struktur wacana naratif dalam fabel karya siswa …
TRANSCRIPT
STRUKTUR WACANA NARATIF DALAM FABEL KARYA
SISWA SMP
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata I pada
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
YustikaKrismoni
A310160005
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
STRUKTUR WACANA NARATIF DALAM FABEL KARYA SISWA SMP
Abstrak
Struktur wacana fabel meliputi judul, orientasi, komplikasi, resolusi, dan
koda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur wacana fabel yang
lengkap dan tidak lengkap dari dua sekolahan yang berbeda yaitu siswa SMP 5
Muhammadiyah Surakarta dan SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun. Metode
penelitian ini menggunakan analisis struktural. Jenis penelitiannya menggunakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dokumen. Keabsahan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu trianggulasi sumber data. Hasil
penelitian ini yaitu terdapat beberapa struktur fabel yang sudah lengkap dan
belum lengkap. Ada 20 judul karangan fabel karya siswa yang dianalisis yaitu 3
fabel hasil karangan siswa SMP 5 Muhammadiyah Surakarta dan 2 fabel dari
SMP Muhammadiyah Pangkalanbun yang mempunyai struktur lengkap. Struktur
yang tidak lengkap terdapat 15 judul fabel, 7 karangan fabel dari siswa SMP 5
Muhammadiyah Surakarta dan 8 fabel dari siswa SMP Muhammadiyah
Pangkalanbun.
Kata kunci: cerita hewan (fabel), karangan siswa, struktur wacana.
Abstract
The structure of fable discourse includes title, orientation, complications,
resolution, and code. This study aims to describe the structure of a complete and
incomplete fable discourse from 2 different schools, namely students of SMP 5
Muhammadiyah Surakarta and SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun. This
research method uses structural analysis. This type of research uses descriptive
research with a qualitative approach. Data collection techniques used in this study
are document analysis techniques. The validity of the data used in this study is the
triangulation of data sources. The results of this study are that there are some
complete and incomplete fable structures. There are 20 fables written by students
analyzed, namely 3 fables written by students of SMP 5 Muhammadiyah
Surakarta and 2 fables from Muhammadiyah Pangkalanbun SMP which have a
complete structure. The incomplete structure contained 15 fable titles, 7 fables
written by students of SMP 5 Muhammadiyah Surakarta and 8 fables from
students of Muhammadiyah Pangkalanbun Middle School.
Keywords: animal stories (fables), discourse structure, student essays.
1. PENDAHULUAN
Struktur wacana fabel dibangun dengan adanya hubungan antara bagian yang
satu dengan lainnya yang ada dalam wacana tersebut. Menurut Tarigan (1987:54)
bahwa struktur wacana disajikan secara lengkap oleh satuan bahasa yang
mempunyai sifat perpaduan yang tinggi. Awalnya, istilah wacana (discourse)
berbeda dari istilah teks yang diketahui sekitar tahun 70-an. Menurut Purnanto
(2011:67) berpendapat bahwa masing-masing istilah tersebut memiliki perbedaan
tersendiri yaitu konsep wacana yang dibatasi sebagai teks beserta situasi yang
mendukungnya, sedangkan teks mengarah pada wacana yang tidak ada situasi.
Banyak istilah yang muncul seperti ‘analisis wacana’, ‘studi tentang wacana’
ataupun ‘wacana’ saja, semua itu bisa dipakai sebagai usaha untuk memuat
pembahasan yang berkaitan dengan studi kebahasaan yakni wacana ataupun teks.
Wacana adalah salah satu bahasa yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada
bagian bahasa yang lain, sedangkan ujaran merupakan bagian yang lebih kecil
yang terdapat dalam wacana. Sehingga wacana dapat muncul sebagai kumpulan
unit pemakaian bahasa yang penuh dengan konteks, bukan sebagai kumpulan unit
tanpa situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian dari struktur bahasa.
Siswa perlu berlatih menulis fabel dengan menggunakan struktur wacana
fabel yang benar. Kelengkapan struktur itu meliputi Orientasi, Komplikasi,
Resolusi, dan Koda. Setiap karangan fabel yang ditulis harus mencakup struktur
tersebut, jika tidak mengandung struktur-struktur itu maka fabel yang ditulis
merupakan fabel yang tidak lengkap strukturnya. Artikel ini akan membahas
tentang fabel yang strukturnya lengkap dan tidak lengkap. Misalnya, judul fabel
Serigala dan Burung Merpati (tidak memiliki koda), Penggembala Domba dan
Serigala (tidak memiliki Koda dan Resolusi), dan Si Belalang yang Sombong
(mengandung koda implisit). Kemudian fabel yang mempunyai struktur lengkap
yaitu Kelinci dan Kura-kura dan masih banyak lagi.
Dari hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti struktur wacana fabel yang
ditulis siswa. Masih banyak siswa yang belum paham dengan penggunaan struktur
wacana fabel secara lengkap. Hal ini terjadi karena siswa kurang memperhatikan
dan memahaminya saat guru menjelaskan materi di depan. Ketidaklengkapan
tersebut harus segera diperbaiki dengan cara mengkaji dan membandingkan
perbedaan dari fabel yang lengkap dan tidak lengkap.
Berikut ini, beberapa penelitian tentang struktur wacana fabel yang telah
dilakukan. Halida (2011) yang berjudul “Kemampuan Menentukan Struktuk Teks
2
3
Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Limbong Kabupaten Luwu Utara”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 16 siswa memiliki 61,53% dengan
rentang nilai 81-100 yang tergolong baik, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
cukup, namun ada siswa yang nilainya kurang, siswa itu hanya mendapatkan
3,84% dengan rentang nilai 40-54. Dengan adanya presentase tersebut, maka
disarankan siswa yang mendapatakan nilai baik ditingkatkan lagi belajarnya
terutama dalam menentukan struktur fabel. Untuk siswa yang mendapatkan nilai
kurang bisa belajar bersama dengan siswa yang sudah mendapatkan nilai baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) yang
berjudul“Peningkatan Menulis Teks Fabel melalui Model Pembelajaran Media
Gambar” hasil penelitian ini mampu menaikkan hasil belajar dan kegiatan siswa
dalam menulis teks fabel. Siswa yang berhasil menulis cerita hewan pada
prasiklus sebesar 27,5% dengan jumlah keseluruhan pada prasiklus yaitu 64,75%.
Siswa yang berhasil menulis teks fabel pada siklus pertama sebesar 65% dengan
jumlah keseluruhan 73,87%. Sedangkan untuk siklus ke-2 sebesar 100%, rata-rata
83,37%. Kegiatan ini ditandai dengan adanya siswa mulai aktif bertanya, maupun
menjawab pertanyaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Krishna (2019) dengan judul “Understanding
Moral Value in “Aesop’s Fable” in Teaching Writing Narrative Text for Eighth
Grade Students”. Hasil penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa orientasi,
komplikasi, dan re-orientasi yang dilakukan oleh kedelapan kelas, kebanyakan
dari mereka dapat menulis ulang orientasi, komplikasi, dan re-orientasi dengan
jelas dan baik. Nilai-nilai moral yang ditemukan di Aesop dongeng dapat
membangun pendidikan karakter siswa. Selain itu, dongeng Aesop tidak hanya
memberi atau mengajarkan nilai-nilai moral, tetapi berbeda penjelasan atau alur
cerita membuat anak-anak tidak bosan.
2. METODE
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2006:74) mengatakan bahwa
pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami suatu
fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya adalah
menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu. Menurut Sukardi
(dalam Arsyad, dkk (2017:54) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan dengan lengkap
sesuai dengan peristiwa, keadaan, objek yang sesuai dengan kenyataan dan
dijelaskan dengan baik secara runtut melalui kata-kata. Peneliti berusaha untuk
mendeskripsikan struktur wacana yang ada dalam fabel karangan siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah yang berbeda yaitu di SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta, tepatnya di Jalan Slamet Riyadi No. 443, Pajang,
Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah (571146) dan di SMP
Muhammadiyah Pangkalan Bun, tepatnya di Jalan Jendral Sudirman No.13A
Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Pangkalan
Bun (74111), Kalimantan Tengah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis dokumen. Teknik analisis dokumen adalah teknik yang digunakan untuk
menganalisis isi dokumen yang berupa fabel hasil karangan siswa, dengan
mengumpulkan data-data yang sesuai. Data ini dikumpulkan dengan memberikan
tugas kepada siswa untuk menulis karangan berupa fabel. Data yang sudah
terkumpul kemudian dianalisis dan dideskripsikan sesuai dengan masalah yang
sedang diteliti.
Penelitian ini menggunakan metode padandengan menggunakan teknik pilah
unsur penentu. Menurut Sudaryanto (2015:15) metode padan yaitu penelitian yang
alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang
bersangkutan. Sedangkan, teknik pilah unsur penentu yaitu jenis penentu yang
akan dipilah-pilah atau dibagi menjadi berbagai unsur yang akan dianalisi.
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu trianggulasi
sumber data. Menurut Rahardjo (2010) triangulasi sumber data adalah mencari
kebenaran informasi dengan menggunakan metode dan sumber perolehan data.
Pengumpulan data dari berbagai macam data yang saling berbeda namun metode
yang digunakan sama, karena data dicek dengan satu teori.
4
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data struktur wacana fabel ini, diambil dari 4 kelas yaitu kelas
VII A,B,C, dan D di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Jumlah siswa untuk
masing-masing kelas yaitu 14, 28, 31, dan 29. Dari banyaknya data tersebut yang
digunakan untuk analisis hanya 10 data dari 4 kelas tersebut. Data yang diambil
dari kelas A ada 5, kelas B ada 2, kelas C ada 3, dan kelas D tidak ada. Data ini
dipilih karena di dalam karangan tersebut terdapat beberapa variasi struktur fabel
yang dibutuhkan peneliti untuk menganalisis karangan tersebut. Sedangkan data
di SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun, ada 1 kelas yang digunakan untuk
pengambilan data yaitu kelas 7B. Data dari 1 kelas tersebut tidak digunakan
semua, hanya diambil 10 data dari keseluruhan siswa yang ada di kelas 7B.
Pemilihan data ini dilakukan karena di dalam karangan tersebut terdapat beberapa
variasi struktur fabel yang dibutuhkan sesuai dengan judul penelitian ini.
Kemudian data dari 2 sekolahan yang berbeda itu dianalisis dalam penelitian ini.
a. Perbandingan Fabel yang Lengkap Strukturnya
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, ada beberapa fabel yang
strukturnya sudah lengkap. Fabel dari SMP 5 Muhammadiyah Surakarta yang
strukturnya lengkap ada 3 fabel dan SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun ada 2
fabel yang lengkap. Jadi dapat dikatakan bahwa dari kedua sekolahan tersebut ada
5 siswa yang mampu menulis fabel dengan struktur yang lengkap. Siswa tersebut
sama-sama memiliki kemampuan untuk menulis fabel karena sudah memahami
penulisan fabel dan struktur fabel.
b. Perbandingan Fabel yang tidak Lengkap Strukturnya
Tabel 1. Perbandingan struktur tidak lengkap (1)
SMP 5 Muhammadiyah Surakarta
No
.
Judul Orientasi Komplikasi Resolusi Koda
1. Serigala dan Burung
Merpati
Ada Ada Ada Tidak ada
2. Burung Gagak yang
Cerdik
Ada Ada Ada Tidak ada
3. Nasehat Burung
Kenari
Ada Ada Ada Tidak ada
4. Penggembala Ada Ada Tidak ada Tidak ada
Domba dan Serigala
5. Rusa dan Harimau Ada Ada Tidak ada Tidak ada
6. Semut dan Merpati Ada Ada Ada Koda
Implisit
7. Si Belalang yang
Sombong
Ada Ada Ada Koda
Implisit
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa ada 7 judul fabel yang sudah ada
struktur orientasi dan komplikasi yang dibuat oleh siswa. Pada struktur resolusi
terdapat 2 judul yang tidak ada resolusinya dan 5 judul yang sudah ada
resolusinya. Kemudian ada 5 judul fabel yang tidak ada kodanya dan 2 koda yang
diambil secara implisit.
Tabel 2. Perbandingan struktur tidak lengkap (2)
SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun
No. Judul Orientasi Komplikasi Resolusi Koda
1. Ayam Jantan dan
Ikan Tongkol
Ada Ada Tidak
ada
Ada
2. Burung Gagak dan
Burung Bangau
Ada Ada Ada Koda implisit
3. Kancil yang
Cerdik dan Rusa
yang Sombong
Ada Ada Ada Koda implisit
4. Kambing yang
Penakut
Ada Ada Ada Koda implisit
5. Si Burung Merpati
tidak Tahu Diri
Ada Ada Ada Koda implisit
6. Kelinci dan
Anjing Pemburu
Ada Ada Ada Koda implisit
7. Buaya yang
Serakah
Ada Ada Ada Koda implisit
8. Ayam yang
Ceroboh
Ada Ada Ada Koda implisit
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa ada 1 judul fabel yang tidak ada struktur
resolusinya dan 7 judul yang tidak ada struktur kodanya, tetapi peneliti membaca
dan memahami fabel yang dibuat siswa sehingga dapat ditemukan koda secara
implisit.
Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa, ada 7 judul fabel yang strukturnya
tidak lengkap yaitu dari hasil karangan siswa SMP 5 Muhammadiyah Surakarta
6
7
dan 8 judul fabel dari hasil karangan siswa dari SMP Muhammadiyah Pangkalan
Bun yang belum lengkap.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terdapat lima judul fabel yang
mempunyai struktur lengkap. Struktur tersebut terdiri dari Judul, Orientasi,
Komplikasi, Resolusi, dan Koda. Masing-masing struktur tersebut tersusun secara
berurutan sesuai dengan struktur fabel yang sudah ada. Ada 3 fabel yang
mempunyai struktur lengkap hasil dari karangan siswa di SMP 5 Muhammadiyah
Surakarta dan 2 fabel dari SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun.
Ada 7 judul fabel yang strukturnya tidak lengkap dari hasil karangan siswa
SMP 5 Muhammadiyah Surakarta dan 8 judul fabel dari hasil karangan siswa
SMP Muhammadiyah Pangkalan Bun yang belum lengkap.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Halida (2011) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini yaitu teridentifikasi beberapa siswa yang sudah mampu
menulis fabel dengan struktur yang lengkap. Populasi yang diteliti Halida
berjumlah 26 siswa, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan 20 data dari
beberapa kelas. Penelitian Halida hanya menggunakan data dari 1 sekolahan,
sedangkan penelitian ini diambil di 2 sekolahan yang berbeda. Penelitian ini
mengkaji tentang hubungan imajinasi dan fakta dalam fabel, sedangkan penelitian
Halida tidak meneliti hubungan antara keduanya. Fokus penelitian ini mengenai
analisi struktur fabel yang dihubungkan dengan fakta dan imajinasi sedangkan
fokus penelitian Halida hanya mengkaji tentang struktur fabel.
