studi dogmatis terhadap pemahaman majelis jemaat gpid
TRANSCRIPT
i
Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”
Oleh:
HENDRA KURNIAWAN
712012023
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Teologi
(S.Si-Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”
oleh:
HENDRA KURNIAWAN
712012023
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Teologi
(S.Si-Teol)
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Ketua Program Studi Dekan
Pdt. Izak Y. M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017
iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ziel Elizabeth Limahelu
NIM : 712012014 Email : [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi
Judul tugas akhir : Imajinasi Orang Kupang tentang Arwah
(Studi Antropologis Teologis terhadap Pemahaman Orang Penfui tentang Arwah
Korban Kecelakaan Lalu lintas)
Pembimbing : 1. Dr. David Samiyono
2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di
institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan,
dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,
kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui
dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan
menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta
sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga, 31 Januari 2017
Ziel Elizabeth Limahelu
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ziel Elizabeth Limahelu
NIM : 712012014 Email: [email protected]
Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi
Judul tugas akhir : Imajinasi Orang Kupang tentang Arwah
(Studi Antropologis Teologis terhadap Pemahaman orang Penfui tentang Arwah
Korban Kecelakaan Lalu lintas)
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –
Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir
elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):
a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA
b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori
Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 31 Januari 2017
Ziel Elizabeth Limahelu
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. David Samiyono PPdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo
* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang
menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil
karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.
** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan
tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hendra Kurniawan
NIM : 712012023
Program Studi : Teologi
Fakultas : Teologi
Jenis Karya : Jurnal
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya
ilmiah saya berjudul:
Studi Dogmatis Terhadap Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
Mengenai Kredo Rasuli "Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”
beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 24 Februari 2017
Yang menyatakan,
Hendra Kurniawan
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo
vi
KATA PENGANTAR
Tugas akhir ini merupakan bagian akhir dari sebagian tugas dalam sebuah
perjalanan studi di Program Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Salatiga. Penulis sangat bersyukur dan bersukacita atas pencapaian yang telah hadir
dalam kehidupan penulis, oleh karena itu pertama-tama penulis mau katakana bahwa
semua ini bukan karena kehebatan dan kemampuan penulis, melainkan karena cinta
kasih Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja yang selalu mengaruaniakan hikmat
akal budi serta kesehatan dan kekuatan yang membuat penulis tiba pada akhir sebuah
perjuangan. Penulis merasakan betapa indahnya dan berharganya dapat mengalami
serta menikmati cinta kasih Tuhan Yesus. Kasih Tuhan Yesus inilah yang
memperkuat daya juang penulis sehingga harapan telah menjadi kenyataan. Oleh
karena itu, yang pertama dan yang utama menerima syukur dan pujian penulis adalah
Tuhan Yesus Kristus sember pengharapan.
Tentu ada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam studi ini, tetapi
dengan ruang yang terbatas, hanya sebagian yang penulis dapat sebutkan. Bukan
berarti penulis melupakan begitu saja berbagai pihak yang telah membantu dan
memperhatikan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Terima kasih kepada Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga atas segala fasilitasnya yang telah memungkinkan penulis
menambah wawasan, pengalaman dan keilmuan dalam bidang Program Studi
Teologi. Penulis berterimakasih kepada Prof, Pdt. John A. Titaley, Th.D dan Pdt, Dr.
Ebenhaezer I Nuban Timo selaku pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa
memberikan nasihat, saran, dan kritikan yang membuat tulisan penulis menjadi lebih
baik pada saat-saat bimbingan. Penulis berterimakasih kepada seluruh Dosen,
Pegawai dan Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW yang telah memberikan
dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menambah dan menimbah sebanyak
vii
mungkin ilmu yang berguna bagi tugas dan pelayanan di tengah-tengah gereja dan
masyarakat kedepannya.
Penulis sangat berterimakasih kepada Pdt, Dr. Izak Lattu Ph.D sebagai Dosen
wali sekaligus menjadi orang tua atau seorang kakak yang senantiasa member teladan
hidup yang berguna, yang selalu memperhatikan penulis selama berada di Fakultas
Teologi UKSW Salatiga. Demikian juga penulis sampaikan terima kasih kepada
keluarga besar angkatan 2012 Fakultas Teologi UKSW Salatiga sebagai anggota
keluarga penulis untuk saling berbagi dalam susah maupun senang. Terima kasih
kepada keluarga besar seluruh warga jemaat GPID Bethesda Sipayo yang sudah
mendorong serta mendukung untuk studi penulis di UKSW Salatiga. Terima kasih
kepada Bapak Pnt. Paulus Timpolu, Bapak Pnt. Yusak Malore, Saudara Pnt. Yafet
Timpolu, Kakak Deflin Lalian dan Kakak Vik, Refin Tunda S.Th yang sudah
membantu penulis dalam proses penelitian/pengambilan data agar penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Vian Hershey Melkianus, Kurnia
Dagang Maggi, Melkior Vulpius, Ziel Elizabeth Limahelu, Taksi Ria Aprilia Wati,
Basthen Alberco Pah, Rongky Marthin Januart Lasiko, Pastawa Charles Mamo,
Chaterina Inya Mone Rambadeta, Friska Novia Adventin, sahabat yang telah menjadi
keluarga di kota Salatiga selama penulis studi di UKSW, bahkan selalu setia
memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan studi, suka dan duka kita
selalu jalani secara bersama-sama walaupun ada diantara kita berbeda fakultas tetapi
ikatan tali persaudaraan tidak akan pernah putus. Terima kasih kepada seluruh warga
jemaat GPID Samaria Watuwali yang sudah menerima serta membantu dan
memberikan pelajaran, pengalaman melayani selama empat bulan di tengah-tengah
jemaat untuk melaksanakan Praktek Pendidikan Lapangan (PPL X).Terima kasih
kepada keluarga besar Kakek dan Nenek Putu Dyaz Porawati atas dukungan yang
diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Salatiga. Terima kasih kepada
sahabat yang sudah menjadi saudara saya dari sejak Sekolah di SMA Kristen GPID
Sumbersari, I Made Frangki Kurniawan dan Anita Florensi yang selalu setia
mendukung dan membantu penulis untuk melanjutkan studi di Salatiga. Terima kasih
viii
kepada keluarga besar Malore-Kandupa, keluarga dari papa dan mama yang selalu
setia mendukung dan membantu penulis selama studi di UKSW Salatiga.
Yang terakhir terima kasih kepada keluarga saya Papa, Mama, Kakak-kakak
dan Adik tercinta, yang selalu ingat saya dalam doa. Walaupun kalian disebutkan di
akhir kata pengantar ini, tetapi sesungguhnya kalian adalah yang paling utama dan
pertama dalam kehidupan saya, selama studi di UKSW Salatiga, kalian telah banyak
mengorbankan tenaga, perasaan dan juga hak. Tanpa kalian semua, maka sia-sia
semua perjuangan ini. Oleh karena itu, untuk semua pengorbanan Papa, Mama,
Kakak-kakak dan adik, Hendra Persembahkan Skripsi ini sebagai hadiah atas yang
telah kalian berikan.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
MOTTO ................................................................................................. xi
ABSTRAK ............................................................................................. xii
1. Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat ............................... 6
1.3 Metode Penelitian ...................................................................... 6
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................... 7
2. Dogma Gereja Mengenai “Turun ke Dalam Kerajaan Maut” .... 8
2.1 Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli ............................... 8
2.2 Pembagiannya menurut Struktur-Struktur Kredo Rasuli .... 11
2.3 Sheol menurut Alkitab ............................................................... 14
2.4 Arti Turun Ke Dalam Kerajaan Maut ..................................... 16
2.5 Kesimpulan ................................................................................ 19
x
3. Hasil Peneltian dan Analisa ............................................................ 20
3.1 Sejarah Jemaat GPID Bethesda Sipayo .................................. 20
3.2 Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai
Kredo Rasuli “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut” ............... 23
3.3 Pemahaman Kredo Rasuli “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”
bagi kehidupan Jemaat GPID Bethesda Sipayo masa kini .. 27
4. Kesimpulan dan Rekomendasi ....................................................... 28
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 29
4.2 Rekomendasi .............................................................................. 31
Daftar Pustaka ...................................................................................... 33
xi
MOTTo
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia.”
Kolose 3:23
“Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau
kerjakan hari ini.”
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”
Pengkhotbah 3:11a
xii
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman Majelis Jemaat GPID
Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. Tujuannya untuk
menyumbangkan pokok pemikiran dan dapat mengembangkan pemahaman mereka mengenai
“turun ke dalam kerajaan maut”. Penelitian ini dilakukan berdasarkan munculnya
permasalahan tentang pandangan-pandangan yang telah dikemukakan oleh beberapa
Reformator mengenai Yesus “turun ke dalam kerajaan maut”. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh informasi dengan cara wawancara
bersama beberapa Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo. Oleh sebab itu penulis menemukan
hasil dari penelitian ini adalah belum semua mereka memahami 12 butir Pengakuan Iman
Rasuli salah satunya “turun ke dalam kerajaan maut”. Kalimat “turun ke dalam kerajaan
maut” terdapat pada bagian kedua dari artikel Pengakuan Iman Rasuli, yakni pada struktur
Pengakuan Iman Rasuli berbicara tentang Yesus Kristus. Hasil penelitiannya ialah Yesus
pergi “turun ke dalam kerajaan maut” atau pergi ke dunia bawah sebenarnya, untuk
membebaskan serta memberikan jaminan keselamatan bagi manusia atas hukuman dan dosa.
Sehingga manusia tidak perlu lagi untuk merasa takut dengan “maut”/ sheol, karena Yesus
yang sudah terlebih dahulu pergi “turun ke dalam kerajaan maut”. Oleh sebab itu dosa dan
kerajaan maut sudah tidak memiliki tempat dan masa depan lagi karena orang-orang yang
percaya kepada Yesus Kristus tidak akan menikmati kerajaan maut itu sendiri, sebab mereka
percaya Yesus telah berkuasa atas kerajaan maut. Penelitian ini direkomendasikan kepada
Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) dan seluruh warga Gereja yang
mengucapkan “Pengakuan Iman Rasuli”.
Kata Kunci : Kredo Rasuli, Kerajaan Maut, Yesus Kristus, Keselamatan, Dosa,
Jemaat GPID Bethesda Sipayo.
