strategi peningkatan kinerja keuangan bank...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ekonomi (ME) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Diajukan Oleh
Rini Puspitasari NIM: 21150850100026
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ekonomi (ME) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Diajukan Oleh
Rini Puspitasari
NIM: 21150850100026
Dosen Pembimbing
DR. Hamzah, Dipl.Inf.,S.Kom,MM
Ketua Program Studi
Dr.Herni Ali, HT, SE.,MM
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS
Hari ini, Senin 25 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:
1. Nama : Rini Puspitasari
2. No. Induk Mahasiswa : 21150850100026
3. Jurusan : Magister Perbankan Syariah
4. Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah Di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juni 2018
1. Dr. Herni Ali HT, SE, MM (…………………..) NIDN. 04221255902 Ketua
2. Ade Suherlan, SE, MM, MBA (…………………..) NIP. 198005252009121001 Sekretaris
3. Dr.Hamzah,Dipl.Inf.,S.Kom,MM
4. Dr. M.Arief Mufraini,Lc,M.Si NIP. 197701222003121001
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Jakarta, 25 Juni 2018
Rini Puspitasari NIM. 21150850100026
iii
ABSTRAK
Setiap perbankan mempunyai tujuan yang sama baik jangka pendek maupun jangka panjang yaitu untuk memaksimumkan dan meningkatkan keuntungan. Kinerja bank merupakan hal yang sangat penting pada bisnis perbankan untuk menunjukkan kredibilitasnya agar mendorong masyarakat menggunakan jasa bank tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor internal (FDR, CAR, BOPO, NPF) dan eksternal (Inflasi dan BI Rate) terhadap profitabilitas (ROA) serta menentukan strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder berupa data kinerja keuangan syariah BUS sebagai faktor internal diperoleh dari Annual Report (AR) 12 Bank Umum Syariah di Indonesia berasal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2013-2017 dan data ekonomi makro Indonesia selama periode tahun 2013-2017, sedangkan data primer yang diperoleh dari hasil justifikasi pakar perbankan syariah (purposive sampling), dengan beberapa kriteria yang telah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis mapping, analisis regresi data panel dan metode analytical hierarchy process (AHP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Bank BTPN Syariah memiliki kinerja yang sangat baik sedangkan kinerja yang paling buruk adalah bank Muamlat Indonesia, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, 2) NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Adapun strategi yang menjadi prioritas untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah adalah unggul dalam pelayanan nasabah dengan faktor penentunya adalah kepercayaan dan direksi.
Kata Kunci : kinerja keuangan, inflasi, BI Rate, profitabilitas, bank umum syariah,strategi bank umum syaria
iv
ABSTRACT
Every banking has the same goal both short and long term that is to maximize and increase profits. Banking performance is very important in the banking business to show its credibility to encourage people to use the services of these banks. The purpose of this research is to know the influence of internal factors (FDR, CAR, BOPO, NPF) and external (Inflation and BI Rate) on profitability (ROA) and to determine strategy to improve financial performance of Sharia Commercial Bank in Indonesia. This research uses primary data and secondary data. Secondary data in the form of BUS sharia financial performance data as internal factor obtained from Annual Report (AR) 12 Sharia Commercial Bank in Indonesia comes from the Financial Services Authority (OJK) in 2013-2017 and Indonesia macroeconomic data during the period of 2013-2017, while the data primer obtained from the results of syariah banking expert justification (purposive sampling), with several criteria that have been. Data analysis techniques used in this research are qualitative descriptive analysis, mapping analysis, panel data regression analysis and analytical hierarchy process (AHP) method. The results of this study indicate that: BTPN Syariah Bank has a very good performance while the worst performance is the Bank Muamlat Indonesia, BOPO have a significant negative effect on ROA, 2) NPF has a significant negative effect on ROA. The priority strategy to improve the performance of Islamic banking is superior in customer service with the determining factor is trust and directors.
Keywords: financial performance, inflation, BI Rate, profitability, sharia commercial bank, sharia bank strategy
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Rini Puspitasari
Tempat, tanggal lahir : Jakarta , 11 Agustus 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Kawin
HP : 0813 1155 1994
Alamat : Jalan Kampung Baru 2 No 14,
Ulujami, pesanggrahaan, Jak-sel
.
PENDIDIKAN FORMAL
1998-2004 SDN Ulujami 06 Pagi
2004-2007 SMPN 267 Jakarta
2007-2010 SMA Muhammadiyah 18 Jakarta
2011-2015 Jurusan Manajemen , Program Studi Ekonomi dan
Bisnis Syariah UIN Jakarta.
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah Khaidir
Ibu Nurhayati
Adik Muhammad Ridwan Fadhillah
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini dibuat dalam rangka
memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Ekonomi (ME) pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Perbankan Syariah Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul Tesis ini adalah “Strategi
Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia”.
Didalam menyelesaikan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik
berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyelesaian penelitian Tesis ini diantaranya yaitu:
1. Orang tua tercinta Alm. Khaidir dan Nurhayati yang telah mendidik
dengan penuh rasa kasih sayang dan senantiasa memberikan semangat,
biaya dan dorongan kepada penulis.
2. Sahabat penulis Rahmat Abdillah, Rizky Arisandi, Farah Azizah, Dita
Nur Amanda, dan Bahrudin Alamsyah yang selalu memberikan semangat
dan terus bersabar baik secara moril dan materil kepada penulis dalam
menyelesaikan Tesis ini.
3. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.
Dede Rosada, MA, atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
vii
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si, atas
kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Program Studi Ekonomi Perbankan Syariah Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE, MM, selaku Ketua Program Studi Magister
Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Bapak Ade Suherlan, SE, MM, MBA selaku Wakil Ketua Program Studi
Magister Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Ibu Dr.Hamzah,Dipl.Inf.,S.Kom,MM selaku Pembimbing Utama penulis
yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian
memberikan dorongan, bimbingan dan juga saran kepada penulis dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
8. Dr. M.Arief Mufraini,Lc,M.Si selaku dosen penguji yang telah
membimbing dan mengarahkan serta motivasi dalam memperbaiki
penulisan tesis ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Kakak- kakak penulis yang dengan kesabaran dan pengertiannya serta
memberikan doa dan semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan
Tesis ini.
10. Adik tercintaku Muhammad Ridwan Fadhillah yang selalu memberikan
kesabaran dan pengertian serta do’a kepada penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
viii
11. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ekonomi Perbankan Syariah
(MPS 2016) yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
penulisan tesis ini.
12. Semua rekan- rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ekonomi
Perbankan Syariah yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
selalu memberikan motivasi dan selalu menyemangati penulis dalam
proses peyelesaian Tesis ini.
13. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat dan penulis
juga mengucapkan permintaan maaf yang tulus jika seandainya dalam
penulisan Tesis ini terdapat kesalahan dan kekurangan serta kekeliruan.
Penulis juga menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan penulisan Tesis.
Jakarta, 25 Juni, 2018
Penulis, ,
Rini Puspitasari
ix
DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................................... iv
ABSTRACT .........................................................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... x
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 10
D. Batasan Masalah ................................................................................................. 11
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 11
BAB II ............................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 13
A. Landasan Teoritis ............................................................................................... 13
1. Teori Perusahaan (Entity Theory) ..................................................................... 13
2. Commercial Loan Theory ....................................................................................... 15
3. Manajemen Strategi .......................................................................................... 16
4. Proses Perencanaan Strategi .............................................................................. 18
5. Kinerja Perbankan syariah ............................................................................... 20
6. Profitabilitas ...................................................................................................... 21
7. Likuiditas .......................................................................................................... 23
8. Efisiensi............................................................................................................. 26
9. Permodalan ....................................................................................................... 27
10. Non Performing Financing ........................................................................... 30
11. Inflasi ............................................................................................................ 31
12. BI Rate .......................................................................................................... 33
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 35
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 48
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 49
x
1. Pengaruh Likuiditas (Financing to Deposit to Ratio) terhadap Profitabilitas (ROA). ...................................................................................................................... 49
2. Pengaruh Permodalan (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) ........................... 52
3. Pengaruh Efisiensi (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA) .............................. 54
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas (ROA) .... 55
5. Pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA) ................................................ 56
6. Pengaruh BI rate terhadap profitabilitas (ROA) ............................................... 58
BAB III ............................................................................................................................ 60
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 60
A. Waktu Penelitian ................................................................................................. 60
B. Disain Penelitian .................................................................................................. 60
C. Data yang Diperlukan dan Sumbernya ................................................................. 61
D. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi ....................................................... 61
E. Teknik Pengambilan Contoh ............................................................................. 61
F. Operasional Variabel .......................................................................................... 63
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 64
1. Pemilihan Model ............................................................................................... 65
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 66
3. Uji Hipotesis Statistik ....................................................................................... 67
H. Model Analisis Data Panel ............................................................................. 71
1. Common Effect .................................................................................................. 72
2. Fixed Effect ....................................................................................................... 73
3. Random Effect .................................................................................................. 74
I. Analytical Hierarchy Process AHP ..................................................................... 74
J. Penentuan Hirarki ................................................................................................. 83
BAB IV ............................................................................................................................. 85
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 85
A. Analisis Deskriptif ............................................................................................... 85
B. Peta Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia ........................... 86
1. ROA ( Return On Asset) ................................................................................... 87
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................................................... 89
3. Biaya Operasional (BOPO) ............................................................................... 90
xi
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) ........................................................................ 92
5. Non Performing Financing (NPF) .................................................................... 93
C. Determinasi Kinerja keuangan BUS ................................................................. 95
1. Uji Linearitas .................................................................................................... 95
2. Uji Chow ........................................................................................................... 95
3. Uji Hausmen ..................................................................................................... 96
4. Uji Lagrange multiplier ..................................................................................... 97
5. Analisis Model Regresi Panel Data .................................................................. 97
6. Uji Hipotesis Secara Simultan .......................................................................... 99
7. Uji Hipotesis Secara Parsial .............................................................................. 99
8. Koefisien Determinasi..................................................................................... 104
E. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ...................... 105
F. Implikasi Manajerial ........................................................................................ 108
BAB V ............................................................................................................................ 112
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 112
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 112
B. Saran ................................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 117
LAMPIRAN .................................................................................................................... 120
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan dan lembaga keuangan lainnya sangat dinamis karena
perubahan perekonomian suatu negara berpengaruh terhadap lembaga keuangan
di negara tersebut. Perkembangan lembaga keuangan di Indonesia tumbuh cukup
baik, baik lembaga keuangan konvensional maupun syariah. Perbankan menjadi
lembaga paling besar dan menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi
nasional. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegitan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/PBI/2007). Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Pada prinsipnya, bank syariah adalah sama dengan perbankan
konvensional, yaitu sebagai intermediasi yang menerima dana dari orang-orang
yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan menyalurkan kepada
pihak yang membutuhkan (dalam bentuk produk pelemparan dana), sehingga
produk-produk yang disediakan oleh bank-bank konvensional baik itu produk
penghimpunan dana (funding) maupun produk pembiayaan (financing) pada
dasarnya dapat pula diadakan oleh bank syariah.
Salah satu prinsip utama bank dalam perbankan syariah adalah prinsip
bagi hasil yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional.
1
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi
masyarakat dan bank , serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi,
investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam transaksi.
Market share perbankan syariah di Indonesia saat ini baru berkisar 5,4%
dibandingkan dengan total aset bank secara nasional (Otoritas Jasa Keuangan, 2017).
Jumlah nasabah bank syariah saat ini masih dibawah 10 juta orang sehingga
potensi peningkatan nasabah perbankan syariah masih sangat besar karna jumlah
usia produktif di Indonesia terus bertambah. Sebagai negara dengan penduduk
muslim terbesar (Sensus, 2010), tentu menjadi potensi besar bagi perkembangan
perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan total asset Bank Umum Syariah
dari tahun 2012-Okt 2017 terus meningkat. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun
2017, terhitung Oktober 2017 dicatat peningkatan sebesar 72,686 triliun. Total
beban dan total pendapatan Bank Umum Syariah tahun 2012-Okt 2017 fluktuatif.
Total DPK tahun 2012-2014 fluktuatif, sedangkan mengalami peningkatan
signifikan tahun 2015-2017 sebesar 58,062 triliun (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Statistik Bank Umum Syariah
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Oct-17 Total Aset 195,017 242,276 249,560 270,735 324,034 396,720 Total Pendapatan 17,734 27,207 20,634 22,645 26,729 17,692 Total Beban 14,312 22,843 15,543 18,653 25,391 16,175 Total DPK 147,000 183,500 170,723 171,895 206,407 229,957
Sumber: Data Otoritas Jasa Keuangan (triliun)
2
Sampai dengan bulan Oktober 2017 tercatat terdapat 13 bank umum
syariah (BUS), 21 unit usaha syariah (UUS), dan 167 bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS). Total jaringan keseluruhan BUS, UUS dan BPRS 2.633 kantor
yang tersebar di hampir diseluruh wilayah Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2017).
Total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) mencapai 396
triliun rupiah (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Akselerasi pertumbuhan perbankan
syariah jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan nasional berhasil
meningkatkan porsi perbankan syariah dalam perbankan nasional menjadi 5%.
Jika tren pertumbuhan yang tinggi pada industri perbankan syariah terus dapat
dipertahankan, maka porsi perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 15%-
20% dalam kurun waktu 10 tahun kedepan.
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga bisa terlihat dari data
statistik Badan Otoritas Jasa keuangan, tercatat bahwa dari tahun 2012 hingga
tahun 2017 total aset dan DPK komulatif bank umum syariah dan unit usaha
syariah di Indonesia selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Pendapatan
bank umum syariah dan unit usaha syariah juga selalu bergerak positif dari tahun
2012 sampai 2017.
Tabel 1.2 Jumlah Bank Syariah di Indonesia
Indikator 2012 2013 2014 2015
2016
Okt 2017
Bank Umum Syariah (BUS)
Jumlah Bank 11 11 12 12 13 13 Jumlah Kantor 1.745 1.998 2.163 1990 1869 1837 Unit Usaha Suariah (UUS)
Jumlah Bank 24 23 22 22 21 21 Jumlah Kantor 517 590 320 311 332 340 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
3
Jumlah Bank 158 163 163 163 166 167 Jumlah Kantor 401 402 439 446 453 445 Total Kantor 2.663 2.990 2.922 2.747 2.654 2.622 Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, terlihat bahwa pertumbuhan perbankan
syariah semakin meningkat tiap tahunnya.Meningkatnya eksistensi bank syariah
di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan
dananya di bank syariah dan mulai berkembang menjadi sebuah tren. Tren
tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi
deposan mengingat nisabah bagi hasil dan margin produk tersebut masih
kompetitif dibandingkan dengan bunga pada bank konvensional.
Tabel 1.3 Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional
Rasio 2013 2014 2015 2016 Okt-2017 ROA 3,8 2,85 2,32 2,23 2,49 CAR 16,36 18,01 19,00 21,19 21,68 LDR 89,70 89.42 92,11 90,70 88,68 BOPO 74,06 76,29 81,49 82,22 78,79 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Tabel 1.4 Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Rasio 2013 2014 2015 2016 Okt-2017
ROA 0,20 0,41 0,49 0,63 0,70 CAR 14,42 15,74 15,02 16,63 16,14 FDR 100,32 86,66 88,03 85,99 80,94 BOPO 78,21 96,97 97,01 96,22 94,16 NPF 2.62 4.95 4.84 4.42 4.47 INFLASI 8.38 8.36 3.35 3.02 3.61 BI RATE 7.50 7.75 7.50 6.50 6.50 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
4
Menurut Basher (2002), menjelaskan bahwa inflasi mempunyai pengaruh
yang negatif terhadap profitabilitas bank syariah. Namun, dilihat pada Tabel 1.4
terdapat data gap yang tidak sesuai dengan teori yang ada, terkait pada pengaruh
kondisi makro ekonomi terhadap ROA. Kenaikan tingkat inflasi justru diikuti pula
dengan kenaikan ROA. Pada tahun 2016 ke okt 2017 ketika tingkat inflasi naik
dari 3,02% menjadi 3,61%, ternyata diikuti dengan nilai ROA yang juga naik dari
0.63% menjadi 0,70%.
Pada tahun 2016 ke okt 2017 rasio CAR mengalami penurunan dari
16.63% menjadi 63,14%, namun ROA mengalami kenaikan dari 0.63% menjadi
0,70%. Hal ini bersimpangan dengan teori yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap ROA. Menurut teori, FDR berpengaruh positif
terhadap ROA. Namun pada data yang diperoleh terdapat penyimpangan yang
terjadi pada tahun 2012 sampai Okt-2017. Dimana penurunan rasio FDR diikuti
oleh kenaikan ROA. Fenomena lain yang terjadi adalah kenaikan NPF yang
berpengaruh positif terhadap ROA. Pada tahun 2013 ke 2014, kenaikan NPF dari
2,62% menjadi 4,95% berpengaruh positif terhadap ROA yang juga naik dari
0,20% menjadi 0,41%. Begitu juga pada tahun 2016 ke 2017, dimana kenaikan
NPF diikuti dengan kenaikan ROA. Menurut teori hubungan antara NPF dan
ROA adalah negatif. Data gap selanjutnya adalah rasio BOPO pada tahun 2013 ke
2014, dan pada tahun 2014 ke 2015, disaat BOPO naik diikuti juga dengan
kenaikan ROA. Menurut teori hubungan antara BOPO dengan ROA adalah
negatif.
5
Dari beberapa fenomena gap yang telah disebutkan, dapat disimpulkan
bahwa tidak setiap kejadian empiris sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
diperkuat oleh reaserch gap dalam penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian
Bilal, dkk (2013) menunjukan bahwa inflasi berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROA pada bank syariah. Senada dengan Bilal, dkk (2013), penelitian
Dwijayanthy (2009) menunjukan pengaruh negatif signifikan antara inflasi dan
profitabilitas. Namun, dalam penelitian Stiawan (2009) mengatakan inflasi tidak
berpengaruh dengan ROA bank syariah. Begitu juga dengan Wibowo (2011),
penelitiannya menunjukan tidak ada pengaruh antara inflasi dan ROA bank
syariah. Bilal, dkk (2013) meneliti tentang pengaruh CAR terhadap ROA.
Hasilnya menunjukan adanya pengaruh negatif antara CAR dan ROA. Namun
penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar,
dkk (2011).Penelitian Akhtar, dkk (2011) menunjukan adanya pengaruh
signifikan positif antara CAR dengan ROA. Stiawan (2009) juga menunjukan
pengaruh signifikan positif antara CAR dengan ROA.
Selain itu kinerja bank syariah menunjukkan peningkatan yang signifikan
tercermin dari profitabilitas semakin meningkat. Kinerja bank merupakan hal
yang sangat penting pada bisnis perbankan untuk menunjukkan kredibilitasnya
untuk mendorong masyarakat menggunakan jasa bank tersebut. Hubungan
nasabah dengan bank syariah bukanlah hubungan antara debitur dan kreditur, tapi
merupakan hubungan kemitraan (partnership) antara pemilik dana (sohibul maal)
dengan pengelola dana (mudharib) (Sudarsono,2008:7). Karena itu keuntungan
6
(profitabilitas) bank berpengaruh terhadap bagi hasil yang akan diberikan pada
nasabah penyimpan dana.
Profitabilitas bank dapat diukur dengan Return on Asset (ROA) dan Return
on Equity (ROE). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilliki, sedangkan
ROE mengukur efektifitas bank berdasarkan ekuitas. ROA digunakan untuk
mengukur profitabilitas bank karena OJK sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan profitabilitas suatu bank diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat
(Dendawijaya,2009:119). Semakin tinggi ROA menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Husnan dan
Enny Pudjiastuti,1998:4).
Profitabilitas memiliki arti penting bagi bank kelangsungan hidup bank
dalam jangka panjang, dan kontinuitas tergantung pada profitabilitas. Bank yang
berhasil adalah bank mampu mendapatkan profitabilitas maksimal.Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas pada bank seperti ukuran bank,
permodalan, pembiayaan bermasalah, efisiensi, dll.
Selama ini kinerja bank diukur menggunakan standar akuntansi atau rasio-
rasio keuangan, misalnya dari return on equity (ROE), return on asset (ROA),
asset turn over maupun return on permanent capital. Namun, dengan mengukur
efisiensi dari standar akuntansi, sumber-sumber inefisiensi pada manajerial
7
perbankan dan faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi terjadinya
efisiensi pada bank tidak dapat diketahui (Sutawijaya dan Lestari, 2009).
Pencapaian tingkat keuntungan yang tinggi bagi bisnis bank dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam hal ini tingkat profitabilitas bank dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal bank. Adanya berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank tersebut memberikan pesan kepada
pihak manajemen bank agar mampu menjaga kondisi internal perbankan. Selain
itu pula pihak manajemen bank juga perlu untuk terus memantau kondisi eksternal
perbankan agar keputusan bisnis yang diambil dapat melindungi kepentingan
berbagai pihak, utamanya pihak penyimpan dana dan pihak pengguna dana
perbankan di Indonesia.
Faktor internal merupakan variabel-variabel yang memiliki hubungan
langsung dengan manajemen bank dalam memperoleh laba. Sedangkan faktor
eksternal merupakan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung
dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan
efek bagi perekonomian yang akan berdampak juga pada kinerja lembaga
keuangan bank.
Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan pada 12 bank umum syariah di Indonesia. Pada 12 Bank Umum Syariah
tersebut merupakan bank Syariah yang banyak di minati dan dikenali dikalangan
masyarakat Indonesia. Terdapat tujuh variabel yang akan digunakan untuk melihat
pengaruhnya terhadap. Pada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
8
profitabilitas adalah variabel likuditas, permodalan dan efisiensi, pembiayaan, BI
rate , Inflasi, dan GDP.
Penelitian Etiene Bordeleau dan Christopher Graham (2013), Mona
Abduilah Yousef Al-Ademi (2009) dan Ali Sulieman Alsatti (2014) menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas namun ada satu titik
dimana menahan asset liquid terlalu tinggi justru menurunkan profitabilitas.
