjung
dapat dilihat pada tabel 44.
136
Tabel 44. Sikap Responden Terhadap Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Masyarakat (Keramahan Masyarakat)
No
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
19 Masyarakat bersikap ramah terhadap wisatawan
Sangat Setuju (SS) 4 8 20 Setuju (S) 38 79 152 Tidak Setuju (TS) 6 13 12 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
Jumlah 48 100 184
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 44, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju dengan
pernyataan masyarakat bersikap ramah terhadap wisatawan yang berkunjung.
Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
4 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 4 x 5 = 20
38 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 38 x 4 = 152
6 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 6 x 2= 12
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 184
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(dengan anggapan semua responden menyatakan jawaban sangat setuju).
Sehingga total skor yang diperoleh peneliti adalah 184. Berdasarkan data
tersebut maka hasil akumulasi sikap responden adalah 184/240 x 100% =
76,6%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat skala ordinal dibawah ini:
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
Pengelola bersikap ramah terhadap wisatawan, didapat hasil dalam kategori
kuat. Hal ini mengindikasi sikap positif, artinya sikap tersebut didasarkan pada
aspek kognitif yaitu berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu
maupun kelompok bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek. Terbukti
dari hasil pengamatan peneliti menarik garis besar antara sikap pengunjung
137
menyatakan positif terhadap keramahan masyarakat kepada wisatawan yang
berkunjung ke objek wisata Pantai Pangi, yang mana keramahan masyarakat
merupakan salah satu pelayanan yang harus diberikan agar pengunjung bisa
merasakan kenyamanan. Dimana tidak adanya responden yang berpendapat
mengenai kesan terakhir responden terkait dengan keramahan masyarakat
kepada wisatawan.
5.4.20 Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Masyarakat (Masyarakat
Menyediakan Keperluan Wisatawan)
Sikap responden terhadap masyarakat yang menyediakan keperluan
wisatawan dapat dilihat pada tabel 45.
Tabel 45. Sikap Responden Terhadap Pelayanan dari Masyarakat (Masyarakat Menyediakan Keperluan Wisatawan)
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Skor Responden Persentase (%)
20 masyarakat yang
menyediakan keperluan wisatawan
Sangat Setuju (SS) 6 13 30
Setuju (S) 32 67 128
Tidak Setuju (TS) 8 17 16 Sangat Tidak Setuju (STS) 2 4 2
Jumlah
48 100 176
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 45, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan masyarakat menyediakan keperluan wisatawan yang
berkunjung. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
6 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 6 x 5 = 30
32 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 32 x 4 = 128
8 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 8 x 2= 16
2 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 2 x 1= 2
Jumlah Total Skor = 176
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(apabila semua responden menyatakan sangat setuju). Sehingga total skor yang
138
diperoleh peneliti adalah 176. Berdasarkan data tersebut maka hasil akumulasi
sikap responden adalah 176/240 x 100% = 73,3% masuk dalam kategori kuat.
Untuk memperjelas kategori diatas dapat dilihat ukuran rasio di berikut ini.
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
masyarakat menyediakan keperluan wisatawan, peneliti mendapati hasil tabulasi
masuk ke dalam kategori kuat. Dalam kategori tersebut, mengindikasi sikap
sangat positif terhadap pelayanan masyarakat yang berpengaruh pada kepuasan
pengunjung. Artinya sikap tersebut didasarkan pada aspek kognitif yaitu
berhubungan dengan pengalaman wisatawan baik individu maupun kelompok
bersifat puas ataupun ketidakpuasan suatu objek, terbukti dari hasil pengamatan
peneliti menarik garis besar antara sikap pengunjung menyatakan positif
terhadap masyarakat yang selalu berusaha menyediakan keperluan wisatawan
yang berkunjung, sehingga wisatawan tidak kesulitan untuk mendapatkan
keperluan yang dibutuhkan. Dimana tidak adanya responden yang berpendapat
mengenai kesan terakhir responden terkait dengan masyarakat yang
menyediakan keperluan wisatawan.
5.4.21 Sikap Responden Terhadap Kecenderungan Memilih Wisata Alam
Sikap responden terhadap kecenderungan memilih wisata alam dapat dilihat
pada tabel 46.
Tabel 46. Sikap Responden Terhadap Trend Wisata Alam Yang Meningkat Di Kalangan Masyarakat
No Pernyataan Jawaban Jumlah Total
Responden Persentase (%) Skor
20 Trend
wisata alam yang
meningkat di kalangan
Sangat Setuju (SS) 11 23 55
Setuju (S) 34 71 136
Tidak Setuju (TS) 3 6 6
Sangat Tidak 0 0 0
139
masyarakat Setuju (STS)
Jumlah 48 100 197 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 46, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan trend wisata alam yang meningkat di kalangan masyarakat.
Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
11 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 11 x 5 = 55
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 34 x 4 = 136
3 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 3 x 2= 6
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 0 x 1= 0
Jumlah Total Skor = 197
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(apabila semua responden menyatakan sangat setuju). Sehingga total skor yang
diperoleh peneliti adalah 187. Berdasarkan data tersebut maka hasil akumulasi
sikap responden adalah 197/240 x 100% = 82,1%. Untuk memperjelas kategori
diatas dapat dilihat ukuran rasio di berikut ini.
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan trend
tujuan wisata ke tempat wisata alam di kalangan masyarakat meningkat, peneliti
mendapati hasil tabulasi masuk ke dalam kategori sangat kuat. Perhitungan
tabulasi tersebut menghasilkan sikap sangat positif, artinya pola sikap responden
(pengunjung) mengindikasi sangat positif didasarkan pada aspek konatif yaitu
berhubungan dengan kecenderungan berbuat sesuatu atau berpendapat sesuai
dengan kenyataan tersebut dan terdapat hubungan orientasi searah sikap antara
sikap positif dengan trend tujuan wisata ke tempat wisata alam di kalangan
masyarakat meningkat. Hal tersebut harus segera dimanfaatkan dengan baik
140
agar dapat mendukung proses pengembangan tempat wisata. Dimana tidak
adanya responden yang berpendapat mengenai kesan terakhir responden terkait
dengan trend tujuan wisata ke tempat wisata alam di kalangan masyarakat.
5.4.22 Sikap Responden Terhadap Kecenderungan Wisatawan berkunjung
kembali
Sikap responden terhadap kecenderungan berkunjung kembali dapat dilihat
pada tabel 47.
Tabel 47. Sikap Responden Terhadap Kecenderungan Wisatawan berkunjung kembali
No
Pernyataan
Jawaban
Jumlah Total Skor Responden Persentase (%)
20 Kecenderungan Wisatawan berkunjung kembali
Sangat Setuju (SS) 8 17 40
Setuju (S) 30 63 120
Tidak Setuju (TS) 7 15 14 Sangat Tidak Setuju (STS) 3 6 3
Jumlah 48 100 177 Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 47, dapat dilihat bahwa sebagian mayoritas setuju
dengan pernyataan yang mengatakan kecenderungan wisatawan berkunjung
kembali. Dari data diatas, dapat ditentukan total skor dengan perhitungan:
11 responden berpendapat sangat setuju (skor = 5) maka = 8 x 5 = 40
34 responden berpendapat setuju (skor 4) maka = 30 x 4 = 120
3 responden berpendapat ragu-ragu (skor = 2) maka = 7 x 2 = 14
0 responden berpendapat tidak setuju (skor = 1) maka = 3 x 1 = 3
Jumlah Total Skor = 177
Jumlah skor ideal untuk seluruh item dari 48 responden = 5 x 48 = 240
(apabila semua responden menyatakan sangat setuju). Sehingga total skor yang
diperoleh peneliti adalah 177. Berdasarkan data tersebut maka hasil akumulasi
141
sikap responden adalah 177/240 x 100% = 73,8% masuk dalam kategori kuat.
Untuk memperjelas kategori diatas dapat dilihat ukuran rasio di berikut ini.
0 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan hasil analisis tabulasi sikap responden dengan pernyataan
kecenderungan wisatawan berkunjung kembali, peneliti mendapati hasil tabulasi
masuk ke dalam kategori kuat. Perhitungan tabulasi tersebut menghasilkan sikap
positif, artinya pola sikap responden (pengunjung) mengindikasi positif
didasarkan pada aspek konatif yaitu berhubungan dengan kecenderungan
berbuat sesuatu atau berpendapat sesuai dengan kenyataan tersebut, hal
tersebut harus segera dimanfaatkan dengan baik agar dapat mendukung dalam
proses pengembangan yang nantinya berpengaruh terhadap peningkatan jumlah
pengunjung.
5.5 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Untuk mengetahui arah dan bentuk pengembangan Wisata Pantai Pangi
maka diperlukan informasi-informasi mengenai faktor-faktor internal maupun
eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
Kawasan Wisata Pantai Pangi. Informasi diperoleh melalui hasil penyebaran
kuesioner kepada pengunjung, kemudian data tersebut diolah dengan
menggunakan Skala Likert, sehingga terlihat sejauh mana tanggapan dari
responden menilai Wisata Pantai Pangi. Hal tersebut dapat dijadikan acuan
dalam menentukan menentukan kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman
dari Pantai Pangi. Dapat dilihat pada tabel 19 “hasil tabulasi sikap responden”,
pada tabel tersebut adanya kategori cukup, kuat, dan sangat kuat, dimana
Kategori tersebut dapat dipilah kedalam faktor internal dan eksternal.
142
Selain dari hasil kuesioner responden, informasi tersebut berasal dari hasil
wawancara dari Kepala pengelola, dimana hasil wawancara tersebut dapat
dimasukan kedalam kedalam faktor internal dan eksternal diantaranya berupa
keterbatasan dana dalam pengembangan wisata, perencanaan pengembangan
yang kurang jelas dijadikan kelemahan pada Wisata Pantai Pangi, selanjutnya
tidak adanya kerjasama dengan biro perjalanan wisata, adanya kebijakan
pemerintah sehingga peneliti mengidentifikasikan kedalam peluang,
berkembangannya objek wisata lain yang meningkatkan persaingan dan kondisi
cuaca yang tidak menentu menjadikan ancaman pada Wisata Pantai Pangi.