1
LATAR BELAKANG
Pengakuan Iman Rasuli merupakan salah satu unsur pada setiap
kesempatan beribadah minggu atau pada hari-hari raya gerejawi lainnya yang
selalu diikrarkan secara bersama-sama. Walaupun Pengakuan Iman Rasuli
tersebut tidak punya tempat yang tetap di dalam ibadah jemaat, karena pada
umumnya Pengakuan Iman Rasuli diucapkan (dinyanyikan, didoakan)
sesudah khotbah, tetapi kadang-kadang juga sesudah pembacaan Alkitab atau
sebelum doa syafaat. Di samping itu Pengakuan Iman Rasuli dapat diucapkan
bersama-sama oleh jemaat, baik sebagai puji-pujian maupun sebagai
pengakuan untuk menaati firman yang baru didengarnya. Bentuk apapun yang
dipilih jemaat harus dilakukan dengan berdiri.1
Pengakuan Iman yang paling populer dan banyak dikenal bahkan
dihafal oleh warga gereja pada masa kini adalah Pengakuan Iman Rasuli.
Pengakuan Iman Rasuli adalah salah satu pengakuan iman yang tertua dan
yang terpendek di antara pengakuan iman oikumenis lainnya sehingga
memungkinkan untuk dibacakan dalam setiap ibadah.2 Disebut “Pengakuan
Iman Rasuli” karena disusun menurut legenda oleh kedua belas rasul. Bahkan
mereka masing-masing menulis satu kalimat.3
Menurut Katekismus Heidelberg, Pengakuan Iman Rasuli terbagi atas
tiga bagian utama yaitu pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaan kita.
Yang kedua mengenai Allah Anak dan penebusan kita.Yang ketiga mengenai
Allah Roh Kudus dan pengudusan kita.
Pertama, mengakui Allah sebagai Bapa yang menciptakan alam
semesta serta segala isinya dan yang memelihara semuanya itu. Tuhan Allah
Bapa adalah Tuhan yang “imanent” yaitu Tuhan yang tetap tinggal di dalam
1 J.L. Ch Abineno, Unsur-Unsur Liturgika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 85.
2 E. Gerrit Singgih, Berteologi Dalam Konteks di Awal Milenium III, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2000), 315. 3 Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 52.
2
kita, tapi Ia juga adalah Tuhan yang“transenden” yaitu yang melampaui alam
dan melampaui segala sesuatu.
Kedua, mengakui Allah sebagai Anak (Yesus Kristus) adalah Firman
yang menjadi Manusia (Theoantropos) datang ke dunia dan diam di antara
kita yang telah mengorbankan diriNya dan menderita, mengalahkan maut
untuk mendatangkan keselamatan jiwa kita.
Ketiga, mengakui Allah sebagai Roh Kudus adalah Tuhan yang diam
di dalam kita (Gereja/orang percaya). Ia yang menuntun hidup, termasuk hati,
pikiran dan kehendak kita dan yang menjelaskan rencana Allah bagi kita,
yakni keselamatan dan hidup yang kekal. Allah Roh Kudus, adalah
“Penolong” bagi kita (baca Yoh. 14:16). Ia juga adalah “Penghibur” bagi kita
(baca Yoh. 14: 26), sebagai “Guru” (baca Lukas 12:11-12) dan sebagai
“Pemimpin” (baca Yoh. 16: 13).4
Menurut Groen Pengakuan Iman Rasuli merupakan sebuah keharusan
bagi mereka yang hendak dibaptis, maka bagi gereja sekarang ini, menghafal
dan memahami Pengakuan Iman Rasuli adalah kewajiban bagi mereka yang
hendak di sidi sebagai anggota gereja dewasa.5
Makna dari Pengakuan Iman Rasuli ini, adalah untuk “meng-iya-kan
dan meng-amin-kan dengan iman” apa yang dikerjakanNya pada masa lalu,
sekarang dan yang akan datang didasarkan pada Alkitab yang berbicara
tentang Allah: Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Pengakuan Iman
memiliki landasan Alkitab yang kuat dan disertai latar belakang sejarah gereja
yang panjang. Tujuan Pengakuan Iman adalah untuk menyatakan respon
syukur jemaat atas pelayanan firman Tuhan yang dilayankan pada ibadah hari
minggu. Hal inilah yang membuat Pengakuan Iman tetap perlu diikrarkan
setiap ibadah hari minggu. Bila kita cermati, di dalam Pengakuan Iman Rasuli
terdapat 12 butir ungkapan menarik, salah satu dari butir tersebut yaitu “turun
ke dalam kerajaan maut” yang diucapkan pada setiap kesempatan beribadah,
4G.C.van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), 38. 5 J.P.D. Groen, Terpanggil Untuk Mengakui Iman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 67.
3
khususnya dalam ibadah-ibadah minggu atau hari-hari raya gerejawi lainnya
selalu diikrarkan secara bersama-sama. Pada mulanya kalimat “turun ke
dalam kerajaan maut” itu tidak ada. Ini baru ditambahkan pada sekitar tahun
390 M. Dalam bahasa Latin-nya “descendit ad inferna” seharusnya
diterjemahkan “turun ke dalam neraka.” Ada yang menduga bahwa untuk
menghilangkan kesan yang mengerikan, maka kalimat “turun ke dalam
neraka” diubah menjadi “turun ke dalam kerajaan maut.”6
Menurut Gereja Khatolik bahwa “turun ke dalam kerajaan maut”
berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke Limbus Patrum di mana orang-orang
kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya,
memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga. Hal ini
sangat berbeda dengan pendapat Lutheran yang mengatakan bahwa Kristus
yang turun ke dalam kerajaan maut adalah awal dari Kristus yang dimuliakan.
Kristus turun ke bumi paling bawah untuk mengungkapkan dan mencapai
penggenapan kemenangan-Nya atas iblis dan kuasa kegelapan, dan
mengumumkan hukuman bagi mereka. Bukankah “Ia telah naik” berarti,
bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah
turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk
memenuhkan segala sesuatu (Efesus 4:9-10). Sebagian kaum Lutheran
menempatkan perjalanan kemenangan ini antara kematian Kristus dan
kebangkitan-Nya; sekelompok lain mengatakan hal ini terjadi setelah
kebangkitan.
Gereja di Inggrispun percaya bahwa kendati tubuh Kristus berada
dalam kuburan, jiwa-Nya pergi ke dalam kerajaan maut, khususnya ke
Firdaus, tempat tinggal jiwa-jiwa orang benar, dan memberikan kepada
mereka ungkapan kebenaran yang lebih penuh. Kemudian Calvin
menafsirkannya secara metafora, menunjukkan penderitaan akhir Kristus di
atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari
6 Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3, Doktrin Kristus (Surabaya: Momentum, 2011),
87.
4
hempasan neraka. Katekismus Heidelberg juga berpendapat demikian.
Menurut pendapat Reform, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan
di atas salib, tetapi juga penderitaan di taman Getsemani. Berbeda dengan
Calvin, Charles Hodge memahaminya sebagai “masuk ke dalam kubur,
berpindah dari alam yang kelihatan ke alam yang tidak kelihatan sebagaimana
terjadi pada semua orang yang meninggal.”7
Ada begitu banyak pemahaman atau pandangan-pandangan yang telah
dikemukakan oleh beberapa Reformator di atas tentang ungkapan “turun ke
dalam kerajaan maut” dalam Pengakuan Iman Rasuli. Dengan beberapa
pandangan tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian di salah
satu Gereja, yakni Gereja Protestan Indonesia Donggala. Gereja Protestan
Indonesia Donggala (GPID) tersebar di seluruh daerah Sulawesi Tengah
tepatnya di kota Palu. Bukan hanya di kota, namun GPID juga dapat ditemui
di bagian kabupaten-kabupaten atau secara sederhana dapat disebut sebagai
pedesaan. Salah satu Gereja Protestan Indonesia Donggala yang terletak di
desa ialah GPID Bethesda Sipayo. Konteks jemaat yang dimiliki oleh GPID
Betesda Sipayo ialah masyarakat yang agraris dengan memiliki pandangan-
pandangan yang masih konvensional. Konteks jemaat inilah yang
menimbulkan keunikan tersendiri bagi jemaat Bethesda Sipayo. Dalam setiap
kebaktian ibadah minggu, jemaat GPID Bethesda Sipayo sering mengucapkan
atau mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli secara bersama-sama. Maka
penulis ingin meneliti pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
tentang rumusan Kredo “turun ke dalam kerajaan maut”. Berdasarkan
pemahaman yang sudah dikemukakan oleh para reformator di atas, sehingga
muncul pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan membantu penulis
mengetahui pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai
Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. Apakah Majelis Jemaat GPID
Bethesda Sipayo memiliki pemahaman yang sama seperti para Reformator?
7Charles Hodge, Systematic Theology Vol 2, (Grand Rapids: Eerdmans, 1993), hal 617.
5
Ataukah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo memiliki pemahaman yang
berbeda dari Reformator mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan
maut?
Selain alasan teologis di atas ada juga alasan praktis untuk penelitian
ini. Rumusan Kredo ini banyak menimbulkan pertanyaan dan perdebatan,
baik karena penempatannya di dalam Pengakuan Iman Rasuli maupun
signifikansinya bagi Pengakuan Iman itu sendiri dan khususnya bagi gereja.
Maka muncul pertanyaan, Bagaimana kalimat ini harus dimengerti? benarkah
Kristus turun ke dalam kerajaan maut dalam penderitaan-Nya? ataukah ada
pengertian lainnya di balik kalimat ini? Bagaimana pemahaman Majelis
Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam
kerajaan maut” tersebut?
Dengan penjelasan-penjelasan yang dipaparkan di atas, kiranya apa
yang telah sesungguhnya yang melatarbelakangi pemilihan judul tulisan ini
untuk dikaji. Memang mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli yang di
dalamnya terdapat ungkapan “Turun ke dalam Kerajaan Maut” nampaknya
mudah dan lancar. Tetapi persoalannya ialah apakah setiap orang atau Majelis
Jemaat yang mengikrarkannya memahami makna dari setiap ungkapan dalam
Pengakuan Iman Rasuli itu ? Secara teoritis masalahnya adalah sesuatu yang
belum terjawab, belum ada pemecahannya.8 Sebab penjelasan dari setiap
kalimat Pengakuan Iman Rasuli tidak memadai. Gereja pun perlu
menggumulkan ulang signifikansi pemakaian kalimat “turun ke dalam
kerajaan maut” dalam setiap ibadah, karena gereja sudah hidup di dunia
modern bukan lagi mitos. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji
pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli
“turun ke dalam kerajaan maut”.
