strategi penyusunan penganggaran responsif gender … pprg smg2014.pdf · pelaksanaan kegiatan...

108
STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) KOTA SEMARANG 2013 - 2016 SEMARANG 2014

Upload: others

Post on 24-Sep-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF

GENDER (PPRG) KOTA SEMARANG 2013 - 2016

SEMARANG 2014

Page 2: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah, taufik dan karunianya,

sehingga Laporan AkhirPenyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender Kota Semarang

dapat terselesaikan. Laporan AkhirPenyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender Kota

Semarang memberikan gambaran mengenai hasil sosialisasi, pelatihan dan roadshow

Perencanaan Penganggaran Responsif Gender yang telah dilaksanakan. Pada laporan ini juga

dilampirkan secara terpisah hasil pelatihan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender

berupa GAP dan GBS pada SKPD yang menjadi pilot project Anggaran Responsif Gender

pada tahun 2014

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarkan kepada semua pihak,

terutama SKPD di lingkungan pemerintah Kota Semarang yang telah mendukung

pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan

perencanaan penganggaran responsif gender, penyelenggaraan roadshow perencanaan

penganggaran responsif gender di SKPD, hingga proses penyusunan laporan akhir ini. Kami

menyadari walaupun laporan ini telah disusun secara optimal, namun mungkin masih

terdapat kekurangan, baik dari segi substansi maupun redaksional. Oleh karena itu kritik dan

saran kami harapkan demi perbaikan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sejenis pada tahun

mendatang.

Semarang, November 2013

Tim Penyusun

Page 3: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. I-1

A. Latar Belakang ................................................................................................... I-1

B. Landasan Hukum ............................................................................................... I-2

C. Maksud dan Tujuan............................................................................................ I-4

D. Keluaran ............................................................................................................. I-4

E. Sistematika ........................................................................................................ I-4

BAB II METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................... II-1

A. Kajian Teoritis ................................................................................................... II-1

B. Pendekatan ......................................................................................................... II-5

C. Kerangka Pikir .................................................................................................. II-10

D. Teknik Pelaksanaan Pekerjaan .......................................................................... II-10

E. Metode Pendampingan ...................................................................................... II-16

F. Indikator ............................................................................................................ II-19

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG ............................................. III-1

A. Gambaran Geografis dan Astronomis ............................................................... III-1

B. Gambaran Demografis ...................................................................................... III-2

C. Gambaran Pembangunan Manusia .................................................................... III-4

D. GambaranPerekonomian Daerah ....................................................................... III-8

E. Gambaran Pembangunan Responsif Gender di Berbagai Bidang Pembangunan III-11

BAB IVPENYELENGGARAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA

SEMARANG ................................................................................................................ IV-1

A. Gambaran Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) di Masyarakat Kota

Semarang ........................................................................................................... IV-1

Page 4: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

B. Gambaran Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di

Kota Semarang .................................................................................................. IV-6

BABVHASIL PENDAMPINGAN ............................................................................... V-1

A. Review Pendampingan PPRG Tahun 2012 ........................................................ V-1

B. Evaluasi PPRG Tahun 2012 dengan RKPD Tahun 2013 ................................... V-5

C. Pendampingan PPRG tahun 2013 ....................................................................... V- 10

D. Permasalahan Pendampingan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender Tahun 2013 ............................................................................................ V-35

BABVI STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF

GENDER (PPRG) KOTA SEMARANG ..................................................... VI-1

BABVII PENUTUP ..................................................................................................... VII-1

A. Kesimpulan ........................................................................................................ VII-1

B. Rekomendasi ...................................................................................................... VII-2

Page 5: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dalam perspektif gender telah menjadi bagian penting dalam

pembangunan nasional maupun daerah. Pembangunan responsif gender merupakan

implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan

Pengarusutamaan Gender (PUG) yang menjadi landasan dalam pencapaian kesetaraan

dan keadilan gender. Meskipun lambat, namun PUG telah menjadi bagian penting dalam

pembangunan nasional, terutama setelah menjadi amanat dalam Peraturan Presiden

Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2010-2014. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dalam Buku II

Bab 1 secara tegas menyebutkan 3 (tiga) prinsip pengarusutamaan yang menjadi

landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan di Indonesia, yaitu: (1).

Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan, (2). Pengarusutamaan Tata Kelola

Pemerintahan yang Baik, dan (3). Pengarusutamaan Gender (PUG).

Ketiga prinsip pengarusutamaan tersebut diarahkan untuk dapat tercermin di dalam

keluaran pada setiap kebijakan pembangunan dan menjadi jiwa serta semangat yang

mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap bidang pembangunan. Selain

peraturan presiden, amanat penyelenggaraan PUG juga tercantum dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Pengarusutamaan Gender di Daerah, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 67 Tahun 2011. Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67

Tahun 2011 mengamanatkan: (1). Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD, dan

Rencana Kerja SKPD, (2). Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

responsif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis gender.

Selanjutnya dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

mengamanatkan: (1). Dalam melakukan analisis gender sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat 2 dapat menggunakan metode alur kerja analisis gender (Gender Analisys

Pathway) atau metode analisis lain, (2). Analisis gender terhadap rencana kerja dan

Page 6: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

anggaran SKPD dilakukan oleh masing-masing SKPD, dan (3). Pelaksanaan analisis

gender terhadap RPJMD, RENSTRA SKPD, Rencana Kerja SKPD dan Rencana Kerja

Anggaran SKPD dapat bekerjasama dengan lembaga perguruan tinggi atau pihak lain

yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 1 (satu)

pasal, yakni Pasal 5A sehingga berbunyi sebagai berikut: (1). Hasil analisis gender

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dituangkan dalam penyusunan GBS, dan

(2). Hasil analisis gender yang terdapat dalam GBS menjadi dasar SKPD dalam

menyusun kerangka acuan kegiatan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan

dokumen RKA/DPA SKPD. Memperhatikan beberapa pasal penting dalam permendagri

tersebut berarti setiap daerah harus mempersiapkan, merumuskan, menyusun dan

melaksanakan perencanaan penganggaran responsif gender dalam seluruh urusan

pembangunan.

Kota Semarang telah mewujudkan pembangunan responsif gender khususnya sejak

dirumuskan RPJMD tahun 2010-2015. Dalam dokumen perencanaan lima tahunan

tersebut termuat semangat mencapai kesetaraan dan keadilan gender yaitu diantaranya

teruat dalam misi yaitu Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat. Pada misi

tersebut dijelaskan yang dimaksud dengan mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat

adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

memiliki kehidupan yag layak dan bermartabat serta terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia dengan titik berat pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang

masalah sosial, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak serta mitigasi bencana.

Merespon amanat tersebut pada tahun 2012 telah dilakukan langkah-langkah

berupa: (1). Pelatihan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) kepada 22

SKPD, (2). Road Show peningkatan kapasitas SKPD dalam memahami PPRG, (3).

Pendampingan Penyusunan PPRG kepada 22 SKPD, dan penyusunan pedoman PPRG.

Melihat urgensi penyelenggaraan PUG, Bappeda Kota Semarang berkehendak

memperluas capaian PUG melalui kegiatan Penyusunan Strategi Anggaran Responsif

Gender Kota Semarang Tahun 2013 kepada 24 SKPD di Kota Semarang

B. Landasan Hukum

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3277).

Page 7: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848).

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421) .

4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4741).

7. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2010-2014.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

10. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015.

Page 8: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

C. Maksud dan Tujuan.

Maksud dilakukannya Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender adalah

meningkatkan capaian pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah melalui

Perencanaan Penganggaran Responsif Gender.

Tujuan dari Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender dalah:

1. Meningkatkan kemampuan 24 SKPD dalam memahami dan mengimplementasikan

Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG);

2. Memastikan penyelenggaraan PPRG dari SKPD yang telah dilatih dapat dilaksanakan

dengan baik melalui pendampingan SKPD.

3. Mendampingi SKPD mengintegrasikan Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender

Budget Statement (GBS) dalam Renja SKPD Tahun 2014.

D. Keluaran

1. Meningkatnya kemampuan 24 SKPD dalam memahami Perencanaan Penganggaran

Responsif Gender (PPRG).

2. Laporan pelaksanaan PPRG tahun 2013, 24 SKPD.

3. Buku GAP dan GBS 24 SKPD

E. Sistematika

Sistematika laporan akhir ini adalah:

Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, landasan hukum, maksud dan

tujuan, keluaran dan sistematika.

Bab II Metode Pelaksanaan Pekerjaan, berisi kajian teoritis, pendekatan,

kerangka pikir, Teknis Pelaksanaan Pekerjaan, metode

pendampingan indikator.

Bab III : Gambaran Umum Kota Semarang, berisi gambaran geografis,

gambaran demografis, gambaran pembangunan manusia, gambaran

perekonomian daerah, gambaran pembangunan responsif gender di

berbagai bidang pembangunan dan gambaran pelaksanaan

pengarusutamaan Gender (PUG Masyarakat Kota Semarang.

Bab IV : Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender Kota Semarang, berisi

Gambaran Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG)

Page 9: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Masyarakat kota Semarang, Gambaran Pelaksanaan Perencanaan

dan Penganggaran Responsif Gender di Kota Semarang

Bab V

: Hasil Pendampingan berisi review pendampingan PPRG Tahun

2012, evaluasi perencanaan PPRG Tahun 2012 dan Pendampingan

PPRG Tahun 2013

BAB VI :

Strategi Perencanaan Pengaggaran Responsif Gender (PPRG) Kota

Semarang

BAB VII : Penutup, berisi kesimpulan dan saran

Page 10: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB II

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Kajian Teoritis

1. Konsep Gender

Istilah gender seringkali konsepsikan oleh masyarakat luas sebagai perempuan.

Ini sudah salah kaprah, karena gender bukan perempuan, gender juga bukan konsep

tentang seksual. Konsep seksual merupakan konsep perbedaan jenis kelamin yang

telah dibentuk oleh Tuhan dengan sempurna. Perempuan dicirikan pemilik rahim, dan

fungsi yang dijalankannya, yaitu menstruasi, hamil dan melahirkan serta enyusui,

sedangkan laki-laki merupakan gambaran manusia dengan jakun dan kelamin yang

menghasilkan sperma. Jelas bahwa gender bukan manusia.

Gender didefinisikan sebagai perbedaan perbedaan sifat, peranan, fungsi dan

status antara laki-laki dan perempuan bukan berdasarkan pada perbedaan biologis,

tetapiberdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat

yang lebih luas1. Konsep gender berangkat dari pemikiran dua teori peran laki-laki

dan perempuan yang berlawanan, yaitu teori nature dan teori nurture.

Teori nature beranggapan bahwa pembangian kerja (perempuan: domestik; laki-laki:

publik) disebabkan oleh faktor-faktor biologis laki-laki dan perempuan. Teori nature

yang disokong oleh teori biologis dan teori fungsionalisme struktural ini, mengatakan

bahwa perbedaan peran gender bersumber dari perbedaan biologis laki-laki dan

perempuan. Faktor-faktor itu adalah anggapan secara psikologis bahwa perempuan itu

emosional, pasif, dan submisif; sedangkan laki-laki lebih perkasa, aktif dan agresif.

Karena itu wajarlah perempuan tinggal dalam rumah, membesarkan anak-anak,

memasak dan memberi perhatian kepada suaminya. Sedangkan laki-laki, sesuai

dengan struktur biologisnya itu, pergi ke luar rumah untuk mencari makanan/sumber

penghidupan bagi keluarga. Jadi teori naturemengesahkan pandangan bahwa daerah

perempuan adalah domestik dan daerah laki-laki adalah publik.

Sedangkan teori nurture, yang disokong oleh teori konflik dan teori feminisme,

mengandaikan bahwa perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan bukan

merupakan konsekuensi dari perbedaan biologis yang kodrati, namun lebih sebagai

1http://bulletin.penataanruang.net

Page 11: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

hasil konstruksi manusia, yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh kondisi

sosio-kultural yang melingkupinya. Teori nurture , menolak pandangan

kaum nature, dengan memahami bahwa pembagian kerja secara seksual itu tercipta

karena proses belajar dan lingkungan. Artinya, perempuan menempati ranah domestik

karena diciptakan oleh keluarga dan masyarakat yang mengesahkan pembagian kerja

seperti itu.

Berdasarkan dua teori di atas, nampak bahwa ada jurang yang begitu besar di

antara keduanya. Masalah yang ditimbulkan oleh teori nature adalah subordinasi

perempuan yang dikurung dalam rumah dan ketidakmandirian perempuan. Jika

perempuan hanya terkurung di rumah, maka ia tidak mampu secara ekonomi dan

bergantung pada laki-laki. Dengan teorinya, kaum nurture merupakan pendobrakan

patriarki yang justru dilegalkan oleh teori nature.Dalam perkembangan sosiologi,

ternyata dalil teori nurture bahwa pembagian kerja disebabkan karena faktor

pembiasaan dari lingkungan sangat tepat. Citra seorang perempuan memang dibentuk

oleh masyarakat dan bukan terberi secara alamiah. Maksudnya, banyak perempuan

masa kini mulai merasa dirugikan oleh pembagian kerja itu dan mereka juga mulai

mengkaji kembali ―kodrat‖ perempuan sebagaimana yang diberikan oleh teori nature.

Dari perbedaan dua teori tersebut konsep gender terangkat, yaitu konstruksi

yang terbentuk sebagaimana teri nurture inilah yang bisa diubah untuk meningkatkan

kualitas hidup perempuan.

2. Konsep Pengarusutamaan Gender (PUG)

Pengarustamaan adalah upaya/strategi yang harus dilakukan untuk memberi

peluang kepada seluruh komponen atau stakeholders agar dapat berperan secara

optimal dalam pembangunan. Pengarusutamaan Gender (gender mainstreaming)

merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang

menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (marginalisiasi,

stereotype, suborndinasi, kekerasan dan beban ganda). Secara internasional,

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kesepakatan global PBB pada convention on

the elimination of all form of discrimination againts women, dimana berkewajiban

untuk menghapus diskriminasi dan pemajuan kesetaraan dan keadilan gender baik

yang bersifat sementara maupun berkesinambungan. Sesuai dengan Inpres No 9/2000

tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional (PUG), pengertian

PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu

Page 12: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaliasi

atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Pelaksanaan PUG diinstruksikan

kepada seluruh kementerian maupun lembaga pemerintah dan non pemerintah di

pemerintah nasional, provinsi, maupun kabupaten/ kota untuk melakukan penyusunan

program dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan

mempertimbangkan permasalahan kebutuhan aspirasi perempuan pada pembangunan

dalam kebijakan, program dan kegiatan. Strategi tersebut dapat dilaksanakan melalui

sebuah proses yang memasukkan analisa gender ke dalam program kerja,

pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan perempuan dan

laki-laki kedalam proses pembangunan.

Secara umum tujuan PUG adalah memastikan apakah perempuan dan laki-laki

diperlakukan adil dan setara dalam memperoleh Akses, Kontrol, Partisipasi dan

memperoleh Manfaat (AKPM) yang sama atas pembangunan. Sejak

diberlakukannnya Inpres tersebut, implementasi PUG belum berjalan optimal sesuai

dengan yang diamanatkan di dalam Inpres tersebut. Dalam upaya pengoptimalan

pelaksanaan strategi tersebut, Pemerintah mencamtumkannya dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu menjadi salah satu

arah pembangunan di dalam Misi 2 untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing,

adalah pemberdayaan perempuan dan anak. Hal ini diwujudkan melalui peningkatan

kualitas hidup perempuan, kesejahteraan perlindungan anak, penurunan kekerasan,

eksploitasi dan diskriminasi serta penguatan kelembagan dan jaringan PUG.

3. Perencanaan Pembangunan Responsif Gender (PPRG)

Dasar pelaksanaan PUG dalam pembangunan 20 tahun ke depan dikuatkan

melalui Undang-undang (UU) No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. Dalam tahap pertama RPJPN yaitu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, gender

ditetapkan sebagai salah satu prinsip yang harus diarusutamakan di seluruh

program/kegiatan. Review terhadap peraturan-peraturan yang terkait mekanisme

pelaksanaan pembangunan daerah melalui Peraturan Kementerian Dalam Negeri

menunjukkan perlunya penguatan dasar hukum agar percepatan PUG melalui PPRG.

Dalam Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum

Pelaksanaan PUG di Daerah masih mengisolasi perencanaan dari proses perencanaan

dan penganggaran, yang tidak bisa dipisahkan. Uraian Permendagri tentang tugas-

Page 13: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

tugas terkait pelaksanaan PUG dibebankan kepada Focal Point, yaitu individu yang

merupakan pejabat atau staf yang membidangi pemberdayaan perempuan. Hal ini

dapat menjadi penghambat, sebab esensi pengarusutamaan adalah tidak terfokus pada

pemberdayaan perempuan, tetapi pada peningkatan kesetaraan gender di semua lini

pembangunan

Permendagri nomor 67 tahun 2011 terdapat klausul yang dengan tegas

menunjuk dan menetapkan focal point PUG dan tugas-tugasnya dalam PUG,

kewajiban SKPD dalam pelaksanaan PUG, serta penetapan Menteri Dalam Negeri

sebagai Pembina Umum terhadap pelaksanaan PUG di daerah. Permendagri Nomor

54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah, menyebutkan tentang perencanaan pembangunan

yang berkeadilan, salah satunya adalah gender. Hal ini masih terlalu umum, tanpa

penjelasan mengenai cara yang tepat melakukannya dan sejauh mana

mengintegrasikan perspektif gender tersebut di dalam perencanaan daerah.

Permendagri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA

2012 maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 27 Tahun

2013 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2014juga hanya menyebut bahwa pemerintah daerah agar

menyinergikan penganggaran program dan kegiatan dengan kebijakan nasional,

termasuk kesetaraan gender. Memahami betapa rumitnya jalan yang harus ditempuh

untuk mencapai perencanaan penganggaran responsif gender, pemerintah melakukan

berbagai uji coba pada kementrian, dan provinsi pada tahun 2010 dan dilanjutkan ke

berbagai kabupaten/kota. Tujuannya adalah akselerasi dalam mengatasi kesenjangan

gender yang terjadi.

4. Pendampingan dan Klinik Penyusunan PPRG

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna

pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada

menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna

pada kebersamaan, kesejajaran, samping menyamping, dan karenanya kedudukan

antara keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada

dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran

Page 14: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif, saran, dan bantuan

konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan (BPKB Jawa Timur. 2001; 5)2

Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun

kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan

pemecahan permasalahan kelompok. Pendampingan diupayakan untuk

menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi

dapat hidup secara mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu

individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan

kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi

dari, oleh, dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan

solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh,

sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

Dalam konteks PPRG pendampingan merupakan proses transfer pengetahuan,

ketrampilan kepada SKPD. Pendampingan yang dilakukan adalah pendampingan

dalam penyusunan dokumen perencanaan penganggaran yaitu GAP. GBS, dan KAK

responsif gender. Proses pendampingan dilakukan di masing-masing SKPD, dimulai

dari penjelasan umum tentang konsep gender, PUG, PPRG hingga teknis penyusunan

GAP GBS dan KAK. Selanjutnya dilakukan penyusunan bersama GAP GBS dan

KAK.

Istilah klinik merupakan istilah yang sering digunakan di kedokternan. Klinik

berarti tempat orang berkonsultasi dan memeriksakan kesehatan. Analog dengan hal

tersebut Klinik PPRG adalah temat konsultasi SKPD atas GAP GBS dan KAK kepada

konsultan. Penyedaan klinik ini bermaksud agar GAP GBS yang telah disusun oleh

SKPD makin baik dan dapat diimplementasikan.

B. Pendekatan

Pekerjaan ini terbagi dalam tiga komonen yaitu pelatihan PPRG, Pendampingan

SKPD dan Klinik SKPD dalam penyusunan GAP GBS dan KAK. Pendekatan dalam

kegiatan ini secara umum menggunakan pendekatan partisipatif. Istilah Partisipasi

menurut Mikkelsen biasanya digunakan di masyarakat dalam berbagai makna umum,

diantaranya: (2005, 53-54) :

2http://www.damandiri.or.id

Page 15: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek

(pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan

keputusan.

2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka

menerima dan merespons berbagai proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok

yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai otonomi untuk

melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal dan pihak

penyelenggara proyek dalam rangka persiapan, pengimplenetasian, pemantauan dan

pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial maupun

dampak sosial proyek terhadap masyarakat.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang

ditentukan sendiri oleh masyarakat.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan lingkungan,

kehidupan dan diri mereka sendiri.

Chambers dalam Mikkelsen,3 (2005, 54) mengemukakan ada 3 bentuk partisipasi

yaitu :

1. Cosmetic Label, sering digunakan agar proyek yang diusulkan terlihat lebih cantik

sehinga lembaga donor maupun pihak pemerintah akan mau membiayai proyek

tersebut.

2. Coopting Practice, digunakan untuk memobilisasi tenaga-tenaga di tingkat lokal dan

mengurangi pembiayaan proyek.

3. Empowering Process, dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan masyarakat

lokal untuk melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara

mengatasinya, mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil

keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka pilih.

Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu (Conyers,

1991, 154-155)4 : (1) Alasan pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna

memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhandan sikap masyarakat setempat yang

tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; (2) Alasan

3Mikkelsen, Britha. (2005) Methods for Development Work and Research: A New Guide for Practitioners. 2nd Ed. California: Sage

Publication 4 Conyers, Diana. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Ed 2. (Penerjemah: Susetiawan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 16: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau proram

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena

mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap program tersebut; (3) Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan

bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses

pembangunan.

Alasan lainnya dikemukakan oleh Amartya Sen dimana Ia mengemukana ada 3

alasan mengapa harus ada demokasi dan Perencanaan Partisipatif (Amartya Sen,

1999:148) yaitu : (1) Demokrasi dan partisipasi sangat penting peranannya dalam

pengembangan kemampuan dasar; (2) Instrumental role untuk memastikan bahwa rakyat

bisa mengungkapkan dan mendukung klaim atas hak-hak mereka, di bidang politik

maupun ekonomi dan (3) Constructive role dalam merumuskan ―kebutuhan‖ rakyat dalam

konteks sosial.

Penerapan metode partisipatif dalam proses penyusunan perencanaan

pembangunan daerah memiliki manfaat lebih, karena secara hierarki

perencanaan pembangunan daerah merupakan awal dari semua aktivitas yang akan

dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk kegiatan nyata. Hasil dari perencanaan

partisipasi akan lebih cepat dirasakan oleh masyarakat sebagai sasaran pembangunan.

