strategi peningkatan usaha budidaya perikanan pada kelompok budidaya ikan...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENINGKATAN USAHA BUDIDAYA PERIKANAN PADA KELOMPOK BUDIDAYA IKAN “MURIH MAKMUR”
DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DESA JATIGUI KABUPATEN MALANG
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
OLEH : ERGHA RHIZMAHADI NIM. 135080407111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
STRATEGI PENINGKATAN USAHA BUDIDAYA PERIKANAN PADA KELOMPOK BUDIDAYA IKAN “MURIH MAKMUR” DENGAN SISTEM
KERAMBA JARING APUNG DI DESA JATIGUI KABUPATEN MALANG
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjanan Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uniiversitas Brawijaya
OLEH : ERGHA RHIZMAHADI
NIM. 135080407111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 11 November 2017
Mahasiswa
Ergha Rhizmahadi
135080407111006
UCAPAN TERIMA KASIH
Sehubungan dengan terselesaikannya laporan skripsi ini, penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran,
dukungan dan bantuan baik secara materiil dan moril dalam menyelesaikan
laporan skripsi sampai pada tahap akhir. Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT Sang Pemilik Pengetahuan, yang selalu memberikan berkah yang
tidak ternilai dan selalu memberikan kekuatan kepada penulis dalam
menghadapi segala kesulitan selama penelitian berlangsung dan selama
proses pengerjaan laporan ini.
2. Kedua orang tua saya tercinta Ibu Warsitin SH dan Bapak Suyatno Hadi, M.Pd
serta kedua kakak saya Dhika Rezky Amalya Hadi dan Shelly Wira Utami yang
selalu memberikan do’a dan dukungannya.
3. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MP selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Tiwi
Nurjannati Utami. S.Pi, MM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan petunjuk, informasi serta waktu dari awal hingga akhir sampai
pada penyelesaian laporan ini.
4. Bapak Wasis selaku Ketua Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur Desa
Jatigui, Kabupaten Malang yang telah mengizinkan serta menerima penulis
dengan baik untuk melaksanakan kegiatan penelitian di tempat tersebut dan
yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan.
5. Rekan-rekan saya keluarga Pancong Lumer, keluarga Pak Joko Pisang Kipas,
Hello Haters, Saparela team, Miko Mike, dan Agrobisnis Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya angkatan 2013 yang selalu
memberikan support, do’a dan dukungan secara penuh selama kegiatan
penelitian hingga pada penyelesaian laporan ini.
6. Serta semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
skripsi ini.
Malang, 11 November 2017
Penulis
RINGKASAN
Ergha Rhizmahadi. Strategi Peningkatan Usaha Budidaya Perikanan pada
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur di Jatigui, Kabupaten Malang Jawa Timur
(Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM)
Potensi Perikanan budidaya di Indonesia diperkirakan seluas 15,59 juta hektar (ha) yang terdiri dari potensi budidaya air tawar 2,23 juta ha, budidaya air payau 1,22 ha, dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatan hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya air tawar (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan komoditas penting bagi bisnis ikan air tawar. Peta lokasi menunjukkan bahwa Kabupaten Malang memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar, karena wilayah ini berbatasan dengan laut Selatan jawa yaitu samudera hindia. Selain laut Kabupaten Malang memiliki wilayah waduk terutama di waduk Sutami daerah Sumberpucung mempunyai wilayah perairan yang berpotensi sebagai sumber pembangunan perikanan dan kelautan Jawa Timur dimasa depan. Model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan, menyerahkan dan menangkap nilai (Osterwalder & Pigneur, 2010). Dengan begitu kebutuhan strategi peningkatan usaha budidaya perikanan pada Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring Apung merupakan langkah yang bagus untuk menyikapi persaingan pasar. Peningkatan usaha dengan strategi yang baik memerlukan model pengembangan yang efektif dan efisien agar tercapainya tujuan yang maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil usaha, gambaran 9 Blok Bisnis Model Canvas dan Strategi peningkatan usaha pada pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) dari Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring Apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui.
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur yang berlokasi di Desa Jatigui, Kabupaten Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017. Teknik analisis data yang dilakukan terdiri dari analisis dekskriptif kualitatif yang digunakan untuk menganalisis aspek teknis, manajemen, pemasaran, dan strategi dengan pendekatan bisnis model kanvas. Selanjutnya adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis aspek keuangan. Kemudian dilakukan juga analisis SWOT untuk menentukan alternatif startegi yang digunakan.
Berdasarkan hasil analisis dari 4 aspek usaha yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran dan aspek keuangan didapatkan hasil untuk aspek teknis, pada proses produksi menggunaan keramba jaring apung untuk proses pembesaran hingga pemanenan, sarana dan prasarana yang digunakan masih ada yang tradisional. Untuk teknik/proses pembesaran ikan juga cukup baik dimulai persiapan lahan, pembelian benih, pemberian pakan hingga pemanenan. Aspek manajemen yang dianalisis yaitu berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Fungsi manajemen tersebut sudah diterapkan dan dilakukan oleh pemilik usaha dan karyawan yang ada. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pengawasan terhadap proses pembesaran yang masih sederhana. Kurangnya SDM yang kompeten dapat menjadi salah satu pemicu aspek manajemen tidak berjalan dengan
maksimal sehingga disarankan untuk penambahan SDM. Aspek pemasaran yang dianalisis yaitu berkaitan dengan bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu product, place, price dan promotion. Saluran pemasaran pada usaha ini yaitu pemasaran langsung dan tidak langsung. Hasil analisis aspek finansial pada usaha pak Wasis dalam Kelompok Budidaya Murih Makmur untuk modal tetap sebesar Rp. 13.990.000,- biaya tetap sebesar Rp. 16.401.500,- variable cost sebesar Rp. 7.274.000,- modal kerja sebesar Rp. 23.675.500,- modal usaha Rp. 37.665.500,- kemudian penerimaan sebesar Rp. 102.000.000,- R/C Ratio sebesar 2,70, nilai keuntungan yakni sebesar Rp. 64.000.000,- dan rentabilitas sebesar 271,734%. Hasil perhitungan mengenai analisa BEP dalam usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pak Wasis adalah sebesar 1.038,85 kg atas dasar unit dan Rp.17.660.807,00,- atas dasar sales. Hal ini menunjukkan bahwa apabila penjualan ikan nila sebanyak 1.038,85 kg maka penerimaan diperoleh sebesar Rp.17.660.807,00,-. Pada Penelitian ini diketahui total hasil produksi 6.000 kg dengan total penjualan sebesar Rp.102.000.000,00,-. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran ini menguntungkan dan untuk rencana kedepan maka usaha ini layak untuk dilanjutkan.
Pengembangan Business Model Canvas yang coba dimisalkan diterapkan pada usaha Kelompok Budidaya Murih Makmur memiliki spesifikasi yang lebih karena menggunakan 9 blok utama seperti key partnership, key activities, value proposition, customer realithionship, channel, customer segments, key resources, cost structure, dan revenue streams. Pada pengembangan dengan Business Model Canvas dijelaskan lebih spesifik kegiatan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan usaha menjadi lebih baik yang mana telah tergambar pada skema analisis Business Model Canvas. Peningkatan usaha dengan menggunakan Business Model Canvas di evaluasi dengan metode SWOT. Dianalisis dahulu pada setiap blok, karena akan memiliki potensi strength, weakness, opportunities dan threatmen. Kemudian setelah dianalisis baru dikelompokkan ke dalam matriks faktor IFAS dan EFAS kemudian diberikan pembobotan sesuai fakta dan kondisi dilapang. Dimana hasil dari SWOT terhadap peningkatan usaha dengan Business model canvas pada usaha pembesaran ikan nila Kelompok Budidaya Murih Makmur dapat menguntungkan bila dilakukan menggunakan SO atau Strength Opportunities dalam meningkatkan dan menjalankan usaha pembesaran ikan nila dan didukung dengan pertumbuhan yang agresif. Sehingga peningkatan usaha pembesaran ikan nila Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dapat melakukan strategi SO. Strategi SO yang memiliki pengertian memanfaatan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada dapat diwujudkan dengan memaksimalkan blok key partnership, blok key resources, blok key activities dan blok value proposition.
Saran pada penelitian ini adalah Dalam aspek teknis dan manajemen, untuk fungsi pengawasan akan lebih baik ditingkatkan secara intensif mengingat lokasi berada di area terbuka dan seluruh orang bisa pergi ke lokasi budidaya. Serta untuk pemberian pakan dilakukan lebih intensif agar pembesaran bias lebih efisien waktu dan jumlah disaat pemanenan. Dapat memperhitungan waktu tebar benih sampai masa panen, karena ketika air limbah dari pabrik datang sehingga ikan tidak banyak yang mati dan juga memberikan obat pemberantas hama yang lebih baik. Belajar menggunakan teknik pembesaran padat tebar ataupun membuat panduan dalam usaha pembesaran agar hasil benar-benar maksimal. Melakukan kerjasama lebih luas baik dalam sekala nasional maupun internasional melihat peluang usaha yang besar. Melakukan penambahan tenaga kerja ahli agar usaha dapat terkontrol dan terlaksana lebih terstruktur.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan Usaha Budidaya Perikanan Pada
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur Dengan Sistem Keramba Jaring Apung di
Bendungan Sutami Desa Jatigui Kabupaten Malang”. Di dalam tulisan ini disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi: profil usaha budidaya Ikan Nila Kelompok
Budidaya Ikan Murih Makmur, gambaran 9 blok Bussiness Model Canvass,
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal, serta merumuskan alternatif
strategi peningkatan usaha ikan nila pada usaha Bapak Wasis Ketua Kelompok
Budidaya Ikan Murih Makmur. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk dapat menyempurnakan laporan ini. Penulis
berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, 11 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .................................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Kegunaaan Penelitian ............................. Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Penelitian Terdahulu ............................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Biologi Ikan Nila ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Pengertian Dan Konsep Strategi ............ Error! Bookmark not defined.
2.4 Profil Usaha ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Aspek Teknis ........................................ Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Aspek Manajemen ................................ Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Aspek Keuangan .................................. Error! Bookmark not defined.
2.5 Analisis Model Bisnis Canvas ................. Error! Bookmark not defined.
2.6 Perencanaan Strategi ............................. Error! Bookmark not defined.
2.7 Kerangka Pemikiran .................................... Error! Bookmark not defined.
III. METODE PENELITIAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Tempat Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Jenis dan Metode Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ........... Error! Bookmark not
defined.
3.4 Jenis dan Sumber Data .......................... Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Data Primer........................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Data Sekunder ...................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengambilan Data ....................... Error! Bookmark not defined.
3.6 Metode Analisis Data .............................. Error! Bookmark not defined.
3.6.1 Analisis Data Kualitatif .......................... Error! Bookmark not defined.
3.6.2 Analisis Data Kuantitatif ........................ Error! Bookmark not defined.
3.6.3 Analisis Strategi Peningkatan Daya Saing Model Bisnis “Canvas”
...................................................................... Error! Bookmark not defined.
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........ Error! Bookmark not defined.
4.1 Keadaan Umum Lokasi .......................... Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Keadaan Topografis Wilayah ................ Error! Bookmark not defined.
4.1.2 Keadaan Geografis Wilayah ................. Error! Bookmark not defined.
4.1.3 Keadaan Penduduk .............................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Keadaan Sosial Ekonomi ............................ Error! Bookmark not defined.
4.3 Keadaan Umum Usaha ............................... Error! Bookmark not defined.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Profil Usaha Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur Error! Bookmark not
defined.
5.2 Aspek Teknis ............................................... Error! Bookmark not defined.
5.2.1 Sarana dan Prasarana Pembesaran Ikan ........... Error! Bookmark not
defined.
5.2.2 Faktor Produksi ..................................... Error! Bookmark not defined.
5.2.3 Teknik atau Proses Pembesaran Ikan... Error! Bookmark not defined.
5.3 Aspek Keuangan ......................................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Aspek Manajemen ....................................... Error! Bookmark not defined.
5.5 Aspek Pemasaran ....................................... Error! Bookmark not defined.
5.6 Analisis Peningkatan Usaha dengan Business Model Canvas ........... Error!
Bookmark not defined.
5.7 Business Model Canvas dengan Analisis SWOT ...... Error! Bookmark not
defined.
5.7.1 Faktor Internal ....................................... Error! Bookmark not defined.
5.7.2 Faktor Eksternal .................................... Error! Bookmark not defined.
5.7.3 Analisis Matriks SWOT ......................... Error! Bookmark not defined.
5.7.4 Analisis Diagram SWOT ....................... Error! Bookmark not defined.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................. Error! Bookmark not defined.
6.1 Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.
6.2 Saran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bentuk Ikan Nila……………………………………………………... 8
2. Bentuk Ikan Nila……………………………………………………… 9
3. Skema Model Bisnis “Canvas”.…………………………………..... 20
4. Kerangka Berfikir Usaha Bisnis Ikan Nila……………………........ 23
5. Denah Desa Jatigui, Malang ………………………………..……... 40
6. Struktur Organisasi Kelompok Murih Makmur…………………….. 47
7. Jaring Keramba……………………………………………………… 49
8. Bambu………………………………………………………………… 49
9. Perahu………………………………………………………………... 50
10. Rumah Jaga Ketua Kelompok Budidaya Murih Makmur………... 51
11. Kerambang Jaring Apung…………………………………………... 54
12. Pakan Ikan……………………………………………………………. 56
13. Saluran Pemasaran…………………………………………………. 69
14. Strategi Peningkatan Daya Saing Bussines Model Canvass....... 78
15. Evaluasi Business Model Canvas dengan Analisis SWOT……... 100
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Struktur Mata Pencaharian…………………………………………. 43
2. Tabel Analisis SWOT Kelompok Budidaya Murih Makmur……… 79
3. Aktivitas / tindakan dari blok faktor internal………………………. 83
4. Matriks faktor strategi internal (IFAS)……………………………… 88
5. Aktivitas / tindakan dari blok faktor eksternal……………………… 89
6. Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)…………………………… 94
7. Tabel Matriks SWOT………………………………………………… 95
8. Matriks SWOT Usaha Pembesaran Ikan Nila……………………. 97
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rincian Investasi Modal Tetap ……………………………..... 109
2. Rinian Penyusutan…………………………………………….. 110
3. Rincian Modal Kerja…………………………………………… 111
4. Rincian Biaya Produksi……………………………………….. 112
5. Total Produksi………………………………………………….. 113
6. Perhitungan Aspek Finansial………………………………… 114
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi Perikanan budidaya di Indonesia diperkirakan seluas 15,59 juta hektar
(ha) yang terdiri dari potensi budidaya air tawar 2,23 juta ha, budidaya air payau
1,22 ha, dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatan hingga saat ini masing-
masing baru 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen pada budidaya air
payau, dan 0,01 persen untuk budidaya laut. Dari sektor budidaya air tawar, salah
satu komoditas perikanan budidaya yang mempunyai ekonomis tinggi
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011).
Ruang lingkup kegiatan budidaya ikan (fish culture) mencakup pengendalian
pertumbuhan dan pengembangan. Budidaya ikan bertujuan untuk memperoleh
hasil yang lebih tinggi atau lebih banyak dan lebih baik daripada ikan itu dibiarkan
hidup secara alami sepenuhnya. Budidaya ikan di Indonesia terutama
diselenggarakan di kolam, tambak, sawah, dan karamba (kurungan bambu).
Adanya keragaman luas areal dan produksi budidaya ikan dari tahun ke tahun
terutama disebarkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan iklim, bencana
alam, dan desakan dari sektor yang lain (Sumantadinata, 1983).
Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan
komoditas penting bagi bisnis ikan air tawar. Dan ikan tersebut telah lama
dikembangkan sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh ataupun fillet.
Negara pengekspor ikan nila antara lain China, Ekuador, Kuba. Adapun negara
negara pengimpor ikan nila (Oreochromis niloticus) antara lain Timu Tengah,
Singapura, Jepang. Kebutuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Amerika Serikat
2
sedangkan produksi nila domestic belum dapat memenuhi kebutuhannya.
Pengembangan Budidaya ikan nila di Indonesia telah dimulai sejak 1969. Namun
demikian budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang
berkaitan dengan maraknya budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di Keramba
Jaring Apung. Perkembangan budidaya intensif di Indonesia belum begitu
menggembirakan karena beberapa faktor antara lain masih rendahnya efisien
produksi dan rendahnya harga pasar disamping pengadaan benih dan induk
bermutu (Sumadinata, 2001).
Peta lokasi menunjukkan bahwa Kabupaten Malang memiliki potensi
perikanan dan kelautan yang sangat besar, karena wilayah ini berbatasan dengan
laut Selatan jawa yaitu samudera hindia. Selain laut Kabupaten Malang memiliki
wilayah waduk terutama di waduk Sutami daerah Sumberpucung mempunyai
wilayah perairan yang berpotensi sebagai sumber pembangunan perikanan dan
kelautan Jawa Timur dimasa depan.
Selain itu dengan berkembangnya ilmu pegetahuan dan kemajuan teknologi
akan memicu persaingan dalam perekonomian, perusahaan dituntut untuk dapat
menyusun dan menerapkan suatu strategi untuk meningkatkan daya saing yang
tepat sesuai dengan situasi, kondisi pasar dan mampu memanfaatkan
kesempatan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya
ditentukan oleh strategi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari pasar
sasarannya (Fitriyono, 2014).
Peningkatan usaha sangat diperlukan demi memenangkan persaingan di
dunia pasar yang semakin ketat. Suatu perusahaan dapat mengembangkan
strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada.
Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan
strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat
melihat sacara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga
3
perusahaan dapat mengantisipasi lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat
dibedakan secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.
Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing
(Rangkuty, 2003).
Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah
bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya. Membuat sebuah pendekatan
model kanvas yang memudahkan para pembisnis untuk membangun dan
mengembangkan bisnis mereka. Model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis
yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi
menciptakan, menyerahkan dan menangkap nilai (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Dengan begitu kebutuhan strategi peningkatan usaha budidaya perikanan
pada Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring
Apung merupakan langkah yang bagus untuk menyikapi persaingan pasar.
Peningkatan usaha dengan strategi yang baik memerlukan model pengembangan
yang efektif dan efisien agar tercapainya tujuan yang maksimal. Model bisnis
kanvas dimaksudkan menjadi salah satu model pengembangan bisnis yang dapat
dipakai dalam peningkatan usaha Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana profil usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring
Apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui?
2. Bagaimana gambaran 9 blok Business Model Canvas yang dijalankan oleh
usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pada Kelompok
4
Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring Apung di
Bendungan Sutami Desa Jatigui?
3. Bagaimana alternatif strategi peningkatan usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur sistem
Keramba Jaring Apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis aspek-
aspek dalam usaha pembesaran Ikan Nila, antara lain :
1. Mengetahui profil usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) dari
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan sistem Keramba Jaring
Apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui.
2. Mengetahui gambaran 9 blok Business Model Canvas dari usaha pembesaran
ikan nila (Oreochromis niloticus) Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur
dengan sistem Keramba Jaring Apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui
3. Menemukan alternatif strategi peningkatan usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur dengan
sistem keramba jaring apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui.
1.4 Kegunaaan Penelitian
Kegunaan pada penelitian ini meliputi pihak peneliti, pemerintah dan
perusahaan yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Peneliti
Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan dan
menerapkan teori teori yang didapatkan dalam bangku perkuliahan serta
informasi maupun bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
5
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dalam pengambilan
kebijaksanaan perikanan, khususnya dalam pengembangan usaha
pembesaran Ikan Nila dan acuan khususnya bagi yang berminat pada
permasalahan pemasaran.
3. Perusahaan
Hasil dari penelitian ini semoga bisa menjadi sarana untuk memberi masukan
ilmu penerapan proses pengembangan usaha dan pemasaran pada Kelompok
Budidaya Ikan Murih Makmur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Bachtiar (2013), menyatakan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan pada
usahanya dalam mencari pelanggan dan memasarkan produknya menggunakan
cara purchasing order dan personal selling. Berdasarkan matriks SWOT, maka
alternatif strategi yang diperoleh yaitu sebagai berikut (1) meningkatkan jumlah
produksi ikan sidat untuk memenuhi target pasar. (2) Mengoptimalkan bantuan
dari KKP Lamongan untuk pengembangan pasar ikan sidat. (3) Dalam perekrutan
tenaga kerja harus lebih selektif dan mengutamakan hasil kinerjanya. (4)
Meningkatkan kualitas ikan sidat dan menambah kerja sama dengan eksportir. (5)
Menjadikan ikan sidat sebagai komoditi baru dan sebagai penggerak pemasaran
di Lamongan
Suhendar et al (2010), menyatakan strategi pemasaran yang dijalankan oleh
UKM Petikan Cita Halus belum optimal, sehingga nilai penjualan pada tahun 2007
mengalami penurunan daripada tahun 2006. Kemudian berdasarkan Analisis
SWOT dan analisis industry foresight diperoleh alternatif strategi meliputi strategi
efisiensi yang bertujuan mengefisiensi pengeluaran untuk memperoleh
keuntungan optimal, strategi blue ocean dengan mengembangkan dan
memperbanyak faktor faktor yang dimiliki perusahaan, strategi membangun
kemitraan strategi terutama dengan pembudidaya ikan atau pemasok ikan, strategi
pengembangan dan perluasan pasar produk ikan asap melalui kerjasama dan
pemodal, serta strategi pemilihan produk utama ditujukan untuk mencari produk
yang menghasilkan keuntungan maksimal.