5.5.1 Identifikasi faktor Internal
Pada identifikasi faktor internal ini dengan memilah kekuatan dan kelemahan
yang ada pada Wisata Pantai Pangi yang digunakan untuk mempertimbangkan
dalam strategi pengembangan sebagai berikut:
5.5.1.1 Faktor kekuatan (Strenght)
Faktor kekuatan yang ada dalam Wisata Pantai Pangi adalah sesuatu yang
dimiliki oleh Kawasan Pantai Pangi yang bersifat positif dan dapat dijadikan hal
tersebut sebagai keunggulan tempat wisata tersebut. Kekuatan dalam proses
pengembangan wisata menjadi potensi yang dapat membuat menjadi lebih baik
jika dapat dipertahankan atau ditingkatkan kembali. Adapun kekuatan yang ada
pada Pantai Pangi di peroleh dari perhitungan skala likert yang termasuk dalam
kategori kuat dan sangat kuat serta dirasa masuk dalam faktor kekuatan objek
wisata diantaranya (1) Pada pernyataan memiliki keindahan alam yang sejuk dan
asri tergolong kategori sangat kuat, (2) Pernyataan keramahan dari masyarakat
serta masyarakat menyediakan keperluan wisatawan tergolong kategori kuat,
sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa memiliki dukungan masyarakat
sekitar terhadap pengembangan wisata Pantai Pangi, (3) Pernyataan tersedianya
lahan parkir, warung, toilet, mushola, penginapan, gazebo, dll dan masuk pada
143
kategori kuat dan sangat kuat, sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa
sarana memadahi, (4) Pada pernyataan memiliki wahana playground anak-anak,
susur muara sungai, cemoro sewu masuk tergolong kuat dan sangat kuat
sehingga peneliti menyimpulkan memiliki wahana tambahan yang menarik, (5)
Pada pernyataan keramahan dari pengelola tergolong kategori kuat dimana
peneliti menarik kesimpulan bahwa memiliki pelayanan yang baik, dan terakhir
(6) Pernyataan harga tiket masuk terjangkau tergolong kategori kuat.
1. Memiliki Keindahan Alam Yang Sejuk dan Asri
Pantai Pangi merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten
Blitar, tepatnya masuk dalam Wilayah Desa Tumpakepuh, Kecamatan Bakung,
Blitar. Wisata Pantai Pangi ini memiliki banyak keindahan dan keunikan
tersendiri, dimana para pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan pantai
yang masih alami dan mempesona, hamparan pasir pantai putih dan bersih serta
warna air biru kehijauan menambah keindahan pantai. Pantai ini berbentuk
menyerupai cekungan yang menjorok kedaratan dan dikelilingi oleh tebing-tebing
tinggi yang alami. Tebing-tebing ini sangat berguna untuk memecah ganasnya
ombak dari Samudra Hindia sehingga ombak di Kawasan Pantai Pangi kecil dan
tidak sebesar pantai-pantai selatan yang lainnya. Tak hanya itu, keadaan sekitar
tepian Pantai juga tak kalah menariknya. Pasalnya di tepian Pantai Pangi ini
banyak ditanami dengan pohon-pohon cemoro yang teduh dan rindang sehingga
membuat suasana di Pantai Pangi ini menjadi terasa lebih asri.
2. Dukungan Masyarakat Sekitar Terhadap Pengembangan Wisata Pantai
Pangi
Adanya Objek Wisata Pantai Pangi ini mendapat banyak dukungan dari
masyarakat karena dapat menambah penghasilan bagi masyarakat yang berada
disekitar kawasan wisata. Yang mana masyarakat sekitar ikut berperan terhadap
pengembangan wisata dalam kontribusi penyediaan apa yang diperlukan
144
wisatawan seperti penyediaan warung makanan dan minuman disekitar wisata
Pantai serta keramahan masyarakat kepada pengunjung. Peran masyarakat
yang erat kaitannya dengan partisipasi di dalam pengembangan objek wisata
seperti: Ikut menjaga keamanan agar wisatawan menjadi lebih nyaman, ikut
menjaga kebersihan dan menjaga lingkungan sekitar kawasan wisata serta ikut
meramaikan wisata dengan menyediakan kebutuhan wisatawan seperti warung
makanan dan minuman, dan lain sebagainya.
Dengan demikian diketahui bahwa masyarakat sekitar Objek Wisata Pantai
Pangi juga ikut serta mendukung dalam pengembangan dan pembangunan
wisata, karena secara tidak langsung jika wisata berkembang dan jumlah
wisatawan terus meningkat akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat sekitar Wisata Pantai Pangi.
3. Memiliki Sarana Yang Memadahi
Objek Wisata Pantai Pangi menyediakan berbagai sarana yang dapat
digunakan oleh semua pengunjung. Dimana terdapat berbagai fasilitas yang
mungkin kurang diperhatikan oleh tempat wisata lain khususnya tempat wisata
alam. Terkadang, pengelola tempat wisata alam terkesan tidak peduli sehingga
tidak menyediakan fasilitas baik sarana maupun prasarana yang dapat
mempengaruhi kenyamanan dan kepuasan wisatawan yang berkunjung.
Untuk sarana yang disediakan Objek wisata Pantai Pangi dikatakan sudah
memadahi, hal ini dikarenakan terdapat: mushola dapat memudahkan
pengunjung pantai Pangi melaksanakan ibadah tanpa harus kuwatir mencari
tempat ibadah yang lokasinya jauh, toilet untuk memudahkan wisatawan yang
ingin mandi atau sekedar buang air untuk mencapai kesana ditambah dengan
satu kamar mandi, lahan parkir yang luas, terdapat warung makanan dan
minuman yang menyediakan berbagai makanan dan minuman bagi wisatawan
yang ingin mengisi perut mereka setelah atau sebelum melakukan wisata dan
145
ditambah dengan tempat – tempat seperti Gazebo/tempat berteduh dengan
tempat duduk yang nyaman untuk pengunjung yang ingin beristirahat sambil
membeli makanan atau minuman, penginapan yang merupakan tempat singgah
dan bermalam pengunjung yang ingin mengahabiskan satu hari penuh di
Kawasan Pantai Pangi dan tidur dengan suasana alam di sekitar penginapan
serta adanya wahana tambahan seperti cemoro sewu, susur muara sungai
menggunakan perahu, playground anak-anak, serta wahana menikmati pantai
dimana pengelola menyediakan tempat duduk-duduk di tepi pantai.
4. Memiliki Wahana Tambahan Yang Dijadikan Daya Tarik Tersendiri
Pantai Pangi memiliki wahana yang dapat mendukung dalam pengembangan
wisata dan yang dijadikan daya tarik tersendiri bagi wisata tersebut. Beberapa
wahana yang ditawarkan oleh Kawasan Wisata Pantai Pangi antara lain: wahana
menikmati pantai dimana pengelola menyediakan tempat duduk-duduk di tepi
pantai, playgound anak-anak dengan menyediakan wahana tempat bermain
seperti ayunan, jungkat-jungkit, prosotan, dan lain-lain. Dengan adanya wahana
tersebut Pantai Pangi ini memberikan kenyamanan bukan hanya untuk kalangan
dewasa namun juga untuk anak-anak sehingga cocok digunakan untuk berlibur
bersama keluarga. Wisata Pangi juga menyediakan wisata cemoro sewu dengan
daun-daun lebat dan rindang disekitar tepi pantai, sehingga pantai ini terlihat asri
dan sejuk. Selain itu terdapat wahana susur sungai menggunakan perahu,
dimana kita dapat menyusuri keindahan sungai yang bermuara di Pantai Pangi
dan melihat indahnya kehidupan satwa di sekitar sungai, dengan aliran air yang
tenang dan jernih, serta tanaman-tanaman mangrove di sekitar tepi sungai dan
lain lain.
5. Memiliki Pelayanan Wisata Yang Baik
Pelayanan yang diberikan oleh pengelola objek wisata Pantai Pangi sudah
cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang dan
146
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas. Pelayanan yang
ramah tamah terhadap pengunjung, mendengarkan saran dan keluhan dari
pengunjung untuk lebih memperbaiki kawasan objek wisata Pantai Pangi. Selain
itu, adanya petugas jaga di area Pantai Wisata guna berjaga di titik – titik tertentu
titik rawan).
6. Harga Tiket Terjangkau
Harga tiket masuk yang ditentukan oleh Objek Wisata Pantai Pangi adalah
sebesar Rp.8.000,- dengan tambahan harga tiket parkir untuk kendaraan
pengunjung. Dengan harga yang termasuk cukup terjangkau, pengunjung dapat
menikmati wisata keindahan Objek Wisata Pantai Pangi. Harga tersebut dirasa
cukup setimpal dengan apa yang pengunjung dapatkan yaitu keadaan alam yang
indah dan sejuk, serta terdapatnya daya tarik tersendiri dibandingkan wisata lain.
5.5.1.2 Faktor kelemahan (weakness)
Kelemahan (Weakness) adalah sesuatu yang dimiliki oleh Pantai Pangi yang
bersifat negatif dan dapat menjadikan hal tersebut sebagai kekurangan tempat
wisata. Kelemahan dalam proses pengembangan tempat wisata merupakan hal
yang menjadi keburukan yang dapat membuat pengembangan Pantai Pangi
menurun jika dibiarkan atau tidak cepat di tindak lanjuti. Adapun kelemahan yang
ada pada Pantai Pangi di peroleh dari perhitungan skala serta dirasa masuk
sebagai kelemahan objek wisata diantaranya: Pada pernyataan jalan menuju
objek wisata sulit dilalui pada kategori kuat, dan pernyataan jaringan komunikasi
kurang memadahi pada kategori kuat. Selain itu indetifikasi kelemahan berasal
dari hasil wawancara dengan kepala pengelola diantaranya keterbatasan dana,
promosi wisata belum optimal dan perencaaan pengembangan yang kurang jelas
147
1. Aksesbilitas Kurang Memadahi
Akses menuju Wisata Pantai kurang memadahi, Hal ini dikarenakan akses
jalan menuju wisata tersebut sulit yaitu berupa tanah dan makadam dan
sedikitnya jalan yang beraspal. Jalan ini tidak disarankan untuk dilewati ketika
hujan/setelah hujan dikarenakan bisa terjebak di tanah lempung atau rawan
kecelakaan. Selain itu, minimnya transportasi menuju lokasi wisata yang terletak
di dalam desa, hal tersebut sedikit mempersulit bagi pengunjung yang datang
dari luar kota tanpa menggunakan kendaraan pribadi. Dengan kondisi jalan yang
baik, pengadaan wisata akan mudah untuk dikunjungi, dan pengunjung juga
akan lebih senang apabila jalan tersebut mudah untuk dilalui dan sebaliknya.
