strategi pengembangan sektor pariwisata ...repository.ub.ac.id/1788/1/deddy hasan.pdfv ringkasan...

145
STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PONOROGO (Studi Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan Objek Wisata Telaga Ngebel) SKRIPSI Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya DEDDY HASAN NIM. 105030104111013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN PONOROGO

(Studi Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan Objek Wisata Telaga Ngebel)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

DEDDY HASANNIM. 105030104111013

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS ILMU ADMINISTRASIJURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG2017

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

i

MottoSelalu percaya bahwa manusia di ciptakan dengan kemampuannya masing

masing. Jujur , berani, dan saling menhargai sesama serta senantiasa

mengharap ridho ALLAH SWT

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

ii

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

iii

TANDA PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Skripsi Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 27 Juli 2017

Jam : 11.00 12.00 WIB

Skripsi Atas Nama : Deddy Hasan

Judul : Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Ponorogo (Studi Pada Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo dan Objek Wisata Telaga

Ngebel)

Dan Dinyatakan LULUS

MAJELIS PENGUJI

Ketua

Dr. Hermawan S.IP, M.Si NIP. 19720405 200312 1 001

Anggota

Drs. Abdul Wachid M.AP NIP. 19561209 198703 1 008

Anggota

Dr. Mochammad Makmur, MSNIP. 19511028 1980032 1 002

Anggota

Nana Abdul Azis S.AP M.APNIP. 198407 13201504 1004

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

iv

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

v

RINGKASAN

Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Ponorogo ( Studi Pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan Objek Wisata Telaga Ngebel), Ketua Komisi Pembimbing Utama : Dr. Hermawan, S.IP , M.Si dan Anggota Komisi Pembimbing : Drs. Abdul Wachid, M.AP.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah yang memberikan hak dan wewenang kepada daerah otonom untuk mengelola sendiri pemerintahan setempat. Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah maka pemerintah daerah harus jeli dalam melihat potensi dan menjadikan potensi tersebut sebagai unggulan yang dapat dikembangkan menjadi basis perekonomian daerah. Pemerintah Kabupaten Ponorogo memiliki objek wisata telaga ngebel sebagai tempat wisata unggulan di Kabupaten Ponorogo oleh sebab itu penulis ingin mengetahui strategi dalam pengembangan objek wisata telaga ngebel dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah.

Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang terfokus pada bentuk – bentuk strategi pengembangan objek wisata telaga ngebel dalam perspektif entrepreneurial government dan faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh dalam pengembangan objek wisata telaga ngebel. Lokasi dan situs penelitian yaitu berlokasi di Kabupaten Ponorogo dan situs penelitiannya di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan objek wisata telaga ngebel. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan Hasil Penelitian yang telah dilakukan diobjek wisata telaga ngebel dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dalam upayanya mengembangkan objek wisata telaga ngebel adalah dengan pembangunan sarana dan prasarana serta mengembangkan potensi wisata yang ada sehingga bisa meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. faktor pendukungnya adalah lokasi wisata serta adanya website yang informatif kemudian ada juga faktor penghambatnya yaitu ketersedian lahan untuk menambahkan fasilitas disekitar objek wisata telaga ngebel.

Saran yang diberikan yaitu Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Ponorogo harus mampu melihat peluang dan mampu mengelola objek wisata telaga ngebel. Selain itu sarana dan prasarana seperti aksesibilitas dan juga akomodasi harus senantiasa di tingkatkan dan harus segera mengatasi hambatan dan juga menambahkan fasilitas sehingga objek wisata telaga ngebel bisa lebih berkembang dan bisa menambah pendapatan daerah Kabupaten Ponorogo.

Kata Kunci : Pengembangan, Pariwisata, Telaga Ngebel

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

vi

SUMMARY

Deddy Hasan, 2017, The Strategy of the development of the tourism sector in increasing income of native areas in Ponorogo. (Study on Culture Tourism Agency of Youth and Sports Ponorogo and Ngebel Lake Tourism Object). Head of Main Advisory Committee : Dr. Hermawan S.IP M.Si and Advisor Committee member : Drs Abdul Wachid, M.AP.

In accordance with the spirit of regional autonomy which gives the autonomous regions the right and authority to manage their own local government. To achieve the goal of autonomous region then local governments must be observant in looking at potential and makes the potential to be potential leading that could be developed into base of regional economy. Ponorogo district government has a tourist attraction ngebel lake as a leading tourist in the district Ponorogo therefore the authors want to know the strategy in the development of tourism object ngebel lake in effort to increase local revenue.

This study used descriptive method by using a qualitative approach which focused on the shape of development strategy of ngebel lake tourism object in the perspective of entrepreneurial government and supporting factors and obstacles that influence the development of tourism object ngebel lake. Location and research sites are located in Ponorogo District and research sites in the Departement of Culture Tourism Youth and Sports Ponorogo Regency and Tourism object Ngebel Lake. Types and source of data used in this study are primary and secondary data sources. Analysis of data reduction, data presentation and drawing conclusion.

Based on the result of research that has been done in ngebel lake tourism object and tourism culture department of youth and sports disctrict Ponorogo in its efforts to develop a tourist attraction Ngebel Lake is by development of facilities and infrastructure and develop the existing potential so as to increase the interest of tourists to visit. The supporting factor is the location of tourism as well as the existence of an informative website than there are also inhibiting factors that are the availability of land to add facilities around the tourist attraction in Ngebel Lake.

The suggestion given is The Tourism Culture Youth And Sports Ponorogo Distict should be able to see the opportunities and able to manage the attraction of ngebel lake. Other than that facilities and infrastrucutur such as accessibility and accommodation should always be upgraded and must immediately overcome obstacle and also add facilities so ngebel lake tourism object can be more developed and can increase local revenue.

Keyword : Development, Tourism, Telaga Ngebel

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Allhamdulillahirrobi’alamin penulis ucapkan rasa syukur kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan rezki-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo (Studi Pada

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Ponorogo Dan

Objek Wisata Telaga Ngebel) Sholawat serta salam tak lupa selalu tertuju kepada

Nabi Muhammad SAW, pemimpin umat manusia. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya Malang.

3. Ibu Dra Lely Indah Minarti, Msi selaku Ketua Prodi Administrasi Publik

4. Bapak Dr. Hermawan, S.IP , M.SI selaku pembimbing satu dan Bapak Drs.

Abdul Wahid, M.AP selaku pembimbing dua yang telah meluangkan waktu

dan memberikan masukan serta arahannya dengan sabar di saat bimbingan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya atas Ilmu

yang diberikan selama ini.

6. Seluruh pegawai dan staff Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

7. Kepala Dinas dan Seluruh pegawai Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Ponorogo, teristimewa Bapak Edy Darwanto serta

Ibu Fadila Nur Aini, dan serta warga Ponorogo, dan wisatawan atas

bantuannya dalam penelitian ini.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

viii

8. Kedua orang tua, Ayahku Edy Riyanto dan Ibuku Siti Sariningsih, dengan

doa yang tiada henti, tenaga, dan pikiran, airmata yang telah di korbankan

demi kehidupan anak – anaknya.

9. Kepada saudaraku satu – satunya Rivaldy Hasan,

10. Semua pihak yang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini..

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Malang, 20 Juni 2016

Deddy Hasan

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

ix

DAFTAR ISI

MOTTO ........................................................................................................... iTANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. iiTANDA PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iiiPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... ivRINGKASAN.................................................................................................. vSUMMARY ..................................................................................................... viKATA PENGANTAR .................................................................................... viiDAFTAR ISI .................................................................................................. ixDAFTAR TABEL ........................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xivBAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6D. Kontribusi Penelitian ................................................................... 7E. Sistematika Penelitian ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10A. Administrasi Publik ..................................................................... 10B. Desentralisasi dan Otonomi Daerah............................................ 13

1. Otonomi Daerah..................................................................... 132. Pendapatan Asli Daerah......................................................... 15

C. Konsep Entrepreneurial Government.......................... ................ 161. Konsep Entrepreneurial Government dalam Perspektif

Administrasi Publik…………………………………………. 162. Reinventing Government…………………………………… 203. Strategi Menuju Entrepreneurial Government…………….... 26

D. Pariwisata .................................................................................... 351. Pengertian Pariwisata.............................................................. 352. Undang- undang pariwisata ................................................... 373. Jenis-jenis Pariwisata.............................................................. 384. Bentuk - bentuk Pariwisata ..................................................... 405. Komponen – komponen Pariwisata ........................................ 416. Peranan Pariwisata………………………………………….. 457. Peranan Pemerintah dalam Industri Pariwisata ...................... 48

E. Strategi ........................................................................................ 501. Strategi Pengembangan .......................................................... 502. Konsep Strategi Pengembangan Pariwisata............................ 543. Langkah – Langkah Pokok Strategi Pengembangan………... 55

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

x

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 57A. Jenis Penelitian ............................................................................ 57B. Fokus Penelitian .......................................................................... 59C. Lokasi dan Situs Penelitian ......................................................... 61D. Sumber dan Jenis Data ................................................................ 61E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 63F. Teknik Analisis Data ................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 68A. Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo..................................... 68

1. Letak Geografis dan Topografi Kabupaten Ponorogo…….... 682. Sejarah Pemerintahan Kabupaten Ponorogo…................... ... 693. Visi dan Misi Kabupaten Ponorogo………………………... 70

B. Gambaran Umum Situs Penelitian .............................................. 721. Visi dan Misi Disbudparpora................................................. 722. Tugas Pokok dan Fungsi Disbudparpora…………………... 733. Pejabat dalam Struktur Organisasi......................................... 74

C. Penyajian Data Fokus................................................................. 751. Bentuk-bentuk Strategi Pengembangan

Pariwisata Kabupaten Ponorogo Menggunakan Perspektif Entrepreneurial Government dengan didasarkan padaLima Strategi Mewujudkan Pemerintahan Wirausaha. Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah....................... 75a. Strategi inti ......................................................................... 76 b. Strategi Konsekuensi.......................................................... 79c. Strategi Pelangaan............................................................. 81d. Strategi Kontrol................................................................. 85e. Strategi Budaya................................................................. 88

2. Faktor Pendukung dan Penghambat yangMempengaruhi Jalannya PengembanganPariwisata Telaga Ngebel ....................................................... 91 a. Faktor Pendukung .............................................................. 921) Lokasi Wisata Strategis

dan Adanya Transportasi Umum. ...................................... 92 2) Website Pemerintah Yang Informatif ................................ 93b. Faktor penghambat............................................................. 951) Kurangnya Kesiapan Akses Jalan..................................... 952) Keterbatasan Fasilitas Karena Kurangnya Lahan............. 97

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

xi

D. Pembahasan ............................................................................. 981. Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Ponorogo

menggunakan perspektif Entrepreneurial Government yang di dasarkan pada lima strategi mewujudkan pemerintahan wirausaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. ........ 99a. Strategi Inti......................................................................... 101b. Strategi Konsekuensi.......................................................... 104c. Strategi Pelanggan.............................................................. 107d. Strategi Kontrol.................................................................. 110e. Strategi Budaya .................................................................. 112

2. Faktor Pendukung dan Penghambat yang mempengaruhi jalannya pengembangan pariwisata telaga ngebel ................. 115a. Faktor Pendukung .............................................................. 115i. Lokasi Wisata Strategis

dan Adanya Transportasi Umum ....................................... 115ii. Website Pemerintah yang informatif ................................. 116b. Faktor Penghambat ............................................................ 1171) Kurangya Kesiapan Akses Jalan ........................................ 1172) Keterbatasan Fasilitas Karena Kurangnya Lahan .............. 118

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 120

a. Kesimpulan ..................................................................... 120b. Saran ................................................................................ 123

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pejabat dalam Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo

70

Tabel 4.2 Data Pengunjung Tahun 2013- 2015 80

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Branding Ethinc Art Of Java 74

Gambar 4.2 Tampilan Berita Gebyar Reog Telaga Ngebel 90

Gambar 4.3

Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona Wisata 90

Gambar 4.4 Pentas Reyog Telaga Ngebel 91

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Melaksanakan PenelitianLampiran 2 Pedoman Wawancara

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan dengan peraturan perundang-

undangan yang ada dalam Undang - Undang NO. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas yang berwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Sesuai dengan semangat otonomi daerah, maka pemerintah daerah dituntut

untuk mampu berinovasi, bersifat kompetitif, berwawasan jauh, dan tanggap

terhadap perubahan. Pemerintahan yang demikianlah yang diharapkan mampu

menciptakan birokrasi yang baik dan mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan

yang lebih berdaya guna, dan dapat memenuhi kewajiban pelaksanaan

pembangunan agar dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

2

masyarakat dan daerahnya. Menurut Mardiasmo (2002:14) salah satu indikasi

keberhasilan daerah otonom adalah kemampuan daerah tersebut dalam

memperkuat basis perekonomiannya dengan mencari alternatif sumber

pembiayaan pembangunan secara mandiri.

Untuk mencapai tujuan dari otonomi daerah diatas, implikasinya daerah

harus jeli dalam melihat potensi dan menjadikan potensi tersebut sebagai potensi

unggulan yang dapat dikembangkan sebagai basis perekonomian daerah.

Kemudian perlu adanya keselarasan antara kebijakan pengembangan wilayah

dengan identifikasi potensi wilayah agar kebijakan yang dibuat dapat menjadikan

daerah sebagai wilayah yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan investasi

dan industri yang ditekankan atas potensi unggulan yang dimiliki daerah. Dengan

landasan tersebut maka daerah harus memiliki dimensi peningkatan sumber daya

manusia, sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat kepada masyarakat,

mampu mengelola investasi, dan mampu mengelola sumber-sumber daya yang

dimiliki daerah secara berkelanjutan..

Pada dasarnya banyak sektor yang bisa dikembangkan untuk menjadi basis

perekonomian di daerah. Salah satu sektor yang bisa dikembangkan oleh

pemerintah daerah di Indonesia adalah sektor pariwisata. Pariwisata dipilih karena

daerah-daerah di Indonesia kaya akan keberagaman potensi alam dan kekayaan

budaya yang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan ke dalam bingkai

kepariwisataan. Pariwisata menurut J. Spillane (1991:21) perjalanan dari satu

tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perseorangan maupun

kelompok, sebagai usaha mencari keserasian atau keseimbangan dan kebahagiaan

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

3

dengan lingkungan hidup. Secara lebih mendasar Suwantoro (2004:37)

menjelaskan alasan untuk memilih pariwisata karena pariwisata merupakan sektor

yang bersifat multi sektoral dan multi-effects sebab mampu memunculkan

perluasan kesempatan kerja/usaha, meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi

daerah, dan mendorong peningkatan investasi. Sehingga pentingnya pariwisata

dikembangkan oleh daerah karena pariwisata dapat menjadi sektor alternatif

dalam peningkatan ekonomi masyarakat dan mampu menjadi sumber pendapatan

asli daerah (PAD).

Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena

melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai

kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah sebagaimana menurut Abdul

Halim (2004 : 94) Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh

daerah dari sumber – sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan peundang-undangan yang

berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber

dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan hasil

daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang

bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas

desentralisasi berdasarkan Undang - Undang no 23 tahun 2014.

Dengan meningkatnya persaingan dan tren globalisasi, dinamika dan

perkembangan pariwisata semakin intensif, dan manajemen strategis untuk

memastikan operasi bisnis yang efisien dan efektif (sumber daya manajemen,

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

4

sistem informasi manajemen, mempertahankan dan mengembangkan hubungan

dengan turis, memperluas dan pengembangan bisnis pariwisata, mengelola untuk

proyek-proyek pariwisata baru dan inovatif). Oleh karena itu pentingnya

manajemen strategis dan operasional. Tanpa kedua bagian tersebut akan semakin

sulit untuk mencapai pengembangan komponen pariwisata menurut Zanina

(2011:70).

Dalam dunia pengembangan pariwisata, tak terbantahkan untuk

perencanaan strategis pariwisata, terutama untuk mendefinisikan dan adanya

strategi pembangunan untuk pariwisata. Pelaksanaan pembangunan Strategi untuk

pariwisata ditentukan oleh fungsi manajemen strategis dalam pariwisata menurut

Zanina Kirovska (2011:69). Manajemen strategis adalah proses proaktif mencapai

kompatibilitas jangka panjang dari bidang yang sesuai di lingkungan pariwisata.

Manajemen ini adalah cara yang menguntungkan bagi pelaksanaan prioritas

tujuan pembangunan di bidang pariwisata, yang ditetapkan oleh perekonomian

nasional, yang dipengaruhi oleh pengembangan pariwisata. Manajemen strategis

pada dasarnya memiliki semua fitur yang diperlukan yang menjanjikan efisiensi

dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembangunan di bidang pariwisata

menurut Zanina (2011:69).

Strategi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata menjadi penting

dikarenakan pariwisata berkaitan dengan aspek-aspek kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah. Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, dan penyediaan

berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Selain itu,

pemerintah bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju dalam

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

5

perkembangan wisata. Kebijakan yang ditempuh pemerintah akan menjadi

panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan perannya masing-masing

dalam pengembangan pariwisata.

Strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan kebijakan

pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau

metode penggunaan sarana-prasarana. Menurut Suryono (2004 : 80) Strategi

selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu,

strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan

yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan

pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam

pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Reinventing Government di perlukan dalam melakukan perubahan pada

tata kelola administrasi publik karena seperti definisi dari Reinventing

Government yaitu transformasi system dan organisasi pemerintah secara

fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis dalam efektifitas, efesiensi,

dan kemampuan mereka untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai

dengan mengubah tujuan, system insentif, pertanggungjawaban, struktur

kekuasaan dan budaya sistem dan organisasi pemerintahan.

Wisata Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo merupakan sektor wisata

yang sebenarnya sangat berpotensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah di

Kabupaten Ponorogo sedangkan saat ini Wisata Telaga Ngebel banyak di

kunjungi hanya saat-saat tertentu atau musiman karena adanya adat larungan, dan

saat tidak musimnya maka tempat Wisata Telaga Ngebel tidak banyak di kunjungi

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

6

oleh masyarakat. Data yang di peroleh dari Bisnis.com seperti yang di ungkapkan

oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Ponorogo yaitu Bapak Sapto jatmiko. PAD yang berhasil diserap selama sehari

pelaksanaan tradisi “Larungan” menyumbang 20% dari total target PAD 2015.

Jumlah itu dihitung berdasarkan volume kunjungan wisatawan yang terpantau dari

pembelian retribusi masuk Objek Wisata Telaga Ngebel. Oleh sebab itu penulis

tertarik untuk membahas tentang Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo

khususnya pada Objek Wisata Telaga Ngebel.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah strategi pengembangan sektor pariwisata Telaga Ngebel dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Ponorogo?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan

pariwisata Telaga Ngebel ?

C. Tujuan Penilitian

1. Meninjau strategi dan upaya yang diambil oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan sektor

pariwisata telaga ngebel dan kemudian mengkaji kesesuaian strategi

pengembangan pariwisata Telaga Ngebel dalam meningkatkan Pendapatan

Daerah.

2. Mengetahui dan mengkaji apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat dalam strategi dan upaya pengembangan pariwisata Telaga Ngebel

di Kabupaten Ponorogo.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

7

D. Kontribusi Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Sebagai bahan kajian dalam studi Ilmu Administrasi Publik khususnya

bidang kebijakan pembangunan bidang pariwisata.

b. Sebagai bekal wawasan dan belajar menganalisa cara dalam membangun

sektor pariwisata.

c. Sebagai sumbangan referensi dan sumbangan informasi komparatif bagi

peneliti lain yang berkaitan dengan strategi pengembangan pariwisata.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan bidang pariwisata

terutama mengenai meningkatkan pendapatan asli daerah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menginsipirasi pemerintah kota-kota lainnya

di Indonesia dalam pembuatan kebijakan pembangunan khususnya di

bidang pariwisata.

E. Sistematika Penelitian

Skripsi ini ditulis menjadi lima bab yang merupakan penjabaran penelitian

secara sistematis antara satu bab dengan lainnya. Adapun secara garis besar dapat

diringkas di dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

8

BAB I : PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang potensi pariwisata daerah sehingga

penulis menjadikan wisata telaga ngebel sebagai konsen penilitian

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga dapat ditarik

rumusan masalah, tujuan, manfaat dan kontribusi penelitan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Menyajikan teori-teori dari pakar-pakar yang berhubungan dengan

judul sehingga dapat dijadikan sebagai bahan analisa penelitian dan

memperkuat hasil penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Memaparkan jenis penelitian yang digunakan yaitunya penelitian

deskriptif kualitatif, pemilihan fokus, lokasi dan situs penelitian,

sumber dan jenis data, teknik pengumpulan dan analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Menyajikan pengolahan bahan dan data-data setelah melakukan

penelitian di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo yang dilakukan secara intensif dalam waktu

tertentu dan analisis hasil penelitian yang ditemukan di Objek Wisata

Telaga Ngebel dengan menggunakan teori yang relefan sesuai kajian

teori.

BAB V : PENUTUP

Berisikan kesimpulan keseluruhan bab yang merupakan pokok

pemikiran dari semua isi penelitian serta menyajikan masukan berupa

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

9

rekomendasi atau saran berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Objek Wisata Telaga Ngebel.

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik

Administration can be defined as the acitivities of groups cooperating to

accomplish common goals menurut Herbert A. Simon dalam syafiie (2013:3).

Jadi menurut Herbert A.Simon administrasi dapat dirumuskan sebagai

kegiatan-kegiatan kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan

bersama. Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, yaitu perwujudan

tertentu didalam masyarakat modern menurut Prajudi Atmosudirjo dalam

syafiie (2013:4) Eksistensi administrasi ini berkaitan dengan organisasi. Jadi

barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia

harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, di situ

terdapat administrasi.

Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan –

keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan

oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya penjelasan Sondang P.Siagian dalam syafiie (2013:5).

Sejalan dengan penjelasan tersebut sehingga dapat di tarik kesimpulan menurut

Hadari Nawawi dalam syafiie (2013:5) bahwa administrasi pada prinsipnya

mempunyai pengertian yang sama yaitu antara lain:

10

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

11

a. Kerja sama,

b. Banyak orang, dan

c. Untuk mencapai tujuan bersama

Pengertian tersebut diatas dimaksudkan sebagai administrasi dalam arti

luas, sedangkan pengertian dalam arti sempit adalah administrasi sebagaimana

yang sering kita lakukan sehari-hari yaitu tata usaha. Administrasi Publik dapat

diartikan sebagai administrasi pemerintahan yang dilakukan oleh aparat

pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Pemahaman seperti ini hakikatnya

merupakan jiwa dari ilmu administrasi Negara yang sejak pertama kali

dikembangkan dan yang tujuan eksistensinya untuk melayani kepentingan

masyarakat pada umumnya (Wilson, 1978). Kemudian menurut John

M.Pffifner dan Robert V. Presthus dalam Syafiie (2013:31) mendefinisikan

administrasi publik adalah sebagai berikut:

1. Public administration involves the implementation of public policy

which has been determine by representive political bodies.

2. Public administration may be defined as the coordination of individual

amd group efforts to carry out public policy. It mainly occupied with

the daily work of governments.

3. In sum, public administration is a process concerned with carrying out

public policies, encompassing innumerable skills and techniques large

number of people.

Administrasi Publik memang mempunyai banyak penjelasan kemudian

menurut Pffiner dan Presthus antara lain sebagai berikut:

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

12

1. Administrasi Publik meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah

yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.

2. Administrasi Publik dapat didefinisikan sebagai koordinasi usaha-

usaha perorangan dan kelompok untuk melaksankan kebijaksanaan

pemerintah. Hal ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari

pemerintah.

3. Secara Ringkas, Administrasi Publik adalah sesuatu proses yang

bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tidak

terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha

sejumlah orang.