7
Menurut Lang (2015), menggunakan berbagai strategi penjualan agar usaha
ini dapat berjalan terus menerus dalam menghadapi proses persaingan yang
semakin kuat khususnya di bidang UKM Manado, dan juga bias mempertahankan
para konsumen dengan menghasilkan semaksimal mungkin nilai produk itu
sendiri. Berbagai strategi promosi pun dijalankan dalam usaha ini dengan
menggunakan strategi bisnis model kanvas bias menjadikan usaha lebih
sederhana. Model Bisnis kanvas memiliki 9 blok atau lebih dikenal dengan Nine
Building Blocks yang terdiri dari Proposisi nilai produk, kunci kemitraan, kegiatan
utama, sumberdaya utama, struktur biaya, hubungan pelanggan, saluran
pemasaran, segmentasi pasar, aliran pendapatan. Hal ini dapat diketahui dari
kinerja perusahaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Suhendar et al (2010),
Bachtiar (2013), Lang (2015) adalah mengkaji aspek teknis, aspek manajemen,
aspek pemasaran dan finansial yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bertujuan
untuk meningkatkan daya saing penjualan serta menggunakan alat analisis BMC
(Business Model Canvas) sebagai metode analisis dalam merumuskan strategi
peningkatan daya saing. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian, objek
yang diteliti, dan hasil dari penelitian.
2.2 Biologi Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang hampir menyerupai ikan mas,
ikan nilai ini berasal dari Afrika bagian timur di perairan sungai Nil, danau Tangiya
Nigeria. Jenis ikan ini pada awal perkembangan termasuk kedalam
kelompok Tilapia ( Saratharaodon nilaticu ). Ikan nila masuk kedalam famili
Cichilidae dengan ordo percomorphi yang memiliki tulang belakang. Selain itu,
ikan nila memiliki bentuk pipih, punggung tinggi, pada bagian badan dan sirip ekor
8
di temukan garis lurus ( vertikal ) serta juga mempunyai sirip punggung ditemukan
garis lurus memanjang.
Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi Gambar 1. Bentuk Ikan Nila
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak
mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat
dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian
tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman
bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga
sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis
yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis bagian atas
memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai
pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala
serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun
dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu
9
hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC dan dengan nilai
pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar (Suyanto 2003).
Menurut Kordi (2010), secara taksonomis, ikan nila diklasifikasikan ke dalam:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilotica Gambar 2. Bentuk Ikan Nila.
Mata nila tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau
kebiru-biruan. Letak mulut terminal posisi sirip perut terhadap sirip dada thorocis,
dan garis rusuk (linea lateralis) yang terputus menjadi dua bagian, letaknya
memanjang di atas sirip dada.
Awalnya ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica ikan dari
golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya.
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan
ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian
tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badan
kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah daripada letak garis
10
memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut dan sirip dubur
mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam.
2.3 Pengertian Dan Konsep Strategi
Strategi adalah seni memadukan atau menginteraksikan antara faktor kunci
keberhasilan antar faktor kunci keberhasilan agar terjadi sinergi dalam mencapai
tujuan. Strategi merpakan sarana untuk mencapai tujuan. Manfaat strategi adalah
untuk mengoptimalkan sumberdaya unggulan dalam memaksimalkan
pencapaian sasaran kinerja. Dalam konsep manajemen cara terbaik untuk
mencapai tujuan, sasaran dan kinerja adalah dengan strategi memberdayakan
sumber daya secara efektif dan efesien (LAN-RI, 2008).
Barney (2007) mengemukakan definisi kerja strategi adalah suatu pola
alokasi sumberdaya yang memampukan organisasi memelihara bahkan
meningkatkan kinerjanya. Strategi yang baik adalah suatu strategi yang
menetralisir ancaman/ tantangan, dan merebut peluang-peluang yang ada
dengan memanfaatkn kekuatan yang tersedia serta meniadakan atau
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada.
Secara konsepsional strategi pengembangan dalam konteks industri adalah
upaya untuk melakukan analisis terhadap kondisi pasar kawasan baik internal
yang meliputi kelemahan dan kekuatan dan kondisi pasar eksternal yaitu peluang
dan ancaman yang akan dihadapi, kemudian diambil alternatif untuk menentukan
strategi yang harus dilakukan. Analisis pasar internal merupakan suatu proses
untuk menilai faktor-faktor keunggulan strategis perusahaan/ organisasi untuk
menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahannya, sehingga penyusunan
strategi dapat dimanfaatkan secara efektif, kesempatan pasar dan
menghadapi hambatannya, mengembangkan profil sumber daya dan keunggulan,
membandingkan profil tersebut dengan kunci sukses, dan mengidentifikasi
11
kekuatan utama dimana industri dapat membangun strategi untuk mengeksploitasi
peluang dan meminimalkan kelemahan dan mencegah kegagalan.
2.4 Profil Usaha
Berdasarkan Mulyani (1983) Profil merupakan pandangan sisi, garis besar,
atau biografi dari diri seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama.
Sehingga untuk pengertian dari profil usaha adalah gambaran informatif dari usaha
yang dijalankan oleh kelompok dalam hal ini adalah Kelompok Pembudidaya Ikan
Murih Makmur yang menjalankan Budidaya Ikan Nila. Gambaran informatif ini
dapat dilihat dari sisi aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan.
2.4.1 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan input dan output
daripada barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu
kegiatan proyek. Aspek teknis meliputi sarana dan prasarana yang digunakan
dalam suatu perusahaan, selain itu aspek teknis juga meliputi kegiatan yang
dilakukan dalam suatu perusahaan yang dimulai dari pengadaan bahan baku,
pengolahan sampai dengan pemasaran produk (Pudjosumarto, 1998).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek teknis juga dikenal sebagai aspek
produksi. Hal-hal yang diperhatikan dalam aspek teknis meliputi masalah dalam
penentuan produksi, tata letak, peralatan usaha dan proses produksinya.
Kelengkapan kajian aspek operasional sangat tergantung dari jenis usaha yang
dijalankan karena pada setiap usaha memiliki prioritas tersendiri.
2.4.2 Aspek Manajemen
Menjalankan usaha diperlukan aspek manajemen pada setiap kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dijalankan secara berkesinambungan. Penyusunan studi kelayakan diperlukan
12
perencanaan yang meliputi pembentukan tim kerja, pembuatan rencana kerja,
penyusunan anggaran dan penyusunan jadwal (Subagyo, 2008)
Menurut Assauri (2004), pengertian manajemen adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.
2.4.3 Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keungan
perusahaan secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek keuangan meliputi sumber-
sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi
pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis
dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi, proyeksi neraca dan
laporan laba rugi untuk beberapaperiode ke depan serta kriteria penilaian investasi
dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
(Kasmir dan Jakfar, 2007)
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yang merupakan selisih
antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa akan datang (Umar, 2003).
Metode NPV merupakan metode perhitungan kelayakan usaha yang
mempertimbangkan antara waktu dan uang dengan cara menghitung selisih
anttara nilai investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih. Jika hasil NPV
positif maka usaha investasi bisa dilanjutkan, penggunaan NPV bisa digunakan
sebagai alat bantu dalam penilaian investasi dengan model Profitability Indeks
(Arifin, 2007)
13
2. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan ratio perbandingan antara benefit bersih dari tahun-tahun
yang bersangkutan yang telah di present value-kan dengan biaya bersih dalam
tahun Bt-Ct telah di present value-kan juga (Pudjosumarto, 1985).
Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya
terdiri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana
benefit tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value
total atau biaya-biaya bersih dalam tahun-tahun dimana biaya kotor lebih besar
daripada benefit kotor. Jika Net B/C ≥ 1, maka proyek yang dijalankan layak
sedangkan bila Net B/C < 1, maka proyek dikatakan tidak layak (Marimin, 2004).
3. Internal Rate of Turn (IRR)
IRR adalah penghitungan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa
mendatang. Metode IRR merupakan cara untuk menghitung tingkat suku bunga
yang berasal dari pemasukan kas atau proceed (laba+penyusutan) yang
diharapkan akan diterima karena terjadi pengeluaran model investasi (Arifin,
2006).
Menurut Pudjosumarto (1988), IRR merupakan tingkat bunga yang
mengembangkan bahwa anatara benefit (penerimaan) yang telah di present value
kan dan cost (pengeluaran) yang telah di present value kan sama dengan nol.
Kriteria IRR ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR >
Social Discount Rate. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < Social Discount
Rate, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan.
4. Pay Back Period (PP)
Payed Back Period merupakan waktu yang diperhitungkan dalam hal
pengembalian modal yang sudah diberikan pada usaha. Apabila setiap tahun
14
proceeds yang didapat sama maka payback period (PP) dapat dihitung dengan
membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan (Suliyanto, 2010).
Menurut Riyanto (2011), metode payback period memiliki kelemahan-
kelemahan prinsipiil sebagai berikut:
a. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang
diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya kriteria ini bukan
alat pengukur “profiyability”, tetapi alat pengukur “rapidity” atau kecepatan
kembalinya dana
b. Metode ini juga mengabaikan “time value of money” (nilai waktu uang)
5. Modal usaha
Modal merupakan salah satu hal penting yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan sehari-harinya. Dalam implementasinya terdapat 2 macam
modal yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal kerja ialah kelebihan aktiva di atas
hutang lancar. Sedangkan aktiva tetap di dapat dari penjumlahan seluruh aktiva
tetap. Sedangkan modal tetap ialah modal yang diperuntukkan untuk jangka waktu
yang laman, contohnya bangunan dan tanah (Riyanto, 2010).
Mendanai suatu perusahaan maka diperlukan modal yang bisa di dapat dari
modal sendiri atau modal pinjaman. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri
atau modal tetap tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan
oemilik usaha dengan mempertimbangkan keuntungan kerugian yang didapatkan
(Kamir dan Jakfar, 2003).
6. Biaya Produksi / Biaya Total (TC)
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk penyediaan
barang dan jasa. Menurut Carter dan Usry (2004), biaya produksi adalah
“Manufacturing costs also called production costs usually defined as the sum of
three cost elements: direct materials, direct labor, and factory overhead.” Dengan
kata lain biaya produksi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
15
mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan uang yang
tercatat.
Biaya produksi sendiri memiliki arti yaitu biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan dalam rangka membuat usaha baru, baik dalam hal aktiva tetap
sendiri meliputi pembeliaan tanah, pendirian bangunan, pembelian mesin
kendaraan atau inventarisasi lainnya )Kasmir dan Jakfar, 2003)
7. Penerimaan
Penerimaan merupakan penerimaan yang didapatkan dari penerima dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi baik biaya tetap maupun
tidak tetap. Total Revenue (TR) atay penerimaan didapat dari perkalian antara
produk yangdihasilkan (Q) dengan harga penjualan (P) (Soekartawi, 2003).
Keuntungan maksimum adalah selisih antara penghasilan total (TR) dengan
pembiayaan total (TC). Penghasilan total (TR) adalah jumlah uang atau nilai yang
diperoleh dari hasil penjualan sejumlah produk yang dihasilkan, sedangkan untuk
pembiayaan total (TC) terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (Hanafiah dan
Saefuddin, 2006).
8. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Analisis R/C untuk mengetahui njilai perbandingan antara penerimaan dan
biaya produksi yang digunakan. Semakin besar rati maka akan semakin besar
keuntungan yang diperoleh, ini bisa diperoleh apabila faktor produksi dialokasikan
dengan lebih efisien (Soekartawi, 2003).
Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan
biaya yang bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang dihasilkan. Menurut
Soekartawi (2003), R/C ratio memiliki beberapa kriteria yaitu apabila
R/C > 1, maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan
R/C = 1, maka usaha tersebut dikatakan tidak untung tidak rugi
R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian
16
9. Keuntungan
Raharja dan Manarung (2004), mendefinisikan bahwa laba atas keuntungan
adalah nilai total penerimaan perusahaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan
perusahaan.
Perhitungan keuntungan perlu dilakukan untuk mengetahu jumlah laba yang
didapat dalam melaksanakan usaha. Keuntungan didapat dari selisih antara
penerimaan total dan total biaya. Total biaya sendiri dari biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost) ( Riyanto, 2001).
10. Rentabilitas
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu usaha yang
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghaislkan laba tersebut.
Rentabilitas adalah perbandingan antara modal sendiri dengan modalasing
yang digunakan untuk menghasilkan laba yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan laba dan dihitung menggunakan persentase (Riyanto, 2001).
11. Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) ada alat atau tehnik yang digunakan untuk melihat
tingkat penjualan tertentu sehingga tidak mengalami laba dan juga tidak
mengalami kerugian (Sigit, 2002).
Analisis Break Event Point adalah analisis yang mempelajari hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh dikarenakan
analisa ini mempelajari hubungan antara biaya kegiatan hingga volume kegiatan,
maka analisa seperti in bisa disebut “Cost-Profit-Volume Analysis” (C.P.V.
analysis) (Riyanto, 2001).
17
2.5 Analisis Model Bisnis Canvas
Model bisnis kanvas adalah bahasa yang sama untuk menggambarkan,
menvisualisasikan, menilai dan mengubah model bisnis. Konsep ini menjadi
bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan mendeskripsikan dengan
mudah dan memanipulasi model bisnis untuk strategi alternatif. Bisnis model
kanvas akan menjelaskan pemikiran dasar sebuah bisnis diciptakan, diberikan dan
ditangkap nilainya (Osterwalder dan Pigneur, 2012).
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), menjelaskan bahwa Business
Canvas model adalah sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran
tentang bagaimana organisasi meciptakan, memberikan dan menangkap nilai.
Canvas ini membagi business model menjadi sembilan buah komponen utama,
kemudian dipisahkan lagi menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi
logika). Persis seperti otak manusia. Kesembilan komponen tersebut adalah
(diurut dari kanan ke kiri) customer segments, value propositionsm channel,
customer relathionships, revenue streams, key resources, key activities, key
partnershi dan cost structure. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2012), business
model canvas dibagi menjadi 9 komponen, berikut penjabarannya:
1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)
Osterwalder dan Pigneur (2012:14) mengatakan blok bangunan segmen
pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau organisasi berbeda yang
ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Customer segments menjelaskan
tentang bagaimana perusahan memilih segmen pelanggan yang paling potensial
untuk dipilih agar kegiatan usaha yang dijalankan tepat sasaran dan sesuai
dengan target konsumen yang diinginkan. Sebagaimana disampaikan oleh
Osterwalder dan Pigneur (2012:20) bahwa pelanggan adalah inti dari model bisnis.
Tanpa pelanggan (yang dapat memberikan keuntungan), tidak ada perusahaan
18
yang mampu bertahan dalam waktu lama. Untuk lebih memuaskan pelanggan,
perusahaan dapat mengelompokkan mereka dalam segmen-segmen berbeda
berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku atau atribut lain. Masih menurut
Osterwalder dan Pigneur (2012:20) yang menyatakan sebuah model bisnis dapat
menggambarkan satu atau beberapa segmen pelanggan, besar atau kecil. Suatu
organisasi harus memutuskan segmen mana yang dilayani dan mana yang
diabaikan.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Blok bangunan proposi nilai menggambarkan penggabungan antara produk
dan layanan yang meciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik. Proposi nilai
dapat memecah masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan.
Setiap proposi nilai berisi gabungan produk dan /atau jasa tertentu yang melayani
kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Dalam hal ini proposi nilai merupakan
kesatuan atau gabungan manfaat-manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada
pelanggan. Nilai yang dimaksudkan tergolong ke dalam beberapa golongan, yaitu:
a. Menyelesaikan pekerjaan
b. Desain
c. Merek/status
d. Harga
e. Pengurangan biaya
f. Pengurangan resiko
g. Kemampuan dalam mengakses
h. Kenyamanan/kegunaan
Proposisi nilai menciptakan nilai untuk segmen pelanggan melalui elemen-
elemen berbeda yang melayani kebutuhan segmen tersebut. Nilai dapat bersifat
kuantitatif misalnya harga dan cepatnya pelayanan atau berupa kualitatif seperti
desain dan pengalaman pelanggan(Osterwalder dan Pignuer, 2014).
19
Value Propositions menggambarkan tentang bagaimana perusahaan
memberikan nilai terbaik kepada pelanggannya sesuai dengan proposisi nilai
yang ada dalam perusahaan tersebut. Dengan menciptakan nilai pelanggan yang
unggul, perusahaan menciptakan pelanggan yang sangat puas dan tetap setia,
serta mau membeli lagi (Kotler, 2000). Hal itu dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan dimasa yang akan datang karena telah memiliki konsumen
yang loyal.
3. Channel (Saluran)
Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberi proporsi nilai. Saluran komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan
penghubung antara perusahaan dengan pelanggan, saluran adalah titik sentuh
pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang mereka alami.
4. Customer Relationships (Hubungan Pelanggan)
Blok bangunan hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis
hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.
Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang dibangun bersama
segmen pelanggan. Hubungan yanga ada akan bervariasi dari yang bersifat
pribadai sampai dengan otomatis.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Blok arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan
perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi
pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Jika pelanggan adalah inti dari
model bisnis, arus pendapatan adalah urat nadinya. Perusahaan harus bertany a
pada dirinya sendiri, untuk masing-masing segmen pelanggan apakah benar-
benar bersedia membayar? Jika pertanyaan tersebut terjawab dengan tepat,
perusahaan dapat menciptakan satu atau lebih arus pendapatan mungkin memiliki
20
mekanisme penetapan harga yang berbeda seperti harga tetap, penawaran
pelelangan, kebergantungan pasar bergantung keterbegantungan volume atau
manajememn hasil.
6. Key Resources (Sumber Daya Utama)
Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting
yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis
memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan proporsi nilai,
menjangkau pasar mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan
memperoleh pendapatan. Kebutuhan sumber daya utama berbeda-beda sesuai
jenis model bisnis.
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model bisnis
memerulakan sejumlah aktivitas kunci yaitu tindakan-tindakan terpenting yang
harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi sukses. Seperti halnya sumber
daya utama, aktivitas-aktivitas kunci diperlukan untuk meciptakan dan
memberikan proporsi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan
pelanggan dan memperoleh pendapatan. Seperti sumber pertama aktivitas-
aktivitas kunci berbeda bergantung pada jenis model bisnisnya.
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan
mitra yang dapat membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk
kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan menajadi alasan, dan
kemitraan menjadi landasan dari berbagai model bisnis mengurangi resiko atau
memperoleh daya mereka.
21
9. Cost Structure (Stuktur Biaya)
Struktur biaya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis. Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting
yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan
memberikan nilai mempertahankan hubungan pelanggan dan menghasilkan
pendaptan, menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini relatif
lebih mudah setelah sumber daya utama, aktivitas-aktivitas kunci dan kemitraan
utama ditentukan. Meskipun demikian, beberapa model bisnis lebih terpacu dalam
hal biaya daripada model bisnis lainnya.
Gambar 3. Skema Model Bisnis Canvas (Osterwalder, 2013)
2.6 Perencanaan Strategi
Strategi merupaka penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan
dan dengan memberikan pedoman untuk mengkoordinasi aktivitas, sehingga
perusahaan dapat mempengaruhi dan menyesuaikan lingkungan yang selalu
berubah. Strategi mengatakan dengan jelas jenis lingkungan dan strategi apa yang
pas dan cocok untuk dijlankan dan dilalui oleh perusahaan (Kuncoro, 2005).
22
Menurut Querton (2002), business plan adalah dokumen hasil dari
perencanaan yang melibatkan manajemen dan organisasi berjalan dengan baik
maka perusahaan akan mendapat hasil yang baik pula.
2.7 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian (research question) dan merepresentasikan
suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep
tersebut. (Polancik, 2009)
Kerangka berfikir penelitian yang berjudul strategi peningkatan usaha
budidaya perikanan produk ikan nila Kelompok Budidaya Murih Makmur dengan
sistem keramba jaring apung di Bendungan Sutami Desa Jatigui, Malang Jawa
Timur yang dilakukan untuk menentukan strategi peningkatan daya saing usaha
dan Business Model Canvas digunakan sebagai alat untuk menentukan strategi
peningkatan usaha berdasarkan gambaran 9 blok dalam metode tersebut.