Untuk itu perlunya perbaikan akses jalan guna meningkatkan minat pengunjung.
2. Jaringan Tekomunikasi Kurang Terjangkau
Jaringan tekomunikasi Wisata Pantai Pangi masih belum mendukung. Hal ini
dikarenakan kondisi signal/jaringan masih sulit sehingga komunikasi kurang
berjalan lancar. Dimana sistem komunikasi berperan penting dalam kelancaran
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, hal ini dikarenakan dengan
sistem komunikasi yang lancar dengan didukung sinyal yang bagus membuat
para pengunjung lebih nyaman untuk berwisata.
3. Keterbatasan Dana
Pada wisata Pantai Pangi ini sudah terdapat beberapa fasilitas yang tersedia,
namun fasilitas tersebut juga perlu adanya perbaikan dan penambahan,
sehingga wisatawan yang berkunjung akan merasa nyaman seperti gazebo,
tempat duduk-duduk didekat pantai, toilet umum, mushola dll. Namun dalam
pengembangan Obyek Wisata salah satu faktor penting yang menentukan maju
atau tidaknya pengembangan adalah masalah dana. Jika dana tersedia maka
pengembangan dapat berjalan dengan lancar tetapi sebaliknya jika tidak
pengembangan akan terhambat. Hal ini dikarenakan dana pengembangan dan
148
pembangunan Obyek Wisata Pantai Pangi masih mengandalkan dana dari
penerimaan yang didapat dari penjualan tiket pengunjung, hal itupun sudah
dilakukan sistem bagi hasil. Disamping itu belum adanya sponsor swasta yang
membantu pengembangan juga mempengaruhi keterlambatan dalam
pengembangan.
4. Promosi wisata yang dilakukan belum optimal
Salah satu faktor penting dalam pengembangan tempat wisata adalah
kegiatan promosi yang dilakukan pihak pengelola dengan tujuan agar tempat
wisata dapat lebih dikenal dan membangun minat wisatawan untuk berkunjung.
Pada Objek wisata Pantai Pangi, kegiatan promosi dirasa masih kurang. Hal ini
dikarenakan walaupun promosi sudah dibantu oleh pemerintah, serta adanya
blog-blog dan sosial media facebook, twitter, path atau instagram dari
pengunjung yang pernah kesana dan membuat review tentang tempat wisata
tersebut, namun disayangkan tidak adanya website resmi yang dimiliki oleh
Objek Wisata Pantai Pangi.
Pada era globalisasi seperti ini, semestinya sangat mudah melakukan
promosi dengan bantuan internet dan media sosial yang sedang marak di
masyarakat seperti facebook, twitter, path atau instagram. Tapi Objek wisata
Pantai Pangi tidak mempunyai hampir seluruh media sosial, hanya facebook
yang sudah tidak terurus dan tidak pernah di-update yang masih tersisa. Dimana
para pengunjung mengetahui Objek Wisata Pantai Pangi berasal dari membaca
blog-blog dan sosial media facebook, twitter, path atau instagra dari pengunjung
yang pernah kesana dan membuat review tentang tempat wisata tersebut.
5. Perencanaan Pengembangan Kurang Jelas
Perencanaan pengembangan obyek wisata merupakan hal yang sangat
penting demi meningkatnya kualitas obyek wisata tersebut. Namun dalam
perencanaan Obyek Wisata Pantai Pangi ini dalam konsep pikiran seseorang
149
yaitu Bapak Bagyo selaku kepala POKDARWIS, dimana perencanaan tersebut
belum tertuang dalam bentuk dokumentasi atau belum dimusyawarahkan dengan
anggota POKDARWIS lainnya. Perencanaan pengembangan diantaranya
pembangunan gapura pintu masuk, pemasangan baliho, spanduk di tempat-
tempat obyek wisata, penambahan gazebo untuk memberikan kenyamanan
pengunjung dan penambahan wahana menambah daya tarik wisatawan yang
berkunjung ke Pantai Pangi.
5.5.2 Identifikasi faktor Eksternal
Pada identifikasi faktor eksternall ini dengan memilah peluang dan ancaman
yang ada pada Wisata Pantai Pangi yang digunakan untuk mempertimbangkan
dalam strategi pengembangan sebagai berikut:
5.5.2.1 Faktor Peluang (Opportunities)
Peluang (Opportunity) adalah sesuatu yang mempengaruhi kunjungan Pantai
Pangi yang berasal dari luar atau bukan dari pihak pengelola itu sendiri. Peluang
dapat menjadi keuntungan bagi Pantai Pangi apabila pihak pengelola dapat
membaca situasi dan memanfaatkannya dengan baik. Hal tersebut dapat
membantu proses pengembangan tempat wisata lebih cepat dan baik. Adapun
peluang yang ada pada Pantai Pangi di peroleh dari perhitungan skala likert
serta dirasa masuk dalam faktor peluang diantaranya: (1) Pada pernyataan
adanya kesenian dan budaya lokal tergolong kategori kuat, (2) Adanya trend
wisata alam di kalangan masyarakat tergolong kategori sangat kuat, (3) Adanya
Kecenderungan wisatawan untuk berkunjung kembali tergolong kategori kuat.
Selain itu peluang didapatkan dari hasil wawancara dari pihak pengelola
diantaranya belum terjalinnya kerjasama dengan biro perjalanan sehingga dapat
dijadikan peluang untuk meningkatkan minat pengunjung untuk berwisata ke
150
Pantai Pangi, serta adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada objek
wisata.
1. Adanya Kesenian Dan Budaya Lokal Yang Perlu Diintegrasikan
Kesenian dan budaya lokal merupakan unsur yang menarik sehingga perlu di
integrasikan. Desa Tumpakkepuh memiliki kesenian dan kebudayaan yang
menarik dikemas dengan Objek wisata Pantai Pangi. Adapun kesenian dan
kebudayaan yang ada di Desa Tumpakkepuh antara lain: ruwatan desa yaitu
ritual manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang
telah diperoleh dari hasil bumi, dimana ruwatan ini tradisi peninggalan nenek
moyangnya yang telah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu untuk menyambut
tahun baru 1 Muharram. Ruwatan desa ini akan dilaksanakan selamatan desa
yang dilakukan di makam pepunden mbah banjar yang diyakini sebagai tokoh
yang membuka lahan desa tersebut dan mata air disana bisa mengairi desa
tersebut sampai sekarang. selain itu adanya pertunjukan dan kerajian wayang
kulit, tayupan, dan pertunjukan jaranan. Bila kebudayaan dan kesenian tersebut
diintegrasikan dengan Kawasan Wisata Pantai Pangi maka akan meningkatkan
kunjungan wisatawan.
2. Adanya Trend Wisata Alam Di Kalangan Masyarakat
Trend atau yang biasa dikenal dengan kecenderungan merupakan salah satu
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi suatu tempat wisata. Trend wisata
alam, baik secara global maupun nasional, dapat memberi pengaruh yang baik
terhadap upaya pengembangan wisata pantai di Pantai Pangi. Keindahan alam
Indonesia mulai diakui dunia. Sudah menjadi rahasia umum jika pantai – pantai
di Indonesia begitu memukau dunia. Salah satunya yaitu Pantai Pangi, selain
pemandangannya yang indah, hamparan pasir pantai yang putih dan bersih serta
warna air yang biru kehijauan menambah keindahan pantai. Selain itu lebih
banyaknya edukasi atau pelajaran yang bisa diambil dari wisata alam daripada
151
wisata modern dan juga banyaknya doktrin dari acara di media elektronik
maupun media sosial yang menunjukkan jika wisata alam lebih menyenangkan
daripada wisata modern.
3. Adanya Kecenderungan Wisatawan Untuk Berkunjung Kembali
Banyaknya wisatawan setelah berkunjung kembali ke Pantai Pangi hal ini
dikarenakan mereka merasa puas akan Objek Wisata Pantai Pangi yaitu dapat
menikmati keindahan alam yang sejuk dan asri, adanya wahana tambahan yang
menjadi daya tarik, harga tiket masuk terjangkau, pelayanan yang ramah, dll.
Selanjutnya, mereka biasanya membawa teman atau kerabat pada kunjungan
berikutnya sehingga semakin banyak yang datang dan menikmati pemandangan
di Pantai Pangi. Rata – rata pengunjung mendapatkan informasi dari blog – blog
dan sosial media yang memuat tentang pengalaman seseorang yang sudah
pernah berkunjung ke Pantai Pangi dan sebagian mendapatkan informasi dari
teman atau kerabat yang sudah pernah berkunjung ke Pantai Pangi.
Dari beberapa hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden yang
merupakan pengunjung wisatawan Pantai Pangi, mereka mengatakan puas
setelah berkunjung ke Pantai Pangi ini. Kepuasan wisatawan dapat dijadikan
peluang untuk wisata Pantai Pangi dalam mengembangkan wisata pantai
sehingga dapat lebih berkembang secara optimal dan juga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar pantai itu sendiri.
4. Menjalin Kerjasama Dengan Biro Perjalanan Wisata
Sektor pariwisata di Indonesia setiap tahunnya semakin berkembang pesat.
Destinasi-destinasi wisata banyak bermunculan dan berkembang pesat serta
adanya trend wisata alam di kalangan masyarakat. Pengelola Pantai Pangi perlu
melakukan gerakan untuk memanfaatkan moment ini, salah satu dengan
menjalin sebuah kerjasama dengan membentuk sebuah link atau channel
kepada biro travel lokal pada suatu daerah atau kawasan tertentu yang memiliki
152
tempat – tempat atau tujuan wisata popular di Daerah Blitar. Sehingga dengan
adanya ini dapat memberikan sebuah pelayanan yang maksimal kepada para
wisatawan, selain itu juga akan mempengaruhi jumlah kunjungan Pantai Pangi
juga.