8 Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jakarta: Restu Agung, 2006), 49.
6
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di dalam latar belakang masalah,
rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
Bagaimana pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mendeskripsikan pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo
mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun
praktis dalam upaya untuk membangun kembali pemahan-pemahaman
Majelis Jemaat mengenai Pengakuan Iman Rasuli. Adapun manfaatnya, yaitu:
Secara teoritis, dapat menyumbangkan pokok pemikiran mengenai
pamahaman Majelis Jemaat tentang Kredo Rasuli terkait dengan ungkapan
“turun ke dalam kerajaan maut”.
Secara praktis, dapat menolong Majelis Jemaat untuk mengembangkan
pemahaman mereka tentang Kredo Rasuli “turun ke dalam kerajaan
maut”.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualiatatif adalah manusia atau segala sesuatu
yang dipengaruhi manusia, termasuk tindakan dan perkataan manusia secara
alamiah,9 atau jenis penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih
mengutamakan penghayatan serta berusaha memahami dan menafsirkan
9 J.D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari, 2005),
21.
7
makna dari suatu peristiwa interaksi dan tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri sehingga hal ini mengharuskan
peneliti terjun sendiri ke lapangan secara aktif.10
Wawancara berarti teknik
perolehan informasi melalui tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung.11
Hal tersebut dapat dilakukan melalui wawancara langsung
dengan narasumber. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena
metode ini sangat memungkinkan peneliti untuk mengkaji suatu gejala dalam
jemaat dan melakukan proses sosialisasi langsung kepada jemaat, sehingga
peneliti dapat mempermudah pengambilan data dan perolehan informasi di
lapangan.
Pada proses penelitian ini, peneliti akan mewawancarai Majelis Jemaat
GPID Bethesda Sipayo dan beberapa anggota jemaat yang mengikuti setiap
ibadah minggu, serta jemaat yang selalu mengikrarkan Pengakuan Iman
Rasuli. Lokasi yang dipilih adalah rumah warga gereja GPID Bethesda
Sipayo. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah selama
3 minggu.
SISTEMATIKA PENULISAN
Agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka
disusunlah sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari
bagian pertama sampai keempat yang mempunyai pokok masing-masing,
tetapi menjadi satu bagian besar yang saling melengkapi.
Bagian pertama, Pendahuluan yang di dalamnya dijelaskan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bagian kedua, Landasan teori-teori meliputi pemahaman “turun ke
dalam kerajaan maut” dalam Pengakuan Iman Rasuli. Kemudian pemahaman
yang berkembang dalam tradisi gereja.
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 129. 11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2008, halaman 78.
8
Bagian ketiga, Membahas sejarah singkat jemaat GPID Bethesda
Sipayo, hasil penelitian tentang pemahaman Majelis Jemaat mengenai “turun
ke dalam kerajaan maut”, serta menganalisa pemahaman Majelis Jemaat
GPID Bethesda Sipayo berdasarkan teori mengenai Kredo Rasuli “turun ke
dalam kerajaan maut”.
Bagian keempat, Penutup meliputi kesimpulannya, berupa hasil
temuan yang diperoleh dari pembahasan analisis serta kontribusi dan
rekomendasi untuk penelitian kedepan.
Dogma Gereja Mengenai “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”
Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini, maka perlu dikemukakan
teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan
sebagai landasan dalam pembuatan tugas akhir ini yaitu teori Pemaknaan dan
Pemahaman yang Berkembang dalam Tradisi Gereja Mengenai Turun Ke
Dalam Kerajaan Maut dalam Pengakuan Iman Rasuli. Oleh sebab itu penulis
akan memulai dengan Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli dan
Pembagiannya menurut struktur-struktur, sheol menurut Alkitab, serta makna
tentang “turun ke dalam kerajaan maut”.
Sejarah Ringkas Pengakuan Iman Rasuli
Gereja Katolik Roma memasukkan Apostolicum ke dalam
Catechismus Romanus pada tahun 1564 (dalam konsiki Trente). Sedangkan
gereja-gereja Protestan mengakui Apostolicum bersama dengan Nicenium dan
Athanasian sebagai pengakuan-pengakuan gereja mula-mula.12
Di samping
Alkitab dan tradisi, maka pada akhir abad ke-2 M. terdapat pula satu unsur
penting dan fundamental bagi ajaran gereja yaitu Kredo atau Pengakuan Iman.
Sejak semula sebenarnya telah ada formula-formula kredo dalam gereja.
Sesungguhnya, pada abad pertama formula-formula yang diakui sebagai satu
12
Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja. Gereja Mula-mula Dalam Kebudayaan Yunani-Romawi (Batu, Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia 1992), 105-106.
9
Pengakuan Iman dapat menimbulkan pemahaman yang bersisi-dua (ambigu).
Demikian juga dalam abad ke-2 M, gereja memiliki berbagai formula
Pengakuan Iman. Walaupun telah banyak upaya, para sarjana tidak berhasil
menetapkan suatu ungkapan yang pasti dari Pengakuan Iman sebagaimana
terdapat dalam tulisan-tulisan Irenaeus dan Tertulianus, meskipun kedua
orang ini berkali-kali mengacu pada Pengakuan Iman dan keduanya mengutip
formula-formula tertentu, ungkapan formula-formula ini tidak pernah
merupakan suatu yang seragam. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan
pendapat yang demikian, proses pembentukan Pengakuan Iman telah tiba
pada kelengkapan yang pertama pada abad ke-2 M. Satu dari pengakuan-
pengakuan iman paling tua yang dikanonisasikan dalam gereja adalah
Pengakuan Iman Baptisan Romawi yang tua, yang umumnya disebut sebagai
Romanum.13
Pengakuan Iman Rasuli juga merupakan hasil akhir
perkembangan berangsur dari kredo-kredo Barat. Agaknya kesemuanya
berasal dari kata kredo, yaitu “Kredo Roma Lama”. Kredo ini mungkin sudah
ada pada abad ke-2.
Pengakuan Iman Rasuli (Latin: Symbolum Apostolorum atau
Symbolum Apostolicum), kadang disebut Kredo Rasuli atau Kredo Para
Rasul, adalah salah satu dari kredo yang secara luas diterima dan diakui oleh
Gereja-gereja Kristen, khususnya Gereja-gereja yang berakar dalam tradisi
Barat. Di kalangan Gereja Katolik Roma di Indonesia, kredo ini disebut
Syahadat Para Rasul. Menurut legenda, para rasul (murid-murid Yesus)
sendirilah yang menulis kredo ini pada hari ke-10 (Hari Pentakosta) setelah
kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Karena isinya mengandung 12 butir, ada
keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di
13
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 40-41.
10
bawah bimbingan Roh Kudus. Namun, sebagian sejarahwan berpendapat
bahwa kredo ini berasal dari Gaul, Prancis, pada abad ke-51.14
Sampai pada abad ke-15 banyak orang percaya bahwa Pengakuan
Iman Rasuli ini ditulis oleh para rasul. Setiap rasul menyumbangkan satu
bagian untuk Pengakuan Iman ini. Menurut legenda, setelah kenaikan Tuhan
Yesus para murid bermufakat untuk merumuskan dasar iman mereka kepada
Yesus Kristus. Maka setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada hari
Pentakosta, para rasul menyusun bersama-sama pengakuan iman rasuli ini.
Yang memulainya adalah Petrus dengan berkata, “Aku percaya kepada Allah,
Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi.” Andreas menambahkan,
“Dan kepada Yesus Kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita. Yakobus
melanjutkan dengan, “Yang dikandung oleh Roh Kudus” Dan seterusnya;
sampai Matius menyelesaikannya dengan berkata, “dan kehidupan yang
kekal. Amin15
.” Tetapi ini hanyalah sebuah cerita dan bukan fakta yang
sebenarnya. Rumusan yang paling awal dari Pengakuan Iman jemaat mula-
mula adalah “Yesus adalah Tuhan” (I Korintus 12: 3) berdasarkan
(pandangan) Bapa-Bapa Suci, kami sepakat untuk mengajarkan bahwa kami
mengakui Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai Putera yang satu dan sama, yang
sama sempurnanya dalam ke-Allah-an dan sama sempurnanya dengan
kemanusiaan. Menurut Arius, Allah satu-satunya adalah hanya Allah Bapa.
Karena, keberadaan Allah ini adalah mutlak transendental dan mutlak kekal.
Dengan demikian, segala sesuatu yang berada di samping Allah, pastilah
diciptakan. Dia juga berpendapat bahwa Yesus (Anak) adalah suatu ciptaan
yang sama dengan ciptaan lain, namun Yesus masih lebih sempurna
dibandingkan yang lain. Yesus bisa saja disebut sebagai Allah, tetapi
keIlahianNya bukanlah merupakan atribut dari keberadaanNya16
. Rumusan ini
14
Tony Lane, Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007),
53. 15
J.L. Ch Abineno, Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 112.
16Bernhard Lohse, Pengar Sejarah, 2013, Halaman 60.
11
cukup dipahami oleh orang-orang Kristen yang berlatarbelakang Yahudi
sehingga Pengakuan Iman Rasuli dalam penyusunannya mengalami proses
yang cukup panjang serta mampu dipahami oleh orang-orang Kristen Yunani.
Pengakuan Iman ini lahir dari pergumulan jemaat kristen di kota Roma dalam
mendidik warga jemaatnya dan melawan para penyesat-penyesat yang
memberitakan ajaran-ajaran palsu tersebut. Jemaat di Roma menambahkan
Pengakuan Iman yang singkat tersebut di atas dengan pokok-pokok
pengakuan yang mengarah pada pemahaman akan Allah yang Tritunggal
yang bahannya diambil dari bagian-bagian Perjanjian Baru17
.
