studi awal ketersediaan pakan dan kondisi habitat … fileketersediaan pakan dan kondisi habitat...

14
KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.) DI HUTAN HAMPAPAK KALIMANTAN TENGAH Milad Madiyawati 1 , Chandradewana Boer 2 dan Sutedjo 3 1 Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Palangka Raya. 2 Laboratorium Konservasi Fauna Fahutan Unmul, Samarinda. 3 Laboratorium Ekologi & Dendrologi Fahutan Unmul, Samarinda Abstract. Food Availability and Habitat Condition for Owa Releasing Program at Hampapak Forest, Central Kalimantan. The objectives of the research were to investigate food avalaibility (including their diversity and abundance) and the condition of habitat (including percentage of coverage, foliage height profile, index of diversity and evenness) inside the forest of Hampapak, Central Kalimantan. It was found 48 species of plants belonged to 25 families which around 50% of them were food resources for many animals in the forest especially for Gibbon (Owa). The comparison between food and non food resources were categorized that plants could be used as food source were always dominant in all growth levels, i.e: 57 : 47% for ground vegetation; 65 : 35% for seedlings; 54 : 46% for saplings; 52 : 48% for poles and 50 : 50% for trees stages. The percentage of canopy projection was more than 70%, it means that two third of the forest floor were covered by canopy of the trees and poles of saplings. The foliage density showed also their distribution (35%) and the abundance of leaves in vertical stratification. Besides that, the forest of Hampapak was built by complete canopy as well as commonly tropical rain forest in many places in the tropic. The availability of food resources in the forest is an importance thing to be known before conducting of releasing program. It is needed a comprehensive and detail researches about food availability to have a good decision whether the forest suitable or not for releasing program, especialy to account the carrying capacity of the habitat. Kata kunci: owa, pakan, habitat, keanekaragaman jenis, Hampapak Tingginya pemanfaatan hutan tropis selama 30 tahun terakhir di Kalimantan telah menyebabkan berkurangnya habitat sebagian besar mamalia. Khususnya jenis primata Owa (Hylobates agilis albibarbis) mengalami penurunan populasi sebagai akibat kerusakan habitat, penebangan liar, kebakaran hutan dan konversi areal hutan menjadi areal dengan peruntukan lain. Akibat tingginya tingkat kerusakan habitat, banyak Owa yang harus keluar dari habitatnya. Hal ini membawa masalah karena sebagian di antaranya kemudian memasuki areal-areal perladangan, kebun masyarakat dan pemukiman. Banyak Owa hasil sitaan sekarang ini harus dilepas-liarkan kembali ke alam bebas, padahal pengetahuan tentang habitat Owa masih sangat terbatas. Salah satu tempat tujuan pelepas-liaran Owa adalah hutan Hampapak. Namun yang menjadi hambatan dalam upaya pelepas-liaran kembali adalah belum tersedianya informasi yang memadai mengenai komposisi vegetasi yang menjadi sumber pakan Owa, maka perlu dilakukan studi potensi sumber pakan (vegetasi). 125

Upload: dinhtu

Post on 28-Apr-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK

KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA

(HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)

DI HUTAN HAMPAPAK KALIMANTAN TENGAH

Milad Madiyawati1, Chandradewana Boer

2 dan Sutedjo

3

1Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Palangka Raya.

2Laboratorium

Konservasi Fauna Fahutan Unmul, Samarinda. 3Laboratorium Ekologi & Dendrologi

Fahutan Unmul, Samarinda

Abstract. Food Availability and Habitat Condition for Owa Releasing Program at Hampapak Forest, Central Kalimantan. The objectives of the research were to investigate food avalaibility (including their diversity and abundance) and the condition of habitat (including percentage of coverage, foliage height profile, index of diversity and evenness) inside the forest of Hampapak, Central Kalimantan. It was found 48 species of plants belonged to 25 families which around 50% of them were food resources for many animals in the forest especially for Gibbon (Owa). The comparison between food and non food resources were categorized that plants could be used as food source were always dominant in all growth levels, i.e: 57 : 47% for ground vegetation; 65 : 35% for seedlings; 54 : 46% for saplings; 52 : 48% for poles and 50 : 50% for trees stages. The percentage of canopy projection was more than 70%, it means that two third of the forest floor were covered by canopy of the trees and poles of saplings. The foliage density showed also their distribution (35%) and the abundance of leaves in vertical stratification. Besides that, the forest of Hampapak was built by complete canopy as well as commonly tropical rain forest in many places in the tropic. The availability of food resources in the forest is an importance thing to be known before conducting of releasing program. It is needed a comprehensive and detail researches about food availability to have a good decision whether the forest suitable or not for releasing program, especialy to account the carrying capacity of the habitat.

Kata kunci: owa, pakan, habitat, keanekaragaman jenis, Hampapak

Tingginya pemanfaatan hutan tropis selama 30 tahun terakhir di Kalimantan telah

menyebabkan berkurangnya habitat sebagian besar mamalia. Khususnya jenis

primata Owa (Hylobates agilis albibarbis) mengalami penurunan populasi sebagai

akibat kerusakan habitat, penebangan liar, kebakaran hutan dan konversi areal hutan

menjadi areal dengan peruntukan lain.

Akibat tingginya tingkat kerusakan habitat, banyak Owa yang harus keluar dari

habitatnya. Hal ini membawa masalah karena sebagian di antaranya kemudian

memasuki areal-areal perladangan, kebun masyarakat dan pemukiman. Banyak Owa

hasil sitaan sekarang ini harus dilepas-liarkan kembali ke alam bebas, padahal

pengetahuan tentang habitat Owa masih sangat terbatas. Salah satu tempat tujuan

pelepas-liaran Owa adalah hutan Hampapak. Namun yang menjadi hambatan dalam

upaya pelepas-liaran kembali adalah belum tersedianya informasi yang memadai

mengenai komposisi vegetasi yang menjadi sumber pakan Owa, maka perlu

dilakukan studi potensi sumber pakan (vegetasi).

125

Page 2: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 126

Upaya untuk mengetahui hal tersebut penting dilakukan, karena dengan

mempelajari karakteristik vegetasi yang ada, akan sangat membantu keberhasilan

program rehabilitasi di kawasan hutan Hampapak dan diharapkan Owa yang

dilepaskan akan bertahan hidup (survive). Karena Owa adalah satwa arboreal sejati,

keberadaan pakan sebagai elemen habitat sangat penting artinya, baik sebagai

sumber pakan maupun sarana perlindungan dari ancaman predator dan pengganggu

lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan hutan Hampapak sebagai

habitat, khususnya ketersediaan pakan bagi pelepas-liaran Owa dengan mengetahui

kelimpahan vegetasi berdasarkan komposisi jenis, dominasi jenis, keanekaragaman

jenis dan tingkat kemerataan pada setiap tingkat pertumbuhan dan struktur vegetasi

secara vertikal (profil diagram dan stratifikasi daun).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan

untuk pelepas-liaran dan kemungkinan adaptasi dari Owa dalam jangka panjang

serta sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang evaluasi suatu

kawasan untuk pelepas-liaran satwa, khususnya Owa.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di areal Sanctuary Yayasan Kalaweit di Desa Hampapak

Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah.

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan efektif yang meliputi persiapan,

kegiatan lapangan menyangkut orientasi lapangan, pembuatan plot, pengukuran dan

pengambilan data lapangan.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jenis pohon (termasuk

tumbuhan bawah) yang terdapat dalam plot penelitian yang meliputi tingkat semai,

pancang, tiang dan pohon di hutan Hampapak sebagai tempat pelepas-liaran dengan

luas lebih kurang 1.200 ha. Metode yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah menggunakan metode

jalur berpetak yang ditentukan secara sistematik sampling. Pada setiap jalur dibuat

petak contoh untuk tingkat pohon (20x20 m), jarak antar sumbu petak contoh adalah

100 m dan jarak antara jalur 100 m. Selanjutnya dalam petak contoh tersebut dibuat

petak contoh untuk tingkat tiang (10x10 m), pancang (5x5 m), semai dan tumbuhan

bawah (2x2 m). Penetapan petak contoh dilakukan berselang seling di kanan dan kiri

berimpit dengan sumbu jalur rintisan, sedangkan untuk proyeksi tajuk menggunakan

petak ukur 10x60 m. Pengamatan stratifikasi vertikal daun dilakukan pada 3 lokasi

yang ditentukan secara representatif, masing-masing 100 titik pengamatan dengan

jarak antar titik 0,5 m yang dibuat untuk menentukan kepadatan daun pada masing-

masing ketinggian dengan menggunakan galah ukur.

Data hasil analisis vegetasi selanjutnya dianalisis yang meliputi komposisi jenis dan suku, Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominasi Jenis (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan Jenis. Profil

diagram dihitung dengan proyeksi luas penutupan tajuk dan persentase kepadatan

daun (stratifikasi vertikal daun).

Page 3: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

127 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Komposisi Vegetasi

Komposisi vegetasi bervariasi untuk setiap tipe habitatnya. Variasi ini terjadi

karena setiap vegetasi memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungan tempat

tumbuhnya, sehingga pada habitat tertentu ditemukan dominasi suatu jenis terhadap

jenis lainnya. Jenis-jenis yang dominan merupakan jenis yang paling baik

kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat memanfaatkan

kondisi lingkungan dengan optimal.

1. Komposisi jenis dan suku

Hasil penelitian terhadap komposisi jenis semua tingkat pertumbuhan di hutan

Hampapak Kecamatan Bukit Batu Propinsi Kalimantan Tengah ditemukan 48 jenis

vegetasi (25 suku). Dari 48 jenis vegetasi ini terdapat jenis-jenis yang sama pada

setiap pertumbuhan yaitu tumbuhan bawah terdiri dari 5 jenis vegetasi (4 suku),

tingkat semai 17 jenis (12 suku), pancang 34 jenis (19 suku), tiang 32 jenis (16

suku) dan tingkat pohon 37 jenis (19 suku).

1.a. Tumbuhan bawah. Hasil inventarisasi dan analisis vegetasi tumbuhan bawah

hanya ditemukan 5 jenis vegetasi (4 suku). Untuk lebih jelasnya hasil

rekapitulasi tumbuhan bawah yang ditemukan di hutan Hampapak dapat dilihat

pada Tabel 1. Indeks Nilai Penting (INP) antar pakan dan non pakan memiliki

perbandingan 53 : 47% (Gambar 1). Ketersediaan tumbuhan bawah sebagai

sumber pakan akan dapat dijadikan makanan alternatif bagi Owa untuk dapat

bertahan hidup jika pohon buah yang menjadi makanan utamanya tidak sedang

berbuah.

Tabel 1. Jenis Vegetasi Tumbuhan Bawah di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

No. Nama botani Suku N/ha INP

1 Cyperus sp.2 Cyperacae 5125 74,7451

2 Pandanus helicopus* Bromeliaceae 4000 67,0316

3 Licuala sp.* Licualaceae 1813 31,1549

4 Cyperus sp.1 Cyperacae 813 19,6390

5 Calamus sp.* Arecaceae 313 7,4294

Jumlah 12.063 200,0000

Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.

47% 53%

pakan non pakan

Gambar 1. Grafik Persentase Pakan dan Non

Pakan Tumbuhan Bawah (Data dari Tabel 1)

Page 4: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 128

Pada Tabel 2 terlihat, bahwa Indeks Nilai Penting (INP) tingkat semai,

penguasaan jenis pakan dibanding jenis non pakan Owa adalah 65 : 35%. Ini

menunjukkan vegetasi pada tingkat semai memiliki jumlah yang cukup untuk

menjadi bakal calon pohon buah pada tingkat pertumbuhan selanjutnya

(Gambar 2).

1.b. Berdasarkan analisis vegetasi tingkat semai ditemukan 17 jenis vegetasi (12

suku) yang di antaranya terdapat jenis pohon buah yang dapat dimanfaatkan

oleh owa (Tabel 2).

Tabel 2. Jenis Vegetasi Tingkat Semai di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

No Nama botani Suku N/ha INP

1 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 4438 49,9970

2 Diospyros siamang* Ebenaceae 2688 38,2815

3 Diospyros pseudomalabarica* Dilleniaceae 1563 16,2574

4 Euodia sp. Rutaceae 813 15,5843

5 Xylopia coriifolia Annonaceae 1000 11,0424

6 Chaetecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 875 10,2056

7 Mangifera havilandii Anacardiaceae 500 9,1444

8 Parastemon urophylum Rosaceae 750 7,9195

9 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 438 7,2767

10 Shorea sp. Dipterocarpaceae 563 6,6642

11 Garcinia sp.1* Cluciaceae 313 6,4399

12. Grewia lorzingii* Tilliaceae 188 5,6031

13. Garcinia sp.3* Cluciaceae 375 5,409

14. Memecylon costatum* Melastomataceae 250 4,5722

15. Garcinia sp.2* Cluciaceae 63 1,8677

16. Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 63 1,8677

17. Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 63 1,8677

Jumlah 14.938 200,0000

Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.

1.c. Tingkat pancang. Vegetasi tingkat pancang ditemukan sebanyak 34 jenis

vegetasi (19 suku), di antaranya terdapat jenis pohon buah yang merupakan

sumber pakan bagi Owa, sebanyak 17 jenis (12 suku) (Tabel 3).

35%65%

pakan non pakan

Gambar 2. Grafik Persentase Pakan dan Non

Pakan Tingkat Semai (Data dari Tabel 2)

Page 5: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

129 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

Tabel 3. Jenis Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

No Nama botani Suku N/ha INP

1 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 800 28,6853

2 Ganua motleyana* Sapotaceae 470 24,9719

3 Mangifera havilandii Anacardiaceae 450 20,0166

4 Diospyros siamang* Ebenaceae 400 16,0236

5 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 300 16,4493

6 Diospyros. pseudomalabarica* Ebenaceae 270 14,79

7 Euodia sp. Rutaceae 190 13,6794

8 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 120 14,1553

9 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 140 11,8303

10 Knema sp.* Myristicaceae 190 12,1317

11 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 210 8,7523

12 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 50 8,6308

13 Baringtonia sp. Dipterocarpaceae 120 8,1933

14 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 180 8,9206

15 Lophopetalum borneensis Celastraceae 20 8,3203

16 Xylopia malayana Annonaceae 30 8,3626

17 Xylopia coriifolia Annonaceae 70 7,2774

18 Grewia lorzingii* Tilliaceae 20 6,8908

19 Garcinia sp.4* Cluciaceae 20 6,1868

20 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 110 5,6524

21 Parastemon urophylum Rosaceae 110 4,8545

22 Garcinia sp.3* Cluciaceae 40 5,6671

23 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 20 4,7303

24 Garcinia sp.1* Cluciaceae 90 4,7021

25 Syzygium sp. Myrtaceae 40 4,7995

26 Macaranga sp. Euphorbiaceae 20 3,8725

27 Memecylon costatum* Melastomataceae 80 4,007

28 Callophylum inophyllum* Cluciaceae 80 3,5998

29 Garcinia sp.2* Cluciaceae 10 3,6127

30 Alseodaphne coriacea Lauraceae 10 2,9554

31 Ficus sp.* Moraceae 10 2,0682

32 Parinari argenteosericeae Rosaceae 40 1,7527

33 Polyalthia glauca* Sapotaceae 30 1,8268

34 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 20 1,6307

Jumlah 4.760 300,0000

Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.

Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi tingkat pancang sumber pakan bagi Owa

adalah 54% dari jumlah vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian

(Gambar 3).

46%54%

pakan non pakan

Gambar 3. Grafik Indeks Nilai Penting (INP)

Vegetasi Pakan dan Non Pakan Tingkat

Pancang (Data dari Tabel 3)

Page 6: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 130

Tabel 4. Jenis Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

No. Nama botani Suku N/ha INP

1 Ganua motleyana* Sapotaceae 198 46,0378

2 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 123 32,2174

3 Knema sp.* Myristicaceae 75 19,4757

4 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 53 15,7167

5 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 53 15,5581 6 Diospyros siamang* Ebenaceae 53 15,0086

7 Euodia sp. Rutaceae 53 14,7465

8 Diospyros pseudomalabarica* Ebenaceae 50 14,1359

9 Callophylum hosei* Cluciaceae 45 15,5825

10 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 38 12,9817

11 Garcinia sp.1* Cluciaceae 45 11,5194 12 Garcinia sp.4* Cluciaceae 40 11,6927

13 Parinari argenteosericeae Rosaceae 38 10,4259

14 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 33 5,9390

15 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 20 6,5425

16 Xylopia malayana* Annonaceae 20 6,7345

17 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 23 5,3954 18 Mangifera havilandii Anacardiaceae 15 4,9657

19 Xylopia coriifolia Annonaceae 15 4,6073

20 Garcinia sp.2* Cluciaceae 13 4,2935

21 Dillenia excelsa* Dilleniaceae 15 4,0858

22 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 13 4,0269

23 Memecylon costatum* Melastomataceae 10 3,1962 24 Palaquium pseudorostratum Sapotaceae 10 2,7981

25 Lophopetalum borneensis Celastraceae 8 2,4727

26 Callophyllum sp.* Cluciaceae 5 1,6589

27 Polyalthia glauca* Sapotaceae 5 1,5981

28 Macaranga sp. Euphorbiaceae 5 1,4194

29 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 3 0,9531 30 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 3 0,8455

31 Parastemon urophylum Rosaceae 3 0,8140

32 Melanorrhoea wallichii Anacardiaceae 3 0,7097

Jumlah 1.078 300,0000

Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.

1.d. Tingkat tiang. Vegetasi tingkat tiang ditemukan sebanyak 32 jenis vegetasi (16 suku), di antaranya terdapat jenis pohon buah yang merupakan sumber pakan bagi Owa, yaitu sebanyak 15 jenis (9 suku) (Tabel 4).

Pada Tabel 4 terlihat, bahwa Indeks Nilai Penting (INP) antara pakan dan non pakan tingkat tiang adalah 52 : 48% (Gambar 4).

48%52%

pakan non pakan

Gambar 4. Grafik Persentase Pakan dan Non

Pakan Tingkat Tiang (Data dari Tabel 4)

Page 7: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

131 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

1.e. Tingkat pohon. Vegetasi tingkat pohon ditemukan sebanyak 36 jenis vegetasi

(19 suku) seperti ditampilkan pada Tabel 5, di antaranya terdapat jenis pohon

buah yang merupakan sumber pakan Owa yaitu 17 jenis (10 suku) (Tabel 5).

Tabel 5. Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

No. Nama botani Suku N/ha INP

1 Ilex hypoglauca Aquifoliaceae 89 48,2175

2 Ganua motleyana* Sapotaceae 88 46,0391

3 Semecarpus rufovelutinus* Anacardiaceae 49 32,7184

4 Parastemon urophylum Rosaceae 30 19,4608

5 Knema sp.* Myristicaceae 28 15,8491

6 Diospyros pseudomalabarica* Ebenaceae 18 13,54

7 Mangifera havilandii Euphorbiaceae 15 11,0621

8 Syzygium sp. Myrtaceae 14 9,9138

9 Chaeotecarpus castanocarpus Euphorbiaceae 16 9,2477

10 Shorea balangeran Dipterocarpaceae 8 11,0218

11 Garcinia sp.1* Sapotaceae 13 7,3768

12 Shorea sp.1 Dipterocarpaceae 14 7,0052

13 Xylopia malayana* Annonaceae 9 6,7843

14 Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 8 6,1637

15 Lophopetalum borneensis Aquifoliaceae 7 5,7152

16 Diospyros siamang* Ebenaceae 8 5,2239

17 Shorea sp.2 Dipterocarpaceae 6 5,1655

18 Callophylum hosei* Cluciaceae 6 4,8196

19 Callophyllum sp.* Cluciaceae 5 4,3002

20 Dialium platysepalum Caesalpniaceae 4 3,4778

21 Memecylon costatum* Melastomataceae 4 3,1535

22 Palaquium pseudorostratum Sapotaceae 4 3,2452

23 Castanopsis foxworthyii Fagaceae 3 2,297

24 Macaranga sp. Celastraceae 3 2,1778

25 Garcinia sp.4* Cluciaceae 3 2,0477

26 Gonystylus bancanus* Thymeleaceae 3 2,0319

27 Euodia sp. Rutaceae 3 1,9602

28 Garcinia sp. 2* Cluciaceae 3 1,7913

29 Melanorrhoea wallichii Anacardiaceae 2 1,9999

30 Pentaspadon motleyi* Anacardiaceae 2 1,9735

31 Homalium caryophyllaceum Flacourtiaceae 2 1,5479

32 Dillenia sp. * Dilleniaceae 1 0,6282

33 Syzygium havilandii Myrtaceae 1 0,5421

34 Garcinia sp. 3* Cluciaceae 1 0,5004

35 Garcinia sp. 5* Cluciaceae 1 0,5004

36 Xylopia coriifolia Annonaceae 1 0,5004

Jumlah 464 300,0000

Keterangan: * = vegetasi pakan Owa. INP = Indeks Nilai Penting.

Indeks Nilai Penting (INP) antara pakan dan non pakan adalah 50 : 50 %.

Angka persentase pada tingkat pohon yang mencapai 50 % menunjukkan

ketersediaan vegetasi sebagai sumber makanan dapat mencukupi kebutuhan

Owa sehingga dapat survive. Grafiknya ditampilkan pada Gambar 5.

Page 8: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 132

50% 50%

pakan non pakan

Gambar 5. Persentase Pakan dan Non Pakan

Tingkat Pohon (Data dari Tabel 5)

Secara keseluruhan hasil analisis vegetasi yang meliputi jenis dan suku serta

jumlah individu di lokasi penelitian hutan Hampapak di Kecamatan Bukit Batu

Propinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Tabel 6.

Secara keseluruhan jumlah jenis dan suku yang ditemukan di hutan Hampapak

lebih sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian Setiarno (1999) di HPH PT

Arjuna Wiwaha Kalimantan Tengah, di mana ditemukan 52 jenis vegetasi, 44 marga

dan 27 suku, Sembiring (2002) di Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto

menemukan 58 jenis vegetasi, 35 marga dan 26 suku dan Syukur (2006) di Hutan

Wisata Rawa Gambut Baning Kabupaten Sintang menemukan 69 jenis vegetasi, 47

marga dan 28 suku.

Tabel 6. Jumlah Jenis, Jumlah Suku dan Jumlah Individu Vegetasi di Hutan Hampapak

Kecamatan Bukit Batu

Parameter Jumlah individu Jumlah jenis Jumlah suku Jumlah pakan

Jumlah jenis Jumlah suku

Tumbuhan bawah 193 5 4 3 3

Semai 239 17 12 9 5

Pancang 476 34 19 17 12

Tiang 414 32 16 15 9

Pohon 743 36 19 17 10

Jumlah jenis yang ditemukan pada lokasi penelitian relatif sedikit. Hal ini

disebabkan kondisi lingkungan pada hutan gambut yang miskin akan unsur hara, pH

rendah, KTK (Kapasitas Tukar Kation) tinggi tetapi KB (Kejenuhan Basa) rendah

serta aerasi dan drainasenya yang buruk. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis tertentu

saja yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah tersebut.

Dari hasil analisis tumbuhan strata bawah diketahui bahwa jumlah jenis jauh

lebih sedikit jika dibandingkan dengan tingkat pancang, tiang dan pohon. Hal ini

disebabkan pada saat penelitian kondisi di lokasi penelitian baru surut dari genangan

air dan tumbuhan stadium muda lebih rentan terhadap lingkungan, labil dalam

pertumbuhan. Kehadiran permudaan alam atau berlimpahnya permudaan alam tidak

hanya karena pada hutan itu terdapat pohon induk akan tetapi faktor luarpun sangat

menentukan antara lain cukup tidaknya sinar matahari sampai ke permukaan

lantai hutan dan juga seperti diungkapkan di atas pada saat penelitian, lokasi baru

surut dari genangan air.

Page 9: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

133 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

2. Indeks keanekaragaman jenis dan kemerataan

Distribusi individu-individu di antara jenis-jenis yang ada ditentukan oleh

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (e). Indeks

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Kemerataan untuk semua tingkat pertumbuhan

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Indeks Keanekaragaman Jenis dari Shannon (H”) dan Indeks Kemerataan (e)

Parameter Individu Jenis H’ E

Tumbuhan bawah 193 5 0,5606 0,8020

Semai 239 17 0,9847 0,8003

Pancang 476 34 1,2864 0,8400

Tiang 414 32 1,2695 0,8434

Pohon 743 36 1,2091 0,7769

Pada Tabel 7 terlihat tingkat tiang dan pancang mempunyai nilai kemerataan

yang tertinggi dan yang terendah adalah tingkat pohon yaitu sebesar 0,7769. Hal ini

menunjukkan, bahwa pembagian dari 414 individu tingkat tiang di antara 32 jenis

dan 476 individu tingkat pancang di antara 34 jenis vegetasi yang ditemukan

terdistribusi secara merata dalam komunitas dibandingkan tingkat pohon, semai dan

tumbuhan bawah.

3. Tingkat dominasi

Kemenonjolan suatu tingkat pertumbuhan ditentukan dari Indeks Dominasi

Jenis (C). Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Indeks Dominasi (C), Jumlah Jenis dan Jumlah Individu (N/ha) di hutan

Hampapak Kecamatan Bukit Batu

Parameter C Jumlah jenis N/ha

Tumbuhan bawah 1,0000 5 12.063

Semai 0,1269 17 14.938

Pancang 0,0453 34 4.760

Tiang 0,0641 32 1.078

Pohon 0,0793 36 464

4. Struktur tegakan

Pada kawasan hutan Hampapak, pohon yang paling tinggi mencapai 40,31 m,

tegakannya terdiri dari 5 lapisan tajuk (strata), di antaranya yang 10 jenis adalah

pohon pakan Owa, strata B dengan tinggi 20,6–30 m ditemukan 33 jenis vegetasi

(17 jenis pohon pakan), strata C dengan tinggi 8,6–20,5 m ditemukan 40 jenis (21

jenis pohon pakan), strata D dengan tinggi 1,6–8,5 m ditemukan 20 jenis vegetasi

(10 jenis pohon pakan) dan strata E yang memiliki tinggi 0–1,5 m ditemukan 22

jenis vegetasi (11 jenis pakan).

Pada setiap strata baik A, B, C, D dan E selalu terdapat jenis-jenis vegetasi yang

dapat dimanfaatkan oleh Owa sebagai sumber makanan. Kondisi tersebut akan

menjadikan kawasan ini cukup layak untuk dijadikan tempat pelepasan satwa ini,

Page 10: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 134

karena dari rata-rata jenis vegetasi yang ada pada tiap strata, 50 % adalah vegetasi

yang dapat dimanfaatkan Owa sebagai sumber pakan.

4.a. Hubungan diameter dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total. Hasil analisis

regresi sederhana diperoleh hubungan linier antara tinggi pohon (Y dalam m)

dengan tinggi bebas cabang (X dalam m) dengan persamaan: Tinggi pohon =

0,5319 + 1,3264* bebas cabang (nilai p<0,05). Nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,9895 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara X dan Y

sebesar 97,9139% (pengaruh X terhadap Y 97,9139%). Hubungan tinggi total

dengan tinggi bebas cabang digambarkan dengan grafik pada Gambar 6.

Y=0,5319+13264*bebas cabang

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 5 10 15 20 25 30 35

Tinggi Bebas Cabang ( m)

Ting

gi P

ohon

( m

)

Gambar 6. Grafik Hubungan Tinggi Total dengan Tinggi Bebas Cabang pada Hutan

Hampapak Kecamatan Bukit Batu

Hubungan diameter dengan tinggi bebas cabang dan tinggi total berdasarkan

hasil analisis regresi sederhana diperoleh hubungan linier antara tinggi pohon

(Y dalam m) dengan diameter pohon (X dalam cm) dengan persamaan sebagai

berikut: Tinggi total = 8,41 Ln(x) – 5,97 (R2

= 0,83)

Tinggi bebas cabang = 6,28 Ln(x) – 4,75 (R2 = 0,84)

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk kedua hubungan tersebut masing-masing

adalah sebesar 0,83 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara X dan Y

sebesar 68,66% (pengaruh X terhadap Y 68,66%) dan 0,84 menunjukkan

adanya hubungan yang kuat antara X dan Y sebesar 70,01% (pengaruh X

terhadap Y 70,01% seperti terlihat pada Gambar 7.

Garis regresi tinggi total dan tinggi bebas cabang memiliki garis yang serupa.

Selisih atau jarak antara kedua garis tersebut menggambarkan perbandingan

tinggi total dengan tinggi bebas cabang.

4.b. Profil diagram. Fisiognomi yang dimiliki oleh Hutan Hampapak ini dapat dilihat

keadaan tegakan (pohon) yang paling tinggi 25–35 m dan kadang dijumpai

beberapa pohon yang tingginya mencapai 40 m. Hutan Hampapak didominasi

Page 11: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

135 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

oleh jenis-jenis Sumpung (Ilex hypoglauca), Ketiau (Ganua motleyana),

Pampan dan Madang (Knema sp.). Pada lapisan yang paling bawah dijumpai

jenis-jenis seperti Rotan (Calamus sp.), Rasau (Cyperus sp.2), Rumbia (Licuala

paludosa), Grising (Pandanus helicopus), Pawah (Cyperus sp.1) dan kadang

dijumpai liana.

0

4

8

12

16

20

24

28

32

36

40

44

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Diameter (cm)

Ting

gi (m

)

Log. (Tinggi Total)

Log. (Tinggi Bebas Cabang)

Gambar 7. Grafik Hubungan Tinggi Total dan Tinggi Bebas Cabang dengan Diameter di

Hutan Hampapak Kecamatan Bukit Batu

Diagram profil dan proyeksi tajuknya dapat dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.

Gambar 8. Profil dan Proyeksi Tajuk I

Y= 8,4113Ln(x)-5,9702 : R2=0,8286

Y= 6,2804Ln(x)-4,7462 : R2= 0,8372

Page 12: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 136

Gambar 9. Profil dan Proyeksi Tajuk II

Dari Gambar 8 dan 9, hasil profil dan proyeksi tajuk pada petak contoh

diperoleh luas penutupan tajuk sebesar 72,20% dan 66,80. Hasil proyeksi tajuk

diperoleh luas penutupan tajuk yang akan berpengaruh terhadap produktivitas

dan sumber pakan dari Owa yang mencerminkan tingginya daya dukung

habitat. Dari kedua gambar proyeksi tajuk di atas menunjukkan keadaan dan

kondisi tajuk lebih dari cukup untuk membuat Owa bertahan hidup (survive) di

tempatnya yang baru.

2

6

10

14

18

22

26

30

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persentase (%)

Tin

gg

i (m

)

lokasi 1

lokasi 2

lokasi 3

Gambar 10. Grafik Kepadatan Daun Berdasarkan Ketinggian Galah Ukur

4.c. Stratifikasi vertikal daun. Hasil pengamatan pada setiap ketinggian galah

ukur untuk rata-rata kepadatan daun yang ditemukan lebih dari 33% (lokasi 1 =

Page 13: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

137 Madiyawati dkk. (2008). Ketersediaan Pakan dan Kondisi Habitat

43,40%, lokasi 2 = 39,35% dan lokasi 3 = 37,20%). Berdasarkan literatur, Owa

memanfaatkan daun setelah buah adalah 33% (Susan, 2004), 39% (Anonim,

2004). Kondisi ini menunjukkan pada setiap ketinggian dari pepohonan akan

ditemukan jumlah daun yang akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

makanan bagi Owa. Daun merupakan makanan alternatif jika makanan utama

berupa buah-buahan tidak sedang berproduksi (berbuah). Grafik kepadatan

daun berdasarkan tinggi galah ukur ditampilkan pada Gambar 10.

4.d. Vegetasi sebagai pelindung. Vegetasi merupakan salah satu bentuk

pelindung yang peranannya bagi kehidupan satwaliar dapat berfungsi sebagai

tempat persembunyian (hiding cover) dan tempat penyesuaian terhadap

perubahan temperatur (thermal cover). Kondisi kerapatan vegetasi akan

berpengaruh terhadap intensitas sinar matahari yang sampai ke lantai hutan.

Keadaan ini berkaitan dengan kemudahan penglihatan pemangsa dan yang

dimangsa. Untuk menjamin berlangsungnya pemangsaan diperlukan keadaan

kerapatan vegetasi yang optimal pada tingkat yang menguntungkan bagi

keduanya, yaitu bagi pemangsa (predator) dikehendaki kerapatan vegetasi yang

memudahkan untuk mengenal mangsa dan mudah menangkapnya dan bagi

yang dimangsa (prey) kerapatan vegetasi diharapkan untuk mengenal pemangsa

dan sekaligus memudahkan untuk melakukan persembunyian.

Data penelitian yang diperoleh dari beberapa lokasi hutan rawa di Kalimantan,

Hutan Hampapak memiliki kerapatan pohon yang cukup tinggi jika dibandingkan

dengan tempat lain, seperti ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah (N/ha) Tingkat Pohon pada Hutan Rawa di Beberapa Lokasi di Kalimantan

Lokasi N/ha Peneliti

Pimping (Tarakan-Kaltim) 713 Rudy (1998)

Hampapak (Bukit Batu-Kalteng) 464 -

Nyaru Menteng (Kalteng) 462 Ibie (1997)

Sintang (Kalbar) 455 Syukur (2006)

Batola (Kalsel) 385 Perawati (2005)

Pada Tabel 9 terlihat, bahwa hutan Hampapak memiliki kerapatan yang lebih

tinggi dibandingkan 3 lokasi lainnya. Kondisi ini diharapkan merupakan kondisi

optimal pada keadaan yang sangat menguntungkan bagi Owa untuk dapat survive di

lokasi yang baru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Cukup tingginya keanekaragaman jenis vegetasi dan kerapatan serta lebih dari

50% di antaranya adalah merupakan pakan bagi satwaliar herbivora, maka

diperkirakan hutan Hampapak dapat menjadi tempat pelepas-liaran yang baik bagi

Owa di masa yang akan datang. Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Dominasi

Page 14: STUDI AWAL KETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT … fileKETERSEDIAAN PAKAN DAN KONDISI HABITAT UNTUK KEPENTINGAN PELEPAS-LIARAN OWA (HYLOBATES AGILIS ALBIBARBIS LYON.)DI HUTAN HAMPAPAK

JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 138

Jenis adalah petunjuk yang dapat dipakai untuk melihat sebaran dari masing-masing

jenis pakan, yang mana sumber pakan masih selalu lebih tinggi dibandingkan

dengan non pakan (53 : 47% untuk tumbuhan bawah, 65 : 35% pada tingkat semai,

54 : 46% pada tingkat pancang, 52 : 48% pada tingkat tiang dan 50 : 50% pada

tingkat pohon).

Selain memiliki kekayaan jenis yang tinggi hutan Hampapak juga memiliki

lapisan tajuk yang lengkap (A, B, C, D dan E) dengan luas penutupan tajuk antara

66–72% serta variasi kepadatan daun secara vertikal mencapai hampir 40%. Owa

yang lebih banyak bersifat arboreal, memerlukan tajuk dan pohon-pohon tinggi

untuk mobilisasinya.

Saran

Ketersediaan jenis pakan berdasarkan waktu perlu mendapat perhatian sebelum

pelepas-liaran Owa dilakukan. Diperlukan studi referensi yang lebih teliti dan

komprehensif untuk melihat dan memutuskan kelayakan pelepas-liaran Owa di

kawasan tersebut, khususnya yang menyangkut kemampuan daya dukung kawasan

terhadap jumlah individu Owa yang akan dilepaskan (carrying capacity).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Laporan Tahunan Balai Konservasi Sumberdaya Alam. Palangka Raya.

Ibie, B.F. 1997. Pendugaan Dimensi Tegakan Hutan Rawa Gambut Sekunder Berdasarkan

Struktur Tegakan di Arboretum Nyaru Menteng Palangka Raya. Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Perawati. 2005. Komposisi dan Struktur serta Kemerataan Jenis pada Kawasan Hutan

Gambut Kabupaten Batola Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat,

Banjarmasin.

Rudy, S. 1998. Komposisi dan Assosiasi Floristik 3 Sub Tipe Hutan Rawa Pimping PT

Inhutani I Tarakan. Tesis Magister Program Studi Magister Ilmu Kehutanan Program

Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda.

Sembiring, S. 2002. Komposisi dan Stuktur Hutan Sebelum dan Sesudah Kebakaran pada

Sistem Lahan yang Berbeda di Kawasan Hutan Lindung Bukit Suharto. Tesis Magister

Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Setiarno. 1999. Studi Keanekaragaman Vegetasi Hutan Rawa Gambut di HPH PT Arjuna

Wiwaha Kalimantan Tengah. Tesis Magister Program Studi Magister Ilmu Kehutanan

Program Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda.

Susan, M.C. 2004. Assessing Rehabilitation and Reintroduction of Captive-raised Gibbon in

Indonesia. Wildlife Research Group Department of Anatomy University of Cambridge.

Syukur, M. 2006. Komposisi dan Assosiasi Vegetasi Hutan Gambut Berdasarkan Ketebalan

Lapisan Gambut di Hutan Wisata Rawa Bening Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.

Tesis Magister Program Studi Ilmu Kehutanan Program Pascasarjana Universitas

Mulawarman, Samarinda.