5. Adanya Kebijakan Pemerintah
Untuk mendukung perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya di
daerah Kabupaten Blitar, tentunya peranan pemerintah diperlukan diantaranya:.
UU No. 24/92, pasal 3 tentang pengendalian pemanfaatan ruang yaitu
kegiatan pengawasan dan penertiban pelaksanaan pembangunan (termasuk
didalamnya pemberian ijin lokasi dan investasi) agar sesuai dengan rencana
tata ruang. Jadi pada Lahan Kawasan Wisata Pantai Pangi ini, pihak
pengelola yatu POKDARWIS diberikan ijin dari pihak Kesatuan Pengelola
hutan (KPH) yang merupakan dibawah naungan Perusahaan Hutan Negara
Indonesia (Perhutani) dengan pola kemitraan.
UU No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, dalam UU ini disebutkan pada
pasal 3 bahwa tujuan pariwisata untuk memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja sehingga dengan adanya UU ini
pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan pariwisata yang dapat
memberikan azas manfaat terhadap masyarakatnya. Sehingga dengan
adanya kebijakan tersebut memberikan peluang lapangan kerja kepada
masyarakat sekitar Pantai Pangi yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat
5.5.2.2 Faktor Ancaman (Threats)
Ancaman (Threat) merupakan sesuatu yang berasal dari luar Pantai Pangi
berupa faktor yang dapat mengganggu jalannya kunjungan wisata maupun
proses pengembangan. Adapun faktor ancaman yang ada pada Pantai Pangi di
153
peroleh dari beberapa informasi yaitu dari perhitungan skala likert dimana dirasa
masuk kedalam faktor ancaman yaitu terjaganya Objek Wisata Pantai Pangi
masuk dalam kategori cukup dimana pengunjung tidak setuju pada pernyataan
tersebut sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa kurangnya kesadaran
pengunjung dalam menjaga lingkungan. Selain itu hasil wawancara dengan
pengelola didapatkan hasil: berkembangnya objek wisata lain, kondisi cuaca
tidak menentu, serta lokasi jauh dari pusat kota.
1. Kurangnya Kesadaran Pengunjung Dalam Menjaga Lingkungan
Kesadaran atau perilaku pengunjung merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tempat wisata. Jika pengunjung memiliki kesadaran untuk
menjaga lingkungan, maka pihak pengelola akan sangat terbantu dalam hal
menjaga lingkungan. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, masih
banyak pengunjung yang belum memiliki kesadaran tentang menjaga kebersihan
dan kenyamanan, salah satu contoh yaitu membuang sampah sembarangan,
padahal pengelola sudah menyediakan tempat sampah.
2. Berkembangnya Obyek Wisata Lain Yang Meningkatkan Persaingan
Kabupaten Blitar memiliki banyak sekali objek wisata baik wisata alam seperti
Pantai Tambakrejo, Pantai Serang, Pantai Gayangan, Pantai Gondo Mayit,
Pantai Peh Pulo, dan masih banyak lagi. Persaingan dibidang pariwisata
tidaklah mudah, obyek wisata lain juga memiliki pengembangan sendiri untuk
menarik wisatawan untuk berkunjung. Dari sinilah Obyek Wisata Pantai Pangi
menjadi terancam karena obyek wisata lain juga menawarkan keunggulan-
keunggulan yang tidak dimiliki oleh Obyek Wisata Pantai Pangi. Untuk dapat
bersaing dengan obyek-obyek lain, Obyek Wisata Pantai Pangi perlu inovasi-
inovasi untuk menarik pengunjung seperti menambahkan wahana tambahan
seperti penyediaan gardu pandang yang dapat dimanfaatkan oleh para
pengunjung obyek wisata untuk menikmati pemandangan Obyek Wisata Pantai
154
Pangi dari kejauhan dari atas, dibukanya spots foto selfie guna menarik para
pengunjung, menambah wahana flying fox, dan lain-lain
3. Kondisi cuaca tidak menentu
Keadaan cuaca yang tidak menentu merupakan satu–satunya faktor
eksternal yang sangat susah untuk diantisipasi oleh pihak pengelola karena itu
adalah kehendak dari yang Maha Kuasa. Seperti hasil wawancara dengan pihak
pengelola yang menyatakan keadaan alam dan cuaca mempunyai pengaruh
pada kunjungan wisata. Selain itu, perubahan iklim yang tidak menentu dan
bencana alam yang mengiringinya akan menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan yang dapat mempengaruhi sektor pariwisata. Sebab destinasi yang
mengandalkan keunikan alam seperti Obyek Wisata Pantai Pangi ini akan
mengalami penurunan daya saing jika Pantai Pangi mengalami kerusakan.
4. Lokasi Wisata Jauh Dari Pusat Kota
Letak lokasi Pantai Wisata Pangi tidak strategis, karena jarak dari Kota
Kabupaten Blitar menuju Pantai Pangi jauh dibandingkan dengan Pantai Wisata
yang ada di Kabupaten Blitar seperti Pantai Tambakrejo, Pantai Gondomayit,
Pantai Serang, Pantai Peh Pulo dl. Dimana jarak dari Kawasan Wisata Pantai
Pangi ke ibukota Kecamatan yaitu Bakung 15 km dengan lama tempuh 35 menit
Ibukota Kabupaten yaitu Blitar 45 km dengan lama tempuh 90 menit. Dan
jarak ke ibukota provinsi jawa timur yaitu Surabaya 202 km dengan lama tempuh
6 jam. Jauhnya jarak tempuh wisatawan untuk menikmati keindahan alam
Kawasan Pantai Pangi berpengaruh besar terhadap intensitas kunjungan,
apalagi ditambah kondisi jalan yang rusak dan belum diperbaiki sehingga
pengunjung berfikir ulang untuk berkunjung. Selain itu transportasi umum untuk
dapat menuju sampai destinasi tersebut jarang karena kondisi jalan pedesaan
yang kecil dan bukan merupakan jalan yang menjadi jalan transportasi umum.
155
5.6 Menentukan Rating faktor Internal dan Eksternal
Setelah dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksernal yang mana
dari dari hasil kuesioner yang disebarkan ke pengunjung Obyek Wisata Pantai
dan wawancara kepada kepala pengelola. Selanjutnya menentukan rating faktor
internal dan eksternal guna dimasukkan kedalam tabel matrik IFE dan EFE.
Skala yang digunakan setiap faktor menggunakan peringkat atau skor dimana 3
dan 4 menunjukkan bahwa Pengaruhnya paling tinggi bagi kekuatan dan
peluang, sebaliknya jika skor 1 dan 2 menunjukkan bahwa pengaruhnya paling
tinggi untuk ancaman dan kelemahan bagi objek wisata. Kriteria kekuatan dan
kelemahan dapat dilihat pada tabel 48 dibawah ini:
Tabel 48. Kriteria Kekuatan Kelemahan dan Peluang Ancaman
No Peringkat Kekuatan dan Peluang Kelemahan dan Ancaman
1. 4 Sangat Tinggi Sangat Rendah
2. 3 Tinggi Rendah
3. 2 Rendah Tinggi
4. 1 Sangat Rendah Sangat Tinggi
Berikut adalah penjabaran rangking pada matrik EFE dan IFE yaitu:
1. Faktor Kekuatan
Kukuatan Pantai Pangi dapat dilihat dari keindahan alam yang sejuk dan asri,
dukungan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata Pantai Pangi,
memiliki sarana memadahi, memiliki wahana tambahan dijadikan daya tarik
tersendiri, memiliki pelayanan wisata yang baik dan harga tiket terjangkau. Untuk
jelasnya dapat diihat dari tanggapan tentang Obyek Wisata Pantai Pangi pada
tabel 49.
156
Tabel 49 Peringkat Kekuatan Obyek Wisata Pantai Pangi
No Kekuatan Peringkat Keterangan
1 Memiliki keindahan alam yang
sejuk dan asri
4 Sangat Tinggi
2 Dukungan masyarakat sekitar
terhadap pengembangan wisata
Pantai Pangi
3 Tinggi
3 Memiliki sarana memadahi
4 Sangat Tinggi
4 Memiliki wahana tambahan
dijadikan daya tarik tersendiri
4 Sangat Tinggi
5 Memiliki pelayanan wisata yang
baik
3 Tinggi
6. Harga tiket terjangkau 3 Tinggi
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Tanggapan tentang Obyek Wisata Pantai Pangi dalam pengembangan objek
wisata diantaranya peringkat 4 pada kategori sangat tinggi atau sangat penting
dalam pengembangan, hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki
Obyek Wisata Pantai Pangi termasuk tinggi. Dalam kelima aspek kekuatan
tersebut memiliki keindahan alam yang sejuk dan asri, memiliki sarana yang
memadahi dan memiliki wahana tambahan dijadikan daya tarik tersendiri
menempati peringkat pertama pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa Obyek Wisata Pantai Pangi mampu memberikan kenyamanan bagi
pengunjung obyek wisata untuk menikmati pemandangan alam serta dengan
adanya wahana tersebut Pantai Pangi ini juga memberikan kenyamanan bukan
hanya untuk kalangan dewasa namun juga untuk anak-anak sehingga cocok
digunakan untuk berlibur bersama keluarga dan dijadikan daya tarik tersendiri
bagi pengunjung. Kemudian sarana yang memadahi dimanfaatkan oleh
pengunjung Pantai Pangi akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan
kepuasan wisatawan yang berkunjung
Kekuatan lainnya yang tergolong tinggi adalah dukungan masyarakat
terhadap pengembangan pariwisata, memiliki pelayanan wisata yang baik, dan
harga terjangkau mendapatkan peringkat 3 kategori tinggi atau penting dalam
157
pengembangan. Dukungan masyarakat menjadikan dorongan positif bagi
pengembangan Obyek Wisata Pantai Pangi, karena secara tidak langsung jika
wisata berkembang dan jumlah wisatawan terus meningkat akan berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar wisata. Memiliki pelayanan
wisata yang baik dan harga terjangkau dapat berpengaruh terhadap kepuasan
pengunjung. Yang mana dengan harga yang dikeluarkan berbanding lurus
terhadap apa dengan apa yang pengunjung dapatkan seperti keadaan alam
yang indah dan sejuk, serta terdapatnya daya tarik tersendiri dibandingkan
wisata lain, serta sarana yang memadahi dll, sehingga diharapkan menjadi
kekuatan untuk pengembangan Obyek Wisata Pantai Pangi.
