strategi rumahtangga nelayan dalam mengatasi kemiskinan · faktor-faktor penyebab kemiskinan pada...

114
STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: lyhanh

Post on 03-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

(Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

ABDUL MUGNI

A14202017

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

RINGKASAN

ABDUL MUGNI. STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM

MENGATASI KEMISKINAN. Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan,

Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat (Di bawah

bimbingan SAHARUDIN)

Kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan dipahami

sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan

akan sandang, pangan dan papan serta keterbatasan dalam menjangkau pelayanan

pendidikan. Ciri kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan dapat

diidentifikasi secara fisik dan sosial. Secara fisik, kemiskinan dapat dicirikan oleh

kepemilikan rumah tempat tinggal yang sangat sederhana, yaitu berupa rumah

semi permanen dan rumah yang terbuat dari dinding anyaman bambu. Selain itu,

dapat pula terlihat dari keterbatasan pemilikan barang-barang yang dapat

menunjukkan status sosial yang tinggi seperti emas, perabotan rumahtangga yang

mewah, dan lain-lain. Secara sosial, kemiskinan pada masyarakat nelayan dapat

terlihat dari rendahnya tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan dan lain-

lain.

Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa

Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab kemiskinan

tersebut berupa perubahan cuaca dan fluktuasi musim ikan, sumberdaya manusia

(SDM) nelayan yang masih rendah, adanya eksploitasi pemodal, ketimpangan

dalam sistem bagi hasil, motorisasi dan kebiasaan nelayan.

Strategi yang diterapkan oleh rumahtangga nelayan dalam menghadapi

situasi kemiskinan tersebut berupa pola nafkah ganda, peranan anggota keluarga

(istri dan anak) nelayan, diversifikasi peralatan tangkap, pemanfaatan organisasi

produksi, dan pemanfaatan jaringan sosial. Penerapan berbagai strategi tersebut

telah membantu para nelayan dalam menghadapi situasi kemiskinan, sehingga

mereka tetap dapat bertahan hidup ditengah keadaan yang serba miskin.

Page 3: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

(Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten

Indramayu, Propinsi Jawa Barat)

Oleh: ABDUL MUGNI

A14202017

SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 4: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM

MENGATASI KEMISKINAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG

BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN

OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG

DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2006

Abdul Mugni

A 14202017

Page 5: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGAMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:

Nama Mahasiswa : ABDUL MUGNI

Nomor Pokok : A14202017

Judul : Strategi Rumahtangga Nelayan Dalam Mengatasi

Kemiskinan (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan,

Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi

Jawa Barat).

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Saharuddin, M.Si

NIP. 132 047 078

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.

NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus Ujian:

Page 6: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

i

KATA PENGANTAR

Fenomena kemiskinan pada masyarakat nelayan di Indonesia merupakan

topik yang sering diperbincangkan baik dalam karya ilmiah maupun dalam media

masa. Dalam tulisan ini dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan

pada masyarakat nelayan dan bentuk-bentuk strategi rumahtangga nelayan dalam

berusaha mengatasi faktor-faktor penyebab kemiskinan tersebut. Semua kegiatan

yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya dukungan

berbagai pihak. Karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan terhadap kegiatan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat kelulusan studi S1 saya di Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

Page 7: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan nikmat-Nya kepada kita semua. Atas izin dari-Nya juga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk

memenuhi syarat kelulusan studi S1 di Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi

ini mengambil judul “ Strategi Rumahtangga Nelayan Dalam Mengatasi

Kemiskinan”.

Pada kesempatan ini rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan yang

tulus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Ir. Saharudin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Atas saran

dan bimbingannya.

2. Ibu Ir. Melani abdulkadir Sunito, M.Si selaku pembimbing akademik,

yang selalu mendukung dan memberi semangat.

3. Ir. Martua Sihalaho, M.Si, yang telah bersedia menjadi penguji dalam

ujian skripsi saya.

4. Ibu dan Ayah tercinta atas do’a dan usahanya yang tak kenal lelah

memperjuangkan segalanya.

5. Keluarga tercinta (paman, bibi, kakak dan adik-adikku) atas segala do’a

dan dukungannya.

6. Keluarga besar Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dedi Fardiaz, M.Sc atas segala

dorongan, bimbingan dan bantuannya.

7. Rosi Cisadesi atas semangat, dukungan, kebersamaan dan bantuannya

selama penyusunan skripsi ini.

8. Masyarakat nelayan Desa Limbangan, atas kerjasama dan bantuannya.

9. Teman-teman KPM 39 atas kebersamaan dan dukungannya.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan studi pustaka ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terimakasih atas segalanya. Tiada yang sempurna selain Allah. Saya hanya

manusia yang tak akan pernah sempurna, begitupun dengan karya ini. Kritik dan

saran demi perbaikan karya ini, saya terima dengan senang hati, alamatkan

langsung ke [email protected].

Page 8: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1982 di Indramayu, Jawa

Barat. Penulis merupakan anak keempat dari sebelas bersaudara pasangan

Mukamad dan Maeni. Pendidikan yang di tempuh oleh penulis pertama kali

adalah SDN Srengseng III, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, tahun

1990-1996. Penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Karangampel di kota yang sama

pada tahun 1996-1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di SMUN 1

Krangkeng, pada tahun 1999-2002. Pada tahun 2002 pula, penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) pada

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat (KPM) sebagai angkatan 39.

Selama bersekolah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler

seperti Pramuka, PASKIBRA, PMR, dan OSIS. Penulis pernah menjabat sebagai

ketua PMR SMUN 1 Krangkeng pada tahun 2000-2001. Begitu pula pada masa

kuliah, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah menjabat

sebagai ketua UKM Aikido Institut Pertanian Bogor periode 2003-2004 dan, staf

Biro Olahraga dan Seni MISETA periode 2003-2004 dan anggota UKM

Bulutangkis tahun 2003 sampai sekarang.

Page 9: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teoritis .................................................................................... 7

2.1.1 Karakteristik Umum Masyarakat Nelayan ..................................... 7

2.1.1.1 Stratifikasi Masyarakat Nelayan ............................................. 7

2.1.1.2 Tipologi Nelayan .................................................................... 8

2.1.1.3 Hubungan Antar Tipe Nelayan ............................................... 11

2.1.2 Kemiskinan Nelayan ...................................................................... 12

2.1.2.1 Konsep Kemiskinan ................................................................ 12

2.1.2.2 Ciri Kemiskinan Nelayan ....................................................... 17

2.1.2.3 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan ........................ 18

2.1.3 Strategi Rumahtangga Nelayan ..................................................... 20

2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 23

2.3 Batasan Pengertian ..................................................................................... 27

2.4 Hipotesis Pengarah ..................................................................................... 28

Page 10: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

iv

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 30

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa ............................................................................... 33

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Alam ............................................................... 33

4.1.2 Penduduk dan Mata Pencaharian ..................................................... 34

4.1.3 Sarana, Prasarana dan Pola Pemukiman .......................................... 36

4.1.4 Motorisasi Peralatan Tangkap ......................................................... 39

4.1.5 Jenis Paralatan Tangkap .................................................................. 40

4.1.6 Tradisi dan Kepercayaan Masyarakat .............................................. 44

BAB V KEMISKINAN DAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN

5.1 Situasi Umum Kehidupan Nelayan ............................................................. 46

5.1.1 Stratifikasi Masyarakat Nelayan ...................................................... 47

5.1.2 Hubungan Antar Tipe Nelayan ........................................................ 48

5.1.3 Sistem Bagi Hasil ............................................................................ 51

5.1.4 Kemiskinan Nelayan ........................................................................ 61

5.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan ........................................... 64

5.2.1 Fluktuasi Musim Tangkapan ........................................................... 64

5.2.2 Sumberdaya Manusia (SDM) Nelayan ............................................ 65

5.2.3 Eksploitasi Pemodal (Bakul) ........................................................... 66

5.2.4 Ketimpangan Sistem Bagi Hasil ...................................................... 67

5.2.5 Motorisasi ........................................................................................ 68

5.2.6 Pencemaran Lingkungan ................................................................. 69

5.2.7 Kebiasaan Nelayan .......................................................................... 70

5.3 Strategi Rumahtangga Nelayan .................................................................. 72

5.3.1 Peran Anggota Keluarga .................................................................. 72

5.3.2 Pola Nafkah Ganda .......................................................................... 73

Page 11: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

v

5.3.3 Diversifikasi Peralatan Tangkap ...................................................... 74

5.3.4 Pemanfaatan Organisasi produktif ................................................... 75

5.3.5 Jaringan Sosial ................................................................................. 76

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 88

6.2 Saran ........................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93

LAMPIRAN ....................................................................................................... 96

Page 12: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

No Teks

1. Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Limbangan, Kecamatan

Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat

Menurut Tingkat Pendidikan, 2005 ........................................................... 34

2. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian

di Desa Limbangan .................................................................................... 35

3. Bangunan Sarana Pendidikan di Desa Limbangan, Kecamatan

Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat ........................... 37

4. Bangunan Rumah Nelayan Menurut Jenis Rumah, Jumlah, dan Pemilik .. 39

5. Perbedaan Jenis Alat Tangkap Nelayan di Desa Limbangan

Menurut Jenis ikan, Jumlah nelayan, Frekuensi menabur jaring,

Wilayah operasi dan Musim ...................................................................... 43

6. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Payang .............. 53

7. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kantong ............ 56

8. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Rampusan ......... 58

9. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kopet ................ 60

10. Kalender Musim Nelayan Desa Limbangan ............................................ 64

11. Peralatan Tangkap Berdasarkan Jenis Ikan yang dapat di Tangkap .......... 75

Lampiran

12. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 97

Page 13: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

No Teks

1. Kerangka Studi Strategi Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan ............... 26

2. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Payang .................. 55

3. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Kantong ................ 57

4. Rumah Tempat Tinggal Nelayan Bidak ....................................................... 63

5. Kegiatan Menggorek Anak-anak Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan ....... 72

6. Struktur Jaringan Sosial: Hubungan Bidak, Juragan dan Bakul ................. 77

7. Peta Mobilitas Musiman Nelayan di Desa Limbangan ................................ 80

Lampiran

8. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 96

Page 14: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

No

1. Panduan Pertanyaan Wawancara ................................................................. 99

Page 15: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya pesisir dan kelautan adalah asset yang penting bagi Indonesia.

Dengan luas laut 5,8 juta Km2, Indonesia sesungguhnya memiliki sumberdaya

perikanan laut yang besar dan beragam. Potensi lestari sumberdaya perikanan laut

di Indonesia adalah 6,7 juta ton pertahun dari berbagai jenis ikan, udang dan

cumi-cumi. Apabila potensi ini diperkirakan kedalam nilai ekonomi berdasarkan

harga satuan komoditi perikanan, maka akan diperoleh nilai sebesar US $ 15

Miliar (Dahuri, 1996).

Jumlah penduduk Indonesia sekitar 210 juta jiwa. Pada saat ini setidaknya

terdapat 2 juta rumahtangga yang menggantungkan hidupnya pada sektor

perikanan. Dengan asumsi tiap rumahtangga nelayan memiliki 6 jiwa maka

sekurang-kurangnya terdapat 12 juta jiwa yang menggantungkan hidupnya sehari-

hari pada sumberdaya laut termasuk pesisir. Mereka pada umumnya mendiami

daerah kepulauan, sepanjang pesisir termasuk danau dan sepanjang aliran sungai.

Penduduk tersebut tidak seluruhnya menggantungkan hidupnya dari kegiatan

menangkap ikan akan tetapi masih ada bidang-bidang lain seperti usaha pariwisata

bahari, pengangkutan antar pulau, danau dan penyeberangan, pedagang perantara

atau eceran hasil tangkapan nelayan, penjaga keamanan laut , penambangan lepas

pantai dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan laut dan pesisir.

Nelayan merupakan salah satu bagian dari anggota masyarakat yang

mempunyai tingkat kesejahteraan paling rendah. Dengan kata lain, masyarakat

Page 16: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

2

nelayan adalah masyarakat paling miskin dibanding anggota masyarakat subsisten

lainnya (Kusnadi, 2002). Suatu ironi bagi sebuah Negara Maritim seperti

Indonesia bahwa ditengah kekayaan laut yang begitu besar masyarakat nelayan

merupakan golongan masyarakat yang paling miskin.

Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah

lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana.

Kalaupun ada rumah-rumah yang menunjukkan tanda-tanda kemakmuran

(misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut

umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya

tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat

tergantung kepada individu yang bersangkutan. Disamping itu, karena lokasi

geografisnya yang banyak berada di muara sungai, lingkungan nelayan sering kali

juga sudah sangat terpolusi.

Sejak dahulu sampai sekarang nelayan telah hidup dalam suatu organisasi

kerja secara turun-temurun tidak mengalami perubahan yang berarti. Kelas

pemilik sebagai juragan relatif kesejahteraannya lebih baik karena menguasai

faktor produksi seperti kapal, mesin alat tangkap maupun faktor pendukungnya

seperti es, garam dan lainnya. Kelas lainnya yang merupakan mayoritas adalah

pekerja atau penerima upah dari pemilik faktor produksi dan kalaupun mereka

mengusahakan sendiri faktor atau alat produksinya masih sangat konvensional,

sehingga produktivitasnya tidak berkembang, kelompok inilah yang terus

berhadapan dan digeluti oleh kemiskinan (Pangemanan dkk, 2003).

Rumahtangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih

komplek dibandingkan dengan rumahtangga pertanian. Rumahtangga nelayan

Page 17: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

3

memiliki ciri-ciri khusus seperti pengunaan wilayah pesisir dan lautan ( common

property ) sebagai faktor produksi, adanya ketidakpastian penghasilan, jam kerja

yang harus mengikuti siklus bulan yaitu dalam 30 hari satu bulan yang dapat

dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari sisanya mereka relatif menganggur.

Selain itu pekerjaan menangkap ikan adalah merupakan pekerjaan yang penuh

resiko dan umumnya karena itu hanya dapat dikerjakan oleh laki-laki, hal ini

mengandung arti anggota keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh.

Kemiskinan bukanlah masalah yang baru, namun pada akhir-akhir ini

kembali muncul ke permukaan sebagai akibat dari laju pertumbuhan ekonomi

yang mendorong terjadinya kesenjangan yang semakin melebar antara “si kaya”

dan “si miskin” (Hermanto, 1995). Problem kemiskinan merupakan suatu hal

yang tidak bisa terlepas dari pembangunan suatu bangsa. Kemiskinan merupakan

side effect dari lajunya pembangunan nasional tanpa ada maksud untuk

menciptakannya (Dahuri, 1994).

Berbagai usaha penanggulangan telah dilakukan baik oleh pemerintah

maupun pihak-pihak lain. Misalnya masalah pengelolaan dalam pemanfaatan

sumberdaya laut, pemerintah telah membuat peraturan yang tercantum dalam

perundangan yang ada, seperti UU No.9 Tahun 1985, Keputusan Menteri

Pertanian No.185, Kepres 23 Tahun 1982, peraturan-peraturan tersebut pada

dasarnya mengatur tentang pembatasan alat-alat tangkap yang merusak

sumberdaya laut, pembatasan dan pengaturan zona penangkapan ikan berdasarkan

skala usaha dan alat tangkap yang digunakan, pengaturan izin usaha kepada

nelayan-nelayan asing, izin pembudidayaan laut, dan pengaturan sistem

pemasaran ikan (Hermanto, 1995). Selain itu, pemerintah telah membentuk

Page 18: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

4

Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP) sebagai wujud keseriusan pemerintah

dalam menangani pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan serta masalah

kemiskinan nelayan. Keberadaan DKP diharapkan membawa angin segar bagi

masyarakat kelautan dan perikanan, terutama masyarakat nelayan. yang selama ini

menjadi korban pembangunan. Namun dalam perjalanannya, ternyata keberadaan

DKP dengan program-programnya, khususnya Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP) hingga saat ini belum mampu menciptakan nelayan-

nelayan tangguh dan sejahtera. Hal ini didasarkan pada fakta empiris yang

menunjukkan masih kurang tepatnya berbagai pendekatan yang digunakan oleh

para akademisi, LSM dan birokrat dalam melaksanakan program pembangunan,

terlebih program yang hanya bersifat proyek jangka pendek (Solihin, 2005).

Dari permasalahan di atas, maka pertanyaan pokok yang diajukan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana masyarakat nelayan bertahan hidup ditengah

keadaan yang serba miskin?”. Hal inilah yang akan menjadi fokus dalam

penelitian ini, yaitu mengetahui kondisi kemiskinan pada masyarakat nelayan dan

mengidentifikasi usaha-usaha rumahtangga nelayan dalam mengatasi faktor-faktor

penyebab kemiskinan tersebut.

Page 19: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

5

1.2. Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan

masalah yang akan ditelaah lebih lanjut dalam penelitian ini adalah mengenai

kemiskinan pada masyarakat nelayan dan strategi yang dilakukan oleh

rumahtangga nelayan dalam mengatasi faktor-faktor penyebab kemiskinan

tersebut. Secara lebih rinci permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat nelayan?

2. Bagaimana strategi rumahtangga nelayan dalam berusaha mengatasi faktor-

faktor penyebab kemiskinan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan

dan mengidentifikasi usaha-usaha rumahtangga nelayan dalam mengatasi faktor-

faktor penyebab kemiskinan tersebut.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak akademisi yang tertarik

pada masalah-masalah yang berkaitan dengan strategi rumahtangga nelayan dalam

mengatasi kemiskinan. Bagi penulis, kegunaan penelitian ini adalah dapat

menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi kemiskinan yang terjadi

pada masyarakat nelayan dan usaha-usaha untuk memberdayakannya. Selain itu,

bagi pembuat kebijakan (pemerintah, khususnya pemerintah daerah) penelitian ini

Page 20: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

6

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk mempertimbangkan pendekatan

yang tepat dalam usaha penanggulangan kemiskinan nelayan, sehingga program-

program atau proyek-proyek yang ditawarkan bagi masyarakat nelayan benar-

benar efektif untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Sedangkan bagi

masyarakat nelayan sendiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

usaha memperbaiki kesejahteraan hidup para nelayan.

Page 21: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Teoritis

2.1.1. Karakteristik Umum Masyarakat Nelayan

Nelayan dapat diartikan sebagai orang yang hasil mata pencaharian

utamanya berasal dari menangkap ikan di laut. Menurut Setyohadi (1998),

nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan

dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala dan

jaring, bagan, bubu sampai dengan perahu atau jukung yang dilengkapi dengan

alat tangkap ikan. Namun dalam perkembangannya nelayan dapat pula

dikategorikan sebagai seorang yang profesinya menangkap ikan dengan alat yang

lebih modern berupa kapal ikan beserta peralatan tangkapnya yang sekarang

dikenal sebagai anak buah kapal (ABK). Di samping itu juga nelayan dapat

diartikan sebagai petani ikan yang melakukan budidaya ikan di tambak dan

keramba-keramba di pantai.

2.1.1.1. Stratifikasi Masyarakat Nelayan

Menurut Soekanto (2002), setiap masyarakat senantiasa mempunyai

penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang

bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan

menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.

Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan,

misalnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan material akan

Page 22: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

8

menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-

pihak lain. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan

pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda

secara vertikal.

Menurut Kusnadi (2000), dengan mengamati pola-pola penguasaan asset

produksi, seperti modal, peralatan tangkap, dan pasar, akan mudah

mengidentifikasi adanya pelapisan sosial dalam kehidupan masyarakat nelayan.

Perbedaan-perbedaan kemampuan ekonomi diantara lapisan-lapisan sosial itu

diwujudkan dalam ketimpangan pemilikan barang-barang kekayaan. Di bagian-

bagian tertentu dari kampung nelayan, biasanya ada satu-dua rumah yang

dibangun megah. Sementara itu, kondisi rumah-rumah disekitarnya adalah

sebaliknya. Jenis rumah pertama dapat diidentifikasi sebagai rumah pemilik

perahu, pedagang ikan, sedangkan jenis rumah yang terakhir adalah milik nelayan

miskin. Gejala demikian merupakan gejala yang paling kasat mata dalam

kehidupan di kampung-kampung nelayan.

Rumah-rumah yang megah dan perhiasan emas yang dikenakan dalam

penampilan sehari-hari adalah harta kekayaan yang biasa diperlihatkan orang-

orang kaya. Sebaliknya, rumah yang sederhana, tidak adanya perhiasan dan

banyaknya hutang ke berbagai pihak adalah bentuk dari ketiadaan harta yang bisa

diperlihatkan oleh orang-orang miskin kepada masyarakat.

2.1.1.2. Tipologi Nelayan

Tipologi dapat diartikan sebagai pembagian masyarakat ke dalam

golongan-golongan menurut kriteria-kriteria tertentu. Mengacu kepada Satria

Page 23: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

9

(2001), kriteria dalam tipologi masyarakat nelayan dapat dilihat berdasarkan

kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) maupun budaya. Dua hal tersebut

(teknologi dan orientasi budaya) sangat terkait satu sama lain. Nelayan kecil

mencakup barbagai karakteristik, ketika seorang nelayan belum menggunakan alat

tangkap yang maju, pada umumnya diiringi oleh beberapa karakteristik budaya

seperti lebih berorientasi subsistensi. Sementara itu, nelayan besar dicirikan oleh

skala usaha yang besar, baik kapasitas teknologi penangkapan maupun jumlah

armadanya, mereka berorientasi pada keuntungan (profit oriented), dan umumnya

melibatkan sejumlah buruh nelayan sebagai anak buah kapal (ABK) dengan

organisasi kerja yang semakin kompleks. Pola hubungan antar berbagai status

dalam organisasi tersebut juga semakin hierarkhis. Wilayah operasinya pun

semakin beragam.

Satria (2002), menggolongkan nelayan menjadi 4 (empat) tingkatan yang

dilihat dari kapasitas teknologi, orientasi pasar dan karakteristik hubungan

produksi. Keempat tingkatan nelayan terbut adalah:

1. Peasant-fisher atau nelayan tradisional yang biasanya lebih berorientasi

pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsisten). Umumnya nelayan

golongan ini masih menggunakan alat tangkap tradisional, seperti dayung

atau sampan tidak bermotor dan masih melibatkan anggota keluarga sebagai

tenaga kerja utama.

2. Post-peasant fisher dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan

ikan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor. Penguasaan

sarana perahu motor tersebut semakin membuka peluang bagi nelayan untuk

menangkap ikan di wilayah perairan yang lebih jauh dan memperoleh

Page 24: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

10

surplus dari hasil tangkapannya karena mempunyai daya tangkap lebih

besar. Umunya, nelayan jenis ini masih beroperasi diwilayah pesisir. Pada

jenis ini, nelayan sudah berorientasi pasar. Sementara itu, tenaga kerja yang

digunakan sudah meluas dan tidak bergantung pada anggota keluarga saja.

3. Commercial fisher, yaitu nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan

keuntungan. Skala usahanya sudah besar yang dicirikan dengan banyaknya

jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dari buruh hingga manajer.

Teknologi yang digunakan pun lebih modern dan membutuhkan keahlian

tersendiri dalam pengoperasian kapal maupun alat tangkapnya.

4. Industrial fisher, ciri nelayan jenis ini adalah diorganisasi dengan cara-cara

yang mirip dengan perusahaan agroindustri dinegara-negara maju, secara

relatif lebih padat modal, memberikan pendapatan yang lebih tinggi

daripada perikanan sederhana, baik untuk pemilik maupun awak perahu, dan

menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor.

Menurut Mubyarto, et al (1984), berdasarkan stratifikasi yang ada pada

masyarakat nelayan, dapat diketahui berbagai tipologi nelayan, yaitu:

1. Nelayan kaya A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal sehingga

mempekerjakan nelayan lain tanpa ia sendiri harus ikut bekerja.

2. Nelayan kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi ia sendiri masih

ikut bekerja sebagai awak kapal.

3. Nelayan sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi

dengan pendapatan pokoknya dari bekerja sebagai nelayan, dan memiliki

perahu tanpa mempekarjakan tenaga dari luar keluarga.

Page 25: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

11

4. Nelayan miskin, yaitu nelayan yang pendapatan dari perahunya tidak

mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga harus ditambah dengan bekerja

lain baik untuk ia sendiri atau untuk isteri dan anak-anaknya.

5. Nelayan pandega atau tukang kiteng.

2.1.1.3. Hubungan Antar Tipe Nelayan

Menurut Satria (2002), hubungan antar tipe nelayan dicirikan dengan

kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan patron-klien tersebut merupakan

konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan resiko dan

ketidakpastian. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan patron merupakan langkah

yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya karena pola patron-klien

merupakan institusi jaminan ekonomi. Hal ini terjadi karena nelayan belum

menemukan alternatif institusi yang menjamin kepentingan sosial ekonomi

mereka. Masyhuri (2001), menggambarkan bahwa pada saat hasil tangkapan

kurang baik, nelayan kekurangan uang. Pada akhirnya, ia melepas barang-barang

yang mudah dijual dengan harga lebih murah kepada patron. Selanjutnya, nelayan

akan mencari hutang kepada patron dengan jaminan ikatan pekerjaan atau hasil

tangkapan yang hanya akan dijual kepada patron dengan harga lebih rendah dari

harga pasar.

Selain itu Kusnadi (2002), menjelaskan bahwa dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan berupa penangkapan ikan oleh berbagai tipe nelayan tidak

jarang menimbulkan konflik sosial antar kelompok masyarakat nelayan dalam

memperebutkan sumberdaya perikanan di daerah perairan mereka. Konflik sosial,

baik terbuka maupun laten antar kelompok masyarakat nelayan dalam

Page 26: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

12

memperebutkan sumberdaya perikanan dapat berlangsung di berbagai daerah

pesisir.

2.1.2. Kemiskinan Nelayan

2.1.2.1. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa pengertian.

Menurut Hermanto dkk. (1995), kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan dimana

seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu kebutuhan akan

pangan. Sedangkan Mangkuprawira (1993) menjelaskan bahwa kemiskinan sering

disebut pula sebagai ketidak berdayaan dalam pemenuhan kebutuhan pokok baik

materi maupun bukan materi. Materi dapat berupa pangan, pakaian, kesehatan dan

papan. Sedangkan bukan materi berbentuk kemerdekaan, kebebasan hak asasi,

kasih sayang, solidaritas, sikap hidup pesimistik, rasa syukur dan sebagainya..

Menurut Setiadi (2006), kemiskinan merupakan masalah struktural dan

multi dimensional, yang mencakup politik, sosial, ekonomi, asset dan lain-lain.

Dimensi-dimensi kemiskinan pun muncul dalam berbagai bentuk, seperti (a) tidak

dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses

pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya,

masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumberdaya

kunci yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan hidup mereka secara layak,

termasuk akses informasi. (b) tidak terintegrasinya warga miskin ke dalam

institusi sosial yang ada, sehingga mereka teralinasi dari dinamika masyarakat; (c)

rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup

Page 27: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

13

mereka sampai batas yang layak dan (d) rendahnya kepemilikan masyarakat

miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk asset

kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana,

perumahan, pemukiman dan sebagainya.

Ellis (1983) dalam Darwin (2002), menyebutkan bahwa dimensi

kemiskinan dapat diidentifikasi menurut ekonomi, sosial, dan politik. Kemiskinan

ekonomi adalah kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Kemiskinan ekonomi ini terbagi

menjadi dua bagian yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan

absolut adalah seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum.

Sedangkan kemiskinan relatif adalah seseorang tidak mampu memenuhi

kebutuhan sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu.

Kemiskinan sosial adalah kemiskinan akibat kekurangan jaringan sosial

dan struktur yang tidak mendukung untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan

agar produktivitas seseorang meningkat. Penyebabnya antara lain karena faktor

internal yaitu hambatan budaya sehingga disebut kemiskinan kultural. Sedangkan

faktor eksternal diakibatkan oleh birokrasi dan peraturan resmi yang berakibat

mencegah seseorang untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Yang termasuk

dalam pengertian ini adalah kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang di derita

masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan

sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka, seperti

kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, pendidikan, komunikasi,

perlindungan hukum dari pemerintah, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan politik

Page 28: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

14

adalah kurangnya akses kekuasaan yang dapat menentukan alokasi sumberdaya

untuk kepentingan sekelompok orang atau sistem sosial.

Menurut Soemardjan (1997), ditinjau dari sudut sosiologi kemiskinan

dapat dilihat dari pola-polanya, yaitu:

1. Kemiskinan Individual, kemiskinan ini terjadi karena adanya kekurangan-

kekurangan yang disandang oleh seorang individu mengenai syarat-syarat

yang diperlukan untuk mengentaskan dirinya dari lembah kemiskinan.

Mungkin individu itu sakit-sakitan saja, sehingga tidak dapat bekerja yang

memberi penghasilan. Mungkin juga ia tidak mempunyai modal finansial

atau modal keterampilan (skill) untuk berusaha. Mungkin juga ia tidak

mempunyai jiwa usaha atau semangat juang untuk maju di dalam

kehidupan. Individu demikian itu dapat mederita hidup miskin dalam

lingkungan yang kaya. Namun bagaimanapun, kalau individu itu dikaruniai

jiwa usaha yang kuat atau semangat juang yang tinggi niscaya ia akan

menemukan jalan untuk memperbaiki taraf hidupnya.

2. Kemiskinan Relatif, untuk mengetahui kemiskinan relatif ini perlu diadakan

perbandingan antara taraf kekayaan material dari keluarga-keluarga atau

rumahtangga-rumahtangga di dalam suatu komunitas tertentu. Dengan

perbandingan itu dapat disusun pandangan masyarakat mengenai mereka

yang tergolong kaya dan relatif miskin di dalam komunitas tersebut. Ukuran

yang dipakai adalah ukuran pada masyarakat setempat (lokal). Dengan

demikian suatu keluarga yang di suatu daerah komunitas dianggap relatif

miskin dapat saja termasuk golongan kaya apabila diukur dengan kriteria di

Page 29: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

15

tempat lain yang secara keseluruhan dapat dianggap komunitas atau daerah

yang lebih miskin.

3. Kemiskinan Struktural, kemiskinan ini dinamakan struktural karena

disandang oleh suatu golongan yang ”built in” atau menjadi bagian yang

seolah-olah tetap dalam struktur suatu masyarakat. Di dalam konsep

kemiskinan struktural ada suatu golongan sosial yang menderita

kekurangan-kekurangan fasilitas, modal, sikap mental atau jiwa usaha yang

diperlukan untuk melepaskan diri dari ikatan kemiskinan. Salah satu contoh

dari golongan yang menderita kemiskinan struktural yaitu nelayan yang

tidak memiliki perahu. Di dalam golongan ini banyak terdapat orang-orang

yang tidak mungkin hidup wajar hanya dari penghasilan kerjanya, akibatnya

mereka harus pinjam dan selama hidup terbelit hutang yang tak kunjung

lunas.

4. Kemiskinan Budaya, yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu masyarakat

di tengah-tengah lingkungan alam yang mengandung cukup banyak

sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki taraf hidupnya.

Kemiskinan ini disebabkan karena kebudayaan masyarakat tidak memiliki

ilmu pengetahuan, pengalaman, teknologi, jiwa usaha dan dorongan sosial

yang diperlukan untuk menggali kekayaan alam di lingkungannya dan

menggunakannya untuk keperluan masyarakat.

Lewis (1966), memahami kemiskinan dan ciri-cirinya sebagai suatu

kebudayaan, atau lebih tepat sebagai suatu sub kebudayaan dengan struktur dan

hakikatnya yang tersendiri, yaitu sebagai suatu cara hidup yang diwarisi dari

generasi ke generasi melalui garis keluarga. Kebudayaan kemiskinan merupakan

Page 30: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

16

suatu adaptasi atau penyesuaian, dan juga sekaligus merupakan reaksi kaum

miskin terhadap kedudukan marginal mereka di dalam masyarakat yang berstrata

kelas, sangat individualistis dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut

mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan, yang

merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meraih sukses di

dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas.

Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin ke dalam

lembaga-lembaga utama masyarakat, merupakan salah satu ciri terpenting

kebudayaan kemiskinan. Ini merupakan masalah yang rumit dan merupakan

akibat dari berbagai faktor termasuk langkanya sumberdaya-sumberdaya

ekonomi, segregasi dan diskriminasi, ketakutan, kecurigaan atau apati, serta

berkembangnya pemecahan-pemecahan masalah secara setempat.

Rendahnya upah, parahnya pengangguran dan setengah pengangguran

menjurus pada rendahnya pendapatan, langkanya harta milik yang berharga, tidak

adanya tabungan, tidak adanya persediaan makanan di rumah dan terbatasnya

jumlah uang tunai. Semua kondisi ini tidak memungkinkan adanya partisipasi

yang efektif di dalam sistem ekonomi yang lebih luas. Sebagai respon

terhadapnya, kita temui di dalam kebudayaan kemiskinan tingginya hal gadai

menggadaikan barang-barang pribadi, hidup dibelit hutang kepada lintah darat

setempat dengan bunga yang mencekik leher, munculnya sarana kredit informal

yang secara spontan diorganisasikan dalam ruang lingkup tetangga, penggunaan

pakaian dan mebel bekas, dan adanya pola untuk sering membeli dalam jumlah

kecil-kecilan sehari-harinya sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan.

Page 31: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

17

2.1.2.2. Ciri Kemiskinan Nelayan

Menurut Hermanto (1995), kemiskinan pada masyarakat nelayan dapat

dicirikan oleh pendapatan yang berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif, tingkat

pendidikan keluarga rendah, kelembagaan yang ada belum mendukung terjadinya

pemerataan pendapatan, potensi tenaga kerja keluarga (istri dan anak) belum dapat

dimanfaatkan dengan baik, dan akses terhadap permodalan yang rendah.

Menurut Kusnadi (2002), ciri umum yang dapat dilihat dari kondisi

kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi dalam kehidupan masyarakat

nelayan adalah fakta-fakta yang bersifat fisik berupa kualitas pemukiman.

Kampung-kampung nelayan miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah

hunian mereka. Rumah-rumah yang sangat sederhana, berdinding anyaman

bambu, berlantai tanah berpasir, beratap daun rumbia, dan keterbatasan pemilikan

perabotan rumahtangga adalah tempat tinggal para nelayan buruh atau nelayan

tradisional. Sebaliknya, rumah-rumah yang megah dengan segenap fasilitas yang

memadai akan mudah dikenali sebagai tempat tinggal pemilik perahu, pedagang

perantara atau pedagang berskala besar dan pemilik toko.

Selain gambaran fisik, kehidupan nelayan miskin dapat dilihat dari tingkat

pendidikan anak-anak mereka, pola konsumsi sehari-hari dan tingkat

pendapatannya. Karena tingkat pendapatan nelayan rendah, maka adalah logis jika

tingkat pendidikan anak-anaknya juga rendah. Banyak anak nelayan yang harus

berhenti sebelum lulus sekolah dasar atau kalaupun lulus, ia tidak akan

melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan pertama. Disamping itu,

kebutuhan hidup yang paling mendasar bagi rumahtangga nelayan miskin adalah

pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan dasar yang lain, seperti kelayakan

Page 32: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

18

perumahan dan sandang dijadikan sebagai kebutuhan sekunder. Kebutuhan akan

pangan merupakan prasyarat utama agar rumahtangga nelayan dapat bertahan

hidup.

2.1.2.3. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan

Menurut Pangemanan dkk. (2003), ada banyak penyebab terjadinya

kemiskinan pada masyarakat nelayan, seperti kurangnya akses kepada sumber-

sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar maupun

rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam. Selain itu

dapat pula disebabkan karena faktor-faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah

penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan rendahnya tingkat

kesehatan serta alasan-alasan lainnya seperti kurangnya prasarana umum di

wilayah pesisir, lemahnya perencanaan spasial yang mengakibatkan tumpang

tindihnya beberapa sektor pada satu kawasan, polusi dan kerusakan lingkungan.

Menurut Kusnadi (2000), faktor-faktor yang menyebabkan semakin

terpuruknya kesejahteraan nelayan sangat kompleks, yaitu:

1. Faktor alam yang berkaitan dengan fluktuasi musim ikan. Jika musim ikan

atau ada potensi ikan yang relatif baik, perolehan pendapatan bisa lebih

terjamin, sedangkan pada saat tidak musim ikan nelayan akan menghadapi

kesulitan-kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Faktor alamiah ini selalu berulang setiap tahun.

2. Faktor non alam, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketimpangan dalam

pranata bagi hasil, ketiadaan jaminan sosial awak perahu, dan jaringan

pemasaran ikan yang rawan terhadap fluktuasi harga, keterbatasan

Page 33: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

19

teknologi pengolahan hasil ikan, dampak negatif modernisasi, serta

terbatasnya peluang-peluang kerja yang bisa di akses oleh rumahtangga

nelayan. Kondisi-kondisi aktual yang demikian dan pengaruh terhadap

kelangkaan sumberdaya akan senantiasa menghadapkan rumahtangga

nelayan ke dalam jebakan kekurangan.

Menurut Suyanto (2003), faktor yang menyebabkan kondisi kesejahteraan

nelayan tidak pernah beranjak membaik, yaitu : Pertama, berkaitan dengan sifat

hasil produksi nelayan yang sering kali rentan waktu atau cepat busuk. Bagi

nelayan tradisional yang tidak memiliki dana dan kemampuan cukup untuk

mengolah hasil tangkapan mereka, maka satu-satunya jalan keluar untuk

menyiasati kebutuhan hidup adalah bagaimana mereka menjual secepat mungkin

ikan hasil tangkapannya ke pasar. Bagi nelayan miskin, persoalan yang paling

penting adalah bagaimana mereka bisa memperoleh uang dalam waktu cepat,

meski seringkali kemudian mereka harus rela menerima pembayaran yang kurang

memuaskan dari para tengkulak terhadap ikan hasil tangkapan mereka. Di

komunitas nelayan manapun, jarang terjadi nelayan bisa menang dalam tawar-

menawar harga dengan tengkulak karena secara struktural posisi nelayan selalu

kalah akibat sifat hasil produksi mereka yang sangat rentan waktu. Kedua, karena

perangkap hutang. Akibat irama musim ikan yang tidak menentu dan kondisi

perairan yang overfishing, maka sering terjadi keluarga nelayan miskin kemudian

harus menjual sebagian atau bahkan semua asset produksi yang mereka miliki

untuk menutupi hutang dan kebutuhan hidup sehari-hari yang tak kunjung usai.

Page 34: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

20

2.1.3. Strategi Rumahtangga Nelayan

Konsep strategi dapat diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai

suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara harfiah pengertian strategi

adalah berbagai kombinasi dari aktivitas dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan

orang agar supaya dapat mencapai kebutuhan dan tujuan kehidupannya (Barret, et

all. dalam Aristiyani, 2001). Crow dalam Dharmawan (2003) mengartikan strategi

sebagai seperangkat pilihan diantara berbagai alternatif yang ada. Konsep strategi

ini merupakan bagian dari pilihan rasional, dimana dalam teori tersebut dikatakan

bahwa setiap pilihan yang dibuat individu, termasuk pemilihan suatu strategi

dibuat berdasarkan perimbangan rasional dengan mempertimbangkan untung rugi

yang akan diperoleh.

Rumahtangga menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap,

tetapi tidak selalu memiliki hubungan darah. Setiap anggota dalam rumahtangga

memiliki kesepakatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya

secara bersama-sama. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Manig dalam

Dharmawan seperti dikutip Lestari (2005), bahwa rumahtangga adalah grup

dimana orang-orang tinggal bersama dalam satu atap dan menggunakan dapur

yang sama, berkontribusi dalam pengumpulan pendapatan serta memanfaatkan

pendapatan tersebut untuk kepentingan bersama. Dalam rumahtangga, semua

modal dan barang diatur oleh kepala rumahtangga yang bertindak tanpa pamrih

demi kepentingan bersama. Meskipun ada pembagian pekerjaan yang berdasarkan

jenis kelamin dan umur, namun, semuanya bekerja untuk kepentingan bersama.

Masing-masing anggota rumahtangga akan berkontribusi sesuai dengan peran,

tanggungjawab dan kemampuannya.

Page 35: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

21

Menurut Sitorus (1999) dalam Ihromi (1999), strategi ekonomi keluarga

nelayan miskin menunjuk pada alokasi potensi sumberdaya rumahtangga secara

rasional kedua sektor kegiatan sekaligus, yaitu sektor produksi dan sektor non

produksi. Di bidang produksi, rumahtangga nelayan miskin menerapkan pola

nafkah ganda, yaitu melibatkan sebanyak mungkin potensi tenaga kerja

rumahtangga di berbagai kegiatan ekonomi pertanian dan luar pertanian, baik

dalam status berusaha sendiri maupun status memburuh.

Sektor non produksi atau lembaga kesejahteraan asli merupakan bagian

penting dalam strategi ekonomi rumahtangga nelayan miskin. Sekalipun sifatnya

tidak rutin, keterlibatan anggota rumahtangga di lembaga kesejahteraan asli dapat

memberikan manfaat ekonomi yang penting bagi rumahtangga, secara langsung

maupun tidak langsung. Penerimaan dari lembaga arisan, memungkinkan

rumahtangga nelayan miskin untuk dapat membiayai kebutuhan yang memerlukan

biaya cukup besar, antara lain perbaikan rumah, biaya sekolah anak, pesta (ritus),

dan modal usaha. Penerimaan tersebut tidak saja membantu rumahtangga nelayan

miskin dalam mengatasi konsekuensi kemiskinan (berupa kekurangan konsumsi)

tetapi pada tingkat tertentu juga dapat mengatasi penyebab kemiskinan berupa

kekurangan modal produksi.

Menurut Kusnadi (2000), strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinana

dapat dilakukan melalui:

1. Peranan Anggota Keluarga Nelayan (istri dan anak).

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota rumahtangga

nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi adaptasi yang

harus ditempuh untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Page 36: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

22

2. Diversifikasi Pekerjaan

Dalam menghadapi ketidakpastian penghasilan, keluarga nelayan dapat

melakukan kombinasi pekerjaan.

3. Jaringan Sosial

Melalui jaringan sosial, individu-individu rumahtangga akan lebih efektif

dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumberdaya

yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial memberikan rasa aman bagi

rumahtangga nelayan miskin dalam menghadapi setiap kesulitan hidup

sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan baik. Jaringan sosial secara

alamiah bisa ditemukan dalam segala bentuk masyarakat dan manifestasi

dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tindakan sosial-budaya yang

bersifat kreatif ini mencerminkan bahwa tekanan-tekanan atau kesulitan-

kesulitan ekonomi yang di hadapi nelayan tidak direspon dengan sikap

yang pasrah. Secara umum, bagi rumahtangga nelayan yang pendapatan

setiap harinya bergantung sepenuhnya pada penghasilan melaut, jaringan

sosial berfungsi sangat strategis dalam menjaga kelangsungan kehidupan

mereka.

4. Migrasi

Migrasi ini dilakukan ketika di daerah nelayan tertentu tidak sedang musim

ikan dan nelayan pergi untuk bergabung dengan unit penangkapan ikan yang

ada di daerah tujuan yang sedang musim ikan. Maksud migrasi adalah untuk

memperoleh penghasilan yang tinggi dan agar kebutuhan hidup keluarga

terjamin. Dalam waktu-waktu tertentu, penghasilan yang telah diperoleh,

mereka bawa pulang kampung untuk diserahkan kepada keluarganya, tetapi

Page 37: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

23

kadang kala penghasilan itu dititipkan kepada teman-temannya yang sedang

pulang kampung. Apabila di daerahnya sendiri telah musim ikan, atau

keadaan hasil tangkapan nelayan setempat mulai membaik, merekapun akan

kembali ke kampung halaman dan mencari ikan didaerah asalnya.

2.2. Kerangka Pemikiran

Menurut Kusnadi (2000), faktor penyebab kemiskinan nelayan dapat

berupa berupa fluktuasi musim ikan, pada saat tidak musim menangkap ikan

nelayan menghadapi kesulitan-kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Ketimpangan sistem bagi hasil dan dampak negatif motorisasi,

menyebabkan semakin terpuruknya nelayan kecil. Pangemanan dkk. (2003)

menjelaskan bahwa faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan yaitu

berupa rendahnya tingkat pendidikan nelayan, sehingga rumahtangga nelayan

sangat terbatas dalam mengakses peluang-peluang kerja yang tersedia khususnya

peluang kerja di luar sektor perikanan. Sedangkan Suyanto (2003) menjelaskan

bahwa kemiskinan nelayan di sebabkan oleh perangkap hutang, akibat irama

musim yang tidak menentu seringkali rumahtangga nelayan miskin harus menjual

asset produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menutupi hutang

yang tak kunjung usai.

Menurut Sitorus (1999) dalam Ihromi (1999), strategi rumahtangga

nelayan miskin dalam mengatasi kemiskinan dapat berupa pola nafkah ganda dan

pemanfaatan kelembagaan kesejahteraan asli (kelompok arisan), penerapan

strategi tersebut dapat membantu rumahtangga nelayan miskin dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan membantu mengatasi faktor penyebab kemiskinan

Page 38: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

24

berupa kekurangan modal produksi. Kusnadi (2000) menjelaskan bahwa strategi

yang diterapkan oleh rumahtangga nelayan dalam mengatasi kemiskinan dapat

berupa peranan anggota keluarga (istri dan anak) nelayan, diversifikasi pekerjaan.

Penerapan strategi ini dapat membantu menambah sumber pendapatan

rumahtangga nelayan di tengah ketidakpastian hasil tangkapan nelayan. Jaringan

sosial juga dapat diterapkan sebagai strategi mengatasi kemiskinan karena melalui

jaringan sosial rumahtangga nelayan akan lebih efektif untuk memperoleh akses

terhadap sumberdaya yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial memberikan

rasa aman bagi rumahtangga nelayan miskin dalam menghadapi kesulitan hidup

sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan baik.

Menurut Corner (1988:187-189) dalam Kusnadi (2000), bahwa

dikalangan penduduk miskin terdapat beberapa pola strategi adaptasi yang

dikembangkan untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu:

1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk memperoleh penghasilan.

2. Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih kurang memadai, penduduk miskin

akan berpaling kepada sistem penunjang yang ada di lingkungannya.

Sistem ikatan kekerabatan, ketetanggaan, dan pengaturan tukar-menukar

secara timbal balik merupakan sumberdaya yang sangat berharga bagi

penduduk miskin dalam menghadapi penghasilan dan peluang yang

semakin menurun.

3. Bekerja lebih banyak meskipun lebih sedikit masukan. Strategi yang

bersifat ekonomis ini ditempuh untuk mengurangi tingkat kebutuhan

konsumsi sehari-hari.

Page 39: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

25

4. Memilih alternatif lain jika ketiga alternatif di atas sulit dilakukan dan

kemungkinan untuk tetap bertahan hidup di Desa sudah sangat kritis.

Rumahtangga miskin tersebut harus menghadapi pilihan terakhir agar

segera meninggalkan Desa dan bermigrasi ke daerah lain.

Berdasarkan beberapa pustaka (Kusnadi, Sitorus, Suyanto, dan

Pangemanan dkk) masyarakat nelayan dengan berbagai karakteristiknya

khususnya nelayan kecil dan buruh nelayan selalu dihadapkan pada masalah

kemiskinan. Faktor-faktor penyebab kemiskinan nelayan tersebut dapat berupa

fluktuasi musim tangkapan, rendahnya sumberdaya manusia nelayan, eksploitasi

pemodal, ketimpangan dalam sistem bagi hasil, motorisasi, pencemaran

lingkungan, serta kebiasaan nelayan. Strategi-strategi yang dapat dilakukan oleh

rumahtangga nelayan dalam mengatasi masalah kemiskinan yaitu pola nafkah

ganda, peranan anggota keluarga, diversifikasi peralatan tangkap, pemanfaatan

organisasi produktif, dan jaringan sosial. Strategi yang banyak dilakukan oleh

rumahtangga nelayan di Desa Limbangan untuk mengatasi kemiskinan yaitu

peranan anggota keluarga (istri dan anak) nelayan.

Page 40: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

26

Berikut adalah skema atau alur berpikir dari penelitian mengenai strategi

rumahtangga nelayan dalam mengatasi kemiskinan:

Gambar 1. Kerangka Studi Strategi Rumahtangga Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan

Keterangan:

: Memiliki keterkaitan dengan

Faktor Penyebab Kemiskinan: • Fluktuasi musim tangkapan • Sumberdaya manusia

nelayan • Eksploitasi pemodal • Ketimpangan sistem bagi

hasil • Motorisasi • Pencemaran lingkungan • Kebiasaan nelayan

Strategi Rumahtangga Nelayan:

• Pola nafkah ganda • Peranan anggota keluarga • Diversifikasi peralatan tangkap • Organisasi produktif • Jaringan sosial

Kemiskinan rumahtangga

nelayan

Page 41: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

27

2.3. Batasan Pengertian

1. Kemiskinan

Kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu kebutuhan sandang, pangan, papan,

dan lain-lain.

2. Pola Nafkah Ganda

Upaya yang dilakukan rumahtangga nelayan untuk mempertahankan

keberlangsungan hidup dengan menambah sumber pendapatan dengan

melakukan berbagai jenis pekerjaan yang berbeda.

3. Peran Anggota Keluarga

Upaya yang dilakukan rumahtangga nelayan untuk mempertahankan

keberlangsungan hidup dengan menambah sumber pendapatan melalui

penghasilan anggota rumahtangga.

4. Organisasi produktif

Organisasi formal maupun informal (bentukan masyarakat sendiri) dimana

rumahtangga nelayan terlibat di dalamnya untuk memperoleh sejumlah

manfaat.

5. Jaringan Sosial

Merupakan strategi yang melibatkan pertukaran dan kerjasama dalam

bentuk materi ataupun non-materi.

Page 42: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

28

2.4. Hipotesis Pengarah

Faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan sangat kompleks.

Faktor penyebab kemiskinan nelayan tersebut dapat berupa fluktuasi musin

tangkapan, rendahnya sumberdaya manusia (SDM) nelayan, eksploitasi pemodal,

ketimpangan sistem bagi hasil, motorisasi, pencemaran lingkungan, dan kebiasaan

nelayan.

Rumahtangga nelayan tidak menghadapi masalah kemiskinan dengan

sikap pasrah, melainkan melakukan berbagai strategi untuk mengatasi kemiskinan

tersebut. Strategi yang dapat dilakukan oleh rumahtangga nelayan yaitu pola

nafkah ganda, peranan anggota keluarga (istri dan anak), diversifikasi peralatan

tangkap, pemanfaatan organisasi produktif, dan jaringan sosial. Dengan penerapan

berbagai strategi tersebut, nelayan dapat bertahan hidup ditengah keadaan yang

serba miskin atau setidaknya nelayan tidak terjerumus lebih dalam kepada jurang

kemiskinan.

Page 43: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan kualitatif,

yang berusaha menggambarkan usaha-usaha masyarakat nelayan dalam mengatasi

kemiskinan melalui metode studi kasus. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang permasalahan penelitian

yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang diantara orang-orang yang

menjadi subyek penelitian. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat

menggambarkan kompleksitas permasalahan penelitian dan untuk menghindari

keterbatasan pembentukan pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan

yang hanya berdasar pada penafsiran peneliti. Melalui metode studi kasus, peneliti

berusaha menangkap realitas sosial secara holistik dan mendalam tentang

permasalahan penelitian.

Tipe studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tipe studi

kasus instrumental, dimana dalam penelitian ini memperlakukan kasus

rumahtangga nelayan sebagai instrumen untuk memahami kondisi kehidupan pada

masyarakat nelayan. Sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian yang ingin

dicapai, maka digunakan tipe penelitian yang bersifat eksplanatif. Tipe tersebut

digunakan karena dalam penelitian ini ingin dipahami dan digambarkan

bagaimana masyarakat nelayan berusaha mengatasi kemiskinan untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Page 44: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Masyarakat yang penulis kaji dalam penelitian mengenai strategi

rumahtangga nelayan dalam mengatasi kemiskinan ini yaitu masyarakat nelayan

yang berlokasi di Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu,

Propinsi Jawa Barat (lihat lampiran Gambar 8). Penentuan lokasi dilakukan secara

purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa Desa Limbangan merupakan

salah satu pusat pemukiman nelayan yang ada di Kabupaten Indramayu, dan

kehidupan masyarakat nelayannya memiliki karakteristik yang mendukung topik

penelitian. Selain itu juga, jarak yang relatif dekat dan penguasaan peneliti

terhadap bahasa daerah masyarakat nelayan setempat dapat memudahkan dalam

pengambilan data.

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli sampai Agustus

2006. Dalam rentang waktu tersebut, peneliti diharapkan mampu mengumpulkan

data-data yang diperlukan untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder (lihat tabel 12). Pengumpulan data primer dilakukan dengan

menggunakan wawancara mendalam. Wawancara mendalam akan dilakukan

terhadap responden, baik nelayan Anak Buah Kapal (ABK) ataupun nelayan

juragan, dan yang relevan dengan studi. Wawancara juga dilakukan dengan para

informan. Wawancara seperti ini perlu dilakukan untuk re-cek informasi dari

responden. Untuk membantu proses wawancara dalam penelitian ini digunakan

Page 45: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

31

pedoman pertanyaan sebagai interview guide (lihat lampiran 1). Pemakaian

pedoman wawancara dimaksudkan agar proses wawancara berjalan lancar dan

terarah pada fokus penelitian.

Disamping wawancara mendalam, penelitian akan menggunakan metode

pengamatan langsung (observasi). Tujuan pengamatan langsung adalah untuk

mencocokkan hasil wawancara dengan kenyataan yang ada. Selain itu juga,

dengan pengamatan langsung diharapkan akan terungkap kenyataan yang ada

yang mungkin tidak dapat diketahui hanya melalui wawancara. Sedangkan data

sekunder merupakan data yang menyangkut permasalahan penelitian dari berbagai

instansi maupun sumber lain yang telah didokumentasikan dan dicatat, termasuk

data statistik maupun data dari sumber litaratur yang lain. Data sekunder ini akan

diperoleh melalui studi dokumen.

Fenomena atau informasi penting tentang obyek studi dari seorang

responden akan diperdalam dan dikembangkan lebih lanjut dengan informasi dari

responden lainnya. Dengan cara ini, penetapan responden lebih ditentukan oleh

permasalahan penting yang muncul atau yang ditemukan di lapangan. Responden

dalam penelitian ini berjumlah 12 rumahtangga, terdiri atas 7 rumahtangga buruh

nelayan (Bidak), 3 rumahtangga pemilik perahu (Juragan), dan 2 rumahtangga

pemodal (Bakul).

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data kualitatif baik primer maupun sekunder yang telah didapatkan di

lapangan melalui wawancara mendalam, pengamatan langsung (observasi) dan

studi dokumen dicatat dalam catatan harian yang kemudian akan diolah dan

Page 46: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

32

dianalisis secara kualitatif melalui tahapan-tahapan reduksi, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998). Tahapan reduksi meliputi kegiatan

meringkas data, mengkode dan mengklasifikasikan data tersebut

berdasarkangugus-gugus analisis dalam outline skripsi. Penyajian data tersebut

diuraikan secara deskriptif dalam bentuk teks naratif dan matriks.

Page 47: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa

4.1.1. Lokasi dan Keadaan Alam

Desa Limbangan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Juntinyuat,

Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Desa ini termasuk Desa yang relatif

baru, karena baru terbentuk pada tahun 1986 yang merupakan hasil pemekaran

dari Desa Lombang. Menurut masyarakat setempat, asal usul nama Desa berasal

perjalanan seseorang yang bernama Mbah Kuwu Sangkan, pada saat sedang

mencari ikan-ikan kecil (rebon), beliau singgah di daerah ini untuk “melimbang”

yang artinya memisahkan antara sampah (balad) dengan ikan, sehingga daerah ini

dinamakan Desa Limbangan.

Desa Limbangan memiliki luas wilayah 321,354 Ha, terdiri dari 3 Rukun

Warga (RW) dan 12 Rukun Tetangga (RT). Masing-masing RW dan RT tersebut

dipimpin oleh seorang ketua. Sedangkan batas-batas wilayah administrasi Desa

Limbangan, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Lombang, sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Majakerta dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lombang.

Keadaan alam Desa Limbangan berupa pantai yang memanjang dan sungai

yang menjorok ke darat, sungai ini dimanfaatkan oleh nelayan untuk mendaratkan

perahu-perahu mereka. Selain itu, di Desa ini juga masih terdapat tanah sawah,

namun sawah-sawah tersebut merupakan sawah tadah hujan . Hal ini dikarenakan

tidak adanya saluran irigasi untuk sawah, kalaupun ada airnya sudah asin seperti

Page 48: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

34

air laut, sehingga tidak cocok digunakan untuk pengairan sawah. Tanah sawah

tersebut sebagian besar dimiliki oleh penduduk Desa Lombang yang sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani. Pada perkembangannya tanah sawah di

Desa ini banyak dikonversikan menjadi tambak. Tambak yang terdapat di Desa

Limbangan pada umumnya adalah tambak udang dan hanya sebagian kecil

tambak ikan bandeng.

4.1.2. Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Desa Limbangan sebanyak 3662 jiwa atau 1004 Kepala

Keluarga (KK) yang terdiri atas 1897 jiwa laki-laki dan 1765 jiwa perempuan.

Adapun jumlah penduduk Desa Limbangan berdasarkan tingkat pendidikannya

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Limbangan, Kecamatan

Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat Menurut

Tingkat Pendidikan 2005.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1. Belum sekolah 1040 28,40 2. Tidak pernah sekolah 120 3,27 3. Tidak tamat SD 255 6,96 4. Belum tamat SD 697 19,04 5. Tamat SD/sederajat 878 23,97 6. Tamat SLTP/sederajat 473 12,92 7. Tamat SLTA/sederajat 186 5,08 8. Akademi/Perguruan Tinggi 13 0,36

Jumlah 3662 100,00 Sumber : Data Monografi Desa Limbangan, 2005.

Jika mengacu kepada program pendidikan yang dicanangkan oleh

pemerintah, yaitu program wajib belajar 9 tahun, maka tingkat pendidikan

penduduk di Desa Limbangan dapat dikatakan masih rendah. Hal itu ditunjukkan

dengan hanya 18,36 persen saja penduduk yang tamat di atas Sekolah Dasar (SD).

Page 49: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

35

Rendahnya jumlah anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi, bukan hanya disebabkan oleh ketidakmampuan para orang tua secara

materi, tetapi juga oleh keinginan sendiri anak-anak tersebut. Mereka memilih

tidak mau melanjutkan sekolah walaupun orangtuanya mampu. Mereka lebih

memilih langsung ikut bekerja di laut atau sebagai nelayan. Sebagian dari anak-

anak tersebut memilih melaut karena ikut-ikutan temannya yang lain, dan juga

mereka melihat anak-anak yang lain mampu mempunyai uang sendiri setelah

bekerja melaut. Namun ada juga sebagian orang tua yang menginginkan anaknya

untuk membantu bekerja di laut untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,

sehingga terdapat anak-anak yang terpaksa harus meninggalkan bangku

sekolahnya.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di

Desa Limbangan 2005.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

1. Nelayan 1580 81,74 2. Petani 137 7,09 3. Pedagang 105 5,43 4. Wiraswasta 75 3,89 5. Buruh Industri 15 0,78 6. Pegawai Negeri Sipil 10 0,51 7. Peternak 10 0,51 8. Montir 1 0,05

Jumlah 1933 100,00 Sumber : Data Monografi Desa Limbangan, 2005

Mata pencaharian penduduk Desa Limbangan sangat bervariasi, mulai dari

petani, nelayan, sampai pegawai negeri (Tabel. 2). Tetapi berdasarkan Tabel

tersebut, sebagian besar penduduk di Desa Limbangan bermata pencaharian

sebagai nelayan, yaitu sebesar 81,74 persen. Hal ini disebabkan letak Desa

Limbangan yang berada di wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa, selain itu juga,

sektor pekerjaan nelayan merupakan bidang yang paling terbuka luas dan sangat

Page 50: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

36

mudah dimasuki oleh penduduk yang tingkat pendidikannya rendah dan memiliki

keterbatasan modal usaha.

Mata pencaharian sebagai petani, baik petani sendiri maupun buruh tani

pada tabel di atas, sebagian besar adalah bekerja sebagai petani sawah. Sementara

itu buruh industri yang banyak menjadi mata pencaharian penduduk sebagian

besar adalah industri pengolahan hasil ikan seperti industri udang, ikan teri dan

rajungan. Selain itu adapula pemilik toko atau warung yang menjual kebutuhan

hidup sehari-hari penduduk Desa Limbangan, mereka hampir tersebar merata di

seluruh bagian Desa ini.

4.1.3. Sarana, Prasarana dan Pola Pemukiman Penduduk

Kondisi jalan utama yang ada di Desa Limbangan yaitu berupa jalan

beraspal yang panjang keseluruhannya sekitar 600 meter. Pembangunan jalan-

jalan tersebut merupakan bantuan dari pemerintah dan hasil swadaya masyarakat.

Sedangkan jalan-jalan kecil yang ada di Desa, seperti gang-gang kecil, sebagian

sudah dilakukan pengerasan dengan biaya swadaya masyarakat, ada juga jalan-

jalan di Desa yang masih berupa jalan tanah atau kerikil.

Transportasi yang digunakan penduduk Desa ini apabila hendak bepergian

adalah dengan menggunakan becak dan sepeda motor. Sarana transportasi ini

hanya menghubungkan sampai jalan raya utama yaitu jalan yang menghubungkan

transportasi menuju daerah-daerah di Kabupaten. Namun, sebagian besar

penduduk juga telah memiliki kendaraan pribadi, seperti sepeda, sepeda motor

dan mobil yang dapat digunakan untuk sarana transportasi masyarakat setempat.

Page 51: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

37

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Limbangan masih belum

mencukupi. Hal itu dapat terlihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Bangunan Sarana Pendidikan di Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat,

Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat.

Bangunan Jumlah Bangunan Jumlah Guru Jumlah Murid Taman Kanak-kanak (TK) 2 4 97

Sekolah Dasar (SD) 2 20 878 Madrasah 1 4 80

Sumber : Data Monografi Desa Limbangan, 2005

Bagi penduduk yang akan melanjutkan pendidikan selepas Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdekat adalah di Desa

Juntinyuat yang berjarak sekitar 3 Km dari Desa. Sedangkan bagi anak-anak yang

ingin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), mereka

harus ke luar Kecamatan, biasanya sekolah yang dituju terletak di Kecamatan

Indramayu, Balongan, Jatibarang, Karangampel, Krangkeng dan lain-lain.

Prasarana untuk menunjang kegiatan ibadah, di Desa Limbangan terdapat

1 buah masjid dan 17 buah mushola. Untuk keperluan kesehatan, penduduk Desa

biasanya memanfaatkan Puskesmas pembantu yang ada di Desa tersebut. Selain

itu di Desa Limbangan juga terdapat dua orang bidan dan seorang mantri yang

membuka praktek setiap hari selain hari libur. Akan tetapi, banyak juga penduduk

yang lebih memilih berobat kepada paranormal atau ke luar Desa, yang biasanya

pada dokter-dokter spesialis yang ada di Kota Indramayu dan Cirebon.

Di Desa Limbangan fasilitas-fasilitas umum seperti listrik, telepon dan

Produksi Air Minum (PAM) sudah tersedia dan telah dinikmati hampir oleh

sebagian warga. Fasilitas listrik telah masuk ke Desa ini sejak tahun 1986. namun

ada pula sebagian rumah warga yang hanya dialiri listrik oleh tetangganya,

Page 52: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

38

sehingga mereka hanya mempunyai kewajiban membayar kepada tetangga yang

mengaliri listriknya tersebut. Dengan adanya fasilitas listrik telah mendorong

kepemilikan barang-barang elektronik, seperti televisi, kulkas, tape, vcd dan lain-

lain.

Saluran PAM masuk ke Desa Limbangan pada tahun 1988. Sebelum

masuknya saluran PAM, kebutuhan air warga hanya di dapat dari sumur atau

sumur bor yang mereka miliki. Akan tetapi, air sumur yamg mereka miliki hanya

dapat digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan Buang air (MCK),

sedangkan untuk minum dan masak warga mengambil air dari desa lain atau yang

dikenal dengan istilah ngangsu. Hal ini dilakukan karena kebanyakan sumur-

sumur milik warga airnya tidak layak apabila digunakan untuk minum atau

masak.

Sarana komunikasi berupa fasilitas telepon baru masuk ke desa Limbangan

pada tahun 2001. Menurut salah seorang informan Dsp (55 tahun), akhir-akhir ini

telah banyak warga yang mempunyai telepon genggam atau handphone (HP). HP

ini digunakan oleh warga untuk berkomunikasi dengan keluarga atau saudaranya

yang bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga

Kerja Perempuan (TKW). Selain itu, HP digunakan juga untuk mendapatkan

informasi tentang fluktuasi musim ikan di daerah tertentu.

Pola pemukiman penduduk di Desa Limbangan adalah pola menyebar

mengikuti jalan dan gang-gang, rumah-rumah penduduk menghadap ke jalan-jalan

utama Desa dan juga gang-gang kecil. Rumah-rumah di Desa ini sebagian besar

tidak mempunyai halaman yang luas dan jarak antar rumah saling berhimpitan.

Rumah-rumah yang terletak di pinggir-pinggir jalan Desa rata-rata kondisinya

Page 53: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

39

cukup baik, apalagi rumah-rumah milik para bakul1 dan juragan2. Akan tetapi,

sebagian besar kondisi rumah-rumah nelayan masih sangat sederhana.

Berdasarkan kondisi fisik bangunannya, rumah-rumah di Desa Limbangan dapat

dibagi menjadi tiga kategori, seperti terlihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Bangunan Rumah Nelayan Menurut Jenis Rumah, Jumlah, dan Pemilik.

Jenis Rumah Jumlah (buah) Pemilik Permanen 375 Bakul dan Juragan Semi permanen 475 Juragan dan Bidak Sedehana/gubuk 250 Bidak

4.1.4. Motorisasi Peralatan Tangkap

Motorisasi usaha penangkapan merupakan pengadaan motor bagi perahu-

perahu penangkap ikan milik nelayan baik berupa “motor tempel” maupun “motor

duduk” dengan tujuan untuk meningkatkan nelayan dalam mengelola sumberdaya

perikanan di laut. Dengan adanya motorisasi usaha penangkapan ikan ini,

diharapkan nelayan dapat meningkatkan jangkauan operasi penangkapan ikan

agar hasil yang diperoleh dapat ditingkatkan.

Motorisasi peralatan tangkap di Desa ini sudah dimulai sejak tahun 1972-

an. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya program pemerintah tentang motorisasi

peralatan tangkap dan persaingan diantara nelayan. Pada waktu perahu-perahu

nelayan di Desa Limbangan masih menggunakan dayung dan layar, perahu-

perahu nelayan dari daerah lain seperti Cirebon sudah menggunakan mesin,

sehingga nelayan di Desa ini kalah bersaing dengan nelayan-nelayan dari daerah

1 Bakul adalah istilah lokal untuk sebutan pemodal atau pedagang yang membeli hasil tangkapan

nelayan, disebut juga sebagai pedagang pengumpul. 2 Juragan adalah nelayan yang memiliki perahu yang digunakan untuk melaut, biasanya memiliki

buruh nelayan sebagai Anak Buah Kapal (ABK).

Page 54: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

40

lain dalam usaha penangkapan ikan. Melihat kenyataan seperti itu, mau tidak mau

nelayan di Desa Limbangan melakukan motorisasi pada perahu-perahu mereka

dengan alasan agar mampu bersaing dengan nelayan-nelayan dari daerah lain dan

dapat meningkatkan hasil tangkapan.

Pada awal perkembangan proses motorisasi peralatan tangkap, para

nelayan mendapatkan mesin dan peralatan tangkap lainnya dari hasil kredit

kepada pemerintah melalui Koperasi yang ada di Desa ini. Pada tahun 1972,

pemerintah telah menyalurkan bantuan kredit berupa 12 unit mesin. Bantuan

kredit tersebut tidak disambut secara antusias oleh para nelayan karena pada

waktu itu para nelayan takut akan dikenakan sanksi apabila tidak dapat

mengembalikan bantuan kredit tersebut. Pada tahun 1974, bantuan kredit tersebut

dihentikan karena para nelayan tidak dapat mengembalikan pinjaman kredit,

sehingga untuk tahun-tahun selanjutnya para nelayan mendapatkan mesin dan

peralatan tangkap lainnya dari uang hasil pinjaman kepada bakul atau modal

sendiri.

4.1.5. Jenis Peralatan Tangkap

Peralatan tangkap yang digunakan oleh masyarakat nelayan di Desa

Limbangan sangat beragam diantaranya yaitu:

1. Jaring Payang

Jaring Payang merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap

ikan teri. Alat tangkap jaring ini berukuran panjang 7 m, lebar 10 m, dan

diameter lubang jaring 4-5 inci. Perahu yang digunakan bermesin duduk

dengan kekuatan 12-20 PK. Sedangkan ukuran perahu yang digunakan yaitu

Page 55: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

41

panjang 7-9 meter, lebar 2,40-2,50 meter dan tinggi 1,8 meter. Jenis alat

tangkap ini dioperasikan oleh 7-9 orang. Dalam sekali melaut nelayan pada

jenis alat tangkap ini akan melakukan tawur3 sebanyak 15-25 kali. Hal ini

sangat tergantung dengan banyaknya hasil tangkapan pada setiap tawur,

apabila hasilnya baik, maka kemungkinan besar nelayan akan melakukan

tawur lebih sedikit. Wilayah operasi jenis alat tangkap ini pada kedalaman 7-

10 meter. Jenis alat tangkap ini biasa dioperasikan pada musim Timur.

2. Jaring Kantong

Jaring Kantong merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk

menangkap udang. Alat tangkap jaring ini berukuran panjang 2 m, lebar 12 m,

dan diameter lubang jaring 2 inci. Perahu yang digunakan bermesin duduk

dengan kekuatan 12-20 PK. Sedangkan ukuran perahu yang digunakan yaitu

panjang 7-9 meter, lebar 2,40-2,50 meter dan tinggi 1,8 meter. Jenis alat

tangkap ini dioperasikan oleh 3-4 orang. Dalam sekali melaut nelayan pada

jenis alat tangkap ini akan melakukan tawur sebanyak 3-4 kali. Wilayah

operasi jenis alat tangkap ini pada kedalaman 10-20 meter. Jenis alat tangkap

ini biasanya dioperasikan pada musim Barat.

3. Jaring Rampusan/Unyil

Jaring Rampusan merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk

menangkap berbagai jenis ikan, seperti ikan Lowang, Kembung dan lain-lain.

Alat tangkap jaring ini berukuran panjang 5 m, lebar 15 m, dan diameter

lubang jaring 2,25 inci. Perahu yang digunakan bermesin duduk dengan

kekuatan 12-20 PK. Sedangkan ukuran perahu yang digunakan yaitu panjang

3 Tawur adalah istilah lokal untuk kegiatan menabur jaring pada saat melaut

Page 56: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

42

7-9 meter, lebar 2,40-2,50 meter dan tinggi 1,8 meter. Jenis alat tangkap ini

dioperasikan oleh 3-4 orang. Dalam sekali melaut nelayan pada jenis alat

tangkap ini akan melakukan tawur sebanyak 2-3 kali. Wilayah operasi jenis

alat tangkap ini pada kedalaman 7-8 meter. Jenis alat tangkap ini biasa

dioperasikan pada musim Timur.

4. Jaring Kejer/Bubu

Jaring Kejer/Bubu merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk

menangkap Rajungan. Alat tangkap jaring ini berukuran panjang 1 m, lebar 8

m, dan diameter lubang jaring 3-4 inci. Perahu yang digunakan bermesin

duduk dengan kekuatan 12-20 PK. Sedangkan ukuran perahu yang digunakan

yaitu panjang 7-9 meter, lebar 2,40-2,50 meter dan tinggi 1,8 meter. Jenis alat

tangkap ini dioperasikan oleh 3-4 orang. Dalam sekali melaut nelayan pada

jenis alat tangkap ini akan melakukan tawur sebanyak 2-3 kali. Wilayah

operasi jenis alat tangkap ini pada kedalaman 9-10 meter. Jenis alat tangkap

ini biasa dioperasikan pada musim Timur.

5. Jaring Kopet

Jaring Kopet merupakan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap

Ikan Tanjan. Alat tangkap jaring ini berukuran panjang 7 m, lebar 13 m, dan

diameter lubang jaring 1 inci. Perahu yang digunakan bermesin duduk dengan

kekuatan 12-20 PK. Sedangkan ukuran perahu yang digunakan yaitu panjang

7-9 meter, lebar 2,40-2,50 meter dan tinggi 1,8 meter. Jenis alat tangkap ini

dioperasikan oleh 3-4 orang. Dalam sekali melaut nelayan pada jenis alat

tangkap ini akan melakukan tawur sebanyak 2-3 kali. Wilayah operasi jenis

Page 57: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

43

alat tangkap ini pada kedalaman 10-15 meter. Jenis alat tangkap ini biasanya

dioperasikan pada musim Barat.

Tabel 5. Perbedaan Jenis Alat Tangkap Nelayan di Desa Limbangan Menurut Jenis

ikan, Jumlah nelayan, Frekuensi menabur jaring, Wilayah operasi dan

Musim

Jenis alat tangkap Jenis ikan Jumlah nelayan (orang)

Frekuensi menabur

jaring

Wilayah Operasi (meter)

Musim

Jaring payang Teri 6-9 15-25 7-10 Timur Jaring Kantong Udang 3-4 3-4 10-20 Barat Jaring Rampusan

Lowang, kembung dan lain-lain

3-4

2-3

7-8

Timur

Jaring Kejer/Bubu Rajungan 3-4 2-3 9-10 Timur Jaring Kopet Tanjan 3-4 2-3 10-15 Barat

Pada umumnya kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan setiap hari

sepanjang tahunnya, namun karena hasil tangkapan dipengaruhi juga oleh musim

penangkapan ikan, sehingga pada musim-musim tertentu yaitu pada musim

paceklik ikan atau masyarakat sering menyebutnya sebagai musim laip, banyak

para nelayan yang tidak berangkat melaut karena tidak ada hasil tangkapan

sehingga kalau dipaksakan berangkat melaut akan rugi. Kondisi tersebut sangat

berhubungan dengan kondisi alam yang sedang terjadi di daerah tersebut.

Masyarakat nelayan di Desa Limbangan mengenal dua musim, yaitu musim Barat

atau yang biasa disebut Baratan dan musim Timur atau Timuran. Musim Barat

terjadi sekitar bulan November sampai bulan Pebruari, dimana pada musim ini

ombak relatif besar dengan arus yang relatif kuat, sehingga pada musim barat

kadang banyak nelayan yang tidak melaut. Sedangkan musim Timur terjadi antara

bulan April sampai bulan September, dimana pada musim ini ombak relatif kecil

dan merupakam musim kering atau banyak ikan.

Page 58: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

44

4.1.6. Tradisi dan Kepercayaan Masyarakat

Penduduk di Desa Limbangan semuanya beragama Islam. Untuk masalah

aliran, masyarakat di Desa Limbangan hanya mengenal satu aliran yaitu

Nahdlatul Ulama (NU), sehingga dalam ritual keagamaan diantara masyarakat

relatif sama.

Di Desa Limbangan terdapat tradisi yang sudah turun-temurun dan rutun

dilaksanakan setiap tahun. Tradisi tersebut adalah pesta laut yang oleh masyarakat

setempat dikenal dengan istilah Nadran. Dalam acara pesta nadran selain upacara

adat, terdapat pula pementasan kesenian daerah berupa pementasan wayang, baik

wayang kulit maupun wayang golek. Selain itu, terdapat juga hiburan yang dapat

dinikmati oleh masyarakat, antara lain konser dangdut, dan pasar malam yang

diselenggarakan selama seminggu.

Biaya yang digunakan untuk penyelenggaraan nadran tersebut merupakan

hasil dari swadaya masyarakat. Sumbangan dari masyarakat tersebut dikumpulkan

atau dicicil selama setahun, yang pembayarannya dapat dilakukan setelah pulang

melaut. Untuk jumlah uang yang harus disumbangkan biasanya telah ditetapkan

bersama melalui musyawarah. Selain itu, terdapat pula tradisi sedekah bumi dan

tolak bala. Tradisi-tradisi tersebut dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas hasil

tangkapan ikan yang telah diperoleh. Tradisi-tradisi tersebut dipercayai oleh

masyarakat untuk menghormati penguasa laut. Masyarakat nelayan mempercayai

bahwa penguasa laut adalah nabi Khidir, as. Selain itu, pelaksanaan tradisi-tradisi

tersebut bertujuan agar pekerjaan melaut mereka mendapatkan hasil yang lebih

baik dan agar tidak mendapatkan aral melintang dalam mencari ikan dilaut.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa jika tradisi-tradisi tersebut tidak

Page 59: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

45

dilaksanakan pada kurun waktu tertentu, maka masyarakat akan mendapatkan

musibah.

Selain tradisi-tradisi tersebut, masyarakat nelayan juga mempercayai

adanya pantangan-pantangan yang harus dipatuhi, seperti tidak boleh melaut pada

saat hari lebaran, baik lebaran idul fitri maupun lebaran haji. Apabila pantangan

ini dilanggar masyarakat nelayan di Desa Limbangan percaya bahwa pada saat

melaut akan mendapatkan musibah.

Page 60: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB V

KEMISKINAN DAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN

5.1. Situasi Umum Kehidupan Nelayan

Bagi para nelayan di Desa Limbangan, secara umum kehidupan sehari-hari

mereka sudah dimulai pada pagi hari. Para nelayan berangkat melaut sekitar pukul

03.00 dan pulang pada siang hari sekitar pukul 13.00. Karena harus mengikuti

penjualan hasil tangkapan dan membereskan peralatan tangkap setelah digunakan

melaut, biasanya para nelayan baru pulang ke rumah juragan sekitar pukul 15.00.

Setelah pulang kerumah juragan, kegiatan yang dilakukan adalah pembagian hasil

atau dikenal dengan istilah nyacar. Setelah pembagian hasil selesai para nelayan

pulang kerumah masing-masing. Setelah di rumah kegiatan yang dilakukan oleh

nelayan satu dengan yang lainnya berbeda-beda, ada yang membantu pekerjaan

isterinya, beristirahat, ataupun melakukan kegiatan lainnya.

Namun, pada waktu-waktu tertentu, seperti pada saat musim menangkap

udang, kehidupan sehari-hari nelayan sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Pada

saat musim tersebut kegiatan nelayan sangat padat, karena setelah selesai

melakukan pembagian hasil para bidak masih mempunyai kewajiban untuk

memperbaiki alat tangkap jaring yang rusak ketika digunakan untuk menangkap

ikan. Kegiatan memperbaiki jaring yang terkoyak (ngiteng) pada saat menangkap

ikan ini dilakukan sampai larut malam bahkan sampai pagi hari, sehingga kadang-

kadang sebagian nelayan tidak sempat beristirahat untuk tidur karena harus pergi

melaut (miyang).

Page 61: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

47

5.1.1. Stratifikasi Masyarakat Nelayan

Sektor nelayan yang menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Desa

Limbangan (81,74%), stratifikasi sosial yang muncul adalah berdasarkan

penguasaan asset produksi di bidang perikanan. Meskipun beragam sektor

pekerjaan lain mulai tumbuh di Desa ini, namun sektor perikanan masih menjadi

sektor yang diunggulkan oleh masyarakat. Stratifikasi sosial yang muncul pada

masyarakat nelayan di Desa Limbangan dapat terlihat oleh adanya ketidaksetaraan

ekonomi antar lapisan.

Pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan, muncul istilah bakul,

juragan, dan bidak. Istilah-istilah tersebut sekaligus menjadi penyebutan dalam

pelapisan di masyarakat. Istilah bakul menempati stratifikasi sosial yang paling

tinggi. Istilah bakul diperuntukkan untuk lapisan masyarakat yang mempunyai

asset yang besar dalam bidang perikanan dan hal itu tercermin dari kepemilikan

properti yang ada di darat, seperti bangunan rumah yang bagus, kepemilikan alat

transportasi, barang-barang elektronik dan sebagainya. Kelompok ini tidak terlibat

secara langsung dalam kegitan menangkap ikan, melainkan hanya sebagai

pembeli pengumpul atau mendistribusikan hasil tangkapan para nelayan.Bakul

yang sudah sukses biasanya mempunyai jaringan yang luas diantara para nelayan

dan juga jaringan pasar, baik pasar lokal maupun pasa regional seperti pasar

Jakarta dan sekitarnya. Bagi bakul yang melakukan usaha jual beli ikan dalam

skala kecil biasanya disebut sebagai bakul engklek.

Lapisan berikutnya adalah kelompok masyarakat nelayan yang di sebut

juragan. Juragan adalah nelayan yang memiliki alat-alat produksi (perahu dan

peralatan tangkap). Kelompok ini dianggap sebagai lapisan menengah. Sebagian

Page 62: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

48

besar para juragan di Desa ini masih ikut dalam kegiatan menangkap ikan

(miyang), sehingga memiliki hubungan yang dekat dengan para bidaknya. Karena

dianggap memiliki tingkat ekonomi yang lebih, juragan seringkali menjadi

sandaran bagi anak buahnya( bidak) bila mengalami kesulitan ekonomi.

Lapisan masyarakat yang dianggap paling bawah adalah bidak,

penyebutan istilah bidak adalah mengacu pada nelayan yang tidak bermodal,

hanya modal tenaga dan kemauan saja. Kelompok ini adalah lapisan yang paling

bawah, baik secara sosial mapun secara ekonomi. Lapisan ini banyak bergantung

pada hasil tangkapan, bila hasil tangkapan melimpah, penghasilan seorang bidak

akan cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, dan bila hasil tangkapan ikan

sedikit, untuk mencukupi kebutuhan pokok saja harus menghutang terlebih dahulu

kepada juragan, kerabat, teman atau tetangganya.

5.1.2. Hubungan Antar Tipe Nelayan

Hubungan antar bakul secara sepintas terlihat sangat individualis dan

terkesan memiliki persaingan untuk memperoleh ikatan penjualan dari para

juragan. Kerjasama diantara bakul terlihat pada penetapan harga ikan hasil

tangkapan nelayan, sehingga harga penjualan ikan yang berlaku pada setiap bakul

sama. Hal ini akan memperkuat posisi para bakul dalam penetapan harga ikan

pada saat melakukan transaksi jual beli dengan para juragan.

Pola kerjasama antara bakul dan juragan terimplementasi dalam ikatan

jual beli. Pada saat seorang juragan membutuhkan modal untuk membeli atau

memperbaiki alat-alat produksi (perahu, mesin, dan peralatan tangkap lainnya),

mereka meminjam uang kepada bakul dengan konsekuensi juragan harus

Page 63: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

49

menjual hasil tangkapannya kepada bakul tersebut dengan harga yang jauh lebih

rendah dibandingkan harga di pasaran. Kerjasama ini dilakukan oleh juragan

karena tidak membutuhkan persyaratan yang berbelit-belit, semuanya cukup

dilakukan secara lisan. Sekalipun uang pinjaman tersebut tidak memiliki bunga,

namun konsekuensi berupa ikatan penjualan dirasa oleh para juragan sangat

memberatkan karena harga penjualan ikan yang diperoleh jauh lebih rendah jika

dibandingkan dengan harga pasar, sehingga pola kerjasama yang terjadi dianggap

oleh para juragan secara tidak langsung bersifat eksploitatif, karena para bakul

hanya memetik keuntungan tanpa harus bekerja keras di laut.

Hubungan antar juragan terlihat pada kerjasama antar juragan dalam

penetapan sistem bagi hasil yang berlaku pada setiap jenis alat tangkap, sehingga

sistem bagi hasil yang berlaku pada setiap juragan relatif sama. Selain itu juga

kerjasama antar juragan terlihat ketika sedang menangkap ikan di tengah laut.

Kerjasama ini terjadi pada saat seorang juragan mendapatkan musibah, misalnya

terjadi kerusakan mesin sehingga perahu tidak dapat berjalan, maka juragan yang

lain akan membantu dengan menggandeng perahu tersebut sampai ke tempat

pendaratan perahu. Hal ini biasanya dilakukan tanpa adanya imbalan apapun atau

secara sukarela.

Pola hubungan kerjasama antara juragan dengan bidak adalah hubungan

kerja sama antara juragan sebagai ”patron” dengan bidak selaku ”klien”.

Hubungan kerjasama ini merupakan suatu bentuk hubungan kerjasama tradisional

dikalangan masyarakat nelayan khususnya nelayan di Desa Limbangan. Juragan

sebagai pemilik sarana penangkapan ikan (alat-alat produksi) membutuhkan

tenaga kerja, sedangkan bidak menyediakan tenaga kerja dengan menerima upah

Page 64: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

50

berupa uang dari hasil penangkapan ikan di laut. Untuk bekerja menjadi bidak,

seseorang harus memiliki kriteria antara lain: memiliki fisik yang kuat, mau

bekerja keras, jujur, ulet, tidak mabuk laut serta tidak mudah putus asa dalam

bekerja. Akan tetapi hal terpenting adalah tidak mabuk laut agar tidak

menghambat kegiatan penangkapan ikan.

Pola hubungan seperti ini sudah berlangsung sangat lama dan bertahan

secara turun-temurun. Hubungan kerjasama ini biasanya diikat oleh pinjaman

uang (sejenis uang kontrak kerja) yang besarnya sekitar Rp 100.000,00 – Rp

500.000,00. Besarnya uang pinjaman yang diberikan oleh juragan didasarkan atas

pengalaman dan kemampuan bidak dalam memperoleh hasil tangkapan. Ikatan

kerja ini hanya berdasarkan kesepakatan informal yang dilandasai atas dasar rasa

saling percaya dan kejujuran. Pinjaman uang tersebut tidak perlu dibayar selama

bidak masih bekerja kepada juragan yang bersangkutan dan dianggap lunas atau

hanya membayar sebagian uang pinjaman jika bidak tersebut meninggal dunia.

Sepanjang bidak tersebut masih memiliki ikatan kerja dengan juragan, maka

bidak tidak diperkenankan bekerja pada perahu milik juragan yang lainnya. Jika

bidak ingin berpindah bekerja pada juragan lain, bidak harus mengembalikan

uang pinjaman tersebut pada juragan yang lama sebesar uang pinjaman yang

pernah diterimanya.

Menurut para nelayan bidak, berpindahnya bidak pada juragan lain

terutama karena juragan tersebut dianggap pelit dalam artian tidak mau

meminjamkan uang pada saat bidak sangat membutuhkan uang tersebut. Seperti

pada saat anggota keluarga sakit, lebaran atau untuk mencukupi kebutuhan

ekonomi keluarganya. Selain itu alasan lain mengenai berpindahnya bidak pada

Page 65: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

51

juragan lain adalah adanya keinginan untuk memperoleh pinjaman uang ikatan

kerja yang lebih besar dari yang pernah diterima sebelumnya. Bagi para juragan

yang tidak mau bidaknya berpindah bekerja kepada juragan lain, maka juragan

tersebut sangat menghargai pekerjaan bidaknya dan tidak segan-segan untuk

memberikan pinjaman uang kepada bidaknya.

Bagi para bidak, menjalin ikatan dengan juragan merupakan suatu hal

penting untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pola hubungan patron-klien ini

merupakan tata hubungan yang saling menguntungkan, dimana bidak selaku

nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi diberikan keuntungan oleh juragan

selaku pemilik alat-alat produksi untuk bekerja sebagai bidak pada juragan yang

bersangkutan dan akan memproleh imbalan yang setimpal dengan hasil usahanya.

5.1.3. Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil adalah pola pembagian dari hasil penjualan tangkapan

setelah melakukan kegiatan menangkap ikan di laut (miyang) dalam satu kali

melaut. Sistem bagi hasil ini dilakukan oleh para nelayan karena adanya

ketidakpastian hasil dalam usaha penangkapan ikan. Pada waktu dulu sistem bagi

hasil yang berlaku pada tiap-tiap peralatan tangkap sama yaitu 50 persen bagi

pemilik perahu (juragan) dan 50 persen bagi buruh nelayan (bidak). Namun pada

perkembangannya, sistem bagi hasil mengalami perubahan karena jumlah pemilik

perahu (juragan) yang semakin bertambah sementara jumlah buruh nelayan relatif

tetap, sehingga persaingan antar juragan untuk mendapatkan tenaga kerja buruh

nelayan. Untuk mengatasi persaingan antar juragan tersebut, para juragan

membuat kesepakatan yang baru tentang sistem bagi hasil yang berlaku.

Page 66: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

52

Sistem bagi hasil yang berlaku pada masyarakat nelayan di Desa

Limbangan sangat bergantung pada jenis alat tangkap karena pada tiap-tiap alat

tangkap sistem bagi hasil yang berlaku berbeda-beda. Perbedaan sistem bagi hasil

ini dikarenakan oleh adanya perbedaan harga pada peralatan tangkap. Pada

peralatan tangkap yang harganya lebih mahal, maka bagian pemilik parahu

(juragan) akan lebih besar bila dibandingkan dengan sistem bagi hasil pada

peralatan tangkap yang harganya relatif lebih murah. Selain itu, perbedaan system

bagi hasil disebabkan pula oleh adanya perbedaan resiko kerusakan alat tangkap

jaring pada saat digunakan dalam kegiatan melaut (miyang). Sepeti terlihat pada

uraian berikut ini:

1. Jaring Payang

Setelah proses penjualan hasil tangkapan selesai, hasil penjualan tidak

langsung dibagi, tetapi dipotong terlebih dahulu 3 persen untuk pembayaran

retribusi kepada petugas TPI. Biaya retribusi ini ditanggung bersama antara

nelayan dan bakul. Setelah dipotong biaya retribusi, baru kemudian dilakukan

pembagian hasil. Aturan atau ketentuan yang digunakan dalam pembagian

hasil untuk menentukan besarnya bagian yang diperoleh setiap komponen

yang terlibat dalam hubungan kerja, yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali

melaut mula-mula dipotong untuk biaya retribusi dan biaya perbekalan

atau biaya operasional melaut (miyang). Untuk sekarang ini, dengan

adanya kenaikan harga BBM, biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini

rata-rata sekitar Rp 125.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,

minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih

Page 67: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

53

dahulu ditanggung oleh pemilik perahu (juragan), setelah kegiatan melaut

selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil

tangkapan.

b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu satu bagian atau 40 persen untuk pemilik perahu (juragan) dan satu

bagian 60 persen untuk buruh nelayan (bidak).

c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 60 persen tersebut,

dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-

masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.

Rincian pembagian hasil pada jenis alat tangkap ini dapat dilihat pada

tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Payang

No Spesialisasi kerja Jumlah orang Bagian 1 2 3 4 5

Juru mudi Pemburit Jembatu Motoris Penabur saya

1 1 1 1

3 – 4

1,5 1,5 1 1 1

Keterangan:

1. Juru mudi, yaitu nelayan yang bertugas mengemudikan perahu pada saat

melaut

2. Pemburit, yaitu nelayan yang bertugas menarik jaring

3. Jembatu, yaitu nelayan yang bertugas melemparkan batu pada saat

menabur jaring

4. Motoris, nelayan yang bertugas mengopersikan mesin pada perahu

5. Penabur saya, yaitu nelayan yang bertugas menaburkan jaring pada saat

melaut (miyang).

Page 68: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

54

Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring payang sebagai berikut:

Misal hasil kotor penjualan ikan teri dalam satu kali melaut (miyang)

adalah Rp 300.000,00. Uang tersebut mula-mula dikurangi biaya retribusi sebesar

3%. Namun karena biaya retribusi ini ditanggung oleh nelayan dan bakul,

sehingga nelayan hanya di bebani setengahnya (1,5%) yaitu sebesar Rp 4500,00.

Dengan demikian uang yang tersisa adalah Rp 295.500,00. Dari uang yang tersisa

tersebut di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp 125.000,00, sehingga uang yang

tersisa sebesar Rp 170.500,00. Selanjutnya uang tersebut dibagi menjadi dua

bagian, yaitu bagian pemilik parahu (juragan) sebesar 40% (Rp 68.200,00) dan

bagian bidak sebesar 60% (Rp 102.300,00). Dari bagian bidak sebesar Rp

102.300,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut melaut (miyang) dan

besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing bidak menurut perannya

dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut (miyang) berjumlah 8

orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak adalah sebagai

berikut:

a. Juru mudi (1,5 bagian) sebesar Rp 19.000,00

b. Pemburit (1,5 bagian) sebesar Rp 19.000,00

c. Jembatu (1 bagian) sebesar Rp12.800,00

d. Motoris (1 bagian) sebesar Rp 12.800,00

e. Penabur saya masing-masing (1 bagian) sebesar Rp 12.800,00

Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut (miyang), maka

selain bagian juragan sebesar 40% (Rp 68.200,00) juga ditambah bagian jurumudi

sebesar1,5 bagian (Rp 19.000,00), sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp

87.200,00.

Page 69: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

55

Bagan alir bagi hasil pada jenis alat tangkap jaring payang dapat terlihat

pada gambar 2. perlu dikemukakan disini, bahwa mekanisme pembagian hasil

tersebut bisa dijalankan jika hasil yang di dapat dari kegiatan melaut (miyang)

telah melewati jumlah nilai untuk menutupi biaya retribusi dan biaya perbekalan.

Jika hasil dari melaut (miyang) relatif kecil, maka perhitungan tersebut tidak

sepenuhnya dijalankan.

Gambar 2. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Payang

2. Jaring Kantong

Setelah proses penjualan hasil tangkapan selesai, kemudian dilakukan

pembagian hasil. Aturan atau ketentuan yang digunakan dalam pembagian

hasil untuk menentukan besarnya bagian yang diperoleh setiap komponen

yang terlibat dalam hubungan kerja, yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali

melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional

melaut (miyang). Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini

rata-rata sekitar Rp 90.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,

Hasil Tangkapan

Dikurangi biaya retribusi dan operasional/perbekalan

40% juragan 60% Bidak

1. Juru mudi 2. Pemburit 3. Jembatu 4. Motoris 5. Penabur saya

Page 70: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

56

minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih

dahulu ditanggung oleh pemilik perahu (juragan), setelah kegiatan melaut

selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil

tangkapan.

b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu (juragan) dan satu

bagian 70 persen untuk bidak.

c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut,

dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-

masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.

Rincian pembagian hasil pada jenis alat tangkap ini dapat dilihat pada

tabel 6 berikut ini:

Tabel 7. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kantong

No Spesialisasi kerja Jumlah orang Bagian 1 2 3

Juru mudi Pemburit Penabur saya

1 1 2

1 1 1

Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring kantong sebagai berikut:

Misal hasil kotor penjualan udang dalam satu kali melaut (miyang) adalah

Rp 300.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp

90.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 210.000,00. Selanjutnya uang

tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu (juragan) sebesar

30% (Rp 63.000,00) dan bagian bidak sebesar 70% (Rp 147.00,00). Dari bagian

bidak sebesar Rp 147.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut

melaut (miyang) dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing

bidak menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut

Page 71: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

57

(miyang) berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak

adalah sebagai berikut:

a. Juru mudi (1 bagian) sebesar Rp 36.750,00

b. Pemburit (1 bagian) sebesar Rp 36.750,00

c. Penabur saya masing-masing (1 bagian) sebesar Rp 36.750,00

Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut (miyang), maka

selain bagian juragan sebesar 30% (Rp 63.200,00) juga ditambah bagian jurumudi

sebesar 1 bagian (Rp 63.000,00), sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp

99.750,00.

Bagan alir bagi hasil pada jenis alat tangkap jaring kantong ini dapat

terlihat pada gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Kantong

3. Jaring Rampusan/Unyil

Sistem bagi hasil pada jenis alat tangkap ini sama dengan sistem bagi hasil

yang berlaku pada jenis alat tangkap jaring kantong, yaitu:

a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali

melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional

Hasil Tangkapan

Dikurangi biaya operasional/perbekalan

30% juragan 70% Bidak

1. Juru mudi 2. Pemburit 3. Penabur saya

Page 72: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

58

melaut (miyang). Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini

rata-rata sekitar Rp 80.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,

minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih

dahulu ditanggung oleh pemilik perahu (juragan), setelah kegiatan melaut

selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil

tangkapan.

b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu (juragan) dan satu

bagian 70 persen untuk bidak.

c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut,

dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-

masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.

Tabel 8. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Rampusan

No Spesialisasi kerja Jumlah orang Bagian 1 2 3

Juru mudi Pemburit Penabur saya

1 1 2

1 1 1

Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring rampusan/unyil sebagai

berikut:

Misal hasil kotor penjualan ikan dalam satu kali melaut (miyang) adalah

Rp 200.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp

80.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 120.000,00. Selanjutnya uang

tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu (juragan) sebesar

30% (Rp 36.000,00) dan bagian bidak sebesar 70% (Rp 84.00,00). Dari bagian

bidak sebesar Rp 84.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut

melaut (miyang) dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing

Page 73: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

59

bidak menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut

(miyang) berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak

adalah sebagai berikut:

a. Juru mudi (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

b. Pemburit (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

c. Penabur saya masing-masing (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut (miyang), maka

selain bagian juragan sebesar 30% (Rp 36.000,00) juga ditambah bagian jurumudi

sebesar 1 bagian (Rp 21.000,00), sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp

57.000,00.

4. Jaring Kopet

Sistem bagi hasil pada jenis alat tangkap ini juga sama dengan sistem bagi

hasil yang berlaku pada jenis alat tangkap jaring kantong dan jaring rampusan,

yaitu:

a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali

melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional

melaut (miyang). Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini

rata-rata sekitar Rp 80.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,

minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih

dahulu ditanggung oleh pemilik perahu (juragan), setelah kegiatan melaut

selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil

tangkapan.

Page 74: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

60

b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu (juragan) dan satu

bagian 70 persen untuk bidak.

c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut,

dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-

masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.

Tabel 9. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kopet

No Spesialisasi kerja Jumlah orang Bagian 1 2 3

Juru mudi Pemburit Penabur saya

1 1 1

1 1 1

Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring kopet sebagai berikut:

Misal hasil kotor penjualan ikan dalam satu kali melaut (miyang) adalah

Rp 200.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp

80.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 120.000,00. Selanjutnya uang

tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu (juragan) sebesar

30% (Rp 36.000,00) dan bagian bidak sebesar 70% (Rp 84.00,00). Dari bagian

bidak sebesar Rp 84.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut

melaut (miyang) dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing

bidak menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut

(miyang) berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak

adalah sebagai berikut:

a. Juru mudi (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

b. Pemburit (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

c. Penabur saya masing-masing (1 bagian) sebesar Rp 21.000,00

Page 75: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

61

Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut (miyang), maka

selain bagian juragan sebesar 30% (Rp36.000,00) juga ditambah bagian jurumudi

sebesar 1 bagian (Rp 21.000,00), sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp

57.000,00.

5. Jaring Kejer

Pada jenis alat tangkap ini tidak terdapat bagi hasil. Namun hanya membayar

uang sewa perahu kepada pemilik perahu (juragan) sebesar Rp 2.000-Rp

3.000 perkilogram untuk biaya pemeliharaan perahu dan mesin. Dalam

pengoperasiannya para bidak menggunakan alat tangkap sendiri-sendiri.

Contoh pembayaran sewa pada jenis alat tangkap jaring kejer sebagai

berikut:

Misal dalam kegiatan melaut (miyang) dilakukan oleh 4 orang terdiri

seorang juragan dan 3 orang bidak, dari masing-masing 4 orang tesebut

menghasilkan rajungan sebanyak 10 kg, jika juragan menentukan harga sewa

perkilogramnya sebesar Rp 3.000,00, maka masing-masing bidak tersebut akan

mengeluarkan biaya sewa sebesar Rp 30.000,00. Dengan demikian seorang

juragan medapatkan total biaya sewa sebesar Rp 90.000,00.

5.1.4. Kemiskinan Nelayan

Kemiskinan dipahami secara beragam oleh masyarakat nelayan di Desa

Limbangan. Misalnya rumahtangga Bapak Dkm memahami kemiskinan sebagai

ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Menurtnya

”Kemiskinan dicirikian oleh susahnya memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari.

Rumahtangga miskin biasanya mengkonsumsi makanan dengan lauk tempe dan

tahu, sedangkan orang kaya mengkonsumsi makanan dengan lauk-pauk yang

beraneka ragam”.

Page 76: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

62

Rumahtangga Bapak Rsd memahami kemiskinan sebagai keterbatasan

dalam bidang pendidikan. Menurutnya ”Kemiskinan ini di cirikan oleh rendahnya

tingkat pendidikan keluarga nelayan, sehingga tidak memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang mencukupi untuk memenuhi syarat bekerja di sektor lain yang

memiliki penghasilan yang besar. Rumahtangga Bapak Usm memahami

kemiskinan sebagai ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu

kebutuhan pangan, sandang dan papan. Menurutnya ”Kemiskinan di cirikan oleh

kondisi tempat tinggal yang sangat sederhana yaitu berupa rumah semi permanen

atau gubuk yang berlantaikan tanah, dan tidak memiliki perabotan rumahtangga

yang mewah seperti TV, tape, kulkas, serta tidak memiliki barang-barang

kekayaan seperti perhiasan emas, dan alat transportasi (mobil dan motor).

Secara umum, kemiskinan dipahami oleh masyarakat nelayan sebagai

ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan akan

sandang, pangan dan papan serta keterbatasan dalam menjangkau pelayanan

pendidikan. Kemiskinan nelayan di Desa Limbangan dapat dicirikan secara fisik

dan sosial. Secara fisik kemiskinan nelayan dicirikan oleh kondisi rumah tempat

tinggal nelayan yang sangat sederhana, yaitu berupa rumah-rumah semi permanen

atau rumah-rumah yang terbuat dari dinding anyaman bambu. Selain itu

kurangnya pemilikan perabotan rumahtangga serta tidak memiliki barang-barang

berharga yang dapat menunjukkan status sosial yang tinggi seperti perhiasan

emas, perabotan rumahtangga yang mewah, alat trasportasi, dan lain-lain.

Page 77: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

63

Gambar 4. Rumah Tempat Tinggal Nelayan Bidak

Secara sosial, kemiskinan nelayan di Desa Limbangan dicirikan oleh

tingkat pendidikan anggota rumahtangga yang masih rendah. Sebagian besar

nelayan di Desa Limbangan hanya mampu menempuh pendidikan sampai tingkat

Sekolah Dasar (SD), bahkan ada pula sebagian nelayan yang sama sekali tidak

pernah mengenyam bangku pendidikan, sehingga tidak mempunyai kemampuan

baca tulis. Hal ini sangat logis, karena orang tua mereka dulu sangat miskin

sehingga tidak mampu membiayai mereka sekolah tinggi-tinggi, selain itu, anak-

anak mereka diharapkan bisa membantu pekerjaan orangtuanya di laut untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari meskipun harus berhenti sekolah.

”Kula lagi waktu cilik cuma bisa sekolah sampe kelas siji SD, sawise kuwen langsung menggawe ning laut, karena pada waktu semono wong tua kula wis tua lan sakit-sakitan, dadi kula selaku anak kang paling gede terpaksa kudu luruh duit kanggo nyukupi kebutuan wong tua lan ketelu adine kula (Ksd/Juragan)” (Saya pada waktu kecil hanya bisa sekolah sampai kelas satu SD, setelah itu langsung bekerja melaut, karena pada waktu itu orang tua saya sudah tua dan sakit-sakitan, sehingga saya sebagai anak yang paling tua terpaksa harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan ketiga adik saya).

Selain itu, kemiskinan dapat pula dicirikan oleh kesehatan anggota

rumahtangga yang masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari menu makanan sehari-

hari dan perawatan kesehatan anggota rumahtangga. Bagi rumahtangga nelayan

Page 78: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

64

miskin, menu makanan sehari-hari masih belum memenuhi menu empat sehat

lima sempurna. Selain itu, Rumahtangga nelayan miskin di Desa Limbangan

biasanya hanya memeriksakan kesehatannya di puskesmas pembantu yang ada di

Desa atau hanya kepada paranormal. Sedangkan orang yang kaya biasanya

memeriksakan kesehatannya di rumah sakit atau dokter spesialis yang ada di kota-

kota seperti Indramayu, Cirebon dan lain-lain. Hal ini seperti diungkapkan oleh

salah seorang responden sebagai berikut:

”Wong ora duwe mah mangane cuma karo oncom lan tau bae, ora kaya wong sugih mangane laue macem-macem (Wnh/Istri nelayan bidak)”.

(Orang miskin itu makannya hanya dengan tempe dan tahu saja, tidak seperti orang kaya makannya dengan lauk yang bermacam-macam).

5.2. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan

5.2.1. Fluktuasi Musim Tangkapan

Faktor penyebab kemiskinan nelayan di Desa Limbangan di antaranya

adalah berupa fluktuasi musim ikan. Fluktuasi musim ikan ini dapat menyebabkan

ketidakpastian pendapatan nelayan. Apabila sedang musim ikan, maka

penghasilan nelayan pun cukup baik. Namun pada saat musim ikanpun mulai

berkurang maka sering kali para nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang pas-

pasan atau bahkan rugi. Kondisi ini dapat dilihat pada kalender musim berikut ini:

Tabel 10. Kalender Musim Nelayan Desa Limbangan

No Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menangkap ikan teri 2 Menangkap udang 3 Menangkap rajungan 4 Menangkap berbagai jenis ikan 5 Panen raya 6 Nadran 7 Paceklik 8 Bawaan (mobilitas nelayan) 9 Bekerja dipertanian

Page 79: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

65

”Ning waktu sewulan kira-kira cuma limang dina bae nelayan bisa oleh hasil tangkapan sing cukup lumayan, selebihe nelayan olih hasil sing pas-pasan bahkan kadang-kadang sempet rugi (Srm/Juragan)”

(Dalam waktu satu bulan diperkirakan hanya lima hari saja nelayan dapat menikmati hasil tangkapan yang cukup baik, selebihnya nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang pas-pasan atau bahkan rugi).

5.2.2. Sumberdaya Manusia (SDM) Nelayan

Sumberdaya manusia nelayan di Desa Limbangan masih sangat rendah.

Hal ini dapat terlihat dari rendahnya tingkat pendidikan para nelayan yaitu hanya

18,36 persen saja penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan di atas SD.

Rendahnya tingkat pendidikan nelayan ini tidak terlepas dari budaya dan

lingkungan setempat. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan ini bukan hanya

dialami oleh nelayan sebagai kepala keluarga saja, namun berimbas juga kepada

anggota keluarga. Rendahnya pendidikan para kepala keluarga ini tidak terlepas

dari latar belakang keluarga dan kondisi masyarakat Desa pada waktu dulu. Bagi

masyarakat Desa Limbangan yang dominan nelayan ini, pada waktu dulu tingkat

pendidikan bagi nelayan belum menjadi kebutuhan yang begitu penting, apalagi

pada saat itu kondisi sarana dan prasarana tidak mendukung, sehingga masyarakat

lebih memilih untuk bekerja.

Faktor utama masyarakat tidak melanjutkan pendidikan yaitu karena faktor

ekonomi keluarga. Selain itu, para orangtua terpaksa memanfaatkan tenaga

anaknya untuk membantu perekonomian keluarga, atau paling tidak dengan

demikian dapat mengurangi beban keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan rumahtangga nelayan dalam menjangkau pelayanan pendidikan

sangat terbatas. Dengan rendahnya tingkat pendidikan nelayan ini berpengaruh

juga terhadap ketrampilan, pola pikir, dan sikap mental mereka. Dalam bekerja,

Page 80: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

66

nelayan lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik atau tenaga, sehingga dapat

dipastikan bahwa nelayan tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk

mencari lapangan pekerjaan lain di luar sektor perikanan. Seperti diungkapkan

oleh salah seorang responden berikut.

”Nelayan kaya kula mah cuma bisa menggawene ning laut, lamon menggawe sejene ora becus, maklum pendidikane rendah, dadi ora ngerti apa-apa (Tlm/Bidak)”.

(Nelayan seperti saya hanya bisa bekerja di laut, kalau bekerja di pekerjaan lain hasilnya tidak memuaskan, maklum pendidikannya rendah, sehingga tidak mengerti apa-apa).

5.2.3. Eksploitasi Pemodal (Bakul)

Kemiskinan rumahtangga nelayan di Desa Limbangan dapat pula

disebabkan oleh adanya ekploitasi para pemodal (Bakul) yaitu berupa hubungan

patron-klien yang sangat merugikan nelayan kecil dan buruh nelayan. Pada saat

seseorang ingin memiliki perahu dan menjadi juragan namun tidak cukup

memiliki modal, maka orang tersebut akan meminjam uang kepada bakul untuk

membeli perahu dan perlengkapan alat tangkap. Besarnya uang pinjaman ini

berkisar antara Rp 5.000.000,00 – Rp 10.000.000,00 (20%-30% dari harga

perahu). Pilihan ini dilakukan oleh nelayan karena prosedurnya relatif lebih

mudah jika dibandingkan dengan meminjam uang di bank, peminjaman uang pada

bakul ini cukup dilakukan secara lisan. Namun konsekuensinya para juragan

harus menjual hasil tangkapannya kepada bakul yang telah meminjamkan uang

tersebut dengan harga hasil tangkapan yang jauh lebih rendah bila dijual dipasaran

(langgan). Contohnya harga ikan teri apabila dijual kepada langgan hanya Rp

9000,00-Rp 10.000,00 perkilogram sedangkan harga dipasaran mencapai Rp

12.000,00 perkilogram.

Page 81: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

67

”Lamon cuma ngandalaken asil sing nangkep iwak, juragan ora bakal bisa nglunasi utange ning bakul, sebab asil nangkep iwak ora tentu lan ning waktu rugi, juragan terpaksa nyilih duit maning ning bakul kanggo biaya ngurusi prau lan alat tangkep, dadi utang juragan tambah gede lan tergantung pisan karo bakul (Wrn/Juragan)”. (Kalau hanya mengandalkan hasil dari menangkap ikan, juragan tidak akan pernah bisa melunasi hutangnya kepada bakul, karena hasil tangkapan yang tidak menentu dan pada saat rugi, juragan terpaksa akan meminjam uang lagi kepada bakul untuk biaya pemeliharaan perahu dan perlengkapan alat tangkap, sehingga hutang juragan akan semakin besar dan akan sangat tergantung kepada bakul).

5.2.4. Ketimpangan dalam Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil dilakukan oleh para nelayan dengan alasan karena hasil

tangkapan yang tidak menentu. Sistem bagi hasil yang berlaku ini dianggap hanya

menguntungkan pihak juragan saja karena besarnya pembagian hasil yang sangat

timpang. Ketidakpuasan nelayan bidak terhadap sistem bagi hasil terjadi jika

operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, pada situasi seperti itu, bidak tidak

mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari juragan pemilik kapal.

Jaminan sosial tenaga kerja bagi bidak juga tidak ada, sehingga jika bidak sakit

harus menanggung sendiri biaya pengobatannya atau meminjam uang terhadap

juragannya. Dalam keadaan seperti ini bidak tidak dapat berbuat banyak karena

tingkat ketergantungan terhadap juragan cukup tinggi. bidak menerima

kenyataan-kenyataan seperti ini karena dipaksa oleh keadaan dan terikat kontrak

kerja terhadap juragannya. Hal ini menurut mereka merupakan suatu sistem yang

telah diterima secara turun-temurun.

”Urip nelayan bidak mah kengelan pisan sebab ning bagi asil bae cuma olih sebagen. Sing enak mah juragan bisa olih asil bagen sing akeh (Tnh/Bidak)”. (Hidup nelayan bidak sangat susah karena dalam bagi hasil saja hanya mendapatkan satu bagian. Yang enak juragan bisa mendapatkan hasil bagian yang banyak).

Page 82: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

68

5.2.5. Motorisasi

Motorisasi perahu-perahu nelayan dalam pelaksanaannya memiliki

kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya penggunaan mesin, perjalanan perahu

nelayan untuk menangkap ikan dapat dilakukan dengan lebih cepat, penghematan

tenaga pendayung dan kegiatan tidak tergantung pada arah angin, yang berarti

waktu dan tenaga dapat dihemat. Selain itu juga, kegiatan menangkap ikan dapat

dilakukan dengan lebih intensif. Namun, dalam perkembangannya motorisasi

peralatan tangkap ini telah menyebabkan tersisihnya kelembagaan ekonomi (TPI)

karena para nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada para bakul yang

menjadi langgannya bukan melalui lelang bebas di TPI seperti sebelum

diberlakukannya motorisasi. Selain itu, motorisasi peralatan tangkap erat

kaitannya dengan penggunaan bahan bakar. Setelah adanya kenaikan harga bahan

bakar minyak (BBM) mulai tahun 1998 sampai terakhir pada bulan September

2005 yang lalu, masyarakat nelayan sangat merasa terbebani karena harus

mengeluarkan biaya operasional yang lebih besar. Kenaikan harga BBM tersebut

tidak dibarengi dengan kenaikan harga hasil produksi nelayan. Seperti

diungkapkan oleh salah seorang responden sebagai berikut:

”Ning waktu bengen nangkep iwak ora usah ado-ado, cukup ning banyu 3 depah ato sekitar 8 meter, nelayan wis oli pengasilan akeh, sawise ana motorisasi, nelayan angel oli iwak lan jarake kudu ado, dadi kudu ngetokaken biaya perbekelan sing luwi akeh (Kmr/Juragan)”. (Pada waktu dulu menangkap ikan tidak perlu jauh-jauh, cukup pada jarak kedalaman 3 jengkal atau sekitar 8 meter, nelayan sudah mendapatkan hasil yang banyak, setelah adanya motorisasi, nelayan susah mendapatkan ikan dan jaraknya pun harus jauh, sehingga harus mengeluarkan biaya perbekalan yang semakin besar). ”Bengen sadurunge krisis, lagi waktu rega solar masih Rp 750,00 rega urang bisa sampe Rp 100.000,00 – Rp 125.000,00 perkilo, sekiyen rega solar Rp 5000,00, tapi rega urang cuma Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00 perkilo (Wrn/Juragan)”. (Dulu sebelum krisis, pada waktu harga solar masih Rp 750,00 harga udang bisa mencapai Rp 100.000,00 – Rp 125.000,00 perkilogram, sekarang harga solar Rp 5000,00, namun harga udang hanya Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00 perkilogram).

Page 83: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

69

5.2.6. Pencemaran Lingkungan

Kemiskinan rumahtangga nelayan dapat terlihat pula oleh adanya

penurunan hasil tangkapan dan gagalnya usaha tambak para nelayan. Menurut

Informasi salah seorang informan Rmd (49 tahun), hal ini diduga akibat adanya

pencemaran lingkungan oleh PT. Pertamina dan PT. Batavindo yang bergerak

pada pembuatan bahan baku cat dan pelapis keramik. Kebocoran pada pipa

pengeboran lepas pantai menyebabkan pencemaran laut, sehingga ikan-ikan yang

dulunya bisa ditangkap nelayan kini tidak ada, selain itu pembangunan tempat

penambangan lepas pantai dulunya merupakan wilayah penangkapan ikan yang

sangat potensial, akibat pembangunan tempat penambangan lepas pantai, kini

nelayan tidak bisa lagi menangkap ikan di tempat tersebut.

Selain itu, pipa limbah pembuangan dari PT. Batavindo yang mengalami

kebocoran menyebabkan pencemaran dan akibatnya nelayan mengalami gagal

panen pada usaha tambaknya. Setelah melalui proses penelitian oleh Dinas

Pertambangan dan Lingkungan hidup, terbukti bahwa pencemaran lingkungan di

Desa Limbangan disebabkan oleh kebocoran pipa limbah PT. Batavindo, maka

pada tahun 2003 para nelayan menuntut ganti rugi, namun jumlah ganti rugi yang

diberikan oleh PT. Batavindo dinilai oleh para nelayan tidak sebanding dengan

kerugian yang harus ditanggung oleh para nelayan. Sekalipun penyebab

pencemaran sudah ditangani, namun dampaknya sampai saat ini masih dirasakan

oleh para nelayan yaitu berupa penurunan hasil produksi nelayan. Seperti

diungkapkan oleh salah seorang responden berikut.

“ Asil tangkepan nelayan tambah susah sawise ana dibangun tempat penambangan ning tengah laut karma tempat mau bengene dadi tempat tangkepan iwak kang bagus, akibat anane penambangan ning tengah laut, sekiyen nelayan ora bisa maning nangkep iwak ning tempat mau, Sejene kuwen, kebocoran pipa penambangan nyebabaken iwak kang bengene bisa ditangkep sekiyen ora nana maning (Srm/Juragan)”.

Page 84: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

70

(Hasil penangkapan nelayan semakin susah setelah adanya pembangunan tempat penambangan lepas pantai karena tempat tersebut pada waktu dulu merupakan tempat penangkapan ikan yang sangat potensial, akibat adanya pembangunan tempat penambangan lepas pantai, sekarang nelayan tidak dapat lagi menangkap di tempat tersebut. Selain itu, kebocoran pada pipa penambangan menyebabkan ikan yang dulunya dapat di tangkap di wilayah itu, sekarang tidak ada lagi)

5.2.7. Kebiasaan Nelayan

Pada saat hasil tangkapan sedang tidak baik atau pada saat musim

paceklik, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seringkali para nelayan

meminjam uang kepada para juragan atau Bank harian (Bank dinan). Bahkan

untuk memenuhi kebutuhan yang memerlukan biaya yang besar, para nelayan

biasanya meminjam uang kepada para rentenir. Pinjaman kepada para rentenir ini

biasanya dialokasikan oleh para nelayan untuk biaya anggota keluarga (istri dan

anak) yang akan berangkat bekerja ke luar negeri sebagai TKI atau TKW.

Sedangkan pinjaman kepada juragan dan Bank harian (Bank dinan) biasanya

dialokasikan oleh para nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

seperti kebutuhan dapur, membayar iuran listrik dan iuran air. Namun adapula

sebagian nelayan yang mengalokasikan uang pinjaman tersebut untuk memenuhi

kebiasaan-kebiasaan mereka, yaitu berupa kebiasaan minum-minuman keras dan

bermain judi. Selain uang pinjaman, uang hasil menangkap ikan yang seharusnya

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga digunakan untuk

minum-minuman keras dan berjudi. Kebiasaan ini hampir sudah umum dilakukan

oleh para nelayan yang dalam kehidupan sehari-harinya memang kurang taat

beribadah. Kebiasaan buruk ini sangat terlihat jelas pada saat acara pesta laut

(nadran), hari raya idul fitri, dan pada saat ada pesta hiburan di Desa seperti

Page 85: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

71

sandiwara, konser dangdut dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan ini menyebabkan

para nelayan terjerat hutang dan semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan.

Kebiasaan ini dapat terlihat pada contoh kasus rumahtangga Bapak Prd

berikut ini:

Prd (28 tahun) adalah seorang bidak yang berasal dari keluarga yang

sederhana, ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Kemampuan sebagai

nelayan didapatnya dari orangtuanya. Karena keterbatasan ekonomi keluarga, ia

hanya mampu menikmati pendidikan sampai kelas empat SD. Pada waktu kecil, ia

banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di bakul udang milik saudaranya.

Namun setelah usaha milik saudaranya tersebut mengalami kebangkrutan, ia

terpaksa harus bekerja di laut sebagai nelayan bidak karena menurutnya tidak ada

peluang kerja yang lain yang dapat ia masuki. Sebagai seorang nelayan ia banyak

menghabiskan waktunya untuk bekerja di laut. Jika tidak melaut ia menghabiskan

waktunya untuk beristirahat di rumah.

Menurutnya ”Hidup nelayan sangat susah karena penghasilannya tidak

menentu. Apalagi sebagai nelayan bidak penghasilannya sangat sedikit karena

dalam bagi hasil hanya mendapatkan satu bagian”. Sebagai nelayan yang relatif

muda, Prd masih suka berkumpul dengan teman-temannya. Apalagi sekarang ia

hanya tinggal seorang diri karena istrinya bekerja ke luar negeri. Ketika penulis

menanyakan tentang kegiatan berkumpul-kumpul dengan teman-temannya, ia

menjelaskan bahwa “ Saat berkumpul dengan teman-temannya ia melakukan

kegiatan yang telah umum dilakukan oleh teman-temannya yaitu minum-

minuman keras”. Ketika penulis menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidak baik,

ia mengakui kalau kegiatan tersebut tidak baik dan di larang oleh agama, namun

Page 86: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

72

karena ajakan teman-temannya ia hanya bisa menuruti dengan alasan tidak enak

dengan teman. Untuk memenuhi kebiasaan minum-minuman keras ini Pak Prd

menggunakan uang hasil melaut dan kadang-kadang meminjam kepada Juragan.

5.3. Strategi Rumahtangga Nelayan

5.3.1. Peran Anggota Keluarga

Rumahtangga nelayan berusaha mengoptimalkan peran tenaga kerja

anggota keluarga dalam berusaha mengatasi masalah kemiskinan,. Bagi anak-anak

yang masih kecil biasanya membantu mencari penghasilan dengan menggorek4 di-

Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kegiatan menggorek ini dilakukan pada saat

musim menangkap ikan teri. Sedangkan untuk hari-hari biasa anak-anak meminta

ikan kepada nelayan yang baru mendarat (alang-alang). Dalam sehari, biasanya

anak-anak tersebut bisa mendapatkan penghasilan Rp 3.000,00 - Rp 10.000,00.

Uang hasil nggorek dan alang-alang tersebut sebagian diserahkan kepada orang

tua dan sebagian lagi dipergunakan untuk jajan dan ditabung untuk keperluan

sekolah.

Gambar 5. Kegiatan Menggorek Anak-anak Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan 4 Menggorek adalah kegiatan mencari sisa-sisa ikan yang berceceran pada saat penimbangan

Page 87: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

73

”Sawise balik sekolah, kula biasa nggorek atawa jaluk alang-alang ning nelayan kang nembe darat. Biasane duite sebagian dinakna ning wong tua, kanggo jajan, lan ditabung kanggo keperluan sekolah (Irw/Anak nelayan bidak)”. (Setelah pulang sekolah, saya biasanya menggorek atau minta alang-alang kepada nelayan yang baru mendarat. Biasanya uang dari kegiatan tersebut sebagian diberikan kepada orangtua, jajan, dan ditabung untuk keperluan sekolah).

Bagi para istri atau anak gadis dapat membantu memenuhi kebutuhan

hidup keluarga dengan bekerja di pabrik pengolahan ikan. Namun ada pula

sebagian istri dan anak nelayan yang memilih bekerja keluar negeri sebagai

Tenaga Kerja Wanita (TKW). Hasil dari pekerjaannya sebagai TKW ini sangat

membantu dalam meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga.

”Lamun dudu karna pengasilan anak kang menggawe ning luar negri, kluarga kula ora arep kaya skiyen, bisa mbangun umah, tuku prabotan rumahtangga, lan bisa nduweni modal kanggo buka usaha dadi pedagang blekutak lan sontong (Srn/Bidak)”.

(Kalau bukan karena penghasilan anak yang bekerja diluar negeri, keluarga saya tidak akan seperti sekarang ini, bisa membangun rumah, membeli perabotan rumahtangga, dan bisa mempunyai modal untuk membuka usaha menjadi pedagang blekutak dan sontong).

Sedangkan bagi anak laki-laki biasanya membantu orang tuanya bekerja

melaut atau bekerja ke luar negeri sebagai TKI. Bagi nelayan juragan

menggunakan tenaga kerja anggota keluarga lebih menguntungkan karena tidak

harus memberikan pinjaman uang sebagai ikatan kerja, dan selain itu hasilnya pun

bisa dinikmati oleh keluarga sendiri. Penerapan strategi ini telah membantu

menambah pendapatan rumahtangga nelayan dalam mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari.

5.3.2. Pola Nafkah Ganda

Menghadapi situasi kemiskinan yang berkaitan dengan hasil tangkapan

yang tidak menentu, rumahtangga nelayan berusaha mengalokasikan tenaga

kerjanya ke berbagai jenis pekerjaan, seperti menjadi buruh tani, buruh pabrik

Page 88: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

74

pengolahan ikan, dan lain-lain. usaha-usaha ini perlu dilakukan untuk menambah

sumber pendapatan keluarga. Dengan semakin tumbuhnya sektor informal di

Desa Limbangan, memicu gejala pola nafkah ganda pada masyarakat nelayan.

Meskipun kegiatan perikanan sangat padat sehingga sangat sedikit memberi ruang

bagi para nelayan untuk melakukan pekerjaan lain, para nelayan pada suatu waktu

masih mempunyai kesempatan untuk melakukan pola nafkah ganda. Penerapan

strategi ini telah membantu sumber pendapatan keluarga di tengah ketidakpastian

hasil tangkapan ikan. Seperti di ungkapkan salah seorang responden berikut.

”Karna asil tangkepan sing ora tentu, kadang-kadang kula gah menggawe dadi buruh tani, atawa menggawe dadi buru pabrik iwak. Asil sing pegawean-pegawean iku bisa nambah pendapetan kluarga (Dkm/Bidak)”. (Karena hasil tangkapan yang tidak menentu, kadang-kadang saya bekerja juga sebagai buruh tani atau bekerja sebagai buruh pabrik pengolahan ikan. Hasil dari pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat menambah sumber pendapatan keluarga).

5.3.3. Diversifikasi Peralatan Tangkap

Diversifikasi peralatan tangkap pada masyarakat nelayan di Desa

Limbangan difasilitasi oleh pemerintah melalui pemberian bantuan kredit

peralatan tangkap jaring. Pelaksanaan bantuan kredit ini dikoordinir oleh kopersi

nelayan. Misalnya peralatan tangkap jaring kopet, mulai dikenal oleh para nelayan

di Desa Limbangan sekitar dua tahun yang lalu. Pada awalnya jenis peralatan

tangkap ini hanya berjumlah 10 unit jaring, namun karena dinilai banyak

memberikan keuntungan bagi nelayan, akhirnya nelayan banyak yang mengadopsi

peralatan tangkap tersebut.

Diversifikasi peralatan tangkap ini dilakukan oleh para nelayan untuk

mengantisipasi fluktuasi musim ikan, sehingga pada saat-saat tertentu para

nelayan harus menggunakan alat tangkap tertentu yang sesuai dengan jenis ikan

Page 89: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

75

yang dapat ditangkap. Misalnya pada saat musim ikan teri, maka para nelayan

menggunakan alat tangkap jaring payang. Pada saat musim udang, para nelayan

menggunakan alat tangkap jaring kantong. Pada saat musim rajungan, para

nelayan menggunakan alat tangkap jaring kejer atau bubu, dan lain-lain.

Penerapan strategi ini telah membantu nelayan dalam mengatasi faktor penyebab

kemiskinan berupa fluktuasi musim ikan yang tidak menentu.

”Ning waktu bengen, alat tangkep sing digunakaken cuma loro, yaiku jaring payang lan jaring kantong, dadi kula sering nganggur. Sekiyen mah enak alat tangkepe wis akeh, dadi kula bisa sering-sering miyang (Srm/Juragan)”. (Pada waktu dulu, alat tangkap yang saya gunakan hanya dua jenis, yaitu jaring payang dan jaring kantong, sehingga saya sering kali menganggur. Sekarang mah enak alat tangkapnya sudah banyak, sehingga saya bisa sering-sering melaut).

Diversifikasi peralatan tangkap yang dilakukan oleh para nelayan di Desa

Limbangan dapat terlihat pada tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Peralatan Tangkap Berdasarkan Jenis Ikan yang dapat di Tangkap

No Peralatan Tangkap Jenis Ikan 1 2 3 4 5

Jaring Payang Jaring Kantong Jaring Kejer/Bubu Jaring Rampusan/Unyil Jaring Kopet

Teri Udang Rajungan Lowang, kembung, gilig, keting Tanjan

5.3.4. Pemanfaatan Organisasi Produktif

Para istri nelayan di Desa Limbangan ikut aktif dalam kelompok arisan

dan kelompok pengajian untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan.

Kegiatan arisan dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada hari Jum’at dengan

besar iuran Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00. Pembayaran uang iuran ini bisa

diangsur dari hasil menangkap ikan. Kegiatan arisan ini biasanya dilakukan pada

saat pengajian ibu-ibu. Kegiatan ini dilakukan pada siang hari karena para isteri

nelayan memiliki waktu yang sangat luang disiang hari. Hasil dari kegiatan arisan

Page 90: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

76

ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan selain itu, dapat

pula dijadikan sebagai modal untuk membuka usaha kecil-kecilan seperti

berdagang dan lain-lain. Sedangkan kelompok pengajian bapak-bapak dilakukan

setiap seminggu sekali yaitu setiap malam jum’at. Kegiatan ini dilakukan pada

malam hari karena pada siang hari para nelayan banyak menghabiskan waktunya

untuk menangkap ikan di laut. Penerapan strategi ini telah membantu

rumahtangga nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan

modal usaha. Seperti diungkapkan salah seorang responden berikut.

“Sejene sibuk ngurusi pegawaean umah, saben dina jumat kula biasane melu kegiatan arisan lan pengajian wong wadon. Gedene setoran arisan iki Rp 20.000,00 lan lamon untung bias olih duit skitar Rp 2.000.000,00. Duit arisan ini biasane kanggo nyukupi kebutuan sedina-dina, mbayar setoran listrik lan banyu, terus kanggo modal usaha cilik-cilikan (Kltm/Istri nelayan bidak)” (Selain sibuk mengurusi pekerjaan rumahtangga, setiap hari Jumat saya biasanya ikut kegiatan arisan dan pengajian ibu-ibu. Besarnya iuran dalam kegiatan arisan ini Rp 20.000,00 dan kalau beruntung bisa mendapatkan uang sekitar Rp 2.000.000,00. Uang tersebut biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membayar tagihan listrik dan air, serta untuk dijadikan modal usaha kecil-kecilan).

5.3.5. Jaringan Sosial

Hubungan sosial yang dilakukan nelayan merupakan salah satu upaya

untuk mempertahankan keberadaannya. Setiap individu nelayan memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas, juga intensitas

hubungan sosial yang dilakukannya, sekalipun terbuka luas peluang nelayan untuk

melakukan hubungan sosial secara maksimal. Hubungan tersebut bukan hanya

melibatkan dua individu, melainkan banyak individu. Hubungan antar individu

nelayan tersebut akan membentuk jaringan sosial yang sekaligus merefleksikan

terjadinya pengelompokan sosial dalam kehidupan masyarakat nelayan. Jaringan

sosial mengacu pada hubungan yang di bangun oleh nelayan dengan berbagai

pihak untuk mengantisipasi tekanan-tekanan hidup.

Page 91: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

77

Jaringan sosial dimanfaatkan nelayan sebagai salah satu strategi dalam

menghadapi kemiskinan. Jaringan sosial ini dimanfaatkan dalam kegiatan

menangkap ikan dan mengatasi tekanan-tekanan ekonomi. Pada musim tidak

menangkap ikan para nelayan (Bidak) biasanya meminjam uang kepada saudara,

tetangga maupun teman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapula

nelayan yang meminjam uang kepada juragan dengan jaminan ikatan kerja,

sehingga pada saat musim ikan tiba nelayan tersebut harus bekerja pada juragan

tersebut.

”Ning masa paila, biasane kluarga kula gadekaken atawa ngadol prabotan umah kanggo nyukupi kebutuan urip sedina-dina. Lamon ora nyukupi, kluarga kula biasa nyili duit ning sedulur, tangga atawa batur kang dianggep mampu. Pernah kula nyili duit ning juragan kelawan jaminan pegawean, dadi lamon musim miyang teka, kula kudu menggawe ning juragan mau (Rsd/Bidak)”. (Pada saat masa paceklik, biasanya keluarga saya menggadaikan atau menjual perabotan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apabila hal itu tidak juga mencukupi, keluarga saya biasa meminjam uang kepada kerabat, tetangga atau teman yang dianggap mampu. Pernah juga saya meminjam uang kepada juragan dengan jaminan ikatan kerja, sehingga apabila musim menangkap ikan tiba, saya harus bekerja pada juragan tersebut).

Gambar 6. Struktur Jaringan Sosial: Hubungan Bidak, Juragan dan Bakul

Keterangan:

: Memiliki hubungan yang terikat

: Memiliki hubungan yang tidak terikat

5

1

10

3 4

9

2

8 7 6 11 12 13 14

Page 92: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

78

Berdasarkan gambar di atas, struktur jaringan sosial yang terjadi pada

hubungan antara Bidak, Juragan dan Bakul adalah sebagai berikut. Nsd sebagai

seorang bakul ia memiliki 2 orang juragan (Dna dan Wrn) yang terikat penjualan

hasil tangkapan kepadanya, hubungan yang terikat ini terjadi karena bakul

memberikan sejumlah pinjaman uang kepada juragan yang membutuhkan modal

untuk membeli atau memperbaiki alat produksi (perahu, mesin, dan peralatan

tangkap lainnya). Karena telah terikat penjualan dengan bakul Nsd, maka kedua

juragan ini tidak boleh menjual hasil tangkapannya kepada bakul lainnya (Rmd).

Nsd juga memiliki hubungan kerjasama dengan bakul lain (Rmd), kerjasama ini

dilakukan untuk menetapkan harga ikan hasil tangkapan nelayan, sehingga tidak

ada persaingan harga diantara bakul dan memperkuat posisi bakul dalam transaksi

jual beli.

Dna sebagai seorang juragan ia memiliki 4 orang bidak yang semuanya

memiliki ikatan kerja kepadanya, sehingga ke empat bidaknya tersebut tidak boleh

bekerja kepada juragan lain (Wrn atau Dsn). Ikatan kerja ini terjalin karena

juragan memberikan sejumlah uang pinjaman sebagai ikatan kerja kepada para

bidaknya. Apabila salah seorang bidaknya ingin pindah bekerja kepada juragan

lain. Maka ia harus melunasi terlebih dahulu uang ikatan kerja kepada juragan

1. Nsd (Bakul)

2. Rmd (Bakul)

3. Dna (Juragan)

4. Wrn (Juragan)

5. Dsn (Juragan)

6. Usm (Bidak)

7. Ipn (Bidak)

8. Trj (Bidak)

9. Dkm (Bidak)

10. Tlm (Bidak)

11. Tnh (Bidak)

12. Rsd (Bidak)

13. Prd (Bidak)

14. Srn (Bidak)

Page 93: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

79

yang lama (Dna). Perekrutan para Bidak tersebut didasarkan pada kemampuan

yang dimiliki oleh para Bidak, selain itu juga masih terkait adanya hubungan

kekerabatan dan ketetanggaan antara Juragan dan Bidak. Wrn sebagai juragan ia

memiliki 3 orang bidak yang terikat hubungan kerja (Tlm, Tnh dan Rsd) dan

seorang bidak yang tidak terikat (Prd). Karena tidak memiliki ikatan kerja, Prd

dapat bekerja kepada juragan lain (Dna atau Dsn).

Dsn sebagai seorang juragan ia memiliki seorang bidak yang terikat (Srn)

dan seorang bidak yang tidak terikat (Prd). Ia dulunya terikat penjualan kepada

seorang bakul (Nsd), namun setelah ia mampu melunasi uang pinjamannya

kepada bakul tersebut, sekarang ia tidak memiliki ikatan penjualan kepada bakul

tertentu, sehingga ia bisa menjual hasil tangkapannya kepada bakul yang ia

kehendaki. Diantara para juragan (Dna, Wrn dan Dsn) memiliki hubungan

kerjasama dalam penetapan sistem bagi hasil yang berlaku, sehingga sistem bagi

hasil yang berlaku pada setiap juragan relatif sama.

Selain itu, jaringan sosial dimanfaatkan juga oleh para nelayan untuk

mendapatkan informasi tentang fluktuasi musim ikan di daerah tertentu. Informasi

ini diperoleh masyarakat nelayan dari kerabat atau temannya yang tinggal di

daerah lain. Informasi tersebut dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai salah satu

bahan pertimbangan untuk memutuskan dalam kegiatan mobilitas musiman

nelayan (bawaan). Kegiatan bawaan ini dilakukan oleh para nelayan karena di

daerah Limbangan sedang tidak musim ikan sedangkan di daerah lain sedang

musim ikan. Adapun daerah yang sering menjadi tujuan dalam kegiatan bawaan

ini adalah daerah Terungtum, Eretan, Blanakan, Ciasem, dan Muara Angke.

Khusus untuk daerah Muara Angke, biasanya para nelayan yang melakukan

Page 94: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

80

bawaan ke daerah ini bersifat perorangan karena apabila berkelompok dan

menggunakan perahu akan memerlukan biaya operasional yang sangat besar

karena jaraknya yang relatif sangat jauh dari Desa Limbangan.

Pada saat para nelayan sedang melakukan bawaan, para bakul banyak

yang tidak memperoleh pendapatan karena para nelayan yang menjadi

langgannya menjual hasil tangkapannya di daerah lain. Namun, terdapat juga

sebagian bakul yang mendatangi daerah-daerah tujuan bawaan nelayan dengan

maksud agar para nelayan yang menjadi langgannya tetap menjual hasil

tangkapan kepada bakul tersebut. Kegiatan mobilitas musiman nelayan (bawaan)

ini dapat terlihat pada peta mobilitas nelayan berikut ini:

Gambar 7. Peta Mobilitas Musiman Nelayan di Desa Limbangan

Berdasarkan gambar di atas, pada saat air laut pasang, para nelayan di

Desa Limbangan mendaratkan perahunya di sungai, sehingga para nelayan akan

melakukan penjualan hasil tangkapan pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI II)

karena jaraknya yang dekat dengan sungai tempat mendaratkan perahu nelayan

Ikan Teri

Rajungan

Udang

Ciasem

Tempat pendaratan

TPI II

TPI I

Musim kemarau

LAUT

Muara Angke

Terungtum

Eretan

Blanakan

Tempat pendaratan

Keterangan: Nelayan pergi ke laut Nelayan kembali ke daratan

Air laut pasang

DARATAN

Page 95: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

81

tersebut. Sedangkan pada saat air laut surut (musim kemarau) dan sungai tidak

bisa digunakan untuk mendaratkan perahu, maka para nelayan mendaratkan

perahunya di tepi-tepi pantai dan menjual hasil tangkapannya di Tempat

Pelelangan Ikan (TPI I). TPI I ini dulu merupakan tempat kegiatan lelang terbuka,

namun setelah adanya langgan di TPI I ini tidak ada lagi kegiatan lelang terbuka

karena para nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada para bakul yang

menjadi langgannya, sehingga setiap harinya di TPI I ini relatif sepi.

Penerapan berbagai strategi tersebut dapat terlihat pada contoh-contoh

kasus rumahtangga berikut ini:

a. Rumahtangga Bapak Dkm

Bapak Dkm (39 tahun) merupakan seorang nelayan bidak yang

kehidupannya sangat sederhana, rumahnya berlantai tanah dan dinding yang

terbuat dari anyaman bambu sudah terlihat sangat rusak termakan usia.

Kemampuan bekerja sebagai nelayan diperoleh dari orang tuanya yang dulu

juga sebagai nelayan bidak. Pada waktu kecil ia hanya bersekolah sampai

kelas empat SD, dan setelah itu ia langsung bekerja di laut untuk membantu

mencari ikan.

Kehidupan sehari-hari Pak Dkm banyak dihabiskan untuk bekerja di

laut dan pada saat-saat tertentu ia bekerja juga sebagai buruh tani. Menurutnya

“Kehidupan sebagai nelayan sangat susah karena hasil tangkapannya tidak

menentu dan penghasilannya sedikit”. Ketika penulis menanyakan apa

maksud penghasilanya sedikit?, Pak Dkm menjelaskan bahwa dalam sekali

melaut hasil bersih nelayan bidak setelah bagi hasil misalnya Rp 15.000,00,

bisa dibayangkan uang tersebut bagaimana bisa untuk mencukupi kebutuhan

Page 96: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

82

keluarga, belum untuk biaya sekolah anak. “Kalau bapak pendidikannya

tinggi mah enak bisa mencari pekerjaan yang penghasilannya tetap”.

Ibu Wnh (35 tahun), istri Pak Dkm ini sempat lulus SD,sehingga ia

mempunyai kemampuan untuk baca tulis. Sehari-hari ibu Wnh menghabiskan

waktunya untuk bekerja mengurusi pekerjaan rumahtangga, bekerja di pabrik

rajungan, menjadi buruh cuci dan pada waktu panen padi ia bekerja juga

sebagai buruh tani. Menurutnya ”Orang miskin itu serba susah, makannya saja

hanya dengan tempe dan tahu saja, tidak seperti orang kaya makannya dengan

lauk yang bermacam-macam”. Selain itu juga ia menjelaskan “kalau hanya

mengandalkan penghasilan suami, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, sehingga saya juga harus ikut membantu bekerja untuk memenuhi

sumber pendapatan keluarga”.

Pasangan bapak Dkm dan ibu Wnh ini telah 19 tahun menikah dan

dikaruniai dua orang anak, anak pertamanya Irw (11 tahun) masih duduk di

kelas lima SD dan anak keduanya Aln (6 tahun). Irw ditengah kesibukannya

bersekolah ia menyempatkan diri untuk membantu keluarga dengan

menggorek di tempat pelelangan ikan (TPI) atau meminta alang-alang kepada

para nelayan yang baru mendarat. Menurutnya “uang hasil kegiatan tersebut

sebagian di berikan kepada orangtua, jajan, dan ditabung untuk keperluan

sekolah”.

b. Rumahtangga Bapak Usm

Bapak Usm (50 tahun) adalah seorang nelayan bidak, ia mulai bekerja

melaut pada usia 15 tahun, pada waktu kecil ia hanya bersekolah sampai kelas

Page 97: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

83

2 SD, kemampuannya bekerja dilaut didapat dari orangtuanya yang dulu juga

seorang nelayan bidak. Kehidupan sehari-hari pak Usm adalah bekerja di laut

sebagai buruh nelayan (bidak), selain itu, ia juga membantu usaha dagangan

istrinya, dan pada waktu-waktu tertentu ia juga bekerja di pertanian sebagai

buruh pemanen padi (nderep). Ketika penulis menanyakan kondisi

kehidupannya sebagai nelayan, ia menjelaskan bahwa ”Kehidupan sebagai

nelayan banyak susahnya apalagi seorang nelayan bidak seperti saya, kalau

hanya mengandalkan dari pekerjaan melaut tidak akan cukup untuk memenuhi

keluarga, untungnya istri saya membuka warung kecil-kecilan dan anak

perempuan saya juga bekerja di luar negeri sebagai TKW, jadi bisa membantu

untuk memenuhi kebutuhan keluarga”.

Ibu Ktn (42 tahun), istri pak Usm mini dalam kehidupan sehari-hari ia

banyak menghabiskna waktunya untuk mengurusi pekerjaan rumahtangga dan

berjualan. Seminggu sekali ia menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian

dan arisan. Menurutnya “ Mengikuti pengajian dan arisan banyak memberikan

keuntungan, selain dapat meningkatkan tali silaturahmi diantara istri nelayan

juga dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, misalnya modal warung

ini sebagian saya peroleh dari hasil arisan, dan sebagian keuntungan yang

diperoleh dari usaha warung ini saya tabung untuk membayar iuran arisan

setiap minggunya sebesar Rp. 20.000,00”. Ketika peneliti menanyakan peran

anak-anaknya dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga, ia

menjelaskan bahwa “ kedua anak gadisnya sudah setahun ini bekerja ke luar

negeri sebagai TKW, uang dari hasil kerja anaknya di luar negeri tersebut

dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarga seperti memperbesar usaha

Page 98: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

84

warung dan membiayai sekolah anak. Selain itu, Hto (12 tahun), anak ketiga

dari pasangan bapak Usm dan Ibu Ktn ini, selain sibuk bersekolah juga ikut

menggorek di tempat pelelangan ikan atau meminta alang-alang kepada para

nelayan yeng baru mendarat.

c. Rumahtangga Bapak Dsn

Bapak Dsn (55 tahun) adalah seorang juragan, ia mulai bekerja di laut

pada usia 16 tahun, pada waktu itu ia ikut membantu orangtuanya yang juga

sebagai juragan. kehidupan sehari-hari Pak Dsn banyak dihabiskan untuk

bekerja di laut, dan apabila sedang tidak melaut Pak Dsn menghabiskan

waktunya untuk memperbaiki alat tangkap dan beristirahat. Perahu yang

dimiliki Pak Dsn dulunya sebagian modalnya merupakan hasil pinjaman

kepada bakul. Namun setelah anak perempuannya bekerja ke luar negeri

(Arab Saudi) sebagai TKW, ia dapat melunasi hutangnya. Menurutnya “

Hidup sebagai nelayan sangat susah karena hasilnya tidak dapat dipastikan,

kadang dapat hasil banyak, kadang pas-pasan, bahkan kadang-kadang rugi”.

Pada waktu musim tidak menagkap ikan (paceklik), Pak Dsn biasanya

melakukan bawaan ke berbagai daerah, biasanya daerah yang dituju antara

lain Trungtum, Eretan, Blanakan, dan Ciasem.

Ibu Rmn (45 tahun), layaknya sebagai ibu rumahtangga ia

mengerjakan tugas rumahtangga dan membantu suaminya menyiapkan

peralatan dan perbekalan untuk melaut. Selain itu juga, pada waktu-waktu

tertentu ia bekerja dipertanian. Pasangan Bapak Dsn dan ibu Rmn ini telah

menikah selama 36 tahun dan telah dikaruniai 6 orang anak. Empat anak

Page 99: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

85

tertuanya telah berkeluarga dan tinggal bersama mertuanya, dan anak ke

limanya Ipn (22 tahun) bekerja melaut membantu orangtuanya dan pada

waktu-waktu tertentu ia bekerja juga sebagai buruh di pabrik penggilingan

padi. Stn (19 tahun) anak ke enamnya ini bekerja di Luar negeri (Abudabi)

sebagai TKW, uang hasil kerjanya rutin dikirmkan kepada orangtuanya untuk

membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan menambah modal usaha

orangtuanya.

d. Rumahtangga Bapak Rsd

Pak Rsd (60 tahun) adalah seorang nelayan bidak, ia merupakan

anak kedua dari empat bersaudara. Orangtuanya dulu merupakan seorang

pemilik perahu (juragan). Pada waktu kecil, Pak Rsd hanya mampu sekolah

sampai kelas dua SD, alasannya karena ia ingin bekerja sebagai nelayan dan

dapat menghasilkan uang sendiri. Kehidupannya sebagai nelayan banyak

dihabiskan untuk bekerja di laut dan pada saat tidak melaut, ia menghabiskan

waktunya untuk beristirahat dengan keluarga dan cucu-cucunya. Menurut

ceritanya dulu ia pernah bekerja di saudaranya sebagai buruh pengepakan

udang, tapi setelah usaha saudaranya mengalami kebangkrutan, ia terpaksa

bekerja di laut, karena dengan pendidikannya yang rendah sulit baginya untuk

memasuki pekerjaan di sektor lain. Menurutnya “Hidup sebagai nelayan

sangat susah karena sangat tergantung dengan keadaan fluktuasi musim ikan,

sehingga hasilnya tidak menentu, tidak seperti kerja di darat hasilnya sudah

dapat ditentukan”. Misalnya pekerja kantoran hasilnya sudah ditentukan setiap

bulannya berapa, sedangkan bekerja dilaut hasilnya tidak dapat dipastikan.

Page 100: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

86

Susahnya hidup sebagai nelayan sangat dirasakan ketika sedang tidak

musim menangkap ikan (paila). Menurutnya “Pada saat masa paceklik,

biasanya keluarga saya menggadaikan atau menjual perabotan rumahtangga

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apabila hal itu tidak juga

mencukupi, keluarga saya biasa meminjam uang kepada kerabat, tetangga atau

teman yang dianggap mampu. Pernah juga saya meminjam uang kepada

juragan dengan jaminan ikatan kerja, sehingga apabila musim menangkap

ikan tiba, saya harus bekerja pada juragan tersebut”.

Ibu Kltm (53 tahun), istri pak Rsd ini hanya seorang ibu rumahtangga.

Setiap harinya banyak menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas-

tugas rumahtangga, dan mengurusi cucunya ketika anaknya bekerja di pabrik

pengolahan ikan. Menurutnya “Selain sibuk mengurusi pekerjaan

rumahtangga, setiap hari Jumat saya biasanya ikut kegiatan arisan dan

pengajian ibu-ibu. Besarnya iuran dalam kegiatan arisan ini Rp 20.000,00 dan

kalau beruntung bisa mendapatkan uang sekitar Rp 2.000.000,00. Uang

tersebut biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

membayar tagihan listrik dan air, serta untuk dijadikan modal usaha kecil-

kecilan”. Pada saat musim paceklik, untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarga kadang-kadang saya meminjam uang kapada Bank harian (bank

dinan). Uang pinjaman kepada bank harian ini sebesar Rp 112500,00 – Rp

225.000,00. Besarnya setoran setiap hari untuk pinjaman sebesar 112500,00

adalah Rp 5000,00 sedangkan untuk pinjaman Rp 225.000,00 adalah sebesar

Rp 10.000,00.

Page 101: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

87

Dari hasil pernikahannya dengan Ibu Kltm, Pak Rsd dikaruniai tiga

orang anak yang semuanya sudah berkeluarga. Hanya seorang anaknya yang

masih tinggal bersamanya yaitu Rni (35 tahun). Rni bekerja di pabrik

rajungan, pada saat ia bekerja anaknya yang masih balita dititipkannya kepada

ibunya. Pada saat gajian rni sering mengasih uang kepada ibunya untuk

membantu mencukupi kebutuhan keluarga.

Page 102: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Masalah kemiskinan yang terjadi pada masyarakat nelayan di Desa

Limbangan tidak terlepas dari adanya berbagai faktor penyebab kemiskinan.

Faktor penyebab kemiskinan tersebut berupa fluktuasi musim tangkapan, faktor

ini telah menyebabkan ketidakpastian hasil tangkapan para nelayan, sehingga

pada saat sedang tidak musim menangkap ikan para nelayan sangat kesusahan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Rendahnya sumberdaya

manusia nelayan yang dicirikan dengan rendahnya tingkat pendidikan keluarga

nelayan menyebabkan susahnya nelayan untuk mengakses peluang-peluang kerja

yang tersedia, khususnya peluang kerja di luar sektor perikanan. Eksploitasi

pemodal berupa ikatan penjualan kepada bakul tertentu dengan harga jauh di

bawah harga pasar menyebabkan semakin kecilnya hasil pendapatan nelayan,

sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Ketimpangan sistem bagi hasil juga telah menyebabkan nelayan (bidak) semakin

terpuruk karena sistem bagi hasil yang berlaku hanya menguntungkan pihak

juragan saja, sehingga menambah kesenjangan ekonomi antara pemilik perahu

(juragan) dan buruh nelayan (bidak).

Selain itu, penerapan motorisasi pada perahu-perahu nelayan, di satu sisi

memiliki keuntungan yaitu dapat menghemat waktu, energi, dan kegiatan

penangkapan ikan tidak lagi bergantung pada arah angin, sehingga para nelayan

dapat lebih intensif untuk pergi melaut (miyang). Namun di sisi lain, penerapan

Page 103: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

89

motorisasi tersebut telah menyebabkan tersisihnya kelembagaan ekonomi (TPI),

sehingga para nelayan yang dulunya dapat melakukan kegiatan lelang terbuka di

TPI, kini tidak dapat lagi melaksanakannya karena mereka harus menjual hasil

tangkapannya kepada para bakul yang menjadi langgannya. Hal ini telah

menyebabkan semakin tingginya ketergantungan para nelayan terhadap para

pemodal (bakul). Faktor ini sangat dominan dalam menyebabkan kemiskinan

nelayan di Desa Limbangan kerena selain menyebabkan tersisihnya kelembagaan

ekonomi, motorisasi juga erat kaitannya dengan penggunaan bahan bakar minyak

(BBM), kenaikan harga BBM tidak di di barengi dengan kenaikan harga hasil

produksi nelayan, sehingga menyebabkan semakin susahnya nelayan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pencemaran lingkungan yang diduga

disebabkan oleh PT. Pertamina dan PT. Batavindo telah menyebabkan

menurunnya hasil tangkapan dan gagalnya usaha tambak nelayan. Sekalipun

pencemaran lingkungan ini sudah ditangani, namun sampai saat ini dampaknya

masih dirasakan oleh para nelayan yaitu berupa penurunan hasil produksi nelayan.

Pada saat musim paceklik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

rumahtangga nelayan seringkali menggadaikan atau menjual harta kekayaan dan

perabotan rumahtangga, apabila hal tersebut tidak mencukupi, maka para nelayan

akan meminjam uang kepada kerabat, tetangga atau teman yang dianggap mampu,

bahkan ada pula sebagian nelayan yang meminjam uang kepada juragan dan

rentenir. Pengalokasian uang tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Sebagian nelayan

mengalokasikan uang pinjaman ini untuk memenuhi kebiasaan-kebiasaan mereka

Page 104: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

90

berupa minum-minuman keras dan berjudi, sehingga menyebabkan nelayan

terjerat hutang dan semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan.

Menghadapi situasi kemiskinan tersebut, rumahtangga nelayan berusaha

menerapkan berbagai strategi dengan melakukan diferensiasi peranan.

Diferensiasi peranan tersebut dapat terlihat dalam berbagai strategi yang

diterapkan oleh rumahtangga nelayan. Strategi-strategi tersebut berupa peranan

anggota keluarga (istri dan anak nelayan), penerapan strategi ini terlihat pada

peranan anggota rumahtangga dalam membantu memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Bagi anak-anak yang masih kecil biasanya membantu mencari

penghasilan dengan menggorek dan meminta ikan kepada nelayan yang baru

mendarat (alang-alang). Bagi para istri atau anak gadis membantu memenuhi

kebutuhan hidup keluarga dengan bekerja menjadi buruh di pabrik pengolahan

ikan atau memilih bekerja keluar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Sedangkan bagi anak laki-laki biasanya membantu orang tuanya bekerja di laut.

Penerapan strategi ini telah membantu menambah pendapatan rumahtangga

nelayan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pola nafkah ganda, rumahtangga nelayan berusaha mengalokasikan tenaga

kerjanya ke berbagai jenis pekerjaan, seperti menjadi buruh tani, buruh pabrik

pengolahan ikan, dan lain-lain. Penerapan strategi ini dimaksudkan untuk

menyikapi situasi kemiskinan yang berkaitan dengan hasil tangkapan yang tidak

menentu. Penerapan strategi ini telah membantu sumber pendapatan rumahtangga

di tengah ketidakpastian hasil tangkapan nelayan. Diversifikasi peralatan tangkap,

pada saat-saat tertentu para nelayan menggunakan alat tangkap sesuai dengan

jenis ikan yang dapat ditangkap pada waktu itu. Diversifikasi peralatan tangkap

Page 105: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

91

ini dilakukan oleh para nelayan untuk mengantisipasi fluktuasi musim ikan yang

tidak menentu.

Pemanfaatan organisasi produktif, untuk membantu memenuhi kebutuhan

hidup keluarga, para istri nelayan di Desa Limbangan ikut aktif dalam kelompok

arisan dan kelompok pengajian. Hasil dari kegiatan arisan ini dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan selain itu, dapat pula dijadikan sebagai

modal usaha. Jaringan sosial, para nelayan memanfaatkan jaringan sosial sebagai

salah satu strategi dalam menghadapi kemiskinan. Jaringan sosial ini

dimanfaatkan dalam kegiatan menangkap ikan dan mengatasi tekanan-tekanan

ekonomi. Selain itu, jaringan sosial dimanfaatkan juga oleh para nelayan untuk

mendapatkan informasi tentang fluktuasi musim ikan di daerah tertentu. Informasi

tersebut dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai salah satu bahan pertimbangan

untuk memutuskan dalam kegiatan mobilitas musiman nelayan (bawaan).

Penerapan strategi ini telah membantu rumahtangga nelayan dalam mengatasi

faktor penyebab kemiskinan berupa eksploitasi pemodal dan ketimpangan sistem

bagi hasil. Dari berbagai strategi yang diterapkan, peranan anggota keluarga (istri

dan anak) nelayan merupakan strategi yang banyak dilakukan oleh rumahtangga

nelayan di Desa Limbangan karena strategi ini relatif mudah dilakukan dan dapat

membantu rumahtangga nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Penerapan berbagai strategi tersebut dapat membantu para nelayan bertahan hidup

ditengah keadaan yang serba miskin.

Page 106: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

92

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa hal yang dapat diusulkan

sebagai saran adalah:

1. Mengoptimalkan kembali peran kelembagaan ekonomi (TPI), sehingga para

nelayan dapat melakukan kegiatan lelang terbuka kembali dan tidak terlalu

bergantung kepada para juragan atau bakul.

2. Perlu dibangun pelabuhan kecil agar perahu-perahu dari daerah lain dapat

mendaratkan dan menjual ikannya di daerah Limbangan. Hal ini perlu

dilakukan untuk menunjang kemajuan ekonomi Desa.

3. Perlu dibentuk kelompok-kelompok nelayan dan kegiatan pendampingan,

baik oleh petugas penyuluhan, LSM, dan lain-lain, agar nelayan dapat

dikoordinir dalam wadah organisasi.

Page 107: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

93

DAFTAR PUSTAKA

Aristiyani, Tri. 2003. Strategi Nafkah dan Kerja Perempuan pada Rumahtangga

Petambak Penggarap dalam Menghadapi Resiko (Kasus pada Komunitas

Petambak di Desa Karya Bakti, Kabupaten Karawang, Jawa Barat).

Skripsi, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Dahuri, Rokhmin. 1994. Studi Model Pengentasan Kemiskinan Nelayan di Desa

Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Program

Pengelolaan Wilayah Pesisir. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Institut

Pertanian Bogor; Bogor.

Dahuri, Rokhmin. 1996. Potensi Sumberdaya Pesisir dan Laut: Perspektif

Ekonomi dan Ekologi. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan lautan.

Institut Partanian Bogor; Bogor.

Darwin, M.S.P. 2002. Karakteristik Kemiskinan Masyarakat Nelayan di

Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Skripsi Institut Pertanian Bogor;

Bogor.

Dharmawan, Arya Hadi. 2003. Farm Household Livelihood Strategies and Socio-

economic Changes in Rural Indonesia. Disertasi, University of Gottingen,

Jerman.

Hermanto et al., 1995. Kemiskinan di Pedesaan : Masalah dan Alternatif

Penanggulangannya. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IPB; Bogor.

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia;

Jakarta.

Lestari, Dewi. 2005. Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan Pantai Utara dan

Pantai selatan Jawa (Studi kasus Komunitas Nelayan Banyuwoto, Jawa

Page 108: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

94

Tengah dan Komunitas Nelayan Cipatuguran, Jawa Barat). Skripsi,

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Kusnadi, 2000. Nelayan : Strategi adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora

Utama Press ; Bandung.

Kusnadi, 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya

Perikanan. LKiS; Yogyakarta.

Lewis, Oscar. 1966. Kebudayaan Kemiskinan dalam Parsudi Suparlan (ed.),

kemiskinan di Perkotaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Mangkuprawira, S. 1993. Pendekatan Pengentasan Kemiskinan Oleh Perguruan

Tinggi. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. IPB; Bogor.

Masyhuri, 2001. Adaptasi Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan dalam

Pemanfaatan Sumberdaya Alam Indonesia. Pusat Penelitian Ekonomi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E - LIPI); Jakarta.

Mubyarto et al., 1984. Nelayan dan Kemiskinan. Rajawali Pers; Jakarta.

Pangemanan, et al., 2003. Sumber Daya Manusia (Sdm) Masyarakat Nelayan.

http://rudyct.tripod.com/sem1_023.htm. Diakses pada tanggal 5 Desember

2005 pukul 08.30 wib.

Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT Pustaka

Cidesindo; Jakarta.

Setiadi, 2006. Mengungkap pengentasan Kemiskinan Secara Partisipatoris.

http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=307. Diakses pada

tanggal 28 Februari 2006 pukul 08.55 wib.

Setyohadi, Tuk. 1998. Pemberdayaan Nelayan dan kelautan Dalam Kerangka Konsepsi Benua Maritim Indonesi dalam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II Ujung Pandang, 2-3 Desember 1997. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan bekerja sama dengan Japan Internasition

Page 109: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

95

Agency, Universitas Hasanuddin, Dinas Perikanan Dati I Sulawesi Selatan, Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia.

Sitorus, M.T. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Pengantar. DOKISH.

Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Gravindo Persada;

Jakarta.

Soemardjan, Selo. Alfian. Tan Mely G. 1984. Kemiskinan Struktural Suatu Bunga

Rampai. Mataangin Offsen; Jakarta

Soemardjan, Selo. 1997. Jurnal Sosiologi Indonesia. Ikatan Sosiologi Indonesia;

Jakarta.

Solihin, Ahmad. 2005. Pendekatan Sosial-Budaya dalam Memberdayakan

Nelayan.http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=307.Diakses

Pada tanggal 25 Februaru 2006 pukul 09.30 wib.

Sumodiningrat. 1989. Dalam Darwis,V dan Numanaf, R.A. 2001. Pengentasan

Kemiskinan: Upaya Yang Telah Dilakukan Dan Rencana Waktu

Mendatang.http://pse.litbang.deptan.go.id/publikasi/FAE_19_1_2001_4.p

df. Diakses pada tanggal 1 Maret 2006 pukul 08.15 wib.

Suyanto, Bagong. 2003. Upaya Menyejahterakan Nelayan di Jatim Meningkatkan

Produktivitas atau Diversifikasi?. http://www.kompas.co.id/kompas-

cetak/0304/23/jatim/274420.htm. Di akses pada tanggal 14 Desember

2005 pukul 8.04 wib.

Page 110: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

LAMPIRAN

Page 111: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

Lampiran Gambar 8. Peta Lokasi Penelitian

KABUPATEN INDRAMAYULOKASI

PENELITIAN

Desa Limbangan

Page 112: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

97

Lampiran Tabel 12. Teknik Pengumpulan Data

No Kebutuhan data/informasi Sumber

data/informasi

Teknik

pengumpulan data

1 Gambaran Umum Desa:

Jumlah penduduk Desa

Mata pencaharian

Penyebaran penduduk

Komposisi penduduk

(usia, jenis kelamin,

pendidikan, etnis, dan

religi)

Kondisi infrastruktur

Desa

Sistem nilai budaya,

norma, dan pranata

dalam Desa

Data Monografi

Desa

Aparatur Desa,

tokoh masyarakat

dan anggota

masyarakat

Studi Dokumen

data monografi

Desa

Wawancara

Pengamatan

langsung

2 Faktor penyebab

kemiskinan nelayan

Faktor-faktor penyebab

kemiskinan nelayan

Faktor paling dominan

yang menyebabkan

kemiskinan nelayan

Informan dan

Responden

Wawancara

mendalam

Pengamatan

langsung

3 Strategi rumahtangga

nelayan

Bentuk-bentuk strategi

rumahtangga nelayan

Pihak-pihak yang

terkait dalam strategi

Informan dan

Responden

Wawancara

mendalam

Pengamatan

langsung

Page 113: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

98

tersebut

Implementasi strategi

Hasil yang dapat

diperoleh dari

penerapan strategi

tersebut

Page 114: STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN · Faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Limbangan sangat kompleks dan beragam. Faktor-faktor penyebab

99

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Wawancara

1. Gambaran umum Desa Limbangan

a. Bagaimana sistem nilai budaya, norma, dan pranata yang berlaku dalam

kehidupan bermasyarakat?

b. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi desa, khususnya masyarakat

nelayan?

c. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana umum yang tersedia di

Desa yang mendukung kegiatan penangkapan?

d. Bagaimana gambaran umum lingkungan perumahan desa, khususnya

perumahan nelayan?

2. Identifikasi faktor penyebab kemiskinan nelayan

a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat

nelayan di Desa Limbangan?

b. Faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemiskianan pada

masyarakat nelayan di Desa Limbangan?

3. Strategi rumahtangga nelayan

a. Bagaimana bentuk-bentuk strategi rumahtanga nelayan dalam mengatasi

faktor-faktor penyebab kemiskinan tersebut?

b. Pihak-pihak mana saja yang terkait dalam strategi tersebut?

c. Bagaimana implementasi dari berbagai bentuk strategi tersebut?

d. Bagaimana hasil yang dapat diperoleh/dirasakan oleh rumahtangga dari

penerapan strategi tersebut?