strategi penyelesaian konflik kependudukan di …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/strategi...

275
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh VERAYANA SUKMASARI PUTRI 6661112409 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2015

Upload: duongxuyen

Post on 30-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

1

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang

Bali Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

VERAYANA SUKMASARI PUTRI

6661112409

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2015

Page 2: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

2

Page 3: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

3

Page 4: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

4

Page 5: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

5

Kemuliaan terbesar dalam hidup tidak terletak

pada saat kita tidak pernah jatuh, namun tetap

bangkit setiap kali kita terjatuh

~Nelson R. Mandela~

Skripsi ini ku persembahkan untuk orang tuaku tercinta yang selalu

menyayangiku, kakak dan adikku tercinta yang tak pernah henti

merindukanku, untuk calon suamiku tercinta yang selalu sabar

menungguku, dan sahabat-sahabatku yang selalu membuatku tertawa.

Page 6: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

6

ABSTRAK

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Skripsi Tahun 2015. Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung dan Suku pendatang Bali tahun 2012). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Listyaningsih, M.Si. Dosen Pembimbing II: Deden M Haris, M.Si.

Kata Kunci: Strategi, Konflik Kependudukan Lampung Selatan

Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung Selatan merupakan kekayaan budaya bangsa namun di sisi lain juga memiliki potensi menjadi sebuah konflik. Konflik terjadi bukan hanya karena faktor perbedaan suku/kebudayaan namun juga faktor ekonomi dan sentimen agama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajeman strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik penduduk. Penelitian menggunakan teori Model Manajemen Strategi sebagai sistem. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Analisis yang digunakan Model Miles Huberman. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan konflik kependudukan pemerintah daerah yaitu dengan membangun sistem peringatan dini yang tujuannya untuk mencegah konflik di Kabupaten Lampung Selatan, tidak ditentukan secara spesifik sasaran operasional dalam program yang dibuat oleh Lembaga/Forum penanganan konflik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu belum tercapainya tujuan Lembaga/Forum penanganan konflik, proses penyelesaian konflik yang terburu-buru sehingga tidak memperhatikan keterlibatan masyarakat yang bertikai langsung. Rekomendasi dari peneliti yaitu Pemerintah Daerah lebih peka terhadap masalah yang timbul di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan agar nantinya dalam proses penyelesaian konflik tidak ada kekecewaan atas keputusan yang dibuat.

Page 7: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

7

ABSTRACT

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Research 2015. Strategies Of Conflict Population In The South Lampung Regency (Case Studies Of Conflict Between Indigenous Lampung With Bali Newcomers In 2012) Departement Of Public Administration Sultal Ageng Tirtyasa University. Advisor I: Listyaningsih, M.Si. Advisor II: Deden M Haris, M.Si.

Keyword: Strategies, Conflict Population Resolution In The South Lampung Regency.

The plulrality of communities of South Lampung Regency of Lampung especially the cultural wealth of the nation, but the other side also has the potential to be a conflict. The conflict occurred not only because of differences in ethnic/cultural but also economic factor and religious sentiment. The purpose of this study to determine how strategies undertaken Local Government in resolving the conflict population. The study used the theory of strategic Manajement Model as a system The Method used is descriptive qualitative, the analysis used the Model Miles Huberman. Research results show that the process of conflict resolution in the local government settlement is a astablish an early warning system which aims to prevent conflict in South Lampung regency, is not specifically defined operational targets in the program created by the institute/Forum conflict resolution. The inference from this study is not yet achieved the goal of institution/Forum conflict management, conflict resolution process in make a hasteso do not pay attention to the conflicting direct community involvement. Recommendations from researchers that Local government is more sensitive to the problems arising in South Lampung regency society so that later in the process of conflict resolution there is no disappointment over the decisions thet are made.

Page 8: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Alhamdulillah, Puji syukur yang tak terhingga selalu kita panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan cinta-Nya yang telah

diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga juga para

sahabat. Dan atas berkat, rahmat, karunia, serta ridha-Nya pula penulis dapat

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis buat dan sampaikan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul penelitian “Manajemen

Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan

(Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali

Tahun 2012)”.

Proses pengerjaan penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak

pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan

ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tuaku tercinta yang tak henti selalu memberikan do’a, kasih

sayang, serta dukungan dan motivasi dalam pengerjaan penelitian skripsi ini yang

tak pernah ada habisnya.

Page 9: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

iii

Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis ucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya untuk berbagai pihak yang telah membantu

dan mendukung, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd, Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Imam Mukhroman S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan

sebagai dosen penguji sidang skripsi yang telah membantu dan

memberikan masukan untuk skripsi ini kepada peneliti.

6. Ibu Listyaningsih., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

dan sebagai Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing peneliti dalam proses pembuatan Skripsi.

7. Bapak Riswanda.,Ph.D, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

Page 10: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

iv

8. Ibu Rini Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Bapak Deden M. Haris, M.Si., sebagai Dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam proses

pembuatan Skripsi;

10. Bapak Dr. Suwaib Amiruddin. M.Si sebagai Dosen penguji Seminar

Proposal Skripsi yang telah membantu dan memberikan masukan untuk

skripsi ini kepada peneliti.

11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara yang telah

memberikan ilmu selama belajar di Kampus Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

12. Bapak/Ibu pegawai Kesbangpol, Polres, FKDM, FKUB, MPAL, Kepala

Desa Agom, Kepala Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan yang

telah memberikan serta membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini dengan memberikan data-data yang dibutuhkan yang namanya tidak

bisa disebutkan satu persatu.

13. Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas,

baik Reguler ataupun Non Reguler ANE angakatan 2011 yang telah

mengajarkan banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah.

14. Sahabat-sahabatku tercinta plinces alay Ida Komala, adekku yang paling

gaul Kantinul, adekku yang paling cerewet Putri Mila, adekku yang paling

galak Nining kusuma, sahabat tertawaku mbo Nisa, sahabat berbagiku Wa

Page 11: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

v

Ode, Jeje, Ana, Cika, Erin, Kiki, Indri Reni, Nendi, Danang, Tomi dan

semua sahabatku yang selalu memotivasi dan membuat peneliti tertawa.

15. Teman-teman Komunitas Soul Seeker yang telah membantu

menghilangkan rasa jenuh dan bosan dalam menyelesaikan tugas akhir ini

serta motivasi yang diberikan kepada peneliti.

16. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penelitian

skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik materi maupun dalam bentuk

penyajiannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

positif guna membangun kemajuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi

ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis

mengucapkan terimakasih.

Wassalamualakum Warrahmatullahi Wabarakatu.

Serang, Januari 2016

Peneliti

Page 12: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 13

1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 13

1.4 Rumusan Masalah.................................................................................. 14

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 15

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 15

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................ 16

Page 13: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

vii

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori ...................................................................................... 18

2.1.1 Konsep Manajemen Strategi ....................................................... 19

2.1.2 Manfaat Manajemen Strategi ...................................................... 21

2.1.3 Model Manajemen Strategi ......................................................... 23

2.1.4 Model Manajemen Strategi Organisasi Publik ........................... 33

2.1.5 Konsep Konflik ........................................................................... 44

2.1.6 Analisis S.W.O.T ....................................................................... 52

2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 58

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 58

2.4 Asumsi Dasar ......................................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ....................................................... 62

3.2 Fokus Penelitian .................................................................................... 63

3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................... 63

3.4 Fenomena Yang Diamati........................................................................ 63

3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 63

3.4.2 Definisi Operasional ...................................................................... 64

3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 66

3.6 Informan Penelitian ............................................................................... 67

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 70

3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................... 83

Page 14: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

viii

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 85

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan .......................... 85

4.1.2 Gambaran Umum Desa Agom ..................................................... 97

4.1.3 Gambaran Umum Desa Balinuraga .............................................. 98

4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 99

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 99

4.2.2 Daftar Informan Penelitian ........................................................... 102

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 103

4.4 Pembahasan .......................................................................................... 143

BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan ............................................................................................ 157

5.2 Saran ..................................................................................................... 159

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 15: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen............................... 23

Gambar 2.2 Model Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen............................... 27

Gambar 2.3 Model Manajemen Strategi Komprehensif David ............................... 28

Gambar 2.4 Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson ............................... 30

Gambar 2.5 Model Manajemen Strategi Sebagai Sistem Menurut Nawawi ........... 39

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................... 60

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ..................... 79

Gambar 4.1 Pelabuhan Bakauheni dan Menara Siger Lampung ............................. 85

Gambar 4.2 Perubahan Logo Kabupaten Lampung Selatan.................................... 95

Gambar 4.3 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ........................... 99

Gambar 4.4 Kondisi jalan di Desa Balinurga dan kondisi jalan di Kompleks jati

Agung Kalianda ..................................................................................... 151

Gambar 4.5 Tugu yang berdiri di tengah-tengah Desa Balinuraga ........................ 153

Page 16: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung... ....................... 3

Tabel 1.2 Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung ............................................ 4

Tabel 1.3 Beberapa Kasus yang Terjadi di Provinsi Lampung Selatan .................. 6

Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali dan Lampung di Lampung Selatan. 7

Tabel 2.1 Tabel Analisis S.W.O.T ........................................................................... 52

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian.................................................................. 65

Tabel 3.2 Informan Peneliti ...................................................................................... 69

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ............................................................................... 73

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 83

Table 4.1 Kodefikasi Informan Penelitian................................................................ 103

Page 17: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial

LAMPIRAN 2 Permendagri No. 42 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Koordinasi

Penanganan Konflik Sosial

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Provinsi Banten

LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitin Untuk Kesbangpol Provinsi Lampung

LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian untuk Kapolres Lampung Selatan

LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian untuk MPAL

LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian untuk FKDM

LAMPIRAN 9 Surat Izin Penelitian untuk FKUB

LAMPIRAN 10 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Agom

LAMPIRAN 11 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Balinuraga

LAMPIRAN 12 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi

Banten

LAMPIRAN 13 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi

Lampung

LAMPIRAN 14 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan

Page 18: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

xii

LAMPIRAN 15 Surat Rekomendasi Penelitian Polres Lampung Selatan

LAMPIRAN 16 Tabel Pembahasan

LAMPIRAN 17 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 18 Surat Pernyataan Narasumber

LAMPIRAN 19 Memberchek

LAMPIRAN 20 Kategorisasi Data

LAMPIRAN 21 10 Butir perjanjian Perdamaian Konflik Masyarakat Lampung

dan Masyarakat Bali

LAMPIRAN 22 Catatan Lapangan

LAMPIRAN 23 Catatan Bimbingan

LAMPIRAN 24 Dokumentasi

Page 19: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang

berarti berbeda-beda tetap satu jua, dengan semboyan itu menandakan bahwa

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman manusia.

Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang dikenal dengan nusantara

dihuni oleh ratusan kelompok suku yang tumbuh dan berkembang dalam suasana

penuh konflik sosial berdarah sejak Indonesia merdeka.Indonesia juga merupakan

Negara yang memiliki banyak pulau besar dan kecil, yang tersebar di seluruh

Nusantara diantara pulau-pulau besar yang ada di Indonesia Provinsi Lampung

merupakan salah satu Provinsi yang berada di Pulau Sumatra.

Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1964 tanggal 8 maret 1964, yang secara geografis berada di ujung tenggara

Pulau Sumatra dan merupakan pintu gerbang dari Pulau Sumatra. Daerah ini

memiliki 15 Kabupaten/Kota yang terdiri dari tiga belas Kabupaten dan dua Kota

yaitu, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten

Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara,

Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pasawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten

Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Pesisir Barat, Kota Bandar Lampung dan Kota

Page 20: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

2

Metro, dengan jumlah penduduk sebesar 7.608.405 jiwa (BPS Lampung:

Lampung dalam angka 2013, 42), karena secara letak geografis Provinsi Lampung

merupakan pintu gerbang pulau Sumatra yang menjadi lalu lintas antara pulau

Jawa Sumatra masyarakat Lampung juga dikenal sebagai masyarakat yang

heterogen.

Kemajemukan masyarakat di Provinsi Lampung merupakan kekayaan

budaya bangsa namun di sisi lain juga memiliki potensi untuk menjadi sebuah

konflik. Permasalahan yang timbul akibat kemajemukan itu Pertama adalah

kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program

Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi Lampung rentan akan konflik

sosial. Program Transmigrasi yang merupakan Program Pembangunan pada era

Orde Baru menjadi salah satu proses penyebaran etnik suku dari suatu daerah ke

daerah tertentu. Beberapa Provinsi menjadi tujuan dari Program Transmigrasi

tersebut (Skripsi Bethra Ariestha: Akar Konflik Kerusuhan Antar Etnik Di

Lampung Selatan, 2013: UNNES), Program Transmigrasi yang sekarang tertuang

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 merupakan

Program Nasional yang dibuat oleh pemerintah pada saat itu untuk mengatasi

masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Program Transmigrasi dibuat

secara komprehensif dari tahap perencanaan sampai pembinaan sesuai dengan

tujuan-tujuan Transmigrasi yang akan dicapai yaitu terwujudnya kesejahtraaan

masyarakat Indonesia secara adil dan menyeluruh, tidak hanya meningkatkan

kesejahtraan para transmigran. Program Transmigrasi juga bertujuan untuk

meningkatkan kesejahtraan hidup masyarakat yang ada di daerah tujuan

Page 21: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

3

transmigrasi atau penduduk asli, dan salah satu daerah tujuan dari Program

Transmigrasi adalah Provinsi Lampung, dengan banyaknya masyarakat yang

melakukan transmigrasi membuat Provinsi Lampung memiliki banyak suku yang

memiliki kebudayaan masing-masing karena setiap suku yang memiliki sebuah

kebudayaan atau adat istiadat yang berbeda. Menurut sensus BPS Provinsi

Lampung 2012, berdasarkan kriteria etnik suku diperoleh data statistik yaitu:

Tabel 1.1

Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung

(Sumber: Data diolah, 2014)

Dapat dilihat dari data tabel 1.1diatas bahwa masyarakat asli Lampung

bukanlah masyarakat yang paling dominan diantara masyarakat yang lain, ini juga

menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik, serupa dengan yang diungkapkan

oleh Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di

Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan mengungkapkan bahwa konflik

yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebelum tahun 2012 tidak sampai

mengakibatkan korban jiwa, kemudian tidak hanya masyarakat Bali dan

masyarakat Lampung yang bentrok tetapi juga masyarakat suku yang lain, seperti

NO Etnik Suku/Budaya bangsa Jumlah (jiwa) Persen (%)

1 Lampung 792.312 11,92%

2 Jawa 4.113.731 61,88%

3 Sunda Banten 749.566 11,27%

4 Palembang Semendo 36.292 3,55% 5 Lain-Lain - 11,38%

Page 22: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

4

masyarakat Jawa, masyarakat Semendo juga melakukan bentrok (wawancara

peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

Masyarakat yang begitu beragam haruslah menjadi salah satu kelebihan

pada suatu daerah dimana bisa dimanfaatkan untuk berbagai aspek diantaranya

dengan memanfaatkan potensi pariwisata yang dapat menyumbang pendapatan

asli daerah tersebut.

Permasalahan yang Kedua adalah konflik yang terjadi di Provinsi

Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku atau budaya namun juga

karena faktor ekonomi dan sentiment agama. Provinsi Lampung juga tidak hanya

memiliki keberagaman etnik suku/budaya bangsa namun juga merupakan daerah

dengan keragaman agama, pola-pola adat, kondisi goegrafis, rasa, dan bahasa.

Jumlah pemeluk agama penduduk Provinsi Lampung terbanyak adalah agama

Islam menurut sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 6.779.928 jiwa.

Tabel 1.2 Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung

(Sumber: Data Diolah, 2014)

No Agama/kepercayaan Jumlah (Jiwa)

1 Islam 6.779.928

2 Kristen 141.899

3 Katolik 131.585

4 Hindu 205.200

5 Budha 122.248

Page 23: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

5

Melihat kondisi masyarakat yang begitu beragam memicu terjadinya

perbedaan antar kelompok suku, sebagian besar konflik antar golongan yang telah

terjadi diakibatkan oleh kultur subjektif yang berbeda-beda. Terkait dengan hal

tersebut pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang

Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis yang dibuat sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 20, pasal 21, pasal 27 ayat (1), pasal 28 B ayat 2 dan

pasal 28 I ayat 1 dan ayat 2, bertujuan untuk mewujudkan kekeluargaan,

persaudaraan, persahabatan, perdamaian, keserasian, keamanan, dan kehidupan

bermata pencaharian di antara warga negara yang pada dasarnya selalu hidup

berdampingan. Namun konflik kepandudukan yang terjadi di Provinsi Lampung

merupakan konflik yang terjadi sudah lama, selain dipicu oleh perbedaan identitas

suku, budaya, dan sentiment agama konflik di Lampung juga sering dipicu oleh

faktor ekonomi berupa sengketa lahan seperti pada kasus Mesuji.

Konflik ini berawal dari pengumpulan sertifikat tanah warga di Desa

Sritanjung, Nipah Kuning, dan Kagungan oleh perusahaan PT. Barat Selatan

Makmur Investindo (BSMI) dan PT. Silva Inhutani pada tahun 1993 kemudian

petani dijanjikan menjadi petani plasma, belakangan perusahaan mengklaim jika

tanah itu milik mereka. Warga tidak bisa lagi bercocok tanam di tanahnya,

padahal ratusan warga ketiga desa tersebut sudah turun temurun mendiami

kaawasan itu, mereka mengandalkan perkebunan yang menghasilkan buah-buahan

seperti durian, duku, dan tanaman tahunan lainnya. Setelah lahan beralih

kepemilikan, sebagaian besar penduduk desa terjerat kemiskinan dan tidak lagi

memiliki sumber penghasilan tetap. Pelanggaran-pelanggaran tersebut kemudian

Page 24: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

6

memicu protes bertahun-tahun sehingga menyebabkan bentrok antara warga

dengan pihak perusahaan dan aparat, yang ujungnya menimbulkan korban jiwa

(http://www.suarapembaruan.com/home.tragedi-mesuji-pihak-perusahaan-dinilai-

picu-kekerasan.com diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014).

Permasalahan yang Ketiga adalah konflik yang sudah terjadi berkali-kali

di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparat keamanan dan

Pemerintah Daerah sehingga menimbulkan konflik yang lebih besar. Masyarakat

di Provinsi Lampung mengalami krisis yang amat memilukan menjelang

pergantian abad ke 21, adapun beberapa konflik yang terjadi dalam skala kecil

maupun yang lebih besar (http://Perang-Suku-di-Lampung-Sebuah-Dendam-

Lama/Lintas-Berita.htm diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014), sebagai

berikut:

Tabel 1.3 Beberapa Kasus Yang Terjadi di Kabupaten Lampung Selatan

Bulan/Tahun Kejadian/Peristiwa September 2010 Pembakaran Pasar Probolinggo Lampung Timur oleh

Suku Bali

Desember 2010 Perang Suku Jawa dan Bali dengan suku Lampung karena Pencurian Ayam

September 2011 Suku Jawa vs Suku Lampung dipicu oleh sengketa lahan

Januari 2012 Ricuh Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Penduduk Asli Lampung

Oktober 2012 Perang Desa Agom dengan Desa Balinuraga

(Sumber: data diolah, 2014)

Page 25: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

7

Permasalahan yang ada di Lampung Selatan umumnya bersumber dari

masalah yang tergolong relative kecil namun pada kenyataannya bisa berubah

menjadi perkelahian yang menjurus kearah peperangan yang mengakibatkan

korban jiwa. Menurut Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan

Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan menjelaskan jika

terjadi ricuh di masyarakat penyelesaiannya menggunakan musyawarah mufakat

dengan dibantu pihak ketiga yaitu aparat keamanan supaya permasalahannya

dapat dengan cepat diselesaikan mengingat sifat dan watak yang berbeda di

masyarakat Kabupaten Lampung Selatan (wawancara peneliti pada hari Selasa

tanggal 2 Desember 2014).

Adapun uraian beberapa konflik yang tercatat di Kesbangpol Lampung

Selatan terjadi konflik pada Bulan Oktober 2012 lalu yang juga berangkat dari

permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya yaitu:

Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali Dan Lampung Di Lampung Selatan

Bulan/Tahun Peristiwa Tahun 1982 Terjadi perselisihan pemuda Desa Sandaran dan Balinuraga,

warga Balinuraga menyerang dengan membakar 2 unit rumah di Desa Sandaran

Tahun 2005 Masyarakat Bali Agung Kecamatan Palas membakar beberapa rumah penduduk di Desa Palas Pasmah

Tahun 2009 Masyarakat Bali di Kecamatan Ketapang menyerang (melempari) Masjid di Desa Ruguk Kecamatan Ketapang

Tahun 2010 Masyarakat Bali Agung menyerang Desa Palas Pasmah dengan melakukan pembakaran beberapa rumah penduduk juga dengan koban meninggal 1 (satu) orang warga Palas Pasmah

Tahun 2010 Masyarakat Bali dari Kecamatan Ketapang menyerang Desa Tetaan Kecamatan Penengahan dan menghancurkan gardu ronda dan pangkalan ojek di perempatan Gayam Kecamatan Penengahan

Desember Tahun 2011 Masyarakat Bali menyerang Desa Marga Catur dengan melakukan pembakaran belasan rumah suku Lampung dan saat

Page 26: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

8

melakukan penyerangan masyarakat Bali menggunakan simbol-simbol khusus adat istiadat Bali

Januari Tahun 2012 Masyarakat Bali melakukan tindakan premanisme terhadap pemuda dari Desa Kotadalam Kecamatan Sidomulyo yang menyebabkan beberapa orang warga Kotadalam mengalami luka-luka, dan beberapa rumah warga Lampung dirusak yang mengakibatkan dibakarnya dusun Napal Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo oleh suku Lampung

Tahun 2012 Pada saat malam takbiran Idul Fitri tahun 2012, para pemuda desa Balinuraga melakukan kerusuhan di depan Masjid Sidoharjo Kecamatan Way Panji saat umat islam sedang melakukan takbiran di Masjid

(Sumber: Kesbangpol Tahun 2012).

Permasalahan yang Keempat adalah kurang tanggapnya Pemerintah daerah

dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi sehingga menyebabkan

korban jiwa. Konflik-konflik tersebut timbul diantara para suku-suku tersebut

sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik

besar, pengelompokkan suku di wilayah Lampung Selatan sudah terjadi sejak

lama, bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja, di beberapa sekolah

yang ada di wilayah Lampung Selatan anak-anak suku Bali tidak mau bermain

atau bersosialisasi dengan anak-anak suku lainnya begitu juga dengan anak-anak

dari suku Jawa maupun Lampung (wawancara peneliti pada hari minggu tanggal

30 November 2014 dengan bapak Nyoman Astawe).

Menurut salah satu warga Bali di Desa Tridarmayoga bapak Nyoman

Astawe mengungkapkan permasalahan antara masyarakat bali dengan masyarakat

suku lain yang ada di Lampung Selatan tidak hanya soal kericuhan, namun juga

masalah diskriminasi sebelum dan sesudah terjadinya konflik pada tahun 2012,

Page 27: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

9

masyarakat suku lain menghormati masyarakat bali jika ada sesuatu kepentingan

dengan masyarakat bali yang termasuk orang kaya, seperti jika ingin meminjam

uang maka masyarakat suku lain akan bersikap baik namun berbeda jika tidak

memiliki kepentingan sikapnya akan acuh tak acuh terhadap masyarakat bali

(wawancara peneliti pada hari minggu tanggal 30 November 2014)

Mereka biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika

diantara kelompok tersebut terjadi perselisihan tertentu akibatnya melibatkan suku

mereka, konflik kekerasan besar yang ditimbulkan karena perbedaan suku adalah

konflik yang terjadi pada wilayah Kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Desa

Agom Kecamatan Kalianda dan Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji yang

puncaknya terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012 sampai 30 Oktober 2012 yang

melibatkan suku asli Lampung (suku pribumi mayoritas beragama islam) dan

suku pendatang Bali (pendatang mayoritas beragama Hindu), konflik tersebut

menjadi konflik berdarah yang awalnya dipicu karena permasalahan kecelakaan

lalu lintas. Peristiwa kecelakaan tersebut memicu konflik berdarah yang tidak

hanya melibatkan dua desa saja namun melibatkan banyak desa dari kedua suku

yang ada disekitar wilayah mereka. Peristiwa penyerbuan dan bentrokan berdarah

tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 12 orang tewas, puluhan

orang luka-luka, 438 unit rumah warga Desa Balinuraga dan Sedoreno dibakar,

dan 27 unit rumah mengalami rusak berat, 11 unit sepeda motor dibakar, dan 2

gedung sekolah juga ikut dibakar massa. Selain itu juga ribuan orang Desa

Balinuraga dan Desa Agom harus di evakuasi (wawancara dengan Kasat Binmas

Polres Lampung Selatan pada hari selasa 4 November 2014).

Page 28: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

10

Upaya perdamaian yang dipimpin langsung oleh Kapolda Lampung tidak

berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di wilayah itu. Aksi serang terjadi

kembali, pihak Kepolisian dan TNI mengerahkan 1.000 aparat dengan dibantu

pihak Brimob Polda Banten dan Sumatra Selatan, namun pada peristiwa ini

jumlah warga yang melakukan bentrok semakin bertambah dan tidak dapat

ditahan lagi hingga akhirnya warga berhasil memasuki Desa Balinuraga. Dalam

aksi penyerangan ini 7 orang tewas, kebanyakan korban tewas tergeletak di area

perkebunan dan persewahan dengan kondisi tubuh rusak akibat dicabik-cabik

(wawancara dengan Kasat Binmas Polres Lampung Selatan pada hari selasa 4

November 2014).

Konflik yang terjadi di Lampung Selatan pada tanggal 27 Oktober hingga

30 Oktober 2012 ini menimbulkan dampak kerugian paling besar dan menyita

perhatian berskala Nasional dari berbagai konflik-konflik sosial yang terjadi di

Provinsi Lampung selama tiga tahun terakhir. Bahkan Lembaga Survey Indonesia

(LSI) menetapkan konflik antar suku bali dan suku Lampung di Way Panji

Lampung Selatan ke dalam lima besar bentrok antar suku terparah dari 2.398

kekerasan di Indonesia pasca reformasi. Penelitian ini didasari oleh lima variabel

penelitian, yaitu: Pertama jumlah korban, Kedua lama konflik, Ketiga luas

konflik, Keempat kerugian material, Kelima frekuansi pemberitaan

(http://m.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-kekerasan-horisontal-terburuk-versi-

lsi.html diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014).

Page 29: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

11

Permasalah yang Kelima adalah penanganan konflik (Resolusi Konflik)

yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat. Penanganan

konflik (Resolusi konflik) yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun

2012 tentang Penangan Konflik Sosial, yang melibatkan aparat pemerintah dan

serta tokoh-tokoh yang ada di Lampung Selatan dirasa belum maksimal. Hal ini

dapat dilihat dari gagalnya proses mediasi yang dilakukan sehingga

mengakibatkan konflik makin meluas. Cara yang dipergunakan pemerintah untuk

mengurangi konflik adalah dengan melakukan perjanjian yang melibatkan pihak

ketiga, agar kelompok yang sebelumnya tidak mau diajak perundingan kamudian

mempertimbangkan pihak ketiga sebagai instrument yang bisa menyelasaikan

masalah bersama. Pada saat pasca konflik kemudian dilakukan musyawarah dan

menghasilkan apa yang disebut “Piagam Perdamaian” yang dimana di dalam isi

piagam tersebut memuat 10 pion penting perjanjian. Namun pada kenyataan

setelah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Lampung dan masyarakat Bali

piagam perdamaian tersebut menimbulkan pro dan kontra di kedua belah pihak,

piagam perjanjian pertama tidak mampu menyelesaikan masalah begitu saja

sehingga menghasilkan piagam perdamaian kedua pada akhir tahun 2012.

Akhirnya pada awal tahun 2013 Pemerintah setempat bersama aparat

keamanan menggulirkan program Rembug Pekon. Program tersebut

ditandatangani oleh Gubernur Lampung dengan Kapolda Lampung Selatan dalam

Nota Kesepahaman (MOU). Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang

membuat penenganan konflik (Resolusi Konflik) tidak berjalan dengan baik, ini

serupa dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik

Page 30: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

12

dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan

penyelesaian konflik dilakukan dengan membuat nota kesepahaman yang

dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat yang terlibat konflik,

penyelesaian konflik itu dilakukan atas dasar Undang-undang No 7 Tahun 2012

tentang Penanganan Konflik Sosial ini dikarenakan belum adanya peraturan

daerah yang dibuat khusus untuk penenganan konflik sosial itu sendiri

(wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

Rembuk Pekon merupakan pelembagaan negosiasi yang bersifat

kekeluargaan, program ini melibatkan seluruh aspek baik dari elemen

pemerintahan maupun masyarakat seperti, tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan

yang lainnya, tujuannya agar konflik yang terjadi di wilayah khususnya Lampung

Selatan tidak terulang lagi.

Berdasarkan uarian latar belakang diatas, konflik yang berkepanjangan

membuat pemerintah harus ikut campur dalam penyelesaian permasalahan yang

ada di daerahnya maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji labih lajut

bagaimana pemerintah mengatur strategi agar nantinya konflik yang terjadi

sebelumnya tidak terulang lagi. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian yang

nantinya akan dituangkan dalam bentuk Skripsi yang berjudul “Strategi

Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi

Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali 2012)”.

Page 31: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

13

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan pada uraian dimuka, adapun permasalahan yang

diidentifikasikan oleh penulis sesuai dengan uraian di atas, yaitu:

1. Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program

Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi tersebut rentan akan

Konflik sosial.

2. Konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor

perbedaan suku/budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment

agama.

3. Konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan

kurang ditindak tegas oleh aparatur hukum sehingga mengakibatkan

konflik yang lebih besar.

4. Kurang tanggapnya Pemerintah dalam penyelesaian kependudukan yang

terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sehingga banyak korban yang

tewas.

5. Penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak

merangkul seluruh masyarakat.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, banyak masalah yang muncul terkait dengan konflik

antar penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Dikarenakan

keterbatasan waktu, pengetahuan dan dana, serta agar terfokus pada masalah

Page 32: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

14

penelitian tentang Strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan secara lebih

rinci harus dilakukan batasan masalah agar terjadi keselarasan antara capaian

dengan kondisi dilapangan yang dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat

Lampung secara keseluruhan.

Maka penulis membatasi masalah pada Strategi Penyelesaian Konflik

Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku

Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali 2012).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan sebelumnya

dan berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Lampung

Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali?

2. Bagaimanakah proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung Selatan

pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku

pendatang Bali pada tahun 2012?

3. Bagaimanakah strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Lampung Selatan dalam menyelesakan konflik khususnya yang terjadi

antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012?

Page 33: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

15

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten

Lampung Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali.

2. Mengetahui bagaimana proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung

Selatan pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung

dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012.

3. Bagaimana strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung

Selatan dalam menyelesaikan konflik penduduk khususnya konflik yang

terjadi antara suku asli Lampung dan suku pendatang Bali.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini untuk menambah informasi dan pengetahuan

di bidang Administrasi Negara, khususnya peranan pemerintah dalam

penyelesaian konflik kependudukan. Hasil penelitian ini diharapakan sebagai

penemuan baru yang dapat menambah dan memperkaya wawasan berfikir tentang

proses transformasi dari konflik kedamai dengan memahami peranan pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan dalam upaya fasilitas damai yang dapat

Page 34: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

16

dipertanggungjawabkan dengan harapan bisa memberikan kontribusi nyata dalam

upaya meredam timbulnya konflik-konflik yang serupa di kemudian hari.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan nyata dilapangan pada

komponen-komponen yang terkait dengan konflik, diantaranya:

1. Pihak kelompok

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata

berdasarkan realita lapangan penelitian sebagai bagian dari proses penyadaran

kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam upaya mewujudkan

perdamaian yang utuh dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pihak-pihak yang terkait dalam proses perdamaian

Dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu acuan atau refrensi

dalam upaya menemukan resolusi yang tepat untuk menciptakan perdamaian yang

optimal bagi kelompok yang terkait.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah

dipahami maka dalam skripsi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa

digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana penulis belajar, dengan

ketentuan sebagai berikut:

Page 35: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

17

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tenang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Sistematika Penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

Menguraikan tentang Deskripsi Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka

Pemikiran Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Menguraikan tentang Metode Penelitian, Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian,

Lokasi Penelitian, Fenomena Yang Diamati, Instrument Penelitian, Informan

Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Menguraikan tentang Deskripsi Objek Penelitian, Deskripsi data dan

Pembahasan.

