strategi pengembangan pondok pesantren di kabupaten … · dengan menggunakan manajemen strategik...

13
1 Bidang Ilmu Pendidikan Tipe Penelitian Aplikatif EXECUTIVE SUMMARY PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten Banyuwangi (Upaya Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Eksistensi Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di Era Globalisasi) Tim Peneliti: Siti Aimah, S.Pd.I., M.Si (Peneliti Utama) Lely Ana Ferawati Ekaningsih, SE., MH., MM (Anggota 1) Dr. H. Abdul Kholiq Syafa’at, MA (Anggota 2) Drs. Mahbub, M.Ag (Anggota 3) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM (STAIDA) BANYUWANGI TAHUN 2013

Upload: ngonhi

Post on 10-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

1

Bidang Ilmu Pendidikan

Tipe Penelitian Aplikatif

EXECUTIVE SUMMARY

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN BANYUWANGI

Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten Banyuwangi (Upaya Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Eksistensi

Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di Era Globalisasi)

Tim Peneliti:

Siti Aimah, S.Pd.I., M.Si (Peneliti Utama)

Lely Ana Ferawati Ekaningsih, SE., MH., MM (Anggota 1)

Dr. H. Abdul Kholiq Syafa’at, MA (Anggota 2)

Drs. Mahbub, M.Ag (Anggota 3)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM (STAIDA)

BANYUWANGI

TAHUN 2013

Page 2: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

2

Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten Banyuwangi

(Upaya Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Eksistensi

Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di Era Globalisasi)

Siti Aimah, Lely Ana Ferawati Ekaningsih, Abdul Kholiq Syafa’at dan Mahbub

(STAI Darussalam Blokagung Banyuwangi)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor

eksternal yang dapat menimbulkan peluang dan ancaman, serta faktor internal yang

merupakan kekuatan dan kelemahan bagi pesantren, sehingga dapat diketahui strategi apa

yang cocok untuk diterapkan pada pesantren dalam upaya meningkatkan eksistensinya

sebagai lembaga pendidikan Islam di kondisi lingkungan yang telah berubah modern.

Fokus penelitian adalah strategi pengembangan pondok pesantren dalam upaya

mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan di era globalisasi. Jenis

penelitian adalah penelitian kualitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah:

Analisis kualitatif, yaitu serangkaian kegiatan menganalisis data dalam obyek penelitian

yang tidak dinyatakan dalam angka-angka tetapi menggunakan analisis SWOT. Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan

pesantren di Kabupaten Banyuwangi ada 3, diantaranya; 1) strategi pengembangan

lembaga pendidikan Islam ada 2, yaitu: konsisten dan adaptif, 2) strategi pembaruan

manajemen pesantren yakni dengan penerapan manajemen profesional, 3) strategi

peningkatan sumber daya pesantren ada 2, yaitu: peningkatan Sumber Daya Insani dan

peningkatan Sumber Daya Alam.

ABSTRACT

This study was conducted to identify and analyze the external factor sthat canlead to

opportunities and threats, as well as internal factors are the strengths and weaknesses for

boarding, so we can know what strategies are suitable tobe applied in schools in an effort

to increase its presence as an Islamic educational institutions in the environmental

conditions that have changed modern. The focus of research is the development strategy

of boarding school in an effort to maintain its existence as educational institutions in the

era of globalization. This type of research is qualitative research. Data analysis methods

used are: a qualitative analysis, which is a series of activities to analyze the data in the

study objects that are not expressed in the figures using SWOT analysis. Research results

indicate that the development of appropriate strategies tobe implemented in the pesantren

Banyuwangi regency there are 3: 1) development strategy of Islamic educational

institutions there are two, namely: consistent and adaptive, 2) strategy pesantren

management revolution is by application of professional management, 3) strategies for

improving resource there are 2 schools of power, namely: enhancement of human

resources and improvement of Natural Resources.

Page 3: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

3

1. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi, pondok pesantren dihadapkan pada beberapa perubahan

sosial budaya yang tidak terelakkan, pondok pesantren tidak dapat melepaskan diri dari

perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi informasi dapat menembus benteng budaya

pondok pesantren. Dinamika sosial ekonomi telah mengharuskan pondok pesantren untuk

tampil dalam persaingan dunia pasar bebas (free market), belum lagi sejumlah

perkembangan lain yang terbungkus dalam dinamika masyarakat yang juga berujung

pada pertanyaan tentang resistensi (ketahanan), responsibilitas (tanggung jawab),

kapabilitas (kemampuan), dan kecanggihan pondok pesantren dalam tuntutan perubahan

besar. Apakah pesantren mampu menghadapi konsekuensi logis dari perubahan-

perubahan tersebut?. Usaha mencari alternatif jawaban itu relatif akan ditemukan bila

diketahui dan dipahami secara persis antropologi internal dan eksternal pondok pesantren.

Upaya ini meniscayakan penelanjangan yang jujur dan rela melepaskan diri dari segala

asumsi negatif dan sikap apriori terhadap pondok pesantren(Suwendi, 2004:118).

Pesantren, dengan teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk menyikapi

globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari solusi yang benar-

benar mencerahkan, sehingga pada pada suatu sisi, dapat menumbuh kembangkan kaum

santri untuk memiliki wawasan yang luas, yang tidak gamang menghadapi modernitas,

dan sekaligus tidak kehilangan identitas dan jati dirinya, dan pada sisi lain, dapat

mengantarkan masyarakatnya menjadi komunitas yang menyadari tentang persoalan yang

dihadapi dan mampu mengatasi dengan penuh kemandirian dan peradaban(Abdul A’la,

2006: 9).