Pembagiannya menurut struktur-struktur Pengakuan Iman Rasuli
Kalau kita cermati struktur formal dari ketiga Pengakuan Iman ini
menjadi jelas bahwa Pengakuan ini disusun dalam bingkai rangkap tiga atau
bersifat trinitatis. Akan tetapi Gereja tidak percaya pada tiga Allah. Ia beriman
kepada satu Allah yang menyatakan diri dan yang kehadiranNya dalam dunia
dan Gereja dialami dalam tiga cara. Ketiga bentuk pernyataan diri dan cara
kehadiran Allah yang satu itu dapat kita simpulkan pada tiga artikel berikut.
Pada artikel pertama Pengakuan Iman fokus perhatian kita adalah pada
Allah yang berada di atas kita. Dalam keberadaannya yang tersembunyi dari
kita, Allah merencanakan keselamatan kita dan menciptakan ruang dan
kemungkinan bagi terwujudnya rencana itu. Barth mencirikan bagian ini
sebagai yang berisi percakapan tentang Allah. Selanjutnya pada artikel kedua,
kita mendapati bahwa Allah yang tersembunyi itu berada di dalam perjalanan
mendapati manusia. Allah keluar dari persembunyianNya untuk bertemu
manusia. Rencana yang kekal itu sekarang dieksekusi di dalam sejarah, di
antara manusia. Barth menyebut bagian ini sebagai yang berbicara tentang
Allah-Manusia. Pada artikel ketiga, yakni pokok tentang Roh Kudus tema
percakapan kita beralih ke manusia. Barth menyebut bagian ini sebagai
17
SJ. Harry Susanto, Konpendium Katekismus Gereja Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 31.
12
domainnya manusia. Di sini perhatian kita sepenuhnya tercurah pada manusia
yang menjadi sasaran karya keselamatan. Allah yang tadinya jauh dan
tersembunyi, yang kemudian berada dalam perjalanan menjumpai manusia di
dalam sejarah, sekarang telah berdiam di antara manusia. Ia menjadikan
semua yang sudah dikerjakanNya menjadi milik manusia.18
Fokus penelitian ini ialah “turun ke dalam kerajaan maut”. Kalimat
turun ke dalam kerajaan maut terdapat pada bagian kedua dari artikel
Pengakuan Iman Rasuli, yakni pada struktur Pengakuan Iman Rasuli berbicara
tentang Yesus Kristus. Pada umumnya para Teolog berpendapat bahwa karya
keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus bisa dipahami dalam tiga cara
penting, yaitu: dua tabiat Yesus Kristus, dua status Yesus Kristus dan tiga
jabatan Yesus Kristus. Rumusan pada kalimat yang disebut-sebut turun ke
dalam kerajaan maut dapat dilihat sebagai status Yesus Kristus, dalam sejarah
dogma pendamaian terdapat dua pendapat mengenai status Yesus Kristus.
Pendapat pertama mengatakan ada tiga status Yesus Kristus: pra-eksistensi,
status kerendahan, dan status kemuliaan. Pendapat kedua mengikuti penetapan
konsili credo: status kerendahan dan status kemuliaan. Kedua pendapat
tersebut disatukan dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini, dan sampai selama-lamanya (Ibr.13:8). Dari kekal Ia
adalah Allah manusia. Tidak ada perbedaan antara Yesus pra-eksistensi dan
Yesus yang bereksistensi dalam sejarah. Sebagai Allah, Ia ikut ambil bagian
dalam penetapan perjanjian. Sebagai manusia, Ia tunduk kepada keputusan
Allah yang diambil dalam kekekalan untuk menjadi eksekutor keputusan itu.
Ketundukan di dalam kekekalan itu yang diwujudkan melalui kesediaan-Nya
untuk tampil dalam sejarah dengan status kerendahan. Usai mewujudkan
karya-Nya dalam sejarah melalui status kerendahan, Yesus Kristus kembali
kepada Sang Bapa dalam kemulian-Nya semula (Yoh. 17:5). Di sana status
kerendahan-Nya tidak berhenti. Status kerendahan Sang Anak ketika kembali
18
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Roh Kudus Mitra yang Agung, ( Bahan Seminar Rangkaian Kegiatan Ulang Tahun GKPS Cempaka Putih Ke-55, 2015) 10-13.
13
kepada Sang Bapa di dalam kemuliaan tetap berlanjut dan berko-eksistensi
dengan status kemuliaan-Nya.19
Di dalam kredo gereja tergambar status kerendahan Yesus Kristus
dalam kalimat: “Yang telah turun dari surga untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita, dan menjadi daging, oleh Roh Kudus, dari anak dara Maria,
dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan
Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan.”20
Dia yang mengambil bagian
penuh dalam kemuliaan Allah, Tuhan atas segenap ciptaan dan sumber hukum
tertinggi serta bebas dari semua ketentuan hukum menempatkan diri-Nya di
bawah hukum itu bersama-sama dan di tempat manusia, supaya Ia ikut
memikul tuntutan hukum atas manusia yang berdosa. Dengan berbuat begitu
hukum digenapi dan manusia dibebaskan. Ada lima momen yang disebut-
sebut oleh para reformator gereja abad ke-16 sebagai titik penting dalam
proses perendahan diri Yesus Kristus. Salah satu dari momen itu ialah
“perjalanan ke dalam kerajaan maut”.21
Pada fase turun ke dalam kerajaan maut terjadi perbedaan pemahaman
di kalangan dogmatikus mengenai tempat yang pantas, yakni apakah harus
ditempatkan dalam status kerendahan atau dalam status kemuliaan Yesus
Kristus. Alasannya, untuk turun ke dalam kerajaan maut merupakan titik
terendah dari jalan kerendahan yang dialami Yesus Kristus, tetapi Dia berada
di sana sebagai the victor, sang pemenang.22
Helmut Thielicke menawarkan
solusi yang bijak. Fase ini sebaiknya kita terima sebagai perbatasan dari dua
status Sang Juruselamat. Sebagai perbatasan, Dia mencakup keduanya. Di
sana Yesus Kristus menjalani perendahan yang terdalam sebagai wujud
solidaritas-Nya dengan manusia yang terkutuk oleh dosa dan juga puncak
kemuliaan karena Dia tampil sebagai pemenang atas maut. Betapa pun Yesus
19
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 259.
20 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 260.
21 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 261.
22 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 271.
14
mati, tetapi kuburan bukan akhir dari perjalanan perendahan diri Yesus
Kristus dalam karya pendamaian. Yesus yang mati itu “Turun ke dalam
Kerajaan Maut”. Rumusan kredo ini hendak menegaskan bahwa kematian
bukanlah satu kejadian pasif yang menimpa Yesus. Yesus bukan hanya
pribadi yang aktif dalam kekekalan dan juga dalam masa hidup-Nya di bumi.
Pada waktu mati pun Dia tetaplah pribadi yang aktif. Rumusan kredo ini patut
kita pahami dari latar belakang pemikiran manusia pada masa penulisan
Alkitab, masa yang boleh Bultman ditandai dengan corak berpikir yang
bersifat mistis-mitologis. Alkitab menghadirkan bagi kita gambaran tentang
dunia yang terdiri dari tiga lapis: alam atas sebagai tempat berdiam Allah,
alam tengah sebagai ruang hidup ciptaan, dan alam bawah sebagai wilayah
roh-roh yang memberontak terhadap Allah dan yang suka mengusik
manusia.23
Dengan turun ke dalam kerajaan maut, hendak ditunjukkan bahwa
karya pendamaian Allah di dalam Kristus juga memiliki dampak kosmik.
Artinya, pendamaian itu berlaku untuk kosmos secara keseluruhan, yakni
pendamaian itu disampaikan dan bahkan berlaku juga bagi kuasa-kuasa tidak
kelihatan yang adalah ciptaan Allah, tetapi yang kemudian menyalah-gunakan
kuasa yang diterima dari Allah untuk memberontak melawan Allah.24
Sheol Menurut Alkitab
Kata Ibrani kerajaan maut adalah sheol, bumi bawah. Itu adalah
tempat siksaan dan kesengsaraan. Di sana manusia terpisah dari saudara-
saudaranya dan terbuang dari hadapan Allah. Sheol adalah tempat manusia
ada sebagai non-being karena terpisah dari sesama dan juga dari Allah. Betapa
mengerikannya dosa itu. Ia mengirim manusia ke tempat non-being dan hidup
terpisah dari Allah selama-lamanya. Jalan perendahan diri yang diambil Yesus
Kristus tidak berhenti di kubur Yusuf Arimatea. Perendahan itu berlanjut
sampai ke sheol, kerajaan maut untuk membebaskan orang-orang yang mati
23
Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 272. 24
Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 273.
15
dalam penyangkalan akan Allah dari kuasa maut dan kutukan kematian.
Kristus turun ke dunia orang mati untuk membayar utang dosa sekaligus
menebus manusia berdosa dari cengkeraman maut yakni dengan perjalanan-
Nya ke sheol. 25
Kompendium Katekismus Gereja Katolik memberikan penjelasan
tentang “turun ke dalam kerajaan maut” sebenarnya berbunyi “yang turun ke
tempat penantian”. Tempat penantian ini berbeda dengan neraka terkutuk. Ini
adalah situasi semua manusia, baik benar maupun jahat, yang mati sebelum
Kristus. Pribadi ilahi Yesus turun kepada orang-orang benar yang menanti-
nantikan Penyelamat sehingga mereka akhirnya dapat melihat Allah. Ketika
Yesus memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut (Ibr 2:14) melalui
kematian-Nya, Yesus membebaskan orang-orang benar yang menantikan
Sang Penebus dan membuka pintu gerbang surga bagi mereka. Yesus Kristus
yang turun ke tempat penantian ini bukanlah sekedar untuk menunjuk, bahwa
Yesus sebagai manusia benar-benar mati, sehingga dialami oleh setiap
manusia, melainkan terutama untuk mengungkapkan makna soteriologis dari
wafat dan kuasa-Nya atas kegelapan maut.26
Harun Hadiwijono menjelaskan bahwa “turun ke dalam kerajaan maut
ialah, mengakui bahwa setelah Tuhan Yesus mati dan dikuburkan Ia tidak lagi
berada di antara orang yang hidup, tetapi berada di antara orang yang mati.