Haisl penelitian yang dilakukan oleh Krishna (2019) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini yaitu menjelaskan bahwa dari beberapa kelas sudah
banyak yang bisa menulis ulang orientasi, komplikasi, dan re-orientasi dengan
jelas dan baik. Penelitian Krisnha tidak hanya memberi atau mengajarkan nilai-
nilai moral, tetapi alur cerita yang menarik juga membuat siswa menjadi tidak
bosan. Fokus penelitian ini mengkaji hubungan imajinasi dan fakta fabel,
sedangkan penelitian Krishna tidak mengkaji keduanya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) mempunyai
persamaan dengan hasil penelitian ini yaitu teridentifikasi beberapa siswa yang
sudah mampu menulis fabel dengan baik. Populasi yang diteliti Nasution
berjumlah 40 siswa dan menggunakan model pembelajaran melalui media
gambar. Penelitian ini hanya menggunakan 20 data dari beberapa kelas yang
diambil di 2 sekolah yang berbeda dengan model pembelajaran demonstrasi.
Penelitian ini mengkaji tentang hubungan imajinasi dan fakta dalam fabel,
sedangkan penelitian Nasution tidak mengkaji antara keduanya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Bahri (2014) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini sama-sama menemukan tentang struktur fabel yang
sudah sesuai dan dihubungkan dengan fakta serta perilaku tokoh. Tokoh dalam
penelitian Bahri ada Godek dan Tuntel yang diambil dari bahasa Sasak memiliki
arti Monyet dan Katak. Selain itu, persamaannya sama-sama dihubungkan dengan
perilaku tokoh dalam pengungkapan fakta. Perbedaan penelitian ini menggunakan
nama-nama hewan nasional, tidak diambil dari nama bahasa daerah seperti
penelitian yang dilakukan oleh Bahri. Penelitian Bahri dikaitkan dengan perilaku
masyarakat Sasak sesuai dengan tingkat sosial. Penelitian ini selain dihubungkan
dengan fakta, juga dihubungkan dengan imajinasi dalam fabel.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abrar (2016) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang kehidupan nyata
atau fakta dan imajinasi yang bisa diambil dari fabel. Fokus penelitian Abrar
terletak pada pelajaran moral dan nilai etika dengan menggunakan 3 bahasa.
Perbedaan penelitian Abrar dengan penelitian ini tidak membahas struktur wacana
fabel secara rinci. Fokus penelitian ini mengkaji tentang struktur fabel yang
dihubungkan dengan imajinasi dan fakta.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mussafak (2015) mempunyai
persamaan dengan hasil penelitian ini yaitu yaitu sama-sama meneliti tentang
analisis wacana. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian. Penelitian
Musssafak terletak pada struktur wacana dan fungsi bahasa iklan, datanya berupa
kata, frasa, klausa serta kalimat dalam iklan. Sedangkan fokus penelitian ini
meneliti tentang struktur wacana fabel dan hubungan fakta serta imajinasi dalam
fabel.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnanto (2011) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang struktur wacana.
8
9
Penelitian ini menggunakan data berupa teks fabel yang diambil di 2 sekolah dan
menggunakan teknik struktural. Sedangkan penelitian Purnanto menggunakan
teks persidangan pidana dan menghasilkan 9 tahap persidangan pidana yang
diambil dari dunia hukum. Analisis datanya menggunakan teknik kontekstual.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Li (2011) mempunyai persamaan
dengan hasil penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang struktur fabel
dengan upaya agar anak-anak bisa memahami kehidupan sastra secara aktual.
Penelitian Li berfokus pada struktur utama semua aspek pemikiran Frygian.
Sedangkan, penelitian ini fokus pada struktur fabel secara rinci dan dihubungkan
dengan fakta serta imajinasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kollias (2015) mempunyai persamaan
dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan fabel. Penelitian Kollias
berfokus pada meme yang dapat memperoleh efek meniru dan membangkitkan
ingatan masa kecil peserta yang bisa berkontribusi pada pemahaman yang lebih
tentang konteks perilaku bisnis. Penelitian Kollias tidak membahas hubungan
fabel dengan fakta dan imajinasi melainkan pembahasan hubungan dalam bidang
bisnis.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jelbert, dkk (2015) mempunyai
persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama berhubungan dengan hewan dan
pemahaman tentang imajinasi. Penelitian Jelbert berfokus pada cara untuk
menentukan secara tepat apa yang dipahami hewan tentang sebab dan akibat
perpindahan air. Uji coba penelitian Jelbert telah digunakan untuk menilai
pemahaman kausal pada Banteng dan Gagak, dimana subjek menjatuhkan batu ke
dalam tabung air untuk mendapatkan pengapungan di luar jangkauan hadiah.
Penelitian ini berfokus pada struktur wacana fabel yang dihubungkan dengan
faktanya.
4. PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Struktur
Wacana Fabel yang Dibuat oleh Siswa SMP, peneliti menyimpulkan hasil bahwa,
penelitian ini terdapat beberapa struktur fabel yang sudah lengkap dan belum
lengkap. Ada 20 judul fabel yang dianalisis yaitu 3 fabel hasil karangan siswa
SMP 5 Muhammadiyah Surakarta dan 2 fabel dari SMP Muhammadiyah
Pangkalanbun yang mempunyai struktur lengkap. Struktur yang tidak lengkap
terdapat 15 judul fabel, 7 karangan fabel dari siswa SMP 5 Muhammadiyah
Surakarta dan 8 fabel dari siswa SMP Muhammadiyah Pangkalanbun.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, M. (2016). “Learning from Fables: Moral Values in Three Selected English
Stories”. Dinamika Ilmu, 16(1), 47-58.
Arsyad, A., Syam, R., & Ardat, A. (2017). “Deskripsi Kemampuan Koneksi
Matematis pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari
Gaya Kognitif Siswa SMP Kelas IX”. Issues in Matematics Education, 1(1),
53-59.
Bahri, S. (2014). “Analisis Struktural Fabel Tegodek Dait Tetuntel: Representasi
Perilaku Dalam Masyarakat Sasak”. Mabasan, 8(2), 164-176.
Halida, S. (2011). “Kemampuan Menentukan Struktuk Teks Cerita Fabel Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Limbong Kabupaten Luwu Utara”. Jurnal
Onoma, 2(1), 41-54.
Jelbert, S.A., Taylor, A.H., Gray, R.D. (2015). “Investigating Animal Cognition
with the Aesop’s Fable Paradigm: Current Understanding and Future
Directions”. Communicative & Integrative Biology, 8(4), 1-7.
Kollias, O. (2015). “Anthropomorphism, Aesop's Fables and Their Use in
Lifelong Learning and Vocational Training by Awakening Participants'
Memes”. Journal of Higher Education Theory and Practice, 15(2), 96-103.
Krishna, S.D. (2019). “Understanding Moral Value in “Aesop’s Fable” in
Teaching Writing Narrative Text for Eighth Grade Students”. RETAIN, 7(3),
110-118.
Li, Peng. (2011). “The Fable of Recognition: A Study of Northrop Frye as a
Prophet”. English Language Teaching, 4(3), 54-62.
Mussafak. (2015). “Analisis Wacana Iklan Makanan Dan Minuman Pada Televisi
Berdasarkan Struktur Dan Fungsi Bahasa”. KEMBARA, 1(2), 224-232.
Nasution, Y.A. (2018). “Peningkatan Menulis Teks Fabel melalui Model
Pembelajaran Media Gambar”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(1), 18-29.
10
11
Purnanto, D. (2011). “Struktur Wacana Persidangan Pidana”. Jurnal Kajian
Linguistik dan Sastra, 23(1), 66-78.
Rahardjo, M. (2010, Oktober 15). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif [Weblog
post]. Retrieved from https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-
dalam-penelitian-kualitatif.html
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Syamsuddin & Damaianti, V.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.