Sementara itu, penelitian Afia Akter dan Khaled Mahmud (2011) berkesimpulan
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara likuditas dan profitabilitas. Penelitian
Muhammad Farhan Akhtar (2011) menunjukkan bahwa capital adequacy ratio
berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas.Dilain pihak, penelitian
Antoniana Davydenko dan Ali Sulieman Alsatti (2014) menunjukkan jika capital
adequacy ratio dan likuditas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian Anna P.I Vong dan Hoi Si Chan yang meneliti faktor yang
mempengaruhi profitabilitas pada bank di Macau menyimpulkan bahwa efisiensi
menjadi faktor utama mempengaruhi profitabilitas. Dari berbagai penelitian
terdahulu dan data diatas maka dapat dilihat terdapat gap dan keragaman
argumentasi bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan
likuiditas. Berdasarkan latar belakang diatas penyusun memberi judul penelitian
ini dengan judul “Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah di Indonesia”
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan menjelaskan
tentang :
1. Bagaimana Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
di Indonesia di susun rumusan minor :
a. Faktor apakah yang mempunyai pengaruh kinerja keuangan internal
(FDR, BOPO, CAR, NPF ) terhadap profitabilitas pada Bank Umum
Syariah di Indonesia?
b. Faktor apakah yang mempunyai pengaruh kinerja keuangan eksternal
(BI RATE, INFLASI ) terhadap profitabilitas pada Bank Umum
Syariah di Indonesia?
c. Bagaimanakah strategi yang tepat untuk peningkatan kinerja keuangan
Bank Umum Syariah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan
faktor-faktor determinasi profitabilitas dan likuiditas pada bank umum syariah di
Indonesia. Secara rinci tujuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan dan menganalisis Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan
Bank Umum Syariah di Indonesia di susun rumusan minor :
a. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan internal (FDR, BOPO, CAR,
NPF ) terhadap profitabilitas pada bank umum syariah di Indonesia.
10
b. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan eksternal (BI RATE,
INFLASI ) terhadap profitabilitas pada bank umum syariah di
Indonesia.
c. Menganalisis keputusan untuk strategi peningkatan kinerja keuangan
Bank Umum Syariah di indonesia.
D. Batasan Masalah
Pada penelitian ini akan dibahas faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi profitabilitas pada bank umum syariah di Indonesia pada tahun
2009-2017 dan mengaalisis strategi meningkatkan kinerja Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia. Sebelumnya telah diidentifikasi faktor faktor yang mungkin
mempengaruhi profitabilitas dan antara lain:
1. Faktor Internal (FDR, BOPO, CAR, NPF) berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Faktor Eksternal (BI RATE, INFLASI ) berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Faktor eksternal dan Internal strategi peningkatan kinerja keuangan Bank
Umum Syariah di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan konsep latar belakang dan tujuan penelitian, maka penelitian
ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
1. Menjadi salah satu referensi dalam kajian tentang profitabilitas pada Bank
Umum Syariah.
11
2. Bagi mahasiswa, bisa menjadi rujukan untuk penelitian dengan tema
serupa.
3. Bagi bank, dapat menjadi referensi dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas serta dapat sebagai bahan untuk mengambil
keputusan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Teori Perusahaan (Entity Theory)
Dalam konsep ini perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan
berbeda atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini
termasuk bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara
keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi dari seorang pemiliknya. Namun,
diperbolehkan bagi seorang pemilik untuk dapat memperoleh informasi yang
benar mengenai kondisi perusahaannya. Business entity concept atau dalam
literatur-literatur teori akuntansi dikenal dengan digagas oleh Paton (1962),
seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan olehnya, bahwa dengan
adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya menjadi terpisah.
Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya,dan antara kewajiban dengan
pemegang ekuitas oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang berbeda.
Atas dasar konsep ini, maka dapat dirumuskan dalam posisi keuangan atau neraca
bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban ditambah dengan ekuitas pemilik.
Konsep ini menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi badan usaha
sebagai orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi,misalnya
dalam pembuatan kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai
konsekuensi dari konsep entitas, hubungan antara entitas dengan pemilik
dipandang sebagai hubungan bisnis terutama dalam hak dan kewajiban atau utang
13
piutang. Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik
tetap berhak atas keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk
dividen. Laba bersih yang diperoleh dengan demikian bukanlah serta-merta adalah
hak dari pemilik perusahaan. Diperlukan proses dalam menentukan dapat
ditentukan kebijakan distribusi laba dalam bentuk dividen atau mengambil
kebijakan untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan yang
ditambahkan pada ekuitas pada posisi keuangan, yang secara substansi juga
menambah kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri. Dalam hubungan antara
perusahaan dengan pemilik ini memang perlu pengkajian apakah entity theory
selamanya menjadi relevan pada semua bentuk bisnis. Sebab pada tiap bentuk
bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi bagian dari manajemen dan
mengoperasikan bisnisnya tersebut. Namun, American Accounting Association
(AAA) yang dikutip Wolk, Francis, dan Tearney (1991:132) dalam bukunya
Accounting Theory: a Conceptual and Institutional Approach menyatakan bahwa
: Although the entity theory provides a good description of the relationship
between the firm and its owners, its duality relative to income and owner’s equity
in the traditional form has probably been responsible for fact that its precepts
have nottaken a strong hold in committee reports and release of various
accounting bodies.
Konsep entitas bisnis (business entity concept) memberikan konsekuensi
bahwa laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban perusahaan dan
bukanlah pertanggungjawaban pemilik, maka dengan demikian pendapatan dan
biaya dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan bukannya
14
perubahan dalam kekayaan pemilik. Sebagai implikasi dalam administrasi
perusahaan yang baik, menyatakan bahwa menjadi hal yang sangat penting untuk
memisahkan transaksi perusahaan dan transaksi pribadi. Dalam administrasi
lainnya, terutama dalam memperlakukan biaya, semua biaya yang secara nyata
terjadi dalam perusahaan adalah tepat untuk dicatat pertama kali sebagai bagian
dari total kekayaan (aset atau aktiva) perusahaan. “Jadi, biaya pendirian
perusahaan, biaya emisi saham, dan biaya yang ada hubungannya dengan hal
tersebut adalah unsur aktiva perusahaan (Suwardjono, 1986:5), yang jelas konsep
ini mendapat legitimasi dengan diakuinya dalam bentuk badan usaha Perseroan
Terbatas (PT) secara hukum. Menurut Aulia dan Havidz (2013:4) Teori
Perusahaan pada mulanya,perusahaan dipandang sebagai usaha yang
memaksimasi laba sebagai sasaran utamanya : yaitu pemilik-manajer perusahaan
diasumsikan berusaha memaksimumkan laba jangka pendek perusahaan.
Selanjutnya penekanan pada laba diperluas untuk mencakup ketidakpastian dan
dimensi waktu. Dalam teori yang lebih lengkap ini, sasaran utama perusahaan
dipandang sebagai maksimalisasi nilai yang diharapkan bukan memaksimalisasi
laba jangka pendek. Sasaran memaksimalisasinilai yang diharapkan sekarang
dipandang sebagai tujuan utama bisnis dalam teori ekonomi tentang perilaku
perusahaan. Manajer dari perusahaan modern mendapatkan penjualan maksimum
setelah tingkat keuntungan cukup yang didapat untuk memuaskan stakeholders.
2. Teori Commercial Loan Theory
Commercial Loan Theory atau real bills doctrine atau productive theory of
credit mulai dikenal sekitar abad 18. Kajian teori ini dilakukan oleh Adam Smith
15
dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776.
teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan
surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self
liquiditing). Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna
untuk pembayaran kembali. Teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank-
bank hanya akan memberikan kredit jangka pendek yang sangat mudah dicairkan
atau likuid (“Short Term, Self Liquiditing”) melalui pembayaran kembali
(angsuran) atas kredit tersebut sebagai sumber likuiditas. Esensi commercial loan
theory dalam landasan penelitian ini adalah bank memberikan pembiayaan kepada
masyarakat dengan perjanjian bagi hasil yang telah disepakati. Hal ini sesuai
dengan fungsi dari perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi, yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan
atau financing yang memang adalah salah satu kegiatan utama dari bank tersebut
untuk mendapatkan laba.
3. Manajemen Strategi
Manajemen strategi didefinisikan oleh beberapa ahli secara berlainan.
Menurut Jauch dan Glueck (1993), manajemen strategi adalah sejumlah keputusan
dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah
strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses
manajemen strategi ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi
menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Sementara Hax dan Majluf
(1991), merumuskan bahwa manajemen strategik merupakan suatu integrasi
16
antara sistem administrasi, struktur dan budaya organisasi dengan pengambilan
keputusan strategik operasional pada setiap tingkatan hierarki dalam perusahaan.
Kusnadi (2001) mendefinisikan manajemen strategi sebagai suatu seni
(keterampilan), teknik dan ilmu merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi serta mengawasi berbagai keputusan fungsional organisasi yang
selalu dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal yang senantiasa
berubah, sehingga memberikan kemampuan kepada organisasi untuk mencapai
tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut David (2004), manajemen strategik merupakan seni dan pengetahuan
untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi untuk mencapai sasarannya.
Proses manajemen strategik terdiri dari tiga tahapan, yaitu perumusan strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
1. Perumusan strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali
peluang dan ancaman dari lingkungan eskternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka
panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi yang
terbaik untuk dilaksanakan. Isu perumusan strategi mencakup
keputusan-keputusan mengenai bisnis baru apa yang akan dimasuki,
bisnis apa yang perlu dihindari atau dihentikan, bagaimana
mengalokasikan sumberdaya, apakah melakukan ekspansi atau
diversifikasi, apakah memasuki pasar internasional, apakah melakukan
17
merjer atau membentuk joint venture lainnya, dan bagaimana
menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing.
2. Implementasi atau penerapan strategi menuntut perusahaan untuk
menetapkan tujuan tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan-
kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya
sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan.
Implementasi strategi mencakup pengembangan budaya organisasi yang
mendukung strategi, mengembangkan struktur organisasi yang efektif,
mengarahkan kembali usaha pemasaran, menyusun anggaran,
mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan menyesuaikan
kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi. Dengan demikian,
implementasi strategi merupakan tahap tindakan manajemen strategis
dengan memobilisasi para karyawan dan manajer untuk menerapkan
strategi yang telah dirumuskan pada tindakan nyata.
3. Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dari proses manajemen
strategik. Terdapat tiga aktivitas utama dalam tahap evaluasi strategi,
yaitu (1) meninjau ulang faktor-faktor eksternal dan internal berdasarkan
pada strategi yang sedang dilaksanakan; (2) melakukan pengukuran
kinerja; dan (3) mengambil tindakan perbaikan.
4. Proses Perencanaan Strategi
Hax dan Majluf (1991) mengemukakan bahwa proses perencanaan strategi
bisnis ditekankan pada formulasi strategi dan program-program strategik.
Sementara itu, menurut Steiner (1979), terdapat empat pendekatan untuk
18
menyusun suatu rencana stratagik, yaitu pendekatan top-down, pendekatan dari
bottom-up, kombinasi kedua pendekatan tersebut, dan perencanaan melalui
kelompok kerja.
Menurut Ansoff dan Mc Donnell (1990), perencanaan strategik merupakan
suatu prosedur yang sistematik bagi manjemen kewirausahaan yang menjadi
dasar dalam menentukan strategi masa depan perusahaan atas pengujian alternatif-
alternatif strategi yang baru. Di lain pihak, Lorange (1980) mengemukakan
bahwa proses perencanaan strategi meliputi dua unsur utama, yaitu manajemen
strategik dan peringkat strategi. Manajemen strategik meliputi penentuan tujuan,
formulasi strategi, perencanaan anggaran dan sumberdaya, implementasi dan
pengawasan (pemantauan) serta kompensasi. Adapun peringkat strategi terdiri
dari peringkat program dan peringkat fungsional.
Pada proses perencanaan strategi pengembangan suatu industri terjadi
proses adaptasi berdasarkan karakteritik kelembagaannya. Menurut Kotler,
Jatusripitak, dan Maesincee (1997), faktor-faktor penentu dalam pembangunan
industri suatu bangsa ditentukan oleh terdapatnya daya tarik industri dan
kemampuan bersaing. Daya tarik industri ditandai oleh adanya nilai tambah yang
tinggi per pekerja, industri terkait, daya saing masa depan, spesialisasi industri,
potensi ekspor, dan prospek permintaan domestik. Di lain pihak, daya saingnya
ditentukan oleh kemampuan industri tersebut untuk bersaing secara global yang
diukur dari hasil penilaian kemampuan industri dan potensi pengembangan
kemampuan industri dalam suatu negara. Kedua faktor tersebut dapat dijadikan
19
sebagai dasar dalam menentukan strategi pengembangan industri, khususnya
strategi investasi dan pengembangan usaha.
5. Kinerja keuangan Perbankan syariah
Kinerja Perbankan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan
(Dendawijaya, 2009). Jadi, kinerja (performance) bank adalah gambaran
mengenai prestasi kerja perusahaan atau kemampuan kerja perusahaan atas
kegiatan operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui prestasi
yang dicapai perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan
dalam kurun waktu tertentu.
Rentabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba
yang dinyatakan dalam persentase (Hasibuan, 2005). Analisis rasio rentabilitas
bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio
dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank
(Dendawijaya, 2009). Faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank
adalah manajemen. Seluruh manajemen suatu bank baik mencakup manajeman
permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen
20
rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan
bermuara pada perolehan laba perusahaan perbankan (Aristya, 2010).
Implementasi analisis profitabilitas adalah pada profitability ratio atau
disebut juga dengan operating ratio. Salah satu rasio yang sering digunakan
dalam pengukuran kinerja perusahaan yakni Return On Assets (ROA). ROA
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan.ROA memfokuskan kemampuan.
6. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan dari usahanya (Suntoto, 2013:113). Untuk menentukan profitabilitas
diukur kemampuan manajemen perusahaan, dalam hal ini perbankan dalam
memanfaatkan total aktiva maupun aktiva bersih. Daya tarik bagi investor dan
pemilik perusahaan, yaitu tingkat profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas maka keuntungan yang didapat oleh investor akan semakin tinggi
pula. Profitabilitas adalah parameter yang menunjukkan pendekatan manajemen
dan posisi kompetitif bank di perbankan berbasis pasar (Yadollahzadeh,2013).
Parameter ini membantu bank untuk mentolerir beberapa tingkat risiko dan
mendukung mereka terhadap masalah jangka pendek (Yadollahzadeh,2013).
Menurut R. Agus Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Kasmir (2011:196)
menyatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Menurut Susan Irawati (2006:58)
21
menyatakan bahwa rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau
merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan
(manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan.
Profitabiltas sebagai dasar dari adanya ketertarikan antara efisiensi
operasional dan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Tujuan analisis
profitabiltas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Yadollahzadeh,2013).
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih
sebelum pajak (earning berfore tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba
perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional
perusahaan.
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank
karena OJK sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
profitabilitas suatu bank diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal
dari simpanan masyarakat (Yadollahzadeh,2013) Semakin tinggi ROA suatu bank,
22
semkain besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula
posisi bank dari segi penggunaan dan pemanfaatan asset (Yadollahzadeh,2013).
Tingginya nilai rasio ini mengindikasikan jika profitabilitas yang dicapai bank
dalam periode hitung rasio tersebut tinggi.
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi
ROA semakin baik, karena return semakin besar. Terdapat dua unsur penting
dalam menghitung ROA yaitu:
1) Earning Before Tax (EBT), adalah laba perusahaan (bank) sebelum
dikurangi pajak.
2) Total asset, merupakan total aktiva yang dimilki bank yang terdiri dari
aktiva lancar dan aktiva tetap.
Secara matematis ROA dirumuskan sebagai berikut:
7. Likuiditas
Rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam dunia perbankan terutama
diukur dari Loan to Deposit Ratio (LDR). Bank konvensional sering digunakan
sebagai objek penelitian, sehingga dalam menghitung rasio sering digunakan
istilah Loan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah tidak
23
dikenal istilah kredit (loan) namun pembiayaan (financing). Pada umumnya
konsep yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam mengukur likuiditas yaitu
dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio . Financing to Deposit Ratio
(FDR) yaitu seberapa besar dana pihak ketiga bank syariah yang dilepaskan untuk
pembiayaan (Muhammad, 2005).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010, batas LDR suatu
bank secara umum sekitar 78% - 92%. Selain itu menurut Asosiasi Perbankan
Syariah Indonesia (ASBSINDO), bank syariah idealnya memiliki FDR 80% -
90%. Batas toleransi FDR perbankan Syariah sekitar 100%, hal ini dimaksudkan
agar likuiditas bank syariah tetap terjaga. FDR perbankan syariah yang tinggi
(diatas 100%) akan menjadi ancaman serius bagi likuiditas bank syariah itu
sendiri. Besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas
bank tersebut. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam
bentuk kredit, maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan
yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan FDR
sehingga profitabilitas bank juga meningkat. Menurut Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 13/27/DPM Tanggal 1Desember 2011, rumus rasio FDR
sebagai berikut :
Pembiayaan (financing) dalam industri perbankan syariah adalah
penyaluran dana kepada pihak ketiga, bukan bank, dan bukan Bank Indonesia
dengan menggunakan beberapa jenis akad. Penyaluran dana pihak ketiga dalam
24
industri perbankan syariah harus berhubungan dengan sektor riil dan tidak boleh
bersifat spekulatif (Amalia dan Edwin, 2007 dalam Dewi, 2010 ).
a. Adapun dana pihak ketiga dalam bank syariah berupa (Muhammad,
2005): Titipan (Wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya tapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
b. Partisipasi modal berbagi hasil dari berbagai risiko untuk investasi umum.
c. Investasi khusus dimana bank hanya berlaku sebagai manajer investasi
untuk memperoleh fee dan investor sepenuhnya mengambil risiko atas
investasi tersebut. Jika FDR bank meningkat, berarti penyaluran dana ke
pembiayaan semakin besar, sehingga laba akan meningkat. Peningkatan
laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA
semakin tinggi. Pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam
bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah pendapatan bank baik
dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti profit bank syariah
juga harus meningkat (Setiawan, 2009).
Jika FDR bank meningkat, berarti penyaluran dana ke pembiayaan
semakin besar, sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut
mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Pihak
manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk
kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan yang nantinya dapat
menambah pendapatan bank baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil,
yang berarti profit bank syariah juga harus meningkat (Setiawan, 2009)
25
8. Efisiensi
Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memanfaatkan dana yang dimiliki untuk membiayai kegiatan
operasionalnya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan aktiva tersebut. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional sering disebut rasio efisiensi operasional, rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Yuliani, 2007).
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasional lainnya). Pendapatan operasional
merupakan pendapatan utama bank yang diperoleh dari penempatan utama bank
dalam bentuk kredit dan pendapatan operasional lainnya (Taswan, 2010). Sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004,
perhitungan REO yang diproksikan dengan BOPO sebagai berikut :
Menurut Bank Indonesia (Surat Edaran Bank Indonesia, 2004), efisiensi
operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total
pendapatan operasi. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat
26
mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional
dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian
karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (Ponco, 2008).
Tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Jika kegiatan operasional
dilakukan dengan efisien maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan
naik. Sehingga semakin besar rasio efisiensi, maka semakin menurun kinerja
keuangan perbankan. Begitu juga sebaliknya, jika rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional semakin kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas suatu perusahaan (perbankan) semakin meningkat (Ponco, 2008).
Hal ini juga didukung oleh penelitian (Setiawan, 2009) dan (Yuliani, 2007) yang
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa semakin efisien kinerja operasional
suatu bank, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
9. Permodalan
Penilaian aspek permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan
modal bank untuk mengantisipasi risiko saat ini dan yang akan datang. Modal
merupakan aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Kecukupan modal suatu
bank mempengaruhi bank dalam beroperasi ataupun tidak, serta berkaitan dengan
dipercaya atau tidaknya suatu bank oleh pengguna jasa bank. Dalam kaitannya
dengan fungsi dari modal bank, Brenton C. Leavitt menekankan ada 4 hal penting,
yaitu (Muhammad, 2005) :
a. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan pada saat bank
insolvable dan likuidasi
27
b. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.
c. Untuk memperoleh saran fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang
diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank.
d. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang
tidak tepat.
Kecukupan modal berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang
diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari pergerakan
aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana pihak
ketiga atau masyarakat. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan dan
memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank,
sehingga berdampak pada meningkatnya ROA. Pembentukan dan peningkatan
peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus memperhatikan
kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal bank (Kasmir, 2010).
Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang cukup
untuk menjamin kepentingan pihak ketiga. Rasio kecukupan modal yang sering
disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan kemampuan bank
untuk menutup risiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan
bank dalam mendanai kegiatan operasionalnya. Sesuai peraturan Bank Indonesia
No. 10/15/PBI/2008, permodalan minimum yang harus dimiliki bank adalah 8 %.
Suatu bank yang memiliki modal yang cukup diterjemahkan kedalam
profitabilitas yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi modal yang
28
diinvestasikan di bank, maka semakin tinggi profitabilitas bank . Adapun besarnya
nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
Modal sendiri bank syariah terdiri dari modal inti ditambah dengan
pelengkap. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif. Terhadap
masing-masing jenis aktiva ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan
pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan
pada penggolongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan (Muhammad,
2005).
Pada bank syariah, perhitungan ATMR sedikit berbeda dari bank
konvensional. Aktiva pada bank syariah dibagi atas aktiva yang dibiayai dengan
modal sendiri serta aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Muhammad,
2005). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan hutang, risikonya ditanggung
modal sendiri, sedangkan yang didanai oleh rekening bagi hasil risikonya
ditanggung oleh rekening bagi hasil itu sendiri. Pemilik rekening bagi hasil berhak
menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya apabila kesalahan
terletak pada pihak Mudharib (bank).
Menurut Yuliani (2007), CAR juga biasa disebut dengan kecukupan
modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko
kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung
29
risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Manajemen bank
perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai ketentuan Bank
Indonesia karena dengan modal yang cukup, maka bank dapat melakukan
ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya.
10. Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian
pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Semakin kecil
Non Performing Financing (NPF) maka semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung pihak bank. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non
Performing Financing (NPF) yang tinggi, menunjukkan bahwa bank tersebut
tidak profesional dalam mengelola kreditnya, sekaligus memberikan indikasi
bahwa tingkat risiko atau pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah
dengan tingginya Non Performing Financing (NPF) yang dihadapi bank
(Lemiyana: 2016).
NPF (Non-Performing Financing) atau rasio pembiayaan bermasalah
istilah yang digunakan sebagai pengukur tingkat kegagalan pengembalian kredit
atau pembiayaan oleh bank selaku kreditur. NPF lebih dikenal dengan nama Non
Performing Loan (NPL). Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. Sehingga,
semakin tinggi NPF maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar. Hal ini didukung hasil penelitian Gozali
30
(2007); Jalal (2008); Setiawan (2009); Adyani dan Sampurno (2011) dan
Sulistianingrum (2013). Namun, lain halnya dengan Sabir, dkk (2012); Wibowo
dan Syaichu (2013) dan Ramadhan (2013) yang menyatakan bahwa NPF tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA (Sumarlin:2016). Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPF = Pembiayaan (KL,D,M) X 100% Total Pembiayaan
11. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara
umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan
mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang
mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk
kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik
(Madura, 2007:128). Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli
rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli
yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Kasmir (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang
secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan
menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi
positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif
dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi
31
antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya
barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari
dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar,
merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat
perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam
perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan
suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang
mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi
lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan
baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang lebih tinggi
akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu
perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi selama periode inflasi tinggi
karena banyak perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna
mengompensasikan beban yang lebih tinggi (Madura, 2007:128).
Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada
derajat inflasi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian
secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham
di pasar. Sementara yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi
menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan
lambat. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat
32
menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat
menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan
harga saham bergerak normal (Samsul, 2006:201).
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber
pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso,
2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase
perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan
IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relatif dari harga suatu
paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang
dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso,
2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut
(Gilarso, 2004:201):
12. BI Rate
Menurut Dahlan (2005:139) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu
bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodic untuk jangka waktu
tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.
Definisi BI Rate menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
merupakan indikasi level suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. Penentuan BI Rate biasanya
ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan (Januari, April, Juli,
dan Oktober) untuk berlaku selama triwulan berjalan dengan mempertimbangkan
33
rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model
ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi (Nuryazini, 2008 dalam Febriana dan
Prima, 2009
34
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil
Persamaan Perbedaan Dependen Independen
1 Dhian Pratiwi
Pengaruh CAR, BOPO, NPF DAN FDR Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah
ROA
CAR, BOPO, NPF DAN FDR
• Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), rasio BOPO memiliki pengaruh paling tinggi terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
• Variable independen yang digunakan adalah BOPO, NPF, dan FDR.
• Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda.
• Variable dependen yang digunakan adalah ROA.
• Periode yang digunakan dari 2005 – 2010.
2
Etienne BordeleaudanChristopher Graham (2010)
The Impact of Liquidity on Bank Profitability
ROA, ROE
Cash Ratio, government –Issued, government- guaranteed securities.
• Hasil penelitian menunjukkan peningkatan profitabilitas pada bank yang menahan liquid asset, namun ada satu titik dimana menahan asset liquid lebih tinggi justru menurunkan profitabilitas bank.
• Menggunakan variable independen FDR, dan CAR.
• Menggunakan variable dependen ROA.
• Menggunakan metode data panel
• Periode yang digunakan dari tahun 2013-2017
• Menggunakan metode E-Views
35
3
Afia Akter dan Khaled Mahmud (2014)
Liquidity-Profitability Relationship in Bangladesh Banking Industry. ROA,RO
E
Bank's Size, Gearing Ratio, NPLs Ratio, Asset management, Operating Efficiency, Capital Adequacy
• Gearing ratio dan CAR berpengaruh positif terhadap ROA
• Size tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE
• Asset management berpengaruh signifikan positif terhadap model I dan tidak signifikan pada model II
• Menggunakan variable independen yaitu: BOPO, Inflasi.
• Menggunakan variable dependen ROA
• Menggunakan variable independen yaitu: NPF, FDR, BI Rate
• Periode penelitian tahun 2013-2017
• Menggunakan metode data panel analisis data E-Views
4
Gunartin (2015)
Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Dan Konvensional Di Indonesia Periode Juni 2010–2013.
Profitabilitas
Inflasi, SBI • Faktor eksternal (inflasi dan SBI) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
• Faktor internal (CAR dan NPL) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan konvensional di Indonesia
• Menggunakan variabel independen yaitu Inflasi
• Menggunakan alat analisis Regresi Berganda. Menggunakan variabel dependen Profitabilitas.
• Menggunakan variabel independen SBI dan NPL
• Menggunakan jangka waktu 2010 - 2013.
36
5
Lemiyana (2016),
Pengaruh NPF, FDR, BOPO Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah.
ROA NPF, FDR, BOPO
• Secara simultan Variabel (NPF), (FDR), (BOPO), (CAR), Inflasi, dan Nilai Tukar tidak adapengaruh signifikan terhadap (ROA).
• Menggunakan variabel independen yaitu: CAR, BOPO, FDR, NPF dan Inflasi.
• Menggunakan alat analisis Regresi Berganda.
• Menggunakan variabel independen nilai tukar.
6 Sumarlin (2016),
Analisis Pengaruh Inflasi, CAR, FDR, BOPO, DAN NPF Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah
Profitabilitas
Inflasi, CAR, FDR, BOPO, DAN NPF
• secara simultan kelima variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap ROA.
• Secara parsial, BOPO, NPF dan CAR yang memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
• Menggunakan variabel independen yaitu: CAR, BOPO, FDR, dan NPF.
• Menggunakan alat analisis Regresi Berganda.
• Menggunakan variable independen inflasi dan zakat.
37
7
Limon Moinur Rasul (2013)
Impact of Liquidity on Islamic Bank’s Profitability: Evidence from Bangladesh.
ROA, ROE, ROD
CDTA, CDDEP, INVSTA, INVSDEP
Hasil penelitian secara statistik menunjukkan CTDA berpengaruh terhadap semua variable profitabilitas, sementara CDDEP berpengaruh tidak signifikan pada semua variable profitabilitas kecuali ROE. INVSTA dan INVSDEP berpengaruh signifikan terhadao semua variable profitabilitas. Tapi, ketika ROE tidak dipengaruhi secara signifikan oleh semua variable likuiditas, ROA, dan ROD justru memiliki korelasi signifikan dengan model yang sama pada level signifikan 1%.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Menggunakan variabel CAR, NPF,BOPO, FDR, Inflasi dan BI Rate.
• Menggunakan metode analisis data panel
• Periode tahun 2013-2017
8
Victor Curtis Lartey, Samuel Antwi, Eric Kofi Boadi (2013)
The Relationship between Liquidity and Profitability of Listed Banks in Ghana ROA
TIR • Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas.
• Variable independen yang digunakan adalah CAR.
• Variable dependen yang digunakan adalah ROA.
• Periode yang digukan dari tahun 2013 – 2017.
• Menggunakan variabel NPF,BOPO, FDR, Inflasi dan BI Rate.
• Menggunakan metode analisis data panel
38
9
Sujan Chandra Paul, Probir Kumar Bhowmik, Mohammad Rakibul Islam, Md. Abdul Kaium, Abdullah Al Masud (2013).
Profitability and Liquidity of Conventional Banking and Islamic Banking in Bangladesh: A Comparative Study.
ROA, ROE, PER, NPM, EPS, profit per branch, profit per employee
LDR dan LAR
• Hasil studi menunjukkan bank Islam masih kalah dibandingkan dengan bank konvensional pada tahun 2008 dan 2009 dari segi profitabilitas.
• Variabel yang digunakan adalah CAR.
• Periode Tahun 2013-2017.
• Menggunakan metode analisis data panel
• Variabel independen yang digunakan diantaranya FDR, BOPO, NPF, Inflasi dan BI Rate
10 Bilal, et.al (2013)
Influence of Bank Specific and Macroeconomic Faktors on
Profitability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan
Return on Asset
Inflation, Capital Ratio, Non performing loans
• Nonperforming loans to total advances and inflation have negative significant impact on Return on assets while real gross domestic product has positive impact on ROA. Capital ratio has positive significant impact on ROE.
• ROA • Infalation
• NPL • GDP
39
11
Muhammad Asif Khan (2015)
• Gauging Profitability and Liquidity of Islamic Banks: Evidence from Malysia and Pakistan.
• return on asset (ROA), return on equity (ROE), current ratio, cash & portofolio investment to deposit, dan loan to asset ratio (LAR).
• profit margin, profit to expense, earning per share (EPS), cash ratio, dan loan to deposit ratio (LDR).
• Hasil penelitian menunjukkan tingkat profitabilitas bank Islam di Malaysia lebih baik dibandingkan bank Islam di Pakistan
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO Inflasi dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
40
12 Antoniana Davydenko (2010)
• Determinants of Bank Profitability in Ukraine
• ROA dan ROE
• cost management, likuiditas, loans to total assets, dan deposit to total assets
Hasil penelitian menunjukkan loans to total asset, deposit to total assets dan likuiditas berpengaruh signifikan negative terhadap profitabilitas.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Menggunakan variabel independen likuiditas
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO Inflasi dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
13
Anna P.I Vong dan Hoi Si Chan
• Determinants of Bank Profitability in Macau
• ROA • internal ( EQTA, LOTA, DETA, PRTO, NETA, NIGI, TOPB, INDE
• eksternal ( RGDP, RINT DAN INFL
Hasil penelitian menunjukkan jika efisiensi menjadi faktor utama mempengaruhii profitabilitas perbankan di macau. Faktor eksternal yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perbankan di macau hanya inflation rate.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Menggunakan variabel independen inflasi
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
41
14
Ali Sulaiman Alsatti (2014)
• The Effect the Liquidity Management on Profitability in the Jordanian Commercial Banks
• ROA dan ROE
• Invesment ratio, quick ratio, cpital ratio, net credit facilities/ total assets and liquid assets ratio
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif quick ratio dan investment ratio meningkatkan profitabilitas, sementara terdapat capital ratio dan liquid asset ratio berpengaruh negative terhadap profitabilitas bank di Yordania.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Menggunakan variabel independen likuiditas
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO Inflasi dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
15
Mona Abduilalh Yousef Al-Ademi (2009)
• Profitability Determinants of Commercial Banks in Malaysia After 1997 Financial Crisis
• ROA • CAR, (EXPS), (INC), bank size, total deposits, total loans, total income, (BLR), inflation rate, (GDP)
Hasil penelitiannya CAR dan GDP tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. INC dan BLR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA, EXPS dan Total loans berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA.
.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Menggunakan variabel independen CAR, inflasi
• Variabel independen diantaranya NPF, FDR, BOPO dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
42
16 Pavla Vodova (2011)
• Liquidity of Czech Commercal Banks and its Determinants
• likuiditas
• CAR, NPL, interest rate, Inflasi, siklus bisnis, dan krisis keunagan dan size
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh positif CAR, NPL, interest rate terhadap likuiditas bank. Sementara itu Inflasi, siklus bisnis, dan krisis keunagan berpegaruh negatif terhadap likuiditas. Dan hubungan size bank terhadap likuiditas bersifat ambigu.
• Menggunakan variabel independen CAR, Inflasi
• Menggunakan analisis data panel
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya NPF, FDR, BOPO dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis E-Views
17 Doriana Cucinelli (2013)
• The Determinants of Bank Liquidity Risk within the Context of Euro Area
• liquidity coverage ratio, net stable funding ratio
• size, capitalization, asset quality, dan specialization
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank besar eksposur terhadap risiko likuiditas, bank dengan tingkat kapitalisasi yang tinggi memiliki likuiditas lebih baik untuk jangka panjang. Pengaruh kualitas asset hanya pada risiko likuiditas jangka pendek. Spesialisasi bank lebih banyak pada aktivitas peminjaman menunjukkan struktur pendanaan lebih rentan.
• Menggunakan analisis data panel
• Menggunakan variabel independen likuiditas
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO Inflasi dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis E-Views
43
18
Muhamed Aymen Ben Moussa (2015)
• The Determinants of Bank Liquidity: Case of Tunisia
• Rasio likuiditas
• modal/total asset, biaya operasi/total asset, pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, dan delayed liquidity, ukuran, total pinjaman/total asset, financial cost/total credit, dan total simpanan/total asset
Hasil penelitian menunjukkan kinerja keuanagan, modal/total asset, biaya operasi/total asset, pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, dan delayed liquidity berpengaruh signifikan terhadap likuiditas bank. Sementara itu ukuran, total pinjaman/total asset, financial cost/total credit, dan total simpanan/total asset tidak berpengaruh signifikan terhapdap likuiditas bank Tunisia.
• Menggunakan variabel independen inflasi
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO dan BI Rate
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
44
19 Wilbert Chagwiza (2014)
• Zimbabwean Commercial Banks Liquidity and Its Determinants
• Rasio likuiditas
• capital adequacy, total asset, GDP, dan suku bunga bank
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara likuiditas perbankan dan capital aadequacy, total asset, GDP, dan suku bunga bank.
• Menggunakan variabel independen CAR, BI Rate
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya NPF, FDR, BOPO dan Inflasi
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel E-Views
45
20 Pavla Vodova (2013)
• Determinants of Commercial Banks Liquidity in Hungary
• Rasio likuiditas
capital adequacy, tingkat bunga, dan profitabillitas, ukuran bank, margin bunga, kebijakan moneter terhdap suku bunga dan tingkat suku bunga transaksi antar bank.
Hasil analysis regresi data panel menunjukkan bahwa likuiditas perbankan secara positif berhubungan dengan capital adequacy, tingkat bunga, dan profitabillitas. Serta berhubungan negative dengan ukuran bank, margin bunga, kebijakan moneter terhdap suku bunga dan tingkat suku bunga transaksi antar bank.
.
• Menggunakan variabel independen CAR, BI Rate
• Menggunakan analisis data panel
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya NPF, FDR, BOPO dan Inflasi
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis E-Views
46
21 Gatiah Wuryandani (2012)
• The Determinants of Liquidity
• Rasio likuiditas precautionary
• Rasio likuiditas involuntary
kredit, tabungan, deposito, system keuangan dan kondisi ekonomi
Hasil penelitian menunjukka bahwa kredit, tabungan dan deposito mempengaruhi likuiditas precautionary. Sebaliknya, system keuangan dan konndisi ekonomi berpengaruh terhdap likuiditas involuntary. Sistem keuangan dan kondisi ekonomi makro secara signifikan mempengaruhi likuiditas bank-bank kecil.
.
• Tidak ada persamaan dengan penelitian ini.
• Menggunakan variabel dependen ROA
• Variabel independen diantaranya CAR, NPF, FDR, BOPO, BI Rate dan Inflasi,
• Periode tahun 2013-2017
• Analisis data panel
47
C. Kerangka Pemikiran
Dari latar belakang dan teori di atas maka terbentuk kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Sumber : Data hasil olaha penulis,2018
GAMBAR 2. 2 Kerangka Pemikiran Penelitia
48
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Likuiditas (Financing to Deposit to Ratio) terhadap Profitabilitas
(ROA).
Bank yang menahan liquid asset lebih tinggi berpengaruh terhadap
profitabilitas tergantung pada tingkat penghimpuanan dana jangka pendek, jika
bank menghimpun dana jangka pendek yang tinggi, maka dibutuhkan liquid asset
yang lebih tinggi untuk memaksimalkan profitabilitas (Etiene Bordeleau and
Cristopher Graham,2014 :4). Namun hal ini lebih berisiko karena bisa terjadi
masalah likuiditas dalam jangka waktu dimana profitabilitas belum dicapai oleh
bank. Ketika likuiditas lebih di prioritaskan, keamanan bank akan lebih baik,
karena kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka pendek bergantung dengan
asset liquid yang dimilki (Don M,2009). Kelangsungan hidup perusahaan dalam
jangka pendek tergantung dengan likuiditas sedangkan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang, pertumbuhan, dan ekspansi tergantung pada
profitabilitas. Oleh karena itu profitabilitas dan likuiditas sama-sama memilki
peran yang penting dalam perusahaan, dalam hal ini bagi bank.
Hubungan antara likuiditas dan profitabilitas tergantung pada model bisnis
bank dan kemungkinan risiko saat memberikan kredit. Menahan liquid asset akan
membuat bank lebih tahan terhadap guncangan likuiditas, sehingga mengurangi
pengaruh negatif dari luar bank, namun menahan terlalu banyak liquid asset
dapatberpengaruh negatif pada tingkat profitabilitas yang akan dihasilkan oleh
bank (Bordeleau & Graham,2010:5). Karena bank kehilangan kesempatan
mendapatkan keuntungan dari aset tersebut. Teori ini didukung oleh penelitian
49
Etiene Bordeleau dan Christoper Graham pada tahun 2010, yang menunjukkan
bahwa terdapat bukti empiris mengenai hubungan kepemilikan liquidasset dengan
profitabilitas untuk data panel 1997 sampai 2009. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan non linear, dimana profitabilitas meningkat
pada bank-bank yang memegang liquid asset namun terdapat suatu titik dimana
memegang atau menahan liquid asset lebih tinggi menurunkan profitabilitas bank.
Tanpa likuiditas yang sesuai (tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah)
pada bank syariah tidak dapat mencapai profitabilitas yang maksimal. Namun
variabel likuiditas bukan satu-satunya variabel yang mempengarui profitabilitas
(Rasul,2013:33). Teori ini didukung oleh penelitian Limon Moinur Rasul pada
tahun 2013, Pada penelitian ini rasio likuiditas yaitu rasio cash terhadap total
aktiva dan rasio cash terhadap total tabungan tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas (ROE), tetapi signifikan pada variabel profitabilitas lainnya
yaitu ROA dan ROD dengan tingkat signifikansi 10%. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa. Menurut penelitian ini likuiditas signifikan mempengaruhi
profitabilitas bank syariah.
Likuiditas dan profitabilitas sangat penting bagi perusahaan dalam bentuk
apapun. Likuiditas menunjukkan kekuatan bank dalam operasionalnya, sedangkan
profitabilitas menunjukkan bagaimana efektif dan efisiennya bank dalam jangka
waktu tertentu (Akter&Mahmud,2014:149). Berdasarkan teori diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa Adanya trade-off antara kebutuhan likuiditas dengan
profitabilitas. Kekurangan likuiditas akan menyebabakan bank mengalami
kebangkrutan lebih cepat, sedangkan kelebihan likuiditas akan menyebabkan
50
profitabilitas rendah. Bank harus menetapkan tingkat liquiditas di tingkat yang
moderat, dimana tidak menimbulkan kekhawatiran akan timbulnya risiko
likuiditas, dan tidak menyebabkan profitabilitas bank tidak maksimal
(Chukwunweike,2014:3).
Hubungan FDR dengan ROA Financing to Deposi Ratio (FDR) yaitu
merupakan salah satu ukuran besarnya dana pihak ketiga bank syariah yang
dilepaskan untuk pembiayaan (Muhammad, 2005). Rasio likuiditas ini
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit/pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, memberikan
indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan.
Hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit/pembiayaan semakin besar (Dendawijaya, 2009). Sebaliknya semakin
rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam pembiayaan. Oleh
karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari
masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan yang
nantinya dapat menambah pendapatan bank, baik dalam bentuk bonus maupun
bagi hasil, yang berarti profit bank syariah juga akan meningkat. Semakin tinggi
FDR dalam batas tertentu, maka semakin meningkat pula laba bank, dengan
asumsi bank menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan
meningkatnya laba, maka ROA juga akan meningkat karena laba merupakan
komponen yang membentuk ROA. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari
Ponco (2008) dan Setiawan (2009), yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa
51
variabel FDR berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 : FDR tidak berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H1: FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
2. Pengaruh Permodalan (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
diakibatkan oleh operasional bank (Tarmidzi & Kusumo 2003). Menurut
peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut
risiko (ATMR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah
seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai sendiri disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber lain (Peraturan Bank Indonesia, 2008).
Semakin tinggi CAR maka kondisi bank akan semakin baik (Tarmidzi &
Kusumo 2003). Jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai
operasi bank, dan dapat melindungi deposan sehingga memberikan dampak
meningkatnya kepercayaan masyarkat terhadap bank. Keadaan ini
menguntungkan bank dan akan berkontribusi pada meningkatnya profitabilitas
(ROA) (Kuncoro & suhardjono,2002).
52
Menurut Furi (2005) dalam penelitiannya: rendahnya CAR dikarenakan
peningkatan ekspansi aset berisiko yang tidak diimbangi dengan penambahan
modal menurunkan kesempatan untuk berinvestasi dan menurunkan kepercayaan
mayarakat sehingga berpengaruh pada penurunan profitabilitas. Tingginya rasio
modal dapat melindungi deposan dan memberikan dampak meningkatnya
kepercayaan masyarakat kepada bank, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
ROA.Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil
keuntungan harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai
pemasok modal bank.Dengan demikian harus menyediakan modal minimum yang
cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga (Dendawijaya, 2009).
Manajemen bank perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu minimal delapan persen karena
dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan
lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Teori ini juga didukung
oleh hasil penelitian Yuliani (2007), Ponco (2008), dan Setiawan
(2009),Muhammad Farhan Akhtar (2011), M Kabbir Hassan (2003), Shaista
Wasiuzzaman, dan Hanimas (2012), dan Sudin Haron (2004) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank. Dari
uraian tersebut dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut :
H0 : CAR tidak berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H2: CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
53
3. Pengaruh Efisiensi (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA)
Rasio BOPO mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,2005). Setiap perusahaan
termasuk perbankan harus mencapai output dengan biaya seminimal mungkin.
