struktur kota jakarta

17
Pertumbuhan Kota Jakarta Geografi Manusia 2 Nicky Maninda 1106052051 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Upload: nicky-maninda

Post on 05-Dec-2014

586 views

Category:

Documents


74 download

DESCRIPTION

Struktur dari kota jakarta. struktur kota dunia ketiga lainnya

TRANSCRIPT

Page 1: Struktur kota Jakarta

Pertumbuhan Kota Jakarta

Geografi Manusia 2

Nicky Maninda

1106052051

Departemen GeografiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia2013

Page 2: Struktur kota Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kota Jakarta merupakan kota utama di Asia Tenggara (Evers dan Korff 2000). Sebagai ibukota negara Indonesia, kota Jakarta tumbuh dominan diantara kota-kota lain yang terdapat di Indonesia. Jakarta berkembang jauh melampaui kota kedua di Indonesia yaitu, kota Surabaya yang merupakan kota pesisir sama halnya dengan kota Jakarta (GumilarRusliwa Somantri 2002). Hal tersebut juga dipengaruhi faktor pemerintahan yang berpusatdi kota Jakarta.

Petumbuhan kota merupakan catatan sejarah dan juga perkembangan kondisi kota itu sendiri. Kemunculan kota yang tidak dilihat dari kondisi fisiknya akan tetapi juga dilihat dari letak lokasinya yang strategis, menjadikan kota Jakarta sebagai kota yang berkembang dengan pesat. Permukiman kemudian berkembang menjadi sebuah kota karena kebutuhan manusia semakin berkembang, dan dalam upaya memenuhi kebutuhan sosialnya ini maka manusia mengorganisasikan dirinya dengan alam dan manusia lainnya sehingga tercapai sistem keteraturan yang dapat memenuhi tuntutan kehidupannya (Golany 1995)

Menurut sejarah, kota Jakarta terbentuk karena adanya pelabuhan pusat perdagangan dunia yang ramai dari awal terbentuk hingga saat ini. Hal tersebut menjadi faktor migrasi masuk ke dalam kota Jakarta (urbanisasi) sangat tinggi. Perkembangan kota Jakarta yang pesat akibat kegiatan ekonomi yang bersifat internasional menjadi daya tarik utama dengan anggapan banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia di kota ini untuk masyarakat luar kota Jakarta. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan kota Jakarta mempengaruhi wilayah lain disekitarnya, dalam hal perubahan dan pertumbuhan daerah pinggiran kota yang signifikan.

Dilihat dari berbagai aspek lainnya berdasarkan struktur kota Jakarta, dapat menjelaskan kondisi kota saat ini. Dengan cara menjelaskan karakteristik lokasi, kegiatan ekonomi utama, hingga berbagai teori dasar dari pertumbuhan kota sejak awal terbentuk hingga saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana karakteristik kota Jakarta?1.2.2. Apa saja dan bagaimana kegiatan ekonomi utama dari kota Jakarta?1.2.3. Bagaimana dasar teori sehingga terjadinya pertumbuhan kota Jakarta?1.2.4. Bagaimana kondisi kota Jakarta saat ini?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui karakteristik kota Jakartadengan menggunakan pendekatan site and situation.

1.3.2. Mengetahui kegiatan ekonomi utama dari kota Jakarta sehingga dapat berkembang dari permukiman menjadi kota

1.3.3. Mengetahui teori dasar yang menjadi pertumbuhan kota Jakarta1.3.4. Mengetahui kondisi kota Jakarta saat ini

Page 3: Struktur kota Jakarta

BAB IIISI

2.1. Karakteristik Kota Jakarta

Site merupakan karakteristik internal yang berkaitan dengan semua keadaan fisik pada suatu

daerah atau kota diantaranya, ukuran (size), bentuk, dan keadaan topografi, Sedangkan situation

ialah unsur-unsur yang berkaitan dengan faktor eksternal seperti, situasi suatu tempat berelasi

dengan tempat-tempat lain di sekitarnya, aksesibilitas tempat yang mudah dicapai dari tempat-

tempat lain, dan tingkat interaksi tempat dengan tempat lainnya.

Kota Jakarta memiliki luas 649,71 km2 dan terdiri dari 5 wilayah Kota administrasi. Kota

Jakarta dapat dikatakan sebagai kota pesisir, dapat dilihat sebelah utara kota Jakarta membentang

pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal

(lampiran gambar 2.1). Sebelum abad ke-16, kota Jakarta memiliki keadaan alam yang berawa-rawa.

Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan

Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah

utara dengan Selat Sunda dan Laut Jawa.

Dilihat keadaan topografinya wilayah Kota Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan

landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas

permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling

Selatan dari wilayah DKI antara 5 m samapi 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan

daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan

banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai

yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain : Sungai Grogol, Sungai Krukut, Sungai Angke, Sungai

Pesanggrahan dan Sungai Sunter.

Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar

32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari.

Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah

sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005,

dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata

mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.

Berdasarkan pendekatan site, keadaan topografi kota Jakarta yang dikatagorikan sebagai

daerah datar dan landai menyebabkan penggunaan lahan terbangun berkembang dengan cepat.

Tidaklah sulit dalam membuat bangunan-bangunan baru di wilayah ini, karena tidak ada halangan

fisik dalam penggunaan lahan untuk bangunan seperti perbedaan ketinggian yang berbeda secara

signifikan seperti halnya di daerah pegunungan. Oleh karena itu, masyarakat yang ada di kota Jakarta

Page 4: Struktur kota Jakarta

tidak melewatkan kesempatannya dalam membuat bangunan baru sehingga terus meluas dan

merapat hingga luar wilayah kota Jakarta. Suhu kota Jakarta yang cukup tinggi dan kurangnya lahan

terbuka di kota ini, memungkinkan sulitnya kegiatan bercocok tanam. Keuntungan kota Jakarta

merupakan wilayah pesisir, memberi peluang bagi sebagian masyarakatnya untuk mengelola hasil

laut dan mengembangkan budidaya air lainnya.

Lokasi kota Jakarta yang berada di wilayah pesisir ini juga menguntungkan Jakarta dalam

aspek situation. Jakarta yang awal mula terbentuknya sebagai pelabuhan pusat perdagangan dunia

hingga saat ini peranan tersebut masih dipegang oleh kota ini. Hingga saat ini lokasi kota Jakarta

yang strategis dan merupakan pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau dan hubungan

internasional. Dengan demikian tidak mengherankan jika kota Jakarta berfungsi pula sebagai

kegiatan perdagangan dan jasa dengan cakupan layanan nasional dan internasional. Sejarah

Indonesia yang pernah dikuasai oleh negara lain yang menjajah Indonesia dan mengembangkan kota

Jakarta sebagai tempat pemerintahannya, menjadikan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan

negara Indonesia sehinggahal tersebut menghasilkan intensitas interaksi yang tinggi dengan wilayah

yang ada di Indonesia hingga negara lain.

2.2. Kegiatan Ekonomi Utama Kota Jakarta

Kegiatan perekonomian utama kota Jakarta adalah perdagangan, kegiatan industri, dan

sektor perikanan laut maupun darat, sangat sedikit bergerak pada sektor pertanian. Kegiatan

industri yang ada terutama adalah industri manufacturing yang bergerak di bidang bahan makanan

dan minuman, tekstil, percetakan, kayu dan alat rumah tangga, dan barang-barang industri lainnya.

Kegiatan industri biasanya terletak dibagian pinggir dari wilayah kota Jakarta. Sedangkan sektor

perikanan laut maupun darat terdapat di teluk Jakarta dan empang dekat pantai, peternakan dan

hortikultura di daerah pinggiran kota. Sektor pertanian di kota Jakarta semakin lama keberadaannya

semakin terdesak dengan perkembangan industri dan perumahan.

Sebagai pusat pemerintahan negara Indonesia, kota Jakarta memiliki sarana pelayanan dan

fisik sangat baik serta kompleks untuk perkembangan sektor industri dan sektor jasa maupun

perdagangan. Hal tersebut didukung oleh pelabuhan laut maupun udara dengan fasilitasnya relatif

baik untuk skala internasional. Dengan perkembangan sektor industri, sektor perdagangan dan jasa,

serta fasilitas pelayanan yang semakin kompleks dan baik, maka kota Jakarta menjadi tujuan utama

dari pergerakan barang dan manusia terutama di wilayah Indonesia. Semakin banyaknya manusia

yang berada di wilayah ini maka semakin besar pula daya beli sehingga makin memperbesar

Page 5: Struktur kota Jakarta

kesempatan-kesempatan untuk kegiatan berdagang dan pengambilalihan lahan permukiman

menjadi pusat sektor perdagangan atau fasilitas pelayanan lainnya.

2.3. Teori yang Menjadi Dasar Pertumbuhan Kota Jakarta

Sebelum kota menjadi tempat manusia bermukim yang tetap, mulanya tempat tersebut

menjadi tempat pertemuan manusia yang selalu kembali lagi secara periodik. Berbagai keunggulan

yang dimiliki kota akhirnya mendukung pembentukan kota sebagai pusat perdagangan yang

merupakan peran yang paling penting dari sebuah kota. Tumbuhnya kota juga dipengaruhi oleh

manusia dan juga gaya-gaya yang ada di dalam bumi, atau dapat dikatakan bahwa kita

membutuhkan citra (’image’) yang dapat menjelaskan mengenai kehidupan unsur-unsur alamiah

yang berinteraksi dengan manusia sehingga membuat sistem kerja dominan dalam kehidupan yang

sesuai dengan karakter fisik alamiah kota (Mumford, 1961).

Menurut teori dari wilayah perkotaan yang dilihat dari sejarah kota Jakarta, pertumbuhan

kota ini didasarkan pada teori religious dan ekonomi. Berdasarkan teori religious atau keagamaan,

kota tumbuh atau muncul dan berkembang karena masuknya keagamaan yang dibawa oleh suatu

organisasi atau biasanya kerajaan di zaman dahulu. Sejak masuknya organisasi keagamaan tersebut

menimbulkan kegiatan untuk memenuhi kehidupan mereka dan memperluas wilayahnya untuk

mencapai tujuannya tersebut. Pada mulanya, sebelum abad 20 Masehi, kota Jakarta dikuasi oleh

kerajaan Hindu. Sejak saat itu kerajaan ini membuat sistem organisasi di wilayah Jakarta dan

memanfaatkan potensi fisik kota Jakarta. Kerajaan Hindu ini memperluas struktur organisasinya

sehingga menjadi sistem-sistem yang menyusun sebuah ruang.

Teori ekonomi yang sangat berperan dalam pertumbuhan kota Jakarta dimulai saat kerajaan

Hindu tersebut membuat struktur organisasi ruang pada kota Jakarta. Dengan memnfaatkan

keadaan fisik kota Jakarta, tumbuhlah kegiatan perekonomian di pelabuhan kota Jakarta yang sejak

dulu dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa. Dengan kekuasaan kerajaan Hindu, berbagai macam

hasil produksi yang ditanam atau dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, sebagian

besar didistribusikan ke negara lain melalui pelabuhan Sunda Kelapa ini. Sehingga letak kota Jakarta

yang strategis ini menjadi pusat perdagangan dunia sejak masa itu.

Melihat kondisi yang menarik untuk mendapatkan keuntungan ekonomi tersebut,

pemerintah Hindia Belanda mulai mengambil kekuasaan akan kota Jakarta pada zaman kolonialisme.

Kemudian pertumbuhan fisik kota Jakarta diteruskan kearah selatan (lampiran gambar 2.2). Dapat

dilihat dari karakteristik lingkungan yang telah dibangun oleh bangsa penjajah tersebut, terutama

Page 6: Struktur kota Jakarta

dalam bidang pertanian atau perkebunan. Para bangsa kolonial tersebut mengembangkan pertanian

atau perkebunan di pinggiran selatan kota Jakarta yaitu, kota Depok.

Bentuk dari peninggalan pemerintahan bangsa kolonial tersebut juga dapat dilihat dari

peninggalan daerah kota di sebelah utara Jakarta dan terus berkembang kearah selatan dengan

ditandai bangunan yang sekarang dijadikan pusat pemerintahan negara Indonesia (lampiran gambar

2.3). Pusat perdagangan menghasilkan permukiman penduduk asing yang menetap di Jakarta. Tidak

hanya penduduk Indonesia saja yang bermigrasi ke kota Jakarta akan tetapi penduduk dari luar

negeri juga bermigrasi dan menetap disini. Penduduk dari negeri Cina yang banyak ditemukan,

sangat tertarik dengan potensi perekonomian kota Jakarta yang merupakan pusat perdagangan dan

memiliki daya beli yang sangat tinggi untuk penduduknya memenuhi kebutuhan hidup.

Banyaknya penduduk Cina yang menetap di kota Jakarta, mereka menetap dan membuat

lingkup permukiman bangsa mereka sendiri. Bangsa Cina banyak ditemukan di bagian utara kota

Jakarta. Disana mereka membuat bangunan-bangunan khusus yang tetap memperlihatkan

kebudayaan asli mereka. Mereka juga membangun pusat perdagangan yang banyak ditempati oleh

penduduk bangsa mereka sendiri (lampiran gambar 2.3). Sehingga kegiatan perdagangan mereka

dapat melengkapi perekonomian di negara Indonesia khususnya dalam sektor niaga.

2.4. Kondisi Kota Jakarta Saat Ini

Kepadatan populasi yang sangat tinggi di kota Jakarta dan menjadi kota dengan jumlah

penduduk tertinggi di Indonesia, jumlahnya terus meningkat karena daya tarik kota ini sebagai pusat

perekonomian Indonesia. Pergerakan manusia yang terus menerus masuk ke kota Jakarta yang

sebenarnya tidak dapat ditampung lagi oleh luasan wilayah kota Jakarta yang terbatas,

mengakibatkan pembangunan lahan pada daerah yang illegal untuk dijadikan permukiman.

Permukiman semacam itu banyak dibangun di bantaran sungai sehingga menimbulkan penyempitan

sungai-sungai di Jakarta (lampiran gambar 2.4). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi sepanjang

tahunnya sangat signifikan. Kota Jakarta yang dulunya merupakan daerah rawa-rawa dan

merupakan muara 13 sungai, kini tidak dapat terlihat lagi lahan kosong terutama untuk lahan hijau di

pusat kota Jakarta(lampiran gambar 2.5). Hal ini berpengaruh pada kurangnya pengontrolan

bencana banjir yang ada di Jakarta. Dampak peningkatan jumlah penduduk Jakarta pada kawasan

resapan air dan perilaku warga yang membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan

sungai sehingga sangat jelas terlihat dengan kejadian bencana banjir yang hampir setiap tahun

terjadi di Jakarta. (lampiran gambar 2.6)

Masalah kepadatan penduduk ini tidak saja berdampak pada lingkungan alam tetapi juga

pada aspek-aspek sosial-ekonomi lainnya. Para pakar kependudukan di tingkat dunia melihat adanya

Page 7: Struktur kota Jakarta

pola-pola kemiskinan baru, di mana penduduk miskin di negara-negara berkembang tidak lagi tinggal

di daerah pedesaan melainkan di kawasan perkotaan sebagai akibat dari urbanisasi. Penduduk

miskin atau berpenghasilan rendah lebih memilih untuk bermukim di tengah kota, dengan asumsi

mendapatkan pekerjaan di tengah kota dan menuju tempat bekerjanya tanpa mengeluarkan biaya

yang banyak, bahkan tidak mengeluarkan uang sama sekali. Oleh karena itu, mereka memaksakan

membangun permukiman di tempat-tempat ilegal (squatter) karena tidak tersedia lagi lahan kosong

di tengah kota (lampiran gambar 2.3).

Penduduk yang berpendapatan tinggi atau kaya, mempunyai kesempatan yang lebih untuk

mendapatkan fasilitas yang lebih layak. Dengan melihat kondisi kota Jakarta yang buruk untuk

dijadikan permukiman karena kepadatan permukiman dan lingkungan yang sesak ditengah kota

akibat pusat kegiatan ekonomi, mereka mencari situasi yang nyaman untuk menjadi permukiman.

Pinggiran kota kearah selatan kota Jakarta menjadi tujuan utama para penduduk ini untuk mencari

kenyamanan. Pinggiran kota Jakarta yang topografinya lebih tinggi dan mengarah kearah

pegunungan menawarkan suasana yang masih nyaman dan lebih jarang terjadi banjir dibandingkan

wilayah tengah Jakarta atau utara Jakarta. Mereka rela membayar pengeluaran lebih untuk biaya

transportasi menuju tempat kerja yang berada di tengah kota. Dengan adanya pembangunan

permukiman yang “elite” dipinggiran Jakarta ini membawa pengaruh dalam berkembangnya wilayah

pinggiran tersebut, terutama dalam fasilitas pelayanan.

Luas jalan yang tidak bertambah volumenya tidak dapat mengatasi jumlah arus kendaraan

yang semakin tinggi di Jakarta. Dengan banyaknya perkembangan permukiman “elite” di pinggiran

kota Jakarta mengakibatkan arus pergerakan menuju maupun arah berlawanan kota Jakarta

sepanjang waktu dipenuhi oleh kendaraan, sehingga menimbulkan kemacetan diseluruh jalan kota

Jakarta.

Page 8: Struktur kota Jakarta

BAB IIIPENUTUPAN

Kesimpulan

1. Pertumbuhan kota Jakarta yang sejak awal terbentuknya menjadi kota dengan

pelabuhan pusat perdagangan dunia dapat dilihat dari catatan sejarah kota ini.

2. Kondisi fisik kota Jakarta yang merupakan wilayah dengan torpografi landai

mempengaruhi perkembangan dan perluasan permukiman yang intensif. Lokasinya

yang merupakan wilayah pesisir, menjadikan kota Jakarta kawasan strategis dalam

kegiatan perdagangan.

3. Aktivitas perdagangan yang dominan dan perkembangan pelayanan yang kompleks

merupakan daya tarik perpindahan manusia masuk ke wilayah Jakarta, sehingga

menyebabkan perubahan penggunaan lahan untuk bangunan dengan cepat.

4. Pertumbuhan kota Jakarta semakin lama membawa dampak negatif pada lingkungan

wilayahnya sendiri. Hal ini dikarenakan pertumbuhannya yang tidak terencana

maupun direncanakan sejak awal dengan penegakan hukum yang sangat minim.

Page 9: Struktur kota Jakarta

Lampiran Gambar

Gambar 2.1, Batas Administrasi Kota Jakarta

Gambar 2.2, Pertumbuhan Kota Jakarta Dalam Beberapa Tahun

Page 10: Struktur kota Jakarta

Gambar 2.3, Struktur Kota Jakarta

Gambar 2.4, Permukiman Padat Ilegal Sempadan Sungai

Gambar 2.5, Peta Tutupan Lahan Kota Jakarta yang semakin berkurang lahan kosong atau tutupan vegetasi (1972 – 2002)

Page 11: Struktur kota Jakarta

Gambar 2.6, Perilaku penduduk kota Jakarta membuang sampah pada aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir

Page 12: Struktur kota Jakarta

Daftar Pustaka

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/5780/, diakses pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 20.50 WIBhttp://staff.ui.ac.id/internal/131881133/publikasi/Artikel-Jakarat2002.pdf, diakses pada tanggal 19 Maret 2013, pukul 11.01http://repo.unsrat.ac.id/144/14/13_-_BAB_4.pdf, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 11.30 WIBhttp://geography.about.com/od/urbaneconomicgeography/a/sitesituation.htm, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 13.53 WIBhttp://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/DKI/umum_dki.html, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 17.47 WIBhttp://navperencanaan.com/appe/peta/viewmap?prov_code=jakarta, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 18.08 WIBhttp://www.jakarta.go.id/web/news/2012/06/warisan-alam-dan-perkembangan-sebuah-ibukota, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 19.54 WIBhttp://rovicky.files.wordpress.com/2010/09/pertumbuhan.jpg, diakses pada tnggal 19 Maret 2013, pukul 20.08 WIBPacione, Michael. 2005. Urban Geography. Ed. ke-2. New York: Routlegde Taylor & Francis Group.Syaukat, Syarifah F. 2005. “Faktor-Faktor Pendorong Pertumbuhan Kota di Indonesia”, Kajian Pengembangan Perkotaan. Halaman 2 – 5.