2. Faktor Kelemahan
Dalam pengembangan Obyek Wisata Pantai Pangi menuju lebih baik,
tentunya terdapat kelemahan-kelemahan di berbagai sektor yang harus diatasi.
Kelemahan tersebut antara lain aksesbilitas kurang memadahi, jaringan
tekomunikasi kurang terjangkau, keterbatasan dana, promosi wisata yang
dilakukan belum optimal dan perencanaan pengembangan kurang jelas.
Tanggapan tentang Obyek Wisata Pantai Pangi pada tabel 50 sebagai berikut:
Tabel 50 Peringkat Kelemahan Obyek Wisata Pantai Pangi
No Kelemahan Peringkat Keterangan
1 Aksesbilitas kurang memadahi 2 Tinggi
2 Jaringan telekomunikasi kurang
terjangkau
3 Rendah
3 Keterbatasan dana 2 Tinggi
4 Promosi objek wisata yang
dilakukan belum optimal
3 Rendah
5 Perencanaan pengembangan
kurang jelas
2 Tinggi
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Faktor kelemahan dalam pengembangan Obyek Wisata Pantai Pangi perlu
diperhatikan dan penanganan secara serius agar tidak menghambat dalam
158
pengembangan kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya adalah peringkat 2
dengan kategori tinggi dimana penting bagi pengembangan diantaranya
aksesbilitas kurang memadahi, keterbatasan dana, perencanaan pengembangan
yang kurang jelas. Aksesbilitas kurang memadahi dapat mengurangi jumlah
pengunjung, dimana jalan tersebut sangat tidak disarankan untuk dilewati ketika
hujan/setelah hujan dikarenakan rawan kecelakaan. Kemudian biaya masuk
yang didapat oleh pengelola Obyek Wisata Pantai Pangi dari tiket masuk untuk
pendapatan perbulan kurang lebih Rp 8.000.000,- dan belum ada investor
swasta yang membantu, sehingga untuk membangun dan perbaikan sarana
prasarana di Pantai Pangi masih terhambat. Selanjutnya perencanaan Obyek
Wisata Pantai Pangi ini masih belum tertuang dalam bentuk dokumentasi atau
belum dimusyawarahkan dengan anggota POKDARWIS lainnya sehingga
pentingnya perencanaan dalam sebuah wisata dikarenakan perencanaan
digunakan sebagai pedoman penyelenggara wisata, sebagai sarana untuk
memprediksikan kemungkinan timbulnya hal-hal diluar dugaan sekaligus
alternatif untuk memecahkan, sebagai sarana untuk mengarahkan
penyelenggaran wisata sehingga dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan
wisata secara efektif dan efisien, dan sebagai alat ukur tingkat keberhasilan
wisata sebagai upaya pengawasan atau evaluasi dalam rangka memberikan
umpan balik bagi penyelenggaraan wisata selanjutnya.
Kelemahan lainnya yang dapat menghambat pengembangan Obyek dengan
peringkat 3 yang termasuk kategori Rendah bagi pengembangan diantaranya
jaringan tekomunikasi kurang terjangkau promosi dan promosi objek wisata yang
dilakukan belum optimal . Promosi Obyek Wisata Pantai Pangi belum optimal hal
ini dibuktikan dengan tidak adanya website resmi yang dimiliki oleh Objek Wisata
Pantai Pangi, hanya facebook yang sudah tidak terurus, Dimana pengunjung
mengetahui wisata Pantai Pangi dari membaca blog-blog dan sosial media dari
159
pengunjung yang pernah kesana dan membuat review tentang tempat wisata
tersebut. Jaringan telekomunikasi masih sulit dijangkau membuat komunikasi
kurang lancar, namun kelemahan ini masih tidak begitu penting dalam
pengembangan wisata.
3. Faktor peluang
Dalam pengembangan Obyek Wisata Pantai Pangi terdapat berbagai
peluang yang mampu mendorong pengembangan diantaranya adanya kesenian
dan budaya lokal yang perlu diintegrasikan, adanya trend wisata alam di
kalangan masyarakat, adanya Kecenderungan wisatawan untuk berkunjung
kembali, menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dan adanya
dukungan kebijakan pemerintah. Berikut adalah tanggapan tentang obyek wisata
Pantai Pangi dapat dilihat pada tabel 50 sebagai berikut:
Tabel 50 Peringkat Peluang Obyek Wisata Pantai Pangi
No Peluang Peringkat Keterangan
1 Adanya kesenian dan budaya
lokal yang perlu diintegrasikan
3 Tinggi
2 Adanya Trend wisata alam di
kalangan masyarakat
4 Sangat Tinggi
3 Adanya Kecenderungan
wisatawan untuk berkunjung
kembali
4 Sangat Tinggi
4 Menjalin kerjasama dengan biro
perjalanan wisata
3 Tinggi
5 Adanya dukungan kebijakan
pemerintah
4 Sangat Tinggi
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Tanggapan tentang Obyek Wisata Pantai Pangi dalam pengembangan objek
wisata termasuk tinggi dimana peringkat 4 tergolong sangat tinggi dan sangat
penting dalam pengembangan meliputi adanya trend wisata alam di kalangan
masyarakat, adanya kecenderungan wisatawan untuk berkunjung kembali, yang
mana faktor tersebut berdampak positif terhadap peningkatan minat pengunjung
160
dan terakhir dengan adanya dukungan kebijakan pemerintah mendukung
perkembangan pariwisata di Pantai Pangi.
Peluang lainnya memiliki peringkat tinggi diantaranya adanya kesenian dan
budaya lokal yang perlu diintegrasikan dan menjalin kerjasama dengan biro
perjalanan wisata. Adanya kesenian dan budaya yang khas seperti ruwatan desa
untuk menyambut tahun baru 1 Muharram, adanya pertunjukan dan kerajian
wayang kulit, tayupan, dan pertunjukan jaranan berpengaruh terhadap minat
berkunjung wisatawan. Kemudian pengelola Objek Wisata Pantai Pangi perlu
melakukan gerakan untuk memanfaatkan moment ini, salah satu dengan
menjalin sebuah kerjasama dengan membentuk sebuah link atau channel
kepada biro travel lokal pada suatu daerah atau kawasan tertentu yang memiliki
tempat – tempat atau tujuan wisata popular di daerah Blitar.
4. Faktor Ancaman
Dalam upaya pengembangan pasti terdapat ancaman yang mampu
menghambat proses pengembangan, bila tidak dicari jalan keluarnya. Berikut
adalah beberapa ancaman yang terdapat di Obyek Wisata Pantai Pangi
antaranya: kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga lingkungan,
berkembangnya obyek wisata lain yang meningkatkan persaingan, kondisi cuaca
tidak menentu, dan lokasi jauh dari pusat kota. Dibawah ini hasil tanggapan
tentang Obyek Wisata Pantai Pangi dapat dilihat pada tabel 51.
Tabel 51 Peringkat Ancaman Obyek Wisata Pantai Pangi
No Kelemahan Peringkat Keterangan
1 Kurangnya kesadaran pengunjung
dalam menjaga lingkungan
2 Tinggi
2 Berkembangnya Obyek Wisata lain
yang meningkatkan persaingan
1 Sangat Tinggi
3 Kondisi cuaca tidak menentu 2 Tinggi
4 Lokasi jauh dari pusat kota 2 Tinggi
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
161
Berdasarkan tabel 51, dapat diketahui bahwa rata-rata peringkat faktor
ancaman yaitu kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Obyek Wisata Pantai
Pangi mempunyai tingkat ancaman yang tinggi yang harus segera dicari
solusinya karena dapat menghentikan langkah pengembangan Obyek Wisata
Pantai Pangi dimana hal tersebut berpengaruh terhadap pengembangan.
Berkembangnya Obyek Wisata lain yang meningkatkan persaingan menduduki
skor tinggi 1 yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Kabupaten Blitar memiliki
banyak sekali objek wisata baik wisata alam seperti Pantai Tambakrejo, Pantai
Serang, Pantai Gayangan, Pantai Gondo Mayit, Pantai Peh Pulo, dan masih
banyak lagi. Untuk dapat bersaing dengan obyek-obyek lain, Obyek Wisata
Pantai Pangi perlu inovasi-inovasi untuk menarik pengunjung yang merupakan
tugas berat bagi pengelolaan obyek wisata yang merupakan tugas berat bagi
pengelola obyek.
Untuk ancaman lain seperti kurangnya kesadaran pengunjung dalam
menjaga lingkungan, kondisi alam yang tidak menentu mempengaruhi kunjungan
dan lokasi jauh dari pusat kota masuk dalam peringkat tinggi yaitu 2 dengan
kategori tinggi dimana penting dan berpengaruh bagi pengembangan. Jika
pengunjung memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, maka pihak
pengelola akan sangat terbantu dalam hal menjaga lingkungan, bencana longsor
yang terjadi biasanya pada musim hujan, pengunjung dan masyarakat hanya
dapat mengantisipasi dan menghindari mengunjungi Pantai Pangi pada musim
hujan karena cuaca yang tidak menentupun tidak dapat diprediksi. Lokasi yang
jauh berpengaruh besar terhadap intensitas kunjungan.