Efisiensi operasional secara maksimum dicapai pada tingkat pendapatan dimana
semua biaya dari skala keuntungan lebih kecil (Odunga R.M dan
Nyangweso,2013:5).Terdapat dua perspektif dalam teori efisiensi dalam ekonomi.
Pertama, efisiensi alokatif (harga) yang menyatakan jika bank ingin beroperasi
pada tingkat efisien, maka semua produk bank harus dengan harga optimal. Hal
ini akan mengurangi persaingan tidak sehat di pasar. Kedua, adalah efisiensi
produktif (efisiensi teknis) yang terjadi ketika bisnis mempekerjakan semua
sumberdaya secara efisien dan menghasilkan output lebih besar dari input
(Sathye,2001:613).
Pengukuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai BOPO
(Biaya Operasi Pendapatn Operasi). BOPO merupakan rasio antara biaya operasi
terhadap pendapatan operasi. Semakin kecil nilai BOPO menunjukkan semakin
baik tingkat efisiensi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.Bank yang sehat
memilki nilai BOPO kurang dari satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nilai
BOPO nya lebih dari satu. Faktor efisiensi menyatakan bahwa perusahaan dengan
efisiensi lebih baik memilki market share yang terus meningkat dan memilki
tingkat profitabilitas yang lebih baik (Abbosoglu &Aysan,2007:107). Berarti
semakin tinggi nilai BOPO maka profitabilitas semakin rendah, berarti BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA atau semakin efisien suatu bank berpengaruh
54
positif terhadap profitabilitasnya. Teori ini didukung oleh penelitian Rafel
Bautusta Mesa (2013), Dari uraian tersebut dapat dirumuskan dalam hipotesis
sebagai berikut:
H0 : BOPO tidak berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H3: BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas (ROA)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian
pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Pratiwi (2010)
menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas
BUS. Akan tetapi, hasil yang berbeda diperoleh oleh Sumarlin (2016) dan
Lemiyana (2016) yang menyebutkan bahwa NPF secara simultan tidak
mempunyai pengaruh terhadap ROA dan secara parsial berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas (ROA).
Semakin kecil Non Performing Financing (NPF) maka semakin kecil pula
risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Dengan demikian apabila suatu bank
mempunyai Non Performing Financing (NPF) yang tinggi, menunjukkan bahwa
bank tersebut tidak profesional dalam mengelola kreditnya, sekaligus memberikan
indikasi bahwa tingkat risiko atau pemberian kredit pada bank tersebut cukup
tinggi searah dengan tingginya Non Performing Financing (NPF) yang dihadapi
bank (Lemiyana: 2016).
55
Berdasarkan uraian hasil penelitian terdahulu tersebut, maka penulis ingin
membangun hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : NPF tidak negatif berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H4 : NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA)
5. Pengaruh Inflasi terhadap profitabilitas (ROA)
Menurut Asfia (2006:203), secara sederhana inflasi merupakan suatu
kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung
secara terus menerus. Inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah
satu lembaga keuangan. Bank syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang
tidak luput dari pengaruh inflasi.
Dalam sistem keuangan konvensional tidak tercipta keterkaitan antara
sektor moneter dengan sektor riil, sedangkan dalam perbankan Islam harus terjadi
keterikatan dan keseimbangan antara sektor moneter dan sektor riil. Sektor
moneter tidak boleh berjalan sendiri meninggalkan sektor riil. Keterikatan pada
akad-akad syariah bersifat mutlak. Pada akad pembiayaan seperti mudharabah dan
musyarakah, pendapatan bagi hasil bank akan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sektor riil. Disaat terjadinya inflasi pendapatan masyarakat dari sektor riil
mengalami penurunan dikarenakan naiknya bahan-bahan yang digunakan untuk
kegiatan usaha, sehingga menurunnya penghasilan yang diterima. Dikarenakan
bank syariah menganut sistem bagi hasil dimana apabila masyarakat/nasabah
mengalami kerugian, bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian
kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah (Heri, 2008:77).
56
Menurut Febriana dan Prima (2009) adanya hubungan antara profitabilitas
bank dengan inflasi. Inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Hal ini
mengindikasikan bahwa dengan naiknya tingkat inflasi akan berdampak pada
beban operasional bank yang juga akan meningkat serta nilai suku bunga riil
menurun yang mengakibatkan hasrat masyarakat untuk menabung di bank
berkurang. Dengan naiknya tingkat inflasi maka suku bunga akan naik dan
mengakibatkan masyarakat enggan meminjam pada pihak bank. Selain itu
perusahaan sektor rill juga enggan untuk menambah modal guna membiayai
produksinya, yang pada akhir akan berdampak pada turunnya profitabilitas bank.
Bila laju infasi sangat tinggi (hyperinflation) akan menimbulkan
ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan mengganggu kegiatan operasional
perbankan, seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan
mengganggu keadaan keuangan bank-bank (Pohan, 2008 dalam Febriana dan
Prima, 2009).
Selain itu, penelitian Bilal, Saeed, Gull, dan Akram (2013) melihat adanya
hubungan negatif antara inflasi dengan profitabilitas, hal serupa disampaikan oleh
Francis (2013) bahwa untuk variabel makro - ekonomi , temuan menunjukkan
bahwa baik inflasi memiliki dampak negatif pada profitabilitas bank . Efek negatif
bisa berarti pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah dan negatif yang dialami
oleh sebagian besar negara-negara Sub-Sahara selama periode penelitian dan
sebagai konsisten dengan teori ( Naceur et al. 2003 dan anayiotis et al, 2005
dalam Febriana dan Prima, 2009). Efek negatif inflasi terhadap profitabilitas bank
mencerminkan ketidakmampuan bank untuk memperkirakan inflasi dalam
57
struktur biaya mereka untuk merealisasikan keuntungan. Sebagai mengakibatkan
suku bunga yang dibebankan lebih rendah dari inflasi aktual, sehingga menjadi
kerugian. Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin
membangun hipotesis penelitian sebagai berikut ini:
H0 : Inflasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H5 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas ROA
6. Pengaruh BI rate terhadap profitabilitas (ROA)
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2007:121)
Seiring dengan terjadinya inflasi, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan
dengan menaikan BI Rate dengan tujuan dapat mengurangi tekanan inflasi.
Perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara langsung dapat
mengganggu perkembangan perbankan. Suku bunga yang tinggi, di satu sisi, akan
meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana
perbankan akan meningkat. Disisi perbankan, dengan bunga yang tinggi, bank
akan mampu menghimpun dana untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada
dunia usaha (Pohan, 2008 dalam Febriana dan Prima, 2009).
Menurut Kepala Divisi Penelitian dan Manajemen Proyek Karim Business
Consulting (KBC) Alfi Wijaya (inilah.com, 2009), jika BI Rate naik, beberapa
bank konvensional menaikkan suku bunga dengan sangat tinggi sedangkan bank
58
syariah tidak bisa, sehingga pada kondisi BI rate naik, bank syariah menjadi tidak
kompetitif. Anto dan Muhammad (2012) dan Bilal, Saeed, Gull, dan Akram
(2013) melihat adanya pengaruh antara BI rate dengan profitabilitas. Berdasarkan
hasil uraian hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin membangun hipotesis
sebagai berikut ini:
H0 : BI rate tidak berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
H6 : BI rate berpengaruh dan signifikan terhadap ROA
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari Otoritas Jasa Keuangan
dan Bank Umum Syariah melalui data elektronik dengan website serta
pengambilan data primer dengan cara wawancara pakar/praktisi secara purposive
sampling. Pengambilan data sekunder dapat terkumpul dalam waktu yang relatif
singkat, namun untuk beberapa hal diperlukan data tambahan apabila data tidak
tercantum pada tahun-tahun tertentu. Data sekunder yang diambil adalah laporan
keuangan Bank Umum Syariah, sedangkan data primer hasil justifikasi
pakar/praktisi keuangan syariah. Waktu penelitian ini dilakukan selama empat
bulan efektif.
B. Disain Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan mixed method yaitu pendekatan
kuantitatif (ekonometrik) dan kualitatif sistem). Dalam penelitian ini dikaji
hubungan antara
1. Profitabilitas dengan faktor internal ( CAR, BOPO, NPF, FDR)
2. Profitabilitas dengan faktor eksternal (Inflasi dan BI Rate)
3. Profitabilitas dengan peningkatan kinerja keuangan BUS
60
C. Data yang Diperlukan dan Sumbernya
Untuk melakukan analisis penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa
data sekunder, yaitu laporan keuangan bank umum syariah yang dipublikasikan di
annual report Bank Umum Syariah selama lima tahun, yaitu dari tahun 2013 –
2017. Data yang diperlukan dari laporan keuangan adalah angka-angka pada
laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari data rasio keuangan Bank Umum
Syariah yaitu:
1) Besarnya Return on Asset (ROA)
2) Besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR)
3) Besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR)
4) Nilai Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
5) Besarnya Non performing Financing (NPF)
Meskipun angka-angka laporan keuangan tersebut berupa ratio, namun
analisa penelitian ini mengklasifikasikan dalam ukuran atau range tertentu. Oleh
karena itu skala pengukuran terhadap semua variabel diatas akan berupa skala
nominal.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Untuk mendapatkan informasi mengenai angka-angka pada laporan
keuangan, pengumpulan data dilakukan dengan cara electronically melalui
website Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Umum Syariah dan wawancara kepada
para pakar/praktisi masing- masing Bank Umum Syariah dan akademisi/peneliti.
E. Teknik Pengambilan Contoh
61
Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, data yang diambil pada Otoritas
Jasa Keuangan dan Bank Umum Syariahadalah data rasio keuangan Bank Umum
Syariah. Mengikuti asas keterbukaan, data keuangan semua perusahaan publik
dapat diakses oleh masyarakat umum, baik melalui website atau berupa hard copy
yang ada di Bank Umum Syariah.
Tabel 3.1. Teknik Pengambilan Contoh No. Sampling Keterangan
1 Element SamplingPerusahaan Laporan rasio keuangan di OJK
2 Population Bank Umum Syariah di Indonesia
3. Sampling Unit Angka-angka pada laporan keuangan.
4. Sampling Frame 13 Bank Umum Syariah di Indonesia
5. Sampling Size 12 Bank Umum Syariah di Indonesia
6 Sampling Procedures Membuat ratio keuangan dari data yang tertera pada laporan keuangan anual report
7 Method of Collecting data Access melalui Website terhadap laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Data yang diperoleh belum semuanya langsung dapat digunakan, karena
pengukuran dalam penelitian ini berupa angka-angka rasio berdasarkan data
keuangan yang tersedia. Meskipun dalam analisis penelitian angka-angka
tersebut sudah diklasifikasikan menjadi nilai rasio, sebab pengukuran
profitabilitas secara ilmu keuangan ditunjukkan dengan batasan-batasan tertentu.
Data dikumpulkan dari sampel yang ditentukan secara sengaja (purposive
sampling) berjumlah 9 orang, yaitu pakar (praktisi dan pakar keuangan
syariah/pakar perbankan syariah), pihak manajemen perusahaan yang meliputi
Direktur Utama Perusahaan, Direktur, Wakil BPH DSN, Senior Vice President,
62
Peneliti Perbankan Syariah, Head Syariah Mortgage dan Group Head Corporate
Planning serta para pelaku dan praktisi yang benar-benar paham di bidang
Perbankan Syariah (Tabel 3.2). Responden yang dipilih merupakan orang-orang
yang berkontribusi besar terhadap perumusan dan pelaksanaan strategi perusahaan
Tabel 3.2
Daftar Responden Pakar di Bidang Perbankan Syariah
No. Nama Jabatan Pengalaman di di bidangnya
1. Dr. Beny Witjaksono Mantan Direktur Utama Bank Mega Syariah
25 tahun
2. Ir Adiwarman A. Karim,MBA Wakil BPH DSN 25 tahun
3. Dr. Acep R. Jayaprawira Mantan Direktur BNI Syariah
23 tahun
4. Taufik Machrus, MBA Senior Vice President Bank Syariah Mandiri
17 tahun
5. Dr Murniati Mukhlisin, MAcc Peneliti dan Praktisi Perbankan Syariah
17 tahun
6. Yaya RC Pujiharto, ME Head Syariah Mortgage Bank Permata Syariah
14 tahun
7. Ferry Adrian Syah, MM Group Head Corporate Planning BRI Syariah
8 Tahun
8. Dr Ascarya Peneliti Utama Bank Indonesia
25 tahun
9. Dece Kurniadi, SH , MAcc Praktisi keuangan syariah/ konsultan
15 tahun
F. Operasional Variabel
Variable penelitian inidiawali dengan melakukan pengumpulan data
penelitian yang berupa data sekunder yang berasal dari laporan keuangan Bank
Umum Syariah yang di publish di website masing-masing bank. Laporan
keuangan yang dipilih adalah laporan keuangan periode tahun 2013 – 2017.
63
Kemudian laporan keuangan tersebut ditabulasi secara time series. Variabel
dependent dalam penelitian ini yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan rasio
indikator rasio pengembalian atas aset / return on asset (ROA). Sedangkan
variabel independent dalam penelitian ini ada empat, yaitu likuiditas (FDR),
pemodalan (CAR), pembiayaan bermasalah (NPF) dan efisiensi (BOPO),
profitabilitas dengan indikator rasio pengembalian atas aset / return on asset (
ROA ). Adapun penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Pengukuran Skala
Likuiditas (Financing to Deposit Ratio)
Laba BersihJumlah Saham yang Beredar
Rasio
Efisiensi
Biaya operasional terhadap
perndapatan operasioanal
(BOPO)
Total Hutang Total Aset
Rasio
Pemodalan capital adequacy ratio (CAR)
Rasio
Pembiayaan Bermasalah
Non Performing Financing (NPF)
Rasio
Profitabilitas ROA ( Return on Asset ) Laba Bersih
Total Aset
Rasio
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data panel untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari struktur modal dan
64
profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perbankan syariah di Indonesia.
Analisis data panel terdiri dari data cross sectional dan data time series.Gujarati
(2003) dalam Bukit (2012) menyatakan bahwa metode analisis data panel
memiliki kekuatan metodologi antara lain dapat meningkatkan ukuran sampel
penelitian dan mengurangi masalah unobserved heterogenety.
1. Pemilihan Model
Menurut Basuki (2016: 277), untuk memilih model yang paling tepat
dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, yakni:
a. Uji Linieritas
Digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Ada beberapa mtode yang dilakukan
untuk pengujian linearitas, tetapi dalam penelitian untuk melakukan
pengujian linearitas mennggunakan metode langrange multiplier yang
merupakan uji alternative dari Ramsey –test. Perhitungannya adalah
sebagai berikut:
n = jumlah BUS
T = jumlah periode
b. Uji Chow
65
Penentuan model terbaik antara OLS pooled dan Model Efek
Tetap (FEM) adalah menggunakan Uji Chow.
c. Uji Hausment
Sedangkan untuk memilih antara Model Efek Tetap (Fixed Effect
Model) atau Model Efek Random (Random Effect Model) menggunakan
Uji Hausman.
d. Uji Langrange Multiplier
Dilakukan untuk membandingkan/memilih model mana yang
terbaik antara Fixed Effect atau Random Effect.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Basuki (2016:297) mengatakan bahwa uji asumsi klasik yang
digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan Ordinary Least Squared
(OLS) meliputi uji Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Multikolinieritas dan
Normalitas. Meskipun begitu, dalam regresi data panel tidak semua uji perlu
dilakukan.
a. Karena model sudah diasumsikan bersifat linier, maka uji linieritas
hampir tidak dilakukan pada model regresi linier.
b. Pada syarat BLUE (Best Linier Unbias Estimator), uji normalitas tidak
termasuk didalmnya, dan beberapa pendapat juga tidak mengharuskan
syarat ini sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi.
c. Pada dasarnya uji autokorelasi pada data yang tidak bersifat time series
(cross section atau panel) akan sia-sia, karena autokorelasi hanya akan
terjadi pada data time series.
66
d. Pada saat model regresi linier menggunakan lebih dari satu variabel
bebas, maka perlu dilakukan uji multikolinearitas. Karena jika variabel
bebas hanya satu, tidak mungkin terjadi multikolinieritas.
e. Kondisi data mengandung heteroskedastisitas biasanya terjadi pada
data cross section, yang mana data panel lebih dekat ke ciri data cross
section dibandingkan time series.
3. Uji Hipotesis Statistik
Menurut Nachrowi (2006), uji hipotesis berguna untuk menguji
signifikansi koefisien regresi yang didapat. Artinya, koefisien regresi yang di
dapat secara statistik tidak sama dengan nol, karena jika sama dengan nol
maka dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel
bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikatnya. Untuk kepentingan
tersebut, maka semua koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Uji-F
Menurut Ghozali ( 2005: 98 ) uji statistik F pada dasarnya
menunjukan apakah semua variabel independen / variabel bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama
terhadap variabel dependen / terikat. Apabila tingkat signifikan uji F <
0.05 maka terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.Namun, jika tingkat signifikan ui F > 0.05 maka tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen.Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
67
membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel.Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho
ditolak dan menerima Ha.
Uji-F diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien (slope)
regresi secara bersamaan, dengan kata lain digunakan untuk memastikan
bahwa model yang dipilih layak atau tidak untuk mengintepretasikan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Uji-t
Menurut Ghozali ( 2005: 98 ) uji statistik t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji
statistik t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
mempengaruhivariabel dependen.
Jika Uji-F dipergunakan untuk menguji koefisien regresi secara
bersamaaan, maka Uji-t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara
individu. Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi populasi, apakah
sama dengan nol, yang berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol, yang
berarti variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Berdasarkan tingkat signifikansi, apabila mempunyai tingkat
signifikansi < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa masing- masing variabel
68
independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.Dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika t- hitung < t- tabel, maka variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan
hipotesa ditolak.
2) Jika t- hitung > t- tabel, maka variebel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen dan hipotesa
diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2005:97) koefisien determinasi (R2) merupakan
nilai yang menunjukan seberapa jauh kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai (R2) antara 0 sampai
dengan 1. Koefisien Determinasi (Goodness of Fit) dinotasikan dengan R-
squares yang merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena
dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang
terestimasi.Nilai Koefisien Determinasi mencerminkan seberapa besar
variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Bila
nilai Koefisien determinasi sama dengan 0, artinya variasi dari variabel
terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebasnya sama
sekali. Sementara bila nilai Koefisien determinasi sama dengan 1, artinya
variasi variabel terikat secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel-
variabel bebasnya. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan
69
regresi ditentukan oleh R-squares-nya yang mempunyai nilai antara nol
dan satu.
70
H. Model Analisis Data Panel
Menurut Nachrowi dan Usman (2006) data panel merupakan gabungan
antara data berkala (time series) dan data individual (cross section). Data time
series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu
individu. Sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam
satu waktu terhadap banyak individu.
Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain :
Pertama, Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu; kedua, Kemampuan
mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan
untuk mengujidan membangun model perilaku lebih kompleks; Ketiga, data panel
mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang (time series),
sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic
adjustment; Keempat, tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data
yang lebih informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin
berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga
dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien; Kelima, data panel dapat
digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks; Keenam,
Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan
oleh agregasi data individu.
Dengan menggunakan data panel dapat dihasilkan intersep dan slope
koefisien yang berbeda pada setiap periode waktu dan setiap perusahaan. Data
panel dapat menambahkan dimensi kesulitan baru dari spesifikasi model, yaitu
71
gangguan dari cross section, time series, dan kombinasi keduanya. Maka, dalam
mengestimasi persamaan model akan sangat tergantung dengan asumsi pada
intersep, koefisien slope, dan variabel gangguannya. Namun menurut Widarjono
(2013), terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengestimasi model regresi
dengan panel data. Metode pendekatan tersebut adalah Common Effect, Fixed
Effect, dan Random Efect:
1. Common Effect
Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi
data panel, yaitu hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross
section. Dengan menggabungkan data tersebut tanpa perbedaan antar waktu dan
individu maka dapat digunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) untuk
mengestimasi model data panel. Pendekatan ini disebut Common Effect, dimana
diasumsikan bahwa prilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun
waktu. Dengan demikian pada teknik common effect ini dapat dituliskan model
persamaan regresinya seperti dalam persamaan berikut :
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + eit
Dimana:
Y = ROA
β = koefisien slope
X1= CAR
X2 = FDR
X3 = NPF
72
X4 = BOPO
X5 = INFLASI
X6 = BI RATE
2. Fixed Effect
Pada teknik common effect mengasumsikan bahwa intersep maupun slope
adalah sama baik antar waktu maupun perusahaan. Namun asumsi tersebut jauh
dari kenyataan sebenarnya. Akan ada perbedaan karakteristik antar perusahaan,
contohnya budaya perusahaan, gaya menejerial, sistem intensif, dan sebagainya.
Cara untuk mengetahui adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa
intersep adalah berbeda antar perusahaan sedangkan slope-nya tetap sama antar
perusahaan. Model regresi Fixed effect mengasumsikan adanya perbedaan
intersep dengan menambahkan subskrip i pada persamaannya, sehingga dapat
dituliskan model sebagai berikut:
Yit = β0i + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + eit
Teknik model Fixed Effect merupakan teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.
Model fixed effect sering kali disebut dengan teknik Least Squares. Dummy
Variables (LSDV). Model fixed effect dengan teknik variabel dummy dapat ditulis
sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + β7D1i + β8D2i +
β9D3i … + eit
Dimana:
D1i = 1 untuk Bank Muamalat Indonesia, 0 untuk Bank Syariah Mandiri, dan 0
untuk BRI Syariah
73
D2i = 1 untuk Bank Syariah Mandiri, 0 untuk Bank Muamalat Indonesia, dan 0
untuk BRI Syariah
D3i = 1 untuk BRI Syariah, 0 untuk Bank Muamalat Indonesia, dan 0 untuk Bank
Syariah Mandiri
D4i = untuk bank umum syariah
3. Random Effect
Variabel dummy digunakan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model
yang sebenarnya, namun dapat berimbas pada berkurangnya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Maka
masalah ini diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) atau
dikenal sebagai teknik random effect. Model ini mengasumsikan bahwa intersep
adalah variabel random atau stokastik. Dalam hal ini, dalam model persamaan β0i
tidak lagi tetap, tetapi bersifat random dapat ditulis dalam persamaan berikut.
I. Analytical Hierarchy Process AHP
Tahapan berikutnya dilanjutkan dengan penggunaan model atau
pendelatan Proses Hirarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process yang
merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk membantu para
pengambil keputusan manajerial. Menurut Saaty (1980), secara umum
pengambilan keputusan meliputi keputusan bidang : (1) perencanaan, (2)
pembangkitan seperangkat alternatif, (3) penyusunan prioritas, (4) pemilihan
kebijakan setelah menemukan berbagai alternatif, (5) alokasi sumberdaya, (6)
penetapan persyaratan atau kebutuhan, (7) peramalan hasil/keluaran, (8) disain
sistem, (9) pengukuran kinerja, (10) stabilitas sistem, (11) optimalisasi, dan (12)
74
penyelesaian konflik. Bidang-bidang keputusan tersebut seringkali dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang tidak terstruktur, sehingga memerlukan pendapat
(judgement) dari pakar (expert) untuk mengintegrasikannya ke dalam analisis
yang dilakukan. Dengan demikian, PHA dapat digunakan untuk menganalisa
bidang-bidang keputusan tersebut.
Menurut Saaty (1993), prinsip pemikiran analitik dalam memecahkan
masalah adalah dengan analisis logis eksplisit. Terdapat tiga prinsip utama dalam
PHA, yaitu : (1) prinsip penyusunan hirarki; (2) prinsip penetapan prioritas; dan
(3) prinsip konsistensi logis. Ketiga prinsip tersebut dipaparkan di bawah ini.
(1) Prinsip Penyusunan Hirarki
Menurut Saaty (1980), hirarki merupakan suatu abstraksi struktur dari suatu
sistem untuk menelaah interaksi fungsional antar elemen sistem tersebut dan
dampaknya terhadap sistem secara keseluruhan. Abstraksi tersebut memiliki
bentuk, dimana komponennya saling terkait, yang semuanya tersusun dari puncak
(strata 1 sasaran), kemudian turun ke faktor - faktor pendorong yang
mempengaruhi sub tujuan (strata 2), kemudian diteruskan ke aktor atau pelaku
yang memberi dorongan (strata 3), tujuan-tujuan aktor (strata 4), dan akhirnya
turun ke alternatif strategi (strata 5). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
hirarki adalah suatu sistem dengan bentuk yang berstrata, yang masing-masing
strata terdiri dari beberapa elemen sehingga elemen dari setiap strata perlu
diidentifikasi dan dikelompokkan dalam kesatuan-kesatuan berdasarkan
pertimbangan kedekatan hubungan. Bentuk umum abstraksi sistem hirarki AHP
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
75
Gambar 3.1. Bentuk umum abstraksi sistem hirarki (Hipotetik)
Tidak ada prosedur khusus untuk membentuk sasaran, kriteria-kriteria, dan
aktivitas-aktivitas yang dimasukkan dalam sistem hirarki, atau pada suatu sistem
yang umum (Saaty 1993). Hal ini tergantung pada sasaran apa yang dipilih untuk
memilah-milah sistem yang kompleks menjadi berbagai elemen. Elemen sistem
yang telah diidentifikasi kemudian dikelompokkan ke dalam elemen yang satu
kesatuan strata, kemudian strata-strata tersebut disusun dalam bentuk hirarki.
Terdapat hubungan antar faktor atau elemen sistem yang tidak pernah dapat
diperoleh secara sempurna dan lengkap dalam menyusun suatu hirarki. Oleh
karena itu, dalam penyusunan hirarki diperlukan wawasan/pengetahuan,
kesabaran, dan kemampuan untuk berintraksi dengan orang lain agar dapat
diperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman darinya.
Selain itu, terdapat beberapa keunggulan dari hirarki, seperti dipaparkan
berikut ini (Saaty 1980).
76
1. Representasi suatu sistem secara hirarkis dapat digunakan untuk
menggambarkan bagaimana perubahan-perubahan prioritas elemen yang terjadi
pada strata yang lebih tinggi dapat mempengaruhi prioritas setiap elemen yang
terkait pada strata di bawahnya;
2. Hirarki memberi banyak informasi secara rinci atas struktur dan fungsi.
(2) Prinsip Penetapan Prioritas
Penetapan prioritas pada metode PHA mencakup penyusunan matriks
pendapat komparasi berpasangan, pengolahan horizontal, dan pengolahan vertikal,
seperti yang dipaparkan berikut ini.
Matriks pendapat komparasi berpasangan
Menurut Saaty (1991), tidak semua masalah sistem dapat dipecahkan hanya
melalui analisa elemen sistem yang terukur. Seringkali elemen sistem yang tidak
terukur memiliki peranan yang besar, sehingga tidak dapat diabaikan, seperti mutu
lingkungan, kesehatan, ketentraman, dan sebagainya. Untuk menganalisa dan
mengevaluasi nilai-nilai sosial, seperti tersebut di atas, diperlukan metode analisis
yang sesuai, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan adanya intraksi antar
pendapat dengan fenomena sosial. Penggunaan pendapat dalam memecahkan
masalah sistem dilakukan dengan membandingkan elemen sistem secara
perpasangan. Dengan demikian, diperlukan seperangkat skala (rating scale) yang
dapat membedakan setiap pendapat dan memiliki keteraturan, sehingga
memudahkan untuk mengaitkan antara pendapat pakar dengan nilai skala tersebut.
Nilai skala yang digunakan dalam perbandingan pendapat secara berpasangan
adalah 1 sampai 9 (Tabel 3.4). Skala tersebut merupakan skala yang terbaik
77
berdasarkan tingkat akurasinya yang diukur dari nilai deviasi RMS (Root Mean
Square) dan MAD (Median Absolute Deviation) pada berbagai masalah sistem
(Saaty 1991). Nilai skala tersebut untuk menentukan tingkat kepentingan antar
elemen.
Matriks pendapat komparasi berpasangan terdiri dari matriks pendapat
individu (MPI) dari setiap expert yang memberikan pendapat dan matriks
pendapat gabungan (MPG), yaitu gabungan pendapat dari semua expert yang
memberikan pendapat. MPI merupakan matriks pendapat berpasangan dari setiap
expert yang membentuk suatu matrik bujur sangkar (n x n). MPI secara matematis
dapat ditulis sebagai matriks A = (aij), dimana aij adalah elemen matrik A pada
baris ke-i dan kolom ke-j. Bentuk umum Matriks Pendapat Komparasi
Berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.5. Cara pengisian tabel tersebut adalah
dengan membandingkan, dimana Tingkat kepentingan F1 dibandingkan dengan
F2 ternyata sedikit lebih penting atas G, sehingga diberi nilai 3 dan nilai
kebalikannya adalah 1/3. Tingkat kepentingan F1 dibandingkan dengan Fn
ternyata antara sedikit lebih penting sampai lebih penting atas G, sehingga diberi
nilai 4 dan nilai kebalikannya adalah 1/4. Tingkat kepentingan F2 dibandingkan
dengan Fn ternyata sangat kurang penting atas G, sehingga diberi nilai 1/7 dan
nilai kebalikannya adalah 4. Demikian seterusnya dilakukan untuk setiap matriks
pendapat individu.
Tabel 3.5. Nilai skala yang digunakan dalam PHA dan definisinya Nilai Skala Tingkat Kepentingan antar Dua Elemen yang Dibandingkan
1 Sama pentingya dibandingkan dengan elemen lainnya 3 Sedikit lebih penting dibandingkan dengan elemen lainnya 5 Lebih penting dibandingkan dengan elemen lainnya
78
Nilai Skala Tingkat Kepentingan antar Dua Elemen yang Dibandingkan 7 Sangat lebih penting dibandingkan dengen elemen lainnya 9 Mutlak lebih penting dibandingkan dengan elemen lainnya
2,4,6, dan 8 Nilai antara dua skala yang berdekatan Nilai
kebalikannya Menyatakan pendapat kurang tingkat kepentingannya
Sumber : Saaty (1993).
Tabel 3.6. Contoh matriks komparasi pendapat berpasangan G F1 F2 ... Fn F1 1 3 ... 4 F2 1/3 1 ... 1/7 ... ... ... ... ... Fn ¼ 7 1/9 1
Sumber : Hipotetik
Matriks Pendapat Gabungan berisi nilai rata-rata geometrik (gij) dari matriks
pendapat individu yang memenuhi syarat tingkat konsistensi (nilai RK = 10%).
Rata-rata geometrik dapat dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut.
Keterangan: m adalah jumlah responden pakar yang memenuhi syarat tingkat
konsistensi.
Pengolahan Horizontal
Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas keputusan untuk
setiap elemen pada suatu strata keputusan. Tahap-tahap pada pengolahan
horizontal dipaparkan di bawah ini (diadaptasi dari Saaty 1991).
Tahap 1. Mencari Nilai Vektor Eigen (VE) Tahap 2. Mencari Vektor Prioritas (VP)
(i, j = 1, 2, ..., n)
79
Keterangan: VPi adalah elemen vektor prioritas ke-i
Pengolahan Vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas keputusan setiap
elemen pada strata tertentu terhadap sasaran utamanya (strata 1). Pengolahan
vertikal dimulai dari strata ketiga dengan mencari prioritas keputusan setiap
elemen yang terdapat pada strata ketiga tersebut terhadap sasaran utamanya.
Setelah prioritas keputusan setiap elemen pada strata ketiga diperoleh, maka
dilanjutkan untuk menghitung prioritas keputusan untuk strata berikutnya
terhadap sasaran utama. Demikian seterusnya dilakukan untuk semua strata di
bawahnya. Pengolahan vertikal dapat diformulasikan dalam bentuk aljabar
sebagai berikut (Diadaptasi dari Saaty 1991).
m NPpq = S (NPHpq x NPTt ), untuk p = 1, 2, .., n dan t = 1, 2, ..., m t=1
keterangan : NPpq = Nilai prioritas hasil pengolahan vertikal elemen ke p strata ke q NPHpq = Nilai prioritas hasil pengolahan horizontal elemen ke p strata ke q NPVt(q-1) = Nilai prioritas hasil pengolahan vertikal elemen ke-t strata ke q-1 m = Jumlah elemen pada strata ke q-1 n = Jumlah elemen pada strata ke q
(3) Prinsip Konsistensi Logis
Menurut Saaty (1991), tingkat konsistensi setiap matriks pendapat diukur
dengan nilai rasio konsistensi (RK), yakni rasio antara indeks konsistensi (IK)
matriks pendapat dengan indeks acak (RI) yang dikeluarkan oleh OAKRIDGE
NATIONAL LABORATORY dari matriks berorde 1 sampai 15 dengan
80
menggunakan sampel berukuran 100 responden. Nilai RK setiap matriks
pendapat yang dapat diterima hanya sampai 10 persen, atau tingkat konsistensi 90
persen. Apabila matriks pendapat tidak konsisten (RK > 0.1), maka dapat
dilakukan revisi pendapat. Indeks OAK RIDGE NATIONAL LABORATORY (RI)
pada setiap jumlah orde (elemen yang dibandingkan pada setiap matriks pendapat)
antara 1 sampai 15 dapat dilihat pada Tabel 3.7. Langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk menghitung indeks konsistensi (IK) dan rasio konsistensi (RK)
atau Consistency Ratio dipaparkan sebagai berikut :
Tahap 1. Mencari Nilai Eigen Maksimum (λmaks)
Tabel 3.7. Indeks oak ridge national laboratory Jumlah
Orde(N) Indeks Oak Ridge National
Laboratory(RI) Jumlah Orde
(N) Indeks Oak Ridge National
Laboratory (RI) 1 0.00 9 1.45 2 0.00 10 1.49 3 0.58 11 1.51 4 0.90 12 1.48 5 1.12 13 1.56 6 1.24 14 1.56 7 1.32 15 1.59 8 1.41
Sumber :Saaty (1991)
Tahap 2. Mencari Indeks Konsistensi
1 IK
−−
=n
nλmaks
)(VA VA dengan VP,x a VA iij ==
)(VB VBdengan ,VPVA VB i==
n ..., 2, 1, iuntuk ,n
VB
n
1ii
maks ==∑=λ
81
Keterangan : IK = indeks konsistensi λmaks = nilai eigen maksimum n = jumlah elemen yang dibandingkan pada matriks pendapat Tahap 3. Mencari Rasio Konsistensi
RIIK RK =
Keterangan : RK = rasio konsistensi IK = indeks konsistensi RI = Indeks Oak Ridge National Laboratory
(4) Revisi Pendapat
Revisi pendapat dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat konsistensi
suatu matriks pendapat. Menurut Saaty (1991), revisi pendapat dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu (1) melakukan revisi pendapat pada elemen baris atau baris
yang memiliki nilai mutlak terbesar dari selisih aij dengan (wi/wj) atau maksimum
Iaij– (wi/wj)I; dan (2) melakukan revisi pendapat pada baris yang memiliki deviasi
RMS yang terbesar pada matriks pendapat individu, dimana deviasi RMS tersebut
dihitung dengan menggunakan nilai aij dan (wi/wj) atau dilakukan pada nilai
penjumlahan baris yang memiliki deviasi RMS terbesar, dengan rumus :
∑=
−=
n
1iij 2
1a maksww
(5) Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang
serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti
kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan
pada kriteria tertentu.
82
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode PHA atau AHP
(Analitical Hierarchy Process). Data yang dianalisa meliputi data struktur hirarki
keputusan berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh pakar. Pendekatan AHP
menggunakan analisis komparasi berpasangan (pairwise comparison) dimana
analisis datanya dapat dilakukan dengan bantuan program komputer dengan
menggunakan program aplikasi Expert Choice 2000.
Tolok ukur kekonsistenan pendapat pakar diukur dengan menggunakan
rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR). Dengan menggunakan AHP dapat
ditentukan urutan prioritas/tingkatan pengaruh elemen-elemen dalam suatu
hirarki.
J. Penentuan Hirarki
Pembuatan hirarki dilakukan pendapat para pakar berdasarkan pengalaman
dan literatur, serta hasil konfirmasi dengan para responden pakar di
bidangnyadengan metode wawancara(depth interview) dan diskusi. Pengolahan
data dan revisi dilakukan setelah kuesioner terkumpul. Secara skematis, proses
pembuatan dan pengolahan data AHP dalam penelitian dapat digambarkan dalam
bentuk hirarki keputusan kinerja pemda seperti terlihat pada Gambar 3.2.
83
Sumber : Saaty, 1993.
Gambar 3.2. Skema proses pengolahan data Analisis Hierarki Proses
Identifikasi Sistem
Penyusunan Hierarki
Pengisian Mantriks Pendapat Individu
Pengujian Konsistensi Rasio Terpenuhi? Tidak
MULAI
Revisi
Ya
Penyusunan Matriks Gabungan
Pengolahan
VECTOR PRIORITAS SELESAI
84
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran tentang data yang
diperoleh. Gambaran data ini bisa menjadi acuan untuk melihat
karakteristik data yang kita peroleh. Karakteristik data yang disajikan
misalnya nilai rata-rata, minimum, maksimum dan standar deviasi. Berikut
adalah gambaran umum berdasarkan data yang diperoleh.
Tabel.4.1 Analisis Deskriptif
Sumber:diolah,penulis,2018
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka dalam Tabel 4.1
berikut akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengamatan pada Bank Umum Syariah pada
periode 2013 sampai dengan 2017 sehingga N dalam penelitian ini sebanyak 59.
Berdasarkan perolehan data diketahui bahwa nilai rata-rata variabel efisiensi
(BOPO) paling besar yaitu 0,921980, dengan standar deviasi sebesar 0,131648.
ROA FDR BOPO NPF CAR INFLASI RATE Mean 0.016475 0.906342 0.921980 0.038805 0.189686 0.052925 0.071441 Median 0.010100 0.919400 0.919900 0.032000 0.182500 0.036100 0.075000 Maximum 0.103800 1.047500 1.433100 0.179100 0.367000 0.083800 0.077500 Minimum 0.000400 0.649700 0.664700 0.001000 0.111000 0.030200 0.065000 Std. Dev. 0.020587 0.070437 0.131648 0.032429 0.056703 0.024879 0.005458 Skewness 2.695994 -0.818163 1.415973 2.411628 1.252601 0.433788 -0.289413 Kurtosis 10.47711 4.578231 6.953939 10.66835 4.462374 1.212738 1.209228 Observations 59 59 59 59 59 59 59
85
Sedangkan nilai maksimum dan minimumnya yaitu 1,433100 dan 0,664700.
Secara statistik, nilai rata-rata variabel profitabilitas (ROA) yaitu 0,016475
dengan standar deviasi sebesar 0.020587, sedangkan nilai maksimum dan
minimumnya yaitu 0,103800 dan 0,000400.
Untuk variabel likuiditas (FDR), nilai rata-ratanya sebesar 0.906342
dengan standar deviasi sebesar 0,070437, sedangkan nilai maksimum dan
minimumnya yaitu 1,047500 dan 0.649700. Secara statistik, nilai rata-rata
variabel pembiayaan bermasalah (NPF)) sebesar 0,038805, dengan standar
deviasi sebesar 0,032429, serta nilai maksimum dan minimumnya yaitu 0,179100
dan 0,001000. Untuk statistik nilai rata-rata variabel modal (CAR) sebesar
0.189686 dengan standar deviasi sebesar 0,056703 sedangkan nilai maksimum
dan minimumnya yaitu 0,367000 dan 0,111000.
Secara statistik, nilai rata-rata variabel inflasi sebesar 0,052925, dengan
standar deviasi sebesar 0,024879 serta nilai maksimum dan minimumnya yaitu
0,083800 dan 0,030200. Sedangkan nilai rata-rata variabel Bi Rate adalah
0,071441, dengan standar deviasi 0,005458 serta nilai maksimum dan
minimumnya adalah 0,077500 dan 0,065000.
B. Peta Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
Berikut ini adalah rasio keuangan Bank Umum Syariah dalam periode
selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2013-2017 yang dijadika sampel dalam
penelitian ini:
86
1. ROA ( Return On Asset)
ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena OJK
sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang dananya sebagian besar
berasal dari simpanan masyarakat (Dendawijaya,2009:119). Semakin
tinggi ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karna tingkat
pengembalian (return) semakin besar (Husnan dan Enny
Pudjiastuti,1998:4)
Tabel 4.2 Rata –rata Return On Asset (ROA) BUS
No. Nama BUS ROA Kategori 1 BTPN Syariah 5,79% Sangat Tinggi 2 Aceh Syariah 2,94% Sangat Tinggi 3 BJB Syariah 2,16% Sangat Tinggi 4 Mega Syariah 1,44% Tinggi 5 Victoria Syariah 1,44% Tinggi 6 BNI Syariah 1,40% Tinggi 7 Panin Syariah 0,99%, Cukup Tinggi 8 BCA Syariah 0,98%, Cukup Tinggi 9 BRI Syariah 0,73%, Cukup Tinggi 10 BSM 0,66%, Cukup Tinggi 11 Bukopin Syariah 0,58%. Cukup Tinggi 12 Muamalat 0,25%. Sangat Rendah
Ket : Level 1 ROA > 1,5% Sangat Tinggi Level 2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Tinggi Level 3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Tinggi Level 4 0% < ROA ≤ 0,5% Rendah Level 5 ROA ≤ 0% Sangat Rendah (sumber : Bank Indonesia) Berdasarkan data diatas, rasio ROA BUS sejak periode tahun
2013-2017 yang memiliki nilai rata-rata tertinggi diperoleh oleh tiga
BUS diantaranya adalah BTPN dengan nilai ROA sebesar 5,79% ,
87
Aceh Syariah dengan nilai ROA 2,94% dan BJB Syariah 2,16% dan
ketiganya melebihi standar yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar
1,5%.Kemudian BUS yang memiliki nilai ROA dengan tingkat level
tinggi diantaranya yaitu Bank Mega Syariah dengan nilai ROA rata-
rata 1,44% Victoria sebesar 1,44%, BNIS sebesar 1,40%. Selanjutnya,
BUS yang memiliki nilai rata-rata ROA dengan tingkat level cukup
tinggi diantaranya adalah Panin Syariah dengan nilai rata-rata ROA
sebesar 0,99%, BCA Syariah dengan nilai 0,98%, BRI Syariah dengan
nilai rata-rata ROA sebesar 0,73%, BSM dengan nilai sebesar 0,66%,
Bukopin Syariah dengan nilai sebesar 0,58%. Akan tetapi, ada satu
BUS yang memiliki nilai rata-rata ROA dengan tingkat level rendah
yaitu Bank Muamalat dengan nilai rata-rata ROA nya sebesar 0,25%.
Bank BPTPN mempunyai ROA tinggi karena BTPN memiliki Unique
Value Proposition yang disebut "Daya" yaitu program peningkatan
kapasitas nasabah secara berkelanjutan. Tiga pilar daya yg dijalankan
yaitu Daya sehat sejahtera (program kesehatan khususnya bagai
nasabah pensiunan), daya tumbuh usaha (pengembangan usaha bagi
para pengusaha UMKM dan daya tumbuh komunitas (pengembangan
komunitas). Tiga program daya ini mampu memberikan kesempatan
tumbuh para nasabah dan mampu mencapai NPF yg rendah. Banyak
program-program ada pelatihan berseri, pendampingan, go online.
