struktur teori akuntansi - kelompok 7
DESCRIPTION
Struktur Teori AkuntansiTRANSCRIPT
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Kelompok 7
Muhammad Ariski 145080038
Asri Hidayanti 145080007
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS MITRA LAMPUNG (UMITRA)
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015/2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda- beda. Pada
perkembangan saat ini, akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep
informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menginformasikan informasi
yang kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori akuntansi. Sebeleum menguji pendekatan dalam perumusan
teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan pengujian terlebih dahulu kepada prinsip-
prinsip keuangan yang sudah berkembang saat ini.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam menjelaskan perilaku
serta kejadian akuntansi. Maka dari itu dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan tentang
subab “struktur teori akuntansi” secara detail.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Batasan utama dari teori akuntansi telah didefinisikan sebelumnya sebagai pengukuran dan
komunikasi data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi yang terdiri atas tiga elemen:
1. Data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
2. Pengukuran dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
3. Komunikasi dari data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi
akan tetapi, apresiasi penuh dari lingkup akuntansi saat ini dan masa depan bergantung
tidak hanya pada pemahaman atas teknik-teknik akuntansi tetapi juga pada pemahan atas
struktur teori akuntansi dari mana teknik-teknik tersebut diturunkan.
A. HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun pendekatan dan metedologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori
akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), kerangka refensi yang dihasilkan
didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik
akuntansi. Di bawh ini merupakan gambaran dari struktur teori akuntansi:
3
Elemen pertama, yaitu perumusan dari tujuan laporan keuangan, telah di bahas
pada Bab 6. Ingat kembali pentingnya tujuan dalam pengembangan dari struktur teori.
Elemen ke empat, sekelompok pengetahuan atau teknik untuk akuntan, adalah pokok
bahasan dari mata kuliah-mata kuliah lainnya yang berorientasi pada teknik dan tidak akan
di bahas pada makalah ini. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tiga elemen sisanya
dari teori akuntansi, yang adalah:
- Dalil-dalil akuntansi
- Konsep teoritis dari akuntansi
- Prinsip-prinsip akuntansi
B. HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Pengembangan dari dalil, konsep teoritis, dan prinsip-prinsip akuntansi selalu
menjadi salah satu tugas yang paling menantang dalam akuntansi. Kurangnya terminologi
yang akurat, yang telah diakui oleh kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah.
Littleton menyatakan bahwa:
“Setiap buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi,
metode, atura, dalil, praktik, prosedur, prinsip, dan standar. Istilah-istilah ini tidak
mungkin seluruhnya bersifat sinonim.”
Kebingungan semacam ini dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan
perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan interaktif,
dimana tujuan dari akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil maupun konsep teoritis
dari mana teknik tersebut diturunkan. Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi
berikut:
1. Dalil akuntansi (accounting potsulate) adalah pernyataan atau aksioma yang sangat
jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya terhadap laporan keuangan,
yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan hukum di mana
akuntansi harus beroperasi.
4
2. Konsep teoritis (theoretical concept) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau
aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap
tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang
beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi
atas properti.
3. Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan pengembilan
keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis
akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik-teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan khusus yang
diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh antitas akuntansi tersebut.
C. DALIL-DALIL AKUNTANSI
1. Dalil Entitas
Akuntansi mengukur hasil dari operasi entitas tertentu, yang terpisah dan berbeda
dari si pemilik entitas tersebut. Dalil entitas (entity postulate) menganggap bahwa setiap
perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari
perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan
membatasi jumlah objek, kejadian dan atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke
dalam laporan keuangan. Dalil ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara
transaksi bisnis dengan transaksi pribadi. Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari
manajemen kepada pemegang saham.
Cara lain mendefinisikan suatu entitas akuntansi adalah dalam hal kepentingan
ekonomi dari berbagai pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dan pengendalian
administrasi dari unit tersebut. Pendekatan ini berorientasi pada pengguna daripada
berorientasi pada perusahaan. Kepentingan pengguna, dan bukannya aktivitas ekonomi dari
perusahaan, mendefinisikan batasan-batasan dari entitas akuntansi dan informasi yang akan
dimasukkan dalam laporan keuangan.