Seiring dengan kebutuhan yang demikian cepat berkembang dan beragam serta

kompleksitasnya masalah yang dihadapi, maka diperlukan adanya profesionalitas dalam

rangka meningkatkan kualitas kinerja lembaga dakwah. Lembaga pesantren perlu

berbenah diri untuk dapat berhasil memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat modern

tersebut. Pesantren sebagai lembaga dakwah sekaligus sabagai lembaga pendidikan yang

mencetak generasi penerus Islam yang handal dan profesional sesuai dengan

perkembangan jaman, dituntut untuk mampu menawarkan pemahaman Islam yang

modern dan universal. Di samping modernisasi ide, modernisasi kelembagaan organisasi

juga harus dilakukan dengan penerapan proses manajemen yang benar .

Tantangan terbesar bagi keberhasilan sebuah lembaga dakwah seperti pesantren

dalam mencapai tujuan adalah berubahnya jaman yang menuntut profesionalisme dalam

pengelolaan lembaga, kualitas sumber daya pengelola, kemampuan pengelola dalam

menyikapi kemajuan teknologi, serta meluluskan alumni yang berkualitas. Untuk bisa

memenuhi hal tersebut suatu lembaga dakwah seperti pesantren dapat menerapkan dan

mengaplikasikan konsep manajemen strategi dalam usaha mencapai tujuannya.

Dengan perencanaan strategi dapat membantu lembaga dakwah seperti pesantren

untuk menangani kondisi yang berubah, membantu untuk merumuskan dan

menyelesaikan isu-isu penting yang dihadapi. Dengan perencanaan stategi dapat

membantu membangun kekuatan dan menarik manfaat dari peluang-peluang penting,

sementara di lain pihak dapat juga mengurangi apa yang merupakan kelemahannya atau

menghindari ancaman serius. Bahkan perencanaan strategi mampu membuat lebih efektif

dalam kondisi lingkungan yang penuh ancaman.

2. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat

dalam penelitian ini adalah:

a. Apa saja faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Pondok Pesantren

yang ada di Kabupaten Banyuwangi?

b. Apa saja faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Pondok Pesantren

yang ada di Kabupaten Banyuwangi?

Page 4: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

4

c. Bagaimanakah strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan pondok

pesantren di Kabupaten Banyuwangi?

d. Apa saja kebijakan yang bisa direkomendasikan kepada pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi terkait strategi pengembangan pesantren?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Pondok

Pesantren yang ada di Kabupaten Banyuwangi

b. Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Pondok

Pesantren yang ada di Kabupaten Banyuwangi

c. Untuk mengetahui strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan pondok

pesantren di Kabupaten Banyuwangi

d. Untuk mengetahui kebijakan yang bisa direkomendasikan kepada pemerintah

daerah Kabupaten Banyuwangi terkait strategi pengembangan pesantren

4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat lebih

mengembangkan kajian tentang strategi pengembangan khususnya untuk

organisasi non profit, karena masih sedikit penelitian yang telah dilakukan.

b. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat bagi lembaga dakwah

Islam yang lainnya selain pondok pesantren untuk dapat menerapkan strategi yang

tepat dalam mengembangkan lembaganya.

c. Bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah dan departemen agama, penelitian

ini sangat bermanfaat guna menentukan kebijakan yang berkaitan dengan

pengembangan pondok pesantren.

5. STUDI PUSTAKA

a. Kajian Teori

1) Manajemen Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani stratogos yang artinya ilmu para jenderal

untuk memenangkan suatu pertempuran dengan menggunakan sumber daya yang

terbatas(Sihombing, 2000). Pengertian atau definisi Manajemen strategi dalam

khasanah literatur ilmu manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu

pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya defenisi manajemen strategi

berkembang luas tergantung pemahaman ataupun penafsiran seseorang.

Strategi menjadi suatu kerangka yang fundamental tempat suatu organisasi

mampu menyatakan kontinuitasnya yang vital, sementara pada saat yang bersamaan

ia akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu

berubah. Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja

untuk menyelesaikan setiap masalah strategis didalam perusahaan, terutama yang

berkaitan dengan persaingan, maka para menajer diajak untuk berpikir lebih kreatif

atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic Architecture dan Operasi dalam

Dunia Pendidikan penting dilakukan setelah analisis lingkungan, lembaga

pendidikan diharapkan mampu memperoleh gambaran yang cukup utuh mengenai

kondisi eksternal dan kondisi internalnya. Dengan demikian faktor-faktor yang

merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman sudah mampu

terdefenisi dengan jelas. Berdasarkan hal ini, suatu institusi pendidikan kemudian

dapat menentukan dan menetapkan arah yang ingin dituju dimasa depan.

2) Pondok Pesantren

a)Tinjauan tentang Pesantren

Page 5: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

5

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan sekaligus lembaga

dakwah Islam yang ada di Indonesia, pesantren pada dasarnya dibangun atas

keinginan bersama antara dua komunitas yang saling bertemu yaitu santri

(masyarakat) yang ingin menimba ilmu sebagai bekal hidup dan kyai/guru yang

secara ikhlas ingin mengajarkan ilmu dan pengalamannya. Seperti yang dikatakan

oleh Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi dalam bukunya membuka jendela

Pendidikan (2004:55), “Kyai dan santri adalah dua komunitas yang memiliki

kesadaran yang sama untuk sacara bersama-sama membangun komunitas keagamaan

yang disebut pesantren”.

Pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya

setelah abad ke 16. Karya-karya jawa klasik seperti serat cabolek dan serat centini

mengungkapkan bahwa sejak permulaan abad ke 16 di Indonesia telah banyak di

jumpai lembaga-lembaga yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam

bidang fiqih, aqidah, tasawuf, dan menjadi pusat-pusat penyiaran Islam yaitu

pesantren.