Administrasi publik adalah adminstrasi dari Negara sebagai organisasi,

dan administrasi yang mengejar tujuan – tujuan yang bersifat kenegaraan

Menurut Prajudi Atmosudirjo dalam syafiie (2013:32). Kemudiaan Gerald E

Caiden dalam syafiie (2013:33) memberikan patokan bahwa untuk menentukan

apakah suatu organisasi tersebut termasuk pemerintah adalah dengan melihat

tiga hal, yaitu organisasinya dibentuk dengan peraturan pemerintah,

karyawannya disebut pegawai negeri, dan pembiayaannya berasal dari uang

rakyat.

Public Administrasi atau administrasi publik memiliki 7 hal khusus yaitu

tidak dapat dielakkan (unavoidable), senantiasa mengharapkan ketaatan (except

obedience), mempunyai prioritas (has priority), mempunyai pengecualiam (has

exceptional), puncak pemimpin politik (top management political), sulit diukur

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

13

(difficult to measure) sehingga kita terlalu banyak mengharapkan dari

administrasi publik ini (more is expected of public administration).

B. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Asas Desentralisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah

urusan pemerintahan dari Pemerintahan Pusat ke pemerintah daerah tingkat

yang lebih rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. Dengan

demikian, prakarsa, wewenang , dan tanggung jawab mengenai urusan –

urusan yang diserahkan tadi sepenuhnya menjadi tanggung jawab daerah itu,

baik mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan, dan pelaksanaanya maupun

mengenai segi – segi pembiayaannya. Perangkat pelaksanaannya adalah

perangkat daerah sendiri menurut Kansil ( 2008 : 3). Menurut Undang –

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi

diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerah

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga dengan adanya

desentralisasi ini hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah

berubah sifatnya dari mekanisme yang mengutamakan struktur pemerintahan

menjadi hubungan yang mengutamakan faktor pengawasan.

1. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebebasan

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

14

itu terletak pada yang demikian itu berarti bahwa penguasa yang lebih tinggi

tidak boleh ikut campur sama sekali didalamnya. Dalam Hubungan ini perlu

diperhatikan bahwa Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan oleh sebab

tidak mungkin pula ada negara didalam negara. Dengan demikian maka negara

atau Pemerintahan Pusatlah yang mempunyai ketentutuan tentang batas-batas

otonom, baik dengan cara positif ataupun negatif.

Pelaksanaan Otonomi daerah selain berdasarkan pada acuan hukum, juga

sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara

memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,lebih nyata dan bertanggung

jawab terutama dalam mengatur,memanfaatkan dan menggali sumber-sumber

potensi yang ada didaerah masing-masing. Dasar Hukum otonomi daerah

terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kemudian dipertegas dengan Undang – undang No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan titik fokus yang penting dalam

rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat.Pengembangan suatu daerah dapat

disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah

masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah

untuk membuktikan kemampuanya dalam melaksankan kewenangan yang

menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah tergantung kemampuan

dan kemauan daerah untuk meningkatkan potensinya. Pemerintah daerah bebas

bekreasi dan berekspresi dalam membangun daerahnya tentu saja dengan tidak

melanggar ketentuan perundang-undangan.

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

15

Tujuan adanya Otonomi daerah adalah peningkatan pelayanan masyarakat

yang lebih baik, pengembangan kehidupan demokrasi., keadilan nasional,

pemerataan wilayah daerah , mendorong pemberdayaan masyarakat daerah ,

dan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

2. Pendapatan Asli Daerah(PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari

sumber- sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan peundang – undangan yang berlaku

menurut Abdul Halim (2004:94) . Sektor pendapatan daerah memegang

peranan yang penting karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana

daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Tata Cara pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah sebagai pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Maka dalam melaksanakan fungsi dan

peranannya, pemerintah daerah harus mempunyai sumber-sumber yang dapat

mendukung jalannya pelaksanaan otonomi daerah. Sumber-sumber penerimaan

pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

perimbangan keuangan daerah adalah pendapatan asli daerah (PAD), dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

16

Bagi pemerintah daerah, pengembangan bidang pariwisata merupakan

suatu hal yang perlu dilakukan karna banyak manfaat yang bisa diperoleh dari

kegiatan pariwisata, selain menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan

meratakan pendapatan masyarakat serta memperkenalkan seni budaya daerah

yang tak kalah penting adalah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan

asli daerah (PAD), melalui surat kemampuan usaha penunjang (SKUP),

penerimaan pajak dan retribusi. Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2014

Pendapatan Asli Daerah berasal dari :

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil retribusi daerah

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan

4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

5. Proporsi sumber pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan

pendapatan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui perkembangan

dan struktur ekonomi suatu wilayah dalam menentukan arah pembangunan.

C. Konsep Entrepreneurial Government

1. Konsep Entrepreneurial Government dalam Adminitrasi Publik

Pengertian administrasi secara konseptual adalah serangkaian kegiatan

kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok orang sehingga tercapai

tujuan yang diinginkan. Liang Gie dalam Indradi (2009:9) menjelaskan bahwa

administrasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

17

orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian

penjelasan Hebert A Simon dalam Indradi (2009:9) “Administration can be

defined as the activities of groups cooperating to accomplish common goals

(Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok

kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama)”. Oleh sebab itu sejalan

dengan tiga pengertian diatas, maka secara sederhana administrasi dapat

diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk

mencapai tujuan bersama.

Pada implementasinya menurut Trecker dalam Keban (2004:2) bahwa

kegiatan administrasi akan terus berlangsung selama masih ada tujuan yang

ingin dicapai oleh manusia. Selanjutnya perkembangan administrasi dalam

konsep negara diartikan sebagai manajemen dan organisasi daripada manusia-

manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah (Syafiie 1993:26).

Tujuan-tujuan yang hendak dicapai administrasi dalam konsep negara

seyogyanya adalah tujuan yang memiliki orientasi pada usaha-usaha yang

mendorong kepada perubahan-perubahan kearah keadaan yang lebih baik

untuk masyarakat kedepannya.

Administrasi publik dijelaskan Ranney dalam (Djajadiningrat, 2005:34)

dengan membuat contoh mengenai apa saja yang harus dilakukan oleh

administrasi publik, Ranney membuat beberapa daftar yang berkaitan dengan

adinistrasi publik, yaitu: protection of person and property, development and

conservation of natural resources, health and sanitation, publik assistance and

social services, and education (menjaga masyarakat dan properti,

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

18

mengembangkan dan melindungi sumber-sumber alam, kesehatan dan

kebersihan, bantuan dan fasilitas sosial, dan pendidikan). Dapat disimpulkan

dari penjelasan Ranney diatas bahwa kegiatan administrasi publik bersifat

dinamis dan akan terus dilakukan selama masyarakat masih membutuhkan

pelayanan dari negara.

Sesuai dengan pendapat Ranney, penjelasan administrasi publik menurut

Nugroho (2012:148-150) bahwa pada era globalisasi pengelolaan negara bagi

administrasi publik dituntut untuk bagaimana organisasi pemerintahan hadir

tidak sekedar untuk mengikuti tugas-tugas rutin, namun bagaimana organisasi

pemerintahan mengkreasikan nilai bagi masyarakat atau bangsa tempatnya

berada. Di era globalisasi dan kondisi persaingan yang hampir dapat dikatakan

tanpa terkendali baik dari sisi ruang, waktu, maupun “sang pengendali“ sendiri,

tugas negara bukan lagi bersifat rutin, reguler, atau tata usaha, melainkan

membangun keunggulan kompetitif nasional. Output administrsi negara bukan

saja sesuatu yang mengatur kehidupan bersama warganya, namun untuk

membangun kemampuan organisasi dalam lingkup nasional untuk menjadi

organisasi-organisasi yang mampu bersaing dengan kapasitas global.

Pada perkembangan paradigma administrasi publik, pemikiran Hood yang

dikutip oleh Muhammad (2008:xv) bahwa konsep New Public Management

dalam administrasi publik muncul untuk memperbarui birokrasi dan

menyesuaikannya dengan perkembangan di bidang teknologi khususnya

teknologi informasi dan globalisasi ekonomi yang sangat mengurangi peran

negara dan makin menonjolkan peran-peran dunia usaha. Konsep New Public

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

19

Management hadir untuk mencoba memperbarui mekanisme pengelolaan

birokrasi publik yang dikenal sangat hirarkis, lamban, dan tidak efisien dengan

mengadopsi prinsip-prinsip yang diterapkan pada manajemen bisnis. Merespon

persoalan tersebut, beberapa pemikir kemudian mengajukan gagasan mereka,

seperti: managerialism (Pollit, 1993), new public management (Hood, 1989),

market-based public administration (Lan, Zhioying & Rosenbloom, 1992), dan

post-bureaucratic paradigm (Barzelay, 1992). Kemudian muncul pemikiran

Osborne dan Gaebler (1992) tentang entrepreneurial government yang ditulis

dalam buku mereka, yaitu Reinventing Government (Muhammad, 2008:1-6).

Konsep entrepreneurial government yang diperkenalkan oleh Osborne dan

Gaebler dalam reinventing government dijelaskan sebagai konsep

mewirausahakan birokrasi pemerintahan dengan mendasarkan pada sistem

wirausaha, yakni menciptakan organisasi-organisasi dan sistem publik yang

terbiasa untuk memperbarui, memperbaiki kualitasnya tanpa harus memperoleh

dorongan dari luar. Pada konsep entrepreneurial government, spirit-spirit

entrepreneurial atau semangat kewirausahaan harus ditanamkan dalam

organisasi pemerintahan yang berguna agar pemerintah siap menghadapi

tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat diantisipasi dan mampu

memperbaiki keefektifannya di masa mendatang, yaitu ketika lingkungan

organisasi mengalami perubahan (Rosidi dan Fajriani, 2013:vii-xv).

Berdasarkan penjelasan tentang entrepreneurial government,

entrepreneurial government merupakan bagian dari paradigma New Public

Management dan Reinventing Government yang merupakan kritik untuk

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

20

memperbaiki birokrasi. Gagasan entrepreneurial government lahir sebagai

upaya untuk melakukan pembaruan di birokrasi pemerintah. Entrepreneurial

government menuntut organisasi pemerintahan untuk berupaya dan bekerja

keras dalam meningkatkan keefektifan birokrasi, menjadi organisasi yang

produktif, mampu merespon perubahan dan melihat peluang, mampu

memaksimumkan pendayagunaan sumberdaya, berwawasan masa depan dan

sistemik. Kinerja seperti inilah yang kemudian dikenal dengan upaya

mewirausahakan birokrasi pemerintah (entrepreneurial goverment).

2. Reinventing Government

Lahirnya konsep reinventing goverment (Osborn dan Gaebler, 1992)

dalam administrasi publik merupakan pergerakan untuk melakukan perubahan

dalam memperbarui birokrasi untuk membuat pemerintahan yang lebih efektif,

efisien, transparan, dan mampu untuk beradaptasai dan berinovasi. Menurut

Muhammad (2008: 15) latar belakang lahirnya konsep reinventing goverment

didasari oleh keinginan untuk memperbaharui birokrasi dan menyesuaikannya

dengan perkembangan di bidang teknologi khususnya teknologi informasi dan

ekonomi khusunya globalisasi yang sangat mengurangi peran negara dan

makin menonjolkan peran-peran dunia usaha, dan menonjolnya persaingan.

Kemudian arti dari “reinventing” menurut David Osborne dan Peter

Plasrtik (1997:17):

“Reinventing adalah transformasi sistem dan organisasi secara fundamental guna menciptakan peningkatakan dramatis dalam efektifitas, efesiensi, dan mampuan melakukan inovasi. Transformasi ini tercapai dengan mengubah tujuan, sistem insentif, pertanggungjawaban, sruktur kekuasaan, budaya, sistem dan organisasi pemerintahan. Pembaharuan adalah dengan penggantian sistem yang bersifat wirausaha. Pembaharuan dengan kata lain

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

21

membuat pemerintah siap untuk menghadapi tantangan-tantangan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat, menciptakan organisasi-organisasi yang mampu memperbaiki efektifitas dan efisiensi pada saat sekarang dan di masa yang akan datang”.

Pada penjelasan Osborne dan Peter Plasrtik tentang reinventing, ada empat

poin penting yang menjadi dasar dalam penciptaan kembali pemerintahan,

yaitu peningkatan efektivitas, efisiensi, kemampuan untuk berinovasi, dan

kemampuan untuk beradaptasi. Kemudian menurut Hood (1995) seperti yang

dikutip oleh Muhammad (2008:4), penjelasan tentang konsep reinventing

government dijelaskan sebagai berikut:

“Pada doktrin NPM dan reinventing goverment, pemerintah dianjurkan untuk meninggalkan paradigma administrasi tradisional yang cendrung menguta-makan sistem dan prosedur, dan menggantikannya dengan orientasi pada kinerja atau hasil kerja. Pemerintah juga dianjurkan untuk melepaskan diri dari birokrasi dengan mendorong organisasi dan pegawai agar lebih fleksibel, dan menetapkan tujuan serta target organisasi secara lebih jelas sehingga memungkinkan pengukuran hasil. Disamping itu, pemerintah diharapkan menerapkan sistem desentralisasi, memberi perhatian pada pasar, melibatkan sektor swasta, dan melakukan privatisasi”.

Kemudian Muhammad (2008:4) menjelaskan, bahwa dalam mewujudkan

reinventing government harus ada upaya untuk mentransformasikan

entrepreneurial spirit/jiwa kewirausahaan karena dalam masa dimana sumber

daya publik semakin langka, maka pemerintah harus berubah dari bureucratic

model ke entrepreneurial model. Selanjutnya gambaran pemerintahan

wirausaha/entrepreneurial dari buku Reinventing Government - How The

Entrepreneurial Spirit Is Transforming in Public Sector yang ditulis David

Osborne dan Ted Gaebler, dapat diuraikan ke dalam 10 prinsip sebagai berikut:

1. Pemerintahan Katalis

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

22

Kata pemerintahan (government) berasal dari sebuah kata Yunani yang

berarti “mengarahkan”. Tugas pemerintah adalah mengarahkan, bukan

mengayuh perahu. Pemerintah wirausaha memfokuskan diri pada pemberian

arahan, sedangkan produksi pelayanan publik diserahkan pada pihak swasta

dan/atau sektor ketiga (lembaga swadaya masyarakat dan nonprofit lainnya).

Dimana upaya pemerintah dalam mengarahkan membutuhkan orang yang

mampu melihat seluruh visi dan kemungkinan serta mampu menyimbangi

berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya.

Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara sungguh-sungguh

memfokuskan pada suatu misi dan melakukannnya dengan baik. (Osborne

dan Geabler, 1995:41).

2. Pemerintahan milik masyarakat

Pemerintah milik masyarakat artinya mengalihkan wewenang kontrol yang

dimiliki pemerintah ke tangan masyarakat. Masyarakat diberdayakan

sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh birokrasi.

Pemerintah memberikan wewenang kepada (memberdayakan) masyarakat

sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya

sendiri (self-help community). Dengan adanya kontrol dari masyarakat,

pegawai negeri akan memiliki komitmen yang lebih baik, lebih peduli, dan

lebih kreatif dalam memecahkan masalah (Osborne dan Geabler, 1995:60).

3. Pemerintahan yang kompetitif

Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Dalam pemberian

peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, maka

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

23

harus dilahirkan kompetisi dalam pemberian layanan berdasarkan kinerja

dan harga. Pemerintah wirausaha berusaha menciptakan kompetisi karena

kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus

meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan

publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya.

Mereka memahami kompetisi adalah kekuatan fundamental untuk memaksa

badan pemerintah untuk melakukan perbaikan. Dengan kompetisi maka

akan memaksa pemerintah untuk merespon segala kubutuhan pelanggannya

(Osborne dan Geabler, 1995:95).

4. Pemerintahan berorientasi misi

Pemerintah yang digerakkan oleh misi maka akan lebih efisien daripada

organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Pemerintah berorientasi misi

melakukan deregulasi internal, menghapus banyak peraturan internal dan

secara radikal menyederhanakan sistem administratif. Mereka mensyaratkan

setiap badan pemerintah untuk mendapatkan misi yang jelas, kemudian

memberi kebebasan manajer untuk menemukan cara terbaik mewujudkan

misi tersebut, dalam batas-batas legal (Osborne dan Geabler, 1995:133).

5. Pemerintahan berorientasi pada hasil

Pemerintah yang resault oriented mengubah fokus dari input menjadi

akuntabilitas pada keluaran atau hasil. Mereka mengukur kinerja badan

publik, menetapkan target, memberi imbalan kepada badan-badan yang

mencapai atau melebihi target, dan menggunakan anggaran untuk

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

24

mengungkapkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam bentuk besarnya

anggaran (Osborne dan Geabler, 1995:159).

6. Pemerintahan berorientasi pelanggan

Memenuhi tingkat kepuasan dari masyarakat sebagai pelanggan. Pelayanan

masyarakat harus berdasarkan pada kebutuhan riil, dalam arti apa yang

diminta masyarakat. Oleh karenanya instansi pemerintah harus responsif

terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen, sehingga perlu

penetapan strandar pelayanan kepada pelanggan. Pemerintah perlu

meredesain organisasi mereka untuk memberikan nilai maksimum kepada

para pelanggannya. Dengan cara seperti ini, tidak berarti bahwa pemerintah

tidak bertanggung jawab pada dewan legislatif, tetapi sebaliknya

menciptakan sistem pertangungjawaban ganda (dual accountability) kepada

legislatif dan masyarakat (Osborne dan Geabler, 1995:191).

7. Pemerintahan wirausaha

Pemerintahan wirausaha adalah pemerintahan mampu menciptakan

pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan. Pemerintah wirausaha

memfokuskan energinya bukan hanya membelanjakan uang (melakukan

pengeluaran anggaran) melainkan menghasilkan uang. Pendapatan atas

investasi dan dapat menggunakan insentif seperti dana usaha (swadana),

sekaligus partisipasi pihak swasta perlu ditingkatkan sehingga dapat

meringankan beban pemerintah (Osborne dan Geabler, 1995: 234-235).

8. Pemerintahan antisipatif

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

25

Pemerintahan antisipatif adalah pemerintahan yang berupaya mencegah

daripada mengobati. Pemerintah wirausaha tidak reaktif tetapi proaktif.

Pemerintah tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah, tetapi juga

berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan melalui perencanaan

strategisnya. Pemerintah lebih baik mencegah masalah daripada hanya

menyelesaikan masalah setelah masalah muncul. Dalam hal ini Pemerintah

harus bersikap proaktif, menggunakan perencanaan strategis untuk

menciptakan visi masa depan (Osborne dan Geabler, 1995:249-263).

9. Pemerintahan desentralisasi

From Hierarchy to Participation and Teamwork (Dari hierarki menuju

partisipasi dan tim kerja). Dengan melihat beberapa tantangan dari

masyarakat, perkembangan teknologi sudah sangat maju, kebutuhan

masyarakat dan bisnis semakin kompleks, staf banyak yang berpendidikan

tinggi, maka pemerintah perlu untuk menurunkan wewenang melalui

organisasi, dengan mendorong mereka yang berurusan langsung dengan

pelanggan untuk lebih banyak membuat keputusan (pengambilan keputusan

bergeser kepada masyarakat, asosiasi, pelanggan, LSM). Tujuannya, yaitu

untuk memudahkan partisipasi masyarakat, serta terciptanya suasana kerja

tim (Osborne dan Geabler, 1995:281).

10. Pemerintahan berorientasi pasar

Mendongkrak perubahan melalui mekanisme pasar, mengadakan perubahan

dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme

administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Pemerintah wirausaha

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

26

menggunakan mekanisme pasar, tidak memerintah dan mengawasi, tetapi

mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar tidak merugikan

masyarakat (Osborne dan Geabler, 1995:311).

Berdasarkan penjelasan diatas, bentuk peranan pemerintah dalam

reinventing government adalah pemerintah memfokuskan pada katalisasi

stakeholder (pemerintah, swasta, dan lembaga sukarela), mendorong kompetisi

antar pemberi jasa, memberi wewenang kepada warga untuk mengukur kinerja

perwakilannya dengan berfokus pada output bukan input, dan digerakkan oleh

misi/tujuan bukan oleh peraturan, menempatkan masyarakat sebagai klien

(pelanggan), dan pemerintahan yang mampu memperoleh pendapatan bukan

membelanjakan. Menurut Mardiasmo (2002:13) penerapan konsep reinventing

government membutuhkan arah yang jelas dan political will yang kuat dari

pemerintah dan dukungan masyarakat. Selain itu, yang terpenting adalah

adanya perubahan pola pikir dan mentalitas baru di tubuh birokrasi pemerintah

itu sendiri karena sebaik apapun konsep yang ditawarkan jika semangat dan

mentalitas penyelenggara pemerintahan masih menggunakan paradigma lama,

konsep tersebut hanya akan menjadi slogan kosong tanpa membawa perubahan

apa-apa.

3. Strategi Menuju Entrepreneurial Government

Osborne dan Plastrik (1997:32) mejelaskan bahwa strategi dalam

pemerintahan berguna sebagai instrumen yang membantu badan-badan atau

organisasi untuk menentukan misi, sasaran, dan target kerja. Strategi

dibutuhkan oleh organisasi untuk menjaga kelangsungan dan eksistensi dari

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

27

organisasi itu sendiri. Untuk menjaga kelangsungan organisasi maka Osborne

dan Plastrik (1997:45-55) mengembangkan lima strategi agar organisasi dapat

beradaptasi dengan perubahan, karena pada era teknologi informasi dan

meningkatnya arus globalisasi yang penuh dengan persaingan sistem-sistem

harus bisa mempertahankan kelangsungannya pada saat lingkungan berubah.

Lima strategi menuju pemerintahan wirausaha yang ditulis oleh David

Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya Banishing Bureaucracy: The

Five Strategies for Reinventing Government menjelaskan petunjuk atau

panduan bagi pemikir politik untuk melakukan pembaruan pada organisasi

pemerintah. Dalam bukunya Osborne dan Gaebler menguraikan bagaimana

karakteristik pemerintahan yang bersifat wirausaha, dan bagaimana mereka

bertindak. Pengaplikasian model bisnis ke dalam sistem pemerintahan

dibandingkan dengan cara pencapaian yang ditetapkan oleh sektor bisnis, yaitu

bagaimana organisasi bisnis memiliki misi yang jelas, tahu bagaimana

mengukur kinerja, menghadapi persaingan, mengalami dampak paling nyata

dari kinerja mereka, dan bertanggung jawab kepada pelanggan mereka

(Osborne dan Plastrik,1997:14).

Melalui lima strategi yang dikembangkan oleh Osborne dan Plastrik, maka

organisasi akan diberi kemampuan untuk lebih adaptif dan dapat menyusun

kemampuan dalam melakukan pembaruan dalam merubah DNA birokrasi yang

buruk. Dengan penerapan lima sistem pendongkrak pada organisasi

pemerintahan yang telah dirumuskan oleh Osborne dan Plastrik, maka akan

muncul kemampuan dan prilaku baru dalam organisasi pemerintah. Lima

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

28

bagian fundamental yang dibahas Osborne dan Plastrik yang dapat merubah

DNA pemerintahan tersebut adalah sistem tujuan, sistem insentif, sistem

pertanggungjawaban, struktur kekuasaan, dan budaya. Kemudian untuk tiap

pendongkrak tersebut dirumuskan kembali oleh Osborne dan Plastik ke dalam

lima strategi yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi Inti

Osborne dan Plastrik (1997:45) menjelaskan bagian kritis dari

organisasi adalah bagian untuk menentukan tujuan dari organisasi

pemerintah. Jika suatu organisasi tidak jelas tujuannya atau punya tujuan

ganda dan saling bertentangan, maka organisasi itu tidak akan bisa

mencapai kinerja yang tinggi. Strategi inti menghapus, memisahkan dan

membersihkan fungsi-fungsi pemerintah yang tidak sesuai dan tidak sejalan

dengan tujuannya. Tujuan dari strategi inti adalah untuk membantu setiap

organisasi pemerintah untuk dapat memusatkan pada satu tujuan, dan

strategi inti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah untuk

mengarahkan dengan menciptakan strategi baru. Dengan kata lain, sebuah

organisasi publik akan mampu bekerja secara efektif jika ia mempunyai

tujuan yang spesifik.