BAB V PENUTUP

Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran.

Page 36: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

18

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara

teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji

berbagai teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian

yang jelas dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat

menemukan hubungan antar variabel yang diteliti.

Sugiyono (2009:58), deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan

uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis

buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa

jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan akan tergantung

pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel

yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap

variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan

mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruanglingkup keduanya dan prediksi

terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan

terarah.

Page 37: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

19

2.1.1 Konsep Manajemen Strategi

Untuk memahami pengertian manajemen strategi, terlebih dahulu harus

dapat mengerti apakah itu strategi itu,kata strategi berasal dari yunani, yaitu

statogos atau strategis yang berarti jendral, strategi berarti seni para jendral. maka

strategi dapat diartikan dari sudut pandang militer adalah cara menempatkan

pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat

dikalahkan (Saladin, 1999: 01). Kemudian menurut David (2008:17), ”Strategi

adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas

dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar”. Hal ini sejalan dengan

Hunger dan Wheelen (2003:16), bahwa ”Strategi perusahaan merupakan rumusan

perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi

dan tujuannya”.

Sedangkan Menurut Pearce II dan Robinson (2008:6):

”Strategi (strategy) bagi para manajer adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi merupakan rencana permainan perusahaan. Meskipun tidak merinci seluruh pemanfaatan (manusia, keuangan dan material) di masa depan, rencana tersebut menjadi kerangka bagi keputusan manajerial. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa perusahaan akan sebaiknya bersaing, dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing”.

Jadi, strategi adalah alat atau sarana yang digunakan untuk mencapai

tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi

semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Page 38: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

20

Berbeda dengan konsep manajemen strategi merupakan bidang ilmu yang

melihat pengelolaan perusahaan secara menyeluruh dan berusaha menjelaskan

mengapa beberapa perusahaan berkembang dan maju secara pesat, sedangkan

yang lainnya tidak maju dan akhirnya bangkrut. Manajemen strategi lebih

menekankan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis

berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk

organisasi secara keseluruhan. Hunger dan Wheelen (2003:4) “Manajemen

Strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan

kinerja perusahaan dalam jangka panjang”.

Pengertian manajemen strategi menurut David (2008:5):

“Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, manajemen strategis berfokus pada

mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi,

penelitian dan pengembangan dan sistem komputer untuk mencapai keberhasilan

organisasi.

Menurut Pearce II dan Robinson (2008:5) :

“Manajemen strategik (strategic management) didefinisikan sebagai satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan”.

Page 39: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

21

Manajemen strategi lebih menekankan pada pengambilan keputusan

strategis. Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam

jangka panjang untuk organisasi secara keseluruhan. Menurut Hunger dan

Wheelen (2003:4), “Manajemen Strategis adalah serangkaian keputusan dan

tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang”.

Manajemen strategi mengacu pada analisis dan penerapan strategi

termasuk didalamnya adalah implementasi rencana-rencana strategi. Manajemen

strategi dapat dipraktekkan atau diterapkan dalam unit-unit organisasional yang

berbeda ukuran besaran organisasi (size), dalam kelompok-kelompok perusahaan,

perusahaan secara individual, pada divisi-divisi atau bidang-bidang fungsional

dalam perusahaan, pada departemen-departemen pemerintahan, serta pada

organisasi nirlaba (http://melistyaridewi.blogspot.com/2012/02/manajemen-

strategik.html diakses pada hari senin tanggal 2 maret 2015 pukul 18:33 WIB).

Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan

peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang, perencanaan jangka panjang

dan mencoba untuk mengoptimalkan tren sekarang untuk masa yang akan datang.

2.1.2 Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen strategi menurut David (2008:20) membuat organisasi lebih

proaktif dari pada reaktif dalam membentuk masa depannya, manajemen strategi

membuat organisasi dapat memulai dan mempengaruhi (bukan hanya

menanggapi) berbagai kegiatan dan dengan demikian mengendalikan nasib

sendiri. Para pemilik bisnis kecil Chief Excecutive Officer (CEO), presiden dan

Page 40: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

22

manajer organisasi-organisasi laba dan nirlaba telah mengakui dan menyadari

keuntungan atau manfaat manajemen strategi. Secara historis manfaat utama

manajemen startegi adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi

yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional

utnuk menentukan pilihan strategis. Hal ini menjadi manfaat utama manajemen

strategi.

Manfaat manajemen strategi menurut Jatmiko (2004: 24) adalah:

1. Dapat mendorong anda melaksanakan tugas pekerjaan dengan baik tanpa memandang posisi anda dalam suatu organisasi, apabila anda mengetahui arah mana yang dituju perusahaan.

2. Anda akan mampu mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan parubahan besar dalam organisasi perusahaan.

3. Apabila sebagai karyawan anda menyadari strategi, nilai-nilai dan tujuan manajer pada tingkat labih atas, maka anda berada dalam kedudukan yang labih baik untuk dapat memperkirakan kemungkinan diterimanya usulan yang akan anda ajukan.

Sedangkan Manfaat penerapan manajemen strategis pada organisasi sektor

public menurut Jatmiko (2004: 26) yaitu:

1. Membantu organisasi publik berpikir secara strategis. 2. Mengklarifikasi arah mendatang. 3. Memecahkan masalah organisasi. 4. Meningkatkan kinerja. 5. Berhubungan secara efektif dengan lingkungan yang berubah. 6. Membangun tim kerja dan keahlian, dan. 7. Memudahkan interface administrasi politik melalui membangun hubungan

kerjasama antara pejabat terpilih dan manajer publik

Page 41: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

23

2.1.3 Model Manajemen Strategi

2.1.3.1 Model Manajemen Stategi Menurut Hunger dan Wheelen

Hunger dan Wheelen (2003:9) menjelaskan proses manajemen strategi

meliputi empat elemen dasar: 1) pengamatan lingkungan, 2) perumusan strategi,

3) implementasi strategi, 4) evaluasi dan pengendalian.

(Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003:11)

Gambar 2.1

Proses Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen

Gambar 2.1 menunjukkan interaksi keempat elemen tersebut. Pada level

korporasi, proses manajemen strategi meliputi aktivitas-aktivitas dari pengamatan

lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen mengamati lingkungan eksternal

untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor yang paling penting untuk

masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis dan diringkas dengan

singkatan S.W.O.T yang berarti Strenghs (kekuatan), Weaknesses (Kelemahan),

Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman). Setelah mengidentifikasi

faktor-faktor strategis, manajemen mengevaluasi interaksnya dan menentukan

Pengamatan

Lingkungan

Perumusan

Strategi

Implementasi

Strategi

Evaluasi dan

Pengendalian

Page 42: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

24

misi parusahaan yang sesuai. Langkah pertama dalam merumuskan strategi adalah

pernyataan misi, yang berperan penting dalam menentukan tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Perusahaan mengimplemantasi strategi dan kebijakan

tersebut melalui program, anggaran, dan prosedur, akhirnya evaluasi kinerja dan

umpan balik untuk memastikan tepatnya pengandalian aktivitas perusahaan.

1. Pengamatan Lingkungan

a. Analisis Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada didalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel termasuk membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian: lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan sering disebut industri, lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003:9).

b. Analisis Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajeman puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi. Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. struktur sering disebut rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggotanya dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi (Hunger dan Wheelen, 2003:11).

Page 43: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

25

Aset itu meliputi kemampuan orang, kemampuan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional. Tujuan utama adalah dalam manajemen strategis adalah memadukan variabel-variabel internal perusahaan untuk memberikan kompetensi unik, yang memampukan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif secara terus-menerus, sehingga menghasilkan laba (Hunger dan Wheelen, 2003:11).

2. Perumusan Strategi

Pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan (Hunger dan Wheelen, 2003:12).

c. Misi

Misi organisai adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup, pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Misi dapat ditetapkan secara sempit atau secara luas. Tipe pernyataan misi sempit menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukan banyak tipe produk atau jasa, pasar dan teknologi (Hunger dan Wheelen, 2003:13).

d. Tujuan

Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan. Istilah sasaran (goal) sering rancu dengan istilah tujuan (objektive). Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi suatu harapan yang akan diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai dan tidak ada penjelasan waktu penyelesaian (Hunger dan Wheelen, 2003:15).

e. Strategi

Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuan. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing (Hunger dan Wheelen, 2003:16).

Page 44: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

26

f. Kebijakan

Aliran dari strategi, kebijakan menyediakan pedoman luas untuk pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan implementasi (Hunger dan Wheelen, 2003:16).

3. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya aecara menyeluruh, struktur atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bahwa akan mengimplementasikan strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger dan Wheelen, 2003:17).

Program

Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya internal perusahaan, atau awal dari suatu usaha penelitian baru (Hunger dan Wheelen, 2003:17).

Anggaran

Anggaran merupakan program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Setiap program akan dinyatakan dengan rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan (Hunger dan Wheelen, 2003:18).

Prosedur

Prosedur, kadang-kadang disebut Standar Operating Procedures (SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Secara khusus merinci bagaimana aktivitas yang harus dikerjakan utnuk menyelesaikan program-program perusahaan (Hunger dan Wheelen, 2003:18).

4. Evaluasi Dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kenerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang lain. Para manajer disemua level menggunakan

Page 45: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

27

informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategi, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali (Hunger dan Wheelen, 2003:19).

Agar evaluasi dalam pengendalian efektif, manajer harus mendapatkan

umpan balik yang jelas, tepat, dan tidak bias dari orang-orang bawahannya yang

ada dalam hirarki perusahaan. Evaluasi kinerja dan pengendalian mengakhiri

model manajemen stategi. Berdasarkan hasil kinerja, manajemen mungkin akan

melakukan penyesuaian terhadap perumusan strategi atau implementasi, atau

keduanya. Lebih jelasnya lihat gambar 2.2 dibawah ini:

(Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003:1)

Gambar 2.2

Model Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen

Page 46: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

28

2.1.3.2 Model Manajemen Strategi Komprehensif David

David (2005:90) menjelaskan bahwa cara paling baik untuk mempelajari

dan menerapkan proses manajemen strategi adalah dengan menggunakan model,

setiap model menggambarkan suatu jenis proses. Kerangka kerja yang terdapat

dalam gambar 2.3 adalah model komprehensif suatu proses manajemen startegi

yang sudah diterima secara luas. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi

mewakili pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelaksanaan dan evaluasi

startegi. Hubungan antara bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategi

ditampilkan dalam model tersebut.

(Sumber: Fred R. David, 2005:91)

Gambar 2.3

Model Manajemen Strategi Komprehensif David

Page 47: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

29

Proses manajemen strategi menurut David (2005: 6) terdiri dari tiga tahap,

yaitu:

1. Perumusan Strategi

Mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, merupakan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menentukan tujuang jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternative untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Isu-isu perumusan strategi mencakup keputusan mengenai bisnis baru yang akan dimasuki, bisnis yang akan ditinggalkan, pengalokasian sumberdaya, perluasan operasi atau diversifikasi, keputusan untuk memasuki pasar internasioanl, merger atau membentuk usaha patungan, dan cara untuk menghindari pengambilalihan oleh pesaing bisnis (David, 2005: 6).

2. Pelaksanaan Strategi

Mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi. Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam manajemen strategi. Melaksanakan untuk melaksanakan strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi yang sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen dan pengorbanan pribadi. Keberhasilan pelaksanaan strategi tergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi para karyawan. Hal ini akan lebih merupakan hasil dari pada ilmu. Strategi-strategi yang dirumuskan tetapi tidak dilaksanakan tidak akan memberikan manfaat (David, 2005: 6).

3. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dalam manajeman strategi, para menejer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat diubah sewaktu-waktu karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi ini adalah:

Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini.

Mengukur kinerja. Melakukan tindakan-tindakan korelatif.

Page 48: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

30

Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saai ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari esok. Keberhasilan selalu menciptakan masalah-masalah baru dan berbeda, organisasi-organisasi yang cepat puas diri akan mati dengan sendirinya (David, 2005: 7).

2.1.2.3 Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson

(Sumber:Pearce dan Robinson (MGH), 2008: 4)

Gambar 2.4

Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson

Untuk lebih mempermudah pemahaman tentang manajemen strategi dapat

dilakukan melalui model. Model disusun sesederhana mungkin dalam rangka

mempermudah pemahaman. Seiring dengan perkembangan manajemen strategi

maka model yang digunakan juga mengalami perkembangan sehingga cukup

banyak model yang ditawarkan oleh pakar dalam hal manajemen strategi. Namun

demikian berkaitan dengan analisis lingkungan maka model yang digambarkan

oleh Pearce dan Robinson (2008: 4) seperti pada gambar 2.4 ini dapat menjadi

Page 49: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

31

acuan karena model ini merupakan penyederhanaan atau generalisasi model-

model yang ada sehingga memuat prinsip-prinsip yang digunakan pada model-

model yang lain.

Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan dalam manajemen strategi :

1. Misi Perusahaan

Misi suatu perusahaan adalah tujuan yang unik, yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya. Secara ringkas, misi menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang diharap perusahaan di mana misi tersebut mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategi (Pearce dan Robinson 2008: 16).

2. Profil Perusahaan

Profil perusahaan mengambarkan kuantitas dan kualitas sumber daya keuangan, manusia, dan fisik perusahaan. Profil ini juga menilai kekuatan dan kelemahan manajemen dan struktur organisasi perusahaan. Profil perusahaan membandingkan keberhasilan masa lalu perusahaan serta titik perhatian tradisionalnya dengan kemampuan perusahaan saat ini guna mengidentifikasi kemampuan masa depan perusahaan (Pearce dan Robinson 2008: 16).

3. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan meliputi semua keadaan dan kekuatan yang mempengaruhi pilihan strateginya dan menentukan situasi persaingannya. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan operasional, industri, dan lingkungan jauh (Pearce dan Robinson 2008: 16).

4. Analisis dan pilihan strategi

Penilaian secara simultan atas lingkungan eksternal dan profil perusahaan memungkinkan perusahaan mengidentifikasi berbagai peluang interaktif yang mungkin menarik. Peluang-peluang ini adalah jalur investasi yang mungkin,tetapi harus disaring terlebih dahulu berdasarkan misi perusahaan guna menghasilkan sekumpulan opsi (pilihan) yang nantinya akan menghasilkan pilihan strategi (Pearce dan Robinson 2008: 17).

Page 50: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

32

5. Sasaran jangka panjang

Sasaran jangka panjang adalah hasil yang diharapkan suatu organisasi dalam kurun waktu beberapa tahun (Pearce dan Robinson 2008: 17).

6. Strategi umum

Strategi umum adalah suatu rencana umum dan menyeluruh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai sasaran jangka panjang dalam suatu lingkungan yang dinamis (Pearce dan Robinson 2008: 17).

7. Sasaran tahunan

Sasaran tahunan adalah hasil yang ingin dicapai organisasi dalam kurung waktu satu tahun (Pearce dan Robinson 2008: 17).

8. Strategi fungsional atau operasional

Strategi operasional adalah rumusan rinci mengenai cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai sasaran tahun berikutnya. Kebanyakan manajer strategik berusaha mengembangkan suatu strategi operasional untuk setiap perangkat sasaran tahunan terkait (Pearce dan Robinson 2008: 18).

9. Kebijakan

Kebijakan adalah keputusan bersifat umum yang telah ditetapkan sebelumnya yang menjadi pedoman atau menjadi pengganti bagi pengambil keputusan manajerial yang bersifat repetitif (berulang). Kebijakan menjadi pedoman pikiran, keputusan, dan tindakan manajer pada bawahan mereka dalam mengimplementasikan strategi organisasi. Kebijakan memberikan tuntutan untuk menetapkan dan mengendalikan proses dengan sasaran strategi perusahaan (Pearce dan Robinson 2008:18).

10. Melembagakan strategi

Sasaran tahunan, strategi fungsional, serta kebijakan-kebijakan spesifik merupakan sarana penting untuk mengkomunikasikan apa yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan strategi keseluruhan perusahaan. Dengan menerjemahkan keinginan-keinginan jangka panjang ke dalam pedoman tindakan jangka pendek, mereka menjadikan strategi operasional. Tetapi strategi keseluruhan juga harus dilembagakan: artinya, strategi ini haruslah meresap kedalam kehidupan sehari-hari perusahaan agar dapat terimplementasi secara efektif. Ada empat elemen fundamental organisasi untuk melembagakan strategi perusahaan, yaitu: struktur, kepemimpinan, kultur, dan imbalan (Pearce dan Robinson 2008:18).

Page 51: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

33

11. Pengendalian dan evaluasi

Implementasi (pelaksanaan) strategi harus dipantau untuk mengetahui sejauhmana sasaran perusahaan tercapai. Betapapun diusahakan subyektif mungkin,proses perumusan strategi sebagian besar bersifat subyektif. Jadi ujian penting pertama terhadap suatu strategi hanya dapat dilakukan setelah implementasi (Pearce dan Robinson 2008:19).

2.1.4 Model Manajemen Strategi Organisasi Publik

Pada dasarnya manajemen strategi tidak hanya digunakan pada sektor

swasta tetapi juga sudah diterapkan pada sektor publik. Penerapan manajemen

strategi pada kedua jenis institusi tersebut tidaklah jauh berbeda, hanya pada

organisasi sektor publik tidak menekankan tujuan organisasi pada pencarian laba

tetapi lebih pada pelayanan. Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2004:26)

penekanan organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu :

1. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak 2. Ada kecenderungan berorientasi semata – mata pada pelayanan 3. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi 4. Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk

mendapatkan bantuan keuangan. 5. Dominasi professional. 6. Tidak bermotif mencari keuntungan 7. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.

Seorang ahli bernama Koteen dalam salusu (2004:34) menambahkan satu

hal lagi yaitu less responsiveness bureaucracy dimana menurutnya birokrasi

dalam organisasi sektor publik sangat lamban dan berbelit–belit. Sedangkan pada

sektor swasta penekanan utamanya pada pencarian keuntungan atau laba dan

tentunya kelangsungan hidup organisasi melalui strategi dan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Untuk menunjukkan perlunya manajemen sektor publik

Page 52: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

34

dalam organisasi sektor publik banyak penelitian yang mengupas pentingnya

manajemen stratejik pada sektor publik.

Roberts dan Menker dalam Rabin menjelaskan bahwa manajemen

strategi pada pemerintah pusat di Amerika Serikat hasilnya mereka megusulkan

adanya pendekatan baru dalam manajemen sektor publik yaitu pendekatan

generatif selain pendekatan yang sudah ada yaitu pendekatan direktif dan

pendekatan adaptif. Pendekatan direktif merupakan pendekatan yang bersifat dari

atas ke bawah (top–down) dan lebih sedikit melibatkan anggota dalam organisasi

sektor publik. Pendekatan adaptif lebih menekankan pada semangat kebersamaan

dalam organisasi dalam menetapkan tujuan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan

pendekatan generatif menekankan pada pentingnya seorang pemimpin (leader)

dalam melakukan fungsi penetapan tujuan, pelaksanaan dan evaluasi dengan tidak

mengesampingkan anggota lain dalam organisasi sektor publik

(https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-

suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015)

Kilimurray dalam Rabin bahwa untuk mengetahui perencanaan strategi

yang ada dalam dinas pertolongan anak di Amerika Serikat adalah dengan

pertolongan anak menjalankan perencanaan stratejik berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku di Amerika Serikat. Selain itu dinas pertolongan anak

melakukan perencanaan stratejik dengan mengembangkan 5 hal utama yaitu:

Page 53: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

35

1) Implementasi rencana, 2) Indikator kinerja, 3) Reformasi kesejahteraan, 4) Kesepakatan kinerja, dan 5) Pemeriksaaan audit.(https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-

manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

Lebih lanjut ada penelitian terhadap manajemen strategi yang dilakukan

oleh kantor dinas pajak Amerika Serikat dibantu oleh kantor akuntan publik

Pricewaterhouse Coopers dengan obyek penelitian pada kantor dinas pajak

pemerintah pusat yang berlokasi di Washington D.C. Penelitian ini melihat

tahapan manajemen strategi dari awal yaitu dengan mengembangkan

multiyearbudget yaitu penganggaran yang dilakukan dalam waktu yang panjang

dimana dalam proses ini belum terdapat visi, obyektif, tujuan dan pengukuraan

kinerja. Kemudian proses ini berubah menjadi secara perencanaan strategi bisnis

(strategic business plan) dimana sudah adanya visi dan misi organisasi namun

masih meletakan penganggaran diluar sistem sehingga sering program tidak dapat

berjalan dengan baik karena adanya keterbatasan anggaran.

Tahapan ini juga belum terdapat penilaian kinerja dan program dijalankan

cenderung mengacu pada proses coba–coba (trial and error) sehingga banyak

program yang tidak berjalan secara efektif dan efisien. Tahapan selanjutnya

dikembangkan suatu proses yaitu perencanaan utama bisnis (the business master

plan). Tahapan ini organisasi melakukan perubahan dengan lebih menekankan

pada restrukturisasi organisasi, program sumber daya manusia, program

operasional dan tidak melupakan modernisasi sistem. Namun kembali lagi

penganggaran tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan program yang akan

Page 54: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

36

dijalankan sehingga tidak adanya prioritas dalam program

(https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-

suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

Perubahan terakhir terhadap manajemen strategi yang ada dalam kantor

dinas pajak pemerintah pusat di Amerika Serikat yaitu dengan menerapkan

perencanaan strategi dan penganggaran. Pada tahapan ini anggaran lebih

diintegrasikan dengan perencanaan strategi sehingga lebih mempunyai hubungan

yang erat dengan program yang disusun dan dijalankan. Pada akhirnya kantor

dinas pajak pemerintah pusat Amerika Serikat mempunyai misi utama yaitu lebih

berpatokan pada pelanggan (customer driven). Sedangkan 3 visinya yaitu:

1) Pelayanan terhadap setiap pembayar pajak, 2) Pelayanan terhadap semua pembayar pajak, dan 3) Produktivitas yang dibangun melalui lingkungan kerja yang mempunyai

kualitas tinggi. (https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015).

Manajemen strategi juga sudah diterapkan di Indonesia salah satunya

adalah dalam bidang pendidikan. Nawawi (2005:147) dalam tulisannya

Departemen Pendidikan Nasional sebagai organisasi pengelola melakukan proses

manajemen stratejik yaitu dengan mengendalikan strategi dan pelaksanaan

pendidikan nasional yang diwujudkan dalam Sistem Pendidikan Nasional baik

secara formal (pendidikan jalur sekolah) maupun pendidikan non formal

(pendidikan jalur luar sekolah). Proses manajemen strategi dilakukan dengan

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yaitu warganegara atau

lulusan yang berkualitas dan kompetitif. Selain itu analisis SWOT sebagai salah

Page 55: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

37

satu alat dalam manajemen strategi juga sudah diterapkan dalam sistem

pendidikan nasional yaitu dengan adanya pertimbangan sosio kultural yang

mewarnai proses dan situasi pendidikan dan berdampak pada lulusan yang sesuai

dengan kebijakan pemerintah masing–masing daerah atau negara.

Menurut Nawawi (2005:148-149), pengertian manajemen strategik ada 4

(empat). Pengertian pertama Manajemen Strategik adalah “proses atau rangkaian

kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai

penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan

dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi, untuk

mencapai tujuannya”.

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa aspek yang penting, antara lain:

a. Manajemen Strategik merupakan proses pengambilan keputusan. b. Keputusan yang ditetapkan bersifat mendasar dan menyeluruh yang berarti

berkenaan dengan aspek-aspek yang penting dalam kehidupan sebuah organisasi, terutama tujuannya dan cara melaksanakan atau cara mencapainya.

c. Pembuatan keputusan tersebut harus dilakukan atau sekurang-kurangnya melibatkan pimpinan puncak (kepala sekolah), sebagai penanggung jawab utama pada keberhasilan atau kegagalan organisasinya.

d. Pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan strategiknya dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi (warga sekolah), seluruhnya harus mengetahui dan menjalankan peranan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing.

e. Keputusan yang ditetapkan manajemen puncak (kepala sekolah) harus diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah pada tujuan strategik organisasi.

Pengertian manajemen strategik yang kedua adalah “usaha manajerial

menumbuh kembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang

Page 56: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

38

muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang

telah ditentukan”. Dari pengertian tersebut terdapat konsep yang secara relatif

luas dari pengertian pertama yang menekankan bahwa “manajemen strategik

merupakan usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan organisasi”,

yang mengharuskan kepala sekolah dengan atau tanpa bantuan manajer

bawahannya (Wakil Kepala Sekolah, Pembina Osis, Kepala Tata Usaha), untuk

mengenali aspek-aspek kekuatan organisasi yang sesuai dengan misinya yang

harus ditumbuhkembangkan guna mencapai tujuan strategik yang telah

ditetapkan. Untuk setiap peluang atau kesempatan yang terbuka harus

dimanfaatkan secara optimal.

Pengertian yang ketiga, Manajemen Strategik adalah “arus keputusan dan

tindakan yang mengarah pada pengembangan strategi yang efektif untuk

membantu mencapai tujuan organisasi”. Pengertian ini menekankan bahwa arus

keputusan dari para pimpinan organisasi (Kepala Dinas, Kepala Sekolah) dan

tindakan berupa pelaksanaan keputusan, harus menghasilkan satu atau lebih

strategis, sehingga dapat memilih yang paling efektif atau yang paling handal

dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

Pengertian yang keempat, “manajemen strategik adalah perencanaan

berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan

masa depan yang jauh (disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan

manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar

memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha

menghasilkan sesuatu (Perencanaan Operasional) yang berkualitas, dengan

Page 57: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

39

diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan

berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi”. Pengertian yang cukup luas

ini menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem yang

sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan

saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama pula.

Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur-unsurnya

yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua

adalah Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya adalah Sasaran atau

Tujuan Operasional, Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan

situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta

umpan balik. Manajemen strategik sebagai suatu sistem dapat dilihat

pada gambar 2.5 berikut:

(Sumber: Nawawi, 2005:151)

Gambar 2.5

Model Manajemen Strategi Sebagai Sistem Menurut Nawawi

Page 58: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

40

Di samping itu dari pengertian Manajemen Strategik yang terakhir,

dapat disimpulkan beberapa karakteristiknya sebagai berikut (Nawawi, 2005:151):

a. Manajemen Strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategik (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program-program kerja.

b. Rencana Strategik berorientasi pada jangkauan masa depan ( 25 – 30 tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.

c. VISI, MISI, pemilihan strategik yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategik Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.

d. RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program-program operasional.

e. Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak (Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi.

f. Pengimplementasian Strategi dalam program-program untuk mencapai sasarannya masing–masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.

Adapun beberapa penjabaran tentang Pendekatan Alternatif Manajemen

Strategi Organisasi Publik, yaitu sebagai berikut:

2.1.4.1 Model Kebijakan Harvard

Model ini merupakan model yang paling banyak digunakan. Pendekatan

ini menekankan pada pengembangan organisasi dengan lingkungannya.

Pencapaian kesesuaian ini dinilai oleh ahli strategi melalui analisis kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman, dikenal sebagai analisis SWOT (strengths,

weaknesses, opportunities, and threats). Penilaian ini mengarahkan organisasi

untuk mengembangkan strategi dalam membangun kekuatan, mengatasi

Page 59: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

41

kelemahan, mengatasi ancaman, dan mengeskploitasi peluang. Di dalam model

ini, manajer strategi akan menggunakan model SWOT untuk menguji sifat

permintaan dan tekanan pihak eksternal, mengidentifikasi peluang dan kendala

sumber daya, menetapkan peluang program, menemukan ancaman politik,

menetapkan tujuandan prioritas organisasi, dan menilai kapasitas internal.

Berdasarkan pertimbangan ini, strategi perencanaan dan tindakan dapat

dikembangkan untuk mencapai kerjasama organisasi dengan lingkungan (Jurnal:

Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju

Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/

pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.4.2 Model Sistem Perencanaan Strategi

Menurut Bryson perencanaan strategis merupakan suatu sistem dimana

manajer membuat, mengimplementasikan, dan mengendalikan keputusan penting

lintas fungsi dan level dalam perusahaan. Sistem perencanaan strategis harus

menjawab empat pertanyaan mendasar yaitu:

1) Kemana kita pergi (misi), 2) bagaimana kita memperolehnya (strategi), 3) apakah cetak biru tindakan kita (anggaran), dan 4) bagaimana kita mengetahui jalur yang kita lalui (pengendalian)

(Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

Page 60: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

42

2.1.4.3 Model Stakeholder

Freeman (1984) pendekatan stakeholder pada manajemen strategis

dipahami sebagai pemangku kepentingan pada pengakuan dari ke yang bersaing

baik di dalam maupun di mana organisasi. Dari kesempulan ini, tugas kritis dan

ahli strategis adalah untuk mengapresiasi kepentingan stakeholder dalam

merumuskan strategi untuk mengoptimalkan dukungan pada organisasi. Dalam

kenyatahaan organisasi untuk menempatkan diri pada lingkungan internal dan

eksternal dalam mengidentifikasi pelaku yang mempengaruhi organisasi dalam

mentapkan pemangku stakeholder dan menilai sifat hubungan kekuasaan dan

ketergantungan untuk melindungi dari ancaman, mengembangkan dukungan pada

program dan kebijakan, memperoleh sumber daya yang dibutuhkan. Secara

internal organisasi membutuhkan pembangunan kapasitas dalam memperoleh

pengendalian terhadap berpikir kritis (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen

Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses

melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

Studi mengenai manajemen strategis (Wechsler dan Backoff, 1986, 1987)

menunjukkan beberapa agensi dengan menggunakan pendekatan dalam

manajemen strategisnya, dari perspektif Department of Natural Resources,

permintaan terhadap tanggung jawab program dan perbedaan konstitusional

menghadirkan dua tantangan utama yaitu pertama, menyangkut kehadiran setiap

kelompok stakeholder dan mengembangkan permintaan.Kedua, stakeholder

rmempunyai suatu kepentingan lebih besar dan komitmen pada departemen yang

Page 61: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

43

mempunyai kepentingan khusus (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis

Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui

situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.4.4 Model Isu Strategi

Pendekatan ini diperkenalkan oleh Ansoff (1980) yang menjelaskan suatu

isu strategis sebagai perkembangan yang akan datang baik dalam organisasi

maupun di luar organisasi, yang mempunyai pengaruh penting pada kemampuan

organisasi untuk memenuhi syarat. Sistem manajemen isu strategis menekankan

pada identifikasi awal dan tanggapan cepat pada perubahan yang dapat

mempengaruhi organisasi di masa depan. Aktivitas yang berhubungan dengan

manajemen isu strategis meliputi pada daftar isu strategis kunci yang mutakhir,

memonitor lingkungan untuk isu yang muncul, merancang isu pada kelompok

manajemen isu strategis, dan pemilihan tindakan yang diambil dari organisasi

untuk memecahkan isu prioritas (Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis

Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui

situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015).

2.1.5 Konsep Konflik

2.1.5.1 Pengertian Konflik

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial,

di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki

kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak,

Page 62: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

44

tujuan dan sebagaianya. Dari setiap konflik ada diantarnya yang dapat

diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga

menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat

diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan

yang tekecil hingga peperangan.