Pada dasarnya, pesantren lahir sebagai perwujudan dari dua keinginan yang

bertemu, keinginan orang yang ingin menimba ilmu sebagai beak hidup (santri) dan

keinginan orangyang secara ikhlas mengajarkan ilmu dan pengalamannya kepada

umat (kyai). Sehingga secara Fisik penggambaran pesantren adalah lembaga yang

memadukan dua keinginan tersebut. Adapun tempatnya dapat berupa langgar,

mushalla atau masjid, yang berkembang berdasarkan bertambahnya santri yang

menuntut ilmu.

Pada masa penjajahan, pesantren mengalami tekanan yang amat berat,

pesantren memang memberikan pengajaran tentang cinta tanah air dan menanamkan

sikap patriotik pada para santrinya. Karena, walaupun pada dasarnya hanya

merupakan lembaga pendidikan keagamaan, namun lembaga ini juga mengutamakan

dalam pembinaan mental dan spiritual para santrinya. Hal inilah yang menjadi

kekhawatiran penjajah. Untuk menanggulangi hal yang demikian, pemerintah Hindia

belanda kemudian menawarkan bentuk pendidikan yang modern dalam performa

sekolah. Sekolah-sekolah Hindia Belanda kemudian berkembang menyaingi

keberadaan pesantren, sekolah-sekolah ini lebih bersifat pendidikan yang berorientai

kepada kerja, dalam arti para lulusannya dapat memperoleh kerja melalui ijasah yang

diberikan oleh sekolah tersebut. Untuk mengimbangai hal yang demikian, beberapa

cendekiawan muslim Indonesia pada saat itu mencoba mendirikan sekolah-sekolah

lebih berciri khas keIslaman yaitu madrasah. Mulailah pengajaran agama

diperkenalkan melalui sistem sekolah modern. Akan tetapi sistem ini tidak serta

merta diterima begitu saja. Sehingga mulai muncul dikotomi-dikotomi antara

pesantren yang mengadopsi sistem sebagaimana pesantren didirikan pada awalnya

atau lebih dikenal dengan istilah pesantren salaf dan kholaf atau modern.

b) Tujuan Pesantren

Menurut Qomar (2007:6-7),tujuan umum pesantren adalah membina warga

negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan

menanam rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan.

c) Ciri-ciri pesantren

Ciri-ciri pesantren yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai salafiyah

menurut Sulthon dan Khusnurridlo (2006:12-13)dapat didefinisikan sebagai berikut:

(1) Adanya hubungan yang akrab antara santri dan kyai, (2) Kepatuhan santri pada

kyai, (3) Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan

pesantren, hidup mewah hampir tidak ditemukan di sana, (4) Kemandirian amat

terasa di kehidupan pesantren, (5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan

(Ukhuwah Islamiyah) sangat mewarnai pergaulan di pesantren. (6) Disiplin sangat

dianjurkan, (7) Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia, (8) Pemberian ijazah.

Page 6: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

6

d)Prinsip-prinsip pendidikan pesantren

Keinginan dan kaidah yang terlaku di dalam kehidupan pesantren merupakan

nilai pokok yang melandasi kehidupan dunia pesantren. Eksistensi pesantren menjadi

kokoh karena dijiwai oleh apa yang dikenal dengan pasca jiwa pesantren menurut

Tolkhah dan Barizi, 2004:55-56,yaitu: (1) Keikhlasan, (2) Kesederhanaan, (3)

Kemandirian, (4) Bebas, (5) Ukhuwah Islamiyyah.

b. Penelitian terkait. Penelitan-penelitian strategi lebih banyak dilakukan di lembaga bisnis (profit)

sedangkan penelitian strategi dalam lembaga non-profit masih kurang banyak dilakukan.

Berikut ini beberapa penelitian serupa yang sudah pernah dilakukan baik di lembaga

bisnis (profit) maupun lembaga non-profit.

Penelitian oleh Diyah Yuli Sugiarti (2012) dengan judul Strategi Pengembangan

Pondok Pesantren Dalam Membangun Peradaban Muslim Di Indonesia, menggunakan

jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan pesantren di

Indonesia memiliki berbagai kekuatan, kelemahan sebagai faktor internal sekaligus

mempunyai faktor eksternal b erupa peluang dan ancaman yang dianalisa dengan SWOT

didapat nilai (1,25 : 0,90). Hal ini menunjukkan pesantren di Indonesia berada pada

kuadran pertama yang berarti bahwa pesantren di Indonesia memiliki kondisi yang

menguntungkan, sehingga mendukung kebijakan yang agresif (Growht Oriented

Strategy). Maka ketika ada gagasan menjadikan pesantren sebagai pusat peradaban di

Indonesiaadalah suatu keniscayaan yang untuk mewujudkannya memerlukan starategi

umum (grand strategy) meliputi; (1) memahami landasan dan konsep kebangkitan, (2)

merumuskan kembali tujuan pesantren, (3) membenahi system pendidikan pesantren, (4)

meningkatkan manajemen pesantren, (5) meningkatkan out put pesantren, (6)

refungsionalisasi pesantren, (7) memabangun mitra kerjasama ke luar pesantren, (8)

meningkatkan peran pesantren, (9) modernisasi dalam tekhnologi, informasi dan

komunikasi dan (10) program unggulan di era globaliasasi.

Penelitian Hefni Zaini (2013) berjudul strategi pengembangan pendidikan lifeskill

pondok pesantren di Madura. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pengembangan

pendidikan life skill di pondok pesantren Madura dilakukan dengan tiga strategi, yakni

melalui pengembangan kurikulum ekstra kurikuler, melalui kerjasama dengan pihak-

pihak terkait, dan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia. (2) Jenis pendidikan life

skill unggulan yang dikembangkan di pondok pesantren Madura meliputi : peternakan,

budidaya lele, budidaya ikan hias, produksi minyak wangi dan pembuatan ramuan jamu

herbal. Penetapan pilihan jenis keterampilan diatas kecuali mengacu pada kondisi,

karakteristik serta potensi daerah setempat, juga mengacu pada. minat dan kebutuhan para

santri.(3) Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura umumnya

berdampak positif terhadap pengembangan SDM di pondok pesantren, antara lain dapat

dikembangkan sebagai sektor usaha. Terserapnya alumni sebagai tenaga kerja pada usaha

dan kegiatan perekonomian, Santri dan alumni dapat mentransformasikan kepada orang

lain bidang keterampilan dan kecakapan yang dikuasainya, dan Sebagai sarana

pembentukan opini dan pencitraan positif bagi pesantren yang bersangkutan. Dan (4)

Pengembangan pendidikan life skill di pondok pesantren Madura memiliki kendala dan

peluang. Kendalaya antara lain terdapat pada aspek kelembagaan dan manajemen, aspek

kurikulum dan pembelajaran, aspek pendanaan dan sarana, serta aspek budaya.

Sedangkan peluangnya adalah munculnya kesadaran baru untuk melakukan inovasi,

prinsip dan karakteristik pesantren yang sejalan dengan misi pendidikan life skill.

6. METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian dan penentuan fokus

Fokus penelitian adalah strategi pengembangan pondok pesantren dalam upaya

mempertahankan eksistensinya sebaga lembaga pendidikan di era globalisasi.

Page 7: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

7

Sedangkan jenis penelitian adalah penelitian kualitatif yang didefinisikan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif (berupa kata-kata yang tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati).

b. Lokasi/obyek penelitian

Lokasi/obyek penelitian adalah Pondok pesantren yang berada di kabupaten

Banyuwangi dan pondok pesantren yang memiliki lembaga pendidikan formal serta

telah diakui eksistensinya oleh pemerintah dan masyarakat yaitu:

1) Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi

2) Pondok Pesantren Bustanulmakmur Canga’an Genteng Banyuwangi

3) Pondok Pesantren Mamba’ulhuda Krasak Tegalsari Banyuwangi

4) Pondok Pesantren Mamba’ululum Sumberberas Muncar Banyuwangi

5) Pondok Pesantren Darussholah Gumirih Singojuruh Banyuwangi

c. Sumber dan teknik pengumpulan data

1) Sumber data

Data yang akan diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari survei lapangan yang berasal dari pengasuh pondok pesantren,

ulama, departemen agama, serta masyarakat disekitar pondok pesantren yang

berkompeten. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna. Data sekunder

diperoleh dari dokumentasi instansi atau dinas terkait.

2) Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, ini dilakukan untuk

mengumpulkan informasi dari berbagai aktifitas yang dilakukan oleh internal

pondok pesantren. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

lebih mendalam tentang pemikiran informan berkenaan dengan perkembangan

pondok pesantren. Dokumentasi sebagai data pendukung tentang informasi yang

telah didapatkan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara.

d. Penentuan Informan

Informan penelitian diambil dengan tujuan penelitian. Adapun informan yang

dimaksud adalah 10 orang pengasuh pondok pesantren, 14 orang staf pengelola

pondok pesantren, 15 orang tokoh agama dan 15 orang tokoh masyarakat, 10 orang

alumni pesantren dan 6 orang dari dinas terkait. Jadi total informan untuk penggalian

data pada 5 (lima) pesantren yang memiliki lembaga pendidikan formal di kabupaten

Banyuwangi adalah sejumlah 70 orang.

e. Teknik analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah: Analisis kualitatif, yaitu serangkaian

kegiatan menganalisis data dalam obyek penelitian yang tidak dinyatakan dalam

angka-angka yaitu menggunakan analisis Strength, Weaknes, Opportunity and

Threat (SWOT) adalah suatu analisis yang membandingkan antara kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh organisasi serta peluang dan ancaman yang terjadi

dalam organisasi untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang akan digunakan

untuk mencapai tujuan organisasi.

7. HASIL PENELITIAN

Sebagaimana pesantren pada umumnya pesantren yang ada di Kabupaten

Banyuwangi bersifat mandiri dalam pendirian dan pengelolaan pesantren, termasuk

pengelolaan lembaga pendidikannya. Hal ini disebabkan pesantren adalah lembaga sosial

kemasyarakatan yang adanya karena dukungan masyarakat selain kyai sebagai tokoh

sentralnya. Kemudian pesantren yang mayoritas berada di daerah pedesaan merupakan

lembaga keagamaan, sehingga menjadi rujukan masyarakat untuk menjawab berbagai

persoalan keagamaan, akan tetapi pesantren dalam perkembangannya membentuk dirinya

sebagai lembaga pendidikan kultural yang tidak bisa diseragamkan antara satu pesantren

dengan pesantren lainnya, atau antara pesantren sebagai lembaga pendidikan dengan

Page 8: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

8

lembaga pendidikan yang non pesantren. Ketidakseragaman tersebut dipicu oleh budaya

masyarakat pesantren (kyai, ustadz dan santri) dan masyarakat sekitar pesantren. Oleh

karena itu pesantren disebut sebagai lembaga yang unik, membentuk kekhasan tersendiri

terkait khususnya pada metode pembelajaran, kitab rujukan dan tempat tinggal santri

(Nur Syam, 2005: 247).

a. Faktor eksternal untuk pengembangan pesantren di kabupaten Banyuwangi

dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Peluang atau kesempatan yang harus dicari dan dimasuki karena dapat

memberikan keuntungan pada perkembangan pondok pesantren di Kabupaten

Banyuwangi diantaranya;

a) Adanya kepercayaan masyarakat kepada pesantren sebagai lembaga

pendidikan yang tidak hanya mementingkan pembinaan kecerdasan

intelektual tetapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam

satu paket pendidikan dengan waktu sehari semalam, melalui pengajaran di

kelas, lalu pendampingan kegiatan harian di asrama dan masjid oleh kyai

dan ustadz yang tidak hanya memberikan pendidikan, tetapi juga

memberikan keteladanan. Kondisi tersebut yang dewasa ini banyak ditiru

oleh lembaga pendidikan non pesantren dengan sistem full day school.

Seperti data yang diperoleh dari 5 (lima) pesantren yang menjadi objek

dalam penelitian ini, semuanya memanfaatkan kepercayaan masyarakat

untuk mengembangkan lembaga pendidikannya dengan paket pelayanan unit

pendidikan agama (yakni madrasah diniyah) dan pendidikan umum yang

berafiliasi dengan kementerian agama maupun kementerian pendidikan

nasional serta pendampingan kegiatan keagamaan melalui kegiatan

pesantren yang disempurnakan dengan penyediaan kegiatan ekstra kurikuler

(berbasis pengembangan keterampilan).

b) Adanya perhatian dari pemerintah dan swasta pada upaya pengembangan

dan peningkatan melalui bantuan rehab sarana pendidikan, alat-alat

ketrampilan dan sebagainya.

2) Ancaman adalah segala macam bahaya yang sedang dihadapi maupun yang akan

dihadapi oleh pondok pesantren di Kabupaten Banyuwangi diantaranya;

a) Adanya anggapan masyarakat bahwa pesantren dengan lembaga pendidikan

yang diselenggarakannya merupakan the second choice. Hal ini didasari

selama ini sebagian pesantren dalam mengembangkan lembaga

pendidikannya masih menggunakan manajemen tradisional, artinya belum

mau membuka diri untuk mengikuti perkembangan jaman, diantaranya

perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, termasuk di

dalamnya penerapan variasi metode pembelajaran dan penggunaan media

pembelajaran berbasis IT, baik visual maupun audio visual. Sehingga

pesantren terkesan tidak mampu bertahan untuk mendapatkan simpati

masyarakat dalam pesaingan dunia pendidikan.

Kondisi tersebut yang kemudian membuat masyarakat yang putra-putrinya

tidak diterima di sekolah negeri baru kemudian mendaftarkan putra-putrinya

ke pesantren. Seperti fenomena yang selama ini terjadi puncak pendaftaran

santri/peserta didik baru di lembaga pendidikan yang dikelola pesantren

adalah setelah adanya pengumuman seleksi peserta didik baru di lembaga

pendidikan negeri, baik tingkat SLTA maupun tingkat SLTP bahkan tingkat

Perguruan Tinggi.

b) Adanya anggapan masyarakat bahwa pesantren merupakan kawasan kumuh,

sehingga dengan anggapan ini menyebabkan masyarakat mengurungkan

niatnya yang hendak mendaftarkan putra/putrinya ke pesantren. Sebagai

orang tua tentu saja mereka menghendaki tempat belajar yang bersih dan

Page 9: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

9

sehat bagi putra/putrinya, apalagi pesantren lebih dari sekedar tempat

belajar, karena selain menjadi tempat belajar, pesantren juga menjadi tempat

mukim, yakni tempat tinggal sementara santri/peserta didik yang menempuh

belajar di pesantren.

Sementara itu, di pesantren sendiri sampai saat ini masih ada mitos yang

beredar di kalangan santri, entah sengaja atau tidak disebarkan bahwa jika

santri belum mengidap penyakit “gudiken” yaitu penyakit gatal-gatal di kulit

yang disebabkan kurang terjaminnya kebersihan diri dan lingkungan santri,

maka belum akan mendapatkan keberkahan dan kurang afdlol (utama)

menjadi santri. Dengan mitos ini pula semakin mengukuhkan anggapan

masyarakat bahwa pesantren memang sangat identik dengan areal

pemukiman kumuh.

Sedangkan kesederhanaan dan kebersahajaan kehidupan di pesantren seakan

mendukung anggapan tersebut, yakni keterbatasan fasilitas, mulai dari kamar

seukuran 4X3 dihuni oleh 20-30 santri yang multi fungsi sebagai tempat

tidur, tempat istirahat, tempat makan, tempat belajar dan sebagainya.

Kemudian juga kamar mandi/toilet yang idealnya dipakai oleh 5-10 santri

namun pada kenyataannya di pesantren sebuah fasilitas MCK (Mandi, Cuci,

Kakus) ironisnya bisa dipakai oleh 35-40 santri. Hal inilah yang menjadi

penyabab budaya antri di pesantren tidak kunjung berkesudahan. Hal ini pula

yang juga menyebabkan pesantren seperti mengamini anggapan masyarakat

di atas. Pihak pengelola pesantren sendiri sebenarnya telah mengupayakan

penambahan fasilitas untuk mencukupi kebutuhan santri tersebut, namun

pesantren sebagai lembaga pendidikan swasta yang mandiri tersebut, tidak

pernah membatasi jumlah santri/peserta didik yang masuk. Sehingga terjadi

lonjakan santri melebihi kapasitas fasilitas yang tersedia di pesantren.

b. Faktor internal untuk pengembangan pesantren di kabupaten Banyuwangi

dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Kekuatan adalah segala keunggulan yang dimiliki oleh pesantren di Kabupaten

Banyuwangi antara lain;

a) Pesantren telah mengakar di masyarakat, seperti halnya pesantren di Indonesia

secara umum, pesantren di Kabupaten Banyuwangi adalah lembaga

pendidikan Islam yang keberadaannya jauh lebih dulu dibanding lembaga

pendidikan non pesantren yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta.

Pada proses pendirian pesantren andil masyarakat juga sangat besar, meskipun

kyai (sebagai pengasuh pesantren) berperan menjadi tokoh sentralnya.

Pada perkembangannya, pesantren juga selalu melibatkan masyarakat,

khususnya masyarakat yang berada di sekitar pesantren. Hal ini ditengarai

karena pesantren memerankan dirinya sebagai lembaga sosial

kemasyarakatan, meskipun peranannya lebih ke arah pembinaan bidang

keagamaan. Hal ini tampak pada kegiatan keagamaan pesantren yang

dilakukan di lingkungan masyarakat, seperti: pembinaan tata cara bersuci, tata

cara beribadah sholat, zakat, puasa dan sebagainya. Di lingkungan pesantren

Darussalam Blokagung Banyuwangi kegiatan ini diwujudkan dengan bentuk

pembinaan kelompok pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu sekitar pesantren

secara terpisah bersifat rutin dan berkala.

b) “The High Moral” adalah istilah yang diberikan masyarakat dan melekat kuat

pada pesantren. Selama ini, meskipun secara kualitas pendidikan pesantren

masih disangsikan oleh sebagian masyarakat dalam persaingan dunia

pendidikan, akan tetapi dalam hal pendidikan moral, pesantren masih

dianggap sebagai juaranya. Sehingga seringkali alasan masyarakat

mendaftarkan putra/putrinya ke pesantren, baik sebagai santri/peserta didik

Page 10: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

10

baru maupun mutasi dari lembaga pendidikan lain yang non pesantren adalah

untuk pembinaan akhlak.

Hal ini didukung oleh fenomena di masyarakat dewasa ini akibat pergaulan

bebas, kesibukan orangtua kerja di luar rumah yang menyebabkan terbatasnya

pendampingan kepada putra/putrinya, pengaruh media cetak maupun media

elektronik tanpa ada penyaringan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran

atau pendidikan dan pada akhirnya menjadi faktor dekadensi moral yang

kemudian menguntungkan pesantren, karena masih dipercaya sebagai tempat

pembinaan moral atau dikenal juga dengan “bengkel moral”.

c) Kyai sebagai figur teladan, konsep ini juga berlaku di pesantren-pesantren

Kabupaten Banyuwangi. Keadaan ini pula yang memberikan pengaruh sangat

besar pada pembangunan stabilitas dan peningkatan eksistensi pesantren

sebagai lembaga pendidikan. Ukuran perkembangan moral santri bermula dari

teladan yang diberikan oleh kyai dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu,

perintah kyai dalam kehidupan pesantren adalah hal yang diagungkan sebagai

bentuk kepatuhan santri dengan harapan mendapatkan keberkahan dari kyai

notabene-nya “Sang Maha Guru pesantren”. Sehingga sangat lumrah jika

kemudian aturan-aturan kehidupan di pesantren secara tertulis maupun tidak

tertulis bersumber dari perkataan dan perbuatan kyai yang dijadikan dasar

hukum moralitas santri. Sebagai figur teladan, peran kyai pada kehidupan

pesantren maupun dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat

sekitar pesantren juga sangat besar, apalagi kemudian teladan tersebut menjadi

poin plus kharismatik yang dimiliki kyai, sehingga kyai kian tersohor tidak

hanya pada lingkup santri tetapi juga di kalangan masyarakat. Hal ini terbukti

pada kecenderungan masyarakat memilih suatu pesantren sebagai tempat

pendidikan putra/putrinya adalah karena kyainya kharismatik atau karena

kelebihan-kelebihan lain kyai tersebut masyhur di masyarakat sampai menjadi

daya tarik kuat masyarakat memilih pesantren yang dipimpin kyai tersebut.

2) Kelemahan adalah segala keterbatasan yang dimiliki oleh pesantren di Kabupaten

Banyuwangi antara lain;

a) Kelemahan manajemen, dari 5 pesantren yang diteliti dalam penelitian ini

manajemen yang diterapkan adalah masih berupa manajemen tradisional,

dimana segala kebijakan pesantren masih bermuara pada perkataan dan

persetujuan kyai sepuh yang menjadi pengasuh utama pesantren. Hal inilah

yang kemudian menghambat profesionalisme kinerja ustadz/ustadzah dan

pegawai yang membantu kyai dalam meningkatkan kualitas layanan

pendidikan pesantren.

b) Kepemilikan Sumber Daya Insani yang rendah, pada perkembangannya

dampak yang diperoleh tidak hanya kualitas pelayanan pendidikan yang

rendah akan tetapi juga kurang maksimalnya pemanfaatan Sumber Daya Alam

pesantren sebagai aset yang seharusnya mampu dioptimalkan pengelolaannya

secara profesional, sehingga bernilai profit dan mampu mensejahterakan

pesantren bahkan mampu meningkatkan eksistensi pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam.

c) Inklusif, pemahaman berlebihan pada istilah pesantren salaf, menyebabkan

pengelola pesantren kurang membuka diri dengan dunia luar pesantren.

Akibatnya pesantren tidak mampu menjalin koordinasi bahkan kerjasama

dengan pihak-pihak terkait baik pemerintah maupun swasta yang sebenarnya

memberikan pengaruh positif dalam mendukung upaya pesantren untuk

meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang dikelolanya.

Page 11: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

11

8. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Peluang atau kesempatan diantaranya; adanya kepercayaan masyarakat kepada

pesantren dan adanya perhatian dari pihak pemerintah dan swasta

2) Ancaman diantaranya; adanya anggapan masyarakat bahwa pesantren dengan

lembaga pendidikan yang diselenggarakannya merupakan the second choice dan

pesantren merupakan kawasan kumuh.

b. Faktor internal dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Kekuatan antara lain; pesantren telah mengakar di masyarakat dan predikat “The

High Moral” yang dimiliki oleh pesantren, serta kyai sebagai figur teladan.

2) Kelemahan antara lain; penerapan manajemen yang kurang profesional, Sumber

Daya Insani yang rendah dan pengelolaan Sumber Daya Alam pesantren yang

kurang optimal, serta sikap inklusif pengelola pesantren.

c. Strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan pesantren di Kabupaten

Banyuwangi

1) Strategi pengembangan lembaga pendidikan Islam ada 2, yaitu:

a) Konsisten, dengan peluang dan kekuatan yang dimiliki oleh pesantren berupa

kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga pendidikan berbasis pendidikan

moral, sekaligus adanya kyai sebagai tokoh sentral pesantren dengan kharisma

serta kelebihan lain yang dimiliki mampu menjadi daya tarik masyarakat

untuk mendaftarkan putra-putrinya belajar di pesantren, maka sudah

seharusnya pesantren berupaya sedemikian rupa mewujudkan asumsi

masyarakat, bahwa pesantren layak menyandang predikat The High Moral.

Adapun caranya dengan mempertahankan sistem pendidikan yang telah

diselenggarakannya selama ini yakni pendidikan berbasis keagamaan melalui

madrasah diniyah yang disebut sebagai ruhnya pesantren. Hal inilah yang

selaras dengan konsep almuhafadhotu ‘alaa al-qodiimi as-shoolih

(mempertahankan sitem lama yang baik).

b) Adaptif, untuk bersaing dengan lembaga pendidikan non pesantren baik yang

dibina oleh pemerintah maupun swasta, maka pesantren melalui lembaga

pendidikan Islam yang dikelolanya harus mau membuka diri dengan cara

transformasi pendidikan, misalnya dengan sistem pendidikan yang berbasis IT

yang memungkinkan lembaga pendidikan Islam tersebut mampu menerapkan

variasi metode pembelajaran dengan media visual maupun audio visual dan

pada akhirnya bisa menciptakan suasanan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Kondisi inilah yang sebenarnya

selaras dengan konsep wa al-akhdu bi al-jadiid al-ashlah (mengambil sistem

baru yang lebih baik).

2) Strategi pembaruan manajemen pesantren

Selama ini pesantren sangat kental dengan manajemen tradisionalnya. Hal

ini tampak pada struktur kepemimpinan pesantren serta personalia pengelolanya

yang cenderung atas restu dari kyai sepuh yang menjadi pengasuh utama pesantren.

Keadaan ini membawa dampak diantaranya: pengambilan keputusan/kebijakan,

penentuan ustadz/ustadzahnya, termasuk kinerjanya hanya berorientasi pada

pengabdian, sehingga berakibat pada peningkatan kinerja yang rendah. Oleh karena

itu untuk memperbarui manajemen pesantren harus ada wacana baru yang berupa

penerapan manajemen profesional, diantaranya rekuitment pegawai harus melalui

tes kemampuan, kepemilikin latar belakang pendidikan yang mendukung dengan

ketrampilannya selain tingkat kepatuhan kepada kyai (mengikuti aturan pesantren).

Page 12: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

12

Dengan demikian akan terbangun kualitas pelayanan pendidikan yang baik

sehingga bisa meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam di pesantren.

3) Strategi peningkatan sumber daya pesantren ada 2, yaitu:

a) Peningkatan Sumber Daya Insani, diantaranya dengan memberikan pembinaan

mendatangkan tim ahli sesuai dengan bidang yang dibutuhkan, mengadakan

pelatihan yang mendukung pada peningkatan kreatifitas sumber daya insani

bahkan bisa dengan memberikan rekomendasi beasiswa untuk melanjutkan

pendidikan melalui kerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta.

b) Peningkatan Sumber Daya Alam, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam

mandiri sudah seharusnya mampu mengoptimalkan aset yang dimilikinya agar

bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatan eksistensinya. Diantara cara

yang bisa ditempuh adalah mengembangkan Koperasi Pesantren melalui berbagai

unit usahanya (berupa jasa pelayanan, baik untuk santri maupun masyarakat)

dalam rangka memenuhi operasional penyelenggaran pendidikan pesantren.

Adapun pengelolaan Koperasi Pesantren tersebut harus dengan manajemen

profesional dan berbadan hukum secara resmi agar perkembangannya tidak

mendapat hambatan, baik hambatan yang datang dari pemerintah maupun swasta.

d. Kebijakan yang direkomendasikan kepada pemerintah daerah Kabupaten

Banyuwangi terkait strategi pengembangan pesantren

1) Dinas Pendidikan dan Kemenag Banyuwangi: memberikan perhatian yang sama

antara lembaga pendidikan binaan pemerintah dengan lembaga pendidikan Islam

yang berada di bawah naungan pesantren (baik yang ada di dalam maupun di luar

lokasi pesantren), karena kontribusi yang diberikan kepada pemerintah dan

masyarakat pada umumnya berupa out put atau lulusan itu sama dalam hal

peningkatan IQ. Bahkan lembaga pendidikan Islam pesantren memberikan

kontribusi tambahan berupa peningkatan EQ dan SQ sekaligus. Perhatian

pemerintah tersebut bisa dengan pemberian alokasi dana pengembangan

pendidikan dan rehab gedung pendidikan yang selama ini banyak diterimakan

pada lembaga pendidikan negeri yang jadi binaan pemerintah.