23
Customer Segments
Customer Relationships
Key Activities
Value Propositions
Revenue Streams
Key Partnership
Channel
Key Resources
Cost Structure
Usaha Pembesaran Ikan Nila
Kelompok Murih Makmur
Strategi Peningkatkan Daya Saing Usaha
Budidaya Perikanan Produk Ikan Nila
Gambar 4. Kerangka Berfikir Penelitian
Profil Usaha
Kelompok Murih
Makmur
1.Teknis Usaha
2.Finansial
3.Manajemen
4.Pemasaran
Analisis Model Bisnis
“Canvas”
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipilih
bertepatan pada Kelompok Budidaya Murih Makmur di Bendungan Sutami Desa
Jatigui, Malang Jawa Timur dan Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus
2017.
3.2 Jenis dan Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data kemudian
mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan
permasalah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu metode deskriptif, metodehistoric, dan
metode eksperimentasi (Sukmadinata, 2006)
Metode deskriptif merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian.
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan
atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. (Hasan, 2002)
Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
digunakan untuk mengumpulkan, merangkum serta menginterpretasikan data
yang diperoleh dari Kelompok Budidaya Murih Makmur, yang selanjutnya diolah
kembali sehingga dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan gambaran
25
yang jelas, terarah dan menyeluruh dari masalah yang menjadi objek penelitian.
Hal yang termasuk dalam deskriptif kualitatif yaitu berupa kajian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan nila Kelompok Budidaya Murih
Makmur baik secara internal maupun ekternal, aspek teknis pada usaha, aspek
pemasaran pada usaha, dsb. Sedangkan yang termasuk dalam deskriptif
kuantitatif yaitu mengenai intepretasi dari setiap perhitungan aspek finansial pada
Kelompok Budidaya Murih Makmur.
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga disebut popilasi. Populasi dibedakan menjadi sampling dan populasi
sasaran, sedangkan populasi sasaran adalah seluruh wilayah usaha dalam
penelitian (Singarimbun dan Efendi, 2006).
Populasi pada penelitian ini adalah Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur
yang memiliki jumlah anggota sebesar 25 anggota kelompok yang melakukan
budidaya Ikan Nila yang tersebar di Bendungan Sutami Desa Jatigui Kabupaten
Malang.
Purposive Sampling adalah Teknik untuk menentukan sampel penelitian
dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh
nantinya lebih representative. (Sugiyono, 2010)
Menurut Sugiyono (2011), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini, sampel yang diambil dari
populasi menggunakan purposive sampling. Kriteria dalam penelitian ini yaitu
pemilik usaha dan pengurus organisasi pada kelompok budidaya ikan murih
makmur, memiliki lahan usaha yang luas nya lebih dari 2000m, aspek finansial
yang seluruhnya menggunakan modal pribadi, mempunyai hubungan kemitraan
26
dengan pedagang pengepul. Dengan kriteria yang sudah ditetapkan, maka Pak
Wasis merupakan sample yang cocok untuk penelitian ini.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya data yang sesuai dari
sumber data. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian
ada beberapa macam, yaitu:
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan
(Suhardi, 2010).
Data primer yang diperoleh berdasarkan diskusi dan wawancara dengan
ketua Kelompok Murih Makmur Desa Jatigui Kabupaten Malang dan pihak yang
terlibat dalam pemasaran. Wawancara mendalam dilakukan untuk menghimpun
data yang diperlukan. Adapun data primer meliputi profil usaha, strategi
pemasaran ikan Nila, dan faktor internal pada usaha meliputi kekuatan dan
kelemahan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Data sekunder ini disebut juga
dengan data tangan kedua. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi
atau data laporan yang telah tersedia (Saifuddin Azwar, 2004).
Sehingga dengan begitu data sekunder didapatkan dari sumber kedua bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya dan data tersebut telah diolah. Data
27
sekunder dapat dikatakan juga sebagai pendukung dan pelengkap pengerjaan
suatu laporan. Pengambilan data sekunder yang dimaksudkan ada dalam
penelitian ini, meliputi:
• Keadaan umum lokasi penelitian berupa geografis dan topografis, keadaan
penduduk di daerha penelitian, kondisidomografi dan peta
• Keadaan umum usaha perikanan di daerah penelitian
3.5 Teknik Pengambilan Data
Untuk mendukung proses penelitian perlu adanya metode pengambilan data
yang sesuai dari fakta yang ada. Metode pengambilan data yang diperlukan dalam
kegiatan penelitian ada beberapa macam, yaitu:
1. Wawancara
Berdasarkan Esterberg dalam Sugiyono (2012) mengemukakan beberapa
macam wawancara yaitu wawancara testruktur oleh peneliti yang telah
mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh sehingga peneliti
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan, wawancara semiterstruktur merupakan
pelaksanaan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk menemukan
pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-
idenya, dan wawancara tidak terstuktur merupakan wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya
2. Observasi
Menurut Soehartono (2011), secara luas, observasi atau pengamatan berarti
setiap kegiatan dilakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan
secara sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang
berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
28
3. Dokumentasi
Menurut Nurjannah (2010), dokumentasi adalah bahan yang termasuk dalam
jenis, bentuk, dan sifat apapun tempat informasi direkam. Rekaman yang ditulis
atau dipahat, yang menyampaikan informasi berupa fakta. Serta karya yang
direkam dalam suatu bahasa, simbol atau tanda lain.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2005).
Pada penelitian ini studi pustaka yang dilakukan bertujuan untuk sumber
informasi dalam menyusun kerangka pemikiran, melengkapi data dan sebagai
pembanding literatur. Studi pustaka yang diperoleh berasal dari buku, jurnal ilmiah,
laporan skripsi dan tesis, serta artikel dari media internet.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun
pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu
penelitian. Tiga teknik analisis yang menentukan yaitu penjodohan pila,
pembuatan penjelasan dan analisis deret waktu. Dalam penelitian, semua data
primer yang diperoleh dilapang akan dilakukan penjodohan pola lalu dibuat
penjelasannya dan dianalisis deret waktu dengan data sekunder yang diperoleh
(Yin, 2013).
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
29
Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural
setting) dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia
dalam situasi tertentu.
Deskriptif kuantitatif adalah penggambaran suatu angka yang dapat
digambarkan dalam bentuk statik deskriptif, antara lain berupa skala pengukuran,
hubungan, varitabilitas dan sentral tendensi. Data yang diperoleh berkaitan
dengan aspek finansial dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif.
Deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode yang bertujuan untuk
memberikan perhitungan angka mengenai data-data yang menyediakan angka.
3.6.1 Analisis Data Kualitatif
Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu. Analisis deskriptif kualitatif
yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara:
1. Menjelaskan keadaan umum dan profil lokasi Pembesaran Ikan Nila pada
Kelompok Budidaya Murih Makmur di Bendungan Sutami Desa Jatigui
Kabupaten Malang meliputi:
a. Sejarah serta Visi Misi dan Tujuan Kelompok Budidaya Murih Makmur di
Bendungan Sutami Desa Jatigui Kabupaten Malang
Pada penelitian ini sejarah serta visi misi dan tujuan Kelompok Budidaya
Murih Makmur di Bendungan Sutami Desa Jatigui Kabupaten Malang
dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk memenuhi tujuan pertama.
Kemudian menjelaskan bagaimana perkembangan usaha serta
perkembangan penjualan Ikan Nila setiap tahunnya dan bagaimana strategi
pemasaran yang dijalankan pada usaha tersebut dalam memenuhi permintaan
penjualan Ikan Nila.
30
b. Aspek Teknis
Aspek teknis pada penelitian tentang strategi pemasaran ini dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Analisis meliputi penentuan lokasi dan luas usaha,
proses pembesaran Ikan Nila yang meliputi pembesaran, dan pemanenan
serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembesaran ikan Nila.
c. Aspek Manajemen
Aspek manajemen pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Analisis meliputi perencanaan, pengorganisasian dalam struktur
organisasi, pelaksanaan dan pengawasan agar sistem kerja pada kelompok
pembudidaya ikan Murih Makmur dapat berfungsi dengan baik dengan
manajemen yang baik pula.
2. Strategi Pemasaran
Menjelaskan strategi pemasaran yang digunakan dalam memasarkan Ikan
Nila di Kelompok Budidaya Murih Makmur Desa Jatigui Kabupaten Malang untuk
memenuhi tujuan penelitian yang kedua. Analisis meliputi segmentasi pasar, target
pasar, pemposisian produk, dan bauran pemasaran.
3.6.2 Analisis Data Kuantitatif
Menurut Nazir (2011), deskriptif kuantitatif adalah analisa data yang sifatnya
kuantitatif yakni berdasarkan perhitungan-perhitungan dan statistik. Sedangkan
menurut Musanto (2004), pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas
nilai, obyektif dan harus seperti apa adanya. Pendekatan kuantitatif memakai
kontrol berupa alat statistik, pengukuran, dan hasil-hasil yang relevan dengan
rumus yang berlaku. Analisis deskriptif kuntitatif digunakan untuk menganalisis
aspek keuangan jangka pendek usaha Kelompok budidaya Ikan Murih Makmur.
Analisis aspek keuangan jangka pendek ini untuk memenuhi tujuan penelitian
pertama dan keempat.
31
1. Permodalan
Menurut Primyastanto et al (2005), penganggaran modal merupakan suatu
konsep investasi, sebab penganggaran modal melibatkan suatu pengikatan
(penanaman) dana dimasa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan
yang dikehendaki dimasa mendatang. Modal usaha adalah barang atau uang yang
bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja bekerja untuk
menghasilkan suatu barang baru. Modal usaha tersebut biasanya berupa modal
tetap / aktiva dan modal kerja.
a) Biaya Produksi
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2003), setiap kegiatan usaha yang
dilaksanakan memerlukan biaya-biaya atau pengeluaran usaha. Menurut prinsip
ekonomi, dengan biaya tertentu diharapkan hasil yang optimal, atau dengan kata
lain untuk mendapatkan hasil tertentu dengan biaya yang serendah mungkin.
Setiap perusahaan selalu menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya
(tetap dan variabel) dan jenis-jenis biaya yang lain (opportunity cost), karena biaya
merupakan faktor utama yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan
perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
Menurut Shinta (2011), Total Cost (TC) didapat dari penjumlahan dari biaya
tetap dengan biaya variabel. Rumus total cost yaitu:
Dimana:
TC = Total Cost (Biaya Total/Biaya Produksi)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
TC = FC + VC
32
2. Penerimaan
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), Penerimaan atau Total
Revenue (TR) adalah pendapatan kotor usaha yang didefinisikan sebagai nilai
produk total usaha dalam jangka waktu tertentu. Rumus penerimaan:
Dimana : TR = Total Revenue (total penerimaan)
P = Harga jual per unit
Q = Jumlah output yang dihasilkan
3. Revenue Cost Ratio atau R/C
Menurut Primyastanto, et al (2005), analisa usaha Revenue Cost Ratio atau
R/C Ratio, merupakan salah satu analisa yang mengetahui apakah biaya–biaya
yang dikeluarkan sudah menghasilkan keuntungan atau belum. Analisa R/C ratio
merupakan perbandingan antara pendapatan dengan total biaya dalam satuan
produksi per satuan waktu. Secara sederhana dapat ditulis:
Dimana :
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
1) Jika R/C Ratio > 1 maka dikatakan layak
2) Jika R/C Ratio < 1 maka dikatakan tidak layak, dan
3) Jika R/C Ratio = 1 maka dikatakan impas (tidak untung maupun merugi)
4. Keuntungan (𝞹)
Menurut Primyastanto, et al (2005), keuntungan usaha atau pendapatan
bersih adalah besarnya penerimaan setelah dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi baik tetap maupun tidak tetap, yang dirumuskan
sebagai berikut :
TR = P X Q
R/C Ratio = TR
TC
33
Dimana :
TR (Total Revenue) : Pendapatan kotor usaha yang didefinisikan sebagai nilai
produk total usaha dalam jangka waktu tertentu.
TC (Total Cost) : Pengeluaran total yang didefinisikan sebagai semua nilai
masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam
produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga.
5. Return to Equity Capital (REC)
Menurut Soekartawi (1986), Return to Equity Capital adalah suatu ukuran
untuk mengetahui nilai imbakan terhadap modal sendiri. Untuk menghitung REC
digunakan rumus sebagai berikut :
REC = Laba Bersih-NKK
Modal x 100%
Keterangan :
Return to Equity Capital (REC) : nilai imbalan terhadap modal
Laba bersih : pendapatan – biaya
Nilai Kerja Keluarga (NKK) : nilai tenaga kerja yang berasal dari pemilik usaha
dihitung berdasarkan bunga deposito dari
sejumlah modal yang digunakan.
6. Break Even Point (BEP)
Menurut Primyastanto (2011), analisa break even point adalah untuk dapat
mengetahui pada volume penjualan berapakah penjual dapat mencapai laba atau
menderita kerugian tertentu. Analisa BEP sering kali juga disebut “Cost volume-
Profit analisys” atau titik impas, dengan melakukan analisa BEP maka pemilik
usaha akan:
𝞹 = TR – TC
34
1. Memungkinkan perusahaan untuk menentukan tingkat operasi yang akan
dilakukan agar semua operating cost dapat tertutup.
2. Untuk dapat mengevaluasi tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya
dengan tingkat keuntungan.
Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan rumus :
BEP Harga = Total Biaya Produksi
Total Produksi BEP Jual =
Total Biaya Produksi
Harga Jual
3.6.3 Analisis Strategi Peningkatan Daya Saing Model Bisnis “Canvas”
Business model canvas adalah bahasa yang sama untuk menggambarkan,
memvisualisasikan, menilai dan mengubah model bisnis. Konsep ini bisa menjadi
bahasa untuk saling berbagi ide yang memungkinkan peneliti untuk
mendeskripsikan dengan mudah dan memanipulasi model bisnis untuk membuat
strategi alternatif baru (Osterwalder dan Pigneur, 2012).
Business Model Canvas (BMC) berbeda dengan Business Plan (rencana
bisnis). Model bisnis kanvas adalah sebuah model bisnis yang menggambarkan
dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan,
menyerahkan dan menangkap nilai. Terdapat 9 kategori dalam BMC yang mana
akan diterapkan dalam penelitian ini. kategori-kategori tersebut memiliki hubungan
yang saling berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang maksimal
(Osterwalder & Pigneur, 2010). Dalam penelitian ini kita menerapkan 9 kategori ,
yaitu :
1. Key resources
2. Key partnership
3. Key activities
35
4. Cost structure
5. Customer segments
6. Value proposition
7. Channels
8. Customer relathionship
9. Revenue streams
Setelah di peroleh apa saja yang menjadi fgambaran 9 kategori yang akan
terkait dalam penyusunan Business Model Canvas, maka selanjutnya dijabarkan
menjadi lebih rinci kembali dari setiap faktor tersebut agar terlihat data ataupun
perlakuan apa saja yang akan dilakukan saat penelitian berlangsung, berikut
penjabarannya yang mana pada akhir penjabaran akan terbentuk suatu diagram
analisis Business Model Canvas.
1. Customer Segment (Segmen Pelanggan)
Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang
atau organisasi berbeda yang akan dijangkau oleh perusahaan. Pelanggan adalah
inti dari semua model bisnis. Dalam hal ini Kelompok Budidaya Murih Makmur
harus menentukan target pelanggan yang akan dituju berdasarkan demografi dan
geografi.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Blok bangunan proposi nilai menggambarkan penggabungan antara
produk dan layanan yang meciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik.
Proposi nilai dapat memecah masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan
pelanggan. Setiap proposi nilai berisi gabungan produk dan /atau jasa tertentu
36
yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Dalam hal ini proposi nilai
merupakan kesatuan atau gabungan manfaat-manfaat yang ditawarkan
perusahaan kepada pelanggan. Produk Ikan Nila yang akan dipasarkan harus
memiliki nilai lebih agar dapat bersaing di pasaran. Kelebihan tersebut akan
diproporsikan dalam angka yang akan diperhitungkan.
3. Channels (Saluran)
Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberi proporsi nilai.
Saluran memiliki 5 fase berbeda yang mencakup lima fase tersebut atau
hanya sebagian. Fase-fase tersebut dapat dibedakan menjadi saluran langsung
dan tidak langsung serta saluran yang dimiliki sendiri dan dimiliki oleh mitra. Fungsi
dari saluran sendiri penting untuk membawa proposisi nilai yang diberikan kepada
pelanggan. Fase-fase saluran adalah kesadaran mengenai meningkatkan
kesadaran terhadap produk dan jasa perusahaan, membantu pelanggan dalam
evaluasi proposisi nilai dari perusahaan, memungkinkan terjadi pembelian produk
dan jasa spesifik, penyampaian proposisi nilai kepada pelanggan dan memberikan
dukungan purnajual kepada pelanggan (Osterwalder dan Pigneur, 2014).
4. Customer Relathionship (Hubungan Pelanggan)
Blok bangunan hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis
hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.
Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang dibangun bersama
segmen pelanggan.
Hubungan dengan pelanggan penting dilakukan untuk mempertahankan
pelanggan untuk tetap membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Pada
37
Kelompok Budidaya Murih Makmur perlu diketahui bagaimana membangun
hubungan pelanggan yang baik yang diharapkan dapat mengetahui apa yang
diinginkan oleh konsumen yang dapat digunakan untuk perencanaan usaha yang
akan datang dan menghadapi persaingan dengan produk lain.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Arus pendapatan (revenue streams) merupakan uang tunai yang dihasilkan
perusahaan dari berbagai kegiatan produksi dan pemasaran yang dilakukan.
Penjualan produk merupakan salah satu sumber pendapatan dalam usaha. Arus
pendapatan pada Kelompok Budidaya Murih Makmur dapat diketahui melalui
aspek keuangan yang kemudian digambarkan dan dapat dikembangkan dengan
menggunaka pendekatan bisnis model canvas pada blok revenue streams.
6. Key resources (Sumber Daya Utama)
Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting
yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis
memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan proporsi nilai,
menjangkau pasar mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan
memperoleh pendapatan.
Sumber daya merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah usaha.
Sumber daya yang dapat digunakan dalam usaha pada usaha Kelompok Budidaya
Murih Makmur dapat berupa sumber daya manusia, modal, tanah yang
digunakan tempat usaha hingga bahan-bahan baku yang digunakan untuk
produksi. Semua sumber daya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan secara
kontinyu karena akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi untuk masa yang
akan datang.
38
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang
harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model
bisnis memerulakan sejumlah aktivitas kunci yaitu tindakan-tindakan terpenting
yang harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi sukses.
Aktivitas kunci pada suatu perusahaan adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk yang berdaya saing dan
berkualitas. Aktivitas kunci yang dilakukan usaha Kelompok Budidaya Murih
Makmur adalah proses produksi hingga pemasaran yang dianalisis pada aspek
teknis dan aspek pemasaran. Perencanaan aktivitas kunci seperti inovasi produk
baru juga dapat dilakukan untuk menghadapi persaingan.
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Tidak ada usaha yang tidak memerlukan kerjasama. Seperti halnya usaha
pembesaran ikan nila pak Wasis yang merasa perlu dilakukan segmentasi
kemitraan demi lancarnya usaha. Perencanaan kemitraan usaha yang dicoba
untuk direncanakan seperti pendataan usaha ataupun hal lainnya yang dapat
diajak kerjasama. Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan
pemasok dan mitra yang dapat membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan
membentuk kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan menajadi alasan,
dan kemitraan menjadi landasan dari berbagai model bisnis mengurangi resiko
atau memperoleh daya mereka.
Salah satu kemitraan yang dapat diajak kerjasama oleh pelaku bisnis
dalam perusahaan yaitu saluran pemasaran dan distributor. Jadi key partnership
adalah hubungan kemitraan yang dilakukan perusahaan kepada pihak lain untuk
menunjang aktivitas bisnis yang dilakukan. Selain melaksanakan manajemen
39
hubungan pelanggan yang baik, pemasar juga harus melaksanakan manajemen
hubungan kemitraan (partner relationship management) yang baik pula
(Kotler,2000).
Kemitraan dibutuhkan dalam setiap usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Kerjasama yang dilakukan oleh Kelompok
Budidaya Murih Makmur adalah seperti kerjasama dengan pemasok bahan
baku, toko yang menjual oleh-oleh khas maupulamongann pihak lain yang dapat
diajak untuk kerjasama. Kemitraan usaha juga dapat dimanfaatkan untuk
membuka peluang usaha lebih luas terutama untuk pemasaran.