Dalam konteks kegiatan ini metode partisipatif yang dimaksud adalah pemibatan

secara penuh SKPD sasaran dalam penyusunan perencanaan penganggaran responsif

gender ini.

Pendekatan lain yang digunakan adalah pedekatan andragogi. Kegiatan belajar

yang melibatkan individu atau klien dalam proses menentukan apa yang mereka inginkan,

apa yang akan dilakukan, adalah beberapa prinsip dari teori belajar andragogi. Teori

belajar andragogi sering juga disebut dengan teori belajar orang dewasa.

Malcolm Knowles (1970)5 dalam mengembangkan konsep andragogi,

mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:

1. Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang

bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan

diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung

sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian

5Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult education, andragogy versus ". New York : Association Press.

Page 17: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai

manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu

mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak

menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya

penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau

reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan

psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi

tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.

Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang

berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta

proses perencanaan pelatihan.

2. Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu

seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam

perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman

pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber

belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut

memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh

sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi

penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan

konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada

pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses

Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan

dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih

banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah

lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk

melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.

3. Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai

dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan

atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh

tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang

anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang

dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus

menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.

Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan

Page 18: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan

kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.

4. Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah

sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada

materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang

dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada

pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini

dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk

menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama

dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu,

perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu.

Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan

dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu

waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak,

bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang

lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau

pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis

dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari

Andragogi digunakan dalam kegiatan pelatihan SKPD, dan pendampingan untuk

mendorong kreatifitas dalam penyusunan keegiatan responsif gender. Dengan

menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam

kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat

diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Page 19: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

C. Kerangka Pikir

D. Teknik Pelaksanaan Pekerjaan

Teknik pelaksanaan pekerjaandidalam pekerjaan ini menggunakan teknik analisis

gender. Ada beberapa model yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli yaitu antara

lain :

1. Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development

bekerja sama dengan Kantor Women in Development (WID)-USAID. Model

Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka

analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model analisis Harvard lebih

sesuai digunakan untuk perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data

dasar.

2. Model Moser didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat ‗teknis

dan politis‘, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam perencanaan dan

Data Pilah

Gender

Isu Gender

Urusan Pembangunan

Wajib dan Pilihan

Permendagri 15/2008 dan Permendagri

67/2011

PPRG

Kelembagaan PUG

Pelatihan PPRG

SKPD TERPILIH (24)

PENDAMPINGAN PPRG

KLINIK PPRG

CAPAIAN INDIKATOR PPRG

Page 20: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

proses transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu ‗debat‘. Terdapat

kelemahan dalam model ini yang tidak memperhitungkan kebutuhan strategis laki-

laki.

3. Model SWOT dengan analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara

‗internal‘ mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara ‗eksternal‘ mengenai peluang

dan ancaman.

4. Model PROBA (Problem Base Approach) yang dikembangkan atas kerjasama

Kementrian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN dan UNFPA di tingkat pusat,

propinsi dan kabupaten/kota, teknik ini sedikit berbeda dengan Gender Analysis

Pathway.

5. Model GAP (Gender Analysis Pathway), metode GAP adalah alat analisis gender

yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk membantu para

perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan,

program, proyek dan atau kegiatan pembangunan.

Dari beberapa model teknik analisis yang telah dikembangkan tersebut di atas pada

kegiatan ini untuk menggunakan teknik analisis gender dengan metode Gender Analysis

Pathway (GAP), sebagaimana yang direkomendasikan oleh Bappenas. Dengan

menggunakan GAP para perencana kebijakan program, proyek kegiatan dapat

mengidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender sekaligus menyusun

rencana kebijakan/program/proyek/kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil atau

menghapus kesenjangan gender tersebut.

GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan 8 (delapan)

langkah yang harus dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu Tahap I Analisis Kebijakan

Responsif Gender; Tahap II Formulasi Kebijakan yang responsif Gender; Tahap III

Rencana Aksi yang Responsif Gender. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Analisis kebijakan responsif gender bertujuan untuk menganalisis kebijakan

pembangunan kehutanan yang ada dengan menggunakan data pembuka wawasan

yang dipilah menurut jenis kelamin (lelaki dan perempuan) dan data gender

digunakan untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) dan

permasalahan gender (gender issues).

2. Analisis kebijakan responsif gender dilakukan melalui tiga tahap yaitu, tahap yang

pertama diperlukan karena secara umum kebijakan, program, proyek dan kegiatan

pembangunan selama ini masih netral gender (didasarkan pada asumsi bahwa

pembangunan memberikan manfaat dan berdampak sama kepada perempuan dan laki-

Page 21: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

laki), tahap kedua yang merupakan formulasi kebijakan responsif gender, dan tahap

ketiga penyusunan rencana aksi responsif gender.

a. Langkah-langkah pada tahap pertama :

1) Mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/proyek/kegiatan

pembangunan kehutanan yang ada dari masing-masing Eselon I sesuai tugas

pokok dan fungsi. Apakah kebijakan/program/proyek/ kegiatan

pembangunan telah dirumuskan dan ditetapkan untuk mewujudkan

kesetaraan gender.

2) Menyajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis

kelamin sebagai data pembuka wawasan. Apakah data yang ada

mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara

perempuan dan laki-laki.

3) Menganalisis sumber dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya

kesenjangan gender (gender gap); (a). akses yang sama terhadap sumber-

sumber daya pembangunan sektor kehutanan; (b). kontrol terhadap sumber-

sumber daya pembangunan kehutanan; (c). partisipasi perempuan dan laki-

laki dalam berbagai tahapan pembangunan kehutanan termasuk dalam proses

pengambilan keputusan; (d). manfaat yang sama dari hasil pembangunan

kehutanan atau sumber daya pembangunan kehutanan yang ada.

4) Mengidentifikasi masalah-masalah gender (gender issues) berdasarkan

keempat faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender dengan menjawab 5

W dan 1 H. Apa masalah-masalah gender yang diungkapkan oleh faktor-

faktor kesenjangan gender; dimana terjadinya kesenjangan antara perempuan

dan laki-laki dalam masyarakat publik; mengapa terjadi kesenjangan

tersebut; apakah kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan sektor

kehutanan yang ada justru memperlebar kesenjangan, mempersempit

kesenjangan atau tetap, dan apakah akar permasalahan.

b. Langkah-langkah pada tahap kedua :

1) Merumuskan kembali kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan

kehutanan yang reponsif gender. Dengan mempertimbangkan hasil proses

analisis gender yang dilakukan pada langkah 1 sampai 4 tahap pertama,

sehingga menghasilkan kebijakan/program/proyek/kegiatan pembangunan

yang responsif gender.

Page 22: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

2) Mengidentifikasi indikator gender (gender indicator) dari setiap

kebijakan/program/proyek/ kegiatan pembangunan sektor kehutanan dari

langkah 5.

c. Langkah-langkah pada tahap ketiga :

a) Menyusun Rencana Aksi; yang didasarkan pada kebijakan/program/

proyek/kegiatan pembangunan kehutanan yang responsif gender dengan

tujuan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara perempuan

dan laki-laki. Seluruh rencana aksi yang disusun sesuai dengan tujuan

kebijakan yang telah responsif gender yang telah diidentifikasi dalam

langkah 5.

b) Mengidentifikasi sasaran secara (kuantitatif dan atau kualitatif) bagi setiap

rencana aksi butir ketujuh. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan

rencana aksi tersebut mengurangi dan atau menghapus kesenjangan gender.

Penjelasan tersebut diaplikasikan dalam matrik berikut :

Page 23: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

MATRIKS LEMBAR KERJA

GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP)

DAN POLICY OUTLOOK FOR PLAN OF ACTION

BARIS 1

SKPD

Program

Kegiatan

Tujuan

BARIS 2

Data Pembuka

Wawasan (Data

Pilah Gender)

BARIS 3

ISU

GE

ND

ER

Faktor

Kesenjangan/

Permasalahan

(Akses,

Kontrol,

Manfaat,

Partisipasi)

Akses :

Kontrol :

Partisipasi

Manfaat :

BARIS 4

Sebab

Kesenjangan

Internal (di

SKPD)

Kualitas SDM

Keuangan :

Sarana Prasarana :

Regulasi :

BARIS 5

Sebab

Kesenjangan

Eksternal

Bencana Alam :

Budaya :

Pergolakan :

Temuan-temuan penting :

BARIS 6

Tujuan Responsif

Gender

BARIS 7

Rencana Aksi

Menterjemahkan atau menjawab kolom 4 dan 5

BARIS 8

Pen

gu

kura

n H

asil

Output Rumusan Kinerja Output :

Indikator Kinerja Output:

BARIS 9

Outcome Rumusan Kinerja Outcome :

Indikator Kinerja Outcome:

Page 24: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Selain GAP dalam PPRG juga menggunakan Gender Budget Statement (GBS).

GBSadalahdokumenyangmenginformasikansuatuoutputkegiatantelahresponsif

terhadapisu gender yang ada, dan/atau suatu biaya telah dialokasikan pada output

kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan gender kesenjangan gender. Matrik

GBS adalah sebagai berikut :

KOP SURAT SKPD

PERNYATAAN ANGGARAN GENDER

(GENDER BUDGET STATEMENT)

SKPD :

TAHUN ANGGARAN :

PROGRAM

KEGIATAN

KODE Kegiatan

ANALISIS SITUASI 1. Data Pembuka Wawasan (Data Pilah Gender).

2. Issu dan Faktor Kesenjangan Gender.

Faktor Kesenjangan yaitu :

Penyebab Internal

Penyebab Eksternal Kesenjangan Gender.

RENCANA TINDAK Kegiatan

Tujuan

Aktivitas

Sumber daya

(Inputs)

Output Rumusan Kinerja Output :

Indikator Kinerja Output:

ALOKASI SUMBER

DAYA

Anggaran

SDM

Peralatan dan

Mesin

Outcomes Rumusan Kinerja Outcome :

Indikator Kinerja Outcome:

……, ………………..

KEPALA SKPD

NAMA

PANGKAT

NIP

Page 25: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

E. Metode Pendampingan

1. Metode Pelaksanaan Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender

Metode pelatihan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan

partisipatif dengan pendekatan pendidikan orang dewasa (andragogi). Theodorson

dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari,

partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau

warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan

yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh

yang bersangkutan atau dengan kata lain partisipasi akan lebih tepat diartikan

sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil

bagian dalam kegiatan yang terjadi disekitarnya.

Pelatihan dengan metode ini peserta diharapkan lebih aktif dalam

pelatihan. Agar peserta aktif dan berpartisipasi dalam pelatihan materi pelatihan

akan diselingi dengan beberapa game atau latihan yang memudahkan peserta

memahami materi yang disampaikan. Untuk menghilangkan kejenuhan selama

pelatihan, pemberi materi juga memberikan ice breaking berupa permainan

singkat atau selingan yang mampu menyegarkan suasana.

Materi yang disampaikan dalam pelaksanaan pelatihan Perencanaan dan

Penganggaran Responsif Gender Kota Semarang Tahun 2013 ini antara lain:

No. Materi Alokasi Hari

1. Pengantar Menuju Pelatihan dan Kontrak belajar Hari ke-1

2. Gender, Konsep & Filosofi Hari ke-1

3. Data Pembuka Wawasan Hari ke-1

4. Isu Gender Hari ke-1

5. Manajemen Berbasis Kinerja Hari ke-1

6. Anggaran Responsif Gender Hari ke-1

7. Kinerja Pencapaian Indikator Pembangunan

Manusia dan Gender Provinsi Jawa Tengah

Hari ke-1

8. PPRG dan Integrasi ke dalam Dokumen

Perencanaan Penganggaran

Hari ke-1

9. GAP, GBS dan KAK Hari ke-1

10. Integrasi GAP, GBS dan RKA Hari ke-2

11. Praktek GAB GBS Hari ke-2

12. Presentasi GAP dan GBS Hari ke-2

Page 26: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

2. Metode Pelaksanaan Roadshow

Pelaksanaan pelatihan kepada SKPD dengan sistem Roadshow

dilaksanakan kepada 24 SKPD yang telah ditetapkan sebagai pilot project pada

tahun 2013, antara lain:

a. BadanKepegawaianDaerah.

b. BadanPenanggulangan BencanaDaerah.

c. BadanPelayananPerijinanTerpadu.

d. BadanKesbangpol danLinmas

e. Dinas Kebakaran.

f. DinasPeneranganJalandanPengelolaanReklame.

g. Dinas Pasar.

h. SekretariatDewan.

i. SatuanPolisiPamongPraja.

j. KantorPerpustakaandanArsip.

k. KantorPendidikandanPelatihan.

l. RumahSakitUmumDaerah.

m. BagianPengolahDataElektronik.

n. BagianTataPemerintahan.

o. BagianOtonomiDaerah.

p. BagianUmumdanProtokol.

q. BagianPerekonomian.

r. BagianPembangunan.

s. BagianRumahTangga danSantel.

t. BagianKesra.

u. BagianKerjasama.

v. BagianPerlengkapan.

w. BagianOrganisasi.

x. BagianHumas.

Pendampingan kepada 24 SKPD tersebut dilakukan selama 2 hari, dengan

pembagian waktu hari pertama untuk menyampaikan materi tentang Konsep

Gender, Pengarusutamaan Gender, Manajemen Berbasis Kinerja, Integrasi Gender

dalam Perencanaan Pembangunan, serta konsep Anggaran Responsif Gender. Hari

kedua akan dilaksanakan pelatihan tentang praktek penyusunan GAP, GBS dan

Page 27: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

KAK dari satu kegiatan tahun 2014 yang diajukan oleh masing-masing SKPD.

Berikut Jadwal roadshow yang direncanakan.

No Nama SKPD Tanggal

Pelaksanaan Roadshow

1. BKD 8-9 Oktober

2. Satpol PP 8-9 Oktober

3. Dinas Kebakaran 10-11 Oktober

4. Asisten Administrasi Pemerintahan Sekda

Kota Semarang (Bagian Otda dan

Bagian Tapem)

10-11 Oktober

5. Kesbangpol 16-17 Oktober

6. Kantor Diklat 16-17 Oktober

7. PJPR 21-22 Oktober

8. Asisten Administrasi Kerjasama dasn

Informasi Sekda Kota Semarang (Bagian

Kerjasama, Bagian Humas dan Bagian PDE)

21-22 Oktober

9. BPPT 21-22 Oktober

10. Asiten Administrasi Perekonomian,

Pembangunan dan Kesra Sekda Kota

Semarang (Bagian Perekonomian, Bagian

Kesra dan Bagian Pembangunan)

23-24 Oktober

11. Kantor Arsip dan Perpus 23-24 Oktober

12. BPBD 24-25 Oktober

13. RSUD 24-25 Oktober

14. Asisten Administrasi Umum Setda Kota

Semarang (Bagian Umum dan Protokol,

Bagian Perlengkapan, Bagian Organisasi dan

Bagian Rumah tangga dan santel)

28-29 Oktober

15. Dinas Pasar 28-29 Oktober

16. Sekretariat Dewan 28-29 Oktober

F. Indikator

Page 28: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Indikator pada dasarnya adalah suatu ukuran baku yang digunakan untuk

memantau perkembangan capaian suatu tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya serta output/outcome yang diharapkan dari suatu program dan kegiatan.

Indikator keberhasilan dalam PPRG adalah suatu besaran atau ukuran yang dapat

menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya peluang yang dimiliki penerima manfaat untuk bekerja dan terlibat

dan berpartisipasi, serta aktif dalam pengambilan keputusan, seperti: (1) jumlah

penerima beasiswa menurut jenis kelamin, (2) jumlah laki-laki dan perempuan

yang kesempatan menjadi penanggung jawab atau pelaksana dalam suatu

kegiatan.

2. Lebih terbukanya akses bagi semua penerima manfaat terhadap sumber daya

(teknologi, informasi, pasar, kredit, modal kerja), seperti : (1) wadah informasi

yang mudah dan dapat diakses oleh penerima manfaat (laki-laki/perempuan)

secara adil berkaitan dengan program dan kegiatan pembangunan, (2) kebijakan

atau peraturan yang memudahkan penerima manfaat (laki-laki/perempuan) untuk

memperoleh kesempatan/peluang dalam mengakses modal usaha, kesempatan

kerja, partisipasi, dan keterlibatan pengambilan keputusan dalam suatu kegiatan.

3. Besarnya manfaat yang dinikmati oleh penerima manfaat dalam pembangunan/

program/kegiatan, seperti: (1) adanya perubahan status perempuan dan laki-laki

dari kondisi marjinal menjadi kelompok yang diperhitungkan dalam segala aspek

program dan kegiatan pembangunan, (2) partisipasi perempuan di berbagai

bidang, (3) perubahan pembagian peran terhadap sumber daya baik dalam lingkup

keluarga, komunitas dan masyarakat dalam mengakses, berpartisipasi

pengambilan keputusan dan manfaat dari program dan kegiatan pembangunan.

4. Tidak adanya kebijakan yang diskriminatif dalam pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan. Ukurannya :

a. Berkurangnya kesenjangan kesempatan mendapatkan pendidikan dan

pelatihan khususnya laki-laki dan perempuan diakibatkan oleh ketidakadilan

dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.

b. Berkurangnya kesenjangan yang terjadi antara pegawai perempuan dan laki-

laki yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan.

Page 29: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

B. Gambaran Geografis dan Astronomis

Kota Semarang terletak antara garis 6º50‘ - 7º10‘ Lintang Selatan dan garis

109º35‘ - 110º50‘ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,

sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten

Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai

meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan

348,00 di atas garis pantai.

Luas wilayah Kota Semarang sebesar 373,70 km2merupakan 1,15% dari total

luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan

177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, Kecamatan Mijen (57,55 km2)

danKecamatan Gunungpati (54,11 km2) merupakan dua kecamatan terluas, dimana

sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan dua

kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan

Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian

dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan

sebagainya.

Tabel 3.1

Luas Daerah Kota Semarang per Kecamatan

No Nama Kecamatan Luas Daerah (km2)

1. Mijen 57,55

2. Gunung Pati 54,11

3. Banyumanik 25,69

4. Gajahmungkur 9,07

5. Semarang Selatan 5,93

6. Candisari 6,54

7. Tembalang 44,20

8. Pedurungan 20,72

9. Genuk 27,39

10. Gayamsari 6,18

11. Semarang Timur 7,70

12. Semarang Utara 10,97

13. Semarang Tengah 6,14

14. Semarang Barat 21,74

15. Tugu 31,78

16. Ngaliyan 37,99

Jumlah 373,70 Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2013

Page 30: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

C. Gambaran Demografis

Penduduk Kota Semarang berdasarkan kelompok umur pada tahun 2012

lebih banyak pada kelompok usia produktif (usia 15-65 tahun). Hal ini terlihat dari

jumlah penduduk yang berusia 15-65 tahun sebanyak 1.116.479 jiwa atau 71,61 %

dari jumlah penduduk Kota Semarang. Penduduk pada usia 0-14 tahun sebanyak

368.438 jiwa (23,63%),sedangkan jumlah penduduk usia 65 keatas sebanyak 74.281

jiwa (4,78%). Secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Kota Semarang Tahun 2012 (jiwa)

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 65.037 59.530 124.567

5 - 9 64.442 59.225 123.667

10 - 14 62.053 58.151 120.204

15 - 19 70.531 74.042 144.573

20 - 24 76.475 77.284 153.758

25 - 29 73.470 73.854 147.323

30 - 34 68.363 68.751 137.113

35 - 39 60.826 62.362 123.188

40 - 44 56.559 60.393 116.952

45 - 49 50.415 54.327 104.741

50 - 54 44.414 44.495 88.909

55 - 59 33.216 30.336 63.552

60 - 64 17.679 18.690 36.369

65 + 32.314 41.966 74.281

Total 775.793

783.405

1.559.198

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2013

Jumlah penduduk Kota Semarang dalam empat tahun terakhir cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah penduduk Kota Semarang

sebanyak 1.506.893 jiwa, dengan jumlah penduduk produktif sebanyak 1.114.232

jiwa. Tahun 2010 jumlah penduduk mengalami pertumbuhan sebesar 1,36 % atau

mengalami penambahan sebanyak 20.539 jiwa menjadi 1.527.432 jiwa. Jumlah

penduduk tahun 2011 sebanyak 1.544.361 jiwa, dimana penduduk usia produktif (15-

64 tahun) sebanyak 1.106.234 jiwa. Sementara itu tahun 2012 jumlah penduduk Kota

Semarang sebanyak 1.559.198 jiwa dengan jumlah penduduk produktif sebanyak

Page 31: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

1.116.479 jiwa.

Angka ketergantungan (dependency ratio) merupakan perbandingan antara

jumlah penduduk produktif dengan jumlah penduduk non produktif. Kota Semarang

memiliki angka ketergantungan yang yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari rasio

penduduk produktif dengan penduduk non produktif tahun 2009 sebesar 0,3524,

tahun 2010 sebesar 0,3957, tahun 2011 sebesar 0,3961 dan tahun 2012 sebesar

0,3965.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Non Produktif dan Penduduk Produktif

Kota Semarang Tahun 2009-2012 (jiwa)

No Penduduk berdasarkan

Golongan Usia 2009 2010 2011 2012

1. Jumlah Penduduk Non Produktif 392.661 433.048 438.127 442.719

a. 0-14 Tahun 297.472 359.792 364.281 368.438

b. > 65 Tahun 95.189 73.256 73.846 74.281

2 Jumlah Penduduk Produktif 1.114.232 1.094.384 1.106.234 1.116.479

a. 15 - 64 tahun 1.114.232 1.094.384 1.106.234 1.116.479

3 Jumlah Penduduk 1.506.893 1.527.432 1.544.361 1.559.198

4 Angka Ketergantungan (Dependency

Ratio). 0,3524 0,3957 0,3961 0,3965

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2013 (diolah).

Berdasarkan data tersebut, angka ketergantungan (dependency ratio) Kota

Semarang sejak tahun 2009 - 2012 berkisar antara 35,24% - 39,65%, jauh dibawah

angka 50%, diperkirakan kondisi ini akan bertahan sampai dengan tahun 2020 yang

akan datang. Kondisi semacam ini disebut sebagai Bonus Demografi, yaitu satu

kondisi dimana besarnya angka ketergantungan kurang dari 50%. Hal ini berarti

setiap 2 orang usia produktif menanggung beban tanggungan 1 orang usia tidak

produktif. Bonus demografi akan memiliki manfaat besar dalam mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi, menjadi pasar potensial bagi produk barang dan jasa,

peningkatan kesejahteraan dan dinamikan kehidupan sosial politik yang dinamis

karena dimotori kelompok penduduk usia muda.

Kelompok usia muda yang lebih besar, apabila kurang terkelola dengan baik

maka akan muncul gelombang pengangguran kelompok usia muda yang besar,

meningkatnya sektor informal dan kriminalitas baik berupa kejahatan kerah putiih

(white collar crime), penipuan, pelanggaran hukum dan kejahatan kerah biru (blue

Page 32: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

collar crime) serta penyakit sosial (pelacuran, perjudian, premanisme dan kejahatan

di perkotaaan).Namun hal ini akan sangat bermanfaat bila pemerintah pusat dan

daerah dapat meningkatkan penyediaaan dan pelayanan peningkatan dalam rangka

peningkatan kualitas SDM dengan baik. Dukungan dan fasilitasi tersebut terutama

prasarana dan sarana pendidikan, baik pendidikan formal menengah dan tinggi,

pendidikan non formal dan kecakapan hidup (life skills) secara luas. Peningkatan

pelayanan kesehatan dan kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan

politik yang terbuka.

D. Gambaran Pembangunan Manusia

1. Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut UNDP, IPM mengukur pencapaian hasil pembangunan dari suatu

daerah/wilayah dalam tiga dimensi dasar pembangunan yaitu lamanya hidup,

pengetahuan/tingkat pendidikan dan standard hidup layak. Besarnya nilai Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjadi salah satu ukuran tentang capaian tingkat

kesejahteraan masyarakat yang ditinjau dari tingkat pendidikan, kesehatan dan daya

beli masyarakat. Unsur-unsur pembentuk IPM Kota Semarang dari tahun 2009-2011

cenderung mengalami peningkatan. IPM Kota Semarang dari tahun 2009-2011

memiliki nilai lebih tinggi daripada IPM Jawa Tengah tahun 2009-2011, Tahun

2009 IPM Kota Semarang mencapai 79,60 lebih tinggi dari IPM Jawa Tengah yang

hanya 72,10. Sementara itu tahun 2010 IPM Kota Semarang mencapai 77,11 dan

IPM Jawa Tengah mencapai 72,49. Begitu pula tahun 2011 IPM Kota Semarang

mencapai 77.42 dan IPM Jawa Tengah mencapai 72.94. Unsur-unsur pembentuk

IPM Kota Semarang selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 3.4

Indeks Pembangunan Manusia di Kota Semarang Tahun 2009-2011

No Kategori 2009 2010 2011

1 UHH (th) 72,07 72,13 72.18

2 Lama Sekolah (th) 9,98 9,98 10.11

3 Angka melek huruf (%) 96,44 96,44 96.47

4 Daya beli (ribu Rp) 644,63 646,94 649.21

IPM Kota Semarang 76,90 77,11 77.42

IPM Jawa Tengah 72,10 72,49 72.94

Sumber : BPS Jawa Tengah Tahun 2012

Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di Jawa Tengah, IPM

Page 33: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Kota Semarang tahun 2011 merupakan tertinggi kedua setelah Kota Surakarta.

Perbandingan IPM kabupaten/ kota di Jawa Tengah tahun 2011 dapat dilihat dalam

grafik berikut.

Grafik 3.1

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah

Tahun 2011

Sumber: BPS Jawa Tengah Tahun 2012

2. Capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG)

IPG merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk

suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu

pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya dengan membedakan capaian antara laki-

laki dan perempuan.

Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian

kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja

data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk

mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.

Dikatakan tidak ada kesenjangan pembangunan apabila nilai IPG sama dengan

IPM. Pada kurun waktu 2009-2011 capaian IPG Kota Semarang cenderung

mengalami kenaikan. Tahun 2009 IPG Kota Semarang sebesar 71,42 meningkat

menjadi 72,47 pada tahun 2011.

Grafik 3.2

Indeks Pembangunan Gender Kota Semarang

78

.18

77

.42

76

.83

76

.83

74

.90

74

.47

74

.45

74

.20

74

.10

73

.97

73

.82

73

.49

73

.24

73

.12

73

.09

72

.96

72

.94

72

.91

72

.69

72

.50

72

.45

72

.34

71

.86

71

.86

71

.62

71

.33

71

.27

71

.25

71

.25

71

.09

71

.06

71

.06

70

.85

70

.39

70

.22

68

.61

62.0064.0066.0068.0070.0072.0074.0076.0078.0080.00

Ko

ta S

ura

kart

a

Ko

ta S

emar

ang

Ko

ta M

agel

ang

Ko

ta S

alat

iga

Ko

ta P

ekal

on

gan

Tem

angg

un

g

Sem

aran

g

Ko

ta T

egal

Kla

ten

Suko

har

jo

Kar

anga

nya

r

Pat

i

Ku

du

s

Jep

ara

Dem

ak

Ban

yum

as

JAW

A T

ENG

AH

Pu

rwo

rejo

Mag

elan

g

Pu

rbal

ingg

a

Rem

ban

g

Cila

cap

Wo

no

giri

Pek

alo

nga

n

Keb

um

en

Srag

en

Gro

bo

gan

Bo

yola

li

Blo

ra

Tega

l

Wo

no

sob

o

Bat

ang

Ken

dal

Ban

jarn

egar

a

Pem

alan

g

Bre

bes

Page 34: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Tahun 2009-2011

Sumber : Kementerian PP dan PA Tahun 2012

Dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, capaian Indeks

Pembangunan Gender (IPG) Kota Semarang tahun 2011 berada diposisi lima,

lebih rendah dibandingkan dengan Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota

Magelang dan Kabupaten Semarang. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik

berikut.

Grafik 3.3

Indeks Pembangunan Gender Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah

Tahun 2011

Sumber : Kementerian PP dan PA Tahun 2012 (diolah)

3. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang

71,24

71,85

72,47

71.00

71.20

71.40

71.60

71.80

72.00

72.20

72.40

72.60

2009 2010 2011

76

.37

74

.78

73

.96

73

.72

72

.47

72

.31

71

.50

70

.92

69

.68

69

.63

69

.39

69

.15

68

.37

67

.12

66

.69

66

.45

65

.49

65

.30

65

.20

64

.87

64

.65

64

.14

64

.04

63

.92

63

.84

62

.89

60

.50

60

.18

60

.02

59

.37

58

.20

58

.00

56

.97

56

.89

56

.13

54

.81

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Ko

ta S

ura

kart

a

Ko

ta S

alat

iga

Ko

ta M

agel

ang

Sem

aran

g

Ko

ta S

emar

ang

Tem

angg

un

g

Suko

har

jo

Ku

du

s

Kla

ten

Dem

ak

Kar

anga

nya

r

Mag

elan

g

Bo

yola

li

Wo

no

giri

Srag

en

JAW

A T

ENG

AH

Pu

rwo

rejo

Ken

dal

Blo

ra

Rem

ban

g

Ban

yum

as

Pat

i

Ko

ta P

ekal

on

gan

Ko

ta T

egal

Pem

alan

g

Pu

rbal

ingg

a

Ban

jarn

egar

a

Tega

l

Bat

ang

Cila

cap

Pek

alo

nga

n

Jep

ara

Keb

um

en

Wo

no

sob

o

Gro

bo

gan

Bre

bes

Page 35: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

tersusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan

perempuan dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang politik dan

ekonomi. Pada kurun waktu 2009-2011 Kota Semarang mengalami peningkatan

capaian IDG sebesar 1,29 poin menjadi 64,48 pada tahun 2011. Capaian tersebut

merupakan yang terendah dibandingkan dengan 5 kota lainnya di Jawa Tengah.

Grafik 3.4

Indeks Pemberdayaan Gender Kota Semarang

Tahun 2009-2011

Sumber : Kementerian PP dan PA tahun 2012

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) terdiri atas 3 indikator pembentuk,

antara lain: 1) keterlibatan perempuan dalam parlemen, 2) perempuan yang

berkecipung dalam pekerjaan managerial, professional, administrasi, dan teknisi,

dan 3) sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Adapaun indikator

komposit IDG dapat kita lihat pada tabel 3.5. Sementara jika dibandingkan

dengan kabupaten/kota di Jawa Tengah IDG Kota Semarang berada pada posisi

ke- 22, seperti bisa kita lihat pada grafik 3.5.

63,19

63,46

64,48

62.50

63.00

63.50

64.00

64.50

65.00

2009 2010 2011

Page 36: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

81

.45

78

.06

76

.92

75

.08

72

.00

70

.84

70

.41

69

.97

69

.95

69

.18

68

.99

68

.82

68

.44

67

.64

67

.47

67

.46

66

.78

66

.44

66

.05

65

.63

64

.74

64

.65

64

.48

63

.63

62

.71

60

.79

59

.23

58

.30

57

.72

57

.45

57

.18

56

.81

53

.95

51

.70

48

.06

47

.23

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Ko

ta S

alat

iga

Ko

ta S

ura

kart

a

Sem

aran

g

Blo

ra

Tem

angg

un

g

Dem

ak

Kla

ten

Rem

ban

g

Pem

alan

g

Ko

ta T

egal

JAW

A T

ENG

AH

Bo

yola

li

Ko

ta P

ekal

on

gan

Ban

yum

as

Pu

rbal

ingg

a

Suko

har

jo

Ko

ta M

agel

ang

Kar

anga

nya

r

Ku

du

s

Keb

um

en

Bat

ang

Ken

dal

Ko

ta S

emar

ang

Pat

i

Wo

no

giri

Mag

elan

g

Ban

jarn

egar

a

Pu

rwo

rejo

Cila

cap

Gro

bo

gan

Srag

en

Pek

alo

nga

n

Bre

bes

Tega

l

Wo

no

sob

o

Jep

ara

Tabel 3.5

Capaian Indikator Komposit IDG Kota Semarang Tahun 2011

No Indikator Komposit IDG Capaian

1 Keterlibatan perempuan dalam

parlemen (%) 12

2 Perempuan yang berkecipung

dalam pekerjaan managerial,

professional, administrasi, dan

teknisi (%)

48,64

3 Sumbangan perempuan dalam

pendapatan kerja (%) 34,38

Sumber: Kementerian PP dan PA, 2012

Grafik 3.5

Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah

Tahun 2011

Sumber : Kementerian PP dan PA Tahun 2012

E. Gambaran Perekonomian Daerah

Laju pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang pada kurun waktu 2009-2012

menunjukkan trend positif. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tahun 2009

sebesar 5,36%, tahun 2010 meningkat menjadi 5,87%, tahun 2011 mencapai 6,41%

dan tahun 2012 meningkat menjadi 6,42%. Laju pertumbuhan perekonomian yang

meningkat menunjukkan pembangunan di Kota Semarang berkembang cukup baik.

Page 37: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Grafik 3.6

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang

Tahun 2009-2012 (%)

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2013

Dalam periode tahun 2009 sampai dengan 2012 perkembangan nilai PDRB

ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2000 menunjukkan perkembangan yang baik, tahun

2009 PDRB ADHB Kota Semarang sebesar Rp 38.465.017,28 juta menjadi sebesar

Rp 54.384.654,53 juta pada tahun 2012. Sementara itu PDRB ADHK Tahun 2000

Kota Semarang tahun 2009 sebesar Rp 20.180.577,95 juta menjadi Rp

24.194.510,54juta pada tahun 2012. Grafik berikut menunjukkan perkembangan nilai

PDRB ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2000 Kota Semarang tahun 2009-2012.

5.36

5.87

6.41 6.42

5.00

5.20

5.40

5.60

5.80

6.00

6.20

6.40

2009 2010 2011 2012

Page 38: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Grafik 3.7

Perkembangan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2000 Kota Semarang

Tahun 2009-2012 (juta rupiah)

Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2013

Tingkat inflasi Kota Semarang mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Pada tahun 2009 tingkat inflasi di Kota Semarang mencapai 3,19% dan mengalami

kenaikan signifikan menjadi 6,90% pada tahun 2010. Tingkat inflasi tahun 2011

merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir yaitu sebesar 2,71%, karena

tahun 2012 inflasi Kota Semarang menjadi sebesar 2,87%

Grafik 3.8

Laju Inflasi Kota Semarang

Tahun 2009-2012 (%)

Sumber: BPS Kota Semarang tahun 2013

2009 2010 2011 2012

PDRB ADHB 38,465,017.28 43,398,190.77 48,461,410.41 54,384,654.53

PDRB ADHK 20,180,577.95 21,365,817.80 22,736,136.19 24,194,510.54

15,000,000.00

20,000,000.00

25,000,000.00

30,000,000.00

35,000,000.00

40,000,000.00

45,000,000.00

50,000,000.00

55,000,000.00

60,000,000.00

3.19

6.90

2.71 2.87

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2009 2010 2011 2012

Page 39: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

F. Gambaran Pembangunan Responsif Gender di Berbagai Bidang Pembangunan

1. Kesehatan

a. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum

mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun

yang sama. Tahun 2012 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang

sebanyak 118 dari 27.448 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian

Bayi (AKB) sebesar 9,0 per 1.000 KH. Pencapaian tersebut menunjukkan

penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target MDGs

dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota

Semarang telah dibawah target.

Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal

sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000

kelahiran hidup. AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase

antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian

Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari 27.448

kelahiran hidup, sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota

Semarang sebesar 1,6 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2011

terjadi penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan target

MDGs yang menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH,

maka AKBa Kota Semarang telah dibawah target.

Page 40: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Grafik 3.9

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kota Semarang

Tahun 2009-2012

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

b. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting

dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan

atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat

digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini

dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama

kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan

kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota

Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran

hidup atau sekitar 77,5 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2011 yaitu 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9

per 100.000

Grafik 3.10

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

2009 2010 2011 2012

18.616.8

12.110.7

4.93.5

2.71.6

AKB AKABA

Page 41: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Angka Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2009-2012

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

Grafik 3.11 Jumlah Kematian Ibu di Kota Semarang Tahun 2009-2012

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

Dilihat dari waktu kejadiannya , sebanyak 11 kasus merupakan kematian

ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 5 kasus

dan masa kehamilan 6 kasus. Dilihat dari rentang usia, kematian ibu meternal

terbanyak terdapat pada usia ≥ 35 tahun lalu usia 20-34 tahun dan usia <20

tahun.

Grafik 3.12

0

20

40

60

80

100

120

2009 2010 2011 2012

85.4773.8

119.9

77.5

2219

31

22

0

5

10

15

20

25

30

35

2009 2010 2011 2012

Page 42: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Persentase Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok Umur

Kota Semarang Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

c. Gizi Bayi dan Balita

Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil

pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin

dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Tahun 2012

di Kota Semarang jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak 27.448 bayi dan jumlah

Balita sebanyak 110.694 anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri

dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi perempuan.

Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang di posyandu dari

seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.904 balita dengan rincian jumlah balita

yang naik berat badannya sebanyak 69.210 anak (79,6%) dan Bawah Garis

Merah (BGM) sebanyak 1.261 anak (1,5%). Permasalahan gizi yang masih tetap

ada dan jumlah cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk.

Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang,

keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit.

Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 39 kasus,

mengalami peningkatan dari tahun lalu yang berjumlah 26 kasus. Dari seluruh

kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya

perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan

selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di

Rumah Sakit.

9%

32%

59%

<20 tahun 20-34 tahun ≥ 35 tahun

Page 43: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

d. Penyakit menular

1) TB Paru

Penemuan suspek tahun 2012 sebanyak 11.724 orang mengalami

penurunan bila dibanding tahun 2011. Penemuan penderita TB Paru BTA positif

sebanyak 1.132 orang (70 %), mengalami peningkatan 143 kasus (9 %) bila

dibandingkan tahun 2011 (61%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 359 kasus

(13%) , sama dengan dengan penemuan TB anak di tahun 2011 356 kasus

(13%) .

Penderita TB BTA positif tahun 2012 berjumlah 1132 kasus, jenis

kelamin laki– laki sebanyak 657 kasus (58% ) dan jenis kelamin perempuan

sebanyak 475 kasus (42%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan menurut golongan umur

Penderita TB terbanyak pada golongan umur 25-34 th sebanyak 243 kasus (

23%), kemudian disusul pada golongan umur 45-54 th sebanyak 228 kasus

(21%), golongan umur 35-44 th sebanyak 197 kasus (19%), golongan umur 55-

65 tahun sebanyak 165 kasus (16%), golongan umur 15-24 th sebanyak 154

kasus (14%), golongan umur >65% sebanyak 71 kasus (7%) dan golongan umur

5-14 th sebanyak 4 kasus , hal ini menunjukkan bahwa penularan TB masih

berlangsung disegala usia.

2) HIV/ AIDS

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan

sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui

melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing

(VCT), sero survey, dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Pada tahun 2012 estimasi populasi risti tertinggi dari kelompok

pelanggan WPS yaitu 63,8% dari estimasi seluruh populasi risti tertular HIV,

sedangkan estimasi populasi risti terendah adalah pasangan tetap waria sebesar

0,05%. Dibandingkan dengan estimasi tahun 2011 terjadi peningkatan 2 kali

lipat.

Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan pada dua (2) tahun

terakhir yaitu tahun 2011 sebesar 427 orang dan tahun 2012 sebesar 520 orang.

Sementara secara kumulatif sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2012 di Kota

Page 44: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Semarang terdapat 2.231 kasus.

Grafik 3.13 Kasus HIV di Kota Semarang

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

Tahun 2012 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang sebanyak 104 kasus,

meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 59 kasus. Jumlah kematian akibat

AIDS tahun 2012 sebanyak 12 orang meningkat dibandingkan tahun 2011 yang

sebanyak 10 orang meninggal dunia karena AIDS. Sedangkan kumulatif kasus

AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 339 kasus.

3) Pneumonia

Jumlah penderita pneumonia dengan usia <1 tahun tahun 2012 menurun

525 kasus dari 1.600 tahun 2011 menjadi 1.075 kasus. Jumlah penderita

pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 3.237 meningkat sebanyak 277 kasus

dibanding tahun 2011, penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 180

balita meningkat sebanyak 165 dari tahun sebelumnya dan jumlah pneumonia

berat umur 1-4 tahun sebanyak 157 kasus.

Grafik 3.14 Kasus Pneumonia Balita

Kota Semarang Tahun 2012 Menurut Jenis Kelamin

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kumulatif 1995-2012 Tahun 2012

52% 49%

48% 51%

Laki-laki Perempuan

Page 45: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

4) Demam Berdarah

Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus.

Jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011

yang mencapai 1.303 kasus atau turun 4,1%. IR DBD tahun 2012 menjadi 70,9

turun 3,9 % dari tahun 2011 yaitu 73,87.

Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data

jumlah penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di

Kota Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota

Semarang maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di

Kota Semarang dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data yang diolah

Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan

Tahun 2012 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD

Nasional. Tahun 2012 IR DBD Kota Semarang 3 kali lebih tinggi dari IR DBD

Jawa Tengah.

2. Keluarga Berencana

Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan

keluarga kecil yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep

2.49054%

2.15946%

Laki-laki Perempuan

Page 46: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

pengaturan jarak kelahiran atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga

Berencana (KB). Pada tahun 2012, jumlah PUS yang berhasil didata oleh

Puskesmas sebanyak 259.120, angka ini mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta

KB baru sebanyak 36.298 orang (14%) dengan jumlah peserta KB aktif yang

dibina sebesar 194.423 orang (75,0%).

Jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru dan peserta KB

aktif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Persentase Peserta KB menurut Penggunaan Jenis Alat Kontrasepsi

Di Kota Semarang Tahun 2012

Jenis Kelamin Jenis Alat

Kontrasepsi

Peserta KB

Baru

Peserta KB

Aktif

Perempuan Suntik 55,7% 58,1%

Pil 16,4% 15,5%

IUD 10,4% 6,8%

Implant 5,5% 5,9%

MOW 3,9% 4,4%

Jumlah 91,9% 90,6%

Laki-laki Kondom 8,0% 8,3%

MOP 0,1% 1,2%

Jumlah 8,1% 9,4%

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa pemakaian kontrasepsi suntik

merupakan yang tertinggi karena dipandang praktis dan juga cepat dalam

mendapatkan pelayanannya. Penggunaan alat kontrasepsi pria yaitu kondom dan

MOP masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan banyak suami yang masih

menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan

kontrasepsi dalam pengaturan kelahiran anak.

3. Pendidikan

Partisipasi penduduk untuk bersekolah dapat dilihat dari Angka

Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK memberikan

Page 47: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang menerima

pendidikan pada jenjang tertentu. Sementara itu APM menunjukkan proporsi

anak sekolah pada kelompok umur tertentu yang bersekolah pada jenjang

pendidikan sesuai dengan kelompok umurnya.

Tabel 3.7

APK dan APM diberbagai Jenjang Pendidikan

Kota Semarang Tahun 2011 dan 2012

Indikator Tahun SD SLTP SLTA

APK 2011 105,90 110,31 111,39

2012 107,25 112,20 119,56

APM 2011 90,55 79,24 79,29

2012 92,58 79,14 84,11

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2012

Angka Partisipasi Kasar Sekolah di Kota Semarang untuk SD/MI naik

dari105,90% menjadi 107,25% dengan Angka Partisipasi Murni naik dari

90,55% menjadi92,58% pada tahun 2012. Untuk APK SMP/MTs naik dari

110,31% menjadi 112,20%dengan APM turun dari 79,24% menjadi 79,14%.

Pada pendidikan menengah atas APKnaik dari 111,39% menjadi 119,56%

dengan APM naik dari 79,29% menjadi 84,11% ditahun 2012 ini.

Untuk angka pendidikan yang ditamatkan, pada tahun 2012 ini

mengalamipenurunan dibanding tahun 2011 untuk jenjang SMA/SMK dan

SMP/MTs. UntukJenjang Pendidikan SMA/SMK pada tahun 2012 sebesar

99,62% atau mengalamipenurunan sebesar 0,23% dibandingkan tahun 2011 yang

sebesar 98,85% dan untukjenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 97,28%

mengalami penurunan sebesar 1,18%dibanding tahun 2011 yang sebesar

98,46%. Sedangkan untuk jenjang pendidikanSD/MI tetap yakni sebesar 100%.

Dari Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK yang99,62 % dengan jumlah

lulusan 20.674 siswa, hanya 42,86% yang merupakan lulusansiap kerja (SMK) .

Untuk pendidikan luar sekolah dalam hal ini PAUD, jumlah anakusia 4-6th yang

mengikuti PAUD pada tahun 2012 ini mencapai 94,84% hal ini naiksecara

signifikan dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar 68,66%.

4. Sosial

Penyandang cacat di Kota Semarang tahun 2012 sebanyak 3.557 orang.

Page 48: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Penyandang cacat ini terdiri dari cacat tubuh sebanyak 862 orang, tuna netra

sebanyak 806 orang, cacat mental sebanyak 667 orang dan cacat ganda sebanyak

528 orang. Jumlah penyandang cacat yang semakin bertambah menunjukkan

keberhasilan dinas sosial dalam melakukan identifikasi. Penyandang cacat

sering kali terpinggirkan karena keadaan fisik dan mental mereka, sehingga perlu

mendapat perhatian khusus karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda.

Kebutuhan yang berbeda ini harus mendapat perhatian dari semua institusi

pemerintah, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.

Tabel 3.8

Jumlah Penyandang Cacat Di Kota Semarang

Tahun

Jenis Cacat

Tubuh Tuna

Netra Mental

Tuna

Rungu Ganda Jumlah

2012 862 806 667 694 528 3.557

2011 758 390 980 526 94 2.748

2010 378 192 245 214 97 1.126

2009 612 349 422 309 81 1.773

2008 616 346 416 320 86 1.784 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2013

Penyandang masalah kesejahteraan sosial sering mendapatkan perlakuan

diskriminatif dalam memperoleh pelayanan dari pemerintah. Di kota Semarang

hingga tahun 2012 terdapat 790 orang gelandangan dan pengemis, 978 orang

tunasusila, 461 orang bekas napi, 508 orang korban bencana alam dan 26.518

fakir miskin. Penyandang masalah kesejahteraan sosial ini perlu mendapat

perhatian dari pemerintah, selain agar jumlahnya tidak bertambah, mereka juga

harus mendapatkan bimbingan dan pelatihan sehingga mereka bisa keluar dari

permasalahan sosial yang dihadapinya.

Page 49: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Tabel 3.9

Permasalahan Kesejahteraan Sosial di Kota Semarang

Tahun

Gelandangan

dan

Pengemis

Tuna

Susila Waria

Bekas

napi

Korban

bencana

Alam

Fakir

Miskim/

Keluarga

Miskin

2012 790 978 - 461 508 26.518

2011 174 788 - 133 369 437.027

2010 179 665 - 174 11.563 85.947

2009 17 364 11 180 26.439 86.446

2008 13 729 - 172 26.438 82.499 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2013

5. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja yang bekerja tahun 2012 sebanyak 639.215 jiwa,

terdiri dari 397.074 laki-laki dan 242.141 perempuan. Angkatan kerja

berdasarkan tingkat pendidikannya terdiri dari SD sebanyak 128.651 jiwa

(20,13%), SMP sebanyak 163.276 jiwa (25,54%), SMA sebanyak 205.241 jiwa

(32,11%), D1-D3 sebanyak 78.590 jiwa (12,29%) dan D4-S1 sebanyak 63.457

jiwa (9,93%). Masih tingginya angkatan kerja yang hanya tamatan SMP dan SD

perlu mendapatkan perhatian, sehingga mereka bisa bersaing didunia kerja.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja selengkapnya dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Tabel 3.10

Banyaknya Angkatan Kerja Yang Bekerja

Dirinci Menurut Pendidikan

Di Kota Semarang Tahun 2012

No Tingkat

Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 SD 78.375 50.276 128.651

2 SMP 98.899 64.377 163.276

3 SMA 126.541 78.700 205.241

4 D1-D2-D3 51.063 27.527 78.590

5 D4-S1 42.196 21.261 63.457

Total 397.074 242.141 639.215 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2013

Jumlah penganggur di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 71.273 jiwa,

terdiri dari 43.629 laki-laki (61,21%) dan 27.644 perempuan (38,79%).

Berdasarkan tingkat pendidikan jumlah pengangguran SMA sebanyak 29.472

Page 50: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

jiwa (41,35%), SMP sebanyak 14.367 jiwa (20,16%), SD sebanyak 11.715 jiwa

(16,44%), D1-D2-D3 sebanyak 8.367 jiwa (11,74%) dan D4-S1 sebanyak 7.352

jiwa (10,32%).

Tabel 3.11

Banyaknya Penganggur Menurut Pendidikan

Di Kota Semarang Tahun 2012 (jiwa)

No Tingkat

Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 SD 6.577 5.138 11.715

2 SMP 8.557 5.810 14.367

3 SMA 18.685 10.787 29.472

4 D1-D2-D3 5.074 3.293 8.367

5 D4-S1 4.736 2.616 7.352

Total 43.629 27.644 71.273 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2013

6. Politik dan Pengambilan Keputusan

Besarnya kewenangan perempuan dalam kehidupan politik dapat dilihat

dari persentase perempuan dalam lembaga legislatif (DPRD). Pada tahun 2012

jumlah anggota DPRD Kota Semarang sebanyak 50 orang, terdiri dari 44 orang

laki-laki (88%) dan 6 orang perempuan (12%). Anggota DPRD ini terdiri dari 9

fraksi, yaitu Fraksi PKS, Fraksi Golkar, Fraksi PDI, Fraksi Demokrat, Fraksi

PAN, Fraksi Partai Gerindra, Fraksi PKB, Fraksi PPP dan Fraksi Partai Hanura.

Rincian jumlah anggota partai politik berdasarkan partai politik dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Jumlah Anggota DPRD Kota Semarang Periode 2009-2014

Berdasarkan Partai Politik

No Asal partai politik Laki-laki Perempuan Total

1. PDI 8 1 9

2. Partai Golkar 5 0 5

3. PAN 6 0 0

4. Partai Demokrat 12 4 16

5. PKS 6 0 6

6. Gerindra 4 0 4

7. PKB 2 0 2

8. PPP 1 0 1

9. Partai Hanura 0 1 1

Jumlah 44 6 50 Sumber : Kota Semarang Dalam Angka , 2012

Page 51: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB IV

PENYELENGGARAAN PENGARUSTUTAMAAN GENDER

KOTA SEMARANG

G. Gambaran Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) di Masyarakat Kota

Semarang

1. Pelembagaan PUG

Pelembagaan PUG terdiri dari Focal Point PUG yaitu aparatur SKPD

yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pengarusutamaan gender di

unit kerjanya masing-masing dan Kelompok Kerja Pengarustamaan Gender yang

selanjutnya disebut Pokja PUG yaitu wadah konsultasi bagi pelaksana dan

penggerak pengarustamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah.

Sebagaimana Pasal 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 67 tahun

2011 dinyatakan dalam upaya percepatan pelembagaan pengarusutamaan gender

di seluruh SKPD kabupaten/kota dibentuk Pokja PUG kabupaten/kota. Anggota

Pokja PUG adalah seluruh kepala/pimpinan SKPD. Bupati/walikota menetapkan

ketua Bappeda sebagai Ketua Pokja PUG kabupaten/kota dan Kepala SKPD yang

membidangi tugas pemberdayaan perempuan sebagai Kepala Sekretariat Pokja

PUG kabupaten/kota. Pembentukan Pokja PUG kabupaten/kota ditetapkan

dengan keputusan bupati/walikota.

Struktur Organisasi Pokja PUG Kota Semarang adalah sebagai berikut :

Pembina

Walikota Semarang

Ketua

Kepala Bappeda

Sekretaris

Kepala BPMP2AKB

Anggota

Kepala SKPD Anggota

Kepala SKPD Anggota

Kepala SKPD

Page 52: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Pokja PUG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

mempunyai tugas:

a. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepada masing-masing SKPD;

b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepada camat, kepala desa, dan

lurah;

c. menyusun program kerja setiap tahun;

d. mendorong terwujudnya Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif

Gender;

e. menyusun rencana kerja POKJA PUG setiap tahun;

f. bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui wakil bupati/walikota;

g. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada bupati/walikota;

h. menyusun Profil Gender kabupaten/kota;

i. melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-masing instansi;

j. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis terhadap anggaran daerah;

k. menyusun Rencana Aksi Daerah (RANDA) PUG di kabupaten/kota; dan

l. mendorong dilaksanakannya pemilihan dan penetapan Focal Point di masing-

masing SKPD.

Struktur Organisasi Pokja PUG Kota Semarang adalah sebagai berikut :

Pembina

Kepala SKPD

Ketua

Sekretaris SKPD

Anggota

Kepala Bagian di

SKPD

Anggota

Kepala Bagian SKPD Anggota

Kepala Bagian SKPD

Page 53: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Focal Point PUG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:

m. mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit kerja;

n. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan penganggaran SKPD yang

responsif gender;

o. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi pengarusutamaan gender kepada

seluruh pejabat dan staf di lingkungan SKPD;

p. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan SKPD;

q. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap kebijakan, program, dan

kegiatan pada unit kerja; dan

r. memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing SKPD;

2. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) Masyarakat Kota Semarang

Pengarustamaan adalah upaya/strategi yang harus dilakukan untuk

memberi peluang kepada seluruh komponen atau stakeholders agar dapat

berperan secara optimal dalam pembangunan. Pengarusutamaan Gender (gender

mainstreaming) merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan hambatan-

hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender

(marginalisiasi, stereotype, suborndinasi, kekerasan dan beban ganda).

Pelaksaaan PUG dalam masyarakat tercermin dalam berbagai aktivitas

yang dijalankan oleh SKPD maupun oleh Tim Penggerak PKK Kota Semarang.

Menurut Walikota Semarang bentuk dukungan Pemerintah kota terhadap kaum

perempuan dan anak-anak antara lain sosialisasi Kesetaraan Keadilan Gender

(KKG) dan pencanangan Semarang sebagai kota layak anak, fasilitasi upaya

perlindungan perempuan dari tindak kekerasan, peningkatan peran serta dan

kesetaraan gender dalam pembangunan melalui koordinasi dan sosialisasi dengan

kader PKK, posyandu, puskesmas dan RS dalam upaya mengurangi/

meminimalisasir kematian Ibu dan bayi.

Selain itu, berupa kegiatan usaha ekonomi produktif dalam rangka

program terpadu pemberdayaan masyarakat berbasis gender, antara lain melalui

bentuk pelatihan dan pemberian bantuan alat terhadap 4 KUBE (Kelompok Usaha

Bersama) serta koordinasi dan sosialisasi terhadap organisasi masyarakat

perempuan di Kota Semarang. Meliputi PKK, DWP, GOW, GOPTKI (Gabungan

Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia).

Page 54: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Kota Semarang juga memiliki Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan

Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Berbasis Gender (PPT SERUNI)

yang merupakan pusat pelayanan terpadu penanganan kekerasan terhadap

perempuan dan anak berbasis gender di Kota Semarang, yang mengandung

arti Semarang Terpadu Rumah Perlindungan Untuk MembangunNurani dan Cinta

Kasih Insani disingkat ―SERUNI‖, lahir tanggal 1 Maret 2005 hasil kesepakatan

bersama peserta Pelatihan dan Rapat Koordinasi Lintas Sektoral yang

diselenggarakan oleh Tim TOT Pendidikan HAM Berperspektif Gender Jawa

Tengah bekerjasama dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan (KOMNAS PEREMPUAN), yang dihadiri oleh perwakilan dari unsur

Pemerintah, Akademisi, LSM, Praktisi dan Aktifis Perempuan.

Terbentuklah Jaringan Pelayanan Terpadu Penghapusan Kekerasan

Terhadap Perempuan dan Anak di Kota Semarang dengan nama PPT SERUNI,

yang kemudian didukung dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Semarang

dengan penetapan SK Walikota Semarang Nomor : 463.05/112 tanggal 4 Mei

2005 tentang Pembentukan Tim Pelayanan Terpadu Penanganan Kekerasan

Terhadap Perempuan dan Anak yang berbasis Gender ―SERUNI‖ Kota

Semarang, dan dikukuhkan oleh Bapak Walikota Semarang pada tanggal 20 Mei

2005 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.

Tahun 2009 Surat Keputusan tersebut telah diperbaharui karena banyak

anggota Tim yang Purna Tugas, sehingga SK Walikota tentang Pembentukan Tim

Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak yang Berbasis Gender ―SERUNI‖

Kota Semarang telah diganti dengan Surat Keputusan No. 463/A. 023 tanggal 12

Pebruari 2009. Tahun 2011 Surat Keputusan Walikota tentang Pembentukan Tim

Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak yang Berbasis Gender ―SERUNI‖

Kota Semarang telah diganti lagi dengan Surat Keputusan Walikota Semarang

tanggal 6 Januari 2011 No. 463/05/2011. Tujuan didirikan Seruni adalah :

1. Memberikan pendampingan kepada perempuan dan anak korban kekerasan

agar terpenuhinya hak-haknya atas layanan pemulihan dan penguatan serta

mendapat solusi yang tepat yang memungkinkan perempuan dan anak hidup

layak;

2. Membantu mencegah timbulnya kekerasan terhadap perempuan dan anak di

masyarakat dengan megadakan sosialisasi dan penyuluhan hukum tentang

Page 55: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak serta keadilan gender dan

penanganannya;

3. Mengembangkan kemitraan dan jaringan kerjasama dengan LSM, Kelompok

Keagamaan, Organisasi Sosial Wanita dan Dunia Usaha yang peduli terhadap

masalah perempuan dan anak;

4. Menyediakan tempat pengaduan, pencatatan administrasi, membuat

kronologis kasus dan melaksanakan rapat kasus untuk penyelesaian kasus,

memberikan layanan untuk Rumah Aman/Shelter bagi korban yang terancam

jiwanya;

5. Melakukan kerjasama dengan anggota Tim PPT SERUNI untuk penanganan

perempuan dan anak korban kekerasan dan traficking lebih efektif.

Program kegiatan layanan bagi korban kekerasan bagi perempuan dan

anak berbasis gender dan trafiking meliputi :

1. menerima pengaduan dan registrasi korban;

2. melakukan konseling awal;

3. memberikan layanan rumah aman/shelter bagi korban yang terancam

jiwanya;

4. memberikan pendampingan yang diperlukan korban, layanan medis,

psikologis, rohani, psikososial;

5. mengadakan rapat kasus;

6. merujuk kasus kepada anggota tim;

7. melakukan pencegahan melalui sosialisasi, siaran secara on air, penyebaran

leaflet melalui email, website, dan penyebar luasan berita melalui mass

media agar masyarakat memahami, mengerti tentang kekerasan berbasis

gender dan trafiking serta mencegah dan meminimalisir tindak kekerasan

berbasis gender;

8. mendorong munculnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan,

pendampingan serta monitoring kasus korban kekerasan berbasis gender dan

trafiking;

9. membangun kerjasama dengan pihak ketiga dalam penanganan kasus untuk

memulihkan korban kembali seperti semula sebelum terjadi kekerasan.

Page 56: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

3. Prestasi Kota Semarang dalam penyelenggaraan PUG.

Tahun 2012 Kota Semarang mendapatkan penghargaan dari Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang berupa Anugerah

Parahita Ekapraya tingkat madya. Anugerah Parahita Ekapraya merupakan

penghargaan yang diberikan pada kementerian/lembaga serta pemerintah daerah

baik provinsi maupun kabupaten/kota yang dinilai telah berkomitmen dan

mengimplementasikan strategi yang terkait dengan Pengarusutamaan Gender

(PUG), Pemberdayaan Perempuan (PP) dan Perlindungan Anak (PA) di berbagai

sektor pembangunan. Terdapat tiga kategori dalam APE, yang tertinggi kategori

utama, disusul madya dan pratama. Penilaiannya berdasarkan penerapan strategi

pengarusutamaan gender, pencapaian dan inovasi dalam perwujudan kesetaraan

gender, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, serta upaya untuk

memenuhi hak anak.

H. Gambaran Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di

Kota Semarang

1. Pelaksanaan Tahun 2012

Tahun 2012, Walikota Semarang secara khusus telah menginstruksikan kepada

semua Kepala SKPD mulai tahun 2012 menerapkan perencanaan responsif gender,

dengan membuat pilot project 22 SKPD, dan terus berlanjut hingga kapanpun

pemerintahan ini ada. Ini disadari karena perencanaan dan penganggaran responsif

gender bukanlah suatu upaya penyusunan rencana dan anggaran gender yang terpisah.

Perencanaan dan penganggaran responsif gender merupakan suatu pendekatan analisis

kebijakan untuk mengetahui perbedaan kondisi dan kebutuhan perempuan dan laki-

laki yang kemudian dilengkapi oleh penyusunan intervensi kebijakan untuk menutupi

dan mengurangi permasalahan dan kesenjangan yang dialami perempuan dan laki-

laki. Berkaitan dengan hal tersebut guna mepercepat pelaksanaan PPRG ini maka

dilaksanakan Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender diikuti

sebanyak 22 SKPD.

Tujuan dari kegiatan Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender tahun 2012 adalah:

Page 57: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

a. Meningkatkan pemahaman, dan ketrampilan aparat perencana 22 SKPD yang

menjadi pilot proyek PPRG mengenai konsep, filosofi, strategi dan alat

Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG);

b. Meningkatkan Sense of Bilonging aparat perencana SKPD tentang anggaran yang

berpihak pada kelompok rentan. Output dari kegiatan ini adalah sebanyak 22

aparat perencana SKPD memiliki pemahaman, dan ketrampilan mengenai konsep,

filosofi, strategi dan alat Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

Output dari kegiatan Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif

Gender adalah sebanyak 22 aparat perencana SKPD memiliki pemahaman, dan

ketrampilan mengenai konsep, filosofi, strategi dan alat Perencanaan Penganggaran

Responsif Gender (PPRG).

Penyelenggaraan Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

bertempat di Bappeda Kota Semarang selama 3 hari, dengan jumlah Peserta secara

keseluruhan sebanyak 23 SKPD (terdapat tambahan 1 SKPD dari rencana awal

sebanyak 22 SKPD), yaitu:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

b. Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan KB

c. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

d. Dinas Pendidikan

e. Dinas Kesehatan

f. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

g. Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga

h. Dinas Tata Kota dan Perumahan

i. Dinas Bina Marga

j. Dinas Pertanian

k. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi

l. Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota

m. Bagian Hukum

n. Kantor Ketahanan Pangan

o. Dinas Pengelolaan Sumberdaya Alam, Energi dan Sumberdaya Mineral

p. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

q. Dinas Kelautan dan Perikanan

r. Badan Lingkungan Hidup

s. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Page 58: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

t. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

u. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

v. Kecamatan Semarang Tengah

w. Kantor Inspektorat

Materi yang disampaikan pada pelatihan Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender meliputi :

a. Gender dalam Pembangunan

b. Kebijakan Pembangunan Responsif Gender

c. Manajemen Berbasis Kinerja

d. Data Pembuka Wawasan dan Praktek Memahami Data

e. Perencanaan Responsif Gender

f. Penganggaran Responsif Gender

g. Analisis Gender (GAP) dan Latihan menyusun GAP

h. Gender Budget Statement (GBS) dan Latihan menyusun GBS

i. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Selain dilakukan pelatihan terhadap perwakilan 23 SKPD, tahun 2012 juga

diselenggarakan roadshow. Penyelenggaraan roadshow Perencanaan dan

Penganggaran Responsif Gender di Kota Semarang tahun 2012 bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman dan ketrampilan aparat di SKPD mengenai konsep,

filosofi, strategi dan alat Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

Output dari kegiatan roadshow Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender di

Kota Semarang yaitu aparat SKPD memiliki pemahaman, dan ketrampilan mengenai

konsep, filosofi, strategi dan alat Perencanaan Penganggaran Responsif Gender

(PPRG).

Penyelenggaraan roadshow Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

telah dilaksanakan ke 23 SKPD yang menjadi pilot project pelatihan perencanaan dan

penganggaran responsif gender tahun 2012. Penyelenggaraan roadshow PPRG

dilaksanakan di masing-masing SKPD dengan peserta perwakilan dari masing-masing

bidang di SKPD yang bersangkutan.

Berikut ini adalah rincian 23 SKPD yang telah dilaksanakan Roadshow PPRG

di SKPD yang bersangkutan, yaitu:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Page 59: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

b. Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan KB

c. Dinas Pendidikan

d. Dinas Kesehatan

e. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

f. Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga

g. Dinas Tata Kota dan Perumahan

h. Dinas Bina Marga

i. Dinas Pertanian

j. Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota

k. Bagian Hukum

l. Kantor Ketahanan Pangan

m. Dinas Pengelolaan Sumberdaya Alam, Energi dan Sumberdaya Mineral

n. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

o. Dinas Kelautan dan Perikanan

p. Badan Lingkungan Hidup

q. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

r. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

s. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

t. Kecamatan Semarang Tengah

u. Kantor Inspektorat

v. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

w. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Materi yang disampaikan pada roadshow Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender sama dengan materi yang disampaikan pada saat pelatihan PPRG

yang diselenggarakan di Bappeda, meliputi:

a. Gender dalam Pembangunan

b. Kebijakan Pembangunan Responsif Gender

c. Manajemen Berbasis Kinerja

d. Data Pembuka Wawasan dan Praktek Memahami Data

e. Perencanaan Responsif Gender

f. Penganggaran Responsif Gender

g. Analisis Gender (GAP) dan Latihan menyusun GAP

h. Gender Budget Statement (GBS) dan Latihan menyusun GBS

i. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Page 60: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Penyelenggaraan roadshow Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari masing-masing SKPD. Sebagian

SKPD siap mengikuti roadshow PPRG secara intensif, sebagian SKPD lainnya

kurang siap untuk menerima materi perencanaan dan penganggaran responsif gender.

Terjadi pula kesalahan komunikasi antara narasumber dengan pihak SKPD sebagai

penyelenggara, sehingga kegiatan roadshow di SKPD yang bersangkutan tertunda

pelaksanaannya. Faktor kesibukan SKPD juga menjadi penyebab ketidaksesuaian

jadwal dengan waktu pelaksanaan roadshow. Di beberapa SKPD terjadi penundaan

pelaksanaan roadshow akibat jadwal yang disusun semula bersamaan dengan kegiatan

lain yang ada di SKPD dan kesibukan di SKPD yang bersangkutan.

Beberapa kekurangsiapan peserta pada sebagian SKPD dalam mengikuti

roadshow PPRG terlihat dari hal-hal sebagai berikut:

a. Pemahaman tentang PPRG secara umum masih lemah, respon terhadap road show

pun masih perlu ditingkatkan. Salah satu penyebabnya adalah PPRG belum

menjadi bagian dari proses perencanaan penganggaran.

b. Peserta yang menghadiri roadshow PPRG di SKPD kurang dari 10 orang, sehingga

harapan untuk peningkatan pemahaman pada aparatur SKPD mengenai konsep

gender, pengarustamaan gender, dan anggaran responsif gender belum sepenuhnya

berhasil.

c. Tingkat keaktifan peserta dalam mengikuti roadshow PPRG di sebagian SKPD

masih kurang, terlihat dari kemauan untuk praktek dalam berlatih melakukan

analisis gender menggunakan instrumen Gender Analysis Patheway (GAP) dan

menyusun Gender Budget Statement (GBS) masih kurang bersemangat.

d. Tingkat partisipasi peserta dalam mengikuti roadshow PPRG di sebagian SKPD

masih kurang terlihat dari tingkat kehadiran pada saat mulai penyampaian materi,

pelaksanaan praktek penyusunan GAP dan GBS, dan review terhadap hasil

pekerjaan yang disusun peserta.

Beberapa penyebab kekurangsiapan peserta pada sebagian SKPD dalam

mengikuti roadshow PPRG adalah sebagai berikut:

a. Persiapan yang kurang dari peserta karena undangan disampaikan mendadak oleh

pihak penyelenggara walaupun jadwal pelaksanaan sudah diberitahukan ke SKPD

yang bersangkutan melalui surat kepala Bappeda jauh-jauh hari sebelum

pelaksanaan roadshow PPRG.

Page 61: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

b. Adanya pemahaman dari aparatur di SKPD yang memandang bahwa pengetahuan

tentang gender tidak terlalu penting, sebab selama ini mereka memandang tidak

membeda-bedakan laki-laki perempuan dalam melaksanakan kegiatan (mereka

sudah menganggap kegiatan yang mereka selenggarakan sudah responsif

gender/gender bias).

c. Banyaknya kegiatan yang harus mereka kerjakan pada hari yang sama bertepatan

dengan pelaksanaan roadshow PPRG di SKPD mereka, sehingga terpaksa harus

mondar-mandir keluar masuk dalam mengikuti roadshow PPRG dan kurang

intensif dalam menerima materi dan melakukan praktek penyusunan GAP dan

GBS.

d. Pada sebagian SKPD pada saat pelaksanaan roadshow PPRG tidak didampingi oleh

Bappeda karena kesibukan banyaknya pekerjaan pada Bappeda, sehingga SKPD yang

sedang melaksanakan roadshow PPRG merasa kurang mendapatkan perhatian, dan

menganggap anggaran responsif gender tidak benar-benar diterapkan dalam

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan daerah.

2. Pelaksanaan Tahun 2013

Tahun 2013 Pelatihan Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender Kota

Semarang diikuti oleh 24 SKPD. Pelatihan tersebut bertujuan meningkatkan

pengetahuan tentang konsep gender, konsep PUG, mekanisme pelaksanaan PUG di

daerah, data pembuka wawasan, cara menyusun isu gender, manajemen berbasis

kinerja, pentingnya pelaksanaan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender dan

integrasi perencanaan penganggaran responsif gender dalam dokumen perencanaan

penganggaran. Peserta pelatihan ini berasal dari :

y. BadanKepegawaianDaerah.

z. BadanPenanggulangan BencanaDaerah.

aa. BadanPelayananPerijinanTerpadu.

bb. BadanKesbangpol danLinmas

cc. Dinas Kebakaran.

dd. DinasPeneranganJalandanPengelolaanReklame.

ee. Dinas Pasar.

ff. SekretariatDewan.

gg. SatuanPolisiPamongPraja.

Page 62: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

hh. KantorPerpustakaandanArsip.

ii. KantorPendidikandanPelatihan.

jj. RumahSakitUmumDaerah.

kk. BagianPengolahDataElektronik.

ll. BagianTataPemerintahan.

mm. BagianOtonomiDaerah.

nn. BagianUmumdanProtokol.

oo. BagianPerekonomian.

pp. BagianPembangunan.

qq. BagianRumahTangga danSantel.

rr. BagianKesra.

ss. BagianKerjasama.

tt. BagianPerlengkapan.

uu. BagianOrganisasi.

vv. BagianHumas.

Materi pelatihan yang diberikan kepada peserta adalah :

a. Gender, Konsep dan Filosofi

b. Data Pembuka Wawasan

c. Isu Gender

d. Manajemen Berbasis Kinerja

e. Anggaran Responsif Gender

f. Kinerja Pencapaian Indikator Pembangunan Manusia dan Gender Provinsi Jawa

Tengah

g. Perencanaan Penganggaran Responsif Gender dan Integrasi ke dalam Dokumen

Perencanaan Penganggaran

h. Penyusunan Gender Analysis Pathaway , Gender Budget Statement dan Kerangka

Acuan Kerja

i. Integrasi Gender Analysis Pathaway , Gender Budget Statement dan Kerangka

Acuan Kerja dalam dokumen perencanaan pembangunan.

Selain pelatihan, tahun 2013 juga diadakan roadshow terhadap 24 SKPD yang

telah mengikuti pelatihan. Mekanisme yang diaplikasikan dalam pelaksanaan kegiatan

ini yaitu dengan melakukan in-house training kepada perwakilan masing-masing

bidang mengenai Gender, Pengarusutamaan Gender, Perencanaan Penganggaran

Page 63: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Responsif Gender serta penyusunan Gender Analysis Pathaway, Gender Budget

Statement dan Kerangka Acuan Kerja.

3. Pelaksanaan Tahun 2014

Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender yang harus

dilakukan tahun 2014 di Kota Semarang yaitu sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan koordinasi Kelompok Kerja Pengarustamaan Gender (Pokja

PUG) sebanyak dua kali dalam setahun dalam rangka memperkuat komitmen

penyelenggaraan anggaran responsif gender di Kota Semarang.

b. Penyelenggaraan koordinasi tim teknis Pokja PUG sebanyak empat kali dalam

setahun untuk mengecek tingkat kemajuan penyelenggaraan anggaran responsif

gender di masing-masing SKPD.

c. Peningkatan kapasitas tim teknis Pokja PUG melalui pelatihan perencanaan dan

penganggaran responsif gender di tingkat kota pada tahun 2014 yaitu:

1. Kecamatan Mijen

2. Kecamatan Gunungpati

3. Kecamatan Banyumanik

4. Kecamatan Gajahmungkur

5. Kecamatan Semarang Selatan

6. Kecamatan Candisari

7. Kecamatan Tembalang

8. Kecamatan Pedurungan

9. Kecamatan Genuk

10. Kecamatan Gayamsari

11. Kecamatan Semarang Timur

12. Kecamatan Semarang Utara

13. Kecamatan Semarang Tengah

14. Kecamatan Semarang Barat

15. Kecamatan Tugu

16. Kecamatan Ngaliyan.

Page 64: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB V

HASIL PENDAMPINGAN

A. Review Pendampingan PPRG Tahun 2012

Review pendampingan penyusunan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender

yang telah dilaksanakan tahun 2012 adalah kegiatan mencermati dokumen perencanaan

responsif gender yang telah disusun oleh 19 SKPD di Kota Semarang dari 23 SKPD yang

direncanakan didampingi pada tahun 2012. Tujuan dari review ini untuk menelaah

kembali Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS) yang

telah disusun, menelaah konsistensi diantara dokumen tersebut dengan Kerangka Acuan

Kerja (KAK). Metode review yaitu workshop yang diikuti oleh ahli.

Berikut SKPD, Program dan Kegiatan yang telah direview:

1. Bappeda:

a. Program Perencanaan Sosial Budaya dengan Kegiatan Fasilitasi Kegiatan Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

b. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi dengan kegiatan Fasilitasi

Pendampingan Kegiatan Penanganan Lahan Kritis & SDA

c. Program Perencanaan Pembangunan Kota-kota Menengah dan Besar dengan

kegiatan Perencanaan Pembangunan Sanitasi Perkotaan

2. Bapermas Perempuan dan KB:

a. Program Keluarga Berencana dengan kegiatan Penyediaan Pelayanan KB dan

Alat Kontrasepsi bagi Keluaga Miskin

b. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR dengan

kegiatan Fasilitasi Forum Pelayanan KRR bagi kelom[pok remaja dan kelompok

sebaya di luar sekolah

c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan dengan kegiatan

Pembuatan Hot Line Telpon dan SMS Pengaduan KDRT dan KTA 24 Jam

3. Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

a. Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan dengan kegiatan

Asistensi Laporan Keuangan Kepada SKPD

4. Dinas Pendidikan

Page 65: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Program Pendidikan Non Formal dengan kegiatan Penyelenggaraan Kursus

Keterampilan

5. Dinas Sosial, Pemuda dan Olah Raga

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpewncil (KAT) dengan

kegiatan Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga miskin

6. Dinas Kesehatan

a. Program Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan

Pelayanan Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular

b. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan kegiatan

Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

a. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan dengan kegiatan

Sosialisasi berbagai peraturan Ketenagakerjaan

b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja dengan kegiatan Penempatan

Transmigrasi

c. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja dengan kegiatan

Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja

8. Kantor Ketahanan Pangan

a. Program Ketahanan Pangan dengan kegiatan Penyusunan Data Base Potensi

Produk Pangan

b. Program Ketahanan Pangan dengan kegiatan Fasilitasi Penyediaan Makanan

Pokok Bagi Warga Miskin

9. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

a. Program Penataan Administrasi Kependudukan dengan kegiatan Sosialisasi

Kebijakan Kependudukan

b. Program Penataan Administrasi Kependudukan dengan kegiatan Peningkatan

Pelayanan Publik Dalam Bidang Kependudukan

10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata dengan kegiatan Pelestarian

Kelompok Sadar Wisata.

b. Program pengelolaan keragaman budaya dengan kegiatan penyelenggaraan

berbagai kegiatan kesenian daerah

11. Dinas Bina Marga

Page 66: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

a. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan jalan dan jembatan dengan kegiatan

Pembersihan lantai pedestrian Kota Semarang

b. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan kegiatan Peningkatan

Pedestrian Kota

12. Dinas Tata Kota dan Perumahan

a. Program Pengelolaan Areal Pemakaman dengan kegiatan Penataan TPU Jabungan

dan Rehab TPU-TPU Se Kota Semarang

b. Program Pengembangan Teknologi dan Konstruksi dengan kegiatan Bintek

Peningkatan SDM Pengadaan Barang Jasa dan Ujian Sertifikasi

c. Program Pengembangan Perumahan dengan kegiatan Perbaikan Perumahan

Masyarakat Kurang

d. Program Perencanaan Tata Ruang dengan kegiatan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan Kawasan Rejomulyo dan sekitarnya

e. Program Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang dengan kegiatan Peningkatan

kapasitas personil pelayanan perijinan IMB

13. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

a. Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif bagi UKM dengan kegiatan

Perencanaan, Koordinasi & Pengembangan UKM

b. Program Peningkatan Kwalitas Kelembagaan Koperasi dengan kegiatan

Pembinaaan Pengawasan dan Penghargaan Koperasi berprestasi

c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM dengan kegiatan

Pengawasan Penggunaan Dana Pemerintah bagi UMKM

14. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

a. Program Pembinaan Industri Kecil dan menengah dengan kegiatan Pembinaan

Industri Kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri

b. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan dengan kegiatan

Sosialisasi tentang hak – hak konsumen

c. Program Pelayanan Teknologi Industri dengan kegiatan Pelatihan membatik untuk

warga Kelurahan Sekayu

15. Dinas Pertanian

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan kegiatan Pembinaan, pengendalian,

dan pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN)

Page 67: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

16. Dinas Kelautan dan Perikanan

a. Program Pengembangan Budidaya Perikanan dengan kegiatan Pelestarian

Sumberdaya Perikanan

b. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan dengan

kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan

c. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan dengan

kegiatan Pengembangan sarana prasarana pemasaran perikanan

d. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dengan kegiatan Pembinaan

Kelompok Ekonomi Masyarakat Pesisir

17. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan kegiatan Pembuatan Taman Ex

Pasar Rejomulyo

18. Bagian Hukum Sekretariat Daerah

a. Program penataan peraturan perundang-undangan dengan kegiatan Sosialisasi

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai (DBHCHT)

b. Program Penataan peraturan perundang-undangan dengan kegiatan Fasilitasi

sosialisasi peraturan perundang-undangan

19. Kecamatan Semarang Tengah

Program perencanaan pembangunan daerah dengan kegiatan Penyelenggaraan

Musrenbang Kecamatan

Hasil review menunjukan dokumen GAP dan GBS telah selaras dengan KAK yang

disusun. Beberapa dokumen masih belum dapat menunjukan data pilah gender yang

relevan. Basis data yang digunakan masih bersifat umum. Rekomendasi dari review

dokumen ini adalah setiap SKPD wajib untuk merancang dan mempersiapkan data pilah

gender sebagai basis dalam penyusunan perencanaan penganggaran responsif gender.

Sementara SKPD yang tidak melakukan penyusunan GAP, GBS dan KAK tahun 2012

antara lain Badan Lingkungan Hidup, Dinas PSDA-ESDM dan Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informasi.

B. Evaluasi PPRG 2012 dengan RKPD Tahun 2013

Penyusunan perencanaan penganggaran responsif gender yang dilaksanakan pada

tahun 2012 untuk anggaran tahun 2013 telah disusun sebanyak 34 GAP dan GBS yang

tersebar di 19 SKPD. Evaluasi dokumen perencanaan ini adalah untuk memastikan

Page 68: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

apakah dokumen perencanaan tersebut dapat dilaksanakan tahun 2013. Evaluasi

dilakukan dengan mempersandingkan dokumen GAP dan GBS dengan RKPD tahun

2013.

Berdasarkan hasil evaluasi 34 kegiatan tersebut terdapat 28 GAP dan GBS (82,3

%) yang telah terintegrasi kedalam RKPD 2013 dan 6 GAP dan GBS (17,6 %) yang

belum terintegrasi dalam RKPD tahun 2013. Berikut hasil evaluasi integrasi kegiatan

yang memiliki GAP dan GBS kedalam dokumen RKPD 2013:

1. Bappeda :

a. Program Perencanaan Sosial Budaya dengan Kegiatan Fasilitasi Kegiatan Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) telah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran yang diajukan sebesar Rp. 400.000.000 juta

b. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi dengan kegiatan Fasilitasi

Pendampingan Keg. Penanganan Lahan Kritis & SDAdengan anggaran yang

diajukan sebesar 120.000.000,00

c. Program Perencanaan Pembangunan Kota-kota Menengah dan Besar dengan

kegiatan Perencanaan Pembangunan Sanitasi Perkotaan dengan tidak masuk

didalam RKPD 2013.

2. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB (BPPKB) :

a. Program Keluarga Berencana dengan kegiatan Penyediaan Pelayanan KB dan

Alat Kontrasepsi bagi Keluaga Miskin telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan

anggaran yang diajukan sebesar 130.000.000,00

b. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR dengan

kegiatan Fasilitasi Forum Pelayanan KRR bagi kelompok remaja dan kelompok

sebaya di luar sekolah telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran yang

diajukan sebesar 98.000.000,00

c. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan dengan kegiatan

Pembuatan Hot Line Telpon dan SMS Pengaduan KDRT dan KTA 24 Jam tidak

terintegrasi kedalam RKPD 2013.

3. Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah :

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan dengan kegiatan Asistensi

Laporan Keuangan Kepada SKPD telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

150.000.000,00.

4. Dinas Pendidikan:

Page 69: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Program Pendidikan Non Formal dengan kegiatan Penyelenggaraan Kursus

Keterampilan telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran 722.000.000,00.

5. Dinas Sosial, Pemuda dan Olah Raga:

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpewncil (KAT) dengan

kegiatan Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga miskin telah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran 200.000.000,00.

6. Dinas Kesehatan:

a. Program Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan

Pelayanan Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Menular telah terintegrasi

di RKPD 2013 dengan anggaran 314.800.000,00.

b. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dengan kegiatan

Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita telah terintegrasi di RKPD 2013

dengan anggaran 214.000.000,00.

7. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi:

a. Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan dengan

kegiatan Sosialisasi berbagai peraturan Ketenagakerjaan telah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran 150.000.000,00.

b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja dengan kegiatan Penempatan

Transmigrasi telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran 200.000.000,00.

c. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja dengan kegiatan

Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerjatelah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran 300.000.000,00.

8. Kantor Ketahanan Pangan :

a. Program Ketahanan Pangan dengan kegiatan Penyusunan Data Base Potensi

Produk Pangan tidak terintegrasi dalam RKPD 2013.

b. Program Ketahanan Pangan dengan kegiatan Fasilitasi Penyediaan Makanan

Pokok Bagi Warga Miskin telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

230.000.000,00.

9. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil :

a. Program Penataan Administrasi Kependudukan dengan kegiatan Sosialisasi

Kebijakan Kependudukan telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

400.000.000,00.

Page 70: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

b. Program Penataan Administrasi Kependudukan dengan kegiatan Peningkatan

Pelayanan Publik Dalam Bidang Kependudukan telah terintegrasi di RKPD 2013

dengan anggaran 1.450.000.000,00.

10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata :

a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata dengan kegiatan Pelestarian

Kelompok Sadar Wisata telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

200.000.000,00.

b. Program pengelolaan keragaman budaya dengan kegiatan penyelenggaraan

berbagai kegiatan kesenian daerah telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan

anggaran 140.000.000,00.

11. Dinas Bina Marga :

a. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan jalan dan jembatan dengan kegiatan

Pembersihan lantai pedestrian Kota Semarang telah terintegrasi di RKPD 2013

dengan anggaran 250.000.000,00.

b. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan kegiatan Peningkatan

Pedestrian Kota tidak terintegrasi di RKPD 2013.

12. Dinas Tata Kota dan Perumahan :

a. Program Pengelolaan Areal Pemakaman dengan kegiatan Penataan TPU

Jabungan dan Rehab TPU-TPU Se Kota Semarangtelah terintegrasi di RKPD

2013 dengan anggaran 150.000.000,00.

b. Program Pengembangan Teknologi dan Konstruksi dengan kegiatan Bintek

Peningkatan SDM Pengadaan Barang Jasa dan Ujian Sertifikasi tidak terintegrasi

dalam RKPD.

c. Program Pengembangan Perumahan dengan kegiatan Perbaikan Perumahan

Masyarakat Kurang telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

1.500.000.000,00.

d. Program Perencanaan Tata Ruang dengan kegiatan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan Kawasan Rejomulyo dan sekitarnya tidak terintegrasi dalam RKPD

2013.

e. Program Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang dengan kegiatan Peningkatan

kapasitas personil pelayanan perijinan IMB telah terintegrasi di RKPD 2013

dengan anggaran 179.000.000,00

13. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah:

Page 71: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

a. Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif bagi UKM dengan kegiatan

Perencanaan, Koordinasi & Pengembangan UKM telah terintegrasi di RKPD

2013 dengan anggaran 68.000.000,00.

b. Program Peningkatan Kwalitas Kelembagaan Koperasi dengan kegiatan

Pembinaaan Pengawasan dan Penghargaan Koperasi berprestasi telah terintegrasi

di RKPD 2013 dengan anggaran 232.000.000,00.

c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM dengan kegiatan

Pengawasan Penggunaan Dana Pemerintah bagi UMKM telah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran 280.000.000,00.

14. Dinas Perindustrian dan Perdagangan:

a. Program Pembinaan Industri Kecil dan menengah dengan kegiatan Pembinaan

Industri Kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri telah

terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran 150.000.000,00.

b. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan dengan kegiatan

Sosialisasi tentang hak – hak konsumen telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan

anggaran 250.000.000,00.

c. Program Pelayanan Teknologi Industri dengan kegiatan Pelatihan membatik

untuk warga Kelurahan Sekayu tidak terintegrasi dalam RKPD.

15. Dinas Pertanian :

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan kegiatan Pembinaan, pengendalian,

dan pengawasan Gerhan telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

179.000.000,00.

16. Dinas Kelautan dan Perikanan :

a. Program Pengembangan Budidaya Perikanan dengan kegiatan Pelestarian

Sumberdaya Perikanan telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran

150.000.000,00.

b. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan dengan

kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan telah terintegrasi di RKPD

2013 dengan anggaran 178.000.000,00.

c. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan dengan

kegiatan Pengembangan sarana prasarana pemasaran perikanan telah terintegrasi di

RKPD 2013 dengan anggaran 678.000.000,00.

Page 72: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

d. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dengan kegiatan Pembinaan

Kelompok Ekonomi Masyarakat Pesisir telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan

anggaran 150.000.000,00.

17. Dinas Kebersihan dan Pertamanan :

Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan kegiatan Pembuatan Taman Ex

Pasar Rejomulyo tidak terintegrasi di RKPD.

18. Bagian Hukum Sekretariat Daerah:

a. Program penataan peraturan perundang-undangan dengan kegiatan Sosialisasi

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai (DBHCHT) telah

terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran 150.000.000,00.

b. Program Penataan peraturan perundang-undangan dengan kegiatan Fasilitasi

sosialisasi peraturan perundang-undangan telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan

anggaran 50.000.000,00.

19. Kecamatan Semarang Tengah:

Program perencanaan pembangunan daerah dengan kegiatan Penyelenggaraan

musrenbang telah terintegrasi di RKPD 2013 dengan anggaran 50.000.000,00.

GAP dan GBS yang tidak terintegrasi dalam RKPD tahun 2013 adalah :

1. Program Perencanaan Pembangunan Kota-kota Menengah dan Besar dengan

kegiatan Perencanaan Pembangunan Sanitasi Perkotaan tidak terintegrasi dalam

RKPD 2013.

2. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan dengan kegiatan Pembuatan

Hot Line Telpon dan SMS Pengaduan KDRT dan KTA 24 Jam tidak terintegrasi

kedalam RKPD 2013.

3. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan kegiatan Peningkatan Pedestrian

Kota tidak terintegrasi di RKPD 2013.

4. Program Perencanaan Tata Ruang dengan kegiatan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan Kawasan Rejomulyo dan sekitarnya tidak terintegrasi dalam RKPD

2013.

5. Program Pelayanan Teknologi Industri dengan kegiatan Pelatihan membatik untuk

warga Kelurahan Sekayu tidak terintegrasi dalam RKPD

6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan kegiatan Pembuatan Taman Ex

Pasar Rejomulyo tidak terintegrasi di RKPD.

Page 73: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Rekomendasi hasil evaluasi ini adalah, kegiatan yang belum terintegrasi ditinjau

ulang tingkat urgensinya. Jika dianggap penting sebaiknya direncanakan ulang tahun

anggaran 2015. Kegiatan yang telah terintegrasi dan RKPD, harus direalisasikan

sebagaimana rencana aksi yang tertuang dalam GBS.

C. Pendampingan PPRG Tahun 2013

1. Peningkatan Kapasitas Perencana di 24 SKPD tentang PPRG

Peningkatan kapasitas perencana SKPD di Kota Semarang dalam memahami

mekanisme, proses penyusunan PPRG menjadi concern bagi Bappeda Kota Semarang

sebagai penanggungjawab dalam penyusunan dokumen perencanaan. Peningkatan

kapasitas bertujuan meningkatkan pengetahuan, penguasaan dan ketrampilan

mengenai perencanaan penganggaran responsif gender secara untuh sehingga setiap

rencana yang disusun mempertimbangkan pengalaman dan aspirasi perempuan dan

laki-laki.

Sebagaimana diketahui pembangunan responsif gender bukan lagi menjadi

model pembangunan baru bagi pembangunan daerah.

Model pembangunan responsif gender diawali dengan komitmen pemerintah

Indonesia yang turut menandatangani platform aksi Beijing yang disepakati sejak

tahun 1995. Platform ini menghasilkan sejumlah rekomendasi yang harus

dilaksanakan oleh negara-negara anggota PBB dalam upaya meningkatkan akses dan

kontrol kaum perempuan atas sumber daya ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Seluruh rekomendasi dan hasil konferensi tertuang dalam Deklarasi Beijing dan

Landasan Aksi (Beijing Declaration and Platform for Action) yang meliputi 12 aksi

kritis yaitu Perempuan dan Kemiskinan, Pendidikan dan Pelatihan bagi Perempuan,

Perempuan dan Kesehatan, Kekerasan terhadap Perempuan, Perempuan - perempuan

dan Konflik Senjata, Perempuan dan Ekonomi, Perempuan dalam Kedudukan

Pemegang Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan, Mekanisme-mekanisme

Institusional untuk Kemajuan Perempuan, Hak-hak Asasi Perempuan, Perempuan dan

Media Masa, Perempuan dan Lingkungan, serta anak-anak perempuan.

Komitmen ini mendorong diterbitkannya Inpres 9 tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres 9 tahun 2000 ini

mengamantkan kepada pimpinan kementrian, gubernur dan bupati untuk

melaksanakan kebijakan, kegiatan dan program yang mampu menjamin

Page 74: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

keterjangkauan perempuan dan laki-laki dalam hal akses dan kontrol terhadap sumber

daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama di

semua tahapan proses pembangunan. PUG (Pengarusutamaan Gender) bertujuan

untuk mempersempit atau bahkan menghapuskan segala bentuk tindak diskriminasi

terhadap salah satu jenis kelamin atau kelompok rentan lainnya, sehingga keadilan

dan kesetaraan gender mampu didapatkan dalam setiap bidang pembangunan.

Amanat penyelenggaraan PUG juga tercantum dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pengarusutamaan

Gender di Daerah, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

67 Tahun 2011. Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011

mengamanatkan: (1). Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program,

dan kegiatan pembangunan responsif gender yang dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD, dan

Rencana Kerja SKPD, (2). Penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan responsif gender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui analisis gender.

Tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah telah terbit Peraturan Gubernur Jawa

Tengah Nomor 21 tahun 2012 tentang Panduan Teknis pelaksanaan pengarusutamaan

gender di Provinsi Jawa Tengah. Dalam pasal 2 dan pasal 3 peraturan ini, terdapat

panduan teknis pelaksanaan Pengarusutamaan Gender. Tujuan dari panduan teknis ini

yaitu meningkatkan pemahaman, kemampuan dan keterampilan dalam menyusun

perencanaan penganggaran responsif gender, mengimplementasikan, memantau,

memeriksa dan melaporkan kegiatan yang responsif gender.

Tahun 2012 pemerintah Kota Semarang melalui Bappeda Kota Semarang

Bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya sebagai leading sector telah melakukan

pelatihan penyusunan Anggaran Responsif gender kepada 23 SKPD.

Tahun 2013 Pelatihan Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender

diikuti oleh 24 SKPD di Kota Semarang. Pelatihan tersebut bertujuan meningkatkan

pengetahuan tentang konsep gender, konsep PUG, mekanisme pelaksanaan PUG di

daerah, data pembuka wawasan, cara menyusun isu gender, manajemen berbasis

kinerja, pentingnya pelaksanaan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender dan

integrasi perencanaan penganggaran responsif gender dalam dokumen perencanaan

penganggaran. Peserta pelatihan ini berasal dari :

ww. BadanKepegawaianDaerah.

Page 75: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

xx. BadanPenanggulangan BencanaDaerah.

yy. BadanPelayananPerijinanTerpadu.

zz. BadanKesbangpol danLinmas

aaa. Dinas Kebakaran.

bbb. DinasPeneranganJalandanPengelolaanReklame.

ccc. Dinas Pasar.

ddd. SekretariatDewan.

eee. SatuanPolisiPamongPraja.

fff. KantorPerpustakaandanArsip.

ggg. KantorPendidikandanPelatihan.

hhh. RumahSakitUmumDaerah.

iii. BagianPengolahDataElektronik.

jjj. BagianTataPemerintahan.

kkk. BagianOtonomiDaerah.

lll. BagianUmumdanProtokol.

mmm. BagianPerekonomian.

nnn. BagianPembangunan.

ooo. BagianRumahTangga danSantel.

ppp. BagianKesra.

qqq. BagianKerjasama.

rrr. BagianPerlengkapan.

sss. BagianOrganisasi.

ttt. BagianHumas.

Materi pelatihan yang diberikan kepada peserta adalah :

x. Gender, Konsep dan Filosofi

y. Data Pembuka Wawasan

z. Isu Gender

aa. Manajemen Berbasis Kinerja

bb. Anggaran Responsif Gender

cc. Kinerja Pencapaian Indikator Pembangunan Manusia dan Gender Provinsi Jawa

Tengah

dd. Perencanaan Penganggaran Responsif Gender dan Integrasi ke dalam Dokumen

Perencanaan Penganggaran

Page 76: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

ee. Penyusunan Gender Analysis Pathaway , Gender Budget Statement dan Kerangka

Acuan Kerja

ff. Integrasi Gender Analysis Pathaway , Gender Budget Statement dan Kerangka

Acuan Kerja dalam dokumen perencanaan pembangunan.

Proses Pelatihan Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender di Kota

Semarang dapat dikuti sebagai berikut :

a. Pembukaan

Acara pembukaan dimulai dengan laporan Kepala Bappeda Kota Semarang

yang diwakilkan oleh Ibu Dwi Arti Handayani, SH, M.Hum Kepala Bidang

Perencanaan Pemerintahan dan Sosial Budaya. Ibu Dwi Arti Handayani, SH, M.Hum

dalam laporannya menyampaikan bahwa penyelenggaraan pelatihan ini merupakan

bagian dari kegiatan pendampingan PPRG yang merupakan bagian dari Sapta

Program Pembangunan Kota Semarang yaitu program ke-5 serta menjalankan

amanah Permendagri 15 tahun 2008 jo Permendagri 67 tahun 2011 tentang

Pengarusutamaan Gender di daerah. Pelatihan ini diharapkan akan mendorong SKPD

untuk mengintegrasikan pengarusutamaan gender dalam perencanaan dan

penganggaran.

Secara khusus laporan ini bertujuan:

a. meningkatkan kapasitas SKPD dalam menyusun PPRG sebagai landasan

rencana kegiatan;

b. meningkatkan kemampuan untuk memahami arg sebagai bagian dari sapta

program;

c. memberikan panduan dan arahan dalam upaya melaksanakan perencanaan

penganggaran responsif gender.

d. Merumuskan Strategi Percepatan ARG Kota Semarang

Acara pembukaan dibuka oleh Ibu Krisseptiana, SH,MM (Istri Walikota

Semarang) selaku Ketua PKK Kota Semarang. Memilih Ibu Krisseptiana, untuk

membuka acara ini karena Bappeda memandang penting kehadiran ketua PKK,

mengingat basis PKK adalah masyarakat di tingkat Kelurahan yang menerima

langsung dampak pembangunan Kota Semarang. Ketua PKK memaparkan data

ketimpangan gender sekaligus potensi perempuan yang harus dikembangkan di Kota

Semarang. Ketua mengharapkan SKPD dapat menggunakan data di tingkat

kelurahan untuk menyusun PPRG. Data yang dihimpun PKK kelurahan valid dan

Page 77: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

dapat dipertanggungjawabkan. Jika setiap SKPD dapat memanfaatkan data di tingkat

desa, maka aspirasi, kebutuhan dan pengalaman masyarakat kelurahan dapat menjadi

inspirasi penting bagi SKPD menyusun program dan kegiatan yang pro rakyat dan

pro gender.

b. Paparan Materi

1) Gender, Konsep dan Filosofi

Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh narasumber adalah sebagai berikut:

a) Sex adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang sudah ada sejak

lahir; pada umumnya tidak bisa berubah, kecuali dioperasi (yang sangat mahal

dan lama); dan bersifat umum serta berlaku di mana-mana.

b) Gender adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan jenis

kelaminnya dalam hal sifat, peran, posisi, tanggungjawab, fungsi.

Kesemuanya ini dibentuk/dikonstruksi secara sosial, yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor: budaya, agama, sosial, politik, hukum, pendidikan, dan lain-

lain.

c) Gender bisa berubah sesuai konteks waktu, tempat dan budaya. Misalnya:

peran perempuan adalah mengelola rumah tangga, memiliki sifat emosional,

lemah lembut, dan tidak tegas, sedangkan peran laki-laki adalah sebaliknya

yaitu mencari nafkah untuk keluarga dan memiliki sifat yang rasional,

bijaksana, dan pintar.

d) Berbeda dengan seks yang bersifat biologis, gender bersifat sosial, budaya dan

psikologis. Gender berkaitan dengan berbagai peran dan tanggungjawab

antara perempuan dan laki-laki dan hubungan antara mereka.

e) Upaya mendorong kesetaraan dan keadilan gender dilakukan karena gender

sebetulnya bisa diubah dan dikonstruksi oleh manusia, bukan sesuatu yang

alamiah.

f) Proses pembentukan peran gender merupakan pembiasaan, yang turun

temurun dan dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan seharusnya.

g) Pengarusutamaan Gender harus terintegrasi ke semua urusan untuk

mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.

h) Keadilan dan kesetaraan gender adalah Suatu kondisi yang setara dan

seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/

Page 78: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan, baik di dalam

maupun di luar rumah tangga.

i) Langkah tindak lanjut untuk dapat melaksanakan PUG membutuhkan

dukungan politis, ketersediaan lembaga, kemampuan SDM yang memahami

PUG, data gender dan dukungan anggaran.

Setelah pemaparan, dilakukan diskusi dengan peserta berkaitan dengan

konsep ini. Sebelum diskusi peserta diajak bermain kartu gender, agar tiap peserta

dapat membayangkan bagaimana menvisualisasikan gambaran gender dengan

contoh kasus-kasus yang terjadi sehari-hari yang dituangkan dalam kartu gender.

Permainan ini efektif karena peserta terlibat langsung, berdialog dengan peserta

lainnya, dan memperdebatkan konstruksi sosial yang dibentuk masyarakat, dan

merubahnya menjadi konstruksi yang dapat diterima oleh banyak pihak dengan

kerelaan dan simpati.

Topik diskusi yang diangkat adalah bagaimana kesenjangan gender dapat

terjadi dan bagaimana mengeliminasi kesenjangan tersebut. Beberapa hal penting

dari temuan diskusi adalah bahwa konstruksi sosial merupakan hal yang harus

dihadapi dengan pikiran jernih. Konstruksi yang terlanjur dibangun harus direduksi

sedikit demi sedikit, sementara konstruksi baru yang dibentuk harus diupayakan

untuk sensitif gender sehingga kepentingan laki-laki dan perempuan dapat

terakomodir secara proporsional.

Diskusi juga memperkaya kasus karena fasilitator mengeksplorasi

pengalaman peserta berkaitan dengan bias gender dalam masyarakat.

Kesimpulannya ketimpangan gender dapat dihindari jika masyarakat memiliki

persepsi tentang kesetaraan, egalitarian, terbuka, jujur dan menyadari keragaman.

Secara teoritis harapan peserta tersebut adalah selaras dengan pemikiran bahwa

ketimpangan gender tidak akan terjadi jika tidak terjadi marginalisasi, sub ordinasi,

berden, stereotipe dan kekerasan.

2) Data Pembuka Wawasan

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Data Pembuka Wawasan merupakan data atau informasi yang memperlihatkan

adanya kesenjangan gender yang cukup berarti.

b) Data pembuka wawasan sebaiknya merupakan data pilah berdasarkan jenis

kelamin.

Page 79: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

c) Data pembuka wawasan tidak selalu data pilah menurut jenis kelamin, dapat

berupa data atau informasi yang menjelaskan insiden khusus yang tidak bisa

diperbandingkan antar jenis kelamin, misalnya data kekerasan terhadap

perempuan, angka kematian ibu, dll.

d) Data Pembuka Wawasan bisa berupa hasil study baseline, dan hasil intervensi

kebijakan/program/kebijakan yang sedang dan sudah dilakukan, ataupun data

yang berupa pencatatan pelaporan internal SKPD tentang intervensi yang

sudah dan sedang dilakukan.

e) Jenis data pembuka wawasan bisa berupa data statistik kuantitatif, misalnya

data BPS, data Sektor, atau data sekunder yang relevan lainnya; dan data

kualitatif, misalnya data yang diperoleh dari observasi, FGD, dan wawancara

mendalam, atau data hasil penelitian kualitatif.

f) Data pilah gender adalah data kuantitatif atau kualitatif yang dikumpulkan

berdasarkan jenis kelamin, laki dan perempuan.

g) Data pilah gender dapat menggambarkan status, peran, kondisi umum dari laki

dan perempuan dalam setiap aspek kehidupan di masyarakat, misalnya angka

melek huruf, tingkat pendidikan, kepemilikan usaha, perbedaan upah,

kepemilikan rumah dan tanah, dan lain-lain.

h) Data pilah gender menjadi data pembuka wawasan dalam analisis gender.

i) Data gender adalah data mengenai hubungan/relasi dalam status, peran dan

kondisi antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai dimensi

pembangunan.

j) Statistik gender adalah sederetan ringkasan dari data gender hingga dapat

dengan mudah menggambarkan totalitas perbedaan laki-laki dan perempuan

dalam status, peran dan kondisi.

k) Analisis data/informasi gender dilakukan dengan melihat dari: (1) Akses, yaitu

peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya

tertentu; (2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan seseorang/ kelompok dalam suatu

kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan; (3) Kontrol, yaitu

penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan; dan

(4) Manfaat, yaitu kegunaan sumber daya yang dapat dinikmati secara

optimal.

Data pembuka wawasan merupakan hal urgen yang harus mendapat

perhatian peserta. Hasil evaluasi terhadap dokumen GAP dan GBS yang disusun

Page 80: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

tahun 2012 untuk anggaran tahun 2013, menunjukan miskin data sebagai dasar

dalam pengungkapkan isu gender. Akibatnya isu gender yang ada seolah-olah

dipaksakan ada. Pentingnya data pilah gender ini disadari sepenuhnya oleh peserta

namun peserta tidak dapat melakukan apapun karena basis data tersebut belum

disusun secara sistematis yang memenuhi kebutuhan SKPD.

Hasil diskusi dengan peserta umumnya peserta belum memahami

bagaimana format data pilah gender yang sesuai dengan kebutuhan. Fasilitator

menjelaskan data pilah bisa dimulai dilihat dari indikator kinerja yang wajib

dipenuhi oleh SKPD seperti indikaor Standar Pelayanan Minimal, indikator MDGs,

Indikator Kinerja Utama (IKU), atau indikator yang diuat dalam lampiran 1

Permendagri 54 tahun 2010, serta indikator yang ditetapkan kementrian atau

lembaga yang harus diacu.

Berdasarkan indikator tersebut, ditetapkan data apa yang harus dipenuhi

agar indikator tersebut dapat tercapai. Selanjutnya menetapkan mana yang

termasuk data pilah dan data yang tidak pilah. Melalui jembatan keledai ini dapat

dengan mudah menetapkan data pilah. Dalam mengembangkan data pilah, SKPD

yang bertanggungjawab dapat mengkoordinasikan proses ini, sehingga tiap SKPD

akan memiliki data pilah gender yang berguna bagi perencanaan pembangunan

daerah.

3) Isu Gender

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Isu gender adalah : kesenjangan, permasalahan antara yang diharapkan

dengan kondisi yang ada dalam proses relasi antara laki-laki dan perempuan.

b) Ciri isu gender yaitu menyangkut relasi/kondisi laki-laki dan perempuan;

adanya ketimpangan kondisi (perbedaan peran, akses, partisipasi, kontrol,

manfaat) antara laki-laki dan perempuan; adanya rasa ketidakadilan yang

dialami laki-laki dan perempuan—Diskriminasi, marginalisasi, subordinasi,

burden, sterotipe, kekerasan (bentuk dan akibat yg ditimbulkan); ada unsur

pengaruh budaya dan kebijakan.

c) Sementara isu strategis gender yaitu memenuhi unsur isu gender; cakupan

luas (dirasakan oleh banyak orang di banyak tempat); mendesak untuk segera

diselesaikan dalam konteks kewilayahan; efek karambol (kalau diselesaikan

Page 81: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

berdampak positif pada isu gender lain); berorentasi pada perubahan sistemik,

yakni perubahan relasi laki-laki dan perempuan.

Isu gender merupakan session yang sulit bagi peserta. Penyebabnya adalah

data pembuka wawasan yang harusnya ada untuk pendorong merumuskan isu

gender tidak dapat disediakan SKPD. Untuk mendorong SKPD mampu

merumuskan isu gender dilakukan dengan media review. Teknik ini dilakukan

dengan cara peserta dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok disodori

korang untuk dibaca, dipelajari dan dicari artikel atau berita yang memuat data

gender , sehingga dapat dirumuskan isu gender pada berita atau artikel tersebut.

Cara ini memudahkan peserta untuk memahami merumuskan isu gender.

Cara lain yang dikembangkan adalah dengan mempelajari data pilah yang ada

pada masing-masing SKPD yang berkaitan dengan manusia. Dari data tersebut

dicari kesenjangan dengan memperhatikan proporsi laki-laki dan perempuan dalam

data tersebut. Penggunaan data kualitatif maupun hasil penelitian dapat pula

digunakan untuk merumuskan isu gender. Misalnya adalah temuan insiden khusus

seperti AKI, jumlah penderita HIV/AIDs, penderita cacat, rawan ekonomi dan lain-

lain.

4) Manajemen Berbasis Kinerja

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Pengertian Managemen Berbasis Kinerja

i. Managemen Berbasis Kinerja adalah Perencanaan dan penganggaran

berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang mengaitkan

setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan hasil

yang diharapkan berupa dampak, outcome, dan output.

ii. Managemen Berbasis Kinerja adalah penyusunan anggaran dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil

yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran

tersebut‖. (Pasal 7 ayat (1) PP No.21/2004)

b) Konsep Kinerja

Page 82: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

i. Kinerja: adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-

fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu

(Bernardin dan Russel, 1993).

ii. Kinerja: Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan

(As'ad, 1991

iii. Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik

pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)

iv. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan

fungsinya (Gilbert, 1977)

v. Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu:

Kompetensi: berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan

untuk mengidentifi-kasikan tingkat kinerjanya.

Produktifitas: kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan

kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai

hasil kinerja (outcome).

vi. Konsep Kerangka Kinerja

Sumber : Bappenas tahun 2012

c) Indikator Kinerja

Page 83: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

i. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur

perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak

langsung (WHO, 1981).

ii. Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau

kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator

bagi status gizi bayi tersebut(Wilson & Sapanuchart, 1993)

iii. Indikator ialah UKURAN yang mengindikasikan atau memberi

pentunjuk kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat

digunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992)

d) Syarat Indikator yang baik harus memenuhi syarat:

i. Spesifik, artinya sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan

jelas;

ii. Measurable, artinya indikator yang digunakan diukur dengan skala

penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara

kuantitas, kualitas atau harga.

iii. Appropriate, artinya pemilihan indikator yang sesuai dengan upaya

peningkatan pelayanan/kinerja.

iv. Achievable, artinya target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas

dan sumber daya yang ada.

v. Relevant, artinya indikator terkait secara logis dan langsung dengan

tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran strategis institusi.

vi. Reliable, artinya indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti

perubahan tingkatan kinerja.

vii. Time bound, artinya waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan.

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, pegawai bisa belajar seberapa

besar kinerja mereka melalui sarana informasi seperti komentar baik dari mitra

kerja. Namun demikian penilaian kinerja yang mengacu kepada suatu sistem

formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang

berkaitan dengan pekerjaan perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.

Fokus penilaian kinerja adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang

Page 84: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif di masa yang akan

datang.

Begitu pentingnya masalah kinerja pegawai ini, sehingga tidak salah bila

inti pengelolaan sumber daya manusia adalah bagaimana mengelola kinerja SDM.

Mengelola manusia dalam konteks organisasi berarti mengelola manusia agar dapat

menghasilkan kinerja yang optimal bagi organisasi. Oleh karenanya kinerja

pegawai ini perlu dikelola secara baik untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga

menjadi suatu konsep manajemen kinerja (performance management).

Menurut definisinya, manajemen kinerja adalah suatu proses strategis dan

terpadu yang menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan

performansi SDM. Dalam manajemen kinerja kemampuan SDM sebagai

kontributor individu dan bagian dari kelompok dikembangkan melalui proses

bersama antara manajer dan individu yang lebih berdasarkan kesepakatan daripada

instruksi. Kesepakatan ini meliputi tujuan (objectives), persyaratan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan, serta pengembangan kinerja dan perencanaan

pengembangan pribadi. Manajemen kinerja bertujuan untuk dapat memperkuat

budaya yang berorientasi pada kinerja melalui pengembangan keterampilan,

kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh SDM. Sifatnya yang interaktif

ini akan meningkatkan motivasi dan memberdayakan SDM dan membentuk suatu

kerangka kerja dalam pengembangan kinerja. Manajemen kinerja juga dapat

menggalang partisipasi aktif setiap anggota organisasi untuk mencapai sasaran

organisasi melalui penjabaran sasaran individu maupun kelompok sekaligus

mengembangkan protensinya agar dapat mencapai sasarannya itu. Berdasarkan

tugasnya ini, manajemen kinerja dapat dijadikan landasan bagi promosi, mutasi

dan evaluasi, sekaligus penentuan kompensasi dan penyusunan program pelatihan.

Manajemen kinerja juga dapat dijadikan umpan balik untuk pengembangan karier

dan pengembangan pribadi SDM.

Keunggulan manajemen kinerja adalah penentuan sasaran yang jelas dan

terarah. Di dalamnya terdapat dukungan, bimbingan, dan umpan balik agar tercipta

peluang terbaik untuk meraih sasaran yang menyertai peningkatan komunikasi

antara atasan dan bawahan. Hal ini karena pada dasarnya manajemen kinerja

Page 85: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

merupakan proses komunikasi berkelanjutan antara atasan dan bawahan dengan

tujuan untuk memperjelas dan menyepakati hal-hal :

Fungsi pokok pekerjaan bawahan.

Bagaimana pekerjaan bawahan berkontribusi pada pencapaian tujuan

organisasi.

Pengertian ―efektif‖ dan ―berhasil‖ dalam pelaksanaan pekerjaan bawahan.

Bagaimana bawahan dapat bekerja sama dengan atasan dalam rangka

efektivitas pelaksanaan pekerjaan bawahan.

Bagaimana mengukur efektivitas (baca : kinerja) pelaksanaan pekerjaan

bawahan.

Berbagai hambatan efektivitas dan alternatif cara untuk menyingkirkan

hambatan-hambatan tersebut.

Manajemen kinerja sangat bermanfaat bagi pihak atasan, bawahan dan

organisasi. Bagi atasan, manajemen kinerja mempermudah penyelesaian pekerjaan

bawahan sehingga atasan tidak perlu lagi repot mengarahkan dalam kegiatan

sehari-hari karena bawahan sudah tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang

harus dicapai serta mengantisipasi kemungkinan hambatan yang muncul. Bagi

bawahan, manajemen kinerja membuka kesempatan diskusi dan dialog dengan

atasan berkaitan dengan kemajuan pekerjaannya.

Prinsip Dasar Penerapan Manajemen Kinerja :

Adanya suatu indikator kinerja (key performance indicator) yang terukur

secara kuantitatif dan jelas batas waktunya. Semua harus terukur secara

kuantitatif dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga

bila nanti dievaluasi dapat diketahui apakah kinerja sudah dapat mencapai

target atau belum. Michael Porter, profesor dari Harvard Business of School

menyatakan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat

kita ukur. Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja biasanya tidak bisa

diharapkan untuk mampu mencapai kinerja yang memuaskan pihak yang

berkepentingan (stakeholders).

Semua ukuran kinerja tersebut biasanya dituangkan dalam suatu bentuk

kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai suatu

kontrak kinerja (performance contract). Dengan adanya kontrak kinerja, maka

Page 86: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

atasan bisa menilai apakah si bawahan sudah mencapai kinerja yang

diinginkan atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu kesepakatan antara

atasan dan bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai, baik

mengenai sasaran pencapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada

dua hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja yaitu sasaran akhir

yang ingin dicapai (lag) serta program kerja untuk mencapainya (lead).

Keduanya perlu dicantumkan supaya pada saat evaluasi nanti berbagai pihak

bersikap secara fair, dan tidak melihat hasil akhir semata, namun juga proses

kerjanya.

Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk

dikerjakan bersama, yaitu :

Perencanaan kinerja, berupa penetapan indikator kinerja lengkap dengan

berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai

kinerja yang diinginkan.

Pelaksanaan, di mana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang

telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru maka

lakukan perubahan tersebut.

Evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kinerja sesuai dengan

rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. Semuanya ini harus serba

kuantitatif.

Adanya suatu sistem reward and punishment yang bersifat konstruktif dan

konsisten dijalankan. Konsep reward ini tidak selalu harus bersifat

finansial, tetapi bisa juga berupa bentuk lain seperti promosi, kesempatan

pendidikan dan lain-lain. Reward and punishment diberikan setelah

melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan indikator kinerja

yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja harus ada suatu

performance appraisal atau penilaian kinerja lebih dahulu sebelum reward

and punishment. Penerapan punishment ini harus hati-hati, karena dalam

banyak hal pembinaan jauh lebih bermanfaat.

Terdapat suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian kinerja

yang relatif obyektif yaitu dengan melibatkan berbagai pihak. Konsep

yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajat, di mana penilaian

kinerja dilakukan oleh atasan, bawahan, rekan sekerja, dan pengguna jasa,

Page 87: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

karena pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, namun

dengan berpikir bersama mampu untuk mengubah sikap subyektif itu

menjadi mendekati obyektif, atau berpikir bersama jauh lebih obyektif

daripada berpikir sendiri-sendiri. Ini adalah semangat dalam konsep

penilaian 360 derajat.

Terdapat suatu gaya kepemimpinan (leadership style) yang mengarah

kepada pembentukan organisasi berkinerja tinggi. Inti dari kepemimpinan

seperti ini adalah adanya suatu proses coaching, counseling, dan

empowerment kepada para bawahan atau sumber daya manusia di dalam

manusia. Suatu aspek lain yang sangat penting dalam gaya kepemimpinan

adalah sikap followership atau menjadi pengikut.

Menerapkan konsep manajemen SDM berbasis kompetensi. Kompetensi

ini meliputi kompetensi inti organisasi, kompetensi perilaku, dan

kompetensi teknis yang spesifik dalam pekerjaan. Jika kompetensi ini

sudah dibakukan dalam organisasi, maka kegiatan manajemen SDM akan

menjadi lebih transparan, dan pimpinan organisasi juga dengan mudah

mengetahui kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki untuk membawa

organisasi menjadi berkinerja tinggi.

5) Anggaran Responsif Gender

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Anggaran responsif gender (ARG) merupakan alokasi anggaran yang

mengakomodasi keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam memperoleh

akses, manfaat, berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan mengontrol

sumber-sumber daya serta kesetaraan terhadap kesempatan dan peluang dalam

memilih dan menikmati hasil pembangunan.

b) Prinsip ARG yaitu

i. ARG merupakan anggaran yang adil bagi perempuan dan laki-laki dan

bukan anggaran yang berpihak pada perempuan

ii. ARG adalah alokasi anggaran yang sesuai kebutuhan dan memberi

manfaat bagi perempuan dan laki-laki.

iii. ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki

iv. ARG Bukanlah anggaran 50% bagi perempuan dan 50% bagi laki-laki

Page 88: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

v. Bukan sebagai dasar untuk meminta tambahan alokasi anggaran

(kegiatan/subkegiatan yang ada diubah menjadi responsif gender)

vi. Bukan alokasi anggaran untuk program pemberdayaan perempuan.

Gender Budgeting pertama sekali diperkenalkan di Indonesia tahun 2000

oleh LSM Internasional yang memberikan pelatihan dan sumber daya bagi NGO

di Indonesia untuk melaksanakan pekerjaaan ini. Kemudian sejak itu, berbagai

kegiatan di bawa payung gender budgeting telah dilaksanakan di tingkat

kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. Ini dibuktikan diterbitkannya dengan

Keputusan Presiden No. 9/2000 dan Keputusan Menteri No. 132/2003, meskipun

tidak dimaksudkan untuk memperkenalkan gender budgeting, telah membuat

peraturan-peraturan yang dapat mendukung alokasi-alokasi anggaran yang

responsif gender. Pada saat itu para donor membantu kementrian pemberdayaan

perempuan untuk melaksanakan suatu pilot proyek mengenai anggaran gender di

Borneo Selatan dan kabupaten Bogor di Jawa Barat, dan mengadopsi anggaran

responsif gender sebagai advokasi anggaran pro poor.

Di negara-negara berkembang dan di negara-negara maju, perubahan-

perubahan telah diperkenalkan untuk menilai dan mengevaluasi anggaran kinerja

mereka. Sayangnya sistem anggaran kinerja ini jarang sekali mencakup kriteria-

kriteria kinerja yang cukup menggambarkan dan sensitif gender.

Karakteristik anggaran responsif gender adalah bahwa anggaran-anggaran

tersebut berusaha untuk memperbaiki hasil-hasil anggaransecara umum, kesetaraan

dan pemberdayaan perempuan secara khusus. Dengan berfokus pada masalah-

maslah ekonomi dan sosial yang seringkali diabaikan atau kurang diperhatikan

dalam anggaran konvensional, analisa kebijakan dan pengambilan keputusan.

Masalah-masalah ini mencakup peranan pekerjaan yang tidak dibayar (unpaid

work) dan dalam ekonomi keluaran-keluaran sosial, khususnya tanggung jawab

yang tidak proporsional bagi perempuan untuk pekerjaan yang tidak dibayar,

distribusi sumber-sumber diantara keluarga, dampak pajak dan belanja bagi

perempuan miskin dan tanggungan mereka. Jika masalah-masalah tersebut di

refleksikan lebih baik dalam anggaran, kita dapat mengharapkan bahwa akan

terjadi perbaikan anggaran secara umum dan anggaran sensitif gender secara

khusus dalam proses-proses dan prosedur, substansi output yang berasal dari

Page 89: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

kegiatan-kegiatan pemrintah dan hasil-hasil untuk kesetaraan gender,

pemberdayaan perempuan dan pengurangan kemiskinan.

6) Kinerja Pencapaian Indikator Pembangunan Manusia dan Gender Provinsi

Jawa Tengah

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Perkembangan pembangunan manusia sampai dengan tahun 2011 di Jawa

Tengah.

IPM Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah , Tahun 2012

i. Kabupaten/ Kota yang IPMnya diatas rerata Provinsi Jawa Tengah yaitu

Kota Surakarta, Semarang, Salatiga, Magelang, Pekalongan, Tegal,

Kabupaten Semarang, Temanggung, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Pati,

Kudus, Jepara, Demak dan Banyumas.

ii. Sementara Kabupaten yang IPMnya dibawah rerata Provinsi Jawa Tengah

yaitu Kabupaten Brebes, Pemalang, Banjarnegara, Kendal, Wonosobo,

Batang, Tegal, Boyolali, Blora, Grobogan, Sragel, Kebumen, Wonogiri,

Pekalongan, Cilacap, Rembang, Purbalingga, Magelang dan Purworejo

68

.61

70

.22

70

.39

70

.85

71

.06

71

.06

71

.09

71

.25

71

.25

71

.27

71

.33

71

.62

71

.86

71

.86

72

.34

72

.45

72

.50

72

.69

72

.91

72

.96

73

.09

73

.12

73

.24

73

.49

73

.82

73

.97

74

.10

74

.20

74

.45

74

.47

74

.90

76

.83

76

.83

77

.42

78

.18

72.94

62.00

64.00

66.00

68.00

70.00

72.00

74.00

76.00

78.00

80.00

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

Page 90: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

IPG Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Tahun 2012

i. Kabupaten/Kota yang IPGnya di atas rerata Provinsi Jawa Tengah yaitu

Kota Surakarta, Salatiga, Magelang, Semarang, Kabupaten Semarang,

Temanggung, Sukoharjo, Kudus, Klaten, Demak, Karanganyar, Magelang,

Boyolali, Wonogiri dan Sragen.

ii. Sementara Kabupaten/Kota yang IPGnya di bawah rerata Provinsi Jawa

Tengah yaitu Kota Pekalongan, Tegal, Kabupaten Brebes, Grobogan,

Wonosobo, Kebumen, Jepara, Pekalongan, Cilacap, Batang, Tegal,

Banjarnegara, Purbalingga, Pemalang, Pati, Banyumas, Rembang, Blora,

Kendal dan Purworejo.

IDG Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Tahun 2012

54

.81

56

.13

56

.89

56

.97

58

.00

58

.20

59

.37

60

.02

60

.18

60

.50

62

.89

63

.84

63

.92

64

.04

64

.14

64

.65

64

.87

65

.20

65

.30

65

.49

66

.69

67

.12

68

.37

69

.15

69

.39

69

.63

69

.68

70

.92

71

.50

72

.31

72

.47

73

.72

73

.96

74

.78

76

.37

66.45

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

47

.23

48

.06

51

.70

53

.95

56

.81

57

.18

57

.45

57

.72

58

.30

59

.23

60

.79

62

.71

63

.63

64

.48

64

.65

64

.74

65

.63

66

.05

66

.44

66

.78

67

.46

67

.47

67

.64

68

.44

68

.82

69

.18

69

.95

69

.97

70

.41

70

.84

72

.00

75

.08

76

.92

78

.06

81

.45

68.99

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

Page 91: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

i. Kabupaten/Kota yang IDGnya diatas rerata Provinsi Jawa Tengah yaitu

Kota Salatiga, Surakarta, Tegal, Kabupaten Semarang, Blora,

Temanggung, Demak, Klaten, Rembang dan Pemalang

ii. Kabupaten/Kota yang IDGnya dibawah Provinsi Jawa Tengah yaitu Kota

Magelang, Pekalongan, Semarang, Kabupaten Jepara, Wonosobo, Tegal,

Brebes, Pekalongan, Sragen, Grobogan, Cilacap, Purworejo, Banjarnegara,

Magelang, Wonogiri, Pati, Kendal, Batang, Kebumen, Kudus,

Karanganyar, Sukoharjo, Purbalingga, Banyumas dan Boyolali.

b) Capaian pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Propinsi Jawa Tengah.

i. Uji Coba PPRG sejak tahun 2010 mulai dari 15 SKPD, 25 SKPD (2011),

dan seluruh SKPD tahun 2012

ii. Integrasi PUG dalam dokumen RPJMD tahun 2008-2013 dan dokumen

RKPD

iii. Peningkatan kapasitas SDM perencana, fasilitator provinsi dan fasilitator

kabupaten kota.

iv. Perbaikan tools PPRG

v. Penyediaan data terpilah

vi. Penyusunan kebijakan daerah (SE Gubernur tentang integrasi PUG dalam

dokumen perencanaan tahunan, Pergub tentang Pelaksanaan PUG di

Provinsi Jawa Tengah)

vii. Grand Desain PUG sebagai landasan dalam penyusunan RPJMD tahun

2013-2018

viii. Pengawasan pelaksanaan PPRG (Inspektorat)

ix. Advokasi PUG dan PPRG (DPRD dan SKPD)

x. Koordinasi lintas SKPD dalam PPRG

xi. Koordinasi Pokja PUG

xii. Persiapan bersama integrasi PUG dalam RPJMD 2013-2018

xiii. Evaluasi berdasarkan temuan inspektorat.

xiv. Beberapa SKPD mulai menyusun dokumen GAP dan GBS jangka

menengah sehingga dapat dipastikan hasilnya

Page 92: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)

adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek

huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM

digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara

maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur

pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian

kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan

memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur pencapaian

dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM,

namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan

perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan

manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai

IPM sama dengan IPG.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks yang digunakan

untuk mengkaji lebih jauh peranan perempuan dalam pengambilan keputusan. IDG

dibentuk berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam

parlemen; perempuan sebagai tenaga profesional, teknisi, kepemimpinan dan

ketatalaksanaan; dan sumbangan pendapatan.

7) PPRG dan Integrasi ke dalam Dokumen Perencanaan Penganggaran

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Integrasi ke dalam dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, RKPD)

b) Integrasi ke dalam dokumen anggaran (KUA-PPA; penyusunan RKA SKPD)

c) Integrasi ke dalam dokumen pemeriksaan

Perencanaan dan penganggaran responsif gender merupakan salah satu

komponen dari Pengarusutamaan Gender (PUG), dan sebagai komitmen dalam

mendukung pelaksanaan PUG. Perencanaan dan penganggaran responsif gender

merupakan instrumen untuk mengatasi adanya perbedaan akses, partisipasi, kontrol

dan manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan sehingga diharapkan

kesenjangan gender dapat dihilangkan atau setidaknya dapat dikurangi.

Page 93: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Perencanaan dan penganggaran responsif gender bukanlah sebuah proses yang

terpisah dari sistem yang sudah ada, sehingga bukan berarti melakukan dua kali

perencanaan, tetapi memastikan bagaimana agar perspektif gender dapat

diintegrasikan dalam setiap tahapan perencanaan dan penganggaran. Oleh

karenanya tidak diartikan sebagai rencana dan anggaran khusus untuk perempuan

yang terpisah dari laki-laki.

8) GAP, GBS dan KAK

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Analisis gender adalah proses mengurai data dan informasi secara sistematik

tentang kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan

dalam program pembangunan dan faktor –faktor yang mempengaruhinya

b) Langkah-langkah penyusunan GAP (Gender Analisis Pathaway)

i. Pilih Kebijakan/Program/ Kegiatan yang akan dianalisis, Identifikasi dan

tuliskan tujuan Kebijakan/Program/ Kegiatan.

ii. Sajikan Data Pembuka Wawasan Terpilah Menurut Jenis Kelamin

(Kuantitatif dan Kualitatif)

iii. Temu kenali isu gender di proses perencanaan kebijakan / program

kegiatan

iv. Temu kenali isu gender di internal lembaga/ budaya organisasi

v. Temu kenali isu gender di eksternal Lembaga

vi. Rumuskan kembali tujuan Kebijakan/ Program/ Kegiatan Pembangunan

vii. Susun Rencana Aksi yang responsif gender

viii. Tetapkan Baseline

ix. Tetapkan Indikator gender

c) Tahapan penyusunan GBS (Gender Budget Statment)

i. Tahap Analisis Situasi

ii. Tahap Penyusunan Kegiatan

iii. Tahap Penyusunan Indikator Kinerja

d) Sistematika KAK

i. Latar Belakang

ii. Maksud dan Tujuan

iii. Keluaran (Out Put)

Page 94: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

iv. Hasil Yang Diharapkan

v. Kerangka Pemikiran

vi. Metode Pelaksanaan

vii. Pelaksana

viii. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

ix. Biaya dan Mekanisme Pembiayaan

Kunci dari penerapan anggaran responsif gender adalah dilakukannya

analisis situasi yang memadai yang mampu memotret dan mendiagnosa

kesenjangan yang mungkin ada berkaitan dengan situasi kesehatan perempuan dan

laki-laki dalam berbagai aspek. Analisis digunakan untuk mengidentifikasi

kesenjangan situasi perempuan dan laki-laki serta faktor-faktor kebijakan dan

praktik sosial, ekonomi dan budaya yang menyebabkannya. Analisis Gender

merupakan sebuah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan

informasi untuk melakukan tindakan dalam rangka memperbaiki

ketidakseimbangan yang timbul dari perbedaan peran gender perempuan dan laki-

laki atau ketidasetaraan kekuasaan diantara keduanya, serta konsekuensinya

terhadap kehidupan mereka, status kesehatan dan kesejahteraanya.

Analisis Gender menekankan pentingnya ketidaksetaraan gender dalam

hubungannya dengan rendahnya status posisi perempuan, hambatan yang dihadapi

perempuan dalam memperoleh pelayanan dan bagaimana caranya mengatasi

permasalahan tersebut. Analisis gender juga berupaya mengungkapkan faktor

resiko dan permasalahannya yang dihadapi oleh laki-laki sehubungan dengan peran

gender mereka . GAP adalah instrument yang dikembangkan oleh BAPPENAS

bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan

sudah banyak digunakan sebagai instrument analisis gender terhadap kegiatan

pembangunan di Indonesia.

9) Integrasi GAP, GBS dalam Perencanaan Penganggaran.

Pokok-pokok materi yang disampaikan narasumber adalah sebagai berikut:

a) Integrasi ke dalam dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, RKPD)

b) Integrasi ke dalam dokumen anggaran (kua-ppa; penyusunan rka skpd)

c) Integrasi ke dalam dokumen pemeriksaan

Page 95: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Dalam melakukan integrasi gender, instrumen GAP digunakan untuk

penyusunan PRG (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD). Sedangkan

instrumen GBS digunakan untuk penyusunan ARG (KUA-PPAS, RKA dan DPA

SKPD).

2. Roadshow Penyusunan GAP, GBS dan KAK di 24 SKPD

Roadshow Penyusunan GAP, GBS dan KAK Kota Semarang dilaksanakan

kepada 24 SKPD yang telah ditetapkan sebagai pilot project. Mekanisme yang

diaplikasikan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu dengan melakukan in-house

training kepada perwakilan masing-masing bidang mengenai Gender,

Pengarusutamaan Gender, Perencanaan Penganggaran Responsif Gender serta

penyusunan Gender Analysis Pathaway, Gender Budget Statement dan Kerangka

Acuan Kerja. Sampai dengan laporan ini disusun, SKPD yang telah dilakukan

pendampingan yaitu :

No Hari dan Tanggal SKPD

1. Selasa-Rabu, 8-9 Oktober 2013 Satpol PP

2. Kamis-Jumat, 10-11 Oktober

2013

Dinas Kebakaran

3. Rabu-Kamis, 16-17 Oktober

2013

Kantor Kesbangpol

4. Rabu-Kamis, 16-17 Oktober

2013

Kantor Diklat

5. Senin – Selasa, 21-22 Oktober

2013

PJPR

6. Senin – Selasa, 21-22 Oktober

2013

Asisten Administrasi

Kerjasama dasn Informasi

Sekda Kota Semarang (Bagian

Kerjasama, Bagian Humas dan

Bagian PDE)

7. Rabu- Kamis, 23-24 Oktober

2013

Asiten Administrasi

Perekonomian, Pembangunan

dan Kesra Sekda Kota

Semarang (Bagian

Perekonomian, Bagian Kesra

dan Bagian Pembangunan)

8. Rabu- Kamis, 23-24 Oktober

2013

BPBD

9. Senin-Selasa, 28-29 Oktober

2013

Dinas Pasar

10. Senin-Selasa, 28-29 Oktober

2013

Asisten Administrasi Umum

Setda Kota Semarang (Bagian

Umum dan Protokol ,Bagian

Page 96: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Perlengkapan, Bagian

Organisasi, Bagian Rumah

tangga dan santel

11. Rabu-Kamis, 30-31 Oktober

2013

RSUD

12. Rabu-Kamis, 6-7November

2013

Kantor Arsip dan Perpus

Sementara itu SKPD yang belum di roadshow yaitu Sekretariat Dewan, hal ini

terjadi karena sampai dengan batas akhir pekerjaan ini Sekretariat Dewan tidak bisa

mengalokasikan waktu untuk kegiatan roadshow. Tetapi Sekretarian Dewan sudah

menetapkan kegiatan anggaran responsif yang akan dilakukan tahun 2014.