Istilah konflik secara etimoligis berasal dari bahasa latin “con” yang

berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan (Setiadi &

Kolip, 2011: 345). Lebih lanjut Webster dalam Pruitt dan Rabin (2011:9)

menyatakan bahwa “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian,

peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa

pihak. Tetapi arti kata itu berkembang dengan masukan “ketidaksepakatan yang

tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan Ide, dan lain-lain”. Dengan demikian

istilah tersebut sekarang juga menyentuh aspek psikologi, di balik konfrontasi

fisik yang terjadi selain konfrontasi fisik itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 587) Konflik artinya

percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu

pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh

dikehidupan. Soekanto (1993: 99) menjelaskan bahwa:

“Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku”.

Dalam pengertian lain, konflik merupakan suatu proses sosial yang

berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang

Page 63: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

45

saling menentang dengan ancaman kekerasan (Narwoko & Suyanto, 2005:68).

Sedangkan menurut lawang (1994:53):

“Konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, sosisal dan budaya) yang relatif terbatas”.

Konflik terjadi ketika seseorang menginginkan anggota kelompok lain

melakukan hal-hal yang tidak di inginkan dan tidak memiliki kekuatan yang

cukup utnuk mengatasi ketidakinginannya (Johnson & Johnson, 2000:24).

Dari berbagai pengertian di atas dapat di ambul kesimpulan bahwa konflik

adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau

masyarakat dengan tujuan mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling

menentang dengan ancaman kekerasan. Konflik sosial adalah suatu bentuk

intraksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain di dalam masyarakat yang

ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling

menghancurkan.

2.1.5.2 Bentuk Konflik

Secara garis besar konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan

kedalam beberapa bentuk konflik berikut ini:

1. Berdasarkan Sifatnya

Page 64: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

46

Berdasarkan sifatnya, menurut Lauer (2001:98) konflik dapat dibedakan

menjadi konflik destruktif dan konflik konstruktif.

Konflik Destruktif Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrok-bentrok fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas dan lain sebagainya.

Konflik Konstruktif Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu consensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbadaan pendapat dalam sebuah organisasi.

2. Berdasarkan Posisi pelaku yang Berkonflik

Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik Kusnadi (2002:67)

membaginya menjadi 3 konflik yaitu:

Konflik Vertikal Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam sutu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

Konflik Horizontal Merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar organisasi massa.

Konflik Diagonal Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrem. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.

Soekanto (1992:86) membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebaginya.

Page 65: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

47

Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.

Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas social, yaitu konflik yang terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kelas social.

Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.

Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu onflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan Negara.

Sementara itu, Coser (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik diakses

pada hari kamis 6 agustus 2015) menjelaskan bahwa konflik dibedakan atas dua,

yaitu sebagai berikut:

Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.

Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.

2.1.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik

Setiadi dan Kolip (2011: 361) menjelaskan bahwa para sosiolog

berbendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubungan sosial,

ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas sumber-sumber kepemilikan,

Page 66: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

48

status sosial dan kekuasaan yang jumlah ketersediaan sangat terbatas dengan

pembagian yang tidak merata di masyarakat.

Ketidakmerataan pembagian asset-asset sosial di dalam masyarakat

tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan pembagian ini

menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk mendapatkan atau

menambahkan bagi yang perolahan asset sosial relatif sedikit atau kecil.

Sementara pihak yang telah mendapatkan pembagian asset sosial tersebut

berusaha untuk mempertahankan dan bisa juga menambahinya. Pihak yang

cenderung mempertahankan dan bisa juga menambahinya disebut sebagai status

quo dan pihak yang berusahan mendapatkannya disebut status need. Pada

dasarnya, menurut Setiadi dan Kolip (2011: 361) secara sederhana penyebab

konflik dibagi dua, yaitu:

1. Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarkat yang majemuk secara cultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan majemuk social dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi seperti patani, buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan, alim ulama, sopir, dan cendikiawan. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan konflik yang masing-masing unsur kultur tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakeristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum ada konsesus nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik yang terjadi dapat menimbulkan perang saudara.

2. Kemajemukan vertical, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertical dapat menimbulkan konflik sosial karena adanya sekelompok kecil masyarakat yagn memilik kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan wewenang yang besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan wewenang. Pembagian masyarakat seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya konflik social.

Page 67: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

49

Namun beberapa sosiolog menjabarkan banyak faktor yang menyebabkan

terjadinya konflik-konflik, diantaranya yaitu:

1. Menurut Narwoko (2005: 68) perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan konflik antar individu, dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrok-bentrokan pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha membinasakan lawannya. Membinasakan disini tidak selalu diartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula diartikan salam bentuk permusuhan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Di dalam realitas sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik social.

2. Menurut Narwoko (2005: 68) perbedaan kebudayaan, perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebidayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola prilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnisentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.

3. Selanjutnya menurut Susanto (2006: 70) perbedaan kepentingan, mengejar kepentingan masing-masing yang berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk merebutkan kesempatan dan sasaran.

Perbedaan pendirian, kebudayaan, kepentingan, dan sebagainya tersebut di

atas sering terjadi pada situasi-situasi perubahan sosial. Dengan demikian

perubahan-perubahan social itu secara tidak langsung dapat dilihat sebagai

penyebab juga terjadinya (peningkatan) konflik-konflik sosial.

2.1.5.4 Dampak dari adanya Konflik terhadap Masyarakat

Ada dua dampak dari adanya konflik terhadap masyarakat, yaitu:

Page 68: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

50

1. Dampak posisitf dari adanya konflik

Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in-group suatu kelompok. Apabila pertentangan antara kelompok-kelompok, solidaritas antar anggota di dalam masing-masing kelmpok itu akan meningkat sekali. Solidaritas di dalam suatu kelompok, yang pada situasi normal sulit dikembangkan, akan langsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan pihak-pihak luar (Narwoko, 2005: 68).

Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugahkan warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan peranan tertentu di dalam masyarakat (Narwoko, 2005: 68).

2. Dampak negative dari adanya konflik

Hancurnya kasatuan kelompok, jika konflik yang tidak berhasil diselesaikan menimbulkan kekerasan atau perang, maka sudah barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami kehancuran (setiadi & kolip, 2011: 377).

Adanya perubahan kepribadian individu, artinya di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi beringas, agresif dan mudah marah lebih-lebih jika konflik tersebut berujung pada kekerasan (setiadi & kolip, 2011: 378).

Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada, antara nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akibat ketidak patuhan anggota masyarakat akibat dari konflik (Narwoko, 2005: 70).

2.1.5.5 Upaya-Upaya Untuk Mengatasi Konflik

Secara sosiologi, menurut Soetomo (1995: 77) proses sosial dapat

berbentuk proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative processes) dan

proses sosial yang menceraikan (dissociative processes). Proses sosial yang

bersifat aosiatif diarahkan pada terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial,

cinta kasih, kerukunan, solidaritas. Sebaliknya proses sosial yang bersifat

dissosiatif mengarah pada terciptanya nilai-nilai negative atau asosial. Seperti

kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan dan

Page 69: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

51

sebaginya. Jadi proses asisiati dapat dikatakan proses positif. Proses sosial yang

dissosiatif disebut proses negative. Sehubungan dengan hal ini, maka proses sosial

yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha menyelesaikan konflik.

Kemudian Nasikun (2003: 22) menjelaskan beberapa bentuk penyelesaian

konflik yang lazim dipakai, yakni konsiliasi, mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan),

détente. Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu

masalah, yakni cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara formal, jika

cara pertama membawa hasil. Menurut Nasikun (2003: 25), bentuk-bentuk

pengendalian ada empat yaitu:

1. Konsiliasi (conciliation): pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan-keputusan diantara pihak-pihak yang berlawanan mengenai persoalan-persoalan yang mereka pertentangkan.

2. Mediasi (mediation): bentuk ini dilakukan bila kedua belah pihak yang bersengketa bersama-sama sepakat untuk memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.

3. Arbitrasi: berasal dari kata latin arbitrium artinya melalui pengendalian, dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsoliasi dan mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi samapai instansi pengadilan nasional yang tinggi.

4. Perwasiatan: di dalam hal ini kedua belah pula yang bertentangan bersepakat untuk memberikan kepututsan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka.

2.1.6 Analisis S.W.O.T

Kegiatan yang paling penting dalam memahami analisis SWOT adalah

memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk

Page 70: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

52

mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus

segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001: 14). SWOT

merupakan singkatan dari strengths (kekuatan-kekuatan), weaknesses (kelemahan-

kelemahan), opportunities (peluang-peluang), dan threat (ancaman-ancaman),

pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analisis SWOT

(https://independent.academia.edu/DianPratiwi7 diakses pada hari kamis 26

Februari 2015) adalah sebagai berikut :

2.1.6.1 Kekuatan (strengths). Kekuatan sumber daya, keterampilan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar atau suatu perusahaan.

2.1.6.2 Kelemahan (weaknesses) adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan.

2.1.6.3 Peluang (opportunities). Peluang adalah situasi atau kecenderungan yang dapat memberi keuntungan.

2.1.6.4 Ancaman (threats) adalah situasi atau kecenderungan yang tidak dapat memberikan keuntungan.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:

Tabel 2.1

Analisis S.W.O.T

(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT)

Page 71: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

53

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan

ancaman. Proses pengambilan keputusan harus menganalisis faktor strategis pada

kondisi saat ini.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

disajikan sebagai data pendukung. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam

mengelola atau memecahkan masalah yang timbul dalam konflik sosial

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan. Salah satu data pendukung yang

menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu

yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini,

walaupun fokus dan masalahnya tidak sama tapi sangat membantu peneliti

menemukan sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut ini hasil

penelitian yang peneliti baca.

Pertama Penelitian yang dilakukan oleh Skripsi Anisa Utami

14010110120013 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Diponegoro. Penelitian ini berjudul Resolusi Konflik Antar

Etnis Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus: Konflik Suku Bali Desa

Balinuraga dan Suku Lampung Desa Agom Kabupaten Lampung Selatan), tujuan

dari penelitian ini adalah untuk Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

Page 72: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

54

mengetahui akar penyebab konflik suku antar Desa Agom dan Desa Balinuraga.

Serta mengetahui upaya-upaya pemerintah dalam menangani konflik suku yang

terjadi di desa Agom dan desa Balinuraga. Teori yang digunakan peneliti adalah

teori konflik, resolusi konflik, dan konflik etnis dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif.

Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Konflik kekerasan yang

terjadi pada tanggal 27 oktober – 29 Oktober 2012 antara etnis Bali Desa

Balinuraga dan etnis Lampung Desa Agom merupakan puncak dari rangkaian

konflik-konflik sebelumnya yang terjadi antar etnis Bali dan etnis Lampung yang

ada di Kabupaten Lampung Selatan. Penyebab konflik-konflik yang terjadi antar

kedua etnis tersebut adalah sebagai berikut:

1) Bermula ketika tidak adanya upaya-upaya maupun sarana komunikasi

yang diciptakan kedua belah pihak sejak transmigran asal Pulau Bali

pertama kali datang di Kabupaten Lampung Selatan yaitu pada tahun

1963 pada saat Gunung Agung di Bali meletus. Pemerintah pada saat itu

tidak menempatkan transmigran asal Bali ke daerah transmigrasi yang

dihuni oleh penduduk-penduduk asli. Sehingga tidak ada sarana

komunikasi secara langsung yang baik antar masyarakat pendatang dan

penduduk asli.

2) Adanya keberagaman karakteristik sistem sosial.

3) Masing-masing memiliki sifat sombong, selalu menaruh perasaan curiga

terhadap orang lain, berfikir negatif kepada orang lain, dan susah

mengendalikan emosinya. Tidak adanya kedekatan secara pribadi antar

Page 73: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

55

kedua etnis tersebut menimbulkan prasangka atau prejudice antar etnis

Bali dan etnis Lampung. Masing-masing memliki perasaan negatif yang

menunjukkan sikap bermusuhan atau perilaku diskriminatif satu sama

lain. Hal tersebut memicu konflik-konflik kecil antar kedua etnis yang

bisa dikatakan akibat masalah-masalah kecil.

4) Kebutuhan masing-masing salah satu warga yang tidak terpenuhi

kemudian membawa-bawa nama suku masing-masing seperti itulah yang

membuat konflik timbul antar etnis Bali di Desa Balinuraga dan etnis

Lampung di Desa Agom.

5) Konflik terjadi dikarenakan emosi yang telah memuncak akumulasi dari

konflik-konflik kecil yang pernah terjadi sebelumnya.

6) Dari semua faktor-faktor penyebab konflik diatas, faktor yang paling

dominan pada penyebab konflik antar etnis di Kabupaten Lampung

Selatan adalah kurangnya ruang interaksi antar masyarakat yang berbeda

etnis. Faktor historis ketika masyrakat etnis Bali pertama kali melakukan

transmigrasi ke Kabupaten Lampung Selatan dan ditempatkan pada

suatu daerah yang tidak berpenghuni dan tidak ada penduduk asli

membuat pemukiman penduduk etnis Bali menjadi terkesan eksklusif

dan tidak berbaur dengan penduduk asli maupun etnis lainnya yang ada

di Kabupaten Lampung Selatan. Padahal kesan ekslusif tersebut

terbentuk oleh karena kesenjangan sosial yang sangat jelas terlihat

diantara kedua desa. Masyarakat etnis Bali mempunyai kelebihan yaitu

Page 74: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

56

sifat yang tekundan ulet dalam bekerja dibanding etnis pribumi sehingga

kondisi ekonomi masyarakat etnis Bali terbilang sangat baik.

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Bethra Ariestha 1550406053

Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun

2013 yang berjudul Akar Konflik Kerusuhan Antar Etnik Di Lampung Selatan

(Studi Kasus Kerusuhan Antara Etnik Lampung dan Etnik Bali di Lampung

Selatan). Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui dan memahami faktor-faktor

yang memicu terjadinya konflik kerusuhan antar etnik di Lampung Selatan.

Mengetahui dan memahami proses terjadinya konflik kerusuhan antara Etnik Bali

dan Etnik Lampung pada tanggal 27 sampai dengan 29 Oktober 2012. Mengetahui

perubahan kondisi masyarakat kedua etnik pasca konflik kerusuhan antara kedua

etnik mereda. Teori yang digunakan adalah Teori yang digunakan peneliti adalah

Konsep Konflik Sosial, kemudian metode yang digunakan adalah Kualitatif.

Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini yaitu: Hasil penelitian

disimpulkan bahwa konflik yang terjadi antara Etnik Bali (Balinuraga) dan Etnik

Lampung (Agom) pada tanggal 27 sampai dengan 29 Oktober 2012 disebabkan

oleh satu akar penyebab utama dengan beberapa faktor yang memperkuat. Faktor-

faktor tersebut saling berkaitan antara satu sama lain, yaitu:

1) Akar penyebab utama (primer), yaitu perilaku Etnik Bali (Balinuraga)

dalam hidup bermasyarakat yang dianggap menyinggung perasaan dan

tidak sesuai dengan adat istiadat etnik pribumi (Etnik Lampung).

2) Faktor yang memperkuat (sekunder), yaitu:

Page 75: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

57

Dendam dari konflik-konflik sebelumnya yang melibatkan Etnik Bali

(Balinuraga) dengan desa-desa mayoritas Etnik Lampung di sekitar

Desa Balinuraga.

Masalah ekonomi, yaitu perasaan sakit hati dari Etnik Lampung,

karena banyak tanah penduduk yang beralih tangan kepada warga Desa

Balinuraga melalui jerat hutang.

Penyelesaian konflik-konflik terdahulu yang tidak pernah tuntas

menyentuh sampai akar permasalahan konflik. Penyelesaian konflik

tampak hanya terselesaikan di permukaan saja dan ditataran elit tokoh

kedua etnik, namun tidak pernah menyentuh ke masyarakat di tataran

lapangan yang langsung bersentuhan dengan konflik, menjadi pelaku

konflik, serta turut menjadi korban yang dirugikan dari konflik yang

ada.

Pelanggaran atas perdamaian yang telah disepakati serta belum ada

penerapan sanksi yang tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar dan

mengakibatkan konflik terulang kembali.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Utamidan Bethra

Ariestha dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah Menggunakan studi

kasus tentang Konflik Antar Etnis Kabupaten Lampung Selatan dan menggunakan

Metode kualitatif Deskriptif, namun terdapat perbedaan yang ada dalam kedua

penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anisa Utami fokus

penelitiannya pada Resolusi Konflik Antar Etnis Kabupaten Lampung Selatan,

dan penelitian yang dilakukan oleh Bethra Ariestha berfokus pada akar dari

Page 76: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

58

konflik kependudukan, sementara penulis lebih memfokuskan penelitian terhadap

manajemen strategi penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung

Selatan.

2.3 Kerangka Berfikir

Sugiyono (2005:66), menjelaskan kerangka berpikir adalah sintesa tentang

hubungan antara-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antar-variabel yang diteliti. Uma Sakaran dalam bukunya business

research (1991) dalam Sugiyono (2005:65) mengemukakan bahwa kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berrhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.

Berdasarkan fokus penelitian yang peneliti lakukan yakni tentang

Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten

Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

Pendatang Bali Tahun 2012), kemajemukan masyarakat di Provinsi Lampung

merupakan kekayaan budaya bangsa namun di sisi lain juga memiliki potensi

untuk menjadi sebuah konflik. Persoalan konflik termasuk yang menyangkut

kepentingan publik (keamanan), dimana memahami peran pemerintah dalam

merespon persoalan publik adalah sesuatu yang sangat penting. Kemampuan

pemerintah dalam pengelolaan konflik yang setiap waktu dapat terjadi. Maka dari

itu kehadiran Negara mutlak diperlukan dalam penangan konflik yang terjadi.

Page 77: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

59

Pada observasi awal yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa

permasalahan, diantaranya yaitu: Pertama Kemajemukan masyarakat Provinsi

Lampung yang diakibatkan Program Transmigrasi pada era Orde Baru membuat

Provinsi tersebut rentan akan Konflik sosial, Kedua Konflik yang terjadi di

Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku/budaya namun juga

karena faktor ekonomi dan sentiment agama, Ketiga Konflik yang sudah terjadi

berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparatur

hukum sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar, Keempat Kurang

tanggapnya Pemerintah dalam penyelesaian kependudukan yang terjadi di

Kabupaten Lampung Selatan sehingga banyak korban yang tewas, Kelima

Penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak

merangkul seluruh masyarakat.

Selanjutnya merujuk pada fokus penelitian ini yaitu mengenai Manajemen

Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan

(Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali

Tahun 2012), peneliti menggunakan teori Manajemen Strategi sebagai Sistem

yang dikemukanan oleh Hadari Nawawi, yang terdiri dari 2 (dua) Komponen

yaitu: (1) Perancanaan Strategi, (2) Perencanaan Operasional. Mengacu pada

deskripsi teori diatas, langkah berikutnya komponen-komponen tersebut akan

dianalisis sesuai dengan fokus penelitian sehingga menghasilkan output atau

keluaran berupa gambaran mengenai Manajemen Strategi yang dilakukan dalam

penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini akan

menjadi bahan masukan atau outcome bahwa dengan upaya strategi yang

Page 78: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

60

dilakukan oleh Pemerintah diharapkan dapat meminimalkan terjadinya konflik

kembali. Dari uraian yang telah dijelaskan tersebut, penulis membuat sebuah

kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.6

Kerangka Pemikiran Peneliti

(Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

Identifikasi Masalah

1. Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi tersebut rentan akan Konflik sosial.

2. Konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku/budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment agama.

3. Konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparatur hukum sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar.

4. Kurang tanggapnya Pemerintah dalam penyelesaian kependudukan yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sehingga banyak korban yang tewas.

5. Penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat.

Outcome

Dengan upaya strategi yang dilakukan oleh Pemerintah diharapkan dapat meminimalkan terjadinya konflik kembali.

Hasil Penelitian

Gambaran mengenai Manajemen Strategi yang dilakukan dalam penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan

Teori Penelitian

Model Manajemen Strategi Sebagai Sistem Nawawi (2005: 151):

1. Perancanaan Strategi 2. Perencanaan Operasional

Page 79: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

61

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas, peneliti

telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti

berasumsi bahwa Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten

Lampung Selatan dalam pelaksanaanya ternyata belum terencana dan berjalan

dengan baik.

Page 80: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

62

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian

Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan,

karena tiap-tiap dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada

pilihan metode penelitian yang tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut.

Sugiyono (2012:2). Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian ini berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris

dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti

cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh penalaran manusia. Sistematis

berarti proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah

tertentu bersifat logis.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang

menjadi tujuan dari penelitian kualititaif ini adalah ingin menggambarkan realitas

empirik dibalik instrumen secara mendalam, rinci dan tuntas. Metode penelitian

ini ada karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang satu fenomena

Page 81: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

63

sosial. Dalam paradigma ini fenomena sosial dipandang sebagai sesuatu yang

kompleks, dinamis dan penuh makna. Paradigma yang demikian tersebut

paradigma positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, dimana penelitian adalah instrument kunci. Teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat induktif dan hasil

penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2012:9).

3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan

sebelumnya maka fokus penelitian ini adalah terhadap manajemen strategi

penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan.

3.3 Lokasi Penelitian

Dengan melihat tema/judul penelitian ini mengenai manajemen strategi

penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan, maka

peneliti menunjuk tempat penelitian atau yang akan menjadi lokus penelitian ini

adalah berlokasi di Kabupaten Lampung Selatan.

3.4 Fenomena Yang Diamati

3.4.1 Definisi Konsep

Devinisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang

jelas yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis

dan pembaca. Konsep-konsep yang di gunakan dalam teori ini adalah:

Page 82: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

64

3.4.1.1 Model Proses Manajemen Strategi Organisasi Publik Nawawi

Nawawi menjabarkan proses manajemen strategi sebagai sebuah sistem

dengan tahapan: 1) Perancanaan strategi dengan unsur-unsurnya yaitu: Visi, Misi

dan tujuan organisasi, 2) Perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya yaitu:

sasaran operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa (fungsi

pengorganisasian, fungsi Pelaksanaan, fungsi penganggaran), kebijakan

situasional, jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal, fungsi kontrol dan

evaluasi serta umpan balik.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam rincian yang terukur (indikator penelitian), dan yang menjadi variabel

dalam penelitian ini yaitu “Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik

Kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan”. Maka dalam penjelasan definisi

oprasional ini akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang berkaitan

dengan konsep yang digunakan, dalam hal ini peneliti menggunakan teori Model

Proses Manajemen Strategi Organisasi Publik sebagai sebuah sistem menurut

Nawawi, keberhasilannya suatu manajemen strategi ditentukan oleh proses

manajemen strategi yang meliputi 2 komponen dasar, adapun indikator dari teori

tersebut adalah:

1. Perancanaan strategi dengan unsur-unsurnya yaitu:

Visi,

Page 83: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

65

Misi,

Tujuan Organisasi.

2. Perencanaan operasional dengan unsur-unsurnya yaitu:

Sasaran operasional,

Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa (fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi penganggaran),

Kebijakan situasional,

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal,

Fungsi kontrol dan evaluasi,

Umpan balik

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

NO Variabel Dimensi Sub Dimensi 1 Perencanaan

Strategi Visi Faktor yang Mempengaruhi Visi

Kesesuaian Visi untuk Penanganan Konflik

Misi Kesesuaian Misi untuk menjalankan visi Misi jangka panjang untuk penanganan konflik

Tujuan Strategi Organisasi

Tujuan organisasi dengan visi dan misi yang dibuat

2 Perencanaan Operasional

Sasaran operasional Ketentuan sasaran operasional Kesesuaian sasaran operasional

Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

Kejelasan fungsi pengorganisasian Kejelasan fungsi pelaksanaan Kejelasan fungsi penganggaran

Kebijakan situasional Kebijakan pemerintah Proses Penyelesaian Konflik

Jaringan kerja Jaringan kerja internal Jaringan kerja eksternal

Fungsi Kontrol dan evaluasi

Pengawasan pemerintah Kekurangan dalam penyelesaian konflik

Umpan balik Respon dan Partisipasi masyarakat (Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

Page 84: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

66

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses

pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam

penelitian disebut juga instrument penelitian atau dengan kata lain bahwa pada

dasarnya instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam

pengukuran fenomena alam atau sosial yang diamati. Dalam penelitian mengenai

Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan di Kabupaten Lampung

Selatan (Studi kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang

Bali 2012), yang menjadi instrument utamanya adalah peneliti sendiri.

Moleong (2005:19) pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan

data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data,

sedangkan menurut Irawan (2006:17) dalam sebuah penelitian kualitatif yang

menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Menurut Nasution

dalam. Sugiyono, (2012:224) peniliti sebagai instrument penelitian serupa karena

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulant dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus

3. Tiap situasi merupakan kesaluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa tes atau angket yang dapat menganggkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

Page 85: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

67

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannnya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan dapat menafsirkan.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan akan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.

7. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberikan perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian

kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi setelah masalah yang akan

dipelajari itu jelas, maka dapat dikembangkan satu instrument.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spadley dalam Sugiyono dinamakan ” Social situation” atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif

bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan,

informan.

Dalam penelitian mengenai Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik

Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku

Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012), penentuan informan

dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik Purposive. Teknik

Page 86: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

68

purposive ini adalah teknik pengambilan sumber data langsung pada sasaran atau

tujuan. Peneliti menggunakan teknik purposive, di karenakan peneliti mengetahui

secara jelas siapa saja yang akan peneliti pilih untuk menjadi responden pada

penelitian untuk mengetahui bagaimana manajemen strategi penyelesaian konflik

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan. Informan tersebut ditentukan dan

ditetapkan tidak berdasrkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan

pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai fokus masalah penelitian.

(Sugiyono, 2012: 246).

Bungin, Burhan dalam bukunya analisis data penelitian kualitatif (2007:53)

prosedur sampling yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana

menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang serat

informan sesuai dengan fokus penelitian. Menurut Denzim K (2009: 290), bahwa

penentuan key informan disebut pemilihan partisipasi pertama (the primary

selection), yaitu pemilihan secara langsung memberi peluang bagi peneliti untuk

menentukan sampel dari sekian informan yang ditemui. Sedangkan jika peneliti

tidak dapat menentukan partisipasi secara langsung, secara alternatif peneliti dapat

melakukan pemilihan informan kedua (secondary selection).

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah key informan, yang

mana key informan merupakan narasumber yang utama. Dalam penelitian ini yang

menjadi key informan adalah:

1. Kepala Bidang Linmas dan Penanggulangan Konflik Kesbangpol

Lampung Selatan

Page 87: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

69

2. Kasat Binmas Polres Lampung Selatan

3. Forum/Lembaga Penanganan Konflik

4. Kepala Desa Agom

5. Kepala Desa Balinuraga

Kemudian yang mejadi Secondary informannya adalah sebagai berikut:

1. Tokoh Masyarakat Lampung Desa Agom

2. Masyarakat Lampung Desa Agom

3. Tokoh masyarakat desa Balinuraga.

4. Ketua Bintara Unit Khusus Intelegen Kodim Lam-Sel

Tabel 3.2 Informan Penelitian

(Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

No Kode Informan Keterangan

1 I1 Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan Key Informan

2 I2 Kasat Binmas Polres Lampung Selatan Key Informan

3 I3.1 Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Key Informan

4 I3.2 Anggota Forum Kerukunan Umat beragama/Kasubid Ketahanan Seni dan Budaya Key Informan

5 I3.3 Sekretaris Majelis Penyeimbang Adat Lampung/ Kabag Umum DPRD Kab. Lampung Selatan Key Informan

6 I4.1 Kepala Desa Agom Key Informan 7 I4.2 Masyarakat Lampung Desa Agom Secondary Informan

8 I4.3 Masyarakat Lampung Desa Agom Secondary Informan

9 I5.1 Kepala Desa Balinuraga Key Informan

10 I5.2 Kadus (Kepala Dusun) Pande Arga Desa Balinuraga Key Informan

11 I5.3 Tokoh Masyarakat Desa Balinuraga Secondary Informan

12 I6 Ketua Bintara Unit Khusus Intelegen Kodim Lam-Sel Secondary Informan

Page 88: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

70

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitiannya. Dalam

penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam berbagai teknik pengumpulan data

yaitu, wawancara, observasi, dokumentasi, studi kepustakaan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

teknik seperti wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan, yang

mana teknik-teknik tersebut diharapkan dapat memperoleh data dan informasi

yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya.

3.7.1.1 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai

sumber dan berbagai cara (Sugiyono,2012:224). Teknik pengumpulan data kali ini

yang digunakan adalah: wawancara tidak terstruktur, dimana wawancara bebas.

Dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Observasi yaitu

pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang

dilakukan sumber penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

observasi non partisipasi artinya hanya sebagai pengamat saja.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 89: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

71

1. Wawancara

Mukthar (2013: 101) Teknik wawancara adalah teknik memperoleh

informasi secara langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada

pihak pertama yang dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban

terhadap pernyataan yang diajukan. Sugiyono (2005:157) Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.

Alwasillah (2006:154) menjelaskan bawha melalui wawancara penulis

bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-dep-information) karena peneliti

dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti dapat

mengajukan pertanyaan usulan (follow up question), responden cendrung

menjawab apabila diberi pertanyaan, juga responden dapat menceritakan sesuatu

yang terjadi di masa silam dan masa mendatang.

Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam. Untuk

itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data secara

terstruktur, akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk menggunakan

wawancara tidak terstruktur guna memperkaya data yang digunakan peneliti.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan menggunakan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Sedangkan,

wawancara tidak struktur adalah wawancara yang dilakukan secara bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Page 90: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

72

a. Dimensi Teori

Proses manajemen strategi menurut Nawawi sebagai sebuah sistem

dengan tahapan: 1) Perancanaan strategi dimana memiliki unsur-unsurnya yaitu:

Visi, Misi dan tujuan organisasi, kemudian pada tahap kedua 2) Perencanaan

operasional dimana memiliki unsur-unsurnya yaitu: sasaran operasional,

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa (fungsi pengorganisasian, fungsi

Pelaksanaan, fungsi penganggaran), kebijakan situasional, jaringan kerja internal

dan jaringan kerja eksternal yang diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang

berarti Strenghs (kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities

(kesempatan), dan Threats (ancaman), kemudian unsur fungsi kontrol dan

evaluasi serta umpan balik.

Adapun indikator dimensi dari penjelasan teori diatas, yaitu:

1. Perancanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yaitu:

Visi,

Misi,

Tujuan Organisasi,

2. Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya yaitu:

Sasaran operasional,

Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa (fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi penganggaran),

Kebijakan situasional,

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal,

Fungsi kontrol dan evaluasi,

Umpan balik

Page 91: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

73

b. Pedoman Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang

mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informasi. Aturan pada

wawancara penelitian lebih ketat. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti

berdasarkan tugas pokok dan fungsi setiap informan dalam penelitian. Oleh

karena itu dalam pedoman wawancara mengajukan pertanyaan perlu dilandasi

oleh dimensi teori.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

No Dimensi Uraian Pertanyaan Kode Informan

1 Perencanaan Strategi

Visi Apa saja faktor yang mempengaruhi visi dalam strategi untuk penyelesaian konflik?

I1, I2, I3n

Misi Bagaimana dengan perumusan misi untuk menjalankan visi yang telah dibuat?

Apakah misi yang dibuat juga untuk program jangka panjang dalam penanganan konflik kependudukan yang sering terjadi?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n Tujuan strategi organisasi

Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan sesuai dengan visi yang dibuat?

Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan dengan misi?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n 2 Perencanaan Operasional

Sasaran Operasional

Bagaimana sasaran operasional ditentukan? apakah sudah tepat sasaran penyelesaian

konflik pendudukan saat itu?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n Pelaksanaan fungsi manajemen (fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi penganggaran)

bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan?

apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan renstra yang dibuat?

Apakah program yang dibuat telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)?

Bagaimana dengan dana untuk perbaikan

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

Page 92: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

74

kerusakan yang dialami masyarakat? Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi

untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian masyarakat saat terjadi konflik?