9. Cost Structure (Struktur Biaya)
Dalam semua langkah yang dilakukan tentu kita memerlukan biaya yang
dibutuhkan. Maka dari itu penerapan point ke-9 ini dalam penelitian dapat berupa
perhitungan biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dalam penerapan
Business Model Canvas ini. Seperti contoh biaya pegawai, biaya operasional,
pajak dan sebagainya.
Struktur biaya merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam setiap kegiatannya untuk menghasilkan dan
memasarkanproduknya. Struktur biaya ini dapat berupa modal, biaya produksi baik
yang tetap maupun variabel dan biaya-biaya lain. Pada blok cost structure ini
akan dijelaskan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh usaha Pak Wasis Kelompok
Budidaya Murih Makmur
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi
Kelompok Budidaya “Murih Makmur” termasuk dalam wilayah Desa Jatigui
Kecamatan Sumberpucung yang terletak di sekitar ±31KM di sebelah selatan
Sungai Brantas Kabupaten Malang. Anggota kelompok “Murih Makmur” adalah
semua pembudidaya pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
berdomisili atau memiliki lahan seluas 215.250 m².
4.1.1 Keadaan Topografis Wilayah
Desa Jatiguwi dengan ketinggian tanah rata- rata 295 M diatas permukaan
laut, merupakan daerah dataran rendah, dengan curah hujan rata – rata 22
mm/th. Bentuk permukaan tanah di Desa Jatiguwi secara umum adalah datar
dengan produktifitas tanah adalah baik / sedang dan keadaan wilayah bukan
pantai.
Gambar 5. Denah Desa Jatigui, Malang
Kec. Sumberpucung
41
4.1.2 Keadaan Geografis Wilayah
Desa Jatiguwi termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumberpucung.
Kecamatan Sumberpucung adalah salah satu dari 33 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Malang dibagian Selatan.
Adapun batas wilayah desa Jatiguwi antara lain sebagai berikut :
▪ Sebelah Utara : Desa Ngadirejo Kecamatan Kromengan.
▪ Sebelah Timur : Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung.
▪ Sebelah Selatan : Desa Kalipare Kecamatan Kalipare.
▪ Sebelah Barat : Desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung.
Pada luasan wilayahnya Desa Jatiguwi memiliki 570,62 Ha. Dengan rincian
seperti:
▪ Tanah Sawah : 297,65 Ha.
▪ Tanah Tegal/Ladang : 156,91 Ha.
▪ Pekarangan/Pemukiman : 112 Ha.
▪ Tanah bangunan : 2,0992 Ha.
▪ Lapangan Olah raga : 1,967 Ha.
Berdasarkan letak georafisnya desa Jatiguwi berada pada Ketinggian rata-
rata 295 m diatas permukaan laut. Desa Jatiguwi merupakan daerah dataran
rendah. Dengan curah hujan rata-rata 22 mm/th.
4.1.3 Keadaan Penduduk
Desa Jatiguwi merupakan salah satu dari 7 desa di kecamatan
Sumberpucung. Namun keberadaan penduduk bersifat heterogen yang
berpengaruh pada tata cara kehidupan, tetapi mereka dapat hidup berdampingan
dengan rukun saling menghormati satu sama lain. Oleh karena itu dapat dilihat
42
antara penduduk satu dengan yang lainnya memiliki sifat kegotong royongan yang
tinggi.
Desa Jatiguwi mempunyai 3 dusun, 40 Rukun Tetangga (RT), dan 9 Rukun
Warga (RW). Jumlah penduduk total sebanyak 8.704 jiwa yang terdiri dari 4.377
orang perempuan dan 4.327 orang laki-laki dan didiami oleh 2.275 KK.
Usaha di daerah Jatiguwi ada 2, yakni perikanan dan non perikanan. Pada
usaha perikanan disini mepunyai keramba jaring apung, jaring sekat, dan kolam
dengan komoditas yang dibudidayakan adalah ikan nila ( Oreochromis niloticus ),
ikan lele (Clarias gariepinus ). Selain perikanan di desa Jatiguwi terdapat sektor
non perikanan yakni pertanian, peternakan, industri rumah tangga, pengrajin tahu
dan tempe serta penghasil tembakau.
Masyarakat Desa Jatiguwi memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam
mulai dari petani, pedagang, sektor industri, PNS, ABRI, POLRI, Guru, Dokter,
Perawat/Bidan, Peg. Swasta, dan Perangkat.
Berikut ini merupakan data struktur mata pencaharian masyarakat Desa
Jatiguwi dan data status mata pencaharian penduduk Desa Jatiguwi di bidang
jasa/perdagangan :
43
Tabel 1. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Jatiguwi
No. Keterangan Jumlah
1. Pedagang 475 orang
2. Pegawai Negeri Sipil 110 orang
3. TNI 108 orang
4. Bidang Jasa 668 orang
5. Buruh Pabrik / Industri 384 orang
6. Buruh Tani 348 orang
7. Buruh Bangunan 70 orang
8. Lain-lain 43 orang
JUMLAH 1.752 orang
Dari segi perekonomian sendiri dapat dilihat bahwa sektor pertanian dominan
dibandingkan dengan sektor lainnya. Karena itu hasil pertanian yang berupa padi
lebih dominan dibandingkan dengan hasil lainnya seperti ubi kayu dan jagung. Di
desa Jatiguwi kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang bukanlah
merupakan daerak pesisir sehingga tidak banyak warga masyarakat yang
melakukan usaha perikanan, namun ada beberapa warga dari desa Jatiguwi yang
mencoba untuk melakukan usaha budidaya perikanan yaitu ikan Lele, Nila dan
Belut. Tetapi mereka kurang paham mengenai teknik pembudidayaan serta
penerapan teknologi yang tepat guna membuat mereka ragu untuk melakukannya
karena takut mengalami kegagalan, padahal potensi perairan yang ada di desa
tersebut dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan.
Selain itu masyarakat desa Jatiguwi juga memiliki nilai-nilai budaya yang
masih melekat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari adanya
Sumber : BPS Kecamatan Sumberpucung 2013
44
tenggang rasa, gotong royong dan rasa kekeluargaan yang tinggi diantara
masyarakatnya. Seperti tercermin dari adanya kegiatan gotong royong
pengolahan tanah, kegiatan gotong royong dalam kebersihan desa dan
pembangunan jalan/selokan.
Demikian pula halnya dalam kegiatan sehari-hari dimana dengan rasa
kekeluargaan dan sikap tenggang rasa satu sama lain, masyarakat Desa Jatiguwi
saling bantu membantu terutama bagi mereka yang dikategorikan sebagai warga
yang tidak mampu yang masih banyak dijumpai di Desa Jatiguwi. Sikap saling
menghormati dalam bermasyarakat ini juga tercermin dalam kehidupan beragama,
mengingat mayoritas penduduk Desa Jatiguwi beragama Islam dan sebagian
adalah Kristen.
4.2 Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan social masarakat Desa Jatigui secara keseluruhan dapat dikatakan
sangat baik, karena kerukunan antar warga sangatlah terjamin. Selain itu, kondisi
ekonominya juga sudah rata-rata memiliki pekerjaan yang tetap untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari. Dengan dijadikan Waduk Lahor sebagai tempat
wisata juga berperan dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Mata pencaharian
penduduk Desa Jatigui sebagaian besar adalah petani dan petani penggarap,
yang lain buruh, pegawai negeri dan pegawai swasta.
4.3 Keadaan Umum Usaha
Desa Jatigui bukanlah desa yang latar belakangnya berbasis perikanan. Hal
tersebut dikarenakan faktor alam, yaitu tidak terdapat lautan yang dapat
menunjang kegiatan perikanan yang ada di desa ini. Sebenarnya meskipun tidak
ada lautan, kegiatan perikanan pun masih dapat terlaksana dengan konsep
perikanan budidaya jaring sekat, jaring apung maupun keramba yang dilakukan di
45
waduk Lahor. Namun budidaya yang dilakukan masih sangat tradisional dengan
hasil produksi yang tidak seimbang dengan biaya produksi. Hal itu dikarenakan
masih sulitnya mereka memahami cara membudidayakan jenis ikan tertentu
sehingga mengalami kegagalan dan tidak mau mencoba lagi. Disamping itu harga
pakan untuk budidaya ikan tidak sepadan dengan hasil panen yang didapat serta
kegiatan perikanan dilakukan di perairan terbuka, maka proses pengontrolan
kualitas air dan pencegahan serta pengobatan terhadap penyakit yang susah
dikontrol sehingga banyak ikan yang mati berakibat turunnya hasil produksi.
Desa jatigui memiliki potensi sumberdaya alam di bidang perikanan
(perikanan darat) sangat mendukung meskipun mata pencaharian masyarakat
sebagai petani. Hal ini dikarenakan adanya bendungan Lahor yang terletak pada
kali Lahor (anak sungai Brantas), terletak ±32 km disebelah selatan Kota Malang
kea rah Blitar pada elevasi 278m diatas permukaan laut dan bendungan Sutami
yang berada pada kali Brantas ±14 km di hilir bendungan Sengguruh dan ±35 km
dari Kota Malang.
Kelompok Budidaya “Murih Makmur” yang terletak di Desa Jatigui memiliki 25
anggota kelompok, dengan 11 orang menjadi pengurus kelompok tersebut.
Adanya bendungan Lahor yang mengalir sampai Desa Jatigui menjadikan lahan
untuk masyarakat sehingga lahan tersebut dibangun keramba jaring apung dan
jarring sekat untuk keperluan budidaya pembesaran ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). Jumlah jaring apung yang dimiliki setiap anggota bervariasi, perorang
ada yang memiliki lebih dari 1 jaring apung ataupun hanya memiliki 1 jaring sekat
saja.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Profil Usaha Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur
Kelompok Budidaya ikan Murih Makmur didirikan pada tahun 2004 oleh bapak
Wasis sekaligus menjadi ketua kelompok. Kelompok Budidaya ikan Murih Makmur
memiliki anggota berjumlah 25 orang sampai sekarang dan memiliki 11 orang
pengurus.
Pada tahun 2008 Kelompok Budidaya ikan Murih Makmur hampir ditutup
karena kesulitan pendanaan yang dialami dan dari semua kelompok yang
bertahan hanya Bapak Wasis yang bertahan dan tetap melanjutkan usaha
budidaya pembesaran ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Tetapi pada tahun 2010
kelompok ini kembali beroperasi lagi dalam budidaya pembesaran ikan Nila
dengan anggota dan pengurus yang sama. Kelompok Budidaya ikan Murih
Makmur memanfaatkan waduk dan keramba jaring apung sebagai lahannya.
Usaha Ketua Kelompok Murih Makmur yakni bapak Wasis berawal dari 3 unit
kerambang jaring apung dan sekarang telah mempunyai 6 unit keramba jaring
apung dengan total luas 2.700 m². Awal usaha bapak Wasis membudidayakan
pembesaran ikan nila dan lele, namun lambat laun memutuskan untuk fokus di
budidaya pembesaran ikan nila saja karena prospek yang begitu bagus. Adapun
susunan organisasi dari Kelompok Budidaya Murih Makmur dapat dilihat pada
tabel 2 berikut:
47
Berikut Visi dari Kelompok Budidaya “Murih Makmur” adalah :
Pemberdayaan anggota menuju kesejahteraan dan perekonomian yang lebih
baik, maju dan berkualitas.
Misi dari Kelompok Budidaya “Murih Makmur” adalah :
a. Meningkatkan Kesejahteraan anggota dan pembudidaya pada umumnya
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota.
b. Meningkatkan penghasilan anggota dan petani pada umumnya dengan
menghayati serta mengutamakan teknologi Pembudidaya.
5.2 Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan input dan output
daripada barang barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam
suatu kegiatan proyek. Aspek teknis meliputi sarana dan prasarana yang
digunakan dalam suatu perusahaan, selain itu aspek teknis juga meliputi kegiatan
yang dilakukan dalam suatu perusahaan yang dimulai dari pengadaan bahan
baku, pengolahan sampai dengan pemasaran produk (Pudjosumarto, 1998).
Ketua
Bendahara Seksi
Saprodi/Bibit
Sekertaris Seksi
Pemasaran
Kelompok Budidaya
Murih Makmur
Seksi
Humas
Gambar 6. Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Murih Makmur
48
Aspek teknis yang dikaji dalam penelitian ini meliputi sarana dan prasarana
yang digunakan dalam semua kegiatan yang meliputi proses pembesaran mulai
dari persiapan kolam, pengadaan dan penebaran benih, pembesaran,
pemanenan.
5.2.1 Sarana dan Prasarana Pembesaran Ikan
Setelah persyaratan lokasi dan media pembesaran secara teknis terpenuhi,
hal berikut yang harus dilakukan adalah menyiapkan sarana dan prasarana
pembesaran. Sarana dan prasarana pembesaran antara lain mencakup lahan dan
peralatan serta kelengkapan lain yang menunjang kegiatan pembesaran tersebut.
a) Sarana
1. Lahan Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Lahan pembesaran ikan yang digunakan oleh Kelompok Budidaya Murih
Makmur merupakan Waduk Sutami yang berada di Desa Jatigui. Sehingga banyak
sekali masyarakat yang memanfaatkan waduk tersebut termasuk Kelompok
Budidaya Murih Makmur sebagai sarana budidaya ikan.
Untuk kualitas air masih termasuk dalam batas yang normal atau cocok
sebagai kegiatan pembesaran ikan, sehingga untuk kualitas air tidak terlalu di
perhitungan oleh usaha pak Wasis. Selain itu lokasi nya juga berada pada ruang
terbuka, yang menyebabkan sulit untuk di kontrol kualitas air dan kesuburannya.
2. Peralatan Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berbagai peralatan yang digunakan yang digunakan dalam usaha
pembesaran ikan Nila (Oreochromis niloticus) oleh Kelompok Budidaya Murih
Makmur, antara lain :
49
Jaring digunakan untuk membuat sekat antar kolam, jaring digunakan untuk
melindungi ikan agar tidak menyebar. Jaring memiliki harga Rp.125.000/rol dalam
usaha pembesaran ikan ini diperluka 13 rol waring sehingga total biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian Jaring sebesar Rp.1.625.000. Jangkan untuk umur
teknis selama 4 tahun. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Jaring
Bambu digunakan untuk tempat mengikat jaring agar membentuk suatu kotak
atau petak kolam. Bambu memiliki harga Rp.30.000/batang dan dalam usaha
pembesaran ikan ini diperlukan 25 batang. Jadi total biaya yang digunakan untuk
pembelian bambu sebesar Rp.750.000 dan memiliki umur teknis selama 1 tahun.
Gambar bambu dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Bambu
50
Tampar digunakan sebagai alat untuk menggabungkan bambu dengan jaring.
Tampar digunakan karena kuat tidak mudah putus di dalam air dan karena
harganya juga relative murah. Harga tampar yakni sebesar Rp.15.000/rol dan
umur teknis tampar relatif lama yaitu 1 tahun.
Perahu digunakan untuk memberi pakan setiap hari dan juga menebar bibit di
kolam serta digunakan untuk melakukan pemanenan. Perahu yang digunakan
memiliki harga Rp.2.500.000 dan memiliki umur teknis yaitu 2,5 tahun. Gambar
perahu dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Perahu
b) Prasarana
Prasarana yang digunakan untuk usaha pembesaran ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada Kelompok Budidaya Murih Makmur meliputi:
1. Rumah Jaga
Merupakan bangunan untuk menyimpan sarana pembesaran ikan, termasuk
pembuatan jaring dan pakan. Rumah jaga juga merupakan tempat dimana untuk
berkumpulnya anggota dan melakukan rapat serta pembahasan lainnya. Biasanya
juga digunakan warga sekitar untuk membahas keperluan sehari - hari, karena
pemilik rumah Bapak Wasis juga merupakan ketua RT di desa setempat. Selain
51
itu rumah Bapak Wasis juga terletak dekat dengan lokasi waduk. Gambar rumah
jaga pak Wasis Kelompok Budidaya Murih Makmur dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Rumah Jaga Ketua Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur
2. Sistem pengairan
Pada usaha pembesaran ikan Nila (Oreochromis niloticus) ini system
pengairan yang digunakan oleh Kelompok Budidaya Murih Makmur tidak
menggunakan perairan darat karena lokasi pembesaran terletak di waduk
Karangkates, sehingga tidak perlu ada peambahan air dari darat. Dan pada saat
waduk surut maka akan dilakukan pemanenan secara besar-besaran dan pada
kondisi air melimpah maka akan dilakukan penebaran benih kira-kira setahun 3
kali. Dan pada pengairan ini yang perlu diperhatikan adalah limbah dari pabrik
besar, karena waduk tersebut juga merupakan aliran dari DAS Berantas Malang.
3. Alat transportasi
Alat transportasi yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) adalah sepeda motor pribadi Bapak Wasis dan mobil pick
up dari salah satu anggota Kelompok Murih Makmur yang digunakan untuk pergi
ke lokasi pembesaran serta digunakan untuk membantuk saat pemanenan.
Kemudian dipasarkan ke Kabupaten Malang, selain dipasarkan sendiri ada pula
tengkulak yang bekerja sama dengan Bapak Wasis sehingga hasil panen bisa
52
langsung dibawa oleh pembeli setelah ditimbang. Dan untuk pembenihan benih
biasanya langsung dikirim oleh penjual.
4. Kondisi jalan
Kondisi jalan untuk akses menuju lokasi usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) di Desa Jatigui ini sudah beraspal, dan bias dikatakan
sangat layak. Hal ini dikarenakan letak lokasi usaha pembesaran di Desa Jatigui
yang berada di jalan provinsi yang menjadi jalan penghubung antara kota Malang,
BIitar, Tulungagung dan kota lainnya. Selain itu akses untuk ke Desa Jatigui
sangat mudah karena dapat ditempuh menggunakan transportasi umum
5.2.2 Faktor Produksi
Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan
Nila(Oreochromis Niloticus) ini antara lain:
1. Luas Lahan Kolam Pembesaran Ikan
Pada Penelitian ini, jumlah petak kolam pembesaran ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang digunakan berjumlah 6 petak, dengan ukuran satu kolam yakni
15x30 m². Dalam siklus 1 kali produksi dapat ditebar 25000 ekor bibit ikan dalam
6 petak kolam. Pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) ini
Kelompok Budidaya Murih Makmur memiliki luas dan jumlah petak kolam yang
berbeda-beda.
2. Pakan
Pakan alami adalah bahan pakan yang diambil dari organisme hidup dalam
bentuk dan kondisinya seperti sifat – sifat keadaan di alam. Organisme pakan
alami yaitu organisme yang dipelihara dan dimanfaatkan atau diperuntukkan
sebagai pakan di dalam proses budidaya perikanan system tradisional
(Suminto,2005).
53
Pada usaha budidaya pembesaran pak Wasis menggunakan 2 jenis pakan
dalam proses pembesarannya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Pakan yang
digunakan adalah pakan alami dan juga menggunakan pelet (buatan). Untuk
pakan alami sangat baik karena banyak sekali organisme dan tanaman air di
waduk tersebut. Dan untuk pelet biasanya Bapak Wasis membeli merek CV. Prima
serta untuk harganya sebesar Rp. 275.000/zak. Untuk satu kali produksi
menghabiskan 4 zak untuk pakan ikan umur kecil dan 10 zak untuk ikan yang
berumur besar.
3. Benih
Pada Kelompok Budidaya Murih Makmur membeli benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang memiliki panjang 4cm hingga 6cm. benih tersebut
didapatkan dari Kecamatan Wlingi Blitar dan dari Kota Kediri atau biasanya juga
membeli benih dari Kota Sidoarjo. Harga untuk 1 ekor ikan sebesar Rp. 60,00 dan
untuk satu kali produksi Bapak Wasis membeli benih sebanyak 25.000 ekor
dengan total harga sebesar Rp.1.500.000,00 kemudian akan di bagi kedalam 6
petak kolam pembesaran.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dimiliki oleh Kelompok Budidaya Murih Makmur adalah
anggota Kelompok itu sendiri, hal ini di lakukan karena untuk menekan biaya
pengeluaran dan memaksimalkan produksi. Namun biasanya Bapak Wasis
meminta tolong kepada salah satu warga yang biasanya menjadi langganan untuk
membantu beliau, dan untuk 1 hari kerja mendapatkan bayaran sebesar
Rp.20.000,00. Selain untuk membantu memberi pakan, biasanya Bapak Wasis di
bantu dengan 2-3orang untuk pemanenan. Dan akan mendapatkan bayaran
sebesar Rp.1.000,00/kg ikan yang sudah dipanen.
