strategi perencanaan pajak dalam corporate governance dan...

30
1513 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana 3 rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 STRATEGI PERENCANAAN PAJAK DALAM TRANSAKSI STRATEGI PERENCANAAN PAJAK DALAM CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Yuli Chomsatu Samrotun Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta [email protected] Suhendro Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta [email protected] ABSTRACT Corporate governance is a system that aims to manage the company well and properly as it should with no conflict with applicable law. While Corporate Social Responsibility is a concept that organizations, especially the company is having a responsibility to customers, employees, shareholders, communities, and lingkunagn in all operational aspects. Corporate governance and corporate social responsibility undertaken by a company determines the amount of related policy effective corporate tax rate. This study aims to examine the effect of corporate governance characteristics (Independent Commissioner, Audit Committee and Institutional Shareholder) and Corporate Social Resposibity (CSR) on the Effective Tax Rate as a proxy of Tax Planning. This research is a quantitative study population is listingdi IDX manufacturing company during 2011 to 2013. In this study, Corporate Governance (CG) is measured using a dummy variable that is 1 if the value of the CG index values ≥ 60% and 0 if the value of the CG index < 60%. For CSR to see the seven categories, namely environmental, energy, health, and labor safety, labor, etc., products, community involvement, and public. While Effective Tax Rate is calculated from the income tax expense (current tax expense) divided by income before taxes. The sampling technique using purposive sampling. From the data obtained will be analyzed by multiple regression using SPSS version 16. Results showed that only partially Corporate Governance (Independent Commissioner, Audit Committee and Institutional Shareholder) a reduction in the Effective Tax Rate. While simultaneously good Corporate Governance (Independent Commissioner, Audit Committee and Institutional Shareholder) and Corporate Social Responsibility (CSR) effect on the decrease in the Effective Tax Rate as a proxy of Tax Planning.\ Keywords : Corporate Governance, Corporate Social Resposibity (CSR), Effective Tax Rate (ETR) PENDAHULUAN Berbicara mengenai pajak, menjadi topik pembicaraan yang menarik. Ada perbedaan pandangan antara pemerintah dengan perusahaan mengenai pajak. Pajak dalam konteks perusahaan merupakan beban yang akan mengurangi jumlah laba bersih. Sebisa mungkin perusahaan akan berusaha membayar pajak pada tingkat paling minimal. Berbeda dengan pemerintah yang menganggap pajak sebagai penerimaan negara yang potensial, menjadikan pemerintah akan mengoptimalkan penerimaan dari pajak. Ketika perusahaan mendapatkan beban pajak yang dirasakan terlalu berat, hal ini akan mendorong manajemen untuk memanipulasi laba perusahaan.

Upload: truongkhanh

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1513

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

STRATEGI PERENCANAAN PAJAK DALAM TRANSAKSI

STRATEGI PERENCANAAN PAJAK DALAM CORPORATE

GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Yuli Chomsatu Samrotun

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta

[email protected]

Suhendro

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta

[email protected]

ABSTRACT

Corporate governance is a system that aims to manage the company well and properly

as it should with no conflict with applicable law. While Corporate Social Responsibility is a

concept that organizations, especially the company is having a responsibility to customers,

employees, shareholders, communities, and lingkunagn in all operational aspects. Corporate

governance and corporate social responsibility undertaken by a company determines the

amount of related policy effective corporate tax rate. This study aims to examine the effect of

corporate governance characteristics (Independent Commissioner, Audit Committee and

Institutional Shareholder) and Corporate Social Resposibity (CSR) on the Effective Tax Rate

as a proxy of Tax Planning. This research is a quantitative study population is listingdi IDX

manufacturing company during 2011 to 2013. In this study, Corporate Governance (CG) is

measured using a dummy variable that is 1 if the value of the CG index values ≥ 60% and 0 if

the value of the CG index < 60%. For CSR to see the seven categories, namely environmental,

energy, health, and labor safety, labor, etc., products, community involvement, and public.

While Effective Tax Rate is calculated from the income tax expense (current tax expense)

divided by income before taxes. The sampling technique using purposive sampling. From the

data obtained will be analyzed by multiple regression using SPSS version 16. Results showed

that only partially Corporate Governance (Independent Commissioner, Audit Committee and

Institutional Shareholder) a reduction in the Effective Tax Rate. While simultaneously good

Corporate Governance (Independent Commissioner, Audit Committee and Institutional

Shareholder) and Corporate Social Responsibility (CSR) effect on the decrease in the Effective

Tax Rate as a proxy of Tax Planning.\

Keywords : Corporate Governance, Corporate Social Resposibity (CSR), Effective Tax Rate

(ETR)

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai pajak, menjadi topik pembicaraan yang menarik. Ada perbedaan

pandangan antara pemerintah dengan perusahaan mengenai pajak. Pajak dalam konteks

perusahaan merupakan beban yang akan mengurangi jumlah laba bersih. Sebisa mungkin

perusahaan akan berusaha membayar pajak pada tingkat paling minimal. Berbeda dengan

pemerintah yang menganggap pajak sebagai penerimaan negara yang potensial, menjadikan

pemerintah akan mengoptimalkan penerimaan dari pajak. Ketika perusahaan mendapatkan

beban pajak yang dirasakan terlalu berat, hal ini akan mendorong manajemen untuk

memanipulasi laba perusahaan.

Page 2: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1514

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Pengurangan beban pajak oleh perusahaan dapat dilakukan salah satu caranya

dengan perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak yang efektif dapat melalui

penggunaan tarif pajak efektif (effective tax rate/ETR). Karayan dan Swenson (2007),

mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah perusahaan

mengelola pajaknya adalah dengan melihat tarif efektifnya. Effective tax rate (ETR)

merupakan salah satu bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang dihitung dalam sebuah

perusahaan, oleh karena itu keberadaan dari effective tax rate (ETR) kemudian menjadi

suatu perhatian yang khusus pada berbagai penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif

dari berbagai insentif pajak dan perubahan tarif pajak perusahaan (Lanis et al., 2011).

Corporate Governance (CG) menjadi tuntutan bagi perusahaan, terutama yang

sedang go- publik. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan

dewan komisaris, peran dewan direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan

lainnya (Agoes dan Ardana, 2009). Dalam perkembangannya corporate governance

menunjukkan trend yang meningkat, dimana hampir seluruh perusahana telah

menerapkannya. Corporate governance mempunyai tujuan agar tercipta suatu tata kelola

perusahaan yang baik, efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar perusahan dapat terus

berkembang namun tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance diharapkan menghasilkan kinerja

yang baik dan efisien. Kinerja perusahaan yang baik dapat diukur dengan laba yang diperoleh

perusahaan, laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba

(sustainable earnings) di masa depan.

Hal lain yang kaitannya dengan pencapaian laba perusahaan adalah Corporate Social

Responsibility. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai “'bagaimana

perusahaan memperhitungkan dampak sosial dan lingkungan dalam cara perusahaan tersebut

beroperasi, memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian” (Pemerintah UK dalam

KPMG, 2007). Lanis. Et.al (2011) menjelaskan bahwa CSR dianggap sebagai faktor kunci

dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan. Akan tetapi, tingkat keterlibatan

perusahaan dalam mengungkapkan CSR adalah tidak wajib. Korporasi yang menjalankan

kewajiban perpajakannya tidak sesuai dengan prinsip CSR, justru akan mengganggu

sustainability dan image korporasi tersebut (Rusydi, 2009).

Pencapaian laba perusahaan tidak luput dari pemilihan keputusan yang tepat dalam

melakukan kegiatan perusahaan, termasuk didalamnya melakukan corporate governance dan

Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan yang dijalankan perusahaan diharapkan

mampu menentukan kebijakan yang terkait tarif pajak efektif. Ketika suatu perusahan telah

menerapkan corporate governance dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik

maka akan tercipta kinerja perusahaan yang efektif dan akan berdampak pada keputusan

dalam menentukan kebijakan yang terkait besaran tarif pajak efektif perusahaan.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian : “Apakah Corporate Governance dan

Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Effective Tax Rate baik secara

partial maupun secara simultan ?”.

Page 3: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1515

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi Akademisi dan Peneliti:

1. Memberikan wacana mengenai pengaruh Corporate Governance dan Corporate

Social Responsibility terhadap Effective Tax Rate on- ETR secara teoritis dengan hasil

penelitian.

b. Bagi pemakai laporan keuangan

1. Dengan mengetahui ada tidaknya pengaruh Corporate Governance dan Corporate

Social Responsibility dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan investasi

2. Mengetahui pentingnya pengungkapan Corporate Governance dan Corporate Social

Responsibility.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Corporate governance menurut Indonesian Institut for Corporate Governance adalah

suatu struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai

upaya untuk memberikan nilai tambah terhadap perusahaan secara berkesinambungan

dalam jangka waktu yang cukup panjang. (Agoes dan Ardana, 2009) mengungkapkan bahwa

Corporate governance dapat berarti sebagai tata kelola yang baik dimana terdapat suatu

sistem yang mengatur hubungan dewan komisaris, dewan direksi, pemegang saham, dan

pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik dapat disebut juga

sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, cara

pencapaiannya dan penilaian kinerja perusahaan tersebut.

Corporate Social responsibility (CSR) merupakan perwujudan komitmen yang

dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas

kehidupan masyarakat (Maretta, 2013). Definisi CSR yang berlaku saat ini mendukung

bahwa perusahaan harus terlibat dengan para stakeholder untuk penciptaan nilai jangka

panjang. Hal ini bukan berarti bahwa para pemegang saham tidaklah penting, atau

profitabilitas yang tidak penting untuk kesuksesan bisnis. Sebaliknya, agar perusahaan dapat

bertahan dan menguntungkan, maka harus terlibat dengan berbagai stakeholder yang

pandangannya terhadap keberhasilan perusahaan sangat bervariasi (Bichta, 2003). Menurut

Bergstresser, Et.all 2006, CSR adalah tentang bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis

untuk menghasilkan dampak positif secara keseluruhan pada masyarakat.