88
2. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Apabila dilihat dari Rasio Financing to Deposits Ratio (FDR)
adalah: Total Pembiayaan LDR = x 100% Total Dana Pihak Ketiga
Keterangan : Karena tidak ada kredit dalam perbankan syariah, maka rasio
Loan to Deposits Ratio (LDR) pada bank syariah disebut Financing to
Deposits Ratio (FDR). FDR BUS di Indonesia dalam lima tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR)
No. Nama BUS FDR Kategori 1 BSM 82,54% Tinggi 2 Aceh Syariah 82,56% Tinggi 3 BRI Syariah 87,79% Cukup Tinggi 4 BCA Syariah 89,54% Cukup Tinggi 5 BNI Syariah 90,28% Cukup Tinggi 6 Muamalat 91,71% Cukup Tinggi 7 Bukopin Syariah 92,27%, Cukup Tinggi 8 Panin Syariah 93,07%, Cukup Tinggi 9 Victoria Syariah 93,59%, Cukup Tinggi 10 BJB Syariah 93,07%, Cukup Tinggi 11 BTPN Syariah 95,02%. Cukup Tinggi 12 Mega Syariah 95,35%. Cukup Tinggi
Ket : Level 1 50%< FDR ≤ 75% Sangat Tinggi Level 2 75% < FDR ≤ 85% Tinggi Level 3 85%< FDR ≤ 100% Cukup Tinggi Level 4 100% < FDR ≤ 120% Rendah Level 5 FDR > 120% Sangat Rendah (sumber : Bank Indonesia)
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, nilai rasio FDR dari BUS yang
memenuhi kriteria tinggi ada dua BUS yaitu Bank BSM dengan nilai sebesar
82,54% dan Bank Aceh Syariah dengan nilai rata-rata FDR sebesar 82,56%.
Selain dari kedua BUS tersebut, sepuluh BUS lainnya memenuhi kriteria
89
cukup tinggi diantaranya BRI Syariah dengan nilai rata-rata FDR sebesar
87,79%, BCA Syariah dengan nilai sebesar 89,54%, BNIS dengan nilai
sebesar 90,28%, Muamalat dengan nilai sebesar 91,71%, Bukopin Syariah
dengan nilai sebesar 92,27%, Panin Syariah dengan nilai sebesar 93,07%,
Victoria Syariah dengan nilai sebesar 93,59%, BJB Syariah dengan nilai
sebesar 94,81%, BTPN Syariah dengan nilai sebesar 95,02% dan Bank Mega
Syariah dengan nilai sebesar 95,35%. Perkembangan Financing to Deposit
Ratio (FDR) pada bank syariah selama lima tahun terakhir banyak yang
berada dikategori cukup tinggi. Hal ini dikarenakan berbagai faktor,
diantaranya banyaknya permintaan pembiayaan dari masyarakat yang
memaksa perbankan untuk menambah modal pembiayaan selain dari dana
pihak ketiga (DPK).
3. Biaya Operasional (BOPO)
BOPO merupakan persentase jumlah biaya operasional bank
syariah terhadap jumlah pendapatan yang yang dihasilkan bank dalam
periode waktu tertentu. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin rendah
tingkat efisiensi bank tersebut. Semakin tinggi nilai BOPO dapat
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dan likuiditas bank tersebut.
BOPO BUS di Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 4.4
Tabel 4.4 Biaya Operasiaonal Pendapatan Operasional (BOPO)
No. Nama BUS BOPO Kategori 1 Aceh Syariah 75,72% Sangat Tinggi 2 BTPNS 83,32% Tinggi
90
3 Panin Syariah 85,71% Moderat 4 BNI Syariah 86,55% Moderat 5 BCA Syariah 90,45% Sangat Rendah 6 Mega Syariah 92,03% Sangat Rendah 7 BRI Syariah 92,09%, Sangat Rendah 8 BSM Syariah 93,48%, Sangat Rendah 9 Bukopin Syariah 93,64%, Sangat Rendah 10 Muamalat 96,74%, Sangat Rendah 11 BJB Syariah 100,27%. Sangat Rendah 12 Victoria Syariah 116,76%. Sangat Rendah
Ket: Level 1 BOPO ≤ 83% Sangat Tinggi Level 2 83% <BOPO ≤ 85% Tinggi Level 3 85% <BOPO ≤ 87% Moderat Level 4 87% < BOPO ≤ 89% Rendah Level 5 BOPO > 89% Sangat Redah (sumber : Bank Indonesia)
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai kriteria penilaian rasio BOPO diatas,
hanya ada satu BUS yang memiliki nilai rata-rata dengan kriteria sangat tinggi
yaitu Bank Aceh Syariah dengan nilai rata-rata BOPO 75,72%. Kemudian
untuk BUS yang memiliki kriteria tinggi yaitu hanya terdapat satu BUS yaitu
BTPN Syariah dengan nilai rata-rata BOPO sebesar 83,32%. Untuk kriteria
moderat, dimiliki oleh dua BUS yaitu Panin Syariah dengan nilai rata-rata
BOPO nya sebesar 85,71% dan BNIS dengan nilai rata-rata sebesar 86,55%.
Terakhir yaitu BUS dengan kriteria sangat rendah diperoleh oleh delapan BUS
diantaranya yaitu BCA Syariah dengan nilai rata-rata BOPO sebesar 90,45%,
Mega Syariah dengan nilai sebesar 92,03%, BRIS dengan nilai sebesar
92,05%, BSM dengan nilai sebesar 93,48%, Bukopin Syariah dengan nilai
sebesar 93,64%, Muamalat dengan nilai sebesar 96,74%, BJB Syariah dengan
nilai sebesar 101,27% dan Victoria dengan nilai rata-rata BOPO nya sebesar
116,76%. Dari rata-rata Biaya Operasional (BOPO) Bank Umum Syariah lima
91
tahun terakhir banyak terdapat dalam kategori sangat rendah. Hal ini
menunjukan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah sudah baik.
4. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan pada bank syariah dapat dilihat dengan menggunakan
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut ketentuan BI tingkat
CAR yang harus dimiliki bank syariah adalah 8%. Jika bank bank mampu
memenuhi kebutuhan 8% CAR sesuai kriteria BI berarti bank mampu
membiayai operasional bank, sehingga bank dapat menjaga likuiditas dan
mendapatkan profitabilitas. CAR BUS di Indonesia dalam lima tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio (CAR)
No. Nama BUS CAR Kategori 1 BCA Syariah 30,48% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 2 BTPNS 22,90% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 3 Aceh Syariah 19,91% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 4 Mega Syariah 19,73% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 5 Panin Syariah 19,30% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 6 BJB Syariah 18,66% Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 7 BNI Syariah 17,56%, Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 8 Victoria Syariah 17,02%, Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 9 BRI Syariah 16,45%, Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 10 Bukopin Syariah 15,68%, Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 11 BSM Syariah 14,19%. Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan 12 Muamalat 13,14%. Jauh Lebih Tinggi dari ketentuan
Ket: Level 1 KPMM ≥ 12% Jauh Lebih Tinggi dari Ketentuan Level 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih Tinggi dari Ketentuan Level 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit Lebih Tinggi dari Ketentuan Level 4 6% <KPMM 8% Lebih Rendah dari Ketentuan Level 5 KPMM ≤ 6% Jauh Lehih Rendah dari Ketentuan (sumber : Bank Indonesia)
92
Berdasarkan tabel 4.5 tentang kriteria penilaian CAR pada BUS, maka
dari dua belas BUS yang dijadikan sampel pada penelitian ini kesemuanya
mempunyai rasio kecukupan modal (CAR) jauh diatas ketentuan yang
dikeluarkan oleh BI yaitu ≥ 12%. adapun nilai dari rasio CAR tersebut pada
masing-masing BUS adalah diantaranya yaitu BCA Syariah dengan nilai rata-
rata CAR sebesar 30,48%, BTPN Syariah dengan nilai sebesar 22,90%, Aceh
Syariah dengan nilai sebesar 19,91%, Mega Syariah dengan nilai sebesar
19,73%, Panin Syariah dengan nilai sebesar 19,30%, BJB Syariah dengan nilai
sebesar 18,66%, BNIS dengan nilai sebesar 17,96%, Victoria Syariah dengan
nilai sebesar 17,02%, BRIS dengan nilai sebesar 16,45%, Bukopin Syariah
dengan nilai sebesar 15,68%, BSM dengan nilai sebesar 14,19% dan
Muamalat denghan nilai rata-rata CAR sebesar 13,14%. Perkembangan
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Umum Syariah kategori kecukupan
modal yang di tentukan Bank Indonesia yaitu rasio CAR minimum 8%. Hal
ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah telah mampu untuk
mempertahankan modal, serta kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang
timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
5. Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan rasio yang menggambarkan persentase jumlah
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh
bank syariah. Semakin tinggi nilai NPF akan berpengaruh negatif terhadap
93
profitabilitas dan likuiditas bank syariah. NPF BUS di Indonesia dalam
lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF)
No. Nama BUS NPF Ket 1 BCA Syariah 0,38% Sangat Baik 2 BTPNS 1,74% Sangat Baik 3 Panin Syariah 2,05% Baik 4 Aceh Syariah 2,11% Baik 5 BNI Syariah 2,51% Baik 6 Bukopin Syariah 2,80% Baik 7 Mega Syariah 3,33% Baik 8 BRI Syariah 4,58%, Baik 9 Muamalat 4,73%, Baik 10 BSM Syariah 5,40%, Cukup Baik 11 Victoria Syariah 6,27%, Cukup Baik 12 BJB Syariah 9,11%. Cukup Baik
Ket : Level 1 NPF < 2% Sangat Baik Level 2 2% ≤ NPF < 5% Baik Level 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik Level 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik Level 5 NPF ≥ 12% Buruk (sumber : Bank Indonesia)
Berdasarkan tabel 4.6 mengenai kriteria penilaian NPF pada BUS, terdapat
dua BUS yang memiliki kriteria sangat baik yaitu BCA Syariah dengan nilai
rata-rata NPF sebesar 0,38% dan BTPN Syariah dengan nilai rata-rata NPF
sebesar 1,74%. Kemudian, untuk BUS yang memiliki kriteria tdengan tingkat
baik diperoleh oleh tujuh BUS diantaranya yaitu Panin Syariah dengan nilai
rata-rata NPF sebesar 2,05%, Aceh Syariah dengan nilai sebesar 2,11%, BNIS
dengan nilai sebesar 2,51%, Bukopin Syariah dengan nilai 2,80%, Mega
94
Syariah dengan nilai sebesar 3,33%, BRIS dengan nilai sebesar 4,58% dan
Muamalat dengan nilai sebesar 4,73%. Kemudian untuk BUS yang memiliki
kriteria nilai NPF dengan tingkat cukup baik diperoleh oleh dua BUS
diantaranya yaitu BSM dengan nilai rata-rata NPF sebesar 5,40% dan Victoria
dengan nilai sebesar 6,27%. Untuk BUS dengan kriteria yang kurang baik
diperoleh oleh satu BUS yaitu BJB Syariah dengan nilai sebesar 9,11%.
Perkembangan risiko kredit Bank Umum Syariah Non Performing Financing
(NPF), sudah memenuhi batas kewajaran yang telah di terapkan oleh bank
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahmwa fungsi Bank Umum Syariah
sebagai penghimpun dana dan menyalurkanya kembali kepada masyarakat
sudah berjalan dengan optimal.
C. Determinasi Kinerja keuangan BUS
1. Uji Linearitas
Pengujian linieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi, variabel dependen atau keduanya mempunyai data yang linier atau
tidak. Model regresi yang baik adalah data yang linier. Dari penghitungan
yang dilakukan, hasilnya adalah 0,0000. Maka dapat disimpulkan bahwa data
yang diolah adalah linier. Ini berarti hasil penghitungan berada dibawah
tingkat signifikansi. Untuk lebih jelasnya dapat dihitung sebagai berikut :
2. Uji Chow
Output yang dihasilkan dari uji chow adalah seperti tabel 4.7 berikut :
95
Tabel 4.7
Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 8.337383 (11,41) 0.0000
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0000
sehingga nilai probabilitas lebih kecil dari α= 5%, artinya teknik estimasi
yang baik digunakan dalam penelitian ini adalah model Fixed Effect Model
(FEM). Karena yang terpilih adalah teknik estimasi. dengan uji FEM maka
tahap Uji Hausman yang digunakan untuk memilih antara metode FEM atau
REM dalam penelitian perlu untuk dilakukan.
3. Uji Hausmen
Output yang dihasilkan dari uji hausmen adalah seperti tabel 4.8berikut :
Tabel 4.8
Uji Haussman
Test_ Summary Chi-sq.Sta Chi-sq d.f Prob.
Cross-sc.rndm 69.301598 11 0.0000
Dapat disimpulkan bahwa yang lebih tepat untuk digunakan adalah Fixed
Effect Model dikarenakan pada nilai probabilitas (Prob.) cross-section
random nilainya < 0.05 maka model yang terpilih adalah Fixed Effect
Model.Dalam penelitian ini, metode yang akan dibahas dan dipilih untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah metode fixed effect untuk
96
mendeskripsikan fenomena yang ada. Untuk itu digunakan pertimbangan
statistik Chi-Square yang sering disebut Haussman Test.
4. Uji Lagrange multiplier
Dari penghitungan yang dilakukan pada persamaan, didapat hasil
yaitu 0,0000. Berikut adalah penjabaran nya :
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa yang lebih tepat digunakan adalah
Fixed Effect Model dikarenakan hasil yang diperoleh dibawah tingkat
signifikansi 0.05.
5. Analisis Model Regresi Panel Data
Berdasarkan periode pengamatan, penelitian ini menggunakan periode dari
tahun 2013 sampai tahun 2017. Sampel yang digunakan terdiri atas BUS di
Indonesia. Berdasarkan data panel tersebut, maka model regresi data panel
yang digunakan adalah pendekatan model fixed effect. Adapun secara umum
model regresi data panel yang digunakan dalam penelitian ini dituliskan
sebagai berikut:
ROA = a + b1CARt-1 + b2 FDRt-1 + b3 BOPOt-1 + b4 NPFt-1 + b5 Inflasit-1 + b6 Ratet-1 e di mana:
ROA = Variabel dependen a = konstanta b1, b2 = koefisien regresi CARt-1 = rasio kecukupan modal FDRt-1= financing to deposit ratio BOPOt-1 = biaya operasional NPFt-1 = non performing financing e = error term
97
Regresi data panel dilakukan dengan menggunakan model fixed effect.
Adapun ringkasan hasil estimasi untuk kedua model diperlihatkan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Model Regresi Data Panel Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.097618 0.042637 2.289497 0.0261 CAR 0.023366 0.041051 0.569194 0.5717 BOPO -0.107730 0.021154 -5.092695 0.0000 NPF -0.197292 0.087384 -2.257744 0.0282 FDR 0.032773 0.031349 1.045401 0.3007 INFLASI -0.118027 0.121793 -0.969075 0.3370 RATE -0.104117 0.552680 -0.188385 0.8513 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204 F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000
Keterangan :
Tabel 4.9 diatas, menunjukkan hasil estimasi dengan metode Fixed Effects
Model (FEM), hasilnya menunjukkan bahwa model ini signifikan dalam uji F
(koefisien simultan) dengan tingkat kesalahan mendekati 0%. Nilai R2 model
regresi ini adalah sebesar 0.832760, hal ini berarti variabel terikat pada model
98
dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya sebesar 83,2760%. Hal tersebut
mengindikaskan bahwa variabel CAR, BOPO, NPF, FDR, INFLASI dan
RATE yang diuji cukup baik dalam menjelaskan variabel dependennya
(ROA). Dan sisanya 0,16.724 tidak dapat dijelaskan oleh variabel
dependennya.
6. Uji Hipotesis Secara Simultan
Uji F-statistik pada penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas
kesalahan 0,000000 dimana lebih kecil dari tingkat kepercayaan sebesar
0,05 atau 5%, bahkan tingkat kesalahannya 0% maka H0 ditolak dan
menerima H1. Hasil yang dapat disimpulkan yaitu bahwa variabel bebas
yang dimaksudkan dalam model penelitian, yaitu CAR, BOPO, NPF, FDR,
INFLASI dan RATE secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ROA.
Tabel 4.10 Uji Simultan terhadap ROA
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204 F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000
7. Uji Hipotesis Secara Parsial
Tabel 4.11
99
Uji Parsial terhadap ROA
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.097618 0.042637 2.289497 0.0261 CAR 0.023366 0.041051 0.569194 0.5717 BOPO -0.107730 0.021154 -5.092695 0.0000 NPF -0.197292 0.087384 -2.257744 0.0282 FDR 0.032773 0.031349 1.045401 0.3007 INFLASI -0.118027 0.121793 -0.969075 0.3370 RATE -0.104117 0.552680 -0.188385 0.8513
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Konstanta C apabila semua variabel bebas bernilai 0, maka nilai ROA
sebesar konstanta 0.097618.
b. Variabel BOPO Bank Umum Syariah mempunyai nilai probabilitas
sebesar 0,0000 dan t-hitung sebesar -5,092695. Angka ini
menunjukkan nilai probabilitas t-hitung kurang dari level of
significance (α=0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti kondisi BOPO Bank Umum Syariah secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA BUS di Indonesia
tahun 2013- 2017. Hal ini relevan dengan temuan Sumarlin (2016)
yang menyatakan bahwa variabel independent BOPO berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas (ROA). Namun, hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhian Pratiwi
(2012) yang menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh positif
signifika terhadap profitabilitas (ROA) dan Lemiyana (2016) yang
menyatakan bahwa variabel independen BOPO tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
100
c. Variabel NPF Bank Umum Syariah mempunyai nilai probabilitas
sebesar 0,0282 dan t-hitung sebesar -2,257744. Angka ini
menunjukkan nilai probabilitas t-hitung kurang dari level of
significance (α=0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti kondisi NPF Bank Umum syariah secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA perbankan di Indonesia tahun
2010-2015.
Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Sumarlin (2016) dan Lemiyana (2016)
yang menyatakan bahwa variabel independent NPF berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas (ROA). Namun, hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhian Pratiwi
(2012) yang menyatakan bahwa variabel NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
d. Variabel CAR BUS cenderung berpengaruh positif namun tidak
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 diatas yang
menunjukan bahwa nilai t-hitung sebesar 0,569194 dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0,5717.
Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dhian Pratiwi (2012) dan juga Afia Akter dan
Khaled Mahmud (2014) yang menyatakan bahwa variabel CAR
berpengaruh positif terhadap ROA . akan tetapi, hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana
101
(2016) yang menyatakan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA dan juga penelitian yang dilakukan
oleh Sumarlin (2016) yang menyatakan bahwa variabel CAR
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
e. Variabel FDR BUS cenderung berpengaruh positif namun tidak
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 diatas yang
menunjukan bahwa nilai t-hitung sebesar 1,045401 dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0,3007.
Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dhian Pratiwi (2012) dan juga Afia Akter dan
Khaled Mahmud (2014) yang menyatakan bahwa variabel FDR
berpengaruh positif terhadap ROA . akan tetapi, hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana
(2016) yang menyatakan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA dan juga penelitian yang dilakukan
oleh Sumarlin (2016) yang menyatakan bahwa variabel FDR
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
f. Variabel Eksternal Inflasi BUS cenderung berpengaruh negatif namun
tidak signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 diatas yang
menunjukan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,969075 dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0,3370.
Oleh sebab itu, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gunartin (2015) yang menyatakan bahwa Inflasi
102
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Kemudian Sumarlin
(2016) yang menyatakan bahwa variabel Inflasi berpengaruh negative
signifikan tehadap ROA. Akan tetapi, penelitian ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anna P.I Vong dan Ho si
Chan yang manyatakan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan terhadap
variabel ROA.
g. Variabel BI Rate BUS cenderung berpengaruh negatif namun tidak
signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11 diatas yang
menunjukan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,188385 dengan nilai
probabilitasnya sebesar 0,8513.
Oleh sebab itu, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gunartin (2015) yang menyatakan bahwa BI Rate
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Akan tetapi, penelitian
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilbert
Chagwiza (2014) yang manyatakan bahwa suku bunga berpengaruh
positif signifikan terhadap variabel ROA.
*) Signifikan pada α = 5%
Berdasarkan hasil estimasi untuk model regresi data panel Fixed Effect
Model secara statistik variabel BOPO dan NPF sebagai variabel independen
yang signifikan. Dimana nilai probabilitas BOPO sebesar 0,0000 dan nilai
probabilitas NPF sebesar 0,0071 lebih kecil dari α = 5% atau 0,05. Sedangkan
untuk variabel bebas lainnya yaitu CAR, FDR, Inflasi dan Rate tidak
103
signifikan dengan nilai probabilitasnya masing masing sebesar 0,3126, 0,9290,
0,3921 dan 0,6784.
8. Koefisien Determinasi
koefisien determinasi (R2) merupakan nilai yang menunjukan seberapa
jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Nilai (R2) antara 0 sampai dengan 1.Nilai Koefisien Determinasi
mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan
oleh variabel bebasnya. Bila nilai Koefisien determinasi sama dengan 0,
artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel-
variabel bebasnya sama sekali. Sementara bila nilai Koefisien determinasi
sama dengan 1, artinya variasi variabel terikat secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh variabel-variabel bebasnya. Dengan demikian baik atau
buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R-squares-nya yang
mempunyai nilai antara nol dan satu.
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204
104
F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000 Nilai R2 model regresi ini adalah sebesar 0.832760. Hal ini berarti variabel
terikat pada model dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya sebesar 83,2760%. Hal
tersebut mengindikaskan bahwa variabel CAR, BOPO, NPF, FDR, INFLASI dan
RATE yang diuji cukup baik dalam menjelaskan variabel dependennya (ROA).
E. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Strategi peningkatan kinerja keuangan perbankan syariah berkaitan dengan
masalah-masalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian komunikasi
persuasif dengan pelanggan. Dalam analisis pemilihan strategi peningkatan
kinerja keuangan terdapat empat elemen yang saling terkait antara faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi peningkatan kinerja keuangan perbankan
syariah aktor yang memiliki kepentingan dalam menyusun strategi peningkatan
kinerja keuangan perbankan syariah , tujuan dari strategi peningkatan kinerja
keuangan perbankan syariah, dan alternatif strategi peningkatan kinerja keuangan
perbankan syariahyang dapat diimplementasikan oleh perusahaan agar tujuan
peningkatan kinerja keuangan perbankan syariah dapat tercapai.