Pada strategi inti pemerintah berfokus pada pengarahan, bukan pada

produksi pelayanan. Pemerintah dioptimalkan peranannya pada fungsi

fasilitator daripada langsung melakukan semua kegiatan operasional.

Metode-metode yang digunakan dalam strategi inti antara lain kontrak

keluar, regulasi kegiatan dengan sektor swasta, insentif atau disentif pajak,

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

29

waralaba, subsidi, persuasi, dan kemitraan pemerintah-swasta (Osborne dan

Plastrik, 1997:100-102). Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan

publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung pada prosesnya.

Pemerintah berfokus pada pemberian arahan, sedangkan pelayanan publik

diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga. Tanpa menggunakan strategi

inti, Osborne dan Plastrik berpendapat efisiensi yang belakangan banyak

didengungkan akan sulit bisa diwujudkan. Di luar itu, strategi inti terutama

berkaitan dengan usaha-usaha memperbaiki fungsi pengarahan (steering)

dari organisasi pemerintah (Osborne dan Plastrik, 1997:101).

2. Strategi Konsekuensi

Strategi konsekuensi pada penjelasan Osborne dan Plastrik (1997:45)

merupakan bagian penting kedua untuk melakukan pembaruan pada

organisasi pemerintah. Strategi konsekuensi menerangkan bahwa terdapat

konsekuensi yang diterapkan kepada pegawai atas kinerja yang dihasilkan.

Osborne dan Plastrik menerangkan bahwa dongkrak perubahan dalam

organisasi pemerintahan adalah dengan memberlakukan sistem insentif

kepada para pegawai. Osborne dan Plastrik menjadikan insentif sebagai alat

untuk memotifasi para pegawainya agar menciptakan kinerja yang unggul

dan berdaya saing.

Birokrasi memberikan para pegawainya insentif yang kuat untuk

mengikuti peraturan-peraturan, dan sekaligus mematuhinya. Pada model

birokrasi lama, para pegawai atau karyawan memperoleh gaji yang sama

terlepas dari yang mereka hasilkan. Dalam rangka reinventing government,

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

30

seperti diungkapkan oleh Osborne dan Plastrik, mengubah insentif adalah

penting dengan cara menciptakan konsekuensi-konsekuensi bagi kinerja.

Jika perlu, organisasi-organisasi publik perlu ditempatkan dalam dunia

usaha (market place), dan membuat organisasi tergantung pada

konsumennya untuk memperoleh penghasilan.

Namun, jika pemberian insentif tidak atau belum layak untuk

dilakukan, maka perlu dibuat kontrak atau perjanjian guna menciptakan

persaingan antara organisasi-organisasi publik dan swasta (atau persaingan

antar organisasi publik). Hal ini karena pasar dan persaingan menciptakan

insentif-insentif yang jauh lebih kuat sehingga organisasi publik terdorong

untuk memberikan perbaikan-perbaikan kinerja yang lebih besar. Insentif

dan persaingan ini dapat mempunyai bentuk yang beragam, seperti

tunjangan kesehatan, kenaikan gaji, atau memberikan penghargaan bagi

organisasi-organisasi publik yang mempunyai kinerja yang lebih tinggi.

Pendekatan yang digunakan dalam strategi konsekuensi adalah persaingan

yang terkendali dengan menerapkan mekanisme pasar sebagai pendorong

berjalannya kompetisi dan konsekuensinya ditentukan oleh masyarakat.

Strategi ini menggunakan standar, pengukuran kinerja dan imbalan serta

penalti untuk memotivasi organisasi pemerintah. Bila sesuai, maka

penerapan strategi konsekuensi akam membuat pendapatan organisasi akan

bergantung pada apa yang mereka kerjakan, oleh sebab itu organisasi harus

berhasil di pasar agar selalu bisa memperoleh pendapatan (Osborne dan

Plastrik, 1997:131).

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

31

3. Strategi Pelanggan

Strategi pelanggan pada penjelasan Osborne dan Plastrik (1997:46)

merupakan bagian fundamental ketiga dalam pembaruan organisasi

pemerintah yang memusatkan perhatian pada akuntabilitas kepada

pelanggan. Osborne dan Plastrik (1997:169) menekankan pentingnya

organisasi pemerintah untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan

kebutuhan pelanggan. Pembahasan strategi pelangaan Osborne dan Plastrik

dimaksudkan untuk membantu organisasi pemerintahan memahami

pertanggungjawaban kepada pelanggan sebagai daya dorong pembaruan,

dan untuk menghasilkan organisasi yang lebih inovatif dan lebih

entrepreneurial (Osborne dan Plastrik,1997:174). Osborne dan Plastrik

(1997:175) juga menjelaskan bahwa organisasi publik haruslah

menempatkan pelanggan sebagai pengarah, dan mampu untuk merespon

keinginan pelanggan.

Dalam strategi pelanggan fokus dipusatkan pada akuntabilitas

(pertanggungjawaban) dengan membuat jaminan mutu pelayanan. Strategi

ini dijalankan dengan memfokuskan pada pertanggungjawaban kegiatan-

kegiatan pada pengguna jasa atau masyarakat. Berbeda dengan birokrasi

lama, dalam birokrasi model baru, tanggung jawab para pelaksana birokrasi

publik hendaknya ditempatkan pada masyarakat, atau dalam konteks ini

dianggap sebagai pelanggan. Dengan demikian, tanggung jawab tidak lagi

semata-mata ditempatkan pada pejabat birokratis di atasnya, tetapi lebih

didiversifikan kepada publik yang lebih luas.

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

32

Model pertanggungjawaban diharapkan dapat meningkatkan tekanan

terhadap organisasi-organisasi publik untuk memperbaiki kinerja ataupun

pengelolaan sumber-sumber organisasi. Selanjutnya, dengan memberikan

pertanggungjawaban kepada masyarakat/ konsumen, akan dapat mencip-

takan informasi, yaitu tentang kepuasan para konsumen terhadap hasil-hasil

dan pelayanan pemerintahan tertentu. Dengan kata lain, bertanggung jawab

kepada para konsumen berarti bahwa organisasi-organisasi publik harus

mempunyai sasaran yang harus dicapai, yaitu meningkatkan kepuasan

konsumen (customers satisfaction).

4. Strategi Kontrol

Strategi kontrol sesuai dengan yang dijelaskan oleh Osborne dan Plastrik

(1997:48) merupakan strategi yang mendorong pemimpin untuk lebih

memberikan wewenang kepada pejabat atau karyawan di bawahnya untuk

mengambil keputusan, menanggapi pelanggan, dan memecahkan masalah.

Strategi kontrol kadang menggeser kendali dari organisasi pemerintah ke

organisasi atau ke kelompok masyarakat. Pada strategi kontrol, eksekutif

telah memberi tahu apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan, dan kemudian mengecek apakah perintah atau larangan tersebut

dipatuhi (Osborne dan Plastrik, 1997:202). Osborne dan Plastrik

beranggapan bahwa dengan pendistribusian kewenangan diharapkan akan

muncul daya imajinasi, inisiatif serta kreativitas yang sangat bermanfaat

bagi peningkatan kualitas masing-masing personel maupun kemajuan

organisasi.

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

33

Strategi kontrol menentukan di mana letak kekuasaan membuat

keputusan itu diberikan. Dalam sistem birokrasi lama, sebagian besar

kekuasaan tetap berada di dekat puncak hierarkhi. Dengan kata lain,

wewenang tertinggi untuk membuat keputusan berada pada puncak

hierarkhi. Perkembangan birokrasi modern yang semakin kompleks telah

membuat organisasi menjadi tidak efektif. Hal ini karena proses

pengambilan keputusan harus melalui jenjang hierakhi yang panjang

sehingga membuat proses pengambilan keputusan cenderung lamban, dan

jika hal ini dipaksakan, maka jika dilewati akan membawa dampak

terjadinya bureaucracy barierrs. Pada akhirnya, secara keseluruhan, sistem

kinerja birokrasi dalam menangani masalah dan memberikan pelayanan

kepada masyarakat akan berlangsung lamban karena bawahan tidak diberi

ruang yang cukup untuk mengambil inisiatif dalam memecahkan masalah.

Lebih lanjut, dalam model birokrasi lama, para pengelola atau manajer

mempunyai pilihan-pilihan yang terbatas, dan keleluasan atau fleksibilitas

mereka dihimpit oleh ketentuan-ketentuan anggaran yang terinci, peraturan-

peraturan perorangan, sistem pengadaan (procurement systems), praktek-

praktek audit, dan sebagainya. Karyawan hampir tidak mempunyai

kekuasaan untuk membuat keputusan. Akibatnya, organisasi-organisasi

pemerintah lebih menanggapi perintah-perintah baru dibandingkan dengan

situasi yang berubah atau kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu,

adalah penting mendesentralisasikan pembuatan keputusan kepada pejabat-

pejabat dan karyawan atau pegawai birokrasi di bawahnya karena hal ini

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

34

akan mendorong timbulnya rasa tanggung jawab dikalangan para pegawai

birokrasi, dan dalam konteks yang luas mendorong keterlibatan masyarakat

dalam proses implementasi kebijakan (Osborne dan Plastrik, 1997:201-216).

5. Strategi budaya (the culture strategy)

Strategi budaya oleh Osborne dan Plastrik merupakan strategi

pelengkap setelah keempat strategi dilaksanakan oleh seorang pembaru atau

pemimpin. Perubahan yang telah diciptakan oleh empat strategi utama akan

tetap goyah sebelum menjadi budaya organisasi. Budaya organisasi yang

baik akan menghasilkan kinerja organisasi yang baik, apabila kinerja

organisasi rendah maka tujuan dan target yang telah ditetapkan tidak akan

tercapai (Osborne dan Plastrik, 1997:257). Menurut Osborne dan Plastrik

(1997:244-246) dengan menetapkan visi dan misi secara jelas, maka

seseorang dapat melihat tentang kejadian yang diinginkan di masa depan

sehingga akan lebih mudah untuk mencapai tujuan.

Strategi ini menentukan budaya organisasi publik yang menyangkut

nilai, norma, tingkah laku, dan harapan-harapan para karyawan. Budaya ini

akan dibentuk secara kuat oleh tujuan organisasi, insentif, sistem

pertanggungjawaban, dan struktur kekuasaan organisasi. Dengan kata lain,

mengubah tujuan, insentif, sistem pertanggungan jawab, dan struktur

kekuasaan organisasi akan mengubah budaya. Pendekatan yang digunakan

dalam strategi budaya adalah untuk membentuk kembali budaya baru

dengan membentuk kebiasaan, perasaan dan pikiran organisasi. Osborne dan

Plastrik (1997:275) menjelaskan bahwa untuk merubah paradigma

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

35

organisasi, maka organisasi perlu menciptakan sense of mission dengan

menggunakan proses partisipasi untuk mengembangkan sebuah pernyataan

misi, sehingga bisa memberi pemahaman bersama tentang tujuan dasar

organisasi. Inti dari strategi budaya adalah penghentian kebiasaan yang tidak

kondusif yang mengganggu kinerja.

D. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah wujud dari keinginan orang untuk memuaskan atau

membahagiakan diri (pleasure), kegiatan menghabiskan uang, dan kegiatan

untuk menghabiskan waktu luang (laisure), sehingga pariwisata dewasa ini

dikenal sebagai mega bisinis menurut Pitana dan Diarta (2009:32). Secara

lebih spesifik Kodyat yang dikutip Agustini (2012:8) menjelaskan pariwisata

sebagai perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara,

dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial,

budaya, alam dan ilmu. Sementara pengertian lain dari pariwisata adalah salah

satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi

yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,

standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Wahab

dalam Agustini 2012:8). Seseorang dapat melakukan perjalanan dengan

berbagai cara karena alasan yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan dapat

dianggap sebagai perjalanan wisata apabila memenuhi tiga persyaratan yang di

perlukan, yaitu:

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

36

1. Harus bersifat sementara.

2. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena

dipaksa.

3. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran.

Pariwisata memberikan batasan yang tegas dan sama pada

pengertian pariwisata dengan memasukkan berbagai macam aspek Menurut

Profesor Hunziker dan Profesor Kraff dari swiss dalam J.Spillane (1991:22)

sebagai berikut:

“Tourism is the total relationship and phenomena linked with the stay of a

foreigner at a locality, provided that they do not settle there to exercise a

major, permanen or temporary remunerated activity” atau “Pariwisata adalah

total hubungan dan fenomena terkait dengan orang asing yang tinggal di daerah

, asalkan mereka tidak menetap disana untuk pekerjaan yang di bayar untuk

tetap maupun sementara”

Berdasarkan pengertian - pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan

bersifat sementara yang dilakukan secara perorangan atau kelompok untuk

mendapatkan kenikmatan, mencari kesenangan, penghiburan, atau mengetahui

sesuatu, dan mencari keserasian dengan lingkungan hidup, budaya, alam dan

ilmu yang didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

37

2. Undang – Undang Tentang Pariwisata

Bahwa keadaan Alam , flora, dan fauna sebagai karunia Tuhan

Yang Maha Esa. Serta peninggalan purbakala,peninggalan sejarah dan seni dan

budaya yang di miliki Indonesia merupakan sumberdaya dan juga modal

pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat di Indonesia oleh sebab itu di buatlah Undang –

Undang Republik Indonesia nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata yang

menjelaskan bahwa :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi ,atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang di kunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah

daerah, dan pengusaha.

5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya di sebut destinasi parwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

38

umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling

terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan wisata.

8. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

10. Kawasan strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti

pertumbuhan ekonomi, social dan budaya, pemberdayaan sumberdaya

alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

11. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk

mengembangkan profesionalitas kerja.

12. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja

pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata,

pelayanan, dan pengelolaan kepariwisataan.

13. Pemerintah Pusat, selanjutnya di sebut pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

14. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat

daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah.

15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang

kepariwisataan

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

39

3. Jenis - jenis Pariwisata

Perbedaan motivasi mendorong setiap orang untuk menentukan jenis

obyek tujuan wisata yang akan dikunjungi. Variasi dari motif-motif tersebut

mendorong suatu negara atau daerah untuk menyajikan jenis obyek wisata

yang sekiranya mampu dan mempunyai kesempatan untuk dikembangkan di

negara atau daerah tersebut. Perbedaan potensi wisata yang dimiliki setiap

negara atau daerah dapat dibedakan dengan bagaimana cara pemerintah untuk

mengenali dan menggali potensi wisata yang ada agar pemerintah dapat

mempersiapkan fasilitas guna mendukung pengembangan jenis obyek

pariwisata yang dipilih.

Motif tujuan perjalanan, Spillane (1991:29) membagi jenis pariwisata

sebagai berikut:

a. Priwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk berlibur, melihat sesuatu yang baru, untuk

menikmati keindahan alam.

b. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang mengkehendaki

pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, memulihkan kembali

kesegaran jasmani dan rohaninya.

c. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)

Pariwisata yang didorong oleh rangkaian motivasi untuk mempelajari adat

istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat lokal, dengan mengunjungi

monumen-monumen, pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, dan festival-

festival rakyat.

d. Pariwisata untuk olahraga (sport tourism)

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

40

Pariwisata untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa olahraga besar, seperti

kejuaraan ski, kejuaraan tinju atau berwisata untuk mempraktekkan keahlian

diri sendiri seperti berkuda, berburu, memancing, dan lain-lain.

e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism)

f. Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism)

Pariwisata yang terlaksana dengan menyediakan tempat-tempat pertemuan.

Menyiapkan ruang konferensi dengan mendirikan bangunan-bangunan yang

dilengkapi fasilitas moderen untuk menjamin keefisienan konferensi.

Beragamnya jenis-jenis pariwisata berdasarkan motifnya mendorong setiap

negara atau pemerintah untuk menyiapkan obyek wisata yang sesuai dengan

motif-motif tersebut. Berdasarkan perkembangan dan pesatnya pengembangan

industri pariwisata di Indonesia maka ketersediaan jenis-jenis obyek wisata

semakin beragam. Masing-masing obyek wisata memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan

manusia

4. Bentuk – bentuk Pariwisata

Setelah membicarakan dasar pemikiran tentang konsep dan definisi

pariwisata serta jenis – jenis pariwisata maka untuk mendapatkan gambaran

yang lebih jelas tentang industri pariwisata maka di bagi sebagai berikut

menurut nyoman ( 1990 : 34) :

(1) Menurut asal wisatawan

Pertama – pertama perlu diketahui apakah asal wisatawan dari dalam atau

dari luar negeri. Jika wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam

lingkungan wilayah negerinya sendiri selama ia mengadakan perjalanan,

maka dinamakan pariwisata domestik, sedangkan kalau wisatawan datang

dari luar negeri berarti dinamakan pariwisata internasional.

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

41

(2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing.

Pemasukan valuta asing ini berarti membawa efek positif terhadap neraca

pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan ini

disebut pawisata aktif.

(3) Menurut jangka waktu

Kedatangan seorang wisatawan disuatu tempat atau negara diperhitungkan

pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang

bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka

pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada

ketentuan – ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara.

(4) Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang,

apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka

timbullah istilah – istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

(5) Menurut alat angkut yang dipergunakan

Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yangh dipergunakan oleh

sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara,

pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung

wisatawan tersebut tiba dengan kendaraan tersebut.

Dilihat dari keadaan sehari – hari, kiranya pembagian kategori bentuk –

bentuk pariwista tersebut dan istilah-istilahnya tersebut terlihat hanya bersifat

teknis. Namun demikian dari segi ekonomi, hal ini sangat penting dan perlu

sebab klarifikasi ini menentukan sistem statistic perpajakan dan perhitungan

pendapatan industri pariwisata.

5. Komponen-komponen Wisata

Komponen wisata menurut Inskeep seperti yang dikutip dalam Unga

(2011:23) menerangkan bahwa untuk mewujudkan sistem pariwisata yang

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

42

diinginkan, maka diperlukan beberapa komponen pariwisata. Dalam

pengembangan pariwisata terdapat beberapa komponen wisata yang selalu ada

dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut

saling berinteraksi satu sama lain. Pengelompokan komponen-komponen

pariwisata oleh Inskeep, adalah sebagai berikut:

a. Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan wisata yang

dimaksud berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami,

kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang

berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk

mengunjungi sebuah obyek wisata.

b. Akomodasi. Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan

berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para

wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang

mereka lakukan.

c. Fasilitas dan pelayanan wisata. Fasilitas dan pelayanan wisata yang

dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan

kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations

(disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya, restoran

dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil

kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus, toko kelontong, dan

fasilitas perbankan.

d. Fasilitas dan pelayanan transportasi. Meliputi transportasi akses dari dan

menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

43

utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis

fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air, dan

udara.

e. Infrastruktur lain. Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih,

listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram,

telex, faksimili, dan radio).

f. Elemen kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan

yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata,

termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan;

menyusun strategi marketing dan program promosi; menstrukturisasi

organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundangan yang

berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi

sektor publik dan swasta; mengendalikan program ekonomi, lingkungan,

dan sosial kebudayaan.

Komponen Wisata menerangkan bahwa untuk dapat mengembangkan

suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata ada lima unsur yang harus

dipenuhi, menurut Spillane (1991:89) diantaranya:

a) Attractions

Dalam konteks pengembangan pariwisata, maka atraksi yang dimaksud

adalah ketersedian sarana hiburan, penginapan dan dalam konteks

agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian,

keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala

sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.

b) Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, jasa

angkutan, jasa penginapan, telekomunikasi, dan restoran.

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

44

c) Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan

komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan

energi, system pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system

keamanan.

d) Transportation

Ketersediaan transportasi umum, system keamanan penumpang, system

informasi perjalanan, kepastian tariff, peta kota/obyek wisata.

e) Hospitality

Keramahtamahanr masyarakat terutama pada pemberian jasa-jasa yang

disediakan oleh masyarakat.

Komponen Wisata merupakan komponen yang terpenting dalam industri

pariwisata. Menurut Raharso (2008:5), juga menambahkan bahwa salah satu

komponen wisata adalah keramahtamahan, karena pariwisata merupakan

industri hospitality, sehingga penilaian pariwisata tidak hanya dinilai pada

produk fisiknya saja, tapi juga pada aspek kenyamanan secara psikologis, yaitu

bagaimana keramahtamahan dalam memberikan pelayanan, serta etika dan

perilaku yang baik kepada wisatawan. Sejalan dengan tiga pendapat diatas

Yoeti (2005:168) juga menerangkan unsur-unsur yang dapat menentukan

keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata diantaranya (a) Atraksi wisata

(attraction) yang meliputi atraksi alam dan buatan; (b) Kemudahan akses

(access) seperti ketersediaan transportasi lokal, baik darat, laut maupun udara,

serta sarana dan prasarana pendukungnya; (c) Kenyamanan (amenities) seperti

kualitas akomodasi, ketersediaan restoran, jasa keuangan, dan keamanan; dan

(d) Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (anciliary

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

45

service) termasuk di dalamnya peraturan dan perundang-undangan tentang

kepariwisataan”.

6. Peranan Pariwisata

Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki

mekanisme pengaturan yang kompleks karena sektor pariwisata memiliki

kaitan yang erat dengan berbagai sektor lainnya. Sektor-sektor yang terlibat

dalam kompleksitas pergerakan pariwisata adalah mencakup sektor

transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, budaya dan berbagai

sektor lainnya yang dapat mendukung kegiatan wisata. Sesuai dengan pendapat

Buckley dalam Fikri (2013:11) yang mengatakan bahwa pembangunan

pariwisata berperan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Di sektor

ekonomi, pariwisata berkontribusi dalam menambah devisa negara dari

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan Produk Domestik Bruto

(PDB) beserta komponen-komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata

berfungsi untuk menyerap tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi, budaya, dan jati

diri bangsa.

Ditinjau dari aspek lingkungan, pariwisata dalam bentuk ekowisata dapat

mengangkat produk dan jasa wisata berupa kekayaan dan keunikan alam, serta

menjadi alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya

tradisional. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pariwisata merupakan suatu sektor yang berkaitan dengan sektor-sektor

produktivitas lainnya, pariwisata membutuhkan kerjasama dan keterkaitan

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

46

dengan bidang usaha lain yang dapat mendukung kegiatan wisata. Pariwisata

mampu memberikan pengaruh pada pencapaian pertumbuhan ekonomi,

kesejahteraan, peningkatan kualitas kehidupan, kualitas sosial dan peningkatan

intelektualitas di masyarakat.

Pembangunan Pariwisata akan mampu memberikan keuntungan sekaligus

menekan biaya sosial ekonomi. Menurut Unga (2011:45) menerangkan bahwa

pembangunan pariwisata berpengaruh terhadap peranan pariwisata karena bagi

pemerintah pembangunan pariwisata akan dapat menyerap tenaga kerja,

menjadi sumber pendapatan daerah, dan menjadi sumber peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Keterangan yang diberikan oleh Unga (2011:45)

tersebut, dirinci sebagai berikut:

a. Penyerapan tenaga kerja

Salah satu keuntungan pariwisata adalah menciptakan kesempatan kerja.

Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang,

sehingga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian

dapat menambah pemasukan/pendapatan masyarakat setempat dengan

menjual barang dan jasa. Banyak individu menggantungkan hidupnya dari

sektor pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa berdiri

sendiri tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain. Baik sektor pariwisata

maupun sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor pariwisata tidak

dapat dipungkiri merupakan lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga

kerja. Industri pariwisata memberikan peluang kesempatan kerja, seperti di

bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, travel,

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

47

dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut membutuhkan banyak sumberdaya

manusia yang secara langsung bermuara pada penyerapan tenaga kerja.

b. Sumber pendapatan daerah

Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata dari beberapa

cara. Sumbangan pendapatan terbesar dari pariwisata bersumber dari

pengenaan pajak. Misalnya, pengenaan pajak hotel dan restoran yang

merupakan bagian dari keuntungan usaha pariwisata hotel dan restoran

tersebut. Sumber lain bisa berupa usaha pariwisata yang dimiliki oleh

pemerintah daerah sendiri. Pemerintah daerah juga mengenakan pajak

secara langsung kepada wisatawan jika mereka melakukan transaksi yang

tergolong kena pajak. Biasanya dikenal sebagai service tax, yang umumnya

sebesar 10% untuk transaksi di hotel dan restoran. Pajak ini berbeda dari

pajak yang sumbernya dari keuntungan hotel dan restoran yang diberikan

sebelumnya.

c. Sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat

Pengeluaran dari wisatawan secara langsung ataupun tidak langsung

merupakan sumber pendapatan. Jumlah wisatawan yang banyak merupakan

pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perorangan dapat memperoleh

penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan tersebut.

Pekerjaan di sektor pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha

pariwisata, karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan,

penyedia jasa transportasi, pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi

wisata, pemandu wisata, dan seterusnya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

48

merupakan sumber pendapatan perorangan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal.

7. Peranan Pemerintah dalam Industri Pariwisata

Secara garis besar peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata

adalah sebagai pelaksana pembangunan yang bertanggung jawab pada

penyediaan infrastruktur, memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan

koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan

promosi umum. Selain bertanggung jawab atas pembangunan, pemerintah juga

berperan sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh

swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini dapat diartikan

sebagai peran untuk maenciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku

kegiatan pariwisata dapat berkembang secara baik.

Pemerintah mempunyai peran dalam menentukan kebijakan pariwisata.

Menurut World Trade Organization dalam (Pitana dan Diarta 2009:113),

Pemerintah bertanggung jawab terhadap beberapa hal berikut:

a. Membangun kerangka (framework) operasional dimana sektor publik dan

swasta tetrlibat dalam menggerakkan denyut pariwisata.

b. Menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan legislasi, regulasi, dan kontrol

yang diterapkan dalam pariwisata, perlindungan lingkungan, pelestarian

budaya serta warisan budaya.

c. Menyediakan dan membangun infrastruktur transportasi darat, laut, dan

udara dengan kelengkapan sarana komunikasinya.

d. Membangun dan memfasilitasi peningktan kualitas sumber daya manusia

dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang profesional untuik

menyuplai kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata.

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

49

e. Menerjemahkan kebijakan pariwisata yang disusun ke dalam rencana

kongkret yang mungkin termasuk di dalamnya: (a) evaluasi kekayaan aset

pariwisata, alam, dan budaya serta mekanisme perlindungan dan

pelestariannya; (b) identifikasi dan kategori produk pariwisata yang

mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif; (c) menentukan

persyaratan dan ketentuan penyediaan infrastruktur dan suprastruktur yang

dibutuhkan yang akan berdampak pada perfomance pariwisata; (d)

mengelaborasi program untuk pembiayaan dalam aktivitas pariwisata, baik

untuk sektor publik maupun swasta.

Kesuksesan dalam pembangunan pariwisata diperlukan pemahaman yang

baik dari sisi pemerintah selaku regulator maupun dari sisi pengusaha selaku

pelaku bisnis. Pemerintah tentu harus memperhatikan dan memastikan bahwa

pembangunan pariwisata akan mampu memberikan keuntungan sekaligus

maupun menekan biaya sosial ekonomi dampak lingkungan sekecil mungkin.

Di sisi lain pebisnis yang lebih terfokus dan berorientasi keuntungan tentu

tidak bisa seenaknya melakukan segalanya untuk mencapai keuntungan, tetapi

harus menyesuaikan dengan kebijakan dan regulasi dari pemerintah.

Pada pengembangannya, pemerintah harus menitikberatkan pada peranan

pariwisata terhadap kesejahteraan sosial, penggunaan tanah, perlindungan

terhadap lingkungan sosial dan alam, serta pada pelestarian tradisi dan

kebudayaan. Sesuai dengan pendapat Selo Soemarjan dalam Spillane

(1991:133) yang menyatakan bahwa:

“Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang

berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang

optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, dan kultural.

Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pembangunan pariwisata ke

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

50

dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu

negara. Rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja

kebijaksanaan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan

pengembangan pariwisata”.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, peranan

pemerintah dalam pengembangan pariwisata harus mampu menciptakan

kerangka kebijakan yang dapat mendorong dan mengendalikan pengembangan

pariwisata. Produk hukum yang dihasilkan pemerintah haruslah produk hukum

yang bisa mendukung semua pihak yang terlibat dalam pengembangan

pariwisata karna pariwisata sama halnya dengan pembangunan pada umumnya.

Keberhasilan pembangunan pariwisata bergantung pada keterpaduan antar

sektor dan wilayah-wilayah pengembangan terkait serta keterlibatan pihak-

pihak tertentu. Sehingga keberhasilan dalam pengembangan kepariwisataan

juga merupakan potret dari kinerja pemerintah dengan sektor-sektor yang

terkait.

E. Strategi

1. Strategi Pengembangan

Pengembangan pariwisata mempunyai strategi. Strategi merupakan suatu

proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan

sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang

bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan

Marpaung (2000:52). Sedangkan Chandler dalam Rangkuti (2002:7)

mengartikan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan

organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan alat untuk

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

51

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi dalam

pemerintahan biasanya diuraikan ke dalam arah kebijakan, program, dan

kegiatan prioritas yang akan diimplementasikan dalam periode tertentu.

Strategi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam pengembangan

pariwisata. Strategi dalam pemerintahan dieksekusi ke dalam bentuk

kebijakan-kebijakan, yang dioperasionalkan dalam bentuk program-program

yang didetailkan dalam proyek-proyek dan implementasinya dalam bentuk

“produk” atau kegiatan menurut Nugroho (2012:678). Kejelasan tujuan

menjadi pegangan oleh pemerintah terhadap bagaimana cara pemerintah

bekerja dan capaian apa yang harus dipenuhi oleh Pemerintah. Sementara itu

pengembangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:538) merupakan suatu

proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna

dan berguna. Pengembangan merupakan suatu proses/aktivitas memajukan

sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan

meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih

menarik dan berkembang.

Maka dengan pengertian diatas, strategi pengembangan dapat diartikan

sebagai cara atau pilihan-pilihan yang akan digunakan untuk menciptakan

kemajuan dan penyempurnaan atas suatu sumber daya agar lebih menghasilkan

produk yang lebih menarik. Kemudian demi menunjang strategi yang ada di

atas ditambahkan pula analisis strategi SWOT yang adalah akronim untuk

kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), Peluang (opportunities), dan

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

52

Ancaman (threats) dari lingkungan eksternal. Menurut Jogiyanto (2005:46)

SWOT di gunakan untuk menilai kekuatan – kekuatan dan kelemahan –

kelemahan dari sumber-sumberdaya yang dimiliki dan kesempatan –

kesempatan eksternal dan tantangan – tantangan yang dihadapi.

Semua Organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area

fungsional bisnis. Tidak ada organisasi yang sama kuatnya atau lemahnya

dalam semua area bisnis menurut David (Fred R. David, 2008 :8). Kekuatan

atau kelemahan internal, digabungkan dengan peluang atau ancaman dari

eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan

dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan

kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.

Penjelasan SWOT menurut David (Fred R, 2005 :47) yaitu :

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan, atau keungulan – keungulan

lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahan dan kebutuhan pasar

yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani.

Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan

kompetitif bagi perusahaan dipasar.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya,

ketrampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja

perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumberdaya

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

53

keuangan, kemampuan manajemen dan ketrampilan pemasaran dapat

merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan

perusahaan. Kecenderungan – kecenderungan penting merupakan salah

satu sumber peluang seperti perubahan teknologi dan meningkatnya

hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan

gambaran peluang bagi perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penganggu utama bagi posisi

sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peratuaran – peraturan

baru merupakan ancaman bagi kesuksesannya.

Kemudian selain ke 4 hal tersebut Fungsi SWOT menurut Ferrel

dan Harline (2005) adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis

situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan

kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).

Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut

berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya

atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi

atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis

SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis

dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

54

sebagai kerangka atau panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas

kondisi alternative dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.

2. Konsep Strategi Pengembangan Pariwisata

Sesuai dengan pengertian strategi pengembangan, maka dalam konteks

pariwisata dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan tujuan

memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu

obyek dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk

dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi

masyarakat di sekitar obyek dan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi

pemasukan bagi pemerintah. Adapun tujuan dari strategi pengembangan

pariwisata adalah untuk mencapai keunggulan bersaing dalam upaya pencapaian

tujuan pariwisata dengan membuat dan memperbaiki program-program yang akan

dilaksanakan. Akheurst dalam (Pitana dan Diarta, 2009:107) menjabarkan

strategi untuk pengembangan pariwisata adalah dengan menetapkan tujuan dan

pedoman sebagai dasar untuk bertindak, dengan mengidetifikasi dan

menetapkan tujuan, memilih prioritas, menempatkan posisi dalam konteks

masyarakat, membangun koordinasi dengan pemerintah nasional, organisasi

wisata nasional, pemerintah daerah, dan sektor swasta untuk melaksanaan

kesepakatan program-program, mengidentifikasi masalah, dan untuk

mengawasi dan mengevaluasi program-program tersebut.

Pengembangan pariwisata harus melibatkan tiga sektor, yaitu Business

Sector, Nonprofit Sector dan Governmental Sector menurut Gunn (1994:5-9)

dan semakin baik pemahaman dan keterlibatan tiga sektor tersebut maka

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

55

pengembangan pariwisata akan semakin baik. Business Sector adalah sektor

usaha yang menyediakan segala keperluan wisatawan seperti jasa transportasi,

perhotelan, makanan dan minuman, laundry, hiburan dan sebagainya.

Nonprofit Sector merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi

profesi, etnis yang tidak berorientasi pada keuntungan (non-profit

organisation) namun memiliki peran dan perhatian besar terhadap

pengembangan pariwisata. Governmental Sector adalah sektor yang berperan

untuk mengeluarkan dan menerapkan Undang-Undang dan peraturan. Dalam

bidang pariwisata sektor pemerintah memiliki banyak peran penting selain

pada pembuatan regulasi.

3. Langkah- Langkah Pokok Strategi Pengembangan

Langkah-Langkah Pokok kepariwisataan sebagai pengembangan strategi

menurut Suwantoro (2004:55) seperti berikut:

a. Dalam jangka pendek dititikberatkan pada nilai efektif yang di

dapat atau optimasi, terutama untuk mempertajam dan

memantapkan citra kepariwisataan, meningkatkan mutu

tenagakerja, meningkatkan mutu pengelolaan, memanfaatkan

produk yang ada, memperbesar saham dari pasar pariwisata yang

telah ada.

b. Dalam jangka menengah dititikberatkan pada konsolidasi, terutama

dalam memantapkan kepariwisataan dengan mengkonsollidasikan

kemampuan pengelolaan, mengembangkan dan diversifikasi

produk, mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja.

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

56

c. Dalam jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan

penyebaran dalam pengembangan kemampuan pengelolaan,

pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan,

pengembangan pasar pariwisata baru, pengembangan mutu dan

jumlah tenaga kerja.

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian

dilakukan dengan ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis,

kemudian hasilnya dapat dipakai untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan

dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga dimengerti oleh akal manusia.

Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia.

Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Jenis penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode kuantitatif dan

kualitatif. Sugiyono (2008:12) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penilitian yang berdasarkan filsafat positivisme,

digunakan untuk meniliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrumen penilitian, analisis data bersifat statistik, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme

memandang reslitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap,

konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala sebab akibat.

Metode penilitian kualitatif sering disebut metode penilitian naturalistik

karena penilitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Metode kualitatif

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

58

dilandasi oleh filsafat postpostivisme yang memandang realitas sosial sebagai

sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan

gejala bersifat interaktif. Penilitian kualitatif lebih menekankan pada makna,

makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu

nilai dibalik data yang tampak.

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati menurut Bodgan dalam Moleong (2001:3). Selanjutnya

penelitian deskriptif menurut Singarimbun dan Effendi (1989:4),

“Dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial

tertentu yang mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak

melakukan pengujian hipotesis”.

Karakteristik penelitian kualitatif berdasarkan pendapat Bogdan dan

Biklen dalam Wahab (2012) adalah sebagai berikut:

1. Qualitative research has natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument. (Dilakukan pada kondisi alamaiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci).

2. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of picture rather than number. (Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka).

3. Qualitative research is concerned with process rather than simply with outcomes or products) . (Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.

4. Qualitative research tend to analyze their data inductively. (Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif).

5. “Meaning”is of essential to the qualitative approach (penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)).

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

59

Metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil pengertian

bahwa penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian

yang dilakukan dengan cara membaca, mengobservasi, dan yang kemudian

menginterpretasikan hasil dari membaca dan observasi tersebut dalam

rangkaian kata-kata ke dalam bentuk tulisan yang sistematis. Peneliti dalam

penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan secara faktual dan akurat

mengenai fenomena dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang berkaitan

dengan strategi pengembangan pariwisata telaga ngebel dalam perspektif

peningkatan pendapatan asli daerah.

B. Fokus Penelitian

Fokus penilitian membantu agar peneliti memiliki pusat perhatian dari apa

yang hendak diteliti sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan batasan

untuk mencari data yang ada di lapangan agar suatu masalah maupun obyek

yang diteliti tidak melebar dan terlalu luas. Luasnya masalah di dalam

penelitian kualitatif maka perlu adanya fokus penilitian yang berisikan pokok

masalah yang masih bersifat umum dengan menimbang tingkat kepentingan,

urgensi dan fisibilitas masalah yang akan dipecahkan, selain faktor

keterbatasan tenaga, dana dan waktu. Sugiyono (2008:207).

Beberapa alternatif untuk menetapkan fokus penilitian yang dielaskan oleh

Spradley dalam Faisal (1988) diantaranya:

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informan.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu.

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

60

3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori

yang telah ada.

Untuk mempertajam penelitian, maka fokus yang diambil dalam

penelitian ini dirangkum dalam beberapa domain.

1. Strategi Pengembangan Pariwisata Telaga Ngebel untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah Kabupaten Ponorogo menurut Osborne dan Plastrik

dalam 5 Strategi menuju pemerintahan wirausaha :

a. Strategi inti;

b. Strategi konsekuensi;

c. Strategi pelanggan;

d. Strategi kontrol;

e. Strategi budaya;

2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata telaga

ngebel dengan melakukan identifikasi terhadap fenonema dan kondisi

yang terjadi di lapangan.

a. Faktor pendukung :

1. Lokasi yang cukup dekat dari pusat kota.

2. Terdapat kendaraan umum yang bisa mengantar dari kota menuju

tempat wisata.

3. Banyak penginapan/ hotel disekitar tempat wisata untuk para

wisatawan dari luar kota.

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

61

b. Faktor penghambat :

1. Prasarana atau jalan menuju tempat wisata yang berlubang atau

rusak.

2. Kurangnya faslilitas yang dapat di gunakan di tempat wisata.

3. Kurangnya kesadaran pemerintah dan warga dalam menjaga

kebersihan di sekitar lokasi wisata.

4. Kurangnya penataan lokasi warung dan pedagang yang

menganggu pemandangan wisata telaga ngebel

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti menggambarkan kejadian

yang sebenarnya dari objek yang diteliti dan untuk memperoleh data serta

informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat peneliti.

Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan situs penilitiannya adalah Objek Wisata Telaga Ngebel dan Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo, sebagai

dinas yang berwenang dalam menerbitkan peraturan, instruksi, dan bantuan

teknik dalam membangun sektor pariwisata serta badan yang

bertanggungjawab atas pengembangan dan pembinaan wilayah kepariwisataan

di Kabupaten Ponorogo.

D. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana saja data diperoleh.

Menurut Arikunto (2002:107), Sesuai dengan penggolongannya sumber data

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

62

yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi data primer dan

sekunder. Adapun pengertian data primer dan sekunder yaitu:

1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada

sumbernya, tanpa ada perantara. Sumber data yang dimaksud dapat berupa

benda-benda, situs, atau manusia. Selain itu peneliti dapat memperoleh data

ini langsung melalui alat instrumen lain. Misalnya observasi langsung

terhadap subjek atau social setting yang diteliti.

2. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder biasanya diambil melalui dokumen-dokumen,

karya tulis orang lain, surat kabar cetak maupun elektronik, majalah, jurnal

ilmiah, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari observasi dan wawancara

dengan petugas dari instansi yang terlibat di dalam pelaksanaan pengembangan

bidang pariwisata yakni Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo, wisatawan, dan pelaku usaha wisata. Untuk data

sekunder di dalam penelitian ini didapatkan dari buku-buku yang relevan

dengan penelitian, dokumen-dokumen tentang pengembangan pariwisata di

Kabupaten Ponorogo, informasi dari media masa baik cetak maupun

elektronik, jurnal ilmiah yang terkait, serta dokumen-dokumen yang terkait

dengan penilitian.

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

63

E. Teknik Pengumpulan Data

Dasar paling utama dalam penilitian adalah bagaimana mendapatkan data,

karena itu perlu adanya teknik pengumpulan data yang baik guna mendapatkan

data yang dibutuhkan dan sesuai standar data yang ditetapkan. Teknik-teknik

dalam pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap

strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah Kabupaten

Ponorogo melalui instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan menggabungkannya dengan

fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

2. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan dengan beberapa pihak seperti staf-staf Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo dan

masyarakat serta para wisatawan yang sedang berkunjung di Objek wisata

telaga ngebel, dan pelaku usaha wisata.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memanfaatkan

data-data yang sudah tersedia, literatur yang terkait dengan penelitian baik

itu buku, catatan harian, jurnal, dokumen, dokumentasi foto, video, file-file

yang sudah ada dan literatur lainnya yang dianggap penting.

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

64

F. Teknik Analisis Data

Penelitian dengan teknik analisis data deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan, menjelaskan, dan menguraikan secara mendetail dan

sistematis tentang keadaan yang sebenarnya, kemudian akan ditarik suatu

kesimpulan, dan pada akhirnya dapat menjawab masalah yang diangkat dalam

perumusan masalah. Analisis data sangat penting karena dengan melakukan

analisis data, maka data dapat digunakan untuk memecahkan masalah

penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian. Pada penelitian kualitatif,

peneliti ditantang untuk mencari model analisis data yang cocok untuk

dikembangkan dalam judul penelitian. Bogdan dikutip dari Sugiyono (2008:88)

menjelaskan bahwa:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sitematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain).”

Peniliti dapat menggambarkan makna yang valid dan dapat dipercaya dari

fenomena yang dijelaskan. Pada penilitian ini analisis data yang digunakan

adalah analis data Miles, M. B., & Huberman. Dalam analisis data model

Miles, M. B., & Huberman (2013:92) dijelaskan bahwa melalui penilitian data

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

65

kualitatif maka dapat dicari sumber data yang jelas, kemudian dapat

dikembangkan kedalam alur kronologis, dan kemudian mencari hubungan

sebab-akibat, sehingga dapat ditarik sebuah penjelasan. Analisi kualitatif

didasarkan pada observasi, wawancara, dan dokumen.

Miles, M. B., & Huberman menjelaskan bahwa kegiatan pengumpulan

data biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang berkelanjutan. Data yang

didapat tidak bisa segera dianalisis, melainkan dilakukan pengelohan dan data

yang didapat diperluas, dan kemudian barulah hasil penilitian tersebut dapat

ditulis sesuai dengan konsep pemikiran kita. Miles, M. B., & Huberman,

berpendapat bahwa kata-kata yang dipilih untuk menggambarkan data yang

kita lihat dan dengar di lapangan tidak pernah bisa benar-benar menjadi

"obyektif", tetapi cendrung akan mengikuti penafsiran peniliti. Selain itu, fakta

bahwa data tersebut biasanya dikumpulkan selama periode yang berkelanjutan

memberikan kepercayaan lebih lanjut bahwa kita benar-benar memahami apa

yang sedang terjadi.

Untuk memperkuat analisis data kualitatif Miles, M. B., & Huberman

(2013:31-33) merumuskan tiga komponen kegiatan untuk memperoleh hasil

penilitian. Tiga komponen kegiatan tersebut diantaranya; (1) data

condensation, (2) data display, dan (3) conclusion drawing/verification.

Penjelasan dari masing-masing komponen secara lebih mendalam dijabarkan

sebagai berikut:

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

66

1. Data Condensation

Data Condensation mengacu pada proses pemilihan fokus, menyeder-

hanakan, mengabstraksi, transformasi data “kasar” yang didapatkan dari

catatan yang di dapat di lapangan, dan mengumpulkan data yang muncul

catatan tertulis tentang fakta di lapangan, wawancara, dokumen, dan bahan-

bahan empiris lainnya. Dengan komponen condensation, maka akan

membuat data lebih kuat. Dari data yng diperoleh peniliti akan menseleksi

data yang akan dipilih, dan kemudian menulis ringkasan, menandai,

membangun tema, mengelompokkan berdasarkan kategori, dan menulis

analisis. Jadi data condensation adalah bentuk analisis yang mempertajam

fokus, membuang data yang tidak sesuai, dan mengatur data sedemikian

rupa sehingga "akhir" kesimpulan bisa ditarik dan diverifikasi. Data

kondensasi bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis, tapi adalah bagian

dari analisis.

2. Data Display

Aktivitas utama kedua dalam kegiatan analisis adalah menyajikan data. Data

yang ditampilkan harus terorganisir, sehingga dengan melihat tampilan akan

dapat membantu untuk memahami apa yang terjadi. Penyajian data dapat

ditampilkan berupa naratif, maupun disingkat menjadi bentuk grafik, tabel,

phie chard. Miles, M. B., & Huberman, menganjurkan untuk menyajikan

data secara sistematis, jelas, sesuai, dan yang terpenting adalah “You know

what you display”.

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

67

3. Drawing and Verifying Conclusions

Aliran ketiga kegiatan analisis adalah menarik dan memastikan kesimpulan.

Kesimpulan juga diverifikasi sebagai analis hasil. Verifikasi telah melewati

tahap pemikiran dari analisis sehingga dapat menjadi kesimpulan yang tidak

rumit, atau panjang. Kesimpulan diinterpertasikan sesuai dengan data dan

kajian yang diperoleh selama proses penilitian.

Ketiga tahap aktivitas analisis data tersebut digambarkan seperti berikut ini:

Gambar 1. Components of Data Analysis: Interactive Model

Sumber: Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data

analysis: An expanded sourcebook (Sage Publications, 2013:33)

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

68

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo

1. Letak Geografis dan Topografi Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Timur yang memiliki luas daerah sebesar 1.371,78 km2. Secara administratif

Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan dan 279 desa dan 26 kelurahan.

Kabupaten Ponorogo berada pada ketinggian antara 92 sampai 2.563 meter dari

permukaan laut yang di bagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang

meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan

area dataran rendah. Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis yang

mengalami dua musim, kemarau dan penghujan. Suhu di Kabupaten Ponorogo

sepanjang tahun relative sama dengan suhu rata-rata tertinggi 32,2 `C dan suhu

rata-rata terendah 2,3`9 C.

Secara administratif batas-batas Kabupaten Ponorogo adalah sebagai

berikut:

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Trenggalek

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten

Trenggalek, dan;

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

69

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan

dan Kabupaten Nganjuk.

2. Sejarah Pemerintah Kabupaten Ponorogo

Sejarah berdirinya Kabupaten Ponorogo menurut Babad Ponorogo

(Purwowidjoyo, 1997) setelah Raden Katong sampai di Wilayah Wengker, lalu

memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman. Melalui situasi dan

kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti,

Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus

berupaya mendirikan pemukiman. Untuk mencapau tujuan tersebut Raden

Katong melakukan pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan

seluruh pendukungnya dan akhirnya Bathoro katong (Raden Katong) dapat

mendirikan kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV dan ia menjadi Adipati

yang pertama.

Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi,

inilah tanggal yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten

Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti

peninggalan benda – benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga

mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat di temukan

hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Bathoro

Katong adalah pendiri Kadipaten Ponorogo yang selanjutnya berkembang

menjadi Kabupaten Ponorogo. Menurut buku Babad Ponorogo karya

Poerwowdjojo (1997). Di ceritakan, bahwa asal-usul nama Ponorogo bermula

dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

70

Mirah, Selo aji dan Joyodipo pada hari jum’at saat bulan purnama, bertempat

di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katong sekarang). Di dalam

musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan

“Pramana Raga” yang akhirnya lama- kelamaan berubah menjadi Ponorogo.

3 . Visi dan Misi Kabupaten Ponorogo

a. Visi Kabupaten Ponorogo

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, ke arah mana dan

bagaimana suatu organisasi akan dibawa dan berkarya agar tetap

konsisten, eksis, antisipasif, inovatif, serta produktif. Dalam masa periode

pemerintahan 2016 – 2021 maka Visi Kabupaten Ponorogo adalah

“Ponorogo Berbenah Menuju Ponorogo Yang Lebih Maju, Berbudaya,

Dan Religius”.

b. Misi Kabupaten Ponorogo

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

organisasi sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, agar tujuan organisasi

dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Adapun misi yang telah

ditetapkan oleh pemerintah dalam masa periode pemerintahan 2016 –

2021 meliputi :

1) Terbentuknya Budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna

mengembangkan manajemen pemerintahan daerah yang amanah,

tanggap dan berkemampuan andal memcahkan masalah rakyat.

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

71

2) Terkelolanya seluruh sumber daya daerah menjadi lebih berdayaguna,

unggul, produktif, berkelanjutan, serta bermanfaat luas secara ekonomi

dan sosial.

3) Terwujudnya pengelolaan infrastruktur strategis secara professional,

agar memiliki daya dukung yang kokoh untuk menyokong

produktivitas masyarakat, kemajuan wilayah, serta peningkatan

kesejahteraan umum.

4) Terbangunnya sistem pertanian modern, sebagai basis pengembangan

modal ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tangguh, memicu

investasi dan industry, serta berperan menjadi lokomotif penggerak

perekonomian daerah.

5) Penataan kawasan yang nyaman untuk semua, dengan ketersediaan

ruang public yang memadai, berwawasan kelestarian lingkungan,

sekaligus upaya mempercepat pengurangan ketimpangan antara

wilayah pedesaan dengan perkotaan.

6) Terbangunnya prinsip kemandirian dalam upaya pemberdayaan

masyarakat miskin, pengangguran, serta perluasan kesempatan kerja.

7) Meningkatnya peran aktif Pemerintah Daerah dalam memajukan

sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, guna

mendorong kualitas sumber daya manusia yang hebat dan bertaqwa.

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

72

B. Gambaran Umum Situs Penelitian

1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Ponorogo merupakan unit pelaksana teknis bertugas merencanakan,

merumuskan kebijakan, membina administrasi, mengkoordinasikan,

mengendalikan serta mengevaluasi penyelenggaraan program. Dan Visi

Dinas dalam periode 2016 – 2021 adalah “Terwujudnya Masyarakat

Ponorogo Yang Berbudaya Serta Terwujudnya Kabupaten Ponorogo

Sebagai Daerah Tujuan Wisata Unggulan Di Jawa Timur” Demi

mewujudkan visi tersebut, adapun misi yang disusun adalah sebagai

berikut:

a. Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Ponorogo yang berbudaya dalam

rangka memperkuat jati diri dan kepribadian masyarakat dan bangsa.

b. Mengembangkan dan Mendayagunakan sumber daya kebudayaan dan

pariwisata secara sistematis, berkesinambungan, berwawasan budaya

dan lingkungan dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi

masyarakat.

c. Meningkatkan profesionalisme pengelolaan pariwisata dan

kebudayaan melalui peningkatan kualitas kelembagaan, manajemen,

dan sumberdaya manusia.

d. Mewujudkan pemuda dan olahraga yang produktif, prestiatif dan

inovatif dan mandiri.

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

73

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Ponorogo

Sesuai dengan Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 63 Tahun 2008

tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo, Disbudparpora merupakan

salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten

Ponorogo yang bertanggung jawab mengurus persoalan kebudayaan,

pariwisata, pemuda dan olahraga kabupaten Ponorogo. Adapun struktur

organisasi dan tata kerja bagian-bagian pada Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo adalah sebagai

berikut:

a. Kepala Dinas

Bertugas memimpin, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi, dan

mengendalikan serta memberikan pembinaan administrasi di bidang

Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.

b. Sekretariat

Bertugas melaksanakan koordinasi penyusunan program, evaluasi dan

pelaporan, administrasi umum, administrasi kepegawaian, keuangan,

perlengkapan dan rumah tangga Dinas.

c. Bidang Kebudayaan

Bertugas mengumpulkan bahan pembiayaan, pemantauan, pelakasanaan

perizinan dan koordinasi di bidang kebudayaan.

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

74

d. Bidang Pengembangan Pariwisata

Bertugas mengumpulkan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan

obyek dan daya tarik wisata, atraksi dan hiburan wisata, serta pemberdayaan

masayarakat pelaku pariwisata.

e. Bidang Jasa dan Sarana Wisata

Bertugas menyiapkan bahan pembinaan, perizinan, melaksanakan

pengembangan usaha jasa dan sarana wisata serta usaha dibidang makanan

dan minuman, hotel / penginapan dan bar yang mendukung pariwisata.

f. Bidang Pemuda dan Olahraga

Bertugas mengumpulkan bahan, koordinasi, pelaksanaan dan pembinaan

program/ kegiatan di bidang kepemudaan dan olahraga.

3. Pejabat dalam Struktur Organisasi

No Nama Pegawai Jabatan1 Drh. H.Sapto Jadmiko Kepala Dinas2 Drs. Hari Subagjo ST, MM Sekretaris3 Hera Zuana, SE, M.Si Sub Bagian Penyusunan Program 4 Sri Sulis Sedyaningsih, S.Sos Sub Bagian Keuangan5 Joko Susilo, SE Sub Bagian Umum & Kepegawaian6 Ir. Mahmud Budihartono, M.Si Bidang Pengembangan Pariwisata7 Drs. Hadi Soenarto, M.Si Bidang Pemuda dan Olahraga8 Susilo Tri Mulyanto, S.Sos, M.AP Bidang Atraksi Wisata dan Hiburan9 Bambang Wibisono S.Sn Bidang Kebudayaan10 Siti Hanifah, S.STP , Msi Bidang Jasa dan Sarana Wisata11 Farida nuraini S,Sos MM Seksi Promosi dan Pemasaran Wisata12 Hj. Soesiana Tities Soebijati SH, MM Seksi Usaha Jasa dan Sarana Wisata13 Edy Darwanto, ST Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata14 Kristin Dwi Rohmayanti, SH Seksi Seni dan Budaya15 H. Purnomo, S.Sos Seksi Atraksi Wisata dan Hiburan16 Drs. Sugeng Priyatmoko Seksi Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional17 Drs. Jumaro, M.Si Seksi Rumah Makan, Minuman Hotel ,

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

75

Penginapan dan Bar18 Drs. Nanang Karbela Seksi Kepemudaan19 Yahya Ahyani, S. Sos, M. Si Seksi Olahraga

Tabel 4.1

C. Penyajian Data Fokus

1. Bentuk - bentuk Strategi Pengembangan Pariwisata Objek Wisata Telaga

Ngebel menggunakan Perspektif Entrepreneurial Government dengan

Lima Strategi Mewujudkan Pemerintahan Wirausaha untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ponorogo

Lima strategi mewujudkan pemerintahan wirausaha oleh Osborne dan

Plastrik dalam bukunya yang berjudul Banishing Bureaucracy merupakan

pemikiran tentang cara untuk melakukan pembaharuan pada birokrasi

pemerintah dengan mentransformasi organisasi dan sistem birokrasi menjadi

organisasi dan sistem yang bersifat wirausaha. Aplikasi lima strategi, menuju

pemerintahan wirausaha oleh Osborne dan Plastrik, dijadikan sebagai levers of

change (dongkrak perubahan) pada seluruh aspek pemerintahan agar organisasi

pemerintah lebih stabil dalam menghadapi persaingan dan perubahan (Osborne

dan Plastrik, 1997:43). Lima pendongkrak utama yang digagas oleh Osborne

dan Plastrik untuk pembaruan organisasi pemerintah, yaitu: purpose (tujuan),

incentives (insentif), accountability (pertanggunjawaban), power (kekuasaan),

dan culture (budaya). Lima pendongkrak perubahan pada organisasi peme-

rintahan tersebut kemudian oleh Osborne dan Plastrik dikelompokkan menjadi

lima strategi utama untuk mewujudkan pemerintahan wirausaha, yaitu strategi

inti, strategi konsekuensi, strategi pelanggan, strategi kontrol, dan strategi

budaya. Adapun pembahasan lima strategi mewujudkan pemerintahan

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

76

wirausaha tersebut akan diperspektifkan ke dalam strategi pengembangan

pariwisata Kabupaten Ponorogo khususnya di Objek Wisata Telaga Ngebel

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang dibahas sebagai berikut:

a. Strategi Inti

Identifikasi strategi inti dalam pengembangan pariwisata Telaga Ngebel

ditinjau berdasarkan aspek kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan

sektor pariwisata. Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Ponorogo menjadi penting karena akan sangat berperan dalam membantu

proses pengembangan pariwisata dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya

pengembangan sektor pariwisata khususnya objek wisata telaga ngebel.

Berdasarkan Aspek Kebijakan, terdapat beberapa kebijakan dari Dinas

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo yang di lakukan untuk

meningkatkan pengembangan pariwisata di telaga ngebel salah satunya yaitu

dengan mengadakan event atau acara di hari libur tertentu untuk menarik minat

para pengunjung untuk datang ke Objek Wisata Telaga Ngebel. Hal ini Sesuai

dengan hasil wawancara dengan Bapak Edy Darwanto yaitu Bidang Objek dan

Daya Tarik wisata Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten

Ponorogo sebagai berikut :

“ Strategi yang pertama adalah menambahkan fasilitas - fasilitas atau sarana pendukung Objek wisata telaga ngebel misalnya sarana bermain anak - anak , wahana mainan anak -anak , dan perahu speedboat. Untuk mengembangkan potensi kita pemerintah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengadakan event - event di hari - hari libur tertentu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.Kedua dengan promosi dengan media lokal elektronik dan non elektronik. Kebijakan pemerintah juga dipengaruhi anggaran pemerintah daerah untuk mengembangkan objek wisata” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

77

Kebijakan pemerintah dalam mengembangkan objek wisata di pengaruhi

oleh Anggaran Pemerintah Daerah dan oleh karena itu untuk membantu

pengembangan dalam objek wisata di butuhkan kerjasama dengan pihak Swasta.

Strategi yang di terapkan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Ponorogo untuk mengembangkan potensi wisata Telaga

Ngebel selain menambahkan fasilitas – fasilitas yang tersedia juga membuat

kerjasama dengan pihak swasta dalam mengadakan event atau acara maupun

membuat fasilitas baru yang di bisa di gunakan oleh pengunjung. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan Bapak Edy Darwanto mengenai adanya

kerjasama dengan pihak swasta sebagai berikut :

“ Ada kerjasama pemerintah dengan swasta terutama untuk wahana - wahana di isi oleh masyarakat sekitar telaga ngebel sehingga adanya masyarakat menyediakan fasilitas dan sarana di harapkan dapat meningkatkan perekonomian di sekitar tempat wisata telaga ngebel. Untuk swasta lainnya biasanya berkerjasama dengan EO ( event organizer) untuk melaksanakan event di telaga ngebel dan segala kegiatan di lakukan swasta dan pemerintah hanya memantau biaya retribusi masuk untuk meningkatkan PAD “(hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Kemudian selain kedua hal tersebut berdasarkan data sekunder yang di

ambil dari web resmi pariwisata ponorogo. Pemerintah membuat kebijakan city

branding yaitu “Ponorogo ethnic art of java “ sebagai tag line Ponorogo

memberikan makna bahwa Ponorogo mempunyai keunikan tersendiri

dibandingkan kota lain yaitu khususnya dibidang seni dan budaya. Di mana

Reyog sudah menjadi ikon Ponorogo yang sudah menjadi budaya nasional dan

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

78

menjadi kebanggaan tidak hanya masyarakat Ponorogo akan tetapi juga bangsa

Indonesia.

Gambar 4.1

Di lihat dari logo Branding yang dibuat tersebut bentuk logo yang

menyambung dari huruf N, O, dan R diharapkan semua elemen masyarakat

Ponorogo bisa menjadi satu visi dan misi untuk Ponorogo yang lebih baik.

Kemudian bentuk dari huruf O yang sedemikian rupa sehingga bentuk tersebut

bisa mewakili Reyog budaya dan kearifan lokal. Kontur bentuk Reyog yang jelas

itu adalah ikon Ponorogo dan diharapkan menjadi Branding Ponorogo yang

mewakili semua aspek seni budaya dan pariwisata Ponorogo, Bentuk tumbuhan

yang menggambarkan kesuburan dan perkembangan diharapkan bisa menjadi

semangat untuk menjadi untuk maju dan berkembang sehingga bisa mencapai visi

misi dan tujuan bersama. Selain itu city branding tersebut menggambarkan

Ponorogo yang dinamis, simple, luwes , ramah dan sebagai alat pemasaran wisata.

Berdasarkan penjelasan wawancara dan pengolahan data sekunder, dapat

dijelasakan bahwa strategi yang di terapkan Pemerintah dalam Hal ini Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dalam mengembangkan objek

wisata telaga ngebel adalah dengan mengembangkan potensi yang sudah tersedia

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

79

di objek wisata telaga ngebel yaitu seperti keindahan danaunya serta

menambahkan fasilitas seperti perahu boat dan aneka kebudayaan lokal agar

pengunjung tertarik untuk berkunjung dan juga pemerintah bekerjasama dengan

pihak swasta untuk membuat acara atau event agar menarik wisatawan untuk

berkunjung ke objek wisata telaga ngebel.

b. Strategi Konsekuensi

Strategi Konsekuensi dalam strategi pengembangan pariwisata kabupaten

Ponorogo, dilakukan melalui peran Disbudparpora Kabupaten Ponorogo dalam

upaya pengembangan kapasitas sumber daya manusia pariwisata. Perlu diketahui

bahwa, penilaian pariwisata bukan hanya dinilai dari produk fisik saja tetapi juga

pada aspek kenyamanan wisatawan secara psikologis, yaitu bagaimana

keramahtamahan dalam memberikan pelayanan, serta etika dan perilaku yang baik

kepada wisatawan. Dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang unggul,

maka Disbudparpora Kabupaten Ponorogo dalam lingkup eksternal membentuk

kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di setiap desa dan kelurahan. Khususnya di

Kecamatan Ngebel sebagai lokasi potensi wisata objek wisata telaga ngebel.

Pokdarwis merupakan lembaga yang beranggotakan masyarakat yang tinggal

disekitar lingkungan objek wisata. Anggota pokdarwis sendiri mayoritas

merupakan masyarakat yang memiliki usaha atau yang berkerja dalam bidang

pelayanan pariwisata, seperti petani, tukang ojek, peternak ikan, pelaku usaha

wisata, hingga kalangan pemuda. Selain dengan dibuatnya Pokdarwis pemerintah

daerah juga melakukan pembinaan terhadap pelaku wisata terutama kepada rumah

makan, pendagang , pedagang kaki lima dan perhotelan hal ini sesuai dengan

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

80

langkah pemerintah untuk mendukung berkembangnya kegiatan ekonomi di

sekitar di objek wisata telaga ngebel seperti yang disampaikan oleh bapak Edy

Darwanto sebagai berikut :

“Langkah pemerintah untuk mendukung berkembangnya perkembangan ekonomi disekitar objek wisata telaga ngebel adalah dengan melakukan pembinaan terhadap pelaku wisata terutama rumah makan, pedagang kaki lima dan hotel. Pembinaan dalam satu tahun 2 kali dan di samping itu melakukan monitoring PKL , hotel dan rumah makan terutama masalah kebersihan di sekitar objek wisata telaga ngebel” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Pemerintah daerah dalam hal ini dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan

olahraga yang berwenang dalam hal menangani berkembangnya pariwisata

ditelaga ngebel melakukan beberapa langkah atau peran seperti yang di

ungkapkan oleh bapak Edy Darwanto sebagai berikut:

“Peran pemerintah dalam pengembangan atau pemberdayaan kapasitas Sumberdaya manusia disekitar kawasan objek wisata telaga ngebel biasanya melakukan pelatihan – pelatihan bekerjasama dengan dinas pariwisata provinsi ada pelatihan khusus pengusaha hotel dan juga PKL untuk mendongkrak Sumberdaya manusia di sekitar wisata, ada 8 desa di sekitar telaga ngebel dan di buat POKDARWIS (kelompok sadar wisata) tujuannya untuk mengangkat perekonomian atau kepedulian masyarakat sekitar telaga ngebel untuk mengembangkan objek wisata di sekitarnya.” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).

Agenda Kegiatan Pokdarwis yang diberikan oleh Disbudparpora

kabupaten Ponorogo yaitu pengelolaan hotel, pelatihan ojek wisata, pelatihan

PKL (Pedagang Kaki Lima) dan pelatihan untuk pengrajin cindera mata. Selain

hal tersebut Pemerintah dalam hal ini dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan

olahraga juga melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat sekitar

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

81

sebagai penyedia dan pelayanan pariwisata di Telaga Ngebel seperti yang di

ungkapkan oleh bapak Edy Darwanto sebagai berikut:

“Ada Pelatihan dan namanya Pelatihan Pemandu wisata biasanya kita melakukan pelatihan di bulan November dan biasanya orientasi lapangannya studi banding ke daerah luar ponorogo yang geografisnya hampir sama dengan ponorogo. Terakhir ke banjarnegara , dieng dan malang ke ponco kusumo tujuannya yaitu untuk bagaimana tata cara untuk melayani para wisatawan di telaga ngebel baik kode etiknya , cara penyambutannya, cara penyampainnya sehingga para wisatawan betah dan kembali berkunjung ke telaga ngebel, intinya tentang pelayanan publik” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Maka berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

sekarang dan kedepannya fokus dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam hal

ini dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga tidak saja berfokus pada

pembangunan fisik akan tetapi juga pada pembangunan sumberdaya manusia

pariwisata terutama pemberdayaan masyarakat hal ini terlihat bagaimana

pemerintah berusaha mengembangkan dan membuat masyarakat sekitar tempat

wisata terlibat terhadap perekonomian disekitar telaga ngebel sehingga bisa

meningkatkan sumberdaya manusia disekitarnya.

c. Strategi Pelanggan

Strategi pelanggan dalam pengembangan pariwisata apabila

diidentifikasikan akan terkait dengan akuntabilitas organisasi Pemerintah

Kabupaten Ponorogo terhadap pemenuhan kebutuhan wisatawan serta masyarakat

Kabupaten Ponorogo sendiri khususnya di objek wisata telaga ngebel. Karena

dalam industri pariwisata, wisatawan dan masyarakat Kabupaten Ponorogo secara

keseluruhan adalah merupakan pelanggan dari pemerintah. Faktor wisatawan

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

82

tidak bisa diabaikan karena kepuasan wisatawan menjadi salah satu tolak ukur

dalam keberhasilan pengembangan pariwisata, faktor masyarakat juga tidak bisa

diabaikan karena masyarakat Kabupaten Ponorogo khususnya masyarakat

disekitar telaga ngebel juga berhak untuk menikmati wisata di telaga ngebel.

Untuk itu pemerintah perlu berkomitmen agar segala kebutuhan wisatawan dapat

terpenuhi, tanpa mengurangi hak masyarakat kabupaten Ponorogo khususnya

masyarakat sekitar telaga ngebel supaya terjadi kesinambungan antara apa yang

diinginkan wisatawan dan masyarakat dan apa yang diberikan oleh organisasi dan

pemerintah.

Demi menciptakan kepuasan wisatawan maka perlu disiapkan sarana dan

prasarana pariwisata yang menunjang segala komponen pariwisata. Salah satu

sarana yang penting untuk mendukung kepuasan wisatawan adalah kelancaran

transportasi. Hal ini dianggap penting karena sarana transportasi merupakan faktor

yang berkaitan dengan kelancaran arus masuk dan keluarnya wisatawan ke Objek

wisata telaga ngebel. Jika terjadi jalan berlubang hal ini bisa menjadi penghambat

bagi wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata telaga ngebel dan itu akan

mengurangi kenyamanan wisatawan. Terkait dengan kondisi prasarana

transportasi di sekitar Objek wisata telaga ngebel. Pendapat saudari Krisnia Rima,

Pengunjung objek wisata telaga ngebel adalah sebagai berikut:

“ Telaga ngebel adalah salah satu objek wisata andalan di Ponorogo dan juga terhitung lumayan dekat dengan daerah kota, selain dekat dengan kota telaga ngebel juga cocok untuk semua kalangan baik anak muda, tua maupun anak – anak akan tetapi jalan akses ke telaga ngebel ini sudah banyak yang berlubang sehingga ketika berkendara kesini harus hati- hati dan memperhatikan jalan agar tidak terjatuh apalagi memang jalan yang berkelok- kelok karena ngebel berada di daerah pegunungan” ( 5 Februari 2017 lokasi di Telaga Ngebel)

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

83

Berhubungan dengan kondisi sarana transportasi ke Objek Wisata Ngebel

tersebut teman saudari Krisnia Rima yaitu Rosa Gasella juga menambahkan

sebagai berikut:

“ Telaga Ngebel ini sebenarnya sudah cukup bagus, selain telaganya yang masih alami dan ada fasilitas yang tersedia seperti perahu boat walaupun sebenarnya fasilitasnya masih bisa ditambah lagi dan ada banyak rumah makan dan ada banyak penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap disini akan tetapi menurut saya kekurangannya yaitu akses jalannya yang banyak berlubang jadi kalau mau ke telaga ngebel harus lebih hati- hati lagi di jalan” ( 5 Februari 2017 lokasi di Telaga Ngebel)

Selain masalah sarana dan prasarana masalah lainnya yaitu masih kurang

banyak fasilitas yang tersedia untuk lebih lagi menarik pelanggan walaupun sudah

ada beberapa alat permainanan buatan dan juga perahu boat untuk mengarungi

telaga ngebel ada beberapa spot yang sebenarnya bisa lebih lagi dikembangkan

akan tetapi terkait kendala hak kepemilikan pernyataan tersebut sesuai dengan apa

yang di ungkapkan oleh bapak edy darwanto sebagai berikut :

“Ketersediaan fasilitas – fasilitas di objek telaga ngebel memang sangat minim sekali karena geografis di telaga ngebel itu 75% milik perhutani dan kedepannya akan melakukan MOU dengan perhutani dan membicarakan masalah lahan untuk dipakai untuk menambah fasilitas” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Selain hal tersebut akan tetapi ada beberapa hal yang bisa membuat

wisatawan tetap ingin berkunjung ke telaga ngebel yaitu karena biasanya terdapat

beberapa atraksi wisata Reyog dan acara – acara yang secara rutin dilakukan oleh

dinas dan berkerjasama dengan masyarakat sekitar hal ini sesuai dengan

pernyataan bapak edy darwanto sebagai berikut :

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

84

“ Strategi Pemerintah Untuk menarik pelanggan atau wisatawan di objek wisata telaga ngebel Biasanya mengadakan event – event disekitar telaga ngebel terutama hari libur, tahun baru dan hari raya dan program dari dinas setiap sebulan sekali mengadakan hiburan Reyog di sekitar tempat wisata untuk memperdayakan budaya lokal dan sanggar – sanggar yang ada di sekitar telaga ngebel” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Akan tetapi meskipun seperti itu data Pelanggan atau wisatawan yang

berkunjung ke Telaga Ngebel terus bertambah setiap tahunnya sesuai dengan data

dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga sebagai berikut :

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

131.447 147.012 172.541

Tabel 4.2

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masing – masing

aspek dalam pemenuhan sarana dan prasarana wisata memiliki keunggulan dan

kelemahan. Aspek keunggulan sarana dan prasarana wisata objek telaga ngebel

terlihat pada atraksi wisatanya yang beragam dan menarik dan tingkat

ketersediaan akomodasi penginapan yang cukup banyak. Kemudian kelemahan

dalam pemenuhan kebutuhan wisatawan dan masyarakat adalah pada aksebilitas

lalu lintas terutama kerusakan jalan apalagi pada musim hujan akan lebih

berbahaya karena lubang tergenang air dan juga pada beberapa potensi wisata

yang tidak dikembangkan karena terhalang izin dan hak milik yang bukan

wewenang dinas terkait.

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

85

D. Strategi Kontrol

Identifikasi strategi kontrol dalam pengembangan pariwisata Telaga

Ngebel berdasarkan distribusi peran dan kewenangan masing – masing

stakeholder yang terlibat di dalam pengelolaan pariwisata. Berdasarkan Peraturan

Bupati Ponorogo Nomor 63 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi

Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo,

Disbudparpora merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang bertanggung jawab mengurus persoalan

kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga Kabupaten Ponorogo. Terkait

fungsi dan tugas Disbudparpora didalam pengembangan Pariwisata. Ibu farida

nuraini bagian promosi dan pemasaran pariwisata menjelaskan bahwa peran

Disbudparpora adalah sebagai fasilisator , pengawas, dan pemberi rekomendasi

serta memberikan promosi objek wisata telaga ngebel. Sedangkan untuk setiap

pengelolalaan usaha pariwisata, diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola

atau pengembang. Kemudian penjelasan diatas diperkuat oleh keterangan yang

diberikan oleh bapak Edy Darwanto sebagai berikut :

“Kita hanya menjadi fasilisator dan pengawasan dalam pembangunan usaha wisata. Swasta diberi kebebasan dalam mengelola dan mengembangkan objek wisata tetapi harus memperhatikan batasan – batasan yang sudah ada dalam sapta pesona” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).Kemudian pada keterangan berikutnya beliau menjelaskan jenis

kewenangan yang di miliki dan fungsi dan tugas dinas dalam mengelola objek

wisata telaga ngebel, berikut ini :

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

86

“ Fungsi dan Tugas dinas sudah sesuai yaitu memungut retribusi masuk objek wisata telaga ngebel yang sesuai dengan PERDA yaitu dewasa Rp 6000 dan anak – anak Rp. 3000 dan juga kita bekerja sama dengan pihak swasta dalam mengembangkan usaha dan objek wisata telaga ngebel dengan memberikan perizinan dan kebebasan dalam mengelola dan mengembakan objek wisata yang penting sesuai dengan sapta pesona wisata” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).

Sama dengan kondisi kontrol Disbudparpora dalam pengelolaan objek

wisata milik swasta, pada pengelolaan jenis wisata yang dikelola oleh masyarakat,

kontrol Disbudparpora juga terbatas pada pembinaan dan pengawasan. Seperti

Desa Wisata, Disbudparpora memiliki peran dalam proses pembinaan, penentuan

tarif, evaluasi, dan pengawasan. Pada Desa Wisata pengelolaan dilakukan oleh

masyarakat bersama – sama dengan pemerintah. Namun, pemberi pelayanan

secara langsung tetap dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat. Hal ini sesuai

dengan pernyataan bapak Kepala Disbudparpora Ponorogo bapak Sapto Djatmiko

kepada Radar Madiun tentang pengelolaan wisata ke desa sebagai berikut :

“ Konsep Pariwisata kedepan mengarah kemandirian jadi semua dikelola sepenuhnya oleh desa setempat, konsep desa wisata masing – masing berjalan secara mandiri. Mulai perawatan fisik, konsep promosi, hingga pengembangan. Semua retribusi sepenuhnya menjadi pendapatan asli desa, Pemerintah tidak ikut ambil bagian dan sehingga perkembangan wisata tergantung desa tersebut, Pemerintah hanya memberikan stimulant dan sumberdaya manusia yang dibutuhkan “ ( 20 juli 2016 )

Selain hal tersebut bapak Edy Darwanto menambahkan bahwa Pemerintah

dalam pengawasan terhadap pihak swasta dalam pengembangan produknya adalah

sebagai berikut :

“Kerjasama dengan bidang – bidang lain di dinas pariwisata terutama bidang sarana dan jasa usaha wisata dimana bidang tersebut membidangi masalah rumah makan , café dan hotel. Dan untuk mengembangkan produknya biasanya pemerintah melakukan monitoring setiap sebulan sekali dan biasanya mengadakan memacu rumah makan di ponorogo

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

87

untuk mengadakan lomba makanan khas ponorogo untuk memacu produknya. (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).

Kemudian sesuai dengan hasil data lapangan pada pengelolaan Desa

Wisata ditemukan bahwa beberapa poin kegiatan yang dilakukan Disbudparpora

sebagai berikut :

a. Peran pemerintah dalam program desa wisata diwakili oleh dinas

kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga sebagai induk dari

penyelenggaraan pariwisata, mempunyai aturan main yang harus dipenuhi

dalam penyelenggaraan desa wisata misalnya dalam pembuatan media

promosi, brosur – brosur yang dibuat oleh semua desa wisata wajib

mencantumkan nama serta logo Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Ponorogo.

b. Warga dan Disbudparpora sama – sama mengambil bagian dalam

menentukan harga dan mengawal proses pelaksanaan.

c. Dalam pelaksanaan program desa wisata, dinas kebudayaan pariwisata

pemuda dan olahraga hanya berperan sebagai pembina dan pengawas.

Peran dalam pengelolaan desa wisata sepenuhnya dilaksanakan oleh

pengurus desa wisata.

d. Dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga sebagai institusi

pemertintah yang berkaitan langsung dengan desa wisata juga memberikan

bantuan modal alokasi dana APBD kepada Desa Wisata.

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

88

Maka berdasarkan penjabaran mengenai fungsi dan kewenangan masing –

masing stakeholder pariwisata, yaitu Disbudparpora, pihak swasta, dan

masyarakat ditemukan bahwa setiap stakeholder memiliki peran dan kewenangan

masing – masing dalam pelaksanaan pariwisata. Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda dan Olahrga Kabupaten Ponorogo sebagai pihak yang mewakili

pemerintah untuk mengurusi persoalan pariwisata sama – sama mempunyai peran

dalam tahap perencanaan dan pengawasan baik pada jenis wisata yang dikelola

oleh swasta maupun masyarakat. Kontrol pemerintah sebagai pengawas dan

fasilisator dan pemerintah hanya mendapatkan pajak dari pengembang atau pihak

swasta. Dengan demikian pembangunan dan pengelolaan oleh swasta dilakukan

untuk meningkatkan kerja dan juga dapat memperbesar manfaat yang dimiliki

daerah dan mengurangi Anggaran Pembelanjaan Belanja Daerah ( APBD) dalam

biaya pembangunan.

E. Strategi Budaya

Stratengi Budaya dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Ponorogo

khususnya dalam pengembangan objek wisata telaga ngebel diidentifikasi dengan

menitikberatkan kepada proses yang dijalankan oleh pemerintah kota dan

Disbudparpora Kabupaten Ponorogo agar program pengembangan pariwisata

yang sudah dilakukan tetap terus berjalan. Seperti yang dijelaskan bahwa strategi

budaya ditujukan untuk membentuk dan menimbulkan komitmen pada pribadi

untuk tetap melaksakan empat strategi yang sebelumnya agar birokrat dan

karyawan selalu meningkatkan kinerja. Maka pada penjelasannya Pemkot dan

Disbudparpora Kabupaten Ponorogo dalam menjaga kesinambungan pelaksanaan

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

89

program pengembangan pariwisata secara rutin melakukan koordinasi. Seperti

yang di katakana oleh bapak edy darwanto sebagai berikut :

“ Pelaku pengelola objek wisata khususnya yang dikelola oleh Pemerintah daerah selalu berkoordinasi dengan dinas pariwisata dan dinas pariwisata provinsi Serta pengelola wisata serta penduduk sekitar selalu berkoordinasi dengan dinas terkait dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan “(hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).

Terkait langkah yang diambil dalam menjaga kesinambungan aparatur

pemerintah dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Ponorogo dan

Bagaimana cara cara pemerintah untuk menjaga komitmen dan kontinuitas

pengembangan pariwisata di objek wisata telaga ngebel bapak edy darwanto

mengatakan sebagai berikut :

“Untuk menjaga komitmen dan kontinuitas yang utama berkaitan dengan Pemerintah daerah yang pertama adalah anggaran. Karena anggaran pemerintah daerah sangat berhubungan untuk pengembangan objek wisata karena pengembangan objek wisata banyak kebutuhan yang di perlukan untuk pengembangan yang terutama yaitu infrastruktur dan sarana pendukung di dalamnya. Wisatawan untuk menikmati objek wisata infrastruktur harus bagus padahal infrastrukur diperlukan APBD yang besar untuk pelebaran jalan. Untuk pengembangan objek wisata telaga ngebel tidak bisa di bebankan sepenuhnya kepada dinas pariwisata karena banyak dinas terkait terutama dinas pekerjaan umum dan karena ada telaga jadi ada dinas perikanan, dinas pertanian dan indakop untuk memfasilitasi UKM , pedagang dan PKL untuk pelatihan dan juga BAPEDDA dan juga bidang perekonomian sehingga untuk mengembangkan objek wisata tidak hanya dinas pariwisata dan harus kerjasama sebagai satuan kerja sama pemerintah daerah.” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo).

Sesuai dengan keterangan dua data wawancara diatas bahwa rapat bersama

antar SKPD dan stakeholder pariwisata rutin dilaksanakan untuk menjaga

kesinambungan pembangunan pariwisata. Pada setiap aparatur pemerintah

Kabupaten Ponorogo ditanamkan komitmen untuk mewujudkan visi

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

90

pembangunan Kabupaten Ponorogo khususnya objek wisata telaga ngebel.

Dengan menjaga komitmen, maka kesinambungan penciptaan visi Kabupaten

Ponorogo dapat terus dilakukan. Seperti yang dijelaskan pada strategi inti tentang

branding Kota Ponorogo yaitu Ethnic art of java sebagai cara untuk membangun

sektor pariwisata dan menjaga agar hal itu tetap berjalan.

Kemudian seperti halnya menjaga kesinambungan pariwisata,

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia bekerja sama dengan Disbudparpora

mengadakan gerakan sadar wisata dan sapta pesona di telaga ngebel. Acara ini

diikuti oleh 200 orang dari unsur pelaku wisata di Kabupaten Ponorogo mulai dari

dinas terkait, pengusaha , perhotelan , homestay , pengrajin, pemilik rumah

makan, duta wisata, pengelola desa wisata , paguyuban perahu boat telaga ngebel

dan pedagang (PKL) . Hal ini di sampaikan oleh Kepala Subid Internalisasi dan

Pengembangan Sadar Wisata, Kementrian Pariwisata RI, Arum Damarintyas,

S.Sos sebagai berikut :

“ Tujuan dari kegiatan sadar wisata dan sapta pesona ini adalah untuk mendukung program pemerintah yang menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara dan dan 275 juta wisatawan nusantara di tahun 2019 mendatang. Untuk merealisasikan target tersebut masyarakat khususnya para pelaku wisata harus disiapkan menjadi tuan rumah yang baik. Di mulai dari hal – hal kecil, seperti membuang sampah ditempatnya, menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan. Kemudian bersikap ramah, murah senyum dan lainnya. Dengan gerakan ini diharapkan para pelaku wisata mulai sadar akan pesona wisata. Mereka harus menjadikan sapta pesona sebagai budaya. “ ( web resmi dinas pariwisata ponorogo ) .

Hal tersebut juga diamini oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten

Ponorogo yaitu Bapak Drh. H. Sapto Djatmiko TR, MM sebagai berikut :

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

91

“ Kami menyambut baik gerakan sadar wisata dan sapta pesona ini dan Kami berharap gerakan ini menjadi budaya dan gaya hidup masyarakat terutama para pelaku wisata khususnya yang ada di di Telaga Ngebel ini, karena Telaga Ngebel mempunyai potensi yang luar biasa” ( web resmi dinas pariwisata ponorogo ) .

Dari penjelasan dan data sekunder yang ditemukan terungkap bahwa untuk

menjaga kesinambungan pengembangan pariwisata khususnya di Objek Wisata

Telaga Ngebel diperlukan untuk menjaga agar Ponorogo khususnya Wisata

Telaga Ngebel tetap menjadi tujuan wisata bagi setiap wisatawa. Pariwisata

merupakan industri yang berhubungan dengan pemenuhan minat pengunjung,

oleh sebab itu segala aspek yang telah dijalankan layak untuk ditingkatkan dan

diperbaiki oleh pemerintah. Berkembangnya pariwisata tidak bisa dilakukan

sendiri oleh satu institusi, karena pariwisata merupakan pembangunan yang lintas

sektoral dan lintas wilayah. Oleh sebab itu untuk membangun pariwisata akan

melibatkan banyak pihak yang masing – masingnya mempunyai kewenangan dan

peran sendiri – sendiri. Untuk itu Pemerintah harus rajin dalam menjaring aspirasi

dari setiap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan pariwisata.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Jalannya

Pengembangan Pariwisata di Objek Wisata Telaga Ngebel

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengembangan Objek

wisata Telaga Ngebel baik itu yang mendorong maupun yang mengahambat

terciptanya keberhasilan pengembangan pariwisata itu sendiri. Kemunculan faktor

pendukung dan penghambat akan sangat berpengaruh pada kinerja pengembangan

potensi pariwisata disuatu daerah. Seiring berjalannya upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan pariwisata maka terdapat

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

92

beberapa faktor yang lebih dominan. Faktor – faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat jalannya pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo dapat

diindentifikasi sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung

1) Lokasi Wisata Strategis dan Adanya Transportasi Umum

Lokasi objek wisata telaga ngebel berada di kaki Gunung Wilis Ponorogo atau

tepatnya berada di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo sekitar 30km dari

pusat Kecamatan Kota Ponorogo. Lokasi yang dekat dengan pusat kota atau

sekitar 45menit dengan kendaraan bemotor merupakan salah satu faktor

pendukung untuk berkembangnya pariwisata ditelaga ngebel. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari saudara Akbar Manggala tentang lokasi wisata telaga

ngebel dan kendaraan transportasi sebagai berikut :

“ Telaga ngebel ini lokasinya cukup dekat dari kota sehingga kita para pengunjung yang ingin datang kesini tidak terlalu menghabiskan banyak waktu dan juga kendaraan transportasi kesini juga ada Bis jadi apabila pengenjung dari luar kota dan tidak membawa kendaraan pribadi mereka bisa ke sini ( Telaga Ngebel ) naik bis dari Terminal Seloaji “( 5 Februari 2017 lokasi di Telaga Ngebel)

Pernyataan dari saudara Akbar tersebut sesuai dengan data sekunder yaitu

dinas perhubungan Kabupaten Ponorogo membuka trayek bis pada bulan februari

tahun 2016 dan sekarang sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Sosialisasi

dilaksanakan di 6 kecamatan yang dilewati bis perintis yaitu Kecamatan

Ponorogo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Ngebel,

Kecamatan Sukorejo, dan Kecamatan Sampung. Jam Pemberangkatan Ponorogo –

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

93

Ngebel setiap jam 06.00 WIB begitu pula arah sebaliknya dengan tarif

penumpang umum Rp 9000. Per orang dan pelajar Rp. 4500. Per orang.

2) Website Pemerintah yang Informatif

Setelah faktor lokasi dan adanya transportasi umum faktor pendukung

lainnya adalah upaya memberikan pelayanan terbaik melalui website Pemerintah

Daerah sangat di butuhkan oleh masyarakat guna mendapatkan informasi yang

resmi. Penginformasian lewat website akan memudahkan masyarakat dalam

memperoleh informasi karena lebih cepat, lebih mudah, dan menjangkau seluruh

keberadaan masyarakat. Pelayanan bukan hanya untuk keperluan pelayanan

publik masyarakat setempat tetapi juga kepada masyarkat luar daerah, maupun

masyarakat internasional. Sehingga pelayanan informasi wisata melalui sarana

informasi website dibutuhkan untuk mempercepat proses pencarian informasi oleh

wisatawan. Pendapat tentang sarana informasi wisata di Kabupaten Ponorogo

menurut saudara Akbar sebagai berikut :

“ Informasi di situs resmi cukup baik dan bisa memberikan update apa saja acara atau event yang akan berlangsung dan cukup bagus dalam memberikan informasi sehingga para wisatawan yang akan berkunjung bisa mengetahui kapan ada acara atau event tersebut” ( 5 Februari 2017 lokasi di Telaga Ngebel)

Adanya situs web resmi khusus pariwisata yaitu Pariwisata.Ponorogo.go.id

dalam situs web resmi milik pemerintah tersebut beberapa informasi tentang profil

dinas pariwisata, struktur organisasinya serta lokasi dinas pariwisata selain hal –

hal tentang profil dinas pariwisata di web tersebut juga terdapat berita terbaru

tentang hal – hal pariwisata dan juga event atau acara yang akan berlangsung di

Kabupaten Ponorogo. Tampilan Website sebagai berikut :

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

94

Gambar 4.2. Tampilan NewsGebyar Reyog Telaga Ngebel

Sumber : www.Pariwisata.Ponorogo.go.id

Gambar 4.3 Tampilan Berita Tentang Gerakadan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona

Sumber : www.Pariwisata.Ponorogo.go.id

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

95

Gambar 4.4 Tentang Jadwal Event atau Acara yang akan berlangsungSumber : www.Pariwisata.Ponorogo.go.id

Pada tampilan gambar 4.2, gambar 4.3, dan gambar 4.4 terlihat bahwa

isi konten website yang dikelola oleh Disbudparpora Kabupaten Ponorogo berisi

informasi – informasi yang menarik dan memberika informasi terbaru dan up to

date terhadap perkembangan pariwisa di Kabupaten Ponorogo. Tentu dengan

dukungan dari akses media, terutama penyediaan website dengan tampilan bagus

serta informatif seperti diatas akan memberikan pengetahuan bagi wisatawan

sebelum melakukan kunjungan. Keunggulan sarana website ini harus benar –

benar di maksimalkan agar para wisatawan yang berada jauh dari lokasi bisa

melihat informasi tersebut dengan baik dan akan tertarik untuk berkunjung ke

tempat wisata tersebut.

b. Faktor Penghambat

1) Kurangnya Kesiapan Akses Jalan menuju Telaga Ngebel

Berdasarkan Kondisi jalan menuju objek wisata Telaga Ngebel saat ini,

beberapa pihak atau masyarkat menilai bahwa kondisi jalan ke Telaga Ngebel

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

96

sudah layak dan perlu untuk diperbaiki. Karena kondisi akses jalan utama untuk

menuju Telaga Ngebel sudah banyak yang rusak dan perlu adanya perbaikan

karena apabila dibiarkan akan berakibat terhadap wisatawan karena jalan

berlubang di tambah kondisi jalan yang berkelok – kelok karena merupakan

daerah pegunungan bisa mengakibatkan kecelakaan belum lagi banyaknya

kendaraan bermuatan yang lewat.

Hal tersebut berkaitan dengan hasil wawancara dengan salah satu

pengunjung yaitu Rosa sebagai berikut :

“ Akses jalan menuju ngebel ini perlu diperbaiki karena ketika kita dalam perjalanan ke telaga ngebel banyak jalan yang berlubang sehingga beberapa kali kita hampir terjatuh”`

Sementara itu saudari Krisnia Rima teman dari Rosa menambahkan

sebagai berikut :

“ Sebenarnya lokasi telaga ngebel ini tidak terlalu jauh dari kecamatan kota ponorogo akan tetapi akan terasa sedikit jauh dan pengunjung di daerah kota agak malas untuk berwisata ke telaga ngebel adalah karena banyak jalan yang berlubang sehingga membuat para wisatawan harus pelan – pelan ketika di jalan sehingga cukup menghabiskan banyak waktu.

Kurang siapnya akses jalan menuju objek wisata telaga ngebel tersebut

cukup berpengaruh dan menjadi faktor penghambat wisatawan yang akan

berkunjung ke Telaga Ngebel. Berdasarkan temuan dan hasil wawancara diatas,

maka salah satu kendala pariwisa di Telaga Ngebel adalah kurang siapnya akses

jalan yang kemudian menghambat wisatawan untuk segera sampai ke tempat

tujuan dan bahkan membatalkan kunjungannya karena hal tersebut. Namun

Pemkab Ponorogo dan sejumlah SKPD masih berupaya untuk berkoordinasi

dengan Pemprov Jatim untuk menemukan solusi untuk hal tersebut.

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

97

2) Keterbatasan Fasilitas Karena Kurangnya Lahan

Upaya Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk menambahkan fasilitas

atau mengembangkan fasilitas yang ada di telaga ngebel terbatas oleh

ketersediaan lahan karena sebenarnya banyak potensi wisata Telaga Ngebel yang

bisa di kembangkan seperti air terjun dan juga sumber air panas akan tetapi hal

tersebut urung dilakukan karena lahan tersebut atau akses jalan menuju lahan

tersebut bukan milik dinas pariwisata, lahan tersebut ada yang di miliki oleh

masyarakat sekitar dan adapula yang dimiliki oleh perhutani hal tersebut sejalan

dengan apa yang disampaikan oleh ibu farida bagian Bagian Promosi dan

Pemasaran sebagai berikut :

“ Pihak pengelola dalam mengembangkan Obyek Wisata Telaga Ngebel ini belum maksimal, sejauh ini belum maksimal belum begitu maksimal karena ada beberapa hal. Pertama lahan pengelolaan dari telaga ngebel itu tidak murni milik pemerintah tapi ada lagi ada lahan dari desa, masyarakat dan perhutani.” (Kantor Dinas pariwisata 19 Desember 2016 )

Jadi menurut hasil wawancara diatas bisa di ambil keterangan bahwa

pihak pengelola dalam hal ini bagian promosi dan pemasaran pariwisata juga

merasa belum maksimal dalam mengembangkan pariwisata karena masih

terkendala beberapa hal.

Pernyataan tersebut juga ditambahkan oleh bapak edy darwanto sebagai

berikut :

“Ketersediaan fasilitas – fasilitas di objek telaga ngebel memang sangat minim sekali karena geografis di telaga ngebel itu 75% milik perhutani dan kedepannya akan melakukan MOU dengan perhutani dan membicarakan masalah lahan untuk dipakai untuk menambah fasilitas” (hasil wawancara 27 januari 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor DISBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo)

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

98

Berdasarkan dari dua wawancara diatas menunjukkan bahwa ketersediaan

fasilitas di telaga ngebel masih kurang karena hal tersebut dipengaruhi oleh

ketersediaan lahan untuk menambahkan fasilitas – fasilitas di sekitar telaga ngebel

akan tetapi dari informasi wawancara yang diperoleh hal tersebut akan di carikan

solusi salah satunya dengan melakukan MOU dengan perhutani dan bekerja sama

dengan masyarakat agar bisa menambahkan fasilitas dan mengembangkan objek

wisata Telaga Ngebel.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan penyajian data diatas, pada tahap Pembahasan ini akan

dilakukan dengan menyusun secara sistematis hasil penelitian dilapangan yang

telah dilakukan, Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bogdan dalam Sugiyono

(2008:88) yang menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh sehingga mudah untuk dipahami

orang lain. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif yang

bertujuan untuk menjelaskan, menggambarkan, menguraikan secara mendetail dan

sistematis tentang keadaan yang sebenarnya, yang kemudian akan di tarik suatu

kesimpulan dan pada akhirnya dapat menjawab masalah yang diangkat dalam

perumusan masalah. Berikut ini peneliti akan menjabarkan dan memaparkan

anilisis data yang sesuai dengan fokus penelitian seacara berurutan :

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

99

1. Strategi Pengembangan Pariwisata Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo

Menggunakan Perspektif Entrepreneurial Government dengan didasarkan

pada Lima Strategi Mewujudkan Pemerintahan Wirausaha.

Sesuai dengan asas desentralisasi yang menyatakan penyerahan

sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat ke pemerintaha daerah.

Dengan demikian prakarsa, wewenang, dan tanggung jawab mengenai urusan –

urusan yang diserahkan tadi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah. Tujuan adanya otonomi daerah adalah peningkatan pelayanan

masyarakat yang lebih baik, pengembangan kehidupan demokrasi., keadilan

nasional, pemerataan wilayah daerah , mendorong pemberdayaan masyarakat

daerah , dan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah. Sejalan dengan semangat otonomi daerah tersebut maka pemerintah

daerah diharapkan mampu memanfaatkan segala potensi baik sumberdaya alam

maupun sumberdaya manusia sebagai aset dalam meningkatkan ekonomi

daerah. Sejalan dengan pengharapan tersebut dibutuhkan sistem birokrasi

daerah yang lebih responsive. Antisipatif dan memiliki pembagian kerja yang

jauh lebih jelas, efektif dan efisien.

Dengan perkembangan paradigma administrasi publik maka terdapat

satu paradigma baru yang digagas oleh Osborne dan Gaebler ( 1992). Melalui

konsep Reinventing Government Osborne dan Gaebler mencoba memberikan

semangat kewirausahaan (Entrepreneurial spirit) pada sektor publik.

Reinventing Government menuntut organisasi pemerintahan untuk berusaha dan

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

100

bekerja keras dalam meningkatkan kefektifan birokrasi menjadi organisasi yang

produktif, mampu merespon perubahan dan melihat peluang, mampu

memaksimalkan pendayagunaan sumberdaya dan berwawasan ke depan dan

sistematik. Osborne dan Gaebler menganggap bahwa dengan adanya semangat

kewirausahaan yang melekat dalam organisasi pemerintah atau publik akan

mampu menjawab berbagai tantangan yang muncul dimasa mendatang.

Berkaitan dengan pemilihan pengembangan pariwisata dikarenakan

pariwisata merupakan salah satu jenis pemanfaatan sumberdaya yang erat

kaitannya dengan kegiatan dan peraturan – peraturan yang dibuat oleh

pemerintah. Dalam sektor pariwisata pemerintah mempunyai peran yang

berkaitan dengan otoritas dan pengaturan. Sebagai penyedia berbagai

infrastruktur yang berkaitan dengan kebutuhan pariwisata. Selain iu pariwisata

menurut Soemardjan (1977:58) merupakan salah satu sektor pembangunan yang

dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan dianggap sebagai suatu

aset strategis untuk mendukung dan mendorong pembangunan – pembangunan

pada wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata. Oleh karena itu untuk

membangun pariwisata yang berkualitas dibutuhkan ketersediaan dari

sumberdaya manusia, sumber dana yang memadai serta kebijakan dan

dukungan sarana prasarana dari pemerintah yang memprioritaskan bidang

pariwisata.

Seiring dengan pencapaian dan peran Pemerintah Kabupaten Ponorogo

dalam menggambarkan sektor pariwisata telaga ngebel maka pada penelitian ini

akan dijelaskan bentuk dan strategi pengembangan objek wisata telaga ngebel

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

101

dalam pandangan perspektif Entrepreneurial Government. Untuk memperoleh

gambaran yang jelas dalam langkah – langkah yang telah diambil oleh Pemerintah

Kabupaten Ponorogo dalam pengembangan pariwisata maka pada pembahasannya

akan dibagi berdasarkan lima strategi mewujudkan pemerintahan wirausaha

Osborne dan Plastrik. Sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan, pembahasan

tentang Bentuk dan Strategi Pengembangan Pariwisata Telaga Ngebel Ponorogo

dalam perspektif Entrepreneurial Government dibahas sebagai berikut:

a. Strategi Inti

Jika suatu organisasi tidak jelas tujuannya atau punya tujuan ganda dan

saling bertentangan, maka organisasi itu tidak akan bisa mencapai kinerja yang

tinggi. Menurut Osborne dan Plastrik (1997:45) Strategi inti menghapus,

memisahkan dan membersihkan fungsi-fungsi pemerintah yang tidak sesuai dan

tidak sejalan dengan tujuannya. Tujuan dari strategi inti adalah untuk membantu

setiap organisasi pemerintah untuk dapat memusatkan pada satu tujuan, dan

strategi inti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah untuk

mengarahkan dengan menciptakan strategi baru. Dengan kata lain, sebuah

organisasi publik akan mampu bekerja secara efektif jika ia mempunyai tujuan

yang spesifik.

Berdasarkan identifikasi strategi inti dalam pengembangan pariwisata

Telaga Ngebel ditinjau berdasarkan aspek kebijakan yang berkaitan dengan

pengembangan sektor pariwisata. Kebijakan pemerintah sangat penting karena

membantu proses pengembangan pariwisata dan dapat menentukan berhasil atau

tidaknya pengembangan sektor pariwisata khususnya di objek wisata telaga

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

102

ngebel. Berdasarkan penjelasan bapak Edy Darwanto bidang objek dan daya tarik

wisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga strategi yang pertama

adalah menambahkan fasilitas – fasilitas atau sarana prasarana pendukung objek

wisata telaga ngebel misalnya sarana bermain, wahana mainan dan perahu

speedboat. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Suwantoro

(1997:19) bahwa daya tarik wisata yang disebut juga objek wisata merupakan

potensi untuk mendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Sedangkan menurut UU no 9 tahun 1990 bab III Pasal IV tentang kepariwisataan

menjelasakan perbedaan antara objek dan daya tarik wisata adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud

dalam alam serta flora dan faunanya. Seperti : Pemandangan alam,

panorama indah, hutan rimba dengan pertumbuhan hutan tropis serta

binatang – binatang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan purbakala, seni budaya, pertanian, air, petualangan. Taman

rekreasi dan tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus. Seperti : Berburu, mendaki gunung, gua,

industry dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat –

tempat ibadah, tempat ziarah, dan lain – lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha

yang terkait dibidang tersebut.

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

103

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa objek dan daya tarik wisata yang

berwujud sumber daya alam, sejarah, maupun segala urusan yang berhubungan

dengan bidang pariwisata dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata,

dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata perlu dipertimbangkan hal – hal

yang berkaitan dengan usaha pengembangan tersebut. Kemudian hal tersebut

sesuai dengan Visi dan Misi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Ponorogo yaitu Terwujudnya Masyarakat Ponorogo Yang Berbudaya

Serta Terwujudnya Kabupaten Ponorogo Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Unggulan Di Jawa Timur.

Kebijakan Pemerintah untuk mengembangkan Objek wisata juga di

pengaruhi oleh anggaran pemerintah oleh sebab itu pemerintah juga bekerja sama

dengan pihak swasta untuk mengembangkan objek wisata disekitar Telaga

Ngebel. Selain bekerja sama dalam hal mengembangkan objek wisata Telaga

Ngebel kerjasama dengan pihak swasta juga menambahkan fasilitas – fasilitas

yang tersedia juga mengadakan event – event atau acara maupun membuat

fasilitas baru yang dibisa digunakan untuk oleh Pengunjung dan kemudian dengan

adanya fasilitas baru dan event – event pastinya akan menambah pengunjung di

objek wisata Telaga Ngebel dan akan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Ponorogo. Pada Pemerintahan wirausaha Osborne dan Gaebler

(1995:234-235) memang pemerintahan haruslah memfokuskan energinya tidak

saja untuk membelanjakan anggaran akan tetapi juga menghasilkan pendapatan

dengan melibatkan investasi dan partisipasi pihak swasta sehingga dapat

meringankan beban pembiayaan pemerintah. Namun investasi tersebut tetap harus

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

104

dalam pengawasan pemerintah sehingga tidak merusak tatanan lingkungan dan

tidak hanya membuat kaya sang investor akan tetapi juga harus memberdayakan

masyarakat di sekitar objek wisata.

Kemudian selain kedua hal tersebut berdasarkan data sekunder Pemerintah

juga membuat kebijakan City Branding yaitu “Ponorogo Ethinc Art Of Java”

sebagai tagline ini mempunyai arti atau makna bahwa Kabupaten Ponorogo

mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan kota lain yaitu khususnya dibidang

seni dan budaya. Dimana REYOG sudah menjadi ikon Ponorogo dan sudah

menjadi budaya nasional dan menjadi kebanggan tidak hanya masyarakat

Kabupaten Ponorogo akan tetapi juga Bangsa Indonesia. Dengan Branding

tersebut memang fokus pembangunan Kabupaten Ponorogo sudah diarahkan

menjadi kota seni dan budaya sehingga bisa membuat masyarkat atau wisatawan

berkunjung melihat pertunjukan seni dan budaya yang ada di kabupaten

Ponorogo.

b. Strategi Konsekuensi

Strategi konsekuensi merupakan hal penting kedua untuk melakukan

pembaruan pada organisasi pemerintah. Menurut Osborne dan Plastrik (1997:45)

Strategi Konsekuensi menerangkan bahwa terdapat konsekuensi yang diterapkan

kepada pegawai atas kinerja yang dihasilkan. Osborne dan Plastrik menjadikan

insentif sebagai alat untuk memotivasi pegawai agar menciptakan kinerja yang

unggul dan berdaya saing. Osborne dan Plastrik juga menambahkan bahwa

dongkrak perubahan dalam organisasi pemerintahan adalah dengan

memberlakukan sistem intensif kepada para pegawai.

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

105

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo

sebagai dinas yang bertugas untuk mengurusi persoalan pariwisata tentu memliki

posisi yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan sumberdaya manusia

di objek wisata telaga ngebel. Potensi wisata telaga ngebel tentu perlu

dimanfaatkan secara professional untuk kepentingan seluruh masyarakat disekitar

objek wisata telaga ngebel. Sesuai dengan penjelasan bapak Edy Darwanto seksi

objek dan daya tarik wisata Disbudparpora Kabupaten Ponorogo dalam upaya

membentuk sumberdaya manusia yang unggul maka Disbudparpora dalam

lingkup eksternal membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di Kecamatan

Ngebel sebagai lokasi potensi wisata objek wisata telaga ngebel.

Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) adalah wadah yang diciptakan untuk

pemberdayaan masyarakat disekitar objek wisata, sehingga masyarkat tidak hanya

menjadi penonton atas kegiatan pariwisata tetapi juga ikut terlibat dan

berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata dan mampu mengambil manfaat atas

kegiatan wisata yang berkembang disekitar mereka. Anggota pokdarwis mayoritas

merupakan masyarakat yang memiliki usaha atau bekerja dalam pelayanan

pariwisata dan hal yang terkait dengan perekonomian disekitar tempat wisata.

Selain dibuatnya Pokdarwis Disbudparpora juga melakukan pembinaan terhadap

pelaku wisata terutama kepada rumah makan, pendagang , pedagang kaki lima

dan perhotelan hal ini sesuai dengan langkah pemerintah untuk mendukung

berkembangnya kegiatan ekonomi di sekitar di objek wisata telaga ngebel.

Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo

memberikan pelatihan kepada setiap anggota pokdarwis agar mampu ikut serta

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

106

dalam proses pembangunan pariwisata. Pemberian pelatihan akan disesuaikan

dengan bidang usaha pariwisata yang ditekuni oleh masyarakat, seperti pelatihan

ojek wisata, pelatihan PKL ( Pedagang Kaki Lima) , pelatihan untuk pengrajin

cindera mata, pelatihan bagi seniman serta pelatihan dalam pengelolaan homestay

atau perhotelan. Pembinaan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun selain

pembinaan tersebut Disbudparpora juga melakukan monitoring atau pengawasan

terhadap PKL, hotel, dan rumah makan terutama soal kebersihan disekitar objek

wisata telaga ngebel.

Seperti yang di ungkapkan Bapak Edy Darwanto bahwa dalam

memberikan pelatihan - pelatihan dalam upaya mengembangkan kapasitas

sumberdaya manusia disekitar objek wisata biasanya Disbudparpora juga

bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi khusus untuk pengusaha hotel dan

juga PKL tujuannya adalah untuk mengembangkan dan mendongkrak sumberdaya

manusia disekitar objek wisata. Melalui Pokdarwis inilah Disbudparpora

menanamkan pemahaman terhadap masyarakat yang menjadi pelaku usaha wisata

bahwa ramai atau tidaknya kunjungan wisatawan ke tempat wisata yang mereka

kelola bergantung kepada kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada

pengunjung atau wisatawan. Selain pokdarwis Disbudparpora juga memberikan

pelatihan pemandu wisata dan biasanya melakukan study banding ke daerah luar

Kabupaten Ponorogo yang memiliki geografis yang hampir sama tujuannya

adalah agar pemandu wisata tau tata cara melayani para wisatawan dengan baik

bagaimana membuat pengunjung nyaman dan betah dan akhirnya mereka akan

berkunjung kembali.

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

107

Pemberdayaan dan pelatihan diberikan agar masyarakat disekitar objek

wisata telaga ngebel mampu menjadi tuan rumah atau pelayan yang baik terhadap

pengunjung atau wisatawan. Dengan kemampuan pengelolaan yang baik, maka

akan membantu masyarakat dalam mengatur dan mengembangkan usaha mereka

sehingga perkembangan di objek wisata telaga ngebel dapat di rasakan juga oleh

masayrakat sekitar. Dengan adanya pemberdayaan dan pelatihan kepada pelaku

wisata disekitar objek wisata telaga ngebel menurut penulis sesuai dengan

kebiasaan organisasi swasta. Dimana sumberdaya manusia yang bergerak

dibidang pelayanan biasanya diberikan pelatihan agar pegawai menjadi handal

karena service atau pelayanan adalah nilai jual bagi perusahaan. Hal ini juga

sesuai dengan Raharso (2008:5) bahwa industri pariwisata merupakan industri

hospitality, penilaian pariwisata bukan hanya dinilai dari produk fisiknya saja

akan tetapi juga pada aspek kenyamanan secara psikologis dan bagaimana

keramah – tamahan dalam memberikan pelayanan serta etika dan perilaku yang

baik kepada wisatawan.

c. Strategi Pelanggan

Strategi pelanggan merupakana bagian fundamental ketiga dalam

pembaruan organisasi pemerintah yang memusatkan perhatian pada akuntabilitas

kepada pelanggan menurut Osborne dan Plastrik (1997:46) . Osborne dan Plastrik

(1997:169) juga menekankan pentingnya organisasi pemerintah untuk

menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pembahasan

strategi pelangaan Osborne dan Plastrik dimaksudkan untuk membantu organisasi

pemerintahan memahami pertanggungjawaban kepada pelanggan sebagai daya

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

108

dorong pembaruan, dan untuk menghasilkan organisasi yang lebih inovatif dan

lebih entrepreneurial (Osborne dan Plastrik,1997:174).

Pengertian pelanggan dalam industri pariwisata adalah wisatawan atau

orang yang sedang melakukan wisata. Oleh sebab itu, menurut Raharso (2008:2)

faktor wisatawan tidak bisa diabaikan karena kepuasan wisatawan menjadi salah

satu tolak ukur dalam keberhasilan pengembangan pariwisata. Untuk itu

pemerintah perlu berkomitmen agar segala kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi,

supaya terjadi kesinambungan antara apa yang diinginkan wisatawan dengan apa

yang diberikan oleh organisasi. Seperti halnya dengan pendapat Spillane

(1991:29) yang menyatakan bahwa perjalanan wisata didasari oleh motif-motif

yang berbeda, untuk itu perlu sekiranya negara untuk menyediakan motif-motif

pariwisata tersebut. Seperti halnya yang di terangakan dalam temuan data

penelitian bahwa Pemerintah Kabupaten Ponorogo memiliki budaya REYOG

sebagai salah satu atraksi wisata yang menarik pengunjung untuk datang ke

Kabupaten Ponorogo. Apalagi di objek wisata telaga ngebel biasanya diadakan

event – event dan juga setiap sebulan sekali diadakan pertunjukan REYOG untuk

memberdayakan budaya lokal dan juga untuk menarik pengunjung untuk datang

ke objek wisata telaga ngebel.

Selain hal tersebut berdasarkan penjelasan salah satu wisatawan yang

berkujunung ke telaga ngebel yaitu Krisnia rima mengatakan bahwa Objek wisata

telaga ngebel sudah memenuhi kebutuhan setiap kalangan karena objek wisata

telaga ngebel cocok untuk kalangan muda, orangtua dan bahkan anak – anak.

Begitu juga keterangan dari Rosa Gasela teman dari Krisnia rima juga

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

109

mengatakan bahwa telaga ngebel sudah cukup bagus dan ada fasilitas yang cukup

memadai serta banyak rumah makan dan penginapan untuk para wisatawan yang

berkunjung.

Berdasarkan keterangan dan temuan data lapangan bahwa setiap

pemenuhan sarana dan prasarana pariwisata di objek wisata telaga ngebel masing

– masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Saat ini daerah objek wisata telaga

ngebel sudah memiliki keunggulan dalam kelengkapan sarana pariwisata seperti

jumlah penginapan yang banyak, rumah makan dan kelengkapan akan atraksi

wisata yang memang dibutuhkan oleh wisatawan. Sementara dalam pemenuhan

prasarana wisata terutama pada ketersediaan akses jalan yang memadai masih

memiliki kekurangan karena akses jalan menuju telaga ngebel masih banyak yang

rusak dan berlubang dan hal tersebut tentunya akan mengurangi niat wisatawan

untuk berkkunjung dan juga menggangu kenyamanan wisatawan yang berkunjung

ke objek wisata telaga ngebel.

Melalui konsep entrepreneurial government bahwa pemerintah memang

diharuskan untuk selalu menyiapkan sarana dan prasarana yang baik bagi

masyarakatnya. Kegiatan pemerintah digerakkan oleh kebutuhan masyarakat,

sehingga masyarakat bagi Osborne dan Plastrik diibaratkan sebagai pelanggan

yang harus dipenuhi tingkat kebutuhannya. Pelayanan masyarakat harus

berdasarkan pada kebutuhan riil, dalam arti apa yang diminta masyarakat. Oleh

karenanya instansi pemerintah harus responsif terhadap perubahan kebutuhan dan

selera konsumen (Osborne dan Gaebler, 1995:191). Osborne dan Plastrik

(1997:175) menjelaskan bahwa organisasi publik haruslah menempatkan

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

110

pelanggan sebagai pengarah, dan mampu untuk merespon keinginan pelanggan.

Sementara dalam strategi pelanggan Osborne dan Plastrik menekankan bahwa

membaca keinginan pelanggan adalah kunci keberhasilan.

d. Strategi Kontrol

Strategi yang mendorong pemimpin untuk lebih memberikan wewenang

kepada pejabat atau karyawan yang ada dibawahnya untuk mengambil keputusan,

menanggapi pelanggan dan memecahkan masalah itu merupakan strategi kontrol

menurut Osborne dan Plastrik (1997:48). Strategi kontrol kadang menggeser

kendali dari organisasi pemerintah ke organisasi atau ke kelompok masyarakat.

Pada strategi kontrol, eksekutif telah memberi tahu apa yang boleh dilakukan dan

apa yang tidak boleh dilakukan, dan kemudian mengecek apakah perintah atau

larangan tersebut dipatuhi (Osborne dan Plastrik, 1997:202). Osborne dan Plastrik

beranggapan bahwa dengan pendistribusian kewenangan diharapkan akan muncul

daya imajinasi, inisiatif serta kreativitas yang sangat bermanfaat bagi peningkatan

kualitas masing-masing personel maupun kemajuan organisasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka pembahasan strategi kontrol pada

strategi pengembangan objek wisata telaga ngebel di fokuskan pada distribusi

peran dan kewenangan masing – masing stakeholder yang terlibat dalam

pengembangan objek wisata telaga ngebel. Berdasarkan Peraturan Bupati

Ponorogo Nomor 63 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas

Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo,

Disbudparpora merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

111

Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang bertanggung jawab mengurus persoalan

kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga Kabupaten Ponorogo.

Terkait dengan distribusi kewenangan Ibu Farida Nuraini Bagian Promosi

Dan Pemasaran Pariwisata menjelaskan bahwa peran Disbudparpora adalah

sebagai fasilisator , pengawas, dan pemberi rekomendasi serta memberikan

promosi objek wisata telaga ngebel. Sedangkan untuk setiap pengelolalaan usaha

pariwisata, diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola atau pengembang.

Pihak swasta atau masyarkat berhak mengelola dan menjalankan secara teknis

usaha mereka akan tetapi harus sesuai dengan ketentuan dan aturan yang telah

dibuat oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten

Ponorogo.

Kemudian seperti yang dijelaskan oleh Bapak Edy Darwan seksi objek dan

daya tarik wisata Kabupaten Ponorogo bahwa Fungsi dan Tugas Disbudparpora

sudah sesuai yaitu memungut retribusi masuk objek wisata telaga ngebel yang

sesuai dengan PERDA yaitu dewasa Rp. 6000 dan anak – anak Rp. 3000 dan juga

pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta dalam mengembangkan usaha dan

objek wisata telaga ngebel dengan memberikan perizinan dan kebebasan dalam

mengelola dan mengembakan objek wisata yang penting sesuai dengan sapta

pesona wisata.

Berdasarkan temuan data yang dijelaskan diatas, bahwa Pemerintah

Kabupaten Ponorogo mendistribusikan kewenangannya kepada Disbudparpora

untuk merumuskan kebijakan, membina administrasi dan teknis, mengkoor-

dinasikan, mengendalikan, serta mengevaluasi penyelenggaraan program dan

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

112

kegiatan di bidang pariwisata dan kebudayaan. Kemudian Disbudparpora

menyerahkan sepenuhnya proses pelaksanaan pemberian layanan kepada pihak

pengelola, yakni masyarakat atau swasta. Kontrol pemerintah sebagai fasilitator

tentu akan memberikan ruang sepenuhnya kepada swasta dan masyarakat untuk

bekerja sesuai dengan ketentuan mereka, namun pemerintah sebelumnya juga

harus memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan pariwisata oleh

swasta atau masyarakat telah disesuaikan dengan kebijakan dan regulasi yang

telah ditetapkan.

Pendistribusian kewenangan kepada lini pelaksana seperti yang diterapkan

oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo akan membuat penyelesaian masalah cepat

terselesaikan karena ditangani oleh lembaga yang paling dekat dengan masalah.

Selain itu pengelolaan yang melibatkan peran serta masyarakat akan

memunculkan dampak preservasi atau rasa ikut memiliki terhadap objek yang

dimaksud. Mekanisme yang berjalan pada strategi kontrol membenarkan untuk

mendistribusikan kewenangan kepada lini pelaksana, karena akan lebih

mengifisiensikan organisasi. Dengan mendistribusikan kewenangan maka akan

tercipta komitmen untuk mewujudkan sasaran kerja yang telah ditetapkan oleh

organisasi (Osborne dan Plastrik, 1997:201-216).

e. Strategi Budaya

Strategi pelengkap setelah keempat strategi dilaksanakan oleh pemimpin

kemudian strategi budaya melengkapi. Perubahan yang telah diciptakan oleh

empat strategi utama akan tetap goyah sebelum menjadi budaya organisasi.

Budaya organisasi yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, apabila

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

113

kinerja organisasi rendah maka tujuan dan target yang telah di tetapkan tidak akan

tercapai (Osborne dan Plastrik,1997: 257) . Menurut Osborne dan Plastrik dengan

menetapkan visi dan misi yang jelas maka seseorang akan dapat melihat tentang

kejadian yang diinginkan dimasa depan sehingga akan lebih mudah untuk

mencapai tujuan.

Dalam menjaga kesinambungan strategi budaya dalam pengembangan

pariwisata ditelaga ngebel di dasarkan pada proses yang dijalankan oleh

Disbudparpora agar program yang telah dilakukan bisa terus berjalan.

Berdasarkan penjelasan Bapak Edy Darwanto bidang objek dan daya tarik wisata

bahwa pelaku pengelola objek wisata khususnya yang dikelola oleh Pemerintah

daerah selalu berkoordinasi dengan dinas pariwisata dan dinas pariwisata provinsi

Serta pengelola wisata serta penduduk sekitar selalu berkoordinasi dengan dinas

terkait dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Terkait langkah yang diambil dalam menjaga kesinambungan aparatur

pemerintah dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Ponorogo dan

Bagaimana cara cara pemerintah untuk menjaga komitmen dan kontinuitas

pengembangan pariwisata di objek wisata telaga ngebel bapak edy darwanto

mengatakan Untuk menjaga komitmen dan kontinuitas yang utama berkaitan

dengan Pemerintah daerah yang pertama adalah anggaran. Karena anggaran

pemerintah daerah sangat berhubungan untuk pengembangan objek wisata karena

pengembangan objek wisata banyak kebutuhan yang di perlukan untuk

pengembangan yang terutama yaitu infrastruktur dan sarana pendukung di

dalamnya. Wisatawan untuk menikmati objek wisata infrastruktur harus bagus

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

114

padahal infrastrukur diperlukan APBD yang besar untuk pelebaran jalan. Untuk

pengembangan objek wisata telaga ngebel tidak bisa di bebankan sepenuhnya

kepada dinas pariwisata karena banyak dinas terkait terutama dinas pekerjaan

umum dan karena ada telaga jadi ada dinas perikanan, dinas pertanian dan

indakop untuk memfasilitasi UKM , pedagang dan PKL untuk pelatihan dan juga

BAPEDDA dan juga bidang perekonomian sehingga untuk mengembangkan

objek wisata tidak hanya dinas pariwisata dan harus kerjasama sebagai satuan

kerja sama pemerintah daerah.

Dari penjelasan diatas maka upaya Disbudparpora tersebut dalam menjaga

kontuinitas dan kesinambungan kerja yang telah dilakukan harus bekerja sama

dengan dinas terkait lainnya agar menjaga dan bisa mengembangkan lagi sektor

pariwisata. Apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo

tersebut dalam rangka menjaga kontinuitas pengembangan pariwisata menurut

hemat penulis cukup menjadi bukti bahwa sistem kerja birokrasi Kabupaten

Ponorogo dapat diandalkan. Bagaimana pemerintah mampu menginisiasi

program, men-jalankannya hingga menjadikannya sebagai program yang dapat

berkesinambungan. Namun, sebenarnya inisiasi keputusan harus diambil dari

bawah, yaitu dari masyarakat, bukan hanya sebatas pada komitmen aparatur.

Karena aparatur pemerintah dalam Entrepreneurial Government memiliki

tanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat bukan pemimpin/atasan. Program

pendampingan kepada masyarakat, harus menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi

masyarakat, sehingga daya dukung terhadap program pemerintah yang diperoleh

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

115

dari masyarakat merupakan sebuah ciri keberhasilan dari keputusan yang dibuat

oleh pemerintah.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Mempengaruhi Jalannya

Pengembangan Pariwisata Objek Wisata Telaga Ngebel

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh di dalam pengembangan

pariwisata baik itu yang mendorong maupun yang menghambat terciptanya

keberhasilan pengembangan pariwisata itu sendiri. Kemunculan faktor

pendukung dan penghambat akan sangat berpengaruh pada kinerja

pengembangan potensi pariwisata di suatu daerah. Seiring berjalannya upaya

yang dilakukan Disbudparpora dalam perkembangan pariwisata maka terdapat

beberapa faktor yang muncul lebih dominan ketika pengembangan pariwisata

tersebut dilakukan. Pembahasan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan

penghambat jalannya pengembangan pariwisata di objek wisata telaga ngebel

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1) Lokasi wisata yang strategis dan adanya transportasi umum

Lokasi objek wisata telaga ngebel berada di kaki Gunung Wilis Ponorogo

atau tepatnya berada di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo sekitar

30km dari pusat Kecamatan Kota Ponorogo. Lokasi yang dekat dengan

pusat kota atau sekitar 45menit dengan kendaraan bemotor merupakan

salah satu faktor pendukung untuk berkembangnya pariwisata ditelaga

ngebel. Karena jarak yang lumayan dekat dan Telaga Ngebel merupakan

salah satu tempat wisata di Ponorogo yang bisa di akses dengan

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

116

Kendaraan Umum. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan

pengunjung saudara Akbar Telaga ngebel ini lokasinya cukup dekat dari

kota sehingga kita para pengunjung yang ingin datang kesini tidak terlalu

menghabiskan banyak waktu dan juga kendaraan transportasi kesini juga

ada Bis jadi apabila pengenjung dari luar kota dan tidak membawa

kendaraan pribadi mereka bisa ke sini. Hal tersebut menegaskan bahwa

kedua faktor tersebut menjadi faktor pendukung pengembangan

pariwisata di telaga ngebel.

2) Website Pemerintah yang Informatif

Setelah faktor lokasi dan adanya transportasi umum faktor

pendukung lainnya adalah upaya memberikan pelayanan terbaik melalui

website Pemerintah Daerah sangat di butuhkan oleh masyarakat guna

mendapatkan informasi yang resmi. Penginformasian lewat website akan

memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi karena lebih

cepat, lebih mudah, dan menjangkau seluruh keberadaan masyarakat.

Pelayanan bukan hanya untuk keperluan pelayanan publik masyarakat

setempat tetapi juga kepada masyarkat luar daerah, maupun masyarakat

internasional. Sehingga pelayanan informasi wisata melalui sarana

informasi website dibutuhkan untuk mempercepat proses pencarian

informasi oleh wisatawan. Hal tersebut tentunya memudahkan wisatawan

untuk mendapatkan informasi terbaru di Objek wisata telaga ngebel

sehingga bisa menambah keinginan pengunjung atau wisatawan untuk

datang ke Objek wisata telaga ngebel sehingga hal tersebut bisa di

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

117

kategorikan faktor pendukung berkembangnya pariwisata di telaga

ngebel.

b. Faktor Penghambat

1) Kurangnya Kesiapan Akses Jalan Menuju Iwisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan Kondisi jalan menuju objek wisata Telaga Ngebel saat

ini, beberapa pihak atau masyarkat menilai bahwa kondisi jalan ke Telaga

Ngebel sudah layak dan perlu untuk diperbaiki. Karena kondisi akses

jalan utama untuk menuju Telaga Ngebel sudah banyak yang rusak dan

perlu adanya perbaikan karena apabila dibiarkan akan berakibat terhadap

wisatawan karena jalan berlubang di tambah kondisi jalan yang berkelok

– kelok karena merupakan daerah pegunungan bisa mengakibatkan

kecelakaan belum lagi banyaknya kendaraan bermuatan yang lewat.

Akses jalan adalah faktor vital dari pengembangan pariwisata,

karena merupakan sarana yang yang dapat menghubungkan daerah wisata

atau objek wisata dengan keberadaan asal para wisatawan. Kemacetan

yang terjadi membuat mood wisatawan berkurang, sehingga menganggu

kenyamanan wisatawan dalam berwisata. Sesuai dengan pendapat Yoeti

(1985:186) yang berpendapat bahwa untuk dapat membuat wisatawan

betah untuk melakukan wisata maka pengembangan sarana dan prasarana

wisata harus dilaksanakan sebaik mungkin, karena jika dapat membuat

wisatawan betah maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak

akan berguna untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar

obyek wisata tersebut maupun bagi pemerintah daerah.

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

118

Kurang siapnya akses jalan menuju objek wisata telaga ngebel

tersebut cukup berpengaruh dan menjadi faktor penghambat wisatawan

yang akan berkunjung ke Telaga Ngebel. Berdasarkan temuan dan hasil

wawancara diatas, maka salah satu kendala pariwisa di Telaga Ngebel

adalah kurang siapnya akses jalan yang kemudian menghambat

wisatawan untuk segera sampai ke tempat tujuan dan bahkan

membatalkan kunjungannya karena hal tersebut. Namun Pemerintah

kabupaten Ponorogo masih berupaya untuk berkoordinasi dengan

Pemprov Jatim untuk menemukan solusi untuk hal tersebut.

2) Keterbatasnya Fasilitas Karena Kurangnya Lahan

Salah satu upaya pemerintah dalam menambahkan fasilitas atau

pengembangan lahan terkendala oleh keterbatasan ketersedian lahan

karena lahan disekitar telaga ngebel bukan milik Disbudparpora melainkan

milik perhutani dan masyarkat sekitar sehingga pengembangang dan

penambahan fasilitas urung dilakukan hal ini seperti yang di ungkapkan

Bapak Edy Darwanto bidang objek dan daya tarik wisata sebagai berikut

Ketersediaan fasilitas – fasilitas di objek telaga ngebel memang sangat

minim sekali karena geografis di telaga ngebel itu 75% milik perhutani

dan kedepannya akan melakukan MOU dengan perhutani dan

membicarakan masalah lahan untuk dipakai untuk menambah fasilitas. Hal

tersebut juga ditambahkan oleh Ibu farida Nuraini Bagian Promosi dan

Pemasaran sebagai berikut pihak pengelola dalam mengembangkan

Obyek Wisata Telaga Ngebel ini belum maksimal, sejauh ini belum

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

119

maksimal belum begitu maksimal karena ada beberapa hal. Pertama lahan

pengelolaan dari telaga ngebel itu tidak murni milik pemerintah tapi ada

lagi ada lahan dari desa, masyarakat dan perhutani. Beradasarkan dua

wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hal tersebut menjadi faktor

penghambat pengembangan pariwisata di objek wisata telaga ngebel dan

hal tersebut akan di carikan solusi salah satunya yaitu dengan melakukan

MOU dengan perhutani dan bekerja sama dengan masyarakat agar bisa

menambahkan fasilitas dan mengembangkan objek wisata Telaga Ngebel.

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

120

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan bentuk-bentuk strategi pengembangan pariwisata telaga ngebel

yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo sudah terdapat

kesesuaian dengan beberapa cakupan yang diterangkan dalam konsep

Entrepreneurial Government, dan tentu masih terdapat kekurangan karena

pembangunan tidak terlepas dari pihak yang pro dan kontra. Kesesuaian hal-hal

tersebut dapat ditinjau pada hasil berikut:

a. Strategi inti, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ciri kebijakan

pemerintah akan memberikan corak tersendiri terhadap pola pembangunan

di suatu wilayah. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang terfokus

pada pembangunan pariwisata dan pemberian kemudahan investasi seperti

yang di ungkapkan oleh bapak edy darwanto seksi daya tarik objek wisata

sehingga hal tersebut memberikan dampak signifikan terhadap

pembangunan di objek wisata telaga ngebel.

b. Strategi konsekuensi, melihat kondisi objek wisata telaga ngebel sekarang

ini, maka Pemerintah Kabupaten Ponorogo harus seimbang dalam

melakukan pembangunan, yaitu tidak hanya pembangunan fisik, tetapi juga

pada tatanan pembangunan sumberdaya manusia agar pembangunan di

objek wisata telaga ngebel bisa seimbang dan lebih maju lagi.

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

121

c. Strategi pelanggan, mendasarkan pengembangan pariwisata terhadap

keinginan wisatawan, maka Pemerintah Kabupaten Ponorogo berkeinginan

untuk terus bisa mengikuti trend wisata yang sedang berkembang, sehingga

pariwisata telaga ngebel tetap diminati dan tidak ditinggalkan oleh

wisatawan. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Ponorogo berniat

menambah fasilitas – fasilitas baru untuk menarik minat pelanggan untuk

datang ke objek wisata telaga ngebel.

d. Strategi kontrol, Pemerintah Kabupaten Ponorogo memberikan kelonggaran

kepada pihak non-pemerintah, masyarakat atau pihak swasta dalam

mengambil peran pada pengembangan pariwisata. Dengan mekanisme

kerjasama seperti ini, maka kontrol pemerintah harus kuat agar tidak mudah

disetir oleh sektor swasta. Namun dengan cara demikian, akan memberikan

ruang sepenuhnya kepada swasta atau masyarakat sebagai pengelola untuk

berinovasi, dan berkreasi untuk bekerja sesuai dengan ketentuan mereka

karena sifat dari usaha mereka adalah untuk mendapatkan profit. Hal

tersebut sangat bagus karena dengan keleluasaan pemerintah kepada swasta

dapat membuat swasta berkembang dan membuat inovasi baru untuk

mengembangkan objek wisata telaga ngebel, asalkan masih sesuai dengan

batasan – batasan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Ponorogo.

e. Dan pada strategi budaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan

menggunakan proses partisipasi dalam merumuskan visi maka diperoleh

pemahaman dan komitmen bersama dari setiap aparatur untuk mencapai

tujuan dari visi tersebut sehingga kesinambungan antar aparatur tetap terjaga

Page 137: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

122

dan dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga bekerjsama dengan

dinas lain yang terkait dengan pariwisata agar bersama – sama memajukan

pariwisata khususnya di objek wisata telaga ngebel.

2. Faktor Pendukung dari keterlaksanaan pengembangan objek wisata telaga

ngebel adalah lokasi wisata dan pesona alamnya, lokasi objek wisata telaga

ngebel yang berada di kaki Gunung Wilis Ponorogo dan berada di

kecamatan Ngebel yang berjarak sekitar 30km dari kecamatan Kota

Ponorogo merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya objek

wisata telaga ngebel dan juga karena objek wisata telaga ngebel merupakan

salah satu tempat wisata di Ponorogo yang bisa diakses menggunakan

kendaraan umum. Sehingga apabila ada pengunjung dari luar kota yang

tidak memiliki kendaraan pribadi bisa naik bus untuk menuju objek wisata

telaga ngebel selain hal tersebut hal lain yang mendukung berkembangnya

objek wisata telaga ngebel adalah peran pemerintah dalam membuat website

yang informatif tentang pariwisata di Kabupaten Ponorogo khususnya di

objek wisata telaga ngebel karena dengan adanya website yang informatif

memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi tentang pariwisata.

Karena dengan adanya website semua masyarkat bisa mengetahui hal baru

apa saja yang ada di objek wisata telaga ngebel dan hal tersebut bisa di

akses oleh semua masyarakat.

3. Faktor penghambat dalam pengembangan objek wisata telaga ngebel adalah

kurangnya kesiapan akses jalan menuju lokasi wisata telaga ngebel karena

bahwa kondisi jalan menuju objek wisata telaga ngebel sudah perlu

Page 138: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

123

dilakukan perbaikan karena kondisi akses jalan utama sangat banyak dilalui

kendaraan dan sudah banyak yang rusak dan apabila dibiarkan akan

semakin parah dan bisa berbahaya untuk para wisatawan karena jalan yang

berlubang ditambah lagi kondisi jalan yang berkelok – kelok karena objek

telaga ngebel berada di daerah pegunungan. Akses jalan merupakan fakor

vital karena merupakan sarana yang dapat menghubungkan daerah wisata

atau objek wisata dengan keberadaan asal para wisatawan. Selain hal

tersebut hal lain yang mengahambat pengembangan pariwisata di objek

telaga ngebel adalah keterbatasan fasilitas karena kurangnya lahan. Salah

satu upaya pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam menambahkan fasilitas

atau sarana diobjek wisata telaga ngebel terbentur oleh ketersediaan lahan

karena lahan yang ada atau yang ingin dikembangkan adalah tanah milik

masyarakat maupun tanah milik perhutani sehingga Dinas kebudayaan

pariwisata pemuda dan olahraga tidak bisa mengembangkan fasilitas begitu

saja dan harus melakukan pembicaraan dengan pihak – pihak terkait dan

apabila harus membeli tanah dari masyarakat hambatan kedua adalah

terbatasanya anggaran dari pemerintah Kabupaten Ponorogo.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan – kesimpulan terkait penelitan strategi

pengembangan sektor pariwisata telaga ngebel sebagai upaya peningkatan

pendapatan asli daerah yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata

Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Ponorogo maka peneliti mengemukakan saran

– saran sebagai berikut :

Page 139: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

124

1. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupaten

Ponorogo harus mampu membaca peluang dan mampu mengelola

objek wisata telaga ngebel. Selain itu sarana dan prasarana seperti

aksesbilitas dan juga akomodasi harus senantiasa di tingkatkan.

2. Peningkatan promosi dan pemasaran harus terus dilakukan untuk lebih

memperkenalkan objek wisata telaga ngebel sebagai salah satu wisata

unggulan di Kabupaten Ponorogo.

3. Lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah Kabupaten

Ponorogo dengan swasta dan masyarkat sehingga dengan adanya

kerjasama yang baik nantinya diharapkan pengembangan pariwisata

yang dilakukan tidak hanya mensejahterakan masyarakat akan tetapi

juga untuk saling menjaga lingkungan di objek wisata telaga ngebel.

4. Pengembangan pariwisata di objek wisata telaga ngebel jangan sampai

mengabaikan faktor lingkungan. Jadi tidak hanya berkembang seacara

ekonomi tetapi juga tetap terjaga kelestarian alamnya.

5. Pemerintah Kabupaten Ponorogo harus membuat regulasi dan kontrol

yang baik agar besarnya andil swasta dalam pengembangan pariwisata

di objek wisata telaga ngebel tidak merugikan kepentingan bersama,

yaitu terutama kepentingan masyarakat, pemerintah, dan swasta itu

sendiri.

6. Privatisasi pariwisata dengan memberikan aset lahan kepada swasta

sebagai developer dan pengelola objek wisata sebelumnya harus

disetuji oleh warga disekitar lokasi pembangunan, pemerintah tidak

Page 140: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

125

boleh menganbil keputusan secara sepihak, dan harus menghormati

keputusan warga.

7. Pemerintah Kabupaten Ponorogo harus segera memperbaiki akses

jalan menuju objek wisata telaga ngebel agar membuat pengunjung

merasa nyaman dalam perjalanan dan akan berkunjung lagi ke objek

wisata telaga ngebel.

8. Para pelaku usaha wisata dan pemerintah harus terus menerus untuk

mencari terobosan dan inisiatif baru agar pariwisata yang telah

dikembangkan tetap mampu bersaing dalam kondisi yang serba

kompetisi seperti sekarang ini.

9. Perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia pariwisata

yang memadai dengan meningkatkan ketrampilan dengan mengikuti

pelatihan.

10. Lebih sering melakukan event – event di sekitar objek wisata telaga

ngebel sehingga bisa menarik minat pengunjung untuk datang ke objek

wisata telaga ngebel.

11. Segera melakukan MOU dengan dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan

Umum dan Perhutani agar bisa segera menambahkan fasilitas yang ada

agar tidak terbentur hak kepemilikan.

12. Menambahkan petugas – petugas kebersihan dan menambahkan

tempat – tempat sampah di lokasi wisata agar tetap menjaga

kebersihan dan kelestarian alam disekitar objek wisata telaga ngebel.

Page 141: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

126

Page 142: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Fauzia. 2012. Tinjauan Tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Pengembangan Kepariwisataan. Laporan Akhir: Badan Penilitian dan Pengembangan Kepariwisataan Sumatra Utara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

David Fred R, 2006. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat

Djajadiningrat, S.T. 2005. Sustainable Future: Menggagas Warisan Peradaban Bagi Anak Cucu. Jakarta: ICSD

Faisal, Sanapiah. 1988. Ilmu-Ilmu Sosial Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fikri, Hanik M. 2013. Pengelolaan Berkelanjutan Wisata Alam Air Panas Cangar. Tesis pada Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang: Dipublikasikan.

Gunn, C.A 1994. Tourism Planning. Washington: Taylor and Francis.

Indradi, Sjamsiar S. 2009. Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik. Malang: Indonesia Print Malang.

Jogiyanto, 2005. Sistem Informasi Strategik Untuk Keunggulan Kompetitif.

Yogyakarta : Andi Offset

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategi Administrasi Publik Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.

Kuntjoro, dorodatun. 1989 . Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. Jakarta : LP3ES

Kirovska, Zanina. 2011. Strategic management within the tourism and the world globalization. UTMS Journal of Economics 2 (1): 69–76.

Lupiyoadi, R. dan H. Bakir, 1992. Disain struktur yang mendukung kewirausahaan organisasi. Man dan Usaha, Ind 07

Marpaung, Happy. 2000. Pengantar Pariwisata. Bandung: Penerbit Alfabeta

Page 143: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

Mardiasmo, 2002, Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Artikel, Yogyakarta.

Miles, Matthew B Dan Huberman, Maichael A. 2013. Qualitative Data Analysis. United States of America. Sage Publications.

Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rosda.

Muhammad, Fadel. 2008. Reinventing Local Government: Pengalaman Dari Daerah. Jakarta: Kompas Gramedia

Niode, Y Idris. 2012. Pengaruh Kompensasi terhadap Implementasi Entrepreneurial Government dan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah(Studi pada Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo). Jurnal Ekonomi Unhas, 10(4): 832-841

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta: Gramedia Jakarta

Osborne, D., dan Gaebler, T. 1992. Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit Is Transforming The Public Sector. Diterjemahkan oleh Abdul Rosyid, ed.2. Jakarta: PPM

Osborne, D., dan Plastrik. P. 1997. Banishing Bereaucracy: The Fife Strategies For Reinventing Government. Diterjemahkan oleh Abdul Rosyid. Jakarta: PPM

Pitana, I Gede., dan Diarta, S Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Raharso, Sri. 2008. “Kepuasan dan Loyalitas di Industri Pariwisata”, diakses pada tanggal 7 Juni 2015 dari https://sriraharso.wordpress.com/kepuasan-dan-loyalitas-di-industri-pariwisata/

Rosidi, Abidarin dan Fajriani, Anggraini. 2013. Reinventing Goverment. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Singarimbun, Masri., dan Sofian, Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Siagian, P Sondang . 2014. Administrasi Pembangunan . Jakarta : Bumi Aksara

Syafiie, et all. 1993. Pengantar Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Bumi Aksara

Syafiie, inu kencana. 2013. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta: Bumi akasara

Page 144: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan

Spillane, J James. 1991. Ekonomi Pariwisata. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publishing

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tohopi, Rustam. 2012. Governance Entrepreneurial (Increasing Revenue Agency In Original Financial District Province gorontalo). Artikel, Univesitas Negeri Gorontalo

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. “Tentang Pemerintahan Daerah”, diakses tanggal 1 Maret 2015 dari http://www.dpr.go.id/dokjdih/uu/uu2004/ UU_2004_32.pdf

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009. “Tentang Kepariwisataan”, diakses tanggal 5 Maret 2014 dari http://www.dpr.go.id/dokjdih/uu/uu2009/UU _2009_10.pdf

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. “Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah”, diakses tanggal 1 Maret 2015 dari http://www.dpr.go.id/dokjdih/uu/uu2004/UU_2004_33.pdf

Unga, Kartini. La Ode. 2011. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda. Tesis pada Program Megister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Universitas Hasanuddin, Makasar: Dipublikasikan

Wahab, Abdul Solichin. 2010. Analisis Kebijakan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Wilopo. 2006. “Institusionalisasi Kewirausahaan Dalam Birokrasi Pemerintah Daerah”, diakses pada tanggal 4 Mei 2014 dari http://semiloka-wirausaha.blogspot.com

Website Resmi Kabupaten Ponorogo http://ponorogo.go.id

Website Resmi Dinas pariwisata Kabupaten Ponorogo http://pariwisata.ponorogo.go.id

Website Info seputar Ponorogo http://www.setenpo.com

Website Resmi Radar Madiun http://www.radarmadiun.co.id

Yoeti, Okta A. 2005. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa

Page 145: STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ...repository.ub.ac.id/1788/1/Deddy Hasan.pdfv RINGKASAN Deddy Hasan, 2017, Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan