studi daerah rentan abrasi oleh arus munson timur dengan pemodelan fisik sebagai upaya mitigas...

21
STUDI DAERAH RENTAN ABRASI OLEH ARUS MUNSON TIMUR DENGAN PEMODELAN FISIK SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA DI PULAU PARANG KEPULAUAN KARIMUNJAWA Usulan Penelitian Untuk Menyusun Skripsi Sarjana (S1) Oleh: PINARDO SIDAURUK K2E008043 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

Upload: pinardo-sidauruk

Post on 09-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

STUDI DAERAH RENTAN ABRASI OLEH ARUS MUNSON TIMUR DENGAN PEMODELAN FISIK

SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA DI PULAU PARANG KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Usulan PenelitianUntuk Menyusun Skripsi Sarjana (S1)

Oleh:PINARDO SIDAURUK

K2E008043

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFIFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG

2012

Page 2: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terdiri dari sekitar 17,500

pulau besar dan kecil, serta mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km,

menjadikan kondisi geografis sebagian besar wilayahnya merupakan daerah

pantai yang memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Sebagai Negara

kepulauan, Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang di kelilingi oleh perairan yang

mencakup dua pertiga wilayahnya. Karena itu, Indonesia juga menghadapi

fenomena abrasi yang semakin meluas seiring semakin parahnya iklim dunia.

Ada banyak daerah pantai di Indonesia yang rawan terkena abrasi. Tidak

hanya daerah di sisi luar wilayah darat Indonesia yang berhadapan langsung

dengan samudera seperti pantai barat sumatera, pantai utara Maluku, hingga

daerah pantai selatan di jawa, namun juga daerah yang tak berhadapan dengan

samudera secara langsung, termasuk daerah kepulauan karimunjawa di utara

Jawa.Daerah kepulauan Karimunjawa Pantai utara Jawa. Meskipun dari sisi

usia,jarang terjadi gempa karena di selatan jawa karena usia lempeng yang relatif

lebih tua dibanding di wilayah Sumatera, namun Pantai selatan Jawa tetap rawan

terhadap ancaman gempa dan tsunami.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka dilakukan upaya

untuk mengurangi potensi bencana tersebut yaitu Mitigasi Bencana. Salah satu

upaya mitigasi terhadap bencana abrasi adalah pencegahan berupa pemodelan,

simulasi dan prakiraan bilamana abrasi terjadi. Pemodelan dan simulasi yang

dipakai sebagai upaya Mitigasi umumnya adalah pemodelan Numerik.

Dunia model numerik saat ini sudah sedemikian majunya, sehingga banyak

sekali permasalahan – permasalahan teknik pantai yang bisa dipecahkan cukup

dengan sebuah komputer dan perangkat lunaknya. Banyak hal permasalahan-

permasalahan teknik pantai sering kali tidak bisa dipecahkan dengan hanya

mengandalkan model matematis ataupun secara numerik. Permasalahan yang

kompleks melibatkan interaksi antara gelombang dan struktur bangunan pantai

atau pantai itu sendiri terkadang masih memerlukan model fisik untuk melihat

Page 3: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

secara detail bagaimana interaksi itu terjadi, karena banyak sekali permasalahan

yang ternyata hanya bisa dijelaskan apabila efek skala diminimalkan. Oleh karena

itu, untuk meminimalkan gangguan pemodelan akibat efek skala, digunakanlah

pemodelan fisik.

1.2. Tujuan

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk menyusun mitigasi bencana dengan

mempelajari mengenai daerah yang berpotensi rentan terkena abrasi oleh arus

munson timur di pulau parang karimunjawa dengan menggunakan pemodelan

fisik.

1.3. Pendekatan masalah

Pulau-pulau di wilayah Indonesia, termasuk Pulau Parang di bagian utara

Jawa rentan terhadap potensi Abrasi yang mengancam keberadaan pulau dan

kehidupan masyarakat. Maka untuk mencegah kerusakan yang parah, dilakukan

upaya Mitigasi Bencana berupa pemodelan, yang dalam hal ini adalah pemodelan

fisik. Dalam menyusun mitigasi bencana untuk mengurangi resiko kerusakan, di

butuhkan studi mengenai keadaan wilayah, sehingga di dapat gambaran wilayah

yang akan di modelkan dengan skala lebih kecil dalam pemodelan fisik, kemudian

dapat dilihat daerah yang berpotensi dan rawan terkena abrasi melalui simulasi,

dan upaya mitigasi dapat dilakukan.

Page 4: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penyusunan skripsi ini, penulis dapat mengetahui dan memodelkan

secara fisik bilamana abrasi terjadi dan melanda daerah pulau parang

karimunjawa dengan lebih rinci. Hasil penelitian berupa peta daerah rawan potensi

abrasi ini, dapat digunakan sebagai upaya mitigasi bencana oleh pemerintah

daerah dan pihak-pihak terkait dalam usaha untuk menjaga keberlangsungan

hidup masyarakat.

1.5. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Waktu : September 2012

Tempat : Pulau Parang Karimunjawa dan BPPT jogjakarta

Page 5: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tsunami

Tsunami adalah suatu rangkaian gelombang laut yang terjadi karena

perpindahan cepat dari suatu volume air akibat adanya gangguan impulsif

pada volume air tersebut. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya

perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal (Pond and

Pickard, 1983) atau dalam arah horizontal (Tanioka and Satake, 1995).

Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempa

tektonik, letusan gunung api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut (Ward,

1982). Dari ketiga sumber tersebut, di Indonesia gempa merupakan penyebab

utama (Puspito dan Triyoso, 1994).

Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah langganan gempa dan

tsunami. (Latief et al.2000) menyebutkan bahwa sejak tahun 1600 - 1999

telah terjadi 105 kali kejadian tsunami di Indonesia di mana 90% dari total

kejadian disebabkan oleh gempabumi dan sisanya disebabkan oleh kejadian

letusan gunung berapi bawah laut dan tanah longsor.

Penyebab Terjadinya Tsunami

Tsunami terutama disebabkan oleh gempa bumi atau deformasi di

dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat gempa di dasar laut, longsoran

ke dalam laut, letusan gunung api dasar laut, atau akibat jatuhnya

meteor yang jarang terjadi

A. Tsunami Akibat Gempa Bumi

Tidak semua Gempa bumi mengakibatkan terbentuknya Tsunami.

Syarat terjadinya Tsunami akibat Gempa bumi adalah:

1. Pusat gempa terjadi di dasar laut

2. Kedalaman Pusat gempa kurang dari 60km

3. Mekanisme pensesarannya adalah sesar naik (thrusting fault) dan

Page 6: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

sesar turun (normal fault)

4. Memiliki magnitudo besar M > 7.0 SR 

B. Tsunami akibat Letusan gunung api

Tsunami ini terjadi karena letusan gunung api mengakibatkan getaran

dan gangguan impulsive terhadap volume air. Contohnya Tsunami

akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883

C. Tsunami Akibat Longsoran

Tsunami ini terjadi akibat masuknya massa longsoran yang tiba-tiba dan

mengakibatkan pergerakan massa air secara tiba-tiba pula. Contohnya

Tsunami di Teluk Lituya akbat 81 juta ton es yang longsor.

2.2. Pemodelan fisik

Pemodelan fisik adalah salah satu jenis pemodelan penyederhanaan

atau penggambaran suatu hal, objek, sistem atau permasalahan dalam

bentuk 3 dimensi. Model fisik mengambil dari sebagian sifat fisik dari

hal-hal yang diwakilinya, sehingga menyerupai sistem yang sebenarnya

namun dalam skala yang berbeda. Walaupun jarang dipakai, model ini

cukup berguna dalam rekayasa sistem.  Pemodelan fisik memiliki

keunggulan tersendiri dibandingkan pemodelan secara matematis atau

analisis numerik.

Banyak hal banyak permasalahan-permasalahan teknik pantai

sering kali tidak bisa dipecahkan dengan hanya mengandalkan model

matematis atau pun secara numerik. Permasalahan yang kompleks

melibatkan interaksi antara gelombang dan struktur bangunan pantai

atau pantai itu sendiri terkadang masih memerlukan model fisik untuk

melihat secara detail bagaimana interaksi itu terjadi, karena banyak

sekali permasalahan yang ternyata hanya bisa dijelaskan apabila efek

skala diminimalkan. Oleh karena itu, untuk meminimalkan gangguan

pemodelan akibat efek skala, digunakanlah pemodelan fisik.

Page 7: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Gambar pengelompokan jenis model

Page 8: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

2.3. Mitigasi Bencana

Secara umum mitigasi bencana dapat diartikan sebagai

pengurangan dampak bencana. Atau usaha-usaha yang dilakukan

untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa

maupun harta.

Yang harus kita pahami selanjutnya ialah tentang kerentanan

(vulnerability). Kerentanan (Vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang

menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya

buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau

tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial

dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam

melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap

terhadap dampak bahaya.

Jenis-jenis kerentanan :

A. Kerentanan Materi : Bangunan, Infrastruktur, Konstruksi

yang lemah.

B. Kerentanan Sikap/Motivasi: ketidaktahuan, tidak menyadari,

kurangnya percaya diri, dan lainnya.

C. Kerentanan Sosial: Kemiskinan, Lingkungan, Konflik, tingkat

pertumbuhan yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia.

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan dalam menghadapi bencana (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

(9)). Kegiatan mitigasi bertujuan untuk meminimalisasi dampak ancaman dalam

tahapannya kegiatan mitigasi dilakukan ketika kita telah melakukan identifikasi

ancaman dengan program-program yang di prioritaskan untuk mengelola

ancaman.

Page 9: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna (UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (7)).

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana

pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 1

Ayat (8)).

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (UU No. 24 Tahun 2007

Pasal 1 Ayat (10))

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana (UU No 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (11)).

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya

kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan

bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat

pada wilayah pascabencana (UU No 24 tahun 2007 Pasal 1 ayat (12)).

Page 10: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Kegiatan penanggulangan bencana adalah seluruh aspek kegiatan yang

meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum terjadi,

saat terjadi da sesudah terjadi bencana yang dirancang untuk memberikan

kerangka bagi orang perorangan atau komunitas yang berisiko terkena bencana

untuk menghindari risiko, mengendalikan risiko, mengurangi risiko,

menanggulangi maupun memulihkan diri dari dampak bencana.

Penyelenggaraaan penanggulangan bencana adalahserangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, 

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehbilitasi dan rekonstruksi.

Pemahaman tentang kegiatan penanggulangan bencana dapat disederhanakan

dalam suatu siklus kegiatan

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi Penelitian

Page 11: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

3.1 Bahan

Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah:

Data Primer:

- Data exsitu pemodelan fisik Perairan Pulau parang Karimunjawa yang di

simulasikan

Data Sekunder:

- Data citra MODIS perairan yang menggambarkan pola dan arah arus

- Data bathimetri dan parameter arus

- Data pasang surut

- Data bentuk morfologi dan topografi pantai pulau parang

3.1.2. Alat

Tabel. Alat yang digunakan untuk penelitian dan pengolahan data

No Alat Kegunaan1. Model fisik pantai Sebagai media pemodelan2. Alat simulasi Alat media simulasi3. Seperangkat komputer Mengolah dan menampilkan hasil

pengukuran4. Software SeaDAS Mengolah data citra MODIS5. Arc View Mengolah data dan menampilkan

data6. Microsoft Excel 2007 Perhitungan korelasi.7. GPS Mengetahui lokasi penelitian8. Kapal/Perahu Sarana menuju lokasi9. Ecosounder Mengukur bathimetri10. ADCP Mengukur parameter arus11. Palem pasut Mengukur parameter pasang surut12. Anemo meter Mengukur parameter angin

3.2 Metode Penelitian

Page 12: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat daerah tertentu.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan

menerangkan bagaimana pemodelan fisik dapat memperlihatakan apa yang

terjadi dan bagaimana proses serta dampak yang terjadi pada pulau ketika arus

musim munson timur tiba, kemudian menjadikannya sebagai dasar pembentukan

mitigasi pencegahan abrasi.

Metode ini dipilih karena dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor

keterbatasan, yaitu waktu yang relatif singkat dan hanya dilakukan pada kurun

waktu tertentu (Suryabrata, 1998).

3.3 Metode Penentuan Lokasi Sampling

Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi sampling adalah metode

Area Probability Sampling. Dalam metode Area Probability Sampling, lokasi

sampling ditentukan berdasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang

ada pada daerah penelitian. Artinya daerah penelitian dibagi menjadi beberapa

daerah yang lebih sempit, daerah tersebut sudah dianggap mewakili daerah

penelitian. Metode ini digunakan karena setiap daerah mempunyai karakteristik

yang sama sebagai daerah sampling (Narbuko, 2008)

3.4 Metode Pemodelan

Page 13: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Metode yang digunakan untuk memodelkan objek dan sistem yang ada,

adalah dengan menggunakan pemodelan fisik yang menggambarkan objek

secara 3 dimensi.

Simulasi pemodelan dilakukan dengan meniru proses-proses yang terjadi

ketika arus terjadi dengan bantuan model atau gambaran pantai yang di skalakan

lebih kecil. Artinya Simulasi dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga

sistem tersebut dapat dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991)

3.5 Metode Pengambilan Data

3.5.1Perolehan Data Topografi

Data Topografi didapatkan dari data yang dimiliki oleh Bala Taman

Nasional Karimun Jawa (BTNKJ), dan dari survey lapangan.

3.5.2 Perolehan Citra MODIS

Citra MODIS level 2 diperoleh dari situs NASA, yaitu

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/. Situs ini menyedikan data citra MODIS harian

pada seluruh permukaan lautan. Citra yang didapatkan dapat diolah dengan

software SeaDAS. Data yang ditampilkan adalah data suhu permukaan laut dan

klorofil-a.

Dari data citra MODIS harian yang diperoleh, kemudian dipilih citra dengan

tutupan awan tidak melebihi 50% dari daerah yang diamati.

3.5.3 Perolehan data Bathimetri dan Parameter arus

Page 14: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Data bathimetri dan parameter arus lainnya, diperoleh dari pengukuran di

lapangan menggunakan alat-alat yang sudah ada, ADCP dan ecosounder

kemudian di catat

3.5.4 Perolehan data Pasang Surut

Data ini diperoleh dari pengamatan di lapangan menggunakan alat

pengukur pasang surut yang di amati dalam periode waktu tertentu.

3.6 Pengambilan Data dan Verifikasi Data Citra

Pengambilan data dilakukan dengan melihat dan mempelajari secara

berulang simulasi pada model fisik pantai Pulau Parang Karimunjawa pada saat

terkena arus musim munson timur. Dilihat bagaimana proses yang terjadi,

bilamana arus menerpa pulau parang dan bagaimana dampaknya.

Kemudian daerah-daerah yang terkena arus dilihat bagaimana dampaknya

sebelum kemudian di verivikasi dengan data citra yang ada untuk melihat daerah

mana saja yang rawan terkena abrasi. Data yang di dapat digunakan untuk

membuat peta saerah rentan abrasi sebagai upaya mitigasi bencana.

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Page 15: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

Alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan daerah

yang diteliti, yang terkena arus munson timur, kemudian diselidiki data topografi

bentuk serta bathimetri pantai dan perairannya. Setelah itu dilakukan pengukuran

parameter arus dengan ADCP, ecosounder dan alat laiinya, di tambah data

pasang surut dan data citra MODIS untuk melihat alur arus. Data yang ada di

catat dan diolah kedalam bentuk pemodelan fisik.

Hasil data yang di dapat di simulasikan dalam pemodelan fisik untuk

melihat proses yang terjadi ketika arus menerpa pantai pulau parang, sehingga

dapat dilihat bagian mana yang rawan abrasi di pulau tersebut.

Data yang di dapat di analisa dan di gambarkan dalam bentuk hasil peta,

sebagai upaya mitigasi.

Page 16: Studi Daerah Rentan Abrasi Oleh Arus Munson Timur Dengan Pemodelan Fisik Sebagai Upaya Mitigas Bencana

DAFTAR PUSTAKA

Davis, M.L., and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering .

Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York

Dahuri, R, J. Rais, S.P. Ginting dan M.J Sitepu. 1996. Pengolhan Sumberdaya

Wilayah Pantai dan Laut Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Hutabarat, S., dan S.M. Evans. 1984. Pengantar Oseonografi. UI Press. Jakarta.

Ningsih, N.S. 2002. Diktat Kuliah Oseanografi Fisis. ITB. Bandung

Supangat, Agus dan Susanna. 2002. Oseanografi. Badan Riset Kelautan dan

Perikanan. DKP. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1982. Marine Biology: An Ecological Approach. Alih bahasa. H.

Muhammad Eidman. PT. Gramedia: Jakarta

Affeltrnger, B., Alcedo., Amman,W.J., Arnold, M., 2006.  Living with Risk, “A

Global Review of Disaster Reduction Initiatives”. Buku terjemahan oleh

MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), Jakarta.