5.7 Matriks IFE dan EFE
Berdasarkan identifikasi faktor- faktor internal Obyek Wisata Pantai Pangi
dapat dianalisis faktor kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahannya. Daftar
162
faktor kunci kekuatan dan kelemahan tersebut selanjutnya dimasukkan (input) ke
dalam Matriks IFE untuk ditentukan bobot dan ratingnya. Bobot dan rating pada
masing-masing faktor kunci tersebut selanjutnya dikalikan dan dijumlahkan total
skornya. NIlai bobot merupakan hail dari diskusi dengan kepala pengelola,
sedangkan nilai rating sudah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Matriks IFE
dapat dilihat dalam Tabel 52 berikut ini:
Tabel 52. Matrik IFE
No. FAKTOR-FAKTOR Bobot Rating Skor
Bobot
KEKUATAN
1 Memiliki keindahan alam yang sejuk dan asri 0,11 4 0,44
2 Dukungan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan wisata Pantai Pangi 0,08 3 0,24
3 Memiliki sarana yang memadahi 0,1 4 0,4
4 memiliki wahana tambahan dijadikan daya tarik
tersendiri 0,11 4 0,44
5 Memiliki pelayanan wisata yang baik 0,09 3 0,27
6 harga tiket terjangkau 0,07 3 0,21
Jumlah Skor Kekuatan 0,56
2
KELEMAHAN
1 Aksesbilitas kurang memadahi 0,11 2 0,22
2 Jaringan komunikasi kurang terjangkau 0,07 3 0,21
3 Keterbatasan dana 0,1 2 0,2
4 Promosi wisata yang dilakukan belum optimal 0,08 3 0,24
5 Perencanaan pengembangan yang kurang
jelas 0,08 2 0,16
Jumlah Skor Kelemahan 0,44
1,03
Total 1
3,03
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel 47 diatas peneliti memberikan hasil analisis Faktor IFE
pada wisata Pantai Pangi diperoleh skor pada faktor kekuatan sebesar 2 dan
skor pada faktor kelemahan sebesar 1,03 dengan total skor 3,03. Peneliti
menyimpulkan bahwa dalam pengembangan wisata Pantai Pangi dari faktor
internal yaitu faktor – faktor kekuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan
kelemahan.
163
Berdasarkan identifikasi faktor- faktor ekternal Obyek Wisata Pantai Pangi
dapat dianalisis faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman. Daftar faktor
kunci peluang dan ancaman tersebut selanjutnya dimasukkan (input) ke dalam
Matriks EFE untuk ditentukan bobot dan ratingnya. Bobot dan rating pada
masing- masing faktor kunci tersebut selanjutnya dikalikan dan dijumlahkan total
skornya. Nilai bobot merupakan hail dari diskusi dengan kepala pengelola,
sedangkan nilai rating sudah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Hasil dari
penilaian Matriks EFE dapat dilihat dalam Tabel 53 sebagai berikut:
Tabel 53. Matrik EFE
No. FAKTOR-FAKTOR Bobot Rating Bobot
Skor
PELUANG
1 Adanya kesenian dan budaya lokal yang
perlu diintegrasikan 0,11 3 0,33
2 Adanya trend wisata alam di kalangan
masyarakat 0,12 4 0,48
3 Adanya Kecenderungan wisatawan untuk
berkunjung kembali 0,11 4 0,44
4 Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan
wisata 0,1 3 0,3
5 Adanya dukungan kebijakan pemerintah 0,11 4 0,44
Jumlah Skor peluang 0,55 1,99
ANCAMAN
1 Kurangnya kesadaran pengunjung dalam
menjaga lingkungan 0,11 2 0,22
2 Berkembangnya Obyek Wisata lain yang
meningkatkan persaingan 0,13 1 0,13
3 Kondisi cuaca tidak menentu 0,11 2 0,22
4 Lokasi jauh dari pusat kota 0,1 2 0,2
Jumlah Skor ancaman 0,45 0,77
Total 1 2,76
Sumber : Data Primer (Diolah) 2017
Berdasarkan tabel diatas peneliti memberikan hasil analisis EFE pada wisata
Pantai Pangi diperoleh skor pada faktor peluang sebesar 1,99 dan skor pada
faktor kelemahan sebesar 0,77 dengan total skor 2,76. Peneliti menyimpulkan
164
bahwa dalam pengembangan wisata Pantai Pangi dari faktor eksternal yaitu yaitu
faktor – faktor peluang lebih berpengaruh dibandingkan dengan ancaman.
5.8 Strategi Pengelolaan yang Dilakukan untuk Pengembangan Wisata
Pantai Pangi
Dalam penelitian tentang strategi pengembangan Kawasan Wisata Pantai
Pangi, setelah faktor internal dan faktor eksternal dapat diketahui melalui tabel
IFE dan EFE perlu dilakukan analisis lanjutan ketahap pencocokan. Tahapan
pencocokan pada analisis strategi pengembangan yang digunakan adalah
analisis SWOT dan Matrik Interal Eksternal (IE) untuk merumuskan alternatif-
alternatif strategi yang akan digunakan. Dengan mengetahui alternatif-alternatif
strategi yang dianalisis dengan SWOT dan Matrik Interal Eksternal (IE), maka
didapatkan alternatif strategi utama makan akan dilakukan tahap pengambilan
keputusan menggunakan Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk
mengetahui strategi mana yang baik untuk dilakukan terlebih dahulu atau yang
paling utama pada Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi.
5.8.1 Alternatif Strategi Pengembangan Berdasarkan Analisis SWOT
Setelah hasil penelitian analisis faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh terhadap Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, diberikan masukan
berupa strategi pengembangan berdasarkan analisis IFE dan EFE ke dalam
matriks SWOT. Strategi yang diberikan harus merupakan kombinasi atau
mencakup dari dua faktor yaitu salah satu dari faktor SW dengan satu lagi
merupakan faktor OT. Untuk mendapat gambaran lebih jelas, Matriks SWOT
dapat dilihat pada Tabel 54.
165
Tabel 54. Matriks SWOT
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Memiliki keindahan alam yang sejuk dan asri
2. Dukungan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata Pantai Pangi
3. Memiliki sarana yang memadahi 4. Memiliki wahana tambahan dijadikan
daya tarik tersendiri 5. Memiliki pelayanan wisata yang baik 6. Harga tiket terjangkau
1. Aksesbilitas kurang memadahi 2. Jaringan komunikasi kurang terjangkau 3. Keterbatasan dana 4. Promosi wisata yang dilakukan belum
optimal 5. Perencanaan pengembangan kurang
jelas
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Adanya kesenian dan budaya lokal yang perlu diintegrasikan
2. Adanya trend wisata alam di kalangan masyarakat
3. Adanya Kecenderungan wisatawan untuk berkunjung kembali
4. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata
5. Adanya dukungan kebijakan pemerintah
1. Meningkatkan pelayanan wisata yang baik guna menarik wisatawan untuk berkunjung kembali (S5,O3)
2. Mengintegrasikan antara kesenian dan budaya lokal dan objek wisata dengan partisipasi masyarakat sekitar (S2,O1, O3)
3. Partisipasi masyarakat lokal dalam mengelola pantai sehingga menambah lahan pekerjaan penduduk sekitar (S2,O5)
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi (S3,O3)
5. Menambah wahana baru dengan mengikuti trend wisata alam seperti spots foto selfie, penyediaan gardu pandang, flying fox,dll (S4,O3,O5)
6. Mengelola potensi obyek wisata yang dimiliki (panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, fasilitas yang memadahi, harga terjangkau, adanya wahana tambahan, dll)agar wisatawan berkunjung kembali (S1,S3,S4,S5,S6, O4)
7. Mempertahankan tingkat harga bersaing (S3,O3)
8. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dengan memperlihatkan kelebihan yang dimiliki (S1,S3,S4,S5,S6,O4)
1. Mengintegrasikan antara kesenian dan budaya lokal dengan objek wisata sehingga menjadi daya tarik tersendiri serta dapat dijadikan ajang promosi secara langsung (W5,W4,O2, O3)
2. Memperbaiki aksesblitas jalan (W1,O3)
3. Banyaknya wisatawan yang ingin berkunjung kembali,memanfaatkan trend wisata alam, dan potensi lainnya mendorong peningkatan promosi dalam pengelolaan obyek wisata (W4,O1,O2,O3,O4)
4. Menjalin kerjasama dengan investor guna membantu pengembangan (W3,O1,O5)
5. Pengembangan Daya tarik Wisata dengan membangun perencanaan yang jelas (W5,O5)
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi WT
1. Kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga lingkungan
2. Berkembangnya Obyek Wisata lain yang meningkatkan persaingan
3. Kondisi cuaca tidak menentu
4. Lokasi jauh dari pusat kota
1. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga kealamian pantai dan menjaga sumber daya yang terdapat di sekitar pantai (S1,S2,S5,T1)
2. Memanfaatkan potensi yang dimiliki dan keunikan objek wisata untuk menghadapi persaingan (S1,S3,S4,S6,T2)
3. Inovasi wahana untuk menghadapi persaingan (S3, T2)
4. Melakukan sosialisasi tanggap bencana (S2,S5,T3)
5. Meningkatkan keamanan sebagai antisipasi bencana alam (S5,S3)
1. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi (W1,W7,T2,T4)
2. Meningkatkan promosi dengan memanfaatkan teknologi dan informasi dengan memperlihatkan potensi-potensi dan keunikan yang dimiliki (W4,W2)
3. Melakukan pertemuan antar lembaga guna membuat progam pengembangan (W5,T2)
4. Menerapkan sanksi dan peraturan yang sangat tegas, sehingga tidak ada lagi yang berani merusak dan melakukan pelanggaran yang dapat merugikan dan merusak kealamian yang ada di pantai (W5,T1)
Sumber : Data Primer (diolah), 2017
Internal
Eksternal
166
Berdasarkan tabel 54. Dapat dilihat bahwa setelah melakukan analisis
menggunakan matrik SWOT akan didapatkan beberapa alternatif strategi.
Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT yaitu berupa strategi SO
untuk menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang, strategi ST untuk menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman, strategi WO untuk menciptakan strategi dengan
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan strategi WT untuk
mrnciptakan strategi dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman.
Dari hasil analisa faktor – faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
terhadap Kawasan Wisata Pantai Pangi menggunakan Matriks IFE dan EFE dan
dihitung dengan perhitungan skala likert, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Skor untuk faktor kekuatan : 2
2. Skor untuk faktor kelemahan : 1,03
3. Skor untuk faktor peluang : 1,99
4. Skor untuk faktor ancaman : 0,77
Hasil penelitian ini mendapati titik koordinat dengan melakukan perhitungan
terhadap skor yang didapat dari faktor internal dan faktor eksternal sebagai
berikut :
Sumbu horizontal (x) sebagai faktor internal menunjukkan titik koordinat (x)
sebesar : 2 – 1,03 = 0,97
Sumber vertikal (y) sebagai faktor eksternal menunjukkan titik koordinat (y)
sebesar :1,99 – 0,77 = 1,22
Setelah mendapat titik koordinat (x) dan (y) dari hasil perhitungan diatas,
masukkan titik – titik tersebut kedalam Matriks Grand Strategy untuk menentukan
strategi apa yang harus dilakukan. Matriks Grand Strategy (hasil) dapat dilihat
pada Gambar 20.