54
5.2.3 Teknik atau Proses Pembesaran Ikan
Langkah – langkah pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdiri dari
beberapa tahap, yakni:
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan awal pada saat proses usaha pembesaran ikan
nila dimulai. Pada tahapan ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
keramba jaring apung disiapkan. Persiapan lahan merupakan langkah awal yang
perlu diperhatikan setiap detailnya, karena untuk itu setiap anggota Kelompok
Budidaya Murih Makmur harus mengetahui lokasi yang tepat di Waduk Sutami.
Menurut hasil wawancara kepada pemilikusaha sekaligus ketua Kelompok
Budidaya Murih Makmur yakni pak Wasis, persiapan awal kira-kira memakan
waktu hingga 1 bulan. Karena harus memotong bambu, menjahit jaring dan
mempersiapkan alat dan bahan lainnya.
Gambar 11. Keramba Jaring Apung untuk Pembesaran Ikan
55
Untuk menjahit jaring, Bapak Wasis menyerahkan ke tukang jasa untuk jahit
jaring dan sekaligus langsung merakit pada bambu yang akan dipasang. Biaya
untuk perakitan dan jahit tersebut sebesar Rp.250.000 untuk 1 kolam saja.
2. Tebar benih
Benih ikan Nila (Oreochromis niloticus) dibeli dari wilayah Kota Kediri, Kota
Sidoarjo dan biasanya pun dari Kabupaten Blitar. Pak Wasis lebih memilih benih
ikan karena memang belum bisa melakukan usaha pembenihan sendiri. Dan untuk
setiap 1 kali produksi, biasanya Bapak Wasis membeli 10.000 sampai 25.000 ekor
benih ikan yang dibagi ke 6 Keramba Jaring Apung. Benih ikan yang di beli memliki
ukuran 4cm sampai 6cm dengan harga sebesar Rp.60,00 per ekornya. Cara
penebaran penebaran benih ikan dilakukan dengan cara bertahap. Penebaran
benih dengan menggunakan seser berukuran sedang sampai berukuran besar
gunanya untuk memilah ukuran ikan yang kemudian di pisahkan pada kolam
tanjaran. Setelah itu benih diciduk sedikit demi sedikit sampai kolam kira-kira terisi
penuh sesuai mencapai batas padat tebar yang ditentukan. Tebar benih dilakukan
pada bulan Maret atau pada saat air waduk sudah pada ketinggian maksimal.
Tebar benih dilakukan setelah proses pemanenan selesai dan setelah kolam
pembesaran awal dibersihkan.
3. Pembesaran
Pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) di lakukan dalam kurun waktu
5 - 6 bulan pembesaran, dengan awal benih 25.000 ekor untuk 6 keramba jaring
apung dengan pembesaran ini pakan ikan yang digunakan sebanyak 14 zak yang
dibagi menjadi 2 proses yakni 4 zak untuk ikan berumur kecil yang berada pada
tanjaran keramba jaring apung dan 10 zak untuk ikan umur besar. Untuk 1 zak
berisi pakan sebanyak 50kg. Memberi pakan ikan di lakukan satu kali sehari pada
56
pagi hari pukul 10.00 WIB dan untuk selanjutnya menggunakan pakan alami dari
organisme dan tumbuhan yang ada pada waduk Sutami.
Pada proses pembesaran ini juga harus diperhatikan dengan benar karena
rawan akan kegagalan saat panen, apalagi ketika air bah datang. Dalam proses
ini ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibesarkan juga rentan akan penyakit,
dan oleh karena itu anggota Kelompok Budidaya Murih Makmur biasanya
menggunakan obat untuk menanganinya.
Gambar 12. Pakan Ikan
4. Pemanenan
Pemanenan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dilakukan setelah proses
pembesaran selama 4 bulan hingga 1 tahun. Dalam proses pembesaran maka
hasil panen yang didapat Bapak Wasis untuk 1 ekor ikan biasanya memiliki berat
100 – 200 gram per ekornya. Pemanenan biasanya di lakukan pagi hari mulai
pukul 08.00 WIB tujuannya agar tidak terlalu panas. Pemanenan di bantu oleh 3
orang dengan cara menggunakan jaring yang dimasukkan ke dalam kolam dan
dimulai dari sisi tepi keramba dahulu. Setelah itu ikan ditempatkan pada bak yang
di tempatkan disisi tepi waduk untuk penampungan sementara sebelum dibawa
oleh pengepul ataupun pedagang eceran.
57
5.3 Aspek Keuangan
1. Permodalan
Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk
melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumber
dayanya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal sendiri dan
modal asing. Modal sendiri adalah modal yang didapat atau bersumber dari
perusahaan sendiri. Sementara itu modal asing adalah modal yang bersumber dari
luar perusahaan (Zuhroida, 2012)
Dalam menjalankan suatu usaha setiap perusahaan pasti akan membutuhkan
modal, dimana modal merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
setiap usaha dalam bidang apapun. Pada usaha Pak Wasis yang termasuk dalam
Kelompok Budidaya Murih Makmur sumber modal yang digunakan dalam
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) diperoleh dari modal sendiri. Modal
ini digunakan untuk memperlancar dalam proses produksi dan biaya lain yang
berhubungan dalam memperlancar kegiatan usaha tersebut. Modal ini terdiri dari
modal tetap sebesar Rp. 13.990.000,- dan biaya tetap (fixed cost) Rp. 16.401.500,-
dan untuk biaya variable (variabel cost) sebesar Rp.7.274.000,-. Rincian untuk
perhitungan investasi modal tetap dan penyusutan usaha pembesaran ini dapat
dilihat pada lampiran 1.
2. Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam membiayai seluruh usaha
pada proses awal hingga produksi. Pada usaha pak Wasis ini biaya produksi
dibagi menjadi 2 yakni modal kerja (total cost) dan modal usaha. Untuk modal kerja
pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) diperoleh hasil sebesar
58
Rp. 23.675.500 dan untuk total modal usaha yakni sebesar Rp. 37.665.500. Dan
untuk lebih jelas rincian dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Produksi dan penerimaan
Menurut (Zuhroida, 2012), produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan
tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini terdiri
dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat,
serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut. Dengan demikian produksi tidak
hanya terbatas pada pembuatan tetapi sampai distribusi. Komoditi juga tidak
hanya berbentuk barang tapi juga dapat dalam bentuk jasa.
Pada usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pak Wasis, total
siklus produksi dalam setahun yakni 2 sampai 4 kali. Ikan nila akan di panen jika
memiliki berat rata-rata 150gram/ekor dengan tingkat kematian hingga bisa
mencapai 60% dalam produksi. Produksi panen yaitu sebanyak 25.000 ekor ikan
x 40% tingkat kehidupan x 150 gram berat ikan / ekor. Sehingga berat total
keseluruhan 6.000.000 gram atau 6.000 kg dalam setahun.
Menurut Patilima (2005), penerimaan adalah total dari nilai produk yang
dihasilkan dalam waktu tertentu, dimana besar penerimaan tergantung pada harga
dan jumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan diperoleh dari perkalian antara
jumlah produksi dan harga jual per unit.
Pada usaha pembesaran ini, jumlah penerimaan per siklus 1 tahun adalah
sebesar Rp. 102.000.000,00 yang dimana pendapat ini diperoleh dari hasil
produksi persiklus sebesar 6.000kg. Dan untuk perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 3.
59
4. Revenue Cost Ratio (RC Ratio)
Menurut Primyastanto (2011), analisa Revenue Cost Ratio yaitu perbandingan
atau imbangan antara total penerimaan dengan total biaya yang bertujuan untuk
menyatakan apakah suatu usaha sudah menghasilkan keuntungan atau belum
R/C Ratio.
Dari hasil perhitungan nilai R/C Ratio per siklus panen mencapai 2,70. Dengan
demikian nilai ratio lebih besar daripada satu, sehingga usaha yang dilakukan telah
mencapai keuntungan dan ini menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) pak Wasis di Desa Jatigui layak untuk terus di jalankan.
Dan untuk tabel perhitungan R/C Ratio dapat dilihat pada lampiran 4.
5. Keuntungan
Menurut Aking (2013), keuntungan adalah selisih lebih dari penerimaan total
dengan total biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Keuntungan yang
bersaing dapat dicapai dengan banyak cara, diantaranya dengan memberikan
hasil produk dan jasa yang lebih baik dari pesaing, dan menemukan kebutuhan
khusus mengenai golongan pasar tertentu.
Dalam usaha ini didapatkan penerimaan total sebesar Rp.102.000.000,00,-
dan biaya total sebesar Rp. 37.000.000,00,-. Dari selisih total penerimaan dan total
biaya diperoleh keuntungan sebesar Rp. 64.000.000,00,-. Perhitungan
keuntungan dapat atau pendapatan benih secara terperinci dapat dilihat pada
lampiran 5.
60
6. Rentabilitas
Menurut Riyanto (1995), rentabilitas usaha merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan presentase keuntungan selama satu periode
tertentu, yang dirumuskan sebagai berikut :
7.
8.
Dimana :
L : Jumlah keuntungan atau laba yang diperoleh satu periode.
M : Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai untuk Rentabilitas usaha pembesaran
ikan nila (Oreochromis niloticus) sebesar 271,734%. Adapun perhitungan
Rentabilitas dapat dilihat pada lampiran 6.
7. Break Event Point (BEP)
Menurut Kasmir et.al, (2013), menyatakan bahwa untuk mengetahui nilai
BEP secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
A. Atas dasar unit
Break Even Point (BEP) berdasarkan unit dapat dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Rp)
P : Harga jual per unit (Rp)
VC : Biaya Variabel (Rp)
Rentabilitas = 𝐿
𝑀 X 100%
unit
61
B. Atas dasar sales
Break Even Point (BEP) berdasarkan sales dapat dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
FC : Biaya Tetap (Rp)
VC : Biaya Variabel (Rp)
S : Volume Penjualan (Rp)
Hasil perhitungan mengenai analisa BEP dalam usaha pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) pak Wasis adalah sebesar 1.038,85 kg atas dasar unit dan
Rp.17.660.807,00,- atas dasar sales. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
penjualan ikan nila sebanyak 1.038,85 kg maka penerimaan diperoleh sebesar
Rp.17.660.807,00,-. Pada Penelitian ini diketahui total hasil produksi 6.000 kg
dengan total penjualan sebesar Rp.102.000.000,00,-. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa usaha pembesaran ini menguntungkan dan untuk rencana
kedepan maka usaha ini layak untuk dilanjutkan.
5.4 Aspek Manajemen
Menurut Assauri (2004), pengertian manajemen adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.
Kegiatan budidaya pembesaran ikan nila pada Kelompok Budidaya Murih
Makmur menggunakan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan dan sasaran
kegiatan. Aspek manajemen yang dilakukan meliputi: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), pengawasan (controlling).
BEP =
62
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah 1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan
organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
(Handoko, 2009).
Fungsi perencanaan pada usaha budidaya pembesaran ikan nila Kelompok
Budidaya Murih Makmur oleh Bapak Wasis adalah dengan menyusun dan
membuat perencanaan pada setiap proses budidaya pembesaran ikan nila.
Perencanaan ini dilakukan oleh setiap pelaku usaha budidaya pembesaran ikan
nila Kelompok Budidaya Murih Makmur. Proses yang direncanakan diantaranya
dimulai dengan kegiatan pembelian benih, penebaran benih, pembesaran,
pemanenan dan pemasaran.
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur mengadakan kegiatan pertemuan
antar anggota yang dilaksanakan secara rutin. Pertemuan rutin ini bertujuan
sebagai wadah musyawarah bagi anggota dan menyusun perencanaan kegiatan
kelompok yang difokuskan pada usaha yakni pembelian benih, pembesaran,
hingga pemasaran.
• Perencanaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada suatau usaha merupakan
salah satu hal pokok yang harus direncanakan dengan baik dan benar agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Pada suatu perusahaan
bahkan ada yang sampai membuat bagian tersendiri untuk menangani
perencanaan tenaga kerja yang biasa disebut Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM). Memiliki tugas untuk meningkatkan dan memperbaiki tenaga kerja yang
ada pada perusahaan, salah satunya dengan melakukan penerimaan tenaga kerja
63
ataupun memberhentikan tenaga kerja. Manajemen SDM akan memiliki jangka
waktu serta jumlah kuota tenaga kerja yang dibutuhkan dalam perusahaannya.
Seperti yang dikatakan Hasibuan (2000), manajemen sumber daya manusia
tidak hanya dapat menjadi pemimpin melainkan dapat mendesign formulasi
tertentu dalam mengaplikasikan para sumber daya yang ada sesuai dengan
kemampuan perusahaan yang dimiliki. Perencanaan tenaga kerja dilakukan
mandiri oleh pak Wasis sebagai pemilik dari usaha sekaligus ketua Kelompok
Budidaya Murih Makmur. Pada usaha pak Wasis memiliki pegawai sejumlah 3
orang dengan rincian 1 orang pekerja pada saat pembesaran, dan 2 orang pekerja
pada saat pemanenan.
Tenaga kerja yang ada pada usaha pak Wasis masih belum terlalu banyak
dikarenakan usaha yang dikelola masih kecil. Namun, jumlah tenaga kerja tersebut
sewaktu – waktu dapat berubah khususnya pada pemanenan. Tenaga kerja dapat
bertambah saat permintaan pesanan lebih banyak dari biasanya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah: (1) Menentukan penentuan sumberdaya-
sumberdaya yang ada dan kegiatan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi,
(2) Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang
dapat membawa hal–hal tersebut kearah tujuan, (3) Penugasan tanggung jawab
tertentu dan kemudian, (4) Pendelegasian wewenang yang di perlukan kepada
individu–individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya (Handoko, 2001).
Kelompok Budidaya Murih Makmur menerapkan fungsi pengorganisasian
pada usaha budidaya pembesaran ikan konsumsi khususnya ikan nila yakni
terdapat tugas masing-masing dari struktur organisasinya yakni ketua, bendahara,
sekretaris, humas dan saprodi/benih. Dan untuk usaha yang dijalankan Pak Wasis
64
langsung dipimpin beliau karena sekaligus pemilik usaha kemudian membawahi
seorang seksi perawatan dan seksi pemanen serta pemasaran.
3. Penggerakan (Actuating)
Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses menjalankan kegiatan
dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pemimpin atau manajer
harus menggerakkan bawahan serta karyawan untuk mengerjakan pekerjaan
yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi
petunjuk dan motivasi (Primyastanto dan Istikharoh, 2006).
Dalam fungsi pengorganisasian telah dijelaskan bahwa pergerakan struktur
organisasi masih belum berjalan sebagai mana tugas masing-masing. Hal ini
disebabkan karena anggota yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok. Bapak
Wasis selaku ketua kelompok telah melaksanakan tugasnya dengan mengikuti
perencanaan dengan baik serta memberikan motivasi, informasi, dan menerima
berbagai masukan dari para anggota Kelompok Budidaya Murih Makmur.
Selama 13 tahun berdirinya usaha, pak Wasis tidak melakukan sebuah
pergerakan dalam hal merangsang para karyawan agar bekerja lebih baik. Agar
karyawan bekerja lebih baik hanya di titik beratkan kepada pengawasan yang
dilakukan. Namun cara tersebut tidak ampuh untuk menciptakan para pekerja
yang antusias, maka dari itu pak Wasis berencana untuk melakukan pemberian
bonus kepada karyawan sebagai suatu bentuk pacuan kepada para karyawan
agar bekerja lebih baik lagi. Sistem bonus yang direncanakan belum ditentukan
akan diberikan kepada seluruh karyawan atau hanya kepada salah satu karyawan
terbaik saja. Hal ini terjadi karna pak Wasis masih mempertimbangkan rencana
tersebut dengan keadaan finansial yang ada.
65
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas,
apakah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan
maka akan segera dikendalikan (Primyastanto dan Istikharoh, 2006).
Pengawasan dapat dikatakan sebagai salah satu kunci agar aspek
manajemen terlaksana dengan baik. Pengawasan dapat dilakukan secara berkala
ataupun setiap saat dari mulai pembesaran sampai dengan pendistribusian.
Pengawasan pada setiap jenis usaha dalam hal tenaga kerja yang dilakukan pada
usaha Pak Wasis masih sangat sederhana. Dikarenakan kolam pembesaran
masih berdekatan dengan rumah pemilik usaha maka pengawasan yang dilakukan
yaitu setiap saat. Sistem pengawasan yang dilakukan pun tanpa ada acuan dasar
penilaian pengawasan yang tetap. Maka dari itu hal ini juga menjadi salah satu
yang harus diperhatikan dalam jangka panjang apabila usaha akan dikembangkan
menjadi lebih besar.
Pelaksanaan fungsi pengawasan pada usaha pak Wasis meliputi evaluasi
terhadap kegiatan teknis budidaya pembesaran ikan nila yakni pembelian benih,
pembesaran, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan dan pemasaran.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh setiap pemilik usaha di Kelompok Budidaya
Murih Makmur. Kegiatan pengawasan kolam terutama malam hari untuk
memastikan ikan yang dibudidayakan aman dari pencurian.
5.5 Aspek Pemasaran
Produk dengan mutu dan kualitas yang baik namun tidak di pasarkan secara
maksimal maka produk juga tidak akan maksimal terjual di pasaran. Pemasaran
dapat dikatakan sebagai seni bagaimana produsen memasarkan produk yang
dihasilkan kepada khalayak ramai agar kelebihan maupun tujuan dari produk
66
tersebut tersampaikan dengan baik dan benar. Sehingga dengan begitu dapat
meningkatkan minat konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Pada usaha pak Wasis akan ada 2 bahasan mengenai aspek pemasaran
yang terjadi. Kedua bahasan tersebut yaitu strategi pemasaran, bauran
pemasaran.
1. Strategi Pemasaran
a. Segmentasi Pasar
Menurut Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2007), segmentasi pasar
dapat dikatakan sebagai proses membagi pasar menjadi irisan-irisan konsumen
yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sidat yang sama dan kemudian
memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran pemasaran
yang berbeda. Dengan kata singkat, merupakan mengelompokkan konsumen
yang heterogen dan homogen dengan tujuan pemasaran produk yang dihasilkan.
Jadi, memberikan perhatian yang lebih besar kepada sekelompok yang dituju
tersebut.
Segmentasi pasar yang dipilih pada usaha pak Wasis yaitu membidik
masyarakat umum. Hal ini dikarenakan bahwa ikan nila merupakan lauk pauk yang
bisa dikonsumsi oleh semua kalangan. Kemudian berdasarkan komponen
demografis meliputi dari semua gender sebagai konsumennya, semua kelas
sosial, dan usia anak-anak hingga orang tua. Kemudian produk ikan nila hasil dari
usaha pak Wasis biasanya di jual kepada kalangan menengah ke bawah.
Sedangkan untuk segmentasi geografis wilayah pemasaran ikan nila
memprioritaskan dari segmen pasar sekitar dalam wilayah jawa timur seperti di
kota Malang, Blitar dan Kediri. Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang tidak
terlalu panjang akan menjaga kualitas dari Ikan agar tetap segar.
67
b. Target Pasar
Proses penetapan pasar sasaran, mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk dilayani
kebutuhannya. Pada tahap ini, perusahaan memilih segmen yang memiliki
kesesuaian dengan kemampuan perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar
sasaran yang akan dilayani kebutuhan dan keinginannya. Penetapan yang
dilakukan dapat berasal dari satu segmen pasar atau beberapa segmen pasar
(Suharno dan Yudi Sutarso, 2010).
Setelah mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen dan memilih
segmen mana yang menguntungkan. Dengan usaha yang sudah dijalankan oleh
pak Wasis, maka memilih single-segment concentration atau memilih satu segmen
pasar tunggal dengan pertimbangan segmen tersebut tepat untuk usaha tersebut.
Target pasar khusus yang dijadikan objek penjualan yakni pengepul dan
masyarakat dikalangan ekonomi menengah.
c. Market Positioning
Tahap selanjutnya setelah perusahaan melakukan target pasar maka
perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya produk yang dihasilkan dapat
diterima di pasaran sekaligus dapat bersaing dengan kompetitor lain. Menurut
Sunarto (2004), menetapkan posisi pasar yang akan dituju yaitu proses agar
produk mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, dan diharapkan secara
relatif terhadap produk pesaing dalam benak konsumen sasaran. Sehingga
memposiskan keadaan produk di hati konsumen adalah hal penting yang harus
diperhatikan untuk keberlanjutan produk yang dijual.
Keberadaan produk ikan nila pada usaha pak Wasis dipasaran dapat
dikatakan menjadi salah satu produk yang bagus. Para konsumen dan pengepul
68
memilih membeli ikan nila pada pak Wasis dibandingkan pada tempat lain. Namun
juga ada konsumen yang membeli produk di tempat lain, karena kualitas produk
yang dijual juga sama produk ikan nila yang segar, enak, dengan tekstur tidak
keras dan bersih. Hal tersebut terjadi karena pak Wasis tidak pernah
mencampurkan bahan kimia pada saat budidaya pembesaran ataupun
pemeliharaannya.
d. Saluran Pemasaran
Sebagaian besar produsen dalam memasarkan produknya menggunakan
perantara dengan cara membentuk suatu distribusi pemasaran. Distribusi
pemasaran yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam
keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa
tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial
dan distribusi pemasaran bias juga disebut saluran distribusi (Swastha, 1993).
Dalam usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) Pak Wasis
memasarkan hasil budidaya nya langsung pada pedangan, pengumpul yang ada
di Desa Jatigui Ataupun di Kecamatan Karangakates. Setelah itu oleh pedagang
pengupul baru diecerkan kepada pedagang pengecer dan juga dijual langsung ke
pasar yang berada di Kabupaten Malang tetapi tidak jarang para pedagang
pengecer atau konsumen yang langsung datang ke tempat usaha pembesaran
ikan Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur untuk membeli hasil pembesarannya.
Ada 3 komponen pendukung yang memegang peranan penting dalam system
distribusi bisnis perikanan komponen pendukung tersebut adalah konsumen,
produsen dan pedagang perantara. Untuk saluran pemasaran dapat dilihat pada
gambar 13.
69
Gambar 13. Saluran Pemasaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kelompok Budidaya Murih Makmur
2. Bauran Pemasaran
Marketing mix merupakan komponen-komponen variabel yang digunakan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga
bauran pemasaran dapat disimpulkan sekumpulan variabel terkendali yang mana
satu dengan yang lain berkaitan dan dikombinasikan oleh perusahaan dengan
tepat agar menjadi satu bauran yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Berikut pembahasan bauran pemasaran dilihat dari pembagiannya pada usaha
Bapak Wasis:
a. Product (Barang)
Product atau barang yang diinginkan oleh konsumen di pasaran berbeda-
beda sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan. Seperti pada usaha budidaya
pembesaran ikan Nila yang mana produk yang dihasilkan digunakan untuk
konsumsi. Konsumen menginginkan ikan yang segar dan juga berdaging tidak
keras. Jenis produk seperti inilah yang selalu diupayakan untuk dihasilkan. Hal ini
menjadi satu hal positif untuk memikat para konsumen dan juga dapat menjadi
boomerang yang man aapabila suatu waktu tidak terpenuhi akan membuat
kekecewaan pada konsumen.
PEMBUDIDAYA PASAR /
KONSUMEN
PEDAGANG
PENGECER
PEDAGANG
PENGUMPUL
70
b. Price (Harga)
Untuk harga sendiri usaha pak Wasis tidak terlalu mematok harga terlalu tinggi
untuk para konsumennya. Untuk harga jual Bapak Wasis biasanya melihat bulan
tertentu agar ikan budidayanya dapat dijual harga tertinggi, biasanya berkisar
antara Rp.15.000 sampai Rp.21.000. Karena harga ikan juga tergantung kondisi
pasar yang ada disekitar.
c. Place (Tempat)
Bapak Wasis juga melakukan kegiatan jual beli produknya kepada para
konsumen secara langsung di rumah produksinya. Namun, terkadang penjualan
tidak hanya di rumah produksi (menunggu konsumen datang) tetapi juga langsung
diambil oleh pengepul daerah setempat. Daerah pemasaran untuk hasil
pembesaran ikan dipasarkan ke pedagang besar dan pedagang kecil yang ada
Desa Jatigui dan di daerah Kabupaten Malang. Dan biasanya beberapa
pengumpul yang berasal dari daerah Kepanjen yang dipasarkan kembali ke
Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar.
d. Promotion (Promosi)
Promosi yang dilakukan oleh pak Wasis bisa dikatakan belum ada. Hanya
mengandalkan informasi dari mulut ke mulut dari para konsumen langganan dinilai
tidak efektif. Walaupun mitra usaha yang dimiliki beberapa berasal dari luar kota
tetap saja tidak suatu hal yang menjanjikan. Pemasangan nama usaha juga
dipasang di depan rumah produksi, namun hal itu tidak terlalu berhasil untuk
mengikat para konsumen untuk datang melirik. Sehingga pemilik memiliki
beberapa rencana promosi yang lebih modern agar konsumen lebih luas dapat
terjangkau. Salah satunya dengan media online seperti yang sedang marak
dilakukan para pengusaha lainnya.
71
5.6 Analisis Peningkatan Usaha dengan Business Model Canvas
Pengembangan usaha dengan Business Model Canvas adalah suatu cara
baru dalam menggali point-point apa saja yang dapat dimaksimalkan demi
keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan. Pengembangan usaha dengan
Business Model Canvas sudah beberapa kali dipakai dalam suatu penelitian.
Terbukti dari hasil penelitian tersebut bahwa pengembangan usaha dengan
Business Model Canvas dapat memudahkan strategi yang akan dilakukan.
Business Model Canvas memiliki 9 blok bangunan.
Blok bangunan tersebut berguna untuk memudahkan dalam membuat suatu
pengembangan usaha dengan business model canvas. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya pada bab tinjauan pustaka. Ada 9 blok bangunan, berikut
penjabarannya yang disertai dengan ide pengembangan yang direncanakan oleh
usaha pak Wasis sekaligus ketua Kelompok Budidaya Murih Makmur :
1. Customer Segments (Segmen Pelanggan)
Blok bangunan segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau
organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.
Perusahaan dapat mengelompokkan beberapa segmen-segmen berbeda
berdasarkan kesamaan, kebutuhan, perilaku atau atribut lain. Organisasi atau
perusahaan harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang
akan diabaikan.
Segmen pelanggan pada Business Model Canvas memiliki persamaan
dengan cara penetapan segmentasi pasar dan target pasar yang di bahas pada
aspek pemasaran pada point strategi pemasaran. Kemudian berdasarkan
komponen demografis meliputi dari semua gender sebagai konsumennya, semua
kelas sosial, dan usia anak-anak hingga orang tua. Kemudian produk ikan nila
72
hasil dari usaha pak Wasis biasanya di jual kepada kalangan menengah ke bawah.
Sedangkan untuk segmentasi geografis wilayah pemasaran ikan nila
memprioritaskan dari segmen pasar sekitar dalam wilayah jawa timur seperti di
kota Malang, Blitar dan Kediri.
Sehingga pada peningkatan daya saing usaha dengan Business Model
Canvas pada blok customer segments yang direncanakan oleh pak Wasis demi
menghadapi suatu persaingan kedepannya yaitu meningkatkan segmentasi pasar
berdasarkan geografi dengan menjual produk eceran ikan nila dipasar lain dan
juga menyediakan produk untuk para pengepul lain.
2. Value Propositions (Proporsi Nilai)
Blok bangunan proposi nilai menggambarkan gabungan antara produk
dengan layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik. Setiap
proporsi nilai berisi gabungan produk dan/atau jasa tertentu yang melayani
kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Proporsi nilai lain kurang lebih akan sama
dengan penawaran pasar yang sudah ada, tetapi dengan fitur dan atribut
tambahan.
Untuk proposi nilai sebelum diberlakukan pada Business Model Canvas, telah
digambarkan pada aspek pemasaran yang dibahas pada point produk, harga serta
diferensiasi produk. Pada aspek pemasaran dibahas bahwa pasar akan lebih suka
dengan produk ikan nila yang segar dan berdaging tidak keras. Hal ini yang
menjadi salah satu dasaran bagi perencanaan untuk meningkatkan daya saing
usaha oleh pak Wasis dalam pengembangan usaha pada point proporsi nilai. Pak
Wasis beranggapan bahwa meningkatkan kualitas produk sesuai dengan
kemauan pasar akan menjadi salah satu daya tarik untuk menambah konsumen.
73
Harga merupakan salah satu yang harus dipikirkan terlebih dahulu oleh pak
Wasis, semakin tinggi harga yang dipatokkan semakin sedikit konsumen yang
akan membeli produk yang dihasilkan begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, pak
Wasis tidak mematok harga yang terlalu tinggi. Harga yang rendah tentunya telah
diperhitungkan oleh pak Wasis sebelumnya agar tidak terjadi kerugian.
Tidak terdapat diffrensiasi produk yang berarti pada produk usaha pak Wasis.
Hanya terletak pada proporsi nilai kualitas produk yang memiliki rasa yang enak
dan baik serta bersih seperti yang telah diulas pada point differinsiasi produk
sebelumnya. Namun, hal ini salah satu hal identitas produk yang dimiliki usaha pak
Wasis yang perlu dipertahankan dan dikembangkan untuk mengikat lebih banyak
pelanggan.
Dari keadaan yang telah ada, maka perlu dilakukan pengembangan proporsi
nilai yang ada agar produk dari usaha pak Wasis dapat bersaing di kemudian hari
apabila dilakukan pengembangan usaha. Pengembangan proporsi nilai yang
direncanakan oleh pak Wasis dapat bersifat kuantitatif (misalnya harga dan
kecepatan layanan) atau kualitatif (misalnya desain dan pengalaman pelanggan.
Untuk rencana peningkatan daya saing usaha pak Wasis akan dilakukan
pengembangan proporsi nilai dalam hal:
a. Mempertahankan merek/status produk usaha. Serta lebih menguatkan status
produk yang ikan berukuran besar, sehat, bersih, tanpa bahan kimia.
b. Proporsi nilai harga produk. Pak Wasis melakukan rencana peningkatan
dalam aspek ini dengan memberikan tawaran harga jual yang lebih murah
kepada pedagang pengepul dan pengecer pemberian potongan sebesar Rp
500 per kilogram untuk pembelian lebih dari 1 kwintal.
74
c. Membuat kesepakatan dengan pedagang pengepul untuk tetap membeli
produk pada usaha pak Wasis, meskipun harga ikan di pasaran sedang turun.
Namun pak Wasis memberikan harga jual yang murah kepada pedagang
pengepul tersebut.
e. Pengembangan proporsi nilai dalam hal kemudahan konsumen mengakses
informasi maupun pemesanan.
3. Chanel (Saluran)
Blok bangunan saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk
memberikan proporsi nilai. Pada usaha pak Wasis sebelumnya hanya
maksimalkan tahap awareness, yaitu menginformasikan produk kepada calon
pelanggannya. Dengan menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi
dengan pedagang pengepul. Namun pada peningkatan daya saing usaha dengan
Business Model Canvas ini dibahas point bagaimana menjaga hubungan dengan
pelanggan. Sehingga pak Wasis harus melakukan suatu perencanaan
peningkatan segmen pelanggan yang akan dijangkau dengan cara
memaksimalkan tenaga penjualan, dalam hal ini yaitu fungsi salesman (direct) dan
juga memaksimalkan penjualan di rumah sendiri, serta memasarkan secara
online.
4. Customer Relationship (Hubungan pelanggan)
Blok bangunan hubungan pelanggan yang menggambarkan berbagai jenis
hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.
Dalam hal ini akan dijelaskan rencana peningkatan proporsi nilai hubungan
pelanggan seperti apa yang akan dilakukan, jenis hubungannya, seberapa
mahalkan jenis hubungan itu.
75
Pada usaha pak Wasis sebelumnya tidak ada hal khusus yang dilakukan
perusahaan untuk hal seperti ini. Namun, dalam 2 tahun terakhir ini pak Wasis
melakukan kesepakatan khusus kepada pedagang pengepul. Tujuannya yakni
agar pedagang pengepul tersebut tetap membeli produk dari usaha nya meskipun
kondisi dipasar sedang turun, dan memberikan harga khusus serta lebih murah
terhadap pedagang pengepul tersebut. Jadi akan tetap ada transaksi meskipun di
bulan tertentu harga ikan sedang turun. Selain itu membuat suatu komunitas
pedagang pengepul juga harus dilakukan oleh pak Wasis. Hal itu dilakukan untuk
meningkatan kualitas hubungan dengan pelanggan, serta bertujuan meluaskan
segmen pasar kepada pengepul lain yang tersebar pada pasar di daerah lain.
5. Revenue Streams (Arus Pendapatan)
Blok bangunan arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan
perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi
pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Arus pendapatan kurang lebih
dibahas pada aspek finansial. Arus pendapatan usaha pak Wasis hanya berasal
dari penjualan produk (asset sale). Dari hasil perhitungan nilai R/C Ratio per siklus
panen mencapai 2,70. Dengan demikian nilai ratio lebih besar daripada satu,
sehingga usaha yang dilakukan telah mencapai keuntungan. Pada usaha
pembesaran ini, jumlah penerimaan per siklus 1 tahun adalah sebesar Rp.
102.000.000,00 dan biaya total sebesar Rp. 37.000.000,00,-. yang dimana
pendapat ini diperoleh dari hasil produksi persiklus sebesar 6.000kg. Arus
pendapatan juga sudah menunjukan angka yang cukup tinggi, keuntungan yang
dihasilkan dari usaha pak Wasis dalam siklus per tahun sebesar Rp. 64.000.000,-
Namun, untuk berjaga-jaga sebagai pemasukan tambahan saat usaha di
kembangankan, pak Wasis berencana melakukan penambahan arus pendapatan.
76
Selain mendapat dari penghasilan tetap perusahaan, akan dilakukan pemasangan
iklan produk di sekitar lingkungan perusahaan yang dapat dilihat orang banyak.
Dengan pemasangan iklan tersebut, diharapkan perusahaan akan mendapatkan
customer untuk mendapat tambahan pendapatan pada usaha tersebut.
6. Key Resources (Sumber Daya Utama)
Blok bangunan sumber daya utama menggambarkan aset-aset terpenting
yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Sumber daya tersebut
dapat berupa aset fisik (keramba jaring apung, perahu, sepeda motor), finansial
(modal dan keuntungan), intelektual atau manusia (tenaga kerja). Sumber daya
utama dapat disewa oleh perusahaan atau diperoleh dari mitra utama.
Hal ini sesuai dengan aspek teknis, rencana yang harus dilakukan oleh pak
Wasis seperti pengembangan tempat usaha dan bibit ikan yaitu penambahan
kolam serta jenis ikan yang akan dibudidayakan. Rencana tersebut tentunya perlu
dikaji terlebih dahulu, karena akan berimbas pada aspek teknis dan manajemen
dalam usaha tersebut.
7. Key Activities (Aktivitas Kunci)
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang harus
dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat berkerja. Setiap model bisnis
memerlukan aktivitas-aktivitas kunci berupa tindakan-tindakan terpenting yang
harus diambil perusahaan agar dapat beroperasi dengan benar. Konsep ini sama
dengan pembahasan aspek pemasaran pada point produk. Pada point tersebut
dijelaskan jenis produk seperti apa yang diinginkan konsumen.
Saat kita sudah mengetahui jenis produk seperti apa yang diinginkan oleh
konsumen, kita bisa melihat pada pembahasan aspek pemasaran point produk,
77
hal tersebut dapat dimasukkan pada rencana peningkatan daya saing usaha
dengan Businees Model Canvas yang harus dilakukan oleh pak Wasis untuk di
evaluasi. Sehingga hal yang harus dikerjakan dengan benar oleh pak Wasis
adalah proses pembesaran ikan nila, proses pemberian obat terhadap hama,
menjaga kondisi jaring ketika banjir datang agar kualitas ikan nila tersebut terjaga.
8. Key Partnership (Kemitraan Utama)
Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan
mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Seperti hal yang sudah
dilakukan, pak Wasis mengumpulkan kelompok pengepul guna menjaga
komunikasi untuk meningkatkan sektor pemasaran dan juga menitipkan
produknya ke toko retail. Selain itu pak Wasis harus menciptakan aliansi strategis
antara non-pesaing dan coopetition (kemitraan strategis antarpesaing) guna
mengoptimalkan usahanya, yang dapat mengurangi risiko atau memperoleh
sumberdaya mereka.
9. Cost Structure (Struktur Biaya)
Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk
mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya yang akan dipilih untuk melakukan
pengembangan usaha ini yaitu terpacu biaya yang berarti fokus yang ada pada
peminimalan biaya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
struktur biaya seramping mungkin, menggunakan proposisi nilai dengan harga
rendah, otomatisasi maksimum, dan outsourcing secara ekstensif. Perhitungan
detail mengenai struktur biaya untuk mengimbangi perencanaan usaha yang
direncanakan sebelumnya oleh pak Wasis ini dapat didukung dari hasil
perhitungan aspek finansial.
78
Penjabaran perencanaan pengembangan usaha pak Wasis yang ditunjukan
dalam bentuk aktivitas yang akan dilakukan menurut 9 proposi nilai yang telah
dijabarkan dapat digambarkan dengan skema analisis business model canvas
pada gambar 14.
5.7 Strategi Peningkatan Usaha Business Model Canvas dengan Analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats)
Pengembangan usaha dengan bantuan Business Model Canvas sudah
terbuat dengan rinci sesuai dengan 9 blok bangunan yang telah ditetapkan.
Kemudian, untuk menguji apakah strategi tersebut dapat berjalan dengan
sebagaimana mestinya dilakukan lah uji analisis SWOT.
KP (Key
Parnership)
KA (Key
Activities)
VP (Value
Proposition)
CR (Customer
Realithionshp)
CS (Customer
Segments)
CS (Cost Stricture)
RS (Revenue Streams)
CR
KR (Key
Resources)
CH (Channel)
Kelompok
Budidaya
Murih
Makmur
Aliansi
strategis non
pesaing
Proses
pemeliharaan
hingga panen
Lahan usaha
SDM
Ikan Nila
Ukuran ikan
besar, segar dan
bersih
Proses
pembesaran ikan
tanpa bahan
kimia
Harga untuk
pedagang
pengepul lebih
murah
Kesepakatan
dengan pengepul
Telepon seluler
Toko Sendiri
Pedagang
pengepul dan
masyarakat
didaerah
sekitar
Masyarakat
dengan
ekonomi kelas
menengah
Seluruh biaya
Online
Penanggulangan
hama
Coopetition
antar pesaing
Komunitas
pedagang
Tenaga penjual
Penjualan produk ikan nila
Gambar 14. Model 9 Block Analisis Business Model Canvas Kelompok Budidaya
Murih Makmur
Modal pribadi
79
Menurut Rangkuti (2009), analisis SWOT merupakan suatu identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
keputusannya selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis, dan
kebijakan perusahaan.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor
eksternal usaha dengan memberikan skor pada faktor internal dan eksternal
faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang
dan ancaman. Pada analisis SWOT ini dilakukan dengan cara mencari kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman berdasarkan 9 blok bisnis model kanvas yang
diuraikan dalam bentuk tabel analisis berikut :
No. Faktor S W O T
1 Customer
segments
Segmentasi pasar
yang jelas ada
- Kerja sama
dengan tenaga
pengecer untuk
meluaskan
segmentasi
pasar
-
2 Value
proposition
Harga yang
diberikan untuk
pedagang
pengepul lebih
murah, proses
pembesaran tanpa
bahan kimia
- Ukuran ikan
lebih besar dan
segar
Produk
perikanan
yang segar
Tabel 2. Tabel Analisis SWOT Kelompok Budidaya Murih Makmur
80
No. Faktor S W O T
3 Channels Menggunakan
telepon seluler
untuk
berkomunikasi
dengan pedagang
- Penambahan
tenaga
penjualan
salesman,
penjualan
melalui media
online
-
4 Customer
relathionship
Kesepakatan
penjualan dengan
pedagang
pengepul
- Membuat
komunitas
pedagang
pengepul
-
5 Revenue
streams
- - Dengan
membuat
periklanan
-
6 Key resources Lahan yang
memadahi, bibit
ikan nila yang
mudah didapat
SDM yang
tidak
berkompeten
- -
7 Key
partnership
Kelompok
budidaya murih
makmur
Melakukan
aliansi strategis
dan
Kemitraan antar pesaing (coopetition)
Kemitraan
antar pesaing
yang belum
terbentuk
dengan baik
8 Key activities Proses
pembesaran
hingga produksi
lancar
Proses untuk
pemanenan
yang tidak
menentu
- -
9 Cost structure Biaya usaha
pembesaran yang
mencukupi
- - Biaya SDM
yang
semakin
meningkat
81
Faktor internal dan faktor eksternal di atas akan diuraikan lagi menjadi
beberapa aktivitas atau tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan blok
bangunannya yang kemudian akan diidentifikasi dan dianalisis. Langkah
selanjutnya faktor – faktor tersebut dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor
internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan bobot dan juga
ranking. Pemberian bobot dan ranking dilakukan atas dasaran metode
pengamatan langsung yang dilakukan saat penelitian. Meotode ini sesuai dengan
beberapa metode yang ditawarkan dalam analisis SWOT menurut Nazir (1988).
Menurut Nazir (1988), metode pengamatan langsung dilakukan dengan cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standart lain untuk keperluan tersebut. Cara pengamatan juga tidak memiliki
standart tertentu yang terpenting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat
diketahui dengan jelas.
Menurut Rangkuti (2014), faktor – faktor strategis internal dan eksternal
diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan beberapa pertimbangan.
Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada
tingkat kepentingan atau ergensi penanganan dengan skala 1 sampai 5 (1 = tidak
penting, 5 = sangat penting). Setelah itu menjumlahkan bobot dengan kekuatan
dan bobot kelemahan. Kemudian dihitung bobot relatif untuk masing-masing
indikator yang terapat pada kekuatan dan kelemahan, sehingga total nilai bobot
tersebut menjadi 1 atau 100%. Dengan cara yang sama dihitung bobot dan bobot
relatif untuk peluang dan ancaman.
Setelah kedua langkah di atas dilakukan selanjutnya tentukan rating. Rating
merupakan analisis kita terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam jangka
pendek. Nilai rating untuk variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 5. Nilai 1 untuk
indikator kinerja yang semakin menurun dibandingkan pesaing utama. Nilai 2
82
untuk kinerja sama dengan pesaing utama. Sedangkan diberi nilai 4 atau 5, kalau
indikator tersebut lebih baik dibandingkan pesaing utama. Semakin tinggi nilainya
kinerja indikator tersebut akan semakin baik dibandingkan pesaing utama.
Nilai rating variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai 5. Nilai 1 kalau indikator
tersebut semakin banyak kelemahannya dibandingkan pesaing utama. Nilai 5
untuk kelemahan indikator yang semakin menurun dibandingkan pesaing utama
pada tahun depan. Bila ditarik kesimpulan sederhana dari pemberian nilai rating
pada variabel kelemahan atau variabel ancaman berkebalikan dengan pemberian
nilai rating untuk variabel kekuatan dan variabel peluang.
Nilai score diperoleh dari hasil nilai bobot dikali nilai rating. Total nilai score
untuk faktor internal apabila menunjukkan nilainya mendekati 1, semakin banyak
kelemahan internalnya dibandingkan kekuatannya. Sedangkan semakin nilai
mendekati 4, semakin banyak kekuatannya dibandingkan kelemahannya. Sama
halnya dengan faktor eksternal semakin total nilai score mendekati 1, semakin
banyak ancamannya dibandingkan dengan peluang. Apabila total nilai score
mendekati 4, artinya semakin banyak peluang dibandingkan ancaman.
Setelah semua tahap penilaian di atas telah dilakukan, gabungkan kedua
kondisi internal dan eksternal lalu masukkan dalam matriks internak eksternak,
sehingga dapat diketahui posisi persaingan yang akan terjadi sehngga dengan
begitu dapat ditentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan.
5.7.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang meliputi kekuatan dan kelemahan
dalam suatu pengembangan usaha dan faktor ini dapat digunakan dalam
penentuan strategi pengembangan usaha. Berikut beberapa kekuatan dan
kelemahan yang dirangkum dari 4 faktor internal dalam business model canvas
83
yang sudah dibuat sebelumnya. Secara rinci, aktivitas atau tindakan yang harus
dilakukan dalam pengembangan usaha dengan business model canvas yang
termasuk dalam faktor internal dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor internal
No Faktor Internal Aktivitas /Tindakan
1 Customer segment Segmentasi pasar yang jelas
2 Value proposition Ikan sehat dan tanpa bahan kimia
Harga untuk pedagang pengepul
lebih murah
3 Channel Menggunakan telepon seluler
untuk berkomunikasi
4 Customer relationship Kesepakatan penjualan dengan
pengepul
5
Key resources
Tempat yang memadai
SDM yang tidak memadai
Bibit ikan nila yang mudah didapat
6 Key partnership Kelompok budidaya Murih
Makmur
7 Key activities Proses pembesaran hingga
produksi lancar
Proses panen yang tidak tentu
8 Cost structure Biaya usaha yang mencukupi
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan yang dimiliki pada usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis pada
Kelompok Budidaya Ikan “Murih Makmur” yaitu sebagai berikut:
84
a. Segmentasi pasar yang jelas
Segmentasi pasar yang sudah ditentukan berdasarkan geografis dan
demografisnya, merupakan kekuatan bagi perusahaan tahu dimana produk
tersebut akan dijual sesuai target pasar. Berdasarkan hal tersebut maka diberi
bobot 3 dan rating 2 karena faktor tersebut penting dan cukup berpengaruh
terhadap usaha.
b. Ikan sehat dan tanpa bahan kimia
Image yang selama ini melekat pada produk usaha pak Wasis yaitu produk
ikan nila yang sehat dan tanpa bahan kimia. Image ini akan menjadi kekuatan dan
bisa menjadikan konsumen setia apabila senantiasa produk yang dihasilkan selalu
seperti itu. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 1 dan rating 3 karena faktor
tersebut penting dan berpengaruh terhadap usaha.
c. Harga yang diberikan kepada pedagang pengepul lebih murah
Setiap pembelian dengan jumlah yang banyak oleh pedagang pengepul, pak
wasis memberikan potongan harga lebih murah untuk per kilo ikan. Dan tentunya
itu akan menjadi kekuatan dalam usaha pembesaran ikan pak Wasis. Berdasarkan
hal tersebut maka diberi bobot 4 dan rating 4 karena faktor tersebut sangat penting
dan berpengaruh terhadap usaha.
d. Penggunaan telepon seluler
Menginformasikan produk yang akan dijual kepada pengepul dan menjaga
komunikasi antar kelompok pedagang pengepul merupakan salah satu kekuatan
dalam usaha tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 4 dan rating 3
karena faktor tersebut sangat penting dan cukup berpengaruh terhadap usaha.
85
e. Kesepakatan penjualan dengan pengepul
Kesepakatan yang dilakukan oleh pak Wasis dengan pedagang pengepul
untuk tetap bertransaksi bisa menjadi salah satu kekuatan untuk menjaga produk
agar tetap laku dan siklus pendapatan terjaga. Hal itu tentunya juga diimbangi
dengan permintaan harga pada pasar yang bisa naik ataupun turun. Berdasarkan
hal tersebut maka diberi bobot 4 dan rating 4 karena faktor tersebut sangat penting
dan berpengaruh terhadap usaha.
f. Tempat yang memadai
Usaha Pak Wasis merupakan jenis usaha yang memiliki tempat terpisah
dengan pemilik dari perusahaan tersebut. Masih terdapat lahan kosong di waduk
Lahor untuk mengembangkan perusahaan seperti membuat keramba jaring apung
kembali. Berdasarkan fakta tersebut maka diberi bobot 3 dan rating 2. Artinya
faktor tersebut berpengaruh dan cukup penting untuk kelangsungan usaha.
g. Benih Ikan nila yang mudah didapat
Benih ikan nila yang mudah didapat bisa menjadi kekuatan dalam usaha yang
dikelola pak Wasis, hal tersebut akan menghindarkan usaha pak Wasis dari
kelangkaan bibit yang berdampak pada berjalannya siklus dan proses
pembesaran usaha. Berdasarkan fakta tersebut maka diberi bobot 1 dan rating 2.
Artinya faktor tersebut berpengaruh dan penting untuk kelangsungan usaha.
h. Besarnya peran Kelompok Budidaya Ikan “Murih Makmur”
Awal dalam membangun usaha dan proses pembuatan keramba jaring apung
dibantu oleh Kelompok Budidaya “Murih Makmur”. Selain itu rapat yang diadakan
sebulan sekali untuk memberikan masukan serta saran mengenai proses
pembesaran ikan nila merupakan kekuatan yang dimiliki oleh usaha pak Wasis.
86
Berdasarkan fakta tersebut maka diberi bobot 1 dan rating 2. Artinya faktor
tersebut berpengaruh dan penting untuk kelangsungan usaha.
i. Proses pembesaran hingga produksi yang lancar
Proses pembesaran hingga produksi yang dilakukan pada usaha tergolong
lancar, mulai dari pembelian bibit hingga perawatan. Walaupun terkadang ada
hama yang membuat kualitas ikan nila menurun , sehingga diperlukan pengecekan
setiap bulan untuk mengatasinya. Proses produksi yang lancar ini dapat terus
dilakukan agar menjadi suatu kekuatan penting demi keberlangsungan
perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 3 dan rating 2 karena
faktor tersebut penting dan cukup berpengaruh terhadap usaha.
j. Biaya usaha yang mencukupi
Suatu usaha tentunya tidak terlepas dari modal biaya yang dikeluarkan,
dan semua biaya yang digunakan pak Wasis menggunakan modal pribadi , serta
keuntungan yang menjadi kekuatan selama ini yang cukup untuk membuat usaha
tersebut tetap beroperasi. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 2 dan rating
2 karena faktor tersebut penting dan cukup berpengaruh terhadap usaha.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan yang dimiliki usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis Kelompok
Budidaya Ikan “Murih Makmur” di dalamnya yaitu sebagai berikut:
a. SDM yang tidak berkompeten
Sumber Daya Manusia atau tenaga kerja merupakan salah satu hal kunci
demi keberlangsungan usaha. Tenaga kerja yang ada pada usaha Pak Wasis
sebelumnya cukup untuk melakukan aktivitas produksi yang ada, namun sangat
sedikit untuk melakukan pengembangan usaha kedepannya. Berdasarkan fakta
87
tersebut maka diberi bobot 4 dan rating 4. Artinya faktor tersebut sangat
berpengaruh dan penting untuk kelangsungan usaha.
b. Proses panen terkadang tidak menentu
Proses panen terkadang tidak menentu, bias diundur atau dimajukan karena
melihat kondisi pasar agar harga jual lebih baik ataupun sebaliknya. Dan juga
karena faktor lokasi pembesaran, biasa pada bulan tertentu air bah akan datang
dan surut. Berdasarkan fakta tersebut maka diberi bobot 5 dan rating 4. Artinya
faktor tersebut sangat berpengaruh dan penting untuk kelangsungan usaha.
Faktor – faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang telah
diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor – faktor tersebut
dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor internal (IFAS) kemudian diberikannya
skors. Berikut ini tabel matriks IFAS pada usaha pembesaran ikan nila milik Pak
Wasis yang dapat dilihat pada tabel 4.
88
Tabel 4. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
No Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot Relative
(R)
Ranking
(R)
Skor
(R×R)
Kekuatan
1 Segmentasi pasar yang jelas 3 0,08 2 0,26
2 Potongan harga untuk pedagang
pengepul
4 0,11 4 0,44
3 Ikan bersih dan tanpa bahan kimia 1 0,02 3 0,06
4 Menggunakan telepon seluler untuk
berkomunikasi
4 0,11 3 0,33
5 Adanya kesepakatan penjualan dengan
pengepul
4 0,11 4 0,44
6 Tempat pengembangan (lahan) usaha
sangat memadai
3 0,08 2 0,16
7 Benih ikan nila yang mudah didapat 1 0,02 2 0,04
8 Besarnya peran Kelompok Budidaya
“Murih Makmur”
1 0,02 2 0,04
9 Lancarnya proses pembesaran ikan 3 0,08 2 0,16
10 Biaya yang memadai 2 0,06 2 0,12
Jumlah 26 0,69 26 2,05
Kelemahan
1 Kurangnya SDM yang kompeten 4 0,11 4 0,44
2 Proses panen yang terkadang tidak
menentu
5 0,14 4 0,56
Jumlah 9 0,25 8 1,00
Total 35 0,83 34 3,05
Dilihat dari tabel 5 analisis internal, usaha pembesaran ikan nila pak Wasis
memiliki faktor kekuatan peningkatan usaha sebesar 2,05. Sedangkan skor faktor
kelemahan peningkatan usaha yaitu sebesar 1,00. Disimpulkan bahwa matriks
analisis faktor strategi internal (IFAS) peningkatan usaha pembesaran ikan nila
pak Wasis Kelompok Budidaya Ikan “Murih Makmur” dipengaruhi oleh faktor
kekuatan dibandingkan dengan faktor kelemahan.
89
5.7.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi usaha yang
ditentukan dari luar usaha tersebut. Analisis faktor eksternal dilakukan dengan
melihat faktor di luar perusahaan milik usaha pak Wasis untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha yang dilakukan. Pemberian
bobot semakin besar angkanya maka pengaruhnya akan semakin besar dalam
usaha. Pemberian ranking untuk faktor yang semakin terpengaruh maka nilainya
semakin tinggi, untuk faktor – faktor ancaman semakin berpengaruh maka nilainya
semakin kecil. Secara rinci, aktivitas atau tindakan yang harus dilakukan dalam
pengembangan usaha dengan business model canvas yang termasuk dalam
faktor eksternal dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Tabel aktivitas /tindakan dari setiap blok bangunan faktor eksternal
No Faktor Eksternal Aktivitas /Tindakan
1
Customer segments
Kerja sama dengan pengecer untuk
meluaskan segmentasi pasar
2
Value proposition
Ukuran ikan lebih besar dan segar
Produk perikanan yang segar
3
Channels
Penambahan tenaga penjual
(salesman)
Penjualan melalui toko sendiri dan
online
4 Customer relationship Membuat komunitas pedagang
5 Revenue streams Periklanan
6 Key partnership Membuat aliansi strategis
Menjalin kemitraan antar pesaing
(coopetition)
7 Cost structure Biaya SDM semakin meningkat
90
1. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan hal yang akan dilakukan pada usaha pembesaran ikan
nila Pak Wasis pada Kelompok Budidaya “Murih Makmur” yaitu sebagai berikut:
a. Kerjasama dengan penjual eceran di pasar untuk meluaskan segmentasi pasar
Peluang yang terlihat untuk peningkatan daya saing usaha Pak Wasis yaitu
dengan melakukan kerjasama dengan para penjual eceran di pasar. Peluang ini
sangat untuk mengenalkan produk kepada msyarakat yang lebih luas sehingga
konsumen yang ada akan bertambah. Berdasarkan fakta tersebut maka diberi
bobot 1 dan rating 3 karena kerjasama dengan pedagang pengepul akan
membuka peluang usaha untuk terus berkembang.
b. Ukuran ikan nila yang lebih besar dan segar
Pada umumnya ukuran ikan yang berada dipasar tidak lebih besar dari produk
yang dijual oleh pak wasis. Maka dari itu ukuran ikan juga bisa menjadi peluang
agar produk tersebut diminati oleh masyarakat. Selain itu hasil produksi ikan dari
pak Wasis juga bagus dan tekstur ikan tidak akan keras dan akan tetap segar.
Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 1 dan rating 3 karena faktor tersebut
penting dan cukup berpengaruh terhadap perkembangan usaha.
c. Menambah tenaga penjualan (salesman) untuk menambah channel usaha
Channel atau saluran usaha tidak didapatkan dengan mudah begitu saja.
Bertambah banyaknya orang yang mengenali produk kita maka saluran usaha pun
akan terbuka lebar. Dengan begitu untuk meningkatkan daya saing usaha yang
dilakukan ditambahkanlah tenaga penjualan lebih untuk memperluas saluran
91
usaha dengan cara door to door. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 1
dan rating 4 karena faktor tersebut penting dan berpengaruh terhadap usaha.
d. Tersedia media promosi online
Untuk meningkatkan daya saing usaha, peluang yang bisa dilakukan
menggunakan sistem penjualan tetap melalui toko sendiri ataupun dengan media
online. Diketahui bahwa penjualan melalui online sangat cocok untuk diterapkan
di era globalisasi seperti ini (tidak langsung). Berdasarkan hal tersebut maka diberi
bobot 0,5 dan rating 3 karena faktor tersebut sangat penting dan berpengaruh
terhadap usaha.
e. Adanya komunitas pedagang pengepul
Dengan membuat komunitas pedagang pengepul yang dilakukan oleh pak
Wasis, merupakan salah satu peluang untuk dapat memaksimalkan penjualan dan
memperluas pasar. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 0,5 dan rating 3
karena faktor tersebut penting dan berpengaruh terhadap usaha.
f. Menambahkan Periklanan pada sekitar lokasi usaha
Publikasi yang maksimal akan menghasilkan peluang yang besar. Melalui
publikasi lewat periklanan maka masyarkat akan lebih luas mengetahui produk
yang dihasilkan perusahaan. Diharapkan dengan periklanan juga dapat menarik
minat untuk membeli produk – produk tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka
diberi bobot 1,5 dan rating 4 karena faktor tersebut penting dan berpengaruh
terhadap usaha.
g. Melakukan aliansi strategis dan coopetion
Aliansi strategis adalah salah satu dari empat jenis kemitraan yang dapat
dilakukan untuk. Memajukan blok bangunan kemitraan. Aliansi strategis antara
92
non-pesaing dapat membuat konsumen menjadi bertambah. Contoh dengan
melakukan aliansi strategis dengan para pengusaha rumah makan, para penjual
ikan eceran di pasaran dan daerah luar, serta beberapa toko kelontong atau toko
oleh-oleh untuk menjajakan usaha dari Pak Wasis. Kemitraan antarpesaing juga
merupakan salah satu peluang yang berguna dalam hal penambahan informasi
pasar ataupun sebagai mitra dalam pemenuhan kebutuhan pasar apabila terjadi
kekurangan produk. Berdasarkan hal tersebut maka diberi bobot 1,5 dan rating 4
karena faktor tersebut sangat penting dan berpengaruh terhadap usaha.
2. Ancaman (Threats)
Ancaman yang dimiliki pada pembesaran ikan nila Pak Wasis pada Kelompok
Budidaya “Murih Makmur” yaitu sebagai berikut:
a. Menjaga ikan tetap segar
Memberikan garansi merupakan salah satu fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada konsumennya. Namun apabila garansi ini diberlakukan
kepada produk perikanan maka ditakutkan akan menjadi salah satu ancaman yang
dapat mengancam perusahaan. Diketahui bahwa hasil perikanan bukanlah produk
yang mudah untuk dijaga kesegarannya. Image yang selama ini melekat pada
produk usaha pak Wasis yaitu produk ikan nila yang sehat, bersih, dan tanpa
bahan pengawet. Image ini akan sangat menguntungkan apabila senantiasa
produk yang dihasilkan selalu seperti itu. Namun harus dipikirkan kembali apa
yang harus dilakukan saat produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan image yang
telah ada. Berdasarkan hal ini, maka diberi bobot sebesar 1,5 dan rating 3. Artinya
faktor tersebut penting dan berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha
pengolahan ikan.
93
b. Kemitraan antar pesaing yang belum terjalin dengan baik
Pesaing bukanlah salah satu hal negatif yang harus dihindari oleh para
produsen. Ada sisi positif yang didapat dari kehadiran pesaing yaitu apabila terjalin
dengan baik akan memberikan keuntungan tambahan informasi demi usaha yang
dilakukan. Namun hal tersebut juga bisa menjadi ancaman jika tidak menjalin
hubungan awal dengan baik, dan akan semakin membuat banyak persaingan
dalam pasar. Berdasarkan hal ini, maka diberi bobot sebesar 1 dan rating 3.
Artinya faktor tersebut sangat penting dan sangat berperngaruh terhadap
keberlangsungan usaha pengolahan ikan.
c. Biaya SDM yang semakin meningkat
Biaya dalam suatu usaha merupakan hal yang paling sensitif, jika tidak di
managemen dengan baik, maka semakin lama usaha tersebut akan menjadi
bangkrtut. Sama halnya dengan mahalnya biaya tenaga kerja yang semakin tahun
semakin meningkat. Jika tidak digunakan dan pertimbangkan sebaik mungkin
dalam menambah tenaga kerja, maka akan dapat membuat ancaman usaha
tersebut. Berdasarkan hal ini, maka diberi bobot sebesar 0,5 dan rating 2. Artinya
faktor tersebut sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
usaha pengolahan ikan.
Faktor – faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang telah
diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya faktor – faktor tersebut
dimasukkan ke dalam tabel analisis faktor eksternal (EFAS) kemudian diberikan
bobot dan juga ranking.Berikut ini tabel matriks EFAS pada usaha pembesaran
ikan nila Pak Wasis pada Kelompok Budidaya Ikan “Murih Makmur” yang dapat
dilihat pada tabel 6.
94
Tabel 6. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
NO Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Bobot Relative (R)
Ranking (R)
Skor (R×R)
Peluang
1 Kerja sama dengan pengecer untuk meluaskan segmentasi pasar
1 0,10 3 0,30
2 Ukuran ikan lebih besar dan segar 1 0,10 3 0,30
3 Penambahan tenaga penjual (salesman) 1 0,10 4 0,40
4 Tersedia media promosi online 0,5 0,05 3 0,15
5 Adanya komunitas pedagang pengepul komunitas pedagang
0,5 0,05 3 0,15
6 Periklanan 1,5 0,15 2 0,30
7 Melakukan aliansi strategis dan coopetion
1,5 0,15 4 0,60
Jumlah 7 0,70 22 2,2
Ancaman
1 Menjaga Ikan tetap segar 1,5 0,15 3 0,45
2 Kemitraan belum tentu terbentuk dengan baik
1 0,10 3 0,30
3 Biaya SDM yang semakin meningkat 0,5 0,05 2 0,10
Jumlah 3 0,30 8 0,85
Total 10 1,00 30 3,05
Dilihat dari tabel 18 analisis eksternal, usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis
pada Kelompok Budidaya Murih Makmur memiliki faktor peluang pengembangan
usaha sebesar 2,20. Sedangkan skor faktor ancaman pengembangan usaha yaitu
sebesar 0,85. Disimpulkan bahwa matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS)
pengembangan usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis pada Kelompok Budidaya
Murih Makmur dipengaruhi oleh faktor peluang dibandingkan dengan faktor
ancaman.
5.7.3 Analisis Matriks SWOT
Dari hasil diagram analisis SWOT didapatkan bahwa peningkatan daya saing
usaha dengan Business model canvas memiliki nilai yang hasilnya berada pada
kuadran I. Hal ini berarti usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis pada Kelompok
Budidaya Murih Makmur memiliki kekuatan (strength) dan peluang (opportunities)
saat dijalankan dalam mengembangkan usaha. Untuk mengetahui strategi yang
95
baik maka diperlukan matriks SWOT untuk dapat mengembangkan usaha pak
Wasis. Matriks SWOT dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Tabel Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Strength (S)
Mengidentifikasi kekuatan
Weaknesses (W)
Mengidentifikasi
kelemahan
Opportunities (O)
Mengidentifikasi peluang
Strategi (SO)
Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap
peluang
Strategi (WO)
Mengatasi kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Threats (T)
Mengidentifikasi ancaman
Strategi (ST)
Memanfaatkan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi (WT)
Mengatasi kelemahan
dan menghindari
ancaman
Strategi dipilih pada saat hasil diagram analisis SWOT telah menunjukan
daerah kuadran. Terdapat 4 daerah kuadran yang memilki fungsi dan pengertian
tersendiri. Berikut penjabaran dari setiap kuadran pada diagram analisis SWOT:
❖ Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
❖ Kuadran II (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadaoi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah diversifikasi
strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organusasu akan mengalami
96
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyal ragam
strategi taktiknya.
❖ Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberukan adalah ubah strategi, yaitu
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang
lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memoerbaiki kinerja organisasi.
❖ Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan mengahdapi tantangan
besar. Rekomendasi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya, organisasi
disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
Kuadran III Kuadran I
Kuadran IV Kuadran II
Strength
S
T
Threath
Weakness
W
Agresif Ubah Strategi
Strategi Bertahan Diversifikasi Strategi
(+,+) (-,+)
(-,-) (+,-)
Opportunity
O
97
Analisis matriks SWOT berguna untuk mengetahui strategi apa yang dapat
dilakukan perusahaan pada saat meningkatkan usaha dilakukan. Strategi yang
berkemungkinan dapat dilakukan oleh pak Wasis dalam meningkatkan usaha
dengan business model canvas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Matriks SWOT Usaha Pembesaran Ikan Nila Kelompok Budidaya Murih
Makmur
Internal Eksternal
Kekuatan (S) Dengan Segmentasi pasar yang jelas dan Tempat usaha dan biaya yang memadai serta proses pembesaran tanpa bahan kimia akan menjadi kekuatan untuk Menambah segmentasi pasar dengan menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi kepada pedagang pengepul untuk menjalin Kesepakatan penjualan dengan harga lebih murah. .
Kelemahan (W) Menentukan dan memperkirakan proses pemanenan serta memaksimalkan SDM yang sudah ada.
Peluang (O) Perluasan segmentasi pasar dengan menambah tenaga penjualan (salesman). Dan membuat iklan serta media online untuk menjual produk ikan segar dan besar. Membuat komunitas dan menjalin kerjasama dengan mitra antar pesaing serta melakukan aliansi strategis.
Strategi (SO) Dengan segmentasi pasar yang sudah jelas kita dapat meluaskan segmentasi pasar tsb dengan menambah tenaga penjualan. Memaksimalkan lahan dan proses pembesaran yang baik agar ikan terjaga kualitasnya. Kemudian menjaga kemitraan usaha untuk dapat membantu membuat komunitas dan menjadi kerjasama mitra antar pesaing dan aliansi strategis untuk penjualan yang maksimal dengan menawarkan harga yang lebih murah.
Strategi (WO) Memprediksi waktu panen Mengoptimalkan bentuk kemitraan yang sudah terjalin sebelumnya dan menambahkan tenaga penjualan untuk meluaskan segmentasi pasar. Kemudian memaksimalkan SDM yang sudah ada untuk sekalian menjadi tenaga penjualan.
Ancaman (T) Menjaga kualitas ikan dan memperkirakan panen ikan untuk menjaga ikan tetap segar. Serta menjalin kemitraan pesaing dengan baik
Strategi (ST) Mengendalikan produksi dan tetap menjalin hubungan baik dengan customer yang ada agar tetap dapat suvive saat penjualan menurun.
Strategi (WT) Memaksimalkan SDM yang ada dan menjaga proses pemeliharaan hingga pemanenan Memperlu as distribusi dan juga melakukan kemitraan yang baik
98
Dari matriks SWOT diatas diperoleh 4 kemungkinan strategi yang dapat
dilakukan oleh pak Wasis dalam meningkatkan usahanya. Keempat strategi
tersebut yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Salah satu
strategi akan terpilih tergantung dari hasil analisis diagram SWOT.
1. Strategi SO (Strength Opportunities)
Strategi SO dilakukan saat hasil analisis diagram SWOT berada pada kuadran
1. yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mendapatkan peluang yang ada. Strategi
yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah lahan usaha dan memaksimalkan
proses pembesaran untuk menjaga kualitas ikan karena ketiga hal ini menjadi
salah satu kunci berjalannya usaha yang terdapat pada blok key resources, key
activities dan value proposition business model canvas. Selain itu penunjang lain
juga di butuhkan agar usaha dapat bersaing dengan keadaan pasar yang ada, hal
penunjang lainnya yaitu menambah segmentasi pasar berdasarkan geografi dan
menjalin hubungan baik kepada mitra usaha, sebagai upaya untuk memperluas
pasar, selain itu di bantu dengan, publikasi lebih menyeluruh, penambahan tenaga
kerja ahli, dan melakukan kesepakatan penjualan dengan pengepul.
2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)
Saat hasil analisis diagram SWOT berada pada kuadran 2 yaitu
memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada maka strategi WO akan dipakai. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan
memperkirakan proses pemanenan dan memaksimalkan SDM yang ada pada
usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis untuk membantu memaksimalkan dalam
penjualan produk..
99
3. Strategi WT (Weaknesses Threats)
Mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman merupakan hal yang dapat
diterapkan pada strategi WT. Hasil analisis diagram SWOT saat berada di kuadran
3 maka strategi WT akan dipakai. Cara yang dapat dilakukan oleh Pak Wasis untuk
strategi WT yaitu dengan meningkatkan produksi ikan nila dan memprediksi waktu
pemanenan serta perluasan distribusi produk ke daerah atau segmen lain. Hal ini
juga harus ditunjang dengan hubungan kemitraan yang baik dan memaksimalkan
SDM yang ada.
4. Strategi ST (Strength Threats)
Strategi ST dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan untuk
menghindari ancaman. Pada usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis bentuk
strategi ST yang dapat dilakukan yaitu dengan mengendalikan produksi dan tetap
menjalin hubungan baik dengan customer yang ada agar tetap dapat suvive saat
penjualan menurun. Strategi ST dipakai pada saat hasil analisis diagram SWOT
berada pada kuadran 4.
5.7.4 Analisis Diagram SWOT
Setelah mengidentifikasi faktor – faktor internal dan eksternal, langkah
selanjutnya adalah menganalisis dengan menggunakan diagram SWOT, dimana
diagram SWOT bertujuan untuk menjelaskan hasil atau skor yang telah diperoleh
dari perhitumgan faktor internal dan eksternal untuk megevaluasi strategi
peningkatan daya saing usaha yang sudah di buat sebelumnya melalui Business
Model Canvas sehingga dapat ditemukan langkah yang tepat dalam meningkatkan
dan menjalankan suatu usaha.
Nilai total dari faktor internal pada usaha pembesaran ikan nila Pak Wasis
yaitu 3,05 yang didapat dari nilai kekuatan sebesar 2,05 dan dari nilai kelemahan
100
sebesar 1,00. Sedangkan nilai total faktor eksternal pada usaha pembesaran ikan
nila Pak Wasis yaitu 3,05 yang didapat dari nilai peluang sebesar 2,20 dan
ancaman 0,85.
Tahapan selanjutnya menentukan titik koordinat, hal ini berguna untuk
mengetahui dimanakah posisi strategi peningkatan daya saing usaha Business
Model Canvas yang dirancang untuk usaha pembesaran ikan nila pak Wasis pada
Kelompok Budidaya Ikan Murih Makmur yang dapat dilihat dari faktor internal dan
faktor eksternal.
a. Sumbu horizontal (X) sebagai faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
Hasil nilai koordinat X = 2,05 – 1,00 = 1,05
b. Sumbu vertikal (Y) sebagai faktor eksternal (peluang dan ancaman)
Hasil nilai koordinat Y = 2,20 – 0,85 = 1,35
Hasil perhitungan dari koordinat bernilai positif sehingga diagram SWOT
usaha pembesaran ikan nila pak Wasis pada Kelompok Budidaya Ikan Murih
Makmur dapat dilihat seperti pada gambar 15.
Gambar 15. Diagram Evaluasi Business Model Canvas dengan Analisis SWOT
x 1,05
1,35
Agresif
Kuadran I Kuadran III
Kuadran IV Kuadran II
Ubah Strategi
Strategi bertahan Diversifikasi
produk
Y
101
Sesuai dengan apa yang tergambar pada gambar 15, diagram evaluasi
Business model canvas dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh sum(x,y)
yang diperoleh dari pengurangan faktor internal antara kekuatan yang besarnya
2,05 dan kelemahan yang besarnya 1,00 sehingga didapat sumbu x sebesar 1,05.
Kemudian pengurangan dari faktor eksternal peluang yang besarnya 2,20 dan
ancaman yang besarnya 0,85 sehingga didapat sumbu y sebesar 1,35. Jika ditarik
garis lurus maka didapatkan titik koordinat sebesar (1,05 ; 1,35) yang berada pada
kuadran I. Kuadran I adalah posisi agresif suatu usaha atau dengan kata lain posisi
dimana peningkatan usaha dengan Business model canvas pada usaha
pembesaran ikan nila pak Wasis dapat menguntungkan bila dilakukan, sehingga
didapatkan hasil usaha ini cocok menggunakan SO atau Strength Opportunities
dalam meningkatkan dan menjalankan usaha pembesaran ikan nila dan didukung
dengan pertumbuhan yang agresif.
Sehingga peningkatan usaha pembesaran ikan nila pak Wasis dapat
melakukan strategi SO. Strategi SO yang memiliki pengertian memanfaatan
kekuatan untuk menangkap peluang yang ada dapat diwujudkan dengan
memaksimalkan blok key partnership, blok key resources, blok key activities dan
blok value proposition. Sehingga dari keempat blok tersebut didapat hal-hal rinci
yang dapat dilakukan seperti:
a. Melakukan peningkatan hubungan baik dengan seluruh elemen yang
terkait dalam usaha seperti pesaing, penjualan eceran di pasar, para
pengepul lain, para pembudidaya ikan lain, dll
b. Memaksimalkan lahan yang ada, dan menjaga proses pembesaran dengan
baik agar produksi semakin lancar sehingga dapat memenuhi kebutuhan
para penjual eceran di pasar serta pengepul lainnya. Hasil produksi juga
102
perlu mengupayakan ukuran ikan nila lebih besar agar produk dapat
bersaing dengan produk lainnya dengan penambahan tenaga kerja ahli.
c. Penjualan dengan harga lebih murah dengan pertimbangan perusahaan,
publikasi yang maksimal akan membantu untuk meningkatkan daya saing
usaha serta melakukan kesepakatan penjualan dengan pengepul.
d. Selain itu penunjang lain juga di butuhkan agar usaha dapat bersaing
dengan keadaan pasar yang ada, hal penunjang lainnya customer
segment, channel dan revenue stream yaitu menambah segmentasi pasar
berdasarkan geografi dan menjalin hubungan baik dengan mitra usaha dan
membuat aliansi strategis, sebagai upaya untuk memperluas pasar, selain
itu di bantu dengan, publikasi lebih menyeluruh.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitian dan pembahasan mengenai strategi peningkatan daya
saing usaha Model Canvas pada usaha Bapak Wasis Ketua Kelompok Budidaya
Murih Makmur di Bendungan Sutami Desa Jatigui, Kabupaten Malang Jawa Timur
terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kelompok Budidaya Murih Makmur didirikan pada tahun 2004 oleh bapak
Wasis sekaligus menjadi ketua kelompok. Kelompok Budidaya Murih Makmur
memiliki anggota berjumlah 25 orang sampai sekarang dan memiliki 11 orang
pengurus. Aspek teknis yang dikaji dalam penelitian ini dilakukan dengan
sederhana yaitu dari proses pembesaran mulai dari persiapan kolam,
pengadaan dan penebaran benih, pembesaran, pemanenan dan pemasaran.
Fungsi Manajemen usaha Bapak Wasis dilakukan sederhana, mengingat
usaha tersebut juga termasuk dalam usaha kecil. Jadi pak Wasis tidak
membuat fungsi manajemen secara terstruktur, hanya sebatas tugas kerja
dari pemeliharaan pembesaran ikan hingga pemanenan. Hasil analisa
finansial usaha pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pada usaha pak
Wasis mendapatkan keuntungan besar dan layak usaha. Berikut merupakan
hasil dari analisa finansial usaha, antara lain : Nilai Penerimaan :
Rp.102.000.000,00,- ; Nilai R/C Ratio : 2,70 ; Nilai Keuntungan :
Rp.64.334.500,00,- ; Nilai Rentabilitas : 271,73% ; Nilai BEP Unit : 1.038,85
Kg ; Nilai BEP Sales : Rp.17.660.807,00,- Pemasaran untuk usaha pak Wasis
selama ini dilakukan dengan cara menjual kepada pengumpul yang sudah
104
lama bekerja sama, pedagang, pengecer. Transaksi pembayaran dilakukan
secara langsung saat setelah ikan dipanen.
2. Gambaran 9 blok utama Business Model Canvas dalam penelitian ini yang
dapat diketahui sebagai berikut, customer segment : pedagang pengepul dan
masyarakat didaerah sekitar usaha, semua gender laki-laki dan perempuan,
masyarakat kelas ekonomi kelas menengah dan kebawah ; value proposition
: mempertahankan merek/status produk usaha dan lebih menguatkan status
produk yang ikan berukuran besar, sehat, bersih, tanpa bahan kimia ; Channel
: Dengan menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi dengan
pedagang pengepul. Namun pada peningkatan daya saing usaha dengan
Business Model Canvas ini dibahas point bagaimana menjaga hubungan
dengan pelanggan. Sehingga pak Wasis harus melakukan suatu perencanaan
peningkatan segmen pelanggan yang akan dijangkau dengan cara
memaksimalkan tenaga penjualan, dalam hal ini yaitu fungsi salesman (direct)
dan juga memaksimalkan penjualan di rumah sendiri, serta memasarkan
secara online ; customer relationship : membuat kesepakatan dengan
pedagang pengepul, selain itu membuat suatu komunitas pedagang pengepul
juga harus dilakukan oleh pak Wasis. Hal itu dilakukan untuk meningkatan
kualitas hubungan dengan pelanggan ; revenue stream : Arus pendapatan
kurang lebih dibahas pada aspek finansial. Arus pendapatan usaha pak Wasis
hanya berasal dari penjualan produk (asset sale); key resources : Sumber
daya tersebut dapat berupa aset fisik (keramba jaring apung, perahu, sepeda
motor), finansial (modal dan keuntungan), intelektual atau manusia (tenaga
kerja) ; key activities : adalah proses pembesaran ikan nila, proses pemberian
obat terhadap hama, menjaga kondisi jaring ketika banjir datang agar kualitas
ikan nila tersebut terjaga ; key partnership : kelompok budidaya murih makmur
dan menciptakan aliansi strategis antara non-pesaing dan coopetition
105
(kemitraan strategis antarpesaing) ; cost : seluruh biaya yang digunakan
dimulai dari aspek teknis hingga pemanenan dan modal yang digunakan
adalah milik pribadi.
3. Strategi peningkatan daya saing Business Model Canvas tepat untuk
digunakan dalam menghadapi persaingan dengan pengusaha lainnya.
Strategi SO dilakukan saat hasil analisis diagram SWOT berada pada kuadran
1. yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mendapatkan peluang yang ada.
Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah lahan usaha dan
memaksimalkan proses pembesaran untuk menjaga kualitas ikan karena
ketiga hal ini menjadi salah satu kunci berjalannya usaha yang terdapat pada
blok key resources, key activities dan value proposition business model
canvas. Selain itu penunjang lain juga di butuhkan agar usaha dapat bersaing
dengan keadaan pasar yang ada, hal penunjang lainnya yaitu menambah
segmentasi pasar berdasarkan geografi dan menjalin hubungan baik kepada
mitra usaha, sebagai upaya untuk memperluas pasar, selain itu di bantu
dengan, publikasi lebih menyeluruh, penambahan tenaga kerja ahli, dan
melakukan kesepakatan penjualan dengan pengepul.
6.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan pada Usaha Pembesaran Ikan Nila
(Orechromis niloticus) Kelompok Budidaya Murih Makmur untuk meningkatkan
daya saing usaha, saran yang dapat penulis berikan adalah mengenai
peningkatan pemasaran, perbaikan sarana dan prasarana pembesaran ikan,
aspek teknis serta pembersihan ekosistem disekitar Bendungan Jatigui,
diantaranya adalah :
a. Dalam aspek teknis dan manajemen, untuk fungsi pengawasan akan lebih baik
ditingkatkan secara intensif mengingat lokasi berada di area terbuka dan
106
seluruh orang bisa pergi ke lokasi budidaya. Serta untuk pemberian pakan
dilakukan lebih intensif agar pembesaran bias lebih efisien waktu dan jumlah
disaat pemanenan.
b. Dapat memperhitungan waktu tebar benih sampai masa panen, karena ketika
air limbah dari pabrik datang sehingga ikan tidak banyak yang mati dan juga
memberikan obat pemberantas hama yang lebih baik.
c. Belajar menggunakan teknik pembesaran padat tebar ataupun membuat
panduan dalam usaha pembesaran agar hasil benar-benar maksimal.
d. Melakukan kerjasama lebih luas baik dalam sekala nasional maupun
internasional melihat peluang usaha yang besar.
e. Melakukan penambahan tenaga kerja yang berkompeten agar usaha dapat
terkontrol dengan baik dan terlaksana lebih terstruktur.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Shinta. 2011. Manajemen Pemasaran. Malang. UB Press Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham. Yogyakarta: Andi Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta Darmawan, Deni, Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, PT. Remaja
Rosdakarya, Hanafiah, H. M & A. M. Saefudin. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press Husein Umar, 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Jaja; Ani Suryani; dan Komar Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan
Pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rezwki Parung, Jawa Barat. Jurnal Manajemen IKM. Vol 8(1): 45-56 hal
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis . (edisirevisi). Jakarta: Kencana Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers Kismono, Gugup. 2001. Bisnis Pengantar, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2012. Prinsip-prinsipPemasaran. Edisi. 13. Jilid
1. Jakarta: Erlangga Kuncoro. 2005. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga M. Iqbal Hasan, 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta. Michael P. Todaro. 1983. Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga, terjemahan
Mursid. Jakarta: Balai Aksara
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2010. Business Model Generation: Membangun
Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo
2
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2012. Business Model Generation: Membangun Model Bisnis. Jakarta: Elex Media Komputindo
Pudjosumarto, M., 1988. Evaluasi Proyek. Liberty. Jakarta Pusat Data dan Statistik. 2015. Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan
Perikanan 2015. KKP Rahardja, Prathama dan Manurung. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi Kedua.
Jakarta: FEUI. Rangkuti, Freddy. 2003. Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII Rianse,U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung : CV.
ALFABETA. Hal : 229. Riyanto, Bambang, 2010. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat, Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE Riyanto, Bambang, 2011. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat, Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasa Pembelanjaan. Yogyakarta Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta Saifudin Azwar, MA. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Point. BPFE: Yogyakarta Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya.
Bandung Suyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Andi Offset.
Yogyakarta
Supranto, J., 1997. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE