strategi pengembangan produk furniture/strategi... · proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE
KUALITAS EKSPOR PADA PT INDO VENEER UTAMA DI
KARANGANYAR
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan guna
Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Marlina Eka Putri
F3108057
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
“Ketika kamu mengalihkan khayalan menjadi kenyataan, kamu berada di
posisi untuk membangun khayalan yang lebih besar lagi. Dan itulah
proses penciptaan”
(Bob Proctor)
“Sebenarnya kebahagian di dalam diri adalah bahan bakar sukses”
(Dr.John Hagelin)
“Kata-kata yang tercucap dalam hati kecil kita sebenarnya adalah
dialog langsung dengan yang di Atas, dan itulah yang akan tejadi pada
diri kita di masa yang akan datang”
(Penulis)
“JANGAN SURUTKAN LANGKAHMU bila kamu telah teguh pada pendirian karena KERAGUAN tak kan mendorong kamu ke puncak
KEBERHASILAN”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Kedua Eyangku di Surga
Mama & Papa
Adikku
Keluarga Besar
Teman-teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE KUALITAS EKSPOR PADA
PT INDO VENEER UTAMA DI KARANGANYAR”
Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga akhir penyusunan tugas
akhir ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril
maupun materiil. Oleh karena itu dengan rendah hati dan ketulusan yang
mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Harimurti, M.Si., selaku Ketua Program Diploma III Bisnis
Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Arif Rahman Hakim, SE, selaku pembimbing yang telah rela
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan
memberikan arahan yang berarti dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak Drs.Supriono, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah
banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi
UNS.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Direktur Utama PT. INDO VENEER UTAMA yang telah berkenan
memberikan ijin penulis untuk melaksanakan program magang kerja
sebagai dasar penyusunan tugas akhir ini.
7. Bapak Purnomo, Bapak Sartono selaku staff bagian Produksi pada PT.
INDO VENEER UTAMA yang telah banyak memberikan kesempatan,
informasi dan bimbingan yang sangat bermaanfaat kepada penulis.
8. Seluruh staf dan karyawan PT INDO VENEER UTAMA yang telah
membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, khususnya untuk
bagian Produksi yang telah menjadi pedoman penulisan tugas akhir ini.
9. Papa dan Mama yang selalu mendoakan untuk bisa menjadi orang yang
sukses dan mampu memberikan yang terbaik dalam segala hal.
10. Eyangku, Om Jm, Tante, Epin, dan semua keluarga besarku yang telah
memberikan semangat dan doa’nya kepada penulis.
11. Teman-teman Bisnis Internasional angkatan 2008.
12. Orang-orang terdekatku Febriani (Pepy), Pradiptia (Pupud), Divha, Vony,
Maya, Intan, Cipluk , Mas Ryan, Bang Rony.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Demikian tugas akhir ini penulis susun dan tentunya masih banyak
kekurangan yang perlu dibenahi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membaca dan terkait dengan tugas akhir ini.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAKSI ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Metode Penelitian........................................................................... 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prosedur Ekspor ............................................................................. 8
B. Sistem dan Proses Produksi ........................................................... 11
C. Pengawasan Proses Produksi ......................................................... 17
D. Tahapan Produksi ........................................................................... 21
E. Volume Penjualan Produk.............................................................. 23
F. Pengembangan Produk ................................................................... 24
BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................ 27
1. Sejarah PT Indo Veneer Utama ............................................... 27
2. Lokasi Perusahaan .................................................................... 28
3. Tujuan Utama Didirikannya PT Indo Veneer Utama .............. 29
4. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................... 29
B. Pembahasan .................................................................................... 38
1. Strategi Pengembangan Produk Furniture Kualitas
Ekspor Pada PT Indo Veneer Utama di Karanganyar .............. 38
2. Standar Produksi Untuk Pengembangan Produk
Yang Diterapkan Pada PT Indo Veneer Utama
di Karanganyar ......................................................................... 41
a. Proses Produksi PT Indo Veneer Utama ............................ 41
b. Departemen Produksi dan Mesin Yang Dimiliki ............... 46
c. Tahapan Pengolahan Barang .............................................. 57
d. Penerapan Standar FSC (Forest Stewardship
Council) Untuk COC (Chain OF Custody) ........................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Kendala Yang Dihadapi PT Indo Veneer Utama Dalam
Mengembangkan Produk Furniture Kualitas Ekspor ............... 63
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
2.1 Bagan Prosedur Ekspor ......................................................................... 9
3.1 Struktur Organisasi PT Indo Veneer Utama ......................................... 31
3.2 Aliran Order Produksi ........................................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Gambar Produk PT. INDO VENEER UTAMA
2. Kartu produksi
3. Surat Keterangan Magang
4. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
5. Sales Contract
6. Packing List
7. Invoice
8. Price List
9. Request Shipment
10. Shiping Instruction
11. Surat Pengantar Barang
12. Nota Pelayanan Ekspor
13. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
14. Certificate of Origin (COO) Form B
15. DO (Delivery Order)
16. Fumigation Certificate
17. Gas Clearance Certificate
18. Assembly Instruction
19. Equipment Intechange Receipt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dewasa ini, perindustrian mulai berkembang
dengan pesat. Perkembangan tersebut membawa dampak terhadap timbulnya
berbagai jenis industri yang ada. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia,
banyak usaha yang mengalami kebangkrutan, kondisi ini membuat keadaan
perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Hal ini membuat terjadinya
persaingan yang semakin pesat. Dalam kondisi tersebut perusahaan harus
dikelola dengan baik dan tepat agar dapat bertahan dan mampu memenangkan
persaingan dari perusahaan lain.
Kegiatan ekspor barang mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting
baik bagi perusahaan maupun bagi pemerintah. Manfaat yang diperoleh suatu
negara dengan adanya kegiatan ekspor barang yakni dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional. Salah satu barang ekspor
yang memiliki tingkat penjualan yang cukup baik adalah ekspor furniture.
Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan
Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri
(daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas
atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Transaksi ekspor pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana dan
tidak lebih dari menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat
di negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang
menyeberangi laut dan darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang
kompleks antara pengusaha-pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan,
adat istiadat dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat; Transaksi
Ekspor-Impor; 1994).
Proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan manusia, mesin, dan
metode untuk membentuk bahan baku menjadi produk jadi atau barang
setengah jadi. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai tambah.
Sehingga proses produksi terdefinisikan dapat dinyatakan sebagai rangkaian
aktivitas atau kegiatan yang diperlukan untuk mengolah atau merubah input
menjadi output yang memiliki nilai tambah (Handoko, H.T., 1990;25).
Proses produksi adalah salah satu hal penting yang ada dalam
perusahaan sebagai kunci utama keberhasilan perusahaan. Produksi barang
yang bermutu dan berkualitas juga dapat menambah nilai jual barang ke
konsumen, maka dari itu peningkatan proses produksi barang menjadi salah
satu hal yang harus dilakukan, agar perusahaan tidak kalah bersaing dengan
perusahaan lain.
PT Indo Veneer Utama adalah salah satu perusahaan furniture yang
ada di Karanganyar, yang sudah memproduksi furniture serta melakukan
kegiatan ekspor dalam jangka waktu yang cukup lama. Produk furniture yang
diproduksi di PT Indo Veneer Utama memiliki berbagai macam jenis sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan permintaan konsumen serta inovasi produk baru yang terus dilakukan
oleh PT Indo Veneer Utama.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan mengungkapkan
berbagai masalah tentang peningkatan proses produksi dengan mengambil
judul “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE
KUALITAS EKSPOR PADA PT INDO VENEER UTAMA DI
KARANGANYAR”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya maka
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pengembangan produk furniture kualitas ekspor pada PT
Indo Veneer Utama di Karanganyar?
2. Standar produksi apa yang diterapkan PT Indo Veneer Utama dalam
mengembangkan produk furniture kualitas ekspor?
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan produk furniture
kualitas ekspor di PT Indo Veneer Utama di Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara pengembangan produk furniture kualitas ekspor di
PT Indo Veneer Utama di Karanganyar.
2. Untuk mengetahui standar produksi yang diterapkan PT Indo Veneer
Utama dalam mengembangkan produk furniture kualitas ekspor.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengembangkan produk
furniture kualitas ekspor di PT Indo Veneer Utama di Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi:
1. Pengusaha Ekspor Furniture
Mampu mengetahui cara-cara dalam mengembangkan produk furniture
mereka.
2. PT Indo Veneer Utama
Dapat memberikan tambahan referensi dan masukan bagi PT Indo Veneer
Utama, khususnya dalam strategi untuk mengembangkan produk furniture
kualitas ekspor.
3. Mahasiswa
Sebagai tambahan bacaan referensi kepada mahasiswa yang mengambil
topik yang sama.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai penulis pada penelitian ini adalah
metode penelitian secara deskriptif yang menggambarkan suatu obyek
permasalahan yang dalam hal ini adalah permasalahan tentang pengembangan
proses produksi furniture kualitas ekspor.
Metode ini terdiri dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap obyek permasalahan
yang diangkat penulis mengenai peningkatan proses produksi.
2. Jenis dan Pengumpulan Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data ini berupa data atau fakta atau keterangan yang diambil secara
langsung melalui wawancara langsung dengan pihak yang terkait
dengan obyek penelitian atau melalui penelitian di lapangan.
2) Data Sekunder
Data ini diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan
yang meliputi dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan sumber-sumber tertulis lainnya.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang secara langsung
diperoleh dari hasil tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait
langsung dengan kegiatan produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Studi Pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan,
mempelajari, membaca, dan mengutip dari dokumen-dokumen,
arsip, serta bahan pustaka lain yang terkait dengan obyek penelitian.
3) Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat langsung
kegiatan proses produksi pada PT Indo Veneer Utama di
Karanganyar.
4) Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan
menyelenggarakan langsung dokumen-dokumen yang dibutuhkan
yang berhubungan dengan aktivitas ekspor dan proses produksi.
Dalam hal ini penulis mengambil dan memfotocopy semua
dokumen-dokumen ekspor, data-data yang berkaitan dengan
perencanaan produksi dan tahap-tahap proses produksi serta data PT
Indo Veneer Utama yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prosedur Ekspor
Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan
Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri
(daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas
atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).
Persyaratan ekspor berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan
No.07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005 tentang Perubahan atas
lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang ketentuan umum
di bidang ekspor bahwa ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau
perorangan yang telah memiliki :
1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP);
2. Izin Usaha dari Departemen teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; serta
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Prosedur ekspor merupakan mekanisme atau tahapan-tahapan tindakan
yang dilaksanakan dalam melakukan proses pengiriman barang akibat dari
suatu transaksi perdagangan. Tindakan mulai mencari pasar, mendapatkan
pembeli, negosiasi (tawar menawar), kesepakatan dagang, mempersiapkan
barang, mengirim, pengurusan dokumen, pembayaran, dan seterusnya.
14
1 2 16
13 3 15
6 5 4
12 14
11a 9
11b
7
8
Gambar 2.1
Bagan Prosedur Ekspor
Sumber: Handout Pengantar Ekspor Impor, Prosedur dan Dokumen Ekspor, 2009
DALAM NEGERI
EKSPORTIR IMPORTIR
PELABUHAN /
NEGARA TUJUAN
LUAR NEGERI
BANK DEVISA MENYIAPKAN
BARANG
EMKL /
EXPENDITUR
PERUSAHAAN
PELAYARAN
BEA CUKAI
BANK
IMPORTIR
DISPERINDAG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Keterangan:
1. Eksportir mengadakan koresponden dengan importir luar negeri
(mutu, harga, pengiriman, dan lain-lain).
2. Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli.
3. Importir membuka/mengirim L/C melalui bank korespondennya.
4. Bank importir meneruskan L/C kepada bank devisa.
5. Bank devisa meneruskan L/C kepada eksportir.
6. Eksportir menyiapkan barangnya.
7. Eksportir mendaftarkan PEB ke Bea Cukai.
8. Eksportir memesan ruang kapal.
9. Eksportir sendiri/dengan bantuan EMKL untuk mengirim barang.
10. Eksportir sendiri/dengan bantuan EMKL memfiat muatkan
barangnya.
11. a. EMKL memberitahukan kepada eksportir bahwa barang telah
dikirim ke kapal.
b. Barang dikirim ke pelabuhan tujuan.
12. Mengajukan permohonan ke Disperindag untuk memperoleh SKA.
13. Eksportir melakukan pencairan uang di bank devisa.
14. Bank devisa eksportir mengirim dokumen ekspor kepada importir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
15. Bank devisa importir mengirim dokumen ekspor kepada importir.
16. Importir mengambil barang ke pelabuhan.
B. Sistem dan Proses Produksi
Suatu sistem memiliki banyak komponen dan objek dalam produksi.
Komponen-komponen tersebut adalah bahan baku, tenaga kerja, dan
informasi. Sebagian dari pengertian dari sistem itu sendiri adalah rangkaian
dan unsur-unsur yang saling terkait dan ketergantungan, saling mempengaruhi
satu dengan yang lain, kesemuanya itu mempunyai satu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian umum dari sistem tersebut, maka ciri
karakteristik dari sistem adalah: (Sirod Hantoro, 1993;42)
1. Terdiri dari unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan sistem;
2. Adanya tujuan dan saling ketergantungan;
3. Adanya interaksi atau hubungan antar unsur;
4. Mengandung mekanisme, atau disebut juga sebagai transformasi;
5. Adanya lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem.
Proses produksi yang berjalan dengan lancar dan baik merupakan
suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan. Untuk menjaga
agar proses produksi tersebut selalu dapat berjalan dengan baik, diperlukan
metode pengendalian yang baik juga atas proses produksi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Produk adalah penciptaan atau penambahan fungsi dari bahan atau
jasa sehingga memiliki nilai tambah. Produksi merupakan rangkaian dari
proses atau menyediakan barang-barang atau jasa yang dibutuhkan atau
dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam komponen sistem produksi seperti bahan baku, tenaga kerja,
mesin, modal, dan informasi. Diantara unsur-unsur tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan, melainkan harus secara bersama-sama membentuk suatu
sistem dalam mencapai tujuan akhir.
Pada dasarnya sistem produksi merupakan sistem integral yang
mempunyai komponen struktural atau fungsional. Dengan demikian yang
dimaksud dengan sistem produksi adalah sesuatu yang saling terkait antara
unsur-unsur yang berbeda-beda secara terpadu, menyatu, dan menyeluruh
dalam mentransformasikan input menjadi output. Jadi sistem produksi
mempunyai unsur-unsur yaitu masukan, pentransformasian, dan keluaran.
Masukan terdiri dari bahan baku, tenaga kerja, mesin-mesin dan peralatan,
energi, modal, dan informasi. Transformasi adalah proses konversi dari input
menjadi output, sedangkan output dapat berupa barang atau jasa dan keluaran
lain seperti lembah industri.
Proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan manusia, mesin, dan
metode untuk membentuk bahan baku menjadi produk jadi atau barang
setengah jadi. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai tambah.
Sehingga proses produksi terdefinisikan dapat dinyatakan sebagai rangkaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
aktivitas atau kegiatan yang diperlukan untuk mengolah atau merubah input
menjadi output yang memiliki nilai tambah (Handoko, H.T., 1990;25).
Ada juga beberapa istilah yang sering dipakai dalam proses produksi
ini adalah sebagai berikut:
1. Planning
Planning atau perencanaan disini adalah dimaksudkan sebagai
production planning atau perencanaan produksi. Dalam penyusunan
planning ini disamping menentukan produk apa dan berapa yang akan
diproduksikan, juga merencanakan seluruh kegiatan perusahaan dalam
memproses bahan baku sampai menjadi produk akhir dari perusahaan
yang bersangkutan. Perencanaan-perencaan tersebut, antara lain adalah
perencanaan penggunaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja,
onderdil-onderdil, dan lain sebagainya. Dengan demikian perencanaan
ini akan mencakup seluruh rencana produksi baik ditinjau dari
outputnya yaitu jumlah dan jenis daripada produk akhir, maupun dari
segi inputnya, yaitu bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja serta
peralatan-peralatan yang dipergunakan untuk kepentingan proses
produksi tersebut.
2. Routing
Merupakan urutan penyelesaian pekerjaan yang harus dilalui,
yang merupakan pedoman pelaksanaan proses produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Scheduling
Scheduling merupakan penentuan waktu, kapan suatu pekerjaan
harus dimulai, dan kapan pekerjaan tersebut harus sudah selesai.
4. Dispatching
Dispatching merupakan perintah untuk memulai pekerjaan
kepada para karyawan.
5. Follow Up
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan proses produksi
dari schedule yang telah ditentukan dapat saja terjadi sehingga masih
diperlukan tindak lanjut (follow up) dalam proses produksi tersebut.
Secara umum apabila dilihat dari urutan atau aliran daripada bahan
baku sampai dengan menjadi produk akhir maka dapat dinyatakan bahwa
kegiatan proses produksi dapat dipisah-pisahkan menjadi dua jenis, yaitu
(Agus Ahyari, 1983):
1. Proses Produksi Terus Menerus
Jika aliran bahan baku ini selalu tetap atau mempunyai pola yang
selalu sama sampai dengan menjadi produk akhir, maka perusahaan-
perusahaan semacam ini disebut sebagai perusahaan yang menggunakan
proses produksi terus-menerus (continous processes).
Urutan pekerjaan yang dilaksanakan juga selalu tetap untuk
semua produk. Dengan demikian setiap bagian (departemen) akan selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengerjakan pekerjaan yang sama setiap harinya. Dalam proses
produksi semacam ini, perencanaan produksi akan mempunyai arti yang
sangat besar sehingga penyusunan perencanaan produksi inipun harus
dilakukan dengan cermat dan baik. Kesalahan dalam perencanaan
produksi dapat mengakibatkan kemacetan proses produksi secara
keseluruhan.
Tingkat output yang stabil merupakan permasalahan yang harus
selalu dikendalikan oleh perusahaan. Hal ini akan berhubungan erat pula
dengan adanya hubungan input output antar departemen yaitu output
dari salah satu departemen menjadi input bagi departemen yang lain.
Dalam hal ini naik turunnya tingkat output dari salah satu bagian
jelas akan mempengaruhi keseimbangan kapasitas yang terjadi dari
masing-masing bagian/departemen tersebut. Demikian pula kemacetan-
kemacetan proses produksi dari salah satu bagian/departemen akan
berakibat kemacetan proses produksi secara keseluruhan.
Kelancaran proses produksi dari masing-masing bagian sangat
perlu untuk diperhatikan. Dengan terjaminnya kelancaran proses
produksi pada masing-masing bagian tersebut disertai dengan adanya
stabilitas tingkat output dan keseimbangan kapasitas dari masing-masing
bagian, kelancaran proses produksi dari perusahaan tersebut dapat
terjamin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Proses Produksi Terputus Putus
Jika aliran bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir
perusahaan tidak mempunyai pola yang pasti atau berubah-ubah, maka
perusahaan-perusahaan semacam ini disebut sebagai perusahaan yang
mempergunakan proses produksi terputus-putus (intermettent
processes).