167
Gambar 20. Matriks Grand Strategy
Pada diagram diatas diketahui bahwa berdasarkan hasil skoring yang
dilakukan terhadap faktor – faktor internal dan eksternal diperoleh nilai koordinat
yang terletak pada kuadran I diagram analisis SWOT. Dimana dalam situasi ini
perusahaan atau instansi berada pada situasi yang menguntungkan, karena
selain kekuatan, peluang yang dimiliki perusahaan atau instansi tersebut juga
dapat dimanfaatkan. Sehingga strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented
Strategy) menggunakan strategi Strenght Opportunities (SO) dan diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengoptimalkan
kekuatan yang ada di Pantai Pangi dan memanfaatkan peluang yang ada di luar
Pantai Pangi.
(X)
(Y)
BERBAGAI PELUANG
KEKUATAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
KELEMAHAN
INTERNAL
(0,97 ; 1,22) Kuadran III
Mendukung strategi turn-around
Kuadran IV Mendukung strategi
Defensif
Kuadran III Mendukung strategi
defersifikasi
Kuadran I Mendukung strategi
agresifif
168
5.8.2 Matriks IE
Dari hasil analisa faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
terhadap Kawasan Wisata Pantai Pangi menggunakan Matriks IFE dan EFE dan
dihitung dengan perhitungan skala likert, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Skor total untuk Matrik IFE = 3,03
2. Skor total untuk Matrik IFE = 2,76
Berikut ini gambar matriks IE dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Matriks IE
Berdasarkan skor matrik IFE dan EFE serta matriks IE, posisi strategis ini
masuk dalam kuadran IV, hal ini menunjukkan bahwa strategi yang sesuai
dengan Kawasan Wisata Pantai Pangi adalah tumbuh dan membangun.
Alternatif SWOT yang sesuai dengan strategi tumbuh dan membangun antara
lain: (1) Meningkatkan pelayanan wisata yang baik guna menarik wisatawan
untuk berkunjung kembali (2) Mengintegrasikan antara kesenian dan budaya
lokal dan objek wisata dengan partisipasi masyarakat sekitar, (3) Partisipasi
masyarakat lokal dalam mengelola pantai sehingga menambah lahan pekerjaan
penduduk sekitar, (4) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi, (5)
169
Menambah wahana baru dengan mengikuti trend wisata alam seperti spot foto
selfie, penyediaan gardu pandang, flying fox,dll, (6) Mengelola potensi obyek
wisata yang dimiliki (panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, fasilitas
yang memadahi, harga terjangkau, adanya wahana tambahan, dll)agar
wisatawan berkunjung kembali, (7) Mempertahankan tingkat harga bersaing (8)
Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dengan memperlihatkan
kelebihan yang dimiliki.
5.8.3 Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM)
Berdasarkan hasil SWOT dan IE terdapat 8 alternatif strategi yang sesuai
dengan kondisi tumbuh dan membangun. Dari alternatif-alternatif tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 3 alternatif utama yang akan diolah dengan Quantitatif
Strategic Planning Matrix (QSPM). Pengelompokan alternatif-alternatif tersebut
dijabarkan pada tabel 55.
Tabel 55. Pengelompokan Alternatif pada QSPM
NO Alternatif Strategi
Utama Keterangan
1. Peningkatan pelayanan dari pengelola
1. Meningkatkan pelayanan wisata yang baik guna menarik wisatawan untuk berkunjung kembali
2 Peningkatan Partisipasi masyarakat
2. Mengintegrasikan antara kesenian dan budaya lokal dan objek wisata dengan partisipasi masyarakat sekitar
3. Partisipasi masyarakat lokal dalam mengelola pantai dengan meningkatkan produk dan atraksi wisata sehingga menambah lahan pekerjaan penduduk sekitar
3 Peningkatan dan Pengembangan Objek wisata
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi 5. Mempertahankan tingkat harga bersaing 6. Mengelola potensi obyek wisata yang dimiliki
(panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, fasilitas yang cukup lengkap, harga terjangkau, wahana tambahan, dll) agar wisatawan berkunjung kembali
7. Menambah wahana baru dengan mengikuti trend wisata alam seperti spots foto selfie, penyediaan gardu pandang, flying fox,dll
8. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dengan memperlihatkan kelebihan yang dimiliki
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
170
Setelah melakukan pengelompokan terhadap alternatif-alternatif strategi,
data tersebut perlu untuk ditentukan skor daya tarik (AS) sebagai mana nilai
numerik yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi di
rangkaian alternatif tertentu. Setelah menentukan nilai AS, mulai menghitung
Skor daya Tarik Total (TAS), yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari
setiap strategi alternatif, dengan mempertimbangkan dampak faktor keberhasilan
penting eksternal atau internal yang berdekatan. Dimana semakin tinggi Skor
Daya Tarik Totalnya, semakin menarik pula strategi alternatif tersebut. Setelah
menghitung AS dan TAS, kemudian melakukan perhitungan dengan
menjumlahkan Keseluruhan Daya Tarik Total. Jumlah Keseluruhan Daya tarik
Total (TAS) menunjukkan strategi yang paling menarik disetiap rangkaian
alternatif. Skor yang lebih tinggi mengidentifikasikan strategi yang lebih menarik.
Berikut adalah tabel Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) dapat dilihat
pada tabel 56.
171
Tabel 56. Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM)
No. FAKTOR UTAMA Bobot Peningkatan Pelayanan (pengelola)
Pengembangan Partisipasi Masyarakat
Peningkatan & Pengembangan
Objek Wisata
AS TAS AS TAS AS TAS
KEKUATAN
1 Memiliki keindahan alam yang sejuk dan asri
0,11
0
0 2 0,22
2 Dukungan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata Pantai Pangi
0,08
0 3 0,24 1 0,08
3 Memiliki sarana yang memadahi 0,1
0
0 3 0,33
4 memiliki wahana tambahan dijadikan daya tarik tersendiri
0,11
0 2 0,22 3 0,33
5 Memiliki pelayanan wisata yang baik
0,09 2 0,18
0 1 0,09
6 harga tiket terjangkau 0,07
0
0
0
KELEMAHAN
1 Aksesbilitas kurang memadahi 0,11
0 2 0,22 4 0,44
2 Jaringan komunikasi kurang terjangkau
0,07
0
0 1 0,07
3 Keterbatasan dana 0,1
0
0 4 0,4
4 Promosi wisata yang dilakukan belum optimal
0,08
0 2 0,16 3 0,24
5 perencaan pengembangan yang kurang jelas
0,08
0 1 0,08 4 0,32
Total
0,18
0,92
2,52
PELUANG
1 Adanya kesenian dan budaya yang khas yang belum diintegrasikan
0,11
0 2 0,22 2 0,22
2 Adanya trend wisata alam di kalangan masyarakat
0,12
0
0 4 0,48
3 Adanya Kecenderungan wisatawan untuk berkunjung kembali
0,11 1 0,11
0 4 0,44
4 Adanya kerjasama dengan biro perjalanan
0,1
0 1 0,1 2 0,2
5 Adanya dukungan kebijakan pemerintah
0,11
0 2 0,22 4 0,44
ANCAMAN
1 Kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga lingkungan
0,11
0
0 1 0,11
2 Berkembangnya Obyek Wisata lain yang meningkatkan persaingan
0,13
0
0 3 0,39
3 Kondisi cuaca yang menentu 0,11
0
0
0
4 Lokasi jauh dari pusat kota 0,1
0
0
0
Total
0,11 0,54 2,28
Total TAS Keseluruhan faktor
0,29 1,46 4,8
Sumber: Data Primer (diolah), 2017
172
Sehingga dari tabel QSPM diatas dapat diketahui bahwa jumlah Keseluruhan
Daya Tarik Total (TAS) di setiap alternatif yaitu:
1. Alternatif 1 (peningkatan pelayanan dari pengelola) = 0,18 + 0,11 = 0,29
2. Alternatif 2 (peningkatan partisipasi masyarakat) = 0,92 + 0,54 = 1,46
3. Alternatif 3 (peningkatan dan pengembangan objek wisata)
= 2,52 + 2,28 = 4,8
Berdasarkan jumlah total masing-masing alternatif strategi yang dihasilkan
dari pembuatan QSPM dapat diketahui bahwa nilai TAS keseluruhan yang paling
tinggi adalah alternatif 3 sebesar 4,8 yaitu strategi peningkatan dan
pengembangan objek wisata, kemudian dilanjutkan dengan alternatif 2 dengan
nilai TAS keseluruhan sebesar 1,46 yaitu peningkatan partisipasi masyarkat dan
nilai dengan nilai terendah adalah strategi 1 dengan nilai TAS keseluruhan
sebesar 0,29 dengan peningkatan pelayanan dari pengelola. Hal ini berarti
bahwa peningkatan dan pengembangan objek wisata adalah alternatif yang
terpilih sebagai prioritas utama strategi pengembangan Kawasan Wisata Pantai
Pangi.
173
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang yang telah dilakukan mengenai “Strategi
Pengembangan Kawasan Objek Wisata Pantai Pangi, Kecamatan Bakung,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur dengan Menggunakan Metode SWOT Dan QSPM”
adalah sebagai berikut :
1. Pantai Pangi merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten
Blitar, tepatnya masuk dalam wilayah Desa Tumpakepuh, Kecamatan
Bakung, Blitar. Wisata ini memiliki banyak keindahan dan keunikan tersendiri,
dimana para pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan Pantai yang
masih alami dan mempesona. Hamparan pasir pantai yang putih dan bersih
serta warna air yang biru kehijauan menambah keindahan pantai serta
wahana tambahan yang dimiliki. Wisata Pantai Pangi mulai diresmikan pada
tahun 2014 dan dikelola oleh POKDARWIS “Sekar” yang merupakan
kelembagaan kelompok sadar wisata yang berasal dari masyarakat Desa
Tumpakkepuh itu sendiri dibawah naungan Kesatuan Pengelola hutan (KPH)
yang merupakan naungan Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani)
dengan pola kemitraan.