Struktur AHP yang telah diidentifkasi dan disusun, unsur dari tiap elemennya
selanjutnya akan dinilai oleh pakar. Penyusunan struktur hierarki dalam penelitian
ini berdasarkan wawancara dengan pihak penyusun strategi peningkatan kinerja
keuangan perbankan syariah. Struktur Hierarki ini digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan kuisioner untuk memperoleh pendapat responden dalam menilai
faktor, aktor, tujuan dan alternatif dalam struktur hirarki.
105
Sumber : Data Hasil Olahan Peneliti,2018 Gambar 4.1 Startegi Peningkatan Kinerja Keuangan BUS
Hasil analisis menunjukkan bahwa para pakar (7 pakar) menempatkan
strategi Unggul dalam Pelayanan nasabah di Indonesia sebagai prioritas utama
dengan bobot sebesar 0.257 (25.7%), posisi kedua yaitu strategi Fokus pada
segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank dengan bobot sebesar 0.231
(23.1%), posisi ketiga adalah strategi Peningkatan kualitas dan produktifitas
karyawan dengan bobot sebesar 0.229 (22.9%), selanjutnya posisi keempat dan
kelima adalah Mengoptimal Teknologi Informasi dan Sosialisasi produk dan
layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif dengan bobot masing
sebesar 0.168 (16,8%) dan 0.114 (11,4%).
Dalam menyusun strategi peningkata kinerja perbankan syariah dalam
peningkatan kinerja institusi tidak terlepas dari faktor-faktor yang
106
mempengaruhinya, adapun faktor utama yang mempengaruhi adalah kepercayaan
dengan bobot sebesar 0.292 (29.2%), disusul oleh pengaruh permodalan dengan
bobot sebesar 0.277 (27.7%), manajemen bobot sebesar 0.232 (23.2%), posisi
keempat dan kelima adalah faktor teknologi infomasi dan regulasi dengan bobot
sebesar 0.185 (18.5%) dan regulasi 0.093 (0,93%).
Strategi peningkatan kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh para pelaku yang berperan dalam
sistem kepemimpinan. Adapun faktor yang menjadi prioritas utama adalah Direksi
dengan bobot sebesar 0.316 (31.6%), disusul dengan pegawai/staff 0.188 (18.8%),
kemudian Nasabah dengan bobot sebesar 0.178 (17.8%), selanjutnya adalah
stockholder dengan bobot sebesar 0.170 (17.0%) dan posisi terakhir ialah Otoritas
Jasa Keuangan(OJK) atau Dewan Syariah Nasional (DSN) dengan bobot sebesar
0.160 (16.0%)
Tujuan utama yang menjadi prioritas dalam peningkatan kinerja keuangan
Bank Umum Syariah adalah Meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan bobot
0.351 (35.1%), keuntungan bank dengan bobot 0.288 (28.8%), meningkatkan
kualitas pelayanan dengan bobot 0.229 (22.9%), sedangkan tujuan dengan posisi
terakhir yaitu meningkatkan efisiensi bobot sebesar 0.218 (21.8%).
107
Model strategi yang dihasilkan (model AHP), bedasarkan analisis kinerja
sensitivitas model menunjukan bahwa strategi yang terpilih akan sensitif
terehadap perubahan faktor manajemen, teknologi dan regulasi. Apabila faktor
tersebut berubah maka akan mempengaruhi strategi terpilih.sedangkan faktor
kepercayaan dan permodalan tidak mempengaruhi perubahan strategi yang di
hasilkan. Dengan kata lain strategi yang terpilih adalah tepat karena faktor yang
dominan adalah kepercayaan dan permodalan.Adapun grafik kinerja sensitivitas
model dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Analisis Sentivitas model strategi peningktan kinerja keuangan BUS
F. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, strategi untuk menigkatkan
kinerja keuangan bank umum syariah adalah unggul dalam pelayanan nasabah.
108
Alternatif ini sesuai dengan tujuan utama strategi untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Berdasarkan kekuatan perusahaan, alternatif strategi
iniberawal dari kekuatan perusahaan yang memiliki tekad bersama elemen
keuangan syariah untuk meningkatkan layanan dan daya saing dan apabila melihat
dari dari sisi peluang potensi bank syariah di Indonesia masih luas untuk
dikembangkan. Rekomendasi untuk Alternatif Strategi ini adalah bank umum
syariah perlu memperluas jaringan, meningkatkan service quality, hingga loyalitas
pelanggan pun terbentuk didasarkan kemudahan, keamanan dalam transaksi juga
karena program-program yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah. Terciptanya
kepercayaan masyarakat terhadap bank umum syariah yang berdampak pada
profitabilitas bank umum syariah di Indonesia.
Alternatif strategi strategi peningkatan kinerja keuangan bank umum
syariah terpenting kedua adalah fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk
appetite meningkatkan keuntungan bank umum syariah. Pelaksanaan strategi ini
sangat optimal karena selain memiliki indikator terukur juga memiliki target pasar
yang lebih besar dan strategis. Penerapan Strategi ini dapat dilakukan dengan
memfokuskan produk dan jasa yang tepat terhadap nasabah. Adapun segmen
bisnis yang ditawarkan yaitu corporate dan retail.
Faktor yang menjadi prioritas utama dalam penyusunan strategi
peningkatan kinerja keuangan bank umum syariah adalah kepercayaan atau trust
baik dalam menghimpunan dana maupun penyaluran dana. Nasabah akan mau
menyimpan dananya di bank apabila dilandasi kpercayaan. Kepercayaan ini
penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa
109
diuntungkan baik dari segi penyimpanan dana, penampung dana, dan penerima
penyaluran tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi kepercayaan masyarakat
maka semakin tinggi pula dana pihak ketiga (DPK) yang akan masuk pada bank
tersebut.
Aktor yang memiliki pengaruh utama dalam meningkatkan kualitas dan
kinerja keuangan bank umum syariah adalah direksi. Penentuan pengurusan
tujuan perusahaan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan
unadang-undang yang berlaku, aktor ini adalah bagian dari wewenang dan
tanggung jawab. Program-program promosi, strategi promosi yang terencana, dan
pengembangan produk yang mendukung promosi aktor ini adalah bagian dari
wewenang dan tanggung jawab aktor ini. Secara manajerial, Direksi perlu
membangun komunikasiefektif dengan pihak berkepentingan dalam
menyampaikan keputusan dan kebijakan yang diambil dalam langkah
meningkatkan kinerja bank umum syariah.
Tujuan yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Semakinmeningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank umum
syariah, tentu akan beriringan dengan meningkatnya kinerja keuangan. Sehingga
dengan kepercayaan masyarakatyang mempengaruhi volume dana pihak ketiga,
dengan adanya tingkat kepercayaan bank umum syariah dapat menyalurkan
produk dan jasa kepada masyarakat secara jangka panjang. Strategi
meninggkatkan kinerja keuangan bank syariah pun dilakukan dengan langkah
meningkatkan kualitas layanan maupun menjaga hubungan dengan pelanggan
110
melalui program-program sesuai yang efektif, sehingga nasabah lama tetap
nyaman, dan nasabah baru pun tertarik untuk menggunakan bank syariah.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Bab IV diatas
dengan menggunakan alat uji e-views 10 yaitu pengaruh dari likuiditas
yang diproksikan dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR), efisiensi
yang diproksikan dengan rasio Biaya Operasional (BOPO), permodalan
yang diproksikan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
pembiayaan bermasalah yang diproksikan dengan rasio Non Performing
Financing (NPF) terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS)
yang diproksikan dengan rasio Return On Asset (ROA) dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi bank umum syariah di Indonesia yang mempunyai kategori
ROA tertinggi adalah BTPN Syariah dan yang terendah adalah bank
Muamalat.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh yang positif
dan tidak signifikan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah
(BUS) yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hal ini
menunjukan bahwa semakin besar pembiayaan yang disalurkan oleh
BUS, maka semakin besar pula perolehan laba yang diterima
mengingat pembiayaan merupakan sumber pendapatan perbankan
syariah.
112
3. Biaya Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh yang negatif
signifikan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi nilai BOPO yang diartikan semakin tinggi
biaya operasionalnya, akan semakin menurunkan perolehan laba
perbankan syariah. Tingginya biaya operasional dibandingkan
pendapatan operasional yang menjadi tanggungan bank akan
dibebankan pada pendapatan, sehingga akan menurunkan tingkat
profitabilitas bank umum syariah.
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh yang positif
tidak signifikan terhadap Bank Umum Syariah (BUS) yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Oleh karena itu,hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi CAR yang diperoleh oleh BUS,
maka profitabilitas juga akan semakin tinggi. Artinya, bank mampu
untuk membiayai kegiatan operasionalnya. BI telah menentukan
ketentuan CAR yang harus dimiliki oleh perbankan baik
konevnsional maupun syariah yaitu minimal sebesar 8%.
5. Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi pembiayaan bermasalah, maka pendapatan
yang diperoleh bank juga semakin menurun dan pada akhirnya
tingkat profitabilitas perbankan syariah menurun.
113
6. Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) yang diproksikan
dengan Return On Asset (ROA). Naiknya tingkat inflasi akan
mengakibatkan suku bunga baik, sehingga masyarakat enggan
meminjam pada Bank Umum Syariah. Selain itu, pada sektor riil
juga enggan untuk menambah modal guna membiayai produksinya.
Kedua hal tersebut akan berdampak pada penurunan profit. Inflasi
yang tinggi menyebabkan ketidakstabilan makro yang
mengakibatkan meningkatnya resiko bank dan selanjutnya
berdampak pada profit Bank Umum Syariah.
7. BI Rate mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS) yang diproksikan
dengan Return On Asset (ROA). Hal ini disebabkan oleh nasabah
yang beralih orientasinya kepada keuntungan, sehingga kenaikan
suku bunga akan meyebabkan nasabah memindahkan dananya ke
bank konvensional untuk memperoleh imbalan yang tinggi.
Berkurangnya dana pihak ketiga (DPK) bank syariah ini akan
menurunkan tingkat profitabilitas perbankan. Hal ini dikarenakan
dalam pelaksanaan usahanya bank syariah tidak mengacu kepada
tingkat suku bunga. Selain itu, BUS juga telah melakukan beberapa
kebijakan internal, diantaranya dengan menaikkan nisbah bagi hasil
yang ditawarkan untuk mengantisipasi kenaikan BI Rate.
8. Strategi untuk peningkatan kierja keuangan bank umum syariah di
114
Indonesia adalah pertama, unggul dalam pelayanan nasabah. Kedua,
fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank. Ketiga,
peningkatan kualitas dan poduktifitas karyawan. Keempat,
menoptimalkan teknologi dan informasi. Kelima, Sosialisasi produk
dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif.
B. Saran
Untuk penyempurnaan penelitian ini dan pengembangan ilmu
pengetahuan, penulis mengajukan sedikit saran mengenai bahasan yang
terkait dalam penelitian ini:
a. Bank umum syariah yang memiliki keuntungan baik diharapkan
mampu menjaga pelanggan yang sudah ada dengan terus
meningkatkan produk dan layanan jasa serta teknologi,
transparansi biaya, aspek kepuasan pelanggan, aspek kesyariahan
produk-produk dan juga program-program pengembangan kepada
masyarakat yang semakin hari semakin meningkatkan loyalitas
pelanggan dan kebermanfaatan dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia. Dan untuk Bank umum syariah yang mempuyai
keutungan kurang baik dapat memperbaiki secara internal dari
pelayanan , produk dan jasa keuangan yang kreatif yang dapat
meniggkatkan ROA
b. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah dan memperluas
sampel yang digunakan yakni tidak hanya pada Bank Umum
115
Syariah, tetapi juga Unit Usaha Syariah (UUS) dan juga bisa
ditambahkan dengan BPRS Syariah.
c. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang
relatif lebih lama agar hasil penelitian tentang nilai perusahaan
pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat lebih akurat.
d. Menyediakan Instrumen yang dapat memperkuat data yang ada.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abbosoglu, Osman Furkan & Ahmet Faruk Aysan. 2007. Concentration,
Competition, Efficiency and Profitability of The Turkish Banking Sector in The Post-CiesesPeriod.Turki: Bank and Banking System Journal.
Akter, Afia&Kahled Mahmud. 2014. Liquidity-Profitability in Bangladesh
Banking
Industry.Bangladesh: International Journal of Empirical Finance. Almilia & Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002.JurnalAkuntansi Dan Keuangan. Ali Yadollahzadeh, Naser. 2011. The Effect of Liquidity Risk on Performance of
Commercial Banks, Iran: International Research Journal of Applied and Basic
Sciences. Aristya, D. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal,
Kualitas Aktiva Produktif, dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah”. Semarang : UNDIP.
Basuki, Agus Tri dan Prawoto,Nano.2016. Analisis Regresi Dalam penelitian Ekonomi & Bisnis : Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok :PT Rajagrafindo Persada
Bordeleau, Etiene & Cristopher Graham. 2010. The Impact of Liquidity on Bank Profitability. Canada: Bank of Canada. Chukwunweike, Victor. 2014. The Impact of Liquidity on Profitability of Some Selected Companies: The Financila Statement Ananlysis (FSA) Approach. United States: Research Journal and Accounting. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Don M. 2009. Liquidity v/s profitability - Striking the Right Balance. In Resolved Question, 2009, www.answers.yahoo.com/question Date assessed: 15/07/10 Farhan Malik, Muahammad & Amir Rafique. 2013. Commercial Banks Liquidity in
117
Pakistan: Firm Specific and Maroeconomic Factors, The Romanian Economic Journal.
Furi, S.T., 2005. “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Sektor Perbankan di Indonesia tahun 2001-2003”. Semarang : UNDIP
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis ultivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat.Semarang: Universitas Diponegoro. Gorton, Gary &Lixing Huang. 2002. Banking Panic and The Origin of Central Banking.New Heaven: NBER Working Paper. Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba Empat Haron, Sudin. 2004. Determinants of Islamic Bank Profitability. USA: KLBS Hassan, M.Kabir. 2004. Determinants of Islamic Banking Profitability. New Orelans: ERF Paper. Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Gramedia Media Sarana Indonesia. Husnan, Suad &Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-DasarManajemenKeuangan. edisi kedua.Ypgyakarta: Akademi Manajemen Keuangan YKPN. Jundiani. (2009).Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.
Malang: UIN Malang Press, Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. GrafindoPersada. Kuncoro, Mudrajad. 2002. Manajemen Perbankan. Yogyakarta: BPFE. Meydinawathi, LuhGede. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia, Denpasar: UniversitasUdayana. Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Munawir, Slamet. 1997. AnalisaLaporanKeuangan. Yogyakarta: Liberty. Peter Kamau, Ndichu. 2013. Factor Influencing Liquidity Level of Commercial
Banks in Kisumu, Kenya: International Center for Business Research.
Ponco, B. 2008. “ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, BOPO, NIM DAN LDR TERHADAP ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007)”. Semarang : UNDIP
Ramakrishnan, Diamond &Thakor. 2006. Information Reliability and a Theory of Financial Intermediation.India: The Review Economics Study. Rasul, Limon Moinur. 2013. Impact of Liquidity on Islamic Banks Profitability: Evidence from Bangladesh.Bangladesh: CECONOMICA. RM, Odunga&Nyangweso P.M. 2013.Liquidity, Capital Adequacy and Operating Efficiency of Commercial Banks in Kenya.Kenya: Research Journal Of Financing Accounting.
118
Santoso. 2000. Buku Latihan Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sathye. 2001. Efficiency in Australian Banking: An Empirical Investigation. Australia: Journal Banking and Finance. Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Setiawan, A. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar,
dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”. Semarang : UNDIP.
Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta : salemba Empat
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Yogyakarta: Ekonisa. Sugiyono. (2013).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta Cet. 19. Suntoto, Danang. 2013. Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis. Yogyakarta: CAPS. Syafi’i, A.M. (2006).Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta:
Pustaka Alfabeta, cet ke-4 Taswan. 2010. Manajemen Perbankan : Konsep, Teknik, dan Aplikasi.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN Tarmidzi, Achmad & Wilyanto Kartiko Kusumo. 2003. AnalisisRasio-rasio Keuangan Sebagai Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan DI Indonesia. Semarang: FE UNDIP Vadova, Pavla. 2011. Liquidity of Czech Commercial Banks and its Determinants. Czech: International Journal. Van Greuning, Hennie& Sonja Brajovic. 2011. Analisis Resiko Perbankan. Jakarta:
Salemba Empat. Wasiuzzaman, Shaista & Hanimas. 2013. Profitability of Islamic Banks in Malaysia: An Empirical Analysis. Malaysia: Journal of Islamic Economics, Banking Finance, Volume 6 Number 4. Wedaningtyas, Hesti. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger Indonesia.Jurnal Manajemen Indonesia. Wibowo, Edy. dkk (2005).Mengapa Memilih Bank Syariah?. Bogor: Ghalia
Indonesia cet.I. Widarjono. Agus . 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Ekonisia. Yogyakarta Yuliani. 2007. “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas
Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen Bisnis Sriwijaya. Vol. 5. No. 10 : 15-43
119
www.bi.go.id www.bankmuamalat.co.id www.bps.go.id www.mega syariah.co.id www.ojk.go.id www.syariahmandiri.co.id
LAMPIRAN 1. Data Rasio keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-
2017
Nama Bank Tahun ROA FDR BOPO CAR NPF
ACEH 2013 3.44% 86.80% 70.72% 17.56% 2.78% 2014 3.22% 92.38% 73.32% 19.93% 2.58% 2015 2.83% 84.05% 76.07% 19.44% 2.30% 2016 2.48% 84.59% 83.05% 20.74% 1.39% 2017 2.75% 64.97% 75.43% 21.90% 1.51%
Average 2.94% 82.56% 75.72% 19.91% 2.11% BTPN SYARIAH
2013 0.11% 98.97% 8.00% 2.94% 2014 4.23% 93.97% 85.92% 33.88% 1.29% 2015 5.24% 96.54% 85.32% 19.93% 1.25% 2016 8.98% 92.75% 75.14% 23.80% 1.53% 2017 10.38% 96.82% 71.23% 28.91% 1.70%
Average 5.79% 95.02% 83.32% 22.90% 1.74% BSM 2013 1.53% 89.37% 84.03% 14.10% 4.32%
2014 0.04% 82.13% 100.60% 14.12% 6.84% 2015 0.56% 81.99% 94.78% 12.85% 6.06% 2016 0.59% 79% 94.12% 14.01% 4.92% 2017 0.59% 80.03% 93.89% 15.89% 4.85%
Average 0.66% 82.54% 93.48% 14.19% 5.40% MUAMALAT 2013 0.50% 99.99% 93.86% 14.05% 1.35%
2014 0.17% 84.14% 97.33% 13.91% 6.43% 2015 0.20% 90.30% 97.36% 12.00% 7.11% 2016 0.22% 95.13% 97.76% 12.74% 3.83% 2017 0.15% 89.00% 97.40% 13.02% 4.95%
Average 0.25% 91.71% 96.74% 13.14% 4.73% BNIS 2013 1.37% 97.86% 83.94% 16.54% 1.86%
2014 1.27% 92.58% 85.03% 18.76% 1.86% 2015 1.43% 91.94% 89.63% 18.16% 2.53% 2016 1.44% 84.57% 87.67% 17.81% 2.94% 2017 1.48% 84.44% 86.50% 18.53% 3.38%
Average 1.40% 90.28% 86.55% 17.96% 2.51%
120
PANIN DUBAI SYARIAH
2013 1.03% 90.40% 81.31% 20.83% 1.02% 2014 1.99% 94.04% 66.47% 25.69% 0.53% 2015 1.12% 96.43% 89.33% 20.30% 2.63% 2016 0.37% 91.99% 96.17% 18.17% 2.26% 2017 0.45% 92.48% 95.26% 11.51% 3.80%
Average 0.99% 93.07% 85.71% 19.30% 2.05% BJB SYARIAH
2013 0.91% 97.40% 85.76% 17.99% 1.86% 2014 0.72% 84.02% 91.01% 15.78% 5.84% 2015 0.25% 104.75% 98.78% 22.53% 6.93% 2016 8.09% 98.73% 122.77% 18.25% 17.91% 2017 1.34% 89.14% 108.03% 18.77% 16.52%
Average 2.26% 94.81% 101.27% 18.66% 9.81% BANK MEGA SYARIAH
2013 2.33% 93.37% 86.09% 12.99% 2.98% 2014 0.29% 93.61% 97.61% 19.26% 2.89% 2015 0.30% 98.49% 99.51% 18.74% 4.26% 2016 2.63% 95.24% 88.16% 23.53% 3.30% 2017 1.63% 96.06% 88.80% 24.11% 3.20%
Average 1.44% 95.35% 92.03% 19.73% 3.33% BANK BCA SYARIAH
2013 1.01% 83.48% 86.91% 22.40% 0.10% 2014 0.76% 91.17% 88.11% 29.60% 0.12% 2015 0.96% 91.41% 92.48% 34.30% 0.70% 2016 1.13% 90.12% 92.18% 36.70% 0.50% 2017 1.05% 91.51% 92.56% 29.39% 0.48%
Average 0.98% 89.54% 90.45% 30.48% 0.38% BANK BUKOPIN SYARIAH
2013 0.69% 100.29% 92.29% 11.10% 4.27% 2014 0.27% 92.89% 96.73% 14.80% 4.07% 2015 0.79% 90.56% 91.99% 16.31% 2.99% 2016 0.76% 88.18% 91.76% 17.00% 3.17% 2017 0.39% 89.42% 95.44% 19.20% 2.80%
Average 0.58% 92.27% 93.64% 15.68% 3.46% BRIS 2013 1.15% 102.70% 83.23% 14.49% 4.06%
2014 0.08% 93.90% 99.14% 12.89% 4.60% 2015 0.77% 84.16% 93.79% 13.94% 4.86% 2016 0.95% 81.42% 91.33% 20.63% 4.57% 2017 0.71% 76.79% 92.78% 20.29% 4.82%
Average 0.73% 87.79% 92.05% 16.45% 4.58% VICTORIA 2013 0.50% 84.65% 91.95% 18.40% 3.71%
2014 1.87% 95.19% 143.31% 15.27% 7.10% 2015 2.36% 95.29% 119.19% 16.14% 9.80% 2016 2.19% 100.67% 131.34% 15.98% 5.82% 2017 0.27% 92.13% 98.01% 19.29% 4.92%
Average 1.44% 93.59% 116.76% 17.02% 6.27%
2. Hasil Analisis Deskriptif
121
3. Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 8.337383 (11,41) 0.0000
4. Uji Hausmen
ROA FDR BOPO NPF CAR INFLASI RATE Mean 0.016475 0.906342 0.921980 0.038805 0.189686 0.052925 0.071441 Median 0.010100 0.919400 0.919900 0.032000 0.182500 0.036100 0.075000 Maximum 0.103800 1.047500 1.433100 0.179100 0.367000 0.083800 0.077500 Minimum 0.000400 0.649700 0.664700 0.001000 0.111000 0.030200 0.065000 Std. Dev. 0.020587 0.070437 0.131648 0.032429 0.056703 0.024879 0.005458 Skewness 2.695994 -0.818163 1.415973 2.411628 1.252601 0.433788 -0.289413 Kurtosis 10.47711 4.578231 6.953939 10.66835 4.462374 1.212738 1.209228 Observations 59 59 59 59 59 59 59
Test_ Summary Chi-sq.Sta Chi-sq d.f Prob.
Cross-sc.rndm 69.301598 11 0.0000
Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 04/29/18 Time: 15:30 Sample: 2013 2017 Periods included: 5 Cross-sections included: 12 Total panel (unbalanced) observations: 59 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.127374 0.032867 3.875433 0.0004 CAR -0.044558 0.043585 -1.022312 0.3126 BOPO -0.090437 0.019598 -4.614681 0.0000 NPF -0.216576 0.076372 -2.835795 0.0071 FDR -0.002197 0.024495 -0.089694 0.9290 INFLASI -0.068120 0.078753 -0.864987 0.3921 RATE -0.146307 0.350354 -0.417598 0.6784 Effects Specification
122
5. Hasil Model Regresi Data Panel Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.097618 0.042637 2.289497 0.0261 CAR 0.023366 0.041051 0.569194 0.5717 BOPO -0.107730 0.021154 -5.092695 0.0000 NPF -0.197292 0.087384 -2.257744 0.0282 FDR 0.032773 0.031349 1.045401 0.3007 INFLASI -0.118027 0.121793 -0.969075 0.3370 RATE -0.104117 0.552680 -0.188385 0.8513
6. .Uji Simultan terhadap ROA
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204 F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204 F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000
123
7. Uji Parsial terhadap ROA Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.097618 0.042637 2.289497 0.0261 CAR 0.023366 0.041051 0.569194 0.5717 BOPO -0.107730 0.021154 -5.092695 0.0000 NPF -0.197292 0.087384 -2.257744 0.0282 FDR 0.032773 0.031349 1.045401 0.3007 INFLASI -0.118027 0.121793 -0.969075 0.3370 RATE -0.104117 0.552680 -0.188385 0.8513
8. Koefisien Determinasi Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.881779 Mean dependent var 0.011088 Adjusted R-squared 0.832760 S.D. dependent var 0.023976 S.E. of regression 0.009805 Akaike info criterion -6.165624 Sum squared resid 0.003942 Schwarz criterion -5.531799 Log likelihood 199.8859 Hannan-Quinn criter. -5.918204 F-statistic 17.98869 Durbin-Watson stat 2.444697 Prob(F-statistic) 0.000000
124
KUESIONER (AHP)
Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
Nama Responden (Pakar) : ______________________
Jabatan : ______________________
Masa Kerja Bidang Keahlian : ______________________
Tanda Tangan :
_______________________
Penelitian dilakukan oleh :
Rini Puspitasari
125
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada kajian ini anda diminta untuk mengisi tabel/matrik yang telah tersedia berdasarkan persepsi anda dengan meberikan tanda
2. Matrik ini merupakan inti sari pairwise comparison (perbandingan berpasangan) antar atribut dengan metode AHP
3. Mohon perhatikan judul setiap matrik 4. Pembimbing atau peneliti akan memberikan penjelasan setiap matrik yang perlu
diisi 5. Akan dipersentasikan secara singkat tujuan penelitian dan teknik pengisian
berikut contoh pengisian 6. Tidak ada jawaban salah atau benar, namun membandingkan tingkat kepentingan
atau pengaruh atau prioritas setiap atribut terhadap suatu masalah 7. Untuk memudahkan dalam pengisian silahkan isi urutan prioritas sesuai dengan
pendapat anda 8. Mohon diupayakan pemberian nilai yang berbeda (tidak sama) dalam satu tabel
Perbandingan Skala Verbal dan Skala Numerik
Skala Penilaian Verbal Skala Numerik
Amat sangat besar pengaruhnya 9
8
Sangat besar pengaruhnya 7
6
Besar pengaruhnya 5
4
Kurang besar pengaruhnya 3
2
Kecil/Sama pengaruhnya 1
Pengisian Kuesioner SEGERA Dimulai
126
CONTOH PENGISIAN
Membandingkan Antar Atribut pada Cluster Input Lingkungan:
HASIL PENGISIAN KUESIONER BERDASARKAN KONDISI DI ATAS ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
No Kinerja keuangan BUS Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Manajemen 3
2 Permodalan 2
3 Teknologi Informasi 4
4 Regulasi 1
Nilai Apabila
1 Kosong karena tidak dipilih sebagai jawaban 2 Kosong karena tidak dipilih sebagai jawaban 3 Atribut ke-3 Teknologi Informasi sedikit besar pengaruhnya terhadap
cluster Kinerja keuangan BUS
4 Atribut ke-1. Manajemen cukup besar pengaruhnya terhadap Cluster Kinerja keuangan BUS
5 Atribut ke-2. Permodalan lebih besar pengaruhnya terhadap Kinerja keuangan BUS
6 Kosong karena tidak dipilih sebagai jawaban 7 Atribut ke-4. Regulasi sangat besar pengaruhnya terhadap cluster
Kinerja keuangan BUS 8 Kosong karena tidak dipilih sebagai jawaban 9 Kosong karena tidak dipilih sebagai jawaban
127
Faktor
Aktor
Tujuan
Strategi
Kepercayaan
Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan BUS
Regulasi Permodalan Teknologi Informasi Manajemen
OJK/ DSN Pegawai /Staff Nasabah Stakeholder Direksi
Meningkatkan kepercayaan masyarakat Meningkatkan efisiensi Meningkatkan Kualitas pelayanan Keuntungan Bank
Fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank
Unggul dalam Pelayanan nasabah
Mengoptimal Teknologi dan Informasi
Peningkatan kualitas dan produktifitas karyawan
Sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara masif
117
1. Faktor GOAL (Kinerja Keuangan Bus)
No Faktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Manajemen 2 Permodalan 3 Teknologi Informasi 4 Regulasi 5 Kepercayaan
2. Aktor Faktor (Sub Aspek Manajeman)
No Aktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Direktur 2 Stakeholder 3 Pegawai / staff 4 OJK /DSN 5 Nasabah
3. Aktor Faktor ( Sub Aspek Permodalan)
No Aktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Direktur 2 Stakeholder 3 Pegawai / staff 4 OJK /DSN 5 Nasabah
4. Aktor Faktor (Sub Aspek Teknologi Informasi)
No Aktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Direktur 2 Stakeholder 3 Pegawai / staff 4 OJK /DSN 5 Nasabah
5. Aktor Faktor (Sub Aspek kebijakan)
No Aktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Direktur 2 Stakeholder 3 Pegawai / staff 4 OJK /DSN 5 Nasabah
118
6. Aktor Faktor (Sub Aspek Kepercayaan)
No Aktor Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Direktur 2 Stakeholder 3 Pegawai / staff 4 OJK /DSN 5 Nasabah
7. Tujuan Aktor (Sub Aspek Direktur)
No Tujuan Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Keuntungan Bank 2 Meningkatan Kepercayaan
masyarakat
3 Meningkatkan efisiensi
4 Meningkatkan kualitas Pelayanan
8. Tujuan Aktor (Sub Aspek Stakeholder)
No Tujuan Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Keuntungan Bank 2 Meningkatan Kepercayaan
masyarakat
3 Meningkatkan efisiensi
4 Meningkatkan kualitas Pelayanan
9. Tujuan Aktor (Sub Aspek Pegawai/ Staff)
No Tujuan Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Keuntungan Bank 2 Meningkatan Kepercayaan
masyarakat
3 Meningkatkan efisiensi
4 Meningkatkan kualitas Pelayanan
10. Tujuan Aktor (Sub Aspek OJK )
No Tujuan Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Keuntungan Bank 2 Meningkatan Kepercayaan
masyarakat
3 Meningkatkan efisiensi
119
4 Meningkatkan kualitas Pelayanan
11. Tujuan Aktor (Sub Aspek Nasabah )
No Tujuan Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Keuntungan Bank 2 Meningkatan Kepercayaan
masyarakat
3 Meningkatkan efisiensi
4 Meningkatkan kualitas Pelayanan
12. Strategi Tujuan (Sub Aspek Keuntungan Bank)
No Strategi Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank
2 Sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif
3 Mengoptimal Teknologi dan Informasi
4 Unggul dalam Pelayanan nasabah
5 Peningkatan kualitas dan produktifitas karyawan
13. Strategi Tujuan (Sub Aspek Meningkatan Kepercayaan masyarakat)
No Strategi Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank
2 Sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif
3 Mengoptimal Teknologi dan Informasi
4 Unggul dalam Pelayanan nasabah
5 Peningkatan kualitas dan
120
produktifitas karyawan
14. Strategi Tujuan (Sub Aspek Meningkatkan efisiensi)
No Strategi Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank
2 Sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif
3 Mengoptimal Teknologi dan Informasi
4 Unggul dalam Pelayanan nasabah
5 Peningkatan kualitas dan produktifitas karyawan
15. Strategi Tujuan (Sub Aspek Meningkatkan kualitas pelayanan)
No Strategi Urutan Prioritas
Skala Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fokus pada segmen bisnis sesuai dengan risk appetite bank
2 Sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat secara massif
3 Mengoptimal Teknologi dan Informasi
4 Unggul dalam Pelayanan nasabah
5 Peningkatan kualitas dan produktifitas karyawan
121
Model Name: Rini
Treeview
Goal: Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan BUSManajemen (L: .232)
Direktur (L: .228) keuntungan bank (L: .269) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .278) meningkatkan efisiensi (L: .229) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .224)
Stakeholder (L: .116) keuntungan bank (L: .314) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .254) meningkatkan efisiensi (L: .244) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .188)
Pegawai (L: .260) keuntungan bank (L: .264) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .201) meningkatkan efisiensi (L: .224) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .311)
OJK/DSN (L: .174) keuntungan bank (L: .162) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .435) meningkatkan efisiensi (L: .221) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .182)
Nasabah (L: .222) keuntungan bank (L: .152) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .326) meningkatkan efisiensi (L: .202) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .320)
Pemodalan (L: .227) Direktur (L: .293)
keuntungan bank (L: .473) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073) meningkatkan efisiensi (L: .284) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
Stakeholder (L: .371)
Page 1 of 226/9/2018 4:20:55 PM
122
keuntungan bank (L: .124) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538) meningkatkan efisiensi (L: .082) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
Pegawai (L: .108) keuntungan bank (L: .467) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160) meningkatkan efisiensi (L: .277) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
OJK/DSN (L: .110) keuntungan bank (L: .277) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .160) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
Nasabah (L: .119) keuntungan bank (L: .155) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .300) meningkatkan efisiensi (L: .092) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .452)
Teknologi (L: .185) Direktur (L: .352)
keuntungan bank (L: .473) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073) meningkatkan efisiensi (L: .284) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
Stakeholder (L: .100) keuntungan bank (L: .128) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .540) meningkatkan efisiensi (L: .093) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .239)
Pegawai (L: .315) keuntungan bank (L: .467) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160) meningkatkan efisiensi (L: .277) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
OJK/DSN (L: .076) keuntungan bank (L: .277)
Page 2 of 226/9/2018 4:20:55 PM
123
meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .160) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
Nasabah (L: .158) keuntungan bank (L: .160) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .095) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .277)
Regulasi (L: .093) Direktur (L: .400)
keuntungan bank (L: .477) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .081) meningkatkan efisiensi (L: .288) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .154)
Stakeholder (L: .115) keuntungan bank (L: .124) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538) meningkatkan efisiensi (L: .082) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
Pegawai (L: .117) keuntungan bank (L: .467) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160) meningkatkan efisiensi (L: .277) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
OJK/DSN (L: .270) keuntungan bank (L: .277) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .160) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
Nasabah (L: .098) keuntungan bank (L: .193) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .473) meningkatkan efisiensi (L: .097) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .237)
Kepercayaan (L: .263) Direktur (L: .249)
keuntungan bank (L: .473)
Page 3 of 226/9/2018 4:20:55 PM
124
meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073) meningkatkan efisiensi (L: .284) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
Stakeholder (L: .149) keuntungan bank (L: .124) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538) meningkatkan efisiensi (L: .082) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
Pegawai (L: .139) keuntungan bank (L: .467) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160) meningkatkan efisiensi (L: .277) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
OJK/DSN (L: .171) keuntungan bank (L: .277) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .160) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
Nasabah (L: .292) keuntungan bank (L: .160) meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467) meningkatkan efisiensi (L: .095) Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .277)
Alternatives
fokus pada segmen bisnis sesuai dengan r isk appetite bank .231sosialisasi produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat seca .114Mengoptimalkan Teknologi dan informasi .168unggul dalam pelayanan nasabah .257Peningkatan kualitas dan produkt if itas karyawan .229
* Ideal mode
Page 4 of 226/9/2018 4:20:55 PM
125
Data Grid
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Direktur keuntungan bank (L: .269)
Manajemen Direktur meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .278)
fokus pada 1.000 .331sosialisasi .321 .345Mengoptimalkan .560 .394unggul dalam .479 1.000Peningkatan .920 .693
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Direktur meningkatkan efisiensi (L: .229)
Manajemen Direktur Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .224)
fokus pada .662 .190sosialisasi .487 .491Mengoptimalkan 1.000 .754unggul dalam .503 1.000Peningkatan .647 .686
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Stakeholder keuntungan bank (L: .314)
Manajemen Stakeholder meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .254)
fokus pada .209 .173sosialisasi .418 .480Mengoptimalkan 1.000 .273unggul dalam .533 .828Peningkatan .822 1.000
Page 5 of 226/9/2018 4:20:55 PM
126
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Stakeholder meningkatkan efisiensi (L: .244)
Manajemen Stakeholder Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .188)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Pegawai keuntungan bank (L: .264)
Manajemen Pegawai meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .201)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Pegawai meningkatkan efisiensi (L: .224)
Manajemen Pegawai Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .311)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 6 of 226/9/2018 4:20:55 PM
127
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen OJK/DSN keuntungan bank (L: .162)
Manajemen OJK/DSN meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .435)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen OJK/DSN meningkatkan efisiensi (L: .221)
Manajemen OJK/DSN Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .182)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Nasabah keuntungan bank (L: .152)
Manajemen Nasabah meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .326)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Page 7 of 226/9/2018 4:20:55 PM
128
Pairwise Pairwise
Alternative
Manajemen Nasabah meningkatkan efisiensi (L: .202)
Manajemen Nasabah Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .320)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Direktur keuntungan bank (L: .473)
Pemodalan Direktur meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073)
fokus pada 1.000 .154sosialisasi .148 .403Mengoptimalkan .382 .260unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .662
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Direktur meningkatkan efisiensi (L: .284)
Pemodalan Direktur Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .155 .382Mengoptimalkan .363 .627unggul dalam .246 1.000Peningkatan .587 .232
Page 8 of 226/9/2018 4:20:55 PM
129
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Stakeholder keuntungan bank (L: .124)
Pemodalan Stakeholder meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Stakeholder meningkatkan efisiensi (L: .082)
Pemodalan Stakeholder Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Pegawai keuntungan bank (L: .467)
Pemodalan Pegawai meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .386Mengoptimalkan .382 .253unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .582
Page 9 of 226/9/2018 4:20:55 PM
130
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Pegawai meningkatkan efisiensi (L: .277)
Pemodalan Pegawai Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan OJK/DSN keuntungan bank (L: .277)
Pemodalan OJK/DSN meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .162sosialisasi .148 .397Mengoptimalkan .382 .241unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .650
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan OJK/DSN meningkatkan efisiensi (L: .160)
Pemodalan OJK/DSN Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 10 of 226/9/2018 4:20:55 PM
131
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Nasabah keuntungan bank (L: .155)
Pemodalan Nasabah meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .300)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Pemodalan Nasabah meningkatkan efisiensi (L: .092)
Pemodalan Nasabah Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .452)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .165 .382Mengoptimalkan .407 .627unggul dalam .263 1.000Peningkatan .633 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Direktur keuntungan bank (L: .473)
Teknologi Direktur meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Page 11 of 226/9/2018 4:20:55 PM
132
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Direktur meningkatkan efisiensi (L: .284)
Teknologi Direktur Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Stakeholder keuntungan bank (L: .128)
Teknologi Stakeholder meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .540)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Stakeholder meningkatkan efisiensi (L: .093)
Teknologi Stakeholder Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .239)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 12 of 226/9/2018 4:20:55 PM
133
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Pegawai keuntungan bank (L: .467)
Teknologi Pegawai meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Pegawai meningkatkan efisiensi (L: .277)
Teknologi Pegawai Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .145 .382Mengoptimalkan .359 .627unggul dalam .244 1.000Peningkatan .614 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi OJK/DSN keuntungan bank (L: .277)
Teknologi OJK/DSN meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Page 13 of 226/9/2018 4:20:55 PM
134
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi OJK/DSN meningkatkan efisiensi (L: .160)
Teknologi OJK/DSN Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .154 .382Mengoptimalkan .403 .627unggul dalam .260 1.000Peningkatan .662 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Nasabah keuntungan bank (L: .160)
Teknologi Nasabah meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .162sosialisasi .148 .397Mengoptimalkan .382 .241unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .650
Pairwise Pairwise
Alternative
Teknologi Nasabah meningkatkan efisiensi (L: .095)
Teknologi Nasabah Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .277)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 14 of 226/9/2018 4:20:55 PM
135
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Direktur keuntungan bank (L: .477)
Regulasi Direktur meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .081)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Direktur meningkatkan efisiensi (L: .288)
Regulasi Direktur Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .154)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Stakeholder keuntungan bank (L: .124)
Regulasi Stakeholder meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .145 .382Mengoptimalkan .359 .232unggul dalam .244 1.000Peningkatan .614 .627
Page 15 of 226/9/2018 4:20:55 PM
136
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Stakeholder meningkatkan efisiensi (L: .082)
Regulasi Stakeholder Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
fokus pada 1.000 .173sosialisasi .148 .480Mengoptimalkan .382 1.000unggul dalam .232 .828Peningkatan .627 .273
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Pegawai keuntungan bank (L: .467)
Regulasi Pegawai meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Pegawai meningkatkan efisiensi (L: .277)
Regulasi Pegawai Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 16 of 226/9/2018 4:20:55 PM
137
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi OJK/DSN keuntungan bank (L: .277)
Regulasi OJK/DSN meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .145 .382Mengoptimalkan .359 .232unggul dalam .244 1.000Peningkatan .614 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi OJK/DSN meningkatkan efisiensi (L: .160)
Regulasi OJK/DSN Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .160 .382Mengoptimalkan .354 .627unggul dalam .236 1.000Peningkatan .629 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Nasabah keuntungan bank (L: .193)
Regulasi Nasabah meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .473)
fokus pada 1.000 .312sosialisasi .148 .290Mengoptimalkan .382 .272unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .687
Page 17 of 226/9/2018 4:20:55 PM
138
Pairwise Pairwise
Alternative
Regulasi Nasabah meningkatkan efisiensi (L: .097)
Regulasi Nasabah Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .237)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Direktur keuntungan bank (L: .473)
Kepercayaan Direktur meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .073)
fokus pada 1.000 .195sosialisasi .148 .594Mengoptimalkan .382 1.000unggul dalam .232 .765Peningkatan .627 .480
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Direktur meningkatkan efisiensi (L: .284)
Kepercayaan Direktur Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .170)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 18 of 226/9/2018 4:20:55 PM
139
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Stakeholder keuntungan bank (L: .124)
Kepercayaan Stakeholder meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .538)
fokus pada 1.000 .158sosialisasi .148 .386Mengoptimalkan .382 .235unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .600
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Stakeholder meningkatkan efisiensi (L: .082)
Kepercayaan Stakeholder Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .256)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .147 .382Mengoptimalkan .438 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .546 .232
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Pegawai keuntungan bank (L: .467)
Kepercayaan Pegawai meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .160)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Page 19 of 226/9/2018 4:20:55 PM
140
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Pegawai meningkatkan efisiensi (L: .277)
Kepercayaan Pegawai Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .232sosialisasi .169 .398Mengoptimalkan .384 .551unggul dalam .202 1.000Peningkatan .628 .179
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan OJK/DSN keuntungan bank (L: .277)
Kepercayaan OJK/DSN meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .232unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan OJK/DSN meningkatkan efisiensi (L: .160)
Kepercayaan OJK/DSN Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .095)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .382 .627unggul dalam .232 1.000Peningkatan .627 .232
Page 20 of 226/9/2018 4:20:55 PM
141
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Nasabah keuntungan bank (L: .160)
Kepercayaan Nasabah meningkatkan kepercayaan masyarakat (L: .467)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .145 .382Mengoptimalkan .359 .232unggul dalam .244 1.000Peningkatan .614 .627
Pairwise Pairwise
Alternative
Kepercayaan Nasabah meningkatkan efisiensi (L: .095)
Kepercayaan Nasabah Meningkatkan kualitas pelayanan (L: .277)
fokus pada 1.000 .148sosialisasi .148 .382Mengoptimalkan .386 .627unggul dalam .253 1.000Peningkatan .582 .232
Page 21 of 226/9/2018 4:20:55 PM
142
FOTO - FOTO DOKUMENTASI HASIL WAWANCARA DENGAN PARA PAKAR PERBANKAN SYARIAH
143