2. Dalil Kelangsungan Usaha
Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil kontinuitas,
menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk
5
merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini
mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan
atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan.
Dalil kelangsungan usaha juga dapat digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit
theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk melihat ke depan
dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada suatu perusahaan.
Beberapa teori akuntansi memilih untuk tidak memasukkan dalil kelangsungan usaha
dalam struktur teori akuntansi. Chambers memandang kelangsungan usaha sebagai suatu
entitas yang berada dalam kondisi likuidasi secara teratur yang terus menerus, dan
bukannya suatu entitas yang berada dalam kondisi likuidasi yang dipaksakan. Interpretasi
atas kelangsungan usaha ini sesuai dengan penggunaan “ekuivalen kas sekarang” yang
diusulkan oleh Chambers sebagai dasar penilaian. Ahli teori lainnya tidak memasukkan dalil
kelangsungan usaha, karena mereka berasumsi bahwa dalil tersebut tidak relevan terhadap
struktur dari teori akuntansi
3. Dalil Unit Pengukuran
Suatu unit pertukaran dan pengukuran adalah perlu untuk menghitung transaksi dari
perusahaan secara seragam. Penyebut (denominator) umum yang dipilih dalam akuntansi
adalah unit moneter. Dapat dipertukarkannya barang, jasa, dan modal diukur dalam satuan
uang. Dalil unit pengukuran (unit-of-measure postulate) menganggap bahwa akuntansi
adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur
dalam satuan uang
Namun, unit moneter mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang melibatkan unit
moneter itu sendiri sebagai unit pengukuran. Tidak seperti satu meter yang panjangnya
pastilah 100 sentimeter, daya beli dari unit moneter, misalnya dollar ($) atau rupiah (Rp.),
dapat berubah sepanjgan waktu. Profesi akuntan menghadapi tantangan untuk memilih
antara unit uang dengan daya beli umum sebagai unit pengukuran akuntansi.
4. Dalil Periode Akuntansi
Meskipun dalil kelangsungan usaha menganggap bahwa perusahaan akan tetap ada
selama periode yang tidak terbatas, pengguna mermelukan beragam informasi mengenai
posisi dan kinerja keuangan dari suatu perusahaan untuk membuat keputusan jangka
6
pendek. Sebagai tanggapan atas keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan pengguna,
dalil periode akuntansi (accounting-period postulate) menganggap bahwa laporan
keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya
diungkapkan secara periodik. Durasi dari suatu periode dapat bervariasi, tetapi hukum pajak
penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba tahunan, dan praktik bisnis tradisional,
menghasilkan periode waktu normal satu tahun.
D. KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1. Teori Kepemilikan
Menurut Teori Kepemelikan (proprietary theory), entitas adalah agen, perwakilan,
atau pengaturan dimana wirausahan individual atau pemegang saham beroperasi. Tujuan
utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kekayaan bersih (net
worth) pemilik. Oleh karena itu, persamaan akuntansi adalah :
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat
dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat
pada” aktiva dan sebagai akibatnya, berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan neraca
disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekayaan si pemilik. Dengan
demikian, laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban dividen
adalah penarikan modal.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal
siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang
sahm biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham
preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika
menghitung laba pemilik. Dalam bentuk kedua teori kepemilikan, baik saham biasa maupun
saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik. Pandangan yang lebih luas dari teori ini
7
memfokuskan perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang
akan dikreditkan kepada semua pemegang saham di laporan laba rugi.
2. Teori Entitas
Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya, unit
bisnis, dan bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Oleh karena
itu, persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham
Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari usaha bisnis, yang terpisah
dan berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori entitas dapat ditemukan dalam beberapa
teknik akuntansi dan terminology yang digunakan dalam praktik. Pertama, teori entitas lebih
memilih penggunaan penilaian persediaan dengan LIFO dan bukannya FIFO, karena
penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibat penerapannya dalam
teori kepemilikan. Kedua, definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan
dan beban sebagai barang dan jasa yan dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini
adalah konsisten dengan pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas
terhadap pemegang ekuitas. Ketiga, penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas
kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten
dengan teori entitas. Terakhir, baik teori entitas, dengan penekanannya pada penentuan
laba yang sesuai bagi pemegang saham maupun teori kepemilikan dengan penekanannya
pada penlaian aktiva yang tepat, dapat dipandang sebagai memihak penggunaan nilai
sekarang, atau dasar penilaian selain biaya historis.
8
3. Teori Dana
Dalam teori dana (fund theory) dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas,
melainkan sekolompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait, yang disebut
dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan organisasi nirlaba.Contohnya adalah
Rumah Sakit, Universitas, kota dan unit pemerintahan.
Jumlah dana yang digunakan oleh institusi nirlaba mana pun bergantung pada
jumlah dan jenis aktivitas atas mana restriksi hokum diberlakukan mengenai penggunaan
aktiva yang dipercayakan kepada organisasi tersebut. Misalnya saja, delapan utama berikut
ini direkomendasikan bagi administrasi keuangan yang bagus dari suatu unit pemerintahan :
1. Dana Umum (General Fund)
2. Dana Pendapatan Khusus (Special Revenue Fund)
3. Dana Pelunasan Utang (Debt Service Funds)
4. Dana Proyek Modal (Capital Projects Funds)
5. Dana Perusahaan (Enterprise Funds)
6. Dana Perwalian dan Agensi (Trust and Agency Funds)
7. Dana Layanan Antarpemerintah (Trust and Agency Funds)
8. Dana Pungutan Khusus (Special Assessment Funds)
E. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1. Prinsip Biaya
Menurut prinsip biaya, biaya perolehan atau biaya historis adalah dasar penilaian
yang sesuai untuk mengakuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan
ekuitas.
APB statement no.4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya adalah jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dkeluarkan atau
property lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan,
9
atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah
atau akan diterima.
2. Prinsip Pendapatan (Revenue Recognition)
Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan
barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu.
Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau
ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan
yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya
penghasilan bersih setiap periode. Prinsip ini biasanya diterapkan saat kita membuat
jurnal penyesuaian. Dengan adanya prinsip ini kita harus menghitung berapa
besarnya biaya yang sudah benar-benar menjadi beban kita meskipun belum
dikeluarkan, dan berapa besarnya pendapatan yang sudah benar-benar menjadi hak
kita meskipun belum kita terima selama periode berjalan.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias personal
pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan didasarkan pada
bukti, merupakan konsensus di antara kelompok pengamat atau pengukur tertentu,
digunaka sebagai indikator tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.
5. Prinsip Konsistensi
Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan ini membuat laporan
keuangan menjadi lebih komparabel dan berguna.
Metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus
diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Konsistensi tidak dimaksudkan
sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan
perubahan metode yang dipakai. Jika ada penggantian metode, maka selisih yang
10
cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan
keuangan, tergantung dari sifat dan perlakukan terhadap perubahan metode atau
prinsip tersebut.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam
laporan keuangan. Hal ini diperlukan karena melalui laporan keuanganlah kita dapat
mengetahui kondisi suatu perusahaan dan mengambil keputusan atas perusahaan
tersebut. Apabila informasi yang disajikan tidak lengkap, maka laporan keuangan
tersebut bisa menyesatkan para pemakainya.
Prinsip ini menyatakan bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi
rata-rata investor yang disembunyikan.
7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi, artinya
bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi
yang relevan dan dapat dipercaya.Prinsip ini menyatakan bahwa ketika memilih
diantara dua atau lebih tehknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya
adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham.
Prinsip ini, dalam akuntansi konvesional berkaitan dengan ketidakpastian, umumnya
digunakan untuk mengartikan bahwa akuntan harus melaporkan yang terendah dari
beberapa nilai yang mungkin untuk aktiva dan pendapatan; dan yang tertinggi dari
beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Ini berarti bahwa beban
harus diakui segera dan pendapatan harus diakui nanti, bukan segera. Oleh karena
itu, aktiva bersih lebih cenderung diakui dibawah nilai harga pertukaran kini daripada
di atasnya; dan perhitungan laba mungkin menghasilkanyang terendah dari beberapa
jumlah alternatif. Jadi, pesimisme diasumsikan lebih baik daripada optimisme dalam
pelaporan keuangan. Hendriksen dan Breda menilai prinsip konservatisme ini sebagai
metode yang sangat buruk untuk menghitungkan adanya ketidakpastian dalam
penilaian dan laba. Konservatisme mempunyai pengaruh yang berubah-ubah, oleh
karena itu data yang dikumpulkan secara konservatif tidak dapat diinterprestasikan
11
dengan tepat bahkan oleh pembaca yang sangat terinformasi. Konservatisme juga
bertentangan dengan tujuan mengungkapkan semua informasi yang relevan.
8. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas (materiality principles) adalah suatu prinsip pengecualian atau
modifikasi. Prinsip ini menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang
memilikindampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat,
tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau tidak dan tidak perlu disclosure.
Berkaitan dengan aplikasi prinsip materialitas, APB Statement nomor 4
mengemukakan bahwa laporan keuangan hanya berkaitan dengan pengungkapan
informasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap evaluasi dan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh para pemakai informasi. Sedangkan APB Opinion
Nomor 22 merekomendasikan pentingnya disclosure tentang semua kebijakan atau
prinsip yang berpengaruh material terhadap posisi keuangan, hasil operasi dan
perubahan posisi keuangan.
The Accountant’s International Study Group (1974) mengemukakan karakteristik
materialitas sebagai berikut :
“Materialitas merupakan persoalan esensial dalam professional judgment. Suatu
item dianggap material jika diketahui bahwa item tersebut berpengaruh besar
terhadap evaluasi dan pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan”
Pedoman atau criteria yang jelas untukdigunakan dalam menetapkan tingkat
materialitas yaitu :
1. Size approach, penetapan materialitas dilakukan berdasarkan hubungan
antara ukuran atau jumlah item dengan variable lain yang relevan, misalkan income.
2. The change criterion approach, dalam criteria kedua ini penetapan
materialitas dilakukan berdasarkan evaluasi pengaruh suatu item terhadap tren atau
perubahan antarperiode.
12
9. Prinsip keseragaman dan komparabilitas
Prinsip keseragaman menyangkut penggunaan prosedur yang sama dengan yang
dilakukan oleh perusahaan lain. Tujuan yang diharapkan dari prinsip keseragaman
adalah untuk mencapai daya banding laporan keuangan diantara beberapa
perusahaan,dengan mengurangi perbedaan dalam penggunaan prosedur akuntansi.
Dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal itu akan :
1. Mengurangi keseragaman pengguna prosedur akuntansi dan ketidakcukupan
praktik-praktik akuntansi
2. Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari
perusahaan berbeda
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan
4. Mengarah kepada investasi dan peraturan pemerintah mengenai praktik
akuntansi.
Dukungan utama untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa :
- Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang
sama yang terjadi dalam banyak kasus memiliki rasio menyembunyikan perbedaan
yang penting antar kasus
- Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia
- “Perbedaan dalam situasi” atau “variable situasi” membutuhkan perlakuan yang
berbeda. Sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi dimana transaksi
dan kejadian terjadi.
10. Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi
Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) adalah
sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukan laba ekonomi periode
sekarang. Laba ekonomi (economic income) dan laba akuntansi (accounting Income)
yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik,keduanya berbeda
dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan
nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan
13
prinsip “pengakuan” untuk memasukan perubahan yang sama secara perlahan-lahan
sejalan dengan waktu.
Konservatisme (conservatism) adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode
sekarang secara asimetris memasukan kerugian ekonomi, relative terhadap
keuntungan ekonomi
F. KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
1. Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi
masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi
tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta.
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika prosisi
tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain
Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai “apa yang berlaku”,
mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah apa yang berlaku
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi serta
keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi
masalah.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda. Proposisi analitis, seperti “seluruh akuntan Amerika adalah orang Amerika.”
Adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut, karena bentuk negative dari proposisi itu
adalah “saling berlawanan” (self contradictory)
2. Kemungkinan dan kebenaran dalam Akuntansi
a. Kebenaran sebagai netralitas
Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan untuk
menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak
dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak mengandung bias.
14
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan gambaran dan
komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting dari
informasi yang disediakan adalah “bebas dari bias” atau netral. Netralitas
(neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting dari informasi
akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya bias dalam
penyajian informasi atau laporan akuntansi. Informasi akuntansi adalah benar
karena hal tersebut sesuai dengan fakta.
b. Kebenaran sebagai objektivitas
Objektivitas telah memperoleh paling tidak empat arti :
1. Pengukuran yang impersonal atau berada di luar pikiran dari orang yang
melakukan pengukuran
2. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi
3. Pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki
kualifikasi
4. Kecilnya penyebaran statistic dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh
pengukur yang berbeda.
Keunggulan dari penyebaran sebagai criteria objektivitas adalah dapat
diterapkannya criteria tersebut terhadap prediksi sebelum dapat divalidasi oleh
analisis korelasi. Kedua, Penyebaran dapat dinyatakan sebagai suatu kontinum.
Keunggulan lainnya dari penyebaran adalah kemampuannya untuk menguji
hipotesis hubungan dari perubahan yang disebabkan oleh modifikasi terhadap
salah satu dari parameter pengukuran seperti atribut, objek, pengukur, dan lain-
lain.
c. Kebenaran, objektivitas, dan keandalan
Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk
mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang
diwakili oleh data tersebut”. Dengan demikian keandalan informasi tergantung
pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan akan berbeda
antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan aturan-
aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut. Secara serupa,
15
pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan
yang berbeda.
Masalah lain yang timbul dari fakta bahwa criteria penyebaran dapat diterapkan
baik pada penilaian maupun predictor sementara criteria pemindahan hanya
berlaku pada ukuran penilaian, bukan pada ukuran predictor.
e. Kebenaran dan peran akuntansi
Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang
berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat
kekerasan (hardness). Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan
yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa
kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran.
Hasil pengukuran dalam situasi yang kompetitif sering kali mengungkapkan lebih
banyak dibandingkan dengan hasil dalam situasi netral. Hal ini disebabkan karena
orang mungkin saja mengabaikan banyak hal ketika mereka netral dan tidak
peduli terhadap hasil dari pengukuran tersebut. Mereka cendurung menoleransi
ambiguitas selama pilihan mereka tidak dianggap “keluar jalur”. Dalam
lingkungan yang kompetetif, tidak “keluar jalur” belumlah mencukupi. Seseorang
harus menjustifikasi pilihannya dengan alasan yang lebih kuat. Dengan demikian
tingkat dari ambiguitas disoroti oleh perbedaan dalam ukuran yang dihasilkan
oleh kedua pihak dengan kepentingan yang saling berlawanan.
f. Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari
kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau menahan
informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak
sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh manfaat untuk
mengetahui hal tersebut.
Kerahasiaan berbeda dalam hal ini dengan kebohongan, pelanggaran janjim
kekerasan dan praktik-praktik lain untuk mana beban pembuktian berada di
pundak mereka yang tergantung pada hal tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan
16
berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan praktik-praktik lain yang memiliki
anggapan yang menguntungkan.
Jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan-
penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hokum akuntansi abadi yang dapat
dibandingkan dengan hokum abadi dari alam tidak ada pengujian dan
eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai
rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
17
BAB III
KESIMPULAN
Aturan-aturan akutansi yang ada saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi.
Fondasi ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai
kerangka referensi atau struktur teoritis. Suatu pemahaman atas elemen-elemen ini
dan hubungan dari teori akuntansi menjamin suatu pemahaman atas rasional di
balik praktik actual dan masa depan. Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan
akuntansi formal hanyalah cerminan dari penerapan struktur teoritis akuntansi. Yang
paling terdepan dari agenda badan akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari
elemen-elemen teori akuntansi.
18