Dengan demikian maka untuk memproduksi suatu produk akan
mempunyai urutan proses produksi yang berbeda dibandingkan dengan
proses produksi untuk produk yang lain. Sehingga di dalam perusahaan
tersebut routing (pedoman pelaksanaan proses produksi) sangat besar
artinya bagi masing-masing produk dari proses produksi. Produk yang
satu akan mempunyai kemungkinan perbedaan routing dengan produk
yang lain.
Scheduling sangat berfungsi dalam penyelesaian suatu produk.
Dengan perbedaan routing bagi masing-masing produk, maka besar
kemungkinan, scheduling juga akan berbeda pula. Dengan demikian
penyelesaian masing-masing produk ini akan mempunyai waktu yang
berbeda-beda sesuai dengan panjang pendeknya urutan proses produksi
yang dilalui serta lamanya waktu penyelesaian pada masing-masing
proses tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. Pengawasan Proses Produksi
Dengan adanya jenis produksi, diperlukan juga tipe pengawasan
produksi. Untuk setiap tipe proses produksi, dipilih jenis pengawasan proses
produksi yang paling cocok, sehingga dapat menghasilkan pengawasan proses
produksi yang cukup efektif dengan biaya yang paling rendah.
Adapun berbagai macam daripada pengawasan proses produksi itu
antara lain adalah (Agus Ahyari, 1983):
1. Order Control/Pengawasan Order
Pengawasan ini bertujuan agar produk yang diproduksikan oleh
perusahaan akan sesuai dengan order yang masuk. Setiap proses
produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan, akan selalu dicocokkan
dengan order dari produk tersebut, untuk kemudian diadakan
perbaikan/pembetulan seandainya terjadi kekurangan atau
ketidaksesuaian dari produk tersebut dengan ordernya.
Setiap order akan mempunyai spesifikasi tertentu. Belum tentu
dari setiap order yang masuk ke dalam perusahaan ini mempunyai
kesamaan spesifikasi, bahkan pada umumnya akan berbeda-beda. Oleh
karena itu akan terjadi kemungkinan bahwa suatu order akan diproses
dengan spesifikasi dari order yang lain. Hal ini dapat terjadi oleh karena
para karyawan perusahaan pada umumnya akan cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan pada
saat sebelumnya. Sehingga dengan demikian apabila order yang
dikerjakan sekarang berbeda dengan order yang sudah dikerjakan
sebelumnya, kemungkinan terjadinya penyimpangan penyelesaian
produk dari ordernya akan menjadi semakin besar.
Didalam order control ini, maka setiap order akan diikuti dengan
pedoman-pedoman untuk menyelesaikan order tersebut. Hal ini
disebabkan oleh karena setiap order tersebut akan memerlukan bahan
yang berbeda-beda baik dalam jumlah maupun jenisnya, proses
penyelesaian produk yang berbeda, dan lain sebagainya.
2. Flow Control/Pengawasan Arus
Merupakan tipe pengawasan yang dititik beratkan kepada arus
dari proses produksi tersebut. Cara pengawasan ini akan menghasilkan
tingkat penyelesaian produk yang relatif stabil dari waktu ke waktu
untuk semua bagian/departemen. Hal ini akan dapat dilaksanakan
apabila tingkat produksi perusahaan untuk masing-masing
bagian/departemen tersebut relatif stabil pula. Tipe pengawasan ini akan
lebih cocok digunakan dalam proses produksi terus-menerus.
Permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengawasan arus
ini adalah persiapan-persiapan yang harus diselesaikan sebelum
produksi dimulai, yang akan menunjang kelancaran proses produksi.
Persiapan-persiapan ini antara lain tersedianya bahan mentah yang
cukup, tersedianya tenaga kerja untuk masing-masing bidang, suku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
cadang. Persiapan-persiapan ini sangat menentukan kelangsungan proses
produksi dari perusahaan, oleh karena itu perlu diperhatikan juga
sebelum proses produksi dimulai.
3. Load Control/Pengawasan Beban
Pengawasan produksi adalah pada beban yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing bagian/departemen dalam perusahaan,
terutama untuk bagian-bagian kunci.
Bagian-bagian kunci ini merupakan bagian yang melaksanakan
proses produksi dari semua atau sebagian besar produk perusahaan.
Bagian ini merupakan bagian yang mempunyai kegiatan paling padat
serta pada umumnya titik kritis dari proses produksi berada dalam
bagian ini pula. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah pemisahan
komponen/bahan untuk masing-masing produk. Bahan-bahan ini perlu
dipisahkan kedalam kelompok bahan-bahan yang sama, sehingga akan
mudah dicari sewaktu diperlukan serta memudahkan perhitungan atas
komponen/bahan tersebut ke dalam produk akhir.
4. Block Control/Pengawasan Block
Pesanan-pesanan yang masuk dikelompokkan kepada produk-
produk yang mempunyai penyelesaian proses produksi sama atau
hampir sama. Pesanan-pesanan ini didaftar dalam sebuah block, untuk
memudahkan pengenalan terhadap produk-produk yang sedang diproses,
maka setiap proses produksi harus disertai nomor block berikut nomor
pesanannya. Dengan adanya nomor ini produk yang sedang diproses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
akan dapat diketahui dengan mudah, sehingga segera dapat dicocokkan
dengan identifikasi pada kartu pesanan.
Tujuannya adalah adanya stabilitas tingkat produksi dari masing-
masing bagian. Oleh karena dalam proses produksi semacam ini belum
tentu semua produk diproduksikan di dalam semua bagian perusahaan,
maka dengan disusunnya block pesanan ini akan lebih terlihat
bagian/departemen yang mana saja yang akan dilalui oleh masing-
masing block.
5. Special Project Control/Pengawasan Proyek Khusus
Pengawasan produksi pada proyek-proyek khusus ini sebenarnya
merupakan salah satu bentuk khusus daripada order control. Pada
umumnya pengawasan semacam ini dipergunakan dalam proyek-proyek
yang cukup besar, seperti misalnya pembangunan jembatan-jembatan
besar, pembuatan menara, peluncuran roket, pembangunan reaktor atom,
dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan proses produksi semacam ini
pengawasan produksi harus dilaksanakan secermat mungkin.
Proyek semacam ini kegiatannya sangat komplek, maka tidak
jarang terjadi bahwa suatu sub bagian sudah selesai dikerjakan,
sementara sub bagian yang lain baru disusun perencanaannya secara
detail. Namun dengan sistem koordinasi yang tepat, hal tersebut tidak
akan menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan. Tetapi apabila
koordinasi dalam penyelesaian proyek tersebut sangat kurang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bahkan tidak ada sama sekali, maka penyelesaian proyek ini akan
tertunda oleh karenanya.
6. Control by Exception/Pengawasan Pada Penyimpangan
Pengawasan proses produksi dengan mempergunakan metode ini
lebih menitikberatkan pengawasan kepada terjadinya pengecualian
dalam proses produksi. Dasar utama penggunaan metode ini adalah
bahwa proses produksi akan berjalan sama dari hari ke hari, sehingga
tidak lagi memerlukan petunjuk dan pengawasan yang ketat setiap
harinya. Pengawasan hanya ditunjukkan kepada adanya kekecualian
yang terjadi dalam proses produksi perusahaan.
Pemilihan metode ini dikarenakan murahnya pengawasan proses
produksi dengan mempergunakan metode ini. Dibandingkan dengan
jenis pengawasan proses produksi yang lain, maka pengawasan pada
perkecualian ini mempunyai total biaya yang paling murah. Dengan
demikian pengawasan semacam ini tidak dapat diteliti. Penyimpangan-
penyimpangan ataupun kemacetan proses produksi baru dapat diketahui
apabila hal-hal tersebut sudah terjadi. Sehingga pengawasan semacam
ini sama sekali tidak cocok untuk usaha-usaha pencegahan.
D. Tahapan Produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Terdapat berbagai tahapan-tahapan yang dilakukan ketika proses
produksi berlangsung, antara lain:
1. Proses Pemilihan Bahan Baku
Pemilihan bahan baku merupakan proses awal di dalam suatu
proses produksi. Ini diperlukan agar hasil produksi dapat maksimal dan
berkualitas.
2. Proses Pembentukan
Dalam proses pembentukan ini, bagian-bagian produk yang
sudah ditentukan sesuai pesanan dibentuk kerangkanya untuk kemudian
disusun menjadi satu.
3. Proses Perakitan
Setelah proses pembentukan pola berlangsung, maka
dilaksanakan proses perakitan, yakni merakit bahan-bahan yang sudah
dipotong dan dibentuk sesuai dengan pola pesanan.
4. Proses Finishing
Barang yang sudah dikerjakan di bagian produksi kemudian
dikirim ke bagian finishing. Pada bagian ini, ketika kondisi barang
dianggap belum sempurna, maka barang akan dikembalikan ke bagian
produksi untuk dibenahi. Sedangkan apabila kondisi barang dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sempurna, maka akan dilakukan proses selanjutnya seperti
pengamplasan serta pengecatan barang.
5. Proses Packing
Ini adalah proses terakhir dalam setiap kegiatan produksi. Barang
yang sudah dianggap baik dan layak dipasarkan akan dipacking sesuai
dengan jenis barang.
E. Volume Penjualan Produk
PT. INDO VENEER UTAMA terdiri dari dua line dalam produksinya
yaitu produk pintu dan Garden Furniture. Yang termasuk dalam garden
furniture adalah seperti meja, kursi, rak, dan lebih tepatnya perabotan
furniture untuk outdoor. Untuk mengetahui perkembangan penjualan, penulis
akan menjelaskan penjualan garden furniture secara keseluruhan pada tahun
2010, diketahui ukuran untuk container 20” muat 28-30 m³ dan untuk ukuran
40” muat 58-60 m³ (standard), 68-70 m³ (Hi-cube).
TABEL 3.1
Penjualan Garden Furniture Tahun 2010
BULAN Pengiriman dalam m³ container
Januari 138.2829
Febuari 345.9704
Maret 324.4271
April 128.9579
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sumber: PT Indo Veneer Utama, 2010
F. Pengembangan Produk
Kebijakan pengembangan produk harus merefleksikan suatu filosofi
dan strategi pemasaran internasional sebuah perusahaan. Tujuan korporat dan
batasan bisnis, sikap manajemen, ketersediaan sumber daya, dan bentuk
operasi internasional perusahaan dan strategi organisasional akan mempunyai
dampak besar atas kebijakan yang diikuti.
Dapat digarisbawahi tiga orientasi dasar terhadap pengembangan
produk internasional, yakni ekstensi pasar, multidomestik, dan global (Henry
Simamora; Manajemen Pemasaran Internasional; 2000).
1. Ekstensi Pasar: Ancangan Etnosentrik
Etnosentrisitas (etnocentricity) melibatkan orientasi yang kuat terhadap
negara asal. Pandangan etnosentrik, kadang-kadang disebut “myopia
nasional”, menganggap bahwa pasar dan konsumen “asing” adalah tidak
Mai 123.5960
Juni 112.7627
Juli 162.5226
Agustus 282.0706
September 400.0786
Oktober 285.3621
November 52.7044
Desember 267.5934
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
signifikan atau interior. Oleh karenanya, keputusan produksi dan
pemasaran harus dipusatkan pada pangkalan dalam negeri.
Ancangan etnosentrik (ethnocentric approach) untuk pengembangan
produk, dimana produk domestik diproyeksikan secara internasional,
menarik karena ancangan ini membantu meminimalkan biaya dan
memaksimalkan kecepatan masuk pasar asing. Untuk memenuhi standar
mandatori atas produk lokal, perusahaan yang memakai ancangan ini
masih harus melakukan modifikasi atas produknya. Perspektif seperti itu
dapat dibenarkan oleh argument bahwa keputusan konsumen dan
kondisi pasar menjadi berangsur-angsur homogen secara internasional.
2. Multidomestik: Ancangan Polisentrik
Pandangan yang menganggap bahwa pasar domestik berbeda-beda
secara signifikan dari segi tingkat perkembangan, kebutuhan konsumen,
kondisi penggunaan produk, karakteristik penting lainnya adalah
landasan berpikir yang lazim bagi ancangan polisentrik (polycentric
approach) untuk pengembangan produk internasional. Polisentrisitas
(polycentricity) menekankan keunikan dari setiap pasar, dan perspektif
ini mengakibatkan suatu kadar yang signifikan dalam pengambilan
keputusan yang terdesentralisasi. Dalam hal ini anak-anak perusahaan
dibebani dengan pengembangan produk baru untuk pasar tertentu
mereka, dan kontrol serta dan koordinasi dipertahankan sampai tingkat
minimal. Hasilnya adalah proliferasi dalam luas, panjang, dan
kedalaman bauran produk internasional perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Global: Ancangan Geosentrik
Geosentrisitas (geocentricity) merupakan orientasi yang
memperhitungkan segala pelosok dunia sebagai pasar sasaran.
Perusahaan geosentrik memandang bahwa negara-negara bisa serupa
dalam beberapa aspek dan berbeda dalam aspek-aspek lainnya. Dengan
demikian perusahaan menganut suatu pendekatan yang longgar kaku
dengan memformulasikan sebuah kerangka acuan umum dari seluruh
strateginya, yang memungkinkan bagian tertentu dari program
pemasarannya diadaptasi, jika memang perlu, untuk memenuhi
kebutuhan lokal.
Ancangan geosentrik (geocentric approach) untuk pengembangan
produk internasional menyiratkan sentralisasi dan koordinasi yang
signifikan. Produk dikembangkan dalam upaya memikat konsumen di
berbagai pasar luar negeri. Idealnya adalah dengan mengidentifikasikan
dan melayani segmen permintaan global yang secara substansial
homogen dalam kebutuhan dan perilaku. Hal ini memungkinkan
keseragaman produk yang signifikan dalam program produk
internasional sepanjang kondisi pemakaian produk agak serupa di pasar
asing. Bahkan pada saat tidak terdapat segmen permintaan global dan
strategi standardisasi tidaklah tepat, orientasi geosentrik memiliki
manfaat yang sangat besar. Duplikasi yang tidak perlu dari litbang yang
mahal dapat dihindari, lini produk dirasionalisasi, dan difusi produk
internasional lebih cepat dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Sejarah PT Indo Veneer Utama
PT Indo Veneer Utama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang furniture. Perusahaan ini terdiri dari dua line produksi yaitu solid
door yang memproduksi pintu yang dipasarkan lokal maupun non lokal
dan garden furniture yang memproduksi meja, kursi, dan produk lainnya
yang biasa digunakan di luar ruangan (outdoor). Berdasarkan akta notaris
nomor 37 notaris Maria Theresia Budi Susanto, PT Indo Veneer Utama
berdiri pada tanggal 10 November 1975 dan didirikan oleh tiga bersaudara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yaitu Bapak Andi Sutanto, Bapak Gunawan Sutanto, dan Bapak Agus
Sutanto.
Sebelum PT Indo Veneer Utama berdiri, tiga bersaudara tersebut
sebelumnya membangun perusahaan CV Indo Jati yang bergerak di bidang
penggergajian kayu dan furniture. Karena adanya peluang besar dalam
industri perkayuan, maka didirikanlah PT Indo Veneer Utama dan CV
Indo Jati yang menjadi satu lokasi, baik pabrik maupun kantor. Hal ini
dimaksudkan agar mempermudah pengawasan kegiatan perusahaan oleh
pihak atasan. Namun tidak lama kemudian terjadi musibah dimana CV
Indo Jati terbakar, dan hingga sekarang ini CV Indo Jati tidak melakukan
kegiatan produksi lagi.
Pada tahun 1991, sesuai dengan akta notaris Sugiri Kadarsiman,
SR. Nomor 31 tanggal 31 Juli 1994 diadakan perubahan pengurus menjadi
Bapak Andi Sutanto, Bapak Andhy Pratiknyo, Bapak Agus Sutanto.
Setelah mengalami pergantian kepemilikan, kemudian membangun pabrik
di desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah yaitu di Jalan Adisucipto nomor 1
POBOX 229 yang terletak di pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas
140.000 m2 dan luas bangunan 70.000 m
2.
2. Lokasi Perusahaan
PT Indo Veneer Utama terletak di desa Blulukan, Kecamatan
Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar, Propinsi Jawa
Tengah yaitu di Jalan Adisucipto nomor 1 POBOX 229 yang terletak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas 140.000 m2 dan luas
bangunan 70.000 m2.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini
adalah:
Masih terbukanya kesempatan untuk memperluas area;
Ketersediaan transportasi yang mudah dan lancar karena terletak di
pinggir jalan raya;
Tenaga kerja yang mudah diperoleh karena berasal dari sekitar area
pabrik;
Dekat dengan sumber bahan baku dan daerah pemasaran;
Keberadaan pabrik dapat diterima masyarakat sekitar; dan
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti listrik, air, dan jaringan telepon.
3. Tujuan Utama Didirikannya PT Indo Veneer Utama
Dalam menjalankan usahanya, PT Indo Veneer Utama tidak
terlepas dari tujuannya, antara lain:
Membuka lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengurangi
pengangguran;
Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan meja, kursi,
pintu, dan peralatan kayu lainnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Mengembangkan industri dalam negeri sehingga dapat membantu
pemerintah dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat
khususnya masyarakat Karanganyar; serta
Untuk perusahaan sendiri agar dapat memperoleh keuntungan yang
layak bagi pemilik perusahaan guna menunjang kelangsungan hidup
perusahaan.
4. Struktur Organisasi Perusahaan
Bagi perusahaan, struktur organisasi perusahaan merupakan unsur
penting untuk memudahkan pembagian wewenang serta tanggung jawab
dan tugas setiap anggota organisasi. Setiap perusahaan mempunyai bentuk
dan model struktur organisasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Setiap departemen memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing dan antara bagian-bagian tersebut mempunyai hubungan
yang erat dengan yang lainnya.
Struktur organisasi di PT Indo Veneer Utama adalah struktur
organisasi garis. Dalam struktur ini, kekuatan dan tanggungjawab mengalir
dalam suatu garis lurus dari bagian puncak ke bagian terbawah dengan
tanggung jawab tertinggi dipegang oleh CEO. CEO dibantu empat orang
kepala divisi, yaitu Kepala Produksi, Kepala Pemasaran, Kepala Logistik,
dan Kepala Administrasi. Berikut adalah gambar struktur organisasi PT
Indo Veneer Utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berikut penjabaran tugas dan wewenang beberapa bagian dalam
organisasi antara lain:
a. CEO
Memimpin dan bertanggungjawab secara mutlak terhadap seluruh kegiatan
operasional yang dijalankan oleh perusahaan agar tercapai internal kontrol
yang baik. Selain itu tugas CEO meliputi:
Memimpin karyawan dan perusahaan ke arah kemajuan yang terarah
dan terpadu dengan mengantisipasi jauh ke depan tentang prospek
perusahaan, pangsa pasar, dan sebagainya;
Melakukan perencanaan strategis dan pengendalian operasional;
Menurunkan perintah tentang kebijakan-kebijakan yang harus
dilaksanakan setelah dikaji, diperhitungkan, dan dibahas terhadap
kemungkinan kendala yang akan dihadapi jika terjadi di lapangan
kepada jenjang dibawahnya;
Membuat rancangan tentang rencana anggaran pendapatan dan belanja
perusahaan dengan proyeksi satu tahun anggaran; serta
Melakukan evaluasi kerja dengan seluruh jenjang dibawahnya.