Sebab yang dimaksud dengan “kerajaan maut” ialah tempat orang mati berada
atau dunia orang mati, yang digambarkan seperti suatu kerajaan. Oleh karena
itu bagian sahadat ini lalu dipandang sebagai suatu keterangan lebih lanjut
dari ungkapan: dikuburkan. Dikuburkan berarti: turun ke dalam kerajaan
maut, atau berada di antara para orang yang mati.27
Dengan ini maka jelaslah
betapa besarnya pembebasan yang dilakukan oleh berita bahwa Kristus telah
mendobrak lingkungan itu, dan telah “turun ke bagian bumi yang paling
25
Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015. Hal 273-274. 26
Emanuel Martasudjita, Pr, Pokok-Pokok Iman Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 168-170.
27 Dr. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 107.
16
bawah” (Ef. 4:9) sehingga sejak itu orang-orang yang percaya merasa yakin
bahwa baik kuasa-kuasa maupun pemerintah-pemerintah tak akan dapat
memisahkannya dari kasih Allah di dalam Kristus.28
Arti Turun Ke Dalam Kerajaan Maut
Dalam beberapa pernyataan-pernyataan Perjanjian Baru, yang dikutip
di bawah ini, terdapat kepercayaan umum, bahwa Kristus sesudah kematian-
Nya menempatkan diri dalam wilayah orang-orang mati, atau di lingkungan
warga orang-orang mati. Kehadiran Kristus ini dinyatakan dalam Matius
12:40; Kisah Para Rasul 2:24; Roma 10:7 dan Efesus 4:8. Nas-nas itu
memang itu memang tidak menyatakan sesuatu apa pun tentang adanya
tindakan-tindakan Kristus yang tertentu. Namun orang akan dapat
berkesimpulan bahwa singgahnya Tuhan ke dunia orang mati tidaklah dapat
dipahami semata-mata sebagai kehadiran pasif Yesus dari Nazaret yang mati
itu, atau sebagai kehadiran roh-Nya. Tetapi yang hadir di sana ialah Kristus
yang hidup sebagai Tuhan yang menyatakan kemahakuasaan-Nya. Dalam hal
ini adalah mengenai kemenangan yang telah diperoleh atas kuasa-maut dan
kuasa-neraka (Why. 1:18). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Kristus
memenuhi karya penyelamatan-Nya di dunia orang mati, baik melalui pribadi-
Nya maupun juga melalui Firman-Nya. Ia telah mematahkan kuasa kegelapan
setan dan telah membawa keselamatan bagi orang-orang percaya dari
Perjanjian Lama, dan juga orang-orang kafir. Dalam hal ini, Harnack, ahli
sejarah dogma yang terkemuka dalam abad ke-20, menilai ajaran tentang
turunnya Yesus ke neraka. Di lain pihak, ajaran itu mendapat sambutan pada
Schleiermacher, dan dipertahankan oleh sementara teolog pada abad ke-19
karena kepentingannya bagi pekabaran Injil.29
28
Hendrik Barkhof, Kristus dan Kuasa-Kuasa,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 18. 29
Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 202-204.
17
Pengakuan Iman Rasuli dapat diartikan dari bahasa Latinnya ialah
Kristus telah turun ke bagian bumi paling bawah dan penguasa-penguasanya.
Di dalam Perjanjian Lama pun, kita telah dapati kata Ibraninya “syeol” yang
berarti bahwa tempat tinggal semua orang yang sudah mati (alam maut).
Terjemahan bahasa Yunaninya ialah hades; yang berarti “kerajaan maut”30
menurut pandangan Alkitab, maut itu sungguh menjadi musuh manusia, dan
berkuasa di dalam wilayahnya. Tanggapan orang Yahudi, Kristus sesudah
kematianNya, telah turun ke dalam kerajaan maut, sebagaimana halnya
dengan tiap manusia. Tidaklah Ia “tidur” di dalam kuburNya seperti seorang
yang hanya mati-semu, akan tetapi Ia akan benar-benar telah turun ke dalam
syeol! Menurut tanggapan Yahudi, makanya dalam hal ini tidak boleh kita
berbicara hanya tentang “jiwa” saja.31
Di dalam Perjanjian Baru juga
dipertegas bahwa Kristus sungguh telah mengalahkan kerajaan maut.
Gereja Lama pun telah mengatakan bahwa orang-orang beriman, yang
hidup dalam jangka waktu Perjanjian Lama, telah dibebaskan oleh Kristus
dari kerajaan maut. Kristus telah masuk ke dalam keadaan kematian, ke dalam
kerajaan maut.32
Seperti yang Calvin katakan bahwa hal ini menunjuk kepada
Kristus di dalam keadaanNya yang sedalam-dalamnya. Ia benar-benar telah
mati, turun ke “tempat yang tidak terduga dalamnya”. Kristus tidak saja
masuk ke dalam terowongan gelap itu, akan tetapi Ia telah menembusinya
juga. Seperti yang dikatakan Luther ialah pasal Pengakuan Iman ini harus
dihubungkan dengan kemuliaan Kristus yang dinyatakan di dalam
kebangkitanNya. Sebab Ia telah menaklukkan kerajaan maut. Kerajaan itu
tidak lagi merupakan realitas yang terakhir dan realitas yang paling pahit.
Kristus telah menaklukkan kerajaan maut, artinya bahwa Ia telah
mengalahkan dia yang tadinya” berkuasa atas maut” serta memegang “kunci
maut dan alam maut”, yaitu si iblis (Ibr 2:14).33
Menurut Alkitab, ada terdapat
30
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 269. 31
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 271. 32
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 273. 33
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 274.
18
suatu “tritunggal yang jahat”: dosa, maut dan iblis. Pasal ini tentang “turunnya
Kristus ke dalam kerajaan maut” menyatakan kemenangan agung meliputi
kuasa ketiganya. Pada Mat 27:52-53 Calvin menghubngkan penjelasnan
bahwa kalimat turun ke dalam kerajaan maut merupakan “penderitaan
jiwa/roh”, peristiwa di mana Kristus mencapai puncak penderitaan-Nya di
atas kayu salib. Penderitaan jiwa atau roh ini merupakan suatu rangkaian
penderitaan yang dialami Kristus mulai dari taman Getsemani hingga
mencapai puncaknya dalam kalimat-Nya “Allahku Allahku mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”.34
Calvin berkata bahwa 12 butir Pengakuan Iman
Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh
manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12
butir Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan
penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia.
Dalam pandangan orang-orang Yahudi, mengenai maksud dari Mat
27:52-53 ialah bahwa setiap orang yang bangkit dari kubur, mereka telah
dinyatakan bebas dari “dunia bawah”.35
Oleh sebab itu Ia telah bangkit,
karena itulah kita tahu bahwa Salib bukanlah kekalahan, melainkan
kemenangan (Yoh. 12:32 dan Flp. 2:9). Dalam Ef 4:8-9 Charles C.
Ryrie: “Paulus menulis bahwa Kristus turun ke dalam bagian bumi yang
paling bawah. Ada yang memahami hal ini berarti bahwa Tuhan Yesus turun
ke dalam alam barzakh antara kematian-Nya dan kebangkitan-Nya untuk
membawa mereka yang ada dalam ruang terpisah yang selamat dari alam
barzakh ke surga. Namun demikian, frasa dari bumi boleh jadi adalah sebuah
frasa keterangan tambahan, yang berarti bahwa Krsitus turun pada saat
inkarnasi-Nya ke dalam bagian yang paling rendah dari jagad raya yaitu
bumi.36
Louis Berkhof: “Mereka yang mencari dukungan dari ayat ini
menganggap perkataan turun ke bagian bumi yang paling bawah sama artinya
34
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 275. 35
Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 2000, Hal 273. 36
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), hal 364.
19
dengan „kerajaan maut‟ Akan tetapi tafsiran semacam ini masih
diragukan. Rasul Paulus berpendapat bahwa kenaikan Kristus memberikan
presuposisi turun. Akan tetapi lawan dari kenaikan Kristus ke surga adalah
inkarnasi, bandingkan Yohanes 3:13. Sebagian besar para penafsir Alkitab
menganggap bahwa kalimat "bagian bumi yang paling bawah" adalah bumi
itu saja. Pernyataan itu dapat diperoleh dari Mazmur 139:15 dan lebih
menunjuk pada inkarnasi.37
Tetapi menurut anggapan sekarang, Ef 4:9 itu
agaknya tidak mengenai “turun ke neraka”, akan tetapi turunnya Kristus ke
bumi kita ini. Oleh kebangkitan itu menjadi jelaslah, bahwa di dalam
kematianNya di kayu salib Ia telah mengalahkan maut dan menghabisi kuasa
kerajaan maut.
Kesimpulan
Berbicara tentang Pengakuan Iman Rasuli berarti kita juga dapat
berbicara tentang sikap dan diri Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit
bagi setiap umat manusia. Kita telah mengetahui bahwa Yesus yang sudah
disalibkan, mati dan dikuburkan itu telah masuk ke tempat orang mati (“turun
ke dalam kerajaan maut”). Ucapan “turun ke dalam kerajaan maut” hendak
mengingatkan kita, bahwa arti pekerjaan Kristus meliputi segenap isi alam
semesta. Anak Allah telah turun dari sorga, menjadi manusia di bumi ini: Ia
mati dan masuk ke dalam wilayah kekuasaan maut (“dunia bawah”);
kemudian Ia bangkit dari antara orang mati itu lalu pulang ke rumah Bapa-
Nya di sorga.38
Rasul Petrus berkata dalam Kis 2:24,27,31 “Tetapi Allah
membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu, sebab Engkau tidak
menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang
Kudus-Mu melihat kebinasaan. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah
37
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Vol.3, 2011, Halaman 88. 38
B.J. Boland, Intisari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 43.
20
berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak
ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak
mengalami kebinasaan”.
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN ANALISA
Sejarah jemaat GPID Bethesda Sipayo
A. Profil Jemaat.
Jemaat GPID Bethesda Sipayo terletak di Daerah Pesisir Pantai Timur,
desa Sipayo, Kecamatan Sidoan, Kabupaten Parigi Moutong, dapat dilalui
kendaraan roda dua maupun roda empat. Dengan medan perjalanan yang
mudah untuk ditempuh karena berada di posisi jalan poros trans Sulawesi.
Dari arah Kota Palu memerlukan waktu selama lima jam Perjalanan.