Materi yang disampaikan dalam pelaksanaan roadshow Penyusunan Strategi

Anggaran Responsif Gender di masing-masing SKPD antara lain:

1. Gender dan Pengarusutamaan Gender

2. Manajemen Berbasis Kinerja

3. Anggaran Responsif Gender

4. Teknik Penyusunan Gender Analysis Pathaway (GAP)

5. Teknik Penyusunan Gender Budget Statement (GBS)

6. Teknik Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Keluaran dari pelaksanaan roadshow ini adalah tersusunnya GAP dan GBS

dari masing-masing program/kegiatan yang dipilih sebagai pilot project Penyusunan

Strategi Anggaran Responsif Gender Kota Semarang pada tahun 2014. Adapun GAP

dan GBS yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran.

Penyelenggaraan roadshow Penyusunan Strategi Anggaran Responsif Gender

memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari masing-masing SKPD. Sebagian

SKPD siap mengikuti roadshow secara intensif, sebagian SKPD lainnya kurang siap

untuk menerima materi perencanaan dan penganggaran responsif gender. Dalam

penyelenggaraan roadshow ini kesulitan yang utama yaitu mengatur jadwal SKPD

dan narasumber, mengingat masing-masing memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Hal

ini mengakibatkan penundaan pelaksanaan roadshow.

Page 97: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

D. Permasalahan Pendampingan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

Tahun 2013

Permasalahan yang muncul dalam Pendampingan Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender yang dilakukan terhadap 24 SKPD antara lain.

e. Belum maksimalnya peran focal point telah terbentuk dalam menentukan dan

mengawal kegiatan yang ditetapkan sebagai kegiatan yang responsif gender.

f. Belum tersedianta data pilah gender dimasing-masing SKPD, sehingga dalam

merumuskan isu gender SKPD kesulitan.

g. Pemahaman tentang Perencanaan Penganggaran Responsif Gender secara umum

masih lemah, respon terhadap roadshow pun masih perlu ditingkatkan. Salah satu

penyebabnya adalah PPRG belum menjadi bagian dari proses perencanaan

penganggaran.

h. Peserta yang menghadiri roadshow di SKPD kurang dari 15 orang dan jumlah itu

pun semakin berkurang pada saat penyampaian materi, sehingga harapan untuk

peningkatan pemahaman pada aparatur SKPD mengenai konsep gender,

pengarustamaan gender, dan anggaran responsif gender belum sepenuhnya berhasil.

i. Tingkat partisipasi peserta dalam mengikuti roadshow PPRG di sebagian SKPD

masih kurang terlihat dari tingkat kehadiran pada saat mulai penyampaian materi,

pelaksanaan praktek penyusunan GAP dan GBS, dan review terhadap hasil

pekerjaan yang disusun peserta.

j. Pelaksanaan roadshow yang dilakukan di SKPD yang bersangkutan mengakibatkan

peserta tidak bisa berkonsentrasi secara baik, karena peserta masih sering keluar

masuk untuk melakukan pekerjaan kantor.

k. Adanya pekerjaan kantor yang mendadak dan tidak bisa ditunda pelaksanaannya,

hal ini mengakibatkan peserta kurang konsentrasi dalam mengikuti pelatihan di

SKPD yang bersangkutan.

l. Adanya pemahaman dari aparatur di SKPD yang memandang bahwa pengetahuan

tentang gender tidak terlalu penting, sebab selama ini mereka memandang tidak

membeda-bedakan laki-laki perempuan dalam melaksanakan kegiatan (mereka

sudah menganggap kegiatan yang mereka selenggarakan sudah responsif

gender/gender bias).

Page 98: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

m. Masih banyaknya peserta pelatihan yang keluar masuk ruangan pada saat

penyampaian materi dan melakukan praktek penyusunan GAP dan GBS, hal ini

terjadi karena mereka masih mengerjakan pekerjaan kantor.

Page 99: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB VI

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

RESPONSIF GENDER (PPRG) KOTA SEMARANG

Dalam rangka penerapan perencanaan dan penganggaran responsif gender di Kota

Semarang, beberapa strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Memperkuat Kebijakan

a. Dukungan kebijakan yang dimaksud adalah dukungan dari pimpinan dalam

melaksanakan PPRG. Kepala SKPD adalah anggota kelompok kerja PUG, secara

sistematis merupakan unsur penggerak pelaksanaan PUG di masing-masing

SKPD. Salah satu tugas Pokja PUG adalah mempromosikan PUG di lingkungan

SKPD. Guna memperkuat dukungan SKPD diperlukan kebijakan tertulis dari

Walikota tentang penyelenggaraan PUG yang termuat dalam Surat Edaran

pelaksanaan PUG dan PPRG yang dirumuskan secara khusus menjadi pedoman

dalam pelaksanaan PPRG. Selain itu perlu pertemuan ulang seluruh kepala SKPD

dengan Walikota untuk mempertegas pelaksanaan PPRG tahun yang akan datang.

b. Pembahasan Renja Tahun 2014, maupun 2015 harus melibatkan Tim khusus yang

memahami tentang PPRG, sehingga penelaahan akan usulan kegiatan responsif

gender menjadi semakin jelas.

c. Kepastian memilih program dan kegiatan yang harus di PPRG kan harus menjadi

sebuah mekanisme yang pasti, oleh karena itu Bappeda wajib mengarahkan dan

memastikan bahwa tiap SKPD telah mempersiapkan proses PPRG di lingkungan

SKPD dengan baik.

b. Memperkuat Fungsi Dan Peran Kelembagaan PUG.

a. Kelembagaan PUG terdiri dari Kelompok Kerja (Pokja) PUG, tim teknis Pokja

PUG, dan focal point SKPD. Tugas lembaga antara lain adalah memperkuat

penyelenggaraan PUG melalui PPRG. Sebagai lembaga yang bertanggungjawab

melaksanakan PUG, anggota-anggota lembaga ini harus berfungsi.

Penyelenggaraan PUG yang jelas diatur dalam peraturan menteri dalam negeri 67

tahun 2011, harus menjadi pedoman. Memperkuat kelembagaan PUG adalah

memperkuat angota yang tergabung dalam kelembagaan tersebut melalui

koordinasi rutin minimal 2 kali dalam setahun untuk mempersiapkan rencana

Page 100: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

kegiatan, dan memastikan kegiatan telah dilaksanakan atau belum pada tahun

berjalan.

b. Kapasitas anggota harus ditingkatkan secara rutin, ini bukan saja untuk

meningkatkan ketrampilan anggota lembaga, namun memperluas kapasitas pada

semua anggota lembaga lainnya dalam SKPD yang bersangkutan. Peningkatan

kapasitas juga dilakukan kepada semua anggota Pokja PUG sebagai emegang

policy di tingkat SKPD, agar memahami dan mampu untuk memperkuat upaya

pencapaian kesetaraan dan keadilan gender.

3. Meningkatkan Kapasitas Perencana PPRG

a. Meningkatkan kapasitas perencana tentang PPRG maupun metode analisis gender

sebagai bekal dalam penelaahan Renja SKPD setiap tahun, maupun penyusunan

RKPD yang responsif gender. Proses ini harus dilakukan agar perencana di

Bappeda memiliki kapasitas yang setara dalam penelaahan dokumen peerencanaan

SKPD.

b. Meningkatkan kapasitas aparatur daerah di masing-masing SKPD melalui

penyelenggaraan roadshow perencanaan dan penganggaran responsif gender secara

bertahap.

c. Koordinasi setiap tahun guna mempersiapkan PPRG, agar secara terstruktur setiap

SKPD menganggarkan tanpa harus dipaksa untuk merumuskan dan menetapkan

PPRG di SKPD yang bersangkutan.

d. Setiap bidang dalam Bappeda dapat melakukan pertemuan khusus dengan SKPD

yang diampu untuk menetapkan program dan kegiatan yang harus di PPRGkan.

e. Meningkatkan kualitas relasi antara Bappeda selaku ketua kelompok kerja PUG

dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB selaku sekretaris

Pokja PUG melalui mekanisme koordinasi berbagai kegiatan dan membagian tugas

yang jelas kebagi pengelola Pokja PUG.

f. Meningkatkan kualitas tim teknis Pokja PUG dalam merumuskan dan menetapkan

berbagai program dan kegiatan responsif gender melalui berbagai kegiatan

koordinasi, pelatihan dan kajian bersama anatar anggita tim teknis pokja PUG.

4. Melakukan Perbaikan Terhadap Metode Penyusunan PPRG

a. Metode penyusunan GAP dan GBS telah ada di berbagai ketentuan. Hasil

pendampingan menunjukan penyusunan GAP masih mengalami kesulitan. Dalam

Page 101: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

Permendagri 67 tahun 2011 dimungkinkan Kabupaten kota untuk merumuskan

PPRG melalui berbagai cara. Oleh karena itu kesempatan ini dapat digunakan

dengan cara menganalisis kemungkinan metode baru yang memungkinkan SKPD

dapat melakukan analisis gender yang simpel dan mudah digunakan.

b. Metode lain perlu diuji coba pada beberapa program dan kegiatan. Dengan

demikian akan banyak pilihan bagi SKPD dalam perumuskan isu gender dan

mempermudah pelaksanaan PPRG.

c. Perlu dirumuskan materi sosialisasi/advokasi/pelatihan perencanaan dan

penganggaran responsif gender agar mudah dipahami dan relevan dengan berbagai

program/kegiatan di masing-masing SKPD sehingga peserta dapat

mempraktekkannya dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan.

5. Regulasi PPRG

a. Menyusun, menetapkan dan menyebarluaskan berbagai regulasi daerah untuk

mendukung penyelenggaraan anggaran responsif gender, seperti Surat Edaran

Walikota tentang Percepatan Pelaksanaan PPRG, Petunjuk Pelaksanaan

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender, Pedoman Monitoring dan

Evaluasi Kegiatan Anggaran Responsif Gender, Pedoman Pemeriksaan kegiatan

Anggaran Responsif Gender, dan sebagainya.

b. Regulasi daerah harus benar-benar diterapkan. Secara khusus regulasi tentang

pemeriksaan harus dijalankan tahun 2014, agar SKPD yang merencanakan PPRG

memastikan diri bukan hanya secara konseptual menyusun rencana namun

termasuk melaksanakan rencana tersebut.

6. Menggalang dukungan masyarakat madani, seperti perguruan tinggi, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi masyarakat, dan dunia usaha yang ada di Kota

Semarang dengan melibatkannya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kegiatan anggaran responsif gender.

7. Monitoring dan Evaluasi PPRG

a. Monitoring dan evaluasi merupakan teknik untuk mengetahui apakah rencana yang

telah disusun dilaksanakan dengan baik atau tidak. Melalui mekanisme monitoring

dan evaluasi yang jelas dan transparan akan memudahkan pecapaian kesetaraan dan

keadilan gender terlampaui.

Page 102: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

b. Diperlukan paduan sebagai dasar dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Panduan disusun Bappeda dan disosialisasikan kepada seluruh SKPD yang

menyusun PPRG.

8. Data Pilah Gender dan Dokumen Penting Lainnya yang Relevan

a. Bapeda perlu menyusun pedoman data pilah gender sebagai acuan bagi SKPD

dalam merumuskan dan menetapkan data pilah gender di masing-masing SKPD.

b. Bappeda menysuun data pilah gender setiap tahun sebagai lumbung data dan

informasi gender yang dapat diakses oleh SKPD sehingga memudahkan SKPD

untuk penyusunan analisis gender dan pengambilan kebijakan pembangunan yang

responsif gender di Kota Semarang.

c. Bappeda mewajibkan setiap dokumen perencanaan pengaggaran harus responsif

gender dan menggunakan data pilah gender sebagai data pembuka wawasan.

d. Melakukan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengarusutamaan Gender (RAD

PUG) yang akan menjadi pedoman dalam melakukan pembangunan yang responsif

gender.

e. Menyusun profil Gender sebagai dasar penggambaran kondisi kesetaraan dan

keadilan gender di Kota Semarang.

f. Menyusun kajian implementasi PPRG dalam masyarakat sebagai feedback atas apa

yang dilakukan oleh SKPD melalui PPRG.

g. Melakukan studi banding ke kabupaten/kota yang lebih berhasil dalam pelaksanaan

perencanaan dan penganggaran responsif gender.

Beberapa kebijakan yang perlu diambil dalam rangka penerapan perencanaan dan

penganggaran responsif gender di Kota Semarang adalah sebagai berikut:

1. Memastikan penyelenggaraan koordinasi Kelompok Kerja Pengarustamaan Gender

(Pokja PUG) sebanyak dua kali dalam setahun dalam rangka memperkuat komitmen

penyelenggaraan anggaran responsif gender di Kota Semarang.

2. Memastikan penyelenggaraan koordinasi tim teknis Pokja PUG sebanyak empat kali

dalam setahun untuk mengecek tingkat kemajuan penyelenggaraan anggaran responsif

gender di masing-masing SKPD.

3. Mendorong dan melakukan peningkatan kapasitas tim teknis Pokja PUG melalui

pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender di tingkat kota secara

bertahap dan berkelanjutan.

Page 103: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

4. Mewajibkan peningkatan kapasitas aparatur daerah di masing-masing SKPD melalui

penyelenggaraan roadshow perencanaan dan penganggaran responsif gender maupun

training khusus yang diselenggarakan oleh masing-masing SKPD.

5. Mewajibkan setiap SKPD untuk menyelenggaraan sosialisasi perencanaan dan

penganggaran responsif gender kepada seluruh SKPD setiap tahun untuk

menyegarkan kembali ingatan tentang perencanaan dan penganggaran responsif

gender, maupun sebagai langkah persiapan penyelenggaraan PPRG pada tahun

berjalan.

6. Mewujudkan klinik perencanaan dan penganggaran responsif gender kepada SKPD

yang sudah pernah mengikuti pelatihan dan roadshow perencanaan dan penganggaran

responsif gender, untuk menyusun kegiatan yang responsif gender. Klinik ini terbuka

dalam rentang waktu yang telah ditetapkan sehingga memastikan setiap tahun klinik

akan menjadi media konsultasi kegiatan responsif gender.

7. Mewajibkan Bappeda menyusun dan penyebarluasan regulasi perencanaan dan

penganggaran responsif gender, meliputi: Surat Edaran Walikota tentang Percepatan

Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender, Petunjuk Pelaksanaan

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender, Pedoman Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Anggaran Responsif Gender, dan Pedoman Pemeriksaan kegiatan Anggaran

Responsif Gender.

8. Mewajibkan setiap SKPD untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur daerah

dalam menyusun dan menggali ide-ide baru guna menyelesaikan kesenjangan gender

yang terjadi dalam masuyarakat.

9. Membentuk tim independen yang bertugas untuk melakukan Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Anggaran Responsif Gender, sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasil-

hasilnya sebagai dasar dalam menetapkan PPRG tahun yang akan datang.

10. Mewajibkan Inspektorat untuk meningkatkan kapasitas auditor dalam memahami

proses PPRG hingga implementasi PPRG. Inspektorat harus mulai melakukan

pemeriksanaan kegiatan PPRG tahun 2014, sehingga hasil-hasil penyelenggaraan

PPRG dipastikan berjalan sesuai rencana. Koordinasi Inspektorat dengan Bappeda

menjadi hal yang penting untuk segera diwujudkan, karenanya kedua lembaga in

wajib menyegerakan koordinasi dimaksud.

11. Mewajibkan setiap SKPD menyusun Data pilah gender sebagai data pembuka

wawasan yang akan digunakan dalam PPRG. Data pilah gender akan dapat digunakan

Page 104: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

sebagai rumusan isu gender dalam masyarakat yang akan dilaksanakan pada setiap

tahun anggaran.

12. Mewujudkan dokumen-dokumen perencanaan penganggaran responsif gender,

sehingga dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan PPRG.

13. Meningkatkan koordinasi dalam POKJA PUG secara khusus koordinasi, sinkronisasi

dan pengembangan kelembagaan anatar ketua Pokja PUG dan sekretaris Pokja PUG.

14. Menetapkan sanksi kepada Pimpinan SKPD yang tidak menyusun dokumen

perencanaan dan penganggaran responsif gender.

Page 105: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender tingkat kota yang telah

dilaksanakan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan dasar bagi

aparatur perencana di 24 SKPD mengenai gender, pengarustamaan gender, anggaran

responsif gender, teknik analisis gender dengan Gender Analysis Pathways (GAP),

dan penyusunan Gender Budget Statement (GBS) untuk kegiatan tahun 2014.

2. Penyelenggaraan roadshow Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender telah

dilaksanakan di 24 SKPD dengan tanggapan yang berbeda-beda dari masing-masing

SKPD, sebagian siap mengikuti roadshow PPRG secara intensif, sebagian SKPD

lainnya kurang siap untuk menerima materi perencanaan dan penganggaran responsif

gender. Secara umum penyelenggaraan roadshow PPRG memperoleh dukungan dari

SKPD yang bersangkutan untuk dapat memberikan pemahaman mengenai gender,

dan penyelenggaraan kegiatan anggaran responsif gender di SKPD yang akan menjadi

pilot project.

3. Setelah dilakukan roadshow diketahui kalau kapasitas perencana dalam melakukan

penyusunan perencanaan dan penganggaran masih belum memenuhi harapan.

Perencana hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya dilakukan pada

tahun sebelumnya. Hal ini tentu tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang ada

dalam masyarakat.

4. Bappeda sebagai leading sektor dalam perencanaan dan penganggaran responsif

gender tidak memiliki perhatian yang cukup dalam pelaksanaan kegiatan roadshow

ini. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah hadirnya Bappeda pada pelaksanaan

roadshow yang telah terlaksana. Sebenarnya kehadiran Bappeda sangat diperlukan

dalam pelaksanaan roadshow, karena hal ini akan menunjukkan pentingnya PPRG.

5. Secara umum implementasi kegiatan anggaran responsif gender Kota Semarang

belum optimal diselenggarakan oleh SKPD yang menjadi Pilot implementasi ARG

tahun 2012, karena secara jelas belum ada regulasi daerah dalam bentuk petunjuk

pelaksanaan ataupun pedoman dalam pelaksanaan anggaran responsif gender.

Page 106: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diusulkan berdasarkan keseluruhan proses pelaksanaan

pekerjaan penyusunan strategi Anggaran Responsif Gender Kota Semarang Tahun 2013

ini adalah sebagai berikut:

1. Bappeda selaku Ketua Kelompok Kerja (Pokja PUG) perlu lebih tegas mendorong

SKPD di lingkungan pemerintah Kota Semarang untuk menyelenggarakan kegiatan

anggaran responsif gender melalui kelembagaan PUG di tingkat kota dan ditingkat

SKPD dalam rangka meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai

bidang.

2. Bappeda perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap pelaksanaan roadshow

SKPD, hal ini dilakukan dengan mengikuti setiap kegiatan roadshow yang dilakukan

di SKPD.

3. Bappeda perlu menyusun surat edaran mengenai kepastian nama kegiatan SKPD yang

menjadi pilot project implementasi Anggaran Responsif Gender setiap tahunnya pada

triwulan pertama sebagai bahan monitoring dan evaluasi perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi, serta pengawasan kegiatan ARG setiap tahunnya.

4. Bappeda menyelenggarakan koordinasi khususnya driver SKPD (Bappeda, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan, Bagian Hukum, DPAD,

Inspektorat, dan Bagian Organisasi) setiap tahunnya agar penyelenggaran PPRG terus

makin berkembang.

5. Bappeda dan Bappermas Perempuan dan KB, dan Bagian Hukum perlu menyusun

beberapa regulasi daerah untuk mendukung percepatan implementasi kegiatan

Anggaran Responsif Gender di Kota Semarang.

6. Walikota Semarang segera menugaskan Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan

khusus kepada kegiatan yang telah dirumuskan sesuai dengan format yang tersedia

bagi anggaran responsif gender (GAP dan GBS), dengan fasilitasi Bappeda Kota

Semarang.

7. Bappeda melakukan koordinasi agar Tim Anggaran Daerah juga memiliki perspektif

yang sama tentang PPRG termasuk penggunaan tool (GAP dan GBS) yang ada agar

kegiatan serupa bukan sekedar bagian dari pilot project namun telah merupakan

kegiatan rutin yang berkelanjutan.

Page 107: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran

8. Bappeda maupun Bapermas Perempuan dan KB pada tahun-tahun berikutnya perlu

terus menyelenggarakan pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender di

tingkat kota dan roadshow perencanaan dan penganggaran responsif gender sesuai

dengan tahapan yang telah disusun.

9. Bappeda bersama Bapermas Perempuan dan KB melakukan advokasi kepada

walikota dan SKPD tentang struktural Pokja PUG dan struktur focal point.

10. Pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender di tingkat kota dan

roadshow perencanaan dan penganggaran responsif gender yang akan dilakukan pada

tahun 2014 selain diberikan kepada 16 Kecamatan uga diberikan kepada SKPD lain

yang telah mengikuti pelatihan pada tahun sebelumnya, dengan mengutamakan SKPD

yang berada dalam koordinasi Bidang Pemerintahan, Sosial dan Budaya.

11. Penyelenggaraan pelatihan perencanaan dan penganggaran responsif gender

dilakukan pada triwulan II, sehingga SKPD memiliki waktu dalam menentukan

kegiatan yang akan ditetapkan sebagai kegiatan yang responsif gender.

12. Perlu adanya kerjasama antara Bappeda dan Inspektorat dalam melakukan monitoring

dan evaluasi kegiatan ARG yang diselenggarakan oleh SKPD mulai dari perencanaan

sampai pelaksanaan.

13. Bappermas Perempuan dan KB selaku sekretaris Pokja PUG perlu menguatkan

kelembagaan focal point SKPD, dengan memantau dan mengevaluasi kinerja SKPD

dalam penyelenggaraan kegiatan ARG di Kota Semarang.

Page 108: STRATEGI PENYUSUNAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER … PPRG SMG2014.pdf · pelaksanaan kegiatan sejak pengumpulan data dan informasi, pelaksanaan pelatihan perencanaan penganggaran