Manajemen pajak adalah menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha

efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas (Anita, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat

dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak. Fungsi-fungsi manajemen pajak terdiri dari

tax planning, pelaksanaan kewajiban perpajakan dan pengendalian pajak (tax controling). Tarif

pajak efektif (Effective Tax Rate/ETR) dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

penghematan pajak atau penundaan pajak yang diperoleh. Semakin rendah Effective Tax Rate

(ETR) maka tax planning semakin efektif. Effective Tax Rate (ETR) dihitung sebagai beban

pajak penghasilan dibagi dengan laba sebelum pajak penghasilan (Earning Before Taxes/EBT)

(Wild, dkk, 2001; Rego, 2003; Paprocki dan Schnee, 2005, Halperin dan Sansing, 2005;

Buselink dan Deloof, 2006). Effective Tax Rate (ETR) berguna untuk mengetahui seberapa

besar penghematan pajak atau penundaan pajak yang diperoleh.

Page 4: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1516

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2

Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian , Populasi dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantatif dengan metode deskriptif.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai tahun 2013. Metode pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a) Perusahaan terdaftar sebagai perusahaan terbuka sebelum 1 Januari 2009 yang bergerak

pada sektor industri manufaktur dan menerbitkan laporan keuangan auditan secara

konsisten dan lengkap dari tahun 2011 sampai tahun 2013.

b) Mempublikasikan laporan keuangan auditan dengan tahun buku yang berakhir pada

tanggal 31 Desember

c) Menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang pelaporan

d) Mempunyai Earning Before Tax (EBT) positif dari tahun 2011 sampai tahun 2013 atau

tidak mempunyai saldo kerugian yang belum dikompensasi.

e) Memiliki dan menampilkan data dan informasi lengkap tentang data Corporate

Governance dan Corporate Social Renponsiblity

Corporate Governance:

komisaris independen

komite audit

investor institusional.

Corporate Social

Responsibility

Strategi Perencanaan Pajak :

Effective Tax Rate (ETR) H1

H2

Page 5: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1517

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Variabel Yang Diamati

Penelitian menggunakan variabel independen berupa Corporate Governance. Dan

Corporate Social Renponsiblity. Corporate Governance terdiri atas: komisaris independen,

komite audit dan investor institusional. Sedangkan Corporate Social Responsibility yang

diproksikan ke dalam pengungkapan CSR, menggunakan check list yang mengacu pada

indikator pengungkapan yang digunakan oleh Sembiring (2005) dalam Hashemi (2013) karena

lebih sesuai dengan keadaan perusahaan di Indonesia, dimana pegungkapan CSR-nya masih

bersifat umum dan belum rinci. Indikator ini terdiri atas tujuh kategori, yaitu lingkungan,

energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan

masyarakat, dan umum.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Effective Tax Rate (ETR) yang

merupakan proksi dari perencanaan pajak. Semakin rendah Effective Tax Rate (ETR) maka

perencanaan pajak semakin efektif. dihitung sebagai beban pajak penghasilan dibagi dengan

laba sebelum pajak penghasilan (Earning Before Taxes – EBT).

Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Effective Tax Rate (ETR) adalah dihitung dengan cara membagi beban pajak penghasilan

dengan Earning Before Tax (EBT).

b. Karakteristik corporate governanace terdiri dari: komisaris independen, komite audit dan

investor institusional. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan

anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain

berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu

perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komite audit diukur dengan

menghitung jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan.

c. Proporsi Komisaris Independen = Σ Komisaris independen X 100%

Σ Anggota Dewan komisaris

Proporsi Investor Institusional = Σ Saham institusi X 100%

Σ jumlah saham beredar

d. Untuk CRS menggunakan check list yang mengacu pada indikator pengungkapan yang

digunakan oleh Sembiring (2005) karena lebih sesuai dengan keadaan perusahaan di

Indonesia, dimana pegungkapan CSR-nya masih bersifat umum dan belum rinci. Indikator

ini terdiri atas tujuh kategori, yaitu lingkungan, energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga

kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.

Analisis data penelitian meliputi :

a. Analisis Deskriptif , yaitu menganalisis semua variabel secara deskriptif untuk

mendapatkan gambaran tentang sampel. Dengan analisis deskriptif akan diperoleh suatu

gambaran yang jelas terhadap obyek yang diteliti sehingga mudah untuk dimengerti

Analisis deskriptif meliputi penghitungan minimum, maksimum, mean, dan standar

deviasi.

b. Uji Asumsi Klasik, Rumus regresi diturunkan dari asumsi-asumsi tertentu, maka

data yang akan diregresi harus memenuhi asumsi-asumsi regresi untuk

Page 6: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1518

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

mendapatkan nilai estimasi yang akan bersifat BLUE ( Best, Linier, Unbiased dan

Estimator ). Untuk itu perlu diadakan pengujian asumsi klasik yang meliputi 4 uji,

yaitu : (1) Uji Normalitas; (2). Uji Multikolinearitas; (3) Uji Heteroskedastisitas,;

(4) Uji Autokorelasi

c. Analisis RegresiLinier Berganda

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan

persamaan sebagai berikut:

ETRit = α0 + β1 Corporate Governance + β2 CSR + it

Keterangan:

ETRit = tarif pajak efektif untuk perusahaan i pada tahun t

α = konstanta

β1 CG = Corporate Governance

β2 CSR = CSR

it = koefisien error

Langkah-langkah untuk menguji hipotesis

1. Uji t, menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2006).

2. Uji F, menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model

mempengaruhi secara bersama-sama terhadap variabel dependen ( Gozali, 2006).

3. Uji Koefisien Determinasi ( Adjusted R2), digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. R2 memiliki nilai antara 0-1, semakin

mendekati 1 semakin menunjukkan pengaruh yang semakin kuat, sedangkan semakin

mendekati 0 berarti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen lemah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif pada Tabel menunjukkan bahwa seluruh sampel dalam

variabel ETR (n=39) yang mempunyai nilai maksimum 0,5104 dan nilai minimum 0,1809.

Nilai minimum 0,1809 dimiliki oleh ULTJ (PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company

Tbk.), yang berarti bahwa tax planning yang dilakukan oleh ULTJ (PT. Ultrajaya Milk Industry

& Trading Company Tbk.) paling efektif dibanding perusahaan lain. Rata-rata dari variabel

ETR adalah 0.263400 dengan standart deviasi sebesar 0.0786579. Menurut Santoso, Eko

(2012), jika standar deviasi lebih kecil daripada nilai mean maka variasi data kecil. Karena nilai

standart deviasi ETR lebih kecil daripada nilai mean ETR maka variasi data pada variabel ETR

kecil.

Page 7: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1519

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Tabel 1

Deskripsi Statistik Data Tahun 2011-2013

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ETR 39 .1809 .5104 .263400 .0786579

komisaris

independen 39 .2500 .8000 .394769 .1331523

komite audit 39 3.0000 4.0000 .333333 .4775669

investor institusional 39 .4659 .9720 .714826 .1659528

Csr 39 .2564 .7821 .535826 .1477721

Valid N (listwise) 39

Sumber : Output SPSS

Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Tabel. 2

Uji Normalitas Data Tahun 2011-2013

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 39

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .06574447

Most Extreme Differences Absolute .170

Positive .170

Negative -.097

Kolmogorov-Smirnov Z 1.060

Asymp. Sig. (2-tailed) .211

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil output SPSS

Hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwap nilai signifikansi tidak signifikan

secara statistik pada α = 5% karena nilai signifikansinya berada di atas 0,05 yaitu 0,211.

Sehingga data penelitian dikatakan berdistribusi normal.

Page 8: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1520

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

2) Uji Multikolinearitas

Tabel. 3

Hasil Uji Coefficientsa

Model

Unstandardize

d Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .504 .101 4.998 .000

komisaris

independen -.039 .092 -.066 -.422 .676 .851 1.176

komite audit -.039 .027 -.237 -1.460 .153 .778 1.286

investor institusional .026 .070 .055 .374 .710 .944 1.060

Csr -.212 .087 -.398 -2.437 .020 .772 1.296

a. Dependent Variable: ETR

Sumber : Hasil output SPSS versi 16

Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel independen

memiliki nilai Variance Inflator Factor (VIF) dibawah 10 dan tolerance value (Nilai

Tol) diatas 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas memiliki masalah

multikolinieritas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Tabel .4

Hasil Uji Heteroskedastisitas Data Tahun 2011-2013

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .171 .061 2.814 .008

komisaris independen -.057 .055 -.158 -1.023 .313 .851 1.176

komite audit -.019 .016 -.192 -1.186 .244 .778 1.286

investor institusional .041 .042 .143 .973 .337 .944 1.060

Csr -.129 .052 -.401 -2.472 .119 .772 1.296

a. Dependent Variable: abresid

Sumber : Hasil output SPSS versi 16

Page 9: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1521

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Hasil uji heteroskedastisitas antara variabel dependen (nilai absolute dari

residu/pengganggu) dengan keempat variabel independen menunjukkan nilai signifikan

diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas

heteroskesdasitas.

4) Uji Autokorelasi

Tabel. 5

Hasil Uji Autokorelasi Data Tahun 20011-2013

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .549a .301 .219 .0695043 2.115

a. Predictors: (Constant), csr, investor institusional, komisaris independen, komite audit

b. Dependent Variable: ETR

Sumber : Hasil output SPSS versi 16

Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan n=39 dan k=4 diperoleh dl = 1,27 dan

du = 1,72, sehinggga diperoleh nilai 4-du sebesar 2,28. Karena output SPSS

menunjukkan angka 2,115 maka menurut Ghozali (2006), apabila DW terletak antara

du<DW<4-du berarti tidak ada autokorelasi positif atau negative, sehingga kita dapat

menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi antara nilai residu/pengganggu model regresi

data, semua nilai residu model regresi tersebut berdiri sendiri dan tidak saling

berpengaruh.