Anggota jemaat Bethesda Sipayo terdiri dari suku yang berbeda-beda
yakni suku Tajio sebagai penduduk asli, Bali, Sangir, Talaud dan
Minahasa.Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari Anggota jemaat banyak
yang menjadi petani cengkeh, pala, kopra dan ada pula yang jadi tukang dan
Pegawai Negeri (PNS). Jumlah anggota Jemaat 32 KK dan 122 Jiwa.Namun
jemaat sudah tergolong jemaat mandiri.39
B. Sejarah Singkat Jemaat.
Secara pasti sejarah berdirinya jemaat Bethesda Sipayo tidaklah
diketahui. Namun dapat diperkirakan orang-orang Kristen yang berasal dari
Minahasa, Sangihe, Thalaud telah ada di daerah Teluk Tomini sebelum tahun
1915, karena seorang penginjil asal Sangihe bernama M. Larumpa‟a tiba di
daerah ini pada tahun 1915 melayani orang-orang Kristen yang terdapat di
daerah Teluk Tomini. Ia disebut orang yang pertama kali memperkenalkan
nama Yesus di tanah Islam (Teluk Tomini). Disusul pula oleh seorang
penginjil bernama T. Bokau pada Tahun 1920 tiba di Teluk Tomini khususnya
di desa Sipayo. Kedatangannya diterima dengan baik oleh masyarakat
39
Data Statistik Jemaat GPID Bethesda Sipayo
21
setempat dan melakukan pendekatan sambil belajar bahasa setempat.
Kemudian Ia membantu pelayanan bagi orang-orang Kristen asal Sangihe
Thalaud yang datang di daerah ini bekerja mengelola perusahaan Kayu hitam
(Molekse) milik pemerintah Belanda.
Pada waktu kedatangannya di desa Sipayo, persekutuan jemaat telah
ada meskipun rumah ibadah masih berbentuk darurat. Setelah terbentuk
menjadi satu jemaat, maka jemaat itu di beri nama jemaat Sion Sipayo yang
kemudian diganti menjadi jemaat Bethesda Sipayo. Tomas Marengkeng
adalah ketua jemaat pertama. Karena sudah tinggal dan menetap di Sipayo,
maka terjadilah kawin mawin antara anggota jemaat dengan masyarakat asli
(suku Tajio). Sehingga mempengaruhi bertambahnya jumlah anggota jemaat.
Dalam tradisi GPID yang menjabat sebagai ketua jemaat tidak harus
seorang Pendeta, karena pada saat itu belum ada yang menjabat sebagai
Pendeta, bahkan sinode GPID belum terbentuk. Kemudian orang-orang yang
menjabat sebagai ketua jemaat pada saat itu, merupakan inisiatif mereka
masing-masing yang meiliki kerinduan untuk memberikatakan Kabar
Baik.Sesudah GMIM berdiri Sendiri pada tahun 1934, maka pekerjaan
pelayanan diteruskan oleh para pekabar Injil dari GMIM. Pada tanggal 4 April
1965 menjadi babak baru pelayanan di Derah ini, dimana semua gereja bekas
pelayanan GMIM telah diserahkan kepada Sinode yang Baru Berdiri yakni
Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) pada tanggal 4 April
1965. Maka jemaat Bethesda Sipayo adalah juga merupakan Bagian
pelayanan GPID.40
Pada tahun 1972 dilaksanakan pembangunan gedung gereja semi
permanen dengan swadaya jemaat. Sejak saat itu pula jemaat menghadapi
permasalahan dalam jemaat dengan adanya anggota jemaat yang berselisih
40
. Dr. M.C.Jongeling Sejarah Gpid, (Sipayo, 1970), 23.
22
selalu memutuskan untuk pindah dalam persekutuan jemaat yang lain.
Sehingga berdampak pada semakin berkurangnya anggota dalam jemaat.41
Pada tahun 1980 terjadi bencana angin puting beliung, sehingga
membuat kerusakkan pada bagian atap gereja. Kejadian yang sama pula
terulang kembali pada tanggal 19 Januari 2010. Lalu anggota jemaat
melakukan penggalangan dana dalam bentuk lelang suara dan bazar dan
hasilnya dipakai untuk melakukan perbaikan bagian atap gedung gereja.42
Seiring berjalannya waktu dengan berbagai hambatan yang ditemui
dalam persekutuan namun jemaat ini masih terus tetap berdiri sampai
sekarang, meneruskan tugas panggilannya sebagai Gereja.
Sejak berdirinya jemaat sampai sekarang beberapa yang pernah
menjabat sebagai ketua jemaat:
KETUA JEMAAT MASA PELAYANAN
Tomas Marengkeng Tahun 1933-1938
Tapianus Bawental Tahun 1838-1943
Anton Manguande Tahun 1943-1948
Tius Bokau Tahun 1948-1953
Edison Fredi Pangalo Tahun 1953-1963
Manuel Alase Tahun 1963-1973
Nikanor Manguande Tahun 1973-1978
Yoas Talaga Tahun 1978-1983
Rein Lalian Tahun 1983-1993
Paulus Timpolu Tahun 1993-2017
Demikianlah Selayang Pandang sejarah berdirinya jemaat Bethesda
Sipayo.43
41
. Wawancara Dengan Bapak Paulus Timpolu Ketua Jemaat Bethesda Sipayo, pada hari Sabtu tanggal 17 desember 2016 pukul 16.20 wit.
42 . Penuturan Beberapa Anggota Jemaat
43. Wawancara dengan Bapak Pnt. PT (inisial) yang adalah ketua jemaat GPID Bethesda
Sipayo pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 pukul 10.50 wit.
23
Pemahaman Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Credo
Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”
Menurut Bapak PT kalimat turun ke dalam kerajaan maut sama artinya
dengan Yesus turun ke nereka yang merupakan puncak karya keselamatan
bagi kehidupan umat manusia berarti juga sebuah perjuangan Kristus yang
mewakili perjuangan hidup manusia berdosa. Yesus turun ke dalam kerajaan
maut bukan lagi sebuah mitos malainkan sebuah fakta yang sudah umat
manusia terima saat ini.44
Menurut saudari RT bahwa Yesus turun ke dalam
kerajaan maut merupakan sebuah pengakuan Kristus bahwa Dia pernah
mengalami penderitaan. Setelah Yesus mati, Yesus menunjukkan kuasaNya
bahwa Dia akan menang dari kuasa-kuasa kegelapan atau dari dunia bawah.45
Dari pemahaman bapak PT dan saudari RT sangat mendekati dengan
pandangan Pandangan Pentakostal dan Pandangan Dispensasional. Pandangan
Pentakostal, sebagaimana yang dinyatakan oleh French L. Arringten seorang
teolog Pentakostal mengatakan, “Alkitab mengajarkan bahwa antara kematian
dan kebangkitanNya, Yesus pergi ke kerajaan maut. Dalam kuasa Roh Kudus,
Kristus pergi ke kerajaan maut sebagai pemenang, bukan sebagai korban.
Sebagai pemenang Ia menegaskan ketuhananNya dan kuasaNya di kerajaan
maut. Kristus adalah pemenang, bahkan dilingkungan orang-orang mati. Dari
tempat itu Ia muncul sebagai Kristus yang menang, yang mengingatkan semua
orang bahwa ketuhanannya mencapai seluruh wilayah”.46
Pandangan
Dispensasional mengakui bahwa Yesus pergi ke kerajaan maut (sheol atau
hades). Pandangan ini mengajarkan bahwa sheol atau hades terbagi dalam dua
bagian yaitu firdaus (Pangkuan Abraham) bagi orang-orang percaya dan suatu
bagian lain tempat penghukuman bagi orang-orang tidak percaya yang
meninggal. Pada waktu kebangkitanNya, Kristus membawa orang-orang
44
Wawancara dengan Bapak PT (inisial), yang adalah Ketua Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 pukul 10.50 wit.
45 Wawancara dengan saudari RT (inisial), yang adalah Vikaris Jemaat GPID Bethesda Sipayo,
pada hari Minggu tanggal 21 Agustus 2016 pukul 12.35 wit. 46
Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology, jilid 1. Terjemahan, (Penerbit: Literatur Saat, 2012), 462.
24
percaya ke surga. Pandangan ini membedakan kerajaan maut (sheol atau
hades) dari neraka (gehenna).47
Pandangan pentakostal ini penulis setuju dan
dapat dibenarkan juga dengan apa yang telah diungkapkan oleh Barth bahwa
Pengakuan Iman Rasuli dibagi dalam tiga bagian yakni Allah yang berada di
atas, Allah manusia dan domainnya manusia. Di mana perhatian kita
sepenuhnya tercurah pada manusia yang menjadi sasaran karya keselamatan.
Allah yang tadinya jauh dan tersembunyi, yang kemudian berada dalam
perjalanan menjumpai manusia di dalam sejarah, sekarang telah berdiam di
antara manusia. Ia menjadikan semua yang sudah dikerjakanNya menjadi
milik manusia. Ia telah menyelamatkan dan memenangkan manusia dari dunia
bawah.48
Menurut ibu DL turun ke dalam kerajaan maut adalah setelah Yesus
mati, Dia pergi untuk menggantikan manusia dalam hal ini, manusia yang
berdosa telah ditebus oleh Yesus atau telah diselamatkan dari dosa, karena
Yesus pergi ke dalam dunia kegelapan atau dunia orang mati sehingga
membuat manusia yang berdosa tidak harus pergi ke tempat penantian oleh
karena Yesus sudah lebih dulu masuk ke tempat orang-orang berdosa.49
Menurut penulis, dari pemahaman yang telah dikemukakan oleh ibu DL di
atas, penulis juga sependapat dengan pemahaman tersebut jika melihat dari
pandangan beberapa tokoh. Dalam hal ini arti dari turun ke dalam kerajaan
maut sama artinya pergi ke Tempat penantian sementara (Intermediate state)
itu disebut sebagai “tempat dunia orang mati”, yaitu sheol atau hades. Istilah
sheol dalam Perjanjian Lama sama dengan hades dalam Perjanjian Baru.
Henry C. Thiessen mengatakan, “Kedua kata ini, sheol dalam Perjanjian Lama
dan Hades dalam Perjanjian Baru, diakui oleh semua sarjana sebagai kata-kata
47
Tafsiran Alkitab Wycliffe, Vol. 3, Perjanjian Baru. (Penerbit: Gandum Mas, Malang 2001), 268.