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

Kebijakan Situasional

kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut?

Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal

kekuatan apa yang dimilik pemerintah untuk program penanganan konflik penduduk yang sudah terjadi?

Apasaja kelemahan dalam program yang sudah dibuat untuk penanganan konflik kependudukan yang sudah terjadi?

Bagaimana dengan ancaman yang menghambat jalannya program yang telah dibuat sebelumnya?

Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk program yang akan dijalankan?

siapa saja stakeholder yang ikut bertanggung jawab atas kebijakan yang dibuat dalam penyelesaian konflik penduduk saat itu?

bagaimana koordinasi dengan dinas yang lain?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

Fungsi kontrol dan evaluasi

bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut?

apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan?

apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

I1, I2, I3n, I4n, I5n

Umpan balik bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan?

bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk penyelesaian konflik kependudukan?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

(Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

Page 93: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

75

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditunjukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dengan teknik

dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai

narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber

tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk karya pikir

(Satori,2010:148).

Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Alwasilah (2006:155)

mengartikan dokumen sebagai barang yang tertulis atau terfilemkan selain record

yang tidak disiapkan khusus atau permintaan atau permintaan peneliti. Adapun

dokumen-dokumen yang digunakan berupa surat-surat keputusan, data statistik,

catatan-catatan, arsip-arsip, laporan, foto, dan dokumen-dokumen lain.

3. Studi kepustakan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan memperoleh

atau mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan.

4. Observasi

Menurut Nasution dalam (Sugiyono,2012:226) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang

Page 94: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

76

sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)

maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan

dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dilakukan oleh Guba dan Lincoln

dalam Moleong sebagai berikut:

“Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan memanfatkan pengamatan. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit.Situasi yang rumit mungkin terjadi ketika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.”

3.7.2 Teknik Analisis Data

Dalam peneliti kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti

melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian, analisis

data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat

jenuh. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005:248) menjelaskan

bahwa dalam kualitatif adalah:

“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”

Page 95: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

77

Data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi

yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang diteliti.Aktifitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus hingga tuntas sampai datanya sudah jenuh. Analisis data dalam

penelitian kualitatif bersifat induktif dimana data yang diperoleh akan di analisis

dan dikembangkan menjadi sebuah asumsi dasar penelitian.

Pemaparan diatas mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai

tuntas, sampai datanya jenuh, ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak

diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi

pengumpulan data, reduksi, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Analisis data dapat dilakukan dengan meliputi tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data-data yang berupa data

variabel dari hasil wawancara diubah menjadi bentuk tulisan.

2. Reduksi Data

Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah penelitian

dalam mengumpulkan data selanjutnya, maka dilakukan mereduksi data. Reduksi

data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

Page 96: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

78

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses

pengumpulan data masih berlangsung pada tahap ini juga akan berlangsung

kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian). Proses

informasi ini berlanjut terus menerus sampai laporan akhir penelitian tersusun

lengkap.

Dengan kata lain mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data

yang diperoleh melalui penggunaan instrumen, selanjutnya data dipilih sesuai

dengan tujuan permasalahan yang ingin dicapai.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan selanjutnya.

Akan tetapi dalam penelitian ini penyajian data yang peneliti lakukan dalam

penelitian ini adalah bentuk teks narasi, seperti yang dilakukan oleh miles &

Huberman “the frequent from display data for qualitative research data in the

past has been narrative text” (yang paling sering digunakan untuk penyajian data

kualitatif pada masa lalu adalah bentuk teks naratif). Penyajian data bertujuan agar

penelitian dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan

selanjutnya yang akan dilakukan.

Page 97: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

79

Dengan kata lain, penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori

yang berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data, penelitian mulai mencari arti dari

hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan.

Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan sebelumnya masih bersifat

sementara, dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus

berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung dengan bukti-

bukti data yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.Intinya

adalah penarikan kesimpulan diperoleh setelah penyajian data. Kesimpulan

merupakan hasil kegiatan mengaitkan antara pertanyaan-pertanyaan penelitian

dengan data yang diperoleh di lapangan. Teknik analisis data yang telah diuraikan

tersebut mengacu pada model interaktif (Milles dan Huberman 2009:20).

(Sumber: Miles dan Hubermen, 2009:20)

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

Page 98: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

80

3.1.1.1 Sumber Data

Data adalah bahan keterangan tentang semua objek penelitian yang

diperoleh dilokasi penelitian (Bungin, 2005:19)

Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data

primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung dari sumbernya dan

masih bersifat mentah. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus

(focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti

dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data

sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik

(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.Data sekunder terbagi dua, yaitu

studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

3.1.1.2 Uji Keabsahan data Menurut Sugiyono (2012:267), keabsahan data atau validitas adalah

derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan

Page 99: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

81

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Adapun dalam menguji validitas data, peneliti menggunakan dua cara

yakni:

1. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada (Sugiyono, 2012:241). Terdapat beberapa macam triangulasi

diantaranya:

a. Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dengan teknik yang berbeda.

b. Triangulasi Teknik yaitu mengecek data yang diperoleh kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu yaitu mengecek data yang diperoleh di waktu yang berbeda.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis data menggunakan dua

cara, yaitu triangulasi sumberdata dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber data

dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari

para informan yang dituju. Moleong (2005: 330-331) menjelaskan bahwa

triangulasi dengan sumber menurut Patton berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh di lapangan melalui

beberapa sumber dengan waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun pengecekan dilakukan

dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses

Page 100: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

82

check dan recheck data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik

triangulasi sumber dan teknik.

2. Member Check

Menurut Sugiyono (2012:276) Member Check adalah proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan valid, maka semakin dipercaya.

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan di Kabupaten

Lampung Selatan Studi kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

Pendatang Bali 2012 ini berada di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi

Lampung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada tabel 3.4

berikut:

Page 101: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi

Lampung. Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Kalianda. Kabupaten ini memiliki

luas wilayah 2.109,74 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 923.002 jiwa.

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 1050 sampai dengan 1050 450

Bujur Timur dan 50 150 sampai 60 Lintang Selatan. Mengingat yang demikian ini

daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain Indonesia

merupakan daerah tropis.

Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan mempunyai

sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terdapat sebuah

pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri

dapat merapat. Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting

bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung, terutama penduduk Lampung

Selatan. Pelabuhan ini sejak tahun 1982 termasuk dalam wilayah Kota Bandar

Lampung. Di bagian selatan wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang juga

ujung Pulau Sumatera terdapat sebuah pelabuhan penyeberangan Bakauheni, yang

merupakan tempat transit penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.

Page 102: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

84

Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera

bagian selatan. Jarak antara Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan

Pelabuhan Merak (Provinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer, dengan waktu

tempuh kapal penyeberangan sekitar 1,5 jam. Kabupaten Lampung Selatan

mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74 km² (LSDA 2007), dengan

kantor pusat pemerintahan di Kota Kalianda.

Saat ini Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah penduduk 923.002

jiwa (LSDA 2007), memiliki luas daratan + 2.109,74 km2 yang terbagi dalam 17

kecamatan dan terdiri dari 248 desa dan 3 kelurahan.

(Sumber: Data Peneliti, 2015)

Gambar 4.1

Pelabuhan Bakauheni Dan Menara Siger Lampung

Page 103: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

85

1. Terbentuknya Kabupaten Dati II Lampung Selatan

Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan

UUD1945. Di dalam UUD 1945 bab VI Pasal 18 menyebutkan bahwa

“Pembagian Daerah di Indonesia atas Daerah Besar dan Kecil, dengan bentuk

susunan Pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan

memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan

Negara dan Hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa".

Sebagai realisasi dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 dimaksud, lahirlah

Undang-Undang nomor 1 tahun 1945 yang mengatur tentang kedudukan Komite

Nasional Daerah yang pertama, antara lain mengembalikan kekuasaan pemerintah

di daerah kepada aparatur yang berwenang yaitu Pamong Praja dan Polisi. Selain

itu juga untuk menegakkan pemerintah di daerah yang rasional dengan

mengikutsertakan wakil-wakil rakyat atas dasar kedaulatan rakyat.

Selanjutnya disusul dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948

tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, yang menegaskan bahwa

Pembentukan Daerah Otonom dalam Wilayah Republik Indonesia yang susunan

tingkatannya adalah sebagai berikut :

a. Provinsi daerah Tingkat I

b. Kabupaten/Kota madya (Kota Besar), Daerah TK II

c. Desa (Kota Kecil) Daerah TK III

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 dimaksud, maka

lahirlah Provinsi Sumatera Selatan dengan Perpu Nomor 33 tanggal 14 Agustus

Page 104: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

86

1950 yang dituangkan dalam Perda Sumatera Selatan nomor 6 tahun 1950.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1950 tentang Pembentukan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah untuk Daerah Provinsi,

Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil, maka keluarlah Peraturan Provinsi

Sumatera Selatan nomor 6 tahun 1950 tentang pembentukan DPRD Kabupaten di

seluruh Provinsi Sumatera Selatan.

Perkembangan selanjutnya, guna lebih terarahnya pemberian Otonomi

kepada Daerah bawahannya yaitu diatur selanjutnya dengan Undang-Undang

Darurat nomor 4 tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Kabupaten dalam

lingkungan Dearah Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 14 Kabupaten, di

antaranya Kabupaten Dati II Lampung Selatan beserta DPRD dan 7 (tujuh) Dinas

Otonom yang ditetapkan tanggal 14 Nopember 1956, dengan ibu kota di Tanjung

Karang-Teluk Betung atau yang sekarang dikenal dengan kota Bandar Lampung.

Selanjutnya dalam perjalanan penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan, Kabupaten Lampung Selatan secara resmi menjadi Daerah

Otonom pada tanggal 14 Nopember 1954, akan tetapi pimpinan daerah telah ada

dan dikenal sejak tahun 1946. Sebelum menjadi daerah Otonom, wilayah

Lampung Selatan sejak awal kemerdekaan, terdiri dari 4 (empat) kewedanan

masing-masing :

a. Kewedanan Kota Agung, meliputi Kecamatan Wonosobo, Kota

Agung dan Cukuh Balak. (sekarang menjadi wilayah Kabupaten

Tanggamus)

Page 105: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

87

b. Kewedanan Pringsewu, meliputi Kecamatan Pagelaran, Pringsewu,

Gadingrejo, Gedong Tataan dan Kedondong. (sebagian menjadi

wilayah Kabupaten Pringsewu dan (Kabupaten Pesawaran)

c. Kewedanan Teluk Betung, meliputi Kecamatan Natar, Teluk Betung

dan Padang Cermin. (sekarang sebagian menjadi wilayah (Kabupaten

Pesawaran dan Kota Bandar Lampung)

d. Kewedanan Kalianda, meliputi Kecamatan Kalianda dan Penengahan.

Pada tahun 1959, dibentuk Sistem Pemerintahan Negeri yang merupakan

penyatuan dari beberapa negeri yang ada pada saat itu, yaitu :

a. Negeri Cukuk Balak, meliputi Kecamatan Cukuk balak, Tahun 1990

Kecamatan Cukuk Balak di bagi dua kecamatan yaitu Kecamatan

Cukuk Balak dan Negeri Kelumbayan.

b. Negeri Way Lima, meliputi Kecamatan Kedondong. Tahun 1970

Kecamatan Kedondong dibagi dua yaitu Kecamatan Kedondong dan

Pardasuka, kemudian tahun 1990 Kecamatan Kedondong di bagi dua

yaitu Kecamatan Kedondong dan Way Lima.

c. Negeri Gedong Tataan, meliputi Kecamatan Gedong Tataan. Pada

tahun 1990 Kecamatan Gedong Tataan dibagi 2 yaitu Kecamatan

Gedong Tataan dan Negeri Katon.

d. Negeri Gadingrejo, meliputi Kecamatan Gadingrejo.

e. Negeri Pringsewu, meliputi Kecamatan Pringsewu, tahun 1970

kecamatan ini di bagi dua yaitu Kecamatan Pringsewu dan Sukoharjo.

Page 106: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

88

Tahun 1990 Kecamatan Sukoharjo dibagi dua yaitu Kecamatan

Sukoharjo dan Adi Luwih.

f. Negeri Pugung, meliputi Kecamatan Pagelaran.

g. Negeri Talang Padang, meliputi Kecamatan Talang Padang. Pada

tahun 1970 Kecamatan ini dibagi dua yakni Kecamatan Talang

Padang dan Pulau Panggung.

h. Negeri Kota Agung, meliputi Kecamatan Kota Agung. Tahun 1990

Kecamatan Kota Agung dibagi dua yakni Kecamatan Kota Agung dan

Pematang Sawah.

i. Negeri Semangka, meliputi Kecamatan Wonosobo. Tahun 1990

Kecamatan Wonosobo di bagi dua yaitu Kecamatan Wonosobo dan

Way Semangka.

j. Negeri Buku, meliputi Kecamatan Natar. Tahun 2000 Kecamatan ini

dibagi dua yaitu Natar dan Tegineneng.

k. Negeri Balau termasuk Kecamatan Natar pada tahun 1968 Kecamatan

Kedaton dipindahkan dari Kecamatan Natar yang meliputi Negeri

Balau. Negeri Kalianda meliputi Kecamatan Kalianda.

l. Negeri Kalianda meliputi Kalianda, Katibung dan Sidomulyo.

Kemudian tahun 1990 Kecamatan Kalianda di bagi dua yaitu

Kecamatan Kalianda dan Rajabasa. Kecamatan Sidomulyo dibagi dua

yakni Kecamatan Sidomulyo dan Candipuro, sedangkan Kecamatan

Katibung di bagi dua yaitu Katibung dan Merbau Mataram.

Selanjutnya pada tahun 2006 Kecamatan Sidomulyo dibagi dua

Page 107: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

89

Kecamatan Sidomulyo dan Way Panji dan Kecamatan Katibung di

bagi dua yaitu Katibung dan Way Sulan.

m. Negeri Dataran Ratu meliputi Kecamatan Penengahan dan Palas.

Tahun 1990 Kecamatan penengahan dibagi dua Kecamatan yakni

penengahan dan Ketapang. Kecamatan Palas dibagi dua Kecamatan

Palas dan Sragi. Kemudian tahun 2006 Kecamatan Penengahan di

bagi dua yakni Penengahan dan Bakauheni.

n. Negeri Teluk Betung meliputi Kecamatan Teluk Betung dan

Kecamatan Panjang. (sekarang masuk Kota Bandar Lampung)

o. Negeri Padang Cermin meliputi Kecamatan Padang Cermin. Tahun

1990 kecamatan ini dibagi dua yaitu Kecamatan Padang Cermin dan

Punduh Pidada.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan berikut jabatan wedana dihapus

selanjutnya diganti menjadi jabatan kepala negeri yang masa jabatannya lima

tahun, pada tahun 1970 tidak dipilih lagi dan tugasnya diangkat oleh Camat. Pada

tahun 1972 semua negeri seluruh Lampung di hapus.

2. Pemindahan Ibu Kota

Pada Awalnya terbentuk, Lampung Selatan masih merupakan bagian dari

Wilayah Sumatera Selatan. Berdasarkan UU no 14 tahun 1964 tentang

Pembentukan Provinsi Daerah TK I Lampung, maka Daerah TK II Lampung

Selatan secara resmi merupakan salah satu Kabupaten dalam daerah TK I

Lampung. Dengan ditingkatkannya status kota Tanjung Karang-Teluk Betung

menjadi Kotapraja berdasarkan UU nomor 28 tahun 1959, praktis kedudukan

Page 108: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

90

ibukota Kabupaten Dati II Lampung Selatan berada di luar Wilayah

Administrasinya.Usaha-usaha untuk memindahkan Ibu Kota Kabupaten Daerah

TK II Lampung Selatan dari Wilayah Kota Madya Daerah TK II Tanjung Karang-

Teluk Betung ke Wilayah Administrasi Kabupaten Daerah TK II Lampung

Selatan telah dimulai sejak tahun 1968.

Atas dasar Surat Edaran Mendagri tanggal 15 Mei 1973 nomor Pemda

18/2/6 yang antara lain mengharapkan paling lambat tahun pertama Repelita III

setiap Ibu Kota Kabupaten/Kotamadya harus telah mempunyai rencana induk

(master plan), maka telah diadakan Naskah Kerjasama antara Pemda TK I

Lampung dan Lembaga Penelitian dan Planologi Departemen Planologi Institut

Teknologi Bandung (LPP-ITB) nomor OP.100/791/Bappeda/1978 dan nomor :

LPP.022/NKS/Lam/1978 tanggal 24 Mei 1978.Hasil penelitian terhadap 20 (dua

puluh) ibu kota kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Daerah TK II

Lampung Selatan, maka terpilih 2 (dua) kota yang mempunyai nilai tertinggi

untuk di jadikan calon ibu kota, yaitu Pringsewu dan Kalianda.

Dengan Surat Perintah Tugas tanggal 17 Mei 1980 nomor

259/V/BKT/1980 Tim Departemen Dalam Negeri melakukan Penelitian Lapangan

dari tanggal 19 sampai dengan 29 Mei 1980 terhadap 6 (enam) kota kecamatan

sebagai alternatif calon ibu kota baru Lampung Selatan, yaitu Kota Agung, Talang

Padang, Pringsewu, Katibung, Kalianda dan Gedung Tataan. Hasil Penelitian Tim

Depdagri tersebut berkesimpulan bahwa Kalianda adalah pilihan yang tepat

sebagai calon ibu kota yang baru Kabupaten Dati II Lampung Selatan. Dengan

Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 28 Juli 1980 nomor 135/3009/PUOD,

Page 109: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

91

ditetapkan lokasi calon ibu kota Kabupaten Dati II Lampung Selatan di Desa

Kalianda, Desa Bumi Agung dan Desa Way Urang.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No 39 tahun 1981 tanggal 3

Nopember 1981, ditetapkan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah TK II

Lampung Selatan dari Wilayah Kota Madya Tanjung Karang-Teluk Betung ke

Kota Kalianda yang terdiri dari Kelurahan Kalianda, Kelurahan way Urang dan

Kelurahan Bumi Agung. Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri nomor

135/102/PUOD tanggal 2 Januari 1982, peresmiannya dilakukan pada tanggal 11

Pebruari 1982 oleh Menteri Dalam Negeri yaitu Bapak Amir Machmud.

Sedangkan kegiatan Pusat Pemerintahan di Kalianda ditetapkan mulai tanggal 10

Mei 1982.

3. Sosial Budaya dan Agama

Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara

garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu penduduk asli Lampung

dan penduduk pendatang. Penduduk asli khususnya sub suku Lampung Peminggir

umumnya berkediaman di sepanjang pesisir pantai. Penduduk sub suku lainnya

tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Penduduk pendatang

yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bermacam-macam

suku dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Bali, Sulawesi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan

Aceh. Dari semua suku pendatang tersebut jumlah terbesar adalah pendatang dari

Pulau Jawa. Besarnya penduduk yang berasal dari Pulau Jawa dimungkinkan oleh

adanya kolonisasi pada zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan dengan

Page 110: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

92

transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan, disamping perpindahan penduduk

secara swakarsa dan spontan. Beragamnya etnis penduduk di Kabupaten Lampung

Selatan mungkin juga disebabkan karena Kabupaten Lampung Selatan sebagian

besar adalah wilayah pantai sehingga banyak nelayan yang bersandar dan

menetap.

Para nelayan ini pada umumnya mendiami wilayah pantai timur dan

selatan, yang sebagian besar berasal dari pesisir selatan Pulau Jawa dan Sulawesi

Selatan. Dengan beragamnya etnis penduduk yang bertempat tinggal di

Kabupaten Lampung Selatan, maka beragam pula adat dan kebiasaan

masyarakatnya sesuai dengan asal daerahnya. Adat kebiasaan penduduk asli yang

saat ini masih sering terlihat adalah pada acara-acara pernikahan. Penduduk

Kabupaten Lampung Selatan dalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum

adat tersendiri. Hukum adat tersebut berbeda antara yang satu dengan lainnya.

Secara umum penduduk asli Lampung yang terdapat di Kabupaten Lampung

Selatan dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat Lampung

Peminggir yang merupakan mayoritas suku Lampung di Kabupaten Lampung

Selatan dan kelompok kedua yaitu masyarakat Lampung Pepadun.

Adapun daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu

sebagai berikut:

a. Bakauheni

b. Candipuro

c. Merbau Mataram

d. Natar

e. Palas

Page 111: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

93

f. Penengahan

g. Rajabasa

h. Sidomulyo

i. Sragi

j. Tanjung Bintang

k. Tanjungsari

l. Way Panji

m. Way Sulan

n. Ketapang

o. Katibung

p. Kalianda

q. Jati Agung

4. Perubahan Lambang

Sehubungan dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten

Lampung Selatan Nomor 23 Tahun 2011, Tentang Bentuk, Warna, dan Isi

Lambang Daerah Kabupaten Lampung Selatan, Dengan ini diberitahukan kepada

masyarakat Provinsi Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Selatan terhitung

sejak Tanggal 8 November 2011, Bentuk, Warna, dan Isi Lambang Daerah

Kabupaten Lampung Selatan mengalami perubahan :

Page 112: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

94

Lama

Baru

(Sumber: google search/wikipedia 2015)

Gambar 4.2 Perubahan Logo Kabupaten Lampung Selatan

Logo yang baru yang memiliki makna :

Warna Lambang Daerah terdiri dari biru muda, kuning emas, biru tua,

merah, putih, hijau, coklat dan hitam, yang masing-masing warna

melambangkan :

a. Biru muda melambangkan perubahan, kejujuran, kemakmuran,

ketaatan dan takwa;

b. Kuning emas melambangkan keagungan dan kejayaan serta kebesaran

cita dan masyarakat untuk membangun daerah dan negaranya;

c. Biru tua melambangkan laut, kesetiaan, ketekunan dan ketabahan juga

melambangkan kekayaan sungai dan lautan yang merupakan sumber

perikanan dan kehidupan para nelayan;

Page 113: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

95

d. Merah melambangkan keberanian dan kedinamisan;

e. Putih melambangkan kesucian;

f. Hijau melambangkan kesejahteraan dan kecerdasaan; dan

g. Coklat melambangkan tanah yang subur untuk ladang dan sawah.

Isi Lambang Daerah mempunyai makna terdiri atas :

a. Kata Lampung Selatan berarti Daerah Kabupaten Lampung Selatan;

b. Pita bewarna merah melambangkan keberanian;

c. Bintang emas bersegi 5 (lima) melambangkan nilai-nilai keagamaan;

d. Siger melambangkan mahkota keagungan adat budaya dan tingkat

kehidupan terhormat;

e. Bergerigi 7 (tujuh) melambangkan 7 (tujuh) marga antara lain (marga

Pesisir/Rajabasa, Marga Legun, Marga Katibung, Marga Dantaran,

Marga Ratu, Marga Sekampung Ilir, dan Marga Sekampung Udik);

f. Setangkai Padi berjumlah 14 (empat belas) bulir, Kapas berjumlah 11

(sebelas) tangkai, Mutiara pada Siger berjumlah 56 (lima puluh enam)

butir, merujuk pada hari jadi Kabupaten Lampung Selatan 14

November 1956;

g. Gunung, laut, daratan, dan pohon kelapa melambangkan kekayaan

alam;

h. Aksara Lampung yang berarti suka bermusyawarah untuk menuju

mufakat;

i. Sebuah badik melambangkan keperwiraan;

Page 114: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

96

Demikian pemberitahuan ini agar masyarakat dapat mengatahuinya.

a. H. RYCKO MENOZA. SZP., SE.,SH.,MBA. (BUPATI)

b. H.EKI SETYANTO,SE. (WAKIL BUPATI)

c. Ir. SUTONO,MM. (SEKRETARIS DAERAH)

Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza adalah yang memiliki pemikiran

untuk mengganti lambang daerah telah dilakukan sejak dia dilantik menjadi

bupati. Sebab lambang daerah yang dimiliki Lampung Selatan saat ini sudah tidak

sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten yang

mengusulkan pergantian lambang daerah itu ke DPRD Lampung Selatan. Mulai 1

Januari 2012, seluruh kendaraan Dinas (Randis) milik Pemerintah Kabupaten

Lampung Selatan dipasangi logo baru kabupaten itu. Kini logo Kabupaten

Lampung Selatan sudah berubah. Maka diperlukan sosialisasi, salah satunya

dengan memasang logo baru pada randis, tugu, gapura, dan bet seragam pegawai

negeri sipil (PNS).

4.1.2 Gambaran Umum Desa Agom

Konflik pada tanggal 27 sampai 29 oktober 2012 terjadi diwilayah

administrasi Kabupaten Lampung Selatan yang melibatkan masyarakat Desa

Agom Kecamatan Kalianda dan Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji. Jarak

kedua desa ini kurang lebih lima kilometer dan dipisahkan dua desa yaitu Desa

Taman Agung dan Desa Sidoreno.

Jumlah penduduk Desa Agom dengan luas wilayah 630ha/m2 pada tahun

2013 adalah 2840 jiwa atau 791 KK. Penduduk didominasi oleh suku pribumi

Page 115: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

97

Lampung dan suku jawa, selain itu terdapat suku lain seperti sunda, betawi, dan

batak. Pola permukiman cenderung berjauhan antara rumah yang satu dengan

rumah yang lain. Sebagian besar penduduk Desa Agom bermata pencaharian

sebagai petani dengan tingkat pendidikan rendah.

4.1.3 Gambaran Umum Desa Balinuraga

Berbeda dengan Desa Agom yang didirikan oleh masyarakat pribumi.

Desa Balinuraga adalah desa yang didirikan oleh transmigran Bali yang sudah

berpuluh-puluh tahun bermukim disini. Sebelum menjadi bagian dari Kabupaten

Lampung Selatan. Desa Balinuraga termasuk dalam daerah Kabupaten Lampung

Timur. Setelah masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan Desa

Balinuraga termasuk wilayah Kecamatan Sidomulyo. Setelah ada proyek

pemekaran wilayah, maka Desa Balinuraga menjadi bagian dari Kecamatan Way

Panji. Jumlah penduduk Desa Balinuraga yang memiliki luas wiayah 920 Ha/m2

adalah 2200 jiwa atau 500 KK.

Penduduk Balinuraga murni suku Bali yang beragama Hindu dan

mayoritas penduduknya adalah petani karet dan sawit sukses dengan lahan luas

walaupun tingkat pendidikannya rendah. Pola pemukiman di Balinuraga terpola

seperti kompleks perumahan, jarak antara rumah saling berdekatan. Desa

Balinuraga bukan satu-satunya pemukiman dengan penduduk murni suku bali,

diwilayah yang masih berdekatan dengan Desa Balinuraga terdapat pula desa

dengan penduduk murni suku Bali, yaitu Desa Bali Napal dan Desa Sidoreno yang

juga pernah terlibat konflik dengan suku pribumi.

Page 116: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

98

(Sumber: google search/wikipedia 2015)

Gambar 4.3

Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi data penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian

yang telah diolah dari data mentah, dengan mengunakan teknik analisis data yang

Page 117: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

99

relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif yang menghasilkan data baik berupa kata-kata maupun

tindakan. Data kualitatif diperoleh melalui observasi partisipasi pasif, wawancara

mendalam, kajian pustaka, serta studi dokumentasi yang sesuai dengan fokus

penelitian. Data-data kualitatif tersebut perlu dianalisis saat sebelu memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai dilapangan.

Berikut ini untuk mempertajam analisis data, peneliti menggunakan

dimensi penilaian yang mengacu pada teori yang dikemukankan oleh Nawawi

(2005: 151) diantaranya yaitu:

1. Perencanaan Strategi , dan

2. Perencanaan Operasional

Dalam menganilisis data kualitatif, peneliti menggunakan teknik analisis

data yang dikemukakan oleh Miles dan Hubermen (2009:20). Tujuannya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti serta membantu mempresentasikannya kepada

orang. Miles dan Hubermen menjelaskan ada beberapa langkah penting yang

perlu dilakukan dalam menganalisis data, diantaranya pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data mentah baik

melalui wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka, serta studi dokumentasi,

tanpa adanya intervensi dari pihak lain dari pemikiran peneliti atau dengan kata

lain data yang bersifat apa adanya (verbatim). Langkah kedua yaitu mereduksi

data dengan merangkum, memilih-milih hal-hal yang pokok, dan mengfokuskan

Page 118: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

100

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya reduksi data ini juga

berlangsung selama proses pengumpulan data masih berlangsung, pada tahap ini

juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi

(bagian-bagian). Adapun dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti

memberikan beberapa kode sebagai berikut:

1. Kode Q untuk menunjukkan item pertanyaan

2. Kode A untuk menunjukan item jawaban

3. Kode I1 untuk menujukan informan dari pihak Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan

4. Kode I2 untuk menunjukan informan dari pihak Kassat Binmas Polres

Lampung Selatan

5. Kode I3.1 – I3.3 untuk menunjukan informan dari pihak Lembaga

Penanganan Konflik atau Forum Penanganan Konflik

6. Kode I4.1 –I4.3 untuk menunjukan informan dari pihak masyarakat

Lampung

7. Kode I5.1 –I5.3 untuk menunjukan informan dari pihak masyarakat

Bali.

8. Kode I6 untuk menunjukan informan dari pihak Kodim Kabupaten

Lampung Selatan.

Kemudian penyajian data yang dilakukan dalam uraian singkat, bagan

hubungan antar kategori, flowchart dengan penyajian datanya berbentuk

narasiyang bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan

merencanakan tidakan selanjutnya yang dilakukan. Langkah terakhir adalah

Page 119: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

101

penarikan kesimpulan dengan catatan bahwa data penelitian tersebut sudah jenuh

dan didukung dengan bukti-bukti data yang valid dan konsisten yang peneliti

temukan dilapangan.

4.2.2 Daftar Informan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul manajemen strategi penyelesaian konflik

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (studi kasus konflik antar suku asli

Lampung dengan suku pendatang Bali tahum 2012) seperti yang sudah peneliti

kemukakan pada BAB III, dalam pemilihan informan peneliti menggunakan

teknik purposive. Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder dalam

manajemen strategi penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung

Selatan (studi kasus konflik antar suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali

tahun 2012) baik dari pihak pemerintah, aparat keamanan, lembaga penanganan

konflik dan masyarakat.

Mengenai informan penelitian, peneliti membagi informan menjadi dua

yaitu key informan yang merupakan pihak yang terlibat secara langsung dalam

penanganan konflik tersebut, sedangkan secondary informan adalah informan

yang tidak terlibat langsung secara langsung namun memiliki pengetahuan atau

informasi terkait dengan penanganan konflik di Kabupaten Lampung Selatan.

Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 4.1 dibawah ini:

Page 120: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

102

Tabel 4.1

Kodefikasi Informan Penelitian

No Kode Nama Keterangan

1 I1 Ismed Alwi

Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan

2 I2 Y. Ujang Kasat Binmas Polres Lampung

Selatan

3 I3.1 Alamsyah Ketua Forum Kewaspadaan Dini

Masyarakat

4 I3.2 Ernayati Anggota Forum Kerukunan Umat

beragama/Kasubid Ketahanan Seni dan Budaya

5 I3.3 Marwan Abdullah Sekretaris Majelis Penyeimbang Adat Lampung/ Kabag Umum DPRD Kab. Lampung Selatan

6 I4.1 Muksin Syukur Kepala Desa Agom 7 I4.2 Ida Riana Masyarakat Lampung Desa Agom

8 I4.3 Hassanudin (nama

samaran) Masyarakat Lampung Desa Agom

9 I5.1 Made Santre Kepala Desa Balinuraga

10 I5.2 Kadek Sirye Kadus (Kepala Dusun) Pande

Arga Desa Balinuraga

11 I5.3 Made Suka Tokoh Masyarakat Desa Balinuraga

12 I6 Hermawanto Ketua Bintara Unit Khusus Intelegen Kodim Lampung

Selatan (Sumber: data diolah Peneliti, 2015)

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti

dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti

gunakan yaitu menggunakan teori manajemen strategi menurut Hadari Nawawi

Page 121: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

103

(2005: 151), proses manajemen strategi ini merupakan suatu sistem yang sebagai

satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula.

Dalam penelitian kali ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian

dengan didasari data yang peneliti peroleh melalui hasil observasi, wawancara,

dokumentasi, serta studi kepustakaan mengenai manajemen strategi penyelesaian

konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (studi kasus konflik antar

suku asli Lampung dan suku pendatang Bali tahun 2012) yang meliputi beberapa

komponen variabel menurut Nawawi, diantaranya sebagai berikut:

1. Perencanaan Strategi yang meliputi:

Visi

Misi, dan

Tujuan organisasi,

2. Perencanaan Operasional yang meliputi:

Sasaran Operasional

Pelaksanaan fungsi manajeman berupa (fungsi pengorganisasian,

pelaksanaan, dan fungsi penganggaran)

Kebijakan situasional

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal

Fungsi kontrol dan evaluasi

Umpan balik.

Page 122: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

104

4.3.1 Perencanaan Strategi

Manajemena strategi dapat dilihat keberhasilannya jika perencanaan

strategi dari pemerintah memang disesuaikan dengan sosio-kultur yang ada di

masyarakat. Ketika perencanaan strategi yang dibuat oleh pemerintah terlalu Ideal

(Utopis) untuk dilaksanakan di masyarakat, maka akan sulit untuk menjalankan

perencanaan strategi itu dengan baik.

Dari dimensi perencanaan strategi peneliti menilai aspek yang terkandung

didalamnya, yaitu: bagaimana visi itu dibuat untuk penyelesaian konflik

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan, kemudian bagaimana

merealisasikan visi yang dibuat dengan misi, serta apakah tujuan organisasi sudah

tercapai dari penyelesaian konflik tersebut. Maksud dari penyelesaian konflik

yang ada di Kabupaten Lampung Selatan ini sendiri sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terancana dalam situasi

dan peristiwabaik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang

mencakup pencegahan konflik, penghentian, dan pemulihan pasca konflik.

Mengenai aspek visi strategi dalam penyelesaian konflik tersebut, peneliti

memberikan pertanyaan kepada Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik

dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan,

berikut kutipan wawancarnya:

Page 123: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

105

“Visinya kan ada aturannya tuh yang diatur dalam Undang-Undang no 7 tahun

2012”. (wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00

WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi visi dalam penyelesaian konflik tersebut telah tertuang didalam

peraturan Undang-Undang No 7 Tahun 2012. Pertanyaan serupa peneliti ajukan

kepada Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan yang

mengungkapkan:

“Ya yang pengaruhin visi kita, gimana caranya biar masalah itu cepet selesai aja

tapi kalo secara tertulis gak ada tapi kalo ikutin visi dari kepolisian ya yang

melindungi, mengayomi dan melayani aja”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang,

Jumat 25 September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut, visi dalam penyelesaian konflik tersebut

tidak ada secara tertulis namun disesuaikan dengan TUPOKSI dari kepolisian.

Kemudian penelitipun mengajukan kepada Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat, yang menjawab:

“Kalo visi kita itu pengaruh dari peraturan yang UU no 7 tahun 2012 itu tentang

penanganan konflik sosial, kita juga dari program Kesbangpol sendiri, kemudian

dari konflik yang ada dimasyarakat, maka jadilah FKDM ini”.(wawancara

dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober 2015, 10.30 WIB, Kantor Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Page 124: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

106

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa forum yang

dibentuk juga visi yang dibuat masih dipengaruhi oleh Peraturan Undang-Undang

No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan disesuaikan dengan

TUPOKSI dari Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya peneliti

pun mengajukan pertanyaan tersebut kepada Ibu Ernayati (I3.2) Anggota Forum

Kerukunan Umat Beragama/Kasubid Ketahanan Seni dan Budaya, berikut kutipan

wawancaranya:

“Iya kita ada secara tertulis yang Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 Tahun 2006 dan No 8 Tahun 2006 ada juga tujuannya untuk mempersatukan umat yang beragama yang ada dilampung selatan biarpun kita beda keyakinan tapi tetap satu”.(wawancara dengan Ibu Ernayati, Kamis 1 Oktober 2015, 14.30 WIB, Sekertariat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)/Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa forum tersebut

memiliki landasan hukum sendiri yang dijadikan sebagai visi tertulis mereka.

Sementara Bapak Marwan Abdulah (I3.3) sekertaris Majelis Penyeimbang Adat

Lampung (MPAL) yang menyatakan bahwa MPAL memiliki visi untuk

menjunjung tinggi adat dan budaya Lampung, berikut kutipan wawancaranya:

“Itu visinya terwujudnya majelis penyeimbang adat Lampung yang bermatabat

untuk membangun masyarakat yang menjunjung tingga adat dan budaya

lampung”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015,

09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa MPAL yang

merupakan salah satu lembaga penanganan konflik memiliki visi yang harus

Page 125: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

107

menjunjung tinggi adat Lampung dan budaya Lampung, hal ini dikarenakan adat

dan budaya Lampung itu sendiri semakin jarang dilestarikan oleh orang

Lampungnya itu sendiri.

Berdasarkan wawancara mengenai visi strategi dalam penyelesaian konflik

di Kabupaten Lampung Selatan bahwa visi yang mereka buat dalam penyelesaian

konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan masih di berpegang oleh

peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat dan belum tersusun secara sistematis.

Sementara aspek misi untuk menjalankan visi dalam penyelesaian konflik

kependudukan, Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan

Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, berikut kutipan

wawancaranya:

“Iya disesuaikan juga dengan undang-undang itu, apa yang dilakukan oleh kita itu kayak diadakannya forum kita kumpulin masyarakatnya untuk pertemuan, ada juga sosialisasi ke kecamatan-kecamatan yang disesuaikan dengan anggaran setahun itu hanya 3 kecamatan, tahun ini baru 3 kecamatan”. (wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Wawancara diatas menjelaskan bahwa misi yang dibuat disesuaikan

dengan undang-undang yang digunakan dan untuk itu diadakan kegiatan seperti

pertemuan untuk membahas tentang sosialaisasi setelah terjadi konflik tersebut.

Hal berbeda diungkapkan oleh Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres

Lampung Selatan, kutipannya sebagai berikut:

“Ya itu tadi kita mikirnya gimana caranya supaya masalah itu bisa cepet selesai,

oh iya ada juga program Rembuk Pekon yang lagi kita jalanin”.(wawancara

Page 126: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

108

dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi

Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pihak aparat tidak

memiliki misi secara spesifik dalam penyelesaian konflik kependudukan yang

terjadi namun mereka miliki tujuan dalam penyelesaian konflik tersebut. Senada

dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat menjelaskan bahwa FKDM tidak memliki misi

secara spesifik dalam penyelesaian konflik, namun mereka memiliki tujuan yang

jelas bahwa infomasi sekecil apapun harus dilaporkan jika itu berhubungan

dengan konflik di masyarakat, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya misi dibuat sesuai sama visi, kalo kita mungkin lebih ke tujuan ya, kita sering komunikasi ke pengurus FKDM, pengurus FKDM yang ada di kabupaten itu ada 18 orang, dikecamatan juga ada tapi ya itu mati suri, banyak faktor yang menyebabkan susah untuk diaktifkan”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober 2015, 10.30 WIB, Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Hal berbeda diungkapkan oleh Bapak Marwan Abdulah (I3.3) sekertaris

Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL), berikut kutipan wawancaranya:

“Tertuang misi pembinaan dan pemberdayaan masyarkat lampung, pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, pelestarian dan pembinaan budaya adat lampung, ini kerjaan kita kerjaan MPAL, meningkatkan hubungan silahturami antar masyarakat, antar suku, antar tokoh”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam

penyelesaian konflik kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan ini MPAL

Page 127: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

109

memiliki misi secara terstruktur untuk mengurangi konflik kependudukan yang

terjadi di Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan mengenai aspek misi dalam

strategi penyelesaian konflik kependudukan secara garis besar pemerintah belum

memiliki misi secara spesifik yang digunakan dalam strategi penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi, hal ini dikarenakan pemerintah yang bertanggung

jawab dalam penanganan konflik tersebut belum siap dalam penyelesaian konflik

yang terjadi.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan mengenai aspek tentang tujuan

organisasi yang disesuaikan dengan visi, misi organisasi dan realisasinya,Bapak

Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, menyatakan bahwa tujuan organisasi

telah disesuaikan dengan visi dan misi yang ada di landasan hukum yang dipakai,

berikut kutipan wawancaranya:

“Iya sudah berjalan, karena masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya damai

itu tadi”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00

WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan

organisasi sudah tercapai seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin

mengerti arti pentingnya hidup damai. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan, berikut kutipan

wawancarnya:

Page 128: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

110

“Iya tentu ajalah itu berjalan kan diliat dari tugas kita yang 3 itu

tadi”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September 2015, 11.00

WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan).

Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa selama

kegaiatan yang dilakukan itu sesuai dengan tugas mereka sebagai penegak hukum

maka tujuan organisasi itu secara otomatis berjalan sesuai dengan visi dan misi

mereka. Kemudian tujuan organisasi yang ada di FKDM itu juga sudah berjalan

sampai sekarang hal ini diungkapkan oleh Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat, berikut kutipannya:

“Iya sudah berjalan sampai sekarang”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah,

Jumat 2 Oktober 2015, 10.30 WIB, Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan).

Namun berbeda dengan yang diungkapkan oleh Bapak Marwan Abdulah

(I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL), berikut kutipan

wawancaranya:

“Tujuan kami belum tercapai karena masyarakat lampung selatan sampai

sekarang banyak yang belum mengerti kami yang orang pribumi”.(wawancara

dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor

DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari

MPAL belum tercapai sesuai dengan apa yang menjadi visinya, ini dikarenakan

Page 129: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

111

masyarakat yang berada khususnya di Kabupaten Lampung Selatan yang sebagian

besar merupakan masyarakat pendatang masih menganggap bahwa kebudayaan

Lampung itu asing bagi mereka.

Berangkat dari hasil wawancara di atas, peneliti menganalisis bahwa

dalam penanganan dan penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi, visi dan

misinya masih belum tersusun secara sistematis. Penyebabnya karena belum

adanya SOP yang dibentuk secara tersendiri oleh pihak instansi yang bertanggung

jawab langsung dengan konflik tersebut.

Selanjutnya aspek tujuan organisasi yang disesuaikan dengan visi, misi

organisasi dan realisasinya telah berjalan sesuai dengan apa yang menjadi

tugasnya masing-masing, dan sampai sekarang masih berjalan guna

meminimalkan terjadinya konflik kembali bahkan dari tujuan tersebut di adakan

program Rembuk Pekon yang bertujuan untuk memediasi masyarakat yang

sedang berkonflik.

4.3.2 Perencanaan Operasional

Perencanaan operasioanal umumnya merupakan terjemahan dari tujuan

umum organisasi yang ada di perencanaan strategi dalam rentang waktu tertentu,

semakin baik perencanan operasional yang digunakan semakin baik pula hasil

yang didapat dan begitu pula sebaliknya. Dimensi ini terdapat beberapa aspek

yaitu sasaran operasional, pelaksanaan fungsi manajeman (fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi penganggaraan), kebijakan

Page 130: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

112

situasioanal, jaringan kerja internal, dan jaringan kerja eksternal, fungsi kontrol

dan evaluasi, umpan balik.

Pertama aspek sasaran operasional, Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan menjelaskan bahwa sasaran operasioanl mereka hanya disesuaikan dengan

anggaran yang masuk dalam setahun, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya tadi kita sesuaikan anggaran yang 3 kecamatan setahun itu, ditentukan dari

kecamatan yang rawan konfik dulu, prioritas banyak yang tinggi skala

konfliknya”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00

WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui kegiatan yang

dilakukan oleh Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan dan pemerintah

sebanyak 3 kali dalam setahun, dan diprioritaskan untuk kecamatan yang sering

terjadi konflik. Penyebabnya adalah dana anggaran APBD yang didapat untuk

kegiatan tersebut terbatas hanya untuk 3 kecamatan saja. Pertanyaan serupa

peneliti ajukan kepada Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung

Selatan, berikut kutipan wawancarnya:

“Kita berlandaskan hukum, jadi kita sesuaikan dengan pasal-pasal pidana

maupun perdata aja”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September

2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan).

Page 131: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

113

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa sasaran operasional

dari pihak aparatur hukum mengenai penanganan konflik dan penyelesaian

konflik ditentukan berdasarkan landasan hukum yang digunakan dan itu tidak bisa

diubah dan itu bersifat mutlak dan bersifat tidak memihak pihak manapun.

Berbeda dengan apa yang sampaikan oleh Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), bahwa FKDM tidak memiliki sasaran

secara tertentu, berikut kutipan wawancaranya:

“Kita gak ada sasaran tertentu, jadi kalo ada konflik ya langsung kita laporkan

ke Kesbangpol, nanti dari sini ditindak lanjutkan dengan koordinasikan sama

pihak aparat keamanan”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober

2015, 10.30 WIB, Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa untuk sasaran

operasional yang ada dalam FKDM itu tidak ditentukan karena melihat dari

tugasnya yatu hanya sebagai pencegah dari konflik yang ada dimasyarakat melalui

informasi yang didapat dari pengurus yang ada disetiap kecamatan yang ada di

Kabupaten Lampung Selatan.

Hampir sama halnya yang dijelaskan oleh Ibu Ernayati (I3.2) Anggota

Forum Kerukunan Umat beragama/Kasubid Ketahanan Seni dan Budaya bahwa

FKUB tidak memilik sasaran operasional tertentu, berikut kutipan wawancaranya:

“Gak ada sasaran tertentu buat FKUB ini”.(wawancara dengan Ibu Ernayati,

Kamis 1 Oktober 2015, 14.30 WIB, Sekertariat Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB)/Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Page 132: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

114

Sementara Bapak Marwan Abdulah (I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang

Adat Lampung (MPAL) menyatakan bahwa sasaran dari MPAL sudah ada namun

belum secara tertulis ada di peraturan daerah, berikut kutipan wawancaranya:

“Sasaran majelis ini buat masyarakat Lampung Selatan biar orang-orang lain yang bukan suku Lampung juga mengerti adat dan budaya Lampung, kan mereka juga tinggal di wilayah kita, maunya kita ya meskipun bukan orang Lampung tapi ya mereka harus mengerti dan memahami orang Lampung yang dalam artian orang pribumi”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan kutipan wawancara dapat diketahui bahwa sasaran

operasional dari MPAL itu ditujukan untuk masyarakat Kabupaten Lampung

Selatan khususnya masyarakat pendatang, sebagai masyarakat pendatang harus

lebih menghargai adat dan budaya Lampung karena masyarakat tersebut tinggal

dan menetap di Lampung.

Selanjutnya yang kedua untuk aspek fungsi manajeman (Fungsi

pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pelaksanaan penganggaran)

peneliti memberikan pertanyaan kepada narasumber dengan beberapa pertanyaan

yang sesuai dengan fungsi manajeman ini. Peneliti mengajukan pertanyaan yang

berhubungan dengan fungsi pengorganisasian yaitu tentang bagaimana kontribusi

pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi kepada

Bapak Marwan Abdulah (I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang Adat Lampung

(MPAL), berikut kutipan waancaranya:

“pemerintah berperan aktiflah dalam penyelesaian konflik itu, kalo gak berperan ya gimana mau selesai ricuhnya, kalo MPAL sendiri gak berperan secara langsung namun hanya tokoh-tokoh MPAL saja, MPAL itu kan dibangun oleh dewan perwatin, dewan perwatin ini tokoh-tokoh adat yang ada di 6 marga di Lampung selatan ini, ada marga dantaran

Page 133: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

115

yang pusatnya dipenegahan kepala marganya pangeran naga beringsang, kemusian ada marga ratu dibagi lagi jadi 2 yang pertama marga keratuan menangsih diketuai oleh pangeran cahya marga berpusat di tamanbaru , keratuan darah putih diketuai oleh dalem kusuma ratu berpusat dikuripan, yang ketiga marga legun berpusat dipesugihan diketuai pangeran tiang marga, marga rajabasa berpusat di raja basa diketuai oleh pangeran penyeimbang agung, ada marga ketibung diketuai oleh sutan unjungan, marga bukujadi di natar diketuai sutan bandar, mereka jadi penasehat waktu kerusuhan itu”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

penyelesaian konflik kependudukan pada saat itu pengurus MPAL tidak secara

langsung berperan aktif, ini dikarenakan MPAL hanya mengirim dewan perwatin

yang mendirikan MPAL merupakan tokoh masyarakat Lampung yang mewakili 6

marga di Kabupaten Lampung Selatan. Kemudian hampir sama seperti yang

diungkapkan Bapak Muksin Syukur (I4.1) Kepala Desa Agom bahwa kontribusi

yang diberikan oleh pemerintah pada saat kejadian sangat besar namun sekarang

kontribusinya berkurang, berikut kutipan wawancara:

“Kontribusi pemerintah pada saat kejadian memang luar biasa, mereka mengamankan apapun bentuk kelompok masyarakat yang datang, karena pada saat itu pihak keamanan yang dateng gak tau wilayah, merkea kan dari banyak daerah, ada juga bantuan dari polisi Banten dateng, pada saat itu sudah maksimal bantuan pemerintah. Sekarang kontribusi pemerintah ya ada tapi memang gak intensif kayak dulu kurang sering ngawasin lagi, maunya kita kan jangan karna sudah damai ini kalau kami masing-masing desa agom atau desa balinuraga mau ketemu mau ngobrol itu susah sampai sekarang harusnya ada pihak ketiga yaitu pemerintah yang menjadi mediasinya, karena kenapa kita gak mau dibawa ke balinuraga disamping kita pernah punya masalah bahwa kita gak bisa, kita ini maafnya ngomong orang lampung kebanyakan orang islam ya gak bisalah kalau lagi ngobrol ada babi lewat mana ada yang tahan, terus terang aja waktu kita juga bertamu dibuatin teh mau gak kita minum kita gak enak mau kita minum kita was-was, terus terang saya kades

Page 134: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

116

ngomongnya pedes tapi memang fakta. Jadi kalau kita suruh silahturami kesana gak bisa”.(wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui kontribusi yang

pemerintah berikan pada saat terjadi konflik tahun 2012 besar, perhatian yang

diberikan tidak hanya diberikan oleh pemerintah pusat namun juga oleh

pemerintah daerah dan juga aparat kepolisian dari berbagai wilayah. Namun

perhatian berkurang seiring dengan meredanya permasalahan itu.

Sementara Hassanudin (nama samaran) (I4.3) masyarakat Desa Agom

mengungkapkan bahwa pemerintah memberikan bantuan untuk menyelesaikan

konflik yang terjadi pada tahun 2012, berikut kutipan wawancaranya:

“pemerintah tidak bisa apa-apa dek waktu kita protes atas perjanjian pertama

itu, karena kita masih belum terima, tapi memang benar mereka memberi bantuan

fasilitas demi biar cepet selesai itu permasalahnnya”.(wawancara dengan

Hassanudin (nama samaran), Minggu 6 September 2015, 11.00 WIB)

Kutipan wawancara di atas dapat menjelaskan bahwa pemerintah

memberikan bantuan untuk menfasilitasi penolakan yang dilakukan oleh

masyarakat Lampung khususnya warga Desa Agom yang merasa penyelesaian

yang dilakukan pertama kalo tidak mewakili warganya yang menjadi korban, dan

warganya yang terlibat dalam konflik tersebut ini. Peneliti juga mengajukan

pertanyaan kepada Bapak Made Santre (I5.1) Kepala Desa Balinuraga, dan berikut

kutipan wawancaranya:

Page 135: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

117

“Pemerintah Daerah bantu di bidang kesehatan, listrik dan juga dapur umum, tapi masyarakat juga dibantu sama pemerintah pusat yang rumahnya kebakar sama ganti rugi uang 11jt, kalau pemerintah Provinsi Bali kasih bantuan paling banyak,mereka kasih uang subangan yang dikumpulin setiap kabupaten, Kota Denpasar juga kasih sumbangan banyak, pokoknya bantuan paling banyak dari Pemerintah Provinsi Balinya”.(wawancara dengan Bapak Made Santre, Jumat 4 September 2015, 15.30 WIB, Kediaman rumah Bapak Made Santre)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa yang paling

banyak memberikan bantuan adalah dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Provinsi Bali. Bantuan tersebut berupa uang ganti rugi untuk masyarakat Desa

Balinuraga, bantuan juga diberikan dalam bidang kesehatan, listrik dan dapur

umum untuk masyarakat Desa Balinuraga.

Selanjutnya Bapak Kadek Sirye (I5.2) Kadus (Kepala Dusun) Pande Arga

Desa Balinuraga membenarkan bahwa bantuan yang diberikan pemerintah terbagi

menjadi dua yaitu untuk Desa Agom dan Desa Balinuraga, berikut kutipan

wawancaranya:

“Gimana ya, memang tanggap tapi kondisinya itu sampai dibagi-bagi perhatiannya di Desa Agom juga, jadi kalo ada isu sama kabar mau ada kiriman bangunan dapet jatah dibagi sama Desa Agom, dua desa diurus biar pulih lagi bupati kita juga kesini tapi ya itu lagi ngambil simpati aja, dia itu kayaknya benci banget sama kita, jarang kesini jadi baru kejadian itu dia dateng kesini, lain loh sama zulkifli yang sering kesini”.(wawancara dengan Bapak Kadek Sirye, Sabtu 5 September 2015, 10.00 WIB, Kediaman rumah bapak Kade Sirye)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kontribusi yang

diberikan oleh pemerintah tidak hanya untuk masyarakat Bali yang ada di Desa

Balinuraga saja namun juga untuk masyarakat Desa Agom yang menjadi korban

dalam konflik tersebut, namun masyarakat bali merasa perhatian yang diberikan

Page 136: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

118

oleh pemimpin daerah sangat berbeda dengan apa yang diberikan oleh pemimpin

daerah sebelumnya, hal ini terjadi karena sebelum kejadian konflik itu

berlangsung pemimpin daerah jarang memberikan perhatiannya kepada desa

tersebut.

Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan fungsi

pelaksanaan kepada informan penelitian ini, pertama dengan pertanyaan yaitu

apakah pelaksanaan program yang ada sudah berjalan kepada Bapak Muksin

Syukur (I4.1) Kepala Desa Agom, berikut kutipan wawancaranya:

“Memang banyak program-program dari pemerintah itu tapi kadang-kadang bagi kami ini tidak tepat sasaran tapi begitu kita pikir-pikir secara luas juga mungkin iya, kalo Desa Agom dan Desa Balinuraga sudah ribut mungkin mereka mengantisipasi untuk desa-desa yang lain gak ribut, kegiatan-kegiatan itu banyak dilakukan ditempat lain tapi yang program pemerintah pusat dan segala macem itu untuk meredam ini biar tidak terjadi lagi, banyak bedah rumah disini di desa saya dapet 300 rumah dibantu menteri perumahan rakyat karena mungkin diliat dari ekonomi kita, jadi program itu ada cuma saat kejadian itu aja kalo sekarang gak ada”.(wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa program yang

dijalankan oleh pemerintah seperti program untuk memediasi masyarakat yang

desanya terjadi konflik, program-program lain juga banyak dilakukan di desa-desa

seperti sosialisasi lain tujuan agar tidak terjadi konflik kembali, namun program

seperti sosialisasi pun sekarang ini mulai berkurang ini dikarenakan pemerintah

menganggap bahwa masyarakat sudah memahami arti pentingnya hidup damai.

Kemudian pemerintah juga menjalankan program bedah rumah yang bertujuan

Page 137: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

119

agar masyarakat pribumi tidak merasa iri secara perekonomian oleh masyarakat

Lampung yang berasal dari Bali.

Kemudian Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan

Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, yang

menjelaskan bahwa program yang dibuat oleh pemerintah daerah dalam bentuk

Forum Kewaspadaan Dini masyarakat, berikut kutipan wawancaranya:

“Sudah berjalan kira buat program FKDM itu sampai sekarang masih

berjalan”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00

WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa program yang di

buat pemerintah untuk menangani dan menyelesaikan konflik penduduk yang

terjadi di Kabupaten Lampung Selatan adalah program yang berbentuk forum

yaitu Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat yang bersekertariat di kantor Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, program FKDM sendiri dijalankan

setelah terjadinya konflik tahun 2012.

Kemudian pertanyaan kedua yang peneliti ajukan tentang fungsi

pelaksanaan adalah tentang apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan

Renstra kepada Bapak Marwan Abdulah (I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang

Adat Lampung (MPAL), berikut kutipan wawancaranya:

“Kami ini majelis, jadi tidak terikat dengan renstra”.(wawancara dengan Bapak

Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten

Lampung Selatan)

Page 138: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

120

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa Majelis

Penyeimbang Adat Lampung tidak masuk dalam Renstra mana pun, hal ini

dikarenakan MPAL ini merupakan majelis yang didirikan oleh tokoh-tokoh

masyarakat Lampung yang memiliki marga tersendiri di Kabupaten Lampung

Selatan. Ada 6 marga masyarakat Lampung yang ada di Kabupaten Lampung

Selatan, yaitu sebagai berikut:

1. Marga Dantaran yang pusatnya dipenegahan dan diketuai oleh Pangeran

Naga Beringsang,

2. Marga Ratu dibagi lagi jadi 2 yaitu:

Marga Keratuan menangsih yagn berpusat di Tamanbaru dan

diketuai oleh Pangeran Cahya Marga,

Marga Keratuan Darah Putih yang berpusat dikuripan dan diketuai

oleh Dalem Kusuma Ratu,

3. Marga Legun berpusat dipesugihan dan diketuai oleh Pangeran Tiang

Marga,

4. Marga Rajabasa yang berpusat di Rajabasa diketuai oleh Pangeran

Penyeimbang Agung,

5. Marga Ketibung yang berpusat di Katibung dan diketuai oleh Sutan

Unjungan,

6. Marga Bukujadi yang berpusat di Natar dan diketuai oleh Sutan Bandar.

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan serupa dengan Ibu Ernayati

(I3.2) Anggota Forum Kerukunan Umat beragama/Kasubid Ketahanan Seni dan

Page 139: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

121

Budaya, yang menjelaskan bahwa FKUB merupakan program yang dijalankan

untuk mendukung dari program yang dibuat dari Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan, berikut ini kutipan wawancaranya:

“Kalo FKUB itu gak masuk dalam renstra, ini cuma program yang dijalankan

sesuai Tupoksi dari kita”.(wawancara dengan Ibu Ernayati, Kamis 1 Oktober

2015, 14.30 WIB, Sekertariat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)/Kantor

Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Bapak Y. Ujang (I2) Kasat

Binmas Polres Lampung Selatan, program yang mereka jalankan sudah sesuai

dengan Renstra Polres Lampung Selatan, berikut kutipan wawancaranya:

“ya pastilah dek”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September

2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan).

Selanjutnya yang ketiga peneliti mengajukan pertanyaan yang masih

berhubungan dengan Fungsi pelaksanaan, yaitu dengan pertanyaan apakah

program pelaksanaan memiliki petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk teknis

(Juknis) kepada Bapak Marwan Abdulah (I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang

Adat Lampung (MPAL), berikut kutipan wawancaranya:

“Kami belum memiliki juklak dan juknis secara tertulis diperaturan

pemerintah”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober

2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa MPAL yang

merupakan Mejelis yang didirikan oleh masyarakat Lampung belum memiliki

Page 140: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

122

Juklak dan Juknis yang jelas, hal ini disebabkan karena pemerintah daerah belum

dibuatkannya peraturan daerah yang terkait dengan MPAL itu sendiri.

Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Bapak Y. Ujang (I2) Kasat

Binmas Polres Lampung Selatan bahwa untuk program yang dijalankan sekarang

ini belum memiliki Juklak dan Juknis secera resmi, hal ini disebabkan karena

penundaan dari Keputusan Kepala Polisi Republik Indonesia (Kepkapolri), berikut

kutipan wawancarnya:

“Kalo untuk pogram kita, kita juga belum dapet Kepkapolri yang 100% jadi kita

gak bisa kasih informasi”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25

September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Pada fungsi penganggaran, peneliti mengajukan pertanyaan tentang dana

anggaran untuk perbaikan kerusakan yang dialami masyarakat pada saat konflik

kepada Bapak Made Santre (I5.1) Kepala Desa Balinuraga, berikut kutipan

wawancaranya:

“Iya ganti ruginya dikasih untuk yang rumahnya rusak aja”.(wawancara dengan

Bapak Made Santre, Jumat 4 September 2015, 15.30 WIB, Kediaman rumah

Bapak Made Santre)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pemulihan yang dilakukan setelah terjadi konflik, bantuan yang diberikan kepada

masyarakat itu lebih difokusnya untuk menormalkan keadakan ekonomi dengan

merenovasi bangunan yang telah rusak. Dana bantuan yang diberikan pemerintah

Page 141: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

123

pusat sebesar 11 juta ini sesuai dengan kutipan wawancara yang peneliti lakukan

kepada Bapak Made Santre (I5.1) sebelumnya.

Sementara untuk dana bantuan yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat Desa Agom adalah bantuan berupa program bedah rumah yang

diberikan langsung oleh Menteri Perumahan Rakyat pada saat itu, tujuannya

adalah agar tidak ada kecemburuan yang terjadi dimasyarakat karena kesenjangan

ekonomi yang berbeda antara kedua desa tersebut, hal ini diungkapkan oleh

Bapak Muksin Syukur (I4.1) Kepala Desa Agom, berikut kutipan wawancaranya:

“gak ada ketentuan ya, kita gak ada kerusakan kayak di desa bali sana, Cuma itu

tadi kita di bantu bedah rumah sama menteri perumahan rakyat pada waktu itu ya

biar gak dibilang iri masyarakat pribuminya 300 rumah itu”.(wawancara dengan

Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah

Bapak Muksin Syukur)

Selanjutnya menurut Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan

Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan,

bahwa dalam penenganan konflik sosial yang terjadi pada saat itu telah dibagi

menjadi 3 tim sesuai dengan Undang-Undang No 7 Tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial dimana terdapat tim pencegahan konflik, tim

pemberhentian konflik, dan tim pemulihan konflik, tim yang bertanggung jawab

dalam pemberian dana bantuan dipercayakan kepada tim pemulihan dan

dikoordinasikan dengan dinas-dinas terkait, berikut kutipan wawancaranya:

“Kalo dana kerusakan itu di koordinasikan dengan instansi terkait seperti dinas

Pendidikan, dinas PU dan dinas yang terkait lainnya, kalo kita ngasih data ke

Page 142: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

124

dinas-dinas”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015,

11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Pemerintah daerah pun memberikan bantuan yang diberikan langsung oleh

korban dan masyarakat yang mengalami kerugian, bantuan tersebut berupa uang

tunai. Berikut rinciannya:

1. Untuk korban rumah terbakar atau rusak sebanyak 438 rumah, masing-

masing menerima Rp.1.200.000,-

2. Untuk warga yang meninggal dunia 9 (sembilan) orang dari suku Bali dan 3

(tiga) orang dari suku Lampung masing-masing menerima Rp.10.000.000,-

3. Untuk korban kecelakaan sebanyak 2 (dua) orang masing-masing

Rp.2.500.000,-

Ketiga Kebijakan situasional, aspek yang dipengaruhi oleh keputusan dari

pemerintah terutama stakeholder terkait dengan penanganan dan penyelesaian

konflik kependudukan yang terjadi. Pertanyaan yang berkaitan dengan kebijakan

situasional peneliti ajukan kepada Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), berikut kutipan wawancaranya:

“Iya itu kan langsung diungsikan karena udah terjadi ricuh, coba kalo itu

dilaporkan ke FKDM kita kan langsung lapor ke atasan sama pak

bupatinya”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober 2015, 10.30

WIB, Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa penanganan dan

penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah mendapatkan kendala dari

masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat tidak langsung melaporkan

Page 143: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

125

kejadian tersebut kepada pemerintah maupun pihak aparat keamanan, namun

dalam hal ini pemerintah juga kurang tanggap atas apa konflik yang terjadi di

masyarakat sehingga menjadi kendala dalam penanganan dan penyelesaian

konflik tersebut.

Lebih jauh lagi mengenai kebijakan pertama yang diberikan kepada pihak

aparat keamanan, Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan,

menjelaskan sebagai berikut:

“Iya atasan langsung minta diproses masalah itu, dan kita juga ngungsikan

msyarakat balinya ke kemiling bandar lampung, langsung dicari

permasalahannya”. (wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September

2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muksin Syukur (I4.1)

Kepala Desa Agom, berikut kutipan wawancaranya:

“Kebijakan pemerintah pertama memang mereka gimana caranya supaya damai sebenernya karena pemerintah khususnya lampung selatan ini mungkin disalahkan juga kurang pembinaan karena gejala seperti ini sebenarnya sudah lama, iyalah keributan napal, keributan yang bakar rumah di sidomakmur kan gak lama selang dari kejadian ini sehingga merak dikatakan kurang antisipasi, tapikan pemerintah bukan kita aja yang ngurus dari pemerntah provinsi juga bertanggung jawab, gejala-gejala itu harusnya sudah bisa ditebak, ya kayak intel juga harusnya antisipasi mereka juga gak nyangka lah akhirnya jadi kayak gini”.(wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dalam penanganan dan

penyelesaian konflik kependudukan yang dilakukan pemerintah adalah dengan

mempercepat penyelesaian konflik tersebut tujuannya agar konflik tersebut tidak

Page 144: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

126

semakin panjang, namun dalam penyelesaian tersebut pemerintah terlalu terburu-

buru sehingga mengesampingkan masalah yang sebenarnya terjadi.

Poin pertanyaan selanjutnya yaitu tentang proses mediasi yang dilakukan

oleh pemerintah terkait dengan penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi

kepada Bapak Muksin Syukur (I4.1) Kepala Desa Agom yang menjelaskan bahwa

penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pemerintah sangat terburu-buru

sehingga menimbulkan kontra dan penolakan dari proses mediasi tersebut, berikut

kutipan wawancaranya:

“Saya sebenernya tidak tau mau ada damai, diajak pertemuan gubernur tanda tangan perdamaian, tapi karena saya dibawa pak sekda pak kapolda ini perintah kalau tidak tanda tangan proses hukum tidak bisa berlanjut. Sedangkan mereka mengancam mau ekspos orang-orang saya semua, ini 40 orang yang bakalan ditangkap, jadi saya itu simalakama, saya tanda tangan buat nyelamatin 40 orang ini tapi 20ribu orang nyalahin saya.Orang-orang yang ikut mediasi tidak bisa adek temui ini kecuali muksin syukur karena memang saya pelaku utama dalam kejadian itu, yang ikut mediasi kayak kepada desa tajimalela ini cuma masyarakatnya yang jadi korban trus ini tokoh-tokoh adat masyarakat Lampung yang di Kalianda yang di comot langsung sama pemerintah biar malahnya cepet selesai, mau ditemuin juga tidak akan ada cerita karena meraka tidak tau masalahnya pada saat kejadian mereka pergi ke Jatinagor sama pak Bupati, saya tidak ikut karena udah ngerasa mau ada masalah sama masyarakat saya”.(wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Sementara itu Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan

menjelaskan bahwa proses mediasi dan penyelesaian konflik tersebut dibantu

banyak pihak terutama pihak kepolisian dan langsung melakukan penyelidikan

terkait dengan konflik tersebut, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya dari kita atasan turun semua, mulai dari kapolda trus pak kapolres kita, trus kasat bagian penyelidikan itu yang ngumpetin korbannya, trus ada kasat penyidikan yang cari masalahnya apa, kasat penyuluhan yang

Page 145: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

127

nanganin personil, itu kan dari tokoh-tokoh ada pada dateng juga”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan).

Kemudian hal berbeda diungkapkan oleh Hassanudin (nama samaran)

(I4.3) masyarakat Desa Agom mengungkapkan bahwa proses mediasi yang

berlangsung terjadi dua kali, ini dikarenakan adanya penolakan dari pihak

masyarakat Lampung, berikut kutipan wawancaranya:

“Itu saya tidak ikut yang perjanjian tapi saya ikut kalo yang minta permohonan maaf sama masyarakat Lampungnya, itukan kejadiannya 2 kali perdamaian itu yang pertama gagal karna mereka masih belum terima trus yang kedua baru kita sepakat damai”.(wawancara dengan Hassanudin (nama samaran), Minggu 6 September 2015, 11.00 WIB)

Aspek yang keempat adalah jaringan kerja internal dan jaringan keja

eksternal, aspek ini dipengaruhi oleh analisis SWOT, sehingga pertanyaannya

berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi sumber

pertanyaannya, tidak hanya itu peneliti juga menanyakan terkait koordinasi yang

dilakukan dalam penanganan dan penyelesaian konflik kependudukan tersebut.

Poin pertama peneliti ajukan pertanyaan kepada Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala

Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan, berikut kutipan wawancaranya:

“mungkin Undang-Undang yang ada jadi kekuatan kita waktu itu, kalo soal

Perda bisa disampingkan karna Undang-Undang kan yang lebih kuat payung

hukumnya kalo tidak pake Permendagri No.12 tahun 2006, termasuk APBN juga

jadi kelebihan kita meskipun terbatas”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi,

Page 146: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

128

Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa kekuatan

dalam program penanganan dan penyelesaian konflik yang terjadi itu dipengaruhi

oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat sementara untuk

peraturan dari pemerintah daerah hingga sekarang belum ada peraturan yang

terkait dengan penanganan konflik dan penyelesaian konflik kependudukan yang

terjadi.

Sementara Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan

menjelaskan bahwa yang menjadi kekuatan dalam program yang sedang mereka

jalankan adalah memiliki kekuatan dalam pasukan kepolisian yang cukup jika

terjadi konflik kembali

“Kita dari pihak aparat keamanan tentunya punya cara untuk mengamankan

massa yang banyak itu, udah ada perkembangan dari kepolisian untuk menangani

konflik kayak itu lagi”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September

2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Kelamahan yang terjadi dalam menjalankan program yang dibuat oleh

pemerintah adalah beberapa aspek dalam adat istiadat dari masyarakat di

Lampung Selatan yang masih kental sehingga dalam penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi mendapatkan kendala hal ini diungkapkan Bapak

Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, berikut kutipan wawancaranya:

Page 147: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

129

“Kita ini kebentur adat istiadat, tradisi biasanya orang kampung itu ada masalah

musyawarah tapi akhirnya ricuh, ekonomi juga bisa jadi sumber konflik, agama

juga rasa toleransi iya itu penyebab konflik jadi kelemahan kita”.(wawancara

dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres

Lampung Selatan, berikut kutipannya:

“Masyarkatnya yang tidak langsung ngelaporin ke kita, kita dapet kabarnya juga

dari polres sidomulyo”. (wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25

September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kelemahan dalam

menjalakan program yang dibuat oleh pemerintah untuk penanganan dan

penyelesaian konflik bersumber dari masyarakat yang belum tanggap dengan

kondisi konflik yang terjadi, terbiasa dengan musyawarah dengan tidak adanya

mediasi membuat permasalahan konflik yang terjadi semakin bertambah banyak,

ini dikarenakan tidak adanya moderator yang ada menengahi perselisihan tersebut.

Poin selanjutnya yaitu tentang ancaman yang menghambat jalannya

program yang dibuat oleh pemerintah, Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan menyatakan bahwa ancaman yang sebenarnya itu muncal dalam

kehidupan masyarakat sekarang ini yaitu dengan sebutan arus globalisasi dan

Page 148: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

130

kamajuan teknologi, pada saat terjadi konflik tahun 2012 warga Lampung tidak

hanya dari Desa Agom saja yang menyerang Desa Balinuraga namun juga dari

Desa Lampung di sekitar Kabupaten Lampung Selatan, mereka mendapatkan

informasi melalui media handphone yang kemudian menyebar luas ke wilayah

daerah lain. Berikut kutipan wawancaranya:

“Pengaruh globalisasi itu jadi pengaruh menurunya mental menurun, trus

kemajuan teknologi jadi masalah juga”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi,

Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten

Lampung Selatan)

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan serupa dengan Bapak Y.

Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan, berikut kutipan wawancaranya:

“Ancaman yang paling berat itu meredam amuk massa yang banyak itu

tadi”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September 2015, 11.00

WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa ancaman

yang sesungguhnya pada saat terjadi konflik itu bersumber dari massa yang terlalu

banyak sehingga tidak dapat ditangani lagi, jika penanganan dan peredaman yang

dilakukan oleh pemerintah dan aparat keamanan berjalan lambat itu bersumber

dari masyarakat yang menghambat secara langsung proses penanganan dan

penyelesaian konflik tersebut.

Poin berikutnya tentang peluang yang dimiliki oleh pemerintah maupun

aparat keamanan dalam penanganan dan penyelesaian konflik yang terjadi,

peneliti bertanya kepada Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan

Page 149: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

131

Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan,

berikut kutipan wawancaranya:

“Ini dengan adanya forum itu kita kan sering kumpul-kumpul nah disitu sekalian

kita manfaatkan masyarakatnya”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis

1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan)

Berdasarkan wawancara kutipan di atas, dapat diketahui bahwa peluang

yang dimiliki dalam penanganan dan penyelesaian konflik kependudukan

bersumber dari partisipasi masyarakat yang mengikuti kegiatan sosialisasi, dimana

peluang dalam memberikan himbauan untuk hidup damai kepada masyarakat

yaitu pada saat diadakannya sosialisasi.

Sementara berbeda yang diungkapakan oleh Bapak Y. Ujang (I2) Kasat

Binmas Polres Lampung Selatan bahwa pihaknya lebih memanfaatkan bantuan

yang diberikan oleh pihak pemerintah dan pihak kepolisian daerah ataupun

kepolisian pusat sebagai peluang keberhasilan penyelesaian konflik, hal ini

dikarenakan jika terjadi konflik besar seperti tahun 2012 akan banyak massa yang

sulit di tanggani, belum lagi dari pihak keplisian juga harus melakukan

penyelidikan penyebab terjadinya kericuhan tersebut, berikut kutipan

wawancaranya:

“Kita banyak bantuan dari pihak luar juga, karena awalnya kita kewalahan

karna massa yang banyak itu”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25

September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Page 150: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

132

Poin terakhir pada aspek jaringan kerja internal dan jaringan kerja

eksternal adalah pertanyaan tentang koordinasi yang dilakukan dengan dinas lain

kepada Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat

(FKDM), berikut kutipan wawancaranya:

“Kalo kita tergantung kebutuhan, kalo lagi berhubungan sama konflik ketenaga kerja ya kita ke dinas ketenagakerjaan, kalo yang berhubungan sama hutan ya ke dinas kehutanana, Cuma kalo pada saat itu karena penanganannya terlambat jadi banyak tuh bantuan dari dinas lain biar maslaahnya itu cepet selesai karena kan pemerintah pusat sudah memberikan titahnya, jadi harus kita selesaikan dan koordinasikan sama dinas lain, dinas pendidikan itu tugasnya buat renovasi rumah, dinas kesahatan itu yang rumah sakit tuganya ngedata yang luka-luka ya banyak lagi”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober 2015, 10.30 WIB, Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa koordinasi

yang dilakukan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah

maupun lembaga/forum penanganan konflik, hal ini juga telah disampaikan oleh

Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di

Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan sebelumnya.

Hal serupa juga disampaikan Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan yang mengungkapkan bahwa koordinasi yang dilakukan sudah sesuai

dengan fungsi dari masing-masing dinas, berikut kutipan wawancaranya:

“Koordinasi sudah sesuai fungsinya masing-masing”.(wawancara dengan Bapak

Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol

Kabupaten Lampung Selatan)

Page 151: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

133

Aspek selanjutnya yaitu tentang fungsi kontrol dan evaluasi, pada aspek

ini peneliti mengajukan pertanyaan guna mengetahui bagaimana pengawasan

yang pemerintah dan aparat keamanan lakukan dalam pencegahan konflik

kependudukan yang terjadi dan bagaimana proses evaluasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dan aparat keamanan. Bapak Alamsyah (I3.1) Ketua Forum

Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), mengungkapkan bahwa pengawasan

yang dilakukan oleh FKDM melalui pengawasan dengan menggunakan alat

komunikasi handphone saja, hal ini disebabkan karena anggota yang dimiliki oleh

Forum ini tidak cukup untuk memberikan pengawasan secara langsung kepada

masyarakat dengan wilayah kecamatan yang luas satu anggota tidak cukup

mengawasi secara langsung konflik apasaja yang terjadi dimasyarakat. Berikut

kutipan wawancaranya:

“Sampai sekarang kita ngawasainnya lewat hp aja, sering telfon ke pengurus

yang ada di kecamatan, ya gitu aja karena kita kebentur sama dana

juga”.(wawancara dengan Bapak Alamsyah, Jumat 2 Oktober 2015, 10.30 WIB,

Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan).

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan, bahwa pengawasan langsung dilakukan oleh pengurus FKDM, berikut

kutipan wawancaranya:

“Pengawasan kita dari hp, jadi mereka yang jadi pengurus di FKDM itu ngelapor

kekita kalo ada isu mau ricuh, kalo secara langsung kita turan kelapangan orang-

orang saya juga tidak cukup”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1

Page 152: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

134

Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan)

Sementara Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan

mengungkapkan hal berbeda, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya kita awasin lewat kegiatan sambang door to door yang kita kerumah rumah

masyarakatnya tapi itu cuma sifatnya sementara, sekarang ini ada kantornya

Kantibnas yang di desa Patok”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25

September 2015, 11.00 WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pengawasan yang

dilakukan oleh pihak keamananan berbeda dengan apa yang dilakukan oleh

pemerintah daerah, pengawasan yang dilakukan adalah dengan cara turun

langsung kepada masyarakat, namun cara itu dilakukan hanya bersifat sementara

waktu hal ini dikarenakan dari pihak aparat kemanan telah membuatkan kantor

Kantibnas yang bertujuan untuk mengawasi masyarakatnya.

Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Bapak Kadek Sirye (I5.2) Kadus

(Kepala Dusun) Pande Arga Desa Balinuraga bahwa pengawasan dilakukan

dengan adanya Babinkantibnas, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya ada pengawasan dari aparat keamanan mereka buat Babinkantibnas, setiap

malam ada yang keliling jaga, patroli jaga, trus kita juga ada ronda”.(wawancara

dengan Bapak Kadek Sirye, Sabtu 5 September 2015, 10.00 WIB, Kediaman

rumah bapak Kade Sirye)

Page 153: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

135

Berikutnya pendapat berbeda Bapak Muksin Syukur (I4.1) Kepala Desa

Agom yang mengungkapkan, berikut kutipan wawancarnya:

“Ya kalo sekarang ini aman-aman aja setelah kejadian itu, tapi ya kalo ada

hajatan kita sekerang ngundang orang Desa Balinuraga juga terus dari

kepolisian itu aja, kalo secara terus menerus si gak”.(wawancara dengan Bapak

Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak

Muksin Syukur)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pengawasan yang

dilakukan hanya bersifat sementara setelah terjadi konflik tersebut, namun

sekarang dengan keadaan yang sudah normal pemerintah tidak melakukan

pengawasan secara intensif seperti dulu. Pendapat serupa dikemukakan oleh Ibu

Ida Riana (I4.2) Ibu Rumah Tangga/Masyarakat Desa Agom, berikut kutipan

wawancaranya:

“Kalo sekarang tidak pernah ada lagi masalah lagi jadi ya mungkin

pemerintahnya jarang ngawasin, buktinya orang-orang kita sering diundang ke

acara mereka”.(wawancara dengan Ibu Ida Riana, Jumat 4 september 2015, 17.00

WIB, Rumah bapak Muksin Syukur).

Kemudian pertanyaan serupa peneliti ajukan kepada bapak Hermawanto

(I6) Ketua Bintara Unit Khusus Intelegen Kodim Lam-Sel, berikut kutipan

wawancaranya:

“Untuk daerah desa Balinuga masuk kedalam wilayah kekuasaan salah satu panglima Lampung atau salah satu Marga Lampung yang ada di kabupaten

Page 154: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

136

Lampung Selatan, jadi kalau ada konflik nanti yang menyelesaikan panglima Lampungnya atau pimpinan Marga Lampungnya, mengikuti adat dari masyarakat warga Lampung. Jadi yang tadi hanya wilayah tertentu yang masuk marga Lampung sekarang yang masyarakat jawa, bali, bugis dll semua masuk wilayah marga Lampung”.(wawancara dengan bapak Hermawanto, Kamis, 3 Februari 2016, 19.00 WIB, Rumah Bapak Hermawanto)

Poin selanjutnya yaitu mengenai evaluasi terkait dengan peyelesaian

konflik kependudukan yang terjadi saat itu, Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan menjelaskan bahwa kurangnnya pembinaan yang dilakukan pemeirntah

kemasyarakat dapat menimbulkan kembali konflik yang terjadi di masyarakat,

meskipun dalam skala yang lebih kecil hal ini disebabkan karena konflik yang

terjadi di masyarakat tidak hanya tentang suku atau agama saja namun juga isu

tentang kesenjangan ekonomi yang terjadi di masyarakat tersebut, berikut kutipan

wawancaranya:

“Menurut saya pembinaan keberlanjutannya kurang, ada isu ekonomi juga kan waktu itu, nah pemerintah itu kurang perhatian sampai sekarang, keamanan juga kurang, jadi tindak lanjut penyebab konflik itu belum diselesaikan, kalo misalkan dari sisi agama kan harusnya banyak tokoh agama yang turun”.(wawancara dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Marwan Abdulah

(I3.3) Sekertaris Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL), berikut kutipan

wawancaranya:

“Kalau menurut saya sudah bagus, tapi ada kekurangannya, kekurangannya dalam bentuk perhatian pemerintah daerah barang kali, mestinya kita tau apasih maunya masyarakat ini, tidak hanya dalam bentuk simbol saja, jadi menurut saya masih kurang banyak penyelesaian karena tidak memperhatikan kepentingan-kepentingan dari kedua pihak

Page 155: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

137

ini, setelah melalui pengkajian yang dilakukan sama banyak akademisi salah satu masalah yang timbul masyarakat pendatang ini lebih maju dari masyarakat pribumi, pembinaan dalam masyarakat pendatang lebih mudah dari pada pembinaan yang dilakukan kepada masyarakat pribumi nah sehingga perhatian yang diberikan belum maksimal, kalo yang pendatang itu lebih muda diatur, kalo yang pribumi itu kan mencar di wilayah lain jadi perhatiannya juga kepecah, perhatian dari infrastruktur kalo dilihat ke lapangan jarang dilihat yang bagus untuk yang wilayah masyarakatnya banyak pribumi, kalo infrastruktur yang untuk wilayah yang warganya berkelompok seperti mereka sudah bagus”.(wawancara dengan Bapak Marwan Abdulah, Jumat 2 Oktober 2015, 09.00 WIB, Kantor DPRD Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi dari

penyelesaian konflik tersebut masih terdapat kekurangan didalamnya,

kekurangan-kekurangan tersebut timbul karena pemerintah tidak mampu

memberikan perhatian yang merata terhadap masyarakatnya khususnya

masyarakat pribumi, perhatian itu dalam bentuk infrastruktur.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Bapak Muksin Syukur (I4.1) Kepala

Desa Agom, berikut kutipan wawancaranya:

“Dengan inisiatif Pemerintah yang terlalu cepat menyelesaikan masalah itu tanpa melalui proses jadi kita itu dianggap dijebak dan masalah itu begitu bumingnya ditempat kita langsung beres, harusnya dihukum dulu lah mereka itu biar gak tuman, dicari dulu permasalahnnya seperti apa jangan banyak orang yang tanya terus gak tau permasalahnnya apa karena gak ditemukan titik awal permasalahnnya itu apa”.(wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa penyelesaian

konflik kependudukan yang terjadi terlalu cepat sehingga tidak menemukan akar

permasalahan konflik yang sebenarnya, ini dibuktikan dengan penolakan yang

Page 156: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

138

dilakukan oleh warga Lampung yang pada saat itu terlibat langsung dalam konflik

tidak menerima perjanjian perdamaian yang pertama. Kemudian Hassanudin

(nama samaran) (I4.3) masyarakat Desa Agom mengungkapkan jika menurut dia

penyelesaian konflik yang terjadi sudah cukup untuk membuat warga masyarakat

Lampung yang berasal dari Bali itu takut hal ini disebabkan karena dalam

perjanjian yang kedua masyarakat Bali telah berjanji bahwa jika konflik ini terjadi

kembali maka mereka harus siap meninggalkan wilayah Lampung, berikut

kutipan wawancaranya:

“Udahlah cukup, sekarang kan mereka gak berani kayak dulu lagi, kalo kayak

dulu lagi mereka diusir dari sini”.(wawancara dengan Hassanudin (nama

samaran), Minggu 6 September 2015, 11.00 WIB)

Namun pendapat berbeda diungkapkan oleh bapak Hermawanto (I6)

berikut kutipan wawancaranya:

“Jalan keluar sampai sekarang tidak pernah dijawab, kalau permasalahannya adalah ekonomi harusnya permerintah bidang ekonomi yang menuntaskan, jadi penyelesaian sampai sekarang tidak bisa diselesaikan, kalo ada penyelesaian pasti tidak ada konflik lagi”. (wawancara dengan bapak Hermawanto, Kamis, 3 Februari 2016, 19.00 WIB, Rumah Bapak Hermawanto)

Aspek terakhir dalam indikator perencanaan operasional adalah mengenai

umpan balik, dalam aspek ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak

Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, berikut kutipan wawancaranya:

“Partisipasi dari masyarakat itu sangat besar sekali karna kalo ada sosialisasi

mereka, kalo ada sosialisasi malah mereka minta diadain lagi”.(wawancara

Page 157: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

139

dengan Bapak Ismed Alwi, Kamis 1 Oktober 2015, 11.00 WIB, di Kantor Badan

Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa partisipasi

masyarakat sangat besar dalam mengikuti sosialisasi yang dibuat pemerintah pada

saat setelah terjadi konflik. Kemudian pertanyaan serupa peneliti ajukan kepada

Kadek Sirye (I5.2) Kadus (Kepala Dusun) Pande Arga Desa Balinuraga, berikut

kutipan wawancaranya:

“Kami ikut dalam kelompok deteksi dini konflik, kita juga ikut kumpul kumpul

waktu sosialisasi, pernah juga 1 minggu penataran di desa, kalo sekarang gak

ada lagi”.(wawancara dengan Bapak Kadek Sirye, Sabtu 5 September 2015,

10.00 WIB, Kediaman rumah bapak Kade Sirye)

Hampir sama dengan jawaban dari Bapak Ismed Alwi (I1) Kepala Bidang

Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung

Selatan, menurut Bapak Y. Ujang (I2) Kasat Binmas Polres Lampung Selatan,

berikut kutipan wawancaranya:

“Iya masyarakat sekarang aktif banget ya, kalo ada masalah langsung

ngubungin, gak hanya yang konflik lampung bali aja tapi juga yang suku

lainya”.(wawancara dengan Bapak Y. Ujang, Jumat 25 September 2015, 11.00

WIB, di Kantor Polisi Resor Lampung Selatan)

Berdasarkan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa partisipasi

masyarakat sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas mereka, tidak hanya

Page 158: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

140

masyarakat Lampung maupun Bali saja namun juga masyarakat suku lain yang

tinggal di Kabupaten Lampung Selatan.

4.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat dan penyebab Terjadinya konflik

Antar Suku Asli Lampung dan Suku Pendatang Bali

Dalam penelitian ini penting untuk peneliti mendeskripsikan bagaimana

sosial ekonomi yang ada di kedua desa tersebut dan sebelum mengetahui

bagaimana pemerintah melakukan penanganan dan penyelesain terhadap konflik

tersebut peneliti juga mendeskripsikan bagaimana proses terjadinya konflik

tersebut. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan bagaimana kondisi sosial

ekonomi masyarakat yang terlibat dalam konflik kepada Bapak Muksin Syukur

(I4.1) Kepala Desa Agom yang menjelaskan bahwa masyarakatnya dalam sehari-

hari berkomunikasi menggunakan bahasa Lampung karena sebagian besar

warganya merupakan warga pribumi, pekerjaan yang menjadi mata pencaharian

mereka juga sebagian besar adalah petani, menurutnya perekonomian masyarakat

yang ada di desanya memang jauh berbeda dengan yang ada di Desa Balinuraga,

berikut kutipan wawancaranya:

“Wah kita gak bisa dibandingin sama warga balinuraga sana, kita jauh beda banget, mereka memang kaya kaya uangnya banyak, waktu penyerangan itu kan ada penjarahan juga tuh dirumah-rumah mereka, warga kita nemuin brangkas orang bali saya yang isinya uang tunai 2 milyar, untungnya orang kita masih sadar diri jadi dikasihin lah uang itu ke aparat trus diamanin, wah mereka itu gak kurang-kurang lah kalo soal uang kaya-kaya pokoknya, saya tuh saksi mereka anak-anak mudanya kalo berangkat sekolah gak adalah yang pakai motor jelek motornya pada ninja semua, wajar aja lah mereka kaya, hidupnya pelit banget buat makan aja kalo diibaratkan ya singkong 1 pohon tuh isinya dimakan sati-satu gimana mereka gak kaya, orang-orang saya juga kerjanya sawah ya kayak mereka tapi hidupnya gak pelit kayak mereka, coba lah dilihat

Page 159: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

141

bangunan didesa saya sama di desa balinuraga sana beda jauh, disana rumah mereka bagus-bagus, rumah-rumah di desa saya jelek-jelek, saya mengakui itu gak ada yang harus ditutup-tutupi kok, makanya menteri perumahan rakyat itu ngasih bantuan bedah rumah ya biar pada bagus-bagus rumah yang jelek-jelek itu, biar masyarakat pribumi kita gak pada iri”. (wawancara dengan Bapak Muksin Syukur, Jumat 4 September 2015, 17.00 WIB, Kediaman Rumah Bapak Muksin Syukur)

Selanjutnya Bapak Made Santre (I5.1) Kepala Desa Balinuraga

mengungkapkan bahwa setelah kejadian konflik tersebut warganya mendapatkan

berkah yang berlimpah, berikut kutipan wawancaranya:

“sebelum kejadian tahun 2012 kehidupan masyarakatnya terutama remajanya emang nakal-nakal dek saya akui itu, namun setelah kejadian itu mau nurut kalau ditegor sekali, kalau sekarang gak lagi dek, ditegornya tuh jangan nakal kamu mau kejadian yang dulu itu keulang lagi, jadi mereka tau kejadian itu ya trauma juga jadi kalau ditegor sekarang mau mendengarkan, kalau dulu masih ngebantah. Kerjaan kita sehari-hari ya diladang kalo gak di sawah yang adanya itu, ada juga yang dokter iya disini ada dokter juga, trus ada yang pematung ada juga yang kerja di Pemda Kalianda, abis dari kejadian itu juga nambah baik perekonomiannya, purenya juga dibangun lagi yang rusak rusak, untuk biayanya pembangunan pure kalo yang mampu aja ini bisa sampai 75jt belum pengecetannya, trus sama sesajinya bisa sampai 150jt dek makanya kalo orang kita yang belum mampu buat sembahyangnya bisa ikut ke pure orang dulu yang udah ada, nanti kalau udah ada uang baru buat sendiri, rumah yang dulu jelek-jelek sekarang jadi bagus karena ini semua rehapan, desa kita juga kan desa bali yang terbanyak orangnya di provinsi lampung 500kk tapi kebanyakan bali nusa, bali nusa itu bali yang katanya nakal makanya gak dibolehin tinggal didenpasar jadi haras merantau nah diperantauan itu kita mikir buat bertahan hidup ini makan aja singkong 1 pohon itu kan ada beberapa buahnya tuh nah itu kit makan sehari 1 singkong terus besoknya bisa dimakan lagi ”.(wawancara dengan Bapak Made Santre, Jumat 4 September 2015, 15.30 WIB, Kediaman rumah Bapak Made Santre)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa perekonomian

masyarakat Desa Balinuraga dan masyarakat Lampung Desa Agom berbeda jauh,

setelah konflik itu terjadi perekonomian masyarakat Balinuraga semakin

Page 160: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

142

membaik. Ini dapat dilihat dari bangunan yang ada di Desa Balinuraga dan

bangunan yang ada di Desa Agom berbanding jauh. Kemudian untuk kehidupan

sosialnya sendiri masyarakat Balinuraga sangatlah taat terhadap kepercayaannya

ini terbukti juga dengan pembangunan pure yang lebih didahulukan dengan

bangunan renovasi rumah masyarakatnya.

Senada dengan yang disampaikan Bapak Made Suka (I5.3) Tokoh

Masyarakat, berikut kutipan wawancaranya:

“Iya mungkin ada hikmahnya juga kejadian itu, yang dulunya rumah jelek disini

jadi bagus, yang bagus jadi tambah bagus, memang remaja-remaja kira itu dulu

susah sekali di nasihatin, ngelawan kalo ditegor, kalo sekarang mereka gak

barani mba”.(wawancara dengan Bapak Made Suka, Minggu 6 September 2015,

09.30 WIB, Kediaman Rumah Bapak Made Suka)

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa sebelum terjadi

konflik tahun 2012 perilaku remaja dan pemuda di Desa Balinuraga sulit untuk

diatur, namun setelah terjadi konflik tersebut perilaku remaja dan pemuda berubah

menjadi lebih baik.

4.4 Pembahasan

Penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi terdapat dalam peraturan

Undang-Undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Peraturan

tersebut dimaksudkan penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik

Page 161: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

143

sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan

konflik, penghentian konflik dan pemulihan konflik.

Pembahasan penelitian ini merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta

yang peneliti dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori manajeman strategi menurut

Nawawi (2005: 151) mengenai manajeman strategi sebagai suatu sistem. Teori

tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dibuat pemerintah

untuk penyelesaikan konflik yang terjadi melalui dua dimensi, diantaranya

Perencanaan Strategi dan Perencanaan Operasional.

Adapun pembahasan mengenai strategi penyelesaian konflik

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (studi kasus konflik antar suku asli

Lampung dan suku pendatang Bali tahun 2012), yakni sebagai berikut:

4.4.1 Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kehidupan sosial

ekonomi yang terjadi di masyarakat dimana keadaan ini dapat menjadi pemicu

dari konflik. Dalam kehidupan masyarakat yang ada di Desa Agom

masyarakatnya tergolong dalam masyarakat menengah kebawah, dalam hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti didapati bahwa profesi dari masyarakat

desa tersebut sebagian besar adalah petani, dan mereka memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Bangunan-bangunan rumah yang ada di Desa Agom itu

saling berjauhan satu rumah ke rumah yang lain.

Page 162: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

144

Berbeda dari masyarakat Desa Balinuraga, masyarakatnya merupakan

petani sawit yang sukses memiliki pendidikan yang tinggi, banyak pemuda dari

Balinuraga yang melanjutkan kuliahnya di luar kota. Kemudian tidak hanya

profesi sebagai petani sawit namun juga ada yang menjadi dokter, pematung

terkenal. Mereka sangat menjunjung tinggi kepercayaan yang mereka anut, ini

terbukti dengan bangunan-bangunan megah yang mereka bangun untuk

persembahayang yang mereka gunakan, bangunan tersebut didirikan hingga

menelan biaya 150 hingga 200 juta/rumah. Kemudian untuk peralatan

sembahyang mereka yang ada di Pure, ada gong khusus yang dibuat dengan

dilapisi emas yang harganya hingga 200 jt.

4.4.2 Kehidupan Sosial Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan

Rasa sebatin antara warga Lampung juga sangatlah erat, ini fakta yang

peneliti dapatkan dari wawancara kepada Majelis penyeimbang Adat Lampung

(MPAL) bahwa mereka sangatlah menjunjung tinggi arti persaudaraan meskipun

mereka berbeda marga. Dalam kehidupan masyarakat Lampung tidak menyukai

kebiasaan dari masyarakat Bali yang memelihara ternak babi sebelum terjadi

konflik, hal ini juga dijelaskan oleh salah satu informan yang menjelaskan bahwa

masyarakat Lampung tidak menyukai jika adanya mediasi yang dilakukan jika di

tempat yang dipilih adalah di desa Balinuraga, ini dikarenakan kebiasaan hidup

yang kurang bersih dan bau yang menyengat yang ditimbulkan oleh kotoran dari

ternak yang dipelihara oleh masyarakat Bali. Dalam kehidupan sehari-hari juga

masyarakat Lampung menyombongkan apa yang mereka punya, hal ini yang

membedakan sikap dan sifat yang di perlihatkan oleh masyarakat Bali.

Page 163: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

145

Perbedaan ini terlihat dari sikap yang diperlihatkan oleh masyarakat

Balinuraga yang sangat menghormati tamu yang berbeda suku, sikap yang tidak

membeda-bedakan perilaku dan suku terhadap tamu yang mendatangi rumah

masyarakat Bali tersebut. Meskipun sebelum kejadian konflik yang berlangsung

pada tahun 2012 pemuda bali sangat arogan dan memiliki sikap premanisme

namun setelah terjadi konflik yang menimbulkan banyak korban jiwa dari

masyarakat Bali membuat pemuda Bali menjadi takut untuk melakukan

aroganisme dan premanisme seperti sebelumnya, masyarakat Bali lebih berhati-

hati dalam bersikap dan berprilaku hal ini juga dikarenakan perjanjian yang telah

dibuat dalam mediasi yang berlangsung pada saat itu yang isinya jika masyarakat

Bali membuat ulah maka mereka akan diusir paksa dari wilayah Lampung Selatan

dan tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal di wilayah tersebut. Masyarakat desa

Balinuraga juga kini masuk dalam wilayah panglima Marga Lampung, yang jika

terjadi konflik lagi maka ketua adat/panglima marga Lampung yang menguasai

wilayah Balinuraga yang menyelesaikan permasalah tersebut.

4.4.3 Proses Terjadinya Konflik

Penyebab terjadinya konflik antara warga Lampung Desa Agom dengan

warga Bali Desa Balinuraga merupakan puncak kekesalan dari warga Desa Agom

yang merasa meraka selalu dirugikan baik material maupun moril. Warga Desa

Balinuraga sering mengadakan upacara yang kemudian pensuciannya dilakukan di

pantai Merak Belantung, dalam perjalanan ke pantai tersebut warga Bali sering

melakukan kerusakan pada fasilitas yang ada di Desa Agom namun mereka tidak

mau mengganti rugi kerusakan tersebut, masyarakat Bali juga sering melakukan

Page 164: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

146

pemalakan di pasar yang ada di patok dan itu tidak ditindak lanjuti, karena

masyarakat merasa takut akan aroganisme pemuda Balinuraga.

Sebelum kejadian yang terjadi konflik pada bulan oktober 2012, terjadi

juga konflik di bulan januari 2012 di Desa Napal yang melibatkan warga Jawa,

Lampung dan Bali yang disebabkan oleh perkiran di Pasar Napal, akhirnya

dilakukan perjanjian namun tanpa disertakan moderator dan saksi-saksi dalam

perjanjian itu, akhirnya pada tanggal 27 oktober 2012 pukul 18.00 WIB,

bertempat di Desa Waringin Harjo telah terjadi keributan yang disebabkan oleh

sekelompok pemuda Desa Balinuraga yang sedang duduk dipersimpangan jalan

Desa Waringin harjo menggoda dua gadis remaja yang sedang melintasi

menggunakan sepeda motor. Kemudian akibat godaan tersebut kedua gadis

terjatuh dari sepeda motornya yang mengakibatkan luka-luka.

Selanjutnya kedua gadis tersebut melaporkan kejadian tersebut kepada

keluarganya, pada saat orang tua salah satu gadis tersebut melaporkan kejadian

tersebut pada kepala desa pada saat itu juga informasi menyebar dengan cepat

kepada masyarakat Lampung sekitar desa tersebut, dan keadaan itu tidak diketahui

oleh kepala Desa Agom begitu juga sebaliknya informasi yang menyebar itu juga

tidak diketahui oleh kepala desa. Kemudian kepala Desa Agom mendatangi

kepala Desa Balinuraga, namun kepala Desa Balinuraga yang pada saat itu tidak

mau menemui kepala Desa Agom dikarena tidak mau mencampuri urusan yang

dibuat oleh pemudanya dan beralasan bahwa dia sedang ada di Bandar Lampung,

penolakan yang dilakukan masyarakat Desa Balinuraga membuat kepala Desa

Agom mendatangi Kepala Desa Patok dan memintanya untuk membantu

Page 165: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

147

memediasi masalah ini, namun pada saat yang bersamaan juga tersebar informasi

yang belum diketahui oleh kepala Desa Agom bahwa beliau disandra oleh

masyarakat Balinuraga.

Berita itu tentu saja membuat masyarakat Lampung semakin marah, dan

ditambah lagi isu yang menyebar dimasyarakat melalui Short Message Service

(SMS) adalah bahwa gadis yang mengalami kecelakaan itu juga mendapatkan

pelecehan seksual yang dilakukan oleh pemuda Bali, dan isu tentang pemerkosaan

yang dialami oleh gadis. Masyarakat yang ikut dalam penyerangan tersebut belum

mengetahui kejadian yang sebenarnya, namun mereka tetap melakukan

penyerangan, ini dikarenakan kekesalan yang mereka rasakan karena ulah dari

masyarakat Bali yang selalu merugikan orang lain, dan lagi masyarakat masih

merasakan amarah yang belum reda atas apa yang terjadi di konflik sebelumnya,

konflik yang terjadi di Desa Napal. Setelah proses mediasi yang dibantu

pemerintah dan aparat keamanan masyarakat baru mengetahui kejadian dan

masalah yang menjadi pemicu penyerangan tersebut.

4.4.4 Perencanaan strategi

Dalam dimensi perencanaan strategi diketahui bahwa ada tiga sub dimensi,

yaitu visi, misi dan tujuan organisasi, dalam hal ini visi dari Pemerintah

Kabupaten Lampung Selatan belum dibuat secara sistematis, walaupun demikian

Pemerintah Daerah maupun forum/lembaga penanganan konflik yang

bertanggung jawab dalam penanganan dan penyelesaian konflik yang terjadi

memiliki Undang-Undang RI No 7 tahun 2012 tentang Penenganan Konflik Sosial

Page 166: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

148

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 42 tahunn 2015

tentang Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Konflik Sosial yang merupakan

peraturan baru sebagai landasan hukum dalam visinya dan tidak memilik SOP

tertentu dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Selain itu juga misi yang dijalankan untuk mewujudkan visi yang akan

dicapai disesuaikan dengan ketentuan dari Undang-Undang RI No 7 tahun 2012

tentang Penanganan Konflik Sosial dimana pada pasal 10 dijelaskan bahwa

pemerintah harus membangun sistem peringatan dini yang tujuannya untuk

mencegah konflik di wilayah tersebut. Sistem peringatan yang ada di Kabupaten

Lampung Selatan berupa program yang dibuat oleh Badan Kebangpol Lampung

Selatan yaitu Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) atas dasar Peraturan

Menteri Dalam Negeri Tahun 2006 dan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) atas dasar Keputusan Bupati Lampung Selatan Nomor:

B/23/IV.09/HK/2015. Walaupun demikian program tersebut juga memiliki

kendala dalam pelaksanaannya yaitu masyarakat Kabupaten Lampung Selatan

belum mengetahui program tersebut, sosialisasi yang dilakukan Pemerintah

Daerah hanya 3 (tiga) kecamatan dalam setahun.

Dengan adanya visi dan misi yang telah disesuaikan dengan peraturan

pemerintah tujuan organisasi juga mengacu pada peraturan yang digunakan dan

bahkan sudah mencapai tujuan dari organisasi tersebut ini dilihat dari semakin

banyaknya masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang mulai sadar akan

pentingnya hidup damai, namun ada juga lembaga penaganan konflik yang masih

merasa bahwa tujuan dari organisasinya belum tercapai karena masyarakat

Page 167: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

149

pendatang masih menganggap bahwa kebudayaan Lampung itu asing bagi

mereka.

Mengacu pada beberapa penjelasan di atas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa dalam tahapan Perencanaan Strategi yang dibuat Pemerintah Kabupaten

Lampung Selatan belum tersusun rapi dan terencana dengan baik, walaupun

program yang dibuat telah disesuaikan dengan peraturan yang digunakan.

Kemudian kendala dalam mewujudkan tujuan organisasi masih ada di aspek

masyarakat, tidak hanya itu pemerintah daerah juga belum mensosialisasikan

peraturan yang baru mengenai pelaksanaan koordinasi penanganan konflik sosial

yang diatur dalam Permendagri No 42 Tahun 2015 kepada masyarakatnya.

4.4.5 Perencanaan Operasional

Mengacu pada tahapan operasional ini ada beberapa aspek dimensi yang

harus diketahui, yaitu sasaran operasional, pelaksanaan fungsi manajeman berupa

(fungsi pengorganisasian, pelaksanaan, dan fungsi penganggaran), kebijakan

situasional, jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal, fungsi kontrol dan

evaluasi, umpan balik.

Mengenai sasaran operasional bahwa pada saat penanganan dan

penyelesaian konflik kependudukan telah tepat sasaran sesuai dengan ketentuan

hukum oleh pihak aparat keamanan, pemerintah juga lebih memberikan perhatian

khusus terhadap wilayah yang sering terdapat konflik dan memberikan perhatian

kepada masyarakat pendatang, hal ini menyebabkan kecemburuan sosial yang

diakibatkan oleh perhatian yang lebih diutamakan kepada masyarakat pendatang.

Page 168: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

150

Gambar 4.4

Kondisi jalan di Desa Balinurga (kiri) dan kondisi jalan di Kompleks jati Agung Kalianda (kanan)

Pelaksanaan fungsi-fungsi manajeman yang dilakukan pemerintah

berhubungan dengan fungsi pengorganisasian, anggaran, dan pelaksanaan.

Pemerintah daerah sangat aktif dalam proses penanganan dan penyelesaian

konflik yang terjadi pada tahun 2012, banyak juga dari tokoh masyarakat

Lampung yang diwakilkan 6 marga ikut membantu dalam penanganan dan

penyelesaian konflik tersebut, tokoh masyarakat Lampung itu mewakili 6 marga

Lampung yang ada di Kabupaten Lampung Selatan dan ketua perkumpulan agama

Hindu Provinsi Lampung juga. Pemerintah juga menyediakan fasilitas tempat

untuk proses mediasi yang berlangsung saat itu. Kontribusi dari pemerintah pusat

juga banyak, pelaksanaan program tidak termasuk dalam Renstra namun hanya

sebagai program untuk membantu kinerja dari bidang yang ada di Kesbangpol.

Pelaksanaan program yang dibuat seperti Rembuk Pekon belum memiliki

juklak dan juknis karena belum mendapatkan Kepkapolri secara resmi namun

Page 169: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

151

pelaksanaan Rembuk Pekon itu sendiri sudah berjalan disesuaikan dengan tugas

dari kepolisian dan sudah dibuatkan kantor sendiri sebagai tempat untuk

melaksanakan mediasi, dalam penganggaran untuk ganti rugi yang diberikan

pemerintah kepada masyarakat yang menjadi korban dari konflik tersebut,

pemerintah memberikan sejumlah uang ganti rugi untuk korban dan masyarakat

yang rumahnya rusak, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk korban yang rumahnya terbakar atau rusak sebanyak 438 rumah,

masing-masing menerima Rp. 1.200.000,-

2. Untuk warga yang meninggal dunia 9 (sembilan) orang suku Bali dan 3 (tiga)

orang dari suku Lampung masing-masing menerima Rp.10.000.00,-

3. Untuk korban kecelakaan sebanyak 2 (dua) orang masing-masing

Rp.2.500.000,-

Semua itu dibebankan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Kabupaten Lampung Selatan bantuan yang diberikan oleh pemerintah hanya

untuk masyarakat yang mengalami kerugian baik materil maupun moril hal ini

dikarenakan tidak semua rumah yang ada di Desa Balinuraga mengalami

kerusakan hanya bagian sebelum tugu Desa Balinuraga saja yang mengalami

kerusakan.

Page 170: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

152

Gambar 4.5

Tugu yang berdiri di tengah-tengah Desa Balinuraga

Dan tidak hanya itu Pemerintah Pusat memberikan bantuan sebesar

Rp.11.000.000 untuk renovasi rumah yang rusak kepada warga Desa Balinuraga,

Pemerintah Pusat juga memberikan dana untuk program bedah rumah yang ada di

Desa Agom guna mengurangi kecemburuan akibat kesenjangan ekonomi yang

terjadi di wilayah tersebut.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah pada saat terjadi

konflik tersebut adalah dengan mengungsikan warga Desa Balinuraga tempatnya

di Kemiling Bandar Lampung, dan pihak aparat keamanan melakukan

penyelidikan terkait masalah yang sebenarnya terjadi hingga menimbulkan

konflik yang besar. Kemudian pemerintah melakukan mediasi untuk

Page 171: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

153

menyelesaiakan konflik tersebut, namun proses mediasi yang berjalan terlalu

cepat sehingga menimbulkan penolakan dari masyarakat pribumi karena

penyelesaian tersebut tidak melibatkan masyarakat yang terlibat langsung dalam

konflik tersebut.

Kemudian mengenai jaringan kerja eksternal dan jaringan kerja internal ini

berhubungan dengan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang. Dalam

penanganan dan penyelesian konflik kependudukan yang terjadi Peraturan

Pemerintah Pusat menjadi sumber kekuatannya tidak adanya Peraturan Daerah

tidak membuat. Lalu yang menjadi kelemahan dalam menjalankan program

tersebut adalah tradisi dan budaya masyarakat yang masih kental didalam

kehidupan bermasyarakat sering kali ada kasus kericuhan namun masyarakat

hanya menyelesaikan masalah tersebut tanpa pihak ketiga sehingga konflik yang

terjadi tambah semakin besar karena tidak ada kecocokan dalam proses

musyawarah.

Ancaman yang nyata dalam pelaksanaan program pemerintah adalah

karena adanya pengaruh globalisasi yang dapat merubah sikap dan kebiasaan di

masyarakat yang sebelumnya dijunjung tinggi oleh masyarakat, kemuadian

kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya konflik tersebut, ini dikarenakan

konflik yang berawal hanya di lingkungan kedua desa namun karena penyebaran

isu yang dilakukan melalui teknologi yang di sebut Short Message Service (SMS)

membuat informasi menyebar dengan cepat. Dengan itu pemerintah

memanfaatkan peluang yang dimiliki yaitu bantuan dari berbagai pihak dan

Page 172: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

154

partisipasi masyarakat dalam sosialisasi dengan memberikan penyuluhan-

penyuluhan.

Mengenai koordinasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah ini

disesuaikan dengan tim yang ada di Permendagri Nomor 42 Tahun 2015, yaitu

sebagai berikut:

1. Tim koordinasi pencegahan konflik,

2. Tim koordinasi penghentian konflik,

3. Tim Koordinasi Pemulihan Konflik.

Adapun tim terpadu penanganan konflik sosial tingkat Kabupaten

memiliki susunan keanggotaan, terdiri dari:

1. Ketua : Bupati/Walikota

2. Wakil Ketua I : Sekda Kab/Kota

3. Wakil Ketua II : Kapolres/ta/tabes

4. Wakil Ketua III : Dandim/Kepala Satuan TNI wilayah setempat

5. Wakil Ketua IV : Kajari

6. Sekertaris : Kaban Kesbangpol Kab/Kota

7. Wakil Sekretaris I : Kabag Ops/Polres/ta/tabes

8. Wakil Sekretaris II : Kasi Ops Kodim

9. Wakil Sekretaris III : Kasi Intel Kajari

10. Anggota : Pejabat SKPD Kab/Kota dan/atau instansi vertikal

terkait sesuai kebutuhan.

Page 173: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

155

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan secara tidak

langsung melalui media komunikasi lewat handphone lalu pengawasan yang

dilakukan oleh aparat keamanan dilakukan secara langsung yaitu dengan sistem

door to door namun cara itu hanya digunakan semantara oleh pihak aparat

keamanan setelah konflik mereda pengawasan itu tidak dilakukan lagi mengingat

bahwa mereka juga memiliki program dalam penanganan dan penyelesaian

konflik kependudukan. Penolakan dalam bentuk pernyataan sikap secara tertulis

yang dibuat oleh masyarakat yang dinamakan jaringan masyarakat Lampung

Selatan, yang isinya adalah penolakan atas perjanjian perdamaain yang dilakukan

secara tergesa-gesa yang tidak memperhatikan keterwakilan warga masyarakat

Lampung secara umum yang bertikai serta tidak memperhatkan permasalah-

permasalahan yang selama ini terjadi.

Dalam hal ini partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaan dalam

kepengurusan program yang dibuat oleh pemerintah, kemudian masyarakat juga

sering mengundang pihak pemerintah dan masyarakat desa lain jika diadakan

acara adat sehingga menimbulkan kesan bahwa mereka turun aktif dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari sehingga dapat meminimalkan terjadinya

konflik kembali.

Page 174: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

156

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka

penyimpulan akhir tentang strategi penyelesaian konflik kependudukan di

Kabupaten Lampung Selatan (studi kasus konflik antar suku asli Lampung dengan

suku pendatang Bali tahun 2012) belum terencana dan berjalan dengan baik, hal

ini dikarenakan berbagai faktor yang menjadi unsur dalam tahapan manajemen

strategi tidak terencana dengan baik pula, rinciannya sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di

Kabupaten Lampung Selatan, khususnya masyarakat Lampung Desa

Agom dengan masyarakat Bali Desa Balinuraga. Perbedaan tersebut dapat

dilihat dari mata pencarian masyarakatnya sehari-hari, lokasi rumah,

fasilitas umum seperti jalan dan jembatan penghubung, bangunan rumah

dan bangunan peribadahan.

2. Proses Konflik yang terjadi disebabkan oleh kekesalan masyarakat

Lampung akan sikap dan perilaku tidak baik yang ditimbulkan oleh

pemuda Bali sejak lama hingga terjadi kecelakaan yang dialami oleh 2

pemudi dari Desa Agom mengakibatkan luka-luka dan kesalahpahaman

yang tidak bisa dihindari dari kedua masyarakat tersebut hingga

Page 175: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

157

mengakibatkan konflik yang besar hingga perang antar desa yang terjadi di

Kabupaten Lampung Selatan. Proses mediasi yang melibatkan tokoh-tokoh

masyarakat dari kedua belah pihak di tentukan sesuai dengan Keputusan

Gubernur Lampung nomor G/685/B.II/HK/2012 yang mana isi dari

keputusan tersebut terdapat susunan panitia pelaksanaan deklarasi dan

sosialisasi perdamaian masyarakat Lampung Selatan yang ditetapkan pada

tanggal 11 November tahun 2012.

3. Manajemen strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan belum

terencana dengan baik ini dapat dilihat dari beberapa poin dalam

pembahasan, yaitu dibeberapa program yang pemerintah daerah kabupaten

Lampung Selatan buat tidak terdapat misi yang jelas untuk dilakukan,

kegiatan yang dilakukan dirasa sudah cukup hanya berlandaskan dengan

peraturan yang digunakan, kemudian dalam kebijakan situasional

pemerintah kurang peka dengan konflik yang terjadi membuat proses

pengungsian yang dilakukan mengalami keterlambatan sehingga

menimbulkan banyak korban jiwa dari masyarakat Bali. Proses

penyelesaian konflik yang terburu-buru sehingga tidak memperhatikan

keterlibatan masyarakat yang ikut bertikai dalam konflik tersebut, sasaran

operasional aparat keamanan disesuaikan dengan landasan hukum yang

ada di Indonesia, sementara dari pemerintah daerah tidak ditentukan secara

spesifik namun pemerintah daerah lebih memperhatikan masyarakat

pendatang, tidak memiliki Perda tentang penanganan konflik sosial,

pemerintah daerah merasa cukup dengan peraturan yang ada dari

Page 176: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

158

pemerintah pusat dan hal ini menjadi kekuatan tersendiri dan pengawasan

kepada masyarakat dilakukan dengan dua cara yaitu pengawasan secara

tidak langsung melalui Handphone dan pengawasan secara tidak langsung

melalui sistem door to door.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mencoba memberikan

beberapa saran agar nantinya strategi dalam penanganan dan penyelesaian konflik

dapat terencana dengan baik, yakni beberapa rekomendasai yang bersifat praktis

seperti berikut ini:

1. Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan dan Lembaga/Forum

penanganan konflik sosial membuat visi dan misi secara jelas agar

nantinya menjadi gambaran masa depan yang akan dipilih dan yang akan

diwujudkan untuk direalisasikan dalam bentuk tindakan.

2. Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan, pihak kepolisian dan

Lembaga/Forum penanganan konflik sosial harus mengadakan sosialisasi

yang sering tentang budaya dan tradisi Lampung kepada masyarakat

Lampung Selatan yang bukan suku asli Lampung, dan mengajarkan

mereka untuk menggunakan bahasa Lampung dikehidupan sehari-hari.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan tidak hanya memberikan

perhatian kepada masyarakat Lampung Selatan yang bukan suku asli

Lampung, namun juga kepada masyarakat asli Lampung, perhatian

Page 177: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

159

tersebut tidak hanya dalam bentuk simbolis saja namun juga bentuk lain

seperti perbaikan jalan, dan penyerapan tenaga kerja yang merata.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan lebih peka terhadap

masalah yang timbul di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan,

mengingat bahwa masyarakat Kabupaten Lampung Selatan begitu

beragam suku dan budaya agar nantinya dslam proses penyelesaian konflik

tidak ada kekecewaan atas keputusan yang dibuat.

5. Peneliti memberikan saran untuk dibuatkannya Peraturan Daerah agar

nantinya lebih memudahkan dalam penyelesaian konflik.

6. Pengawasan dilakukan secara langsung seperti patroli yang dilakukan oleh

pihak kepolisian, melakukan siskamling desa yang dilakukan oleh warga

masyarakat, sosialisasi yang sekaligus menjadi cara dalam mengetahui apa

yang diinginkan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Selatan oleh

Lembaga/Forum penanganan konflik sosial karena dengan pengawasan

yang dilakukan secara langsung lebih memudahkan pemerintah daerah

mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga dapat

mengurangi konflik yang terjadi di masyarakat.

Page 178: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

160

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Alwasilah, A. Chaedar. 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Bungin, Burhan.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pt Praja Grafindo Persada.

David, Fred R. 2005. Manajemen Strategi (Manajemen Strategi Konsep) Buku

I. Jakarta: Salemba Empat.

2008. Manajemen Strategi (Manajemen Strategi Konsep) Buku

I. Jakarta: Salemba Empat.

Denzim, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of qualitative research. Terjemahan oleh Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hunger J. David & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Dia Fisip Universitas Indonesia.

Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Stratejik. Malang: UMM Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Balai Pustaka.

Kusnadi. 2002. Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja. Malang : Taroda.

Lauer H. Robert. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Lawang, Robert. 1994. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Miles, Matthew B & A. Michael Huberman.2009. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mukhtar, M.Pd. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: REFERENSI (GP Press Group).

Narwoko J. Dwi & Suyanto Bagong. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 179: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

161

Nasikun. 2003. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit Bidang

Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pearce II, Jhon A. & Richard B. Robinson. 2008. Manajemen Strategi:

Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Saladin, Djaslim, SE. 1999. Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan. Bandung: Penerbit Unda Karya

Salusu, M.A. 2004. Pengambilam Keputusan Stratejik (untuk Organisasi

Publik dan Organisasi Non Profit). Jakarta: Grasindo

Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Setiadi M. Elly & Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Cv Alfabeta.

2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Cv Alfabeta

2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Cv Alfabeta.

Susanto, Astrid. 2006. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta.

Sumber Dokumen:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.

Page 180: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

162

Undang-Undang Republik Indonesai Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.

Skripsi Anisa Utami. 2013. Resolusi Konflik Antar Etnis Kabupaten Lampung Selatan (Study Kasus: Konflik Suku Bali Desa Balinuraga dan Suku Lampung Desa Agom Kabupaten lampung Selatan). Universitas Diponegoro.

Skripsi Bethra Ariestha. 2013. Akar Konflik Kerusuhan Antar Etnik di Lampung Selatan. Universitas Negeri Semarang.

Sumber lain:

http://www.suarapembaruan.com/home.tragedi-mesuji-pihak-perusahaan-dinilai-picu-kekerasan.com diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014.

http://Perang-Suku-di-Lampung-Sebuah-Dendam-Lama/Lintas-Berita.htm diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014.

http://m.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-kekerasan-horisontal-terburuk-versi-lsi.html diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014.

https://mustamu.wordpress.com/2008/05/07/mengenal-manajemen-strategik-suatu-pengantar/ diakses pada hari sabtu tanggal 28 Februari 2015.

Jurnal: Hindri Asmoko, Manajemen Strategis Pada Pemerintah Daerah: Inovasi Menuju Birokrasi Profesional, diakses melalui situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/ pada hari sabtu 28 Februari 2015.

https://independent.academia.edu/DianPratiwi7 diakses pada hari kamis 26 Februari 2015.

http://melistyaridewi.blogspot.com/2012/02/manajemen-strategik.html diakses pada hari senin tanggal 2 maret 2015 pukul 18:33 WIB.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik diakses pada hari kamis 6 agustus 2015).

Page 181: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

163

Page 182: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

164

Page 183: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

165

Page 184: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

166

Page 185: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

167

Page 186: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

168

Page 187: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

169

Page 188: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

170

Page 189: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

171

Page 190: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

172

Page 191: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

173

Page 192: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

174

Page 193: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

175

Page 194: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

176

Page 195: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

177

Page 196: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

178

Page 197: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

179

Page 198: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

180

Page 199: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

181

Page 200: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

182

Page 201: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

183

Page 202: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

184

Page 203: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

185

Page 204: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

186

Page 205: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

187

Tabel Pembahasan

Hasil Penelitian Atas Tahapan Perencanaan Strategi

Aspek Dimensi

Hasil Penelitian Keterangan

Visi 1. Tidak ada visi tertentu dalam penanganan dan penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi.

2. Visi yang ada disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang dipakai dan belum disusun secara sistematis.

Peraturan yang dijadikan landasan hukum dalam penanganan dan penyelesaian konflik yang terjadi adalah UU RI No 7 Tahun 2012, Permendagri No.12 Tahun 2006, Peraturan Bersama Menteri Agama No 9 tahun 2006 dan Menteri Dalam Negeri No 8 tahun 2006, dan yang terbaru Permendagri No 42 tahun 2015.

Misi 1. Program yang dibuat berdasarkan peraturan yang di gunakan,

2. Masyarakat banyak yang belum tau tentang program penanganan dan penyelesaian konflik yang dibuat oleh pemerintah,

3. Program dari pemerintah daerah yaitu FKUB dan FKDM, dari aparat keamanan Rembuk Pekon, dan masyarakat MPAL.

Disesuaikan dengan peraturan yang digunakan

Tujuan Organisasi

1. Tujuan organisasi pemerintah telah tercapai seiring dengan masyarakat yang mulai mengerti pentingnya hidup damai dan toleransi.

2. Tujuah organisasi lembaga penanganan konflik dari masyarakat belum tercapai, hal ini karena kesadaraan akan pentingnya kebudayaan lampung belum dimengerti oleh masyarakat pendatang yang tinggal di Kabupaten Lampung Selatan.

Sampai sekarang programnya masih berjalan

(Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

Page 206: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

188

Hasil Penelitian Atas Tahapan Perencanaan Operasional

Aspek Dinamis Hasil Penelitian

Sasaran operasional 1. Sasaran operasional pada aparat keamanan adalah sesuai dengan landasan hukum pidana dan perdata,

2. Tidak ditentukan secara spesifik sasaran operasional dalam program yang dibuat oleh lembaga/forum penanganan konflik,

3. Pemerintah daerah lebih memperhatikan masyarakat pendatang.

Pelaksanaan Fungsi Manajemen (Fungsi Pengorganisasian, Fungsi pelaksanaan, Fungsi Penganggaran)

1. Ada 6 marga asli Lampung di Kabupaten Lampung Selatan yang mengikuti proses mediasi dan beberapa tokoh perwakilan umat Hindu dari Provinsi Lampung,

2. Pelaksanaan program yang dibuat tidak termasuk dalam Renstra, namun hanya sebagai program untuk membantu kerja dari pemerintah.

3. Penganggaran dimasukan dalam APBD dan bantuan dari pemerintah pusat.

Kebijakan Situasional 1. Pengungsian masyarakat Bali ke Bandar Lampung yang lambat dan kurang oleh Pemerintah Daerah sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia,

2. Penyelidikan aparat kepolisian tentang masalah yang terjadi dan pengungsian yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap korban kecelakaan untuk menghindari amuk masa,

3. Proses mediasi yang terburu-buru sehingga mengakibatkan penolakan yang dilakukan masyarakat Lampung.

Jaringan Kerja Eksternal dan Jaringan Kerja Internal

1. Kekuatan pemerintah dalam menjalankan program yaitu dengan adanya peraturan undang-undang yang harus dijalankan,

2. Kelemahan dalam pelaksanaan program yang dijalankan adalah tradisi dan budaya masyarakat,

3. Bentuk ancamannya adalah arus globalisasi dan kemajuan teknologi,

4. Pemerintah memanfaatkan peluang dengan mengikutsertakan masyarakat dalam sosialisasi, dan keikutsertannya dalam kepengurusan program yang

Page 207: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

189

dibuat pemerintah, 5. Koordinasi yang dilakukan sesuai dengan

peraturan yang baru yaitu Permendagri No 42 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Konflik Sosial.

Fungsi Kontrol dan Evaluasi 1. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak secara langsung komunikasinya hanya melalui handphone,

2. Pengawasan yang dilakukan oleh aparat keamanan secara langsung oleh masyarakat dengan sistem door to door namun besifat sementara, kemudian dibuatkan program Rembuk Pekon yang menfasilitasi tempat dalam proses mediasi yang berlangsung jika ada yang konflik.

3. Penolakan masyarakat Lampung yang menilai proses mediasi terlalu terburu-buru dan tidak memperhatikan masyarakat yang terkait dalam pertikaian.

Umpan Balik 1. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan forum yang dibuat pemerintah,

2. Membuatkan Babinkantibnas yang bertanggung jawab atas keamanan desa.

3. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi dan acara-acara adat supaya mudah bergaul dengan masyarakat suku lain, ini merupakan bentuk toleransi yang ditanamkan oleh pemerintah kepada masyarakat.

(Sumber: Data Diolah Peneliti, 2015)

Page 208: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

190

Pedoman Wawancara

Model Proses Manajemen Strategi Organisasi Publik sebagai sebuah sistem

menurut Nawawi No Dimensi Uraian Pertanyaan Kode

Informan 1 Perencanaan Strategi

Visi Apa saja faktor yang mempengaruhi visi dalam strategi untuk penyelesaian konflik?

I1, I2, I3n

Misi Bagaimana dengan perumusan misi untuk menjalankan visi yang telah dibuat?

Apakah misi yang dibuat juga untuk program jangka panjang dalam penanganan konflik kependudukan yang sering terjadi?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n Tujuan strategi organisasi

Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan sesuai dengan visi yang dibuat?

Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan dengan misi?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n 2 Perencanaan Operasional

Sasaran Operasional Bagaimana sasaran operasional ditentukan? apakah sudah tepat sasaran penyelesaian

konflik pendudukan saat itu?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n Pelaksanaan fungsi manajemen (fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, fungsi penganggaran)

bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan?

apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan renstra yang dibuat?

Apakah program yang dibuat telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)?

Bagaimana dengan dana untuk perbaikan kerusakan yang dialami masyarakat?

Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian masyarakat saat terjadi konflik?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n, I4n, I5n

Kebijakan Situasional kebijakan pertama apa yang dikeluarkan

oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut?

Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal

kekuatan apa yang dimilik pemerintah untuk program penanganan konflik penduduk yang sudah terjadi?

Apasaja kelemahan dalam program yang sudah dibuat untuk penanganan konflik kependudukan yang sudah terjadi?

Bagaimana dengan ancaman yang

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n,

I1, I2, I3n

Page 209: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

191

menghambat jalannya program yang telah dibuat sebelumnya?

Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk program yang akan dijalankan?

siapa saja stakeholder yang ikut bertanggung jawab atas kebijakan yang dibuat dalam penyelesaian konflik penduduk saat itu?

bagaimana koordinasi dengan dinas yang lain?

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n

I1, I2, I3n Fungsi kontrol dan evaluasi

bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut?

apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan?

apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

I1, I2, I3n, I4n, I5n

Umpan balik bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan?

bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk penyelesaian konflik kependudukan?

I1, I2, I3n, I4n, I5n

I1, I2, I3n,

I4n, I5n

PERTANYAAN WAWANCARA

KEPALA BADAN LINMAS DAN PENANGGULANGAN KONFLIK KESBANGPOL

LAMPUNG SELATAN

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi visi dalam strategi untuk penyelesaian konflik? 2. Bagaimana dengan perumusan misi untuk menjalankan visi yang telah dibuat? 3. Apakah misi yang dibuat juga untuk program jangka panjang dalam penanganan konflik

kependudukan yang sering terjadi? 4. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan sesuai dengan visi yang dibuat? 5. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan dengan misi? 6. Bagaimana sasaran operasional ditentukan? 7. apakah sudah tepat sasaran penyelesaian konflik pendudukan saat itu? 8. bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang

terjadi? 9. apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan? 10. apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan renstra yang dibuat? 11. Apakah program yang dibuat telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk

Teknis (Juknis)? 12. Bagaimana dengan dana untuk perbaikan kerusakan yang dialami masyarakat? 13. Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian

masyarakat saat terjadi konflik? 14. kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut?

Page 210: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

192

15. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

16. kekuatan apa yang dimilik pemerintah untuk program penanganan konflik penduduk yang sudah terjadi?

17. Apasaja kelemahan dalam program yang sudah dibuat untuk penanganan konflik kependudukan yang sudah terjadi?

18. Bagaimana dengan ancaman yang menghambat jalannya program yang telah dibuat sebelumnya?

19. Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk program yang akan dijalankan? 20. siapa saja stakeholder yang ikut bertanggung jawab atas kebijakan yang dibuat dalam

penyelesaian konflik penduduk saat itu? 21. bagaimana koordinasi dengan dinas yang lain? 22. bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut? 23. apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan? 24. apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut? 25. bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan? 26. bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk

penyelesaian konflik kependudukan?

PERTANYAAN WAWANCARA

KASAT BINMAS POLRES LMPUNG SELATAN

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi visi dalam strategi untuk penyelesaian konflik? 2. Bagaimana dengan perumusan misi untuk menjalankan visi yang telah dibuat? 3. Apakah misi yang dibuat juga untuk program jangka panjang dalam penanganan konflik

kependudukan yang sering terjadi? 4. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan sesuai dengan visi yang dibuat? 5. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan dengan misi? 6. Bagaimana sasaran operasional ditentukan? 7. apakah sudah tepat sasaran penyelesaian konflik pendudukan saat itu? 8. bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang

terjadi? 9. apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan? 10. apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan renstra yang dibuat? 11. Apakah program yang dibuat telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk

Teknis (Juknis)? 12. Bagaimana dengan dana untuk perbaikan kerusakan yang dialami masyarakat? 13. Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian

masyarakat saat terjadi konflik? 14. kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut? 15. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi? 16. kekuatan apa yang dimilik pemerintah untuk program penanganan konflik penduduk yang

sudah terjadi? 17. Apasaja kelemahan dalam program yang sudah dibuat untuk penanganan konflik

kependudukan yang sudah terjadi?

Page 211: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

193

18. Bagaimana dengan ancaman yang menghambat jalannya program yang telah dibuat sebelumnya?

19. Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk program yang akan dijalankan? 20. siapa saja stakeholder yang ikut bertanggung jawab atas kebijakan yang dibuat dalam

penyelesaian konflik penduduk saat itu? 21. bagaimana koordinasi dengan dinas yang lain? 22. bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut? 23. apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan? 24. apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut? 25. bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan? 26. bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk

penyelesaian konflik kependudukan?

PERTANYAAN WAWANCARA

LEMBAGA PENANGANAN KONFLIK

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi visi dalam strategi untuk penyelesaian konflik? 2. Bagaimana dengan perumusan misi untuk menjalankan visi yang telah dibuat? 3. Apakah misi yang dibuat juga untuk program jangka panjang dalam penanganan konflik

kependudukan yang sering terjadi? 4. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan sesuai dengan visi yang dibuat? 5. Apakah sejauh ini tujuan organisasi sudah berjalan dengan misi? 6. Bagaimana sasaran operasional ditentukan? 7. apakah sudah tepat sasaran penyelesaian konflik pendudukan saat itu? 8. bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang

terjadi? 9. apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan? 10. apakah pelaksanaan program disesuaikan dengan renstra yang dibuat? 11. Apakah program yang dibuat telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan (juklak) dan Petunjuk

Teknis (Juknis)? 12. Bagaimana dengan dana untuk perbaikan kerusakan yang dialami masyarakat? 13. Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian

masyarakat saat terjadi konflik? 14. kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut? 15. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi? 16. kekuatan apa yang dimilik pemerintah untuk program penanganan konflik penduduk yang

sudah terjadi? 17. Apasaja kelemahan dalam program yang sudah dibuat untuk penanganan konflik

kependudukan yang sudah terjadi? 18. Bagaimana dengan ancaman yang menghambat jalannya program yang telah dibuat

sebelumnya? 19. Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk program yang akan dijalankan? 20. siapa saja stakeholder yang ikut bertanggung jawab atas kebijakan yang dibuat dalam

penyelesaian konflik penduduk saat itu? 21. bagaimana koordinasi dengan dinas yang lain?

Page 212: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

194

22. bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut? 23. apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan? 24. apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut? 25. bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan? 26. bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk

penyelesaian konflik kependudukan?

PERTANYAAN WAWANCARA

MASYARAKAT ASLI LAMPUNG

1. bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

2. apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan? 3. Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian

masyarakat saat terjadi konflik? 4. kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut? 5. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi? 6. bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut? 7. apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan? 8. apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut? 9. bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan? 10. bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk

penyelesaian konflik kependudukan?

PERTANYAAN WAWANCARA

MASYARAKAT PENDATANG BALI

1. bagaimana kontribusi pemimpin daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi?

2. apakah pelakasanaan program yang ada sudah berjalan? 3. Apakah ada ketentuan dalam ganti rugi untuk kerusakan yang dialami oleh sebagian

masyarakat saat terjadi konflik? 4. kebijakan pertama apa yang dikeluarkan oleh pemerintah pada saat terjadi konflik tersebut? 5. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam penyelesaian konflik

kependudukan yang terjadi? 6. bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah setelah terjadi konflik tersebut? 7. apakah program (Rembuk Pekon) yang dibuat pasca terjadinya konflik masih berjalan? 8. apa yang kurang dari penyelesaian konflik tersebut? 9. bagaimana respon masyarakat terkait dengan penyelesaian koflik yang sudah dilakukan? 10. bagaimana partisipasi masyarakat dalam sosialisasi program rembuk pekon yang dibuat untuk

penyelesaian konflik kependudukan?

Page 213: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

195

Page 214: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

196

Page 215: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

197

Page 216: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

198

Page 217: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

199

Page 218: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

200

Page 219: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

201

Page 220: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

202

Page 221: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

203

Page 222: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

204

Page 223: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

205

Page 224: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

206

Page 225: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

207

Page 226: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

208

Page 227: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

209

Page 228: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

210

Page 229: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

211

Page 230: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

212

Page 231: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

213

Page 232: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

214

Page 233: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

215

Page 234: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

216

Page 235: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

217

Page 236: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

218

Page 237: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

219

Page 238: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

220

Page 239: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

221

Page 240: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

222

Page 241: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

223

Page 242: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

224

Page 243: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

225

Page 244: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

226

Page 245: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

227

Page 246: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

228

Page 247: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

229

Page 248: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

230

Page 249: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

231

Page 250: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

232

Page 251: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

233

Page 252: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

234

Page 253: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

235

Page 254: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

236

Page 255: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

237

Page 256: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

238

Page 257: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

239

KATEGORISASI DATA

Q I Faktor yang mempengaruhi visi Kesimpulan

I1 “Visinya kan ada aturannya tuh yang diatur dalam undang-undang no 7 tahun 2012”.

Visi disesuaikan dengan Undang-Undang No 7 Tahun 2012, sedangkan embaga/forum penangan konflik khususnya MPAL memiliki visi mewujudkan majelis penyeimbang adat Lampung yang bermatabat untuk membangun masyarakat yang menjunjung tingga adat dan budaya Lampung

I3.3

“Itu visinya terwujudnya majelis penyeimbang adat lampung yang bermatabat untuk membangun masyarakat yang menjunjung tingga adat dan budaya Lampung”

Q I Misi dibuat untuk jangka panjang Kesimpulan

I1

“Iya disesuaikan juga dengan undang-undang itu, apa yang dilakukan oleh kita itu kayak diadakannya forum kita kumpulin masyarakatnya untuk pertemuan, ada juga sosialisasi ke kecamatan-kecamatan yang disesuaikan dengan anggaran setahun itu hanya 3 kecamatan, tahun ini baru 3 kecamatan” Diadakan sosialisasi setiap

tahunnya untuk 3 Kecamatan, kemudian pihak Kepolisian Lampung Selatan membuatkan Program Rembuk Pekon yang tujuannya untuk mediasi konflik yang terjadi, bentuknya pengurus FKDM yang ada di kabupaten itu ada 18 orang dan di Kecamatan dan MPAL memiliki misi yang dibuat pasti untuk jangka panjang

I2

“Ya itu tadi kita mikirnya gimana caranya supaya maslah itu bisa cepet selesai, oh iya ada juga program rembuk pekon yang lagi kita jalanin tujuannya buat mediasi orang yang lagi konflik itu”.

I3.1

“Iya misi dibuat sesuai sama visi, kalo kita mungkin lebih ke tujuan ya, kita sering komunikasi ke pengurus FKDM, pengurus FKDM yang ada di kabupaten itu ada 18 orang, dikecamatn juga ada tapi ya itu mati suri, banyak faktor yang menyebabkan susah untuk diaktifkan”.

I3.3

“Tertuang misi pembinaan dan pemberdayaan masyarakat Lampung, pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, pelestarian dan pembinaan budaya adat Lampung, ini kerjaan kita kerjaan MPAL, meningkatkan hubungan

Page 258: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

240

silahturami antar masyarakat, antar suku, antar tokoh”.

Q I

Kesesuaian tujuan strategi organisasi dengan visi dan misi Kesimpulan

I1

“Iya sudah berjalan, karena masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya damai itu tadi”.

Dinilai dari masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya damai, Tujuan organisasi berjalan sesuai dengan 3 tugas kepolisian melindungi, mengayomi dan melayani, Tujuan MPAL belum tercapai karena masyarakat pendatang sampai sekarang banyak yang belum mengerti masyarakat pribumi.

I2 “Iya tentu ajalah itu berjalan kan diliat dari tugas kita yang 3 itu tadi”.

I3.3

“Tujuan kami belum tercapai karena masyarakat Lampung Selatan sampai sekarang banyak yang belum mengerti kami yang orang pribumi”.

Q I Kesesuaian sasaran operasional Kesimpulan

I1

“Iya tadi kita sesuaikan anggaran yang 3 kecamatan setahun itu, ditentukan dari kecamatan yang rawan konfik dulu, prioritas banyak yang tinggi skala konfliknya”. Sasaran sosialisasi 3

kecamatan setahun itu ditentukan dari kecamatan yang rawan konflik terlebih dulu, FKDM jika ada konflik langsung di laporkan ke Kesbangpol, MPAL memiliki sasaran terhadap masyarakat yang tinggal di Lampung Selatan yang tidak memahami adat dan budaya Lampung

I3.1

“Kita gak ada sasaran tertentu, jadi kalo ada konflik ya langsung kita laporkan ke Kesbangpol, nanti dari sini ditindak lanjutkan dengan koordinasikan sama pihak aparat keamanan”.

I3.3

“Sasaran forom ini buat masyarakat Lampung Selatan biar orang-orang lain yang bukan suku Lampung juga mengerti adat dan budaya Lampung, kan mereka juga tinggal di wilayah kita, maunya kita ya meskipun bukan orang lampung tapi ya mereka harus mengerti dan memahami orang lampung yang dalam artian orang pribumi”.

Q

I

Pelaksanaan fungsi manajemen (fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan,

fungsi penganggaran) Kesimpulan

I1

“Ya sebenernya udah baik kontribusi, tapi ya tinggal elemen dari masyarakatnya sama dari dinas-dinasnya gimana kerjasamanya buiar gak keulang lagi”.

Kontribusi pemerintah daerah tergantung dari eleman-elemen stakholder yang bertanggung jawab dalam tim penyelesaian

Page 259: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

241

I3.1

“Kontribusinya sudah banyak ya dari pemerintah, kalo sekarang itu tinggal masyarakatnya yang harus menjaga kedamaian diwilayahnya”.

konflik, Masyarakat juga harus memberikan kontribusi dengan sadar akan hidup damai, Kontribusi tokoh masyarakat sangat penting dalam penyelesaian konflik kependudukan, Pihak aparat keamanan dengan dibantu kepolisian wilayah lain sangat berperan aktif dalam keamanan yang terjadi pada saat konflik, Pemerintah pusat memberikan bantuan moril dan material, juklak juknis program FKDM masuk Permendagri No 12 tahun 2006 dan UU No 7 tahun 2012, Program Rembuk Pekon belum ada Kepkapolri, Masyarakat Desa Agom di berikan bantuan bedah rumah oleh menteri perumahan rakyat sebanyak 300 unit, Pemberian bantuan di bidang kesehatan, listrik dan juga dapur umum, masyarakat Bali juga dibantu pemerintah pusat yang rumahnya kebakar sama ganti rugi uang 11jt.

I3.2 “Kontribusinya banyak ya, kan tokoh-tokoh masyarakat juga ikut dalam penyelesaian itu”.

I4.1

“Kontribusi pemerintah pada saat kejadian memang luar biasa, mereka mengamankan apapun bentuk kelompok masyarakat yang datang, karena pada saat itu pihak keamanan yang dateng gak tau wilayah, merkea kan dari banyak daerah, ada juga bantuan dari polisi Banten dateng, pada saat itu sudah maksimal bantuan pemerintah. Sekarang kontribusi pemerintah ya ada tapi memang gak intensif kayak dulu kurang sering ngawasin lagi, maunya kita kan jangan karna sudah damai ini kalau kami masing-masing Desa Agom atau Desa Balinuraga mau ketemu mau ngobrol itu susah sampai sekarang harusnya ada pihak ketiga yaitu pemerintah yang menjadi mediasinya, karena kenapa kita gak mau dibawa ke Balinuraga disamping kita pernah punya masalah bahwa kita gak bisa, kita ini maafnya ngomong orang lampung kebanyakan orang islam ya gak bisalah kalau lagi ngobrol ada babi lewat mana ada yang tahan, terus terang aja waktu kita juga bertamu dibuatin teh mau gak kita minum kita gak enak mau kita minum kita was-was, terus terang saya kades ngomongnya pedes tapi memang fakta. Jadi kalau kita suruh silahturami kesana gak bisa”.

I5.3

Pada waktu itu cepat penanganannya, banyak kita dikasih bantuan dari provinsi bali, trus pemerintah pusat juga kasih perhatian ke kita

I3.1 “Itu yang peraturan tadi yang saya bilang diawal kita hanya menjalankan apa yang ada di undang-undang itu”.

I2

“Kalo untuk pogram kita, kita juga belum dapet Kepkapolri yang 100% jadi kita gak bisa kasih informasi”.

Page 260: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

242

I4.1

“Memang banyak program-program dari pemerintah itu tapi kadang-kadang bagi kami ini tidak tepat sasaran tapi begitu kita pikir-pikir secara luas juga mungkin iya, kalo Desa Agom dan Desa Balinuraga sudah ribut mungkin mereka mengantisipasi untuk desa-desa yang lain gak ribut, kegiatan-kegiatan itu banyak dilakukan ditempat lain tapi yang program pemerintah pusat dan segala macem itu untuk meredam ini biar tidak terjadi lagi, banyak bedah rumah disini di desa saya dapet 300 rumah dibantu menteri perumahan rakyat karena mungkin diliat dari ekonomi kita, jadi program itu ada cuma saat kejadian itu aja kalo sekarang gak ada”.

I5.1

“Pemerintah Daerah bantu di bidang kesehatan, listrik dan juga dapur umum, tapi masyarakat juga dibantu sama pemerintah pusat yang rumahnya kebakar sama ganti rugi uang 11jt, kalau pemerintah Provinsi Bali kasih bantuan paling banyak,mereka kasih uang subangan yang dikumpulin setiap kabupaten, Kota Denpasar juga kasih sumbangan banyak, pokoknya bantuan paling banyak dari Pemerintah Provinsi Balinya”

Q I

Kebijakan situasional yang dibuat pemerintah Kesimpulan

I2

“Iya atasan langsung minta diproses masalah itu, dan kita juga ngungsikan masyarakat balinya ke Kemiling Bandar Lampung, langsung dicari permasalahannya”.

Masyarakat Balinuraga diungungsikan ke Kemiling Bandar Lampung, Mediasi dilakukan terburu-buru tujuannya agar permasalahan cepat terselesaikan I4.1

“Saya sebenernya gak tau mau ada damai, diajak pertemuan gubernur tanda tangan perdamaian, tapi karena saya dibawa pak sekda pak kapolda ini perintah kalo gak tanda tangan proses hukum gak bisa berlanjut. Sedangkan mereka mengancam mau ekspos orang-orang saya semua, ini 40 orang yang bakalan ditangkap, jadi saya itu simalakama, saya tanda tangan buat nyelamatin 40 orang ini tapi 20ribu orang nyalahin saya.Orang-orang yang ikut

Page 261: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

243

mediasi gak bisa adek temui ini kecuali muksin syukur karena memang saya pelaku utama dalam kejadian itu, yang ikut mediasi kayak kepada desa tajimalela ini cuma masyarakatnya yang jadi korban trus ini tokoh-tokoh adat masyarakat lampung yang di kalianda yang di comot langsung sama pemerintah biar malahnya cepet selesai, mau ditemuin juga gak akan ada cerita karena meraka gak tau masalahnya pada saat kejadian mereka pergi kejatinagor sama pak Bupati, saya gak ikut karena udah ngerasa mau ada masalah sama masyarakat saya”

Q I

Jaringan kerja internal dan jaringan kerja eksternal Kesimpulan

I1

“Kita ini kebentur adat istiadat, tradisi biasanya orang kampung itu ada masalah musyawarah tapi akhirnya ricuh, ekonomi juga bisa jadi sumber konflik, agama juga rasa toleransi iya itu penyebab konflik jadi kelemahan kita”.

Kelemahan dalam program adalah adat istiadat tradisi, orang kampung itu ada masalah musyawarah tapi akhirnya ricuh, Pengaruh globalisasi menurunkan mental masyarakat, kemudian kemajuan teknologi pun jadi masalah jugaMPAL memanfaatkan rencana 1 hari kerja menggunakan bahasa Lampung yang sedang dibahas Perdanya.

I1 “Pengaruh globalisasi itu jadi pengaruh menurunya mental menurun, trus kemajuan teknologi jadi masalah juga”

I3.3

“Kita mau memanfaatkan yang itu tadi rencana 1 hari kerja ngomong harus pake bahasa Lampung, ini lagi diproses perdanya gak hanya di Kabupaten Lampung Selatan aja tapi di seluruh Lampung”.

Q I

Fungsi kontrol dan evaluasi Kesimpulan

I4.1

“Ya kalo sekarang ini aman-aman aja setelah kejadian itu, tapi ya kalo ada hajatan kita sekerang ngundang orang desa balinuraga juga trus dari kepolisian itu aja, kalo secara terus menerus si gak”.

Pengawasan dilakukan secara intens setelah terjadinya konflik, namun sekarang tidak terlalu intens pengawasan yang

I4.1

“Dengan inisiatif Pemerintah yang terlalu cepat menyelesaikan masalah itu tanpa melalui proses jadi kita itu dianggap dijebak dan masalah itu begitu bumingnya ditempat kita langsung beres, harusnya dihukum dulu lah mereka itu biar gak tuman, dicari dulu

Page 262: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

244

permasalahnnya seperti apa jangan banyak orang yang tanya terus gak tau permasalahnnya apa karena gak ditemukan titik awal permasalahnnya itu apa”.

dilakukan, Penyelesaian konflik yang dilakukan secara terburu-buru mengakibatkan ketidak hadiran orang yang benar-benar terlibat dalam penyebab konflik, Rembuk Pekon tidak bisa dijalankan jika sudah berbeda desa

I4.1

“Program Rembuk Pekon itu dibuat baru baru ini atas kejadian itu diharapkan permasalahan itu kan Rembuk Pekon, tapi kalo kita lebih dalam Rembuk Pekon kan cuma satu wilayah desa kalo ada ribut ribut beda wilayah ya gak bisa harus ada perantanya tanpa campur tangan pemerintah gak bisa, kalo Rembuk Pekon secara umum gak bisa, Rembuk Pekon Desa Balinuraga sama Desa Agom gak bakal bisa nanti ketemu malah ribut, kalo antar desa ya gak bisa, dan itu gak berjalan hanya satu dua kali pertemuan gitu aja ya bukan rembuk pertemuan silahturahmi itu kan, nah kalo sekarang gak bisa ada warga kita yang maling ayam harusnya kita rembuk pekonin tapi ini malah masyarakatnya langsung lapor polisi jadi buat apa rembuk pekon itu ada, gak ada manfaatnya”.

Q I

Umpan balik Kesimpulan

I5.2

“Ya harus terima mereka, sampai disini ini buat undang-undang sendiri siapa aja yang buat ribut apabila sampai mengerahkan massa, secara adat kami usir, tapi kita juga kontra masyarakat kita maunya kayak dulu tapi gak harus ada kejadian itu, biar gak disepelein juga sama mereka, kalo sekarang kita kayak diremehin sama mereka, ibaratnya mereka bilang ah lo udah kalah lo takut sama gue gitu”.

Masyarakat Desa Balinuraga membuat undang-undang desa sendiri dengan isi jika melakukan/menyebabkan kericuhan akan diusir dari desa dan wilayah tersebut, Kelompok masyarakat Balinuraga ikut dalam kelompok deteksi dini konflik, Masyarakat Lampung mengadakan ronda dan siskamling yang dulu pernah ditinggalkan

I5.2

“Kami ikut dalam kelompok deteksi dini konflik, kita juga ikut kumpul kumpul waktu sosialisasi, pernah juga 1 minggu penataran di desa, kalo sekarang gak ada lagi”.

I4.3 Iya sekarang kita sering adain ronda, siskamlingnya jalan lagi kalo dulu kan gak jalan

(sumber: data diolah peneliti, 2015)

Page 263: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

245

CATATAN LAPANGAN

No Tanggal Pukul (WIB) Tempat Tujuan Hasil Informan

1 04-11-2014 09.00 Polres

Lampung Selatan

Wawancara Data awal

tentang konflik tahun 2012

Bapak Dwi

2 30-11-2014 10.30 Desa Bali Wawancara Dokumentasi

terkait Konflik tahun 2012

Masyarakat

3 02-12-2014 09.00 Kesbangpol Lampung Selatan

Wawancara Data awal

tentang konflik tahun 2012

Bapak Alwi

4 10-03-2015 11.00 Polres

Lampung Selatan

Mengajukan surat izin penelitian

Disposisi Kasubag

Sumda Polres Lampung

5 02-07-2015 09.00 Kesbangpol

Provinsi Banten

Mengajukan surat izin penelitian

Disposisi Kasubag Umum

6 24-08-2015 11.30 Kesbangpol

Provinsi Lampung

Mengajukan surat izin penelitian

Disposisi Kasubag Umum

7 04-09-2015 15.30 Desa Balinuraga Wawancara

Data dan penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak Made Santre

8 04-09-2015 17.00 Desa Agom Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak Muksin Syukur

9 04-09-2015 17.00 Desa Agom Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Ibu Ida Riana

10 05-09-2015 10.00 Desa Balinuraga Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak kadek Sirye

11 06-09-2015 09.30 Desa Balinuraga Wawancara

Penjelasan Mengenai

Konflik tahun 2012

Bapak Made Suka

12 06-09-2015 11.00 Desa Agom Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Hassanudin (nama

samaran)

Page 264: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

246

13 16-09-2015 14.00

Kesbangpol Kab

Lampung Selatan

Mengajukan surat izin penelitian

Disposisi Kasubag Umum

14 25-09-2015 11.00 Polres

Lampung Selatan

Wawancara

Data dan penjelasan mengenai

konflik Tahun 2012

Bapak Ujang

15 01-10-2015 11.00

Kesbangpol Kab

Lampung Selatan

Wawancara

Data dan penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak Ismed

16 01-10-2015 14.30

Kesbangpol Kab

Lampung Selatan

Wawancara

Data dan penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Ibu Ernayati

17 01-10-2015 16.00 Desa Agom Memberchek Tanda tangan memberchek

Bapak Muksin Syukur

18 01-10-2015 16.00 Desa Agom Memberchek Tanda tangan memberchek Ibu Ida Riana

19 01-10-2015 17.00 Desa Balinuraga Memberchek Tanda tangan

memberchek Bapak Made

Santre

20 02-10-2015 09.00

Kantor DPRD Kab

Lampung Selatan

Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak Marwan Abdulah

21 02-10-2015 10.30

Kesbangpol Kab

Lampung Selatan

Wawancara

Penjelasan mengenai

konflik tahun 2012

Bapak Alamsyah

(sumber: data diolah Peneliti 2015)

Page 265: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

247

CATATAN LAPANGAN

Selasa 4 November 2014

Peneliti datang ke polres lampung selatan untuk menanyakan secara langsung tentang proses

konflik yang terjadi di Desa Balinuraga dan melaulan wawancara dengan salah satu anggota intel

yang ada di Polres Lampung Selatan.

Minggu 30 November 2014

Peneliti datang ke salah satu desa bali yang ada di Kabupaten Lampung Selatan untuk melihat

secara langsung kondisi masyarakat bali dan melakukan wawancara dengan masyarakat di Desa

Tridarmayoga yang juga merupakan desa bali di Kabupaten Lampung Selatan.

Selasa 2 Desember 2014

Peneliti datang ke Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan untuk menanyakan terkait

penyelesaian konflik tahun 2012.

Selasa 10 Maret 2015

Untuk lebih mendukung penelitian mengenai manajemen strategi penyelesaian konflik

kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan peneliti mengajukan surat izin penelitian di Polres

Lampung Selatan. Setelah itu peneliti mendapatkan surat disposisi yang nanatinya akan dihubungi

oleh Polres Lampung Selatan.

Kamis 02 Juli 2015

Peneliti mengajukan surat izin ke Kesbangpol Provinsi Banten untuk mendapatkan surat

rekomendasi yang nantinya peneliti ajukan juga ke Kesbangpol Provinsi Lampung dan peneliti

harus menunggu informasi yang diberikan bagian umum dengan memberikan nomer HP.

Page 266: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

248

Rabu 29 Juli 2015

Peneliti melakukan ujian proposal penelitian yang berjudul Manajemen Strategi Konflik

Kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung

dengan Suku Pendatang Bali tahun 2012).

Kamis 13 Agustus 2015

Setelah melakukan ujian proposal peneliti melakukan perbaikan kepada dosen penguji dan

langsung mendapatkan Acc untuk kelapangan.

Senin 24 Agustus 2015

Peneliti mengajukan surat izin penelitian dengan membawa surat rekomendasi penelitian yang

peneliti dapat dari Kesbangpol Provinsi Banten ke Kesbangpol Provinsi Lampung dengan

didampingi oleh orang tua peneliti kemudian mendapatkan disposisi yang nantinya akan dihubungi

oleh bagian umum dinas terkait.

Jumat 04 September 2015

Pada hari jumat peneliti dengan didampingi oleh orang tua peneliti meminta izin dengan

memberikan surat izin penelitian kepada Kepala Desa Balinuraga dan Desa Agom untuk

melakukan wawancara dengan masyarakatnya dan pada hari itu juga peneliti melakukan

wawancara dengan kepala Desa Balinuraga bapak Muksin Syukur, Kepala Desa Agom bapak

Made Santre dan Masyarakat Agom ibu Ida Riana.

Sabtu 05 September 2015

Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Kadek Sirye yang merupakan kepala dusun Pande

Arga Desa Balinuraga dan mendapatkan inforamasi terkait dengan konflik yang terjadi pada tahun

2012. Disitu peneliti mendapatkan sambutan baik oleh masyarakat Desa Balinuraga dan

mengambil beberapa dokumentasi untuk keperluan penelitian.

Minggu 06 September 2015

Page 267: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

249

Peneliti juga masih melakukan wawancara dengan masyarakat Bali Desa Balinuraga dan

masyarakat Lampung Desa Agom.

Rabu 16 September 2015

Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Kesbangpol Kab. Lampung Selatan dengan membawa

surat rekomendasi penelitian dari Kesbangpol Provinsi Lampung kemudian mendapatkan disposisi

dan harus menunggu untuk informasi selanjutnya dengan memberikan nomer HP yang bisa

dihubungi.

Jumat 25 September 2015

Sebelumnya peneliti telah mendapatkan surat izin penelitian dari bidang umum Polres Lampung

Selatan kemudian baru pada hari ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan Kasat

Binmas Polres Lampung Selatan bapak Ujang, disini peneliti juga mendapatkan penjelasan

mengenai konflik yang sebelumnya terjadi antara masyarakat Lampung dengan masyarakat bali

khususnya Desa Balinuraga.

Kamis 01 Oktober 2015

Peneliti mendapatkan telepon dari Kesbangpol mengenai tindak lanjut surat yang peneliti ajukan,

kemudian peneliti mendapatkan fakta bahwa sekertariatan untuk lembaga penanganan konflik

yang ada di Kabupaten Lampung Selatan berada di Kesbangpol, dan peneliti langsung melakukan

wawancara dengan Kabid. Polwanas Badan Kesbang Pol Lampung Selatan dan anggota dari

FKUB Kabupaten Lampung Selatan. Peneliti juga membuat janji dengan ketua FKDM dan

sekretaris MPAL untuk melakukan wawancara, hal ini dikarenakan anggora dari lembaga tersebut

dari masyarakat langsung.

Jumat 02 Oktober 2015

Page 268: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

250

Peneliti mendatangi kantor DPRD Kab. Lampung Selatan untuk melaukan wawancara dengan

sekretaris MPAL dan wawancara ketua FKDM di Kesbangpol Lampung Selatan setelah membuat

janji dihari sebelumnya.

Page 269: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

251

Page 270: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

252

Page 271: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

253

Page 272: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

254

Page 273: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

255

DOKUMENTASI

Wawancara dengan ibu Ernayati Anggota FKUB dan Kasubid

Ketahaanan Seni dan Budaya Badan

Kesbangpol Kab. Lampung Selatan

Wawancara dengan Bapak Muksin Syukur

Kepala Desa Agom Kab. Lampung

Selatan

Page 274: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

256

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Bapak Y. Ujang

Kassat Binmas Polres Lampung Selatan

Kondisi Jalan yang ada di Desa Balinurga

Page 275: STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI …repository.fisip-untirta.ac.id/482/1/STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK... · (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku

257