Wewenang CEO meliputi:
Menentukan segala keputusan untuk perusahaan;
Menentukan arah dan tujuan perusahaan untuk jangka pendek dan
jangka panjang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Meminta dan memeriksa laporan pertanggungjawaban dari setiap
kepala divisi; dan
Mengangkat dan memberhentikan pengurus perusahaan yang
diputuskan dalam rapat dengan suara terbanyak.
Tanggung jawab CEO meliputi:
Bertanggungjawab atas kelangsungan hidup perusahaan dan karyawan;
Bertanggungjawab atas segala kegiatan dalam perusahaan;
Bertanggungjawab atas segala surat maupun laporan pihak ekstern
perusahaan; serta
Bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi dalam perusahaan.
b. Kepala Produksi
Tugas dan tanggung jawab:
Mengatur dan melaksanakan kebijakan dalam bidang produksi;
Bertanggungjawab atas laporan produksi; dan
Mengatur, mengetahui, dan menyetujui semua pengeluaran uang
untuk keperluan pabrik.
Divisi produksi membawahi:
1. Bagian produksi, tugas dan tanggung jawab:
Mengatur jalannya serta lancarnya proses produksi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Bertanggungjawab atas proses pembuatan suatu produk.
2. Bagian elektrik, tugas dan tanggung jawab:
Mengatur dan mengawasi mesin-mesin dan diesel/listrik yang
digunakan untuk keperluan produksi;
Memelihara serta memperbaiki mesin-mesin yang rusak.
3. Bagian PPIC, tugas dan tanggungjawab:
Mengawasi dan merencanakan segala sesuatu yang bersangkutan
dengan aktivitas produksi yang berlangsung di dalam pabrik.
4. Bagian quality control/pengendalian kualitas, tugas dan tanggung
jawab:
Menjaga kualitas kayu-kayu dan material pendukung yang akan
digunakan dalam produksi;
Menjaga dan memelihara kualitas hasil produksi atau produk agar
selalu memenuhi selera konsumen.
c. Kepala Marketing/Pemasaran
Tugas dan tanggung jawab adalah melayani atau menerima pesanan dari
konsumen, baik untuk konsumen domestik maupun luar negeri.
Divisi pemasaran salah satunya membawahi bagian ekspor impor dimana
tugas dan tanggung jawabnya antara lain:
Mengekspor hasil produksi ke luar negeri;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Menampung barang jadi dari bagian produksi;
Memasarkan produk kepada konsumen domestik/luar negeri; dan
Mengawasi kegiatan pemasaran dan kelancaran pemasaran produk
yang dihasilkan oleh perusahaan.
d. Kepala Logistik
Divisi Logistik membawahi:
1. Bagian Logistik, tugas dan tanggung jawab:
Menerima dan melakukan pengecekan terhadap material yang
datang serta jumlah persediaan material yang tersisa.
2. Bagian Pembelian, tugas dan tanggung jawab:
Melaksanakan pengadaan barang atau pembelian barang yang
diperlukan perusahaan baik kayu maupun bahan-bahan lain;
Bertanggungjawab terhadap keberhasilan tugas yang dibebankan
kepada bagian pembelian.
e. Kepala Administrasi
Tugas dan tanggung jawab:
Bertanggungjawab atas kelancaran pekerjaan rutin non produksi
seperti administrasi perkantoran dan personalia;
Bertanggungjawab dalam ketertiban dan ketepatan administrasi
keuangan, akuntansi, dan pembuatan laporannya; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Menyediakan fasilitas-fasilitas umum kepada karyawan sesuai dengan
batas-batas wewenang yang telah ditetapkan.
Divisi Administrasi membawahi:
1. Bagian Human Research and Development (HRD), tugas dan tanggung
jawab:
Menyeleksi dan melatih karyawan baru;
Melaksanakan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan jam
kerja, gaji karyawan, serta penempatan karyawan;
Mengawasi kerja karyawan;
Menyusun, merumuskan program kerja untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan; dan
Mengadakan hubungan dengan masyarakat, menyelenggarakan
penelitian beserta pengembangan sumber daya manusia untuk
kemajuan perusahaan.
2. Bagian Akuntansi Keuangan, tugas dan tanggung jawab:
Mencatat, membukukan, serta mengadakan perhitungan kekayaan
dan transaksi-transaksi perusahaan;
Menjaga keseimbangan kas masuk dan kas keluar;
Membuat laporan keuangan perusahaan;
Menerima setoran-setoran baik berupa uang tunai maupun cek; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Melakukan pembayaran, mengirimkan uang kepada bank yang
memberikan kredit kepada perusahaan.
B. PEMBAHASAN
1. Strategi Pengembangan Produk Furniture Kualitas Ekspor Pada PT
Indo Veneer Utama di Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
PT Indo Veneer Utama merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang furniture dan sudah cukup lama berdiri. Barang-barang
yang diproduksi oleh PT Indo Veneer Utama antara lain adalah pintu
(door), meja (table), kursi (chair), bangku (bench), kursi malas
(sunlounger), troli (trolly), dipan (daybed).
Strategi pengembangan produk merupakan salah satu hal yang
penting untuk setiap perusahaan. Ini merupakan salah satu hal yang
dipakai perusahaan untuk mampu meningkatkan proses produksinya.
Tanpa ada strategi untuk mengembangkan produk, maka proses produksi
sebuah perusahaan tentunya akan terhambat.
Sebagai sebuah perusahaan yang sudah besar dan memiliki cukup
banyak pengalaman dalam bidang furniture, PT Indo Veneer Utama
tentunya memiliki cara atau strategi yang ditempuh guna mengembangkan
produknya. Berbagai strategi diterapkan PT Indo Veneer Utama dalam
mengembangkan produknya, yakni dalam hal Bahan Baku yang
digunakan; Desain Produk; Pemasaran.
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan antara lain kayu merbau, kayu
meranti, kayu kamfer, kayu bangkirai, kayu jati. Berbagai jenis kayu
tersebut dipilih sebagai bahan baku produksi karena memiliki kualitas
yang baik dari setiap jenisnya daripada jenis kayu yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Desain Produk
Banyak aktivitas pengembangan produk internasional yang
menuntut modifikasi beberapa konsep dasar produk. Prototype produk
mungkin harus dibuat untuk suatu pasar tertentu, biasanya pasar dalam
negeri, atau mungkin harus diturunkan dalam cara yang lebih
geosentrik. Apapun asalnya, pengalaman dan persepsi dari para
manajer pemasaran internasional dan para pelanggan luar negeri harus
diperhitungkan sebelum memodifikasi produk.
Untuk mengembangkan produknya, PT Indo Veneer Utama
selalu melakukan inovasi terhadap desain produk. Berbagai cara
dilakukan oleh PT Indo Veneer Utama untuk melakukan inovasi, yakni
bisa dengan membeli desain ke orang lain atau juga bisa dengan
mengadaptasi desain suatu produk yang kemudian dikembangkan
sendiri oleh PT Indo Veneer Utama. Selain itu, PT Indo Veneer Utama
juga menerima desain dari buyer yang kemudian dikembangkan lagi
oleh PT Indo Veneer Utama.
c. Pemasaran
Pemasaran produk merupakan salah satu bagian terpenting
bagi perusahaan. Karena dari pemasaran, perusahaan akan memperoleh
pendapatan yang akan digunakan perusahaan untuk membiayai
kelangsungan dan kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dalam pemasaran produk, perusahaan tidak mempunyai pasar yang
luas maka hal ini juga akan menghambat kemajuan perusahaan.
Daerah pemasaran produk PT Indo Veneer Utama
diorientasikan ke luar negeri yaitu Inggris; Australia; Singapura;
Jepang; Philipina; Hongkong; Belanda; Italia; Arab Saudi; Jerman;
Perancis. Pemasaran dilakukan melalui buyer agent. Buyer agent
berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan dan konsumen.
Selain pemasaran di luar negeri, PT Indo Veneer Utama juga
melayani penjualan di dalam negeri (Jawa dan Bali) atau pesanan dari
konsumen yang langsung datang ke pabrik untuk memesan produk
yang diinginkan. Jadi perusahaan ini bersifat Make To Order (MTO).
Dalam menerima pesanan produk, perusahaan memproduksi sesuai
dengan permintaan konsumen dari segi bentuk maupun ukuran, selain
itu di dalam pabrik juga terdapat contoh atau sample produk yang
dapat dilihat langsung oleh pemesan. Oleh karena itu, pemesan dapat
memesan sesuai sample yang diinginkan.
Pemasaran juga dilakukan dengan mengadakan promosi seperti
ikut serta dalam pameran, ataupun menjaga hubungan baik dengan
para supplier/pemasok serta memberikan service/layanan pemasaran
seperti mengantarkan barang yang dipesan sampai ke tempat pembeli
dengan tepat waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Standar Produksi Untuk Pengembangan Produk Yang Diterapkan
Pada PT Indo Veneer Utama Di Karanganyar.
a. Proses Produksi PT Indo Veneer Utama
Standar produksi pada PT Indo Veneer Utama dimulai dari
proses order flow. Order flow sendiri adalah aliran yang menunjukkan
pesanan awal/order masuk dari konsumen sampai pengantaran produk
jadi ke konsumen.
TIDAK
YA
TIDAK
YA
YA
Aliran Order Produksi
ORDER MASUK
MARKETING
OK
MANAGEMENT
PRODUK BARU
RESEARCH & DEVELOPMENT
PRODUCTION PLANNING INVENTORY CONTROL
PURCHASING
PRODUCTION
QUALITY CONTROL
WAREHOUSE
SHIPMENT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 3.2
Sumber: PT Indo Veneer Utama, 2011
Untuk lebih detailnya, akan diuraikan setiap tahap-tahapnya
sebagai berikut:
1. Marketing
Order produk tertentu dari konsumen, kemudian diterima
oleh marketing. Order dapat berupa pemesanan produk jadi maupun
pemrofilan kayu.
Setelah order masuk ke bagian marketing, maka bagian
marketing bertugas membuat Bill of Material untuk mengetahui
komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu produk dan apakah komponen tersebut harus
dibuat atau dibeli. Order tersebut disampaikan ke bagian PPIC
(Production Planning Inventory Control) sebagai PO (Purchasing
Order) in dan masuk ke bagian manajemen.
Jika pesanan berupa produk baru, maka marketing
memberikan tugas kepada bagian penelitian dan pengembangan
(R&D) untuk membuat gambar kerja dari produk baru tersebut dan
melakukan perhitungan cost/biayanya. Kemudian baru membuat
sample produk tersebut untuk dikonfirmasikan ke customer.
Cost/penetapan harga ditentukan oleh:
Biaya material;
Biaya tenaga kerja;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Biaya pengiriman (ditentukan dari hasil negosiasi antara marketing
dengan konsumen);
Biaya proses (berdasar dari mesin yang dipakai/biaya masing-
masing mesin dan biaya waktu proses yang digunakan); dan
Biaya desain (ditentukan dari tingkat kerumitan desain dan
konstruksi, semakin rumit suatu produk memerlukan waktu yang
semakin lama untuk proses produksi dan membutuhkan tingkat
pengerjaan yang rumit pula sehingga harga produk tersebut juga
semakin mahal).
2. PPIC (Production Planning Inventory Control)
Jika semuanya sudah disetujui semua pihak (antara
marketing dan konsumen), maka marketing memberikan gambar
kerja yang sudah selesai dikerjakan oleh R & D kepada PPIC.
Kemudian PPIC membuat MRP (Material Requirement Planning)
untuk perencanaan kebutuhan material dalam pembuatan suatu
produk, MPS (Master Production Schedule), dan SPK (Surat
Perintah Kerja).
Selain itu PPIC juga mengatur penggunaan material dan
ukurannya untuk membuat produk pesanan, dan pembelian material
dilakukan oleh bagian purchasing dan pengecekan material yang
datang dilakukan oleh bagian Quality Control.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Purchasing
Purchasing bertugas melakukan pembelian material untuk
pembuatan produk baik material utama maupun material
pendukung.
4. Production
Setelah material tersedia maka pengerjaan produk dapat
langsung dikerjakan di lantai produksi sesuai proses pengerjaan di
tiap-tiap mesin (baik di mesin band saw, arm saw, boring,
moulding, sander, double cut, laminating, dll) yang jadwal
produksinya sudah dibuat oleh PPIC.
5. Quality Control
Bagian quality control bertugas melakukan pengendalian
kualitas mulai dari bahan baku sampai produk jadi. Bahan baku
(kayu) yang telah dikeringkan (kiln dry) dan telah dipotong dan
dihaluskan di area pembahanan kemudian diinspeksi oleh bagian
quality control, apakah bahan baku tersebut layak dipakai untuk
bahan dasar pembuatan produk. Setelah produk sudah jadi, maka
diinspeksi kembali oleh bagian quality control, apakah ada produk
yang cacat (misal kaki meja/kursi patah) dan apakah ukurannya
sudah sesuai atau belum dan ketebalan catnya (untuk pintu yang
dicat). Sebenarnya quality control dilakukan setiap saat pada waktu
pembuatannya di masing-masing mesin selalu diperiksa apakah
ukurannya sudah sesuai, sehingga jika terjadi kesalahan bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
langsung diperbaiki. Jadi sangat jarang produk cacat tapi tidak
tertutup kemungkinan juga pernah mengalami kesalahan
ukuran/cacat.
6. Warehouse
Produk yang sudah jadi dan sudah diinspeksi oleh quality
control, maka langsung disimpan di warehouse dan dicatat oleh
administrasi produksi untuk sesegera mungkin dikirim ke konsumen
sesuai pengetahuan dari bagian PPIC. Juga bagian warehouse
mengkonfirmasikan produk yang selesai tersebut ke bagian ekspor
impor untuk membuat berbagai macam surat misal surat jalan.
7. Shipment
Untuk pengiriman ke luar negeri, produk dimasukkan ke
dalam container dan dikirim sampai ke pelabuhan dan selanjutnya
dari pelabuhan dikirimkan ke buyer yang disebut Free On Board
(perusahaan mengirim produk jadi ke konsumen hanya sampai ke
pelabuhan di Pulau Jawa saja, perusahaan tidak mengirim produk
sampai ke pelabuhan negara tujuan). Untuk pengiriman lokal,
perusahaan menyewa truk besar dan dikirim sampai ke tangan
konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Departemen Produksi dan Mesin yang Dimiliki
Divisi produksi PT Indo Veneer Utama terbagi menjadi
beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah Cutting Log (Saw
Mill), Kiln Dry, Pembahanan (forming), Joinery, Sanding, Assembly,
dan Finishing. Tiap-tiap bagian tersebut mempunyai fungsi-fungsi
tertentu dalam jalinan proses produksi pada bagian furniture PT Indo
Veneer Utama.
1. Saw Mill
Saw mill ditujukan untuk membentuk kayu besar yang berupa kayu
gelondongan/log atau kayu kotak (square) menjadi bentuk yang
nantinya akan dikerjakan pada lantai produksi.
Pada bagian ini terdapat beberapa mesin yang digunakan, yaitu:
a) Band Saw
Mesin ini digunakan untuk memotong kayu gelondongan/log
menjadi kayu-kayu dengan ukuran dan ketebalan tertentu.
Band Saw 48 : untuk membelah kayu log menjadi dua
bagian
Band Saw 44 : untuk memotong belahan kayu log menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil
Band Saw 42 : untuk memotong kayu log yang telah terbagi
menjadi RST (Raw Sawn Timber)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b) Cut Saw
Mesin ini melanjutkan proses yang sudah dilakukan oleh mesin
band saw yaitu memotong kayu utnuk produksi garden
furniture sesuai dengan ukuran yang diinginkan dengan batas
toleransi tertentu.
2. Kiln Dry
Kiln dry adalah suatu proses pengeringan yang menjadikan
kayu tidak dapat terpengaruh oleh perubahan cuaca. Kayu dengan
kandungan air antara 70-80 MC jika dikerjakan pada cuaca dingin
atau pada tingkat kelembaban tinggi, ukuran kayunya dapat berubah
pada cuaca panas karena kandungan air di dalamnya telah menguap
akibat sambungan antar kayunya menjadi longgar sehingga produk
seperti meja dan kursi dapat menjadi goyang karena sambungan
antar kayunya menjadi kurang kuat. Kandungan air pada kayu
kering sekitar 12 MC, pada kondisi tersebut seratnya sudah tidak
dapat lagi berkembang. Pada proses kiln dry kayu dipotong dalam
bentuk lempengan untuk mempercepat waktu pengeringan. Jika
kayu masih dalam bentuk gelondongan, maka proses
pengeringannya akan menjadi lebih lama. Untuk mengukur kadar
MC digunakan alat yang disebut wagner.
Proses yang terjadi dalam kiln dry adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan komponen kedalam ruangan kiln dry dengan
sistem rak dengan jarak 2-3 cm, hal ini bertujuan agar sirkulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
udara panas dalam kiln dry bisa masuk dengan baik kedalam
sela-sela kayu. Suhu awal kayu adalah 55C dengan
kelembaban 89 mm/hg.
2. Proses pengeringan kayu dengan kiln dry ini dapat diatur
dengan peningkatan suhu secara bertahap (waktu dan kenaikan
suhu berdasarkan ketebalan kayu, ketebalan kayu merbau < 60
mm dan kayu meranti 30-60 mm). Secara umum ketentuan
suhu untuk pengeringan kayu adalah sebagai berikut:
a) Setelah suhu mencapai 60C maka suhu tersebut akan
ditahan selama 24 jam kemudian suhu dinaikkan 5C
b) Setelah suhu mencapai 70C maka akan ditahan sampai
kadar air dalam kayu mencapai 9-12 MC
c) Untuk pengeringan kayu diperlukan sirkulasi udara dalam
ruangan, maka setiap 6 jam akan disemprot dengan maksud
menjaga agar kayu tetap lurus dan tidak kusut, proses kiln
dry harus dilakukan perlahan-lahan supaya kayu tidak
pecah.
Tahapan dalam proses kiln dry:
1) Warming Up
Ruangan mulai diberi panas sehingga suhu dalam ruangan
mulai hangat yang dapat merangsang keluarnya kandungan air
pada kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Heating Up
Ruang kiln dry diberi kelembaban tinggi dengan suhu tertentu
sesuai jadwal pengeringannya. Fase ini untuk membantu
membuka pori-pori kayu dan meratakan MC awal kayu yang
ada dalam ruangan. Lama tahapan 2 jam per 1 cm tebal kayu
yang dihitung setelah pengaturan suhu dan kelembaban
tercapai, misal ketebalan 50 mm maka waktu heating 10 jam.
3) Drying
Kayu mengalami penyusutan setelah MC kayu ada dibawah
titik jenuh serat yaitu MC 25-30%.
4) Conditioning
Jika kayu yang diinginkan telah tercapai, maka ruangan kiln dry
perlu diberikan kelembaban yang cukup agar saat kayu
dikeluarkan mempunyai MC yang lebih rata dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kerusakan kayu.
5) Cooling Down
Penyesuaian suhu dalam ruangan dengan suhu udara
lingkungan sekitar. Heating, spray, damper ditutup. Fan harus
hidup sampai suhu dalam ruangan mencapai 40C kemudian
fan dapat dimatikan dan kayu dikeluarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Pembahanan (Forming)
Bagian pembahanan meminta bahan baku dari bagian logistik untuk
nantinya dipotong menjadi bentuk yang lebih kecil, penghalusan
dua sisi (S2S) dan empat sisi (S4S) serta melakukan pembentukan.
Hasil dari bagian (forming) ini adalah berupa bahan jadi.
Bagian pembahanan juga bertugas untuk mengecek bahan baku
yang diterima dari bagian logistik, misalnya apakah bahan baku
yang diterima dari bagian logistik sudah sesuai dengan permintaan
pemesan (untuk pintu balcony adalah kayu merbau), apakah ada
cacat atau tidak pada kayu dan sebagainya. Jika setelah dilakukan
pengecekan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai maka bagian
pembahanan juga bertugas melakukan penukaran ke bagian logistik.
Bahan baku yang telah diinspeksi maka disimpan di gudang elemen.
Mesin-mesin yang digunakan adalah:
1) Mesin Moulding Enam Spindle
Mesin ini digunakan untuk menghaluskan keempat sisi
kayu/pembentukan kayu. Mesin ini dapat langsung membentuk
keempat sisi kayu tetapi memerlukan waktu set-up yang lama
minimal 30 menit. Tetapi umumnya kayu dipross dahulu di
mesin planner untuk membentuk siku kayu kemudian baru
menggunakan moulding enam spindle. Jika langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
menggunakan moulding enam spindle maka kualitas kayu akan
terabaikan.
2) Mesin Gergaji Double End
Mesin ini digunakan untuk memotong dua sisi kayu. Cara
kerjanya dengan meletakkan benda pada ban berjalan mirip
dengan belt conveyor. Pada ban berjalan ini sudah terdapat pola
kayu seperti yang telah diinginkan. Ban berjalan ini terdapat
dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Ban bawah
berjalan kemudian dijepit oleh ban berjalan bagian atas dan
akan dimakankan pada gergaji ganda yang berputar mendatar
dengan ketinggian tertentu sesuai pola.
3) Mesin Gergaji Double Saw
Mesin ini digunakan untuk memotong kayu dengan
menggunakan gergaji ganda dan memotong kedua sisi kayu.
Cara kerja mesin ini adalah potongan-potongan kayu akan
dipotong diletakkan pada tempat untuk meletakkan benda kerja.
Operator menginjak pedal untuk menggerakkan meja kerja
menuju ke gergaji ganda sehingga sisi kiri dan sisi kanan kayu
langsung terpotong.
4) Mesin Gergaji Arm Saw
Mesin ini dijalankan dengan menarik pegangan gergaji untuk
memotong benda kerja sesuai ukuran yang diinginkan. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
itu, arm saw juga untuk melakukan pembentukan bentuk-
bentuk yang sederhana.
5) Mesin Gergaji Line Saw
Mesin gergaji line saw mempunyai fungsi yang sama dengan
mesin-mesin gergaji lainnya yang ada di bagian forming yaitu
memotong kayu. Mesin ini mempunyai gergaji lengkung yang
terletak pada bagian tengah mesin. Pada waktu mesin ini tidak
bekerja, gergaji yang ada pada mesin ini harus kendor supaya
mesin tidak rusak.
6) Mesin Gergaji Circular Saw (circle)
Mesin ini digunakan untuk membelah benda kerja, gergajinya
berbentuk lingkaran.
7) Mesin Gergaji Jump Saw
Mesin ini digunakan untuk memotong kayu sama seperti
gergaji-gergaji lain yang ada di bagian forming. Cara kerjanya
adalah kayu yang dipotong satu sisi terlebih dahulu sampai
bagian tengah kayu, kemudian baru sisi yang satunya lagi
dipotong. Hal ini dilakukan untuk keselamatan kerja operator.
Selain itu jika mesin mati dalam artian gergaji tidak digunakan
meja gergaji harus kendor supaya mesin tidak rusak.
8) Mesin Planner dan Thicknasser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Mesin ini merupakan mesin yang mempunyai fungsi yang sama
dengan mesin moulding enam spindle yaitu membentuk
keempat sisi kayu atau membentuk kayu RST menjadi kayu
S4S. Cara kerjanya adalah kayu-kayu dimasukkan kedalam
mesin thicknasser, baru setelah keluar dari mesin ini kayu S4S
yang siap dikerjakan. Bagian dalam mesin thicknasser ini
terdapat pahat yang berbentuk seperti gerigi-gerigi.
4. Joinery
Setelah dari bagian forming berupa bahan jadi maka dilanjutkan
pada bagian joinery. Bagian ini bertugas membuat konstruksi
samping yang dapat berupa alur, profil, lubang. Hasil dari joinery
adalah elemen siap rakit.
Mesin-mesin yang termasuk pada bagian joinery:
1) Mesin Copy Shapper
Mesin ini digunakan untuk membuat lengkungan atau
pembentukan lengkungan sesuai pola atau jig. Jig adalah alat
khusus yang berfungsi memegang, menahan, atau diletakkan
pada benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda
kerja dan membantu mengarahkan pergerakan pahat.
2) Mesin Moulding Satu Spindle
Mesin ini digunakan untuk pembentukan lengkung, membuat
profil sesuai pisau. Prinsip kerja mesin ini adalah sebuah mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pahat berputar diam pada suatu posisi tertentu pada meja
mendatar. Benda kerja yang kedua bagiannya telah dijepit pada
sebuah pola/jig dimakankan pada pahat dengan lintasan tertentu
sehingga nantinya akan membentuk profil. Waktu set up mesin
ini adalah lima menit.
3) Mesin Tenoner
Mesin tenoner dan montiser merupakan mesin yang
berpasangan. Mesin tenoner berfungsi untuk membuat pen,
poros atau pasak sambungan antar komponen. Mesin tenoner
dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin single tenoner dan mesin
double tenoner.
4) Mesin Mortise
Merupakan pasangan dari mesin tenoner, jika mesin tenoner
berfungsi untuk membuat pen/pasak sambungan antar
komponen maka mesin mortise berfungsi untuk membuat
lubang yang berbentuk bulat lonjong yang nantinya akan
disambungkan dengan benda kerja hasil dari mesin tenoner.
5) Mesin Router
Mesin ini digunakan untuk membuat alur yaitu biasanya berupa
lubang yang besar dan untuk membuat pinggul R. Biasanya
mesin ini digunakan untuk pembuatan meja.
6) Mesin Bor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang dengan diameter
tertentu. Mata bor yang sering digunakan oleh mesin bor ini
adalah 4 mm, 5 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, 10 mm, 20mm. Pada
bagian joinery ini mesin terdiri dari 5 macam, yaitu:
a) Mesin Double Bor Horizontal
b) Mesin Multi Bor Horizontal
c) Mesin Single Bor Horisontal
d) Mesin Single Bor Vertikal
e) Mesin Multi Bor Vertikal
7) Mesin Hand Trimer
Seperti mesin pada bagian joinery lainnya, trimer juga
berfungsi untuk membuat konstruksi samping/radius 3 mm, 5
mm, 8 mm, 10 mm. Pisau/pahat yang digunakan dapat
disesuaikan dengan keperluan.
5. Sanding
Setelah pembuatan berbagai konstruksi sampai pada bagian joinery,
maka bagian sander bertugas untuk menghaluskan elemen-elemen
jadi (siap rakit) tersebut. Berikut mesin-mesin yang termasuk pada
sander adalah:
1) Mesin Brush dan Drum Sander
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Mesin ini digunakan untuk mengamplas benda kerja. Drum
sander berbentuk seperti tabung yang berputar, sedangkan
brush sander hampir mirip bedanya pada permukaan brush
sander terdapat sikat-sikat.
2) Mesin Hand Sandling
Digunakan untuk meratakan/menghaluskan kayu atau elemen
produk sampai dengan 0.3 mm.
3) Mesin Sanding Master
Bisa digunakan untuk meratakan sampai dengan max. 1 mm.
Dalam mesin ini terdapat dua macam alat penghalus yaitu kasar
80-100 mm dan halus 180-24 mm.
6. Assembly
Setelah elemen-elemen produk telah jadi dan siap dirakit maka akan
masuk dalam area assembly untuk dirakit menjadi komponen-
komponen akan dirakit menjadi satu produk.
Mesin-mesin yang terdapat di dalam area assembly adalah:
1) Mesin Press
Digunakan untuk mengepress pintu dimana kekuatan press
untuk masing-masing bahan berbeda yaitu untuk bahan kayu
dari merbau 125 kg/m2 dan untuk kayu meranti 75 kg/m
2.
2) Mesin Double Cut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Mesin ini digunakan untuk memotong panjang pintu sebanyak
3 cm.
7. Finishing
Ini merupakan proses akhir setelah komponen dirakit menjadi suatu
produk, salah satu contoh mesin di dalam finishing produk pintu
adalah mesin laminating yang memerlukan waktu set-up 20 menit
untuk udara panas dan 30 menit untuk udara dingin.
c. Tahapan Pengolahan Barang
Dalam memproduksi sebuah barang, PT Indo Veneer Utama
melakukan sejumah tahapan dari bahan mentah yang berwujud kayu
gelondongan hingga barang masuk ke barang gudang jadi.
Pertama adalah log/kayu gelondong diproses di cutting log
(saw mill), ini bertujuan untuk membentuk kayu besar yang masih
berupa gelondongan agar menjadi bentuk yang nantinya akan
dikerjakan dalam lantai produksi.
Kedua, kayu yang sudah dibentuk, masuk ke proses kiln dry,
yakni kayu dikeringkan agar menjadikan kayu tidak dapat terpengaruh
oleh perubahan cuaca. Pada proses kiln dry, kayu dipotong dalam
bentuk lempengan untuk mempercepat waktu pengeringan. Jika kayu
masih dalam bentuk gelondongan, maka proses pengeringannya akan
menjadi lebih lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Ketiga adalah pembahanan (forming), pada bagian ini, kayu
dipotong menjadi lebih kecil, penghalusan dua sisi (S2S) dan empat
sisi (S4S) serta melakukan pembentukan. Hasil dari bagian forming ini
adalah berupa bahan jadi.
Keempat yakni proses joinery, bagian ini bertugas membuat
konstruksi samping yang dapat berupa alur, profil, lubang. Hasil dari
bagian ini adalah elemen siap rakit.
Kelima adalah sanding, setelah pembuatan berbagai konstruksi
samping pada bagian joinery, maka bagian sanding bertugas untuk
menghaluskan elemen-elemen jadi (siap rakit) tersebut.
Keenam yakni proses assembly (perakitan), setelah produk
telah jadi dan siap dirakit maka akan masuk area assembly untuk
dirakit menjadi komponen-komponen yang akan dirakita menjadi satu
produk.
Ketujuh, barang masuk pada proses finishing, barang di cat dan
dipelitur sesuai warna yang dipesan.
Kedelapan adalah packing, barang yang sudah jadi dan sudah
dicat dipacking dengan menggunakan kardus sesuai ukuran barang.
Kesembilan atau terakhir barang masuk ke gudang barang jadi
hingga dikirim ke buyer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Penerapan Standar FSC (Forest Stewardship Council) Untuk COC
(Chain of Custody)
FSC (Forest Stewardship Council) sendiri adalah lembaga
international non-profit merupakan Lembaga Akreditasi yang pertama
kali mengembangkan Sertifikasi SFM dan COC. Sampai dengan saat
ini lebih dari 30 juta ha areal hutan di berbagai belahan penjuru dunia
telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh
FSC melalui standar dan proses sertifikasi yang cukup ketat dan
mendapat pengakuan yang sangat signifikan dari berbagai stakeholder
di tingkat internasional.
COC (Chain of Custody) adalah program sertifikasi yang
diaplikasikan pada unit industry dan distribusi hasil hutan untuk
memastikan bahwa produk kayu yang diproduksi oleh unit industri
adalah berasal dari hutan yang dikelola secara lestari yang ditunjukkan
dengan sertifikat Sustainable Forest Management (SFM).
Program FSC ini bertujuan untuk:
1) Sebagai alat pemasaran untuk menjadikan produk Indonesia
lebih bersaing di pasar mancanegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2) Membantu kalangan industri dalam peningkatan ekspor
produk furniture yang ramah lingkungan sesuai tuntutan
pasar internasional saat ini.
3) Membantu para pengusaha Indonesia yang memanfaatkan
produk hasil hutan (terutama kayu) seperti industry
furniture/mebel, plywood, woodworking dalam memberi
jalan keluar dari permasalahan persyaratan yang diminta
para buyer asing dalam hal issue ekolabel (seperti Verified
of Legal Origin, COC, dan produk ramah lingkungan)
4) Sebagai alat untuk peningkatan harga jual produk furniture.
Pada kondisi pabrik belum mempunyai kayu dari hutan
bersertifikat FSC, industri tersebut masih tetap dapat menerapkan
sertifikasi COC. Jika dinyatakan lulus, industri memperoleh Sertifikat
COC-FSC dan logo off product, tetapi belum dapat menggunakan logo
COC-FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not use
logo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalah sertifikat
implementasi sistem dan standar COC FSC. Pada kondisi ini,
umumnya buyer sudah setuju karena buyer biasanya tidak
mempermasalahkan logo on product atau logo off product, yang
penting buyer melihat pabrik sudah memiliki Sertifikat COC-FSC,
maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyai kayu
bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjungan
verifikasi/pemeriksaan oleh lembaga sertifikasi lebih dahulu, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pabrik dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (logo on
product).
Pada kondisi pabrik sudah mempunyai kayu dari hutan
bersertifikat FSC, maka tentunya pabrik dapat langsung disertifikasi
dan jika dinyatakan lulus, pabrik langsung memperoleh sertifikat
COC-FSC dan berhak menggunakan logo COC-FSC pada produknya
(get a certificate COC-FSC and use logo COC-FSC on product).
Sistem FSC (Forest Stewardship Council)
Sebelum diaudit oleh Lembaga Sertifikasi, industri harus
memiliki sistem COC-FSC lebih dahulu yang dibuat oleh konsultan,
dengan kegiatan antara lain: training, pembuatan dokumen COC-FSC
(seperti manual COC, prosedur COC, instruksi kerja, dan supporting
document), dan implementasi sistem FSC. Sistem COC yang harus
ditetapkan oleh industri terdiri dari tiga pilihan:
1) Pure 100%, artinya pabrik menggunakan 100% bahan baku yang
berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC
2) Mixed, artinya pembagian penggunaan kayu bersertifikat FSC label
dengan FSC Controlled Wood
3) Recycled, artinya penggunaan bahan baku yang berasal dari kayu
daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)
PT Indo Veneer Utama menerapkan standar produksi FSC
untuk COC agar barang yang diproduksi terjamin ramah lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
FSC sendiri merupakan suatu lembaga yang mengatur tentang
pengelolaan hutan, dan untuk COC sendiri adalah sertifikasi dari FSC
yang mengatakan bahwa produk kayu yang dibuat adalah produk kayu
ramah lingkungan.
Alasan munculnya sertifikasi COC adalah:
Awalnya hutan dikelola dengan praktek asal ada produksi
kayu, tidak memperhatikan kelestarian aspek produksi,
lingkungan, dan sosial;
Menimbulkan masalah, diantaranya penurunan jumlah
pasokan kayu dan luas hutan serta perubahan iklim
(pemanasan global, penipisan lapisan ozon, naiknya suhu
global bumi).
Muncul tuntutan sertifikasi COC untuk menjamin produk
yang diperdagangkan merupakan produk ramah lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Kendala Yang Dihadapi PT Indo Veneer Utama Dalam
Mengembangkan Produk Furniture Kualitas Ekspor.
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture, yang
memiliki banyak pesaing, PT Indo Veneer Utama tentu juga memiliki
kendala di dalam proses peningkatan produksinya. Kendala yang dihadapi
antara lain dalam hal desain, waktu, dan pembayaran.
a. Desain
Dalam segi desain, setiap tahunnya paling tidak PT Indo Veneer Utama
harus memiliki desain produk baru agar dapat bersaing dan tidak
ketinggalan dengan perusahaan lain. Ini diperlukan agar buyer tidak bosan
dengan produk-produk dari PT Indo Veneer Utama serta agar buyer tetap
memesan barang kepada PT Indo Veneer Utama.
b. Waktu
Dalam hal waktu yang disebabkan karena pengiriman bahan baku kayu
terlambat atau terjadi human error pada salah satu tahap pengerjaan
produksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyelesaian produksi
yang menyebabkan proses penyelesaiannya memakan waktu lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Pembayaran
Dalam hal pembayaran, apabila buyer memiliki masalah dalam hal
pembayaran, tentunya berdampak pada PT Indo Veneer Utama yang sulit
untuk melakukan proses produksi selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan oleh penulis, maka dapat
ditarik kesimpulan dari tulisan ini, yakni:
1. Strategi pengembangan produk furniture kualitas ekspor yang diterapkan
pada PT Indo Veneer Utama antara lain dalam segi desain produk,
pemasaran produk, serta bahan baku produk yang dipakai. Ketiga strategi
tersebut yang dipakai PT Indo Veneer Utama dalam usaha pengembangan
produk furniturenya.
2. Standar produksi yang diterapkan pada PT Indo Veneer Utama adalah
dengan menerapkan standar dari lembaga FSC (Forest Stewardship
Council) untuk sertifikasi COC (Chain Of Custody) agar barang yang
diproduksi terjamin ramah lingkungan.
3. Kendala yang dihadapi PT Indo Veneer Utama dalam meningkatkan
produksi barangnya antara lain kendala dalam penciptaan desain produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
baru, dalam hal keterlambatan waktu pengiriman, serta keterlambatan
pembayaran dari buyer.
B. SARAN
1. Sebaiknya PT Indo Veneer Utama mengadakan pelatihan terhadap tenaga
kerjanya agar lebih bisa memberikan hasil yang baik kepada PT Indo
Veneer Utama.
2. Kegiatan pemasaran lebih diperbanyak dengan mengikuti berbagai
pameran baik dari dalam maupun dari luar negeri guna memperkenalkan
produk dari PT Indo Veneer Utama.
3. Memperkecil kesalahan yang berasal dari tenaga kerja sendiri agar tidak
menghambat waktu pengiriman barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahyari, Management Produksi 2 Pengendalian Produksi, Yogyakarta :
1983
Handoko, H.T., Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi; 1995
Handout Pengantar Ekspor Impor, Prosedur dan Dokumen Ekspor, 2009
Henry Simamora; Manajemen Pemasaran Internasional Jilid I; 2000
Keputusan Menteri Perdagangan No.07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April
2005 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 Tentang
Kepabeanan.
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor-Impor, Jakarta : 1994.
www.google.com