2) Dinas Pendidikan dan Kemenag Banyuwangi:mengirim guru bantu ke lembaga

pendidikan Islam pesantren sebagai upaya nyata bantuan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas sumber daya pendidik di pesantren, sehingga akan mampu

mewujudkan tujuan dari lembaga pendidikan Islam pesantren bersaing dengan

pendidikan non pesantren.

3) Dinas Pendidikan dan Kemenag Banyuwangi:memudahkan pengurusan ijin

operasional penyelenggaraan pendidikan umum di pesantren, termasuk

pengurusan ijin membuka jurusan dan program studi baru yang banyak diminati

dan dibutuhkan masyarakat, karena hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik

pesantren bagi masyarakat untuk mempercayakan pendidikan putra-putrinya di

lembaga pendidikan pesantren.

4) Dinas Pendidikan dan Kemenag Banyuwangi: memberikan bantuan operasional

pendidikan dan bantuan fasilitas pendidikan, sehingga seluruh pendidikan yang

dikelola pesantren mampu menciptakan kualitas pendidikan yang baik, khususnya

bagi peserta didik dan umumnya kepada masyarakat luas, termasuk berkontribusi

pada pemerintah dalam upaya pengentasan masyarakat dari kebodohan.

5) Pemerintah mengadakan kerjasama dengan pesantren, melalui lintas kedinasan

dalam bentuk kegiatan profesional, pelatihan keterampilan dan penyaluran

bantuan, diantaranya adalah:

a) Dinas Pendidikan: mengadakan pembinaan tenaga pendidik maupun tenaga

kependidikan yang profesional sehingga mampu meningkatkan kualitas

pendidikan di pesantren

Page 13: Strategi Pengembangan Pondok Pesantren di Kabupaten … · Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja ... atau berpikir secara strategik. Merancang Strategic

13

b) Kemenag Banyuwangi: memberikan pembimbingan tenaga pendidik

keagamaan yang bisa menseimbangkan penerapan kurikulum pendidikan

agama dan umum, termasuk muatan lokal yang berbasis pesantren, sehingga

mampu memberikan lulusan yang menguasai pendidikan agama dan umum

sekaligus serta dapat memahami dan mengaktualisasikan ajaran-ajaran

pesantren dengan sangat baik pada kehidupan bermasyarakat

c) Dinas Kesehatan: melakukan penyuluhan kesehatan dalam bentuk kegiatan

pelatihan maupun sosialisasi dan kunjungan ke pesantren secara berkala yang

berorientasi pada penyelenggaraan kehidupan dan lingkungan yang bersih

dan sehat, selain itu juga bisa memberikan bantuan tenaga kesehatan sebagai

petugas yang menjadi pelayan kesehatan santri di Pusat Kesehatan Pesantren

(Puskestren) di masing-masing pesantren

d) Dinas Pengairan: memberikan bantuan penyaluran air bersih dan sosialisasi

hemat air melalui penggunaan pancuran/shower di kamar mandi/toilet,

sehingga air yang tersedia bisa digunakan secara efektif dan efisien. Karena

selama ini pesantren masih banyak yang menggunakan penampungan air

dalam bak mandi permanen yang mengakibatkan santri leluasa

menggunakannya dan sangat sulit untuk berhemat air, selain hal ini juga

menjadi pemicu penularan bibit-bibit penyakit, sebab air digunakan secara

bersama-sama

e) Dinas Pemuda dan Olah Raga: megikutsertakan santri pada pembinaan

kegiatan pemuda dan olahraga, misalnya: melalui kegiatan perlombaan, baik

tingkat lokal maupun nasional

f) Disperindagtam: mengadakan pembinaan usaha pesantren dalam bidang

peningkatan ekonomi (bisa juga dengan memberikan bantuan tunai maupun

pinjaman), melalui koperasi pesantren dengan ragam usaha pelayanan, baik

kepada santri maupun masyarakat yang diharapkan labanya bisa untuk

mecukupi kebutuhan operasional pesantren, khususnya kegiatan pendidikan

yang dikelola

g) Dinas Pertanian: melakukan pembinaan pemanfaatan lahan, bisa denga

memberikan bantuan dana maupun mengirim tenaga penyuluh pertanian, hal

ini karena mayoritas pesantren lokasinya berada di daerah pedesaan,

diantaranya dengan pengolahan lahan untuk bertani dan berkebun yang

hasilnya untuk menopang kebutuhan pesantren

9. DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abdul. 2006. Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta : Pustaka Pesantren (‘eLKIS)

Masyhud,Sulthon &Ridlo. 2005. Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka.

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam- strategi Baru Pengelolaan

Lembaga Pendidikan. Penerbit : Erlangga

Sihombing, Umberto. 2000. Manajemen Strategi, Jakarta: Mahkota.

Syam, Nur,2005. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Bebasis Pesantren, Yogyakarta :

Pustaka Pesantren.

Suwendi, RA. 2004. Sejarah&Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:Gravindo Persada

Tholkhah, Imam dan Barizi, Ahmad. 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Yuli, Diyah Sugiarti. 2012. Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam

Membangun Peradaban Muslim Di Indonesia. Skripsi

Zaini, Hefni. 2013. Strategi Pengembangan Pendidikan lifeskill Pondok Pesantren di

Madura. Skripsi