2. Terdapat beberapa karakteristik pengunjung Kawasan Wisata Pantai Pangi.
Karakteristik pengunjung tersebut antara lain berdasarkan jenis kelamin
bahwa objek wisata tidak hanya dikunjungi oleh laki-laki saja namun
perempuan juga dapat berkunjung ke wisata Pantai Pangi. Pengunjung
berasal dari luar Kabupaten Blitar memiliki persentase lebih tinggi
dibandingkan pengunjung dalam Kabupaten Blitar, dalam kalangan usia
didominasi oleh usia muda yaitu 15-25 tahun. Berdasarkan tingkat
pendidikannya pengunjung sebagian besar sudah peduli dengan
174
pendidikannya namun belum memiliki pekerjaan karena sebagian besar
adalah pelajar/mahasiswa. Pengunjung rata – rata melakukan kunjungan
baru pertama kali karena tempat wisata yang tergolong baru yang tujuan
wisatanya adalah untuk menikmati liburan.
3. Faktor internal dan faktor eksternal terhadap pengembangan objek wisata
sebagai berikut :
Faktor internal
a. Faktor kekuatan diantaranya memiliki keindahan alam yang sejuk
dan asri, dukungan masyarakat sekitar terhadap pengembangan
wisata Pantai Pangi,memiliki sarana memadahi, memiliki wahana
tambahan dijadikan daya tarik tersendiri, memiliki pelayanan wisata
yang baik, serta harga tiket terjangkau.
b. Faktor kelemahan diantaranya aksesbilitas kurang memadahi,
jaringan tekomunikas kurang terjangkau, keterbatasan dana, promosi
wisata yang dilakukan belum optimal dan perencanaan
pengembangan kurang jelas.
Faktor eksternal
a. Faktor peluang diantaranya adanya kesenian dan budaya lokal yang
perlu diintegrasikan, adanya trend wisata alam di kalangan
masyarakat, adanya Kecenderungan wisatawan untuk berkunjung
kembali, menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata, dan
adanya dukungan kebijakan pemerintah.
b. Faktor ancaman diantaranya kurangnya kesadaran pengunjung
dalam menjaga lingkungan, berkembangnya obyek wisata lain yang
meningkatkan persaingan, kondisi cuaca tidak menentu, dan lokasi
jauh dari pusat kota.
175
4. Strategi pengembangan yang dihasilkan dalam penelitian adalah tumbuh dan
membangun karena titik koordinat yang didapatkan dari hasil perhitungan
skor matrik IFE dan EFE posisi Matriks Grand Strategy berada pada daerah
kuadran I atau berada pada daerah SO (Strenght Opportunity). Hal ini
didukung dengan perhitungan matriks IE, dimana posisi strategis ini masuk
dalam kuadran IV, hal ini menunjukkan bahwa strategi yang sesuai dengan
Kawasan Wisata Pantai Pangi juga tumbuh dan membangun sehingga
menggunakan kekuatan yang ada di Pantai Pangi dan memanfaatkan
peluang yang ada di luar Pantai Pangi. Dimana terdapat 8 alternatif strategi
yang sesuai dengan kondisi tumbuh dan membangun. Dari alternatif-alternatif
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 alternatif utama yang akan diolah
dengan Matriks QSPM, dimana hasil QSPM menyatakan peningkatan dan
pengembangan objek wisata adalah strategi terpilih sebagai perioritas utama
dalam pengembangan.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti uraikan diatas maka dapat
direkomendasikan saran – saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat sekitar objek wisata Pantai Pangi diharapkan untuk
mengetahui pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengelola pantai
dengan meningkatkan produk dan atraksi wisata dan mengintegrasikan
antara kesenian dan budaya lokal dan objek wisata melalui partisipasi
masyarakat sekitar sehingga akan berdampak pada peningkatan jumlah
kunjungan yang berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat
sekitar. Selain itu juga diharapkan membantu menjaga kebersihan lokasi
wisata dan mengenalkan serta mempromosikan objek wisata Pantai Pangi ke
wisatawan yang berkunjung.
176
2. Bagi pengelola Objek Wisata Pantai Pangi (POKDARWIS) diharapkan
sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun, merumuskan kebijakan dan
merealisasikan berbagai strategi pengembangan pariwisata diantaranya
meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi, mempertahankan
tingkat harga bersaing, mengelola potensi obyek wisata yang dimiliki
(panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, fasilitas yang cukup
lengkap, harga terjangkau, wahana tambahan, dll) agar wisatawan
berkunjung kembali, menambah wahana baru dengan mengikuti trend wisata
alam seperti spots foto selfie, penyediaan gardu pandang, flying fox,dll dan
menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dengan memperlihatkan
kelebihan yang dimiliki. Selain itu juga perlunya adanya merencanakan
pengembangan yang jelas sehingga tidak hanya dalam pemikiran seseorang
namun sudah dimusyawarahkan dan didokumentasikan sehingga secara
langsung akan berdampak positif terhadap perkembangan Pantai Pangi.
3. Bagi Pemerintah diharapkan ikut serta dalam pengelolaan wisata serta
melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Blitar sehingga
dapat meningkatkan tingkat kunjungan, selain itu pemerintah ikut serta
melakukan promosi wisata agar Wisata Pantai Pangi lebih dikenal
masyarakat luas dan menarik wisatawan yang datang lebih banyak, sehingga
bisa menambah pendapatan daerah.
4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dikembangkan dengan
meneliti terkait strategi pengembangan wisata sehingga pihak pengelola dan
pemerintah dapat mengambil kebijakan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
177
DAFTAR PUSTAKA
Ahyani, Radhiana. (2011). Pengaruh KualitasProduk terhadap Tingkat Kunjungan Wisatawan di Daerah Tujuan kawasan Objek Wisata Telaga Sarangan Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Andi Supangat. (2010). Statistik Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametri. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Amran, YS Chaniago. (2002) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Cet.V). Bandung: Pustaka Setia Agisti, Noor Sari. (2009). Implementasi Strategi Means - Ends Analysis dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa SMP Dalam Komunikasi matematis Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Apul, A.P. (2008). Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores,Nusa Tenggara Timur. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Indonesia 2016. Jakarta: BPS.
Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Bob Foster. (2008). Manajemen Ritel. Bandung :Alfabeta David FR. (2011). Manajemen Strategis. Edisi ke-12. Sunardi D, penerjemah.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Demartoto, Argyo. 2009, Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Surakarta: Univ.Sebelas Maret. Dinporabudpar Kab.Blitar. (2016). Potensi Wisata Blitar. Blitar: Dinas Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga. Freddy Rangkuti.(2005). Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis,konsep
Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad-21. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Fasial Rahmat ST.(2006).Arahan Pengembangan Pariwisata Kota Bau-Bau Prov.
Sulawesi Tenggara. Tugas Akhir Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Bandung: Fakultas Teknik Universitas Islam.
Ginanjar,S (2012). Kondisi dan Potensi Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta Utara. PKM
Penelitian Bogor: Institut Pertanian Bogor. Handayawati. (2010). Potensi Wisata Alam Bahari. Jogjakarta: UGM.
Ilyas, Muhammad. (2009).Strategi Pengembangan Pariwisata KepulauanTogean
di Kabupaten Tojo Una-Una. Sulawesi Selatan: Universitas Hassanudin
178
Ira Safitri (2004). Studi Pengembangan Prioritas Industri Kecil yang menunjang Dunia Usaha Kepariwisataan Di Kota madya Daerah Tingkat II Bukit Tinggi. Bandung: Universitas Islam Bandung Kemenpar RI. (2017).Data statistik berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) menurut pintu masuk bulan juni 2017. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Mahesa Krisna ST. (2002). Strategi Pengembangan Palabuhanratu Sebagai Daerah Tujuan Wisata. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Maulana. (2016). Penentuan Prioritas Strategi Pariwisata Dengan Menggunakan Metode Quantitative Strategi Planning Matrix. Lampung: Univ. Lampung. Muklison.(2008). Pengusahaan Ekowisata Fakultas Kehutanan.Yogjakarta: UGM Muttaqin. (2011). Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di
Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.
Malang:Univ. Malang. Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nyoman.S. Pendit. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.
Jakarta: Pradya Paramita. Oka A. Yoeti. (2005). Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta: Pradaya Paramita.
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu (2009). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Rahayu, Restu. (2010).Kajian Pengelolaan Sumberdaya Alam Danau Situgunung Untuk Pengembangan Ekowisata, Di taman Nasional, Gununggede Pangrango. Bogor: ITB
Reza, Moh. (2009). Analisis Strategi Pengembanan Pantai Lombang Di kab. Sumenep. Bogor: Institus Pertanian Bogor. Richad. (2013). Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Industri sektor Pariwisata dengan Menggunaka n Metode Swot Dan Qspm (Studi Kasus
Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Malang:Univ.Brawijaya. Sarwono.(2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta: Graha
Ilmu. Sasmito. (2012). Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal. Jakarta
Syahadat, E. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango. Jurnal Penelitain Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Volume 3. No. 1. Bogor. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
CV.ALFABETA.
179
Subadra, Nengah. (2006). Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya, dan lingkungan Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih Tabanan.
Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja karya: Bandung.
Suwantoro, (2002). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Taylor. (2002). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, suatu pendekatan fenomenologis terhadap ilmu-ilmu sosial. Diterjemahkan oleh Arief Furchan. Surabaya. Usaha Nasional UNESCO. (2009). Ekowisata Panduan Dasar Pelaksanaan. Jakarta.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Usman Rianse. (2012). Metodologi Penelitian sosial dan Ekonomi Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Ukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya .
Yudhi Mariady ST. (2010). Prioritas Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata Kota Makassar. Tugas Akhir.Bandung: Universitas Islam Bandung
Widiyanto. (2008). Pengembangan Pariwisata Perdesaan (Suatu Usulan Strategi Bagi Desa Wisata Ketingan). Jogjakarta : UGM.