48 Ebenhaizer I. Nuban Timo, 2015, hal 10-13.
49 Wawancara dengan Ibu DL (inisial), yang adalah Warga Jemaat GPID Bethesda Sipayo,
pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2016 pukul 17.20 wit.
25
yang sama tepat artinya”.50
The MacArthur Bible Commentary mengatakan,
“Hades. Perjanjian Barunya sama dengan Perjanjian Lama, yaitu dunia orang
mati atau Sheol. Meskipun kadang disebut neraka (Matius 11:23), di sini
mengacu pada tempat orang mati”.51
The Moody Handbook of Theology
menyebutkan, “Istilah Perjanjian Baru yang digunakan untuk menjelaskan
kehidupan setelah kematian adalah hades dan ekuivalen dengan istilah Ibrani
sheol. Di Septuaginta, terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama, kata sheol
hampir selalu diterjemahan dengan hades. Hades asal mulanya adalah kata
ganti kepunyaan, nama dari Allah dunia bawah yang memerintah atas orang
mati”.52
Tim LaHaye menjelaskan bahwa “Perjanjian Lama menyebutkan
dunia orang mati sebagai “sheol” sebanyak 65 kali”. Kata ini diterjemahkan
sebagai 'kubur”, “neraka”, atau “kematian”.53
Perjanjian Baru menyebutkan
dunia orang mati sebagai “hades” sebanyak 42 kali.54
Anthony Hoekema
mengatakan, “Berangkat dari fakta bahwa kata ini tidak memiliki pengertian
yang tetap, maka Louis Berkhof mengusulkan tiga macam arti kata sheol:
wilayah kematian, kubur, dan neraka. Namun demikian, diantara ketiga arti
tersebut pengertian yang paling lemah adalah neraka; sedang sheol sebagai
wilayah kematian atau kubur dapat dibuktikan secara Alkitabiah”.55
Menurut saudara YT turun ke dalam kerajaan maut ialah sebelum
Yesus turun ke dalam kerajaan maut, Yesus Krisrus sudah menebus dosa
manusia dengan cara penyaliban, sehingga Yesus mengalami kematian dan
setelah Yesus mati, Yesus rela turun ke tempat orang mati untuk pergi
mengatakan bahwa Yesus sudah menang, Yesus sudah menebus dosa manusia
dan akhirnya Yesus menguasai kerajan maut itu sendiri.56
Penulis setuju
50
Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman. (Penerbit: Momentum, 2014), 362. 51
Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 134. 52
Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 362. 53
Anthony A. Hoekema, 2014, halaman 343. 54
Paul Enns, Jilid 1, 2012, halaman 466. 55
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Vol.6 Doktrin Akhir Jaman, (Penerbit: Momentum, 2013), 46-47.
56Wawancara dengan Saudara YT (inisial), yang adalah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo,
pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2016 pukul 16.12 wit.
26
dengan pemahaman yang dikemukakan oleh saudara YT yang sama seperti
anggapan serta penafsiran dari Calvin menafsirkannya secara metafora,
menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia
sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Katekismus
Heidelberg juga berpendapat demikian. Menurut pendapat kalangan Reformed
yang biasa, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan di atas salib,
tetapi juga penderitaan di taman Getsemani.57
Berkhof sendiri kelihatannya
memegang pandangan dari Calvin di atas ketika ia mengatakan, “Alkitab
sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang Kristus yang secara harafiah
turun ke dalam neraka”.58
Namun menurut penulis, dari pandangan itu, yang
paling mendekati pandangan Alkitab adalah pandangan Lutheran, yang
menganggap bahwa turunnya Yesus ke dalam kerajaan maut itu sebagai tahap
awal dari pemuliaan Kristus, karena masa kehinaan Kristus berakhir ketika Ia
mati di kayu salib. Ketika disalib sebelum mati Yesus berkata “sudah selesai”
(Yohanes 19:30).
Menurut bapak YM turun ke dalam kerajaan maut berarti Yesus masuk
ke dalam sebuah kubur, yang merupakan pertandingan yang telah Yesus
lakukan dalam kubur dengan melawan iblis atau kuasa-kuasa kegelapan.59
Pandangan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Charles F. Baker
(salah seorang teolog Dispensasionalisme). Dia berkata: “Bahwa sheol-hades
berarti lebih dari sekedar kubur terbukti melalui sejumlah fakta yang
sebagiannya telah ditunjukkan. Nubuat tentang Kristus, bahwa jiwanya tidak
akan dibiarkan tinggal dalam hades dan tubuhnya juga tidak akan rusak (Kis
2:27), jelas membedakan antara jiwa dan tubuh Kristus. Tubuh-Nya tidak
akan rusak dalam kubur dan jiwa-Nya tidak dibiarkan tinggal dalam hades.
57
Charles Hodge, Systematic Theology Vol 2, (Grand Rapids: Eerdmans, 1993), 617. 58
Tafsiran Alkitab Wycliffe, Vol. 3, Perjanjian Baru, 2001, Halaman 130 59
Wawancara dengan Saudara YM (inisial), yang adalah Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2016 pukul 19.15 wit.
27
Fakta bahwa Kristus turun ke tempat yang serendah-rendahnya di bumi (Ef
4:9) kelihatannya bukan sekedar mencakup diletakkan dalam kubur Yusuf.60
Akhirnya, tentang pemahaman “turun ke dalam kerajaan maut” di
GPID Bethesda Sipayo dapat disimpulkan, turunnya Yesus ke dalam kerajaan
maut bukan lagi bersifat metaforis tetapi hal yang benar-benar sudah terjadi
dan dialami oleh Yesus sendiri. “Turun ke dalam kerajaan maut” umat
percaya telah benar-benar diubah secara mendasar dengan cara telah
ditanggalkannya kehidupan lama. Sebagai umat percaya yang meyakini dan
mengimani perbuatan Yesus Kristus atas maut itu sendiri, agar tidak merasa
kuatir dan takut akan maut atau neraka, karena Yesus telah memberikan
keselamatan bagi semua orang dengan mendahului pergi ke dunia orang mati
atau ke dalam kerajaan maut, sehingga umat yang percaya kepada Yesus
Kristus tidak akan mengalami hukuman maut melainkan kemuliaan dan hidup
yang kekal. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kalimat yang mengatakan
Kristus telah masuk ke dalam keadaan kematian, ke dalam kerajaan maut
untuk menalahkan dan mengusir iblis serta membebaskan orang-orang
beriman.
Pemahaman Credo Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut” bagi
kehidupan Jemaat GPID Bethesda Sipayo masa kini
Melihat begitu banyak pandangan atau pendapat tentang kalimat
“turun ke dalam kerajaan maut” dan kadang menjadi kebingungan bagi umat
percaya, maka bagaimana keyakinan kalimat “turun ke dalam kerajaan maut”
ini dipahami oleh Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo?
Karena “turun ke dalam kerajaan maut” memiliki makna yang
mendalam, sebab Yesus “turun ke dalam kerajaan maut” bukan hanya untuk
melawan kuasa-kuasa kegelapan melainkan Yesus telah memenangkan
pertandingan atas maut sehingga “turun ke dalam kerajaan maut” diyakini
60
Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu. (Penerbit: Momentum 2014), 599.
28
sebagai kehidupan yang baru bagi umat percaya.61
Bagi umat percaya di GPID
Bethesda Sipayo benar-benar nyata dan meyakini bahwa Yesus telah “turun
ke dalam kerajaan maut” untuk menebus segala dosa-dosa manusia. Umat
percaya juga telah mengimani sebagai kepercayaan kepada Yesus Kristus
yang sebagai Jurusselamat. “Turun ke dalam kerajaan maut” dalam
Pengakuan Iman Rasuli merupakan sebuah ketetapan, keharusan, dan sebuah
keyakinan bagi GPID Bethesda Sipayo yang harus di ungkapkan oleh jemaat.
Jemaat tidak akan menyesal untuk mengakui Iman karena ada penggenapan
kehidupan yang kekal dari allah. Karena Yesus tidak hanya “turun ke dalam
kerajaan maut” tetapi bangkit dari kuasa kegelapan dan memenangkan
manusia.62
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berbagai faktor yang menjadi latar belakang lahirnya rumusan “turun
ke dalam kerajaan maut” dan arti yang terkandung di dalamnya telah
dipaparkan panjang lebar dalam bagian-bagian sebelumnya. Pada bagian akhir
tugas akhir ini penulis mencoba membuat kesimpulan yang merupakan intisari
pemahaman tentang ungkapan turun ke dalam kerajaan maut.kemudian atas
kesimpulan itu penulis memberikan beberapa pemikiran rekomendatif,
kiranya dapat bermanfaat bagi pelayanan dan kesaksian masyarakat dan
gereja.
Kesimpulan
Turunnya Yesus ke dalam maut itu telah menjadi ideology Kristiani
sehingga gereja berkewajiban untuk mengawalnya dengan cara
menyampaikan doktrin-doktrin yang dapat meyakinkan umat Kristen. Oleh
sebab itu dosa dan kerajaan maut sudah tidak memiliki masa depan lagi,
61
Wawancara dengan Bapak SM (inisial), yang adalah Anggota Jemaat GPID Bethesda Sipayo, pada hari Jumat tanggal 26 Agustus 2016 pukul 10.10 wit.
62 Wawancara dengan Bapak NK (inisial), yang adalah Anggota Jemaat GPID Bethesda Sipayo,
pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2016 pukul 17.00 wit.
29
sehingga orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak perlu takut
kepada kuburan dan dunia orang mati karena Kristus telah sampai ke sana dan
menyatakan diriNya sebagai yang berkuasa dalam kerajaan maut. Orang-
orang percaya saat ini harus menyatakan iman mereka kepada Yesus Kristus
yang telah memberikan keselamatan, agar dengan mereka dapat menyadari
bahwa tidak ada lagi maut sebagai suautu hukuman atas dosa. Dengan
doktrin-doktrin gereja, terkait dengan rumusan “maut” ini, orang Kristen
sangat yakin bahwa sebelum Yesus turun ke dalam maut, Yesus yang
menderita itu telah membawa keselamatan kepada semua orang percaya.
Terlepas dari rasional atau irasionalnya ideology itu, tetapi inilah sebuah
kenyataan gereja. Salah satu cara yang dilakukan gereja adalah memasukkan
rumusan tersebut dalam Pengakuan Iman Rasuli untuk menyatakan keyakinan
iman manusia yang percaya terhadap Yesus Kristus yang telah
menyelamatkan.
Siapapun juga, dia dapat mendefinisikan iman menurut keyakinannya
atau menurut persetujuan akalnya terhadap suatu peristiwa yang dilihatnya,
dialaminya atau didengarnya. Oleh karena itu berdasarkan catatan-catatan
dalam bagian-bagian sebelumnya, maka menurut penulis, iman adalah suatu
persetujuan akali, dan kesepakatan batin atas sesuatu yang dilihat, dialami
atau suatu berita yang diterima.
Terkait dengan pemikiran ideology di atas, yang harus diingat bahwa
tidak semua orang sepakat tentang cerita bahwa Yesus yang adalah Tuhan itu
pergi turun ke dalam kerajaan maut setelah Ia disalibkan. Maka telah muncul
berbagai pendapat para teolog serta para ahli baik dari luar kalangan Kristen
maupun dari dalam kalangan Kristen yang memiliki banyak pemikiran yang
sama kalau Yesus pergi turun ke dalam kerajaan maut. Peristiwa Yesus turun
ke dalam kerajaan maut yang terumus dalam Pengakuan Iman Rasuli tidak
hanya sebagai ideology, tetapi juga sebagai identitas, karena itu Ia telah
bertahan beradab-berabad, tetapi juga sebagai sebuah identitas.
30
Dalam hal ini juga penulis tidak bermaksud mengajak untuk
melupakan sejarah masa lampau tetapi jika kita terus belajar teologi yang
semuanya barang import tanpa berteologi dalam konteks kita, kapan kita
membuat sejarah baru kekristenan ke-Indonesia kita? Penulis juga tidak
bermaksud bahwa semua doktrin agama yang telah kita pelajari kini saatnya
dibuang begitu saja. Yang penulis maksudkan adalah bahwa kita pun harus
rasional supaya doktrin itu tidak membelenggu kita. Terkait dengan penulisan
ini, kita juga mengetahui bahwa Pengakuan Iman Rasuli itu lahir dari suatu
kondisi yang memang mengharuskannya ada sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya. Telah berabad-abad lamanya, gereja
Kristen di Indonesia masih berada di dalam kondisi seperti gereja mula-mula.
Hal ini nyata dalam doktrinnya. Pengakuan Iman Rasuli merupakan hasil
berteologi dalam kondisi tertentu. Jika demikian, di mana teologi kita?
Secara umum, Pengakuan Iman Rasuli hanya menonjolkan sifat-sifat
Allah saja. Karena itu tidaklah heran, rumusan-rumusan yang ada di dalamnya
tidak menyentuh pada apa yang diperbuat oleh Yesus sebagai pusat iman
gereja. Ini sebagai pertanda gereja Kristen di Indonesia tidak pernah berusaha
keluar dari bingkai doktrin yang telah berabad-abad lamanya. Pada bab-bab
sebelumnya telah dipaparkan bahwa rumusan “turun ke dalam kerajaan maut”
tidak ada. Gereja mula-mula memasukkannya karena dipandang sebagai
kebutuhan gereja dalam rangka menerangkan tentang peristiwa yang Yesus
Kristus lakukan. Untuk memberikan pemahaman baru tentang kematian,
kematin bukan lagi kutuk melainkan jalan sempit yang menuju kepada
kemuliaan. Menurut penulis, dimasukkannya rumusan yang terkait dengan
“turun ke dalam kerajaan maut” itu hanya merupakan upaya gereja untuk
menyelaraskan dengan cerita-cerita dalam kitab-kitab Injil. Untuk
membendung ajaran-ajaran sesat yang muncul saat itu. Seharusnya gereja juga
dapat menceritakan perbuatan-perbuatan Yesus yang membebaskan, bukan
peristiwa-peristiwa Yesus saja. Dalam hal ini gereja keliru membuat
interpretasi terhadap Pengakuan Iman Rasuli secara keseluruhan dan secara
31
khusus rumusan “turun ke dalam kerajaan maut”. Kekeliruan gereja adalah
gereja mula-mula mengangkat Pengakuan Iman Rasuli hanya sebagai
apoleget, tetapi kemudian gereja sekarang ini memakai Pengakuan Iman
Rasuli sebagai doktrin yang tidak bisa diubah di zaman dan tempat yang
berbeda.
Dari hasil pembahasan serta penelitian tentang pemahaman Majelis
Jemaat GPID Bethesda Sipayo mengenai Kredo Rasuli “turun ke dalam
kerajaan maut”, penulis menarik kesimpulan bahwa majelis jemaat GPID
Bethesda Sipayo dapat mengetahui makna ungkapan “turun ke dalam kerajaan
maut”, mereka juga mengetahui bahwa Yesus turun ke dalam kerajaan maut
untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia serta Yesus akan berkuasa di
tengah-tengah kerajaan maut itu sendiri, akan tetapi yang menjadi
permasalahannya ialah Majelis Jemaat GPID Betehsda Sipayo belum
memahami dengan jelas mengenai “turun ke dalam kerajaan maut”. Sehingga
ketika mereka mencupakan/mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, mereka
hanya mengikuti tradisi yang ada di dalam tata ibadah dan tidak memahami
mengapa mereka harus mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli.
Rekomendasi
Bab tiga yang merupakan analisis terhadap uraian-uraian yang ada
dalam bab-bab sebelumnya telah memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan
penelitian dalam bab satu. Dari uraian itu, maka perkenankanlah penulis
menyampaikan beberapa pemikiran yang bersifat rekomendatif.
Pertama, gereja-gereja di Indonesia harus berusaha untuk menggali
sendiri peristiwa yang terjadi di negeri ini yang diyakini sebagai perbuatan
dan campur tangan Yesus Kristus. Maksudnya bahwa gereja di Indonesia
harus mampu mengungkapkan perbuatan-perbuatan Yesus Kristus yang telah
nyata dalam sejarah perjalanan bangsa ini, sehingga dapat merumuskan
Pengakuan Imannya sendiri sesuai dengan perbuatan dan peristiwa Yesus
Kristus yang dialami oleh semua umat yang percaya.
32
Kedua, Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) dalam
rumusan Pengakuan Iman, kiranya perbuatan-perbuatan Yesus harus
ditonjolkan, bukan hanya sifat-sifat Allah saja yang mendominasi Pengakuan
Iman Gereja. Dalam rangka itu pertanyaannya ialah apakah Pengakuan Iman
Rasuli masih relevan dalam tata ibadah jemaat? Menurut penulis, Pengakuan
Iman Rasuli tidak relevan lagi dalam tata ibadah gereja. Ada atau tidak adanya
Pengakuan Iman Rasuli dalam tata ibadah gereja, jemaat tetap beriman kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia.
Ketiga, Majelis Jemaat GPID Bethesda Sipayo kiranya dapat membuat
materi katekisasi yang menggambarkan tentang Kredo Rasuli, agar jemaat
mendapat pengetahuan serta wawasan sehingga memberikan topangan dalam
konteks jemaat GPID Bethesda Sipayo.
33
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abineno J.L Ch. Unsur-Unsur Liturgika. Jakarta: BPK, 2007.
________. Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.
Barkhof Hendrik. Kristus dan Kuasa-Kuasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980.
Boland B.J. Intisari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Basri MS. Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen. Jakarta: Restu Agung,
2006.
Berkhof Louis. Teologi Sistimatika, Vol.6 Doktrin Akhir Zaman. Penerbit:
Momentum, 2013.
Charles Hodge. Systematic Theology Vol 2. Grand Rapids: Eerdmans, 1993.
Enns Paul. The Moody Handbook of Thelogy. Penerbit: Literatur Saat, 2012
Engel, J.D. Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen. Salatiga: Widya Sari,
2005.
Gerrit Singgih. E. Berteologi Dalam Konteks di Awal Milenium III. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2000.
Groen, J.P.D. Terpanggil Untuk Mengakui Iman. Jakarta: BPK, 2012.
Hadiwijono Harun. Inilah Sahadatku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
34
Hoekema, Anthony A. Alkitab dan Akhir Zaman. Penerbit: Momentum, 2014.
Kuhl Dietrich. Sejara Gereja Mula-mula Dalam Kebudayaan Yunani-Romawi Batu.
Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1992.
Lane Tony. Runtut Pijar, Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007.
Lohse Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013.
M.C, Jongeling. Sejarah Gereja GPID Sipayo.Sipayo, 1970.
Martasudjita, Pr Emanuel. Pokok-Pokok Iman Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2013.
Nuban Timo Ebenhaizer I. Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
________. Roh Kudus Mitra yang Agung. Bahan Seminar Rangkaian Kegiatan Ulang
Tahun GKPS Cempaka Putih Ke-55, 2015.
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Lima Dokumen Keesaan Gereja. Jakarta:
BPK, 1996.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991.
Schreiner Lothar. Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah
Batak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Susanto SJ. Harry. Konpendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius,
2009.
Simon J. Kistemaker. Tafsiran Kitab Wahyu. Penerbit: Momentum, 2014.
Tafsiran Alkitab Wycliffe. Perjanjian Baru. Penerbit: Gandum Mas, 2001
35
Van Niftrik, F.D. dan Boland, B.J. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK, 2008.
WAWANCARA
Wawancara dengan Bapak Paulus Timpolu 17 Desember 2016, pukul 16.20 wita.
Wawancara dengan Saudari RT (inisial) 21 Agustus 2016, pukul 12.35 wita.
Wawancara dengan Ibu DL (inisial) 22 Agustus 2016, pukul 17.20 wita.
Wawancara dengan Saudara YT (inisial) 23 Agustus 2016, pukul 16.12 wita.
Wawancara dengan Bapak SM (inisial) 26 Agustus 2016, pukul 10.10 wita.
Wawancara dengan Bapak NK (inisial) 27 Agustus 2016, pukul 17.00 wita.
Wawancara dengan Bapak Ym (inisial) 24 Agustus 2016 pukul 19.15 wita.
Penuturan Beberapa Anggota Jemaat
Data Statistik Jemaat GPID Bethesda Sipayo.