Hasil Uji Hipotesis

Tabel. 6

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Data Tahun 2011-2013

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .504 .101 4.998 .000

komisaris

independen -.039 .092 -.066 -.422 .676 .851 1.176

komite audit -.039 .027 -.237 -1.460 .153 .778 1.286

investor

institusional .026 .070 .055 .374 .710 .944 1.060

Csr -.212 .087 -.398 -2.437 .020 .772 1.296

a. Dependent Variable: ETR

Sumber : Hasil output SPSS versi 16

Page 10: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1522

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Berdasarkan hasil uji diatas, hanya variabel independen Corporate Governance yang

menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 yaitu sebesar 0.676 untuk variabel Komisaris

independen, sebesar 0.153 untuk variabel komite audit, sebesar 0.710 untuk variabel investor

institusional dan sebesar 0.537. Sedangkan untuk variabel CSR menunjukkan nilai signifikansi

kurang dari 0,05 yaitu sebesr 0, 020. Dari tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut :

ETR = 0.504 - 0.039 CG-komisaris independen - 0.039 CG-komite audit + 0.026

CG-investor institusional - 0.212 CSR +

Dari persamaan tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

a. Konstanta sebesar 0.504 menunjukkan bahwa jika faktor Corporate Governance (komisaris

independen, komite audit, investor institusional) dan CSR konstan maka besarnya ETR akan

turun sebesar 0.504 poin.

b. Koefisien regresi CG-komisaris independen dan CG-komite audit bernilai negatif yaitu -

0,039, hal ini menunjukkan bahwa CG-komisaris independen dan CG-komite audit

mempunyai pengaruh negatif terhadap ETR. Artinya jika CG-komisaris independen dan

CG-komite audit naik 1 poin maka ETR akan turun sebesar 0,039 poin

c. Koefisien regresi CG-investor institusional bernilai positif yaitu 0.026, hal ini menunjukkan

bahwa CG-investor institusional mempunyai pengaruh positif terhadap ETR. Artinya jika

CG-investor institusional naik 1 poin maka ETR akan naik sebesar 0.026 poin.

d. Koefisien regresi CSR bernilai negatif yaitu -0.212, hal ini menunjukkan bahwa CSR

mempunyai pengaruh negatif terhadap ETR. Artinya jika CSR naik 1 poin maka ETR akan

turun sebesar 0.212 poin.

Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial

H1 yang menyatakan bahwa Corporate Governance (komisaris independen, komite audit,

investor institusional) dan CSR berpengaruh parsial terhadap penurunan Effective Tax Rate

(ETR) tidak sepenuhnya diterima. Berdasarkan uji t yang terdapat dalam tabel 6 diatas

diperoleh nilai t hitung untuk variabel Corporate Governance (komisaris independen, komite

audit, investor institusional) masing-masing sebesar -0,422; -1,460; dan 0,374. Karena nilai -t

hitung < -t tabel yaitu -2,026 dan nilai signifikansi diatas 0,05 yaitu masing-masing sebesar

0,676; 0,153; dan 0,710. maka dapat disimpulkan Corporate Governance (komisaris

independen, komite audit, investor institusional) berpengaruh terhadap penurunan ETR .

Sedangkan untuk CSR diperoleh nilai t hitung sebesar -2,237 (-t hitung > -t tabel) dan nilai

signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,020 maka dapat disimpulkan CSR tidak

berpengaruh terhadap penurunan ETR .

Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan

H2 yang menyatakan bahwa Corporate Governance (komisaris independen, komite audit,

investor institusional) dan CSR berpengaruh terhadap secara simultan terhadap penurunan

Effective Tax Rate (ETR). Berdasarkan uji F dengan menggunakan SPSS versi 16 diperoleh

data sebagai berikut :

Page 11: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1523

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Tabel. 7

Hasil Uji Anova

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .071 4 .018 3.667 .014a

Residual .164 34 .005

Total .235 38

a. Predictors: (Constant), csr, investor institusional, komisaris independen, komite audit

b. Dependent Variable: ETR

Sumber : Hasil output SPSS versi 16

Berdasarkan tabel diatas, nilai F hitung adalah sebesar 3,667. Karena F tabel untuk

pada df (4; 34) adalah 2,650, sehingga F hitung > F tabel, dan tingkat signifikan kurang dari

0,05 yaitu sebesar 0,014 maka dapat disumpulkan bahwa Corporate Governance (komisaris

independen, komite audit, investor institusional) dan CSR secara bersama-sama berpengaruh

terhadap penurunan ETR.

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari analisis regresi adalah sebagai berikut :

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .549a .301 .219 .0695043

a. Predictors: (Constant), csr, investor institusional, komisaris independen, komite audit

b. Dependent Variable: ETR

Sumber outpt SPSS

Nilai Adusted R2 sebesar 0.219 yang memiliki arti bahwa keempat variabel bebas hanya

menjelaskan pengaruh terhadap ETR sebesar 21,9%. Dengan demikian ETR hanya dapat

dijelaskan oleh Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, investor

institusional) dan CSR sebesar 21,9 % sedangkan 78,1 % sisanya dipengaruhi atau dijelaskan

oleh faktor lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa pengujian yang dilakukan secara parsial

menunjukkan bahwa Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, investor

institusional) berpengaruh terhadap penurunan Effective Tax Rate (ETR). Sedangkan CSR tidak

berpengaruh terhadap penurunan Effective Tax Rate (ETR). Berdasarkan uji secara simultan

baik Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, investor institusional)

Page 12: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1524

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

maupun CSR berpengaruh terhadap penurunan Effective Tax Rate (ETR). Adapun Nilai

Adusted R2 sebesar -21,9 yang memiliki arti bahwa keempat variabel independen hanya

menjelaskan pengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR) sebesar 21,9%. Berarti masih ada

faktor lain yang lebih dominan yang berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR).

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan diatas,

sehingga saran-saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian berikutnya adalah agar

mencari variabel-variabel lain yang mempengaruhi Effective Tax Rate (ETR) selain variabel-

variabel Corporate Governance maupun Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam

penelitian ini, karena variabel- hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap Effective Tax

Rate (ETR), masih ada variabel lain yang lebih berpengaruh. seperti variabel lain tersebut

adalah perbedaan budaya (cultural differences) dan nilai tukar mata uang (exchange rate).

DAFTAR PUSTAKA

Anita Septiani, 2011. Pengaruh Related Party Transact Terhadap Efective Tax Rate. Skripsi

Universitas Islam Batik Surakarta. Tidak dipublikasikan

Bergstresser, Daniel and Thomas Philippon. 2006. CEO Incentives and Earnings management.

Journal of Financial Economics

Dirjen Pajak, Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-04/PJ.7/1993 Tentang Petunjuk

Penaganan Kasus-Kasus Transfer Pricing Tanggal 9 Maret 1993.

Dahli, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Hashemi Rodhian Hanum. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap

Efefective tax rate (ETR). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. UNDIP Semarang.

Tidak dipublikasikan.

Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency

Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics .

Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 Tentang

Perubahan Peraturan No. VIII G.7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

www.bapepamlk.go.id.

Karayan, John E. and Charles W. Swenson. 2007. Strategic Business Tax Planning. New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Lanis, Roman and Grant Richardson. 2011. The Effect of Board of Director Composition on

Corporate Tax Aggressiveness. Journal of Accounting and Public Policy .

Maretta Yoehana. 2013. Analisi Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

Agresivitas Pajak. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. UNDIP Semarang. Tidak

dipublikasikan.

Page 13: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1525

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH

LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

Jumaiyah

Prodi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Selamat Sri Kendal

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to analyze the distribution of School Operational

Assistance (BOS) to date, and to determine eligibility factors of the BOS budget receiver in

public/ private middle high schools (SMP/MTs), as well as determine the BOS recipients

amount of budget. This research describes the real condition and problem solving of the factual

BOS. This research used a qualitative descriptive approach, direct observation conducted

especially to get an overview of the natural conditions (natural setting). The analysis shows

that BOS initiated by the government has occurred not on target generally. Contribution of this

study – first, as a reference for the government in decisions making of BOS policy, second the

government to issue a ministerial regulation on teachers minimum wages to be paid by private

school. Third as a reference for the government about how much the distribution of BOS budget

will be given to public and private schools.

Keywords: accountability, effectiveness, qualitative, standardized.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

menengah dan jangka panjang. Ketika seseorang pendidikanya lebih tinggi tentunya akan lebih

terasah keterampilanya, potensi masing-masing individu lebih bisa digali sehingga muncul

sebuah kemampuan untuk mandiri, lebih percaya diri atau lebih siap dalam menghadapi

globalisasi. Hal inilah yang membuat pemerintah berpikir bagaimana semua warga Indonesia

bisa sekolah dengan gratis. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15

tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah memberikan

layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan

SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat).

Dalam pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) yang diberikan kepada lembaga

pendidikan dalam hal ini sekolah tingkat pertama (SLTP) yang menjadi konsen penelitian.

Diketahui bahwa penetapan jumlah anggaran BOS diperuntukan lembaga pendidikan penerima

berbasis data jumlah siswa. Yang tidak ada kualifikasinya antara siswa satu dengan lainnya.

Aspek ekonomi, geografik dan sosial tidak menjadi pertimbangan oleh pemerintah dalam

menentukan jumlah besaran anggaran yang diberikan antara siswa satu dengan lainnya

(disamaratakan). Model menyederhanakan atau menutup mata aspek-aspek tersebut adalah

kebijakan pemerintah untuk memudahkan dalam mendistribusikan anggaran BOS. Akan tetapi

Page 14: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1526

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

dampak dari pendekatan memudahkan (incremental) tersebut yaitu kesenjangan sosial yang

berdampak lahirnya penyakit-penyakit sosial seperti kriminalitas, penggangguran bahkan yang

paling berbahaya disintegrasi kehidupan berbangsa dan bernegara nampak didepan mata.

Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. seharusnya menjadi landasan pijak dan orientasi untuk tegaknya sistem pemberian

bantuan operasional sekolah yang lebih baik. Namun, Persoalan yang muncul bagaimana

konsep keadilan objektif dalam sistem pemberian bantuan operasional sekolah? apa

kriterianya? Dan berapa anggaran yang layak untuk negeri dan swasta. Sehingga bantuan

operasional sekolah yang menghabiskan 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) ini tidak sia-sia serta sesuai dengan peruntukannya atau dengan memakai bahasa lain

yaitu harus tepat sasaran.

1.2 Rumusan Masalah

Anggaran yang diberikan oleh pemerintah pada sekolah-sekolah sama besar antara

negeri dan swasta, dinegeri pembiayaan sudah tercukupi oleh dana APBD II yang dipergunakan

untuk biaya operasional sekolah. sementara diswasta dana hanya dari BOS dan iuran siswa

yang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan kebutuhan sekolah yang sebenarnya. Hal inilah

yang kemudian menimbulkan banyak pertayaan dalam penelitian ini:

1. Apakah anggaran bantuan operasional sekolah tepat sasaran?

2. Bagaimanakah standarisasi dalam menentukan kelayakan penerima bantuan operasional

sekolah?

3. Berapakah kelayakan jumlah anggaran bantuan operasional untuk sekolah Negeri dan

Swasta?

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini terdiri dari penggunaan praktis dan kegunaan

teoritis yang akan diuraikan dibawah ini:

1. Kegunaan praktis:

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah Kabupaten dan/atau

Kota, Propinsi maupun pemerintah pusat dalam melakukan perbaikan peraturan

perundang-undangan tentang bantuan operasional sekolah, penentuan jumlah anggaran

yang seharusnya diberikan kepada lembaga berstatus swasta maupun negeri.

2. Kegunaan teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan referensi fakultas

ekonomi Universitas Diponegoro dan merupakan tambahan informasi bagi pihak-pihak

yang memerlukanya. Sekaligus sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan.

2.1. Telaah Teori dan Konsep Kunci

a. Teori Efektifitas

Menurut (Siagian 2001) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang

telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi

Page 15: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1527

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

efektivitasnya. Sementara itu Abdurahmat (2003) “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya

untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dari beberapa pendapat para ahli

diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif,

efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah

direncanakan.

b. Teori Keadilan Distributif

Menurut Aristoteles keadilan di bagi menjadi dua pertama keadilan distributive kedua

kedilan komutatif. Keadilan distributive adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap

orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing. Keadilan

distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan. Keadilan komutatif

adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa

masing-masing. Keadilan ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela

atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-

menukar (Ridwan, 1991). Dimaksud keadilan dalam penelitian ini keadilan distributive, dimana

pemerintah seharusnya mendistribusikan kemampuanya dalam membantu masyarakat kurang

mampu untuk pembiayaan sekolah melalui program BOS. Akan kurang bijak apabila

pemerintah menggunakan keadilan komutatif, keadaan ekonomi masyarakat yang sangat

beragam mulai dari sangat miskin sampai yang sangat kaya. Hal inilah yang kemudian

pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan selama ini yang menggunakan keadilan komutatif.

Keaadilan yang di kemukakan oleh Aristoteles ini diikuti oleh Rawls dalam Fauzan

dan Prasetyo, (2006). Menjelaskan teori keadilan sosial sebagai the difference principle dan the

principle of fair equality of opportunity. Inti the difference principle, adalah bahwa perbedaan

sosial dan ekonomi harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang

paling kurang beruntung. Istilah perbedaan sosial-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju

pada ketidaksamaan dalam prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahteraan,

pendapatan, dan otoritas. Sementara itu, the principle of fair equality of opportunity

menunjukkan pada mereka yang paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai prospek

kesejahteraan, pendapat dan otoritas. Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus.

Dengan demikian, prinsip berbedaan menuntut diaturnya struktur dasar masyarakat

sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan,

pendapatan, otoritas diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang

beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal: Pertama, melakukan

koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan

menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan. Kedua,

setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu untuk mengembangkan kebijakan-

kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan yang dialami kaum lemah.

c. Konsep Anggaran

Anggaran berasal dari kata-kata budget (Inggris), sebelumnya dari bougette (Perancis)

yang berarti ”sebuah tas kecil”. Anggaran dalam arti luas meliputi jangka waktu anggaran

direncanakan, dilaksanakan dipertanggungjawabkan. Anggaran dalam arti sempit meliputi

rencana penerimaan dan pengeluaran dalam satu tahun saja. Penganggaran (budgeting)

merupakan aktifitas pengalokasian sumberdaya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan

belanja organisasi yang cenderung tidak terbatas (Haryanto dan Sahmuddin, 2007). Anggaran

merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana

Page 16: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1528

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

pendapatan, belanja, teransfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun

menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (SAP, 2010). Anggaran yang dipakai dalam realisasi BOS belum

mencerminkan anggaran kinerja. Untuk itu pemerintah harus mengkaji ulang dengan tujuan

anggaran yang dikeluarkan untuk siswa menjadi anggaran yang lebih tepat sasaran dari

sebelumnya.

a . Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)

Konsep anggaran kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada

anggaran tradisional khususnya ketiadaan tolok ukur yang digunakan untuk pengukuran

kinerja. Pendekatan ini didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja dan oleh karena itu

anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan belanja Negara dalam hal ini

penggunaan dana BOS disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai, bukan dari

bagaimana anggaran itu bisa habis. Secara prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran

yang menghubungkan antara pengeluaran dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome)

sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatanya.

Anggaran berbasis kinerja dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas

dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai

dengan perioritas rasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat bermanfaat bagi

pihak yang kurang beruntung serta pihak yang selama ini berjasa dalam mencerdaskan

kehidupan berbangsa yaitu sekolah swasta.

d. Tujuan Dari Penentuan Standarisasi kelayakan penerima BOS

Dari beberapa uraian yang ada dilatar belakang standarisasi kelayakan penerima BOS

sangat penting untuk dilakukan agar mencapai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan disini adalah keadilan obyektif, dari keluarga kurang mampu akan mendapatkan

bantuan yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang mampu secara ekonomi. Hal

ini disesuaikan dengan keadaan penerima bantuan operasional sekolah. Seperti yang kita

ketahui selama ini pemberian bantuan operasional sekolah disamaratakan antara keluarga

miskin dengan keluarga yang berasal dari kalangan kaya raya, dari sekolah swasta dengan

sekolah negeri. Seperti yang kita ketahui bersama sekolah negeri secara kemandirian sudah di

tanggung oleh pemerintah, semua guru sudah di gaji pemerintah. Dengan demikian menentukan

standarisasi kelayakan penerima BOS hal yang segera harus dilakukan pemerintah, dengan

tujuan menegakkan keadilan bagi seluruh anak Indonesia secara obyektif, memberi motifasi

anak yang berasal dari keluarga miskin, serta menata tatanan kehidupan keadilan bagi seluruh

rakyat Indonesia. Ada beberapa faktor penentu standarisasi kelayakan penerima anggaran

bantuan operasional sekolah bagi MTs/SMP terlihat dalam tabel 1.

Page 17: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1529

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

TABEL I

FAKTOR PENENTU STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA BOS PADA

SEKOLAH SMP/MTS STATUS NEGERI DAN SWASTA

Hal Alokasi Anggran BOS Faktor

Berpengaruh Pada Standarisasi

Status

Negeri Swasta

Persentase (%)alokasi BOS Personalia : 15-20 %

Non personalia : 75-80 %

Personalia : 60 %

Non personalia : 40 %

Kebutuhan

Personalia/Karyawan/Pegawai Negeri

Terpenuhitidak membutuhkan

pembiyaan/pengeluran anggaran

Kurang bahkan tidak

terpenuhidibutuhkan

anggaran

pembiyaan/pengeluaran

honoraium

Kebutuhan Non Personalia

Alokasi BOS dapat terkonsentrasikan

pada kebutuhan non personalia lebih

baik/terpenuhipeningkatan SPM &

KBM

Anggaran BOS terpecah untuk

pemenuhan personalia (Honor

pegawai)terhambat

peningkatan SPM & KBM

Kondisi Ekonomi Orang Tua Peserta

Penerima BOS

Miskin, sedang dan kaya tidak

berpengaruh dalam operasional

sekolah.

Miskin, sedang dan kaya

berpengaruh pada operasional

sekolah

Fasilitas/sarana Kecukupan atas perhatian pemerintah Terpenuhi dengan

ketergantungan pada penglola.

2.2. Pengertian Siswa Miskin

Berdasarkan data balai pusat statistik dalam Karding (2008) menyatakan pengertian

siswa miskin adalah siswa yang berasal dari keluarga miskin dengan kriteria orang tua atau

kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan yang menetap, tidak berpenghasilan yang tetap

dan penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum 3 kali

sehari dengan jumlah keluarga 4 orang, tempat tinggal dari dinding kayu atau tembok yang

tidak sempurna, lantai masih berupa tanah atau pelesteran, telah mendapatkan kartu raskin,

sedangkan keluarga tidak mampu, mereta telah bekerja tetap akan tetapi penghasilanya kurang

atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan tidak mendapatkan

kartu raskin yang dikeluarkan oleh pusat badan statistik setempat dan membawa surat

keterangan tidak mampu dari lurah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

miskin adalah keluarga yang berasal dari keluarga yang nyata penghasilanya tidak cukup untuk

kehidupan keluarganya, dilihat dari fisik sandang serta papan yang dimilikinya seandanya

dalam artian tidak layak untuk ditempati manusia pada umumnya.

3.1. Metode Penelitian

Menurut Chariri (2009) metodologi adalah asumsi-asumsi tentang bagaimana

seseorang berusaha untuk menyelidiki dan mendapat “pengetahuan” tentang dunia sosial.

Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat diskriptif, Dalam penelitian

kualitatif tidak digunakan istilah “reliabilitas”. Yang dipakai ialah istilah kesesuaian, (fit),

yakni kesesuaian, antara data yang dikumpulkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi.

Menurut Moleong (2005) dalam Widiantoro (2010) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomina tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya prilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara diskripsi dalam

Page 18: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1530

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiyah. Untuk dapat menjelaskan pemahaman faktor apa

yang menyebabkan timbulnya standarisasi kelayakan bantuan operasional sekolah.

Data kuantitatif yang berbentuk tabel-tabel dan berupa angka-angka yang dikumpulkan

akan ditampilkan dilakukan analisis dan pembahasan secara detail, digunakan untuk analisis

secara keseluruhan sebagai pembuktian bagi fenomina-fenomina yang sedang diteliti, yang

dalam hal ini tentang pelaksanaan program bantuan dana BOS dengan sasaran utama sekolah

menegah pertama baik negeri maupun swasta. Angka angka tersebut akan memudahkan dalam

menjawab semua rumusan masalah dalam penelitian ini.

3.2. Alasan Pemilihan Setting

Penelitian tentang standarisasi kelayakan penerima bantuan operasional sekolah sangat

menarik untuk dilakukan, disebabkan anggaran bantuan operasional sekolah diambilkan dari

sebagian 20% Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ini antara lembaga Negeri dan

Swasta disamakan, antara siswa miskin dengan siswa kaya juga sama. Selain itu BOS yng

diberikan pada sekolah tidak memberi banyak manfaat bagi kesejahtraan guru. Inilah kunci

dari ketidakadilannya, kunci dari ketidak tepat sasaran, yang jelas kebutuhan siswa miskin

dirasa lebih berat ketimbang kebutuhan anak dari kalangan yang mampu. Kualitas pendidikan

harus diutamakan dengan memperhatikan kesejahtraan guru. Selain itu pengawasan terhadap

bantuan operasional sekolah boleh dikatakan tidak ada, karena selama ini dipercayakan kepada

dinas terkait dimana dinas terkait hanya berpedoman pada data yang ada bukan pada kenyataan

dilapangan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di enam sekolah negeri dan swasta berlokasi di kab.Jepara .

Waktu penelitian dilakukan pada februari tahun 2012- Juni tahun 2013. Data tidak diambil

tahun sebelumnya karena obyek yang akan diteliti bukan sebuah perbandingan dengan tahun

sebelumnya akan tetapi untuk mengetahui seberapa tepat penyaluran BOS selama ini,

mengetahui komponen-komponen atau faktor-faktor kelayakan penerima BOS di SMP/MTs

negeri dan swasta. Serta menggali berapa sebenarnya kebutuhan yang sesungguhya dari

lembaga masing-masing serta kebutuhan dari siswa yang berbeda struktur sosialnya.

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini juga digunakan beberapa

instrumen lain, yaitu pedoman untuk wawancara dan observasi. Pedoman untuk wawancara dan

observasi yang dibuat khusus pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang

gambaran secara umum apakah anggaran BOS sudah tepat sasaran? seberapa besar kebutuhan

sekolah Negeri dan seberapa besar kebutuhan sekolah Swasta?

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Indriantoro dan Supomo (2001) Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari sumber penelitian

yakni dari sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh

peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

Page 19: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1531

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

dengan cara wawancara langsung dengan beberapa Kepala Sekolah, Bendahara Sekolah,

Tata Usaha, Komite Sekolah, Guru, Dewan Guru, Wali Murid, dan Murid

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui perantara, umumnya berupa bukti atau catatan-catatan. Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini seperti: mengambil dan mengolah data yang sudah ada,

yakni dokumen-dokumen yang dimiliki oleh sekolah, dinas pendidikan dan olahraga seperti

halnya sumber bantuan, struktur sekolah, data mengenai murid dan data penggunaan dana

bantuan operasional sekolah. Selain itu data sekunder dapat diperolah dari data internet

yang berkaitan dengan bantuan operasional sekolah. Data ini digunakan untuk mendukung

data primer.

Lofland (1984) dalam Moleong (2005) dalam Widianto (2009) mengatakan, sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen-dokumen dan lain-lain. Untuk memperoleh gambaran yang lebih

mendalam, holistik, terhadap standarisasi kelayakan penerima bantuan operasional sekolah,

maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pengamatan atau Observasi lapangan

Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about

behavior and the meaning attached those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang

prilaku dan makna dari prilaku tersebut. Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat

gajala-gejala yang tampak pada obyek penelitian saat keadaan atau situasi yang alami atau yang

sebenarnya sedang berlangsung. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan-

perubahan yang terjadi sebelum ada dan sesudah ada BOS.

2. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan mendalam

(indepth interview) kepada pihak yang terlibat dan terkait langsung guna mendapatkan

penjelasan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan adalah orang-orang yang dianggap memiliki informasi kunci (key informan) yang

dibutuhkan di wilayah penelitian. Sedangkan dalam pengambilan informasi peneliti

menggunakan teknik “snowball” yakni penentuan subjek maupun informan penelitian

berkembang dan bergulir mengikuti informasi atau data yang diperlukan dari informan yang

diwawancarai sebelumnya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa dokumen, pedoman BOS,

catatan, buku, majalah dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai

informasi khususnya untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dalam observasi dan

wawancara. Dokumentasi yang dimaksudkan adalah gambaran umum sekolah dari lembaga

Negeri dan Swasta, inventaris sekolah kaitanya dengan SPM sekolah, data laporan keuangan

untuk mengetahui sumber pendapatan dan peruntukanya, data siswa miskin untuk mengetahui

ditingkatan lapangan fasilitas apa saja yang diterima.

3.6. Teknik Analisis

Page 20: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1532

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Menurut Chariri (2007) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data

tidak dapat dipisahkan dari pengumpulan data (data collection). Oleh karena itu, ketika data

mulai terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi,atau observasi, maka data tersebut segera

dianalisis untuk menentukan kebutuhan data berikutnya. Dalam hal ini penelitian tentang

standarisasi kelayakan penerima anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pengumpulan

data diawali dari wawancara dengan Kepala Sekolah Negeri dan Swasta tentang standar

kelayakan penerima bantuan operasional sekolah yang diawali dengan pertayaan- pertanyaan

tentang ketepatan sasaran penggunaan BOS, dilanjutkan dengan pertayaan tentang pendapat

sekolah Negeri maupun Swasta tentang standarisasi kelayakan penerima anggaran BOS dan

berapa kelayakan anggaran BOS di sekolah Negeri dan Swasta. dokumentasi sumber

pendapatan dari sekolah yang akan diteliti, kemudian dari data dokumentasi tersebut dianalisis

guna menentukan pengumpulan data berikutnya.Menurut Miles and Huberman (1984) dalam

Sugiono (2010), analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut, meliputi

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivikation.

4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Salah satu prinsip gerakan reformasi dalam pendidikan adalah “pendidikan

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta

mereka dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan”. Sejalan dengan prinsip di

atas. Perubahan mendasar menuju paradigma pendidikan masa depan adalah pelaksanaan

pendidikan berbasis sekolah atau madrasah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. serta

otonomi Perguruan Tinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pembaharuan sistem pendidikan

juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola oleh pemerintah dan

pendidikan yang dikelola oleh masyarakat. Walaupun penghasupasan diskriminasi dalam

tahap proses serta perbedaan pengelolaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.

4.1.1 Perencanaan Anggaran Sekolah dan Implementasinya

Untuk mendapatkan BOS sekolah tiap awal tahun ajaran baru harus membuat Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) atau lebih popular disebut Rencana

Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS). Sehingga sekolah selalu memiliki komitmen dalam

menyajikan laporan keuangan yang berkualitas. Akan tetapi hal ini hanyalah sebuah formalitas

saja bagi kebanyakan sekolah. kondisi seperti ini dapat dilihat dari peryataan bendahara

sekolah. Bapak AB dalam wawancara.

“tiap awal tahun kita membuat RAPBS karna ini merupakan kewajiban sebagai

permohonan bantuan BOS tahun berikutnya…..yang kami ajak rapat dalam pembuatan

RAPBS ini semua dewan guru serta komite”

peryataan tersebut menunjukan bahwa RAPBS sebuah keharusan untuk mendapatkan BOS.

Akan tetapi berbeda sekali dengan apa yang dikatakan oleh guru disekolah yang sama. RAPBS

tidak pernah diadakan disekolah tersebut bukti tidak adanya RAPBS dapat dilihat dari peryatan

ibu NR.

“apa itu RAPBS?......ah gak ada bahkan gak pernah rapat RAPBS”

Peryataan ini didukung oleh Bapak RM dari sekolah yang sama.

“ gak ada yang namanya RAPBS, kita hanya mengajar, urusan yang kayak gitu

biasanya yang tahu hanya kepala, bendahara sama TU”

Page 21: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1533

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Peryataan diatas menyakinkan bahwa RAPBS hanyalah sebuah formalitas saja yang dibuat oleh

pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan keuangan dan Administrasi sekolah. perilaku ini

mengarah betapa buruknya pengelolaan keuangan sekolah. bantuan yang diberikan oleh

pemerintah tidak di barengi oleh sistem pengendalian intern yang baik. Sehingga sekolah hanya

mengharapkan autput yang baik dengan tidak berangkat pada peroses yang baik. Hasil dari

RAPBS yang hanya melibatkan sebagian tertentu mengakibatkan pada buruknya penggunaan

dana BOS. Peruntukan dana BOS yang sebenarnya seperti pembelian tas, transportasi, serta

seragam untuk siswa dari keluarga kurang mampu terabaikan. Seperti wawancara dengan

Bapak AB yang mengatakan

“ …Bos di gunakan untuk honor guru, kegiatan sekolah, seragam semua anak…..”

dalam petunjuk teknis ada larangan BOS digunakan untuk pembelian seragam hanya untuk

kepentingan peribadi. Sekolah mempunyai kepentingan untuk mendapatkan siswa sebanyak-

banyaknya. Sehingga dapat mengelola BOS lebih banyak seperti peryataan diatas.

Hal yang sama terjadi pada sekolah swasta yang lain. Berikut wawancara dengan kepala

sekolah dengan Bapak BC

“kita membuat RAPBS dan melibatkan semua guru, serta komite sekolah. biasanya

yang paling banyak memakan anggaran pada saat peneriman siswa baru, karna

sekolah ini memberi seragam pada semua siswa yang telah terdaftar”

Bukti adanya penyimpangan terhadap penggunaan BOS terjadi di beberapa sekolah, terutama

pada sekolah yang saling berdekatan. Dari beberapa sekolah yang berhasil diwawancarai yang

memberikan seragam kepada siswanya saling berdekatan dengan sekolah faforit. Berbagai

pendapat diatas menunjukan bahwa Bos yang diberikan oleh pemerintah tidak tepat sasaran,

seragam yang seharusnya diberikan pada anak dari kalangan kurang mampu justru dinikmati

oleh semua siswa dan pada akhirnya anak dari keluarga kurang mampu tidak mendapatkan

haknya. Dalam petunjuk teknis menjelaskan

“membantu siswa miskin (1) pemberian tambahan biaya trasportasi bagi siswa miskin

yang menghadapi persoalan biaya traspot dari dan kesekolah (2) membeli alat

trasportasi sederhana bagi siswa miskin yang akan menjadi barang inventaris sekolah

misalnya sepeda, perahu penyebrangan dll (3) membeli seragam sepatu dan alat tulis

bagi siswa penerima biasiswa siswa miskin (BSM), baik dari pusat, provinsi, maupun

kabupaten/kota dimadrasayah tersebut”

Penjelasan petunjuk teknis tersebut jelas sekali bahwa siswa miskin mempunyai hak atas

fasilitas yang bersal dari anggaran BOS akan tetapi sekolah lebih memilih memberikan fasilitas

yang sama pada semua muridnya. Dan lebih tragisnya lagi BOS ini tidak menyentuh siswa dari

kalangan miskin dikarnakan ada BSM. Berikut petikan wawancara dengan kepala sekolah ZN

“ iuran yang dibebankan pada siswa sebesar Rp. 15.000,- untuk pembelian konsumsi

karna konsumsi tidak boleh diambilkan dari BOS serta untuk perbaikan mebeleir

……kalau siswa dari keluarga kurang mampu sudah ada BSM. Kaitanya dengan BOS

anak yatim piatu tidak di pungut iuran”

Dari penjelasan diatas peneliti berusaha mencari data dari orang tua siswa Ibu YR pemilik toko

dekat sekolahan, anaknya duduk di kelas 9 menjelaskan

“…iuran bulanan sebesar Rp. 25.000,- kalau ujian nasional sebanyak Rp.500.000.”

Page 22: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1534

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Hal senada diutarakan oleh Ibu SR anaknya duduk di kelas 8 mengatakan, ibu ini tinggal

dirumah yang sangat sderhana, lantainya masih berupa tanah, serta pekerjaanya sebagai

penjahid. Mengatakan

“iuran bulanan sebesar Rp.25.000,- mba iuran ujian nasional sebesar Rp.500.000,-….

saya ko tidak dapat bantuan sih mbak berupa keringanan tiap bulan atau bebas SPP,

saya sanpun (sudah) mencoba untuk minta keringan tapi tidak di kasih, karna saya

harus membawa kartu jamkesmas, sementara kulo (saya) kan ga punya”

Peryataan tersebut menunjukan bahwa managemen sekolah tidak menerapkan akuntabilitas

dengan baik menurut Turner and Hulme, (1997) Akuntabilitas adalah keharusan lembaga-

lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban horizontal (masyarakat)

bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih tinggi). Akuntabilitas ini

merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana publik

(public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana,

serta korupsi. Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama

masyarakat. Dari paparan diatas sekolah ingin menutupi beberapa pendapatan sekolah dari

pihak luar termasuk dari peneliti. Lebih parah lagi terjadi pada sekolah negeri berikut petikan

wawancara dengan kepala sekolah ZN

“yang boleh tahu laporan keuangan sekolah ini (1) Atasan saya (2) BPK”

Hal senada terjadi juga di SMPN yang lain berikut petikan wawancara dengan Ibu SG,

bendahara pengeluaran sekolah

“maaf ya mbak saya disini baru tiga bulan jadi ga tahu laporan yang lalu”

Hasil wawancara tersebut menunjukan ada kehawatiran dari pihak sekolah laporan keuangan

diketahui pihak external. Perlakuan seperti itu jelas melanggar UU No 14 Tahun 2008 tentang

keterbukaan informasi publik pasal 2 yang berbunyi

“setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap penggunaan oleh

informasi publik”

BOS yang digulirkan pemerintah terkesan hanya ingin memudahkan pemerintah dalam peroses

pengangaran. Pendekatan yang digunakan oleh pemerintah dalam penyusunan anggaran

menggunakan pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mempunyai karakteristik seperti

Incrementalism anggaran yang bersifat Incrementalism yaitu: hanya menambah dan

mengurangi jumlah rupiah pada item-item pada anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan

menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambah

pengawasan dana atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam Haryanto dan

Sahmudin, (2008). BOS yang diberikan pemerintah terus mengalami kenaikan tanpa dikaji

ulang apakah BOS yang sudah berjalan dipergunakan secara ekonomis, efektif, dan efisien

dalam mencapai cita-cita tujuan awal dikeluarkanyan BOS. Selain itu BOS juga tidak mengatur

berapa seharusnya honor guru swasta perjamnya? Berapa guru yang yang dibiayai oleh BOS?

Akibatnya yang terjadi sekolah memberi honor guru sangat rendah dan variative antara sekolah

yang satu dengan sekolah yang lainya. Berikut petikan wawancara dengan Kepala sekolah

SMPI beliau mengatakan.

“ BOS diperioritaskan pada Honor guru sisanya kegiatan sekolah seperti semesteran

dan ulangan harian iuran kami pungut atas persetujuan komite sekolah dan

Page 23: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1535

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

kesepakatanya sebesar Rp.30.000,- dan hal ini tidak dilarang dalam petunjuk

teknis…..yang terpenting bagi saya tidak ada siswa keluar dari sekolah ini karna tidak

mampu untuk membayar iuran. Jadi anak miskin bebas tidak membayar iuran dengan

menunjukan surat dari RT, punya kartu jamkesmas, kartu harapan serta hasil survey”

Seorang Ibu bagian TU menyakinkan

“honor guru sampai 90% selebihnya dipakai kegiatan sekolah”

Dari penjelasan bapak kepala sekolah dan ibu kepala TU tersebut peneliti berusaha menggali

data tersebut dari siswa. Berikut petikan wawancara dengan siswa SMPI.

“ia ada mba pungutanya sebesar Rp. 30.000…”

Tidak berhenti dari penjelasan kepala sekolah peneliti berusaha menemui komite sekolah yang

rumahnya tidak jauh dari sekolah tersebut.

“..di SMPI ini memang ada pungutanya yaitu sebesar Rp.30.000…..saya setuju dengan

angka sebesar itu karna saya tahu laporan keuanganya BOS kebanyakan untuk honor

guru”

Berangkat dari hasil wawancara dengan beberapa pejabat sekolah negeri dan swasta

ada temuan bahwa BOS tidak tepat sasaran dalam hal penggunaanya. Adapun ketidaktepatan

itu tidak terlepas dari proses awal yaitu terletak pada pertama RAKS bagi sekolah hanyalah

formalitas saja. Bukan sebuah keharusan untuk mencapai kualitas sekolah. Kedua BOS

menyimpang dari tujuan awal. Pihak sekolah lebih mementingkan kebutuhan operasional yang

lain ketimbang memberikan fasilitas bagi siswa dari keluarga miskin. Semua itu berangkat dari

keluarga kurang mampu sudah ada bantuan siswa miskin (BSM) . ketiga iuran masih

membebani semua murid, pihak sekolah memberi bantuan pada anak miskin atas jusdment

pengelola sekolah bukan atas kenyataan dilapangan. keempat adanya dobel anggaran, dalam

aturan BOS siswa dari keluarga kurang mampu harus diberi perioritas yang lebih dalam

pembiayaan seragam, sepatu, tas, serta transportasi. Dilain pihak pemerintah mengeluarkan

bantuan siswa miskin (BSM), dimana kedua-duanya dengan peruntukan yang sama. Sekolah

berstatus negeri biaya operasional di biayai oleh dua sumber pertama dari APBD II. Kedua dari

BOS, kedua-duanya sama-sama untuk biaya operasional sekolah. serta BOS pendamping. BOS

pendamping ini berasal dari APBD I dan II. Kelima dengan adanya BOS tidak semua sekolah

berfikir untuk mensejahtrakan gurunya. Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah ada BOS.

Sekolah yang terletak di pedesaan masih memberi honor guru sebesar Rp. 15.000,-Rp. 20.000,-

/jam/bulan. Sementara sekolah yang berada di perkotaan memberi honor guru Rp.20.000,-

Rp.25.000./ jam/ bulan . Sebuah honor yang tidak menghargai keilmuan seseorang dalam

memperjuangkan melawan kebodohan/ kebelumcerdasan.

Dari beberapa larangan yang sering dilanggar Membeli pakaian/seragam bagi

guru/siswa. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat. Serta membangun gedung/ruangan

baru. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana BOS memang sudah banyak

disinyalir di beberapa tempat, namun tentunya juga hal ini tidak bisa digeneralisasikan di semua

tempat dan kondisi penyalahgunaan wewenang tersebut terjadi, namun jika dilihat dari segi

peluang atau kesempatan, banyak sekali peluang yang bisa digunakan oleh oknum untuk bisa

melakukan penyelewengan. Oleh karena itu hal yang paling penting adalah meminimalisir

Page 24: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1536

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

kesempatan dan peluang supaya tidak bisa terjadi dan tidak ada kesempatan oknum untuk

keluar dari aturan yang sudah berlaku. Menghapuskan kebijakan pendidikan yang berbantuan

jelas bukan menjadi solusi, karena memang pada intinya pendidikan adalah kebutuhan primer

yang harus terpenuhi, dan juga Undang-Undang kita telah mengamanatkan untuk memberikan

layanan gratis untuk pendidikan dasar. Oleh karena itu, penghapusan sama sekali kebijakan

BOS bukan merupakan solusi bagi kemelut pengelolaan dana BOS. Namun, setidaknya ada

beberapa langkah yang kemungkinan bisa diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi

permasalahan ini diantaranya :

1. Peninjauan Kembali Kebijakan

UUD 1945 menyatakan bahwa pendidikan adalah hak bagi semua warga, terlebih pendidikan

dasar untuk wajib belajar Sembilan tahun menjadi hak utama bagi warga Negara dan Negara

wajib mengusahakan pembiayaannya. Ini menjadi amanat besar dan latar belakang utama

kenapa dana BOS hadir dalam proses pendidikan wajib belajar 9 tahun. Serta perubahan

terhadap petunjuk teknis dalam hal ini penggunaanya harus lebih rinci yang selama ini di pakai

sebagai acuan sekolah dalam melakukan pertanggungjawaban. Pada kenyataannya tidak semua

sekolah dan tidak semua warga Negara membutuhkan dan harus diberi bantuan untuk

pendidikan dasar ini, hal ini terbukti dengan beberapa sekolah yang tidak menerima dana

BOS, tapi tetap memberikan kualitas kepada peserta didiknya.

2. BOS Berkeadilan

Adil bukan berarti sama rata, bisa saja besaran antara yang satu dengan yang lainnya berbeda,

tapi secara teknis dan hakikatnya besaran itu bisa mencukupi serta bisa digunakan secara efektif

dan efisien. Oleh karena itu dana yang berkeadilan sudah saatnya diberlakukan untuk

pengelolaan bantuan pendidikan.

3. Pengwasan yang Efektif dan Efisien

Selama ini pengawasan yang terjadi pada pengelolaan dana BOS cukup pada tataran pelaporan

saja, sedangkan implementasi kenyataan di lapangan masih kurang, pihak pengawas, kantor

dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan yang ada diatas kertas saja, padahal jika

dilihat di lapangan, belum tentu sesuai dengan apa yang ada dalam laporan, sehingga disini

benar-benar dibutuhkan pengawasan yang efektif dan efisien untuk menanggulangi

penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan dana BOS.

4. Pendampingan Dari Ahli Yang Kompeten

Ahli yang dimaksud orang atau lembaga social yang faham pengelolaan pendidikan, sehingga

pemahaman terhadap pengelolaan pendidikan akan menajdi dasar yang kuat bagi teknis

pelaksanaan pengelolaan dana BOS. Hal ini dikarenakan di sekolah belum ada tenaga

professional yang menangani manajemen sekolah, tenaga yang ada hanyalah lulusan SMA atau

bahkan SMP, sedangkan untuk mengelola dana sebesar ini dibutuhkan beberapa kompetensi

yang utama, disamping tentunya kompetensi manajerial. Pendampingan bisa saja perorangan

yang dibentuk pemerintah untuk ikut mengawal dan menjadi mitra pendamping bagi sekolah.

Hal ini bisa saja menekan penyalahgunaan dan ketidak tepatan penggunaan dana BOS di

sekolah, terlebih lagi di daerah yang kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya relatif

berbeda dengan sekolah yang yang sudah maju.

Page 25: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1537

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

TABEL II

SOLUSI PROBLEM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

No BOS Seharusnya Kenyataan diLapangan Solusi

1 Siswa dari keluarga kurang mampu Bebas

Biaya

Awal masuk sekolah siswa mengisi

biodata lengkap tentang diri dan kondisi

orang tua (pekerjaan dan penghasilanya)

Ada pengecekan ditingkatan lapangan

Data diperbaharui setiap satu semester

Siswa berdasarkan pemilik

jamkesmas, kartu raskin

Kondisi dilapangan tidak

semua kalangan kurang

mampu mempunyai kartu

jamkesmas

Jamkesmas, dan raskin

tidak jelas

pembaharuanya

Siswa yang berada

diwilayah keramaian atau

kota malu untuk

mengajukan bebas

biaya(harus mengaku

sebagai orang miskin)

1 Perbaharui UU

tentang BOS

2 Bentuk UU UMR

Pendidikan

3 Pendamping tenaga

ahli

2 Ditetapkan UMR pendidikan Honor guru tidak layak

Rp.15.000-

22.000/jam/bulan

Jadi guru yang

mempunyai beban

mengajar 24 jam

perminggu menerima

honor Rp 450.000-

600.000,- /bulan

3 Setiap atem peruntukan BOS harus di

tetapkan nominalnya

Tidak ada pagu yang tetap

sehingga yang terjadi

dilapangan tetap masih

ada pungutan,

kesejahtraan guru

terabaikan, tidak ada

pembeda antara sebelum

ada BOS dan sesudah ada

BOS.

4 BOS di swasta lebih banyak Sama antara sekolah

negeri dan swasta

4.2.2 Faktor Standarisasi Dalam Menentukan Kelayakan Penerima Bantuan

Operasional Sekolah

Dalam menentukan standarisasi kelayakan penerima BOS tidak terlepas dari

beberapa hal pertama tujuan dari BOS itu sendiri ketika disalurkan jelas manfaatnya.

Kedua ketepatan sasaran BOS dalam artian disini BOS benar-benar diperioritaskan

pada sekolah yang lebih membutuhkanya atau anak bangsa yang lebih memerlukan.

Ketiga BOS bisa memberi kesejahtraan tenaga pendidik. Keempat sebagai mutivasi

bagi peserta didik. Kelima sekolah mampu menerapkan perinsip good governence.

Yang dimaksud dengan standart menurut Purnadi dan Sarjono 1982 Patokan-patokan

Page 26: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1538

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

atau pedoman itulah sebagai kaedah atau norma atau standart. Berikut penuturan guru

negeri maupun swasta Bapak W seorang guru swasta mengungkapkan

“…BOS merupakan bantuan dari pemerintah yang diberikan pada anak lewat

sekolah yang diperuntukan biaya operasional sekolah. di sini ada kata bantuan,

mestinya bantuan ini diberikan pada yang lebih berhak dengan jumlah yang cukup.

Bukan sama. Siswa ada yang miskin ada yang kaya masak dibantu

semua…sebenarnya dibantu semua ga masalah tapi jumlahnya berbeda antara anak

yang satu dengan anak yang lainya”

Ibu N guru swasta mengatakan

“….tujuan pemerintah itu baik agar semua anak Indonesia bisa sekolah dengan biaya

murah, akan tetapi jangan lupa kesejahtraan guru disini harus di perhatikan. Mestinya

BOS untuk swasta lebih besar dibandingkan dengan negeri. Kan negeri sudah tidak

usah mengeluarkan honor untuk guru, TU, keamanaan, sementara diswasta BOS itu

harus dibagi-bagi dengan honor guru, TU, Kemanan, Kebersihan dan biaya lain.

Seharunya dengan adanya BOS guru juga merasakan manfaatnya….gaji guru

sebelum ada BOS dengan sekarang hampir sama aja. Masalahnya Pemerintah tidak

membuat standar honor guru swasta. Sehingga sekolah tidak begitu pusing untuk

mensejahtrakan gurunya.

Hal senada Bapak M (PNS Di swasta)

”...BOS swasta harusnya lebih besar mengigat kebutuhan sekolah swasta lebih besar.

Selama ini BOS diswasta untuk honor yang kurang layak aja sudah memakan

anggaran BOS besar sekali. Bagaimana guru swasta bisa sejahtera, kalau BOS yang

diberikan jumlahya sama.

Atas dasar kenyataan di atas anggaran BOS diberikan pada (1) semua siswa dengan

jumlah nominal yang sama tidak di bedakan antara siswa dari keluarga mampu dengan siswa

dari keluarga kurang mampu Kita tahu semua bahwa kebutuhan siswa dari keluarga kurang

mampu terasa lebih berat karna pendapatan orang tuanya hanya mampu untuk mencukupi

kebutuhan rumahtangganya. (2) BOS tidak memberikan kesejahtraan kepada guru. Dalam

petunjuk teknis maupun dalam sistem pendidikan nasional tidak disebutkan berapa honor guru

perjamnya. (3) antara negeri dan swasta jumlah BOS yang digulirkan oleh pemerintah

jumlahnya sama. Walaupun kebutuhan antara negeri dan swasta berbeda. Di negeri sudah ada

dana operasional yang berasal dari APBD II sementara di swasta sumber pendanaan dari BOS

dan SPP siswa. (4) tidak memberi motivasi siswa maupun orang tua untuk turut memerangi

kebodohan. Munculnya tidak ada motivasi ini berasal dari tidak adanya beban orang tua dalam

melaksanakan pendidikan berupa biaya. Berangkat dari hasil wawancara dan observasi tersebut

BOS tidak banyak memberikan manfaat.

4.2.3 Kelayakan Bantuan Operasional Untuk Sekolah Negeri dan Swasta

Program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan Angka

Partisipasi Kasar ( APK), namun harus juga berkontribusi penting untuk peningkatan mutu

pendidikan. Selain itu, dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan,

program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Perubahan kebijakan berkaitan dengan dana BOS antara lain mencakup perubahan biaya

satuan BOS, kebijakan buku murah, perubahan penggunaan dana BOS dan struktur organisasi

Page 27: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1539

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

pelaksanaan BOS. Berikut wawancara dengan bendahara sekolah swasta mengenai pendapatan

sekolah swasta maupun negeri.

“pendapatan sekolah kami dari BOS yang besarnya Rp 58.000-/bulan, BOS

pendamping besarnya Rp.4.900.000,-/tahun, SPP dari siswa Rp.15.000. pendapatan itu

digunakan untuk operasional sekolah seperti gaji guru, proses belajar

mengajar,pemeliharaan sarana prasarana, rehabilitasi, pengadaan sarana prasarana,

kegiatan ekstra kurikuler, daya dan jasa, eeemm tata usaha dan administrasi serta

kebutuhan lainya yang tak terduga.

Penjelasan tersebut di yakinkan oleh seorang guru lainya yang duduk di depan Bapak

bendahara.

“iya mba kegiatan yang paling banyak memakan anggaran itu honor guru dan

pemeliharaan sarana prasarana…..kalau dibandingkan, kebutuhan swasta memang

lebih besar dari sekolah negeri, yang kelihatan aja di negeri gaji dan operasional sudah

ditanggung APBD II, sementara kami harus mengeluarkan semua itu di tambah lagi

kami harus melakukan kegiatan yang lain yang di ambil dari dana BOS jadi kita harus

pintar-pintar mengatur keuangan BOS”

Pendapat dari tokoh masyarakat mengenai BOS antara negeri dan swasta berikut wawancara

dengan pemilik yayasan sosial.

“sajani pemerintah pingin luru gampangi, ikiloh pemerintah konsisten menuntaskan

wajar 9 tahun tak kei BOS kabe kelolao, tapi prakteki masyarakat iku geremeng ledikon

bayar, gerteni sekolah ora bayar….haruse ora podo swasta negeri (sebenarnya

pemerintah pingin cari gampang, ini pemerintah konsisten untuk menuntaskan wajib

belajar 9 tahun saya kasih BOS semua dikelola, tapi prakteknya masyarakat itu ngomel

kalau di suruh bayar, taunya masyarakat sekolah gak bayar ….harusnya gak sama antara

negeri dan swasta”

Wawancara juga dilakukan dengan FLP (forum lintas pelaku) berikut penuturan Bapak LK

“kita tahu semua bahwa swasta ini kebutuhanya lebih banyak kaitanya dengan BOS,

perbedaanya terletak pada gaji guru di negeri gaji sudah tidak mengeluarkan, berbeda

dengan swasta rata-rata 70% untuk biaya guru, tapi yang paling penting bagi saya

supaya tidak ada kecurigaan antara pengelola BOS dengan guru, antara pihak sekolah

dengan masyarakata maka pemerintah harus mengatur honor guru swasta sehingga

jelas berapa persenya dari BOS untuk kesejahtraan guru.

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa pendapatan sekolah hanya cukup

memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak taanpa mempertimbangkan kesejahtraan guru.

Untuk itu ada kelayakan penambahan bagi sekolah swasta sebayak 50% dari yang diberikan

pada sekolah negeri.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi yang dijumpai dalam penelitian

seperti yang di bahas dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara umum BOS yang digulirkan pemerintah pusat dari sejak program dicanangkan

telah terjadi tidak tepat sasaran, ketidaktepatan sasaran berangkat konseptualisasi dari

pemaknaan BOS yang berdampak pada praktek penyalurannya, walaupun dalam

Page 28: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1540

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

praktek dilapangan sekolah telah membuat RAPBS, RAPBS tersebut hanyalah sebuah

ritualitas bahkan terkesan formalitas belaka dengan tujuan pencapaian syarat untuk

pencairan BOS tahun berikutnya. RAPBS yang dibuat oleh sekolah tidak melibatkan

guru yang bersangkutan dan komponen lainnya seperti, pihak komite, wali murid

bahkan pihak swasta dalam hal ini masyarakat peduli pendidikan. Proses berlakunya

seperti diatas menjadi awal/tonggak ketidaktepatan pelaksanan program BOS

2. Meskipun sudah ada komite sekolah peran pengawasan tidak maksimal, hal ini

disebabkan tidak ada pagu yang baku untuk biaya operasional sekolah.

3. Adapun permasalahan yang ditimbulkan akibat dari seragamnya kebijakan pemerintah

dalam pemberian BOS sebagai berikut:

a. Tingginya biaya pendidikan

b. Rendahnya honor guru swasta

c. Masih rendahnya kualitas pendidikan

5 Adapun kelayakan jumlah BOS swasta 50% nya lebih banyak dari sekolah yang

berstatus negeri. Pada sekolah negeri biaya operasional sudah di biayai APBN lewat

APBD II. Sementara diswasta murni dari BOS, dan sumbagan wali murid.

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini dalam rangka keberhasilan dalam mewujudkan

keadilan di bidang pendidikan dan efektifitas dalam penggunaan keuangan Negara adalah:

1 Berdasarkan hasil temuan dilapangan BOS sebagian diperuntukan untuk siswa

dari kalangan kurang mampu justru dibiayai oleh BSM untuk itu item itu perlu

diperjelas yang kemudian ditetapkan dari mana sumber untuk siswa dari keluarga

kurang mampu dengan tujuan tidak terjadi dobel anggaran.

2 Jumlah anggaran BOS sering mengalami kenaikan akan tetapi dari kenaikan

tersebut tidak memberikan banyak manfaat bagi kesejahtraan guru, untuk itu

harus ada UMR pendidikan yang di tetapkan dengan Undang-Undang tentang

UMR pendidikan.

3 Adanya perbedaan pembiayaan pada tingkatan sekolah negeri dan swasta di mana

sekolah negeri biaya operasional sudah di biayai oleh APBN maka harus ada

kenaikan BOS pada sekolah swasta sebanyak 50% dari sekolah negeri dengan

mengutamakan UMR pendidikan Rp.12.500,- perjam /pertemuan dengan beban

kerja 24 jam perminggu, maka honor guru swasta sebesara Rp.1.450.000/bulan

4 Agar lebih terarah penggunaan dana BOS maka perlu adanya pagu yang jelas di

setiap item peruntukan BOS dengan menghitung jumlah rombongan kelas dan

jumlah siswa.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian menyangkut masalah keuangan di setiap sekolah menyebabkan kehawatiran

yang mendalam bagi pihak sekolah ketika di wawancarai masalah keuangan. Apalagi diminta

data-data kaitanya dengan keuangan ada beberapa sekolah negeri dan swasta tidak memberikan

data kaitanya keuangan sehingga menyulitkan peneliti dalam menganalisis berapa sebenarnya

jumlah pendapatan yang ada disekolah tersebut dan diperuntukan sebagai apa?. Indonesia yang

letak geoggrafis, suku budaya, serta terdiri dari pulau-pulau yang kemudian membutuhkan

penelitian lebih lanjut untuk menyakinkan bahwa pemberian BOS yang tidak sama antara

negeri dan swasta sangat di butuhkan.

Page 29: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1541

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineke Cipta,

Jakarta

Belkaoui Ahmed, 1989, Behavioral Accounting: The Reseach and Practical Issues. New York:

Quorum Books

Chariri, Anis, 2007. Thesis S-2: Mungkinkan Dengan Pendekatan Kualitatif?” Peper Disajikan

Pada Kuliah Umum Program Magister Managemen. Universitas Muria Kudus, 10

November 2007

…………….2009 “ Landasan Filsafat Dan Metode Penelitian Kualitatif”. Peper Disajikan

Pada Worshop Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Laboratorium

Pengembagan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,

31 Juli-1 Agustus 2009

Edward III, George C, 1980, Implementating Public Policy, Wasington:Congressional

Quaterly, Inc, USA

Halim Abdul, Restianto.E. Yanuar, Karman Wayan 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik, UPP

STIM YKPN, Yogyakarta

Haryanto dan Sahmuddin 2007, Akuntansi Sektor Publik, Universitas Diponegoro, Semarang

Haryanto, Sahmudin dan Arifudin 2007, Akuntansi Sektor Publik,Universitas Diponegoro

Ikhsan A, dan Ishak M 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Indriantoro, N dan Supomo, B 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan III, Penerbit BPFE,

Yokyakarta

John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973. Terjemah; Uzair

Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006

Karding, Kadir Abdul (2008) Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (

Bos ) Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Semarang. Tesis Pada Program

Magister Administrasi Publik Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Managemen Keuangan Daerah.Andi, Yokyakarta

Marshall, Catherine, Gretchen B Rosman, 1995. Designing Qulitative Research, Second

Edition. Sage Publication, International Educational and Profesional Publisher,

London

Maryanti, Puji. (2005), “Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior:

Pendekatan Karakteristik Personal Auditor”. Tesis Program Pasca Sarjana UNDIP

(tidak dipublikasikan)

Maykut, Pamela and Richard Morehouse, 2002. Beginning Qualitative Research: A

Philosophic and practical Guide. The Taylor & Francis e- Librari.p.75& 105.

Meleong, Lexzy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Bandung

.…………2006. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Page 30: Strategi Perencanaan Pajak Dalam Corporate Governance Dan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5605/2/PROS_Yuli Chomsatu S... · ... (tax planning). ... pemegang saham, dan

1542

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Osborne, David and Ted Gaebler, 1995, Reinventing Government: How TheEntrepreneurial

Spirit Is Tranforming The Public Sector, New York: Penguin Books Inc

Patton, Michael Quinn, 1991, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, Beverly Hills:

Sage Publications

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Petunjuk Teknis,2005, Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2005

………… 2012 Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012

……………2006 Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2006

Sahrani Ridwan.1991. Rangkuman intisari ilmu hukum,Pustaka Kartini.

Saugnessy, J. J. 2007. Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suartana wayan,2010, Akuntansi Keperilakuan. Teori dan Implementasi. Andi Yogyakarta

Sugiono 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Alfabeta Bandung

Supiyan, Hadi Nur. 2012. Praktik Profesional Judgment Auditor Dalam Penentuan Metode

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Terhadap Kasus Korupsi Pengadaan Buku

Ajar yang Terjadi di Dinas Pendidikan Kota X (Study Kasus Pada Perwakilan BPKP

Propinsi Jawa Tengah). Tesis Pada Program Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Susenas, 2005 “Statistik Dalam Angka “ Kota Semarang

Teori keadilan, 21 Desember 2012. Sumber: Merriam-Webster.com. Teori Keadilan.

Todaro, Michael P. 2000, Pembangunan Ekonmi Edisi Kelima,Penerbit Bumi Aksara Jakarta

Fattah Nanag, 2004 ekonomi dan pembiayaan pendidikan, PT remaja Rosda Karya Bandung